21
1 ©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012 SEJARAH PPh di INDONESIA PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI ©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012 SEJARAH KETENTUAN PAJAK - Sebelum 1983/84: Ordonisasi PPs 1925, Ord. PPk 1932, Ord. PPd 1944, UU PPb 1947, UU PPe 1950, UU PPn 1951, UU PBDR 1970. - 1983: Indonesian tax reform yang pertama dan dikenal dengan UU Pajak Tahun 1984. - 1995 – 2000: Pembaharuan dan revisi dari UU Pajak tahun 1984 - 2001 – now: Pembaharuan dan revisi UU Pajak 1995

1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

1

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

SEJARAH PPh di INDONESIA

PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

SEJARAH KETENTUAN PAJAK

- Sebelum 1983/84: Ordonisasi PPs 1925, Ord. PPk 1932, Ord. PPd 1944, UU PPb 1947, UU PPe 1950, UU PPn 1951, UU PBDR 1970.

- 1983: Indonesian tax reform yang pertama dan dikenal dengan UU Pajak Tahun 1984.

- 1995 – 2000: Pembaharuan dan revisi dari UU Pajak tah un 1984

- 2001 – now: Pembaharuan dan revisi UU Pajak 1995

Page 2: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

2

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

SEJARAH KETENTUAN PAJAK

Ordonansi PPs 1925 efektif sd 31 Desember 1983 mengatur antar a lain :

- Ketentuan pembukuan, pemeriksaan pajak dan ketetapa n pajak- Beberapa tax incentives , seperti:

-Tax holiday-Investment allowance-Accelerated depreciation-Fixed assets revaluation-Certain donations are deductible-Special income tax on merger-Unlimited carry over initial loss suffered in the 6 years period

since establishment-Dividend income from controlling share investment i s exempt

from tax

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

TAX REFORM 1983

1. UU No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tat acara Perpajakan (KUP)

2. UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (PP h)

3. UU No.8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nila i (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Page 3: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

3

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Ketentuan pajak yg berlaku saat ini1. UU No.6/1983 disempurnakan dg UU No.9/1994, UU No .16/2000

dan yg berlaku sekarang UU No.28/2007 ���� KUP2. UU No.7/1983 disempurnakan dg UU No.10/1994, UU

No.17/2000 dan UU No.36/2008 ����PPh3. UU No.8/1983 disempurnakan dg UU No.11/1994 dan U U

No.18/2000 ����PPN dan PPnBM4. UU No.12/1985 disempurnakan dg UU No.12/1994 ���� PBB5. UU No.13/1985 disempurnakan dg UU No.24/2000 ���� Bea Meterai6. UU No.17/1997 disempurnakan dg UU No. 14/2002 ����BPSP/PP7. UU No.18/1997 disempurnakan dg No.34/2000 ���� Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah8. UU No. 19/1997 disempurnakan dg No. 19/2000 ���� PPSP9. UU No.21/1997 disempurnakan dg No.20/2000 ���� BPHTB10.UU No.11/1995 disempurnakan dg UU 39/2007 ���� Cukai &

Kepabeanan

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK

PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

Page 4: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

4

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

SISTEM PAJAK PENGHASILAN

1. Kebijakan Perpajakan ( Tax Policy )• Alternatif pemilihan atas siapa yang akan dijadikan SP,

apa yang akan merupakan objek pajak, berapa besarnya tarif pajak dan bagaimana prosedur pajakny a

2. Undang-undang Perpajakan ( Tax Law )• Perlu diatur seperangkat peraturan perpajakan yant

memuat hukum material dan hukum formal3. Administrasi Perpajakan ( Tax Administration )

• Merupakan kunci keberhasilan pelaksaan kebijakan perpajakan

• Merupakan instansi atau badan yg mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan pemungutan pajak, pejabat2 yang terkait dan proses penyelenggaraan pemungutan pajak.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

AZAS-AZAS PEMUNGUTAN PAJAK

PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

Page 5: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

5

AZAS-AZAS PEMUNGUTAN PAJAK

� Dalam memungut suatu pajak, terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam siste m pemungutan pajak tersebut.

� Mansury menyatakan bahwa:“Dari pengalaman ternyata, bahwa apabila tidak seti ap ketentuan rancangan undang-undang pada saat penyusunannya selalu diuji apakah sejalan tidaknya dengan tujuan dan asas yang harus dipegang teguh, ketentuan tersebut mudah sekali mengatur sesuatu yang sebenarnya tidak sejalan dengan asas yang haru s dipegang teguh.”

