100691573 Pra Rencana Pabrik Biodiesel Dari Minyak Jarak Dengan Proses Transesterifikasi

Embed Size (px)

Citation preview

  • i

    PRA RENCANA PABRIK BIODIESEL DARI

    MINYAK JARAK DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI

    TUGAS AKHIR

    Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia (ST)

    Disusun oleh:

    Albertus Wisang Koli NIM 0205010001

    PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG

    2009

  • ii

    LEMBAR PERSETUJUAN

    Menyetujui,

    Dosen pembimbing I Dosen pembimbing II

    Ir. Bambang Poerwadi, MS Ir. Taufik Iskandar

    Tanggal Tanggal......

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Teknik Ketua

    Program Studi Teknik Kimia

    Nawir Rasidi, ST.,MT S.P Abrina Anggraini, ST.,MT

    Tanggal Tanggal

  • iii

    LEMBAR PENGESAHAN

    Pra Rencana Pabrik Biodiesel dari Minyak Jarak dengan Proses Transesterifikasi

    Oleh :

    Albertus Wisang Koli 0205010001

    Telah dipertahankan dihadapan dan telah diterima Tim Penguji

    Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Tribhuwana Tunggadewi

    Malang

    Tim Penguji

    1. Ir. Bambang Poerwadi, MS : ..

    2. Ir. Taufik Iskandar : ..

    3. S.P. Abrina Anggraini, ST.,MT :..

  • iv

    PERNYATAAN

    Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

    Nama : Albertus Wisang Koli

    NPM : 020.501.0001

    Program Studi : Teknik Kimia

    Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul Pra Rencana Pabrik Biodiesel dari

    Minyak Jarak dengan Proses Transesterifikasi merupakan karya tulis yang

    saya buat sendiri menurut pangamatan serta kayakinan saya. Skripsi ini tidak

    mengandung bagian Skripsi atau karya tulis yang pernah diterbitkan atau ditulis

    oleh orang lain, kecuali kutipan referensi yang dimuat dalam rangka Skripsi ini.

    Apabila kenyataan dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, saya

    sanggup menerima sanksi akademik berupa apapun dari Universitas Tribhuwana

    Tunggadewi Malang.

    Malang, 2009

    Penyusun

    Albertus Wisang Koli

    Mengetahui,

    Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

    Ir. Bambang Poerwadi, MS. Ir. Taufik Iskandar.

  • v

    KATA PENGANTAR

    Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

    berkat dan Rahmatnya serta bimbinganNya kami dapat menyelesaikan Skripsi

    yang berjudul Pra Rencana Pabrik Biodiesel dari Minyak Jarak dengan

    Proses Transesterifikasi

    Pada kesempatan ini pula tak lupa kami mengucapkan limpah terima kasih

    kepada:

    1. Bapak Nawir Rasidi, ST.,MT, selaku Dekan Fakultas Teknik.

    2. Ibu S.P Abrina Anggraini, ST.,MT, selaku Ketua Program Studi Teknik

    Kimia.

    3. Bapak Ir. Bambang Poerwadi, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama

    4. Bapak Ir. Taufik Iskandar, selaku Dosen Pembimbing Kedua

    5. Ibu Susy Yuniningsih, ST.,MT, selaku Kepala Lab UNITRI

    6. Kedua Orang Tua yang telah bersusah payah dan mengorbankan waktu

    mereka hingga terselesainya skripsi ini.

    7. Semua pihak yang turut membantu baik dari segi moril maupun materil

    sehingga terselesainya tugas penelitian ini yang tak dapat kami sebutkan

    satu per satu.

    kami menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena

    itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan agar skripsi ini

    dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

    Malang, Feb 2009

    Penyusun

  • vi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ..

    LEMBAR PERSETUJUAN

    LEMBAR PENGESAHAN

    SURAT PERNYATAAN.

    KATA PENGANTAR .

    DAFTAR ISI

    DAFTAR GAMBAR.

    DAFTAR TABEL

    ABSTRAK ..

    BAB I PENDAHULUAN ..

    BAB II SELEKSI DAN URAIAN PROSES ..

    BAB III NERACA MASSA .

    BAB IV NERACA PANAS .

    BAB V SPESIFIKASI PERALATAN .

    BAB VI PERANCANGAN ALAT UTAMA

    BAB VII INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA

    BAB VIII UTILITAS .

    BAB IX LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ..

    BAB X STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN ..

    BAB XI ANALISIS EKONOMI

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    viii

    xi

    x

    I - 1

    II 1

    III 1

    IV 1

    V 1

    VI 1

    VII 1

    VIII 1

    IX 1

    X - 1

    XI 1

    XII - 1

    XI 1

  • vii

    BAB XII KESIMPULAN .

    DAFTAR PUSTAKA

    APENDIKS A NERACA MASSA ...

    APENDIKS B NERACA PANAS ....

    APENDIKS C SPESIFIKASI PERALATAN ..

    APENDIKS D UTILITAS ....

    APENDIKS E ANALISIS EKONOMI

    XII 1

    A 1

    B 1

    C 1

    D 1

    E 1

  • viii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Reaksi Esterifikasi menjadi Metil ester

    Gambar 2.2 Reaksi Transesterifikasi menjadi Metil ester Asam lemak.

    Gambar 2.3 Proses Flow Diagram Pabrik minyak jarak .

    Gambar 9.1 Peta Indonesia.. ....

    Gambar 9.2. Peta Nusa Tenggara Timur

    Gambar 9.3. Peta Kabupaten Ende.

    Gambar 9.4. Peta Kecamatan Ende Selatan.

    Gambar 9.5. Tata Letak Pabrik Minyak Jarak.

    Gambar 9.6. Tata Letak Alat Pabrik Minyak Jarak..

    Gambar 10.1. Stuktur Organisasi Perusahaan

    Gambar 11.1. Gambar Grafik Break Event Point (BEP)...

    II-1

    II-2

    II-9

    IX-7

    IX-8

    IX-8

    IX-9

    IX-9

    IX-13

    X-24

    XI-11

    XI-18

    E-1

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Ketersediaan Energi Fosil di Indonesia .

    Tabel 1.2. Tanaman Penghasil Minyak Nabati di Indonesia.

    Tabel 1.3. Potensi Lahan Pengembang Tanaman Jarak.

    Tabel 1.4. Luas Lahan Tanaman Jarak

    Tabel 1.5. Komposisi Minyak Jarak.

    Tabel 1.6. Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak..

    Tabel 1.7. Data Perusahaan Biodiesel di Indonesia.

    Tabel 1.8. Data Konsumsi di Indonesia..

    Tabel 2.1. Perbandingan Reaksi Transesterifikasi..........................

    Tabel 7.1. Instrumentasi Peralatan Pabrik..

    Tabel 7.2. Peralatan Keselamatan Kerja..

    Tabel 9.1. Perincian Luas Daerah Pabrik.

    Tabel 10.1.Jadwal Kerja Karyawan Pabrik..

    Tabel 10.2. Jabatan Pendidikan Tenaga Kerja.

    Tabel 10.3. Daftar Upah Karyawan.

    Tabel 11.1. Cash Flow untuk NPV 10 tahun

    Tabel 11.2. Cash Flow untuk IRR selama 10 tahun

    I 2

    I 5

    I 6

    I 11

    I 16

    I 17

    I 27

    I 28

    II 16

    VII 5

    VII 12

    XI - 11

    X 14

    X - 17

    X- 22

    XI - 13

    XI - 14

  • x

    ABSTRAK

    Biodiesel dari minyak jarak merupakan minyak yang telah melalui proses

    transesterifikasi secara konversi dari trigliserida menjadi alkyl alkohol melalui

    reaksi dengan alkhol menghasilkan produk samping yaitu gliserin menjadi

    kandidat sumber gugus alkil adalah methanol sebagai pereaksi, NaOH sebagai

    katalis, HCL sebagai penetral PH metal ester, activated carbon sebagai bleabcing

    agent pada gliserin.

    Adapun kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan

    biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut pengaruh air dan asam

    lemak bebas, perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah, jenis alkohol,

    jenis katalis, metalisis crude dan refined minyak nabati, temperatur serta dapat

    digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar untuk mesin putaran cepat seperti

    mobil. Utilitas merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk menunjang

    jalannya proses produksi yang diperlukan pada pabrik minyak jarak ini yaitu air

    = 4044,0509 kg/jam, steam 1148,02804 kg/jam, listrik 110,635 kWh, bahan bakar

    = 1206,7824 l/hari.

    Pabrik minyak jarak ini direncanakan didirikan di Bhoanawa, Kecamatan

    Ende Selatan, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2010

    dengan kapasitas produksi 200.000 ton/tahun. Bentuk perusahaan adalah

    perseroan terbatas (PT) dengan stuktur organisasi garis dan staf. Dari hasil

    perhitungan ekonomi didapatkan BEP = 44,28 %, POT = 1,314 tahun , ROIBT =

    86,93 % ROIAT = 61,31 % SDP = 8,72 % IRR = 21,2173 %

  • I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Indonesia yang bermula adalah net-exporter di bidang bahan bakar minyak

    (BBM) kini telah menjadi net-importer BBM sejak tahun 2000. Hal ini sungguh

    ironis karena terjadi pada saat harga minyak dunia tidak stabil dan cenderung

    mengalami peningkatan. Pada periode bulan Januari - Juli 2006 yang lalu,

    produksi BBM Indonesia hanya mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari sehingga

    terdapat deficit BBM sebesar 270.000 barel yang harus dipenuhi melalui impor.

    Dengan harga minyak dunia mencapai USD 70 per barel, untuk memenuhi

    deficit sebesar 270.000 barel tersebut Indonesia harus menyediakan budget setiap

    harinya USD 18.900 per hari (sekitar Rp 170 miliar per hari). Tingginya harga

    minyak dunia menyebabkan harga BBM di dalam negeri meningkat. Pemerintah

    melakukan subsidi untuk menyesuaikan harga BBM, tetapi subsidi BBM ini mulai

    dikurangi sejak tahun 2003. Wujud nyata dari pengurangan subsidi ini adalah

    dinaikkannya harga BBM pada tanggal 1 Oktober 2005.

