33
Uji Tanah analisis kimia yang sederhana, cepat, murah, tepat, dan dapat diulang rekomendasi pemupukan spesifik lokasi PEDOMAN TEKNIS PEMANFAATAN PUTS TAHUN 2008 DIREKTORAT PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN JAKARTA, 2008 PT.PLA.B.2.7.2008

11 Pedoman Teknis Puts 20081

Embed Size (px)

DESCRIPTION

-

Citation preview

Page 1: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

Uji Tanahanalisis kimia

yang sederhana, cepat, murah,

tepat, dan dapatdiulang

rekomendasipemupukan

spesifik lokasi

PEDOMAN TEKNIS

PEMANFAATAN PUTS TAHUN 2008

DIREKTORAT PENGELOLAAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN

JAKARTA, 2008

PT.PLA.B.2.7.2008

Page 2: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

i

DAFTAR ISI Daftar isi ..................................................................................... i Kata pengantar .......................................................................... ii Daftar gambar............................................................................ iii Daftar lampiran........................................................................... iv I. PENDAHULUAN................................................................. . 1

I.1. Latar Belakang..................................................... .......... 1 I.2. Tujuan................................................................. ........... 3 I.3. Sasaran................................................................. ......... 3 I.4. Pengertian................................................................. ..... 4

II. RUANG LINGKUP..................................................... .......... 5 III. SPESIFIKASI TEKNIS...................................................... ... 6 IV. PELAKSANAAN................................................................... 7

4.1. Penentuan Calon Lokasi ............................................. 7 4.2. Penggunaan Perangkat Uji Tanah Sawah .................. 7

4.2.1. Komponen Perangkat...................................... 8 4.2.2. Cara Penggunaan...............…………………… 9

1. Pengambilan sampel tanah.................... ..... 9 2. Pengukuran kadar hara.................... ........... 12 3. Kapasitas PUTS............................... ........... 13

4.2.3. Cara Pembuatan Pupuk Kompos .................... 15 4.3. Penggunaan Bagan Warna Daun................................20

V. PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI....................24 5.1. Pelaporan hasil prediksi………………......................... 24 5.2. Pemantauan dan evaluasi........................................... 25 5.3. Isi ulang..................................................................... .. 25

VI. INDIKATOR KINERJA....................................................... .. 26 6.1. Masukan...................................................................... 26 6.2. Keluaran…………………..…………………………… ...26 6.3. Manfaat………...……………………………………….... 27 6.4. Dampak…………………………………………………...27

VII. PENUTUP............................................................................ 28

Page 3: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

ii

KATA PENGANTAR Maksud dan tujuan penerbitan pedoman teknis ini dalam rangka memberikan acuan dan panduan bagi para petugas Dinas Pertanian Tanaman Pangan baik Propinsi, Kabupaten/Kota maupun petugas lapangan untuk melaksanakan kegiatan pemanfaatan Perangkat Uji Tanah Sawa (PUTS) yang bersumber dari distribusi PUTS tahun 2008 yang merupakan pengadaan Direktorat Pengelolaan Lahan, Ditjen PLA tahun 2007. Pedoman teknis ini merupakan tindak lanjut dari distribusi PUTS tahun 2008 yang merupakan pengadaan PUTS tahun 2007. Dimana kegiatan pemanfaatan PUTS merupakan tindak lanjut dari tersebut Implementasi Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1 tahun 2007 dan revisi Surat Keputusan Mentan No. 38 tahun 2007 tentang Akhirnya, sangat diharapkan komitmen berbagai pihak untuk dapat melaksanakan kegiatan ini dengan sebaik- baiknya dalam bingkai waktu yang telah ditentukan, agar hasil pembangunan pertanian melalui upaya perbaikan lahan benar benar dapat dinikmati manfaatnya bagi sebesar- besar kesejahteraan tani

Jakarta, Januari 2008 Direktur

Ir. Suhartanto, MM NIP. 080.048.854

Page 4: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

iii

DAFTAR GAMBAR

1. Contoh cara pengambilan contoh tanah dengan bor tanah .11

2. Pengukuran kadar hara unsur Kalium.................................. 14

3. Pengukuran kadar hara unsur Ph ........................................ 14

4. Pengukuran kadar hara unsur Pospat ................................. 15

Page 5: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

iv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Petunjuk praktis pengambilan sampel tanah

