07140005 Rina Andrianid

  • Upload
    yhitzms

  • View
    31

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 17

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Metode Mengajar

    1. Pengertian Metode Mengajar

    Metode berasal dari kata Yunani Meta dan Hodos berarti cara

    atau rencana untuk melakukan sesuatu. Poerwadaminta (1989) mengatakan

    metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai suatu

    maksud. Metode mengajar dapat diterapkan oleh guru dengan

    memperhatikan tujuan dan bahan 23

    .

    Menurut Pupuh dalam bukunya yang berjudul Strategi Belajar

    mengajar, metode merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

    sangat diperlukan oleh guru, dengan penggunaan yang bervariasi sesuai

    dengan tujuan yang ingin dicapai. Menguasai metode mengajar merupakan

    keniscayaan, sebab seorang guru tidak akan dapat mengajar dengan baik

    apabila ia tidak menguasai metode secara tepat24

    .

    Menurut Wina Sanjaya, metode adalah cara yang digunakan untuk

    mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata

    agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.25

    23 Anike Erliena Arindawati,Dkk, Beberapa Alternatif pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Malang: Bayumedia Publishing), hal. 39.

    24 Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 15.

    25 Wina Sanjaya, op., cit. hal. 147

  • 18

    2. Kedudukan metode dalam belajar mengajar

    Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah, bagaimana

    memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil

    bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedudukan metode

    dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:

    a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik

    Menurut Sardiman. A. M, Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif

    yang aktif dan berfungsinya, karena adanya perangsang dari luar.

    Karena itu, metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang

    dapat membangkitkan belajar seseorang.26

    b. Metode sebagai strategi pengajaran

    Menurut Dra. Roestiyah. N. K, guru harus memiliki strategi agar

    anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan

    yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah

    harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut dengan

    metode mengajar.27

    c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan

    Tujuan adalah pedoman yang memberi arah kemana kegiatan

    belajar mengajar akan dibawa. Tujuan dari kegiatan belajar mengajar

    tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak

    diperlukan. Salah satunya adalah komponen metode. Ketika tujuan

    dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu, maka

    26

    Syaiful Bahri Djamarah. Op. cit., hal. 73 27

    Ibid, hal. 74

  • 19

    metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan. Guru

    sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan

    belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif

    untuk mencapai tujuan pengajaran.28

    3. Pemilihan dan Penentuan Metode

    Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali pertemuan

    kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi yang berkesuaian

    dengan perumusan tujuan intruksional khusus. Masalah pemilihan dan

    penentuan dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya adalah:

    a. Nilai strategis metode

    Nilai strategis dari metode adalah metode dapat mempengaruhi

    jalannya kegiatan belajar mengajar.29

    Apabila metode yang digunakan

    oleh guru tidak sesuai dengan sifat mata pelajaran dan tidak sesuai

    dengan tujuan pengajaran maka pelajaran yang diberikan oleh guru

    akan kurang memberikan motivasi kepada anak didik dan menyebabkan

    suasana kelas yang kurang bergairah serta kondisi anak didik yang

    kurang kreatif.bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang

    tepat. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah

    satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang sesuai dengan

    sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat

    dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis

    dalam kegiatan belajar mengajar.

    28

    Ibid, hal. 74-75 29

    Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 59

  • 20

    b. Efektivitas penggunaan metode

    Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran

    akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

    Akan banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya

    karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan

    kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Karena itu, Efektivitas

    penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode

    dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam

    satuan pelajaran.30

    c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode.

    Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi pemilihan dan

    penentuan metode antara lain:

    1) Tujuan yang hendak dicapai

    Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatan

    belajar mengajar. Setiap guru hendaknya memperhatikan tujuan

    pembelajaran31

    . Adapun tujuan pembelajaran dalam penelitian ini

    adalah agar peserta didik mampu mengetahui, menghafal,

    menunjukkan contoh dan perilaku beriman kepada Allah, bahwa

    Allah bersifat al Muhyii, al Mumiit dan al Baaqii. Landasan Al

    Quran yang menyebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai

    30

    Syaiful Bahri Djamarah. Op. cit., hal. 77.

    31 Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 60

  • 21

    juga mempengaruhi dalam pemilihan metode terdapat dalam QS.

    An-Nahl ayat 12532

    .

    Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

    hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka

    dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah

    yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

    jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-

    orang yang mendapat petunjuk.

    2) Materi pelajaran

    Materi pelajaran ialah sejumlah materi yang hendak

    disampaikan oleh guru untuk bisa dipelajari dan dikuasai oleh

    peserta didik33

    3) Peserta didik

    Peserta didik sebagai subjek belajar memiliki karakteristik

    yang berbeda-beda, baik minat, bakat, kebiasaan, motivasi dan

    lingkungan keluarga. Semua perbedaan ini berpengaruh terhadap

    penentuan metode pembelajaran34

    .

    32 Ismail. Op., cit. hlm. 12.

    33 Pupuh Fathurrohman. loc., cit.

    34

    Ibid.

  • 22

    4) Situasi

    Situasi kegiatan belajar merupakan setting lingkungan

    pembelajaran dinamis. Guru harus teliti dalam melihat situasi.35

    Hal ini sesuai dengan hadits nabi yang di riwayatkan oleh

    Bukhari.

    :

    :

    [

    .]

    Dari Muhammad bin Yusuf, dari Sufyan, dari Amasy, dari Abi Wail, dari Ibn Masud yang mengatakan: Bahwa Nabi SAW selalu mengatur waktu ketika memberi nasihat-nasihat kepada

    kita dalam beberapa hari karena kuatir kita menjadi bosan. (HR. Bukhari)

    Hadis ini berbicara tentang metode pembelajaran, yaitu

    bahwa pembelajaran itu harus menggunakan metode yang tepat

    disesuaikan dengan situasi dan kondisi, terutama dengan

    mempertimbangkan keadaan orang yang akan belajar.36

    5) Fasilitas

    Fasilitas dapat mempengaruhi pemilihan dan penentuan

    metode mengajar. Ketiadaan fasilitas akan sangat mengganggu

    35 Ibid

    36 Ismail. Op., cit. hal. 13

  • 23

    pemilihan metode yang tepat, seperti tidak adanya laboratorium

    untuk praktek.37

    6) Guru

    Kompetensi mengajar biasanya dipengaruhi oleh latar

    belakang pendidikan. Guru yang berlatang belakang pendidikan

    keguruan biasanya lebih terampil dalam memilih metode dan

    tepat dalam menerapkannya. Sedangkan guru yang latar belakang

    pendidikannya kurang relevan, sekalipun tepat dalam menentukan

    metode sering kali mengalami hambatan dalam penerapannya.38

    4. Ciri-ciri umum metode yang baik

    Omar Muhammad al toumi mengatakan, terdapat beberapa ciri dari

    sebuah metode yang baik untuk pembelajaran pendidikan Agama Islam,

    yaitu:

    a. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran

    akhlak islami yang mulia.

    b. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa

    dan materi

    c. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan

    mengantarkan siswa pada kemampuan praktis

    d. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan

    materi.

    e. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya.

    37 Pupuh Fathurrohman. loc., cit

    38 Ibid. hal. 61

  • 24

    f. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam

    keseluruhan proses pembelajaran.39

    B. Kajian Metode Make A Match

    1. Pengertian Metode Make A Match

    Metode Pembelajaran make a match merupakan pembelajaran dimana

    setiap siswa memegang kartu soal atau jawaban dan siswa dituntut untuk

    bekerjasama dengan siswa lain dalam menemukan kartu jawaban maupun

    kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas waktu tertentu,

    sehingga membuat siswa berpikir dan menumbuhkan semangat kerjasama.40

    Menurut Rahayu, metode pembelajaran kooperatif make a match

    merupakan salah satu metode pembelajaran yang mampu meningkatkan

    keaktifan siswa dalam kelas. Metode make a match yang dikembangkan

    oleh Lurna Curran ini berawal dari banyaknya siswa di tingkat dasar (young

    student) yang mempunyai kesulitan untuk mengembangkan social skill

    (keterampilan sosial) siswa dalam bekerjasama dengan orang lain dalam

    pelajaran berhitung (matematika). Sebuah organisasi yang bernama The

    National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) memerintahkan

    kepada guru Matematika untuk sering memberikan latihan soal yang

    dibutuhkan siswa untuk meningkatkan pemahaman konsep matematika.

    Siswa berkata bahwa guru seharusnya menggunakan variasi permainan yang

    39

    Pupuh Fathurrohman. Op. cit., hal. 56.

