23
ANALISIS CORPORATE GOVERNANCE DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN MANAJEMEN PAJAK PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI SELLY SEPTIANI DWI MARTANI Universitas Indonesia Abstract This study aimed to analyze corporate governance and tax reform toward ABTD (Abnormal Book-Tax Differences). High level of ABTD indicates firm has strong incentives for doing tax and earning management. Besides that, measurement of corporate governance performance is based on Asean CG Scorecards but only for assessment role of board of commissioner, boardof director, and audit committee. This study used 113 sample from all listed firm in BEI from 2008-2012, except mining, agriculture, financial, and construction. The results suggest that (1) firm did tax management alongside earning management during decreasing tax rate (2) tax management depends on tax facility for tax rate lower 5% for company has 40% or more public share ownership (3)earning management depends on financial condition of firm, either they are in profit or loss (4) proactive approach by board of commissioner and board of directormight be able to minimize company tax expense. Keyword: abnormal book-tax differences, Asean CG Scorecard, tax reform, corporate governance. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan coporate governance dan reformasi perpajakan terhadap ABTD (Abnormal Book-Tax Differences).ABTD yang tinggi mengindikasikanperusahaan memiliki insentif yang besar untuk melakukan manajemen pajak dan manajemen laba. Disamping itu, pengukuran tata kelola perusahaan menggunakan Asean CG Scorecards namun hanya untuk penilaian peran dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit. Penelitian ini menggunakan 113 sampel perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2012, kecuali untuk perusahaan yang bergerak pada bidang industri pertambangan, pertanian, keuangan, dan konstruksi. Hasil penelitian ini diantaranya (1) perusahaan melakukan manajemen pajak sekaligus manajemen laba pada saat penurunan tarif pajak (2) manajemen pajak yang dilakukan perusahaan dipengaruhi oleh fasilitas perpajakan yaitu dengan tarif pajak lebih rendah 5% untuk perusahaan yang 40% atau lebih sahamnya dimiliki oleh public (3) manajemen laba dipengaruhi oleh kondisi perusahaan mengalami kerugian atau memperoleh laba (4) peran dewan komisaris dan direksi secara efektif dapat meminimalkan beban pajak perusahaan. Kata Kunci: Abnormal book-tax differences, Asean CG Scorecards, reformasi perpajakan, tata kelola perusahaan. SNA 17 Mataram, Lombok Universitas Mataram 24-27 Sept 2014 1 File ini diunduh dari: www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

098

Embed Size (px)

DESCRIPTION

qeqe

Citation preview

ANALISIS CORPORATE GOVERNANCE DAN REFORMASI PERPAJAKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN

MANAJEMEN PAJAK PADA PERUSAHAAN TERDAFTAR DI BEI

SELLY SEPTIANI DWI MARTANI

Universitas Indonesia

Abstract This study aimed to analyze corporate governance and tax reform toward ABTD (Abnormal Book-Tax Differences). High level of ABTD indicates firm has strong incentives for doing tax and earning management. Besides that, measurement of corporate governance performance is based on Asean CG Scorecards but only for assessment role of board of commissioner, boardof director, and audit committee. This study used 113 sample from all listed firm in BEI from 2008-2012, except mining, agriculture, financial, and construction. The results suggest that (1) firm did tax management alongside earning management during decreasing tax rate (2) tax management depends on tax facility for tax rate lower 5% for company has 40% or more public share ownership (3)earning management depends on financial condition of firm, either they are in profit or loss (4) proactive approach by board of commissioner and board of directormight be able to minimize company tax expense. Keyword: abnormal book-tax differences, Asean CG Scorecard, tax

reform, corporate governance.

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan coporate governance dan reformasi perpajakan terhadap ABTD (Abnormal Book-Tax Differences).ABTD yang tinggi mengindikasikanperusahaan memiliki insentif yang besar untuk melakukan manajemen pajak dan manajemen laba. Disamping itu, pengukuran tata kelola perusahaan menggunakan Asean CG Scorecards namun hanya untuk penilaian peran dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit. Penelitian ini menggunakan 113 sampel perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2008-2012, kecuali untuk perusahaan yang bergerak pada bidang industri pertambangan, pertanian, keuangan, dan konstruksi. Hasil penelitian ini diantaranya (1) perusahaan melakukan manajemen pajak sekaligus manajemen laba pada saat penurunan tarif pajak (2) manajemen pajak yang dilakukan perusahaan dipengaruhi oleh fasilitas perpajakan yaitu dengan tarif pajak lebih rendah 5% untuk perusahaan yang 40% atau lebih sahamnya dimiliki oleh public (3) manajemen laba dipengaruhi oleh kondisi perusahaan mengalami kerugian atau memperoleh laba (4) peran dewan komisaris dan direksi secara efektif dapat meminimalkan beban pajak perusahaan. Kata Kunci: Abnormal book-tax differences, Asean CG Scorecards,

reformasi perpajakan, tata kelola perusahaan.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

1 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

1. Pendahuluan

Sebagai suatu negara yang berdaulat, Indonesia memiliki tujuan pembangunan

nasional guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.Namun, hal ini

tentu harus didukung oleh pendanaan yang memadai, baik yang bersumber dari

pemerintah maupun swasta.Salah satu sumber dana pemerintah adalah melalui

pemungutan pajak. Dalam rangka meningkatkan penerimaan negara yang bersumber

dari pajak, pemerintah melakukan reformasi peraturan perpajakan pada tahun 2008,

yang mengakibatkan perubahan tarif pajak bagi PPh badan dari yang sebelumnya

bersifat progressif dengan tarif pajak sebesar 10% hingga 30% menjadi tarif

proporsional sebesar 28% pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 tarif tersebut direvisi

kembali menjadi 25% yang masih berlaku hingga saat ini. Disamping itu, berdasarkan

pasal 17 ayar 2b UU No 36 tahun 2008, pemerintah juga memberikan fasilitas

pengurangan tarif pajak sebesar 5% bagi perusahaan terbuka yang 40% atau lebih

sahamnya yang disetor serta diperdagangkan di BEI dimiliki oleh publik

Reformasi perpajakan ini menimbulkan insentif perusahaan untuk melakukan

manajemen laba negatif (income decreasing) dengan melakukan penangguhan

pendapatan maupun mempercepat pengakuan beban pada saat satu tahun sebelum

penurunan tarif.(Guenther, 1994); Lin et al., 2012). Disisi lain, perusahaan secara umum

memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan para pemegang sahamnya dengan cara

memberikan kontribusi laba yang besar sehingga tidak jarang perusahaan melakukan

manajemen laba untuk menjaga labanya tetap tinggi. Namun, keinginan untuk

memberikan kontribusi laba yang besar pada para pemegang saham dihadapkan pada

pajak yang merupakan beban sebagai pengurang laba, sehingga tidak jarang perusahaan

juga melakukan manajemen pajak, baik yang bersifat avoidance maupun evasion guna

meminimalkan kewajiban pajak perusahaan tersebut.Pelaporan laba yang rendah tentu

dapat memperburuk citra perusahaan di mata stakeholder, oleh karena itu, perusahaan

cenderung memanfaatkan celah pada undangan-undang perpajakan maupun peraturan

standar akuntansi yang berlaku (PSAK), agar labanya tetap tinggi sedangkan laba

fiskalnya rendah.

