09. Lipatan

Embed Size (px)

Citation preview

9. Lipatan9.1 Pendahuluan Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan pada unsur garis atau bidang didalam bahan tersebut. Pada umumnya unsur yang terlibat di dalam lipatan adalah struktur bidang, misalnya bidang perlapisan atau foliasi. Lipatan merupakan gejala yang penting, yang mencerminkan sifat dari deformasi ; terutama, gambaran geometrinya berhubungan dengan aspek perubahan bentuk (distorsi) dan perputaran (rotasi). Lipatan terbentuk bilamana unsur yang telah ada sebelumnya terubah menjadi bentuk bidang lengkung atau garis lengkung. Perlipatan adalah deformasi yang tak seragam (inhomogeneous) yang terjadi pada suatu bahan yang mengandung unsur garis atau bidang. Walaupun demikian, suatu deformasi yang menghasilkan lipatan pada suatu keadaan, tidak selalu demikian pada kondisi yang lain. Suatu masa batuan yang tidak mempunyai unsur struktur garis atau bidang, tidak menunjukkan tanda perlipatan. Perlu juga dipertimbangkan bahwa, suatu unsur yang sebelumnya berbentuk lengkungan dapat berubah menjadi bidang atau garis lurus, atau suatu unsur dapat tetap sebagai struktur bidang atau garis lurus setelah terjadi deformasi. 9.2 Deskripsi geometri pada lipatan Secara geometri suatu lipatan dapat dideskripsikan sebagai suatu permukaan bidang lengkung yang tunggal. Bentuk suatu lipatan sangat beragam, dari yang sederhana sampai sangat rumit, yang sulit dideskripsikan secara terinci. Untuk kegunaan praktis, disamping metoda matematik, dipakai metoda deskriptif lain seperti pembuatan kontur struktur dan sebagainya. Sebagai penyederhanaan, suatu lipatan dapat dianggap sebagai suatu bentuk permukaan yang silindris dengan sumbu lipatan sebagai kerangka permukaan tersebut, dan unsur-unsurnya dapat ditunjukkan pada suatu penampang (profile) lipatan. Beberapa titik profil permukaan dideskripsikan seperti pada gambar 9.1. Hinge point Titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat.Geologi Dinamik Geologi ITB

Crest Titik tertinggi lengkungan. Trough Titik terendah pelengkungan. Inflection point Titik batas dari berlawanan.

pada

pada

dua

pelengkungan

yang

Geologi Dinamik Geologi ITB

78

Lipatan

Gambar 9.1 Titik-titik yang dideskripsi pada profil permukaan lipatan silindris

Pada gambaran tiga dimensi, tempat kedudukan dari hinge-point pada satu permukaan lipatan akan berupa garis yang disebut sebagai hingeline atau sumbu dari lipatan (fold-axis). Demikian pula titik-titik crest dan trough, yang merupakan perpotongan dari garis pada bidang profil, yaitu crestal-line, dan trough-line, yang sejajar dengan sumbu perlipatan. Tempat kedudukan dari titik dan garis ini bergantung pada orientasi dari permukaan lipatan terhadap bidang horisontal. Unsur-unsur lipatan yang umumnya dapat dideskripsikan kedudukannya diantaranya adalah (Gambar 9.2) : - Fold axis (sumbu lipatan/hinge line) Garis maksimum pelengkungan pada suatu permukaan bidang yang terlipat. - Axial plane (bidang sumbu) Bidang yang dibentuk melalui garis-garis sumbu pada satu lipatan. Bidang ini tidak selalu berupa bidang lurus (planar), tetapi dapat melengkung lebih umum dapat disebutkan sebagai Axial surface.

- Fold limb (sayap lipatan) Secara umum merupakan sisi-sisi dari bidang yang terlipat, yang berada diantara daerah pelengkungan (hinge-zone) dan batas pelengkungan (inflection line).

