26
10 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengendalian Internal II.1.1. Pengertian Pengendalian Internal Perusahaan menyusun sistem pengendalian internal dalam rangka untuk membantu dalam pencapaian tujuannya. Manajemen dalam menjalankan fungsinya membutuhkan sistem pengendalian yang dapat mengamankan harta perusahaan, memberikan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan adalah benar- benar dapat dipercaya dan dapat mendorong adanya efisiensi usaha serta dapat terus-menerus memantau bahwa kebijaksanaan yang telah ditetapkan memang dijadikan sesuai dengan apa yang diharapkan. Sanyoto Gondodiyoto dan Henny Hendarti mengatakan di dalam bukunya bahwa menurut model Committee of Sponsoring Organization (COSO) di dalam Summary of The Framework, internal control adalah suatu proses, melibatkan seluruh anggota organisasi, dana memiliki tiga tahun utama, yaitu efektivitas dan efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan keuangan, dan dipatuhinya hukum dan peraturan yang ada. Artinya dengan adanya sistem pengendalian internal, maka diharapkan perusahaan dapat bekerja atau beroperasi secara efektif dan efisien, penyajian informasi dapat diyakini kebenarannya dan semua pihak akan mematuhi semua peraturan dan kebijakan yang ada baik peraturan dan kebijakan perusahaan ataupun aturan (legal/hukum) pemerintah.

13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

  • Upload
    lehanh

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

10

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1. Pengendalian Internal

II.1.1. Pengertian Pengendalian Internal

Perusahaan menyusun sistem pengendalian internal dalam rangka untuk

membantu dalam pencapaian tujuannya. Manajemen dalam menjalankan

fungsinya membutuhkan sistem pengendalian yang dapat mengamankan harta

perusahaan, memberikan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan adalah benar-

benar dapat dipercaya dan dapat mendorong adanya efisiensi usaha serta dapat

terus-menerus memantau bahwa kebijaksanaan yang telah ditetapkan memang

dijadikan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Sanyoto Gondodiyoto dan Henny Hendarti mengatakan di dalam bukunya

bahwa menurut model Committee of Sponsoring Organization (COSO) di dalam

Summary of The Framework, internal control adalah suatu proses, melibatkan

seluruh anggota organisasi, dana memiliki tiga tahun utama, yaitu efektivitas dan

efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan keuangan, dan dipatuhinya

hukum dan peraturan yang ada. Artinya dengan adanya sistem pengendalian

internal, maka diharapkan perusahaan dapat bekerja atau beroperasi secara

efektif dan efisien, penyajian informasi dapat diyakini kebenarannya dan semua

pihak akan mematuhi semua peraturan dan kebijakan yang ada baik peraturan

dan kebijakan perusahaan ataupun aturan (legal/hukum) pemerintah.

Page 2: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

11

Menurut Dasaratha V. Rama/ Frederick L. Jones dalam bukunya

“Accounting Information System” yang dialih bahasakan oleh M. Slamet

Wibowo, pengendalian internal (internal control) adalah

“Suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan pelaporan keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” (2008:132)

Menurut Marshall B Romney dan Paul John Steinbart dalam bukunya

”Accounting Information System” yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari

dan Deny Arnos, pengendalian internal adalah :

”Rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah di tetapkan.” (2006:229)

II.1.2. Komponen Pengendalian Internal

Komponen pengendalian internal merupakan suatu proses untuk

menghasilkan pengendalian yang memadai. Agar tujuan pengendalian tercapai,

perusahaan harus mempertimbangkan komponen-komponen pengendalian

internal.

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission

(COSO) yang dikutip oleh Arens (2008:274), komponen pengendalian internal

tersebut adalah:

“Internal control include five categories of control that management’s control objectives will be met. There are called the components of internal control and are (1) the control environtment, (2) risk assessment, (3) contol activities, (4) information and communication, (5) monitoring”.

