16
2 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya : 1. Data literatur berupa data yang diperoleh dari buku dan website. 2. Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. Data dari hasil wawancara narasumber yang merupakan seorang yang aktif dalam bidang budaya batik dan penggiat batik, Dudung Alie Syahbana, di Indonesia. 2.2 Data Kasus Data kasus dan informasi didapat melalui media elektronik dan buku : Doellah, H.Santosa. Batik Pengaruh Taman dan Lingkungan, Solo : Batik Danar Hadi. Tirta, Iwan. (2011). Batik Sebuah Lakon. Jakarta : PT. Gaya Faforit Press. Jurnal Wastra, #18, Maret 2012. Museum Tekstil Jakarta. 2.2.1 Batik Dalam Kehidupan Orang Jawa Masyarakat Jawa sejak jaman dahulu batik merupakan komponen utama dalam kehidupan orang Jawa. Dimulai sejak dari ritual atau upacara kelahiran hingga pada saat kematian sesorang terjadi, semua yang bersangkutan tersebut memakai komponen pada kain batik. Selain ritual batik merupakan salah satu mata pencaharian orang jawa, dari pengrajin hingga pengusaha yang menjual batik. Didalam kehidupan orang Jawa batik merupakan hal penting, dari motif – motif yang memiliki makna atau filosofi yang mengandung arti tentang kehidupan dan alam semesta (jagad raya). Dari filosofi atau makna tersebutpun yang bersangkutan dengan kehidupan maka pemakaian batik dalam upacara atau ritual sering dikaitkan yang hingga saat ini tradisi Jawa yang ditandai oleh beberapa macam upacara yang sampai saat ini masih dilakukan di dalam kehidupan sehari – hari. Alasan pemakaian motif batik dalam upacara tersebut ialah agar seseorang yang memakai batik tersebut mempunyai tujuan dan makna yang sama dengan makna motif yang dipakai dengan makna motif yang positif. 2.2.1.1 Upacara dan Motif batik dalam kehidupan orang Jawa. 2.2.1.1.1 Upacara Mitoni atau Tingkeban Masyarakat budaya Jawa selalu berpegang pada prinsip keselamatan diri atau mencari keamanan jiwa untuk kehidupan di dunia ini. Semua bentuk keselamatan ditunjukan pada keamanan diri, keluarga dan masyarakat. Upacara Mitoni atau tingkeban adalah upacara yang memohon keselamatan bagi wanita yang untuk pertama kalinya mengandung bayinya selama tujuh bulan. Mitoni yang berarti tujuh bulan, sedangkan “tingkep” berarti bayi yang sudah cukup umur. Selama upacara Mitoni, bakal ibu dibalut dalam tujuh helai kain batik dengan motif yang berbeda. Setiap motif memiliki arti yang khusus.

2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

  • Upload
    lehanh

  • View
    233

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

2 BAB 2

DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data

Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, diantaranya :

1. Data literatur berupa data yang diperoleh dari buku dan website. 2. Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. Data dari hasil wawancara narasumber yang merupakan seorang yang aktif

dalam bidang budaya batik dan penggiat batik, Dudung Alie Syahbana, di Indonesia.

2.2 Data Kasus Data kasus dan informasi didapat melalui media elektronik dan buku :

• Doellah, H.Santosa. Batik Pengaruh Taman dan Lingkungan, Solo : Batik Danar Hadi.

• Tirta, Iwan. (2011). Batik Sebuah Lakon. Jakarta : PT. Gaya Faforit Press.