2. Petunjuk praktis penggunaan PUTS

3. Daftar distribusi PUTS TA. 2008

4. Format laporan PUTS

Page 6: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemenuhan kebutuhan beras nasional yang

bersumber dari produksi dalam negeri dengan target

tambahan produksi beras nasional pada tahun 2007

sebanyak 2 juta ton atau meningkat 6,4% dari target

produksi tahun 2006, dan untuk selanjutnya meningkat

sebesar 5% pada tahun 2008 dan 2009. Daerah

penghasil utama beras berada di 21 propinsi dengan

sumberdaya lahan, iklim, dan teknologi yang beragam.

Diantara sarana produksi yang sangat vital

peranannya dalam mendukung upaya peningkatan

produksi padi nasional adalah pupuk, terutama N,P

dan K.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No.

01/Kpts/SR.130/1/2006 tanggal 3 Januari 2006

tentang pemupukan rekomendasi pemupukan N, P

dan K untuk lahan sawah spesifik lokasi di propinsi

penghasil utama padi sesuai dengan kondisi hara di

daerah setempat. Untuk mengimplementasikan

Kepmen tersebut, Ditjen PLA telah mendistribuskan

2.000 unit PUTS ke 134 kabupaten dan 13 propinsi

sentra produksi padi nasional.

Page 7: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

2

Sampai dengan akhir tahun 2007 bahwa PUTS

tersebut sebagian telah dimanfaatkan dan digunakan

untuk uji tanah di lahan sawah serta rekomendasi

telah dilaksanakan oleh para petani.

Permentan No. 40/Permentan/OT.140/04/2007 ini

merupakan penyempurnaan dari Kepmen No. 01

tahun 2006 yang mencakup 21 propinsi sentra

penghasil utama padi nasional. Rekomendasi

pemupukan yang sudah disempurnakan ini diharapkan

bermanfaat bagi upaya peningkatan produksi padi

nasional dan efisiensi pemupukan untuk peningkatan

pendapatan petani dan kelestarian fungsi lingkungan.

Untuk memenuhi rekomendasi sesuai Permentan No.

40 tahun 2007 dan untuk memperluas jangkauan

analisa kadar hara tanah melalui penggunaan PUTS,

maka pada TA. 2007 Direktorat Pengelolaan Lahan

bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian telah

mengadakan lagi PUTS sebanyak 500 unit, yang akan

didistribusikan pada tahun 2008 ke 15 propinsi dan 90

kabupaten yang merupakan daerah penghasil padi.

Page 8: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

3

1.2. Tujuan

Tujuan pedoman teknis Pemanfaatan PUTS

adalah untuk memberikan acuan dan masukan kepada

Dinas Pertanian di kabupaten/Kota serta petugas

lapangan, dalam melaksanakan kegiatan teknis

penggunaan perangkat uji tanah sawah yang sesuai

dengan keadaan wilayah, sosial dan ekonomi

masyarakat setempat dan ketersediaan dana sehingga

dapat memberikan manfaat bagi para petani di lokasi

tersebut.

Tujuan kegiatan pemanfaatan PUTS dimaksudkan

untuk membantu petugas lapangan untuk mengukur

kadar hara P, K, dan pH tanah, sedangkan N diukur

dengan BWD (Bagan Warna Daun) yang dapat

dikerjakan secara langsung di lapangan dengan cepat,

murah, mudah dan cukup akurat, sehingga para petani

dapat menerapkan pemupukan berimbang yang

spesifik lokasi.

1.3. Sasaran

Sasaran dari pedoman teknis pemanfaatan PUTS ini

adalah para petugas lapangan/ pemegang dan

pengguna PUTS di 15 propinsi dan 90 kabupaten,

yang wilayah kerjanya terdapat pertanaman padi di

Page 9: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

4

sawah irigasi teknis, setengah teknis maupun irigasi

sederhana.

1.4. Pengertian

1. PUTS

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan

alat untuk mengukur status hara P dan K serta pH

tanah sawah, yang dapat dikerjakan oleh petugas/

penyuluh lapangan atau petani secara langsung di

lapangan.

