07-linna

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Akuntansi

Citation preview

  • ANJAK PIUTANG

    133

    ANJAK PIUTANG (FACTORING) ALTERNATIF PEMBIAYAAN UNTUK MEMPERLANCAR ARUS KAS (CASH FLOW) PERUSAHAAN

    LINNA ISMAWATI

    Jurusan Manajemen

    Universitas Komputer Indonesia

    Semakin tingginya tingkat persaingan antar perusahaan saat ini akan memaksa perusahaan untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pelanggannya. Salah satu cara adalah dengan mempermudah syarat pembayaran produk. Oleh karena itu pembayaran yang ditunda (kredit) menjadi suatu kebutuhan bagi perusahaan dalam rangka meningkatkan volume penjualannya. Atas penjualan secara kredit tersebut maka perusahaan memiliki tagihan (piutang) kepada pelanggan/customer. Piutang bagi perusahaan akan memperlambat arus kas (cash flow) karena dana tunai/kas baru akan masuk setelah piutang tersebut jatuh tempo. Padahal disisi lain perusahaan membutuhkan uang tunai/kas untuk kegiatan operasionalnya. Jika perusahaan kekurangan kas maka biasanya akan pinjam ke pihak lain misalnya bank. Sekarang ini, perusahaan mempunyai alternatif lain untuk memperoleh dana tunai yaitu dengan menjual atau mengalihkan faktur-faktur piutang yang dimilikinya ke Lembaga Keuangan Anjak Piutang (Factoring). Anjak piutang..

    PENDAHULUAN Usaha anjak piutang dimulai di wilayah Amerika Utara khususnya pada sektor industri tekstil yang sampai saat ini masih merupakan salah satu bidang kegiatan usaha utama anjak piutang. Di negara- negara lain usaha ini masih merupakan industri yang sangat baru, dimulai sekitar dekade 1970-an. Perusahaan anjak piutang di Eropa mengikuti pola perkembangan usaha anjak piutang di Amerika. Kegiatan anjak piutang pada dasarnya merupakan bidang usaha yang relatif baru di Indonesia. Eksistensi Kelembagaan Anjak Piutang dimulai sejak ditetapkan Paket Kebijaksanaan 20 Desember 1988 atau Pakdes 20, 1988 yang diatur dengan Keppres

    No. 61 tahun 1988 dan Keputusan Menteri Keuangan No. 1251/KMK.13/1988 tanggal 20 Desember 1988. Pengenalan usaha anjak piutang ditujukan untuk memperoleh sumber pembiayaan alternatif diluar sektor perbankan. Perusahaan Anjak piutang bisa didirikan secara independen (berdiri sendiri) atau dapat dilakukan oleh Multi Finance Company yaitu lembaga pembiayaan yang dapat melakukan kegiatan usaha secara sekaligus dibidang anjak piutang (factoring), sewa guna usaha (leasing), Modal Ventura (joint venture), kartu kredit (credit card), dan pembiayaan konsumen. Bank pada prinsipnya dapat memberikan jasa anjak piutang sebagai bagian dari produknya tanpa perlu membentuk badan usaha baru. Tetapi bank juga bisa melakukan usaha anjak piutang dengan membentuk badan hukum tersendiri, contoh Bank Niaga

    Alamat korespondensi pada Linna Ismawati, Jurusan Manajemen Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur 114, Bandung 40132.

    Bidang Humaniora

    Majalah Ilmiah Unikom, Vol.5, hlm. 133138

  • LINNA ISMAWATI

    134

    mendirikan PT. Niaga Factoring dan Bank Internasional Indonesia mendirikan BII Finance Center. PERAN ANJAK PIUTANG DALAM EKONOMI Kenyataan selama ini banyak sektor usaha yang menghadapi berbagai masalah dalam menjalankan kegiatan usahanya. Masalah-masalah tersebut pada prinsipnya berkaitan antara lain: kurang kemampuan dan terbatasnya sumber-sumber permodalan, lemahnya pemasaran sehingga target penjualan tidak tercapai. Disamping itu perusahaan hanya terkonsentrasi pada usaha peningkatan produksi dan penjualan sedangkan administrasi penjualan termasuk penjualan secara kredit (Piutang) masih terabaikan. Kelemahan dibidang manajemen/ pengelolaan piutang menyebabkan semakin meningkatnya kredit macet. Kondisi seperti ini mengancam kontinuitas usaha yang pada gilirannya akan menyulitkan perusahaan dalam memperoleh sumber pembiayaan dari lembaga keuangan. Beberapa manfaat yang dapat diberikan lembaga anjak piutang dalam rangka mengatasi masalah dunia usaha adalah sebagai berikut: Penggunaan jasa anjak piutang akan

    menurunkan biaya produksi dan biaya penjualan.

