13
 Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan Geologi  Bandung, 29 November 2007 OPTIMALISASI PEMANFAATAN RUANG KOTA PARE-PARE BERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN Oleh : Oki Oktariadi SARI  Info rma si geolog i tata lingk unga n yang mem uat data karak teri stik laha n, potens i sumb er daya alam ( baha n  gali an, sum ber daya air) dan fakto r keben canaan mer upak an sala h sat u data dasa r ber aspe k fisi k yang mempunyai peranan penting dalam penataan ruang dan pengembangan wilayah sehingga, pembangunan  yang dicapai tidak hany a bero rien tasi pada upaya pember daya an sumbe r daya dari aspek ekonom i, tetap i  juga memper timb angk an ke mam puan daya duku ngny a.  Kota Pare-pare menunjukkan bentangalam perbukitan, dan pedataran dengan karakteristik lahan  yang cuku p mencolok, baik da ri bentuk dan konvigurasi topog rafi, kemiringan lereng, jenis batuan dan  sifat fisiknya. Keadaan tersebut mencerminkan karakt eristik lahan, keberadaan sumber daya (terutama air) dan faktor kebencanaan yang tercakup kedalam faktor pendukung dan kendala.  Berdasarkan fa ktor pe ndukung, dan ke ndala ini, se rta atas k ajian kawasan fungsi utamanya (budi daya dan non budi daya), Kota Pare-pare dapat direkomendasikan atas 4 (empat) kawasan, yaitu : (1).  Kawasan lindung, (2). Kawasan pemukiman dan industri , (3). Kawasan Pertanian lahan basah dan  pemukiman, setempat industri, TPA, Bahan galian golongan C dan (4). Kawasan Pertamian lahan kering, perkebunan, hutan produksi, setempat pemukiman, TPA, dan bahan galian golongan C. 1. PENDAHULUAN Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Selatan dan hasil analisi geologi lingkungan wilayah KAPET PAREPARE menunjukkan Kota Parepare dapat  berperan sebagai pusat pelayanan kegiatan. Oleh karena itu untuk mengetahui daya dukung lahan dan lingkungan maka dalam bab ini mengkaji analisis geologi lingkungan pada skala 1 : 50.000 sehingga gambaran wilayah Kota Parepare sebagai pusat pelayanan bagi KAPET Parepare dapat dicermati dalam pengaturan  pemanfataan dan struktur ruang yang efisien, efektif dan berkelanjutan. 1.1. Gambaran Umum Kota Pare-Pare Adapun gambaran umum Kota Parepare yang diuraikan meliputi kondisi Geofisik-kimia,  biologi, sesial dan ekonomi, dan social budaya , sebagai berikut. Iklim Data iklim yang dianalisis dalam studi ini meliputi temperature udara, kelembaban udara, kecepatan angina serta curah hujan dan hari hujan. Temperature rata-rata di Kota Parepare  berkisar ant ara 28 0  C. Temperatur rata-rata yang tertinggi tercatat pada bulan Desember dan terendah pada bulan Februari. Kelembaban udara relative rata-rata di Kota  parepare cukup tinggi yaitu berkisar antara 81- 85 %. Hal ini dimungkinkan karena Kota Parepare terletak di pesisir pantai. Wilayah Kota Parepare terbagi dalam dua zone hujan masing-masing zone C2 dan D2. Kota Parepare didominasi oleh tipe iklim C2 dimana  jumlah bulan basah lebih dominant dibanding  bulan kering. Zona iklim tipe C2 dicirikan oleh  jumlah bulan basah sekitar 5-6 bulan kering 2-3  bulan. Dari data cura h hujan yang diperoleh dari stasiun pengamatan Kecamatan Ujung menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan tahunan berkisar 1798 mm/tahun. Curah hujan  bulanan yang terjadi di wilayah ini umumnya lebih kecil dari 400 mm kecuali pada bulan Desember. Penggunaan Lahan dan Tata Ruang Penggunaan lahan terluas di Kota Parepare adalah hutan yaitu 4.311 ha (43,40 %), berikut  padang rumput 2.174,98 ha (21,90 %) dan  kebun tegalan 1.841,97 ha (18,56 %). Penyebaran ke tiga bentuk penggunaan lahan ini  juga terluas di Kecamatan Bacukiki. Berdasarkan Struktur Tata Ruang, Kota Parepare terbagi ke dalam pusat-pusat  pertumbuhan dan pelayanan kota. Untuk pusat

13.Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Kota Pare-Pare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Kota Pare-Pare

Citation preview

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    OPTIMALISASI PEMANFAATAN RUANG KOTA PARE-PAREBERDASARKAN ASPEK GEOLOGI LINGKUNGAN

    Oleh :Oki Oktariadi

    SARI

    Informasi geologi tata lingkungan yang memuat data karakteristik lahan, potensi sumber daya alam (bahangalian, sumber daya air) dan faktor kebencanaan merupakan salah satu data dasar beraspek fisik yangmempunyai peranan penting dalam penataan ruang dan pengembangan wilayah sehingga, pembangunanyang dicapai tidak hanya berorientasi pada upaya pemberdayaan sumber daya dari aspek ekonomi, tetapijuga mempertimbangkan kemampuan daya dukungnya.

