Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
2
LAKIP 2015 Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Kementerian Pariwisata Republik Indonesia
ii
KATA PENGANTAR
Laporan Akuntabilitas Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata (LAKIP) Tahun 2015 merupakan wujud pertanggungjawaban Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri dalam mencapai misi dan tujuan. Maksud dan tujuan penyusunan Laporan Akuntabilitas adalah untuk pelaksanaan akuntabilitas di Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri dalam rangka mendorong terwujudnya Pemerintah yang baik dan terpercaya. Capaian kinerja yang termuat dalam LAKIP merupakan realisasi kinerja dari target-target kinerja yang termuat dalam Penetapan Kinerja Tahun 2015. Kami sampaikan bahwa pada umumnya capaian kinerja Tahun Anggaran 2015 Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata adalah sebesar 96,27% untuk realisasi capaian kinerja dan 76.23 % untuk realisasi anggaran. Keberhasilan capaian kinerja Tahun Anggaran 2015 tentunya tidak terlepas dari peran aktif selurah jajaran pejabat dan staf di lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata. Menyadari bahwa masih banyak yang perlu dibenahi untuk mewujudkan Indonesia yang berdaya saing di bidang pariwisata, maka diperlukan usaha, sinergi dan komitmen yang kuat untuk membangun destinasi dan industri pariwisata dari berbagai pihak. Semoga Laporan Akuntabilitas Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata ini bermanfaat untuk menentukan arah kebijakan dan program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata di tahun-tahun mendatang.
Jakarta, Februari 2016 Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
DADANG RIZKI RATMAN
iii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1 A. SEKILAS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA .........1
B. RENCANA STRATEGIS ......................................................................................................3
C. ISU STRATEGIS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA DESTINASI PARIWISATA .........................................................................6
BAB II PERENCANAAN KINERJA ....................................................................................................... 8 A. PERJANJIAN KINERJA .......................................................................................................8
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................................................... 10 A. CAPAIAN KINERJA ..........................................................................................................10
1) Capaian dan Analisis Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja ................................ 10
1. Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem ..................................................................................................................... 21
2. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam Dan Buatan ........................................................................................................................... 25
3. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata ..................... 30 4. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat.......................................................... 33
B. Analisis Penggunaan Sumberdaya ................................................................................36
1) Sumberdaya Keuangan ............................................................................................................ 36
2) Analisis Penggunaan Sumber Daya .................................................................................... 38
3) Analisis Program/Kegiatan ................................................................................................... 38
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................................... 39
1
BAB I PENDAHULUAN
A. SEKILAS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA
Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata merupakan Unit
Eselon I yang bertanggungjawab langsung di bawah Menteri Pariwisata sesuai
dengan Peraturan Menteri Pariwisata No. 6 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pariwisata. Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Industri Pariwisata mempunyai tugas penyiapan perumusan dan
koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan destinasi wisata
budaya, alam, dan buatan, serta peningkatan daya saing industri pariwisata,
dengan fungsi sebagai berikut:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan infrastruktur
dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya, alam, dan buatan,
industri pariwisata, tata kelola destinasi dan pemberdayaan masyarakat;
b. penyiapan bahan penyusunan rencana dan program, pemantauan,
evaluasi, pelaporan dan analisis kegiatan di bidang pengembangan
infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya,
alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan
pemberdayaan masyarakat;
c. koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang
pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi
wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi
dan pemberdayaan masyarakat;
d. pelaksanaan kebijakan di bidang pembangunan dan perintisan daya tarik
wisata dalam rangka pertumbuhan destinasi pariwisata nasional dan
pengembangan daerah serta peningkatan kualitas dan daya saing
pariwisata;
e. pelaksanaan administrasi Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata;
2
f. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang
pengembangan infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi
wisata budaya, alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi
dan pemberdayaan masyarakat;
g. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengembangan
infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya,
alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan
pemberdayaan masyarakat;
h. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengembangan
infrastruktur dan ekosistem, pengembangan destinasi wisata budaya,
alam, dan buatan, industri pariwisata, tata kelola destinasi dan
pemberdayaan masyarakat; dan
i. pelaksanaan tugas dan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata dibantu oleh 6 (enam) unit Eselon II:
a. Sekretariat Deputi;
b. Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem;
c. Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Budaya;
d. Asisten Deputi Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan;
e. Asisten Deputi Industri Pariwisata; dan
f. Asisten Deputi Tata Kelola Destinasi dan Pemberdayaan Masyarakat.
3
Adapun struktur organisasi Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata dapat dilihat pada diagram di bawah ini:
B. RENCANA STRATEGIS
Rencana Strategis Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
merupakan turunan dari Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun
2015 – 2019.
Adapun visi, misi, tujuan, sasaran serta arah kebijakan dan strategi dalam
pengembangan destinasi dan industri pariwisata sebagaimana tertuang dalam
Rencana Strategis Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
adalah :
VISI
Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian
Berlandaskan Gotong-Royong
MISI
Berdasarkan Visi dan Misi Pembangunan Nasional Tahun 2015 – 2019 dan
dalam 9 Agenda Prioritas “Nawa Cita” tersebut, disusunlah 4 (empat) Misi
Pembangunan Pariwisata tahun 2015-2019, dengan mengadaptasi empat
elemen pengembangan kepariwisataan, yakni pengembangan destinasi,
pemasaran, industri, dan kelembagaan. Misi Pembangunan Pariwisata Tahun
2015-2019 adalah:
4
1. Mengembangkan destinasi pariwisata yang berdaya saing, berwawasan
lingkungan dan budaya dalam meningkatkan pendapatan nasional, daerah
dan mewujudkan masyarakat yang mandiri;
2. Mengembangkan produk dan layanan industri pariwisata yang berdaya
saing internasional, meningkatkan kemitraan usaha, dan bertanggung jawab
terhadap lingkungan alam dan sosial budaya;
3. Mengembangkan pemasaran pariwisata secara sinergis, unggul, dan
bertanggung jawab untuk meningkatkan perjalanan wisatawan nusantara
dan kunjungan wisatawan mancanegara sehingga berdaya saing di pasar
Internasional; dan
4. Mengembangkan organisasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta dan
masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, dan mekanisme operasional
yang efektif dan efisien serta peningkatan kerjasama internasional dalam
rangka meningkatkan produktifitas pengembangan kepariwisataan dan
mendorong terwujudnya pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
TUJUAN Berdasarkan misi Pembangunan Pariwisata Tahun 2015-2019, maka berikut
ini adalah tujuan pembangunan pariwisata tahun 2015-2019 dalam Rencana
Strategis Kementerian Pariwisata yaitu :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang berdaya
saing di pasar internasional ;
2. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan
perekonomian nasional sehingga Indonesia dapat mandiri dan bangkit
bersama bangsa Asia lainnya;
3. Memasarkan destinasi pariwisata Indonesia dengan menggunakan strategi
pemasaran terpadu secara efektif, efisien, dan bertanggung jawab serta yang
intensif, inovatif dan interaktif sehingga kinerja pemasaran pariwisata
mencapai produktifitas maksimal; dan
4. Mengembangkan Kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata
yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran
5
Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien,
dan mencapai produktifitas maksimal
Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata dalam Rencana Strategis Kementerian Pariwisata Tahun 2015 -
2019 diarahkan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi
pariwisata serta meningkatkan daya saing industri pariwisata, melalui :
1) Pengembangan infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain
meliputi perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata
nasional dan kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan
aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata;
2) Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya
saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata
sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan
perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata,
serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi;
3) Peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan
masyarakat antara lain meliputi tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan
khusus, internalisasi dan pengembangan sadar wisata, dan pengembangan
potensi masyarakat di bidang pariwisata;
4) Pengembangan industri pariwisata antara lain meliputi peningkatan
kemitraan usaha pariwisata dan investasi pariwisata, pengembangan
standar usaha pariwisata dan sertifikasi usaha pariwisata, peningkatan
keragaman dan daya saing produk jasa pariwisata di setiap destinasi
pariwisata, dan pembinaan usaha pariwisata bagi masyarakat lokal.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata sebagai salah
satu eselon I pada Kementerian Pariwisata sesuai dengan Rencana Strategis
Kementerian Pariwisata Tahun 2015 -2019 bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata.
