9
1 A. PENDAHULUAN Garam merupakan salah satu kebutuhan yang merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun usaha meningkatkan produksi garam belum diminati, termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik (kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam beryodium serta garam industri. Indonesia termasuk Negara kepulauan, tetapi pusat pembuatan garam terkonsentrasi di jawa dan Madura, yaitu Jawa seluas 10.231 Ha ( Jawa Barat 1.159 Ha, Jawa Tengah seluas 2.168 Ha, Jawa Timur 6.904 Ha) dan Madura 15.347 Ha (Sumenep 10.067 Ha, Pemekasan 3.075 Ha, Sampang 2.205 Ha) luas area yang dikelola oleh PT,Garam hanya 5.116 Ha yang seluruhnya berada di Pulau Madura yaitu di Sumenep 3.163 Ha, Pemekasan 907 Ha dan di Sampang 2.205 Ha. Lokasi lainnya yaitu Nusa Tenggara Barat seluas 1.885 Ha, sehingga luas areal penggaraman seluruhnya sebesar 30.658 Ha sejumlah 25.542 Ha dikelola secara tradisional oleh rakyat. Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada umumnya harus diolah kembali untuk dapat dijadikan garam komsumsi maupun garam industri. Areal penggaraman yang dikelola oleh rakyat cukup luas, sedangkan produksi dan hasilnya belum sesuai untuk dapat dijadikan garam komsumsi maupun garam industri. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan, untuk membuat garam dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCI- nya sebagai unsur utama garam. Pembuatan garam dapat dilakukan dengan beberapa kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl nya sebagai unsur utama garam., Jenis garam dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti; kategori baik sekali, baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali jika mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar NaCl 90– 95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang diutamakan adalah yang kandungan garamnya di atas 95%. Garam industri dengan kadar NaCl >95% yaitu sekitar 1.200.000 ton sampai saat ini seluruhnya masih diimpor, hal ini dapat dihindari mengingat Indonesia sebagai negara kepulauan. B. METODE PEMBUATAN GARAM Proses pembuatan garam dibagi dalam empat tahap yaitu: 1. Penyiapan lokasi penggaraman 2. Sarana dan Prasarana 3. Lokasi penggaraman 4. Produksi garam 1. Penyiapan Lokasi Penggaraman Proses pembuatan garam yang sederhana adalah menguapkan air laut sehingga mineral-mineral yang ada di dalamnya mengendap. Hanya saja mineral-mineral yang kurang diinginkan sedapat mungkin hanya sedikit yang dikandung oleh garam yang diproduksi. Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak secara bertingkat, sehingga dengan gaya gravitasi PROSES PRODUKSI GARAM Oleh : Sukino Subiyantoro Produktivitas pembuatan garam masih rendah, menurut catatan dalam satu tahun Indonesia membutuhkan garam sekitar 2,1 juta ton. Namun Indonesia hanya mampu memenuhinya sebesar 1 ,12 juta ton. Sisa kebutuhan sebesar 900 juta ton garam masih diimpor.

112919221 Proses Pembuatan Garam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 112919221 Proses Pembuatan Garam

1

A. PENDAHULUAN

Garam merupakan salah satu kebutuhan yang

merupakan pelengkap dari kebutuhan pangan dan

merupakan sumber elektrolit bagi tubuh manusia.

Walaupun Indonesia termasuk negara maritim, namun

usaha meningkatkan produksi garam belum diminati,

termasuk dalam usaha meningkatkan kualitasnya. Di

lain pihak untuk kebutuhan garam dengan kualitas baik

(kandungan kalsium dan magnesium kurang) banyak

diimpor dari luar negeri, terutama dalam hal ini garam

beryodium serta garam industri.

