34
7 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pentingnya Manajemen Proyek Manajemen proyek tidak lagi menjadi manajemen yang diperlukan secara khusus. Dalam bisnis, manajemen proyek sudah menjadi cara standar dan telah menjadi bagian umum karena semakin banyaknya usaha perusahaan yang digarap sebagai proyek. Sebagai contoh, Microsoft Corporation yang memulai pengembangan windows XP di mana proyek pengembangan ini harus berhasil dan selesai tepat waktu karena besarnya kerugian yang dialami bila proyek ini gagal. Kepentingan dan peran proyek di masa mendatang akan semakin memberikan kontribusi bagi arah strategis perusahaan (Jay Heizer & Barry Render,2006,p74). Manajemen proyek merupakan suatu pemikiran tentang manajemen yang ditujukan untuk mengelola kegiatan yang berbentuk proyek. Manajemen proyek memiliki arti berbeda karena menggambarkan suatu komitmen sumber daya dan manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang penting dalam jangka waktu relatif , di mana setelah selesai manajemen akan dibubarkan. Terdapat tiga fase dalam manajemen proyek, yaitu: perencanaan, penjadwalan dan pengendalian (Jay Heizer & Barry Render,2006,p75). 2.2 Sejarah Manajemen Proyek Gantt Chart merupakan metode yang pertama kali digunakan dalam penyusunan jadwal dan diberi nama sesuai dengan penemunya Henry L. Gantt (Budi Santosa, 2003).

2009-1-00301-MN bab 2.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

7

BAB 2

LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Pentingnya Manajemen Proyek

Manajemen proyek tidak lagi menjadi manajemen yang diperlukan secara

khusus. Dalam bisnis, manajemen proyek sudah menjadi cara standar dan telah

menjadi bagian umum karena semakin banyaknya usaha perusahaan yang digarap

sebagai proyek. Sebagai contoh, Microsoft Corporation yang memulai

pengembangan windows XP di mana proyek pengembangan ini harus berhasil dan

selesai tepat waktu karena besarnya kerugian yang dialami bila proyek ini gagal.

Kepentingan dan peran proyek di masa mendatang akan semakin memberikan

kontribusi bagi arah strategis perusahaan (Jay Heizer & Barry Render,2006,p74).

Manajemen proyek merupakan suatu pemikiran tentang manajemen yang

ditujukan untuk mengelola kegiatan yang berbentuk proyek. Manajemen proyek

memiliki arti berbeda karena menggambarkan suatu komitmen sumber daya dan

manusia untuk melakukan suatu aktivitas yang penting dalam jangka waktu relatif ,

di mana setelah selesai manajemen akan dibubarkan. Terdapat tiga fase dalam

manajemen proyek, yaitu: perencanaan, penjadwalan dan pengendalian (Jay Heizer

& Barry Render,2006,p75).

2.2 Sejarah Manajemen Proyek

Gantt Chart merupakan metode yang pertama kali digunakan dalam

penyusunan jadwal dan diberi nama sesuai dengan penemunya Henry L. Gantt (Budi

Santosa, 2003).

Page 2: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

8

Pada 1950-an, diperkenalkan dua strategi baru perencanaan proyek.

Keduanya dimaksudkan untuk meminimalkan risiko pada jadwal proyek. Yang

pertama disebut Program Evaluation and Review Technique atau PERT. PERT

menggunakan teknik pembuatan diagram jaringan kerja yang disebut aktivitas pada

anak panah dan teknik estimasi yang dinamakan rata-rata tertimbang. Yang kedua

disebut Critical Path Method atau CPM juga merupakan diagram jaringan dan teknik

penjadwalan. Teknik ini menggunakan metode penyusunan diagram yang disebut

aktivitas pada titik dan menciptakan jadwal proyek berdasarkan jalan terpanjang

melalui jaringan.

Meski sudah ada banyak manajer proyek selama berabad-abad, pengakuan

atas manajemen proyek sebagai suatu profesi baru muncul belakangan. Pada 1970-

an, individu dan organisasi mulai mengakui bahwa manajer proyek memerlukan

keahlian yang berbeda dengan manajer fungsional. Menjelang akhir 1990-an,

manajemen proyek secara umum diakui sebagai profesi. Pengakuan manajemen

proyek sebagai profesi sebagian besar dapat dirunut kembali ke Project Management

Institute (PMI), sebuah organisasi perdagangan internasional untuk manajer proyek.

PMI juga tidak hanya memperbesar cakupannya, tetapi juga menetapkan standar

praktik untuk manajer proyek (Nancy Mingus, 2006, p7).

2.3 Definisi Proyek

Project Management Institute mendefinisikan bahwa proyek merupakan

aplikasi pengetahuan, keahlian, alat dan teknik untuk aktivitas proyek guna

memenuhi atau melampaui kebutuhan yang diharapkan stakeholder dari proyek

tersebut. definisi ini digunakan oleh project management institute, karena dari

definisi secara tradisional tidak mencakup komponen hubungan manusia dan

Page 3: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

9

evaluasi proyek yang lazim dilakukan setelah proyek selesai dilakukan (Nancy

mingus, 2006,p6). Iman Soeharto (1999,p2) mengartikan kegiatan proyek sebagai

satu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas dengan

alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk yang

kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas. Sedangkan Nancy Mingus dalam

bukunya project management menyatakan bahwa proyek adalah urutan tugas yang

dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang unik dalam kerangka waktu yang

telah ditetapkan. Dalam setiap proyek langkah-langkah pelaksanaan bisa bervariasi,

akan tetapi tipe-tipe langkah tersebut konsisten dan umumnya bisa diulangi. Dalam

bukunya operations management, Jay Heizer & Berry Render (2006,p81)

berpendapat bahwa proyek dapat didefinisikan sebagai sederetan tugas yang

diarahkan kepada suatu hasil utama. Eddy Herjanto (2007,p351), menyatakan

proyek meliputi tugas-tugas tertentu yang dirancang secara khusus dengan hasil dan

waktu yang telah ditentukan. Proyek merupakan suatu rangkaian kegiatan dan

kejadian yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu dan membuahkan

hasil dalam suatu jangka tertentu dengan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia.http://www.siaksoft.net/index.php?option=com_content&task=view&id=250

5&Itemid=100

Page 4: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

10

2.4 Perbedaan Kegiatan Proyek dengan Kegiatan Operasi

Terdapat beberapa ciri perbedaan yang mendasar antara kegiatan proyek

dengan kegiatan operasi, yaitu :

Tabel 2.1 Perbedaan antara kegiatan proyek dengan kegiatan operasional

Kegiatan proyek Kegiatan Operasional

Bercorak dinamis, non rutin Berulang-ulang, rutin

Siklus proyek relatif pendek Berlangsung dalam jangka panjang

Intensitas kegiatan di dalam periode

siklus proyek berubah-ubah (naik turun) Itensitas kegiatan relatif sama

Kegiatan harus diselesaikan bedasarkan

anggaran dan jadwal yang ditentukan

Batasan anggaran dan jadwal tidak

setajam proyek.

Terdiri dari bermacam-macam kegiatan

yang memerlukan disiplin ilmu Macam kegiatan tidak banyak

Keperluan sumber daya berubah, baik

macam maupun volumenya

Macam dan volume keperluan

sumber daya relatif konstan

Sumber : Iman soeharto, “ Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional”,2002.

2.5 Ukuran Keberhasilan Proyek

Menurut Nancy Mingus (Project Management, 2002) ukuran keberhasilan

proyek adalah :

1. Tepat waktu

2. Sesuai anggaran

3. Tujuan proyek terpenuhi

4. Kualitas

5. Sumber daya

Page 5: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

11

Hubungan antara kelima tolak ukur keberhasilan direpresentasikan secara

grafis sebagai bagan yang dinamakan segitiga manajemen proyek.

Cakupan

Gambar 2.1 Hubungan kelima tolak ukur

Sumber : Nancy Mingus, ”Project Management”,2004

Pada gambar 2.1 diatas, sisi cakupan merepresentasikan kesepakatan

proyek dan prasyarat atau kebutuhan, sisi biaya menunjukan total biaya proyek, dan

sisi waktu menunjukan durasi proyek. Di dalam segitiga, sumber daya mengacu pada

orang-orang dan peralatan yang dipakai dalam proyek, kualitas merepresentasikan

pada seberapa dekat proyek memuaskan klien.

waktu Biaya

Page 6: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

12

Gambar diatas menunjukan hubungan antara cakupan proyek, waktu proyek

dan besarnya biaya. Hubungan ini bersifat tarik-menarik. Artinya jika cakupan proyek

bertambah setelah penetapan estimasi waktu dan biaya, maka harus diikuti dengan

meningkatkan waktu dan atau biaya. Jika waktu dan biaya tetap sama maka dua

komponen lainya yaitu sumber daya dan kualitas akan terganggu.

Setelah mengetahui hubungan antara cakupan proyek. sekarang akan

dibahas tentang faktor-faktor yang membantu keberhasilan proyek berdasarkan

ukuran kriteria-kriteria (Nancy Mingus, 2006, p11):

1. Pernyataan tujuan dan kebutuhan proyek ditulis secara jelas dan disepakati.

2. Partisipasi sponsor proyek, klien, dan tim dalam proyek.

3. Estimasi waktu dan biaya proyek yang realistis.

4. Kendali mutu dan perubahan

Dengan mengetahui faktor-faktornya dan hubungan cakupan proyek maka

proyek dapat dijalankan.

2.6 Perencanaan Proyek

Perencanaan suatu proyek mensyaratkan bahwa tujuan proyek harus

dinyatakan dengan jelas sehingga manajer dan timnya mengetahui apa yang

diinginkannya. Pada fase ini didefinisikan tujuan dan sasaran proyek,

diidentifikasikan aktivitas, ditetapkan hubungan mendahului, dibuat estimasi waktu,

ditentukan waktu penyelesaian proyek, dan ditentukan kebutuhan sumber daya

(Bernard W taylor III,2005,p329). Perencanaan proyek dimaksudkan untuk

menjembatani antara sasaran yang akan diraih dengan keadaan pada saat awal

(Eddy Herjanto,2007,p353).

Page 7: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

13

2.6.1 Struktur Pemecahan Kerja (Work Breakdown Structure-WBS)

Clifford F.Gray dan Erik W. Larson (2006,p96) berpendapat pekerjaan proyek

dapat dibagi menjadi elemen-elemen yang lebih kecil. Hasil dari proses hierarkis ini

disebut WBS. Dengan penggunaan WBS ini maka semua produk dari elemen

pekerjaan telah diidentifikasi, untuk mengintegrasikan proyek dengan organisasi saat

ini dan untuk membangun basis pengendalian.

Budi Santosa (2003,p49) juga memaparkan bahwa pemecahan ini

memudahkan pembuatan penjadwalan proyek dan estimasi ongkos serta

menentukan siapa yang harus bertanggung jawab. Sampai sejauh mana pedoman

harus dipecah tidak ada pedoman yang baku. Sejauh pekerjaan itu sudah cukup

mudah dilaksanakan, dapat ditentukan waktu penyelesaiannya, sumber daya apa

yang diperlukan dan biaya yang diperlukan dapat dihitung, itu berarti sudah cukup

memadai.

Struktur pemecahan kerja memiliki tingkatan sebagai berikut (Budi

Santosa,2003,p49) :

Tabel 2.2 Tingkatan pemecahan proyek

Tingkat Deskripsi

1 Proyek

2 Tugas

3 Subtugas

4 Paket Pekerjaan

Sumber : Budi Santosa,”Manajemen Proyek”,2003.

Terdapat 3 manfaat utama kegunaan WBS dalam perencanaan dan

pengendalian proyek menurut Budi Santosa (2003,p50) :

Page 8: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

14

1. Selama analisis WBS manajer fungsional dan personel akan terlibat dalam

pengerjaan WBS. Persetujuan mereka membantu memastikan tingkat akurasi

dan kelengkapan pendefinisian pekerjaan dan mendapatkan komitmennya

terhadap proyek.

2. WBS menjadi dasar penganggaran dan penjadwalan.

3. WBS menjadi alat kontrol pelaksanaan proyek.

2.6.2 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek meliputi pengurutan dan pembagian waktu untuk

seluruh kegiatan proyek. Pada penjadwalan orang, uang, dan bahan dihubungkan

untuk kegiatan khusus dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan

yang lainnya. Penjadwalan proyek meliputi: pengurutan dan pembagian waktu untuk

seluruh kegiatan proyek. Pada tahap ini manajer memutuskan berapa lama tiap

kegiatan memerlukan waktu penyelesaian dan menghitung berapa banyak orang

yang diperlukan pada tiap tahap produksi (Jay Heizer & Barry Render,2006,p75).

Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2006,p78) suatu pendekatan

penjadwalan proyek yang populer adalah Diagram Gantt. Diagram Gantt

memungkinkan manajer mengamati kemajuan dari tiap kegiatan, untuk mengetahui

dan menangani area permasalahan. Merupakan cara untuk memperendah biaya

yang dapat membantu manajer memastikan bahwa :

1. Semua kegiatan telah direncanakan

2. Urutan kinerja telah diperhitungkan

3. Perkiraan waktu kegiatan telah tercatat

4. Keseluruhan waktu proyek telah dibuat

Page 9: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

15

2.7 Pengendalian Proyek Konstruksi

Pengendalian adalah proses membandingkan kinerja aktual dengan kinerja

yang direncanakan untuk mengidentifikasi penyimpangan, mengevaluasi tindakan

alternatif yang mungkin, dan mengambil tindakan korektif yang sesuai (Clifford

F.Gray dan Erik W. Larson,2006, p384). Wulfram I. Ervianto memaparkan dalam

bukunya teori aplikasi manajemen konstruksi (2007,p1) bahwa Proyek konstruksi

memiliki karakteristik unik yang tidak berulang. Hal ini disebabkan oleh kondisi yang

mempengaruhi proses suatu proyek konstruksi berbeda satu sama lain. Pengendalian

diperlukan untuk menjaga kesesuaian antara perencanaan dan pelaksanaan. Tiap

pekerjaan yang dilaksanakaan harus benar-benar diinspeksi dan dicek. Dengan

perencanaan dan pengendalian yang baik terhadap kegiatan-kegiatan yang ada,

maka terjadinya keterlambatan jadwal yang mengakibatkan pembengkakan biaya

proyek dapat dihindari. Untuk mengantisipasi perubahan kondisi lapangan yang tidak

pasti, maka diperlukan suatu pengendalian.

Pengendalian terhadap mutu fisik konstruksi dilakukan secara tersendiri oleh

pengawas teknik melalui gambar-gambar rencana dan spesifikasi teknis.

Pengendalian jadwal dan biaya dimasukkan dalam manajemen proyek yang

mencakup pemantauan kemajuan pekerjaan (progress), reduksi biaya, optimasi,

model, dan analisis. Pengendalian berjalan sepanjang daur hidup proyek guna

mewujudkan performa yang baik dalam setiap tahap. Sepanjang daur hidup proyek

hanya sekitar 20% kegiatan manajemen proyek berupa perencanaan, selebihnya

adalah kegiatan pengendalian. Perencanaan sebagian besar dilakukan sebelum

proyek dilaksanakaan. Begitu dimulai, fungsi manajemen didominasi oleh kegiatan

pengendalian (Wulfram I. Ervianto,2007,p2).

Page 10: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

16

2.7.1 Proses Pengendalian Proyek

Langkah-langkah pengendalian proyek (Clifford F.Gray dan Erik W. Larson,

2006, p384) :

1. Menetapkan rencana Baseline

Baseline diperoleh dari informasi biaya dan durasi yang ada pada database WBS

dan data sekuensi waktu dari jaringan dan keputusan penjadwalan proyek. WBS

menentukan pekerjaan pada paket-paket kerja yang terpisah yang berkaitan

dengan deliverable dan unit organisasi. Dari WBS, jadwal jaringan proyek

digunakan untuk time-phase semua pekerjaan, sumber daya, dan anggaran ke

dalan satu rencana baseline.

2. Mengukur kemajuan dan kinerja

Waktu merupakan ukuran kuantitatif kinerja yang cocok dengan sistem informasi

terintegrasi. Pengukuran kinerja waktu relatif mudah dan jelas, yakni apakah

jalur kritis selesai lebih cepat , sesuai jadwal, atau terlambat, apakah slack pada

jalur kritis menyebabkan aktivitas kritis yang baru.

3. Menbandingkan rencana versus kondisi aktual

Karena rencana jarang terjadi seperti yang diharapkan, maka sangatlah penting

untuk mengukur penyimpangan dari rencana untuk menentukan tindakan apa

yang perlu dilakukan. Monitoring dan pengukuran yang dilakukan secara berkala

Page 11: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

17

terhadap suatu proyek dapat mendukung dilakukannya perbandingan antara

kondisi aktual versus rencana yang diharapkan.

4. Mengambil tindakan

Jika penyimpangan dari rencana cukup signifikan, maka diperlukan tindakan

korektif untuk membawa proyek kembali sejalan dengan rencana asli atau

rencana yang telah direvisi.

2.8 Jaringan Kerja (Network)

Clifford F.Gray dan Erik W. Larson dalam bukunya manajemen proyek

menyebutkan network adalah alat yang digunakan untuk merencanakan,

menjadwalkan, dan mengendalikan kemajuan proyek. Diagram jaringan ini

merupakan metode yang dianggap mampu menyuguhkan teknik dasar dalam

menentukan urutan dan kurun waktu kegiatan, yang pada giliran selanjutnya dapat

dipakai untuk memperkirakan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan

(2007,p142).

Berikut ini beberapa istilah yang digunakan untuk membangun jaringan

proyek (Clifford F.Gray dan Erik W. Larson, 2007,p142):

• Aktivitas (activity) :Merupakan sebuah elemen proyek yang

memerlukan waktu.

• Aktivitas Gabungan :Merupakan sebuah aktivitas yang memiliki lebih

dari satu aktivitas yang mendahuluinya (lebih dari

satu anak panah ketergantungan).

• Aktivitas paralel :Merupakan aktivitas yang terjadi pada saat yang

sama atau aktivitas yang dapat terjadi selagi

aktivitas ini terjadi.

Page 12: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

18

• Jalur :Sebuah urutan dari berbagai aktivitas yang

berhubungan dan tergantung

• Predecessor :Aktivitas pendahulu

• Successor :Aktivitas pengganti atau aktivitas yang mengikuti

aktivitas ini.

• Jalur kritis :Jalur terpanjang pada jaringan. Jika sebuah

aktivitas pada jalur ditunda, proyek juga tertunda

untuk waktu yang bersamaan

• Aktivitas menggelembung :Aktivitas ini mempunyai lebih dari satu aktiivitas

yang mengikuti (lebih dari satu anak panah

ketergantungan yang mengalir dari aktivitas

tersebut).

• Event :Istilah ini digunakan untuk menunjukkan satu titik

waktu di mana sebuah aktivitas dimulai atau

diselesaikan.

2.8.1 Pendekatan AON dan AOA

Dua pendekatan yang digunakan untuk mengembangkan jaringan proyek

adalah activity-on-node (AON) dan activity-on-arrow (AOA). Kedua metode tersebut

mengunakan dua blok pembangunan, yaitu anak panah dan node (Clifford F.Gray

dan Erik W. Larson, 2007,p142). Agar terdapat persamaan persepsi dalam membaca

diagram jaringan, berikut ini penjelasan anak panah dan node menurut Eddy

Herjanto (2006,p361) :

• Activity / anak panah : Anak panah menggambarkan arah kegiatan, sehingga

dapat diketahui kegiatan terdahulu (predecessor) dan

Page 13: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

19

kegiatan yang megikuti (sucessore). Setiap anak panah

biasanya disertai dengan notasi yang memberikan

identitas nama/jenis kegiatan dan estimasi waktu

penyelesaian untuk jaringan AOA. Bentuk anak panah

dapat disesuaikan dengan keadaan jaringan kerja, jadi

tidak selalu garis lurus.

• Event / node : Node menggambarkan peristiwa. Setiap kegiatan

biasanya selalu dimulai dengan peristiwa mulainya

kegiatan dan diakhiri dengan peristiwa selesainya

kegiata itu.

Gambar 2.2 Node dan Anak Panah

Sumber : Heizer, Jay & Render, Barry, ”Operation Management Seven Edition”, 2005.

Page 14: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

20

Pada AON sebuah aktivitas diwakili oleh sebuah node. Ketergantungan

antaraktivitas dilukiskan degan anak panah diantara node pada jaringan AON.

Sedangkan AOA, anak panah menunjukkan aktivitas proyek individual yang

memerlukan waktu dan node menunjukkan sebuah peristiwa (event) (Clifford F.Gray

dan Erik W. Larson, 2007,p143 & p178).

Gray and Larson berpendapat terdapat 8 aturan yang berlaku secara umum

ketika mengembangkan sebuah jaringan proyek (2007,142):

1. Jaringan umumnya mengalir dari kiri ke kanan

2. Sebuah aktivitas dapat dimulai sampai semua aktivitas yang mendahuluinya

telah dikerjakan.

3. Panah pada jaringan menandakan adanya aktivitas yang mendahului jalur.

Panah dapat bersilang satu sama lain.

4. Masing-masing aktivitas harus memiliki nomor identitas (ID) unik

5. Nomor identifikasi sebuah aktivitas (ID) harus lebih besar dari semua aktivitas

yang mendahuluinya.

6. Pengulangan tidak diperbolehkan

7. Pernyataan bersyarat tidak diperbolehkan (jenis pernyataan ini seharusnya tidak

ada).

8. Ketika ada banyak start, dapat digunakan sebuah node start yang umunya untuk

mengindikasikan permulaan proyek pada jaringan. Dengan cara yang sama,

node akhir proyek tuggal dapat digunakan untuk mengindikasikan akhir proyek.

Page 15: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

21

A CB

C

B

A

C

BA

DB

CA

DB

A C

D

A CB

A B C

A

BC

AB

C

A

B

C

D

A C

B D

Kegiatan

A B

C

DKegiatan

A datang sebelum B yang datang sebelum C

A dan B keduanya harus diselesaikan sebelum C

dapat dimulai

B dan C tidak dapat dimulai hingga A selesai

C tidak dapat dimulai hingga A dan B keduanya

selesai; D tidak dapat dimulai hingga B selesai.

Kegiatan ditunjukkan pada AOA

C dan D tidak dapat dimulai hingga A dab B

keduanya selesai

B dan C tidak dapat dimulai hingga A. D tidak dapat dimulai hingga B dan C keduanya selesai.

Kegiatan ditunjukkan pada AOA

Kegiatan-pada-Titik (AON) Arti dari Kegiatan Kegiatan-pada-Panah

Gambar 2.3 Perbandingan antara konvensi AON dan AOA

Sumber : Heizer, Jay & Render, Barry, ”Operation Management Seven Edition”, 2005.

Page 16: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

22

Selain gambar aktivitas dan kegiatan di atas, maka terdapat pula aktivitas

semu (dummy) untuk memperjelas hubungan. Kegiatan semu berfungsi sebagai

penghubung yang tidak membutuhkan sumber daya maupun waktu penyelesaian

(Budi Santosa, 2003,p57). Dummy diperlukan bila sebuah jaringan mempunyai dua

kegiatan dengan kejadian mulai dan akhir yang sama. Aktivitas semu (dummy) juga

digambarkan sebagai anak panah putus-putus dan mempunyai waktu penyelesaian

nol (Jay Heizer & Barry Render,2006,p81).

A C

Dummy

B D

Gambar 2.4 Hubungan ketergantungan dengan memakai dummy

Sumber : Iman Soeharto, “Manajemen Proyek dari Konseptual Sampai Operasional”,2002

2.8.2 Terminologi dan Perhitungan

Dalam proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa terminologi dan

rumus-rumus perhitungan sebagai berikut (Iman soeharto, 2002,p255):

• ES

Page 17: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

23

Yaitu waktu paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila waktu kegiatan

dinyatakan atau berlangsung dalam hari, maka waktu ini adalah hari paling awal

kegiatan dimulai.

• EF

Yaitu waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time). Bila hanya

ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES

kegiatan berikutnya.

• LS

Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai (Latest Allowable Start Time),

Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara

keseluruhan.

• LF

Yaitu waktu paling akhir kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish Time)

tanpa memperlambat penyelesaian proyek.

• Slack (S) atau Float

Waktu bebas dari sebuah kegiatan, di mana waktu yang dimiliki oleh sebuah

kegiatan dapat diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek keseluruhan

(Jay Heizer & Barry Render,2006,p91).

Slack = LS – ES atau Slack = LF – EF

2.8.2.1 Fordward Pass (Perhitungan Maju)

Fordward pass mulai dengan aktivitas pertama dari proyek dan melacak

masing-masing jalur di sepanjang jaringan sampai aktivitas terakhir dari proyek.

Page 18: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

24

Ketika melacak sepanjang jalur ditambahkan waktu aktivitasnya (Clifford F.Gray dan

Erik W. Larson, 2007,p146).

Berdasarkan definisinya, start awal (ES) merupakan waktu tercepat suatu

kegiatan dapat dimulai, yang berarti hari pertama. EF dari suatu kegiatan adalah

jumlah dari waktu mulai terdahulu (ES) dan waktu kegiatannya (EF = ES + waktu

kegiatan). Dalam fordward pass mengharuskan mengingat tiga hal ketika

menghitung waktu aktivitas awal, yaitu (Clifford F.Gray dan Erik W. Larson,

2007,p146):

1. Menambahkan waktu aktivitas sepanjang masing-masing jalur di dalam jaringan

(ES + Dur = EF)

2. Membawa finish awal (EF) ke aktivitas berikutnya di mana ia menjadi start

awal(ES), kecuali

3. Aktivitas berikutnya adalah aktivitas gabungan. Dalam hal ini dipilih angka finish

awal (EF) paling besar dari semua aktivitas pendahulunya.

Gambar 2.5 Fordwass pass jaringan AON

Page 19: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

25

Sumber : Clifford F.Gray dan Erik W. Larson, ”Manajemen Proyek,” 2006.

2.8.2.2 Backward Pass (Perhitungan Mundur)

Dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir kita masih

dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun

waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan (Iman soeharto, 2002,p257).

Sebagaimana fordward pass dimulai dengan kegiatan pertama pada proyek ,

backward pass dimulai dengan kegiatan terakhir dari suatu proyek. Untuk tiap

kegiatan, langkah pertama menentukan nilai LF diikuti nilai LS (Jay Heizer & Barry

Render,2006,p89).

Start akhir (LS) adalah waktu paling akhir di mana suatu tugas dapat dimulai

tanpa penundaan tugas berikutnya. Perhitungannya dengan mengurangi durasi

tugas dari finish akhir (LF) dan kemudian menambah satu hari.

Start akhir (LS) serupa dengan (ES); diharuskan mengingat tiga hal berikut

(Clifford F.Gray dan Erik W. Larson, 2007,p149):

1. Mengurangi waktu aktivitas sepanjang masing-masing jalur mulai dengan

aktivitas terakhir dari proyek (LF – Dur = LS)

2. Membawa LS ke aktivitas mendahului berikutnya untuk menetapkan LF, kecuali

3. Ativitas mendahului berikutnya adalah aktivitas menggelembung (burst activity);

dalam hal ini memilih LS terkecil dari semua aktivitas pengganti berikutnya untuk

menetapkan LF-nya.

Page 20: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

26

Finish akhir (LF) dari suatu kegiatan adalah perbedaan antara waktu finish

akhir dan waktu kegiatannya (LS = LF – waktu kegiatan) (Jay Heizer & Barry

Render,2006,p90).

Gambar 2.6 Backwass pass jaringan AON

Sumber : Clifford F.Gray dan Erik W. Larson, ”Manajemen Proyek, 2006.

2.8.2.3 Menghitung waktu Slack / Float dan Mengidentifikasi Jalur Kritis

Pengidentifikasian jalur kritis dilakukan sesudah mengetahui ES , EF, LF, LS

dan juga float. Waktu slack atau waktu bebas ialah waktu yang dimiliki oleh setiap

kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan keterlambatan proyek

keseluruhan. Secara matematis (Jay Heizer & Barry Render,2006,p91) :

slack = LS – ES atau slack = LF – EF

Ada dua tipe float (Jay Heizer & Barry Render,2006,p91):

• Free float adalah lamanya suatu tugas dapat mundur tanpa menunda tugas

berikutnya.

• Total float adalah lamanya suatu tugas dapat mundur tanpa menunda seluruh

proyek.

Page 21: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

27

Dalam proyek sederhana, free float dan total float biasanya sama, tetapi

dalam proyek dengan beberapa jalur paralel, keduanya dapat berbeda secara

signifikan.

Jalur kritis merupakan suatu hal yang selalu menjadi perhatian dalam

penjadwalan proyek disamping umur proyek, karena terlambat atau tidaknya proyek

tergantung dari terlambat atau tidaknya kegiatan yang berada pada lintasan kritis itu

(Eddy Herjanto,2007,p370).

Kegiatan pada slack = 0 disebut sebagai kegiatan kritis dan berada pada

jalur kritis. Jalur kritis adalah jalur tidak terputus melalui jaringan proyek yang (Jay

Heizer & Barry Render,2006,p92):

• Mulai pada kegiatan pertama proyek

• Berhenti pada kegiatan terakhir proyek

• Terdiri dari hanya kegiatan kritis (yaitu kegiatan yang tidak memiliki waktu slack)

2.9 Teknik Manajemen Proyek : PERT dan CPM

Program evaluation and review technique (PERT) dan chritical path method

(CPM) dikembangkan di tahun 1950-an untuk membantu para manajer membuat

penjadwalan , memonitor, dan mengendalikan proyek besar dan complex. Meskipun

pada dasarnya terdapat persamaan pendekatan antara metode CPM dengan metode

PERT, namun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar dalam mengestimasi

waktu kegiatan (Render, Stair, dan Hanna, 2003, p520).

CPM dan PERT keduanya memiliki enam langkah sebagai berikut (Jay Heizer

& Barry Render,2006,p80):

a. Mendefinisikan proyek dan menyiapkan struktur pecahan kerja

b. Membangun hubungan antara kegiatan, memutuskan kegiatan mana yang

Page 22: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

28

harus lebih dahulu dan mana yang harus mengikuti kegiatan.

c. Menggambarkan jaringan yang menghubungkan seluruh kegiatan.

d. Menetapkan perkiraan waktu dan biaya untuk tiap kegiatan.

e. Menghitung jalur waktu terpanjang melalui jaringan. Ini yang disebut jalur kritis.

f. Menggunakan jaringan untuk membantu perencanaan, penjadwalan dan

pengendalian proyek.

2.9.1 Teknik Manajemen Proyek : PERT (Program Evaluation and Review

Technique)

PERT memiliki banyak kesamaan dengan CPM. Seperti dalam CPM , PERT

menggunakan teknik diagram AOA/AON (Wulfram I. Ervianto,2007,p36). Metode

PERT merupakan teknik dengan menggunakan probabilitas, yaitu yang

memungkinkan untuk merumuskan probabilitas yang dapat terjadi pada estimasi

waktu yang berbeda-beda. Terdapat tiga jenis estimasi waktu untuk setiap kegiatan

dalam PERT, yaitu (Jay Heizer dan Barry Rander, 2006, p94):

1. waktu optimis (optimistic time) (a).

Waktu yang dibutuhkan oleh sebuah kegiatan jika semua hal berlangsung sesuai

rencana. Dalam memperkirakan nilai ini, biasanya terdapat peluang terkecil

(katakanlah, 1/100) bahwa waktu kegiatan akan < a

2. Waktu pesimis (pesimistic time) (b).

Waktu yang dibutuhkan sebuah kegiatan dengan asumsi kondisi yang ada

sangat tidak diharapkan nilai ini, biasanya terdapat peluang yang juga terkecil

(juga, 1/100) bahwa waktu kegiatan akan > b.

3. Waktu realistis (most likely time) (m).

Page 23: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

29

Perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah kegiatan yang

paling realistis.

Metode PERT (program evaluation and review technique) mengasumsikan

penyusunan estimasi waktu bedasarkan pendistribusian probabilitas beta (Beta

Probability Distribution) (Render, Stair, dan Hanna, 2003, p524).

Untuk menemukan waktu kegiatan yang diharapkan (expected activity time),

t, distribusi beta memberikan bobot perkiraan ketiga waktu sebagai berikut:

t = (a + 4m + b)/6

keterangan : t = bobot rata-rata waktu aktivitas

a = waktu aktivitas optimistik

b = waktu aktivitas pesimistik

m = waktu aktivitas yang paling mungkin

hal ini berarti waktu realistis (m) diberikan bobot empat kali lipat daripada

waktu optimis (a) dan waktu pesimis (b). Waktu perkiraan t dihitung menggunakan

persamaan diatas untuk setiap kegiatan yang digunakan pada jaringan proyek untuk

menghitung semua waktu terdahulu dan terakhir.

Page 24: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

30

Gambar 2.7 Distribusi peluang beta dengan tiga perkiraan waktu

Sumber: Jay Heizer dan Barry Render, Operation Management, 2006.

Untuk menghitung dispersi (dispersion) atau varian waktu penyelesaian

kegiatan (variance of activity completion time), kita menggunakan rumus:

Varians = [(b – a)/6]2

PERT menggunakan varians kegiatan jalur kritis untuk membantu

menentukan varians proyek keseluruhan. Varians proyek dihitung dengan

menjumlahkan varians kegiatan kritis:

2Pσ = Varian Proyek = ∑ = (kegiatan pada jalur kritis)

Contoh :

Waktu kegiatan f adalah: a = 1 minggu, b = 9 minggu, m = 2 minggu

Maka:

• waktu penyelesaian yang diharapkan kegiatan f :

t = (a + 4m + b)/6 = (1+4(2)+9)/6 =18/6 = 3 minggu

• varians kegiatan f :

Page 25: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

31

varians = [(b – a)/6]2 = [(9 – 1)/6]2 = [8)/6]2= 64/36 = 1,78

• varians keseluruhan proyek :

varians proyek = keg a+ keg b + keg c+keg d+keg e+keg f

= 0,11+0,11+0,11+0,44+1+1,78

= 3,55

Deviasi standar = √3,55 = 1,88 minggu

Selanjutnya untuk mengetahui peluang penyelesaian proyek adalah dengan

mengikuti cara dalam analisis jaringan proyek yang dijelaskan berikutnya.

2.9.1.1 Analisis Probabiltas Jaringan Proyek

Dengan menggunakan distribusi normal, probabilitas dapat ditentukan

dengan menghitung jumlah standar deviasi (Z) dari rata-rata, seperti diilustrasikan

pada gambar berikut.

Gambar 2.8 Distribusi normal pada panjangnya jaringan

Sumber: Bernard W taylor III, Sains Manajemen, 2006.

Nilai tersebut, Z dihitung dengan mmenggunakan rumus berikut :

Page 26: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

32

Z = X – µ / σ

Keterangan : Z = probabilitas

σ = deviasi standart

X = target waktu penyelesaian

µ = rata-rata waktu penyelesaian pekerjaan

Nilai ini kemudian digunakan untuk menemukan probabilitas yang berhubungan

dalam Tabel A.1 dari Apendiks A, dapat dilihat pada lampiran 9.

Contoh :

Z = X – µ / σ

= (16 minggu-15 minggu) / 1,88 minggu

= 0,53

Merujuk pada lampiran 9 tabel distribusi normal, maka terdapat peluang sebesar

0,70194, artinya terdapat peluang 70,19%proyek dapat selesai dalam waktu 16

minggu atau kurang dari itu.

2.9.2 Metode Jalur Kritis (CPM)

CPM dikembangkan pada tahun 1950-an yang kira-kira sama dengan

pengembangan PERT (Management sciens). CPM muncul terlebih dahulu di tahun

1957, sebagai alat yang dikembangkan oleh J.E. Kelly dan M.R.Walker, sedangkan

Pert baru dikembangkan tahun 1958 oleh Booz, Allen, dan Hamilton (Jay Heizer &

Barry Render,2006,p80). CPM mengasumsikan bahwa waktu kegiatan diketahui pasti

sehingga hanya memerlukan satu perkiraan waktu untuk tiap kegiatan inilah

perbedaan utamanya dengan metode PERT (Jay Heizer & Barry Render,2006,p80).

Sama halnya dengan PERT, CPM juga menggunakan jaringan kerja untuk

Page 27: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

33

menggambarkan kegiatan proyek. Iman Soeharto (2003) berpendapat bahwa dalam

metode CPM terdapat adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian

komponen-komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukan

kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi jalur kritis terdiri dari tediri dari

rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai kegiatan terakhir

proyek. Jalur kritis penting dalam pelaksanaan proyek, karena pada jalur ini terletak

kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan

keterlambatan proyek secara keseluruhan. Terkadang dalam jaringan kerja terdapat

lebih dari satu jalur kritis.

Peran jalur kritis juga sangat penting dalam sebuah proyek karena kegiatan

yang terletak di jalur kritis dapat menyebabkan keterlambatan sebuah proyek apabila

tidak dijalankan dengan efektif (Render, Stair, dan Hanna, 2003, p520). Untuk

menemukan jalur kritis dahulu diperlukan identifikasi terhadap setiap kegiatan dalam

jaringan kerja (Render, Stair, Hanna, 2003, p526) yaitu:

1. Earliest start time (ES) : Yaitu waktu tercepat untuk memulai suatu

kegiatan.

2. Earliest finish time (EF) : Yaitu waktu tecepat untuk menyelesaikan

kegiatan.

3. Latest start time (LS) : Yaitu waktu terlama untuk dapat memulai suatu

kegiatan

4. Latest finish time (LF) : Yaitu waktu terlama untuk dapat menyelesaikan

suatu kegiatan.

2.9.3 Crashing Proyek

Page 28: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

34

Wajar bagi seorang manajer proyek menghadapi salah satu situasi berikut

(Jay Heizer & Barry Render,2006,p100):

1. Proyek tertinggal dari jadwal yang telah ditetapkan

2. Waktu penyelesaian proyek yang telah dijadwalakan dimajukan

Dalam situas manapun, beberapa atau semua kegiatan yang ada harus

dipercepat untuk menyelesaiakan proyek pada batas waktu yang diinginkan. Proses

di mana kita ingin memperpendek jangka waktu suatu proyek dengan biaya paling

rendah disebut sebagai crashing proyek. Seberapa banyak sebuah kegiatan bisa

diperpendek (perbedaan antara waktu normal dan waktu crash) bergantung pada

kegiatannya, mungkin juga terdapat kegiatan yang tidak dapat diperpendek sama

sekali. Percepatan waktu proyek seringkali bertujuan untuk memperoleh biaya total

yang minimum atau terkadang bertujuan untuk mengejar suatu momen tertentu

(Eddy Herjanto,2007,p374).

Demikian pula biaya crashing sebuah kegiatan tergantung pada sifat proyek

tersebut. Biasanya lebih disukai percepatan sebuah proyek dengan biaya tambahan

yang paling sedikit. Karenanya, kita memilih kegiatan mana yang dilakukan crash,

dan seberapa banyak , harus memastikan hal berikut (Jay Heizer & Barry

Render,2006,p101):

• Jumlah yang diperbolehkan pada sebuah kegiatan untuk dilakukan crash;

• Secara bersamaan, jangka waktu kegiatan yang diperpendek menjadikan kita

dapat menyelesaikan proyek pada batas waktunya ;

• Biaya total crashing sekecil mungkin.

Berikut langkah crashing sebuah proyek sebagai berikut :

Page 29: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

35

Langkah 1 : Hitung biaya crash per minggu (atau satuan waktu lain) untuk setiap

kegiatan dalam jaringan. Jika biaya crash linear menurut waktu, maka

rumus berikut dapat digunakan :

Biaya crash per periode = ( biaya crash – biaya normal) / (waktu normal

– waktu crash)

Langkah 2 : Dengan menggunakan waktu kegiatan sekarang temukan jalur kritis

pada jaringan proyek. Kenali kegiatan kritis.

Langkah 3 : Jika hanya ada satu jalur kritis, pilihlah kegiatan jalur kritis yang (a)

masih bisa dilakukan crash dan (b) mempunyai biaya crash terkecil per

preiode. Jika terdapat lebih dari satu jalur kritis ,maka pilih satu kegiatan

dari setiap jalur kritis sedemikian rupa sehingga (a) setiap kegiatan yang

dipilih masih bisa dilakukan crash dan (b) biaya crash total per periode

dari semua kegiatan yang dipilih merupakan yan terkecil. Crash setiap

kegiatan dengan satu periode.

Lanhkah 4 : Perbaharui semua waktu kegiatan. Jika waktu kegiatan yang diinginkan

telah tercapai berhenti. Jika tidak, kembali ke langkah 2.

2.10 Perbedaan antara CPM dan PERT

Telah dijelaskan sebelumnya mengenai metode PERT dan CPM, berikut ini

perbedaan antara PERT dan CPM (Iman Soeharto,1999,p278) :

Tabel 2.3 Perbedaan CPM dan PERT

No  CPM  PERT   1  Deterministik, satu angka  Probabilitas, tiga angka   2  Kurun waktu penyelesaian proyek ditandai 

dengan suatu angka tertentu Kurun waktu penyelesaian proyek di tandai suatu angka tertentu ditambah varians 

 

3  Hitungan analisis untuk probability tidak  Dapat menghitung dan menganalisis   

Page 30: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

36

asa  probability 4  prosedur jelas dalam menganalisi jadwal 

yang ekonomis Dalam menganalisis  jadwal ekonomisperlu dikonversikan ke CPM dahulu 

 

2.11 Mempercepat penyelesaian Proyek

Gray & Larson (2007,p262) memaparkan pendapatnya bahwa para manajer

mempunyai beberapa metode efektif untuk menghancurkan (crashing), yaitu :

1. Menambah sumber daya

Metode yang paling umum untuk memperpendek waktu proyek adalah

menugaskan staf tambahan dan peralatan pada aktivitas. Kecepatan yang

diperoleh, bagaimanapun tetap terbatas sekalipun sudah menambah staf.

Melipat-duakan ukuran kekuatan pekerja tidak akan mengurangi waktu

penyelesaian proyek sebesar setengahnya. Hubungan penambahan pekerja

dengan pengurangan waktu penyelesaian akan benar hanya ketika tugas

dapat dibagi-bagi sehingga komunikasi diantara pekerja menjadi minimal.

2. Outsourcing kerja proyek

Sebuah metode umum untuk memperpendek waktu proyek adalah

subkontrak sebuah aktivitas. Subkontrak mungkin mempunyai akses ke

keahlian atau teknologi unggulan yang akan mempercepat penyelesaian

proyek. Sebagai contoh, mengontrak sebuah mesin ekskavasi dapat

membuat aktivitas selesai lebih cepat dari pada waktu yang diperlukan oleh

tim pekerja secara manual.

3. Penjadwalan Lembur

Page 31: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

37

Cara paling mudah untuk menambahkan lebiah banyak tenaga kerja pada

sebuah proyek bukanlah menambahkan lebih banyak orang pekerja, tetapi

dengan menjadwalakan lembur. Lembur mempunyai kerugian: pekerja yang

digaji perjam pada umumnya dibayar satu setengah kali upah per jam ketika

mereka lembur, dan dua kali upah perjam ketika mereka lembur akhir pekan

dan hari libur. lembur mengakibatkan produktivitas menurun karena adanya

batasan alamiah pada manusia. Sekalipunada kerugaian potensial ,lembur

dan bekerja dengan jam yang lebih panjang menjadi pilihan yang disukai

untuk mempersepat penyelasaian proyek.

4. Membangun Tim Proyek Inti

Salah satu keuntungan membangun tim inti khusus yaitu berguna untuk

menyelesaikan suatu proyek lebih cepat dari penjadwalan yang telah

ditetapkan. Menugaskan para profesiona penuh waktu pada sebauh proyek

menghindari biaya tersembunyi dari multitasking di mana orang-orang wajib

menyelesaikan permintaan dari proyek. Para profesional dapat menfokuskan

perhatian mereka sepenuhnya pada sebuah proyek spesifik. Fokus ini

menciptakan tujuan bersama yang dpat mengikat sekumpulan profesional

yang beragam ke dalam sebuah tim yang kompak.

5. Lakukan Dua Kali-Cepat dan Benar

Jika keadaan mendesak maka cobalah membangun solusi jangka pendek,

kemudian kembali dan lakukan dengan cara yang benar. Contoh, stadion

rase garden di Portland, Oregon, diharapkan selesai pada waktu musim

pertandingan NBA. Keterlambatan membuat membuat pertandingan tersebut

mustahil dilakukan sehingga kru konstruksi mengatur tempat sementara

untuk mengakomodasi penonton malam pembukaan. Biaya tambahan untuk

Page 32: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

38

membuatanya sering dua kali lebih besar dari kompensasi karena

keuntungan dari pemenuhan tenggang waktu. Manajer proyek memiliki

sedikit pilihan untuk mempercepat proyek ketika sumber daya tambahan

tidak tersedia atau anggaran dibatasi. Berikut ini sebagian dari pilihan-pilihan

tersebut:

a. Fast – Tracking

kadang-kadang memungkinkan untuk menyusun kembali logika jaringan

proyek sedemikian sehingga aktivitas kritis dilakukan secara paralel

ketimbang sekuensial.

b. Rantai Kritis

Rantai kritis (c-c) dirancang untuk mempercepat penyelesaian proyek.

Prinsip ini sangat baik dan layak dilakukan bila kecepatan adalah krusial.

Tetapi sulit dilakukan karena memerlukan pelatihan yang memadai dan

perubahan yang perspektif dan kebiasaan, yang mempunyai banyak

waktu diadopsi.

c. Mengurangi Cakupan Proyek

Tanggapan paling umum untuk memenuhi target dengan mengurangi

atau menskala kembali cakupan proyek. Contoh, produk perangkat lunak

akan memiliki fitur lebih sedikit dibandingkan dengan yang telah

direncanakan.

d. Brainstorming

Anggota tim proyek dapat menjadi sumber gagasan untuk mempercepat

aktivitas proyek , mereka juaga dapat menawarkan cara yang kelihatan

(tangibel) untuk mengurangi biaya-biaya proyek.

e. Mengompromikan Kualitas

Page 33: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

39

Mengurangi kualitas selalu menjadi pilihan, tetapi jarang digunakan atau

diterima. Jika kualitas dikorbankan, maka waktu aktivitas pada jalur kritis

mungkin dapat berkurang.

Dalam praktiknya, metode yang paling umum digunakan untuk crash proyek

adalah penjadwalan lembur, outsourcing, dan menambah sumber daya.

Page 34: 2009-1-00301-MN bab 2.pdf

40

2.12 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.9 Kerangka pemikiran

Sumber : data diolah tahun 2008

Hasil Analisis Menggunakan Model Menjemen Proyek

Rekomendasi

Pengaplikasian Metode PERT/CPM

Pengaplikasian Metode Crashing

Proyek Pembangunan Gedung Cyber II

Penjadwalan Proyek Kurva S

PT. Duta Graha Indah

Penetapan Work Breakdown Structure

Analisis Proyek