28
proposal “pengaruh efektifitas komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi” Mei 9 Posted by afrisal47 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman ( Rawling, 1984). Tindakan operasi sering menyebabkan kecemasan pada pasien. Menanggulangi atau menurunkan kecemasan pasien adalah salah satu tugas perawat. Salah satu caranya yaitu dengan komunikasi. Misalnya penjelasan tentang prosedur tindakan. Fenomena yang ada sekarang, bahwa komunikasi yang dilakukan perawat sebagai orang yang terdekat dan paling lama berada di dekat pasien cenderung mengarah pada tugas perawat dari pada mengenali kecemasan dan persepsi pasien tentang tindakan yang menyebabkan kecemasan. Terdapat bukti bahwa perbincangan antara perawat dan pasien cenderung

12 Proposal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 12 Proposal

proposal “pengaruh efektifitas komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi”Mei 9

Posted by afrisal47

BAB I

PENDAHULUAN

 

1. Latar Belakang

Kecemasan adalah satu perasaan subjektif yang dialami seseorang terutama oleh adanya pengalaman baru, termasuk pada pasien yang akan mengalami tindakan invasif seperti pembedahan. Dilaporkan pasien mengalami cemas karena hospitalisasi, pemeriksaan dan prosedur tindakan medik yang menyebabkan perasaan tidak nyaman ( Rawling, 1984).

Tindakan operasi sering menyebabkan kecemasan pada pasien. Menanggulangi atau menurunkan kecemasan pasien adalah salah satu tugas perawat. Salah satu caranya yaitu dengan komunikasi. Misalnya penjelasan tentang prosedur tindakan. Fenomena yang ada sekarang, bahwa komunikasi yang dilakukan perawat sebagai orang yang terdekat dan paling lama berada di dekat pasien cenderung mengarah pada tugas perawat dari pada mengenali kecemasan dan persepsi pasien tentang tindakan yang menyebabkan kecemasan. Terdapat bukti bahwa perbincangan antara perawat dan pasien cenderung mengarah pada tugas perawat daripada mengenali kecemasan dan pandangan-pandangan pasien (Faulkner, 1979; Mc Leod Clark, 1981; Melia, 1987 dikutip dari Ellis dkk, 1999).

Kajian-kajian terdahulu mengidentifikasi masalah-masalah komunikasi sebagai penyebab yang harus selalu diperhatikan dalam pemberian pelayanan kesehatan (Menzies 1970, Stockwell 1972, Hayward 1975, Mc Leod Clark 1984, Faulkner 1988 dikutip dari Ellis dkk, 1999). Peplau (1988, dikutip dari Ellis dkk, 1999) mengatakan bahwa keperawatan pada intinya adalah sebuah proses interpersonal. Jika ini benar maka perawat yang berkompeten harus menjadi seorang komunikator yang efektif. Dengan demikian komunikasi keperawatan sangat penting dalam memberikan intervensi keperawatan. Perawat yang menjalankan rutinitas keperawatan pada pasien mempunyai kewenangan untuk mengurangi kecemasan pasien tentang keberadaannya di rumah sakit (Ellis dkk, 1999).

Page 2: 12 Proposal

Corbett (1994, dikutip dari Ellis dkk, 1999) menyatakan bahwa perawat dan pasien diperbolehkan memasuki hubungan interpersonal yang akrab. Pasien berhak mengetahui tentang asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sebagai petugas kesehatan yang profesional. Komunikasi perawat yang diarahkan pada pencapaian tujuan untuk menyembuhkan pasien merupakan salah satu karakteristik komunikasi terapeutik (Purwanto, 1994).

Operasi adalah pengalaman baru bagi pasien yang menimbulkan kecemasan, respon pasien ditujukan melalui: ekspresi marah, bingung, apatis atau mengajukan pertanyaan. Kemampuan komunikasi terapeutik penting dalam mengidentifikasi dan mengatasi kecemasan pasien preoperasi (Taylor, 1997). Selanjutnya Taylor (1997) menyatakan bahwa operasi merupakan masa kritis dan menghasilkan kecemasan. Kecemasan dapat dikurangi dengan tindakan keperawatan fokus pada komunikasi terapeutik bagi pasien dan keluarganya.

Berdasarkan beberapa diatas, penelitian ini penting untuk mengetahui sejauh mana komunikasi terapeutik memberikan efek terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pre operasi.

 

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah: “Adakah Pengaruh Komunikasi Terapeutik Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre Oprasi di RS Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar?”

 

1. Hipotesis

Komunikasi terapeutik saat Pre Operasi merupakan tindakan umum yang dilakukan setelah diputuskan melakukan pembedahan dengan tujuan mempersiakan mental, fisiologis dan psikologis penderita agar penyulit pasca bedah dapat dicegah sebanyak mungkin.

 

1. Tujuan Penelelitian1. Mengetahui tingkat kecemasan pasien pre operasi setelah

diinformasikan akan dilakukan tindakan operasi pada pasien pre operasi di RS Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar.

2. Mengetahui efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi di RS Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar.

Page 3: 12 Proposal

 

1. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi praktek keperawatan, institusi pendidikan tinggi keperawatan dan penelitian berikutnya. Adapun secara rinci manfaat penelitian ini adalah :

1. Sebagai masukan bagi perawat dalam melakukan intervensi keperawatan pada proses pemberian asuhan keperawatan pada pasien pre operasi.

2. Sebagai masukan bagi pendidikan tinggi keperawatan tentang pentingnya penerapan komunikasi dalam asuhan keperawatan.

3. Sebagai sumber data dan informasi pengembangan penelitian berikutnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

1. Tinjauan Tentang Komunikasi Terapeutik1. Konsep komunikasi

1. Pengertian

Page 4: 12 Proposal

Komunikasi adalah suatu proses dimana informasi ditransmisikan melaluisebuah sistem simbol, tanda atau perilaku yang umum. Pertukaran informasi, ide, pikiran antara dua orang atau lebih (Kozier & Erb, 1995). Komunikasi adalah proses pengoperan lambang yang memiliki arti di antara individu (Wiliam Abalig). Proses penyampaian pesan/informasi dari seseorang kepada orang lain.

Persepsi adalah pandangan personal terhadap suatu kejadian. Persepsi dibentuk oleh harapan dan pengalaman. Persepsi individu pada situasi yang sama dapat berbeda. Hal ini terjadi karena masing-masing individu memiliki kepribadian yang unik, nilai dan pengalaman hidup sehingga masing-masing akan menerima dan menginterpretasikan peran secara berbeda. Suatu kejadian mempunyai arti yang berbeda, karena persepsi orang berbeda.

 

1. Model Komunikasi

Komunikasi satu arah :

Melibatkan tiga unsur dasar dalam komunikasi : komunikator, pesan, komunikan.

Komunikasi dua arah :

Komunikator, pesan, saluran, komunikan dan umpan balik.

 

 

 

1. Tingkat komunikasi

Ada 3 tahapan komunikasi

1)    Komunikasi interpersonal : komunikasi yg terjadi dengan diri sendiri.

2)    Komunikasi interpersonal : komunikasi yang terjadi antar 2 oarang atau lebih (kelompok kecil).

3)    Komunikasi publik : interaksi dengan kelompok besar (10-12 orang)

 

1. Jenis komunikasi

Page 5: 12 Proposal

1)    Komunikasi Verbal :

Penggunaan kata-kata atau tulisan. Bahasa dapat efektif bila sender dan recefier mengerti pesan secara jelas. Penambahan satu kata dapat merubah satu kalimat.

Karakteristik komunikasi verbal yang efektif :

Jelas dan ringkas

sederhana, pendek dan langsung. Ulangi bagian penting  dari pesan yg disampaikan. Penerima pesan perlu mengetahui : apa,mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana Ringkas dgn menggunakan kata2 yang mengekspresikan ide secara sederhana. Penggunaan kalimat Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda. Lebih baik dari pd, Saya ingin anda menguraikan kepada saya bagian yg anda rasakan tidak enak. 

Perbendaharaan kata

Komunikasi tdk akan berhasil jika penerima pesan tdk mampu menerjemahkan kata dan ucapan pengirim pesan. Banyak istilah teknis  yg digunakan oleh perawat yg dapat  membuat klien tdk paham akan maksud kata/pesan tsb. Ucapkan pesan dgn kata yang mudah dipahami oleh klien. Misalnya kata Auskultasi, palpasi dll.

Arti denotatif dan konotatif

Suatu kata dapat mengandung beberapa arti. Denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yg digunakan, Konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yg terdpt dlm satu kata. Misal : kata serius dgn kritis

Intonasi

dapat mempengaruhi arti pesan

Kecepatan berbicara

Perawat perlu bertanya apakah ia berbicara terlalu cepat atau terlalu lama

Humor

Tertawa mungkin dapat mengurangi ketegangan dan rasa sakit

 

2)    Komunikasi non verbal

Page 6: 12 Proposal

Disebut jg bhs tubuh meliputi : Isyarat, pergerakan tubuh dan penampilan fisik. Perawat perlu menyadari pesan non verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian sampai evaluasi askep, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal.

Komunikasi non verbal teramati pada :

Penampilan fisik

Karakteristik fisik dan cara berpakaian. Pakaian menggambarkan status sosial, budaya, agama, konsep diri dll. Perawat yang memperhatikan penam pilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yg positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan yg diterima, karena tiap klien mempunyai citra bgm seharusnya penampilan seorang perawat

Sikap tubuh dan cara berjalan.

Menggambarkan, konsep diri mood dan kesehatan.

Ekspresi wajah

Wajah merupakan bgn tubuh yg paling ekspresif. Perasaan marah, terkejut, sedih, bahagia, jijik dsb digambarkan melalui ekspresi wajah. Klien dapat mengenali ekspresi wajah perawat. Oleh karena itu perawat harus belajar mengontrol perasaan. Kontak mata adalah elemen penting dalam komunikasi

Sentuhan

Kasih sayang, dukungan emosional dan perhatian dapat disampaikan melalui sentuhan.

 

1. Faktor yang mempengaruhi komunikasi

1)    Perkembangan : Usia, perkembangan bahasa dan proses berfikir mempengaruhi cara dalam berkomunikasi

2)    Persepsi

3)    Nilai

4)    Latar belakang sosial budaya

5)    Emosi

Page 7: 12 Proposal

6)    Pengetahuan

7)    Peran

8)    Tatanan interaksi

 

1. Konsep Komunikasi Terpeutik

Interaksi perawat dengan klien akan menghasilkan informasi untuk Perawat tentang keadaan klien dan pada waktu yang bersamaan perawat dapat memberikan informasi tentang cara2 menyelesaikan masalah dengan strategi tertt shg klien terpengaruh dan mau melakukannya untuk penyelesaian masalah klien.

Jika klien menerima dan melakukan informasi yg diberikan oleh perawat maka perilaku klien berubah kearah adaptif yg merupakan hasil utama tindakan keperawatan

Hubungan kerjasama Perwat – Klien yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran, dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik.

Menggunakan diri secara terapeutik :

Memiliki konsep diri yang mantap Memiliki harga diri yang cukup & adekuat Memiliki kemampuan membina hubungan yang konstruktif dengan orang

lain

Keterampilan yang diperlukan untuk membina hubungan interpersonal meliputi ; kehadiran atau keberadaan perawat, perilaku non verbal, keterampilan memberi respon.

 

Sikap perawat dalam berkomunikasi

1. Gerakan tubuh

Berhadapan : arti dari posisi ini adalah “saya siap untuk anda”. Tersenyum : menunjukkan keramaha, penerimaan. Mempertahankan kontak mata : Kontak mata pd level yg sama berarti

menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi. Membungkuk ke arah klien : Posisi ini menunjukkan keinginan untuk

mengatakan atau mendengarkan sesuatu.

Page 8: 12 Proposal

Mempertahankan sikap terbuka : Tidak melipat kaki/tangan atau tidak memasukkan tangan dikantong menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi.

Tetap relaks : Tetap relaks dpt mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dlm memberi respons kpd klien.

1. Jarak saat berinteraksi

Jarak yang baik utk komunikasi terapeutik adalah 50 – 120 cm, tidak dibatasi oleh meja.

 

 

1. Sentuhan

Kontak fisik yang sangat personal (bersalaman, menepuk bahu, memegang tangan pasien pada saat sedih dan menangis ) dilakukan secara tenang sambil menganalisis kondisi dan respon pasien. Jangan lakukan pada klien yg penuh curiga/tdk percaya, budaya yang membatasi.

1. Diam

Berguna utk memfasilitasi pasien dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya. Setelah perawat mengajukan pertanyaan maka perawat diam utk memberi kesempatan pada pasien  berfikir ttg jawaban pertanyaan

1. Volume dan nada suara

tekanan, irama, kecepatan, kualitas,

 

Tahap hubungan Perawat – klien.

1)    Fase Pra interaksi

a)    Evaluasi diri

Informasi apa yang saya miliki tentang kondisi pasien? Apa yang saya ucapkan pada saat bertemu nanti? Bagaimana respon saya selanjutnya? Adakah pengalaman interaksi yang kurang menyenangkan ? Jika ada, apakah sudah dikoreksi atau dibahas dalam group? Bagaimana tingkat kecemasan saya saat ini ?

Page 9: 12 Proposal

b)    Penetapan perkembangan interaksi dengan pasien .

Apakah pertemuan ini interaksi yang pertama, lanjutan atau terminasi? Apa tujuan pertemuan? Apa tindakan yang akan dilakukan? Bagaimana cara melakukannya?

 

 

c)    Rencana Interaksi

Rencanakan percakapan saudara yang akan dilakukan Teknik komunikasi dan observasi yang akan dilakukan. Tindakan prosedur yang akan dilakukan.

2)    Fase perkenalan dan orientasi

a)    Perkenalan

Salam terapeutik disertai perkenalan. Evaluasi/validasi. Kontrak

b)    Orientasi

c)    Kontrak

3)    Fase kerja

Fase kerja merupakan inti hubungan perawat dengan pasien yang terkait erat dengan tujuan pelayanan  keperawatan.    Pada fase kerja yang perlu mendapat perhatian khusus terutama pada saat pasien komplain terhadap pelayanan yang diterima. Pada area ini perawat mengacu pada rencana tindakan keperawatan yang dapat meliputi :

a)    Meningkatkan pengertian & pengenalan pasien akan  dirinya

b)    Mengembangkan & mempertahankan kemampuan pasien secara mandiri

c)    Melaksanakan pendidikan kesehatan

d)    Melaksanakan terapi / teknikal keperawatan

e)    Melaksanakan tindakan kolaborasi

Page 10: 12 Proposal

f)     Melaksanakan observasi & monitoring

 

4)    Fase terminasi

Merupakan akhir dari tiap pertemuan, terminasi dibagi dua.

a)    Terminasi sementara

Terutama pada rawat inap, ada pergantian sift jaga atau pada saat dinas.

b)    Terminasi akhir

Terjadi pada saat pasien akan pulang dari Rumah Sakit (keadaan sehat, pindah RS atau meninggal).

 

Hambatan dalam berkomunikasi :

1)    Pemberian nasehat

2)    Menentramkan hati

3)    Mengalihkan pembicaraan pada saat yang mengancam

4)    Membuat penilaian terhadap perilaku klien

5)    Perilaku yang berfokus pada diri perawat

6)    Memberikan pengarahan atau petunjuk yg harus diikuti

7)    Pertanyaan yang berlebihan tanpa memperhatikan kesiapan klien

8)    Memberikan komentar klise atau stereotype

 

Tolak ukur keberhasilan komunikasi :

a)    Keprcayaan penerima pasien

b)    Daya tarik pesan dan kesesuaian kebutuhan

c)    Pemahaman yang sama

Page 11: 12 Proposal

d)    Kemampuan komunikan menafsirkan pesan

e)    Setting komunikasi yang kondusif

f)     Metode dan media penyampaian yang sesuai

 

1. Tinjauan Tentang Kecemasan1. Pengertian

Kecemasan adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu.  Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. “ ( Harold I. LIEF)  “Anenvous condition of unrest” ( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL).

Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya.” ( J.J GROEN).

1. Penyebab Kecemasan1. Faktor predisposisi

1)        Teory psikoanalitik

Menurut Freud, struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen yaitu id, ego, dan super ego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif, super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan super ego. Kecemasan merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu bahaya yang perlu diatasi.

2)        Teori interpersonal

Kecemasan terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal, hal ini juga dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berhahaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami kecemasan

3)        Teori perilaku

Page 12: 12 Proposal

Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan para ahli perilaku menganggap kecemasan merupakan suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan dorongan, keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupanya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan kecemasan yang berat pada kehidupan yang berat dan pada kehidupan masa dewasanya

4)        Teori biologis

Dari penyelidikan-penyelidikan telah dibuktikan bahwa kemampuan untuk mengalami suatu emosi tidak hanya tergantung dari kadar adrenalin yang meningkat tetapi jenis emosi yang dialami dan diperhatikan tergantung, dari faktor-faktor dan stimulus dalam lingkungan.

1. Faktor presipitasi

1)        Ancaman integritas diri

Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap kebutuhan dasar. Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi infeksi virus dan bakteri, polusi lingkungan, sampah. rumah dan makanan juga pakaian dan trauma fisik. Faktor internal meliputi kegagalan mekanisme fisiologi seperti sistem kekebalan, pengaturan suhu dan jantung, serta perubahan biologis.

2)        Ancaman sistem diri

Meliputi ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan interpersonal, kehilangan serta perubahan status atau peran. Faktor eksternal yang mempengaruhi harga diri adalah kehilangan, dilematik, tekanan dalam kelompok sosial maupun budaya.

1. Penggolongan Kecemasan1. Ansietas ringan

Berhuhungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan seseorang jadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar serta menghasilkan kreativitas.

1. Ansietas sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal penting dan mengesampingkan yang lain, sehingg seseorang mengalami perhatian selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah

1. Kecemasan berat

Page 13: 12 Proposal

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk memusatkan sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada orang lain.

1. Panik

Berhubungan dengan ketakutan dan teror, karena mengalami kehilangan kendali Orang yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan . Panik melibatkan disorganisasi keprihadian, peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan tidak sebagian sejalan dengan kehidupan dan jika berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan.

 

1. Karakteristik tingkat kecemasan1. Kecemasan ringan

1)        Fisik: Sesekali nafas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gejala ringan berkeringat.

2)        Kognitif : Lapang persepsi meluas, mampu menerima rangsang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah aktual.

3)        Perilaku dan emosi: Tidak dapat duduk dengan tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang-kadang meninggi

1. Kecemasan sedang

1)    Fisik: Sering nafas pendek, nadi ekstra sistole, tekanan darah meningkat. Mulut kering, anoreksia, diare atau kontipasi,gelisah

2)    Kognitif : Lapang persepsi meningkat, tidak mampu menerima rangsang lagi, berfokus pada apa yang menjadi perhatianya

3)    Perilaku dan emosi: Gerakan ntersentak-sentak, meremas tangan,bicara lebih banyak dan cepat,susah tidur dan perasaan tidak aman

1. Kecemasan berat

1)    Fisik: Nafas pendek nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur dan ketegangan.

Page 14: 12 Proposal

2)    Kognitif : Lapang persepsi sangat sempit dan tidak mampu menyelesaikan masalah.

3)    Perilaku dan emosi: Perasaan ancaman meningkat, verbalisasi cepat.

1. Panik

1)    Fisik: Nafas pendek. rasa tercekik dan palpitasi sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motorik rendah.

2)    Kognitif : Lapangpersepsi sangat menyempit tidak dapat berpikir logis.

3)    Perilaku dan emosi: Agitasi, mengamuk, marah ketakutan, berteriak, blocking, kehilangan kontrol diri, persepsi datar.

1. Ukuran skala kecemasan

Ukuran skala kecemasan rentang respon kecemasan dapat ditentukan dengan gejala yang ada dengan menggunakan Hamilton anxietas rating scale (Stuart & Sundeen,1991) dengan skala HARS terdiri dari 14 Komponen yaitu :

1. Perasaan Cemas meliputi Cemas, takut, mudah tersinggung dan firasat buruk.

2. Ketegangan meliputi lesu, tidur tidak tenang, gemetar, gelisah, mudah terkejut dan mudah menangis.

3. Ketakutan meliputi akan gelap, ditinggal sendiri, orang asing, binatang besar, keramaian lalulintas, kerumunan orang banyak.

4. Gangguan Tidur meliputi sukar tidur, terbangun malam hari, tidak puas, bangun lesu, sering mimpi buruk, dan mimpi menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan meliputi daya ingat buruk.6. Perasaan depresi meliputi kehilangan minat , sedih, bangun dini hari,

berkurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah – ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatic meliputi nyeri otot kaki, kedutan otot, gigi gemertak, suara tidak stabil.

8. Gejala Sensorik meliputi tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan pucat, merasa lemas, perasaan di tusuk – tusuk.

9. Gejala kardiovakuler meliputi tachicardi , berdebar – debar, nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan, detak jantung hilang sekejap.

10.Gejala Pernapasan meliputi rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, merasa napas pendek atau sesak, sering menarik napas panjang.

11.Gejala Saluran Pencernaan makanan meliputi sulit menelan, mual, muntah, enek, konstipasi, perut melilit, defekasi lembek, gangguan pemcernaan,

Page 15: 12 Proposal

nyeri lambung sebelum dan sesudah makan, rasa panas di perut, berat badan menurun, perut terasa panas atau kembung.

12.Gejala Urogenital meliputi sering kencing, tidak dapat menahan kencing.13.Gejala Vegetatif atau Otonom meliputi mulut kering, muka kering, mudah

berkeringat , sering pusing atau sakit kepala, bulu roma berdiri14.Perilaku sewaktu wawancara meliputi gelisah, tidak tenang, jari gemetar,

mengerutkan dahi atau kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek dan cepat, muka merah

Adapun cara penilaiannya adalah dengan sistem scoring yaitu :

Nilai 0 = Tidak ada gejala Nilai 1 = Gejala Ringan (Satu gejala dari pilihan yang ada) Nilai 2 = Gejala Sedang (separo dari gejala yang ada). Nilai 3 = Gejala Berat (Lebih dari separo gejala yang ada) Nilai 4 = Gejala Berat Sekali (Semua gejala ada)

Bila :

Skor kurang dari 14 = Tidak ada kecemasan Skor 14 – 20 = Kecemasan ringan. Skor 21 – 27 = Kecemasan sedang Skor 28 – 41 = Kecemasan berat Skor 42 – 56 = Kecemasan berat sekali

1. Mekanisme koping

Ketika mengalami kecemasan individu menggunakan bermacam-macam mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya dalam bentuk ringan, mekanisme koping, dapat diatasi dengan menangis. tidur. tertawa, olah raga, melamun, dan merokok. Namun bila bentuknya lebih berat seperti panik, ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif merupakan awal penyebab perilaku patologis yang mengancam ego dimana individu menggunakan energi yang lebih besar untuk mengatasi ancaman tersebut.

1. Reaksi Orientasi

Pemecahan masalah secara sadar yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistik, dapat berupa konstruktif atau destruktif :

1)      Perilaku menyerang (agresif), biasanya untuk menghilangkan atau mengatasi rintangan untuk memuaskan kebutuhan.

Page 16: 12 Proposal

2)      Perilaku menarik diri digunakan untuk menghilangkan sumber-sumber ancaman baik secara fisik maupun psikologis.

3)      Perilaku kompromi digunakan untuk merubah cara melakukan, merubah tujuan atau memuaskan aspek kebutuhan pribadi seseorang.

1. Mekanisme Pertahanan Ego

Membantu seseorang; untuk mengatasi kecemasan ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara tidak sadar untuk memper tahankan keseimbangan.

1. Kerangka Konsep

Pengetahuan PasienTingkat kecemasan pre operasi

Umur Pendidikan Dukungan keluarga Pengalaman operasi sebelumnya Informed consent

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Page 17: 12 Proposal

 

 

 

Keterangan

                        : Variabel yang diteliti

 

 

                        : Variabel yang tidak diteliti

 

 

1. Hipotesis

Ha : ada pengaruh pemberian komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi.

Ho : tidak ada pengaruh pemberian komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi.

1. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif1. Pemberian komunikasi terapeutik

yang dimaksud pemberian komunikasi terapeutik dalam penelitian ini adalah apakah pasien mendapatkan pendidikan kesahatan tentang penyakitnya dan prosedur pembedahan yang akan dilakukan.

1. Efektifitas pemberian komunikasi terapeutik

Yang dimaksud efktifitas pemberian komunikasi terapeutik dalam penelitian ini adalah respon klien stelah mendepat pendidikan kesehatan dari perawat.

 

 

 

 

Page 18: 12 Proposal

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah bersifat quasi eksperimen bertujuan untuk mengungkapkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel dengan adanya manipulasi suatu variabel. Hal ini bertujuan mengetahui efek komunikasi terapeutik terhadap tingkat kecemasan pasien pre operasi.

 

1. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah pasien yang akan menjalani tindakan operasi (pasien pre operasi). Sedangkan sampel adalah pasien pre operasi di RS Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar. Besar sampel yang dipakai dengan menggunakan nomogram Harry King (dikutip dari Sugiyono, 2004) yang didasarkan atas kesalahan 5 % atau mempunyai tingkat kepercayaan 95% terhadap populasi.

