10
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Sudoyo, (ed), 2006). Adanya gangguan fisik tersebut berdampak pada psikologis dalam setiap individu khususnya bagi penderita diabetes melitus yang mengalami stres. Stres dapat berdampak pada gangguan pola makan, dimana seseorang bisa menjadi bertambah gemuk ataupun kurus (Handadari, 2008). Peraturan tentang pembatasan diet dan aktivitas yang harus dimengerti membuat pasien menjadi stres dan mengalami kejenuhan sehingga timbul dilema yang sulit dipecahkan, mereka mulai mencoba melanggar pantangan dan mulai berperilaku salah, seperti kebiasaan makan tidak sehat misalnya, asupan makanan yang berlebihan tersebut pada akhirnya menjadi gaya hidup, sehingga

11. BAB I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

11. BAB I

Citation preview

5

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDiabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Sudoyo, (ed), 2006). Adanya gangguan fisik tersebut berdampak pada psikologis dalam setiap individu khususnya bagi penderita diabetes melitus yang mengalami stres. Stres dapat berdampak pada gangguan pola makan, dimana seseorang bisa menjadi bertambah gemuk ataupun kurus (Handadari, 2008). Peraturan tentang pembatasan diet dan aktivitas yang harus dimengerti membuat pasien menjadi stres dan mengalami kejenuhan sehingga timbul dilema yang sulit dipecahkan, mereka mulai mencoba melanggar pantangan dan mulai berperilaku salah, seperti kebiasaan makan tidak sehat misalnya, asupan makanan yang berlebihan tersebut pada akhirnya menjadi gaya hidup, sehingga timbul efek negatif stres, yaitu dapat memicu kenaikan kadar glukosa darah pada diabetes melitus (Dewi dan Ibnu, 2013). Penelitian Dewi (2008) dalam Maryani (2010); Lenggu (2011) menyebutkan kenaikan gula darah naik secara drastis pada penderita Diabetes dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya hormon insulin, glukagon, adrenalin dan kortikosteroid, jenis serta jumlah makanan yang dikonsumsi. Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas Puskesmas Sedati Sidoarjo mengatakan bahwa masih banyak pasien diabetes melitus yang mengalami kondisi stres, dampak stres tersebut membuat pasien cenderung makan makanan yang berlebih dan masih ditemukan pasien yang melanggar diet meskipun sudah diberikan informasi oleh petugas. Stres yang berdampak pada pola makan berlebih apabila tidak segera ditangani, dikhawatirkan dapat meningkatkan kadar gula darah pasien diabetes.Berdasarkan penelitian epidemiologi dalam buku Ilmu Penyakit Dalam disebutkan World Healthy Organization (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2000 jumlah penderita diabetes melitus diatas umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun akan meningkat menjadi 300 juta orang. Jumlah tertinggi penderita diabetes melitus terdapat dikawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia (Sudoyo, (ed), 2006). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 di Indonesia jumlah penderita diabetes mengalami peningkatan dari 1,1 % pada tahun 2007 menjadi 2,1 % pada tahun 2013 (Depkes, 2013). Revisi hasil laporan Riskesdas 2007 (edisi kedua) menyebutkan bahwa di Jawa Timur berasal dari 38 kabupaten/Kota dengan jumlah sample rumah tangga (RT) 28.563, khususnya untuk pengukuran gula darah, sampel diambil dari anggota rumah tangga berusia lebih dari 15 tahun dengan prevalensi penyakit (berdasar diagnosa oleh tenaga kesehatan dan atau gejala) diabetes 1,3%. Prevalensi diabetes di Kota Surabaya 3,3%. Prevalensi diabetes di Kabupaten Sidoarjo 1,8%. Prevalensi diabetes meningkat dengan bertambahnya umur, yaitu pada usia 55-64 tahun sekitar 3,9%. Prevalensi diabetes, pada laki-laki dan perempuan hampir sama yaitu 1,4% dan 1,3%. Prevalensi diabetes tertinggi pada tingkat pendidikan tamat Perguruan Tinggi 2,6%. Penyakit diabetes memiliki gambaran kecenderungan meningkat sejalan dengan meningkatnya status ekonomi sebesar 1,1%, 1,4%, 2,0% dan 2,9% (Riskesdas, 2007). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Klinik Pratama Analisa Pekalongan pada bulan Januari - Maret 2005, menyebutkan kadar gula darah yang buruk (>200mg/dl) dengan persentase terbanyak pada sampel dengan pola makan tidak baik (41,20%) (Maryani 2010). Penelitian Lenggu (2011) menyebutkan mayoritas tingkat stres yang dialami para penderita Diabetes Melitus di Daerah Kabupaten Belu-NTT dalam kategori ringan (66,7%). Berdasarkan hasil wawancara dari petugas Puskesmas pada bulan Maret 2014 di Puskesmas Sedati didapatkan data pasien diabetes pada tahun 2013 sebanyak 5.833, sedangkan pada data pendahuluan didapatkan sebanyak 40 pasien diabetes melitus yang berkunjung saat itu dan dari 10 pasien yang dikaji, 5 (50%) diantaranya mengalami stres dan dari 5 pasien tersebut 2 (20%) dengan pola makan tidak baik yaitu konsumsi makanan berkalori tinggi.Pasien diabetes yang mengalami stres dengan tidak menjaga pola hidup sehat dapat mengubah tingkat glukosa darah. Hormon stres dapat mengubah kadar glukosa darah secara langsung seperti Adrenalin, Norephynephryne dan Kortisol dapat meningkatkan kadar glukosa darah (Price dan Wilson, 2006), karena salah satu fungsi utama mereka adalah untuk membantu meningkatkan energi saat itu yang paling dibutuhkan. Pengaruh stres pada orang dengan diabetes tipe 1 yang beragam, kadar glukosa kebanyakan orang dengan stres mental kadar glukosa darah mengalami penurunan. Pada orang dengan diabetes tipe 2, tekanan mental seringkali meningkatkan kadar glukosa darah. Stres fisik, seperti sakit atau cedera, menyebabkan kadar glukosa darah lebih tinggi pada orang dengan diabetes tipe 1 ataupun tipe 2 (Andjani, 2012). Stres apabila tidak segera ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan dapat berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit yang lebih parah. Supaya pasien diabetes dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya perlu mengupayakan gaya hidup sehat dan memanajemen tingkat stresnya. Mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat dapat melakukan manajemen stres dengan cara makan tidak berlebih dan teratur, istirahat yang cukup akan memulihkan keletihan fisik dan akan memulihkan keadaan tubuh, olahraga ringan seperti berjalan, jogging, atau bersepeda setidaknya 15-30 menit per harinya, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, pengaturan waktu, terapi psikofarmaka dengan menggunakan obat-obatan dalam mengatasi stres, terapi psikoreligius dengan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis dan strategi koping yaitu berupa terapi relaksasi dan meditasi sehingga stres yang dialami dapat diatasi (Hidayat, 2004). Orang dengan diabetes harus menjaga pola makan dengan melaksanakan dan menerapkan prinsip tepat 3 J, yaitu jadwal waktu makan yang tetap, pemilihan jenis makanan yang tepat untuk diabetes, dan jumlah makanan yang mengandung sumber energi seperti karbohidrat, protein dan lemak yang memenuhi kecukupan tubuh, selain itu memeriksakan kadar glukosa lebih sering ketika sedang sakit atau sedang stres dan minum banyak cairan agar tidak mengalami dehidrasi (Nelson, Jennifer. 2005; urjanah, Nunung dan Elisa Diana Julianti, 2006). Fenomena yang muncul ini membuat penulis berkeinginan untuk membuktikan apakah terdapat hubungan antara stres dengan pola makan pada pasien diabetes melitus, dan diharapkan mampu mengontrol serta menjaga pola makan yang sehat dan tidak melanggar pantangan makan dengan manajemen stres sehingga kadar glukosa darah tetap seimbang dan terjaga tanpa masalah komplikasi yang dapat terjadi.