    Kota Pare-pare menunjukkan bentangalam perbukitan, dan pedataran dengan karakteristik lahanyang cukup mencolok, baik dari bentuk dan konvigurasi topografi, kemiringan lereng, jenis batuan dansifat fisiknya. Keadaan tersebut mencerminkan karakteristik lahan, keberadaan sumber daya (terutamaair) dan faktor kebencanaan yang tercakup kedalam faktor pendukung dan kendala.

    Berdasarkan faktor pendukung, dan kendala ini, serta atas kajian kawasan fungsi utamanya (budi dayadan non budi daya), Kota Pare-pare dapat direkomendasikan atas 4 (empat) kawasan, yaitu : (1).Kawasan lindung, (2). Kawasan pemukiman dan industri , (3). Kawasan Pertanian lahan basah danpemukiman, setempat industri, TPA, Bahan galian golongan C dan (4). Kawasan Pertamian lahankering, perkebunan, hutan produksi, setempat pemukiman, TPA, dan bahan galian golongan C.

    1. PENDAHULUANBerdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah(RTRW) Provinsi Sulawesi Selatan dan hasilanalisi geologi lingkungan wilayah KAPETPAREPARE menunjukkan Kota Parepare dapatberperan sebagai pusat pelayanan kegiatan.Oleh karena itu untuk mengetahui daya dukunglahan dan lingkungan maka dalam bab inimengkaji analisis geologi lingkungan pada skala1 : 50.000 sehingga gambaran wilayah KotaParepare sebagai pusat pelayanan bagi KAPETParepare dapat dicermati dalam pengaturanpemanfataan dan struktur ruang yang efisien,efektif dan berkelanjutan.1.1. Gambaran Umum Kota Pare-PareAdapun gambaran umum Kota Parepare yangdiuraikan meliputi kondisi Geofisik-kimia,biologi, sesial dan ekonomi, dan social budaya,sebagai berikut.IklimData iklim yang dianalisis dalam studi inimeliputi temperature udara, kelembaban udara,kecepatan angina serta curah hujan dan harihujan. Temperature rata-rata di Kota Parepareberkisar antara 280 C. Temperatur rata-rata yangtertinggi tercatat pada bulan Desember danterendah pada bulan Februari.

    Kelembaban udara relative rata-rata di Kotaparepare cukup tinggi yaitu berkisar antara 81-85 %. Hal ini dimungkinkan karena KotaParepare terletak di pesisir pantai.Wilayah Kota Parepare terbagi dalam dua zonehujan masing-masing zone C2 dan D2. KotaParepare didominasi oleh tipe iklim C2 dimanajumlah bulan basah lebih dominant dibandingbulan kering. Zona iklim tipe C2 dicirikan olehjumlah bulan basah sekitar 5-6 bulan kering 2-3bulan. Dari data curah hujan yang diperoleh daristasiun pengamatan Kecamatan Ujungmenunjukkan bahwa rata-rata curah hujantahunan berkisar 1798 mm/tahun. Curah hujanbulanan yang terjadi di wilayah ini umumnyalebih kecil dari 400 mm kecuali pada bulanDesember.Penggunaan Lahan dan Tata RuangPenggunaan lahan terluas di Kota Parepareadalah hutan yaitu 4.311 ha (43,40 %), berikutpadang rumput 2.174,98 ha (21,90 %) dan kebun tegalan 1.841,97 ha (18,56 %).Penyebaran ke tiga bentuk penggunaan lahan inijuga terluas di Kecamatan Bacukiki.Berdasarkan Struktur Tata Ruang, KotaParepare terbagi ke dalam pusat-pusatpertumbuhan dan pelayanan kota. Untuk pusat

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    pertumbuhan, Kota Parepare akan berkembangdengan karakteristik perpaduan kota perbukitandan kota pantai, dengan fungsi utamanya adalahsebagai pusat pertumbuhan pemukiman,perdagangan dan jasa, serta industripergudangan. Sedangkan pusat-pusatpertumbuhan di daerah sekitarnya (hinterland)akan lebih berfungsi sebagai pusat pertumbuhanpengumpul hasil-hasil pertanian danpemukiman. Sedangkan untuk pusat pelayanankota, Kota Parepare terbagi dalam beberapapusat pelayanan kota berdasarkan bidangpelayanan dan pusat lokasi fasilitas-fasilitasnyayaitu Pusat Pemerintah Kota, Pusat industriManufaktur, Pusat Perdagangan, PusatPelayanan Kesehatan dan Pusat PelayananTransportasi Darat.KependudukanKependudukan merupakan aspek penentudinamika sosial dan ekonomi suatu wilayah.Keadaan jumlah penduduk, kepadatanpenduduk, jenis kelamin, rasio penduduk, sexratio, jumlah KK, jumlah tanggungan anggotakeluarga dan rata-rata pertumbuhan pendudukdi wilayah penyelidikan.Pertumbuhan penduduk Kota Parepare rata-ratahanya 1,64% (tahun 2000-2004) relatif lebihbesar dibandingkan dengan pertumbuhanpenduduk Kota Makassar (1,56%).1.2. Kondisi Geologi Lingkungan1.2.1. Morfologi dan Kemiringan LerengMorfologi Kota Pare-pare dapat dibagi menjaditiga satuan yaitu dataran rendah, perbukitan danpegunungan, masing-masing dijelaskan sebagaiberikut.Dataran rendah, terdapat pada bagian yangsempit sekitar muara sungai Karajae dansepanjang pesisir, dan melebar di sekitarKecamatan Soreang, Kecamatan Ujung.Ketinggian berkisar antara 0-50 meter di atasmuka laut, dengan lereng datar sampai landai (0 2%). Daerah ini menempati sekitar 11.0 %dari luas total wilayah. Penggunaan lahan saatini masih didominasi sebagai kebun campuran,pemukiman dan jasa perdagangan.Morfologi perbukitan, secara luas menempatibagian barat, memanjang arah utara selatan danumumnya berlereng landai (2 15%) hinggacuram (15 -25%). Ketinggiannya berkisar antara50-250 m di atas muka laut. Tersebar di sekitarBacukiki dan Lapade satuan ini menempatidaerah sempit di antara morfologi dataranrendah dan pegunungan. Luas sekitar 25%.

