Upload
hieronymus-koten
View
66
Download
18
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Studium Particulare
Citation preview
i
C A N D R A J I W A I N D O N E S I A
Warisan Ilmiah Putra Indonesia
Budhi Setianto Purwowiyoto
((MMEENNTTAALL--SSPPIIRRIITTUUAALL))
PPSSIIKKEE
2013
H&B PERKI
2/5 Ver. 1.1.1
Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond, adalah benang merah yang menghubungkan antara profesi penulis sebagai guru besar, dokter ahli jantung dan pembuluh darah dengan buku yang ditulisnya tentang Candra Jiwa Indonesia. Penulis berusaha melakukan introspeksi ke dalam diri-sendiri, menuju kalbu yang terdalam.
Dalam bahasa Indonesia pemahaman makna kata ’jantung’ terasa unik. Ketika berubah orientasi ke dalam dada, bersifat transendental, imanen dan esoteris, maka kata jantung dipahami sebagai hati, atau kalbu, misalnya hatiku berdebar, padahal jantungnya yang berdetak. Atau sembah kalbu, yang mengatur nafas seraya mengucap nama-Nya akan mengatur detak jantung secara teratur tenang. Padahal sebagai bahasa Arab (qalb) dan bahasa Inggris (heart) walaupun esoteris dan maknanya berubah, suku katanya tetap.
Kalau Serat Centini, warisan budaya Jawa bercerita tentang kisah perjalanan di darat, termasuk kulinernya pada jaman dahulu. Maka Candra Jiwa Indonesia adalah warisan ilmiah Jawa kepada dunia tentang jiwa manusia serta peta perjalanannya menuju candra ideal sebagai batas akhir dari perkembangan kesadaran manusia. Sekiranya bintang, nur, cahaya yang bersinar di dada Garuda- Pancasila-NKRI, dari sila Ke-Tuhan-an YME, maka Candra Jiwa Indonesia pas untuk memberi sumbangan makna ilmiah kepadanya. Karena konsep yang sudah teruji secara ilmiah di Universitas terkemuka di Eropa tersebut, memang kandungan asli dari bumi Indonesia, dari bangsa Indonesia, dan dipertahankan oleh orang Indonesia pula.
Penulis berharap, buku ini membantu memperluas pengetahuan kita tentang jati diri manusia dalam pandangan ilmiah di perguruan tinggi. Walau- pun sedikit-banyak menyentuh masalah keyakinan dan kepercayaan justru memberikan dasar pendidikan budi luhur, pembinaan mental-spiritual dan mempertajam empati secara luas kepada siapa saja terutama para maha-siswa.
HH&&BB Heart and Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia)
C A N D R A J I W A I N D O N E S I A
Warisan Ilmiah Putra Indonesia
(Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond)
PSIKE (Mental-Spiritual)
Sebagai dasar pendidikan budi pekerti, pembinaan mental- spiritual, dan
mempertajam empati
Budhi Setianto Purwowiyoto
2013
H&B PERKI
2/5 Ver. 1.1.1
Perpustakaan Pribadi Pentalogi 2/5=Oktalogi 2/(5+3)
SAMPUL KUNING 2013
CANDRA JIWA INDONESIA Warisan Ilmiah Putra Indonesia
(Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond)
PSIKE (Mental-Spiritual) 2/5 [Studium Particulare (Kuliah Khusus)]
Penulis: Budhi Setianto Purwowiyoto
2013
Penyunting: Puji Santosa
Ilustrator: Santoso Oetomo
Tata letak: Djoko Satrio
PUBLIKASI OKTALOGI: 2012-2014 Ver.1.1.1
[PENTALOGI CJI 2012-2016: 1-5/5; TRILOGI: Prequel 2017: 6/8; Monograph 2018: 7/8; Postquel 2019: 8/8]
ISBN 978-602-7885-06-6 (ebook pdf bw/berwarna)
PENERBIT: H&B/Heart and Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia)
PERCETAKAN: “ProMemori”; Anggota “IKAPI”
Hak Cipta ada pada Penulis Dilindungi Undang-Undang Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Buku PENTALOGI 2012-2016 yang Ber-Pancawarna dan Ber-Dwihalaman Sampul pancawarna putih, kuning, hitam, dan merah melambangkan empat (kekuatan ku-da) nafsu manusia. Nafsu-nafsu tersebut masih harus dikendalikan oleh kusir (sais) yaitu angan-angan yang sudah bangun (sampul ungu= ‘wungu’ bahasa Jawa artinya ‘bangun’) kesadaran ketuhanan (introversi: sadar, percaya, taat) dan kemanusiaannya (ekstraversi: sabar, rela, menerima, jujur, budi luhur).
