Upload
ngoduong
View
241
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
592 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
P E T A
593 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
A. UMUM
1. Dasar Hukum
Provinsi Nusa Tenggara Timur berdiri berdasarkan Undang-Undang No. 64 Tahun 1958
tertanggal 14 Agustus 1958.
2. Lambang Provinsi
Berbentuk perisai dengan lima sudut yang memiliki
makna selain makna perlindungan rakyat,juga
melambangkan Pancasila.
Makna Lambang :
Bintang melambangkan keagungan Tuhan Yang
Maha Esa
Komodo adalah satu-satunya reptile prasejarah yang
hingga kini masih ada.
Padi kapas melambangkan kemakmuran
Tombak melambangkan keagungan dan kejayaan.
Pohon beringin melambangkan persatuan dan
kesatuan yang tetap terpelihara.
3. Pemerintahan
Provinsi Nusa Tenggara Timur terdiri dari 20 Kabupaten dan 1 pemerintahan kota.
Berikut ini adalah daftar kabupaten / kota di Provinsi Nusa Tenggara Timur :
Kabupaten/Kota Ibu kota
1 Kabupaten Alor Kalabahi
2 Kabupaten Belu Atambua
3 Kabupaten Ende Ende
4 Kabupaten Flores Timur Larantuka
5 Kabupaten Kupang Kupang
6 Kabupaten Lembata Lewoleba
7 Kabupaten Manggarai Ruteng
8 Kabupaten Manggarai Barat Labuan Bajo
9 Kabupaten Manggarai Timur Borong
10 Kabupaten Ngada Bajawa
11 Kabupaten Nagekeo Mbay
12 Kabupaten Rote Ndao Baa
13 Kabupaten Sabu Raijua Seba
14 Kabupaten Sikka Maumere
15 Kabupaten Sumba Barat Waikabubak
16 Kabupaten Sumba Barat Daya Tambolaka
17 Kabupaten Sumba Tengah Waibakul
18 Kabupaten Sumba Timur Waingapu
19 Kabupaten Timor Tengah Selatan Soe
20 Kabupaten Timor Tengah Utara Kefamenanu
19 PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
594 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
21 Kota Kupang Kupang
4. Letak Geografis dan Batas Wilayah
Provinsi Nusa Tenggara Timur terletak di antara 8o – 11o Lintang Selatan dan 118o – 125o
Bujur Timur dengan batas wilayah sebagai berikut :
Utara = Laut Flores
Selatan = Samudera Indonesia
Barat = Selat Sape
Timur = Laut Arafuru
5. Komposisi Penganut agama
Islam = 90,9%
Kristen = 8,8%
Hindu = 0,082%
Budha = 0,034%
6. Bahasa dan Suku Bangsa
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Nusa Tenggara timur adalah Bahasa Belu,
Sumba, Timor. Sementara itu suku yang mendiami wilayah provinsi ini adalah Suku Alor,
suku ende, suku kedang, suku labala, suku lamaholot, suku larantuka, suku manggarai,
suku solor dan suku rote.
7. Budaya
a. Lagu Daerah : Bolebo, Moree, Anak Kambing Saya, Potong Bebek Angsa
b. Tarian tradisional : Tari Perang, Tari Gareng Lameng
c. Senjata Tradisional : sundu
d. Rumah Tradisional : Sao Ata Musa Lakitana
e. Alat Musik Tradisional : Sasando
f. Makanan Khas Daerah : Gecok Sape, Petepah Manuk
8. Bandara dan Pelabuhan Laut
Bandara = El Tari
Pelabuhan Laut = Pelabuhan Kupang
9. Perguruan Tinggi = Universitas Nusa Cendana
10. industri dan Pertambangan
Semen Kupang, Mangaan, Minyak Cendana
595 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
B. OBYEK WISATA
1. Wisata Alam
a. Gunung Inerie
Gunung Inerie memiliki
ketinggian 2.245 meter di atas
permukaan laut. Bagian
gunung yang berhutan lebat
hanya terdapat di sebelah
barat lereng gunung.
Sedangkan hutan di lereng
bagian selatan telah dikonversi
menjadi daerah perkebunan.
Sebagian besar hutan yang
terdapat di dalam kawasan ini
terletak pada ketinggian
1.000-1.500 meter dari
permukaan laut.
Gunung Inerie pernah meletus
pada tahun 1882 dan 1970. Gunung ini ramai didaki ketika musim kemarau, yakni
antara bulan Juni hingga Agustus.
Dari atas puncak Gunung, para pendaki bisa dengan leluasa melihat
pemandangan yang indah ke segala arah. Pemandangan Kota Bajawa di sebelah
barat laut, dengan kabut tipis di atasnya, tampak seperti kota-kota kecil dan tua di
Eropa. Sedangkan di bagian selatan tampak birunya laut Sawu, menempel rapat di
kaki Gunung Inerie.
Di sisi selatan puncak Gunung Inerie terdapat sebuah batu besar yang
diyakini sebagai penjelmaan dari sosok Jaramasi beserta kuda tunggangannya.
Menurut legenda, Jaramasi adalah seorang satria penjaga Gunung Inerie. Kata,
”jara” berarti kuda dan ”Masi” adalah nama orang (laki-laki). Artinya ”kuda milik
Masi”, yang merupakan seorang pahlawan di wilayah perkampungan kaki Gunung
Inerie.
Gunung Inerie terletak di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, Pulau Flores,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Dari Kupang, ibukota Propinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju
Ende, sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju
Kota Bajawa yang berjarak sekitar 61 kilometer. Kemudian wisatawan dapat
melanjutkan perjalanan dengan angkutan sewaan menuju desa wisata, Bena, yang
terletak 15 km sebelah selatan Bajawa. Inilah desa terakhir sebelum menuju puncak
Gunung Inerie.
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
596 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
b. Taman Laut Selat Pantar
Selat Pantar merupakan laut yang
memisahkan antara Pulau Alor dan
Pulau Pantar. Tercatat, rata-rata
terdapat 100 kunjungan wisatawan
asing per-tahun yang datang
menyelam Taman Laut Selat Pantar.
Semenjak krisis ekonomi melanda,
tahun 2001 tercatat 187 penyelam,
namun tahun berikutnya hanya 109
penyelam. Angka ini boleh dibilang
cukup kecil mengingat potensi taman laut Selat Pantar yang sangat besar.
Wisata bahari Taman Laut Selat Pantar mempunyai panorama bawah laut yang
menakjubkan sehingga menjadi primadona dan pemikat bagi para diver dari seluruh
dunia.
Keindahan taman laut Selat Pantar melingkupi perairan Alor Besar, Alor Kecil,
Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, dan Pulau Pura.
