8
Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330 62 IDENTIFIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DI LAHAN TEBU PTPN XIV SERTA EFEKTIVITASNYA UNTUK MENINGKATKAN SERAPAN FOSFAT DALAM MENUNJANG PRODUKSI TEBU IDENTIFICATION OF ARBUSCULAR MYCORRHIZAL FUNGI IN PTPN XIV SUGARCANE PLANTING FIELD FOR IMPROVING THE EFFECTIVENESS OF PHOSPHATE UPTAKE AND SUPPORT IN SUGARCANE (Saccharum officinarum L.) PRODUCTION Nurhalisyah dan Rahmad D. [email protected] Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis FMA yang terdapat di lahan per- tanaman tebu PTPN XIV (PG. Arasoe dan PG. Camming). Pengambilan contoh tanah dilakukan di lahan pertanaman tebu PTPN XIV yakni di PG. Arasoe dan PG. Camming, Kab. Bone, Sulawesi Selatan. Isolasi dan identifikasi dilakukan dengan metode teknik tuang saring basah dengan sentrifugasi dan sukrosa 70% serta teknik staining akar. Hasil pengamatan FMA pada tebu ditemukan sepuluh tipe spora terdiri dari enam tipe spora Glomus, dua tipe spora Gigaspora, dan masing-masing satu tipe spora Acalauspora dan Scutellospora. Genus Glomus mempunyai penyebaran paling luas kemudian diikuti oleh Gigaspora dan genus Acalauspora dan Scutellospora mempunyai penyebaran paling kecil. Kelimpahan jenis spora didominasi oleh genus Glomus dan Gigaspora. Kesimpulannya bahwa Jenis FMA yang dominan (berdasarkan jumlah spora) di lahan tebu PG. Arasoe adalah Glomus sp1 dan Glomus sp2. Sedangkan sampel dari PG. Camming adalah Glomus sp3, Glomus sp6 dan Gigaspora sp2. Kata kunci: FMA, tebu, glomus, gigaspora, acalauspora dan scutellospora ABSTRACT The aims of research is to identify what types of AMF in PTPN XIV PG.Arasoe, PG. Camming sugarcane planting field then the dominant species of the AMF are propagated. Soil sampling conducted in PTPN XIV planting sugar cane land in the PG. Arasoe and PG. Camming, Kab.Bone, South Sulawesi. This research was conducted with wet filter method of casting technique with centrifugation and sucrose 70% and root staining technique. Observations on the sugar found in ten species of AMF spores consists of six types of spores Glomus, Gigaspora spores of two types, and each one kind of spore Acalauspora and Scutellospora. The genus Glomus has spread most widely, followed by Gigaspora and Scutellospora genus Acalauspora and spread of the smallest. Spore abundance is dominated by the genus Glomus and Gigaspora. FMA is the most dominant species (based on the number of spores) in the land of sugar cane PG. Arasoe is Glomus sp1 and Glomus sp2. While the sample PG. Camming is Glomus sp3, Glomus sp6 and Gigaspora sp2. Keywords: AMF, sugarcane, glomus, gigaspora, acalauspora dan scutellospora

2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Embed Size (px)

DESCRIPTION

vuhuhkbjk jlk

Citation preview

Page 1: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

62

IDENTIFIKASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR DI LAHAN TEBU

PTPN XIV SERTA EFEKTIVITASNYA UNTUK MENINGKATKAN

SERAPAN FOSFAT DALAM MENUNJANG PRODUKSI TEBU

IDENTIFICATION OF ARBUSCULAR MYCORRHIZAL FUNGI IN PTPN XIV

SUGARCANE PLANTING FIELD FOR IMPROVING THE EFFECTIVENESS

OF PHOSPHATE UPTAKE AND SUPPORT IN SUGARCANE

(Saccharum officinarum L.) PRODUCTION

Nurhalisyah dan Rahmad D.

[email protected]

Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis FMA yang terdapat di lahan per-

tanaman tebu PTPN XIV (PG. Arasoe dan PG. Camming). Pengambilan contoh tanah

dilakukan di lahan pertanaman tebu PTPN XIV yakni di PG. Arasoe dan PG. Camming,

Kab. Bone, Sulawesi Selatan. Isolasi dan identifikasi dilakukan dengan metode teknik

tuang saring basah dengan sentrifugasi dan sukrosa 70% serta teknik staining akar. Hasil

pengamatan FMA pada tebu ditemukan sepuluh tipe spora terdiri dari enam tipe spora

Glomus, dua tipe spora Gigaspora, dan masing-masing satu tipe spora Acalauspora dan

Scutellospora. Genus Glomus mempunyai penyebaran paling luas kemudian diikuti oleh

Gigaspora dan genus Acalauspora dan Scutellospora mempunyai penyebaran paling kecil.

