Upload
lehanh
View
224
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
10
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Pengendalian Internal
II.1.1. Pengertian Pengendalian Internal
Perusahaan menyusun sistem pengendalian internal dalam rangka untuk
membantu dalam pencapaian tujuannya. Manajemen dalam menjalankan
fungsinya membutuhkan sistem pengendalian yang dapat mengamankan harta
perusahaan, memberikan keyakinan bahwa apa yang dilaporkan adalah benar-
benar dapat dipercaya dan dapat mendorong adanya efisiensi usaha serta dapat
terus-menerus memantau bahwa kebijaksanaan yang telah ditetapkan memang
dijadikan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Sanyoto Gondodiyoto dan Henny Hendarti mengatakan di dalam bukunya
bahwa menurut model Committee of Sponsoring Organization (COSO) di dalam
Summary of The Framework, internal control adalah suatu proses, melibatkan
seluruh anggota organisasi, dana memiliki tiga tahun utama, yaitu efektivitas dan
efisiensi operasi, mendorong kehandalan laporan keuangan, dan dipatuhinya
hukum dan peraturan yang ada. Artinya dengan adanya sistem pengendalian
internal, maka diharapkan perusahaan dapat bekerja atau beroperasi secara
efektif dan efisien, penyajian informasi dapat diyakini kebenarannya dan semua
pihak akan mematuhi semua peraturan dan kebijakan yang ada baik peraturan
dan kebijakan perusahaan ataupun aturan (legal/hukum) pemerintah.
11
Menurut Dasaratha V. Rama/ Frederick L. Jones dalam bukunya
“Accounting Information System” yang dialih bahasakan oleh M. Slamet
Wibowo, pengendalian internal (internal control) adalah
“Suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan direksi entitas, manajemen dan personel lainnya, yang dirancang untuk memberikan kepastian yang beralasan terkait dengan pencapaian sasaran kategori sebagai berikut: efektivitas dan efisiensi operasi; keandalan pelaporan keuangan; dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.” (2008:132)
Menurut Marshall B Romney dan Paul John Steinbart dalam bukunya
”Accounting Information System” yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari
dan Deny Arnos, pengendalian internal adalah :
”Rencana organisasi dan metode bisnis yang dipergunakan untuk menjaga asset, memberikan informasi yang akurat dan andal, mendorong dan memperbaiki efisiensi jalannya organisasi, serta mendorong kesesuaian dengan kebijakan yang telah di tetapkan.” (2006:229)
II.1.2. Komponen Pengendalian Internal
Komponen pengendalian internal merupakan suatu proses untuk
menghasilkan pengendalian yang memadai. Agar tujuan pengendalian tercapai,
perusahaan harus mempertimbangkan komponen-komponen pengendalian
internal.
Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission
(COSO) yang dikutip oleh Arens (2008:274), komponen pengendalian internal
tersebut adalah:
“Internal control include five categories of control that management’s control objectives will be met. There are called the components of internal control and are (1) the control environtment, (2) risk assessment, (3) contol activities, (4) information and communication, (5) monitoring”.
12
Kelima komponen pengendalian internal tersebut diuraikan sebagai
berikut:
1. The Control Environtment (Lingkungan Pengendalian)
Menetapkan suasana suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran
akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian
merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya,
yang menyediakan disiplin dan struktur.
2. Risk Assessment (Penaksiran Risiko)
Penaksiran risiko merupakan pengidentifikasian dan analisis entitas
mengenai risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang
membentuk suatu dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola.
3. Control Activities (Aktivitas Pengendalian)
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk
memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen
dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur ini memberi keyakinan bahwa
tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko
dalam pencapaian tujuan entitas.
4. Information and Communication (Informasi dan Komunikasi)
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personil
yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas
mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada di dalam
maupun di luar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan
kepada pihak yang lebih tinggi dalam entitas.
13
5. Monitoring (Pemantauan)
Pemantauan adalah proses penilaian kinerja pengendalian internal
sepanjang waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh personil yang
semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun
pengoperasian pengendalian. Pada waktu yang tepat, untuk menentukan
apakah pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan,
dan untuk menentukan apakah pengendalian internal tersebut telah
memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan.
