If you can't read please download the document
Upload
yurri-hutami-zarra
View
57
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
i
PRA RENCANA PABRIK BIODIESEL DARI
MINYAK JARAK DENGAN PROSES TRANSESTERIFIKASI
TUGAS AKHIR
Disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Kimia (ST)
Disusun oleh:
Albertus Wisang Koli NIM 0205010001
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI MALANG
2009
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Dosen pembimbing I Dosen pembimbing II
Ir. Bambang Poerwadi, MS Ir. Taufik Iskandar
Tanggal Tanggal......
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua
Program Studi Teknik Kimia
Nawir Rasidi, ST.,MT S.P Abrina Anggraini, ST.,MT
Tanggal Tanggal
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Pra Rencana Pabrik Biodiesel dari Minyak Jarak dengan Proses Transesterifikasi
Oleh :
Albertus Wisang Koli 0205010001
Telah dipertahankan dihadapan dan telah diterima Tim Penguji
Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang
Tim Penguji
1. Ir. Bambang Poerwadi, MS : ..
2. Ir. Taufik Iskandar : ..
3. S.P. Abrina Anggraini, ST.,MT :..
iv
PERNYATAAN
Kami yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Albertus Wisang Koli
NPM : 020.501.0001
Program Studi : Teknik Kimia
Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul Pra Rencana Pabrik Biodiesel dari
Minyak Jarak dengan Proses Transesterifikasi merupakan karya tulis yang
saya buat sendiri menurut pangamatan serta kayakinan saya. Skripsi ini tidak
mengandung bagian Skripsi atau karya tulis yang pernah diterbitkan atau ditulis
oleh orang lain, kecuali kutipan referensi yang dimuat dalam rangka Skripsi ini.
Apabila kenyataan dikemudian hari pernyataan saya ini tidak benar, saya
sanggup menerima sanksi akademik berupa apapun dari Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang.
Malang, 2009
Penyusun
Albertus Wisang Koli
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. Bambang Poerwadi, MS. Ir. Taufik Iskandar.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan Rahmatnya serta bimbinganNya kami dapat menyelesaikan Skripsi
yang berjudul Pra Rencana Pabrik Biodiesel dari Minyak Jarak dengan
Proses Transesterifikasi
Pada kesempatan ini pula tak lupa kami mengucapkan limpah terima kasih
kepada:
1. Bapak Nawir Rasidi, ST.,MT, selaku Dekan Fakultas Teknik.
2. Ibu S.P Abrina Anggraini, ST.,MT, selaku Ketua Program Studi Teknik
Kimia.
3. Bapak Ir. Bambang Poerwadi, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama
4. Bapak Ir. Taufik Iskandar, selaku Dosen Pembimbing Kedua
5. Ibu Susy Yuniningsih, ST.,MT, selaku Kepala Lab UNITRI
6. Kedua Orang Tua yang telah bersusah payah dan mengorbankan waktu
mereka hingga terselesainya skripsi ini.
7. Semua pihak yang turut membantu baik dari segi moril maupun materil
sehingga terselesainya tugas penelitian ini yang tak dapat kami sebutkan
satu per satu.
kami menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat saya harapkan agar skripsi ini
dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Malang, Feb 2009
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN.
KATA PENGANTAR .
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR.
DAFTAR TABEL
ABSTRAK ..
BAB I PENDAHULUAN ..
BAB II SELEKSI DAN URAIAN PROSES ..
BAB III NERACA MASSA .
BAB IV NERACA PANAS .
BAB V SPESIFIKASI PERALATAN .
BAB VI PERANCANGAN ALAT UTAMA
BAB VII INSTRUMENTASI DAN KESELAMATAN KERJA
BAB VIII UTILITAS .
BAB IX LOKASI DAN TATA LETAK PABRIK ..
BAB X STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN ..
BAB XI ANALISIS EKONOMI
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
xi
x
I - 1
II 1
III 1
IV 1
V 1
VI 1
VII 1
VIII 1
IX 1
X - 1
XI 1
XII - 1
XI 1
vii
BAB XII KESIMPULAN .
DAFTAR PUSTAKA
APENDIKS A NERACA MASSA ...
APENDIKS B NERACA PANAS ....
APENDIKS C SPESIFIKASI PERALATAN ..
APENDIKS D UTILITAS ....
APENDIKS E ANALISIS EKONOMI
XII 1
A 1
B 1
C 1
D 1
E 1
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Reaksi Esterifikasi menjadi Metil ester
Gambar 2.2 Reaksi Transesterifikasi menjadi Metil ester Asam lemak.
Gambar 2.3 Proses Flow Diagram Pabrik minyak jarak .
Gambar 9.1 Peta Indonesia.. ....
Gambar 9.2. Peta Nusa Tenggara Timur
Gambar 9.3. Peta Kabupaten Ende.
Gambar 9.4. Peta Kecamatan Ende Selatan.
Gambar 9.5. Tata Letak Pabrik Minyak Jarak.
Gambar 9.6. Tata Letak Alat Pabrik Minyak Jarak..
Gambar 10.1. Stuktur Organisasi Perusahaan
Gambar 11.1. Gambar Grafik Break Event Point (BEP)...
II-1
II-2
II-9
IX-7
IX-8
IX-8
IX-9
IX-9
IX-13
X-24
XI-11
XI-18
E-1
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Ketersediaan Energi Fosil di Indonesia .
Tabel 1.2. Tanaman Penghasil Minyak Nabati di Indonesia.
Tabel 1.3. Potensi Lahan Pengembang Tanaman Jarak.
Tabel 1.4. Luas Lahan Tanaman Jarak
Tabel 1.5. Komposisi Minyak Jarak.
Tabel 1.6. Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak..
Tabel 1.7. Data Perusahaan Biodiesel di Indonesia.
Tabel 1.8. Data Konsumsi di Indonesia..
Tabel 2.1. Perbandingan Reaksi Transesterifikasi..........................
Tabel 7.1. Instrumentasi Peralatan Pabrik..
Tabel 7.2. Peralatan Keselamatan Kerja..
Tabel 9.1. Perincian Luas Daerah Pabrik.
Tabel 10.1.Jadwal Kerja Karyawan Pabrik..
Tabel 10.2. Jabatan Pendidikan Tenaga Kerja.
Tabel 10.3. Daftar Upah Karyawan.
Tabel 11.1. Cash Flow untuk NPV 10 tahun
Tabel 11.2. Cash Flow untuk IRR selama 10 tahun
I 2
I 5
I 6
I 11
I 16
I 17
I 27
I 28
II 16
VII 5
VII 12
XI - 11
X 14
X - 17
X- 22
XI - 13
XI - 14
x
ABSTRAK
Biodiesel dari minyak jarak merupakan minyak yang telah melalui proses
transesterifikasi secara konversi dari trigliserida menjadi alkyl alkohol melalui
reaksi dengan alkhol menghasilkan produk samping yaitu gliserin menjadi
kandidat sumber gugus alkil adalah methanol sebagai pereaksi, NaOH sebagai
katalis, HCL sebagai penetral PH metal ester, activated carbon sebagai bleabcing
agent pada gliserin.
Adapun kondisi reaksi yang mempengaruhi konversi serta perolehan
biodiesel melalui transesterifikasi adalah sebagai berikut pengaruh air dan asam
lemak bebas, perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah, jenis alkohol,
jenis katalis, metalisis crude dan refined minyak nabati, temperatur serta dapat
digunakan sebagai bahan bakar pengganti solar untuk mesin putaran cepat seperti
mobil. Utilitas merupakan salah satu bagian yang sangat penting untuk menunjang
jalannya proses produksi yang diperlukan pada pabrik minyak jarak ini yaitu air
= 4044,0509 kg/jam, steam 1148,02804 kg/jam, listrik 110,635 kWh, bahan bakar
= 1206,7824 l/hari.
Pabrik minyak jarak ini direncanakan didirikan di Bhoanawa, Kecamatan
Ende Selatan, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2010
dengan kapasitas produksi 200.000 ton/tahun. Bentuk perusahaan adalah
perseroan terbatas (PT) dengan stuktur organisasi garis dan staf. Dari hasil
perhitungan ekonomi didapatkan BEP = 44,28 %, POT = 1,314 tahun , ROIBT =
86,93 % ROIAT = 61,31 % SDP = 8,72 % IRR = 21,2173 %
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang bermula adalah net-exporter di bidang bahan bakar minyak
(BBM) kini telah menjadi net-importer BBM sejak tahun 2000. Hal ini sungguh
ironis karena terjadi pada saat harga minyak dunia tidak stabil dan cenderung
mengalami peningkatan. Pada periode bulan Januari - Juli 2006 yang lalu,
produksi BBM Indonesia hanya mencapai sekitar 1,3 juta barel per hari sehingga
terdapat deficit BBM sebesar 270.000 barel yang harus dipenuhi melalui impor.
Dengan harga minyak dunia mencapai USD 70 per barel, untuk memenuhi
deficit sebesar 270.000 barel tersebut Indonesia harus menyediakan budget setiap
harinya USD 18.900 per hari (sekitar Rp 170 miliar per hari). Tingginya harga
minyak dunia menyebabkan harga BBM di dalam negeri meningkat. Pemerintah
melakukan subsidi untuk menyesuaikan harga BBM, tetapi subsidi BBM ini mulai
dikurangi sejak tahun 2003. Wujud nyata dari pengurangan subsidi ini adalah
dinaikkannya harga BBM pada tanggal 1 Oktober 2005.
Kondisi ini sungguh memprihatinkan, terlebih lagi ketergantungan
Indonesia terhadap bahan bakar fosil sangat besar. Hal ini terlihat dari setiap
aktivitas masyarakat Indonesia sehari-hari yang tidak terlepas dari pemakaian
bahan bakar, seperti untuk memasak, penerangan, transportasi dan angkutan.