9.3 Dasar Lipatan

KlasifikasiGeologi Dinamik Geologi ITB

Praktikum Geologi Struktur

79

Lipatan dapat diklasifikasikan dengan bermacam kriteria. Pada umumnya klasifikasi ini didasarkan pada sifat yang dapat dideskripsikan unsur-unsurnya secara geometri seperti yang telah dibahas sebelumnya. Klasifikasi dan penamaan

Geologi Dinamik Geologi ITB

80

Lipatan

jenis lipatan umumnya juga secara tidak langsung akan mencerminkan sifat kejadian atau pembentukan lipatan secara tidak langsung kan mencerminkan sifat kejadian atau pembentukan lipatan tersebut dan jenis atau material yang terlibat. misalnya lipatan yang ketat (tight) mencerminkan deformasi yang kuat, lipatan yang sejajar (paralel) umumnya terjadi pada lapisan yang kompeten dan sebagainya.

Gambar 9.2 Unsur-unsur pada suatu lipatan

9.3.1 sudut antar sayap (interlimb angle) Sudut antar sayap adalah sudut yang terkecil yang dibentuk oleh sayap-sayap lipatan, dan diukur pada bidang profil suatu lipatan (gambar 9.3). Sudut ini mencerminkan sifat keketatan (tightness) dari lipatan. Fleuty (1964) membuat klasifikasi seperti pada tabel 9.1.

Gambar 9.3 Sudut antar sayap (interlimb angle)

Geologi Dinamik Geologi ITB

Praktikum Geologi Struktur

81

Tabel 9.1 klasifikasi berdasarkan sudut antar sayap Sudut antar sayap 1800 - 1200 1200 - 700 700 - 300 300 -00 00 Deskripsi lipatan Gentle (landai) Open (terbuka) Close (tertutup) Tight (ketat) Isoclinal (isoklin)

9.3.2 simetri

Sifat

Simetri merupakan salah satu kriteria untuk menyatakan bentuk dari suatu permukaan silindris. Sifat simetri ditentukan oleh bidang yang melalui hinge-line dan membagi sama-besar sudut antar sayap lipatan, yang disebut bidang simetri. lipatan ini disebut sebagai lipatan simetris, dan keseluruhan lipatan memiliki sifat simetri orthorhombic. Suatu seri dari lipatan dikatakan simetri apabila masing- masing mempunyai sifat simetri, dan mempunyai pola yang periodik. Dalam hal ini, bidang-bidang yang membatasi permukaan lipatan akan berupa bidang yang lurus (planar) dan saling sejajar, dan bidang yang melalui titik-titik batas pelengkungan (inflection point) akan tepat terletak ditengah bidang-bidang tersebut yang disebut sebagai median. Pada lipatan simetri, besaran amplitude dan panjang gelombang (wavelenght), yang perbandingannya merupakan parameter untuk bentuk lipatan, akan mudah dideskripsi (gambar 9.4a).

A i W

Median i Surface

A i i

A1 W A2 W

(a)

(b)

(c)

Gambar 9.4 Besaran suatu lipatan W = wavelenght, A = amplitude

Apabila jejak dari bidang yang melalui hinge-line (hinge surface) bukan sebagai bidang simetri, lipatan tersebut disebut sebagai lipatan asimetris, yang hanya mempunyai sifat simetri monoklin. Untuk itu perlu ditambahkan sifat asimetrinya, umumnya disebutkan sifat arah miring bidang sumbunya (vergence), atau arah relatif puncak antiform terhadap puncak sinform nya (gambar 9.4 b,c), misalnya arah mata angin, kiri-kanan atau perputaran jarum jam bagi lipatan yang sumbunya menunjam.Geologi Dinamik Geologi ITB

82

Lipatan

Apabila sifat asimetri dari lipatan makin besar, deskripsi dapat diberikan dengan sifat-sifat seperti yang ditunjukkan pada gambar 9.4 b,c. 9.3.3 lipat an Kedudukan

