28
PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG ( Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah ) Try Indraningrum Prof. Dr. H. Abdul Rohman, S.E., M.Si., Akt ABSTRACT From 33 provinces and 471 districts/cities in Indonesia, only about 10 percent which have an official demarcation of the territory, one of them is Central Java province which has 35 districts/cities. Central Java province has large of amount natural resources. Therefore, this study aims to prove empirically the influence of Revenue (PAD), and the General Allocation Fund (DAU) to Direct Expenditure In Regency/City in Central Java. The object of this study is 35 regencies/municipalities in Central Java Province. The data used in this study are the data taken in 2007 until 2009. The data analyzed in this study is secondary data sourced from the Actual Budget Report document Regency/City in the province of Central Java are obtained from Local Government Revenue Sharing Sites on the Internet (www.djpk.depkeu.go.id ). Realization of the budget report was obtained data on the number of Direct Expenditure realization, revenue (PAD) and the General Allocation Fund (DAU). Sampling method using census method by taking the entire population. From these data, then analyzed using multiple linear regression techniques with the help of SPSS 16. The results of this study indicate that the revenue (PAD) and the General Allocation Fund (DAU) has a positive and significant influence on increasing of Direct Expenditure. This means that local government can predict the Direct Expenditure budget based on revenue (PAD) and the General Allocation Fund (DAU). Key words: Local Own Revenue (PAD), the General Allocation Fund (DAU), Direct Expenditure, Budget Realization Report.

ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

  • Upload
    others

  • View
    8

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA

ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG

( Studi Pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Di Provinsi Jawa Tengah )

Try Indraningrum

Prof. Dr. H. Abdul Rohman, S.E., M.Si., Akt

ABSTRACT

From 33 provinces and 471 districts/cities in Indonesia, only about

10 percent which have an official demarcation of the territory, one of

them is Central Java province which has 35 districts/cities. Central

Java province has large of amount natural resources. Therefore, this

study aims to prove empirically the influence of Revenue (PAD), and

the General Allocation Fund (DAU) to Direct Expenditure In Regency/City in

Central Java. The object of this study is 35 regencies/municipalities in Central

Java Province. The data used in this study are the data taken in 2007 until 2009.

The data analyzed in this study is secondary data sourced from the

Actual Budget Report document Regency/City in the province of

Central Java are obtained from Local Government Revenue Sharing Sites

on the Internet (www.djpk.depkeu.go.id). Realization of the budget report was

obtained data on

the number of Direct Expenditure realization, revenue (PAD) and the

General Allocation Fund (DAU). Sampling method using census method by

taking the entire population. From these data, then analyzed using

multiple linear regression techniques with the help of SPSS 16.

The results of this study indicate that the revenue (PAD) and the

General Allocation Fund (DAU) has a positive and significant influence

on increasing of Direct Expenditure. This means that local government

can predict the Direct Expenditure budget based on revenue (PAD) and the

General Allocation Fund (DAU).

Key words: Local Own Revenue (PAD), the General Allocation Fund (DAU),

Direct Expenditure, Budget Realization Report.

Page 2: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi

menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

hal penting dalam pengelolaan pemerintah termasuk di bidang pengelolaan

keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas publik adalah pemberian

informasi dan pengungkapan seluruh aktivitas dan kerja finansial Pemerintah

Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mardiasmo, 2002).

Subagyo (2003) menyatakan bahwa keputusan politik pemberlakuan

otonomi daerah yang dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001, telah membawa

implikasi yang luas dan serius. Otonomi daerah merupakan fenomena politis yang

menjadikan penyelenggaraan pemerintahan yang sentralistik birokratis ke

desentralistik partisipatoris. Pelaksanaan otonomi daerah didukung adanya

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah dan Undang-

undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Pusat dan Daerah. Kedua Undang-undang ini sebagai pengganti dari Undang-

undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999

tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

dan Daerah.

Pemberian otonomi yang luas kepada pemerintah daerah diarahkan untuk

mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan

pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Prinsip-prinsip otonomi

daerah harus dipenuhi oleh pemerintah daerah, yaitu demokratisasi, transparansi,

akuntabilitas publik dan partisipasi masyarakat. Artinya, pemerintah daerah

diberikan kewenangan secara luas, nyata, bertanggung jawab dan proporsional

dalam mengatur, membagi dan memanfaatkan sumber daya nasional serta

perimbangan keuangan pusat dan daerah (Purnamawati, 2006).

Pembiayaan penyelenggaran pemerintahan berdasarkan asas desentralisasi

dilakukan atas beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD). Dalam

Page 3: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

rangka penyelenggaran pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat

berdasarkan asas desentralisasi, kepada daerah diberi kewenangan untuk

memungut pajak/retribusi dan mengelola Sumber Daya Alam (SDA). Sumber

dana bagi daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan

(Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus) dan Pinjaman

Daerah, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Tiga sumber pertama langsung

dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui APBD, sedangkan yang lain dikelola

oleh Pemerintah Pusat melalui kerja sama dengan Pemerintah Daerah (Halim,

2009).