Berdasarkan data ESDM (2006), minyak bumi mendominasi 52,2% pemakaian
energi di Indonesia, sedangkan penggunaan gas bumi sebesar 19%, batubara
21,5%, air 3,7%, panas bumi 3 % dan energi terbarukan hanya sekitar 0,2 % dari
I-1
I-2
total penggunaan energi. Padahal menurut data ESDM (2006), cadangan minyak
bumi Indonesia hanya sekitar 500 juta miliar barel per tahun. Ini artinya jika terus
dikonsumsi dan tidak ditemukan teknologi cadangan minyak baru atau tidak
ditemukan teknologi baru untuk mengingkatkan recovery minyak bumi,
diperkirakan cadangan minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu dua puluh
tiga tahun mendatang.
Sudah saatnya Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil dengan mengembangkan sumber energi alternatif terbarukan. Pengembanagn
bioenergi diharapkan dapat mensubtitusi kebutuhan BBM di Indonesia yang tahun
2007 diperkirakan mencapai 30,4 juta kiloliter (kl) untuk premium.
( Andi Nur Alam Syah,2006).
Tabel 1.1 Ketersediaan energi fosil Indonesia
Enegi Fosil
Minyak Bumi
Gas
Batu bara
Sumber daya 86,9 miliar barel 384,7 TSCF 57 miliar ton
Cadangan 9 miliar barel 182 TSCF 19.3 miliar ton
Produksi
pertahun
500 juta barel 3,0 TSCF 130 juta ton
Sumber : Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi, 2006
1.2 PERKEMBANGAN INDUSTRI
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dilihat dari peningkatan laju konsumsi BBM, serta menurunnya kemampuan
produksi minyak dalam negeri secara alami di perlukan langkah-langkah untuk
mendapatkan sumber energi alternatif.
Tahun 1910, pada Pekan Raya Dunia di Paris seorang insinyur dari Jerman
bernama Rudolf Christian Karl Diesel memamerkan dan peragakan pertama kali
I-3
hasil penemuan dan ciptaannya, yaitu mesin atau motor diesel. Motor atau mesin
diesel pertama di dunia itu dijalankan dengan bahan bakar dari minyak kacang
dan minyak perasan biji hemps/ganja (Cannabissativa)
Dua tahun kemudian, saat berpidato dalam acara pendaftarkan paten mesin
hasil karyanya itu, Diesel menyatakan Pemakaian minyak nabati sebagai bahan
bakar untuk saat ini akan menjadi penting sebagaimana penggunaan minyak bumi
dan produktir batu bara sekarang. Kata kata di atas tadi diucapkan lebih dari 90
tahun silam, ketika masalah-masalah lingkungan hidup seperti krisis energi,
perubahan iklim, pemanasan global dan penipisan lapisan ozon sama sekali belum
disinggung seperti tiga dasawarsa terakhir ini.
Prakarsa yang dilakukan Diesel tersebut digagalkan sehingga mesin diesel
yang kita jumpai sampai saat ini justru digerakan oleh BBM konvensional Petro
Diesel. Rangkaian riset yang tergabung dalam kelompok Roma Lester Brown
yang di pimpin oleh Dennis Meadows dan Lester Brown yang tergabung dalam
Kelompok Roma pada tahun 1980 membuktikan kebenaran hipotesis-hipotesis
dasar yang dikemukakan Diesel. Kelompok ini memperingatkan bahwa jika tidak
dihentikan atau dirubah arahnya, kecenderungan itu akan mengarah pada batas-
bats pertumbuhan (limits to growt ).
Pandangan Mathusian semakin terbukti secara empiris, terutama
menyangkut ketersediaan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui,
termasuk bahan bakar fosil (BBM). Dua laporan terbaru dari Congressional
Reseaech Service (RSC) pada tahun 1985 dan 2003 kepada Komisi Energi di
Kongres Amerika Serikat, menyebutkan bahwa jika tingkat penggunaan bahan
bakar fosil masih terus seperti sekarang (tanpa peningkatan dalam efisiensi
I-4
produksi cadangan baru, dan peralihan ke sumber-sumber energi alternatif
terbarukan), cadangan sumber energi bahan bakar fosil dunia, khususnya minyak
bumi diperkirakan hanya akan cukup untuk 30-50 tahun lagi. Sebenarnya,
ancaman kelangkaan cadangan minyak bumi satu-satunya masalah yang
ditimbulkan tetapi dampak dari penggunaannya jauh lebih berbahaya.
( Andi Nur Alam Syah,2006).
Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar sebagai penghasil
biodiesel karena sumber daya alam sumber minyak nabatinya yang melimpah.
Namun belum banyak investor yang tertarik untuk menanamkan modal pada
industri ini. Peningkatan kebutuhan bahan bakar diesel dan menipisnya sumber
minyak bumi, maka untuk itu perlu didirikan pabrik biodiesel di Indonesia.
Pengembangan minyak dari tanaman jarak melalui pendekatan ilmiah di
Indonesia dipelopori oleh Dr. Robert Manurung dari Institut Teknologi Bandung
sejak tahun 1997 dengan focus ekstraksi minyak dari tanaman jarak. Sejak tahun
2004 yang lalu, penelitian ini mendapat dukungan dari Mitsubshi Research
Institute (Miri) dan New Energy and Industrial Technology Development
Organization (NEDO) dari Jepang.
Menghadapi krisis kelangkaan BBM dan kenaikan harga BBM di
Indonesia, Pemerintah mulai mengali sumber-sumber energi alternatif. Minyak
jarak ini pun mulai mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah. Setelah dirintis
oleh ITB, dan selanjutnya diikuti oleh lembaga pemerintah pusat yaitu BPPT, dan
oleh Pemerintah daerah seperti Pemprov Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara
Barat, Pemkab Purwakarta, dan Pemkab Indramayu, serta BUMN seperti PT.
Pertamina, PT. PLN dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) semua saling
I-5
bekerja sama untuk pengembangan minyak jarak sebagai bahan bakar minyak
alternatif ini.
Tabel 1.2 Menunjukan tanaman-tanaman penghasil minyak nabati di Indonesia
yang berpotensi untuk diolah menjadi biodiesel.
Tabel 1.2 Tanaman penghasil minyak nabati serta sifatnya di Indonesia
Minyak Massa Jenis
(200C),
Kg/Liter
Viskositas
Kinematika
(200C),cSt
DHc,
MJ/Kg
Angka
Sentane
Titik Awan/
Kabut,0C
Titik
Tuang,0C
Kelapa 0,915 30 37,10 40-42 28 23-26
Sawit 0,915 60 36,90 38-40 31 23-40
Kapas 0,921 73 36,80 35-50 -1 2
Jarak 0,920 77 38,00 23-41 2 -3
Sumber : Vaitilingom et.al.,1997
Berdasarkan pertimbangan ekonomi, minyak nabati yang digunakan
sebagai bahan baku biodiesel harus mudah didapat, mudah dibudidayakan di
Indonesia dan mempunyai yield minyak nabati tinggi. Prioritas diberikan untuk
tanaman non pangan agar tidak mengganggu sumber pangan. Dari tabel 1.1 dapat
dilihat bahwa tanaman jarak merupakan tanaman penghasil minyak nabati non-
pangan yang paling berpotensi. Jarak (Rinicus communis) belum banyak
dibudidayakan di Indonesia semenjak Jarak Pagar ( Jatropha curcas ) banyak
ditanam di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat. Jarak berpotensi untuk
dikmbangkan, baik di daerah kering maupun marjinal, terutama di Nusa Tenggara
Timur dengan potensi produksi biji sebanyak 7,5 10 ton/ha setelah penanaman 5
tahun. Budi daya jarak pagar sudah dicanangkan sebagai Gerakan Nasional Budi
Daya Jarak oleh Menteri Sosial Bachtiar Chamsah dalam rapat koordinasi (Rakor)
KESRA tanggal 6 September 2005.
I-6
Daerah- daerah yang akan diikutkan dalam program budi daya jarak
diantaranya Nusa Tenggara Timur, Gorontalo, Nanggroe Aceh Darissalam
(NAD), Jakarta dan Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Dari
program ini ditargetkan penanaman jarak pagar sebanyak 2.500 ha pada tahun
2005, 100.000 ha pada tahun 2006, 1 juta ha pada tahun 2007, 5 juta ha pada
tahun 2008, dan 10 juta ha pada tahun 2009.
Tabel 1.3. Potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan jarak pagar
Propinsi S1 S2 S3 Jumlah (Ha)
NAD 180.139 160.746 836.001 1.176.904
Sumut 215.393 - 1.390.475 1.605.868
Sumbar 4.269 - 781.189 785.458
Riau 218.284 - 1.600.844 1.681.562
Jambi 530.207 - 993.134 1.211.418
Sumsel - - 3.229.784 3.759.991
Bengkulu 718.823 - 602.022 602.022
Lampung 156.319 66.023 706.931 1.491.777
Babel 231.011 - 947.881 1.104.200
Jabar 494.630 445.022 306.989 983.022
Jateng 35.227 74.416 338.824 907.870
DIY 960.595 33.999 8.454 77.680
Jatim 134.484 574.121 255.722 1.790.438
Banten 19.892. 116.576 36.646 287.706
Bali 37.887 51.423 124.466 95.580
NTB 595.421 428.539 322.174 590.882
NTT 67.463 833.293 3.897.005 1.750.888
Kalbar 171.063 984.340 3.632.324 4.948.808
Kalteng 833.745 - 623.326 3.803.387
Kalsel 3.643.059 48.559 2.878.161 1.505.630
Kaltim 143.760 680.468 538.555 7.201.688
Sulut 506.887 - 373.638 682.315
Sulteng 435.483 - 613.780 880.525
Sultra 1.015.825 122.407 177.833 1.171.670
Gorontalo 290.146 27.248 - 1.220.906
Maluku 766.888 13.701 316.223 303.847
Maluku utara - 162.982 1.526.379 1.246.093
Papua 980.457 716.909 3.445.699 -
Jumlah 14.227.535 5.534.911 29.719.254 49.531.186 Sumber : Direktur Jendral Perkebunan, 2006
Keterangan : S1 = sangat sesuai, S2 = sesuai, S3 = kurang sesuai
I-7
Provinsi Nusa Tenggara Timur sangat cocok untuk mengembangkan
tanaman jarak pagar karena merupakan tanaman tahunan yang tahan kekeringan.