Page 3: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

12

Kelima komponen pengendalian internal tersebut diuraikan sebagai

berikut:

1. The Control Environtment (Lingkungan Pengendalian)

Menetapkan suasana suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran

akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian

merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya,

yang menyediakan disiplin dan struktur.

2. Risk Assessment (Penaksiran Risiko)

Penaksiran risiko merupakan pengidentifikasian dan analisis entitas

mengenai risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang

membentuk suatu dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola.

3. Control Activities (Aktivitas Pengendalian)

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk

memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen

dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberi keyakinan bahwa

tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko

dalam pencapaian tujuan entitas.

4. Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)

Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil

yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas

mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam

maupun di luar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan

kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas.

Page 4: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

13

5. Monitoring (Pemantauan)

Pemantauan adalah proses penilaian kinerja pengendalian internal

sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personil yang

semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun

pengoperasian pengendalian. Pada waktu yang tepat, untuk menentukan

apakah pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan,

dan untuk menentukan apakah pengendalian internal tersebut telah

memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.

II.1.3. Tujuan dan Pentingnya Pengendalian Internal

Menurut James A. Hall dalam bukunya ”Accounting Information System,

4 edition” yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos,

diterapkannya pengendalian internal untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu :

1. Untuk menjaga aktiva perusahaan 2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan

informasi akuntansi 3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan 4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah

ditetapkan oleh management (2007:181)

Faktor-faktor yang berkontribsusi terhadap meluasnya pengakuan atas

pentingnya pengendalian internal, yaitu :

1. Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan

tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan

dan analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif.

Page 5: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

14

2. Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian internal

yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan

mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.

3. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan

perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungan pada

sistem pengendalian internal klien.

II.1.4. Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal

Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu

alat yang akan membantu dicapainya pelaksanaan yang efisien dan efektif serta

membatasi pemborosan dan godaan untuk menyeleweng.

Menurut Tuti Trisnawati dalam buku “Akuntansi Untuk Koperasi dan

UKM” (2009:14), prinsip-prinsip di bawah ini perlu diperhatikan agar

didapatkan pengendalian intern yang baik, yaitu :

a. Pegawai atau karyawan yang kapabel dan dapat di percaya.

Masing-masing karyawan harus diberi tanggung jawab yang sesuai dengan

kecakapan, pengalaman, dan kejujuran.

b. Pemisahan wewenang

Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga di satu pihak

tenaga para karyawan dapat dipergunakan sebaik-baiknya sekaligus

terdapat pemisahan wewenang untuk maksud-maksud pengawasan intern.

c. Pengawasan

Page 6: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

15

Hasil pekerjaan masing-masing karyawan harus diawasi dan dinilai oleh

atasannya yang bertanggung jawab atas hasil pekerjaan karyawan tersebut

agar mereka tetap jujur dan teguh imannya.

d. Penetapan tanggung jawab perorangan

Setiap orang akan bekerja lebih baik jika tahu bahwa akan dimintai

pertanggungjawaban apabila ada hal-hal yang tidak beres.

e. Pemeriksaan otomatis berdasarkan prosedur-prosedur yang rutin

Dengan ditetapkannya prosedur-prosedur yang rutin, maka dalam

organisasi memungkinkan dapat diadakan spesialisasi, pembagian tugas,

dan pemeriksaan otomatis atas kejadian rutin tersebut.

f. Pencatatan yang seksama dan segera

Pencatatan transaksi, baik transaksi eksternal maupun kejadian internal

yang mempunyai akibat ekonomis, harus segera dicatat dalam dokumen

dasar (formulir-formulir) yang sudah disediakan.

g. Penjagaan fisik

Jelaslah kiranya bahwa kerugian-kerugian karena kecurangan akan banyak

berkurang jika diadakan alat-alat pencegahan secara fisik seperti misalnya

cash register, lemari besi, gudang yang terkunci dan sebagainya.

h. Pemeriksaan oleh petugas

Pemeriksaan dalam hal ini adalah tanggung jawab bagian pemeriksaan

intern atau Pengawas Koperasi.