1.2 Rumusan MasalahAdakah hubungan antara stres dengan pola makan pada pasien Diabetes Melitus yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Sedati Sidoarjo?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1 Tujuan UmumMenganalisis hubungan antara stres dengan pola makan pada pasien Diabetes Melitus yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Sedati Sidoarjo1.3.2 Tujuan Khusus1. Mengidentifikasi stres pada pasien Diabetes Melitus yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Sedati Sidoarjo 2. Mengidentifikasi pola makan pada pasien Diabetes Melitus yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Sedati Sidoarjo 3. Menganalisis hubungan antara stres dengan pola makan pada pasien Diabetes Melitus yang melakukan rawat jalan di Puskesmas Sedati Sidoarjo

1.4 Manfaat Penelitian1.4.1 Manfaat TeoritisDengan memberikan manajemen stres diharapkan mampu mengatur dan mengontrol pola makan yang sehat pada pasien Diabetes Melitus sehingga kadar glukosa darah tetap seimbang.1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Pasien Diabetes MelitusDiharapkan penelitian dapat memberikan informasi bagi pasien diabetes dalam mengatasi stres, sehingga pasien Diabetes dapat mengontrol pola makan yang baik dan benar yang disesuaikan bagi penderita Diabetes.2. Bagi Profesi KeperawatanDiharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi profesi keperawatan dalam mengembangkan intervensi keperawatan pada penyakit Diabetes Melitus sehingga dapat membantu dalam mengatasi stres dan pola makan yang tidak sehat.3. Bagi Lahan Penelitian (Puskesmas Sedati Sidoarjo)Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi bagi Puskesmas Sedati Sidoarjo dan dapat dijadikan acuan dalam pengembangan penelitian mengenai perawatan pasien Diabetes atau sebagai dokumentasi ilmiah.4. Bagi Peneliti SelanjutnyaDiharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya tentang hubungan stres dengan pola makan pada pasien Diabetes Melitus.