Keberhasilan pengembangan otonomi daerah bisa dilihat dari derajat

otonomi fiskal daerah yaitu perbandingan antara PAD dengan total penerimaan

APBDnya yang semakin meningkat, diharapkan dimasa yang akan datang

ketergantungan daerah terhadap transfer dana pusat hendaknya diminimalisasi

guna menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah dalam pelayanan publik dan

pembangunan (Puspita Sari, 2010).

Dengan adanya otonomi daerah ini berarti Pemerintah Daerah dituntut

untuk lebih mandiri, tak terkecuali juga mandiri dalam masalah financial. Meski

begitu Pemerintah Pusat tetap memberi dana bantuan yang berupa Dana Alokasi

Umum (DAU) yang ditransfer ke Pemerintah Daerah. Dalam praktiknya, transfer

dari Pemerintah Pusat merupakan sumber pendanaan utama Pemerintah Daerah

untuk membiayai operasional daerah, yang oleh Pemerintah Daerah ”dilaporkan”

di perhitungan anggaran. Tujuan dari transfer ini adalah untuk mengurangi

kesenjangan fiskal antar pemerintah dan menjamin tercapainya standar pelayanan

publik minimum di seluruh negeri (Maimunah, 2006).

Sumber-sumber Pendapatan Daerah yang diperoleh dan dipergunakan

untuk membiayai penyelenggaran urusan Pemerintah Daerah. Kawedar, dkk

(2008) mengatakan bahwa belanja daerah dirinci menurut urusan Pemerintah

Daerah, organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, obyek dan rincian obyek

belanja. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan

pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri

dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bidang

Page 4: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah. Belanja penyelenggaran urusan wajib diprioritaskan untuk

melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya

memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan

pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang

layak serta mengembangkan sistem jaminan sosial. Dalam rangka memudahkan

penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja menurut

kelompok belanja terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka akan dilakukan suatu

penelitian dengan judul: “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana

Alokasi Umum (DAU) Terhadap Belanja Langsung, Studi Pada Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat ditarik

permasalahan yang difokuskan pada penelitian ini antara lain :

1. Apakah Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh terhadap Belanja

Langsung pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah?

2. Apakah Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh terhadap Belanja

Langsung pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang diidentifikasi, maka penelitian ini

bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh Pendapatan Asli

Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja

Langsung pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah.

Page 5: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan

pemahaman mengenai pengaruh dari pendapatan asli daerah (PAD) dan

dana alokasi umum (DAU) terhadap belanja langsung.

2. Bagi Praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

bagi Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan

dapat menjadi acuan dalam pembuatan kebijakan di masa yang akan

datang sehingga dapat lebih meningkatkan kesejahteraan rakyat.

3. Bagi Akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi akademisi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di

bidang Akuntansi Pemerintahan khususnya mengenai pengaruh

pendapatan asli daerah (PAD) dan dana alokasi umum (DAU) terhadap

belanja langsung.

4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyempurnakan penelitian-

penelitian sejenis berikutnya.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Otonomi Daerah

Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah, Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Otonomi

daerah pada hakikatnya berkenaan dengan pelimpahan wewenang pengambilan

keputusan, kebijakan, pengelolaan dana publik dan pengaturan kegiatan dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat (Halim, 2001).

Dalam Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tujuan otonomi daerah

diarahkan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menggalakkan prakarsa dan peran aktif

masyarakat serta peningkatan potensi daerah secara optimal, terpadu, nyata,

Page 6: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan

bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat dan campur tangan di daerah yang

akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal (Halim, 2001).

2.1.2 Anggaran Daerah sektor publik

Dalam organisasi sektor publik anggaran merupakan instrumen

akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program

yang dibiayai dengan uang publik. Anggaran sektor publik berisi rencana kegiatan

yang dipresentasikan dalam bentuk rencana perolehan pendapatan dan belanja

dalam satuan moneter. Dalam bentuk yang paling sederhana, anggaran sektor

publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan kondisi keuangan dari

suatu organisasi yang meliputi informasi mengenai pendapatan, belanja dan

aktivitas.

Menurut Mardiasmo (2004) secara singkat dapat dinyatakan bahwa

anggaran sektor publik merupakan suatu rencana finansial yang menyatakan :

1. Berapa biaya-biaya atas rencana yang dibuat (pengeluaran/belanja).

2. Berapa banyak dan bagaimana caranya memperoleh uang untuk mendanai

rencana tersebut (pendapatan).

2.1.3 Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos

Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos

Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan

Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam (Isdijoso, 2002). Identifikasi

sumber Pendapatan Asli Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan

mana sesungguhnya yang menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara

meneliti dan mengusahakan serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan

benar sehingga memberikan hasil yang maksimal (Elita dalam Pratiwi, 2007).