Indonesia termasuk Negara kepulauan, tetapi pusat

pembuatan garam terkonsentrasi di jawa dan Madura,

yaitu Jawa seluas 10.231 Ha ( Jawa Barat 1.159 Ha, Jawa

Tengah seluas 2.168 Ha, Jawa Timur 6.904 Ha) dan

Madura 15.347 Ha (Sumenep 10.067 Ha, Pemekasan

3.075 Ha, Sampang 2.205 Ha) luas area yang dikelola

oleh PT,Garam hanya 5.116 Ha yang seluruhnya berada

di Pulau Madura yaitu di Sumenep 3.163 Ha,

Pemekasan 907 Ha dan di Sampang 2.205 Ha. Lokasi

lainnya yaitu Nusa Tenggara Barat seluas 1.885 Ha,

sehingga luas areal penggaraman seluruhnya sebesar

30.658 Ha sejumlah 25.542 Ha dikelola secara

tradisional oleh rakyat.

Kualitas garam yang dikelola secara tradisional pada

umumnya harus diolah kembali untuk dapat dijadikan

garam komsumsi maupun garam industri.

Areal penggaraman yang dikelola oleh rakyat cukup

luas, sedangkan produksi dan hasilnya belum sesuai

untuk dapat dijadikan garam komsumsi maupun garam

industri. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan, untuk

membuat garam dengan beberapa kategori

berdasarkan perbedaan kandungan NaCI- nya sebagai

unsur utama garam.

Pembuatan garam dapat dilakukan dengan beberapa

kategori berdasarkan perbedaan kandungan NaCl nya

sebagai unsur utama garam., Jenis garam dapat dibagi

dalam beberapa kategori seperti; kategori baik sekali,

baik dan sedang. Dikatakan berkisar baik sekali jika

mengandung kadar NaCl >95%, baik kadar NaCl 90–

95%, dan sedang kadar NaCl antara 80–90% tetapi yang

diutamakan adalah yang kandungan garamnya di atas

95%.

Garam industri dengan kadar NaCl >95% yaitu sekitar

1.200.000 ton sampai saat ini seluruhnya masih

diimpor, hal ini dapat dihindari mengingat Indonesia

sebagai negara kepulauan.

B. METODE PEMBUATAN GARAM

Proses pembuatan garam dibagi dalam empat tahap

yaitu:

1. Penyiapan lokasi penggaraman

2. Sarana dan Prasarana

3. Lokasi penggaraman

4. Produksi garam

1. Penyiapan Lokasi Penggaraman

Proses pembuatan garam yang sederhana adalah

menguapkan air laut sehingga mineral-mineral

yang ada di dalamnya mengendap. Hanya saja

mineral-mineral yang kurang diinginkan sedapat

mungkin hanya sedikit yang dikandung oleh garam

yang diproduksi.

Lahan pembuatan garam dibuat berpetak-petak

secara bertingkat, sehingga dengan gaya gravitasi

PROSES PRODUKSI GARAM

Oleh : Sukino Subiyantoro

Produktivitas pembuatan garam masih rendah, menurut catatan dalam satu tahun Indonesia membutuhkan garam

sekitar 2,1 juta ton. Namun Indonesia hanya mampu memenuhinya sebesar 1 ,12 juta ton. Sisa kebutuhan sebesar

900 juta ton garam masih diimpor.

Page 2: 112919221 Proses Pembuatan Garam

2

air dapat mengalir ke hilir kapan saja dikehendaki.

Dalam tulisan ini diberikan dua model peningkatan

mutu garam, yaitu mengendapkan Ca dan Mg

dengan menggunakan Natrium Karbonat atau

Natrium Oksalat yang dikombinasikan dengan cara

pengendapan bertingkat.

Kalsium dan magnesium sebagai unsur yang cukup

banyak dikandung dalam air laut selain NaCl perlu

diendapkan agar kadar NaCl yang diperoleh

meningkat. Kalsium dan magnesium dapat

terendapkan dalam bentuk garam sulfat, karbonat

dan oksalat. Dalam proses pengendapan atau

kristalisasi garam karbonat dan oksalat mengendap

dahulu, menyusul garam sulfat, terakhir bentuk

garam kloridanya.

