168
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 1 SINGOSARI SKRIPSI Oleh: IRFATUL AINI NIM: 06130022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010

06130022-irfatul-aini

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Post

Citation preview

Page 1: 06130022-irfatul-aini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII

DI SMPN 1 SINGOSARI

SKRIPSI

Oleh:

IRFATUL AINI NIM: 06130022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010

Page 2: 06130022-irfatul-aini

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII

DI SMPN 1 SINGOSARI

SKRIPSI

Diajukan untuk Menyusun Skripsi pada Program Strata Satu (S-1) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang

Oleh:

IRFATUL AINI NIM: 06130022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Juli, 2010

Page 3: 06130022-irfatul-aini

HALAMAN PERSETUJUAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 1 SINGOSARI

SKRIPSI

Oleh:

Irfatul Aini NIM: 06130022

Telah disetujui oleh: Dosen Pembimbing

Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.196504031998031 002

Tanggal, 15 Juli 2010

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Drs. Muhammad Yunus, M. Si. NIP. 196903241996031 002

Page 4: 06130022-irfatul-aini

HALAMAN PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MELALUI METODE TALKING STICK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VII DI SMPN 1 SINGOSARI

SKRIPSI dipertahankan dan disusun oleh

Irfatul Aini (06130022) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal

27 Juli 2010 dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar strata satu Sarjana Pendidikan IPS (S. Pd) pada tanggal : 30 Juli 2010

Panitia Penguji Tanda Tangan

Ketua Sidang M. Walid. MA NIP.197308232000031 002

________________________

Sekertaris Sidang Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.196504031998031 002

________________________

Pembimbing Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.196504031998031 002

________________________

Penguji utama Drs. H. M. Padil M. Pdi NIP.196512051994031 003

________________________

Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN MALIKI Malang

Dr. H.M. Zainuddin, MA

NIP. 19620507 199503 1 001

Page 5: 06130022-irfatul-aini

MOTTOMOTTOMOTTOMOTTO

...Æì sùö�tƒ ª! $# t Ï% ©! $# (#θ ãΖtΒ# u öΝ ä3ΖÏΒ t Ï% ©! $# uρ (#θ è?ρ é& zΟ ù=Ïè ø9$# ;M≈ y_u‘ yŠ 4 ª! $# uρ $ yϑ Î/ tβθè=yϑ ÷è s? ×��Î7yz ∩⊇⊇∪

“…niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Mujadilah (58): 11). DEPAG RI, Al-Quran Dan TerjemahaNya (Bandung: CV PENERBIT JUMANATUL 'ALI-ART, 2005), 543.

Page 6: 06130022-irfatul-aini

PERSEMBAHAN

Dengan ketulusan dan kerendahan hati ku persembahkan karya ini

Untuk sepasang mutiara hati yang memancarkan cinta kasih

yang tak pernah usai, yang selalu mengasihiku

setulus hati dan sesuci do’a

(ayahku Mianto dan Ibuku Ulwiyah) Restumu yang slalu menyertai setiap

langkahku dari jerih payahmu kesuksesanku berasal, demi meniti masa depan.

Adik Q(Lailatul sikrillah) yang selalu memberikan dorongan dan

semangat untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

Mas Q (M. Zaenal Arifin) Yang selalu setia dan memberi motivasi

Bapak dan Ibu Dosen yang telah

mencurahkan segenap ilmunya

Temen-temenku seangkatan Tarbiyah IPS 2006 thanks to All yang

selama studi dalam suka & duka

Sahabat-sahabat-Ku

{Meca, Re2, Ria, Ina, Vida, Dwi, dan Nurul}

Page 7: 06130022-irfatul-aini

Dr. H. Nur Ali, M. Pd Pembantu Dekan bidang Akademik Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang NOTA DINAS PEMBIMBING Hal : Skripsi Irfatul Aini Malang, 15 Juli 2010 Lamp. : 4 (Empat) Eksemplar

Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang di

Malang Assalamu'alaikum Wr.Wb.

Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tehnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini :

Nama : Irfatil Aini NIM : 06130022 Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Judul skripsi : Penerapan model pembelajaran Inovatif melalui metode

Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu kelas VII di SMPN 1 Singosari Malang

. Maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Dr. H. Nur Ali M.Pd NIP.19650403199803100

Page 8: 06130022-irfatul-aini

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu Perguruan

Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain., kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 15 Juli 2010

Irfatul Aini 06130022

Page 9: 06130022-irfatul-aini

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan

pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri no. 158 tahun 1987 dan no. 0543

b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Huruf

q = ق z = ز a = ا

k = ك s = س b = ب

l = ل sy = ش t = ت

m = م Sh = ص ts = ث

n = ن dl = ض j = ج

w = و th = ط h = ح

, = ء zh = ظ kh = خ

y = ي ‘ = ع d = د

gh = غ dz = ذ

f = ف r = ر

B. Vokal Panjang C. Vokal Diftong Vokal (a) panjang = a او = aw Vokal (i) panjang = î اى = ay Vokal (u) panjang = û أو = û î = أى

Page 10: 06130022-irfatul-aini

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Pujian berlimpah hanya diperuntukkan kepada-Mu, wahai Tuhan kami.

Memang itulah yang layak bagi keagungan dan kebesaran kekuasaan-Mu. Ya

Allah, senantiasa kami haturkan puji dan syukur kehadirat-Mu. Di sisi-Mu

terdapat kunci-kunci rahasia ghaib dan takdir yang tiada mengetahuinya selain

Engkau.

Shalawat dan kesejahteraan dari-Mu, selalu penulis haturkan untuk Nabi

Muhammad SAW, hamba, dan utusan-Mu. Engkau mengutusnya sebagai rahmat

bagi semesta alam dan penuntun jalan bagi manusia semuanya. Shalawat dan

salam juga penulis sampaikan kepada keluarga beliau, para sahabatnya, serta

semua pengikut setianya sampai pada hari kiamat tiba.

Skripsi yang berjudul Penerapan Metode Talking stick dalam

Meningkatkan aktivitas Belajar Siswa Kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang.

Dapat terselesaikan dengan baik meskipun dalam bentuk yang sederhana.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar sarjana strata satu (S-1) di Fakultas Tarbiyah Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana

Malik Ibrahim Malang.

Dengan terselesainya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis patut

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

Page 11: 06130022-irfatul-aini

1. Orang tuaku yang tercinta, Bapak Mianto dan Ibu Imroatul Ulwiyah

beserta adikku tercinta L. Sikrillah, yang telah memberikan semangat dan

dukungan dananya serta telah memberikan doa, kasih sayang, nasehat,

motivasi, dorongan kepada penulis dalam menempuh kuliah dan

penyusunan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri

(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

3. Bapak Dr. H. M. Zainuddin, MA selaku Dekan Fakultas Tarbiyah

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

4. Bapak Drs. Moh. Yunus, M. Si selaku Ketua Jurusan pendidikan IPS

Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

5. Bapak Dr. H. Nur Ali, M. Pd selaku Dosen Pembimbing skripsi, yang

telah memberikan banyak bimbingan dan pengarahan.

6. Seluruh dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim

Malang, khususnya dosen Fakutas Tarbiyah yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menempuh studi di

kampus tercinta ini.

7. Bapak Sapto Suparjatmo S. Pd selaku Kepala Sekolah SMPN 1 Singosari

Malang yang telah memberikan izin penulis untuk mengadakan penelitian.

8. Segenap dewan guru dan karyawan di SMPN 1 Singosari Malang yang

turut membantu lancarnya skripsi.

9. Mas Zaenal tunanganku, yang setia serta dukungan dan motivasinya.

Page 12: 06130022-irfatul-aini

10. Seluruh keluarga besarku, Mbah Parda’, Mbah Sun, P. Fauzan dan Ibu

Imamah, Mas Apip, serta teman-teman ku Tony, Duja, Q-cem, Anam, Ana

n’ Iwan terima kasih atas suportnya.

11. Seluruh siswa dan siswi SMPN 1 Singosari Malang terutama kelas VII H

yang telah ikut membantu penulis dalam penelitian.

12. Semua pihak yang telah membantu sehingga terselesainya penulisan

skripsi ini khususnya teman-teman Jurusan pendidikan IPS Universitas

Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

Semoga semua bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada

penulis mendapatkan ridho dan sekaligus sebagai catatan amal ibadah dari Allah

SWT. Amin Ya Robbal ‘Alamin. Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari kesempunaan, mengingat keterbatasan kemampuan dan

pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, segala kritik dan saran dari

pembaca sangatlah penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Malang, Juli 2010

Penulis

Page 13: 06130022-irfatul-aini

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................... vii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ viii

HALAMAN TRANSLITERASI ..................................................................... ix

KATA PENGANTAR .................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

ABSTRAK ..................................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7

E. Batasan Masalah ........................................................................... 8

F. Penegasan Judul ........................................................................... 9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Belajar ........................................................................ 10

1. Belajar ..................................................................................... 10

2. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Belajar .......................................... 13

3. Teori belajar ........................................................................... 15

4. Tujuan belajar ......................................................................... 26

Page 14: 06130022-irfatul-aini

5. Tipe-tipe belajar ....................................................................... 28

6. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ........................................ 31

B. Pengertian model pembelajaran Inovatif ....................................... 34

1. Prinsip pembelajaran Inovatif ................................................... 38

2. Keberanian guru dalam Berinovasi .......................................... 42

C. Metode Talking stick .................................................................... 44

1. Pengertian metode talking stick ................................................ 44

2. Langkah-langkah dalam pembelajaran metode talking stick ..... 44

3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Talking stick ...................... 45

D. Pengertian aktivitas belajar siswa .................................................. 46

1. Bentuk-bentuk Aktivitas Belajar siswa ..................................... 46

2. Jenis-jenis Aktivitas belajar ...................................................... 49

3. Azas Aktivitas Belajar .............................................................. 51

4. Belajar dalam Perspektif Islam ................................................. 52

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................... 55

B. Kehadiran Peneliti ........................................................................ 58

C. Lokasi Penelitian .......................................................................... 59

D. Data dan Sumber data ................................................................... 59

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 60

F. Teknik Analisis Data .................................................................... 64

G. Pengecekan Keabsahan Data ......................................................... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Objek ................................................................... 67

1. Identitas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singosari

Malang .................................................................................... 67

2. Sejarah Berdirinya SMPN 1 Singosari .................................... 68

3. Visi, Misi SMPN 1 Singosari .................................................. 70

B. Penyajian dan Analisis Data.......................................................... 71

Page 15: 06130022-irfatul-aini

1. Paparan Data Sebelum Tindakan .............................................. 71

2. Siklus Pertama ......................................................................... 73

3. Siklus Kedua ............................................................................ 83

4. Siklus Ketiga ............................................................................ 89

BAB V PEMBAHASAN

A. Penjelasan Tentang Peraturan Dalam Proses Pembelajaran ........... 101

B. Penyajian Materi Dalam Proses Pembelajaran .............................. 103

C. Proses Pembelajaran metode Talking Stick ................................... 103

D. Pemberian Tugas ......................................................................... 104

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 112

B. Saran ............................................................................................ 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 16: 06130022-irfatul-aini

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Proses pembelajaran Metode Talking Stick ................................. 46

Page 17: 06130022-irfatul-aini

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Konsultasi

Lampiran 2 : Surat izin Penelitian dari Fakultas Tarbiyah

Lampiran 3 : Surat Keterangan Penelitian Dari SMPN 1 Singosari Malang

Lampiran 4 : Pedoman Observasi dan Dokumentasi

Lampiran 5 : Struktur organisasi, keadaan kurikulum. Keadaan keuangan, dan

sarana prasarana

Lampiran 6 : Nilai Proses Talking stick siklus I

Lampiran 7 : Nilai Proses Talking stick siklus II

Lampiran 8 : Nilai Proses Talking stick siklus III

Lampiran 9 : Nilai Rata-Rata siswa

Lampiran 10 : Data observasi aktivitas

Lampiran 11 : Studi Dokumenter

Lampiran 12 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 13 : RPP

Page 18: 06130022-irfatul-aini

ABSTRAK

Aini, Irfatul 2010. ”Penerapan Model Pembelajaran Inovatif melalui Metode

Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar sisiwa mata pelajaran IPS Terpadu kelas VII SMPN 1 Singosari Malang ”. Skripsi, Program Studi Ekonomi, Jurusan Pendidikan IPS, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Pembimbing : Dr. H. Nur Ali M, Pd.

Kata Kunci : Pembelajaran Inovatif, Metode Talking Stick, Aktivitas Belajar,

Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang dianggap serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah dilkukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian., dan terbukti saat pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam kelas. Berangkat dari permasalahan di atas maka secara umum dirumuskan dalam penelitian ini yaitu : Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari? Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPSkelas VII SMPN 1 Singosari? Proses penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari. Penelitian ini dilaksanakan di kota Malang, tepatnya di SMPN 1 Singosari. Penelitian ini merupakan PTK. Tahap penelitian berupa siklus yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu: observasi; pengukuran tes hasil belajar; dan dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan disimpulkan bahwa penerapan metode Talking stick dapat meningkatkan Aktivitas belajar siswa .

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.ini terbukti Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71 % dan sedangkan pada siklus III aktivitas belajar siswa mangalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%.

Page 19: 06130022-irfatul-aini

ABSTRACT

Aini, Irfatul, 2010. “Application of Innovative Instruction Model By Means Of the Talking Stick Method To Improve the Students Learning Activity On the Integrated Social Studies Subject Matter of VIIth Grade of the State Junior High School 1 of Singosari Malang”. Minithesis, Study Program of Economics, Department of Social Study Education, Faculty of Tarbiyah, Maulana Malik Ibrahim State Islamic University (UIN) of Malang. Counselor: Dr. H. Nur Ali, M.Pd.

Key Words: Innovative Instruction, Talking Stick Method, Learning Activity. All this time, the instruction process, we saw that it still adhere the conventional instruction model, namely the instruction process concentrated on the teacher and during the time also the students abilities to be active in the instruction process and the independence in learning would not visible. The conventional instruction assumed that teacher is the only learning source regarded as knowledgeable. This case confirmed by the result of observation has been conducted by the researcher before made the research, and it was proven that when the lesson started many students chatted each other and it so looked that they felt bore with the method was performed by the Social Studies subject matter teacher. This case was presumed would influence the students learning activities in the classroom. Departed from the problems above then it was generally formulated in this research namely: Is the planning process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method on the Social Studies subject matter of VIIth grade of the State Junior High School 1 of Singosari? Is the implementation process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method to improve the students learning activities on the Social Studies subject matter of VII th grade of the State Junior High School 1 of Singosari? The assessment process of innovative instruction model by means of the Talking Stick method is to improve the students learning activities on the Social Studies subject matter of VII th grade of the State Junior High School 1 of Singosari. This research was implemented in Malang city, exactly at the State Junior High School 1 of Singosari. This research was the PTK (class action research). The research phases were in the form of cycles involving: planning, implementation, observation, and reflection. Data gathering techniques used were observation, learning outcomes test measuring, and documentation. Based on the results of research has been implemented it could be concluded that the application of Talking Stick method can increase the students learning activities. From the results of this research it indicated that the Talking Stick method can increase the students learning activities particularly on the Social Studies subject matter. It was proven on cycle I that the student learning activities with the class average value of pretest as large as 24 increased to 25 or about 4.1%. While, on cycle II the students learning activities had the increase namely the class average value of pretest as large as 28 increased to 31 or about 10.71%, and while,

Page 20: 06130022-irfatul-aini

on cycle III the students learning activities had the class average value increase of pretest as large as 31 increased to 36 or about 16.21%.

Page 21: 06130022-irfatul-aini

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia agar tidak sampai tertinggal

dengan bangsa lain. Karena itu sistem pendidikan nasional harus mampu

menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan kualitas

pendidikan, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk

menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,

nasional, global sehingga diperlukan pembaharuan pendidikan secara

terencana, terarah dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan sistem

pendidikan yang demikian itu perlu adanya peran aktif dari semua pihak

diantaranya adalah pemerintah, orang tua siswa, guru dan lain-lain.

Peningkatan kualitas pendidikan disekolah dapat ditempuh dengan

berbagai cara, antara lain: peningkatan kurikulum, peningkatan kompetensi

guru, peningkatan kualitas pembelajaran, efektifitas metode pembelajaran,

peningkatan kualitas sarana dan prasarana belajar dan bahan ajar yang

memadai.

Peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Ika Rahmawati yang berjudul

Penerapan Model Pembelajaran Inovatif (Innovatif Lerning) Metode Talking

Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Dan Kemandirian Belajar Pada

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang, penelitian ini merupakan jenis

penelitian tindakan kelas (PTK), Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dengan

Page 22: 06130022-irfatul-aini

menggunakan Model Pembelajran Inovatif (innovatif Learning) Metode

Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kemandirian belajar

siswa, berikut ini hasil dari metode talking stick yang telah dilaksanakan

peneliti sebelumnya yaitu, Pada siklus I aktivitas belajar siswa sebesar 44.63%

yang tergolong cukup dan Pada siklus II aktivitas belajar siswa menjadi

sebesar 66.11% yang tergolong baik.

Sedangkan dalam penelitian lain yaitu dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Moch. Irwan, 2008, metode Talking Stick untuk meningkatkan

aktivitas belajar dan kemandirian belajar mata pelajaran manajemen

perkantoran pada siswa kelas x Apk SMK PGRI 6 Malang. berikut ini hasil

dari metode talking stick yang telah dilaksanakan peneliti sebelumnya yaitu,

Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan rata-rata sebesar 49.58% dengan

kategori ”Cukup Baik”, dari aspek yang diamati yakni aspek keaktifan siswa

rata-rata sebesar 39.16%, aspek partisipasi siswa rata-rata sebesar 71.25%, dan

aspek kepatuhan siswa dalam mengerjakan tugas rata-rata sebesar 38.33% dan

Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan yakni

sebesar 80.68% dengan kategori ”Sangat Baik”, dari aspek yang diamati sama

yakni aspek keaktifan siswa rata-rata sebesar 66.25%, aspek partisipasi siswa

rata-rata sebesar 97.5%, dan aspek kepatuhan siswa dalam mengerjakan tugas

rata-rata sebesar 78.3%. Sedangkan untuk kemandirian belajar siswa pada

siklus satu yakni dengan skor rata-rata 3.15 dengan kategori ”Baik”, dan pada

siklus II mengalami peningkatan yakni sebesar 4.6 dengan kategori ”Sangat

Baik”.

Page 23: 06130022-irfatul-aini

Dari pernyataan di atas dapat di mengerti bahwa Fungsi dari penelitian

terdahulu yang telah di paparkan di atas yakni untuk mmemperkuat judul serta

sebagai bukti bahwasannya metode talking stik tepat untuk mengukur aktivitas

belajar siswa.dan dalam kegiatan mengajar, untuk mencapai untuk mencapai

shasil dan tujuan hasil yang diinginkan tanggung jawab yang di bebankan

pada guru bagaimana harus mengatur dan mengelola kelas dan bagaimana

memilih metode yang relevan dengan bahan materi yang di ajarkan.

Selama ini proses pembelajaran kita lihat masih menganut model

pembelajaran konvensional, yaitu proses pembelajaran yang berpusat pada

guru dan selama itu pula kemampuan siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran dan kemandirian dalam belajar tidak akan tampak. Pembelajaran

konvensional menganggap guru adalah satu-satunya sumber belajar yang

dianggap serba tahu. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah

dilkukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitian., dan terbukti saat

pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali

mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran

IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam

kelas.

Jika penerapan metode pembelajaran untuk mata pelajaran IPS hanya

menggunakan metode ceramah sebagai metode utama, maka proses belajar

akan terasa membosankan bagi siswa karena terasa monoton. Kondisi ini

diduga akan sangat mempengaruhi keaktifan siswa di dalam kelas. Metode

ceramah sebagai metode utama bukan berarti tidak cocok untuk digunakan

Page 24: 06130022-irfatul-aini

tetapi penggunaan metode tersebut yang mendominasi menyebabkan siswa

merasa bosan, jenuh dan tidak dapat berperan aktif serta tidak bisa belajar

mandiri.

Untuk itu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan misi

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan pemilihan metode yang

tepat untuk melaksanakan penerapan pendekatan tersebut. Guna meningkatkan

keaktifan proses belajar bagi siswa, penulis tertarik untuk melakukan

pembelajaran Inovatif dengan metode Talking Stick sesuai dengan penerapan

misi kurikulum tingkat satuan pandidikan (KTSP). Konsep pembelajaran

Inovatif dengan metode Talking Stick akan mendorong guru dan peserta didik

melaksanakan praktik pembelajaran secara aktif dan kreatif sehingga dapat

diharapkan tercapainya peningkatan dalam pembelajaran.

Menurut James B. Brow seperti yang dikutip oleh Sardiman A.M

mengemukakan bahwa tugas dan peranan guru antara lain: menguasai dan

mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan

pelajaran sehari-hari, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa.

Sedangkan tujuan mengajar adalah membantu siswa untuk menjawab

tantangan lingkungannya dengan cara yang efektif. Burton misalnya

mengemukakan batasan mengajar dengan mengatakan bahwa “teaching is the

stimulation, guidance, direction and encouragement of learning”.1

SMPN 1 Singosari hingga saat ini dalam pelaksanaan pembelajaran,

khususnya mata IPS masih disampaikan dengan metode ceramah (Metode

1 Abdul Aziz Wahab, Metode dan Model-Model Mengajar, (Bandung : Alfabet, 2008)

Hal. 6-7

Page 25: 06130022-irfatul-aini

Pembelajaran Konvensional) sebagai metode yang lebih dominan diterapkan

dari pada metode yang lain. Hal ini di perkuat oleh hasil observasi yang telah

dilakukan oleh peneliti sebelum melakukan penelitiandan terbukti saat

pelajaran dimulai banyak siswa yang ngobrol sendiri dan kelihatan sekali

mereka merasa bosan dengan metode yang dilakukan oleh guru mata pelajaran

IPS. Hal ini di duga akan mempengaruhi aktivitas belajar siswa di dalam

kelas. Karena materi IPS banyak menghafal maka peneliti menawarka diri

untuk menerapkan metode talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar

siswa.

Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru yang

merupakan komponen pendidikan yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

Kurikulum Tingkat Satuan Pandidikan (KTSP) di lapangan. Guru sebagai

ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat

berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian dan kewibawaan

guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar dikelas

maupun efeknya diluar kelas. Guru harus pandai membawa siswanya kepada

tujuan yang hendak dicapai. Guru mempunyai peranan yang sangat penting

sehubungan dengan tugasnya sebagai perencana dan pelaksana sekaligus

mengevaluasi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), guru sebagai pelaksana

utama pendidikan dan pelajaran sekolah, maka guru dituntut untuk mampu

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam kegiatan

belajar mengajar. Guru dan siswa diharapkan mengetahui apa yang harus

dicapai dan sejauh mana efektivitas belajar dicapai. Kurikulum Tingkat Satuan

Page 26: 06130022-irfatul-aini

Pandidikan (KTSP) merupakan suatu format untuk menetapkan sesuatu

kompetensi yang diharapkan siswa dalam setiap tingkat dan menggambarkan

langkah kemajuan siswa menuju kompetensi yang lebih tinggi.

Berdasarkan latar belakang ini maka penulis mengambil judul

“Penerapan Model Pembelajaran Inovatif melalui Metode Talking Stick

untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas

VII SMPN 1 Singosari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan

permasalahan yang ada yaitu :

1. Bagaimanakah Proses Perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui

metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari?

2. Bagaimanakah Proses Pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui

metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada

mata pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari?

3. Bagaimanakah Proses Penilaian model pembelajaran Inovatif melalui

metode Talking Stick untuk meningkatkan aktifitas belajar siswa pada

mata pelajaran IPS kelas VII SMPN1 Singosari?

Page 27: 06130022-irfatul-aini

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian khususnya adalah untuk Mendeskripsikan:

1. Proses perencanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking

Stick pada mata Pelajaran IPS kelas VII SMPN 1 Singosari.

2. Proses pelaksanaan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking

Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran

IPSkelas VII SMPN 1 Singosari.