Kendala utama yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan

otonomi daerah adalah minimnya pendapatan yang bersumber dari Pendapatan

Asli Daerah (PAD). Proporsi Pendapatan Asli Daerah yang rendah, di lain pihak

menyebabkan Pemerintah Daerah memiliki derajat kebebasan rendah dalam

Page 7: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

mengelola keuangan daerah. Sebagian besar pengeluaran, baik rutin maupun

pembangunan, dibiayai dari dana perimbangan, terutama Dana Alokasi Umum.

Alternatif jangka pendek peningkatan penerimaan Pemerintah Daerah adalah

menggali dari Pendapatan Asli Daerah (Pratiwi, 2007).

2.1.4 Dana Perimbangan

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN

yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam

rangka pelaksanaan Desentralisasi (UU No. 33/2004). Otonomi daerah hingga saat

ini masih memberikan berbagai permasalahan. Kondisi geografis dan kekayaan

alam yang beragam, defferesial potensi daerah, yang menciptakan perbedaan

kemampuan finansial untuk memenuhi kebutuhannya, atau yang biasa disebut

fiscal gap (celah fiskal). Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil,

proporsional, demokratis, transparan, dan efisien. Dalam rangka pendanaan

penyelenggaraan Desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan

kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan (UU No. 33/2004).

2.1.5 Dana Alokasi Umum

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 Dana Alokasi Umum, selanjutnya

disebut DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk

mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber

penerimaan daerah dalam konteks otonomi dan desentralisasi untuk saat ini masih

sangat didominasi oleh bantuan dan sumbangan dari pemerintah pusat baik dalam

bentuk Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), dan Dana

Bagi Hasil (DBH), sedangkan porsi PAD masih relatif kecil (Mardiasmo, 2002).

2.1.6 Belanja Daerah

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah adalah semua

pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana.

Page 8: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Belanja Daerah merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak

akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

Berdasarkan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah, belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri

dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan

perundang-undangan. Sejak dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah dan

desentralisasi fiskal pada tahun 2001, anggaran belanja daerah, dari tahun ke

tahun menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan, baik dari segi cakupan

jenis dana yang didaerahkan, maupun dari besaran alokasi dana yang didaerahkan.

2.1.7 Belanja Langsung

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Pasal 36

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, belanja langsung merupakan

belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program

dan kegiatan. Belanja langsung terdiri dari:

1. Belanja Pegawai

Belanja pegawai adalah belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang

maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri Sipil

(PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang belum

berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah dilaksanakan

dimana pekerjaan tersebut yang berkaitan dengan pembentukan modal.

2. Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran untuk menampung pembelian

barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa

yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan barang yang

dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada masyarakat dan belanja

perjalanan.

3. Belanja Modal

Page 9: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Belanja modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aktiva tetap

dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi.

Untuk mengetahui apakah suatu belanja dapat dimasukkan sebagai belanja

modal atau tidak, maka perlu diketahui definisi aset tetap atau aset lainnya

dan kriteria kapitalisasi aset tetap.

2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti sebelumnya seperti Abdullah & Halim (2004) menyatakan bahwa

DAU berpengaruh signifikan terhadap Belanja Pemerintah Daerah dan PAD

berpengaruh signifikan terhadap Belanja Pemerintah Daerah.

Bambang Prakosa (2004) menyatakan bahwa secara empiris membuktikan

bahwa besarnya belanja daerah dipengaruhi oleh jumlah DAU yang diterima dari

pemerintah pusat. Dalam model prediksi belanja daerah, daya prediksi DAU

terhadap belanja daerah lebih tinggi dibanding daya prediksi PAD. Penelitian ini

dilakukan di DIY dan Jawa Tengah.

Abdullah & Halim (2004) menyatakan bahwa Belanja Modal berpengaruh

terhadap Belanja Pemeliharaan dan Bantuan Pemerintah berpengaruh terhadap

Belanja Modal, sementara PAD tidak berpengaruh terhadap Belanja Modal.

Maimunah (2006) menguji flypaper effect pada dana alokasi umum(DAU)

dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota

di pulau Sumatera. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris

pada (1) pengaruh DAU dan PAD terhadap Belanja Pemerintah Kabupaten/Kota

di pulau Sumatera; (2) kemungkinan terjadinya flypaper effect pada Belanja

Pemerintah Kabupaten/Kota di pulau Sumatera; (3) kecenderungan flypaper effect

menyebabkan peningkatan jumlah Belanja Daerah; (4) kemungkinan adannya

perbedaan flypaper effect antara Pemerintah Kabupaten/Kota yang PADnya tinggi

dengan Pemerintah Kabupaten/Kota yang PADnya rendah; dan terakhir (5)

pengaruh DAU dan PAD pada kategori pengeluaran sektor yang berhubungan

langsung dengan publik (belanja bidang pendidikan, kesehatan dan pekerjaan

umum).

Page 10: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Darwanto (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi, PAD dan

DAU berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal. Sedangkan secara

parsial PAD dan DAU berpengaruh signifikan terhadap anggaran belanja modal,

sedangkan pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh.