Prinsip dasar dari proses pembuatan garam yang

dilakukan adalah menghasilkan garam yang

kualitasnya lebih baik. Untuk itu, diperlukan studi

lapangan yang menunjang kualitas garam antara

lain kondisi lahan yang digunakan, kemiringan, uji

laboratorium, termasuk kondisi iklim dan

sebagainya, sehingga dihasilkan garam sesuai

kualitas yang diharapkan

Data yang diperlukan yaitu :

• Evaporasi / penguapan (tinggi)

• Kecepatan dan arah angin (>5 m/detik)

• Suhu udara (>32°C)

• Penyinaran matahari (100%)

• Kelembaban udara (<50% H)

• Curah hujan (rendah) dan hari hujan (kurang)

• Pasang surut

2. Sarana dan Prasarana

a. Sarana:

1. Kolam Penampungan Air laut

Kolam ini berfungsi untuk menampung air

laut (3 be), kedalaman air maksimal 1 meter

dan luasan kolam paling tidak 25 % dari total

lahan tambak garam.

2. Kolam peminihan (penguapan)

Kolam ini berfungsi sebagai kolam

penguapan. Pada kolam inilah air laut

dengan kadar garam 3 – 3,5 Be di uapkan

sehingga mencapai konsentrasi > 16 Be dan

siap di kristralkan di meja – meja garam.

Kedalaman air pada kolam ini bervariasi

antara 10 – 30 cm dengan luasan lahan 40 %

dari total lahan tambak garam.

3. Kolam Penampungan Air Tua

Kolam ini berfungsi sebagai tempat

penampungan air tua (20 Be).

Kedalaman air pada kolam ini paling tidak 10

cm. Luas kolam 20 % dari total lahan tambak

garam.

4. Meja Garam (Kristalisasi)

Petakan ini berfungsi sebagai petakan

penguapan garam, kedalaman air pada

petakan ini sekitar 5 cm. Luas kolam sekitar

15 % dari total areal lahan.

5. Pintu air

Terdiri dari pintu air pemasukan dan pintu

air pengeluaran yang berfungsi memasukkan

dan mengeluarkan air.

6. Saluran air tua.

Berfungsi menyalurkan air muda dari

penampungan ke peminihan. Lebar saluran

disesuaikan dengan luas lahan pegaraman

7. Gudang

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan

garam setelah dipanen. Volume gudang

penyimpanan di sesuaikan dengan kapasitas

produksi. Gudang tidak boleh bocor dan

terkena rembesan air hujan.

b. Peralatan

1. Mesin pompa air

Berfungsi untuk memompa dan mengelirkan

air dari petakan yang satu ke petakan yang

lain apabila di butuhkan.

2. Beaumemeter

Berfungsi untuk mengukur konsentrasi kadar

garam pada air laut.

3. Kincir Angin

Berfungsi untuk memompa air secara

manual menggunakan tenaga angin.

4. Guluk

Berfungsi untuk meratakan dasar petakan

garam pada meja garam.

5. Waring, Ember, Karung, Terpal serta peralatan

lain yang dibutuhkan dalam operaional

tambak garam.

c. Prasarana:

1. Pematang sekitar (pematang keliling).

2. Pematang waduk.

Page 3: 112919221 Proses Pembuatan Garam

3

3. Saluran pemasukan.

4. Saluran air muda.

5. Pematang peminihan dan pematang

penghalang.

6. Pematangan meja-meja.

7. Saluran pembuangan.

8. Jalan (akses transportasi)

3. Lokasi Penggaraman

Tanah untuk penggaraman yang dipilih harus

memenuhi kriteria yang berkaitan dengan

ketinggian dari permukaan laut, topografi tanah,

sifat fisis tanah, kehidupan (hewan/tumbuhan) dan

gangguan bencana alam.

a. Letak terhadap permukaan air laut :

Untuk mempermudah suplai air laut

Untuk mempermudah pembuangan

b. Topografi :

Dikehendaki tanah yang landai atau

kemiringan kecil.

