21
PEDOMAN PEMROSESAN PERMOHONAN KK DAN PKP2B DALAM RANGKA PMA (KEPMEN ESDM NO. 1614 TAHUN 2004) DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

(2005!03!02) Pemrosesan KK Dan PKP2B-1614

Embed Size (px)

DESCRIPTION

xcvx

Citation preview

  • PEDOMAN PEMROSESAN PERMOHONANKK DAN PKP2B DALAM RANGKA PMA (KEPMEN ESDM NO. 1614 TAHUN 2004)DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

  • POLA PIKIRKepmen ESDM No. 1614 Tahun 2004 mengatur mengenai pengajuan permohonan dan perundingan KK dan PKP2B dalam tiga tata cara yaitu :

    1. Dilaksanakan oleh Dirjen;2. Dilaksanakan oleh Gubernur;3. Dilaksanakan oleh Bupati/Walikota.

  • MATERI POKOK KEPMEN NO. 1614 TAHUN 2004 A. PERMOHONAN KK DAN PKP2B :

    Diajukan melalui :

    Direktur Jenderal:Apabila wilayah KK/PKP2B terletak dalam wilayah beberapa Provinsi dan tidak dilakukan kerjasama antar Provinsi dan/atau diwilayah laut yang terletak di luar 12 Mil laut - (berdasrkan UU 32/2004 yang berdampak lingkungan nasinal).

    2. Gubernur:Apabila wilayah KK/PKP2B terletak dalam wilayah beberapa Kabupaten dan tidak dilakukan kerjasama antar Kabupaten/Kota atau antara Kabupaten dan Kota dengan Provinsi dan/atau diwilayah laut yang terletak antara 4 Mil laut S/d 12 Mil laut. (berdasrkan UU 32/2004 yang berdampak lingkungan regional).

    3. Bupati/Walikota:Apabila wilayah KK/PKP2B terletak dalam wilayah Kab./Kota dan/atau diwilayah laut sampai 4 Mil laut.(berdasrkan UU 32/2004 yang berdampaklingkungan lokal).

  • Permohonan yang telah memenuhi persyaratan diberikan persetujuan/ izin prinsip oleh Dirjen atau Gubernur atau Bupati/Walikota.Pemohon yang telah mendapat izin prinsip dapat mengajukan SIPP kepada Dirjen/Gubernur/Bupati/Walikota.

    B. PERUNDINGAN NASKAH KK DAN PKP2B

    Dilaksanakan oleh Tim Perunding yang dibentuk oleh :Dirjen, yang anggotanya melibatkan unsur Pemerintah Provinsi dan kabupaten/Kota;Gubernur, yang anggotanga melibatkan unsur Pemerintah Pusat (7 orang wakil dari DESDM & instansi terkait) dan Pemerintah Kabupaten/Kota.Bupati/Walikota, yang anggotanya melibatkan unsur Pemerintah Pusat (7 orang wakil dari DESDM & instansi terkait) dan Provinsi. Biaya yang diperlukan Tim Perunding dibebankan pada anggaran masing-masing pelaksana.Lanjutan

  • C. PENANDATANGANAN KK ATAU PKP2BPenandatangan Naskah KK atau PKP2B baik yang telah dirundingkan melalui Dirjen atau Gubernur atau Bupati atau Walikota dilaksanakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral atas nama Pemerintah, sedangkan Gubernur dan Bupati/Walikota bertindak sebagai saksi.

    D. TANGGUNG JAWAB PELAKSANAAN KK & PKP2B

    KK/PKP2B yang telah ditandatangani oleh pemerintah yang merupakan tugas dan tanggung jawab Menteri dilaksanakan oleh Direktur Jenderal.Lanjutan

  • E. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PROSES PERMOHONAN KK/PKP2BPembinaan dan Pengawasan dalam pelaksanaan pemrosesan permohonan KK/PKP2B yang diselenggarakan oleh Gubernur dan Bupati/Walikota dilaksanakan oleh Direktur Jenderal.1.Pembinaan meliputi : -pemberian pedoman, bimbingan dan arahan;2.Pengawasan meliputi :-penerapan peraturan terhadap persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemohon dalam memproses permohonan dan perundingan Naskah KK/PKP2B;-Pelaksanaan perundingan Naskah KK/PKP2B yang dilaksanakan oleh Tim Perunding di daerah.Lanjutan

  • F. PERALIHAN-Permohonan KK/PKP2B yang belum mendapatkan persetujuan prinsip dan diajukan sebelum ditetapkan Keputusan Menteri ini, diproses sesuai dengan ketentuan Keputusan Menteri ini.Lanjutan

  • BAGAN ALIR PROSES KK/PKP2B YANG DIAJUKAN MELALUI DIREKTUR JENDERAL 421B6311A2A6117A8A7B910BKPMD P RPEMOHONDPMBBANKTIM PERUNDINGPEMERINTAHPROVINSIKAB/KOTADIRJEN8BPRESIDENMENTERICatatan :DPMB : Direktur Pengusahaan Mineral dan Batubara

  • BAGAN ALIR PROSES KK/PKP2B YANG DIAJUKAN MELALUI GUBERNUR3741389A10A9B1112BKPMD P R10B5611A2PEMOHONDIRJENBANKTIM PERUNDING :PEMERINTAHPROVINSIKABUPATEN/KOTAGUBERNURPRESIDENMENTERIBUPATI/WALIKOTA3A

  • BAGAN ALIR PROSES KK/PKP2B YANG DIAJUKAN MELALUI BUPATI/WALIKOTA7A3A3741389A10A9B1112BKPMD P R10B5611A2PEMOHONDIRJENBANKTIM PERUNDING :PEMERINTAHPROVINSIKAB/KOTAGUBERNURBUPATI/ WALIKOTAPRESIDENMENTERI

  • TERIMA KASIHDEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIADIREKTORAT JENDERAL GEOLOGI DAN SUMBERDAYA MINERALJl. Prof. Dr. Supomo, SH. No. 10 Jakarta 12870Telepon : (021) 8295608www.djgsm.esdm.go.id

  • ALASAN KEPMEN Pasal 10 UU No. 11 Th 1967 :Ayat (1) : Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor apabila diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang belum atau tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara yang bersangkutan selaku pemegang Kuasa Pertambangan (KP); Ayat (2) :Dalam mengadakan perjanjian karya dengan kontraktor seperti dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini, Instansi Pemerintah atau Perusahaan Negara harus berpegang pada pedoman-pedoman atau petunjuk-petunjuk dan syarat-syarat yang diberikan oleh Menteri Ayat (3) :Perjanjian Karya tersebut dalam ayat (2) Pasal ini berlaku sesudah disahkan oleh Pemerintah setelah berkonsultasi dengan DPR dan atau perjanjian karyanya berbentuk PMA

    Berdasarkan Ayat (2) UU tersebut di atas, pengaturan tata cara, persyaratan dan prosedur pemrosesan aplikasi KK/PKP2B ditetapkan dengan suatu Kepmen.

  • LATAR BELAKANG Pasal 10 Ayat(1) UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah : Daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayahnya dan bertanggung jawab memelihara kelestraian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU No. 11 Tahun 1967.

    Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang perubahan kedua atas PP No 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan UU No. 11 tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan - Tidak mengatur masalah mekanisme KK/PKP2B.

    Pasal 8 ayat 1 UU no 1 Tahun 1967 tentang PMA (masih berlaku) :PMA di bidang pertambangan didasarkan pada suatu kerjasama dengan pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

  • PERMASALAHAN UU No 11 Tahun 1967 dan UU No. 1 Tahun 1967 masih berlaku, maka dalam rangka untuk menharmonisasikan dengan UU No. 22 Tahun 1999 ttg. Pemerintahan Daerah, maka sebelum diterbitkan UU yang baru sebagai pengganti UU No. 11 Tahun 1967, perlu ada pengaturan pemrosesan aplikasi KK/PKP2B dalam rangka PMA.

    Investor Asing memerlukan adanya kepastian hukum dalam pemrosesan aplikasi KK/PKP2B dalam rangka PMA.

    Prosedur pemrosesan aplikasi KK/PKP2B dalam rangka PMA yang ada, perlu disempurnakan.

  • Uraian Bagan Alir Proses Permohonan KK/PKP2B yang diajukan melalui Direktur Jenderal

  • Lanjutan

  • Uraian Bagan Alir Proses Permohonan KK/PKP2B yang diajukan melalui Gubernur

  • Lanjutan

  • Lanjutan

  • URAIAN BAGAN ALIR PROSES PERMOHONAN KK/PKP2B YANG DIAJUKAN MELALUI BUPATI/WALIKOTA

  • Lanjutan