Upload
dian-wijayanti
View
263
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 1/127
TESIS
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANGTITIK AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET
RENDAH KALORI MENURUNKAN BERAT BADANDAN INTERLEUKIN (IL)-6 SERUM MENCIT JANTAN
DENGAN OBESITAS
I MADE PURWAHANA
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010
TESIS
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 2/127
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG
TITIK AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET
RENDAH KALORI MENURUNKAN BERAT BADAN
DAN INTERLEUKIN (IL)-6 SERUM MENCIT JANTAN
DENGAN OBESITAS
I MADE PURWAHANA
NIM : 0790761019
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANADENPASAR
2010
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 3/127
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG TITIK
AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET RENDAH
KALORI MENURUNKAN BERAT BADAN DAN
INTERLEUKIN(IL)-6 SERUM MENCIT JANTAN DENGAN
OBESITAS
Tesis untuk Memperoleh Gelas Magister
Pada Program Magister, Program Studi Ilmu BiomedikProgram Pascasarjana Universitas Udayana
I MADE PURWAHANA
NIM: 0790761019
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2010
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 4/127
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 12 JANUARI 2011
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof.Dr.dr. J.Alex Pangkahila, M.Sc. Sp.And. Dr.dr.Koosnadi S, Sp.Rad.
NIP: 194402000111964091001 NIP: 195112261981021001
Mengetahui:
Ketua Program Studi Ilmu Biomedik DirekturProgram Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana, Universitas Udayana,
Prof.Dr.dr.Wimpie I.Pangkahila, Prof.Dr.dr.A.A.RakaSudewi,Sp.S(K)Sp.And.FAACS.
NIP: 194612131971071 NIP: 195902151985102001
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 5/127
PENETAPAN PANITIA PENGUJI
Tesis ini telah Diuji pada
Tanggal 14 Desember 2010
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana
No: 1830/H14.4/HK/2010, Tanggal 13 Desember 2010.
Ketua : Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And.
Sekretaris : Dr.dr. Koosnadi ,Sp.Rad.
Anggota : 1. Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, FAACS
2. Prof.dr. N.T.Suryadhi, M.Ph.Phd.
3. Prof.dr.N.Agus Bagiada, Sp.Biok.
UCAPAN TERIMA KASIH
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 6/127
Dalam kesempatan ini penulis ingin memanjatkan puji syukur kehadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung
wara kerta nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan kelayakan hasil penelitian
yang berjudul ” Pelatihan Intensitas Sedang, Rangsang Titik Akupunktur
Pusat Lapar Dan Diet Energi Rendah Menurunkan Berat Badan Dan
Interleukin-6 Serum Pada Mencit Jantan Dengan Obesitas” dapat
diselesaikan.
Sehingga pada kesempatan ini pula perkenankanlah penulis mengucapkan
terima kasih yang sebesa-besarnya kepada:
1. Prof.Dr.dr.J. Alex Pangkahila,Sp.And,M.Sc., selaku pembimbing I yang
banyak memberikan masukan, saran ilmiah dan bimbingan serta dorongan
selama penulis menyelesaikan tesis ini.
2. Dr.dr.Koosnadi Saputra, Sp.Rad., selaku pembimbing II yang telah
penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran
serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
3. Prof.Dr.dr.Wimpie I.Pangkahila, Sp.And,FAACS, sebagai Ketua
Program Studi Ilmu Kedokteran Biomedik yang banyak memberikan ide,
masukan, saran ilmiah dan bimbingan selama penulis menyelesaikan tesis
ini.
4. Prof.Dr.N.T. Suryadhi, MPH, PhD., yang telah memberikan sanggahan,
masukan dan saran ilmiah yang berguna bagi penulis dalam menyusun
tesis ini.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 7/127
5. Prof.dr. N. Agus Bagiada Sp.Biok. sebagai penguji yang telah banyak
memberikan bimbingan, dorongan, saran serta masukan dalam
menyelesaikan tesis ini.
6. dr. N. Sri Budayanti, Sp.Mikrob, selaku Kepala Lab/Bag Biomol FK
Unud yang telah mengijinkan dan membantu untuk tempat pemeriksaan
serum dalam penelitian ini.
7. Ibu Wahyu selaku tenaga/staf Lab. Biomol yang telah membantu untuk
pemeriksaaan ELISA serum mencit.
8. Bapak Tunas, yang telah memberikan masukan dan saran dalam bidang
statistik bagi penulis dalam menyusun tesis ini.
9. Bapak Gde Wiranata, yang telah membantu dan membimbing penulis
selama melakukan perlakuan penelitian terhadap hewan coba.
10. Bapak I Made Minggu, yang telah membantu menyediakan mencit untuk
hewan coba dalam penelitian ini.
Pada kesempatan ini juga penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada istri tercinta, anak-anakku (Gek Ina dan Gek Nia), kedua orang tua,
termasuk teman-teman seperjuangan yang begitu kompak dan semua pihak yang
telah memberikan dorongan moril dalam menyelesaikan program magister ini.
Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksaaan
dan penyelesaian tesis ini.
Denpasar, Nopember 2010
Penulis.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 8/127
ABSTRAK
PELATIHAN INTENSITAS SEDANG, RANGSANG TITIK
AKUPUNKTUR PUSAT LAPAR DAN DIET RENDAH KALORI
MENURUNKAN BERAT BADAN DAN INTERLEUKIN – 6 SERUM
MENCIT JANTAN DENGAN OBESITAS
Obesitas sekarang telah menjadi masalah kesehatan yang bersifat epidemi
dan sudah menjadi masalah di hampir semua negara di dunia. Wabah obesitas
tidak terbatas dihadapi oleh negara-negara maju , tetapi peningkatan lebih cepat
justru terjadi di negara-negara yang sedang berkembang. Organisasi kesehatan
Dunia (WHO) mencatat pada tahun 2005, secara global ada sekitar 1,6 miliar
orang dewasa yang overweight dan 400 juta diantaranya dikategorikan obesitas.
Obesitas sering menjadi penyebab utama munculnya risiko penyakit kronis sepertidiabetes tipe 2, kardiovaskuler, darah tinggi dan stroke, serta berbagai jenis
kanker serta menurunkan kualitas hidup manusia.
Akupunktur (tusuk jarum) merupakan konsep pengobatan denganmenggunakan tusukan jarum dari permukaan tubuh menuju organ target. Hantaranrangsang tersebut dapat melalui reaksi inflamasi lokal, refleks somato-viseral,
transmisi neural dan melalui jalur meridian. Rangsangan dari titik akupunktur no.25 dan titik telinga merupakan hantaran rangsang dari spinal menuju thalamus,
yang menimbulkan rangsangan pusat kenyang VHM (ventromedial hipothalamus)
selanjutnya menekan pusat lapar(lateral hipothalamus). Rangsangan titik
akupunktur no. 43 merupakan hantaran rangsang pada kaki melalui jalur meridian
menuju sistem pencernaan. Latihan intensitas sedang adalah latihan dengan durasi
20 menit setiap hari dengan peningkatan denyut nadi 60-70% dari normal. Diet
rendah kalori adalah dengan pemberian asupan makanan tinggi serat rendah
kalori.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah rangsangan pada titikakupunktur pusat lapar, latihan intensitas sedang dan diet rendah kalori dapat
menurunkan berat badan dan interleukin-6 serum mencit jantan obesitas.
Penelitian ini menggunakan rancangan randomized pretest-posttest control
group design, dengan tiga kelompok perlakuan. Jumlah sampel adalah sebelas
ekor tiap kelompok (kelompok 1= latihan intensitas sedang, kelompok 2=rangsangan akupunktur titik pusat lapar, kelompok 3= diet rendah kalori).
Perlakuan kelompok 1 latihan tiap hari selama 20 menit, kelompok 2 rangsangakupunktur 3 kali seminggu selama 10 menit, kelompok 3 perlakuan tiap hari.
Perlakuan diberikan selama empat minggu. Setelah empat minggu diperiksa berat badan dan kadar interleukin-6 serumnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perangsangan titik akupunktur pusat
lapar , latihan intensitas sedang serta diet rendah kalori dapat menurunkan berat badan dan interleukin-6 serum ketiga kelompok secara bermakna (p < 0.05).
Kata kunci : Akupunktur, Latihan intensitas sedang, Diet rendah kalori,Mencit,
Berat badan, Interleukin-6.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 9/127
ABSTRACT
MEDIUM INTENSITY TRAINING, STIMULATE THE ACUPUNCTURE
POINT OF HUNGER-CENTER, AND LOW CALORI DIET, REDUCE
WEIGHT AND INTERLEUKIN - 6 SERUM MALE MICE WITH
OBESITY
Obesity has now become anepidemical health problem and has become a
problem in almost countries in the world. Obesity epidemic is not limited faced
by developed countries, but inreased even faster in developing countries. World
Health Organization(WHO) noted in 2005, globally there are approximately 1.6
billion overweight adults and 400 million of it was classified as obese. Obesity is
often a major cause of chronic disease risk such as diabetis type 2, cardiovascular
disease, hypertension and stroke, and various types of cancer as well as decreasethe quality of human life.
Acupuncture (needling) is the concept of treatment using a needle
puncture from the surface of body toward the target organ. Stimulation can bevia a local inflamatory reaction, reflex somato-viseral , neural trasmission andthrough the meridian . Stimulation of acupuncture points No. 25 and ear points
are stimulations of the spinal to the thalamus, leading to stimulation of satietycenter VHM(ventromedial hypothalamus) futhermore suppress the hunger center
(lateral hypothalamus). Stimulation of acupuncture point No. 43 is stimulation on
foot through the meridian toward to the digestive system. Moderate intensity
exercise is the exercise with a duration of 20 minute each day with an increased
pulse rate 60 – 70% of normal state. Low-calori diet is giving food that has high
fiber but low in calories.
This study aims to prove whether the stimulation of acupuncture points on
the hunger-center, moderate-intensity exercise and low calorie diet can lose
weight and interleukin-6 serum male mice with obesity.This study used a blueprint randomized pretest-postest control group
design, with three treatment groups. The number of samples is eleven heads of
each group (group 1=moderate intensity exercise, group 2 = acupuncture
stimulation of hunger centerpoints, group 3 = low calorie diet). Treatment group
1: exercise everyday for 20 minutes, group 2: acupuncture stimulation 3 times aweek for 10 minutes, group 3: treatment everyday. Treatment is given for four
weeks. After four weeks examination of weight and levels of interleukin-6 serumis conduct..
The research showed that acupuncture stimulation of hunger centrepoints,moderate-intensity exercise and low calorie diet can lose both weight and
interleukin-6 serum of all groups significantly (p< 0.05).
Key words: Acupuncture, exercise of moderate intensity, low energy diet, Mice,Weight loss, Interleukin-6.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 10/127
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ................................................................................ i
PERSYARATAN GELAR ..................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ....................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... viii
ABSTRACT ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL.................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ………………..……..................................1
1.2 Rumusan Masalah………………………….….…... ..........................6
1.3 Tujuan Penelitian ……………………….…….…........................... ..7
1.3.1. Tujuan Umum … ………………….…….................................. 7
1.3.2. Tujuan Khusus …………………….…….…..................................7
1.4 Manfaat Penelitian ……………………….…….…............................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Obesitas .........................................................................................9
2.1.1 Pengertian Obesitas .......................................................................9
2.1.2 Obesitas dan Inflamasi ..................................................................12
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 11/127
2.1.3 Metode Menentukan Obesitas.................................... . ... ............17
2.1.4 Klasifikasi Obesitas .......................... ...............................……...23
2.1.5 Faktor-faktor penyebab kegemukan/obesitas .............................24
2.1.6 Cara Menurunkan Berat Badan ....................................................26
2.2. Energi ...........................................................................................28
2.2.1 Penggunaan Glukosa......................................................................28
2.2.2 Penggunaan Lemak .......................................................................28
2.2.3 Penggunaan Protein .....................................................................29
2.2.4 Kegunaan Energi ...........................................................................30
2.2.5 Keseimbangan Energi ...................................................................31
2.2.6 Pengeluaran Energi .......................................................................32
2.2.7 Sumber Energi ..............................................................................34
2.3 Diet Rendah Kalori ......................................................................35
2.4 Konsep Pengobatan Akupunktur .................................................36
2.4.1 Reaksi Inflamasi Lokal..................................................................39
2.4.2 Refleks Somato Viseral ...............................................................40
2.4.3 Transmisi Neural ..........................................................................41
2.4.4 Transmisi Interseluler melalui Jalur Meridian ..............................42
2.4.5 Sel Aktif Listrik tubuh ..................................................................43
2.4.6 Titik Akupunktur sebagai sel aktif listrik .... ...........................44
2.4.7 Peranan Ion Kalsium .................... .................................................45
2.4.8 Akupunktur Telinga ......................................................................46
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 12/127
2.5 Akupunktur Veteriner ...................................................................49
2.6 Hewan Coba Mencit ....................................................................50
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir............................ .............................................52
3.2 Kerangka Konsep Penelitian..........................................................54
3.3 Hipotesis Penelitian ......................................................................54
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1
Rancangan Penelitian ....................................................................56
4.2
Lokasi dan Waktu ........................................................................ 57
4.2.1 Sampel penelitian ........................................................................56
4.2.2 Kriteria sampel ............................................................................56
4.2.3 Besar sampel ...............................................................................56
4.3 Penentuan Sumber Data ..............................................................57
4.3.1 Sampel Penelitian ... ....................................................................57
4.3.2 Kriteria Sampel ...........................................................................57
4.3.3 Besar Sampel ............................................................................. 58
4.4 Variabel Penelitian ..........................................................................59
4.5 Materi dan Bahan ............................................................................61
4.6 Alat pengambil data ………………………........................….…...61
4.7 Tata Cara Penelitian ........................................................................62
4.8 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................... 61
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Uji Normalitas Data …………………………………………..…...67
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 13/127
5.2 Uji Homogenitas Data antar kelompok…………………………...67
5.3 Berat Badan
5.3.1 Uji Komparabilitas…………………….... ……………………..67
5.3.2 Analisis efek perlakuan…………............. ……………………...68
5.3.3 Analisis komparasi antara sebelum dan sesudah perlakuan....... . 70
5.4 Interleukin-6 …………………………………………………….70
5.4.1 Uji Komparabilitas........................................................................70
5.4.2 Analisis Efek perlakuan............................... ……………………71
5.4.3 Analisis komparasi antara sebelum dan sesudah perlakuan…… 73
BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1 Subyek Penelitian ………………………………………………….75
6.2 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Badan… . ...............................75
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1
Simpulan . ................................................................ ........................ 80
7.2
Saran ................................................................................................ 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 82
LAMPIRAN ................................................................................................ 91
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 14/127
DAFTAR TABEL
Judul Hal
Tabel 5.1 Rerata Berat Badan antar kelompok 68
sebelum perlakuan( pretest )
Tabel 5.2 Rerata Berat Badan antar kelompok 69
setelah perlakuan(postest)
Tabel 5.3 Analisis Komparasi Berat Badan antara 73
sebelum dan sesudah perlakuan
Tabel 5.4 Rerata Interleukin-6 anatar kelompok 74
sebelum diberikan perlakuan
Tabel 5.5 Rerata Interleukin-6 antar kelompok 74sesudah diberikan perlakuan
Tabel 5.6 Analisis Komparasi Interleukin-6 72
sesudah perlakuan antar kelompok
Tabel 5.7 Analisis Komparasi Interleukin-6 antara 74
sebelum dan sesudah perlakuan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 15/127
DAFTAR GAMBAR
Judul Hal
Gambar 2.1 Persentase penduduk Obesitas di Indonesia 8
(Dit BGM depkes 1997)
Gambar 2.2 Adipositas memicu inflamasi 12
Gambar 2.3 Obesitas mengakibatkan inflamasi dan Metabolik sindrom 13
Gambar 2.4 Manfaat potensial penurunan berat badan sedang (5-10%) 16
Gambar 2.5 Tampak Migrasi aktif dari ITP. 36
Gambar 2.6 Cara kerja Rangsangan titik akupunktur 36
Gambar 2.7 Trasmisi Neural 40
Gambar 2.8 Hubungan Aurikularis dengan Otak & Organ Bagian dalam 45
Gambar 2.9 Letak titik akupunktur pada telinga mencit 48
Gambar 2.10 Letak titik Akupunktur No. 25 dan No. 43 pada mencit 49
Gambar 2.11 Skema letak titik akupunktur pada kelinci 50
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir 53
Gambar 3.2 Bagan kerangka Konsep 54
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian 55
Gambar 4.2 Alur Penelitian 66
Gambar 5.1 Grafik Penurunan Berat Badan setelah perlakuan 68
Gambar 5.2 Grafik Rerata penurunan Interleukin-6 setelah perlakuan 71
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 16/127
DAFTAR LAMPIRAN
Judul Hal
Lampiran 1. Data Berat Badan Mencit 91
Lampiran 2. Data Kadar IL-6 Mencit 92
Lampiran 3. Uji Normalitas Data 93
Lampiran 4. Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test Berat Badan 94
Lampiran 5. Uji One Way Anova Pre-test dan Post-test Berat Badan 94
Lampiran 6. Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test IL-6 95
Lampiran 7. Uji One Way Anova Pre-test dan Post-test IL-6 94
Lampiran 8. Uji Least Significant Difference 96
Lampiran 9. Uji Paired T-test 96
Lampiran 10. Foto-foto Penelitian 104
Lampiran 11. Surat Keterangan Kelaikan Etik 110
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 17/127
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Saat ini telah terjadi peningkatan prevalensi kejadian overweight dan
obesitas di seluruh dunia sebagai dampak negatif dari meningkatnya
perkembangan ekonomi di negara-negara Asia –Pasifik.
Peningkatan perekonomian dan meningkatnya taraf hidup masyarakat
menyebabkan perubahan pada perilaku atau gaya hidup masyarakat serta kondisi
kurang sehat yang berakibat pada pola penyakit atau gangguan kesehatan seperti;
obesitas, stroke, hipertensi, kelainan jantung, metabolik sindrom, dll., yang
merupakan jenis penyakit degeneratif (WHO, 2000).
Sesuai data yang dirangkum oleh WHO, hampir semua negara-negara di
dunia mempunyai kecenderungan adanya peningkatan jumlah penduduk dengan
obesitas (WHO, 1998; Suastika, 2002).
Saat ini diperkirakan lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita
obesitas, dan angka ini masih akan terus meningkat dengan cepat. Dengan
semakin majunya negara – negara berkembang, maka overweight dan obesitas
juga berkembang menjadi masalah kesehatan global yang sangat penting
(WHO,1998). Di Amerika berdasarkan sigi the second National Health and
Nutrition Examination survey II(NHANES II), peroide 1976-1981 ditemukan
bahwa 26% penduduk dewasa atau sekitar 34 juta penduduk yang berumur 20-75
tahun menderita kelebihan berat badan. Berdasarkan data NHANES III ditemukan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 18/127
sekitar sepertiga (58) juta penduduk dewasa Amerika adalah obesitas ( Chua and
Leibel, 1997).
Telah bertahun-tahun dilaporkan bahwa adanya hubungan kuat antara DM
Tipe 2, Obesitas, Aterosklerosis, Hiperlipidemia dan Hipertensi. Walaupun
hubungan tersebut telah sangat akrab di telinga para dokter, namun hipotesis baru
diajukan belakangan ini oleh Reaven pada tahun 1998 (disebut Sindrom X yang
terdiri resistensi terhadap ambilan glukosa yang dirangsang oleh insulin,
intoleransi glukosa, hiperinsulinemia, peningkatan trigeliserida-VLDL, penurunan
kolesterol-HDL, dan hipertensi) oleh De Fronzo dan Ferrannini pada tahun 1991
disebut sebagai Sindrom Resistensi Insulin. Sindrom yang disebut dengan
berbagai nama ini kemudian lebih dikenal dengan sebutan ” Sindrom Metabolik”.
