21
PANTUN Banyak benda terbuat dari kaca Karena mudah di bentuk dan cepat Rajin-rajinlah kamu membaca Agar banyak ilmu yang kau dapat Pohon mangga itu tanpak tua Yang dulu dibawa dari Selandia Patuhlah pada kedua orang tua Agar hidupmu selalu bahagia Pagi-pagi minum jamu Siang-siang ketemu kamu Hormatilah Ibu-Bapakmu Sebagai tanda cinta kasihmu Siang-siang pergi ke taman Paling enak kalau ditemenin Jihan Tolong-menolonglah sesama teman Jauhi bermusuh-musuhan

19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

  • Upload
    giyonx

  • View
    237

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

PANTUN

Banyak benda terbuat dari kaca

Karena mudah di bentuk dan cepat

Rajin-rajinlah kamu membaca

Agar banyak ilmu yang kau dapat

Pohon mangga itu tanpak tua

Yang dulu dibawa dari Selandia

Patuhlah pada kedua orang tua

Agar hidupmu selalu bahagia

Pagi-pagi minum jamu

Siang-siang ketemu kamu

Hormatilah Ibu-Bapakmu

Sebagai tanda cinta kasihmu

Siang-siang pergi ke taman

Paling enak kalau ditemenin Jihan

Tolong-menolonglah sesama teman

Jauhi bermusuh-musuhan

Page 2: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

SYAIR

Desaku kini sedang gundah

Tak ada lagi hutan dan sawah

Hanya ada gundukan sampah

Sehingga banyak penyakit mewabah

Sebuah buku berwarna merah muda

Tergeletak di atas meja tua

Berisi cerita legenda

Menarik hati setiap orang yang membaca

Tanpak seorang anak berlari

Mengenakan baju merah hati

Tersenyum berseri-seri

Mendapat layang-layang pujaan hati

Terdengar lembut suara itu

Ternyata benar ia ibuku

Seorang yang slalu ada untukku

Tak kenal batasan waktu

Pagi ini ku berangkat sekolah

Bersama adikku Hamidah

Ku niatkan untuk beribadah

Agar ilmuku menjadi berkah

Oh amaryllis

Korban para pendekar tongsis

Yang tidak dapat berfikir logis

Berujung Ironis

Page 3: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

GURINDAM

Jika kamu merasa kelaparan,

Makan boleh makan asal tidak berlebihan

Carilah teman yang berakhlak mulia,

Agar kamu selalu ceria

Barang siapa menolong sesama,

Kelak kau akan tinggalkan nama

Gosoklah gigi setiap kali akan tidur,

Agar gigimu sehat dan teratur

Page 4: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

KARMINA

Buah alpukat diambil dagingnya

Buanglah sampah pada tempatnya

Satu minggu terdiri 7 hari

Cintailah produk dalam negeri

Jalan-jalan bersama Pak Sugi

Sebelum tidur hendaknya gosok gigi

Ke Matahari beli arlogi

Biasakan sarapan setiap pagi

Page 5: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

PUISI BARU

Buku Cerita

Aku sebuah benda mungil

Anak-anak cenderung memilihku dari pakaianku

Jika aku mengenakan pakaian bergambar

Mereka berebut untuk memilikiku

Namun jika ku kenakan pakian polos

Hanya sedikit yang mendekatiku

Mungkin karena mereka suka warna-warna dan gambar

Aku diciptakan oleh seorang ahli

Mereka menyebut dirinya penulis

Aku ditugaskan untuk menghibur anak-anak

Entah membuat mereka menagis atau tertawa

Mereka dengan setia menunggu kehadiranku di perpustakaan

Page 6: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

Ruang Kelas

Sebuah bangunan mungil nan sederhana

Hanya berukuran 7x8 m

Dinding temboknya pun hanya berbalut cat hampir pudar

Sedang bangku-bangku kayunya sudah lusuh

Ada sebuah lemari dipojokan yang tinggal menunggu roboh

Jika kita amati alasnya, tanpak susunan tekel yang sudah tak teratur

Itulah ruang kelasku ketika SD dulu

Disanalah aku mulai menuntut ilmu

Mengenal apa itu huruf

Bagaimana cara menulis, membaca dan belajar bersosialisasi

Kami tak pernah mengeluh atas keadaan yang menimpa

Toh masih banyak teman-teman yang tak bisa sekolah

Karena ketiadaan ruang kelas dan guru

Dan sekarang alasan apa yang membuat kalian malas sekolah?