Tercatat, ada 26 titik selam (diving spot) yang memesona wisatawan. Ke-26 titik
diving itu seperti, Half Moon Bay; Peter‘s Prize; Crocodile Rook; Cave Point; The
Edge; Coral Clitts; Baeylon; The Arch; Fallt Line; The Pacth; Nite Delht; Kal‘s Dream;
The Ball; Trip Top; The Mlai Hall; No Man‘s Land; The Chatedral; School‘s Ut; hingga
titik selam Shark Close. Titik selam yang terakhir ini sangat menarik karena
merupakan tempat kumpulan ikan hiu yang sangat bersahabat dengan para diver.
Di taman laut ini pula dapat ditemui lumba-lumba abu-abu yang merupakan spesies
langka.
Taman laut Selat Pantar terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Wisatawan bisa datang dari Kupang, dengan naik kapal feri dengan waktu tempuh
12-13 jam, menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal
kayu menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan
pelabuhan Kalabahi, yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat
Pantar.
c. Danau Kelimutu
Danau Kelimutu yang terletak di
puncak Gunung Kelimutu ini
masuk dalam rangkaian Taman
Nasional Kelimutu. Danau ini
berada di ketinggian 1.631
meter dari permukaan laut.
Beberapa flora yang dapat
ditemui di sekitar danau antara
lain Kesambi (Schleichera
oleosa), Cemara (Casuarina
equisetifolia) dan bunga abadi Sumber Gambar : http://skorookolo.szm.com
597 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Edelweiss. Sedangkan fauna yang ada di sekitar danau, antara lain Rusa (Cervus
timorensis), Babi hutan (Sus sp.), Ayam hutan (Gallus gallus) dan Elang (Elanus sp.)
Danau Kelimutu mempunyai tiga
kubangan raksasa. Masing-masing
kubangan mempunyai warna air
yang selalu berubah tiap
tahunnya. Air di salah satu tiga
kubangan berwarna merah dan
dapat menjadi hijau tua serta
merah hati; di kubangan lainnya
berwarna hijau tua menjadi hijau
muda; dan di kubangan ketiga
berwarna coklat kehitaman
menjadi biru langit.
Secara adminitratif, Danau Kelimutu berada pada 3 kecamatan, yakni Kecamatan
Detsuko, Kecamatan Wolowaru dan Kecamatan Ndona, ketiganya berada di bawah
naungan Kabupaten Dati II Ende, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Dari ibukota Propinsi NTT, yakni Kupang, pengunjung dapat menggunakan pesawat
menuju kota Ende, di Pulau Flores, dengan waktu tempuh mencapai 40 menit.
Setiba di Ende, perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum
berupa mini bus, menuju Desa Kaonara, yang berjarak 93 km, dengan waktu
tempuh sekitar 3 jam. Dari Desa Koanara menuju Puncak Danau Kelimutu,
wisatawan harus berjalan sepanjang 2,5 km.
Hingga bulan Februari 2008, dilaporkan bahwa pada hari biasa, pengunjung
dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 3000, namun pada akhir pekan, yakni
Sabtu dan Minggu, pengunjung dikenakan biaya sebesar Rp. 5000.
d. Gua Liang Bua
Gua Liang Bua
diperkirakan mulai
terbentuk sekitar 190.000
tahun yang lalu. Hal ini
didapat dari uji
laboratorium terhadap
sampel sedimen di pojok
selatan gua. Diperkirakan
gua ini terbentuk dari arus
sungai yang membawa
bebatuan menembus
gundukan bukit. Setelah
melalui proses panjang,
Sumber Gambar : http://www.surya.co.id
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
598 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
bebatuan itu menjadi batuan sedimentasi.
Pada tahun 2001 dilakukan eskavasi arkeologi di Gua Liang Bua, yang merupakan
kerja sama antara Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama University of New
England, Australia. Hasil penelitian arkeologinya baru diumumkan pada tanggal 28
oktober 2004, bahwa telah ditemukan fosil manusia cebol atau hobbit. Penemuan
tersebut membuat gua Liang Bua menjadi menjadi sangat menarik untuk dikunjungi
para wisatawan.
Situs Gua Liang Bua merupakan salah satu situs arkeologi penting tingkat dunia. Di
gua ini, terdapat situs arkeologi tempat ditemukannya fosil Homo Floresiensis
(Manusia Flores) yang mempunyai tinggi badan sekitar 100 cm dengan berat hanya
25 kg.
Fosil-fosil tengkorak tersebut diduga berasal dari suatu spesies manusia yang
tumbuh tidak lebih besar dari kanak-kanak berusia lima tahun. Manusia kerdil yang
memiliki tengkorak seukuran buah jeruk ini diduga hidup 13.000 tahun lalu,
bersama gajah-gajah pigmi dan kadal-kadal raksasa seperti Komodo. Temuan ini
diklaim sebagai spesies baru yang kemudian dinamakan Homo Floresiensis.
Gua Liang Boa terletak di Pulau Flores, tepatnya di dusun Rampasasa, Desa Liang
Bua, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur
(NTT).
Dari kota Kupang Ibukota provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat dengan
waktu tempuh satu setengah jam ke kota Ende di Pulau Flores. Kemudian,
perjalanan dilanjutkan menuju Kota Ruteng dengan angkutan umum berupa
minibus selama sekitar empat jam. Dari Ruteng menuju Rampasasa, berjarak 13 km,
dapat ditempuh dengan angkutan umum.
e. Pantai Lasiana
Pantai Lasiana mulai dibuka
untuk umum sekitar tahun
1970-an. Sejak Dinas Pariwisata
NTT memoles dengan
membangun berbagai fasilitas
pada tahun 1986, Pantai Lasiana
ramai dikunjungi turis asing.
Sesuai rencana pengembangan
Pemkot Kupang, Pantai Lasiana
akan dijadikan Taman Budaya
Flobamora, yakni sebutan yang
mengacu pada keseluruhan
suku bangsa di dekat Pantai Lasiana, antara lain, Flores, Sumba, Timor dan Alor.
Sumber Gambar : http://www.kidnesia.com
599 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Di pantai Lasiana ini banyak didapati lopo-lopo yang berderet.Lopo-lopo adalah
sebutan lokal untuk pondok yang dibangun menyerupai payung dengan tiang dari
batang pohon kelapa atau kayu dan beratapkan ijuk, pelepah kelapa atau lontar, dan
alang-alang.Bisa juga beratapkan seng yang bagian luarnya dilapisi ijuk, pelepah
kelapa atau lontar dan alang-alang.
Pantai nan landai sekitar 3,5 hektar atau tepatnya 35.065 persegi ini, berudara sejuk
karena dinaungi 65 pohon kelapa dan 230 pohon lontar tua yang hingga kini masih
produktif. Pantainya berpasir putih halus, lautnya biru, airnya jernih dengan debur
ombak yang bergulung-gulung kecil, tenang. Keindahan pantai ini bukan karena
fasilitas buatan, tetapi lebih karena karakter alamnya.