• Jurnal Wastra, #18, Maret 2012. Museum Tekstil Jakarta. 2.2.1 Batik Dalam Kehidupan Orang Jawa

Masyarakat Jawa sejak jaman dahulu batik merupakan komponen utama dalam kehidupan orang Jawa. Dimulai sejak dari ritual atau upacara kelahiran hingga pada saat kematian sesorang terjadi, semua yang bersangkutan tersebut memakai komponen pada kain batik. Selain ritual batik merupakan salah satu mata pencaharian orang jawa, dari pengrajin hingga pengusaha yang menjual batik. Didalam kehidupan orang Jawa batik merupakan hal penting, dari motif – motif yang memiliki makna atau filosofi yang mengandung arti tentang kehidupan dan alam semesta (jagad raya). Dari filosofi atau makna tersebutpun yang bersangkutan dengan kehidupan maka pemakaian batik dalam upacara atau ritual sering dikaitkan yang hingga saat ini tradisi Jawa yang ditandai oleh beberapa macam upacara yang sampai saat ini masih dilakukan di dalam kehidupan sehari – hari. Alasan pemakaian motif batik dalam upacara tersebut ialah agar seseorang yang memakai batik tersebut mempunyai tujuan dan makna yang sama dengan makna motif yang dipakai dengan makna motif yang positif.

2.2.1.1 Upacara dan Motif batik dalam kehidupan orang Jawa.

2.2.1.1.1 Upacara Mitoni atau Tingkeban Masyarakat budaya Jawa selalu berpegang pada prinsip keselamatan

diri atau mencari keamanan jiwa untuk kehidupan di dunia ini. Semua bentuk keselamatan ditunjukan pada keamanan diri, keluarga dan masyarakat. Upacara Mitoni atau tingkeban adalah upacara yang memohon keselamatan bagi wanita yang untuk pertama kalinya mengandung bayinya selama tujuh bulan. Mitoni yang berarti tujuh bulan, sedangkan “tingkep” berarti bayi yang sudah cukup umur. Selama upacara Mitoni, bakal ibu dibalut dalam tujuh helai kain batik dengan motif yang berbeda. Setiap motif memiliki arti yang khusus.

Page 2: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

3 Motif Tingkeban (Solo) Sidho Asih , Sidho Drajat, Sidho Mukti, Sidho Mulyo, Sidho Luhur, Wahyu Tumurun, Semen Rama dan Babon Anggrem Motif Tingkeban (Yogya) Pada kebudayaan yogya upacara ini seorang ibu akan dibalut dengan kain bermotif yang berbeda seperti Babon Nglubuk dan Nogo Sari.

2.2.1.1.2 Upacara Kopohan, Ghendongan, Embanemban, Tetesan/Khitanan dan Taraban.

Upacara Kopohan adalah upacara yang menyertai kelahiran seorang anak, kopohan disebut juga dengan basahan. Batik yang digunakan adalah turun temurun pemilik nenek dari bayi tersebut, ini mengandung arti agar kelak sang bayi dikaruniai usia panjang seperti neneknya. Dari beberapa motif batik itupun mempunyai makna yang baik, dari makna tersebut diharapkan kelak akan terbawa oleh bayi yang masih suci hingga dewasa nanti. Selanjutnya kain batik kopohan ini disimpan, lalu dirawat oleh orang tua bayi tersebut sebagai pusaka. Jika bayi tersebut sering mengalami sakit – sakitan maka kain tersebut digunakan untuk menutupi badan sang anak yang berharap agar anak tersebut lekas sembuh. Motif pada batik kopohan antara lain adalah : Kawung, Parang, Truntum dan Cakar.

Saat bayi tersebut itu lahir, maka ari – ari atau plasentanya

ditempatkan dalam sebuah tanah liat atau yang disebut juga dengan bokor, dan saat proses dikuburkan dan lalu dihanyutkan ke laut. Tanah liat atau bokor tersebut kemudian di kemas dan dibawa dalam kain gendongan yang memiliki motif : Motif Parang Rusak ( untuk bangsawan ), Sidho mukti, Sidho Luhur, Wahyu Tumurun, dan Semen Rama ( untuk masyarakat biasa ).

Saat bayi digendong saat masih kecil, bayi tersebut digendong

menggunakan sehelai emban – emban. Yang dipercaya dapat melindungi anak tersebut dari malapetaka. Kain yang digunakan untuk gendongan tersebut memiliki motif Kawung, Truntum, Parang, Semen Sawat Manuk, Sisik Buntal, Panji Pura atau Slimun di ( Tuban ).