Coba sebutkan!

Ruangan sudah bagus,

Kipas, papan tulis sudah tersedia

Bukankah kita lebih beruntung daripada teman-teman yang ada di daerah 3T sana???

Jadi ayo semangat sekolah!

Manfaatkan apa yang telah ada

Agar esok kalian dapat mengguncang dunia

Page 7: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

Fabel

Asal mula belang harimau

Pada zaman dahulu hiduplah seekor singa bernama Arema dan seekor harimau (tubuh harimau dulu belum memiliki garis-garis tubuh) bernama Maung. Mereka bersahabat dari kecil. Persahabatan mereka dimulai ketika keduanya sama-sama tersesat di dalam gua. Saat itu juga mereka kehilangan orang tua dan terpisah dari kelompok.

Setiap hari mereka selalu berburu bersama. Jika Arema tak mendapatkan hewan buruan Maung dengan senang hati membagi hasil buruannya, begitu pula sebaliknya. Kedekatan mereka membuat hewan-hewan lain heran, pasalnya seekor singa biasanya tak bisa akur dengan harimau karena makanan keduanya sama. Apalagi singa mendapat julukan yang lebih tinggi daripada harimau yaitu raja hutan.

Walaupun begitu tak ada hewan yang mengganggu persahabatan keduanya sehingga hutan pun menjadi damai. Maung tak pernah mempermasalahkan status Arema yang lebih tinggi darinya, karena keduanya telah berjanji akan saling tolong-menolong dalam menjaga hutan. Sebagai raja hutan Arema membuat kesepakatan kepada penghuni hutan bahwa diantara hewan-hewan pemburu tidak diperbolehkan untuk memburu hewan kecil melainkan yang sudah tua. Semua menyetujuinya.

Suatu hari kekeringan melanda hutan tersebut. Jarang dijumpai makanan dan hewan buruan semakin langka. Maung, Singa dan hewan yang lain pun merasa kelaparan. Namun mereka tetap pada pendirian mereka agar memangsa hewan yang telah dewasa. Sehari-dua hari mereka masih dapat menahan lapar, kecuali Maung. Tak sengaja kancil memergoki Maung yang memburu seekor anak kerbau. Ia pun melaporkan kejadian itu kepada Arema.

“Arema aku melihat Maung sahabatmu telah melanggar janji kita”

“Apa maksudmu kancil? Aku tahu kita sedang mengalami krisis, tapi aku kenal siapa Maung. Apa kau ingin memutus persahabatanku dengan Maung?” Tegas Arema

“Aku kali ini tak membohongimu, bukankah aku kemarin telah berjanji pada yang lain bahwa aku tidak akan lagi berbohong,” ucap kancil mencoba meyakinkan

“Maksudmu Maung telah memburu hewan kecil?”

“Iya aku tak sengaja melihatnya, jika kau tak percaya denganku amati saja sendiri sahabatmu itu!”

Keesokan harinya Arema bersama kancil membuntuti kemana Maung pergi tanpa sepengetahuannya. Mereka mengamati apa saja yang dilakukan Maung namun tidak ada tanda-tanda ganjil.

Page 8: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

“Wahai kancil, kau berbohong lagi denganku?!” gerutu Arema

“Terserah kau saja, aku akan pergi,” sahut kancil

Kancil pun pergi meninggalkan Arema sendirian. Arema kemudian mendatangani Maung dan menanyakan apa yang sedang ia lakukan.

“Sahabatku Maung, apa yang sedang kau lakukan disini?”

“Aku sedang mencari udara segar disini. Ada apa Arema ?” tanya Maung

“Oh tak apa. Kalau begitu aku kembali saja” pamit Arema

Malam harinya ketika Arema sedang asik berkeliling hutan, ia mendapati darah di tubuh Maung sahabatnya. Ia tersontak kaget lalu membuntuti Maung. Ternyata Maung sedang memakan seekor anak kerbau. Seketika itu juga ia langsung menghampiri Maung dan menyuruhnya kembali ke dalam hutan untuk mempertanggung jawabkan apa yang sudah ia perbuat.