    Kondisi ini sungguh memprihatinkan, terlebih lagi ketergantungan

    Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar. Hal ini terlihat dari setiap

    aktivitas masyarakat Indonesia sehari-hari yang tidak terlepas dari pemakaian

    bahan bakar, seperti untuk memasak, penerangan, transportasi dan angkutan.

    Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 52,2% pemakaian

    energi di Indonesia, sedangkan penggunaan gas bumi sebesar 19%, batubara

    21,5%, air 3,7%, panas bumi 3 % dan energi terbarukan hanya sekitar 0,2 % dari

    I-1

  • I-2

    total penggunaan energi. Padahal menurut data ESDM (2006), cadangan minyak

    bumi Indonesia hanya sekitar 500 juta miliar barel per tahun. Ini artinya jika terus

    dikonsumsi dan tidak ditemukan teknologi cadangan minyak baru atau tidak

    ditemukan teknologi baru untuk mengingkatkan recovery minyak bumi,

    diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu dua puluh

    tiga tahun mendatang.

    Sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar

    fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan. Pengembanagn

    bioenergi diharapkan dapat mensubtitusi kebutuhan BBM di Indonesia yang tahun

    2007 diperkirakan mencapai 30,4 juta kiloliter (kl) untuk premium.

    ( Andi Nur Alam Syah,2006).

    Tabel 1.1 Ketersediaan energi fosil Indonesia

    Enegi Fosil

    Minyak Bumi

    Gas

    Batu bara

    Sumber daya 86,9 miliar barel 384,7 TSCF 57 miliar ton

    Cadangan 9 miliar barel 182 TSCF 19.3 miliar ton

    Produksi

    pertahun

    500 juta barel 3,0 TSCF 130 juta ton

    Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2006

    1.2 PERKEMBANGAN INDUSTRI

    Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

    dilihat dari peningkatan laju konsumsi BBM, serta menurunnya kemampuan

    produksi minyak dalam negeri secara alami di perlukan langkah-langkah untuk

    mendapatkan sumber energi alternatif.

    Tahun 1910, pada Pekan Raya Dunia di Paris seorang insinyur dari Jerman

    bernama Rudolf Christian Karl Diesel memamerkan dan peragakan pertama kali

  • I-3

    hasil penemuan dan ciptaannya, yaitu mesin atau motor diesel. Motor atau mesin

    diesel pertama di dunia itu dijalankan dengan bahan bakar dari minyak kacang

    dan minyak perasan biji hemps/ganja (Cannabissativa)

    Dua tahun kemudian, saat berpidato dalam acara pendaftarkan paten mesin

    hasil karyanya itu, Diesel menyatakan Pemakaian minyak nabati sebagai bahan

    bakar untuk saat ini akan menjadi penting sebagaimana penggunaan minyak bumi

    dan produktir batu bara sekarang. Kata kata di atas tadi diucapkan lebih dari 90

    tahun silam, ketika masalah-masalah lingkungan hidup seperti krisis energi,

    perubahan iklim, pemanasan global dan penipisan lapisan ozon sama sekali belum

    disinggung seperti tiga dasawarsa terakhir ini.

    Prakarsa yang dilakukan Diesel tersebut digagalkan sehingga mesin diesel

    yang kita jumpai sampai saat ini justru digerakan oleh BBM konvensional Petro

    Diesel. Rangkaian riset yang tergabung dalam kelompok Roma Lester Brown

    yang di pimpin oleh Dennis Meadows dan Lester Brown yang tergabung dalam

    Kelompok Roma pada tahun 1980 membuktikan kebenaran hipotesis-hipotesis

    dasar yang dikemukakan Diesel. Kelompok ini memperingatkan bahwa jika tidak

    dihentikan atau dirubah arahnya, kecenderungan itu akan mengarah pada batas-

    bats pertumbuhan (limits to growt ).

    Pandangan Mathusian semakin terbukti secara empiris, terutama

    menyangkut ketersediaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,

    termasuk bahan bakar fosil (BBM). Dua laporan terbaru dari Congressional

    Reseaech Service (RSC) pada tahun 1985 dan 2003 kepada Komisi Energi di

    Kongres Amerika Serikat, menyebutkan bahwa jika tingkat penggunaan bahan

    bakar fosil masih terus seperti sekarang (tanpa peningkatan dalam efisiensi

  • I-4

    produksi cadangan baru, dan peralihan ke sumber-sumber energi alternatif

    terbarukan), cadangan sumber energi bahan bakar fosil dunia, khususnya minyak

    bumi diperkirakan hanya akan cukup untuk 30-50 tahun lagi. Sebenarnya,

    ancaman kelangkaan cadangan minyak bumi satu-satunya masalah yang

    ditimbulkan tetapi dampak dari penggunaannya jauh lebih berbahaya.

    ( Andi Nur Alam Syah,2006).

    Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar sebagai penghasil

    biodiesel karena sumber daya alam sumber minyak nabatinya yang melimpah.

    Namun belum banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal pada

    industri ini. Peningkatan kebutuhan bahan bakar diesel dan menipisnya sumber

    minyak bumi, maka untuk itu perlu didirikan pabrik biodiesel di Indonesia.

    Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di

    Indonesia dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung

    sejak tahun 1997 dengan focus ekstraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun

    2004 yang lalu, penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubshi Research

    Institute (Miri) dan New Energy and Industrial Technology Development

    Organization (NEDO) dari Jepang.

    Menghadapi krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di

    Indonesia, Pemerintah mulai mengali sumber-sumber energi alternatif. Minyak

    jarak ini pun mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis

    oleh ITB, dan selanjutnya diikuti oleh lembaga pemerintah pusat yaitu BPPT, dan

    oleh Pemerintah daerah seperti Pemprov Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara

    Barat, Pemkab Purwakarta, dan Pemkab Indramayu, serta BUMN seperti PT.

    Pertamina, PT. PLN dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) semua saling

  • I-5

    bekerja sama untuk pengembangan minyak jarak sebagai bahan bakar minyak

    alternatif ini.

    Tabel 1.2 Menunjukan tanaman-tanaman penghasil minyak nabati di Indonesia

    yang berpotensi untuk diolah menjadi biodiesel.

    Tabel 1.2 Tanaman penghasil minyak nabati serta sifatnya di Indonesia

    Minyak Massa Jenis

    (200C),

    Kg/Liter

    Viskositas

    Kinematika

    (200C),cSt

    DHc,

    MJ/Kg

    Angka

    Sentane

    Titik Awan/

    Kabut,0C

    Titik

    Tuang,0C

    Kelapa 0,915 30 37,10 40-42 28 23-26

    Sawit 0,915 60 36,90 38-40 31 23-40

    Kapas 0,921 73 36,80 35-50 -1 2

    Jarak 0,920 77 38,00 23-41 2 -3

    Sumber : Vaitilingom et.al.,1997

    Berdasarkan pertimbangan ekonomi, minyak nabati yang digunakan

    sebagai bahan baku biodiesel harus mudah didapat, mudah dibudidayakan di

    Indonesia dan mempunyai yield minyak nabati tinggi. Prioritas diberikan untuk

    tanaman non pangan agar tidak mengganggu sumber pangan. Dari tabel 1.1 dapat

    dilihat bahwa tanaman jarak merupakan tanaman penghasil minyak nabati non-

    pangan yang paling berpotensi. Jarak (Rinicus communis) belum banyak

    dibudidayakan di Indonesia semenjak Jarak Pagar ( Jatropha curcas ) banyak

    ditanam di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Jarak berpotensi untuk

    dikmbangkan, baik di daerah kering maupun marjinal, terutama di Nusa Tenggara

    Timur dengan potensi produksi biji sebanyak 7,5 10 ton/ha setelah penanaman 5

    tahun. Budi daya jarak pagar sudah dicanangkan sebagai Gerakan Nasional Budi

    Daya Jarak oleh Menteri Sosial Bachtiar Chamsah dalam rapat koordinasi (Rakor)

    KESRA tanggal 6 September 2005.

  • I-6

    Daerah- daerah yang akan diikutkan dalam program budi daya jarak

    diantaranya Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Nanggroe Aceh Darissalam

    (NAD), Jakarta dan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dari

    program ini ditargetkan penanaman jarak pagar sebanyak 2.500 ha pada tahun

    2005, 100.000 ha pada tahun 2006, 1 juta ha pada tahun 2007, 5 juta ha pada

    tahun 2008, dan 10 juta ha pada tahun 2009.

    Tabel 1.3. Potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan jarak pagar

    Propinsi S1 S2 S3 Jumlah (Ha)

    NAD 180.139 160.746 836.001 1.176.904

    Sumut 215.393 - 1.390.475 1.605.868

    Sumbar 4.269 - 781.189 785.458

    Riau 218.284 - 1.600.844 1.681.562

    Jambi 530.207 - 993.134 1.211.418

    Sumsel - - 3.229.784 3.759.991

    Bengkulu 718.823 - 602.022 602.022

    Lampung 156.319 66.023 706.931 1.491.777

    Babel 231.011 - 947.881 1.104.200

    Jabar 494.630 445.022 306.989 983.022

    Jateng 35.227 74.416 338.824 907.870

    DIY 960.595 33.999 8.454 77.680

    Jatim 134.484 574.121 255.722 1.790.438

    Banten 19.892. 116.576 36.646 287.706

    Bali 37.887 51.423 124.466 95.580

    NTB 595.421 428.539 322.174 590.882

    NTT 67.463 833.293 3.897.005 1.750.888

    Kalbar 171.063 984.340 3.632.324 4.948.808

    Kalteng 833.745 - 623.326 3.803.387

    Kalsel 3.643.059 48.559 2.878.161 1.505.630

    Kaltim 143.760 680.468 538.555 7.201.688

    Sulut 506.887 - 373.638 682.315

    Sulteng 435.483 - 613.780 880.525

    Sultra 1.015.825 122.407 177.833 1.171.670

    Gorontalo 290.146 27.248 - 1.220.906

    Maluku 766.888 13.701 316.223 303.847

    Maluku utara - 162.982 1.526.379 1.246.093

    Papua 980.457 716.909 3.445.699 -

    Jumlah 14.227.535 5.534.911 29.719.254 49.531.186 Sumber : Direktur Jendral Perkebunan, 2006

    Keterangan : S1 = sangat sesuai, S2 = sesuai, S3 = kurang sesuai

  • I-7

    Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat cocok untuk mengembangkan

    tanaman jarak pagar karena merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan.

    Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat dilahan yang beriklim

    panas,tandus, dan berbatu seperti di Nusa Tenggara Timur. Tumbuhan ini sangat

    toleran terhadap kondisi kering dan dapat di daerah yang curah hujan rendah yaitu

    200-1.500 mm/tahun. Sebagian besar dari tanah tersebut mempuyai solum

    dangkal ini berarti ini berarti dari aspek teknis produksi minyak jarak dapat

    dikembangkan dan diproduksi secara luas hampir diseluruh wilayah di Nusa

    Tenggara Timur.

    Tujuan dari pengembangan dari tanaman minyak jarak antara lain :

    Memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan jarak sebagai

    bahan baku penghasil sumber alternatif.

    Meningkatkan pendapatan petani melalui optimasi pemanfaatan lahan

    pertanian.

    Adapun sasaran dan kebijakan pengembangan tanaman jarak diarahkan ke

    pada seluruh kabupaten/kota pada kawasan lahan dan marginal dengan

    kebijakan antara lain :

    Pemenuhan kebun jarak (lahan petani yang telah dimanfaatkan dan

    belum dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan proporsi peruntukan

    lahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan petani).

    Rintisan pengembangan industri pengolahan skala minim.

    Mempersiapkan pembangunan industri terpadu skala besar.

  • I-8

    Mendorong dan menggerakan partisipasi masyarakat dalam

    mengembangkan tanaman jarak dengan menggunakan seoptimal

    mungkin potensi yang dimiliki.

    Mengembangakan teknologi produksi dengan menitik beratkan pada

    penyediaan benih bermutu serta peningkatan produktivitas dan kualitas

    produksi.

    Memfasilitasi pengembangan kemitraan usaha, kelembangaan usaha,

    dan investasi.

    Factor-faktor pengembangan tanaman jarak :

    a. Faktor- faktor pengembangan tanaman jarak :

    Deklerasi para menteri tanggal 12 oktober 2005 tentang

    Gerakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan dan krisis

    BBM melalui rehabilitasi dan reboisasi 10 juta hektarlahan

    kritis dengan tanaman yang menghasilkan energi pengganti

    BBM.

    Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang

    Penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (Biofuel)

    menjadi lebih dari 5%.

    Hasil rapat terbatas para Menteri, Gurbenur bersama

    Presiden Republik Indonesia di Losari Magelang Jawa

    Tengah tentang pengembangan komoditi (tebu, kelapa

    sawit, ubi kayu, sorgum dan jarak) sebagai penghasil untuk

    substitusi biodiesel dan bioetanol sebagai prostitusi

    premium.

  • I-9

    Tersedianya lahan di Nusa Tenggara Timur yang berpotensi

    untuk pengembangan tanaman jarak.

    Penelitian Perguruan Tinggi (Undana) menjukan bahwa

    lahan di Nusa Tenggara Timur yang berpotensi untuk

    mengembangakan tanaman jarak.

    Dukungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang

    ditandai dengan adanya perjanjian kerjasama dengan calon

    investor di bidang pembibitan.

    b.Kendala yang menjadi penghambat dalam pengembangan tanaman jarak :

    Trauma masyarakat terhadap program pengembangan

    perkebunan di Nusa Tenggara Timur dimasa lalu yang

    kurang memberikan keuntungan secara ekonomi bagi

    masyarakat petani.

    Harga hasil komoditi perkebunan kurang stabil sehingga

    masyarakat kurang berminat dalam pengembangan

    komoditi dimaksud.

    c.Peluang dan potensi pengembangan minyak jarak :

    Kebutuhan akan BBM yang semakin meningkat sementara

    penyediaan semakin menipis sehingga diperlukan bahan

    bakar pengganti BBM.

    Bahan bakar nabati (boifuel) merupakan bahan bakar

    terbarukan yang memiliki peluang pasar yang besar.

    Jarak pagar telah dikenal oleh masyarkat Nusa Tenggara

    Timur secara luas.

  • I-10

    Terbukanya lapangan kerja bagi petani Nusa Tenggara

    Timur.

    Memanfaatkan lahan kritis yang selama ini tidak dikelola.

    Sedangkan potensi untuk pengembangan tanaman jarak di Nusa Tenggara

    Timur cukup luas dan diproyeksikan lahan yang sesuai untuk pengembangan

    tanman jarak seluas 2.190.406 Ha yang terbesar pada kabupaten/kota di Nusa

    Tenggara Timur. Peluang pengembangan jarak pagar di Nusa Tenggara Timur :

    Tersedianya lahan seluas 2.177.456 Ha.

    Masyarakat Nusa Tenggara Timur telah lama mengenal

    tanaman jarak sebagai bahan untuk penerangan dan obat

    tradisional.

    Tanaman jarak cocok di kembangkan di Nusa Tenggara

    Timur karena tahan terhadap kekeringan dan dan dapat

    ditanam pada tanah berbatuan, berkerikil, berpasir maupun

    mengadung garam.

    Tanaman jarak tidak terlalu memerlukan perawatan dapat

    beradaptasi dengan berbagai cuaca, tidak diserang hama,

    dan tidak dikonsumsi ternak.

    Tanaman jarak dapat bertahan dalam waktu lama dalam

    kondisi kering dan mudah berkembang biak.

    Dukungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam

    mengembangkan tanaman jarak yang ditandai dengan

    adanya perjanjian kerjasama dengan investor dan

    pengusaha lainnya.

  • I-11

    Adanya kecenderungan minat investor untuk berinvetasi

    dibidang tanaman jarak yang ditandai dengan kehadiran

    investor (PT. Amarta Trans Nusantara dan PT. Rajawali

    Nasional Indonesia).

    Pelaksanaan pengembangan tanaman jarak di Nusa Tenggara Timur dalam hal ini

    Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah mentindaklanjuti deklerasi para

    Menteri Kabinet Indonesia Bersatu tanggal 12 Oktober 2005 dan Instruksi

    Presiden Nomor 5 tahun 2006 dengan langkah-langkah kongkrit sebagai berikut :

    Tabel 1.4. Luas lahan tanaman jarak yang dikembangkan oleh Pemerintah

    Nusa Tenggara Timur pada tahun 2006

    No Kabupaten/Kota Satuan Areal (ha)

    2006 2007 2008 2009 2010 Total

    1. Kupang 90 7.650 16.650 22.050 22.050 68.450

    2. TTS 130 7.650 7.650 7.050 7.050 29.530

    3. TTU 500 6.050 6.450 6.650 6.650 26.300

    4. Belu 100 6.050 6.450 6.650 6.650 25.900

    5. Alor 536 7.550 7.550 8.650 8.650 32.936

    6. Flores Timur 280 7.550 7.550 8.650 8.650 32.680

    7. Sikka 130 4.050 4.550 5.150 5.150 19.030

    8. Ende 130 7.550 7.550 8.650 8.650 32.530

    9. Ngada 100 7.550 7.550 8.650 8.650 32.500

    10. Manggarai 100 7.550 7.550 8.650 8.650 32.500

    11. Manggarai Barat 120 8.050 16.050 21.450 22.050 67.720

    12. Sumba Barat 700 17.050 17.650 22.050 22.650 80.100

    13. Sumba Timur 350 17.050 17.650 22.050 22.050 79.750

    14. Kota Kupang 50 50 50 50 50 250

    15. Lembata 130 7.550 7.550 8.650 8.650 32.630

    16. Rote Ndao 100 7.550 7.550 8.650 8.650 32.500

    Total 3.546 126.500 146.000 173.700 175.500 625.246 Sumber : Website Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Nusa Tenggara

    Timur

    Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mendukung

    pengembangan tanaman jarak :

  • I-12

    Sosialisasi kebijakan penanaman modal tahun 2005 dengan

    sub tema tanaman jarak sebagai energi alternatif pengganti

    BBM yang dihadiri akedemisi,investor lainnya serta jajaran

    Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota.

    Kajian akademis bekerja sama dengan lembaga perguruan

    tinggi negeri (Undana) dalam menyusun profil komoditi

    unggulan daerah diantaranya tanaman jarak.

    Penyediaan lokasi pabrik pengolahan minyak jarak kepada

    PT.Amarta Trans Nusantara.

    Pemetaan/maping lokasi potensi perkebunan pada kawasan-

    kawasan-kawasan perkebunan di Nusa Tenggara Timur.

    Surat Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor BU.515

    /06/BKPMD/2006 tentang Sosialisasi Kebijakan Bahan

    Bakar Nabati.

    Pengembangan tanaman jarak siap tanam oleh Pemerintah

    Kabupaten Belu seluas 653 Ha sedangkan siap panen 50

    Ha.

    Road Show Jatropha Expedition 2006 tanggal 12 Juli 2006

    dari Atambua Kabupaten Belu- Kupang- Daratan Flores-

    NTB- Bali- Jawa Timur Jawa Tengah- Jawa Barat-

    Jakarta. Khusus Nusa Tenggara Timur pelaksanaannya atas

    kerja sama PT.BioChem dengan Pemerintah Daerah Nusa

    Tenggara Timur.

  • I-13

    Peranan investasi dalam mengembangkan tanaman jarak dalam hal ini

    pemprosesan minyak jarak antara lain :

    a. PT.Amarta Trans Nusantara

    Dalam rangka mendukung kebijakan Pemerintah dalam pengembangan

    tanaman jarak sebagai tanaman penghasil biodiesel maka dunia usaha dalam hal

    ini PT.Amarta Trans Nusantara telah menunjukan dengan perolehnya Surat

    Persetujuan Penanaman Modal Nomor 73/I/PMDN/2006 tanggal 14 juli 2006

    dengan bidang usaha Industri Kimia Dasar Organik yang bersumber dari hasil

    pertanian.

    Kegiatan yang dilakukan oleh PT.Amarta Trans Nusantara bersama

    PT.Biochem Internasional antara lain :

    Pembibitan anakan tanaman jarak di Desa Neolbaki Kabupaten

    Kupang seluas 8 Ha.

