Upload
nguyenthuan
View
219
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal
1. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal
Sebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus
penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian kurikulum muatan
lokal. Bagaimana diketahui, istilah kurikulum berasal sari bahasa latin a
chariot maksud semua itu adalah to run atau berlari.11 Pada perkembangan
selanjutnya istilah tersebut digunakan untuk sejumlah courses atau mata
pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah, atau
sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan
atau jurusan.
Menurut pemahaman baru, kurikulum diartikan sebagai segala kegiatan
yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta
didik, guru mencapai tujuan pendidikan (instruksional, kurikuler dan
institutional). Pengertian kurikulum menurut pandangan para ahli pendidikan
modern adalah berupa pengalaman belajar, baik didalam maupun di luar
lingkungan sekolah. Pengetian tersebut berarti memiliki cakupan luassebagai
seluruh kegiatan peserta didik yang berada dibawah ntanggung jawab dan
bimbingan lembaga atau sekolah. Pengertian tersebut juga menggambarkan
segala aktivitas yang sekiranya memiliki efek bagi pengembangan peserta
11 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
didik dimasukkan ke dalam kurikulum.12 Kemungkinan, bahwa apa yang
diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut
rencana.13
Menurut Erry Utomo, dkk. Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat
rencana atau pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang
ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-
masing14
Muatan lokal telah dijadikan strategi pokok untuk meningkatkan
kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan lokal dan
sejauh mungkin melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan
pelaksanaannya. Dengan demikian kurikulum muatan lokal setiap sekolah
diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan tertentu yang sesuai
dengan keadaan dan tuntutan lingkungannya.
Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan
lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu
diajarkan kepada siswa. Isi dalam pengertian tersebut adalah bahan pelajaran
yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal. Sedangakan media
12 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, PengembanganKurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. (Bandung: Yayasan Cendekia, 2003). 60.13 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). 8-9.14 Erry Utomo, dkk, Pokok-Pokok Pengertian dan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal, (Jakarta:Depdikbud, 1997), 1.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
penyampaiannya mendapatkan metode dan sarana yang digunakan dalam
penyampaian muatan lokal.15
Mengingat kurikulum muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum
nasional, maka masukanya muatan lokal tidak berarti mengubah kurikulum
yang sudah ada. Artinya, ditinjau dari bidang studi yang telah ada dalam
kurikulum nasional, tetapdiguanakan rujukan dalam memasukkan bahab
pengajaran muatan lokal.
Meranah pada kata berbasis pesantren, dua kata tersebut memiliki arti
yang berbeda jika melihat kata asalnya, pertama kata berbasis itu sendiri
mempunyai kata dasar basis artinya adalah dasar, pokok, pangkalan, unsur
(dalam hitungan aljabar).16 Sedangkan pengertian pesantren berasal dari kata
santri dengan awalan pe- dan akhiran -an berarti tempat tinggal santri.
Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra Daulay mengatakan
pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama islam
sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang
berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan islam di indonesia yang bersifat
“tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan
sebagai pedoman hidup keseharian.17
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai asrama
tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara
15 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: Ciputat Press,2003). 59.16 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). 68.17 http://sobatbaru.blogspot.com/2010/12/0engertian-pondok-pesantren.html
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri biasa
tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan
kitab-kitab umum bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail
serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan meneankan
penting moral dalam kehidupan bermasyarakat.18
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
merupakan undang-undang yang mengatur penyelenggaraan satu sistem
pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945 dan
merupakan wadah formal terintregasinya pendidikan Islam dalam sistem
pendidikan nasional. Dengan adanya wadah tersebut, pendidikan Islam
mendapatkan peluang serta kesempatan untuk terus dikembangkan.19
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kurikulum muatan lokal berbasis
pesantren yang dimaksud adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman pemyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang
memiliki landasan tertentu agar dapat dibina dan dikembangkan sesuai
dengan harapan dari pembuatnya.20 Muatan lokal dalam kurikulum
mempunyai landasan sebagi berikut:
18 http://pondok ngalah.net/karya-santri/91-mondok-siapa-takut.html19 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan otonomi Daerah dan Implikasinya terhadapPenyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006). 157-15920 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: Ciputat Press,2003). 63-64
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
a. Landasan Idiil
Hal ini dapat dilihat pada beberapa pasal-pasal dalam UU No. 20 Tahun
2003 seperti berikut ini:
1) Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama. Kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap
terhadap perubahan zaman.21
2) Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional adalah
untuk berkembangnya potensi peserta dididk agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.22
3) Dalam Pasal 15 disebutkan bahwa jenis pendidikan mencakup
pendidikan umum, kesenian, akademik, vokasi, keagamaan dan
khusus.23
4) Dalam pasal 37 Ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap
jenis dan jalur serta jenjang pendidikan (dari pendidikan dasar sampai
pendidikan tinggi) wajib memuat pendidikan agama, pendidikan
kewarganegaraan, dan bahasa.24
21 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral DepartemenPendidikan Nasional, cet. I, 2003). 9.22 Ibid., 11.23 Ibid., 17.24 Ibid., 34.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
5) Pada Pasal 55 Ayat 1 dikemukakan bahwa masyarakat berhak
menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan
formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan
sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. 25
b. Landasan Teori
Landasan teori pelaksanaan muatan lokal dalam Kurikulum Sekolah
Dasar adalah asumsi, bahwa:
1) Tingkat kemampuan berfikir siswa usia sekolah dasar adalah dari
konkret ke abstrak. Oleh karena itu, dalam penyampaian bahan
kepada siswa sekolah dasar harus diawali dengan pengenalan hal
yang ada disekitarnya.
2) Pada dasarnya, anak-anak usia tingkat sekolah dasar memiliki rasa
ingin tahu yang sangat besar akan segala sesuatu yang ada
lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, mereka akan selalu gembira
apabila dilibatkan secara mental, fisik dan rasa sosialnya dalam
mempelajari sesuatu. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan
kajian dan cara belajar mengajar yang menantang dan
menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam
proses pertumbuhan akan dapat ditumbuh kembangkan dengan baik.
Menurut Oemar Hamalik,26 fungsi kurikulum muatan lokal ialah
sebagai berikut:
25 Ibid., 48.26 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2006), 266-267.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
a. Fungsi Penyesuaian: Madrasah merupakan komponen dalam
masyarakat, sebab madrasah berada di dalam lingkungan
masyarakat. Oleh karena itu, program madrasah harus disesuaikan
dengan lingkungan, kebutuhan daerah dan masyarakat.
b. Fungsi Integrasi: Peserta didik adalah bagian integral dari
masyarakat. Karena itu, muatan lokal merupakan program
pendidikan yang berfungsi mendidik pribadi-pribadi peserta didik
agar dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dan
lingkungannya atau berfungsi untuk membentuk dan
mengintegrasikan pribadi peserta didik dengan masyarakat.
c. Fungsi Perbedaan: Peserta didik yang satu dengan yang lain berbeda.
Muatan lokal adalah suatu program pendidikan yang bersifat luwes,
yaitu program pendidikan yang pengembangannya disesuaikan
dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik,
lingkungan dan daerahnya.
Tujuan muatan lokal sebagaimana dijelaskan dalam Depdiknas,27 yaitu
untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada
peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang
keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-
nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan
pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Jadi, tujuan muatan
lokal sifatnya memperkaya, memperluas tujuan pendidikan yang telah
27 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan LokalSD/MI/MI/SDLB- SMP/MTS?SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK, (Jakarta: Depdiknas, 2007). 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
digariskan dalam kurikulum nasional, yang berdasarkan ajaran dan nilai-
nilai kepesantrenan serta tidak boleh bertentangan dengan tujuan
pendidikan nasional.
2. Macam-Macam Kurikulum Muatan Lokal
Kurikulum Muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media
penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya
serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid daerah tersebut.28
Dalam hal ini kata lain yang sering digunakan dalam muatan lokal adalah
kurikuler, karena kegiatan ini dilakukan sebagai jam tambahan diluar
kurikulum pokok dan masih berkaitan dengan kurikulum. Dalam kamus
disebutkan bahwa kurikuer adalah berhubungan dengan kurikulum.29
Ada tiga macam kegiatan kurikuler atau muatan lokal, yaitu kegiatan
intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler
adalah kegiatan yang dilakukan sekolah dengan penjatahan waktu sesuai
dengan struktur program.30 Kegiatan intrakulikuler merupakan kegiatan yang
wajib diikuti oleh setiap siswa. Kegiatan kurikuler bersifat mengikat, program
kurikuler berisi berbagai kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang
harus dimiliki siswa di suatu tingkat sekolah (lembaga pendidikan). Oleh
karenanya, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh pencapaian siswa
pada tujuan kegiatan kurikuler ini.
28 http://makalah skripsi. Blogspot.com/2008/12/kurikulum-muatan-lokal.html29 M. Dahlan Y. Al Barry dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual,(Surabaya: Target Press, 2003). 44030 http://massofa.wordpress.com/2008/07/30/apa -harus-dilakukan-guru-dalam-pelaksanaan-proses-belajar-mengajar
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Pengertian ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata
pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta
didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui
kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga
kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah/madrasah.31
Kegiatan ekstrakurikuler lebih bersifat sebagai kegiatan penunjang untuk
mencapai program kegiatan intrakurikuler serta untuk mencapai tujuan
pendidikan yang lebih luas. Sebagai kegiatan penunjang, maka kegiatan
ektrakurikuler sifatnya lebih luwes dan tidak terlalu mengikat. Keikutsertaan
siswa dalam kegiatan ektrakurikuler yang diprogramkan lebih bergantung
pada bakat, minat, dan kebutuhan siswa itu sendiri.
Kokurikuler adalah rangkaian kegiatan kesiswaan yang berlangsung di
sekolah.32 Jika kegiatan ini berkaitan dengan kesiswaan maka kegiatan ini
erat kaitannya dengan etika, tata nilai sikap, kedisiplinan dan lain-lain.
Kegiatan kokurikuler juga merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan
pemerkayaan pelajaran. Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran yang
ditetapan didalam struktur program, dan dimaksudkan agar siswa dapat lebih
mendalami dan memahami apa yang telah dipelajari dalam kegiatan
intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kegiatan ini dapat berupa penugasan-
penugasan kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.
31 http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakurikuler.html32 http://deskripsi.com/k/kokurikuler
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
3. Ruang Lingkup Kurikulum Muatan Lokal
a. Sesuai Keadaan dan Kebutuhan Daerah dan Pesantren
Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu
yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial
ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala
sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk
kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut,
yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah
yang bersangkutan.33
Kebutuhan daerah tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Riwayuat,34
misalnya kebutuhan untuk:
1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah.2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dibidang tertentu,
sesuai dengan keadaan perekonomian derah.3) Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari,
dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajarlebih lanjut (belajar sepanjang hayat)
b. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal
Hal ini dapat berupa: bahasa daerah, bahasa asing (Inggris, Mandarin,
Arab dan lain-lain), kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah,
adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam
33 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan LokalSD/MI/MI/SDLB- SMP/MTS?SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK, Jakarta: Depdiknas, 2007. 4.34Riwayuat, Pengembangan Muatan Lokal, http://islam–intelek-pendidikan.Blogspot.com/2007/11/pengembangan-muatan-lokal.html Riwayuat (2007:4)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan
sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah35
4. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal
Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program
pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik, mengingat kurikulum
adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan maka tujuan
kurikulum harus dijabarkan melalui tujuan umum pendidikan. Dalam
sistem pendidikan nasional, tujuan umum pendidikan dijabarkan dari
falsafah bangsa yaitu Pancasila.
Tujuan kurikulum menurut Nana Sudjana mencakup tujuan kelembagaan
pendidikan atau tujuan institusional, tujuan mata pelajaran atau tujuan
kurikuler, dan pengajaran atau tujuan instruksional, hal ini dijabarkan
sebagai berikut:36
1) Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan. Artinya, apa yang seharusnya dimiliki oleh peserta
didik setelah tamat dari lembaga pendidikan tersebut. Oleh sebab itu
tujuan institusional adalah kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta
didik setelah mereka menyelesaikan program studinya di lembaga
pendidikan yang ditempuh. Pada sisi lain tujuan institusional harus
memperhatikan juga fungsi dan karakter dari lembaganya, misalnya pada
35 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan LokalSD/MI/MI/SDLB- SMP/MTS?SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK, (Jakarta : Depdiknas, 2007). 4.36 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), 162
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
lembaga pendidikan umum yang sifatnya lebih mengutamakan
kemampuan akademis untuk pendidikan lanjutan lebih tinggi.
2) Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler dijabarkan dari tujuan kelembagaan pendidikan
sehingga sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan tujuan instisional.
Tujuan kurikuler adalah tujuan-tujuan bidang studi atau mata pelajaran
sehingga mencerminkan hakekat keilmuan yang ada di dalamnya.
Secara operasional tujuan kurikuler adalah rumusan kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki peserta didik setelah mereka menyelesaikan atau
menempuh bidang studi atau mata pelajaran tersebut, oleh karena itu
asumsinya adalah bahwa tujuan institusional tercapai apabila semua
tujuan kurikuler yang ada di dalam lembaga tersebut telah memiliki atau
telah dikuasai oleh peserta didik.
Mengingat semua tujuan kurikuler bersumber dari tujuan institusional,
maka makna rumusan setiap tujuan kurikuler harus sama, perbedaanya
terletak pada jiwa atau hakekat keilmuan yang dipelajari oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran.
3) T ujuan Instruksional
Tujuan instruksional bersumber dan dijabarkan dari tujuan kurikuler.
Tujuan ini adalah tujuan yang paling langsung dihadapkan kepada peserta
didik pada saat menempuh proses belajar-mengajar, oleh sebab itu tujuan
instruksional dirumuskan sebagai kemampuan yang dimiliki anak didik
setelah mereka menyelesaikan proses belajar-mengajar.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
Ada dua jenis tujuan intruksional, yaitu: Tujuan Instruksional Umum
(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan
tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta
didik. Oleh karena itu, untuk memudahkan pencapaiannya dan agar
dapat diamati, dilakukan pengukuran, perlu dijabarkan kedalam tujuan
yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam proses belajar-mengajar.
Adapun tujuan kurikulum muatan lokal diberikan dalam rangka
usaha memperkenalkan lingkungan kepada peserta didik dan memberikan
keterampilan dasar, keterampilan untuk kehidupan, dan keterampilan
untuk mendapatkan keberhasilan. Pemanfaatan lingkungan alam, sosial
dan budaya dari daerah sebagai sumber belajar atau sebagai sumber
pengajaran mempermudah peserta didik dalam pemahamannya, hal ini
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ausubel ”bahwa penyampaian
bahan kepada siswa harus diawali dengan pengenalan tentang apa yang
ada di sekitarnya.
Tujuan pendidikan muatan lokal tentu saja tidak dapat terlepas dari
tujuan umum yang tertera dalam GBHN, adapun yang dapat dipaparkan
dalam kurikulum muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya
adalah berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, mandiri, trampil,
beretos kerja, profesional, produktif, sehat jasmani, cinta lingkungan,
kesetiakawanan sosial, kreatif inovatif untuk hidup, meningkatkan
pekerjaan yang praktis dan rasa cinta budaya daerah/tanah air.37
37 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rinika Cipta, 2004), 103-104.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
Pelaksanaan muatan lokal selain dimaksudkan untuk mempertahankan
kelestarian (berkenaan dengan kebudayaan daerah), juga perlu ditujukan
pada usaha pembaharuan atau modernisasi (berkenaan dengan
keterampilan atau kejuruan setempat sesuai dengan perkembangan ilmu
dan teknologi modern). Pelaksanaan muatan lokal juga bermaksud agar
pengembangan sumber daya manusia yang terdapat di daerah setempat
dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan daerah sekaligus
untuk mencegah terjadinya depopulasi daerah itu dari tenaga produktif.38
Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan dan pelaksanaan
program muatan lokal dalam kurikulum bertujuan:39
a. Tujuan Langsung
1) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
2) Sumber belajar di daerah lebih dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan pendidikan.
3) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan
disekitarnya.
4) Peserta didik lebih dapat mengenal kondisi alam, lingkungan
sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerah tersebut.
b. Tujuan Tidak Langsung
1) Peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerah
38 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya Media Pratama,1999), 180.39 Syafruddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), 62-63
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
tersebut.
2) Peserta diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong
dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Peserta didik akrab dengan lingkungan dan terhindar dari
keterasingan terhadap lingkungan sendiri.
Tujuan kurikulum di atas, bisa jadi hanya sebagai cita-cita belaka
yang tidak pernah tercapai bila tidak diiringi dengan upaya yang sungguh -
sungguh dari semua pihak yang terkait. Namun demikian, aplikasi
program kurikulum muatan lokal tersebut dapat tercapai dengan baik atau
sempurna jika pendidik dan kepala sekolah dapat mengembangkannya
sesuai dengan asa dan prinsip pengembangan kurikulum yang ada. Dalam
pelaksanaan kurikulum muatan lokal ada beberapa hal yang mungkin
dapat dilaksanakan sendiri oleh pihak sekolah, misalnya sarana-prasarana,
narasumber, dana operasional, oleh karena keikutsertaan masyarakat
dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal sangatlah diharapkan.
5. Isi Kurikulum Muatan Lokal
Wujud dari kurikulum muatan lokal tidaklah hanya berbentuk mata
pelajaran tambahan saja, melainkan dalam wujud lain. Secara umum isi
kurikulum muatan lokal menurut Made Pidarta adalah sebagai berikut:
a. Menanamkan norma masyarakat. Di daerah pertanian perlu menanamkansikap gotong royong, tetapi di daerah perindustrian lebih pentingmenanamkan sikap kedisiplinann dalam bekerja.
b. Alat-alat bekerja dan media yang digunakan disesuaikan denganlingkungan setempat. Di daerah pedesaan lebih banyak belajar denganalat-alat yang sederhana yang ditemukan di sana, sebaiknya akan lebihbanyak belajar dengan alat-alat modern, seperti teleskop, televisi,komputer, dan berbagai alat elektronik lainnya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
c. Contoh-contoh pelajaran juga berbeda-beda. Di daerah peternakan lebihbanyak mengambil contoh-contoh pelajaran berupa binatang-binatangyang diternakkan di daerah itu. Sementara itu untuk daerah perkebunanakan lebih banyak membuat ilustrasi berupa tumbuh-tumbuhan besrtahasilnya.
d. Penerapan teori pada daerah peternakan juga mengutamakan bidangpeternakan, sementara di daerah perkebunan mengutamakan penerapanteori-teori perkebunan.
e. Partisipasi peserta didik dalam masyarakat disesuaikan dengankeadaan masyarakat itu. Di daerah kerajinan patung, mereka akanberpartisispasi dalam pembuatan patung, sementara di daerah kesenianmereka juga berpartisipasi dalam bidang kesenian. Termasuk juga ikutmenyelesaikan masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.
f. Dengan cara demikian keterampilan-keterampilan yang dipelajari pesertadidik juga tidak sama dengan daerah lain.
g. Mata pelajaran baru, sesuai dengan kebutuhan daerah setempat40
Dengan catatan kurikulum muatan lokal tidak bertentangan dan
mengurangi kegiatan kurikulum nasional. Menurut Subandijah kurikulum
muatan lokal dapat dipilih satu dari beberapa hal berikut:
a) Memperkenalkan dan melaksanakan norma-norma daerah setempat.b) Memakai alat peraga, alat-alat belajar atau media pendidikan yang ada
di daerah tersebut.c) Mengambil contoh-contoh pelajaran yang ada atau sesuai dengan
keadaan dan kegiatan di wilayah tersebut.d) Memperkenalkan teori-teori yang cocok dengan kebutuhan atau
kegiatan di wilayah tersebut.e) Pesetra didik diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan
berproduksi pada usaha-usaha diwilayah tersebut.f) Keterampilan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga
kerja di daerah tersebut.g) Peserta didik diikutsertakan dalam memecahkan masalah masyarakat
tersebut.h) Bidang studi yang baru yang cocok dengan kebutuhan daerah
tersebut.41
Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa isi dari kurikulum muatan
lokal harus berhubungan dengan norma, budaya, dan kebutuhan daerah
40 Made Pidarta, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 63.41 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), 152.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
tersebut dengan melalui identifikasi, analisis, dan pengorganisasian secara
ssistematis sehingga pelaksanaan kurikulum muatan lokal yang dilaksanakan
benar-benar efektif dan efisien.
6. Strategi Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
Strategi pelaksanaan kurikulum muatan lokal dalam kurikulum nasional
menurut Nana Sudjana dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain:
a. Pendekatan monolitik, artinya materi muatan lokal diberikan kepadapeserta didik secara tersendiri, dalam arti ada alokasi waktu khususdalam kurikulum. Pendekatan ini dapat dilakukan untuk mata pelajaranyang memang sebagian besar adalah muatan lokal seperti bahasadaerah, keterampilan, kesenian, olah raga, dan lain-lain. Hanya sajaharus diperhatikan bahwa porsi yang diberikan untuk muatan lokalsebanyak 20% dari kurikulum nasional.
b. Pendekatan integratif, artinya materi muatan lokal diberikan secarabersama-sama denagn bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulumnasional.
c. Pendekatan ekologis, artinya mempelajari bahan-bahan muatan lokalmenggunakan lingkungan alam dan lingkungan masyarakat setempatdipelajari langsung olehpeserta didik, baik sebagai materi maupunsebagai metode atau cara belajar.42
Kurikulum muatan lokal dalam pelaksanaannya sama seperti kurikulum
nasional, artinya bahwa untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan kurikulum
muatan lokal tersebut diperlukan beberapa langkah atau strategi yang tepat
sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai, begitupun pengembangannya
seperti dijabarkan di atas.
7. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal
Menilai kurikulum sebenarnya bukan hanya semata-mata dilakukan
terhadap salah satu komponen saja. Melainkan terhadap seluruh komponen,
42 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar BaruOffset, 1996), 177.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
baik tujuan, organisasi, metode, maupun proses evaluasi itu sendiri.
Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya, yang paling penting di
antaranya adalah:
1) Mengetahui sampai manakah peserta didik mencapai kemajuan kearah
tujuan yang telah ditentukan.
2) Menilai efektivitas kurikulum/
3) Menentukan faktor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum.43
Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni
dimensi I (formatif dan sumatif), dimensi II (proses dan produk), dan
dimensi III (operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa).
Dari ketiga dimensi itu dapat dijabarkan sebagai berikut:
Dimensi I
Formatif: evaluasi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum. Data
dikumpulkan dan dianalisis untuk menemukan masalah serta mengadakan
perbaikan sedini mungkin.
Sumatif: proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu
(misalnya pada akhir semester, tahun pelajaran atau setelah lima tahun)
untuk mengetahui efektivitas kurikulum dengan menggunakan semua data
yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi
kurikulum.
Dimensi II
Proses: yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan
43 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 1999),88.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
kurikulum. tujuannya adalah untuk mengetahui metode dan proses yang
digunakan dalam implementasi kurikulum.
Produk: yang dievaluasi adalah hasil-hasil yang nyata, yang dapat
dilihat seperti silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang
dihasilkan oleh guru dan hasil siswa yang berupa hasil test.
Dimensi III
Operasi: evaluasi dilakukan pada keseluruhan proses pengembangan
kurikulum termasuk perencanaan, desain, implementasi, administrasi,
pengawasan, pemantauan, dan penilaiannya. Juga termasuk biaya, staf
pengajar, penerimaan siswa, pendeknya seluruh operasi lembaga
pendidikan.
Hasil belajar siswa: yang dievaluasi adalah hasil belajar siswa
bertalian tujuan kurikulum yang harus dicapai, dinilai berdasarkan standar
yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan kurikulum,
misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar.44
8. Tinjauan Struktur Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Pesantren
Muatan lokal merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah memberi alokasi waktu untuk
muatan lokal itu dua jam pelajaran dalam satu minggu.45
Posisi muatan lokal dalam KTSP adalah sebagaimana dijelaskan
dalam BSNP, bahwa muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang
keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik
44 Ibid,. 91-9245 Jajang Badruzaman, KTSP dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Desember 6, 2007,http://lenterapena.wordpress.com/2007/12/06
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
36
pada satuan pendidikan. Selain itu materi muatan lokal dan kegiatan
pengembangan diri termasuk dalam isi kurikulum.46
Bagi madrasah yang memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan
waktu untuk mengajar, membimbing, dan mengevaluasi hasil belajar
siswa, maka alternatif yang memadai untuk mengatasi keterbatasan
tersebut adalah pengembangan kurikulum sekolah berbasis pesantren.
Akan tetapi, mengenai basis pesantren yang akan dikembangkan tentu
dapat beraneka ragam mulai jenis pesantren yang berorientasi tradisional
hingga jenis pesantren yang orientasi modern.
a. Strategi Pengembangan Sekolah Berbasis Pesantren
Menurut Imam Tolkhah,47 ada dua strategi yang dapat
dikembangkan pada madrasah/sekolah berbasis pesantren, yakni
pengembangan PAI berbasis pesantren secara penuh dan
pengembangan PAI berbasis pesantren secara parsial:
1) Pengembangan PAI berbasis pesantren secara penuh pada
madrasah/sekolah.
Pengembangan PAI disekolah berbasis pesantren secara
penuh dapat dilakukan dengan dua model:
1. Pesantren mengembangkan madrasah diniah sekaligus
sekolah. Bahkan pesantren mendirikan sekolah/madrasah
terkesan meningkat. Bagi sebagian pesantren, pendirian
46 Bambang Soehendro, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan JenjangPendidikan Dasar dan Menengah Badan Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: BSNP, 2006). 1047 Imam Tolkhah, Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran PAI, (Jakarta: Kasubdit Kelembagaandan Kerjasama Ditpais, Depag RI, 2006).
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
37
madrasah tersebut memang diperuntukkan untuk para
santri yang mondok dipesantren. Melalui cara ini
diharapkan bahwa para santri tidak saja hanya menguasai
ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum
yang setara dengan para siswa disekolah lain.48
2. Pesantren dimunculkan bersamaan atau setelah
pengembangan sekolah/madrasah.
Ada beberapa prasyarat yang diperlukan untuk
pengembangan budaya pesantren secara penuh pada sekolah
yaitu dengan Pertama, perlu memiliki sarana atau fasilitas
pesantren seperti masjid, kitab-kitab agama, perpustakaan,
laboratorium, saran olahraga, seni dan teknologi informasi.
Kedua, diperlukan kepala madrasah dan para siswa, guru,
tutor serta kyai yang tinggal dalam satu komplek asrama.
Ketiga, diperlukan kesiapan siswa untuk belajar secara total
(menjadi santri).49 Keempat, diperlukan seorang kepala
madrasah yang berkualitas (kemampuan manajerial serta
dedikasi yang tinggi). Kelima, diperlukan sejumlah guru,
tutor dan tenaga administrasi yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan pendidikan.50
48 Ibid., 6649 Ibid., 6750 Ibid
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
38
2) Pengembangan PAI berbasis pesantren secara parsial pada
sekolah/madrasah
Pengembangan pendidikan agama Islam di sekolah
berbasis pesantren secara parsial pada dasarnya
menempatkan sebagian dari nuansa pesantren (yang
mencakup keberadaan fisik dan nonfisik) dalam sistem
pendidikan sekolah/madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa,
sistem pendidikan sekolah mengadopsi sebagian dari unsur
atau kultur pesantren. Berikut ini contoh pembelajaran PAI
berbasis pesantren secara parsial pada sekolah:
1. Pengembangan Pesantren Kilat
2. Boarding School
3. Pengembangan Simbol Agama.51
b. Ruang Lingkup Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Pesantren
Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu: tujuan, materi,
strategi pembelajaran, organisasi kurikulum, dan evaluasi.52 Kelima
komponen tersebut di atas, menurut Akhmad Sudrajat memiliki
keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu ruang
lingkup kurikulum muatan lokal berbasis pesantren juga meliputi lima
komponen tersebut, yaitu: tujuan kurikulum muatan lokal disesuaikan
dengan tujuan satuan pendidikan (sekolah bersangkutan), institusional,
maupun instruksional. Apabila sekolah yang dikembangkan berciri
51 Ibid., 6952 Akhmad Sudrajat, Komponen-komponen Kurikulum,http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum, hlm.11
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
39
khas pesantren salaf, maka tujuannya juga berorientasi pada pesantren
salaf.
Begitu halnya jika madrasah yang dikembangkan mengikuti
pesantren modern, maka ciri khas muatan lokalnya bertujuan ke arah
tersebut. Materi kurikulum muatan lokal berbasis pesantren bisa
mengadopsi kurikulum pesantren salafiyah (tradisional) maupun
kurikulum pesantren khalafiyah (modern). Penentuan dan
pengambilan mata pelajarannya disesuaikan dengan tingkat
perkembangan siswa. Strategi pembelajaran muatan lokal adalah sama
halnya dengan Kurikulum Nasional dan Departemen Agama, namun
lebih banyak berupa ceramah, praktek, menemukan/mengalami sendiri
(inquiry), pembiasaan dan teladan (modelling).
c. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Pesantren
Ada dua pola pengembangan mata pelajaran muatan lokal dalam
rangka menghadapi pelaksanaan KTSP, pola tersebut adalah:
1) Pengembangan Muatan Lokal sesuai Kondisi Sekolah
Langkah pengembangan mata pelajaran muatan lokal tersebut
sesuai dengan penjelasan oleh Tim BMPS (Badan Musyawarah
Perguruan Swasta), yaitu:
a) Analisis mata pelajaran muatan lokal yang ada dimadrasah.Apakah masih layak dan relevan mata pelajaran muatan lokal diterapkan dimadrasah?
b) Bila mata pelajaran muatan lokal yang diterapkan dimadrasahtersebut masih layak digunakan maka kegiatan berikutnyaadalah merubah mata pelajaran muatan lokal tersebut ke dalamSK dan KD.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
40
c) Bila mata pelajaran muatan lokal yang tidak layak lagi untukditerapkan, maka madrasah bisa menggunakan mata pelajaranmuatan lokal dari madrasah lain atau tetap menggunakan matapelajaran muatan lokal yang ditawarkan oleh Dinas ataumengembangkan muatan lokal yang lebih sesuai. Selain melaluilangkah-langkah di atas, untuk menerapkan suatu mata pelajaranmuatan lokal perlu mempertimbangkan kebutuhan madrasah danmengikuti madrasah lain atau Dinas setempat.
2) Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP
Langkah-langkah pengembangan mata pelajaran muatan lokal
yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerahb) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokalc) Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokald) Menentukan mata pelajaran muatan lokale) Mengembangkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar
serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yangditetapkan BSNP.53
Pihak yang terlibat dalam pengembangan ialah pihak sekolah
dan komite sekolah, yang mempunyai wewenang penuh dalam
mengembangkan program muatan lokal. Bila dirasa tidak
mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite,
sekolah dapat bekerjasama dengan unsur-unsur Depdiknas seperti
Tim Pengembangan Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga
Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi dan
instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah
Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia
usaha/industri, dan tokoh masyarakat.54
53 Ibid,. 554 Ibid,. 6.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
41
B. Pembentukan Kepribadian Siswa
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan kata personality yang
diambil dari bahasa latin Persona, yang berarti kedok atau topeng.55 kata
kepribadian dalam bahasa Arab Shakhs}iyah berasal dari kata
Shakhs}un yang berarti pribadi atau orang. Adapun personality dan
shakhs}iyah kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi
kepribadian.
Kepribadian memiliki wujudnya adalah abstrak, manusia hanya dapat
melihat atau merasakan “dampak” yang ditimbulkannnya dari suatu aktivitas
yang dilakukan oleh seseorang baik setelah aktivitas maupun pada saat
melakukan aktivitas, yang dari sini maka orang sering menyebutnya dengan
akhlak atau budi pekerti atau juga disebut dengan moralitas. Di sinilah titik
kemungkinan orang berbeda pendapat dalam mendifinisikan makna
kepribadian.
Adapun para ahli berbeda pendapat tentang definisi dari makna
kepribadian tersebut, di antara pendapat para ahli adalah sebagai berikut:
a. Kartini Kartono menyatakan, kepribadian adalah “Satu totalitas
terorganisir dari disposisi-disposisi psikologi manusia yang individual,
yang memberikan kemungkinan untuk membedakan ciri- cirinya yang
umum dengan pribadi yang lain”.56
b. Pendapat Gordon W. Allpart menyatakan kepribadian adalah:
55 E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991),. 1056 Kartini Kartono, Teori Kepribadian. (Bandung: Alumni, 1980),. 10
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
42
Organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psychophysis
yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri
terhadap lingkungannya”.57
c. Tim Dosen FIP IKIP Malang menyatakan, kepribadian adalah: “Suatu
perwujudan dari seluruh segi manusianya yang unik, lahir dan batin
dalam hubungannya dengan kehidupan sosial dan individual”.
d. Menurut Hamka, Kepribadian adalah:
1) Kumpulan sifat-sifat kelebihan dari yang menunjukkan kelebihan
seseorang, sehingga ada manusia yang besar atau manusia yang
kecil, ada manusia yang sangat berarti dan ada manusia yang tidak
berarti sama sekali.
2) Kumpulan sifat akal budi, kemampuan, cita- cita, dan bentuk tubuh
yang hal ini menyebabkan harga kemanusiaan berbeda dengan orang
lain.
Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas, dapat
disimpulkan mengenai pengertian dari kepribadian adalah sekumpulan sifat
seseorang yang terwujud dalam perbuatan atau tingkah laku dalam upaya
memenuhi hakikat kemanusiaannya yang dipengaruhi oleh mafhum atau
pandangan tertentu.
Menurut Allport58, kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis
dan sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-
caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
57 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar BaruAlgensindo, 2001),. 6758 Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003). .300.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
43
Sedangkan menurut Kuntjoroningrat59, kepribadian adalah sebagai susunan
unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau
tindakan dari tiap-tiap individu manusia.
Sedangkan kata siswa disamakan dengan anak didik, merupakan
sekelompok individu yang melakukan kegiatan untuk mencari suatu hal yang
belum dimengerti. Dalam pelaksanaan proses ini disebut juga sebagai proses
belajar mengajar.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian siswa
adalah kesatuan organisasi seluruh sifat-sifat anak yang masih mudah
dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya yang akan menentukan penyesuaian
dirinya yang unik atau khas terhadap lingkungannya, setelah mengalami
proses pembelajaran melalui pendidikan yang telah diselesaikannya. Dapat
dikatakan juga kepribadian siswa sebagai bentuk prilaku siswa dalam
menerapakan hasil pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam ayat QS. Al-Nisa> [4]:9 Allah menegaskan;
ذرية ضعافا خافوا عليهم فـليتـقوا الله وليخش الذين لو تـركوا من خلفهم وليـقولوا قـوال سديدا
Artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah merekamengucapkan perkataan yang benar.60
Ayat di atas seharusnya dapat menjadikan umat Islam bersikap dengan
dimensi yang lebih luas dalam beragama, termasuk dalam urusan pendidikan.
59 Ibid,. 30160 Al Quran, 4: 9.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
44
Hal ini dimaksudkan agar pendidikan berfungsi dengan baik dalam
membentuk generasi dan memajukan umat Islam. Bagi umat Islam
pendidikan yang dilaksanakan akan produktif jika berbasis kepada syari’ah
Islam. Terlepasnya nilai-nilai syari’ah dari spirit pendidikan, niscaya akan
melahirkan generasi yang beragama tetapi tidak memahami dan menjalankan
nilai-nilai agama dan agama hanya sebuah identitas belaka atau bahkan akan
lahir generasi yang jauh dari agama.
Mengingat masa pendidikan anak atau sekolah merupakan masa
pencarian jati diri, yaitu masa ingin melakukan sesuatu untuk
menunjukkan bahwa mereka mampu seperti orang dewasa, maka
penerapan muatan lokal berbasis pesantren pada kegiatan kurikuler
(intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler) adalah kegiatan yang dapat
membiasakan mereka berperan aktif langsung dalam suatu kegiatan-
kegiatan positif sangat mendukung dalam upaya membentuk kepribadian
siswa yang lebih baik.
Dalam membentuk kepribadian siswa diperlukan beberapa tahapan-
tahapan yang harus dilalui, diantaranya:
1. Pembentukan kepribadian melalui pembiasaan.
2. Pembentukan kepribadian melalui minat dan motivasi.
3. Pembentukan kepribadian melalui kerohanian.
Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut, peneliti ingin mengkaji dan
memperoleh arahan atau pandangan yang jelas daripada manfaat, fungsi atau
hasil dari muatan lokal berbasis pesantren yang sangat besar manfaatnya bagi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
45
pembentukan kepribadian siswa, khususnya yang terintegrasi dan terperinci
melalui proses dari hasil pembelajaran muatan lokal berbasis pesantren di
madrasah.
Jadi melihat definisi operasional tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
pengembangan kurikulum berbasis pesantren dalam pembentukan
kepribadian siswa adalah penerapan ide, kebijakan atau inovasi dalam bentuk
suatu tindakan praktis dalam pengembangan kurikulum muatan lokal,
membentuk kepribadian siswa dan usaha mengembangkan kompetensi yang
disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah yang dilaksanakan di sebuah
madrasah yang berdasarkan pesantren.
2. Ciri-Ciri Kepribadian
Setiap siswa yang telah memiliki kepribadian akan memiliki ciri-ciri atau
sifat-sifat tertentu yang khas, yaitu mereka yang masuk Islam (sebagai
mukmin) secara total dan tidak membeda- bedakan apa yang menjadi tuntutan
yang dibebankan Allah SWT kepadanya. Kepribadian yang dimiliki seorang
muslim adalah kepribadian islami, Di antara sifat atau ciri dari suatu
kepribadian Islami yang harus dimiliki dan tertanam dalam diri seorang
muslim sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qura>n untuk mensifati
para Para Nabi dan Rasul, sahabat, orang-orang mukmin, Ibadurrahman dan
para mujahidin. Di antaranya adalah:
a. Paham al-Isla>m secara mendalam dan menyeluruh.
Seorang muslim akan selalu berusaha bersikap istiqa>mah, menetapi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
46
ketentuan-ketentuan shari>'at Allah SWT baik dalam kehidupan individu
maupun sosial, oleh karena itu seorang muslim akan senantiasa
mempelajari dan mengamalkan hukum-hukum Allah SWT dalam seluruh
aspek kehidupan, sebagimana firmannya:
لم كآفة وال تـتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو يا أيـها الذين آمنوا ادخلوا يف السمبني
Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, danjanganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yangnyata bagimu.61
b. Keras kepada orang kafir, sayang kepada sesama muslim
Di dalam Islam kita di ajarkan bagaimana sikap kita pada medan atau
lingkungan yang berbeda, adapun landasan sikap tersebut adalah
sebagaimana firman Allah berikut ini:
يـرتد منكم عن دينه فسوف يأيت الله بقوم حيبـهم وحيبونه أذلة يا أيـها الذين آمنوا منعلى المؤمنني أعزة على الكافرين جياهدون يف سبيل الله وال خيافون لومة آلئم ذلك
اء والله واسع عليم فضل الله يـؤتيه من يش Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dariagamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintaimereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yangmukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah,dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.62
61 al Quran, 2: 208.62 al Quran, 5: 54.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
47
c. Ridha kepada Allah SWT
ءهم ال جتد قـوما يـؤمنون بالله واليـوم اآلخر يـوادون من حاد الله ورسوله ولو كانوا آباأو أبـناءهم أو إخوانـهم أو عشريتـهم
هم ورضوا عنه ويدخلهم جنات جتري من حتتها األنـهار خالدين فيها رضي الله عنـلحون أولئك حزب الله أال إن حزب الله هم المف
Artinya:
Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, salingberkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipunorang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluargamereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati merekadan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahanrahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullahitu adalah golongan yang beruntung. (QS. al-Muja>dilah: 96)
Ayat ini memberikan gambaran tentang keridhaan seorang muslim
yang mau diatur dengan aturan Allah SWT dalam segala aspek
kehidupannya.
d. Tuduk dengan penuh kesadaran terhadap aturan agama Islam dalam
segala aspek kehidupannya
ال شريك له وبذلك ۞لله رب العالمني قل إن صاليت ونسكي وحمياي وممايت أمرت وأنا أول المسلمني
Artinya:
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalahuntuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yangdiperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri(kepada Allah)".63
63 al Quran, 6: 162-163.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
48
e. Rendah hati, berakhlak mulia.
سالما وعباد الرمحن الذين ميشون على األرض هونا وإذا خاطبـهم اجلاهلون قالوا Artinya:
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yangberjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapamereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.64
f. Bersedia berjihad, tekun beribadah dan melakukan Amar ma’ruf nahi
munkar.
Setiap orang muslim yang sudah tertanam kepribadian Islami,
secara sadar akan terbetuk kesadaran yang kuat akan segala tuntutan yang
diperintahkan oleh Allah SWT:
ر يف كثري من جنواهم إال من أمر بصدقة أو معروف أو إصالح بـني الناس ومن ال خيـيـفعل ذلك ابـتـغاء مرضات الله فسوف نـؤتيه أجرا عظيما
Artinya:
Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikandari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, ataumengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikiankarena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yangbesar.65
g. Seorang muslim akan selalu menjaga amanah. Seorang muslim akan
selalu memunaikan amanah yang dibebankan kepadanya.
إن الله يأمركم أن تؤدوا األمانات إىل أهلها وإذا حكمتم بـني الناس أن حتكموا يعا بصريا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان مس
Artinya:Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusiasupaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
64 al Quran, 25: 63.65 al Quran, 4: 114.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
49
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Mahamelihat.66
h. Seorang muslim tidak akan melampaui batas dalam beragama dan
selalu menyesuaikan perbuatannya dengan tuntutan agama
رسال مبشرين ومنذرين لئال يكون للناس على الله حجة بـعد الرسل وكان الله عزيزا حكيما
Artinya:
(Mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberiperingatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudahdiutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.67
i. Ahli kepemimpinan dalam segala aspek kehidupan
Ini dikarenakan seorang muslim yang menguasai al-Qura>n dan as-
Sunnah dan terlatih tentu akan mampu memimpin sekaligus pelaksana yang
baik.
يا داوود إنا جعلناك خليفة يف األرض فاحكم بـني الناس باحلق وال تـتبع اهلوى هلم عذاب شديد مبا نسوا يـوم فـيضلك عن سبيل الله إن الذين يضلون عن سبيل الله
احلساب Artinya:
Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamumengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnyaorang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karenamereka melupakan hari perhitungan.68
j. Selalu sadar segala perbuatan akan dimintai tanggung jawab
Seorang yang telah memiliki kepribadian Islami yang kuat akan
66 al Quran, 4: 58.67 al Quran, 4: 165.68 al Quran, 38: 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
50
sadar setiap aktivitasnya akan dimintai pertanggung jawaban oleh
Allah SWT, sehingga dengan kesadaran tersebut ia akan
menyandarkan segala aktifitasnya agar sesuai dengan aturan yang
diturunkan oleh Allah SWT.
كل نـفس مبا كسبت رهينة Artinya:
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.69
k. Memiliki keteguhan dan pendirian yang kuat dalam membela
(Kebenaran) Islam.
نا صربا وثـبت أقدامنا وانصرنا على ولما بـرزوا جلالوت وجنوده قالوا ربـنا أفرغ عليـالقوم الكافرين
Artinya:
Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dantentaranya) berdoa: "Ya Tuhan Kami, tuangkanlah kesabaran atas diri Kami, dankokohkanlah pendirian Kami dan tolonglah Kami terhadap orang-orang kafir.70
l. Memiliki psikologis yang kuat, bersih.
Inilah gambaran dari ciri-ciri yang terdapat dalam diri seorang
yang memiliki kepribadian Islami. Seseorang yang memiliki
kepribadian Islami akan selalu mengikatkan segala aktifitasnya dengan
ajaran dan aturan yang telah ditetapkan oleh agama Islam. Sehingga
dengan ini akan terwujud suatu kepribadian yang khas dan unik
berbeda dengan kepribadian diluar kepribadian yang dilandaskan dengan
aturan Islam.dalam Firman Allah SWT:
وثيابك فطهر 69 al Quran, 74: 38.70 al Quran, 2: 250.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
51
Artinya:
Dan pakaianmu bersihkanlah.71
3. Strategi Pembentukan Kepribadian Islami
Kepribadian (shakhsiyyah), dalam pengertian yang benar, berkaitan erat
dengan sikap manusia dalam memikirkan sesuatu serta berbuat sesuatu sebagi
dorongan didalam memenuhi kebutuhan jasmaniah dan berbagai naluriahnya
yang disandarkan pada mafa>him tertentu. Artinya kepribadian Islami
terbentuk dari pola pikir Islami (‘aqliyyah al-Islamiyyah) dan pola jiwa
Islami (nafsiyyah al-Islamiyyah)-nya yang ini terbentuk dari kesadaran akan
mafa>him Islam.72
a. Pola Pikir Islami
Pola pikir adalah metode seseorang dalam memehami sesuatu atau
memikirkan sesuatu didasarkan pada asas tertentu. Atau metode dimana
manusia mengikat realita dengan informasi-informasi, yaitu dengan
menstandarkan informasi-informasi itu pada satu akidah (pandangan
hidup) atau beberapa akidah-akidah tertentu.73 Dengan itu manusia akan
menilai fakta yang ada, sekaligus memberikan pendapat dan memberikan
keputusan mengenai fakta tersebut dengan disandarkan pada satu atau
beberapa prinsip hidup tertentu, sehingga dengan itu ia bisa menerima atau
menolak. Dalam keadaan demikian, maka ia telah memiliki pola pikir
71 al Quran, 74: 4.72 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor: Al Azar Press, 2004), 78-80.73 Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar Pemikiran Islam. (Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah,2002), 76
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
52
tertentu.
Adapun komponen dalam proses berfikir yang saling terkait dan tidak
bisa dipisah ataupun kurang, yaitu otak, panca indera, realita/fakta dan
ma'luma>t yang terkait dengan realitanya, tanpa ma'luma>t manusia hanya
bisa melakukan penginderaan, bukan berfikir. Apabila ma'luma>t salah
maka proses berfikirnya pun juga salah. Contohnya, jika seseorang
diterangkan bahwa bohong itu boleh maka selamanya orang tersebut akan
kerpikir seperti itu. Baru bias berubah kalau ada ma'luma>t yang
meluruskan.
Jika pemikirannya adalah kaidah Islam, berarti ia menyandarkan
setiap berfikirnya dalam menilai fakta-fakta yang ada sekaligus dalam
memberikan pendapat dan keputusannya dari sudut pandang akidah Islam.
Artinya ia menggunakan berbagai pemahaman keislamannya dan
merespon berbagai fakta apapun, pola pikiran Islaminya akan memiliki
pengaruh dan sebaliknya tidak mudah terpengaruh. Tetapi ini terpengaruh
pada kuat-lemahnya pola pikir yang dimilikinya.
Dalam hal ini untuk membentuk, mengembangkan serta memperkuat
pola pikir dapat ditempuh beberapa cara berikut:
1) Mewujudkan atau menanamkan akidah Islamiyah kepada diri
seseorang agar dijadikan sebagai akidah dan pandangan hidup.
2) Seorang muslim yang telah memiliki akidah Islamiyah kemudian
menjadikan aqidah itu sebagai landasan (qa>idah) dalam proses
berfikir serta dalam mengatur dan mengendalikan tingkah lakunya.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
53
3) Menambah pengetahuan keIslaman (thaqa>fah al-Islamiyah), yaitu
segala pengetahuan yang bertitik tolak pembahasannya adalah
akidah Islamiyah. Dengan ‘aqliyahnya yang meningkat seseorang
akan senantiasa berfikir secara Islami lebih kuat dan
kemampuannya dalam menilai pemikiran-pemikiran yang
berkembang juga meningkat.
4) Membiasakan menambah berbagai pengetahuan dan informasi
melalui kebiasaan membaca ataupun cara-cara lain dalam proses
pembelajaran melalui transformasi pemikiran atau mengaitkan
berbagai pemikiran yang ada dengan fakta-faktanya.
5) Membiasakan mengaitkan fakta dengan berbagai informasi yang
diterimadan selalu membandingkan keduanya dengan dilandasi
akidah yang menjadi sandaran.
6) Membiasakan berdialog dan berdiskusi dengan pihak lain mengenai
fakta yang ada dengan menyandarkan pada akidahnya.
7) Membiasakan menyampaikan gagasan secara lisan dan berdialog,
dengan ini mau tidak mau akan selalu mengaitkan informasi
dengan fakta yang terjadi sekaligus menyandarkan dengan akidah
yang diyakininya, sebagai proses pembelajaran dengan cara
penyampaian berbagai pemikiran mengenai fakta yang ada.
8) Membiasakan menulis karena dengan terbiasa menulis akan
terdorong untuk selalu membaca, meneliti, dan berfikir agar dapat
memperoleh berbagai informasi yang kemudian dikaitkan dengan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
54
fakta-fakta yang terjadi yang sekaligus disandarkan pada akidah
yang diyakininya.74
Inilah suplemen yang dibutuhkan untuk membentuk, mengembangkan
serta memperkuat pola pikir Islami. Sebagai seorang muslim yang
mengemban dakwah seharusnya memperkuat pola pikirnya sebagai upaya
untuk menyelesaikan berbagai problem yang menerpa masyarakat secara
menyeluruh dan memuaskan secara Islami sehingga masyarakat mau
secara bersama-sama menerapkan solusi yang diberikannya. Di samping
itu ia harus memaksakan diri untuk selalu melakukan penelusuran,
pengkajian, dan penelitian yang lebih banyak lagi terhadap berbagai
sumber dan berbagai rujukan.
Adapun kecepatan berfikir (berfikir cepat) yaitu kecepatan dalam
melakukan penginderaan dan proses pengaitan.dan ini bisa dimiliki
seseorang dengan cara membiasakan berfikir dan pembiasaan berfikir
cepat.
b. Pola Jiwa (Nafsiyyah)
Pola jiwa (Nafsiyyah) terkait dengan berbagai cara seseorang memenuhi
kebutuhan jasmani dan nalurinya (al- h}ajah al-‘ud}awiyyah wa al-ghara>iz)
yang tampak ketika seseorang berusaha mengaitkan dua dorongan
tersebut dengan pemahaman yang ada pada dirinya, Proses pengaitan
dorongan dengan pemahaman ini akan melahirkan kecenderungan
74 Moh. Magfur Wahid, Moh. Romadhon, Kerangka Memahami Al-Islam, (Malang, AlIzzah:1999), 213-215.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
55
(muyu>l) atau apa yang disebut dengan pola jiwa ini.75
Energi dinamis yang ada pada diri manusia akan selalu mendorong
manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan jasmani dan naluriahnya
tersebut. Gejala ini pada dasarnya juga ada pada hewan, hanya saja hewan
tentu tidak mengartikulasi dorongannya dengan pemahaman, karena
hewan tidak memiliki akal. Namun demikian, apa yang terjadi pada hewan
juga bisa terjadi pada manusia, yakni tatkala seseorang ketika terdorong
kebutuhan jasmani dan naluriahnya tanpa dipikir terlebih dulu. Oleh
karena itu, dalam hal ini, perilaku manusia boleh jadi merupakan
manifestasi dari pemahaman tertentu yang dimilikinya dan boleh jadi pula
sekedar perwujudan dorongan nafsu hewanlah yang bersemayan pada
dirinya.
Sebagaimana kita pahami, ada tiga jenis naluri (insting) yang ada pada
diri manusia, yaitu: (1) Naluri untuk mempertahankan keberlangsungan
hidup/eksistensi diri (ghari>zah al-baqa>); (2) naluri untuk melestarikan
spesies (keturunan)-nya (ghari>zah al-naw); (3) naluri beragama/religuisitas
(ghari>zah al-tadayyun). Yang disini ketiganya apabila tidak dipenuhi atau
dipuaskan hanya menimbulkan kegelisahan yang tidak membawa pada taraf
kematian seseorang.
Sementara itu, kebutuhan jasmaniah manusia ditandai dengan adanya
dorongan dari dalam berupa rasa lapar, haus, perlu udara, butuh istirahat,
dll; yang apabila ini tidak terpenuhi akan menyebabkan pada taraf
75 Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar Pemikiran Islam. (Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah,2002), 79.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
56
kematian pada diri seseorang.
Sebetulnya, berbagai gejala dari naluri manusia ini telah banyak disebut
di dalam al-Qura>n mulia. Kita menyaksikan bagaimana al-Qura>n
memberi jalan keluar untuk memenuhi semua kebutuhan itu, yaitu
dengan menjelaskan hukum-hukumnya dan dengan menguatkan
keterikatan manusia dengan Allah SWT melalui berbagai janji dan
ancaman-Nya, melalui kabar gembira dan peringatang dari-Nya.
Adapun pembentukan dan penguatan pola jiwa yang ada pada diri
seorang musliam adalah dengan jalan, yaitu76:
1) Dengan cara taqarrub ila> Allah (mendekatkan diri kepada Allah
SWT) dengan memperbanyak melaksanakan ketaatan baik dalam
ibadah seperti doa di setiap waktu dan tempat; berwudhu dan
menjaga agar selalu memiliki wudhu; melakukan sholat tahajjud;
d}uh}a, dan ibadah lainnya, serta ketaatan lainnya seperti
berdakwah; menuntut ilmu, serta menjauhi perbuatan yang haram
serta memperbanyak mengamalkan sunnah.
2) Selalu berusaha menghubungkan kebutuhan jasmaniah maupun
nalurinya dengan aturan-aturan Allah SWT.
Berdasarkan uraian diatas, secara garis besar metode peningkatan
shakhsiyyah Islamiyah dan pengembangannya ditempuh dalam tiga
langkah.
Pertama, Mewujudkan ’aqi>dah al - Isla>miyah pada diri seseorang
76 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor: Al Azar Press, 2004), 83.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
57
dengan cara yang sesuai dengan karakter ’aqi>dah al - Isla>miyah sebagai
’aqi>dah ‘aqliyyah. Kedua, Membangun cara berfikir dan mengatur
kecenderungan di atas pondasi ’aqi>dah al - Isla>miyah yang telah tertanam
pada dirinya. Ketiga, Mengembangkan kepribadian Islam dengan cara
mendorongnya untuk sungguh-sungguh dalam mengisi pemikiran dengan
tsaqafah Islamiyah dan mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan
dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.77
77 M. Ismail Yusanto, M Jati Sigit Purwanto. Membangun Kepribadian Islam. (Jakarta: KhoirulBayan, 2002), 33-34