Kelimpahan jenis spora didominasi oleh genus Glomus dan Gigaspora. Kesimpulannya

bahwa Jenis FMA yang dominan (berdasarkan jumlah spora) di lahan tebu PG. Arasoe

adalah Glomus sp1 dan Glomus sp2. Sedangkan sampel dari PG. Camming adalah Glomus

sp3, Glomus sp6 dan Gigaspora sp2.

Kata kunci: FMA, tebu, glomus, gigaspora, acalauspora dan scutellospora

ABSTRACT

The aims of research is to identify what types of AMF in PTPN XIV PG.Arasoe, PG.

Camming sugarcane planting field then the dominant species of the AMF are propagated.

Soil sampling conducted in PTPN XIV planting sugar cane land in the PG. Arasoe and PG.

Camming, Kab.Bone, South Sulawesi. This research was conducted with wet filter method

of casting technique with centrifugation and sucrose 70% and root staining technique.

Observations on the sugar found in ten species of AMF spores consists of six types of

spores Glomus, Gigaspora spores of two types, and each one kind of spore Acalauspora

and Scutellospora. The genus Glomus has spread most widely, followed by Gigaspora and

Scutellospora genus Acalauspora and spread of the smallest. Spore abundance is

dominated by the genus Glomus and Gigaspora. FMA is the most dominant species (based

on the number of spores) in the land of sugar cane PG. Arasoe is Glomus sp1 and Glomus

sp2. While the sample PG. Camming is Glomus sp3, Glomus sp6 and Gigaspora sp2.

Keywords: AMF, sugarcane, glomus, gigaspora, acalauspora dan scutellospora

Page 2: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

63

PENDAHULUAN

Kebutuhan gula dalam negeri belum

mampu terpenuhi sehingga impor gula di

Indonesia masih terjadi karena produksi

gula di dalam negeri belum mencukupi.

Produktivitas lahan tebu di pulau Jawa

85.39 ton ha-1

dengan rendemen hanya

6.67%, sedangkan di luar pulau Jawa

81.83 ton ha-1

dengan rendemen 7.10%.

Padahal potensi produktivitas bisa men-

capai 130–150 ton ha-1

dan rendemen

10–11% (Anonim, 2007). Salah satu pe-

nyebab rendahnya produktivitas ini adalah

pemupukan yang kurang berimbang. Pe-

tani sering mengabaikan prinsip pemupuk-

an berimbang dan mengutamakan pembe-

rian pupuk N secara berlebih untuk me-

ningkatkan bobot tebu. Namun produkti-

vitas dan kualitas hasil tebunya tetap

rendah. Kondisi ini selain disebabkan oleh

kesadaran yang rendah atau ketidaktahuan

petani akan pentingnya memupuk tebu se-

cara berimbang, juga dipacu oleh kelang-

kaan dan tingginya harga pupuk.

Fosfat (P) adalah salah satu unsur hara

esensil yang diperlukan dalam jumlah

relatif banyak oleh tanaman tebu, tapi

ketersediaannya terutama pada tanah-

tanah masam menjadi terbatas, sehingga

seringkali menjadi pembatas utama. Cara

yang umum untuk mengatasi hal ini bia-

sanya memberi input yang tinggi berupa

pemupukan fosfat atau memperbaiki (me-

naikkan) pH tanah dengan cara penga-

puran. Namun pada tanah-tanah berkapur,

adsorpsi P akan dilakukan oleh unsur Ca

(Sanchez, 1992). Adanya pengikatan P ini

menyebabkan pemupukan P menjadi tidak

efisien. Menurut Jones (1982), tanaman

memanfaatkan P hanya sebesar 10–30%

dari pupuk P yang diberikan dan berarti

70–90% pupuk P tetap berada di dalam

tanah.

Hal tersebut dapat diatasi dengan berbagai

cara, salah satunya dengan memanfaatkan

FMA sebagai pupuk hayati oleh karena

FMA mempunyai keunggulan antara lain

hemat energi, ramah lingkungan dan

mampu membantu meningkatkan serapan

hara P yang terjerap. Fungi Mikoriza Ar-

buskular (FMA) sebagai mikroorganisme

tanah berupa jamur mampu bersimbiose

mutualisme dengan sistem perakaran ta-

naman (Ekamawanti, 1997).