3. Proses penilaian model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking

Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS

kelas VII SMPN 1 Singosari.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam upaya peningkatan pemahaman dari hasil belajar pada seluruh mata

pelajaran. Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk:

1. Lembaga

Dengan metode Talking stick ini akan menjadi bahan pertimbangan

lembaga atau sekolah dalam menentukan yang lebih baik dalam proses

belajar mengajar.

2. Guru

Penggunaan metode Talking stick ini akan mempermudah para guru dalam

mengaktifkan pembelajaran di kelas.

Page 28: 06130022-irfatul-aini

3. Siswa.

Dengan metode Talking stick siswa diharapkan lebih aktif dalam

pembelajaran di kelas.

4. Peneliti

Dengan metode Talking stick diharapkan menambah wawasan

pengetahuan penulis, sebagai bahan untuk memperluas peneliti dalam

mempersiapkan diri sebagai calon tenaga pendidik.

E. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas tidak terlalu meluas serta dapat

meng- arahkan jalannya penulis, maka penulis memberikan ruang lingkup

sebagai berikut :

1. Subjek penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII-H pada Mata pelajaran

IPS Terpadu Di SMPN 1 Singosari Malang

2. Sasaran penelitian tindakan ini tertuju pada kegiatan penerapan model

pembelajaran inovatif (innovatif Learning) metode Talking Stick

3. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap 2009/2010

4. Penelitian ini difokuskan pada masalah peningkatan aktivitas belajar siswa

kelas VII-H pada mata pelajaran IPS Terpadu Di SMPN 1 Singosari

Malang

Page 29: 06130022-irfatul-aini

F. Penegasan Judul

Untuk menghindari keragu-raguan dalam penafsiran nyang berbeda

maka penulis perlu memberikan penegasan istilah terkait dengan judul skripsi

ini sebagai berikut :

1. Pembelajaran inovatif yaitu adalah pembelajaran yang lebih bersifat

student centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang

kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self

directed) dan dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction)

2. Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan

tongkat, siapa yang memegang tongkatwajib menjawab pertanyaan dari

guru setelah siswa mempelajari meteri pokoknya.2

3. Aktivitas berasal dari kata aktif yang berarti giat. Dalam bentuk kalimat,

aktif diartikan sebagai suatu perbuatan. Jadi aktivitas adalah kegiatan yang

dilakukan oleh yang bersangkutan. Proses aktivitas belajar harus

melibatkan seluruh aspek psikifisis peseta didik, baik jasmani maupun

rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara

cepat, tepat, mudah dan benar.

2 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah .Metode dan Tehnik Pembelajaran

Pendidikan Agama Islam. Malang: PT Refika Aditama Hal 134-135

Page 30: 06130022-irfatul-aini

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar

1. Belajar

Belajar tidak akan pernah lepas dari manusia karena pada

hakikatnya belajar dilakukan manusia sepanjang hayatnya atau sekurang-

kurangnya ia terus belajar meskipun sudah lulus sekolah. Belajar

merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia yang vital dalam usahanya

untuk mempertahankan dan mengembangkan dirinya diera-globalisasi

sekarang ini.

Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah

pengetahuan. Disini yang dipentingkan pendidikan intelektual. Kepada

anak-anak diberikan bermacam-macam mata pelajaran untuk menambah

pengetahuan yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.3

Belajar merupakan tindakan dan perilaku yang kompleks sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah

penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses belajar

terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan

dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun

implisit (tersembunyi). Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa

yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswanya itu

3 Abu Ahmadi, Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses, (Solo: C.V Aneka). Hal 20

Page 31: 06130022-irfatul-aini

sendiri, menurut Gagne (1948) belajar adalah sebagai suatu proses dimana

suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.

Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses

yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama melalui latihan maupun

pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dari perubahan cara

mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Kemudian Lester D. Crow

mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaaan-

kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil

manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang telah

dipelajarinya, maka belajar seperti ini disebut “rote learning” . Kemudian

jika yang dipelajari mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa

sendiri maka disebut “overlearning”.4

Pengertian belajar telah mengalami perkembangan secara evolusi,

sejalan dengan perkembangan cara pandang dan pengalaman para

ilmuwan. Pengertian belajar dapat didefinisikan sesuai dengan nilai

filosofis yang dianut dan pengalaman para ilmuwan atau pakar itu sendiri

dalam membelajarkan peserta didiknya.5 Bagi Hilgard, belajar itu adalah

proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur latiha baik latihan di

dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiyah. Belajar bukanlah

mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi

didalam diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan

4 Syaiful Sagala , Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2003). Hal13 5 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran,( Bandung:PT

Refika Aditama, 2009), Hal. 5

Page 32: 06130022-irfatul-aini

perilaku. Aktivitas mental itu terjadi adanya interaksi individu dengan

lingkungan yang didasari.6

Menurut Skinner berpandangan bahwa “Belajar adalah suatu

perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik,

sebaliknya bila tidak belajar maka responnya menurun”. Menurut Gagne

“belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat

stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas

baru”.7 Sedangkan Winkel merumuskan belajar sebagai “suatu aktivitas

mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara

relatif, konstan dan berbekas”.8

Belajar merupakan perubahan tingkah laku seseorang melalui

pengalaman yang diulang-ulang yang bukan merupakan perkembangan

respon pembawaan, bukan karena proses kematangan atau keadaan yang

bersifat sementara.

Dari beberapa definisi belajar di atas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau watak

seseorang yang bersifat tetap sebagai hasil dari pengalaman dan latihan

bukan karena proses pertumbuhan maupun kematangan. Jadi seseorang

bisa dikatakan telah belajar apabila memenuhi tiga hal, yaitu:

6 Wina Sanjaya. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group ,

2008), Hal. 228-229 7 Dimyati dan Mudjiono.. Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Hal.

9-10 8 Winkel, W.S.. Psikologi Pengajaran., (Yogyakarta: Media Abadi, 2005.), Hal. 56

Page 33: 06130022-irfatul-aini

a. Terjadinya perubahan tingkah laku ataupun kepribadiannya.

b. Perubahan tersebut bersifat tetap bukan sementara (bukan karena

kematangan dan kelelahan).

c. Disebabkan oleh pengalaman dan latihan.

2. Ciri-ciri dan Prinsip Belajar

Adapun yang dimaksud dengan ciri-ciri belajar antara lain:

a. Pelaku: Siswa yang bertindak sebagai belajar dan pelajar

b. Tujuan: Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup

c. Proses: Internal pada diri pembelajar

d. Tempat: Sembarang tempat

e. Lama waktu: Sepanjang hayat

f. Syarat terjadi: Motivasi belajar kuat

g. Ukuran keberhasilan: Dapat memecahkan masalah

h. Faedah: Bagi pelajar mempertinggi martabat pribadi

i. Hasil: Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring.9

Belajar menurut teori psikologi asosiasi (koneksionisme) adalah

proses pembentukan asosiasi atau hubungan antara stimulus (perangsang)

yang mengenai indivudu melalui penginderaan dan response (reaksi) yang

diberikan individu terhadap rangsangan tadi, dan proses memperkuat

hubungan tersebut. Berbagai eksperiment dilakukan oleh beberapa ahli-

ahli psikologi tentang proses belajar mengajar berhasil mengungkapkan

serta menemukan sejumlah prinsip atau kaidah yang merupakan dasar-

9 Ibid. hal 2

Page 34: 06130022-irfatul-aini

dasar dalam melakukan proses dan mengajar atau pembelajaran,

sehubungan dengan itu, ada berbagai prinsip belajar yang dikemukakan

oleh para ahli di bidang psikologi pendidikan, antara lain prinsip-prinsip

belajar sebagai berikut ini:10

a. Law of Effect yaitu bila hubungan stimulus dengan respon terjadi dan

diikuti dengan keadaan yang memuaskan, maka hubungan itu

diperkua. sebaliknya jika hubungan itu diikuti dengan perasaan tidak

menyenangkan, maka hubungan itu akan melamah. Jadi, hasil belajar

akan diperkuat apabila menumbuhkan rasa senang atau puas

(thorndike)

b. Spread of Efeect yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasaan itu

tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi kepuasan

mendapat pengetahuan baru

c. Law of Exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi

diperkuat dengan latiha dan penguasaan.

d. Law of Readiness yaitu bila dalam satu-satunya dalam sistem syaraf

telah siap berkonsuksi, dan hubungan itu berlangsung, maka terjadinya

hubunganitu kan memuaskan.

e. Law of Primacy yaitu hasil belajar yang di peroleh melalui kesan

pertama, akan sulit digoyahkan

f. Law of Intensity yaitu belajar memberi makana yang dalam apabila

diupayakan melalui kegiatan yang dinamais

10 Ibid. hal 53

Page 35: 06130022-irfatul-aini

g. Law of Recency yaitu bahan yang baru dipelajari, akan lebih mudah di

ingat

h. Fenomena kejenuhan yaitu suatu penyebab yang menjadi perhatian

signifikan dalam pembelajaran

i. Belongingness yaitu keterkaitan bahan yang dipelajari pada situasi

belajar, akan mempermudah berubahnya tingkah laku.11

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh

para ahli yang satu dengan yang lain memilki persamaan dan juga

perbedaan. Dari berbagai prinsipbelajar tersebut terdapat prinsip yang

relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar upaya

pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya

maupun bagi guru dalamupaya meningkatkan mengajarnya. Prinsip-

prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan

langsung/berpengalaman, pengulangan tantangan, balikan dan penguatan,

serta perbedaan individu.

3. Teori Belajar

Sejalan dengan perkembangan pola berfikir dan pengalaman

manusia, aliran teori beajar mengalami perkembangan sehingga paradigma

belajar ini mengalami pergeseran sudutpandang dari teori belajar ke teori

belajar selanjutnya.

11 Saiful Sagala, op cit, hal 54-55

Page 36: 06130022-irfatul-aini

a. Teori Psikologi Daya (Formal Discipline)

Teori ini memiliki beberapa pandangan dalam pembelajaran,

yaitu sebagai berikut:

1). Jiwa manusia terdiri atas berbagai daya, seperti daya ingat, pikir,

mencipta, ingat, serta kemauan

2). Daya ini akan berfungsi jika telah terbentuk dan berkembang, oleh

karena itu daya tersebut harus dilatih

3). Dalam teori ini yang terpenting adalah faktor pembentukannya.

Oleh karena itu, psikologi daya bersifat normal. Maka, untuk

mengembangkan daya ingat para siswa perlu diberi latihan

menghafal fakta. Adapun untuk mengembangkan daya pikir maka

siswa diberi hitungan yang sulit.

b. Teori Psikologi Asosiasi

Teori ini disebut juga S-R Bond Theory, yang memiliki

pandangan sebagai berikut:

1). Hubungan Stimulus-Responde akan kuat jika di sertai dengan

latihan. Latihan ini ditunjukkan untuk membentuk kebiasaan yang

berjalan secara otomatis

2). Faktor materi ajar mendapat perhatian yang utama, oleh karena itu

aliran ini disebut aliran matrealistis

c. Teori Psikologi Organismic

Teori ini memandang bahwa jiwa manusia merupakan suatu

keseluruhan yang berstruktur yang saling berinteraksi. Adapun

pandangan dari teori belajar ini sebagai berikut:

Page 37: 06130022-irfatul-aini

1). Prilaku individu timbul berkat interkasi antara individu dengan

lingkungan

2). Individu berada dalam keseimbangan yang dinamis

3). Belajar lebih mengutamakan dari keseluruhan

4). Belajar di mulai dari keseluruhan

5). Belajar merupakan reorganisasi pengalaman

Hasil belajar, meliputi semua aspek perilaku anak12

Berdasarkan dengan teori diatas maka dari itu, belajar merupakan

prosses terbentukanya tingkah laku baru yang disebabkan individu

merespon lingkungannya, melalui pengalaman pribadi yang tidak

termasuk kematangan, pertumbuhan atau instink. Belajar sebagai proses

akan terarah kepada tercapainya tujuan (gool oriented) dari pihak siswa

maupun pihak guru.

Secara garis besar ada tiga rumpun dari teori atau aliran-aliran teori

belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori Disiplin Mental, teori

Behaviorisme, dan teori Cognitive Gestalt-Filed .

a. Teori Disiplin Mental

Teori Disiplin Mental (Plato, Aris Toteles) menganggap bahwa

dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Dalam mengajar

siswa membaca misalnya, guru pengikut ini melatih, “otot-otot”

mental siswa. Guru-guru ini mula-mula akan memberikan daftar kata-

12 Ibid. hal 7-8

Page 38: 06130022-irfatul-aini

kata yang diinginkannya dengan menggunakan kartu-kartu dimana

tertulis tiap kata-kata itu.

Selanjutnay mereka melatih siswa-siswi mereka, dan setiap hari

diberi test, dan siswa-siswi yang belum pandai harus kembali sesudah

jam sekolah untuk dilatih kembali. Menurut rumpun Psikologi teori

Disiplin mental ini individu memiliki kekuatan, kemampuan, atau

potensi-potensi tertentu. Belajar adalah mengembangakan diri dari

kekuatan, kemampuan atau potensi-potensi individu, proses

pengembangan kekuatan-kekuatan tersebut tiap aliran-aliran atau tiap

teori mengemukakan pandangan yang berbeda.

Jadi belajar adalah mengusahakan adanya tanggapan

sebanyak-banayknya atau sejelas-jelasnya pada kesadaran individu.

Hal ini berkaitan dengan tanggapan itu diperoleh melalui pemberian

bahan sederhana tetapi penting dan juga menarik.

Sesungguhnya seorang anak mempunyai kekuatan sendiri

untuk mencari, mencoba, menemukan, dan mengembangkan dirinya

sindiri. Artinya pendidik tidak perlu melakukan intervensi yang

berlebihan atau terlalu banyak turut ikut campur mengatur anak,

biarkan dia belajar sendiri, yang penting bagi guru adalah perlu

diciptakan situasi belajar yang permissif (rileks), menarik dan bersifat

alamiyah. Teori yang sangat berlawanan sekali dengan teori disiplin

mental aialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu

akan berkembang secara alamiah. Pengembangan-pengembangan teori

Page 39: 06130022-irfatul-aini

ini adalah Jean J. Rousseau (1712-1778), ahli pendidik Swis Hainrich

Pestalozzi (1746-1827), dan ahli filsafat, penemu pendidikan”

Kindergarten” Friedrich Frobel (1782-1851).

Para guru yang mengikuti teori ini, mula-mula akan menunggu

hingga siswa-siswa menyatakan keinginannya untuk belajar menbaca

misalnya, sebelum mereka mencoba mengajar siswa-siswa ini

membaca. Guru-guru lebih mementingkan perkembangan kematangan

dari pada menanamkan keterampilan-keterampilan tertentu.

Dengan kata lain guru akan memberikan aturan-aturan pada

siswa, lalu membicarakan benda-benda atau makhluk-makhluk hidup

yang telah dikenal oleh para siswa, misalnya kucing, anjing, kuda, sapi

dan lain-laninya. Kemudian guru menulis di papan “KUDA” dan

menerangakan kepada siswa bahwa kata ini menerangkan kuda. Guru

ini menginginkan terutama untuk membuat palajaran membaca itu

menarik, dan berusaha agar para siswa memperoleh gagasan-gagasan

yang benar dari membaca. Nama yang paling banyak dengan teori ini

adalah Johan Friedrich Jerbat (1776-1841), yang pertama kali

mengembangkan psikologi belajar secra sistematis dari teori tabularasa

mengenai pikiran.13

b. Teori Behaviorisme

Rumpun teori ini disebut teori Behaviorisme karena sangat

menerangkan prilaku atau tingkah laku yang dapat di amati atau di

13 Saiful Sagala, op cit, hal 39-42

Page 40: 06130022-irfatul-aini

ukur. Teori-teori dalam rumpun ini bersifat molekular, karena

memandang kehidupan individu terdiri dari unsur-unsur seperti halnya

molekul-molekul. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain

dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respon

sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai stimulus-respon

sebanyak-banyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar.

Pembentukan stimulus-respon dilakukan melalui ulangan-ulangan.

Dengan demikian teori ini memiliki kesamaan dalam cara

mengajarnya dengan teori psikologis daya atau Herbatisme.

Tokoh yang sangat terkenal mengembangkan teori ini adalah

Trondike (1874-1949) , dengan eksperimennya belajar pada bintang

yang juga berlaku bagi manusia yang disebut Trondike dengan “trial

and error” . Trondike menghasilkan teori belajar “connectionism”

karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara

stimulus dan respon. Trondike menemukan tiga prinsip atau hukum

dalam belajar yaitu: 1) Law of readines, belajar kan berhasil apabila

individu memiliki kesiapan untik melakukan perbuatan tersebut, 2)

Law exsercise yaitu belajar akan banyak berhasil jika di adakan

ulangan atau latihan dan 3) Law of effect yaitu belajar akan

bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik .

teori pengkondisian , merupakan perkembangan lebih lanjut dari

koneksionisme. Teori ini di latar belakangi oleh percobaan Ivan Pavlov

(1849-1936) dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila

Page 41: 06130022-irfatul-aini

anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaan Pavlov

membunyikan bel sebelum sebelum memperlihatkan makanan pada

anjing

Setelah berulang-ulang kali ternyata air liur tetap keluar

apabilabel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Penelitian ini

menyimpulkan bahwa prilaku individu dapat dikondisikan. Artinya

belajar merupakan suatu upaya untuk mengkondisikan pembentukan

suatu prilaku atau respon terhadap sesuatu. Ivan Pavlov menghasilkan

teori belajar teori penguatan atau merupakan pengembangan lebih

lanjut dari teori koneksionisme. Kalau pada pengkondisian yang di beri

kondisi adalah perangsangnya (stimulus), maka pada teori penguatan

yang di konsisi atau diperkuat adalah responnya.

Jadi suatu respon di perkuat oleh penghargaan berupa nilai

yang tinggi dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal ujian.

Pembirian nilai adalah penerapan teori penguapan yang disebut juga

“Operating Conditioning” tokoh utamanya adalah skniner yang

mengembangkan program pengajaran dengan berpegang pada teori

penguatan tersebut. Program pembelajaran yang terkenal dan Skinner

adalah “Programmed Instruction” dengan menggunakan media buku

atau mesin pengajaran. Dalam pengajaran berprogram, bahan ajaran

tersusun dalam potongan bahan kecil-kecil, dan disajikan dalam bentuk

informasi dan tanya jawab.

Page 42: 06130022-irfatul-aini

Anak belajar dengan cara membaca informasi dan soal, lalu

memberikan atau memilih jawaban yang tersedia. Jawaban anak segera

dicocokkan dengan kunci jawaban, dan segera diketahui hasilnya yang

dinyatakan dengan kualifikasi nilai tertentu. Nilai yang baik akan

mendapatkan pujian, sedangkan nilai yang kurang baik akan

mendapatkan peringatan. Pengajaran pemograman disajikan dalam

berbagai bentuk media pengajaran yaitu dalam bentuk buku program,

mesin pengajaran, kaset audio, kaset video, atau komputer melalui

penggunaan pelajaran berprogram dimungkinkan anak belajar secara

individual, guru dalam hal ini sebagai pengarah, pendorong dan

pengolah belajar.

Skinner adalah seorang pakar teori belajar berdasarkan proses

“conditioning” yang pada prinsipnya memperkuat dugaan bahwa

timbulnya tingkah laku itu lantaran adanya hubungan antara stimulus

dengan respons. Psikologi penguatan atau “operant conditioning”

merupakan perkembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme atau

“conditioning” . Pada pertengahan 1950 dan 1960-an menurut Harley

dan davis (1978) timbul kritik-kritik tajam terhadap prinsip-prinsip

belajar yang diterapkan untuk sistem intruksional terutama

menyangkut terutama menyangkut teori behaviorisme, kritik-kritik ini

adalah:

1) Apakah hasil penelitian tentang proses belajar, terutama yang

menyangkut hubungan S-R yang diperoleh dengan memakai

Page 43: 06130022-irfatul-aini

binatang sebagai subjek, karakteristik ini sama atau dapat

diterapkan pada manusia? Binatang yang berlainan species akan

memberi respons yang berlainan apabila diberi bermacam-macam

stimulus penguatan.

2) Apakah hasil penelitian yang dilakukan di laboratorium akan

relevan dengan situasi belajar sesungguhnya? Dalam laboratorium,

peneliti dapat mengatur dan mengukur pengaruh variabel-variabel

yang ingin di teliti hubungannya dengan hasil belajar, karena

variabel lainnya dapat dikontrol. Eksperimen-eksperimen dalam

laboratorium terlalu sederhana sifatnya, dan kompleksitas

karakteristik pada manusia seakan-akan di abaikan disini.

3) Apakah faktor – faktor sosial juga diperhatikan dalam penelitian-

penelitian eksperimental di laboratorium? Seperti diketahui proses

belajar manusia tidak merupakan suatu yang berdiri sendiri tanpa

dipengaruhi oleh masyarakat sekitarnya. Lingkungan dapat

merubah tingkah laku hewan dan manusia.

4) Kecuali faktor-faktor sosial, nampaknya penelitian di laboratorium

juga mengesampingkan faktor pengembangan lainnya seperti

pengalaman-pengalaman sebelumnya. Bagaimana seseorang

belajar sesuatu yang belum diketahui sebelumnya, merupakan

pertanyaan penting, baik secara teori maupun dalam praktek.

Perkembangan adalah pembentukan keterampilan baru dari

keterampilan-keterampilan yang lebih sederhana dan yang telah

Page 44: 06130022-irfatul-aini

diperoleh sebelumnya. Dengan demikian pada prinsipnya

pengalaman-pengalaman sebelumnya merupakan sesuatu yang

perlu diperhatikan pada proses belajar.

5) Kritik utama mengenai prinsip-prinsip tersebut ialah bahwa

prinsip-prinsip lebih mengutamakan pertanyaan yang bersifat

deskriptif dan tidak preskriptif. Semua pengajar mengetahui bahwa

aktivitas siperlukan dalam proses belajar, tetapi mereka belum

mengetahui dengan jelas aktivitas seperti apa, sejauh mana

aktivitas tersebut diperlukan dan kapan aktivitas ini justru dapat

merupakan penghambat proses belajar.

Untuk menanggulangi kritik-kritik ini dalam pengembangan

sistem instruksional diterapkan prinsip-prinsip teori psikologi seperti

teori pengembangan dan psikologi sosial, hal ini dikarenakan: (1)

belajar merupakan proses ilmiah dengan prosedur yang ilmiah pula; (2)

sikap orang mempunyai kebutuhan dan tujuan yang merupakan

keinginan untuk belajar tanpa dapat dibendung oleh orang lain; (3)

belajar akan lebih lancar apabila materi yang dipelajarinya relevan

dengan pribadi orang yang belajar, dan ia diberi kesempatan untuk

bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri; (4) proses belajar

jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan

menyendiri; dan (5) proses belajar dengan pengikutsertaan emosi dan

perasaan siswa akan memberikan hasil yang lebih baik. Artinya belajar

benar-benar diperuntukkan untuk mengembangkan kemampuan

Page 45: 06130022-irfatul-aini

pribadi siswa dengan mengembangkan potensinya melalui berbagai

aktivitas belajar14.

c. Teori Cognitive Gestalt-Filed

Teori kognitif dikembangkan oleh para ahli Psikolog kognitif,

teori ini berbeda dengan teori Behaviorisme, bahwa yang utama dalam

kehidupan manusia adalah mengetahui dan bukan respon. Psikologi

Gestalt dipandang sebagai anak dari aliran strukturalisme, gestalt

kejiwaan manusia terkait kepada pengamatan yang berwujud kepada

bentuk menyeluruh.

Teori belajar Gestalt ini lahir di jerman tahun 1912 dipelopori

dan dikembangkan oleh Max wertheimer (1880-1943) yang meneliti

tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatannya dia

menyesalkan penggunaan menghafal di sekolah, dan menghendaki

agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.

Kohler menyatakan bahwa belajar serta mencapai hasil adalah

proses yang didasarkan insigt. Kecuali itu, pengamatan menurut

psikologi elemen berlangsung dari bagian-bagian menuju keseluruhan.