Kalau melihat komponen Sindrom Metabolik, maka obesitas sentral dan resistensi
insulin merupakan titik sentral dari komponen lainnya (Despres et al., 2000).
Studi di Swedia menunjukkan bahwa obesitas memberikan dampak buruk
terhadap kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup terutama terhadap
wanita berumur 35 – 64 tahun (Larson et.al., 2002). Penurunan berat badan akan
meningkatkan kualitas hidup, seperti fungsi fisik, penampilan serta kehidupan
sexual ( Kolotkin et al., 2002).
Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk
overweight diperkirakan mencapai 76,7 juta ( 17,5%) dan obesitas berjumlah
lebih dari 9,8 juta (4,7%). Jumlah penderita obesitas di Indonesia terus bertambah
dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Susenas(Survey Kesehatan Nasional) tahun
1989, prevalensi obesitas di Indonesia adalah 1,1 persen di kota dan 0,7 persen di
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 19/127
desa. Angka tersebut meningkat hampir lima kali lipat menjadi 5,3 persen dan 4,3
persen pada tahun 1999. Penelitian pada orang dewasa di Bali, prevalensi obesitas
didapatkan 20,1% ( Padmiari et al., 2004).
Hasil pemantauan masalah gizi lebih pada dewasa yang dilakukan oleh
Departemen Kesehatan pada tahun 1997 menunjukkan prevalensi obesitas pada
orang dewasa adalah 2,5 % (pria) dan 5,9 % (wanita). Prevalensi tertinggi terjadi
pada kelompok wanita berumur 41-55 tahun (9,2%). Saat ini diperkirakan 10 dari
setiap 100 penduduk dewasa di Jakarta menderita obesitas. Bertambahnya jumlah
orang gemuk juga diindikasikan dengan maraknya pusat-pusat kebugaran yang
menjanjikan penurunan berat badan ( Siagian, 2006).
Obesitas dapat didefinisikan sebagai kelebihan lemak tubuh, dan
prevalensi obesitas yang meningkat dapat disebabkan oleh banyaknya jumlah
makanan yang terjangkau harganya dan gaya hidup sedentary(kurang gerak).
Adanya peningkatan teknologi menyebabkan makanan dapat diproduksi dalam
jumlah besar dan harganya murah serta mengakibatkan banyak pekerjaan dapat
dilakukan secara otomatis(inaktivitas fisik). Obesitas biasanya dinyatakan dengan
Body Mass Index (BMI) yaitu berat badan (kilogram) dibagi tinggi badan dalam
kuadrat (m²). BMI yang berkisar 25-29 kg/m² termasuk kriteria overweight
sementara BMI ≥ 30 kg/m² termasuk kriteria obesitas. Secara klinis penentuan
obesitas dapat dilakukan dengan menentukan lingkar pinggang, karena kelebihan
lemak abdominal terkait erat dengan faktor risiko metabolik (Suastika, 1999).
Obesitas juga berkaitan dengan kondisi inflamasi kronis derajat rendah
(chronic, low grade inflammation) dimana kondisi obesitas ditandai oleh adanya
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 20/127
produksi sitokin abnormal, peningkatan reaktan fase akut dan aktivasi sinyal
proinflamasi seperti Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α), Interleukin-6 (IL-6),
angiotensinogen dan plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) sehingga proses
inflamasi akan berlangsung. Penurunan massa lemak berkorelasi dengan
penurunan konsentrasi serum adipokin proinflamasi (Packer et al., 2007).
Penurunan kadar PAI-1 aktif lebih berhubungan dengan penurunan berat badan
( Budiarta, 2006).
Dari kajian ilmu kedokteran modern akhir-akhir ini terungkap harapan
hidup mereka yang mengalami obesitas memiliki harapan hidup lebih pendek 14
tahun daripada peluang harapan hidup dengan berat badannya seimbang.
Komplikasi penyakit yang timbul karena obesitas itulah yang berdasarkan kajian
survey dan penelitian medis membawa pengaruh berkurangnya lama harapan
hidup. Laporan WHO 2006 menunjukkan rata-rata usia harapan hidup manusia
Indonesia untuk pria mencapai 65 tahun, wanitanya 68 tahun maka peluang
harapan hidup penyandang obesitas lebih pendek 14 tahun ( Pangkahila, 2007).
Berolah raga yang dilakukan secara teratur dengan dosis pelatihan yang
tepat dapat mencapai dan mempertahankan keadaan sehat dan kebugaran fisik.
Kondisi lingkungan yang memadai dan dosis/takaran pelatihan yang tepat untuk
setiap individu, meliputi frekuensi, intensitas, tipe dan waktu sangat mendukung
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan resiko yang minimal pada pelatihan
olah raga. Frekuensi pelatihan yang dianjurkan 3 sampai 4 kali seminggu, dengan
intensitas 72-87% dari denyut jantung maksimal(220-umur) dengan variasi 10
denyut per menit. Tipe pelatihan yang dianjurkan merupakan suatu kombinasi dari
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 21/127
latihan aerobik dan pelatihan otot dalam waktu 30-60 menit, yang mana
sebelumnya didahului oleh 15 menit pemanasan dan disusul oleh 10 menit
pendinginan (Pangkahila, 2009).
Olah raga yang baik adalah olah raga yang dilakukan secara teratur dengan
memperhatikan kemampuan tubuh dan sesuai dengan takaran berolah raga. Olah
raga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat
berdampak kepada kinerja fisik tubuh dan dapat mencegah penuaan dini
(Adiputra, 2008).
Akupunktur sebagai sebuah terapi pilihan untuk meningkatkan kesehatan
untuk pengobatan sudah dilakukan sejak lama. Kemudian perkembangannya
diterapkan dalam bidang estetika dan kosmetika.Dalam usaha untuk menurunkan
berat badan akupunktur sudah menjadi sebuah pilihan yang dapat memberikan
hasil yang nyata. Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan yang
memanfaatkan rangsangan pada titik-titik akupunktur sehingga mempengaruhi
aliran bioenergi dalam tubuh. Secara tradisional sistem tersebut berdasarkan
konsep kesimbangan antara permukaan tubuh dengan organ melalui sistem
meridien yang spesifik (Saputra, 1999).
Akupunktur dapat menurunkan berat badan dengan merangsang pusat
kenyang hipothalamus dan menekan pusat lapar akan menurunkan asupan
makanan sehingga mengurangi jumlah kalori yang masuk sehingga tubuh akan
membakar simpanan kalori berupa lemak tubuh sebagai sumber energi. Dengan
melakukan terapi akupunktur secara rutin dan teratur akan menurunkan berat
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 22/127
badan dan tanda inflamasi sehingga terhindar dari resiko komplikasi dari obesitas
(Sutanto,2008).
Diet rendah kalori adalah diet yang kandungan kalorinya di bawah
kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat
yang bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makan
padat energi seperti kue-kue yang banyak mengandung karbohidrat sederhana dan
lemak serta goreng-gorengan (Almatsier, 2004).
Cara mengatasi obesitas bisa dilakukan dengan mengubah pola hidup (life
-style), mengatur pola makan atau diet , olah raga teratur, penanganan stres, tidak
minum alkohol, kurangi kebiasaan kurang gerak, terapi akupunktur, obat-obatan
dan pembedahan.
Berdasarkan data yang diuraikan di atas maka perlu dilakukan penelitian
untuk menurunkan berat badan berlebih/obesitas dan tanda inflamasi serum (IL-6)
melalui latihan intensitas sedang, terapi akupunktur serta diet rendah kalori.
1. 2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut di atas dapat disimpulkan permasalahan
sebagai berikut :
1.Apakah latihan intensitas sedang dapat menurunkan berat badan dan
kadar IL-6 serum mencit jantan obesitas ?
2.Apakah perangsangan titik akupunktur pusat lapar dapat menurunkan
berat badan dan kadar IL-6 serum mencit jantan obesitas ?
3.Apakah diet rendah kalori dapat menurunkan berat badan dan kadar
IL-6 serum mencit jantan obesitas?
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 23/127
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek dari latihan intensitas sedang dan perangsangan
titik akupunktur pusat lapar menurunkan berat badan dan kadar
Interleukin-6 (IL-6) serum.
1.3.2
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1.Latihan intensitas sedang menurunkan berat badan dan IL-6 mencit
jantan obesitas.
2.Perangsangan titik akupunktur pusat lapar menurunkan berat badan dan
IL-6 serum mencit jantan obesitas.
3.Diet rendah kalori menurunkan berat badan dan IL-6 serum mencit
jantan obesitas.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis/Ilmiah
Didapatkan data penelitian bahwa dengan pelatihan intensitas sedang,
perangsangan titik akupuntur pusat lapar dan diet rendah kalori dapat
menurunkan berat badan berlebih dan kadar Interleukin-6 (IL-6) serum.
1.4.2 Praktis
Sebagai bahan informasi dan acuan untuk masyarakat dalam memilih
program yang efisien dan murah untuk menurunkan berat badan yang
berlebih serta menurunkan proses inflamasi yang terjadi karena obesitas.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 24/127
Sehingga tingkat kesehatan masyarakat dengan obesitas dapat lebih
meningkat serta memperpanjang harapan hidup mereka.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 25/127
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Obesitas
2.1.1 Pengertian Obesitas
Obesitas menyerang sepertiga penduduk di negara industri, dan penyakit
kronik yang dihubungkan dengan obesitas merupakan pembunuh utama di negara
tersebut. Telah diketahui bahwa obesitas menyebabkan berbagai dampak tidak
baik terhadap kesehatan. Beberapa penyakit utama yang banyak dihubungkan
dengan obesitas adalah hipertensi, aterosklerosis, diabetes, hiperlipidemia,
metabolik sindrom dan beberapa jenis kanker (WHO, 1998; Suastika, 2002 ).
Hubungan obesitas dengan meningkatnya risiko penyakit kardiovaskuler
telah lama diketahui. Tampaknya insulin resisten merupakan titik pusat dari
hubungan di atas baik pada orang dewasa maupun pada anak-anak. Salah satu
bukti penting bahaya obesitas pada anak-anak adalah meningkatnya insiden
diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) pada anak-anak (Steinberger and Daniels,
2003). Obesitas memegang peranan sentral dari sindrom metabolik yang meliputi
hiperinsulinemia, hipertensi, hiperlipidemia, DM Tipe 2, dan meningkatnya risiko
penyakit kardiovaskuler aterosklerotik. Deri studi kohort di Amerika (The
National Health and Nutrition Examination Survey I [NHANES I]) ditemukan
bahwa orang dewasa dengan indeks massa tubuh di atas 27 dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit jantung koroner (risiko relatif 1,7) pada masa tuanya
(Harris et al.,1997)
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 26/127
Obesitas telah diketahui sebagai salah satu faktor risiko kuat untuk
terjadinya DM Tipe 2, suatu penyakit yang ditandai oleh resistensi insulin,
penurunan sekresi insulin dan hiperglikemia. Suatu kenyataan bahwa sekitar 80%
orang dengan DM Tipe 2 adalah obese, sebaliknya hanya sekitar 10% orang obese
menderita DM Tipe 2 (Akalin, 1995).
Lemak dibutuhkan oleh tubuh sebagai penyimpanan energi. Akan tetapi
penimbunan lemak berlebihan membahayakan kesehatan. Obesitas merupakan
kondisi dimana energi yang masuk berlebih dari energi yang dikeluarkan tubuh.
Secara umum wanita memiliki lemak lebih banyak daripada laki-laki. Normalnya,
persentase antara berat badan dengan lemak adalah 25 – 30 % pada wanita dan
18-23% pada pria. Bila angka tersebut berlebih, berarti mereka mengalami
obesitas. Obesitas dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu : Obesitas ringan
( Kelebihan BB : 20-40%), Obesitas Sedang ( kelebihan BB: 41-100%), Obesitas
Berat (Kelebihan BB : > 100%), (Bray, 2004).
Overweight adalah kondisi berat tubuh melebihi berat tubuh normal.
Sementara obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya
lemak. Kriteria kelebihan berat badan (overweight) bila indeks masa tubuh
( IMT ) : 25 – 30, sedangkan obesitas IMT > 30 ( Rimbawan et al., 2002).
Dalam masyarakat kita, masalah obesitas bukanlah merupakan hal yang
baru. Bahkan 20 tahun yang lalu obesitas merupakan hal yang membanggakan
dan dianggap sebagai lambang kemakmuran. Namun pandangan itu sekarang
mulai berubah setelah obesitas ini tidak hanya mengganggu estetika, tetapi juga
merupakan salah satu faktor terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 27/127
melitus, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan sebagainya (Hendromartono,
1996).
Gambar 2.1
Persentase Penduduk Obesitas di Indonesia (Dit BGM Depkes, 1997)
Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk
yang menderita kelebihan berat badan mencapai 76,7 juta ( 17,5 %) dan
penduduk obesitas berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7 %) ( SUSENAS, 1998).
Dari studi yang dilakukan terhadap tiga desa di Bali yang meliputi 1070
penduduk didapatkan bahwa prevalensi obesitas dengan pengukuran Lingkar
Pinggang (LP) di Desa Pedawa sebesar 12,8%, di Desa Ceningan 17,7 %, di Desa
Sangsit 20,6 % dan totalnya 17,7%. Dengan pengukuran Index Massa Tubuh
(IMT) didaptkan prevalensi kelebihan Berat Badan dan Obesitas di Desa Pedawa
14,6% dan 13,5 %, di Desa Ceningan 13,1% dan 12,8%, di Desa Sangsit 16,7%
dan 26,4%, totalnya 15,2% dan 19,1% (Suastika et al., 2006).
Kebanyakan orang mengalami kelebihan berat badan dan lemak karena
usia. Perubahan ini tejadi pada orang tua karena kurang aktif bergerak serta
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 28/127
terjadi penurunan kadar hormon seperti growth hormon dan testosteron. Ketika
kadar growth hormon dan testosteron menurun menyebabkan berkurangnya massa
otot disertai peningkatan lemak tubuh. Otot membakar lebih banyak kalori
dibandingkan lemak tubuh sehingga hal ini memicu peningkatan lemak tubuh
(Beers et al. 2004).
Dampak sosial ekonomi obesitas pada remaja sangat besar dibandingkan
dengan banyak penyakit kronis. Pada remaja wanita dengan obesitas mereka
menghentikan sekolahnya lebih awal, kehilangan harapan untuk menikah,
penghasilan lebih rendah, tingkat kemiskinan tinggi (Gortmarker et al.,1993).
2.1.2
Obesitas dan Inflamasi
Jaringan adiposa merupakan organ endokrin dinamik yang mensekresikan
adipokin yang berkontribusi pada inflamasi sistemik dan vaskuler. Beberapa
adipokin yang dihasilkan oleh jaringan adiposa adalah Tumor Necrosis Factor-α
(TNF-α), PAI-1, IL-6, Leptin, Resistin dan Angiotensinogen, dimana produksi
sitokin-sitokin ini meningkat pada kondisi obesitas. Lemak organ viscera
menghasilkan sitokin-sitokin ini lebih aktif bila dibandingkan dengan jaringan
adiposa sub kutan, dan penurunan massa lemak berkorelasi dengan penurunan
konsentrasi serum sitokin-sitokin ini. Ekspresi adipokin yang meningkat dapat
memicu inflamasi yang selanjutnya akan memicu resistensi insulin dan disfungsi
endotel, yang akhirnya akan menimbulkan aterosklerosis (Lyon et al., 2003). IL- 6
didapatkan 2-3 kali lipat lebih tinggi dalam jaringan lemak omentum dari pada
jaringan lemak sub cutaneus (Fried et al., 1998).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 29/127
Jaringan adiposa ditandai dengan inflamasi dan infiltrasi yang progresif
dari makrofag yang berperan dalam patogenesis aterosklerosis. Perubahan pada
adiposit mengakibatkan perubahan pada lingkungan sekitar dan modifikasi fungsi
parakrin adiposit. Pada kondisi obesitas, preadiposit akan menghasilkan Monocyte
Chemoattractant Protein-1 (MCP-1) sebagai respon terhadap sitokin. Terjadinya
migrasi monosit merupakan awal terjadinya proses aterosklerosis. Pada awal
aterosklerosis, monosit akan menempel pada endotel, bermigrasi ke dalam
interstisial vaskuler dan akan memfagosit oxidized LDL membentuk sel-sel busa
dan selanjutnya sel-sel busa akan terakumulasi dalam dinding pembuluh darah
membentuk fatty streak. Fatty streak akan berkembang menjadi plak
aterosklerosis lanjut yang mengandung inti lipid nekrotik yang dilapisi oleh
matriks proteoglikan dan dilindungi oleh fibrous cap.
Gambar 2.2 Adipositas memicu inflamasi.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 30/127
TNF-α merupakan sitokin proinflamasi yang disekresikan oleh berbagai
tipe sel seperti monosit , makrofag, dan adiposit . TNF-α berperan sebagai mediator
respon fase akut dan memiliki berbagai efek pada metabolisme lipid dan fungsi
adiposit. Beberapa fungsi TNF-α dalam adiposit adalah stimulasi lipolisis melalui
peningkatan ekspresi hormon sensitive lipase (HSL), inhibisi lipoprotein lipase,
memicu apoptosis adiposit dan menginduksi resistensi insulin. Karena TNF-α
meningkatkan lipolisis pada adiposit maka konsentrasi FFA plasma merupakan
kandidat untuk mediator sistemik dari kerja TNF-α (Ruan et al., 2002).
TNF-α juga dapat mengaktivasi NFκВ yang berperan dalam produksi
faktor-faktor inflamasi. Interleukin-6 (IL-6) merupakan suatu protein terglikosilasi
yang bervariasi, dengan berat molekul 22 – 27 kDa. IL-6 disintesis sebagai
prekursor protein 212 asam amino, dimana 28 asam amino sebagai sekuens signal
dan 184 asam amino sebagai segmen mature, IL-6 adalah anggota dari kelompok
sitokin yang disebut leukaemia inhibitory factor . IL-6 diproduksi oleh banyak tipe
sel, tetapi sumber utamanya in vivo adalah monosit/makrofag, fibroblast, sel
endotel dan jaringan adiposa. IL-6 dalam plasma terbukti lebih tinggi dari pada
individu yang obes dan pada individu dengan diabetes tipe 2. Hubungan antara IL-
6 dan kerja insulin tampaknya terjadi melalui adiposit (Packer et al., 2007).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 31/127
Gambar 2.3 Obesitas mengakibatkan inflamasi dan Metabolik Sindrom.
(Sumber: Dandona, P. et al., Circulation 111, 1448, 2005).
Penurunan Berat Badan Sedang (5 – 10% dari IMT) akan memberikan
dampak kesehatan yang sangat berarti. Semua sitokin menurun secara bermakna
setelah penurunan berat badan sebesar 10% selama program diet, olah raga,
konseling perilaku selama 1 tahun. Penurunan berat badan ini ternyata dapat
menurunkan kadar Interleukin-6 (IL-6), CRP(C–reactive protein) dan Leptin,
Tumor Necrosis Factor -α(TNF-α) dan Adiponektin. Kadar TNF-α dan IL-6
berhubungan dengan obesitas sentral (Esposito et al., 2003). Penurunan berat
badan pada obesitas juga disertai perbaikan resistensi Insulin. Penurunan berat
badan dengan olah raga juga memperbaiki kesegaran kardiovaskuler ( peak oxygen
uptake) sebesar 16% (Poss et al., 2000).