Pantai Lasiana mempunyai topografi menarik, pada bagian barat terdapat
perbukitan, sehingga keseluruhan kawasan ini mempunyai variasi unik, yaitu
perpaduan antara perbukitan dan pantai.
Pantai ini terletak di Kecamatan Kupang Tengah, Kota Kupang, Nusa Tenggara
Timur.
Pantai Lasiana berjarak 12 Km dari pusat kota Kupang. Umumnya, pengunjung
datang menggunakan angkutan umum, atau dengan kendaraan pribadi. Untuk
angkutan umum pengunjung dapat naik jenis kendaraan colt, dengan biaya Rp.
5000.
Pengunjung dipungut tiket masuk Rp 1.000 per-orang, Rp 500 per-sepeda motor,
dan Rp 1.500 per-mobil/roda empat.
f. Hutan wisata Camplong
Hutan Camplong merupakan
hutan wisata dengan pemandian
alamnya yang indah dan sejuk,
karena terletak di kaki Gunung
Fatuleu. Hutan wisata ini banyak
didiami jenis satwa yang
dilindungi. Di Hutan Camplong
juga banyak terdapat sumber
daya alam, seperti sumber mata
air, kolam renang alami, aneka
jenis flora seperti kayu merah,
pinus, lontar, eucalyptus, dan
beragam jenis fauna seperti
kera, ayam hutan, tupai, kuskus, dan burung (nuri, kakaktua, merpati, puyuh,
bangau, elang, tekukur, beo).
Sumber Gambar : http://indotimnet.files.wordpress.com
600 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Di setiap akhir pekan, yakni Jumat hingga hari Minggu, hutan wisata ini banyak
dikunjungi oleh warga kota Kupang. Mayoritas pengunjung adalah keluarga yang
mengajak anak-anak mereka yang berusia dikisaran 7-12 tahun.
Kawasan hutan Camplong memiliki penangkaran buaya, rusa timor dan ular sanca.
Di kawasan ini juga dapat ditemui berbagai hewan endemik, seperti rusa timor,
burung kakak tua berbahu hijau kekuningan (Olive-shouldered Parrot) dan merpati
berpunggung hitam (Black-backed Fruit-Doves). Sedangkan flora endemik yang
dapat ditemukan adalah kayu cendana (Santalun Album).
Selain itu terdapat pula berbagai goa buatan, peninggalan Jepang semasa perang
dunia kedua. Gua ini mengandung nilai sejarah karena menjadi tempat
persembunyian pasukan Jepang ketika diserbu oleh warga yang tinggal di sekitar
Hutan Camplong.
Hutan wisata ini terletak di pinggiran jalan menuju Kota Soe, Kecamatan Fatuleu,
Kabupaten Kupang, atau 46 kilometer dari kota Kupang, Ibukota Provinsi Nusa
Tenggara Timur.
Dari kota Kupang menuju Hutan Camplong dapat ditempuh dengan naik angkutan
umum berupa minibus jurusan Soe dengan biaya Rp. 7000. Sedangkan jika
menggunakan jasa taksi dikenakan biaya sebesar Rp. 100 ribu.
Tiket masuk kawasan hutan wisata sebesar Rp. 3000.
g. Pulau Komodo
Pada tahun 1908, gugusan
satuan tempur pasukan
Belanda melaporkan bahwa
mereka melihat hewan naga
menyerupai monster di
sebuah kepulauan sisi
selatan Provinsi Nusa
Tenggara Timur. Mendengar
hal tersebut, Letnan Steyn
van Hens Broek, seorang
pejabat administrator
kolonial Belanda, hendak
membuktikannya. Ia
kemudian menyiapkan
satuan tempur armada
kapal Belanda yang
bermarkas di Flores untuk menuju pulau tersebut.
Setiba ia di sana, Letnan Steyn dan anak buahnya melihat hewan berupa kadal
raksasa yang panjangnya berukuran hingga dua meter. Steyn berhasil membunuh
salah satu dari kadal rakasa tersebut dan membawa ke markasnya di kota Ende.
Kadal raksasa ini kemudian dipotret dan gambarnya dibawa kepada Peter A Ouwens,
seorang direktur Zoological Museum and Botanical Garden di Bogor.Inilah
dokumentasi pertama sebuah kadal raksasa yang ternyata bernama komodo, oleh
karenanya, pada tahun 1910 pihak Belanda menamakan pulau tersebut Pulau
Komodo.
Sumber Gambar : http://ahmadrifandi.blogdetik.com
601 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Hasil pemotretan komodo tersebut dipublikasikan oleh sebuah harian nasional
Hindia Belanda pada tahun 1912.Publikasi ini membuat Pulau Komodo mulai ramai
dikunjungi, baik oleh para peneliti, misionaris, maupun wisatawan. Menyadari akan
keistimewaan komodo sebagai binatang langka, pada tahun 1915 pemerintah
kolonial Belanda mengeluarkan peraturan proteksi terhadap binatang ini dari
perburuan dan pembunuhan.
Sesuai dengan namanya,
Pulau Komodo adalah
sebuah pulau yang dikenal
sebagai habitat asli hewan
komodo (Varanus
komodoensis), oleh
penduduk setempat,
hewan ini disebut
Ora.Hingga kini, hewan
komodo menjadi
kebanggaan karena
menjadi sumber
pendapatan penduduk
lokal dari para wisatawan
yang berkunjung ke pulau
yang berpenduduk kurang
lebih 4.000 jiwa ini.
Di pulau ini, wisatawan
dapat melihat hewan
komodo yang merupakan
spesies kadal terbesar di
dunia dengan rata-rata
panjang tubuhnya
mencapai hingga 3,13
meter dan beratnya
mencapai 165 kg.
Wisatawan juga dapat
menyaksikan berbagai
aktivitas hewan langka ini,
seperti perkawinan
komodo yang terjadi antara bulan Mei hingga Agustus; komodo tengah menyantap
rusa, kambing, babi dan menyaksikan komodo berjemur di jalanan dan di cabang
pepohonan pada pagi hari.
Untuk melindungi komodo dari kepunahan, maka pada tahun 1980 pemerintah
menjadikan Pulau Komodo sebagai Taman Nasional Komodo. Enam tahun kemudian,
yakni tahun 1986, taman nasional ini diterima sebagai Situs Warisan Dunia oleh
UNESCO. Taman nasional ini terdiri atas dua pulau besar, yakni Pulau Rinca dan
Padar, yang dikelilingi oleh beberapa pulau kecil. Total luas wilayah daratan taman
nasional ini mencapai 1.817 km².
Pulau Komodo merupakan pulau yang terletak di ujung paling barat Provinsi Nusa
Tenggara Timur, berbatasan dengan Provinsi Nusa Tenggara Barat.Secara
Sumber Gambar : http://ilmuphotoshop.com
602 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Dari Kupang, ibukota Provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende,
sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota
Labuhanbajo selama sepuluh jam dengan menggunakan minibus. Dari kota yang
terletak di bagian paling barat Pulau Flores ini perjalanan dilanjutkan menuju Pulau
Komodo dengan menggunakan speed boat yang memakan waktu sekitar dua jam.
