42
LAPORAN AKHIR PENGEMBANGAN DESA BINAAN BERBASIS TRI HITA KARANA DESA BINAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL TRI HITA KARANA DI DESA PEMUTERAN KECAMATAN GEROKGAK - BULELENG TIM PELAKSANA Dr. I Wayan Mudana, M.Si. (NIDN: 0031016002) Drs. I Made Nuridja, M.Pd. (NIDN: 0021125101) Nyoman Dini Andini, S.St.Par. M.Par. (NIDN: 0006067005) Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 023,04.2.552581/2013 Revisi 2 Tanggal 01 Mei 2013 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2013

1384

Embed Size (px)

DESCRIPTION

1384

Citation preview

Page 1: 1384

LAPORAN AKHIR

PENGEMBANGAN DESA BINAAN BERBASIS TRI HITA KARANA

DESA BINAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL

TRI HITA KARANA DI DESA PEMUTERAN KECAMATAN

GEROKGAK - BULELENG

TIM PELAKSANA

Dr. I Wayan Mudana, M.Si. (NIDN: 0031016002)

Drs. I Made Nuridja, M.Pd. (NIDN: 0021125101)

Nyoman Dini Andini, S.St.Par. M.Par. (NIDN: 0006067005)

Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 023,04.2.552581/2013

Revisi 2 Tanggal 01 Mei 2013

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FIS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2013

Page 2: 1384

i

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

Judul Program : Desa Binaan Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana Di Desa

Pemuteran Kecamatan Gerokgak - Buleleng

Identitas Pelaksana

Ketua

Nama : Drs. I Wayan Mudana, M.Si.

NIP : 196012311987031015

NIDN : 0031016002

Pangkat/Golongan : Pembina Utama Muda/IVc

Alamat Kantor : Jln Udayana No 12 Singaraja-Bali

Alamat Rumah : Jalan Serma Karma, Toyaanakan I No. 2A, Singaraja Bali

1.Anggota 1

Nama : Drs. I Made Nuridja,M.Pd.

NIP : 195112211980031009

NIDN : 0021125101

Pangkat/Golongan : Pembina/IVa

2. Anggota 2

Nama : Nyoman Dini Andini, S.St.Par. M.Par.

NIP : 198304052008122001

NIDN : 006067005

Pangkat/Golongan : Tenaga Pengajar/III b

Biaya yang Diperlukan : Rp. 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah)

Mengetahui,

Dekan Fakultas MIPA Undiksha

Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, MA.

NIP. 195102171979031004

Singaraja, 31 Mei 2013

Ketua Pelaksana,

Dr. I Wayan Mudana, M.Si.

NIP. 19601231987031015

Mengetahui,

Ketua LPM Undiksha

Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.

NIP. 195901011984031003

Page 3: 1384

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami aturkan kehadapan Ida Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha

Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat

menyelesaikan laporan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) yang berjudul

“Desa Binaan Berbasis Kearifan Lokal Tri Hita Karana Di Desa Pemuteran, Kecamatan

Gerokgak-Buleleng. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan wawasan dan

keterampilan anggota masyarakat tentang pengembangan berbagai jenis kuliner berbasis

potensi lokal. Di samping itu juga dimaksudkan untuk peningkatan wawasan

kolaborasi, kepariwisataan dan pelestarian lingkungan.

Terselenggaranya kegiatan ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak

untuk itu kami mengaturkan terima kasih terutama, kepada Lembaga Pengabdian

Kepada Masyarakat Undiksha yang telah member kepercayaan kepada kami dan

membantu pendanaan dan adiministrasi; kepada aparat dan anggota masyarakat Desa

Pemuteran yang telah mempasilitasi sehingga kegiatan ini dapat terlaksana, kepada nara

sumber yang telah bersedia memberikan pelatihan sehingga kegiatan ini terlaksana, dan

kepada pihak lain yang tak dapat kami sebutkan satu persatu.

Akhirnya semoga hasil kegiatan ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di Desa

Pemuteran.

Penulis,

Page 4: 1384

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v

ABSTRAK .......................................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi .......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah .......................................................... 3

1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4

1.4 Tujuan Kegiatan .......................................................................................... 5

1.5 Manfaat Kegiatan ........................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata Berbasis Kerakyatan ................................................................. 7

2.2 Kolaborasi Masyarakat Ekonomi, Politik dan Sipil dalam

Pengembangan Pariwisata ........................................................................ 11

2.3 Pengembangan Pengolahan Potensi Lokal (Ikan dan Ubi Ketela Pohon) . 17

BAB III METODA PELAKSANAAN

3.1 Khalayak Sasaran Strategis ........................................................................ 20

3.2 Metode Pelaksanaan .................................................................................. 20

3.3 Keterkaitan ................................................................................................. 21

3.4 Evaluasi ...................................................................................................... 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Singkat Desa Pemuteran .......................................................... 23

4.2 Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ............................ 26

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 30

5.2 Saran .......................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 31

Page 5: 1384

iv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Papan Nama Hotel di Desa Pemuteran .............................................. 25

Gambar 4.2 Kantor Perbekel Desa Pemuteran ........................................................ 26

Gambar 1 Pembukaan P2M Desa Binaan Berbasis Kearifan Lokal

di Desa Pemuteran ................................................................................... 33

Page 6: 1384

v

DAFTAR TABEL

Tabel 01. Alternatif Pemecahan Masalah ................................................................ 20

Tabel 02. Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan ............................................... 22

Tabel 4.1 Aparat Desa yang Hadir dalam Kegiatan Dialog dan Pelatihan .............. 27

Tabel 4.2 Ibu-ibu PKK yang Hadil dalam Dialog dan Pelatihan ............................ 28

Page 7: 1384

vi

DESA BINAAN BERBASIS KEARIFAN LOKAL TRI HITA KARANA DI DESA

PEMUTERAN KECAMATAN GEROKGAK – BULELENG

Oleh:

I Wayan Mudana,dkk.

ABSTRAK

Pengabdian Kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan wawasan aparat desa

dalam berkolaborasi dengan kelompok masyarakat ekonomi, politik dan sipil,

meningkatkan pengetahaun dan keterampilan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran dalam

mengolah ikan hasil tangkapan, meningkatkan pengetahaun dan keterampilan ibu-ibu

PKK di Desa Pemuteran dalam mengolah ubi ketela pohon dalam membuat beraneka

kue kukus, meningkatkan wawasan aparat desa, ibu-ibu PKK dan anggota masyarakat

tentang pariwisata dan pelestarian lingkungan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan

metode ceramah, diskusi dan pelatihan. Melalui hal itu dihasilkan peningkatan

pengetahuan aparat desa dalam mengembangkan kolaborasi dengan kelompok

masyarakat lainnya seperti masyarakat politik, ekonomi dan sipil, peningkatan

pengetahuan dan keterampilan aparat desa dan Ibu-Ibu PKK dalam pengembangan

pariwisata dan kelestarian lingkungan, peningkatan wawasan dan keterampilan ibu-ibu

PKK pembuatan bakso, nugget dan bolu kukus pelangi. Kegiatan ini mendapat respon

positif dari aparat desa dan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran, Gerokgak, Buleleng, Bali.

Kata Kunci: Desa Binaan, Kearifan Loka, Pemuteran

Page 8: 1384

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Desa Pemuteran merupakan salah satu Desa tua di Kecamatan Gerokgak

kabupaten Buleleng. Desa Pemuteran terletak pada posisi melintang dari Barat ke

Timur. Jarak Desa Pemuteran dari ibu kota Kecamatan sekitar 18 Km, jarak dari ibu

kota Kabupaten sekitar 57 Km, dan jarak dari ibu kota Propinsi sekitar 160 Km. Menuju

desa ini sangat mudah karena sarana dan prasarana transfortasi sangat baik. Secara

administrative, desa ini berbatasan dengan di sebelah Utara Laut Bali, di sebelah Selatan

Hutan Tanah Negara, di sebelah Timur Desa Banyupoh, di sebelah Barat Desa

Sumberkima. Luas Desa ini sekitar 800 ha. Lahan seluas itu digunakan untuk

perkebunan seluas 312 ha, pertanian tegalan seluas 399,75 ha, pemukiman seluas 82,50

ha, kuburan seluas 1,25 ha, fasilitas umum seluas 4,50 ha Desa ini terdiri atas 9 Banjar

Dinas, yaitu: Banjar Dinas Kembang Sari, Palasari, Loka Segara, Yeh Panes, Sendang

Lapang, Sedang Pasir, Pengumbahan, Sari Mekar, Sumber Wangi. (Profil Desa

Pemuteran, 2012).

