41
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 17 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal 1. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal Sebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian kurikulum muatan lokal. Bagaimana diketahui, istilah kurikulum berasal sari bahasa latin a chariot maksud semua itu adalah to run atau berlari. 11 Pada perkembangan selanjutnya istilah tersebut digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah, atau sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau jurusan. Menurut pemahaman baru, kurikulum diartikan sebagai segala kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta didik, guru mencapai tujuan pendidikan (instruksional, kurikuler dan institutional). Pengertian kurikulum menurut pandangan para ahli pendidikan modern adalah berupa pengalaman belajar, baik didalam maupun di luar lingkungan sekolah. Pengetian tersebut berarti memiliki cakupan luassebagai seluruh kegiatan peserta didik yang berada dibawah ntanggung jawab dan bimbingan lembaga atau sekolah. Pengertian tersebut juga menggambarkan segala aktivitas yang sekiranya memiliki efek bagi pengembangan peserta 11 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), 9.

17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal

1. Pengertian Kurikulum Muatan Lokal

Sebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus

penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu pengertian kurikulum muatan

lokal. Bagaimana diketahui, istilah kurikulum berasal sari bahasa latin a

chariot maksud semua itu adalah to run atau berlari.11 Pada perkembangan

selanjutnya istilah tersebut digunakan untuk sejumlah courses atau mata

pelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau ijazah, atau

sejumlah materi pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan

atau jurusan.

Menurut pemahaman baru, kurikulum diartikan sebagai segala kegiatan

yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan kepada peserta

didik, guru mencapai tujuan pendidikan (instruksional, kurikuler dan

institutional). Pengertian kurikulum menurut pandangan para ahli pendidikan

modern adalah berupa pengalaman belajar, baik didalam maupun di luar

lingkungan sekolah. Pengetian tersebut berarti memiliki cakupan luassebagai

seluruh kegiatan peserta didik yang berada dibawah ntanggung jawab dan

bimbingan lembaga atau sekolah. Pengertian tersebut juga menggambarkan

segala aktivitas yang sekiranya memiliki efek bagi pengembangan peserta

11 S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003), 9.

Page 2: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

didik dimasukkan ke dalam kurikulum.12 Kemungkinan, bahwa apa yang

diwujudkan pada diri anak berbeda dengan apa yang diharapkan menurut

rencana.13

Menurut Erry Utomo, dkk. Kurikulum muatan lokal adalah seperangkat

rencana atau pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar yang

ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-

masing14

Muatan lokal telah dijadikan strategi pokok untuk meningkatkan

kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan lokal dan

sejauh mungkin melibatkan peran serta masyarakat dalam perencanaan dan

pelaksanaannya. Dengan demikian kurikulum muatan lokal setiap sekolah

diharapkan mampu mengembangkan program pendidikan tertentu yang sesuai

dengan keadaan dan tuntutan lingkungannya.

Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media

penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan

lingkungan budaya serta kebutuhan pembangunan daerah yang perlu

diajarkan kepada siswa. Isi dalam pengertian tersebut adalah bahan pelajaran

yang digunakan untuk mencapai tujuan muatan lokal. Sedangakan media

12 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam, Pemberdayaan, PengembanganKurikulum hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan. (Bandung: Yayasan Cendekia, 2003). 60.13 S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995). 8-9.14 Erry Utomo, dkk, Pokok-Pokok Pengertian dan Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal, (Jakarta:Depdikbud, 1997), 1.

Page 3: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

penyampaiannya mendapatkan metode dan sarana yang digunakan dalam

penyampaian muatan lokal.15

Mengingat kurikulum muatan lokal merupakan bagian dari kurikulum

nasional, maka masukanya muatan lokal tidak berarti mengubah kurikulum

yang sudah ada. Artinya, ditinjau dari bidang studi yang telah ada dalam

kurikulum nasional, tetapdiguanakan rujukan dalam memasukkan bahab

pengajaran muatan lokal.

Meranah pada kata berbasis pesantren, dua kata tersebut memiliki arti

yang berbeda jika melihat kata asalnya, pertama kata berbasis itu sendiri

mempunyai kata dasar basis artinya adalah dasar, pokok, pangkalan, unsur

(dalam hitungan aljabar).16 Sedangkan pengertian pesantren berasal dari kata

santri dengan awalan pe- dan akhiran -an berarti tempat tinggal santri.

Soegarda Poerbakawatja yang dikutip oleh Haidar Putra Daulay mengatakan

pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama islam

sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti tempat orang

berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren

adalah suatu lembaga pendidikan islam di indonesia yang bersifat

“tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkan

sebagai pedoman hidup keseharian.17

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pesantren diartikan sebagai asrama

tempat santri atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara

15 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: Ciputat Press,2003). 59.16 Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994). 68.17 http://sobatbaru.blogspot.com/2010/12/0engertian-pondok-pesantren.html

Page 4: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam dimana para santri biasa

tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan

kitab-kitab umum bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail

serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan meneankan

penting moral dalam kehidupan bermasyarakat.18

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

merupakan undang-undang yang mengatur penyelenggaraan satu sistem

pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945 dan

merupakan wadah formal terintregasinya pendidikan Islam dalam sistem

pendidikan nasional. Dengan adanya wadah tersebut, pendidikan Islam

mendapatkan peluang serta kesempatan untuk terus dikembangkan.19

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kurikulum muatan lokal berbasis

pesantren yang dimaksud adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman pemyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang

memiliki landasan tertentu agar dapat dibina dan dikembangkan sesuai

dengan harapan dari pembuatnya.20 Muatan lokal dalam kurikulum

mempunyai landasan sebagi berikut:

18 http://pondok ngalah.net/karya-santri/91-mondok-siapa-takut.html19 Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan otonomi Daerah dan Implikasinya terhadapPenyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006). 157-15920 Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Bandung: Ciputat Press,2003). 63-64

Page 5: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

a. Landasan Idiil

Hal ini dapat dilihat pada beberapa pasal-pasal dalam UU No. 20 Tahun

2003 seperti berikut ini:

1) Pasal 1 Ayat 2 disebutkan bahwa Pendidikan Nasional adalah

pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berakar

pada nilai-nilai agama. Kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap

terhadap perubahan zaman.21

2) Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Tujuan Pendidikan Nasional adalah

untuk berkembangnya potensi peserta dididk agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab.22

3) Dalam Pasal 15 disebutkan bahwa jenis pendidikan mencakup

pendidikan umum, kesenian, akademik, vokasi, keagamaan dan

khusus.23

4) Dalam pasal 37 Ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa isi kurikulum setiap

jenis dan jalur serta jenjang pendidikan (dari pendidikan dasar sampai

pendidikan tinggi) wajib memuat pendidikan agama, pendidikan

kewarganegaraan, dan bahasa.24

21 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional, (Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Sekretariat Jendral DepartemenPendidikan Nasional, cet. I, 2003). 9.22 Ibid., 11.23 Ibid., 17.24 Ibid., 34.

Page 6: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

5) Pada Pasal 55 Ayat 1 dikemukakan bahwa masyarakat berhak

menyelenggarakan pendidikan berbasis masyarakat pada pendidikan

formal dan non formal sesuai dengan kekhasan agama, lingkungan

sosial dan budaya untuk kepentingan masyarakat. 25

b. Landasan Teori

Landasan teori pelaksanaan muatan lokal dalam Kurikulum Sekolah

Dasar adalah asumsi, bahwa:

1) Tingkat kemampuan berfikir siswa usia sekolah dasar adalah dari

konkret ke abstrak. Oleh karena itu, dalam penyampaian bahan

kepada siswa sekolah dasar harus diawali dengan pengenalan hal

yang ada disekitarnya.

2) Pada dasarnya, anak-anak usia tingkat sekolah dasar memiliki rasa

ingin tahu yang sangat besar akan segala sesuatu yang ada

lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, mereka akan selalu gembira

apabila dilibatkan secara mental, fisik dan rasa sosialnya dalam

mempelajari sesuatu. Dengan menciptakan situasi belajar, bahan

kajian dan cara belajar mengajar yang menantang dan

menyenangkan maka aspek kejiwaan mereka yang berada dalam

proses pertumbuhan akan dapat ditumbuh kembangkan dengan baik.

