30
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman ketika orang semakin tidak bergantung lagi pada jarak, tempat, dan secara relatif juga dari perbedaan waktu. Sejak orang memulai kegiatan ekonomi dengan perdagangan barter, banyak sekali yang telah terjadi. Kegiatan perdagangan berkembang hingga mencapai tingkat frekuensi dan kerumitan yang tinggi seperti yang terjadi dewasa ini. 1 Era perdagangan bebas mengacu bukan hanya pada sektor perdagangan, namun terkait juga pada aspek permodalan. Semakin banyak modal yang digunakan akan memacu tingkat pertumbuhan tenaga kerja. Indonesia tidak hanya mengandalkan modal dalam negeri, tetapi juga menerima masukan dari modal asing. Isu Penanaman Modal Asing (PMA) dewasa ini semakin ramai dibicarakan. Hal ini mengingat bahwa untuk kelangsungan pembangunan nasional dibutuhkan banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk mengupayakan semaksimal mungkin menarik penanaman modal asing ke Indonesia. 2 Dengan adanya Penanaman Modal Asing (PMA), banyak memberikan kelebihan, selain sifatnya yang permanen/jangka panjang, penanaman modal asing 1 Budiono Kusumohamidjodjo, Dasar-Dasar Merancang Kontrak, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1998, hal. 1 2 Pandji Anoraga, Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing, Pustaka jaya, Jakarta, 1995, hal. 46 1 Universitas Sumatera Utara

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

  • Upload
    lybao

  • View
    218

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kita hidup dalam zaman ketika orang semakin tidak bergantung lagi pada

jarak, tempat, dan secara relatif juga dari perbedaan waktu. Sejak orang memulai

kegiatan ekonomi dengan perdagangan barter, banyak sekali yang telah terjadi.

Kegiatan perdagangan berkembang hingga mencapai tingkat frekuensi dan kerumitan

yang tinggi seperti yang terjadi dewasa ini.1

Era perdagangan bebas mengacu bukan hanya pada sektor perdagangan,

namun terkait juga pada aspek permodalan. Semakin banyak modal yang digunakan

akan memacu tingkat pertumbuhan tenaga kerja. Indonesia tidak hanya

mengandalkan modal dalam negeri, tetapi juga menerima masukan dari modal asing.

Isu Penanaman Modal Asing (PMA) dewasa ini semakin ramai dibicarakan.

Hal ini mengingat bahwa untuk kelangsungan pembangunan nasional dibutuhkan

banyak dana. Dana yang dibutuhkan untuk investasi tidak mungkin dicukupi dari

pemerintah dan swasta nasional. Keadaan ini yang makin mendorong untuk

mengupayakan semaksimal mungkin menarik penanaman modal asing ke Indonesia.2

Dengan adanya Penanaman Modal Asing (PMA), banyak memberikan

kelebihan, selain sifatnya yang permanen/jangka panjang, penanaman modal asing

1 Budiono Kusumohamidjodjo, Dasar-Dasar Merancang Kontrak, PT. GramediaWidiasarana Indonesia, Jakarta, 1998, hal. 1

2 Pandji Anoraga, Perusahaan Multinasional dan Penanaman Modal Asing, Pustaka jaya,Jakarta, 1995, hal. 46

1

Universitas Sumatera Utara

Page 2: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

2

memberi andil dalam alih teknologi, alih keterampilan manajemen dan membuka

lapangan kerja baru. Lapangan kerja ini penting diperhatikan mengingat bahwa

masalah menyediakan lapangan kerja merupakan masalah yang cukup memusingkan

pemerintah.3

Adanya pemasukan penanaman modal asing dan penanaman modal dalam

negeri tersebut telah memungkinkan masuknya atau digunakannya tenaga kerja warga

negara asing pendatang.4

Masuknya TKA diawali dengan Indonesia yang menjadi bagian dari

komunitas seperti WTO (World Trade Organization), AFTA (Asean Free Trade

Area), dan APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) yang memberi peluang besar

bagi masuknya TKA ke Indonesia.

Awal sejarah orang asing masuk ke Indonesia tidak lepas dari masa-masa jika

mengingat tentang sejarah migrasi di Indonesia. Migrasi dalam awal sejarah

Indonesia ditandai dengan kedatangan suku bangsa asing yang membawa dan

memperkenalkan sebuah sistem ekonomi baru yang didasarkan pada hubungan

kepemilikan budak.5 Kemudian bangsa-bangsa yang lebih maju peradabannya seperti

India, Arab dan Cina datang ke Indonesia mulanya sebagai tempat persinggahan,

kemudian lama-lama berkembang menjadi upaya untuk penguasaan wilayah, hasil

bumi dan jalur perdagangan. Pada masa kolonialisme Belanda proses migrasi

3 Ibid.4 H.S. Syarif, Pedoman Penggunaan Tenaga Kerja Asing di Indonesia dan Peraturan

peraturannya, Sinar Grafika, Jakarta, 1996, hal.25 Ibid.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

3

berlangsung sepenuhnya dikontrol oleh kebijakan dan kolonial Belanda. VOC banyak

mendatangkan orang-orang dari luar yaitu Cina, India, Eropa ,dan Arab untuk

diperkerjakan membantu perdagangan dan pengelolaan pertanian di Batavia.6

Pada masa Soeharto Indonesia menjadi sasaran imperialisme asing (Amerika

Serikat, Inggris dan Jepang). Pembangunan Indonesia sangat bergantung pada

investasi modal asing baik berupa bantuan maupun hutang dan sumber kekayaan

alam dikuasai perusahaan asing. Oleh sebab itu hutang Indonesia pada luar negeri

terbilang cukup banyak dan besar jumlahnya.

Sejak dibukanya pasar kerja bebas pada abad 20, seiring dengan globalisasi

dan liberalisasi dan semenjak tingkat persaingan kerja dalam negeri dan luar negeri

semakin meningkat yang ditandai dengan banyaknya penanaman modal asing yang

masuk ke Indonesia membawa dampak yang cukup signifikan terhadap bertambahnya

tenaga kerja yang berasal dari luar negara Indonesia yang masuk ke Indonesia dan

mengancam keberadaan Tenaga Kerja Indonesia khususnya yang tidak memiliki

keahlian khusus.