    40 Rukmana. Penerapan Metode Pembelajaran Make A Match Untuk Meningkatkan Hasil

    Belajar Siswa Kelas X Program Keahlian Pemasaran Pada Mata Pelajaran Menemukan Peluang

    Baru dari Pelanggan di SMK Islam Batu. ( Skripsi, FE UM. 2010), hal. 30.

  • 25

    lebih sering kepada siswanya dengan harapan mereka mempunyai dasar

    yang konkrit dalam memahami penggunaan angka-angka dan persamaan

    dalam matematika.41

    Supandi menyatakan bahwa:

    Make a match (mencari pasangan) adalah salah satu model

    pembelajaran kooperatif dimana siswa dituntut untuk menemukan pasangan

    yang sesuai dengan kartu permasalahan yang diperoleh melalui undian

    secara bebas. Kartu-kartu ini dipersiapkan oleh guru dan dibagikan kepada

    setiap siswa. Pada prinsipnya siswa dalam kelas dikelompokkan menjadi

    dua, yaitu kelompok yang memecahkan masalah dan kelompok yang

    membawa kartu soal. Tujuan dari model pembelajaran ini adalah untuk

    membina ketrampilan menemukan informasi dan kerja sama dengan orang

    lain serta membina tanggung jawab untuk memecahkan masalah yang

    dihadapi melalui kartu permasalahan.42

    2. Langkah-langkah Penerapan Metode Make A Match

    Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan

    dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu tersebut terdiri dari kartu

    yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu yang lainnya berisi

    jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.43

    Adapun Langkah-langkah penerapan metode make a match adalah

    sebagai berikut:

    a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

    topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal

    dan bagian lainnya kartu jawaban.

    b. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu.

    41 Nur Indahwati, op, cit. hal. 23

    42

    Rukmana. loc. cit.

    43 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. (Yogyakarta: Pustaka

    Pelajar, 2009), hal. 94.

  • 26

    c. Setap peserta didik memikirkan jawaban atas soal dari kartu yang

    dipegang.

    d. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

    dengan kartunya (soal jawaban).

    e. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu

    diberi poin.

    f. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu

    yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.

    g. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang

    memegang kartu yang cocok.

    h. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap

    materi pelajaran.44

    Untuk lebih jelas lagi mengenai langkah-langkah pembelajaran

    dengan menggunakan metode make a match ditambahkan lagi menurut

    Anita Lie sebagai berikut:

    a. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau

    topik yang mungkin cocok untuk sesi review.

    b. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.

    c. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok

    dengan kartunya. Misalnya, pemegang kartu yang bertuliskan LIMA

    akan berpasangan dengan pemegang kartu PERU. Atau pemegang kartu

    44 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, op., cit, hal. 46.

  • 27

    yang berisi nama KOFI ANNAN akan berpasangan dengan pemegang

    kartu SEKRETARIS JENDERAL PBB.

    d. Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang

    memegang kartu yang cocok. Misalnya, pemegang kartu 3+9 akan

    membentuk kelompok dengan pemegang kartu 3x4 dan 6x2.45

    Jadi, jika dilihat dari langkah-langkah pembelajaran dengan

    menggunakan metode make a match dapat disimpulkan bahwa make a

    match merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja

    sama dan berkomunikasi antar siswa dalam menemukan jawaban atas kartu

    yang dipegangnya. Selain itu siswa dituntut untuk berpikir secara teliti dan

    cepat serta dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di kelas. Keunggulan

    pembelajaran metode make a match adalah belajar sambil bermain, yaitu

    siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

    dalam suasana yang menyenangkan, sehingga menciptakan suasana belajar

    yang menyenangkan dan tidak membosankan.