Namun, banyak spesies FMA tidak dapat

meningkatkan pertumbuhan tanaman dan

serapan P, terutama disebabkan oleh bebe-

rapa faktor yang ada di dalam tanah yang

digunakan. Jumlah P tersedia merupakan

salah satu faktor penting yang mengham-

bat efisiensi FMA. Karena itu kompabili-

tas di antara lingkungan tanah tertentu,

tanaman dan spesies FMA harus ditemu-

kan dalam rangka mendapatkan keuntung-

an yang tepat dari asosiasi FMA dan ta-

naman.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka

tujuan dilakukan penelitian ini adalah

untuk mengidentifikasi jenis FMA yang

terdapat di lahan pertanaman tebu PTPN

XIV (PG. Arasoe dan PG. Camming), se-

lanjutnya jenis FMA yang dominan ter-

sebut diperbanyak.

BAHAN DAN METODE

Kegiatan isolasi dan identifikasi spesies

FMA untuk mendapatkan jenis mikoriza

di lahan pertanaman tebu di PTPN XIV,

maka contoh tanah dan akar sebanyak

±50 g diambil dari sekitar perakaran ta-

naman tebu dengan jarak 30–50 cm dari

pangkal batang dan pada kedalaman 0–20

cm dari dua lokasi yang telah ditentukan.

Jumlah sampel yang diambil dari dua lo-

kasi tersebut masing-masing adalah 16

sampel sehingga terdapat 32 sampel tanah.

Teknik isolasi mikoriza dilakukan dengan

metode penyaringan bertingkat. Mikoriza

yang diperoleh diidentifikasi berdasarkan

morfologi. Pedoman yang digunakan un-

tuk mengidentifikasi jenis FMA dilakukan

dengan deskripsi morfologi secara manual

yang digunakan INVAM.

Page 3: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

64

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Identifikasi FMA

Hasil identifikasi dan analisis mikoriza

terhadap sampel tanah asal PG. Arasoe

dan PG. Camming dapat dilihat pada

Tabel 1.

Hasil pengamatan analisis dan identifikasi

FMA dari dua lokasi asal pengambilan

sampel (lahan tebu PG. Arasoe dan PG.

Camming, Kab. Bone) memperlihatkan

bahwa jenis yang berhasil diidentifikasi

berasal dari 4 genus spora FMA yaitu

Glomus, Gigaspora, Acalauspora dan

Scutellospora. Ditemukan sebanyak sepu-

luh tipe spora terdiri dari enam tipe spora

Glomus, dua tipe spora Gigaspora, dan

masing-masing satu tipe spora Acalaus-

pora dan Scutellospora. Genus Glomus

mempunyai penyebaran paling luas kemu-

dian diikuti oleh Gigaspora dan genus

Acalauspora dan Scutellospora mempu-

nyai penyebaran paling kecil. Kelimpah-

an jenis spora didominasi oleh genus

Glomus dan Gigaspora. Dengan demikian

jenis FMA yang dominan (berdasarkan

jumlah spora) di lahan tebu PG. Arasoe

adalah Glomus sp1 dan Glomus sp2.

Sedangkan sampel dari PG. Camming

adalah Glomus sp3, Glomus sp6 dan

Gigaspora sp2.

Sejalan dengan beberapa hasil penelitian

tentang keberadaan FMA beberapa lahan

seperti yang dilaporkan oleh Santri et al.

(2007) yang berhasil mengidentifikasi

FMA pada rizosfer tembesu (Fragraea

fragrans Roxb.) di Sumatera Selatan ada-

lah genus Glomus, Acalauspora, Entro-

phospora dan Scutellospora. Keaneka-

ragaman FMA di lahan tercemar minyak

bumi oleh Ervayenri et al. (2007) juga di-

temukan spora-spora dari genus Acalaus-

pora, Gigaspora, Glomus, dan Entro-

phospora.

Tabel 1. Hasil identifikasi dan analisis FMA dari sampel tanah asal PG. Arasoe (Kode A)