Pada upacara khitanan yang juga disebut dengan tetesan adalah suatu

upacara sunatan bagi anak perempuan. Diselenggarakan untuk menandai bahwa anak perempuan tersebut sudah menginjak dewasa, yang dilihat berdasarkan dari kematangan fisik, yang dilihat dari ilmu psikologisnya yaitu puber pertama. Dimulai dari dengan datangnya menstruasi, sedangakan anak laki – laki dari mimpi basah. Untuk upacara pada saat anak perempuan mengalami menstruasi pertama disebut juga dengan upacara Taraban adalah upacara yang merayakan siklus menstruasi pertama seorang anak gadis, yang berarti siklus awalnya kedewasaan seorang anak gadis. Selama upacara siraman, anak gadis memakai batik dengan motif : Parang Cantel atau Parang Kusuma, yang dimandikan oleh orang tuanya. Upacara bagi anak perempuan yang telah puber sering disebut dengan tetesan, sedangkan untuk anak- laki-laki disebut khitanan. Dan upacara ini biasanya dilakukan ketika

Page 3: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

4 anak berumur satu windu atau 8 tahun. Tujuan dari upacara ini adalah memberikan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memasuki tahapan baru didalam siklup kehidupan yang memasuki kehidupan usia kematangan sekaligus meminta perlindungan kepada Tuhan agar dalam kehidupan nanti pada saat remaja, anak tersebut dapat selamat tanpa ada halangan melintang, dan tumbuh sebagai sesorang yang cantik, dan lembut. Kain batik yang dipakai mengandung motif yang berbentuk kecil –kecil yang melambangkan sifat muda, sifat yang baru dan segar pada harapan untuk hidup sukses di masa nanti. Motif yang dipakai adalah : Parang Pamor dan Parang Kusumo.

2.2.1.1.3 Upacara Pernikahan

Sebelum upacara pernikan, biasanya masyarakat Jawa mengadakan upacara permohonan pernikahan yang diprakarsai oleh keluarga sang pengantin laki – laki. Motif batik yang digunakan mengandung motif seperti : Parang ( melambangkan pikiran dan perasaan yang tajam), Motif Semen Latar Putih dan Motif Ceplok ( melambangkan perbuatan dan sikap yang baik).

Kemudian untuk upacara permohonan untuk menikah diikuti oleh

upacara pinengsetan, yang berasal dari kata singset yang berarti ikat, peningsetan yang berarti pengikat. yaitu sebuah upacara dimana kedua insan akan dipertemukan dan diikat sebagai suami dan istri. Upacara ini pengantin laki – laki memakai kain batik dengan motif : Satria Manah ( melambangkan seorang ksatrya yang mengarahkan panah asmaranya ) sedangkan pengantin perempuan memakai kain batik Semen rante ( semen = Pucuk yang bersemi dan rante adalah rantai yaitu ikatan pernikahan ).

2.2.1.1.4 Upacara Kematian

Pada saat seorang meninggal, maka kain batik yang dipakai “lurup” yang artinya sebagai penutup jenazah. Motif batik yang dipakai adalah Motif Kawung ( melambangkan harapan supaya yang meninggal akan tenang di alam sana ) dan Motif Slobok ( mendoakan tuntunan yang aman dan baik ke dunia yang fana ini ).

2.2.1.1.5 Upacara Ruwatan

Upacara Ruwatan adalah salah satu upacara tradisional agar seseorang atau seseorang anak terbebaskan dari segala macam kesialan hidup, nasib buruk agar dapat hidup selamat sejahtera dan bahagia. Dan juga berarti membebaskan dari dosa atau kesalahan, memberikan jalan menuju kebahagiaan dan keberuntungan. Seseorang yang akan diruwat dari dosa dan kesalahan adalah Seorang anak tunggal ( laki – laki atau perempuan ) dianggap sebagai keadaan yang kurang menguntungkan yang dapat membawa sang anak ke kehidupan kurang baik.