Tanaman ini mampu tumbuh dengan cepat dan kuat dilahan yang beriklim
panas,tandus, dan berbatu seperti di Nusa Tenggara Timur. Tumbuhan ini sangat
toleran terhadap kondisi kering dan dapat di daerah yang curah hujan rendah yaitu
200-1.500 mm/tahun. Sebagian besar dari tanah tersebut mempuyai solum
dangkal ini berarti ini berarti dari aspek teknis produksi minyak jarak dapat
dikembangkan dan diproduksi secara luas hampir diseluruh wilayah di Nusa
Tenggara Timur.
Tujuan dari pengembangan dari tanaman minyak jarak antara lain :
Memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan jarak sebagai
bahan baku penghasil sumber alternatif.
Meningkatkan pendapatan petani melalui optimasi pemanfaatan lahan
pertanian.
Adapun sasaran dan kebijakan pengembangan tanaman jarak diarahkan ke
pada seluruh kabupaten/kota pada kawasan lahan dan marginal dengan
kebijakan antara lain :
Pemenuhan kebun jarak (lahan petani yang telah dimanfaatkan dan
belum dimanfaatkan dengan tetap memperhatikan proporsi peruntukan
lahan untuk pemenuhan kebutuhan pangan petani).
Rintisan pengembangan industri pengolahan skala minim.
Mempersiapkan pembangunan industri terpadu skala besar.
I-8
Mendorong dan menggerakan partisipasi masyarakat dalam
mengembangkan tanaman jarak dengan menggunakan seoptimal
mungkin potensi yang dimiliki.
Mengembangakan teknologi produksi dengan menitik beratkan pada
penyediaan benih bermutu serta peningkatan produktivitas dan kualitas
produksi.
Memfasilitasi pengembangan kemitraan usaha, kelembangaan usaha,
dan investasi.
Factor-faktor pengembangan tanaman jarak :
a. Faktor- faktor pengembangan tanaman jarak :
Deklerasi para menteri tanggal 12 oktober 2005 tentang
Gerakan Nasional Penanggulangan Kemiskinan dan krisis
BBM melalui rehabilitasi dan reboisasi 10 juta hektarlahan
kritis dengan tanaman yang menghasilkan energi pengganti
BBM.
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2006 tentang
Penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati (Biofuel)
menjadi lebih dari 5%.
Hasil rapat terbatas para Menteri, Gurbenur bersama
Presiden Republik Indonesia di Losari Magelang Jawa
Tengah tentang pengembangan komoditi (tebu, kelapa
sawit, ubi kayu, sorgum dan jarak) sebagai penghasil untuk
substitusi biodiesel dan bioetanol sebagai prostitusi
premium.
I-9
Tersedianya lahan di Nusa Tenggara Timur yang berpotensi
untuk pengembangan tanaman jarak.
Penelitian Perguruan Tinggi (Undana) menjukan bahwa
lahan di Nusa Tenggara Timur yang berpotensi untuk
mengembangakan tanaman jarak.
Dukungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
ditandai dengan adanya perjanjian kerjasama dengan calon
investor di bidang pembibitan.
b.Kendala yang menjadi penghambat dalam pengembangan tanaman jarak :
Trauma masyarakat terhadap program pengembangan
perkebunan di Nusa Tenggara Timur dimasa lalu yang
kurang memberikan keuntungan secara ekonomi bagi
masyarakat petani.
Harga hasil komoditi perkebunan kurang stabil sehingga
masyarakat kurang berminat dalam pengembangan
komoditi dimaksud.
c.Peluang dan potensi pengembangan minyak jarak :
Kebutuhan akan BBM yang semakin meningkat sementara
penyediaan semakin menipis sehingga diperlukan bahan
bakar pengganti BBM.
Bahan bakar nabati (boifuel) merupakan bahan bakar
terbarukan yang memiliki peluang pasar yang besar.
Jarak pagar telah dikenal oleh masyarkat Nusa Tenggara
Timur secara luas.
I-10
Terbukanya lapangan kerja bagi petani Nusa Tenggara
Timur.
Memanfaatkan lahan kritis yang selama ini tidak dikelola.
Sedangkan potensi untuk pengembangan tanaman jarak di Nusa Tenggara
Timur cukup luas dan diproyeksikan lahan yang sesuai untuk pengembangan
tanman jarak seluas 2.190.406 Ha yang terbesar pada kabupaten/kota di Nusa
Tenggara Timur. Peluang pengembangan jarak pagar di Nusa Tenggara Timur :
Tersedianya lahan seluas 2.177.456 Ha.
Masyarakat Nusa Tenggara Timur telah lama mengenal
tanaman jarak sebagai bahan untuk penerangan dan obat
tradisional.
Tanaman jarak cocok di kembangkan di Nusa Tenggara
Timur karena tahan terhadap kekeringan dan dan dapat
ditanam pada tanah berbatuan, berkerikil, berpasir maupun
mengadung garam.
Tanaman jarak tidak terlalu memerlukan perawatan dapat
beradaptasi dengan berbagai cuaca, tidak diserang hama,
dan tidak dikonsumsi ternak.
Tanaman jarak dapat bertahan dalam waktu lama dalam
kondisi kering dan mudah berkembang biak.
Dukungan Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota dalam
mengembangkan tanaman jarak yang ditandai dengan
adanya perjanjian kerjasama dengan investor dan
pengusaha lainnya.
I-11
Adanya kecenderungan minat investor untuk berinvetasi
dibidang tanaman jarak yang ditandai dengan kehadiran
investor (PT. Amarta Trans Nusantara dan PT. Rajawali
Nasional Indonesia).
Pelaksanaan pengembangan tanaman jarak di Nusa Tenggara Timur dalam hal ini
Pemerintah Propinsi Nusa Tenggara Timur telah mentindaklanjuti deklerasi para
Menteri Kabinet Indonesia Bersatu tanggal 12 Oktober 2005 dan Instruksi
Presiden Nomor 5 tahun 2006 dengan langkah-langkah kongkrit sebagai berikut :
Tabel 1.4. Luas lahan tanaman jarak yang dikembangkan oleh Pemerintah
Nusa Tenggara Timur pada tahun 2006
No Kabupaten/Kota Satuan Areal (ha)
2006 2007 2008 2009 2010 Total
1. Kupang 90 7.650 16.650 22.050 22.050 68.450
2. TTS 130 7.650 7.650 7.050 7.050 29.530
3. TTU 500 6.050 6.450 6.650 6.650 26.300
4. Belu 100 6.050 6.450 6.650 6.650 25.900
5. Alor 536 7.550 7.550 8.650 8.650 32.936
6. Flores Timur 280 7.550 7.550 8.650 8.650 32.680
7. Sikka 130 4.050 4.550 5.150 5.150 19.030
8. Ende 130 7.550 7.550 8.650 8.650 32.530
9. Ngada 100 7.550 7.550 8.650 8.650 32.500
10. Manggarai 100 7.550 7.550 8.650 8.650 32.500
11. Manggarai Barat 120 8.050 16.050 21.450 22.050 67.720
12. Sumba Barat 700 17.050 17.650 22.050 22.650 80.100
13. Sumba Timur 350 17.050 17.650 22.050 22.050 79.750
14. Kota Kupang 50 50 50 50 50 250
15. Lembata 130 7.550 7.550 8.650 8.650 32.630
16. Rote Ndao 100 7.550 7.550 8.650 8.650 32.500
Total 3.546 126.500 146.000 173.700 175.500 625.246 Sumber : Website Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Provinsi Nusa Tenggara
Timur
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemerintah dalam rangka mendukung
pengembangan tanaman jarak :
I-12
Sosialisasi kebijakan penanaman modal tahun 2005 dengan
sub tema tanaman jarak sebagai energi alternatif pengganti
BBM yang dihadiri akedemisi,investor lainnya serta jajaran
Pemerintah Propinsi, Kabupaten/Kota.
Kajian akademis bekerja sama dengan lembaga perguruan
tinggi negeri (Undana) dalam menyusun profil komoditi
unggulan daerah diantaranya tanaman jarak.
Penyediaan lokasi pabrik pengolahan minyak jarak kepada
PT.Amarta Trans Nusantara.
Pemetaan/maping lokasi potensi perkebunan pada kawasan-
kawasan-kawasan perkebunan di Nusa Tenggara Timur.
Surat Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor BU.515
/06/BKPMD/2006 tentang Sosialisasi Kebijakan Bahan
Bakar Nabati.
Pengembangan tanaman jarak siap tanam oleh Pemerintah
Kabupaten Belu seluas 653 Ha sedangkan siap panen 50
Ha.
Road Show Jatropha Expedition 2006 tanggal 12 Juli 2006
dari Atambua Kabupaten Belu- Kupang- Daratan Flores-
NTB- Bali- Jawa Timur Jawa Tengah- Jawa Barat-
Jakarta. Khusus Nusa Tenggara Timur pelaksanaannya atas
kerja sama PT.BioChem dengan Pemerintah Daerah Nusa
Tenggara Timur.
I-13
Peranan investasi dalam mengembangkan tanaman jarak dalam hal ini
pemprosesan minyak jarak antara lain :
a. PT.Amarta Trans Nusantara
Dalam rangka mendukung kebijakan Pemerintah dalam pengembangan
tanaman jarak sebagai tanaman penghasil biodiesel maka dunia usaha dalam hal
ini PT.Amarta Trans Nusantara telah menunjukan dengan perolehnya Surat
Persetujuan Penanaman Modal Nomor 73/I/PMDN/2006 tanggal 14 juli 2006
dengan bidang usaha Industri Kimia Dasar Organik yang bersumber dari hasil
pertanian.
Kegiatan yang dilakukan oleh PT.Amarta Trans Nusantara bersama
PT.Biochem Internasional antara lain :
Pembibitan anakan tanaman jarak di Desa Neolbaki Kabupaten
Kupang seluas 8 Ha.
Pengadaan mesin dan peralatan proses minyak jarak.
Pemberian lahan oleh Pemerintah Nusa Tenggara Timur di
Kawasan Industri Bolok untuk pembangunan pabrik seluas 5 Ha.
Bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Kupang, Timor
Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dalam bentuk mou
pengolahan jarak.
Kegiatan Road Show Atambua Kabupaten Belu- Jakarta.
b. PT.Rajawali Nasional Indonesia
Telah melakukan kegiatan persiapan penanaman jarak seluas 200 Ha di
Kabupaten Sumba Barat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah setempat.