Page 7: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

16

II.2. Kredit dan Ruang Lingkupnya

II.2.1. Pengertian Kredit

Kebutuhan manusia selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk

mencapainya terbatas. Untuk memenuhi kebutuhannya, seseorang memerlukan

bantuan dalam bentuk permodalan diantaranya berupa kredit.

Kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dan prestasi

yang diberikan sekarang baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa. Disini

terlihat bahwa faktor waktu merupakan faktor utama yang memisahkan prestasi

dan kontraprestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu.

Definis kredit menurut Raymond P. Kent yang dikutip oleh Thomas

Suyatno, dkk (2007:12) adalah:

“Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk

melakukan pembayaran pada waktu yang akan datang, karena penyerahan

barang-barang sekarang.”

Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-

Undang No.7/1992 Tentang Perbankan. Pengertian kredit sebagai berikut:

“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Dari definisi yang telah diuraikan di atas dapat dilihat bahwa kredit:

1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan

2. Adanya suatu kesepakatan antara kreditur dengan debitur

Page 8: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

17

3. Adanya suatu syarat bagi pihak debitur berkenaan dengan pinjaman

dan bunga yang harus dibayar

II.2.2. Unsur-Unsur Kredit

Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas

kepercayaan, dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian

kepercayaan. Hal ini berarti lembaga kredit akan memberikan kredit jika betul-

betul yakin nasabah akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai

dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah

pihak.

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

menurut Kasmir (2007:103) adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan

(berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa

tertentu dimasa depan.

2. Kesepakatan

Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur

kesepakatan antara si pemberi kerja dengan si penerima kredit. Kesepakatan

ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.

3. Jangka Waktu

Page 9: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

18

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu

ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka

panjang.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko

tidak tertagih atau macet pemberian kredit, semakin panjang suatu kredit

semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita

kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya

administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.

II.2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak akan dapat melepaskan diri

dari falsafah suatu negara. Di negara-negara liberal, tujuan kredit didasarkan

pada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang

dianut oleh negara yang bersangkutan, yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-

kecilnya untuk memperoleh manfaat atau keuntungan yang wajar.

Oleh karena itu pemberian kredit yang dimaksud untuk memperoleh

keuntungan, suatu lembaga kredit akan memberikan kredit kepada nasabah jika

ia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang menerima kredit itu mampu dan

Page 10: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

19

mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan

tersebut, Thomas Suyatno dkk (2007:15) menyatakan bahwa:

1. Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang

terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.

2. Keamanan atau safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang

diberikan harus benar-benar terjamin pengembaliannya, sehingga tujuan

profitability benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang berarti.

Tujuan dan fungsi menurut Thomas Suyatno (2007:15) adalah sebagai berikut:

1. Turut menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan

pembangunan.

2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna

menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.

3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat

memperluas usahanya.

II.2.4. Prinsip Pemberian Kredit

Jaminan kredit yang diberikan anggota atau calon peminjam hanyalah

merupakan tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu

musibah. Akan tetapi apabila suatu kredit diberikan telah dilakukan analisa

secara mendalam, sehingga anggota sudah dikatakan layak untuk memperoleh

kredit, maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Oleh karena itu,

dalam proses pemberian kredit, koperasi harus memperhatikan prinsip-prinsip

Page 11: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

20

pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan

maka koperasi harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan

benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian

kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Maka dalam pemberian kredit

memerlukan perhitungan-perhitungan yang mendalam meliputi berbagai prinsip-

prinsip, azas-azas atau persyaratan-persyaratan tertentu.

Ada 3 (tiga) macam konsep tentang prinsip pemberian kredit menurut

firdaus (2009:83) yaitu:

1. Prinsip 5 C

a. Character (watak/kepribadian)

Character atau watak dari para calon peminjam merupakan salah satu

pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian kredit.

