11 Januari pukul 22.docx

  • Upload
    rasyid

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

11 Januari pukul 22:28 Sedikit berbagi hikmah untuk menguatkan para sahabat yang kini tengah mendidik anak-anak dengan prestasi akademis yang tidak terlalu menggembirakan. Tulisan ini saya buat tanpa maksud untuk berbangga hati memiliki seorang adik yang begitu cerdas dan berprestasi. Tapi jujur, saya begitu bersyukur mendapat anugrah seorang adik sepertinya. Sudah lama kami tidak berjumpa karena berpisah benua, sampai akhirnya kami berkumpul kembali setelah keduanya sama sama kembali ke tanah air. Kami bertukar cerita tentang perjuangan kami masing-masing saat ini. Ada rasa haru saat ia berkisah tentang apa yang tengah ia lakukun saat ini. Alhamdulillah Allah memang menitipkan kecerdasan yang luar biasa baginya. Ia betul betul menikmati pekerjaannya sebagai seorang insinyur. Tidak seperti saya yang ilmunya menguap setelah berkeluarga. Atas ijin Allah, ia begitu berprestasi dalam bidang kerjanya. Prestasi yang jarang diraih oleh anak muda yang usianya yang masih dibawah 30 tahun. Tidak hanya berprestasi di tanah air, namun sesekali berkiprah dalam kancah internasional.Ah... tulisan ini tidak saya maksudkan untuk menceritakan secara detail tentang bagaimana beliau saat ini. Saya hanya ingin bernostalgia bahwa sekitar 25 tahun lalu, bocah ini mengalami kesulitan berbicara, mengalami perkembangan yang lebih lambat dibanding kami kakak-kakaknya. Karena energi yang berlebih ia sering mengalami cedera saat kecil. Prestasi akademisnya tidak gemilang, apalagi jika dibandingkan dengan si sulung yang selalu meraih rangking pertama. Tapi mamah dan bapak tidak mau menyerah, setiap kali ia gagal masuk ke sekolah favorit, kedua orang tua kami selalu memindahkan ke sekolah favorit untuk berkumpul bersama kakak-kakaknya. Kata mamah supaya anak-anak terus terpacu untuk berprestasi jika berada di lingkungan pendidikan yang lebih baik. Ya setiap anak punya keunikan potensi sendiri serta punya waktu tersendiri kapan ia memulai serius meraih prestasinya. Sedikit demi sedikit prestasi akademiknya membaik dan tak menyangka jika pada akhirnya ia begitu berbakat dalam bidang yang ia geluti kini. Saya tiba-tiba bernostalgia dengan masa lalu kami. Sekaligus juga berbesar hati melihat anak-nak saya yang sangat aktif sehingga sering tidak dapat fokus dalam belajar. Sedikit bernostalgia dan bertanya pada mama tentang bagaimana masa kecil sang adik, kata mamah ia lebih suka bermain dan mengoprek ketimbang belajar. Masya Allah ternyata hobi ngopreknya kini disalurkan pada proyek-proyek berskala besar. Semoga saja para keponakan bisa meneladani apa yang baik dari pamannya. Semoga energi-energi lebih anak-anak saya saat ini yang begitu menguras tenaga, kelak menjelma menjadi karya-karya nyata untuk hajat hidup orang banyak. Sorry Mohammad Tria Nurfitriadin ceritamu sedikit saya share untuk membuat para ibu sedikit berbesar hati dan tak putus harapan bila kali ini prestasi anak-anak mereka belum gemilang. Barakallah atas semua kiprahmu dalam dunia energi, semoga pekerjaan untuk memenuhi hajat hidup manusia dalam bentuk energi Allah hitung sebagai amal jariyah dan bekal akhiratmu. I'm so proud of you bro..