9
Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II 10 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT GASTRITIS DI PUSKESMAS TALISE KOTA PALU 1) Emi Hariyati 2) Jamaluddin Sakung 1) Bagian Epidemiologi FKM Unismuh Palu 2) Bagian Gizi FKM Unismuh Palu ABSTRAK Gatritis merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum di temukan di masyarakat, Gastritis adalah Suatu proses peradangan pada lambung, Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Di Puskesmas Talise penyakit gastritis setiap tahunnya mengalami peningkatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit gastritis di Puskesmas Talise Kota Palu. Desain penelitian yang di gunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan secara “Cross sectional study. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 responden yang di peroleh menggunakan rumus estimasi proporsi. Teknik pengambilan sampling menggunakan metode Accidental Sampling. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara Pola makan (p = 0,000) dan Usia (p = 0,003) dengan penyakit gastritis pada pasien. Dan tidak ada hubungan rokok (p = 0,515) dengan penyakit gastritis pada pasien. Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau menerapkan pola hidup sehat, maka di harapkan pihak Puskesmas lebih meningkatkan lagi promosi kesehatan secara berkesinambungan tentang faktor yang berhubungan dengan penyakit gastritis. Daftar Pustaka : 30 (2000-2012) Kata Kunci : Gastritis, Pola Makan, Merokok dan Usia. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Badan penelitian kesehatan dunia WHO (World Health Organization) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik (WHO, 2005). Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari

2. Jurnal Emi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENYAKIT GASTRITIS DI PUSKESMAS TALISE KOTA PALU

1)

Emi Hariyati 2)

Jamaluddin Sakung 1)

Bagian Epidemiologi FKM Unismuh Palu 2)

Bagian Gizi FKM Unismuh Palu

ABSTRAK

Gatritis merupakan salah satu masalah pencernaan yang paling umum di temukan di masyarakat, Gastritis adalah Suatu proses peradangan pada lambung, Gastritis bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi yang kesemuanya itu mengakibatkan peradangan pada lambung. Biasanya, peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung yaitu Helicobacter pylori. Di Puskesmas Talise penyakit gastritis setiap tahunnya mengalami peningkatan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit gastritis di Puskesmas Talise Kota Palu.

Desain penelitian yang di gunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan secara “Cross sectional study. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 96 responden yang di peroleh menggunakan rumus estimasi proporsi. Teknik pengambilan sampling menggunakan metode Accidental Sampling.

Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara Pola makan (p = 0,000) dan Usia (p = 0,003) dengan penyakit gastritis pada pasien. Dan tidak ada hubungan rokok (p = 0,515) dengan penyakit gastritis pada pasien.

Dalam meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau menerapkan pola hidup sehat, maka di harapkan pihak Puskesmas lebih meningkatkan lagi promosi kesehatan secara berkesinambungan tentang faktor yang berhubungan dengan penyakit gastritis. Daftar Pustaka : 30 (2000-2012) Kata Kunci : Gastritis, Pola Makan, Merokok dan Usia. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit penular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum banyak tertangani, di lain pihak telah terjadi peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) yang banyak disebabkan oleh gaya hidup karena urbanisasi, modernisasi, dan globalisasi. Badan penelitian kesehatan dunia WHO (World Health Organization) mengadakan tinjauan terhadap beberapa Negara dunia dan mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, diantaranya Inggris 22%, China 31%,

Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%. Di dunia, insiden gastritis sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah penduduk setiap tahunnya. Prevalensi gastritis yang dikonfirmasi melalui endoskopi pada populasi di Shanghai sekitar 17,2% yang secara substantial lebih tinggi daripada populasi di barat yang berkisar 4,1% dan bersifat asimptomatik (WHO, 2005). Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274,396 kasus dari