2. BWD

Bagan Warna Daun (BWD) adalah alat sederhana

berbentuk persegi empat yang berguna untuk

mengetahui status hara N tanah sawah pada

tanaman padi.

3. Pemupukan berimbang

Pemupukan berimbang adalah penambahan pupuk

ke dalam tanah dengan jumlah dan jenis hara yang

sesuai dengan tingkat ketersediaan hara dalam

tanah dan kebutuhan hara oleh tanaman untuk

meningkatkan produksi dan kualitas hasil

pertanian.

4. Kompos

Kompos adalah jenis bahan organik yang

merupakan hasil penguraian parsial/ tidak lengkap

dari sisa sisa tumbuhan dan atau hewan.

Page 10: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

5

II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pekerjaan pedoman teknis pemanfaatan

PUTS sangat ditentukan dua faktor yaitu faktor pengambilan

sampel tanah dan prosedur penggunaan perangkat uji tanah

sawah serta bagan warna daun.

1. Pengambilan contoh tanah

a. Penggunaan alat contoh tanah

b. Contoh tanah komposit, yang merupakan gabungan

contoh tanah individu

2. Pengukuran status hara tanah P, K, dan PH dengan

PUTS

a. Proses ekstraksi contoh tanah komposit untuk P, K

dan pH

b. Proses pengukuran kadar hara dan penetapannya

c. Menetapkan rekomendasi pemupukan

3. Pengukuran status hara N tanah dengan BWD

a. Penentuan contoh daun yang diukur

b. Pembacaan dengan alat BWD

Page 11: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

6

III. SPESIFIKASI TEKNIS

3.1. Norma

Kegiatan pemanfaatan PUTS diarahkan pada Petugas/

Penyuluh Lapangan yang mempunyai wilayah

pembinaan pada lahan sawah beririgasi teknis,

setengah teknis dan irigasi sederhana

3.2. Kriteria

1. Lahan sawah irigasi teknis, setengah teknis dan

irigasi sederhana

2. Lahan sawah yang diusahakan penanaman padi dua

kali atau lebih dalam setahun

3.3. Standar Teknis

1. Petugas/ penyuluh Lapangan yang belum

mendapatkan PUTS

2. Petugas/ penyuluh Lapangan aktif melaksanakan

penyuluhan

3. Petugas/ penyuluh Lapangan yang telah

mendapatkan PUTS Tahun 2006 dan telah

memanfaatkan serta melaporkan seluruh hasil uji

tanah.

Page 12: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

7

IV. PELAKSANAAN

4.1. Penentuan Calon Lokasi

Untuk memberikan prioritas pengujian tanah sawah

yang mempunyai kadar bahan organik rendah, perlu

ditetapkan prioritas lokasi, sehingga penggunaan

PUTS ini mencapai sasaran.

Prioritas lokasi lahan sawah, pada :

4.1.1. Lahan sawah beririgasi teknis, setengah

teknis dan irigasi sederhana

4.1.2. Lahan sawah diusahakan dua kali tanam

atau lebih dalam setahun

4.1.3. Lahan sawah dikelompokan dalam tanah

datar, bergelombang, dan berombak untuk

memprediksi jenis tanah

4.1.4. Penentuan satu titik contoh tanah komposit

(terdiri dari minimal 10 contoh tanah individu),

mewakili 5 hektar sawah, tergantung dari

bentuk hamparan dan jenis tanah.

4.2. Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS)

Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) merupakan alat

untuk mengukur status hara P dan K serta pH tanah

yang dapat dikerjakan oleh petugas/ penyuluh

lapangan secara langsung di lapangan. Hasil analisis

Page 13: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

8

P dan K tanah dengan PUTS ini selanjutnya

digunakan sebagai dasar penyusunan rekomendasi

pupuk P dan K spesifik lokasi untuk tanaman padi

sawah, terutama varietas unggul dengan produktivitas

setara dengan IR-64 atau Ciherang.

Prinsip kerja PUTS ini adalah mengukur hara P dan K

yang terdapat dalam bentuk tersedia, secara semi

kuantitatif dengan metode kolometri (pewarnaan).