    Penggunaan lahan saat ini terutama kebunsejenis dan kebun campuran, sawah hujan danhutan sejenis.Morfologi pegunungan, menempati bagiantenggara Kota Pare-Pare yang membentang arahutara-selatan dan melebar di bagian selatan.Satuan morfologi ini umumnya berlereng terjal (25 - 40%) dan sangat terjal (>40%) denganketinggian melebihi 250 m di atas muka laut.Luas wilayah sekitar 64% dari luas total KotaPare-Pare, sebagian besar termasuk KecamatanBacukiki. Penggunaan saat ini terutama sebagaihutan lindung dan sebagian lagi berupa kebunsejenis dan kebun campuran.Morfologi Karst, Morfologi kars makromerupakan bentukan alam/landform yangmemiliki ukuran meter hingga kilometer.Kenampakan dilapangan satuan morfologi inimemperlihatkan bukit-bukit yang umumnyaberbentuk kanopi dengan ketinggian berkisar50 m hingga 400 m di atas permukaan laut.Bentuk bentangalam ini sangat karakteristik danmempunyai tanda-tanda yang mudah dikenalbaik di lapangan, pada peta topografi maupunpada potret udara juga memiliki gua-gua keringwalaupun dibeberapa tempat terdapat rembesanatau tetesan air terutama pada musim hujan.Sebarannya terdapat di tenggara Kota Parepareyang berbatasan dengan Kabupaten Barru danKabupaten Sidenrangrepang.1.2.2. Batuan dan TanahBerdasarkan Litostratigrafi, daerah pareparemencakup 4 tempat) satuan batuan yaitu tufakasar dan halus masam, batugamping, batuanbeku masam dan alluvial.Satuan tufa kasar dan tufa halus masammenempati wilayah Parepare bagian utara,bersesuaian dengan satuan morfologi dataranrendah, satuan batugamping dijumpai di daerahTanah mailiye dalam komposisi kalkaranit,kemudian menumpang tidak selaras di atassatuan tufa yaitu satuan breksi vulkanik. Satuanbatuan ini terdiri dari fragmen dan matrik yangbersifat andesitan. Batuan ini tersingkap denganbaik di bagian selatan dan barat Parepare,meliputi sebagian lokasi rencana kegiatanpembangunan kilang. Satuan batuan bekumasam dijumpai di pantai Lumpue, sementarasatuan batuan alluvial menempati sebagianpantai Parepare. Bahannya berupa bongkahan,kerakal, kerikil, pasir dan lempung sertaendapan pantai yang sampai sekarangpembentukannya masih berlangsung.

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Gambar 1. Peta Penggunaan Lahan Eksisting, Kota Pare-pare

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    1.2.3. Sumber Daya GeologiA. Sumber Daya A irSumber daya air yang dijelaskan dibawah initerdiri dari sumber daya air permukaan, sumberdaya air tanah dan kondisi hidrooceanogarfi.Air PermukaanAir permukaan merupakan air yang terdapatatau mengalir di permukaan tanah, seperti mataair, sungai, danau dan laut. Air permukaan yangterdapat di tapak proyek berasal dari air atmosfir(air hujan) yang mengalir di permukaan (run-off) dan masuk ke dalam sungai. Pada bagianhulu terdapat dua sungai yaitu Sungai Jawijawiyang berada di sebelah selatan dan SungaiAlokoe yang terletak di sebelah utara. SungaiAlokoe mengalir dari utara ke selatan danbermuara ke Sungai Jawijawi, sedangkan SungaiJawijawi bermuara ke Sungai Karajae. Dengandemikian semua sungai tersebut merupakananak Sungai Karajae.Kondisi hidrologi pada tapak proyek sangatdipengaruhi oleh keberadaan Sungai Karajae.Pola aliran DAS Karajae secara umumberbentuk dendritik, dan setempat menyiku. Dibagian hulu dan tengah aliran sungainya. erositegak berjalan lebih giat dan lembahnyaberbentuk "V' dengan aliran yang deras. Dibagian muara sebagian S. Karajae berkelok-kelok dan membentuk gasang-gasang denganlembah berbentuk U". Di beberapa tempatterjadi penyempitan dan erasi tebing sungai.Air TanahAir tanah merupakan air yang mengalir atautertampung di dalam lapisan tanah (akuifer).Berdasarkan genesanya, air tanah dapatdibedakan menjadi air tanah tidak tertekan danair tanah tertekan.v Air tanah tidak tertekan