Disamping perbaikan kadar sitokin penurunan berat badan pada orang
obesitas juga disertai perbaikan faktor hemostasis. Dibandingkan dengan kontrol,
penurunan berat badan 9,4 kg pada laki-laki dan 7,4 kg pada wanita diikuti dengan
penurunan kadar plasminogen activator inhibitor (PAI)-1 (31%), antigen tissue
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 32/127
plasminogen activator (t-PA) sebesar 24 %, dan faktor VII (11%). Penelitian pada
21 orang laki-laki tua ditemukan bahwa penurunan berat badan sebesar 10%,
penurunan massa lemak, penurunan lemak intra abdominal dan sub kutan akan
diikuti oleh penurunan kadar trigeliserida, kolesterol –VLDL, apolipoprotein B
dan aktivitas lipase hati; dan peningkatan kolesterol HDL2 dan sensitivitas insulin
(Purnell et al., 2000). Seperti yang telah dirangkum oleh Despres et al., (2001),
banyak manfaat penurunan berat badan yang sedang (5-10%) terhadap kesehatan
terkait dengan sindrom metabolik ( Gambar 2.3).
IL-6 ( Interleukin - 6 ) merupakan interleukin yang berfungsi sebagai
penghubung antara sejumlah jenis sel dengan cara berperan dalam mendorong
proliferasi dan diferensiasi linfosit B, limfosit T, sel-sel induk darah, hepatosit.
IL-6 yang juga dihasilkan oleh monosit yang disebutkan sebagai komponen
mediator peradangan dan sistem imun yang utama.
Disamping dihasilkan oleh makrofag, IL-6 juga dihasilkan oleh jenis sel
lain, seperti limfosit T, fibroblas dan sel-sel tumor seperti glioblastoma, miksoma
dan sel karsinoma kandung kencing. IL-6 punya kaitan dengan IL-1 dan TNF
karena ketiga Sitokin ini dapat dihasilkan oleh monosit/makrofag secara
terkoordinasi. Kaitan ketiga sitokin tersebut juga disebabkan oleh karena masing-
masing dapat saling menginduksi pelepasannya; misalnya IL-1 atau TNF dapat
menginduksi pelepasan IL-6, TNF menginduksi pelepasan IL-1 dan IL-6
menginduksi IL-1. Ketiganya beredar dalam peredaran darah untuk
membangkitkan reaksi peradangan yang dinamakan ”respon fase akut” (Subowo,
1993; Hamblin, 1993) .
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 33/127
Gambar 2.4. Manfaat potensial penurunan berat badan sedang (5-10%) pada penderita dengan
resiko tinggi dengan kluster aterotrombotik, kelainan metabolik proinflamasi terkait perut
hipertrigliseridemik. Despres et al., 2001. BMJ 322: 716-720
2.1.3 Metode menentukan Obesitas.
Ada beberapa metode yang bisa dipakai untuk menentukan apakah
seseorang tergolong obesitas atau tidak (Moehji, 2002).
2.1.3.1 Metode Broca
Obesitas bila berat badan (BB) aktual mencapai kelebihan > 20% dari
Berat Badan Ideal (BBI). Berat Badan Ideal (BBI) adalah tinggi badan (TB)
dikurangi 100 dikurangi 10% dari nilai tersebut.
BBI = (TB – 100) – 10% (dalam Kg) atau = 0,9 x (tinggi badan – 100 ).
Derajat Obesitas = (BB-BBI)/BBI x 100%
Berbagai Derajat Obesitas antara lain :
Overweight : 10 – 20 %
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 34/127
Obesitas Derajat I : 20 – 30 %
Obesitas Derajat II : 30 – 40 %
Obesitas Derajat III : 40 – 50 %
Obesitas Derajat IV : > 50 %
Contoh :
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 72 Kg
Berat Badan Ideal : ( 160-100) – 10 % = 54 Kg
Derajat obesitas : ( 72 – 54)/54 x 100% = 33,3%
Kesimpulan : Derajat Obesitas II.
2.1.3.2 Persentase Lemak Tubuh
Berat badan tidaklah semata-mata menggambarkan kelebihan lemak
tubuh, tapi juga jaringan tubuh yang lain. Jadi persentase lemak tubuh yang
tersimpan sebagai jaringan adipose terhadap berat badan keseluruhan haruslah
diperhitungkan. Salah satu teknik pengukuran lemak tubuh adalah dengan
mengunakan skinfold caliper. Bagian- bagian tubuh yang umumnya diukur adalah
pada daerah lengan bawah , daerah lengan atas (tricep), daerah bawah bahu (sub
scapula), dan daerah pinggang (supra iliaca). Lemak tubuh dapat diukur secara
absolut dinyatakan dalam kilogram maupun secara relatif dinyatakan dalam
persen terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak tubuh sangat bervariasi
tergantung dari jenis kelamin dan umur. Umumnya lemak bawah kulit untuk pria
3,1 kg dan wanita 5,1 kg ( Supariasa, 2002).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 35/127
Beberapa asumsi mengapa skinfold dapat digunakan untuk mengukur
lemak tubuh ( Supariasa, 2002 ).
1. Skinfold adalah pengukuran yang baik untuk mengukur lemak bawah kulit.
2. Distribusi lemak bawah kulit adalah sama untuk semua individu termasuk
jenis kelamin.
3. Ada hubungan antara lemak bawah kulit dengan total lemak tubuh.
4. Jumlah dari beberapa pengukuran skinfold dapat digunakan untuk
memperkirakan total lemak tubuh.
Pengukuran skinfold umumnya digunakan pada umur remaja ke atas.
Persentase lemak tubuh dihitung dengan memakai Rumus Siri (Gibson, 2005)
sebagai berikut :
Persentase lemak tubuh = { 4,950 - 4,500 } x 100 %
D
Densitas ( D ) untuk wanita = 1,0764 – (0,00081 x SI ) + (0,00088xT)
Dimana :
S I = Suprailiaka
T = Tricep
2.1.3.3 Menentukan Indeks Massa Tubuh ( IMT )
Tingkat obesitas dapat diketahui dengan menghitung indeks massa tubuh
(body mass index) sebagaimana dianjurkan oleh FAO/WHO. Indeks Massa
Tubuh (IMT) dihitung dengan cara membagi berat tubuh (kg) dengan kuadrat
tinggi tubuh (m²).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 36/127
BB (kg)
IMT = -----------
TB (m )²
Contoh : Berat Badan : 74,8 Kg, Tinggi Badan : 167 cm ( 1,67 m)
IMT = 74,8 : 1,67 ² = 26,8. Jadi berat badan berlebih.
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Klasifikasi Indeks Massa Tubuh
KATEGORI I M T
BB Kurang Sekali < 17,0
BB Kurang 17,0 – 18,4
BB Normal 18,5 – 24,9
BB Lebih 25,0 – 27,0
BB Lebih Sekali > 27,0
Sumber : Depkes RI, Petunjuk Teknis Pengukuran Kebugaran Jasmani, 2005.
IMT yang dihubungkan dengan risiko paling rendah terhadap kesehatan
adalah antara 22 dan 25. Berat badan lebih adalah IMT antara 25 dan 30,
sedangkan obesitas bila IMT lebih besar dari 30 ( Almatsier, 2004 ).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 37/127
Tabel 2.2
Klasifikasi Obesitas menurut WHO (1998)
Indeks Massa Tubuh(IMT) Kategori
< 18.5 Berat Badan Kurang
18,5 – 24,9 Berat Badan Normal
25 - 29,9 Berat Badan Lebih
30 - 34,9 Obesitas I
35 - 39,9 Obesitas II
> 39,9 Sangat Obesitas/Obesitas III
Tabel 2.3
Co-morbiditas risk associated with different levels of BMI and
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 38/127
suggested waist circumference in adult Asians
Classification BMI ( kg/m²) Risk of co-morbiditas
Waist circumference
< 90 cm (men)
< 80 cm (women)
≥ 90 cm (men)
≥ 80 cm (women)
Underweight < 18.5 Low ( but increased risk
of other clinical problem) Average
Normal range 18.5-22.9 Average Increased
Overweight
At Risk
Obese IObese II
≥ 23
23 – 24.5
25 – 29.9≥ 30
Increased
ModerateSevere
Moderate
SevereVery severe
Dikutip dari The Asia-Pacific Perspective: Redifining obesity and its treatment ( WHO, 2000)
2.1.3.4 Pengukuran Lingkar Pinggang.
Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan rasio lingkar
pinggang dan pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang saja (LP) karena
lebih praktis. Obesitas pada pria umumnya seperti apel (android) lemak banyak
disimpan di pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita menyerupai pir
(gynecoid) penumpukan lemak terjadi di bagian bawah seperti pinggul, pantat dan
paha. Obesitas bentuk apel lebih berbahaya dibandingkan dengan bentuk pir
karena timbunan lemak di dalam rongga perut yang disebut sebagai obesitas
sentral. Obesitas sentral sering dihubungkan dengan komplikasi metabolik dan
pembuluh darah (kardiovaskuler), tampaknya pengukuran LP lebih memberi arti
dibandingkan IMT.
Dr Xavier Jouven dkk, melakukan penelitian terhadap 7.000 polisi Prancis
yang meninggal antara tahun 1967-1984 dengan sebab serangan jantung . Mereka
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 39/127
mengukur LP dan IMT dan didapatkan bahwa pria-pria dengan perut buncit
meninggal lebih cepat. Resiko meninggal mendadak itu meningkat karena
kepadatan lemak di perut. Selain itu, penelitian tersebut juga mendapati bahwa
ternyata orang-orang dengan IMT yang tinggi tidak beresiko meninggal usia dini
kecuali mereka yang memiliki lingkar pinggang besar. Sebagai patokan, pinggang
berukuran ≥ 90 cm merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita
resiko tersebut meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm (Semiardji,
2008).
2.1.3.5 Computed Tomography (CT) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
CT scan atau MRI dikerjakan setinggi L3/L4 dengan potongan multipel
(slices) merupakan gold standard untuk pengukuran jaringan lemak viseral
(Wajchemberg, 2000). Pada ras Kaukasus luas lemak viseral >130 cm²
berhubungan dengan sindroma metabolik sedangkan apabila <110 cm² merupakan
resiko rendah. Kedua cara ini dengan ketepatan tinggi juga dapat membedakan
antara lemak visceral dengan lemak subkutan (WHO, 2000; Despres et al., 2001).
2.1.3.6 Dual- Energy X-ray scanning(DEXA)
Penginderaan secara longitudinal dapat diperoleh dengan cara dual –
energy X-ray scanning (DEXA). Cara ini tidak akan menghasilkan data yang tepat
mengenai distribusi lemak tubuh seperti daerah abdomen. Metode ini memerlukan
peralatan yang mahal dan banyak menghabiskan waktu, sehingga masih
diperlukan metoda yang sederhana terutama untuk penelitian di lapangan dengan
jumlah sampel yang banyak ( Heymsfield et al., 2001).
2.1.4 Klasifikasi Obesitas Berdasarkan atas :
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 40/127
a. Distribusi lemak pada tubuh :
Obesitas Sentral
Obesitas Perifer
b. Peranan sel lemak :
Hipertropi
Hiperplasia
c. Mekanisme patogenesis :
Metabolik
Regulatory
d. Etiologi :
d.1. Genetik
d.2 Neuroendokrin ;
Hipotalamik Obesitas
Cushings Syndrome
Hypothyroidism
Polycystic Ovary Syndrome
Growth Hormone and Testosteron Deficiency
(Hendromartono, 1996).
2.1.5 Faktor-faktor penyebab obesitas/kegemukan
Beberapa faktor utama penyebab obesitas adalah genetik, fisiologis,
hormonal, makanan, dan perilaku (gaya hidup). Dua faktor terakhir dapat
dimodifikasi untuk menurunkan berat badan (Rimbawan et al., 2002)
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 41/127
1. Genetik
Anak yang memiliki orang tua obesitas kemungkinan menderita obesitas
lebih tinggi daripada anak yang yang orang tuanya tidak obesitas. Kemungkinan
tersebut menjadi lebih besar bila kedua orang tuanya menderita obesitas.
2. Fisiologis
Hukum I Termodinamika berlaku untuk keseimbangan energi di dalam
tubuh, ” energi yang disimpan sama dengan energi yang masuk dikurangi energi
yang keluar”. Pada orang yang sehat atau tidak mengalami gangguan pencernaan,
efisiensi penyerapan zat gizi makro ( energi, protein dan lemak) antara satu
dengan yang lain hanya berbeda sedikit. Oleh karenanya seseorang lebih gemuk
dibandingkan dengan yang lainnya karena efisiensi penyerapannya lebih tinggi.
Kebutuhan energi orang gemuk lebih tinggi dibandingkan orang kurus.
Hal ini disebabkan orang gemuk memiliki energi metabolik basal lebih tinggi.
Energi total yang dikeluarkan meliputi tiga komponen, yaitu energi metabolisme
basal, energi untuk kegiatan fisik, dan energi untuk memulai proses metabolisme
zat gizi. Selama kegiatan fisik (misalnya Olah raga), efisiensi energi saat otot
skeletal mengubah energi makanan (ATP) menjadi energi mekanik nilainya
rendah ( maksimum 25%). Hal yang menarik adalah bahwa efisiensi pengubahan
energi ini sama pada orang gemuk yang melakukan olah raga dengan orang kurus
yang sehat. Hal ini mengindikasikan bahwa kegemukan bukan semata-mata
berkaitan dengan mekanisme penghematan energi, tetapi juga disebabkan
keseimbangan energi positif (kelebihan asupan energi).
3. Hormonal
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 42/127
Kebanyakan orang mengalami kelebihan berat badan dan lemak karena
usia. Perubahan ini tejadi pada orang tua karena kurang aktif bergerak serta
terjadi penurunan kadar hormon seperti growth hormon , testosteron dan thyroid.
Ketika kadar growth hormon dan testosteron menurun menyebabkan
berkurangnya massa otot disertai peningkatan lemak tubuh. Otot membakar lebih
banyak kalori dibandingkan lemak tubuh sehingga hal ini memicu peningkatan
lemak tubuh (Beers et al., 2004).
4. Makanan
Pola makan memberi andil yang besar terhadap obesitas. Pola makan yang
tinggi energi dan lemak menyebabkan keseimbangan energi positif (terjadi
penimbunan energi dalam bentuk lemak). Mengkonsumsi energi yang lebih
banyak dari pada yang dapat dibakar merupakan pemicu penambahan berat badan.
Bagi kebanyakan orang, andil terbesar dari kelebihan energi berasal dari
mengkonsumsi lemak terlalu banyak (Cahanar et al.,2006). Hal ini diperberat
dengan kurangnya aktifitas fisik.
5. Perilaku (gaya hidup)
Kemajuan teknologi berkontribusi pada meningkatnya prevalensi obesitas.
Tersedianya sarana pengangkutan misalnya, menyebabkan orang lebih memilih
naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun pada jarak yang tidak jauh.
Orang lebih memilih naik tangga berjalan (escalator) atau lift untuk naik ke lantai
yang lebih tinggi dari pada naik tangga. Selain itu diciptakannya mesin-mesin
yang dapat menggantikan tugas manusia makin memanjakan manusia dan makin
enggan menggunakan tenaganya. Akibatnya adalah menurunnya aktivitas fisik.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 43/127
Hal ini berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi
yang ditimbun.
2.1.6 Cara menurunkan Berat Badan
Penurunan berat badan dapat dicapai melalui kombinasi program
pengurangan energi dengan program pelatihan aerobik, terapi perilaku, dan bila
diperlukan dengan obat-obatan dan pembedahan. Menjaga agar berat badan agar
tetap proporsional dengan tinggi badan adalah jalan yang terbaik. Untuk
menurunkan dan mempertahankan berat badan ideal, faktor yang paling
mempengaruhi adalah perubahan gaya hidup termasuk memperbaiki pola makan
dan melakukan pelatihan olah raga teratur. Menurut Fox et al. (1993) kontrol
berat badan dapat dilakukan dengan cara : pertama, mengurangi asupan energi
500 Kkal/hari sehingga seminggu defisit energi 3500 Kkal. Kedua, melakukan
aktifitas fisik selama 30 menit, 3 – 4 kali seminggu. Atau dapat dilakukan dengan
kombinasi kontrol diet dan aktifitas fisik.
Penurunan berat badan minimal 5 % bagi penderita kegemukan dan
obesitas sangat penting sebagai terapi dan prevensi terhadap berbagai penyakit.
Penurunan berat badan yang baik sekitar 2 kg perbulan atau 0,5 kg perminggu.
Penurunan berat badan yang terlalu drastis akan menimbulkan kekurangan zat
gizi, anemia, gangguan kerja jantung, hingga mengalami gangguan
ketidakseimbangan cairan tubuh ( Anonim, 2002).
Olah Raga yang baik untuk penderita obesitas adalah aerobik, karena
tubuh mengunakan lemak sebagai sumber energi. Jalan kaki atau ”reguler easy
walking ” sangat baik dilakukan oleh penderita obesitas yaitu 30 menit jalan kaki,
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 44/127
5-6 kali perminggu. Lakukan pencatatan data seperti Berat Badan (BB), Body
Mass Index (BMI), Waist Circumference (WC/Lingkar Perut), dan sangat penting
adalah pengukuran Nadi Basal setiap pagi dan Tes MAF ( Maximum Aerobic
function test ) (Kurniati, 2008).
Cara lain yang sedang berkembang untuk penurunan berat badan adalah
terapi komplementer seperti akupunktur (tusuk jarum). Terapi akupunktur telah
diakui oleh Departemen Kesehatan yang kini semakin berkembang dan diterima
oleh masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Adapun cara
kerja dari metode penurunan berat badan melalui akupunktur adalah untuk
memperbaiki metabolisme sehingga seseorang lebih mudah kenyang dan menjaga
agar nafsu makan tidak berlebihan ( Saputra, 1998; Idayanti, 2001).
2.2 Energi
Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak dan protein. Kandungan
karbohidrat, lemak dan protein suatu bahan makanan menentukan nilai energinya.
2.2.1 Penggunaan glukosa untuk energi
Karbohidrat mempunyai fungsi utama untuk menyediakan energi untuk
tubuh. Glukosa memasuki sel akan dipecah oleh enzim-enzim menjadi bagian
yang lebih kecil yang pada akhirnya menghasilkan energi, karbondioksida dan air.
Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi darah sebagai
glukosa untuk keperluan energi, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati
dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan sebagai cadangan
energi di dalam jaringan lemak.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 45/127
Glikogen hati dapat memasok energi sebesar 400 – 600 Kkal. Jumlah ini
hanya sanggup menyediakan energi untuk kegiatan (sedang) selama ½ hari.
Karena itu kita harus mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat secara
teratur dan yang tidak terlalu lama agar kebutuhan energi dapat terpenuhi secara
konstan. Mengkonsumsi karbohidrat berlebihan akan menyebabkan kegemukan.
Sistem saraf sentral dan otak sangat tergantung kepada glukosa untuk keperluan
energinya ( Almatsier, 2004 ).
2.2.2 Penggunaan Lemak untuk energi
Jika dibutuhkan energi oleh sel maka enzim lipase dalam sel adipose
menghidrolisis simpanan trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak serta
melepasnya ke dalam pembuluh darah. Di sel -sel yang membutuhkan, komponen
–komponen ini di bakar dan menghasilkan energi, CO2 dan H2O. Pada tahap
akhir hidrolisis, setiap pecahan berasal dari lemak mengikat pecahan dari glukosa
sebelum akhirnya dioksidasi secara komplit menjadi CO2 dan H2O.
Lemak tubuh tidak dapat dihidrolisis secara sempurna tanpa kehadiran
karbohidrat, karena akan terjadi hasil pembakaran lemak berupa bahan – bahan
keton yang dapat menimbulkan keto-asidosis. Tubuh mempunyai kapasitas tak
terhingga untuk menyimpan lemak. Namun lemak tidak sepenuhnya
menggantikan karbohidrat sebagai sumber energi ( Almatsier, 2004).