I-14
Biodiesel adalah bahan bakar dari minyak nabati yang dapat digunakan
pada semua jenis mesin diesel tanpa harus dimodifikasi terlebih dahulu. Biodiesel
dapat dibuat dari semua jenis minyak termasuk minyak yang dihasilkan langsung
dari pengepresan biji tumbuhan ( virgin oil ) seperti minyak kedelai, minyak biji
bunga matahari, minyak kanola, minyak kelapa, dan minyak biji jarak bahkan
biodiesel dapat dibuat dari minyak goreng bekas dan minyak dari lemak hewan.
1.3 PENGGUNAAN
Minyak jarak dihasilkan dari tanaman jarak (Rinicus communis)
merupakan semak atau pohon yang tahan terhadap kekeringan sehingga tahan
hidup di daerah dengan curah hujan rendah. Tanaman dari keluarga
Euphorobiaceae ini banyak ditemukan di Afrika Tengah dan Selatan, Asia
Tenggara dan India. Awalnya, tanaman ini kemungkinan didistribusikan oleh
pelaut Portugis dari Karibia melalui Cape Verde dari Guinea Bissau ke negara lain
di Afrika dan Asia.
Jarak dapat diperbanyak dengan setek. Sesuai dengan namanya, tanaman
ini awalnya secara luas ditanam sebagai pagar untuk melindungi lahan dari
serangan ternak. Seperti jenis lainnya, jarak merupakan tanaman sukulen yang
meranggas selama musim kemarau. Tanaman yang sering digunakan sebagai
pengendali erosi ini beradaptasi dengan baik di daerah yang gersang dan agak
tandus.
Semua bagian tanaman jarak telah digunakan sejak lama dalam
pengobatan tradisonal. Minyaknya digunakan sebagai pembersih perut (pencahar),
mengobati penyakit kulit, dan untuk mengobati rematik. Sari pati cairan rebusan
I-15
daunnya digunakan sebagai obat batuk dan antiseptic pasca melahirkan. Bahan
yang berfungsi meredakan luka dan peradangan juga telah diisolasi dari bagian
tanaman jarak pagar menunjukkan sifat antimoluksa, anti serangga dan anti jamur.
Phorbol ester dalam jarak pagar diduga merupakan salah satu racun utamanya.
Proses minyak jarak yang berhubungan dengan pemanfaatan jarak ,antara
lain perbaikan genetika tanaman, pengendalian pestisida biologis, ekstraksi
minyak dengan enzim, fermentasi anaerob dan dari bungkil, pengisolasian bahan
anti peradangan dan enzim pereda luka.
Keuntungan lain dari penggunaan biodiesel dari tanaman jarak (Rinicus
communis) antara lain :
1. Sebagai pemanas berbahan bakar diesel, penerangan dan kompor.
Dapat juga menggantikan kerosene pada lampu dan kompor kemah.
2. Sebagai pengganti bahan bakar model pesawat dalam mesin model
pesawat.
3. Sebagai pengganti minyak pelumas dalam rumah tangga.
4. Sebagai pelarut untuk cat non-otomotif, cat semprot, dan bahan kimia
aditif lain.
5. Pembersih untuk komponen mesin yang berminyak. Bagian yang akan
dibersihkan biasanya dibenam dalam biodiesel selama satu malam dan
paginya sudah bersih.
6. Sebagai pelumas mesin.
7. Sebagai pembakar keramik dalam tungku.
8. Sebagai pembersih tumpahan minyak bumi di atas tanah atau air.
(Andi Nur Alam Syah,2006)
I-16
1.4 Spesifik Bahan Baku dan Produk
1.4.1 Bahan Baku Utama
a. Minyak Jarak
Minyak jarak mempunyai rasa asam dan dapat dibedakan dengan
trigliserida lainnya karena bobot jenis, viskositas dan bilangan asetil serta
kelarutannya dalam alkohol nilainya relatif tinggi. Minyak jarak larut dalam
etanol 95% pada suhu kamar serta pelarut organik yang polar dab sedikit larut
dalam golongan hidrokarbon alifatis. Nilai kelarutan dalam petroleum eter relatif
rendah dan dipakai untuk membedakan dengan golongan trigliserida lainnya.
Kandungan tokoferol kecil ( 0,05%), serta kandungan asam lemak esensial yang
sangat rendah menyebabkan minyak jarak tersebut berbeda dengan minyak nabati
lainnya. ( Kateren,1986).
Minyak jarak dan turunannya digunakan dalam industri cat, varnish,
laquer, pelumas, tinta cetak, linoleum, oil cloth dan sebagai bahan baku dalam
industri-industri plastik dan nilon. Dalam jumlah kecil minyak jarak dan
turunannya juga digunakan untuk pembuatan kosmetik, semir dan lilin.
Biji jarak terdiri dari 75% kernel ( daging biji ) dan 25% kulit dengan komposisi
sebagai berikut :
Tabel 1.5 Kompsosisi Biji Jarak
Komponen Jumlah ( % )
Minyak 54,00
Karbohidrat 13,00
Serat 10,25
I-17
Abu 0,25
Protein 18,00
TOTAL
100,00 ( Sumber : Keteren S . )
Minyak jarak mempunyai kandungan asam lemak dengan komposisi sebagai
berikut :
Tabel 1.6 Komposisi Asam Lemak Minyak Jarak
Komposisi Jumlah ( % )
Asam risinoleat 89,5
Asam linoleat 4,2
Asam oleat 3,0
Asam stearat 1,0
Asam dihidroksi stearat 0,7
Asam linolenat 0,3
Asam palmitat 1,0
Asam eikosanoat 0,3
Total 100,0
( Sumber : Kirk Othmer 5: 3 )
Sifat fisik :
Rumus Molekul : CH3 ( CH2)5CH(OH)CH2CH=CH(CH2)7COOH
Caloric Value : 9470 Kkal/kg
Flas Point : 290 0C
Density : 0,918/g/ml
Viscosity : 50,80
I-18
Sifat Kimia :
Pada daftar bahan yang berbeda dari biji jarak yang dihitung berdasarkan
bahan kering. Racun utama dari bungkil biji jarak yang disebut dengan curcain
ditemukan pada tahun 1913. Bungkil biji jarak diproses dengan pemanasan dan
kimia untuk menghilangkan racunnya, yang terdiri atas lectin tidak aktif secara
total, sedangkan phorbol ester hanya dapat dikurangi kadar racunnya hingga 50
ppm melalui proses kimia. Bungkil jarak yang telah didektoksifikasi ini memiliki
kandungan protein dari kedelai sehingga cocok dijadikan sebagai bahan pakan
ternak dari bungkil jarak yang cukup mahal.
b. Natriumhidroksida ( NaOH )
Natriumhidroksida disebut juga soda kaustik. Bahan kimia ini paling
banyak digunakan sebagai basa kuat dalam pembuatan tekstil, kertas dan deterjen.
Natriumhidroksida dibuat melalui proses elektrolisa larutan natriumklorida
dan merupakan produk samping dari klorin. Dalam pembuatan biodiesel,
natriumhidroksida digunakan sebagai katalis reaksi trans-esterifikasi.
Natriumhidroksida yang digunakan harus bersifat anhidrat untuk
menghindari terjadinya reaksi penyabunan yang tidak diinginkan. Spesifikasi
natriumhidroksida yang digunakan yaitu :
Rumus molekul : NaOH
Berat molekul : 39,9972
Specific gravity / densitas : 2,13 g.cm-3
Viskositas : N.A.
Titik didih : 13900C pada 760 mmHg
I-19
Titik leleh : 3180C
Tekanan uap : 1 mmHg pada 7390C
Densitas uap : N.A.
Bentuk : padat
Warna : putih
c. Metanol ( CH3OH )
Metanol atau metil alkohol yang disebut juga alkohol kayu, merupakan
alkohol paling sederhana dengan karekteristik berbentuk cairan dengan volatilitas
yang tinggi, tidak berwarna, mudah terbakar, dan beracun. Metanol juga
merupakan zat anti beku, pelarut, bahan bakar dan denaturant untuk etil alkohol.
Pada pembuatan biodiesel, metanol bereaksi dengan trigliserida minyak
nabati menghasilkan ester dan gliserol. Reaksi ini disebut reaksi trans-esterifikasi.
Katalis biasanya digunakan untuk mempercepat reaksi trans-esterifikasi ini.
Spesifikasi metanol yang diguanakan sebagai berikut :
Rumus molekul : CH3OH
Berat molekul : 32,037
Specific gravity/densitas : 791g. cm3
Viskositas : 0,55 cP pada 20 0C
Titik didih : 64,7 0C pada 760mmHg
Titik leleh : -98 0C
Tekanan uap : 128 mmHg at 20 0C
Densitas uap : 1,11 (Udara = 1)
Bentuk : cair
Warna : tidak berwarna
I-20
(http://avogrado.chem.iastate.edu/MSDS)
1.4.1.1 Bahan Baku Pembantu
a. Hydrochloric Acid (HCI)
Rumus molekul : HCI.H2O
Berat molekul : 36,4610
Specific gravity : 1,0-1,2
Viskositas :N.A
Titik didih : 81,5-110 0C pada 760 mmHg
Titik leleh/beku : -74 0C
Tekanan uap : 5,7 mmHg pada 0 0C
Densitas uap : 1,26 g/cm3
Bentuk : cair jernih
Warna : tidak berwarna, agak kekuningan
(http://avogrado.chem.iastate.edu/MSDS, 20 Februari 2008)
b. Kalsiumklorida ( CaCl2.2H2O )
Rumus molekul : CaCl2.2H2O
Berat molekul : 147.01668
Viskositas :N.A
Titik didih : > 1600 0
C pada 760 mmHg
Titik leleh/beku : 772 0C
Tekanan uap : N.A.
Bentuk : padat
Warna : putih atau putih keabu-abuan
(http:// www.jtbaker.com/msds/englishhtml, 14 ferbuari 2008)
I-21
1.4.3 Produk
a. Biodiesel
Spesifikasi produk biodiesel yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
Rumus molekul : CHO3.C = O.R
(R adalah rantai karbon asam lemak)
Berat molekul (rata-rata) : 310.625 (metil ester minyak jarak)
Flash point (mangkok tertutup) : 1500C
Air dan sediment : 0,05%-volume, maks.