Penduduk di Desa Pemuteran berjumlah 9.697 orang, yang terdiri atas 4.753

laki-laki dan 4.944 perempuan dengan jumlah kepala keluarga 2.603 KK. Mata

pencaharian penduduk terdiri atas petani (52,41%), buruh tani (3,26%), PNS (0,83%),

nelayan (4,78%), TNI (0, 14%), polri (1,2%), pegawai swasta (13,26), pedagang (4,02

%), pertukangan ( 2,57%), belum bekerja (18,67 %). Penduduk di Desa Pemuteran

sebagian besar beragama Hindu (74,65%), yang lainnya beragama Islam (25,16 %),

beragama Kristen (0,13 %), dan beragama Budha (0,05%).

Page 9: 1384

2

Tingkat pendidikan penduduk di Kelurahan Banyuning sudah tergolong baik.

Penduduk yang telah menamatkan pendidikan pada jenjang Diploma sebanyak 46

orang (0,55%), Sarjana sebanyak 28 orang (0,34%), SMA sebanyak 593 orang (

7,11%), SMP sebanyak 2.151 orang (20,80 %), SD sbanyak 5.676 orang (68,06%),

Pesantren sebanyak 511 orang (6,13%), belum sekolah 202 orang (2%). Di Desa

Pemuteran terdapat lembaga pendidikan formal, yaitu: 2 TK dengan jumlah pengajar 4

orang, 5 SD dengan jumlah pengajar 35 orang, 1 SMA dengan jumlah pengajar 40

orang, dan 6 Ponpes dengan jumlah pengajar 30 orang (Profil Desa Pemuteran, 2012). .

Masyarakat di Desa Pemuteran mengembangkan berbagai sektor seperti

pertanian/nelayan, peternakan, perkebun, dan pariwisata. Di Desa Pemuteran terdapat

2 kelompok nelayan, 5 kelompok peternakan, 1 kelompok wisata bahari, 1 LSM karang

Lestari, dan 1 Yayasan Anak Pemuteran. Tanaman pangan yang ditanam oleh kelompok

ini, meliputi jagung 18 ha dengan hasil 1 ton/ha, kacang kedelai 60 ha dengan hasil 1,5

ton/ha, kacang tanah 50 ha dengan hasil 1,4 ton/ha, dan kacang hijau 33 ha dengan hasil

0,8 ton/ha. Kelompok tani/nelayan ini juga memelihara ternak. Jenis ternak yang

dipelihara meliputi: sapi 957 ekor, babi 2268 ekor, ayam kampung 3190 ekor,bebek 871

ekor,dan kambing 419 ekor (Profil Desa Pemuteran, 2012). Kotoran-kotoran ternak ini

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos untuk meningkatkan kesuburan tanaman.

Pada sektor perkebunan, di Desa Pemuteran dikembangkan penanaman ketela

pohon. Ketela pohon selama ini hanya dimanfaatkan untuk olahan tradisional seperti

membuat sayur, camilan (ubi rebus), dan dicacah. Padahal ketela pohon sangat baik

untuk membuat tepung bahan olahan jajan bolu kukus dengan berbagai bentuk dan

olahan.

Page 10: 1384

3

Berdasarkan uraian di atas, maka pada kegiatan pengabdian masyarakat pada

tahun ini akan difokuskan pada penanganan permasalahan pariwisata dan lingkungan,

pengembangan kuliner berbahan lokal hasil laut dan ketela pohon, dan penguatan

kelembagaan desa. Di Desa Pemuteran dalam sepuluh tahun terakhir terus berkembang

menjadi desa wisata, hal ini dilihat dari semakin berkembangnya pasilitas

kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan dan aktivitas kenelayanan, di Desa ini

tentu akan berdampak terhadap kehidupan social dan kelestarian lingkungan.

Sehubungan dengan hal itu perlu diupayakan pengembangan wawasan pelestarian

lingkungan dan keperiwisataan. Sehingga pengembangan usaha produktif masyarakat

selalu memperhatikan keseimbangan lingkungan sehingga terbina keharmonisan

hubungan manusia dengan tuhan dan manusia dengan lingkungan. Menjaga

keharmonisan hubungan ini sebagai salah satu aplikasi dari konsep Tri Hita Karana

yang merupakan kearifan lokal Bali yang perlu terus dipelihara dan lestarikan. Di

samping itu dengan keberadaan Desa Pemuteran yang sebagian masyarakatnya sebagai

nelayan perlu kiranya diupayakan kegiatan pelatihan pengolahan ikan bagi anggota

PKK Desa Pemuteran.

1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang disajikan pada analisis situasi di atas, dapat

diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

a. Kondisi aparat desa yang sebagian besar berlatar belakang pendidikan S1 satu orang,

SLTA enam orang yang masih memiliki keterbatasan wawasan tentang pentingnya

berkolaborasi dengan kelompok masyarakat ekonomi, politik dan sipil dalam

meningkatkan kehidupan masyarakat.

Page 11: 1384

4

b. Pengolahan ikan oleh masyarakat (khususnya ibu-ibu PKK) di Desa Pemuteran

masih sangat terbatas pada menu-menu tradisional. Perlu diupayakan berbagai

alternative pengolahan ikan yang dapat meningkatkan kehidupan ekonomi dan gisi

keluarga.

c. Pemanfaatan ketela pohon selama ini masih sangat terbatas, sehubungan dengan hal

itu perlu diupayakan pelatihan pengolahan ubi ketela pohon untuk membuatn kue

kukus.

d. Masyarakat di Desa Pemuteran perlu diberikan wawasan kepariwisataan dan

diberikan pelestarian lingkungan.

e. Keterbatasan wawasan guru SD tentang PTK, Kurikulum 2013 dan berbagai model

pembelajaran sehingga perlu diupayakan peningkatan wawasan tentang hal tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Dari ke lima permasalahan di atas, pada tahun ini hanya empat permasalahan

yang akan diupayakan penyelesaiannya melalui kegiatan P2M ini, yaitu permasalahan

pada poin a, b,c dan d. Untuk itu, rumusan masalah yang akan dicarikan solusinya

melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dibatasi pada aspek-aspek berikut.

a. Bagaimana meningkatkan wawasan tentang pentingnya berkolaborasi dengan

berbagai kelompok masyarakat ekonomi, politik dan sipil dalam meningkatkan

kehidupan masyarakat ?

b. Bagaimana meningkatkan wawasan dan keterampilan Ibu-ibu PKK dalam

pengolahan ikan guna meningkatkan kehidupan ekonomi dan gisi keluarga?

c. Bagaimana meningkatkan wawasan dan keterampilan pemanfaatan ketela pohon

sebagai bahan untuk membuatn kue kukus ?

Page 12: 1384

5

d. Bagaimana meningkatkan wawasan masyarakat Desa Pemuteran tentang

kepariwisataan dan pelestarian lingkungan alam dan sosiokultural?

1.4 Tujuan Kegiatan

Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut.

a. Meningkatkan wawasan aparat desa dalam berkolaborasi dengan kelompok

masyarakat ekonomi, politik dan sipil

b. Meningkatkan pengetahaun dan keterampilan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran

dalam mengolah ikan hasil tangkapan.

c. Meningkatkan pengetahaun dan keterampilan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran

dalam mengolah ubi ketela pohon dalam membuat beraneka kue kukus.

d. Meningkatkan wawasan anggota masyarakat tentang pariwisata dan pelestarian

lingkungan

1.5 Manfaat Kegiatan

Manfaat yang diperoleh oleh peserta setelah mengikuti kegiatan P2M ini dapat

dirumuskan sebagai berikut.

a. Aparat Desa Pemuteran mendapatkan wawasan dalam mengembangkan

kemitraan/berkolaborasi dengan berbagai kelompok masyarakat.

b. Ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran mendapatkan informasi dan

keterampilanpengolahan ikan membuat bakso dan nugget, sehingga pendapatan

mereka dapat lebih ditingkatkan.

c. Ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran mendapatkan informasi dan keterampilan membuat

bolu kukus pelangi sehingga bahan yang tadinya kurang memiliki nilai ekonomis,

Page 13: 1384

6

dapat dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi yang lebih

tinggi.

d. Masyarakat Desa Pemuteran mendapatkan informasi dalam pengembangan

pariwisata dan kelestarian lingkungan.