Sejak adanya organisasi WTO yang membahas perdagangan dalam sektor

jasa, dan mewajibkan kepada setiap negara anggotanya untuk membuka akses

pasarnya bagi penyedia jasa asing. Oleh karena itu Indonesia yang telah ikut sebagai

anggota dan telah sepakat menyetujui bahwa pasar kerja bebas khususnya sektor

perdagangan barang dan jasa di kawasan ASEAN sudah dimulai pada tahun 2003,

6 Komite pendidikan IMWU, Sejarah Singkat Migrasi di Indonesia,Http://imwuinhkmultiply.com/reviews/item/28?&showinterstitial=%2previews%2fiten, diaksestanggal 12 Oktober 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 4: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

4

sedangkan kawasan Asia Pasifik diberlakukan mulai tahun 2010 dan perdagangan

bebas GATS-WTO di kawasan dunia direncanakan mulai tahun 2020. Di tingkat

AFTA-ASEAN perdagangan bebas di ASEAN ditargetkan tahun 2015.7

Gelombang liberasasi pasar kerja ini diprediksi akan bergerak semakin cepat

dan sulit dibendung. Hal ini akan membuat Indonesia harus siap menghadapi serbuan

liberalisasi khususnya di bidang jasa menyangkut kemampuan untuk mempersiapkan

kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga kerja agar mampu bersaing merebut

pasar kerja lokal dan internasional.8

Dengan masuknya Tenaga Kerja Asing (untuk selanjutnya disebut TKA) ke

Indonesia untuk bekerja maka sepatutnya perlu dibuat suatu perjanjian kerja layaknya

seperti perjanjian kerja pada umumnya.

Perjanjian kerja adalah merupakan syarat terjadinya hubungan kerja antara

buruh/karyawan dengan pengusaha (majikan)/pemberi kerja. Zaman dahulu sebelum

manusia mengenal tulisan, setiap perjanjian yang dilakukan oleh orang-orang tetap

dilakukan dengan secara lisan untuk menimbulkan adanya suatu hubungan kerja

antara majikan dengan buruh. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman yang

semakin maju perjanjian kerja semakin mempunyai pandangan dan arti yang luas

bagi setiap individu yang melakukannya.

Wiwoho Soedjono menyebutkan bahwa “pengertian perjanjian kerja ialah

suatu perjanjian antara orang-perorangan pada satu pihak dengan pihak lain sebagai

pengusaha untuk melaksanakan suatu pekerjaan dengan mendapatkan upah.”9

7 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,USU Press, Medan, hal 1118 Ibid, hal. 111-112.9 Saiful Anwar, Sendi-sendi Hubungan Pekerja dengan Pengusaha, Penerbit Kelompok Studi

Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2007, hal 44

Universitas Sumatera Utara

Page 5: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

5

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran

Negara Nomor 19 tahun 2003), mengatur tentang perjanjian kerja yang sebelumnya

diatur dalam Bab 7A buku III KUH Perdata, dan dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Nomor: PER 02/MEN/1993 tentang kesepakatan kerja waktu tertentu sudah

tidak berlaku lagi. Dengan demikian lahirlah sudah perjanjian kerja nasional yang

diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Perjanjian kerja dapat dilakukan oleh siapa saja dan kapan saja, termasuk

perjanjian kerja yang dibuat antara warga negara asing (dalam hal ini TKA) dengan

pengusaha, prinsipnya sama dengan perjanjian kerja yang dilakukan pengusaha

dengan tenaga kerja dalam negeri (lokal).

Macam perjanjian kerja, perjanjian kerja terdiri atas:

1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu, yaitu perjanjian kerja antara

pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja dalam

waktu tertentu atau untuk pekerjaan tertentu selanjutnya disebut PKWT.

2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu, yaitu perjanjian kerja antara

pekerja/buruh dengan pengusaha untuk mengadakan hubungan kerja tetap,

selanjutnya disebut dengan PKWTT10.

Menurut Pasal 42 ayat 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bagi

TKA yang dapat dipekerjakan di Indonesia adalah hanya dalam hubungan kerja untuk

jabatan tertentu dan waktu tertentu.

10 F.X. Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hal 11

Universitas Sumatera Utara

Page 6: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

6

Perjanjian kerja harus dibuat atas dasar kesepakatan kedua belah pihak dan

pekerjaan yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan ketentuan perjanjian

kerja, ketertiban umum, kesusilaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian kerja sekurang-kurangnya harus memuat besarnya upah dan cara

pembayarannya, serta syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha

dan pekerja/buruh. Kedua aspek perjanjian kerja tersebut harus sesuai dengan

peraturan perusahaan, perjanjian kerja bersama dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan bagi perusahaan yang

memperkerjakan pekerja/buruh sekurang-kurangnya 10 orang, yang tidak memiliki

perjanjian kerja bersama wajib membuat peraturan perusahaan yang harus disahkan

oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk. Sekurang-kurangnya peraturan ini harus

memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh dalam perusahaan, syarat-

syarat kerja, tata tertib perusahaan dan jangka waktu berlakunya peraturan perusahaan

yang masa berlakunya adalah paling lama dua tahun.

Kehidupan berbangsa dan bernegara pada kenyataannya memungkinkan suatu

bangsa mempunyai hubungan dengan bangsa atau negara lain. Bahkan dapat

dikatakan suatu negara atau bangsa tidak akan maju dan berkembang apabila

mengisolasi dirinya dari perkembangan dunia luar baik itu dalam bidang

internasional, politik, ekonomi, kebudayaan, militer, dan kepentingan lainnya.

Berkaitan dengan hal itu mayoritas negara di dunia menggunakan TKA di negaranya

Universitas Sumatera Utara

Page 7: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

7

untuk alih teknologi dan memenuhi kebutuhan untuk mengisi lowongan kerja apalagi

dalam era globalisasi yang telah disepakati bersama.

