29
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa upaya peningkatan aksesibilitas dan peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional saat ini, sehingga perlu mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas; b. bahwa untuk membantu Pemerintah Kabupaten/Kota mewujudkan peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas, Pemerintah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Tahun 2008; c. bahwa dalam rangka pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Tahun 2008, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301); www.bphn.go.id

08pmdik010.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • SALINAN

    PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

    REPUBLIK INDONESIA

    NOMOR 10 TAHUN 2008

    TENTANG

    PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN

    TAHUN ANGGARAN 2008

    DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

    MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

    Menimbang : a. bahwa upaya peningkatan aksesibilitas dan peningkatan mutu

    pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional saat ini, sehingga perlu mendorong Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan tindakan nyata dalam mewujudkan peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas;

    b. bahwa untuk membantu Pemerintah Kabupaten/Kota mewujudkan

    peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas, Pemerintah mengalokasikan Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Tahun 2008;

    c. bahwa dalam rangka pemanfaatan Dana Alokasi Khusus Bidang

    Pendidikan Tahun 2008, perlu menetapkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia;

    Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

    www.bphn.go.id

    http://www.bphn.go.id/data/documents/03uu017.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/03uu020.pdf
  • 2

    3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548);

    4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

    5. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4778);

    6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

    7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575;

    8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593;

    9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609;

    10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693;

    www.bphn.go.id

    http://www.bphn.go.id/data/documents/04uu032.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/05pp003.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/04uu032.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/07pp003.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/06pp006.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/06pp079.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/05pp055.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/05pp058.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/07uu045.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/04uu033.pdf
  • 3

    11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737;

    12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741;

    13. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;

    14. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007;

    15 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 77/P Tahun 2007;

    MEMUTUSKAN:

    Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008.

    Pasal 1

    Dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun anggaran 2008 dilaksanakan sesuai dengan petunjuk teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan ini.

    Pasal 2

    Kabupaten/Kota penerima dana alokasi khusus (DAK) bidang pendidikan tahun anggaran 2008, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan ini.

    www.bphn.go.id

    http://www.bphn.go.id/data/documents/07kp077.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/04kp187.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/03kp080.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/07pp041.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/07pp038.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/05pr009.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/06pr094.pdfhttp://www.bphn.go.id/data/documents/07pr095.pdf
  • 4

    Pasal 3

    Pelaksanaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2008 mentaati kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

    Pasal 4

    Tata cara pelaksanaan dana alokasi khusus bidang pendidikan tahun anggaran 2008 akan diatur lebih lanjut dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional.

    Pasal 5

    Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

    Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 April 2008

    MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

    TTD. BAMBANG SUDIBYO

    Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, TTD. Muslikh, S.H. NIP 131479478

    www.bphn.go.id

  • 5

    SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008

    PETUNJUK TEKNIS

    PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008

    I. KETENTUAN UMUM

    Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ini yang dimaksud dengan Dana Alokasi Khusus yang selanjutnya disebut DAK adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu pendanaan kegiatan khusus yang merupakan bagian dari program prioritas nasional dan merupakan urusan daerah.

    DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang pelaksanaan Wajib Belajar (Wajar) Pendidikan Dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu. Kegiatannya diarahkan untuk rehabilitasi ruang kelas dan pembangunan atau rehabilitasi perpustakaan sekolah dasar. Alokasi DAK bidang pendidikan untuk Tahun Anggaran 2008 ditetapkan sebesar Rp. 7.015.420.000.000,- (Tujuh triliun lima belas milyar empat ratus dua puluh juta rupiah).

    II. KEBIJAKAN PENGGUNAAN DAK MELALUI PEMBERIAN HIBAH/BLOCK GRANT/SUBSIDI KE SEKOLAH

    A. Landasan Hukum:

    1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

    Nasional, Bab XIII, Bagian Keempat, Pasal 49 ayat 3, menyatakan: Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    2. Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman

    Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2006: a. Pasal 6 huruf b, menyatakan :

    Pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan dengan cara swakelola.

    b. Pasal 39 ayat (1), menyatakan : Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan, dan diawasi sendiri.

    c. Penjelasan Pasal 1 angka 1, menyatakan : Yang dimaksud dengan dilaksanakan secara swakelola adalah:

    www.bphn.go.id

  • 6

    1). Dilaksanakan sendiri secara langsung oleh instansi penanggung jawab anggaran;

    2). Institusi pemerintah penerima kuasa dari penanggung jawab anggaran, misalnya: perguruan tinggi negeri atau lembaga penelitian/ilmiah pemerintah;

    3). Kelompok masyarakat penerima hibah dari penanggung jawab anggaran.

    d. Lampiran I Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003, Bab III Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Dengan Swakelola, A. Ketentuan Umum, angka 2.c menyatakan: Swakelola oleh penerima hibah adalah pekerjaan yang perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasannya dilakukan oleh penerima hibah (kelompok masyarakat, LSM, komite sekolah/pendidikan, lembaga pendidikan swasta/lembaga penelitian/ilmiah non badan usaha dan lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah) dengan sasaran ditentukan oleh instansi pemberi hibah.

    3. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Menengah Tahun 2004 2009: a. Bagian IV Bab 27.C Arah Kebijakan Nomor 19 menyatakan:

    Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan termasuk dalam pembiayaan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat serta dalam peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan.

    b. Bagian IV Bab 27 huruf D Program-Program Pembangunan Nomor 2.1, menyatakan: Penyediaan sarana dan prasarana pendidikan yang berkualitas termasuk pembangunan unit sekolah baru (USB), ruang kelas baru (RKB), laboratorium, perpustakaan, buku pelajaran dan peralatan peraga pendidikan, yang disertai dengan penyediaan pendidik dan tenaga kependidikan secara lebih merata, bermutu, tepat lokasi, terutama untuk daerah pedesaan, wilayah terpencil dan kepulauan, disertai rehabilitasi dan revitalisasi sarana dan prasarana yang rusak termasuk yang berada di wilayah konflik dan bencana alam, serta penyediaan biaya operasional pendidikan secara memadai, dan/atau subsidi/hibah dalam bentuk block grant atau imbal swadaya bagi satuan pendidikan dasar untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan.