Untuk mengatur tata aliran air dan

meminimilisasi biaya konstruksi

c. Sifat fisis tanah :

Dikehendaki sifat-sifat :

Permeabilitas rendah

Tanah tidak mudah retak

Pasir : Permeabilitas tinggi

Tanah liat : Permeabilitas rendah

Retak pada kelembaban

rendah

Untuk peminihan tanah liat untuk

penekanan resapan air (kebocoran)

Untuk meja-meja campuran pasir dan

tanah liat guna kualitas dan kuantitas hasil

produksi

d. Gangguan kehidupan :

Tanaman pengganggu

Binatang tanah

e. Gangguan bencana alam :

Daerah banjir / gempa / gelombang pasang

4. Produksi Garam

Ada bermacam-macam cara pembuatan garam

yang telah dikenal manusia, tetapi dalam tulisan ini

hanya akan diuraikan secara singkat cara

pembuatan garam yang proses penguapannya

menggunakan tenaga matahari (solar

evaporation), mengingat cara ini dinilai masih

tepat untuk diterapkan perkembangan teknologi

dan ekonomi di Indonesia pada waktu sekarang.

Pada dasarnya pembuatan garam dari air laut

terdiri dari langkah-langkah proses pemekatan

(dengan menguapkan airnya) dan pemisahan

garamnya (dengan kristalisasi).

A. Teknik Pembuatan Garam

1. Teknik Tradisional

Pembuatan garam rakyat di Indonesia yang

ada saat ini rata-rata masih menggunakan

teknik yang masih tradisional dimana hasil

produksi baik secara kualitas maupun

kuantitas masih rendah. Kondisi ini terjadi

karena penerapan proses produksi pada

teknik tradisional masih sederhana

teknologinya. Alur proses produksi yang

biasa diterapkan para petani garam di

Indonesia yaitu air laut (3 Be) dimasukkan

dalam petak penampungan air laut

(tandon) kemudian air tersebut dialirkan

pada beberapa petak peminihan dengan

tujuan untuk menguapkan air laut

sehingga kandungan garam didalamnya

akan semakin pekat (16 Be) seiring

perjalanan air laut tersebut dari petak

peminihan yang satu ke petak peminihan

yang terakhir (penampungan air tua). Dari

petak pemihan ini selanjutnya air yang

konsentrasi kandungan garamnya makin

tinggi ini langsung di alirkan ke meja garam

untuk di kristalkan. Tahapan-tahapan pada

teknik tradisional ini memerlukan waktu

yang cukup lama (> 10 hari) untuk

menghasilkan garam yang kualitasnya juga

masih rendah. Rendahnya kualitas garam

tersebut bisa disebabkan oleh kandungan

NaCl yang kurang karena proses produksi

yang masih sangat sederhana dan cara

panen yang seringkali mengakibatkan

lumpur dasar petakan masih melekat pada

garam.

Page 4: 112919221 Proses Pembuatan Garam

4

Gambar. Pola Teknik Tradisional

2. Teknik Semi Intensif

Pada proses pembuatan garam

menggunakan teknik semi intensif

membutuhkan modifikasi lahan tambak

dengan penambahan ulir pada tahap

peminihan dengan tujuan untuk

mempercepat proses penuaan air.

Penambahan ulir disini dimaksudkan untuk

mempercepat penguapan pada air laut

sehingga saat tiba di petak penampungan

sudah mencapai 20 Be dalam waktu yang

lebih singkat apabila kondisi cuaca dan

iklim memungkinkan.

Pada teknik semi intensif ini, ulir dibuat

berbentuk petakan – petakan kolam tanah

yang berkelok – kelok dengan dasar yang

tidak rata untuk membuat arus air secara

alami sehingga terjadi proses penguapan

yang di bantu cahaya matahari dan angin.

Dengan adanya ulir ini diharapkan dapat

mempercepat waktu penuaan air laut

sehingga proses produksi dapat lebih

singkat. Ketinggian air pada ulir berkisar

antara 10 – 20 cm. Perbandingan luas

lahan peminihan dengan lahan kristalisasi

adalah 65 : 35. Meja kristalisasi dapat

dilapisi terpal plastik sehingga bebas

bocor, mudah dirawat dan dapat segera

digunakan bila musim garam tiba.

