15
Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019 8 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 Erosion Dynamics in Tanralili Sub-Watershed Because of Landuse Change 2009 - 2019 Rias Sukmawati 1*) 1 Department of Geography, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia, *) E-mail: [email protected] ABSTRAK - Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Tanralili, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros yang merupakan Sub DAS dari DAS Maros dengan luas 26.343,4 Ha. Penelitian ini didasari oleh semakin berkurangnya lahan hutan di Sub DAS Tanralili yang berubah menjadi lahan perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dan tegalan yang dapat meningkatkan laju erosi. Potensi erosi akan meningkat dengan semakin berkurangnya tutupan lahan dan minimnya tindakan konservasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap dinamika erosi di sub DAS Tanralili. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan validasi melalui survey lapang di 30 titik sampel dengan teknik purposive sampling. Data penggunaan lahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Citra Satelit Landsat 7 ETM+ yang diperoleh dari United States Geological Survey (USGS) sebagai data untuk membuat peta penggunaan lahan tahun 2009, sedangkan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) yang diunduh dari SAS.Planet digunakan untuk mendapatkan peta penggunaan lahan tahun 2019. Untuk pendugaan besarnya erosi menggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kurun waktu 10 tahun (2009 - 2019), terjadi penurunan luas jenis penggunaan lahan hutan 1.455,749 Ha (- 27,83%) dari area total Sub DAS Tanralili, terjadi peningkatan pada luas jenis penggunaan lahan perkebunan 76,28 Ha (1,46%), permukiman 167,72 Ha (3,21%), sawah 754,872 Ha (14,43%), semak belukar 176,142 Ha (3,36%), dan tegalan 280,736 Ha (5,37%). Selain itu, terjadi peningkatan total erosi sebesar 34.407,70 ton/ha/tahun yaitu dari 338,68 ton/ha/tahun pada tahun 2009 menjadi 34.746,38 ton/ha/tahun pada tahun 2019. Kata kunci: Erosi, Penggunaan Lahan, Sub DAS Tanralili ABSTRACT - This research was carried out in the Tanralili Sub-watershed, Tompobulu Subdistrict, Maros Regency which is a sub-watershed of the Maros Watershed with an area of 26.343,4 Ha. This research is based on the reduction in forest land in the Tanralili sub-watershed which is transformed into plantations, settlements, agriculture, shrubs, and moorings which can increase the rate of erosion. The potential for erosion will increase with less land cover and less conservation measures. The purpose of this study was to determine the effect of land use changes on erosion dynamics in the Tanralili sub-watershed. This study uses descriptive methods, and validation through field surveys in 30 sample points with purposive sampling technique. Land use data used in this study are Landsat 7 ETM + Satellite Images obtained from the United States Geological Survey (USGS) as data for mapping land use in 2009, while High Resolution Satellite Images (CSRT) downloaded from SAS.Planet are used to get a land use map in 2019. To estimate the amount of erosion we use the Universal Soil Loss Equation (USLE) method. The results showed that over a period of 10 years (2009 - 2019), there was a decrease in the type of forest land use 1.455,749 ha (- 27.83%) of the total area of the Tanralili watershed, an increase in the type of use of plantation land 76,28 Ha (1.46%), settlements 167.72 Ha (3.21%), rice fields 754,872 Ha (14.43%), bushes 176.142 Ha (3.36%), and moorings / fields 280.736 Ha (5, 37%). In addition, there was an increase in total erosion of 34.407,70 tons/ha/year, from 338.68 tons/ha/year in 2009 to 34.746,38 tons/ha/year in 2019. Keywords: Erosion, Landuse, Sub DAS Tanralili 1. PENDAHULUAN Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Tanralili, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros yang merupakan Sub DAS dari DAS Maros. Secara geografis, Sub DAS Tanralili terletak antara 5º0’ - 5º12’ LS dan 119º34’ - 119º56’ BT dengan luas 26.343,4 Ha. Masalah yang sering terjadi pada Sub DAS Tanralili adalah erosi. Erosi di Sub DAS Tanralili memang menjadi masalah yang telah berlangsung sejak lama dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Asir, 2007). Besarnya tingkat erosi pada sub DAS Tanralili diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan akibat dari alih fungsi lahan hutan menjadi

2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

  • Upload
    others

  • View
    0

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

8

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan PerubahanPenggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019

Erosion Dynamics in Tanralili Sub-Watershed Because of Landuse Change2009 - 2019

Rias Sukmawati1*)

1 Department of Geography, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of Indonesia,

*)E-mail: [email protected]

ABSTRAK - Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Tanralili, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros yangmerupakan Sub DAS dari DAS Maros dengan luas 26.343,4 Ha. Penelitian ini didasari oleh semakin berkurangnyalahan hutan di Sub DAS Tanralili yang berubah menjadi lahan perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dantegalan yang dapat meningkatkan laju erosi. Potensi erosi akan meningkat dengan semakin berkurangnya tutupan lahandan minimnya tindakan konservasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan lahanterhadap dinamika erosi di sub DAS Tanralili. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan validasi melaluisurvey lapang di 30 titik sampel dengan teknik purposive sampling. Data penggunaan lahan yang digunakan dalampenelitian ini yaitu Citra Satelit Landsat 7 ETM+ yang diperoleh dari United States Geological Survey (USGS) sebagaidata untuk membuat peta penggunaan lahan tahun 2009, sedangkan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) yang diunduhdari SAS.Planet digunakan untuk mendapatkan peta penggunaan lahan tahun 2019. Untuk pendugaan besarnya erosimenggunakan metode Universal Soil Loss Equation (USLE). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama kurun waktu10 tahun (2009 - 2019), terjadi penurunan luas jenis penggunaan lahan hutan 1.455,749 Ha (- 27,83%) dari area totalSub DAS Tanralili, terjadi peningkatan pada luas jenis penggunaan lahan perkebunan 76,28 Ha (1,46%), permukiman167,72 Ha (3,21%), sawah 754,872 Ha (14,43%), semak belukar 176,142 Ha (3,36%), dan tegalan 280,736 Ha (5,37%).Selain itu, terjadi peningkatan total erosi sebesar 34.407,70 ton/ha/tahun yaitu dari 338,68 ton/ha/tahun pada tahun 2009menjadi 34.746,38 ton/ha/tahun pada tahun 2019.

Kata kunci: Erosi, Penggunaan Lahan, Sub DAS Tanralili

ABSTRACT - This research was carried out in the Tanralili Sub-watershed, Tompobulu Subdistrict, Maros Regencywhich is a sub-watershed of the Maros Watershed with an area of 26.343,4 Ha. This research is based on the reductionin forest land in the Tanralili sub-watershed which is transformed into plantations, settlements, agriculture, shrubs, andmoorings which can increase the rate of erosion. The potential for erosion will increase with less land cover and lessconservation measures. The purpose of this study was to determine the effect of land use changes on erosion dynamicsin the Tanralili sub-watershed. This study uses descriptive methods, and validation through field surveys in 30 samplepoints with purposive sampling technique. Land use data used in this study are Landsat 7 ETM + Satellite Imagesobtained from the United States Geological Survey (USGS) as data for mapping land use in 2009, while HighResolution Satellite Images (CSRT) downloaded from SAS.Planet are used to get a land use map in 2019. To estimatethe amount of erosion we use the Universal Soil Loss Equation (USLE) method. The results showed that over a periodof 10 years (2009 - 2019), there was a decrease in the type of forest land use 1.455,749 ha (- 27.83%) of the total areaof the Tanralili watershed, an increase in the type of use of plantation land 76,28 Ha (1.46%), settlements 167.72 Ha(3.21%), rice fields 754,872 Ha (14.43%), bushes 176.142 Ha (3.36%), and moorings / fields 280.736 Ha (5, 37%). Inaddition, there was an increase in total erosion of 34.407,70 tons/ha/year, from 338.68 tons/ha/year in 2009 to34.746,38 tons/ha/year in 2019.