    Pengadaan mesin dan peralatan proses minyak jarak.

    Pemberian lahan oleh Pemerintah Nusa Tenggara Timur di

    Kawasan Industri Bolok untuk pembangunan pabrik seluas 5 Ha.

    Bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kupang, Timor

    Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dalam bentuk mou

    pengolahan jarak.

    Kegiatan Road Show Atambua Kabupaten Belu- Jakarta.

    b. PT.Rajawali Nasional Indonesia

    Telah melakukan kegiatan persiapan penanaman jarak seluas 200 Ha di

    Kabupaten Sumba Barat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat.

  • I-14

    Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang dapat digunakan

    pada semua jenis mesin diesel tanpa harus dimodifikasi terlebih dahulu. Biodiesel

    dapat dibuat dari semua jenis minyak termasuk minyak yang dihasilkan langsung

    dari pengepresan biji tumbuhan ( virgin oil ) seperti minyak kedelai, minyak biji

    bunga matahari, minyak kanola, minyak kelapa, dan minyak biji jarak bahkan

    biodiesel dapat dibuat dari minyak goreng bekas dan minyak dari lemak hewan.

    1.3 PENGGUNAAN

    Minyak jarak dihasilkan dari tanaman jarak (Rinicus communis)

    merupakan semak atau pohon yang tahan terhadap kekeringan sehingga tahan

    hidup di daerah dengan curah hujan rendah. Tanaman dari keluarga

    Euphorobiaceae ini banyak ditemukan di Afrika Tengah dan Selatan, Asia

    Tenggara dan India. Awalnya, tanaman ini kemungkinan didistribusikan oleh

    pelaut Portugis dari Karibia melalui Cape Verde dari Guinea Bissau ke negara lain

    di Afrika dan Asia.

    Jarak dapat diperbanyak dengan setek. Sesuai dengan namanya, tanaman

    ini awalnya secara luas ditanam sebagai pagar untuk melindungi lahan dari

    serangan ternak. Seperti jenis lainnya, jarak merupakan tanaman sukulen yang

    meranggas selama musim kemarau. Tanaman yang sering digunakan sebagai

    pengendali erosi ini beradaptasi dengan baik di daerah yang gersang dan agak

    tandus.

    Semua bagian tanaman jarak telah digunakan sejak lama dalam

    pengobatan tradisonal. Minyaknya digunakan sebagai pembersih perut (pencahar),

    mengobati penyakit kulit, dan untuk mengobati rematik. Sari pati cairan rebusan

  • I-15

    daunnya digunakan sebagai obat batuk dan antiseptic pasca melahirkan. Bahan

    yang berfungsi meredakan luka dan peradangan juga telah diisolasi dari bagian

    tanaman jarak pagar menunjukkan sifat antimoluksa, anti serangga dan anti jamur.

    Phorbol ester dalam jarak pagar diduga merupakan salah satu racun utamanya.

    Proses minyak jarak yang berhubungan dengan pemanfaatan jarak ,antara

    lain perbaikan genetika tanaman, pengendalian pestisida biologis, ekstraksi

    minyak dengan enzim, fermentasi anaerob dan dari bungkil, pengisolasian bahan

    anti peradangan dan enzim pereda luka.

    Keuntungan lain dari penggunaan biodiesel dari tanaman jarak (Rinicus

    communis) antara lain :

    1. Sebagai pemanas berbahan bakar diesel, penerangan dan kompor.

    Dapat juga menggantikan kerosene pada lampu dan kompor kemah.

    2. Sebagai pengganti bahan bakar model pesawat dalam mesin model

    pesawat.

    3. Sebagai pengganti minyak pelumas dalam rumah tangga.

    4. Sebagai pelarut untuk cat non-otomotif, cat semprot, dan bahan kimia

    aditif lain.

    5. Pembersih untuk komponen mesin yang berminyak. Bagian yang akan

    dibersihkan biasanya dibenam dalam biodiesel selama satu malam dan

    paginya sudah bersih.

    6. Sebagai pelumas mesin.

    7. Sebagai pembakar keramik dalam tungku.

    8. Sebagai pembersih tumpahan minyak bumi di atas tanah atau air.

    (Andi Nur Alam Syah,2006)

  • I-16

    1.4 Spesifik Bahan Baku dan Produk

    1.4.1 Bahan Baku Utama

    a. Minyak Jarak

    Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan

    trigliserida lainnya karena bobot jenis, viskositas dan bilangan asetil serta

    kelarutannya dalam alkohol nilainya relatif tinggi. Minyak jarak larut dalam

    etanol 95% pada suhu kamar serta pelarut organik yang polar dab sedikit larut

    dalam golongan hidrokarbon alifatis. Nilai kelarutan dalam petroleum eter relatif

    rendah dan dipakai untuk membedakan dengan golongan trigliserida lainnya.

    Kandungan tokoferol kecil ( 0,05%), serta kandungan asam lemak esensial yang

    sangat rendah menyebabkan minyak jarak tersebut berbeda dengan minyak nabati

    lainnya. ( Kateren,1986).

    Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industri cat, varnish,

    laquer, pelumas, tinta cetak, linoleum, oil cloth dan sebagai bahan baku dalam

    industri-industri plastik dan nilon. Dalam jumlah kecil minyak jarak dan

    turunannya juga digunakan untuk pembuatan kosmetik, semir dan lilin.

    Biji jarak terdiri dari 75% kernel ( daging biji ) dan 25% kulit dengan komposisi

    sebagai berikut :

    Tabel 1.5 Kompsosisi Biji Jarak

    Komponen Jumlah ( % )

    Minyak 54,00

    Karbohidrat 13,00

    Serat 10,25

  • I-17

    Abu 0,25

    Protein 18,00

    TOTAL

    100,00 ( Sumber : Keteren S . )

    Minyak jarak mempunyai kandungan asam lemak dengan komposisi sebagai

    berikut :

    Tabel 1.6 Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak

    Komposisi Jumlah ( % )

    Asam risinoleat 89,5

    Asam linoleat 4,2

    Asam oleat 3,0

    Asam stearat 1,0

    Asam dihidroksi stearat 0,7

    Asam linolenat 0,3

    Asam palmitat 1,0

    Asam eikosanoat 0,3

    Total 100,0

    ( Sumber : Kirk Othmer 5: 3 )

    Sifat fisik :

    Rumus Molekul : CH3 ( CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)7COOH

    Caloric Value : 9470 Kkal/kg

    Flas Point : 290 0C

    Density : 0,918/g/ml

    Viscosity : 50,80

  • I-18

    Sifat Kimia :

    Pada daftar bahan yang berbeda dari biji jarak yang dihitung berdasarkan

    bahan kering. Racun utama dari bungkil biji jarak yang disebut dengan curcain

    ditemukan pada tahun 1913. Bungkil biji jarak diproses dengan pemanasan dan

    kimia untuk menghilangkan racunnya, yang terdiri atas lectin tidak aktif secara

    total, sedangkan phorbol ester hanya dapat dikurangi kadar racunnya hingga 50

    ppm melalui proses kimia. Bungkil jarak yang telah didektoksifikasi ini memiliki

    kandungan protein dari kedelai sehingga cocok dijadikan sebagai bahan pakan

    ternak dari bungkil jarak yang cukup mahal.

    b. Natriumhidroksida ( NaOH )

    Natriumhidroksida disebut juga soda kaustik. Bahan kimia ini paling

    banyak digunakan sebagai basa kuat dalam pembuatan tekstil, kertas dan deterjen.

    Natriumhidroksida dibuat melalui proses elektrolisa larutan natriumklorida

    dan merupakan produk samping dari klorin. Dalam pembuatan biodiesel,

    natriumhidroksida digunakan sebagai katalis reaksi trans-esterifikasi.

    Natriumhidroksida yang digunakan harus bersifat anhidrat untuk

    menghindari terjadinya reaksi penyabunan yang tidak diinginkan. Spesifikasi

    natriumhidroksida yang digunakan yaitu :

    Rumus molekul : NaOH

    Berat molekul : 39,9972

    Specific gravity / densitas : 2,13 g.cm-3

    Viskositas : N.A.

    Titik didih : 13900C pada 760 mmHg

  • I-19

    Titik leleh : 3180C

    Tekanan uap : 1 mmHg pada 7390C

    Densitas uap : N.A.

    Bentuk : padat

    Warna : putih

    c. Metanol ( CH3OH )

    Metanol atau metil alkohol yang disebut juga alkohol kayu, merupakan

    alkohol paling sederhana dengan karekteristik berbentuk cairan dengan volatilitas

    yang tinggi, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun. Metanol juga

    merupakan zat anti beku, pelarut, bahan bakar dan denaturant untuk etil alkohol.

    Pada pembuatan biodiesel, metanol bereaksi dengan trigliserida minyak

    nabati menghasilkan ester dan gliserol. Reaksi ini disebut reaksi trans-esterifikasi.

    Katalis biasanya digunakan untuk mempercepat reaksi trans-esterifikasi ini.

    Spesifikasi metanol yang diguanakan sebagai berikut :

    Rumus molekul : CH3OH

    Berat molekul : 32,037

    Specific gravity/densitas : 791g. cm3

    Viskositas : 0,55 cP pada 20 0C

    Titik didih : 64,7 0C pada 760mmHg

    Titik leleh : -98 0C

    Tekanan uap : 128 mmHg at 20 0C

    Densitas uap : 1,11 (Udara = 1)

    Bentuk : cair

    Warna : tidak berwarna

  • I-20

    (http://avogrado.chem.iastate.edu/MSDS)

    1.4.1.1 Bahan Baku Pembantu

    a. Hydrochloric Acid (HCI)

    Rumus molekul : HCI.H2O

    Berat molekul : 36,4610

    Specific gravity : 1,0-1,2

    Viskositas :N.A

    Titik didih : 81,5-110 0C pada 760 mmHg

    Titik leleh/beku : -74 0C

    Tekanan uap : 5,7 mmHg pada 0 0C

    Densitas uap : 1,26 g/cm3

    Bentuk : cair jernih

    Warna : tidak berwarna, agak kekuningan

    (http://avogrado.chem.iastate.edu/MSDS, 20 Februari 2008)

    b. Kalsiumklorida ( CaCl2.2H2O )

    Rumus molekul : CaCl2.2H2O

    Berat molekul : 147.01668

    Viskositas :N.A

    Titik didih : > 1600 0

    C pada 760 mmHg

    Titik leleh/beku : 772 0C

    Tekanan uap : N.A.