Berdasarkan bentuknya, lipatan yang kemiringan bidang sayapnya menuju ke arah yang berlawanan, disebut sebagai Antiklin, dan synform, kemiringan bidang sayapnya menuju ke satu arah, disebut sebagai Sinklin. Kedudukan lipatan ditanyakan dari kedudukan sumbu lipatan (fold axis) dan bidang sumbu lipatan (axial plane/axial surface). Fleuty (1964) membuat klasifikasi yang didasarkan pada kedua sifat kedudukan tersebut, dan secara lebih tepat menyatakan besaran kecondongannya kemiringan dan penunjamannya. Deskripsi yang diberikan merupakan gabungan dari kedua kriteria yang ada, yaitu kemiringan dari bidang sumbu dan penunjaman dari garis sumbu (Tabel 9.2).Tabel 9.2 Penamaan (Fleuty, 1964) Sudut sumbu 0 1 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 80 80 - 89 90 Istilah untuk kedudukan lipatan

Kemiringan bidang sumbu Penunjaman

garis

Horizontal Subhorizontal Gentle Moderate Steep Subvertical Vertical

Recumbent fold Recumbent fold Gently inclined fold Moderately inclined fold Steeply inclined fold Upright fold Upright fold

Horizontal fold Horizontal fold Gently plunging fold Moderately plunging fold Steeply inclined fold Vertical fold Vertical fold

Perlu dicatat bahwa beberapa gabungan untuk penamaan lipatan tidak dapat diberikan, karena garis sumbu posisinya berada pada bidang sumbu, misalnya, jenis lipatan gently - inclined, steeply - plungging fold tidak mungkin diberikan atau tidak ada. Klasifikasi ini agak sulit dipakai mengingat kerangka yang digunakan adalah kedudukan dari sumbu lipatan, yang penunjamannya terukur pada bidang vertikal yang tidak ada hubungannya dengan geometri lipatan. Untuk mengatasi ini dapat dipakai kriteria pitch garis sumbu dan kemiringan bidang sumbu. Kesulitannya adalah mengukur besaran pitch dilapangan. Klasifikasi yang lebih sederhana dengan menggabungkan besaran penunjaman dan pitch, seperti bagan bentuk lipatan yang ditunjukkan pada gambar 9.5.Geologi Dinamik Geologi ITB

Praktikum Geologi Struktur

83

Rickard (1971), variabel, yaitu dan sumbu lipatan), seperti

membuat diagram segitiga yang memperhitungkan tiga ; kedudukan bidang sumbu lipatan (kemiringan) lipatan (penunjaman dan pitch terhadap bidang sumbu ditunjukkan pada gambar 9.6.

Geologi Dinamik Geologi ITB

84

Lipatan

Pasangan kemiringan dan pitch dari suatu lipatan ditunjukkan sebagai titik pada perpotongan garis lurus, yang angkanya dibaca sepanjang tepi dasar dan kiri diagram (gambar 9.6a). Untuk penunjaman digunakan kurva dan angka pada tepi kanan diagram. Jenis-jenis kedudukan lipatan dapat ditentukan pada diagram gambar 9.6 b. Untuk dapat memberikan kedudukan yang lebih pasti pada lipatan yang miring (inclined fold), Rickard mengusulkan untuk memberikan indeks besaran angka dari kemiringan (D) dan penunjaman dari (P), misalnya ; - Upright fold (D85P25), menurut klasifikasi Fleuty (Tabel 9.2) adalah Upright, gently, plunging fold. - Inclined fold (D70P45), Steeply inclined, moderatelyplunging fold. - Reclined fold (D56P55), Moderatelyinclined fold. Diagram ini juga dapat digunakan untuk berbagai lipatan secara lebih terinci pada suatu wilayah, misalnya bila terdapat suatu perubahan kedudukan pada arah atau geometri lipatan-lipatan tersebut.

Vertical

Upright plunging

Reclined

Inclined plunging

Upright horizontal

Inclined horizontal

Recumbent

Geologi Dinamik Geologi ITB

Praktikum Geologi Struktur Gambar 9.5 Bagan kemungkinan bentuk-bentuk kedudukan lipatan

85

Geologi Dinamik Geologi ITB

80

80

70

70

60 c

60

50

50

40 b 30

40

30

20

a

20

10

10

80

70

60

50

40

30

20

10

Dip (a) Vertical folds

Inclined folds

Horizontal Upright folds

Horizontal folds Dip (b)

Recumbent folds

Gambar 9.6 a. Diagram segitiga untuk menentukan kedudukan lipatanb. Penggunaan diagram untuk klasifikasi lipatan (Rickard, 1971)