Keywords: Erosion, Landuse, Sub DAS Tanralili

1. PENDAHULUAN

Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Tanralili, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros yangmerupakan Sub DAS dari DAS Maros. Secara geografis, Sub DAS Tanralili terletak antara 5º0’ - 5º12’ LSdan 119º34’ - 119º56’ BT dengan luas 26.343,4 Ha. Masalah yang sering terjadi pada Sub DAS Tanraliliadalah erosi. Erosi di Sub DAS Tanralili memang menjadi masalah yang telah berlangsung sejak lama danterus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun (Asir, 2007). Besarnya tingkat erosi pada sub DASTanralili diakibatkan oleh perubahan penggunaan lahan akibat dari alih fungsi lahan hutan menjadi

Page 2: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 (Sukmawati, R)

9

perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dan tegalan. Penurunan penggunaan lahan hutan selaluterjadi dari tahun ke tahun pada sub DAS Tanralili. Luas areal hutan selama sepuluh tahun (2008 - 2017)telah terdegradasi seluas 15.795 ha atau mengalami kerusakan dengan laju 2,58 ha/hari (BTPDAS, 2017).Kerusakkan hutan tersebut diduga dapat meningkatkan laju erosi tanah. Kebutuhan akan sandang, pangan,dan papan merupakan alasan yang sangat kuat dalam perubahan penggunaan lahan hutan untukdialihfungsikan menjadi lahan perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dan tegalan. Untuk itu,perubahan penggunaan lahan khususnya lahan hutan, perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dantegalan diduga menjadi faktor pendorong terjadinya peningkatan tingkat erosi di Sub DAS Tanralili (Asir,2007).

Perubahan penggunaan lahan merupakan suatu hal yang terjadi akibat pembangunan dalam berbagaisektor yang menyebabkan terjadinya kerusakan lahan, dan membuat lahan menjadi menurun fungsinya,sehingga menyebabkan terjadinya erosi di Sub DAS Tanralili (Departemen Kehutanan, 2003). Erosi padasub DAS Tanralili menyebabkan terjadinya pendangkalan terhadap fasilitas publik/infrastruktur (BendunganPDAM Lekopancing). Untuk itu, kesalahan dalam kegiatan pengelolaan penggunaan lahan akan sangatberpengaruh terhadap tingkat bahaya erosi di Sub DAS Tanralili. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap dinamika erosi di Sub DAS Tanralili, DAS Maros. Denganmengetahui adanya pengaruh tersebut, diharapkan dapat menjadi bahan acuan untuk menentukan arahkebijakan, terutama terkait pengelolaan dan pengaturan penggunaan lahan kepada pemerintah daerah sekitar.Selain itu, penelitian ini juga diharapkan mampu memahami tindakan-tindakan yang harus dilakukan agarperubahan lahan tidak terlalu intensif, sehingga tidak mengakibatkan besarnya tingkat bahaya erosi.

Dalam penelitian ini, terdapat tiga pertanyaan penelitian yakni bagaimana perubahan penggunaan lahan diSub DAS Tanralili pada sebelum dan sesudah tahun 2009, bagaimana perubahan tingkat bahaya erosi di SubDAS Tanralili pada sebelum dan sesudah tahun 2009, serta bagaimana pengaruh perubahan penggunaanlahan terhadap tingkat bahaya erosi di Sub DAS Tanralili pada sebelum dan sesudah tahun 2009.

2. METODE

2.1 Data

2.1.1 Pengumpulan DataPengumpulan data penelitian dilakukan melalui dua tahapan, yaitu pengumpulan data sekunder dan

pengumpulan data primer. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui survey lapang untuk validasidan verifikasi melalui pengamatan penggunaan lahan dan erosi yang terjadi di wilayah penelitian. Data-datasekunder yang diperlukan dalam penelitian dikumpulkan dari instansi-instansi terkait penyedia data-datatersebut. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan didasarkan jenis data yang dibutuhkan, yakni:

a. Data PrimerData primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti, langsung dari responden

atau lapangan. Pengambilan data ini dilakukan untuk memaksimalkan informasi dan tingkat kebenaran data.Dalam penelitian ini, data primer diperoleh melalui survey lapang untuk validasi hasil pengolahan data, sertadokumentasi. Survey lapang merupakan salah satu metode pengumpulan data yang diperlukan untukmencapai tujuan penelitian ini. Survey lapang dilakukan untuk memvalidasi data yang telah diolah. Surveylapang dilakukan dengan mengunjungi wilayah yang mengalami perubahan penggunaan lahan dan memilikitingkat bahaya erosi tinggi yang diperoleh dari pengolahan data. Validasi yang dilakukan juga disertaidengan dokumentasi. Dokumentasi yang diambil yaitu mengenai vegetasi penutup tanah dan pengelolaantanaman, dan jenis tanah. Selain itu, juga dilakukan dokumentasi mengenai penggunaan lahan dan erosi yangterjadi di wilayah penelitian. Alat yang digunakan untuk melakukan survey lapang dalam penelitian iniadalah kamera untuk dokumentasi, serta GPS untuk plotting. Setiap jenis penggunaan lahan akan dilakukanplotting koordinat, kondisi aktual dan pengambilan foto.

b. Data SekunderData sekunder adalah data yang diperoleh dari lembaga atau institusi dalam bentuk yang sudah jadi.

Data sekunder menggunakan studi kepustakaan yang relevan atau berkaitan dengan rumusan permasalahandan mengambil data-data yang dapat diperoleh dari berbagai sumber, baik melalui cara instansional ataupunmelalui cara pengumpulan dokumen-dokumen yang dapat mendukung penelitian ini. Data sekunder yangdigunakan berupa data curah hujan tahunan 2009 dan 2018, data stasiun curah hujan, data jenis tanah, datakemiringan lereng, serta data penggunaan lahan tahun 2009 dan 2019.

Page 3: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

10

Tabel 1. Data SekunderJenis Data Tahun Sumber

Data Curah Hujan Tahunan 2009 dan 2018 BMKGData Stasiun Curah Hujan 2018 BMKGData Jenis Tanah 2018 Harmonized World Soil DatabaseData Kemiringan Lereng 2018 Kementerian PUPR Kabupaten MarosData Penggunaan Lahan 2009 dan 2019 Citra Satelit Landsat 7 ETM+ dan Citra Satelit Resolusi Tinggi

2.1.2 Pengolahan Data

a. Pembuatan Batas Sub DAS TanraliliProses awal penelitian ini adalah membuat batas Sub DAS Tanralili yang merupakan wilayah penelitian.

Pembuatan peta batas Sub DAS Tanralili dilakukan dengan cara digitasi menyesuaikan kontur yangbersumber dari Peta RBI, kontur dimanfaatkan untuk mengetahui batas sub DAS. Untuk membuat batas SubDAS, terlebih dahulu ditentukan titik outlet DAS. Titik ini bisa ditentukan secara manual dengan memberitanda pada suatu lokasi tertentu di dalam DEM atau dengan mengimport batas DAS dari layer GIS. Prosespembentukan Sub DAS dapat dilakukan secara otomatis dengan menentukan orde berapa yang akandigunakan untuk membagi DAS menjadi Sub DAS. Semua Sub DAS yang telah ditentukan batas-batasnya,selanjutnya secara otomatis dihubungkan ke dalam suatu jaringan hidrologis dan diberi identifikasi dengansuatu sistem penomoran tertentu. Titik tinggi pada tiap piksel data DEM merupakan penentu kemiringanantar titiknya. Dalam menentukan batas sub DAS, titik titik tinggi ini menjadi penentu arah aliran air. Titiktitik lereng tertinggi tersebut akan membentuk sebuah garis yang menjadi batas yang memisahkan arah aliranair tersebut. Garis yang membentuk polygon tersebutlah yang akan menjadi suatu batas pada Sub DAStersebut.

b. Pembuatan Peta Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS TanraliliData penggunaan lahan tahun 2009 dan tahun 2019 diolah menggunakan perangkat lunak ArcGIS 10.1.