Pengukuran status P dan K tanah dikelompokkan

menjadi tiga kategori yaitu rendah (R), sedang (S), dan

tinggi (T). Pengukuran pH tanah ditujukan untuk

mengetahui adanya kendala pertumbuhan tanaman

padi seperti keracunan Fe (pada pH rendah) dan

berguna untuk menentukan kebutuhan bahan

emelioran seperti kapur dan bahan organik.

4.2.1.Komponen Perangkat

Satu unit perangkat uji tanah sawah terdiri atas

(1) satu paket bahan kimia dan alat untuk ekstrak

kadar P,K dan pH, (2) bagan warna penetapan

kadar P, K, dan pH (3). Buku Petunjuk

Penggunaan dan Rekomendasi Pemupukan Padi

Sawah, dan (4) Bagan Warna Daun (BWD) untuk

menetapkan takaran pupuk urea.

Page 14: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

9

4.2.2.Cara Penggunaan

1. Pengambilan sampel tanah

a. Persyaratan

Sebelum contoh tanah diambil perlu

diperhatikan keseragaman areal atau

hamparan, seperti keadaan topografi,

tekstur tanah, warna tanah, kondisi

tanaman, pengelolaan tanah, dan

masukan seperti pupuk, kapur, dan

bahan organik, serta sejarah penggunaan

lahan di areal tersebut. Untuk hamparan

yang relafit seragam, satu contoh tanah

komposit dapat mewakili 5 ha lahan.

Pada lahan datar yang dikelola dengan

teknologi dan masukan yang seragam

seperti di Jalur Pantura Jawa, dapat lebih

luas, berkisar antara 10-25 ha.

b. Alat yang digunakan

• Bor tanah (auger, tabung), cangkul,

atau sekop.

• Ember plastik untuk mengaduk

kumpulan contoh tanah individu.

• Alat suntik (syringe).

Page 15: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

10

c. Cara pengambilan contoh tanah komposit

• Tentukan titik pengambilan contoh

tanah individu dengan salah satu dari

empat cara, yaitu secara diagonal,

zig-zag, sistematik, atau acak.

• Contoh tanah sebaiknya diambil

dalam keadaan lembab, tidak terlalu

basah atau kering atau setelah panen

dan pada saat pengolahan tanah

• Contoh tanah individu diambil dengan

bor tanah, cangkul, atau sekop pada

kedalaman 0-20 cm.

• Contoh tanah diaduk merata dalam

ember plastik.

• Pada contoh tanah komposit yang

relatif kering, gunakan sendok

stainless (spatula) untuk mengambil

sekitar 0,5 gr atau sekitar setengah

sendok contoh yang kemudian

dimasukkan ke dalam tabung reaksi.

• Apabila contoh tanah komposit

lembab, gunakan syringe dengan cara

sebagai berikut : (1). Tusukkan

syringe ke permukaan contoh tanah

Page 16: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

11

sedalam 5 cm kemudian diangkat, (2).

Bersihkan dan ratakan permukaan

syringe, kemudian tanah didorong

keluar dari syringe, dan (3). Potong

contoh tanah setebal sekitar 0,5 cm

dengan sendok stainless, lalu

masukkan ke dalam tabung reaksi.

d. Hal yang perlu diperhatikan

Contoh tanah tidak boleh diambil pada

bagian sawah dekat pematang, selokan,

tanah di sekitar rumah dan jalan, bekas

pembakaran sampah atau sisa

tanaman/jerami, bekas timbunan pupuk,

kapur, di pinggir jalan, dan bekas

penggembalaan ternak.

Gambar 1 : Contoh cara pengambilan contoh

Tanah dengan BOR tanah

Page 17: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

12

Petunjuk praktis pengambilan sampel

tanah sebagaimana lampiran 1.

2. Pengukuran kadar hara

Secara garis besar urutan pengukuran kadar

hara adalah sebagai berikut :

1) Contoh tanah sebanyak 0,5 gr atau 0,5 ml

dengan syringe dimasukkan ke dalam

tabung reaksi.

2) Tambahkan pengekstrak kemudian

diaduk dengan pengaduk kaca hingga

tanah dan larutan menyatu. Kemudian

tambahkan pengekstrak selanjutnya

sesuai dengan urutannya.

3) Diamkan larutan sekitar + 10 menit

hingga timbul warna. Warna yang muncul

pada larutan jernih dibaca atau

dipadankan dengan bagan warna yang

disediakan.