Gastelt berpendapat bahwa, pengamatan adalah bersifat totslitas, kesan

pertama pengamatan adalah totalitas atau keseluruhan, bagian-bagian

barulah muncul kemudian secara analitis.

Kalau rumpun Psikologi Behaviorisme bersifat molekular atau

menekankan unsur-unsur, maka rumpun kognitif Gestalt bersifat

14 Saiful Sagala, op cit, hal

Page 46: 06130022-irfatul-aini

molar yaitu menekankan keseluruhan yang terpadu, alam kehidupan

manusia dan prilaku manusia selalu merupakan suatu keseluruhan,

suatu keterpaduan.15

Belajar Gestalt menekankan pemahaman dan pengamatan

sebagai suatu alternatif, berkat pengalaman seorang siswa akan mampu

mencapai pengamatan yang benar objektif sebelum mencapai

pengertian. Hal inidikemukakan berdasarkan kenyataan,belajar itu

pada hakikatnya merupakan penyesuaian-penyesuaian terhadap

lingkungan, yaitu untuk mendapatkan respon yang tepat.

Teori belajar sangat banyak ragamnya, setiap teori mempunyai

landasan sebagai dasar perumusan, bila ditinjau dari perumusan itu,

teori belajar dapat dikelompokkan dalam dua macam yaitu: Assosiasi

dan Gestalt, kedua macam teori inilah yang banyak berkemabang

melalui berbagai penelitian maupun eksperimen para ahli, sehingga

muncul berbagai macam teori yang beraneka ragam.16

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan oleh para ahli

psikologi belajar, perlu diketahui bahwa setiap perbuatan belajar

senantiasa memiliki aspek jasmaniah dan aspek rohaniah. Kedua saling

bertalian dan dan saling mempengaruhi.

4. Tujuan Belajar

Belajar pada hakekatnya merupakan proses kegiatan secara

berkelanjutan dalam rangka perubahan prilaku peserta didik secara

15 Saiful Sagala, op cit, hal 45-47 16 Muhammad Ali, Guru dalam Proses belajar Mengajar, (Bandung: C.V Sinar Baru)

hal.15

Page 47: 06130022-irfatul-aini

konstruktif.hal ini sejalan dengan Undang-undang sistem pendidikan

nasional No. 20 tahun 2003 yang menyatakan pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, dan akhlak yang mulia serta ketrampilan yang

diperlukan diinya, masyarakat, bangsa, dan negara.17

Secara umum, belajar dilakukan individu untuk mencapai sesuatu

yang mempunyai arti baginya. Tujuan ini dapat di identifikasi dengan

terjadinya perubahan pada individu dan dapat digolongkan ke dalam tiga

golongan, yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge); dalam hal ini sifat perubahannya adalah

kognitif. Perubahan yang diharapkan adalah dari tidak mengetahui

menjadi mengetahui, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan

sebagainya.

b. Keterampilan (skill); sifat perubahannya adalah psikomotorik.

Perubahan yang diharapkan adalah dari tidak bisa membuat,

melakukan, membentuk dan sebagainya berubah bisa membuat,

melakukan, membentuk sesuatu, dan sebagainya.

17 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op cit, hal 20

Page 48: 06130022-irfatul-aini

c. Sikap (attitude); sifat perubahannya adalah afektif. Perubahan yang

diharapkan adalah dari sikap negatif menjadi sikap positif, dari sikap

salah menjadi sikap baik dan sebagainya.18

Maka tujuan belajar bisa dikatakan mengikuti teori Benyamin S.

Bloom yang harus menyentuh tiga ranah, yaitu Kognitif, Afektif dan

Psikomotorik. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah, belajar

merupakan hal yangkompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

dipandang dari dua subyek, yaitu siswa dan dari guru. Dari segi siswa ,

belajar dialami sebagai suatu proses. Siswa mengalami proses mental

dalam menghadapi bahan belajar. Dan dari segi guru , proses belajr

tersebut dapat dialami secara tidak langsung, artinya proses belajar

merupakan proses internal siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahami

oleh guru

5. Tipe-tipe Belajar

Dalam praktek pengajaran , penggunaan suatu dasar teori untuk

segala situasi meru[akan tindakan yang kurang bijaksana. Tidak ada suatu

teori belajarpun cocok untuk segala situasi. Karena masing-masing

mempunyai landasan berbeda dan cocok untuk situasi tertentu. Robert M

Gagne mencoba melihat berbagai macam teori belajar dalam satu

kebulatan yang saling melangkapi dan tidak bertentangan, menurut Gagne

belajar mempunyai delapan tipe. Kedelapan tipe itu bertingkat ada hirarki

dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi

tipe belajar diatasnya.

18 Ahmad Thonthowi, Psikologi Pendidikan (Bandung: Angkasa, Tt), hlm. 100.

Page 49: 06130022-irfatul-aini

Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakekatnya merupkan

prinsip umun baik bagi belajar maupun mengajar. Artinya, dalam

mengajar atau membimbing siswa belajarpun terdapat tingkatan

sebagaimana tingkatan belajar tersebut di atas. Ke delapan tipe itu adalah:

a. Belajar isyarat ( signal Learning)

Belajar isyarat mirip dengan conditioned respon atau respon

bersyarat.seperti menutup mulut dengan teluntuk, isyarat mengambil

sikap tak bicar. Tipe belajar seperti ini dilakukan dengan merespon

atau berisyarat.

b. Belajar stimulus-respon (Stimulus-respon learning)

Berbeda dengan belajar isyarat, respon bersifat umun, kabur dan

emosional. Tipe belajar S-R, respon bersifat spesifik 2 x 3 = 6 adalah

bentuk suatu hubungan S-R. mencium bau masakan sewdap keluar air

liur itupun ikatan S-R.

c. Belajar rangkaian (Chaining)

Rangkaian adalah semacam rangkaian S-R yang bersifat segera, hal ini

terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat

sepatu, makan, minum, merokok, atau gerakan selamat tinggal bapak-

ibu

d. Asosiasi Verbal (verbal Asosiaation)

Suatu kalimat “Piramid iti terbangun limas” adalah contoh asosiasi

verbal. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk bila unsur-unsurnya

terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yamg lainnya.

Page 50: 06130022-irfatul-aini

e. Belajar Diskriminasi (Diskrimination Learning)

Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian.

Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, binatang atau tumbuh-

tumbuhan.

f. Belajar konsep (Concept Learning)

Konsep merupakan symbol untuk berfikir, hal ini diperoleh dari hasil

membuat tafsiran terhadap fakta atau realita, dan hubungan terhadap

berbagai fakta. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi bila orang

bila orang dapat melakukan deskriminasi.

g. Belajar aturan (Rule Learning)

Tipe belajar ini sangat banyak ditemui dalam semua pelajaran di

sekolah, seperti benda memuai bila dipanaskan. Belajar aturan ternyata

mirip dengan verbal chaining, terutama bila aturan itu tidak diketahui

artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus

dipahami artinya.

h. Belajar pemecahan masalah (Problem Solving)

Memecahkan masalah adalah biasa dalam kehidupan. Hal ini

memerlukan pemikiran.upaya dalam pemecahan masalah dilakukan

dengan menghubungkan berbagai aturan yang relevan dengan masalah

itu. Dalam segala langkah diperlukan pemikirn. Kesanggupan

memecahkan masalah memperbesar kemampuan untuk memecahkan

masalah-masalah lain.19

19 Ibid. hal 25-27

Page 51: 06130022-irfatul-aini

6. Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Keberhasialan dalam belajar sangat dipengaruhi oleh fungsinya

secar integratif dari setiap faktor pendukungnya. Adapu faktor-faktor yang

mempengaruhi keberhasilan belajar, antara lain:

a. Peserta didik dengan sejumlah latarbelakangnya, yang mencakup:

1). Tingkat kecerdasan

2). Bakat

3). Sikap

4). Minat

5). Motivasi

6). Keyakinan

7). Kesadaran

8). Kedisiplinan dan

9). Tanggung jawab

b. Pengajar yang profesional yang memiliki:

1). Kompetensi pedagogik

2). Kompetensi sosial

3). Kompetensi personal

4). Kompetensi profesional

5). Kualifikasi pendidikan yang memadai

6). Kesejahteraan yang memadai

Page 52: 06130022-irfatul-aini

c. Atmosfir pembelajaran partisipatif dan interaktif yang di

manifestasikan dengan adanya komunikasi timbal balik dan multi arah,

secara aktif, kreatif, efektif, inovatif dan menyenangkan.

d. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran sehingga

peserta didik merasa betah dan bergairah untuk belajar.

e. Kurikulum sebagai kerangka dasar atau arahan, khusus menganai

prilaku peserta didik secara integral, baik berkaitan dengan kognitif,

afektif, maupun psikomotorik

f. Lingkungan agama, sosial, budaya, politik, ekonomi, ilmu dan

tehnologi serta lingkungan alam sekitar, yang mendukung

terlaksananya proses belajar secar aktif, efektif, kreatif, inovatif dan

menyenangkan.

g. Atmosfer kepemimpinan pembelajaran yang sehat, partisipatif,

demokratis dan situsioanal yang dapat membangun kebahagiaan

intelektual, emosional, dan kebahagiaan dalam merekayasa ancaman

sebagai peluang dan kebahagiaan spiritual.

h. Pembiayaan yang memadai, baik biaya rutin maupun biaya

pembangunan yang datangnya dari pihak pemerintah, orang tua,

maupun stekholder lainnya sehingga mampu maju dari sebagai

pengguna dana menjadi penggali dana.20

Faktor-faktor belajar yang mempunyai peranan belajar ini, dapat

dipandang sebagai cara-cara berfungsinya fikiran siswa dalam

20 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op cit hal 8-10

Page 53: 06130022-irfatul-aini

hubungannya dengan bahan pelajaran, sehingga penguarsaan terhadap

bahan yang disajikan lebih mudah dan efektif.

Ada enam faktor psikologis yang sangat mempengaruhi proses

belajar, yaitu:

a. Motivasi

Keingnan untuk belajar. motivasi sebagian besar terjadi dari dua faktor

yaitu: pengerttian yang jelas tentang apa yang akan dipelajari dan

pengertian yang jelas tentang alasan-alasan mengapa

mempelajarinyaitu penting.

b. Konsentrasi

Pemusatan segenap perhatian anda pada situasi belajar tertentu. Proses

belajar bertambah cepat bila konsentrasi diperkuaat.

c. Reaksi

Bila anda bangun, hidup dan berfikir, dalam situasi belajar, itulah

reaksi.

d. Organisasi

Ialah menempatkan bagian-bagian kedalam suatu keseluruhan yang

berarti.

e. Comprehension

Merupakan langkah terakhir dalam proses belajar. Ia adalah persepsi

(penglihatan) akan arti dan implikasi terhadap bahan yang dipelajari,

dan pemahaman penggunaannya. Murid harus belajar untuk

pemahaman, bukan sekedar untuk mengingat.

Page 54: 06130022-irfatul-aini

f. Ulangan

Adalah pengawetan yan terbesar dari proses belajar. Ulangan adalah

pencegah kelupaan, tetapi ia harus disertai pemikiran dan bertujuan.21

Mempersatukan dengan sadar keenam faktor psikologis dasar

tersebut ke dalam setiap proses belajar, atau situasi mengajar menciptakan

situasi yang lebih banyak memberi harapan sepanjang menyangkut

pencapaian skill-skill, penciptaan sikap yang baik, dan pencapaian

pengetahuan.

B. Model Pembelajaran Inovatif

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka

mensiasati perubahan perilaku pesrta didik secara adaptif maupun generatif,

model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik

(learning style) dan gaya belajar guru (teaching style) yang keduanya

disingkat menjadi (Style of learning and teaching). 22

Saat ini, dikalangan guru senantiasa berdengung istilah pembelajaran

inivatif. Dimana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu guru untuk

diketahui, dipelajari, dipraktekkan dikelas, seolah-olah, tanpa inovatif dunia

guru tidak haru namanya. Bahkan, seminar, pelatihan dan lokakarya yang

diselenggarakan untuk guru selalu disesaki oleh serta yang berlabel guru.

Sebenarnya apakah pembelajaran inovati itu?

21 Thomas F. Station, Cara Mengajar dengan cara yang Baik, (Bandung, C.V

Diponegoro) hal. 29 22 Syaiful Sagala, op cit, hal 41

Page 55: 06130022-irfatul-aini

Kata inovatif dimakanai sebagai beberapa gagasan dan tehnik yang

baru. Adapun kata inovatif, berarti pembaharuan. Pembelajaran, merupakan

terjemahan dari learning yang artinya belajar. Jadi, pembelajaran inovatif

adalah pembelajaran yang dikemas guru atas dorongan gagasan baru untuk

melakukan langkah-langkah belajar dengan metode baru sehingga

memperoleh kemajuan hasil belajar.23

Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut,

tekandung makan pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat

pembelajaran dirasakan statis, klasik, dan tidak produktif dalam memecahkan

masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini

mampu memecahkan masalah tersebut.

Paradigma pembelajaran inovatif diyakini mampu memfasilitasi siswa

untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat.

Dengan begitu, pembelajaran inovatif ditandai dengan prinsip-prinsip sebagai

berikut.24

1. Pembelajaran, bukan pengajaran

2. Guru sebagai fasilitator, bukan intrukstur

3. Siswa sebagai subyek, bukan obyek

4. Multimedia, bukan monomedia

5. Sentuhan manusiawi, bukan hewani

6. Pembelajaran induktif, bukan deduktif

7. Materi bermakna bagi siswa, bukan sekedar dihafal

23 Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Sidoarjo, Masmedia buana pustaka, 2009) hal 6

24 Ibid, hal 6-7

Page 56: 06130022-irfatul-aini

8. Keterlibatan siswa partisipatif, bukan pasif.

Pembelajaran inovatif lebih menyediakan proses yang mengarah pada

penemuan hakikat siswa sesuai fitrahnya sebagai manusia berpotensi. Oleh

sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk menfasilitasi dan siapapun

fasilitaator yang ajan menemani siswa belajar, seyogyanya berorientasi pada

tujuan belajar siswa. Tujuan belajar yang orisinal muncul dari dorongan hati.

Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruskah seirama

dengan karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan

“bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia mereka ke dunia

kita”. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap

dasar siswa sehingga mampu membawa sisiwa ke dunia yang dikehandaki

berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati dan

saling ketergantungan anatar siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi

keberhasilan belajar.25

Belajar sering kali diidentikkan oleh para penimba ilmu yakni siswa

sebagai sesuatu hal yang penuh tuntutan dan mutlak dilakukan karena melihat

proses dan format tempat belajarnya sendiri cenderung sangat formal dan

menjemukan. Karena itulah mengapa model pembelajaran yang cenderung

membosankan tersebut harus dirubah menjadi sesuatu yang menyenangkan

tetapi bisa memotivasi siswa untuk antusias mengikuti pelajaran dan

partisipun akan terlahir dengan sendirinya. Serta dengan adanya berbagai

macam perubahan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah untuk

25 Suyatno, op. cit hal 8

Page 57: 06130022-irfatul-aini

meningkatkan mutu pendidikan seperti penyempurnaan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

maka menuntut agar diimplementasikannya suatu model pembelajaran yang

efektif, kreatif dan inovatif yakni dengan menggunakan model pembelajaran

inovatif.

Pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang lebih bersifat student

centered. Artinya, pembelajaran yang lebih memberikan peluang kepada siswa

untuk mengkonstruksi pengetahuan secara mandiri (self directed) dan

dimediasi oleh teman sebaya (peer mediated instruction).

Pembelajaran Inovatif membantu siswa untuk menginternalisasi, mem-

bentuk kembali, atau mentransformasi informasi baru. Transformasi terjadi

melalui kreasi pemahaman baru yang merupakan hasil dari munculnya

struktur kognitif baru. Pemahaman yang mendalam terjadi ketika hadirnya

informasi baru yang mendorong munculnya atau menaikkan struktur kognitif

yang memungkinkan para siswa memikirkan kembali ide-ide mereka

sebelumnya. Dalam seting kelas pembelajaran inovatif, para siswa

bertanggung jawab terhadap pelajarannya, menjadi pemikir yang otonom,

mengembangkan konsep terintegrasi, mengembangkan pertanyaan yang

menantang, dan menemukan jawabannya secara mandiri. Tujuh nilai utama

dalam pembelajaran ini yaitu: kolaborasi, otonomi individu, generativitas,

reflektivitas, keaktifan, relevansi diri, dan pluralisme. Nilai-nilai tersebut

menyediakan peluang kepada siswa dalam pencapaian pemahaman secara

mendalam.

Page 58: 06130022-irfatul-aini

1. Prinsip Pembelajaran Inovatif

Berikut ini asas pembelajaran inovatif yang dapat digunakan dalam

pelaksanaan proses pembelajaran dengan segala kompetensi yang akan

dicapai berdasarkan mata pelajaran apapun.

a. Berpuasat pada siswa

Student centered mengandung pengertian pembelajaran

menerapkan strategipedagogik yang mengorientasikan siswa kepada

situasi yang bermakna, kontektual, dunia nyata dan menyediakan

sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka

mengembangkan pengetahuan tentangmateri pelajaran yang

dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.

Paradigma yang menempatkan guru sebagai pusat

pembelajaran dan siswa sebagai objek, seharusnya diubah dengan

menempatkan siswa sebagai subyek yang belajar secara aktif

membangun pemahamannya dengan jalan merangkai pengalaman yang

telah dimilikinya dengan pengalaman baru yang dijumpai.

Pengalaman nyata dari negara lain menunjukkan bahwa minat

dan prestasi siswa bidang matematika, saint, dan bahasa meningkat

secara drastis pada saat mereka dibantu untuk membangun keterkaitan

antara informasi baru dengan pengalaman yang telah mereka miliki

atau mereka kuasai.

Page 59: 06130022-irfatul-aini

b. Berbasis masalah

Pembelajaran hendaknyadimulai dari masalah-masalah aktual,

relevan, dan bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang berbasis materi

aajar sering kali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga

tidak menarik perhatian siswa. Pembelajaran yang dibangun

berdasarkan meteri ajar seringkali terlepas dari kejadia aktual di

masyarakat. Akibatnya, siswa tidak dapat menerapkan konsep yang

dipelajari di dalam kehidupan nyata sehari-hari.

Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah, siswa belajar

suatu konsep dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan

demikian, sekurang-kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapaai,

yaitu jawaban tehadap suatu masalah, dan cara memecahkan suatu

masalah.

Kemamapuan tentang memecahkan masalah lebih dari sekedar

akumulasi pengetahuan, tetapi merupakan perkembangan kemampuan

fleksibilitas dan strategi kognitif yang membantu mereka menganalisis

situasi tak terduga serta mampu menghasilkan solusi yang bermakna.

Bahkan , Gagne mengatkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

merupakan hasil yang paling tinggi.

c. Terintegrasi

Seorang yang belajar seharusnya tidak menggunakan “kaca

mata kuda” yang tahu secara mendalam disiplin ilmunya. Akan tetapi,

Page 60: 06130022-irfatul-aini

sama sekali buta tentang kaitan ilmu yang dipelajari dengan disiplin

lain.

Di dalam inovasi pembelajaran pendekatan terintegrasi lebih

diharapkan daripada pendekatan disiplin ilmu. Kelemahan pendekatan

disiplin ilmu adalah siswa tidak dapat melihat sistem, mereka akan

terkotak pada satu disiplin, sehingga tidak heran ketika guru ditanya:

“apa fungsi air?” di malah bertanya balik air itu apa? Memangnya ada

banyak macam ait? Grur tersebut menjawab ada dua macam air, yaitu

air IPS dan air IPA yang fungsinya berbeda.

d. Berbasis masyarakat

Masyarakat adalah sumber belajar yang paling kaya. Di

masyarakat, segala bahan pembelajaran tersedia dari ilmu sosial

sampaipada ilmu eksakta. Masyarakat juga merupakan cermin

pembaharuan masyarakat selalu mengikuti perubahan zaman. Jadi,

pembelajaran inovatif tentunya harus berbasis masyarakat.

Mengajak siswa untuk mengimplementasikan yang dipelajari

dari dalam kelas ke konteks masyarakat atau sebaliknya mengambil

masalah-masalah yang terjadi di masyarakat sebagai bahan untuk

belajar ketrampilan dan pengetahuan yang lebih dalam merupakan

proses pembelajaran yang bermakna. Siswa akan lebih cepat

menyimpan meteri pembelajaran kedalam memorinya jika materi itu

berbasis pengalaman nyata di masyarakat.

Page 61: 06130022-irfatul-aini

e. Memberikan pilihan

Setiap orang bersifat unik, berbeda dengan orang lain. Siswa

yang belajar juga demikian. Mereka memiliki variasi pada gaya

belajar, kecepatan belajar, pusat perhatian dan sebagainya.

Menyamaratakan siswa selama proses belajar-mengajar mungkin akan

berdampak pada hasil belajar. Pembelajaran yang inovatif memberi

perhatian pada keragaman karakteristik siswa itu. Atas dasar itu maka

pembelajaran bukan dilakukan seperti yang diinginkan oleh guru,

tetapi lebih pada apa yang diinginkan oleh siswa.

Untuk itu pembelajaran harus menyediakan alternatif yang

dipilih siswa. Proses belajar adalah proses akti yang harus dilakukan

oleh siswa. Keharusan menyediakan juga berkait dengan karakteristik

subtansi ilmu yang disampaikan dan pengaruh strategi yang digunakan

terhadap retensi siswa. Ketrampilan psikomotor , ketrampilan kognitif,

ketrampilan sosial serta ketrampilan memecahkan masalah serta sikap

memilih strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk mencaoai

tujuannya.

f. Tersistem

Seringkali hasil belajar bersifat hierarki, begitu pila substansi

materi pelajarannya. Materi tertentu membutuhakan kebutuhan lain

sebagai prasyarat yang harus dikuasai terlebih dahulu sebelum

seseorang dapat mempelajari materi tersebut. Begitu pula ketrampilan-

ketrampilan tertentu terutama psikomotor bersifat prosedural, memiliki

Page 62: 06130022-irfatul-aini

langkah-langkah yang harus dilakukan secara sekuensial sebelum

menuntaskannya dengan baik. Suatu pengetahuan prosedural mustahil

dilakukan tanpa dilaksanakan secara berurutan. Setiap langkah

pengetahuan prosedural merupakan prasyarat bagi langkah selanjutnya.

g. Berkelanjutan

Berkelanjutan mengandung pengertian “never ending process”

. setiap proses pembelajaran yang dilakukan meletakkan dasar bagi

pembelajaran berikutnya. Setiap konsep yang diperoleh pada

pembelajaran sebelumnyaharus dirangkai secarakontinyu debgan

konsep baru yang diperoleh sehingga membentuk jalinan

konsepdidalam benak seseorang.26

Belajar sebagai proses tentu tidak pernah sepotong-potong atau

bagian dari penggalan saja. Belajar nerupakan rangkaian pemahaman

terhadap sesuatu secara terus-menerus. Untuk itu, pembelajaran inovatif

berorientasi pada pembelajaran yang berkelanjutan sampai pada tingkat

kedalaman dan keluasaan materi

2. Keberanian Guru dalam Berinovasi

Suatu hari, dalam kesempatan memfasilitasi guru-guru di sebuah

pelatihan, saya memunculakan pertanyaan, “ apakah bapak dan ibu yang

ada di ruangan ini sebagaiguru?”

Mereka menjawab serentak bagaikan koor di stadion dengan

menjawab “iyaaaa benar!” . pertanyaan tersebut selalu saya lanjutkan

26 Suyatno, op. cit hal 8-12

Page 63: 06130022-irfatul-aini

dengan pertanyaan, “kalau memang guru, apakah bapak dan ibu benar-

benar seorang guru?”

Dari ilustrasi tersebut, bahwa guru takut menyebut dirinya benar-

benar seorang guru karena tidak yakin dan tidak percaya kalau dirinya

adalah seorang guru. Mereka tidak percaya bahwa yang dilakukan sehari-

hari di depan kelas merupakan wujud tindakan seorang guru dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Mereka tidak yakin yang dilakukan adalah

sebuah model pembelajaran yang mampu mengantarkan siswa untuk

berubah dan berkembang dari belum tahu menjadi tahu, dari sebelum

mampu menjadi mampu, dan dari belum bermoral menjadi sosok yang

penuh dengan tindakan moral.

