6
Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007 98 INTENSITAS SERANGAN HAMA DAN POPULASI PREDATOR PADA BERBAGAI WAKTU TANAM JAGUNG Syamsuddin Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kawat Balitsereal Maros,dari bulan Maret sampai bulan Desember 2007, dengan 11 perlakuan waktu tanam interval 2 (dua) minggu menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), 3 ulangan ,menggunakan varietas Sukmaraga, Jarak tanam 70 x 20 cm, 1 biji per lubang, luas petak 15 x 8 m, dipupuk urea, SP 36, dan KCl (200, 100, dan 100 kg/ha). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui intensitas serangan hama dan populasi predator sebagai pengendali hama pada tanaman jagung. Pengamatan dilaksanakan pada umur 14, 21, 28, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah tanam (Hst). Produksi ditimbang dalam keadaan pipilan kering ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan Ulat Grayak (Spodoptera) 0,3 – 21,2 %, Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis) berkisar 2,17 – 9,75 %, Pemakan Daun (Belalang spp.) 0,09 – 2,45 ekor/130 tanaman. Populasi predator seperti Kumbang Kubah (Monochilus sexmaculatus) rata-rata 6,55 – 7,18 ekor/130 tanaman. Laba-laba rata-rata 2,64 – 3,45 ekor/130 tanaman. Produksi dicapai 5,13 – 7,61 ton/ha jagung pipilan kering. Kata kunci: Intensitas serangan, predator, ulat grayak, penggerek batang PENDAHULUAN Perkembangan hama utama pada tanaman jagung penting artinya dalam menghadapi kemungkinan timbulnya serangan yang disebabkan hama tersebut. Timbulnya hama di lapangan erat hubungannya dengan musim/lingkungan dan waktu tanam. Demikian pula predator (musuh alami) sangat tergantung munculnya hama tanaman seperti Ulat Grayak (Spodoptera), Penggerek tongkol (H.armigera) dan Penggerek batang (O. furnacalis). Pengaruh padat populasi predator terhadap intensitas serangan sangat berkorelasi positif. Pada kondisi padat populasi predator yang banyak, biasanya intensitas serangan hama tanaman juga banyak. Hal ini disebabkan karena pada populasi predator berpengaruh dalam hal kondisi hama untuk memperoleh makanan yang meletakkan telur (Ryoo et al., 1992). Pada populasi predator yang rendah, peluang kompetisi hama terhadap makanan dan bertelur relatif kecil dibanding predator dengan padat populasi yang tinggi, sehingga mortalitas serangga rendah. Tingkat serangan yang ditimbulkan hama menjadi relatif rendah karena rendahnya progemis yang muncul (Dobie, 1974). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kawat Balitsereal Maros dari bulan Maret sampai dengan bulan Desember 2007 , dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 ulangan, ukuran plot 15 x 8 m. Susunan perlakuan 11 waktu tanam dengan interval 2 minggu sebagai berikut :

17. Intensitas Serangan Hama Dan Syamsuddin

Embed Size (px)