Dwihalaman kanan dan kiri bermakna tuntunan (halaman kanan) berkonsep otak-kiri (padat makna) dan tontonan (halaman kiri) yang berkonsep otak-kanan (longgar makna). Sebagai penjelasan dilengkapi dengan dua bagan yang unsur ketuhanannya (pusat hidup imateri) di dalam (bawah) dan di atas; empat diagram: target, ven, piramida, dan kereta ‘kuantum’ mikrokosmos dengan empat ekor kuda, sais dan penumpangnya ialah TheSelf (Egonya yang imateri) siap untuk menjelajahi makrokosmos (alam semesta) dan kelak juga siap kembali ke tujuan dan sumber hidupnya yang hakiki. Versi-1 (Ver.1) nomor halaman kanan dan kiri berurutan; versi-2 (Ver.2) bernomor sama.
__________ http://wayang.files.wordpress.com/2010/03/krisna19.jpg?w=535 cited February 10, 2013 http://batikindonesia.com/batik/images/3344/solo3.jpg cited December 16, 2012 http://flagartist.com/FLAGARTIST/flags/F/flag_art_flag_of_indonesia-1969px.png cited March 3, 2013 http://4.bp.blogspot.com/-cPZhivuKlmU/Tk-i0t2qnDI/AAAAAAAAD-w/wW0vjRxCQsc/s1600/peta-indonesia.jpg cited Feb. 28, 2013 (Cover buku-buku tersebut ikut serta melestarikan wayang, batik, bendera merah-putih, dan peta Indonesia)
2015: PENTALOGI CJI (4/5)
2016: PENTALOGI CJI (5/5)
2014: PENTALOGI CJI (3/5)
2013: PENTALOGI CJI (2/5)
2012: PENTALOGI CJI (1/5) Studium Generale
Psike
Ego
Intuisi
Magnum Opus
Wacana 0.1: Konser Kidung Abadi Chrisye Jay Subiyakto (lahir di Ankara, Turki, 24 Oktober 1960) adalah seorang sutradara Indonesia. Jay merupakan anak ketiga dari Kepala Staf Angkatan Laut Republik Indonesia 1948-1959 Laksamana Subiyakto. Jay menamatkan pendidikan sarjana arsitekturnya dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia angkatan 1981. Kiprahnya di bidang seni berawal pada tahun 1990 dengan menjadi seorang sutradara video klip. Video klip garapannya yang bertajuk Pergilah Kasih milik almahum Chrisye menjadi video musik Indonesia pertama yang ditayangkan di channel MTV Asia yang pada waktu itu bermarkas di Hongkong. Tahun 2008, Jay juga menyutradarai video musik Anggun yang berjudul Berganti Hati. Video itu juga merupakan video pertama di Indonesia yang menggunakan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex).
Kemudian, pada tahun 1994, ia bersama Erwin Gutawa membuat sebuah terobosan yang belum pernah dilakukan oleh orang Indonesia di masa itu. Sebuah konser tunggal yang menghadirkan penyanyi lokal. Kala itu, banyak promotor menghadirkan konser-konser penyanyi mancanegara.