Selama upacara ini berlangsung sang anak dimandikan dan digunting

sepotong rambutnya yang kemudian dibuang ke Lautan Hindia yang dianggap sebagai membuang sial atau sifat yang negatif. Upacara ini diiringi

Page 4: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

5 dengan upacara wayang kulit yang pada cerita ini berjudul “Murwakala”. Cerita ini dipercaya dapat membersikan dan melindungi sang anak dari amarah Batara Kala ( Putra Sang Guru dan Istrinya Uma ) yang biasanya memangsa manusia. Dan menurut cerita ketika Batara Kala lahir ia jatuh kedalam Lautan Hindia, dan upacara Rawutan sebagai persembahan kepada Batara Kala berbagai kain batik yang memiliki motif untuk Yogya : Semen Latar Putih, Truntum, Poleng. Sedangkan untuk motif Solo : Poleng, trenggiling mentik, dan Cangkring.

2.2.2 Motif Batik

Motif Batik di Indonesia memiliki bentuk dan corak yang berkualitas tinggi yang sudah di akui sejak zaman Belanda hingga sekarang. Motif batik Indonesia mempunyai corak dan bentuk mengenai alam dan perlatan tradisional. Beberapa contoh corak seperti bunga atau tanaman, corak burung, corak kupu, dan juga keris dan parang atau senjata tradisional. Corak-corak ini dibuat dengan keterampilan dan keahlian tingkat tinggi yang sudah ada sejak zaman nenek moyang yang diturunkan dari generasi ke generasi.

2.2.2.1 Macam – Macam Motif Batik

2.2.2.1.1 Motif Parang Kusumo Motif Parang Kusumo adalah motif batik yang mempunyai makna

pada suatu kehidupan harus dilandasi dengan perjuangan dan usaha dalam mencapai keharuman lahir dan batin. Kata kusuma dalam bahasa jawa kusumo disamakan dengan harumnya bunga (kusuma) pada filsafat jawa. Yang dimaksud adalah kehidupan dalam bermasyarakat yang harus diutamakan adalah membentuk kepribadian yang harum dengan mementingkan norma dan nilai yang berlaku pada masyarakat, berharap dapat menempuh kehidupan yang lahir dan batin dengan kerja keras dari tingkah laku dan pribadi yang baik. Batik Parang Kusumo diutamakan mendapatkan keharuman pada pribadi itu sendiri yang dilandasi pada pencarian lahir dan batin. Kegunaan dari motif ini sebagai kain saat tukar cincin dalam pernikahan, yang diharapkan kehidupan yang harum sempurna lahir dan batin pada pernikahan nanti.

Gambar 2.2.2.1.1 motif Parang Kusumo

Page 5: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

6 2.2.2.1.2 Motif Truntum Motif batik Truntum adalah motif berdasarkan simbol yang bermakna cinta. Berdasarkan cerita yang dimulai dari Kanjeng Ratu Kencana (Permaisuri Sunan Paku Buwana III) dengan makna cinta tumbuh kembali. Beliau menciptakan motif ini sebagai simbol cinta yang tulus tanpa syarat, abadi dan semakin subur dan berkembang atau disebut juga dengan Tumaruntum. Banyak yang memakai motif ini pada orang tua pengantin pada hari pernikahan, harapanya agar cinta kasih akan menghinggapi kedua mempelai. Dan juga orang tua dapat memnuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan yang baru.

Gambar 2.2.2.1.2 motif Truntum

2.2.2.1.3 Motif Kawung Motif Kawung adalah sebagai lambang keperkasaan dan keadilan. Corak dari motif ini bulat seperti pada buah Kawung yang seperti buah kelapa atau disebut juga buah Kolang-Kaling yang dibentuk berstruktur dan geometris dan rapi. Beberapa dari motif ini juga diadaptasi dengan bunga lotus dengan empat lembat daun bunga yang merekah yang diartikan dengan bunga yang melambangkan umur panjang dan kesucian. Biasanya motif ini dinamakan sesuai dengan besar kecilya atau bentuk yang terdapat pada motif terntu.