Undang-undang perpajakan memiliki perbedaan yang tidak sedikit dengan

standar akuntansi, sebagai contoh UU pajak tidak menentukan secara spesifik

pengakuan pendapatan dan beban-beban yang terkait dengan pendapatan tersebut,

sedangkan standar akuntansi memuat ketentuan hal tersebut serta memberikan

keleluasaan perusahaan dalam memilih kebijakan akuntansinya. Perbedaan ini

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

2 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

menyebabkan terjadinya temporary differences maupun permanent differences yang

berimplikasi pada perbedaan book income dan taxable income perusahaan atau lebih

dikenal book-tax differences (BTD). BTD memberikan gambaran elemen dari

penghindaran pajak (Hanlon and Shevlin, 2010) dan juga gambaran manajemen laba

(Mills et al., 2001; Philips et al., 2003).Pada konsepnya BTD terdiri dari dua yaitu

normal book-tax differences (NBTD)dan abnormal book-tax differences (ABTD).

NBTD merupakan perbedaan laba akuntansi dan fiskal yang wajar serta tunduk pada

standar akuntansi dan undang-undang perpajakan.Sebaliknya ABTD mencerminkan

perbedaan yang tidak wajar yang disebabkan oleh manajemen laba maupun manajemen

pajak.

Penelitian yang dilakukan Tang and Firth, 2011 meneliti adanya hubungan

ABTD terhadap faktor manajemen laba dan manajemen pajak pada perusahaan di

China.Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen laba dapat dijelaskan oleh 7.4%

ABTD, manajemen pajak dapat dijelaskan oleh 27.8% ABTD, sedangkan interaksi

keduanya dapat dijelaskan dengan 3.2% ABTD.

Manajemen sebagai pihak yang mengelola operasi perusahaan (agent) memiliki

informasi internal perusahaan lebih banyak dibandingkan pemegang saham (principal).

Kondisi ini memicu terjadinya asimetri informasi dan konflik kepentingan antaraagent

dan principal yang berakibat pada praktik manajemen laba yang dilakukan oleh agent

(Richardson, 1998). Konflik tersebut dapat diatasi dengan good corporate governance

sebagai suatu mekanisme yang digunakan perusahaan untuk mengontrol tindakan

manajer.Oleh karena itu penerapan prinsip-prinsip good corporate governance

diharapkan dapat mengurangi praktik manajemen laba dan manajemen pajak yang

dilakukan oleh pengelola perusahaan.

Selama ini telah banyak tolak ukur untuk mengukur praktik good corporate

governance perusahaan, salah satunya adalah Asean CG Scorecards yang dibentuk oleh

Asean Capital Market Forum (ACMF) pada tahun 2011 yang bertujuan untuk

meningkatkan konvergensi dan integrasi pasar modal Indonesia serta meningkatkan

corporate governance di Asean.

Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian Tang and Firth,

2011.Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah ABTD sebagai

pendeteksi manajemen laba dan manajemen pajak pada saat reformasi perpajakan dan

juga untuk menunjukkan hubungan antara ABTD dengan praktik corporate

governance.Oleh karena itu terdapat beberapa perubahan dari model penelitian

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

3 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

sebelumnya yaitu dengan adanya penghapusan variable applicable tax rate dan numbers

karena di Indonesia tidak ada perbedaan tarif pajak diantara berbagai industri, serta

menambahkan variabel facility untuk menunjukkan perusahaan yang mendapatkan

fasilitas pengurangan tarif PPh badan, variabel leverage untuk menghitung tingkat

hutang perusahaan, variabel dummy year untuk menunjukkan periode sebelum dan

sesudah perubahan tarif pajak, serta variabel board, audit committee, audit internal

untuk penilaian corporate governance yang berfokus kepada monitoring praktik

manajemen laba dan manajemen pajak. Penilaian corporate governance menggunakan

pedoman Asean CG Scorecards.

Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah:

1. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh penurunan tarif PPh badan

terhadap ABTD.

2. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh faktor-faktor pendeteksi

manajemen pajak terhadap ABTD.

3. Mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh faktor-faktor pendeteksi

manajemen laba terhadap ABTD.

4. Mendapatlan bukti empiris mengenai pengaruh penilaian corporate

governance terhadap ABTD.

2. Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis

2.1 Book-Tax Differences

Penyajian laba akuntansi yang disusun berdasarkan PSAK mempunyai tujuan

yang berbeda dengan laba fiskal yang berdasarkan UU Perpajakan Indonesia.Laporan

keuangan akuntansi bertujuan untuk memberikan gambaran posisi keuangan, kinerja

keuangan, serta arus kas perusahaan yang dapat digunakan untuk pengambilan

keputusan ekonomi oleh penggunanya (PSAK 1 Rev 2009).Sedangkan menurut UU

Perpajakan, laporan keuangan bertujuan untuk membuat SPT PPh Badan perusahaan

yang bersangkutan sehingga dapat dibayarkan pajak terutangnya demi menjalankan

kewajibannya kepada negara.Atas dasar perbedaan tujuan, peraturan, dan prinsip dari

laba komersial dan fiskal tersebut, maka timbul book tax differences (BTD) yang

merupakan selisih antara laba komersial dan fiskal.

Beberapa penelitian sebelumnya menyatakan bahwa BTD dapat menjadi

pendeteksi praktik manajemen laba maupun manajemen pajak. Philips et al., 2003,

menemukan bahwa perusahaan yang melakukan manajemen laba dengan menjaga laba

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

4 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

akuntansinya tetap tinggi sedangkan laba kena pajaknya rendah akan menghasilkan

BTD yang tercermin pada beban pajak tangguhan yang besar. Mills et al., 2001,

menemukan bahwa BTD yang besar berhubungan positif dengan pola penyajian laba

sebelumnya, financial distress, dan bonus threshold. Joss et al., 2000, menyatakan

bahwa perusahaan yang memiliki earning respon coefficient yang kecil ditunjukkan

dengan besarnya nilai BTD. Sedangkan penelitian yang menyatakan BTD dapat

mendeteksi manajemen pajak diantaranya Frank et al., 2009, yang menemukan

hubungan positif antara BTD dan perusahaan yang melakukan tax shelter.

Book tax differences terbentuk oleh 2 perbedaan (Kieso, 2011) yaitu: 1)

Perbedaan permanen yang disebabkan oleh adanya laba yang merupakan bagian dari

laba komersial akan tetapi tidak masuk dalam perhitungan laba pajak dan adanya beban

yang merupakan pengurang bagi laba komersial akan tetapi tidak boleh dikurangkan

dari laba pajak yang bersifat permanen, sehingga perbedaan ini tidak bisa terpulihkan di

masa yang akan datang. 2) Perbedaan temporer yang disebabkan adanya perbedaan

jumlah asset atau liabilitasnya dalam laporan kuangan komersial dan laporan keuangan

fiskal (PSAK 46 Revisi 2010) perbedaan ini dapat terpulihkan di masa depan, sehingga

jika dihitung secara keseluruhan tidak terjadi perbedaan, perbedaan hanya terjadi pada

beberapa periode saja.

2.2 Asean CG Scorecards

Berbagai persiapan untuk menghadapi Asean Economic Community telah

dilakukan jauh sebelum tahun 2015. Salah satunya adalah, dibentuknya ACMF (Asean

Capital Market Forum) pada tahun 2009 yang melakukan inisiasi membentuk Asean

corporate governance pada tahun 2011 dengan pembiayaan dari Bank ADB. Asean

corporate governance tediri dari Asean CG Scorecard dan peringkat corporate

governance perusahaan terbuka se-Asean yang bertujuan untuk mencapai konvergensi

dan integrasi pasar modal.