Menurut Oemar Hamalik,26 fungsi kurikulum muatan lokal ialah

sebagai berikut:

25 Ibid., 48.26 Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2006), 266-267.

Page 7: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

a. Fungsi Penyesuaian: Madrasah merupakan komponen dalam

masyarakat, sebab madrasah berada di dalam lingkungan

masyarakat. Oleh karena itu, program madrasah harus disesuaikan

dengan lingkungan, kebutuhan daerah dan masyarakat.

b. Fungsi Integrasi: Peserta didik adalah bagian integral dari

masyarakat. Karena itu, muatan lokal merupakan program

pendidikan yang berfungsi mendidik pribadi-pribadi peserta didik

agar dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat dan

lingkungannya atau berfungsi untuk membentuk dan

mengintegrasikan pribadi peserta didik dengan masyarakat.

c. Fungsi Perbedaan: Peserta didik yang satu dengan yang lain berbeda.

Muatan lokal adalah suatu program pendidikan yang bersifat luwes,

yaitu program pendidikan yang pengembangannya disesuaikan

dengan minat, bakat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik,

lingkungan dan daerahnya.

Tujuan muatan lokal sebagaimana dijelaskan dalam Depdiknas,27 yaitu

untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan perilaku kepada

peserta didik agar mereka memiliki wawasan yang mantap tentang

keadaan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sesuai dengan nilai-

nilai/aturan yang berlaku di daerahnya dan mendukung kelangsungan

pembangunan daerah serta pembangunan nasional. Jadi, tujuan muatan

lokal sifatnya memperkaya, memperluas tujuan pendidikan yang telah

27 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan LokalSD/MI/MI/SDLB- SMP/MTS?SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK, (Jakarta: Depdiknas, 2007). 2.

Page 8: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

digariskan dalam kurikulum nasional, yang berdasarkan ajaran dan nilai-

nilai kepesantrenan serta tidak boleh bertentangan dengan tujuan

pendidikan nasional.

2. Macam-Macam Kurikulum Muatan Lokal

Kurikulum Muatan lokal ialah program pendidikan yang isi dan media

penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam dan lingkungan budaya

serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid daerah tersebut.28

Dalam hal ini kata lain yang sering digunakan dalam muatan lokal adalah

kurikuler, karena kegiatan ini dilakukan sebagai jam tambahan diluar

kurikulum pokok dan masih berkaitan dengan kurikulum. Dalam kamus

disebutkan bahwa kurikuer adalah berhubungan dengan kurikulum.29

Ada tiga macam kegiatan kurikuler atau muatan lokal, yaitu kegiatan

intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler

adalah kegiatan yang dilakukan sekolah dengan penjatahan waktu sesuai

dengan struktur program.30 Kegiatan intrakulikuler merupakan kegiatan yang

wajib diikuti oleh setiap siswa. Kegiatan kurikuler bersifat mengikat, program

kurikuler berisi berbagai kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang

harus dimiliki siswa di suatu tingkat sekolah (lembaga pendidikan). Oleh

karenanya, maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh pencapaian siswa

pada tujuan kegiatan kurikuler ini.

28 http://makalah skripsi. Blogspot.com/2008/12/kurikulum-muatan-lokal.html29 M. Dahlan Y. Al Barry dan L. Lya Sofyan Yacub, Kamus Induk Istilah Ilmiah Seri Intelektual,(Surabaya: Target Press, 2003). 44030 http://massofa.wordpress.com/2008/07/30/apa -harus-dilakukan-guru-dalam-pelaksanaan-proses-belajar-mengajar

Page 9: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

Pengertian ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata

pelajaran dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan peserta

didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui

kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik dan tenaga

kependidikan yang berkemampuan dan berwenang di sekolah/madrasah.31

Kegiatan ekstrakurikuler lebih bersifat sebagai kegiatan penunjang untuk

mencapai program kegiatan intrakurikuler serta untuk mencapai tujuan

pendidikan yang lebih luas. Sebagai kegiatan penunjang, maka kegiatan

ektrakurikuler sifatnya lebih luwes dan tidak terlalu mengikat. Keikutsertaan

siswa dalam kegiatan ektrakurikuler yang diprogramkan lebih bergantung

pada bakat, minat, dan kebutuhan siswa itu sendiri.

Kokurikuler adalah rangkaian kegiatan kesiswaan yang berlangsung di

sekolah.32 Jika kegiatan ini berkaitan dengan kesiswaan maka kegiatan ini

erat kaitannya dengan etika, tata nilai sikap, kedisiplinan dan lain-lain.

Kegiatan kokurikuler juga merupakan kegiatan yang erat kaitannya dengan

pemerkayaan pelajaran. Kegiatan ini dilakukan di luar jam pelajaran yang

ditetapan didalam struktur program, dan dimaksudkan agar siswa dapat lebih

mendalami dan memahami apa yang telah dipelajari dalam kegiatan

intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kegiatan ini dapat berupa penugasan-

penugasan kegiatan intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

31 http://ariefyuri.blogspot.com/2009/03/pentingnya-kegiatan-ekstrakurikuler.html32 http://deskripsi.com/k/kokurikuler

Page 10: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

3. Ruang Lingkup Kurikulum Muatan Lokal

a. Sesuai Keadaan dan Kebutuhan Daerah dan Pesantren

Keadaan daerah adalah segala sesuatu yang terdapat di daerah tertentu

yang pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial

ekonomi, dan lingkungan sosial budaya. Kebutuhan daerah adalah segala

sesuatu yang diperlukan oleh masyarakat di suatu daerah, khususnya untuk

kelangsungan hidup dan peningkatan taraf kehidupan masyarakat tersebut,

yang disesuaikan dengan arah perkembangan daerah serta potensi daerah

yang bersangkutan.33

Kebutuhan daerah tersebut sebagaimana dijelaskan oleh Riwayuat,34

misalnya kebutuhan untuk:

1) Melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah.2) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dibidang tertentu,

sesuai dengan keadaan perekonomian derah.3) Meningkatkan penguasaan bahasa asing untuk keperluan sehari-hari,

dan menunjang pemberdayaan individu dalam melakukan belajarlebih lanjut (belajar sepanjang hayat)

b. Lingkup Isi/Jenis Muatan Lokal

Hal ini dapat berupa: bahasa daerah, bahasa asing (Inggris, Mandarin,

Arab dan lain-lain), kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah,

adat istiadat, dan pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam

33 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan LokalSD/MI/MI/SDLB- SMP/MTS?SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK, Jakarta: Depdiknas, 2007. 4.34Riwayuat, Pengembangan Muatan Lokal, http://islam–intelek-pendidikan.Blogspot.com/2007/11/pengembangan-muatan-lokal.html Riwayuat (2007:4)

Page 11: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

sekitar, serta hal-hal yang dianggap perlu oleh daerah yang bersangkutan

sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik daerah35

4. Tujuan Kurikulum Muatan Lokal

Tujuan kurikulum pada hakikatnya adalah tujuan dari setiap program

pendidikan yang akan diberikan kepada peserta didik, mengingat kurikulum

adalah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan maka tujuan

kurikulum harus dijabarkan melalui tujuan umum pendidikan. Dalam

sistem pendidikan nasional, tujuan umum pendidikan dijabarkan dari

falsafah bangsa yaitu Pancasila.