    Anjak piutang dapat memberikan fasilitas pembiayaan dalam bentuk pembayaran dimuka (Advanced Payment) sehingga akan meningkatkan Crediet standing perusahaan .

    Kegia tan an jak piu tang dapat meningkatkan kemampuan bersaing perusahaan klien karena klien dapat mengadakan transaksi perdagangan secara bebas baik perdagangan dalam negeri maupun perdagangan internasional.

    Meningkatkan kemampuan klien dalam memperoleh laba melalui peningkatan perputaran modal kerja.

    Menghilangkan risiko kerugian akibat terjadinya kredit macet karena resiko kredit macet ini dapat diambil alih oleh lembaga anjak piutang.

    Kegiatan anjak piutang dapat mempercepat proses ekonomi dan meningkatkan pendapatan nasional.

    MEKANISME PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG (FACTORING) Sebelum masuk pada tahapan-tahapan tranaksi anjak piutang, sebaiknya kita lihat pengertian anjak piutang terlebih dahulu. Menurut Kasmir dalam Bank dan Lembaga Keuangan lainnya (2002) menjelaskan bahwa anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan factoring adalah perusahaan yang kegiatannya melakukan penagihan atau pembelian atau pengambilalihan atau pengelolaan hutang piutang suatu perusahaan dengan imbalan atau pembayaran tertentu dari perusahaan (klien). Kemudian pengertian anjak piutang menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 1251/KMK.013/1988 tanggal 20 Desember 1988 adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri. Secara sederhana kerja sama antara perusahaan dengan lembaga anjak piutang bisa digambarkan pada Gambar 1. Transaksi anjak piutang biasanya diawali dengan negosiasi antara perusahaan (klien) dengan lembaga anjak piutang (factoring) yang disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan dengan fasilitas yang disediakan perusahaan anjak piutang. Apabila perusahaan sudah mengetahui kebutuhannya sejak awal maka akan lebih mempermudah dan mempercepat transaksi anjak piutang.

  • ANJAK PIUTANG

    135

    Beberapa fasilitas anjak piutang yang ditawarkan: a. Undisclosed/ Non Notification Factoring Adakalanya perusahaan ingin performance/ bonafiditasnya tetap terjaga dimata pelanggan (debitur) walaupun sebetulnya perusahaan sedang kesulitan dana. Untuk itu pada saat pengalihan piutang maka perusahaan tidak memberitahu pelanggan (debitur) bahwa piutang sudah dialihkan ke perusahaan anjak piutang (factoring). Transaksi anjak piutang ini dinamakan Undisclosed/Non Notification Factoring. Mekanisme transaksi Undisclosed sebagai berikut : 1. Terjadi transaksi penjualan secara kredit

    kepada pelanggan (klien) 2. Negosiasi dan kontrak anjak piutang antara

    perusahaan (klien) dengan lembaga anjak piutang (factoring) dimana perusahaan

    menyerahkan kopi faktur penagihan piu-tang dan dokumen terkait lainnya sedang-kan dokumen asli tetap dipegang perusa-haan.

    3. Lembaga anjak piutang memberikan pem-biayaan maksimal 80% dari nilai faktur.

    4. Pada saat jatuh tempo perusahaan akan menagih kepada debitur/pelanggan.

    5. Perusahaan akan mengembalikan pinjaman dana kepada factoring ditambah dengan biaya anjak piutang (service charge/ discount charge).