Wisatawan mancanegara dikenakan biaya tiket masuk pulau ini sebesar $5 US per
orang untuk satu hari, dan wisatawan lokal dikenakan biaya Rp 25.000 per-orang
(Maret 2008).
h. Cagar Alam Gunung Mutis
Cagar Alam Gunung Mutis
merupakan salah satu obyek
wisata andalan yang dimiliki
oleh Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Kawasan wisata ini
terkenal dengan gunung-gunung
batu marmernya yang oleh
masyarakat setempat disebut
Faut Kanaf atau batu nama. Di
bawah Faut Kanaf, terdapat
sumber-sumber mata air yang
disebut Oe Kanaf atau air dari
batu.Air yang bersumber dari
Faut Kanaf tersebut mengalir menuju satu titik dan membentuk dua buah DAS
(Daerah Aliran Sungai), yang oleh masyarakat disebut DAS Benain dan DAS
Noelmina.Kedua DAS ini merupakan sumber kehidupan bagi masyarakat Timor
Tengah Barat sampai hari ini. Kawasan wisata yang berjarak sekitar 140 km sebelah
timur laut dari Kota Kupang ini memiliki luas wilayah sekitar 12.000 hektar dan
dihuni oleh salah satu suku tertua di Nusa Tenggara Timur, yaitu Suku Dawan.
Berkunjung ke Kawasan Wisata Cagar Alam Gunung Mutis sungguh menarik.Sejuta
flora dan fauna hidup di dalamnya.Kawasan Wisata Gunung Mutis memiliki tipe
vegetasi yang merupakan perwakilan hutan homogen dataran tinggi.Kawasan ini
juga didominasi berbagai jenis ampupu (eucalyptus urophylla) yang tumbuh secara
alami dan jenis cendana (santalum album). Selain itu di sini dapat ditemui berbagai
jenis pohon lainnya seperti hue (eucalyptus alba), bijaema (elacocarpus petiolata),
haubesi (olea paniculata), kakau atau cemara gunung (casuarina equisetifolia),
manuk molo (decaspermum fruticosum), dan oben (eugenia littorale).
Ada juga jenis tumbuh-tumbuhan seperti salalu (podocarpus rumphii), natwon
(decaspermum glaucescens), natbona (pittospermum timorensis), kunbone
(asophylla glaucescens), tune (podocarpus imbricata), natom (daphniphylum
Sumber Gambar : http://www.kidnesia.com
603 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
glauceccens), kunkaikole (veecinium ef. varingifolium), tastasi (vitex
negundo).Kemudian ada juga manmana (croton caudatus), mismolo (maesa
latifolia), kismolo (toddalia asiatica), pipsau (harissonia perforata), matoi
(omalanthus populneu), dan aneka jenis paku-pakuan dan rumput-rumputan.
Selain kaya dengan flora, kawasan wisata Mutis juga menyimpan aneka fauna khas
Pulau Timor. Di kawasan ini, pengunjung dapat menyaksikan rusa timor (cervus
timorensis), kus-kus (phalanger orientalis), babi hutan (sus vitatus), biawak (varanus
salvator), biawak timor (varanus timorensis). Di kawasan ini juga terdapat ular sanca
timor (phyton timorensis), ayam hutan (gallus-gallus), punai timor (treon psittacea),
betet timor (apromictus jonguilaceus), pergam timor (ducula cineracea), dan perkici
dada kuning (trichoglosus haematodus).
Pemandangan menarik lainnya yang dapat disaksikan adalah cara suku-suku asli di
kawasan wisata ini untuk menafkahi hidupnya. Dengan memanfaatkan dahan dan
ranting pohon-pohon besar, penduduk setempat membuatkan rumah bagi lebah
hutan penghasil madu.Dari madu lebah hutan ini, masyarakat dapat berharap
banyak untuk menopang kehidupan ekonominya, selain dari hasil ternak dan
pertanian.
Secara geografis, Cagar Alam Gunung Mutis terletak di wilayah Kecamatan Mollo
Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Untuk mencapai Mutis perjalanan dimulai dari Kota Kupang menuju SoE, kota
Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan jarak 110 km dan waktu tempuh kurang
lebih 2,5 jam. Dari SoE, perjalanan dilanjutkan dengan menumpang bus menuju
Kapan, Kota Kecamatan Mollo Utara. Dari Kapan, perjalanan dilanjutkan menuju
Desa Fatumnasi, sebuah desa yang berada di lereng Gunung Mutis dan merupakan
pintu masuk untuk memasuki kawasan wisata ini. Perjalanan sejauh 15 km dengan
menggunakan bus tersebut akan mengantarkan pengunjung memasuki kawasan
wisata Gunung Mutis yang sungguh memesona itu.
i. Taman Laut Selat Pantar
Selat Pantar merupakan laut yang
memisahkan antara Pulau Alor dan
Pulau Pantar. Tercatat, rata-rata
terdapat 100 kunjungan
wisatawan asing per-tahun yang
datang menyelam Taman Laut
Selat Pantar. Semenjak krisis
ekonomi melanda, tahun 2001
tercatat 187 penyelam, namun
tahun berikutnya hanya 109
penyelam. Angka ini boleh dibilang
cukup kecil mengingat potensi taman laut Selat Pantar yang sangat besar.
604 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Wisata bahari Taman Laut Selat Pantar mempunyai panorama bawah laut yang
menakjubkan sehingga menjadi primadona dan pemikat bagi para diver dari seluruh
dunia.
Keindahan taman laut Selat Pantar melingkupi perairan Alor Besar, Alor Kecil,
Dulolong, Pulau Buaya, Pulau Kepa, Pulau Ternate, dan Pulau Pura.
Tercatat, ada 26 titik selam (diving spot) yang memesona wisatawan. Ke-26 titik
diving itu seperti, Half Moon Bay; Peter‘s Prize; Crocodile Rook; Cave Point; The
Edge; Coral Clitts; Baeylon; The Arch; Fallt Line; The Pacth; Nite Delht; Kal‘s Dream;
The Ball; Trip Top; The Mlai Hall; No Man‘s Land; The Chatedral; School‘s Ut; hingga
titik selam Shark Close. Titik selam yang terakhir ini sangat menarik karena
merupakan tempat kumpulan ikan hiu yang sangat bersahabat dengan para diver.
Di taman laut ini pula dapat ditemui lumba-lumba abu-abu yang merupakan spesies
langka.