Puspita Sari (2010) melakukan penelitian tentang pengaruh Dana Alokasi

Umum (DAU) Dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Langsung

Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa Pertama, DAU mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

belanja langsung. Kedua, PAD secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang

positif dan signifikan terhadap belanja langsung. Ketiga, DAU dan PAD secara

simultan berpengaruh signifikan terhadap Belanja Langsung.

2.3 Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1

Model Kerangka Pemikiran

Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Dan Dana Alokasi Umum Terhadap Belanja

Langsung Pada Pemerintah Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Tengah

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja

Langsung

Studi tentang pengaruh pendapatan daerah (local own resources revenue)

terhadap pengeluaran daerah sudah banyak dilakukan, sebagai contoh penelitian

Belanja Langsung

H1

H2

Pendapatan Asli

Daerah (PAD)

Dana Alokasi

Umum (DAU)

Page 11: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

yang pernah dilakukan oleh Bambang Prakosa (2004), Abdullah & Halim (2004)

menyatakan pendapatan (terutama pajak) akan mempegaruhi Anggaran Belanja

Pemerintah Daerah dikenal dengan nama tax spend hyphotesis. Dalam hal ini

pengeluaran Pemerintah Daerah akan disesuaikan dengan perubahan dalam

penerimaan Pemerintah Daerah atau perubahan pendapatan terjadi sebelum

perubahan pengeluaran.

Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap alokasi belanja

daerah. Pemerintah Daerah yang memiliki PAD tinggi maka pengeluaran untuk

alokasi belanja daerahnya juga semakin tinggi (Indah Rahmawati, 2010). Sihite

(2009) juga mengemukakan bahwa secara parsial dana bagi hasil (DBH), dana

alokasi khusus (DAK) dan pendapatan asli daerah (PAD), masing-masing

berpengaruh signifikan positif terhadap belanja langsung. Sedangkan secara

simultan, ketiga variabel independen berpengaruh positif terhadap belanja

langsung.

H1 : Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Belanja

Langsung.

2.4.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Langsung

Maimunah (2006) menguji flypaper effect pada dana alokasi umum(DAU)

dan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap belanja daerah pada Kabupaten/Kota

di pulau Sumatera. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka simpulan yang

merupakan hasil penelitian yang telah dilakukan yaitu besarnya nilai DAU dan

PAD mempengaruhi besarnya nilai Belanja daerah (pengaruh positif).

DAU dialokasikan untuk daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota.

Tujuan dari pemberian dana alokasi umum ini adalah pemerataan dengan

memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi, jumlah penduduk,

dan tingkat pendapatan. Jaminan keseimbangan penyelenggaraan pemerintah

daerah dalam rangka penyediaan pelayanan dasar kepada masyarakat. DAU suatu

daerah ditentukan atas besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) suatu daerah, yang

merupakan selisih antara kebutuhan daerah (fiscal need) dan potensi daerah (fiscal

capacity). Alokasi DAU bagi daerah yang potensi fiskalnya besar, tetapi

Page 12: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

kebutuhan fiskal kecil akan memperoleh alokasi DAU relatif kecil, namun

kebutuhan fiskal besar, akan memperoleh alokasi DAU relatif besar. Secara

implisit, prinsip tersebut menegaskan fungsi DAU sebagai faktor pemerataan

kapasitas fiskal (Puspita Sari, 2010).

H2 : Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Belanja

Langsung.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara dua variabel

dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel

lainnya (Sekaran, 2002 : 30). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

independen adalah Pendapatan Asli Daerah (X1) dan Dana Alokasi Umum (X2),

Belanja Langsung (Y1) sebagai variabel dependen. Populasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah yang berjumlah 35 Kabupaten/Kota pada Tahun 2007 sampai 2009

dengan alasan ketersediaan data.

Dalam penelitian ini, sampelnya adalah populasi tersebut, jadi

populasi ini merupakan sampel penelitian. Data yang dianalisis dalam penulisan

ini adalah data sekunder dengan metode sensus yang bersumber dari dokumen

Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah yang

diperoleh dari Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah Daerah di internet

(www.djpk.depkeu.go.id). Dari Laporan Realisasi APBD ini diperoleh data

mengenai jumlah realisasi Belanja Langsung, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

Dana Alokasi Umum (DAU). Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi berganda adalah analisis

mengenai beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen.

Page 13: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

4. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Statistik Deskriptif

Penyajian statistik deskriptif bertujuan agar dapat dilihat profil dari data

penelitian tersebut dan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam

penelitian tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) serta Belanja

Langsung. Hasil statistik deskriptif tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Hasil Statistik Deskriptif

Sumber : data sekunder diolah, 2011 (dalam jutaan rupiah)

Berdasarkan tabel 4.2 di atas, Pendapatan Asli Daerah di Provinsi Jawa

Tengah pada tahun 2007 sampai 2008 memiliki nilai minimum sebesar Rp

21.757.000.000,00 dan nilai maksimum sebesar Rp 236.882.000.000,00.dengan

nilai rata-rata (mean) selama dua tahun sebesar Rp 534.155.000.000,00 dan nilai

standar deviasi sebesar Rp 34.812.265.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa

Pendapatan Asli Daerah antara Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tidak

sama dan bervariasi sesuai dengan kemampuan dan sumber-sumber pendapatan

yang dimiliki setiap daerah.