Banyak jalan menuju Roma. Aneka jalan ke Roma tersebut

tentunya beragam kualitas dan fungsinya. Jika kita ke Roma dengan kapal

akan lebih lambat di bandingkan dengan pesawat. Jika melewati jalan yang

penuh lobang dan mendaki tentu akan lebih tidak efektif dari pda melewati

jalan yang datar, lurus, dan halus. Begitu pula banyak cara untuk mencapai

tujuan pembelajaran yang memuaskan siswa sehingga terjadi perubahan

belajar dalam dirinya. Cara untuk mencapai tujuan pembelajaran adalah

dengan menggunakan berbagai metode pembelajaran yang seirama dengan

kondisi siswa, tujuan dan kondisi pembelajaran yang akan dilangsungkan.

Untuk pembelajaran tertentu, kadang ada metode yang cocok dan adapula

metode yang tidak cocok digunakan.27

27 Suyatno, op. cit hal 13-14

Page 64: 06130022-irfatul-aini

Metode apapun sangat baik untuk pembelajaran asalakan mencapai

tujuan pembelajaran dengan baik, misalnya metode dite, kooperatif,

kontekstual, kolaboratif, partisipatori, komunikatif, akselerasi, maupun

metode lainnya. Begitu pula, semua metode akan menjadi buruk dan tidak

berguna apabila tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran bagi siswa

yang belajar meskipun metode tersebut mempunyai katagori yang baru

ditemukan oleh pakarnya.

C. Metode Talking Stick

1. Pengertian Metode Talking Stick

Talking Stick merupukan salah satu metode yang dapat digunakan

dalam model pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa. Talking

Stick adalah metode pembelajaran dengan bantuan tongkat, siapa yang

memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa

mempelajari meteri pokoknya. 28

2. Langkah-Langkah Metode Talking Stick

Adapun langkah-langkah dalam metode pembelajaran Inovatif

model Talking Stick adalah :

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat

2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan

mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

28 Ibid. Hal 134-135

Page 65: 06130022-irfatul-aini

3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan

siswa untuk menutup bukunya

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu

guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat

tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian

besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari

guru

5. Guru memberikan kesimpulan

6. Evaluasi , Yaitu berupa tes lisan dan refleksi

7. Penutup29

3. Kebihan Dan Kelemahan Metode Talking Stick

Dalam metode ini terdapat beberapa kelebihan, dan kekurangan

antara lain:

Kelebihan :

a. Menguji kesiapan siswa

b. Melatih siswa memahami materi dengan cepat

c. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu sebelum pelajaran dimulai)

Kelemahan :

a. Membuat senam jantung.30

Selain kelemahan di atas metode ini mempunyai kelemahan

antara lain: membuat sisiwa tegang, ketakutan akan pertanyaan yang

akan di berikan oleh guru

29 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. cit, hal 136 30 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. ci,t hal 137

Page 66: 06130022-irfatul-aini

Berdasarkan penerapan metode diatas diharapkan siswa mampu

melaksanakan pembelajaran dengan baik, dan gengan kelebihan serta

kekurangan metode tersebut di harapakan siswa mampu pula

menikmati proses belajar mengajarnya.

Gambar 1.1 Proses pembelajaran metode Talking Stick31

D. Aktivitas Belajar Siswa

1. Bentuk-bentuk Aktivitas Belajar Siswa

Pribadi seutuhnya sebagai tujuan belajar menurut Sardiman AM.

Di dalam kamus pendidikan islam dikenal dengan Insan Kamil atau

pribadi muslim. Tujuan belajar dalam arti ini adalah luhur dan mulia

dengan demikian aktivitas belajar sebagai sarana untuk mencapai tujuan

itu adalah mulia dan penting.

Patut diakui bahwa pemerintah yang pertama kali turun adalah

perintah mmebaca, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al- ‘Alaq

ayat 1-5

31 Posted on by Kiranawati,wikipedia.Com. Diakses 3 Januari 2010, (waktu 13.00-14.25)

Page 67: 06130022-irfatul-aini

& t�ø% $# ÉΟó™$$ Î/ y7 În/u‘ “Ï% ©!$# t, n= y{ ∩⊇∪ t, n= y{ z≈|¡ΣM} $# ôÏΒ @,n= tã ∩⊄∪ ù&t�ø% $# y7š/ u‘uρ

ãΠ t�ø. F{$# ∩⊂∪ “ Ï%©!$# zΟ‾=tæ ÉΟn=s) ø9 $$Î/ ∩⊆∪ zΟ‾=tæ z≈|¡Σ M}$# $tΒ óΟ s9 ÷Λs>÷è tƒ ∩∈∪

Artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,

2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.32

Membaca yang disebutkan dalam surat tersebut merupakan aspek

belajar yang terpenting di dalam proses pengambangan diri seseorang dan

aktualisasinya sebagai kholifah di atas bumi ini.

Anak dipandang sebgai organisme yang mempunyai potensi untuk

berkembang. Oleh sebab itu tugas pembimbing (orang tua) adalah

membantu dan menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan anak

dapat mengembangkan bakat dan potensinya. Dalam hal ini anaklah yang

beraktivitas sendiri, berbuat dan harus aktif belajar sendiri.

Proses aktivitas pembelajran harus melibatkan seluruh aspek

psikifisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi

perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepet, mudah dan benar,

baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.33

32 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Proyek dan Pengadaan kitab

Suci Al-Qur’an, jakarta, 1993, hal 1079 33 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op. cit, hal 23

Page 68: 06130022-irfatul-aini

Dari pengrtian diatas dapat diaambila kesimpulan bahwa aktivitas

belajar adalah kegiatan belajar yang mengarah kepada perbuatan untuk

meperoleh kecakapan baru dimana perubahan itu terjadi karena

disebabkan dari hasil pengalaman dan latihan.

Setelah kita mengetahui apa itu belajar, bentuk-bentuknya, tujuan,

dan prinsip belajar, maka individu pembelajar harus mempunyai set

belajar, yaitu arah atau sikap terhadap kegiatan.34 Artinya ketika individu

itu belajar, maka ia harus mempunyai arah kegiatan untuk mempermudah

dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya, baru kemudian melakukan

aktifitas belajar. Aktifitas belajar bermacam-macam, terdiri dari a)

mendengarkan secara aktif dan bertujuan, b) meraba, membau dan

mencicipi/mencecap apabila didorong oleh kebutuhan dan motivasi untuk

mencapai tujuan yang berkaitan dengan perubahan tingkah laku, c)

menulis atau mencatat, d) membaca, e) membuat ikhtisar atau ringkasan

dan menggarisbawahi dapat membantunya mengingat atau mencari

kembali materi yang diperlukan suatu saat, f) mengamati tabel-tabel,

diagram-diagram dan bagan-bagan, karena terdapat tipe individu yang

lebih cepat belajarnya dalam bentuk visual, g) menyusun paper atau kertas

kerja, h) mengingat yang didasari dengan set belajar, i) berpikir dikatakan

sebagai aktifitas belajar tertinggi, karena dengan berpikir, individu akan

menemukan sesuatu yang baru, dan j) latihan dan praktek karena individu

yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya mempunyai dorongan untuk

34 Ibid., hlm. 124.

Page 69: 06130022-irfatul-aini

mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan aspek yang ada

dalam dirinya.

Uraian di atas menjelaskan bahwa semua itu kegiatan yang tersebut

di atas bisa dikatakan sebagai aktifitas belajar, apabila didorong oleh

kebutuhan dan motivasi untuk mencapai perubahan tingkah laku yang

diinginkan. Dengan demikian, walaupun aktifitas belajar dilakukan tetapi

tidak ada set belajar, maka tidak disebut sebagai belajar karena tidak

menjadikan terjadinya perubahan tingkah laku subyeknya.

2. Jenis-jenis Aktivitas Belajar Siswa

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian,

disekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Banyak jenis

aktivitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak

cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di

sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang

berisi macam kegiatan siswa yang antara lain digolongkan sebagai berikut:

a. Visual Activities, misalnya membaca, memperhatikan gambar

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral Activities, misalnya menyatakan, merumuskan, bertanya,

memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara,

diskusi, dan instruksi.

c. Listenig Activities, misalnya mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, dan pidato.

Page 70: 06130022-irfatul-aini

d. Writing Activities, misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,

dan menyalin.

e. Drawing Activities, misalnya menggambar, membuat grafik, dan peta

diagram

f. Motor Activities, misalnya melakukan percobaan, membuat kontruksi,

model mereparasi, bermain, berkebun, dan beternak

g. Mental Activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisa, melihat hubungan, dan mengambil keputusan

h. Emotional Activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup.35

Proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang

berlangsung dengan melibatkan berbagai macam komponen yang saling

berinteraksi guna mencapai tujuan. Perlu ditambahkan juga bahwa yang

dimaksud aktivitas belajar itu adalah aktivitas yang bersifat fisik/jasmani

maupun mental/rohani.36 Aktivitas belajar dialami oleh siswa sebagai

proses, yaitu proses belajar sesuatu.37 Menurut Rohani belajar yang

berhasil tentu melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik

maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah ”peserta didik aktif de

ngan anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak

hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif”. Peserta didik

35 Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2007), hal. 101 36 Ibid, hal 99 37 Dimyati Dan Mudjiono, op. cit, Hal 236

Page 71: 06130022-irfatul-aini

memiliki aktivitas psikis atau banyak berfungsi dalam rangka

pengajaran.38

Proses pembelajaran akan lebih aktif, kreatif, efektif dan

menyenagkan jika para guru secara cerdas dapat menggunakan apersepsi

atau pengalaman. Aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung tidak terlepas dari peran guru di dalm kelas.

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital.

Dibandingkan dengan makhluk lain, di dunia ini tidak ada makhluk hidup

yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi

manusia. Sebaliknya tidak ada mahkluk lain di dunia ini yang setelah

dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.

3. Azas Aktivitas Belajar

Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna

atau pemahaman. Salah satu prinsip kegiatan belajar mengajar adalah azas

aktivitas. Pengajaran yang diberikan kepada siswa janganlah bersifat

verbalitas tetapi siswa harus dilatih dalam hal kerja sendiri. Oleh sebab itu,

hendaknya hanya jangan guru yang aktif didalam kelas tetapi berilah

kesempatan pada siswa untuk aktif didalam kelas. Dengan demikian guru

dapat meningkatkan aktivitas siswa baik aktivitas jasmani/rohani.39

Keaktifan jasmani adalah kegiatan yang nampak bila siswa sibuk

bekerja seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi model.

Sedangkan keaktifan rohani adalah kegiatan yang nampak bila siswa

38 Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal. 6 39 Ibid, hal 13

Page 72: 06130022-irfatul-aini

sedang mengamati dengan teliti, mengingat, memecahkan persoalan dan

mengambil keputusan.

4. Belajar Dalam Perspektif Islam

Yang dimaksud dengan metode belajar adalah tata cara

memperoleh pemahaman, pengertian dan pengetahuan dari segala sesuatu

dari sumber-sumbernya. Sumber itu dapat berasal dari sumber ketuhanan

dan sumber keinsanan.yang berasal dari sumber ketuhanan adalah sejenis

ilmu pengetahuan yang di datangkan kepada kita secara langsung dari

Allah SWT. Melalui wahyu, ilham dan mimpi-mimpi yang benar.

Sedangkan yang berasal dari manusia adalah sejenis ilmu pengetahuan

yang dapat dipelajari oleh seseorang dari pengalaman-pengalaman

pribadinya dalam kehidupan, kemampuannya yang khas dalam melakukan

penelitian, pengamatan (observasi), dan usaha untuk memecahkan

persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kehidupannya.40

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital.

Dibandingkan dengan makhluk lain, di dunia ini tidak ada makhluk hidup

yang sewaktu baru dilahirkan sedemikian tidak berdayanya seperti bayi

manusia. Sebaliknya tidak ada mahkluk lain di dunia ini yang setelah

dewasa mampu menciptakan apa yang telah diciptakan manusia dewasa.

Jika bayi manusia yang baru dilahirkan tidak mendapat bantuan

dari orang dewasa, niscaya binasalah ia. Ia tidak mampu hidup sebagai

manusia jika ia tidak diajar/ di didik oleh manusia lain, meskipun bayi

40 Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian (Yogyakarta: Pustaka Al-Furqon,

2007). Hal 469

Page 73: 06130022-irfatul-aini

yang baru dilahirkan itu membawa beberapa naluri/ instink dan potensi-

potensi yang diperlukan untuk kelangsungan hidupnya.

Dalam prespektif Islam tidak di jelaskan secara rinci dan

operasional mengenai proses belajar (belajar), proses kerja sistem memori

akal dan proses dikuasainya pengetahuan dan ketrampilan manusia.

Namun Islam menekankan dalm signifikasi fungsi kognitif (akal) dan

fungsi sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar

sangat jelas. Kata-kata kunci seperti ya’qilun, yatafardkkarun, yubshirun,

yasma’un dan sebagainya terdapat dalam Al-Qur’an merupakan bukti

betapa pentingnya penggnaan fungsi ranah cipta dan karsa manusia dalam

belajar dan meraih ilmu

Islam menurut Yusuf Al- Qardhawi (1984) adalah akidah yang

berdasarkan ilmu pengetahuan, bukan berdasarkan penyerahan diri secara

membabi buta.4 Hal tersebut terdapat dalam Al-Qur’an Surat Muhammad:

19

óΟ n=÷æ $$ sù …çµ ‾Ρ r& Iω tµ≈s9 Î) āωÎ) ª!$# ... ∩⊇∪

Aِrtinya: “Maka Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya tidak ada Ilah

(sesembahan, Tuhan) selain Allah…” (QS. Muhammad: 19)

Terdapat banyak ayat di dalam al-Qur’an dan Hadits tentang

perlunya belajar dan mengajar serta perlunya mengembangkan ilmu

pengetahuan untuk mencapai kesuksesan di dunia dan keselamatan di

akhirat. Pendidikan dan pengajaran yang islami sesungguhnya didasarkan

atas dua prinsip utama, yaitu : (1) Keteladanan (oleh Pemerintah, guru,

Page 74: 06130022-irfatul-aini

orangtua, dan masyarakat), dan (2) Metode pengajaran yang didasarkan

atas sinkronisasi iman, ilmu, dan amal41.

Dalam ajaran Islam, manusia memperoleh ilmu atau pengetahuan

dari bebagai sumber yang sudah di kemukakan diatas, Dalam prespektif

Islam tidak di jelaskan secara rinci dan operasional mengenai proses

belajar (belajar), proses kerja sistem memori akal dan proses dikuasainya

pengetahuan dan ketrampilan manusia.

41 http://telaga.cs.ui.ac.id/belajar menurut islam/laporan4/kelompok5.doc.(akses 5 mei

2010) pukul 13.00 WIB

Page 75: 06130022-irfatul-aini

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan

Kelas (PTK). Menurut Arikunto, dkk. 42Penelitian tindakan kelas merupakan

suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kelas secara

bersama. PTK merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru

didalam kelas, PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindaka-

riset-tindakan…” yang dilakukan secara siklus dalam rangka memecahkan

masalah, sampai masalah itu terpecahkan. Pada umumnya PTK dibagi dalam

dua jenis, yakni (1) PTK individual, yakni guru sebagai peneliti, dan (2)PTK

kolaboratif, yakni guru bekerjasama dengan orang lain, orang lain sebagai

peneliti dan sebagai pengamat43. Penelitian yang peneliti gunakan di sini

adalah berupa PTK kolaboratif, dimata peneliti mengajak teman sebagai

observer di belakang dan saat pembelajaran dilaksanakan.

Sejalan dengan definisi tersebut, Mc Niff memandang PTK sebagai

bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri terhadap

kurikulum, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya. PTK berangkat

dari masalah yang timbul didalam kelas yang terjadi selama proses belajar

42 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Yogyakarta:

Rineka Cipta, 2002) Hal 3 43 Wahidmurni dan Nur Ali.. Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: UIN Press, 2008),

hal 41

Page 76: 06130022-irfatul-aini

mengajar berlangsung, sehingga perlu dicari cara pemecahan masalah

tersebut.44

Model Kurt Lewin menyatakan “konsep pokok penelitian tindakan

kelas terdiri dari empat komponen” yaitu:

1. Perencanaan Tindakan (Planning)

2. Pelaksanaan Tindakan (Action)

3. Pengamatan (Observation)

4. Refleksi (Reflection)45

Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas

44 Ibid, hal 102 45 Wahidmurni dan Nur Ali.. Penelitian Tindakan Kelas, (Surabaya: UIN Press, 2008),

hal 41

PERENCANAAN

LAPORAN PENELITIAN

PENGAMATAN

SIKLUS I

PENGAMATAN

PERENCANAAN

SIKLUS II

PELAKSANAAN

REFLEKSI

PELAKSANAAN

REFLEKSI

Page 77: 06130022-irfatul-aini

Gambar 3.1 Tahapan dalam siklus penelitian tindakan kelas 46

1. Perencanaaan Tindakan

Dalam penelitian tindakan kelas ini diharapkan kita dapat

mengetahui efektifitas dari penggunaan Metode talking stick dalam

mengatasi kesulitan belajar siswa yang khususnya materi IPS bagi

kelas VII Di SMPN 1 Singosari Sebagai upaya untuk mencapai hasil

yang maksimal dan optimal sesuai dengan keinginan bersama, maka

perlu dirumuskan skenario. Adapun perencanaan skenario tersebut

adalah:

a. Diskusi dengan guru pamong untuk memilih kelas yang akan

diteliti.

b. Observasi kondisi kelas VII SMPN 1 Singosari

c. Identifikasi permasalahan dalam proses belajar-mengajar.

d. Menyusun langkah-langkah pembelajaran yang sistematis.

e. Menyusun materi yang akan disampaikan.

f. Memformulasikan metode yang sesuai.

g. Membuat alat observasi, untuk mengetahui keaktifan dan tingkat

kreatifitas dalam proses belajar mengajar.

h. Memakai metode yang digunakan yaitu Metode talking stick.

i. Menyusun alat evaluasi.

Kriteria indikator yang menjadi penanda untuk menentukan

bahwa metode yang digunakan telah berhasil memecahkan masalah

46 Suharsi Arikunto, op. cit. hal 16

Page 78: 06130022-irfatul-aini

yang sedang di upayakan pemecahannya dilakukan secara kualitas

ataupun kualitas.

2. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap ini, peneliti melaksanakan rencana tindakan yang

telah dibuat berdasarkan rencana yang di buatnya, dalam tahap ini

ada empat siklus yang akan diljalankan. Dari tiap siklus yang telah

dilaksanakan, akan tampak kelebihan dan kelemahan dari metode

tersebut

3. Observasi dan Interpretasi

Selama proses belajar-mengajar berlangsung, peneliti

melakukan pengambilan data berupa hasil pengamatan dan hasil

belajar siswa. Hasil pengamatan dicatat pada lembar pengamatan

dan di dokumentasikan. Hal-hal yang dicatat antara lain :

a. Aktivitas siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung.

b. Out put belajar siswa yang diperoleh dari nilai tugas diskusi di

kelas, keaktifan siswa, dan nilai tugas- tugas.

4. Analisis dan Refleksi

Analisis dan Refleksi dari kesesuaian antara pelaksanaan dan

rencana pembelajaran yang telah diterakan, mengkaji dan mencari

kelemahan-kelemahan model pembelajaran yang di gunakan serta

berdiskusi dengan orang yang lebih ahli membuat kesimpulan.47

47 Ibid, Hal. 97-102

Page 79: 06130022-irfatul-aini

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini peneliti sebagai instrument utama yang terlibat

langsung dalam proses penelitian dari awal sampai akhir, maka kehadiran

peneliti sangat diperlukan dilokasi penelitian. Hal ini sesuai dengan salah satu

ciri penelitian kualitatif, yaitu manusia sebagai alat atau instrument

Kedudukan peneliti dalam penelitian ini sebagai instrument kunci dan pemberi

tindakan, peneliti juga sebagai pengumpul data dan penganalisis data serta

sebagai pelapor hasil penelitian.48

C. Lokasi Penelitian Dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti dapat melihat fakta-fakta

yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Lokasi penelitian ini

dilaksanakan SMPN 1 Singosari yang beralamatkan Di Jl. Raya No. I

Singosari Tlp. (0431) 458059 yang dijadikan sebagai objek penelitian untuk

menerapkan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick

Subyek penelitian dalam PTK ini adalah siswa kelas VII SMPN 1 Singosari.

D. Data dan Sumber Data

Data merupakan bukti atau fakta dari suatu peristiwa yang digunakan

sebagai bahan untuk memecahkan suatu permasalahan. Menurut Lofland

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata tindakan

selebihnya data tambahan seperti dokumen. Data dan sumber data

48 Moleong.. Metode Penelitian Kualitatif, ( Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 9

Page 80: 06130022-irfatul-aini

Sumber data dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber Data Primer, dimana peneliti memperoleh data secara langsung,

dan yang menjadi sumber data primer ini adalah guru-guru IPS terpadu di

SMPN 1 Singosari Malang.

Sumber Data Sekunder, dimana peneliti memperoleh data secara tidak

langsung, data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai

hubungan dengan masalah yang akan diteliti atau sumber data pelengkap.49

Data penelitian ini mencakup:

1. Skor tes siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan (pre test), hasil

diskusi pada saat pelajaran berlangsung dan hasil tes yang dilakukan pada

setiap akhir tindakan (post test).

2. Hasil lembar observasi perilaku aktivitas siswa.

3. Hasil observasi dan catatan lapangan yang berkaitan dengan aktivitas

siswa pada pembelajaran IPS terpadu berlangsung.

Data penelitian ini berupa hasil pengamatan, kumpulan, pencatatan

lapangan, dan dokumentasi dari setiap tindakan perbaikan penggunaan

pembelajaran metode domonstrasi pada bidang studi IPS terpadu dalam

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VII H SMPN 1 Singosari Malang.

E. Teknik Pengumpulan Data

Prosesdur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi, wawancara, pengamatan partisipan, dan dokumentasi.

49 Ibid, hlm 112

Page 81: 06130022-irfatul-aini

Adapun penjelasan masing-masing prosedur yang dilakukan oleh penulis

adalah sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Metode Observasi disebut pula dengan pengamatan yang meliputi

kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan

seluruh alat indera.50 Adapun observasi yang dilakukan dengan observasi

sistematis, yaitu dilakukan oleh penulis dengan pedoman sebagai

instrumen penelitian.51

Adapun data yang ingin diperoleh penulis adalah:

a. Letak Geografis SMPN 1 Singosari Malang

b. Sekilas mengenai SMPN 1 Singosari Malang

c. Kondisi lingkungan SMPN 1 Singosari Malang serta Kegiatan belajar

mengajar di SMPN 1 Singosari Malang

d. Pelaksanaan Metode Talking stick untuk meningkatkan aktivitas

belajar siswa kelas VII-H Mata Pelajaran IPS Terpadu .

2. Metode Interview

Metode Interview dikenal dengan metode wawancara yang

merupakan tehnik pengumpulan data dengan jalan personal dengan

responden atau informasi penelitian. Atau menurut pendapat lain mengenai

wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung

secara lisan dalam dua orang atau lebih dengan bertatap muka

mendengarkan secara langsung informasi dan keterangan.52

50 Suharsimi Arikunto, op. cit .hlm. 146 51 Ibid., hlm. 147 52 Cholid Narbuko , Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2002),

hal. 83

Page 82: 06130022-irfatul-aini

Dalam proses mengambil data yang digunakan peneliti melalui

metode interview dan jenisnya adalah interview terpimpin. Maksud dari

Interview terpimpin adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara

dengan membawa serentetan pertanyaan lengkap dan terperinci mengenai

pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar

pada Mata Pelajaran IPS Terpadu.

Metode ini digunakan penulis untuk mendapatkan data tentang:

a. Program-program yang disusun oleh sekolah, bagian kurikulum dan

Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam menerapkan Metode Talking

Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar pada Mata Pelajaran IPS

Terpadu yang dilakukan saat pelaksanaan belajar mengajar.

b. Pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas

Belajar Pada Mata Pelajaran IPS Rerpadu di SMPN 1 Singosari.

c. Data-data mengenai hasil belajar siswa kelas VII-H SMPN 1

Singosari Malang.