Arus masuk TKA ke Indonesia tidak dapat dihindari hanya denganmemperhatikan kepentingan pasar kerja bebas (globalisasi dan liberalisasi) sertakepentingan nasional (national interest), bahwa dalam pembangunan nasionaldiperlukan modal/investasi, teknologi dan tenaga ahli asing, karena pasar kerjadalam negeri belum sepenuhnya mampu menyediakan tenaga ahli/skill baiksecara kuantitas maupun kualitas.11

Berdasarkan hal tersebut tentunya peranan TKA sangat besar dan penting bagi

pembangunan nasional Indonesia. Indonesia yang dikenal sebagai negara sedang

berkembang, memerlukan banyak sokongan dan bantuan dari negara-negara lain

termasuk negara tetangga yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama dengan negara

lain/luar, hal itu semata karena Indonesia ingin mampu maju dan bersaing di pasar

kerja bebas (globalisasi dan liberalisasi).

Walaupun Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 20

tahun 2004 tentang Tata Cara Mempekerjakan Tenaga Asing telah diberlakukan (kini

berubah menjadi Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 2 tahun

2008). Namun faktanya hampir semua industri masih banyak pelanggaran yang

terjadi misalnya dalam hal penempatan TKA ke Indonesia yang mana misalnya

seperti jabatan atau posisi-posisi yang seharusnya dapat dilakukan atau diisi oleh

tenaga kerja Indonesia sendiri, tapi tidak diisi oleh tenaga kerja kita,malah lebih

cenderung menggunakan tenaga kerja asing, misalnya dalam jabatan manajer

keuangan, manajer administrasi, dan juga beberapa bidang-bidang pekerjaan yanag

11 Saiful Anwar, Op.Cit., hal 13

Universitas Sumatera Utara

Page 8: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

8

sebenarnya tidak begitu terlalu penting untuk diadakan posisi manajer,maka

diadakan/diciptakan posisi tersebut. Contohnya Manajer Welder, Quality Control, dan

lain-lain. Hal ini sangat tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku seperti untuk

industri perminyakan, petrokimia, tambang, dan lain sebagainya. Sebagai pilot

project mungkin seharusnya pemerintah dapat mensosialisasikannya ke industri yang

memang tidak perlu lagi penempatan TKA secara mencolok seperti posisi HRD,

administrasi umum atau lembaga-lembaga khusus yang harusnya sudah dapat

dilakukan oleh putra-putri Indonesia yang cerdas dan brilian.12

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia

Nomor Per. 02/MEN/III/2008 tentang Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing

menyebutkan bahwa “ Tenaga Kerja Asing selanjutnya disebut TKA adalah warga

negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia, sedangkan

pengusaha yang tidak lain adalah disebut sebagai pemberi kerja bagi tenaga kerja

asing adalah badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan TKA

dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.”13

Pengusaha dalam hal ini ialah perusahaan yang memperkerjakan TKA

tersebut. Perusahaan menurut Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah:

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan,milik persekutuan atau milik badan hukum baik swasta maupun milik negara

12 NM. Wahyu Kuncoro, Tenaga Kerja Asing Kenapa Gitu loohh,http://advokatku.blogspot.com/2006/01/tenaga-kerja-asing-kenapa-gitu-loohhh.html, diakses padatanggal 4 April 2011

13 Himpunan Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 13 tahun 2003, dan Undang-undang Nomor 2 tahun 2004, Exaudi, 2006 hal 190 (lihat pasal 1 angka (1) dan (3))

Universitas Sumatera Utara

Page 9: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

9

yang memperkerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalambentuk lain.

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus danmemperkerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalan bentuklain.14

Salah satu bentuk hak asasi adalah persamaan kesempatan, dan perlakuan

dalam pekerjaan dan jabatan. Persamaan tersebut sesuai dengan nilai-nilai Pancasila

dan telah diatur dalam UUD 1945 Pasal 27.15 Oleh karena itu TKA yang bekerja di

Indonesia pun berhak atas persamaan hak-hak asasi tersebut.

Adanya kebutuhan akan penggunaan TKA dan masuknya TKA ke Indonesia

melalui perjanjian kerja antara perusahaan dengan TKA, tidak dapat dilepaskan

dalam rangka “Indonesianisasi”, ialah usaha pemerintah untuk menyediakan dan

mendidik tenaga kerja Indonesia untuk menggantikan tenaga kerja asing.16 Oleh

karena sebab alasan itu yang menjadi salah satu faktor dari kekurangan negara kita,

sehingga tidaklah heran adanya bila Indonesia sampai saat ini masih perlu tenaga

asing. Proses “Indonesia” tenaga kerja di perusahaan asing merupakan masalah yang

cukup berat dan kompleks. Untuk itu kebijakan untuk melindungi tenaga kerja

Indonesia (lokal) dari serbuan tenaga kerja asing (TKA) dibutuhkan karena hal-hal

seperti problem pengangguran dari angkatan kerja yang produktif yang meluas akibat

dampak melemahnya rupiah oleh karena kenaikan harga minyak dunia serta alokasi

TKA yang semakin tidak terkontrol oleh instansi pemerintah sehingga regenerasi

tenaga kerja Indonesia (lokal) untuk menggantikan TKA menjadi lambat.

14 Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan15 UUD RI No. 13 Tahun 2003, Tentang Ketenagakerjaan, Karina, Surabaya, 2003, hal.15516 H.S. Syarif, Op.Cit hal. 2-3

Universitas Sumatera Utara

Page 10: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

10

Permasalahan yang esensial dari pada TKA lebih banyak di sektor

ketergantungan kita pada investor asing.17 Salah satunya adalah perusahaan PT. Toyo

Kanetsu Indonesia, perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan penanaman

modal asing yang berada di Indonesia. PT. Toyo Kanetsu adalah perusahaan

penanaman modal asing milik negara Jepang yang bergerak dibidang pembuatan

(fabrikasi) tanki-tanki minyak dan gas bumi seperti di LNG dan Pertamina,

khususnya dalam spesifikasi pembuatan tanki bola. PT. Toyo Kanetsu Indonesia

didirikan pada tanggal 9 September 1974, sebagai usaha patungan antara Pertamina

sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia, dengan PT. Toyo Kanetsu

Kobe, Jepang (TKK) yakni perusahan pemimpin dalam bisnis tangki yang terkenal di

dunia dan kegiatan lainnya. Terakhir pada awal tahun 1999, PT Toyo Kanetsu

Indonesia menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing Lengkap (PMA), yang

berkantor pusat di Jakarta dan pabriknya berada di Batam Jalan Tenggiri, Batu

Ampar, Batam PT. Toyo Kanetsu Indonesia mempunyai fasilitas pabrik yang berada

di Batam, melayani industri perminyakan, gas alam dan petrokimia di Indonesia dan

Negara tetangga dalam bidang rekayasa, fabrikasi dan kontruksi dari berbagai tipe

dan ukuran tangki selama beberapa tahun. PT. Toyo Kanetsu Indonesia telah berhasil

membangun beberapa tangki LNG terbesar di dunia, dengan kapasitas 127.000 m3.