    Bentuk : padat

    Warna : putih atau putih keabu-abuan

    (http:// www.jtbaker.com/msds/englishhtml, 14 ferbuari 2008)

  • I-21

    1.4.3 Produk

    a. Biodiesel

    Spesifikasi produk biodiesel yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

    Rumus molekul : CHO3.C = O.R

    (R adalah rantai karbon asam lemak)

    Berat molekul (rata-rata) : 310.625 (metil ester minyak jarak)

    Flash point (mangkok tertutup) : 1500C

    Air dan sediment : 0,05%-volume, maks.

    Viskositas kinematik pada 400C : 6 mm

    2/s

    Ramsbottom carbon residue, % mass : 0,10

    Abu tersulfat : 0,02 % by mass, maks.

    Sulfur : 0,05 % by mass, maks.

    Copper strip corrosion : No. 3, maks.

    Cetane number : 47, min.

    Residu karbon : 0,05 % by mass, maks.

    Angka asam mg KOH/g : 0,80, maks.

    Free glycerin : 0,02 % mass, maks.

    Total glycerin : 0,24 % mass, maks.

    Kandungan fosfor : 0,001 % by mass, maks.

    Suhu destilasi 90% : 360 0C, maks.

    (US standart biodiesel specification, ASTM D-6751, www.journeytoforever.com , 14 February 2008)

    Karekteristik diatas perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar

    diesel diantaranya :

  • I-22

    Viskositas :

    Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa

    kapiler terhadap gaya gravitasi biasanya dinyatakan dalam waktu yang

    diperlukan untuk mengalirkan jarak dalam waktu tertentu. Jika viskositas

    semakin tinggi maka tahanan untuk mengalir semakin tinggi. Karekteristik

    ini sangat penting karena mempengaruhi kenerja injector pada mesin

    diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas tekanan

    injeksi serta ukuran lubang injector (Sherve,1956)

    Pada umumnya bahan bakar harus mempuyai viskositas yang lebih rendah

    agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi. Hal ini dikarenakan putaran

    mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar yang cepat pula.

    Namun tetap ada batas minimal karena diperlukan sifat pelumasan yang

    cukup baik untuk mencegah terjadi keausan akibat gerakan piston yang

    cepat. (Sherve,1956)

    Angka Sentana :

    Angka sentana merupakan kempuan bahan bakar yang menyala sendiri

    (auto ignition). Skala untuk angka sentana biasanya menggunakan referensi

    berupa campuran normal sentana (C16H34) dengan alpha methyl naphthalene

    (C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal senatana

    memiliki angka sentana 100, alpha methyl naphthalene memiliki angka sentana 0

    dan heptamethylnonane memiliki angka sentana 15.

    Angka sentana tiap bahan bakar biasanya didefenisikan sebagai persentase

    volume dari normal sentana dengan campuran tersebut. (Sherve,1956)

  • I-23

    Angka sentana yang tinggi menunjukan bahwa bahan bakar dapat

    menyala pada temperature yang rendah dan sebaliknya angka sentana yang rendah

    menunjukan bahak bakar yang baru dapat menyala pada temparatur yang relatif

    tinggi. Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka sentana

    yang tinggi dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar

    diinjeksikan dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar

    dan terakumulasi. (Sherve,1956)

    Berat Jenis :

    Berat jenis menunjukan perbandingan berat persatuan volume karekteristik

    ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per

    satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel diukur dengan

    menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan

    kilogram per meter kubik (kg/m3).

    Titik Tuang :

    Titik tuang adalah titik temperatur rendah dimana mulai terbentuk kristal-

    kristal paraffin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik tuang ini

    dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka iodium), semakin tinggi

    ketidakjenuhan maka titik tuang semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi

    oleh panjang rantai karbon semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi

    titik tuang. Karekteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D97.

    Nilai Kalor Pembakaran :

    Nilai kalor pembakaran menunjukan energi kalor yang dikandung dalam

    tiap satuan bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur dengan bomb calorimeter

    kemudian dimasukan ke dalam rumus :

  • I-24

    Nilai kalor = 100

    )8/(34008100 OHCkkal

    Nilai kalor H, C, dan O dinyatkan dalam persentase berat setiap unsur

    yang terkandung dalam satu kilogram bahan bakar. (Sherve,1956)

    Volatilitas :

    Volatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa

    menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah

    menandakan tingginya volatilitas. (Sherve,1956)

    Kadar Residu Karbon :

    Kadar residu karbon menunjukan kadar fraksi hidrokarbon yang

    mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari range bahan bakar. Adanya fraksi

    hidrokarbon ini menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang

    pembakaran yang dapat mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit

    karbon ini dapat membara sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran.

    (Sherve,1956)

    Kadar Air dan Sedimen :

    Pada Negara yang mempunyai musim dingin kandungan air yang

    terkadung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat

    aliran bahan bakar. Selain itu keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan

    pertumbuhan mikroorganisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar.

    Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin.

    (Sherve,1956)

    Indeks Diesel :

    Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar mesin

    diesel selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel dapat diartikan

  • I-25

    sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar dapat menyala di ruang

    pembakaran dan diukur setelah penyalaan terjadi. cara menentukkan indeks diesel

    darisuatu bahan bakar mesin diesel dapat dihitung dengan menggunakan rumus di

    bawah ini :

    Indeks Diesel = 100

    )(0 yxAPIGravitFnTitikAnili

    Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks diesel dipengaruhi oleh titik

    aniline dan berat jenisnya. (Sherve,1956)

    Titik Embun

    Titik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang berwarna

    suram relatif terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel dalam

    proses pendinginan. Karekteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode

    ASTM D97.

    Kadar Sulfur :

    Kadar sulfur dalam bahn bakar diesel dari hasil penyulingan pertama

    (straight-run) sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Pada

    umumnya, kadar sulfur dalam bahan bakar diesel adalah 50-60% dari kandungan

    dalam minyak mentahnya. Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan bakar

    diesel dapat menyebabkan terjadinya keausan dalam bagian-bagian mesin. Hal ini

    terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang terbentuk ketika terjadi

    pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan oksida belerang seperti

    SO2 dan SO3. karekteristik ini ditentukan dengan menggunakan ASTMD15551.

  • I-26

    Titik Nyala (Flash point)

    Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat menyala.

    Hal ini berkaitan dengan kemanan dan penyimpanan dan penanganan bahan

    bakar. (Sherve,1956)

    b. Gliserin

    Pada proses pembuatan biodiesel dihasilkan produk samping yaitu gliserin

    dengan spesifikasi sebagai berikut :

    Rumus molekul : CH2OH.CHOH.CH2OH

    Berat molekul : 92,098

    Titik leleh : 171 0 C

    Specific gravity : 1,258 pada 25 0 C

    Tekanan uap : 0,001 mmHg pada 25 0 C

    Densitas uap : 3,1

    Kelarutan dalam air : larut

    Flash point : 199 0 C

    Auto ignin temperature : 370 0 C

    Bentuk : cair kental

    Warna : bening

    (http://www.sciencestuff.com/msds/C1794.html, 21 februari 2008 )

    1.5 Penetuan Kapasitas Pabrik

    Dengan asumsi biodiesel yang diproduksi akan digunakan sebagai bahan

    bakar pengganti minyak bahan bakar diesel, maka kebutuhan akan biodiesel

    mencapai jutaan liter per tahun. Dengan demikian peluang untuk mendirikan

    pabrik biodiesel sangat luas maka penentuan kapasitas produksi dengan

  • I-27

    perhitungan perhitungan ditentukan sebagai beikut : Import + kapasitas lama +

    kapasitas baru = (0.5 x Kapasitas Baru) + konsumsi

    RUMUS : M1 + M2 + M3 = M4 + M5

    Dimana : Input = Output

    Input terdiri dari:

    jumlah impor ( M1 )

    jumlah produksi (M2)

    Kapasitas produksi ( M3 )

    Output terdiri dari:

    Jumlah ekspor ( M4 )

    Perkiraan jumlah konsumsi ( M5 )

    Dibawah ini adalah data-data perusahaan penghasil biodiesel di Indonesia yang

    terbesar :

    Tabel 1.7. Data Perusahaan Penghasil Biodisel terbesar di Indonesia

    Nama Perusahaan Kapasitas (ton/tahun)

    PT.Eterindo Wahanatama Tbk 240.000

    PT.Sumi Asih 100.000

    PT.Wilmar 350.000

    PT.Musimas 300.000

    PT.Bakri dan Rekayasa Industri 100.000

    PT.Saridumai Sejati 100.000

    PT.Asian Agro Agungjaya 100.000

    PT.Karya Prajona Nelayan 100.000

    Pabrik Lain 1.810.000

    Total 3.200.000 Sumber.www.indonesia.2006

    Direncanakan pabrik akan berdiri pada tahun 2009. Pada produksi

    biodiesel ini, data yang digunakan adalah data analisa kebutuhan Minyak Tanah di

    Indonesia dari tahun 2002 2004 sehingga perkiraan penggunaan Biodiesel pada

    tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut :

  • I-28

    Tabel 1.8 eksport kerosene di Indonesia

    Tahun Volume (ton)

    2000 14366,6

    2001 12636,3

    2002 12112,7

    2003 13651,7

    2004 15645,3

    Tabel 1.9 import kerosene di Indonesia

    Tahun Volume (ton)

    2000 6019,5

    2001 5471,8

    2002 6525,8

    2003 7610,9

    2004 117322,0

    Tabel 1.10 produksi kerosene di Indonesia

    Tahun Volume (ton)

    2004 56,912

    2005 53,039

    2004 47,205

  • I-29

    Tabel 1.11 konsumi kerosene di Indonesia

    Tahun Volume (ton)

