57
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU (TBC) A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Mycobacterium tuberculosis kebanyakan mengenai struktur alveolar paru. Presentasi klinis penyakit ini bervariasi berkisar asimtomatik dengan hanya menunujukkan tes kulit positif sampai meliputi pemeriksaan laboratorium atau diagnostik. Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2001: 584). Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. (Price, 2005 : 852). Gbr. 1. Paru-paru pada klien TB

111370267 Askep HIV With TB

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 111370267 Askep HIV With TB

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PENYAKIT

TUBERCULOSIS PARU (TBC)

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

Mycobacterium tuberculosis kebanyakan mengenai struktur alveolar paru.

Presentasi klinis penyakit ini bervariasi berkisar asimtomatik dengan

hanya menunujukkan tes kulit positif sampai meliputi pemeriksaan

laboratorium atau diagnostik.

Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksius, yang terutama

menyerang parenkim paru. ( Smeltzer, 2001: 584).

Tuberkulosis Paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. (Price, 2005 : 852).

Gbr. 1. Paru-paru pada klien TB

2. Epidemiologi / Insiden Kasus

Indonesia adalah negeri dengan prevalensi Tb ketiga tertinggi di dunia

setelah cina dan India. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di Cina, India dan

Indonesia berturut-turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus.

Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah

266.000 tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1985 dan

survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking no.3 sebagai

Page 2: 111370267 Askep HIV With TB

penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB

paru diperkirakan 0,24 % (Amin, 2007: 988)

Negara Semua kasusPer 100.000 

populasi

India 1.983.000  168

Cina 1.301.000  97

Indonesia 430.000 189

Nigeria  458.000 303 

Afrika Selatan  477.000 960 

Tabel 1. TB statistik untuk "beban tinggi" negara, 2008

3. Penyebab / Faktor Predisposisi

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium tuberculosis.

Sebagian besar struktur organisme ini terdiri atas asam lemak (lipid) yang

membuat mikobakterium lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan

terhadap gangguan kimia dan fisik. M. tuberculosis hominis merupakan

penyebab sebagian besar kasus tuberculosis. Mikobakterium ini tahan

hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan

bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada

dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali

dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob.

Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang

tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-

paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini

merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.

Macam-macam jenis Micobacterium tubercolusae complex adalah:

a. M. tuberculosae

b. Varian Asian

Page 3: 111370267 Askep HIV With TB

c. Varian African I

d. Varian African II

e. M. Bovis

Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, atypical adalah:

a. M. kansasi

b. M. avium

c. M. intra cellular

d. M. scrofulaceum

e. M.malmacerse

f. M. xenopi (Amin, 2007:988)

4. Patofisiologi Penyakit

Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis (M. Tb).

Tempat masuk kuman M. Tuberkulosis adalah saluran pernapasan, saluran

perncernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi TB

terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi doplet yang mengandung

kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Saluran pencernaan merupakan tempat masuk utama bagi jenis bovin,

yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi. Infeksi dimulai

dengan inhalasi droplet nuklei yang mengandung M. Tb yang tidak dapat

ditangkap oleh sistem pertahanan mukosilier bronkus dan masuk ke alveoli.

Di dalam alveoli kuman ditangkap makrofag alveoli, kuman akan

bermultiplikasi hingga mencapai jumlah tertentu yang akan mengaktivasi sel

limfosit T. Antigen kuman dipresentasikan oleh Major histocompatibility

complex class I (MHC I) ke sel CD8 dan oleh MHC II ke sel CD4. Sel CD4

terdiri atas Th1 dan Th2 yang masing-masing menghasilkan sitokin yang

berperan dalam sistem imunitas. Respon imunitas pada infeksi M. Tb meliputi

cell mediated immunity (CMI) dan delayed type hypersensitivity (DTH), kedua

respon imunitas tersebut bertujuan untuk melokalisir infeksi dan membunuh M.

Tb.

Page 4: 111370267 Askep HIV With TB

Alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan timbul pneumonia

akut. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar getang

bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid

yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu

10-20 hari.

Pada individu normal terjadi keseimbangan yang rentan antara imunitas host

dan M. Tb. Sel CD4 dan makrofag sangat berperan dalam respon imunitas

terhadap M. Tb. Infeksi HIV menyebabkan depresi dan disfungsi progresif sel

CD4 dan defek pada fungsi makrofag. Akibatnya pasien HIV mempunyai

risiko tinggi untuk reaktivasi TB laten menjadi TB aktif dan peningkatan risiko

terinfeksi baru TB. Pada infeksi HIV lanjut kadar CD4 sangat rendah sehingga

terjadi gangguan respon imunitas baik CMI dan DTH, akibatnya replikasi M.

Tb meluas tanpa disertai pembentukan granuloma, nekrosis perkejuan maupun

kavitas. Ini menyebabkan diagnosis TB lebih sulit karena gambaran

radiologisnya tidak seperti umumnya penderita TB tanpa HIV. TB diseminata

atau TB ekstra paru sering terjadi tetapi kelainan TB paru masih merupakan

kelainan TB yang lebih sering terjadi. Status HIV negatif meningkatkan risiko

berkembangnya TB 5-10%, sedangkan status HIV positif meningkatkan risiko

berkembangnya TB 50%. Dibandingkan individu yang tidak terinfeksi HIV,

individu dengan HIV mempunyai risiko 10 kali lebih besar untuk

berkembangnya TB.

Dalam perjalanannya penyakit TB dapat menimbulkan nekrosis pada bagian

sentral lesi yang memberikan gambaran relative padat dan seperti keju

disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa dan

jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel epiteloid dan fibrolas

menimbulkan respon yang berbeda. Jaringan granulasi menjadi lebih

fibrosa membentuk jaringan parut kolagenosa yang akhirnya akan

membentuk suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.

