1. bab12 exo

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1Latar BelakangExodontia merupakan suatu ilmu dan tindakan pencabutan gigi dari rongga mulut yang dilakukan oleh dokter gigi. [1]Pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh, atau akar gigi, dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna dan tidak terdapat masalah prostetik pascaoperasi di masa mendatang. [2]Tindakan ekstraksi terbagi menjadi dua tahap, tahap pertama adalah pemisahan gigi dari jaringan lunak disekitarnya dengan menggunakan elevator dan tahap berikutnya adalah pengambilan gigi dari soket dengan menggunakan forceps maupun elevator. [2,4]Semua prosedur pembedahan dapat menyebabkan perlukaan dan morbiditas pasien, sehingga setiap operasi harus diputuskan dengan mempertimbangkan keuntungan dibanding kerugian. Tidak ada yang disebut sebagai operasi rutin. Tujuannya adalah salah satu dari: [3] Eliminasi penyakit Pencegahan dari penyakit lanjutan dan kerugian penmbuangan jaringan yang rusak Peningkatan fungsi dan estetikPengambilan keputusan klinis yang efektif berdasarkan pengumpulan dan analisis objektif dari informasi yang relevan, kemudian pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, insting dan harus bisa diterima, bahkan prasangka. Operator sebaiknya tidak membiarkan dirinya meyakini permintaan pasien. [3]Tidak ada seorangpun yang menganggap segala macam prosedur pembedahan bahkan ekstraksi gigi merupakan akan terlaksana dengan menyenangkan. Pasien berhak mendapatkan simpati yang meyakinkan. Segala macam ketakutan dapat dihilangkan dengan diskusi, akan tetapi rasa malu dapat menyembunyikan ketakukan pada saat berkomunikasi dengan pasien. Setidaknya pasien harus diyakinkan paling tidak secara verbal untuk melaksanakan suatu prosedur yang telah direncanakan. [3]Situasi yang tidak diinginkan sering dialami dalam praktek kedokteran gigi, karena kesalahan dokter gigi, tuntutan pasien atau faktor-faktor tidak stabil lainnya. Beberapa keadaan menyebabkan tindakan pencabutan gigi mutlak tidak dapat dilakukan, untuk menghindari kemungkinan terjadinya komplikasi yang lanjut bahkan menyebabkan kematian. [3,4]Komplikasi perioperatif merupakan komplikasi yang terjadi selama prosedur bedah, sedangkan komplikasi pos-operatif adalah komplikasi yang terjadi setelah prosedur bedah dilakukan. [4]Ekstraksi gigi merupakan metode dimana gigi dikeluarkan dari soket. Diperlukan indikasi dan kontraindikasi untuk melaksanakan prosedur ekstraksi gigi untuk menghindari terjadinya komplikasi. [3,4]

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Persiapan PasienUntuk mendapatkan area penglihatan dan kenyamanan yang diperlukan selama berbagai macam manipulasi untuk ekstraksi gigi, dental chair harus selalu diposisikan dengan benar. Untuk ekstraksi gigi maksila, mulut pasien harus setinggi bahu operator dan sudut antara dentalchair dan lantai sebaiknya sekitar 120 derajat. Dan juga, permukaan oklusal dari gigi maksila harus dalam sudut 45 derajat terhadap lantai saat mulut dibuka. Selama ekstraksi mandibula, dental chair dalam posisi lebih rendah, sehingga sudut antara dental chair dan lantai berkisar antara 110 derajat. [4]

Kemudian, permukaan oklusal gigi mandibula harus paralel menghadap lantai ketika mulut pasien dibuka. Posisi terhadap pasien pada operator yang tidak kidal selama menggunakan forceps berada di depan kanan pasien; operator yang kidal harus berada pada sisi kiri pasien. Untuk ekstraksi gigi anterior pada operator yang tidak kidal sebaiknya mengambil posisi di depan pasien, atau dibelakangnya dan di sisi kanan; operator kidal sebaiknya di depan ato dibelakang kiri pasien. [4]

