Upload
duongtu
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
3Warta BPK MARET I 2011
Pres
iden
Susil
o Bam
bang
Yudh
oyon
o mem
berik
an sa
mbu
tan p
ada s
aat p
enye
raha
n IHP
S II
di Is
tana
Neg
ara p
ada 1
1 Apr
il 201
1. Pr
esid
en di
dam
ping
i oleh
Wak
il Pre
siden
Boed
iono d
an Ke
tua B
PK H
adi P
oern
omo.
3 - ihps istana.indd 3 5/23/2011 9:53:59 PM
4 Warta BPKAPRIL 2011
Sidang Pembaca Yang Terhormat,
IHPS II Upaya Mengurangi Potensi Kerugian Negara
DARI KAMI
PADA setiap
penerbitan
Warta BPK selalu
didahului dengan
sidang redaksi
untuk membahas
keseluruhan isi
majalah. Sidang
diikuti oleh seluruh
jajaran redaksi
beserta kepala
sekretariat dan
jajarannya yang
bertempat di lantai V di gedung baru
BPK Jakarta. Perencanaan merupakan
proses penting bagi sebuah majalah.
Penentuan angle dan narasumber akan
memberi bobot pada setiap tulisan.
Narasumber yang kami hadirkan
diupayakan yang terbaik dan sesuai
dengan keahlian dan kompetensinya.
Ini tak lain kami ingin memberikan
yang terbaik bagi pembaca.
Nah, untuk edisi IV bulan April,
sidang ingin mengajikan laporan
utama yaitu Ikhtisar Hasil Pemeriksaan
Semester atau dikenal dengan IHPS
yang merupakan produk utama BPK.
BPK menemukan kelemahan sistem
pengendalian internal, terutama pada
entitas yang memperoleh opini TW
dan TMP, baik pada sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan, pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja,
maupun pada struktur pengendalian
internal.
Tujuan IHPS tak lain mengurangi
kerugian atau potensi kerugian dari
pengelolaan keuangan negara. Dengan
harapan, pada periode berikutnya
potensi dan kerugian itu bisa
diminimalisir sehingga tidak ada lagi
anggaran yang bocor.
Untuk laporan khusus, kami ingin
membedah pelaksanaan ibadah
haji yang merupakan salah satu
hasil IHPS. Sayangnya, BPK menilai
penyelenggaraan haji pada 2009
belum sepenuhnya efektif.
Pembaca yang budiman, untuk
kedua topik di atas kami menyajikan
narasumber yang sesuai, baik dari BPK
maupun lembaga negara terkait lain.
Semoga apa yang kami sajikan kali
ini bermanfaat bagi pembaca Warta BPK.
Salam Redaksi
PENGARAH : Herman WidyanandaHendar Ristriawan Daeng M. NazierNizam Burhanuddin
PENANGGUNG JAWAB : Bahtiar Arif
SUPERVISI PENERBITAN : GunarwantoAli Al Basyah Heri Subowo M. Anang HernandiYudi Ramadhan
KETUA DEWAN REDAKSI :Parwito
STAF REDAKSI : Andy Akbar Krisnandy Bambang DwiBambang Widodo Dian RustriTeguh Siswanto
KEPALA SEKRETARIAT :
Sri Haryati
STAF SEKRETARIAT :
Sumunar MahananiSutrionoRianto Prawoto (fotografer)Enda Nurhenti
ALAMAT REDAKSI:
Gedung BPK-RI Jalan Gatot Subroto No. 31 Jakarta Telepon : 021 5704395 – 0215704396 Pesawat 1188/1187Faksimili :
021-57854096E-mail :[email protected]
DITERBITKAN OLEH:SEKRETARIAT JENDERAL BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
Redaksi menerima kiriman artikel, naskah, foto dan materi lain dalam bentuk softcopy atau via email sesuai dengan misi Warta BPK. Naskah diketik satu setengah spasi, huruf times new roman, 11 font maksimal 3 halaman kuarto. Redaksi berhak mengedit naskah sepanjang tidak mengubah isi naskah.
ISI MAJALAH INI TIDAK BERARTI SAMA DENGAN PENDIRIAN ATAU PANDANGAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
warta
bpk-
riant
o
4 - dari kamii.indd 4 5/23/2011 9:56:17 PM
14 - 19 AGENDA:
Sepakat Untuk
Memperkuat Integrasi
Nasional
20 - 27 LAPORAN KHUSUS:
Penyelenggaraan Haji
Belum Optimal
28 - 29 ANTAR LEMBAGA :
Berhemat demi
Optimalkan Anggaran
30 - 31 PROFESI :
Menata Ulang Profesi Akuntan Publik
DAFTAR ISI
5Warta BPK APRIL 2011
6 - 13 LAPORAN UTAMA:
IHPS Semester II/2010 Masih Ada Kelemahan
Pengelolaan Keuangan Negara
32 - 33 AKSENTUASI: Profesi Akuntan Publik dilindungi UU
34 - 39 PANTAU: Ada ‘Tangan-tangan Gelap’
Tilep Anggaran
42 - 43 KOLOM:
Konflik Kepentingan Kepengurusan Sepakbola
44 - 46 ROAD to WTP:
Opini WTP, Sasaran Antara yang Strategis
47 - 52 BPK DAERAH: BPK Perwakilan Provinsi Papua
Hambatan Tak Surutkan Tugas
53 - 55 TEMPO DOELOE: Perintah Rahasia Pindahkan kantor BPK
dari Magelang ke Yogya
56 - 58 REFORMASI BIROKRASI:Menuju Remunerasi
BPK yang Komprehensif
59 - 63 HUKUM:Berkas Menumpuk
di Meja Presiden, Salah Siapa?
64 - 67 INTERNASIONAL:BPK Pimpin Penyusunan
Modul Pemeriksaan Kehutanan
5 -daftar isi.indd 5 5/24/2011 1:27:33 AM
6 Warta BPKAPRIL 2011
LAPORAN UTAMA
Masih Ada Kelemahan Pengelolaan Keuangan Negara
Meski ada kemajuan, akan tetapi hasil pemeriksaan
BPK semester II/2010 menunjukkan adanya berbagai
kelemahan dalam pengelolaan keuangan negara.
Ini dibuktikan dengan banyaknya temuan BPK yang
sampai merugikan negara sebesar Rp3,87 triliun.
IHPS Semester II/2010 ADA agenda penting pada
Rapat Paripurna DPR pada
5 April 2011. Ketua BPK
Hadi Poernomo menyam-
paikan laporan Ikhtisar Hasil Peme-
riksaan Semester II/ 2010 (IHPS),
pemantauan tindak lanjut reko-
mendasi hasil pemeriksaan tahun
sebelum nya, dan pemantauan pe-
nyelesaian ganti kerugian daerah.
Pada semester II/2010, BPK
melakukan pemeriksaan keuangan
sebanyak 734 objek dengan perin-
cian pemeriksaan keuangan seba-
nyak 159 objek, pemeriksaan kinerja
147 objek , dan 428 objek pemerik-
saan dengan tujuan tertentu (PDDT).
BPK menemukan sebanyak 6.355
kasus senilai Rp6,46 triliun. Juga dite-
mukan adanya ketidakpatuhan ter-
hadap peraturan yang mengakibat-
kan kerugian negara sebanyak 3.760
kasus senilai Rp3,87 triliun. “Na-
mun senilai Rp104,01 miliar telah
ditindak lanjuti oleh instansi yang
warta
bpk-
riant
o
Hadi Poernomo
6 - 13 laporan utama.indd 6 5/23/2011 10:23:49 PM
7Warta BPK APRIL 2011
diperiksa dengan penye toran ke kas
negara selama proses pemerik saan,”
kata Hadi Poernomo.
Pemeriksaan keuangan Adapun, pemeriksaan keuangan
dilakukan terhadap 151 laporan
keuangan pemerintah daerah (LKPD)
untuk 2009 dan dua LKPD tahun
2008, dua laporan keuangan (LK)
BUMN/D, dan empat badan lainnya.
Hasil pemeriksaan keua ngan terse-
but menunjukkan opini “Wajar Tanpa
Pengecualian” (WTP) atas LK dua
entitas, opini “Wajar Dengan Penge-
cualian” (WDP) atas 73 LK, opini Ti-
dak Wajar (TW) atas 18 LK, dan opini
Tidak Memberikan Pendapat (TMP)
atas 66 LK (tabel terlampir).
BPK juga menemukan kelemahan
sistem pengendalian internal, teru-
tama pada entitas yang memperoleh
opini TW dan TMP, baik pada sistem
akuntansi dan pelaporan keuangan,
pelaksanaan anggaran pendapatan
dan belanja, maupun pada struktur
pengendalian internal.
Juga terdapat 2.411 kasus ketidak-
patuhan terhadap peraturan per-
undang-undangan yang mengakibat-
kan kerugian negara/daerah senilai
Rp566,48 miliar, potensi kerugian
negara/daerah senilai Rp461,79 mi-
liar, kekurangan penerimaan senilai
Rp249,54 miliar (lihat tabel II IHPS II
2010).
Akibat ketidakpatuhan pada hasil
pemeriksaan LKPD Tahun 2009 ter-
dapat kerugian senilai Rp1,43 triliun.
Dalam proses pemeriksaan LKPD
ketidakpatuhan telah ditindaklanjuti
dengan penyetoran ke kas daerah se-
nilai Rp21,87 miliar.
Pemeriksaan kinerjaSelain itu , BPK juga melakukan
pemeriksaan kinerja terhadap 147
objek pemeriksaan yang terdiri dari
46 objek pada pemerintah pusat, 89
objek pada pemerintah daerah, tiga
objek pada BUMN, dan sembilan ob-
jek pada BUMD.
Pemeriksan ini meliputi kinerja
penempatan dan perlindungan tena-
ga kerja Indonesia (TKI) di luar ne-
������ ������ �� ����� ��������� �������
belanja infrasturktur dan pemerik-
saan kinerja penyelenggaraan ibadah
haji 1430 H.
Ketua BPK mengatakan ditemu-
kan ketidakefektivitasan dalam pe-
nempatan dan perlindungan TKI. Ini
terjadi karena kompleksnya perma-
salahan.
“Seperti penempatan TKI di luar
negeri yang tidak didukung dengan
kebijakan yang utuh dan transparan
untuk melindungi hak-hak dasar TKI.
Akibatnya, terjadi penyimpa ngan
baik sejak proses perekrutan sampai
dengan pemulangan TKI ke Tanah
Air,” tuturnya.
BPK merekomendasikan kepada
pemerintah agar melakukan evalu-
asi menyeluruh terhadap peraturan,
kebijakan, sistem dan mekanisme
penempatan dan perlidungan TKI di
luar negeri.
Selain itu, pemerintah juga dimin-
ta untuk mengambil tindakan untuk
melaksanakan moratorium pengiri-
man TKI ke negara-negara yang be-
lum memilki peraturan perlindungan
TKI .
Untuk pemeriksaan kinerja terha-
������ ��������������� �������������
infrastruktur, lanjut Hadi Poer nomo,
BPK menyimpulkan belum sepenuh-
nya efektif untuk meningkatkan daya
serap tenaga kerja dan mengatasi
dampak PHK.
“Hal tersebut disebabkan ada-
nya kelemahan kebijakan, sistem
perencanaan, penganggaran, pemili-
han program yang tidak memper-
timbangkan tujuan program serta
ketidakpatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan,” tegasnya.
Sementara untuk pemeriksaan
kinerja pengelolaan hutan mangrove
di kawasan Selat Malaka, menunjukan
masih ada kelemahan kebijakan dan
sistem pengendalian internal serta
ketidakpatuhan terhadap ketentuan
yang berlaku.
“Hal ini mengakibatkan kegiatan
rehabilitasi, pemanfaatan, perlin-
dungan dan konversi hutan mang rove
belum efektif untuk memulihkan,
mempertahankan dan mening katkan
fungsi hutan mangrove sebagai pe-
nyangga ekosistem pantai,” paparnya.
Atas pemeriksan kinerja penye-
lengaraan ibadah haji, BPK mene-
mukan berbagai kelemahan dalam
penyelenggaraaannya. Akibatnya, pe-
la yanan kepada jamaah belum opti-
mal.
Sejumlah permasalahan juga dite-
mukan mulai dari tahap pendaftaran,
pelunasan, sampai pembatalan calon
jemaah haji. “Jamaah tidak diberikan
informasi tertulis mengenai tahun
keberangkatan. Calon haji juga me-istim
ewa
Tenaga Kerja Indonesia
6 - 13 laporan utama.indd 7 5/23/2011 10:23:51 PM
8 Warta BPKAPRIL 2011
LAPORAN UTAMA
merlukan waktu yang lama untuk
menerima pengembalian dana atas
pembatalan haji,” tutur Ketua BPK.
BPK juga menemukan permasala-
han pada tahap pelayanan di em-
barkasih, pelayanan transportasi di
Arab Saudi , pelayanan pemondokan
di Arab Saudi , pelayanan di Arafah,
Musdalifah, dan Mina.
Pemeriksan dengan tujuan tertentu
BPK juga melaksanakan pemerik-
saan dengan tujuan tertentu. Ada
428 objek yang diperiksa dengan
perincian 117 objek pemeriksaan di
lingkungan pemerintah pusat, 250
pemeriksaan di pemda, 16 pemerik-
saan di BUMN, 44 di lingkungan
BUMD dan satu di lingkungan BHMN/
BLU.
Pemeriksaan tersebut meliputi
pengelolaan pendapatan negara dan
pendapatan daerah, pelaksanaan
belanja-- baik di pemerintah pusat
maupun daerah--, manajemen aset
pemerintah daerah, pengelolaan per-
tambangan batu bara, pelaksanaa
kontrak kerja sama minyak dan gas
bumi, pelaksanaan subsidi pemerin-
tah, pemeriksaan operasional pada
BUMN, PDAM, RSUD dan bank daerah.
Pada pemeriksaan terhadap
penge lolalaan pendapatan, lanjut
Hadi Poernomo, BPK menemukan
adanya ketidakpatuhan terhadap per-
aturan perundang-undangan. Akibat-
nya, terjadi kekurangan penetapan
dan pemungutan penerima pajak
dan PNBP, pihak ketiga wanprestasi
dalam pembayaran kontribusi atas
pemanfaatan aset negara.
Selain itu, BPK juga menemukan
adanya penghilangan dan penundaan
penetapan hak penerima daerah,
pembebasan pajak kepada wajib pa-
jak tertentu oleh kepala daerah serta
penerimaan pajak pemerintah pusat
yang telah dipu ngut oleh pemerintah
daerah tetapi tidak segera disetor ke
kas negara.
Untuk pemeriksaan pelaksanaan
belanja, BPK juga menemukan be-
berapa persoalan. Seperti pengadaan
�����������������������������������
adaan tidak menyelesaikan peker-
jaan, kekurangan volu me pekerjaan ,
pemahalan harga alias mark up, peng-
gunaan uang untuk kepentingan pri-
badi, pembayaran hono rarium dan
���������������������������������-
kasi barang dan jasa yang diterima ti-
dak sesuai kontrak dan belanja tidak
sesuai atau melebihi ketentuan dan
pengembalian pinjaman.
Sementara itu, pemeriksaan atas
manajemen aset pemerintah daerah,
BPK menemukan penggunaan aset
tetap belum ditetapkan dengan surat
keputusan kepala daerah.
Selain itu, BPK juga menemukan
aset yang diserahkan kepada perusa-
haan daerah tetapi belum ditetapkan
status penyertaannya dan aset tetap
yang telah dikuasai pemerintah dae-
rah belum diurus kejelasan status
kepemilikannnya.
Hasil pemeriksan BPK terhadap
pengelolaan pertambangan batu bara
pada 2008 sampai semester I/ 2010,
BPK menemukan rancangan dan
implementasi sistem pengendalian
internal terkait pengelolaan tambang
batu bara belum mampu secara efek-
tif menjamin pencapaian tujuan op-
timalisasi Penerimaan Ne gara Bukan
Pajak (PNBP) dan kepatuhan atas ke-
tentuan perundang-undangan.
Dalam pemeriksaan ini BPK juga
menemukan kasus-kasus kekurangan
penerimaan PNBP antara lain kon-
traktor kurang membayar dana hasil
produksi batu bara dan pemegang
izin usaha pertambangan kurang
membayar royalty.
Untuk pemeriksaan atas Belanja
Subsidi dan Belanja Lain-lain/BSBL
(BA 999.06), BPK menemukan BUMN
operator belum sepenuhnya mema-
tuhi ketentuan mengenai penagihan
dan penyaluran subsidi BBM, listrik,
pupuk dan benih. Hal ini mengaki-
batkan kelebihan belanja subsidi
2009 senilai Rp1,90 triliun. Adapun,
hasil pemeriksaan belanja lain-lain
pada 2010, BPK menemukan adanya
belanja yang sifatnya berulang dan
mendesak. Masalah ini terjadi karena
Kementerian Keuangan belum mene-
tapkan kriteria atas kegiatan yang
layak dibiayai dari BA tersebut.
Terhadap pemeriksaan atas pelak-
sanaan kontrak bagi hasil dan kontrak
kerja sama (KKS) minyak dan gas
bumi (cost recovery), BPK menemu-
kan berbagai permasalahan seperti
para kontraktor belum sepenuhnya
mematuhi klausal KKS dan pedo-
man tata kerja yang berlaku. Hasil
pemeriksaan menemukan sebanyak
17 kasus biaya yang tidak layak di-
bebankan pada cost recovery senilai
US$66,47 juta.
Pemantauan tindak lanjutSelama 2009 dan 2010, BPK mem-
berikan sedikitnya 76.722 rekomen-
dasi senilai Rp 114,51 triliun. Reko-
mendasi ini harus ditindaklanjuti
oleh entitas yang diperiksa antara lain
dengan melakukan perbaikan Sistem
Pengendalian Intern (SPI), tindakan
adminitratif dan penyetoran kas.
Hasil pemantauan tindak lanjut
rekomendasi BPK tersebut menun-
jukkan sebanyak 28.028 (36,53%)
rekomendasi senilai Rp23,53 triliun
telah ditindak lanjuti sesuai reko-
mendasi. Selain itu, sebanyak 18.546
(24,18%) rekomendasi senilai Rp
40,58 triliun ditindaklanjuti tetapi
belum sesuai dengan rekomendasi
dan sebanyak 30.148 (39,29%) reko-
mendasi senilai Rp 50,37 triliun be-
“Ada nya kelemahan kebijakan, sistem
perencanaan, penganggaran, pemilihan
program yang tidak mempertimbangkan tujuan program serta
ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan,”
6 - 13 laporan utama.indd 8 5/23/2011 10:23:53 PM
9Warta BPK APRIL 2011
lum ditindaklanjuti.
Khusus rekomendasi BPK terkait
dengan penyetoran kas atau penyera-
han aset ke negara yang telah ditin-
dak lanjuti entitas yang diperiksa
berkisar sebesar Rp1,93 triliun. Hal
ini berarti dalam 2 tahun terakhir
BPK telah menyelamatkan keuangan
negara senilai Rp 1,93 triliun, ditam-
bah yang berhasil disetor selama
proses pemeriksaan pada semester
II/ 2010 sebesar Rp104,01 miliar
dan US$10,50 juta.
Hasil pemantauan penyelesaian
ganti kerugian negara atau daerah se-
lama kurun waktu 2009 -2010 telah
terjadi sebanyak 4.302 kasus keru-
gian negara senilai Rp908,28 miliar
dan US$ 228,21 juta. Penyelesaian
ganti kerugian negara berupa ang-
suran terpantau sebanyak 1.362 ka-
sus senilai Rp42,77 miliar serta pelu-
nasan sebanyak 977 kasus senilai
Rp65,53 miliar dan US$103.000. To-
tal penyelesaian kerugian negara se-
banyak 2.339 kasus senilai Rp108,30
miliar dan US$103.000.
Pada 2009 dan 2010, jumlah LHP
BPK yang mengungkapkan indikasi
tindak pidana dan telah disampaikan
ke penegak hukum sebanyak 105
kasus senilai Rp1,11 triliun dan US$
11,06 juta. Namun, penegak hukum
baru menindak lanjuti hanya delapan
kasus yakni penyelidikan sebanyak
tiga kasus, penyidikan sebanyak dua
kasus, penuntutan satu kasus dan
putusan hakim dua kasus.
Pada akhir laporan, Hadi Poerno-
mo menyimpulkan meski terdapat
berbagai kemajuan dalam pengelo-
laan keuangan negara, akan tetapi
hasil pemeriksaan BPK semester II/
2010 menggambarkan masih ter-
dapat berbagai kelemahan dalam
pengelolaan keuangan.
Untuk itu, BPK akan mendo-
rong pemerintah untuk memper-
baiki kuali tas pengelolaan keuangan
negara. “BPK juga akan bekerja sama
dengan pemerintah dan DPR dalam
rangka mewujudkan pengelolaan
keuangan negara yang transparan
dan akuntabel, ” tegasnya. bw
Ketua BPK RI Hadi Poernomo dan Anggota BPK RI saat memberikan keterangan pers soal IHPS di Gedung DPR
warta
bpk-
riant
o
6 - 13 laporan utama.indd 9 5/23/2011 10:24:01 PM
10 Warta BPKAPRIL 2011
LAPORAN UTAMA
Pada semester II/ 2010 BPK telah melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan pertambangan batu bara untuk 2008 sampai semester I/2010 di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan 13 pemerintah kabupaten/kota di provinsi Jambi, Riau, Sumatra Barat, Kalimantan Se-latan dan Kalimantan Timur. Caku-pan pemeriksaan meliputi perizinan, PNBP, bagi hasil dan pengelolaan per-tambangan. BPK juga telah melaku-kan pemeriksaan kinerja terhadap pengelolaan hutan mangrove yang berada di kawasan Selat Malaka. Pe-milihan Selat Malaka dilakukan kare-na selat ini merupakan perairan yang padat dilalui oleh berbagai macam kapal sehingga berpotensi terhadap pencemaran. Lantas bagaimana ha-sil pemeriksaan BPK terhadap pen-gelolaan batu bara dan pengelolaan mangrove tersebut? Berikut petikan wawancara dengan Anggota IV BPK Ali Masykur Musa.
BPK telah melakukan peme-riksan dengan tujuan tertentu ter-hadap pengelolaan batu bara. Apa yang melatarbelakangi pemerik-saan pengelolaan batu bara?
Pada semester II/2010 BPK telah
melakukan pemeriksaan tujuan ter-
tentu terhadap pengelolaan batu
bara. Ini dilakukan karena batu bara
sebagai salah satu motor penggerak
perekonomian daerah ternyata juga
berpotensi sebagai penyumbang
kerusakan lingkungan. Karena itu,
pemeriksaan terhadap pengelolaan
pertambangan batu bara untuk me-
nilai apakah pemberian izin, penge-
lolaan penerimaan negara bukan pa-
jak, dana bagi hasil dan pengelolaan
lingkungan pertambangan batu bara
sudah sesuai dengan peraturan pe-
rundang-undangan.
Bagaimana hasil pemeriksaan BPK terhadap pengelolaan batu bara?
Salah satu persoalan yang dite-
mukan BPK adalah tidak adanya
koordinasi antara Kementerian
ESDM yang mempunyai kewenangan
untuk membuat izin dengan Kemen-
“Perlu Koordinasi diantara Kementerian yang Menangani Pengelolaan Batubara”
Anggota IV BPK, Ali Masykur Musa
terian Kehutanan yang mempunyai
lahan. Akibat tidak adanya koordi-
nasi itu, terjadi lahan tumpang tindih
antara dua lembaga itu. Sehingga
Perjanjian Karya Pengusahaan Per-
tambangan Batubara (PKP2B) dalam
pemberian izin tidak tepat. Sudah be-
gitu, di tingkat provinsi, kabupaten,
dan kota dalam memberikan KP tidak
memperhatikan aspek penguasaan
lahan. Akibatnya, satu kawasan bisa
terjadi dua KP.
Bagaimana dengan penerimaan negara terkait dengan ketaatan pengusaha batu bara membayar pajak?
Dari segi penerimaan negara me-
mang masih banyak para pengusaha
yang memiliki PKP2B dan KP itu yang
tidak taat membayar pajak. Dengan
demikian hak negara pada pemerik-
saan tahun lalu kita dapat menye-
lamatakan uang negara sebesar
Rp428 miliar. Namun, ada juga peru-
sahaan yang taat membayar pajak se-
hingga langsung membayar terhadap
kekurangan bayar sehingga LKP dike-
luarkan mereka sudah membayar.
Persoalan lain yang ditemukan BPK?
Problem lain dari batu bara adalah
tata niaga yang mayoritas masih diek-
spor itu tidak mempertimbangkan
aspek keadilan kebutuhan dalam ne-
geri. Dengan demikian, meskipun kita
negara yang kaya batu bara, tetapi
pemenuhan kebutuhan dalam negeri
juga sangat tersendat. Karena itu, BPK
mendukung untuk segera diberlaku-
kan kebijakan Domestik Market Ob-
ligation (DMO ). Sehingga pembang-
kit tenaga listik yang membutuhkan
batu bara ada keberlanjutan dan ada
kepastian.
warta
bpk-
riant
o
6 - 13 laporan utama.indd 10 5/23/2011 10:24:04 PM
11Warta BPK APRIL 2011
Bagaiaman dengan pembagian royalty antara pemerintah daerah dengan pusat?
Menyangkut pembagian royalty
antara pemerintah daerah dengan pu-
sat memerlukan penanganan khusus.
Sehingga hak-hak daerah di satu sisi
dapat terbayar dan di sisi lain daerah
tidak menahan hak pusat dulu dengan
asumsi kalau diberian ke pusat kem-
balinya sulit. Oleh karena itu, hubun-
gan pusat dan daerah dalam pengelo-
laan dan bagi hasil pengelolaan batu
bara itu harus diatur de ngan baik. Se-
����������������� �����������������
dan daerah.
Bagaimana dengan aspek rekla-masi pascatambang?
Reklamasi pascatambang juga
menjadi problem utama yang ditemu-
kan BPK. Dari aspek dana reklamasi,
banyak PKP2B dan PK yang tidak
memberikan setoran untuk dana
reklamasi tetapi menambang. Di sisi
lain, dari pelaksanaannya banyak yang
saling lempang tangan. Artinya, kalau
sudah demikian yang dirugikan tentu
saja ekosistem, lingkungan, dan ma-
syarakat setempat.
Dari hasil pemeriksaan BPK tersebut apakah sudah ada yang diindikasikan melakukan tindak pidana?
Temuan BPK juga ada beberapa
yang berindikasi tindak pidana. Se-
bab dari pemeriksaan itu, kita juga
menemukan beberapa perusahaan
yang menambang tetapi tidak mem-
punyai izin. Temuan adanya unsur
pidana sekarang masih dikaji. Arti-
nya, temuan adanya tindak pidana itu
apakah akan kita serahkan ke pene gak
hukum atau akan kita lakukan peme-
riksan investigasi lebih lanjut. Jadi ada
temuan yang sedang kita kaji untuk
tindaklanjutinya.
Bagaimana rekomendasi BPK terhadap hasil pemeriksaan batu bara?
Rekomendasi BPK salah satunya
yang menyangkut keharusan adanya
koordinasi antarkementerian yang
menangani bidang pengelolaan batu
bara tersebut. BPK merekomendasi-
kan agar Kementerian ESDM dan Ke-
menterian Kehutanan untuk melaku-
kan koordinasi sebelum memberikan
izin baru atau memperpanjang izin.
Untuk pemda termasuk pemerintah
kabupaten dan kota serta Kemen-
terian Dalam Negeri untuk melaku-
kan koordinasi sehingga pemberian
izin di KP itu bisa diberlakukan sesuai
dengan aturan.
Selain batu bara, BPK juga melakukan pemeriksan mangrove. Apa yang melatarbelakangi peme-riksaan ini?
Memang kita melakukan pemerik-
saan mangrove diilhami atas kejadian
tsunami di Aceh. Karena itu tidak ada
paru-paru dan penyangga di sekitar
pantai sehingga ekosistem rusak yang
berdampak hingga ke daratan. Untuk
itu, kita melakukan pemeriksaan man-
grove.
Temuan yang paling penting yakni
masih rendahnya kesadaran masyara-
kat terhadap pentingnya hutan mang-
rove dalam menjaga ekosistem. Seti-
daknya ini dibuktikan dengan adanya
beberapa kawasan tanaman mangrove
yang masih dijadikan bahan baku un-
tuk membaut arang. Karena itu, tidak
imbang antara ekonomi membuat
arang dengan kerusakan ekosistem.
Temuan kedua, semakin sedikitnya
dan semakin berkurangnya hutan
mangrove . Kalau tidak salah hutan
mangrove itu tinggal 20% yang ma-
sih bagus, sementara yang 80% sudah
rusak. Di pihak lain, juga ada hutan
mangrove yang alih fungsi untuk per-
kantoran atau pergudangan. Salah sa-
tunya, kita temukan di kawasan hutan
mangrove di Selat Malaka.
Rekomendasi BPK untuk mem-perbaiki kawasan mangrove?
Rekomendasi BPK, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kementerian
Kehutanan yang belum mempunyai
blue print bagaimana menangani
mangrove itu. Untuk itu, BPK mere-
komendasikan kepada Menteri Ke-
hutanan agar melakukan perbaikan
kebijakan dan langkah tindak lanjut
atas kelemahan dalam pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi, pemanfaatan,
perlindungan, dan konservasi hutan
mangrove. bw
Ali Masykur Musa
warta
bpk-
riant
o
6 - 13 laporan utama.indd 11 5/23/2011 10:24:09 PM
12 Warta BPKAPRIL 2011
LAPORAN UTAMA
“MENGEJUTKAN dan sangat seri-
us,” ujar Ahmad Muzani, Ketua
Badan Akuntabilitas Keuangan
DPR di ruang kerjanya, menanggapi
IHPS II 2010, baru baru ini.
Pemeriksaan dengan tujuan ter-
tentu, ujarnya, bermaksud untuk
mengecek ada tidaknya potensi pe-
nyimpangan atas penyelenggaraan
keuangan negara. Dan ternyata, BPK
dalam pemeriksaannya menemukan
hal ini.
PDTT dilakukan atas 428 objek
pemeriksaan terdiri dari 117 objek
pada pemerintah pusat, 250 objek
pada pemerintah daerah, 16 objek
pada BUMN, 44 objek pada BUMD dan
satu objek BHMN/BLU/badan lainnya.
Hasil PDTT juga mengungkapkan
1.168 kasus kelemahan SPI (sistem
pengendalian intern) dan 3.817 kasus
ketidakpatuhan terhadap ketentuan
perundang-undangan yang mengaki-
batkan kerugian negara/daerah
Hal lain yang juga disoroti Mu-
zani adalah masalah penyelenggaraan
keuangan ibadah haji. Dia melihat ada
masalah serius dalam pengelolaan pe-
nyelenggaraan ibadah haji (PIH) kare-
na itu opini yang diberikan BPK pada
laporan keuangan penyelenggaraan
haji 2009 dan 2008 adalah TMP (tidak
memberi pendapat).
Terkait hasil evaluasi SPI, misal-
nya, sebagaimana terungkap dalam
IHPS II, pada PIH 2008, saldo utang ke-
pada BP DAU (Badan Pengelola Dana
Abadi Umat) senilai Rp16,17 miliar,
Ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR
Ahmad Muzani
Laporan hasil pemeriksaan
BPK semester II 2010
memberi kejutan pada
anggota dewan, khususnya
pada pemeriksaan dengan
tujuan tertentu (PDTT).
Bukan hanya jumlah kasus
yang banyak, akan tetapi
nilai temuannya juga
signifikan yakni Rp4,67
triliun dan US$156,43 juta.
Banyak Temuan Serius yang Harus Ditindaklanjuti
tidak didukung dokumen pendukung
yang menjadi dasar perhitungan dan
tidak ada proses rekonsiliasi antara
BPIH dengan BP-DAU untuk memas-
tikan jumlah piutang yan seharusnya
disajikan sehingga saldo utang DAU ti-
dak dapat diyakini kewajarannya.
Selain itu, terdapat ketidakpatu-
han yang mengakibatkan kekurangan
penerimaan PIH, yaitu bunga deposito
dana setoran awal dari empat bank pe-
nerima setoran (BPS) senilai Rp6,06
miliar dan pendapatan bunga deposito
hasil optimalisasi setoran awal biaya
PIH biasa pada tiga BPS masuh terhu-
����������������������������� ����
ke kas Negara senilai Rp3,61 miliar.
“Menurut saya ini serius dan perlu
didalami lagi. Ada apa sebenarnya.
Jangan-jangan ada beberapa persoa-
lan yang harus diungkap. Oleh karena
itu BPK belum bisa memberi pendapat
pada laporan keuangan ibadah haji
2009 dan 2008,” tegas politisi asal Par-
tai Gerindra itu.
Penyelenggaraan ibadah haji men-
jadi sorotan karena merupakan satu
event yang diselenggarakan setiap
tahun, menggerakkan ratusan ribu
orang, dan dengan nilai transaksi men-
capai puluhan triliun.
Di samping itu, tambahnya, hal
Ahmad Muzani
6 - 13 laporan utama.indd 12 5/23/2011 10:24:09 PM
13Warta BPK APRIL 2011
ini menjadi tolok ukur bagi layanan
pemerintah kepada rakyatnya dalam
hal pelayanan ibadah haji. “Dengan
laporan keuangan yang lebih baik,
dengan sendirinya akan meningkatkan
kinerja penyelenggaraan ibadah haji.
Sebab, selama ini kita selalu meng-
kritik tentang pemondokan, katering,
transportasi lokal atau transportasi
dari Indonesia ke Arab Saudi, dan seba-
gainya,” tuturnya.
BPK dalam IHPS II 2010 bukan
hanya melakukan pemeriksaan ter-
hadap laporan keuangan, juga pada ki-
nerja PIH 2009. Yang dalam kesimpu-
lan BPK, PIH 2009 belum sepenuhnya
efektif memberikan pelayanan kepada
jemaah haji.
Lepas dari temuan-temuan di atas,
secara keseluruhan Ahmad Muzani
menilai LHP BPK Semester II 2010,
mencatat sejumlah kemajuan. Dalam
artian substansi. Pihaknya mencatat,
ada 734 hasil pemeriksaan yang terdiri
dari 159 hasil pemeriksaan keuangan,
147 hasil pemeriksaan kinerja dan
428 hasil pemeriksaan dengan tujuan
tertentu. Dengan jumlah total temuan
pemeriksaan adalah 6.355 kasus seni-
lai Rp6,46 triliun dan US$156,43 juta.
“Dari hasil ini nampak, kualitas
pemeriksaan yang disampaikan BPK,
jauh meningkat. Temuan-temuan ha-
sil pemeriksaan pun lebih jelas,” pa-
parnya.
Misalnya saja dalam pemeriksaan
keuangan, BPK menemukan 2.411 ka-
sus ketidakpatuhan terhadap perun-
dang-undangan yang mengakibatkan
terjadinya kerugian negara/daerah
senilai Rp566,48 miliar, potensi keru-
gian negara/daerah senilai Rp461,79
miliar, kekurangan penerimaan senilai
Rp249,54 miliar. Akibat ketidakpatu-
han itu, pada hasil pemeriksaan LKPD
2009 senilai Rp1,43 triliun.
� ���� ������ ���������� � ������� ��-
sus cukup banyak mencapai ribuan,
dan nilainya cukup besar sampai Rp1
triliun lebih. Itu artinya, BPK telah
melakukan fungsi sebagai auditor
negara secara benar dan cermat, juga
melakukan pemeriksaan keuangan
atas penyelenggara keuangan yang
lebih ketat, dengan jumlah yang lebih
massif sehingga ditemukan angka yang
�����������������������!�"�������
juga anggota Komisi I DPR.
Hal berbeda dilihat Muzani dari ha-
sil pemeriksaan kinerja. Menurut dia,
dari temuan 127 kasus ketidakpatu-
han terhadap peraturan perundang-
undangan dengan nilai Rp99,42 miliar,
menandakan ada perbaikan dalam
peningkatan kinerja.
“Menurut hemat saya, ada pening-
katan lebih baik di semua instansi.
Juga, nilai temuannya relatif lebih se-
dikit dibandingkan dengan pemerik-
saan keuangan, juga jumlah kasusnya,
pemeriksaaan keuangan mencapai
2.000 lebih, sedang kinerja 127 kasus.
Dari sini saya melihat, sebenarnya, dari
sisi kinerja sudah mulai menunjuk-
kan peningkatan,” papar Muzani yang
berencana mengundurkan diri seba-
gai Ketua BAKN DPR RI dalam waktu
dekat.
Ahmad Muzani juga menyoroti
tentang perkembangan opini yang di-
berikan BPK dalam LHPS II 2010. To-
tal jumlah entitas 159 dengan rincian,
BPK memberi opini TMP (tidak mem-
beri pendapat) pada 66 entitas dan TW
(tidak wajar) pada 18 entitas.
Dia menilai angka itu masih cu-
kup tinggi jika dibandingkan dengan
perkembangan 2009, 2008, dan 2007.
Artinya, meski terlihat ada perbaikan
akan tetapi penurunan opini TMP dan
#&�������������������������
“Dari sini terlihat, kalau BPK seb-
agai auditor negara telah melakukan
tugasnya dengan cukup bagus. Namun,
di sisi lain belum diimbangi dengan ad-
ministrasi keuangan yang memadai,”
jelasnya.
Menurut dia, penyebabnya tak lain
salah satunya adalah sumber daya ma-
nusia (SDM). Pada sejumlah pemda
SDM-nya tidak memadai. Umumnya,
mereka bukan orang yang terdidik di
bidang keuangan dan akuntansi.
“Banyak dari mereka adalah orang
orang yang memiliki jasa politik atas
naiknya bupati dan gubernur. Orang-
orang keuangan yang ditempatkan di
sana adalah orang-orang yang memi-
liki kapasitas rendah. Artinya orang-
orang yang hanya mau menurut apa
kata bos. Itu yang bahaya,” ucapnya.
Masalah lainnya yang kerap dike-
luhkan pemda adalah seringnya terjadi
perubahan regulasi kebijakan keua-
ngan. “Hari ini Menteri Keuangan bi-
lang seperti ini, besok Mendagri bilang
begitu. Perubahan regulasi yang cepat
menyulitkan pelaksanaan di daerah,”
tuturnya.
Hal ini, katanya, harus segera dise-
lesaikan. Penyelesaian yang instan
adalah masing-masing pemda harus
memanfaatkan fungsi pendampingan
yang diberikan oleh BPKP dalam hal
memperbaiki kinerja keuangan atau
meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
Namun, Kementerian Keuangan
dan Kementerian Dalam Negeri harus
sepaham dalam melakukan standard-
isasi keuangan akuntansi negara. “Yang
mana akan digunakan? Ini soal penting
sehingga tidak menyulitkan kawan-
kawan di daerah,” tandasnya.
Masalah lain yang juga menjadi
problem di banyak pemerintah daerah
adalah soal pendataan dan penggu-
naan aset. Terutama pada pemerintah
kabupaten atau kota pemekaran. Per-
soalan yang sering terjadi adalah kabu-
paten pemekaran sering bermasalah
dengan kabupaten induknya. Karena
kabupaten induk belum melepas aset
pemekaran. Akibatnya, kota pemeka-
ran tidak bisa mengklaim, tidak bisa
memanfaatkan aset tersebut.
“Ini problem serius. Pasalnya kabu-
paten pemekaran terdata memiliki aset
itu, akan tetapi dia tidak bisa meman-
faatkan. Lalu apa yang harus dilapor-
kan, karena tidak bisa melalukan apa-
pun terhadap aset yang belum dilepas
itu,” jelasnya.
Masalah aset ini bukan hanya mo-
nopoli daerah. Pemerintah pusat juga
kesulitan. “Bayangkan, pemerintah
pusat sendiri pun sekarang ini baru
bisa melakukan pendataan aset secara
benar sekitar 20%. Sebut contoh, aset
dimiliki, tapi bukti kepemilikan (seper-
��� ����������'� ������ ���������� *���� �����
dikuasai tapi surat-surat tidak ada. Jadi
tidak bisa melakukan klaim. Banyak
kasus seperti itu, dan harus disele-
saikan.” dr
6 - 13 laporan utama.indd 13 5/23/2011 10:24:10 PM