Page 5: 111370267 Askep HIV With TB

Lesi primer paru disebut fokus Ghon dan gabungan terserangnya kelenjar

getah bening regional dan lesi primer disebut kompleks Ghon. Kompleks

Ghon yang mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang yang sehat

yang kebetulan menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Namun,

kebanyakan infeksi TB paru tidak terlihat secara klinis atau dengan

radiografi.

Respons lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan,

yaitu bahan cair lepas ke dalam bronkus yang berhubungan dan

menimbulkan kavitas. Bahan tubercular yang dilepaskan dari dinding

kavitas akan masuk ke dalam percabangan trakeobronkial. Proses ini dapat

berulang, atau basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau

usus.

Walaupun peradangan dapat mereda, kavitas yang kecil dapat menutup

dan meninggalkan jaringan parut fibrosis. Bila peradangan mereda, lumen

bronkus dapat menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat

dengan taut bronkus dan rongga. Bahan perkejuan dapat mengental dan

tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas penuh

dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan kapsul yang tidak terlepas.

Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau

membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat

peradangan aktif.

Penyakit ini dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah.

Organisme yang lolos dari kelenjar getah bening akan mencapai aliran

darah dalam jumlah kecil yang kadang-kadang dapat menimbulkan lesi

pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran

lomfo hematogen yang biasanya sem buh sendiri.(Price, 2005:852-853)

Page 6: 111370267 Askep HIV With TB

5. Klasifikasi

Klasifikasi I (berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi) (Depkes,

2003)

a) Tuberculosis paru

Merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80%

dari semua penderita. Tuberculosis yang menyerang parenkim paru

ini merupakan satu-satunya bentuk tuberculosis yang paling mudah

menular.

b) Tuberculosis ekstra paru

Merupakan bentuk Tubeculosis yang menyerang organ lain selain

paru, seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang,

saluran kencing, susunan saraf pusat, dan perut. Pada dasarnya

penyakit Tuberculosis ini tidak pandang bulu karena kuman ini

menyerang semua organ tubuh.

Klasifikasi II ( Menurut American Thoracic Society, 2000)

Class 0 Tidak ada jangkitan atau terinfeksi, riwayat terpapar,

reaksi test tuberculin (PPD) tidak bermakna.

Class 1 Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi, reaksi kulit tak

bermakna

Class 2 Ada infeksi TBC, reaksi kulit bermakna, pemeriksaan

bakteri (-), tidak ada bukti.

Class 3 Sedang sakit, BTA (+), test mantoux bermakna,

Rontgent Thorax (+). Lokasi tempat : Paru-paru,

Pleura, Limfatik, tulang/sendi, meninges, peritoneum,

dsb.

Class 4 Sedang sakit, ada riwayat mendapat pengobatan,

Rontgent Thorax (+), test mantoux bermakna.

Class 5 dicurigai TBC, sedang dalam pengobatan

Page 7: 111370267 Askep HIV With TB

Klasifikasi III

a) Tuberculosis Primer

Tuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada

orang yang belum pernah terpajan (orang yang belum pernah

mengalami TB) atau peradangan terjadi sebelum tubuh

mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.

Dampak utama dari tuberculosis primer adalah

1. penyakit ini memicu timbulnya hipersensitivitas dan

resistensi.

2. fokus jaringan parut mungkin mengandung basil hidup

selama bertahun-tahun bahkan seumur hidup

3. penyakit ini (meskipun jarang) dapat menjadi tuberculosis

primer progresif. Hal ini terjadi ada orang yang mengalami

gangguan akibat suatu penyakit (terutama penyakit yang

menyerang sistem kekebalan tubuh, seperti AIDS dan

biasanya terjadi pada pada anak yan mengalami malnutrisi

atau usia lanjut).

b) Tuberculosis Sekunder (Tuberculosis Post Primer)

Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah

terpajan penyakit tuberculosis atau peradangan jaringan paru

oleh karena terjadi penularan ulang di mana di dalam tubuh

terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium

tersebut. Penyakit ini mungkin terjadi segera setelah

tuberculosis primer, tetapi umumnya muncul karena reaktivasi

lesi primer dorman beberapa dekade setelah infeksi awal,

terutama jika sistem pertahanan penjamu (seseorang yang

pernah terkena TB sebelumnya) melemah.

Klasifikasi IV

Klasifikasi TB Paru berdasarkan gejala klinik, bakteriologik,

radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi sebagai berikut:

a. TB Paru BTA Positif dengan kriteria:

Page 8: 111370267 Askep HIV With TB

1. Dengan atau tanpa gejala klinik

2. BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif

1 kali disokong biakan positif satu kali atau disokong

radiologik positif 1 kali.

3. Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.

b. TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

1. Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB

Paru aktif

2. BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

c. Bekas TB Paru dengan kriteria:

1. Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative

2. Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan

paru.

3. Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif,

menunjukkan serial foto yang tidak berubah.

4. Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih

mendukung).

Klasifikasi V

Berdasarkan tipe penderita. Tipe penderita ditentukan berdasarkan

riwayat pengobatan sebelumnya.

Ada beberapa tipe penderita :

a) Kasus baru : penderita yang belum pernah diobati dengan OAT

atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang

dari satu bulan.

b) Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah

mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian

kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif.

c) Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat

pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke

Page 9: 111370267 Askep HIV With TB

kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat

rujukan/pindah.

d) Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang

sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2

bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.

6. Gejala Klinis

Penyakit tuberculosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu

penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain

yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada

sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan

bahkan kadang-kadang asimtomatik.

Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala

respiratorik dan gejala sistemik.

1. Gejala Respiratorik

a) Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang

paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif

kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila sudah ada

kerusakan jaringan.

b) Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin

tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah

atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak

terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringannya

batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah

yang pecah.

c) Sesak nafas

Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas

atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura,

pneumothorax, anemia dan lain-lain.

d) Nyeri dada

Page 10: 111370267 Askep HIV With TB

Nyeri dada pada Tuberculosis paru termasuk nyeri pleuritik

yang ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di

pleura terkena.