Namun, dalam praktiknya terdapat beberapa perbedaan antara praktik corporate

governance di Indonesia dan pedoman Asean CG Scorecards.Tabel dibawah ini

menjelaskan beberapa perbedaan tersebut.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

5 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Tabel 1 Perbedaan CG di Indonesia dan Asean CG Scorecards

Praktik CG di Indonesia Pedoman Asean CG Scorecards Jumlah dewan komisaris dan direksi disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan

Jumlah dewan komisaris dan direksi minimal 6 orang dan tidak lebih dari 12 orang.

Jumlah komisaris independen yang juga merupakan anggota komite audit minimal adalah 1, atau mencakup 30% dari jumlah keseluruhan komite audit.

Mayoritas jumlah anggota komite audit berasal dari komisaris independen.

Minimal 1 anggota komite audit terlepas apakah berasal dari komisaris independen atau dari luar perusahaan, memiliki latar belakang akuntansi / keuangan.

Anggota komite audit yang berasal dari komisaris independen harus memiliki latar belakang akuntansi

Pengangkatan dan pemberhentian internal audit dilakukan oleh direktur utama dengan persetujuan dewan komisaris

Pengangkatan dan pemberhentian audit internal dilakukan oleh dewan direksi dengan persetujuan komite audit

Sumber: data telah diolah kembali

2.3 Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini menghubungkan dampak reformasi perpajakan dengan

manajemen laba yang dilakukan secara bersama-sama dengan manajemen pajak dengan

menggunakan proxy ABTD. Perusahaan yang terlibat pada manajemen pajak dan

manajemen laba ditunjukkan dengan nilai ABTD yang besar (Tang and Firth,

2011).Disamping itu, penurunan tarif pajak biasanya ditanggapi oleh perusahaan dengan

melakukan manajemen laba negatif pada saat satu tahun sebelum penurunan tarif pajak

(Guenther., 1994 & Lin et al., 2011). Sehingga, dapat dikembangkan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Manajemen laba dan manajemen pajak pada periode sebelum penurunan tarif

pajak terjadi lebih tinggi dari pada setelah penurunan tarif pajak.

Klassen and Shackelford, 1998 menyatakan bahwa salah satu faktor yang

mempengaruhi manajemen pajak adalah adanya perbedaan dalam kebijakan pengenaan

tarif pajak. Di Indonesia, pada saat reformasi Pemerintah memberikan fasilitas berupa

pengurangan tarif sebesar 5% bagi perusahaan yang kepemilikan sahamnya dimiliki

oleh publik 40% atau lebih (Pasal 17 ayat (2b)). Sehingga, dapat dikembangkan

hipotesis sebagai berikut:

H2: Perusahaan yang mendapatkan fasilitas perpajakan melakukan manajemen laba

dan manajemen pajak yang lebih rendah

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

6 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Hasil penelitian Lanis and Richardson, 2011 menyatakan bahwa perusahaan

yang memiliki komisaris independen, jumlah outside board of director yang besar,

memiliki komite audit serta pengungkapan laporan internal auditnya melakukan praktik

manajemen laba dan manajemen pajak yang lebih rendah. Sejak tahun 2011, negara-

negara di Asean telah sepakat untuk membuat sebuah pengkuran corporate governance

untuk perusahaan publik di Asia Tenggara, demi dapat meningkatkan praktik good

corporate governance di Asean sekaligus mempersiapkan Asean Economic Community

pada tahun 2015. Penilaian tersebut terdiri dari beberapa pertanyaan yang mencakup

lima prinsip OECD, setiap pertanyaan yang dapat terjawab diberi nilai 1 sedangkann

nilai 0 untuk sebaliknya. Sehingga dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H3: Terdapat hubungan negatif antara tata kelola perusahaan dengan manajemen laba

dan manajemen pajak.

Menurut Scoot, 2012 salah satu motivasi perusahaan yang melakukan

manajemen laba adalah IPO (initial public offering), perusahaan menyajikan laba yang

ada di prospektus sebagai sinyal kepada investor mengenai nilai perusahaan sehingga

dapat mempengaruhi keputusan investor.Begitu juga hal dengan perusahaan yang

melakukan right issue, yang bertujuan agar sahamnya dapat lebih banyak dibeli oleh

investor. Sehingga dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut

H4: Perusahaan yang melakukan right issue melakukan manajemen laba dan

manajemen pajak yang lebih besar

Telah banyak penelitian yang menyebutkan bahwa mencegah perusahaan

mengalami kerugian merupakan salah satu insentif untuk melakukan manajemen laba

(Burgstahler & Dichev, 1997).Perusahaan yang hanya memperoleh laba yang kecil atau

yang mengalami kerugian membuat reputasinya menjadi buruk di mata stakeholder

serta menanggung biaya agensi yang tinggi (Shackelford, et al., 2001). Sehingga dapat

dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H5: Perusahaan yang mengalami kerugian melakukan manajemen laba dan manajemen

pajak yang lebih besar

Frank et al., 2009 menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara rasio

tingkat hutang dengan manajemen pajak, hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki

hutang yang besar akan memanfaatkan beban bunga hutang tersebut untuk menjadi

pengurang dalam laba kena pajak yang nantinya akan menurunkan laba kena pajak.

Sehingga dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

7 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

H6: Terdapat hubungan positif antara tingkat hutang dengan manajemen laba dan

manajemen pajak

Berdasalan penelitian sebelumnya, perusahaan yang berukuran besar mendapatkan

monitoring yang lebih ketat oleh stakeholder, sheingga perusahaan tersebut akan lebih

berhati-hati dan transparan dalm melaporkan kondisi keuangannya. Oleh karena itu,

perusahaan tersebut akan lebih sedikit dalam melakukan manajemen laba dan

manajemen pajaknya. Hal ini didukung oleh penelitian Siregar and Utama, 2005; Tang

and Firth, 2011 yang menemukan bahwa adanya hubungan negatif signifikan antara

ukurna perusahaan dengan manajemen laba.Oleh karena itu, dalam penelitian ini

diprediksi variabel kontrol ukuran perusahaan memiliki hubungan negative signifikan

terhadap manajemen laba dan manajemen pajak.

3. Data dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder berupa laporan

tahunan serta laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada

tahun 2008 hingga 2012.Data sekunder ini dapat diperoleh melalui Pusat Data Ekonomi

dan Bisnis (PDEB) FEUI, website Indonesia Stock Exchange (IDX), serta website

perusahaan dari perusahaan terkait.

Pengambilan sampel dilakukan denganpurposive sampling, dengan metode non

probability, karena keterbatasan data annual report perusahaan yang listed dari tahun

2008-2012. Sampel yang diambil merupakan sampel yang memenuhi syarat sebagai

berikut:

1) Perusahaan merupakan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari

tahun 2008-2012.

2) Perusahaan yang dipilih merupakan bagian dari semua jenis industri kecuali 50

perusahaan yang bergerak di bidang kontruksi, 76 perusahaan yang bergerak

pada bidang keuangan, 30 perusahaan yang bergerak pada bidang pertambangan,

dan 15 perusahaan yang bergerak pada bidang pertanian. Hal ini, dikarenakan

perusahaan yang bergerak pada bidang konstruksi merupakan wajib pajak PPh

Final, sedangkan perusahaan yang bergerak pada bidang keuangan,

pertambangan, dan pertanian merupakan perusahaan yang dalam ketentuan

perpajakan diperbolehkan membentuk dan memupuk dana cadangan.