Viskositas kinematik pada 400C : 6 mm
2/s
Ramsbottom carbon residue, % mass : 0,10
Abu tersulfat : 0,02 % by mass, maks.
Sulfur : 0,05 % by mass, maks.
Copper strip corrosion : No. 3, maks.
Cetane number : 47, min.
Residu karbon : 0,05 % by mass, maks.
Angka asam mg KOH/g : 0,80, maks.
Free glycerin : 0,02 % mass, maks.
Total glycerin : 0,24 % mass, maks.
Kandungan fosfor : 0,001 % by mass, maks.
Suhu destilasi 90% : 360 0C, maks.
(US standart biodiesel specification, ASTM D-6751, www.journeytoforever.com , 14 February 2008)
Karekteristik diatas perlu diketahui untuk menilai kinerja bahan bakar
diesel diantaranya :
I-22
Viskositas :
Viskositas adalah tahanan yang dimiliki fluida yang dialirkan dalam pipa
kapiler terhadap gaya gravitasi biasanya dinyatakan dalam waktu yang
diperlukan untuk mengalirkan jarak dalam waktu tertentu. Jika viskositas
semakin tinggi maka tahanan untuk mengalir semakin tinggi. Karekteristik
ini sangat penting karena mempengaruhi kenerja injector pada mesin
diesel. Atomisasi bahan bakar sangat bergantung pada viskositas tekanan
injeksi serta ukuran lubang injector (Sherve,1956)
Pada umumnya bahan bakar harus mempuyai viskositas yang lebih rendah
agar dapat mudah mengalir dan teratomisasi. Hal ini dikarenakan putaran
mesin yang cepat membutuhkan injeksi bahan bakar yang cepat pula.
Namun tetap ada batas minimal karena diperlukan sifat pelumasan yang
cukup baik untuk mencegah terjadi keausan akibat gerakan piston yang
cepat. (Sherve,1956)
Angka Sentana :
Angka sentana merupakan kempuan bahan bakar yang menyala sendiri
(auto ignition). Skala untuk angka sentana biasanya menggunakan referensi
berupa campuran normal sentana (C16H34) dengan alpha methyl naphthalene
(C10H7CH3) atau dengan heptamethylnonane (C16H34). Normal senatana
memiliki angka sentana 100, alpha methyl naphthalene memiliki angka sentana 0
dan heptamethylnonane memiliki angka sentana 15.
Angka sentana tiap bahan bakar biasanya didefenisikan sebagai persentase
volume dari normal sentana dengan campuran tersebut. (Sherve,1956)
I-23
Angka sentana yang tinggi menunjukan bahwa bahan bakar dapat
menyala pada temperature yang rendah dan sebaliknya angka sentana yang rendah
menunjukan bahak bakar yang baru dapat menyala pada temparatur yang relatif
tinggi. Penggunaan bahan bakar mesin diesel yang mempunyai angka sentana
yang tinggi dapat mencegah terjadinya knocking karena begitu bahan bakar
diinjeksikan dalam silinder pembakaran maka bahan bakar akan langsung terbakar
dan terakumulasi. (Sherve,1956)
Berat Jenis :
Berat jenis menunjukan perbandingan berat persatuan volume karekteristik
ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan oleh mesin diesel per
satuan volume bahan bakar. Berat jenis bahan bakar diesel diukur dengan
menggunakan metode ASTM D287 atau ASTM D1298 dan mempunyai satuan
kilogram per meter kubik (kg/m3).
Titik Tuang :
Titik tuang adalah titik temperatur rendah dimana mulai terbentuk kristal-
kristal paraffin yang dapat menyumbat saluran bahan bakar. Titik tuang ini
dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka iodium), semakin tinggi
ketidakjenuhan maka titik tuang semakin rendah. Titik tuang juga dipengaruhi
oleh panjang rantai karbon semakin panjang rantai karbon maka semakin tinggi
titik tuang. Karekteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode ASTM D97.
Nilai Kalor Pembakaran :
Nilai kalor pembakaran menunjukan energi kalor yang dikandung dalam
tiap satuan bahan bakar. Nilai kalor dapat diukur dengan bomb calorimeter
kemudian dimasukan ke dalam rumus :
I-24
Nilai kalor = 100
)8/(34008100 OHCkkal
Nilai kalor H, C, dan O dinyatkan dalam persentase berat setiap unsur
yang terkandung dalam satu kilogram bahan bakar. (Sherve,1956)
Volatilitas :
Volatilitas adalah sifat kecenderungan bahan bakar untuk berubah fasa
menjadi fasa uap. Tekanan uap yang tinggi dan titik didih yang rendah
menandakan tingginya volatilitas. (Sherve,1956)
Kadar Residu Karbon :
Kadar residu karbon menunjukan kadar fraksi hidrokarbon yang
mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari range bahan bakar. Adanya fraksi
hidrokarbon ini menyebabkan menumpuknya residu karbon dalam ruang
pembakaran yang dapat mengurangi kinerja mesin. Pada temperatur tinggi deposit
karbon ini dapat membara sehingga menaikkan temperatur silinder pembakaran.
(Sherve,1956)
Kadar Air dan Sedimen :
Pada Negara yang mempunyai musim dingin kandungan air yang
terkadung dalam bahan bakar dapat membentuk kristal yang dapat menyumbat
aliran bahan bakar. Selain itu keberadaan air dapat menyebabkan korosi dan
pertumbuhan mikroorganisme yang juga dapat menyumbat aliran bahan bakar.
Sedimen dapat menyebabkan penyumbatan juga dan kerusakan mesin.
(Sherve,1956)
Indeks Diesel :
Indeks diesel adalah suatu parameter mutu penyalaan pada bahan bakar mesin
diesel selain angka setana. Mutu penyalaan dari bahan bakar diesel dapat diartikan
I-25
sebagai waktu yang diperlukan untuk bahan bakar agar dapat menyala di ruang
pembakaran dan diukur setelah penyalaan terjadi. cara menentukkan indeks diesel
darisuatu bahan bakar mesin diesel dapat dihitung dengan menggunakan rumus di
bawah ini :
Indeks Diesel = 100
)(0 yxAPIGravitFnTitikAnili
Dari rumus di atas dapat diketahui bahwa nilai indeks diesel dipengaruhi oleh titik
aniline dan berat jenisnya. (Sherve,1956)
Titik Embun
Titik embun adalah suhu dimana mulai terlihatnya cahaya yang berwarna
suram relatif terhadap cahaya sekitarnya pada permukaan minyak diesel dalam
proses pendinginan. Karekteristik ini ditentukan dengan menggunakan metode
ASTM D97.
Kadar Sulfur :
Kadar sulfur dalam bahn bakar diesel dari hasil penyulingan pertama
(straight-run) sangat bergantung pada asal minyak mentah yang akan diolah. Pada
umumnya, kadar sulfur dalam bahan bakar diesel adalah 50-60% dari kandungan
dalam minyak mentahnya. Kandungan sulfur yang berlebihan dalam bahan bakar
diesel dapat menyebabkan terjadinya keausan dalam bagian-bagian mesin. Hal ini
terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang terbentuk ketika terjadi
pembakaran dan dapat juga disebabkan karena keberadaan oksida belerang seperti
SO2 dan SO3. karekteristik ini ditentukan dengan menggunakan ASTMD15551.
I-26
Titik Nyala (Flash point)
Titik nyala adalah titik temperatur terendah dimana bahan bakar dapat menyala.