4) Status hara P dan K tanah terbagi

menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang,

dan tinggi. Untuk hara P diindikasikan

oleh warna biru muda hingga biru tua,

sedangkan untuk hara K diindikasikan

oleh warna coklat tua, coklat muda, dan

kuning.

Page 18: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

13

5) Rekomendasi pemupukan P dan K

ditentukan berdasarkan statusnya.

6) Penentuan pH tanah dan rekomendasi

teknologi didasarkan kepada kelas pH

yang disetarakan dengan bagan warna.

Petunjuk praktis penggunaan PUTS

sebagaimana lampiran 2.

3. Kapasitas PUTS

Satu unit PUTS dapat dugunakan untuk

analisis contoh tanah sebanyak + 50 sampel.

Jika PUTS dirawat dan ditutup rapat setelah

digunakan maka bahan kimia yang ada di

dalamnya dapat digunakan dengan batas

waktu kadaluarsa 1,0-1,5 tahun kemudian.

Jika salah satu atau beberapa pengekstrak

dalam PUTS habis, isi ulangnya tersedia di

Balai Penelitian Tanah.

Page 19: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

14

Gambar 2 : Pengukuran kadar hara unsur

Kalium

Gradasi warna larutan padaberbagai nilai pH tanah

Masam Netral Basa

Gambar 3 : Pengukuran kadar hara unsur pH

tanah

KALIUM

Page 20: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

15

Gambar 4 : Pengukuran kadar unsur hara Pospat

4.3. Cara Pembuatan Pupuk Organik

Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan

ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat

kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber

nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara

dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak

lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah

cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah

dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu

yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar,

karena selama proses pengomposan telah tejadi

proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa

macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun

anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal

dari limbah organik secara sisa-sisa tanaman (jerami,

Pospat

Page 21: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

16

batang, dahan), samp[ah rumah tangga, kotoran

ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu

dapur.

4.3.1.Proses Pengomposan Dalam proses pengomposan peranan mikroba

selulotik dan lignolitik sangat penting, karena

kedua mikroba tersebut memperoleh energi dan

karbon dari proses perombakan bahan yang

mengandung karbon. Proses pengomposan

secara aerob, lebih cepat dibanding anaerob dan

waktu yang diperlukan tergantung beberapa

faktor, antara lain : ukuran partikel bahan

kompos, C/N rasio bahan kompos, keberadaan

udara (keadaan aerobik), dan kelembaban.

Kompos yang sudah matang diindikasikan oleh

suhu yang konstan, pH alkalis, C/N rasio < 20,

Kapasitas Tukar Kation > 60 me/100 gr abu, dan

laju respirasi < 10 mg/gr kompos. Sedangkan

indikator yang dapat diamati secara langsung

adalah jika berwarna coklat tua (gelap) dan tidak

berbau busuk (berbau tanah).

Page 22: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

17

4.3.2.Cara Pembuatan Kompos a. Secara anaerob

Pengomposan secara anaerob memerlukan

waktu 1,5 sampai 2 bulan dan sering

menghasilkan kompos dengan bau kurang

sedap, karena suhu yang dihasilkan tidak

terlalu tinggi, sehingga tidak mematikan

organisme pengganggu. Satu bak atau

lubang berukuran 2m x 1m x 1m dapat

diproses sekitar 0,5-0,8 ton kompos yang

cukup untuk memupuk sekitar 0,2 sampai 0,3

Ha lahan tanaman pangan. Bahan baku yang

digunakan antara lain sisa tanaman (jerami,

rumput, tongkol jagung, dan lain-lain) dan

pupuk kandang, dengan cara kerja sebagai

berikut :

1) Masukkan bahan baku secara berlapis-

lapis mulai dengan sisa tanaman,

kemudian pupuk kandang , abu sekam

atau abu dapur ke dalam lubang yang

berukuran 2m x 1m dengan kedalaman

1m, yang telah disiapkna sebelumnya

yang dasarnya telah dipadatkan agar

tidak terjadi rembesan air (ukuran lubang

dapat disesuaikan menurut ketersediaan

Page 23: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

18

tenaga kerja dan bahan baku yang

tersedia).