II.1.3. Tujuan dan Pentingnya Pengendalian Internal
Menurut James A. Hall dalam bukunya ”Accounting Information System,
4 edition” yang dialih bahasakan oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos,
diterapkannya pengendalian internal untuk mencapai empat tujuan utama, yaitu :
1. Untuk menjaga aktiva perusahaan 2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan
informasi akuntansi 3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan 4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh management (2007:181)
Faktor-faktor yang berkontribsusi terhadap meluasnya pengakuan atas
pentingnya pengendalian internal, yaitu :
1. Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan
tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan
dan analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif.
14
2. Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian internal
yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan
mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
3. Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan
perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungan pada
sistem pengendalian internal klien.
II.1.4. Prinsip-Prinsip Pengendalian Internal
Pengendalian atau pengawasan intern adalah untuk menciptakan suatu
alat yang akan membantu dicapainya pelaksanaan yang efisien dan efektif serta
membatasi pemborosan dan godaan untuk menyeleweng.
Menurut Tuti Trisnawati dalam buku “Akuntansi Untuk Koperasi dan
UKM” (2009:14), prinsip-prinsip di bawah ini perlu diperhatikan agar
didapatkan pengendalian intern yang baik, yaitu :
a. Pegawai atau karyawan yang kapabel dan dapat di percaya.
Masing-masing karyawan harus diberi tanggung jawab yang sesuai dengan
kecakapan, pengalaman, dan kejujuran.
b. Pemisahan wewenang
Struktur organisasi harus disusun sedemikian rupa sehingga di satu pihak
tenaga para karyawan dapat dipergunakan sebaik-baiknya sekaligus
terdapat pemisahan wewenang untuk maksud-maksud pengawasan intern.
c. Pengawasan
15
Hasil pekerjaan masing-masing karyawan harus diawasi dan dinilai oleh
atasannya yang bertanggung jawab atas hasil pekerjaan karyawan tersebut
agar mereka tetap jujur dan teguh imannya.
d. Penetapan tanggung jawab perorangan
Setiap orang akan bekerja lebih baik jika tahu bahwa akan dimintai
pertanggungjawaban apabila ada hal-hal yang tidak beres.
e. Pemeriksaan otomatis berdasarkan prosedur-prosedur yang rutin
Dengan ditetapkannya prosedur-prosedur yang rutin, maka dalam
organisasi memungkinkan dapat diadakan spesialisasi, pembagian tugas,
dan pemeriksaan otomatis atas kejadian rutin tersebut.
f. Pencatatan yang seksama dan segera
Pencatatan transaksi, baik transaksi eksternal maupun kejadian internal
yang mempunyai akibat ekonomis, harus segera dicatat dalam dokumen
dasar (formulir-formulir) yang sudah disediakan.
g. Penjagaan fisik
Jelaslah kiranya bahwa kerugian-kerugian karena kecurangan akan banyak
berkurang jika diadakan alat-alat pencegahan secara fisik seperti misalnya
cash register, lemari besi, gudang yang terkunci dan sebagainya.
h. Pemeriksaan oleh petugas
Pemeriksaan dalam hal ini adalah tanggung jawab bagian pemeriksaan
intern atau Pengawas Koperasi.
16
II.2. Kredit dan Ruang Lingkupnya
II.2.1. Pengertian Kredit
Kebutuhan manusia selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk
mencapainya terbatas. Untuk memenuhi kebutuhannya, seseorang memerlukan
bantuan dalam bentuk permodalan diantaranya berupa kredit.
Kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dan prestasi
yang diberikan sekarang baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa. Disini
terlihat bahwa faktor waktu merupakan faktor utama yang memisahkan prestasi
dan kontraprestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu.
Definis kredit menurut Raymond P. Kent yang dikutip oleh Thomas
Suyatno, dkk (2007:12) adalah:
“Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk
melakukan pembayaran pada waktu yang akan datang, karena penyerahan
barang-barang sekarang.”
Menurut Undang-Undang No.10 tahun 1998 tentang Perubahan Undang-
Undang No.7/1992 Tentang Perbankan. Pengertian kredit sebagai berikut:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”
Dari definisi yang telah diuraikan di atas dapat dilihat bahwa kredit:
1. Adanya suatu penyerahan uang atau tagihan
2. Adanya suatu kesepakatan antara kreditur dengan debitur
17
3. Adanya suatu syarat bagi pihak debitur berkenaan dengan pinjaman
dan bunga yang harus dibayar
II.2.2. Unsur-Unsur Kredit
Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kredit didasarkan atas
kepercayaan, dengan demikian pemberian kredit merupakan pemberian
kepercayaan. Hal ini berarti lembaga kredit akan memberikan kredit jika betul-
betul yakin nasabah akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai
dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah
pihak.
Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit
menurut Kasmir (2007:103) adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan
(berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa
tertentu dimasa depan.
2. Kesepakatan
Disamping unsur kepercayaan di dalam kredit juga mengandung unsur
kesepakatan antara si pemberi kerja dengan si penerima kredit. Kesepakatan
ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak
menandatangani hak dan kewajiban masing-masing.
3. Jangka Waktu
18
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu
ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu
tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu risiko
tidak tertagih atau macet pemberian kredit, semakin panjang suatu kredit
semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya.
5. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian kredit atau jasa tersebut yang kita
kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya
administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank.
II.2.3. Tujuan dan Fungsi Kredit
Dalam membahas tujuan kredit, kita tidak akan dapat melepaskan diri
dari falsafah suatu negara. Di negara-negara liberal, tujuan kredit didasarkan
pada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang
dianut oleh negara yang bersangkutan, yaitu dengan pengorbanan yang sekecil-
kecilnya untuk memperoleh manfaat atau keuntungan yang wajar.
Oleh karena itu pemberian kredit yang dimaksud untuk memperoleh
keuntungan, suatu lembaga kredit akan memberikan kredit kepada nasabah jika
ia betul-betul merasa yakin bahwa nasabah yang menerima kredit itu mampu dan
19
mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Dari faktor kemampuan
tersebut, Thomas Suyatno dkk (2007:15) menyatakan bahwa:
1. Keuntungan atau profitability merupakan tujuan dari pemberian kredit yang
terjelma dalam bentuk bunga yang diterima.
2. Keamanan atau safety yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang
diberikan harus benar-benar terjamin pengembaliannya, sehingga tujuan
profitability benar-benar tercapai tanpa hambatan-hambatan yang berarti.
Tujuan dan fungsi menurut Thomas Suyatno (2007:15) adalah sebagai berikut:
1. Turut menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan.
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat
memperluas usahanya.
II.2.4. Prinsip Pemberian Kredit
Jaminan kredit yang diberikan anggota atau calon peminjam hanyalah
merupakan tambahan, terutama untuk melindungi kredit yang macet akibat suatu
musibah. Akan tetapi apabila suatu kredit diberikan telah dilakukan analisa
secara mendalam, sehingga anggota sudah dikatakan layak untuk memperoleh
kredit, maka fungsi jaminan kredit hanyalah untuk berjaga-jaga. Oleh karena itu,
dalam proses pemberian kredit, koperasi harus memperhatikan prinsip-prinsip
20
pemberian kredit yang benar. Artinya sebelum suatu fasilitas kredit diberikan
maka koperasi harus merasa yakin terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan
benar-benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian
kredit sebelum kredit tersebut disalurkan. Maka dalam pemberian kredit
memerlukan perhitungan-perhitungan yang mendalam meliputi berbagai prinsip-
prinsip, azas-azas atau persyaratan-persyaratan tertentu.
Ada 3 (tiga) macam konsep tentang prinsip pemberian kredit menurut
firdaus (2009:83) yaitu:
1. Prinsip 5 C
a. Character (watak/kepribadian)
Character atau watak dari para calon peminjam merupakan salah satu
pertimbangan yang terpenting dalam memutuskan pemberian kredit.
Kreditur sebagai pemberi kredit harus yakin bahwa calon peminjam
termasuk orang yang bertingkah laku baik, dalam arti selalu memegang
teguh janjinya, selalu berusaha dan bersedia melunasi utang-utangnya
pada waktu yang telah ditetapkan.
b. Capacity (kemampuan)
Capacity merupakan kesanggupan peminjam untuk mendapatkan
pendapatannya dimasa yang akan datang, bagaimana kemungkinan dan
berapa besarnya. Karena hal ini penting dalam menentukan berhasil atau
tidak suatu perusahaan dimasa yang akan datang.
c. Capital (modal)
21
Capital yaitu berapa besar dan bagaimana sifat modal si peminjam. Pihak
kreditur harus mengetahui tentang berapa banyak dan bagaimana struktur
modal yang dimiliki oleh debitur.
d. Collateral (jaminan atau agunan)
Collateral adalah harta benda milik debitur atau pihak ketiga yang diikat
sebagai agunan andaikata terjadi ketidakmampuan debitur tersebut untuk
menyelesaikan utangnya sesuai dengan perjanjian kredit.
e. Condition of economic (kondisi ekonomi)
Condition of economis yaitu bagaimana keadaan ekonomi pada waktu itu,
apakah keadaan ekonomi negara dalam keadaan sehat dan terarah.
Kreditur harus mengetahui keadaan ekonomi pada saat tersebut yang
berpengaruh dan berkaitan langsung dengan usaha calon debitur dan
bagaimana prospek dimasa datang.
2. Prinsip 5 P
a. Party (golongan)
Party adalah mencoba menggolongan calon peminjam ke dalam
kelompok tertentu menurut character, capacity, dan capital dengan jalan
penilaian atas dasar ke 3 C tersebut.
b. Purpose (tujuan)
Purpose adalah tujuan penggunaan kredit yang diajukan, apa tujuan yang
sebenarnya (real purpose) dari kredit tersebut, apakah mempunyai aspek-
apek sosial yang positif dan luas atau tidak.
22
c. Payment (sumber pembayaran)
Payment adalah perkiraan tentang pendapatan dan keuntungan yang akan
dicapai oleh perusahaan yang mengambil kredit yakni untuk
memperkirakan kemampuan dan kekuatan debitur dalam membayar
kembali utangnya.
d. Profitability (kemampuan untuk mendapatkan keuntungan)
Profitability yaitu kemampuan untuk memperoleh keuntungan yang
akan diraih oleh pihak debitur apabila kredit tersebut direalisasikan.
e. Protection (perlindungan)
Protection dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap hal-hal yang tidak
diduga sebelumnya, maka kreditur perlu untuk melindungi kredit yang
diberikannya antara lain dengan jalan meminta jaminan dari debiturya.
3. Prinsip 3 R
a. Return (hasil yang dicapai)
Return yaitu penilaian atas hasil yang akan dicapai oleh perusahaan
debitur setelah mendapat kredit, apakah cukup memadai untuk menutupi
pinjaman serta sekaligus memungkinkan pola usahanya untuk
berkembang terus.
b. Repayment (pembayaran kembali)
Repayment yaitu penilaian lanjutan setelah return, kemudian diprediksi
kemampuan jadwal serta jangka waktu pengembalian kredit.
c. Risk Bearing Ability (kemampuan untuk menanggung risiko)
23
Risk bearing ability yaitu kemampuan untuk menaggung risiko kegagalan
apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan.
II.2.5. Prosedur Pemberian Kredit
Dalam pemberian kredit diperlukan prosedur agar berjalan dengan lancar,
menurut Thomas Suyatno (2007:69) prosedur pemberian kredit terdiri dari
beberapa tahapan yaitu:
a. Permohonan kredit
Permohonan fasilitas kredit mencakup:
1. Permohonan pengajuan kredit
2. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan
3. Permohonan perpanjangan/pembaruan masa lalu kredit yang telah
berakhir jangka waktunya
4. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas
kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan,
perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya
Setiap berkas permohonan kredit dari nasabah terdiri dari:
1. Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan
sah
2. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan
lengkap diisi oleh nasabah
24
3. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit.
Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam
register khusus yang disediakan.
b. Penyidikan dan Analisis Kredit
Yang dimaksud dengan penyidikan (investigasi) kredit adalah pekerjaan
yang meliputi:
1. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur
2. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang
diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal
ini termasuk informasi antarbank dan pemeriksaan pada daftar-daftar
hitam dan daftar-daftar macet.
3. Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal
yang dikemukakan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.
4. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah
dilaksanakan.
Analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:
1. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik
keuangan maupun nonkeuangan untuk mengetahui kemungkinan
dapat/tidak dipertimbangkan suatu permohonan kredit.
2. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian
kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan
25
pertimbangan untuk pengambilan keputusan pimpinan dari permohonan
kredit nasabah. Bank perlu mengadakan penelitian yang semestinya atas
kewajaran dari data dan informasi yang diterima dari nasabah sebelum
mengadakan analisi-analisis yang ditentukan. Hal ini untuk mencegah
kesimpulan yang kurang tepat serta memperlambat pengambilan
keputusan.
c. Keputusan Atas Permohonan Kredit
Dalam hal ini, yang dimaksud dengan keputusan adalah setiap tindakan
pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan
berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas
kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.
Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-
syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan
kredit dan analisis kredit. Bahan pertimbangan atau informasi-informasi
lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibubuhkan
secara tertulis.
II.3. Koperasi dan Ruang Lingkupnya
II.3.1. Pengertian Koperasi
Masalah ekonomi sangat erat hubungannya dengan masyarakat dan
lingkungan terutama dengan kehidupan kita sehari-hari maupun dunia usaha,
sehingga perekonomian nasional harus diperhatikan oleh berbagai pihak, baik itu
26
pihak pemerintah maupun swasta. Maka dari itu untuk mengatasi masalah
tersebut munculah peran serta koperasi, yang tidak hanya sekedar kerja sama
tetapi sudah dijadikan suatu lembaga ekonomi yang mempunyai tempat tersendiri
di dalam struktur perekonomian.
Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 pengertian
koperasi adalah sebagai berikut :
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.”
Koperasi mempunyai dua aspek utama, yaitu:
1. Dilihat Dari Aspek Perkumpulan
Orang-orang yang bergabung dalam koperasi adalah mereka yang tentunya
sudah memahami benar arti dan tujuan koperasi serta asas dan sendi
dasarnya. Sebagai anggota koperasi harus memiliki kesadaran bahwa bukan
kepentingan diri pihak yang diutamakan tetapi kepentingan bersama.
2. Dilihat Dari Aspek Usahanya
Pengelolaan koperasi pada prinsipnya tidak berbeda dengan usaha bukan
koperasi, yaitu harus efisien dan efektif serta dilandasi dengan hukum-
hukum ekonomi.
Dengan kata lain koperasi harus dikelola dengan professional. Sebagai badan
usaha koperasi harus mampu bersaing dengan usaha-usaha bukan koperasi,
sehingga anggota tidak berpengaruh untuk mencari pelayanan dari pihak lain.
27
II.3.2. Prinsip-Prinsip Koperasi
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 5 disebutkan prinsip
koperasi, yaitu :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis 3. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan jasa usaha masing-
masing anggota 4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal 5. Kemandirian 6. Pendidikan koperasi 7. Kerjasama antar koperasi
II.3.3. Landasan Koperasi
Landasan koperasi adalah :
1. Landasan Idiil adalah Pancasila.
2. Landasan Strukturil koperasi Indonesia adalah Undang-Undang Dasar
(UUD) 1945 landasan geraknya adalah Pasal 33 ayat (1) beserta
penjelasannya.
3. Landasan Operasional antara lain adalah UUD 1945 Pasal 33 serta
penjelasannya, Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang GBHN, UU
No.2 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian, Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Koperasi.
II.3.4. Fungsi dan Tujuan Koperasi
Koperasi diharapkan dapat melaksanakan kegiatan operasionalnya sebaik
mungkin, agar mampu menjalankan fungsinya dalam membantu masalah
anggotanya, khususnya dalam hal pemberian kredit.
28
Menurut Undang-Undang Perkoperasian No.25 Tahun 1992 pasal 4,
Fungsi dan Peran Koperasi adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Bab II Pasal 3 Undang-Undang No.25 Tahun 1992 menyatakan tujuan
koperasi adalah sebagai berikut :
“Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.”
II.3.5. Permodalan Koperasi
Dalam pasal 41 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian menyebutkan bahwa :
1. Modal koperasi terdiri atas modal sendiri dan pinjaman. 2. Modal sendiri dapat berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, dana
cadangan dan hibah. 3. Modal pinjaman dapat berasal dari anggota, koperasi lainnya dan atau
anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya dan sumber lainnya yang sah.
II.3.6. Sisa Hasil Usaha
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992, mendefinisikan sisa
hasil usaha sebagai berikut :
29
“Sisa Hasil Usaha (SHU) merupakan pendapatan koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya, penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.”
Koperasi tidak menggunakan istilah laba atau keuntungan untuk
menunjukkan selisih antara penghasilan yang diterima selama periode tertentu
dengan pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan itu.