    Air tanah tidak tertekan adalah air tanahyang sistem akuifernya pada bagian bawahdidasari oleh lapisan kedap air, sedangkanpada bagian atasnya tidak tertutup olehlapisan kedap air. Keberadaan air tanahtidak tertekan sangat dipengaruhi olehkondisi dan situasi lingkungannya sepertitopografit iklim khususnya curah hujan, danpenggunaan lahan. Air tanah jenis ini diareal proyek dapat ditemukan karenakeadaan topografinya yang landai.

    v Air tanah tertekanAir tanah tertekan adalah air tanah yangtersimpan pada akuifer yang bagian atasdan bawahnya tertutup oleh lapisan kedap

    air. Air tanah yang terdapat pada akuifer inidapat dimanfaatkan dengan cara pembuatansumur bor dalam. Berdasarkan atas kondisigeologi, maka sangat sulit ditemukan airtanah tertekan.

    B. Bahan GalianCadangan bahan galian golongan C sebagianbesar berada dalam wilayah kecamatanBacukiki. Untuk bongkah batuan, kerikil danpasir terdapat terutama di aliran S. Karajae.Khusus untuk pasir sebagian besar terdapat dimuara S. Karajae. Cadangan bahan galiangolongan C cukup besar, terutama yang terdapatdi dataran dan topografi bergelombang, hanyavolume cadangan terukur secara pasti belumpernah dilakukan penelitian dan perhitungan.C. Kebencanaan Beraspek GeologiAspek kebencanaan geologi yang teramati diwilayah Kota Pare-Pare antara lain Kegempaandan Tsunami, longsor dan banjir.KegempaanKota Parepare terletak pada wilayah bahayagempabumi XIII yang memiliki skala MMI Vsampai VII. Data mengungkapkan bahwadaerah Parepare dan sekitarnya mempunyaisejarah kegempaan yaitu kejadian gempa diPinrang tahun 1997 yang terasa juga diParepare.LongsorBeberapa daerah yang berpotensi longsor diKota Parepare meliputi sebagian kelurahanLumpuE, Watang Bacukiki, Bumi Harapan danKelurahan LemoE. Kondisi topografi padadaerah tersebut berada pada kemiringan di atas40% dengan tutupan vegetasi yang relatifmerupakan kawasan yang syarat untukdilakukan konservasi.Abrasi PantaiAbrasi adalah erosi batuan atau tanah olehaktifitas air laut. Lokasinya terdapat disepanjang pantai Parepare terutama pantai yangberteluk.Abrasi yang terjadi umumnya pada pantaiberteluk dengan batuan penyusunnya adalahlempung tufaan dan napal yang tersebar dibagian tengah dan utara Kota Pare-Pare sampaimemasuki perbatasan dengan KabupatenPinrang. Abrasi pada umumnya terjadi padabulan Oktober sampai Mei dimana saat itutekanan ombak terhadap pantai cukup besar,namun bagi pantai yang memiliki hutanmangrove abrasi dapat dihindari.

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    BanjirWilayah yang berpotensi banjir adalah sebagianwilayah Kelurahan Labukkang dan kelurahanLumpuE yaitu poros jalan sebelah selatan sungaiSumpangminangae.Kemudian daerah Lakassi, Ujung lare, WatangSoreang, Kampung Baru, Ujung Sabbang,Kampung Pisang dan beberapa permukimankumuh di pesisir pantaiPenyebab banjir utama wilayah Kota Pare-Pareumumnya tersusun oleh batuan vulkanik tuadengan nilai infiltarsi rata-rata kurang dari 10-3,ketebalan tanah relatif tipis (kurang dari 1meter) dan vegetatif yang jarang sehinggaapabila hujan turun deras kecepatan run offmelebihi kecepatan infiltarasinya dan mengisicekungan-cekungan yang terdapat di pedataran.

    1. PENGKATAGORIAN GEOLOGILINGKUNGAN PERKOTAAN

    Geologi lingkungan merupakan gambarankondisi suatu daerah yang mencakupsumberdaya geologi (sumberdaya air dan bahangalian) dan bahaya lingkungan beraspek geologi(gerakan tanah, erosi tanah, abrasi dankegempaan). Keadaan geologi lingkunganberhubungan erat dengan kebutuhan atau syaratpenggunaan lahan, termasuk di dalamnya untuksyarat pengembangan kawasan pemukiman,industri, perkantoran dan jasa perdagangan.