6
Adapun Program Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015
- 2019 memiliki 3 (tiga) sasaran strategis yaitu :
1. Meningkatnya kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang ditandai
dengan 4 (empat) indikator utama yaitu :
a. Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan
ekosistem;
b. Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan;
c. Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata;
d. Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat.
2. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata yang ditandai dengan 1 (satu)
indikator utama yaitu : Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total
investasi nasional.
3. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja
pariwisata yang ditandai dengan 1 (satu) indikator utama yaitu : Jumlah
tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata.
C. ISU STRATEGIS DEPUTI PENGEMBANGAN DESTINASI DAN INDUSTRI PARIWISATA DESTINASI PARIWISATA
Pengembangan destinasi dan industri pariwisata diarahkan untuk
meningkatkan kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata serta meningkatkan
daya saing industri pariwisata melalui pengembangan infrastruktur dan
ekosistem pariwisata, pengembangan wisata alam, budaya dan buatan,
peningkatan tata kelola destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat
serta pengembangan industri pariwisata.
Berdasarkan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pariwisata Tahun
2015-2019, dalam kerangka pengembangan destinasi wisata terdapat
beberapa masalah utama yang harus dihadapi, yaitu : (1) perubahan iklim dan
bencana alam, (2) ketersediaan konektifitas dan infrastruktur yang belum
optimal; (3) kesiapan masyarakat di sekitar destinasi pariwisata yang belum
optimal; (4) kemudahan investasi yang masih belum optimal. Dan dalam
kerangka pengembangan industri pariwisata, terdapat beberapa masalah
utama yang dihadapi dan menjadi kendala bagi tumbuhnya industrI
7
pariwisata, antara lain yaitu : (1) sinergi antar mata rantai usaha ariwisata
yang belum optimal; (2) daya saing produk wisata yang belum optimal; (3)
kemitraan usaha pariwisata yang belum optimal; (4) pengembangan tanggung
jawab terhadap lingkungan yang masih belum optimal.
Kendala-kendala tersebut sekaligus menjadi tantangan bagi pengembangan
pariwisata di Indonesia.
8
BAB II PERENCANAAN KINERJA
A. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih
rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator
kinerja. Melalui perjanjian kinerja, terwujudlah komitmen penerima amanah
dan kesepakatan antara penerima dan pemberian amanah atas kinerja terukur
tertentu berdasarkan tugas, fungsi dan wewenang serta sumber daya yang
tersedia. Kinerja yang disepakati tidak dibatasi pada kinerja yang dihasilkan
atas kegiatan tahun bersangkutan, akan tetapi termasuk kinerja (outcome)
yang seharusnya terwujud akibat tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian,
target kinerja yang diperjanjikan juga mencakup outcome yang dihasilkan dari
kegiatan tahun-tahun sebelumnya, sehingga terwujud kesinambungan kinerja
setiap tahunnya.
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perjanjian Kinerja Tahun 2015
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
1 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3.6
2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
11.3
3 Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata
Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
27
Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)
15
Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi)
25
Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
34
9
Sasaran strategis dalam Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi
dan Industri Pariwisata adalah :
1. Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
2. Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja
nasional
3. Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata
Ketiga sasaran tersebut sesuai dalam Rencana Strategis Tahun 2015-2019 Deputi
Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata.
10
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA
1) Capaian dan Analisis Kinerja Berdasarkan Perjanjian Kinerja
Capaian kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata berdasarkan pada Perjanjian Kinerja dengan membandingkan
target dan realisasi. Adapun secara ringkas capaian kinerja Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 3.1 Capaian Kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata
Tahun 2015
*Sumber : BKPM, 2015 ** Sumber : Kementerian Pariwisata - 2015, angka estimasi
NO SASARAN
STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
CAPAIAN
REALISASI %
1 Meningkatnya investasi di sektor pariwisata
Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3.6 2.4* 67
2 Meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap penyerapan tenaga kerja nasional
Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
11.3 12.16** 107.6
3 Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata
Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
27 28 103
Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan buatan (lokasi)
15 16 107
Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi)
25 25 100
Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
34 34 100
11
Analisis capaian kinerja Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata berdasarkan pada Perjanjian Kinerja tahun 2015.
Berikut analisis capaian kinerja dari Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Industri Pariwisata, berdasarkan masing-masing sasaran
strategis yang telah ditetapkan :
SASARAN 1 MENINGKATNYA INVESTASI DI SEKTOR PARIWISATA
Investasi merupakan salah satu dari 6 pilar pengembangan destinasi
pariwisata. Meningkatnya investasi di bidang pariwisata menjadi salah satu
faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja,
pengembangan usaha dan infrastruktur. Realisasi kontribusi investasi di
sektor pariwisata terhadap total investasi nasional tahun 2015 dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
Dari tabel di atas dapat terlihat realisasi kontribusi sektor pariwisata
terhadap total investasi nasional adalah sebesar 2.4%. Jika dibandingkan
dengan target sebesar 3.6%, nilai capaiannya adalah sebesar 67%.
Berdasarkan pada data realisasi investasi tahun 2015, nilai investasi
nasional adalah sebesar US$ 43.632 dan nilai investasi sektor pariwisata
sebesar US$ 1.048,66. Nilai investasi pariwisata tersebut telah
memberikan kontribusi terhadap total investasi nasional sebesar 2,4%.
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN
1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
3.6 2.4 67
12
Berikut adalah tabel nilai realisasi investasi pada tahun 2015 :
Tabel 3.2 Nilai Realisasi Investasi 2015
2015 Realisasi Investasi *
Total Investasi Bidang Pariwisata 1.048,66
Total Investasi Nasional 43.632
* PMA dan PMDN dalam Juta US$ Sumber : BKPM, 2015
Adapun perbandingan capaian nilai realisasi investasi bidang pariwisata
terhadap investasi nasional dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.3 Perbandingan Nilai Realisasi Investasi 2013 – 2015
No Investasi 2013
% kon tri
busi
2014
% kon tri
busi
2015
% kon tri
busi
1 Pariwisata
PMA 462,522 673,91 732,46
PMDN 140,178 265,29 316,20
Total PMA &
PMDN 602,700 1,63 939,20 2,18 1.048,66 2,4
Pertumbuhan 56% 11.65%
2 Nasional
PMA 25.109,36 28.527,34 29.280
PMDN 11.901,56 14.490,07 14.352
Total PMA
& PMDN 37.010,92 100 43.017,41 100 43.632 100
Pertumbuhan 16% 1%
* Data realisasi investasi pariwisata 2013 dihitung dari 8 jenis usaha pariwisata, sedangkan tahun 2014 & 2015 dihitung dari 18 jenis usaha pariwisata Sumber : BKPM, 2013-2015
Dari tabel di atas dapat terlihat nilai realisasi investasi sektor pariwisata pada
tahun 2015 sebesar US$ 1.048,66 dan nilai total investasi nasional sebesar US$
43.632. Nilai realisasi investasi pariwisata tersebut mengalami peningkatan
13
jika dibandingkan dengan nilai investasi pariwisata pada tahun-tahun
sebelumnya. Peningkatan jumlah investasi pariwisata di tahun 2015 adalah
sebesar 11.65% jika dibandingkan dengan tahun 2014.
Jika dikaitkan dengan perbandingan capaian kontribusi investasi pariwisata
terhadap total investasi nasional pada Indikator Kinerja Utama pada tahun
2013-2015, capaiannya mengalami peningkatan. Hal tersebut dapat terlihat
pada tabel berikut ini :
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa realisasi kontribusi investasi sektor
pariwisata terhadap total investasi nasional pada tahun 2015 sebesar 2.4%
meningkat sebesar 10% jika dibandingkan dengan realisasi sebesar 2.18%
pada tahun 2014 dan realisasi pada tahun 2015 meningkat sebesar 47% jika
dibandingkan dengan realisasi sebesar 1.63% pada 2 tahun sebelumnya yaitu
tahun 2013.