Gambar 2.2.2.1.3 motif Kawung

Page 6: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

7 2.2.2.1.4 Motif Ceplok Motif Ceplok adalah motif yang didalamnya terdapat gambaran berbentuk lingkaran, binatang, roset dan beberapa variasinya. Gambaran tersebut terletak pada bidang yang dasarnya berbentuk segi empat, lingkaran dan lainya yang berbentuk geometris. Ornament pada corak menggambarkan bunga tampak depan, buah yang dipotong melintang. Bunga dan daun dibentuk secara roset, dan binatang yang tersusun secara melingkar dalam lingkaran atau segi empat. Nama ceplok terbentuk dari beberapa sudut pandang yang berbeda seperti berdasarkan pada ornament yang dipakai seperti ceplok kembang jeruk, ceplok manggis, ceplok salak sategal, ceplok supit urang, ceplok Cakar ayam, ceplok gandosan, ceplok kembang waru, ceplok lung slop, dan sebagainya. Ada juga yang berdasarkan tempat asal dari pembuatan motif tersebut. Dan terakhir berdasarkan nama penciptanya yaitu Ceplok Pubonegoro, Ceplok madu Sumirat, Ceplok Sirat Madu, Ceplok Cokrokusumo.

Gambar 2.2.2.1.4 motif Ceplok

2.2.2.1.5 Motif Tambal Motif batik Tambal mempunyai unsur motif yang diadaptasi dari motif ceplok, parang, meru, dll dengan ciri khas kerokan yang pada umumnya digunakan sebagai kain panjang. Filosofi dari motif ini adalah tambal yang artinya sebagai menambah semangat baru, dan masyarakat percaya bahwa bila ada orang sakit menggunakan kain ini sebagai selimut, maka sakitnya akan cepat sembuh.

Page 7: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

8

Gambar 2.2.2.1.5 motif Tambal

2.2.2.1.6 Motif Satwa Wana Motif Satwa Wana mempunyai pola Satwa wana yang berarti aneka macam satwa di dalam hutan, yang biasanya terdapat gambar Gajah, Burung Merak, Ayam Alas, Kupu – Kupu, Macan, Rusa, Kambing, Banteng dan lain – lain. Selain binatang terdapat juga tanaman yang disusun secara padat dan detail yang sehingga dapat mengisi hampir seluruh bidang kain.

Gambar 2.2.2.1.6 motif Satwa Wana

2.2.2.1.7 Motif Parang Sarpa Motif Parang Sarpa diambil dari kata Sarpa yaitu Ular, simbol yang melambangkan keberanian, kekuasaan, kemegahan, sukses, keamanan, dan kesejahteraan. Dan Parang adalah motif larangan yang biasanya dipakai oleh keluarga kerajaan atau keraton. Kata Parang itu sendiri merupakan simbolisasi dimana tempat raja bersemedi yang berada di sekitar pantai, yang berasal dari kata batu karang.

Page 8: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

9

Gambar 2.2.2.1.7 motif Parang Sarpa

2.2.2.1.8 Motif Semen Romo Latar Sisik Motif Semen Romo Latar Sisik ini yang berasal dari Pola Semen dari kata semi-semian, yang menceritakan kehidupan. Didalam motif ini terdapat simbol ketabahan, kekuasaan, matahari, yang digambarkan dalam bentuk sayap (Garuda). Batik Semen Romo ini memuat ajaran Hastha Brata yaitu ajaran pada keutamaan, cerminan, dari sifat darma, adil terhadap sesama, teguh hati, berjiwa luhur, tidak “adigang adigung” dan ada kesaktian melawan musuh. Dengan latar gringsing (pola sisik ular) yang dianggap dapat memberikan umur panjang.