Citation preview

  • Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

    98

    INTENSITAS SERANGAN HAMA DAN POPULASI PREDATOR PADA BERBAGAI WAKTU TANAM JAGUNG

    Syamsuddin

    Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros

    ABSTRAK Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kawat Balitsereal Maros,dari bulan Maret sampai bulan Desember 2007, dengan 11 perlakuan waktu tanam interval 2 (dua) minggu menggunakan rancangan acak kelompok (RAK), 3 ulangan ,menggunakan varietas Sukmaraga, Jarak tanam 70 x 20 cm, 1 biji per lubang, luas petak 15 x 8 m, dipupuk urea, SP 36, dan KCl (200, 100, dan 100 kg/ha). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui intensitas serangan hama dan populasi predator sebagai pengendali hama pada tanaman jagung. Pengamatan dilaksanakan pada umur 14, 21, 28, 45, 60, 75, dan 90 hari setelah tanam (Hst). Produksi ditimbang dalam keadaan pipilan kering ton/ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa intensitas serangan Ulat Grayak (Spodoptera) 0,3 21,2 %, Penggerek Batang (Ostrinia furnacalis) berkisar 2,17 9,75 %, Pemakan Daun (Belalang spp.) 0,09 2,45 ekor/130 tanaman. Populasi predator seperti Kumbang Kubah (Monochilus sexmaculatus) rata-rata 6,55 7,18 ekor/130 tanaman. Laba-laba rata-rata 2,64 3,45 ekor/130 tanaman. Produksi dicapai 5,13 7,61 ton/ha jagung pipilan kering. Kata kunci: Intensitas serangan, predator, ulat grayak, penggerek batang

    PENDAHULUAN Perkembangan hama utama pada tanaman jagung penting artinya dalam

    menghadapi kemungkinan timbulnya serangan yang disebabkan hama tersebut. Timbulnya hama di lapangan erat hubungannya dengan musim/lingkungan dan waktu tanam.

    Demikian pula predator (musuh alami) sangat tergantung munculnya hama tanaman seperti Ulat Grayak (Spodoptera), Penggerek tongkol (H.armigera) dan Penggerek batang (O. furnacalis). Pengaruh padat populasi predator terhadap intensitas serangan sangat berkorelasi positif. Pada kondisi padat populasi predator yang banyak, biasanya intensitas serangan hama tanaman juga banyak. Hal ini disebabkan karena pada populasi predator berpengaruh dalam hal kondisi hama untuk memperoleh makanan yang meletakkan telur (Ryoo et al., 1992).

    Pada populasi predator yang rendah, peluang kompetisi hama terhadap makanan dan bertelur relatif kecil dibanding predator dengan padat populasi yang tinggi, sehingga mortalitas serangga rendah. Tingkat serangan yang ditimbulkan hama menjadi relatif rendah karena rendahnya progemis yang muncul (Dobie, 1974).

    BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kawat Balitsereal Maros dari bulan Maret

    sampai dengan bulan Desember 2007 , dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 3 ulangan, ukuran plot 15 x 8 m. Susunan perlakuan 11 waktu tanam dengan interval 2 minggu sebagai berikut :

  • Syamsuddin: Intensitas Serangan Hama dan Populasi Predator pada Berbagai Waktu Tanam Jagung

    I. Tanam per I, Tgl 10 - 3 - 2007 II. Tanam ke II, Tgl 24 - 3 - 2007

    III. Tanam ke III, Tgl 7 - 4 - 2007 IV. Tanam ke IV, Tgl 21 - 4 - 2007 V. Tanam ke V, Tgl 5 - 5 - 2007

    VI. Tanam ke VI, Tgl 19 - 5 - 2007 VII. Tanam ke VII, Tgl 2 - 6 - 2007

    VIII. Tanam ke VIII,Tgl 16 - 6 - 2007 IX. Tanam ke IX, Tgl 30 - 6 - 2007 X. Tanam ke X, Tgl 14 - 7 - 2007

    XI. Tanam ke XI, Tgl 28 - 7 - 2007

    Tiap kali penanaman dipupuk Urea, SP 36, dan KCl masing-masing (200, 100, 100 kg/ha). Pemberian pupuk dasar dilakukan pada umur 10 hari setelah tanam dengan dosis 100 kg Urea + 100 kg SP + 100 kg KCl. sedangkan pemupukan susulan ke II pada umur 45 hari setelah tanam, dengan dosis urea 100 kg/ha. Varietas yang digunakan adalah Sukmaraga, dengan jarak tanam 70 x 20 cm, 1 biji per lubang. Pengamatan dilaksanakan pada umur 14, 21, 28, 45, 60, 75,dan 90 hari setelah tanam. Tujuan penelitian dalah untuk mengetahui serangan hama dan populasi predator sebagai pengendali hama pada tanaman jagung.

    HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 waktu tanam selalu ditemukan Ulat

    Grayak (Spodoptera) mulai pada umur 14, 21, dan 28 HST. Tingkat serangan antara 1,4 - 21,2% pada umur 14 HST, sedangkan pada umur 21 HST serangan mencapai 32,6%, namun setelah umur 28 HST, serangan ulat grayak (Spodoptera) menurun drastis yaitu mencapai 0,3 - 7,0% (Tabel 1).

    Tabel 1. Intensitas Serangan Ulat grayak (Spodoptera) dari berbagai waktu tanam,

    berumur 14, 21, dan 28 hari setelah tanam (HST).

    Umur Tanam No. Waktu Tanam 14 Hst 21 Hst 28 Hst 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

    I II III IV V VI VII VIII IX X XI

    21,2 bc 20,4 bcd 9,4 cdef

    2,7 ef 2,4 f 1,4 f

    4,2 def 3,9 a 4,8 a

    4,4 bcd 12,5 bc

    20,4 abc 16,3 bcd 4,4 de 2,8 e 2,5 e 0,8 e

    4,3 de 12,6 bc 32,6. ab 8,9 bcd 6,3 de

    4,2 ab 1,8 bc1,0 bc 2,2 bc 2,1 bc 1,2 bc 0,3 c 2,0 bc 7,0 abc 1,7 bc 2,0 bc

    Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5% dalam uji jarak berganda Duncan.

    99

  • Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

    100

    Ulat grayak (Spodoptera) ini aktif pada malam hari, dan pada siang hari dapat bersembunyi didalam tanah. Telur diletakkan pada daun muda dipermukaan sebelah bawah secara berkelompok. Setiap kelompok telur dilindungi oleh lapisan coklat muda yang dikeluarkan oleh serangga betina ketika bertelur. Setiap kelompok telur terdiri dari 50 400 butir. Telur menetas memakan bagian hijau daun sbelah bawah Ulat grayak(spodoptera) ini merupakan hama polifaq,karena dapat juga menyerang pada tanaman padi ,sorghum dan kacang-kacangan (Anonim, 1989 dan Iqbal et al., 1993).

    Predator (musuh alami) Monochilus sexmaculatus (fabricius) sangat stabil karena selalu dijumpai pada tiap pengamatan dalam berbagai waktu tanam dengan rata-rata 6,55 - 7, 18 ekor per 130 tanaman (Tabel 2), dimana Monochilus sexmaculatus ini adalah kumbang kubah predator yang mempunyai bercak hitam dan hanya menangkap mangsa yang bergerak lambat. Kumbang kubah dewasa menyatukan diri dari tanaman dengan cepat atau terbang bila terganggu, larva kumbang kubah ini lebih rakus daripada yang dewasa dengan memakan 5 - 10 mangsa (telur,pupae , larva dewasa) dan berproses dalam percobaan populasi penggerek batang (Litsinger et al, 1991; Sirratos J. A.et al, 1993). Rendahnya predator ini diduga karena rendahnya organisme pengganggu yang muncul pada tanaman. Pengamatan ini sejalan dengan penemuan (Dobie, 1974) bahwa tingkat populasi serangga sangat dipengaruhi oleh padat predator pada suatu tanaman.

    Tabel 2. Populasi Predator O. furnacalis / 130 tanaman dari berbagai waktu tanam.

    Menochilus sexmaculatus No. Waktu Tanam 45 Hst 60 Hst 75 Hst 90 Hst 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

    I II III IV V VI VII VIII IX X XI

    10 9 10 2 5 4 6 4 9 6 7

    7 8 13 5 6 3 5 9 7 8 6

    7 6 12 6 6 3 3 8 8 8 6

    11 7 10 8 7 3 2 10 7 8 6

    Jumlah Rata-rata

    72 6,55

    77 7,0

    77 7,0

    79 7,18

    Hama belalang, khusus memakan daun jagung dan mempunyai makanan ganda, yang ternyata lebih menyukai mangsa berupa telur serangga. Belalang ini dijumpai setiap pengamatan dalam berbagai waktu tanam walaupun jumlah sedikit hanya rata-rata antara 0,09 - 2,45 ekor per 130 tanaman jagung (Tabel 3).

  • Syamsuddin: Intensitas Serangan Hama dan Populasi Predator pada Berbagai Waktu Tanam Jagung

    Tabel 3. Populasi Hama Pemakan Daun (Belalang) per 130 tanaman jagung dari berbagai waktu tanam.

    Belalang No. Waktu Tanam 45 Hst 60 Hst 75 Hst 90 Hst 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

    I II III IV V VI VII VIII IX X XI

    3 2 1 4 3 2 2 3 4 2 1

    1 3 4 2 3 1 0 0 2 3 1

    2 0 1 0 3 0 2 0 1 1 0

    0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0

    Jumlah Rata-rata

    27 2,45

    20 1,82

    10 0,91

    1 0,09

    Laba-laba selalu dijumpai tiap kali pengamatan rata-rata 2,64 - 3,45 ekor per 130 tanaman jagung (Tabel 4), laba-laba ini lebih banyak dijumpai disekitar pangkal batang jagung dan tidak membuat jala, tetapi menyerang mangsanya secara lansung dan jarang dijumpai laba-laba membuat jala, jenis laba-laba seperti ini adalah laba-laba pemburuh atau laba-laba srigala (Lycosa pseudoannulata) (Anonim, 1995 ).

    Tabel 4. Populasi Predator (Laba-laba) per 130 tanaman dari berbagai waktu tanam.

    Laba-laba No. Waktu Tanam 45 Hst 60 Hst 75 Hst 90 Hst 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

    I II III IV V VI VII VIII IX X XI

    2 1 3 1 3 2 2 3 4 3 5

    3 3 4 4 2 2 3 5 4 4 4

    2 3 4 3 3 4 5 2 1 5 4

    4 4 3 5 4 3 3 2 1 3 3

    Jumlah Rata-rata

    29 2,64

    38 3,45

    36 3,21

    35 3,18

    Intensitas kerusakan yang disebabkan oleh hama penggerek batang (O. furnacalis) pada umur 45 hari setelah tanam dapat mencapai 2,17 8,75 %, sedangkan pada umur 60 hari setelah tanam penggerek batang masih stabil yaitu antara 6,33 9,79 %. Penggerek batang tersebut mulai menimbulkan kerusakan setelah keluar bunga jantan ini sesuai hasil penelitian yang mengatakan bahwa hama penggerek batang sangat tertarik pada bunga jantan (Asikin et al., 1992).

    101

  • Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, 2007

    102

    Pengendalian dengan metode bunga jantan setelah bunga keluar 100% (setelah terjadi penyerbukan) cukup baik untuk menekan serangan penggerek batang (Balittan Maros, 1990). Hasil penelitian waktu tanam, menunjukkan bahwa tanam pada awal musim hujan juga sangat membantu dalam mengendalikan hama penggerek batang, dimana waktu tanam yang terhindar dari serangga hama tersebut, yaitu 1 - 4 minggu setelah mulai musim hujan (Asikin, 1990; (Baco dan Tandiabang, 1988), sejalan penelitian ini, setelah tanam berumur 60 hari setelah tanam atau keluar bunga jantan baru ditemukan intensitas serangan penggerek batang 6,33 - 9, 79%. Namun demikian, belum terpengaruh terhadap produksi karena produksi dicapai masih tinggi yaitu 5,13 - 7,61 ton/ha pipilan kering (Tabel 5).

    Tabel 5. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Jagung (O. furnacalis) dan Hasil Pipilan Kering Jagung Varietas Sukmaraga dari berbagai waktu tanam.

    Serangan (%) No. Waktu Tanam 45 Hst 60 Hst Hasil Pipilan Kering

    (ton/ha) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

    I II III IV V VI VII VIII IX X XI

    6,34 b 4,94 b 6,69 b 5,63 a 8,75 a 2,17 a 2,79 a 5,57 b 5,97 b 5,09 b 5,51 b

    7,72 b 6,33 b 7,97 b 7,97 b 8,07 a 9,05 a 9,79 a 6,75 b 7,00 b 6,69 b 6,34 b

    5,73 a 5,80 a 5,57 a 5,73 a 7,61 c 7,59 c 7,57 c

    6,12 bc 5,24 cd 5,13 bc 5,53 a

    Angka dalam kolom yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5%, dalam uji jarak berganda Duncan.

    KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa musuh alami yang dominant ditemukan adalah

    : Menochilus sexmaculalus dan Laba-laba sepanjang pertanaman di lapangan yang merupakan predator umum mulai waktu tanam tgl 10 - 3 - 2007 s/d 28 - 7 - 2007.

    Hama pemakan daun (Belalang) selalu dijumpai dalam tiap waktu tanam dan jumlahnya rata- rata 0,09 s/d 2,45 ekor / 130 tanaman.

    Intensitas serangan ulat grayak (spodoptera), selalu dijumpai tiap kali pengamatan pada umur 14, 21, dan 28 hari setelah tanam .

    Intensitas serangan penggerek batang (O. furnacalis) sangat rendah hanya 2,17 - 9,79%, rendahnya serangan ini diduga karena adanya predator sepanjang pertanaman di lapangan sehingga hama tersebut tidak dapat berkembang .

    Produksi dicapai antara 5,13 - 7,59 ton/ha pipilan kering.

  • Syamsuddin: Intensitas Serangan Hama dan Populasi Predator pada Berbagai Waktu Tanam Jagung

    DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1995. Lembaga Penelitian Padi Internasional (International Rice Research

    Institute).

    Asikin, S. 1992. Observasi pengaruh pemangkasan bunga jantan terhadap intensitas serangan hama penggerek batang jagung di lahan kering. Laporan hasil penelitian Balittan Banjar Baru (Tidak dipublikasikan).

    Asikin, S, Thamrin dan N. Djahad. 1993. Status hama jagung dan pengendaliannya di lahan kering beriklim basah Kalimantan Selatan. Makalah ini disampaikan pada simposium Tanaman Pangan 14 23 - 25 Agustus 1993.

    Baco D, J. Tandiabang. 1988. Hama utama jagung dan pengendaliannya p. 185-204. Dalam Subandi M, Syamsuddin A, Widjono (Ed) Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor.

    Balittan Maros. 1990. Laporan Tahunan 1989/90. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balittan Maros. p. 161.

    Dobbie, P. 1974. The laboratory Assessment of the Inherent Susceptibility of Maize Varieties to Post Harvenst Infection by Sitophilus zemais Motsch (Coleoptera : Curculionidae). Journal Stored Product Research Vol 10. 183 - 197 Pirgamon Press.

    Iqbal, Agus Kordinan, dan Harnoto. 1993. Pengendalian Lalat bibit pada jagung. Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III Puslitbangtan pp. 1113 - 1118.

    Litsinger, James. A, M, Volkmar Hasse, Alberto, T. Barrion, and Heinz Schutterer. 1991. Respouse of Ostrinia furnacalis (Guenee) Lepidoptera : Pyralidae to Intercropping Environmental Entomol 20 (4) : 988 - 1004.

    Ryoo, M.I and H. Q. 1992. Feeding and oviposition preference and demography of rice weevil (Coleoptera : Curculionidae) reared on mixtures of brown, polished and rought, rice, Environmental Entomol 21 : 549 - 555.

    Serratos, J. A., A. B. Labra. J. A. Mihm, L. Pietrzak, and J. T. Arnason. 1993, Generation means analysis of phenolic compounds in maize grain and Susceptibility to maize weevil Sitophilus zeamays infestation, Corn Jour. Bot Vol. 71 : 117 - 1181.

    103