Taman laut Selat Pantar terletak di Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Wisatawan bisa datang dari Kupang, dengan naik kapal feri dengan waktu tempuh
12-13 jam, menuju Larantuka. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan naik kapal
kayu menuju pelabuhan laut Kalabahi dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Di depan
pelabuhan Kalabahi, yang berada di Kepulauan Alor, terbentang Taman Laut Selat
Pantar.
j. Gunung Inerie
Gunung Inerie memiliki
ketinggian 2.245 meter di
atas permukaan laut. Bagian
gunung yang berhutan lebat
hanya terdapat di sebelah
barat lereng gunung.
Sedangkan hutan di lereng
bagian selatan telah
dikonversi menjadi daerah
perkebunan. Sebagian besar
hutan yang terdapat di
dalam kawasan ini terletak
pada ketinggian 1.000-1.500
meter dari permukaan laut.
Gunung Inerie pernah meletus pada tahun 1882 dan 1970. Gunung ini ramai didaki
ketika musim kemarau, yakni antara bulan Juni hingga Agustus.
605 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Dari atas puncak Gunung, para pendaki bisa dengan leluasa melihat pemandangan
yang indah ke segala arah. Pemandangan Kota Bajawa di sebelah barat laut, dengan
kabut tipis di atasnya, tampak seperti kota-kota kecil dan tua di Eropa. Sedangkan di
bagian selatan tampak birunya laut Sawu, menempel rapat di kaki Gunung Inerie.
Di sisi selatan puncak Gunung Inerie terdapat sebuah batu besar yang diyakini
sebagai penjelmaan dari sosok Jaramasi beserta kuda tunggangannya. Menurut
legenda, Jaramasi adalah seorang satria penjaga Gunung Inerie. Kata, ”jara” berarti
kuda dan ”Masi” adalah nama orang (laki-laki). Artinya ”kuda milik Masi”, yang
merupakan seorang pahlawan di wilayah perkampungan kaki Gunung Inerie.
Gunung Inerie terletak di Bajawa, ibukota Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi
Nusa Tenggara Timur.
Dari Kupang, ibukota Propinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende,
sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota
Bajawa yang berjarak sekitar 61 kilometer. Kemudian wisatawan dapat melanjutkan
perjalanan dengan angkutan sewaan menuju desa wisata, Bena, yang terletak 15
km sebelah selatan Bajawa. Inilah desa terakhir sebelum menuju puncak Gunung
Inerie.
2. WISATA BUDAYA
a. Upacara Adat Reba
Reba merupakan upacara adat
yang bertujuan untuk
melakukan penghormatan dan
ucapan rasa terima kasih
terhadap jasa para leluhur.
Upacara ini juga digunakan
untuk mengevaluasi segala hal
tentang kehidupan
bermasyarakat pada tahun
sebelumnya yang telah dijalani
oleh masyarakat Ngada. Melalui
upacara ini, keluarga dan
masyarakat meminta petunjuk
kepada tokoh agama dan tokoh adat untuk dapat menjalani hidup lebih baik pada
tahun yang baru. Upacara ini diadakan setiap tahun baru, tepatnya di bulan Januari
atau Februari.
Tuan rumah untuk upacara ini selalu bergiliran pada setiap tahunnya. Sehari
sebelum perayaan Reba dimulai, dilaksanakan upacara pembukaan Reba (su‘i uwi).
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com
606 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Pada malam su‘i uwi dilakukan acara makan minum bersama (ka maki Reba) sambil
menunggu pagi. Pada pagi harinya, ketika upacara berlangsung, para tamu
disediakan makanan dan minuman yang sudah matang dan siap dimakan (Ngeta
kau bhagi ngia, mami utu mogo. Kaa si papa vara, ini su papa pinu). Hidangan utama
dalam pesta ini adalah ubi. Bagi warga Ngada, ubi diagungkan sebagai sumber
makanan yang tak pernah habis disediakan oleh bumi. Karena itu, warga Ngada
tidak akan pernah mengalami rawan pangan ataupun busung lapar.
Selama upacara Reba berlangsung diiringi oleh tarian para penari yang
menggenggam pedang panjang (sau) dan tongkat warna-warni yang pada bagian
ujungnya dihiasi dengan bulu kambing berwarna putih. (tuba). Sebagai pengiring
tarian adalah alat musik gesek berdawai tunggal yang terbuat dari tempurung
kelapa atau juga dari labu hutan. Sebagai wadah resonansinya alat musik ini
ditutupi dengan kulit kambing yang pada bagian tengahnya telah dilubangi.
Sedangkan penggeseknya terbuat dari sebilah bambu yang telah diikat dengan
benang tenun yang telah digosok dengan lilin.
Upacara adat Reba biasa dilakukan tiga sampai empat hari. Sebelum pelaksanaan
upacara tari-tarian dan nyanyian (O Uwi) diadakan misa inkulturasi di gereja yang
dipimpin oleh seorang pater atau romo. Beberapa rangkaian upacara juga diiringi
dengan koor nyanyian gereja, dan menggunakan bahasa lokal Ngada. Upacara ini
memang memadukan unsur adat dengan agama.
Di luar gereja, suasana upacara adat bertambah meriah, ketika para penonton dan
penari disodori satu dua gelas arak (tua ara). Ini merupakan tradisi setiap orang
Ngada yang hadir dalam upacara tersebut. Namun demikian, Reba tidak sekadar
pesta hura-hura, tapi wujud kegembiraan (gaja gora) masyarakat Ngada dengan
tetap menjaga nuansa rohani.
Upacara Reba dapat disaksikan di masing-masing kecamatan yang terletak di
Kabupaten Ngada, Pulau Flores, Provinsi NTT. Masing-masing kecamatan itu adalah
Aimere, Bajawa, Mataloko, Jerebu‘u dan So‘a.
Dari Kupang, ibukota Provinsi NTT, wisatawan dapat naik pesawat menuju Ende,
sebuah kota di Pulau Flores. Setiba di sana, perjalanan dilanjutkan menuju Kota
Ngada yang berjarak sekitar 61 kilometer dengan naik minibus.
607 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
b. Pasola
Jika memilih berlibur ke Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, sebaiknya Anda
mempertimbangkan waktu yang tepat agar dapat menyaksikan permainan perang-
perangan tradisional yang disebut Pasola. Pasola adalah permainan perang dua
kelompok ‘pasukan‘
berkuda yang saling
melempar lembing
(tombak kayu) di sebuah
padang savana. Secara
etimologis, Pasola berasal
dari kata ‘sola‘ atau ‘hola‘
yang bermakna tombak
kayu atau lembing.
Setelah mendapat
imbuhan ‘pa‘ menjadi
‘pasola‘ atau ‘pahola‘,
maka artinya menjadi
permainan ketangkasan
menggunakan lembing.