“Maung apakah benar itu kau, mengapa kau tega melanggar janji yang telah kita sepakati?”

“Maafkan aku Arema, aku tak tahan lagi. Perutku teramat lapar” kata Maung sambil merajuk

“Maafkan aku Maung, aku tak bisa menolongmu walaupun kau sahabatku.” ujar Arema

“Wahai raja, bukankah aku telah memberi tahumu kebenarannya” sahut kancil

“Sudalah kancil, maafkan aku.” jawab Arema menyesal

Akhirnya Arema dengan berat hati dan penuh rasa kecewa membiarkan Maung untuk pergi, pasalnya itu sudah menjadi hukuman bagi siapa yang melanggar. Sejak saat itu tubuh harimau dan keturunannya memiliki corak yang sama yaitu seperti garis-garis darah pada tubuhnya.

Page 9: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

Legenda

Asal-usul Nama Kaliwungu

Zaman dahulu hiduplah seorang petinggi sebuah kerajaan di daerah Cina bernama Sunan Katong. Ia datang ke sebuah desa untuk menyebarkan agama Islam. Ia pernah memiliki seorang murid bernama Pangeran Pakuwojo yang merupakan mantan petinggi perwakilan Kerajaan Majapahit untuk daerah Kendal atau desa tersebut. Namun Pakuwojo kini telah beralih guru, ia tak lagi menuntut ilmu pada Sunan Katong yaitu untuk kebaikan melainkan untuk kejahatan.

Suatu hari Putri dari Pangeran Pakuwojo tidak suka dengan larangan-larangan ayahnya, ia kemudian pergi dari rumah dan meminta perlindungan Sunan Katong. Mengetahui anaknya pergi, Pangeran Pakuwojo bertambah kemarahannya. Ia tidak perduli siapa pun yang melindungi anaknya berarti ia telah menantang Pangeran Pakuwojo.

Tanpa berfikir panjang Pangeran Pakuwojo langsung mengeluarkan keris dan mencari keberadaan puterinya. Setelah lama mencari akhirnya ia berhenti di sebuah rumah dekat sungai karena melihat puterinya berada disana. Tak lama kemudian, ia langsung masuk dengan amarah besar. Mendapati ada seseorang tengah berdiri didepan rumah itu, ia langsung menusuk dengan keris yang ia bawa tanpa menghiraukan siapa orangnya.

Setelah mengetahui ternyata yang ia tusuk adalah Sunan Katong sang guru dulu, ia kemudian sujud di kaki Sunan Katong dengan rasa bersalah dan meminta maaf. Dengan sisa-sisa tenaga yang Sunan Katong miliki, akhirnya mereka berdua mati bersama.

Darah Sunan Katong berwarna putih karena menyebarkan kebaikan sedangkan darah Pangeran Pakuwojo berwarna hitam tua karena menyebarkan keburukan. Darah mereka mengalir bersamaan sehingga timbul warna ungu. Itulah asal mula terciptanya nama Kaliwungu, “kali yang berarti sungai, sebuah sungai dekat rumah Sunan Katong” dan “wungu berarti ungu, darah Sunan Katong dan Pangeran Pakuwojo”

Page 10: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

Sage

Calon Arang

Pada suatu masa di Kerajaan Daha yang dipimpin oleh raja Erlangga, hidup seorang janda yang sangat bengis. Ia bernama Calon Arang. Ia tinggal di desa Girah. Calon Arang adalah seorang penganut sebuah aliran hitam, yakni kepercayaan sesat yang selalu mengumbar kejahatan memakai ilmu gaib. Ia mempunyai seorang putri bernama Ratna Manggali. Karena puterinya telah cukup dewasa dan Calon Arang tidak ingin Ratna Manggali tidak mendapatkan jodoh, maka ia memaksa beberapa pemuda yang tampan dan kaya untuk menjadi menantunya. Karena sifatnya yang bengis, Calon Arang tidak disukai oleh penduduk Girah. Tak seorang pemuda pun yang mau memperistri Ratna Manggali. Hal ini membuat marah Calon Arang. Ia berniat membuat resah warga desa Girah.

