18
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO Gejala dan Diagnosis Gangguan Depresi Referat ILMU KESEHATAN JIWA Fernia Stevani (112012151) Pembimbing dr. Sri Woroasih Sp. KJ 08 September 2013 KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIR JIWA DAERAH DR. AMINO GONDHOHUTOMO SEMARANG 2013

179290071 Gejaladan Diagnosis Gangguan Depresi Ferni Docx

Embed Size (px)

Citation preview

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH DR. AMINO GONDOHUTOMO

Gejala dan Diagnosis Gangguan Depresi

Referat – ILMU KESEHATAN JIWA

Fernia Stevani (112012151)

Pembimbing

dr. Sri Woroasih Sp. KJ

08 September 2013

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

RUMAH SAKIR JIWA DAERAH DR. AMINO GONDHOHUTOMO

SEMARANG

2013

2

BAB I

PENDAHULUAN

Depresi merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal

dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap

diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan. Padahal, depresi yang tidak

diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri.1

Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang sering ditemukan dengan

prevalensi seumur hidup adalah kira kira 15%. Pada pengamatan yang universal terlepas dari

kultur atau negara prevalensi gangguan depresi berat pada wanita dua kali lebih besar dari

pria. Pada umumnya onset untuk gangguan depresi berat adalah pada usia 20 sampai 50

tahun, namun yang paling sering adalah pada usia 40 tahun. Depresi berat juga sering terjadi

pada orang yang tidak menikah dan bercerai atau berpisah.

Depresi tersebar luas, tetapi jumlah dan rata-rata dari gejala fisik dan kognitif

berhubungan dengan gangguan depresi mayor atau major depressive disorder (MDD) yang

berarti banyak orang tidak menunjukkan gejala emosional. Satu dari tujuh orang akan

menderita gangguan psikososial dari MDD, beberapa tidak terdiagnosis kecuali dengan

kunjungan ke dokter yang berulang. Dan, tidak hanya dokter keluarga, psikiatri, dan klinisi

kesehatan mental juga harus dapat mendiagnosis depresi. Tingginya prevalensi dari MDD

dengan penyakit medis lainnya menunjukkan bahwa professional kesehatan dan dokter,

ataupun internis atau onkologis atau ahli bedah atau kardiologis atau neurologis atau spesialis

lainnya, juga harus mengenali dan memberikan tatalaksana depresi klinis pada pasien.1

Patogenesis depresi kenyataannya sampai saat ini masih membingungkan dan belumlah

pasti sehingga banyak teori-teori semuanya timbul dan berkembang seiring dengan kemajuan

bidang psikofarmakologi.

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

GEJALA KLINIK

Mood yang rendah.

Selama orang depresi memperlihatkan suasana perasaannya dengan mood yang

rendah, pengalaman emosional yang buruk selama depresi berbeda secara kualitatif dengan

orang yang mengalami kesedihan dalam batas normal atau rasa kehilangan yang dialami oleh

orang pada umumnya. Beberapa menyampaikannya dengan menangis, atau merasa seperti

ingin menangis, lainnya memperlihatkan respon emosional yang buruk.1

Minat.

Kehilangan minat pada aktivitas atau interaksi sosial yang biasanya ada merupakan

salah satu tanda penting pada depresi. Anhedonia juga memperlihatkan sebagai pembedanya,

dan tetap ada walaupun penderita tidak memperlihatkan mood yang turun. Kehilangan minat

seksual, keinginan, atau fungsi juga umum terjadi, dimana dapat menyebabkan masalah

dalam hubungan terdekat atau konflik rumah tangga.1,6

Tidur.

Kebanyakan pasien depresi mengalami kesulitan tidur. Hal yang klasik adalah

terbangun dari tidur pada pagi buta dan tidak dapat tidur lagi (terminal insomnia), tetapi tidur

dengan kelelahan dan frekuensi terbangun pada tengah malam (insomnia pertengahan) juga

umum terjadi. Kesulitan tertidur pada malam hari (insomnia awal atau permulaan) biasanya

terlihat saat cemas menyertai. Tetapi, hipersomnia atau tidur yang berlebihan juga bisa

menjadi gejala yang umum terjadi pada pasien depresi.1

Tenaga.