    4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2008

    Memperluas akses pendidikan dasar bermutu yang lebih merata dengan memberikan perhatian yang lebih besar pada penduduk miskin, masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan, daerah tertinggal dan terpencil, daerah konflik, wilayah kepulauan, dan masyarakat yang memiliki kebutuhan khusus antara lain melalui pembangunan dan rehabilitasi sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan.

    www.bphn.go.id

  • 7

    B. Tujuan dan Manfaat: Penetapan kebijakan penggunaan DAK melalui subsidi ke sekolah didasarkan pula atas pertimbangan adanya manfaat-manfaat sebagai berikut:

    1. DAK dapat mewujudkan pengelolaan pendidikan yang transparan, profesional, dan akuntabel;

    2. DAK dapat mewujudkan pelibatan masyarakat secara aktif dalam kegiatan pendidikan;

    3. DAK dapat mendorong adanya pengawasan langsung dari masyarakat;

    4. DAK dapat menggerakkan roda perekonomian masyarakat bawah melalui jalur pendidikan.

    III. KRITERIA PENGALOKASIAN DAK 2008

    Kriteria pengalokasian DAK 2008 meliputi: A. Kriteria umum, ditetapkan dengan mempertimbangkan kemampuan

    keuangan daerah. Kriteria umum dihitung dengan melihat kemampuan APBD untuk kebutuhan-kebutuhan dalam rangka pembangunan daerah yang dicerminkan dari penerimaan umum APBD dikurangi belanja pegawai.

    B. Kriteria khusus, ditetapkan dengan memperhatikan peraturan

    perundang-undangan dan karakteristik daerah, yaitu: 1. seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua, Papua Barat dan daerah

    tertinggal/terpencil; 2. karakteristik wilayah: daerah pesisir dan kepulauan, daerah perbatasan

    dengan negara lain, daerah rawan banjir/longsor, daerah yang masuk kategori ketahanan pangan, dan daerah pariwisata.

    C. Kriteria teknis, yaitu jumlah SD/SDLB dan MI yang mengalami

    kerusakan berat dan sedang, serta Indek Kemahalan Konstruksi (IKK) Kabupaten/kota yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

    IV. ARAH KEBIJAKAN DAK DAN KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2008

    A. Arah Kebijakan DAK Tahun 2008

    Arah kebijakan DAK Tahun 2008 adalah sebagai berikut :

    1. membantu daerah-daerah dengan kemampuan fiskal rendah atau di bawah rata-rata nasional

    2. menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, perbatasan, tertinggal/terpencil,

    www.bphn.go.id

  • 8

    rawan banjir dan longsor kategori daerah ketahanan pangan dan daerah pariwisata;

    3. mendorong peningkatan produktivitas, perluasan kesempatan kerja, dan diversifikasi ekonomi;

    4. meningkatkan akses penduduk miskin terhadap pelayanan dasar melalui kegiatan khusus di bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur;

    5. menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup;

    6. meningkatkan keterpaduan dan sinkronisasi kegiatan yang didanai DAK dengan anggaran KL serta kegiatan yang didanai dari APBD;

    7. peningkatan prasarana pemerintahan daerah yang terkena dampak pemekaran;

    8. mengalihkan secara bertahap dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang digunakan untuk mendanai kegiatan-kegiatan yang telah menjadi urusan daerah ke DAK.

    9. Program DAK bidang pendidikan difokuskan pada kabupaten/kota yang masih memiliki ruang kelas rusak.

    B. Kebijakan DAK Bidang Pendidikan Tahun 2008

    1. DAK bidang pendidikan dialokasikan untuk menunjang program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu. Kebijakannya diarahkan untuk penuntasan rehabilitasi ruang kelas sekolah yang ditargetkan tuntas pada tahun 2008.

    2. Kegiatan DAK bidang pendidikan tahun 2008 diarahkan untuk rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas dan pembangunan/ rehabilitasi ruang serta penyediaan sarana belajar/perpustakaan.

    3. Sasaran sekolah DAK bidang pendidikan tahun 2008 meliputi SD/SDLB, MI/Salafiyah dan sekolah-sekolah setara SD berbasis keagamaan penyelenggara program wajib belajar pendidikan dasar baik negeri maupun swasta.

    4. Pengalokasian dana per sekolah dilakukan berdasarkan indek kemahalan konstruksi (IKK) Kabupaten/Kota setempat.

    5. DAK bidang pendidikan dilaksanakan secara swakelola dengan melibatkan partisipasi komite sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah sebagai bagian integral dari sistem manajemen berbasis sekolah.

    www.bphn.go.id

  • 9

    6. Pengadaan peralatan pendidikan dan bahan ajar seyogianya merupakan alat dan bahan ajar yang telah mendapat pengesahan dari pemerintah.

    7. Untuk mencapai target penuntasan rehabilitasi gedung sekolah pada tahun 2008, Kabupaten/Kota penerima DAK diwajibkan menyediakan dana pendamping dengan besaran sesuai dengan MoU/kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota

    V. PENYALURAN DAN PELAKSANAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN

    Penyaluran Dana DAK disalurkan dengan cara pemindahbukuan dari Rekening Kas Umum Negara (Pemerintah Pusat c.q Departemen Keuangan) ke Rekening Kas Umum Daerah (Kabupaten/Kota). Mekanisme dan tata cara mengenai penyaluran DAK bidang pendidikan dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

    Penyaluran dana diberikan secara penuh/utuh baik dari kas umum negara ke kas umum daerah maupun dari kas umum daerah ke rekening sekolah. Kewajiban pajak atas penggunaan DAK diselesaikan oleh sekolah penerima DAK sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Pelaksanaan DAK

    Pelaksanaan kegiatan yang dibiayai DAK bidang pendidikan harus selesai paling lambat pada tanggal 31 Desember 2008. Hasil dari kegiatan yang didanai DAK bidang pendidikan harus sudah dapat dimanfaatkan pada akhir tahun anggaran 2008.