    2000 12455,2

    2001 12227,9

    2002 11678,3

    2003 11753,1

    2004 11846,1

    Sumber : badan pusat statistik , annual Report Oil and Gas in Indonesia

    Dari tabel 1.8 : kenaikan rata-rata ekport per tahun = 13,68%

    Dari tabel 1.9 : kenaikan rata rata import per tahun = 74,72 %

    Dari tabel 1.10 : kenaikan rata rata produksi per tahun = 52,38 %

    Dari tabel 1.11 : kenaikan rata-rata konsumsi per tahun = 56,91 %

    RUMUS : M1 + M2 + M3 = M4 + M5

    Dimana : Input = Output

    Input terdiri dari:

    jumlah impor ( M1 )

    jumlah produksi (M2)

    Kapasitas produksi ( M3 )

    Output terdiri dari:

    Jumlah ekspor ( M4 )

    Perkiraan jumlah konsumsi ( M5 )

    Dengan memakai rumus : P = Po ( 1 + i )n

    Dimana : P = Jumlah kapasitas yang diperkirakan

    Po = Data impor tahun terakhir

  • I-30

    i = % kenaikan rata-rata

    n = Rencana pendirian pabrik (dihitung dari data terakhir)

    a. Perkiraan import karosene pada tahun 2004

    F = Po (1 + i)n

    = 11732,0 (1 + 74,72)5

    = 11732,0 ( 75,72)5

    = 292.028,4 ton/tahun

    Penurunan import karena adanya pendirian pabrik baru diasumsikan sebesar

    3,0 %. Jadi jumlah import karosene tahun 2009 (M3) diperkirakan sebesar

    282.683,4 ton/tahun

    b. Perkiraan jumlah produksi tahun 2004 (M2)

    F = 56,912 (1 + 52,38)5

    = 433.620,4 ton /tahun

    c. Perkiraan komsumsi tahun 2004 (M5)

    F = 11846,1 (1 + 56,91)5 .

    = 772.718,4 ton /tahun

    d. Jumlah eksport karosene yang diperkirakan tahun 2007 (M4)

    M4 = 35 % dari kapasitas produksi (M3)

    e. Kapsitas produksi karosene yang diperkirakan tahun 2004 (M3)

    M3 + M2 + M4 = M1 + M5

    (Kapasitas produksi + Jumlah produksi + Jumlah eksport = Jumlah Import +

    perkiraan jumlah komsumsi)

    Dari persamaan diatas dapat dihitung kapasitas produksi gasolin tahun 2012,

    yaitu :

  • I-31

    M3 = (M1 + M5) (M4 + M2)

    = (M1 + M5) (0,35M3 + M2)

    M3 = (282.683,4 + 772.718,4) (0,35 M3 + 433.620,4)

    = 2072602,3 ton/tahun

    Jadi, kapasitas pabrik biodiesel yang akan didirikan pada tahun 2009 diperkirakan

    sebesar 200.000 ton/tahun, karena pertibangan bahan baku, pangsa pasar dan

    pemenuhan terhadap import, eksport.

  • II-1

    BAB II

    SELEKSI DAN URAIAN PROSES

    2.1 Macam-macam Proses

    Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak bebas

    dilihat dari kualitas minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku dan trans-

    esterifikasi trigliserida.

    1. Esterifikasi :

    Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi metil ester.

    Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alcohol. Katalis-katalis yang

    cocok adalah zat berkarakter asam kuat dank arena ini asam sulfat, asam sulfonoat

    organic atau resin penukar kation asam kuat merupakn katalis-katalis yang biasa

    terpilih dalam praktek industrial. Untuk mendorong agar reaksi bias berlangsung

    ke konversi yang sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling tinggi

    1200C) reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih

    (biasanya lebih besar 10 kali nisbah stoikhometrik) dan air produk ikutan reaksi

    harus disingkirkan dari fasa reaksi yaitu fasa minyak. Melalui kombinasi-

    kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran air,

    konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat dituntaskan dalam

    waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

    RCOOH +CH3OH RCOOHCH3 + H2O

    Gambar 2.1. Reaksi esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester

    Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel minyak berkadar asam

    lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa

    diikuti dengan tahap transesterifikasi. Namun sebelum produk esterifikasi

    II-1

  • II-2

    diumpankan ke tahap tranesterifikasi air dan bagian terbesar katalis asam yang

    dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.

    2. Trans-esterifikasi :

    Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari

    trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester melalui reaksi dengan alkohol dan

    menghasilkan produk samping yaitu gliserin. Di antara alkohol-alkhol monohidrik

    yang menjadi sumber pemasok gugus alkyl metanol adalah yang umum digunakan

    karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut

    metanolisis). Jadi, disebagian besar dunia ini biodiesel praktis indentik dengan

    ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME). Reaksi

    transtesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat pada gambar 2.2.

    O O

    CH2-O-C-R1 CH3-O-C-R1

    O O CH2-OH

    CH-O-C-R2 + 3 CH3OH CH3-O-C-R2 + CH-OH

    ( NaOH )

    O O CH2-OH

    CH2-O-C-R2 CH2-O-C-R2

    Trigliserida Metanol Metil ester Gliserin

    Gambar 2.2. Reaksi Trans-esterifikasi dari trigliserida menjadi metil ester

    asam lemak

    Trans-esterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa

    adanya katalis konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan

  • II-3

    lambat. Katalis yang biasa digunakan ada beberapa jenis untuk mendapatkan

    produk biodiesel terbaik.

    Reaksi trans-esterifikasi sebenarnya berlangsung pada 3 tahap yang

    ditampilkan berikut ini :

    1) Trigliserida (TG) +CH3OH katalis Digliserida (DG) + R1COOCH3

    2) Digliserida (DG) + CH3OH katalis Monogliserida (MG) + R2COOCH3

    3) Monogliserida (MG) + CH3OH katalis Glierin (GL) + R3COOCH3

    Produk yang diingikan dari reaksi trans-esterifikasi adalah metil ester asam

    lemak adapun beberapa cara agar kesetimbangan lebih kea rah produk, yaitu :

    a. Menambahkan metanol berlebih dalam reaksi

    b. Memisahkan gliserin

    c. Menurunkan temperatur reaksi (trans-esterifikasi merupakan reaksi

    eksoterem)

    Ada tiga macam proses pembuatan biodiesel dengan reaksi trans-esterifikasi, yaitu

    a. Trans-esterifikasi minyak nabati dengan katalis basa.

    Trans-esterifikasi ini menggunakan katalis basa kuat sperti NaOH atau

    KOH. Reaksi trans-esterifikasi ini memerlukan temperatur reaksi relatif

    rendah dan berlangsung dengan cepat.

    b. Trans-esterifikasi minyak nabati dengan katalis asam.

    Trans-esterifikasi ini menggunakan katalis H2SO4 atau HCL. Reaksi ini

    memerlukan waktu reaksi yang lebih tinggi dari trans-esterifikasi dengan

    katalis basa.

    c. Trans-esterifikasi minyak nabati menjadi asam lemak bebasnya, kemudian

    menjadi biodiesel.

  • II-4

    Adapun tinjauan lain mengenai proses produksi pembuatan biodiesel antara lain :

    1. Proses Biox :

    Proses BIOX adalah proses produksi biodiesel berkualitas ASTM D6751 atau

    EN 14214 yang dapat menggunakan feedstock ataupun (minyak tumbuhan,

    minyak biji-bijian, limbah lemak hewan, bahkan daur ulang sisa minyak

    masak),dan dengan biaya produksi yang dapat bersaing dengan petroleum diesel

    (www.bioxcorp.com) .

    Proses pembuatan metal ester yang umum adalah dengan mereaksikan

    metanol dan trigliserida. Pada proses ini akan berbentuk 2 fasa, yaitu fasa

    methanol dan fasa trigliserida dimana reaksi hanya berlangsung pada fasa

    metanol. Reaksi ini berlangsung dengan laju reaksi yang lambat pada temperatur

    ruang mencapai beberapa jam dan konversi yang tidak maksimal. Professor David

    Boocock dari University of Toronto menemukan bahwa reaksi berlangsung

    lambat karena adanya 2 fasa ini, sehingga laju reaksi akan dibatasi oleh peristiwa

    perpindahan massa. Untuk menghindari hal tersebut digunakan ko-pelarut inert

    yang murah dan dapat di daur ulang (biasanya tetrahidrofuran), THF, atau

    metilersierbutileter, MTBE) sehingga terbentuk fasa yang kaya minyak dan reaksi

    berlangsung dalam suatu fasa. Selain itu digunakan metanol berlebih (20:1 sampai

    30:1 metanol terhadap mol trigliserida) untuk meningkatkan polaritas dari

    campuran. Hasilnya adalah peningkatan laju reaksi yang signifikan sehingga

    reaksi dapat mencapai konversi 99 % dalam hitungan menit.

    Proses BIOX yang dikembangkan pun telah dapat digunakan untuk berbagai

    macam kualitas feed dengan harga yang lebih murah dan berlangsung pada

    temperature dan tekanan mendekati kondisi ruang (ambient).

  • II-5

    2. Proses Lurgi

    Proses lurgi adalah proses produksi biodiesel yang juga menggunakan

    feedstock apapun (minyak tumbuhan, minyak biji-bijian, limbah lemak hewan,

    bahkan daur ulang sisa minyak masak). Proses lurgi ini dilakukan secara kontinu

    dengan tahap esterifikasi dan tahap transesterifikasi. Tahap transeseterifikasi pada

    proses lurgi ini dilakukan dengan 2 tahap dalam 2 reaktor yang terpisah. Masing-

    masing reaktor terdiri dari bagian pengaduk dan bak penampung yang berfungsi

    sebagai dekanter.

    Minyak mentah yang mengadung kadar asam lemak bebas yang cukup tinggi

    diesterifikasi terlebih dahulu untuk mengkonversi asam lemak bebas menjadi

    metal ester. Setelah asam lemaknya dikonversi menjadi metal ester. Minyak

    mentah akan dimasukan bersamaan ke dalam reaktor pertama dengan sebagian

    besar jumlah metanol dan katalis total yang digunakan sedangkan sisa metanol

    dan katalis akan dimasukkan pada reaktor kedua.

    Sisa metanol setelah reaksi akan dipisahkan dari gliserol yang terbentuk dan

    di-recovery agar dapat dipakai ulang. Biodiesel yang terbentuk akan dicuci

    dengan tujuan untuk memurnikan produk biodiesel dari sisa gliserol dan air

    pencuci.