Kelelahan adalah keluhan yang sering disampaikan pada depresi, seperti sulit untuk

memulai suatu pekerjaan. Kelelahan dapat bersifat mental atau fisik, dan bisa berhubungan

dengan kurangnya tidur dan nafsu makan, pada kasus yang berat, aktivitas rutin seperti

kebersihan sehari-hari atau makan kemungkinan terganggu. Pada bentuk yang ekstrem dari

kelelahan adalah kelumpuhan yang dibuat, dimana pasien menggambarkan bahwa tubuhnya

yang membuat hal ini atau mereka seperti berjalan di air.1

4

Rasa bersalah.

Perasaan tidak berguna dan merasa bersalah dapat menjadi hal yang umum dipikirkan

oleh pasien yang dalam episode depresi. Pasien depresi sering salah menginterpretasikan

kejadian sehari-hari dan mengambil tanggung jawab kejadian negative diluar kemampuan

mereka, ini dapat menjadi suatu porsi delusi. Rasa cemas yang berlebihan dapat menyertai

dan rasa bersalah yang muncul kembali.1

Konsentrasi.

Kesulitan dalam berkonsentrasi dan mengambil keputusan adalah hal yang sering

dialami oleh pasien depresi. Keluhan tentang daya ingat biasanya menyebabkan

permasalahan pada perhatian. Pada pasien lanjut usia, keluhan kognitif bisa salah didiagnosis

sebagai dementia onset dini.1

Nafsu makan/berat badan.

Kehilangan nafsu makan, rasa, dan nikmat dalam makan akan menyebabkan

kehilangan berat badan yang signifikan dan beberapa pasien harus memaksa dirinya sendiri

untuk makan. Bagaimanapun, pasien lainnya harus mendapatkan karbohidrat dan glukosa

ketika depresi, atau perlakuan sendiri dalam mendapatkan kenyamanan dalam makan. Tetapi,

berkurangnya aktifitas dan olahraga akan menyebabkan peningkatan berat badan dan sindrom

metabolic. Perubahan berat badan juga dapat berdampak pada gambaran diri dan harga diri.1

Aktivitas psikomotor.

Perubahan psikomotor, dimana terjadi perubahan pada fungsi motorik tanpa adanya

kelainan pada tes secara objektif, sering terlihat pada depresi. Kemunduran psikomotor

meliputi sebuah perlambatan (melambatnya gerakan badan, buruknya ekspresi wajah, respon

pembicaraan yang lama) dimana pada keadaan yang ekstrem dapat menjadi mutisme atau

katatonik. Kecemasan juga dapat bersamaan dengan agitasi psikomotorik (berbicara cepat,

sangat berenergi, tidak dapat duduk diam).1,6

Bunuh diri.

Beberapa ide bunuh diri, dimulai dari pemikiran bahwa dengan bunuh diri diharapkan

semuanya akan selesai bersamaan dengan rencana bunuh diri tersebut, terjadi pada 2/3 orang

5

dengan depresi. Walaupun ide bunuh diri merupakan hal yang serius, pasien depresi sering

kekurangan tenaga dan motivasi untuk melaksanakan bunuh diri. Tetapi, bunuh diri

merupakan hal yang menjadi pusat perhatian karena 10-15% pasien yang dirawat inap adalah

pasien yang matinya karena bunuh diri. Waktu resiko tinggi untuk terjadinya bunuh diri

adalah saat awalan pengobatan, ketika tenaga dan motivasinya mulai berkembang baik selain

gejala kognitif (keputusasaan), membuat pasien depresi mungkin bertindak seperti apa yang

mereka pikirkan dan rencanakan untuk bunuh diri.1

Gejala lain.

Kecemasan, dengan berbagai manifestasi klinis, adalah hal yang umum pada depresi.

Mudah marah dan perubahan mood yang cepat, berlebihan dalam kemarahan dan kesedihan,

dan frustasi juga mudah terganggu untuk hal kecil adalah yang sering terlihat. Variasi diurnal

mood, dengan kekhawatiran pada pagi hari, dapat muncul. Depresi sering menyebabkan

berkurangnya kepercayaan diri dan harga diri dengan pemikiran bahwa dirinya tidak berguna

didukung dengan keputusasaan. Depresi juga berhubungan dengan peningkatan frekuensi

sakit fisik, seperti sakit kepala, sakit punggung, dan kondisi nyeri kronis lainnya.1,6

Gejala pada orang tua

Gejala klinis depresi lanjut usia sedikit berbeda dengan usia yang lebih muda, sering

hanya gangguan emosi berupa apatis, penarikan diri dari aktivitas sosial, dan gangguan

kognitif seperti gangguan memori, gangguan konsentrasi serta fungsi kognitif yang

memburuk.