    VI. PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN

    A. Kategori I Rehabilitasi 1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori I diperuntukkan bagi

    kabupaten/kota yang masih memerlukan program rehabilitasi sekolah yaitu yang kondisi ruang kelasnya masih banyak mengalami rusak berat. Kegiatannya yaitu untuk merehabilitasi fisik sekolah mencakup: rehabilitasi gedung sekolah/ruang kelas, pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air bersih serta kamar mandi dan WC, pengadaan/perbaikan meubelair ruang kelas, dan pembangunan/rehabilitasi rumah dinas penjaga/guru/kepala sekolah.

    www.bphn.go.id

  • 10

    2. Alokasi dana per sekolah sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) di kalikan dengan IKK kabupaten/kota yang bersangkutan. Dana ini minimal untuk merehabilitasi 5 (lima) ruang kelas

    3. Pendanaan kegiatan pada poin 2 di atas bersumber: (1) DAK (APBN)

    sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota (APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi persekolah. Dana pendamping Kabupaten/kota dapat menyesuaikan dengan kebutuhan rehabilitasi di tingkat sekolah.

    4. Dalam memenuhi butir 3, Kabupaten/Kota sekaligus mentaati

    kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

    B. Kategori II: Rehabilitasi dan Peningkatan Mutu

    1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori II diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota yang memerlukan program rehabilitasi sekolah dan peningkatan mutu yaitu yang kondisi ruang kelasnya mengalami rusak sedang. Kegiatannya meliputi 2 (dua) komponen: a. merehabilitasi fisik sekolah mencakup: rehabilitasi gedung

    sekolah/ruang kelas, pengadaan/rehabilitasi sumber dan sanitasi air bersih serta kamar mandi dan WC, pengadaan/perbaikan meubelair ruang kelas, dan pembangunan/rehabilitasi rumah dinas penjaga/guru/kepala sekolah;

    b. menyediakan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan mencakup: alat peraga dan Kit multimedia interaktif, buku pengayaan, buku referensi, mesin ketik, dan alat teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

    2. Bila terdapat sisa dana dari Komponen 1(a) diatas, sekolah dapat menggunakan sisa dana tersebut untuk merenovasi/membangun satu ruang kelas yang digunakan sebagai TK-SD Satu Atap dan/atau

    penataan lingkungan sekolah (misalnya: pembangunan pagar dan pintu gerbang, taman, paving block halaman sekolah, tiang

    bendera).

    3. Sekolah penerima DAK diwajibkan melaksanakan semua komponen kegiatan di atas sebagai satu kesatuan yang utuh.

    4. Proporsi dana antara komponen a (rehabilitasi fisik sekolah) dan komponen b (Penyediaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan) ditetapkan 65 : 35. Hal ini berlaku bagi Kabupaten/Kota dengan indek kemahalan konstruksi (IKK) = 1 dimana alokasi dana per sekolahnya ditetapkan sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) terdiri dari dana yang berasal dari APBN dan APBD. Khusus untuk komponen a (rehabilitasi fisik sekolah), alokasi dana per sekolah disesuaikan dengan IKK kabupaten/kota.

    www.bphn.go.id

  • 11

    5. Pendanaan komponen kegiatan pada poin 3 di atas bersumber : (1) DAK (APBN) sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota (APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi per sekolah.

    6. Dalam memenuhi butir 5, Kabupaten/Kota sekaligus mentaati kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

    C. Kategori III: Peningkatan Mutu

    1. Penggunaan DAK bidang pendidikan kategori III diperuntukkan bagi Kabupaten/Kota atau sekolah yang sudah tidak memerlukan lagi program rehabilitasi sekolah. Kegiatannya meliputi 2 (dua) komponen: a. membangun ruang perpustakaan dan mengadakan meubiler

    perpustakaan; b. pengadaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan mencakup:

    pengadaan alat peraga dan Kit multimedia interaktif, buku pengayaan, buku referensi, dan alat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta alat elektronika.

    2. Sekolah penerima DAK diwajibkan melaksanakan semua komponen kegiatan di atas sebagai satu kesatuan yang utuh.

    3. Proporsi dana antara komponen 1a (membangun ruang perpustakaan dan pengadaan meubelair) dan komponen 1b (Penyediaan sarana pendidikan dan sarana perpustakaan) ditetapkan 35 : 65. Hal ini berlaku bagi Kabupaten/Kota dengan indek kemahalan konstruksi (IKK) = 1. Alokasi dana per sekolah ditetapkan sebesar Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) terdiri dari dana yang berasal dari APBN dan APBD. Khusus untuk komponen 1a (membangun ruang perpustakaan dan pengadaan meubelair), alokasi dana per sekolah disesuaikan dengan IKK kabupaten/kota.

    4. Pendanaan komponen kegiatan pada poin 3 di atas berasal dari sumber, yaitu : (1) DAK (APBN) sebesar 90% dari alokasi per sekolah; (2) Kabupaten/kota (APBD) sebesar minimal 10% dari alokasi per sekolah.

    Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK bidang pendidikan meliputi:

    1. administrasi kegiatan; 2. penyiapan kegiatan fisik; 3. penelitian; 4. pelatihan; 5. perjalanan pegawai daerah; 6. lain-lain biaya umum sejenis.

    Kegiatan-kegiatan yang tidak dapat dibiayai DAK tersebut pembiayaannya dibebankan kepada biaya umum yang disediakan melalui APBD.

    www.bphn.go.id

  • 12

    VII TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB

    A. Pemerintah Provinsi

    1. Pemerintah Provinsi wajib menyediakan dana pendamping dengan besaran sesuai kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini sehingga penyelesaian ruang kelas rusak benar-benar dapat dituntaskan pada tahun 2008.

    2. Mengkoordinasikan sosialisasi pelaksanaan DAK di provinsi bagi

    kabupaten/kota sebagai tindak lanjut sosialisasi di tingkat pusat dengan mengundang nara sumber dari institusi yang relevan.

    3. Melaksanakan pengawasan, supervisi, dan monitoring serta penilaian

    terhadap pelaksanaan DAK di kabupaten/kota. 4. Melaksanakan pemetaan sekolah (school mapping) terhadap sebaran

    lokasi dan alokasi setiap kabupaten/kota. 5. Melakukan evaluasi pelaksanaan DAK selama 3 (tiga) tahun berjalan

    (2005, 2006, dan 2007) serta menyusun perencanaan alokasi biaya untuk menyelesaikan sisa gedung sekolah/ruang kelas SD/SDLB dan MI/salafiyah yang belum dapat diselesaikan tahun 2008 dan mensinergikan program DAK dengan pelaksanaan kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

    6. Melaporkan hasil penilaian monitoring dan evaluasi kepada Direktur

    Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, u.p. Direktur Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

    7. Bagi provinsi yang mampu, kontribusi dana pendamping dapat

    ditingkatkan dari berbagai sumber (APBD provinsi, APBD Kabupaten/Kota dan masyarakat industri).