Secara umum, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM),
peningkatan investasi di Indonesia pada tahun 2015 disebabkan antara lain
oleh adanya berbagai paket kebijakan dengan berbagai pilihan insentif
investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada investor,
termasuk fasilitasi atas permasalahan yang dihadapi investor. Selain itu, terkait
dengan sektor pariwisata, melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI
Pemerintah berkomitmen untuk mempermudah investasi pada Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Insentif dan kemudahan yang ditawarkan antara lain
terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Kepabeanan, Pemilikan Properti
NO
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
(IKU)
2015 2014 2013
REALISASI %
CAPAIAN REALISASI
%
CAPAIAN REALISASI
%
CAPAIAN
1 Kontribusi investasi sektor pariwisata terhadap total investasi nasional (persentase)
2.4 67 2.18 45 1.63 35
14
Bagi Orang Asing, Kegiatan Utama Pariwisata, Ketenagakerjaan, Keimigrasian,
Pertanahan dan Perizinan.
Meningkatnya investasi di sektor pariwisata juga tidak terlepas dari adanya
komitmen yang kuat untuk melakukan pengembangan investasi di bidang
pariwisata sesuai dalam amanah PP Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Pariwisata Nasional (Ripparnas), adanya dukungan dari
berbagai pihak (Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, dan
stakeholder terkait), serta ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata pada tahun 2015 untuk
mendukung sasaran meningkatkan investasi di sektor pariwisata adalah
sebagai berikut :
1) Penyusunan Proposal Investasi
Penyusunan proposal investasi bertujuan untuk memetakan lokasi-lokasi
potensi investasi pariwisata untuk selanjutnya dapat dilakukan promosi
investasi baik dengan melakukan penyebaran informasi maupun melalui
pertemuan-pertemuan bisnis dengan investor potensial, baik dalam
maupun luar negeri. Dengan adanya proposal Investasi dapat tersedia
informasi peluang investasi di destinasi pariwisata dan dapat mendorong
daerah yang memiliki potensi investasi untuk berkembang.
Penyusunan proposal investasi telah dimulai dari tahun 2012 dengan
jumlah lokasi sebanyak 3 tempat, tahun 2013 sebanyak 4 tempat, dan
tahun 2014 sebanyak 6 tempat. Pada tahun 2015 telah tersusun proposal
investasi pada 16 Kabupaten/Kota di 55 lokasi potensial investasi.
Proposal-proposal investasi tersebut telah berhasil menarik minat investor
asing maupun dalam negeri untuk berinvestasi di bidang pariwisata (hotel,
resort, marina) antara lain di Wakatobi, Maluku Tenggara Barat, Sabang,
dan Lombok Barat.
15
2) Promosi Investasi Pariwisata
Promosi investasi pariwisata bertujuan untuk meningkatkan awareness
calon investor pada sektor pariwisata baik investor dalam negeri maupun
luar negeri. Dengan adanya promosi investasi dapat membantu penyebaran
informasi terkait potensi sebuah destinasi pariwisata dan peluang-peluang
investasi di dalamnya.
Pada tahun 2015 telah dilakukan promosi investasi pariwisata melalui
pertemuan bisnis di Dubai, Bali, Milan, Hongkong, serta event investasi
pariwisata THINC di Bali.
No Kegiatan Tempat Waktu
Pelaksanaan Hasil
1 Pertemuan Bisnis dengan Investor Timur Tengah
Dubai 3 – 6 Mei 2015 Tindak lanjut rencana investasi di KEK Mandalika dan KEK Tanjung Lesung
2 Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC)
Bali 2 – 3 September 2015
Kawasan Potensi Investasi (KPI) menjadi Kawasan Siap Investasi (KSI) di Sabang oleh Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS)
3 Pertemuan Bisnis dalam acara Tourism, Hotel Investment & Networking Conference (THINC)
Bali 2 September 2015
5 (lima) investor menyatakan ketertarikannya menanamkan modal di bidang pariwisata di Indonesia, rencana site visit di lokasi potensi investasi
4 Partisipasi dalam Indonesia Investment Day
Milan 7 September 2015
Rencana pertemuan bisnis dan mendatangkan investor Italia ke Indonesia untuk melihat potensi investasi pariwisata
5 Pertemuan Bisnis dalam Rangka Pengembangan Wisata Bahari
Hongkong 9 Desember 2015
Investasi Meridian Capital untuk membangun marina dan fasilitas pendukungnya, hotel, resort dan pusat aktivitas bahari di Raja Ampat
Suasana Pertemuan Bisnis di Hongkong
16
SASARAN 2 MENINGKATNYA KONTRIBUSI KEPARIWISATAAN TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA NASIONAL
Pariwisata merupakan sektor yang memberikan dampak luas bagi sektor-
sektor lainnya, termasuk terhadap penyerapan tenaga kerja baik itu tenaga
kerja langsung (direct), tenaga kerja tidak langsung (indirect), maupun
tenaga kerja ikutan (induce) di sektor pariwisata.
Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung, dan ikutan sektor pariwisata
dihitung dari total tenaga kerja yang terserap di sektor-sektor
perekonomian akibat adanya aktivitas pariwisata, baik langsung, tidak
langsung, maupun ikutan. Penciptaan lapangan pekerjaan sudah dimulai
sejak wisatawan akan berangkat (tenaga kerja jasa perjalanan wisata), tiba
di bandara (tenaga kerja pengangkutan), dan ketika melakukan aktivitas
perjalanan wisata (pemandu wisata dan penginapan).
Dalam sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap
penyerapan tenaga kerja nasional telah ditetapkan indikator kinerja utama
yaitu jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor
pariwisata. Adapun realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) tersebut pada
tahun 2015 adalah sebagai berikut :
* Sumber : Kemenpar - 2015, angka estimasi
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah tenaga kerja langsung, tidak
langsung dan ikutan sektor pariwisata di tahun 2015 tercapai melebihi
target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar 12,16 juta orang atau tercapai
sebesar 107,6 %.
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN
1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
11.3 12.16* 107.6
17
Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, capaian jumlah tenaga
kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata terus
mengalami kenaikan. Perbandingan capaian tersebut (dari tahun 2013
sampai dengan tahun 2015) dapat dijelaskan pada tabel berikut ini :
Sumber : Kementerian Pariwisata, 2015
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa realisasi jumlah tenaga kerja
langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata pada tahun 2015
adalah sebesar 12.16 juta orang, meningkat sebesar 18% jika
dibandingkan dengan realisasi sebesar 10.32 juta orang pada tahun 2014.
Dan jika dibandingkan dengan realisasi pada 2 tahun sebelumnya, realisasi
pada tahun 2015 meningkat sebesar 27% dari realisasi sebesar 9.61 juta
orang pada tahun 2013.
Meningkatnya jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan
sektor pariwisata antara lain disebabkan oleh :
1) Kemudahan Investasi
Pemerintah telah berkomitmen mempermudah investasi pariwisata,
melalui berbagai paket kebijakan dengan berbagai pilihan insentif
investasi, penyederhanaan perizinan dan berbagai kemudahan pada
investor, termasuk fasilitasi atas permasalahan yang dihadapi
investor. Selain itu, pemerintah juga telah berkomitmen
mempermudah investasi pada Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang
ditetapkan melalui Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI. Insentif dan
NO
INDIKATOR
KINERJA UTAMA
(IKU)
2015 2014 2013
REALISASI %
CAPAIAN REALISASI
%
CAPAIAN REALISASI
%
CAPAIAN
1 Jumlah tenaga kerja langsung, tidak langsung dan ikutan sektor pariwisata (juta orang)
12.16 107.6 10.32 118.03 9.61 115.09
18
kemudahan yang ditawarkan antara lain terkait dengan Pajak
Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Kepabeanan, Pemilikan
Properti Bagi Orang Asing, Kegiatan Utama Pariwisata,
Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan dan Perizinan.
Terkait dengan realisasi investasi, nilai realisasi investasi pariwisata
tahun 2015 tercatat mencapai angka US$ 1.048,66 Juta. Angka ini
meningkat jika dibandingkan dengan total realisasi investasi
pariwisata tahun 2014 yang mencapai angka US$ 939,20 Juta.
Meningkatnya minat investor untuk berinvestasi di bidang pariwisata,
dapat meningkatkan jumlah usaha pariwisata yang tentu saja
memberikan dampak positif bagi penyerapan tenaga kerja di bidang
pariwisata.
2) Meningkatnya Jumlah Akomodasi
Hotel merupakan salah satu dalam 56 jenis usaha pariwisata.