    Perbandingan ketiga proses trans-esterifikasi di atas dapat dilihat pada tabel

    2.1 di bawah ini.

  • II-6

    Tabel 2.1 Perbandingan Reaksi Trans-esterifikasi

    No Parameter Trans-esterifikasi

    basa

    Trans-esterifikasi

    asam

    Konversi minyak

    nabati

    1. Katalis NaOH/KOH H2SO4 H2SO4/HCL

    2. Konversi

    reaksi

    98 % 97 % 90 %

    3. Temperatur

    reaksi

    80 0 C 100

    0 C 210-230

    0 C

    4. Tekanan

    operasi

    1 atm > 1 atm 1 atm

    5. Waktu reaksi 1-3 jam 1-3 jam 1-3 jam

    ( Swern,2:130-133, kirk Othmer 9:306-308)

    Dari perbandingan di atas dipilih trans-esterifikasi dengan katalis basa

    dengan alasan sebagai berikut :

    1. Konversi reaksinya paling besar yaitu 98 %.

    2. Tekanan operasi rendah.

    3. Temperatur reaksi rendah.

    4. Terdiri dari satu tahap produksi.

    5. Tidak memerlukan unit operasi yang tahan karat karena katalis yang

    digunakan tidak korosif.

    2.2 Uraian Proses

    2.2.1 Tahap Persiapan

    Minyak jarak disimpan dalam storage minyak ( F-104). Penyimpanan ini juga

    berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang terikut dalam minyak selama

    transportasi.

  • II-7

    2.2.2 Tahap Proses Utama

    Minyak jarak dari storage ( F-104 ) dialirkan ke dalam reaktor I ( R-110)

    untuk direaksikan dengan natriummetoksida dari mixer ( M-103) dengan konversi

    reaksi 90 %. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :

    O O

    CH2-O-C-R1 CH3-O-C-R1

    O O CH2-OH

    CH-O-C-R2 + 3 CH3OH CH3-O-C-R2 + CH-OH

    ( NaOH )

    O O CH2-OH

    CH2-O-C-R2 CH2-O-C-R2

    Trigliserida Metanol Metil ester Gliserin

    (http://www.osti.gov/bridge,hal.1)

    Suhu reaksi dalam reactor I adalah 60 0C dan tekanan operasi 1 atm. Ouput

    produk metil ester, gliserin dan sisa minyak yang tidak bereaksi kemudian

    dialirkan ke dekanter I ( H-111) untuk memisahkan gliserin. Metil ester dan sisa

    minyak yang belum bereaksi dialirkan lagi ke reaktor II ( R-120) untuk

    direakasikan dengan natriummetoksida dengan konversi reaksi 90%. Suhu reaksi

    dalam reaktor II adalah 60 0C dan tekanan operasi 1 atm. Tiap reaktor dilengkapi

    dengan pengaduk berkecepatan 400 rpm dan coil pemanas.

    2.2.3 Tahap pemurnian Produk dan Penanganan produk Samping

    Metil ester dari dekanter II ( H-121) dialirkan ke kolom pencuci untuk

    dicuci dengan larutan HCL encer dari tangki air asam ( M-201). Air pencuci ini

    mengendapkan sisa katalis basa dan melarutkan gliserin yang masih terkandung

  • II-8

    dalam metil ester dan sabun yang terbentuk selama proses trans-esterifikasi. Air

    pencuci ini dipisahkan dalam dekanter III (H-211).. Metil ester yang sudah bersih

    ini dialirkan ke tangki adsorpsi (M-230) dan dikontakan dengan kalsiumklorida

    untuk mengurangi kandungan air pencuci dari metil ester dengan filter press I (P-

    232). Kemudian metil ester murni dialirkan ke storage produk (F-234) untuk siap

    dipasarkan.

    Produk samping berupa gliserin dari dekanter I (H-111), dekanter II (H-

    121), dan air pencuci yang masih mengandung sedikit gliserin dari dekanter III

    (H-211) dikumpulkan dalam tangki gliserin (F-301).

    Campuran ini dialirkan ke tangki asidulasi (M-310) untuk dicampur dengan asam

    klorida untuk menetralkan sisa katalis yang terkandung dalam gliserin.

    Selanjutnya sabun dan asam lemak bebas yang terkadung dalam gliserin

    dipisahkan dengan dekanter IV (H-311). Kemudian gliserin bersih dialirkan ke

    evaporator (V-320) untuk dipekatkan hingga 80% mol. Evaporasi dilakukan pada

    suhu 96,675 0C dan pada tekanan 1 atm. Selanjutnya gliserin dialirkan ke filter

    pres II (P 342) untuk memisahkan bahan bleacing dari gliserin murni. Gliserin

    murni selanjutnya disimpan dalam storage gliserin (F-343) untuk dipasarkan.

  • II-9

    Proses Flow Diagram

    Gambar 2.3.Prose Flow Diagram Pabrik Biodiesel dari Minyak Jarak

    dengan Proses Transesterifikasi

    Minyak Jarak

    300C, 1 atm

    Transesterifikasi

    1 Jam, 600C, 1 atm

    Adsorpsi

    300C, 1 atm

    Pemisahan

    1 jam, 1 atm

    Pencucian II

    700C, 1 atm

    Pemisahan

    1 jam, 1 atm

    Pencucian I

    700C, 1 atm

    Pemisahan

    1 Jam, 1 atm

    Storage

    Metil ester

    300C, 1 atm

    NaOH

    300C, 1 atm

    Na-metoksida

    Metanol

    300C, 1 atm

    CH3OH

    300C, 1 atm

    Gliserin

    300C, 1 atm

    Asidulasi

    300C, 1 atm

    Pemisahan

    30 menit, 1 atm

    Evaporasi

    96,6750C, 1 atm

    Air Pencuci

    + gliserin

    300C, 1 atm

    Air Pencuci

    + gliserin

    300C, 1 atm

    Bleaching

    300C, 1 atm

    Storage gliserin

    300C, 1 atm

  • III-1

    BAB III

    NERACA MASSA

    1. MIXER (M-103)

    Fungsi : Mereaksikan metanol dengan NaOH

    Reaksi yang terjadi : CH3OH + NaOH CH3ONa + H2O

    Storage minyak jarak Mixer

    Reaktor I

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari storage metanol dan

    natriumhidroksida :

    NaOH = 82,85761592

    CH3ONa = 111,8634

    Komposisi setelah pencampuran (reaksi) :

    CH3ONa = 111,8634

    CH3OH = 5534,619

    H2O = 37,2936

    Output ke reaktor I (90%) :

    CH3OH = 4981,1571

    CH3ONa = 100,67706

    H2O = 33,56424

    Output ke reaktor II (10%) :

    CH3OH = 553,4619

    CH3ONa = 11,18634

    H2O = 3,72936

    Total input = 5683,776 kg/jam Total output = 5683,776 kg/jam

    M-103

    III-1

  • III-2

    2. REAKTOR I (R-110)

    Fungsi : mereaksikan minyak jarak dengan natriummetoksida menjadi metil ester

    Reaksi : Trigliserida + metanol Metil ester + Glierin

    FFA + CH3ONa Sabun + H2O

    Storage minyak jarak Mixer

    Dekanter I

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari mixer :

    CH3OH = 4981,1571

    CH3ONa = 100,67706

    H2O = 33,56424

    Trigliserida = 27685,57364

    Unsaponificable = 419,4783885

    FFA = 139,8261295

    Output ke dekanter I :

    Metil ester = 27527,52753

    Gliserin = 2720,568993

    Trigliserida = 276,8557364

    Unsaponificable = 419,4783885

    FFA = 139,8261295

    NaOH = 65,8894

    Sabun = 135,1702337

    H2O =7,637268533

    CH3OH = 2204,980776

    Total input = 33497,9344 kg/jam Total output = 33497,9344 kg/jam

    R-110

  • III-3

    3. DEKANTER 1 (H-111)

    Fungsi : memisahkan gliserin dari metil ester

    Reaktor II

    Reaktor I

    Tangki Gliserin

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari reaktor I :

    Metil ester = 27527,52753

    Gliserin = 2720,568993

    Trigliserida = 276,8557364

    Unsaponificable = 419,4783885

    FFA = 139,8261295

    NaOH = 65,8894

    Sabun = 135,1702337

    H2O =7,637268533

    CH3OH = 2204,980776

    Output dari reaktor II :

    Metil ester = 27527,52753

    Gliserin = 136,0284496

    Trigliserida = 276,8557364

    Unsaponificable = 419,4783885

    FFA = 139,8261295

    NaOH = 3,29447

    Sabun = 6,758511687

    H2O =0,076372685

    CH3OH = 1322,988465

    Output ke tangki gliserin :

    Gliserin (95%) = 2584,540543

    Unsaponificable = 419,4783885

    Sabun (95%) = 128,4117221

    H2O (99%) = 7,560895848

    H-111

  • III-4

    CH3OH (40%) = 881,9923102

    Total = 3602,505471

    Total input = 33497,9344 kg/jam Total output = 33435,33952 kg/jam

    4. REAKTOR II (R-120)

    Fungsi : mereaksikan minyak jarak dengan natriummetoksida menjadi metil ester

    Dekanter I Mixer

    Dekanter I I

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari reaktor II :

    Metil ester = 27527,52753

    Gliserin = 136,0284496

    Trigliserida = 276,8557364

    Unsaponificable = 419,4783885

    FFA = 139,8261295

    NaOH = 3,29447

    Sabun = 6,758511687

    H2O =0,076372685

    Output ke dekanter II :

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 160,760895

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    FFA = 13,98261295

    NaOH = 431,8024332

    Sabun = 146,5846412

    H2O =12,21521393

    R-120

  • III-5

    CH3OH = 1322,988465

    Input dari mixer :

    CH3OH = 553,4619

    CH3ONa = 11,18634

    H2O = 3,72936

    Total = 28244,87816

    CH3OH = 357,96288

    Total input = 29343,06013 kg/jam Total output = 29343,06013 kg/jam

    5. DEKANTER II (H-121)

    Fungsi : memisahkan sabun dan FFA dari gliserin

    Washing column

    Reaktor II

    Tangki Gliserin

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari reaktor II :