dan PG. Camming (Kode C) di Kab. Bone

No Kode Identifikasi Jumlah

spora Gambar

1 A-01 sampai A-

03

Kosong - -

2 A-04 Glomus sp6 2

3 A-05 Acaulospora spp 1

4 A-06 Glomus sp1

Gigaspora sp2

4

1

5 A-07 Glomus sp1

Gigaspora sp2

11

2

6 A-08 Glomus sp2 7

Tabel berlanjut

Page 4: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

65

Lanjutan Tabel 1

No Kode Identifikasi Jumlah

spora Gambar

7 A-09 Kosong - -

8 A-10 Glomus sp1

Glomus sp2

Gigaspora sp2

2

3

2

10 A-13 Glomus sp1

Glomus sp2

Glomus sp6

2

1

3

11 A-14 Glomus sp1

Glomus sp2

Glomus sp5

3

3

1

12 C-01 Glomus sp6 2

13 C-02 Glomus sp4

Glomus sp5

Gigaspora sp2

Acaulospora spp

3

3

2

1

14 C-03 Gigaspora sp2 1

15 C-04 Gigaspora sp1

Scutellospora spp

Glomus sp1

Glomus sp2

Glomus sp3

3

1

1

2

1

16 C-05 sampai C-

09

Kosong - -

17 C-10 Scutellospora spp

Gigaspora sp2

Glomus sp3

Glomus sp6

1

1

13

7

18 C-11 dan C-12 Kosong - -

19 C-13 Glomus sp3 3

20 C-14 Gigaspora sp1

Glomus sp2

4

1

21 C-15 Gigaspora sp1 9

22 C-16 Glomus sp1

Glomus sp2

2

2

Page 5: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

66

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaku-

kan ditemukan jenis FMA yang sangat

beragam. Namun, jenis Glomus sp ini me-

rupakan genus yang selalu ditemukan

pada lahan tebu PG. Arasoe dan PG. Cam-

ming, Kab. Bone dalam jumlah dominan

sehingga FMA tersebut sangat berpotensi

untuk dikembangkan sebagai inokulan

yang mengandung single spora. Hal ini

sesuai dengan hasil penelitian diversitas

FMA di Sulawesi Tenggara oleh Tuheteru

(2007) yang menemukan bahwa jumlah

rata-rata terbesar pada genus Glomus.

Husin et al. (2007), juga telah mengobser-

vasi dan mengidentifikasi spora FMA je-

nis Glomus sp. dalam jumlah dominan

pada berbagai rhizosfir di lahan kritis

Sumatera.

Tabel 2. Kunci identifikasi hasil analisis spora jenis FMA dari sampel tanah asal PG.

Arasoe dan PG. Camming di Kab. Bone

No Spore color Species Performance

1 Small hyaline glomus Glomus sp1 Spora berwarna bening,

dengan ukuran <100µm

(small). Spore wall

tampak jelas dan

berlapis >3 dengan

pertumbuhan sama

seperti pada hypha

attachment.

2 Small yellow glomus Glomus sp2

3 Small brown glomus Glomus sp3

4 Light yellow glomus Glomus sp4

a=Glomus sp4;

b=Gigaspora sp2;

c=Glomus sp5

5 Yellow glomus Glomus sp5

6 Brown glomus Glomus sp6

d=Glomus sp6;

e=Glomus sp3

Tabel berlanjut

a b c

e

d

Page 6: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

67

Lanjutan Tabel 2

No Spore color Species Performance

7 Hyaline gigaspora Gigaspora sp1

Gigaspora berwana

bening dengan bulbous

suspensor yang jelas,

ukuran >150µm.

8 Yellowish gigaspora Gigaspora sp2

9 Dark brown scutellospora Scutellopsora spp

Scutellospora berpigmen

lebih sehingga berwarna

merah tua, juga pada hifa

attachment.

10 Gigaspora and Scutellospora Bulbous

suspensor, lihat

perbedaan warna

spora.

11 Gigaspora dalam kondisi kopong,

hanya terlihat pada spesimen

melalui mikroskop compound.

Tetapi tidak tampak kopong jika

menggunakan mikroskop

disecting. Sehingga diperlukan

ketelitian dalam mengamati dan

menghitung, karena spora kopong

tidak termasuk dalam jumlah

hitungan.

Page 7: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

68

Analisis FMA

FMA membentuk organ-organ khusus dan

mempunyai perakaran yang spesifik. Or-

gan khusus tersebut adalah arbuskul (ar-

buscule), vesikel (vesicle) dan spora

(Gambar 1). Arbuskul merupakan hifa

bercabang halus yang dibentuk oleh per-

cabangan dikotomi yang berulang-ulang

sehingga menyerupai pohon dari dalam

sel inang. Arbuskul merupakan perca-

bangan dari hifa masuk kedalam sel ta-

naman inang. Vesikel merupakan struktur

cendawan yang berasal dari pembengkak-

an hifa internal secara terminal dan inter-

nal, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan

berisi banyak senyawa lemak sehingga

merupakan organ penyimpanan cadangan

makanan dan pada kondisi tertentu dapat

berperan sebagai spora atau alat untuk

mempertahankan kehidupan cendawan

(Smith dan Avid, 2002).