Perkembangan hotel dan akomodasi menjadi hal penting dalam
pengembangan kepariwisataan. Dalam beberapa tahun ini, jumlah
hotel berbintang dan akomodasi lainnya mengalami pertumbuhan
signifikan seiring dengan peningkatan investasi pada usaha
akomodasi. Peningkatan jumlah akomodasi terlihat dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 3.4
Jumlah Hotel Berbintang dan Akomodasi Lainnya Tahun 2010 – 2015
TAHUN HOTEL
BERBINTANG AKOMODASI
LAINNYA Total
2015 2014
2.197 1.996
16.156 15.488
18.353 17.484
2013 1.778 14.907 16.685 2012 1.623 14.375 15.998 2011 1.489 13.794 15.283 2010 1.306 13.281 14.587 Total 10.389 88.001 98.390
Sumber : BPS, 2015
19
Meningkatnya jumlah hotel dan akomodasi lainnya memberikan
dampak terhadap jumlah penyerapan tenaga kerja di bidang
pariwisata. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada
tahun 2015, rata-rata pekerja di setiap usaha hotel berbintang mampu
menyerap sebanyak 92.3 orang dan pada usaha akomodasi lainnya
sebanyak 8.1 orang.
Adapun kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata pada tahun 2015 untuk
mendukung sasaran meningkatnya kontribusi kepariwisataan terhadap
penyerapan tenaga kerja nasional adalah sebagai berikut :
1. Penyusunan Standar Usaha Pariwisata
Tenaga kerja di bidang pariwisata tidak dapat terlepas dari usaha
pariwisata. Sesuai amanat Undang-undang Kepariwisataan Nomor 10
Tahun 2009, telah ditetapkan 13 bidang usaha pariwisata. Untuk
meningkatkan kualitas industri pariwisata, pada tahun 2014 telah
ditetapkan 28 standar usaha pariwisata melalui Peraturan Menteri dan
pada tahun 2015 telah diselesaikan 28 (dua puluh delapan) rancangan
standar usaha pariwisata, di antaranya 7 (tujuh) rancangan standar
usaha telah ditetapkan menjadi Permen Pariwisata, yaitu: Wisata
Memancing (Permen Pariwisata, Nomor 19 tahun 2015), Pramuwisata
(Permen Pariwisata, Nomor 13 tahun 2015), Sanggar Seni (Permen
Pariwisata, Nomor 21 tahun 2015), Lapangan Tenis (Permen
Pariwisata, Nomor 18 tahun 2015), Gelanggang Renang (Permen
Pariwisata, Nomor 16 tahun 2015), Panti Pijat (Permen Pariwisata,
Nomor 20 tahun 2015), dan Gedung Pertunjukan Seni (Permen
Pariwisata, Nomor 17 tahun 2015).
2. Penyusunan Proposal Investasi dan Promosi Investasi
Peningkatan usaha pariwisata yang memberikan dampak terhadap
penyerapan tenaga kerja tidak dapat terlepas dari peran serta
peningkatan investasi pariwisata. Upaya untuk mendorong peningkatan
20
penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri terhadap
usaha pariwisata dilakukan melalui penyusunan proposal investasi di
lokasi-lokasi yang memiliki potensi investasi serta melalui promosi
investasi, baik dalam negeri maupun luar negeri.
3. Tata Kelola Destinasi Pariwisata dan Pemberdayaan Masyarakat
Upaya yang dilakukan untuk mendukung meningkatnya tenaga kerja
bidang pariwisata antara lain melalui peningkatan kualitas tata kelola
destinasi pariwisata yang dilakukan di 25 cluster prioritas. Kegiatan
yang dilakukan antara lain berupa kegiatan peningkatan kapasitas
sumber daya manusia untuk pengembangan tata kelola destinasi
pariwisata. Selain itu, telah dilakukan upaya peningkatan
pemberdayaan masyarakat yaitu melalui pengembangan potensi usaha
masyarakat di bidang pariwisata. Kegiatan yang dilakukan antara lain
adalah kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat pelaku usaha
pariwisata.
SASARAN 3 MENINGKATNYA KUALITAS DESTINASI PARIWISATA
Pengembangan destinasi pariwisata diarahkan untuk meningkatkan
kuantitas dan kualitas destinasi pariwisata, melalui : (1) Pengembangan
infrastruktur dan ekosistem kepariwisataan antara lain meliputi
perancangan destinasi pariwisata (kawasan strategis pariwisata nasional
dan kawasan pengembangan pariwisata nasional), peningkatan
aksesibilitas, atraksi, amenitas, dan ekosistem pariwisata; (2)
Pengembangan destinasi wisata alam, budaya, dan buatan yang berdaya
saing antara lain meliputi pengembangan wisata kuliner dan spa, wisata
sejarah dan religi, wisata tradisi dan seni budaya, wisata perdesaan dan
perkotaan, wisata bahari, wisata ekologi dan petualangan, kawasan wisata,
serta wisata konvensi, olahraga dan rekreasi; (3) Peningkatan tata kelola
destinasi pariwisata dan pemberdayaan masyarakat antara lain meliputi
tata kelola destinasi pariwisata prioritas dan khusus, internalisasi dan
21
pengembangan sadar wisata, dan pengembangan potensi masyarakat di
bidang pariwisata.
Meningkatnya kualitas destinasi pariwisata yang diukur dengan indikator
jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan
ekosistem, jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata, budaya, alam dan
buatan, jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata,
jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat, merupakan sasaran dan
indikator baru dan merupakan tahun pertama Renstra Kementerian
Pariwisata Tahun 2015-2019, sehingga jika dibandingkan capaiannya
dengan tahun sebelumnya, sasaran dan indikator tersebut belum memiliki
pembanding.
Adapun capaian dari masing-masing indikator dapat dilihat dalam
penjelasan di bawah ini.
1. Jumlah Daerah Yang Difasilitasi Untuk Pengembangan Infrastruktur Dan Ekosistem
Meningkatnya kualitas infrastruktur dan ekosistem pariwisata di
destinasi pariwisata merupakan hal penting dalam pengembangan
destinasi pariwisata. Semakin banyak destinasi pariwisata yang
memiliki infrastruktur (akses, amenitas, sarana dan prasarana) yang
berkualitas, diharapkan mampu memberikan kemudahan bagi
wisatawan untuk berkunjung dari satu daerah ke daerah lain serta
mampu meningkatkan daya saing. Untuk itu, fasilitasi terhadap daerah
untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem menjadi salah satu
indikator penting untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata.
Realisasi jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan
infrastruktur dan ekosistem pariwisata dapat dilihat pada tabel
berikut:
22
Dari tabel capaian Indikator Kinerja Utama di atas, dapat dilihat pada
tahun 2015 dari target 27 provinsi telah tercapai sebanyak 28 provinsi
yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem
pariwisata (daftar provinsi terlampir).
Walaupun indikator yang diukur berbasis lokasi, namun fasilitasi yang
telah dilakukan terkait pengembangan infrastruktur dan ekosistem
pariwisata di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang
positif , diantaranya adalah :
Peningkatan Ekonomi di Banyuwangi, Jawa Timur
Adanya pengembangan Bandara Blimbingsari di Banyuwangi, Jawa
Timur melalui koordinasi dan dukungan dari Kementerian
Perhubungan telah memberikan dampak pada peningkatan jumlah
penumpang, peningkatan jumlah wisatawan, yang kemudian
memberikan dampak ekonomi yang positif kepada masyarakat,
diantaranya adalah meningkatnya pendapatan per kapita.
Peningkatan jumlah penumpang dapat dilihat pada tabel berikut :
2011 2012 2013 2014 2015
7.000 24.000 44.000 87.000 110.234
Sumber : Pemda Banyuwangi, 2015
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan dalam periode tahun
2010-2015 dapat dilihat pada tabel berikut :
Wisatawan 2010 2015 Peningkatan
Nusantara 651.500 1.701.230 161%
Mancanegara 13.200 41.000 210%
Sumber : Pemda Banyuwangi, 2015 (hasil verifikasi dari hotel dan pengelola destinasi wisata)
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TARGET REALISASI % CAPAIAN
1 Jumlah daerah yang difasilitasi untuk pengembangan infrastruktur dan ekosistem (provinsi)
27 28 103
23
Peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Banyuwangi
memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan per
kapita di Banyuwangi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS),
pendapatan per kapita di Banyuwangi mengalami peningkatan
sebesar 229% selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sebesar Rp
14,7juta (per tahun) menjadi Rp 33,7 juta (per tahun) pada tahun
2015. Hal tersebut dapat dilihat pada grafik berikut :
Peningkatan Minat Investasi
Badan Koordinasi Penanaman Modal menyatakan minat investasi
untuk sektor pariwisata dan Kawasan Ekonomi Khusus mengalami
peningkatan hingga 102,89 persen pada periode Oktober 2014
hingga Juni 2015. Sepanjang periode Oktober 2014-Juni 2015, minat
investasi melalui pengajuan izin prinsip untuk sektor pariwisata
dan kawasan sebesar Rp 168,9 triliun, atau naik 102,89 persen
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 83,24
triliun.