2.2.3 Penggunaan protein untuk energi
Walaupun fungsi utama protein adalah untuk pertumbuhan, bilamana
tubuh kekurangan energi maka protein berfungsi untuk menghasilkan energi atau
untuk membentuk glukosa akan didahulukan. Bila glukosa asam lemak dan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 46/127
glukosa di dalam tubuh terbatas, sel terpaksa menggunakan protein untuk
membentuk glukosa dan energi. Glukosa dibutuhkan sebagai sumber energi sel-
sel otak dan sistem saraf. Pemecahan protein tubuh untuk memenuhi kebutuhanan
energi dan glukosa pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya otot –otot.
Maka diperlukan konsumsi karbohidrat dan lemak yang cukup tiap hari sehingga
protein dapat digunakan sesuai dengan fungsi utamanya yaitu untuk pembentukan
sel-sel tubuh. Kelebihan protein dalam tubuh, setelah melepas gugus NH2 –nya
melalui proses deaminasi akan memasuki jalur metabolisme yang sama dengan
yang digunakan oleh karbohidrat dan lemak. Kelebihan ini disimpan di dalam
tubuh. Dengan demikian, makan protein secara berlebihan dapat menyebabkan
obesitas.
2.2.4 Kegunaan energi bagi tubuh
Tujuan kita makan adalah untuk menghasilkan energi. Energi ada dalam
bentuk ATP( Adenosine triphosfate) dan panas. ATP diperlukan untuk kontraksi
otot, konduksi saraf, transport nutrisi, sintesis hormonal dsb.
Energi diperlukan tubuh untuk kebutuhan berikut ; untuk memenuhi
kebutuhan energi basal, aktivitas tubuh dan keperluan khusus ( Moehji, 2002).
1. Kebutuhan enegi basal
Dalam kondisi duduk atau berbaring tidak melakukan pekerjaan apapun,
ternyata tubuh masih memerlukan sejumlah energi. Energi itu digunakan untuk
terlaksananya berbagai fungsi faal alat tubuh seperti untuk gerak peristaltik usus,
pemompaan darah oleh jantung, pengambilan oksigen dan pembuangan CO2 oleh
paru-paru, dan sebagainya. Jumlah energi yang diperlukan untuk pelaksanaan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 47/127
fungsi faal tubuh itu disebut Energi Basal Tubuh. Angka metabolisme basal
dinyatakan dalam kilokalori per kilogram berat badan per jam {Kkal/kgBB/jam}
(Almatsier, 2004).
2. Kebutuhan energi untuk aktivitas fisik
Jumlah energi yang diperlukan untuk berbagai jenis aktivitas fisik tidak
sama. Banyaknya energi yang dibutuhkan bergantung kepada pada berapa banyak
otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat aktivitas yang dilakukan.
Seorang yang gemuk menggunakan lebih banyak energi untuk melakukan suatu
pekerjaan dari pada orang yang kurus, karena orang gemuk membutuhkan usaha
yang lebih besar untuk menggerakkan berat badan tambahan ( Almatsier, 2004)
3. Kebutuhan energi khusus
Ada beberapa keadaan yang memerlukan tambahan energi khusus.
Keadaan tersebut misalnya wanita hamil, menyusui dan orang yang baru sembuh
dari sakit.
2.2.5 Keseimbangan Energi
Keseimbangan energi mengacu pada pemasukan energi yang diperoleh
dari makanan dan pengeluaran energi yang dibakar dalam aktivitas sehari-hari.
Jika pemasukan lebih besar dari pengeluaran, kelebihannya akan di simpan
sebagai lemak. Keseimbangan energi negatif dapat dicapai melalui aktivitas fisik
yang disertai dengan kontrol makanan.
Setengah kilogram lemak badan memiliki ekuivalen dengan 3500 Kkal .
Dengan demikian kira-kira 3500 Kkal harus dikeluarkan (oksidasikan atau di
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 48/127
bakar) untuk membuang 0,5 kg simpanan lemak. Sebaliknya 3500 Kkal dari
makanan akan menambah 0,5 kg berat badan ( Sharkey, 2003).
Defisit energi menentukan tingkat berat badan yang berkurang. Jika defisit
100 Kkal per hari, maka akan mengurangi 0,5 kg setiap 35 hari. Jika defisit 500
Kkal perhari, maka akan mengurangi 0,5 kg setiap minggu. Defisit 1000 Kkal
perhari dapat mengurangi berat badan 1 kg perminggu. Defisit sebaiknya tidak
melebihi 1000 Kkal per hari. Jika defisit secara teratur melebihi 1000 Kkal maka
akan terjadi kelelahan, kelesuan, dan berkurangnya kekebalan terhadap infeksi
( Sharkey, 2003 ). Menurut Clark (1996) jangan mengurangi lebih dari sepertiga
kebutuhan energi. Jika dikurangi terlalu banyak mungkin akan kehilangan
jaringan otot.
2.2.6 Pengeluaran energi
Pengeluaran energi total dipengaruhi oleh 3 komponen, yaitu Basal
Metabolisme Rate ( BM R) , pengaruh termis makanan (Thermic Effect of Foods)
atau pengaruh dinamik khusus (Specific Dynamic Action/SDA) dan Aktivitas Fisik
( Stagemen, 1981). BMR adalah pengeluaran energi yang bertujuan menjaga
proses fisiologis pada keadaaan setelah pelatihan fisik. BMR sangat tergantung
pada tingkat aktivitas fisik. Besar BMR kira-kira 60-70 % dari pengeluaran energi
total. SDA adalah peningkatan kecepatan metabolik di atas level istirahat akibat
asupan makanan. Besarnya SDA kira-kira 10% dari pengeluaran energi total.
Salah satu variabel pengeluaran energi total yang baik adalah aktivitas fisik. Otot-
otot skeletal dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Besarnya aktivitas fisik kira-kira 15-
30 % dari pengeluaran energi total. Pengeluaran energi pada pria biasanya lebih
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 49/127
besar dari pada dibandingkan dengan wanita. Hal ini disebabkan karena pria lebih
banyak mengandung massa lemak bebas dibandingkan wanita ( Meirelles et al.,
2005).
Kita selalu mengeluarkan energi bahkan ketika sedang tidur. Energi ini
adalah metabolisme dasar. Pengeluaran energi dapat bervariasi mulai 1,2 Kkal
permenit saat istirahat hingga lebih dari 20 Kkal permenit dalam aktivitas berat.
Energi tambahan juga dibutuhkan jika kita makan, untuk menggerakkan proses
pencernaan dan penyerapan. Tapi aktivitas fisiklah yang sangat mempengaruhi
pengeluaran energi. Jadi total pengeluaran energi merupakan jumlah energi yang
dikeluarkan untuk percernaan makanan dan penyerapan zat gizi (specific dynamic
action/ SDA), dan ditambahkan lagi dengan energi yang dikeluarkan untuk
aktivitas fisik (Almatsier, 2004).
Berjalan kaki cepat mengeluarkan energi kira-kira 6 Kkal per menit,
jogging membakar 10 Kkal atau lebih, dan berlari dapat mengeluarkan 15 hingga
20 Kkal per menit ( Sharkey, 2003). Gerak jalan 3,2 km perjam mengeluarkan
energi 5-7,4 Kkal permenit ( Suryodibroto et al.,1981). Berjalan kaki selama 30
menit dengan menempuh jarak 3,2 km dapat membakar enegi 150 Kkal (Triangto,
2005).
Dalam kondisi puasa, 12 jam setelah konsumsi makanan terakhir, lemak
termasuk plasma asam lemak bebas dan trigeliserida otot, adalah sumber utama
energi pada tingkat aktivitas ringan dan sedang. Pada tingkat yang lebih tinggi,
karbohidrat dalam bentuk glikogen otot dan glukosa darah menjadi bahan bakar
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 50/127
utama. Jika ingin membakar kelebihan lemak, pertimbangkanlah latihan tingkat
menengah/sedang ( lihat tabel.2.3).
Tabel 2.4
Aktivitas Fisik dan Pengeluaran energi
Intensitas latihan Denyut Nadi Pengeluaran
(kal/menit)
Contoh
Ringan < 120 < 5 Golf, bowling, berjalan, voli,hampir semua
pekerjaan.
Sedang/menengah 120 – 150 5 – 10 Jogging, tenis, bersepeda, senam
aerobik, basket,
hiking, pekerjaan berat
Berat > 150 > 10 Berlari, berenangcepat, usahaintensif singkat
lainnya
Sumber : Sharkey, Kebugaran Kesehatan, 2003.
2.2.7 Sumber Energi
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak,
seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian. Setelah itu bahan
makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian , dan gula murni.
Kandungan energi beberapa bahan makanan dapat dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5
Komposisi Energi, Protein, Lemak dan Karbohidrat Bahan makanan (100 gram)
Bahan
Makanan
Energi
( Kkal )
Protein
( gram )
Lemak
( gram )
Karbohidrat
( gram )
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 51/127
Beras giling 357 8,4 1,7 77,1
Singkong 154 1,0 0,3 36,8
Roti putih 248 8 1,2 50
Ubi jalar
merah
151 11,6 0,3 35,4
Kacang hijau 345 22,2 1,2 62,9
Kacang
kedelai
381 40,4 16,7 24,9
Tempe 149 18,3 4 12,7
Ayam 302 18,2 25 0
Telur ayam 154 12,4 10,8 0,7
Ikan segar 113 17 4,5 0
Minyak
kelapa
870 1 98 0
Gula pasir 364 0 0 94
Sumber : PERSAGI, Daftar Komposisi Bahan Makanan, 2005.
2.3 Diet Rendah Kalori
Diet rendah kalori adalah diet yang kandungan kalorinya di bawah
kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat
yang bermanfaaat dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makan
padat energi seperti kue-kue yang banyak mengandung karbohidrat sederhana dan
lemak serta goreng-gorengan ( Almatsier, 2004)
2.3.1 Tujuan Diet Rendah Kalori
1.Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, jenis
kelamin dan kebutuhan fisik.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 52/127
2.Mengurangi asupan energi sehingga tecapai penurunan berat badan
sebanyak 0,5 – 1,0 kg perminggu.
2.3.2 Syarat-syarat Diet Rendah Kalori untuk menurunkan Berat Badan.
1.Untuk menurunkan berat badan sebanyak 0,5 -1,0 kg perminggu, asupan
energi dikurangi sebanyak 500- 1000 Kkal perhari dari kebutuhan normal.
2.Protein normal atau sedikit di atas kebutuhan normal, yaitu 1 - 1,5 g/kg
berat badan/hari atau 15 - 20% dari kebutuhan normal.
3.Lemak 14-20% dari energi total.
4.Karbohidrat sedikit lebih rendah yaitu 55 – 60% dari kebutuhan energi
total. Gunakan lebih banyak karbohidrat kompleks untuk memberi rasa
kenyang dan mencegah konstipasi.
5.Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan.
6.Dianjurkan untuk tiga kali makan utama dan 2-3 kali makan selingan.
7.Cairan cukup yaitu 8 – 10 gelas/hari.
Pada penelitian ini pemberian diet rendah kalori diberikan kepada mencit
percobaan dengan dihitung komposisinya yaitu Karbohidrat 45%, Protein 20%,
Lemak 15%, Serat 20% serta Vitamin dan Mineral yang cukup.
2.4 Konsep pengobatan Akupunktur
Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan yang memanfaatkan
rangsangan pada titik-titik akupunktur sehingga mempengaruhi aliran bioenergi
dalam tubuh. Secara tradisional sistem tersebut berdasarkan konsep keseimbangan
antara permukaan tubuh dengan organ melalui sistem meridian yang spesifik
( Saputra, 1999).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 53/127
Konsep tersebut dalam bahasa kedokteran konvensional dapat
digambarkan sebagai konsep keseimbangan/homeostasis, dimana titik akupunktur
sebagai pintu masuk rangsangan berdasarkan kualitas energi yang masuk dan
diubah menjadi sinyal biologi (komunikasi elektrik dan vibrasi fisik), dilanjutkan
oleh deretan yang koherensinya sama dengan titik akupunktur (meridian ) menuju
organ yang dikehendaki (Saputra, 2002).
Transmisi interseluler melalui jalur meridian, dimana titik akupunktur
terdiri dari kumpulan sel yang relatif lebih mudah berubah pola kelistrikannya
dengan pemberian rangsangan yang relatif minimal, yang kemudian terjadi
perubahan energi kimia yaitu reaksi pembentukan ATP dari mitokondria menjadi
energi listrik berupa aliran elektron kemudian didistribusikan sebagai energi
intraseluler menyebabkan perubahan potensial sel aktif lainnya pada jalur
meridian yang disebut bioinformasi dalam titik dan meridian akupunktur (Saputra,
1997). Saputra (1999) menggunakan ITP untuk membuktikan konsep tersebut,
dimana terjadi migrasi aktif ITP dari titik akupunktur hingga mencapai organ
yang dituju.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 54/127
Gambar 2.5 Tampak migrasi aktif dari ITP pada Titik Akupunktur
(Saputra,1993)
Cara kerja rangsangan titik-titik akupunktur dalam mempengaruhi
keseimbangan homeostasis dapat dijelaskan dengan empat cara yaitu :
1 Reaksi inflamasi lokal
2. Reflek somato viseral
3. Transmisi neural melalui jalur neuro akupunktur
4. Transmisi interseluler melalui jalur meridian
Gambar 2.6 Cara Kerja Rangsangan Titik Akupunktur (Saputra, 2003)
2.4.1 Reaksi inflamasi lokal
Penusukan jarum pada titik akupunktur akan menimbulkan mikro trauma
dan kerusakan jaringan, hal ini merangsang jaringan fibrin akan melepaskan
prokursor (Fibrinogen) yang kemudian melepaskan Fibrinopeptide A, terjadi
rangsangan pada Matriks Extra Seluler (ECM ) , growth factor seperti; (Fibrin
Growth Factor-2) FGF-2 dan (Vascular Endothelial Growth Factor)VEGF , serta
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 55/127
sitokin Interleukin-1. Reaksi ini kemudian merangsang proses aktivasi
Interleukin- 6 dan TNF-α sebagai respon reaksi inflamasi akut (Goodman, 2008).
Fibrin juga memiliki ikatan dengan sejumlah Matriks Ekstra Seluler
termasuk vascular endothelial (VE)-cadherin, platelet integrin dan leukosit
integrin (Mac-1). Semuanya mempunyai peran sangat penting untuk merangsang
angiogenesis, kerja sama platelet untuk pembentukan thrombus dan mengikat
monosit dan netropil dengan baik. Kemampuan transportasi sinyal antar membran
sel dilakukan oleh protein yang disebut dengan ATP-binding cassette (ABC)
tranporters (Griekspoor, 2000).
Jenis komponen yang dikeluarkan sebagai respon dari penusukan adalah
vasodilator dan atau neuromodulator. Mast cell akan melepaskan histamin,
heparin dan kinin protease yang akan menimbulkan vasodilatasi. Histamin akan
melepaskan nitric oxide (NO) dari vaskuler endotelium dan menyebabkan efek
yang luas pada sistem kardiovaskuler, imunologi, digestif dan reproduksi.
Bradikinin sebagai vasodilator akan meningkatkan permeabilitas vaskuler lokal,
vasodilatasi juga diinduksi oleh substansi P dan calcitonin generalated peptide
(CGRP) (Steiss, 2001; Saputra, 2003).
2.4.2 Refleks Somato Viseral
Rangsangan akupunktur diketahui dari reaksi pada tempat penusukan,
rangsangan yang tepat pada titik akupunktur akan menimbulkan sensasi yang
disebut Deqi, di mana sensasi tersebut tidak didapat pada rangsangan di luar titik
akupunktur. Sensasi tersebut dominan disebabkan oleh stimulasi Aδ fibre,
dilanjutkan oleh C fibre dan group 2 fibre memasuki trac of Lisssaure menuju
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 56/127
ujung dorsal medula spinalis sebelum bersinap pada motor neuron. Dalam ujung
dorsal medula spinalis, visceral afferent terkonsentrasi pada lamina I dan V dan
sebagian besar input dari serat afferent cutaneus. Stimulasi dari titik akupunktur
akan menyebabkan refeleks arc, menimbulkan efek simpatis yang menginduksi
efek viseral dan segmental ( Steiss, 2001; Saputra, 2003). .
Beberapa efek akupunktur memediasi langsung sistem saraf autonom
termasuk perubahan katekolamin yang dikeluarkan dari medula adrenal, kulit,
perubahan tekanan darah dan peningkatan kardiovaskuler fitness ( Saputra, 2003).
2.4.3 Transmisi Neural melalui jalur Neuroakupunktur
Bentuk rangsangan berupa mekanik, termik, getaran maupun tekanan akan
menginisiasi proses transduksi dengan mengubah potensial membran ujung sel
saraf dan menghasilkan potensial aksi yang kemudian diteruskan ke sistem saraf
pusat. Ujung nociceptor bersama-sama membentuk axon dimana badan sel berada
pada ganglion radix dorsalis, berakhir di cornu posterior medulla spinalis (Steiss,
2001; Sudirman, 2005).
Cornu posterior medulla spinalis terbagi menjadi lamina yang saling
berhubungan dengan masing-masing fungsi dan peran yang berbeda pada proses
nyeri. Lamina II (substansi gelatinosa) merupakan akhir dari serabut C, sedangkan
serabut Aδ ber akhir di lamina I dan IV. Hantaran rangsang tersebut diteruskan ke
sentral melalui tractus ascenderen seperti tractus spinothalamicus, tractus
spinoreticularis, tractus spinomesencephalicus. Traktus tersebut berjalan
menyilang linea mediana sehingga informasi sensorik yang dihantarkan menuju
ke hemispher cerebri kontralateral (Sudirman, 2005).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 57/127
Penusukan yang diakibatkan oleh penusukan jarum menuju ke lamina I
dan Lamina II di medulla spinalis, neuron sekunder kemudian menuju ke berbagai
nuclei thalamus yaitu nucleus ventroposterolateral (VPL), dorsomedian (DM),
intralaminer (IL), dan centromedianus (CM) melalui tractus spinothalamicus,
tractus spinoreticularis, tractus spinomesencephalicus. Neuron tertier akan
menuju cortex sensory di gyrus postcentralis, cortex limbic, cortex laminar dan
cortex prefrontalis. Pada saat berjalan menuju thalamus terjadi kolateral yang
menuju dan berakhir pada berbagai level di batang otak dan hipothalamus. Pada
level hipothalamus terdapat dua cabang yang berakhir pada nuclei hypothalamic
yaitu nucleus arcuatus dan kelompok sel yang menyekresikan β endorphin
(Sudirman, 2005).
Rangsangan akupunktur tersebut akan menimbulkan efek langsung pada
sistem parakrin dan autokrin dari steroidogenesis dengan menstimulasi produksi
dan pelepasan epineprin, norepinne (NE), serotonin (5-HT), gamma amino butyric
acid (GABA), dan growth factors. Epineprin, NE, GABA, 5-HT, endorphin,
dopaminorepinne, glutamate, nitric oxide akan berimplikasi pada regulasi dari
GnRH, dimana NE, GABA, glutamate akan menstimulasi pelepasan dari GnRH (
Lovejoy, 2005).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 58/127
Gambar 2.7 Transmisi Neural Melalui Jalur Neuroakupunktur ( Sudirman, 2005)
2.4.4 Transmisi Interseluler melalui Jalur Meridian
Penelitian dengan pendekatan biomolekuler dan biofisik telah diketahui
bahwa titik akupunktur terdiri dari kumpulan sel yang relatif lebih mudah berubah
pola kelistrikannya dengan pemberian rangsangan yang relatif minimal sedangkan
area di luar titik akupunktur belum berubah (Saputra, 1997; Yikuan et al., 1997).