3) Perusahaan yang memiliki kelengkapan data laporan tahunan serta laporan

keuangan dari tahun 2008-2012.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

8 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, maka didapatkan sampel akhir sebanyak 113

perusahaan dengan periode lima tahun, total menjadi 565 observasi.

Tabel 2. Ikhtisar Pemilihan Sampel

Jumlah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012

465

Perusahaan yang bergerak di bidang keuangan (74) Perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi (54) Perusahaan yang bergerak di bidang pertanian (18) Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan (36) Data tidak tersedia secara lengkap

(170)

Sampel perusahaan 113 Total sampel selama 5 tahun 565

Sumber: data telah diolah kembali

3.1 Model Penelitian

ABTDit = α0 + α1YEARit + α2FACit + α3CGit + α4SEONit + α5LOSSit + α6LEVit

+ α7SIZEit + εit … … … (𝟑𝟑.𝟏𝟏)

Dari model ini hasil yang diharapkan adalah: α1> 0, α2< 0, α3< 0, α4> 0, α5> 0, α6> 0,

α7< 0.

dimana:

ABTD : abnormal book tax differences yang merupakan residual regresi dari

book-tax differences dari model estimasi Manzon dan Plesko (2002)

YEAR : variabel dummy tahun sebelum terjadinya perubahan pajak, 1 untuk 2008

dan 2009, 0 untuk 2010, 2011, 2012.

FAC : variabel dummy yang sama dengan 1 jika perusahaan mendapatkan

fasilitas pengurangan tarif PPh Badan, 0 jika tidak.

CG : penilaiancorporate governance perusahaan dengan pengukuran Asean

CG Scorecards.

SEON : variabel dummy yang sama dengan 1 jika perusahaan melakukan right

issue +1, 0 jika tidak.

LOSS : variabel dummy yang sama dengan 1 jika perusahaan mengalami

kerugian pada tahun t, 0 jika tidak.

LEV : tingkat utang perusahaan.

SIZE : logaritma total asset

3.2 Operasionalisasi Variabel

Adapun variabel yang digunakan di dalam penelitian ini, yaitu

3.2.1 Variabel Dependen

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

9 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Variabel dependen merupakan variabel terikat yang besaran nilainya

dipengaruhi oleh variabel bebas.Variabel dependen di dalam penelitian ini adalah

ABTD. ABTD diukur dengan estimasi residual dari model BTD. Model BTD ini

merupakan model Manzon dan Plesko (2002) yang menyatakan BTD. Model tersebut

antara lain:

BTDit = β0 + β1 ∆INVit + β2∆REVit + β3NOLit + β4TLUit + β5∆EBit + εit

dimana:

BTD : book-tax differences untuk perusahaan i pada tahun t

∆INVRit : perubahan investasi baik fixed asset maupun intangible asset pada

perusahaan dari tahun t-1 ke tahun t

∆REVRit : perubahan pendapatan perusahaan dari tahun t-1 ke tahun t

NOLit : nilai net operating losses secara akuntansi

TLUit : nilai dari tax losses utilized perusahaan i pada tahun t

∆EBRit : perubahan employee benefit perusahaan dari tahun t-1 ke tahun t

3.2.2 Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel bebas yang mempengaruhi variabel

terikat yang terdiri dari variabel utama independen dan variabel independen

pengendali.Adapun variabel independen utama pada penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1) Fasilitas perpajakan (FAC)

Variabel ini berbentuk dummy, 1 untuk perusahaan yang mendapatkan fasilitas

pengurangan tarif sebesar 5% dengan syarat minimal 40% saham yang disetorkan

dimiliki oleh publik dan 0 untuk sebaliknya. Perusahaan yang mendapatkan fasilitas ini

dikenai tarif 23% pada tahun 2009 dan 20% pada tahun 2010. Sebaliknya perusahaan

yang tidak mendapatkan fasilitas akan dikenai tarif normal. Berdasarkan penelitian

Klassen and Shackelford, 1998 perusahaan yang dikenai tarif pajak yang tinggi

cenderung untuk melakukan tax planning guna meminimalkan beban pajaknya

2) Leverage (LEV)

Graham et al.,2006membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat rasio hutang

yang rendah cenderung untuk melakukan tax shelter. Perhitungan leverage dirumuskan

sebagai berikut:

𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿 =𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝐿𝐿𝑡𝑡 𝑑𝑑𝐿𝐿𝑑𝑑𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝐿𝐿𝑡𝑡 𝐿𝐿𝑎𝑎𝑎𝑎𝐿𝐿𝑡𝑡

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

10 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

3) Seasoned equity offering (SEON)

SEO merupakan right issue atau tambahan saham yang dikeluarkan oleh perusahaan

dengan tujuan untuk mencari dana. Berdasarkan penelitian Marquardt and Wiedman,

2004 sebelum melakukan right issue, perusahaan cenderung melakukan manajemen

laba untuk memperlihatkan kondisi serta kinerja perusahaannya yang baik. Variabel ini

berbentuk dummy, 1 untuk perusahaan yang melakukan right issue pada satu tahun

setelahnya, 0 untuk sebaliknya.

4) Loss

Berdasarkan penelitian Burgstahler and Dichev, 1997 penghindaran terhadap kerugian

merupakan insentif yang kuat untuk melakukan manajemen laba, disamping itu

perusahaan yang mengalami kerugian secara berturut-turut dapat memperburuk citra

perusahaan di mata stakeholder, sehingga perusahaan berusaha untuk menjaga labanya

tetap naik dari tahun ke tahun untuk menunjukkan prospek yang bagus kepada

pemegang saham. Variabel ini berbentuk dummy, 1 jika perusahaan mengalami

kerugian, 0 untuk sebaliknya.

5) Penilaian kinerja Dewan Komisaris dan Direksi (BOARD), Komite Audit (AC), dan

Audit Internal (AI)

Pada tahun 2011, dikenalkan metode penilaian tata kelola perusahaan yang baru untuk

perusahaan-perusahaan di Asia Tenggara guna meningkatkan praktik good corporate

governance sehingga dapat meningkatkan daya tarik investor global. Variabel ini

menitikberatkan penilaian pada peran dewan komisaris, dewan direksi, komite audit,

serta audit internal.

6) YEAR

Variabel ini berbentuk dummy, untuk melihat perilaku perusahaan terhadap praktik

manajemen laba dan manajemen pajak pada tahun sebelum dan sesudah reformasi UU

Perpajakan.Diberi nilai 1 untuk tahun 2008 dan 2009, 0 untuk tahun 2010, 2011, dan

2012.

Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah logaritma dari total asset perusahaan yang

disimbolkan dengan SIZE

4. Hasil Penelitian dan Analisis

4.1 Statistik Deskriptif

Variabel dependen ABTD merupakan residual regresi variabel BTD, yang

dijadikan sebagai proxy untuk mendeteksi praktik manajemen laba dan manajemen

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

11 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

pajak. Berdasarkan tabel 3, rata-rata ABTD ditunjukkan dengan nilai negatif serta

simpangan baku untuk ABTD adalah 12.63%, yang menunjukkan bahwa rentang nilai

ABTD yang diteliti cukup besar. Dan nilai maksimum (minimum) ABTD adalah

1.440496 (-0.897207).Rata-rata variable BOARD adalah 0.275425, nilai ini

menunjukkan bahwa penilaian dewan komisaris dan direksi yang masih

rendah.Sedangkan nilai maksimum (minimum) BOARD adalah 0.576923 (0.076923).