2. Gejala Sistemik

a) Demam

Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada

sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan

makin lama makin panjang serangannya.

b) Gejala sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah berkeringat pada malam hari, sakit

kepala, anoreksia, penurunan berat badan, keletihan, dan

malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa

minggu-bulan.

7. Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat

badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak

tertinggal dalam pernapasan. RR meningkat (>24 x/menit). Adanya

dyspnea, sianosis, distensi abdomen, batuk dan barrel chest.

Perkusi

Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas

yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani.

Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak.

Auskultasi

Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas

tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi

ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler

melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, auskultasi

memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura, auskultasi

Page 11: 111370267 Askep HIV With TB

memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama

sekali.

Palpasi

badan teraba hangat (demam), denyut nadi meningkat (>100x/menit),

turgor kulit menurun, fremitus raba meningkat disisi yang sakit.

(Amin, 2007 : 990-991)

8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap

aktif penyakit.

Pemeriksaan dapat memperkirakan jumlah basil tahan asam ( AFB)

yang terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan

petunjuk awal untuk menekankan diagnosa, tetapi suatu sediaan

yang negative tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi

penyakit. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua biakan.

Mikrobakteri akan tumbuh lambat dan membutuhkan suatu sediaan

kompleks. Koloni matur akan berwarna krem atau kekuningan,

seperti kulit dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10

bakteri/ml media konsentrasi yang telah diolah dapat dideteksi oleh

media biakan ini (Price,2005:857).

Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan

cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.

Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area indurasi

10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradermal

antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi

tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna

pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak

dapat diturunkan atau infeksi disebabkan oleh mikobakterium yang

berbeda.

Tes mantoux adalah dengan menyuntikan tuberculin (PPD)

sebanyak 0,1 ml mengandung 5 unit (TU) tuberculin secara

Page 12: 111370267 Askep HIV With TB

intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan

bawah setelah kulit dibesihkan dengan lalkohol. Untuk

memperoleh reaksi kulit yang maksimal diperlukan waktu antara

48 sampai 72 jam sesudah penyuntikan dan reaksi harus dibaca

dalam peiode tersebut. Interpretasi tes kulit menunjukan adanya

beberapa tipe reaksi :

Indurasi ≥ 5 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok

berikut :

a) Orang dengan HIV positif.

b) Baru saja kontak dengan orang yang menderita TB.

c) Orang dengan perubahan fibrotic pada radigrafi dada yang

sesuai dengan gambaran TB lama yang sudah sembuh.

d) Pasien yang menjalani tranplanstasi organ dan pasien yang

mengalami penekanan imunitas ( menerima setara dengan ≥

15 mg/hari prednisone selama ≥1 bulan).

Indurasi ≥ 10 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok

berikut :

a) Baru tiba ( ≤ 5 tahun ) dari Negara yang berprevalensi

tinggi.

b) Pemakai obat-obat yang disuntikkan.

c) Penduduk dan pekerja yang berkumpul pada lingkungan

yang berisiko tinggi. Penjara, rumah-rumah perawatan,

panti jompo, fasilitas yang disiapkan untuk pasien dengan

AIDS, dan penampungan untuk tuna wisma

d) Pengawai laboratorium mikrobakteriologi.

e) Orang dengan keadaan klinis pada daerah mereka yang

berisioko tinggi.

f) Anak di bawa usia 4 tahun atau anak-anak dan remaja

yang terpajan orang dewasa kelompok risiko tinggi.

Indurasi ≥ 15 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok

berikut :

a) Orang dengan factor risiko TB.

Page 13: 111370267 Askep HIV With TB

b) Target program-program tes kulit seharusnya hanya

dilakukan di anatara kelompok risiko tinggi.

(Price,2005:855)

Uji tuberculin : Menggunakan standar tuberkulin 1:10.000/5 TU

PPD-S intrakutan yang dibaca 48-72 jam dengan indurasi > 5 mm.

Uji tuberkulin negatif belum dapat menyingkirkan TB. False

negatif pada pemeriksaan uji tuberkulin sering ditemukan pada

pasien HIV dan kejadiannya meningkat sebanding dengan

peningkatan imunosupresi.

Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine

dan CSF, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium tuberculosis

Pemeriksaan Darah :

a) Hb dapat ditemukan menurun. Anemia bila penyakit berjalan

menahun

b) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai

tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.

c) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa

kerusakan paru.

Biopsi jarum pada jaringan paru (Needle Biopsi of Lung Tissue): Positif

untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi

air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.

Tes antibody serum: Skrining Human Immunodeficiency Virus

(HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan merupakan

diagnosa. Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency

Virus (HIV), maka system imun akan bereaksi dengan

memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk

dalam 3 – 12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12

bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang yang terinfeksi awalnya

tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak

efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human

Page 14: 111370267 Askep HIV With TB

Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah memungkinkan

skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.

limfosit CD4

Jumlah CD4 : Mencerminkan status imunitas pasien. Penderita

HIV/AIDS perlu diperiksa jumlah CD4 karena infeksi HIV

menyerang sistem ini. Hasil pemeriksaan jumlah CD4 berguna

untuk menentukan pengobatan TB-HIV/AIDS selanjutnya.

Tes blot western: Mengkonfirmasi diagnosa Human

Immunodeficiency Virus (HIV)

Sel T4 helper: Indikator system imun (jumlah <200)

T 8 ( sel supresor sitopatik ): Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar

dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 ) mengindikasikan

supresi imun.

P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV):

Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi

infeksi

Kadar Ig: Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau

mendekati normal

Reaksi rantai polimerase: Mendeteksi DNA virus dalam jumlah

sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.