2.2 Teknik EkstraksiBeberapa hal yang harus diperhatikan pada saat memakai tang. Tang Diambil dengan tangan kanan operator, yang digunakan untuk memegang dan mengendalikannya. Pegangan yang benar diperlihatkan pada gambar di bawah. Posisi ibu jari tepat di bawah sendi tang, dan posisi pegangan tang pada telapak tangan, memberikan operator pegangan yang mantap pada instrumen dan control yang baik. Jari kelingking ditempatkan pada bagian dalam dari pegangan tang dan digunakan untuk mengontrol bukaan bilah tang selama diaplikasikan pada akar gigi. Setelah gigi dapat dipegang, jari kelingking ditempatkan di luar dari pegangan tang. [2]Tangan kiri mempunyai peranan penting dalam melakukan pencabutan gigi. Penggunaan tangan kiri yang baik amat membantu keberhasilan pencabutan gigi. Tangan tersebut digunakan untuk menahan lidah, pipi, dan bibir dari tempat pencabutan supaya tidak menghalangi pandangan mata danmasuknya alat; serta menahan jaringan lunak disekitarnya supayatidak terkena alat. Tangan kiri ikut juga menopang dan menahan mandibula selama pencabutan gigi-geligi bawah. Hal ini khususnya penting bila bekerja pada pasien yang dianastesi umum, karena posisi depresi mandibula dapat mengganggu jalannya napas. Bila mencabut gigi , menahanengan anastesi local, gerak mandibula akan mengurangi ketidaknyamanan pasien; disamping itu, untuk anastesi apapun, menahan mandibula dapat membantu pencabutan dan mencegah dislokasi sendi temporo mandibula. Jari tangan kiri memegang dan menahan tulang alveolar disekitar gigi yang akan dicabut serta memberikan informasi pada operator selama pencabutan gigi dilakukan. Tangan kiri digunakan pula untuk menekan soket gigi setelah pencabutan gigi dan untuk mengambil gigi, akar gigi, atau tambalan yang lepas dari mulut. [2]

2.2.1 Teknik Ekstraksi RA

Insisiv pertama memiliki akar gigi yang konus dan dapat dikakukan pencabutan hanya dengan gerakan rotasi saja.[2]Insisv kedua memiliki akar gigi yang lebih ramping dan sering datar pada permukaan distal dan mesial. Pilihlah bilah tang yang lebih kecil dan bilah tang harus benar-benar masuk kedalam akar gigi sebelum memberikan tekanan pada gigi.[2]Kaninus memilki akar gigi yang panjang dan kuat dengan potongan melintang segitiga. Beberapa tang kaninus memiliki bilah tang yang terlalu lebar untuk membentuk kontak dua titik, jika diaplikasikan dengan benar pada akar gigi.[2]Premolar pertama atas memiliki dua akar gigi yang kecil, yang melengkung atau divergen, dan fraktur dapat terjadi selama pencabutan. Inklinasi gigi perlu diperhatikan dan berhati-hatilah ketika menempatkan bilah tang yang kecil sepanjang sumbu panjang gigi. Sering dianjurkan agar gigi ini ditarik, tapi pada praktiknya gerakan ke lateral sering diperlukan untuk mengeluarkan gigi dengan akar pipih yang divergen. Bila lebih dominan dilakukan gerakan lateral dalam arah ke bukal dan terjadi fraktur akar gigi, akar palatal biasanya dapat dikeluarkan semuanya, meninggalkan akar bukal yang lebih mudah untuk dikeluarkan dengan pembedahan.[2]Pada mulut pada gigi yang berjejal, gigi premolar kedua atas sering keluar dari lengkung gigi. Pada beberapa kasus gigi tersebut dapat dipegang dalam arah mesiodistal dengan tang yang dipegang menyilang lengkung gigi, dan pencabutan dilakukan dengan cara ini. Bila hal tersebut tidak dilakukan, berarti pencabutan gigi ini harus dengan pembedahan.[2]Akar gigi molar pertama atas tetap dapat menyebar sehingga bila tang molar dipergunakan, haruslah hati-hati untuk memastikan bahwa bilah tang benar-benar masuk ke membran periodontal sehingga dapat memegang masa akar gigi.[2]Pada beberapa kasus, posisi masa akar molar kedua atas oblik terhadap mahkota gigi, sehingga disebut akar molar oblik. Pada kedua keadaan tersebut, dapat masa akar sulit atau tidak mungkin dipegang dengan tang molar. Maka tang premolar atas harus dipergunakan, dengan bilah bukal ditempatkan hati-hati pada akar mesiobukal atau distobukal, tapi jangan diantaranya. [2]Posisi sumbu panjang akar gigi molar ketiga atas adalah sedemikian rupa sehingga mahkota gigi terletak lebih posterior daripada akar giginya. Ini mempersulit aplikasi tang, dan bila mulut pasien membuka terlalu lebar, prosesus koronoid dapat menggangu masuknya tang dan menambah kesulitan. Namun, bila pasien menutup separuh mulut dan tang bayonet atau tang premolar digunakan, biasanya gigi dapat dipegang dengan benar, dan dengan tekanan kearah bukal sudah dapat mengeluarkannya.[2]

