18
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Avertebrata air adalah hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang dan susunan pencernaannya terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata air tebagi menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata, Mollusca, Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, annelida dan Anthropoda. Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Rajungan hampir mirip dengan kepiting tetapi perbedaan paling terlihat dari bentuk fisiknya yaitu karapaks yang terdapat pada cangkang kedua spesies ini. Rajungan yang sangat popular dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. Rajungan memiliki ciri morfologi, seperti sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem pencernaan, osmoregulasi, sistem saraf, dan sistem reproduksi. Ciri morfologi yang sudah dijelaskan tadi, pada makalah ini akan membahas lebih spesifik ciri morfologi rajungan dengan penjelasan-penjelasan dari ciri morfologi tersebut. Rajungan Page 1

193664128-Rajungan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 193664128-Rajungan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Avertebrata air adalah hewan air yang tidak mempunyai tulang belakang

dan susunan pencernaannya terletak dibawah saluran pencernaan. Avertebrata air

tebagi menjadi delapan filum yaitu: Porifera, Coelenterata, Echinodermata,

Mollusca, Plathyhelmanthes, Nemalthelminthes, annelida dan Anthropoda.

Rajungan (Portunus pelagicus) merupakan salah satu jenis organisme laut

yang banyak terdapat di perairan Indonesia. Rajungan hampir mirip dengan

kepiting tetapi perbedaan paling terlihat dari bentuk fisiknya yaitu karapaks yang

terdapat pada cangkang kedua spesies ini. Rajungan yang sangat popular

dimanfaatkan sebagai sumber pangan dengan harga yang cukup mahal. Rajungan

memiliki ciri morfologi, seperti sistem pernafasan, sistem peredaran darah, sistem

pencernaan, osmoregulasi, sistem saraf, dan sistem reproduksi.

Ciri morfologi yang sudah dijelaskan tadi, pada makalah ini akan

membahas lebih spesifik ciri morfologi rajungan dengan penjelasan-penjelasan

dari ciri morfologi tersebut.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah

1. Mengetahui dan mempelajari Sistem Pernafasan, Sistem Peredaran Darah,

Sistem Pencernaan, Metabolisme dan Bioenergenetika, Osmoregulasi,

Sistem Otot, Sistem Syaraf, Sistem Endokrin dan Sistem Reproduksi pada

Rajungan.

2. Memberikan informasi ciri morfologi pada rajungan.

Rajungan Page 1

Page 2: 193664128-Rajungan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pernafasan

Ruang-ruang brankial atau ruang-ruang pernafasan terletak di bawah

brankiostegit atau atap insang. Masing-masing ruang dilindungi oleh selaput

kutikular yang memisahkannya dari hepatopankreas di sebelah anterior dan dari

bagian dalam karapas di sebelah posterior. Bagian ventral dibatasi oleh

brankiostegit di sebelah luar dan oleh dinding tubuh di sebelah dalam. Ujung

depan masing-masing ruang insang menyempit dan di belakangnya terletak suatu

ruang pompa kecil melindungi skapognatit. Atap ruang pompa terbentuk dari

selapis kutikular yang diperkuat oleh kerangka; bagian posterior didasari oleh

perluasan pangkal epipod dari maksiliped I dan di sebelah anterior oleh eksopod

dari maksiliped I dan III.

Insang-insang dihubungkan dengan pangkal embelan-embelan di dada.

Ada tiga macam kedudukan bermula munculnya insang sehingga insang-insang

tersebut mempunyai nama-nama yang berbeda, sebagai berikut;

podobrankial muncul dari epipod;

artrobrankial dari hubungan embelan tubuh dan tubuh;

pleurobrankial dari dinding tubuh.

Rajungan pada umumnya mempunyai sembilan insang pada masing-

masing ruang brankial, yaitu:

1. maksiliped II masing-masing terdapat satu podobrankial dan satu

artrobrankial;

2. maksiliped III mempunyai satu podobrankial yang tumpul dan dua

artrobrankial;

3. capit mempunyai artrobrankial;

4. kaki jalan I dan II masing-masing mempunyai pleurobrankial tunggal.

Di dalam ruang brankial juga terdapat maksiliped-maksiliped dan epipod-

epipod, maksiliped II dan III membersihkan permukaan ventral insang-insang.