Gambar. Pola Teknik Semi Intensif

3. Teknik Back Yard

Pembuatan garam secara sederhana tanpa

memerlukan lahan tambak yang sangat

luas tetapi memanfaatkan pekarangan

rumah sebagai lahan produksi garam.

Bahan baku air tua ini dapat di datangkan

dari tambak-tambak garam yang sengaja

membuat air tua untuk didistribusikan

pada usaha pembuatan garam

menggunakan backyard. Jadi dengan

teknik ini terdapat beberapa elemen usaha

yang saling mendukung, saling

membutuhkan dan saling menguntungkan.

Bahan baku dapat berupa air tua dengan

kadar kepekatan minimum 20 Be sehingga

langsung mengalami tahap kristalisasi.

Untuk membuat air tua tersebut menjadi

Kristal-kristal garam maka dapat di buat

meja kristalisasi menggunakan terpal

plastic sehingga bebas bocor, mudah

dirawat dan dapat dipindahkan. Luas meja

kristalisasi minimal 2,4 m x 1,2 m x 0,04 m.

Proses kristalisasi air tua dilakukan dengan

penyinaran matahari. Diusahakan letak

meja kristalisasi ini mendapatkan sinar

matahari penuh dari pagi sampai sore atau

tidak tertutup oleh pepohongan atau

bangunan.

Page 5: 112919221 Proses Pembuatan Garam

5

Gambar. Pola Teknik Back Yard

B. Proses Produksi Garam

1. Peminihan (Penguapan)

Setelah dari kolam penampungan (air laut

3 Be) dialirkan ke petak peminihan

(penguapan). Berikut ini merupakan alur

proses dalam kolam peminihan :

a. Selama tiga hari pertama air laut yang

keluar masuk digunakan untuk

membersihkan waduk dari air hujan

atau air tawar. Mulai hari keempat

sesuai dengan perkembangan iklim,

air laut mulai ditahan di dalam tambak

sampai konsentrasi minimal 2 °Be

atau 20 gram/liter.

b. Setelah seluruh areal peminihan

terendam air laut pintu air ditutup,

sehingga tebal air di peminihan sesuai

dengan urutan-urutannya memiliki

ketebalan minimal 7,5 cm.

c. Bersamaan dengan pengaturan

ketebalan air laut pada peminihan

dimulai pekerjaan penimbangan

konsentrasi air laut pada pintu air

utama, di dalam tambak (sedikitnya di

3 tempat kalau tambaknya sangat

luas) dan pada masing-masing

peminihan tepatnya pada tempat-

tempat dimana terdapat patok ukuran

air yang dipasang.

d. Air laut ditimbang dengan Baume

meter, pencatatan dilakukan secara

tertib setiap hari selama musim

pembuatan garam.

2. Penampungan Air Tua

Proses penampungan air tua yang harus

dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Air dari petak peminihan (16 s.d 20 Be)

selanjutnya ditampung dalam petak air

tua

2. Ketinggian air pada petak air tua 30 cm

3. Air dalam petak air tua dapat dialirkan

ke meja-meja garam dan dilakukan

secara terus - menerus.

3. Pengolahan Tanah dan Air di Meja-meja

Beberapa tahapan dalam pengolahan

tanah di meja garam dilakukan sebagai

berikut:

1. Pengeringan pendahuluan dilakukan

sebelum atau pada waktu air laut

dialirkan untuk menghilangkan lumut-

lumut. Pengeringan pertama dilakukan

mulai dari meja terendah dalam satu

seri, sehingga konsentrasinya

mencapai maksimum 3 – 6 °Be.

2. Pemadatan dengan menggunakan

guluk pertama pada meja dilakukan

setelah pengeringan pertama selesai

dan lahan dijemur hingga kering

selama 1 – 2 hari, kemudian dasarnya

dipemadatan dengan menggunakan

guluk menggunakan pemadatan

dengan menggunakan guluk kayu.

3. Setelah meja mengalami proses

pengeringan pertama dan pemadatan

dengan menggunakan guluk pertama

konsentrasi air akan mencapai

maksimum 10 –14 °Be. Selanjutnya

dilakukan pengeringan kedua yang

secara teknis sama dengan

pengeringan pertama.