Dengan ratusan tangki yang telah terpasang di seluruh Indonesia, PT. Toyo Kanetsu

17 NM. Wahyu Kuncoro, Tenaga Kerja Asing Kenapa Gitu Loohh,http://advokatku.blogspot.com/2006/01/tenaga-kerja-asing-kenapa-gitu-loohhh.html, diakses padatanggal 4 April 2011

Universitas Sumatera Utara

Page 11: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

11

Indonesia telah dikenal sebagai pemimpin di bidangnya. Dan terus membuat catatan

baru untuk ukuran dan tingkat keamanan.18

Metode fabrikasi yang handal, dipadukan dengan pengalaman kontruksi yang

kaya yang telah dibangun selama beberapa tahun telah mendapatkan pujian dan

penghargaan yang tinggi dari para klien. Dalam menghargai kepemimpinannya, PT.

Toyo Kanetsu Indonesia mendapatkan sejumlah proyek utama di Indonesia.

Termasuk tangki, proyek ini termasuk fabrikasi atau pembuatan fasilitas baja struktur,

tungku dan lingkungan. Pengalaman dan komitmen PT. Toyo Kanetsu Indonesia

untuk memproduksi produk yang handal dengan mutu tinggi telah membuat PT. Toyo

Kanetsu Indonesia diakui sebagai pemimpin industri.

Peraturan tentang ketenagakerjaan khususnya mengenai tenaga kerja asing

diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 dan Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi Nomor 02 tahun 2008 tentang Pelaksanaan Tata Cara

Penggunaan Tenaga Kerja Asing.

Berdasarkan uraian di atas, untuk itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul: Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada

PT. Toyo Kanetsu Indonesia: Studi Pada Kawasan Industri Batu Ampar, Batam.

B. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang di atas maka yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

18 Company Profile PT. Toyo Kanetsu Indonesia, 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 12: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

12

1. Bagaimana pengaturan perundang-undangan tentang tenaga kerja asing di

Indonesia?

2. Bagaimanakah kedudukan perjanjian kerja terhadap tenaga kerja asing dalam

kerangka hukum di Indonesia?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak apabila terjadi

perselisihan hubungan kerja pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia di kota Batam?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada beberapa permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaturan perundang-undangan tentang tenaga kerja asing di

Indonesia.

2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan perjanjian kerja terhadap tenaga kerja

asing dalam kerangka hukum di Indonesia

3. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap para pihak apabila terjadi

perselisihan hubungan kerja pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia di kota Batam.

D. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis

maupun secara teoritis, yakni:

1. Secara Praktis

Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan masukan dan manfaat pada

masyarakat, para praktisi hukum, pemerintah dan pengusaha untuk pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya bidang ilmu hukum ketenagakerjaan terutama yang

berkaitan dengan pelaksanaan perjanjian kerja antara perusahaan dengan tenaga kerja

asing.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

13

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam tentang suatu perjanjian kerja khususnya mengenai masalah tenaga kerja

asing. Selain itu juga menambah literatur dan bahan kajian mengenai masalah tenaga

kerja asing tersebut.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang sepengetahuan dan berdasarkan informasi yang ada dan didapat

serta melalui penelusuran dan pemeriksaan yang dilakukan baik itu di kepustakaan

Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan kepustakaan

umum Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian tentang “Tinjauan Yuridis

Perjanjian Kerja Tenaga Kerja Asing Pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia: Studi Pada

Kawasan Industri Batu Ampar Batam” belum pernah dilakukan oleh karena itu

penelitian ini adalah asli adanya, artinya penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan

kebenaran dan kemurniannya.

Adapula penelitian-penelitian yang lain yang ditemukan peneliti yang hampir

mendekati dengan judul penelitian ini adalah penelitian yang dibuat oleh Yulianti

dengan judul “Tinjauan Yuridis Atas Kontrak Perjanjian Pekerjaan Perbaikan Kapal

di PT. Sinbad Precast Teknindo Indonesia di Pulau Batam”. Adapun permasalahan

yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan hukum kontrak perjanjian pekerjaan perbaikan kapal

di PT. Sinbad Precast Teknindo berdasarkan hukum Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan para pihak dalam kontrak di PT. Sinbad Precast

Teknindo dilihat dari hak dan kewajiban masing-masing?

Universitas Sumatera Utara

Page 14: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

14

3. Bagaimana cara penyelesaian sengketa dalam kontrak di PT. Sinbad Precast

Teknindo?

Selain itu ada pula penelitian dengan judul “Analisis Hukum Perjanjian Kerja

Outsourcing di Sumatera Utara (Implementasi Undang-Undang Ketenagakerjaan

Nomor 13 Tahun 2003)” yang dibuat oleh Swari Natalia Tarigan yang mana

penelitian tersebut lebih memfokuskan pada masalah perjanjian kerja outsourcing.

Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana klasifikasi pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang perusahaan

yang merupakan dasar pelaksanaan outsourcing?

2. Bagaimana hubungan hukum antara karyawan outsourcing dengan perusahaan

pengguna jasa outsourcing?

3. Bagaimana penyelesaian sengketa terhadap karyawan outsourcing yang

melanggar aturan kerja pada perusahaan pemberi kerja?