Page 14: 1384

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pariwisata Berbasis Kerakyatan.

Beberapa kajian yang bersifat klasik tentang Bali telah dilakukan oleh

Covarrubias (2013), Vickers (2012), dan lain-lain sebagainya, menggambarkan Bali

sebagai pulau yang mempesona karena kelayaan alam dan budayanya, yang menjadi

sumber inspirasi dalam mengembangkan karya seni, spiritual, dan akademik. Kenyaatan

ini mendorong pemerintah Belanda menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata pada

tahun 1920-an. Kebijakan pengembangan Bali sebagai daerah tujuan wisata terus

dikembangkan baik oleh pemerintah Belanda maupun oleh pemerintah Indonesia

setelah Indonesia merdeka. Perkembangan pariwisata Bali pada mulanya bertumpu

pada pariwisata budaya. Namun sejak tahun 1970-an, Bali mengembangkan wisata alam

antara lain dengan menggunakan pantai sebagai objek daya tarik pariwisata. Hal ini

tentu saja mengakibatkan terjadinya perubahan tataguna tanah dan kehidupan

masyarakat pesisir. Fenomena semacam itu dalam tataran Sanderson (1993)

mengakibatkan perubahan tidak hanya dalam tataran infrastruktur material tetapi juga

dalam tataran struktur sosial dan supra struktur ideologi.

Dilihat dari perspektif ideologi rwa binenda fenomena tersebut tentu dapat

berdampak positif dan negatif. Dalam tataran ekonomi makro hal itu memang harus

diakui bahwa pengembangan pariwisata berkontribusi positif terhadap kehidupan

ekonomi di Bali, tetapi dalam tataran ekonomi mikro hal itu hal itu telah menimbulkan

dampak negatif bagi kehidupan ekonomi masyarakat, hal ini dapat dilihat dari

tergusurnya aktivitas kenelayanan, terhimpit dan terpinggirkannya masyarakat pesisir

Page 15: 1384

8

dari ruang hidupnya. Karena pengembangan pariwisata membutuhkan ketersediaan

pasilitas pendukung, baik dalam bentuk jalan, parkir, penginapan, bar dan restoran, toko

sopenir, dan lain sebagainya sehingga memberikan kenyamanan bagi wisatawan.

Terjadinya hal itu merupakan konskuwensi dari pembngunan pariwisata yang berpijak

pada paradigma modernis yang kapitalistik dan kurang mengakomudir sosiokultural

masyarakat tradisional dan lebih berpihak terhadap kaum pemilik modal/kapitalis

dibandingkan dengan masyarakat tradisiona/ masyarakat pesisir yang pada umumnya

memiliki keterbatasan modal ekonomi.

Hal itu tentu saja terkait dengan pemaknaan pariwisata sebagai suatu unit usaha

idustri jasa. Karena pariwisata adalah keseluruhan fenomena dan hubungan-hubungan

yang timbul dari interaksi wisatawan, pemasok bisnis, pemerintah, dan masyarakat

penerima dalam proses penciptaan daya tarik dan upaya menjamu para wisatawan dan

pengunjung lainnya. Konsepsi itu dimaknai lebih memposisikan kepentingan

pengusaha dan wisatawan dibandingkan sebagai aktivitas pelayanan terhadap

peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Padahal seharusnya ada sinergis yang

berkeadilan antara tiga pilah kehidupan masyarakat, yaitu antara masyarakat setempat

(dimensi budaya), pengusaha/industri pariwisata (dimensi ekonomi), dan pemerintah

(dimensi politik). Pemahaman semacam itu tentu merupakan bias dari pemaknaan

pembangunan di sektor pariwisata yang ideologinya juga memposiskan keterpenuhan

kepentingan masyarakat. Karena pada peristiwa pariwisata selayaknya terjadi

pertukaran yang seimbang dan berkeadilan dalam artian masyarakat lokal Bali

memberikan wisatawan layanan estetik, pada saat yang sama si wisatawan memberikan

kepuasan ekonomi kepada masyarakat Bali selaku tuan rumah. Fenomena tersebut

seharus tidak terjadi bila pengembangan pariwisata dikemas berdasarkan paradigma

Page 16: 1384

9

ekopopulis yang emansipatoris (Fakih, 2003:34). Sehingga masyarakat merasakan

nikmatnya pengembangan pariwisata. Hal semacam itu sangat dimungkinkan untuk

melibatkan masyarakat setempat dalam peristiwa pariwisata, sebagaimana diungkapkan

oleh Ardika dalam kajinnya tentang Gastronomi dalam Pariwisata Budaya (Ardika,

2011: 17). Dalam kajiannya diungkapkan tentang makanan lokal sebagai daya tarik

wisatawan. Dalam pengembangan makanan lokal sebagai daya tari wisata dapat

melibatkan masyarakat sekitar, sehingga tidak saja menampilkan keunikan tetapi juga

melibatkan, dan mensejahterakan masyarakat setempat. Fenomenan semacam ini juga

tampak dari hasil penelitian Mudana (2012) di Desa Pemuteran, Gerokgak, Bali.

Pengembangan pariwisata di desa ini sangat berkontribusi terhadap masyarakat

setempat baik melalui sumbangan finansial yang diberikan pengusaha pariwisata kepada

masyarakat setempat maupun melalui pelibatan masyarakat setempat dalam berbagai

aktivitas kepariwisataan. Sehingga mungkin tidak berlebihan bila dikatakan bahwa

pengembangan pariwisata di Desa Pemuteran dapat dikatakan merupakan

pengembangan pariwisata yang mensejahterkan dan melestarikan (Mudana, 2012).

Pengembangan pariwisata semacam ini sejalan dengan tiga prinsip pembangunan

pariwisata berkelanjutan yang dikembangkan oleh WTO yaitu: 1. Kelangsungan

ekologis; 2. Kelangsungan sosial budaya; dan 3. Kelangsungan ekonomi, baik untuk

generasi sekarang maupun generasi akan datang (Anom, 2010: 5). Dalam rangka

pengembangan pariwisata semacam itu perlu diupayakan terpenuhinya syarat-syarat

sebagai berikut: ekologis, yaitu pembangunan pariwisata yang melindungi sumber daya

alam; sosial dapat diterima oleh masyarakat setempat dan memperhatikan kemampuan

penduduk setempat; budaya, melestarikan potensi budaya setempat dan masyarakat

mampu beradaptasi dengan budaya masyarakat wisatawan; dan ekonomi memberikan

Page 17: 1384

10

keuntungan dan mensejahterakan berbagai komponen masyarakat, khususnya

masyarakat setempat. Hal itu menyiratkan adanya kesejalanan antara pariwisata

berkelanjutan dengan pariwisata kerakyatan. Sebagaimana diungkapkan Parining, et al

(2001) Studi tentang Implementasi Konsep Pariwisata Kerakyatan di Bali antara lain

mengungkapkan bahwa pengembangan pariwisata kerakyatan perlu memberdayakan

masyarakat lokal, pengutamaan potensi ecotourism yang dimiliki masyarakat setempat,

ramah lingkungan. Pariwisata kerakyatan semacam itu sejalan dengan ideologi yang

diemban oleh paradigma postmodernisme yang membela komunitas dan narasi

kehidupan yang tersingkirkan melalui penelanjangan terhadap dominasi kapitalisme,

dan penguasa. Untuk itu masyarakat diberdayakan sehingga masyarakat tidak hanya

sebagai penonton pembangunan pariwisata, melainkan diberikan ruang untuk menggali

potensi dan kreativitas yang mensejahterakan.