Adanya dukungan pengembangan infrastruktur di KEK Mandalika
di Nusa Tenggara Barat dan KEK Tanjung Lesung di Banten ikut
24
memberikan peran dalam peningkatan minat untuk berinvestasi di
bidang pariwisata pada Kawasan Ekonomi Khusus tersebut.
Tercapainya Target Prioritas Presiden
Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata yang menjadi
tanggung jawab Kementerian Pariwisata melalui skema dukungan
dari Kementerian/Lembaga terkait (Kementerian Perhubungan dan
Kementerian PU-PR) pada tahun 2015 merupakan kegiatan
prioritas yang menjadi janji Presiden/Wakil Presiden. Janji
Presiden/Wakil Presiden tersebut dalam implementasinya oleh
Kementerian/Lembaga yang bertanggung jawab, dipantau oleh
Kantor Staf Presiden (KSP). Pada hasil evaluasi yang dilakukan
periodik setiap 3 bulan telah tercapai hasil psoitif untuk
Kementerian Pariwisata pada periode B-06 : 100% (hijau), B-09 :
100% (hijau), dan B-12 : 100% (hijau).
Untuk mendukung pencapaian target jumlah daerah yang difasilitasi
pengembangan infrastruktur dan ekosistem pariwisata, telah
dilaksanakan kegiatan sebagai berikut :
1) Dukungan Amenitas di 28 provinsi
Fasilitasi pengembangan infrastruktur dengan dukungan amenitas
dilakukan melalui Tugas Pembantuan berupa pembangunan
fasilitas pariwisata di 28 Provinsi. Jenis fasilitas pariwisata yang
telah dibangun antara lain fasilitas informasi dan pelayanan
pariwisata, dan pusat informasi pariwisata (tourism information
center), pembangunan dan penataan kawasan pariwisata (aula
kesenian, kios cinderamata, kios kaki lima, panggung terbuka, rest
area, stand jajanan/kuliner, gazebo), dan penunjuk arah/papan
informasi wisata/rambu lalu lintas wisata (tourism sign and
posting).
25
2) Peningkatan Aksesibilitas di 25 KSPN prioritas
Peningkatan aksesibilitas di destinasi pariwisata merupakan salah
satu janji Presiden pada tahun 2015-2019 untuk mewujudkan
pariwisata Indonesia yang berdaya saing.
Pada tahun 2015 telah tercapai dukungan dan sinergi lintas sektor
sebagai upaya pengembangan infrastruktur di 25 KSPN,
diantaranya sebagai berikut :
(a) Pengembangan 20 bandara di 13 KSPN dengan kegiatan:
perpanjangan dan pelapisan runway, pembangunan taxiway,
apron, fillet, dan fasilitas bandara, (b)Pengembangan 8
pelabuhan di 8 KSPN dan 7 dermaga di 3 KSPN, (c)
Pembangunan terminal/fasilitas kelengkapan jalan/kereta api
di 4 KSPN, yang mendapatkan dukungan dari Kementerian
Perhubungan.
(a) Pembangunan jalan baru di 5 KSPN dengan total 143,72
Km dan pemeliharaan, pelebaran, rekonstruksi dan
rehabilitasi jalan di 10 KSPN sepanjang 460,29 Km, (b)
Pengembangan kawasan pemukiman, sistem penyediaan air
minum dan penyehatan lingkungan tersebar 14 KSPN di 1.080
lokasi dan penataan bangunan tersebar 8 KSPN di 28 lokasi,
yang mendapatkan dukungan dari Kementerian PU-PERA.
2. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Destinasi Wisata, Budaya, Alam Dan Buatan
Menurut data dari Passenger Exit Survey (PES) tahun 2014, kontribusi
wisatawan terbesar ada pada destinasi wisata budaya (wisata warisan
budaya dan sejarah, belanja dan kuliner, kota dan desa) yaitu sebesar
60%, wisata alam (wisata bahari, ekowisata, petualangan) yaitu
sebesar 35%, dan wisata buatan (wisata MICE dan even, olahraga,
kawasan terintegrasi) sebesar 5%.
26
Terkait dengan hal tersebut, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi
dan Industri Pariwisata melakukan upaya pengembangan destinasi
pariwisata melalui fasilitasi terhadap ketiga produk destinasi tersebut
yaitu destinasi wisata budaya, alam dan buatan untuk meningkatkan
kualitas destinasi pariwisata.
Realisasi fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan
buatan adalah sebagai berikut :
Dari tabel di atas dapat dilihat dari target sebanyak 15 lokasi KSPN
yang difasilitasi terkait peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan
buatan, telah tercapai sebanyak 16 lokasi yaitu (1) Weh, Prov. Aceh
(2) Toba, Prov. Sumatera Utara, (3) Pangandaran, Prov. Jawa Barat, (4)
Kota Tua, Prov DKI Jakarta (5) Borobudur, Prov Jawa Tengah (6)
Bromo Tengger Semeru, Prov. Jawa Timur (7) Sanur, Prov. Bali (8)
Batur, Prov. Bali (9) Rinjani, Prov. NTB (10) Flores, Prov. NTT (11)
Tanjung Puting, Prov. Kalimantan Tengah (12) Bunaken, Prov.
Sulawesi Utara (13) Toraja, Prov. Sulawesi Selatan (14) Wakatobi,
Prov. Sulawesi Tenggara, (15) Derawan, Prov. Kalimantan Timur dan
(16) Raja Ampat, Prov. Papua Barat.
Walaupun indikator yang diukur hanya berbasis lokasi, namun
fasilitasi yang telah dilakukan terkait peningkatan wisata budaya, alam
dan buatan di daerah mampu memberikan dampak dan capaian yang
positif , diantaranya adalah :
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA
(IKU) TARGET REALISASI %
CAPAIAN
1 Jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya, alam dan buatan (lokasi)
15 16 107
27
World Halal Travel Awards
Pada tahun 2015, Indonesia
mendapatkan penghargaan
World Halal Travel Summit
dalam kategori World Best
Halal Tourism Destination
dan World Best Halal
Honeymoon Destination
untuk Lombok, mengalahkan
pesaing terberat yaitu
Malaysia dan Turki.
UNWTO Award for Innovation in Public Policy
Dalam penghargaan United Nations World Tourism Organization
(UNWTO) Awards ke-12 di Madrid - Spanyol, Banyuwangi
menghasilkan capaian yang sangat positif bagi pariwisata di
Indonesia, yaitu menjadi pemenang dalam UNWTO Awards for
Excellence and Innovation in Tourism untuk kategori Inovasi
Kebijakan Publik dan Tata Kelola, sukses mengalahkan pesaingnya
seperti Kolombia, Kenya, dan Puerto Rico. Pemerintah
Banyuwangi dengan berbagai potensi wisata yang dimilikinya,
dinilai mampu menjaga kearifan lokal dalam pengembangan
pariwisata bersama stakeholder.
28
Gunung Sewu dalam Global Geopark Network UNESCO
Gunung Sewu yang merupakan kawasan karst istimewa di Jawa,
dan berada di 3 provinsi yaitu DIY, Jawa Tengah dan Jawa Timur
telah resmi menjadi anggota Global Geoparks Network (GGN)
UNESCO pada tanggal 19 September 2015 pada acara Asia Pasific
Geoparks Network San’iin Kaigan Symposium yang berlangsung di
Jepang.
World Best Snorkeling Destination
Raja Ampat di Papua Barat dan Taman Nasional Pulau Komodo di
Nusa Tenggara Timur dinobatkan sebagai destinasi snorkeling
terbaik dunia atau Worlds Best Snorkeling Destination
berdasarkan survei CNN pada tahun 2015. Adanya pengakuan dan
publikasi dari media internasional merupakan capaian yang positif
untuk mendorong peningkatan kunjungan wisatawan ke Raja
Ampat dan Pulau Komodo sebagai destinasi bahari berkualitas di
Indonesia.
