123 SISTEM PEWARISAN NILAI PENDIDIKAN KELUARGA DAN

D A N G I A N G S U N D A V o l . 2 N o . 1 A p r i l 2 0 1 4 | 1

123 SISTEM PEWARISAN NILAI PENDIDIKAN KELUARGA DAN KEMASYARAKATAN DI KAMPUNG NAGA

UNTUK BAHAN PEMBELAJARAN MEMBACA ARTIKEL BUDAYA DI SMA

Firman Fauzi1, Dedi Koswara2, Nunuy Nurjanah3

Email:[email protected]; [email protected]; [email protected]

Jurusan Pendidikan Bahasa Daerah, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kuatnya karakter yang dimiliki masyarakat Kampung Naga dalam menjungjung tinggi nilai-nilai kearifan budaya yang ada, di tengah arus modernisasi yang sangat kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sistem pendidikan yang menyokong pendidikan nilai dan karakter yang berlangsung di keluarga, masyarakat, atau organisasi sosial masyarakat Kampung Naga, dan bahan pembelajaran membaca artikel budaya di SMA dengan strategi modelling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitik dengan menggunakan tekhnik studi pustaka, observasi, dokumentasi, dan wawancara. Hasil dari penelitian ini, dideskripsikan dalam bentuk karya ilmiah skripsi. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa hingga saat ini masyarakat Kampung Naga masih memegang teguh kepercayaan dan adat-istiadat yang diwariskan oleh leluhur mereka. Pewarisan adat-istiadat berlangsung melalui peran keluarga, masyarakat, serta tokoh masyarakat yang dielukan yakni ketua adat atau yang disebut kuncen Kampung Naga sebagai bagian dari organisasi sosial mereka. Empat prinsip hidup masyarakat Kampung Naga, yang secara turun-temurun harus ditanamkan kepada anak cucu mereka yaitu (1) tidak boleh mempunyai harta yang berlebihan, (2) taat kepada pemimpin, (3) keselamatan, (4) menjaga keturunan Kampung Naga. Konsep hidup mereka yang memiliki landasan, falsafah, dan juga prinsip berpengaruh terhadap nilai dan karakter yang dimiliki warga masyarakatnya. Hasil penelitan ini dijadikan sebagai bahan pengajaran membaca artikel budaya dengan strategi modelling di SMA.

Kata Kunci: Sistem Pewarisan, Nilai Pendidikan, Kampung Naga, Pembelajaran Membaca

1 Penulis Utama 2 Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2

2 | F i r m a n F a u z i : S i s t e m N g a w a r i s k e u n A j é n A T i k a n K u l a w a r g a j e u n g K a m a s a r a k a t a n . . . . .

INHERITING SYSTEM EDUCATION VALUE OF FAMILY AND SOCIETY IN KAMPUNG NAGA

FOR MATERIALS READING CULTURAL ARTICLES AT SENIOR HIGH SCHOOL




ABSTRACT

This research is based on the strong character belonging to Kampung Naga’s people to highly esteem the values of cultural wisdom existing in the middle of rapid-developing modernity. This research aims to describe education system supporting the education of values and characters occuring in family, society, or social organization of Kampung Naga, and materials for reading cultural articles in senior high school utilizing modelling strategy. This research utilizes analytical descriptive method by using literary study, observation, documentation, and interview technique. The result of this research is described in the form of thesis. This research concludes that Kampung Naga’s people still strongly believe in the thought and culture inherited by their ancestors. Inheriting the culture occurs through the role of family, society, and respected community leader (kuncen) as the part of their social organization. Four life principles of kampung Naga’s people that must be committed by their next generation are (1) they should not possess a vast wealth, (2) the should respect the leader, (3) the should concern about their safety, (4) they should protect their next generation. The concept of life in Kampung Naga possess a foundation, a philosophy, and a principles influence to their values and character belonging to Kampung Naga’s people. The result of this research is used as the materials for reading cultural article by using modelling strategy in senior high school.