Pengembangan pariwisata kerakyatan yang mensejahterkan tentu mendekatkan

harapan ideologi tri hita karana, yang mengedepankan keharmonisan dan

kesejahtteraan berbagai komponen masyarakat. Pengembangan pariwisata kerakyatan

yang mensejahterakan juga sejalan dengan kode etik pariwisata dunia, diantaranya

menyatakan bahwa kepariwisataan untuk membangun saling pengertian dan

menghormati antar penduduk dan masyarakat; kepariwisataan untuk memenuhi

kebutuhan peningkatan kualitas hidup; kepariwisataan sebagai faktor pembangunan

berkelanjutan; kepariwisataan sebagai pemakai dan penyumbang pelestarian budaya;

kepariwisataan adalah kegiatan yang menguntungkan bagi negara, dan masyarakat

(Ardika, dalam harian Bali Nusa, Minggu 14 Februari 2009). Untuk itulah dalam

pengembangan keparisataan diperlukan adanya sinergi dalam masyarakat ekonomi,

politik dan sipil.

Page 18: 1384

11

2.2 Kolaborasi Masyarakat Ekonomi, Politik dan Sipil dalam Pengembangan

Pariwisata

Kolaborasi dalam kajian ini dimaksudkan kerjasama atara kelompok masyarakat

yang memiliki kepentingan yang berbeda, yaitu antara masyarakat ekonomi, politik dan

sipil yang ada pada desa-desa pesisir di Bali yang berpotensi mengembangkan

pariwisata bahari. Hal itu sejalan dengan pandangan Gramsci yang dengan tegas

mengidentifikasi tiga kelompok masyarakat yaitu masyarakat ekonomi, politik dan sipil.

Ketiga kelompok masyarakat tersebut memiliki orientasi yang berbeda (Bocock, 2007:

27). Keberadaan ketiga pilar masyarakat itu juga diakui oleh Robert Wunthow yang

antra lain mengemukakan bahwa seluruh masyarakat itu dibagi menjadi tiga pilar,

yaitu swasta atau pasar (masyarakat ekonomi/ business), negara atau masyarakat politik

(masyarakat politik, goverment) dan voluntir yang disebut juga pilar/sektor ketiga

(masyarakat sipil, civil society) (Sujatmiko, 2003: 45).

Gramsci, dalam kajiannya tentang hegemoni, dengan tegas mengidentifikasi tiga

bidang yang berbeda dalam suatu masyarakat, yaitu perekonomian (masyarakat

ekonomi), negara (masyarakat politik), dan masyarakat sipil (Bocock, 2007: 27). Ketiga

kelompok masyarakat tersebut memiliki orientasi yang berbeda dan sangat esensial bagi

berfungsinya masyarakat. Dengan demikian, keberadaan masyarakat ekonomi sangat

penting adanya dalam dinamika suatu masyarakat. Masyarkat ekonomi” adalah istilah

yang digunakan untuk mendefinisikan bentuk dominan dalam suatu wilayah pada suatu

waktu yang di dalamnya terdiri dari sarana teknis produksi dan hubungan-hubungan

sosial produksi yang dibangun berdasarkan suatu pembedaan yang di dalamnya kelas-

kelas dikaitkan dengan kepentingan kepemilikan sarana produksi, baik sebagai pemilik

substansial atau sebagai bukan pemilik yang dipekerjakan dalam organisasi yang

Page 19: 1384

12

dikaitkan dengan produksi. Pilar utama sektor ini (masyarakat ekonomi) adalah

perusahan-perusahan, termasuk bank-bank. Nilai utama sektor swasta adalah

mekanisme pasar untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa masyarakat ekonomi adalah suatu sistem sosial yang di dalamnya tercakup

berbagai subsistem yang berfungsi memproduksi dan memasarkan barang atau jasa

melalui mekanisme pasar untuk mendapatkan keuntungan. Dalam penelitian ini,

masyarakat ekonomi mencakup masyarakat pengusaha pariwisata/perhotelan,

pengusaha atraksi wisata bahari dan masyarakat pengusaha perikanan/kelautan yang

beraktivitas dalam pengembangan pariwisata bahari di Bali. Dalam dinamika usahanya

masyarakat ekonomi selalu berusaha bekerja sama atau berselingkuh utamanya dengan

masyarakat politik, namun tidak tertutup kemungkinan dengan masyarakat sipil

sebagaimana terjadi di Desa Pemuteran (Mudana, 2012).

Keberadaan suatu masyarakat tidak bisa dilepaskan dari proses perkembangan

masyarakat itu sendiri. Sir Thomas Hobbes membagi tahapan perkembangan

masyarakat menjadi tiga, yaitu natural society, political society, dan civil society

(Budiman, 1990: 3). Natural Society adalah tatanan masyarakat yang berbasis pada

supremasi naturalistik. Masyarakat alami adalah masyarakat yang belum mengenal

sistem maupun hukum sehingga merupakan masyarakat anarki (Setiawan, 1996: 50).

Dalam masyarakat semacam ini, yang lebih banyak berperan bukanlah tatanan sosial

(social order) yang didasarkan kepada konsensus sosial, tetapi wibawa naturalistik

orang-orang tertentu dalam satu masyarakat. Pola hubungan sosial yang dijalankan tidak

tergantung kepada mekanisme yang disepakati bersama, melainkan berdasarkan

kehendak penguasa suku. Keteraturan sosial yang diinginkan dalam masyarakat natural

ini sulit dicapai, kalaupun tercapai cendrung bersifat semu. Ketika tujuan mencapai

Page 20: 1384

13

tatanan sosial tidak tercapai, muncullah tatanan sosial masyarakat yang disebut political

society ( Effendy, 2002: 3-6).

Political society adalah masyarakat yang mulai mengenal arti politik sebagai

otoritas sehingga tercipta aturan dan hukum, serta cenderung menjadi satu tatanan

sosial yang berbasis pada adanya supremasi kekerasan. Jika dalam masyarakat natural

kekuasaan tidak pernah diorganisir dan dilembagakan, maka dalam masyarakat politik,

kekuasaan itu mulai dilembagakan dalam suatu organisasi yang kemudian disebut

dengan negara. Negara atau masyarakat politik terdiri atas sarana kekerasan (polisi dan

militer) dan suatu wilayah tertentu, bersama dengan pelbagai birokrasi yang didanai

oleh negara (pamong praja/lembaga pemerintah, pelbagai lermbaga hukum,

kesejahtraan dan pendidikan) (Bocock,2007: 34-35). Pilar-pilar utama sektor negara

(masyarakat politik) adalah lembaga–lembaga kenegaraan seperti parlemen,

pemerintah, dan lembaga pengadilan. Di sektor negara berlaku prinsip kekuasaan yang

memaksa. Bahkan oleh Louis Althusser (2006: 14), negara dipandang sebagai suatu

kekuatan eksekusi dan intervensi represif, untuk kepentingan kelas penguasa. Karena

kemampuannya yang khas untuk menerapkan ancaman yang sah atau paksaan,

masyarakat politik memiliki keunggulan yang wajar di atara ketiga sektor dalam

menjaga ketertiban umum, keamanan, dan kesejahtraan masyarakatnya (Korten, 1993:

159). Namun, bagi Gramsci, negara dalam memperjuangkan legitimasi kekuasaannya

dari massa tidak harus selalu melalui paksaan. Untuk itu, kelompok berkuasa harus

mampu membuat kelompok atau massa lain menerima dan menginternalisasi prinsip-

prinsip, ide-ide dan norma/ nilai sebagai milik mereka juga. Pendek kata, hegemoni itu

harus diraih melalui upaya politis, kultural, dan intelektual (Sugiono, 1999: 40-41).

Page 21: 1384

14

Dengan demikian, masyarakat politik yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah masyarakat yang memposisikan politik sebagai otoritas pengambil kebijakan

sehingga tercipta aturan dan hukum, serta sebagai suatu tatanan sosial yang berbasis

pada adanya supremasi hukum yang terdiri atas sarana pelbagai birokrasi yang didanai

oleh negara (pamong praja/lembaga pemerintah, pelbagai lermbaga penegak hukum,

militer, kesejahtraan dan pendidikan). Dalam konteks penelitian ini, masyarakat politik

meliputi Pemerintah Kabupaten dengan berbagai jajarannya yang terkait dengan

pengembangan pariwisata bahari pada desa-desa pesisir di Bali.