Kreditur sebagai pemberi kredit harus yakin bahwa calon peminjam

termasuk orang yang bertingkah laku baik, dalam arti selalu memegang

teguh janjinya, selalu berusaha dan bersedia melunasi utang-utangnya

pada waktu yang telah ditetapkan.

b. Capacity (kemampuan)

Capacity merupakan kesanggupan peminjam untuk mendapatkan

pendapatannya dimasa yang akan datang, bagaimana kemungkinan dan

berapa besarnya. Karena hal ini penting dalam menentukan berhasil atau

tidak suatu perusahaan dimasa yang akan datang.

c. Capital (modal)

Page 12: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

21

Capital yaitu berapa besar dan bagaimana sifat modal si peminjam. Pihak

kreditur harus mengetahui tentang berapa banyak dan bagaimana struktur

modal yang dimiliki oleh debitur.

d. Collateral (jaminan atau agunan)

Collateral adalah harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat

sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk

menyelesaikan utangnya sesuai dengan perjanjian kredit.

e. Condition of economic (kondisi ekonomi)

Condition of economis yaitu bagaimana keadaan ekonomi pada waktu itu,

apakah keadaan ekonomi negara dalam keadaan sehat dan terarah.

Kreditur harus mengetahui keadaan ekonomi pada saat tersebut yang

berpengaruh dan berkaitan langsung dengan usaha calon debitur dan

bagaimana prospek dimasa datang.

2. Prinsip 5 P

a. Party (golongan)

Party adalah mencoba menggolongan calon peminjam ke dalam

kelompok tertentu menurut character, capacity, dan capital dengan jalan

penilaian atas dasar ke 3 C tersebut.

b. Purpose (tujuan)

Purpose adalah tujuan penggunaan kredit yang diajukan, apa tujuan yang

sebenarnya (real purpose) dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek-

apek sosial yang positif dan luas atau tidak.

Page 13: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

22

c. Payment (sumber pembayaran)

Payment adalah perkiraan tentang pendapatan dan keuntungan yang akan

dicapai oleh perusahaan yang mengambil kredit yakni untuk

memperkirakan kemampuan dan kekuatan debitur dalam membayar

kembali utangnya.

d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)

Profitability yaitu kemampuan untuk memperoleh keuntungan yang

akan diraih oleh pihak debitur apabila kredit tersebut direalisasikan.

e. Protection (perlindungan)

Protection dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak

diduga sebelumnya, maka kreditur perlu untuk melindungi kredit yang

diberikannya antara lain dengan jalan meminta jaminan dari debiturya.

3. Prinsip 3 R

a. Return (hasil yang dicapai)

Return yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan

debitur setelah mendapat kredit, apakah cukup memadai untuk menutupi

pinjaman serta sekaligus memungkinkan pola usahanya untuk

berkembang terus.

b. Repayment (pembayaran kembali)

Repayment yaitu penilaian lanjutan setelah return, kemudian diprediksi

kemampuan jadwal serta jangka waktu pengembalian kredit.

c. Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung risiko)

Page 14: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

23

Risk bearing ability yaitu kemampuan untuk menaggung risiko kegagalan

apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan.

II.2.5. Prosedur Pemberian Kredit

Dalam pemberian kredit diperlukan prosedur agar berjalan dengan lancar,

menurut Thomas Suyatno (2007:69) prosedur pemberian kredit terdiri dari

beberapa tahapan yaitu:

a. Permohonan kredit

Permohonan fasilitas kredit mencakup:

1. Permohonan pengajuan kredit

2. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan

3. Permohonan perpanjangan/pembaruan masa lalu kredit yang telah

berakhir jangka waktunya

4. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas

kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan,

perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya

Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari:

1. Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan

sah

2. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan

lengkap diisi oleh nasabah

Page 15: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

24

3. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit.

Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam

register khusus yang disediakan.

b. Penyidikan dan Analisis Kredit

Yang dimaksud dengan penyidikan (investigasi) kredit adalah pekerjaan

yang meliputi:

1. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur

2. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang

diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal

ini termasuk informasi antarbank dan pemeriksaan pada daftar-daftar

hitam dan daftar-daftar macet.

3. Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal

yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

4. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah

dilaksanakan.

Analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:

1. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik

keuangan maupun nonkeuangan untuk mengetahui kemungkinan

dapat/tidak dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

2. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian

kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan

Page 16: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

25

pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan

kredit nasabah. Bank perlu mengadakan penelitian yang semestinya atas

kewajaran dari data dan informasi yang diterima dari nasabah sebelum

mengadakan analisi-analisis yang ditentukan. Hal ini untuk mencegah

kesimpulan yang kurang tepat serta memperlambat pengambilan

keputusan.

c. Keputusan Atas Permohonan Kredit

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan

pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan

berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas

kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.

Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-

syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan

kredit dan analisis kredit. Bahan pertimbangan atau informasi-informasi

lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibubuhkan

secara tertulis.

II.3. Koperasi dan Ruang Lingkupnya

II.3.1. Pengertian Koperasi

Masalah ekonomi sangat erat hubungannya dengan masyarakat dan

lingkungan terutama dengan kehidupan kita sehari-hari maupun dunia usaha,

sehingga perekonomian nasional harus diperhatikan oleh berbagai pihak, baik itu

Page 17: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

26

pihak pemerintah maupun swasta. Maka dari itu untuk mengatasi masalah

tersebut munculah peran serta koperasi, yang tidak hanya sekedar kerja sama

tetapi sudah dijadikan suatu lembaga ekonomi yang mempunyai tempat tersendiri

di dalam struktur perekonomian.

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pengertian

koperasi adalah sebagai berikut :

“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.”

Koperasi mempunyai dua aspek utama, yaitu:

1. Dilihat Dari Aspek Perkumpulan

Orang-orang yang bergabung dalam koperasi adalah mereka yang tentunya

sudah memahami benar arti dan tujuan koperasi serta asas dan sendi

dasarnya. Sebagai anggota koperasi harus memiliki kesadaran bahwa bukan

kepentingan diri pihak yang diutamakan tetapi kepentingan bersama.

2. Dilihat Dari Aspek Usahanya

Pengelolaan koperasi pada prinsipnya tidak berbeda dengan usaha bukan

koperasi, yaitu harus efisien dan efektif serta dilandasi dengan hukum-

hukum ekonomi.

Dengan kata lain koperasi harus dikelola dengan professional. Sebagai badan

usaha koperasi harus mampu bersaing dengan usaha-usaha bukan koperasi,

sehingga anggota tidak berpengaruh untuk mencari pelayanan dari pihak lain.

Page 18: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

27

II.3.2. Prinsip-Prinsip Koperasi

Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip

koperasi, yaitu :

1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis 3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-

masing anggota 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian 6. Pendidikan koperasi 7. Kerjasama antar koperasi

II.3.3. Landasan Koperasi

Landasan koperasi adalah :

1. Landasan Idiil adalah Pancasila.

2. Landasan Strukturil koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar

(UUD) 1945 landasan geraknya adalah Pasal 33 ayat (1) beserta

penjelasannya.

3. Landasan Operasional antara lain adalah UUD 1945 Pasal 33 serta

penjelasannya, Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN, UU

No.2 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, Anggaran Dasar dan

Anggaran Rumah Tangga Koperasi.

II.3.4. Fungsi dan Tujuan Koperasi

Koperasi diharapkan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya sebaik

mungkin, agar mampu menjalankan fungsinya dalam membantu masalah

anggotanya, khususnya dalam hal pemberian kredit.

Page 19: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

28

Menurut Undang-Undang Perkoperasian No.25 Tahun 1992 pasal 4,

Fungsi dan Peran Koperasi adalah :

1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.

2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.

4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Bab II Pasal 3 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 menyatakan tujuan

koperasi adalah sebagai berikut :

“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”

II.3.5. Permodalan Koperasi

Dalam pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian menyebutkan bahwa :

1. Modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan pinjaman. 2. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana

cadangan dan hibah. 3. Modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau

anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya dan sumber lainnya yang sah.