Pasien TB yang perlu dilakukan pemeriksaan HIV adalah pasien

yang mempunyai risiko tinggi terinfeksi HIV, hasil pengobatan

OAT yang tidak memuaskan (contoh: TB kronik), multi drug

resistance (MDR) TB. Demikian juga bila di fasilitas kesehatan

menemukan pasien terinfeksi HIV/AIDS perlu dibuktikan ada

tidaknya TB paru. Dengan adanya kerjasama yang baik antara

program TB dan program HIV/AIDS dapat menurunkan beban

pasien TB-HIV/AIDS. Setiap pemeriksaan HIV harus disertai

konseling sebelum dan sesudah pemeriksaan, oleh karena itu

diperlukan VCT (Voluntary Counselling Test) dan PITC (Provider

Initiated Testing and Counselling) di setiap pelayanan kesehatan.

b. Radiologi

Page 15: 111370267 Askep HIV With TB

Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru oleh simpanan

kalsium lesi yang sembuh primer atau efusi cairan. Perubahan

mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area

berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang

sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.

Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat

kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB.

Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC paru adalah

penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks

(bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).

c. Pemeriksaan fungsi paru

Penurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio

udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen

sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan

paru dan penyakit pleural.

9. Diagnosis / Kriteria Diagnosis

a) Anamnesis dan pemeriksaan fisik

b) Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat,

limfositosis)

c) Foto thorax PA dan lateral. Gambaran foto thoraks yang

menunjang diagnosis TB, yaitu :

o Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen

apical lobus bawah

o Bayangan berawan (patchy) atau berbercak (nodular)

o Adanya kavitas, tunggal atau ganda

o Kelainan bilateral, terutama dilapangan atas paru

o Adanya kalsifikasi

o Bayangan menetap pada foto ulang beberapa minggu

kemudian

Page 16: 111370267 Askep HIV With TB

o Bayangan milier

d) Pemeriksaan sputum BTA

Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak sensitive karena hanya 30-70% pasien TB

yang dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

e) Tes PAP (Perksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen

imunoperoksidase staining untuk menentukan adanya IgG spesifik

terhadap basil TB

f) Tes Mantoux/Tuberkulin

g) Tehnik Polymerase Chain Reaction

h) Bection Dickinson Diagnostic Instrument System

Deteksi growth index berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari

metabolisme asam lemak oleh M. tuberculosis

i) Enzyme Linked Immunosorbent Assay

Deteksi respon humoral, berupa proses antigen-antibodi yang

terjadi. Pelaksanaannya rumit dan antibodi dapat menetap dalam

waktu lama sehingga menimbulkan masalah.

j) MYCODOT

Deteksi antibody memakai antigen lipoarabinomannan yang

direkatkan pada suatu alat berbentuk seperti sisir plastik, kemudian

dicelupkan dalam serum pasien. Bila terdapat antibody spesifik

dalam jumlah memadai maka warna sisir akan berubah.

(Mansjoer, 1999 : 472-473)

Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan

ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil

pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA

hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan

pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan

Page 17: 111370267 Askep HIV With TB

spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka

penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil

rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.

Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain,

misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik

spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2

minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan

TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS :

Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.

Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemriksaan foto rontgen dada,

untuk mendukung diagnosis TB.

Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB

BTA negatif rontgen positif.

Bila hasil ropntgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.

10. Therapy / Tindakan Penanganan

Penatalaksanaan TB paru dengan infeksi HIV pada dasarnya sama dengan

infeksi tanpa HIV saat pemberian obat pada ko-infeksi TBC-HIV harus

memperhatikan jumlah CD4 yang sesuai

Jumlah CD4

(per mm3)

Regimen yang dianjurkan Keterangan

< 200 Mulai terapi TBC, Mulai

ARV segera setelah tetapi

TBC dapat ditoleransi

( antara 2 minggu- 2

bulan) Paduan yang

mengandung EFV.

Dianjurkan ARV : EFV

adalah kontraindikasi

untuk ibu hamil atau

perempuan usia subur

tanpa kontrasepsi,

sehingga EFV dapat

diganti.

Page 18: 111370267 Askep HIV With TB

200-350

>350

CD4 tidak

memungkinkan

untuk diperiksa

Mulai terapi TBC

Mulai terapi TBC

Mulai terapi TBC

Pertimbangan ARV :

Mulai salah satu paduan di

bawah ini setelah fase

intensif:

- Paduan yang

mengandung EFV

- Paduan yang

mengandung NVP

jika paduan TBC

fase lanjutan tidak

menggunakan

fifampisin.

Tunda ARV

Pertimbangan ARV

Tabel 2. Pengobatan TBC pada HIV berdasarkan CD4

Pencegahan

Ada vaksin terhadap TB. Namanya BCG, diberikan dengan suntikan di

bawah kulit. Namun vaksin ini tampaknya hanya efektif pada anak yang

baru lahir, untuk mencegah penyakit TB yang berat, termasuk meningitis

TB, pada usia kanak-kanak. BCG tidak mempunyai dampak dalam

mengurangi jumlah kasus TB pada orang dewasa. Saat ini belum ada

vaksin terhadap TB yang efektif untuk orang dewasa.

Belum jelas apakah BCG tetap efektif pada anak dengan HIV. Di negara

dengan prevalensi TB yang tinggi (termasuk Indonesia), WHO

mengusulkan BCG diberikan pada semua anak kecuali yang mempunyai

gejala penyakit HIV/AIDS.

Page 19: 111370267 Askep HIV With TB

BCG juga dapat menyebabkan pembacaan palsu-positif pada tes tuberkulin

kulit. Jika diberikan kepada orang dewasa yang HIV positif atau anak-anak

dengan sistem kekebalan sangat lemah, BCG kadang-kadang dapat

menyebabkan penyakit BCG diseminata, yang sering fatal.

11. Komplikasi

Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan

menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan

menimbulkan komplikasi lanjut.

1. Komplikasi dini : Pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis.

2. Komplikasi lanjut : Kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru,

sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering

terjad pada TB milier dan kavitas TB. (Amin,

2000:993)

Menurut Depkes RI (2002), merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada

penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu :

Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena

tersumbatnya jalan napas.

Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus

akibat retraksi bronchial.

Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan

ginjal.

12. Prognosis

TB adalah IO yang pada urutan kedua dalam daftar frekuensi IO di Indonesia,

dan adalah penyebab kematian kebanyakan Odha. Namun TB dapat

disembuhkan dan dicegah.

Page 20: 111370267 Askep HIV With TB

Perkembangan dari infeksi TBC dengan penyakit TBC terjadi ketika bakteri

TB mengatasi pertahanan sistem kekebalan tubuh dan mulai berkembang

biak. Pada TB primer 1-5% dari kasus-penyakit ini terjadi segera setelah

infeksi. Namun, dalam sebagian besar kasus, infeksi laten terjadi yang tidak

memiliki gejala yang jelas. Ini basil TBC yang tidak aktif dapat menghasilkan

dalam 2-23% dari kasus-kasus laten, sering bertahun-tahun setelah infeksi.

Risiko meningkat reaktivasi dengan imunosupresi, seperti yang disebabkan

oleh infeksi HIV. Pada pasien koinfeksi M. TB dan HIV, risiko reaktivasi

meningkat sampai 10% per tahun. Pasien dengan TB ini disebarluaskan

memiliki tingkat kematian mendekati 100% jika tidak diobati. Namun, Jika

diobati, tingkat kematian berkurang hingga hampir 10%.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Tgl/ Jam : Oktober 2012 No. RM :14045Triage : P1/ P2/ P3 Diagnosis Medis : Tuberkulosis ParuTransportasi : Ambulan/Mobil Pribadi/ Lain-lain … …

Iden

tita

s

Nama : Tn. A Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 27 Tahun Alamat : Jalan P.B Sudirman

Denpasar

Agama : Hindu Status Perkawinan : Belum menikah

Pendidikan : Tamat SMA Sumber Informasi : klien dan keluarga

Pekerjaan : Karyawan Swasta Hubungan : Orang tua

Suku/ Bangsa : Bali Keluhan Utama : Sesak nafas & lemas

Page 21: 111370267 Askep HIV With TB

AIR

WA

Y

Jalan Nafas : Paten Tidak Paten

Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing Tidak Ada

Muntahan Darah Oedema

Suara Nafas : Snoring Gurgling Stridor Tidak ada

Keluhan Lain: ... ...

Masalah Keperawatan: 1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

BR

EA

TH

ING

Nafas : Spontan Tidak Spontan

Gerakan dinding dada: Simetris Asimetris

Irama Nafas : Cepat Dangkal Normal

Pola Nafas : Teratur Tidak Teratur

Jenis : Dispnoe Kusmaul Cyene Stoke Lain… …

Suara Nafas : Vesikuler Stidor Wheezing Ronchi

Sesak Nafas : Ada Tidak Ada

Cuping hidung Ada Tidak Ada

Retraksi otot bantu nafas : Ada Tidak Ada

Pernafasan : Pernafasan Dada Pernafasan Perut

RR : 30 x/mnt

Keluhan Lain: … …

Masalah Keperawatan:

1. Ketidakefektifan Pola Nafas

CIR

CU

LA

TIO

N

Nadi : Teraba Tidak teraba N: 130x/mnt

Tekanan Darah : 90/50mmHg

Pucat : Ya Tidak

Sianosis : Ya Tidak

CRT : < 2 detik > 2 detik

Akral : Hangat Dingin S:35C

Pendarahan : Ya, Lokasi: ... ... Jumlah ... ...cc Tidak ada

Turgor : Elastis Lambat

Diaphoresis: Ya Tidak

Riwayat Kehilangan cairan berlebihan: Diare Muntah Luka bakar

Keluhan Lain: Kunjungtiva pucat, wajah pucat, nadi teraba lemah

Page 22: 111370267 Askep HIV With TB

Masalah Keperawatan:

1. Kekurangan Volume Cairan

DIS

AB

ILIT

YKesadaran: Composmentis Delirium Somnolen Apatis Koma

GCS : Eye 2 Verbal 2 Motorik 3

Pupil : Isokor Unisokor Pinpoint Medriasis

Refleks Cahaya: Ada Tidak Ada

Refleks fisiologis: Patela Lain-lain : Tidak dapat dikaji

Refleks patologis : Babinzky Kernig Lain-lain : Tidak dapat dikaji

Kekuatan Otot : tidak dapat dikaji

Keluhan Lain : klien dikeluhkan sesak nafas kemudian perlahan-lahan kesadaran mulai

menurun

Masalah Keperawatan:

1. Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral

Page 23: 111370267 Askep HIV With TB

EX

PO

SU

RE Deformitas : Ya Tidak Lokasi ... ...

Contusio : Ya Tidak Lokasi ... ...

Abrasi : Ya Tidak Lokasi : …

Penetrasi : Ya Tidak Lokasi ... ...

Laserasi : Ya Tidak Lokasi ... ...

Edema : Ya Tidak Lokasi ... ...

Luka Bakar : Ya Tidak Lokasi ... ...

Grade : ….

Jika ada luka/ vulnus, kaji:

Luas Luka : ….

Warna dasar luka: ….

Kedalaman : .....

Lain-lain : ... ...

Masalah Keperawatan: (-)

FIV

E I

NT

ER

VE

NS

I

Monitoring Jantung : Sinus Bradikardi Sinus Takikardi

Saturasi O2 : 85%

Kateter Urine : Ada Tidak

Pemasangan NGT : Ada, Warna Cairan Lambung : ... ... Tidak

Pemeriksaan Laboratorium : Hasil AGD menunjukkan Asidosis Respiratorik

Lain-lain: ... ...