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Menurut Stiglitz (Pemenang Nobel Ekonomi )

� Economically efficient : it should not have an impact on allocation of resources

� Administratively simple : it should be easy and inexpensive to administer

� Flexible : it should be easy for the system to respond to changing economic circumstances.

� Politically accountable : taxpayers should be able to determine what they are actually paying so that the political system can more accurately reflect the preferences of individuals.

� Fair : it should be seen to be fair in its impact on all individuals

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 6: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

6

Asas-asas Dalam Sistem Perpajakan yang Ideal

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Revenue Productivity

Equality Ease of Administration

ISUE KEADILAN

� What are the different concepts of equity, and how are do they translate into different principles of taxation?

� What are the alternative measures of income inequality and their implications for tax equity?

� What are the alternative theories of distributive justice and their implications for tax equity?

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 7: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

7

ALTERNATIF MENGUKUR ABILITY TO PAY

� Kemampuan yang dimiliki pada suatu saat yang disebutkekayaan; apabila alternatif ini yang dipilih maka pajakyang dipungut disebut Pajak Kekayaan atau Nett Wealth Tax.

� Tambahan kemampuan yang didapat orang tersebutselama jangka waktu tertentu, misalnya selama satu tahun; apabila alternatif ini yang dipilih maka disebut PPh = Paj akPenghasilan atau Income Tax.

� Kemampuan yang benar-benar dipakai untuk membelibarang dan jasa untuk pemenuhan hidupnya : apabilaalternatif ini yang dipakai, pajak itu disebut PajakKonsumsi Pribadi atau Personal Consumption Tax ataupundapat disebut juga sebagaimana disarankan Nicholas Kaldor sebagai Pajak Pengeluaran atau Expenditure Tax

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Adam Smith dikenal dengan Four Maxims :• Equity• Certainty• Convinience• Economy

ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

Page 8: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

8

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Dora Hancock dalam Taxation: Policy and Practice , mengutip pendapat Stigitz:

• Economically efficient: it should not have an impac t on allocation of resources

• Administratively simple: it should be easy and in expensive to administer

• Flexible: it should be easy for the system to respo nd to changing economic circumtsances

• Politically accountable: taxpayers should be able t o determine what they are actually paying so that the political system can more accurately reflect the preferences of individual

• Fair: it should be seen to be fair in its impact on all individuals.

ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

6 Sasaran Utama Reformasi Perpajakan Indonesia tahu n 1984• Penerimaan negara dari sektor perpajakan menjadi ba gian

dari penerimaan negara yang mandiri dalam rangka pembiayaan pembangunan nasional

• Pemerataan dalam pengenaan pajak dan keadilan dalam pembebanan pajak

• Menjamin adanya kepastian• Sederhana• Menutup peluang penghindaran pajak dan/atau

penyelundupan pajak oleh WP dan penyalahgunaan wewenang oleh petugas pajak

• Memberikan dampak yang positif dalam bidang ekonomi

ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

Page 9: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

9

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Asas Equity (Keadilan) yaitu pajak itu harus adil dan merata. Pajak dikenakan kepada orang-orang pribadi sebandin g

dengan kemampuannya untuk membayar (= ability-to-pay principle ) pajak tersebut, dan juga sesuai dengan manfaat yang diterimanya dari negara (= benefits received principle).

ASAS EQUITY

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

PRINSIP KEADILAN DALAM PEMUNGUTAN PPh

BENEFIT PRINCIPLE(pendekatan manfaat)

ABILITY-TO-PAY PRINCIPLE(pendekatan kemampuan

membayar)

•Keadilan horizontal : orang-orang yang berada dalam kedaan ekonomis yang sama dikenakan pajak yang sama

•Keadilan vertical : orang-orang yang keadaan ekonomisnya tidak sama harus diperlakukan tidak sama setara dengan ketidaksamaannya.

Page 10: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

10

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Pendekatan Ability –to-Pay Approach yang menyarankan agar pajak itu dibebankan kepada para WP berdasarka n kemampuan untuk membayar masing-masing

PEMUNGUTAN PPh YANG ADIL

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

PPh BERDASARKANABILITY-TO-PAY PRINCIPLE

Keadilan horizontal:•Definisi Penghasilan•Globality•Net Income•Personal Exemption•Equal treatment for the Equals

Keadilan vertical:•Unequal treatment for the unequals•Progression

Page 11: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

11

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

The Global Taxation:Pengenaan pajak atas penghasilan dengan cara

menjumlahkan semua tambahan kemampuan ekonomis, dengan menerapkan hanya satu macam struktur tarif progressif atas semua Wajib Pajak.