“Kerahkan anak buahmu! Cari seorang anak gadis hari ini juga! Sebelum matahari tenggelam anak gadis itu harus dibawa ke candi Durga!“ perintah Calon Arang kepada Krakah, seorang anak buahnya. Krakah segera mengerahkan cantrik-cantrik Calon Arang untuk mencari seorang anak gadis. Suatu perkerjaan yang tidak terlalu sulit bagi para cantrik Calon Arang.

Sebelum matahari terbit, anak gadis yang malang itu sudah berada di Candi Durga. Ia meronta-ronta ketakutan. “Lepaskan aku! Lepaskan aku!“ teriaknya. Lama kelamaan anak gadis itu pun lelah dan jatuh pingsan. Ia kemudian di baringkan di altar persembahan. Tepat tengah malam yang gelap gulita, Calon Arang mengorbankan anak gadis itu untuk dipersembahkan kepada Betari Durga, dewi angkara murka.

Kutukan Calon Arang menjadi kenyataan. “Banjir! Banjir!“ teriak penduduk Girah yang diterjang aliran sungai Brantas. Siapapun yang terkena percikan air sungai Brantas pasti akan menderita sakit dan menemui ajalnya. “Haha... siapa yang berani melawan Calon Arang ? Calon Arang tak terkalahkan!” demikian Calon Arang menantang dengan sombongnya. Akibat ulah Calon Arang itu, rakyat semakin menderita. Korban semakin banyak. Pagi sakit, sore meninggal. Tidak ada obat yang dapat menanggulangi wabah penyakit aneh itu..

“Apa yang menyebabkan rakyatku di desa Girah mengalami wabah dan bencana ?” Tanya Prabu Erlangga kepada Paman Patih. Setelah mendengar laporan Paman Patih tentang ulah Calon Arang, Prabu Erlangga marah besar. Genderang perang pun segera ditabuh. Maha Patih kerajaan Daha segera menghimpun prajurit pilihan. Mereka segera berangkat ke desa Girah untuk menangkap Calon Arang. Rakyat sangat gembira

Page 11: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

mendengar bahwa Calon Arang akan ditangkap. Para prajurit menjadi bangga dan merasa tugas suci itu akan berhasil berkat doa restu seluruh rakyat.

Prajurit kerajaan Daha sampai di desa kediaman Calon Arang. Belum sempat melepaskan lelah dari perjalanan jauh, para prajurit dikejutkan oleh ledakan-ledakan menggelegas di antara mereka. Tidak sedikit prajurit Daha yang tiba-tiba menggelepar di tanah, tanpa sebab yang pasti.

Korban dari prajurit Daha terus berjatuhan. Musuh mereka mampu merobohkan lawannya dari jarak jauh, walaupun tanpa senjata. Kekalahan prajurit Daha membuat para cantrik, murid Calon Arang bertambah ganas. “Serang! Serang terus!” seru para cantrik. Pasukan Daha porak poranda dan lari pontang-panting menyelamatkan diri. Prabu Erlangga terus mencari cara untuk mengalahkan Calon Arang. Untuk mengalahkan Calon Arang, kita harus menggunakan kasih saying”, kata Empu Barada dalam musyawarah kerajaan. “Kekesalan Calon Arang disebabkan belum ada seorang pun yang bersedia menikahi puteri tunggalnya.“

Empu Barada meminta Empu Bahula agar dapat membantu dengan tulus untuk mengalahkan Calon Arang. Empu Bahula yang masih lajang diminta bersedia memperistri Ratna Manggali. Dijelaskan, bahwa dengan memperistri Ratna Manggali, Empu Bahula dapat sekaligus memperdalam dan menyempurnakan ilmunya.