9.3.4 Isogon Pada umumnya, hampir semua lipatan terdiri lebih dari satu permukaan, untuk ini diperlukan cara untuk membahas hubungan ruang dan geometri antara bidang bidang lengkung yang membentuk lipatan. Tempat kedudukan dari semua hinge- line, yang disebut sebagai hinge surface, merupakan unsur yang penting. Bidang permukaan ini seringkali dianggap sama dengan bidang sumbu (axial plane) atau axial surface, akan tetapi tidak berhubungan langsung dengan sumbu. Suatu lipatan yang tidak silindris mempunyai bidang permukaan sejenis ini, tetapi tidak merupakan sumbu lipatan. Oleh karena itu lebih sesuai disebut sebagai hinge surface (gambar 9.7).

Gambar 9.7 Hinge surface pada lipatan silindris

Bidang sumbu lebih dikhususkan untuk bidang yang sejajar dengan hinge surface yang melalui keseluruhan dari lipatan silindris. Dengan pengertian yang sama dengan hinge surface, akan terdapat inflection surface, yang merupakan tempat kedudukan dari garis batas lengkung, crestal surface dan trough surface. Hubungan geometri dari dua permukaan lengkung tergantung pada pelengkungan relatif dan jarak antara keduanya, Cara sederhana untuk menyatakan hubungan sumbu adalah dengan membuat garis dari titik-titik pada dua permukaan lipatan dimana

kemiringan (atau kemiringan semu) yang sama

dibuat dari kerangka horisontal, pada suatu bidang profil. Garis-garis ini disebut Isogon. Isogon kemiringan merupakan suatu pola yang dapat dipakai untuk membedakan bentuk lipatan dan juga merupakan dasar untuk klasifikasi geometri lipatan yang mudah untuk diterapkan.

Cara isogon

membuat

Isogon dapat dibuat secara langsung dengan menggambarkan dari berbagai lengkungan dari suatu gambar atau foto yang diambil sepanjang sumbu lipatan. Langkah pertama adalah memilih datum (kerangka horisontal). Pada masing- masing jejak dari dua permukaan lipatan yang berdekatan, dibuat suatu seri kemiringan yang menyinggung permukaan lipatan. Hubungkan titiktitik singgung pada permukaan lipatan, dari kemiringan yang sama (gambar 9.8). Interval kemiringan 100 atau 200 cukup memadai untuk melihat pola isogonnya.

TP

t P t P o

60

t Q

t Qo

TQ

(a)

10

Horizontal

(b)

Gambar 9.8 Isogon kemiringan a. Cara membuat isogon dengan kemiringan dan b. Cara membuat isogon dengan bantuan busur derajat dan mistar

Klasifikasi isogon Dasar yang dipakai pada klasifikasi ini adalah sifat kesejajaran dari isogon serta arah dari sifat konvergensi dan divergensinya. Bagian dalam dari busur lipatan dipakai sebagai kerangka untuk arah konvergensi isogon. Didasarkan pada sifat ini, terdapat lima jenis lipatan (Ramsay, 1967), yaitu luar lebih kecil daripada bagian dalam, jarak terkecil dari dua permukaan lipatan terletak searah hinge surface (gambar 9.9) : - lipatan dengan isogon konvergen kuat (1A), lenkungan pada busur luar lebih kecil daripada bagian dalam, jarak terkecil dari dua permukaan lipatan terletak searah hinge surface (gambar 9.9a). - lipatan paralel (1B), lengkungan pada busur dalam lebih besar, jarak dari dua permukaan lipatan tetap, yang disebut sebagai ketebalan ortogonal lapisan (gambar 9.9b). - lipatan dengan isogon konvergen lemah (1C), lengkungan pada busur luar lebih besar, jarak terbesar dari dua permukaan lipatan terletak pada hinge surface (gambar 9.9c). - lipatan similar (2), kedua lengkungan lipatan identik, dan isogon sejajar, jarak antara lengkungan yang diukur pada isogon tetap, yang disebut sebagai ketebalan bidang sumbu (gambar 9.9d). - lipatan divergen (3), lengkungan daripada bagian luar (gambar 9.9e). pada busur dalam lebih kecil