4. Pemadatan dengan menggunakan

guluk kedua dilakukan 1 – 2 hari

setelah pengeringan kedua pada

kondisi dasar meja dalam keadaan

kering. Pelaksanaan teknis pemadatan

dengan menggunakan guluk kedua

sama seperti pemadatan dengan

menggunakan guluk pertama sehingga

dasar meja yang sudah menjalani

proses pengeringan kedua dan

pemadatan dengan menggunakan

Page 6: 112919221 Proses Pembuatan Garam

6

guluk kedua benar- benar bersih, rata,

keras dan padat.

5. Setelah air di dalam meja yang telah

dipengeringan kedua dan pemadatan

dengan menggunakan guluk kedua,

konsentrasi air akan mencapai

maksimum 20 – 23 °Be selanjutnya

dilakukan pengeringan terakhir pada

meja tersebut.

6. Pemadatan dengan menggunakan

guluk terakhir dilakukan 1 – 2 hari

setelah pengeringan terakhir dan pada

kondisi dasar meja dalam keadaan

kering. Pelaksanaan teknis pemadatan

dengan menggunakan guluk terakhir

sama dengan pemadatan pertama dan

kedua, dilakukan dengan

menggunakan guluk beton besar

sebagai syarat untuk persiapan lepas

air.

4. Pengeluaran Air Tua (Lepas Air Tua)

Setelah meja mengalami proses

pengeringan terakhir dan pemadatan

dengan menggunakan guluk terakhir, serta

konsentrasi air yang ada diatasnya telah

mencapai 25 Be, selanjutnya Lepas Air Tua

(LAT) pada meja tersebut dapat dilakukan.

Proses LAT adalah sebagai berikut :

1. LAT dilakukan antara jam 10.00 s/d

13.00, pada konsentrasi 25 Be.

2. LAT pada meja-meja lainnya berurutan

keatas di dalam seri yang sama.

(tambahkan gambar)

Perlu diperhatikan ketertiban dalam

melakukan pencatatan urutan timbangan

air pada meja-meja dalam buku produksi

setiap hari, ketebalan air pada masing-

masing meja dijaga minimal 5 cm, meja

yang berfungsi sementara sebagai

gentongan memiliki ketebalan air minimal

8 cm serta kekuatan persediaan air baik

konsentrasi dan volumenya.

5. Kristalisasi

Setelah proses meja LAT berakhir terjadi

kristalisasi garam, selanjutnya dilakukan

pemeliharaan proses kristalisasi dalam meja

yang sudah LAT dengan menambahkan air

tua yang memiliki konsentrasi 25 - 29 °Be

setiap hari ke dalam meja serta tetap

menjaga ketebalan air minimal 5 cm, ke

dalam meja kristal dilakukan penambahan

brine dengan konsentrasi minimal 25 – 26

°Be.

Pada sistem pemanenan yang dilakukan PT.

GARAM (Persero), kristal garam dipelihara

selama 30 hari sebelum dilakukan perataan.

Selang waktu dari LAT ke proses perataan

selama 30 hari. Lapisan garam yang berumur

30 hari disebut lantai garam yang menjadi

dasar pada pemanenan garam selanjutnya.

Pada metode maduris kristal garam

dipelihara selama 15 – 20 hari, setelah itu

langsung dipungut diatas lantai tanah.

6. Pemanenan

1. Jenis pemanenan garam Terdiri dari dua

sistem yaitu:

a. Sistem Portugis

Pungutan garam di atas lantai garam,

yang terbuat dari kristal garam yang

dibuat sebelumnya selama 30 hari,

berikut tiap 10 hari dipungut.

b. Sistem Maduris

Pungutan garam yang dilakukan di

atas lantai tanah, selama antara 10–

15 hari garam diambil di atas dasar

tanah

2. Teknis pemanenan garam adalah sebagai

berikut:

a. Perataan meja garam

Lantai garam diratakan terlebih

dahulu agar kristal garam yang

terbentuk pada hari-hari berikutnya

tidak melekat pada lantai garam untuk

memudahkan pelaksanaan pungutan.