    2.1. Metode Analisis Geologi LingkunganPerkotaan

    Analisis geologi lingkungan di sini merupakananalisis terhadap komponen-komponen geologilingkungan berupa faktor pendukung dankendala / pembatas fisik dalam pengembanganwilayah. Komponen tersebut terdiri dari keadaanlereng, daya dukung tanah dan batuan terhadapbangunan / fondasi, kondisi keairan /hidrogeologi, gempabumi, tsunami, dan gerakantanah / longsor. Dalam melakukan analisis inidiperlukan suatu satuan unit analisis yangberupa satuan geologi lingkungan sebagaikerangka analisis yang di dalamnya terdapatkesamaan karakteristik dari seluruh atausebagian besar komponen geologi lingkungansehingga akan diketahui gambaran secara umumtentang faktor pendukung dan pembatas yangada.Metoda yang digunakan untuk analisis iniadalah kualitatif empiris dengan melakukanskoring terhadap komponen tersebut padadaerah / wilayah yang tidak tersisihkan. Olehkarena itu dalam analisis dengan metoda ini

    juga melibatkan komponen penyisih geologi dannon geologi seperti pada tabel 1. Sebelummelakukan skoring, setiap komponen geologilingkungan diberi bobot dan nilai sesuai dengantingkat kepengaruhannya terhadap kesesuaianpenggunaan lahan. Oleh karena komponengeologi lingkungan yang dianalisis lebih darisatu, maka metoda ini melibatkan proses overlay/ tumpang susun terhadap setiap komponen yangdianalisis. Proses overlay terhadap peta-petatematik komponen geologi lingkungan danproses skoring ini menggunakan programkomputer Map Info. Tahap akhir dari analisisini adalah melakukan klasifikasi berdasarkanskor yang dimilikinya untuk mengetahui tingkatkeleluasaannya bagi pengembangan wilayahperkotaan.2.2. Hasil AnalisisBerdasarkan hasil analisis setiap parameterpenentu kelayakan wilayah perkotaan makadapat diklasifikasikan menjadi wilayah limitasi,wilayah kendala dan wilayah potensial.2.2.1. Wilayah LimitasiWilayah limitasi adalah wilayah yang fisikdasarnya memiliki tingkat kesesuaian lahanyang tidak dapat dikembangkan menjadibudidaya, baik budidaya perkotaan maupunbudidaya non perkotaan, meskipun telahdiberikan masukan teknologi. Wilayah inibiasanya memiliki kemiringan lahan > 40%dengan ketinggian > 1.000 meter dan sangatpeka terhadap erosi. Wilayah ini umumnyamempunyai curah hujan tinggi danmenyebabkan kerusakan tanah dan tata air. Olehkarena itu wilayah tersebut sebaiknya diarahkanmenjadi kawasan lindung.

    2.2.2. Wilayah KendalaWilayah kendala atau bersyarat yaitu wilayahyang memerlukan masukan teknologi bagipembangunan dan pengembangannya, dengankonsekuensi perlunya biaya tambahan untukmenanggulangi kendala tersebut. Wilayah initidak cocok untuk dikembangkan kawasanbudidaya permukiman, akan tetapi lebih cocokuntuk dikembangkan sebagai budidayapertanian. Dalam pengembangan perkotaan,wilayah kendala ini dapat digunakan sebagaiwilayah cadangan, apabila wilayah potensisudah tidak mampu lagi menampungperkembangan kota.Untuk mengantisipasi pengembangan KotaParepare 10 tahun ke depan wilayah kendala inidikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Tabel 1.KRITERIA PENILAIAN KOMPONEN GEOLOGI LINGKUNGAN PERKOTAAN

    A.KOMPONEN SUMBER DAYA GEOLOGI

    No. Komponen Kisaran Kelas Nilai Bobot Skor

    Air tanaha. Zonakonservasi

    Daerah aman 4

    (pengambilan air tanah)

    Daerah rawan (termasuk daerah imbuhan) 2

    Daerah kritis dan rusak 1

    Baik 4 12

    Tinggi (> 3 lt/dt) 4Sedang (1- 3 lt/dt) 3Rendah (0,5-1 lt/dt) 2

    b.Produktifitas akuifer

    Sangat rendah (200m) 1

    Buruk 2 6

    1. Air tanah dangkal sesuai untukair baku sampai setempat tercemaratau setempat tidak sesuai untuk airbaku. Air tanah dalam sesuai untukair baku.

    4

    2. Air tanah dangkaltidak sesuai untuk air baku. Airtanah dalam sesuai untuk air baku.

    3

    3. Air tanah dangkal dan airtanah dalam setempat tidak sesuaiuntuk air baku.

    2

    1.

    d.Kesesuaian/kela- yakan sebagai air baku air minum

    4. Air tanah dangkal tidak sesuaiuntuk air baku. Air tanah dalamsetempat tidak sesuai sampaiseluruhnya tidak sesuai untuk airbaku