Sedangkan epipod maksiliped I yang panjang menyapu permukaan dorsal insang-

Rajungan Page 2

Page 3: 193664128-Rajungan

insang. Arus pernafasan masuk ke ruang brankial melalui celah-celah yang

berambut antara kaki-jalan dan ujung bawah dari brankiostegit. Lubang atau pintu

terbesar Milne-Edwards openings terletak di atas basis capit. Setelah air melalui

insang lalu menuju ke ruang hipobrankial di bawah insang. Masing-masing insang

dibentuk oleh satu seri lempeng atau lamela yang diatur di kedua sisi aksis pusat

yang pipih dan arus pernafasan mengalir ke atas melalui lamela-lamela ke ruang

epibrankal di bawah insang. Pertukaran gas terjadi pada saat arus melewati antara

lamela-lamela. Hal ini dilakukan oleh sistem arus yang teratur. Dengan sistem ini

darah mengalir di dalam lamela-lamela dari arah yang berlawanan dengan aliran

air di antara lamela.

Dalam masing-masing ruang epibrankial, arus air keluar mengalir ke

depan, ke dalam ruang pompa. Dari ruangan skapognatit, air dikeluarkan melalui

lubang pengeluaran. Masing-masing skapognatit merupakan pergerakan naik

turun yang diatur oleh sistem operasi otot yang berlawanan pada irisan-irisan

kutikel. Ada dua gelombang per detik bergerak dari posterior ke anterior

sepanjang skapognatit yang mendorong air menuju ruang pompa. Lubang

pengeluaran terletak di kedua sisi epistoma tepat di bawah mulut dan arus yang

keluar dari sistem tersebut dapat sangat kuat dan membantu menyemprotkan air

sampai kosong.

2.2 Sistem Peredaran Darah

Sistem sirkulasi darah pada rajungan disebut sistem sirkulasi darah

hemosoelik (haemocoelic) atau terbuka, yaitu terjadi kontak langsung antara darah

dan jaringan. Sistem ini sangat berbeda dengan sistem sirkulasi darah pada

Vertebrata yang mempunyai sistem sirkulasi melalui pembuluh darah tertutup.

Sistem sirkulasi darah terbuka pada crustacea menyebabkan hilangnya rongga

tubuh, karena sinus-sinus darah memenuhi celah antara jaringan dan organ-organ

tubuh, membentuk rongga tubuh yang dipenuhi darah, yaitu hemosoel. Rongga

tubuh sendiri terbatas pada rongga-rongga eksresi dan organ-organ

perkembangbiakan.

Rajungan Page 3

Page 4: 193664128-Rajungan

Tetapi meskipun banyak volume darah memenuhi ruang hemosoel, ada

tambahan sistem pembuluh darah yang sangat nyata, terutama pada sisi arterial,

yakni melalui pembuluh arteri darah yang dipompa dari jantung sehingga suatu

jaringan sirkulasi darah dapat dikelola.

2.3 Sistem Pencernaan

Dua kelenjar hijau besar terdapat di kepala untuk membuang sisa-sisa

organik dan cairan tubuh. Saluran pada masing-masing kelenjar membuka di

bagian ventral pada antennae. Rongga-rongga kelenjar ekskresi dan organ genital

semuanya terletak di rongga tubuh (coelom) yang juga terdapat pada Annelida dan

Vertebrata.

2.4 Osmoregulasi

Dalam hal ini insang merupakan organ utama untuk menjaga

keseimbangan kadar garam tubuh. Insang secara aktif mengabsorbsigaram-garam

dari lingkungan. Nephrocyte yang terdapat pada sumbu insang merupakan sel

yang berperan penting dalam mengambil dan mengumpulkan partikel buangan.

2.5 Sistem Saraf

Sistem saraf pada krustase termasuk P. Pelagicus cenderung memusat

menjadi semacam otak, dan terjadi penyatuan ganglia. Otak berhubungan dengan

saraf ke antena pertama (antenul), mata mejemuk dan saraf melingkar esofagus

selanjutnya menuju benang saraf ventral.

2.6 Sistem Endokrin

Pertumbuhan dan reproduksi krustasea diatur oleh kombinasi hormon

neuropeptida, ecdysteroids (hormon molting) dan metil farnesoate isoprenoid

(MF) (Tang et al., 1999).

Molting pada decapoda crustacea dikendalikan oleh kelenjar kompleks

pada tangkai mata (X-organ/sinus), yang menghasilkan moulting inhibiting

hormon (MIH), sebuah neuropeptida yang menghambat produksi ekdisteroid oleh

sepasang Y-organ (Yos) yang terletak di cephalothorax (Mykles et al., 2010).