    3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Make A Match

    Pembelajaran kooperatif metode make a match ini mempunyai

    kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah

    sebagai berikut.

    a. Kelebihan dari metode pembelajaran make a match ini adalah:

    1) untuk melatih ketelitian, kecermatan dan kecepatan, karena setiap

    siswa dituntut untuk mencari jawaban yang cocok dari kartu yang

    45 Anita lie. Op., cit. hal. 56

  • 28

    dipegangnya, sehingga pembelajaran menggunakan metode ini

    dapat melatih siswa untuk teliti, cermat, tepat dan cepat.46

    2) Siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep

    atau topik dalam suasana yang menyenangkan.47

    b. Kelemahan dari metode make a match ini adalah:

    1) waktu yang cepat dan kurang konsentrasi, karena metode

    pembelajaran make a match ini dibatasi oleh waktu yang cepat

    untuk menemukan kartu yang dipegang pasangannya, maka

    membuat siswa merasa tergesa-gesa dalam mencari jawaban dari

    kartu yang dipegangnya sehingga kurang konsentrasi.48

    2) Ketidak efektifan pembelajaran disaat salah satu pasangan

    mempunyai kesulitan untuk diajak bekerja sama dan dituntut cepat

    oleh pasangan untuk menemukan pasangan kartu soal.49

    Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan

    kekurangan metode pembelajaran make a match adalah sebagai berikut:

    kelebihan dalam model ini adalah melatih ketelitian, kecermatan, ketepatan

    serta kecepatan siswa dalam menemukan pasangan yang tepat dalam batas

    waktu yang telah ditentukan dan siswa dapat belajar sambil bermain.

    Sedangkan kekurangannya adalah terbatasnya waktu jadi siswa kurang

    konsentrasi disaat mencari pasangannya.

    46

    Rukmana., loc., cit. 47

    Anita Lie, loc.,cit.

    48Ibid, hal. 24.

    49 Rukmana, op,. cit, hal. 32

  • 29

    Salah satu yang dilakukan peneliti dalam mengatasi kekurangan

    penggunaan metode ini adalah dengan mengatur dalam pembentukan

    kelompok kerjasama, yaitu dengan membentuk siswa menjadi empat

    kelompok yang terdiri dari dua kelompok yang memegang kartu jawaban

    dan dua kelompok yang memegang kartu soal. Misalnya, kelompok A dan

    kelompok B sebagai kelompok soal, sedangkan kelompok C dan kelompok

    D adalah kelompok jawaban. Soal yang dipegang oleh kelompok A

    ditentukan jawabannya berada di kelompok C, sedangkan soal yang

    dipegang oleh kelompok B ditentukan jawabannya berada di kelompok D.

    Hal ini dilakukan peneliti agar siswa dapat terkondisikan pada saat proses

    pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran make a match ini

    sedang berlangsung, sehingga waktu yang digunakan bisa efektif dan

    efisien.

    C. Aktivitas Belajar Siswa

    1. Pengertian Aktivitas Belajar

    Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran di desain untuk

    membelajarkan siswa agar mencapai tujuan pembelajaran. Artinya, sistem

    pembelajaran menempatkan siswa sebagai subyek belajar. Dengan kata lain,

    pembelajaran ditekankan atau berorientasi pada aktivitas siswa.50

    Aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara

    jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar

    50

    Wina Sanjaya, op., cit. hal. 135

  • 30

    merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.

    Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama

    proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan

    yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

    mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dengan cepat,

    tepat dan bisa bekerja sama dengan siswa lain, serta tanggungjawab

    terhadap tugas yang diberikan.51

    Aktifnya siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu

    indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa

    dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti:

    sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang

    diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat,

    senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku

    tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan segi

    hasil.52

    Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran

    adalah keaktifan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan

    menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun

    dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas menjadi

    segar dan kondusif, dimana masing-masing siswa dapat melibatkan

    kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa

    51 Yasa, loc., cit.

    52

    Ibid

  • 31

    akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang

    akan mengarah pada peningkatan prestasi belajar.53

    Belajar bukanlah berproses dalam kehampaan. Tidak pula pernah sepi

    dari berbagai aktivitas. Tidak pernah terlihat orang yang belajar tanpa

    melibatkan aktivitas raganya. Apalagi bila aktivitas belajar itu berhubungan

    dengan masalah belajar menulis, membaca, mencatat, memandang,

    mengingat, berpikir, latihan atau praktek, dan sebagainya. Situasi akan

    menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar.