Page 2: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

11

238,452,952 jiwa penduduk. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2009, gastritis merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh penyakit terbanyak pada pasien rawat inap di rumah sakit di Indonesia dengan jumlah 30.154 kasus (4,9%) (Profil Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Menurut Zhaoshen L dkk (2010), kasus gastritis umumnya terjadi pada penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun. Menurut penelitian Maulidiyah (2006), 57,8% responden penelitiannya yaitu penderita gastritis berusia ≥ 40 tahun dan 77,8% responden mempunyai jenis kelamin perempuan. Sementara dalam penelitian yang dilakukan oleh Yunita bahwa diamenemukan 70% dari responden penelitiannya berjenis kelamin perempuan (Yunita, 2010). Tipe gastritis kronis sering tidak memperlihatkan tanda atau gejala. Namun, gastritis kronis merupakan faktor risiko peradangan kronis,serta kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Menurut data WHO (World Health Organization) (2005), kanker lambung merupakan jenis kanker penyebab kematian terbanyak kedua setelah kanker paru yaitu mencapai lebih dari 1 juta kematian pertahun. Selain itu, gastritis juga memberikan merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas dan bila tidak ditangani dengan baik dapat juga berakibat fatal. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penyakit Gastritis di antaranya adalah Pola Makan, Rokok dan Usia. Pola Makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan, Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang penyakit gastritis. Rokok adalah silinder kertas yang berisi daun tembakau cacah. Dalam sebatang rokok, terkandung berbagai zat-zat kimia

berbahaya yang berperan seperti racun, Kebiasaan merokok menambah sekresi asam lambung, yang mengakibatkan bagi perokok menderita penyakit lambung (gastritis). Usia adalah Umur pasien yang dihitung sejak tahun lahir sampai dengan ulang tahun terakhir, Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter Pylory. Provinsi Sulawesi Tengah sendiri, pada tahun 2011 penyakit Gastritis menempati urutan yang ke 3 dari 10 penyakit terbanyak di Puskesmas dengan jumlah sebesar 12,137 kasus (11,22%). Jumlah ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yakni sebesar 145,704 kasus (15,13%) (Profil Dinas Kesehatan Sulawesi Tengah, 2010-2011). Kota Palu pada tahun 2011 penyakit gastritis juga menempati urutan yang ketiga penyakit tidak menular dengan jumlah penderita sebesar 12,137 penderita. Jumlah ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang berjumlah 15,569 penderita (Profil Dinkes Kota Palu, 2010-2011). Pada tahun 2012 penyakit Gastritis di Puskesmas Talise kota Palu pun menduduki urutan ketiga penyakit tidak menular dengan jumlah penderita sebesar 2.149 Penderita. Jumlah ini pula mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang berjumlah 1.528 penderita (Profil Puskesmas Talise, 2011-2012). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit gastritis di Puskesmas Talise kota Palu.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Page 3: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

12

Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional, dimana data yang menyangkut data variabel independen dan variabel dependen akan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan di laksanakan di Puskesmas Talise Kecamatan Palu Timur pada bulan Maret–April 2013. Populasi dan Sampel

1. Populasi Semua pasien yang berkunjung di Puskesmas Talise pada waktu penelitian.

2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien yang berkunjung di Puskesmas Talise. Besar sampel adalah 96 yang ditentukan dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi yaitu:

(Z (1−𝛼/2))².P (1- P) n =

d² Keterangan : n = jumlah sampel p = proporsi %, jika tidak

diketahui dianggap 50 % (0,5

d = derajat ketepatan 10 % = 0,1

Teknik pengambilan sampel dengan cara non random sampling, dengan pendekatan secara accidental sampling yaitu pasien yang kebetulan berkunjung ke Puskesmas Talise Kecamatan Palu

Timur dijadikan responden sampai target terpenuhi. Analisis Data Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti baik variabel bebas maupun variabel terikat. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan Chi-square. Penyajian data dilakukan setelah data diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sehingga mudah untuk dianalisa. HASIL Puskesmas Talise berdiri pada tahun 1983, tapi masih merupakan Puskesmas Pembantu (Pustu) dari Puskesmas Singgani. Kemudian pada tanggal 1 April 1999 resmi menjadi puskesmas induk dengan memiliki 3 Pustu (Puskemas Pembantu) dan 14 POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu). Pada tahun 2007 Puskesmas Talise memiliki 2 POLINDES (Pos Persalinan Desa), 3 POSKESDES (Pos Kesehatan Desa), dan 5 POSBINDU (Pos Pembinaan Terpadu Usia Lanjut). Puskesmas Talise berada di wilayah kecamatan Palu Timur yang memiliki luas wilayah 83.43 km

2 dan secara

administratif pemerintahan terdiri atas 3 kelurahan, 29 RW serta 102 RT, Wilayah kerja Puskesmas Talise mencakup tiga kelurahan yaitu : Kelurahan Talise, Kelurahan Tondo dan Kelurahan Layana.