Selisih ini, di dalam koperasi disebut dengan sisa hasil usaha (SHU). SHU ini
setelah dikurangi dengan biaya-biaya tertentu akan dibagikan kepada para
anggota sesuai dengan perimbangan jasanya masing-masing terhadap
pembentukan SHU ini. Ukuran kontribusi yang digunakan adalah jumlah
transaksi anggota dengan koperasi selama periode tertentu.
Rusdianto dalam bukunya “Akuntansi Koperasi, Konsep dan Teknik
Penyusunan Laporan Keuangan” (2006:230) secara umum sisa hasil usaha yang
diperoleh koperasi di dalam suatu periode akuntansi harus dibagikan kepada
anggota. Tetapi tidak seluruh SHU yang diperoleh koperasi dibagikan semuanya
kepada anggota.
Sisa hasil usaha tersebut harus dialokasikan pada bebeapa pos yang telah
dianggarkan di dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga koperasi.
Berkaitan dengan metode pembagian SHU, seharusnya setiap koperasi sejak
awal tahun telah mencatat dan memisahkan aktivitas ekonominya, antara
transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota. Karena metode yang
digunakan di dalam pembagian SHU, idealnya harus dipisahkan antara kedua
jenis transaksi tersebut. Tetapi, jika koperasi tidak melakukan pemisahan antara
30
transaksi dengan anggota dan transaksi dengan non anggota maka dalam proses
pembagian SHU harus diabaikan antara kedua jenis transaksi tersebut.
II.3.7. Laporan Keuangan Koperasi
Berdasarkan PSAK 27 (revisi 1998), laporan keuangan koperasi meliputi
neraca, perhitungan hasil usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi
anggota, dan catatan atas laporan keuangan.
Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas
koperasi pada waktu tertentu.
Perhitungan Hasil Usaha (PHU) menyajikan informasi mengenai
pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode
tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil
usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan
laba atau rugi kotor dengan non-anggota. Istilah perhitungan hasil usaha
digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari
sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang
meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas dan saldo akhir
kas pada periode tertentu.
Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan
manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu.
Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosures)
yang memuat tentang perlakuakn akuntansi dan pengungkapan informasi lain.
31
II.3.8. Koperasi Simpan Pinjam
Salah satu jenis koperasi adalah koperasi simpan pinjam. Koperasi
simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatannya hanya usaha simpan pinjam.
Kegiatan usaha simpan pinjam yang dimaksud adalah kegiatan yang dilakukan
untuk menghimpun dana dan menyalurkannya melalui kegiatan usaha simpan
pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan
atau anggotanya. Kegiatan utama dari koperasi simpan pinjam adalah pemberian
kredit.
Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota,
koperasi-koperasi lain dan atau anggota kepada koperasi dalam bentuk tabungan
dan simpanan koperasi berjangka. Simpanan yang terdapat dalam koperasi ada
simpanan pokok dan simpanan wajib.
Simpanan pokok dalam PSAK 27 (revisi 1998) tentang perkoperasian
disebutkan bahwa:
“Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama banyaknya dan atau sama nilainya yang wajib dibayarkan oleh anggota kepada koperasi pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan pokok tidak dapat diambil kembali selama bersangkutan menjadi anggota.”
Simpanan wajib dalam PSAK 27 (revisi 1998) tentang perkoperasian
disebutkan bahwa:
“Simpanan wajib adalah sejumlah simpanan tertentu yang tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada koperasi dalam waktu dan kesempatan tertentu. Simpanan wajib tidak dapat diambil kembali selama yang bersangkutan menjadi anggota.”
32
Pinjaman adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara
koperasi dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pembayaran sejumlah imbalan.
Tidak seperti Bank, Koperasi Simpan Pinjam menyelenggarakan kegiatan
usahanya berdasarkan nilai, norma, dan prinsip koperasi, dimana kedudukan
anggota adalah sebagai pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi, dalam hal ini
berlaku asas self responsibility yaitu anggota bertanggung jawab sendiri terhadap
koperasinya.
II.4. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka
penyusunan penelitian ini. Kegunaan untuk mengetahui hasil yang telah
dilakukan oleh penetili terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan gambaran
untuk mendukung kegiatan penelitian berikutnya. Adapun studi empirik
terdahulu yang mendukung terhadap penelitian yang akan dilakukan penulis
antara lain:
Agustina Kenwiratri (2008) dalam penelitian berjudul “Analisis
Pengendalian Intern Pemberian Kredit Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perum
Pegadaian”. Penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
pengendalian intern pemberian kredit terhadap kinerja perusahaan pada Perum
Pegadaian.