    B. Pemerintah Kabupaten/Kota

    1. Pemerintah Kabupaten/Kota wajib menyediakan dana pendamping yang

    dianggarkan dalam APBD dengan besaran sesuai kesepakatan bersama pembiayaan pendidikan antara Menteri Pendidikan Nasional dengan para Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini sehingga penyelesaian ruang kelas rusak benar-benar dapat dituntaskan pada tahun 2008.

    2. Pemerintah Kabupaten/Kota juga diwajibkan menyediakan dana untuk

    biaya umum seperti perencanaan, sosialisasi, pengawasan dan biaya

    www.bphn.go.id

  • 13

    operasional lainnya yang tidak diperbolehkan dibiayai oleh DAK bidang pendidikan.

    3. Besaran dana pendamping dan biaya umum harus dicantumkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD) dan Dokumen Pelaksana Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD). DPA-SKPD memuat rincian kegiatan yang akan dibiayai DAK sesuai dengan penggunaan yang telah ditetapkan serta rencana biaya yang bersumber dari DAK dan dana pendamping.

    4. Menetapkan nama-nama sekolah/madrasah penerima DAK tahun 2008

    dalam Surat Keputusan Bupati/Walikota dan salinannya disampaikan kepada Direktur Pembinaan TK dan SD Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas.

    5. Kabupaten/kota membentuk (a) tim konsultan pendamping untuk

    pelaksanaan rehabilitasi ruang kelas dan pengadaan meubelair, (b) tim seleksi dan pengawasan untuk pengadaan komponen peningkatan mutu.

    6. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan DAK di Kabupaten/Kota dan

    menyalurkan DAK bidang pendidikan ke sekolah penerima DAK

    7. Menyampaikan laporan triwulanan yang memuat laporan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan dana DAK.

    8. Melakukan evaluasi pelaksanaan DAK selama 3 (tiga) tahun berjalan

    (2005, 2006, dan 2007) serta menyusun perencanaan alokasi biaya untuk menyelesaikan sisa gedung sekolah/ruang kelas SD/SDLB dan MI/salafiyah yang belum dapat diselesaikan untuk tahun 2008.

    C. Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota

    Dinas Pendidikan dan Kantor Departemen Agama bersama dengan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota mempunyai tugas utama sebagai berikut: 1. membentuk tim teknis yang terdiri dari unsur subdin sarana

    pendidikan/subdin TK dan SD Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota sebagai leading sector, dibantu oleh tenaga Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan bangunan (bila ada), dan staf teknis yang kompeten untuk melakukan survey dan pemetaan sekolah/madrasah yang mengalami kerusakan;

    2. membuat rencana alokasi jumlah sekolah/madrasah yang akan menerima

    DAK per kecamatan, selanjutnya melakukan seleksi sekolah-sekolah calon penerima DAK. Seleksi sekolah penerima DAK diutamakan yang mengalami kerusakan berat dan terletak di wilayah tertinggal/terpencil;

    3. mengusulkan nama-nama sekolah/madrasah calon penerima DAK tahun

    2007 kepada Bupati/Walikota;

    www.bphn.go.id

  • 14

    4. mensosialisasikan pelaksanaan program DAK kepada Kepala Sekolah/Madrasah dan Komite Sekolah/Majelis Madrasah penerima DAK;

    5. memantau/mengawasi pelaksanaan program DAK.

    D. Kepala Sekolah/Madrasah

    1. Kepala Sekolah/Madrasah bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

    program Dana Alokasi Khusus di tingkat sekolah. Dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah bersama sama dengan komite sekolah/majelis madrasah.

    2. Sekolah wajib membayar pajak atas penggunaan Dana Alokasi Khusus

    sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. E. Komite Sekolah/Majelis Madrasah

    Komite sekolah/majelis madrasah melakukan tugas dan fungsi sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yaitu : (a) sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; (b) sebagai pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (c) sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan; dan (d) sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif) dengan masyarakat.

    VIII Pelaporan, Pengawasan, dan Sanksi

    A. Pelaporan

    Kepala Sekolah/Madrasah menyampaikan laporan pelaksanaan dan penggunaan DAK kepada Bupati/Walikota u.p. Kepala Dinas Pendidikan/ Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota. Selanjutnya Bupati/Walikota menyampaikan laporan triwulan kepada Menteri Pendidikan Nasional c.q. Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan tembusan kepada: 1. Gubernur u.p. Kepala Dinas Pendidikan Provinsi setempat. 2. Sekretaris Jenderal Depdiknas u.p Kepala Biro Perencanaan dan

    Kerjasama Luar Negeri serta Kepala Biro Keuangan Depdiknas; 3. Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar;

    B. Pengawasan

    Pengawasan fungsional/pemeriksaan tentang pelaksanaan kegiatan dan administrasi keuangan DAK bidang pendidikan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Departemen Pendidikan Nasional dan Inspektorat Daerah. Pengawasan fungsional/pemeriksaan oleh Inspektorat Jenderal dilakukan berbasis sampel.

    www.bphn.go.id

  • 15

    C. Sanksi

    Setiap orang atau sekelompok orang di setiap tingkat pelaksana (kabupaten/kota, sekolah, masyarakat) yang melakukan tindakan penyalahgunaan dan/atau penyimpangan pelaksanaan kegiatan dan administrasi keuangan sebagaimana tertuang dalam petunjuk teknis ini akan ditindak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

    Sanksi Kepada Pengelola/Kepala Sekolah/Masyarakat:

    1. sanksi administratif diberikan apabila pengelola/kepala sekolah melakukan pelanggaran administrasi;

    2. sanksi hukum oleh aparat penegak hukum diberikan apabila pengelola/kepala sekolah/komite sekolah/masyarakat melakukan pelanggaran hukum.