Akhirnya rombongan Empu Bahula berangkat ke desa Girah untuk meminang Ratna Manggali. “Haha!! aku sangat senang mempunyai menantu seorang Empu yang rupawan.” Calon Arang terkekeh gembira. Maka, diadakanlah pesta pernikahan besar-besaran selama tujuh hari tujuh malam. Pesta pora yang berlangsung itu sangat menyenangkan hati Calon Arang. Ratna Manggali dan Empu Bahula juga sangat bahagia. Mereka saling mencintai dan mengasihi. Pesta pernikahan telah berlalu, tetapi suasana gembira masih meliputi desa Girah. Empu Bahula memanfaatkan saat tersebut untuk melaksanakan tugasnya.

Di suatu hari, Empu Bahula bertanya kepada istrinya, “Dinda Manggali, apa yang menyebabkan Nyai Calon Arang begitu sakti?“ Ratna Manggali menjelaskan bahwa kesaktian Nyai Calon Arang terletak pada Kitab Sihir. Melalui buku itu, ia dapat memanggil Betari Durga. Kitab sihir itu tidak bisa lepas dari tangan Calon Arang, bahkan saat tidur, Kitab sihir itu digunakan sebagai alas kepalanya.

Empu Bahula segera mengatur siasat untuk mencuri Kitab Sihir. Tepat tengah malam, Empu Bahula menyelinap memasuki tempat peraduan Calon Arang. Rupanya Calon Arang tidur terlalu lelap, karena kelelahan setelah selama tujuh hari tujuh malam mengumbar kegembiraannya. Empu Bahula berhasil mencuri Kitab sihir Calon Arang dan langsung diserahkan ke Empu Baradah. Setelah itu, Empu Bahula dan istrinya segera mengungsi.

Page 12: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

Calon Arang sangat marah ketika mengetahui Kitab sihirnya sudah tidak ada lagi, ia bagaikan seekor badak yang membabi buta. Sementara itu, Empu Baradah mempelajari Kitab sihir dengan tekun. Setelah siap, Empu Baradah menantang Calon Arang. Sewaktu menghadapi Empu Baradah, kedua belah telapak tangan Calon Arang menyemburkan jilatan api, begitu juga kedua matanya. Empu Baradah menghadapinya dengan tenang. Ia segera membaca sebuah mantera untuk mengembalikan jilatan dan semburan api ke tubuh Calon Arang. Karena Kitab sihir sudah tidak ada padanya, tubuh Calon Arang pun hancur menjadi abu dan tertiup kencang menuju ke Laut Selatan. Sejak itu, desa Girah menjadi aman tenteram seperti sediakala.

Page 13: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

Mitos

Joko Dolog

Alkisah Purbawati, putri Adipati Jayengrana tengah gelisah karena hendak dilamar oleh Situbondo, seorang pangeran Madura, putra Adipati Cakraningrat. Putri Purbawati ingin menolak lamaran Pangeran Situbondo karena telah mencintai Jaka Taruna dari Kadipaten Kediri. Tapi untuk menolak lamaran Pangeran Sirubondo ia merasa tidak enak mengingat hubungan persahabatan ayahnya dengan ayah Pangeran Situbondo terjalin sangat baik. Ia khawatir akan terjadi permusuhan antara Surabaya dan Madura.

Pangeran Situbondo berlayar dari Madura menuju Surabaya untuk melamar Purbawati. Tidak lama kemudian, Pangeran Situbondo tiba di Surabaya. Ia segera menemui Purbawati. Adipati Jayengrana menyerahkan sepenuhnya keputusan pernikahan pada Purbawati. Karena merasa kebingungan, Purbawati akhirnya memberikan syarat sangat berat pada Pangeran Situbondo jika ingin mempersuntingnya. Ia memberikan syarat agar pangeran Situbondo membuka hutan di wilayah Surabaya yang terkenal sangat angker. Ia beralasan, hutan tersebut dibuka agar bisa menjadi tempat tinggal mereka dan keturunan mereka.

Meskipun syaratnya sangat berat, tapi Pangeran Situbondo menyanggupinya. Ia segera masuk ke dalam hutan Surabaya angker tersebut dan mulai bekerja membuka hutan. Dengan kesaktiannya, Pangeran Situbondo merasa yakin dapat membuka hutan tersebut dengan mudah.