Page 7: 112919221 Proses Pembuatan Garam

7

Perataan lantai garam dilakukan

minimal oleh 3 orang pekerja

menggunakan sorkot besi.

Pekerja yang bertugas meratakan

dasar garam harus membersihkan

kakinya sebelum masuk ke meja,

menghadap ke arah angin dan

berjalan mundur secara hati-hati agar

tidak merusak lantai garam.

Meja diratakan dalam keadaan

terendam air tua.

Pungutan garam dilakukan setelah

pekerjaan meratakan lantai garam

selesai.

b. Pungutan garam

Dilakukan setelah 10 hari meja garam

diratakan.

Disiapkan profil untuk menentukan

volume garam dan jembatan pungut.

Kristal garam dilonggarkan

menggunakan sorkot besi setiap 3 hari

sekali untuk memudahkan proses

pungutan garam.

Pungutan dilakukan dengan

menggunakan sorkot kayu.

Kristal garam ditarik (dikais) dari

tengah ke tepi meja, membentuk

lenceran sejajar dengan galengan

meja yang membujur ke arah

pejemuran dalam jarak 1 m dari tepi

galengan meja.

c. Garam hasil pungutan ditimbun di

penjemuran yang terletak sejajar dengan

meja terendah. Timbunan dibentuk

menurut profil yang sudah dipersiapkan,

ukuran disesuaikan dengan ukuran

penjemuran.

d. Penjemuran terbuat dari batu kapur / batu

karang yang kuat dan bersih, apabila

penjemuran terbuat dari tanah dan dalam

keadaan rusak, perlu dibuatkan alas dari

dinding / anyaman bambu yang diletakkan

di atas penjemuran untuk menjaga

kebersihannya, sehingga garam tidak

terkontaminasi dengan tanah atau debu.

e. Jika konsentrasi air tua kurang dari 29 °Be

bisa dipergunakan dan ditambahkan air tua

hingga ketebalannya minimal 5 cm.

f. Pemanenan dilanjutkan setelah 10 hari

kemudian dan seterusnya, hari pungut

tidak boleh diperpendek meskipun sudah

mendekati akhir musim garam.

g. Pemanenan darurat dilaksanakan bila

musim produksi tidak mungkin diteruskan,

misalnya kondisi cuaca hujan terus

menerus.

7. Penanganan Hasil Panen

Setelah dilakukan pemanenan, selanjutnya

penanganan garam melalui beberapa tahapan

sebagai berikut:

1. Pengangkutan Garam

a. Pengangkutan garam dilakukan dari

timbunan garam pertama dengan tetap

menjaga kebersihan garam.

b. Semua garam hasil pungutan diangkut

dan dimasukkan ke gudang.

2. Penyimpanan Garam

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada proses

penyimpanan garam yaitu:

a. Pastikan kondisi dasar gudang dalam

keadaan baik, tidak ada bagian cekung

yang memungkinkan adanya genangan

air.

b. Selokan-selokan di sekeliling gudang

dibersihkan agar air dapat mengalir.

c. Garam disimpan didalam gudang

berbentuk curah/ dikemas dalam karung

C. KRITERIA KUALITAS GARAM

Garam yang diproduksi rakyat pada umumnya

tidak mengalami pencucian, sehingga pada

umumnya berkualitas rendah. Kadar NaCl dalam

garam rakyat biasanya bervariasi sekitar 88 %.