2.2.2 Teknik Ekstraksi RBGigi insisiv bawah memiliki akar yang kecil dengan sisi yang rata. Gigi-gigi ini dapat dengan mudah dicabut, tapi terkadang sangat rapuh. Tang dengan bilah kecil harus digunakan. Pencabutan dari keenam gigi anterior bawah, dapat juga dibantu dengan menggoyangkannya dengan menggunakan elevator dan bein lurus.[2]Akar dari kaninus bawah lebih panjang dan lebih besar daripada gigi sebelahnya. Apeksnya terkadang miring ke distal. Tang dengan bilah yang lebih besar harus digunakan dan diaplikasikan dengan cermat pada gigi.[2]Gigi premolar bawah memiliki akar berbentuk mengecil ke bawah dan apeksnya dapat miring ke distal. Akar gigi premolar bawah sering tertanam dalam tulang yang padat dan bila fraktur selama pencabutan gigi biasanya perlu dilakukan pembedahan untuk melakukannya. Gerakan pertama harus kuat tapi perlahan, dan hanya untuk pencabutan gigi premolar kedua saja, gerakan pertama yang dilakukan adalah rotasi. Bila terasa ada tahanan pada rotasi pertama, jangan dipaksakan dan cobalah gerakan yang lebih klasik yaitu gerakan ke lateral.[2]Gigi molar bawah paling baik dicabut dengan menggunakan tang molar, tapi banyak operator tidak menggunakan tang ini karena mereka merasa lebih sulit memasukkan bilah tang yang lebih lebar ke dalam membran periodontal. Gigi ini sering digoyangkan dengan tekanan ke arah bukolingual dan paling baik dicabut dengan tambahan gerak rotasi.[2]Pencabutan gigi molar kedua dan ketiga bawah, terkadang dapat dibantu dengan aplikasi elevator pada sebelah mesial sebelum aplikasi tang.[2]

Kesalahan umum dalam pencabutan dengan tangKegagalan memegang akar gigi secara kuat selama pencabutan adalah kesalahan yang biasa terjadi. Pegangan akar gigi tergantung pada kekuatan genggaman tangan dan tangkai tang. Kegagalan memegang akar gigi bisa mengakibatkan hilangnya tenaga dengan percuma dan terjadinya fraktur gigi.[2]Kesalahan lain yang sering terjadi adalah memegang mahkota gigi dengan bilah tang, bukan akar gigi atau massa akar gigi. Ini sering menyebabkan fraktur mahkota gigi, khususnya bila gigi tersebut mengalami karies atau mempunyai restorasi yang besar.Ketidaktepatan meletakkan bilah tang sepanjang sumbu panjang gigi adalah kesalahan lain yang sering terjadi, tapi barangkali penyebab utamanya adalah terburu-buru. Pencabutan adalah prosedur yang memerlukan latihan dan dilakukan perlahan-lahan. Jadi, seorang pencabut gigi yang baik bekerja dengan gerakan yang ekonomis dan tidak terburu-buru bila ia tidak yakin dengan anestesinya atau terlalu sibuk.[2]Bila tang tidak memegang gigi dengan baik atau bila operator lelah, atau posisi operator tidak benar, sebaiknya tindakan pencabutan dihentikan dan keadaan tadi ditinjau kembali. Setelah memperbaiki kesalahan teknik tadi, atau setelah beristirahat, tang yang sama atau yang lebih cocok dengan gigi yang akan dicabut diaplikasikan kembali pada gigi dan pencabutan gigi diselesaikan. [2]

2.3 Indikasi & Kontraindikasi EksodonsiIndikasi Indikasi untuk pencabutan gigi banyak dan bervariasi. Jika perawatan konservasi gagal atau tidak indikasi, sebuah gigi mungkin harus dicabut karena penyakit periodontal, karies, infeksi periapeks, erosi, abrasi, atrisi, hipoplasia, atau kelainan pulpa. [2]Ekstraksi gigi merupakan salah satu dari prosedur pembedahan yang paling sering dilaksanakan pada. Terdapat beberapa indikasi utama untuk menentukan apakah prosedur ekstraksi sebaiknya dilakukan atau tidak antara lain:Indikasi untuk ekstraksi gigi antara lain sebagai berikut: [8]1. Karies2. Penyakit periodontal3. Untuk perawatan ortodontik4. Untuk perawatan prostodontik5. Gigi penyebab terjadinya suatu patologi6. Pada terapi radiasi7. Kemoterapi8. Gigi malposisi yang mengganggu kesehatan jaringan periodontal pada gigi yang bermasalah9. Gigi dengan infeksi serius10. Sebagai perawatan pilihan karena faktor ekonomi11. Gigi pada garis fraktur rahanga12. Gigi yang mengalami fraktur dan tidak dapat direstorasi lagiPemeriksaan yang tepat dari riwayat medis pasien, riwayat sosial, medikasi dan alergi merupakan prosedur penting yang harus dilakukan setiap kali hendak melaksanakan prosedur pembedahan. Dokter gigi juga sebaiknya melaksanakan pemeriksaan klinis preoperatif dan pemeriksaan radiografi pada gigi yang hendak diekstraksi. Pemeriksaan preoperatif yang baik dapat membantu dokter gigi untuk memprediksi kesulitan yang mungkin dapat ditemui ketika prosedur ekstraksi dilakukan dan juga membantu operator untuk meminimalisir insiden terjadinya komplikasi.[8]