    Transaksi ini bisa digambarkan sebagaimana terlihat pada Gambar 2. b. Disclosed/ Notification Factoring Jika perusahaan (klien) setelah memperoleh pembiayaan dari anjak piutang tidak ingin direpotkan oleh tugas menagih kepada debitur

    Perusahaan/Supplier (Klien)

    Pelanggan/Customer (Debitur)

    Perusahaan Anjak Piutang (Factoring)

    Transaksi jual beli secara kredit

    Pengalihan piutang

    Gambar 1 Skema Pembiayaan Anjak Piutang

    Perusahaan/Supplier (Klien)

    Pelanggan/Customer (Debitur)

    Perusahaan Anjak Piutang (Factoring)

    Gambar 2 Skema Pembiayaan Anjak Piutang Undisclosed/Non Notification Factoring

    1 4

    3 2 5

  • LINNA ISMAWATI

    136

    maka perusahaan bisa memanfaatkan fasilitas disclosed factoring yaitu segera menyerahkan pengelolaan piutang kepada perusahaan anjak piutang. Mekanisme transaksi ini bisa dijelaskan seba-gai berikut : 1. Terjadi penjualan secara kredit kepada

    pelanggan (klien) 2. Negosiasi dan kontrak factoring antara

    perusahaan (klien) dengan lembaga anjak piutang dimana perusahaan menyerahkan faktur penagihan dan dokumen terkait lainnya (dokumen asli).

    3. Perusahaan memberitahu kepada debitur kalau piutang dan penagihan sudah dialihkan ke lembaga anjak piutang.

    4. Lembaga anjak piutang memberikan pembiayaan maksimum 80% dari nilai faktur.

    5. Pada saat jatuh tempo lembaga anjak piutang melakukan penagihan kepada debitur.

    6. Pelanggan (debitur) membayar tagihan kepada anjak piutang.

    7. Lembaga anjak piutang menyerahkan sisa dan (20% Nilai faktur) kepada perusahaan (klien) setelah sebelumnya dikurangi biaya administrasi.

    Transaksi anjak piutang ini bisa dilihat pada Gambar 3. Dalam transaksi anjak piutang terdapat be-berapa risiko yang mungkin timbul dianta-

    ranya : 1. Pada Undisclosed Factoring ada kemung-

    kinan perusahaan (klien) ingkar janji (wan prestasi) yaitu tidak mengembalikan pin-jaman/pembiayaan kepada factoring walaupun perusahaa sudah menerima pem-bayaran dari debitur sehingga anjak piu-tang mengalami kerugian.

    2. Pelanggan/debitur yang ingkar janji yaitu tidak membayar hutangnya pada saat jatuh tempo sehingga kemungkinan perusahaan atau lembaga anjak piutang yang mengalami kerugian.

    Untuk mengatasi risiko tersebut, pada saat kontrak/ perjanjian dibuat maka perlu ditetap-kan pihak yang bertanggung jawab atas penanggungan resiko. Jika debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya dan yang menang-gung resiko tersebut perusahaan (klien) maka perjanjiannya dinamakan with recourse fac-toring sedangkan jika lembaga anjak piutang yang menanggung risiko kerugiaannya maka perjanjiannya dinamakan without recourse factoring. Jika melihat fasilitas-fasilitas yang disediakan lembaga anjak piutang, ternyata usaha anjak piutang lebih dominan kepada pemberian jasa pembiayaan (financing service) atas penga-lihan piutang dari klien (perusahaan). Namun demikian lembaga anjak piutang juga mem-berikan jasa dibidang non pembiayaan (non financing service). Jasa non pembiayaan ini pada dasarnya untuk melayani kepentingan

    Perusahaan/Supplier (Klien)

    Pelanggan/Customer (Debitur)

    Perusahaan Anjak Piutang (Factoring)

    1 3

    7 4 2 5 6

    Gambar 3 Skema Pembiayaan Anjak Piutang Disclosed/Notification Factoring

  • ANJAK PIUTANG

    137

    pengelolaan piutang (kredit) perusahaan klien. Produk jasa non pembiayaan ini diantaranya : a. Investigasi kredit (credit investigation)

    atau analisis kredit yaitu lembaga anjak piutang membantu perusahaan untuk menilai calon customer/debitur.

    b. Mengelola administrasi penjualan secara kredit (sales ledger administration/sales accounting).

    c. Mengawasi/ memonitor penjualan yang dilakukan klien termasuk menetapkan prosedur penagihan.

    d. Memberikan masukan atau mengusahakan cara pengamanan terhadap risiko piutang terutama jika transaksi perdagangan secara internasional (export financing) yang ren-tan terhadap risiko terjadinya fluktuasi kurs valuta asing.