3. Pengamatan Partisipan

Pengamatan partisipan melibatkan teman sejawat untuk mengamati

kegiatan penelitian selama pelaksanaan penerapan pembelajaran inovatif

dengan metode Talking Stick. Kegiatan pengamatan ini menggunakan

pedoman pengama tan dalam bentuk lembar observasi.

4. Studi Dokumenter

Page 83: 06130022-irfatul-aini

Adapun yang dimaksud untuk mencari data melalui metode

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, transkip buku, surat kabar dan majalah lain.53

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

a. Sejarah singkat SMPN 1 Singosari Malang

b. Data guru-guru, siswa dan karyawan serta struktur organisasi SMPN 1

Singosari Malang

c. Data-data tentang keadaan kurikulum SMPN 1 Singosari Malang

d. Keadaan Siswa SMPN 1 Singosari

e. Keadaan Keuangan SMPN 1 Singosari

f. Sarana dan Prasarana SMPN 1 Singosari

Data-data program SMPN 1 Singosari Malang

5. Pengukuran Pre Test Hasil Belajar

Pengukuran Pre tes hasil belajar ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa. Pre Tes tersebut juga

sebagai salah satu rangkaian kegiatan dalam penerapan pembelajaran

Talking stick.

Pre Tes yang dimaksud meliputi pre tes awal/tes pengetahuan pra

syarat, yang akan digunakan untuk mengetahui penguasaan konsep materi

pelajaran sebelum pemberian tindakan. Selanjutnya pre tes pengetahuan

pra syarat tersebut juga akan dijadikan acuan tambahan dalam

mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar, disamping

menggunakan nilai rapor selanjutnya skor pre tes awal ini juga akan

53 Ibid., hlm. 149

Page 84: 06130022-irfatul-aini

dijadikan sebagai skor awal bagi penentuan poin perkembangan individu

siswa.

F. Teknik Analisis Data

Untuk memudahkan dalam pengolahan data, maka penulis melakukan

analisis yang terkumpul dengan mengklasifikasikan menurut sifatnya dan

kategori jenis data. Analisis data digunakan dengan menggunakan teknik

analisis kualitatif. Data kualitatif dianalisis dengan teknik deskriptif dan

interpretative berdasarkan teori pembelajaran yang digunakan. Data

dikumpulkan selama tindakan kelas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi

penumpukan data dan penulis segera memberikan refleksi terhadap data

sehingga proses pemberian makna dan kesimpulan diambil bisa lebih cepat.

Data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan dianalisis untuk

memastikan bahwa dengan mengaplikasikan pembelajaran metode Talking

stick dapat meningkatkan aktivitas siswa. Data yang bersifat kualitatif yang

terdiri dari hasil observasi dan dokumentasi dianalisis secara kualitatif.

Menurut FX Soedarsono mengatakan: jika yang dikumpulkan berupa data

kualitatif, maka analisis dilakukan secara kualitatif pula. Proses tersebut

dilakukan melalui tahap: menyederhanakan, mengklasifikasi, memfokuskan,

mengorganisasi (mengaitkan gejala) secara sistematis dan logis, serta

membuat abstraksi atas kesimpulan makna hasil analisis.54

54 Soedarsono, FX. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional. hlm 26

Page 85: 06130022-irfatul-aini

Menurut Milles dan Hubberman, teknik analisis data terdiri dari tiga

tahap pokok, yaitu reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan.

Reduksi data merupakan proses pemilihan data yang relevan, penting,

bermakna, dan data yang tidak berguna untuk menjelaskan tentang apa yang

menjadi sasaran analisis. Langkah yang dilakukan adalah menyederhanakan

dengan membuat jalan fokus, klasifikasi dan abstraksi data kasar menjadi data

yang bermakna untuk dianalisis.55

Data yang telah direduksi selanjutnya disajikan dengan cara

mendeskripsikan dalam bentuk paparan data yang memungkinkan untuk

ditarik kesimpulan. Akhir dari kegiatan analisis adalah penarikan kesimpulan.

Kesimpulan merupakan intisari dari analisis yang memberikan pernyataan

tentang dampak dari penelitian tindakan kelas.56

Sedangkan data yang dikumpulkan berupa angka atau data kuantitatif,

cukup dengan menggunakan analisis deskriptif dan sajian visual. Sajian

tersebut untuk menggambarkan bahwa dengan tindakan yang dilakukan dapat

menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan, dan atau perubahan ke arah

yang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya.57

Untuk mengetahui perubahan hasil tindakan, jenis data yang bersifat

kuntitatif yang didapatkan dari hasil evaluasi dianalisis menggunakan rumus:

P = %100ratee Base

rate Base - ratePost ×

Keterangan:

55 Miles, Matthew B. dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia (UI – Press). Hlm 16

56 Soedarsono, op.cit., hlm.26 57 Soedarsono, op.cit., hlm.25

Page 86: 06130022-irfatul-aini

P = Presentase Peningkatan

Post rate = Nilai rata-rata sesudah tindakan

Base rate = Nilai rata-rata sebelum tindakan (Gugus, 1999/2000).

G. Pengecekan Keabsahan Data

Teknik yang digunakan untuk menetukan keabsahan data dalam

penelitian ini yaitu:

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Dilakukan dengan memperpanjang waktu penelitian. Dengan

memperpanjang keikutsertaan dalam penelitian akan memungkinkan

peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan karena perpanjangan

keikutsertaan, peneliti akan banyak mempelajari dan dapat menguji

ketidakbenaran informasi.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan bertujuan untuk memenuhi kedalaman data. Ini

berarti bahwa penelitian hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan

rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol.

3. Triangulasi

Triangulasi adalah "Teknik pemerikasaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data itu".58 Teknik Triangulasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah pemeriksaan melalui sumber lain yaitu hasil

dokumentasi, observasi dan intereview atau wawancara. Hal ini dimaksudkan

58 Lexy. J. Moleong, op.cit. , hlm. 178

Page 87: 06130022-irfatul-aini

untuk memeriksa dan melihat kesesuaian data yang diperoleh dengan kegiatan

sebenarnya Di SMPN 1 Singosari

Page 88: 06130022-irfatul-aini

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Objek

Uraian berikut ini adalah salah satu upaya untuk mendeskripsikan

keberadaan lokasi penelitian dan mendeskripsikan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan. Dari beberapa hal di atas tersebut, nantinya kita akan

mengetahui apakah metode pengajaran dengan metode Talking stick dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa. Penelitian mulai dilaksanakan pada

tanggal 08 Februari 2010 sampai 31 Maret 2010 selama tiga siklus tiga kali

pertemuan.

1. Identitas Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Singosari Malang

Nama Madrasah : SMPN 1 Singosari Malang

Status : Negeri

Jenis : Reguler dan RSBI

Nomor Telp. : (0341)-458059

Alamat : Jl. Raya No. 1 Singosari Malang

Kecamatan : Singosari

Kabupaten : Malang

Alamat Website : www.smpn1-sgs.sch.id

E-mail : [email protected]

Tahun Berdiri : 1 Januari 1965

Page 89: 06130022-irfatul-aini

Waktu Belajar : Senin – Sabtu (Pukul .07.00 – 12.50)

Kepala Madrasah : Sapto Suparjatmo, S. Pd

2. Sejarah Singkat Tentang SMPN 1 Singosari

SMP Negeri 1 singosari didirikan pada tahun 1965 yang bertempat

di jalan raya 1 singosari. Berdasarkan data yang di peroleh, pendiri SMP

negeri 1 Singosari adalah bapak Imam Agung, beliau diizinkan untuk

mendirikan bangunan SMP Negeri 1 Singosari dengan gedung berdinding

tembok setengah batu beratap genting. Sekolah ini didirikan di atas tanah

R.V.0 No. 2513 yang terletak di daerah pagentan di tepi jalan propinsi di

dalam ibu kota asistenan Singosari, Malang. Tanah tersebut adalah tanah

milik negara dengan luas ± 1.460m2 yang terletak di kelurahan

Candirenggo kecamatan singosari. Pada waktu itu, Dekdikbud memohon

hak pakai atas tanah ini untuk didirikan sekolah menengah pertama

(SMP).

Pada awal berdirinya, SMP Negeri 1 Singosari hanya memiliki 4

ruang dimana 1 ruang digunakan sebagai ruang guru, sedangkan 3 ruang

lainnya digunakan sebagai kelas. Tekstur halaman sekolah pun tidak datar

seperti sekarang, melainkan miring, kondisi itu memaksa siswa siswinya

pada saat itu melakukan kerja bakti setiap hari minggu untuk meratakan

halaman sekolah. Tidak hanya itu, pengajar juga rela menyisihkan

sebagian gajinya untuk membangun ruang kelas tambahan agar proses

belajar mengajar berjalan efektif.

Page 90: 06130022-irfatul-aini

Dahulu, sekolah yang berada di kompleks SMP Negeri 1 Singosari

adalah sekolah dasar. Sekolah tersebut menempati wilayah yang sekarang

di gunakan sebagai ruang kelas dan mushollah. Kemudian sekolah dasar

tersebut dipindah dan sekarang menjadi SDN Candirenggo I.

Sejak pertama berdiri, SMP Negeri 1 Singosari tidak mempunyai

kepala sekolah sendiri. Kemudian, ditunjukkan bapak Gunawan yang juga

merupakan pendiri sekolah sebagai kepala sekolah. Tetapi tidak lama

kemudian, ditunjuklah Bapak Jupiono sebagai kepala sekolah yang baru

menggantikan Bapak Gunawan. Lalu bagaimana dengan proses belajar

mengajar? Bapak gunawan yang pernah berjuang dengan tentara republik

Indonesia pelajar ini menyebutkan, saat itu jumlah siswa tiap kelas tidak

seperti sekarang, yang mencapai 48 siswa tiap kelas, dulu, setiap kelasnya

hanya diisi 35 siswa. Terbatasnya buku pelajaran, membuat beberapa guru

mengarang buku pelajaran sendiri. Namun halini tidak menyurutkan

langkah mereka saat itu untuk mencerdaskan siswa-siswinya.

Mata pelajaran yang diajarkan saat itu antara lain: Sejarah

Indonesia, sejarah Internasional, Geofisika, Aljabar, Koprasi, Menyanyi,

Idiologi Negara dan Ilmu Alam. Beberapa diantaranya masih diajarkan

sampai sekarang hanya saja dengan nama yang berbeda.

Salah satu prestasi yang membanggakan di awal berdirinya SMP

Negeri 1 Singosari adalah, saat SMP Negeri 1 Singosari yang telah

membuat 3 sendratari antara tahun 1968-1969, memeinkan kesenian

tersebut di lapangan Tumapael. Sendratari yang di mainkan berjudul

Page 91: 06130022-irfatul-aini

Kertanegara dan dimainkan aloh 144 putri dan 120 putra. Salah satu

adegan yang sangat terkesan adalah saat raja Jayakatwang memotong

telinga utusan Kubilai Khan. Bupati Malang yang pada saat itu menonton

merasa was-was, kalau adegan itu menyinggung warga keturunan Cina.

Meski begitu, SMP Negeri 1 Singosari mendapatkan penghargaan

parasnya Punakarya Nugraha atas keberhasilan sendatari tersebut.

3. Visi, Misi dan Tujuan SMPN 1 Singosari Malang

Setiap program kerja yang diagendakan tentulah berdasarkan pada

satu tujuan yang hendak dicapai agar terdapat persamaan persepsi dan

mempermudah dalam melaksanakan program tersebut. Sehubungan

dengan hal tersebut, maka Visi, Misi SMPN 1 Singosari adalah:

a. Visi :

Berdaya saing global berpijak pada budaya bangsa berdasar Imtak

b. Misi :

1) Mewujudkan lulusan dengan kompetensi BI

2) Mewujudkan KTSP bertarafinternasional (BI)

3) Mewujudkan PBM yg efektif,efesien dan BI

4) Mewujudkan standar tenaga PTK yang BI

5) Memenuhi std Sarpras Pend`kan yang relevan dan mutakhir serta

BI

6) Mewujudkan std pengelolaan pend`kan BI

7) Mewujudkan std pembiayaan yang memadai

Page 92: 06130022-irfatul-aini

8) Mewujudkan lingkungan sekolah yang nyaman, aman,

rindang,asri, dan bersih

c. Tujuan

Menyiapkan peserta didik yang berdaya saing global berpijak pada

budaya bangsa dberdasar Iman dan Taqwa.

B. Penyajian dan Analisis Data

Sebelum sampai pada proses analisis data maka perlu adanya

penyajian data. Penyajian data yang dimaksudkan untuk memapaparkan atau

menyajikan data yang diperoleh penulis dari hasil penelitian kemudian

dianalisis untuk memperoleh gambaran yang jelas dengan tujuan penulisan

skripsi ini.

Sedangkan data dibawah ini adalah data yang diperoleh dari hasil

observasi kepada responden (siswa) yang didukung oleh data pendukung

berupa hasil wawancara, observasi, dokumentasi dan pengukuran test hasil

belajar.

a. Paparan Data Sebelum Tindakan

a. Observasi

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti mengadakan

pertemuan pada hari senin tanggal 10 Februari 2010, pada pukul

08.30-10.00 dengan kepala sekolah dan pada hari senin tanggal 12

Pebruari 2010 pada pukul 09.00-10.30 dengan guru mata pelajaran IPS

terpadu SMPN 1 Singosari Malang. Dalam pertemuan itu peneliti

Page 93: 06130022-irfatul-aini

menyampaikan tujuan untuk melaksanakan penelitian di sekolah

tersebut. Kepala sekolah dan waka kurikulum serta guru IPS terpadu

memberikan izin pelaksanaan penelitian. Kemudian peneliti dan guru

IPS terpadu berdiskusi mengenai rencana penelitian yang akan

dilaksanakan, dan disepakati bahwa kelas VII-H yang dijadikan

sumber data penelitian. Dengan pertimbangan bahwa kelas VII-H

termasuk kelas yang baik dalam disiplin dan mempunyai rasa

tanggung jawab yang besar terhadap apa yang diamanatkan oleh setiap

guru.

b. Pre Test

Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti

mengadakan pre test. Pre test dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16

2010 pada pukul 09.15-10.35 yang bertujuan untuk mengetahui

pengetahuan awal siswa, kesiapan dalam belajar, dan mengetahui

seberapa besar minat siswa terhadap mata pelajaran IPS terpadu.

c. Hasil Pre Test

Pada pelaksanaan pre test, siswa terlihat kurang antusias

terhadap pelajaran, mereka terlihat kurang dapat mengikuti kegiatan

belajar mengajar dengan baik. Hal itu diketahui dari kurangnya rasa

ingin tahu mereka terhadap materi yang akan diberikan. Kebanyakan

dari mereka kelihatannya jenuh terhadap pelajaran. Karena aktivitas

siswa terhadap pelajaran kurang, maka prestasi belajar mereka juga

kurang maksimal. Dari hasil evaluasi pada saat pre test, didapatkan

Page 94: 06130022-irfatul-aini

rata-rata kelas sebesar 77.5 (penilaian hasil evaluasi ini dapat di lihat

pada lampiran 9)

b. Siklus Pertama

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Pada perencanaan tindakan I, sebelum penelitian dilakukan

pada titik yang sebenarnya, penelitian ini memiliki rencana untuk

memperbaiki efektifitas dan efisiensi kinerja proses belajar mengajar

di dalam kelas, yang siswanya memiliki kemampuan yang hiterogen

dengan latar belakang akademik yang berbeda.

Pertama-tama peneliti menyiapkan bahan pertanyaan talking

stick sebagai aplikasi dari metode Talking stick untuk

meningkatkanaktivitas belajar siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari

Malang terhadap mata pelajaran IPS terpadu. Bahan pertanyaan talking

stick diambil dari materi pelajaran sesuai dengan sub pokok bahasan

dalam buku LKS tersebut.

Siklus ini terdiri dari materi tentang kondisi georgafis pdan

penduduk (2 x 40 menit dengan satu kali pertemuan). Sebelum

pembelajaran dilaksanakan penelitian ini dimulai dari beberapa

tahapan persiapan, yaitu:

1) Membuat perencanaan pembelajaran

2) Menyampaikan materi yang antara lain:

a) Mengetahui pengertian kondisingeografis

b) Mengetahui pengertian tentang penduduk

Page 95: 06130022-irfatul-aini

3) Guru menyiapkan tongkat sebagai alat dalam metode talking stick

berlangsung

4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus I meliputi:

1). Pendahuluan: (10 menit)

� Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa berapa

jumlah penduduk indonesia saat ini?

� Apresiasi : Pernahkah kalian menghitung jumlah penduduk

di sekitar kalian?

� Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan

dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang

kondisi penduduk.

Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa

2). Kegiatan Inti (60 menit)

� Guru menjelaskan pengertian kondisi geografis dan penduduk

� Guru memberi contoh kondisi geografis dan penduduk

� Guru menyiapkan sebuah tongkat

� Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk

membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

� Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

� Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang

Page 96: 06130022-irfatul-aini

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru

� Guru memberikan kesimpulan

3). Penutup 10 (menit)

� Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah

dipelajari.

� Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan

yang telah dipelajari.

� Guru memberi tugas rumah.

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I

Setelah dipersiapkan rencana pembelajaran dan teknik yang

akan dipakai maka proses pembelajaran akan dilaksanakan sesuai

dengan rencana pembelajaran dan menggunakan teknik yang telah

ditetapkan.

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 18 Februari 2010 pukul

09.15-10.35. Pada siklus pertama diadakan satu kali pertemuan.

Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit dengan

kegiatan sebagai berikut :

Pada pertemuan ini materi yang disampaiakan adalah tentang

kondisi geografis dan penduduk. Proses belajar mengajar ini meliputi

beberapa tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Page 97: 06130022-irfatul-aini

Pertemuan I (kamis, 18 Februari 2010)

1). Pendahuluan: (10 menit)

� Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa berapa jumlah

penduduk indonesia saat ini?

� Apresiasi : Pernahkah kalian menghitung jumlah penduduk

di sekitar kalian?

� Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan

dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang

kondisi penduduk.

Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa

2). Kegiatan Inti (60 menit)

� Guru menjelaskan pengertian kondisi geografis dan penduduk

� Guru memberi contoh kondisi geografis dan penduduk

� Guru menyiapkan sebuah tongkat

� Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk

membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

� Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

� Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

Page 98: 06130022-irfatul-aini

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru

� Guru memberikan kesimpulan

3). Penutup 10 (menit)

� Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah

dipelajari.

� Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan

yang telah dipelajari.

� Guru memberi tugas rumah.

c. Pengamatan Tindakan Siklus I

Selama kegiatan pembelajaran, peneliti bertindak sebagai guru

dan teman sejawat sebagai observer yang mencatat lembar pengamatan

pada pedoman observasi. Hasil pengamatan pada siklus I, kegiatan

siswa cukup baik dengan cukup antusias dan merespon positif

mengikuti kegiatan belajar mengajar. Mulai adanya peningkatan

aktivitas belajar dibandingkan pada saat pre test. Hal ini terlihat dari

aktivitas siswa pada saat mengerjakan pre test takut salah, pada siklus I

ini mereka sudah mulai berani menjawab meskipun bobot jawaban

rata-ratanya adalah 77.5 mereka masih belum mencapai seperti yang

diharapkan. Pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, para

siswa tampak gembira dan senang, hal ini dapat dilihat dari roman

muka mereka yang tampak memancarkan semangat dan antusias untuk

Page 99: 06130022-irfatul-aini

belajar meskipun masih ada beberapa siswa yang belum terbiasa

dengan model pembelajaran yang diterapkan oleh peneliti.

Hasil pengamatan pada tahap pendahuluan, terdapat

peningkatan aktivitas, hal ini dikarenakan siswa merasa mendapatkan

penyegaran dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mereka

berusaha memusatkan perhatian selama pembelajaran berlangsung.

Akan tetapi, memasuki kegiatan penjelasan materi secara global,

aktivitas siswa dalam menjawab pertanyaan masih kurang. Hal ini

dikarenakan siswa masih belum terbiasa untuk menjawab pertanyaan

secara langsung yang dapat membuat mereka merasa takut untuk

menjawab.

Memasuki kegiatan inti, Langkah yang dilakukan peneliti

adalah menyampaikan kompetensi dasar dan pengetahuan tentang

pembelajaran inovatif yang menggunakan metode Talking Stick kepada

peserta didik. Namun sebelum itu peneliti memberikan bahan ajar

kepada peserta didik untuk pegangan karena hampir semua peserta

didik tidak memiliki bahan ajar mereka lebih mengandalkan pada buku

panduan LKS.

Setelah peneliti memberikan gambaran tentang pembelajaran

inovatif metode Talking Stick kemudian peneliti memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila belum

mengerti tentang pembelajaran inovatif metode Talking Stick agar

nantinya ketika pelaksanaanya semua peserta didik mampu mengikuti

Page 100: 06130022-irfatul-aini

dengan baik. Dan selanjutnya guru melaksanakan proses belajar

mengajar dengan menggunakan metode talking stick untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa tentang materi kondisi geografis

dan penduduk, yaitu pengertian kondisi geografis dan penduduk.

Supaya mereka mudah termotivasi keterangan guru, guru sebagai

peneliti langsung menerapkan metode talking stick, guru pertama kali

menjelaskan materi yang akan diajarkan, selanjutnya siswa diberi

kesempatan dalam waktu 10 menit untuk mempelajari materi yang

telah disampaikan oleh guru, pada tahap selanjutnya semua siswa

diminta untuk menutup bukunya dan memberikan tongkat pada salah

satu siswa untuk di lemparkan pada teman sebelahnya sambil

menyanyikan lagu balon ku ada lima, sampai lagu habis dan tongkat

dipegang oleh salah satu siswa dan siswa tersebutlah yang mendapat

pertanyaan dari guru, Siswa pertama kali melaksanakan metode ini

gugup karena siswa masih merasa takut dengan pertanyaan yang secara

langsung di lemparkan kepada siswa, pada saat tongkat dilempar siswa

semangat dengan bernyanyi lagu balon ku ada lima dan pada saat

tongkat berhenti pada salah satu siswa kebanyakan siswa merasa takut

jawabannya yang salah atau kurang tepat, dan guru selanjutnya

memberi pertanyaan kepada masing-masing siswa sampai semua siswa

mendapat giliran pertanyaan dan begitu seterusnya.

Berdasarkan hasil pengamatan, diketahui bahwa aktivitas

belajar siswa masih belum seperti yang diharapkan atau bisa dikatakan

Page 101: 06130022-irfatul-aini

masih rendah. Ini dapat dilihat dari lembar observasi siswa yang

menunjukkan bahwa aktivitas memperhatikan siswa belum mencapai

apa yang diharapkan. Kegiatan ini masih di dominasi oleh para siswa

yang aktif, sedangkan mereka yang pasif cenderung memperhatikan

saja. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan individual pada masing-

masing siswa. Mereka yang aktif adalah mayoritas yang memiliki

prestasi di kelas, dan mereka yang pasif adalah yang berprestasi kurang

atau sedang dan mereka cenderung kurang percaya diri pada

kemampuannya.

Selanjutnya, untuk mengetahui tingkat aktivitas belajar siswa

terhadap materi pelajaran IPS terpadu, guru melakukan feed back

terhadap hasil yang dicapai siswa dan memberikan tugas untuk

mencari sendiri dalam buku bacaanya tentang pengertian kondisi

geografis dan penduduk dengan dibatasi waktu sekitar 15 menit,

sehingga siswa bersemangat untuk menyelesaikan tugas yang cepat

dan tepat. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa dengan tugas seperti

ini siswa cukup termotivasi untuk mengerjakan tugas dengan sebaik-

baiknya. Seluruh siswa cukup antusias dan tertarik untuk

menyelesaikan tugas. Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa

tercermin dalam semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam

KBM.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat

sedikit peningkatan aktivitas siswa yang semula nilai rata-rata kelas

Page 102: 06130022-irfatul-aini

dari pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1 % dan

peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas

dari pre test sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %.