    Bahkan situasi itulah yang akan mempengaruhi dan akan menentukan

    aktivitas belajar apa yang dilakukan kemudian.54

    Aktivitas pembelajaran itu terdiri dari aktivitas fisik dan aktivitas

    psikis. Menurut Rohani, aktivitas fisik adalah peserta didik giat aktif dengan

    anggota badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya

    duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Sedangkan peserta

    didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya

    bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka

    pengajaran.55

    Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek

    psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi

    perubahan perilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar,

    baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.56

    53 Ibid

    54

    Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), hal. 38 55 Rohani, Pengelolaan pengajaran. (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), hal. 6

    56 Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, op., cit, hal. 23

  • 32

    2. Macam-macam Aktivitas Belajar Siswa

    Menurut Deirich yang dikutip Hamalik menyatakan, aktivitas belajar

    dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:

    a. Kegiatan-kegiatan visual (visual activities): membaca, melihat gambar-

    gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati

    orang lain bekerja atau bermain.

    b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities): mengemukakan suatu fakta

    atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

    memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi, dan

    interupsi.

    c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities): mendengarkan

    penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,

    mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

    d. Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities): menulis cerita, menulis

    laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau

    rangkuman, dan mengerjakan tes, serta mengisi angket.

    e. Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities): menggambar,

    membuat grafik, chart, diagram, peta dan pola.

    f. Kegiatan-kegiatan metrik (motor activities): melakukan percobaan,

    memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model,

    menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

  • 33

    g. Kegiatan-kegiatan mental (mental activities): merenungkan, mengingat,

    memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-

    hubungan, dan membuat keputusan.

    h. Kegiatan-kegiatan emosional (emotional activities): minat,

    membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.57

    Dari klasifikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas di

    sekolah itu cukup bervariasi. Jika semua kegiatan tersebut dapat diciptakan

    disekolah, maka kondisi belajar mengajar di sekolah akan lebih dinamis,

    tidak membosankan, dan benar-benar menjadi pusat aktivitas belajar yang

    maksimal.

    3. Manfaat Aktivitas Belajar

    Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah (added value)

    bagi peserta didik, berupa hal-hal berikut:

    a. Peserta didik memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya

    motivasi internal untuk belajar sejati.

    b. Peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri,

    yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang

    integral.

    c. Peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

    d. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang

    demokratis dikalangan peserta didik.

    57 Ibid, hal. 24-25

  • 34

    e. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif di kalangan peserta didik

    sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan

    masyarakat di sekitarnya.58

    D. Kajian Aqidah Akhlak

    1. Pengertian Aqidah Akhlak

    a. Menurut bahasa, aqidah berasal dari kata () yang artinya ikatan

    terhadap sesuatu. Aqidah adalah sesuatu yang dapat diyakini oleh seseorang.

    Aqidah juga bisa dikatakan kerja hati, yaitu keyakinan hati serta

    pembenarannya terhadap sesuatu59

    . Sedangkan menurut Yazid, Aqidah

    adalah iman yang teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikitpun bagi

    orang yang meyakininya.60

    Menurut syara, aqidah adalah keimanan (kepercayaan) yang mantap

    kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari

    akhir, serta kepercayaan kepada qadar (takdir) yang baik maupun yang

    buruk. Inilah yang lebih dikenal dengan rukun iman.61

    Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa aqidah adalah

    keimanan atau kepercayaan yang ditanamkan dalam hati diucapkan dengan

    lisan dan dipraktekkan dengan seluruh anggota badan.

    58 Ibid, hal. 24

    59 Darwis Abu Hubaidah, Panduan Aqidah Ahlu sunnah Wal Jamaah, (Jakarta: pustaka Al

    kautsar, 2008), hal. 9.

    60 Yazid bin Abdul Qadir, Syarah aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah, (Bogor: Pustaka

    Imam Asy-syafiI, 2006), hal. 27. 61

    Darwis Abu Hubaidah, loc., cit.

  • 35

    b. Adapun langkah-langkah dalam mengajar Aqidah antara lain: (1)

    Dengan pendekatan dogmatis yaitu pendekatan berdasarkan dogma sesuatu

    yang harus diterima dengan yakin sebagai suatu kebenaran (2) pendekatan

    normatif yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu ukuran atau ketentuan

    yang berlaku (3) Pendekatan rasional yaitu pendekatan dengan akal pikir

    yang dapat diterimanya (4) Pendekatan praktis atau keteladanan ialah

    pendekatan berdasarkan kenyataan dalam praktik yang dapat diteladani.62

    Aqidah yang benar dan baik akan dapat mempengaruhi dalam hidup

    seseorang. Hal itu dapat dilihat dari cara berfikir, bicara, budi pekerti atau

    akhlaknya. Sehingga dapat disebutkan dalam Al Quran (Qs. Al Anam:

    162-163)63

    .

    c.

    d.