Hal ini berkaitan dengan kemanan dan penyimpanan dan penanganan bahan
bakar. (Sherve,1956)
b. Gliserin
Pada proses pembuatan biodiesel dihasilkan produk samping yaitu gliserin
dengan spesifikasi sebagai berikut :
Rumus molekul : CH2OH.CHOH.CH2OH
Berat molekul : 92,098
Titik leleh : 171 0 C
Specific gravity : 1,258 pada 25 0 C
Tekanan uap : 0,001 mmHg pada 25 0 C
Densitas uap : 3,1
Kelarutan dalam air : larut
Flash point : 199 0 C
Auto ignin temperature : 370 0 C
Bentuk : cair kental
Warna : bening
(http://www.sciencestuff.com/msds/C1794.html, 21 februari 2008 )
1.5 Penetuan Kapasitas Pabrik
Dengan asumsi biodiesel yang diproduksi akan digunakan sebagai bahan
bakar pengganti minyak bahan bakar diesel, maka kebutuhan akan biodiesel
mencapai jutaan liter per tahun. Dengan demikian peluang untuk mendirikan
pabrik biodiesel sangat luas maka penentuan kapasitas produksi dengan
I-27
perhitungan perhitungan ditentukan sebagai beikut : Import + kapasitas lama +
kapasitas baru = (0.5 x Kapasitas Baru) + konsumsi
RUMUS : M1 + M2 + M3 = M4 + M5
Dimana : Input = Output
Input terdiri dari:
jumlah impor ( M1 )
jumlah produksi (M2)
Kapasitas produksi ( M3 )
Output terdiri dari:
Jumlah ekspor ( M4 )
Perkiraan jumlah konsumsi ( M5 )
Dibawah ini adalah data-data perusahaan penghasil biodiesel di Indonesia yang
terbesar :
Tabel 1.7. Data Perusahaan Penghasil Biodisel terbesar di Indonesia
Nama Perusahaan Kapasitas (ton/tahun)
PT.Eterindo Wahanatama Tbk 240.000
PT.Sumi Asih 100.000
PT.Wilmar 350.000
PT.Musimas 300.000
PT.Bakri dan Rekayasa Industri 100.000
PT.Saridumai Sejati 100.000
PT.Asian Agro Agungjaya 100.000
PT.Karya Prajona Nelayan 100.000
Pabrik Lain 1.810.000
Total 3.200.000 Sumber.www.indonesia.2006
Direncanakan pabrik akan berdiri pada tahun 2009. Pada produksi
biodiesel ini, data yang digunakan adalah data analisa kebutuhan Minyak Tanah di
Indonesia dari tahun 2002 2004 sehingga perkiraan penggunaan Biodiesel pada
tahun 2009 dapat dihitung sebagai berikut :
I-28
Tabel 1.8 eksport kerosene di Indonesia
Tahun Volume (ton)
2000 14366,6
2001 12636,3
2002 12112,7
2003 13651,7
2004 15645,3
Tabel 1.9 import kerosene di Indonesia
Tahun Volume (ton)
2000 6019,5
2001 5471,8
2002 6525,8
2003 7610,9
2004 117322,0
Tabel 1.10 produksi kerosene di Indonesia
Tahun Volume (ton)
2004 56,912
2005 53,039
2004 47,205
I-29
Tabel 1.11 konsumi kerosene di Indonesia
Tahun Volume (ton)
2000 12455,2
2001 12227,9
2002 11678,3
2003 11753,1
2004 11846,1
Sumber : badan pusat statistik , annual Report Oil and Gas in Indonesia
Dari tabel 1.8 : kenaikan rata-rata ekport per tahun = 13,68%
Dari tabel 1.9 : kenaikan rata rata import per tahun = 74,72 %
Dari tabel 1.10 : kenaikan rata rata produksi per tahun = 52,38 %
Dari tabel 1.11 : kenaikan rata-rata konsumsi per tahun = 56,91 %
RUMUS : M1 + M2 + M3 = M4 + M5
Dimana : Input = Output
Input terdiri dari:
jumlah impor ( M1 )
jumlah produksi (M2)
Kapasitas produksi ( M3 )
Output terdiri dari:
Jumlah ekspor ( M4 )
Perkiraan jumlah konsumsi ( M5 )
Dengan memakai rumus : P = Po ( 1 + i )n
Dimana : P = Jumlah kapasitas yang diperkirakan
Po = Data impor tahun terakhir
I-30
i = % kenaikan rata-rata
n = Rencana pendirian pabrik (dihitung dari data terakhir)
a. Perkiraan import karosene pada tahun 2004
F = Po (1 + i)n
= 11732,0 (1 + 74,72)5
= 11732,0 ( 75,72)5
= 292.028,4 ton/tahun
Penurunan import karena adanya pendirian pabrik baru diasumsikan sebesar
3,0 %. Jadi jumlah import karosene tahun 2009 (M3) diperkirakan sebesar
282.683,4 ton/tahun
b. Perkiraan jumlah produksi tahun 2004 (M2)
F = 56,912 (1 + 52,38)5
= 433.620,4 ton /tahun
c. Perkiraan komsumsi tahun 2004 (M5)
F = 11846,1 (1 + 56,91)5 .
= 772.718,4 ton /tahun
d. Jumlah eksport karosene yang diperkirakan tahun 2007 (M4)
M4 = 35 % dari kapasitas produksi (M3)
e. Kapsitas produksi karosene yang diperkirakan tahun 2004 (M3)
M3 + M2 + M4 = M1 + M5
(Kapasitas produksi + Jumlah produksi + Jumlah eksport = Jumlah Import +
perkiraan jumlah komsumsi)
Dari persamaan diatas dapat dihitung kapasitas produksi gasolin tahun 2012,
yaitu :
I-31
M3 = (M1 + M5) (M4 + M2)
= (M1 + M5) (0,35M3 + M2)
M3 = (282.683,4 + 772.718,4) (0,35 M3 + 433.620,4)
= 2072602,3 ton/tahun
Jadi, kapasitas pabrik biodiesel yang akan didirikan pada tahun 2009 diperkirakan
sebesar 200.000 ton/tahun, karena pertibangan bahan baku, pangsa pasar dan
pemenuhan terhadap import, eksport.
II-1
BAB II
SELEKSI DAN URAIAN PROSES
2.1 Macam-macam Proses
Biodiesel dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi asam lemak bebas
dilihat dari kualitas minyak nabati yang digunakan sebagai bahan baku dan trans-
esterifikasi trigliserida.
1. Esterifikasi :
Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi metil ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alcohol. Katalis-katalis yang
cocok adalah zat berkarakter asam kuat dank arena ini asam sulfat, asam sulfonoat
organic atau resin penukar kation asam kuat merupakn katalis-katalis yang biasa
terpilih dalam praktek industrial. Untuk mendorong agar reaksi bias berlangsung
ke konversi yang sempurna pada temperatur rendah (misalnya paling tinggi
1200C) reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih
(biasanya lebih besar 10 kali nisbah stoikhometrik) dan air produk ikutan reaksi
harus disingkirkan dari fasa reaksi yaitu fasa minyak. Melalui kombinasi-
kombinasi yang tepat dari kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran air,
konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat dituntaskan dalam
waktu 1 sampai beberapa jam. Reaksi ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
RCOOH +CH3OH RCOOHCH3 + H2O
Gambar 2.1. Reaksi esterifikasi dari asam lemak menjadi metil ester
Esterifikasi biasa dilakukan untuk membuat biodiesel minyak berkadar asam
lemak bebas akan dikonversikan menjadi metil ester. Tahap esterifikasi biasa
diikuti dengan tahap transesterifikasi. Namun sebelum produk esterifikasi
II-1
II-2
diumpankan ke tahap tranesterifikasi air dan bagian terbesar katalis asam yang
dikandungnya harus disingkirkan terlebih dahulu.
2. Trans-esterifikasi :
Transesterifikasi (biasa disebut dengan alkoholisis) adalah tahap konversi dari
trigliserida (minyak nabati) menjadi alkyl ester melalui reaksi dengan alkohol dan
menghasilkan produk samping yaitu gliserin. Di antara alkohol-alkhol monohidrik
yang menjadi sumber pemasok gugus alkyl metanol adalah yang umum digunakan
karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut
metanolisis). Jadi, disebagian besar dunia ini biodiesel praktis indentik dengan
ester metil asam-asam lemak (Fatty Acids Metil Ester, FAME). Reaksi
transtesterifikasi trigliserida menjadi metil ester dapat dilihat pada gambar 2.2.
O O
CH2-O-C-R1 CH3-O-C-R1
O O CH2-OH
CH-O-C-R2 + 3 CH3OH CH3-O-C-R2 + CH-OH
( NaOH )
O O CH2-OH
CH2-O-C-R2 CH2-O-C-R2
Trigliserida Metanol Metil ester Gliserin
Gambar 2.2. Reaksi Trans-esterifikasi dari trigliserida menjadi metil ester
asam lemak
Trans-esterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa
adanya katalis konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan
II-3
lambat. Katalis yang biasa digunakan ada beberapa jenis untuk mendapatkan
produk biodiesel terbaik.
Reaksi trans-esterifikasi sebenarnya berlangsung pada 3 tahap yang
ditampilkan berikut ini :
1) Trigliserida (TG) +CH3OH katalis Digliserida (DG) + R1COOCH3
2) Digliserida (DG) + CH3OH katalis Monogliserida (MG) + R2COOCH3
3) Monogliserida (MG) + CH3OH katalis Glierin (GL) + R3COOCH3
Produk yang diingikan dari reaksi trans-esterifikasi adalah metil ester asam
lemak adapun beberapa cara agar kesetimbangan lebih kea rah produk, yaitu :
a. Menambahkan metanol berlebih dalam reaksi
b. Memisahkan gliserin
c. Menurunkan temperatur reaksi (trans-esterifikasi merupakan reaksi
eksoterem)
Ada tiga macam proses pembuatan biodiesel dengan reaksi trans-esterifikasi, yaitu
a. Trans-esterifikasi minyak nabati dengan katalis basa.
Trans-esterifikasi ini menggunakan katalis basa kuat sperti NaOH atau
KOH. Reaksi trans-esterifikasi ini memerlukan temperatur reaksi relatif
rendah dan berlangsung dengan cepat.
b. Trans-esterifikasi minyak nabati dengan katalis asam.
Trans-esterifikasi ini menggunakan katalis H2SO4 atau HCL. Reaksi ini
memerlukan waktu reaksi yang lebih tinggi dari trans-esterifikasi dengan
katalis basa.
c. Trans-esterifikasi minyak nabati menjadi asam lemak bebasnya, kemudian
menjadi biodiesel.
II-4
Adapun tinjauan lain mengenai proses produksi pembuatan biodiesel antara lain :
1. Proses Biox :
Proses BIOX adalah proses produksi biodiesel berkualitas ASTM D6751 atau
EN 14214 yang dapat menggunakan feedstock ataupun (minyak tumbuhan,
minyak biji-bijian, limbah lemak hewan, bahkan daur ulang sisa minyak
masak),dan dengan biaya produksi yang dapat bersaing dengan petroleum diesel
(www.bioxcorp.com) .
Proses pembuatan metal ester yang umum adalah dengan mereaksikan
metanol dan trigliserida. Pada proses ini akan berbentuk 2 fasa, yaitu fasa
methanol dan fasa trigliserida dimana reaksi hanya berlangsung pada fasa
metanol. Reaksi ini berlangsung dengan laju reaksi yang lambat pada temperatur
ruang mencapai beberapa jam dan konversi yang tidak maksimal. Professor David
Boocock dari University of Toronto menemukan bahwa reaksi berlangsung
lambat karena adanya 2 fasa ini, sehingga laju reaksi akan dibatasi oleh peristiwa
perpindahan massa. Untuk menghindari hal tersebut digunakan ko-pelarut inert
yang murah dan dapat di daur ulang (biasanya tetrahidrofuran), THF, atau
metilersierbutileter, MTBE) sehingga terbentuk fasa yang kaya minyak dan reaksi
berlangsung dalam suatu fasa. Selain itu digunakan metanol berlebih (20:1 sampai
30:1 metanol terhadap mol trigliserida) untuk meningkatkan polaritas dari
campuran. Hasilnya adalah peningkatan laju reaksi yang signifikan sehingga
reaksi dapat mencapai konversi 99 % dalam hitungan menit.
Proses BIOX yang dikembangkan pun telah dapat digunakan untuk berbagai
macam kualitas feed dengan harga yang lebih murah dan berlangsung pada
temperature dan tekanan mendekati kondisi ruang (ambient).