Gambar 2.2.2.1.8 Semen Romo Latar Sisik

2.2.2.1.9 Motif Parang Barong Motif Parang Barong adalah salah satu motif larangan dan bagi kalangan keraton. Motif ini hanya digunakan oleh Raja dan keluarganya. Kata parang inipun berasal dari kata tempat bersemedi raja yang berada disekitar pantai, yaitu “batu karang” dan Barong dalam bahasa jawa yaitu Singa. Pada zaman kekerajaan Parang Barong ini bermotif besar dan biasanya digunakan oleh bangsawan untuk upacara ritual keagamaan dan meditasi karena diangggap sakral. Parang juga merupakan simbol dari sebuah senjata, yang menggambarkan kekuasaan, kekuatan dan kecepatan gerak. Ksatria yang menggunakan motif ini dapat dilambangkan kuat dan gesit.

Page 9: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

10

Gambar 2.2.2.1.9 motif Parang Barong

2.2.2.1.10 Motif Sidomukti Motif Sidomukti yang berasal dari kata mukti yang artinya kehidupan yang mulya dan luhur. Yang mempunyai harapan bagi pemakainya agar dapat mencapai kedudukan yang tinggi (luhur) dan diberikan rejeki yang lebih (mulya). Sering dipakai untuk upacara tradisi dan biasanya dikenakan oleh pengantin pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai sawitan (sepasang). Batik ini merupakan pengembangan dari Motif Batik Sidomulya latar putih, yang dasarnya digantikan dengan isen – isen latar ukel.

Gambar 2.2.2.1.10 motif Sido Mukti

2.2.2.1.11 Motif Sri Kuncoro Motif Sri Kuncoro adalah motif batik yang biasa dipakai oleh kerabat kerjaan untuk menghadiri perayaan – perayaan. Pengharapan akan (Kehidupan baru) agar mempunyai nama yang tersohor / terkenal.

Page 10: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

11

Gambar 2.2.2.1.11 motif Sri Kuncoro

2.2.2.1.12 Motif Sekar Jagad Motif Sekar Jagad adalah motif yang berasal dari kata sekar (bunga) dan jagad (dunia) atau puja dunia yang mempunyai makna filosofi kebahagiaan. Sekar jagad biasanya dipakai oleh orang tua pengantin perempuan pada saat resepsi pernikahan yang melambangkan kebahagiaan orang tua yang mendapat anugerah, karena putrinya telah mendapatkan jodoh.

Gambar 2.2.2.1.12 motif Sekar Jagad

2.2.2.1.13 Motif Ceplok Lempeng Motif Ceplok Lempeng adalah kain yang beradaptasi dari kain ceplok yang berpola ceplok lempeng, yang terdapat gambar bulatan – bulatan dengan sisi yang berombak – ombak didalamnya yang berisi motif parang rusak. Latar kain berwarna hitam penuh dengan tumbuhan bermotif ukel dan bunga berwarna coklat, gambar bunga berkelopak tujuh di antara bulatan / ceplokan. Ke empat sisi kain berwarna putih kosong. Kedua ujung kain dikelim dengan jahitan tangan.

Page 11: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

12

Gambar 2.2.2.1.13 motif Ceplok Lempeng

2.2.2.1.14 Motif Parang Rusak Seling Huk Motif Parang Rusak Seling Huk adalah motif yang termasuk di dalam kategori motif ‘larangan’. Yang hanya dipakai oleh Raja, Permaisuri, dan putera – puteranya. Kata Parang bisa merupakan simbolisasi tempat para raja semedi di sekitar pantai, berasal dari kata “batu karang”. Dalam kain batik ini motif parang diselingi dengan motif burung huk.

Gambar 2.2.2.1.14 motif Parang Rusak Seling Huk

2.2.2.1.15 Motif Parang Klithik Motif Parang Klithik adalah motif yang dipergunakan untuk putri kerajaan. Dalam dongeng pewayangan Dewi Kunti, Ibu Pandawa memakai batik parang klitik yang menyimbolkan perilaku halus dan bijaksana. Motif Parang termasuk motif ‘larangan’ yang biasa dipakai oleh keluarga kerajaan. Kata Parang merupakan simbolisasi tempat para raja semedi di sekitar pantai, berasal dari kata “batu karang”.