Dilihat dari judul dan permasalahan, maka dapat diketahui bahwa penelitian

ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan keaslian dan kebenarannya dari

penulisan ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Sebelum membahas tentang kerangka teori penelitian ini, ada baiknya

mengetahui bahwa bagi suatu penelitian teori atau kerangka teoritis mempunyai

beberapa kegunaan. Kegunaan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:19

19 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,1984, hal 121

Universitas Sumatera Utara

Page 15: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

15

a. Teori berguna untuk lebih mempertajam dan mengkhususkan faktor-faktor yanghendak diselidiki atau diuji kebenarannya.

b. Teori sangat berguna di dalam mengembangkan sistim klasifikasi fakta,membina struktur konsep-konsep serta mengembangkan definisi-definisi.

c. Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahuiserta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang diteliti.

d. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karenatelah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktortersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.

e. Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan padapengetahuan peneliti.

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik

atau suatu proses tertentu terjadi.20

Teori diartikan sebagai suatu sistem yang berisikan proporsi-proporsi yang

telah diuji kebenarannya. Suatu teori juga mungkin memberikan pengarahan pada

aktivitas penelitian yang dijalankan dan memberikan taraf pemahaman tertentu.21

Karena itu teori dapat dikatakan merupakan suatu pencapaian akan sesuatu secara

generalisasi, yang telah diuji dan hasilnya mempunyai ruang lingkup yang sangat luas

terhadap fakta-fakta yang bersangkutan, teori hukum akan senantiasa berkembang

sesuai dinamika masyarakat. Sedangkan kerangka teori adalah kerangka pemikiran

atau butir-butir pendapat, teori mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem)

yang menjadi bahan perbandingan, pegangan, teoritis.22

Kerangka teori yang dijadikan pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori

keadilan dan juga didukung oleh teori tujuan hukum. Menurut pendapat John Rawls

20 J.J.J. M. Wisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Fakultas Ekonomi, UniversitasIndonesia, Jakarta, 1996, hal 203

21 Soerjono Seokanto, Op Cit, hal 622 M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80

Universitas Sumatera Utara

Page 16: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

16

yang menginginkan “Keadilan sebagai Kesetaraan” (Justice as Fairness). Maksudnya

ialah bahwa teori tersebut dapat mengakomodasikan pribadi individu secara serius

tanpa mempertahankan kesejahteraan atau hak-hak demi kebaikan orang lain.

Menurut Rawls “ setiap pribadi memiliki hak yang setara terhadap sistem total yang

paling luas bagi kebebasan-kebebasan dasar yang mirip dengan sistem kebebasan

serupa bagi semuanya”. Artinya mereka akan memisahkan kebebasan manusiawi

dasar kita dan melindunginya terhadap pembagian apapun yang tidak setara.23

Menurut pendapat Ulpianus keadilan adalah kehendak yang terus menerus dan

tetap memberikan kepada masing-masing apa yang menjadi hak atau memberikan

kepada setiap orang yang menjadi haknya. Perumusan ini dengan tegas mengakui hak

masing-masing perseorangan terhadap hal lainnya serta apa yang seharusnya menjadi

bagiannya demikian pula sebaliknya.24

Sejalan dengan pendapat itu LJ. Van Apeldoorn, J. Van Kan dan J.H.

Beekhuis juga mengemukakan bahwa keadilan itu memperlakukan sama terhadap hal

yang sama dan memperlakukan yang tidak sama sebanding dengan

ketidaksamaannya.25

Tentang tujuan hukum, menurut Jhering, hukum itu dibuat dengan sengaja

oleh manusia untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan. Hukum terutama

dibuat dengan penuh kesadaran oleh negara dan ditujukan kepada tujuan tertentu.26

23 Karen Lebacqz, Teori-teori Keadilan Six Theories of Justice, Nusa Media, Bandung, 2011, hal 5324Agus Yudha Hernoko, Hukum Perjanjian Asas Proporsionalitas Dalam Kontrak Komersial, Kencana,

Jakarta, 2010, hal. 4825 Ibid, hal. 5126 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, Hal. 12.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

17

Tujuan tersebut antara lain: a) tercapainya kepastian hukum, b) keadilan hukum, c)

kemanfaatan hukum.

Adanya kepastian hukum dikatakan apabila, seseorang yang mengalami

persoalan hukum maka aturan-aturan atau Pasal-Pasal yang terkandung dalam

undang-undang dapat diterapkan dengan benar. Adanya kemanfaatan hukum, apabila

hukum bermanfaat bagi masing-masing individu. Manfaat bagi masing-masing

individu berbeda-berbeda, ada ukuran-ukuran tentang yang dipakai untuk itu. Terkait

juga dengan hal tujuan keadilan juga dipandang sesuai ukuran atau standar dari

masing-masing individu. Oleh karenanya adil itu relatif. Maka tujuan hukum dapat

dipandang sesuai ukuran atau standar masing-masing individu dengan tidak

mengabaikan teori, doktrin, serta aturan perundang-undangan yang berlaku.

Beberapa teori tersebut bila ditelaah ada kaitannya dengan ketenagakerjaan

dan hukum perjanjian kerja. Sebelum membahas lebih lanjut mengenai perjanjian

kerja antara tenaga kerja asing dengan perusahaan maka terlebih dahulu perlu

diketahui apa yang dimaksud dengan perjanjian dan tenaga kerja asing.

Perjanjian menurut Pasal 1313 KUH Perdata dikatakan bahwa suatu

perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang lain atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Suatu perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka (para pihak) yang

membuatnya.

Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian yang berisi bahwa pihak pertama

(buruh/pekerja) mengikatkan diri untuk bekerja dengan pihak kedua (pengusaha)

Universitas Sumatera Utara

Page 18: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

18

selama waktu yang disepakati dengan menerima imbalan berupa upah (KUH Perdata

Pasal 1601.a).

Sedangkan perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 14 adalah perjanjian antara pekerja/buruh

dengan pengusaha atau pemberi kerja yang menurut syarat-syarat kerja, hak dan

kewajiban para pihak. Kemudian dalam Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 disebutkan hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan

pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang memuat unsur pekerjaan, upah dan

perintah.