Schedular Taxation:Pengenaan pajak atas penghasilan tertentu dengan ta rif

khusus yang berbeda dengan tarif umum dan bersifat final

PENGHITUNGAN PPh

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

AZAS-AZAS PENGENAAN PAJAK

PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

Page 12: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

12

Asas-Asas Pengenaan Pajak

Apa yang menjadi dasar fiskus mpy wewenang untuk mengenakan pajak (Taxing power)?

1. Asas Status (Status principle)a. Asas Domisilib. Asas Kewarganegaraan

2. Asas Sumber (Source principle)3. Asas Teritorial (Territoriality

principle )

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Status principle

� Menurut asas status, fiskus suatu negara berwenang mengenakan pajak karena didasarkan pada status WP, yaitu karena domisili/ tempat tinggal atau karena kewarganegaraannya.

� Asas Domisili : WP/Orang pribadi yg bertempat tingg al atau berada di suatu negara melebihi time test dapat dikenakan pajak oleh fiskus negara tsb. Contoh : Indonesia. Menurut sistem PPh di Indonesia, orang pribadi yg bertempat tinggal di Indonesia atau yg berada di Indonesia lebih dari 183 hari dlm jangka waktu 12 bulan adalah Subyek Pajak Dalam Negeri (SPDN).

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 13: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

13

Status principle

� WP yg bertempat tinggal di Indonesia dikenakan paja k atas penghasilan yg diterima atau diperolehnya dari seluruh dunia (world-wide income)

� Asas kewarganegaraan : Pengenaan pajak karena kewarganegaraan WP. Artinya dimanapun seorang warga negara suatu negara (misalnya WN Amerika) berada, dapat dikenakan pajak oleh fiskus negara yb s (Amerika).Contoh : AS, Filipina, Meksiko.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Source principle

� Menurut asas sumber, fiskus suatu negara berwenang untuk mengenakan pajak atas penghasilan yg bersumber dari negara tersebut.

Contoh : Indonesia mengenakan PPh pasal 26 atas penghasilan bunga, dividen, royalti dan sewa yg dibayarkan kpd WP LN.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 14: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

14

Territoriality principle

� Menurut asas teritorial, fiskus suatu negara berwen ang untuk mengenakan pajak hanya di dalam batas yuridik si teritorialnya. Tidak ada pengenaan pajak di luar ba tas negaranya. Artinya penduduk/WP dalam negerinya tida k dikenakan pajak thd penghasilan yg berasal dari lua r negerinya.

Contoh: Taiwan, Macao dan beberapa negara Amerika Latin.* Di Indonesia asas ini diterapkan terhadap pengena an pajak atas BUT.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Sistem Pemungutan Pajak

Self Assessment System

Official Assessment System

Withholding System

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 15: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

15

� Sistem pemungutan pajak yang dimaksud adalah metode/cara bagaimana mengelola (utang) pajak yang terutang oleh WP dapat mengalir ke kas negara.

� 3 sistem pemungutan pajak:1. Official Assessment2. Self assessment3. Withholding tax.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Official Assessment System� Adalah sistem perpajakan dalam mana inisiatif untuk

memenuhi kewajiban perpajakan berada di pihak fiskus.

� Fiskus aktif mulai dari pencarian WP (pemberian NPWP) sampai dgn penetapan jumlah pajak terutang melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

� Sistem ini berlaku pada masa berlakunya Ordonansi pajak Perseroan 1925 dan Ordonansi Pajak Pendapatan 1944.

� Dalam UU KUP 2000 dikenal SKP, yakni SKPKB, SKPKBT, SKPLB dan SKP Nihil. SKP – SKP ini diberikan kepada WP yg telah melalui proses pemeriksaan.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 16: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

16

Self Assessment System

� Adalah sistem perpajakan yg memberi kepercayaan kepada WP untuk memenuhi dan melaksanakan sendiri kewajiban dan hak perpajakannya.

� 5 M: - Mendaftarkan diri untuk mendapat NPWP- Menghitung sendiri pajak terutang- Menyetor pajak- Melaporkan- Menetapkan sendiri jumlah pajak

terutang (melalui pengisian SPT).

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

� Self Assessment system dalam perkembangannya:

- Semi self assessment 4 M Menghitung Pajak Sendiri (MPS)

- Full assessment 5M :Proses dan hak menetapkan berada di pihak WP (Pengisian SPT)

Ps 12 ayat (2) UU No. 16 Tahun 2000:“Jumlah pajak yg terutang menurut SPT yg disampaikan oleh WP adalah jumlah pajak yg terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 17: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

17

Withholding System (WHT)

� Adalah sistem perpajakan dimana pihak tertentu (pih ak ketiga) mendapat tugas dan kepercayaan dari undang-undang perpajakan untuk memotong atau memungut suatu prosentase thd jumlah pembayaran atau transaksi yg dilakukannya dgn penerima penghasilan, yakni WP .