Rajungan Page 4

Page 5: 193664128-Rajungan

Y-organ merupakan sumber hormon molting, disekresikan sebagai

ecdysone, prekursor, untuk hemolymph yang akan dikonversi menjadi hormon

yang aktif, 20-OH-ecdysone, oleh aktivitas 20-hidroksilase pada epidermis,

jaringan serta organ lainnya (Huberman, 2000).

Gambar 1. Struktur Ecdysteroid crustacea (a) ecdysone, (b) 20-OH-ecdysone,

(c) 3-dehydroecdysone

Jenis-jenis hormon yang berperan dalam molting crustacea dan keterkaitannya

satu sama lain :

1.  Crustacea Hyperglychemic Hormone (CHH)

Neuropeptida lain yang terdapat pada tangkai mata yang berhubungan

dengan dengan aktivitas MIH adalah crustacea hyperglycemic hormon (CHH),

dinamakan demikian karena perannya dalam meningkatkan kadar glukosa dalam

hemolymph. CHH dapat menghambat molting sebagai respon terhadap tekanan

lingkungan tertentu. Transpor ion oleh CHH-like peptida hanya untuk

transportasi Cl di epitel hindgut (Mykles et al., 2010). 

Antara CHH dan MIH saling berkaitan dalam hal pengikatan reseptor

independen (Gambar 3.).

Rajungan Page 5

Page 6: 193664128-Rajungan

Gambar 3.  Siklik aksi nukleotida pada Y-organ Decapoda (Yo).

Neuropeptida, crustacea hyperglycemic hprmon (CHH), dan molt-inhibiting

hormon (MIH) mengikat reseptor independen pada membran plasma Yo

(Mykles et al., 2010)

Reproduksi crustacea diatur oleh rantai kompleks interaksi hormonal

dimana yang memainkan peranan dalam proses ini adalah hormon krustasea

hyperglycaemic A dan B (CHH-A dan CHH-B) dan hormon gonad-menghambat

(GIH).  Neurohormonnya diproduksi di sel neuroendokrin yang sama dengan

kelenjar kompleks sinus organ X, yang terletak di tangkai mata. CHH-A dan-B

yang terlibat memicu timbulnya vitellogenesis dan CHH-B sendiri, khusus

bertanggung jawab untuk merangsang pematangan oosit sebelum pemijahan,

sedangkan GIH mencegah awal vitellogenesis di ovarium (De Kleijn et al., 1998).

CHH merupakan neuropeptida paling melimpah di sinus gland. Peran

sentral mereka pada pengaturan metabolisme karbohidrat serta berperan dalam

metabolisme lemak. CHH meningkatkan pelepasan in vitro asam lemak bebas dan

fosfolipid dari hepatopankreas O. limosus. Sebuah peran yang lebih kompleks

CHH di kontrol metabolik ini dibuktikan dengan signifikan mengikat organ-organ

yang berbeda seperti hepatopankreas, jantung, epidermis dan Y-organ. Hal ini

juga kemungkinan bahwa isomorphs berbeda dari CHH memiliki fungsi dan

reseptor yang berbeda. (Huberman, 2000).

Adapun urutan sekuen asam amino pada CHH dapat dilihat pada gambar

4. berikut :

Gambar 4.  Amino acid sequences of CHH peptides (Huberman, 2000)

Telah ditunjukkan bahwa CHH memiliki multifungsi. Semua isoform

CHH memiliki efek hyperglycaemic, CHH-B dapat merangsang pertumbuhan

Rajungan Page 6

Page 7: 193664128-Rajungan

oosit dan CHH-A dapat menampilkan aktivitas molt-inhibiting. Selain itu, efek

ablasi tangkai mata dan implantasi ganglia toraks/abdomen menunjukkan

keberadaan suatu hormon vitellogenic-stimulating. mRNA CHH-A dan-B juga

terdapat pada bagian sistem saraf selain ganglia optik, yang menunjukkan bahwa

CHH mungkin memiliki peran tambahan dalam kontrol reproduksi dan molting

(De Kleijn et al., 1998).

Crustacea hyperglycaemic hormon (CHHs) dari kelenjar sinus sistem X-

organ (SG) neurosecretory di tangkai mata crustacea terlibat dalam pengaturan

glukosa darah dan lipid, sekresi enzim hepatopancreatic, produksi Y-organ

ekdisteroid dan transportasi insang ion.

2.  Gonad-Inhibiting Hormone (GIH)

Reproduksi crustacea betina dikendalikan oleh sistem endokrin yang

rumit. Kegiatan selular yang terjadi selama perkembangan ovarium disebut proses

vitellogenesis, yang merupakan proses dimana vitellogenin (Vg), suatu prekursor

protein kuning telur, diakumulasikan di dalam oosit yang sedang berkembang.