    1

    P

    O

    T

    E

    N

    S

    I

    Sa-ngatburuk 1

    3

    3

    Datar (0 5%) Baik 4 16Landai (5 10%) Sedang 3 12Terjal (10 15%) Buruk 2 8

    2 Kemiringanlereng

    Sangat Terjal (>15%) Sangat Buruk 1

    4

    4Tanah/batuan N-SPT

    (Pembor-an)

    kg/cm2

    (Son-dir)

    ton/m2

    (Qall)Jenis materialpermukaan

    Keras >50 > 150 > 21,6 Batuan Baik 4 20

    Sedang30 50 60-150 7,2-21,6 Tanah residu

    (>2m)Pasir &kerikil?? 5m)

    Se-dang 315

    Lunak10 - 30 20 60 3,6-7,2 Lanau, pasir, dan

    kerikil (

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    B. KOMPONEN BAHAYA GEOLOGINo Komponen Kisaran Kelas Nilai Bobot Skor

    MMI RichterI, II,III,IV,V 6,5 Sangat Buruk 1

    4

    4Sangat rendah Baik 4 16Rendah Sedang 3 12

    2. Kerentanan gerakantanah

    Menengah Buruk 14

    4Aman Baik 4 8Kawasan Rawan I Sedang 3 6

    3. Gunungapi

    Kawasan Rawan II Buruk 12

    2Ketinggian tempat Tinggi landaanTidak Berpotensi Tidak Berpotensi Baik 4 8

    5 15 m 0 - 2 m Sedang 3 62 5 m 2 - 5 m Buruk 2 4

    4. Tsunami(Potensi Landaan)

    0 2 m 5 - 15 m Sangat Buruk 12

    2

    C. KOMPONEN PENYISIH GEOLOGI

    No Komponen Kriteria Kelas Keterangan1. Zona sesar aktif Jarak < 100 meter Tidak Layak2. Bahaya gunungaapi Kawasan Rawan III Tidak Layak3. Kerentanan gerakan

    tananKerentanan Tinggi Tidak Layak

    Berkaitan denganfaktor keamanan

    D. KOMPONEN PENYISIH NON-GEOLOGI

    No Komponen Kriteria Kelas Keterangan1 Kawasan lindung Dalam Kawasan Lindung Tidak Layak Berkaitan dengan peraturan dan per-

    undang-undangan2 Banjir periode ? 5

    tahunanDalam Daerah GenanganBanjir

    Tidak Layak Gangguan mobilitas dan kenyamanan, pen-cemaran, wabah penyakit dan lain-lain.

    3 Daerah pasang surutair laut

    Dalam Genangan PasangTertinggi

    Tidak Layak Gangguan mobilitas dan kenyamanan, pen-cemaran, wabah penyakit dan lain-lain.

    24 38 52 67 81 96

    Limitasi Kendala tinggi Kendala sedang Kendala rendah Potensial

    Klasifikasi Zona Pengembangan Wilayah Kota Berdasarkan Total SkorKomponen Geologi Lingkungan

    Zona

    Pengembangan

    Total Skor

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    wilayah kendala rendah peruntukan lahannyauntuk kegiatan perkantoran dan perdagangan,wilayah kendala sedang peruntukan lahannyauntuk pertanian dan setempat permukiman,wilayah kendala tinggi peruntukan lahannyauntuk hutan dan setempat pertanian.2.2.3. Wilayah PotensialWilayah potensial sering dikatakan sebagaikawasan manfaat atau kawasan kemungkinanyaitu kawasan yang lingkungan fisik dasarnyamemiliki tingkat kesesuaian lahan aktual untukdibangun dan dikembangkan bagi kawasanbudidaya perkotaan, maupun kawasan budidayanon perkotaan.3. ARAH PENGGUNAAN LAHANKota Parepare sebagai pusat pertumbuhanKAPET Parepare mempunyai posisi strategisyang berada pada silang jalur transportasiregional Sulsel arah utara selatan denganarah Barat, serta implementasi UU OtonomiDaerah, maka tidak tertutup kemungkinanapabila kabupaten-kabupaten di sekitar KotaParepare akan membangun agroindustri didaerah masing-masing di tempat yang memilikiaksebilitas tinggi ke pelabuhan Parepare. Untukmengantisipasi kemungkinan fenomena inimaka Kota Parepare perlu mengakomodirperan Kota Parepare sebagai kota jasatransportasi, pergudangan peti kemas,perbankan, permukiman, rekreasi, perbelanjaandsb. Kemungkinan terbentuk nya kota baru didaerah pinggiran kota (suburban new town)adalah cukup besar.Wilayah Kota Parepare berdasarkan analisisgeologi lingkungan memiliki 3 (tiga) katagorilahan yaitu lahan limitasi, lahan kendala danlahan potensial, oleh karena itu diperlukanarahan penggunaan lahan untuk berbagaiaktivitas/ kegiatan perkotaan sesuai dengandaya dukung lahan dan lingkungan.3.1. Pemanfaatan RuangBerdasarkan ketiga kriteria tersebut di atas makasecara umum wilayah pengembangan KotaParepare dapat diarahkan ke bagian barat dariKecamatan Ujung dan Kecamatan Soreang,karena memiliki ketersediaan lahan yang cukupluas dan belum terbangun. Selain itu kondisitopografinya cukup landai. Sedangkan lokasiuntuk berbagai kegiatan perkotaan dijelaskansebagai berikut ;3.1.1. Pengembangan kawasan industri.Pengembangan kawasan industri diarahkan dibagian utara dan di bagian selatan, keduanyamemiliki kelebihan masing-masing.