Keyword: Inheriting System, Education Values, Kampung Naga, Materials Reading


1 Penulis Utama 2 Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab

SISTEM NGAWARISKEUN AJÉN ATIKAN KULAWARGA JEUNG

KAMASARAKATAN DI KAMPUNG NAGA PIKEUN BAHAN PANGAJARAN MACA ARTIKEL BUDAYA

DI SMA




ABSTRAK

Kasang tukang ieu panalungtikan nya éta kuatna karakter nu dipiboga ku masarakat Kampung Naga dina ngaronjatkeun ajén-inajén budayana, disagigireun pangaruh modérnisasi anu kacida kuatna. Ieu panalungtikan miboga tujuan pikeun ngadéskripsikeun sistem pendidikan nu nyoko kana pendidikan nilai jeung karakter nu lumangsung di kulawarga, masarakat, atawa organisasi sosial masarakat Kampung Naga, jeung alternatif bahan pangajaran maca artikel budaya di SMA kalawan stratégi modelling. Métode nu digunakeun dina ieu panalungtikan nya éta métode déskriptif analitik kalawan ngagunakeun téhnik studi pustaka, observasi, dokuméntasi, jeung wawancara. Hasil tina ieu panalungtikan, didéskripsikeun dina wangun karya ilmiah skripsi. Dumasar hasil panalungtikan, bisa dicindekkeun yén nepi ka kiwari masarakat Kampung Naga masih nyekel pageuh kapercayaan jeung adat-istiadat anu diwariskeun ku luluhurna. Warisan adat-istiadat lumangsung ngaliwatan peran kulawarga, masarakat, sarta tokoh masarakat nu diajénan nya éta ketua adat atawa nu disebut kuncén Kampung Naga salaku bagéan tina organisasi sosialna. Opat prinsip hirup masarakat Kampung Naga, nu sacara turun-tumurun kudu ditumuwuhkeun ka seuweu siwi Kampung Naga nya éta (1) teu meunang miboga harta nu kaleuleuwihi, (2) turut tumut ka pamingpin, (3) kasalametan, (4) ngarumat katurunan Kampung Naga. Konsep hirup masarakat Kampung Naga nya éta ayana landasan, falsafah, ogé prinsip nu mangaruhan kana nilai jeung karakter nu dipiboga warga masarakatna. Hasil tina ieu panalungtikian dijadikeun alternatif bahan pangajaran maca artikel budaya kalawan stratégi modelling di SMA.

Kecap Galeuh: Sistem Ngawariskeun, Ajén Atikan, Kampung Naga, Pangajaran Maca


1 Penulis Utama 2 Penulis Penanggung Jawab 1 3 Penulis Penanggung Jawab 2

Manusia merupakan mahluk yang berbudaya. Dengan akalnya, manusia berpikir hingga menghasilkan kebudayaan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua kata yang berbeda tapi tidak bisa dipisahkan, karena antara masyarakat dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat. Kebudayaan sebagai hasil dari pemikiran dan tingkah laku masyarakat, begitu juga eksistensi masyarakat akibat dari adanya kebudayaan.

Berdasarkan ilmu antropologi, kebudayaan yaitu segala sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang di miliki oleh manusia dengan cara belajar. Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, bentuk luas dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Kata budaya yaitu akronim dari kata budi-daya, yang berarti “daya dan budi” yang merupakan cipta, karsa, dan rasa. Oleh karena itu, kebudayaan dapat diartikan juga hasil dari cipta, karsa, dan rasa. Dalam bahasa asing kebudayaan memiliki arti yang sama dengan cultuur (bahasa Belanda) atawa culture (bahasa Inggris) yang berasal dari bahasa Latin yaitu colere yang berarti mengolah atau mengerjakan.

Kebudayaan mempunyai arti yang luas. Banyak ahli yang memberi keterangan mengenai pengertian kebudayaan. Dibawah ini beberapa pengertian mengenai kebudayaan berdasarkan para ahli. Kebudayaan memiliki arti yang luas untuk kehidupan manusia. Menurut Koentjaraningrat (1990: 80), budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakkan dan

hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Artinya, kebudayaan lahir dari hasil berpikir atau “renungan” yang dalam terus dianalisis hingga menemukan baik buruknya satu hal. Menurut Suparlan, (1980: 1), kebudayaan yaitu segala pengetahuan manusia selaku makhluk social yang digunakan untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan serta pengalamannya. Menurut Ashley Montagu, (dalam Sibarani, 2004: 1), kebudayaan menggambarkan tanggapan manusia pada kebutuhan untuk kehidupannya. Kebutuhan yang dimaksud merupakan kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri, dan perkembangan potensinya.