Page 4: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

13

a. Hubungan Pola Makan terhadap Penyakit Gastritis

Tabel 1 Distribusi Hubungan Pola Makan dengan Penyakit Gastritis

Pola Makan

Penyakit Gastritis

Total P Value

Odds Ratio (OR)

CI= 95 %

Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

Tidak Baik 42 95,5 2 4,5 44 100

0.000 47,2

(10,17-219,5)

Baik 16 30,8 36 69,2 52 100

Total 58 60,4 38 39,6 96 100.0

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 1 menunjukkan hubungan pola makan dengan penyakit gastritis. Hasil analisis menunjukan bahwa dari 44 responden yaitu 42 orang (95,5%) mempunyai pola makan yang tidak baik dan menderita Gastritis, dan 2 orang (4,5%) responden memiliki pola makan tidak dan tidak menderita Gastritis. Sedangkan dari 52 responden yang memiliki pola makan baik namun menderita Gastritis berjumlah 16 orang (30,0%) dan responden yang memiliki

pola makan baik dan tidak menderita Gastritis berjumlah 36 orang (69,2%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan rumus Chi-Square di peroleh nilai p value = 0,000 (p < 0,05), ada hubungan antara pola makan dengan penyakit Gastritis. Dari hasil penelitian juga di peroleh nilai Odds Ratio (OR = 47,2). Hal ini menunjukan bahwa seseorang yang memiliki pola makan tidak baik maka akan berpeluang 47 kali lebih besar untuk mengalami gastritis.

b. Hubungan Merokok terhadap Penyakit Gastritis

Tabel 2 Distribusi Hubungan Merokok dengan Penyakit Gastritis

Merokok

Penyakit Gastritis

Total p

Value Menderita

Tidak Menderita

n % n % n %

Merokok 15 53,6 13 46,4 28 100

0.515 Tidak Merokok 43 63,2 25 36,8 68 100

Total 58 60,4 38 39,6 96 100.0

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 2 menunjukkan hubungan merokok dengan penyakit gastritis. Hasil analisis menunjukan bahwa dari 28

responden yaitu 15 orang (53,6%) yang merokok yang menderita Gastritis, dan 13 orang (46,4%) yang merokok

Page 5: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

14

tidak menderita Gastritis. Sedangkan 68 responden yang tidak merokok dan menderita penyakit Gastritis berjumlah 43 orang (63,2%) dan responden yang tidak merokok dan tidak menderita Gastritis berjumlah 25 orang (36,8%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan rumus Chi-Square diperoleh nilai p value = 0,515 (p > 0,05), tidak ada hubungan antara merokok dengan penyakit Gastritis.

c. Hubungan Usia dengan Penyakit Gastritis Tabel 3

Distribusi Hubungan Usia dengan Penyakit Gastritis

Usia

Penyakit Gastritis

Total p Value

Odds Ratio (OR)

CI= 95 %

Menderita Tidak

Menderita

n % n % n %

Risiko Tinggi (Kelompok usia

> 60 tahun) 19 90,5 2 9,5 21 100

0.003 8,76

(1,90 - 40,32)

Risiko Rendah (Kelompok usia

< 60 tahun) 39 52,0 36 48,0 75 100

Total 58 60,4 38 39,6 96 100.0

Sumber : Data Primer 2013 Tabel 3 menunjukkan hubungan

usia dengan penyakit gastritis. Hasil analisis menunjukan bahwa dari 21 responden yaitu 19 orang (90,5%) kelompok usia ≥ 60 tahun dan menderita Gastritis, dan 2 orang (9,5%) kelompok usia ≥ 60 dan tidak menderita penyakit Gastritis. Sedangkan dari 75 responden yang kelompok usia < 60 tahun dan menderita Gastritis berjumlah 39 0rang (52,0%) dan responden yang kelompok usia < 60 tahun dan tidak menderita Gastritis berjumlah 36 orang (48,0%).

Hasil uji statistik dengan menggunakan rumus Chi-Square di peroleh nilai p value = 0,003 (p < 0,05), ada hubungan antara usia dengan penyakit Gastritis. Dari hasil penelitian juga di peroleh nilai Odds Ratio (OR= 8,76) Hal ini menunjukan bahwa seseorang yang memiliki usia ≥ 60

tahun maka akan berpeluang 8 kali lebih besar untuk mengalami gastritis. PEMBAHASAN 1. Hubungan Pola Makan dengan

Penyakit Gastritis Berdasarkan hasil analisis

univariat, diperoleh keterangan bahwa terdapat 44 responden atau sebesar (45,8%) yang memiliki pola makan tidak baik dan 52 responden lainnya atau sebesar (54,2%) yang memiliki pola makan yang baik.

Langkah pertama yang saya lakukan pada saat saya melakukan penelitian adalah menyapa responden, memperkenalkan diri kepa responden, menyatakan maksud, memberi petunjuk kepada responden dan meminta untuk mengisi kusioner tentang pola makan dan ada beberapa responden yang saya wawancarai mengenai pola makan dan disitu saya dapatkan banyak responden yang memiliki pola makan yang tidak

Page 6: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

15

baik di karenakan faktor kesibukan selain itu juga mereka menyatakan karena sudah terbiasa makan < 3 kali sehari.

Pola makan adalah suatu istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku yang berhubungan dengan makanan, seperti frekuensi makan seseorang, jenis makanan dan jumlah makanan yang dimakan. Gastritis umumnya terjadi akibat asam lambung yang tinggi atau terlalu banyak makan makanan yang bersifat merangsang diantaranya makanan yang pedas dan asam. Pola makan tidak teratur juga dapat menyebabkan penyakit gastritis, bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam maka asam lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di sekitar epigastrium.

Gastritis biasanya diawali oleh frekuensi konsumsi makan dan minum yang tidak teratur sehingga lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat. Depdiknas mendefinisikan pola makan sebagai suatu usaha atau cara seseorang untuk makan demi memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) pola makan yaitu suatu cara atau usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk makan guna memenuhi kebutuhan biologis dan fisiologis tubuh. Pola makan yang baik dan teratur merupakan salah satu dari penatalaksanaan gastritis dan juga merupakan tindakan preventif dalam mencegah kekambuhan gastritis. Penyembuhan gastritis membutuhkan pengaturan makanan sebagai upaya untuk memperbaiki kondisi pencernaan.

Gastritis sering dianggap penyakit ringan, namun dapat menyebabkan kekambuhan gastritis hingga kematian. Beberapa faktor predisposisi dalam munculnya kekambuhan gastritis adalah karakteristik responden, stress

psikologis, perilaku konsumsi dan pola makan (Rahmawati, 2010).

Menurut hasil penelitian Putri tahun 2011 di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC) menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan timbulnya gastritis pasien di UMC dengan hasil analisis didapatkan p value = 0,009.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Maulidiyah (2006) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis (p = 0,000). Penelitian Zilmawati (2007) juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan terjadinya gastritis (p = 0,028). 2. Hubungan Merokok dengan

Penyakit Gastritis Berdasarkan hasil analisis

univariat, diperoleh keterangan bahwa terdapat 28 responden atau sebesar (29,2%) yang merokok dan 68 responden atau sebesar (70,8%) yang tidak merokok.

Adapun wawancara yang saya lakukan mengenai rokok kepada responden, yang pertama saya menanyakan berapa lama anda merokok, dan disitu ada beberapa responden yang menjawab mulai dari SMP,SMA dan lain sebagainya. Mereka menyatakan kalau tidak merokok dalam sehari mereka akan merasakan sakit kepala dan ada pula yang menyatakan ada yang kurang didalam hidupnya kalau tidak merokok, bahkan ada salah satu responden yang menyatakan lebih baik tidak makan dari pada tidak merokok.

Rokok dapat merusak sistem pencernaan seseorang, dari seluruh organ pencernaan, lambung adalah organ yang paling sensitif. Gangguan yang terjadi secara terus menerus terhadap sistem pencernaan dapat mengarah pada penyakit tukak lambung atau gastritis. Ketika seseorang

Page 7: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

16

merokok, nikotin yang terkandung di dalam rokok akan mengerutkan dan melukai pembuluh darah pada dinding lambung. Iritasi ini memicu lambung memproduksi asam lebih banyak dan lebih sering dari biasanya. Nikotin juga memperlambat mekanisme kerja sel pelindung dalam mengeluarkan (sekresi) getah yang berguna untuk melindungi dinding dari serangan asam lambung.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmi Kurnia Gustin tahun 2011 bahwa tidak ada hubungan antara merokok dengan kejadian gastritis pada pasien yang berobat jalan di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi yang didapatkan p = 0,201.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Yanti (2007) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara merokok dengan penyakit gastritis (p =0 ,013).

Penelitian ini tidak ada hubungan antara merokok dengan penyakit gastritis. Hal ini di karenakan jumlah responden perempuan lebih banyak di bandingkan jumlah responden laki-laki dan prevalensi merokok pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Kebiasaan merokok sangat identik dengan laki-laki, Hal ini yang menyebabkan tidak adanya hubungan yang bermakna antara merokok dengan penyakit gastritis pada responden. 3. Hubungan Usia dengan Penyakit

Gastritis Berdasarkan hasil analisis

univariat, di peroleh keterangan bahwa terdapat 21 responden atau sebesar 21,9% resiko tinggi (kelompok usia ≥ 60 tahun) terhadap kejadian Gastritis, akan tetapi 75 responden lainnya atau sebesar 78,1% resiko rendah (kelompok usia < 60) terhadap kejadian Gastritis.

Ada beberapa usia lanjut yang saya wawancara mengenai penyakit gastritis dan disitu saya dapatkan ada beberapa usia ≥ 60 tahun yang

menderita gastritis dan mereka menyatakan sudah lama menderita penyakit gastritis tersebut,dan saya tanyakan kenapa sampai bapak terkena penyakit gastritis dan dia menyatakan mungkin karena faktor usia sudah tua sehingga banyak sekali penyakit yang di derita. Dan ada juga sebagian mereka yang mempunyai gaya hidup tidak sehat seperti masih merokok, meminum-minuman yang mengandung alkohol,minum kopi dan lain sebagainya.

Usia tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita gastritis dibandingkan dengan usia muda. Hal ini menunjukkan bahwa seiring dengan bertambahnya usia mukosa gaster cenderung menjadi tipis sehingga lebih cenderung memiliki infeksi Helicobacter pylori dari pada orang yang lebih muda. Usia muda dan dewasa termasuk dalam kategori usia produktif. Pada usia tersebut merupakan usia dengan berbagai kesibukan karena pekerjaan dan kegiatan-kegiatan lainnya. Sehingga lebih cenderung untuk terpapar faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko untuk terkena gastritis.

Menurut penelitian Maulidiyah (2006), 57,8% responden penelitiannya yaitu penderita gastritis berusia ≥ 40 tahun dan 77,8% responden mempunyai jenis kelamin perempuan. Penelitian Yunita (2010), menemukan 70% dari responden penelitiannya berjenis kelamin perempuan.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Maulidiyah (2006) dimana umur responden tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian gastritis dengan p = 0,628.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rahmi Kurnia Gustin tahun 2011 bahwa ada hubungan antara usia dengan kejadian gastritis pada pasien yang berobat jalan

Page 8: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

17

di Puskesmas Gulai Bancah Kota Bukittinggi yang didapatkan p = 0,038. KESIMPULAN 1. Ada hubungan yang bermakna

antara pola makan dengan penyakit Gastritis di Puskesmas Talise dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) dan OR = 47,2

2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara rokok dengan penyakit Gastritis di Puskesmas Talise dengan nilai p = 0,515 (p > 0,05)

3. Ada hubungan yang bermakna antara Usia dengan penyakit Gastritis di Puskesmas Talise dengan nilai p = 0,003 (p < 0,05) dan OR = 8,76

SARAN 1. Kepala Puskesmas Talise selaku

pemegang kebijakan agar lebih memperhatikan program promosi kesehatan terutama yang menyangkut penyakit kronik.

2. Tenaga Kesehatan Puskesmas Talise agar dapat meningkatkan promosi kesehatan tentang Gastritis secara berkesinambungan sehingga masyarakat dapat menerapkan pola hidup sehat.

3. Bagi penulis selanjutnya di harapkan untuk mengembangkan penelitian ini dengan variable yang berbeda untuk menambah wawasan pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2010. Gastritis. http: //bluebear.

student. um. ac.id/2010/07/14/ gastritis-magh. Diakses 15 November 2012.

Aprianto T,2009. Gastritis. http://tonyarf87. com/2009/02/-gastritis.html. Diakses 15 November 2012.