Oleh karena itu garam rakyat tidak dapat

memenuhi standar kualitas garam untuk

pembelian stok nasional. Sehingga harga jual

garam rakyat cenderung rendah. Berdasarkan

Peraturan Menteri Perdagangan Republik

Indonesia Nomor : 44/M-Dag/Per/101 2007

kualitas Garam rakyat dikelompokan 3 jenis yaitu:

Page 8: 112919221 Proses Pembuatan Garam

8

1. K-1

Yaitu kualitas terbaik yang memenuhi syarat

untuk bahan industri maupun untuk

konsumsi. merupakan hasil proses kristalisasi

pada larutan 24-29,5 Be dengan kadar NaCl

minimal 97,46 %. Dengan komposisi sebagai

berikut:

a. NaCl : 97.46 %

b. CaCl2 : 0.723 %

c. CaSO4 : 0.409 %

d. MgSO4: 0.04 %

e. H2O : 0.63 %

f. Impurities: 0.65 %

2. K-2

Yaitu kualitas dibawah K-1, garam jenis ini

harus dikurangi kadar berbagai zat agar

memenuhi standart sebagai bahan baku

industri. Secara fisik garam K-2 berwarna

putih agak kecoklatan dan sedikit lembab.

Garam ini merupakan sisa kristalisasi di atas

pada kondisi kelarutan 29,5-35 Be dengan

kadar NaCl 94,7%.

3. K-3

Merupakan garam kualitas terendah,

tampilan fisik yang putih kecoklatan dan

bercampur lumpur. Garam ini merupakan

sisa larutan kepekatan di atas pada kondisi >

35 Be dengan kadar NaCl < 94,7%.

D. FAKTOR TEKNIS YANG MEMPENGARUHI

PRODUKSI GARAM

a. Air Laut

Mutu air laut (terutama dari segi kadar

garamnya (termasuk kontaminasi dengan air

sungai), sangat mempengaruhi waktu yang

diperlukan untuk pemekatan (penguapan).

b. Keadaan Cuaca

Panjang kemarau berpengaruh langsung

kepada “kesempatan” yang diberikan

kepada kita untuk membuat garam dengan

pertolongan sinar matahari.

Curah hujan (intensitas) dan pola hujan

distribusinya dalam setahun rata-rata

merupakan indikator yang berkaitan erat

dengan panjang kemarau yang kesemuanya

mempengaruhi daya penguapan air laut.

Kecepatan angin, kelembaban udara dan

suhu udara sangat mempengaruhi

kecepatan penguapan air, dimana makin

besar penguapan maka makin besar jumlah

kristal garam yang mengendap.

c. Tanah

Sifat porositas tanah mempengaruhi

kecepatan perembesan (kebocoran) air laut

kedalam tanah yang di peminihan ataupun

di meja.

Bila kecepatan perembesan ini lebih besar

daripada kecepatan penguapannya, apalagi

bila terjadi hujan selama pembuatan garam,

maka tidak akan dihasilkan garam. Jenis

tanah mempengaruhi pula warna dan

ketidakmurnian (impurity) yang terbawa

oleh garam yang dihasilkan.

d. Pengaruh air

Pengaturan aliran dan tebal air dari

peminihan satu ke berikutnya dalam

kaitannya dengan faktor-faktor arah

kecepatan angin dan kelembaban udara

merupakan gabungan penguapan air

(koefisien pemindahan massa).

Kadar/kepekatan air tua yang masuk ke meja

kristalisasi akan mempengaruhi mutu hasil.

Pada kristalisasi garam konsentrasi air garam

harus antara 25–29°Be. Bila konsentrasi air

tua belum mencapai 25°Be maka gips

(Kalsium Sulfat) akan banyak mengendap,

bila konsentrasi air tua lebih dari 29°Be

Magnesium akan banyak mengendap.

Page 9: 112919221 Proses Pembuatan Garam

9

Daftar Pustaka

Aris, Kabul. 2011. Pedoman Garam. Dirjen KP3K,

Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik

Indonesia. Jakarta.

Julianty, Elissa. 2006. Teknologi Pengemasan.

Universitas Sumatera Utara.

Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia

Nomor : 44/M-Dag/Per/101 2007 tentang Perubahan

Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 20/M-

Dag/Per/9/2005 tentang Ketentuan Impor Garam.

Nonny. 2004. Pembesaran Udang. Departemen

Pendidikan Nasional. Jakarta.

Vita, Mayasari. 2009. Penelitian Garam Rakyat. Jurnal

Pedesaan. Surabaya.

__________mr.Q_________