    Artinya: Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

    matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam (162). Tiada

    sekutu bagiNya dan demikian Itulah yang diperintahkan kepadaku

    dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri

    (kepada Allah)" (163)

    Pengertian akhlak dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan

    akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata khulk. Khulk di dalam

    kamus Al-Munjit berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat. Prof.

    Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini

    62 Chabib thoha, dkk. Metodologi Pengajaran Agama (Semarang: Pustaka pelajar, 2004), hal. 88

    63 Ibid

  • 36

    berarti bahwa kehendak itu bila dibiasakan akan sesuatu maka kebiasaannya

    itu disebut akhlak. Contohnya, bila kehendak itu dibiasakan memberi, maka

    kebiasaan itu ialah akhlak dermawan.64

    Di dalam ensiklopedi pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi

    pekerti, watak, kesusilaan (kesadaran etik dan moral) yaitu kelakuan baik

    yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap khaliknya dan

    terhadap sesama manusia.65

    Perkataan ini bersumber pada Al Quran (Qs.

    Al-Qalam:4)

    e.

    Artinya: Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

    f.

    Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah akhlak merupakan

    keyakinan dalam hati yang tahap selanjutnya akan menjadi acuan dan dasar

    dalam bertingkah laku, serta berbuat yang pada akhirnya akan menghasilkan

    amal shaleh.

    2. Tujuan Aqidah Akhlak

    Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata

    pelajaran PAI yang mempelajari rukun iman yang dikaitkan dengan

    pengenalan dan penghayatan terhadap asmaul husna, serta penciptaan

    suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji

    dan adab islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara

    mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Secara substansial mata

    64 Asmaran. Pengantar Studi akhlak ,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 1-2

    65 Ibid.

  • 37

    pelajaran aqidah Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi

    kepada peserta didik untuk mempraktikan al-akhlakul karimah dan adab

    islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya

    kepada Allah, malaikat-malaikatnya, kitab-kitabnya, rasul-rasulnya, hari

    akhir, serta qada dan qodar.66

    Al-akhlak al-karimah ini sangat penting untuk dipraktikkan dan

    dibiasakan sejak dini oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

    Terutama dalam rangka mengantisipasi dampak negatif era globalisasi dan

    krisis multidimensional yang melanda bangsa dan Negara Indonesia.67

    Mata pelajaran aqidah akhlak di MI bertujuan untuk membekali

    peserta didik agar dapat:

    a. Menumbuhkembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan

    pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan,

    serta pengalaman peserta didik tentang aqidah Islam sehinnga menjadi

    manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya

    kepada Allah SWT.

    b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari

    akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan

    individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai

    aqidah Islam.68

    66 Permenag. Standar Kompetensi Lulusan Dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab di Madrasah (Jawa Timur: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, 2008), hal.37.

    67 Ibid.

    68 Ibid.

  • 38

    3. Ruang Lingkup Aqidah Akhlak MI

    Mata pelajaran Aqidah Akhlak di MI berisi pelajaran yang dapat

    mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk

    dapat memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan

    pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan

    perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang

    pendidikan berikutnya.

    Ruang Lingkup Aqidah Akhlak di MI meliputi:

    a. Aspek aqidah (keimanan)

    b. Aspek akhlak

    c. Aspek adab Islami

    d. Aspek kisah teladan69

    4. Prinsip-prinsip Aqidah Akhlak

    Dalam Islam, aqidah merupakan masalah asasi yang merupakan misi

    pokok yang dibantu oleh para Nabi, baik tidaknya seseorang ditentukan dari

    aqidahnya, mengingat amal saleh merupakan pancaran dari aqidah yang

    sempurna karena aqidah merupakan masalah asasi, maka dalam kehidupan

    manusia perlu ditetapkan prinsip-prinsip dasar aqidah Islamiyah agar dapat

    menyelamatkan kehidupan manusia di dunia dan di akhirat. Prinsip aqidah

    yang dimaksud adalah :70

    a. Aqidah didasarkan atas tauhid yakni mengesakan Allah dari segala

    dominasi yang lain.