Erwin Gutawa dan Jay Subiakto sebagai otak dari konser legendaris, 2012 yang konon belum pernah ada di dunia, karena mengambil potongan dari ratusan master lagu almarhum Chrisye yang terwujud dalam “kehadiran” Chrisye di konser “Kidung Abadi”. Single baru yang bahkan belum pernah dinyanyikan oleh Chrisye dan permainan hologram yang meyakinkan kepada semua penonton bahwa Chrisye “hadir”, adalah pemenuhan janji bahwa konser ini berbeda dari yang pernah ada. Para musisi muda, seperti GIGI, Gita Gutawa, Once, dan Sophia Latjuba pun dengan senang hati sepanggung lagi dengan “Chrisye”, sang musisi jenius yang “tetap abadi” itu, setidaknya menurut istilah Jay.
____________ [*] Kompas, 18 Januari 2011, Hlm. 33. http://id.wikipedia.org/wiki/Jay_Subiyakto cited April 18, 2012. http://www.fimela.com/read/2012/04/13/video-erwin-gutawa-dan-jay-subiakto-hidupkan-kembali-chrisye cited April 18, 2012.
Pencerahan Slamet Rahardjo (seniman unggul, 62) [*] kepada
Jay Subyakto (seniman multi talenta, 51), pada suatu hari ketika
mereka masih muda:
“Orang Indonesia kalau melihat karya bangsa lain mereka
menjadi murid yang melihat guru. Sebaliknya, ketika mereka
melihat karya bangsa sendiri, mereka berubah menjadi guru
yang melihat murid.”
“Akhirnya bangsa ini tidak maju karena yang dicari selalu
kesalahan dan kekurangan karya anak bangsa sendiri.”
Dipersembahkan kepada Kapten Sasangka Djati
vii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar Sampul 0.1: Studium Generale (Kuliah Umum) Kuliah umum Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso di Universitas Gadjah Mada tanggal 27 November 1958 tersebut juga dihadiri oleh R. Soenarto Mertowardojo sebagai satu-satunya kasus penelitian kualitatifnya, telah diperkenalkan kepada para hadirin. Rekaman kuliah umum tersebut diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan judul Candra Jiwa Indonesia oleh Proyek Penerbitan dan Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal Pusat pada Februari 1977. Judul tersebut dipakai sebagai judul utama buku pentalogi ini termasuk subjudulnya (Studium Particulare, Kuliah Khusus) yang ke-2: Psike, Mental-Spiritual (2/5).
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| viii
Kata Pengantar
Edisi Pertama Buku ini adalah buku ke-2 dari 5 buku lepas (pentalogi): 1. Studium Generale (1/5); tiga buku Studium Particulare (Kuliah Khusus): 1. Psike (2/5), 2. Ego (3/5), dan 3. Intuisi (4/5)); dan buku ke-5: Magnum Opus (5/5). Akses dan tambahan semangat bagi penulis pada karya-karya Prof.Dr.dr. Soemantri Hardjoprakoso dan ayah beliau yaitu R.T. Hardjoprakoso tidak lain atas kebaikan hati dari keluarga besar Hardjoprakoso antara lain dari Ibu Soerini Soedjarwo, Dr. Winahyo Hardjo-prakoso, SpOG, dan Dr. Ir. Budi Darmadi, M.Sc. Untuk ini saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Pada kesempatan ini tentu saja penulis ingin menyatakan rasa terima kasih
sebesar-besarnya kepada ketiga saudaraku sinarawedi: 1). Sdr. Puji Santosa
sebagai penyunting sekaligus memberi masukan yang sangat berarti, 2). Sdr.
Santoso Oetomo yang membuat beberapa ilustrasi yang menjelaskan, dan 3). Sdr.
Djoko Satrio yang memberi wawasan pemilihan huruf, serta referensi elektronik
untuk melengkapi isi buku-buku ini.
Disain utama buku ini adalah ”dwi-halaman” berupa tuntunan dan rangkuman di halaman kanan (ganjil) dan di halaman kiri (genap) menampilkan tontonan (foto-foto dan gambar-gambar), keterangan, dan kaitan antar halaman. Agar lebih jelas dilengkapi dua model bagan, tiga model diagram, dan satu kereta ’penjelajah’ mikrokosmos.