(secara terinci dapat dilihat pada lampiran).

d. Refleksi Siklus I

Penggunaan penerapan metode talking stick untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada siklus I berjalan dengan

cukup baik. Hal ini terlihat pada antusias siswa dalam mengikuti

pelajaran dan kreatifitas siswa dalam kegiatan memperhatikan guru

serta pelaksanaan dari tiap-tiap penerapan menganalisis materi kondisi

geografis dan penduduk melalui pembelajaran yang melibatkn siswa

secara aktif. Maka peneliti menyimpulkan bahwa pada siklus I ini

penerapan pendidikan dengan metode Talking stick, mampu

menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa namun hasil yang

dapat diperoleh sangat minim sekali.

Hal ini dapat dilihat dari:

1) Sebagian siswa mengandalkan kemampuan menjawab pertanyaan

guru bukan pada kemampuan menyikapi atau memecahkan

persoalan, sehingga aktivitas belajar siswa adalah untuk

mempelajari materi secara keseluruhan (sebatas materi/bahan ajar)

bukan untuk menghubungkan materi dengan kehidupan nyata,

2) Aktivitas belajar siswa terhadap materi IPS terpadu hanya dimiliki

mereka yang sebagian besar memiliki prestasi di kelas, sedangkan

Page 103: 06130022-irfatul-aini

mereka yang berprestasi rendah/kurang cenderung pasif dalam

kegiatan belajar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari kebiasaan

siswa dalam proses belajar yang dialami sebelumnya.

3) Kegiatan pada siklus I dengan lempar tongkat atau biasa disebut

talking stick masih kurang bisa membawa siswa untuk aktif

menjawab secara maksimal sebab siswa merasa kurang siap untuk

menjawab pertanyaan dari guru karena hanya diberi kesempatan

beberapa menit untuk mempelajari materi yang akan ditanyakan

oleh guru di depan.

Berdasarkan hasil analisis dan refleksi dari siklus I, maka

peneliti akan melanjutkan pembelajaran pada siklus II dengan

menyikapi kenyataan di atas maka mengambil langkah-langkah

sebagai berikut:

1) Lebih mengutamakan pada aktivitas siswa di kelas.

2) Memacu siswa untuk lebih banyak membaca buku-buku tentang

materi IPS dan memberi mereka untuk berkonsultasi pada guru

mata pelajaran di luar jam pelajaran.

3) Dalam mengerjakan LKS walaupun ada beberapa anak yang tidak

mengumpulkan namun rata-rata dari hasil proses talking stick

cukup memuasakan.

4) Guru lebih banyak memberikan dorongan tentang manfaat materi

pelajaran yang dipelajari, terutama pada siswa yang pasif dan

kurang bersemangat dalam proses pembelajaran.

Page 104: 06130022-irfatul-aini

c. Siklus Kedua

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Pada rencana tindakan siklus II peneliti tetap menerapkan

metode Talking stick pada mata pelajaran IPS terpadu, dengan model

pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus I, maka

peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses

pembelajaran, yaitu siswa dibiasakan dengan metode Talking stick

sehingga diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan

kehidupan sehari-hari.

Sebelum siklus II dilaksanakan peneliti melakukan beberapa

tahap persiapaan, antara lain:

1) Membuat perencanaan pembelajaran

2) Membagi materi gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan

hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan.menjadi dua bagian:

a) Mengetahui pengertian Atmosfer

b) Mengetahui Pengertian tentang Hidrosfer

3) Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti

peningkatan aktivitas

4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II meliputi:

Page 105: 06130022-irfatul-aini

1). Pendahuluan: (10 menit)

� Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa

bagaimana cuaca saat ini?

� Apresiasi : Pernahkah kalian melihat pelangi?

� Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan

dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang

gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan

hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan

Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa

2). Kegiatan Inti (60 menit)

� Guru menjelaskan pengertian atmosfer dan hidrosfer.

� Guru penjelasan dampaknya terhadap kehidupan

� Guru memberikan contoh-contohnya

� Guru menyiapkan sebuah tongkat

� Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk

membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

� Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

� Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

Page 106: 06130022-irfatul-aini

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru

� Guru memberikan kesimpulan

3). Penutup 10 (menit)

� Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah

dipelajari.

� Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan

yang telah dipelajari.

� Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

� Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk

meneliti peningkatanaktivitas.

� Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui,

kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar

sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang

telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode

talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas

VII-H SMPN 1 Singosari Malang

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II

Sebagaimana dalam siklus I, pelaksanaan siklus II diadakan

satu kali pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 Februari

2010, pukul 09.45-11.05. Adapun pembelajaran dilaksanakan dalam

waktu 2 x 40 menit dengan kegiatan sebagai berikut :

Page 107: 06130022-irfatul-aini

Pada pertemuan ini materi yang disampaikan adalah tentang

memahami Gejala-gejala di Atmosfer dan Hidrosfer dan dampaknya

terhadap kehidupan Proses belajar mengajar ini meliputi beberapa

tahap dengan skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran yaitu

sebagai berikut:

Pertemuan II (Jum’at, 19 Februari 2010)

1). Pendahuluan: (10 menit)

� Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa

bagaimana cuaca saat ini?

� Apresiasi : Pernahkah kalian melihat pelangi?

� Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan

dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang

gejala-gejala yang terjadi di atmosfer dan

hidrosfer serta dampaknya terhadap kehidupan

Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa

2). Kegiatan Inti (60 menit)

� Guru menjelaskan pengertian atmosfer dan hidrosfer.

� Guru penjelasan dampaknya terhadap kehidupan

� Guru memberikan contoh-contohnya

� Guru menyiapkan sebuah tongkat

� Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk

membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

Page 108: 06130022-irfatul-aini

� Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

� Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru

� Guru memberikan kesimpulan

3). Penutup 10 (menit)

� Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah

dipelajari.

� Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan

yang telah dipelajari.

� Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

� Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk

meneliti peningkatan aktivitas.

� Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui,

kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar

sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang

telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode

talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas

VII-H SMPN 1 Singosari Malang.

Page 109: 06130022-irfatul-aini

c. Pengamatan Tindakan Siklus II

Pada siklus II ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa siswa

mengalami peningkatan dalm aktivitas belajanyar yang cukup tinggi

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa mulai terbiasa

dengan pertanyaan yang diajukan guru secara langsung.

Memasuki kegiatan inti, hasil pengamatan menunjukkan siswa

begitu antusias untuk berlomba mencapai hasil yang lebih baik antar

sesama siswa. Ketika guru memberi pertanyaan kepada siswa. Siswa

menjawab pertanyaan tersebut tidak lagi dengan gugup mereka sudah

siap akan pertanyaan yang akan diajukan oleh guru dengan senang hati

dan atas anjuran guru mereka berusaha untuk memahami materi yang

dibebankan pada masing-masing siswa. Sering kali guru mendengar

jawaban-jawaban yang kurang berbobot dari siswa dan dalam siklus

ini jawaban dari siswa tidak lagi seperti saat terlaksananya siklus I.

Sudah mulai ada komunikasi dan kerjasama yang cukup baik antara

guru dan siswa, karena masing-masing siswa sudah mulai bisa

menghilangkan beban rasa malu, gugup dan takut salah dalam

menjawab pertanyaan. Mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa

dengan model pembelajaran yang guru terapkan di kelas VII-H ini.

Ditambah lagi pada siklus II ini, guru berusaha memberikan pujian

pada beberapa siswa atas prestasi yang diraih, dengan itu maka akan

menjadi penyemangat bagi siswa lain yang belum pernah mendapatkan

pujian dari guru.

Page 110: 06130022-irfatul-aini

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat

cukup peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata

kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31 atau sekitar 10.71

% dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata

kelas dari pre test sebesar 78.5 meningkat menjadi 81.4 atau sekitar

3.56 %. (secara rinci dapat dilihat pada lampiran)

Sedangkan peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus I

dengan siklus II adalah pada siklus I nilai rata-rata kelas sebesar 24

meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% dan peningkatan aktivitas

belajar siswa antara siklus I dengan siklus II adalah pada siklus I nilai

rata-rata kelas sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27

%. (secara terinci dapat dilihat pada lampiran).

d. Siklus Ketiga

a. Perencanaan Tindakan Siklus III

Pada rencana tindakan siklus III peneliti tetap menerapkan

metode talking stick pada mata pelajaran IPS terpadu, dengan model

pembelajaran ini diharapkan dapat lebih membantu untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Menindak lanjuti hasil analisis dan refleksi pada siklus II, maka

peneliti berupaya untuk melakukan perbaikan pada proses

pembelajaran, yaitu siswa dibiasakan dengan metode talking stick

sehingga diharapkan dapat mengaitkan materi pelajaran dengan

kehidupan sehari-hari.

Page 111: 06130022-irfatul-aini

Sama halnya dengan siklus sebelumnya, sebelum siklus III

dilaksanakan peneliti melakukan beberapa tahap persiapaan, antara

lain:

1) Membuat perencanaan pembelajaran

2) Mengetahui perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan

pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta peninggalan-

peninggalannya.

3) Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk meneliti

peningkatan aktivitas belajas siswa.

4) Membuat langkah-langkah pembelajaran pada siklus II meliputi:

1). Pendahuluan: (10 menit)

� Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa

bagaimana berapa jumlah agama yang ada di

Indonesia?

� Apresiasi : Pernahkah kalian melihat candi?

� Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan

dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang

perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan

pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta

peninggalan-peninggalannya.

Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa

Page 112: 06130022-irfatul-aini

2). Kegiatan Inti (60 menit)

� Guru menjelaskan tentang perkembangan masyarakat,

kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta

peninggalan-peninggalannya.

� Guru menyiapkan sebuah tongkat

� Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk

membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

� Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

� Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru

� Guru memberikan kesimpulan

3). Penutup 10 (menit)

� Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah

dipelajari.

� Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan

yang telah dipelajari.

� Guru menyuruh siswa untuk mempelajari materi berikutnya.

Page 113: 06130022-irfatul-aini

� Mempersiapkan alat-alat penelitian yang digunakan untuk

meneliti peningkatana ktivitas.

� Membuat alat atau pedoman observasi untuk mengetahui,

kinerja siswa, kreatifitas siswa dalam proses belajar mengajar

sebagai wujud dari pemahaman siswa terhadap materi yang

telah dijelaskan dengan menggunakan penerapan metode

talking stick untuk meningkatkan akrivitas belajar siswa kelas

VII-H SMPN 1 Singosari Malang

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III

Penelitian ini dilaksanakan tanggal 4 Maret 2010, pukul 09.15-

10.35. Pada siklus ketiga diadakan satu kali pertemuan. Adapun

pembelajaran dilaksanakan dalam waktu 2 x 40 menit dengan kegiatan

sebagai berikut :

Pada pertemuan ini materi yang disampaiakan adalah tentang

perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan pemerintahan pada masa

Hindu-Budha serta peninggalan-peninggalannya.

Proses belajar mengajar ini meliputi beberapa tahap dengan

skenario yang telah ditetapkan dalam pembelajaran yaitu sebagai

berikut

Pertemuan III (kamis, 4 Maret 2010)

1) Pendahuluan: (10 menit)

a) Memotivasi : Memberikan pertanyaan kepada siswa

bagaimana berapa jumlah agama yang ada di

Indonesia?

Page 114: 06130022-irfatul-aini

b) Apresiasi : Pernahkah kalian melihat candi?

c) Apresepsi : Cerita tentang fakta-fakta yang berhubungan

dengan mata pelajaran IPS Terpadu tentang

perkembangan masyarakat, kebudayaan, dan

pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta

peninggalan-peninggalannya.

Bertanya untuk menggali pengetahuan siswa

2) Kegiatan Inti (60 menit)

� Guru menjelaskan tentang perkembangan masyarakat,

kebudayaan, dan pemerintahan pada masa Hindu-Budha serta

peninggalan-peninggalannya.

� Guru menyiapkan sebuah tongkat

� Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,

kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk

membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

� Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya

mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

� Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa,

setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian

seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk

menjawab setiap pertanyaan dari guru

� Guru memberikan kesimpulan

Page 115: 06130022-irfatul-aini

3) Penutup 10 (menit)

� Guru menyimpulkan tentang pokok bahasan yang telah

dipelajari.

� Guru membuat beberapa pertanyaan tentang pokok bahasan

yang telah dipelajari.

� Guru memberi tugas rumah.

c. Pengamatan Tindakan Siklus III

Pada siklus III ini, hasil pengamatan menunjukkan bahwa

siswa mengalami peningkatan aktivitas belajar yang cukup

menggembirakan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, siswa

sudah lebih terbiasa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Pada tahap pendahuluan, kegiatan siswa cukup bagus. Hal ini

dapat dilihat dari:

1) Siswa sangat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2) Pada saat penjelasan materi secara global siswa sudah siap

menjawab pertanyaan dari guru dan juga berani mengajukan

pertanyaan dan pendapat.

Memasuki kegiatan inti, ketika guru melaksanakan metode

mereka sangat menikmatinya dan tidak ada lagi rasa takut, gugup dan

malu.

Mereka tampak bersemangat dalam menjawab pertanyaan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. mereka saling

membantu memahami materi yang diberikan. Mereka saling

Page 116: 06130022-irfatul-aini

melontarkan pertanyaan demi tercapainya hasil belajar yang

memuasakan. serta menampakkan rasa gembira dan senang selama

mengikuti pembelajaran. Tidak tampak rasa letih dari roman muka

mereka, bahkan ketika peneliti memberi kesempatan untuk

mengajukan pertanyaan, dengan serentak para siswa berebut bertanya

kepada guru, sehingga tidak sia-sia peneliti menggunakan metode

talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa. Karena siswa

sudah berani menjawab pertanyaan dari guru.

Peneliti menangkap komunikasi dan kerjasama yang sudah

sangat baik bahkan dapat dikatakan begitu dinamis dan sempurna pada

masing-masing siswa, karena masing-masing siswa merasa tidak ada

beban rasa malu dan takut salah dalam menjawab dan mengajukan

pendapat.

Indikator peningkatan aktivitas belajar siswa tercermin dalam

bertambahnya semangat, antusias dan rasa ingin tahu siswa dalam

KBM. Sedangkan indikator peningkatan aktivitas belajar siswa terlihat

dari meningkatnya hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan terdapat

peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas

dari pre test sebesar 31 meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%.

Dan peningkatan prestasi belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas

yang semula nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81.4 meningkat

menjadi 87 atau sekitar 6.43%.

Page 117: 06130022-irfatul-aini

Sedangkan peningkatan aktivitas belajar siswa antara siklus III

dengan siklus II adalah pada siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 31

meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan metode

talking stick belajar antara siklus III dengan siklus II adalah pada

siklus II nilai rata-rata kelas sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau

sekitar 6.43%. (secara terinci dapat dilihat pada lampiran).

d. Refleksi Siklus III

Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini tetap sama dengan

siklus II, yaitu bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa

terhadap mata pelajaran IPS terpadu. Pada siklus III ini, siswa sudah

mengerti dengan model pembelajaran yang diterapkan peneliti.

Bahkan mayoritas dari mereka sudah mulai terbiasa dengan model

pembelajaran yang peneliti terapkan di kelas VII-H ini.

Dari hasil pengamatan peneliti di kelas VII-H SMPN 1

Singosari Malang ternyata tindakan yang dilakukan oleh peneliti

sesuai dengan harapan dan mendekati hasil yang optimal.

Penggunaan penerapan metode talking stick untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa yang cukup tinggi pada siklus

III berjalan dengan baik. Hal ini terlihat pada antusias siswa dalam

mengikuti pelajaran dan kretifitas siswa dalam memperhatikan guru

di depan.

Hal ini dapat dilihat dari:

Page 118: 06130022-irfatul-aini

1) Aktivitas belajar siswa terhadap materi IPS terpadu yang pada

siklus I dan II hanya dimiliki sebagian siswa, sekarang sudah

hampir 75% dimiliki siswa kelas VII-H.

2) Kegiatan belajar mengajar dengan metode talking stick yang sudah

dapat membawa siswa untuk aktif berbicara mengemukakan

pendapat, bertanya dan menjawab pertanyaan,

3) Sebagian siswa sudah dapat mengandalkan kemampuan menyikapi

atau memecahkan persoalan, untuk mensinkronkan materi dengan

kehidupan nyata,

Page 119: 06130022-irfatul-aini

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti yaitu menggunakan

metode talking stick sebagai upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini yaitu dimulai dari tanggal 8 februari

sampai dengan 3 April 2010, selama 3 kali pertemuan.

Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah siswa kelas VII-H SMPN 1

singosari Malang. Pada pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan

peneliti selama 3 kali pertemuan, menggunakan metode yang sama yaitu

penerapan metode Talking stick. Dalam rangka peningkatan aktivitas belajar

siswa pada mata pelajaran IPS terpadu.

Pada siklus I, materi diberikan selama satu kali pertemuan, dengan

perincian pada pertemuan pertama diberikan materi tentang keadaan kondisi

geografis dan penduduk.

Pada siklus I ini sebelum siswa diberikan tugas-tugas, guru melakukan

pembahasan materi tentang rencana pembelajaran dan mendiskusikan tentang

topik pelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan siswa sehari-hari. Hal

ini diasumsikan dapat menarik perhatian siswa terhadap pelajaran yang diberikan

guru sebab semakin jelas apa yang ingin dicapai guru bersama siswa semakin

mudah dia dapat mencapainya dan semakin mudah pula dia dapat menyimpulkan

apakah ia sudah mencapai tujuan atau belum, dan tentunya juga diharapkan dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

Page 120: 06130022-irfatul-aini

Pada pertemuan pertama, siswa terlihat kurang dapat mengikuti KBM

dengan baik. Hal ini dapat diketahui dari kurangnya rasa ingin tahu mereka

terhadap materi yang akan diberikan serta minimnya pertanyaan atau jawaban

yang telah dilontarkan guru kepada siswa saat metode talking stick berlangsung.

Mereka terlihat kebingungan dengan apa yang akan mereka pertanyakan atau

apakah yang harus mereka jawab karena kebanyakan mereka belum siap

menjawab pertanyaan dari guru. Akan tetapi antusias mereka terhadap tugas yang

diberikan cukup baik. Hal ini ditunjukkan dari semangat dan kegembiraan mereka

selama mengikuti pembelajaran. Tetapi lama kelamaan siswa tampak mulai

menunjukkan rasa ingin tahu yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari

munculnya pertanyaan-pertanyaan dan beberapa jawaban dari siswa ketika guru

membuka pertanyaan. Di awal pembelajaran siswa pun tampak bersemangat

dalam mengerjakan tugas dan berusaha mengerjakannya dalam waktu yang

ditentukan, meskipun hasilnya belum sesuai dengan yang diharapkan. Model

pembelajaran inovatif sudah mulai tampak bisa diterima oleh siswa meskipun

masih ada beberapa siswa yang pasif dan lamban menerimanya.

Dalam menangani siswa, pembelajaran inovatif haruskah seirama dengan karakteristik siswa sebagai pembelajar. Bobbi de Porter manyatakan “bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia mereka ke dunia kita”. Artinya, guru harus mampu menyesuaikan diri terhadap warna dan sikap dasar siswa sehingga mampu membawa sisiwa ke dunia yang dikehandaki berdasarkan tujuan pembelajaran. Dengan begitu, ikatan emosi, empati dan saling ketergantungan anatar siswa dan guru terjadi dan memunculkan dimensi keberhasilan belajar.59

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti, peserta didik kelas

VII-H cenderung pasif dalam proses pembelajaran mata pelajaran IPS terpadu.

59 Suyatno, op. cit hal 8

Page 121: 06130022-irfatul-aini

Aktivitas belajar para peserta didik sangat tergantung pada guru, hal ini

dikarenakan peserta didik kurang di libatkan secara aktif dalam proses

pembelajaran. Guru masih menggunakan model pembelajaran Konvensional

yakni metode ceramah, mencatat di papan tulis dan memberi tambahan nilai

dengan memberikan pekerjaan rumah.

Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikifisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepet, mudah dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.60

Dengan menggunakan model pembelajaran yang bersifat mengajak para

siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, dan tidak membuat mereka

merasa bosan. seperti seperti dengan menggunakan model pembelajaran inovatif

melalui metode Talking Stick ini akan dapat merubah kebiasaan siswa yang

cenderung pasif dan hanya terpusat pada guru akan menjadi suatu proses

pembelajaran yang akan membuat siswa dapat memahami materi pelajaran

dengan mudah dan lebih bertahan lama, serta mereka juga akan merasakan proses

pembelajaran yang menyenangkan dan tidak membosankan. Akan tetapi Tidak

semua materi dalam kurikulum bisa menggunakan metode ini, seperti materi

perhitungan, karena untuk meteri perhitungan siswa terlalu sulit untuk belajar

sendiri, dan untuk tanya jawabnya siswa akan kesulitan. Materi-materi yang bisa

menggunakan metode ini adalah materi-materi yang bersifat hafalan yang mudah

dicerna dan dipahami oleh siswa.

60 Nanang Hanafian dan Cucu Suhana, op. cit, hal 23

Page 122: 06130022-irfatul-aini

Pembelajaran mata pelajaran Ips terpadu yang dilaksanakan oleh peneliti

menggunakan pembelajaran inovatif dengan metode Talking Stick. Dalam proses

pembelajaran ini para siswa dituntut untuk berpartisipasi secara aktif sehingga

dalam proses pembelajaran aktivitas siswa sangat tinggi, model pembelajaran ini

mengajak para peserta didik untuk belajar sambil bermain sehingga mereka tidak

merasa bosan ataupun tidak semangat ketika mengikuti proses pembelajaran.

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan metode talking stick antara lain

sebagai berikut:

1. Guru menyiapkan sebuah tongkat 2. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan kepada siswa untuk untuk membaca dan mempelajari materi pada pegangannya/paketnya

3. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya

4. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru

5. Guru memberikan kesimpulan 6. Evaluasi 7. Penutup61

Pelaksanaan penelitian ini menerapkan menggunakan pembelajaran

inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick melalui beberapa kegiatan

pembelajaran diantaranyan yaitu :

A. Penjelasan Tentang Peraturan Dalam Proses Pembelajaran

Peneliti menjelaskan tentang aturan main dalam proses pembelajaran

inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick bahwa para siswa

nantinya akan diajak bermain sambil belajar yakni dengan memegang tongkat

61 Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, op. cit, hal 136

Page 123: 06130022-irfatul-aini

secara bergiliran sambil bernyanyi, peserta didik harus dapat menjawab

pertanyaan yang diberikan oleh guru bagi yang memegang tongkat ketika

nyanyian di hentikan sejenak, dan begitu seterusnya. Namun sebelum itu

Peneliti membagikan modul atau bahan ajar kepada peserta didik dengan

tujuan sebagai pegangan ataupun pedoman dalam belajar. Pada tahap awal

setelah peneliti membagikan bahan ajar kepada para peserta didik, maka

peneliti akan menjelaskan secara singkat tentang inti materi yang akan

dipelajari serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya

mengenai hal ataupun materi yang belum di mengerti dan sesekali peneliti

juga memberikan pertanyaan kepada peserta didik mengenai apa yang telah

disampaikan. Setelah itu peneliti memberikan kesempatan para peserta didik

untuk belajar secara mandiri mengenai materi yang telah disampaikan sebelum

proses pembelajaran inovatif dengan menggunakan metode Talking Stick

dilaksanakan, kemudian peneliti juga memberikan dorongan kepada peserta

didik agar semangat dalam belajar sehingga nanti dalam proses permainan

mereka dapat menjawab pertanyaan yang diajukan serta memberi penjelasan

kepada mereka agar tidak takut ketika mendapat giliran memegang tongkat

sehingga harus menjawab, karena juga disampaikan oleh peneliti bahwa

mereka semua pasti akan mendapat giliran memegang tongkat dan menjawab

pertanyaan.

Page 124: 06130022-irfatul-aini

B. Penyajian Materi Dalam Proses Pembelajaran

Penyajian materi dilakukan setelah tahap awal pelaksanaan

pembelajaran diselesaikan. Penyajian materi bertujuan agar siswa mempunyai

gambaran yang jelas tentang materi yang akan dipelajari, sehingga para siswa

dapat belajar dengan acuan yang telah dijelaskan oleh guru sebelumnya.