Menurut cerita setempat, tradisi unik ini lahir dari kisah percintaan janda cantik
jelita bernama Rabu Kaba.Sebelum menerima status janda, Rabu Kaba adalah istri
sah dari Umbu Dula, satu di antara tiga bersaudara pemimpin warga Waiwuang.Dua
saudara lainnya bernama Ngongo Tau Masusu dan Yagi Waikareri.Ketiga bersaudara
ini kemudian berpamitan kepada warga Waiwuang untuk pergi melaut.Namun,
ternyata mereka pergi ke daerah selatan Pantai Sumba Timur untuk mengambil
padi.Setelah sekian lama, ternyata ketiga bersaudara tersebut tak kunjung
pulang.Warga pun mencari jejak mereka tetapi tak berhasil
menemukannya.Akhirnya, warga bersepakat mengadakan upacara perkabungan dan
menganggap ketiga bersaudara itu telah meninggal.
Singkat cerita, janda cantik istri mendiang Umbu Dulla kemudian menjalin kasih
dengan Teda Gaiparona, seorang pemuda tampan dari Kampung Kodi.Tetapi, karena
peraturan adat tidak menghendaki percintaan mereka, sepasang kekasih ini
kemudian melakukan kawin lari.Janda cantik itu pun diboyong oleh Teda Gaiparona
ke Kampung Kodi. Tak berapa lama setelah peristiwa kawin lari tersebut, tiga
bersaudara Ngongo Tau Masusu, Yagi Waikareri, dan Umbu Dula pulang kembali ke
Kampung Waiwuang, dan mendapati berita bahwa Rabu Kaba telah dibawa lari oleh
Teda Gaiparona.
Perselisihan pun tak dapat dielakkan.Tiga bersaudara ini bersama seluruh warga
Waiwuang meminta pertanggungjawaban Teda Gaiparona karena telah melarikan
Rabu Kaba. Akhirnya kesepakatan pun lahir, yaitu Teda Gaiparona harus mengganti
belis (mas kawin) yang diterima oleh si janda cantik dari keluarga Umbu Dulla.
Sumber Gambar : http://wisatamelayu.com/
608 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Setelah itu barulah pernikahan secara adat dapat dilaksanakan.Usai pernikahan
tersebut, Teda Gaiparona berpesan supaya warga melaksanakan Pasola. Dengan
cara ini, diharapkan dendam kedua kampung tersebut dapat dilepaskan dengan
permainan perang-perangan dan adu ketangkasan melempar lembing dari atas
kuda.
Pelaksanaan Pasola sendiri sebetulnya merupakan bagian dari ritual kepercayaan
Marapu (agama lokal masyarakat Sumba).Dalam kepercayaan Marapu, elemen
terpenting adalah menjaga keharmonisan antara manusia dengan nenek
moyangnya. Sebab, arwah nenek moyang inilah yang akan membawa kesuburan dan
kemakmuran bagi mereka. Nah, permainan Pasola biasanya diadakan sebagai
puncak dari Pesta Adat Nyale, yaitu upacara adat untuk memohon restu para dewa
dan arwah nenek moyang agar panen tahun tersebut berhasil dengan baik.
Waktu penyelenggaraan Pasola sangat bergantung pada hitungan para tetua adat
(Rato) yang menafsirkan berbagai tanda-tanda alam, termasuk peredaran
bulan.Perhitungan para Rato ini konon tidak pernah meleset.Buktinya, setiap hari
pelaksanaan Pasola, di tepi pantai biasanya terdapat banyak nyale (cacing laut)
sebagai tanda dimulainya permainan Pasola.Dalam kalender Masehi, Pasola
diadakan antara bulan Februari hingga Maret di beberapa tempat di Kabupaten
Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur.
Dalam permainan yang menantang dan berbahaya ini, wisatawan dapat melihat
secara langsung dua kelompok ‘Kstaria Sumba‘ yang saling berhadap-hadapan,
kemudian memacu kuda secara lincah sambil sesekali melesatkan lembing ke arah
lawan. Tak hanya mahir berkuda dan melempar lembing, para peserta Pasola ini juga
sangat tangkas menghindari terjangan tongkat yang dilempar oleh lawan. Derap
kaki kuda yang menggemuruh di tanah lapang, suara ringkikan kuda dan teriakan
garang penunggangnya menjadi musik alami yang mengiringi permainan ini. Belum
lagi pekikan para penonton perempuan yang menyemangati para ‘pahlawan‘
mereka di medan laga. Itulah suasana tegang dan menantang dalam permainan
Pasola.
Dalam permainan ini, para peserta telah menyiapkan tongkat kayu khusus sepanjang
1,5 meter dengan diamater 1,5 centimeter. Meskipun tongkat tersebut dibiarkan
tumpul, tak jarang permainan ini melukai para pesertanya, bahkan bisa memakan
korban jiwa.Darah yang mengucur di arena Pasola dianggap bermanfaat bagi
kesuburan tanah dan kesuksesan panen.Sementara apabila terdapat korban jiwa,
maka korban tersebut dianggap mendapat hukuman dari para dewa karena telah
melakukan suatu pelanggaran.Para peserta yang terkena lembing—jika
memungkinkan—dapat membalasnya di arena ini. Akan tetapi jika pertandingan
telah usai, sementara peserta masih penasaran untuk membalas terjangan tongkat
lawan, maka ia harus bersabar untuk menunggu Pasola pada tahun berikutnya.
Sebab, dalam Pasola tidak dibenarkan untuk mendendam, apalagi melakukan
pembalasan di luar arena Pasola.
609 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Peserta Pasola bersiap menyerang lawan
Sumber Foto: http://verykaka.wordpress.com
Pelaksanaan Pasola tidak hanya merupakan permainan yang bersifat badaniah
(profan), melainkan juga merepresentasikan ketaatan para pemeluk kepercayaan
Marapu dalam melaksanakan adat istiadat para leluhurnya.Oleh karena bersifat
sakral, maka sebelum pelaksanaan Pasola para tetua adat melakukan semedi dan
lakutapa (puasa) untuk memohon berkah kebaikan kepada para leluhur dan para
dewa.
Selain memiliki nilai sakral, secara fungsional Pasola juga dapat dilihat sebagai
elemen pemersatu dalam masyarakat Sumba.Sebagaimana cerita tentang asal
muasal Pasola, yaitu untuk menghilangkan dendam antara Kampung Waiwuang dan
Kodi, maka Pasola hingga kini telah menjadi ajang silaturrahmi dan persaudaraan di
antara warga. Pada waktu istirahat, misalnya, yaitu ketika masuk jam makan siang,
para peserta dan penonton akan melebur menjadi satu untuk menikmati makanan
khas Pasola, yaitu ketupat. Pendek kata, warga di antara dua kubu yang ‘berperang‘
dalam Pasola sama-sama diajak untuk tertawa serta bergembira bersama sambil
menyaksikan ketangkasan para penunggang kuda.
Permainan Pasola diselenggarakan di empat kampung di Kabupaten Sumba Barat.
Keempat kampung tersebut antara lain Kampung Kodi, Kampung Lamboya,
Kampung Wanokaka, dan Kampung Gaura, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa
Tenggara Timur, Indonesia. Pelaksanaan Pasola di keempat kampung tersebut
dilakukan secara bergiliran, antara bulan Februari hingga Maret setiap tahunnya
(bertepatan dengan Upacara Adat Nyale).