Dana Alokasi Umum di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 sampai

2008 memiliki nilai minimum sebesar Rp 212.614.000.000,00 dan nilai

maksimum sebesar Rp 754.599.000.000,00 dengan nilai rata-rata (mean) selama

dua tahun sebesar Rp 486.981.000.000,00 dan nilai standar deviasi sebesar Rp

130.044.183.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi Dana Alokasi

Umum pada Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tidak merata.

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

PAD 70 21.757 236.882 5.34155 34.812265

DAU 70 212.614 754.599 4.86981 130.044183

Belanja Langsung 70 161.801 745.447 2.86092 96.881860

Valid N (listwise) 70

Page 14: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Belanja langsung di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sampai 2009

memiliki nilai minimum sebesar Rp 161.801.000.000,00 dan nilai maksimum

sebesar Rp 745.447.000.000,00 dengan nilai rata-rata (mean) selama dua tahun

sebesar Rp 286.092.000.000,00 dan nilai standar deviasi sebesar Rp

96.881.860.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa belanja langsung antara

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tidak sama dan bervariasi sesuai dengan

kebutuhan masing-masing daerah.

4.2. Hasil Pengujian Asumsi Klasik

Setelah melakukan pengujian data secara statistik deskriptif, selanjutnya

adalah melakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi,

dan Uji Heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil uji asumsi klasik:

4.3.1 Hasil Uji Normalitas

Normalitas data merupakan syarat utama suatu penyelesaian dengan

statistik parametrik. Pengujian normalitas data dilakukan dengan menggunakan

Uji Kolmogorov Smirnov. Secara multivariat pengujian normalitas data dilakukan

terhadap nilai residualnya. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan

nilai signifikansi di atas 0,05.

Gambar 4.1

Normal Probability Plot

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Page 15: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Tabel 4.3

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 70

Normal Parametersa,b

Mean .0000000

Std. Deviation 49.50741995

Most Extreme Differences Absolute .079

Positive .079

Negative -.049

Kolmogorov-Smirnov Z .660

Asymp. Sig. (2-tailed) .776

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Dapat dilihat grafik di atas terdapat penyebaran data (titik) pada sumbu

diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya. Hal ini

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas. Sedangkan berdasarkan tabel kolmogorov-Smirnov di atas, dapat

dilihat besarnya nilai kolmogorov-Smirnov adalah 0,660 dengan nilai

signifikansinya di atas 0,05 yaitu 0,776. Dapat disimpulkan bahwa model regresi

layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.

4.3.2 Hasil Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) dengan cara

menganalisis korelasi antara variabel independen dan perhitungan nilai Tolerance

dan Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan data yang telah diperoleh dan

dianalisis dengan menggunakan SPSS Ver 16, diperoleh hasil sebagai berikut :

Page 16: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa seluruh variabel

independen yaitu PAD dan DAU memiliki nilai Variance Inflation Factors (VIF)

kurang dari 10 dan nilai Tolerance dari masing-masing variabel independen juga

menunjukkan nilai lebih besar dari 0,10. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

model yang terbentuk tidak terdapat adanya gejala multikolinieritas antar variabel

independen dalam model regresi.

4.3.3 Hasil Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi

antara kesalahan pengganggu pada periode t degan kesalahan pengganggu pada

periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan autokorelasi. Ada

beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi, salah satunya dengan menggunakan Uji Durbin Watson (DW Test).

Pada penelitian ini hasil DW Test, dibandingkan dengan nilai tabel menggunakan

tingkat signifikansi 5 % (a = 5%) dan jumlah data (n) sebanyak 70 sampel, maka

didapat hasil sebagai berikut:

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 107.245 23.535 4.557 .000

PAD 2.201 .183 .791 12.014 .000 .899 1.112

DAU .126 .049 .169 2.565 .013 .899 1.112

a. Dependent Variable: Belanja Langsung

Page 17: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi – Uji Durbin Watson (DW test)

Model Summary

b

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .860a .739 .731 50.240903 2.103

a. Predictors: (Constant), DAU, PAD

b. Dependent Variable: Belanja Langsung

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Nilai DW sebesar 2,103, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel

menggunakan nilai signifikansi 5%, jumlah sampel 70 (n) dan jumlah variabel

independen 2 (k=2). Maka pada tabel Durbin Watson akan didapatkan nilai

sebagai berikut:

Tabel 4.6

Durbin Watson Test Bound

n k = 2

dU dL

50 1,462 1,628

70 1,554 1,672

100 1,634 1,715

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh nilai D-W sebesar

2,103. Sedangkan nilai dU diperoleh sebesar 1,672 dan nilai dL sebesar

1,554. Maka du<d<4-du yaitu 1,672< 2,103 < 2,328 dapat disimpulkan bahwa

nilai DW berada diantara dU yaitu 1,672 dan 4 – dU (4 – 1,672) yaitu 2,328.