Variabel AC merupakan penilaian komite audit menunjukkan rata-rata 0.543716

dengan nilai maksimum (minimum) adalah 1 dan 0.1 menunjukkan nilai yang sempurna

dan 0 menunjukkan bahwa masih terdapat perusahaan yang belum membentuk komite

auditnya. Untuk variable AI menunjukkan nilai rata-rata 0.400589, serta nilai

maksimum dan minimumnya adalah 0.6667 dan 0. Variabel LEV menunjukkan rata-

rata 0.296919, dan nilai maksimum(minimum) adalah 2.121409 (0.0000).Variabel SIZE

menunjukkan rata-rata 27.73385, sedangkan nilai maksimum (minimum) adalah

32.34387 (22.64266), sedangkan variabel FAC hanya terpenuhi 17%, SEON 3%, dan

LOSS 19%.

Tabel 3 Statistik Deskriptif Model Utama

Variabel Mean Maximum Minimum Standar Deviasi ABTD -8.849E-10 1.440496 -0.897207 0.126364

BOARD 0.275425 0.576923 0.076923 0.078146 AC 0.543716 1.000000 0.000000 0.200841 AI 0.400589 0.666667 0.000000 0.220590

LEV 0.296919 2.121409 0.000000 0.337537 SIZE 27.73385 32.34387 22.64266 1.771346

Dummy Variabel Dummy=1 Dummy=0 FAC 17% 83%

SEON 3% 97% LOSS 19% 81% YEAR 40% 60%

Keterangan Tabel: Tabel ini merepresentasikan statistik deskriptif dari model utama penelitian. Definisi masing-masing variabel adalah sebagai berikut: ABTD = abnormal book-tax differences yang didapat dari error regresi book-tax differences; BOARD= penilaian Asean CG Scorecards dewan komisaris dan direksi; AC= penilaian Asean CG Scorecards komite audit; AI= penilaian Asean CG Scorecards audit internal; LEV= tingkat leverage perusahaan; FAC= bernilai 1 jika perusahaan mendapatkan pengurangan tarif 5%, 0 sebaliknya; SEON= bernilai 1 jik perusahaan melakukan right issue pada tahun +1, 0 untuk sebaliknya; SEON= bernilai 1 jika perusahaan mengalami kerugian pada tahun t, 0 sebaliknya; YEAR= bernilai 1 untuk tahun 2008 dan 2009, 0 sebaliknya; SIZE= logaritma total asset

Sumber: data telah diolah kembali

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

12 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

4.2 Hasil Regresi ABTD

Pada tabel 4 dapat dilihat variabel year menunjukkan hubungan positif

signifikan yang menunjukkan bahwa pada tahun sebelum penurunan tarif pajak yaitu

tahun 2008 dan 2009 perusahaan cenderung untuk melakukan manajemen laba

sekaligus manajemen pajak melalui penangguhan pendapatan atau pengakuan beban

lebih cepat yang dapat menyebabkan laba kena pajak menjadi lebih kecil dengan begitu

beban pajak yang dibayarkan juga menjadi kecil.Hasil ini konsisten dengan penelitian

Guenther, 1994 dan Lin et al., 2012.Selanjutnya, variabel penerimaan fasilitas

penurunan tarif sebesar 5% (FAC) memiliki hubungan negatif signifikan dengan

variabel independen ABTD.Hal ini membuktikan bahwa fasilitas penurunan tarif

cenderung untuk mengurangi nilai ABTD, sehingga nilai ABTD menjadi lebih

kecil.ABTD yang kecil memiliki arti bahwa perusahaan tersebut melakukan manajemen

pajak dan manajemen laba yang lebih rendah.Hasil pengujian ini konsisten dengan

hipotesis awal, Klassen and Shackelford, 1998 serta Gupta and Mills, 2002.

Variabel board menunjukkan hubungan positif signifikan terhadap ABTD yang

membuktikan bahwa perusahaan yang memiliki penilaian board yang tinggi cenderung

untuk meningkatkan nilai ABTD-nya.Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hipotesis

awal.Namun, penelitian ini konsisten dengan Coles et al., 2008 yang menyatakan bahwa

perusahaan yang kompleks memiliki ukuran board besar dan banyak independent board

cenderung untuk mengefisiensikan beban pajaknya. Beban pajak yang efisien

merupakan salah satu alat untuk melakukan manajemen laba dan manajemen pajak.

Variabel komite audit menunjukkan hubungan negatif tidak signifikan. Hasil

pengujian ini tidak konsisten dengan hipotesis awal.Namun, penelitian ini konsisten

dengan penelitian Siregar dan Utama, 2005 yang menyatakan bahwa keberadaan komite

audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Xie et al.,2003 menyatakan bahwa

salah satu faktor penting untuk mencegah adanya manajemen laba adalah latar belakang

keuangan yang dimiliki oleh komite audit, sedangkan di Indonesia, masih banyak ketua

komite audit perusahaan bukanlah berasal dari orang yang berpengalaman di bidang

akuntansi akan tetapi orang yang berpengalaman di bidang industri perusahaan tersebut,

dan masih sedikitnya jumlah rapat yang dilakukan komite audit pertahunnya. Hal ini

diduga menjadi penyebab komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap ABTD.

Variabel audit internal menunjukkan hubungan positif tidak signifikan. Hasil

penelitian ini tidak konsisten dengan hipotesis awal namun konsisten dengan penelitian

Davidson, et al., 2005 yang menemukan bahwa fungsi audit internal tidak berpengaruh

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

13 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

signifikan terhadap manajemen laba. Di Indonesia, kebanyakan audit internal hanya

berfokus terhadap pengendalian risiko operasional perusahaan dan tidak spesifik untuk

melakukan monitoring terhadap tax compliance. Hal ini diduga menjadi penyebab tidak

signifikannya pengaruh audit internal.

Tabel 4 Hasil Regresi Model Utama

Variabel Hipotesis ABTD-BOARD ABTD-AC ABTD-AI Koefisien P-value Koefisien P-value Koefisien P-value

YEAR + .03530 0.000*** .02287 0.011** .02810 0.000*** FAC - -.08772 0.000*** -.08163 0.000*** -

.08611 0.000***

BOARD - .35915 0.000*** AC - -.01787 0.686 AI - .03659 0.285 SEON + -.01059 0.349 -.01746 0.262 -.01723 0.265 LOSS + -.17249 0.000*** -.17560 0.000*** -.17409 0.000*** LEV + .013162 0.358 -.00594 0.448 .00030 0.496 SIZE - .01915 0.073* .02185 0.050** .03659 0.073* CONS -.10672 0.031 .00280 0.477 -.02520 0.313 N 565 565 565 Adjusted R2 23.05% 21.71% 21.85% F Stat 0.0000*** 0.0000*** 0.0000*** * signifikan pada α = 10%, ** signifikan pada α = 5%, *** signifikan pada α = 1% (one tailed)Keterangan Tabel: Tabel ini mempresentasikan Model ABTD-ACG, ABTD-BOARD, ABTD-AC, dan ABTD-AI. Dengan menggunakan regresi berganda. Estimasi dilakukan dengan menggunakan analisis data panel. Variabel dependen pada semua model ini adalah ABTD. Variabel independen pada semua model ini adalah FAC, SEON, LOSS, TD, YEAR, ACG, BOARD, AC, AI dan SIZE. Definisi masing-masing variabel adalah sebagai berikut: (i) ABTD= Abnormal book-tax differences; (2) FAC= variabel dummy, 1 jika perusahaan mendapatkan penurunan tarif, dan 0 sebaliknya; (3) SEON= variabel dummy, 1 jika perusahaan melakukan right issue, dan 0 sebaliknya; (4) LOSS= variabel dummy, 1 jika perusahaan mengalami kerugian, dan 0 sebaliknya; (5) LEV= tingkat hutang perusahaan dibagi total asset; (6) YEAR= variabel dummy, 1 untuk tahun 2008 dan 2009, dan 0 sebaliknya; (7) BOARD= variabel penilaian dewan komisaris dan direksi; (8) AC= variabel penilaian komite audit; (9) AI= variabel penilaian internal audit; (10) SIZE= logaritma dari total asset perusahaan.