II.3.6. Sisa Hasil Usaha

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, mendefinisikan sisa

hasil usaha sebagai berikut :

Page 20: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

29

“Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.”

Koperasi tidak menggunakan istilah laba atau keuntungan untuk

menunjukkan selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu

dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu.

Selisih ini, di dalam koperasi disebut dengan sisa hasil usaha (SHU). SHU ini

setelah dikurangi dengan biaya-biaya tertentu akan dibagikan kepada para

anggota sesuai dengan perimbangan jasanya masing-masing terhadap

pembentukan SHU ini. Ukuran kontribusi yang digunakan adalah jumlah

transaksi anggota dengan koperasi selama periode tertentu.

Rusdianto dalam bukunya “Akuntansi Koperasi, Konsep dan Teknik

Penyusunan Laporan Keuangan” (2006:230) secara umum sisa hasil usaha yang

diperoleh koperasi di dalam suatu periode akuntansi harus dibagikan kepada

anggota. Tetapi tidak seluruh SHU yang diperoleh koperasi dibagikan semuanya

kepada anggota.

Sisa hasil usaha tersebut harus dialokasikan pada bebeapa pos yang telah

dianggarkan di dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.

Berkaitan dengan metode pembagian SHU, seharusnya setiap koperasi sejak

awal tahun telah mencatat dan memisahkan aktivitas ekonominya, antara

transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota. Karena metode yang

digunakan di dalam pembagian SHU, idealnya harus dipisahkan antara kedua

jenis transaksi tersebut. Tetapi, jika koperasi tidak melakukan pemisahan antara

Page 21: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

30

transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota maka dalam proses

pembagian SHU harus diabaikan antara kedua jenis transaksi tersebut.

II.3.7. Laporan Keuangan Koperasi

Berdasarkan PSAK 27 (revisi 1998), laporan keuangan koperasi meliputi

neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi

anggota, dan catatan atas laporan keuangan.

Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas

koperasi pada waktu tertentu.

Perhitungan Hasil Usaha (PHU) menyajikan informasi mengenai

pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode

tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil

usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan

laba atau rugi kotor dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha

digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari

sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.

Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang

meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir

kas pada periode tertentu.

Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan

manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu.

Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures)

yang memuat tentang perlakuakn akuntansi dan pengungkapan informasi lain.

Page 22: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

31

II.3.8. Koperasi Simpan Pinjam

Salah satu jenis koperasi adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi

simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.

Kegiatan usaha simpan pinjam yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan

untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan

pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan

atau anggotanya. Kegiatan utama dari koperasi simpan pinjam adalah pemberian

kredit.

Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota,

koperasi-koperasi lain dan atau anggota kepada koperasi dalam bentuk tabungan

dan simpanan koperasi berjangka. Simpanan yang terdapat dalam koperasi ada

simpanan pokok dan simpanan wajib.

Simpanan pokok dalam PSAK 27 (revisi 1998) tentang perkoperasian

disebutkan bahwa:

“Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama bersangkutan menjadi anggota.”

Simpanan wajib dalam PSAK 27 (revisi 1998) tentang perkoperasian

disebutkan bahwa:

“Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota.”

Page 23: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

32

Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara

koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pembayaran sejumlah imbalan.

Tidak seperti Bank, Koperasi Simpan Pinjam menyelenggarakan kegiatan

usahanya berdasarkan nilai, norma, dan prinsip koperasi, dimana kedudukan

anggota adalah sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi, dalam hal ini

berlaku asas self responsibility yaitu anggota bertanggung jawab sendiri terhadap

koperasinya.

II.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka

penyusunan penelitian ini. Kegunaan untuk mengetahui hasil yang telah

dilakukan oleh penetili terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan gambaran

untuk mendukung kegiatan penelitian berikutnya. Adapun studi empirik

terdahulu yang mendukung terhadap penelitian yang akan dilakukan penulis

antara lain:

Agustina Kenwiratri (2008) dalam penelitian berjudul “Analisis

Pengendalian Intern Pemberian Kredit Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perum

Pegadaian”. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

pengendalian intern pemberian kredit terhadap kinerja perusahaan pada Perum

Pegadaian.