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 160,760895

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    FFA = 13,98261295

    NaOH = 431,8024332

    Sabun = 146,5846412

    Output ke washing column :

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 8,038044751

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    FFA = 13,98261295

    NaOH = 21,59012166

    Sabun = 7,329232059

    H-121

  • III-6

    H2O =12,21521393

    CH3OH = 357,96288

    H2O = 0,122152139

    CH3OH =268,47216

    Total = 28539,28577

    Output ke tangki gliserin :

    Gliserin ( 95 % ) = 7,636142514

    Sabun (95 % ) = 139,2554091

    H2O ( 99 % ) = 12,09306179

    NaOH ( 95 % ) = 410,2123115

    CH3OH ( 25 % ) = 89,49072

    Total = 658,6876449

    Total input = 29197,97342 kg/jam Total output = 29197,97342 kg/jam

    6. WASHING COLUMN (D-210)

    Fungsi : menetralkan sisa katalis basa dan memisahkan sabun dengan penambahan HCl

    Reaksi : NaOH + HCl NaCl + H2O

    Tangki Air Asam

    Dekanter III

    Dekanter II

    D-210

  • III-7

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari dekanter II :

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 8,038044751

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    FFA = 13,98261295

    NaOH = 21,59012166

    Sabun = 7,329232059

    H2O = 0,122152139

    CH3OH =268,47216

    Total = 28539,28577

    Input dari tangki air asam :

    H2O =8333,333333

    Larutan HCl = 54,6282503

    Total = 8387,961583

    Output ke dekanter III :

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 8,038044751

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    FFA = 13,98261295

    NaOH = 21,59012166

    Sabun = 7,329232059

    H2O = 0,122152139

    CH3OH =268,47216

    NaCl = 3209,464334

    Total input = 28539,28577 kg/jam Total output = 28539,28577 kg/jam

    7. DEKANTER III (H-211)

    Fungsi : memisahkan air pencuci dari metil ester

    Tangki adsoprsi

    Washing column I

    Tangki Gliserin

    H-211

  • III-8

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari dekanter III :

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 8,038044751

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    FFA = 13,98261295

    NaOH = 21,59012166

    Sabun = 7,329232059

    H2O = 0,122152139

    CH3OH =268,47216

    NaCl = 3209,464334

    Output ke tangki adsorpsi :

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 8,038044751

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    NaOH = 21,59012166

    Sabun = 0,366461603

    H2O = 0,006107607

    CH3OH = 13,423608

    Total = 28233,54763

    Output ke tangki gliserin :

    Gliserin = 8,038044751

    Sabun ( 95 % ) = 6,962770456

    H2O ( 95 % ) = 0,116044532

    NaCl = 3209,464334

    FFA = 13,98261295

    CH3OH (95 % ) = 255,048552

    Total = 3493,612358

    Total input = 28539,28577 kg/jam Total output = 28539,28577 kg/jam

  • III-9

    8. TANGKI ADSORPSI (M-230)

    Fungsi : memurnikan gliserin

    Metil ester + Gliserin CaCl2

    Metil ester + Air + Adsorben

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari dekanter III

    Metil ester = 27777,77778

    Gliserin = 8,038044751

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    FFA = 13,98261295

    NaOH = 21,59012166

    Sabun = 7,329232059

    H2O = 0,122152139 kg/jam

    CH3OH =268,47216 kg/jam

    NaCl = 3209,464334 kg/jam

    Input adsorbent = 1388,888889 kg/jam

    Output ke filter press :

    Metil ester = 27777,77778

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    H2O = 0,122152139

    CH3OH =268,47216

    CaCl2 = 1388,888889

    Total input = 29622,43652 kg/jam Total output = 29622,43652 kg/jam

    M-230

  • III-10

    9. FILTER PRESS I (P-232)

    Fungsi : memisahkan spent kalsiumklorida dari metil ester

    Metil ester

    + adsorben

    Metil ester

    Adsorben

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari tangki adsorpsi :

    Metil ester = 27777,77778

    Trigliserida = 27,68557364

    Unsaponificable = 414,2881

    H2O = 0,122152139

    CH3OH =268,47216

    CaCl2 = 1388,888889

    Output ke storage metil ester :

    Metil ester = 27722,22222

    Trigliserida= 27,63020249

    Unsaponificable = 413,4595238

    H2O = 0,122152139

    Total = 28163,31805

    Output ke adsorbent recovery unit :

    CaCl2 = 1388,888889

    CH3OH =268,47216

    H2O = 0,122152139

    Metil ester (0,2 % ) = 55,55555555

    Trigliserida (0,2 % ) = 0,055371147

    Unsaponificable (0,2% ) = 0,006107607

    Total = 1458,758107

    Total input = 29622,43652 kg/jam Total output = 29622,43652 kg/jam

    H-231

  • III-11

    Kemurnian produk yang dihasilkan = 31805,28163

    %10022222,27722 x= 98,43%

    10. TANGKI GLISERIN (F-301)

    Fungsi : menampung gliserin

    Dekanter I

    Dekanter II

    Dekanter III

    Dekanter IV

    Tangki asidulasi

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari dekanter I :

    Gliserin = 2584,540543

    Unsaponificable = 419,4783885

    Sabun = 128,4117221

    H2O = 7,560895848

    CH3OH = 881,9923102

    Total = 3602,505471

    Input dari dekanter II:

    Gliserin = 7,636142514

    Sabun = 139,2554091

    H2O = 12,09306179

    NaOH = 410,2123115

    Output ke tangki asidulasi :

    Gliserin = 2600,21473

    Sabun = 274,6299016

    H2O = 19,77000217

    NaOH = 410,2123115

    NaCl = 3209,464334

    FFA = 13,98261295

    F-301

  • III-12

    CH3OH = 89,49072

    Total = 658,6876449

    Input dari dekanter III:

    Sabun = 6,962770456

    H2O = 0,116044532

    NaCl = 3209,464334

    FFA = 13,98261295

    CH3OH = 255,048552

    Total = 3493,612358

    Total input = 7754,805474 kg/jam Total output = 7754,805474 kg/jam

    11. TANGKI ASIDULASI (M-310)

    Fungsi : menetralkan sisa katalis dan memisahkan sabun dan FFA dengan penambahan

    HCl

    Tangki Gliserin HCl

    Dekanter III

    M-310

  • III-13

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari tangki gliserin :

    Gliserin = 2600,21473

    Sabun = 274,6299016

    H2O = 19,77000217

    CH3OH = 1226,531582

    NaOH = 410,2123115

    NaCl = 3209,464334

    FFA = 13,98261295

    Input larutan HCl = 1037,936756

    Output ke dekanter IV :

    Gliserin = 2600,21473

    Sabun = 274,6299016

    H2O = 19,77000217

    CH3OH = 1226,531582

    NaOH = 410,2123115

    NaCl = 3209,464334

    FFA = 13,98261295

    Total input = 8542,072582 kg/jam Total output = 8542,072582 kg/jam

    12. DEKANTER IV (H-221)

    Fungsi : memisahkan air pencuci dari metil ester

    Storage Sabun + FFA

    Tangki asidulasi

    Evaporator

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari tangki asidulasi :

    Gliserin = 2600,21473

    Sabun = 274,6299016

    Output ke evaporator :

    Gliserin = 2600,21473

    CH3OH = 1226,531582

    H-221

  • III-14

    H2O = 19,77000217

    CH3OH = 1226,531582

    NaOH = 410,2123115

    NaCl = 3209,464334

    FFA = 13,98261295

    H2O = 19,77000217

    NaCl = 3209,464334

    Total = 7055,980648

    Output ke tangki storage sabun dan FFA

    Sabun = 274,6299016

    FFA = 13,982261295

    Total = 288,6125146

    Total input = 7344,593163 kg/jam Total output = 7344,593163 kg/jam

    13. EVAPORATOR (V-320)

    Fungsi : memekatkan gliserin

    Filter Press II

    Dekanter IV

    Tangki bleaching

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari evaporator :

    Gliserin = 2600,21473

    NaCl = 3209,464334

    H2O = 4716,002063

    Output ke filter press II :

    Gliserin = 2600,21473

    NaCl = 3209,464334

    H2O = 4716,002063

    Total input = 10525,68113 /jam Total output = 10525,68113 kg/jam

    V-230

  • III-15

    14. FILTER PRESS II (P-342)

    Fungsi : memisahkan bahan bleaching dari gliserin bersih

    Storage Gliserin

    Tangki

    Bleaching

    Pengolahan Limbah

    Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)

    Input dari tangki bleaching :

    Gliserin = 2600,21473

    NaCl = 3209,464334

    H2O = 4716,002063

    Output ke storage gliserin :

    Gliserin = 2600,21473

    Output ke pengolahan limbah :

    Gliserin = 2600,21473

    NaCl = 3209,464334

    H2O = 4716,002063

    Total input = 10525,68113 /jam Total output = 10525,68113 kg/jam

    V-230

  • IV-1

    BAB IV

    NERACA PANAS

    Suhu referensi = 250

    C

    Basis perhitungan : H = kkal/jam

    Cp = kkal/kg. 0 C

    T = 0

    C

    1. REAKTOR I ( R-110 )

    Fungsi : mereaksikan minyak jarak dengan natriummetoksida menjadi metil ester

    T2 = 30 0

    C

    H2

    Qloss

    Qloss

    H1

    T1= 30 0

    C H3

    T3= 30 0

    C

    Q steam

    HR

    IV-1

  • IV-2

    Overall heat balance :

    H1 = H1 + H2 + Q = H3 + Qloss

    H1 = panas yang dibawa minyak jarak

    H2 = panas yang dibawa katalis (NaOH )

    H3 = panas output produk

    HR = panas reaksi

    Q = panas yang diberikan steam

    Q loss = heat loss

    Panas masuk (kkal/jam) Panas keluar(kkal/jam)

    H1 = 74225,78468

    H2 = 15492,45821

    HR = 12205,98364

    Q = 539249,5801

    H3 = 614211,3276

    Q loss = 26962,4790

    Total =641173,8066 kkal/jam Total 641173,8066 kkal/jam