3
Nama : Nadia Fajriana NIM : 135020301111039 Kelas : Teori Akuntansi Syariah CA Laporan Perubahan Diri Mencakup Intelektual, Mental dan Spiritual Assalamualaikum Wr. Wb. Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan terkait perubahan diri saya pada aspek intelektual. Pada aspek ini, saya merasakan adanya perubahan setelah mengikuti perkuliahan matakuliah Teori Akuntansi Syariah. Meskipun perubahannnya tidak terlalu besar, namun saya merasakan adanya suatu perubahan pada diri saya. Saat ini saya merasa lebih tenang dalam menghadapi suatu masalah, meskipun terkadang saya memikirkannya terlalu dalam. Namun, terkadang penyakit saya terdahulu muncul lagi yaitu bingung yang didahulukan dalam menghadapi masalah. Setidaknya dengan menghadapi masalah dengan tenang, saya lebih bisa menemukan beberapa solusi yang lebih rasional daripada diawali dengan bingung yang malah membuat saya pusing sendiri dan malah biasanya saya mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat. Awalnya saya mencoba tenang dalam menghadapi suatu masalah cukup sulit. Ketika suatu masalah muncul, saya biasanya bingung terlebih dahulu bagaimana nanti jika begini nantinya, bagaimana jika saya mengambil keputusan ini bakalan seperti ini nantinya. Padahal semua kebingungan saya ini belum tentu terjadi kedepannya. Salah satu kejadian ini terjadi kepada saya, tepatnya kemarin sebelum UAS berlangsung. Saya sempat dihadapkan dengan suatu masalah yang sempat membuat saya satu minggu memikirkannya. Sebenarnya cukup sederhana yaitu terkait olimpiade akuntansi. Sebelum-sebelumnya saya sudah ikut 2 kali olimpiade akuntansi bersama tim saya ke Jakarta dan Surabaya. Pada saat ke mengikuti olimpiade ke Jakarta, selama 3 hari mulai dari berangkat hingga pulang, saya hanya tidur sekitar 8 jam saja waktu di hotel. Selama perjalanan berangkat ke Jakarta dan pulang ke Batu saya tidak bisa tidur sama sekali. Sesampainya dirumah, saya tidak dapat bangun dari tempat tidur selama 3 hari. Akibat kejadian tersebut, saya tidak boleh mengikuti olimpiade akuntansi diluar Jawa Timur oleh kedua orang tua saya karena kondisi fisik saya yang lemah. Pada saat rapat bersama dengan anggota olimpiade akuntansi yang lain, sempat dibahas bahwa semester 6 nanti kita semua lebih banyak mengikuti kegiatan olimpiade akuntansi di luar Jawa Timur. Saya pun teringat oleh pesan kedua orang tua saya. Saya pun bingung apakah akan tetap lanjut mengikuti olimpiade akuntansi atau mengundurkan diri. Selama 5 hari saya dibuat bingung akan hal ini. Jika saya tetap berada disana, saya tidak dapat berkontribusi secara maksimal disana. Jika saya mengundurkan diri, saya akan kecewa yang luar biasa karena dari dulu saya sangat ingin ikut olimpiade akuntansi ini. Saya pun juga memikirkan jika saya mundur, bagaimana teman-teman tim saya kepada saya? pasti akan membenci saya karena saya tidak berkomitmen. Tapi jika saya tetap bertahan mereka juga akan kebingungan mencari pengganti saya ketika saya tidak dapat berangkat. Selama 5 hari itu saya bingung dan tidak berani merespon grup delegasi akuntansi di sosial media. Setelah 5 hari bingung dengan pemikiran saya yang semakin kacau, akhirnya saya bercerita kepada ibu saya terkait masalah ini. Saran yang diberikan oleh ibu saya sangatlah sederhana yaitu saya disuruh untuk menenangkan diri dan siap dengan semua keputusan yang

15_ESSA_TAS_Laporan perubahan diri_Nadia Fajriana.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 15_ESSA_TAS_Laporan perubahan diri_Nadia Fajriana.pdf

Nama : Nadia Fajriana

NIM : 135020301111039

Kelas : Teori Akuntansi Syariah – CA

Laporan Perubahan Diri Mencakup Intelektual, Mental dan Spiritual

Assalamualaikum Wr. Wb.

Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan terkait perubahan diri saya pada

aspek intelektual. Pada aspek ini, saya merasakan adanya perubahan setelah mengikuti

perkuliahan matakuliah Teori Akuntansi Syariah. Meskipun perubahannnya tidak terlalu

besar, namun saya merasakan adanya suatu perubahan pada diri saya.

Saat ini saya merasa lebih tenang dalam menghadapi suatu masalah, meskipun

terkadang saya memikirkannya terlalu dalam. Namun, terkadang penyakit saya terdahulu

muncul lagi yaitu bingung yang didahulukan dalam menghadapi masalah. Setidaknya dengan

menghadapi masalah dengan tenang, saya lebih bisa menemukan beberapa solusi yang lebih

rasional daripada diawali dengan bingung yang malah membuat saya pusing sendiri dan

malah biasanya saya mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat.