Kabupaten Sumba Barat terletak di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Di pulau ini
terdapat empat kabupaten, antara lain Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba
Barat Daya, kabupaten Sumba Tengah, serta Kabupaten Sumba Timur. Untuk
menuju Pulau Sumba, wisatawan dapat memafaatkan penerbangan menuju Bandara
Mauhau, Kota Waingapu, Ibu Kota Kabupaten Sumba Timur dari berbagai kota besar
di Indonesia. Jika Anda berangkat dari Jakarta, pesawat akan melakukan transit di
Bandara Ngurah Rai, Denpasar Bali, sebelum melanjutkan penerbangan menuju
Waingapu. Di kota ini juga terdapat pelabuhan laut yang melayani pelayaran dari
Pulau Sumbawa, Pulau Flores, maupun Pulau Timor dengan jasa pelayaran Kapal
Pelni. Dari Kota Waingapu, wisatawan dapat memanfaatkan transportasi umum
610 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
seperti bus atau menyewa jasa travel untuk menuju lokasi Pasola di Kabupaten
Sumba Barat.
3. WISATA MINAT KHUSUS
a. Desa Bena
Kampung Bena terletak di
Kabupaten Ngada, Flores Tengah,
tepatnya Kecamatan Aimere, dan
menjadi bagian dari desa
Tiworiwu. Dari Bajawa, ibukota
Kabupaten Ngada, kita tinggal
menempuh empat puluh lima
menit perjalanan dengan mobil.
Bena adalah sebuah kampung kecil
yang terletak di tengah-tengah
daerah pegunungan selatan Flores,
di tengah lembah yang terbentuk oleh lingkaran pegunungan tersebut.Padang
rumput yang diselingi kelompok pepohonan adalah kondisi vegetasi setempat.
b. Kampung Tradisional Takpala
Kabupaten Alor di Provinsi
Nusa Tenggara Timur
(NTT) merupakan salah
satu wilayah terluar
Indonesia.Salah satu
pulau di kabupaten ini,
Pulau Alor, berbatasan
langsung dengan Timor
Leste
(http://id.wikipedia.org).Pulau Alor telah lama dikenal melalui tulisan Pigafetta
dalam pelayaran Magelhaens ketika mengelilingi dunia.Dikisahkan, setelah membeli
rempah-rempah dari Maluku dan sebelum kembali berlayar ke Eropa, kapal Victoria
yang ditumpangi Magelhaens sempat singgah di Alor pada 12 Januari 1522
(www.alorkab.go.id).
Kabupaten Alor menyimpan banyak potensi yang masih alami, terutama potensi
kelautan yang menjadi aset wisata andalan kabupaten yang wilayahnya berwujud
kepulauan ini. Kabupaten yang beribukota di Kalabahi ini memiliki pesona taman
bawah laut yang menurut Karl Muller dalam buku “East of Bali: From Lombok to
611 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Timor” (1991), termasuk salah satu taman bawah laut berkelas dunia
(www.alorkab.go.id). Bahkan, Taman Laut Alor disebut-sebut sebagai taman bahwa
laut terbaik kedua di dunia setelah Kepulauan Karibia di benua Amerika
(www.katcenter.info).
Namun, pariwisata Kabupaten Alor ternyata tidak hanya mengandalkan dari sektor
wisata bahari saja.Terdapat sejumlah potensi wisata budaya yang juga menjadi
kebanggaan kabupaten yang berpenduduk sekitar 150.000 jiwa ini.Salah satu yang
obyek wisata nonbahari yang paling banyak dikunjungi adalah Kampung Tradisional
Takpala yang berlokasi di Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Kabupaten
Alor, NTT.Desa wisata Takpala telah dikenal dunia dan hampir setiap hari ada
wisatawan yang datang berkunjung, khususnya turis asing (www.pos-
kupang.com).Kampung Takpala terletak di lereng bukit pada ketinggian kurang lebih
150 meter di atas permukaan laut (www.arsitekturntt.com).Kampung Tradisional
Takpala menjadi aset wisata yang sudah dilindungi Peraturan Daerah Kabupaten
Alor sebagai cagar budaya.
Para Turis Asing yang Berkunjung ke Takpala
Sumber Foto: http://www.ascensionatsea.net
Nuansa pemandangan yang tersaji di Takpala cukup menarik karena desa ini
menghadap ke laut (www.pauluswiratno.com).Dari perkampungan ini, Anda dapat
menikmati keindahan Teluk Benlelang dan lingkungan sekitarnya. Sesampainya Anda
di Kampung Tradisional Takpala, Anda akan disambut dengan Tari Lego-Lego oleh
penduduk setempat. Tarian khas Takpala ini dilakukan secara massal dengan
bergandengan tangan secara melingkar.Para penari Lego-Lego memakai busana
adat, sementara rambut kaum perempuan dibiarkan terurai. Di kaki para penari,
dipasang gelang perak yang akan memantulkan bunyi gemerincing jika digerakkan
(Bentara Wisata, 16 Maret 2007). Tetabuhan gong dan gendang dari kuningan atau
moko mengiringi polah para penari yang bergerak rancak sambil mengumandangkan
lagu dan pantun dalam bahasa adat setempat.
Biasanya, Lego-Lego ditarikan selama semalam suntuk. Anda dan para pengunjung
lain pun bisa turut menari bersama warga masyarakat Kampung Takpala. Menurut
tetua adat setempat, Lego-Lego yang menjadi tarian khas Suku Abui, warga asli
612 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
Takpala, merupakan lambang kekuatan persatuan dan persaudaraan (Bentara
Wisata, 16 Maret 2007).Dalam legenda dikisahkan bahwa Suku Abui adalah pendiri
kerajaan tertua yang pernah ada di Alor, yaitu Kerajaan Abui di pedalaman
pegunungan Alor (www.alorkab.go.id).
Tari Lego-Lego dilakukan dengan mengelilingi tiga batu bersusun berbentuk
lingkaran yang disebut mesbah.Konon, mesbah dibangun masa prasejarah dengan
mengorbankan kepala manusia sebagai tumbal.Persembahan kepala manusia itulah
yang membuat mesbah menjadi dikeramatkan (www.katcenter.info).Ketiga mesbah
yang disakralkan itu melambangkan tiga kelompok yang terdapat dalam Suku Abui,
antara lain Suku Kapitang yang merupakan suku perang, Suku Aweni yang terdiri dari
kaum raja/bangsawan, dan Suku Marang atau suku perantara.Setiap suku memiliki
wewenang sesuai kedudukannya masing-masing.Biasanya, ketiga kelompok suku ini
saling berinteraksi saat menjalankan suatu pekerjaan. Misalnya, sebagai suku raja,
Suku Marang memberi perintah kepada Suku Aweni untuk disampaikan kepada Suku
Kapitang agar pergi berperang (Bentara Wisata, 16 Maret 2007).