Masyarakat sipil merupakan pilar ketiga yang di dalamnya mencakup LSM, atau

lembaga gerakan masyarakat baru. Pada masyarakat sipil, berlaku nilai-nilai

kesukarelaan, dengan modal sosial sebagai elemen dasarnya. Civil society adalah

bentuk masyarakat yang merupakan gugatan terhadap superioritas dari negara, dalam

rangka menghormati dan melindungi hak-hak dasar/hak asasi manusia (Setiawan, 1996:

51). Sehubungan dengan hal itulah, dinyatakan bahwa masyarakat sipil merupakan

jaringan yang kuat di antara lembaga-lembaga, seperti agama, keluarga, klab, bengkel

kerja, asosiasi, dan komunitas yang berada di antara negara dan individu, dan pada saat

yang bersamaan menghubungkan individu dengan otoritas, serta menjaga individu dari

kontrol politik yang bersifat total (Tunner, 2006: 62).

Rajesh Tandon menyatakan masyarakat sipil terdiri dari tiga unsur. Pertama,

ada basis material sumber daya untuk pemanfaatan produktif. Kedua, ada basis

institusional dari kelompok-kelompok atau asosiasi, serta inisiatif untuk mengelola

masyarakat sipil. Ketiga, ada basis idiologis dari nilai, norma dan ideal yang

menyediakan legitimasi dari govermant (Setiawan, 1996: 51). Dalam konteks interaksi

antara ketiga unsur itulah pembahasan masyarakat sipil menjadi sangat penting, karena,

Page 22: 1384

15

pada saat yang sama, masyarakat sipil harus berhadapan dengan dua entitas lainnya,

yakni realitas masyarakat ekonomi/pasar, pengusaha, dan masyarakat politik/negara

(Giddens, 2002:90-92).

Ketiga pilar tersebut secara ideal mesti tumbuh dalam sebuah kekuatan yang

saling mengimbangi, saling mengontrol, saling memberi, saling menopang, dan pada

akhirnya memberikan sinergi untuk memajukan keadaban. Kondisi ideal semacam itu

sering dalam kenyataannya tidak seindah dalam guratan teks. Bahkan tidak jarang

dalam kondisi masyarakat sipil yang lemah, negara yang otoritarian berkomplot dengan

mekanisme pasar. Hal ini tentu akan mengakibatkan relasi tiga pilar menjadi timpang

(Wiratmoko, 2005: xxv). Dalam kondisi semacam itu, kekerasan fisik, simbolik,

dominasi dan hegemoni dipermainkan oleh negara untuk menekan masyarakat sipil.

Oleh karena itulah, menurut Paine, perlu dibatasi campur tangan kekuasaan negara ke

dalam wilayah masyarakat sipil, agar setiap individu di dalam masyarakat saling

berinteraksi secara kompetitif dan membangun solidaritas berdasarkan kepentingan

timbal-balik serta tujuan bersama. Legitimasi kekuasaan negara didasarkan pada

keinginan masyarakat untuk mencapai kepentingan bersama (Keane, 1988). Dalam

konteks inilah, pembedaan dengan menggunakan teori semiotika, dekontruksi, etnografi

dan geneologis sangat penting artinya karena kolaborasi di antara tiga pilar yang

memiliki karakter dan kepentingan yang berbeda cenderung melakukan proses produksi,

manipulasi teks untuk menyelubungi berbagai hawa nafsu dan kepentingannya.

Dalam setiap komunitas, selalu akan dijumpai keberadaan masyarakat ekonomi,

politik dan sipil. Ketiga kelompok masyarakat tersebut mempermainkan berbagai modal

yang ada dalam suatu komunitas untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingnannya.

Modal yang dipermainkan pada berbagai arena sosial mencakup modal ekonomi, modal

Page 23: 1384

16

sumber daya manusia, modal natural, modal politik, bahkan tidak tertutup kemungkinan

modal tubuh yang dimilikinya. Hal ini tidak jarang mengakibatkan terjadinya konflik

dalam masyarakat. Untuk menghindari terjadinya konflik antarkelompok masyatrakat,

maka setiap masyarakat mengupayakan penginvestasian modal social dan

pengembangan model kontrol sosial.

Kolaborasi antara masyarakat ekonomi, politik dan sipil dalam pengembangan

pariwisata bahari untuk pengentasan kemiskinan atau yang mensejahterakan, didasarkan

pada kesadaran bahwa masing-masing kelompok masyarakat tidak dapat bekerja

sendiri-sendiri dalam melaksanakan pembangunan termasuk dalam mengembangkan

pariwisata bahari yang mensejahterakan, melaikan harus saling berinteraksi, berdialog,

dan bekerjasama. Idealnya ketiga pilar tersebut tumbuh dalam sebuah kekuatan yang

saling mengimbangi, saling mengontrol, saling menopang, dan pada akhirnya bersinergi

untuk memajukan keadaban.

Kondisi ideal semacam itu sering sulit diwujudkan dalam kehidupan

masyarakat. Hal mana tentu akan mengakibatkan relasi tiga pilar menjadi timpang.

Ketimpangan tersebut tidak saja dapat menimbulkan pengesampingan dan kekerasan

terhadap masyarakat pesisir tetapi juga dapat menimbulkan kekerasan dan kerusakan

terhadap lingkungan. Adapun model kolaborasi antara masyarakat ekonomi, politik dan

sipil dalam pengembangan pariwisata yang mensejahterakan dapat digambarkan pada

bagan 1 berikut:

Page 24: 1384

17

(Dimodifikasi dari Kusnadi, 2003, Mudana, 2012)

2.3 Pengembangan Pengolahan Potensi Lokal (Ikan dan Ubi Ketela Pohon)

Dari segi geografis Desa Pemuteran memiliki wilayah nyegara gunung.

Keberadaan wilayah seperti itu mewarnai karakteristik potensi kewilayahan yang

dimiliki yaitu berupa hasil dari laut dan pegunungan, diantaranya ikan dan ketela pohon.

Sehubungan dengan hal itu dalam rangka ketahanan pangan dan penganeka ragaman

produk pangan diupayakan pengembangan pengolahan ikan dan ubi ketela pohon.

Pengolahan ikan dan ubi ketela pohon dimaksudkan untuk dapat meningkatkan

ketahanan pangan keluarga, mengurangi ketergantungan keluarga pada pasar,

meningkatkan gizi anggota keluarga dan meningkatkan kesejahteraan dari masing-

masing keluarga. Melalui kegiatan ini juga dimaksudkan sebagai alternative

MASYARAKAT

EKONOMI

(MODAL EKO)

MASYARAKAT

SIPIL

(MODAL SSOSIAL)

MASYARAKAT

POLITIK

(MODAL

POLITIK

PARIWISATA YANG

SUSTAINABILITY

PERGURUAN TINGGI

MEMBERDAYAKAN

DESA

PAKRAMAN/

DINAS DI

PESISIR

JARINGAN KEMITRAAAN

Akses sd kapital, tek,

informasi, pasar,

kebijakan, dan SDM

DIVERSIFIKASI USAHA

TIGA KEBIJAKAN

STRATEGIS

k. pemb eko., sdm, sda. dan

lingkungan KEPENTINGAN

EKO,SOS,POL

DAN LINGK

KESEJAHTERAAN/PEN

GENTASAN

KEMISKINAN

Page 25: 1384

18

pengembangan divesrsifikasi usaha produktif yang dapat dikembangkan oleh

masyarakat setempat. Adapun bentuk pengolahan ikan yang dikembangkan adalah

pembuatan bakso, dan nugget.

Proses Pembuatan Bakso

Bahan pembuatan bakso meliputi 250 gr ikan tenggiri, 100 gr tepung kanji, 1 butir telur,

10 siung bawang putih, 100 ml air es, garam secukupnya. Cara membuatnya, ikan

tenggiri digiling hingga halus, masukkan tepung kanji, bawang putih, garam dan telur.