Baliwati, 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Penebar Swadaya, Jakarta.

Brunner dan Suddart. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. EGC, Jakarta

Budiyanto, Carko. 2010. Merokok Memang Ternyata Nikmat. http: //nina9yuli. student.umm.ac.id/2010/02/11/Merokok-Memang-Ternyata-Nikmat/. Diakses tanggal 14 November 2012.

Chandrasoma,dan Parakrama. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi Edisi 2.EGC, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2001. Rencana Pengembangan Lima Tahun VI Bidang Kesehatan.http://www. depkes. go.id. Diakses 14 November 2012.

Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010, Profil Kesehatan Dinas Provinsi, 2010.

Dinas Kesehatan Kota Palu.2011.Profil Kesehatan Kota Palu 2011.

Ester, 2001.Pedoman Perawatan Pasien. EGC, Jakarta.

Ganong. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

Guyton. 2001. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC, Jakarta.

Iskandar, H. Yul. 2009. Saluran Cerna. Jakarta: GramediaKementerian Kesehatan Republik Indonesia. Profil Kesehatan Indonesia 2009

Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia 2009. Profil Kesehatan Indonesia2009 Dari : http: //www.depkes. go.id/. Diakses 19 November 2012.

Komalasari, D & Helmi, A.F 2008. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf Diakses 14 November 2012.

Maulidiyah U 2011.Hubungan Antara Stres dan Kebiasaan Makan dengan Terjadinya Kekambuhan

Page 9: 2. Jurnal Emi

Promotif, Vol.3 No.1 Okt 2013 Hal 10-18 Artikel II

18

Penyakit Gastritis. Dari http: //adln. lib. unair. ac.id/ Diunduh 14 November 2012.

Nadesul. 2005. Sakit Lambung, Bagaimana Terjadinya. http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinya. Diakses 19 November 2012.

Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitiaan Kesehatan. Asdi Mahasatya, Jakarta.

Okviani. 2011. Pola Makan Gastritis. http://www.library. upnvj.ac.id/-pdf/2s1keperawatan/205312047/.pdf Diakses 19 November 2012.

Prince. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit EGC,Jakarta.

Puskesmas Talise, 2012. Profil kesehatan Puskesmas Talise, Palu.

Putri dkk,2010. Hubungan Pola Makan dengan TimbulnyaGastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang. Medical Center(UMC) Malang.

Putri RSM, Agustin H, Wulansari. Hubungan Pola Makan dengan Timbulnya Gastritis pada Pasien di Universitas Muhammadiyah Malang Medical Center (UMC) 2010. Dari : http://ejournal.umm.ac.id/. Diunduh, 27 Mei 2013.

Supriatna. 2009. Hati-hati dengan Rasa Nyeri di Lambung. http://suaramerdeka.cetak/2009/05/22/14265/Hati-hati-dengan-Rasa-Nyeri-Lambung.Diakses 19 Desember 2012.

Suyono, 2001.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Balai Penerbitan FKU,Jakarta.

WHO, 2005.Global Recomendation on Physical Activity for Health.http://whqlibdoc.who.int/publication/2010/9789241599979_eng.pdf Diakses 19 Desember 2012

Yanti, WOR. Pengaruh Kebiasaan Merokok, Konsumsi Non Steroid Anti Unflamatory Drugs (NSAID) dan Kopi Terhadap Kejadian Gastritis Di Puskesmas Mulyorejo Surabaya Tahun 2007. Dari http://adln.lib.unair.ac.id/. Diunduh, 03 Mei 2013

Yunita R. Hubungan Antara Karakteristik Responden, Kebiasaan Makan dan

Minum Serta Pemakaian NSAID dengan Terjadinya Gastritis pada Mahasiswa Kedokteran Tahun.Dari : http: //adln. lib. unair. ac.id. Diakses 13 Desember 2012.

Zilmawati R. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Gastritis pada Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Baiturrahmah Padang Tahun 2007. Padang: FKM Universitas Baiturrahmah; 2007.

Zhaoshen et al, 2010, Epidemiology of Peptic Ulcer Disease: Endoscopic Results of the Systematic Investigation of Gastrointestinal Diseasein China. Am J.Dari :http://www.nature.com. Diunduh, tanggal 13 Desember 2012.