KontraindikasiTerdapat berbagai macam kuisioner yang dapat digunakan oleh dokter gigi untuk mengumpulkan informasi mengenai kesehatan umum dari pasien. Pasien dengan penyakit yang dimilikinya memerlukan perhatian khusus dan semua pencegahan perlu diperhitungkan selain untuk menghindari terjadinya komplikasi. Kontraindikasi seperti: [8]SistemikBerdasarkan riwayat penyakit sistemik yang dimiliki pasien. Yang berupa kontraindikasi yang memerlukan perhatian lebih dari dokter gigi sebelum memutuskan untuk melaksanakan prosedur eksodonsi, antara lain: [4]1. Penyakit jantungPenyakit jantung seperti miokard infark, katup jantung prostetik, dan lain-lain memerlukan antibiotik profilaksis untuk menghindari terjadinya penyebaran bakteri melalui aliran darah sehingga dapat menyebabkan terjadinya endokarditis bakteri bila bakteri mencapai katup jantung yang mengalami defek maupun bagian jantung pada pasien dengan penyakit jantung. [4]2. Kelainan darahKelainan darah seperti hemofilia dapat memperlabat penyembuhan luka setelah ekstraksi gigi. [4]3. Penyakit ginjal [4]

Faktor-faktor penyebab kesulitan pencabutan, antara lain :[2]1. Kelainan jumlah akar gigi2. Kelainan bentuk akar gigi3. Pola akar yang tidak menguntungkan4. Karies yang meluas ke akar gigi atau ke masa akar5. Fraktur atau resobsi akar gig6. Hiperssementosis akar gigi7. Ankilosis8. Geminasi9. Gigi impaksi10. Sklerosis tulang dan lesi patologis

2.4 Perawatan Pasca EkstraksiBila gigi telah dicabut, soketnya sebaiknya diperiksa, dan setiap fragmen tulang yang patah disingkirkan atau dilakukan pembersihan soket seperlunya. Soket bekas pencabutan kemudian ditekan supaya mengurangi distorsi jaringan pendukung, pasien diperbolehkan berkumur satu kali dengan campuran obat kumur hangat, dan kemudian pasien diinstruksikan untuk menggigit kuat-kuat golongan kapas atau tampon sampai terdapat bekuan darah dalam soket gigi. Gulungan kapas harus diatur supaya menekan dengan kuat tepi soket yang berdarah dan gulungan kapas dapat juga ditutup dengan selofan steril untuk mencegah penyerapan darah dari soket.[2] Tugas dokter gigi pada pasien belum berakhir dengan penempatan gulungan kapas atau penjahitan yang terakhir. Dokter gigi harus yakin bahwa periode pasca opertive bebas dari sakit dan sedapat mungkin tidak timbul komplikasi. Analgesik perlu diresepkan bila diperlukan.[2] Pasienharusdiperingatkanuntuk tidakmenggunakanobat kumur untukdua puluh empat jam pertama dansetelah itukebersihan mulutyang normaldapat dilanjutkan. [5]Sangatmakananpanasatau dingin,alkoholatauberolahragasebaiknya dihindari selama periode yangsama.Harusperdarahanterjadi iaharusdudukditempat tidur atau di kursi dan menggigit pada saputangan yang digulung. [5]Dimanasetelahsetengahjamlangkah-langkah inigagal nasihat professional diperlukan dan dia harus diberikan ke nomor dan alamat di mana ia dapat menghubungi dokter gigi. Manaekstraksidilakukandi bawah anestesi lokal bahaya menggigit bibir atau pembakaran anesthetized atau mulutharus ditekankan, khususnyakepadaanak-anak. [5]2.5 KomplikasiSituasi yang tidak diinginkan sering dialami dalam praktek kedokteran gigi, karena kesalahan dokter gigi, tuntutan pasien atau faktor-faktor tidak stabil lainnya. [3]Komplikasi perioperatif merupakan komplikasi yang terjadi selama prosedur bedah, sedangkan komplikasi pos-operatif adalah komplikasi yang terjadi setelah prosedur bedah dilakukan. [4]

Komplikasi PerioperatifFraktur Mahkota Atau Luksasi Pada Gigi Yang BerdekatanFraktur mahkota pada perbatasan gigi yang menghasilkan karies luas atau restorasi besar adalah komplikasi umum selama prosedur ekstraksi. Luksasi atau disklokasi pada perbatasan gigi terjadi ketika sejumlah gaya yang diberikan pada saat luksasi begitu besar, terutama ketika perbatasan gigi digunakan sebagai sebuah titik tumpu. Komplikasi yang sama mungkin terjadi jika perawatan tidak dilakukan selama ekstraksi gigi molar desidui. Dalam hal ini, tang mungkin memegang mahkota bersamaan dengan gigi desidui dan meluksasinya dengan baik. [4]Ketika gigi tetangga diluksasi dengan tidak sengaja atau sebagiannya avulsi, gigi distabilkan kira-kira 40-60 hari. Jika masih terasa sakit pada saat pemeriksaan perkusi bahkan setelah periode ini, gigi harus dilakukan perawatan endodontic. Jika gigi dislokasi, harus dilakukan reposisi dan distabilkan selama 3-4 minggu. [4]