Agar disebut sebagai perjanjian kerja harus memenuhi 3 (tiga) unsur yaitu

sebagai berikut: 27

1. Ada orang di bawah pimpinan orang lain

2. Penuaian kerja

3. Adanya upah.

Pada prinsipnya dalam perjanjian kerja unsur-unsur yang ditentukan dalam

Pasal 1320 KUH Perdata, masih menjadi pegangan yang harus diterapkan, agar suatu

perjanjian kerja tersebut dianggap sah keberadaannya dan konsekuensinya dianggap

sebagai undang-undang. Sebagian perjanjian kerja adalah merupakan perikatan yang

lahir karena perjanjian. Oleh karena itu sebagai bagian dari perjanjian pada

umumnya, maka sahnya suatu perjanjian kerja harus sesuai dengan syarat yang

ditentukan dalam Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu sebagai berikut:

27 F.X. Djumialdji, Op Cit, hal. 7-8

Universitas Sumatera Utara

Page 19: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

19

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.

b. Cakap untuk membuat suatu perikatan

c. Suatu hal tertentu

d. Suatu sebab yang halal

Terkait dengan asas hukum kontrak, perjanjian kerja seperti yang disebutkan

diatas merupakan bagian dari perjanjian pada umumnya, dimana dari berbagai asas

hukum yang terdapat dalam hukum kontrak ada 4 asas yang dianggap sebagai saka

guru hukum kontrak yaitu:28

a. Asas Kebebasan Berkontrak

Azas ini bemakna bahwa setiap orang bebas melakukan kontrak dengan siapapun

dan mengenai apa pun itu, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan

undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.

b. Asas Konsensualisme

Di dalam asas ini terkandung kehendak para pihak untuk saling mengikatkan diri

dan menimbulkan kepercayaan di antara para pihak terhadap pemenuhan

perjanjian.29

c. Pacta Sunt Servanda (Asas Daya Mengikat Kontrak)

Asas mengikat kontrak dipahami sebagai mengikatnya kewajiban kontraktual

yang harus dilaksanakan para pihak. Pada dasarnya janji itu mengikat sehingga

28 Hal ini disampaikan oleh Nindyo Pramono dalam makalah yang berjudul, “KontrakKomersial: Pembuatan dan penyelesaian Sengketa”,dalam acara Pelatihan hukum Perikatan bagiDosen dan Praktisi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga,Surabaya, 6-7 September 2006, hal.1-3

29Agus Yudha Hernoko, Op.Cit. hal.121

Universitas Sumatera Utara

Page 20: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

20

perlu diberikan kekuatan untuk berlakunya kontrak, sehingga mempunyai

kekuatan mengikat setara dengan daya berlaku dan mengikatnya undang-

undang.30

d. Asas Iktikad Baik

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menyatakan bahwa “Perjanjian-perjanjian harus

dilaksanakan dengan iktikad baik”. Perjanjian itu dilaksanakan menurut

kepatutan dan keadilan.

Walaupun dikatakan bahwa kontrak formal lahir setelah dilakukan secara

tertulis tidak semua kontrak tertulis dikatakan kontrak formal karena kontrak yang

dibuat secara tertulis kemungkinan dilatar belakangi dua hal yaitu:

a. Perintah Undang-undang

b. Kehendak para pihak

Kontrak yang tertulis dapat dibagi dalam kontrak yang seluruh isinya

dinegosiasikan oleh para pihak dan kontrak yang isinya pada umumnya ditentukan

oleh salah satu pihak, kontrak seperti ini biasa disebut kontrak standar atau kontrak

baku.

Kontrak baku adalah kontrak yang klausul-klausulnya telah ditetapkan atau

dirancang oleh salah satu pihak. Penggunaan kontrak baku dalam kontrak-kontrak

yang biasanya dilakukan oleh pihak yang banyak melakukan kontrak yang sama

terhadap pihak lain.31

30 Ibid.,hal.123-12431 Ahmad Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal.39

Universitas Sumatera Utara

Page 21: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

21

Seperti halnya dalam kontrak perjanjian kerja dimana pengusaha/ perusahaan

banyak melakukan kontrak yang sama terhadap para karyawan/pekerjanya. Hal ini

didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata bahwa perjanjian yang dibuat

secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa perjanjian kerja merupakan tergolong jenis

perjanjian kontrak baku.

Berdasarkan hal itu kontrak baku yang mendukung klausul eksonerasi cirinya

adalah sebagai berikut:

1. Pada umumnya isinya ditetapkan oleh pihak yang posisinya lebih kuat.

2. Pihak lemah pada umunya tidak ikut menentukan isi perjanjian yang merupakan

unsur aksidentalia dari perjanjian.

3. Terdorong oleh kebutuhannya, pihak lemah terpaku menerima perjanjian

tersebut.

4. Bentuknya tertulis

5. Dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.32

Rijken mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang

dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri

untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang

terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum.33

32 Ibid , hal. 4233 Ibid, hal. 40

Universitas Sumatera Utara

Page 22: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

22

Sluijter mengatakan bahwa kontrak baku bukan merupakan perjanjian, sebab

kedudukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah seperti pembentuk undang-undang

swasta. Syarat-syarat yang ditentukan pengusaha dalam perjanjian itu adalah undang-

undang, bukan perjanjian. Sedangkan Pitlo menggolongkan kontrak baku sebagai

perjanjian paksa (dwang contract), yang walaupun secara teoretis yuridis kontrak

baku ini tidak memenuhi ketentuan undang-undang dan oleh beberapa ahli hukum

ditolak, namun kenyataanya kebutuhan masyarakat berjalan dalam arah yang

berlawanan dengan keinginan hukum.34

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 1 menyebutkan

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri atau

masyarakat. Pengertian tenaga kerja ini lebih luas dari pengertian pekerja atau buruh,

karena pengertian tenaga kerja mencakup tenaga kerja atau buruh, yaitu tenaga kerja

yang sedang terikat dalam suatu hubungan kerja.35

Yang dimaksud tenaga kerja asing (TKA) adalah warga negara asing

pemegang visa dengan maksud bekerja di Indonesia (Pasal 1 butir 13 Undang-

Undang Ketenagakerjaan). Ciri khas atau keterikatan antara tenaga kerja dan

perjanjian kerja dalam hubungan kerja adalah sebagai berikut:

1. Adanya Upah

2. Adanya Perintah

34 Ibid , hal. 4435 Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan 2003, Ghalia Indonesia,Jakarta,2004,hal.12-13

Universitas Sumatera Utara

Page 23: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

23

3. Adanya Pekerjaan.36

Apabila membicarakan mengenai hak dan kewajiban antara para pihak yang

satu dengan yang lainnya merupakan suatu kebalikan, jika di satu pihak merupakan

suatu hak maka dipihak lainnya adalah merupakan kewajiban. Kewajiban dari

penerima kerja yaitu TKA/pegawai pada umumnya tersimpul dalam hak majikan

yaitu pengusaha/perusahaan, seperti juga sebaliknya hak TKA tersimpul dalam

kewajiban pengusaha/perusahaan.