Penyajian materi dilakukan dengan cara guru hanya memberikan gambaran

ataupun garis besar mengenai materi yang dipelajari selebihnya siswa dituntut

agar lebih mandiri dalam belajar sehingga ketika dalam proses pembelajaran

Talking Stick nantinya mereka tidak merasa kesulitan dalam menjawab

pertanyaan.

C. Proses Pembelajaran metode Talking Stick

Dalam proses pembelajaran ini para peserta didik akan mengalami

proses pembelajaran yang mereka rasa sangat menyenangkan. Suasana belajar

yang biasa mereka rasakan sehari-hari yang sangat membosankan akan

berubah menjadi suasana belajar yang sangat berbeda dan menyenangkan.

Karena semua peserta didik akan diajak bermain dan belajar yakni dengan

bernyanyi dan menjawab pertanyaan. Akan tetapi dalam proses pembelajaran

ini peserta didik harus dapat menguasai materi dengan baik agar tidak

kesulitan dalam menjawab pertanyaan. Setelah proses pembelajaran ini

dilaksanakan dan jika semua siswa sudah menanamkan hal ini difikirannya

tidak akan ada lagi siswa yang pasif dikelas, perasaan tertekan, kemungkinan

kegagalan dalam ulangan harian, keterbatasan pilihan, dan tentu saja rasa

Page 125: 06130022-irfatul-aini

bosan. Semua akan menjadi menyenangkan sehingga proses belajar mengajar

menjadi lebih baik.

D. Pemberian Tugas

Dalam proses pembelajaran ini penilaian dilakukan ketika peserta

didik dapat menjawab pertanyaan yang diberikan ketika mereka mendapat

giliran memegang tongkat, Guru sudah dapat memberikan penilain ketika

proses pembelajaran berlangsung. Disamping itu penilaian juga dilakukan

dengan memberikan tugas kepada peserta didik yang diberikan selama dan

sesudah proses pembelajaran berlangsung meski tidak setiap pertemuan tugas

yang diberikan selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini dilakukan

untuk mengukur dan mengetahui hasil prestasi siswa dalam belajar dan

seberapa jauh peserta didik dapat mengambil atau mengerti isi materi yang

telah diberikakan.

Pada siklus I ini aktivitas peserta didik dalam penerapan model

pembelajaran dengan metode Talking Stick sudah cukup baik, meskipun masih

ada beberapa kekurangan seperti keaktifan siswa dalam bertanya ketika

diberikan kesempatan oleh guru untuk bertanya setelah guru menyampaikan

inti materi, dan dalam ketika diberi kesempatan untuk belajar secara mandiri

sebelum metode Talking Stick dilaksanakan kebanyakan siswa masih ramai

sendiri dan kurang mau untuk belajar padahal sudah diberikan bahan ajar, dan

juga kitika proses metode Talking Stick dilaksanakan siswa aktif hanya sebatas

bernyanyi saja sedangkan ketika menjawab pertanyaan mereka saling

Page 126: 06130022-irfatul-aini

melempar satu sama lain. Untuk pekerjaan tugaspun peserta didik masih

sangat malas dan banyak yang tidak mengerjakan, sehingga disini

kemandirian belajar mereka sangat kurangg. Oleh karena itu, untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu, guru

melanjutkan siklus I dengan siklus II.

Pada proses pembelajaran metode Talking Stick siklus II ini, aktivitas

belajar siswa sudah mulai sangat meningkat, hal ini bisa dilihat ketika mereka

memperhatikan secara seksama ketika guru menyampaikan materi serta

mereka juga dapat mengajukan beberapa pertanyaan mengenai materi yang

belum dimengerti, pada saat mereka diberi waktu untuk belajar secara mandiri

sebelum metode ini dilakukan merekapun sudah dapat tertib untuk belajar dan

tidak ramai sendiri seperti pada siklus I, ketika proses pembelajaran metode

Talking Stick dilaksanakan aktivitas merekapun sangat meningkat hal ini dapat

dilihat dari mereka tidak takut lagi ketika mendapat giliran manjawab

pertanyaan dan mereka sangat semangat dan antusias sekali ketika proses

permaian berlangsung.

Hal ini dapat dillihat pada permulaan dari pelaksanaan tindakan pada

siklus I. perubahan pola pembelajaran yang dulunya hanya selalu bersifat

konvensional yakni hanya berpusat pada guru saja, kini siswa mulai diajak

untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat

beraktivitas dan berpartisispasi secara aktif dalam proses pembelajaran. siswa

berdiri untuk menjawab pertanyaan yang diajukan ketika mendapat giliran

memegang tongkat, serta bagaimana mereka dapat secara mandiri untuk

Page 127: 06130022-irfatul-aini

belajar dan tidak selalu tergantung pada apa yang diberikan oleh guru saja. hal

ini dimaksudkan untuk membuat suasana kelas menjadi lebih hidup.

Pada dasarnya aktivitas belajar siswa pada siklus I ini tergolong

“kurang baik” dengan prosentase rata-rata sebesar 4.16% dan pada siklus II ini

tergolong “cukup baik” dengan prosentase rata-rata sebesar 10.71% dan

dilanjutkan dengan siklus III dengan prosentase rata-rata sebesar 16.12% hal

ini jauh dari yang diharapkan sebesar yakni dengan prosentase sebesar 100%.

Dalam proses permainan siswa hanya semangat ketika bernyanyi meskipun

masih ada beberapa siswa yang masih pasif, dan ketika nyanyian berhenti

kebanyakan siswa saling ribut sendiri untuk saling melempar tongkat agar

terhindar dari pertanyaan. Untuk itu setelah proses pembelajaran ini

berlangsung meskipun kurang maksimal, guru memberikan tugas kepada

siswa dengan tujuan agar mereka dapat belajar dirumah dan mengulangi

materi yang telah diberikan pada pertemuan tadi, akan tetapi masih banyak

sekali siswa yang tidak mengerjakaan. Dalam siklus I ini guru senantiasa

memberikan stimulus untuk mendorong semangat siswa supaya mereka aktif

dalam permainan dan tidak takut lagi ketika mendapat giliran menjawab serta

mereka harus dapat mengerjakan tugas yang diberikan agar mereka tidak lupa

dengan materi yang telah diajarkan.

Kenyataan di atas dapat dimaklumi mengingat subyek belum pernah

belajar dengan menggunakan model pembelajaran seperti ini sebelumnya. Dan

masih sangat terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran yang masih

sangat terpusat pada apa yang diberikan oleh guru, hal ini mengakibatkan

Page 128: 06130022-irfatul-aini

siswa mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dalam mengikuti

pembelajaran ini pada siklus I sehingga kegiatan pembelajaran inovatif

meteode Talking Stick berjalan kurang sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dari hasil pengamatan pada siklus I ternyata ada beberapa faktor yang

mempengaruhi aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran ini, antara

lain:

1. Siswa masih terbiasa belajar dengan model pembelajaran sebelumnya

sebelum proses pembelajran inovatif metode Talking Stick dilaksanakan

2. Penerapan pembelajaran inovatif metode Talking Stick ini masih baru

pertama kali diterapkan

3. Siswa masih merasa takut untuk menjawab pertanyaan ketika mendapat

giliran memegang tongkat

4. Siswa masih sangat malas untuk mengerjakan tugas dirumah

5. Sebelum siswa diberikan bahan ajar oleh peneliti mereka tidak memiliki

pegangan atau panduan untuk beajar hanya tergantung dengan apa yang

dicatatkan di papan tulis.

Pada pelaksanaan siklus II ini, aktivitas belajar siswa mulai mengalami

peningkatan, hal ini terlihat dari peningkatan aktivitas belajar siswa dengan

peningkatan prosentase sebesar 10.71% dengan predikat kategori “cukup

baik”. Sebagian besar siswa sudah mulai berpartisipasi secara aktif, bertanya

kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti dan juga ketika proses

pembelajaran metode Talking Stick dilaksanakan mereka tidak lagi merasa

Page 129: 06130022-irfatul-aini

takut manjawab pertanyaan ketika mendapat giliran memegang tongkat, serta

merekapun sudah mulai mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Peningkatan aktivitas tersebut dimungkinkan terjadi karena selama

pelaksanaan tindakan siklus II telah dilakukan perubahan pada proses

pembelajaran yang merupakan realisasi langkah perbaikan tindakan siklus I.

Yaitu adanya motivasi yang diberikan oleh guru bahwa pertanyaan yang akan

diberikan sudah tersaji pada bahan ajar yang telah diberikan sehingga siswa

hanya perlu mempelajari dengan baik, ketika guru menjelaskan inti dari materi

pelajaran, selain siswa bertanya guru juga memberikan beberapa pertanyaan

kepada siswa yang pertanyaan itu juga merupakan jenis pertanyaan yang akan

diberikan pada waktu proses pembelajaran dengan metode Talking Stick

sehingga siswa dapat memperdalam materi tersebut dan tidak kesulitan lagi

menjawab pertanyaan ketika metode Talking Stick dilaksanakan.

Pada pelaksanaan selanjutnya yakni siklus III ini, aktivitas belajar

siswa mulai mengalami peningkatan yang cukup meningkat, hal ini terlihat

dari peningkatan aktivitas belajar siswa dengan peningkatan prosentase

sebesar 16.12% dengan predikat kategori “ baik”. Sebagian besar siswa sudah

mulai berpartisipasi secara aktif, bertanya kepada guru mengenai materi yang

belum dimengerti dan juga ketika proses pembelajaran metode Talking Stick

dilaksanakan mereka tidak lagi merasa takut manjawab pertanyaan ketika

mendapat giliran memegang tongkat, serta merekapun sudah mulai mau

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.

Page 130: 06130022-irfatul-aini

Dari hasil pengamatan diketahui juga bahwa pada saat permainan

berlangsung dan ketika siswa yang mendapat giliran menjawab tidak bisa

ataupun kurang tepat jawabanya, maka guru memberikan kesempatan kepada

siswa lainnya untuk membetulkan atau melengkapi jawaban tersebut, sehingga

siswa lainnya sangat antusias dan termotivasi untuk memberikan jawabannya.

Serta guru juga akan memberikan tambahan poin penilaian kepada para siswa

yang bisa menjawab dan membetulkan atau melengkapi jawaban yang salah,

hal ini dimungkinkan supaya siswa mau aktif berpartisipasi dalam kegiatan

pembelajaran ini. Peningkatan aktivitas ini juga terjadi karena siswa benar-

benar menyadari bahwa dengan metode seperti ini siswa sangat senang karena

disamping belajar mereka juga bisa bermain, sehingga pikiran mereka tidak

tegang dan selalu serius ketika belajar.

Berdasarkan hasil pengamatan nampak bahwa siswa yang

berkemampuan tinggi dan berani berbicra mengambil peran yang sangat besar

dalam kegiatan pembelajaran ini, karena mereka selalu dapat menjawab dan

membenarkan atau melengkapi jawaban yang salah sehingga semua siswa

mengerti jawaban mana yang benar dan jawaban mana yang salah. Selain itu

mereka juga akan mendapat keuntungan baik yang berkemampuan tinggi

maupun rendah. Keuntungan yang diperoleh oleh siswa dengan memberikan

bantuan kepada teman yang tidak bisa menjawab ataupun kurang tepat dalam

menjawab mereka akan lebih baik lagi dalam menguasai isi materi yang

diajarkan, sedangkan keuntungan yang diperoleh oleh siswa yang

berkemampuan sadang atau rendah melalui kegiatan pembelajaran ini mereka

Page 131: 06130022-irfatul-aini

akan tau jawaban yang benar dan akan mengingat jawaban tersebut hal ini

disebabkan karena tutur kata teman sebaya yang dilakukan siswa dalam

menjawab pertanyaan akan dapat lebih mudah dipahami oleh siswa jika

dibandingkan dengan bahasa yang disampaikan oleh gurunya.

Pernyataan diatas memperlihatkan bahwa peningkatan aktivitas belajar

siswa selama proses pelaksanaan pembelajaran inovatif metode Talking Stick

telah memungkinkan para siswa untuk belajar sambil bermain dengan catatan

bahwa proses permainan tersebut dapat membantu mereka dalam memahami

isi materi yang telah disampai.

Page 132: 06130022-irfatul-aini

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari paparan data di depan dapat diketahui bahwa penerapan metode

Talking Stick dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran

IPS kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang. Hal ini dapat diketahui dengan

adanya peningkatan nilai hasil aktivitas yang diperoleh. Selanjutnya dapat

diambil ringkasan penjelasan di depan, sebagai berikut:

1. Perencanaan metode Talking Stick dalam meningkatkan aktivitas belajar

siswa.

Perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran

yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai

pengetahuan yang ia dapat serta bisa dirangsang dengan beberapa metode

pembelajaran yang menarik dan efisien seperti metodeTalking stick.

Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPS

terpadu perlu adanya pendekatan, metode ataupun teknik pembelajaran

yang dapat menarik perhatian siswa dan lebih membuat siswa menghargai

pengetahuan yang ia dapat.

2. Pelaksanaan metode Talking Stick dalam upaya meningkatkan aktivitas

belajar siswa.

Pelaksanaan metode Talking Stick dalam pembelajaran IPS

terpadu adalah sangat memudahkan siswa dalam memahami materi

pelajaran Anatara lain yakni: kondisi geografis dan penduduk, Atmosfer

Page 133: 06130022-irfatul-aini

dan Hidrosfer serta perkembangan masyarakat, kebudayaan, Hindu-Budha

pada masa kolonial Eropa

Penerapan metode Talking Stick pada pembelajaran IPS terpadu

adalah salah satu pendekatan dan teknik pembelajaran inovatif yang dapat

dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas siswa pada pembelajaran Ips

terpadu.

3. Penilaian metode Talking stick dalam upaya meningkatkan aktivitas

belajar siswa

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Talking Stick

dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya pada mata pelajaran

IPS. Pada siklus I aktivitas belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas dari

pre test sebesar 24 meningkat menjadi 25 atau sekitar 4.1% dan

peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula nilai rata-rata kelas dari

pre test sebesar 77.5 meningkat menjadi 78.5 atau sekitar 1.27 %,

Sedangkan pada siklus II aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan

yakni nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 28 meningkat menjadi 31

atau sekitar 10.71 % dan peningkatan aktivitas belajar siswa yang semula

nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 78,5 meningkat menjadi 81.4 atau

sekitar 3.56 %, dan sedangkan pada siklus III aktivitas belajar siswa

mangalami peningkatan nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 31

meningkat menjadi 36 atau sekitar 16.12%. Dan peningkatan metode

talking stick belajar siswa terlihat dari nilai rata-rata kelas yang semula

nilai rata-rata kelas dari pre test sebesar 81.4 meningkat menjadi 87 atau

Page 134: 06130022-irfatul-aini

sekitar 6.43%.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka saran yang dapat peneliti

berikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi peserta didik

a. Pada saat pembelajaran inovatif metode Talking Stick diterapkan, perlu

meningkatkan keberanian mengajukan pertanyaan tentang materi

maupun instruksi-instruksi yang belum dimengerti sehingga tidak

merasa kesulitan dalam menerima materi pelajaran.

b. Pada saat diberi kesempatan oleh guru untuk belajar secara mandiri

hendaknya dapat dipergunakan sebaik-baiknya untuk belajar dengan

sungguh-sungguh sehingga dalam proses pembelajaran mereka dapat

menjawab pertanyaan, dan agar para peserta didik yakin dengan

dirinya sendiri mampu dan tidak merasa takut menjawab pertanyaan

2. Bagi Guru

a. Diharapkan pada guru agar dapat menerapkan metode pembelajaran

inovatif metode Talking Stick ini sebagai alternatif atau pilihan dalam

praktik pembelajaran di kelas VII-H SMPN 1 Singosari Malang

khususnya pada mata pelajaran IPS terpadu, dan guru juga bisa

menerapkan metode ini pada pelajaran-pelajaran yang bersifat hafalan

yang mudah dicernah dan dipahami oleh siswa, agar aktivitas belajar

dapat meningkat, sehingga siswa terlihat semangat untuk mengikuti

Page 135: 06130022-irfatul-aini

proses pembelajaran dan tidak merasa malas dalam belajar, serta siswa

tidak merasa bosan selama proses pembelajaran berlangsung.

b. Guru hendaknya lebih meningkatkan motivasi pada siswa untuk

belajar secara mandiri dalam arti mereka dapat mempergunakan

pengetahuan dasar yang telah mereka miliki dalam belajar agar mereka

bisa memperoleh pengetahuan secara cepat dan tepat, karena dengan

hal ini akan mempermudah mereka dalam proses pembelajaran dengan

menggunakan metode Talking Stick.

c. Bagi sekolah SMPN 1 Singosari Malang

Bagi SMPN 1 Singosari Malangagar perlu menyediakan sarana dan

prasarana yang lengkap untuk mendukung efektifitas penerapan

pembelajaran inovatif metode Talking Stick, seperti memperhatikan

keadaan siswa dengan menyediakan bahan ajar, lembar kegiatan siswa

(LKS), dan buku pegangan yang harus dimiliki siswa agar mereka

dapat belajar dengan baik, tidak hanya mengandalkan catatan yang

setiap kali pertemuan ditulis dipapan tulis.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Mengingat adanya keterbatasan dalam penelitian ini maka

diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk membahas lebih jelas

tentang efektivitas penerapan pembelajaran inovatif metode Talking Stick

dalam mata pelajaran IPS terpadu untuk meningkatkan aktivitas belajar

siswa

Page 136: 06130022-irfatul-aini

115

DAFTAR PUSTAKA

Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. 2007. Psikologi Kenabian. Yaogyakarta: Pustaka Al Furqon.

Ahmadi Abu, 1993. Cara Belajar yang Mandiri dan Sukses. Solo: C.V Aneka, Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta: Rineka Cipta.

B. Uno Hamzah. 2007. Model pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Agama RI. 1993. Al Qur’an dan Terjemahannya. Proyek dan Penggandaan Kitab Suci Al Qur’an. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono, 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hanafian Nanang dan Cucu Suhana, 2009, Konsep Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Refika Aditama.

http://telaga.cs.ui.ac.id/belajar menurut islam/laporan4/kelompok5.doc.(akses 5

mei 2010) pukul 13.00 WIB

Ilwan, Moch. 2008. Penerapan Model Pembelajran Inovatif (Innovatif Lerning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemandirian Belajar Pada Mata Pelajaran Manajemen Perkantoran pada Siswa Kelas X APK SMK PGRI 6 Malang. Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Ekonomi.

Moleong, 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rosdakarya.

Nasih, Ahmad Munjin dan Lilik Nur Kholidah, 2009. Metode dan Tehnik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang: PT Refika Aditama.

Posted on by kiranawati,wiki pedia.Com. Diakses 3 Januari 2010

Sardiman, 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.

Syaiful Sagala , 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfabeta,

Suyatno, 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Sidoarjo, Masmedia Buana Pustaka,

115

Page 137: 06130022-irfatul-aini

116

Station F. Thomas. 1978. Cara Belajar Dengan Hasil yang Baik, Bandung: C.V Diponegoro

Thonthowi Ahmad,----- Psikologi Pendidikan, Bandung: Angkasa, Tt,

Rahmawati, Ika, 2008. Penerapan Model Pembelajran Inovatif (Innovatif Lerning) Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Kemandirian Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Malang. Skripsi tidak diterbitkan: Fakultas Ekonomi.

Rohani, Ahmad, 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Wahab Abdul Aziz, Metode dan Model-Model Mengajar, Bandung: 2008, Alfabeta.

Wahidmurni dan Nur Ali, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: UIN press.

Winkel, W.S, 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Wina Sanjaya, 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana prenada Media group.

Page 138: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 1

BUKTI KONSULTASI

Nama : Irfatul Aini

NIM / Jurusan : 0630022 / Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Judul Skripsi : Penerapan model pembelajaran Inovatif melalui metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VII di SMPN 1 Singosari Malang

Dosen Pembimbing : Dr. H. Nur Ali M.Pd

No Tanggal Hal Yang Dikonsultasikan Tanda Tangan

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

19Maret 2010

24 Maret 2010

7 Mei 2010

10 Mei 2010

20 Mei 2010

22 Mei 2010

2 Juni 2010

4 Juni 2010

18 Juni 2010

12 Juli 2010

16 Juli 2010

Konsultasi proposal

Konsultasi Bab I, II dan III

Revisi Bab I, II dan III

Konsultasi Bab I, II, dan III

Revisi Bab I, II, dan III

Konsultasi Bab IV, V,dan VI

Revisi Bab IV, V, dan VI

Konsultasi Bab V, dan IV

Revisi Bab V, dan IV

Konsultasi Bab V, dan IV

ACC keseluruhan

1..............

2. ..............

3...............

4. ..............

5. ..............

6. ..............

7. ............

8. ..............

9. ............

10. ............

11. ..........

Malang, 15 Juli 2010 Mengetahui

Dekan Fakultas Tarbiyah

Dr.H.M.Zainuddin, MA NIP. 19620507 199503 1 001

Page 139: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 4

PEDOMAN INSTRUMEN PENELITIAN Pedoman intrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang:

A. Intrumen observasi

1. Letak Geografis SMPN 1 Singosari Malang

2. Sekilas mengenai SMPN 1 Singosari Malang

3. Kondisi lingkungan SMPN 1 Singosari Malang serta Kegiatan belajar

mengajar di SMPN 1 Singosari Malang

4. Pelaksanaan Metode Talking stick untuk meningkatkan aktivitas belajar

siswa kelas VII-H Mata Pelajaran IPS Terpadu

B. Instrumen wawancara

1. Program-program yang disusun oleh wakil kepala sekolah bagian

kurikulum dan Guru Mata Pelajaran IPS Terpadu dalam menerapkan

Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar pada Mata

Pelajaran IPS Terpadu yang dilakukan saat pelaksanaan belajar mengajar.

2. Pelaksanaan Metode Talking Stick untuk meningkatkan aktivitas Belajar

Pada Mata Pelajaran IPS Rerpadu kelas VII-H di SMPN 1 Singosari.

3. Data-data mengenai aktivitas siswa kelas VII-H SMPN 1 Singosari

Malang

C. Instrumen dokumentasi

1. Sejarah singkat SMPN 1 Singosari Malang

2. Data guru-guru, siswa dan karyawan serta struktur organisasi SMPN 1

Singosari Malang

3. Data-data tentang keadaan kurikulum SMPN 1 Singosari Malang

120

Page 140: 06130022-irfatul-aini

4. Keadaan Siswa SMPN 1 Singosari

5. Keadaan Keuangan SMPN 1 Singosari

6. Sarana dan Prasarana SMPN 1 Singosari

7. Data-data program SMPN 1 Singosari Malang

Page 141: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 5

2. Struktur Organisasi

Struktur organisasi diadakan dengan maksud mengarahkan kegiatan para

anggota organisasi untuk menjalankan fungsi dan tugasnya sesuai dengan

kewenangan, serta menghindari ketumpang tindihan dalam pelaksanaan kegiatan

tersebut. Adapun struktur organisasi pada SMPN 1 Singosari Malang tahun

pelajaran 2009/2010 dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

Adapun struktur organisasi SMPN 1 Singosari Malang adalah sebagai

berikut:

Struktur Organisasi

SMPN 1 Singosari Malang

Gambar 1. Struktur Organisasi SMPN 1 Singosari Malang

(Sumber: SMPN 1 Singosari Malang Tahun 2010)

Kepala sekolah Sapto Suparjatmo, S. Pd

Komite Sekolah Drs, K. Hadisriono, SH

KORLAKBID Kesiswaan

Arif Nurcahyo, SE, S, Pd

KORLAKBID Sapras Drs. Trisno Djunaidi

KORLAKBID Kurikilum

Nanik Suliani, S. Pd

Tim Pengembang Drs. A. Muzakkin, M. Ag Drs. Budi Irianto Kanti S, S. Pd

KORLAKBID

Humas Winarni Ds, S. Pd

Peserta Didik

Guru dan Karyawan

Wakil Kepala sekolah Endik Yulianto, S. Pd

K.A TAUS Aning Krisya W.