II-5
2. Proses Lurgi
Proses lurgi adalah proses produksi biodiesel yang juga menggunakan
feedstock apapun (minyak tumbuhan, minyak biji-bijian, limbah lemak hewan,
bahkan daur ulang sisa minyak masak). Proses lurgi ini dilakukan secara kontinu
dengan tahap esterifikasi dan tahap transesterifikasi. Tahap transeseterifikasi pada
proses lurgi ini dilakukan dengan 2 tahap dalam 2 reaktor yang terpisah. Masing-
masing reaktor terdiri dari bagian pengaduk dan bak penampung yang berfungsi
sebagai dekanter.
Minyak mentah yang mengadung kadar asam lemak bebas yang cukup tinggi
diesterifikasi terlebih dahulu untuk mengkonversi asam lemak bebas menjadi
metal ester. Setelah asam lemaknya dikonversi menjadi metal ester. Minyak
mentah akan dimasukan bersamaan ke dalam reaktor pertama dengan sebagian
besar jumlah metanol dan katalis total yang digunakan sedangkan sisa metanol
dan katalis akan dimasukkan pada reaktor kedua.
Sisa metanol setelah reaksi akan dipisahkan dari gliserol yang terbentuk dan
di-recovery agar dapat dipakai ulang. Biodiesel yang terbentuk akan dicuci
dengan tujuan untuk memurnikan produk biodiesel dari sisa gliserol dan air
pencuci.
Perbandingan ketiga proses trans-esterifikasi di atas dapat dilihat pada tabel
2.1 di bawah ini.
II-6
Tabel 2.1 Perbandingan Reaksi Trans-esterifikasi
No Parameter Trans-esterifikasi
basa
Trans-esterifikasi
asam
Konversi minyak
nabati
1. Katalis NaOH/KOH H2SO4 H2SO4/HCL
2. Konversi
reaksi
98 % 97 % 90 %
3. Temperatur
reaksi
80 0 C 100
0 C 210-230
0 C
4. Tekanan
operasi
1 atm > 1 atm 1 atm
5. Waktu reaksi 1-3 jam 1-3 jam 1-3 jam
( Swern,2:130-133, kirk Othmer 9:306-308)
Dari perbandingan di atas dipilih trans-esterifikasi dengan katalis basa
dengan alasan sebagai berikut :
1. Konversi reaksinya paling besar yaitu 98 %.
2. Tekanan operasi rendah.
3. Temperatur reaksi rendah.
4. Terdiri dari satu tahap produksi.
5. Tidak memerlukan unit operasi yang tahan karat karena katalis yang
digunakan tidak korosif.
2.2 Uraian Proses
2.2.1 Tahap Persiapan
Minyak jarak disimpan dalam storage minyak ( F-104). Penyimpanan ini juga
berfungsi untuk mengendapkan kotoran yang terikut dalam minyak selama
transportasi.
II-7
2.2.2 Tahap Proses Utama
Minyak jarak dari storage ( F-104 ) dialirkan ke dalam reaktor I ( R-110)
untuk direaksikan dengan natriummetoksida dari mixer ( M-103) dengan konversi
reaksi 90 %. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
O O
CH2-O-C-R1 CH3-O-C-R1
O O CH2-OH
CH-O-C-R2 + 3 CH3OH CH3-O-C-R2 + CH-OH
( NaOH )
O O CH2-OH
CH2-O-C-R2 CH2-O-C-R2
Trigliserida Metanol Metil ester Gliserin
(http://www.osti.gov/bridge,hal.1)
Suhu reaksi dalam reactor I adalah 60 0C dan tekanan operasi 1 atm. Ouput
produk metil ester, gliserin dan sisa minyak yang tidak bereaksi kemudian
dialirkan ke dekanter I ( H-111) untuk memisahkan gliserin. Metil ester dan sisa
minyak yang belum bereaksi dialirkan lagi ke reaktor II ( R-120) untuk
direakasikan dengan natriummetoksida dengan konversi reaksi 90%. Suhu reaksi
dalam reaktor II adalah 60 0C dan tekanan operasi 1 atm. Tiap reaktor dilengkapi
dengan pengaduk berkecepatan 400 rpm dan coil pemanas.
2.2.3 Tahap pemurnian Produk dan Penanganan produk Samping
Metil ester dari dekanter II ( H-121) dialirkan ke kolom pencuci untuk
dicuci dengan larutan HCL encer dari tangki air asam ( M-201). Air pencuci ini
mengendapkan sisa katalis basa dan melarutkan gliserin yang masih terkandung
II-8
dalam metil ester dan sabun yang terbentuk selama proses trans-esterifikasi. Air
pencuci ini dipisahkan dalam dekanter III (H-211).. Metil ester yang sudah bersih
ini dialirkan ke tangki adsorpsi (M-230) dan dikontakan dengan kalsiumklorida
untuk mengurangi kandungan air pencuci dari metil ester dengan filter press I (P-
232). Kemudian metil ester murni dialirkan ke storage produk (F-234) untuk siap
dipasarkan.
Produk samping berupa gliserin dari dekanter I (H-111), dekanter II (H-
121), dan air pencuci yang masih mengandung sedikit gliserin dari dekanter III
(H-211) dikumpulkan dalam tangki gliserin (F-301).
Campuran ini dialirkan ke tangki asidulasi (M-310) untuk dicampur dengan asam
klorida untuk menetralkan sisa katalis yang terkandung dalam gliserin.
Selanjutnya sabun dan asam lemak bebas yang terkadung dalam gliserin
dipisahkan dengan dekanter IV (H-311). Kemudian gliserin bersih dialirkan ke
evaporator (V-320) untuk dipekatkan hingga 80% mol. Evaporasi dilakukan pada
suhu 96,675 0C dan pada tekanan 1 atm. Selanjutnya gliserin dialirkan ke filter
pres II (P 342) untuk memisahkan bahan bleacing dari gliserin murni. Gliserin
murni selanjutnya disimpan dalam storage gliserin (F-343) untuk dipasarkan.
II-9
Proses Flow Diagram
Gambar 2.3.Prose Flow Diagram Pabrik Biodiesel dari Minyak Jarak
dengan Proses Transesterifikasi
Minyak Jarak
300C, 1 atm
Transesterifikasi
1 Jam, 600C, 1 atm
Adsorpsi
300C, 1 atm
Pemisahan
1 jam, 1 atm
Pencucian II
700C, 1 atm
Pemisahan
1 jam, 1 atm
Pencucian I
700C, 1 atm
Pemisahan
1 Jam, 1 atm
Storage
Metil ester
300C, 1 atm
NaOH
300C, 1 atm
Na-metoksida
Metanol
300C, 1 atm
CH3OH
300C, 1 atm
Gliserin
300C, 1 atm
Asidulasi
300C, 1 atm
Pemisahan
30 menit, 1 atm
Evaporasi
96,6750C, 1 atm
Air Pencuci
+ gliserin
300C, 1 atm
Air Pencuci
+ gliserin
300C, 1 atm
Bleaching
300C, 1 atm
Storage gliserin
300C, 1 atm
III-1
BAB III
NERACA MASSA
1. MIXER (M-103)
Fungsi : Mereaksikan metanol dengan NaOH
Reaksi yang terjadi : CH3OH + NaOH CH3ONa + H2O
Storage minyak jarak Mixer
Reaktor I
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari storage metanol dan
natriumhidroksida :
NaOH = 82,85761592
CH3ONa = 111,8634
Komposisi setelah pencampuran (reaksi) :
CH3ONa = 111,8634
CH3OH = 5534,619
H2O = 37,2936
Output ke reaktor I (90%) :
CH3OH = 4981,1571
CH3ONa = 100,67706
H2O = 33,56424
Output ke reaktor II (10%) :
CH3OH = 553,4619
CH3ONa = 11,18634
H2O = 3,72936
Total input = 5683,776 kg/jam Total output = 5683,776 kg/jam
M-103
III-1
III-2
2. REAKTOR I (R-110)
Fungsi : mereaksikan minyak jarak dengan natriummetoksida menjadi metil ester
Reaksi : Trigliserida + metanol Metil ester + Glierin
FFA + CH3ONa Sabun + H2O
Storage minyak jarak Mixer
Dekanter I
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari mixer :
CH3OH = 4981,1571
CH3ONa = 100,67706
H2O = 33,56424
Trigliserida = 27685,57364
Unsaponificable = 419,4783885
FFA = 139,8261295
Output ke dekanter I :
Metil ester = 27527,52753
Gliserin = 2720,568993
Trigliserida = 276,8557364
Unsaponificable = 419,4783885
FFA = 139,8261295
NaOH = 65,8894
Sabun = 135,1702337
H2O =7,637268533
CH3OH = 2204,980776
Total input = 33497,9344 kg/jam Total output = 33497,9344 kg/jam
R-110
III-3
3. DEKANTER 1 (H-111)
Fungsi : memisahkan gliserin dari metil ester
Reaktor II
Reaktor I
Tangki Gliserin
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari reaktor I :
Metil ester = 27527,52753
Gliserin = 2720,568993
Trigliserida = 276,8557364
Unsaponificable = 419,4783885
FFA = 139,8261295
NaOH = 65,8894
Sabun = 135,1702337
H2O =7,637268533
CH3OH = 2204,980776
Output dari reaktor II :
Metil ester = 27527,52753
Gliserin = 136,0284496
Trigliserida = 276,8557364
Unsaponificable = 419,4783885
FFA = 139,8261295
NaOH = 3,29447
Sabun = 6,758511687
H2O =0,076372685
CH3OH = 1322,988465
Output ke tangki gliserin :
Gliserin (95%) = 2584,540543
Unsaponificable = 419,4783885
Sabun (95%) = 128,4117221
H2O (99%) = 7,560895848
H-111
III-4
CH3OH (40%) = 881,9923102
Total = 3602,505471
Total input = 33497,9344 kg/jam Total output = 33435,33952 kg/jam
4. REAKTOR II (R-120)
Fungsi : mereaksikan minyak jarak dengan natriummetoksida menjadi metil ester
Dekanter I Mixer
Dekanter I I
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari reaktor II :
Metil ester = 27527,52753
Gliserin = 136,0284496
Trigliserida = 276,8557364
Unsaponificable = 419,4783885
FFA = 139,8261295
NaOH = 3,29447
Sabun = 6,758511687
H2O =0,076372685
Output ke dekanter II :
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 160,760895
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
FFA = 13,98261295
NaOH = 431,8024332
Sabun = 146,5846412
H2O =12,21521393
R-120
III-5
CH3OH = 1322,988465
Input dari mixer :
CH3OH = 553,4619
CH3ONa = 11,18634
H2O = 3,72936
Total = 28244,87816
CH3OH = 357,96288
Total input = 29343,06013 kg/jam Total output = 29343,06013 kg/jam
5. DEKANTER II (H-121)
Fungsi : memisahkan sabun dan FFA dari gliserin
Washing column
Reaktor II
Tangki Gliserin
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari reaktor II :
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 160,760895
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
FFA = 13,98261295
NaOH = 431,8024332
Sabun = 146,5846412
Output ke washing column :
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 8,038044751
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
FFA = 13,98261295
NaOH = 21,59012166
Sabun = 7,329232059
H-121
III-6
H2O =12,21521393
CH3OH = 357,96288
H2O = 0,122152139
CH3OH =268,47216
Total = 28539,28577
Output ke tangki gliserin :
Gliserin ( 95 % ) = 7,636142514
Sabun (95 % ) = 139,2554091
H2O ( 99 % ) = 12,09306179
NaOH ( 95 % ) = 410,2123115
CH3OH ( 25 % ) = 89,49072
Total = 658,6876449
Total input = 29197,97342 kg/jam Total output = 29197,97342 kg/jam
6. WASHING COLUMN (D-210)
Fungsi : menetralkan sisa katalis basa dan memisahkan sabun dengan penambahan HCl
Reaksi : NaOH + HCl NaCl + H2O
Tangki Air Asam
Dekanter III
Dekanter II
D-210
III-7
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari dekanter II :
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 8,038044751
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
FFA = 13,98261295
NaOH = 21,59012166
Sabun = 7,329232059
H2O = 0,122152139
CH3OH =268,47216
Total = 28539,28577
Input dari tangki air asam :
H2O =8333,333333
Larutan HCl = 54,6282503
Total = 8387,961583
Output ke dekanter III :
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 8,038044751
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
FFA = 13,98261295
NaOH = 21,59012166
Sabun = 7,329232059
H2O = 0,122152139
CH3OH =268,47216
NaCl = 3209,464334
Total input = 28539,28577 kg/jam Total output = 28539,28577 kg/jam
7. DEKANTER III (H-211)
Fungsi : memisahkan air pencuci dari metil ester
Tangki adsoprsi
Washing column I
Tangki Gliserin
H-211
III-8
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari dekanter III :
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 8,038044751
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
FFA = 13,98261295
NaOH = 21,59012166
Sabun = 7,329232059
H2O = 0,122152139
CH3OH =268,47216
NaCl = 3209,464334
Output ke tangki adsorpsi :
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 8,038044751
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
NaOH = 21,59012166
Sabun = 0,366461603
H2O = 0,006107607
CH3OH = 13,423608
Total = 28233,54763
Output ke tangki gliserin :
Gliserin = 8,038044751
Sabun ( 95 % ) = 6,962770456
H2O ( 95 % ) = 0,116044532
NaCl = 3209,464334
FFA = 13,98261295
CH3OH (95 % ) = 255,048552
Total = 3493,612358
Total input = 28539,28577 kg/jam Total output = 28539,28577 kg/jam
III-9
8. TANGKI ADSORPSI (M-230)
Fungsi : memurnikan gliserin
Metil ester + Gliserin CaCl2
Metil ester + Air + Adsorben
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari dekanter III
Metil ester = 27777,77778
Gliserin = 8,038044751
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
FFA = 13,98261295
NaOH = 21,59012166
Sabun = 7,329232059
H2O = 0,122152139 kg/jam
CH3OH =268,47216 kg/jam
NaCl = 3209,464334 kg/jam
Input adsorbent = 1388,888889 kg/jam
Output ke filter press :
Metil ester = 27777,77778
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
H2O = 0,122152139
CH3OH =268,47216
CaCl2 = 1388,888889
Total input = 29622,43652 kg/jam Total output = 29622,43652 kg/jam
M-230
III-10
9. FILTER PRESS I (P-232)
Fungsi : memisahkan spent kalsiumklorida dari metil ester
Metil ester
+ adsorben
Metil ester
Adsorben
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari tangki adsorpsi :
Metil ester = 27777,77778
Trigliserida = 27,68557364
Unsaponificable = 414,2881
H2O = 0,122152139
CH3OH =268,47216
CaCl2 = 1388,888889
Output ke storage metil ester :
Metil ester = 27722,22222
Trigliserida= 27,63020249
Unsaponificable = 413,4595238
H2O = 0,122152139
Total = 28163,31805
Output ke adsorbent recovery unit :
CaCl2 = 1388,888889
CH3OH =268,47216
H2O = 0,122152139
Metil ester (0,2 % ) = 55,55555555
Trigliserida (0,2 % ) = 0,055371147
Unsaponificable (0,2% ) = 0,006107607
Total = 1458,758107
Total input = 29622,43652 kg/jam Total output = 29622,43652 kg/jam
H-231
III-11
Kemurnian produk yang dihasilkan = 31805,28163
%10022222,27722 x= 98,43%
10. TANGKI GLISERIN (F-301)
Fungsi : menampung gliserin
Dekanter I
Dekanter II
Dekanter III
Dekanter IV
Tangki asidulasi
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari dekanter I :
Gliserin = 2584,540543
Unsaponificable = 419,4783885
Sabun = 128,4117221
H2O = 7,560895848
CH3OH = 881,9923102
Total = 3602,505471
Input dari dekanter II:
Gliserin = 7,636142514
Sabun = 139,2554091
H2O = 12,09306179
NaOH = 410,2123115
Output ke tangki asidulasi :
Gliserin = 2600,21473
Sabun = 274,6299016
H2O = 19,77000217
NaOH = 410,2123115
NaCl = 3209,464334
FFA = 13,98261295
F-301
III-12
CH3OH = 89,49072
Total = 658,6876449
Input dari dekanter III:
Sabun = 6,962770456
H2O = 0,116044532
NaCl = 3209,464334
FFA = 13,98261295
CH3OH = 255,048552
Total = 3493,612358
Total input = 7754,805474 kg/jam Total output = 7754,805474 kg/jam
11. TANGKI ASIDULASI (M-310)
Fungsi : menetralkan sisa katalis dan memisahkan sabun dan FFA dengan penambahan
HCl
Tangki Gliserin HCl
Dekanter III
M-310
III-13
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari tangki gliserin :
Gliserin = 2600,21473
Sabun = 274,6299016
H2O = 19,77000217
CH3OH = 1226,531582
NaOH = 410,2123115
NaCl = 3209,464334
FFA = 13,98261295
Input larutan HCl = 1037,936756
Output ke dekanter IV :
Gliserin = 2600,21473
Sabun = 274,6299016
H2O = 19,77000217
CH3OH = 1226,531582
NaOH = 410,2123115
NaCl = 3209,464334
FFA = 13,98261295
Total input = 8542,072582 kg/jam Total output = 8542,072582 kg/jam
12. DEKANTER IV (H-221)
Fungsi : memisahkan air pencuci dari metil ester
Storage Sabun + FFA
Tangki asidulasi
Evaporator
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari tangki asidulasi :
Gliserin = 2600,21473
Sabun = 274,6299016
Output ke evaporator :
Gliserin = 2600,21473
CH3OH = 1226,531582
H-221
III-14
H2O = 19,77000217
CH3OH = 1226,531582
NaOH = 410,2123115
NaCl = 3209,464334
FFA = 13,98261295
H2O = 19,77000217
NaCl = 3209,464334
Total = 7055,980648
Output ke tangki storage sabun dan FFA
Sabun = 274,6299016
FFA = 13,982261295
Total = 288,6125146
Total input = 7344,593163 kg/jam Total output = 7344,593163 kg/jam
13. EVAPORATOR (V-320)
Fungsi : memekatkan gliserin
Filter Press II
Dekanter IV
Tangki bleaching
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari evaporator :
Gliserin = 2600,21473
NaCl = 3209,464334
H2O = 4716,002063
Output ke filter press II :
Gliserin = 2600,21473
NaCl = 3209,464334
H2O = 4716,002063
Total input = 10525,68113 /jam Total output = 10525,68113 kg/jam
V-230
III-15
14. FILTER PRESS II (P-342)
Fungsi : memisahkan bahan bleaching dari gliserin bersih
Storage Gliserin
Tangki
Bleaching
Pengolahan Limbah
Massa masuk (kg/jam) Massa keluar (kg/jam)
Input dari tangki bleaching :
Gliserin = 2600,21473
NaCl = 3209,464334
H2O = 4716,002063
Output ke storage gliserin :
Gliserin = 2600,21473
Output ke pengolahan limbah :
Gliserin = 2600,21473
NaCl = 3209,464334
H2O = 4716,002063
Total input = 10525,68113 /jam Total output = 10525,68113 kg/jam
V-230
IV-1
BAB IV
NERACA PANAS
Suhu referensi = 250
C
Basis perhitungan : H = kkal/jam
Cp = kkal/kg. 0 C
T = 0
C
1. REAKTOR I ( R-110 )
Fungsi : mereaksikan minyak jarak dengan natriummetoksida menjadi metil ester
T2 = 30 0
C
H2
Qloss
Qloss
H1
T1= 30 0
C H3
T3= 30 0
C
Q steam
HR
IV-1
IV-2
Overall heat balance :
H1 = H1 + H2 + Q = H3 + Qloss
H1 = panas yang dibawa minyak jarak
H2 = panas yang dibawa katalis (NaOH )
H3 = panas output produk
HR = panas reaksi
Q = panas yang diberikan steam
Q loss = heat loss
Panas masuk (kkal/jam) Panas keluar(kkal/jam)
H1 = 74225,78468
H2 = 15492,45821
HR = 12205,98364
Q = 539249,5801
H3 = 614211,3276
Q loss = 26962,4790
Total =641173,8066 kkal/jam Total 641173,8066 kkal/jam