Chen (1996) sukses menata sebuah model respon elektrik dari titik
akupunktur antara lain konduksi elektrik, polarisasi seluler dan regulasi ion, yang
secara umum dikatakan bahwa dalam titik akupunktur terjadi perubahan energi
listrik berupa aliran elektron kemudian didistribusikan energi kimia yaitu reaksi
pembentukan ATP dari mitokondria menjadi energi listrik berupa aliran elektron
kemudian didistribusikan energi intraseluler menyebabkan perubahan potensial sel
aktif lainnya, yang disebut sebagai bioinformasi dalam titik dan meridian
akupunktur (Saputra, 1997; Yi et al., 1997).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 59/127
2.4.5 Sel aktif listrik dalam tubuh
Lieberstein (1973) mengatakan bahwa dalam tubuh banyak didapatkan sel
yang bereaksi lebih cepat di banding sekitarnya, juga memiliki karakteristik
tertentu yang disebut sebagai sel aktif listrik. Pengertian secara elektro kimiawi
adalah kondisi membran sel yang mudah terpolarisasi sehingga perubahan muatan
transmembran mudah terjadi dan meningkatkan beda tegangan listrik. Sel aktif
listrik mempunyai sifat sebagai reseptor atau modulator dan juga sebagai sel pace
maker.
Sel aktif listrik lebih mudah bereaksi dengan stimulus yang relatif rendah
dibanding sel lainnya, di mana pembentukan energi dalam sel aktif yang
mendapatkan stimulus akan menimbulkan energi potensial karena proses elektro
kimiawi dalam sel tersebut ( Saputra, 1999).
Kumpulan sel aktif selain mempunyai karakteristik aliran elektron yang
cepat, ternyata juga dapat dialiri materi seperti bahan radioaktif ( Lieberstein,
1973). Pada suatu penelitian dikatakan bahwa sel dari organisme multiseluler
mempunyai interkoneksi antar sel yang disebut sebagai jembatan antar sel (gap
juction), pada mamalia yang menghubungkan antara sel-sel yang berdekatan
(Potapova, 1991).
Interaksi antar sel aktif melalui jembatan antar sel menganut prinsip
kopling energi dan aliran ion. Materi dengan ukuran molekul relatif kecil seperti
glukosa dapat melewati jembatan antar sel ini. Proses transportasi antar sel yang
mengikuti pembentukan energi hampir selalu disertai Na+, K+- ATPase
( Potapova, 1991).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 60/127
Hubungan antar sel aktif tersebut juga dapat mengalirkan hasil metabolit
yang heterogen dan juga ion lain seperti H+, Ca2+, dan c-AMP. Pendekatan
secara elektro fisiologis pada jembatan antar sel aktif dengan metode mikro
spektral menjelaskan bagaimana zat warna dan isotop pelacak melalui jembatan
antar sel seperti yang telah dilakukan Saputra (Saputra, 1999).
2.4.6 Titik Akupunktur sebagai sel aktif listrik
Dengan pendekatan biofisik dan biomolekuler yang berdasarkan
penelitian Kedokteran Nuklir, serta profil kelistrikan dapat membuktikan
eksistensi titik akupunktur tersebut ( Saputra, 1997). Dimana pemberian bahan
radioaktif teknesium perteknetat menampakkan migrasi isotop yang berbeda
dengan daerah kontrol merupakan salah satu fenomena karakteristik dari titik
akupunktur.Titik akupunktur merupakan kumpulan sel yang berbeda aktivitasnya
dibanding dengan sel di luar titik akupunktur dan secara listrik mempunyai
karakteristik tegangan tinggi dengan hambatan rendah dan migrasi aktif ITP
(Isotop Perteknetat). Pendekatan yang dilakukan melalui dua jalur :
a. Biologi Molekuler untuk proses dalam sel morfologi fungsional
b. Biofisika untuk proses aliran energi
Untuk pendekatan biofisika dalam masalah hiperpolarisasi adalah
pembentukan elektron dalam sel setelah rangsangan dan cara mengalirkan
rangsangan dari titik akupunktur yang tidak dapat dipisahkan dengan migrasi aktif
ITP (Saputra, 1999).
Menurut Lieberstein, 1973 electrically active cells mempunyai ciri-ciri :
a. Bervariasi bentuk dan fungsinya
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 61/127
b. Menunjukkan sifat listrik yang mempunyai aliran divergen
c. Terdiri dari reseptor dan modulator
d. Merupakan pace maker cells
Titik akupunktur sebagai pusat aktif yang terdiri dari kumpulan sel aktif
yang ada di permukaan tubuh yang mempunyai :
a. Sifat fisika yang dapat diatur.
b. Kemampuan sel untuk menimbulkan sifat listrik dan sebagai
elektrode mikro.
c. Dapat menimbulkan aliran elektron pada sel yang mempunyai daya
polarisasi setara.
2.4.7 Peranan Ion Kalsium dalam sel pada Titik Akupunktur
Ion kalsium sebagai salah satu kation penting dari sel dan berpengaruh
pada fungsi sel terutama sebagai penentu aktivitas listrik sel. Selain itu berperan
dalam hantar rangsang dari membran ke dalam sel, antara lain untuk produksi
energi dari mitokondria. Pintu ion kalsium pada membran sel berfungsi mengatur
keluar masuknya ion kalsium pada saat polarisasi dan depolarisasi sel, dan
peristiwa ini disebut tipe Voltages Gates. Pintu ion kalsium ini juga terdapat pada
sel-sel dari titik akupunktur yang diklasifikasikan sebagai sel aktif listrik. Peranan
ion kalsium dalam sel pada titik akupunktur juga dinyatakan dengan adanya
peningkatan konsentrasi ion kalsium di titik akupunktur dan dan meridian setelah
tusukan jarum. Pada penelitian dengan pemberian Verapamil (kalsium antagonis)
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 62/127
pada titik akupunktur terbukti menurunkan beda tegangan listrik, hal ini
membuktikan bahwa ion kalsium berperanan dalam aktivitas sel dalam titik
akupunktur (Saputra, 2000; Yi et al., 1991).
2.4.8
Akupunktur Telinga.
Semua mahluk vertebrae membentuk embrio berdasarkan lapisan
eksoderm – mesoderm – endoderm dan hal ini juga terjadi pada pembentukan
telinga, kemudian diproyeksikan dengan asal embrional organ tubuh.
Pembentukan telinga yang terdiri dari 3 lapisan embrional, juga terbentuk area
persarafan spesifik di permukaan daun telinga. Oleh Bosy(1979) disusun
perspektif telinga untuk lebih mudah mempelajari akupunktur telinga.
Area stimulasi akupunktur telinga mulai diperkenalkan oleh DR.Paul
Nogier (Perancis) sebagai model homoniculus atau embrionik terbalik yang sesuai
dengan letak normal intra kurtain, juga secara embriologi telinga dibentuk oleh 3
lapisan embrional yaitu : eksoderm- mesoderm –endoderm yang disesuaikan
dengan model asal persarafan. Oleh karena itu telinga adalah dunia kecil tubuh
yang disebut sebagai sistem mikro akupunktur (Saputra & Andriani, 2008).
Penusukan jarum akupunktur akan menimbulkan reaksi menghambat lapar
dengan melalui hipotalamus, merangsang metabolisme dan mengaktivasi sistem
endokrin melalui terapi aurikular. Daerah otak secara klasik berhubungan dengan
pengaturan berat badan melalui bagian Hipotalamus Ventro Medial (VMH) yang
merupakan pusat kenyang; Hipotalamus Lateral merupakan pusat lapar.
Stimulasi listrik pada bagian dalam telinga tikus berhubungan dengan representasi
daerah gastrointestinal Aurikular yang merangsang pusat kenyang VMH tetapi
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 63/127
tidak pada pusat lapar LH. Terdapat hubungan neurofisiologis antara daerah Otak
dengan Akupunktur Aurikularis dalam mengatur perilaku makan dan aktifitas
visceral yang dipengaruhi oleh saraf Vagus Otonom.
Akupunktur telinga secara selektif dapat mengubah aktifitas hipotalamik
otak yang cenderung menimbulkan perangsangan pusat kenyang VMH
(Ventromedial Hipotalamus) selanjutnya menekan pusat lapar ( Lateral
Hipotalamus) (Saputra, 2007).
Gambar 2.8 Hubungan Aurikularis dengan Otak dan Organ Bagian Dalam.
Pada penelitian ini dengan mencit sebagai sampel, titik akupunktur yang
dipergunakan :
1. Telinga : a. Shenmen (titik ini terletak di Triangular fossa Superior).
b. Lambung (titik ini terletak di Terminus dari Crus Helix)
Digunakan jarum tekan ( press needle).
2. Tubuh :
a. Meridian Lambung :
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 64/127
- Titik St.36 (Chou-san-li) analog dengan titik No.43 untuk blok
produksi asam lambung dan melancarkan aktivitas Chi (energi)
lambung (Chuan, 1995). Titik ini terletak di bawah Patella, sisi
luar Otot Tibialis ± 3 Cun/12 jari tikus.
b. Meridian Limpa :
- Titik Bl. 20 (Pi-Shu) analog dengan titik No. 25 untuk
mengendalikan keseimbangan fungsi limpa/pankreas dan
melancarkan buang air besar (Chuan, 1995). Titik ini terletak di
ICS( Intercostal Space) XI, jarak 0,5 cm/2 jari tikus dari
Vertebrae.
Gambar 2.9 Letak titik akupunktur pada telinga (Walker, 1997; Chuan, 1995)
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 65/127
Gambar 2.10 Letak titik akupunktur No. 25 dan 43 (Walker, 1997; Chuan, 1995)
2.5 Akupunktur Veteriner
Akupunktur pada hewan mempunyai sejarah yang sangat erat dengan
akupunktur pada manusia, karena dimulai dari kuda yang berhubungan erat
dengan akupunktur pada manusia. Terminologi sistem akupunktur itu
dianalogikan dengan manusia meski letaknya tidak persis sama (Chuan, 1987).
Prinsip penyusunan terminologi akupunktur veteriner adalah sebagai
berikut (Chuan, 1987) :
1. Nilai ambang batas kepekaan terhadap nyeri
2. Fungsi regulasi organ viscera terhadap endokrin, insulin dan
mediator
3. Hubungan pengendalian antibodi dan anti inflamasi
4. Hubungan dengan terapi spesifik terhadap penyakit.
Pada pengamatan pakar akupunktur China tahun 16 – 11 SM, ternyata
semua hewan seperti kuda, sapi, babi, anjing dan kucing mempunyai susunan
pemetaan titik akupunktur yang hampir sama. Mulai tahun 70-an secara intensif
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 66/127
dibentuk organisasi akupunktur veteriner untuk mamalia yang tidak sama seperti
manusia , tapi tetap didasarkan pada patokan – patokan anatomis. Oleh karena
pertimbangan penelitian akupunktur pada manusia banyak keterbatasannya maka
digunakan hewan coba, pada saat ini yang dipakai adalah kelinci, tikus dan
marmut (Saputra, 1999).
Gambar 2.11 Skema Titik Akupunktur pada Kelinci (Chuan, 1995).
2.6 Hewan Coba Mencit (Mus Musculus)
Mencit merupakan salah satu hewan coba yang sering digunakan dalam
penelitian, karena secara fisiologi menyerupai manusia. Berat badan mencit
bervariasi, umumnya berat mencit dewasa 35- 40 gram. Panjang badan mulai
pangkal ekor sampai ujung hidung antara 8 – 10 cm. Rata-rata usia mencit
tersebut adalah satu sampai dua tahun, dengan usia produktifnya (dalam
reproduksi) dimulai dari usia 35 hari hingga sekitar usia sembilan bulan. Usia
empat bulan tersebut dijadikan patokan mencit memasuki usia dewasa (Smith dan
Mangkoewijoyo, 1988).
Data Biologis mencit laboratorium adalah sebagai berikut :
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 67/127
Lama hidup : 1 – 2 tahun bisa mencapai 3 tahun
Lama produksi ekonomis : 9 bulan
Lama Bunting : 19 - 21 hari
Kawin sesudah beranak : 1 - 24 jam
Umur disapih : 21 hari
Umur dewasa : 35 hari
Umur dikawinkan : 8 minggu
Siklus kelamin : poliestreus
Siklus estrus (birahi) : 4 - 5 hari
Lama estrus : 12 - 24 jam
Ovulasi : dekat akhir periode estrus
Berat Badan Dewasa : 20 - 40 gr Jantan , 18 - 35 gr Betina
Jumlah anak : rata – rata 6 ekor, bisa 15 ekor
Perkawinan kelompok : 4 Betina dan 1 jantan
Luas Permukaan tubuh : 10.5 (wt. In grams) 2/3
Konsumsi makanan : 15 grm/100 grm/ hari
Konsumsi Air : 15 grm/100 grm/hari
Temperatur badan : 36 – 37 ° C
Denyut Nadi : 325 – 780 /mnt
Frekuensi Nafas : 60 – 220 /mnt
( Smith dan Mangkoewidjoyo, 1988)
BAB III
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 68/127
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Dari rumusan masalah dan teori di atas, maka dapat disusun kerangka
konsep sebagai berikut : obesitas yang terjadi dapat dipengaruhi oleh faktor
internal dan eksternal.
Faktor internal yang menyebabkan terjadinya obesitas adalah
genetik/strain, umur, jenis kelamin, hormonal, kebugaran fisik, IMT. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi adalah gaya hidup, konsumsi makanan
berlebihan, aktivitas fisik kurang, lingkungan keluarga.
Obesitas akan berakibat meningkatnya resiko akan munculnya
kasus/penyakit degeneratif seperti Diabetes, Hipertensi, Aterosklerosis, stroke,
kanker, dll. Obesitas dapat memicu peningkatan kadar sitokin Interleukin-6
serum, yang tentunya akan meningkatkan proses inflamasi dalam tubuh yang
selanjutnya akan berdampak munculnya penyakit degeneratif/kronis.
Penurunan berat badan dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup,
meningkatkan latihan/olah raga sedang, pengaturan diet rendah kalori, terapi
akupunktur dengan merangsang pusat lapar. Dengan perlakuan seperti ini akan
menimbulkan peningkatan pembakaran sediaan kalori dalam lemak tubuh dan
mengurangi asupan makan ke dalam tubuh. Dengan terjadinya penurunan berat
badan sebesar 5-10% akan memberikan dampak sangat signifikan terhadap
penurunan resiko akan munculnya penyakit degeratif. Tentunya akan
meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan usia harapan hidup.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 69/127
Gambar 3.1 Kerangka Berpikir.
3.2 Kerangka konsep penelitian
Latihan Intensitas
Sedang
Akupunktur
Tubuh & Telinga
Asupan O2 Rangsang pusat
kenyang
Pembakaran
kalori
Katabolisme
Lemak
Menekan rasa
lapar/intake
Katabolisme
Lemak
Mencit Jantan
Obesitas
(BB & IL-6)
DietRendah
Kalori
Intake
Makanan
berkurang
Anabolisme
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 70/127
Kerangka konsep penelitian ini dapat dilihat pada bagan di bawah ini:
Gambar 3.2 Bagan Kerangka Konsep.
3.3 Hipotesis penelitian
1. Latihan intensitas sedang (LIS) dapat menurunkan berat badan yang
berlebih disertai penurunan kadar IL-6 serum.
2. Rangsangan pada titik akupunktur pusat lapar dapat menurunkan berat
badan berlebih disertai penurunan kadar IL-6 serum.
3. Diet rendah kalori dapat menurunkan berat badan yang berlebih disertai
penurunan kadar IL-6 serum.
Faktor Eksternal:- Gaya Hidup
- Konsumsimakanan
- Aktivitas Fisik
- Lingkungan
-Akupunktur
-Latihan Intensitas Sedang
-Diet Rendah Kalori
Obesitas
Berat Badan &
Kadar IL-6 serum
Faktor Internal:- Umur
-
Jenis kelamin
- IMT-
Kebugaran Fisik
-
Genetik
- Hormonal
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 71/127
BAB IV
METODE PENELITIAN
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 72/127
P S O3
O1 O2
O4
O6
4.1 Rancangan Penelitian
Rancangan Penelitian merupakan penelitian eksperimental dengan
rancangan pre test-post test group design ( Campbell et.al., 1963; Nazir, 2005).
Skema penelitian digambarkan sebagai berikut :
P1
P2
P3
Gambar 4.1 Skema Rancangan Penelitian
Keterangan:
P : Populasi
S : Sampel
O1 : Observasi Kelompok1 sebelum perlakuan (LIS)
O2 : Observasi Kelompok1 setelah perlakuan (LIS)
O3 : Observasi Kelompok2 sebelum perlakuan (Akupuntur)
O4 : Observasi Kelompok2 setelah perlakuan (Akupunktur)
O5 : Observasi Kelompok3 sebelum perlakuan (Diet)
O6 : Observasi Kelompok3 setelah perlakuan (Diet)
P1 : Latihan intensitas sedang.
P2 : Akupunktur
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 73/127
P3 : Diet Rendah Kalori
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, dan pemeriksaan IL-6 serum dikerjakan di
Laboratorium Bio Molekuler Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar. Penelitian dilaksanakan dalam waktu 4 (empat) minggu.
4.3 Penentuan Sumber Data
4.3.1 Sampel penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah mencit ( Mus Musculus)strain Balp/C
yang didapat dari Animal Unit Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran
UNUD. Jenis kelamin jantan dewasa gemuk berumur sekitar empat bulan dengan
berat badan berkisar 25 - 40 gram. Panjang badan mulai pangkal ekor sampai
ujung hidung antara 8 – 10 cm. Mencit jantan dewasa dengan umur, berat badan
dan panjang badan yang sama akan mengendalikan variabel yaitu memperkecil
beda panjang kaki belakang (Smith dan Mangkoewidjoyo, 1988).
4.3.2 Kriteria Sampel
a. Kriteria Inklusi
1. Mencit jantan dewasa berusia empat bulan
2. Berat badan antara 25 - 40 gram ( mencit obesitas)
3. Panjang badan antara 8 – 10 cm
4. Sehat
5. Satu hibrid
b. Kriteria Eksklusi dan drop out
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 74/127
1. Mencit tidak mau makan
2. Mencit tidak tampak aktif atau sakit
3. Mencit mati
4.3.3 Besar Sampel
Dengan menggunakan rumus Pocock (2007), maka besar sampel dapat
dihitung sebagai berikut :
2 σ²
n = ____________ x f (α β ) ( μ2 - μ1 )²
Di mana :
n = besar sampel
σ = standar deviasi
f (α, β ) = konstanta berdasarkan tabel [ f(0,05; 0,2)]
μ1 = rerata berat badan sebelum perlakuan
μ2 = rerata perubahan yang diestimasi
μ2 - μ1 = rerata penurunan berat badan yang diharapkan
Berdasarkan penelitian oleh Prijo Sudibyo et al., (2000) yang melibatkan
20 mahasiswi, didapatkan rerata berat badan 51,62 kg dan standar deviasinya
adalah 3,13. Pada penelitian ini terjadi penurunan berat badan 10,85% setelah
penelitian selama delapan minggu.
Berdasarkan perhitungan dengan rumus di atas maka diperlukan n = 9,21
(dibulatkan menjadi 10 ) atau besar sampel perkelompok 10 ekor. Untuk
mencegah kekurangan sampel akibat drop out , maka ditambah cadangan 10%
sehingga menjadi 11 ekor. Penelitian ini menggunakan tiga kelompok observasi,
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 75/127
maka diperlukan sampel 33 ekor. Setiap kelompok terdiri dari 11 ekor mencit
jantan dewasa gemuk, distribusi sebagai berikut :
1. Perlakuan 1 (P1) : Diberi latihan intensitas sedang.
2. Perlakuan 2 (P2 ) : Diberi rangsangan pada titik akupunktur
pusat lapar.
3. Perlakuan 3 (P3) : Diberi Diet Rendah Kalori.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian yang akan diukur adalah berat badan dan kadar
Interleukin-6 (IL-6) sebelum dan sesudah perlakuan antara mencit yang
mengalami latihan intensitas sedang, menerima rangsangan pada titik akupunktur
pusat lapar dan yang mengalami diet energi rendah.
