Upload
nadyafajriana
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Nama : Nadia Fajriana
NIM : 135020301111039
Kelas : Teori Akuntansi Syariah – CA
Laporan Perubahan Diri Mencakup Intelektual, Mental dan Spiritual
Assalamualaikum Wr. Wb.
Pada kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan terkait perubahan diri saya pada
aspek intelektual. Pada aspek ini, saya merasakan adanya perubahan setelah mengikuti
perkuliahan matakuliah Teori Akuntansi Syariah. Meskipun perubahannnya tidak terlalu
besar, namun saya merasakan adanya suatu perubahan pada diri saya.
Saat ini saya merasa lebih tenang dalam menghadapi suatu masalah, meskipun
terkadang saya memikirkannya terlalu dalam. Namun, terkadang penyakit saya terdahulu
muncul lagi yaitu bingung yang didahulukan dalam menghadapi masalah. Setidaknya dengan
menghadapi masalah dengan tenang, saya lebih bisa menemukan beberapa solusi yang lebih
rasional daripada diawali dengan bingung yang malah membuat saya pusing sendiri dan
malah biasanya saya mengambil keputusan berdasarkan emosi sesaat.
Awalnya saya mencoba tenang dalam menghadapi suatu masalah cukup sulit. Ketika
suatu masalah muncul, saya biasanya bingung terlebih dahulu bagaimana nanti jika begini
nantinya, bagaimana jika saya mengambil keputusan ini bakalan seperti ini nantinya. Padahal
semua kebingungan saya ini belum tentu terjadi kedepannya.
Salah satu kejadian ini terjadi kepada saya, tepatnya kemarin sebelum UAS
berlangsung. Saya sempat dihadapkan dengan suatu masalah yang sempat membuat saya satu
minggu memikirkannya. Sebenarnya cukup sederhana yaitu terkait olimpiade akuntansi.
Sebelum-sebelumnya saya sudah ikut 2 kali olimpiade akuntansi bersama tim saya ke Jakarta
dan Surabaya. Pada saat ke mengikuti olimpiade ke Jakarta, selama 3 hari mulai dari
berangkat hingga pulang, saya hanya tidur sekitar 8 jam saja waktu di hotel. Selama
perjalanan berangkat ke Jakarta dan pulang ke Batu saya tidak bisa tidur sama sekali.
Sesampainya dirumah, saya tidak dapat bangun dari tempat tidur selama 3 hari. Akibat
kejadian tersebut, saya tidak boleh mengikuti olimpiade akuntansi diluar Jawa Timur oleh
kedua orang tua saya karena kondisi fisik saya yang lemah.
Pada saat rapat bersama dengan anggota olimpiade akuntansi yang lain, sempat
dibahas bahwa semester 6 nanti kita semua lebih banyak mengikuti kegiatan olimpiade
akuntansi di luar Jawa Timur. Saya pun teringat oleh pesan kedua orang tua saya. Saya pun
bingung apakah akan tetap lanjut mengikuti olimpiade akuntansi atau mengundurkan diri.
Selama 5 hari saya dibuat bingung akan hal ini. Jika saya tetap berada disana, saya tidak
dapat berkontribusi secara maksimal disana. Jika saya mengundurkan diri, saya akan kecewa
yang luar biasa karena dari dulu saya sangat ingin ikut olimpiade akuntansi ini. Saya pun juga
memikirkan jika saya mundur, bagaimana teman-teman tim saya kepada saya? pasti akan
membenci saya karena saya tidak berkomitmen. Tapi jika saya tetap bertahan mereka juga
akan kebingungan mencari pengganti saya ketika saya tidak dapat berangkat. Selama 5 hari
itu saya bingung dan tidak berani merespon grup delegasi akuntansi di sosial media.
Setelah 5 hari bingung dengan pemikiran saya yang semakin kacau, akhirnya saya
bercerita kepada ibu saya terkait masalah ini. Saran yang diberikan oleh ibu saya sangatlah
sederhana yaitu saya disuruh untuk menenangkan diri dan siap dengan semua keputusan yang
saya ambil. Akhirnya saya mencoba menenangkan diri dan mencoba berfikir positif untuk ke
depan. Akhirnya keputusan yang saya ambil adalah mengundurkan diri. Saya membuang
jauh-jauh pikiran negative saya selama ini. Saya yakin Allah akan memberikan jalan yang
terbaik kedepannya. Setelah saya mengungkapkan pengunduran diri saya dari tim olimpiade
akuntansi beserta alasan dan konsekuensi kepada anggota tim saya, ternyata respon teman-
teman saya tidak membenci saya, tidak marah kepada saya. Mereka menghargai keputusan
yang saya ambil. Dari sini saya benar-benar merasakan kehadiran Allah dalam menguatkan
keputusan saya.
Selanjutnya, saya akan menjelaskan terkait perubahan diri saya pada aspek mental.
Pada aspek ini, saya merasakan adanya perubahan setelah mengikuti perkuliahan matakuliah
Teori Akuntansi Syariah. Meskipun perubahannnya masih terbilang labil, namun saya
berusaha untuk tetap belajar.
Saya adalah tipe orang yang cukup pemikir. Efek dari pemikir saya ini adalah
berujung pada galau dan baper (bahasa gaul = bawa perasaan). Setiap kali memikirkan
sesuatu yang terlalu dalam, akhirnya saya galau dan tidak mau melakukan apa-apa. Hal ini
cukup mengganggu sebenarnya buat saya. Semua tugas-tugas saya bisa terbengkalai jika
penyakit galau datang menyerang. Dari sini, saya belajar untuk mengatur pikiran saya untuk
tetap berpikiran positif dan selalu yakin bahwa Allah selalu bersama hamba-hamba-Nya.
Kisah ini terjadi pada saat UAS kemarin, hari Rabu. Saya bertengkar dengan teman
saya. Setiap kali dia membutuhkan saya, saya selalu berusaha untuk membantunya. Namun,
disaat saya membutuhkan bantuannya, dia sulit sekali meluangkan waktunya untuk
membantu saya. Pada saat itu, saya tidak membawa motor karena kondisi fisik saya sedang
tidak sehat dan saya di antar jemput oleh orang tua saya. Ketika menelepon ibu saya untuk
meminta jemput, ternyata ibu dan ayah saya tidak dapat menjemput karena masih ada
keperluan yang mendesak sehingga saya disuruh pulang sendiri naik angkot ke Batu. Karena
kemarin saya keluar dari kampus sekitar jam 6 petang, saya berniat meminta antar pulang
teman saya karena saya tidak mendapatkan angkot yang saya rasa cukup ramai penumpang.
Harapan saya, teman saya mau mengantarkan saya pulang karena saya tidak berani naik
angkot sendiri saat malam. Ketika saya telepon, ternyata dia tidak bisa karena sedang
menunggu temannya dari Sidoarjo. Saya memohon untuk mengantarkan sebentar saja, tapi
dia malah marah-marah kepada saya dan mengatai saya tidak dapat menghargai orang lain.
Sontak, saya langsung menutup telpon dan nekad pulang sendirian sambil menangis
sepanjang perjalanan. Memang, setiap pulang diatas jam 6 Petang, saya selalu meminta
jemput jika tidak membawa kendaraan sendiri karena memang saya tidak berani.
Sesampai dirumah, saya masih memikirkan hal tersebut sampai saya tidak dapat tidur
nyenyak. Saya menggalaukan masalah tersebut hingga saya tidur jam 1 pagi. Pagi setelah
bangun tidur pun saya masih menggalaukan masalah tersebut. Hingga disela-sela waktu pagi
saya sebelum berangkat ke kampus, saya menyempatkan membuat jajanan untuk permintaan
maaf saya terkait masalah kemarin. Sengaja saya memberitahukan mendadak supaya bisa
menjadi kejutan untuknya. Setelah sudah siap semua, saya bersiap-siap berangkat ke kampus.
Sampai di kampus jam 10 pagi, saya menghubungi teman saya bahwa saya membuat
jajanan special untuk dia sebagai permohonan maaf. Namun, dia merespon dengan singkat
dan nampaknya tidak tertarik. Saya pun mencoba sabar dan menunggunya untuk datang
mengambilnya karena posisinya juga sedang di kampus mengurus laporannya. Saya
menunggu hingga jam 2 siang. Saya tanyakan kepada dia apakah mau datang atau tidak. Jika
datang, saya akan menunggu di kampus. Jika tidak, jajanannya akan saya bawa pulang
kembali. Ternyata responnya menyuruh untuk membawa pulang kembali. Saya mencoba
untuk tetap sabar dan menunggu lagi hingga jam 4 sore. Saya hubungi dia tidak merespon
secara jelas. Karena saya sudah merasa lelah, akhirnya saya buang jajanan yang telah saya
buat tadi dan menangis sepanjang perjalanan pulang.
Sesampai dirumah, saya mencoba untuk menyibukkan diri dan berpikir positif bahwa
Allah selalu ada bersama hamba-Nya. Pikiran positif ini membuat saya lebih tenang dan
merasakan kehadiran Allah menenangkan hati saya yang kalut. Terkadang saya menyesal
mengapa saya memikirkan masalah tersebut hingga saya tidak menyayangi diri saya sendiri.
Menyesal mengapa terlalu berharap lebih kepada manusia.
Selanjutnya, saya akan menjelaskan terkait perubahan diri saya pada aspek spiritual.
Pada aspek ini, sebelumnya saya sudah pernah melakukannya, namun ini sangat
mempengaruhi dalam hidup saya. Setelah selesai Bulan Ramadhan terakhir ini, saya lama
tidak menjalankan puasa sunnah Senin – Kamis. Padahal, sebelum-sebelumnya saya dan
kedua orang tua saya sering menjalankan Puasa Sunnah.
Memang saya merasakan perasaan yang tidak tenang selama beberapa hari kemarin,
saya bercerita kepada kedua orang tua saya tentang perasaan saya. kedua orang tua saya
kembali mengingatkan tentang Puasa Sunnah Senin-Kamis yang biasa kami lakukan. Saya
pun teringat dan saya memutuskan untuk Puasa Sunnah Senin besok.
Pada saat saya menjalankan Puasa Sunnah tersebut, saya merasakan suatu ketenangan
dimana saya tidak memikirkan suatu urusan dunia. Tidak terintas pikiran tentang hiruk pikuk
kehidupan duniawi. Saya benar-benar merasakan suatu ketenangan batin saat menjalankan
Puasa Sunnat tersebut.