Dalam kehidupan manusia, tidak akan lepas dari kebudayaan. Koentjaraningrat (1990: 1) menjelaskan bahwa secara universal kebudayaan mencangkup tujuh unsur budaya, yaitu; (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasarakatan, (3) sistem ilmu pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem mata pencaharian, (7) sistem teknologi dan peralatan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan kebudayaan. Tentu saja setiap daerah memiliki ciri khas adat istiadatnya. Menjadi satu bukti bahwa proses pewarisan adat istiadat di masyarakat masih berlangsung dengan baik, baik itu dari orang tua terhadap anaknya ataupun dari masyarakat terhadap masyarakat lainnya. Keluarga merupakan unsur yang paling utama dalam proses pewarisan adat istiadat, karena kebudayaan


ini lahir tidak dengan sendirinya melainkan melalui suatu proses belajar. Bagaimana peran keluarga, masyarakat atau organisasi sosial lainnya untuk mengajarkan dan menerapkan adat istiadat di masyarakatnya. Salah satu daerah di Jawa Barat yang masih memegang teguh adat istiadat warisan dari leluhurnya yaitu Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya yang sampai sekarang masih terkenal menjadi salah satu kampung tradisional.

Yang membedakan Kampung Naga dengan kampung-kampung lainnya yaitu pola kehidupannya. Pola kehidupan masyarakat Kampung Naga menjunjung tinggi tradisi yang diwariskan. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kampung Naga taat kepada aturan yang tertulis dalam bentuk adat, yang berisi kebiasaan, kewajiban dan larangan-larangan atau pamali (tabu) yang merupakan pedoman hidup dalam tingkah laku di masyarakat. Aturan itu dianggap sacral, sebab datangnya dari leluhur mereka yang merupakan warisan peninggalan leluhur yang memang harus dijaga dan diperhatikan untuk keseimbangan hidup dengan sesamanya dan juga alam sekitarnya.

Kuatnya karakter masyarakat Kampung Naga dalam menjaga warisan leluhurnya merupakan pengaruh pendidikan yang berlangsung di keluarga, masyarakat, dan organisasi sosialnya. Pendidikan yaitu usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui usaha kegiatan bimbingan, pembelajaran, atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah untuk menyiapkan diri dalam berhubungan dengan orang-orang dan alam di sekitarnya dalam waktu yang akan datang (Rasyidin, 2013: 11).

Pola pendidikan keluarga, masyarakat, atau organisasi sosial seperti yang diutarakan di atas bisa diterapkan pada salah satu bentuk pendidikan yaitu pendidikan karakter yang dilaksanakan

melalui beberapa media di antaranya keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa (Kesuma, dkk, 2012: 5)

METODE

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitik. Yang menjadi dasar penelitian menggunakan metode ini, yaitu untuk mengungkap secara dalam Kearifan Lokal Kehidupan Masyarakat Kampung Naga, selaku tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya. Utamanya dalam sistem pewarisan nilai pendidikan keluarga dan kemasyarakatannya. Analisis kualitatif dilakukan untuk menelaah fenomena social, mendapatkan informasi mengenai peran keluarga, masyarakat, atau organisasi social dalam menumbuhkan dan mewariskan tradisi dari generasi tua ke generasi muda. Yang merupakan adat istiadat yang berlangsung dari beberapa tahun kebelakang yang sampai sekarang masih dijaga eksistensinya.

Sumber data dalam penelitian ini yaitu subjek data yang didapatkan. Sumber data dalam penelitian ini yaitu masyarakat Kampung Naga sebagai responden dan juga pola kehiduypannya, cara dalam mengupulkan datanya dengan mewanwancara juga dokumen hasil observasi. Instrument penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu: a) Handycam atau alat perekam gambar.