Pada prinsipnya orang asing tidak dilarang bekerja di Indonesia, tetapi

dibatasi sepanjang pekerjaan tersebut belum mampu dikerjakan oleh tenaga kerja

Indonesia. Menteri Tenaga Kerja bekerjasama dengan instansi terkait menentukan

jabatan/pekerjaan yang terbuka atau tertutup sama sekali bagi tenaga kerja.37 Sesuai

dengan Pasal 46 Undang-Undang Ketenagakerjaan bahwa tenaga kerja asing dilarang

menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau jabatan tertentu. Selanjutnya

jabatan tertentu tesebut yang dimaksud lebih lanjut diatur dengan Keputusan Menteri.

Setiap pemberi kerja/perusahaan yang memperkerjakan TKA wajib memiliki

izin tertulis dari Menteri atau Pejabat yang ditunjuk (Pasal 42 ayat (1) Undang-

Undang Ketenagakerjaan), yaitu Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Izin tertulis

itu adalah Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA). Rencana Penggunaan

Tenaga Kerja Asing tersebut digunakan sebagai dasar untuk mendapatkan IMTA

36 Whimbo Pitoyo, Panduan Praktis Hukum Ketenagakerjaan, Visi Media, Jakarta, 2010,hal 32.

37 Hadi Setia Tunggal, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Harvarindo, Jakarta,2009, hal. 32

Universitas Sumatera Utara

Page 24: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

24

(Izin Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing). Agar terkendali penggunaan TKA di

Indonesia, maka penerbitan izin harus didasarkan alasan yang jelas dan realistis.38

Penerbitan izin tersebut lebih lanjutnya diatur dalam Per.02/MEN/III/2008

tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing. Selanjutnya alasan penggunaan

TKA adalah antara lain :

a. Alih keterampilan dan teknologi dari TKA kepada tenaga kerja lokal.

b. Memenuhi jabatan yang belum dapat diisi oleh tenaga kerja lokal

c. Mengamankan modal investasi asing di Indonesia

d. Meningkatkan hubungan bilateral antar dua negara atau lebih.

Sasaran penggunaan TKA adalah agar terwujud alih teknologi melalui

program pendidikan/latihan bagi pendamping Tenaga Kerja Warga Negara Asing

pendatang (TKWNAP).39

Setiap hubungan kerja yang terjadi khususnya hubungan kerja yang terjadi

antara pengusaha dengan pekerja/pegawai pasti sedikit banyaknya pernah terjadi

perselisihan atau sengketa antara para pihak, oleh karena itu suatu hubungan kerja

kadang tidak berlangsung dengan lancar. Keinginan dari salah satu pihak (umumnya

pekerja) tidak selalu di penuhi oleh pihak lainnya (pengusaha) dan juga kondisi dalam

masyarakat, kehidupan sehari-hari yang berpengaruh terhadap kelangsungan

hubungan kerja.

Penelitian yang dilakukan oleh Departemen Tenaga Kerja, menemukan bahwa

penyebab munculnya keresahan tersebut antara lain: tingkat pendidikan yang masih

38 Saiful Anwar, Op.Cit, hal. 1539 Hadi Setia Tunggal, Loc.Cit, hal.32-33.

Universitas Sumatera Utara

Page 25: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

25

rendah yang menyebabkan kendala dalam berbagai hal, seperti kendala dalam

berkomunikasi. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi tingkat emosi dan cenderung

tinggi, sulit menerima pendapat orang lain dan mudah tersinggung. Dalam keadaan

yang demikian, rasa solidaritas menjadi kuat.40

Dalam suatu perselisihan, ada lebih dari satu pihak atau setidaknya ada dua

pihak, yang saling berbeda pendapat mengenai sesuatu hal. Perbedaaan pendapat ini

mengakibatkan pertentangan.

Iman soepomo menyebutkan dua bentuk perselisihan yang mungkin terjadi

dalam suatu hubungan kerja. Pertama perselisihan hak (rechtsgeschillen), yaitu jika

masalah yang diperselisihkan termasuk bidang hubungan kerja, maka yang

diperselisihkan adalah mengenai hal yang telah diatur atau ditetapkan dalam suatu

perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau dalam suatu peraturan perundang-

undangan. Kedua, perselisihan kepentingan (belangengeschillen), yaitu tidak adanya

persesuaian paham mengenai syarat-syarat kerja dan/atau keadaan perburuhan,

biasanya berupa tuntutan kerja dan/atau keadaan perburuhan.41

Undang-Undang Ketenagakerjaan menyebut perselisihan ini dengan sebutan

Perselisihan Hubungan Industrial (PHI). Cara penyelesaian perselisihan antara TKA

dengan pengusaha lebih ditekan dalam isi perjanjian kontrak kerja antara mereka. Hal

ini disebabkan antara lain karena perbedaan negara yang otomatis juga tampak pada

perbedaan peraturan-peraturan hukum yang berlaku antar negara dalam

menyelesaikan permasalahan-permasalahan mengenai perselisihan yang terjadi dalam

hubungan kerja antara TKA dengan perusahaaan.