Saat Pangeran Situbondo tengah membuka hutan, datanglah Pangeran Jaka Taruna ke Surabaya. Ia merasa kaget ketika mengetahui bahwa Pangeran dari Madura tengah membuka hutan sebagai syarat mempersunting Purbawati. Demi cintanya, Jaka Taruna segera menemui Adipati Jayengrana. Ia mengatakan bahwa ia telah lama menjalin kasih dengan Purbawati. Jaka Taruna menyatakan ingin mempersunting Purbawati.

Adipati Jayengrana menjadi bingung. Ia menyesalkan mengapa Jaka Taruna terlambat melamar Purbawati. Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Adipati Jayengrana selain menyerahkan masalah tersebut sepenuhnya kepada putrinya, Purbawati. Purbawati lantas meminta Pangeran Jaka Taruna yang ia cintai untuk ikut membuka hutan sebagai syarat mempersuntingnya.

Jaka Taruna segera pergi ke hutan Surabaya untuk ikut membukanya. Ia membuka hutan di lokasi berdekatan dengan hutan tempat Pangeran Situbondo. Ketika

Page 14: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

keduanya bertemu, Pangeran Situbondo bertanya sedang apa ia di hutan tersebut. Pangeran Jaka Taruna mengatakan bahwa ia tengah membuka hutan sebagai syarat menikahi Purbawati.

Mendengar jawaban Jaka Taruna, Pangeran Situbondo sangat marah. Ia langsung menyerang Jaka Taruna. Keduanya lantas bertarung sengit mengerahkan segala kesaktian masing-masing. Ternyata kesaktian Situbondo jauh di atas kesaktian Jaka Taruna. Tidak lama kemudian Situbondo mampu memukul Jaka Taruna hingga tubuh Jaka Taruna terpental jauh. Tubuh Jaka Taruna tersangkut di atas pohon. Situbondo kemudian pergi dari tempat itu meninggalkan Jata Taruna begitu saja.

Jaka Taruna berteriak-teriak minta tolong karena ia tidak mampu melepaskan diri dari pohon. Namun hutan angker tersebut sangat jarang dilewati manusia sehingga tidak ada seorang pun mendengarnya. Beberapa lama kemudian ada seorang pemuda bernama Jaka Jumput mendengar teriakan Jaka Taruna. Ia kemudian mendekati Jaka Taruna dan menanyakan apa yang telah terjadi. Jaka Taruna kemudian menceritakan hal yang menimpanya. Setelah Jaka Jumput menolongnya melepaskan dari pohon, Jaka Taruna meminta bantuannya untuk mengalahkan Pangeran Situbondo. Ia berjanji jika Jaka Jumput mampu mengalahkan Situbondo, ia akan mengabulkan apapun permintaan Jaka Jumput.

Jaka Jumput menyatakan kesediannya untuk mengalahkan Situbondo. Ia segera mencari Situbondo untuk menantang duel. Setelah ia bertemu Situbondo, ia langsung menantang duel. Situbondo merasa marah karena ditantang duel oleh orang yang baru ia kenal. Mereka berdua langsung bertempur, mengerahkan segala kesaktiannya, sementara Jaka Taruna hanya menonton dari kejauhan.

Setelah sekian lama adu kesaktian, Situbondo mulai terlihat kelelahan. Ternyata Jaka Jumput merupakan pemuda tangguh dan sakti mandraguna. Situbondo akhirnya merasa tidak sanggup melawan Jaka Jumput. Ia kemudian melarikan diri ke wilayah timur Kadipaten Surabaya. Wilayah tersebut di kemudian hari diberi nama Situbondo, sesuai dengan nama Pangeran Situbondo.

Melihat Pangeran Situbondo kalah, Pangeran Jaka Taruna segera pergi menemui Adipati Jayengrana dan Purbawati. Ia mengatakan bahwa Situbondo telah kalah bertarung dan lari ke timur. “Paman Adipati, Hamba telah berhasil mengalahkan Pangeran Situbondo. Ia telah lari ke wilayah timur dan tidak akan kembali. Oleh karenanya izinkanlah hamba mempersunting Purbawati.” kata Pangeran Jaka Taruna.