29
Kemudahan Wisatawan Asing ke Indonesia
Koordinasi dan sinergi lintas sektor telah dilakukan untuk
meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia
melalui pengembangan wisata bahari. Dalam upaya tersebut telah
dihasilkan performansi positif berupa regulasi yaitu Perpres
Nomor 105 Tahun 2015 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht)
Asing Ke Indonesia dan Perpres Nomor 104 Tentang Bebas Visa
Kunjungan yang memberikan kemudahan bagi wisatawan
asing/kapal wisata asing (yacht)/kapal pesiar asing (cruise) untuk
berkunjung ke Indonesia. Layanan kemudahannya antara lain
adalah penghapusan Clearance Approval for Indonesia Territory
(CAIT) yang selama ini dianggap menjadi penghambat bagi kapal
wisata
Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung
tercapainya target jumlah fasilitasi peningkatan destinasi wisata
budaya, alam dan buatan yaitu :
1) Fasilitasi peningkatan destinasi wisata budaya
Untuk mengembangkan destinasi wisata budaya dilakukan
fasilitasi pada destinasi wisata sejarah dan religi, destinasi wisata
perdesaan dan perkotaan, destinasi wisata tradisi dan seni budaya.
Kegiatan yang telah dilakukan antara lain Launching Jalur
Samudera Chengho, pengembangan wisata ziarah Walisongo.
Menteri Pariwisata dalam Launching Jalur Samudera Chengho
30
2) Fasilitasi peningkatan destinasi wisata alam dan buatan
Fasilitasi pengembangan destinasi wisata alam dan buatan antara
lain meliputi identifikasi/pemetaan potensi pariwisata, focus
group discussion, workshop, bimtek, koordinasi dalam rangka
pengembangan percontohan/model destinasi wisata alam dan
buatan serta penyusunan rencana aksi pada destinasi wisata
bahari, destinasi ekowisata dan petualangan, destinasi wisata
konvensi, olahraga dan rekreasi, serta destinasi wisata kawasan
terpadu.
3. Jumlah Fasilitasi Peningkatan Tata Kelola Destinasi Pariwisata
Peningkatan kualitas destinasi pariwisata dilakukan dengan
peningkatan kualitas tata kelola destinasi pariwisata. Tata kelola
destinasi pariwisata yang terstruktur dan sinergis mencakup fungsi
koordinasi, perencanaan, implementasi, dan pengendalian organisasi
destinasi secara inovatif dan sistemik melalui pemanfaatan jejaring,
informasi dan teknologi, yang terpimpin secara terpadu dengan peran
serta masyarakat, pelaku/asosiasi, industri, akademisi dan pemerintah
yang memiliki tujuan, proses dan kepentingan bersama dalam rangka
meningkatkan kualitas pengelolaan, jumlah kunjungan wisatawan,
lama tinggal dan besaran pengeluaran wisatawan serta manfaat bagi
masyarakat lokal.
Tata Kelola Destinasi Pariwisata/Destination Management
Organization (DMO) mencakup pengelolaan Destinasi (pembangunan
6 pilar destinasi : perwilayahan, aksesibilitas, daya tarik wisata,
amenitas, pemberdayaan masyarakat, dan investasi) dengan
Management (financial, operational, marketing, human resources,
innovation) dan Organisasi yang terstruktur.
31
Realisasi capaian jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi
pariwisata dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Pada tahun 2015 telah dilakukan program pengembangan tata kelola
destinasi pariwisata melalui Destination Management Organization
(DMO) di 16 lokasi prioritas yaitu Sabang, Danau Toba. Kota Tua
Jakarta, Tanjung Puting, Pangandaran, Borobudur, Bromo-Tengger-
Semeru, Danau Batur, Rinjani, Flores, Wakatobi, Derawan, Toraja,
Bunaken, Raja Ampat, Sanur, dan 9 lokasi baru yaitu Muaro Jambi,
Palembang Kota, Kepulauan Seribu, Menjangan - Pemuteran,
Sentarum, Bangka Belitung, Nias, Maluku Utara, dan Pulau Komodo,
sehingga pada tahun 2015 ini telah tercapai fasilitasi di 25 lokasi.
Meningkatnya kualitas kelola destinasi pariwisata di setiap cluster
DMO memberikan peranan yang strategis terhadap pembangunan
kepariwisataan, salah satunya adanya peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan. Hal tersebut dapat terlihat grafik di bawah ini:
Grafik 3.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2014-2015
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA
(IKU) TARGET REALISASI %
CAPAIAN
1 Jumlah fasilitasi peningkatan tata kelola destinasi pariwisata (lokasi)
25 25 100
32
Dari grafik di atas terlihat peningkatan jumlah kunjungan yang cukup
signifikan dari tahun 2014 ke tahun 2015 yakni sebesar 152%.
Berikut tabel detail jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan
nusantara di 16 cluster :
Tabel 3.5
Jumlah Kunjungan Wisatawan di 16 Cluster DMO Tahun 2014-2015
Sumber : Kementerian Pariwisata, 2015
Program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung
tercapainya target peningkatan tata kelola destinasi pariwisata yaitu
sebagai berikut :
1) Penguatan dan Penataan Organisasi Pengelolaan Destinasi
Fokus utama dalam tahapan penguatan dan penataan organisasi
pengelolaan destinasi adalah terbentuknya Forum Tata Kelola
Pariwisata (FTKP) di 16 lokasi. FTKP terdiri dari berbagai
stakeholder terkait dalam pengembangan pariwisata, yaitu SKPD
No. Cluster Tahun 2014 Tahun 2015
Wisman Wisnus Total Wisman Wisnus Total
1. DMO Batur 447,199 200,408 647,607 421,318 138,794 560,112
2. DMO Borobudur 254,082 3,182,738 3,436,820 246,494 3,885,443 4,131,937
3. DMO BTS 23,172 546,443 569,615 16,639 433,350 449,989
4. DMO Bunaken 34,443 832,015 866,458 40,205 1,073,136 1,113,341
5. DMO Derawan 10,728 77,574 88,302 2,872 53,141 56,013
6. DMO Flores 80,273 55,108 135,381 12,633 50,324 62,957
7. DMO Kota Tua Jakarta
116,461 247,272 363,735 41,761 1,241,504 1,283,265
8. DMO Pangandaran
5,515 946,580 952,095 31,775 3,089,055 3,120,830
9. DMO Raja Ampat
10,427 2,961 13,388 6,674 1,401 8,075
10. DMO Rinjani 15,827 26,364 42,191 25,733 67,706 93,439
11. DMO Sabang 3,564 512,992 516,556 5,582 623,635 629,217
12. DMO Sanur*** 154,054 210,286 364,340 4,001,654 5,263,766 9,265,420
13. DMO Tanjung Puting
10,986 5,703 16,689 9,576 2,577 12,153
14. DMO Toba 30,751 104,098 134,849 116,795 - 116,795
15. DMO Toraja 61,225 131,591 192,816 40,312 84,545 40,312
16. DMO Wakatobi 9,704 4,568 14,272 8,854 9,194 18,048
TOTAL 1,268,411 7,086,701 8,355,114 5,028,877 16,017,571 21,046,448
33
terkait pariwisata, industri, dan masyarakat. Hingga tahun 2015
telah terbentuk FTKP yaitu FTKP Sabang, FTKP Bunaken, FTKP
Toba, FTKP Kota Tua, FTKP Wakatobi, FTKP Toraja, FTKP Bromo
Tengger Semeru, FTKP Batur, FTKP Sanur, FTKP Rinjani, FTKP Raja
Ampat.
Kegiatan yang dilakukan antara lain melalui stakeholder meeting,
convergence meeting, workshop dan dukungan peningkatan tata
kelola destinasi pariwisata. Hasil kegiatan tesebut adalah adanya
identifikasi, rekomendasi dan komitmen terkait pengembangan
destinasi pariwisata di masing-masing cluster yang dapat
memberikan kemudahan bagi pemerintah dalam menyusun
kebijakan untuk meningkatkan kualitas destinasi pariwisata.
2) Sosialiasi program tata kelola destinasi pariwisata dan
pembentukan Kelompok Kerja Lokal atau Local Working Group
(LWG)
Langkah-langkah strategis yang telah dilakukan di tahapan awal
pengembangan 9 lokasi DMO baru yaitu melalui Stakeholder’s
Mapping, Baseline Assessment, serta Penanaman Ownership dan
Involvement untuk menghasilkan kesadaran para pemangku
kepentingan.
4. Jumlah Fasilitasi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu pilar dalam strategi
pengembangan destinasi pariwisata. Masyarakat memegang peranan
yang sangat penting dalam pariwisata. Masyarakat merupakan tuan
rumah bagi wisatawan yang berkunjung ke daerahnya.
Upaya untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat antara lain
meliputi kegiatan peningkatan sadar wisata dan potensi usaha
masyarakat di bidang pariwisata. Realisasi capaian jumlah fasilitasi
pemberdayaan masyarakat yaitu :
34
Pada tabel di atas dapat terlihat bahwa dari target 34 provinsi telah
tercapai fasilitasi di bidang pemberdayaan masyarakat sebesar 100%
yakni di 34 provinsi.
Meningkatnya pemberdayaan masyarakat bidang pariwisata
memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas destinasi
pariwisata yang pada akhirnya memberikan manfaat ekonomi langsung
bagi masyarakat. Capaian-capaian penting pada tahun 2015 diantaranya
adalah :
ASEAN Homestay Award
Pada acara ASEAN Homestay Award yang merupakan rangkaian
kegiatan ASEAN Tourism Forum di Manila pada awal Januari 2016,
Indonesia memperoleh penghargaan pada 5 homestay Indonesia
(Homestay Sudirman12 – Bangka Belitung, Homestay Oma –
Sumatera Barat, Homestay Acacia - Jawa Tengah, Homestay Omah
Tembi – DIY, Homestay Panglipuran – Bali). Homestay tersebut
sekaligus merupakan peringkat pemenang terbaik dalam kegiatan
Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata tahun 2015.
Penerima ASEAN Homestay Award
NO INDIKATOR KINERJA UTAMA
(IKU) TARGET REALISASI %
CAPAIAN
1 Jumlah fasilitasi pemberdayaan masyarakat (provinsi)
34 34 100
35
Adapun program/kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung
tercapainya fasilitasi pemberdayaan masyarakat antara lain sebagai
berikut :
1) Peningkatan Sadar Wisata
Peningkatan sadar wisata dilakukan di 34 provinsi di Indonesia
melalui kegiatan kampanye sadar wisata, sosialisasi sadar wisata,
bimbingan teknis sadar wisata dan Sapta Pesona, gerakan sadar
wisata dan aksi Sapta Pesona, serta apresiasi sadar wisata dan Sapta
Pesona.
2) Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang Pariwisata
Kegiatan Pengembangan Potensi Usaha Masyarakat di Bidang
Pariwisata meliputi Identifikasi Potensi Usaha Masyarakat,
Peningkatan Kapasitas Usaha Masyarakat, serta Dukungan
Peningkatan Kualitas Usaha Masyarakat, serta Apresiasi Usaha
Masyarakat Bidang Pariwisata.
36
B. Analisis Penggunaan Sumberdaya
1) Sumberdaya Keuangan
Alokasi dan realisasi anggaran Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Pagu awal Januari 2015 (DIPA) pada satker 902693 (Ditjen
Pengembangan Destinasi Pariwisata) : Rp. 219.050.654.000,00
Realisasi anggaran Januari s.d Juni 2015 : Rp. 11.034. 739.731,00 Sisa
Pagu : Rp 208.015.914.269,00
Nilai tersebut tidak seluruhnya pindah ke Satker Deputi Pengembangan
Destinasi dan Industri Pariwisata karena Belanja Pegawai dan
Operasinal Pimpinan beralih ke Sekretariat Kementerian.
Pagu Awal satker baru 427010 : Rp. 166.829.248.000,00
Sampai dengan periode 31 Oktober 2015 pagu Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Rp.
196.623.706.000,00
Tabel 3.6
Pagu Anggaran Deputi PDIP TA 2015
NO UNIT KERJA PAGU
1 SEKRETARIAT DEPUTI 11.763.272.000
2 ASDEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN
EKOSISTEM PARIWISATA
53.303.989.000
3 ASDEP PENGEMBANGAN WISATA BUDAYA 21.184.606.500
4 ASDEP PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUATAN 23.592.248.500
5 ASDEP INDUSTRI PARIWISATA 36.538.723.300
6 ASDEP TATA KELOLA DESTINASI DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
51.760.398.000
TOTAL ANGGARAN DEPUTI PDIP 196.623.706.000
37
Tabel 3.7 Realisasi Anggaran Ditjen PDP
Januari – Juni 2015
NO NAMA KEGIATAN PAGU AWAL REALISASI %
1 Pemberdayaan Masyarakat Di Destinasi Pariwisata
44.809.280.000 103.511.000 0.23
2 Pengembangan Daya Tarik Pariwisata
26.350.000.000 950.660.800 3.6
3 Pengembangan Industri Pariwisata
21.852.483.000 338.997.300 1.55
4 Dukungan Manajemen &Teknis Lainnya
45.570.587.000 9.001.770.607 19.75
5 Perancangan Destinasi dan Investasi Pariwisata
49.000.000.000 386.136.524 0.78
6 Pengembangan Wisata Minat Khusus, Konvensi, Insentif dan Event
31.468.304.000 253.663.500 0.8
TOTAL 219.050.654.000 11.034.739.731 5.03
Tabel 3.8 Realisasi Anggaran Deputi PDIP
Juli – Desember 2015
NO NAMA KEGIATAN PAGU REALISASI %
1 Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem
53.303.989.000 36.627.990.756 68.72
2 Pengembangan Destinasi Wisata Budaya
21.067.671.000 19.561.684.131 92.85
3 Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan
22.520.445.000 16.986.328.153 75.47
4 Peningkatan Kemitraan Industri Pariwisata
36.207.931.000 29.345.849.531 81.05
5 Peningkatan Tata Kelola dan Pemberdayaan Masyarakat
51.760.398.000 37.563.870.084 72.57
6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
11.763.272.000 9.794.105.486 83.26
TOTAL 196.623.706.000 149.879.828.141 76.23
38
2) Analisis Penggunaan Sumber Daya
Analisis penggunaan sumberdaya di Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Industri Pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Total Realisasi Keuangan/ Pembayaran anggaran pusat Deputi PDIP
Tahun 2015 adalah Rp 149.879.828.141,00 atau sebesar 76.23 % dari
total anggaran pusat Deputi PDIP Rp 196.623.706.000,00.
b. Secara umum, tidak tercapainya target penyerapan anggaran di tahun
2015 salah satu penyebabnya adalah adanya perubahan organisasi/
nomenklatur berakibat pada penyesuaian kembali atas program dan
anggaran, sehingga DIPA awal Tahun 2015 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya sehubungan dengan perubahan tersebut. DIPA
Kementerian Pariwisata yang disesuaikan dengan struktur organisasi
baru, ditetapkan pada tanggal 26 Juni 2015. (dilakukan CUT OFF bulan
Mei – Juni 2015).
c. Adanya upaya percepatan penyerapan anggaran di awal Triwulan IV
memberikan dampak positif terhadap penyerapan anggaran
dibandingkan bulan sebelumnya.
3) Analisis Program/Kegiatan
Analisis program/kegiatan di lingkungan Deputi Bidang Pengembangan
Destinasi dan Industri Pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Restrukturisasi organisasi Kementerian Pariwisata berdampak pada
adanya perubahan indikator dan target kinerja.
b. Program dan kegiatan dijalankan selaras dengan Rencana Strategis
(RENSTRA) Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Industri
Pariwisata tahun 2015-2019
c. Dalam mencapai target melalui program/kegiatan, Deputi Bidang
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata berperan sesuai pada
tugas dan fungsi, serta mengacu pada arah, kebijakan dan strategi
dalam pengembangan destinasi dan industri pariwisata.
d. Pencapaian target kinerja tidak dapat terlepas dari dukungan yang baik
dari berbagai pihak baik dari internal Deputi Pengembangan Destinasi
dan Industri Pariwisata maupun pihak eksternal terkait
(Kementerian/Lembaga terkait, Pemerintah Daerah, Swasta).
39
BAB IV PENUTUP
Dalam menyusun LAKIP tahun 2015, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan
Industri Pariwisata mengacu pada Penetapan Kinerja (PK) Tahun 2015. Secara garis
besar capaian kinerja tercapai dengan baik, akan tetapi terdapat kendala yang
dihadapi.
Adapun kendala dalam pencapaian target kinerja antara lain sebagai berikut:
1. Perubahan organisasi/ nomenklatur berakibat pada penyesuaian kembali atas
program dan anggaran, sehingga DIPA awal Tahun 2015 tidak dapat dilaksanakan
sepenuhnya sehubungan dengan perubahan tersebut. DIPA Kementerian
Pariwisata yang disesuaikan dengan struktur organisasi baru, ditetapkan pada
tanggal 26 Juni 2015. (dilakukan CUT OFF bulan Mei – Juni 2015).
Beberapa langkah penting sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan Kinerja
Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
1. Perlunya penyusunan rencana pelelangan dan pematangan rencana penyerapan
di triwulan IV tahun anggaran sebelumnya, sehingga penyerapan anggaran dapat
lebih efektif dan tepat sasaran
2. Mengingat sifat pariwisata yang multidimensi, multisektor, dan kondisi
pariwisata yang semakin dinamis, perlu dilakukan peningkatan koordinasi antara
unit-unit organisasi internal di lingkungan Kementerian Pariwisata,
Kementerian/Lembaga terkait, Pemda, Pelaku Industri, dan pihak-pihak lain yang
terkait pariwisata
3. Peningkatan sistem monitoring dan evaluasi, baik terkait program maupun
penganggaran, dengan instrumen monitoring dan evaluasi yang efektif dan
efisien
40
LAMPIRAN :
1. Daftar Penerima Tugas Pembantuan
41
Tabel Lokasi Penerima Tugas Pembantuan TA 2015
No Provinsi Penerima TP Kegiatan
1 DI Aceh 1 Kota Sabang Penataan Daya Tarik Wisata P. Weh Sabang
2 Sumatera Utara
2 Kab. Nias Selatan Penataan Daya Tarik Wisata Teluk Dalam
3 Kab. Tobasa Pembangunan Etalase Geopark Danau Toba
3 Sumatera Barat
4 Kab. Pesisir Selatan Pembangunan Jetty Pantai Carocok Painan
5 Kota Bukittinggi Penataan Kawasan Wisata Kota Bukittinggi
6 Kota Sawahlunto Penataan Kawasan Wisata Kota Sawahlunto
4 Riau 7 Kab. Rokanhulu Penataan Kawasan Wisata Budaya Rantau Binuang Sakti
5 Sumatera Selatan
8 Kota Palembang Penataan Daya Tarik Wisata Kota Palembang (Sungai Musi)
9 Kota Pagar Alam Penataan Daya Tarik Wisata Kota Pagar Alam
10 Kab. Empat Lawang Penataan Daya Tarik Wisata Kab. Empat Lawang
6 Lampung 11 Kab. Lampung Barat
Penataan Daya Tarik Wisata Kab. Lampung Barat
7 Kepri 12 Kab. Bintan Penataan Daya Tarik Wisata Kab. Bintan
8 Bangka Belitung
13 Kab. Belitung Penataan Daya Tarik Wisata Tanjung Kelayang
14 Kab. Bangka Barat Penataan Daya Tarik Wisata Kab. Bangka Barat
9 DKI Jakarta 15 DKI Jakarta Penataan Daya Tarik Wisata Kepulauan Seribu
10 Jawa Barat 16 Kota Bandung Penataan Kawasan Wisata Kota Bandung
17 Kab. Ciamis Penataan Kawasan Wisata Cipanjalu
18 Kab. Pangandaran Penataan Kawasan Wisata Pantai Pangandaran
11 Jawa Tengah
19 Kab. Magelang Penataan Kawasan Wisata Candi Borobudur
20 Provinsi Jawa Tengah
Penataan Daya Tarik Wisata Bukit Cinta
21 Provinsi Jawa Tengah
Revitalisasi Daya Tarik Wisata Gua Seplawan Kab. Purworejo
22 Kab. Rembang Penataan Daya Tarik Wisata Pantai Pasir Putih Caruban
23 Kab. Wonogiri Pembangunan Geosite dan Kios Informasi Geopark Gunung Sewu
12 Jawa Timur 24 Kab. Pacitan Penataan Daya Tarik Wisata Pantai Klayar
25 Kab. Probolinggo Pembangunan Rest Area Kawasan Sukapura
26 Kab. Pasuruan Renovasi Pendopo Agung
27 Kab. Tulung Agung Penataan Daya Tarik Wisata Tulung Agung
28 Kab. Sumenep Penataan Daya Tarik Wisata Gililiang, Kab. Sumenep
13 DI Yogyakarta
29 Kab. Sleman Penataan Daya Tarik Gunung Merapi
30 Kab. Gunung Kidul Pembangunan Geosite dan Kios Informasi Geopark Gunung Sewu
14 Bali 31 Kab. Bangli Pembangunan Geosite dan Kios Informasi Geopark Danau Batur
42
15 NTB 32 Kab. Lombok Utara Pembangunan Geosite, Kios Informasi, Sign Post dan Rambu Petunjuk Geopark Gunung Rinjani
33 Kab. Lombok Tengah
Pembangunan Geosite, Kios Informasi, Sign Post dan Rambu Petunjuk Geopark Gunung Rinjani
34 Kab. Lombok Barat Pembangunan Geosite dan Sarana Pendukung Geopark Rinjani
35 Kab. Mataram Pembangunan Geosite dan Sarana Pendukung Geopark Rinjani
36 Kab. Lombok Timur Pembangunan Geosite, Kios Informasi, Sign Post dan Rambu Petunjuk Geopark Gunung Rinjani
37 Kab. Dompu Penataan Daya Tarik Wisata Gn. Tambora
38 Kab. Bima Penataan Daya Tarik Wisata Gn. Tambora
16 NTT 39 Kab. Manggarai Barat
Pembangunan Dive Center dan Pengadaan Peralatan Selam
40 Kab. Ngada Pembangunan Gardu Padang
41 Kab. Ende Pembangunan Jalur Tracking dan Gazebo
42 Kab. Sumba Barat Daya
Pembangunan Rest Area Kawasan (Shelter, Gazebo, Sinage)
43 Kab. Alor Penataan Kawasan Wisata Kab. Alor
17 Sulawesi Selatan
44 Kab. Tana Toraja Penataan Kawasan Wisata Tana Toraja
45 Kab. Toraja Utara Penataan Kawasan Wisata Tana Toraja
18 Kalimantan Tengah
46 Kab. Kotawaringin Barat
Penataan Kawasan Wisata Kotawaringin Barat
19 Kalimantan Selatan
47 Kab. Hulu Sungai Selatan
Penataan Kawasan Lhok Sado
20 Kalimantan Barat
48 Kab. Kapuas Hulu Penataan Daya Tarik Wisata Danau Sentarum
49 Kota Singkawang Penataan Daya Tarik Wisata Kota Singkawang
21 Kalimantan Utara
50 Kab. Malinau Penataan Daya Tarik Wisata Kabupaten Malinau
22 Sulawesi Utara
51 Kota Manado Penataan Kawasan Wisata Bunaken
23 Sulawesi Tenggara
52 Propinsi Sulawesi Tenggara
Penataan Daya Tarik Wisata Teluk Kendari
53 Kab. Wakatobi Penataan Kawasan Wisata Wakatobi
54 Kab. Buton Penataan Daya Tarik Wisata Buton
55 Kab. Konawe Selatan
Penataan Daya Tarik Wisata Konawe Selatan
24 Sulawesi Tengah
56 Kab. Tojo Una-Una Penataan Daya Tarik Wisata Tojo Una-Una
25 Kalimantan Timur
57 Kab. Berau Penataan Daya Tarik Wisata Derawan - Sangalaki
26 Maluku 58 Kab. Seram Bagian Barat
Penataan Daya Tarik Air Terjun Waisea
27 Papua 59 Kab. Jayapura Penataan Kawasan Wisata Jayapura
28 Papua Barat 60 Kab. Raja Ampat Pembangunan Geosite Geopark Raja Ampat
61 Kab. Tamberauw Penataan Daya Tarik Wisata Tamberauw