Tujuan kurikulum menurut Nana Sudjana mencakup tujuan kelembagaan

pendidikan atau tujuan institusional, tujuan mata pelajaran atau tujuan

kurikuler, dan pengajaran atau tujuan instruksional, hal ini dijabarkan

sebagai berikut:36

1) Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh suatu

lembaga pendidikan. Artinya, apa yang seharusnya dimiliki oleh peserta

didik setelah tamat dari lembaga pendidikan tersebut. Oleh sebab itu

tujuan institusional adalah kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta

didik setelah mereka menyelesaikan program studinya di lembaga

pendidikan yang ditempuh. Pada sisi lain tujuan institusional harus

memperhatikan juga fungsi dan karakter dari lembaganya, misalnya pada

35 Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, Model Pengembangan Mata Pelajaran Muatan LokalSD/MI/MI/SDLB- SMP/MTS?SMPLB-SMA/MA/SMALB/SMK, (Jakarta : Depdiknas, 2007). 4.36 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), 162

Page 12: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

lembaga pendidikan umum yang sifatnya lebih mengutamakan

kemampuan akademis untuk pendidikan lanjutan lebih tinggi.

2) Tujuan Kurikuler

Tujuan kurikuler dijabarkan dari tujuan kelembagaan pendidikan

sehingga sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan tujuan instisional.

Tujuan kurikuler adalah tujuan-tujuan bidang studi atau mata pelajaran

sehingga mencerminkan hakekat keilmuan yang ada di dalamnya.

Secara operasional tujuan kurikuler adalah rumusan kemampuan yang

diharapkan dapat dimiliki peserta didik setelah mereka menyelesaikan atau

menempuh bidang studi atau mata pelajaran tersebut, oleh karena itu

asumsinya adalah bahwa tujuan institusional tercapai apabila semua

tujuan kurikuler yang ada di dalam lembaga tersebut telah memiliki atau

telah dikuasai oleh peserta didik.

Mengingat semua tujuan kurikuler bersumber dari tujuan institusional,

maka makna rumusan setiap tujuan kurikuler harus sama, perbedaanya

terletak pada jiwa atau hakekat keilmuan yang dipelajari oleh setiap bidang

studi atau mata pelajaran.

3) T ujuan Instruksional

Tujuan instruksional bersumber dan dijabarkan dari tujuan kurikuler.

Tujuan ini adalah tujuan yang paling langsung dihadapkan kepada peserta

didik pada saat menempuh proses belajar-mengajar, oleh sebab itu tujuan

instruksional dirumuskan sebagai kemampuan yang dimiliki anak didik

setelah mereka menyelesaikan proses belajar-mengajar.

Page 13: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

Ada dua jenis tujuan intruksional, yaitu: Tujuan Instruksional Umum

(TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK). Perbedaan kedua tujuan

tersebut terletak dalam hal kemampuan yang diharapkan dikuasai peserta

didik. Oleh karena itu, untuk memudahkan pencapaiannya dan agar

dapat diamati, dilakukan pengukuran, perlu dijabarkan kedalam tujuan

yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam proses belajar-mengajar.

Adapun tujuan kurikulum muatan lokal diberikan dalam rangka

usaha memperkenalkan lingkungan kepada peserta didik dan memberikan

keterampilan dasar, keterampilan untuk kehidupan, dan keterampilan

untuk mendapatkan keberhasilan. Pemanfaatan lingkungan alam, sosial

dan budaya dari daerah sebagai sumber belajar atau sebagai sumber

pengajaran mempermudah peserta didik dalam pemahamannya, hal ini

sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ausubel ”bahwa penyampaian

bahan kepada siswa harus diawali dengan pengenalan tentang apa yang

ada di sekitarnya.

Tujuan pendidikan muatan lokal tentu saja tidak dapat terlepas dari

tujuan umum yang tertera dalam GBHN, adapun yang dapat dipaparkan

dalam kurikulum muatan lokal atas dasar tujuan tersebut diantaranya

adalah berbudi pekerti yang luhur, berkepribadian, mandiri, trampil,

beretos kerja, profesional, produktif, sehat jasmani, cinta lingkungan,

kesetiakawanan sosial, kreatif inovatif untuk hidup, meningkatkan

pekerjaan yang praktis dan rasa cinta budaya daerah/tanah air.37

37 Dakir, Perencanaan dan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT Rinika Cipta, 2004), 103-104.

Page 14: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

Pelaksanaan muatan lokal selain dimaksudkan untuk mempertahankan

kelestarian (berkenaan dengan kebudayaan daerah), juga perlu ditujukan

pada usaha pembaharuan atau modernisasi (berkenaan dengan

keterampilan atau kejuruan setempat sesuai dengan perkembangan ilmu

dan teknologi modern). Pelaksanaan muatan lokal juga bermaksud agar

pengembangan sumber daya manusia yang terdapat di daerah setempat

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan daerah sekaligus

untuk mencegah terjadinya depopulasi daerah itu dari tenaga produktif.38

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penyelenggaraan dan pelaksanaan

program muatan lokal dalam kurikulum bertujuan:39

a. Tujuan Langsung

1) Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.

2) Sumber belajar di daerah lebih dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan pendidikan.

3) Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang

dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang ditemukan

disekitarnya.

4) Peserta didik lebih dapat mengenal kondisi alam, lingkungan

sosial dan lingkungan budaya yang terdapat di daerah tersebut.

b. Tujuan Tidak Langsung

1) Peserta didik dapat meningkatkan pengetahuan mengenai daerah

38 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, (Jakarta: Gaya Media Pratama,1999), 180.39 Syafruddin Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers,2002), 62-63

Page 15: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

tersebut.

2) Peserta diharapkan dapat menolong orang tuanya dan menolong

dirinya sendiri dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

3) Peserta didik akrab dengan lingkungan dan terhindar dari

keterasingan terhadap lingkungan sendiri.

Tujuan kurikulum di atas, bisa jadi hanya sebagai cita-cita belaka

yang tidak pernah tercapai bila tidak diiringi dengan upaya yang sungguh -

sungguh dari semua pihak yang terkait. Namun demikian, aplikasi

program kurikulum muatan lokal tersebut dapat tercapai dengan baik atau

sempurna jika pendidik dan kepala sekolah dapat mengembangkannya

sesuai dengan asa dan prinsip pengembangan kurikulum yang ada. Dalam

pelaksanaan kurikulum muatan lokal ada beberapa hal yang mungkin

dapat dilaksanakan sendiri oleh pihak sekolah, misalnya sarana-prasarana,

narasumber, dana operasional, oleh karena keikutsertaan masyarakat

dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal sangatlah diharapkan.

5. Isi Kurikulum Muatan Lokal

Wujud dari kurikulum muatan lokal tidaklah hanya berbentuk mata

pelajaran tambahan saja, melainkan dalam wujud lain. Secara umum isi

kurikulum muatan lokal menurut Made Pidarta adalah sebagai berikut:

a. Menanamkan norma masyarakat. Di daerah pertanian perlu menanamkansikap gotong royong, tetapi di daerah perindustrian lebih pentingmenanamkan sikap kedisiplinann dalam bekerja.

b. Alat-alat bekerja dan media yang digunakan disesuaikan denganlingkungan setempat. Di daerah pedesaan lebih banyak belajar denganalat-alat yang sederhana yang ditemukan di sana, sebaiknya akan lebihbanyak belajar dengan alat-alat modern, seperti teleskop, televisi,komputer, dan berbagai alat elektronik lainnya.

Page 16: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

c. Contoh-contoh pelajaran juga berbeda-beda. Di daerah peternakan lebihbanyak mengambil contoh-contoh pelajaran berupa binatang-binatangyang diternakkan di daerah itu. Sementara itu untuk daerah perkebunanakan lebih banyak membuat ilustrasi berupa tumbuh-tumbuhan besrtahasilnya.

d. Penerapan teori pada daerah peternakan juga mengutamakan bidangpeternakan, sementara di daerah perkebunan mengutamakan penerapanteori-teori perkebunan.

e. Partisipasi peserta didik dalam masyarakat disesuaikan dengankeadaan masyarakat itu. Di daerah kerajinan patung, mereka akanberpartisispasi dalam pembuatan patung, sementara di daerah kesenianmereka juga berpartisipasi dalam bidang kesenian. Termasuk juga ikutmenyelesaikan masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.

f. Dengan cara demikian keterampilan-keterampilan yang dipelajari pesertadidik juga tidak sama dengan daerah lain.

g. Mata pelajaran baru, sesuai dengan kebutuhan daerah setempat40

Dengan catatan kurikulum muatan lokal tidak bertentangan dan

mengurangi kegiatan kurikulum nasional. Menurut Subandijah kurikulum

muatan lokal dapat dipilih satu dari beberapa hal berikut:

a) Memperkenalkan dan melaksanakan norma-norma daerah setempat.b) Memakai alat peraga, alat-alat belajar atau media pendidikan yang ada

di daerah tersebut.c) Mengambil contoh-contoh pelajaran yang ada atau sesuai dengan

keadaan dan kegiatan di wilayah tersebut.d) Memperkenalkan teori-teori yang cocok dengan kebutuhan atau

kegiatan di wilayah tersebut.e) Pesetra didik diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dan

berproduksi pada usaha-usaha diwilayah tersebut.f) Keterampilan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan tenaga

kerja di daerah tersebut.g) Peserta didik diikutsertakan dalam memecahkan masalah masyarakat

tersebut.h) Bidang studi yang baru yang cocok dengan kebutuhan daerah

tersebut.41

Dari paparan di atas dapat kita simpulkan bahwa isi dari kurikulum muatan

lokal harus berhubungan dengan norma, budaya, dan kebutuhan daerah

40 Made Pidarta, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), 63.41 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1994), 152.

Page 17: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

tersebut dengan melalui identifikasi, analisis, dan pengorganisasian secara

ssistematis sehingga pelaksanaan kurikulum muatan lokal yang dilaksanakan

benar-benar efektif dan efisien.

6. Strategi Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal

Strategi pelaksanaan kurikulum muatan lokal dalam kurikulum nasional

menurut Nana Sudjana dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain:

a. Pendekatan monolitik, artinya materi muatan lokal diberikan kepadapeserta didik secara tersendiri, dalam arti ada alokasi waktu khususdalam kurikulum. Pendekatan ini dapat dilakukan untuk mata pelajaranyang memang sebagian besar adalah muatan lokal seperti bahasadaerah, keterampilan, kesenian, olah raga, dan lain-lain. Hanya sajaharus diperhatikan bahwa porsi yang diberikan untuk muatan lokalsebanyak 20% dari kurikulum nasional.

b. Pendekatan integratif, artinya materi muatan lokal diberikan secarabersama-sama denagn bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulumnasional.

c. Pendekatan ekologis, artinya mempelajari bahan-bahan muatan lokalmenggunakan lingkungan alam dan lingkungan masyarakat setempatdipelajari langsung olehpeserta didik, baik sebagai materi maupunsebagai metode atau cara belajar.42

Kurikulum muatan lokal dalam pelaksanaannya sama seperti kurikulum

nasional, artinya bahwa untuk mencapai tujuan dari pelaksanaan kurikulum

muatan lokal tersebut diperlukan beberapa langkah atau strategi yang tepat

sehingga tujuan yang ditetapkan dapat dicapai, begitupun pengembangannya

seperti dijabarkan di atas.

7. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Muatan Lokal

Menilai kurikulum sebenarnya bukan hanya semata-mata dilakukan

terhadap salah satu komponen saja. Melainkan terhadap seluruh komponen,

42 Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar BaruOffset, 1996), 177.

Page 18: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

baik tujuan, organisasi, metode, maupun proses evaluasi itu sendiri.

Evaluasi kurikulum bermacam-macam tujuannya, yang paling penting di

antaranya adalah:

1) Mengetahui sampai manakah peserta didik mencapai kemajuan kearah

tujuan yang telah ditentukan.

2) Menilai efektivitas kurikulum/

3) Menentukan faktor biaya, waktu, dan tingkat keberhasilan kurikulum.43

Tujuan evaluasi yang komprehensif dapat ditinjau dari tiga dimensi, yakni

dimensi I (formatif dan sumatif), dimensi II (proses dan produk), dan

dimensi III (operasi keseluruhan proses kurikulum atau hasil belajar siswa).

Dari ketiga dimensi itu dapat dijabarkan sebagai berikut:

Dimensi I

Formatif: evaluasi dilakukan sepanjang pelaksanaan kurikulum. Data

dikumpulkan dan dianalisis untuk menemukan masalah serta mengadakan

perbaikan sedini mungkin.

Sumatif: proses evaluasi dilakukan pada akhir jangka waktu tertentu

(misalnya pada akhir semester, tahun pelajaran atau setelah lima tahun)

untuk mengetahui efektivitas kurikulum dengan menggunakan semua data

yang dikumpulkan selama pelaksanaan dan akhir proses implementasi

kurikulum.

Dimensi II

Proses: yang dievaluasi ialah metode dan proses dalam pelaksanaan

43 S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran,(Jakarta: Bumi Aksara, 1999),88.

Page 19: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

kurikulum. tujuannya adalah untuk mengetahui metode dan proses yang

digunakan dalam implementasi kurikulum.

Produk: yang dievaluasi adalah hasil-hasil yang nyata, yang dapat

dilihat seperti silabus, satuan pelajaran dan alat-alat pelajaran yang

dihasilkan oleh guru dan hasil siswa yang berupa hasil test.

Dimensi III

Operasi: evaluasi dilakukan pada keseluruhan proses pengembangan

kurikulum termasuk perencanaan, desain, implementasi, administrasi,

pengawasan, pemantauan, dan penilaiannya. Juga termasuk biaya, staf

pengajar, penerimaan siswa, pendeknya seluruh operasi lembaga

pendidikan.

Hasil belajar siswa: yang dievaluasi adalah hasil belajar siswa

bertalian tujuan kurikulum yang harus dicapai, dinilai berdasarkan standar

yang telah ditentukan dengan mempertimbangkan determinan kurikulum,

misi lembaga pendidikan serta tuntutan dari pihak konsumen luar.44

8. Tinjauan Struktur Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Pesantren

Muatan lokal merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada

jenjang pendidikan dasar dan menengah memberi alokasi waktu untuk

muatan lokal itu dua jam pelajaran dalam satu minggu.45

Posisi muatan lokal dalam KTSP adalah sebagaimana dijelaskan

dalam BSNP, bahwa muatan KTSP meliputi sejumlah mata pelajaran yang

keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar bagi peserta didik

44 Ibid,. 91-9245 Jajang Badruzaman, KTSP dan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal, Desember 6, 2007,http://lenterapena.wordpress.com/2007/12/06

Page 20: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

pada satuan pendidikan. Selain itu materi muatan lokal dan kegiatan

pengembangan diri termasuk dalam isi kurikulum.46

Bagi madrasah yang memiliki keterbatasan dalam hal ketersediaan

waktu untuk mengajar, membimbing, dan mengevaluasi hasil belajar

siswa, maka alternatif yang memadai untuk mengatasi keterbatasan

tersebut adalah pengembangan kurikulum sekolah berbasis pesantren.

Akan tetapi, mengenai basis pesantren yang akan dikembangkan tentu

dapat beraneka ragam mulai jenis pesantren yang berorientasi tradisional

hingga jenis pesantren yang orientasi modern.

a. Strategi Pengembangan Sekolah Berbasis Pesantren

Menurut Imam Tolkhah,47 ada dua strategi yang dapat

dikembangkan pada madrasah/sekolah berbasis pesantren, yakni

pengembangan PAI berbasis pesantren secara penuh dan

pengembangan PAI berbasis pesantren secara parsial:

1) Pengembangan PAI berbasis pesantren secara penuh pada

madrasah/sekolah.

Pengembangan PAI disekolah berbasis pesantren secara

penuh dapat dilakukan dengan dua model:

1. Pesantren mengembangkan madrasah diniah sekaligus

sekolah. Bahkan pesantren mendirikan sekolah/madrasah

terkesan meningkat. Bagi sebagian pesantren, pendirian

46 Bambang Soehendro, Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan JenjangPendidikan Dasar dan Menengah Badan Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: BSNP, 2006). 1047 Imam Tolkhah, Strategi Peningkatan Mutu Pembelajaran PAI, (Jakarta: Kasubdit Kelembagaandan Kerjasama Ditpais, Depag RI, 2006).

Page 21: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

madrasah tersebut memang diperuntukkan untuk para

santri yang mondok dipesantren. Melalui cara ini

diharapkan bahwa para santri tidak saja hanya menguasai

ilmu-ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum

yang setara dengan para siswa disekolah lain.48

2. Pesantren dimunculkan bersamaan atau setelah

pengembangan sekolah/madrasah.

Ada beberapa prasyarat yang diperlukan untuk

pengembangan budaya pesantren secara penuh pada sekolah

yaitu dengan Pertama, perlu memiliki sarana atau fasilitas

pesantren seperti masjid, kitab-kitab agama, perpustakaan,

laboratorium, saran olahraga, seni dan teknologi informasi.

Kedua, diperlukan kepala madrasah dan para siswa, guru,

tutor serta kyai yang tinggal dalam satu komplek asrama.

Ketiga, diperlukan kesiapan siswa untuk belajar secara total

(menjadi santri).49 Keempat, diperlukan seorang kepala

madrasah yang berkualitas (kemampuan manajerial serta

dedikasi yang tinggi). Kelima, diperlukan sejumlah guru,

tutor dan tenaga administrasi yang berkualitas sesuai dengan

kebutuhan pendidikan.50

48 Ibid., 6649 Ibid., 6750 Ibid

Page 22: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

2) Pengembangan PAI berbasis pesantren secara parsial pada

sekolah/madrasah

Pengembangan pendidikan agama Islam di sekolah

berbasis pesantren secara parsial pada dasarnya

menempatkan sebagian dari nuansa pesantren (yang

mencakup keberadaan fisik dan nonfisik) dalam sistem

pendidikan sekolah/madrasah. Hal ini menunjukkan bahwa,

sistem pendidikan sekolah mengadopsi sebagian dari unsur

atau kultur pesantren. Berikut ini contoh pembelajaran PAI

berbasis pesantren secara parsial pada sekolah:

1. Pengembangan Pesantren Kilat

2. Boarding School

3. Pengembangan Simbol Agama.51

b. Ruang Lingkup Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Pesantren

Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu: tujuan, materi,

strategi pembelajaran, organisasi kurikulum, dan evaluasi.52 Kelima

komponen tersebut di atas, menurut Akhmad Sudrajat memiliki

keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu ruang

lingkup kurikulum muatan lokal berbasis pesantren juga meliputi lima

komponen tersebut, yaitu: tujuan kurikulum muatan lokal disesuaikan

dengan tujuan satuan pendidikan (sekolah bersangkutan), institusional,

maupun instruksional. Apabila sekolah yang dikembangkan berciri

51 Ibid., 6952 Akhmad Sudrajat, Komponen-komponen Kurikulum,http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/22/komponen-komponen-kurikulum, hlm.11

Page 23: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

khas pesantren salaf, maka tujuannya juga berorientasi pada pesantren

salaf.

Begitu halnya jika madrasah yang dikembangkan mengikuti

pesantren modern, maka ciri khas muatan lokalnya bertujuan ke arah

tersebut. Materi kurikulum muatan lokal berbasis pesantren bisa

mengadopsi kurikulum pesantren salafiyah (tradisional) maupun

kurikulum pesantren khalafiyah (modern). Penentuan dan

pengambilan mata pelajarannya disesuaikan dengan tingkat

perkembangan siswa. Strategi pembelajaran muatan lokal adalah sama

halnya dengan Kurikulum Nasional dan Departemen Agama, namun

lebih banyak berupa ceramah, praktek, menemukan/mengalami sendiri

(inquiry), pembiasaan dan teladan (modelling).

c. Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Pesantren

Ada dua pola pengembangan mata pelajaran muatan lokal dalam

rangka menghadapi pelaksanaan KTSP, pola tersebut adalah:

1) Pengembangan Muatan Lokal sesuai Kondisi Sekolah

Langkah pengembangan mata pelajaran muatan lokal tersebut

sesuai dengan penjelasan oleh Tim BMPS (Badan Musyawarah

Perguruan Swasta), yaitu:

a) Analisis mata pelajaran muatan lokal yang ada dimadrasah.Apakah masih layak dan relevan mata pelajaran muatan lokal diterapkan dimadrasah?

b) Bila mata pelajaran muatan lokal yang diterapkan dimadrasahtersebut masih layak digunakan maka kegiatan berikutnyaadalah merubah mata pelajaran muatan lokal tersebut ke dalamSK dan KD.

Page 24: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

c) Bila mata pelajaran muatan lokal yang tidak layak lagi untukditerapkan, maka madrasah bisa menggunakan mata pelajaranmuatan lokal dari madrasah lain atau tetap menggunakan matapelajaran muatan lokal yang ditawarkan oleh Dinas ataumengembangkan muatan lokal yang lebih sesuai. Selain melaluilangkah-langkah di atas, untuk menerapkan suatu mata pelajaranmuatan lokal perlu mempertimbangkan kebutuhan madrasah danmengikuti madrasah lain atau Dinas setempat.

2) Pengembangan Muatan Lokal dalam KTSP

Langkah-langkah pengembangan mata pelajaran muatan lokal

yang dapat dilakukan sebagai berikut:

a) Mengidentifikasi keadaan dan kebutuhan daerahb) Menentukan fungsi dan susunan atau komposisi muatan lokalc) Mengidentifikasi bahan kajian muatan lokald) Menentukan mata pelajaran muatan lokale) Mengembangkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar

serta silabus, dengan mengacu pada Standar Isi yangditetapkan BSNP.53

Pihak yang terlibat dalam pengembangan ialah pihak sekolah

dan komite sekolah, yang mempunyai wewenang penuh dalam

mengembangkan program muatan lokal. Bila dirasa tidak

mempunyai SDM dalam mengembangkan sekolah dan komite,

sekolah dapat bekerjasama dengan unsur-unsur Depdiknas seperti

Tim Pengembangan Kurikulum (TPK) di daerah, Lembaga

Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Perguruan Tinggi dan

instansi/lembaga di luar Depdiknas, misalnya pemerintah

Daerah/Bapeda, Dinas Departemen lain terkait, dunia

usaha/industri, dan tokoh masyarakat.54

53 Ibid,. 554 Ibid,. 6.

Page 25: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

B. Pembentukan Kepribadian Siswa

1. Pengertian Kepribadian

Kepribadian dalam bahasa Inggris disebut dengan kata personality yang

diambil dari bahasa latin Persona, yang berarti kedok atau topeng.55 kata

kepribadian dalam bahasa Arab Shakhs}iyah berasal dari kata

Shakhs}un yang berarti pribadi atau orang. Adapun personality dan

shakhs}iyah kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi

kepribadian.

Kepribadian memiliki wujudnya adalah abstrak, manusia hanya dapat

melihat atau merasakan “dampak” yang ditimbulkannnya dari suatu aktivitas

yang dilakukan oleh seseorang baik setelah aktivitas maupun pada saat

melakukan aktivitas, yang dari sini maka orang sering menyebutnya dengan

akhlak atau budi pekerti atau juga disebut dengan moralitas. Di sinilah titik

kemungkinan orang berbeda pendapat dalam mendifinisikan makna

kepribadian.

Adapun para ahli berbeda pendapat tentang definisi dari makna

kepribadian tersebut, di antara pendapat para ahli adalah sebagai berikut:

a. Kartini Kartono menyatakan, kepribadian adalah “Satu totalitas

terorganisir dari disposisi-disposisi psikologi manusia yang individual,

yang memberikan kemungkinan untuk membedakan ciri- cirinya yang

umum dengan pribadi yang lain”.56

b. Pendapat Gordon W. Allpart menyatakan kepribadian adalah:

55 E. Koswara, Teori-Teori Kepribadian, (Bandung: PT. Eresco, 1991),. 1056 Kartini Kartono, Teori Kepribadian. (Bandung: Alumni, 1980),. 10

Page 26: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

Organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psychophysis

yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri

terhadap lingkungannya”.57

c. Tim Dosen FIP IKIP Malang menyatakan, kepribadian adalah: “Suatu

perwujudan dari seluruh segi manusianya yang unik, lahir dan batin

dalam hubungannya dengan kehidupan sosial dan individual”.

d. Menurut Hamka, Kepribadian adalah:

1) Kumpulan sifat-sifat kelebihan dari yang menunjukkan kelebihan

seseorang, sehingga ada manusia yang besar atau manusia yang

kecil, ada manusia yang sangat berarti dan ada manusia yang tidak

berarti sama sekali.

2) Kumpulan sifat akal budi, kemampuan, cita- cita, dan bentuk tubuh

yang hal ini menyebabkan harga kemanusiaan berbeda dengan orang

lain.

Dari berbagai definisi yang dikemukakan oleh para pakar di atas, dapat

disimpulkan mengenai pengertian dari kepribadian adalah sekumpulan sifat

seseorang yang terwujud dalam perbuatan atau tingkah laku dalam upaya

memenuhi hakikat kemanusiaannya yang dipengaruhi oleh mafhum atau

pandangan tertentu.

Menurut Allport58, kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis

dan sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-

caranya yang unik atau khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

57 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Pancasila, (Bandung: Sinar BaruAlgensindo, 2001),. 6758 Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003). .300.

Page 27: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

Sedangkan menurut Kuntjoroningrat59, kepribadian adalah sebagai susunan

unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau

tindakan dari tiap-tiap individu manusia.

Sedangkan kata siswa disamakan dengan anak didik, merupakan

sekelompok individu yang melakukan kegiatan untuk mencari suatu hal yang

belum dimengerti. Dalam pelaksanaan proses ini disebut juga sebagai proses

belajar mengajar.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian siswa

adalah kesatuan organisasi seluruh sifat-sifat anak yang masih mudah

dipengaruhi oleh faktor dari luar dirinya yang akan menentukan penyesuaian

dirinya yang unik atau khas terhadap lingkungannya, setelah mengalami

proses pembelajaran melalui pendidikan yang telah diselesaikannya. Dapat

dikatakan juga kepribadian siswa sebagai bentuk prilaku siswa dalam

menerapakan hasil pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam ayat QS. Al-Nisa> [4]:9 Allah menegaskan;

ذرية ضعافا خافوا عليهم فـليتـقوا الله وليخش الذين لو تـركوا من خلفهم وليـقولوا قـوال سديدا

Artinya:

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah merekamengucapkan perkataan yang benar.60

Ayat di atas seharusnya dapat menjadikan umat Islam bersikap dengan

dimensi yang lebih luas dalam beragama, termasuk dalam urusan pendidikan.

59 Ibid,. 30160 Al Quran, 4: 9.

Page 28: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

Hal ini dimaksudkan agar pendidikan berfungsi dengan baik dalam

membentuk generasi dan memajukan umat Islam. Bagi umat Islam

pendidikan yang dilaksanakan akan produktif jika berbasis kepada syari’ah

Islam. Terlepasnya nilai-nilai syari’ah dari spirit pendidikan, niscaya akan

melahirkan generasi yang beragama tetapi tidak memahami dan menjalankan

nilai-nilai agama dan agama hanya sebuah identitas belaka atau bahkan akan

lahir generasi yang jauh dari agama.

Mengingat masa pendidikan anak atau sekolah merupakan masa

pencarian jati diri, yaitu masa ingin melakukan sesuatu untuk

menunjukkan bahwa mereka mampu seperti orang dewasa, maka

penerapan muatan lokal berbasis pesantren pada kegiatan kurikuler

(intrakurikuler, ekstrakurikuler dan kokurikuler) adalah kegiatan yang dapat

membiasakan mereka berperan aktif langsung dalam suatu kegiatan-

kegiatan positif sangat mendukung dalam upaya membentuk kepribadian

siswa yang lebih baik.

Dalam membentuk kepribadian siswa diperlukan beberapa tahapan-

tahapan yang harus dilalui, diantaranya:

1. Pembentukan kepribadian melalui pembiasaan.

2. Pembentukan kepribadian melalui minat dan motivasi.

3. Pembentukan kepribadian melalui kerohanian.

Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut, peneliti ingin mengkaji dan

memperoleh arahan atau pandangan yang jelas daripada manfaat, fungsi atau

hasil dari muatan lokal berbasis pesantren yang sangat besar manfaatnya bagi

Page 29: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

pembentukan kepribadian siswa, khususnya yang terintegrasi dan terperinci

melalui proses dari hasil pembelajaran muatan lokal berbasis pesantren di

madrasah.

Jadi melihat definisi operasional tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pengembangan kurikulum berbasis pesantren dalam pembentukan

kepribadian siswa adalah penerapan ide, kebijakan atau inovasi dalam bentuk

suatu tindakan praktis dalam pengembangan kurikulum muatan lokal,

membentuk kepribadian siswa dan usaha mengembangkan kompetensi yang

disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah yang dilaksanakan di sebuah

madrasah yang berdasarkan pesantren.

2. Ciri-Ciri Kepribadian

Setiap siswa yang telah memiliki kepribadian akan memiliki ciri-ciri atau

sifat-sifat tertentu yang khas, yaitu mereka yang masuk Islam (sebagai

mukmin) secara total dan tidak membeda- bedakan apa yang menjadi tuntutan

yang dibebankan Allah SWT kepadanya. Kepribadian yang dimiliki seorang

muslim adalah kepribadian islami, Di antara sifat atau ciri dari suatu

kepribadian Islami yang harus dimiliki dan tertanam dalam diri seorang

muslim sebagaimana yang disebutkan di dalam al-Qura>n untuk mensifati

para Para Nabi dan Rasul, sahabat, orang-orang mukmin, Ibadurrahman dan

para mujahidin. Di antaranya adalah:

a. Paham al-Isla>m secara mendalam dan menyeluruh.

Seorang muslim akan selalu berusaha bersikap istiqa>mah, menetapi

Page 30: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

ketentuan-ketentuan shari>'at Allah SWT baik dalam kehidupan individu

maupun sosial, oleh karena itu seorang muslim akan senantiasa

mempelajari dan mengamalkan hukum-hukum Allah SWT dalam seluruh

aspek kehidupan, sebagimana firmannya:

لم كآفة وال تـتبعوا خطوات الشيطان إنه لكم عدو يا أيـها الذين آمنوا ادخلوا يف السمبني

Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, danjanganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yangnyata bagimu.61

b. Keras kepada orang kafir, sayang kepada sesama muslim

Di dalam Islam kita di ajarkan bagaimana sikap kita pada medan atau

lingkungan yang berbeda, adapun landasan sikap tersebut adalah

sebagaimana firman Allah berikut ini:

يـرتد منكم عن دينه فسوف يأيت الله بقوم حيبـهم وحيبونه أذلة يا أيـها الذين آمنوا منعلى المؤمنني أعزة على الكافرين جياهدون يف سبيل الله وال خيافون لومة آلئم ذلك

اء والله واسع عليم فضل الله يـؤتيه من يش Artinya:

Hai orang-orang yang beriman, Barangsiapa di antara kamu yang murtad dariagamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintaimereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yangmukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah,dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah,diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha mengetahui.62

61 al Quran, 2: 208.62 al Quran, 5: 54.

Page 31: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

c. Ridha kepada Allah SWT

ءهم ال جتد قـوما يـؤمنون بالله واليـوم اآلخر يـوادون من حاد الله ورسوله ولو كانوا آباأو أبـناءهم أو إخوانـهم أو عشريتـهم

هم ورضوا عنه ويدخلهم جنات جتري من حتتها األنـهار خالدين فيها رضي الله عنـلحون أولئك حزب الله أال إن حزب الله هم المف

Artinya:

Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Allah dan hari akhirat, salingberkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipunorang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluargamereka. Mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati merekadan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahanrahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullahitu adalah golongan yang beruntung. (QS. al-Muja>dilah: 96)

Ayat ini memberikan gambaran tentang keridhaan seorang muslim

yang mau diatur dengan aturan Allah SWT dalam segala aspek

kehidupannya.

d. Tuduk dengan penuh kesadaran terhadap aturan agama Islam dalam

segala aspek kehidupannya

ال شريك له وبذلك ۞لله رب العالمني قل إن صاليت ونسكي وحمياي وممايت أمرت وأنا أول المسلمني

Artinya:

Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalahuntuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yangdiperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri(kepada Allah)".63

63 al Quran, 6: 162-163.

Page 32: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

e. Rendah hati, berakhlak mulia.

سالما وعباد الرمحن الذين ميشون على األرض هونا وإذا خاطبـهم اجلاهلون قالوا Artinya:

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yangberjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapamereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.64

f. Bersedia berjihad, tekun beribadah dan melakukan Amar ma’ruf nahi

munkar.

Setiap orang muslim yang sudah tertanam kepribadian Islami,

secara sadar akan terbetuk kesadaran yang kuat akan segala tuntutan yang

diperintahkan oleh Allah SWT:

ر يف كثري من جنواهم إال من أمر بصدقة أو معروف أو إصالح بـني الناس ومن ال خيـيـفعل ذلك ابـتـغاء مرضات الله فسوف نـؤتيه أجرا عظيما

Artinya:

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikandari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, ataumengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikiankarena mencari keredhaan Allah, Maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yangbesar.65

g. Seorang muslim akan selalu menjaga amanah. Seorang muslim akan

selalu memunaikan amanah yang dibebankan kepadanya.

إن الله يأمركم أن تؤدوا األمانات إىل أهلها وإذا حكمتم بـني الناس أن حتكموا يعا بصريا بالعدل إن الله نعما يعظكم به إن الله كان مس

Artinya:Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusiasupaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang

64 al Quran, 25: 63.65 al Quran, 4: 114.

Page 33: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Mahamelihat.66

h. Seorang muslim tidak akan melampaui batas dalam beragama dan

selalu menyesuaikan perbuatannya dengan tuntutan agama

رسال مبشرين ومنذرين لئال يكون للناس على الله حجة بـعد الرسل وكان الله عزيزا حكيما

Artinya:

(Mereka Kami utus) selaku Rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberiperingatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudahdiutusnya Rasul-rasul itu. dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.67

i. Ahli kepemimpinan dalam segala aspek kehidupan

Ini dikarenakan seorang muslim yang menguasai al-Qura>n dan as-

Sunnah dan terlatih tentu akan mampu memimpin sekaligus pelaksana yang

baik.

يا داوود إنا جعلناك خليفة يف األرض فاحكم بـني الناس باحلق وال تـتبع اهلوى هلم عذاب شديد مبا نسوا يـوم فـيضلك عن سبيل الله إن الذين يضلون عن سبيل الله

احلساب Artinya:

Hai Daud, Sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi,Maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamumengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnyaorang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karenamereka melupakan hari perhitungan.68

j. Selalu sadar segala perbuatan akan dimintai tanggung jawab

Seorang yang telah memiliki kepribadian Islami yang kuat akan

66 al Quran, 4: 58.67 al Quran, 4: 165.68 al Quran, 38: 26.

Page 34: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

sadar setiap aktivitasnya akan dimintai pertanggung jawaban oleh

Allah SWT, sehingga dengan kesadaran tersebut ia akan

menyandarkan segala aktifitasnya agar sesuai dengan aturan yang

diturunkan oleh Allah SWT.

كل نـفس مبا كسبت رهينة Artinya:

Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.69

k. Memiliki keteguhan dan pendirian yang kuat dalam membela

(Kebenaran) Islam.

نا صربا وثـبت أقدامنا وانصرنا على ولما بـرزوا جلالوت وجنوده قالوا ربـنا أفرغ عليـالقوم الكافرين

Artinya:

Tatkala Jalut dan tentaranya telah nampak oleh mereka, merekapun (Thalut dantentaranya) berdoa: "Ya Tuhan Kami, tuangkanlah kesabaran atas diri Kami, dankokohkanlah pendirian Kami dan tolonglah Kami terhadap orang-orang kafir.70

l. Memiliki psikologis yang kuat, bersih.

Inilah gambaran dari ciri-ciri yang terdapat dalam diri seorang

yang memiliki kepribadian Islami. Seseorang yang memiliki

kepribadian Islami akan selalu mengikatkan segala aktifitasnya dengan

ajaran dan aturan yang telah ditetapkan oleh agama Islam. Sehingga

dengan ini akan terwujud suatu kepribadian yang khas dan unik

berbeda dengan kepribadian diluar kepribadian yang dilandaskan dengan

aturan Islam.dalam Firman Allah SWT:

وثيابك فطهر 69 al Quran, 74: 38.70 al Quran, 2: 250.

Page 35: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

Artinya:

Dan pakaianmu bersihkanlah.71

3. Strategi Pembentukan Kepribadian Islami

Kepribadian (shakhsiyyah), dalam pengertian yang benar, berkaitan erat

dengan sikap manusia dalam memikirkan sesuatu serta berbuat sesuatu sebagi

dorongan didalam memenuhi kebutuhan jasmaniah dan berbagai naluriahnya

yang disandarkan pada mafa>him tertentu. Artinya kepribadian Islami

terbentuk dari pola pikir Islami (‘aqliyyah al-Islamiyyah) dan pola jiwa

Islami (nafsiyyah al-Islamiyyah)-nya yang ini terbentuk dari kesadaran akan

mafa>him Islam.72

a. Pola Pikir Islami

Pola pikir adalah metode seseorang dalam memehami sesuatu atau

memikirkan sesuatu didasarkan pada asas tertentu. Atau metode dimana

manusia mengikat realita dengan informasi-informasi, yaitu dengan

menstandarkan informasi-informasi itu pada satu akidah (pandangan

hidup) atau beberapa akidah-akidah tertentu.73 Dengan itu manusia akan

menilai fakta yang ada, sekaligus memberikan pendapat dan memberikan

keputusan mengenai fakta tersebut dengan disandarkan pada satu atau

beberapa prinsip hidup tertentu, sehingga dengan itu ia bisa menerima atau

menolak. Dalam keadaan demikian, maka ia telah memiliki pola pikir

71 al Quran, 74: 4.72 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor: Al Azar Press, 2004), 78-80.73 Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar Pemikiran Islam. (Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah,2002), 76

Page 36: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

tertentu.

Adapun komponen dalam proses berfikir yang saling terkait dan tidak

bisa dipisah ataupun kurang, yaitu otak, panca indera, realita/fakta dan

ma'luma>t yang terkait dengan realitanya, tanpa ma'luma>t manusia hanya

bisa melakukan penginderaan, bukan berfikir. Apabila ma'luma>t salah

maka proses berfikirnya pun juga salah. Contohnya, jika seseorang

diterangkan bahwa bohong itu boleh maka selamanya orang tersebut akan

kerpikir seperti itu. Baru bias berubah kalau ada ma'luma>t yang

meluruskan.

Jika pemikirannya adalah kaidah Islam, berarti ia menyandarkan

setiap berfikirnya dalam menilai fakta-fakta yang ada sekaligus dalam

memberikan pendapat dan keputusannya dari sudut pandang akidah Islam.

Artinya ia menggunakan berbagai pemahaman keislamannya dan

merespon berbagai fakta apapun, pola pikiran Islaminya akan memiliki

pengaruh dan sebaliknya tidak mudah terpengaruh. Tetapi ini terpengaruh

pada kuat-lemahnya pola pikir yang dimilikinya.

Dalam hal ini untuk membentuk, mengembangkan serta memperkuat

pola pikir dapat ditempuh beberapa cara berikut:

1) Mewujudkan atau menanamkan akidah Islamiyah kepada diri

seseorang agar dijadikan sebagai akidah dan pandangan hidup.

2) Seorang muslim yang telah memiliki akidah Islamiyah kemudian

menjadikan aqidah itu sebagai landasan (qa>idah) dalam proses

berfikir serta dalam mengatur dan mengendalikan tingkah lakunya.

Page 37: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

3) Menambah pengetahuan keIslaman (thaqa>fah al-Islamiyah), yaitu

segala pengetahuan yang bertitik tolak pembahasannya adalah

akidah Islamiyah. Dengan ‘aqliyahnya yang meningkat seseorang

akan senantiasa berfikir secara Islami lebih kuat dan

kemampuannya dalam menilai pemikiran-pemikiran yang

berkembang juga meningkat.

4) Membiasakan menambah berbagai pengetahuan dan informasi

melalui kebiasaan membaca ataupun cara-cara lain dalam proses

pembelajaran melalui transformasi pemikiran atau mengaitkan

berbagai pemikiran yang ada dengan fakta-faktanya.

5) Membiasakan mengaitkan fakta dengan berbagai informasi yang

diterimadan selalu membandingkan keduanya dengan dilandasi

akidah yang menjadi sandaran.

6) Membiasakan berdialog dan berdiskusi dengan pihak lain mengenai

fakta yang ada dengan menyandarkan pada akidahnya.

7) Membiasakan menyampaikan gagasan secara lisan dan berdialog,

dengan ini mau tidak mau akan selalu mengaitkan informasi

dengan fakta yang terjadi sekaligus menyandarkan dengan akidah

yang diyakininya, sebagai proses pembelajaran dengan cara

penyampaian berbagai pemikiran mengenai fakta yang ada.

8) Membiasakan menulis karena dengan terbiasa menulis akan

terdorong untuk selalu membaca, meneliti, dan berfikir agar dapat

memperoleh berbagai informasi yang kemudian dikaitkan dengan

Page 38: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

fakta-fakta yang terjadi yang sekaligus disandarkan pada akidah

yang diyakininya.74

Inilah suplemen yang dibutuhkan untuk membentuk, mengembangkan

serta memperkuat pola pikir Islami. Sebagai seorang muslim yang

mengemban dakwah seharusnya memperkuat pola pikirnya sebagai upaya

untuk menyelesaikan berbagai problem yang menerpa masyarakat secara

menyeluruh dan memuaskan secara Islami sehingga masyarakat mau

secara bersama-sama menerapkan solusi yang diberikannya. Di samping

itu ia harus memaksakan diri untuk selalu melakukan penelusuran,

pengkajian, dan penelitian yang lebih banyak lagi terhadap berbagai

sumber dan berbagai rujukan.

Adapun kecepatan berfikir (berfikir cepat) yaitu kecepatan dalam

melakukan penginderaan dan proses pengaitan.dan ini bisa dimiliki

seseorang dengan cara membiasakan berfikir dan pembiasaan berfikir

cepat.

b. Pola Jiwa (Nafsiyyah)

Pola jiwa (Nafsiyyah) terkait dengan berbagai cara seseorang memenuhi

kebutuhan jasmani dan nalurinya (al- h}ajah al-‘ud}awiyyah wa al-ghara>iz)

yang tampak ketika seseorang berusaha mengaitkan dua dorongan

tersebut dengan pemahaman yang ada pada dirinya, Proses pengaitan

dorongan dengan pemahaman ini akan melahirkan kecenderungan

74 Moh. Magfur Wahid, Moh. Romadhon, Kerangka Memahami Al-Islam, (Malang, AlIzzah:1999), 213-215.

Page 39: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

(muyu>l) atau apa yang disebut dengan pola jiwa ini.75

Energi dinamis yang ada pada diri manusia akan selalu mendorong

manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan jasmani dan naluriahnya

tersebut. Gejala ini pada dasarnya juga ada pada hewan, hanya saja hewan

tentu tidak mengartikulasi dorongannya dengan pemahaman, karena

hewan tidak memiliki akal. Namun demikian, apa yang terjadi pada hewan

juga bisa terjadi pada manusia, yakni tatkala seseorang ketika terdorong

kebutuhan jasmani dan naluriahnya tanpa dipikir terlebih dulu. Oleh

karena itu, dalam hal ini, perilaku manusia boleh jadi merupakan

manifestasi dari pemahaman tertentu yang dimilikinya dan boleh jadi pula

sekedar perwujudan dorongan nafsu hewanlah yang bersemayan pada

dirinya.

Sebagaimana kita pahami, ada tiga jenis naluri (insting) yang ada pada

diri manusia, yaitu: (1) Naluri untuk mempertahankan keberlangsungan

hidup/eksistensi diri (ghari>zah al-baqa>); (2) naluri untuk melestarikan

spesies (keturunan)-nya (ghari>zah al-naw); (3) naluri beragama/religuisitas

(ghari>zah al-tadayyun). Yang disini ketiganya apabila tidak dipenuhi atau

dipuaskan hanya menimbulkan kegelisahan yang tidak membawa pada taraf

kematian seseorang.

Sementara itu, kebutuhan jasmaniah manusia ditandai dengan adanya

dorongan dari dalam berupa rasa lapar, haus, perlu udara, butuh istirahat,

dll; yang apabila ini tidak terpenuhi akan menyebabkan pada taraf

75 Muhammad Husain Abdullah, Studi Dasar Pemikiran Islam. (Bogor: Pustaka Thoriqul Izzah,2002), 79.

Page 40: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

kematian pada diri seseorang.

Sebetulnya, berbagai gejala dari naluri manusia ini telah banyak disebut

di dalam al-Qura>n mulia. Kita menyaksikan bagaimana al-Qura>n

memberi jalan keluar untuk memenuhi semua kebutuhan itu, yaitu

dengan menjelaskan hukum-hukumnya dan dengan menguatkan

keterikatan manusia dengan Allah SWT melalui berbagai janji dan

ancaman-Nya, melalui kabar gembira dan peringatang dari-Nya.

Adapun pembentukan dan penguatan pola jiwa yang ada pada diri

seorang musliam adalah dengan jalan, yaitu76:

1) Dengan cara taqarrub ila> Allah (mendekatkan diri kepada Allah

SWT) dengan memperbanyak melaksanakan ketaatan baik dalam

ibadah seperti doa di setiap waktu dan tempat; berwudhu dan

menjaga agar selalu memiliki wudhu; melakukan sholat tahajjud;

d}uh}a, dan ibadah lainnya, serta ketaatan lainnya seperti

berdakwah; menuntut ilmu, serta menjauhi perbuatan yang haram

serta memperbanyak mengamalkan sunnah.

2) Selalu berusaha menghubungkan kebutuhan jasmaniah maupun

nalurinya dengan aturan-aturan Allah SWT.

Berdasarkan uraian diatas, secara garis besar metode peningkatan

shakhsiyyah Islamiyah dan pengembangannya ditempuh dalam tiga

langkah.

Pertama, Mewujudkan ’aqi>dah al - Isla>miyah pada diri seseorang

76 Hafidz Abdurrahman, Diskursus Islam Politik dan Spiritual, (Bogor: Al Azar Press, 2004), 83.

Page 41: 17 BAB II - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/4201/5/Bab 2.pdfSebelum membahas kurikulum muatan lokal berbasis pesantren pada fokus penelitian ini, perlu dipahami terlebih dahulu

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

dengan cara yang sesuai dengan karakter ’aqi>dah al - Isla>miyah sebagai

’aqi>dah ‘aqliyyah. Kedua, Membangun cara berfikir dan mengatur

kecenderungan di atas pondasi ’aqi>dah al - Isla>miyah yang telah tertanam

pada dirinya. Ketiga, Mengembangkan kepribadian Islam dengan cara

mendorongnya untuk sungguh-sungguh dalam mengisi pemikiran dengan

tsaqafah Islamiyah dan mengamalkannya dalam seluruh aspek kehidupan

dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.77

77 M. Ismail Yusanto, M Jati Sigit Purwanto. Membangun Kepribadian Islam. (Jakarta: KhoirulBayan, 2002), 33-34