    Bagian utara memiliki tingkat aksebilitas yangdekat dengan pelabuhan tetapi tidak didukungdengan potensi air yang berlimpah baik airpermukaan maupun air tanah dalam, sedangkandi bagian selatan memiliki dukungan sumber dayaair permukaan yang melimpah karena berdekatandengan sungai Karajae, sebaliknya dukunganaksebilitas jalan kurang baik artinya memerlukaninventasi pengembangan jalan yang sesuai untukkawasan industri.3.1.2. Pengambangan Kawasan Pemukiman.Pengembangan kawasan permukiman bertujuanuntuk terpenuhinya kebutuhan perumahan yangmemnuhi syarat kesehatan, keamanan, dankenyamanan bagi seluruh lapisan masyarakatyang ditunjang oleh penyediaan prasaran dansarannya.Saat ini pemukiman eksisting telah mengisi lahanyang sesuai dengan persyaratan kelayakan lahanuntuk pemukiman seperti pada kemiringan lereng0-15% dan daya dukung tanah > 7,2 ton/m2sehingga pengembangan selanjutnya mulaimerambah ke lahan yang memiliki kriteria layakbersyarat yang disebut sebagai kota atas.Oleh karena itu pengembangan kota atas tersebutmemerlukan program penataan lingkunganperumahan untuk meningkatkan kondisi layakbersyarat menjadi layak antara lain denganmelakukan terasering/ cut and fill sesuai dengantingkat keamanan lereng dan tetapmempertimbangkan pengadaan ruang terbukahijau untuk memenuhi Koefisien Dasar Bangunan(KDB) sesuai daya dukung lingkungannya.3.1.3. Pengambangan aktivitas Perdagangan

    dan Jasa.Pertimbangan utama dalam penentuan lokasiuntuk kegiatan perdagangan dan jasa adalahfaktor kemudahan (aksesibilitas) pencapaian darilokasi permukiman. Untuk lokasi perdaganganyang mempunyai skala pelayanan lokal (eceran)diusahakan mendekati kelompok permukimansedangkan untuk kegiatan perdagangan yangmempunyai skala pelayanan regional (grosir)diusahakan menjauhi lokasi pemukiman.

    3.1.4. Kelayakan Lokasi TPA SampahKota Parepare saat ini secara umum dikelolaoleh Dinas Pertamanan dan Kebersihan Kotamulai dari rumah penduduk ke TPS selanjutnyadiangkut ke TPA. Sedangkan sampah pasardikelola oleh dinas pasar sampai ke TPS.

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Gambar 2. Peta Geologi Lingkungan Pusat Pertumbuhan Kapet Parepare.

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampahyang ada saat ini di Kota Parepare berada ditimur kota termasuk kelurahan Lapadde yangberbatasan langsung dengan KabupatenSindrap dengan kapasitas penampungan + 10,5Ha dan memiliki umur pakai sampai 5 (lima)tahun kedepan, sehingga dibutuhkan lokasiTPA yang baru.Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dandata laboratorium mekanika tanah dan batuansekitar lokasi yang memiliki tingkat kelayakantinggi (hipotetis) antara lain ; Di wilayah selatan Kota Parepare yaitu

    di sekitar Kampung Lakaliki KecamatanBacukiki. Parameteri geologi lingkunganmemiliki jenis tanah lempung merah(tanah terarosa) dengan nilai permeabilitas> dari 10-5, muka air tanah - 15 meter,kemiringan lereng < 15% dan jauh daripemukiman.

    Di wilayah utara Kota Parepare beradadi sekitar Kampung Pisang KecamatanSoreang. Parameter geologi lingkunganmemiliki jenis tanah lempung lanauandengan nilai permeabilitas > dari 10-6,muka air tanah > - 10 meter, kemiringanlereng < 15% dan jauh dari pemukiman.

    Untuk kebutuhan jangka panjang makasebaiknya dilakukan studi geologi lingkungankelayakan TPA Sampah secara konprehensifsehingga dampak negatif yang mungkin terjadidapat dihindari.

    3.2. Analisis Daya Dukung Tanah UntukPengembangan Sarana Prasarana Kota.Sebagai data penunjang untuk perencanaanpondasi bangunan sipil di daerah rencanapembangunan sarana dan prasarana KotaParepare, aspek geologi teknik akanmemberikan masukan mengenai penentuandaya dukung tanah untuk berbagai kegiatanpenggunaan lahan secara umum.Penentuan daya dukung tanah hanya dilakukanperhitungan untuk tipe bangunan ringan ataupondasi dangkal , yaitu dengan batasan lebarpondasi 1,2 m, kedalaman 1 m sedangkanuntuk analisa daya dukung bangunan berat(pondasi dalam) diperlukan penelitian lebihdetail lagi. Perhitungan daya dukung dangkalmenggunakan data laboratorium mekanikatanah hasil dari pengambilan sampel dilapangan menggunakan rumus seperti dibawahini, untuk lebar pondasi 1,5 m dan kedalaman 1m, yaitu:

    Q. ult = (C x Nc + m x Df x Nq + 0,5 x mx B x Ny)

    C = kohesi (kg/cm2)m = berat isi tanahB = lebar pondasi (m)Df = kedalaman pondasi (m)Nc, Nq, Ny = faktor daya dukungQ. ult = daya dukung ultimit

    Hasil perhitungan untuk masing-masing satuanlitologi dengan lebar pondasi 1,2 m dankedalaman 1 m sebagai berikut.

    Tabel 2 Hasil Perhitungan Daya Dukung Tanah

    Tiap Satuan LitologiJenis Litologi Daya Dukung Tanah

    (ton/m2)1. Lempung

    lanauan 16,778 - 30,553

    2. Lempung merah 11,785 - 17,428

    Adapun klasifikasi daya dukung tanah yangdijinkan yaitu sebagai berikut.

    Tabel 3Klasifikasi Daya Dukung Tanah Diijinkan

    Kriteria Daya Dukung Diijinkan(ton/m2)

    RendahSedangTinggi

    < 7,27,2 - 21,6

    > 21,6

    Dari hasil perhitungan daya dukung tanah diwilayah potensial maka dapat dikelompokkanmenjadi 2 (dua) , yaitu sebagai berikut.

    Tabel 4Klasifikasi Daya Dukung Tanah

    di Daerah PenyelidikanJenis Litologi Daya Dukung

    Tanah (ton/m2)Kriteria

    Lempunglanauan

    16,76728 - 30,355 Tinggi

    Lempungmerah (tanahterarosa)

    11,7558 - 17,4328 Sedang

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    Gambar 3. Peta Arah Peruntukan Lahan Kota Parepare

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    5. KESIMPULAN

    Berdasarkan analisis geologi lingkungan, KotaParepare dapat dibagi menjadi zona limitasiuntuk pengembangan, zona kendala tinggi,zona kendala sedang, zona kendala rendah danzona potensial untuk dikembangkan Olehkarena itu rekomendasi peruntukannya berupakawasan budidaya, lindung dan penyangga.Zona limitasi di arahkan menjadi kawasanlindung tersebar di bagian tenggara KotaParepare, zona potensial diarahkan menjadiwilayah pengembangan perkotaan dankawasan industri. Sedangkan zona kendaladiarahkan menjadi kawasan penyangga sepertiwilayah perkebunan, pertanian, pariwisata danpertambangan bahan galian golongan C.Kendala yang mungkin terjadi dalampengembangan Kota Parepare sebagai pusatkegiatan KAPET Parepare adalah keterbatasansumber daya air baik air permukaan maupun airtanah dalam. Oleh karena itu kerjasama denganKabupaten Sekitarnya sangat diperlukankhususnya dalam memanfaatkan sumber daya airpermukaan dalam lingkup Daerah Aliran Sungai(DAS).

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Anonim, 2000, Program PembangunanDaerah 2001-2005 Pemerintah PropinsiSulawesi Selatan.

    2. Bakosurtanal, 1993, Peta Rupa Bumi skala1 : 250.000 Lembar Majene, LembarWatampone, Lembar Larompong danLembar Parepare, Bogor.

    3. Bakosurtanal, 1991, Peta Rupa Bumi skala1 : 50.000 Lembar Sinderang, LembarWatansoppeng, Lembar batubatu,Lembar Barru, Lembar Pinrang danLembar Parepare, Bogor.

    4. Calvert, S.J. 2000, The Cenozoic geologyof the Lariang and Karamaregions,Western Sulawesi, Indonesia. PhDThesis

    5. Djuri, Sudjatmiko, Bachri, 1998, PetaGeologi Lembar Majene dan BagianBarat Lembar Palopo, Sulawesi, skala1 : 250.000, Pusat Penelitian danPengembangan Geologi, Bandung.

    6. Hall, Robert, 2003, Cenozoic Tectonics ofIndonesia Problems and Models, ShortCourse, Indonersian Petroleum

    Association and Royal HollowayUniversity of London.

    7. Kantor Kapet Parepare, 2005, LaporanAkhir Penyusunan dan PembuatanRencana Strategis (Rentra) KAPETParepare.

    8. Pemda Kota Parepare, 2000, LaporanRencana Tata Ruang Wilayah KotaParepare, Bappeda Parepare.

    9. Pemda Sulawesi Selatan, 2000, RevisiRencana Tata Ruang Sulawesi Selatan2000 2015, Bappeda Sulawesi Selatan.

    10. Suhala S, Arifin M., 1997 ; Bahan GalianIndustri, Pusat Penelitian danPengembangan Teknologi Mineral,Bandung.

    11 Sukamto, R, 1975 ; Peta Geologi LembarPangkajene dan Watampone bagianbarat, Sulawesi, skala 1 : 250.000, PusatPenelitian dan Pengembangan Geologi,Bandung3

  • Kolokium Hasil Kegiatan Tahun 2006 Pusat Lingkungan GeologiBandung, 29 November 2007

    203