6

Perubahan Pikiran

berfikir, penurunan konsentrasi dan sulit mengungat

informasi.

nya pikiran untuk bunuh diri.

Perubahan Perasaan

Iritabilitas, marah, dan terkadang agresif.

Perubahan pada Kebiasaan Sehari-hari

erhatian terhadap diri sendiri.

hol dan obat-obatan terlarang.

Pada pasien lanjut gangguan kognitif sering menyebabkan pseudodemensia (sindrom

demensia pada depresi) antara lain mengalami:

a. Defisit atensi dan kosentrasi yang bervariasi

b. Jarang memiliki gangguan bahasa

c. Jika tidak yakin, paling sering menjawab ‘tidak tahu’

7

d. Gangguan ingatan terbatas pada ingatan bebas

Gejala pada anak – anak atau remaja

Fobia sekolah dan sifat manja pada orangtua yang berlebihan mungkin merupakan

gejala depresi pada anak-anak. Prestasi akademik yang buruk, penyalahgunaan zat,

perilaku antisosial, promiskuitas seksual, membolos, dan melarikan diri mungkin dapat

menjadi gejala depresi pada remaja.

Gejala klinis depresi berat pada anak mungkin nampak, dengan pengecualian

halusinasi dan delusi. Distimia seringkali merupakan akibat gangguan kronis yang ada

sebelum anoreksia nervosa, gangguan somatisasi atau gangguan kecemasan. Seringkali

pada anak – anak menunjukkan ketidakmampuan menyesuaikan diri secara umum atau

social. Mereka sering datang dengan gamabran tidak berdaya, pasif, tidak mandiri,

tergantung, kesepian, negativistis.

Biasanya anka – anak dengan depresi menunjukkan masalh pada prestasi sekolah

dan dalam hubungannya dengan keluarga maupun teman sebaya. Mereka beresiko untuk

berkembang gangguan perilaku atau penyalahgunaan obat.

8

2.5 DIAGNOSIS

DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar : gangguan depresi mayor/

major depressive disorder (MDD), distimia, dan depresi yang tidak terklasifikasikan.1

MDD memiliki karakteristik dengan adanya satu atau lebih episode depresi mayor

(Kotak 2). kriteria diagnosis menunjukkan beberapa gejala yang harus ada pada waktu yang

sering, sekurang-kurangnya dalam 2 minggu, walaupun durasinya terkadang lebih lama dari

waktu yang terlihat. Gejala yang muncul juga harus memperlihatkan perubahan fungsi yang

signifikan. Akhirnya, bereavement dan beberapa penyebab gejala depresi harus dapat

disingkirkan.1,5

Episode depresi berdasarkan ICD-10 6

Kriteria Umum

1. Episode depresi harus bertahan setidaknya 2 minggu

2. Tidak ada hypomanic atau manik gejala cukup untuk memenuhi kriteria untuk episode

hypomanic atau manik pada setiap saat dalam kehidupan individu

3. Tidak disebabkan penggunaan zat psikoaktif atau gangguan mental organik

Gejala Utama

1. Perasaan depresi untuk tingkat yang pasti tidak normal bagi individu, hadir untuk hampir

sepanjang hari dan hampir setiap hari, sebagian besar tidak responsif terhadap keadaan,

dan bertahan selama minimal 2 minggu

2. Kehilangan minat atau kesenangan dalam aktivitas yang biasanya menyenangkan

3. Penurunan energi atau kelelahan meningkat

Gejala Lainnya

9

1. Kehilangan percaya diri atau harga diri

2. Tidak masuk akal perasaan diri atau rasa bersalah yang berlebihan dan tidak tepat

3. Berpikiran tentang kematian atau bunuh diri, atau perilaku bunuh diri

4. Keluhan atau bukti kemampuan berkurang untuk berpikir atau berkonsentrasi, seperti

keraguan atau kebimbangan

5. Pandangan masa depan yang suram dan pesimis

6. Gangguan tidur

7. Perubahan nafsu makan (penurunan atau kenaikan) dengan perubahan berat badan yang

sesuai

Kotak 2. DSM-IV-TR kriteria diagnosis episode depresi mayor 1,5

A. Lima (atau lebih) gejala yang ada berlangsung selama 2 minggu dan memperlihatkan

perubahan fungsi, paling tidak satu atau lainnya (1)mood depresi (2)kehilangan minat

1. Mood depresi terjadi sepanjang hari atau bahkan setiap hari, diindikasikan dengan

laporan yang subjektif (merasa sedih atau kosong) atau yang dilihat oleh orang

sekitar. Note : pada anak dan remaja, dapat mudah marah

2. Ditandai dengan hilangnya minat disemua hal, atau hampir semua hal

3. Penurunan berat badan yang signifikan ketika tidak diet, atau penurunan atau

peningkatan nafsu makan hamper setiap hari. Note : pada anak-anak, berat badan

yang tidak naik

4. Insomnia atau hipersomnia hamper setiap hari

5. Agitasi psikomotor atau retardasi hampir setiap hari (dilihat oleh orang lain, bukan

perasaan yang dirasakan secara subjektif dengan kelelahan atau lamban)

6. Cepat lelah atau kehilangan energi hampir setiap hari

7. Merasa tidak berguna atau perasaan bersalah yang berlebihan (bisa terjadi delusi)

hampir setiap hari

8. Tidak dapat berkonsentrasi atau berpikir hampir setiap hari

9. Pemikiran untuk mati yang berulang, ide bunuh diri yang berulang tanpa

perencanaan yang jelas, atau ide bunuh diri dengan perencanaan.

B. Gejala-gejalanya tidak memenuhi episode campuran

C. Gejala yang ada menyebabkan distress atau kerusakan yang signifikan secara klinis

D. Gejala tidak disebabkan langsung oleh sebuah zat (penyalahgunaan obat, obat-obatan)

atau kondisi medis umum (hipotiroid)

10

E. Gejala yang muncul lebih baik tidak masuk dalam kriteria bereavement

MDD dapat ditemukan sebagai penyakit yang baru pertama kali diderita atau saat

kambuh, setidaknya sudah pernah mengalami 2 kali episode depresi mayor dengan jarak

penyembuhan paling tidak 2 bulan. MDD juga dapat juga memiliki beberapa sub tipe yang

memiliki perbedaan pada beberapa spesifikasi dan derajat keparahan.1

Sub tipe MDD dikelompokkan berdasarkan gejala klinis yang muncul dan pola dari

episode depresi. DSM-IV-TR memberikan spesifikasi depresi dengan maksud agar pemilihan

terapi yang diberikan lebih baik dan memprediksikan prognosisnya. Tabel 3 memperlihatkan

kriteria-kriteria depresi dengan beberapa kunci-kuncinya.1

Tabel 3. DSM-IV-TR sub tipe dan spesifikasi MDD1,2,6

Sub tipe Spesifikasi DSM-IV-TR Kunci

Depresi melankolis Dengan gambaran

melankolis

Mood nonreaktif, anhedonia,

kehilangan berat badan, rasa

bersalah, agitasi dan retardasi

psikomotorik, mood yang

memburuk pada pagi hari,

terbangun di pagi buta

Depresi atipikal Dengan gambaran atipikal Mood reaktif, terlalu banyak

tidur, makan berlebihan,

paralisis yang dibuat, sensitive

pada penolakan interpersonal

Depresi psikotik (waham) Dengan gambaran psikotik Halusinasi atau waham

Depresi katatonik Dengan gambaran katatonik Katalepsi, katatonik,

negativism, mutisme,

mannerism, echolalia,

echopraxia (tidak lazim pada

klinis sehari-hari)

11

Depresi kronik Gambaran kronis 2 tahun atau lebih dengan

kriteria MDD

Gangguan afektif musiman Musiman Onset yang seperti biasa dan

kambuh pada saat musim

tertentu (biasanya musim

gugur/dingin)

Depresi postpartum Postpartum Onset depresi selama 4 minggu

postpartum

DSM-IV-TR dan ICD-10, keduanya mengkategorikan tingkat keparahan MDD menjadi

tiga : ringan, sedang, dan berat (Tabel 4). DSM-IV-TR membagi tngkat keparahannya

berdasarkan efek yang dihasilkan depresi dalam hal sosial/pekerjaan dan tanggung jawab

individu dan ada atau tidaknya gejala psikotik. ICD-10, sebaliknya, membedakan tingkat

keparahan depresi berdasarkan jumlah dan jenis gejala yang diperlihatkan saat seseorang

menderita depresi. Penggunaan skala depresi sangat dianjurkan untuk menentukan derajat

keparahan.1,7

Tabel 4. Derajat keparahan depresi 1

Keparahan

depresi

Kriteria DSM-IV-TR Kriteria ICD-10

Ringan 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 gejala depresi lainnya

2. Gangguan minor sosial/

pekerjaan

1. 2 gejala tipikal

2. 2 gejala inti

lainnya

Sedang 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

depresi lainnya

2. Gangguan sosial/pekerjaan yang

bervariasi

1. 2 gejala tipikal

2. 3 atau lebih gejala

inti lainnya

Berat 1. Mood depresi atau kehilangan

minat + 4 atau lebih gejala

1. 3 gejala tipikal

2. 4 atau lebih gejala

12

depresi lainnya

2. Gangguan sosial atau pekerjaan

yang berat atau ada gambaran

psikotik

inti lainnya

Juga dapat dengan

atau tanpa gejala

psikotik

Pedoman diagnosis menurut PPDGJ-III.

Pedoman diagnostik pada depresi dibagi menjadi :

• Semua gejala utama depresi :

o afek depresif

o kehilangan minat dan kegembiraan

o berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah.

• Gejala lainnya:

o konsentrasi dan perhatian berkurang

o harga diri dan kepercayaan diri berkurang

o gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

o pandangan masa depan yang suram dan pesimis

o gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

o tidur terganggu

o nafsu makan berkurang

Episode depresif biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan

tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk

menegakkan diagnosis dalam kurun waktu dari 2 minggu.

13

Episode depresif ringan menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama depresi seperti tersebut di atas

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya

(3) Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya lamanya seluruh episode berlangsung

sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu

(4) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya.

Episode depresif sedang menurut PPDGJ III

(1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dan 3 gejala utama

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 atau 4 dari gejala lainnya

(3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum 2 minggu

(4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan

rumah tangga.

Episode Depresif Berat dengan Tanpa Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

(1) Semua 3 gejala utama depresi harus ada

(2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus

berintensitas berat

(3) Bila ada gejala penting (misalnya retardasi psikomotor) yang menyolok, maka pasien

mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci.

Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat

dibenarkan.

(4) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau

urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas.

14

Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik menurut PPDGJ III :

Episode depresi berat yang memenuhi kriteria menurut No. 3 di atas (F.32.2) tersebut

di atas, disertai waham, halusinasi atau stupor depresi.

Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang

mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau

alfatorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran. Retardasi

psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.

Asesmen Depresi

Geriatric Depression Scale (GDS)

Terdiri dari 30 pertanyaan, biasanya dipergunakan untuk memisahkan apakah pasien tersebut

masuk ke dalam kelompok depresi. Alat ukur GDS ini memiliki sensitivitas 88,9% dan

spesifisitas 47,8%. Penilaian skala ini berdasarkan aspek kekhawatiran somatik, penurunan

afek, gangguan kognitif, berkurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang, dan

kurangnya harga diri. Skala ini telah direkomendasikan agar dipergunakan dalam situasi

klinis oleh Institute of Medicine.

2.6 DIAGNOSIS BANDING

1. Bereavement (Kehilangan teman atau keluarga karena kematian)

Bereavement atau rasa kesedihan yang berlebihan karena putusnya suatu hubungan

dapat memperlihatkan gejala yang sama dengan episode depresi mayor. Tingkat keparahan

dan durasi dari gejala dan dampaknya pada fungsi sosial dapat membantu dalam

menyingkirkan antara kesedihan yang mendalam dan MDD.1

Tabel 5. Pembeda antara bereavement dan episode depresi mayor1

Gejala Bereavement Episode depresi mayor

Waktu Kurang dari 2 bulan Lebih dari 2 bulan

Perasaan tidak berguna/tidak Tidak ada Ada

15

pantas

Ide bunuh diri Tidak ada Kebanyakan ada

Rasa bersalah, dll Tidak ada Mungkin ada

Perubahan psikomotor Agitasi ringan Melambat

Gangguan fungsi Ringan Sedang –Berat

2. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Kondisi Medis Umum

Gejala depresi dapat diperlihatkan dari efek fisiologis suatu kondisi medis khusus yang

terjadi sebelumnya. Sebaliknya, gejala fisik suatu penyakit medis utama sulit untuk dapat

didiagnosis yang berkormorbid dengan MDD. The Hospital Anxiety and Depression Scale

(HADS) sangat berguna untuk alat deteksi pasien dengan penyakit medis dimana digunakan

pertanyaan yang memfokuskan pada gejala kognitif dibandingkan dengan gejala somatiknya.

MDD sama banyaknya dengan penyakit kronis (Tabel 5), tetapi lebih umum diabetes,

penyakit tiroid, dan gangguan neurologis (penyakit Parkinson, multiple sklerosis).1

3. Gangguan Afektif Disebabkan Karena Zat

Efek samping obat (baik yang diresepkan atau tidak) dapat memperlihatkan gejala

depresi, jadi suatu zat yang dapat mempengaruhi gangguan mood harus dapat

dipertimbangkan dalam mendiagnosis banding MDD (Kotak 6). Bukti dari riwayat,

pemeriksaan fisik, atau temuan laboratories digunakan untuk dapat menentukan adanya suatu

pengalahgunaan, ketergantungan, intoksikasi/keracunan, atau kondisi putus obat yang secara

fisoilogis akan menyebabkan suatu episode depresi. Selama gejala depresi karena pengaruh

obat dapat disembuhkan dengan menghentikan penggunaan obat tersebut, gejala putus obat

dapat berlangsung selama beberapa bulan.1

Kotak 6. Obat yang umum disalahgunakan dan menyebabkan

gangguan mood yang dipengaruhi zat1

Alcohol

Amfetamin

16

Anxiolitik

Kokain

Zat-zat halusinogen

Hipnotik

Inhalant

Opioid

Phencycline

Sedative

17

BAB III

KESIMPULAN

Ketika seseorang mengalami gangguan mood atau lebih khususnya mengalami gangguan

depresi yang mana terjadi perubahan dalam kondisi emosional, fungsi motorik, kogintif serta

motivasinya dan jika tidak segera diberi penanganan maka akan memicu timbulnya gangguan

depresi mayor satu episode dan depresi mayor barulang. Apabila hal tersebut terjadi maka itu

akan lebih susah untuk ditangani dan akan berujung pada bunuh diri. Insiden tinggi pada

perempuan dan bersarkan usia rata-rata pada usia 27 tahun.

Ada beberapa sebab-sebab yang dapat menimbulkan depresi yaitu dari sisi biologis

karena adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya neurotransmitter, dari sisi

psikologis yaitu karena adanya kepribadian-kepribadian yang rentan terhadap timbulnya

depresi, dari sisi sosial karena keadaan lingkungan-lingkungan sekitar yang tidak mendukung

berlangsungnya kehidupan yang baik dan dari sisi spiritual adalah kurangnya keimanan dan

ketakwaan.

18

DAFTAR PUSTAKA

1. W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck Institutes. 2000.

p. 1-57.

2. Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13 septmber

2013]: Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm

3. Anonim. Major Depressive Disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [13

September 2013]: Available from : http://www.All About Depression.com

4. Peveler R, Carson A, Rodin G. Depression in medical patients, in Mayou R, Sharpe

M, Alan C. ABC of Psychological Medicine. BMJ Publishing group 2003. p. 10-3.

5. Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral

Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p. 1-

89.

6. Maj M, Sartorius N. Depressive Disorder Second Edition. Evidence and experience in

psychiatry. 2002. p. 8-12.

7. W. Long P. Mayor depressive Disorder, Treatment. [online]. Updated on Feb. 9,

1998. Cited on [15 September 2013]. p 1-31. Available from :

http://www.mentalhealth.com

8. W. Long P. Mayor depressive Disorder. [online]. Updated on 2011. Cited on [13

September 2013]. p 1-6. Available from : http://www.mentalhealth.com

9. Anonim. Depression in Older Adults, in : Mental Health: A report of the surgeon

general. [online]. Update 0n 2012. Cited on [14 september 2013]: Available from :

http://www.Mental Health.com