Alat ini digunakan untuk merekam berlangsungnnya proses wawancara ke beberapa narasumber, untuk memudahkan dalam mengolah data hasil penelitian.

b) Kamera foto. Alat ini digunakan untuk mendokumentasikan segala kegiatan penelitian, dimulai dari observasi sampai wawancara. Hasil instrumen ini yaitu berupa gambar dua dimensi atau visual.

c) Pedoman wawancara, digunakan untuk


mewawancarai masyarakat kampung naga, memperoleh data berdasarkan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan sistem wawancara terstruktur. Langkah-langkah atau prosedur dalam

penelitian ini melalui beberapa langkah yaitu:

1) Tahap persiapan 2) Tahap pengumpulan data 3) Tahap mengolah data 4) Tahap menyusun laporan penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan yang dihuni oleh sekelompok masyarakat yang masih sangat kuat dalam memegang teguh adat istiadat peninggalan leluhurnya. Hal ini akan terlihat jelas perbedaannya bila dibandingkan dengan masyarakat lain yang hidup di luar Kampung Naga. Masyarakat Kampung Naga hidup pada suatu tatanan yang dikondisikan dalam suasana kesahajaan dan lingkungan kearifan tradisional yang lekat.

Secara administratif, Kampung Naga berada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Jarak dari kota Tasikmalaya kurang lebih berada pada kilometer 27 arah Garut dan dari kota Garut berada pada kilometer 30,5 arah Tasikmalaya. Daerah ini berada pada ketinggian 448 meter dari pemukiman laut.

Foto 4.1 Lokasi Kampung Naga

Untuk menuju kampung Naga dapat

ditempuh melalui jalan kecil dengan menuruni tangga kurang lebih 344 tahap, setelah itu melewati jalan pematang sawah dipinggir kali Ciwulan. Dan keadaan kampungnya cukup bersih dan terpelihara dengan baik. Secara global masyarakat Kampung Naga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : a. kelompok masyarakat Kampung Naga yang berada di pemukimanm Kampung Naga sendiri; b. kelompok masyarakat Kampung Naga yang berada di luar pemukiman yang disebut juga Sanaga.

Kampung Naga sebagai salah satu Kampung adat di Jawa Barat memiliki dua bentuk sistem kemasyarakatan, yaitu sistem kekerabatan yang mencangkup Ayah, Ibu, dan Anak serta sistem pemerintahan atau sistem kepemimpinan yang mencangkup kepemimpinan formal dan informal. Kepemimpinan formal adalah kepemimpinan yang dipilih atas dasar demokrasi atau pemilihan rakyat dan mendapat legitimasi dari pemerintah dengan masa jabatan kurang lebih satu tahun. Kepemimpinan formal di Kampung Naga hampir sama dengan Kepemimpinan formal di Kampung lain pada umunya, yakni terdiri dari Kepala dusun, Ketua RW, dan Ketua RT yang langsung berhubungan dengan sistem pemerintahan.

Sedangkan kepemimpinan informal adalah kepemimpinan yang ditentukan menurut ketentuan adat. Pemimpin adat adalah seseorang yang biasa disebut Kuncen. Ia sekaligus orang yang dituakan. Tugasnya sebagai pemangku sekaligus pengelola adat. Dalam melaksanakan tugasnya, sama halnya dengan sistem kepemimpinan formal dimana tugas Ketua RW dibantu oleh Ketua RT, maka kuncen pun dalam mengemban tugasnya dibantu oleh lebe dan punduh adat. Lebe membantu kuncen dalam menangani setiap urusan keagamaan, seperti kematian dan perkawinan. Punduh, membantu kuncen


untuk urusan pembangunan fisik untuk sarana umum, hubungan masyarakat dalam menggerakan untuk bergotong royong serta untuk urusan ketertiban dan keamanan. Tugas lainnya yaitu ngurus laku mérés gawé. Selain itu adapula yang ditugaskan khusus sebagai petugas yang merawat bumi ageung, yang disebut patunggon yaitu seorang perempuan yang umurnya sudah separuh baya serta sudah memasuki masa menapouse.