    Sanksi Kepada Kab/Kota:

    1. Pengelola DAK kabupaten/kota yang melakukan penyimpangan dalam penyaluran dan penggunaan DAK akan ditindak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    2. Pemerintah kabupaten/kota yang melakukan kegiatannya tidak berpedoman pada petunjuk teknis ini, dipandang sebagai penyimpangan yang dapat dikenai sangksi hukum oleh aparat hukum terkait.

    IX KETENTUAN LAIN-LAIN Dalam hal terjadi bencana alam, Pemerintah kabupaten/kota dapat mengusulkan kegiatan-kegiatan di luar yang telah diatur dalam Petunjuk Teknis. Mekanisme pengajuan usulan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

    1. pemerintah kabupaten/kota mengajukan usulan perubahan kegiatan kepada Menteri Pendidikan Nasional dengan tembusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah c.q. Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar;

    2. berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah c.q. Direktur Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, Menteri Pendidikan Nasional memberikan surat rekomendasi kepada Menteri Keuangan untuk melakukan perubahan kegiatan tersebut;

    3. persetujuan Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Keuangan disampaikan kepada Daerah yang bersangkutan.

    MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

    TTD. BAMBANG SUDIBYO

    www.bphn.go.id

  • 16

    Salinan sesuai dengan aslinya. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional, Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I, TTD. Muslikh, S.H. NIP 131479478

    www.bphn.go.id

  • 17

    SALINAN

    LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

    NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008

    KABUPATEN/KOTA PENERIMA DANA ALOKASI KHUSUS (DAK)

    BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2008

    No Nama Daerah Bidang Pendidikan

    ( Rp. Miliar)

    I Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam 293.508

    2 Kab. Aceh Barat 14.352

    3 Kab. Aceh Besar 14.731

    4 Kab. Aceh Selatan 14.199

    5 Kab. Aceh Singkil 14.690

    6 Kab. Aceh Tengah 14.343

    7 Kab. Aceh Tenggara 12.893

    8 Kab. Aceh Timur 15.073

    9 Kab. Aceh Utara 14.385

    10 Kab. Bireuen 14.620

    11 Kab. Aceh Pidie 18.620

    12 Kab. Simeulue 16.898

    13 Kota Banda Aceh 15.814

    14 Kota Sabang 14.125

    15 Kota Langsa 12.138

    16 Kota Lhokseumawe 11.714

    17 Kab. Nagan Raya 13.560

    18 Kab. Aceh Jaya 12.207

    19 Kab. Aceh Barat Daya 12.597

    20 Kab. Gayo Lues 10.468

    21 Kab. Aceh Tamiang 12.768

    22 Kab. Bener Meriah 13.313

    II Provinsi Sumatera Utara 446.571

    24 Kab. Asahan 31.161

    25 Kab. Dairi 15.740

    26 Kab. Deli Serdang 38.295

    27 Kab. Tanah Karo 17.438

    28 Kab. Labuhan Batu 10.712

    29 Kab. Langkat 24.243

    30 Kab. Mandailing Natal 15.221

    31 Kab. Nias 26.795

    32 Kab. Simalungun 36.296

    33 Kab. Tapanuli Selatan 16.076

    34 Kab. Tapanuli Tengah 16.266

    35 Kab. Tapanuli Utara 21.449

    www.bphn.go.id

  • 18

    36 Kab. Toba Samosir 17.767

    37 Kota Binjai 10.603

    38 Kota Medan 12.703

    39 Kota Pematang Siantar 12.763

    40 Kota Sibolga 12.694

    41 Kota Tanjung Balai 12.118

    42 Kota Tebing Tinggi 11.421

    43 Kota Padang Sidempuan 11.045

    44 Kab. Pakpak Bharat 12.834

    45 Kab. Nias Selatan 15.854

    46 Kab. Humbang Hasundutan 12.960

    47 Kab. Serdang Berdagai 17.438

    48 Kab. Samosir 16.679

    III Provinsi Sumatera Barat 290.374

    50 Kab. Limapuluh Kota 20.956

    51 Kab. Agam 19.283

    52 Kab. Kepulauan Mentawai 13.780

    53 Kab. Padang Pariaman 20.937

    54 Kab. Pasaman 17.698

    55 Kab. Pesisir Selatan 20.440

    56 Kab. Sawahlunto Sijunjung 13.480

    57 Kab. Solok 18.163

    58 Kab. Tanah Datar 17.183

    59 Kota Bukit Tinggi 12.120

    60 Kota Padang Panjang 10.929

    61 Kota Padang 16.213

    62 Kota Payakumbuh 10.624

    63 Kota Sawahlunto 11.896

    64 Kota Solok 11.954

    65 Kota Pariaman 12.381

    66 Kab. Pasaman Barat 15.791

    67 Kab. Dharmasraya 13.187

    68 Kab. Solok Selatan 13.359

    IV Provinsi Riau 58.997

    70 Kab. Bengkalis 2.407

    71 Kab. Indragiri Hilir 2.663

    72 Kab. Indragiri Hulu 2.427

    73 Kab. Kampar 2.431

    74 Kab. Kuantan Singingi 14.740

    75 Kab. Pelalawan 2.234

    76 Kab. Rokan Hilir 11.224

    77 Kab. Rokan Hulu 14.122

    78 Kab. Siak 2.173

    79 Kota Dumai 2.241

    www.bphn.go.id

  • 19

    80 Kota Pekanbaru 2.335

    V Provinsi Riau Kepulauan 41.395

    82 Kab. Bintan 2.433

    83 Kab. Natuna 10.864

    84 Kab. Karimun 5.602

    85 Kota Batam 2.320

    86 Kota Tanjung Pinang 9.747

    87 Kab. Lingga 10.429

    VI Provinsi Jambi 123.973

    89 Kab. Batanghari 12.843

    90 Kab. Bungo 11.601

    91 Kab. Kerinci 17.495

    92 Kab. Merangin 12.929

    93 Kab. Muaro Jambi 12.764

    94 Kab. Sarolangun 13.329

    95 Kab. Tanjung Jabung Barat 2.509

    96 Kab. Tanjung Jabung Timur 12.959

    97 Kab. Tebo 13.430

    98 Kota Jambi 14.114

    VII Provinsi Sumatera Selatan 187.262

    100 Kab. Lahat 18.292

    101 Kab. Musi Banyuasin 14.251

    102 Kab. Musi Rawas 21.752

    103 Kab. Muara Enim 2.642

    104 Kab. Ogan Komering Ilir 21.723

    105 Kab. Ogan Komering Ulu 15.911

    106 Kota Palembang 2.569

    107 Kota Pagar Alam 10.752

    108 Kota Lubuk Linggau 9.843

    109 Kota Prabumulih 13.102

    110 Kab. Banyuasin 16.703

    111 Kab. Ogan Ilir 12.235

    112 Kab. OKU Timur 16.457

    113 Kab. OKU Selatan 11.030

    VIII Provinsi Bangka Belitung 100.570

    115 Kab. Bangka 19.194

    116 Kab. Belitung 13.792

    117 Kota Pangkal Pinang 14.308

    118 Kab. Bangka Selatan 12.692

    119 Kab. Bangka Tengah 13.179

    120 Kab. Bangka Barat 14.505

    121 Kab. Belitung Timur 12.900

    IX Provinsi Bengkulu 144.131

    123 Kab. Bengkulu Selatan 20.166

    www.bphn.go.id

  • 20

    124 Kab. Bengkulu Utara 19.906

    125 Kab. Rejang Lebong 15.439

    126 Kota Bengkulu 15.013

    127 Kab. Kaur 14.341

    128 Kab. Seluma 14.655

    129 Kab. Mukomuko 12.959

    130 Kab. Lebong 13.183

    131 Kab. Kepahiang 18.469

    X Provinsi Lampung 201.151

    133 Kab. Lampung Barat 16.540

    134 Kab. Lampung Selatan 32.403

    135 Kab. Lampung Tengah 21.322

    136 Kab. Lampung Utara 23.869

    137 Kab. Lampung Timur 29.060

    138 Kab. Tanggamus 22.433

    139 Kab. Tulang Bawang 14.013

    140 Kab. Way Kanan 14.774

    141 Kota Bandar Lampung 16.135

    142 Kota Metro 10.602

    XI Provinsi DKI Jakarta 0,000

    XII Provinsi Jawa Barat 445.878

    145 Kab. Bandung 3.672

    146 Kab. Bekasi 2.653

    147 Kab. Bogor 3.193

    148 Kab. Ciamis 52.750

    149 Kab. Cianjur 47.170

    150 Kab. Cirebon 2.753

    151 Kab. Garut 51.948

    152 Kab. Indramayu 2.834

    153 Kab. Karawang 2.632

    154 Kab. Kuningan 30.487

    155 Kab. Majalengka 18.271

    156 Kab. Purwakarta 17.112

    157 Kab. Subang 35.618

    158 Kab. Sukabumi 50.365

    159 Kab. Sumedang 18.050

    160 Kab. Tasikmalaya 31.417

    161 Kota Bandung 2.488

    162 Kota Bekasi 2.301

    163 Kota Bogor 5.962

    164 Kota Cirebon 12.595

    165 Kota Depok 2.375

    166 Kota Sukabumi 10.747

    167 Kota Cimahi 10.273

    www.bphn.go.id

  • 21

    168 Kota Tasikmalaya 13.540

    169 Kota Banjar 14.672