Gambar 1. Kolonisasi fungi mikoriza arbuskular dalam akar tebu penuh dengan spora

(kiri), penuh dengan hifa (kanan)

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan

hasil identifikasi dan analisis spora bahwa

ditemukan sepuluh tipe spora terdiri dari

enam tipe spora Glomus, dua tipe spora

Gigaspora, dan masing-masing satu tipe

spora Acalauspora dan Scutellospora. Je-

nis spora didominasi oleh genus Glomus

dan Gigaspora. Jenis FMA yang dominan

dan diperbanyak dari PG. Arasoe adalah

Glomus sp1 dan Glomus sp2. PG. Cam-

ming adalah Glomus sp3, Glomus sp6 dan

Gigaspora sp2.

DAFTAR PUSTAKA

Ervayenri, S.H., Y. Stiadi, M. S. Saeni,

S.W. Budi, 2007. Keanekaragaman

jenis Fungi Mikoriza Arbuskular

(FMA) di lahan tambang minyak

bumi. Disajikan pada Seminar Na-

sional Mikoriza “Percepatan Sosiali-

sasi Teknologi Mikoriza untuk Men-

dukung Revitalisasi Kehutanan, Per-

tanian dan Perkebunan. Bogor, 19–

20 Juli 2007.

Husin, E.F., R. Marlis, Trimitri, Auzan,

Burhanuddin, Z. Zelfi, 2007 Obser-

vasi dan identifikasi spora Cenda-

wan Mikoriza Arbuskular (CMA)

pada berbagai rhizosfir di lahan

kritis Sumatera. Disajikan pada Se-

minar Nasional Mikoriza “Percepat-

an Sosialisasi Teknologi Mikoriza

untuk Mendukung Revitalisasi Ke-

hutanan, Pertanian dan Perkebunan.

Bogor, 19–20 Juli 2007.

Page 8: 2. Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskular Di Lahan Tebu Ptpn Xiv Serta Efektivitasnya Untuk Meningkatkan Serapan Fosfat Dalam Menunjang Produksi Tebu

Jurnal Agrisistem, Desember 2012, Vol. 8 No. 2 ISSN 1858-4330

69

INVAM, 2004. INVAM Advisory Comit-

tee Report. [diakses 6 Maret 2005

pada situs. http://invam.caf.wvu.edu/

Myco-info/Taxonomy/classification.

htm].

Koske, R.E. and J.N. Gemma, 1989. A

modified procedure for staining

roots to detect VA mycorrhizas.

Mycol. Res. 92 (4): 486-488.

Miransari, M., H.A. Bahrami, F. Rejali,

M.J.Makouti, H. Torabi, 2007.

Using arbuscular mycorrhiza to

reduce the stressful effect of soil

compaction on corn (Zea mays L.)

growth. Soil Biology and Bio-

chemistry 39: 2014–2026.

Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelo-

laan Tanah Tropika. (Terjemahan

Amir Hamzah). Penerbit ITB,

Bandung.

Santri, D.J., E. Dayat, Erwin, 2007 Eks-

plorasi cendawan mikoriza arbus-

kular pada rizosfer Tembesu

(Fragrans Roxb.) di Sumatera Selat-

an. Disajikan pada Seminar Nasio-

nal Mikoriza “Percepatan Sosialisasi

Teknologi Mikoriza untuk Mendu-

kung Revitalisasi Kehutanan, Perta-

nian dan Perkebunan. Bogor, 19–20

Juli 2007.

Sanusi, M., 2000. Pemanfaatan Mikoriza

Sebagai Pupuk Hayati di PT. PG.

Rajawali II. Rros. Teknologi Pro-

duksi dan Pemanfaatan Inokulan

Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian,

Perkebunan dan Kehutanan. Asosia-

si Mikoriza Indonesia-Jawa Barat

Bekerjasama dengan Universitas

Padjadjaran.

Smith, E.S. and A.J. Read, 2002.

Mycorrhizal Symbiosis. Academic

Press. London, UK.

Tuheteru, F.D., Al Basri, W.O.S. Budiarti,

S. Ibrahim, 2007. Diversitas Cenda-

wan Mikoriza Arbuskular (CMA) di

Taman Nasional Rawa AOPA

Watumohai Sulawesi Tenggara. Di-

sajikan pada Seminar Nasional Mi-

koriza “Percepatan Sosialisasi Tek-

nologi Mikoriza untuk Mendukung

Revitalisasi Kehutanan, Pertanian

dan Perkebunan. Bogor, 19-20 Juli

2007.