4.4.2 Klasifikasi variabel
1. Variabel bebas adalah penusukan jarum pada titik akupunktur
No. 43, No. 25, titik akupunktur telinga; shenmen, lambung dan
latihan intensitas sedang serta diet rendah kalori.
2. Variabel tergantung adalah besarnya penurunan berat badan dan
kadar interleukin -6(IL-6) serum setelah perlakuan.
3. Variabel kendali adalah Strain mencit jantan, umur, berat badan,
lingkungan (suhu, kelembaban, cahaya), kesehatan mencit.
4.4.3 Definisi operasional variabel
1. Mencit jantan strain Balb-C , obesitas, usia 4 bulan yang berat
badannya 25-40 gram (berat badan > 30 – 40% dari normalnya).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 76/127
2. Latihan intensitas sedang meliputi;
a. Renang di dalam ember berdiameter 35 cm, dengan kedalaman air
20 cm.
b. Frekuensi : setiap hari.
c. Durasi : selama 20 menit. Berdasarkan penelitian waktu latihan
intensitas berat pada tikus sehingga timbul kelelahan(tenggelam)
didapatkan lama waktunya 60 menit( Jawi, 2002). Untuk latihan
intensitas sedang; 30% dari intensitas berat. Jadi 30% x 60 menit =
18 menit. Sehingga diperlukan sekitar 18 menit (dibulatkan 20
menit)(Pangkahila, 2009). Pada Penelitian pendahuluan untuk
mencari waktu yang tepat dalam menentukan waktu latihan untuk
intensitas sedang dalam percobaan mencit direnangkan didapatkan
bahwa waktu latihan selama 60 menit mencit tampak mengalami
kelelahan dan mau tenggelam; dalam waktu 30 menit mencit tampak
mengalami kelelahan; dalam waktu 20 menit mencit masih bisa
berenang tapi tidak mengalami kelelahan (Purwahana, 2010).
3. Rangsang titik akupunktur pusat lapar adalah dilakukan penusukan
pada titik akupunktur badan mencit No. 25 dan No. 43 dengan jarum
38 G 7 mm selama 10 menit disertai stimulasi sebanyak tiga kali
seminggu, penusukan jarum tempel ( press needle) di titik akupunktur
telinga; Shenmen, Lambung.
4. Diet rendah kalori adalah diet dengan komposisi Karbohidrat 45%,
Protein 20%, Lemak 15%, Serat 20% serta Vitamin dan Mineral
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 77/127
secukupnya. Dikonsumsi oleh sample setiap hari selama empat
minggu.
5. Penurunan berat badan adalah berkurangnya berat badan setelah
diberikan perlakuan selama empat minggu, yang ditentukan
berdasarkan selisih berat badan setelah perlakuan dalam satuan gram
BB.
6. Kadar Interleukin – 6 (IL-6) serum adalah kadar IL-6 dalam plasma
yang diukur secara kuantitatif dengan teknik Sandwich Elisa dalam
satuan pg/ml.
4.5 Materi dan Bahan Penelitian
Bahan dan materi yang digunakan untuk penelitian ini sebagai berikut :
1. Jarum akupunktur dari baja tahan karat No. 38 G (0,02 mm) dengan
ukuran panjang 7 mm, produk Hwato – China.
2. Jarum Tekan (Press Needle) dari baja tahan karat, dengan ukuran
panjang 3 mm, produk Hwato-China.
3. Larutan Etanol 70 % dan kapas.
4. Timbangan untuk mencit ( Digital Scale, merk Tanita KD -160)
5. Alat latihan mencit (renang di dalam ember berisi air)
6. Stop watch
4.6 Alat Pengambil Data
Alat ukur atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Menggunakan alat ukur dan instrumen dari Laboratorium Farmakologi
dan Biomol FK Universitas Udayana.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 78/127
2. Tabung mikrohematokrit.
3. Larutan Etanol 70% dan Kapas.
4.7 Tata Cara Penelitian
4.7.1 Persiapan Hewan Uji
Mencit jantan, strain Balp-C, dipilih secara random dan masing-masing
mencit ditempatkan dalam kelompok dengan kandang terpisah. Mencit
diadaptasikan selama satu minggu untuk mengamati tidak ada penyakit yang
dapat mengganggu penelitian. Mencit diberi makanan dengan tinggi kalori
(Sentrat 511/tinggi lemak) dengan komposisi; Karbohidrat 60%, Protein 10%,
Lemak 25%, Serat 5% serta Vitamin dan Mineral secukupnya untuk
meningkatkan berat badannya (bertambah 30-45% ) dari mencit normal. Sehingga
didapatkan mencit dewasa jantan obesitas berumur 4 bulan. Selama penelitian
pakan tinggi kalori ini terus diberikan secara ad libitum (Purwahana, 2010).
4.7.2 Pelaksanaan Penelitian
1. Mencit uji kelompok 1 (Latihan Intensitas Sedang) diberikan latihan
renang di dalam ember berisi air. Ditentukan lama waktunya yaitu 20
menit, latihan ini diberikan setiap hari selama empat minggu. Pakan
mencit yang sama diberikan ad libitum.
2. Mencit uji kelompok 2 (Akupunktur) diletakkan pada papan dan difiksasi
dengan memasukkan mencit ke dalam rongga kecil yang terbuat dari fiber,
dilakukan persiapan daerah uji dengan pembersihan bulu, disinfeksi
dengan Etanol 70% kemudian ditusukkan jarum 38 G - 7 mm pada titik
akupunktur No. 25 dan No.43 . Penusukan dilakukan selama 10 menit
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 79/127
sebanyak 3 kali seminggu. Pada titik akupunktur telinga shenmen dan
lambung dipasang press needle. Pakan mencit yang sama diberikan secara
ad libitum.
3. Mencit uji kelompok 3 (Diet rendah kalori) mendapat perlakuan pakan
dengan diet rendah kalori.
4.7.3 Prosedur Pengambilan Darah Mencit
Pengambilan darah mencit dilakukan dengan cara; darah di ambil dari
sinus orbitalis, tanpa anestesi. Mula-mula mencit dipegang pada tengkuk dan
ekornya, kemudian darah diambil dari medial canthus sinus orbitalis dengan
tabung mikrohematokrit sebanyak 0,5- 1 ml. Kemudian darah ditampung dalam
tabung dan diendapkan selama 30 menit, selanjutnya disentrifuse untuk
mendapatkan serum darah mencit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Kemudian
sampel serum diperiksa di Lab/Bagian Bio Molekuler FK Universitas Udayana
untuk diperiksa kadar IL-6 nya.
4.7.4 Prosedur Pengukuran hasil perlakuan
Dilakukan pengukuran berat badan dan kadar IL-6 serum semua mencit
sebelum diberikan perlakuan. Setelah semua kelompok mencit mendapat
perlakuan selama 4 minggu dilakukan pengukuran kembali terhadap berat badan
dan kadar IL-6 serumnya.
4.7.5 Cara Sandwich ELISA
Serum darah mencit yang akan diperiksa diencerkan dengan sampel
diluent (1:1) kemudian masing-masing sebanyak 100 ul standar yang sudah
diencerkan dengan cara penipisan dimasukkan dalam microwell masing-masing
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 80/127
sebanyak 100 ul. Tambahkan Biotin – conjugate yang sudah diencerkan kesemua
microwell, tutup dengan adhesive film dan di inkubasi di suhu ruangan selama 2
jam. Setelah 2 jam buka adhesive film dan buang cairan dalam microwell, cuci 3
kali dengan wash buffer masing-masing 400 ul, keringkan dengan tisue.
Tambahklan 100 ul Streptavidin –HRP yang sudah diencerkan ke semua
microwell termasuk well blanko, tutup dengan adesive film dan inkubasi dalam
suhu ruangan selama 1 jam. Kemudian buka adhesive film dan buang cairan, cuci
microwell 3 kali dengan wash buffer masing-masing 400 ul, keringkan dengan
tissue. Tambahkan 100 ul TMB substrate solution ke semua microwell, inkubasi
selama 10 menit di ruangan gelap sampai terbentuk warna biru, tambahkan lagi
Stop solution kemudian akan terbentuk warna kuning. Kemudian di baca di 620
nm.
Analisa data dilakukan dengan membuat kurve linier berdasarkan nilai
standar yang di dapat dengan nilai standar dalam pg/ml.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 81/127
Gambar 4.2 Alur Penelitian
4.8.0 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang didapatkan akan diproses dengan program SPSS 15.0 for
windows serta dianalisis dengan langkah – langkah sebagai berikut :
1. Analisis Deskriptif untuk menggambarkan karakteristik hewan uji
(mencit).
Kriteria inklusi
Sampel
(33 ekor)
Pembagian Kelompok
Pengukuran Berat
Badan & IL-6/Pre -test
Klpk IIAkupunktur Tubuh
& Telinga(11 ekor)
Data Penelitian/
Post-test
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Populasi
(mencit/mus musculus)
Klpk ILatihan Int.Sedang
Renang(11 ekor)
Klpk IIIDiet Rendah
Kalori(11 ekor)
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 82/127
2. Analisis Normalitas dan Homogenitas ;
a. Uji Normalitas data dengan uji Shapiro-Wilk . Data terdistribusi
normal bila p>0,05 ( Daniel, 1999).
b. Uji Homogenitas antar kelompok dengan Levene Test . Data
dinyatakan homogen bila p>0,05.
c. Analisis Komparasi ;
Data Berdistribusi normal dan homogen, perbedaan rerata
antar kelompok dilakukan uji statistik parametrik dengan
One Way Anova.
Untuk mengetahui efek ketiga perlakuan pada masing-masing
kelompok, maka dibandingkan rerata penurunan berat badan
dan IL-6 pre-test dan post-test masing-masing kelompok.
Data yang berdistribusi normal menggunakan uji Paired T-
test.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 83/127
BAB V
HASIL PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 33 mencit jantan dengan obesitas
sebagai sampel, yang terbagi menjadi 3 (tiga) kelompok masing-masing
berjumlah 11 ekor tikus, yaitu kelompok pelatihan intensitas sedang, kelompok
rangsang titik akupunktur, dan kelompok diet rendah kalori. Dalam pembahasan
ini akan diuraikan uji normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas,
dan uji efek perlakuan.
5.1 Uji Normalitas Data
Data Berat badan dan Interleukin 6 (IL-6) baik sebelum perlakuan maupun
sesudah perlakuan pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan
menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal
(p>0,05), disajikan pada Lampiran 3.
5.2 Uji Homogenitas Data antar Kelompok
Data Berat badan dan Interleukin 6 (IL-6) antar kelompok baik sebelum
perlakuan maupun sesudah perlakuan diuji homogenitasnya dengan menggunakan
uji Levene’s test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada
Lampiran 4 dan 5.
5.3 Berat badan
5.3.1 Uji komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata berat badan
antar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan
uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.1 berikut.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 84/127
Tabel 5.1
Rerata Berat badan antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan
Kelompok Subjek nRerata
Berat badanSB F P
Pelatihan intensitas sedang
Rangsang titik akupunktur
Diet rendah kalori
11
11
11
29,09
27,36
29,00
3,80
3,91
5,78
0,494 0,615
Tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan kelompok
pelatihan intensitas sedang adalah 29,093,80, rerata kelompok rangsang titik
akupunktur adalah 27,363,91, dan kelompok diet rendah kalori adalah
29,005,78. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan
bahwa nilai F = 0,494 dan nilai p = 0,615. Hal ini berarti bahwa ketiga kelompok
sebelum diberikan perlakuan, rerata berat badannya tidak berbeda secara
bermakna (p > 0,05).
5.3.2 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata Berat badan antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One
Way Anova disajikan pada Tabel 5.2 berikut.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 85/127
Tabel 5.2
Rerata Berat badan antar kelompok sesudah diberikan perlakuan
Kelompok Subjek NRerata
Berat badan SB F
P
Pelatihan intensitas sedang
Rangsang titik akupunktur
Diet rendah kalori
11
11
11
26,18
24,82
26,00
4,07
3,92
5,81
0,275 0,761
Tabel 5.2 di atas, menunjukkan bahwa rerata berat badan kelompok
Pelatihan intensitas sedang adalah 26,184,07, rerata kelompok rangsang titik
akupunktur adalah 24,823,92, dan kelompok diet rendah kalori adalah
26,005,81. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa
nilai F = 0,275 dan nilai p = 0,761. Hal ini berarti bahwa rerata berat badan pada
ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan tidak berbeda secara bermakna.
Gambar 5.1 Grafik Penurunan Berat badan setelah Pemberian perlakuan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 86/127
Gambar 5.1 di atas menggambarkan bahwa ketiga perlakuan penurunan
berat badannya sama.
5.3.3 Analisis komparasi antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata berat badan antara sebelum
dengan sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji t-
paired disajikan pada Tabel 5.4 berikut.
Tabel 5.3
Analisis Komparasi Berat badan antara Sebelum dan Sesudah Perlakuan
KelompokBeda Rerata
pre - postP Keterangan
Pelatihan intensitas sedang
Rangsang titik akupunktur
Diet rendah kalori
2,91
2,55
3,00
0,000
0,000
0,000
Menurun
Menurun
Menurun
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan berat badan
pada ketiga kelompok, masing-masing untuk kelompok pelatihan intensitas
sedang sebesar 2,91 g, kelompok rangsang titik akupunktur sebesar 2,55 g, dan
pada kelompok diet rendah kalori sebesar 3,00. Jadi ketiga kelompok setelah
diberikan perlakuan mengalami penurunan secara bermakna (p < 0,05).
5.4 Interleukin 6 (IL-6)
5.4.1 Uji Komparabilitas
Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata Interleukin 6
(IL-6) antar kelompok sebelum diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 87/127
dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.4
Rerata Interleukin 6 (IL-6) antar kelompok sebelum diberikan perlakuan
Kelompok Subjek n
Rerata
Interleukin 6
(IL-6)
SB F
P
Pelatihan intensitas sedang
Rangsang titik akupunktur
Diet rendah kalori
11
11
11
1682,10
1314,20
4886,40
1685,22
1604,77
2719,80
2,25 0,123
Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa rerata Interleukin 6 (IL-6)
kelompok Pelatihan intensitas sedang adalah 1682,101685,22, rerata kelompok
Rangsang titik akupunktur adalah 1314,201604,77, dan kelompok Diet rendah
kalori adalah 488,64271,98. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 2,25 dan nilai p =0,123. Hal ini berarti bahwa
rerata Interleukin 6 (IL-6) pada ketiga kelompok adalah sama (p > 0,05).
5.4.2 Analisis efek perlakuan
Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata Interleukin 6 (IL-6) antar
kelompok sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan uji One
Way Anova disajikan pada Tabel 5.6 berikut.
Tabel 5.5
Rerata Interleukin 6 (IL-6) antar kelompok sesudah diberikan perlakuan
Kelompok Subjek N
Rerata
Interleukin 6
(IL-6)
SB F
P
Pelatihan intensitas sedang
Rangsang titik akupunktur
Diet rendah kalori
11
11
11
569,73
269,45
205,73
478,33
160,18
63,63
1900 0,015
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 88/127
Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa rerata Interleukin- 6 (IL-6)
kelompok pelatihan intensitas sedang adalah 569,73478,33, rerata kelompok
Rangsang titik akupunktur adalah 269,45160,18, dan kelompok Diet rendah
kalori adalah 205,7363,63. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova
menunjukkan bahwa nilai F = 4,82 dan nilai p = 0,015. Hal ini berarti bahwa
rerata Interleukin- 6 (IL-6) pada ketiga kelompok berbeda secara bermakna.
Gambar 5.2 Grafik Penurunan Rerata Interleukin 6 (IL-6) setelah Pemberian
Perlakuan
Gambar 5.2 di atas menggambarkan bahwa pemberian pelatihan intensitas
sedang dan rangsang titik akupunktur menurunkan Interleukin 6 (IL-6) lebih besar
dibandingkan dengan diet rendah kalori.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 89/127
Uji lanjut dengan Least Significant Difference – test (LSD) digunakan untuk
mengetahui beda nyata terkecil kadar Interleukin-6 (IL-6). Hasil uji disajikan di
bawah ini.
Tabel 5.6
Analisis Komparasi Interleukin 6 (IL-6) Sesudah Perlakuan antar
Kelompok
KelompokBeda
Rerata p Interpretasi
Pelatihan intensitas sedang dan
Rangsang titik akupunktur300,27
364,00
63,73
0,023
0,007
0,614
Berbeda bermakna
Berbeda bermakna
Tidak Berbeda
bermakna
Pelatihan intensitas sedang dan
Diet rendah kaloriRangsang titik akupunktur dan
Diet rendah kalori
Hasil uji lanjutan di atas menunjukan bahwa:
1.
Rerata Interleukin 6 (IL-6) kelompok pelatihan intensitas sedang berbeda
bermakna dengan kelompok rangsang titik akupunktur (rerata kelompok
rangsang titik akupunktur lebih rendah daripada rerata kelompok pelatihan
intensitas sedang).
2.
Rerata Interleukin 6 (IL-6) kelompok pelatihan intensitas sedang berbeda
secara bermakna dengan kelompok diet energi rendah (rerata kelompok
diet rendah kalori lebih rendah daripada rerata kelompok pelatihan
intensitas sedang).
3.
Rerata Interleukin 6 (IL-6) kelompok rangsang titik akupunktur tidak
berbeda secara bermakna dengan kelompok diet rendah kalori(rerata
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 90/127
kelompok rangsang titik akupunktur lebih tinggi daripada rerata kelompok
diet rendah kalori).
5.4.3 Analisis komparasi antara Sebelum dengan Sesudah Perlakuan
Analisis komparasi diuji berdasarkan rerata Interleukin 6 (IL-6) antara
sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan. Hasil analisis kemaknaan dengan
uji t-paired disajikan pada Tabel 5.8 berikut.
Tabel 5.7
Analisis Komparasi Interleukin 6 (IL-6) antara Sebelum dan Sesudah
Perlakuan
Kelompok
Beda Rerata
pre - post p Keterangan
Pelatihan intensitas sedang
Rangsang titik akupunktur
Diet rendah kalori
1112,36
1044,73
244,09
0,017
0,041
0,003
Menurun
Menurun
Menurun
Berdasarkan uji t-paired didapatkan bahwa ada penurunan kadar
Interleukin 6 (IL-6) pada ketiga kelompok. Rerata penurunan Il-6 untuk kelompok
pelatihan intensitas sedang sebesar 1112,36, untuk kelompok rangsang titik
akupunktur sebesar 1044,73, dan kelompok diet rendah kalori sebesar 244,09.
Ketiga kelompok mengalami penurunan secara bermakna(p < 0,05).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 91/127
BAB VI
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
6.1. Subyek Penelitian
Untuk menguji efek perlakuan terhadap penurunan berat badan dan kadar
interleukin-6 (IL-6) pada mencit, maka dilakukan penelitian pada mencit jantan
dengan obesitas yang diberikan 3 perlakuan yaitu pelatihan intensitas sedang,
rangsang titik akupunktur, dan diet rendah kalori.
Sebagai hewan coba digunakan mencit jantan dengan obesitas berumur 4
bulan. Mencit yang dipergunakan dalam penelitian ini berjumlah 33 ekor, dibagi
menjadi 3 kelompok yaitu kelompok pelatihan intensitas sedang (P1), kelompok
rangsang titik akupunktur (P2), dan kelompok diet rendah kaori (P3). Penelitian
dilakukan selama 1 bulan.
6.2. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Badan
Hasil penelitian dan analisis data berat badan pada kelompok pelatihan
intensitas sedang, kelompok rangsang titik akupunktur, dan diet rendah kalori
menunjukkan bahwa uji normalitas (Uji Shapiro Wilk ) dan homogenitas ( Levene
test ) untuk kelompok pre dan post-test masing-masing kelompok berdistribusi
normal dan homogen (p > 0,05).