Tapi tidak lama kemudian datanglah Jaka Jumput di Kadipaten Surabaya menemui Pangeran Jaka Taruna. Saat mengetahui bahwa Pangeran Jaka Taruna mengaku-ngaku telah mengalahkan Pangeran Situbondo, Jaka Jumput merasa geram. Ia segera menemui Adipati Jayengrana dan mengatakan bahwa Pangeran Jaka Taruna telah

Page 15: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

berbohong. “Mohon maaf atas kelancangan hamba, Adipati Jayengrana. Pangeran Jaka Taruna telah membohongi Kanjeng Adipati. Hamba telah mengalahkan Pangeran Situbondo, bukan Jaka Taruna.” kata Jaka Jumput.

Pangeran Jaka Taruna berang dengan pengakuan Jaka Jumput. Ia membantah telah berbohong pada Adipati Jayengrana. “Jangan percaya dia Kanjeng Adipati. Akulah yang telah mengalahkan Pangeran Situbondo. Jangan percaya orang yang baru dikenal.” kata Pangeran Jaka Taruna.

Adipati Jayengrana terperanjat dengan pengakuan Jaka Jumput. Ia merasa bingung dengan keadaan ini. Ia lantas meminta bukti pada Jaka Taruna dan Jaka Jumput bahwa mereka telah mengalahkan Pangeran Situbondo. “Jika memang salah satu diantara kalian benar-benar telah mengalahkan Pangeran Situbondo, apa buktinya?” tanya Adipati Jayengrana.

Jaka Jumput kemudian mengeluarkan sebilah keris milik Pangeran Situbondo, kemudian menyerahkannya pada Adipati Jayengrana. “Ini adalah keris milik Pangeran Situbondo, Kanjeng Adipati. Ini adalah bukti bahwa hamba telah mengalahkan Situbondo, bukan Jaka Taruna.” kata Jaka Jumput. Sedangkan Jaka Taruna tidak memiliki bukti apapun. Ia hanya terdiam.

“Memang benar ini adalah keris milik Pangeran Situbondo.” kata Adipati Jayengrana. “Lantas mana bukti yang kau miliki hai Jaka Taruna?” tanya Adipati pada Jaka Taruna.

Pangeran Jaka Taruna hanya terdiam. Ia merasa malu karena kebohongannya terbongkar dengan kedatangan Jaka Jumput. Karena merasa tidak terima, ia lalu menantang Jaka Jumput untuk berduel. “Kenapa Kanjeng percaya pada orang yang baru dikenal? Saya menantang Jaka Jumput berduel. Kita buktikan siapa lebih kuat diantara kita berdua.”

“Baiklah, Siapa diantara kalian memenangkan pertarungan maka ia boleh mempersunting putriku, Purbawati.” kata Adipati Jayengrana.

Pangeran Jaka Taruna kemudian berduel dengan Jaka Jumput. Keduanya mengerahkan kesaktian milik mereka. Jaka Taruna menggunakan keris pusakanya sementara Jaka Jumput menggunakan senjata cambuk yang ia beri nama Kyai Gembolo Geni. Awalnya pertarungan berjalan seimbang namun lambat laun Jaka Taruna terlihat tidak mampu mengimbangi kesaktian Jaka Jumput. Sampai akhirnya cambuk Jaka Jumput mengenai tubuhnya, sehingga membuat Pangeran Jaka Taruna terjatuh dan tergeletak di tanah tidak berdaya.

“Jaka Taruna, mengapa engkau berani membohongiku. Aku kecewa denganmu.” kata Adipati Jayerngrana.

Page 16: 19 1401415265 Fika Fatmawati Bindo

Pangeran Jaka Taruna hanya diam tergeletak di tanah. Tubuhnya lemah seusai bertarung. Ia juga sangat malu.

“Mengapa engkau tidak menjawab pertanyaanku hai Jaka Taruna? Mengapa sekarang engkau hanya diam seperti patung?” Adipati Jayengrana merasa jengkel.

Tidak lama kemudian terjadi sebuah keanehan, tubuh Pangeran Jaka Taruna berubah menjadi sebuah patung. Ucapan Adipati Jayengrana menjadi sebuah kutukan. Di kemudian hari, patung Pangeran Jaka Taruna dinamakan Joko Dolog.