2) Tutup bagian atas permukaan dengan

tanah setebal 5-10 cm dan semprotkan

air sebanyak 30 liter di atas lubang setiap

10 hari dan aduklah seluruh bahan dalam

lubag setelah satu bulan pengomposan.

3) Dibiarkan berlangsung selama 1,5-2

bulan agar terjadi pengomposan dengan

sempurna. Untuk mempercepat waktu

pengomposan, dapat digunakan mikroba

selulotik atau lignolitik yang berperan

sebagai dekomposer. Miroba

dekomposer yang dapat digunakan

antara lain Biodec, Stardec, dan EM-4.

b. Secara aerob

Cara Kerja secara aerob sebagai berikut :

1) Bahan baku kompos disusun berlapis,

kemudian disiram dengan larutan mikroba

hingga mencapai kebasahan 30-40 %,

atau dengan ciri bila dikepal dengan

tangan tidak keluar air dan bila kepalan

dilepas bahan baku akan mekar.

Page 24: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

19

2) Bahan baku digundukkan sampai

ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup

dengan karung goni atau karung plastik.

3) Suhu kompos diperikasa setiap hari,

pertahankan suhu pada kisaran 40-50° C,

jika suhu lebih tinggi, kompos diaduk

sampai suhunya turun dan ditutup

kembali.

4) Setelah 3-5 hari, bahan baku sudah

menjadi kompos bokashi dan siap untuk

digunakan.

c. Kompos yang diperkaya oleh pupuk buatan

pabrik

Cara Kerja kompos yang diperkaya oleh

pupuk buatan pabrik

1) Sisa tanaman ditumpuk dengan

ketebalan 15 cm, kemudian ditambahkan

pupuk urea dan SP-36 masing-masing 5

Kg untuk tiap ton bahan yang

dikomposkan, selanjutnya ditaruh pupuk

kandang, demikian seterusnya hingga

ketinggian lapisan 1,2 m.

2) Kelembaban di dalam tumpukan harus

dijaga agar tetap lembab, tetapi tidak

becek.

Page 25: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

20

3) Setelah 3-4 minggu kompos perlu dibalik.

4) Untuk mengetahui kenaikkan suhu,

digunakan tongkat kayu kering dan halus

yang ditusukkan ke dalam tumpukan

kompos selama sekitar 10 menit. Apabila

tongkat terasa lembab dan hangat, berarti

proses pengomposan berjalan normal

dan baik, namun jika tongkat kering

segera siramkan air ke dalam kompos.

5) Setelah satu bulan dan suhu mulai

menurun dan konstan, kompos siap

digunakan.

4.4. Bagan Warna Daun

Bagan Warna Daun (BWD) adalah alat berbentuk

persegi empat yang berguna untuk mengetahui status

hara N tanaman padi. Pada alat ini terdapat empat

kotak skala warn, mulai dari hijau muda hingga hijau

tua, yang mencerminkan tingkat kehijauan daun

tanaman padi. Sebagai contoh kalau daun tanaman

berwarna hijau muda berarti tanaman kekurangan

hara N sehingga perlu dipupuk, Sebaliknya jika daun

tanaman berwarna hijau tua atau tingkat kehijauan

daun sama dengan warna di kotak skala 4 pada BWD

berarti tanaman sudah memiliki hara N yang cukup

Page 26: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

21

sehingga tidak perlu lagi dipupuk. Hasil penelitian

menunjukkan, pemakaian BWD dalam kegiatan

pemupukan N dapat menghemat penggunaan pupuk

urea sebanyak 5-20 % dari takaran yang umum

digunakan petani tanpa menurunkan hasil.

Penggunaan BWD untuk menentukan waktu aplikasi

pupuk N dapat dilakukan melalui dua cara, Cara atau

opsi pertama yaitu waktu pemupukan ditetapkan lebih

dahulu berdasarkan tahap pertumbuhan tanaman

(Fixed time) yaitu pada tahap anakan, aktif dan tahap

pembentukan malau atau primordia, Nilai baca BWD

digunakan untuk mengoreksi takaran pupuk N yang

telah ditetapkan sehingga menjadi lebih tepat sesuai

dengan kondisi tanaman.