    XIII Provinsi Banten 103.663

    171 Kab. Lebak 27.133

    172 Kab. Pandeglang 21.388

    173 Kab. Serang 25.961

    174 Kab. Tangerang 21.659

    175 Kota Cilegon 5.219

    176 Kota Tangerang 2.303

    XIV Provinsi Jawa Tengah 694.606

    178 Kab. Banjarnegara 28.952

    179 Kab. Banyumas 2.785

    180 Kab. Batang 21.714

    181 Kab. Blora 29.612

    182 Kab. Boyolali 27.792

    183 Kab. Brebes 2.891

    184 Kab. Cilacap 38.145

    185 Kab. Demak 24.963

    186 Kab. Grobogan 2.870

    187 Kab. Jepara 24.901

    188 Kab. Karanganyar 22.783

    189 Kab. Kebumen 28.344

    190 Kab. Kendal 26.037

    191 Kab. Klaten 26.670

    192 Kab. Kudus 19.328

    193 Kab. Magelang 20.761

    194 Kab. Pati 31.505

    195 Kab. Pekalongan 23.307

    196 Kab. Pemalang 2.659

    197 Kab. Purbalingga 22.373

    198 Kab. Purworejo 23.138

    199 Kab. Rembang 20.398

    200 Kab. Semarang 22.298

    201 Kab. Sragen 20.789

    202 Kab. Sukoharjo 20.568

    203 Kab. Tegal 16.378

    204 Kab. Temanggung 16.754

    205 Kab. Wonogiri 30.921

    206 Kab. Wonosobo 23.675

    207 Kota Magelang 10.470

    208 Kota Pekalongan 13.801

    209 Kota Salatiga 10.629

    210 Kota Semarang 10.764

    211 Kota Surakarta 12.877

    www.bphn.go.id

  • 22

    212 Kota Tegal 12.754

    XV Provinsi DI Yogyakarta 76.618

    214 Kab. Bantul 19.689

    215 Kab. Gunung Kidul 23.694

    216 Kab. Kulon Progo 18.178

    217 Kab. Sleman 2.598

    218 Kota Yogyakarta 12.459

    XVI Provinsi Jawa Timur 718.087

    220 Kab. Bangkalan 24.426

    221 Kab. Banyuwangi 26.335

    222 Kab. Blitar 29.418

    223 Kab. Bojonegoro 2.758

    224 Kab. Bondowoso 13.433

    225 Kab. Gresik 11.931

    226 Kab. Jember 27.665

    227 Kab. Jombang 14.508

    228 Kab. Kediri 2.709

    229 Kab. Lamongan 35.190

    230 Kab. Lumajang 18.415

    231 Kab. Madiun 18.409

    232 Kab. Magetan 21.017

    233 Kab. Malang 45.252

    234 Kab. Mojokerto 25.914

    235 Kab. Nganjuk 30.205

    236 Kab. Ngawi 25.088

    237 Kab. Pacitan 23.493

    238 Kab. Pamekasan 27.976

    239 Kab. Pasuruan 37.506

    240 Kab. Ponorogo 28.447

    241 Kab. Probolinggo 17.896

    242 Kab. Sampang 29.827

    243 Kab. Sidoarjo 2.484

    244 Kab. Situbondo 18.280

    245 Kab. Sumenep 2.778

    246 Kab. Trenggalek 24.143

    247 Kab. Tuban 10.986

    248 Kab. Tulungagung 26.301

    249 Kota Blitar 12.294

    250 Kota Kediri 8.245

    251 Kota Madiun 9.855

    252 Kota Malang 11.789

    253 Kota Mojokerto 10.249

    254 Kota Pasuruan 16.912

    255 Kota Probolinggo 11.711

    www.bphn.go.id

  • 23

    256 Kota Surabaya 2.455

    257 Kota Batu 11.787

    XVII Provinsi Kalimantan Barat 217.375

    259 Kab. Bengkayang 15.499

    260 Kab. Landak 17.839

    261 Kab. Kapuas Hulu 21.419

    262 Kab. Ketapang 18.683

    263 Kab. Pontianak 22.951

    264 Kab. Sambas 19.207

    265 Kab. Sanggau 23.390

    266 Kab. Sintang 19.445

    267 Kota Pontianak 15.727

    268 Kota Singkawang 15.257

    269 Kab. Sekadau 14.483

    270 Kab. Melawi 13.475

    XVIII Provinsi Kalimantan Tengah 183.213

    272 Kab. Barito Selatan 13.826

    273 Kab. Barito Utara 12.949

    274 Kab. Kapuas 20.179

    275 Kab. Kotawaringin Barat 16.860

    276 Kab. Kotawaringin Timur 7.404

    277 Kota Palangkaraya 15.813

    278 Kab. Barito Timur 12.306

    279 Kab. Murung Raya 8.201

    280 Kab. Pulang Pisau 14.454

    281 Kab. Gunung Mas 12.435

    282 Kab. Lamandau 10.964

    283 Kab. Sukamara 12.041

    284 Kab. Katingan 13.001

    285 Kab. Seruyan 12.780

    XIX Provinsi Kalimantan Selatan 190.633

    287 Kab. Banjar 22.963

    288 Kab. Barito Kuala 21.040

    289 Kab. Hulu Sungai Selatan 18.972

    290 Kab. Hulu Sungai Tengah 20.155

    291 Kab. Hulu Sungai Utara 13.905

    292 Kab. Kota Baru 7.187

    293 Kab. Tabalong 8.060

    294 Kab. Tanah Laut 7.296

    295 Kab. Tapin 13.167

    296 Kota Banjar Baru 11.753

    297 Kota Banjarmasin 20.428

    298 Kab. Balangan 13.208

    299 Kab. Tanah Bumbu 12.499

    www.bphn.go.id

  • 24

    XX Provinsi Kalimantan Timur 72.490

    301 Kab. Berau 2.365

    302 Kab. Bulungan 2.327

    303 Kab. Kutai Kartanegara 2.433

    304 Kab. Kutai Barat 15.344

    305 Kab. Kutai Timur 10.879

    306 Kab. Malinau 12.105

    307 Kab. Nunukan 13.601

    308 Kab. Pasir 2.351

    309 Kota Balikpapan 2.206

    310 Kota Bontang 2.233

    311 Kota Samarinda 2.296

    312 Kota Tarakan 2.156

    313 Kab. Penajam Paser Utara 2.194

    XXI Provinsi Sulawesi Utara 184.260

    315 Kab. Bolaang Mongondow 22.227

    316 Kab. Minahasa 21.624

    317 Kab. Sangihe 26.973

    318 Kota Bitung 13.627

    319 Kota Manado 16.255

    320 Kab. Kepulauan Talaud 18.617

    321 Kab. Minahasa Selatan 19.709

    322 Kota Tomohon 21.603

    323 Kab. Minahasa Utara 23.625

    XXII Provinsi Gorontalo 73.986

    325 Kab. Boalemo 13.726

    326 Kab. Gorontalo 17.578

    327 Kota Gorontalo 14.659

    328 Kab. Pohuwato 13.511

    329 Kab. Bone Bolango 14.512

    XXIII Provinsi Sulawesi Tengah 166.312

    331 Kab. Banggai 18.913

    332 Kab. Banggai Kepulauan 17.632

    333 Kab. Buol 13.027

    334 Kab. Toli-Toli 15.039

    335 Kab. Donggala 23.952

    336 Kab. Morowali 16.022

    337 Kab. Poso 15.158

    338 Kota Palu 14.258

    339 Kab. Parigi Moutong 17.988

    340 Kab. Tojo Una Una 14.323

    XXIV Provinsi Sulawesi Selatan 399.754

    342 Kab. Bantaeng 14.100

    343 Kab. Barru 15.104

    www.bphn.go.id

  • 25

    344 Kab. Bone 28.328

    345 Kab. Bulukumba 19.548

    346 Kab. Enrekang 14.656

    347 Kab. G o w a 21.154

    348 Kab. Jeneponto 14.364

    349 Kab. Luwu 19.150

    350 Kab. Luwu Utara 17.482

    351 Kab. M a r o s 18.096

    352 Kab. Pangkajene Kepulauan 19.200

    353 Kab. Pinrang 18.409

    354 Kab. Selayar 14.849

    355 Kab. Sidenreng Rappang 16.484

    356 Kab. Sinjai 20.560

    357 Kab. Soppeng 15.709

    358 Kab. Takalar 16.982

    359 Kab. Tana Toraja 22.226

    360 Kab. Wajo 22.674

    361 Kota Pare-pare 13.563

    362 Kota Makassar 8.999

    363 Kota Palopo 12.110

    364 Kab. Luwu Timur 16.007

    XXV Provinsi Sulawesi Barat 77.123

    366 Kab. Majene 14.455

    367 Kab. Mamuju 19.761

    368 Kab. Polewali Mandar 16.791

    369 Kab. Mamasa 12.285

    370 Kab. Mamuju Utara 13.831

    XXVI Provinsi Sulawesi Tenggara 184.428

    372 Kab. Buton 21.417

    373 Kab. Konawe 19.590

    374 Kab. Kolaka 16.735

    375 Kab. Muna 23.110

    376 Kota Kendari 15.356

    377 Kota Bau-bau 13.845

    378 Kab. Konawe Selatan 21.391

    379 Kab. Bombana 16.261

    380 Kab. Wakatobi 23.590

    381 Kab. Kolaka Utara 13.133

    XXVII Provinsi Bali 137.771

    383 Kab. Badung 12.134

    384 Kab. Bangli 13.595

    385 Kab. Buleleng 19.870

    386 Kab. Gianyar 18.826

    387 Kab. Jembrana 16.015

    www.bphn.go.id

  • 26

    388 Kab. Karangasem 19.340

    389 Kab. Klungkung 14.686

    390 Kab. Tabanan 17.608

    391 Kota Denpasar 5.697

    XXVIII Provinsi Nusa Tenggara Barat 163.605

    393 Kab. Bima 19.909

    394 Kab. Dompu 14.579

    395 Kab. Lombok Barat 19.499

    396 Kab. Lombok Tengah 24.406

    397 Kab. Lombok Timur 25.266

    398 Kab. Sumbawa 19.815

    399 Kota Mataram 14.856

    400 Kota Bima 12.577

    401 Kab. Sumbawa Barat 12.698

    XXIX Provinsi Nusa Tenggara Timur 292.718

    403 Kab. Alor 16.799

    404 Kab. Belu 16.092

    405 Kab. Ende 19.060

    406 Kab. Flores Timur 20.568

    407 Kab. Kupang 21.930

    408 Kab. Lembata 16.982

    409 Kab. Manggarai 25.049

    410 Kab. Ngada 19.754

    411 Kab. Sikka 18.284

    412 Kab. Sumba Barat 17.289

    413 Kab. Sumba Timur 16.701

    414 Kab. Timor Tengah Selatan 21.675

    415 Kab. Timor Tengah Utara 17.346

    416 Kota Kupang 13.639

    417 Kab. Rote Ndao 15.105

    418 Kab. Manggarai Barat 16.445

    XXX Provinsi Maluku 131.302

    420 Kab. Maluku Tenggara Barat 15.880

    421 Kab. Maluku Tengah 21.216

    422 Kab. Maluku Tenggara 14.213

    423 Kab. Pulau Buru 12.613

    424 Kota Ambon 15.120

    425 Kab. Seram Bagian Barat 23.441

    426 Kab. Seram Bagian Timur 13.842

    427 Kab. Kepulauan Aru 14.977

    XXXI Provinsi Maluku Utara 119.586

    429 Kab. Halmahera Tengah 16.758

    430 Kab. Halmahera Barat 14.275

    431 Kota Ternate 14.702

    www.bphn.go.id

  • 27

    432 Kab. Halmahera Timur 13.317

    433 Kota Tidore Kepulauan 14.545

    434 Kab. Kepulauan Sula 14.858

    435 Kab. Halmahera Selatan 14.563

    436 Kab. Halmahera Utara 16.568

    XXXII Provinsi Papua 306.641

    438 Kab. Biak Numfor 20.150

    439 Kab. Jayapura 14.430

    440 Kab. Jayawijaya 20.534

    441 Kab. Merauke 17.476

    442 Kab. Mimika 13.912

    443 Kab. Nabire 12.793

    444 Kab. Paniai 11.172

    445 Kab. Puncak Jaya 13.577

    446 Kab. Yapen Waropen 15.168

    447 Kota Jayapura 19.145

    448 Kab. Sarmi 11.504

    449 Kab. Keerom 16.189

    450 Kab. Yahukimo 13.023

    451 Kab. Pegunungan Bintang 15.959

    452 Kab. Tolikara 14.709

    453 Kab. Boven Digoel 14.594

    454 Kab. Mappi 13.592

    455 Kab. Asmat 16.197

    456 Kab. Waropen 13.818

    457 Kab. Supiori 18.699

    XXXIII Provinsi Papua Barat 187.439

    459 Kab. Sorong 12.338

    460 Kab. Manokwari 15.367

    461 Kab. Fak Fak 12.152

    462 Kota Sorong 13.914

    463 Kab. Sorong Selatan 14.143

    464 Kab. Raja Ampat 17.481

    465 Kab. Teluk Bintuni 11.796

    466 Kab. Teluk Wondama 15.207

    467 Kab. Kaimana 12.619

    468 Kab. Pidie Jaya 3.485

    469 Kota Subulussalam 3.426

    470 Kab. Batu Bara 6.327

    471 Kab. Empat Lawang 3.241

    472 Kab. Bandung Barat 0,000

    473 Kab. Kayong Utara 3.210

    474 Kab. Konawe Utara 3.845

    475 Kab. Buton Utara 3.643

    www.bphn.go.id

  • 28

    476 Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro 7.022

    477 Kota Kotamobagu 3.670

    478 Kab. Bolaang Mongondow Utara 4.018

    479 Kab. Minahasa Tenggara 3.508

    480 Kab. Gorontalo Utara 2.995

    481 Kab. Nagekeo 4.065

    482 Kab. Sumba Barat Daya 3.898

    483 Kab. Sumba Tengah 3.329

    484 Kab. Memberamo Raya 2.740

    7.015.420

    MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

    TTD.

    BAMBANG SUDIBYO

    Salinan sesuai dengan aslinya.

    Biro Hukum dan Organisasi

    Departemen Pendidikan Nasional,

    Kepala Bagian Penyusunan Rancangan Peraturan

    Perundang-undangan dan Bantuan Hukum I,

    Muslikh, S.H.

    NIP 131479478

    www.bphn.go.id

  • 29

    SALINAN LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL

    NOMOR 10 TAHUN 2008 TANGGAL 9 APRIL 2008 KESEPAKATAN BERSAMA PEMBIAYAAN PENDIDIKAN ANTARA MENTERI, GUBERNUR DAN BUPATI/WALIKOTA Daftar Pembagian Beban Pendanaan Rehabilitasi antara Depdiknas, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota Klik disini

    www.bphn.go.id

    Hyperlink/Permendiknas_10_2008_lampiran_III.xls