(a)

(b)

(c)

(d)

(e)

Gambar 9.9 Klasifikasi isogon (Ramsay, 1967)

Selain klasifikasi, dasar ini juga dipakai untuk mendeskripsi bentuk lipatan, dari pola isogonnya, pada satu lapisan tunggal. Berbagai cara dapat dilakukan, yaitu dengan memplot garis normal ortogonal dan ketebalan bidang sumbu sebagai fungsi dari kemiringan, (Ramsay, 1967). Cara yang lebih sederhana adalah memperhitungkan besaran sudut isogon sebagai fungsi dari (Hudleston, 1973). Gambar 9.10a menunjukkan cara membuat sudut isogon dari garis normal setiap isogon kemiringan. Variasi dari dan ditunjukkan sebagai kurva pada diagram 9.10b.-90 -60

3 2 1A

-30

1C

A

0

1B

1B 1C

2 1Datum

+30

1A+60

2

+90 -90

-60

-30

0

+30

+60

+90

(a)

(b)

Gambar 9.10 Pola isogon pada satu lapisan tunggal a. Pembuatan sudut isogon b. Diagram yang menunjukkan kurva terhadap

9.4 Lipatan (parallel fold)

Sejajar

Lipatan paralel adalah bentuk lipatan yang ketebalan (ortogonal) lapisannya tetap. Pembentukan lipatan ini dapat dibayangkan sebagai susunan lapisan-lapisan yang saling bergeser (flexural slip) apabila dilipat (Gambar 9.11).

Gambar 9.11 Gambaran pergeseran lapisan (flexural slip) pada perlipatan

9.4.1 konstruksi penampang pada lipatan seja jar Dasar dari metoda ini adalah anggapan bahwa lipatan merupakan bentuk busur dari suatu lingkaran dengan pusatnya adalah perpotongan antara sumbu-sumbu kemiringan yang berdekatan (gambar 9.12). Metoda ini disebut sebagai metoda busur lingkaran (arc method).O2 O2 A B C A B C A O O1 O1 30 B 30

O1

Gambar 9.12 Cara pembuatan busur lipatan (Busk, 1929)

Dalam metoda ini rekonstruksi bisa dilakukan dengan menghubungkan busur lingkaran secara langsung (Gambar 9.13) apabila data yang ada hanya kemiringan dan batas lapisan hanya setempat.O1 N O8 P O7

M O2 L A B K C

D E

F O6 O5

G

H

I

R O3 S

O4

Gambar 9.13 Rekonstruksi lipatan sejajar dengan metoda busur, menunjukkan jejak dari hinge surface (Busk, 1929)

Apabila batas-batas lapisan dijumpai berulang pada lintasan yang akan direkonstruksikan, maka pembuatan busur lingkaran dilakukan dengan interp olasi. Metoda (1962) Higgins

A40

BINTER POLATED DIP 50

BISECTOR AB

Ob C D Oa

Z

Gambar 9.14 Interpolasi antara dua kemiringan terukur (Higgins, 1962) tarik garis normal kemiringan di A dan B tentukan Oa sembarang di seberang bisector AB tentukan D dimana Aoa = BD, tarik sumbu Doa didapat Ob Oa dan Ob adalah pusat lingkaran untuk interpolasi

Metoda Busk (1929)

P

A40

B50

BISECTOR AB

Oc

C

Z Od

Gambar 9.15 Interpolasi antara dua kemiringan terukur (Busk,1929)

- tarik garis normal dan perpanjang kemiringan di A dan b - tarik garis tegak lurus AB berpotongan di masing-masing garis normal di Oc dan Od - Oc dan Od adalah pusat lengkungan interpolasi

9.4.2 Cara konstruksi lipatan tak sejajar Salah satu cara untuk mengkonstruksi lipatan yang tak sejajar yaitu dengan Metoda Boundary ray. Dasar dari metoda ini bahwa penipisan atau kompaksi lapisan batuan adalah fungsi dan kemiringan. (Coates, 1945 dan Gill, 1953). Dengan dasar ini, disusun suatu tabel untuk mendapatkan posisi boundary ray yang dipakai untuk batas rekonstruksi lipatan. Tabel tersebut dibuat untuk bermacam penipisan, tergantung pada sifat batuan. Cara mendapatkan (gambar 9.16) boundary ray