Masukkan air es sedikit demi sedikit hingga adonan tercampur rata. Setelah adonan

tercampur rata, adonan dibentuk dan direbus hingga matang.

Proses Pembuatan Nugget

Bahan pembuatan nugget, ikan 250 gr, lada putih 5 gr, garam dapur secukupnya,

bawang Bombay 100gr, roti tawar 5 lembar, susu cair 150 ml, telur 2 buah, tepung roti

secukupnya. Cara pembuatannya, ikan digiling ditambahkan dengan lada putih, garam,

bawang Bombay yang sudah dicintang dan ditumis halus, roti tawar, susu cair, dan

telur. Campur adonan jadi satu, lalu dikukus menggunakan Loyang persegi panjang

selama 30 menit, setelah matang anggkat dan dinginkan. Setelah dingin potong

seukuran jari, lalu dicelupkan pada kocokan telur, kemudian dibaluri dengan tepung

roti, dan digoreng hingga matang.

Sedangkan pembuatan bolu kukus pelangi bahannya menggunakan, 200 gr

tepung terigu, 5 butir telur ayam, 200 gr gula pasir, setengah sendok the garam, 1 sdm

emulsifier (Ovalet/SP/TMB/Spontan 88), 80 ml santan, 50 ml minyak sayur, pewarna

makanan merah kuning hijau. Cara pembuatannya, mixer telur, masukkan emulsifier,

garam, gula, sampai benar-benar menyatu dan adonan berubah warna pucat dan kental.

Masukkan tepung terigu, aduk perlahan sampai merata menggunakan spatula atau sutil.

Page 26: 1384

19

Masukkan santan serta minyak sayur, aduk sampai merata. Panaskan panic untuk

mengukus, tutup panci untuk mengukus, tutup panci dialasi dengan kain dan lap bersih.

Bagi adonan menjadi tiga bagian, campurkan adonan dengan masing-masing pewarna

sampai tercampur rata, siapkan Loyang yang sudah diolesi mentega dan kertas roti,

tuang adonan merah, kukus selama 10 menit, tuang adonan kuning, kukus selama 10

menit, tuang adonan hijau kukus selama 30 menit, kukus hingga benar-benar matang.

Page 27: 1384

20

BAB III

METODA PELAKSANAAN

3.1 Khalayak Sasaran Strategis

Khalayak yang dijadikan sasaran pada kegiatan P2M ini adalah aparat desa,

masyarakat desa, khususnya Ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran.

3.2 Metode Pelaksanaan

a. Kerangka Pemecahan Masalah

Masalah pokok yang akan dipecahkan dalam P2M ini berkaitan dengan

kekurang pahaman aparat desa terhadap pentingnya kolaborasi dengan masyarakat

ekonomi, politik, dan sipil, kekurang pahaman terhadap pengembangan kepariwisataan

dan pelestarian lingkungan. Demikian juga dengan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran

yang kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membuat bakso, nugget,

dan bolu kukus pelang, serta kekurang pahaman terhadap pengembangan

kepariwisataan dan pelestarian lingkungan. Berbagai alternatif untuk memecahkan

permasalahan tersebut disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Alternatif Pemecahan Masalah

No. Permasalahan Akar Masalah Aternatif Pemecahan

Masalah

1. Aparat Desa kurang

memahami

pentingnya Pemuteran

kurang memahami

berkolaborasi dengan

klp masyarakat eko,

pol, dan sipil, serta

pengembangan

pariwisata dan

pentingnya pelestarian

Kurangnya informasi

dan pengetahuan

tentang berkolaborasi

dengan klp masyarakat

eko, pol, dan sipil, serta

pengembangan

pariwisata dan

pentingnya pelestarian

1. Penyebaran informasi

2. Pemberian ceramah dan

diskusi

Page 28: 1384

21

lingkungan

2. Ibu-ibu PKK di Desa

Pemuteran kurang

memahami pembuatan

bakso dan nugget

Kurangnya informasi

dan keterampilan

tentang pembuatan

bakso dan nugget

1. Penyebaran informasi

2. Pemberian ceramah dan

diskusi

3. Pemberian pelatihan

3. Ibu-ibu PKK di Desa

Pemuteran kurang

memahami pembuatan

bolu kukus pelangi

dari ubi ketela pohon

Kurangnya informasi

dan keterampilan

tentang pembuatan bolu

kukus pelangi

1. Penyebaran informasi

2. Pemberian ceramah dan

diskusi

3. Pemberian pelatihan

Berdasarkan rumusan alternatif pemecahan masalah dalam tabel di atas, solusi

yang dipilih untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah: pemberian ceramah,

diskusi, dan pelatihan.

b. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan di depan

adalah metode ceramah, diskusi, dan pelatihan. Gabungan metode tersebut diharapkan

mampu: 1) meningkatkan pemahaman aparat desa di Desa Pemuteran dalam

berkolaborasi, pariwisata dan pelestarian lingkungan 2) meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran dalam membuat bakso, nugget dan

membuat bolu kukus pelangi.3) meningkatkan wawasan pariwisata dan pelestarian

lingkungan pada anggota masyarakat.

3.3. Keterkaitan

Keterkaitan antara tujuan dan metode yang digunakan untuk mencapai tujuan

P2M ini disajikan pada Tabel 2.

Page 29: 1384

22

Tabel 2. Keterkaitan Tujuan dan Metode Kegiatan

No. Tujuan Metode Bentuk

Kegiatan

1. Meningkatkan pemhaman aparat desa

berkolaborasi dengan masy eko,pol, dan sipil,

Meningkatkan wawasan pariwisata dan

pelestarian lingkungan

Ceramah dan

Diskusi

Dialog

2. Meningkatkan pemahaman ibu-ibu PKK di Desa

Pemuteran dalam membuat bakso dan nugget

Ceramah dan

diskusi

Dialog

3. Meningkatkan keterampilan ibu-ibu PKK di Desa

Pemuteran dalam membuat bakso dan nugget,

Meningkatkan wawasan pariwisata dan

pelestarian lingkungan

Diskusi dan

Pelatihan

Dialog

dan

pelatihan

3.4. Evaluasi

Evaluasi kegiatan ini dilakukan terhadap proses dan produk kegiatan. Pada

ceramah dan diskusi pengutan wawasan aparat desa berkolaborasi dengan masyarakat

ekonomi, politik dan sipil, eveluasi prosesnya adalah aktivitas aparat desa (mengajukan

pertanyaan dan semangat peserta) dalam mengikuti diskusi. Pada ceramah dan

pelatihan pengembangan wawasan pariwisata dan pelestarian lingkungan, eveluasi

prosesnya adalah aktivitas peserta/keterlibatannya dalam mengikuti ceramah dan

diskusi, sedangkan evaluasi produknya berupa peningkatan wawasan dan sikap.

Sementara itu, pada ceramah , diskusi, dan pelatihan pembuatan bakso, nugget dan bolu

kukus pelangi, evaluasi prosesnya berkaitan dengan partisipasi ibu-ibu PKK dalam

diskusi (mengajukan pertanyaan) dan semangat ibu-ibu PKK mengikuti kegiatan,

sedangkan evaluasi produknya dilakukan terhadap kualitas bakso, nugget, dan bolu

kukus pelangi dan keterampilan ibu-ibu PKK dalam membuat bakso, nugget, dan bolu

kukus pelangi

Page 30: 1384

23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Singkat Desa Pemuteran

Desa Pemuteran merupakan sebuah salah satu desa kuno desa yang berada di

Bali Utara, termasuk wilayah administratif Kecamatan Gerokgak, Kabupaten

Buleleng, Provinsi Bali. Desa Pemuteran berada di jalur utara jalan Provinsi Bali yaitu

jalur Singaraja-Gilimanuk. Untuk mencapai Desa Pemuteran, kita bisa melalui jalur

darat melalui Denpasar-Gilimanuk-Singaraja, atau Denpasar-Singaraja-Gilimanuk.

Jarak dari ibukota povinsi sekitar 168 Km dan dari ibu kota kabupaten sekitar 57 Km.