Vitellogenesis merupakan langkah penting dalam pematangan ovarium. Vg dapat

disintesis di ovarium dan / atau situs nonovarian lain seperti hepatopankreas.

Sintesis Vg dan pematangan ovarium diatur oleh faktor endokrin tangkai mata

disebut sebagai vitellogenesis-inhibiting hormon (VIH) atau gonad-inhibiting

hormon (GIH) (Treerattrakool et al., 2008).

Gonad-inhibiting hormon (GIH), juga disebut vitellogenesis-inhibiting

hormon (VIH) penting dalam menghambat proses vitellogenesis. Bersama-sama

dengan hormon molt-inhibiting (MIH), neurohormon ini termasuk dalam keluarga

neuropeptida CHH/MIH/VIH. Semuanya diproduksi di sel neuroendokrin dari

terminalis medula organ X, terlokalisasi dalam tangkai mata crustacea, dan

diangkut ke ujung akson cluster dari sel-sel yang membentuk organ aneurohemal,

kelenjar sinus. (De Kleijn et al., 1998).

Rajungan Page 7

Page 8: 193664128-Rajungan

3.  Mandibular Organ-Inhibiting Hormone (MOIH)

Pertumbuhan dan reproduksi crustacea diatur oleh kombinasi hormon

neuropeptida, ecdysteroids (molting hormon) dan metil farnesoate isoprenoid

(MF).  MF disintesis dan dikeluarkan dari pasangan organ mandibula, sintesis

yang sedang dimodulasi oleh satu atau lebih neuropeptida diproduksi dan dirilis

dari  X-organ kelenjar kompleks tangkai mata.  Pemurnian dan penentuan struktur

primer dari 78-residu sinus neuropeptida, mandibular organ-inhibiting hormon

(MO-IH-1) dan varian, MO-IH-2, yang menghambat sintesis MF pada decapoda

krustasea C. pagurus.  Peptida ini adalah bagian dari molting-inhibiting hormon

(MIH) kelompok dalam crustacea hyperglycaemic hormon (CHH), keluarga

neuropeptida. MIH secara negatif mengatur produksi ekdisteroid dalam Y-organ

(Tang et al., 1999).

Hasil penelitian Tang et al. (1999) yang menganalisis distribusi dan

ukuran MO-IH pada jaringan C. pagurus menunjukkan bahwa MO-IH paling

banyak ditemukan pada bagian mata dan X-organ sebanyak 950 pasang basa (bp),

seperti yang terlihat pada gambar 7.

Gambar 7. Northern blot showing the tissue distribution and size of the C.

pagurus MO-IH transcript.

Rajungan Page 8

Page 9: 193664128-Rajungan

2.7 Sistem Reproduksi

Rajungan muda mencapai dewasa kelamin pada panjang karapas sekitar 37

mm. Dengan demikian rajungan dapat melakukan proses reproduksi ketika

mencapai ukuran tersebut (Rousefell, 1975 in Darya, 2002). Pada rajungan betina

terdapat tahap perkembangan gonad sejak awal hingga selesai memijah. Tahap

perkembangan gonad ini disebut sebagai Tingkat Kematangan Gonad (TKG).

Penentuan TKG dapat dilihat secara morfologi dan histologi. Penentuan secara

morfologi dapat dilihat dari bentuk, panjang, berat, warna serta perkembangan isi

gonad, sedangkan secara histologis dapat dilihat dari anatomi perkembangan

gonadnya (Effendie, 1997 dikutip oleh Hermanto, 2004).

Pada rajungan, telur dalam tubuh betina yang sudah matang akan turun ke

oviduct dan dibuahi sperma, kemudian dipijahkan dan akan melekat pada rambut-

rambut pleopod. Jumlah telur yang dikeluarkan di alam berkisar antara 1-8 juta

butir tergantung ukuran induk rajungan, namun hanya sepertiganya yang

menempel pada rambut-rambut pleopod (Fielder dan Heasman, 1982; Rukmana,

1992 dalam Hermanto, 2004).

Dalam proses reproduksi tingkah laku menjadi bagian yang lazim

dilakukan oleh makhluk hidup lainnya untuk menarik pasangannya dengan

memberi sinyal-sinyal yang dipahami oleh lawan jenis. Ketika spesies jantan

mengalami matang maka akan mencoba menarik perhatian spesies betina yang

mengarah pada kematangan gonad.