Kemiringan lapisan adalah 550 dan 400. Posisi boundary ray didapatkan dari perpotongan perpanjangan kemiringan. - Arah dari boundary ray didapatkan dengan menggunakan tabel. Misalnya digunakan tabel dengan maksimum penipisan 45%, kemiringan kecil (400) dipakai sebagai ordinat dan kemiringan besar (550) dipakai sebagai absis, didapatkan sudut 610 dan 400. - Untuk kemiringan yang berlawanan dipakai bagian yang bawah yaitu 40 dan diukurkan pada kemiringan yang besar 550. - Untuk kemiringan yang searah, dibuat lebih dulu garis bisectornya kemudian diukurkan pada garis yang sejajar dengan kemiringan yang besar. - Untuk mendapatkan posisi boundary ray dari tabel kemiringan lapisan diinterpolasi dan dikelompokkan lebih dulu menjadi kelipatan 50 lihat tabel 9.3.Vertical section

59 Boundary Ray Angle from tables Surface40 40 55 40 59

55

40

40

55

40 Boundary Ray Angle from tables Boundary Ray Boundary Ray Boundary Ray

40 Boundary Ray Angle from tables

(a)

(b)

(c)

50 thinning tables used in these examples

Gambar 9.16 Cara perhitungan sudut Boundary ray (bedgley, 1965)

Apabila pembuatan penampang tidak tegak lurus jurus lapisan, maka yang dipakai adalah kemiringan yang telah dikoreksi (gambar

9.17).

Gambar 9.17 Contoh rekonstruksi boundary ray pada penampang yang tidak tegak lurus jurus.

Dalam rekonstruksi lipatan seringkali arc method digabungkan dengan metoda tangan bebas (free hand method) apabila diketahui adanya penipisan pada daerah tertentu. Metoda ini juga dipakai apabila terdapat penipisan dan penebalan yang tidak teratur. Cara penggambarannya ialah dengan menghubungkan batas-batas lapisan mengikuti orientasi kemiringan.

Tabel 9.3 a Sudut Boundary Ray untuk penipisan 10% dan 25%Boundary Ray Angles for Compactional Thinning of 10 Per Cent 0 5 10 50 20 Steeper Dip of Dip Intersection Point 70 75 25 30 35 40 45 50 55 60 65 0 87 84 82 79 76 74 71 (Abscissa) 60 58 55 33 50 68 65 63 87 84 82 79 76 74 71 68 65 63 60 58 55 32 50 5 87 84 81 79 76 73 70 68 65 62 60 57 34 52 82 80 77 74 71 69 66 63 61 58 55 53 30 47 10 86 84 81 78 75 72 70 67 64 62 59 37 54 77 75 72 69 66 64 61 58 56 53 50 48 45 15 86 83 80 77 74 72 69 66 64 61 59 56 72 70 67 64 61 69 56 53 51 48 46 43 20 85 83 80 77 74 72 69 66 64 61 59 67 65 62 59 56 54 51 49 46 43 41 25 85 82 79 77 76 71 69 66 64 61 62 40 57 54 52 49 46 44 41 38 30 84 82 79 76 74 71 68 66 63 57 55 52 49 47 44 41 39 36 35 84 81 79 76 73 71 68 65 52 50 47 44 42 39 36 34 40 63 81 78 76 73 70 68 47 45 42 39 37 34 32 45 83 81 78 34 73 70 42 40 87 78 32 29 50 Example when adjoining 83 80 37 75 72 37 85 80 30 27 Dips are 85 and 90 55 82 35 77 75 32 82 27 25 91 for dip in the some 60 27 80 77 direction 25 22 65 82 80 3 for opposed direction 22 20 70 82 17 75 80 85

80 47 47 49 45 52 43 54 40 56 38 58 36 61 34 63 31 65 29 67 27 70 24 72 22 74 20 77 17 79 15 82 12