Page 24: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

33

Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan data primer yang diperoleh

langsung dari sumbernya melalui kuesioner yang kemudian data tersebut

dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dengan perhitungan

SPSS dan selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hasil yang didapat dari analisis

dan uji hipotesis tersebut, terdapat pengaruh yang signifikan antara pengendalian

intern pemberian kredit dengan kinerja perusahaan pada Perum Pegadaian.

Azizatul Islamiyah (2010) dalam penelitian yang berjudul “Analisa

Manajemen Kredit Untuk Menurunkan Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi

Pada PT BPR Gunung Ringgit Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui bagaimana manajemen kredit yang diterapkan PT BPR Gunung

Ringgit untuk menurunkan terjadinya kredit bermasalah dan untuk mengetahui

faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif, data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder dengan

teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil yang didapat dari analisis ini diperoleh

bahwa manajemen kredit yang diterapkan sudah mampu dan efektif untuk

mengelola kredit dan menurunkan kredit bermasalah dengan menggunakan

analisis 5C dan rekomendasi selain itu, dengan perencanaan, pengorganisasian,

pelaksanaan, pengawasan.

Ruzanna Amanina (2011) dengan judul penelitian “Evaluasi Terhadap

Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit Mikro (Studi pada PT

Bank Mandiri (PERSERO) tbk Cabang Majapahit Semarang)”.

Page 25: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

34

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pemberian kredit yang sesuai

dengan prinsip kehati-hatian dan asas perkreditan yang sehat serta mengevaluasi

efektifitas sistem pengendalian intern pada proses pemberian kredit mikro pada

Bank Mandiri Cabang Majapahit Semarang. Metode Penelitian dengan

menggunakan metode fixed sample size. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwa sistem yang diterapkan dalam proses pemberian kredit telah memenuhi

sebagian besar dari unsur-unsur pengendalian intern, meskipun masih terdapat

beberapa kelemahan, yaitu jumlah Mikro Kredit Analis (MKA) pada Bank

Mandiri Cabang Majapahit Semarang kurang memadai dibanding tingginya

aplikasi permohonan kredit yang masuk sehingga dikhawatirkan terjadi kerugian

akibat dari kualitas kredit yang lemah. Selain itu, pelaksanaan kunjungan atau on

the spot yang dilakukan tidak sesuai dengan tata cara dalam Manual Produk

Kredit Mikro.

Hastoni (2004) volume 4 No.2, dengan judul “Peranan Sistem Dan

Prosedur Penjualan Dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Intern Piutang

(studi kasus PT Indomobil Finance Indonesia)”. Metodologi penelitian mancakup

penelitian lapangan seperti pengamatan dan wawancara, penelitian kepustakaan.

Hasil yang didapat masih terdapat beberapa kelemahan yang ada dalam sistem

dan prosedur yang telah diterapkan. Ini terlihat dari masih banyaknya faktor-

faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet atau tunggakan angsuran

oleh lessee atau konsumen sehingga tujuan dari pengendalian intern terhadap

piutang tidak tercapa secara maksimal.

Page 26: 13 Bab IIthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-2-00030 AK 13 Bab II.pdf · Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu alat

35

II.5. Efektivitas, Efisiensi, dan Ekonomis

Menurut A.W. Tunggal pengertian efektivitas, efisiensi, dan ekonomis

adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan yang

diterapkan telah tercapai baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas

hasil kerja maupun target batas waktu.

2. Efisiensi berhubungan dengan penentuan apakah tujuan tersebut dicapai

dengan penggunaan sumber data yang optimal dan meminimalisir kerugian

yang mungkin terjadi.

3. Ekonomis berhubungan dengan penentuan implikasi jangka panjang suatu

operasi, berhubungan dengan cara penggunaan barang atau jasa secara hati-

hati dan bijak (prudent) agar diperoleh hasil yang baik.