Ritual yang biasa dan unik adalah ketika spesies jantan berdiri tinggi

dengan menggunakan kaki jalan sebagai tumpuan, sesekali menggali substrat

pasir, meregangkan capit mengarah ke luar tubuh atau melipatnya ke arah dalam

dan pada saat ini feromon dilepaskan ke air yang berperan sebagai komunikasi

untuk menarik spesies betina.

Pelepasan senyawa kimia yang terkandung dalam urin ini ditujukan ke

arah betina melalui pergerakan arus air dibantu oleh kaki renang menuju betina,

hal ini dilakukan berulang kali hingga spesies betina tertarik. Ketertarikan betina

ditandai dengan adanya respon meregangkan capit dan melipat seolah melambai-

lambai, namun spesies betina tetap tidak bergerak mendekati jantan. Yang aktif

Rajungan Page 9

Page 10: 193664128-Rajungan

bergerak mendekat adalah spesies jantan, namun betina telah bersedia pada

posisinya dan mencoba tenang hingga Jantan berada di bagian atasnya, pada

keadaan ini disebut sebagai prakopulasi atau berpasangan. Pada tahap ini, spesies

betina tetap berada dalam buaian spesies jantan dan diperkirakan sekitar 2-7 hari

hingga menjelang waktu ekdisis (molting).

Terdapat beberapa keistimewaan bagi spesies betina, yakni mendapatkan

jaminan keamanan dari spesies jantan oleh pemangsaan predator apalagi pada

kondisi lunak sesaat setelah molting. Periode kritis ini berlangsung hingga karapas

kembali menjadi keras sekitar 48 jam. Pada tahap selanjutnya, terjadi kopulasi

dengan bagian abdomen saling bersentuhan dan membuka. Spesies betina berada

di bawah jantan dengan posisi abdomen membuka dan akan memfasilitasi

masuknya gonopods, yakni pleopod yang merupakan organ intromittent panjang

yang bukan penis namun berfungsi menyalurkan sperma (spermatophore) ke

dalam gonopores betina. Kopulasi akan berlangsung sekitar 5-12 jam.

Rajungan betina dapat bertelur antara 180.000 sampai 200.000 telur setiap

memijah. Telur dibentuk lebih dari satu periode yang lamanya lebih dari satu hari

sebelum dibuahi. Beberapa ratus telur disematkan di bagian bawah tubuh betina

yaitu pada bagian perut dengan maksud untuk melindunginya. Perlindungan

dilakukan induk betina (maternal care) dengan cara selalu membersihkan telur

yang saling menempel ketika induk betinanya keluar dari pasir. Pemijahan dapat

terjadi lebih dari sekali dalam satu musim dengan menggunakan sperma dari

perkawinan yang pertama. Telur akan menetas kira-kira selama 15 hari pada

perairan dengan suhu 24 °C (West Australia goverment, 1997; Darya, 2002 dalam

Hermanto, 2004).

Rajungan Page 10

Page 11: 193664128-Rajungan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem sirkulasi darah pada rajungan disebut sistem sirkulasi darah

hemosoelik (haemocoelic) atau terbuka, yaitu terjadi kontak langsung

antara darah dan jaringan.

Sistem pencernaan terdapat pad dua kelenjar hijau besar yang terdapat

di kepala untuk membuang sisa-sisa organik dan cairan tubuh.

Rongga-rongga kelenjar ekskresi dan organ genital semuanya terletak

di rongga tubuh (coelom).

Insang merupakan organ utama untuk menjaga keseimbangan kadar

garam tubuh.

Sistem saraf pada rajungan memusat menjadi semacam otak, dan

terjadi penyatuan ganglia.

cara reproduksi pada rajungan yaitu telur dalam tubuh betina yang

sudah matang akan turun ke oviduct dan dibuahi sperma, kemudian

dipijahkan dan akan melekat pada rambut-rambut pleopod.

Rajungan Page 11

Page 12: 193664128-Rajungan

DAFTAR PUSTAKA

http://bontocina-kaizen.blogspot.com/2011/06/kepiting-dalam-buku-

biologi-laut.html diakses pada 17 September 2013 ; 19.21

Roffi. 2006. Budidaya Rajungan.

http://akuakultur.wordpress.com/2006/12/23/ budidaya-rajungan-2/

diakses pada 17 September 2013 ; 19.48

repository.ipb.ac.id/bitstream/.../BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf

diakses pada 28 September 2013 ; 09.42

http://arsal-gudangilmu.blogspot.com/2011/04/peranan-hormon-molting-

pada-crustacea.html

Rajungan Page 12