2007-1-00253-TI-Bab 5 (1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

HIPERKES

Citation preview

  • 1 Lingkungan : Penyusunan, penimbunan, penyimpanan, gang, pintu, tat ruang,

    rancangan, muatan yang berlebihan, penjajaran yang berbahaya; Keadaan

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Kesimpulan

    1. Nilai rata-rata kekerapan dan keparahan cidera pada PT. Trafoindo Prima Perkasa

    selama bulan Juni 2005 Mei 2006 masing-masing adalah 46,08 46 korban

    kecelakaan terjadi setiap juta man-hours kerja dan 323,75 hari hilang dalam

    waktu satu jam jam kerja produkstif. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat

    dilihat bahwa ratio kekerapan cidera paling besar terjadi pada bulan Juli 2005,

    November 2005, dan April 2006 sebesar 71 kecelakaan terjadi. Untuk ratio

    keparahan cidera yang terbesar terjadi pada bulan Mei 2006 yaitu sebesar

    1201,56. Sedangkan untuk Alat Pelindung Diri (APD) yang tersedia sudah cukup

    memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas.

    2. Faktor-faktor yang menyebabkan kecelakaan kerja adalah :

    Manusia : Mengambil posisi atau sikap tidak selamat; Tidak memanfaatkan

    perlengkapan K3; Bekerja pada peralatan yang bergerak atau perlengkapan

    berbahaya; Kegiatan dengan kecepatan berbahaya; Pemuatan, penempatan,

    dan pencampuran tidak selamat.

  • yang rusak, misalnya kasar, tajam, licin, berkarat, longgar, bengkok;

    Rancangan atau konstruksi yang tidak selamat; Tanpa pelindung; Peredaran

    udara yang kurang selamat.

    Penyimpangan kebijakan K3 : Tidak adanya pengawasan langsung terhadap

    setiap tenaga kerja atas perlindungan K3; Wilayah proses produksi tidak rutin

    dibersihkan oleh petugas kebersihan.

    3. Kondisi lingkungan kerja fisik yang dapat mempengaruhi performasi kerja para

    karyawan di PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah Temperatur, Getaran,

    Pencahayaan, Kebauan, Emisi, Limbah cair, dan Kebisingan.

    4. Berdasarkan analisa hasil pengolahan data kekuatan hubungan kecelakaan kerja

    dengan faktor utama dan subfaktor penyebab kecelakaan kerja ternyata

    kecelakaan kerja yang terjadi sangat dipengaruhi oleh faktor Manausia, faktor

    Lingkungan dan faktor Penyimpangan Kebijakan K3 di PT. Trafoindo Prima

    Perkasa, dengan hasil perhitungan sebagai berikut :

    Faktor utama : Manusia 48 %

    Subfaktor penyebab kecelakaan kerja :

    Mengambil posisi atau sikap tidak selamat = 15 %

    Tidak memanfaatkan perlengkapan K3 = 14 %

    Bekerja pada peralatan yang bergerak atau perlengkapan berbahaya = 14%

    Kegiatan dengan kecepatan berbahaya = 3 %

    Pemuatan, penempatan, dan pencampuran tidak selamat = 2 %

  • 5. Usulan perbaikan yang harus dilakukan oleh PT. Trafoindo Prima Perkasa untuk

    mengurangi kecelakaan kerja pada faktor manusia dan penyimpangan kebijakan

    Faktor utama : Lingkungan 29 %

    Subfaktor penyebab kecelakaan kerja :

    Penyusunan, penimbunan, penyimpanan, gang, pintu, tat ruang, rancangan,

    muatan yang berlebihan, penjajaran yang berbahaya = 13 %

    Keadaan yang rusak, misalnya kasar, tajam, licin, berkarat, longgar,

    bengkok = 11 %

    Rancangan atau konstruksi yang tidak selamat = 3 %

    Tanpa pelindung = 2 %

    Peredaran udara yang kurang selamat = 1 %

    Faktor utama : Penyimpangan kebijakan K3 23 %

    Subfaktor penyebab kecelakaan kerja :

    Tidak adanya pengawasan langsung terhadap setiap tenaga kerja atas

    perlindungan K3 = 20 %

    Wilayah proses produksi tidak rutin dibersihkan oleh petugas kebersihan =

    4 %

    Berdasarkan analisa hubungan perhitungan kuantitatif dan kualitatif subfaktor

    yang paling berpengaruh adalah tidak adanya pengawasan langsung terhadap

    setiap tenaga kerja atas perlindungan K3 yang merupakan bagian dari faktor

    utama penyimpangan kebijakan K3 yang memilki hubungan sangat kuat

  • K3 adalah membuat dan menerapkan SMK3 berdasarkan peraturan-peraturan

    yang berlaku.

    6. Usulan perbaikan pada lingkungan kerja PT. Trafoindo Prima Perkasa adalah

    penambahan jumlah display dengan penempatan yang strategis, membersihakan

    sampah produksi secara rutin, ada pengawas K3 yang mengawasi petugas

    kebersihan, dan mewajibkan kepada semua pekerja untuk menggunakan Alat

    Pelindung Diri (APD) yang telah disediakan oleh pihak perusahaan

    5.2 Saran

    1. Semua pekerja berperan aktif dalam menciptakan suasana kerja yang aman dan

    sehat. Kesadaran pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja menjadi

    tugas dari pengawas, tetapi merupakan tugas dari semua karyawan yang ada

    didalam perusahaan tersebut.

    2. Dalam melaksanakan pekerjaannya, setiap karyawan perlu ditingkatkan

    kedisiplinannya dalam menggunakan alat pelindung diri, memperhatikan rambu-

    rambu dan peringatan yang ada. Karyawan harus selalu waspada terhadap

    kemungkinan bahaya yang selalu muncul dan terjadi setiap saat. Disamping itu

    pengawas hendaknya harus selalu menegur serta menyadarkan pekerja apabila

    tidak mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan

    keselamatan dan kesehatan kerja.

  • 53. Perusahaan sebaiknya menambah divisi khusus guna menangani masalah K3

    yakni pengawasan, inspeksi terhadap lingkungan kerja, memberikan penyuluhan,

    dan lain-lain.

    4. Perusahaan sebaiknya mengadakan program-program pembinaan dan pelatihan

    K3 bagi para pekerja, sehingga pengetahuan mereka akan pentingnya K3 semakin

    bertambah. Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran akan K3 pekerja

    akan selalu berhati-hati dan disiplin terhadap kebijakan K3 yang berlaku.

    5. Semua pekerja harus berperan aktif dalam mencipatakan suasana kerja yang aman

    dan sehat. Kesadaran pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja

    menjadi tugas dari pengawas, tetapi merupakan tugas dari semua karyawan yang

    ada didalam perusahaan tersebut.