85 45 45 47 42 49 40 51 38 54 36 56 33 58 31 60 29 63 26 65 24 67 22 69 20 71 17 74 15 77 12 79 10 81 8

90 42 42 44 40 47 38 49 35 51 33 53 31 56 29 58 26 60 24 64 22 65 19 67 17 69 15 72 12 74 10 77 7 79 5 81 2

Gantle Dip at Dip direction Point (ordinate)

90 37 37 5 39 35 10 41 33 15 42 31 20 44 30 25 46 28 30 48 26 35 50 24 40 51 22 45 53 20 50 55 18 55 57 16 60 59 14 65 61 12 70 63 10 75 65 7 80 67 5 85 69 3 Notes Angles shown in the table are those between the stepeer dip and the boundary ray between adjecting dip zones (Modified ether W. D. Gill) Gantle Dip at Dip direction Point (ordinate)

0 0

Boundary Ray Angles for Compactional Thinning of 25 Per Cent Steeper Dip of Dip Intersection Point (Abscissa) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 87 84 81 74 76 71 68 65 62 59 56 54 51 48 45 87 84 81 74 76 71 68 65 62 59 56 54 51 48 45 86 83 79 76 73 70 67 64 61 58 55 52 50 47 82 79 76 73 70 66 63 60 57 55 52 49 46 43 84 81 78 75 72 69 66 63 60 57 54 51 49 77 74 71 68 65 62 59 56 53 50 47 44 41 83 80 77 74 71 68 65 62 59 56 53 50 72 69 66 63 60 57 54 51 48 45 42 39 82 79 76 73 70 67 64 61 58 55 52 67 64 61 58 55 52 49 46 43 40 38 81 78 75 72 69 66 63 60 57 54 62 59 56 53 50 47 44 41 38 36 80 77 73 71 67 65 62 59 36 57 54 51 48 45 42 39 37 34 78 75 72 69 64 63 61 58 52 49 46 43 40 37 35 32 76 74 71 68 65 62 60 47 44 41 38 35 33 30 76 73 70 67 64 62 42 39 36 33 31 28 75 72 69 66 63 37 34 31 29 26 0 74 71 68 65 32 29 27 24 69 for dips in the some direction 0 73 70 67 3 for opposed dips 27 24 22 72 69 22 20 71 17

80 42 42 44 40 46 39 48 37 49 35 51 33 53 31 55 29 57 27 59 25 61 23 63 21 65 19 67 17 69 15 71 12

85 40 40 41 38 43 36 45 34 47 32 49 30 50 28 52 27 54 25 56 27 58 21 60 19 62 16 64 15 66 12 68 10 70 7

Tabel 9.3.b Sudut Boundary Ray untuk penipisan 40% dan 50%.Boundary Ray Angles for Compactional Thinning of 40 Per Cent Steeper Dip of Dip Intersection Point (Abscissa) 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 87 83 80 76 73 69 66 62 59 56 52 49 46 43 40 87 83 80 76 73 69 66 62 59 56 52 49 46 43 40 85 81 78 74 71 67 64 60 57 54 51 47 44 41 82 78 75 71 68 64 61 58 54 51 48 45 41 38 83 79 76 72 69 65 62 59 55 52 49 46 43 77 73 70 66 63 59 56 53 49 46 43 40 37 81 77 74 70 67 63 60 57 53 50 47 44 72 68 65 61 58 55 51 48 45 42 39 36 79 75 72 68 65 61 50 55 52 48 45 67 63 60 56 53 50 47 43 40 37 34 77 73 70 66 63 60 56 53 50 47 62 58 55 52 48 45 42 39 36 33 75 71 68 64 61 58 54 51 48 57 53 50 47 43 40 37 34 31 73 69 66 62 59 56 53 49 52 48 45 42 39 36 33 30 71 67 64 61 57 54 51 47 43 40 37 34 31 28 69 66 62 58 55 52 42 39 35 22 29 26 67 64 60 37 54 37 34 31 28 25 65 62 58 55 32 29 26 23 63 60 57 27 24 21 55 for dips in the some direction 61 58 22 19 2 for opposed dips 60 17