Sumber: data telah diolah kembali

Variabel seon merupakan variabel untuk mendeteksi manajemen laba, namun

variabel ini menunjukkan hubungan negatif tidak signifikan.Hal ini tidak konsisten

dengan penelitian Tang and Firth, 2011.Pada penelitian ini, sampel perusahaan yang

melakukan right issue sangat sedikit yaitu hanya 3%.Alasan ini diduga menjadi

penyebab variabel ini menunjukkan hubungan tidak signifikan terhadap ABTD.

Variabel loss menunjukkan hubungan negatif signifikan terhadap ABTD pada

tingkat keyakinan 99%.Hal ini memiliki arti bahwa kondisi rugi yang dialami

perusahaan cenderung untuk mengurangi ABTD. Hal ini disebabkan, berdasarkan

peraturan perpajakan, perusahaan yang mengalami kerugian akan dibebaskan dari

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

14 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

pengenaan pajak dan kerugian tersebut dapat dikompensasikan selama lima tahun ke

depan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan hipotesis awal, penelitian Tang and

Firth, 2011.Namun, hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Wijaya, 2010 yang

menyatakan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian melakukan manajemen laba

yang lebih rendah dibandingkan perusahaan yang mendapatkan laba.

Hasil regresi variabel leverage pada semua model regresi identik memiliki

hubungan tidak signifikan dengan berbagai tanda. Hasil penelitian ini tidak konsisten

dengan penelitian penelitian Frank et al., 2009. Hal ini dikarenakan, dengan tingkat

leverage yang besar, perusahaan akan memanfaatkan beban bunga untuk mengurangi

laba kena pajak yang akan berimplikasi menurunkan beban pajak. Di Indonesia,

peraturan pajak terkait hutang diatur dalam SE-46/PJ.4/1995 yang menyatakan bahwa

beban bunga baru dapat dibebankan sebagian jika bunga yang dibayar atas pinjaman

melebihi jumlah rata-rata pendapatan bunga yang ditempatkan didalam deposito

berjangka dan menteri keuangan mempunyai wewenang untuk menentukan

perbandingan utang terhadap modal untuk perhitungan pajak terutang. Disamping itu,

perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi cenderung mendapatkan

monitoring yang ketat dari bondholder. Hal ini diduga menjadi penyebab leverage tidak

berpengaruh signifikan terhadap manajemen pajak.

Variabel ukuran perusahaan menunjukkan hubungan positif signifikan.Hasil

penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Siregar and Utama, 2005; Tang and

Firth, 2011, sedangkan hasil regresi ini menunjukkan bahwa perusahaan besar

melakukan manajemen laba dan manajemen pajak lebih besar dibandingkan perusahaan

kecil hal ini diduga karena perusahaan yang besar biasanya memiliki departemen

perpajakan sendiri untuk dapat mengurangi laba kena pajaknya agar dapat

mengefisiensikan beban pajaknya.

5. Kesimpulan, Keterbatasan, dan Saran

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan di dalam penelitian ini, maka dapat

diambil kesimpulan diantaranya:

1. Penurunan tarif PPh badan pada tahun 2008 dan 2009 terbukti secara empiris

menjadi insentif bagi perusahaan untuk melakukan manajemen laba dan

manajemen pajak.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

15 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

2. Faktor-faktor manajemen pajak yang terbukti secara empiris mempengaruhi

ABTD adalah fasilitas penurunan tarif PPh Badan sebesar 5% yang disebabkan

40% sahamnya dimiliki oleh publik. Sedangkan, faktor tingkat hutang terhadap

total asset tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap ABTD.

3. Faktor-faktor manajemen laba yang terbukti secara empiris mempengaruhi

ABTD adalah keadaan perusahaan yang mengalami kerugian atau memperoleh

laba. Sedangkan faktor penerbitan saham baru atau right issue terbukti tidak

berpengaruh terhadap ABTD.

4. Penilaian tata kelola perusahaan yang terbukti secara empiris mempengaruhi

ABTD adalah penilaian dewan direksi dan komisaris. Dengan kata lain,

perusahaan yang memiliki penilaian yang tinggi memiliki kemampuan dan

sumber daya yang cukup untuk melakukan efisiensi pajaknya. Penilaian komite

audit dan audit internal tidak memiliki pengaruh yang signifikan untuk

mencegah manajemen laba dan manajemen pajak di Indonesia. Hal ini

dikarenakan kebanyakan anggota independen komite audit bukanlah orang yang

ahli dan mempunyai pengalaman di bidang akuntansi. Sedangkan fungsi audit

internal di Indonesia hanya berperan sebagai pengendali risiko operasional

bukan untuk menunjang fungsi komite audit.

5.2 Keterbatasan dan Saran

Didalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, diantaranya adalah:

1. Faktor-faktor regresi model BTD untuk mendapatkan nilai ABTD merupakan

adaptasi dari penelitian Tang and Firth, 2011. Penelitian selanjutnya dapat

ditambah dengan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada manajemen laba,

manajemen pajak, dan karakteristik BTD normal seperti book-tax differences

periode sebelumnya dan foreign operations.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi praktik manajemen laba dan pajak di dalam

penelitian ini merupakan adaptasi jurnal Tang and Firth, 2011. Untuk penelitian

selanjutnya dapat menggunakan faktor-faktor lain seperti pretax cashflow from

operation, external pressure, market to book ratio, return on asset.

3. Penilaian dewan komisaris dan dewan direksi, komite audit, serta audit internal

hanya terbatas pada informasi yang terdapat di laporan tahunan. Disamping itu,

interpretasi pertanyaan Asean CG Scorecards merupakan subjektivitas dari

peneliti. Oleh karena itu, mungkin banyak aspek-aspek penilaian yang

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

16 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

sebenarnya telah dilakukan perusahaan namun karena perusahaan tidak

mengungkapkannya di laporan tahunan, perusahaan dianggap tidak memenuhi

aspek penilaian tersebut. Untuk penelitian selanjutnya, penilaian skor Asean CG

Scorecards dapat dilakukan dengan melihat semua informasi yang diungkapkan

oleh perusahaan di website, press release, notice of meetings shareholders,

board manual charter, code of conduct, CSR report, dan seluruh data publikasi

lainnya.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

17 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Referensi

Anggraita, Viska. (2009). Motivasi manajemen laba (oportunistik vs efisien) dan pengaruh moderasi corporate governance: studi pada perusaaan non keuangan di BEI. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

April, Klein.(2002). Audit committee, board of director characteristics, and earnings management.Journal of Accounting and Economics,33, 375-400.