Secara sistematik struktur kepemimpinan yang tebagi atas dua sistem pemerintahan tersebut yakni sistem pemerintahan formal dan informal, bisa dilihat pada tabel tersebut sebagai berikut:

Gambar 4.1 Sistem organisasi kepemimpinan Kampung

Naga

Sumber: diolah dari hasil wawancara. Keterangan:

-‐ Kuwu : Kapala desa -‐ Kuncen : Sesepuh adat di

Kampung Naga -‐ Punduh adat : yang membantu

kuncen dalam urusan pembangunan/gotong royong

-‐ Lebé : yang membantu kuncen dalam urusan keagamaan

-‐ Patunggon : yang mengurus bumi ageung

-‐ RW : Rukun warga RT : Rukun tetangga

Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa pendidikan karakter dilaksanakan melalui beberapa media di antaranya keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa (Kesuma, dkk, 2012: 5)

Berdasarkan teori diatas, pendidikan yang berlangsung di Kampung Naga demi menjaga warisan leluhurnya dilaksanakan melalui peran keluarga, masyarakat, dan organisasi sosialnya. (1) pada hakekatnya keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yakni terdiri dari seorang ayah, ibu, dan anak-anaknya. Di dalam keluarga inilah berlangsung proses sosialisasi, berupa proses pengenalan lingkungan dan penyerapan nilai-nilai budaya. Peran keluarga terutama orang tua dalam mewariskan nilai-nilai budaya sangatlah besar, karena si anak mampu menerima dan menyerap nilai-nilai sosial budaya yang berkembang di masyarakat.

Kampung naga merupakan sebuah kampung yang memiliki karakteristik penduduk yang berbeda dengan kampung pada umumnya. Nilai-nilai tradisi yang diwariskan leluhurnya masih diajaga dengan baik tanpa tergerus olah arus modernisasi. Hal ini bisa terwujud, karena masyarakat Kampung Naga selalu mendengar nasehat, wejangan atau pikukuh dari nenek moyang mereka, yang secara turun temurun terus dilakukan oleh setiap orang tua terhadap anaknya. Mengacu pada prilaku tersebut maka akan mengacu pula pada hukum adat yang berlangsung di Kampung Naga. Segala proses pewarisan budaya berlangsung begitu cepat karena dilakukan dari lisan ke lisan. Orang tua mengajarkan anak-anak mereka tentang bagaimana konsep hidup dengan menjungjung tinggi tradisi yang ada. (2) begitupun yang terjadi dan terlihat pada pola hidup masyarakat Kampung Naga Desa Neglasari. Apabila dilihat dari


kehidupan sehari-hari dan hubungan dengan sesama manusianya berpola kepada orientasi kebersamaan baik hidup bersama manusia maupun hidup bersama alam di sekitarnya. Kehidupan masyarakat Kampung Naga, hingga kini masih memegang kuat tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya secara turun temurun. Apa yang harus dilakukan selalu berpondasi pada konsep kehidupan sebelumnya, yakni yang telah diwariskan serta dicontohkan oleh leluhurnya, dan dilakukan oleh semua masyarakatnya.

Landasan hidup masarakat Kampung Naga berlandaskan budaya dengan tidak membeda-bedakan perbedaan. Sesuai dengan falsafah hidupnya, leungit cirina leungit ajén jeung inajénna, reksak budyana brak bangsana, jelas dari kalimat tersebut dari sisi moralitas yang harus menjadi landasan hidupnya adalah landasan budaya. Budaya akan menjalin kerukunan dengan tidak membedakan etnik, agama, dan akidah. Dalam kacamata budaya, beda itu bukan perbedaan, pertentangan, ataupun peperangan tapi merupakan warna dalam kehidupan. Jika sudah memahami bagaimana warna dalam kehidupan maka akan timbul rasa keindahan terhadap perbedaan. Inilah yang diajarkan dari leluhur mereka tentang landasan kebudayaan dalam hidup bermasyarakat. (3) untuk tetap mampu mempertahankan nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat Kampung Naga, tokoh yang berpengaruh pada masyarakat Kampung Naga seperti halnya kuncen, punduh adat, lebe dll, menerapkan manajemen konflik yang sangat baik yakni dengan menciptakan suasana hidup bersama dan berkeluarga, berupa tidak dilarangnya bagi masyarakat Kampung Naga untuk berkomunikasi dengan siapapun, bergaul dengan siapapun, berpergian kemanapun, mendirikan rumah di luar kawasan Naga, bahkan dalam mencari ilmu pun tidak pernah membatasi sekalipun harus meninggalkan Kampung Naga, namun tetap nilai-nilai tradisi yang

diwariskan harus terus dijaga. Kuncinya adalah identitas nila-nilai masyarakat kampung Naga harus tetap dipertahankan. Nilai-nilai adat itu adalah kesederhanaan, kepatuhan terhadap adat leluhur, serta rasa keterkaitan terhadap kerabat yang berasal dari cikal bakal atau leluhur yang sama. Inilah yang akan memperkuat nilai-nilai tabu dan pakem lain yang sudah diwariskan dari leluhur mereka.