Notes

Gantle Dip at Dip direction Point (ordinate)

0 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65

70 75 80 85

90 31 31 32 30 34 28 35 27 36 26 38 24 39 23 40 21 41 20 43 18 44 16 46 15 47 13 48 11 50 9 51 7 53 5 55 2 Angles shown in the table are those between the stepeer dip and boundary ray between adjoining dip zones (Modified after W. D. Gill)

80 37 37 36 35 39 34 41 33 42 31 44 30 45 28 46 27 48 25 49 23 50 22 52 70 53 18 55 16 56 14 58 12

85 34 34 35 33 37 31 38 30 39 28 40 27 42 25 43 24 45 22 46 21 47 19 49 17 50 15 52 14 53 12 55 10 56 7

90 27 27 28 26 29 25 30 24 31 22 31 21 32 20 33 19 34 18 35 16 36 15 37 14 38 12 39 10 40 9 42 7 80 42 5 85 44 2 Notes Angles shown in the table are those between the stepeer dip and boundary ray between adjoining dip zones (Modified efter W. D. Gill) Gantle Dip at Dip direction Point (ordinate)

Boundary Ray Angles for Compactional Thinning of 50 Per Cent Steeper Dip of Dip Intersection Point (Abscissa) 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 0 86 83 79 75 71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 36 86 83 79 75 71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 36 5 84 80 76 73 69 65 62 57 54 51 47 44 40 37 81 78 74 70 66 63 59 56 52 48 45 42 38 35 10 81 78 74 70 66 63 59 56 52 48 45 42 38 76 73 69 65 62 58 54 51 47 44 40 37 34 15 79 75 71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 71 68 64 60 57 53 50 46 43 39 36 33 20 76 73 69 65 61 58 54 51 47 44 40 66 63 59 55 52 48 45 41 38 35 32 25 74 70 66 63 49 55 52 48 45 41 61 58 54 51 47 44 40 37 34 30 30 71 68 64 60 57 53 49 45 42 56 53 49 46 42 39 36 32 29 35 69 65 61 58 54 51 47 43 51 48 44 41 38 34 31 28 40 66 63 59 55 52 48 45 47 43 40 36 33 30 26 45 64 60 56 53 49 46 42 38 35 31 28 25 50 61 58 54 50 47 37 33 30 27 24 55 59 55 51 48 32 28 25 22 60 56 53 49 44 for dips in the some direction 27 24 20 2 for opposed dips 65 54 50 22 19 70 51 17 75

80 33 33 34 32 35 31 36 30 37 28 38 27 39 26 40 25 41 23 42 22 43 21 44 19 45 18 46 16 48 14 49 12

85 30 30 31 29 32 28 33 26 34 25 35 24 36 23 37 22 38 20 39 19 40 18 41 16 42 15 43 13 44 11 45 9 46 7

Zero dip datum

Konstruksikan "dip Isogon" pada interval dip 20, diskusikan geometri bentuk lipatan dari pola Bogon

EF G........... . . . .. . . .. .. ..... .......... .. . .. . . .. .. .. . .. .. . . .

F

D

A B

C

D

E

F H

F G

. . . . . . . . . . . .. .. . .. .... .... . . .. . . . . . . .. . .. . . . .. ... ..... ... .. .

H I

J

Kemiringan semuClay Ss Ss Clay Sh Ss

Batas litologiSh Ss Sh Gp

A

B

C

D

E

F

G

H

I

J

Sayatan vertikal untuk soal no : 1 Rekonstruksikan lipatan ini dengan metoda gabungan : " Are method dan free hand method "

98

Barat Daya45

Timur LautF35 45

K35 35

L.BI.20 35

U.BI.20

L.BI.

K L.BI.

K U.BI.15 15 45

L.BI.

15

30

45

F.B.R F.C. F.U.BI. F.L.BI. F.K.

Rekonstruksikan lipatan ini dengan metoda : " Boundary Ray " ( penipisan 10% )

F.F. F.R. F.B. Kemiringan semu Kontak formasi

Geologi Dinamik Geologi ITB

0

200

400 m.

Lipatan