    Dengan memanfaatkan jasa anjak piutang maka perusahaan (klien) tidak perlu membentuk bagian kredit tersendiri dalam organisasi. Lembaga anjak piutang sudah secara otomatis telah melaksanakan fungsi bagian crediet (credit departement) dimana lembaga anjak piutang akan memberikan laporan hasil kerjanya secara periodik kepada perusahaan (klien) Atas pemanfaatan jasa anjak piutang timbul suatu kewajiban bagi perusahaan (klien) yaitu membayar biaya anjak piutang. Biaya ini terdiri dari: Service charge yaitu biaya yang

    dikeluarkan karena klien menggunakan jasa untuk pengelolaan/ pembukuan penjualan (sales ledger) dari transaksi penjualan yang dilakukan klien. Besarnya biaya berkisar antara 0,5% - 2,5% tergantung kesepakatan antara anjak piutang dan klien.

    Discount charge yaitu biaya yang dike-luarkan karena klien memperoleh pem-biayaan (dana tunai) dari lembaga anjak piutang. Besarnya biaya discount charge antara 2% - 3%. Biaya ini juga ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pi-hak.

    MANFAAT ANJAK PIUTANG Manfaat anjak piutang bagi perusahaan (klien) dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Perusahaan yang kesulitan/kekurangan

    dana akan segera memperoleh dana tunai sehingga terdapat aliran kas masuk (cash in flow) yang bisa digunakan untuk modal kerja perusahaan. Aliran kas (cash in flow) akan lebih lancar karena perusahaan tidak perlu menunggu pencairan piutang sampai jatuh tempo.

    b. Tugas perusahaan (klien) dalam pengelolaan administrasi penjualan dapat dialihkan ke lembaga anjak piutang karena lembaga ini membantu mengelola administrasi penjualan dan penagihan (sales ledgering and collection service).

    c. Perusahaan (klien) tidak ragu dalam penjualan produknya terutama kepada customer baru karena resiko tagihan macet bisa ditanggung bersama dengan lembaga anjak piutang (credit insurance).

    d. Anjak piutang dapat memperbaiki sistem penagihan sehingga piutang dapat dibayar tepat saat jatuh tempo dan sebisa mungkin penagihan ini tidak merusak hubungan baik antara perusahaan (klien) dengan pelanggannya (customer).

    PENUTUP Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya memang selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat kompleks terutama masalah kesulitan memperoleh sumber dana sebagai modal kerja untuk operasional perusahaan. Jika selama ini perusahaan dalam memperoleh tambahan modal dengan mengandalkan kredit dari sektor perbankan, nampaknya kehadiran lembaga anjak piutang akan memberi alternatif pemecahan masalah kebutuhan dana. Melalui anjak piutang perusahaan-perusahaan akan memungkinkan untuk memperoleh sumber pembiayaan secara mudah dan cepat sampai maksimal 80% dari nilai faktur penjualan tanpa harus

  • LINNA ISMAWATI

    138

    menyerahkan jaminan/agunan aktiva tetap seperti yang lazim terjadi pada pemberian kredit disektor perbankan. Disamping itu perusahaan bisa meminta staf ahli dari lembaga anjak piutang untuk mengelola administrasi penjualan secara kredit (manajemen piutang) termasuk melakukan penilaian terhadap calon debitur (customer) yang baik. DAFTAR PUSTAKA Cox, A.N. & Mac Kenzie, J.A. (1986). Indus-

    trial factoring. London. Direktorat Lembaga Keuangan. (1990). Kebi-

    jaksanaan di bidang lembaga pembiayaan,

    Jakarta. Kasmir. (2002). Bank dan lembaga keuangan

    lainnya. Jakarta: Grafindo. MBF Factors. The factoring system at work.

    Kuala Lumpur. Riyanto, B. (2000). Dasar-dasar pembelan-

    jaan perusahaan. BPFE. Salinger, F. (1991). Factoring law and prac-

    tice. London: Sweet & Maxwell. Siamat, D. (2002). Manajemen lembaga

    keuangan. Jakarta: FE Universitas Indonesia.

    Sutrisno. (2001). Manajemen keuangan (teori, konsep dan aplikasi).Yogyakarta.

    Usman, M. (1997). Usaha factoring. Paper. Jakarta.