Tari Lego-Lego
Sumber Foto: http://www.transnusa.co.id
Selain Tari Lego-Lego, yang menjadi daya tarik Kampung Takpala adalah rumah-
rumah tradisional Suku Abui yang biasa disebut dengan nama Rumah Lopo. Anda
bisa berjalan-jalan dan melihat-lihat keunikan rumah adat yang masih digunakan
sebagai tempat tinggal tersebut.Rumah adat yang masing-masing dihuni oleh sekitar
13 kepala keluarga itu terdiri dari dua jenis rumah, yakni Kolwat dan
Kanuruat.Rumah Kolwat terbuka untuk umum, siapapun boleh masuk termasuk
anak-anak dan perempuan.Sedangkan yang boleh masuk ke rumah Kanuruat hanya
kalangan tertentu. Anak-anak dan perempuan dilarang keras memasuki rumah
Kanuruat, jika dilanggar akan menimbulkan penyakit di mana proses
penyembuhannya harus dilakukan dengan upacara adat (Bentara Wisata, 16 Maret
2007).
Rumah adat Takpala terbuat dari bambu dan berbentuk piramida, beratap alang-
alang, serta disangga oleh 6 tiang yang terbuat dari kayu merah.Di bagian atas
rumah terdapat ornamen berbentuk tangan terbuka sebagai simbol permintaan
613 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
berkat kepada Yang Maha Kuasa.Setiap Rumah Lopo memiliki tiga lantai.Lantai
paling bawah berfungsi sebagai dapur dan ruang tidur, lantai dua digunakan untuk
menyimpan jagung atau bahan makanan lainnya, dan apabila lantai dua sudah
penuh, bahan makanan itu bisa disimpan di lantai tiga yang juga berfungsi sebagai
gudang.Lantai dua juga sering digunakan untuk menjamu tamu-tamu yang datang.
Bisa jadi, oleh pemilik rumah Anda akan dijamu dengan segelas kopi manis
(www.ascensionatsea.net).
Rumah Adat Takpala
Sumber Foto: http://www.ascensionatsea.net
Lantai paling atas juga sering dimanfaatkan untuk menyimpan barang-barang
berharga, termasuk untuk menyimpan moko atau nekara.Moko adalah gendang dari
kuningan yang merupakan warisan budaya perundagian dari zaman perunggu
(diperkirakan antara tahun 1.000 hingga 500 Sebelum Masehi). Selain digunakan
untuk mengiringi Tari Lego-Lego, moko juga berfungsi sebagai bagian dari ritual
perkawinan adat Takpala untuk mas kawin atau belis dalam bahasa adat setempat
(www.katcenter.info). Cukup sulit memisahkan peran moko dalam kehidupan
masyarakat Alor, terutama dalam ritual perkawinan adat.
Moko khas Alor tergolong dalam nekara tipe Pejeng seperti yang ditemukan di
Gianyar, Bali.Bentuk dasarnya lonjong seperti gendang, ada pula yang berbentuk
gendang besar.Pola hiasnya beragam tergantung tahun pembuatannya, yang
kebanyakan sekarang di Alor adalah mirip dengan yang ada pada zaman
Majapahit.Ada pula jenis ragam hias moko yang merupakan hasil produksi pada
zaman kolonial, sebelum Indonesia merdeka (www.alorkab.go.id). Nah, terkait
dengan pernikahan adat Suku Abui di Kampung Takpala, Anda juga bisa mengikuti
prosesi tata cara perkawinan itu serta menikmati kesakralan dan keunikannya.
Selain itu, Anda juga bisa berbelanja moko untuk dijadikan buah tangan atau untuk
menambah koleksi barang-barang unik Anda.
Selain Tari Lego-Lego, Rumah Lopo, dan pernikahan adat Suku Abui, masih ada
banyak hal menarik lainnya yang bisa Anda temui di Kampung Tradisional Takpala
seperti Upacara Belanga Moko dan melihat-lihat koleksi benda-benda tradisional
serta hasil kerajinan penduduk Takpala. Meski belum terdapat toko-toko yang
614 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
khusus menjual barang-barang khas Takpala, Anda dapat membeli langsung di
rumah-rumah penduduk. Terkadang ada pula sejumlah warga yang menggelar
dagangannya di depan rumah atau di beberapa tempat tertentu di Kampung
Takpala. Anda bisa melakukan tawar-menawar dalam transaksi jual beli itu.Barang-
barang asli Takpala yang bisa Anda beli untuk dijadikan oleh-oleh antara lain moko,
tenun ikat, klewang (tempat sirih), cakalele, busur panah atau senjata-senjata
tradisional yang lain, dan benda-benda lainnya.
Moko, Sangat Lekat dengan Tradisi Masyarakat Takpala.
Sumber Foto: http://www.ascensionatsea.net
Secara administratif, Kampung Tradisional Takpala terletak di Dusun III Kamengtaha,
Desa Lembur Barat, Kecamatan Alor Barat Laut, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Batas-batas geografis wilayah Kampung Takpala antara lain: sebelah utara
berbatasan dengan Laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Desa Lembur
Tengah dan Desa Welai Selatan, sebelah timur berbatasan dengan Desa Likwatang,
serta sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lembur Barat (www.arsitekturntt.com).
Akses menuju Kabupaten Alor sekarang sudah jauh lebih mudah. Dari Kupang, ibu
kota Provinsi NTT, tersedia pesawat terbang ke Alor yang beroperasi lima kali dalam
seminggu. Bahkan, ada juga maskapai pesawat yang melayani rute dari Surabaya
dan Jakarta ke Bandara Mali di Alor.Sedangkan bagi Anda yang memilih menempuh
perjalanan lewat jalur laut, Anda bisa memanfaatkan layanan kapal ferry.Layanan
kapal laut dari Kupang ke Alor tersedia dua kali dalam seminggu
(www.denmasdeni.wordpress.com).
Setelah sampai di Kalabahi, ibu kota Kabupaten Alor, Anda bisa meneruskan
perjalanan ke Kampung Takpala dengan menggunakan ojek sepeda motor dengan
ongkos Rp20.000,- sekali jalan. Jarak antara Kalabahi dengan Takpala adalah sekitar
615 Kepariwisataan : Nusa Tenggara Timur
13 kilometer yang bisa ditempuh dalam waktu 20 menit sampai 30 menit
(www.alorguide.blogspot.com).Jika Anda memilih menumpang kendaraan umum,
Anda dapat berangkat dari Terminal Kalabahi dan naik bus jurusan Bukapiting,
kemudian turun di Takalelang di Desa Lembur Barat. Dari sini Anda bisa langsung
meneruskan ke Kampung Takpala dengan naik motor ojek atau berjalan kaki.