13
PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN TARI SWARA MAHARDDHIKA YANG BERTEMA DINAMIS DAN INTERAKTIF ATRINA MAHARANI Binus University, Jl. Ibnu Armah no.5 rt/rw 006/003 Pangkalan Jati Baru, Cinere, Depok, 081298259091/081290706990, [email protected] (Atrina Maharani, Ulli Aulia Ruki,S.sn.,M.Sc, Polniwati Salim,S.Sn.,M.Ds) ABSTRAK Seni tari di Indonesia merupakan bagian budaya bangsa yang sebenarnya sudah ada sejak dulu. Swara Maharddhika merupakan sebuah organisasi tari yang cukup terkenal di kota Jakarta pada jaman Orde Baru sudah memiliki trademark tersendiri dan sejarah yang besar dalam bidang kesenian tari di Indonesia. Pusat Pagelaran Tari Swara Maharddhika merupakan suatu fasilitas publik yang mampu menampung segala kegiatan berkesenian, khususnya seni pertunjukan tari secara terpadu (one stop service) yang dikelola secara profesional oleh yayasan Swara Maharddhika. Tujuan penelitian ini untuk merancang interior pusat pergelaran tari secara konseptual juga berstandar internasional dengan program kebutuhan ruang yang terorganisir, sehingga mampu menghasilkan rancangan visual yang optimal dengan tetap menyajikan nilai-nilai Budaya Nusantara tetap terasa. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara mendapatkan data secara studi literatur tentang gedung pagelaran, survei lapangan, dan wawancara dengan tokoh seni tari. Hasil penelitian tersebut merangkum semua fasilitas dan aktifitas dalam program ruang, dengan penekanan desain secara visual dan fungsi pada gedung pagelaran menunjukan sebuah perancangan interior yang Dinamis dan Interaktif.(A). Kata kunci : Dinamis, Interaktif, Pagelaran, Swara Maharddhika, Tari

2012-2-00024-DI WorkingPaper001

Embed Size (px)

DESCRIPTION

qwqert

Citation preview

Page 1: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

PERANCANGAN PUSAT PAGELARAN TARI SWARA MAHARDDHIKA YANG BERTEMA

DINAMIS DAN INTERAKTIF

ATRINA MAHARANI

Binus University, Jl. Ibnu Armah no.5 rt/rw 006/003 Pangkalan Jati Baru, Cinere, Depok, 081298259091/081290706990, [email protected]

(Atrina Maharani, Ulli Aulia Ruki,S.sn.,M.Sc, Polniwati Salim,S.Sn.,M.Ds)

ABSTRAK

Seni tari di Indonesia merupakan bagian budaya bangsa yang sebenarnya sudah ada sejak dulu. Swara Maharddhika merupakan sebuah organisasi tari yang cukup terkenal di kota Jakarta pada jaman Orde Baru sudah memiliki trademark tersendiri dan sejarah yang besar dalam bidang kesenian tari di Indonesia. Pusat Pagelaran Tari Swara Maharddhika merupakan suatu fasilitas publik yang mampu menampung segala kegiatan berkesenian, khususnya seni pertunjukan tari secara terpadu (one stop service) yang dikelola secara profesional oleh yayasan Swara Maharddhika. Tujuan penelitian ini untuk merancang interior pusat pergelaran tari secara konseptual juga berstandar internasional dengan program kebutuhan ruang yang terorganisir, sehingga mampu menghasilkan rancangan visual yang optimal dengan tetap menyajikan nilai-nilai Budaya Nusantara tetap terasa. Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan cara mendapatkan data secara studi literatur tentang gedung pagelaran, survei lapangan, dan wawancara dengan tokoh seni tari. Hasil penelitian tersebut merangkum semua fasilitas dan aktifitas dalam program ruang, dengan penekanan desain secara visual dan fungsi pada gedung pagelaran menunjukan sebuah perancangan interior yang Dinamis dan Interaktif.(A).