    69 Ibid.

    70

    Anynomos, Aspek-Aspek Ajaran Islam, (http. www.google.com, diakses 10 Juni 2011 )

  • 39

    b. Aqidah harus dipelajari terus menerus dan diamalkan sampai akhir hayat

    kemudian selanjutnya diturunkan atau diajarkan kepada orang lain.

    c. Scope pembahasan aqidah tentang Tuhan dibatasi dengan larangan

    membicarakan atau memperdebatkan tentang eksistensi dzat Tuhan,

    sebab dalam satu hal ini manusia tidak akan mampu menguasainya.

    d. Akal dipergunakan manusia untuk memperkuat aqidah, bukan untuk

    mencari aqidah, karena aqidah Islamiyah sudah jelas tertuang dalam al-

    Quran dan al-sunnah.

    Sedangkan dalam akhlak prinsip-prinsip yang dipergunakan adalah :71

    a. Akhlak yang benar dan baik harus didasarkan atas al-Quran atau al-

    sunnah, bukan dari tradisi atau aliran-aliran tertentu yang sudah tampak

    tersesat.

    b. Adanya keseimbangan antara berakhlak kepada Allah, sesama manusia,

    dan kepada Allah.

    c. Pelaksanaan akhlak harus bersamaan dengan akidah dan syariah, karena

    ketiga unsur diatas merupakan bagian internal dari syarah Allah SWT.

    d. Akhlak dilakukan semata-mata karena Allah, walaupun objek akhlak

    adalah pada makhluk.

    e. Akhlak dilakukan menurut proporsinya, misalnya seorang anak harus

    lebih hormat kepada orang tuanya daripada kepaada orang lain.

    Berbicara mengenai prinsip tentang Aqidah Akhlak yang mana harus

    berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan begitu manusia dapat

    71 Ibid.

  • 40

    mengaplikasikannya dalam kehidupan dijalan yang lurus karena

    berdasarkan dua pegangan tersebut dan menghindar dari perbuatan yang

    dilarang dari Al-Quran dan Al-Hadits. Dengan begitu kehidupan manusia

    perlu menerapkan prinsip-prinsip tersebut agar dapat menyelamatkan

    dirinya dalam kehidupan dunia dan akhirat.72

    5. Karakteristik Dasar Materi Aqidah Akhlak

    Adapun karakteristik Aqidah akhlak antara lain:

    a. Dogmatis yaitu sesuatu yang harus diterima dengan yakin sebagai suatu

    kebenaran.

    b. Rasional yaitu isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami

    dengan penalaran dan dapat diterima oleh akal pikiran.

    c. Argumentatif yaitu dalam menetapkan persoalan-persoalannya tidak

    cukup dengan mengandalkan doktrin lugas dan instruksi keras serta

    dogma-dogma yang menyesatkan.

    d. Continuity yaitu Aqidah harus dipelajari secara terus menerus dan

    diamalkan hingga akhir hayat dan di dakwahkan kepada yang lain.

    e. Substantif, QathI, Stabil dan Spiritual.73

    E. Penerapan Metode Make A Match dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak

    Pesan-pesan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI) salah satunya adalah

    menjadikan Pendidikan Agama Islam termasuk Aqidah Akhlak sebagai salah

    72Ibid

    73 Rahmawati Baharudin, Makalah disampaikan pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam, Prodi PGMI Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

    Malang, 08 Oktober 2009

  • 41

    satu rumpun mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Sebagai mata pelajaran

    yang dapat memacu siswa untuk menjadi rajin dan pintar serta aktif, kretatif,

    kritis, dan inovatif.74

    Sebagai pendidikan keagamaan, maka Pendidikan Agama Islam bertujuan

    menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami,

    mengembangkan, dan mengamalkan ajaran dan nilai-nilai keagamaan Islam.