122

Page 142: 06130022-irfatul-aini

3. Keadaan kurikulum

Membantu Kepala Sekolah dalam hal :

a. Mengkoordinir penyusunan dan pelaksanaan kurikulum sekolah

(KTSP) . Menyusun pembagian tugas mengajar dan jadwal pelajaran .

b. Menyiapkan dan atau membuat kelengkapan administrasi pelaksanaan

KTSP .

c. Megkoordinir pelaksanaan kegiatan MGMPS .

d. Menyusun program pelaksanaan evaluasi belajar (Ulng. Harian , UTS,

UAS, UKK, ujian dan Remidial)

e. Merencanakan kegiatan untuk pengembangan mutu akademis di

sekolah .

f. Berkoordinasi dengan TP SSN / RSBI untuk pelaksanaan

pengembangan SNP,khususnya :

g. Standar : isi , proses , kompetensi lulusan , dan penilaian pendidikan .

h. Mengadministrasikan /mengarsipkan semua pelaksanaan kegiatan

kurikulum sekolah .

i. Mengatur ketertiban / kelancaran pelaksanaan PBM .

j. Mengkoordinir lain-lain kegiatan yang ada hubungannya dengan

pelaksanaan kurikulum sekolah.

k. Menyusun laporan kegiatan kurikulum secara berkala .

Page 143: 06130022-irfatul-aini

4. Keadaan keuangan

a. Sumber Pendanaan 2009 – 2010

Belanja Pegawai : Rp.1.907.842.800,-

BOS (895 x 12 x RP.47.500,0) : Rp. 510.150.000,-

Block Grant RSBI : Rp. 300.000.000,-

Iuran Bulanan : Rp.1.000.750.000,-

Iuran Insidentil Kl.7 : Rp. 336.000.000,-

Jumlah : Rp.4.084.742.800,-

b. Biaya Operasional Sekolahyang Ideal

Sklh Potensial : Rp 2 Juta/Siswa/Thn

= Rp. 166.666,-/Siswa/Bln

Skl SSN : Rp.3 Juta/Siswa/Thn

= Rp.250.000,- / Siswa / Bln

Sklh RSBI : Rp.5 Juta / Siswa / Thn

= Rp. 416.666,- / Siswa / Bln

(* Buku Panduan Pelaksanaan RSBI SMP)

5. Sarana dan Prasarana

Membantu Kepala Sekolah dalam :

a. Mengkoordinir penyusunan kebutuhan sarpras sekolah menjelang awal

tahun pelajaran .

b. Mengkoordinir pendayagunaan sarana prasarana sekolah serta

perijinan penggunaan sarana prasarana sekolah

+

Page 144: 06130022-irfatul-aini

c. Mongkoordinir pelaksanaan inventarisasi sarana prasarana sekolah .

d. Mengkoordinir pelaksanaan perawatan , perbaikan , serta penghapusan

barang inventaris sekolah .

e. Berkoordinasi dengan TP SSN / RSBI untuk pelaksanaan

pengembangan SNP , khususnya standar pngmbng`an sarpras

f. Menyusun laporan pelaksanaan urusan

g. sarana prasarana secara berkala

Tabel 2. Sarana dan Prasarana berdasarkan Lokasi dan Fungsinya

No LOKASI ATAU RUANG FUNGSI

1 26 Ruang Kelas (Ruang

Belajar)

Untuk Proses Belajar Mengajar

2 2 Lokasi Kelas 1 untuk lab. IPA dan 1 untuk Ketrampilan

3 1 Ruang Kantor & 1 Ruang

Kepala Sekolah

Kegiatan Ketatausahaan & Kepala Madrasah

4 2 Ruang Guru 1 Ruang untuk guru Putri

1 Ruang untuk guru Putra

5 1 Ruang BP dan UKS Untuk Konsultasi/ Pelayanan Kesehatan Siswa

6 1 Ruang OSIS Untuk Kegiatan OSIS

7 1 Ruang Mushola Sholat untuk Bapak/ Ibu Guru

8 1 Ruang Kopsis Jual Beli Perlengakapan Sekolah

9 1 Ruang Olah Raga Penampungan alat Olah Raga

10 2 Gudang 1 alat dan 1 alat untuk alat pendidikan

11 1 Dapur Untuk masak air

12 1 Ruang Pentas Untuk Pentas/ untuk Pleno/ Ketrampilan

13 2 Tempat sepeda motor/ Mobil Untuk Guru

14 1 Petak tempat sepeda motor Untuk Sepeda motor

15 1 Ruang Komputer Untuk pelajaran TIK

16 1 Aula Untuk Pertemuan

17 1 Ruang Lab. Bahasa Untuk Praktek Bahasa

18 3 Kantin 1 gedung bangunan dan 2 petak kantin

Sumber Data: Dokumentasi SMPN 1 Singosari, 2010

Page 145: 06130022-irfatul-aini

GURU DAN PEGAWAI SMPN 1 SINGOSARI TAHUN 2010

A. GURU No NAMA TUGAS

1 Dra. Hj. Istuti Mamik, M. Ag Bim. Konseling 2 Drs. Moh. Taufik Matematika 3 Winarto, S. Pd IPA Biologi 4 Minuril Hidyati, S.Pd Matematika 5 Mas’udi, M.Ed B.Inggris 6 Dwi Siwi Andari, S.Pd IPA Biologi 7 Drs. Supandri Penjaskes 8 Erna Murjanti, S.Pd Matematika 9 Drs. Sutrisno Matematika 10 Rimayanti, S.Pd Bahasa Indonesia 11 M. Syaifuddin, S.Pd Bahasa Inggris 12 Ratna Hidayati, M.Ed Bahasa Inggris 13 Sutirjo. M.Pd IPA Biologi 14 Ruchoyyati, BA Aqidah Akhlak 15 Emy Widayatsih, S.Pd Bahasa Indonesia 16 Drs. Mujtahid Matematika 17 Dra. Cahyowatin Matematika 18 Nuril Anwar, S.Pd Bahasa Indonesia 19 Dra. Hanik Fauziah Bahasa Inggris 20 Dra. Siti Hajar Matematika 21 Dra. Titin Sumartini Bahasa Inggris 22 Dra. Tri Sulasmi W Matematika 23 Fitri Hari Jatmiko, S.Ag Bahasa Inggris 24 Siti Fatimah IPA Fisika 25 Ahmad Budi Leksono, S.Pd Bahasa Inggris 26 Dra. Fonny Anawati, M.Pd Bim. Konseling 27 Dra. Hairiyah PAI 28 Ahmad Maksun, S.Pd Penjaskes 29 Handri Setiawan, S.Pd IPS 30 Mokh. Amin Thohari, S.Ag PAI 31 Yuyus Robentien, S.Pd Bahasa Indonesia 32 Ana Fikhrotus Zakiyah, SP IPA 33 Moch. Sholehudin, S.Pd Bahasa Arab 34 Lailatul Chusniah, S.Pd IPS

Page 146: 06130022-irfatul-aini

B. GURU TIDAK TETAP No NAMA TUGAS

1 M. Yusuf, S.Pd Penjaskes 2 Drs. Sarsono Bahasa Indonesia 3 Sumiati Sudjono, S.Pd IPS Ekop 4 Aries Yulianto, S.Pd IPS Geografi 5 Anna Tri Rusmianti PPKn 6 Mujiono Aqidah Akhlak 7 Indah Kurniawati, S.Ag Fiqh 8 M. Kholis Widodo IPA Fisika 9 Siti Nurul Fitriani, S.Ag Bahasa Arab 10 Munifatunnufus, S.Ag Bahasa Arab 11 Ira Kristina, S.Pd PPKn 12 Drs. M. Ibrahim Fiqh 13 Miftahurrohman, S.S Sejarah 14 Faruq Baharudin, S.S SKI 15 Lukman Hakim, S.Pd Bahasa Arab 16 Umargiono, S.Pd Sejarah 17 Luluk Huriroh, S.Pd IPA Fisika 18 Shohib, S.Pd IPA Fisika 19 Saiful Bahri A. S.Pd IPS Sejarah 20 Enita D. S.P Computer 21 Pariati Hidayat, S.Psi Bim. Koseling 22 Iip Rudi Ripai, M.Hum Kesenian 23 Zulfiki, S.Pd Bahasa Indonesia 24 Denok Purwaningsih, S.Pd Penjaskes

TATA USAHA

No NAMA

TUGAS

1 Dra. Uswatun Hasanah Ka. Tata Usaha 2 Suwardi Pengadministrasi Umum 3 Heru Cahyono Pengadministrasi Kepegawaian 4 Karmilawati Pengadministrasi Kesiswaan

PERPUSTAKAAN

No NAMA TUGAS

1 Diah Muji Rahayu, S.Sos Perpustakaan

Page 147: 06130022-irfatul-aini

KEBERSIHAN

NO NAMA TUGAS

1 Djoned Koor. Kebersihan 2 Hariyono Kebersihan 3 Rudianto Kebersihan 4 Nyoto Hadi Kebersihan 5 Hadi Wiyono Kebersihan 6 Prihantono Kebersihan 7 Sunarto Kebersihan 8 Misni Kebersihan 9 Cahyo Widodo Kebersihan

SATPAM

NO NAMA TUGAS

1 Moh. Toha Satpam 2 Supratono Satpam 3 Suharno Satpam

KOPERASI

NO

NAMA TUGAS

1 Elis Mufida Staf Koperasi 2 Fatimatuzzahro Staf Koperasi 3 Endang Sulistiyani Staf Koperasi 4 Sri Lestari Staf Koperasi

Page 148: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 6 Penilaian Proses SIKLUS 1

Hari /Tanggal : Jum’at, 18 Februari 2010 Kelas : VII-H

Sub Pokok Bahasan : kondisi geografis penduduk Observer : Sri Wahyuni

TALKING STICK

No NO.

INDUK Nama Aspek penilaain

Skor Nilai

keaktifan Menjawab

A B C A B C 1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 8 80 2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80 3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 7 70 4 13858 Aris Al Imron v v 8 80 5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80 6 13860 Fahrizal maulan v v 8 80 7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100 8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80 9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80 10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 7 70 11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80 12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 7 70 13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80 14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100 15 13869 Almistika hasanah v v 8 80 16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100 17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 7 70 18 13872 Choirum ayun v v 8 80 19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 7 70 20 13874 Esti widianti v v 8 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80 22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100 23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0 24 13878 Linda rahmawati v v 7 70 25 13879 Meta novita v v 8 80 26 13880 Meyliva ella radika v v 10 100 27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 7 70 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 7 70 30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80 31 13885 Rifky anindita yusan v v 8 80 32 13886 Silvia shinta irmawati v v 7 70 33 13887 Widiana tri astutik v v 8 80 34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 10 100

Page 149: 06130022-irfatul-aini

Keterangan skor dalam point keaktifan A. Sangat aktif skor 5 B. Cukup aktif skor 3 C. Kurang aktif skor 2 Keterangan skor dalam poin menjawab A. Tepat skor 5 B. Cukup tepat skor 3 C. Kurang tepat skor 2 Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu:

NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100)

Page 150: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 7 PENILAIAN Proses SIKLUS 2

Hari /Tanggal : Jum’at, 4 Maret 2010 Kelas : VII-H

Sub Pokok Bahasan : Atmosfer dan hidrosfer Observer : Sri Wahyuni

TALKING STICK

No NO.

INDUK Nama Aspek penilaain

Skor Nilai

keaktifan Menjawab

A B C A B C 1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 7 70 2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80 3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 7 70 4 13858 Aris Al Imron v v 8 80 5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80 6 13860 Fahrizal maulan v v 7 70 7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100 8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80 9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80 10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 8 80 11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80 12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 10 100 13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80 14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100 15 13869 Almistika hasanah v v 8 80 16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100 17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 7 70 18 13872 Choirum ayun v v 8 80 19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 10 100 20 13874 Esti widianti v v 8 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80 22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100 23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0 24 13878 Linda rahmawati v v 10 100 25 13879 Meta novita v v 8 80 26 13880 Meyliva ella radika v v 7 70 27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 10 100 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 10 100 30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80 31 13885 Rifky anindita yusan v v 7 70 32 13886 Silvia shinta irmawati v v 8 80 33 13887 Widiana tri astutik v v 10 100 34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 7 70

Page 151: 06130022-irfatul-aini

Keterangan skor dalam point keaktifan D. Sangat aktif skor 5 E. Cukup aktif skor 3 F. Kurang aktif skor 2 Keterangan skor dalam poin menjawab D. Tepat skor 5 E. Cukup tepat skor 3 F. Kurang tepat skor 2 Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu:

NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100)

Page 152: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 8 PENILAIAN Proses SIKLUS 3

Hari /Tanggal : Jum’at, 11 Maret 2010 Kelas : VII-H

Sub Pokok Bahasan : Perkmbngan masyrakat, kebudyaan masa Hindu-Budha

Observer : Sri Wahyuni TALKING STICK

No NO. INDUK Nama

Aspek penilaain Skor Nilai

keaktifan Menjawab

A B C A B C 1 13855 Achmad taufik firmansyah v v 10 100 2 13856 Agung Zainul Maliki v v 8 80 3 13857 Anang Teguh Nuryadi v v 10 100 4 13858 Aris Al Imron v v 8 80 5 13859 Brian Aditya nur Moch v v 8 80 6 13860 Fahrizal maulan v v 8 80 7 13861 Galih Purwa Guntara v v 10 100 8 13862 Imam Abdul Rchim v v 8 80 9 13863 M. Moreno Kelana v v 8 80 10 13864 Moch. Dicky firmansyah v v 10 100 11 13865 Moch. An'im choiruddin v v 8 80 12 13866 Rahmat hamidi shaleh v v 10 100 13 13867 Teo destario dwi anoraga v v 8 80 14 13868 Yoga rhamadan v v 10 100 15 13869 Almistika hasanah v v 8 80 16 13870 Alvinda ayu kartika sari v v 10 100 17 13871 ayunda zakiana rizanti v v 10 100 18 13872 Choirum ayun v v 8 80 19 13873 Devinta setyaningtyas A v v 10 100 20 13874 Esti widianti v v 8 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani v v 8 80 22 13876 Jannatul firdaus ahla v v 10 100 23 13877 Katrin rengga resistyaning v v 80 0 24 13878 Linda rahmawati v v 10 100 25 13879 Meta novita v v 8 80 26 13880 Meyliva ella radika v v 10 100 27 13881 Michibbatul Mufidah v v 8 80 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis v v 10 100 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana v v 10 100 30 13884 Octa fitri mu'azizah v v 8 80 31 13885 Rifky anindita yusan v v 8 80 32 13886 Silvia shinta irmawati v v 8 80 33 13887 Widiana tri astutik v v 10 100 34 13888 Zulfina fahrun nisa v v 10 100

Page 153: 06130022-irfatul-aini

Keterangan skor dalam point keaktifan G. Sangat aktif skor 5 H. Cukup aktif skor 3 I. Kurang aktif skor 2 Keterangan skor dalam poin menjawab G. Tepat skor 5 H. Cukup tepat skor 3 I. Kurang tepat skor 2 Data hasil Observasi diolah dengan menggunakan skala nilai yaitu

NILAI= (Skor yang diperoleh: Skor maksimal x 100)

Page 154: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 9

REKAP NILAI KELAS VII-H TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nomor Nama siswa

L/P

Penilaian Urut Induk Pre

test Siklus

I Siklus

II Siklus

III Rata-rata

1 13855 Achmad taufik .F L 89 80 70 100 59.75 2 13856 Agung Zainul Maliki L 89 80 80 80 62.25 3 13857 Anang Teguh Nuryadi L 86 70 70 100 56.5 4 13858 Aris Al Imron L 89 80 80 80 62.25 5 13859 Brian Aditya nur Moch L 88 80 80 80 82.66 6 13860 Fahrizal maulan L 82 80 70 80 77.33 7 13861 Galih Purwa Guntara L 81 100 100 100 93.66 8 13862 Imam Abdul Rchim L 84 80 80 80 81.33 9 13863 M. Moreno Kelana L 83 80 80 80 81 10 13864 Moch. Dicky firmansyah L 90 70 80 100 80 11 13865 Moch. An'im choiruddin L i 80 80 80 53.33 12 13866 Rahmat hamidi shaleh L 91 70 100 100 87 13 13867 Teo destario dwi anoraga L 94 80 80 80 84.66 14 13868 Yoga rhamadan L 94 100 100 100 98 15 13869 Almistika hasanah P 86 80 80 80 82 16 13870 Alvinda ayu kartika sari P 84 100 100 100 94.66 17 13871 ayunda zakiana rizanti P 80 70 70 100 73.33 18 13872 Choirum ayun P 85 80 80 80 81.66 19 13873 Devinta setyaningtyas A P 89 70 100 100 86.33 20 13874 Esti widianti P 80 80 80 80 80 21 13875 Imtias Nisa ramadhani P i 80 80 80 53.33 22 13876 Jannatul firdaus ahla P 80 100 100 100 93.33 23 13877 Katrin rengga resistyaning P 83 0 0 0 27.66 24 13878 Linda rahmawati P 73 70 100 100 81 25 13879 Meta novita P 86 80 80 80 82 26 13880 Meyliva ella radika P 87 100 70 100 85.66 27 13881 Michibbatul Mufidah P 66 80 80 80 75.33 28 13882 Nabilah Fairuz bilqis P 87 70 100 100 85.66 29 13883 Nuzul Ristyantika yuliana P 81 70 100 100 83.66 30 13884 Octa fitri mu'azizah P 89 80 80 80 83 31 13885 Rifky anindita yusan P 84 80 70 80 78 32 13886 Silvia shinta irmawati P 88 70 80 80 79.33 33 13887 Widiana tri astutik P 87 80 100 100 89 34 13888 Zulfina fahrun nisa P i 100 70 100 56.66

Jumlah rata-rata 77.5 78.52 81.47 87.05 76.80

Lk :20 Pr :14 Jumlah :34

Singosari, 27 Maret 2010 Drs. H. Darsono

Page 155: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 10 DATA OBSERVASI AKTIVITAS

PRE TEST

NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR

NILAI 4 3 2 1

1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan

- Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan

2 2

- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya

- Tergerak untuk selalu belajar

2

1

- Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan

- Terangsang untuk mewujudkan keinginannya

2

1

- Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan

- Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu

- Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran

2 2

1

- Semangat - Mengikuti KBM dengan senang

- Mengerjakan tugas sesuai petunjuk guru

- Tidak merasa jenuh dengan pelajaran

2 2

1

- Rasa ingin tahu

- Bertanya untuk mencari tahu

- Selalu merasa penasaran

2 2

Jumlah 20 4 Jumlah 24

Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang

Page 156: 06130022-irfatul-aini

DATA OBSERVASI AKTIVITAS SIKLIS I

NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR

NILAI 4 3 2 1

1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan

- Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan

2 2

- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya

- Tergerak untuk selalu belajar

3

1

- Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan

- Terangsang untuk mewujudkan keinginannya

2

1

- Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan

- Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu

- Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran

4 2

1

- Semangat - Semangat siswa pada saat permainan dilaksanakan

- Partisipasi siswa saat permainan berlangsung

- Selalu Tidak kenal malas

2

1 1

- Rasa ingin tahu

- Bertanya untuk mencari tahu

- Selalu merasa penasaran

2

1

Jumlah 4 3 12 6 Jumlah 25

Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang

Page 157: 06130022-irfatul-aini

DATA OBSERVASI AKTIVITAS SIKLUS II

NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR

NILAI 4 3 2 1

1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan

- Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan

2 2

- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya

- Tergerak untuk selalu belajar

2

1

- Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan

- Terangsang untuk mewujudkan keinginannya

2

1

- Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan

- Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu

- Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran

4 4

2

- Semangat - Semangat siswa pada saat permainan dilaksanakan

- Partisipasi siswa saat permainan berlangsung

- Selalu Tidak kenal malas

2 2

1

- Rasa ingin tahu

- Bertanya untuk mencari tahu

- Selalu merasa penasaran

3 2

Jumlah 8 3 16 3 Jumlah 31

Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang

Page 158: 06130022-irfatul-aini

DATA OBSERVASI AKTIVITAS SIKLUS III

NO VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR

NILAI 4 3 2 1

1 AKTIVITAS - Pendorong - Merasa terdorong untuk melaksanakan tugas yang diberikan

- Bersemangat terhadap tugas yang dikerjakan

4

2

- Penggerak - Tergerak untuk selalu melakukan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya

- Tergerak untuk selalu belajar

3 2

- Rangsangan - Melakukan sesuatu karena ada rangsangan

- Terangsang untuk mewujudkan keinginannya

3

2

- Keinginan - Keinginan untuk selalu menghilangkan kemalasan

- Mempunyai keinginan yang kuat terhadap sesuatu

- Mempunyai rasa senang terhadap pelajaran

2 2

1

- Semangat - - Semangat siswa pada saat permainan dilaksanakan

- Partisipasi siswa saat permainan berlangsung

- Selalu Tidak kenal malas

2 2

1

- Rasa ingin tahu

- Bertanya untuk mencari tahu

- Selalu merasa penasaran

4 4

Jumlah 16 6 12 2 Jumlah 36

Keterangan : 4 : Baik Sekali 3 : Baik 2 : Cukup 1 : Kurang

Page 159: 06130022-irfatul-aini

Data pehitungan dengan Rumus: Post rate – Base rate P = x 100 % Base rate

a. AKTIVITAS BELAJAR 1. Pada siklus I

Post rate – Base rate

P = x 100 % Base rate

= 25 – 24 x 100 24 = 4,1%

2. Pada siklus II

Post rate – Base rate P = x 100 % Base rate

= 31 – 28 x 100 28

= 10,71%

3. Pada silkus III

Post rate – Base rate P = x 100 % Base rate

= 36 –31 x 100 31 = 16,12%

Page 160: 06130022-irfatul-aini

b. TALKING STICK 1. Pada siklus I

Post rate – Base rate

P = x 100 % Base rate

= 78,5 – 77,5 x 100 77,5 = 1,29%

2. Pada siklus II

Post rate – Base rate P = x 100 % Base rate

= 81,4 – 78,5 x 100 78,5 = 3,69%

3. Pada siklus III

Post rate – Base rate P = x 100 % Base rate

= 87 – 81.4 x 100 81,4

= 6,87%

Page 161: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 11

Dokumentasi

A. Proses belajar mengajar

Gambar 1. 1 Proses belajar mengajar

Gambar 1. 2 Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru

Page 162: 06130022-irfatul-aini

Gambar 1. 3 Saat guru memberikan pengarahan pasa siswa

Gambar 1.4 siswa belajar kelompok

Page 163: 06130022-irfatul-aini

Gambar 1. 5 siswa menjawab pertanyaan dari guru

Gambar 1. 6 Saat pelemparan Talking stick

Page 164: 06130022-irfatul-aini

Gambar 1. 7 Saat sisiwa mendapat pertanyaan dari guru

Gambar 1. 8 Metode talking stick

Page 165: 06130022-irfatul-aini

Gambar 1. 9 Saat siswa presentasi depan kelas

Gambar 1.10 Foto bersama siswa-siswa VII-H SMPN 1 Singosari Malang

Page 166: 06130022-irfatul-aini

B. Bangunan sekolah

Gambar 2. 1 Bangunan dari luar

GAMBAR 2. 2 Kantin sekolah “kantin kejujuran”

Page 167: 06130022-irfatul-aini

Gambar 2. 3 Lapangan basket

Gambar 2. 3 Bangunan tampak dari dalam sekolah

Page 168: 06130022-irfatul-aini

Lampiran 12

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Irfatul Aini

Tempat Tanggal Lahir : Malang, 01Mei 1987

Alamat Rumah : Desa Sipring RT 01

RW 02 Pagelaran,

Malang

Alamat Malang : Jln. Sunan Drajat No.

9 Malang.

Telp : Rumah (0341)877153

Hp. 085815188738

GRADUASI PENDIDIKAN

1. Taman Kanak-kanak (TK) Hidayatul Mubtadiin Sipring I Tahun 1993-1994

2. MI Hidayatul Mubtadiin Sipring Tahun 1994-2000

3. MTs.Khairuddin Gondanglegi 2000-2003

4. MA. Khairuddin Gondanglegi Tahun 2003-2006

5. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Tahun 2006-

2010