� Ditinjau dari saat diterimanya penghasilan, WHT sys tem adalah sistem pemotongan pajak pada sumbernya (levying tax at source)__ yaitu WP yg menerima atau memperoleh penghasilan langsung dipotong pajaknya oleh pemberi penghasilan (tax withholder).

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Jumlah pajak yg dipotong diteruskan ke kas negara d lm jangka waktu tertentu. Jumlah pajak yg dipotong tsb :

- Diperhitungkan menjadi kredit pajak bagi WP ybs. (bersifat provisional). Contoh : PPh 21,PPh 22,PPh 23, PPh 24.; atau

- Tidak diperhitungkan lagi dengan pajak terutang at as seluruh penghasilannya (bersifat final). Contoh : PPh atas penjualan tanah dan atau bangunan= 5% x harga jual.

Lebih lanjut PPh final diatur dalam pasal 4 ayat (2 ) UU PPh 2000.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 18: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

18

� WHT system digunakan dalam situasi dimana level tax compliance rendah.

� Beberapa keunggulan WHT system :1. Efektif : memperlancar dan menyelamatkan kas

negara (pajak dapat masuk on time selama tahun berjalan)

2. Efisien : Cost of collection rendah dan sanksi dikenakan kepada withholder

3. Convenience : WP dipungut/potong pajaknya secara tidak terasa.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

HUKUM PAJAK

PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

Page 19: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

19

Hukum pajak atau hukum fiskal dirumuskan sebagai:

Keseluruhan dari peraturan-peraturan yg meliputi wewenang pemerintah untuk mengambil kekayaan seseorang dan menyerahkannya kembali kepada masyarakat melalui kas negara, sehingga ia merupaka n bagian dari hukum publik, yang mengatur hubungan-hubungan hukum atara negara dan orang2 atau badan2 (hukum) yg berkewajiban membayar pajak.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Hukum Pajak :

1. Hukum Pajak Material (Material Tax Law)

2. Hukum Pajak Formal (Formal Tax Law)

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 20: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

20

Hukum Pajak Material

Hukum Pajak Material, yaitu hukum pajak yg memuat ketentuan2 ttg :- Siapa-siapa yang dikenakan pajak, dan siapa-siapa

yg dikecualikan dari pengenaan pajak Subyek Pajak (SP)

- Apa saja yg dikenakan pajak Obyek Pajak (OP)- Berapa pajak yg hrs dibayar Tarif pajak.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

� Hukum pajak material yg berlaku saat ini:1. UU No. 17 Tahun 2000 Tentang PPh2. UU No. 18 Tahun 2000 Tentang PPN dan PPn BM3. UU No. 12 Tahun 1994 Tentang PBB4. UU No. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai5. UU No. 34 Tahun 2000 Tentang PDRD6. UU No. 20 Tahun 2000 Tentang BPHTB.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Page 21: 1 Introduksi Sejarah, Sistem Pemungutan Pajak [Compatibility Mode]

21

Hukum Pajak Formal

� Hukum Pajak Formal, yaitu hukum pajak yg memuat ketentuan2 bagaimana mewujudkan hukum pajak material menjadi kenyataan.

� Hukum positif (hukum yg sedang berlaku) yg memuat hukum pajak formal adalah:1. UU No. 16 Tahun 2000 Tentang Perubahan

Kedua atas UU No. 6 Tahun 1983 ttg Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan (UU KUP).

2. UU No. 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas UU No. 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan pajak Dengan Surat Paksa.

3. UU No. 14 tahun 2002 Tentang Pengadilan Pajak.

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

©Titi M Putranti – PPh OP -FISIP UI-2012

Tujuan atau Sasarn dari Sistem Pajak Penghasilan ti dak dapat dipisahkan dari fungsi pajak.

• Fungsi Budgeter. Pajak dimaksudkan untuk mengumpulkan dana yang diperlukan Pemerintah untuk membiayai pengeluaran belanja negara guna kepenting an dan keperluan seluruh masyarakat ( Revenue Adequacy ).

• Fungsi Mengatur• Fungsi Mengatur kembali distribusi penghasilan

(redistribution of income) dengan cara melakukan pemungutan pajak progressif yang disalurkan kembali kepada masyarakat yang berpenghasilan rendah, sehingga distribusi penghasilan dapat diperbaiki me njadi lebih adil

SASARAN SISTEM PPh