Cara atau opsi kedua yaitu mulai ketiga tanaman 4

HST, secara periodik 7-10 hari sekali dilakukan

pembacaan daun tanaman padi menggunakan BWD

sampai diketahu nilai kritis saat pupuk N harus

diaplikasikan real time. Untuk Indoneisa disarankan

menggunakan fixed time.Cara penggunaan BWD

sebagai berikut :

4.1.1. Sebelum berumur 14 hari setelah tanam

pindah (HST), tanaman padi diberi pupuk dasar

N dengan takaran 50-75 kg urea per hektar.

Pada saat itu BWD belum diperlukan

Page 27: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

22

4.1.2. Pengukuran tingkat kehijauan daun papdi

dengan BWD dimulai papda saat tanaman

berumur 25-28 HST. Pengukuran dilanjutkan

dengan setiap 7-10 hari sekali, sampai

tanaman dalam kondisi bunting atau fase

priomordia. Cara ini berlaku bagi varietas

unggul biasa. Khusus untuk padi hibrida dan

padi tipe baru, pengukuran tingkat kehijauan

daun tanaman dilakukan sampai tanaman

sudah berbunga 10%

4.1.3. Pilih secara acak 10 rumpun tanaman sehat

pada hamparan yang seragam, lalu pilih daun

teratas yang telah membuka penuh pada satu

rumpun

4.1.4. Taruh bagian tengah daun diatas BWD, lalu

bandingkan warna daun tersebut dengan skala

warna pada BWD. Jika warna daun berada di

antra dua skala warna pada BWD, Jika warna

daun berada diantara dua skala warna di BWD,

maka gunakan nilai rata-rata dari kedua skala

tersebut, misalnya, 5 untuk nilai warna daun

yang terletak diantara skala 3 dengan skala 4

BWD.

4.1.5. Pada saat mengukur daun tanaman dengan

BWD, petugas tidak boleh menghadap sinar

Page 28: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

23

matahari, karena dapat memperngaruhi nilai

pengukuran

4.1.6. Bila memungkinkan, setiap pengukuran

dilakukan pada waktu dan oleh orang yang

sama, supaya nilai pengukuran lebh akurat

4.1.7. Jika lebih 5 dari 10 daun yang dimaati

warnanya dalam batas kritis atau dengan nilai

rata-rata kurang dari 4,0 maka tanaman perlu

segera diberi pupuk N dengan takaran :

a. 50-75 kg urea per hektar pada musim hasil

rendah (ditempat-tempat tertentu seperti

Subang, Jawa Barat, musim hasil rendah

adalah musim kemarau)

b. 75-100 urea per hektar pada musim hasil

tinggi (ditempat-tempat tertentu seperti

Kuningan Jawa Barat dan Sragen Jawa

Tengah, musim hasil tinggi adalah musim

kemarau)

c. 100 kg urea per hektar pada padi hibrida

dan padi tipe baru, baik pada musim hasil

rendah maupun musim hasil tinggi

4.1.8. Apabila nilai warna daun padi hibrida dan padi

tipe baru pada saat tanaman dalam kondisi

keluar malai dari 10 % berbunga berada pada

skala 4 atau kurang, maka tanaman perlu

Page 29: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

24

diberi tambahan pupuk N (bonus) dengan

takaran 50 kg urea per hektar.

V. PEMBINAAN, MONITORING DAN EVALUASI

5.1. Pelaporan Hasil Prediksi N, P, K & pH Tanah

Pelaporan dari hasil analisis di lapangan oleh Dinas

Pertanian Kabupaten/Kota dikirimkan kepada Dinas

Pertanian Propinsi dan ditembuskan kepada

Direktorat Pengelolaan Lahan dan Balai Besar Sumber

Daya Lahan Departemen Pertanian sebagai masukan

dalam upaya perbaikan dan tindak lanjut implementasi

pada waktu yang akan datang, dengan alamat :