Klasifikasi penggunaan lahan menghasilkan 6 jenis kelas penggunaan lahan yaitu hutan, perkebunan,permukiman, sawah, semak belukar, dan tegalan. Citra Satelit Landsat 7 ETM+ yang diperoleh dari UnitedStates Geological Survey (USGS) digunakan sebagai data untuk membuat peta penggunaan lahan tahun 2009,sedangkan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) yang diunduh dari SAS.Planet digunakan untukmendapatkan peta penggunaan lahan tahun 2019. Setelah mendapatkan peta penggunaan lahan tahun 2009dan 2019, kedua peta tersebut di overlay untuk mendapatkan peta perubahan penggunaan lahan tahun 2009 –2019, kemudian dilakukan digitasi kembali untuk mengetahui perubahan penggunaan lahannya.

c. Pembuatan Peta Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS TanraliliPembuatan peta tingkat bahaya erosi di Sub DAS Tanralili menggunakan metode Universal Soil Loss

Equation (USLE). Tingkat bahaya erosi sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah hujan, panjanglereng, kemiringan lereng, jenis tanah, serta tutupan lahan dan penggunaan lahannya. Dengan faktor-faktortersebut, besaran erosi dapat ditentukan dengan persamaan USLE sebagai berikut (Wischmeier dan Smith,1978):

A = R × K × LS × CP ............................................................................................................................ (1)

Keterangan :A : Banyaknya tanah yang tererosi pertahun (ton/ha/tahun)R : Faktor erosivitas hujan (cm)K : Faktor erodibilitas tanahLS : Faktor panjang lereng (m) dan faktor kemiringan lereng (%)CP : Faktor vegetasi penutup lahan dan pengelolaan tanaman, serta faktor tindakan khusus konservasi

tanahTabel 2. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi

Kelas TBE Kehilangan Tanah (ton/ha/thn) Keterangan

I 0 - 15 Sangat RinganII 16 - 60 RinganIII 61 - 80 SedangIV 81 - 480 BeratV > 480 Sangat Berat

Sumber: Departemen Kehutanan (1998)

Page 4: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 (Sukmawati, R)

11

1) Erosivitas Hujan (R)

Erosivitas hujan (R) diartikan sebagai jumlah satuan indeks erosi hujan dalam setahun. Cara menentukanbesarnya indeks erosivitas hujan yang lain dapat menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Lenvain(DHV, 1989), sebagai berikut :

R = 2,21 P 1,36 ................................................................................................................................... (2)Keterangan :R : Indeks erosivitasP : Curah Hujan Bulanan (cm)

2) Faktor Erodibilitas Tanah (K)

Erodibilitas tanah adalah daya tahan tanah terhadap proses penguraian dan pengangkutan oleh tenagaerosi (Morgan,1979). Indeks erodibilitas (K) adalah nilai kualitatif dari fungsi beberapa sifat fisik dan kimiatanah yang ditetapkan melalui nomograf erodibilitas tanah (Wischmeier dan Smith, 1978). Jika tidak adapercobaan lapangan, maka nilai K dapat dihitung dengan persamaan, sebagai berikut:

K/100 = {2,71 × 10-4 (12-OM)M1,14+3,25(S-2)+2,5 × (P-3)} ........................................................... (3)Keterangan :K : Erodibilitas tanahOM : Persen unsur organikM : Persentase ukuran partikel (% debu + pasir sangat halus) × (100 -% liat)S : Kode klasifikasi struktur tanahP : Permeabilitas tanah

3) Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)

Panjang lereng diukur mulai dari tempat terjadinya aliran air diatas permukaan tanah sampai ke tempatmulai terjadinya pengendapan, karena berkurangnya kecuraman lereng atau ke tempat aliran air dipermukaan tanah masuk ke dalam saluran (Arsyad, 2010). Lereng yang terjal menyebabkan tanah lebihmudah terbawa oleh aliran air. Berikut ini merupakan tabel untuk mengetahui indeks LS adalah sebagaiberikut :

Tabel 3. Faktor Indeks Panjang dan Kemiringan LerengKelas Indeks LS

0 % – 8 % 0,48 % – 15 % 1,415 % – 25 % 3,125 % - 45 % 6,8> 45 % 9,5

Sumber :Modifikasi Indeks Panjang dan Kemiringan Lereng, Arsyad (2010)

4) Faktor Penggunaan Lahan dan Konservasi (CP)

Faktor penggunaan lahan dan pengelolaan tanaman (C) adalah perbandingan antara rata-rata tanahtererosi dengan tutupan vegetasi dengan rata-rata tanah tererosi tanpa tutupan vegetasi dan lereng sama sertaujan yang sama. Faktor tindakan konservasi (P) adalah perbandingan antara rata-rata tanah tererosi dengankonservasi dengan rata-rata tanah tererosi tanpa konservasi, dimana faktor erosi lainnya tidak berbeda. Nilaifaktor ini ditentukan dengan tabel nilai faktor CP, sebagai berikut :

Tabel 4. Nilai Faktor CP

Sumber: Panjaitan dkk., 2013 dan SK Dirjen RLPS, 2009

Penggunaan Lahan Nilai CP

Hutan Primer 0,001Kebun Campuran 0,5Sawah 0,1Semak Belukar 0,3Permukiman 1Tegalan 0,105

Page 5: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

12

d. Penentuan Titik Sampel

Pemilihan titik sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Purposive samplingadalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Untuk itu, penelitian inidigunakan teknik purposive sampling, karena dalam penentuan titik sampel digunakan beberapa kriteria,seperti curah hujan, jenis tanah dan kemiringan lereng harus memiliki kriteria yang sama. Titik sampel yangakan di ambil pada penelitian ini yaitu sebanyak 30 titik sampel.

2.1.3 Penyajian DataPenyajian data dalam penelitian ini menggunakan deskripsi spasial. Deskripsi spasial dalam penelitian

digunakan untuk memberikan gambaran secara lebih terperinci mengenai peta yang telah dihasilkan.Diskripsi spasial dalam penelitian ini dalam bentuk tulisan, tabel, dan gambar. Deskripsi spasial tersebutdilakukan untuk lebih mempermudah memahami hasil penelitian baik berupa tulisan, tabel, maupun gambar.Beberapa peta yang akan dihasilkan dalam penelitian ini yaitu Peta Sub DAS Tanralili, Peta Curah HujanTahun 2009, Peta Curah Hujan Tahun 2019, Peta Jenis Tanah, Peta Kemiringan Lereng, Peta PenggunaanLahan Tahun 2009, Peta Penggunaan Lahan Tahun 2019, Peta Tingkat Bahaya Erosi Tahun 2009, PetaTingkat Bahaya Erosi Tahun 2019, dan Peta Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019.

2.1.4 Analisis DataDi dalam penelitian ini, digunakan metode analisis peta yaitu teknik tumpang susun peta (overlay) pada

peta penggunaan lahan tahun 2009 dan 2019, sehingga didapatkan peta perubahan penggunaan lahan 2009 –2019. Selain itu, analisis tingkat bahaya erosi pada Sub DAS Tanralili dengan segala atributnya jugadiperoleh dari tumpang tindih (overlay) layer di dalam SIG yang dilakukan dengan menggunakan metodeUSLE dengan memasukkan faktor parameter USLE.

2.2 PeralatanAlat yang digunakan adalah GPS (Avenza Maps) untuk plotting, laptop, perlengkapan ATK, dan kamera

digital. Setiap jenis penggunaan lahan akan dilakukan plotting koordinat dengan menggunakan Avenza Map,dan juga dilakukan pengambilan foto. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peta Curah Hujan,Peta Jenis Tanah, Peta Lereng, dan Peta Penutupan Lahan.

2.3 Teori

2.3.1 Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan (landuse) adalah hasil dari kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus ataupermanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan untuk pemenuhan kebutuhan hidup manusia(Lambin dkk., 2003). Pengertian penggunaan lahan (landuse) menurut BPN (Badan Pertanahan Nasional)adalah wujud kegiatan menggunakan tanah, baik secara lingkungan buatan maupun secara lingkungan alami.Penggunaan lahan dapat berubah menurut ruang dan waktu, hal ini disebabkan karena lahan sebagai salahsatu sumber daya alam merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Perubahanpenggunaan lahan sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang dilakukan karena sifat lahan yang tetap,sedangkan aktivitas manusia berubah-ubah dan cenderung meningkat dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.Dari waktu ke waktu, lahan telah dimodifikasi manusia untuk berbagai jenis penggunaan, diantaranya hutandiubah menjadi lahan pertanian, kebun, dan permukiman. Perubahan penggunaan lahan yang intensif tanpamemperhatikan keberlanjutan fungsi sumberdaya alam dan lingkungan mengakibatkan degradasi lahan danerosi (Lambin dkk., 2003).

Identifikasi perubahan penggunaan lahan pada suatu sub DAS merupakan suatu proses mengindentifikasiperbedaan keberadaan suatu objek atau fenomena yang diamati pada waktu yang berbeda di sub DAStersebut. Indentifikasi perubahan penggunaan lahan memerlukan suatu data spasial temporal. Lambin dkk.(2003) menyebutkan ada 6 faktor yang menjadi pemicu terjadinya perubahan penggunaan lahan yaituperubahan kondisi alamiah, ekonomi dan teknologi, demografi, institusi, budaya dan globalisasi. Geist danLambin (2002) mengemukakan bahwa salah satu penyebab utama terjadinya perubahan penggunaan lahansecara global adalah akibat deforestasi hutan. Selain itu, dinyatakan bahwa pertumbuhan penduduk danperubahan pola pertanian adalah dua penyebab utama terjadinya deforestasi selain aktifitas manusia. Salahsatu perubahan penggunaan lahan di Indonesia yang menjadi sorotan dunia juga deforestasi. Laju deforestasidi Indonesia mencapai sekitar 1 juta hektar per tahun. Pengelolaan sumberdaya hutan di Indonesia telahmenjadi sangat kompleks dan penuh ketidakpastian karena perubahan dalam demokrasi, kekuatan politik dan

Page 6: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 (Sukmawati, R)

13

harapan masyarakat. Deforestasi dalam skala besar di daerah tropis bertransformasi menjadi lahan pertanianmerupakan salah satu contoh dari perubahan penggunaan lahan yang memiliki dampak besar terhadapdegradasi, erosi tanah, dan kemampuan bumi untuk mendukung kebutuhan manusia (Lambin dkk., 2003).

2.3.2 Erosi

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkutnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh mediaalami. Pada peristiwa erosi, tanah terkikis dan terangkut, kemudian diendapkan di tempat lain. Erosi tanah(soil erosion) terjadi melalui dua proses yakni proses penghancuran partikel-partikel tanah (detachment) danproses pengangkutan (transport) partikel-partikel tanah yang sudah dihancurkan. Kedua proses ini terjadiakibat hujan (rain) dan aliran permukaan (run off) yang dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain curahhujan (intensitas, diameter, lama dan jumlah hujan), karakteristik tanah (sifat fisik), penutupan lahan (landcover), kemiringan lereng, panjang lereng dan sebagainya (Wischmeier dan Smith, 1978). Morgan (1988),mengemukakan bahwa erosi tanah adalah proses pelepasan butir-butir tanah dan proses pemindahan ataupengangkutan tanah yang disebabkan oleh air atau angin. Khusus di Indonesia yang beriklim tropis basah,proses erosi tanah yang paling banyak disebabkan oleh air yang diakibatkan oleh adanya hujan yang turundiatas permukaan tanah (Morgan, 1988).

Morgan (1979) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi besarnya erosi yang terpenting adalahcurah hujan, jenis tanah, lereng, dan vegetasi penutup lahan. Keempat faktor tersebut dimanfaatkan sebagaidasar untuk menentukan besarnya erosi tanah melalui persamaan umum yang kemudian lebih dikenal dengansebutan persamaan universal (Universal Soil Loss Equation). Wischmeier dan Smith (1978) menyatakanbahwa metode yang umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil LossEquation (USLE). Sifat hujan yang mempengaruhi besarnya erosi adalah curah hujan. Kekuatanmenghancurkan tanah dari curah hujan jauh lebih besar dibandingkan dengan kekuatan pengangkut darialiran permukaan. Hujan yang turun sampai ke permukaan tanah memiliki energi kinetik yang dapatmenghancurkan tanah, sehingga bagian-bagian tanah hilang, dan hanyut oleh aliran permukaan. Terkikisnyalapisan tanah inilah yang disebut erosi. Kepekaan tanah terhadap erosi disebut erodibilitas. Semakin besarnilai erodibilitas suatu tanah, maka semakin peka tanah tersebut terhadap erosi. Sifat-sifat tanah yangberpengaruh terhadap erosi adalah tekstur tanah, bentuk dan kemantapan struktur tanah, permeabilitas tanah,dan kandungan bahan organik. Unsur topografi yang paling berpengaruh terhadap erosi adalah panjang dankemiringan lereng. Apabila lereng semakin curam, maka kecepatan aliran permukaan meningkat sehinggakekuatan mengangkut semakin meningkat pula. Lereng yang semakin panjang menyebabkan volume airyang mengalir menjadi semakin besar. Pengaruh vegetasi terhadap erosi adalah menghalangi air hujan agartidak jatuh langsung di permukaan tanah, sehingga kekuatan tanah untuk menghancurkan dapat dikurangi,menghambat aliran permukaan dan memperbanyak air infiltrasi, dan penyerapan air ke dalam tanahdiperkuat oleh tranpirasi melalui vegetasi.

2.4 Diagram Alir2.4.1 Alur Pikir

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Page 7: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

14

2.4.2 Alur Kerja

Dalam penelitian ini, terdapat lima tahap yang dilakukan untuk mendapatkan hasil akhir berupa PetaPenggunaan Lahan Sub DAS Tanralili tahun 2009 dan 2019, Peta Perubahan Penggunaan Lahan Sub DASTanralili Tahun 2009 - 2019 dan Peta Prediksi Tingkat Bahaya Erosi Sub DAS Tanralili Tahun 2009 dan2019. Tahapan tersebut dimulai dari tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan data, tahapanalisis data dan yang terakhir tahap hasil. Dimulai dari tahap persiapan dengan penentuan topik danperumusan masalah bertujuan untuk memfokuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian. Studiliteratur bertujuan untuk mendapatkan kajian-kajian teoritis mengenai permasalahan penelitian daripenelitian-penelitian terdahulu. Selain itu, juga perlu di persiapkan surat izin penelitian, serta peralatan untukmelakukan penelitian seperti GPS dan software ArcGIS 10.1. Tahapan kedua yaitu pengumpulan data yangmeliputi pengumpulan data sekunder dan primer. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan permohonanuntuk memperoleh data sekunder yang dibutuhkan ke berbagai instansi. Setelah pengumpulan data sekunder,dilakukan pengumpulan data primer dengan melakukan validasi dengan melakukan survey lapang dandokumentasi pada penggunaan lahan dan wilayah yang memiliki tingkat bahaya erosi yang tinggi di wilayahpenelitian.

Pengolahan data dapat dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap pengolahan data tabular dan pengolahandata spasial. Pengolahan data tabular dengan menggunakan software Microsoft Excel. Pengolahan dataspasial yaitu pembuatan peta curah hujan dengan polygon thiessen, peta kemiringan lereng, peta jenis tanah,dan peta penggunaan lahan, serta melakukan teknik tumpang susun peta (overlay) untuk menentukanwilayah tingkat bahaya erosi, serta untuk melihat dan mengetahui perubahan penggunaan lahan yang tejadidi Sub DAS Tanralili. Tahap analisis data dilakukan dengan dua cara yaitu analisis deskriptif dan spasial.Analisis spasial digunakan untuk menganalisis perubahan penggunaan lahan dan sebaran wilayah tingkatbahaya erosi, sedangkan analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil analisis spasial sebaranwilayah tingkat bahaya erosi dan pengaruh penggunaan lahan terhadap tingkat bahaya erosi. Tahap terakhiradalah tahap hasil, yaitu berupa Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Tanralili tahun 2009 dan 2019, PetaPerubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Tanralili Tahun 2009 - 2019 dan Peta Prediksi Tingkat BahayaErosi Sub DAS Tanralili Tahun 2009 dan 2019. Setelah itu, dapat diperoleh kesimpulan mengenai perubahanpenggunaan lahan dan tingkat bahaya erosi pada Sub DAS Tanralili, serta hubungan antara perubahanpenggunaan lahan terhadap tingkat bahaya erosi pada Sub DAS Tanralili.

2.5 Lokasi PenelitianKecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros termasuk dalam wilayah Sub DAS Tanralili yang merupakan

Sub dari DAS Maros. Secara geografis Sub DAS Tanralili terletak antara 5º0’ - 5º12’ LS dan 119º34’ -119º56’ BT, dengan luas 26.343,4 Ha. Kecamatan ini terbagi atas delapan desa dan kelurahan, yaituTompobulu, Toddolimae, Benteng Gajah, Bonto Manurung, Bonto Somba, Bonto Manai, Bonto Matinggidan Sawaru. Jarak Kecamatan Tompobulu dari ibu kota kabupaten sekitar 18 km. Jumlah rumah tangga yangbermukim di Kecamatan Tompobulu sebesar 3.211 KK. Jumlah penduduk 14.321 jiwa yang terdiri atas7.052 laki-laki dan 7.269 perempuan. Kepadatan penduduk 50 jiwa/km2. Terdapat 4 Puskesmas dan 3 Pustu.Jumlah SD Negeri di Kecamatan Tompobulu ada 13 buah, SMP Negeri 3 buah dan SMU 1 buah. Pendudukmayoritas (89%) bekerja sebagai petani. Berdasarkan data dari BKKBN di Kecamatan Tompobulu terdapatkeluarga pra sejahtera sebanyak 1.056 KK (25,5%) (BPS, 2013).

Gambar 2. Lokasi Penelitian

Page 8: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 (Sukmawati, R)

15

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan yaitu data penggunaan lahan (hutan, sawah, semak belukar,tegalan) di Sub DAS Tanralili tahun 2009, data penggunaan lahan (hutan, perkebunan, permukiman, sawah,semak belukar, tegalan) di Sub DAS Tanralili tahun 2019, data perubahan penggunaan lahan tahun 2009 –2019, data prediksi erosi di Sub DAS Tanralili tahun 2009, dan data prediksi erosi di Sub DAS Tanralilitahun 2019.

3.1 Perubahan Penggunaan Lahan di Sub DAS TanraliliDalam mengamati pola perubahan penggunaan lahan, hal yang perlu dicermati adalah bagaimana

penggunaan lahan sebelumnya dan penggunaan lahan sesudahnya, selanjutnya dapat diketahui mengenaiperubahan penggunaan lahan apa menjadi penggunaan lahan apa dari penggunaan lahan sebelumnya.Gambar dibawah ini (Gambar 3) merupakan peta penggunaan lahan Sub DAS Tanralili tahun 2009, danpeta penggunaan lahan Sub DAS Tanralili tahun 2019. Pada tahun 2009 dan 2019, penggunaan lahan padaSub DAS Tanralili di dominasi oleh lahan hutan. Di tahun 2009, lahan hutan terdapat hampir di seluruhbagian dari Sub DAS Tanralili, sedangkan pada tahun 2019 lahan hutan sudah mulai berkurang, meskipunpada tahun 2019 lahan hutan masih tetap paling mendominasi di Sub DAS Tanralili. Untuk itu, kondisipenggunaan lahan di Sub DAS Tanralili dari tahun 2009 sampai 2019 masih dikategorikan cukup baik,penggunaan lahan berupa hutan luasnya mendominasi lebih dari 50%. Apabila dikaitkan dengan batasminimal luas hutan di suatu kawasan Sub DAS berdasarkan undang-undang kehutanan sebesar 30%, makakondisi penggunaan lahan di Sub DAS masih termasuk aman. Pada tahun 2009, lahan pertanian (sawah)berada di sebelah barat dan timur Sub DAS Tanralili, sedangkan pada tahun 2019 lahan pertanian (sawah)luasannya bertambah dan tersebar hampir di seluruh bagian Sub DAS Tanralili. Pada tahun 2009, semakbelukar berada di dekat lahan pertanian (sawah), sedangkan dalam rentang waktu 10 tahun yaitu pada tahun2019 semak belukar yang terdapat di dekat lahan pertanian sudah tidak terdapat lagi disana, melainkansemak belukar di tahun 2019 tersebar di bagian utara Sub DAS Tanralili.

Gambar 3. (a). Peta Penggunaan Lahan di Sub DAS Tanralili Tahun 2009; dan (b). Peta Penggunaan Lahan di SubDAS Tanralili Tahun 2019

Hasil interpretasi penggunaan lahan dari Citra Satelit Landsat 7 ETM+ untuk penggunaan lahan tahun2009, dan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSRT) untuk penggunaan lahan tahun 2019 yang telah di overlay,menunjukkan bahwa penggunaan lahan di wilayah penelitian semakin bervariatif dan kompleks. Penggunaanlahan pada Sub DAS Tanralili cenderung berubah pada kondisi semakin terbukanya lahan atau semakinberkurangnya daerah resapan air hujan, sehingga perubahan pada penutupan lahan akan mempengaruhikeseluruhan sistem ekologi termasuk hidrologi pada wilayah Sub DAS Tanralili. Perubahan penggunaanlahan yang signifikan terlihat terjadi dibagian barat Sub Das Tanralili. Perubahan penggunaan lahan daritahun 2009 dan tahun 2019 disajikan dalam tabel (Tabel 5). Dalam tabel tersebut dapat terlihat mengenaiperubahan luas dari masing-masing penggunaan lahan yang cukup signifikan. Untuk manganalisispermasalahan yang terjadi dalam wilayah penelitian dapat diketahui melalui pendekatan sistem analisisperubahan jenis penggunaan lahan yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh tahun (2009 – 2019).

Page 9: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

16

Gambar 4. (a). Peta Perubahan Penggunaan Lahan di Sub DAS Tanralili Tahun 2009 – 2019 dengan PenggunaanLahan Tahun 2009; dan (b). Peta Perubahan Penggunaan Lahan di Sub DAS Tanralili Tahun 2009 – 2019

Dari gambar diatas (Gambar 4), diperoleh informasi bahwa terjadi perubahan penggunaan lahan yangsangat signifikan yaitu lahan hutan menjadi perkebunan, permukiman, pertanian (sawah), semak belukar, dantegalan. Perubahan lahan hutan tersebut terjadi hampir secara merata di Sub DAS Tanralili. Untuk lahanpertanian, tidak mengalami perubahan yang signifikan. Meskipun terjadi penambahan luasan pada areatersebut, namun perluasan tersebut diakibatkan oleh alihfungsi lahan hutan yang menjadi lahan pertanian.Untuk penggunaan lahan berupa tegalan, seluruh lahan tersebut telah berubah menjadi kawasan hutanlindung dalam kurun waktu 10 tahun (2009-2019).

Tabel 5. Penggunaan lahan di Sub DAS Tanralili pada tahun 2009 dan 2019

PenggunaanLahan

Tahun 2009 Tahun 2019∆ ( Ha ) ∆ (%)

Luas (Ha) % Luas Luas (Ha) % LuasHutan 4.213,64 80,55 2.757,89 52,72 - 1.455,749 - 27,83Perkebunan - - 76,28 1,46 + 76,28 + 1,46

Permukiman - - 167,72 3,21 + 167,72 + 3,21

Sawah 554,16 10,59 1.309,03 25,02 + 754,872 + 14,43

Semak Belukar 239,99 4,59 416,14 7,95 + 176,142 + 3,36

Tegalan 223,33 4,27 504,07 9,64 + 280,736 + 5,37

Luas Total 5.231,117 100 5.231,117 100Keterangan:∆ = perubahan (change)- = penurunan luas (decreasing area)+ = peningkatan luas (increasing area)

Penggunaan Lahan Sub DAS Tanralili tahun 2009 didominasi oleh hutan seluas 4.213,636 ha atau 80,55% dari luas Sub DAS Tanralili. Hutan di wilayah penelitian merupakan hutan lindung yang sebenarnya tidakboleh di ganggu oleh manusia, karena merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagaiperlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mengendalikan erosi, dan memeliharakesuburan tanah. Namun, akibat adanya perkembangan infrastruktur pada wilayah tersebut yaitu berupapembuatan jalan dari beton, sehingga menarik investor serta warga lainnya untuk membangun permukimandi wilayah tersebut. Akibat dari akses jalan yang sudah bagus, sehingga menyebabkan hutan-hutan tersebutmengalami alih fungsi lahan menjadi permukiman. Pada tahun 2019, hutan di Sub DAS Tanralili seluas2.757,89 ha atau 52,72 % dari luas Sub DAS. Untuk itu, dapat diperoleh informasi bahwa dalam kurunwaktu 10 tahun (2009 – 2019) hutan telah mengalami pengurangan luasan sebesar 1.455,749 ha atau 27,83 %.Perubahan penggunaan lahan hutan menjadi permukiman, dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 di Sub DASTanralili belum terdapat penggunaan lahan berupa permukiman, namun pada tahun 2019 terdapat lahanpermukiman seluas 167,72 ha atau 3,21 % dari luas Sub DAS Tanralili. Selain berubah menjadi lahanpermukiman, area hutan juga mengalami perubahan menjadi lahan perkebunan, dimana pada tahun 2009

Page 10: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 (Sukmawati, R)

17

belum terdapat perkebunan di Sub DAS Tanralili. Namun, pada tahun 2019 terdapat lahan perkebunan seluas76,28 ha atau 1,46 % dari luas Sub DAS Tanralili.

Selain hutan, penggunaan lahan yang mendominasi Sub DAS Tanralili adalah lahan pertanian (sawah).Jenis Sawah yang terdapat di Sub DAS Tanralili merupakan jenis sawah irigasi, karena berdekatan denganaliran sungai. Pada tahun 2009, area sawah di Sub DAS Tanralili yaitu 554,16 ha atau 10,59 % dari luas SubDAS Tanralili, sedangkan pada tahun 2019 memiliki luasan sebesar 1.309,03 ha atau 25,02 % dari luas SubDAS Tanralili. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penambahan luasan pada areal sawah sebesar 754,872 haatau 14,43 %. Peningkatan luas sawah disebabkan tersedianya sumber air yang berasal dari bendungansungai di bagian hulu dan adanya perbaikan saluran irigasi yang sudah tersedia, serta pembangunan saluranirigasi baru. Penggunaan lahan selanjutnya yaitu semak belukar. Pada tahun 2009, area semak belukar di SubDAS Tanralili yaitu 239,99 ha atau 4,59 % dari luas Sub DAS, sedangkan pada tahun 2019 memiliki luasansebesar 416,14 ha atau 7,95 % dari luas Sub DAS. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penambahan luasanpada areal semak belukar sebesar 176,142 ha atau 3,36 %. Di Sub DAS Tanralili juga terdapat penggunaanlahan tegalan, dimana pada tahun 2009, area tegalan di Sub DAS Tanralili yaitu 223,33 ha atau 4,27 % dariluas Sub DAS Tanralili, sedangkan pada tahun 2019 memiliki luasan sebesar 504,07 ha atau 9,64 % dari luasSub DAS Tanralili. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penambahan luasan pada areal tegalan sebesar280,736 ha atau 5,37%.

3.2 Perubahan Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS Tanralili

Pembuatan peta tingkat bahaya erosi pada sub DAS Tanralili menggunakan metode Universal Soil LossEquation (USLE). USLE dirancang untuk memprediksikan erosi jangka panjang. Bahaya erosi sangatdipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah hujan, lereng, jenis tanah, serta penggunaan lahannya. Hasildari pengolahan data dari faktor-faktor tersebut, antara lain :

Gambar 5. (a). Peta Curah Hujan Sub DAS Tanralili Tahun 2009; dan (b). Peta Curah Hujan Sub DAS TanraliliTahun 2019

Tabel 6. Hasil Perhitungan Faktor R (Erosivitas Hujan) Sub DAS Tanralili Tahun 2009

Tahun Lintang Bujur Stasiun CH Setahun CH Tahunan IR Luas (Ha)

2009 -5,25 119,78 BB. Malino 3.500 30 300 3.545,49

2009 -5,07 119,62 Tanralili 2.518 21,0 185 1.685,58

Total 6.018 51 485 5.231,117

Rata-Rata 3.009 25 242

Page 11: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

18

Tabel 7. Hasil Perhitungan Faktor R (Erosivitas Hujan) Sub DAS Tanralili Tahun 2019

Tahun Lintang Bujur Stasiun CH Setahun CH Tahunan IR Luas (Ha)

2019 -5,25 119,78 BB. Malino 4.201 35 370 3.545,49

2019 -5,07 119,62 Tanralili 3.783 31,5 321 1.685,58

Total 7.984 67 691 5.231,117

Rata-Rata 3.992 33 346

Gambar 6. (a). Peta Jenis Tanah Sub DAS Tanralili; dan (b). Peta Kemiringan Lereng Sub DAS Tanralili

Tabel 8. Hasil Perhitungan Faktor K (Erodibilitas Tanah) Sub DAS Tanralili

JenisTanah

Sand Silt Clay BOStrukturTanah

Permeabilitas Luas (Ha) Erodibilitas (K)

Nitisol 22 23 55 3,43 2 6 4.400,39 0,13Leptosol 39 41 20 2,3 3 6 119,85 0,36Leptosol 39 41 20 2,3 3 6 4,09 0,31Cambisol 26 27 47 1 2 6 706,79 0,21

Total 5.231,117Rerata 1.307,78 0,26

Tabel 9. Hasil Perhitungan Faktor LS (Panjang dan Kemiringan Lereng) Sub DAS TanraliliLereng (%) Indeks LS Luas (Ha) L/Total

0 - 2 0,4 316,58 0,062 - 5 0,4 456,33 0,095 - 15 1,4 2.549,79 0,4915 - 40 6,8 1.908,42 0,36

Total 5.231,117 1

Hasil overlay peta curah hujan, jenis tanah, lereng, dan penggunaan lahan, maka diperoleh hasil petasebaran tingkat bahaya erosi di Sub DAS Tanralili seperti yang disajikan pada gambar berikut ini (Gambar7).

Page 12: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 (Sukmawati, R)

19

Gambar 7. (a). Peta Prediksi Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS Tanralili Tahun 2009; dan (b). Peta Prediksi TingkatBahaya Erosi di Sub DAS Tanralili Tahun 2019

Dari Gambar 7 (a) dapat dilihat bahwa wilayah Sub DAS Tanralili sebagian besar masih termasuk dalamkelas TBE 1 atau tingkat bahaya erosi sangat ringan. Hal ini dikarenakan, pada tahun 2009 sebagian besarSub DAS Tanralili merupakan hutan. Data luas lahan pada setiap kelas tingkat bahaya erosi disajikan dalamdiagram pada Gambar 7 (a) dan Tabel 10. Sedangkan pada Gambar 7 (b), dapat dilihat bahwa wilayah SubDAS Tanralili sebagian besar juga masih termasuk dalam kelas TBE 1 atau tingkat bahaya erosi sangatringan. Namun, pada tahun 2019 tingkat bahaya erosi di Sub DAS Tanralili lebih beragam yaitu terdapatsangat ringan, dan sangat berat. Kelas tingkat bahaya erosi sangat berat tersebar di bagian timur Sub DASTanralili, karena di wilayah tersebut memiliki kemiringan lereng yang curam. Data luas lahan pada setiapkelas tingkat bahaya erosi pada tahun 2019 disajikan pada Gambar 7 (b) dan Tabel 11.

Tabel 10. Kontribusi Erosi Setiap Penggunaan Lahan pada Sub DAS Tanralili Tahun 2009

Penggunaan Lahan CP Kelas TBE Keterangan Erosi (ton/ha/thn) Luas (Ha)

Hutan 0,001 I Sangat Ringan 3,99 4.213,64Sawah 0,1 III Sedang 74,65 554,16Semak Belukar 0,3 IV Berat 108,93 239,99Tegalan 0,105 IV Berat 151,11 223,33

Total 338,68 5.231,117

Berdasarkan Tabel 10, erosi yang terjadi di Sub DAS Tanralili pada tahun 2009 memiliki kelas erosisangat ringan, sedang dan berat dengan nilai erosi 3,99 - 151,11 ton/ha/thn, dengan total erosi yang terjadipada Sub DAS Tanralili pada tahun 2009 yaitu 338,68 ton/ha/thn. Hasil perhitungan erosi pada setiap unitlahan yaitu untuk penggunaan lahan tegalan memiliki erosi tertinggi. Erosi dengan kelas sangat ringan yaitu3,99 ton/ha/thn memiliki luasan yang paling besar yaitu sebesar 4.213,64 ha, karena penggunaan lahannyaberupa hutan. Untuk kelas erosi sedang, memiliki luasan 554,16 ha dengan nilai erosi sebesar 74,65ton/ha/thn yaitu pada penggunaan lahan berupa lahan pertanian (sawah). Untuk kelas erosi berat, terjadi padapenggunaan lahan semak belukar dan tegalan, dengan nilai erosi masing-masing sebesar 108,93 ton/ha/thndan 151,11 ton/ha/thn dengan masing-masing luas yaitu 239,99 ha dan 223,33 ha, sehingga dapat diketahuibahwa kelas tingkat bahaya erosi berat tahun 2009 di Sub DAS Tanralili sebesar 463,33 ha.

Tabel 11. Kontribusi Erosi Setiap Penggunaan Lahan pada Sub DAS Tanralili Tahun 2019Penggunaan Lahan CP Kelas TBE Keterangan Erosi (ton/ha/thn) Luas (Ha)Hutan 0,001 I Sangat Ringan 5,50 2.757,887Perkebunan 0,5 V Sangat Berat 2.687,88 76,281Permukiman 1 V Sangat Berat 24.844,43 167,718Sawah 0,1 V Sangat Berat 3.245,02 1.309,027Semak Belukar 0,3 V Sangat Berat 3.149,24 416,135Tegalan 0,105 V Sangat Berat 814,30 504,069

Total 34.746,38 5.231,117

Hasil analisis sebaran erosi menurut unit lahan pada tahun 2019 di dalam wilayah Sub DAS Tanralilidapat dilihat seperti pada Tabel 11. Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa Sub DAS Tanralili pada tahun2019 memiliki kelas erosi sangat ringan, dan sangat berat dengan nilai erosi 5,50 – 24.844,43 ton/ha/thn,

Page 13: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

20

dengan total erosi yang terjadi pada Sub DAS Tanralili pada tahun 2019 yaitu 34.746,38 ton/ha/thn. Hasilperhitungan erosi pada setiap unit lahan yaitu untuk penggunaan lahan permukiman memiliki erosi tertinggi.Erosi dengan kelas sangat ringan yaitu 5,50 ton/ha/thn memiliki luasan yang paling besar yaitu sebesar2.757,887 ha, karena penggunaan lahannya berupa hutan. Untuk kelas erosi sangat berat, terjadi padapenggunaan lahan perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dan tegalan, dengan nilai erosi masing-masing sebesar 2.687,88 ton/ha/thn, 24.844,43 ton/ha/thn, 3.245,02 ton/ha/thn, 3.149,24 ton/ha/thn dan814,30 ton/ha/thn, jadi total luasan yang memiliki kelas erosi berat di Sub DAS Tanralili yaitu 2.473,230 ha.Dari perhitungan tersebut, dapat diketahui bahwa penggunaan lahan berupa permukiman merupakan lahanyang dapat memperbesar nilai erosi, dimana lahan permukiman memiliki nilai CP sebesar 1, dan padawilayah penelitian luas permukiman yaitu 167,718 ha. Hal ini merupakan pemberi kontribusi terbesarterhadap proses pendangkalan bendungan Lekopancing.

Tabel 12. Perubahan Tingkat Bahaya Erosi Rata-Rata di Sub DAS Tanralili (2009 - 2019)

TahunTotal Erosi(ton/ha/thn)

Erosi Rata – Rata(ton/ha/thn)

Perubahan TotalErosi (ton/ha/thn)

Perubahan Rata – Rata Erosi(ton/ha/thn)

2009 338,68 84,6734.407,70 5.706,39

2019 34.746,38 5.791,06

Erosi pada tahun 2009 untuk luasan Sub DAS Tanralili sebesar 338,68 ton/ha/tahun, sedangkan padatahun 2019 sebesar 34.746,38 ton/ha/tahun. Untuk itu, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan totalnilai erosi sebesar 34.407,70 ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan laju erosi di Sub DAS Tanralili dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Penyebab besarnya erosi yang terjadi pada Sub DAS Tanralili adalahperubahan penggunaan lahan, kondisi topografi DAS yang terjal dan jenis tanah yang memiliki tekstur tanahyang liat dan lahan permukiman yang bertambah. Hal ini menyebabkan terjadi peningkatan total erosi di SubDAS Tanralili yang dapat dilihat pada Tabel 12.

3.3 Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Tingkat Bahaya Erosi di Sub DAS Tanralili

Tingginya tingkat bahaya erosi merupakan permasalahan utama yang terjadi pada Sub DAS Tanralili.Penyebab utama terjadinya erosi adalah penggunaan lahan yang kurang sesuai dengan fungsinya, sertatingkat kepekaan tanahnya yang sangat peka terhadap erosi. Tingkat kerusakan lahan di Sub DAS Tanralilidari tahun ke tahun telah mengalami peningkatan akibat pengalihan fungsi kawasan-kawasan hutan sebagaipengatur sistem tata air menjadi areal pertanian dan permukiman. Hasil analisa dan pengamatan lapanganmenunjukkan bahwa kerusakan lahan yang terjadi karena tingkat kepekaan tanah yang cukup tinggi terhadaperosi akibat dari aktivitas manusia dalam mengelola penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kaidahkonservasi. Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di kawasan Sub DAS Tanralili disertai denganpeningkatan aktivitas ekonomi, menyebabkan kebutuhan terhadap tanah di Sub DAS Tanralili dari tahun ketahun semakin tinggi. Penggunaan lahan yang semakin tinggi menyebabkan lahan yang dikerjakan penduduksemakin intensif, dan penggunaan lahan yang semakin intensif dengan tidak memperhatikan lingkungandapat mengakibatkan terjadinya erosi.

Dari hasil perhitungan tingkat bahaya erosi di Sub DAS Tanralili, maka diperoleh informasi bahwa telahterjadi peningkatan erosi dari tahun 2009 sampai tahun 2019. Peningkatan nilai erosi ini dipengaruhi olehluasan penggunaan lahan yang semakin berkurang maupun bertambah, lahan hutan yang semakin berkurangdari tahun 2009 sampai 2019 merupakan salah satu penyebab semakin bertambahnya erosi. Erosi pada tahun2009 untuk luasan Sub DAS Tanralili sebesar 338,68 ton/ha/tahun, sedangkan pada tahun 2019 sebesar34.746,38 ton/ha/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan nilai erosi sebesar 34.407,70ton/ha/tahun, sehingga dapat dikatakkan bahwa laju erosi di Sub DAS Tanralili dari tahun ke tahun telahmengalami peningkatan. Dengan demikian, keberadaan hutan di Sub DAS Tanralili perlu mendapatperhatian untuk dilakukan upaya penambahan luas, serta pemilihan jenis tanaman yang dapat mendukungsistem pengatur tata air dan pengendalian erosi. Pemilihan jenis-jenis vegetasi yang tepat dalam teknikrehabilitasi lahan yang terdegradasi harus disesuaikan dengan kesesuaian lahannya, khususnya pada arealkawasan hutan. Pembukaan lahan budidaya pertanian dan peningkatan areal pemukiman pada catchment areaSub DAS Tanralili dapat menyebabkan meningkatnya aliran permukaan yang akan menimbulkan bahayaerosi.

Erosi terkecil pada tahun 2009 dan 2019 terdapat pada penggunaan lahan berupa hutan. Meskipun curahhujan tergolong tinggi dan lereng curam, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap besarnya erosi. Hal inidikarenakan, hutan memiliki struktur vegetasi yang berlapis. Air hujan tidak langsung mengenai permukaan

Page 14: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan Perubahan Penggunaan Lahan Tahun 2009 – 2019 (Sukmawati, R)

21

tanah, akan tetapi tertahan lebih awal pada strata paling atas, terus ke strata kedua, sampai jatuhkepermukaan juga masih tertahan oleh serasah, ranting-ranting pohon. Energi kinetiknya semakin kecil,bahkan sebagian dari butiran air hujan yang pecah baik yang tertahan pada daun, serasah, batang akanlangsung terintersepsi atau menguap kembali sebelum jatuh di atas tanah. Untuk, lahan yang berupaperkebunan memiliki kelas tingkat bahaya erosi yang berat, karena jenis tanamannya didominasi oleh jagung,dan pada daerah-daerah pemukiman terdapat aktivitas usaha tani dengan jenis komoditi tertentu (umbi-umbian) di lahan-lahan miring yang dilakukan dengan cara intensif, sehingga dapat menyebabkan timbulnyaerosi.

Pertumbuhan penduduk yang meningkat dan perbaikan jalan yang membuat aksesibilitas menjadi lebihmudah, menyebabkan lahan untuk permukiman berkembang pesat. Namun, permukiman penduduk memilikiketahanan erosi yang paling buruk dengan nilai CP sebesar 1. Hal ini dikarenakan kemampuan infiltrasi padaarea pemukiman sangat kecil, sehingga air hujan yang turun pada area pemukiman akan menyebabkan runoff, sehingga potensi erosi pada area permukiman akan besar. Untuk itu, Sub DAS Tanralili merupakanwilayah yang memiliki tingkat bahaya erosi yang cukup tinggi. Hal ini tentunya dapat membuat penduduksetempat hendaknya tidak membuka lahan baru pada hutan yang ada pada saat ini. Sebab, hutan yang adasaat ini memiliki fungsi hidrologis yaitu sebagai resapan air bagi lokasi di bagian bawahnya. Pemerintahsetempat perlu mengarahkan masyarakat dalam pengelola lahan dengan teknik konservasi lahan seperti terasbangku, tanaman penutup tanah, penggiliran tanaman, pemanfaatan mulsa, pengelolaan tanaman yang baikuntuk meminimalisasi tingkat bahaya erosi pada Sub DAS Tanralili dan penerapan hukuman yang tegas padasetiap tindakan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab yang merusak ekosistemlingkungan hidup pada Sub DAS Tanralili, sesuai dengan peraturan UU No.23 Tahun 1997 tentangLingkungan Hidup.

Lahan pertanian (sawah) memiliki kelas tingkat bahaya erosi yang berat, karena pembukaan lahan-lahanpertanian pada lereng yang curam menyebabkan erosi yang cukup besar. Lereng yang tinggi berbandinglurus dengan laju erosi. Faktor tindakan konservasi yang minimal, secara perlahan dalam jangka waktu yanglama apabila tidak diatasi akan menyebabkan hancurnya lahan pertanian dan semakin mempercepat prosesterjadinya erosi. Adapun erosi terjadi pada semak belukar untuk lereng 0-8%, 8-15%, 15-25% dan 25-40%pada wilayah penelitian ini rata-rata besaran erosinya besar, karena penetrasi akarnya dangkal. Intensitascurah hujan yang tinggi menyebabkan tanah semak belukar akan cepat kedap air, sehingga akan terjadilimpasan permukaan. Selain itu, pemanfaatan lahan kering di daerah perbukitan untuk lahan tegalan secaraterus menerus tanpa memperhatikan kaidah konservasi juga akan menyebabkan terjadinya erosi danpenurunan kesuburan yang berat.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa padaperiode tahun 2009 – 2019 di Sub DAS Tanralili telah terjadi perubahan penggunaan lahan. Dari hasilanalisa citra satelit dengan menggunakan ArcMap 10.1 dapat dilihat jenis penggunaan lahan di Sub DASTanralili. Hasil analisis menyatakan bahwa telah terjadi alih fungsi lahan yang kurang tepat yaitu terjadipada sebagian besar lahan hutan yang berubah menjadi perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar, dantegalan. Pengurangan luas hutan seluas 1.455,749 Ha dengan laju pengurangan 27,83 % pertahun, yaitu dari4.213,64 Ha, menjadi 2.757,89 Ha. Peningkatan luas lahan perkebunan, permukiman, sawah, semak belukar,dan tegalan masing-masing seluas 76,28 Ha, 167,72 Ha, 754,872 Ha, 176,142 Ha dan 280,736 Ha denganlaju peningkatan berturut-turut : 1,46 %, 3,21 %, 14,43 %, 3,36 % dan 5,37 % per tahun. Pada Periode tahun2009 – 2019 di Sub DAS Tanralili telah terjadi peningkatan nilai erosi. Terjadi peningkatan nilai total erosidari 338,68 ton/ha/thn pada tahun 2009 menjadi 34746,38 ton/ha/thn pada tahun 2019 di Sub DAS Tanralili.Bentuk yang paling banyak dijumpai selama pengamatan di lokasi penelitian adalah erosi parit, dan erosialur. Erosi yang terjadi di Sub DAS Tanralili pada umumnya adalah erosi yang dipercepat (acceleratederosion), dan manusia sebagai faktor utamanya penyebab erosi tersebut. Dengan terjadinya perubahan luaspenggunaan lahan dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2019, maka dapat mempengaruhi kondisi daerahaliran sungai. Nilai erosi pada Sub DAS Tanralili mengalami kenaikan dari tahun ke tahun sebagai akibatdari perubahan penggunaan lahan tersebut. Lahan permukiman merupakan lahan yang menyebabkantingginya tingkat bahaya erosi di Sub DAS Tanralili.

Page 15: 2 Dinamika Erosi di Sub DAS Tanralili Sehubungan dengan …sinasinderaja.lapan.go.id/files/sinasja2019/prosiding/2... · 2020-06-04 · 'lqdplnd(urvlgl6xe'$67dqudolol6hkxexqjdqghqjdq3huxedkdq3hqjjxqddq/dkdq7dkxq

Seminar Nasional Penginderaan Jauh ke-6 Tahun 2019

22

5. UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam melakukan penelitian ini banyak pihak yang membantu penulis sehingga dapat menyelesaikanjurnal ini, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dinas PekerjaanUmum dan Penataan Ruang Kabupaten Maros yang telah menyediakan data, serta terima kasih kepadaAndry Rustanto, S.Si, M.Sc dan I Nyoman Putera Indrawan, S.Si yang telah membantu dalam pelaksanaanpenelitian.

6. DAFTAR PUSTAKA

Asir, L. (2007). Riset Identifikasi, Analisis Pola Penggunaan Lahan DAS Tanralili, Laporan Teknis Kegiatan Penelitian.Manado : Balai Penelitian Kehutanan Manado.

BTPDAS. (2017). Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah Sub DAS Tanralili. Makassar :Balai Penelitian Konservasi Tanah Makassar.

Departemen Kehutanan. (2003). Penyusunan Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi TanahDaerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang Propinsi Sulawesi Selatan. Sulawesi Selatan : BP DAS Jeneberang.

Lambin, E. F., Turner, B.L., Geist, Helmut J., Agbola, Samuel B. dkk.., (2002). The causes of land-use and land-coverchange: moving beyond the myths. Global Environmental Change, 11(4), 261–269.

Lambin, E. F., Geist, H. J., dan Lepers, E., (2003). Dynamics Of Land Use And Land Cover Change In TropicalRegions. Annual Review of Environment and Resources, 28(1), 205–241.

Morgan, R. P., (1979). Soil Erossion National College of Agricultural Engineering. London : Bedforshire.

Morgan. G. E., Mikhail, M. S., dan Murray, M. J. (1988). In : Morgan GE, editor. Clinical Anesthesiology, 4th ed.Lange Medical Books/McGraw-Hill p. 359-412. Boston, MA: Springer US.

Wischmeier, W. H. and D. D Smith. (1978). Predicting Rainfall Erosion Losses. A Guide to Conservation Planning. U.S Department of Agriculture, Agriculture Handbook No. 537.