Kata kunci : Dinamis, Interaktif, Pagelaran, Swara Maharddhika, Tari

ABSTRACT

Dance in Indonesia is a part of the national culture that has actually been there for along. Swara Maharddhika is a dance organization in Jakarta City when Orde Baru era already has its own trademark and a great history in the field of dance art in Indonesia. Swara Maharddhika Dance Performing Center is a public facility that is able to accommodate all the activities in art, especially the art of dance in an integrated (one stop service) which is professionally managed by a Swara Maharddhika Foundation. The purpose of this study is to designing the interior of the center is also conceptually dance

Page 2: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

performances of international standard with the space program needs an organized, so as to produce an optimal visual design while presenting cultural values archipelago still felt. Methods This study used qualitative methods to study how to get the data in the literature on building performance, field surveys, and interviews with the art of dance. The results are summarized all the facilities and activities in the space program, with emphasis on visual design and function of theater building interior shows a Dynamic and Interactive.(A).

Keyword : Dance, Dynamic, Interactive, Performing Art, Swara Maharddhika

PENDAHULUAN

Kesenian merupakan bagian dari kebudayaan. Seni tari di Indonesia merupakan bagian budaya

bangsa yang sebenarnya sudah ada sejak jaman primitif. Dengan memperhatikan sejarah dan proses

perkembangan organisasi Swara Maharddhika, timbulah gagasan untuk menyediakan pusat pagelaran tari

Swara Maharddhika dengan fasilitas utama dan pendukung yang lengkap. Maka pengadaan suatu

wadah/sarana hiburan dan rekreasi merupakan suatu usaha yang seiring dengan program-program yang

sedang digalakkan pemerintah. Diharapkan dapat menyajikan fasilitas hiburan publik yang bermutu dan

bertaraf internasional yang menyajikan sajian nilai-nilai budaya Nusantara.

Sebagai akibat dari timbulnya gagasan di atas, maka masalah pertama yang dihadapi adalah belum

tersedianya suatu fasilitas gedung pertunjukan yang hanya berkonsentrasi utama pada kegiatan pementasan

tari-tarian. Disamping itu juga belum adanya fasilitas publik yang mampu menampung segala kegiatan

berkesenian, khususnya seni pertunjukan tari secara terpadu (one stop service). Dimana selain permasalahan

umum yang sudah dijelaskan di atas, adapun permasalahan lainnya yaitu belum tersedianya fasilitas

pendukung seperti museum, galeri, area perkantoran, sarana dan prasarana pendidikan yang representatif.

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Merancang interior pusat pergelaran tari secara konseptual, sehingga mampu menghasilkan rancangan

visual yang optimal baik dari sisi teknis dan non teknis,

2. Merancang interior pusat pergelaran tari yang mampu menghasilkan program kebutuhan ruang yang

terorganisir secara optimal,

3. Merancang interior pusat pergelaran tari yang berstandar internasional namun tetap menyajikan nilai

Budaya Nusantara,

4. Merancang interior pusat pergelaran tari yang mampu mengakomodir seluruh kegiatan yang berjalan,

sehingga para pelaku (user) dan pengunjung merasakan pelayanan yang terpadu (one stop activity).

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode bagaimana mendapatkan dan

menganalisis data/fakta secara kualitatif. Beberapa cara yang digunakan dalam pengumpulan data yang

diperlukan guna menyusun laporan tugas akhir ini adalah :

1. Studi Literatur

Page 3: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

Studi Literatur adalah suatu bentuk pengumpulan data yang berhubungan dengan definisi tari pada

umumnya, jenis-jenis tarian, kebutuhan ruang untuk pertunjukan, latihan, dan fasilitas pendukung lain,

macam-macam tempat pertunjukan/pagelaran, organisasi dan yayasan Swara Maharddhika itu sendiri.

Dilakukan studi literatur terhadap bahan-bahan yang berhubungan dengan perancangan yang diusulkan

untuk kepentingan teoritis dan pembanding.

2. Survei Lapangan

Survei lapangan dibutuhkan untuk mendapatkan data informasi langsung lapangan yang berhubungan

dengan pagelaran tari Swara Maharddhika. Data tersebut mencakup foto, aktifitas yang dilakukan

(latihan, belajar, dan pentas), dan fasilitas yang dibutuhkan dari sebuah gedung pertunjukan dan sarana

pendukung lainnya. Dilakukan survei lapangan guna memperoleh gambaran objektif mengenai

perancangan gedung pertunjukan.

3. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi langsung dari penari, pengajar, alumni, dan

pihak-pihak yang bersangkutan dalam seni tari Swara Maharddhika, baik badan swata maupun

pemerintah. Informasi tersebut berupa apa saja jenis tarian yang dipelajari, kebutuhan untuk pergelaran

serta kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam latihan dan kebutuhan pendukung, juga tentang

yayasan Swara Maharddhika itu sendiri.

HASIL DAN BAHASAN

Konsep Perancangan

Konsep Desain

Konsep perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika ini mempertimbangkan

beberapa indikator-indikator dari Tari dan Swara Maharddhika seperti yang tergambar dalam bagan

kerangka berpikir dibawah ini.

Gambar 1. Mindmap Konsep

Page 4: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

Dengan melihat dari kerangka berpikir tersebut, perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika berkonsep “Dynamic of Diversity” untuk meningkatkan apresiasi gerakan seni tari di Indonesia.

Tema Desain

Dengan melihat indikasi-indikasi yang tergambar pada kerangka berpikir, maka tema yang diambil

pada perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika ini yaitu “Dinamis Interaktif”

Gaya / Style

Gaya atau style yang diambil pada perancangan interior pusat pagelaran tari Swara Maharddhika

ini yaitu “Modern streamline”. Diaplikasikan pada bentuk-bentuk furnitur yang digunakan.

Konsep Visual

Konten Lokal

Kecak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun 1930an dan dimainkan

terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang

duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan

menggambarkan kisah saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.

Namun demikian, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada

kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian

menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.

Citra Ruang

Sebagai suatu lembaga pusat tari yang membina dan mengembangkan seni pertunjukan tari, citra

ruang yang akan ditampilkan adalah desain interior yang menimbulkan efek perasaan bersemangat dan

energik.

Bentuk

Bentuk yang akan diterapkan lebih mengacu pada bentuk-bentuk yang dinamis, dan berulang.

Seperti yang tergambar dalam gambar dibawah. Terlihat dalam sebuah pola tarian kecak memiliki pola yang

dinamis. Anatomi bentuk tersebut yang akan diterapkan menjadi sebuah konten lokal baru namun tetap

mengambil filosofi dari sebuah gerakan tari kecak.

Konsep Warna

Penerapan warna dalam gedung pagelaran tari ini didominasi oleh warna-warna yang memiliki

tingkat kecerahannya yang rendah seperti beige ke coklat, dan hitam ke putih. Dianjurkan warna yang tidak

terlalu mencolok karena area panggung menjadi fokus perhatian utama dari penonton dikala pertunjukan

sedang berlangsung sehingga objek yang berada di atas panggung menjadi satu fokus utama.

Page 5: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

Secara umum warna yang diterapkan di dalam ruang pertunjukan ini adalah warna-warna netral,

hangat serta mengekspos warna material yang asli. Contohnya material kayu. Warna-warna netral yang

diterapkan lebih ke arah warna beige, coklat, hitam, abu-abu, dan putih.

Warna-warna yang diaplikasikan dalam gedung pertunjukan off white sebagai warna dominan

dengan presentase 50%, coklat sebagai warna sub dominan dengan presentase 25%, abu-abu tua 15%, abu-

abu muda 6,25%, dan warna magenta, lime, orange, dan tosca sebagai warna aksen dengan presentase 1,5%.

Gambar 2. Konsep Warna

Konsep Material

Pemilihan material pada tiap elemen interior (lantai, dinding, dan ceiling) dan elemen pendukung (furniture)

didasarkan pada beberapa pertimbangan, yaitu :

Tingkat durability yang tinggi.

Mudah dalam perawatan (maintanance).

Tahan untuk jangka waktu yang lama.

Bahan dengan kualitas yang tinggi.

Mendukung sistem fungsi yang ada.