Jalan menuju daerah ini cukup bagus dan lebar sehingga pengguna jalan dapat dengan

leluasa menggunakannya. Sehubungan dengan hal itu mencapai Desa Pemuteran dari

Singaraja, Denpasar, atau Gilimanuk dapat dilakukan dengan mudah karena sarana

transfortasi ke daerah ini sangat lancar dan tidak membosankan. Karena disekitar jalan

menuju Desa Pemuteran melewati beberapa objek wisata baik objek wisata alam

maupun wisata spiritrual.

Secara administratif, Desa Pemuteran mempunyai batas-batas wilayah, yaitu di

sebelah utara adalah Laut Bali; di sebelah selatan adalah pegunungan; di sebelah barat

adalah Desa Sumberkima; dan di sebelah timur adalah Desa Banyupoh. Keberadaan

Desa Pemuteran berada di jalur utama Gilimanuk-Singaraja.

Desa Pemuteran memiliki luas sekitar 3.033 ha, dengan panjang pesisir sekitar 7

km. Lahan seluas itu kalau dilihat dari segi pemilikan dapat dipilah menjadi tanah

negara/perkebunan negara seluas 237,75 ha, tanah wakaf seluas 0,25 ha, tanah pelaba

pura 5 ha, sisanya tanah hak milik 2.790 ha. Tanah merupakan hal yang sangat penting

Page 31: 1384

24

dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat Desa Pemuteran tanah tidak saja

memiliki nilai ekonomi, tetapi juga nilai sosial dan religius. Karena tanah merupakan

hal yang sangat penting bagi masyarakat, ada berbagai pranata yang terlibat dalam

penguasaan tanah. Adapun pranata yang terlibat dalam penguasaan tanah adalah pranata

politik, pranata relegi, pranata ekonomi, dan pranata kekerabatan (Agung, dkk. 1989:

48-125; Scheltema, 1985: 97-112).

Pada masyarakat Desa Pemuteran, pranata-pranata yang terlibat dalam

penguasaan tanah adalah pranata negara. Hal ini tampak dari adanya tanah negara baik

dalam bentuk tanah perkebunan maupun hutan negara. Pranata Desa Pakraman

Pemuteran juga terlibat. Hal ini tampak dari adanya tanah desa baik dalam bentuk

karang desa, maupun pelaba pura. Begitu juga pranata relegi. Hal ini dapat dilihat dari

adanya tanah pelaba pura, baik dalam kaitannya dengan Pura Kahyangan Desa

maupun Pura Kerabat, Paibon/Kawitan,Dadia. Di samping itu pranata kekerabatan

juga terlibat. Hal ini tampak dari adanya tanah warisan. Ada juga pranata ekonomi yang

berbadan hukum dengan adanya penguasaan tanah oleh pengusaha pariwisata

(Monografi Desa Pemuteran, 2010).

Lahan yang ada di Desa Pemuteran di samping digunakan untuk aktivitas

produktif juga digunakan untuk pemukiman anggota masyarakat. Pemukiman

masyarakat dulunya berada di pinggir jalan, akan tetapi dengan berkembangnya jumlah

penduduk dan aktivitas kepariwisataan pembangunan pemukiman cendrung masuk

beberapa puluh meter dari pinggir jalan raya. Di samping untuk pemukiman warga

masyarakat, lahan yang ada di desa pemuteran juga digunakan untuk mengembangkan

fasilitas pariwisata. Perkembangan pariwisata di Desa Pemuteran diawali pada tahun

1982 dengan adanya ketertarikan I Gusti Agung Prana untuk memperkenalkan potensi

Page 32: 1384

25

nuansa spiritual yang ada di kawasan Pemuteran melalui biro perjalanan yang

dikelolanya. Kemudian, pada tahun 1990, I Gusti Agung Prana membangun sebuah

bungalow yang diberi nama Pondok Sari. Tahun 1994 bungalow Pondok Sari dijual,

kemudian, I Gst Agung Prana membangun Hotel Taman Sari, yang disusul dengan

pendirian Hotel Matahari. Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata,

sampai tahun 1995, di Desa Pemuteran hanya ada tiga hotel, yaitu Hotel Matahari,

Hotel Taman Sari, dan Hotel Pondok Sari.

Di jalan utama Singaraja-Gilimanuk, terbentang beberapa papan nama hotel

seperti tampak pada gambar berikut:

Gambar 4.1

Papan Nama Hotel di Desa Pemuteran

(Sumber:Dokumentasi Mudana, 2012)

Pemerintahan Desa Pemuteran terdiri dari dua kelembagaan pemerintahan, yaitu

kelembagaan Pemerintahan Desa Pakraman dan Pemerintahan Desa Dinas.

Pemerintahan Desa pakraman dipimpin oleh Kelian Desa pakraman. Sedangkan

pemerintahan Desa Dinas dipimpin oleh Perbekel. Untuk jelasnya mengenai lokasi atau

Page 33: 1384

26

tempat pelaksanaan pemerintahan Desa Pemuteran dapat dilihat pada gambar berikut

ini.

Gambar 4.2 Kantor Perbekel Desa Pemuteran

(Sumber: Dokumentasi Mudana, 2012)

4.2 Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat

Kegiatan P2M ini dilaksanakan dalam dua tahap yaitu: 1) dialog dan pelatihan

pengembangan wawasan tentang peningkatan wawasan aparat desa pemuteran tentang

pentingnya berkolaborasi dengan masyarakat ekonomi, politik dan sipil dalam

pembangunan desa, peningkatan wawasan kepariwisataan dan lingkungan, dan 2) dialog

dan pelatihan pengembangan wawasan dan keterampilan ibu-ibu PKK desa Pemuteran

dalam membuat bakso, nugget, dan bolu pelang, serta wawasan pariwisata dan

pelestarian lingkungan.

A. Ceramah dan Pelatihan Pengembangan Wawasan Aparat Desa Pemuteran

tentang Pentingnya Berkolaborasi dengan Masyarakat Ekonomi, Politik,

dan Sipil, serta Pengembangan Pariwisata dan Pelestarian Lingkungan

Kegiatan ini ditujukan kepada aparat desa Pemuteran Kecamatan Gerokgak yang

dilaksanakan pada hari Sabtu 23 November 2013 di Bali Desa setempat. Kegiatan ini

dihadiri oleh 11 orang aparat desa setempat dari 20 orang yang diundang. Adapun

aparat desa yang hadir dalam kegiatan ini disajikan dalam table berikut:

Page 34: 1384

27

Tabel 4.1 Aparat Desa yang Hadir dalam Kegiatan Dialog dan Pelatihan

No Nama Jabatan

1. I Made Sulandra Sekretaris Desa

2. I Ketut Mahardika Kaur Pembangunan

3. Ni Ketut Ari Setiawati Kaur Kesra

4. Ni Luh Sumartini Kaur Umum

5. I Wayan Suarta Kaur Pemerintahan

6. M.Zainal.A Kaur Keuangan

7 I Wayan Ladra Staf Desa

8. I Kadek Wenten Staf Desa

9. Made Gunaksa Pecalang Segara

10. Ketut Ari Setiawati PKK

11. Nurhaeti PKK

Kegiatan ini berlangsung sangat interaktif dan lancer. Peserta menunjukkan

antusianisme yang cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari perhatian dan adanya beberapa

pertanyaan yang diajukan oleh peserta. Pertanyaan peserta meliputi permasalahan yang

diadapi dalam kaitannya dengan kondisi kualitas sumber daya manusia dan upaya untuk

peningkatannya, permasalahan yang terkait dengan mekanisme pengembangan

kolaborasi, upaya kelembagaan yang bersiofat sistemik dan terstruktur dalam

berkolaborasi, upaya – upaya terstruktur dalam mempertahankan kepercayaan dan

kesadaran masyarakat dalam mendukung program pembangunan pariwisata dan

pelestarian lingkungan. Berpijak dari pertanyaan dan tanggapan-tanggapan yang

disampiakan diindikasikan peserta pelatihan ini telah mengalami peningkatan wawasan

Page 35: 1384

28

dalam kaitannya dengan pentingnya berkolaborasi, pengembangan pariwisata dan

pelestarian lingkungan.

Dari wawancara yang dilakukan terhadap beberapa orang peserta kegiatan ini

dapat diungkapkan bahwa responnya sangat positif, bahkan tokoh aparat desa

mengharapkan agar kegitan ini terus dilajutkan pada tahun-tahun berikutnya.