40 Ibid, hal.21541 Ibid, hal. 215-216

Universitas Sumatera Utara

Page 26: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

26

2. Konsepsi

Suatu konsep atau suatu kerangka konsepsionil pada hakekatnya merupakan

suatu pengarah atau pedoman yang lebih konkret dari pada kerangka teoritis yang

seringkali masih bersifat abstrak, namun kerangka konsepsionil kadang-kadang

dirasakan masih abstrak, sehingga diperlukan defenisi-defenisi operasionil yang akan

dapat menjadi pegangan konkret di dalam proses penelitian.42 Defenisi-defenisi

tersebut biasanya didasarkan atau diambil dari peraturan perundangan-undangan

tertentu, sekaligus merumuskan defenisi-defenisi tertentu yang dapat dijadikan

pedoman operasional dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi

data.43

Maka dari itu harus didefenisikan beberapa konsep dasar dalam penelitian ini

agar secara operasional diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditentukan yakni sebagai berikut:

a. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

maupun masyarakat.44

b. Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud

bekerja di wilayah Indonesia.45

c. Pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain.46

42 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 13343 Ibid , hal. 13744 Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Ketenagakerjaan45 Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Ketenagakerjaan46 Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Ketenagakerjaan

Universitas Sumatera Utara

Page 27: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

27

d. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-

badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau

imbalan dalam bentuk lain.47

e. Perusahaan adalah bentuk usaha yang berbadan hukum milik swasta yakni PT.

Toyo Kanetsu Indonesia yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar

upah atau imbalan dalam bentuk lain.

f. Pengusaha adalah orang perseorangan,persekutuan, atau badan hukum yang

berada di Indonesia yaitu PT. Toyo Kanetsu Indonesia yang mewakili perusahaan

yaitu PT. Toyo Kanetsu Kobe yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.

g. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh (TKA) dengan pengusaha

atau pemberi kerja (PT. Toyo Kanetsu Indonesia) yang membuat syarat-syarat

kerja, hak dan kewajiban para pihak.

h. Perselisihan adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara

pengusaha (PT. Toyo Kanetsu Indonesia) dengan pekerja/TKA karena adanya

perselisihan mengenai hak, perselisihan kepentingan, dan perselisihan pemutusan

hubungan kerja serta hanya dalam satu perusahaan.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan rumusan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka

penelitian ini adalah penelitian normatif yang bersifat preskriptif analistis maksudnya

penelitian ini adalah penelitian yang menggambarkan, menelaah, menjelaskan dan

menganalisis hukum serta dimaksudkan juga untuk memberikan argumentasi berupa

47 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Ketenagakerjaan

Universitas Sumatera Utara

Page 28: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

28

penilaian atas hasil penelitian yang telah dilakukan.48 Penelitian ini termasuk ruang

lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah dan menjelaskan secara tepat

serta menganalisa peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan yang

berkaitan dengan TKA serta perjanjian kerja yang dibuat antar TKA dengan

perusahaan.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

pendekatan Perundang-undangan (Statute Approach). Pendekatan dilakukan dengan

menganalisis data sekunder dengan cara melihat peraturan perundang-undangan

sebagai dasar awal melakukan analisis, dan juga melihat bahan-bahan kepustakaan

seperti literatur-literatur tentang pokok permasalahan yang diteliti yang berkaitan

dengan perjanjian kerja TKA pada PT.Toyo Kanetsu Indonesia di kota Batam.

3. Sumber Data

Untuk terlaksananya penelitian ini diperlukan sejumlah data. Pengumpulan

data diperoleh dari penelitian kepustakaan yang didukung penelitian lapangan. Data

tersebut dikelompokkan menurut jenis dan sumber bahannya, yaitu:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mengikat.

Sebagai landasan utama yang dipakai dalam rangka penelitian ini diantaranya

adalah:

1. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Per

02/MEN/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing

48 Mukti Fajar.ND, Yulianto Achmad,MH, Dualisme penelitian Hukum Normatif dan empiris,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2010, hal. 184

Universitas Sumatera Utara

Page 29: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

29

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku, hasil-hasil penelitian, hasil

seminar dan karya ilmiah dari kalangan hukum, yang berkaitan dengan hukum

ketenagakerjaan, khususnya mengenai perjanjian kerja dengan TKA.

c. Bahan hukum tertier atau non-hukum adalah bahan pendukung di luar bidang

hukum seperti kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar dan artikel-artikel

yang berkaitan dengan TKA.

Selanjutnya sebagai data penunjang untuk lebih mendukung penelitian ini

maka dilakukan wawancara dengan pihak yang dijadikan sebagai narasumber yaitu:

Kepala Bagian Personalia/HRD (Human Resource Development) pada PT. Toyo

Kanetsu Indonesia, Batam, Tenaga Kerja Asing pada PT. Toyo Kanetsu Indonesia,

Batam, dan pihak Dinas Tenaga Kerja Kota Batam.

4. Alat Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) alat pengumpulan data yaitu:

a. Studi dokumen untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan

permasalahan yang diajukan, dengan cara mempelajari buku-buku, hasil

penelitian dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang terkait dengan

hukum ketenagakerjaan khususnya perjanjian kerja yang dibuat antara TKA

dengan pihak PT.Toyo Kanetsu Indonesia di Batam.

b. Pedoman wawancara, yang dilakukan dengan pedoman wawancara yang

terstruktur dan sistematis kepada beberapa narasumber yang mengetahui dan

memahami tentang perjanjian kerja antara TKA dengan pihak perusahaan

PT.Toyo Kanetsu Indonesia, di Batam.

Universitas Sumatera Utara

Page 30: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita hidup dalam zaman

30

5. Analisis Data

Setelah pengumpulan data dilakukan, baik dengan studi kepustakaan dan

wawancara mendalam maka data tersebut dianalisa secara kualitatif.49 Yaitu

melakukan pengamatan dan pengelompokan data-data yang diperoleh dari hasil

penelitian dan menghubungkan tiap-tiap data yang diperoleh tersebut dengan

ketentuan-ketentuan ataupun asas-asas hukum yang terkait dengan permasalahan

yang diteliti, setelah selesai pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan

menggunakan metode induktif. Analisis data yang dilakukan dengan pembuktian

induktif, yaitu didefenisikan dengan proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan

pada satu atau dua fakta atau bukti-bukti.

Proses pembentukan hipotesa dan pengambilan kesimpulan berdasarkan data

yang diobservasi dan dikumpulkan terlebih dahulu disebut proses induksi dan

metodenya disebut metode induktif. Dengan demikian pendekatan induksi

mengumpulkan data terlebih dahulu bagi hipotesis dibuat jika diinginkan atau

konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan.

49 Bambang Sunggono, Metodeologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, hal. 10

Universitas Sumatera Utara