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 92/127
Uji perbandingan sebelum perlakuan antara ketiga kelompok
menggunakan uji One Way Anova. Rerata berat badan kelompok pelatihan
intensitas sedang adalah 29,093,80, rerata kelompok rangsang titik akupunktur
adalah 27,363,91, dan kelompok diet rendah kalori adalah 29,005,78. Rerata
Interleukin-6 (IL-6) kelompok Pelatihan intensitas sedang adalah
1682,101685,22, rerata kelompok Rangsang titik akupunktur adalah
1314,201604,77, dan kelompok diet energi rendah adalah 488,64271,98.
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunkan uji One Way Anova didapatkan
bahwa baik berat badan maupun kadar interleukin 6 antar kelompok sebelum
perlakuan tidak berbeda ( p > 0,05). Hal ini berarti bahwa berat badan dan kadar
interleukin 6 (IL-6) pada ketiga kelompok adalah sama atau dengan kata lain
ketiga kelompok sebelum diberikan perlakuan tidak berbeda
(p > 0,05).
6.3 Pengaruh perlakuan terhadap Interleukin-6.
Uji perbandingan sesudah diberikan perlakuan antar kelompok
menggunakan One Way Anova. Rerata berat badan kelompok pelatihan intensitas
sedang adalah 26,184,07, rerata kelompok rangsang titik akupunktur adalah
24,823,92, dan kelompok diet rendah kalori adalah 26,005,81 dan rerata
Interleukin 6 (IL-6) kelompok pelatihan intensitas sedang adalah 569,73478,33,
rerata kelompok rangsang titik akupunktur adalah 269,45160,18, dan kelompok
diet rendah kalori adalah 205,7363,63 .
Uji perbandingan post test antara ketiga kelompok dengan One Way Anova
menunjukkan bahwa untuk berat badan tikus tidak terdapat perbedaan antara
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 93/127
ketiga kelompok perlakuan (p > 0,05). Sedangkan untuk kadar interleukin-6
terdapat perbedaan antara ketiga kelompok perlakuan (p < 0,05).
Sedangkan untuk mengetahui penurunan berat badan dan kadar interleukin
-6 pada masing-masing kelompok perlakuan di analisis dengan uji t-paired.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa kelompok yang diberikan perlakuan
berupa pelatihan intensitas sedang mengalami penurunan berat badan sebesar
2,91 g dan penurunan kadar interleukin-6 sebesar 1112,36. Kelompok mencit
yang diberikan perlakuan berupa rangsangan pada titik akupunktur mengalami
penurunan berat badan sebesar 2,55 g dan penurunan kadar interleukin-6 sebesar
1044,73. Kelompok mencit yang diberikan perlakuan berupa diet rendah kalori
mengalami penurunan berat badan sebesar 3,00 g dan penurunan kadar interleukin
-6 sebesar 282,91.
Hasil penelitian ini terjadi penurunan Interleukin -6 sebagai akibat dari
penurunan berat badan sebesar ± 10% sama dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Despres et al., (2001) bahwa penurunan berat badan akan
menyebabkan penurunan PAI-1( plasminogen activator inhibitor-1), kadar sitokin
(interleukin-6 ) IL-6 dan C-reactive protein (CRP).
Penelitian yang dilakukan oleh Bastard et al.,(2000), menunjukkan bahwa
penurunan berat badan dan massa lemak tubuh dengan pemberian diet kalori
sangat rendah pada wanita obesitas ditemukan adanya perbaikan sensitivitas
insulin karena perbaikan sitokin IL-6 , Leptin dan CRP.
Berdasarkan hasil analisis dengan uji t-paired didapatkan bahwa baik berat
badan maupun kadar interleukin-6 terjadi penurunan secara bermakna pada ketiga
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 94/127
kelompok (p<0,05). Hal ini disebabkan karena pelatihan dengan intensitas sedang
yaitu renang dapat membantu mengurangi lemak dalam tubuh, karena diubah
menjadi energi (Kurniati, 2008).
Menurut Mc. Ardle et al. (1986) serta Wilmore & Costil (1994) ada
perbedaan sumber energi yang dipakai pada berbagai jenis senam aerobik. Pada
senam aerobik intensitas sedang sumbe energinya adalah karbohidrat dan lemak
secara seimbang.
Dari penelitian Ziccardi et al. (2002) ditemukan bahwa dibandingkan
dengan wanita bukan obesitas , wanita obesitas mempunyai kadar basal yang
tinggi dari TNF-α, IL-6. P-selektin, ICAM-1,VCAM-1. Kadar TNF-α dan IL-6
mempunyai hubungan dengan obesitas viseral. Semua sitokin menurun secara
bermakna setelah penurunan berat badan sebesar 10% selama program (diet, olah
raga, konseling perilaku) selama 1 tahun.
Sedangkan pada kelompok rangsang titik akupunktur, terjadi penurunan
berat badan karena terapi komplementer ini mampu memperbaiki metabolisme
sehingga lebih mudah kenyang dan menjaga agar nafsu makan tidak berlebihan
(Saputra, 1998; Idayanti, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Khoo, (1998)
pada grup pasien akupunktur dibandingkan dengan grup latihan dan diet selama
lima minggu didapatkan bahwa terjadi penurunan berat badan rata-rata 4,8 Kg
pada kelompok akupunktur dengan diet & latihan , penurunan rata-rata 2,4 Kg
pada kelompok diet & latihan tanpa akupunktur.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 95/127
Demikian juga pada kelompok diet rendah kalori terjadi penurunan berat
badan karena diet ini membatasi makan padat energi seperti kue-kue yang banyak
mengandung karbohidrat sederhana dan lemak (Almatsier, 2004).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Heilborn et al. (2001) didapatkan
perbaikan sitokin dan perbaikan faktor hemostasis pada penurunan berat badan
dibandingkan dengan kontrol, dengan diet rendah kalori dan diet rendah lemak.
Penurunan berat badan 9.4 Kg pada laki-laki dan 7.6 Kg pada wanita diikuti
dengan penurunan kadar PAI-1(30%), antigen tissue-plasminogen activator (t-PA)
(24%) dan faktor VII (11%).
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 96/127
Berdasarkan hasil penelitian pada mencit jantan dengan obesitas dengan
pelatihan intensitas sedang, rangsang titik akupunktur, dan diet energy rendah
selama 30 hari didapatkan simpulan sebagai berikut:
1.
Pemberian pelatihan intensitas sedang dapat menurunkan berat badan
mencit jantan dengan obesitas sebesar 10,00% dan menurunkan kadar IL-6
sebesar 66,13%.
2.
Pemberian Rangsang titik akupunktur dapat menurunkan berat badan
mencit jantan dengan obesitas sebesar 9,30% dan menurunkan kadar IL-6
sebesar 79,50%.
3.
Pemberian diet rendah kalori dapat menurunkan berat badan mencit jantan
dengan obesitas sebesar 10,34% dan menurunkan kadar IL-6 sebesar
57,90%.
4.
Pemberian program latihan, diet kalori rendah dan terapi akupunktur dapat
menurunkan berat badan serta kadar Interleukin-6 sebagai tanda
proinflamasi sehingga dengan demikian akan menurunkan faktor resiko
terjadinya inflamasi. Dengan demikian akan menurunkan faktor yang
memicu proses penuaan, selanjutnya akan memperpanjang umur harapan
hidup dan mencapai kondisi hidup yang lebih sehat dan lebih berkualitas.
Atau dengan kata lain meningkatkan kualitas hidup dalam usia yang
bertambah akan tercapai.
7.2 Saran
Sebagai saran dalam penelitian ini adalah:
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 97/127
1.
Disarankan kepada orang yang mengalami obesitas untuk memilih salah
satu kegiatan yang dapat menurunkan berat badan seperti pelatihan
dengan intensitas sedang seperti renang, aerobik, jalan kaki; dan bisa juga
melakukan terapi komplementer yaitu tusuk jarum (akupunktur) pada
titik rangsang yang terkait dengan proses pencernaan, dan dapat juga
melakukan diet rendah kalori.
2.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih nyata dan signifikan perlu
dilakukan penelitian lanjutan terutama untuk pengukuran kadar
Interleukin -6 pada sampel dengan manusia.
3.
Perlu dilakukan penelitian lebih mendalam tentang proses inflamasi
sistemik yang terjadi oleh karena reaksi penusukan jarum akupunktur
yang bersifat reaksi inflamasi lokal pada titik akupunktur.
4.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat membuat sebuah
model yang menggabungkaan jenis terapi Diet Kalori rendah dan
Akupunktur serta Latihan sehingga dapat dibuat sebuah matriks yang bisa
dijadikan acuan dalam penanganan kasus obesitas ini.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 98/127
DAFTAR PUSTAKA
Adiputra, N. 2008. Kesehatan Olah Raga. Available from:
http://www.balihesg.org/index.php?option=com content&task=view&id=
360& itemid=28. Accesed : Februari 19th
. 2009
Akalin, N.S., 1995.The Overweight Diabetic-or the Diabesityn Syndrome.
Dialogue. First Quarter : 11-14.
Anonymous. 1975. Hand Book on Chinese Veterinary. David CC. and WC.
Dorothy. The Principle of Chinese Acupunctur Medicine Life Science
Medical Laboratory, Hongkong.
Almatsier, S. 2004. Penuntun Diet Edisi Baru. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Anonim. 2000. Ancaman Kesehatan di Balik Kegemukan, [cited 2002 May
31]. Available at : http:/www.infokes.co…/artikelview.htm.
Anonim. 2000. Obesitas Merupakan Kondisi Medis Serius,[cited 2002 April 28].
Available at: http:/www.gizi.net.
Anonim, 2000. The Asia-Pacific Perspective : Obesity and Its Treatment . Health
Communications Australia Pty Limited. 2000.
Anonim. 2008. Obesitas lebih berbahaya dari terorisme. Available at :
http://www.kompas.com/data/photo/2008/Q2/16/002701p.jpg >
Accessed: February 25, 2008.
Anonim. 2006. Acupunture Enhances effects of Diet and Exercise in Treating
Obesity. Acupunture Today , May , 2006, Vol. 07, Issue 05. Available at
www.Acupunturecouncil.com. Accessed: February 2, 2009.
Anonim. 2006. Treating Obesity With Acupuncture. Published by Healthy NewsService, Availble at www.pacificCollege.edu Accessed : Februari 13, 2009.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 99/127
Bastard, J.P., Jardel, C., Bruckert,E., 2000. Elevated Levels of Interleukin 6 are
Reduced in Serum and Subcutaneous AdiposeTissue of Obese Women after
Weight Loss. J Clin Endocrinol Metab 85: 3338-3342.
Beers, Mark, H. 2004. The Merck Manual of Health & Aging. Ballantine Books.
New York.USA.
Berger, R.A. 1982. Applied Exercise Physiology. Philadelpia: Lea and Febiger.
Bray, G.A. et al., 1989. The Medical Clinics of North America Volume73/Number
1, W.B. Saunders Company. USA.
Bray, G.A. et al., 2004. Hand Book of Obesity Clinical Aplications, Second
Edition. Marcel Dekker, Inc. USA.
Brick, L. 2001. Bugar dengan Senam Aerobik . Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Budiarta, A.A. 2006. “Peran Tumor Necrosis Factor-α , Insulin dan Transforming
Growth Factor- β 1 terhadap peningkatan kadar Plasminogen Activator
Inhibitor-1 pada Obesitas Abdominal” (Disertasi). Denpasar: Universitas
Udayana.
Cahanar, P., Suhanda, I. 2006. Makan Sehat Hidup Sehat . Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara.
Caterson, I. et al. 2000. The Asia Pacific Perpective: Redefining Obesity and Its
Treatment . World Health Organization, Published By Health
Communications Australia Pty Limited.
Chua, S. and Leibil, R.L., 1997. Obesity Genes: Molecular and Metabolic
Mechanism. Diabetes Rev 5: 2-7.
Clark, N. 1996. Petunjuk Gizi untuk Setiap Cabang Olah Raga. Jakarta : PT
Rajagrafindo Persada.
Chuan, Y. 1987. Origin and Development of The traditional Chinese Veterinary
Acupuncture and Its Therapeutic Effect . International Conference on
Veterinary Acupuncture. Beijing-China. Beijing Agriculture university. May
: 15 – 18.
Chuan, Y. 1995. Traditional Chinese Veterinary Acupuncture and Moxibustion.
First Edition. China Agriculture Press.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 100/127
Davis, R.J. et al. 1994. Physical Education and The Study of Sport . Second
Edition, Published by Mosby, London.
Despres, J.P. 2001. Health Consequences of Visceral Obesity . Ann Med 33: 541-
543.
Despres, J.P., Couillard, C., Gagnon, J., 2000. Race Visceral Adipose Tissue,
Plasma Lipids, and Lipoprotein Lipase Activity in Men and Women. The
Health, Risk Factor, Exercise Training, and Genetics (HERITAGE) Family
Study. Arterioscler Thromb Vacs Biol 20: 1932-1938.
Dinata, M. 2004. Padat Berisi dengan Aerobik . Jakarta : Cerdas Jaya.
Esposito, K., Pontilo, A., Di Palo, C.,Giugliano, G., Masella, M., 2003. Effect of
Weight Loss and Lifestyle Changes on Vascular Inflammatory Marker in
Obese Women. JAMA 289: 1799-1804.
Faigin, R. 2000. Meningkatkan Hormon Secara Alami. Edisi I, PT Raja Grafindo
Persada 2001. Jakarta.
Fox, E.L. 1984. Sport Physiology. Philadelphia :W.B. Saunders Company.
Fox, E.L., Bowers, R.W., and Foss, M.L. 1993. The Physiologycal Basis for
Exercise and Sport. New York: Brown & Benchmark Publishers.
Fried, S.K., Bunkin, D.A., Greenberg, A.S. Omental and Subcutaneous Adipose
Tissues of Obese Subjects Release Interleukin-6 . J Clin Endocrinol Metab
1998; 83; 847-850.
Gibson, R.S., 2005. Principles of Nutritional Assesment . New York: Oxford
University Press.
Giriwijoyo, S. dan Muchtamadji, M.Ali. 2005. Ilmu Faal Olahraga. Bandung.
Goodman, R.S., 2008. Medical Cell Biology. Third Edition. Elsevier Inc. Texas.
Gortmarker, S.L., Must, A.,Perrin, J.M., Sobol, A.M., Dietz, W.H.Social and
Economics Consequences of Overweight in Adoslescence and Young
Adulthood . N Engl J Med 1993; 329; 1008-1012.
Griekspoor, A.C., 2000. Molecular Mechanism of ABC-transporter functioning.
The Netherland Cancer Institute Div of Tumor Bilogy. Amsterdam.
Hamblin, A.S. 1993. Cytokines and Cytokine Receptors. Oxford University Press
Inc. New York.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 101/127
Hendromartono. 2002. Akupunktur pada Penanggulangan Obesitas. Meridian Vol
IX. No. 2.PAKSI DPD Jawa Timur.Surabaya.
Hairy, J. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta: Departemen pendidikan dan
Kebudayaan.
Harris, T.B., Launer, L.J., Madans, J., Feldmen, J.J., 1997. Cohort Study of Effect
of being Overweight and Change in Weight on Risk of coronary Heart
Dissease in Old Age. BMJ 314; 1791.
Heilbronn, L.K., Noakes, M., Clifton, P.M., 2001. Energy Restriction and Weight
Loss on Very Low Fats Diet Reduce C-Reactinve Protein Concentration in
Obese, Healthy Women. Arterioscler Thromb Vac Biol 21: 968-970.
Heymsfield, S.B., Hoffman, D.J., Testolin , C and Wang, Z.M., 2001. Evaluation
of Human Adiposity. In: International Texbook of Obesity. Edited by Per
Bjorntop. New York: John Wili & Son Ltd, p 85-97.
Jawi, M. 2002. “ Waktu Pemulihan Tiga Hari setelah Pemberian Beban Aktivitas
Fisik Maksimal Dapat mengembalikan Keadaan Normal dari Gambaran
Histologis Lien dan Limfosit Darah pada Tikus Putih” (Tesis). Denpasar;
Universitas Udayana.
Khoo, K.K. 1998. Acupuncture Treatment for Obesity: a randomized controlled
trial. Medical Acupuncture 2006; 17 (2): 33-35.
Klide, A.M., Kung, S.H. 1977. Veterinary Acupuncture. University of
Pennsylvania Press. New York.
Kolotkin, R.L., Crosby, R.D., William, G.R., Hartey, G.G, Nicol, S. The
Relationship between Health Quality of Life and Weight Loss. Obe Res
2002; 9: 564-571.
Kuruvila, A. 2008. Acupuncture for Obesity. Available at http//www.medical
acupuncture.org/aama_marf/journal/vol.14_2/article/6.html.
Accessed : Pebruari 13, 2009.
Kurniati, T. I., 2008. Latihan dan Aktivitas Fisik untuk Menurunkan Berat Badan.
Available from http://www.obesitas .web.id. Accessed: August 7,2008.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 102/127
Meirelles, C.M. and P.S.C Gomes , 2005. Acute effect of Resistence Exercise on
Energy Expenditure Revisiting the Training Variable.(cited 2008 January
7). Available from : http://www.nutrition.com.
Layman, D.K., Ellen Evans, Jaime I. Baum, Jennifer Seyler, Donna J Erickson,
and Richard A Boileu, 2005. Dietray Protein and Exercise Have Additive
Effect on Body composition during Weight Loss in Adult Women.(cited 2008
January 7). Available from: http://www.nutrition.com
Larson, U. Karlson, J.,Sullivan, M. Impact of Overweight and Obesity on Health
Related Quality of Life-A Swedish Population Study. Int J Obe Rel Meta
Disord 2002; 26: 417-424.
Liang, L. 2003. Acupuncture and IVF . Increase IVF Succes by 40 – 60%
Baltimore Western Ave. Blue Poppy Press.
Lina, T. 2002. Pengaruh Diet Rendah Kalori Seimbang dan Olah Raga Erobik
terhadap Berat Badan Berlebih dan Profil Lipid Penderita Berat Badan
Berlebih. Program Pendidikan Pasca Sarjana Fak. Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. Available from : www.digitlib.litbang.depkes.go.id .
Accessed : August 7, 2008.
Lina, Y.,Wijaya. 2007. Hubungan Antara Free Fatty Acid (FFA), Fatty Acid
Binding Protein (FABP) dan Adiponektin dengan Inflamasi pada Obesitas
Sentral.Forum Diagnosticum No. 6/2007.
Lovejoy, D.A. 2005. Reproduction . In: Neuroendocrinology an Integrated
Approach. London.John Wiley & Sons, Ltd.
Marinusa, M., Kastono, R.1999. Mechanism of Acupuncture in Treating Obesity.
Cermin Dunia Kedokteran No. 123, hal: 12 – 16. Jakarta.
Mc Ardle, W.D., Katch, K.I., Katch, V.L. 1986. Exercise Physiology: Energy,
Nutrition, and Human performance.2nd. Ed. Lea & Febiger, Philadelphia.
Moehji, S. 2002. Ilmu Gizi. Jakarta: PT Bharatara Niaga Media.
Nala, N. 1986. Kesegaran Jasmani. Denpasar: Yayasan Ilmu Faal Widhya
Laksana.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 103/127
Packer, L., Sies, H. 2007. Oxidative Stress And Inflammatory Mechanism in
Obesity, Diabetes, and the Metabolic Syndrome. CRC Press. NW.USA.
Padmiari, I.A., Kayanaya, Antarini, Gumala dan Arsana. 2004. Pemantauan
Indeks Massa Tubuh Orang Dewasa Kawasan Perkotaan di Propinsi Bali
(Laporan, Penelitian). Denpasar: Dinkes Propinsi Bali.
Pangkahila, W. 2007. Anti- Aging Medicine ; Memperlambat Penuaan,
Meningkatkan Kualitas Hidup. Penerbit Buku Kompas. November 2007.