Dengan demikian menunjukkan bahwa model regresi tersebut berada pada daerah

tanpa autokorelasi dan tidak terdapat kesalahan data pada periode lalu yang

mempengaruhi kesalahan data pada periode sekarang.

Page 18: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

4.3.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian Heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam

sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varian. Model regresi yang baik

adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya

Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan Scatter Plot. Hasil

pengujian heteroskedastisitas dengan metode Scatter Plot diperoleh sebagai

berikut:

Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas - Scatterplot

Sumber: data sekunder diolah, 2011

Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak dan

tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y serta tidak

membentuk suatu pola tertentu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak dipakai

untuk memprediksi variabel dependen belanja langsung berdasarkan masukan

variabel independen pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum.

4.4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

4.4.1 Koefisien Determinasi

Hasil nilai adjusted R-Square dari regresi digunakan untuk mengetahui

besarnya struktur modal yang dipengaruhi oleh variabel-variabel bebasnya.

Page 19: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Tabel 4.7

Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi – Hasil Uji Autokorelasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .860a .739 .731 50.240903

a. Predictors: (Constant), DAU, PAD

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Hasil analisis regresi untuk melihat pengaruh secara langsung variabel

pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap belanja langsung

menunjukkan bahwa nilai adjusted R Square sebesar 0,731. Hal ini berarti 0,731

atau 73,1 % variasi variabel independen (PAD dan DAU) dapat menjelaskan

variasi dari variabel dependen (belanja langsung) dan sisanya sebesar 26,9 %

dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model.

4.4.2 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Pengujian hipotesis uji F digunakan untuk melihat apakah secara

keseluruhan variabel independen mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap

variabel dependen. Dari hasil pengujian simultan diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.8

Hasil Uji F

Sumber : data sekunder diolah, 2011

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 478522.604 2 239261.302 94.789 .000a

Residual 169117.939 67 2524.148

Total 647640.543 69

a. Predictors: (Constant), DAU, PAD

b. Dependent Variable: Belanja Langsung

Page 20: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan statistik uji F, dari hasil

perhitungan didapat nilai F hitung sebesar 94,789 dengan nilai signifikansi F

sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 yang berarti secara simultan seluruh variabel

independen: PAD dan DAU berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen: belanja langsung. Dengan demikian model regresi yang digunakan

dalam penelitian ini dapat menjelaskan bahwa PAD dan DAU secara bersama-

sama berpengaruh terhadap belanja langsung.

4.4.3 Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah masing-masing

variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Untuk

pengujian secara parsial ini digunakan uji-t. Hasil perhitungan stastistik pada

pengujian parsial ditunjukkan pada tabel 4.9 sebagai berikut:

Tabel 4.9

Hasil Uji T

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Hasil perhitungan statistik tersebut menunjukkan bahwa dua variabel

independen : PAD dan DAU, yang dimasukkan dalam model regresi signifikan

mempengaruhui variabel dependen: belanja langsung. Variabel Pendapatan Asli

Daerah (PAD) menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 dan Dana Alokasi

Umum (DAU) menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,013 yang lebih kecil

dari tingkat signifikansi 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan asli

daerah dan dana alokasi umum berpengaruh terhadap belanja langsung.

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 107.245 23.535 4.557 .000

PAD 2.201 .183 .791 12.014 .000

DAU .126 .049 .169 2.565 .013

a. Dependent Variable: Belanja Langsung

Page 21: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Berdasarkan nilai unstandardized beta coefficients, hasil estimasi model

dapat ditulis dalam persamaan di bawah ini:

Belanja Langsung = 107,245 + 2,201PAD + 0,126DAU

Persamaan tersebut dapat diartikan:

Konstanta sebesar 107,245 menyatakan bahwa jika variabel independen

dianggap konstan (X1=0, X2=0), maka rata-rata belanja langsung tiap daerah

sebesar 107,245 juta rupiah.

Koefisien regresi PAD bertambah positif sebesar 2,201, artinya apabila terjadi

kenaikkan variabel PAD sebesar 1% akan menaikkan belanja langsung sebesar

22,01%.

Koefisien regresi DAU bertambah positif sebesar 0,126, artinya apabila terjadi

kenaikkan variabel DAU sebesar 1% akan menaikkan belanja langsung

sebesar 12,6%.

4.5 Hasil Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan secara statistik, pendapatan asli

daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja langsung. Hal

ini dapat dilihat pada tabel 4.9 Uji T (Uji Signifikansi Parameter Individual).

Tabel 4.9

Uji T

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 107.245 23.535 4.557 .000

PAD 2.201 .183 .791 12.014 .000

DAU .126 .049 .169 2.565 .013

a. Dependent Variable: Belanja Langsung

Sumber : data sekunder diolah, 2011

Page 22: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan mengenai uji hipotesis secara

parsial dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen,

sebagai berikut:

H1 : Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap Belanja

Langsung.

Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel

Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil dari tingkat

signifikansi sebesar 0,05 sehingga Pendapatan Asli Daerah secara individual

mempengaruhi belanja langsung. Berdasarkan nilai unstandardized beta

coefficients dapat dilihat bahwa pendapatan asli daerah berpengaruh positif

terhadap belanja langsung, jika variabel pendapatan asli daerah meningkat sebesar

1% maka akan menaikkan belanja langsung sebesar 22,01%. Dapat disimpulkan

bahwa hipotesis 1 diterima.

H2 : Dana Alokasi Umum (DAU) berpengaruh positif terhadap Belanja

Langsung.

Pada output regresi menunjukkan bahwa angka signifikansi untuk variabel

Dana Alokasi Umum sebesar 0,013. Nilai ini lebih kecil dari tingkat signifikansi

sebesar 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Dana Alokasi Umum secara

individual mempengaruhi belanja langsung. Berdasarkan nilai unstandardized beta

coefficients dapat dilihat bahwa dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap

belanja langsung, jika variabel dana alokasi umum meningkat sebesar 1% maka

akan menaikkan belanja langsung sebesar 12,6%. Dapat disimpulkan bahwa

hipotesis 2 diterima.

4.6 Pembahasan Hipotesis

4.6.1 Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Langsung

Hipotesis pertama menyatakan bahwa "Pendapatan Asli Daerah (PAD)

berpengaruh positif terhadap Belanja Langsung". Hasil pengujian statistik

menunjukkan tingkat signifikansi Pendapatan Asli Daerah sebesar 0,000 yang

lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan apabila variabel pendapatan asli

daerah meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan belanja langsung sebesar

Page 23: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

22,01%, sehingga dapat membuktikan bahwa PAD berpengaruh positif terhadap

belanja langsung.

4.6.2 Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Belanja Langsung

Hipotesis kedua menyatakan bahwa "Dana Alokasi Umum (DAU)

berpengaruh positif terhadap Belanja Langsung". Hasil pengujian statistik

menunjukkan tingkat signifikansi Dana Alokasi Umum sebesar 0,013 yang lebih

kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan apabila variabel dana alokasi umum

meningkat sebesar 1% maka akan menaikkan belanja langsung sebesar 12,6%,

sehingga dapat membuktikan bahwa Dana Alokasi Umum berpengaruh positif

terhadap belanja langsung.

5. KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap belanja langsung.

Pemerintah Daerah yang memiliki Pendapatan Asli Daerah tinggi maka

pengeluaran untuk belanja langsungnya juga semakin tinggi.

2. Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap belanja langsung.

Pemerintah Daerah yang memiliki Dana Alokasi Umum tinggi maka

pengeluaran untuk belanja langsungnya juga semakin tinggi.

5.2 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan pada data penelitian, peneliti

mengalami kesulitan dalam mendapatkan dokumen data Laporan Realisasi

APBD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah dari instansi pemerintah

daerah secara langsung. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan

dokumen data Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota Provinsi Jawa

Tengah yang diperoleh dari Situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah

Daerah di Internet (www.djpk.depkeu.go.id).

5.3 Saran

1. Untuk meningkatkan belanja daerah maka Pemerintah Daerah

diharapkan bisa terus menggali sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah

Page 24: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi untuk meningkatkan

pendapatan daerah, demikian juga Pemerintah Daerah agar terus

mengupayakan untuk bisa menarik Dana Alokasi Umum semaksimal

mungkin dari Pemerintah Pusat.

2. Variabel yang digunakan dalam penelitian yang akan datang diharapkan

lebih lengkap dan bervariasi dengan menambah variabel independen

lain baik ukuran-ukuran maupun jenis-jenis penerimaan pemerintah

daerah lainnya atau berupa variabel non keuangan seperti kebijakan

pemerintah dan kondisi makroekonomi. Penggunaan data yang lebih

lengkap dan terbaru dengan periode waktu penelitian yang lebih

panjang sehingga mampu untuk dapat dilakukan generalisasi atas hasil

penelitian tersebut.

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel selain

Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, serta

memperbanyak sampel yang digunakan agar hasilnya lebih representatif

terhadap populasi yang dipilih.

Page 25: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

DAFTAR PUSTAKA

Buku dan Jurnal

Abdullah, Sukriy dan Abdul Halim. 2004. Pengalokasian Belanja Fisik dalam

Anggaran Pemerintah Daerah: Studi Empiris atas Determinan dan

Konsekuensinya Terhadap Belanja Pemeliharaan,

http://swamandiri.org/2008/02/2009

. 2004. Pengaruh dana alokasi umum (DAU) dan pendapatan asli

daerah (PAD) terhadap belanja pemerintah daerah: Studi kasus

kabupaten/kota di Jawa dan Bali. Jurnal Ekonomi 13 (2): 90-109.

. 2006. Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah

Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber

Pendapatan. (Kabupaten dan Kota di beberapa Provinsi di Pulau

Sumatra), Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol 2(2): 17-32 hal.

Badan Pusat Statistik, (2005-2009), Jawa Tengah dalam angka 2004, Indonesia:

Semarang.