Pengambilan sampel menggunakan cara convenience sampling, dengan kriteria : usia sampel ≥ 15 tahun, tindakan bedah ringan (minor surgery) dan bedah mayor (major surgery), tingkat pendidikan minimal sekolah dasar, dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dan bersedia menjadi sampel pada penelitian ini.

 

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di RS Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar. Pemilihan rumah sakit ini sebagai tempat penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan tipe A dengan pelayanan bedah yang cukup lengkap.

 

1. Pertimbangan Etik

Page 19: 12 Proposal

Dalam penelitian ini, hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan etik adalah sebagai berikut:

1. Memberikan penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan, manfaat, dan prosedur pengisian koisioner.

2. Meminta persetujuan responden dengan menandatangani informed consent.3. Responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri pada saat proses

pengisian kuisioner tanpa paksaan dan tidak ada efek yang merugikan terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan selama dirawat di rumah sakit.

4. Penelitian ini tidak beresiko yang besar dan data responden dirahasiakan dan digunakan hanya untuk kepentingan penelitian.

 

1. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner. Bagian pertama tentang data demografi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, suku, penghasilan, dan jenis pembedahan.

Bagian kedua berisi 16 item pertanyaan menggambarkan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Kuisioner diadopsi dari Costello Comrey Depression and Anxiety Scales dan dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian. Penilaian menggunakan skala Likert dengan skor pilihan: tidak pernah = 0, kadang-kadang = 1, sering = 2 dan terus menerus = 3. Pembagian tingkat kecemasan yaitu skor 0-12 tingkat kecemasan ringan, skor 13-24 tingkat kecemasan sedang, skor 25-36 tingkat kecemasan berat, skor 37-48 tingkat panik.

 

1. Tehnik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan:

1. Rekomendasi izin penelitian dari PSIK STIKES Nani Hasanuddin dan RS Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar.

2. Melaksanakan pengumpulan data dan menjelaskan pada calon responden tentang tujuan dan proses pengisian kuisioner. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan.

3. Responden mengisi kuisioner selama 20 menit yang difasilitasi oleh peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dipahami.

4. Peneliti melakukan treatment (komunikasi terapeutik) selama 15-20 menit.5. Responden dibiarkan selama 15-20 menit sebelum tingkat kecemasannya

diukur sesudah treatment diberikan.

Page 20: 12 Proposal

6. Responden diminta mengisi kuisioner selama 20 menit. Selama pengisian kuisioner responden difasilitasi oleh peneliti. Selanjutnya data dianalisa.

 

1. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah :

1. Editing

Setelah kuesioner diisi kemudian dikumpulkan dalam bentuk data, data dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data

2. Koding

Untuk memudahkan pengolahan data semua jawaban atau data disederhanakan yaitu dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap jawaban. Pengkodean dilakukan : nomor halaman, daftar pertanyaan, nomor pertanyaan.

3. Tabulasi

Pengelompokan data kedalam suatu tabel menurut sifat –sifat yang dimiliki, dengan menggunakan skala Likert, kemudian data dianalisa secara statistik .

1. Analisa Data1. Analisis  Univariat

Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendiskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian yaitu melihat distribusi frekuensinya.

1. Analisis  Bivariat

Analisis data ditujukan untuk menjawab tujuan penelitian dan menguji hipotesis penelitian. Untuk maksud tersebut, uji statistik yang akan digunakan adalah uji Chi-square dengan tingkat kemaknaan (a) : 0,05 dengan menggunakan program SPSS 16,0.

1. Etika Penelitian

Etika penelitian ini bertujuan untuk melindungi hak-hak subjek antara lain menjamin kerahasiaan identitas responden dan  kemungkinan terjadinya ancaman terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian pada responden akan diberikan lembaran persetujuan tentang kesediaan responden menjadi partisipan. Dalam penelitian ini terlebih dahulu isi lembaran tersebut. Apabila responden

Page 21: 12 Proposal

bersedia maka responden dipersilahkan untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan tersebut. Penelitian ini memperhatikan masalah etika meliputi Anomaty (tanpa nama) dan confidentially  ( Kerahasiaan).

About these ads

Share this: