Upload
fuad-ade
View
718
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BENTUK KOROSIBENTUK KOROSIBENTUK KOROSIBENTUK KOROSI
JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTIMETALURGI FTI--ITSITS
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
BENTUK/TIPE KOROSI
1. Uniform / general corrosion
2 G l ik / bi l iMerata 25%
2. Galvanik / bimetal corrosion
3. Crevice Corrosion (korosi celah) Lokal 25%
4. Pitting Corrosion (korosi sumuran)
5. Intergranular Corrosion (korosi batas butir)
6. Selective Leaching
7. Errosion Corrosion Multivariabel 50%
NO, D
EA
8. Stress Corrosion
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Uniform / General Corrosion
Korosi jenis ini yang paling sering, umum dijumpai. Korosi ini dikontrol oleh reaksi kimia atau elektrokimia antara
k l d di k ifpermukaan logam dengan media korosifnya.
Pengurangan berat / ketebalan logam terjadi merata pada seluruh permukaan logam Jenis korosi ini tidak berbahayaseluruh permukaan logam. Jenis korosi ini tidak berbahaya.
Tebal awalKorosi merata
NO, D
EA
Tebal setelah korosi SU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Korosi uniform dapat dikurangi dengan :1. Pemilihan material yang tepat (semakin murni bahan
semakin tahan korosi).
2. Pelapisan
3. Penambahan inhibitor (media elektrolit)
4. Penambahan elemen paduan pada logam (lihat 1)
5. Proteksi katodik
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Galvanik / bimetal corrosion
Bila dua logam yang berbeda saling kontak dan berada pada media/larutan yang konduktif dan korosif maka akan timbulmedia/larutan yang konduktif dan korosif maka akan timbul “beda potensial” yang menyebabkan terjadinya aliran arus listrik i atau perpindahan elektron.
Gambar dibawah menunjukkan prinsip dasar dari korosi galvanik. Sebuah elektroda seng (anoda) dan elektroda tembaga (katoda). Keduanya bisa teroksidasiKeduanya bisa teroksidasi
Zno Zn2+ + 2e‐
2 NO, D
EA
Cuo Cu2+ + 2e‐
Keduanya teroksidasi tetapi tingkat oksidasi Zn lebih besar dari pada Cu sehingga bila keduanya dihubungkan akan terjadi beda
SULISTIJON
pada Cu, sehingga bila keduanya dihubungkan akan terjadi beda potensial sebesar 1,1 volt. Elektroda Cu menerima elektron dari elektroda Zn, sehingga Zn sebagai Anoda (terkorosi) Pr
of. D
r. Ir.
Proses terjadinya korosi galvanik
V e‐‐1,1 v
V
e‐
e
Zn CuCuo Cu2+ + 2e‐Zno Zn2+ + 2e‐ Cu Cu + 2e
NO, D
EA
Zn2+ Cu+
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
EMF (Seri Galvanik)EMF (Seri Galvanik)
Beda potensial elektrik diatas merupakan salah satu faktor terpenting yangBeda potensial elektrik diatas merupakan salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi korosi bimetal (galvanik).
Potensial ini disebut juga EMF (Electro Motif Force) yang mana timbulnya EMF tersebut akibat dari sifat kimia bahantersebut akibat dari sifat kimia bahan.
Besarnya EMF dari tiap – tiap bahan diukur relatif terhadap EMF hidrogen (H2/H+) yang nilainya = 0 volt.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Menentukan besarnya EMF relatif terhadap Hidrogen
Gas Hidrogen v
g
P= 1 atm,
T= 298 K
Pt M
Asam Sulfat
[H+] = 1 M
NO, D
EA
Metal Sulfat
SULISTIJON
[M+] = 1 M
Prof. D
r. Ir.
Deret Potensial BakuPotensial Baku SHE
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Pengaruh Lingkungan thd korosi galvanik
Lingkungan media korosif sangat mempengaruhi proses korosi bimetal. Pada Fe – Zn ; Zn (anodik) dan Fe (katodik) berlangsung pada media yang lembab. Sebaliknya Zn (katodik) dan Fe (anodik) berlangsung pada media air 180oF.
Korosi galvanik juga bisa terjadi dimedia udara dan laju korosi tergantung dari humidity relatifnya.
Dilingkungan yang sangat kering, korosi galvanik tidak terjadi karena tidak ada elektrolit yang mengantar arus.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Pengaruh Jarak pada Korosi GalvanikLaju korosi galvanik paling besar terjadi didekat sambungan. Korosi turun sebagai fungsi kenaikan j k t h d bjarak terhadap sambungan
Pengaruh Luas pada Korosi Galvanikg p
Elektroda kecil (anoda) : density arus besar korosi tinggi
Katoda besar (luas) : anoda kecil korosi tinggi
C C F F NO, D
EA
Cu Cu
Fe
Fe Fe
Cu SULISTIJON
FeFe
CuCu
BAIK TIDAK BAIK
Prof. D
r. Ir.
PENGENDALIAN KOROSI GALVANIK
• Pilih material yang mempunyai selisih EMF yang kecil (berdekatan pada seri galvanik)
• Hindari anoda dengan luas kecil dan katoda dengan luas• Hindari anoda dengan luas kecil dan katoda dengan luas besar.
• Anoda dan Katoda pisahkan dengan bahan isolator.• Coating• Tambahi inhibitor (zat penghambat) pada media korosif.• Hindari sambungan ulir untuk penyambungan dua• Hindari sambungan ulir untuk penyambungan dua
material yang selisih EMFnya besar.• Buat anoda yang gampang diganti dan mempunyai beda
i l k il hd dili d i NO, D
EA
potensial kecil thd yang dilindungi, agar awet.• Beri logam ketiga yang memiliki EMF yang kecil
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
K i l ikKeuntungan sistem galvanik
• Pipa airPipa air
Fe Zn
Sn : ‐ 0,14 volt Zn : ‐ 0,76 volt
NO, D
EA
Fe : ‐0,44 volt Fe : ‐ 0,44 volt
JELEK BAIK SULISTIJON
JELEK BAIK
Prof. D
r. Ir.
Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Merupakan salah satu jenis korosi lokalMerupakan salah satu jenis korosi lokal. Korosi ini disebabkan oleh adanya sejumlah kecil sekali larutan yang ter‐stagnasi (diam)kecil sekali larutan yang ter stagnasi (diam), karena adanya hole, gasket.
Sambungan penyebab timbulnya “celah”, sehingga korosi ini sering juga disebut korosi
NO, D
EA
deposit, korosi retakan, korosi packing, korosi interface, korosi tapal kuda dan korosi garis
SULISTIJON
air, korosi pasak.
Prof. D
r. Ir.
Faktor penyebab crevice corrosion
• Faktor lingkunganFaktor lingkungan Adanya pasir, debu yang bisa menimbulkan deposit membuat terjadinya stagnasi larutan sehingga timbul korosi celah, adanya retakan, adanya beda konsentrasi oksigen lokal,dll
Misalnya : Stainless steel 18 – 8 yang dipilih karet dan dicelup dalam air laut bisa terpotong pada N
O, D
EA
dan dicelup dalam air laut bisa terpotong pada bagian yang ada karetnya karena korosi celah.
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Konsentrasi oksigen sekitar
Konsentrasi oksigen di l h d h
gtinggi
5 100 mikron
MekanismeKorosi terjadi karena
dicelah rendah5‐100 mikron
Korosi terjadi karena∆ konsentrasioksigen lokal atau ∆ion logam lokalt l h dantara celah dan
sekitarnya, shg korosiini sering disebut“concentration cell
NO, D
EA
Corrosion”
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Tahap – tahap terjadinya crevice corrosion
• Mula – mula elektrolit seragam konsentrasinya, sehingga korosi yang terjadi adalah general corrosion (aman), kadar oksigen seragam.
• Oksigen sebagai bahan baku reaksi katodik reaksi reduksi• Oksigen sebagai bahan baku reaksi katodik, reaksi reduksi : ½O2+H2O+2e‐ 2(OH)‐ sedang elektron dari reaksi reduksidiperoleh dari reaksi anodik (oksidasi) adalah 2M 2M+ + 2e‐
• Pengambilan oksigen yang terlarut untuk reaksi katodik menyebabkank d d l l h d h b h k d koksigen didalam celah menipis dan habis, sehingga proses katodik
(pembentukan hidroksil OH‐ terhalang)• Didalam celah terjadi kelebihan ion – ion positif (M+ ), sehingga ion
negatif dari luar celah misalnya (Cl‐) berdiffusi masuk agar terjadig y ( ) g jkondisi setimbang (energi minimum) M+ + Cl‐ + H2O produk korosi MOH + …… H+ + ……H+ dan Cl‐menurunkan pH larutan
i l h i i b if k li ik i b i k i l j di NO, D
EA
• Korosi celah ini bersifat autokatalitik artinya begitu reaksi awal terjadi, sel – sel tidak lagi bergantung pada keadaan luar.
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Menghindari korosi celah
• Gunakan sambungan las.• Tutup sambungan non welded dengan las atau solder.• Hindari zona stagnasi.• Periksa secara intensif dan periodik zone celah – celah• Periksa secara intensif dan periodik zone celah – celah.• Gunakan media korosif (larutan) yang uniform.• Hindari packing yang basah.• Gunakan gasket yang solid
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Pitting Corrosion (korosi sumuran)
• Korosi lokal• Menyerang pada logam yang :‐ selaput pelindungnya robek secara mekanik.p p g y‐Memiliki tegangan konsentrasi lokal.‐Memiliki konsentrasi kimia heterogen (inklusi, segregasi , presipitasi)
• Sulit dibedakan dengan korosi celah.k l h d l h b d k N
O, D
EA
‐ korosi celah dipicu oleh beda konsentrasi O2
‐ korosi sumuran dipicu oleh faktor metalurgi
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Mekanisme pembentukan sumuran
G b bi tik iGambar bintik air1. Mula‐mula
terjadi korosi meratamerata
2. Daerah sentral kekurangankekurangan O2 karena jarak diffusi O2 lebihO2 lebih panjang anoda terjadi
NO, D
EA
jpelarutan M+
ditengah titik air terjadi SU
LISTIJON
karat dipusat berbentuk cincin Pr
of. D
r. Ir.
• Dipengaruhi oleh Temperatur, kadar Molibdenum (Mo)
• Dinyatakan dalam CPT (Critical PittingDinyatakan dalam CPT (Critical Pitting Temperatur), yang nilainya merupakan fungsi dari kadar Cr, Mo.fungsi dari kadar Cr, Mo.
• SS Duplex memiliki kadar Mo tinggi sehingga CPT nya tinggi pulasehingga CPT nya tinggi pula.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
• ContohPada baja lunak (mild steel) sering kali terjadi terjadi inklusi– Pada baja lunak (mild steel) sering kali terjadi terjadi inklusi Mangaan Sulfida (Katodik) sehingga daerah disekitarnya menjadi anodik
Baja Cold worked tidak memiliki lapisan pelindung oksida– Baja Cold‐worked, tidak memiliki lapisan pelindung oksida sehingga lebih mudah terserang korosi pitting (sumuran)
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Korosi ErosiKorosi Erosi
Penyebab : – Turbulensi
– Partikel dalam aliran
– Peronggaan/Kavitasi
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Turbulensi aliran
disebabkan oleh :
• Perubahan drastis diameter pipapipa• Sambungan yang kurang baik• Celah N
O, D
EA
• Celah• Endapan
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Ada perubahann drastis diameter pipaFluida turbulen Erosi
seal
Fluida turbulen Erosi
Sambungan pipa, posisi seal tidak tepatFluida turbulen Erosi
endapanFluida turbulen Erosi
Ada celah, endapan (deposit) Fl id t b l E i
Celah
Fluida turbulen Erosi
Peronggaan (Kavitasi)Peronggaan (Kavitasi)Kavitasi disebabkan oleh pecahnya
l b di k lgelembung uap dipermukaan logam, mekanismenya :
1. Fluida menerjang permukaan logam2. Tekanan hidrodinamika lokal turun3 Ti b l l b di k l3. Timbul gelembung dipermukaan logam4. Aksi mekanik, misalnya adanya putaran, menyebabkan tekanan
hidrodinamik lokal naik5. Gelembung pecah, timbul gaya tekan yang besar pada permuk. Logam
NO, D
EA
g p , g y y g p p g6. Terjadi deformasi plastik pada logam
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
contohBila permukaan logam kasar maka korosi erosi semakin dasyatBila permukaan logam kasar maka korosi erosi semakin dasyat.• Baling – baling• Propeller
I ll• Impeller• Wet liner
PencegahanP k k h l• Permukaan komponen halus
• Pemilihan Bahan‐ Stellite (Co, Cr, W, Fe, C)‐ Stainless Steel 304
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Bila permukaan logam kasar maka korosi erosi semakin dasyat.
Contoh :Baling‐baling, propeller, impeller, wet liner
PencegahanPencegahan‐Permukaan komponen halus‐ Pemilihan bahan tahan erosi : Stellite (Co,W,Cr,Fe‐C)
Stainless Steel 304
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Korosi Batas Butir (IntergranularC i )Corrosion)
• Korosi ini sering disebut : Intergranular Attact (IGA), g g ( ),Intergranular Corr (IGC)
• Mekanisme korosi Batas butir pada baja Orientasi k l f k d h d k b l dkristalografi Acak daerah tidak stabil dg enersi tinggi mudah terkorosi intergranular/BB
• Korosi BB sering dijumpai pada Stainless steel• Korosi BB sering dijumpai pada Stainless steel Austenitik
• SS tahan terhadap korosi merata, tetapi pada
NO, D
EA
p , p ptemperatur tertentu yaitu temperatur sensitis (450‐800 der C), SS sangat rentan terhadap korosi BB
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Batas butir
Prisipitasi KarbidaKromium Cr23C6Daerah miskin Kromium Cr23C6
kromium
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
BAJA (Fe – C)OKSIDA BESI
O2
BAJA
osksigen mudah terdifusi melalui oksida besi NO, D
EA
osksigen mudah terdifusi melalui oksida besi
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
BAJA TAHAN KARAT(Fe–Cr‐Ni‐C)
O2
BAJA TAHAN KARAT
Oksigen terhambat untuk berdifusi melewati oksida chromium.
Oksida Chromium:• Compact NO, D
EA
• Compact• Adherence• Density Tinggi
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
NON ‐ SENSITIS
8
Laju Korosi (mg/cm‐2h‐1)
6
8
Generale Serangan batas HNO3 + Cr(VI)
4
corrosiong
butir
2
NO, D
EA
010 102 103 [P] ppm
SULISTIJON
PENGARUH KADAR P PADA BAJA TERHADAP LAJU KOROSI
Prof. D
r. Ir.
Laju Korosi (mg/cm‐2h‐1)
Generale Serangan batas butir
HNO3 + Cr(VI)
6
corrosion butir4
2 Generale corrosion
[Si] ppm
010 102 103 104 105
NO, D
EA
PENGARUH KADAR Si PADA BAJA TERHADAP
Fe – Cr 14% – Ni 1% ‐ C 0,004%
SULISTIJON
PENGARUH KADAR Si PADA BAJA TERHADAP LAJU KOROSI
Prof. D
r. Ir.
BAJA TAHAN KARAT DALAM KONDISI SENSITIF
Berada pada temperatur sensitisasi terjadi presipitasi karbida kromium pada batas butir
BAJA TAHAN KARAT DALAM KONDISI NON -BAJA TAHAN KARAT DALAM KONDISI NON SENSITIF
Berada pada temperatur dibawah atau diatas range temperaturBerada pada temperatur dibawah atau diatas range temperatur sensitisisasi ada kemungkinan terjadi segregasi dari unsur ikutan.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
PRESIPITASI KARBIDA BIASANYA TERJADI PADA:
• Sebuah operasi pengelasanp p g
• Pendinginan pada temperatur yang tinggi (1050 – 1200oC) dengan laju yang terlalu rendah.
• Komposisi kimia baja (kadar C tinggi)
• Adanya timbunan kerak yang menjadi isolasi panas pada baja yang dioperasikan pada temperatur diatas temperaturyang dioperasikan pada temperatur diatas temperatur sensitisasi.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
SKEMAMEKANISME SENSITISASI PADA PENGELASAN BAJASKEMA MEKANISME SENSITISASI PADA PENGELASAN BAJAKorosi batas butir (zona sensitif)
Korosi batas butir (zona sensitif)
800o
NO, D
EA
C
450o
∆T
SULISTIJON
XX’ C
Prof. D
r. Ir.
SKEMA PERLAKUAN PANAS SENSITISASI PADA BAJA
900OC
Temperatur
>900OC
850OC
Temperatur
di Quenching
γ + Cr 23C6γ
400OC
pSensitisasi
Rapid
Slow
γ γ + Cr 23C6
Waktu
γ Cr 23C6γ + Cr 23C6
γγ γ NO, D
EA
Cr 23C6
γ
γγγ
γ
γ
γγ
SULISTIJON
Cr 23C6γ
γ
γ γ
γ
γ γ
Prof. D
r. Ir.
SENSITISSENSITIS
Cr 18%Cr 18%
PADA TEMPERATUR SENSITIF
Cr didekat batas butir bereaksi dengan C menjadi Cr C lal N
O, D
EA
dengan C menjadi Cr23C6 lalu bergerak menuju tempat yang energinya tinggi (tidak stabil) ke SU
LISTIJON
batas butir
Prof. D
r. Ir.
Cr = 18 %
Cr 23C6 (karbida chromium Cr = 56 –70%
daerah miskin Cr (Cr depleted zone Cr = 7 – 12%)
Cr 18 %
70%
Cr = 18 % Cr = 18 %
Cr < 18 ≈ 7 %
batas butirbatas butir
%
Cr 23C6
18% Cr12% Cr7% Cr
X YCr 23C6
zona miskin chrom
zona miskin chrom
skema dechromisasi di sekitar batas butir
Skema yang menggambarkan modifikasi komposisi kimia dan struktur yang memicu korosi batas butirmemicu korosi batas butir
PresipitasiSegregasi
γ
γ
γ γγ
γ
γ
γ γ
γ
γ γ CrSiP
Sγ
Keadaan non sensitis Keadaan sensitis
PERBANDINGAN KURVA ELEKTROKIMIA BAJA TAHAN KARAT NON SENSITIS PADA TEMPERATUR YANG SAMA TETAPI WAKTU PENAHANAN BERBEDA 0,3 – 1000
JAMJAM
j(mA/cm2)
103
Fe‐18Cr‐9Ni‐0,006C
H2SO4 ‐ 2N
101
102
10O
10
1 jam non sensitis
1000 jam
NO, D
EA
‐ 100 0 100 500 900 1300
10‐1
E (mv)
0,3 jam
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
SKEMA SISTEM ELEKTROKIMIA: KARBIDA (KATODE), DAERAH YANG MISKINSKEMA SISTEM ELEKTROKIMIA: KARBIDA (KATODE), DAERAH YANG MISKIN CHROMIUM (ANODE) DAN SISI DALAM BUTIR (ELEKTRODE ANTARA)
DOMAIN III
H2SO4 ‐ 2NDOMAIN I
[Cr]
NO, D
EA
DOMAIN IIIE
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
PENGARUH KADAR Cr PADA KURVA POLARISASI ANODIK FeCrNiFeCrNi
+1900
NOBLE
+1500
+700
+1000
7,4%Cr
3,5%Cr
potensial
(mV/H)
+300
+700
16,1%Cr
11,7%Cr
p (
NO, D
EA
0
‐100 19,2%Cr
SULISTIJON
10‐2 101 102 10310‐1 104 105 106 107ACTIVE
µA/cm2
Prof. D
r. Ir.