    Dengan demikian pembelajaran Pendidikan Agama Islam di sampinng didekati

    secara keagamaan juga di dekati secara keilmuan. Pendekatan keagamaan

    mengasumsikan perlunya pembinaan perilaku agama Islam yang memiliki

    komitmen loyalitas terhadap masalah keagamaan dan dedikasi demi tegaknya

    ajaran dan nilai-nilai Islam sebagai pandangan hidup muslim. Sedangkan

    pendekatan keilmuan mengasumsikan perlunya kajian historis, rasional,

    objektivitas, empirik, dan universal terhadap masalah keagamaan Islam.75

    Materi pembelajaran Aqidah Akhlak adalah salah satu materi PAI yang

    lebih banyak menonjolkan aspek nilai, baik nilai ketuhanan maupun

    kemanusiaan, yang hendak ditanamkan dan ditumbuh kembangkan kedalam diri

    peserta didik. 76

    Agar penanaman nilai yang diharapkan mampu bertumbuh dan

    berkembang dalam diri peserta didik, maka peserta didik harus mampu

    memahami nilai-nilai dalam materi pembelajaran yang disampaikan, dalam hal

    ini metode penyampaian pada materi Aqidah Ahklak harus menyenangkan, agar

    74Muhaimin, Arah Baru Pendidikan Islam, Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum

    Hingga Redefinisi Pengetahuan (Bandung, : Yayasan Nuansa Cendekia), hal. 85 75

    Muhaimin, Op. Cit., hal. 190 76Wahidmurni dan Nur Ali, Penelitian Tindakan kelas pendidikan Agama dan Umum dari Teori Menuju Praktik (Malang: UM Press, 2008 ), hal. 33.

  • 42

    peserta didik tidak merasa bosan sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan

    akan tercapai.

    Guru dapat menggunakan berbagai cara untuk meningkatkan aktivitas

    belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan menyenangkan, salah

    satu metode pembelajaran yang menyenangkan adalah metode pembelajaran

    dengan mencari pasangan (make a match). Metode pembelajaran ini

    dikembangkan oleh Lurna Curran (1994). Salah satu keunggulan metode ini

    adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik

    dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini bisa digunakan dalam semua

    mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.77

    Agar pelaksanaan pembelajaran Aqidah akhlak dengan menggunakan

    metode make a match dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus

    dilakukan adalah sebagai berikut:

    1. Mempersiapkan dan membuat Perencanaan Pembelajaran yang sesuai

    dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator yang

    ingin dicapai.

    2. Melaksanakan Perencanaan Pembelajaran dengan menggunakan langkah-

    langkah metode make a match yang sudah direncanakan.

    Dari upaya yang sudah disebutkan di atas, secara lebih rinci dapat

    dijelaskan bahwa proses pertama yang dilakukan peneliti adalah proses

    perencanaan. Dalam hal ini peneliti membuat Rencana Pembelajaran yang

    disesuaikan dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar serta Indikator

    77 Anita Lie, loc., cit.

  • 43

    yang ingin dicapai. Rencana pembelajaran dalam metode make a match ini sama

    dengan Rencana Pembelajaran pada umumnya, yang membedakan hanya pada

    langkah-langkah proses pembelajaran dalam kegiatan inti yaitu disesuaikan

    dengan langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan metode

    make a match sesuai dengan penelitian ini. Kemudian peneliti membuat kartu

    soal dan kartu jawaban yang berisi tentang pokok bahasan Asmaul Husna yang

    akan digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode make

    a match.

    Proses selanjutnya adalah pelaksanaan. Langkah pertama yang dilakukan

    peneliti adalah membagi kelas menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok

    jawaban dan kelompok soal. Kemudian guru membagikan kartu dan tiap siswa

    mendapat satu kartu soal atau kartu jawaban. Setiap siswa memikirkan jawaban

    atau soal dari kartu yang dipegangnya. Kemudian siswa mencari pasangan yang

    mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya pemegang kartu yang

    bertuliskan al Muhyii akan berpasangan dengan pemegang kartu Maha

    Menghidupkan. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas

    waktu diberi poin. Setelah satu babak, kartu tersebut dikocok lagi agar tiap siswa

    mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Setelah itu guru bersama-sama

    dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.

    Dari langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode make a

    match, sangat terlihat bahwa metode ini melibatkan siswa secara langsung dalam

    proses pembelajaran. Siswa dilatih untuk saling bekerja sama dengan temannya

    tanpa membedakan status dan tanpa membedakan kemampuan berfikir mereka.

  • 44

    Dengan menerapkan metode make a match dalam pembelajaran Aqidah akhlak

    ini akan membuat siswa lebih aktif bekerjasama dengan teman lainnya dan siswa

    lebih bersemangat dalam belajar. Sehingga dengan menggunakan metode make

    a match ini akan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.