Luka Pada Jaringan LunakLuka pada jaringan lunak merupakan sebuah komplikasi umum dan kebanyakan disebabkan oleh penggunaan istrumen yang tidak cocok selama pencabutan gigi. Daerah yang sering terluka adalah pipi, dasar mulut, palatum, dan daerah retromolar (gambar). Luka yang disebabkan oleh elevator mungkin juga terjadi pada sudut mulut dan bibir karena retraksi yang berlebihan dan tekanan berkepanjangan selama ekstraksi pada gigi posterior maksila dan mandibula, terutama ketika pasien sedang kekurangan aperture. [4]

Gambar 8.1 luka pada daerah posterior palatal setelah elevator slip selama proses ekstraksi pada gigi molar ketiga kanan rahang bawah. Luka dijahit.

Gambar 8.2 luka pada daerah sublingual sebagai hasil tergelincir-nya elevator selama ekstraksi.

Gambar 8.3 luka pada sudut mulut selama proses ekstraksi pada gigi molar ketiga rahang bawah yang impaksi

Gambar 8.4 abrasi pada bawah bibir sebagai hasil kontak dengan pegangan bur yang berputar selama operasi pemindahan molar tiga impkasi pada rahang bawah.Selanjutnya, luka bakar dapat terjadi pada bagian bawah bibir jika handpiece yang terlalu panas berkontak dengan bibir (gbr. 8.4) luka lecet juga dapat terjadi ketika pegangan bur yang berputar berkontak dengan area tersebut. [4]Luka jaringan lunak lain yang dapat terjadi sewaktu-waktu adalah robeknya flap selama refleksi, serta robeknya gingiva selama ekstraksi. Kemudian juga dapat terjadi pada jaringan lunak di sekitar gigi yang belum sepenuhnya putus atau longgar, atau jika bagian dari tulang alveolar dipindah bersamaan dengan gigi, sehingga merusak jaringan lunak yang sebagian besarnya melekat pada tulang. [4]Terapi. Ketika luka kecil dan terlokalisasi pada daerah pipi, lidah, atau bibir, maka tidak ada perawatan khusus yang dianggap perlu. Dalam kasus tertentu, penyembuhan dimudahkan jika lesi ditutupi dengan petrolatum (vaseline) (contohnya, luka pada bibir), atau dengan obat salep lain yang sesuai. Ini juga bisa mengurangi rasa tak nyaman pada pasien. Ketika pada luka yang luas dan juga berdarah, prosedur pembedahan harus ditunda dan operator harus mengontrol pendarahan dan menjahit luka tersebut. [4]

Fraktur Tulang AlveolarKomplikasi ini mungkin terjadi jika pergerakan ekstraksi begitu kasar dan kaku, atau jika gigi ankilosis pada tulang alveolar, kemudian bagian labial, bukal, palatal, atau lingual berkenaan dengan lapisan yang terlepas bersamaan dengan gigi. [4]Fraktur tulang alveolar paling sering terjadi pada saat ekstraksi gigi caninus, terutama jika regio tulang menjadi lunak selama luka atau dikarenakan ekstraksi gigi insisive atau molar pertama sebelumnya. Fraktur pada bagian lingual perlu diperhatikan secara signifikan, karena ada kemungkinan terjadi trauma pada saraf lingual. [4]Terapi. Ketika bagian yang patah pada tulang alveolar begitu kecil dan telah dari periosteum, kemudian bagian tersebut dipindah dengan forcep dan alat berujung yang runcing, jika sisa tulang telah halus. Kemudian, daerah tersebut diirigasi dengan larutan saline dan luka di jahit. Jika bagian tulang alveolar yang patah masih berada pada jaringan lunak, mungkin saja sisa tulang tertinggal setelah stabilisasi dan suturing mucoperiosteum. [4]

Fraktur Tubersitas Maksila

Fraktur tubersitas maksila merupakan komplikasi yang rumit dimana tergantung pada tingkatan yang menimbulkan masalah pada retensi full denture kemudian hari. [4]Komplikasi ini mungkin terjadi ketika ekstraksi gigi maksila posterior dan biasanya tergantung pada sebab berikut : [4]1. kelemahan tulang tuberositas maksila, due to pneumatizing sinus maksilaris ke dalam tulang alveolar. Pada kasus ini, resiko fraktur bertambah besar jika ekstraksi molar dilakukan terlalu kuat dan pencabutan yang kurang hati-hati.2. ankilosis pada gigi molar maksila yang memiliki resistensi kuat untuk pencabutan selama melakukan ekstraksi. Fraktur yang luas pada tulang bukal atau distal disekililing gigi ayng ankilosis mungkin terjadi.3. berkurangnya resistensi tulang pada regio tersebut, berhubungan dengan semi-impaksi atau molar ketiga yang impaksi.Perawatan. Ketika fraktur terjadi dan bagian yang fraktur telah direflected dari jaringan periosteum, ini ditempatkan kembali dan mucoperiosteum dijahit. Pada kasus ini, waktu ekstraksi gigi ditunda, jika memungkinkan, kira-kira 1.5-2 bulan, kemudian fraktur akan disembuhkan dan ekstraksi mungkin dilakukan dengan teknik pembedahan. Meskipun, bagian tulang dengan sepenuhnya menunjukkan dari jaringan dan komunikasi oroantral yang terjadi, pertama-tama gigi dipindahkan dan tulang dihaluskan dan luka dijahit. Spektrum antibiotik dan obat nasal yang ditentukan.