1. Ibu Dr. Dyah Setyorini Balai Besar Sumber Daya Lahan

Badan Litbang Pertanian

Jl. Juanda No. 9

Bogor – Jawa Barat

2. Direktorat Pengelolaan Lahan Kanpus Departemen Pertanian

Gedung D Lantai 9

Jl. Harsono RM No.3 Ragunan – Pasar Minggu

Jakarta Selatan

Format laporan sebagaimana lampiran 3

Mengingat kegiatan ini dilaksanakan setelah panen

selesai, diharapkan Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

Page 30: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

25

dapat mengirimkan laporan hasil pengembangan

PUTS satu bulan setelah panen dengan mengisi

format pada terlampir. Laporan tersebut dikirimkan ke

Dinas Pertanian propinsi dan ditembuskan ke

Direktorat Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal

Pengelolaan Lahan dan Air, Jl Harsono RM no 3

Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan 12550

5.2. Pemantauan dan Evaluasi Pemantauan dan evaluasi penggunaan alat PUTS

yang didistribusikan ke daerah dilakukan oleh petugas

dari Dinas Pertanian Propinsi dan Direktorat

Pengelolaan Lahan, sejauh mana penggunaan alat

PUTS tersebut digunakan oleh para petugas di

lapangan dan untuk mengetahui kinerja rekomendasi

pemupukan di masing-masing lokasi/hamparan dan

sekaligus perbaikan penerapannya di waktu yang akan

datang.

5.3. Isi Ulang Bahan Kimia (Regensia)

Alat PUTS yang distribusikan kepada para petugas di

lapangan memiliki keterbatasan dalam jumlah zat

kimia atau regensia. Dalam satu kemasan alat PUTS

dapat digunakan untuk menganalisa tanah sebanyak +

50 titik sampel dan bahan kimia juga memiliki masa

Page 31: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

26

kadaluarsa yaitu selama satu setengah tahun setelah

kemasan alat dibuka.

Saat ini untuk isi ulang bahan kimia hanya dapat

dilakukan di Balai Besar Sumber Daya Lahan - Badan

Litbang Pertanian di Bogor, dan sedang diupayakan

agar Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang ada di

propinsi dapat membuat atau meramu bahan kimia

yang digunakan untuk alat PUTS tersebut.

Untuk isi ulang bahan kimia yang ada di Balai Besar

Sumber Daya Lahan di Bogor seharga Rp. 500.000,-

tidak termasuk biaya pengiriman. Diharapkan untuk

pendanaan isi ulang ini diusulkan melalui dana APBD

Kabupaten/Kota TA 2009

V. INDIKATOR KINERJA

5.1. Masukan Masukan dalam hal ini dapat berupa alat PUTS,

petugas/ penyuluh lapangan atau ketua kelompok

tani.

5.2. Keluaran Termanfaatkannya alat PUTS yang tersedia, sesuai

dengan peruntukannya di tingkat lapang yaitu dalam

bentuk : 1). Terukurnya kandungan N, P, K dan pH

tanah secara cepat di lapangan pada lahan sawah

2). petani menerapkan pemupukan berimbang di

Page 32: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

27

lahan masing–masing atas dasar hasil uji cepat,

termasuk penggunaan pupuk organik.

5.3. 5.3. Hasil Setelah alat PUTS digunakan, maka hasil yang

diharapkan adalah peningkatan produktivitas

tanaman dan produksi atau panen dengan

penggunaan pupuk berimbang. Di samping itu, juga

penghematan dalam penggunaan pupuk anorganik.

5.4. Manfaat Manfaat yang diharapkan oleh masyarakat adalah

penghematan dalam biaya input produksi serta

diperolehnya nilai tambah.

5.5. Dampak Dampak dari pemanfaatan PUTS adalah petani

dapat menerapkan pola pemupukan berimbang pada

lahan usahataninya secara berkelanjutan.

Page 33: 11 Pedoman Teknis Puts 20081

28

VI. PENUTUP

Pedoman teknis pemanfaatan PUTS ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi Petugas Lapangan Penyuluhan/ Mantri

Tani dan Balai Penyuluhan Pertanan pada Dinas Pertanian

Kabupaten/Kota sebagai acuan untuk mengoperasionalkan

alat PUTS yang telah didistribusikan pada tahun 2008.

Alat ini baru dapat dikatakan bermanfaat apabila PPL dapat

melaksanakan uji tanah dan petani telah melaksanakan

rekomendasi dari hasil uji tanah tersebut serta Dinas

Pertanian Kabupaten mengirimkan laporan hasil pengujian

lapangan kepada Direktorat Pengelolaan Lahan pada akhir

setiap musim tanam.