Awalnya saya mencoba tenang dalam menghadapi suatu masalah cukup sulit. Ketika

suatu masalah muncul, saya biasanya bingung terlebih dahulu bagaimana nanti jika begini

nantinya, bagaimana jika saya mengambil keputusan ini bakalan seperti ini nantinya. Padahal

semua kebingungan saya ini belum tentu terjadi kedepannya.

Salah satu kejadian ini terjadi kepada saya, tepatnya kemarin sebelum UAS

berlangsung. Saya sempat dihadapkan dengan suatu masalah yang sempat membuat saya satu

minggu memikirkannya. Sebenarnya cukup sederhana yaitu terkait olimpiade akuntansi.

Sebelum-sebelumnya saya sudah ikut 2 kali olimpiade akuntansi bersama tim saya ke Jakarta

dan Surabaya. Pada saat ke mengikuti olimpiade ke Jakarta, selama 3 hari mulai dari

berangkat hingga pulang, saya hanya tidur sekitar 8 jam saja waktu di hotel. Selama

perjalanan berangkat ke Jakarta dan pulang ke Batu saya tidak bisa tidur sama sekali.

Sesampainya dirumah, saya tidak dapat bangun dari tempat tidur selama 3 hari. Akibat

kejadian tersebut, saya tidak boleh mengikuti olimpiade akuntansi diluar Jawa Timur oleh

kedua orang tua saya karena kondisi fisik saya yang lemah.

Pada saat rapat bersama dengan anggota olimpiade akuntansi yang lain, sempat

dibahas bahwa semester 6 nanti kita semua lebih banyak mengikuti kegiatan olimpiade

akuntansi di luar Jawa Timur. Saya pun teringat oleh pesan kedua orang tua saya. Saya pun

bingung apakah akan tetap lanjut mengikuti olimpiade akuntansi atau mengundurkan diri.

Selama 5 hari saya dibuat bingung akan hal ini. Jika saya tetap berada disana, saya tidak

dapat berkontribusi secara maksimal disana. Jika saya mengundurkan diri, saya akan kecewa

yang luar biasa karena dari dulu saya sangat ingin ikut olimpiade akuntansi ini. Saya pun juga

memikirkan jika saya mundur, bagaimana teman-teman tim saya kepada saya? pasti akan

membenci saya karena saya tidak berkomitmen. Tapi jika saya tetap bertahan mereka juga

akan kebingungan mencari pengganti saya ketika saya tidak dapat berangkat. Selama 5 hari

itu saya bingung dan tidak berani merespon grup delegasi akuntansi di sosial media.

Setelah 5 hari bingung dengan pemikiran saya yang semakin kacau, akhirnya saya

bercerita kepada ibu saya terkait masalah ini. Saran yang diberikan oleh ibu saya sangatlah

sederhana yaitu saya disuruh untuk menenangkan diri dan siap dengan semua keputusan yang

Page 2: 15_ESSA_TAS_Laporan perubahan diri_Nadia Fajriana.pdf

saya ambil. Akhirnya saya mencoba menenangkan diri dan mencoba berfikir positif untuk ke

depan. Akhirnya keputusan yang saya ambil adalah mengundurkan diri. Saya membuang

jauh-jauh pikiran negative saya selama ini. Saya yakin Allah akan memberikan jalan yang

terbaik kedepannya. Setelah saya mengungkapkan pengunduran diri saya dari tim olimpiade

akuntansi beserta alasan dan konsekuensi kepada anggota tim saya, ternyata respon teman-

teman saya tidak membenci saya, tidak marah kepada saya. Mereka menghargai keputusan

yang saya ambil. Dari sini saya benar-benar merasakan kehadiran Allah dalam menguatkan

keputusan saya.

Selanjutnya, saya akan menjelaskan terkait perubahan diri saya pada aspek mental.

Pada aspek ini, saya merasakan adanya perubahan setelah mengikuti perkuliahan matakuliah

Teori Akuntansi Syariah. Meskipun perubahannnya masih terbilang labil, namun saya

berusaha untuk tetap belajar.

Saya adalah tipe orang yang cukup pemikir. Efek dari pemikir saya ini adalah

berujung pada galau dan baper (bahasa gaul = bawa perasaan). Setiap kali memikirkan

sesuatu yang terlalu dalam, akhirnya saya galau dan tidak mau melakukan apa-apa. Hal ini

cukup mengganggu sebenarnya buat saya. Semua tugas-tugas saya bisa terbengkalai jika

penyakit galau datang menyerang. Dari sini, saya belajar untuk mengatur pikiran saya untuk

tetap berpikiran positif dan selalu yakin bahwa Allah selalu bersama hamba-hamba-Nya.

Kisah ini terjadi pada saat UAS kemarin, hari Rabu. Saya bertengkar dengan teman

saya. Setiap kali dia membutuhkan saya, saya selalu berusaha untuk membantunya. Namun,

disaat saya membutuhkan bantuannya, dia sulit sekali meluangkan waktunya untuk

membantu saya. Pada saat itu, saya tidak membawa motor karena kondisi fisik saya sedang

tidak sehat dan saya di antar jemput oleh orang tua saya. Ketika menelepon ibu saya untuk

meminta jemput, ternyata ibu dan ayah saya tidak dapat menjemput karena masih ada

keperluan yang mendesak sehingga saya disuruh pulang sendiri naik angkot ke Batu. Karena

kemarin saya keluar dari kampus sekitar jam 6 petang, saya berniat meminta antar pulang

teman saya karena saya tidak mendapatkan angkot yang saya rasa cukup ramai penumpang.

Harapan saya, teman saya mau mengantarkan saya pulang karena saya tidak berani naik

angkot sendiri saat malam. Ketika saya telepon, ternyata dia tidak bisa karena sedang

menunggu temannya dari Sidoarjo. Saya memohon untuk mengantarkan sebentar saja, tapi

dia malah marah-marah kepada saya dan mengatai saya tidak dapat menghargai orang lain.

Sontak, saya langsung menutup telpon dan nekad pulang sendirian sambil menangis

sepanjang perjalanan. Memang, setiap pulang diatas jam 6 Petang, saya selalu meminta

jemput jika tidak membawa kendaraan sendiri karena memang saya tidak berani.

Sesampai dirumah, saya masih memikirkan hal tersebut sampai saya tidak dapat tidur

nyenyak. Saya menggalaukan masalah tersebut hingga saya tidur jam 1 pagi. Pagi setelah

bangun tidur pun saya masih menggalaukan masalah tersebut. Hingga disela-sela waktu pagi

saya sebelum berangkat ke kampus, saya menyempatkan membuat jajanan untuk permintaan

maaf saya terkait masalah kemarin. Sengaja saya memberitahukan mendadak supaya bisa

menjadi kejutan untuknya. Setelah sudah siap semua, saya bersiap-siap berangkat ke kampus.

Sampai di kampus jam 10 pagi, saya menghubungi teman saya bahwa saya membuat

jajanan special untuk dia sebagai permohonan maaf. Namun, dia merespon dengan singkat

dan nampaknya tidak tertarik. Saya pun mencoba sabar dan menunggunya untuk datang

mengambilnya karena posisinya juga sedang di kampus mengurus laporannya. Saya

menunggu hingga jam 2 siang. Saya tanyakan kepada dia apakah mau datang atau tidak. Jika

datang, saya akan menunggu di kampus. Jika tidak, jajanannya akan saya bawa pulang

Page 3: 15_ESSA_TAS_Laporan perubahan diri_Nadia Fajriana.pdf

kembali. Ternyata responnya menyuruh untuk membawa pulang kembali. Saya mencoba

untuk tetap sabar dan menunggu lagi hingga jam 4 sore. Saya hubungi dia tidak merespon

secara jelas. Karena saya sudah merasa lelah, akhirnya saya buang jajanan yang telah saya

buat tadi dan menangis sepanjang perjalanan pulang.

Sesampai dirumah, saya mencoba untuk menyibukkan diri dan berpikir positif bahwa

Allah selalu ada bersama hamba-Nya. Pikiran positif ini membuat saya lebih tenang dan

merasakan kehadiran Allah menenangkan hati saya yang kalut. Terkadang saya menyesal

mengapa saya memikirkan masalah tersebut hingga saya tidak menyayangi diri saya sendiri.

Menyesal mengapa terlalu berharap lebih kepada manusia.

Selanjutnya, saya akan menjelaskan terkait perubahan diri saya pada aspek spiritual.

Pada aspek ini, sebelumnya saya sudah pernah melakukannya, namun ini sangat

mempengaruhi dalam hidup saya. Setelah selesai Bulan Ramadhan terakhir ini, saya lama

tidak menjalankan puasa sunnah Senin – Kamis. Padahal, sebelum-sebelumnya saya dan

kedua orang tua saya sering menjalankan Puasa Sunnah.

Memang saya merasakan perasaan yang tidak tenang selama beberapa hari kemarin,

saya bercerita kepada kedua orang tua saya tentang perasaan saya. kedua orang tua saya

kembali mengingatkan tentang Puasa Sunnah Senin-Kamis yang biasa kami lakukan. Saya

pun teringat dan saya memutuskan untuk Puasa Sunnah Senin besok.

Pada saat saya menjalankan Puasa Sunnah tersebut, saya merasakan suatu ketenangan

dimana saya tidak memikirkan suatu urusan dunia. Tidak terintas pikiran tentang hiruk pikuk

kehidupan duniawi. Saya benar-benar merasakan suatu ketenangan batin saat menjalankan

Puasa Sunnat tersebut.