Page 12: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

13

Gambar 2.2.2.1.15 motif Parang Klithik

2.3 Analisa Kasus 2.3.1 Buku Refrensi 2.3.1.1 Batik Pengaruh Jaman dan Lingkungan oleh H. Santosa Doella

Gambar 2.3.1.1 Buku Batik Pengaruh Jaman dan Lingkungan Buku ini adalah buku yang di tulis oleh H. Santosa Doella seorang pengusaha dan pedagang batik di Surakarta dan pengetahuan dan pengalamanya yang luas mengenai batik. Di buku ini berisi mengenai perubahan batik dari jaman dulu hingga sekarang. Dan dibuku inipun berisi beberapa contoh batik pedalaman yang

Page 13: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

14belum diubah, dan juga mencereritakan secara detail sejarah dan perkembangan batik dari setiap daerah. Dibuku ini tidak hanya terdapat batik pedalaman, tetapi juga terdapat motif batik pesisir yang terdapat campuran dan adaptasi dari beberapa motif dari Negara lain seperti India, Cina, dan lain – lain.

2.3.1.2 Batik Batik Sebuah Lakon oleh Iwan Tirta

Gambar 2.3.1.2 Buku Batik Sebuah Lakon

Buku ini adalah buku yang di tulis oleh Iwan Tirta seorang seniman batik yang terkenal di Indonesa. Buku ini lebih tepatnya adalah buku mengenai Iwan Tirta dan batiknya. Tetapi di dalam buku ini terdapat deskripsi mengenai batik pedalaman dan penjelasan yang cukup detail dalam setiap motif dan juga menjelaskan perbedaan anatar motif pedalaman itu sendiri. Dan buku ini juga di desain cukup menarik, diantara buku batik yang ada, dari segi fotografi dan layout cukup baik.

2.3.2 Data Narasumber

Dudung Alie Syahbana, merupakan narasumber yang sebagian besar data tambahan didapat dari hasil wawancara yang memberikan informasi pengetahuan yang beliau dapat mengenai pengetahuan tentang batik. Narasumber merupakan orang yang aktif sebagai penggiat batik di Pekalongan dan di Indonesia. Narasumber aktif pada berbagai bidang yang berhubungan dengan batik, diantaranya sebagai Ketua II Paguyuban Pencinta Batik Pekalongan, sebagai pengajar batik mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebagai pembicara atau seminar, dan sebagai

Page 14: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

15juri pada lomba batik. Dudung merupakan salah satu penggagas dari pendiri Museum Batik Pekalongan dan juga memangku jabatan sebagai ketua penelitian dan pengembangan Museum Batik Pekalongan periode 2006 – 2011. Selain itu, Dudung juga merupakan salah satu penggagas dan pengusul batik Indonesia yang diajukan ke UNESCO hingga akhirnya batik Indonesia dikukuhkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Kemanusiaan (Intangible Cultural Heritage of Humanity) oleh UNESCO. Selian itu juga beliau pernah mendapatkan penghargaan Seal of Exellence UNESCO di Bangkok. Batik merupakan warisan budaya yang berharga, yang hingga kini harus tetap dilestarikan dan dikembangkan. Karena batik dengan coraknya memiliki makna arti yang luhur dan mengandung makna yang positif ketika sesorang memakai motif tersebut. Batik terdiri dari 2 yaitu batik pedalaman atau batik keraton dan batik pesisir, batik keraton atau batik pedalaman mempunyai makna yang sakral dan beberapa dari motif tersebut tidak sembarang digunakan oleh orang lain, batik pesisir adalah batik yang diadaptasi oleh orang pesisir yang tinggal di luar kerajaan dan biasanya di adaptasi oleh pendatang atau Negara lain. Motif batik pedalaman lebih banyak menggunakan motif yang dinamis dan geometris, bentuknya yang disederhanakan dan warna yang digunakan berwarna coklat dan putih. Motif batik pesisir biasanya di adaptasi oleh pendatang luar, bentuk motifnya nyata dan warna yang digunakan beragam.

