Upload
istib-istibsyaroh
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
56
ANALISA SIFAT MEKANIK KOMPOSIT SERAT TEBU DENGAN MATRIK RESIN
EPOXY
Prayoga Adi Nugroho, Mustaqim, Rusnoto
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Pancasakti Tegal
Abstrak
Tujuan penelitian adalah mengetahui kekuatan tarik dan sudut lenngkung komposit serat
tebu dan mengetahui struktur mikronya. Manfaat penelitian ini adalah dapat menjadi acuan untuk
penelitian berikutnya lebih pada pengembengan komposit khususnya yang mengguanakan serat
tebu.
Komposit dibuat dengan metode hand lay up, bahan yang digunakan adalah resin epoxy dari
PT Justus Kimia raya, serat tebu dengan panjang 50mm dan dengan perbandingan epoxy 55%,
60%, 65%, 70%, 75% untuk hardener 45%, 40%, 35%, 30%, dan 25 %.
Hasil pengujian menunjukan kekuatan tarik komposit serat tebu dengan fraksi volume 55% :
3,16kgf/mm, 60% : 3,14kgf/mm, 65% : 2,67kgf/mm, 70% : 2,35kgf/mm, 75% : 3,19kgf/mm
untuk pengujian lengkung dengan fraksi volume 55% : 31,33, 60% : 42,33 , 65% : 21,33 , 70% :
37,5 dan 75% : 32,5 .Komposit serta tebu dengan fraksi volume 75% memiliki rata-rata kuat tarik
paling tinggi yaitu 3,19kgf/mm dan yang terendah pada fraksi 70% : 2,35kgf/mm. sedangkan
sudut lengkung yang paling tinggi adalah pada fraksi volume 60% : 42,33 dan yang terendah
adalah 65% dengan sudut lengkung 21,33 .
Kata Kunci : Tensile, Curvature,
KompositPENDAHULUAN
Perkembangan ilmu material khususnya di
bidang polimer pada hakikatnya
terus berkembang seiring dengan usaha manusia
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup dengan
memanfaatkan pengolahan bahan dan teknologi.
Sintesis berbagai jenis bahan polimer dapat
dimanfaatkan dalam berbagai aspek kehidupan.
Sepanjang kebudayaan manusia penggunaan serat
alam sebagai salah satu material pendukung
kehidupan. Salah satu aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam mendapatkan material
baru adalah pemanfaatan bahan yang berasal dari
tumbuhan atau serat organik. Dalam
penggunaannya polimer sintesis berbahan serat
dapat menggantikan logam,kayu,kulit dan bahan
alami lainnya dengan berbagai keunggulan
seperti: harga yang jauh lebih murah, ramah
lingkungan, dan beberapa diantaranya
merupakan optimalisasi produk limbah yang
belum dimanfaatkan. Berbagai macam barang
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari
dapat dibuat dari polimer sintetis ini, misalnya
perabot rumah tangga (dari plastik), bahan
pakaian (nilon, poliester),alat pembungkus,alat
transportasi,dan otomotif. Industri yang paling
gencar menggunakan serat alam sebagai material
komposit polimer adalah produsen otomotif
Daimler Chryler.Produsen mobil Amerika-
Jerman ini mulai meneliti dan menggunakan
bahan komposit polimer berbasis serat serat
alam
57
Pabrik Kampas Rem (PT. Inti Bagas
Perkasa) di Cirebon merupakan bagian inovasi
atas pemanfaatan ampas tebu menjadi produk
kampas rem yang dibutuhkan di pasar after
market khususnya di pasar kendaraan angkutan
penumpang umum yang memerlukan suku
cadang yang murah, berkualitas dan berdaya
tahan lama. Kampas Rem ini telah mengantungi
hak paten baik untuk merek maupun
teknologinya
Serat tebu merupakan salah satu material
natural fibre alternatif dalam pembuatan
komposit secara ilmiah pemanfaatannya masih
dikembangkan. Pengembangan serat tebu sebagai
material komposit sangat dimaklumi mengingat
dari segi ketersediaan bahan baku serat
alam,Indonesia memiliki bahan baku yang cukup
melimpah karena Indonesia yang terletak di
kawasan tropis dengan sebagian penduduknya
masih bercocok tanam (argraris), merupakan
salah satu Negara penghasil tebu terbesar.
Dengan luas lahan mencapai 373.816 Ton / ha
pada tahun 2005 dapat menghasilkan tebu
sebanyak 84,91 Ton /ha,dimana dari proses
pengolahan keseluruhan tebu tersebut menjadi
gula dihasilkan 90% ampas tebu. Selama ini
pemanfaatan ampas tebu yang dihasilkan masih
terbatas sebagai pakan ternak, bahan baku
pembuatan pupuk, pulp, particle boor, bahan
bakar boiler di pabrika gula. Disamping terbatas,
nilai ekonomi yang diperoleh juga belum tinggi,
oleh karena itu diperlukan adanya proses
teknologi sehingga terjadi disversifikasi
pemanfaatan lahan pertanian yang ada, salah
satunya pembuatan komposit serat tebu.
(Adyanto Eko Prasetyo,2006)
.
Untuk memberi ruang lingkup yang jelas
dan tidak melebar, diperlukan batasan batasan
masalah yang meliputi hal hal dibawah ini,
yaitu :
1. Bentuk benda uji digunakan berbentuk
spesimen dengan menggunakan standar
ASTM D-638 M untuk pengujian tarik dan
ASTM D 790 untuk pengujian lengkung
2. Benda uji yang akan dibuat menggunakan
bahan serat tebu berukuran 50 mm, fraksi
volume epoxy 75% , 70% , 65% , 60% dan
55% dan matriks epoxy dengan
perbandingan hardener 25%, 30%, 35%,
40% dan 45% .
3. Proses pembuatan benda uji yang
digunakan yaitu dengan proses
menggunakan tangan (hand lay up).
Cetakan yang digunakan adalah kaca
dengan penekan berupa kaca yang di beri
pegangan di atasnya untuk lebih
merekatkan antara serat dengan matriks
dan lebih meminimalkan rongga udara
yang ada pada benda uji.
4. Pengujian yang akan dilakukan pada
penelitian ini adalah pengujian tarik dan
pengujian lengkung
5. Observasi dilakukan pada bagian patahan
dari specimen pengujian tarik dengan foto
makro dan meneliti struktur makro
dilakukan foto mikro dengan pembesaran
100x.
58
Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Tujuan :
a. Untuk mengetahui analisa sifat mekanik
pada komposit serat tebu dengan matriks
epoxy terhadap kekuatan tarik dan
kekuatan lengkung
b. Mengetahui karakteristik patahan dengan
foto mikro dan mengetahui struktur
makro-nya.
2. Manfaat :
Dari penelitian ini diharap dapat menjadi
acuan untuk penelitian penelitian
berikutnya yang bertujuan lebih pada
perkembangan komposit khususnya yang
menggunakan serat tebu dengan
komposisi yang lebih variatif untuk
mendapatkan material komposit, sesuai
dengan sifat yang diinginkan.
I. LANDASAN TEORI
A. Pengertian Polimer
Polimer (makromolekul) merupakan
molekul besar yang terbentuk dari unit unit
berulang sederhana. Nama ini diturunkan dari
bahasa yunani, yaitu: Poly yang berarti banyak,
dan mer yang berarti bagian.Dan polimer juga
merupakan bahan yang penting dalam
pembuatan komposit. Polimer berfungsi sebagai
matriks yang berfungsi mengikat penguat yang
digunakan pada komposit. Beberapa contoh
bahan polimer yaitu resin phenolformaldehyde,
urea formal dehyde, poliester, epoksi dan
lainnya. Pada umumnya polimer memiliki sifat
yang menguntungkan karena massa jenisnya
kecil, mudah dibentuk, tahan karat. Akan tetapi
polimer memiliki kekurangan seperti kekakuan
dan kekuatan rendah. Oleh karena itu agar
diperoleh komposit yang lebih baik,maka
polimer tersebut dipadukan dengan bahan yang
lain yang berfungsi sebagai bahan penguat
seperti: serat ( fiber ), partikel ( particulate),
lapisan (lamina) dan serpihan (flakes). Pada saat
ini berbagai industri telah menggunakan
komposit yang diperkuat oleh serat mulai dari
industri perabot rumah tangga (panel, kursi,
meja), industri kimia (pipa, tangki, selang), alat-
alat olah raga, bagian-bagian mobil yang salah
satunya bumper mobil, alat-alat listrik, industri
Material komposit mempunyai beberapa
keuntungan antara lain:
1. Bobot ringan
2. Mempunyai kekuatan dan kekakuan yang
baik.
3. Biaya produksi murah.
4. Tahan korosi.
B. Klasifikasi Komposit
1. Fibrous composite material
Terdiri dari dua komponen penyusun
yaitu matriks dan serat. Skema penyusunan
serat dapat dibagi menjadi
2. Laminated composites material
Terdiri sekurang-kurangnya dua lapis
material yang berbeda dan digabung secara
bersama-sama.
59
3. Particulate composite material
Particulate composite material (material
komposit partikel) terdiri dari satu atau lebih
partikel yang tersuspensi di dalam matriks dari
matriks lainnya
C. Tebu
Tebu merupakan salah satu jenis tanaman
yang hanya dapat ditanam didaerah yang
memiliki iklim tropis. Di Indonesia,
perkebunan menempati luas real 232 ribu
hektar, yang tersebar di Medan, Lampung,
Semarang, Solo dan Makassar. Dari seluruh
perkebunan tebu yang ada di Indonesia, 50%
diantaranya adalah perkebunan rakyat, 30%
perkebunan swasta, dan hanya 20% perkebunan
Negara. Pada tahun 2002 produksi tebu
Indonesia mencapai 2 juta ton. Tebu-tebu dari
perkebunan diolah menjadi gula di pabrik-
pabrik gula. Dalam proses produksi di pabrik
gula, ampas tebu dihasilkan sekitar 90% dari
setiap tebu yang diproses, gula yang termanfaat
hanya 5% sisanya berupa tetes tebu (molase)
danair.
Tanaman tebu tak hanya berisi air yang
digunakan sebagai bahan pembuat gula, tetapi
memiliki komposisi yang lebih kompleks yakni
sachaerose, zatsabut atau fiber, gula reduksi
dan beberapa bahan lainnya. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. 3.
No Nama Bahan Jumalah ( % ) Keterangan
1 Air 67-75 H2O
2 Sacharosse 12-19 Zat gula
3 Zat sabut 11-16 serat
4 Gula reduksi 0,5-1,5
5 Amylin 1,5-1,5
6 Geleta 0,5-1,5
7 Paklin 0,5-1,5
8 Lilin 0,5-1,5
9 Zat yang mengandun zat lemas 0,5-1,5
10 Zat pewarna 0,5-1,5
11 Asam-asam organis 0,5-1,5
D. Ampas Tebu
Ampas tebu (baggase) adalah campuran
dari serat yang kuat,dengan jaringan
Parenchyma yang lembut, yang mempunyai
tingkat higroskopis yang tinggi, dihasilkan
melalui penggilingan tebu. Pada proses
penggilingan tebu, terdapat 5 kali proses
penggilingan tebu dari batang tebu sampai
menjadi ampas tebu, dimana pada hasil
penggilingan pertama dan kedua dihasilkan nira
mentah yang berwarna kuning
kecoklatan,kemudian pada proses
penggilingan ketiga, keempat dan kelima
akan menghasilkan nira dengan volume yang
berbeda-beda. Setelah gilingan terakhir
menghasilkan ampas tebu kering. Pada proses
penggilingan pertama dan kedua dihasilkan
ampas tebu basah. Hasil dari ampas tebu
gilingan kedua ditambahkan susu kapur 3 Be
yang berfungsi sebagai senyawa yang
menyerap nira dari serat ampas tebu sehingga
pada penggilingan ketiga nira masih dapat
diserap meskipun volumenya masih sedikit dari
hasil gilingan kedua. Penambahan senyawa ini
dilakukan pada penggilingan ketiga, keempat,
dan kelima dengan volume berbeda-beda.
Semakin sedikit nira dalam ampas tebu,
semakin sedikit susu 3 Be yang ditambahkan.
E. Struktur Ampas Tebu
60
Celullosa,hemicellulosa,pentason dan lign
in merupakan struktur pembentuk serat ampas
tebu komposisinya dapat dilihat pada tabel
Nama Bahan Jumlah %
Cellulose 28-43
Hemicellulosa 14-23
Pentosans 20-33
Lignin 13-22
II. PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA
Penelitian ini dilakukan dengan cara
eksperimen pengujian dengan membuat
spesimen yang menggunakan cetakan yang
berbahan kaca dengan tebal 5mm serta serat tebu
dengan panjang 50mm dan bahan utamanya
yaitu resin epoxy dengan pengering hardener
yang diproduksi oleh Pt,Justus kimia raya.
Benda uji dibentuk sesuai dengan standar
ASTM dan dilakukan pengujian tarik serta
pengujian lengkung
Untuk analisa yang akan dilakukan
menggunakan serat tebu dengan panjang
50mm,fraksi volume epoxy 75%,70%,60%,65%
dan 55% serta perbandingan hardener
25%,30%,35%,40% dan 45%.pencetakan benda
uji tarik menggunakan standar ASTM D638-M
dan ASTM D790 untuk pengujian lengkung
Pembuatan sempel dilakukan di Fakultas
Teknik UPS Tegal.untuk pengujian tarik dan
pengujian lengking dilakukan di UPTD
Laboraturium Perindustrian komplek LIK
takaru kabupaten Tegal dan melakukan
pemotretan mikrografi di laboraturium
metalurgi fisik jurusan Teknik Mesin UNDIP
Semarang.
Pada penelitian ini variabel yang digunakan
adalah :
1. Variabel bebas meliputi nilai pengujian
sifat mekanik kekuatan tarik dan sudut
lengkung
2. Variabel terikat yang meliputi resin epoxy
75%,70%,65%,60% dan 55% serta
haerdener 25%,30%,35%,40% dan 45%
Jenis data yang digunakan dalam analisis
data adalah dengan menggunakan lembar
pengamatan berbentuk table yang dipergunakan
dalam penelitian tersebut.Sedangkan sumber
data yang diperoleh dari uji coba penelitan ini
menggunakan alat sehingga akan menghasilkan
gambaran umum mengenai penelitian yang akan
dilakukan.
Alat dan bahan :
1. Serat ampas tebu dengan panjang 50 mm.
2. Matrik Epoxy dalam bentuk cair dan
hardener sebagai pengeras.
3. Aseton untuk membersihkan cetakan.
4. Wax digunakan untuk mempermudah
melepas komposit dari cetakan.
5. Sikat besi untuk membersihkan serat tebu.
6. Jangka sorong yang berfungsi untuk
mengukur specimen dan cetakan pembuat
benda uji.
7. Kaca dengan tebal 5 mm untuk pembuat
cetakan benda uji.
8. Alat lain yang digunakan untuk
membentuk sempel benda uji adalah
gunting,gelas ukur,penggaris dan katter.
Teknik pengumpulan data
1. Observasi adalah penulis mengumpulkan
data dengan cara mengamati langsung
61
3,61
3,14
2,67 2,55
3,65
0
0,5
1
1,5
2
2,5
3
3,5
4
55% 60% 65% 70% 75%
kuat
tar
ik k
gf/m
m
fraksi volume epoxy
UJI Tarik
Kuat Tarik
pada laboraturium Fakultas Teknik UPS
Tegal,UPTD laboraturium LIK kab.Tegal
dan laboraturium metalurgi fisik UNDIP
Semarang
2. Interview adalah pengumpulan data
dengan cara melakukan Tanya jawab dan
wawancara langsung pada orang yang
bersangkutan
3. Study Pustaka adalah mengumpulkan data
dengan cara membaca buku yang
berhubngan dengan penelitian
A. Hasil dan Pembahasan
Data hasil penelitian ini didapatkan dari
data eksperimen yang dilakukan di
Laboratorium Fakultas Teknik Universitas
Pancasakti Tegal dan di UPTD Laboratorium
Perindustrian Komplek LIK Takaru kab.Tegal
Sebagaimana ditunjukan dalam tabel, grafik, dan
foto yang dilakukan di laboraturium Metalurgi
Fisik jurusan Teknik Mesin Fakultas teknik
Universitas Diponogoro Semarang digunakan
dalam penelitian dengan pengamatan, hasil dan
pengujian tarik dan lengkung
Tabel.3.1 Pembuatan spesimen uji tarik dengan
Volume cetakan 69,840 mm
no Fraksi
Volume
Epoxy
(mm)
Hardener
(mm)
1 55% 38,412 31,428
2 60% 41,904 27,936
3 65% 45,396 24,444
4 70% 48,888 20,952
5 75% 52,380 17,460
Tabel 3.2 Pembuatan spesimen uji lengkung
dengan volume cetakan 41,250
mm
no Fraksi
Volume
Epoxy
(mm)
Hardener
(mm)
1 55% 22,688 18,562
2 60% 24,75 16,50
3 65% 26,812 14,437
4 70% 28,875 12,375
5 75% 30,937 10,313
1. Perhitungan uji tarik (kgf/mm)
Tabel 3.3 Data Perhitungan uji tarik
no Fraksi volume
(%)
Luas
penampang
(mm)
Kuat tarik
(kgf/mm)
1 55 66,30 3,61
2 60 70,75 3,14
3 65 67,03 2,67
4 70 63,88 2,55
5 75 66,28 3,65
Gambar 3.1 Grafik uji tarik
2. Perhitungan uji lengkung
Tabel 3.4 Data Perhitungan uji lengkung
No Fraksi
volume (%)
Epoxy
(mm)
Hardener
(mm)
Sudut
lengkung
()
1 55 22,69 18,56 31,33
2 60 24,75 16,5 42,33
3 65 26,81 14,44 21,33
4 70 28,87 12,37 37,6
5 75 30,94 10,31 33,6
62
Gambar 3.2 Grafik uji lengkung
3. Hasil foto mikro uji tarik
Gambar 3.3 foto mikro pada fraksi volume
75%
Gambar 3.4 foto mikro pada fraksi volume
70%
4. Foto mikro uji lengkung
Gambar 3.5 foto mikro pada fraksi volume
60%
Gambar 3.6 foto mikro pada fraksi volume
60%
B. Pembahasan
Berdasarkan data penelitian pada komposit
serat tebu yang tediri dari pengujian Tarik dan
pengujian lengkeng yang menggunakan fraksi
volume epoxy 55%, 60%, 65%, 70% dan 75%
sedangkan serat tebu yang digunakan adalah
sebanyak 0.2 gram. Kesimpulan dari penelitian
ini adalah untuk pengujian tarik yang
menggunakan standar ASTM D-638 M dan
untuk pengujian lengkung menggunakan standar
ASTM D 790. Pada pembuatan cetakan pembuat
komosit menggunakan bahan atau material kaca
dengan tebal 5mm dan 3mm. Pembuatan
komposit yang menggunakan resin epoxy dan
hardener sebagai pengeras serta di dalam proses
pengeringan spesimen ini di gunakan Electric
Oven dengan merk Cosmos kapasitas 18 liter /
6kg daya listrik yang di perlukan Electric oven
ini yaitu 220 v0lt memerlukan waktu pengerian
untuk spesimen selama 30 menit dengan suhu
100c.
Pada pengujian tarik dengan fraksi
volume 55% menghasilkan spesimen I dengan
hasil beban tarik maksimum 195,59 kgf , luas
penampang 56,723 mm dan kuat tarik 3,44
kgf/mm. Sedangkan untuk spesimen II dengan
31,33 42,33
21,33
37,6 33,6
01020304050
sud
ut
len
gku
ng
()
fraksi volume epoxy
Uji Lengkung
Uji Lengkung
63
beban tarik maksimum 205,73 kgf ,luas
penampang 71,4756 mm serta kuat tarik 2,88
kgf/mm.sehingga rata-rata kuat tarik fraksi
folume 55% adalah 3,16 kgf/mm.
Pada pengujian tarik dengan fraksi
volume 60% menghasilkan spesimen I dengan
hasil beban tarik maksimum 268,25 kgf , luas
penampang 74,0727 mm dan kuat tarik 3,62
kgf/mm. Sedangkan untuk spesimen II dengan
beban tarik maksimum 224,08 kgf ,luas
penampang 68,1996 mm serta kuat tarik 3,28
kgf/mm dan untuk spesimen III menghasilkan
beban tari maksimum 176,41 kgf, luas
penampang 70,004 mm serta kuat tarik 2,52
kgf/mm sehingga rata-rata kuat tarik fraksi
folume 60% adalah 3,14 kgf/mm..
Pada pengujian tarik dengan fraksi
volume 65% menghasilkan spesimen I dengan
hasil beban tarik maksimum 192,15 kgf , luas
penampang 68,3298 mm dan kuat tarik 2,81
kgf/mm. Sedangkan untuk spesimen II dengan
beban tarik maksimum 250,15 kgf ,luas
penampang 61,2555 mm serta kuat tarik 4,08
kgf/mm dan untuk spesimen III menghasilkan
beban tari maksimum 81,77 kgf, luas
penampang 71,508 mm serta kuat tarik 1,14
kgf/mm sehingga rata-rata kuat tarik fraksi
folume 65% adalah 2,67 kgf/mm.
Pada pengujian tarik dengan fraksi
volume 70% menghasilkan spesimen I dengan
hasil beban tarik maksimum 152,64 kgf , luas
penampang 60,845 mm dan kuat tarik 2,51
kgf/mm. Sedangkan untuk spesimen II dengan
beban tarik maksimum 142,44 kgf ,luas
penampang 64,6337 mm serta kuat tarik 2,20
kgf/mm.sehingga rata-rata kuat tarik fraksi
folume 70% adalah 2,35 kgf/mm.
Pada pengujian tarik dengan fraksi volume
75% menghasilkan spesimen I dengan hasil
beban tarik maksimum 186,42 kgf , luas
penampang 64,4752 mm dan kuat tarik 2,89
kgf/mm. Sedangkan untuk spesimen II dengan
beban tarik maksimum 240,21 kgf ,luas
penampang 68,8662 mm serta kuat tarik 3,49
kgf/mm.sehingga rata-rata kuat tarik fraksi
folume 75% adalah 3,19 kgf/mm.
Pada pengujian lengkung dihasilkan sudut
lengkung yang paling maksimun adalah pada
frasi volume 60% yang menghasilkan sudut
lengkung 42,33 dan sudut yang minimum pada
pengujian lengkung didapatkan fraksi volume
65% dengan sudut lengkung 21,33.
III. KESIMPULAN
pengujian menunjukan kekuatan tarik
komposit kombinasi serat tebu dengan fraksi
volume epoxy 55%,60%,65%,70% dan 75%
adalah fraksi volume epoxy 55% menghasilkan
kuat tarik 3,16 kgf/mm, fraksi volume epoxy
60% menghasilkan kuat tarik 3,14 kgf/mm,
fraksi volume epoxy 65% menghasilkan kuat
tarik 2,67 kgf/mm, fraksi volume epoxy 70%
menghasilkan kuat tarik 2,35 kgf/mm dan
fraksi volume epoxy 75% menghasilkan kuat
tarik 3,19 kgf/mm. Kekuatan tarik rata-rata
komposit serat tebu yang terbaik atau tertinggi
adalah pada fraksi volume 75% Hasil pengujian
lengkung menunjukan sudut lengkung
menunjukan pada fraksi volume 65% sudut
lengkungnya tidak baik hanya 21,33
64
sedangkan yang terbaik adalah pada fraksi
volume 60% yang menunjukan sudut
lengkungnya 42,33.
Hasil pengujian tarik dan lengkung
menunjukan bahwa rongga-rongga udara yang
terdapat pada spesimen uji tarik maupun uji
lengkung sangat mempengaruhi sifat mekanik
komposit serat tebu.
DAFTAR PUSTAKA
ASTM , 1999, Buku Annual Standard Book,
Nurdin Hardi, 2009, pengaruh penggunanan jenis serat pada komposit polimer terhadap
kekuatan tarik, Padang : UNP.
Kristomus Boiman, 2010, Pengaruh Fraksi Volume Dan Panjang Serat Terhadap Sifat Bending Komposit Poliester Yang Diperkuat Serat Batang Pisang Nusa Cendana.Kupang
Muhamad Fajar Sugeng Nugroho, 2008, Optimasi Kekuatan Bending Dan Impact Komposit Berpenguat Serat Ramie Bermatrik Polyester BQTN 157 Terhadap Fraksi
Volume Dan Tebak Skin Muhammadiyah.Surakarta
Purmuko I Purboputo, 2006, Pengaruh Panjang Serat Terhadap Kekuatan Impak Komposit Enceng Gondok Dengan Matrik poliester Muhammadiyah. Surakarta.
P. Stevens. Malcolm, 2001, Kimia Polimer Pradnya Paramita. Jakarta.
Wagenugraha ,2008,Material Komposit Tangguh Berbasis Serat Alam