Profil konsentrasi Cr disekitar batas butir baja tahan karat austenitik jyang diperoleh dengan mikroskop transmisi elektron (TEM)
Komposisi Nominal
1,10
1,00
Fe
69,6
1,00
Konsen
trasi
18 4 NO, D
EA
0,90
0 80Peruba
han
Cr
18,4
SULISTIJON
0,80
0,1 µm batas butir 0,1 µm
Prof. D
r. Ir.
Contoh diagram waktu‐temperatur‐sensitisasi pada baja tahan g p p jkarat austenitik dengan kadar karbon yang berbeda
800
900
0 06%C
0,01%Cr
0,08%Cr
i
700
800
0,04%Cr
0,06%Cr
ur sen
sitisasi
6000,01%Cr
Tempe
ratu
0,02%Cr
Tidak terjadi
Presipitasi
NO, D
EA
500
450
Tidak terjadi presipitasi
SULISTIJON
1 100,1 100 1000 Waktu (jam)
Prof. D
r. Ir.
Penanggulangan Korosi Batas Butir
1. Memperpanjang waktu penahanan pada proses p p j g p p phomogenisasi, sehingga konsentrasi Cr merata disetiap titik.
2. Menurunkan kandungan karbon.
3. Menambahkan unsur yang memiliki afinitas tinggi terhadap karbon (Ti, Nb).
4 Menambahkan unsur pembentuk fase α4. Menambahkan unsur pembentuk fase α.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Catatan
1. Batas butir peka terhadap korosi batas butir karena:
2. Serangan korosi batas butir bisa terjadi pada baja tahankarat dalam keadaan sensitis dan non sensitis.
Pemilihan baja tahan karat yang disesuaikan dengan media dimana baja tersebutdigunakan. Bahan ini tahan terhadap korosi merata namun pada temperaturtertentu mengalami korosi batas butir.
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Selective leaching = de‐alloying
Demetallification : Pengurangan elemen logamg g gtertentu dalam paduan. Contoh :
‐ dezincification‐ denickelification‐ dealuminification‐ destannification
NO, D
EA
‐ etc.
SULISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Kuningan (brass)g ( )
• Brass 70/30 + 0 05% Arsen selective• Brass 70/30 + 0,05% Arsen selective leaching turun
• Brass 60/40 + 1% Timah Putih (Naval Brass)Brass 60/40 + 1% Timah Putih (Naval Brass)selective leaching turun
• Brass 60/40 + 4% Pb Machinability naik,Brass 60/40 4% Pb Machinability naik, selective leaching turun
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
• Brass 70/30 (yellow brass)• Brass 70/30 (yellow brass)bentuk pipa berada di air laut separo tebal terserang dezinfication
dezinfication
kenaikan kadar Zn menaikkan korosi karena Zn lebih anodik dibanding Cu
NO, D
EA
gMekanisme korosi :1. Brass terlarut2 Zn terlarut di media
SULISTIJON
2. Zn terlarut di media3. Cu tetap menempel pada Brass
Prof. D
r. Ir.
P dPaduansuperProses oksidasi paduan super adalah prosesselective leaching
Cr oxyde
FeNiCrAlY
Al oxyde
NO, D
EASU
LISTIJON
Prof. D
r. Ir.
Stress Corrosion Cracking SCCStress Corrosion Cracking SCC
Logam mengalami korosi SCC bilaLogam mengalami korosi SCC bila :
1 Ada internal stress1. Ada internal stress2. Ada media lingkungan korosif
Keduanya berjalan simultan SCC
Contoh : checkerplate (pelat kembang), lekukan pada bodi mobil, elbow pipa,dll