Pangkahila, A. 2009. Pelatihan Fisik Menurunkan Proses Penuaan. Naskah
Lengkap Seminar Nasional Anti Aging Medicine. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Februari, 24th
2009.
PERSAGI. 2005. Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Jakarta:
PERSAGI.
Pocock, S.J. 1986. Clinical Trials, A Practical Approach. New York: A Willey
Medical Publication.
Potapova, T.V. 1991. Energetic Functions of permeable Intercellular Junctions.
Intercellular Communication. Menchester University Press: 143-154.
Poss, R., Dagnone, D., Jones, P.J.H., Smith, H., Paddage, A., Hudson, R., and
Janssen, I. 2000. Reduction in Obesity and Related Comorbid Conditions
after Diet-Induced Weight Loss or Exercise-Induced Weight Loss in Men .
Ann Intern Med 133: 92-103.
Purnell, J.Q., Khan, S.E.,Albers, J.J.,Nevin, D.N.,Brunzell J.d., 2000. Effect of
Weight Loss with Reduction of Intraabdominal Fat on lipid Metabolism in
Older Men. J. Clin Endocrinol Metab 85: 977-982.
Rasmussen, H. 1980. The Cycling of Calcium an Intra Cellular Messenger . Sci
Am. October : 66 – 73.
Rimbawan dan Siagian, A. 2004. Indeks Glikemik Pangan. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Ruan, H., Hacohen, N., Golub, T.R., Paris, L.V., Lodish, H.F., 2002. Tumor
Necrosis Factor – α Supresses Adipocyte-Specific Genes and Activities
Expression of Oreadipocyte Genes in 3T3-L1 Adipocyte: Nuclear Factor –
κβ Activation by TNF -α is Obligatory. Diabetes 2002.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 104/127
Saputra, K. 1992. Acupoints Scintigraphy. Tracing Meridian Acupuncture
Corresponding Organ by Radionucleide Technique. Bali. AAR VII,
September.
Saputra, K. 1994. Penelitian Ilmiah Akupunktur untuk Menunjang Konsep Bio
Energi dalam Pengembangan Teknologi Kedokteran. Majalah Kedokteran
Indonesia. 44: 45-50.
Saputra, K. 1997. Titik Akupunktur sebagai Kumpulan Sel Aktif Listrik . Meridian
4: 80-87.
Saputra, K. 1998. Eksistensi Titik Akupunktur . Meridian 5 : 2-7.
Saputra, K. 1999. Profil Transduksi Rangsangan Titik Akupunktur Oryctolangus
Cuniculus. Disertasi. Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga.
Surabaya.
Saputra, K. dkk. 2000. Penelitian Faal Akupunktur, dalam Akupunktur dalam
Pendekatan Ilmu Kedokteran. Airlangga Univercity Press. Surabaya.
Saputra, K. dkk. 2002. Dasar Pemikiran Fenomena Keseimbangan Akupunktur
dalam Dunia Kedokteran. Dalam Akupunktur Klinik . Airlangga Univercity
Press. Surabaya.
Saputra, K., Suyanto, E., Sutanto, D.S., Rubiyanto A. 2004. Pelatihan Akupunktur
Laser . LP3A-Puslitbang Yantekkes Depkes RI. Surabaya.
Saputra, K., Sudirman S. 2009. Akupunktur untuk Nyeri dengan Pendekatan
Neurosain. CV Sagung Seto. Jakarta.
Saputra,K., Andriani. 2008. Akupunktur Telinga Dan Neuro Endokrin. Meridian
Volume XV Nomor 1, April 2008. Surabaya.
Saputra, K. et al. 2008. Akupunktur untuk Olah Raga. Seminar & Workshop.
LP3A, AAS, Himpunan Dokter Akupunktur Medik Indonesia. Surabaya.
Semiardji,G. 2008. Lingkar Pinggang: Barometer Kesehatan Anda. Available
from http://www.obesitas .web.id. Accessed: August 7,2008
Siregar, E. 2004. Pengaruh Satu Sesi Latihan Fisik Aerobik Intermiten Intensitas
Sedang terhadap Profil Lipid Darah Tenaga Kesehatan Perempuan dengan
Berat Badan Berlebih dan Obesitas. Badan Litbang Kesehatan , FK
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 105/127
Universitas Indonesia, Available from : www.digitlib.litbang.depkes.go.id .
Accessed : August 7, 2008.
Saputra, K. 2005. Pendekatan Ilmiah Akupunktur pada Nyeri. Dalam Penanganan
Nyeri dengan Neuro Akupunktur. LP3A-Puslitbang Yantekkes Depkes RI.
Surabaya.
Schoen, A.M. 2001. Veterinary Acupuncture; Ancient Art to Modern Medicine.
Second Edition. Mosby Inc. St. Louis, Missouri.
Schoen, A.M. 1992. Problems in Veterinary Medicine. J.B. Lippincott Company,
Philadelphia.
Smith, J.B., Mangkoewidjoyo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan
Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta. UI Press : 85-
110.
Steiss, J.E. 2001. The Neurophysiology of Acupuncture. In: Veterinary
Acupuncture Ancient Art to Modern Medicine, Allen M. Schoen. Second
Edition. London. Mosby.
Sharkey, B.J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sooerjodibroto, Mukawi, W., Azis dan D. Moeloek, 1982. Diet dan Latihan Fisik
dalam Program Penurunan Berat Badan pada Obesitas. Naskah Lengkap
Prosiding Seminar Sports Medicine Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Jakarta : Depdikbud, Pusat Kesegaran Jasmani dan Rekreasi.
Stegemann, J. 1981. Exercise Physiology. New York: Georg Thieme Verlag
Stuttgart.
Steinberger, J. and Daniels, S.R., 2003. Obesity, Insulin Resistance, diabetes, and
Cariovasculer Risk in Children. An American Heart Asociation Scientific
Statement from The Atherosclerosis, Hypertension and Obesity in the Young
Committee. Circulation 107: 1448-1453.
Stux, G. 2000. Clinical Acupuncture Scientific Basis. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. New York.
Sudibjo, P., Prakoso, D. dan Soebijanto. 2001. Pengaruh Senam Aerobik
Intensitas Sedang dan Intensitas Tinggi terhadap Persentase Lemak Badan
dan Lean Body Weight , Sains Kesehatan, Vol. 14 Nomer 3, hal. 231-232.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 106/127
Sudirman, S. 2005. Neuro Fisiologi Nyeri. Dalam Penanganan Nyeri dengan
Neuro Akupunktur. LP3A-Puslitbang Yantekkes Depkes RI. Surabaya.The
Fourteen Meridians.
Suastika, K. 2003. Peranan Penurunan Berat Badan terhadap perbaikan Sindrom
Metabolik pada Obesitas, Kumpulan Naskah Ilmiah. Udayana University
Press. 2008.
Suastika, K. 2002. Obesitas Masalah Kesehatan Masyarakat Global, Upaya
Pencegahan dan Pengelolaan, serta Tantangan di Masa Mendatang. Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Penyakit Dalam
pada Fakultas Kedokteran UNUD. Denpasar: Tanggal 6 Juli 2002.
Subowo. 1993. Imunobiologi. Penerbit Angkasa, Bandung.
Supariasa, I.D.N., Bakri B., I. Fajar, 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: ECG.
SUSENAS. 1998. Data Hasil Survei Kesehatan Nasional 1998 . Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sutanto, S. 2008. Akupunktur untuk Obesitas melalui pendekatan Neuro-endokrin.
Meridian Volume XV Nomor 2, Agustus 2008; hal. 86-96.
Triangto, M., 2005. Jalan Sehat dengan Sports Therapy. Seri Intisari Kesehatan.
Jakarta: PT Intisari Mediatama.
Walker, W.F. 1997. Anatomy and Dissection of The Rat . Third Edition. W.H.
Freeman and Company. New York.
Wajchenberg, B.L. 2000. Subcutaneous and Visceral Adipose Tissue: Their
Relation to The Metabolic Syndrome. Endocrine Reviews. 21: 697-738.
Wilmore, J.H. & Costill, D.L. 1994. Physiology of Sport and Exercise. Champain.
Human Kinetic Publissher Inc.
WHO. 1998. Obesity Preventing and Managing The Global Epidemic. Report of a
WHO Consultation on Obesity. Geneva, 3-5 June 1997.
Yin, G., Liu, Z. 2000. The Acupoints of The Fourteen Meridians and
Extraordinary Points. In: Advanced Modern Chinese Acupuncture Therapy.
First Edition. New World Press.
Yi, G., Tangping, X., Yanjun, X., 2001. A Study on Correlation Between
Meridian Activity and Ca in Peripheral Meridian Line. Qi Reaching to The
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 107/127
Affected Treatment . Abstract . Beijing-China. Academic Conference 10 th
Anniversary of WFAS: 362.
Ziccardi, P., Nappo, F., Giugliano, G., Esposito, K., 2002. Reduction of
Inflammatory
Cytokine Concentration and Im[rovemnet of Endothelial Fundtions in Obese
Women after Weight Loss Over One Year . Circulation 105: 804-809.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 108/127
Lampiran 1. Data Berat Badan Mencit
HASIL BERAT BADAN MENCIT OBESITAS
NO. KODE SAMPEL PRE TEST
grm
POST TEST
grm
1. L1 33 30
2. L2 29 26
3. L3 28 26
4. L4 31 27
5. L5 29 27
6. L6 30 27
7. L7 29 26
8. L8 32 30
9. L9 27 23
10. L10 29 26
11. L11 34 3112. A1 27 23
13. A2 25 22
14. A3 28 26
15. A4 25 23
16. A5 28 26
17. A6 27 24
18. A7 27 25
19. A8 28 26
20. A9 37 34
21. A10 28 25
22. A11 30 2723. D1 28 25
24. D2 30 27
25. D3 29 26
26. D4 25 22
27. D5 26 22
28. D6 27 24
29. D7 35 32
30. D8 34 31
31. D9 34 31
32. D10 38 35
33. D11 28 25
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 109/127
Lampiran 3 Uji Normalitas Data
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-WilkStatisti
c df Sig.
Statisti
c df Sig.
berat_badan_pr
e
Latihan intensitas
sedang.218 11 .151 .916 11 .290
Akupunktur .253 11 .087 .877 11 .096
Diet energi
rendah.170 11 .200
* .943 11 .554
berat_badan_po
st
Latihan intensitas
sedang.300 11 .066 .861 11 .059
Akupunktur .200 11 .200*
.916 11 .286Diet energirendah
.169 11 .200* .956 11 .718
IL_6_pre Latihan intensitas
sedang.250 11 .053 .801 11 .070
Akupunktur .308 11 .055 .687 11 .057
Diet energi
rendah.174 11 .200
* .890 11 .139
IL_6_post Latihan intensitassedang
.301 11 .086 .817 11 .066
Akupunktur .324 11 .062 .617 11 .071
Diet energirendah
.304 11 .065 .730 11 .068
a. Lilliefors Significance
Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 110/127
Lampiran 4 Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test Berat Badan...
N MeanStd.
DeviationStd.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
LowerBound
UpperBound
berat_bada
n_pre
Latihan intensitas
sedang11 29.0909 3.80669 1.14776 26.5335 31.6483
Akupunktur 11 27.3636 3.90571 1.17761 24.7397 29.9875
Diet energi
rendah11 29.0000 5.77927 1.74252 25.1174 32.8826
Total 33 28.4848 4.51471 .78591 26.8840 30.0857
berat_bada
n_post
Latihan intensitas
sedang11 26.1818 4.06984 1.22710 23.4477 28.9160
Akupunktur 11 24.8182 3.91965 1.18182 22.1849 27.4514
Diet energi
rendah11 26.0000 5.81378 1.75292 22.0943 29.9057
Total 33 25.6667 4.57347 .79614 24.0450 27.2884
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
berat_badan_pre 2.092 2 30 .141
berat_badan_post 1.776 2 30 .187
Lampiran 5 Uji One Way Anova Pre-test dan Pos-test Berat Badan.
ANOVA
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 111/127
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
berat_badan_pre Between Groups 20.788 2 10.394 .494 .615
Within Groups 631.455 30 21.048
Total 652.242 32
berat_badan_post Between Groups 12.061 2 6.030 .275 .761
Within Groups 657.273 30 21.909
Total 669.333 32
Lampiran 6 Deskriptif Data Penelitian Pre-test dan Post-test IL-6.
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence
Interval for Mean
Lower
Bound
Upper
Bound
IL_6_pre Latihan
intensitas
sedang
11 1.6821E31685.2255
95.08115E
2549.9410 2814.2409
Akupunktur11 1.3142E3
1604.7728
1
4.83857E
2
236.0808 2392.2829
Diet energi
rendah11 4.8864E2 271.98025 82.00513 305.9175 671.3552
Total33 1.1616E3
1404.34967
2.44466E2
663.6756 1659.5971
IL_6_post Latihanintensitas
sedang
11 5.6973E2 478.325431.44221E
2248.3839 891.0707
Akupunktur 11 2.6945E2 160.17888 48.29575 161.8449 377.0642
Diet energi
rendah11 2.0573E2 63.63190 19.18574 162.9788 248.4758
Total 33 3.4830E2 326.74173 56.87843 232.4455 464.1606
.
Test of Homogeneity of Variances
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 112/127
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
IL_6_pre 4.370 2 30 .062
IL_6_post 18.239 2 30 .054
Lampiran 7 Uji One Way Anova Pre-test dan Post-test IL-6.
ANOVA
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
IL_6_pre Between Groups 8217792.54
52 4108896.273 2.246 .123
Within Groups 5.489E7 30 1829751.436
Total 6.311E7 32
IL_6_pos
t
Between Groups 831309.879 2 415654.939 4.824 .015
Within Groups 2585015.091
30 86167.170
Total 3416324.97
032
Lampiran 8 Uji Least Significant Difference
Multiple Comparisons
LSD
Dependent
Variable
(I)
Kelompok (J) Kelompok
MeanDifference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
IL_6_post Latihanintensitas
sedang
Akupunktur300.27273
* 1.25167E2 .023 44.6478
555.8977
Diet energirendah
364.00000* 1.25167E2 .007
108.3750
619.6250
Akupunktur Latihan
intensitas
sedang
-
300.27273* 1.25167E2 .023
-
555.897
7
-
44.6478
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 113/127
Diet energirendah 63.72727 1.25167E2 .614
-191.897
7
319.352
2
Diet energi
rendah
Latihan
intensitassedang
-
364.00000* 1.25167E2 .007
-
619.6250
-
108.3750
Akupunktur
-63.72727 1.25167E2 .614
-
319.352
2
191.897
7
*. The mean difference is significant atthe 0.05 level.
Lampiran 9 Uji Paired T-test.
T-Test
Kelompok = Diet energi rendah
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 berat_badan_pre 29.0000 11 5.77927 1.74252
berat_badan_post 26.0000 11 5.81378 1.75292
a. Kelompok = Diet energi rendah
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 berat_badan_pre &
berat_badan_post11 .997 .000
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 114/127
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 berat_badan_pre &
berat_badan_post11 .997 .000
a. Kelompok = Diet energi rendah
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.Deviatio
n
Std.Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 berat_badan_pr
e
berat_badan_po
st
3.000
00.44721 .13484 2.69956 3.30044
22.24
910 .000
a. Kelompok = Diet energi
rendah
Kelompok = Akupunktur
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 115/127
Pair 1 berat_badan_pre 27.3636 11 3.90571 1.17761
berat_badan_post 24.8182 11 3.91965 1.18182
a. Kelompok = Akupunktur
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 berat_badan_pre &
berat_badan_post11 .991 .000
a. Kelompok = Akupunktur
Paired Samples Testa
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviation
Std.
ErrorMean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 berat_badan_pre
–
berat_badan_post
2.545
45.52223 .15746 2.19461 2.89630
16.16
610 .000
a. Kelompok =
Akupunktur
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 116/127
Kelompok = Latihan intensitas sedang
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation
Std. Error
MeanPair 1 berat_badan_pre 29.0909 11 3.80669 1.14776
berat_badan_post 26.1818 11 4.06984 1.22710
a. Kelompok = Latihan intensitas sedang
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 berat_badan_pre & berat_badan_post
11 .986 .000
a. Kelompok = Latihan intensitas sedang
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mea
n
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 berat_badan_pre
- berat_badan_pos
t
2.90909
.70065 .21125 2.43839 3.37979 13.771
10 .000
a. Kelompok = Latihan
intensitas sedang
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 117/127
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 118/127
T-Test
Kelompok = Diet energi rendah
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 IL_6_pre 4.8864E2 11 271.98025 82.00513
IL_6_post 2.0573E2 11 63.63190 19.18574
a. Kelompok = Diet energi rendah
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 IL_6_pre & IL_6_post 11 .533 .092
a. Kelompok = Diet energi rendah
Paired Samples Testa
Paired Differences
t dfSig. (2-tailed)Mean
Std.Deviatio
n
Std.ErrorMean
95% ConfidenceInterval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 IL_6_pre -
IL_6_post
2.829
09E2
244.095
25
73.597
49
118.923
67
446.894
513.844 10 .003
a. Kelompok = Diet
energi rendah
Kelompok = Akupunktur
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. DeviationStd. Error
Mean
Pair 1 IL_6_pre 1.3142E3 11 1604.77281 483.85721
IL_6_post 2.6945E2 11 160.17888 48.29575
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 119/127
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 IL_6_pre 1.3142E3 11 1604.77281 483.85721
IL_6_post 2.6945E2 11 160.17888 48.29575
a. Kelompok = Akupunktur
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
Pair 1 IL_6_pre & IL_6_post 11 .823 .002
a. Kelompok = Akupunktur
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviatio
n
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 IL_6_pre
-
IL_6_post
1.044
73E3
1475.739
62
444.952
24
53.3119
1
2036.14
2642.348 10 .041
a. Kelompok =Akupunktur
Kelompok = Latihan intensitas sedang
Paired Samples Statisticsa
Mean N Std. Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 IL_6_pre 1.6821E3 11 1685.22559 508.11463
IL_6_post 5.6973E2 11 478.32543 144.22054
a. Kelompok = Latihan intensitas sedang
Paired Samples Correlationsa
N Correlation Sig.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 120/127
Pair 1 IL_6_pre & IL_6_post 11 .878 .000
a. Kelompok = Latihan intensitas sedang
Paired Samples Testa
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 IL_6_pre
–
IL_6_post
1.11236E3
1285.60976
387.62593
248.67925
1976.04802
2.870 10 .017
a. Kelompok = Latihan intensitas
sedang
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 121/127
Lampiran 10 Foto-foto Penelitian.
Gambar 6. Mencit coba sedang ditimbang berat badannya.
Gambar 7. Mencit jantan obese usia 4 bulan di kandangnya.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 122/127
Gambar 8. Pengambilan darah mencit di ambil dari sinus Orbitalis.
Gambar 9. Pengumpulan darah mencit dengan pipet kapiler hematokrit
non heparin di simpan dalam tabung Evendorf.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 123/127
Gambar 10. Mencit coba sedang direnangkan/latihan.
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 124/127
Gambar 11. Posisi jarum di titik Akupunktur No. 43.
Gambar 12. Posisi jarum tekan( press needle) di titik akupunktur telingamencit
Gambar 13. Posisi mencit di letakkan berjajar selama perlakuan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 125/127
Gambar 14. Jarum Tekan( press needle) dan Jarum Akupunktur 38 G, 7
mm.
Gambar 15. Petugas sedang mempersiapkan mencit utk diberi perlakuan
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 126/127
Gambar 16. Kit Sandwich ELISA untuk pemeriksaan IL-6 mencit.
Gambar 17. Serum mencit yang sedang diperiksa di laboratorium
7/23/2019 1unud-1395-1437500857-tesis purwahana
http://slidepdf.com/reader/full/1unud-1395-1437500857-tesis-purwahana 127/127