2.3.3 Data Penerbit Penerbit dalam publikasi tipografi motif batik ini adalah website “My Fonts”. “My Fonts” adalah distributor digital tipografi berasal dari Woburn, Amerika Serikan yang menjual jenis – jenis tipografi. MyFonts biasanya menjual tipografi yang baru untuk didistribusikan, berdasarkan tipografi yang mempunyai ekor yang panjang. Sebelum didistribusikan setiap font harus memenuhi kriteria teknis dan hukum dasar, dan mendapatkan total penjualan dari koleksi yang kita buat. Website

ini mempunyai fitur font yang menarik dan berbagai jenis. Tidak hanya font

yang sebagai text, tetapi font yang sebagai display juga dijual di dalam font ini.

Di dalam website inipun juga terdapat minimal harga dan maksimal harga. Dan

terdapat juga fitur gambar display terlebih dahulu, agar untuk menjual font di

dalam website terlihat lebih menarik. 2.3.4 Analisa Kasus Faktor Pendukung :

• Menjadi panduan masyarakat untuk merasakan kekayaan budaya Indonesia, dan keanekaragaman budaya melewati tipografi.

• Banyak buku yang membahas tentang macam-macam motif batik, tetapi tidak digabungkan dengan segi tipografi.

Faktor Penghambat :

• Banyak dari motif yang dibuat memiliki kerumitan yang tinggi. • Pada generasi yang baru semakin sedikit peminatan akan budaya Indonesia. • Tidak banyak masyarakat yang mengenal batik pedalaman terutama pada

upacara atau siklus kehidupan orang Jawa.

Page 15: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

162.3.5 Profile Target

2.3.5.1 Personality • Ramah • Setia • Nasionalis

2.3.5.2 Demografi • Gender : Pria dan wanita

• Usia : 20 – 30 tahun

• Kewarganegaraan : Indonesia

• Pekerjaan : Mahasiswa, Sarjana, Budayawan, Desainer

• Kelas sosial : A – B

• Kepercayaan : Semua Agama

• Suku / Etnis : Semua Suku

2.3.5.3 Geografi • Domisili : WNI dan WNA • Wilayah : Asia Tenggara • Kepadatan : Perkotaan, pusat kota • Iklim : Daerah tropis perkotaan

2.3.5.4 Psikografi • Memiliki ketertarikan terhadap motif batik di Indonesia. • Berkecimpung atau mengerti dalam dunia desain terutama pada tipografi. • Tertarik terhadap refrensi “display” tipografi. • Memiliki kepedulian terhadap perkembangan budaya Indonesia dan

perkembangan tipografi di Indonesia.

2.3.3.5 SWOT Strenght

• Keunikan konten yang memodifikasi penggabungan antara motif batik dengan desain huruf.

• Pengemasan tipografi yang dikemas secara modern dan cultural. • Sebagai refrensi baru kepada designer atau desainer tipografri terutama di

Indonesia.

Weakness • Sulit mencari makna dari motif batik dan menyesuaikan makna dari motif

tersebut dengan tipografi yang mempunyai makna yang sama dan mencari data mengenai upacara – upacara yang masih sering diadakan.

Opportunity

• Tidak banyak di Indonesia yang menggabungan antara desain huruf dan batik Indonesia.

Threads

Page 16: 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2012-2-01660-DS Bab2001.pdf · Kliping dan rangkuman berbagai media massa cetak. 3. ... membebaskan dari dosa

17

• Pada era modern saat ini minat masyarakat sudah mulai luntur akan kebudayaan batik indonesia.

2.4 Data Khalayak 2.4.1 Target Primer Target primer dalam publikasi “Perancangan Font “Gesang” yang Diinspirasi oleh Motif Batik Jawa” ini adalah usia 20 tahun ke atas dengan keadaan sosial menengah dan kalangan atas, jenis kelamin pria dan wanita, pekerja seni, mahasiswa dan umum. 2.4.2 Target Sekunder Target sekunder dalam publikasi “Perancangan Font “Gesang” yang Diinspirasi oleh Motif Batik Jawa” adalah usia 21 tahun ke atas, mahasiswa/I, pengajar, pelaku seni, budayawan dan designer.