Bambang Prakosa, Kesit. Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan

Pendapatan Asli Darah (PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi

Empirik di Wilayah Propinsi Jawa Tengah dan DIY), JAAI, Vol. 8 No. 2,

2004.

Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, BPFE UGM,

Yogyakarta.

. 2002. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Penerbit. Salemba

4:Jakarta.

Darwanto, Yulia Yustika Sari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi,

Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap

Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Simposium Nasional

Akuntansi X. Juli 2007.

Ghozali, Imam, Arifin Sabeni. 1997. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Edisi

4. Penerbit BPFE: Yogyakarta

Ghozali, Imam. 2001. Pokok-pokok Akuntansi Pemerintahan. Penerbit BPFE:

Yogyakarta

Page 26: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS.

Edisi4. Badan Penerbitan Universitas Diponegoro: Semarang.

Halim, Abdul. 2001. “Analisis Deskriptif Pengaruh Fiscal Stress pada APBD

Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa Tengah”. KOMPAK STIE

Yogyakarta.

. 2002. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah,

Jakarta, Salemba Empat.

. 2006. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah,

Jakarta, Salemba Empat.

. 2009. Akuntansi Sektor Publik : Akuntansi Keuangan Daerah.

Edisi 4. Salemba 4 : Jakarta.

Indah Rahmawati, Nur. 2010. “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan

Dana Alokasi Umum (DAU) Terhadap Alokasi Belanja Daerah”, Skripsi,

UNDIP, Semarang.

Isdijoso, Brahmantio, Analisis Kebijakan Fiskal Pada Era Otonomi Daerah (Studi

Kasus: Sektor Pendidikan di Kota Surakarta), Kajian Ekonomi Dan

Keuangan Vol. 6 No. 1, 2002.

Kawedar, Warsito, Abdul Rohman, dan Sri Handayani. 2008. Akuntansi

SektorPublik: Pendekatan Penganggaran Daerah dan Akuntansi

Keuangan Daerah. Penerbit UNDIP: Semarang

Maimunah, Mutiara. 2006. “Flypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada

Kabupaten/Kota di Pulau Sumatera”. Simposium Nasional Akuntansi IX.

Padang.

Mala, Khoirul Lilik, 2008. “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli

Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran

Belanja Modal Pada Pemerintahan Kabupaten/Kota Jawa Rengah”.

Pustakaan Universitas Islam Sultan Agung. Yogyakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen keuangan daerah. Penerbit Andi:

Yogyakarta.

. 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit: Andi. Yogyakarta.

Page 27: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Mason dan Douglas. 1996. Teknik Statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 9.

Jakarta: Erlangga

Pratiwi, Novi. 2007. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Pendapatan

AsliDaerah (PAD) Terhadap Prediksi Belanja Daerah Pada

Kabupaten/Kota di Indonesia. Skripsi Sarjana (dipublikasikan). Fakultas

Ekonomi UII: Yogyakarta.

Purnamawati, Dewi., 2006, “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Dana

Perimbangan Terhadap Belanja Pelayanan Publik (Studi pada Kabupaten

Boyolali, Sukoharjo, dan Klaten)”, Skripsi, Fakultas Ekonomi, UNSOED,

Purwokerto.

Puspita Sari, Noni dan Idhar Yahya. 2010. Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU)

dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Belanja Langsung. Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Realisasi APBD tahun 2007 - 2009 Total Se-Provinsi Jawa Tengah dalam:

www.djpk.depkeu.go.id

Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Alex Media

Komputer.

Sekaran, Umar, Research Method for Business : A skill Building Approach, 7th

Edition, New York: John Wiley and Sons, 2002.

. 2006. Research Methods for Business. Edisi 4 Terjemahan.

Jakarta: Salemba Empat

Sembiring, Sri Hayati. 2010. Analisis Pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan

Asli Daerah terhadap Belanja Pemeliharaan dalam Realisasi Anggaran

Pemerintahan Kabupaten dan Kota di propinsi Sumatera Utara. Tesis

Pasca Sarjana (Dipublikasikan). Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sihite, R.T. Harry, 2009. ”Pengaruh Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus dan

Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Langsung pada

Kabupaten/Kota di Sumatera Utara.” Skripsi, Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Subagyo, H., 2003, Pengembangan Ekonomi Rakyat di Era Otonomi Daerah,

Jurnal Ekonomi Rakyat, www.jurnalekonomirakyat.org,

Suparmoko. 2002. Ekonomi Publik untuk Keuangan dan Pembangungan Daerah.

Yogyakarta: ANDI.

Page 28: ABSTRACTeprints.undip.ac.id/33050/1/JURNAL_TRY_INDRANINGRUM_C2C... · 2013. 3. 17. · dinamis, dan bertanggungjawab sehingga memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi

Widjaja, Prof.Drs. HAW. 2002. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT. Raja

Grafindo, Jakarta.

Undang-Undang

Undang – Undang Nomor 47 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2010

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi

Daerah.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat

dan Daerah.

Peraturan-Peraturan Lainnya

Peraturan Menteri Dalam Negeri Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13

Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2009 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Tahun 2010

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah.