46
LAPORAN TUTORIAL KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Disusun oleh: Kelompok Tutorial I

182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

LAPORAN TUTORIAL

KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN

Pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Disusun oleh:

Kelompok Tutorial I

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2013

Page 2: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK

Tutor : Dr. drg. Didin Erma Indahyani ,M.Kes

Ketua : Rina Wahyu H (121610101012)

Scriber Meja : Ilvana Ardi (121610101099)

Scriber Papan : Yusron Haris (121610101010)

Anggota :

1. Inestia Fluida (121610101001)

2. Trianike Nor Aini (121610101002)

3. Gladiola Nadisha (121610101005)

4. Yuni Aisyah (121610101006)

5. Medina Nanda Utami (121610101007)

6. Nazala Zetta (121610101011)

7. Gita Putri Kencana (121610101013)

8. Hayyu Safira (121610101014)

9. Aisyah Gediani (121610101098)

10. Nungky Tias (121610101106)

11. Galuh Panji (121610101103)

12. Nungky Tias Susanti (121610101106)

Page 3: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

13. KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas laporan ini. Laporan ini disusun untuk

memenuhi hasil diskusi tutorial kelompok I pada skenario kedua.

Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh

karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :

1. Dr. drg. Didin Erma Indahyani ,M.Kes selaku tutor yang telah membimbing

jalannya diskusi tutorial kelompok I Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

dan yang telah memberi masukan yang membantu, bagi pengembangan ilmu yang

telah didapatkan.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan demi

perbaikan–perbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga

laporan ini dapat berguna bagi kita semua.

Jember, November 2013

Page 4: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

BAB I

PENDAHULUAN

SKENARIO II JARUM SUNTIK BEKAS BERSERAKAN

Ibu Ani datang ke Balai Pengobatan Gigi (BPG) ”Sumber Waras” yang terletak di

pemukiman padat penduduk untuk melakukan perawatan giginya sambil membawa

anaknya. Setelah selesai dilakukan perawatan, anaknya datang menemuinya sambil

membawa jarum suntuk bekas yang ditemukan di samping tempat sampah di depan

klinik. Tentu saja Ibu Ani yang seorang pegawai apotek merasa kaget dan memarahi

anaknya untuk segera membuangnya kembali, karena takut anaknya tertular penyakit

akibat dari limbah medis tersebut. Karena penasaran, maka dilihatnya tempat

ditemukannya jarum suntik bekas tersebut. Dilihatnya berbagai limbah medis

berserakan seperti handscoon, kapas, botol bekas obat dll. Ibu Ani bermaksud

melaporkan kejadian tersebut ke Dinas Lingkungan Hidup karena BPG tersebut

pengolahan limbah medisnya tidak baik yang akan menyebabkan pencemaran di

lingkungannya.

Step 1 (Identifikasi Kata-Kata Sulit)

Limbah : Semua bahan buangan dari fasilitas kesehatan yang dapat

menganggu kesehatan. Limbah di dapatkan dari aktivitas preventif, diagnosa,

selain dari unit kesehatan limbah juga di dapatkan dari bagian farmasi dan

laboratorium.

Step 2 (Rumusan Masalah)

1. Bagaimana klasifikasi dari limbah?

2. Apa dampak yang dapat ditimbulkan dari limbah yang dibiarkan?

3. Bagaimana penanganan dari limbah agar tidak mencemari lingkungan sekitar?

Page 5: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

4. Faktor apa yang menyebabkan kurangnya perhatian BPG terhadap

pengelolaan limbah medis?

Step 3

1. KLASIFIKASI LIMBAH

Berdasarkan wujud atau bentuknya, limbah di klasifikasikan menjadi tiga

bentuk, yaitu :

1. Limbah Padat

2. Limbah Cair

3. Limbah Gas

KLASIFIKASI LIMBAH MEDIS

Berdasarkan potensi bahaya yang ditimbulkannya limbah klinis dapat

digolongkan dalam limbah benda tajam, infeksius, jaringan tubuh, citotoksik,

farmasi, kimia, radio aktif dan limbah plastic.

1. LIMBAH BENDA TAJAM

Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut

tajam, sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau

menusuk kulit. Misalnya : jarum hipodermik, perlengkapan

intervena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Selain itu

meliputi benda-benda tajam yang terbuang yang mungkin

terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi,

bahan beracun atau radio aktif.

2. LIMBAH INFEKSIUS

Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien

dengan penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan

dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan

dan ruang isolasi penyakit menular.

Page 6: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Yang termasuk limbah jenis ini antara lain : sampah mikrobiologis,

produk sarah manusia, benda tajam yang terkontaminasi, bangkai

binatang terkontaminasi, bagian tubuh, sprei pasien, limbah raung

isolasi, limbah pembedahan, limbah unit dialisis dan peralatan

terkontaminasi.

3. LIMBAH JARINGAN TUBUH

Limbah jaringan tubuh meliputi jaringan tubuh, organ, anggota

badan, placenta, darah dan cairan tubuh lain yang dibuang saat

pembedahan dan autopsi.

4. LIMBAH KIMIA

Limbah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan

medis, vetenary, laboratorium, proses sterilisasi dan riset. Limbah

kimia juga meliputi limbah farmasi dan limbah citotoksik.

5. LIMBAH FARMASI

Limbah yang terkait dengan sisa aktivitas yang berhubungan

dengan farmasi. Seperti, obat-obatan yang sudah kadaluwarsa atau

sisa dari vaksin.

6. LIMBAH CITOTOKSIK

Limbah citotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin

terkontaminasi dengan obat citotoksik selama peracikan,

pengangkutan atau tindakan terapi citotoksik. Limbah yang

terdapat limbah citotoksik didalamnya harus dibakar dalam

incinerator dengan suhu diatas 1000oC

Page 7: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

7. LIMBAH RADIOAKTIF

Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio

isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset

radionucleida. Asal limbah ini antara lain dari tindakan kedokteran

nuklir, radioimmunoassay dan bakteriologis yang daapt berupa

padat, cair dan gas.

8. LIMBAH PLASTIK

Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik,

rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-

barang dissposable yang terbuat dari plastik dan juga pelapis

peralatan dan perlengkapan medis.

LIMBAH MEDIS KEDOKTERAN GIGI

Page 8: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

2. Dampak dari limbah yang dibiarkan

Gangguan estetika (lingkungan sekitar)

Gangguan kesehatan manusia

Pencemaran air

Pencemaran udara dari proses pembakaran

Menyebabkan gangguan kesehatan pada petugas

Limbah alam menyebabkan kebakaran hutan

Menyebabkan gangguan keseimbangan lingkungan

Kategori 2 : iritasi ringan

Kategori 3 : gangguan vaal kronis

Kategori 4 : kematian

LIMBAH MEDIS KEDOKTERAN

GIGI

POTENSI PATOLOGIK

AMALGAM LIMBAH LOGAM

TAJAM

ALAT DASAR, ALAT BEDAH

TIDAK TAJAM

SALIVA EJECTOR

LIMBAH NON LOGAM

TIDAK BERPONTENSI

PATOLOGIK

EX : ALGINAT

LIMBAH NON MEDIS

KERTAS, KORAN DLL

Page 9: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

3. Usaha yang dapat dilakukan agar limbah tidak mencemari lingkungan sekitar,

salah satunya adalah dengan pengolahan limbah dengan baik dan benar.

Langkah-langkah pengolahan limbah yang baik dan benar, antara lain :

Pemisahan

Dalam tahap pemisahan ini, dilakukan pemisahan antara limbah yang

dapat didaur ulang dan yang tidak dapat didaur ulang. Selain itu juga

dilakukan pemisahan pengemasan bagi limbah. Contohnya kantong

plastic warna hitam untuk limbah umum, kantong plastic warna

kuning untuk limbah yang harus di desinfektan, kantong plastic ungu

untuk limbah sitotoksik dan kantong plastic merah untuk limbah

radiologi.

Penyimpanan

Penyimpanan atau penampungan untuk limbah harus merupakan

tempat yang memiliki drainase yang baik, area yang mudah dijangkau,

terlindungi dari sinar matahari dan tidak dapat dijangkau oleh hewan

yang hinggap.

Pengangkutan

Pengangkutan limbah harus menggunakan container yang tertutup dan

harus rutin dibersihkan untuk menghindari limbah yang berceceran

akibat pengangkitan. Petugas pengangkut limbah juga harus

menggunakan pelindung tubuh yang lengkap seperti sarung tangan dan

baju panjang.

Penanganan

Pembuangan

4. Faktor penyebab menumpuknya limbah

Karena pengolahan limbah belum menjadi syarat akreditasi Rumah

Sakit.

Page 10: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Peraturan pengolahan limbah padat yang diterbitkan oleh departemen

kesehatan belum dilaksanakan dengan baik.

Menurunnya kompetensi pekerja BPG, membutuhkan pelatihan.

Kurangnya fasilitas pengolahan, mahalnya fasilitas pengolahan limbah

contohnya insinerator.

Kurangnya sosialisasi tentang dampak menumpuknya limbah.

Kurangnya investor terhadap ketertarikan daur limbah rumah sakit.

Kelalaian petugas.

Kurangnya pembuangan sementara.

Kurangnya kesadaran akan pentingnya tempat pembuangan sementara.

Kurangnya tenaga kebersihan.

Step 4 (Mapping)

FAKTOR PENYEBAB

KURANG EFEKTIFEFEKTIF

DIKELOLATDK DIKELOLA

NON MEDISMEDIS

GASCAIRPADAT

LIMBAH

AKTIVITAS MEDIS & NON MEDIS

Page 11: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Step 5 (Learning Objective)

1. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan klasifikasi dari

limbah

2. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan pengelolahan

limbah yang baik dan benar

3. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan dampak dari

pengelolaan limbah yang kurang efektif

4. Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan menjelaskan dampak dari

limbah yang tidak dikelola

Page 12: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx
Page 13: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi LimbahMenurut Darmadi (2008) sumber mikroba itu didapatkan dari produk samping

yang dihasilkan dari segala kegiatan pelayanan medis atau non-medis pada rumah

sakit. Dimana produk sampingan yang dihasilkan oleh aktivitas rumah sakit berupa

sampah dan limbah.

Sampah adalah semua barang atau benda sisa yang sudah tidak berguna dan

terbuang dari kegiatan sehari-hari. Sedangakan Limbah adalah produk akhir yang

berupa material buangan dari sebuah proses pencucian,dekontaminasi/proses

metabolisme tubuh. Di dalam rumah sakit, keduanya ini masih digolongkan

berdasarkan tingkat infeksius dan asal darinya.

1. Sampah Rumah Sakit

Untuk sampah rumah sakit dibagi menjadi dua, yakni sampah domestic

dan sampah medis. Sampah rumah sakit ini lebih umumnya berbentuk

padat.Berikut keduanya akan dijelaskan:

a. Sampah Domestik

Merupakan sampah yang dihasilkan dari segala kegiatan

kerumahtanggaan (house keeping) rumah sakit. Sampah jenis domestic

ini bisa dihasilkan dari ruangan rekam medis,kantor,TU, dapur,

gudang, taman dan sebagainya. Sampah jenis ini sama sekali tidak

infeksius.

Contoh : kertas,plastik,kaleng, sayur/buah,daun, ranting dan

sebagainya.

b. Sampah medis

Merupakan sampah yang dihasilkan dari produk samping setelah

digunakan dalam membantu upaya diagnose,pengobatan, tindakan

Page 14: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

medis/perawatan penderita.untuk sampah medis ini merupakan benda-

benda yang infeksius, dengan demikian diperlukan pengolahan

terlebih dahulu untuk mengurangi penyebaran mikroba pathogen.

Contoh: verban,handscoon,syringe,botol infuse,kantong darah dsb.

2. Limbah Rumah Sakit

Seperti halnya sampah rumah sakit, limbah rumah sakit ini dibagi lagi

menjadi tiga subbagian, yakni Limbah Domestik Medis,Limbah Klinis

Medis, Dan Limbah Patologis Medis. Limbah rumah sakit ini lebih

infeksius dibandingkan dengan sampah medis rumah sakit.Limbah rumah

sakit ini dapat berbentuk padat,cair atau setengah padat. Berikut macam

ketiganya akan dibahas lebih lanjut:

a. Limbah Domestik Medis

Yakni limbah rumah sakit yang dihasilkan dari kegiatan

kerumahtanggaan.

Contoh :

i. Sisa air kegiatan cuci piring alat makan penderita penyakit

menular

ii. Sisa air kegiatan laundry dari kamar operasi,kamar bersalin,

serta dari bangsal menular.

b. Limbah Klinis Medis

Yakni limbah yang diperoleh dari proses patofisiologis penderita dan

berbagai tindakan medis.

Contoh :

i. Sekreta,ekskreta,fese,urine, dan sebagainya

ii. Cairan/sisa makanan yang dimuntahkan penderita

iii. Cairan ,darah,sisa jaringan dari kamar operasi, bedah mayat,

laboratorium.

Page 15: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

c. Limbah Patologis Medis

Yakni limbah rumah sakit yang berwujud jaringan tubuh manusia

yang didapatkan karena pemisahan ataupun pemotongan selama

tindakan medis, limbah jenis ini perlu penanganan khusus karena

sifatnya sangat infeksius.

Contoh :

i. Potongan dari tindakan amputasi

ii. Jaringan kanker dan jaringan nekrotik

Limbah medis padat adalah limbah yang langsung dihasilkan dari tindakan

diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien (Candra, 2007). Limbah medis padat

yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah

farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah container

bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. Limbah padat

non medis artinya limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di luar

medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat

dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Limbah padat non medis meliputi

kertas-kertas pembungkus atau kantong dan plastik yang tidak berkaitan dengan

cairan tubuh. Pewadahan limbah padat non medis dipisahkan dari limbah medis padat

dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam khusus untuk limbah medis non

padat (Kepmenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

Klasifikasi Limbah Medis Padat yang Berasal dari Rumah Sakit

No Kategori Limbah Definisi Contoh limbah yang

dihasilkan

1 Infeksius Limbah yang terkontaminasi

organisme patogen (bakteri,

virus, parasit, atau jamur) yang

Kultur laboratorium,

limbah dari bangsal

isolasi, kapas, materi,

Page 16: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

tidak secara rutin ada

lingkungan dan organism

tersebut dalam jumlah dan

virulensi yang cukup untuk

menularkan penyakit pada

manusia rentan.

atau peralatan yang

teresentuh pasien yang

terinfeksi, ekskreta.

2 Patologis Limbah berasal dari pembiakan

dan stock bahan yang sangat

infeksius, otopsi, organ

binatang percobaan dan bahan

lain yang telah diinokulasi,

terinfeksi atau kontak dengan

bahan yang sangat infeksius.

Bagian tubuh manusia

dan hewan (limbah

anatomis), darah dan

cairan tubuh yang lain,

janin.

3 Sitotoksis Limbah dari bahan yang

terkontaminasi dari persiapan

dan pemberian obat sitotoksis

untuk kemoterapi kanker yang

mempunyai kemampuan untuk

membunuh atau mengahambat

pertumbuhan sel hidup.

Dari materi yang

terkontaminasi pada

saat persiapan dan

pemberian obat,

misalnya spuit, ampul,

kemasan, obat

kedaluarsa, larutan

sisa, urine, tinja,

muntahan pasien yang

mengandung obat

sitotoksik.

4 Benda Tajam merupakan materi yang dapat

menyebabkan luka iris atau luka

tusuk. Semua benda tajam ini

memiliki potensi bahaya dan

jarum, jarum suntik,

skalpel, pisau bedah,

peralatan infus, gergaji

bedah, dan pecahan

Page 17: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

dapat menyebabkan cedera

melalui sobekan atau tusukan.

Benda- benda tajam yang

terbuang mungkin

terkontaminasi oleh darah,

cairan tubuh, bahan

mikrobiologi, bahan beracun

atau radioaktif.

kaca

5 Kimia mengandung zat kimia yang

berbentuk padat, cair, maupun

gas yang berasal dari aktivitas

diagnostic dan eksperimen serta

dari pemeliharaan kebersihan

rumah sakit dengan

menggunakan desinfektan.

Reagent di

laboratorium, film

untuk rontgen,

desinfektan yang

kadaluarsa atau sudah

tidak diperlukan lagi,

solven

6 Farmasi Limbah farmasi mencakup

produksi farmasi. Kategori ini

juga mencakup barang yang

akan di buang setelah

digunakan untuk menangani

produk farmasi, misalnya botol

atau kotak yang berisi residu,

sarung tangan, masker, slang

penghubung darah

atau cairan, dan ampul obat.

obat-obatan, vaksin,

dan serum yang sudah

kedaluarsa, tidak

digunakan, tumpah,

dan terkontaminasi,

yang tidak diperlukan

lagi.

7 Radioaktif Bahan yang terkontaminasi

dengan radioisotop yang berasal

dari penggunaan medis atau

Cairan yang tidak

terpakai dari radioaktif

atau riset

Page 18: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

riset radio nukleida. Limbah ini

dapat berasal dari antara lain :

tindakan kedokteran nuklir,

radio-imunoassay dan

bakteriologis; dapat berbentuk

padat, cair atau gas

dilaboratorium,

peralatan kaca, kertas

absorben yang

terkontaminasi, urine

dan ekskreta dari

pasien yang diobati

atau diuji dengan

radionuklida yang

terbuka.

8 Logam yang

bertekanan

tinggi/ berat

Limbah yang mengandung

logam berat dalam konsetrasi

tinggi termasuk dalam

subkategori limbah kimia

berbahaya dan biasanya sangat

toksik. Contohnya adalah

limbah merkuri yang berasal

dari bocoran peralatan

kedokteran yang

rusak

Thermometer, alat

pengukur tekanan

darah, residu dari

ruang

pemeriksaan gigi, dan

sebagainya.

9 Kontainer

Bertekanan

Limbah yang berasal dari

berbagai jenis gas yang

digunakan di rumah

sakit.

tabung gas, kaleng

aerosol yang

mengandung residu,

gas cartridge.

Page 19: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

B. Pengelolaan Limbah yang Baik dan Benar

Persyaratan pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit sesuai keputusan

KEPMENKES No. 1204/Menkes/SK/X/2004

a. Minimasi Limbah:

1. Setiap rumah sakit harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.

2. Setiap rumah sakit harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan

kimia yang berbahaya dan beracun.

3. Setiap rumah sakit harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan

farmasi.

4. Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai

dari pengumpulan, pengangakutan, dan pemusnahan harus melalui

sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan kembali dan Daur Ulang

1. Pemilahan limbah harus selalu dilakukan dari sumber yang menghasilkan

limbah.

2. Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah

yang tidak dimanfaatkan kembali.

3. Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa

memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti

bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak

berkepentingan tidak dapat membukanya.

4. Jarum dan srynges harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan

kembali.

5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses

sterilisasi, untuk menguji efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes

Bascillus Stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes

Bacillus subtilis.

6. Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.

Apabila rumah sakit tidak mempunyai jarum yang sekali pakai (disposable),

Page 20: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

limbah jarum hipodermik dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses

salah satu metode sterilisasi.

7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan

menggunakan wadah dan label seperti tabel

Tabel 2.2. Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

Sumber : Depkes RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor:1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan

Rumah Sakit. Direktorat Jenderal pemberantasan penyakit

menular&penyehatan lingkungan; 2004. p19

8. Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh rumah sakit kecuali untuk pemulihan

perak yang dihasilkan dari proses film sinar X.

9. Limbah Sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan

diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksik”.

Page 21: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

c. Tempat penampungan sementara

1. Bagi rumah sakit yang mempunyai insinerator di lingkungannya harus

membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam

2. Bagi rumah sakit yang tidak mempunyai insinerator maka limbah medis

padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau

pihak lain yang mempunyai insinerator untuk dilakukan pemusnahan

selambat-lambatnya 24 jam apabila di simpan pada suhu ruang.

d. Transportasi

1. Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan

pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.

2. Kantong limbah medis padat harus aman dari jangkauan manusia maupun

binatang.

3. Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri

yang terdiri: Topi, Masker, Pelindung amta, pakaian panjang (coverall), apron

untuk industri, pelindung kaki/sepatu boot, dan sarung tangan khusus

(disposable gloves atau heavy duty gloves).

e. Pengolahan, Pemusnahan dan pembuangan Akhir limbah padat

1) Limbah infeksius dan benda tajam

a. Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius

dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah

seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbahinfeksius yang lain

cukup dengan cara desinfeksi.

b. Benda tajam harus diolah dengan insinerator bila memungkinkan dan dapat

diolah bersama dengan limbah infeksius lainnya. Kapsulisasi juga cocok

untuk benda tajam.

c. Setelah insinerasi atau desinfeksi, residunya dapat dibuaang ke tempat

penampungan B3 atau di buang ke landfill jika residunya sudah aman.

Page 22: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

2) Limbah Farmasi

Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik

(pyrolitik incinerator), rotary klin, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke

sarana air limbah atau insinerasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan

fasilitas pengolahan yang khusus seperti rotary kli, kapsulisasi dalam drum logam,

dan inersisasi.

3) Limbah Sitotoksik

a. Limbah Sitotoksik sangat berbahaya dan tidak boleh dibuang dengan

penimbunan (landfiil) atau saluran limbah umum.

b. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena kadaluarsa

harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi

keterangan bahwa obat tersebut sudah kadaluarsa atau tidak dipakai lagi.

c. Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1200°C dibutuhkan untuk

menghancurkan semua bahan sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat

menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke udara.

d. Apabila cara insinerasi maupun degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi

atau inersisasi dapat di pertimbangkan sebagai cara yang dapat dipilih.

4) Limbah bahan kimiawi

Limbah biasa yang tidak bisa daur ulang seperti asam amino, garam, dan gula

tertentu dapat dibuang ke saluran air kotor. Limbah bahan berbahaya dalam jumlah

kecil seperti residu yang terdapat dalam kemasan sebaiknya dibuang dengan

insinerasi pirolitik, kapsulisasi, atau ditimbun (landfill).

5) Limbah dengan kandungan logam berat tinggi

Limbah dengan kandungan mercuri atau kadmium tidak boleh dibakar atau

diinsinesrasi karena berisiko mencemari udara dengan uap beracun dan tidak boleh

dibuang landfill karena dapat mencemari air tanah.

6) Kontainer Bertekanan

Page 23: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah

dengan daur ulang atau pengunaan kembali. Apabila masih dalam kondisi utuh dapat

dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang gas. Agen halogenida dalam

bentuk cair dan dikemas dalam botol harus di perlakukan sebagai limbah bahan kimia

berbahaya untuk pembuangannya.

7) Limbah radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kibijakan dan

strategi nasional yang menyangkut perturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan

tenaga yang terlatih. (Permenkes RI No. 1204/Menkes/SK/X/2004, Depkes RI, 2004).

Peralatan yang Digunakan untuk Pengeolaan Limbah Medis Padat

1. Needle Crusher

Alat ini digunakan untuk menghancurkan jarum suntik dengan menggunakan

tenaga listrik.

2. Insenerator

Page 24: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Insenator digunakan untuk memusnahkan sampah medis dan non medis padat

baik basah maupun kering dengan menggunakan bahan bakar solar.

Incinerator yang baik harus meliputi berbagai aspek, seperti aspek lingkungan,

aspek ekonomis, aspek sosial dan lain sebagainya. Incinerator yang baik dituntut

untuk dapat menjawab permasalahan-permasalahan berikut:

Pengurangan sampah yang efektif

Lokasi jauh dari area penduduk

Adanya sistem pemisahan sampah

Desain yang estetis

Pembakaran sampah mencapai suhu 10000 celcius

Emisi gas buang yang ramah lingkungan.

Perawatan yang teratur/periodik

Pelatihan Staf dan Manajemen

Teknology Incinerator Maxpell

Teknologi incinerator Maxpell berbeda dengan teknologi incinerator yang

lainnya. Incinerator Maxpell didesain khusus untuk dapat menjawab permasalahan

sampah dan incinerator lain yang ada. Salah satu penerapan teknologi incinerator

Page 25: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Maxpell adalah pada aspek lingkungan dan aspek ekonomis. Sehingga teknologi

incinerator Maxpell dikenal sebagai incinerator yang Mudah, Murah, Cepat serta

Ramah Lingkungan

Keunggulan Teknologi

Teknologi Incinerator Maxpell dirancang agar memiliki beberapa kemudahan

untuk dioperasikan. Beberapa keunggulan incinerator Maxpell adalah:

Tidak membutuhkan tempat luas,

Bisa membakar sampah kering hingga sampah basah,

Daya musnah sistem pembakaran mencapai suhu diatas 900 o C,

Bekerja efektif tanpa bahan bakar tambahan,

Tingkat dari pencemaran rendah. Dalam operasional dibeberapa tempat

terbukti asap hasil pembakaran yang keluar dari cerobong hampir tidak

kelihatan dan tidak mengeluarkan bau yang menganggu,

Suhu pembuangan udara panas pada cerobong asap terkendali secara konstan,

Suhu dinding luar tetap dingin sama dengan suhu udara luar,

Perawatan yang mudah dan murah,

Abu sisa pembakaran bisa diolah menjadi beragam produk bahan bangunan.

3. Kantong Plastik

Kantong plastik yang digunakan sebagai wadah limbah medis padat memiliki

warna dan penandaaan  yang  disesuaikan  dengan  kategori  dan  jenis  dari  masing-

masing  limbah sesuai yang tertera pada Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004

Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, mengenai persyaratan

limbah medis padat.

Page 26: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

4. Needle Pit

Needle pit berfungsi sebagai penampung hasil hancuran limbah padat antara lain

jarum suntik.

5. Safety Box

Safety box berfungsi sebagai alat penampung sementara limbah medis berupa

jarum dan syringe bekas

Page 27: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

6. Autoclave

Autoclave adalah alat yang digunakan untuk mensterilkan peralatan dan

perlengkapan dengan menundukkan material untuk uap tekanan tinggi jenuh pada

121 ° C selama sekitar 15-20 menit, tergantung pada ukuran beban dan isi. Alat ini

diciptakan oleh Charles Chamberland di 1879, meskipun prekursor yang dikenal

sebagai digester uap diciptakan oleh Denis Papin pada tahun 1679. Nama ini berasal

dari bahasa Yunani auto-, pada akhirnya berarti diri, dan Latin yang berarti Clavis

kunci-perangkat self-locking.

Page 28: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Autoclave yang banyak digunakan dalam mikrobiologi, kedokteran, tato,

tindik, ilmu kedokteran hewan, mikologi, kedokteran gigi, perawatan kaki dan

fabrikasi prosthetics. Mereka bervariasi dalam ukuran dan fungsi tergantung pada

media yang akan disterilkan.

Beban khas termasuk laboratorium gelas, instrumen bedah, limbah medis,

peralatan pasangan pasien, tempat tidur hewan kandang, dan kaldu lysogeny.

Page 29: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

C. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pengolahan Limbah yang Kurang Efektik maupun yang Tidak Diolah

Dalam penanganannya, limbah haruslah dikelola dengan baik. Terdapat berbagai jenis

limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit, sehingga berbeda pula tiap jenis limbah

tersebut dalam dikelola. Apabila terdapat kesalahan pengelolaan limbah sehingga

pengolahannya kurang efektif, atau bahkan limbah tersebut tidak dikelola sama sekali,

tentunya hal itu dapat menimbulkan dampak yang besar, baik bagi lingkungan sekitar

ataupun bagi individu di sekitar rumah sakit tersebut. Beberapa dampaknya adalah sebagai

berikut :

1. Resiko tertular penyakit

Limbah medis mengandung agen penyakit bersifat infeksius, beracun

dan radioaktif yang dapat masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi

melalui empat jalur kulit, selaput lendir, saluran pernapasan dan saluran

pencernaan. Resiko penularan penyakit ini dapat terjadi pada kelompok

masyarakat yang rentan seperti dokter, perawat, pasien, pengunjung pasien,

dll.

Pengelolaan limbah medis yang kurang baik seperti pembuangan

jarumsunitk bekas sembarangan dapat menyebabkan infeksi dan cedera.

Beberapa contoh penyakit yang dapat timbul akibat pengelolaan limbah yang

tidak efektif diantaranya demamtifoid, kolera, dan hepatitis.

2. Resiko kecelakaan (cedera)

Limbah medis yang paling sering menyebabkan cedera terutama pada

petugas pengelola limbah ialah jarumsuntik. Menurut WHO, terdapat dua

sebab yang paling umum dari kejadian tertusuk jarum suntik, yakni recapping

jarum suntik dan pembuangan secara sembarangan. Selain menyebabkan

cedera, tertusuk jarum suntik bekas juga dapat menimbulkan infeksi seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya.

3. Pencemaran lingkungan

Page 30: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Pengelolaan limbah medis yang kurang efektif dapat menyebabkan

pencemaran air (water borne diseases), pencemaran tanah (soil borne

diseases) dan pencemaran udara (air borne diseases). Pembuangan limbah

secara terbuka (open dumping) dapat menimbulkan cedera serta penularan

penyakit pada masyarakat akibat kontak langsung.

Pembakaran limbah medis menggunakan insenerator dengan suhu

rendah akan menghasilkan emisi yang bersifat toxic dan karsinogenik.

Pembakaran tidak sempurna akibat suhu rendah dengan insenerator dapat

menghasilkan emisi berupa karbon monoksida, senyawa dioksin dan furan.

Zat sisa pembakaran ini meningkatkan resiko terjadinya sarcoma pada

masyarakat, terutama yang tinggal dalam radius < 2 km dari tempat

pembakaran. Resiko lain yang ditimbulkan juga dapat berupa rusaknya organ

dalam seperti hati, jantung, paru – paru dan ginjal. Selain itu, dapat pula

timbul gangguan system metabolism dan system kekebalan tubuh.

4. Merosotnya mutu lingkungan rumah sakit

Akibat pengelolaan linbah yang kurang efektif juga berdampak pada

merosotnya mutu lingkungan rumah sakit yang dapat mengganggu dan

menimbulkan masalah kesehatn bagi masyrakat yang tinggal di lingkungan

sekitar rumah sakit

5. Limbah medis yang berupa partikel debu akibat sisa pembakaran insenerator

juga dapat menimbulkan pencemaran udara yang selain mengakibatkan efek

pada tubuh, juga akan menyebabkan kuman penyakit menyebar, dan

mengkontaminasi perlatan medis ataupun peralatan yang ada pada rumah

sakit.

6. Pengelolalaan limbah medis yang kurang baik misalnya pembuangan yang

tidak pada tempatnya, dapat menyebabkan estetika lingkungan yang kurang

sedap dipandang sehingga mengganggu kenyamanan pasien, petugas,

pengunjung, serta masyrakat luar.

Page 31: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

7. Limbah cair yang mempunyai sifat fisik, kimiawi, dan bakteriologi yang tidak

dikelola dengan baik dapat menjadi sumber pengotoran dan menimbulkan bau

yang tidak enak, dan juga berdampak pada pembandangan yang tidak

menyenangkan.

8. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik juga dapat mengakibatkan

keracunan dan penyakit kulit.

9. Limbah cair medis bila dibuang di dataran rendah atau dibuang di danau atau

kolam air bisa menyebabkan polusi air yang parah

Page 32: 182914542-SKEN-2-docx(1)(1).docx

Daftar PustakaDarmadi.2008.Infeksi Nosokomial:Problematika dan Pengendaliannya .Jakarta:

Salemba Medika