HemorrhageHemorrhage merupakan suatu komplikasi umum pada bedah mulut dan mungkin terjadi pada ekstraksi gigi sederhana atau selama prosedur operasi lainnya. Pada semua kasus, hemorrhae mungkin menunjukkan adanya trauma pembuluh darah pada daerah yang mengalami masalah yan berhubunan dengan koagulasi darah. Perdarahan yang banyak dapat terjadi sebagai hasil dari luka atau putusnya pembuluh darah alveolaris inferior atau arteri palatal. [4]

Salah satu komplikasi yang perlu diperhatikan oleh dokter gigi dalam pelaksanaan prosedur eksodonsia adalah hemorrhage atau perdarahan yan terjadi baik pada saat pelaksanaan prosedur operasi maupun sesudahnya. [4]

Bila gigi dicabut, arteri yang berjalan ke pulpa gigi, membrana periodontal dan gingival akan sobek dan soket akan terisi dengan gabungan darah arteri serta vena. Upaya mempertahankan suplai darah yang baik berpengaruh penting dalam mempercepat proses penyembuhan jaringan lunak pasca-operasi. [7]Pada pasien dengan riwayat penyakit jantung, perdarahan akan sulit berhenti. Hal tersebut bisa disebabkan oleh tekanan darah yang tinggi maupun efek samping dari obat-obatan penyakit jantung. [4]

Komplikasi perioperatif lain yang mungkin terjadi antara lain adalah fraktur mandibula, patahan alat yang tertinggal di jaringan, dislokasi TMJ, emfisema subkutan maupun submukosa, perdarahan, displacement akar atau ujung akar ke jaringan lunak, displacement gigi yang impaksi, akar dan ujung akar ke sinus maksilaris, komunikasi oroantral, dan kerusakan saraf. [4]

Komplikasi Pos-operatifTrismus

Trismus biasanya terjadi pada kasus ekstraksi gigi molar ketiga mandibula, dan ditandai dengan keterbatasan kemampuan membuka mulut akibat spasme otot pengunyahan. Spasme ini mungkin merupakan hasil dari kerusakan otot pterigoideus medial yang disebakan oleh jarum (injeksi berulang-ulang selama inferior alveolar nerve block) atau karena adanya trauma pada daerah operasi, terutama ketika prosedur pembedahan yang lama dan sulit dilakukan. Faktor penyebab lainnya adalah inflamasi pada luka setelah ekstraksi, hematoma dan edema pos operatif. [4]PenangananPenanganan trismus didasarkan pada penyebab. Kebanyakan kasus tidak memerlukan terapi khusus. Ketika peradangan akut atauu hematoma merupakan penyebab dari terjadinya trismus pencuci mulut panas disarankan pada awalnya dan antibiotik spektrum luas dapat diberikan. Pemberian terapi tambahan dapat berupa: [4] Terapi panas, contohnya kompres air hangat diletakkan secara ekstra oral selama kurang lebih 20 menit setiap jam hingga gejala mereda. Pijat secara lembut pada daerah TMJ Pemberian analgesik, obat-obatan anti-inflamasi dan perelaksasi otot. Fisioterapi selama 3-5 menit setiap 3-4 jam, yang terdiri dari gerakan membuka dan menutup mulut, dan juga gerakan lateral, yang bertujuan meningkatkan kemampuan membuka mulut. Pemberian sedatif [bromazepam (Lexotanil): 1.5-3 mg, dua kali sehari], untuk penanganan stress yang memburuk ketika trismus tetap ada dan justru menuju pada penambahan daerah spasme otot.Hematoma

Hematoma merupakan komplikasi pasca ekstraksi yang cukup sering diakibatkan perdarahan kapiler yang terlalu lama, ketika pengukuran yang teapt untuk mengontrol perdarahan tidak dilakukan (ligasi pembuluh darah kecil, dll). Pada kasus ini darah berakumulasi di dalam jaringan, tanpa ada jalur keluar pada luka yang tertutup atau flap yang dijahit dengan erat dibawah tekanan. Berdasarkan operasi, hematoma dapat terjadi di submukosa, subperiosteum, intramuskular atau fasial. Sebagaimana yang terjadi pada pasien dengan hemorrhagic diatheses, hematoma terbentuk pada arkus palatofaringeal yang dianggap sebagai daerah yang paling membahayakan dari semua daerah. [4]PenangananJika hematoma terbentuk selama beberapa jam pertama sesudah prosedur pembedahan, penanganan terapeutik terdiri dari peletakan kompres dingin secara ekstraoral selama 24 jam pertama dan kemudian terapi hangat direkomendasikan untuk membantu menghilangkan komplikasi yang terjadi secara cepat. Beberapa orang menyarankan pemberian antibiotik untuk mencegah terjadinya supurasi dari hematoma dan pemberian analgesik untuk penghilang rasa sakit. [4]Ecchymosis

Pada kasus tertentu, setelah prosedur pembedahan, ecchymosis dapat berkembang pada kulit pasien, yang menunjukkan adanya pembuluh kapiler yang rapuh dan berkurangnya warna jaringan. Selain trauma generalized pada daerah tersebut, hal lain yang menyebabkan terjadinya Ecchymosis bisa juga merupakan hasil dari kerusakan selama retraksi flap dengan retraktor yang bermacam-macam. Dengan tujuan menghindari komplikasi tersebut, retraktor harus dipegang dengan lembut, terutama pada daerah foramen mentalis, zygomaticoalveolar crest dan peninggian kaninus. [4]PenangananTidak ada penanganan khusus yang diperlukan. Pasien sebaiknya diberitahu bahwa hal ini buka merupakan situasi yang serius dan ecchymosis secara berangsur-angsur sembuh dalam beberapa hari dan perubahan warnanya termasuk dalam proses tersebut. [4]Edema

Edema adalah komplikasi sekunder dari jaringan lunak yang mengalami trauma, hingga pada suatu titik. Dia menyebabkan terjadinya ekstravasasi cairan akibat jaringan yang mengalami trauma akibat destruksi atau penghambatan pembuluh-pembuluh limfa yang menyebabkan terjadinya penghentian drainage pada limfa yang terakumulasi pada jaringan. Pembengkakan mencapai tahap maksimum dalam 48-72 jam setelah prosedur pembedahan dan akan mulai sembuh pada hari ketiga dan keempat setelah operasi. Secara klinis, edema ditandai dengan kulit halus, pucat dan tegang. Ketika pembengkakkan terjadi akibat inflamasi, kulit menunjukkan adanya kemerahan, akibat hiperemi lokal. Berdasarkan jumlah perlukaan jaringan di suatu area, edema dibagi dari tingkatan kecil hingga tingkatan sedang dan jarang sekali bersifat berat. Kadang-kadang,, ketika prosedur pembedahan dilakukan di maksila, edema akan terbentuk hingga sejauh bulu mata bawah, akibat hilangnya jaringan di area yang telah hilang, atau akibat pasien yang mengalami penyakit perdarahan (purpura laten, dll). Dalam kasus ini, corak kulit berwarna sianotik. [4]PenangananEdema berukuran kecil tidak memerlukan penanganan terapeutik. Untuk penyebab pencegahan, kompres es sebaiknya diberikan secara lokal dan cepat setelah pembedahan. Kompres tersebut diletakkan selama 10-15 menit setiap setengah jam selama 4-6 jam berturut-turut. Ketika edema berat terjadi dan terutama yang tidak mengalami penyembuhan, edema tersebut harus ditangani dengan hati-hati karena edema terjadi dalam waktu lama dapat menuju pada terjadinya fibrosis an perkembangan simfisis. Pada kasus ini pemberian obat-batan proteolitik atau fibrinolitik diindikasikan, dan juka edema merupakan inflamasi sekunder, antibiotik spektrum luas dapat diberikan. Jika edema menyebar melalui regio faringomaksilari (asfiksia berbahaya), pemberian hidrokortison 250-500 mg hidrokortison dapat menjadi indikasi yang dapat memberikan hasil baik dan cepat. [4]Granuloma Pasca ekstraksi Komplikasi ini terjadi 4-5 hari setelah pencabutan gigi dan menyebabkan adanya bagian asing di alveolus sebagai contoh sisa amalgam, sisa tulang, bagian kecil dari gigi, kalkulus, dll. Benda asing mengiritasi area sehingga penyembuhan pasca ekstraksi terhenti dan terdapat luka bernanah. [4]PenangananKomplikasi ditangani dengan pelaksanaan debridemen alveolus dan pengambilan agen-agen penyebab. [4]Soket Pascaekstraksi Terasa Sakit

Merupakan komplikasi umum yang terjadi secara cepat setelah kerja anestesi hilang. Seringkali terjadi pada luka pascaesktraksi gigi posterior mandibula walaupun gigi posterior maksila juga dapat terlibat akbat anatomi tulang, dimana spikula tulang yang tajam dapat dengan mudah terbentuk, terutama jika ekstraksi dilakukan dalam manipulasi yang salah. Ujung tulang yang tidak rata melukai jaringan lunak soket pasca ekstraksi, menghasilkan rasa nyeri yang hebat dan inflamasi pada daerah ekstraksi. Dalam kasus ini, alveolus dipenuhi dengan gumpalan darah yang berperan dalam penyembuhan luka pasca ekstraksi tapi tidak untuk perkembangan epitelium yang menutupi luka. [4]PenangananKomplikasi dutangani dengan cara menghaluskan tepi tulang di daerah perlukaan, terutama tulang intraradikular. Sebagai tambahan dilakukan pemberian analgesik pada pasien gauze dipenuhi dengan eugenol sebaiknya diletakkan pada daerah luka selama 36-48 jam. [4]Fibrinolitik Alveolitis (Dry Socket)