Masalah Keperawatan:

1. Kerusakan Pertukaran Gas

Page 24: 111370267 Askep HIV With TB

GIV

E C

OM

FO

RT

Nyeri : Ada Tidak

Problem : ... ...Qualitas/ Quantitas : ... ...Regio : ... ...Skala : ... ...Timing : ... ...Lain-lain : ... ...Masalah Keperawatan: -

(H 1

0 S

AM

PL

E

Keluhan Utama : Sesak Nafas dan lemas

Riwayat Penyakit : Keluarga mengatakan klien menderita Tuberkulosis

sejak setahun yang lalu. Klien dikatakan rutin control

ke puskesmas dan sudah mengkonsumsi OAT. Klien

dibawa ke rumah sakit karena sesak nafas yang

dikeluhkan semakin memberat dan penurunan

kesadaran

Sign/ Tanda Gejala : klien tampak kesulitan bernafas serta tampak gelisah,

akral teraba dingin dan pucat.

Allergi : tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat, dan

alergen lainnya

Medication/ Pengobatan : Klien sedang mendapatkan terapi OAT

Past Medical History : Tuberkulosis Paru

Last Oral Intake/Makan terakhir : 6 jam sebelum MRS

(H2)

HE

AD

TO

TO

E

(Fokus pemeriksaan pada daerah trauma/sesuai kasus non trauma)

Kepala dan wajah : Tidak ditemukan lesi dan deformitas, rambut tampak utuh,

tidak terdapat cephal hematoma

Leher : Tidak tampak deviasi trakhea dan pembesaran kelenjar

tiroid

Dada : Tampak retraksi otot-otot interkosta, pergerakan dada

simetris, RR 30x/menit, nafas tampak cepat dan dangkal

Abdomen dan Pinggang : Tidak terdapat lesi dan ascites

Pelvis dan Perineum : Tidak tampak deformitas, tidak teraba krepitasi

Ekstremitas : Ekstremitas teraba dingin, tampak pucat, CRT >2dtk

Masalah Keperawatan: (-)

Page 25: 111370267 Askep HIV With TB

INS

PE

KS

I B

AC

K/

PO

ST

ER

IOR

SU

RF

AC

E

Jejas : Ada Tidak

Deformitas : Ada Tidak

Tenderness : Ada Tidak

Crepitasi : Ada Tidak

Laserasi : Ada Tidak

Lain-lain : ... ...

Masalah Keperawatan: -

2. Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang

kental atau sekresi yang berlebihan sekunder akibat TBC ditandai

dengan batuk tak efektif, ketidakmampuan untuk mengeluarkan sekresi

jalan napas, bunyi napas ronchi, RR> 20 x/menit, irama dan

kedalaman napas abnormal.

2) Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru sekunder akibat penumpukan cairan ditandai dengan dispnea,

RR>20 x/menit, adanya penggunaan otot bantu pernapasan, irama

napas tidak teratur.

3) Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan peningkatan

metabolisme tubuh sekunder akibat tuberkulosis ditandai dengan TD

90/50 mmHg, turgor kulit menurun.

4) Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

penurunan aliran darah ke serebral ditandai dengan klien mengeluh

pusing, tekanan darah klien 90/60mmHg, nadi klien 124x/menit, nadi

teraba lemah, RR klien 20x/menit, suhu tubuh klien 35 C.

5) Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan kapasitas

difusi paru ditandai dengan adanya dispneu saat melakukan aktivitas,

SaO2 <95%, pH asam (<7,35).

a) Perencanaan Perawatan

No. DX Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Bersihan jalan nafas

tidak efektif

berhubungan dengan

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

Mandiri :

- Lakukan suction Membantu

membersihkan jalan

Page 26: 111370267 Askep HIV With TB

sekresi yang kental

atau sekresi yang

berlebihan sekunder

akibat TBC ditandai

dengan batuk tak

efektif,

ketidakmampuan

untuk mengeluarkan

sekresi jalan napas,

bunyi napas ronchi,

RR> 20 x/menit,

irama dan kedalaman

napas abnormal.

selama ... x 24 jam

diharapkan

bersihan jalan

napas klien efektif

dengan outcome

- klien mampu

mengeluarkan

sekret

- klien dapat

batuk efektif

- bunyi nafas

normal, tidak

ada ronchi,

mengi dan

stridor

- tidak ada

dipsnea

- RR dalam batas

normal (12-20

x/menit), irama

dan kedalaman

napas normal.

- kaji fungsi

pernafasan (bunyi

nafas, kecepatan

nafas, dan

kedalaman)

- catat kemampuan

untuk

mengeluarkan

mukosa / batuk

efektif (catat

karakter, jumlah

sputum, adanya

hemoptisis)

- berikan pasien

posisi semi fowler

dan bantu pasien

untuk batuk dan

latihan nafas

dalam

nafas dari cairan

sehingga udara dapat

mengalir ke paru

dengan baik

penurunan bunyi nafas

dapat menimbulkan

atelektasis. Ronki,

mengi menunjukkan

akumulasi sekret /

ketidakmampuan

membersihkan jalan

nafas yang dapat

menimbulkan

peningkatan kerja

pernafasan.

Pengeluaran sulit bila

sekret sangat tebal.

Sputum berdarah

kental / darah cerah

diakibatkan oleh

kerusakan paru atau

luka bronkial.

Posisi membantu

memaksimalkan

ekspansi paru dan

menurunkan upaya

pernafasan. Latihan

nafas dalam membuka

Page 27: 111370267 Askep HIV With TB

- bersihkan sekret

dari mulut dan

trakea

(penghisapan

sesuai keperluan)

- lakukan fisioterapi

dada

Kolaborasi :

- lembabkan udara /

oksigen inspirasi

- beri obat-obatan

sesuai indikasi

- mukolitik

(contoh

asetilsistein)

- bronkodilator

(contoh

area atelektasis dan

meningkatkan gerakan

sekret ke dalam jalan

nafas besar untuk

dikeluarkan.

Mencegah aspirasi /

obstruksi. Penghisapan

dilakukan jika pasien

tidak mampu

mengeluarkan sekret

Membantu

mengeluarkan dahak

Mencegah

pengeringan mukosa

dan membantu

pengenceran sekret.

Mukolitik

menurunkan

kekentalan sekret /

sputum sehingga

mudah untuk

dikeluarkan.

Bronkodilator

meningkatkan ukuran

Page 28: 111370267 Askep HIV With TB

okstrifilin)

- kortikosteroid

(prednison)

lumen percabangan

trakeobronkial

sehingga menurunkan

tahanan terhadap

aliran udara.

Berguna pada saat

respon inflamasi

mengancam hidup.

2. Ketidakefektifan pola

napas berhubungan

dengan penurunan

ekspansi paru

sekunder akibat

penumpukan cairan

ditandai dengan

dispnea, RR>20

x/menit, adanya

penggunaan otot

bantu pernapasan,

irama napas tidak

teratur.

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama ...x24 jam

diharapkan pola

napas efektif

dengan kriteria

hasil :

Irama,

frekuensi dan

kedalaman

pernafasan

dalam batas

normal

(RR=12-20

x/menit).

Pada

pemeriksaan

sinar X dada

tidak

ditemukan

adanya

Kaji kualitas,

frekuensi dan

kedalaman

pernafasan,

laporkan setiap

perubahan yang

terjadi.

Baringkan pasien

dalam posisi

yang nyaman,

dalam posisi

duduk, dengan

kepala tempat

tidur ditinggikan

60 – 90 derajat.

Observasi tanda-

tanda vital (suhu,

nadi, tekanan

darah, RR dan

respon pasien).

Dengan mengkaji

kualitas, frekuensi

dan kedalaman

pernafasan, kita

dapat mengetahui

sejauh mana

perubahan kondisi

pasien.

Penurunan

diafragma

memperluas

daerah dada

sehingga ekspansi

paru bisa

maksimal.

Peningkatan RR

dan tachcardi

merupakan

indikasi adanya

penurunan fungsi

Page 29: 111370267 Askep HIV With TB

akumulasi

cairan.

Bunyi nafas

vesikuler

Tidak ada

penggunaan

otot bantu

pernapasan

Kolaborasi

dengan tim

medis lain untuk

pemberian O2

dan obat-obatan

serta foto thorax.

paru.

Pemberian oksigen

dapat menurunkan

beban pernafasan

dan mencegah

terjadinya sianosis

akibat hiponia.

Dengan foto thorax

dapat dimonitor

kemajuan dari

berkurangnya

cairan dan

kembalinya daya

kembang paru.

3. Kekurangan Volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif ditandai dengan Klien tampak lmah Klien tampak pucat,TD : 90/50 mmHg,Nadi 130x/menit teraba lemah,RR 20x/menit,Suhu 35 C ,CRT > 2 detik, Akral dingin, Turgor lambat, Diaphoresis, Wajah pucat

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x24 jam diharapkan status neurologis klien membaik dengan kriteria hasil:- Mukosa bibir

lembab - Turgor kulit

normal- CRT < 2 detik- TTV dalam

keadaan normalTD :110-140/60-90mmHgNadi :60-100x/menitRR :

Pasang 2 line IV dengan cairan IV normal Salin atau RL secara cepat

Lalukan Pemasangan Kateter urine, Pantau masukan dan haluaran, karakter, perkiraan kehilangan yang tak terlihat, misal berkeringat, ukur berat jenis urine, observasi

Resusitasi cairan penting untuk mengembalikan keadekuatan volume

Perubahan tekanan darah dan nadi dapat digunakan untuk perkiraan kasar kehilangan darah.

Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan sebagai pedoman untuk penggantian cairan.

Page 30: 111370267 Askep HIV With TB

16-24x/menitSuhu :36,5-37,50C- Output urine

dalam batas normal : dewasa = 0,5-1 cc / kg / jam ; pediatrik =1-2cc/kg/jam

- Tidak terjadi oliguria maupun anuria

oliguria Pantau tanda -

tanda vital.

Perubahan tekanan

darah dan nadi

dapat digunakan

untuk perkiraan

kasar kehilangan

darah

4. Kerusakan pertukaran

gas berhubungan

dengan penurunan

kapasitas difusi paru

ditandai dengan

adanya dispneu saat

melakukan aktivitas,

SaO2 <95%, pH asam

(<7,35), Hasil AGD

dalam batas normal

(PCO2 : 35-45

mmHg, PO2 : 95-100

mmH

Setelah diberikan

asuhan

keperawatan

selama .. x 24 jam

diharapkan

kerusakan

membran alveolar

klien dapat teratasi

dengan outcome :

- klien tidak

mengalami

dispnea saat

melakukan

aktivitas

- kilen tidak

mengalami

kelelahan

- SaO2 dalam

batas normal

(>95%), pH

darah netral

(7,35-7,5) PO2

(80-100)

Mandiri

- kaji dispnea,

takipnea, tak

normal /

menurunnya bunyi

nafas, peningkatan

upaya pernafasan,

terbatasnya

ekspansi dinding

dada, dan

kelelahan

- evaluasi perubahan

pada tingkat

kesadaran. Catat

sianosis dan atau

perubahan pada

warna kulit,

termasuk membran

mukos dan kuku.

TB paru menyebabkan

efek luas pada paru

dari bagian kecil

bronkopneumonia

sampai inflamasi

difusi luas, nekrosis,

effusi pleural, dan

fibrosis luas. Efek

pernafasan dapat dari

ringan sampai dispnea

berat dan bisa juga

sampai distres

pernafasan.

Akumulasi sekret /

pengaruh jalan nafas

dapat mengganggu

oksigenasi organ vital

dan jaringan.

Page 31: 111370267 Askep HIV With TB

-

-

- tingkatkan tirah

baring / batasi

aktivitas dan bantu

aktivitas perawatan

diri sesuai

keperluan.

Kolaborasi

- Monitor GDA

- berikan oksigen

tambahan yang

sesuai

Menurunkan konsumsi

oksigen atau

kebutuhan selama

periode penurunan

pernafasan dapat

menurunkan beratnya

gejala.

Menurunnya saturasi

oksigen (PaO2) atau

meningkatnya PaC02

menunjukkan perlunya

penanganan yang

lebih. adekuat atau

perubahan terapi.

Membantu

mengoreksi

hipoksemia yang

terjadi sekunder

hipoventilasi dan

penurunan permukaan

alveolar paru.

5. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan aliran darah ke serebral ditandai dengan klien mengeluh pusing,

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama...x24 jam diharapkan status neurologis klien membaik dengan kriteria hasil:

Mandiri :

Pertahankan

kepatenan jalan

nafas.

mempertahankan

kepatenan jalan

nafas bertujuan

untuk mencegah

terputusnya aliran

oksigen ke otak

Page 32: 111370267 Askep HIV With TB

tekanan darah klien 90/60mmHg, nadi klien 124x/menit, nadi teraba lemah, RR klien 20x/menit, suhu tubuh klien 35

- Pusing, skala 5 (none)

- Status kongnitif, skala 5 (not compromised)

- Tekanan darah dalam batas normal 120/80 mmHg, skala 5 (not compromised)

- Nadi dalam batas normal (60-100x/menit), skala 5 (not compromised)

- RR dalam batas normal, skala 5 (not compromised)

- Suhu tubuh dalam batas normal (36-37)± 0,5 C, skala 5 (not compromised)

Monitor aliran

oksigen.

Monitor tanda-

tanda vital

Monitor kualitas

dan frekuensi

nadi

sehingga

mencegah

terjadinya hipoksia

jaringan otak.

untuk mempertahankan masukan oksigen adekuat sesuai dengan kebutuhan.

memonitor tanda-tanda vital penting untuk mengetahui keadaan umum dan status keefektifan perfusi jaringan.

Adanya bradikardi dapat terjadi sebagai akibat adanya kerusakan otak

3. Evaluasi

Evaluasi dibuat berdasarkan kriteria hasil

Page 33: 111370267 Askep HIV With TB

C. PENDIDIKAN KESEHATAN YANG DIBERIKAN KEPADA PASIEN

MAUPUN KELUARGA PASIEN

Pendidikan kesehatan yang diberikan pada pasien dan keluarganya meliputi :

pengertian penyakit TB Paru, penyebab penyakit TB Paru, cara pencegahan

penyakit TB Paru, cara penularan penyakit TB Paru, dan cara pengobatan

penyakit TB Paru.

1. Pengertian Penyakit TB Paru

Tuberculosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

bakteri berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium

tuberculosis.

2. Penyebab Penyakit TB Paru

Page 34: 111370267 Askep HIV With TB

Penyebab penyakit TB Paru adalah bakteri berbentuk batang (basil)

yang bernama Mycobacterium tuberculosis.

Mycobacterium tuberculosis memiliki beragam jenis dan jenis yang

paling sering dijumpai pada penyakit TB Paru adalah Mycobacterium

tuberculosis hominis.

3. Tanda dan Gejala Penyakit TB Paru

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit yang mempunyai banyak

kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum

seperti lemah dan demam. Tanda-tanda orang yang dicurigai terkena

penyakit TBC yaitu secara umum dapat dilihat dari gejalanya terlebih

dahulu yaitu,

demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama,

biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam.

Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang

timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Dan untuk memberikan kepastian maka orang tersebut harus diperiksa

lebih lanjut, jadi tidak selalu bahwa orang batuk-batuk lama pasti

menderita TBC, harus dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium

dan foto rontgen.

4. Cara Pencegahan Penyakit TB Paru

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit

tuberculosis paru cukup sederhana, yaitu pola hidup sehat adalah kuncinya

karena kita tidak tahu kapan kita bisa terpapar dengan kuman penyebab

tuberculosis paru, yakni Mycobacterium tuberculosis. Dengan pola hidup

sehat maka daya tahan tubuh kita diharapkan cukup untuk memberikan

perlindungan sehingga walaupun kita terpapar dengan kuman penyebab

tuberculosis paru, tidak akan timbul gejala.

Pola hidup sehat adalah dengan:

mengkonsumsi makanan yang bergizi,

Page 35: 111370267 Askep HIV With TB

selalu menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup kita,

rumah harus mendapatkan sinar matahari yang cukup (tidak

lembab),

selain itu hindari terkena percikan batuk dari penderita TBC.

5. Cara Penularan Penyakit TB Paru

Pada umumnya proses penulran penyakit TB Paru ini adalah melalui

percikan dahak penderita yang keluar saat batuk (beberapa ahli

mengatakan bahwa air ludah juga bisa menjadi media perantara), bisa juga

melalui debu, alat makan/minum yang mengandung kuman TBC. Kuman

yang masuk dalam tubuh akan memperbanyak diri di paru-paru, lamanya

dari terkumpulnya kuman sampai timbulnya gejala penyakit dapat

berbulan-bulan sampai tahunan.

6. Cara Pengobatan Penyakit TB Paru

Penyakit TBC bisa disembuhkan secara tuntas apabila penderita

mengikuti anjuran tenaga kesehatan untuk minum obat secara teratur dan

rutin sesuai dengan dosis yang dianjurkan, dan mengkonsumsi makanan

yang bergizi cukup untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya, serta

menjaga kebersihan lingkungan di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta.

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000.

Edisi 3. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta

Green, Chris. 2006. TB & HIV. Spiritia : Jakarta

Irawan, Didik. 2010. TB Penyebab Kematian HIV. http://harianjoglosemar.com/.

(akses : 24 Juni 2010)

Mansur, Shahril. 2009. TB dan HIV. http://kawanilmu.blogspot.com/2009/08/tb-

dan-hiv.html. (akses : 24 Juni 2010)

Nanda. 2005 – 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima Medika.

Page 36: 111370267 Askep HIV With TB

Price S.A., Wilson L.M.. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit, Edisi 4, Buku. EGC : Jakarta

Tucker, Susan Martin ; dkk. 1998. Standar Perawatan Pasien. Penerbit Buku

Kedokteran EGC : Jakarta.