Asean Corporate Governance Scorecards. 2013. Beaver, William H. (2002). Perspectives on recent capital market research. The

Accounting Review, 77, 453-474. Bingxuan, L., Rui, L., & Ting, Z. (2012). Tax-induced earnings management in

emerging markets: evidence from China. Journal of the American Taxation Association, 34, 19-44.

Burgstahler, D. R., & Dichev, I. (1997). Earnings management to avoid earnings decreases and losses.Journal of Accounting and Economics, 24(1), 99-126.

Davidson R., Stewart, J., & Kent, P. (2005).Internal governance structures and earning management. Accounting and Finance 45, 241-267.

Frank, M.M., Lynch, L.J., & Rego, S.O. (2009). Tax reporting aggressiveness and its relation to aggressive financial reporting. The Accounting Review, 84, 467-496.

Gill, Jit B.S. (2003).The nuts and bolts of revenue administration reform. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scoot Holmes. (2010).

Accounting theory, 7th Ed. United States: John Wiley & Sons, Inc. Graham, J. R., Raedy, J. S., & Shackelford, D. A. (2009).Research in accounting for

income taxes.SSRN: Working Paper. Guenther, David A. (1994). Earnings management in response to corporate tax rate

changes: evidence from the 1986 tax reform act. The Accounting Review, 69(1), 230-243.

Gupta, S., & Mills, L. D. (2002) Corporate multistate tax planning: Benefits of multiple jurisdictions.Journal of Accounting and Economics, 33(1), 117-139.

Hanlon, M., & Shevlin, T. (2005) What does aggressiveness signal? Evidence from stock price reactions to news about tax shelter involvement.Journal of Public Economics, 93, 126-141.

Hanlon, M., & Heitzman, S. (2010).A review of tax research.Journal of Accounting and Economics, 50, 127-178.

Internal audit’s role in modern corporate governance.KPMG. Joss, P., J. Pratt, and D. Young.(2000). Book-tax differences and the value relevance of

earnings.Working paper.Massachussets Institute of Technologi, Indiana University.

Kamila, Putri A. (2012). Analisa hubungan agresivitas pelaporan keuangan dan agresivitas pajak pada saat terjadinya penurunan tarif. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

KEP-643/ BL/ 2012. Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt, and Terry D. Warfield.(2002). Intermediate

Accounting. 13th ed. United States: John Willey & Sons Inc. Klassen, K. J., & Shackelford, D. A. (1998). State and provincial corporate tax

planning: Income shifftingand sales apportionment factor management. Journal of Accounting and Economics, 25(3), 385-406.

Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance.Pedoman Good Corporate Governance tahun 2006.

Lanis, R., & Richardson, G. (2011).The effect of board of director composition on corporate tax aggressiveness.Journal of Accounting Public Policy, 30, 50-70.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

18 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Lestari, Eka R. (2011). Analisis corporate governance, tax planning, earnings management dalam hal penurunan tarif pajak penghasilan badan di Indonesia.UI.

Lukviarwan, N., Chandra, R.K. (2009). Board governance dan nilai perusahaan: pengaruh turn over, board size dan cross directorship.UNAND.

Manzon, G., Jr., & Plesko, G. (2002).The relation between financial and tax reporting measures of income.Tax Law Review, 55, 175-214.

Marquardt, C.A., & Wiedman, C.I. (2004).The effect of earnings management on the value relevance of accounting information.Journal of Business Finance & Accounting, 31 (3), 297-330.

Mills, L., Erickson, M.M., & Maydew, E.L. (1998).Investments in tax planning.The Journal of The American Taxation Association, 20(1), 1-21.

Mills, L., Newberry, K. (2001). The influence of tax and non-tax costs on book-tax reporting differences: Public and private firms. Journalof The AmericanTaxation Association, 23(1), 1-19.

Kajian tenatng Pedoman Good Corporate Governance di Negara-negara anggota ACMF.Bapepam. 2010.

Klassen, K. J., & Shackelford, D.A (1998). State and provincial corporate tax planning: Income shifting and apportionment factor management. Journal of Accounting and Economics, 25(3), 385-406.

Penman, Stephen. (1992). Return to fundamentals.Journal of Accounting, Auditing, and Finance, 4, 465-483.

Peraturan Bapepam LK No.IX.D.2.Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Peraturan Bapepam LK No.IX.I.5.Pembentukan dan pedoman pelaksanaan kerja komite audit.

Peraturan Bapepam LK No.IX.I.7.Pembentukan dan pedoman penyusun piagam audit internal.

Persada, Aulia E. (2009). Pengaruh book tax gap terhadap persistensi laba. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Philips, J., M. Pincus, & Rego. (2003). Earnings management: New evidence based on deffered tax expense. The Accounting Review, 178, 491-522.

PMK-238/PMK.03/2008. Tata Cara Pelaksanaan dan Pengawasan Pemberian Penurunan Tarif bagi Wajib Pajak Badan Dalam Negeri.

Pohan, Chairil Anwar. (2013). Manajemen perpajakan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

PSAK 1 Revisi 2009. Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 46 Revisi 2010. Pajak Penghasilan. Rachmawati, Nurul A. (2012). Pengaruh large positif abnormal book-tax differences

terhadap earning response coefficient dan accrual response coefficient. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Scoot, Wiliam R. (2012). Financial accounting theory, 6th Ed. Pearson Prentice Hall. SE-46/PJ.4/1995. Perlakuan Biaya Bunga yang Dibayar atau Terutang dalam Hal Wajib

Pajak Menerima atau Memperoleh Penghasilan berupa Bunga Deposito atau Tabungan Lainnya.

Sekaran, Uma. (2009). Research methods for business: a skill-building approach. US: John-Wiley & Sons.

Siregar, Sylvia.,&Utama, Siddharta. (2006). Pengaruh struktur kepemilikan ukuran perusahaan dan praktek corporate corporate governance terhadap pengelolaan laba (earnings management).Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 9, 307-326.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

19 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Tang, T., & Firth, M. (2011). Can book-tax differences capture earnings management and tax management? Empirical evidence from China.The International Journal of Accounting, 46, 175-204.

The role of internal auditing in resourcing the internal audit activity. (2009). The Institute of Internal Auditors.

Undang-Undang No. 40 Tahun 2007. Perseroan Terbatas (PT). Undang-Undang No.17 Tahun 2000.Perubahan ketiga atas undang-undang nomor 7

tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Undang-Undang No.28 Tahun 2007.ketentuan umum dan tata cara perpajakan Undang-Undang No.36 Tahun 2008.perubahan keempat atas undang-undang nomor 7

tahun 1983 tentang pajak penghasilan. Waluyo (2011).Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba empat. Wijaya, Maxson H. (2010). Praktik manajemen laba perusahaan dalam menanggapi

penurunan tarif pajak sesuai UU No 36 tahun 2008. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia.

Wilkie, P.J. (1992). Empirical evidence of implicit taxes in corporate sector. The Journal of the American Taxation Association, 14, 97-116.

Xie, Biao., Davidson III, Wallace N., & DaDalt, Peter J. (2003). Earnings management and corporate governance: the role of the board and the audit committee. Journal of Corporate Finance.

Yamashita, Hiroki and Kazuhisa Otogawa. Do japanese firms manage earnings in response to tax rate reductions in the late 1990s?.Not published.

Yin, Q. Jennifer and C.s. Agnes Cheng.(2004). Earnings management of profit firms and loss firms in response to tax rate reductions.Review of Accounting and Finance, 3, 67-92.