Merupakan komplikasi pasca operasi yang timbul pada hari kedua dan ketiga setelah pencabutan. Selama periode ini, penggumpalan darah terintegrasi dan keluar terus menerus menyebabkan terjadinya penundaan penyembuhan dan necrosis pada permukaan tulang yang ada pada soket. Gangguan ini disebut sebagai fibrinolitik alveolitis dan ditandai dengan soket yang kosong, bau busuk pada mulut, rasa tidak enak dimulut, penggundulan dinding tulang dan rasa nyeri berat yang menyebar pada area lain dikepala. [4]Sebagaimana etiologi dan patogenesis dry socket, bermacam-macam faktor telah diketahui, beberapa diantaranya terdiri dari: [4]Tulang tebal dan sklerotik yang mengelilingi gigi, infeksi selama atau setelah ekstraksi, perlukaan dari alveolus dan anestesi infiltrasi. [4]PenangananKomplikasi tipe ini ditangani dengan irigasi lembut pada socket dengan larutan garam hangat, dan peletakan gauze yang dipenuhi dengan eugenol yang diganti kira-kira setiap 24 jam, hingga rasa sakit hilang. Selain itu, tampon dengan zinc-oxide/eugenol dapat digunakan, yang diletakkan di alveolus selama 5 hari; sebagai alternatif, tampon iodoform atau enzim dapat diberikan secara lokal. Penelitian telah menunjukkan teknik Matthew dan Mitchell sangat efektif. Mereka menggunakan dextranomer granula (debrisan) dan pasta kolagen (formula K) tanpa mengamati reaksi asing tubuh sebagaimana yang dilakukan pada pengamatan campuran zinc-oxide/eugenol. [4]Dengan perawatan paliatif, nyeri perlahan-lahan hilang dan pasien diberikan intruksi untuk menghindari pengunyahan yang dapat mempengaruhi sisi tersebut dan OH yang baik perlu ditingkatkan. [4]Infeksi Luka

Infeksi luka .Gangguan Penyembuhan Luka Pascaoperasi

Gangguan penyembuhan luka setelah prosedur pembedahan disebabkan faktor umum dan lokal. Faktor umum dapat berupa penyakit darah (agranulositosi, leukimia), DM, osteoporosis, Paget's disease, osteopetrosis, dll. Faktor lokal dapat terdiri dari infeksi luka, granuloma inflammatory hiperplastik, dry socket, daerah radiasi, neoplasma jinak dan ganas, perlukaan yang disebabkan alat-alat (bur dan elevator) dan terbukanya flap akibat putusnya jahitan. [4]

BAB IIIPENUTUP

3.1. KesimpulanBerdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan:1. Tindakan extraksi terbagi menjadi dua tahap, tahap pertama adalah pemisahan gigi dari jaringan lunak disekitarnya dengan menggunakan elevator dan tahap berikutnya adalah pengambilan gigi dari soket dengan menggunakan forceps maupun elevator.2. Operator harus memposisikan tempatnya berdiri terhadap pasien berdasarkan gigi yang akan diekstraksi.3. Komplikasi dalam eksodonsi terbagi menjadi komplikasi perioperatif dan komplikasi pos-operatif.4. Teknik mengektraksi gigi terdiri dari cara fiksasi dan cara meluksasi.

3.2. SaranPada saat melakukan prosedur eksodonsi, sebaiknya:1. Persiapkan armamentarium yang tepat sesuai dengan gigi yang akan dicabut.2. Gunakan teknik fiksasi dan luksasi yang benar untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya komplikasi eksodonsi3. Berikan instruksi pascaekstraksi yang jelas dan benar pada pasien untuk mempercepat penyembuhan luka pascaekstraksi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Mosby. Mosbys Dental Dictionary 2nd Edition. USA: Elsevier. 2004.2. Howe, Geoffrey L. Pencabutan Gigi Geligi. Edisi II. Jakarta: EGC.3. McGowan, DA. An Atlas of Minor Oral Surgery Principles and Practice Second Edition. London: Martin Dunitz Ltd. 1999.4. Fragiskos, FD. Oral Surgery. Germany: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2007.5. Moore, et al. Principles of Oral Surgery and Maxillofacial Surgery. US: Wiley-Blackwell. 2001.6. Rowson, et al. Dentistry for Lawyers. UK: Routledge Candevish. 1996.7. Dixon, AD. Buku Pintar Anatomi untuk Kedokteran Gigi. Jakarta: Hipokrates. 1993.8. Koerner, KR. Manual of Minor Surgery for General Dentistry. Iowa: Blackwell. 2006.

26