B. Ceramah dan Pelatihan Pembuatan Bakso, Nugget, Bolu Kukus Pelangi

dan serta Pengembangan Pariwisata dan Pelestarian Lingkungan

Kegiatan ini dilaksanakan pada hari sabtu, 30 November 2013 di balai Desa

Pemuteran. Peserta yang hadir dalam kegiatan ini sebanyak 21 orang dari 20 orang yang

diundang. Ibu-ibu PKK yang hadir dalam kegiatan ini sebagaimana terlihat dalam tabel

4.3 berikut:

Tabel 4.2 Ibu-ibu PKK yang Hadil dalam Dialog dan Pelatihan

No. Nama No. Nama

1. Km Mahayoni 12. Kd. Ariani

2. Kd Dresti 13. Ni Luh Putu Indrayani

3. Putu Artini 14. Kt. Sudarmi

4. Ni Made Narwi 15. I Gst Kt Sutarini

5. Ni Luh Ayu 16 Luh Budiasmini

6. Km Ayu Armini 17. Ni Kd Yoni Asih

7. Kt Yeni 18. Km Yuni Asih Febriana

8. Luh Swastini 19. Nurhaeti

9. Luh Sumartini 20. Ni Km Eliantini

10. Km Yuni 21. Ni Kt Arisetiawati

11. Km Darmini 22. I Ketut Mahardika

Page 36: 1384

29

Ibu-ibu PKK di Desa Pemuteran merasa sangat senang mendapatkan ceramah dan

pelatihan tentang pariwisata, pelestarian lingkungan dan pembuatan Bakso, Nugget, dan

Bolu Kukus Pelangi. Karena kegiatan ini tidak saja memeperluas luas wawasannya

tentang kepariwisataan, pelestarian lingkungan, tetapi juga telah mengembangkan

keterampilannya dalam memanfaatkan berbagai potensi lokal untuk pemertahanan

pangan dalam bentuk olahan yang sangat bervariasi. Di samping itu kegiatan ini juga

memebrikan keberikan kontribusi bagi peningkatan kehidupan ekonomi keluarga,

paling tidak mengurangi beban ekonomi keluarga. Karena produk dari kegiatan ini

seperti bakso, nugget, dan bolu kukus pelangi, merupakan makanan-makanan yang

sangat disukai oleh anggota keluarga terutama bagi anak-anak dan remaja. Di samping

itu keterampilan yang diperoleh juga akan dapat dikontribusikan secara tidak langsung

untuk meningkatkan gizi dan kesehatan keluarga. Karena produk yang dihasilakan

terbuat dari bahan-bahan dan alat-alat yang memenuhi standar gizi dan kesehatan.

Keunggulan lainnya dari produk ini adalah bahan yang digunakan sesuai dengan potensi

lokal baik yang berasal dari lingkungan pesisir ( ikan) maupun yang berasal dari hasil

perkebunan setempat ( ketela pohon).

Page 37: 1384

30

BAB V

PENUTUP

5.1. Simpulan

Berdasarkan atas hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Kegiatan P2M desa binaan dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan aparat desa dalam mengembangkan kolaborasi dengan

kelompok masyarakat lainnya seperti masyarakat politik, ekonomi dan sipil.

2. Kegiatan P2M desa binaan dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan aparat desa dan Ibu-Ibu PKK dalam pengembangan pariwisata

dan kelestarian lingkungan.

3. Kegiatan P2M desa binaan dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan

ibu-ibu PKK pembuatan bakso, nugget dan bolu kukus pelangi.

5.2 Saran

1. Aparat desa perlu terus meningkatkan wawasannya melalui keterlibatan

dalam berbagai acara pembinaan yang terkait dengan tugas-tugas yang

diemban.

2. Ibu-ibu PKK desa Pemuteran diharapkan terus meningkatkan wawasannya

dalam pengembangan kuliner bnerbasis potensi lokal

3. Perguruan tinggi diharapkan agar terus secara berkelanjutan melaksanakan

pembinaan

4. Pemerintah perlu memperhatikan potensi lokal, baik sumber alamnya

maupun sumber daya manusinya.

Page 38: 1384

31

DAFTAR PUSTAKA

Althuser, Louis. 2006. Tentang Ideologi, Marxisme,strukturalis,Psikoanalisis, Cultural

Studiies. Yogyakarta: Jalasutra.

Anom,I Putu.2010. Pembangunan Kepariwisataan Berkelanjutan, dalam dalam Pariwisata

Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global (Penyunting, I Putu

Anom, dkk).

Ardika, I Wayan, 2011. Gastronomi dalam Pariwisata Budaya, dalam Pemberdayaan

dan Hiperdemokrasi dalam Pembangunan Pariwisata. (Penyunting

I Nyoman Darma Putra dan I Gde Pitana), Denpasar: Pustaka

Larasan.

Bocok, Robert. 2007. Pengenatar Komprehensif Untuk Memahami Hegemoni.

Yogyakarta: Jalasutra.

Budiman, Arief,l996, Teori Pembangunan Dunia Ketiga, Jakarta: Gramedia.

Covarrubias,Miguel. 2013. Pulau Bali Temuan Yang Menakjubkan. Denpasar:

Universitas Udayana.

Effendy,Muhadjir. 2002. Masyarakat Equilibrium. Yogyakarta: Bentang Budaya.

Fakih,Mansour,2003,Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi,Yogyakarta:

Imssit Press

Gidden, Anthony, 2002, Masyarakat Post-Tradisional (Penterjemah: Ali Noer Zaman),

Yogyakarta: IRCiSod.

Korten, David C., l993, Menuju Abad Ke 21: Tindakan Sukarela dan Agenda Global,

Jakarta: Sinar Harapan.

Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan. Yogyakarta: LkiS.

Mudana, I Wayan,2012..Kuasi Kolaborasi Masyarakat Ekonomi, Politik dan Sipil

dalam Menginvestasikan Modal Sosial Untuk Kelestaraian

Lingkungan Laut dan Pesisir di Desa pemuteran,Gerokgak,

Buleleng, Bali, (Desertasi). Denpasar: Universitas Udayana.

Sanderson, Stephen K., l993, Sosiologi Makro, Jakarta: Rajawali.

Setiawan, Bonnie. 1996. ”Masyarakat Sipil dan Organisasi NonPemerintah” dalam

Prisma. No.7/1996. Jakarta: LP3ES.

Sugiono,Muhadi. 1999. Kritik Antonio Gramsci Terhadap pembangunan Dunia Ketiga.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suwena, I Ketut. 2010, Format Pariwisata Masa Depan, dalam Pariwisata

Berkelanjutan dalam Pusaran Krisis Global (Penyunting, I Putu

Anom, dkk).

Turner,Bryan S. 2006. Runtuhnya Universalisme Sosiologi Barat. Jogjakarta: Ar-Ruzz.

Vickers, Adrian. 2012. Bali Tempo Doeloe. Jakarta: Komunitas Bambu

Page 39: 1384

32

Lokasi Daerah Sasaran

Peta Desa Pemuteran

(Sumber: Mudana, 2012)

Page 40: 1384

33

Gambar 1 Pembukaan P2M Desa Binaan Berbasis Kearifan Lokal di Desa Pemuteran

Kepariwisataan, Pelestarian Lingkungan dan Kuliner Kepariwisataan, Pelestarian Lingkungan dan

Kuliner

Kelompok 1 Sedang Mempersiapkan adonan Kelompok 2 Sedang Mempersiapkan adonan

Page 41: 1384

34

Kelompok 3 Sedang Mempersiapkan Adonan Ibu-ibu sedang membuat bolu kukus

Ibu-ibu sdg membuat nugget Ibu-ibu sdg membuat nugget

Ibu-ibu sdg membuat nugget Ibu-ibu sdg membuat bakso

Page 42: 1384

35

Ibu-ibu sdg membuat bakso Ibu-ibu sdg membuat bakso

Ibu-ibu sdg membuat bakso Ibu-ibu sdg membuat bakso

Sajian kuliner dari seluruh kelompok Penutupan kegiatan