Zain, Mohammad. (2007). Manajemen perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

20 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

Lampiran

Lampiran 1.Daftar Sampel Perusahaan Penelitian

Nomor Nama Perusahaan Industri 1 Mahaka Media Tbk Trade, Service & Investment 2 Ace Hardware Indonesia Tbk Trade, Service & Investment 3 Akbar Indomakmur Stimec Tbk Trade, Service & Investment 4 ALAM KARYA UNGGUL Tbk Basic Industry and Chemichal 5 AKR Corporindo Tbk Trade, Service & Investment 6 Alakasa Industrindo Tbk Basic Industry and Chemichal 7 Alumindo Light Metal Industry Tbk Basic Industry and Chemichal 8 Asahimas Flat Glass Tbk Basic Industry and Chemichal 9 Asiaplast Industries Tbk Basic Industry and Chemichal

10 Arpeni Pratama Ocean Line Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

11 Astra Graphia Tbk Trade, Service & Investment 12 Astra International Tbk Miscellaneous Industry 13 Astra Otoparts Tbk Miscellaneous Industry 14 Bayu Buana Tbk Trade, Service & Investment 15 Primarindo Asia Infrastructure Tbk Miscellaneous Industry 16 Global Mediacom Tbk Trade, Service & Investment 17 Berlina Tbk Basic Industry and Chemichal

18 Bakrie Telecom Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

19 Betonjaya Manunggal Tbk Basic Industry and Chemichal 20 PT Budi Starch & Sweetener Tbk. Basic Industry and Chemichal 21 Centrin Online Tbk Trade, Service & Investment

22 Centris Multi Persada Pratama Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

23 Charoen Pokphand Indonesia Tbk Basic Industry and Chemichal 24 Catur Sentosa Adiprana Tbk Trade, Service & Investment 25 Delta Djakarta Tbk Consumer Goods Industry 26 Darya-Varia Laboratoria Tbk Consumer Goods Industry 27 Eratex Djaja Tbk Miscellaneous Industry 28 Ever Shine Textile Industry Tbk Miscellaneous Industry 29 Eterindo Wahanatama Tbk Basic Industry and Chemichal

30 XL Axiata Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

31 Fast Food Indonesia Tbk Trade, Service & Investment 32 Fajar Surya Wisesa Tbk Basic Industry and Chemichal

33 Smartfren Telecom Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

34 Goodyear Indonesia Tbk Miscellaneous Industry 35 Gema Grahasarana Tbk Trade, Service & Investment 36 Gudang Garam Tbk Consumer Goods Industry

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

21 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

37 Gajah Tunggal Tbk Miscellaneous Industry 38 Hero Supermarket Tbk Trade, Service & Investment

39 Humpuss Intermoda Transportasi Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

40 HM Sampoerna Tbk Consumer Goods Industry

41 Indosia Air Transport Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

42 Indosiar karya Media Trade, Service & Investment 43 Intikeramik Alamasri Industri Tbk Basic Industry and Chemichal 44 Sumi Indo Kabel Tbk Miscellaneous Industry 45 Indomobil Sukses Internasional Tbk Miscellaneous Industry 46 Indofarma Tbk Miscellaneous Industry 47 Intanwijaya Internasional Tbk Basic Industry and Chemichal 48 Indofood Sukses Makmur Tbk Consumer Goods Industry 49 Indospring Tbk Miscellaneous Industry

50 Tanah Laut Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

51 Intraco Penta Tbk Trade, Service & Investment 52 Inter-Delta Tbk Trade, Service & Investment 53 Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Basic Industry and Chemichal

54 Indosat Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

55 Jembo Cable Company Tbk Miscellaneous Industry 56 Jaya Pari Steel Tbk Basic Industry and Chemichal 57 First Media Tbk Trade, Service & Investment 58 Kertas Basuki Rahmat Indonesia Tbk Basic Industry and Chemichal 59 Kalbe Farma Tbk Consumer Goods Industry 60 Lionmesh Prima Tbk Basic Industry and Chemichal 61 Star Pacific Tbk Trade, Service & Investment 62 Lautan Luas Tbk Trade, Service & Investment 63 Modern Internasional Tbk Trade, Service & Investment 64 Merck Tbk Consumer Goods Industry 65 Multi Indocitra Tbk Trade, Service & Investment 66 Multi Bintang Indonesia Tbk Consumer Goods Industry 67 Mulia Industrindo Tbk Basic Industry and Chemichal 68 Media Nusantara Citra Tbk Trade, Service & Investment 69 APAC Citra Centertex Tbk Miscellaneous Industry 70 Pan Brothers Tbk Miscellaneous Industry 71 Prima Alloy Steel Universal Tbk Miscellaneous Industry 72 Sat Nusapersada Tbk Miscellaneous Industry 73 Pyridam Farma Tbk Miscellaneous Industry

74 Rukun Raharja Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

75 Ramayana Lestari Sentosa Tbk Trade, Service & Investment 76 Rimo Catur Lestari Tbk Trade, Service & Investment 77 Bentoel International Investama Tbk Consumer Goods Industry

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

22 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id

78 Steady Safe Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

79 Surabaya Agung Industry Pulp Tbk Basic Industry and Chemichal

80 Supreme Cable Manufacturing Corp Tbk Miscellaneous Industry

81 Surya Citra Media Tbk Miscellaneous Industry

82 Millennium Pharmacon International Tbk Trade, Service & Investment

83 Sekar Laut Tbk Consumer Goods Industry 84 Holcim Indonesia Tbk Basic Industry and Chemichal

85 Samudera Indonesia Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

86 Semen Indonesia (Persero) Tbk Basic Industry and Chemichal 87 Selamat Sempurna Tbk Miscellaneous Industry 88 Sorini Agro Asia Corporindo Tbk Basic Industry and Chemichal 89 Sona Topas Tourism Industry Tbk Trade, Service & Investment 90 Suparma Tbk Basic Industry and Chemichal 91 Sunson Textile Manufacturer Tbk Miscellaneous Industry 92 Mandom Indonesia Tbk Consumer Goods Industry 93 Tigaraksa Satria Tbk Trade, Service & Investment 94 Tira Austenite Tbk Trade, Service & Investment 95 PT Permata Prima Sakti Tbk. Trade, Service & Investment 96 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk Basic Industry and Chemichal

97 Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk

Infrastructure, Utilities, & Transportation

98 AGIS Tbk Trade, Service & Investment 99 Tempo Inti Media Tbk Trade, Service & Investment 100 Chandra Asri Petrochemical Tbk Basic Industry and Chemichal

101 Trada Maritime Infrastructure, Utilities, & Transportation

102 Tempo Scan Pacific Tbk Consumer Goods Industry 103 Tunas Ridean Tbk Trade, Service & Investment 104 Ultra Jaya Milk Industry Tbk Consumer Goods Industry 105 Unggul Indah Cahaya Tbk Basic Industry and Chemichal 106 Nusantara Inti Corpora Tbk Miscellaneous Industry 107 Unitex Tbk Miscellaneous Industry 108 Unilever Indonesia Tbk Consumer Goods Industry 109 Wahana Pronatural Tbk Trade, Service & Investment

110 Panorama Transportasi Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

111 Wicaksana Overseas International Tbk Trade, Service & Investment

112 Yanaprima Hastapersada Tbk Basic Industry and Chemichal

113 Zebra Nusantara Tbk Infrastructure, Utilities, & Transportation

SNA 17 Mataram, Lombok

Universitas Mataram

24-27 Sept 2014

23 File ini diunduh dari:

www.multiparadigma.lecture.ub.ac.id