33
Metode penelitian yang digunakan yaitu dengan data primer yang diperoleh
langsung dari sumbernya melalui kuesioner yang kemudian data tersebut
dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dengan perhitungan
SPSS dan selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Hasil yang didapat dari analisis
dan uji hipotesis tersebut, terdapat pengaruh yang signifikan antara pengendalian
intern pemberian kredit dengan kinerja perusahaan pada Perum Pegadaian.
Azizatul Islamiyah (2010) dalam penelitian yang berjudul “Analisa
Manajemen Kredit Untuk Menurunkan Terjadinya Kredit Bermasalah (Studi
Pada PT BPR Gunung Ringgit Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bagaimana manajemen kredit yang diterapkan PT BPR Gunung
Ringgit untuk menurunkan terjadinya kredit bermasalah dan untuk mengetahui
faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya kredit bermasalah. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif, data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder dengan
teknik wawancara dan dokumentasi. Hasil yang didapat dari analisis ini diperoleh
bahwa manajemen kredit yang diterapkan sudah mampu dan efektif untuk
mengelola kredit dan menurunkan kredit bermasalah dengan menggunakan
analisis 5C dan rekomendasi selain itu, dengan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan.
Ruzanna Amanina (2011) dengan judul penelitian “Evaluasi Terhadap
Sistem Pengendalian Intern Pada Proses Pemberian Kredit Mikro (Studi pada PT
Bank Mandiri (PERSERO) tbk Cabang Majapahit Semarang)”.
34
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pemberian kredit yang sesuai
dengan prinsip kehati-hatian dan asas perkreditan yang sehat serta mengevaluasi
efektifitas sistem pengendalian intern pada proses pemberian kredit mikro pada
Bank Mandiri Cabang Majapahit Semarang. Metode Penelitian dengan
menggunakan metode fixed sample size. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
bahwa sistem yang diterapkan dalam proses pemberian kredit telah memenuhi
sebagian besar dari unsur-unsur pengendalian intern, meskipun masih terdapat
beberapa kelemahan, yaitu jumlah Mikro Kredit Analis (MKA) pada Bank
Mandiri Cabang Majapahit Semarang kurang memadai dibanding tingginya
aplikasi permohonan kredit yang masuk sehingga dikhawatirkan terjadi kerugian
akibat dari kualitas kredit yang lemah. Selain itu, pelaksanaan kunjungan atau on
the spot yang dilakukan tidak sesuai dengan tata cara dalam Manual Produk
Kredit Mikro.
Hastoni (2004) volume 4 No.2, dengan judul “Peranan Sistem Dan
Prosedur Penjualan Dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Intern Piutang
(studi kasus PT Indomobil Finance Indonesia)”. Metodologi penelitian mancakup
penelitian lapangan seperti pengamatan dan wawancara, penelitian kepustakaan.
Hasil yang didapat masih terdapat beberapa kelemahan yang ada dalam sistem
dan prosedur yang telah diterapkan. Ini terlihat dari masih banyaknya faktor-
faktor yang menjadi penyebab terjadinya kredit macet atau tunggakan angsuran
oleh lessee atau konsumen sehingga tujuan dari pengendalian intern terhadap
piutang tidak tercapa secara maksimal.
35
II.5. Efektivitas, Efisiensi, dan Ekonomis
Menurut A.W. Tunggal pengertian efektivitas, efisiensi, dan ekonomis
adalah sebagai berikut:
1. Efektivitas berhubungan dengan penentuan apakah tujuan perusahaan yang
diterapkan telah tercapai baik ditinjau dari segi kualitas hasil kerja, kuantitas
hasil kerja maupun target batas waktu.
2. Efisiensi berhubungan dengan penentuan apakah tujuan tersebut dicapai
dengan penggunaan sumber data yang optimal dan meminimalisir kerugian
yang mungkin terjadi.
3. Ekonomis berhubungan dengan penentuan implikasi jangka panjang suatu
operasi, berhubungan dengan cara penggunaan barang atau jasa secara hati-
hati dan bijak (prudent) agar diperoleh hasil yang baik.