1. Lantai

Untuk lantai penggunaan material lebih menekankan pada fungsi-fungsi dari area-area

yang dirancang dalam gedung pagelaran. Untuk penerapan material lantai dalam ruang pertunjukan

lebih menggunakan material yang lunak, memiliki densitas rendah, berpori, dan mendukung sistem

akustik dalam ruangan. Contoh : karpet. Pemasangan pola lantai lebih mengacu ke bentuk

penyusunan batu bata. Menggunakan jenis carpet tiles dengan ukuran standar 30x30 cm.

Untuk area panggung penerapan material lantai lebih menggunakan yang aman dan

mendukung untuk melakukan gerakan tari. Contoh : Vinyl tile dengan motif dan warna kayu.

Pemasangan pola horizontal. Ukuran beragam, ada yang berbentuk persegi panjang dan bujur

sangkar.

Dan untuk ruangan di area publik yang tingkat mobilitas pengguna terbilang tinggi

penerapan lantai lebih menggunakan material yang mudah perawatan, tahan lama, dan tidak

menggangu aktifitas pemakai. Contoh : marmer, granit, karpet.

Page 6: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

2. Dinding

Untuk penerapan material di dinding, sama seperti halnya dengan lantai, dalam ruang

pagelaran lebih menekankan fungsi yang mendukung sistem akustik dan visual penonton ke arah

panggung pertunjukan.

Namun untuk area publik lainnya dalam gedung pagelaran, penerapan material dinding

lebih bersifat estetik dan pemilihan berdasarkan dari konsep visual, tema dan gaya yang ingin

ditinjolkan.

3. Ceiling

Material ceiling dalam ruang pagelaran juga menggunakan bahan yang lunak dan dapat

memantulkan suara dari pemain langsung ke area penonton. Penerapan acoustic cloud pada ceiling

di ruang pertunjukan adalah wajib mengingat fungsi utama sebagai pemantul suara dari panggung

ke penonton. Material yang digunakan dapat bermacam-macam namun masih berjenis material

lunak dan berpori. Contoh: Kayu, kain, gypsum board.

Ceiling untuk area public lainnya penerapan material dinding lebih bersifat estetik dan

pemilihan berdasarkan dari konsep tema dan gaya yang ingin ditinjolkan. Dan penerapannya dapat

berupa material apapun. Pengaplikasiaanya juga dapat di

diturunkan maupun dinaikan tergantung pengembangan desain yang ingin diterapkan.

Konsep Penerapan Fungsi

Konsep Pencahayaan

Pengkondisian cahaya pada ruang pagelaran lebih didominasi dengan cahaya bersifat langsung

(direct light) untuk area penonton dan cahaya spotlight yang menerangi sudut-sudut di area panggung

pementasan yang ingin ditonjolkan dan disorot.

Penggunaan teknik pencahayaan tidak langsung (indirect light) lebih ditekankan pada leveling

floor dan dinding untuk memberikan efek dekorasi dan efek visual terhadap suasana ruang.

Konsep Penghawaan

Pengkondisan penghawaan pada tiap ruangan menggunakan penghawaan buatan yaitu AC (Air

Conditioning) dan exhaust fan. Dengan difuser yang dapat diekspos bentuk, material, dan warnanya.

Konsep Akustik Ruang

Energi bunyi senantiasa dipantulkan atau diserap oleh bidang yang ada dihadapannya termasuk

benda-benda yang ada. Materi pengantar yang memiliki sifat peredam sebagai pengendali bunyi yang

diharapkan, serta tingkat kebisingan yang diperlukan, yaitu bahan yang berpori, panel penyerap atau selimut

selaput, dan resonator rongga. Untuk penyerapan bunyi menggunakan bahan yang lunak seperti karpet,

kayu, kain atau bahan lain yang memiliki tekstur.

Page 7: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

Material yang digunakan tidak terlepas hubungannya dari fungsi akustik yang ingin dirancang.

Sedangkan untuk pemantulan bunyi menggunakan material yang berjenis keras seperti metal, semen, batu,

kaca.

Gambar 3. Konsep Akustik

Konsep Keamanan

Konsep keamanan terbagi atas 2 bagian, yaitu :

1. Keamanan terhadap bahaya kebakaran

Untuk mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran diterapkan beberapa hal, yaitu :

Pemasangan smoke dan heat detector di seluruh ruangan

Menyediakan tabung pemadam kebakaran api portable.

Pemasangan spinkler di seluruh ruangan

Menyediakan fire hydrant di halaman bangunan

2. Keamanan terhadap bahaya kriminalitas

Untuk mencegah bahaya pencurian dan kriminalitas dalam komplek gedung diterapkan beberapa hal

sebagai berikut :

Sistem keamanan tertutup : menggunakan CCTV / kamera tersembunyi pada area-area lobby, cafe,

galeri, ruang pagelaran, ruang latihan tari, kantor, kantin, dan student room dalam gedung pusat

pagelaran tari yang dihubungkan langsung ke ruang kontrol keamanan.

Sistem keaman terbuka : petugas keamanan yang langsung berkeliling dan berjaga di area gedung

pagelaran tari.

Konsep Signage

Signage sangat dibutuhkan untuk sebuah petunjuk dalam sebuah gedung pertunjukan maupun

daerah publik dalam gedung untuk memberi arah keberadaan sebuah ruangan agar mudah dituju oleh

pengunjung dan sirkulasi dapat terarah dengan baik. Singnage yang di gunakan akan terletak di ceiling,

dinding, dan lantai. Menggunakan jenis huruf Sans Serif, mudah dibaca, dan warna yang terang untuk

background.

Buletin Board sebagai media informasi akan dibuat lebih sistematis dan interaktif dengan sensor

suara yang dapat menangkap suara pengunjung yang bertanya, mengolah, dan memproses dengan menjawab

langsung pertanyaan informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan aktifitas, fasilitas dalam gedung pagelaran.

Page 8: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari semua teori, metode, dan pembahasan yang telah di analisa di bab-bab sebelumnya, dapat

ditarik kesimpulan :

1. Pusat pagelaran tari yang memiliki persyaratan umum yang bersifat teknis seperti sistem standar

bangunan arsitektur-interior, sistem akustik, sistem tata cahaya, standar penerapan material, dan hal

teknis lainnya. Dan juga, hal yang bersifat non teknis seperti sistem administratif penyewaan ruang

pagelaran, sistem program pendidikan, public relation, dan lain sebagainya. Hal ini menjadikan pusat

pagelaran tari Swara Maharddhika ini menjadi sebuah fasilitas ruang pagelaran yang berskala

internasional, sebagai penampung wadah komunitas dan juga sebagai ikon dari sebuah kota / urban

monumental dari yayasan Swara Maharddhika sendiri maupun komunitas tari lainnya di Jakarta.

2. Dengan terakomodirnya fungsi dan kebutuhan dari setiap kegiatan / aktivitas pengguna yang telah

dirancang, gedung pertunjukan tersebut harus menerapkan program ruang dan sirkulasi yang

terstruktur, tepat guna, dan sistematis dalam perancangan gedung pagelaran tari ini.

3. Penerapan perancangan secara fungsi dan kebutuhan setiap pengguna dan pengelola dari gedung

pertunjukan harus memenuhi standar aplikasi dari sistem akustik, sistem pencahayaan, sistem tata

suara, sistem furnitur yang diterapkan pada ruang pertunjukan sehingga menjadikan gedung

pagelaran sebagai sarana yang tidak hanya sekedar menampilkan kegiatan pementasan namun

berdampak baik bagi pengguna dan pengelola gedung pagelaran tersebut.

Saran

Dengan adanya perancangan Pusat Pagelaran Tari Swara Maharddhika sebagai urban monumental

dan wadah untuk para penari berkreasi dapat memberikan alternatif perancangan sebuah gedung pagelaran

bagi rekan-rekan mahasiswa desainer interior yang ingin merancang gedung pagelaran.

Pembahasan green design dan konten lokal harus dikaji lebih lanjut oleh rekan rekan mahasiswa

desain interior selanjutnya dalam penelitian perancangan gedung pagelaran sejenis.

Dengan memikirkan aspek-aspek fungsi akustik, pencahayaan, dan visual dalam perancangan di

gedung teater diharapkan dapat memberikan efek yang baik bagi kelancaran kegiatan pementasan.

Diharapkan juga dengan perancangan ini, minat dan apresiasi dalam bidang kesenian khususnya tari terus

meningkat dan menjadikan sebagai aset bangsa.

REFERENSI

Sjamsu, Amril. (1989). Data Arsitek Edisi Kedua-Ernst Neufert. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Julius Panero, Martin Zelnik. (1979). Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Wisnu, Haryono. (1997). One Stop Entertaiment Service : Pusat Hiburan dan Bisnis Musik. Disertai tidak

diterbitkan. Bandung : Program Sarjana 1 Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung.

Winotokusumo, Soedarso. (1968). Indonesia Dancer. Yogyakarta : Akademi Seni Tari Indonesia

Bagong, Kussudiardja. (2000). Dari Klasik Hingga Kontemporer. Jakarta : Padepokan Press.

Page 9: 2012-2-00024-DI WorkingPaper001

Joseph DeChiara, Julius Panero, Martin Zelnik. (1992). Time-Saver Standards for Interior Design and

Space Planning. Singapur : McGraw-Hill Internasional Edition.

Ron, Reed. (2010). Color+Design Transforming Interior Space. New York : FairChild Books.

Gho See, Thjiong. (1990). Pusat Pagelaran dan Latihan Tari Swara Maharddhika di Jakarta. Disertai tidak

diterbitkan. Surabaya : Program Sarjana 1 Jurusan Teknik Arsitektur Universiteas Kristen Petra.

Guruh Soekarno Putra. 6-7 Januari, (1979). Tajuk cita-cita. Warta Swara Maharddhika. Halaman 4.

Ade. 6-7 Januari, (1979). Pengalaman Ketua. Warta Swara Maharddhika. Halaman 10.

Satya Graha. September, (1980). Guruh Berbicara Tentang Guruh. Warta Swara Maharddhika. Halaman 1.

Putri. September, (1980). Suara Orang Tentang Swara Maharddhika. Warta Swara Maharddhika. Halaman

3.

De, Musica. 29 Agustus (2008). Pengertian Pagelaran. Lirik Indonesia. Diakses 13 Februari 2013 dari

http://lirikindonesia-lirikku.blogspot.com/2010/06/pengertian-pagelaran-pagelaran-adalah.html

Made In Indonesia . 06 Agustus (2011). Proposal Pagelaran Seni Tari. Selalu Berikan yang Terbaik. Diakses

13 Februari 2013 dari http://batrasiaku.blogspot.com/2011/08/proposal-pagelaran-seni-tari.html

Heru Susanto, S. Sn. 10 Februari (2011).  Seni Budaya Indonesia, Nguri-uri Budaya Bangsa Kang

Adiluhung.Wahana Budaya. Diakses 13 Februari 2013 dari

http://www.wahana-budaya-indonesia.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=1033%3Agedung-kesenian-jakarta-gkj&catid=218%3Atujuan-

wisata&Itemid=61&lang=id

Diakses tanggal 15 Februari 2013 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Gedung_Kesenian_Jakarta

Fathiyah, Zulfahni. Jenis-Jenis Tari di Indonesia. Fathiiyahzulfahnea. Diakses tanggal 28 Februari 2013

dari http://fathiiyahzulfahnea.blogspot.com/2012/02/jenis-jenis-tari-di-indonesia.html

RIWAYAT PENULIS

Atrina Maharani lahir di kota Jakarta pada 1 Maret 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di

Universitas Bina Nusantara dalam bidang ilmu Desain Interior pada tahun 2013. Penulis sempat bekerja

sebagai assistant senior designer di PT. Artura Insanindo pada periode bulan September sampai Desember

2012 dan sempat bekerja sebagai intern di PT. Interni Asia pada tahun 2011. Penulis sempat aktif di

organisasi HIMPUNAN MAHASISWA DESAIN INTERIOR BINA NUSANTARA (HIMDI) sebagai tim

kreatif pada periode 2010-2011.