Empat prinsip hidup masyarakat Kampung Naga, yang secara turun-temurun harus ditanamkan kepada anak cucu mereka yaitu. 1) Tidak boleh mempunyai harta yang

berlebihan 2) Taat kepada pemimpin, 3) Keselamatan 4) Menjaga keturunan Kampung Naga KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang sudah disampaikan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan seperti, (1) Kampung Naga merupakan satu Kampung yang masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat peninggalan leluhurnya. Hal ini bisa terlihat jelas bedanya jika dibandingkan dengan masyarakat lain yang hidup diluar Kampung naga. Masyarakat Kampung Naga hidup dalam satu tatanan yang diatur dalam suasana yang sederhana, dengan lingkungan kearifan tradisional yang lekat. Secara administratif, Kampung Naga ada di wilayah Desa Neglasari Kecamatan Salawu Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Kampung Naga berada di satu tebing yang tingginya kira-kira 448mdpl, (2) untuk sampai ke Kampung Naga harus melewati jalan kecil dan melewati kurang lebih 344 tangga setelah itu melewati jalan setapak pinggir sungai Ciwulan. Keadaan kampungnya begitu bersih dan terurus sangat baik. Secara global masyarakat Kampung Naga dibagi kedalam dua kelompok masyarakat, yaitu kelompok masyarakat kampung naga yang tinggal di dalam Kampung naga sendiri dan kelompok masyarakat Kampung naga yang


tinggal diluar Kampung naga yang disebut juga Sanaga, (3) masyarakat Kampung Naga berjumlah 315 orang, yang terdiri dari 157 lelaki dan 168 perempuan termasuk 108 jumlah kepala keluarga. Jumlah areal pemukiman Kampung naga tidak akan diperluas bahkan menambah jumlah bangunan baru. (4) Kampung naga mempunyai dua bentuk sistem kepemimpinan, yaitu kepemimpinan formal dan informal. Kepemimpinan formal dipimpin oleh kepala desa, ketua RW dan ketua RT. Sedangkan kepemimpinan informal dipimpin oleh kuncen beserta jajarannya, (5) pendidikan nilai dan karakter di keluarga, kemasyarakatan, atau organisasi sosial masyarakat kampung Naga dilakukan secara lisan. Sesuai dan yang diwariskan oleh leluhur kepada masyarakat kampung naga yang mengacu kepada landasan, falsafah dan prinsip kehidupannya, (6) Ada empat prinsip hidup masyarakat kampung naga, yang secara turun-temurun harus ditumbuhkan kepada anggota keluarga, kemasyarakatan, atau organisasi sosial kepada anak cucu mereka.

Empat prinsip hidup masyarakat Kampung Naga, yang secara turun-temurun harus ditanamkan kepada anak cucu mereka yaitu. 1) Tidak boleh mempunyai harta yang

berlebihan 2) Taat kepada pemimpin, 3) Keselamatan 4) Menjaga keturunan Kampung Naga (8) Hasil penelitian mengenai sistem pendidikan keluarga, kemasyarakatan, atau organisasi sosial masyarakat Kampung Naga bisa dijadikan alternatif bahan ajar misalnya dalam bentuk model pengajaran terhadap siswa SMA kelas XII. DAFTAR PUSTAKA

Kesuma, D, dkk. (2012). Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik Sekolah. Bandung: Rosda

Koentjaraningrat. (1990). Kebudayaan, Mentalitas Dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Rasyidin, W, dkk. (2013). Landasan Pendidikan. Bandung: Jurusan Pedagogik FIP

Suparlan, P. (1980). Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungan. Jakarta: CV. Rajawali

Sibarani, R. (2004). Antropolinguistik Linguistik Antropologi. Medan: Poda

Documents

123 SISTEM PEWARISAN NILAI PENDIDIKAN KELUARGA DAN