Apabila terdapat beda pendapat dengan pengetahuan yang telah ada, dimohonkan empati dan saling mendoakan keselamatan. Pengetahuan yang berbeda tersebut agar dianggap saja sebagai imbangan terhadap pengetahuan yang telah ada sebelumnya.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca, meresapi bagian yang penting dan ajakan melaksanakan hal-hal yang dianggap perlu, benar, dan bermanfaat untuk mencapai tujuan hidup kita yang hakiki, ialah puncak evolusi kesadaran sang Akunya manusia. Terima kasih. Penulis
ix ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Ada lima naga (simbol anugerah dan kekuatan) dalam legenda dan mitos Cina: logam, air, api, kayu
dan tanah. Dalam siklus 12 tahunan, maka tahun naga air jatuh pada tahun 1952, 2012, dan 2072.
Gambar ilustrasi metafora 0.2: Naga Air dan Gadis Jelita Metropolitan Tampak seekor naga air bersisik emas mengajak seorang gadis jelita metropolitan yang telah menjelajahi dunianya yang gemerlapan untuk menjelajahi dunia lain yang kemungkinan sangat berbeda dengan dunia yang selama ini digelutinya. Gadis Jelita ini telah larut dalam dunia-1 (dunia kehidupan nyata di masyarakat metropolitan dengan alam semesta sebagai wadahnya; makrokosmos) dan dunia-2 (dunia fisik, jasmani kasar, badannya sendiri yang dapat didandani dan dimanipulasi sesukanya; mikrokosmos). Sementara itu Naga Air ingin membawanya ”menyelam” menjelajahi ke dunia-3 (dunia jiwa, mental, jasmani halusnya) dan kemungkinan kalau beruntung, merasakan suasana jiwa yang belum pernah terbayangkan di perbatasan (TheGate) dunia-4 (dunia rohani atau dimensi spiritual yang imateri, alam sejati). Itu semua guna menyempurnakan pengalaman hidupnya (tugas) lahir-batin atas kehadirannya di dunia yang fana dan tidak abadi ini. Naga Air hanya mampu mengajaknya sampai di sini, perjalanan selanjutnya (trancendence to the depth of the heart and beyond) .. hanya dapat dilakukan oleh ”Gadis Jelita” itu sendiri.
__________
http://static.desktopnexus.com/thumbnails/448128-bigthumbnail.jpg cited May 3, 2012.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| x
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
Glosarium ........................................................................................... xi
SEKAPUR SIRIH ................................................................................ xv
PROLOG .......................................................................................... xxix
BAB I PSIKE
1.1 Pendahuluan ............................................................. 1
1.2 Mental ....................................................................... 3
1.3 Prototipe .................................................................. 15
1.4 Automatisme ........................................................... 23
1.5 Jiwa Sejati ................................................................ 33
1.6 Perjumpaan ............................................................. 43
BAB II MANUSIA
2.1 Pendahuluan ........................................................... 57
2.2 Struktur Jiwa ............................................................. 59
2.3 Fugsi Jiwa ................................................................. 79
BAB III MANAJEMEN MENTAL
3.1 Pendahuluan ........................................................... 95
3.2 Proses Perkembangan ............................................ 97
3.3 Merumuskan Strategi ........................................... 105
3.4 Mengembangkan Potensi ..................................... 113
3.5 Pelatihan Berkelanjutan ........................................ 125
3.3 Hubungan Dokter-Pasien ...................................... 145
3.4 Aspek Sukarela ...................................................... 153
KESIMPULAN ................................................................................... 158
EPILOG ........................................................................................... 163
LAMPIRAN-1: Skema-1 (Makro dan Mikro-kosmos) ..................... 165
LAMPIRAN-2: Skema-2 (Skema R. Tr. Soemodihardjo) ................. 167
LAMPIRAN-3: Skema-3 (Nilai-nilai Sentra Vitalitas) ...................... 169
LAMPIRAN-4: Skema-4 (Perbandingan 4-Candra Jiwa) ................. 171
LAMPIRAN-5: Rangkuman (Indonesisch Mensbeeld ..) ................. 173
LAMPIRAN-6: Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) .......................... 191
LAMPIRAN-7: Dalil-dalil ................................................................. 193
LAMPIRAN-8: Lembar Eksekutif .................................................... 195
INDEKS ........................................................................................... 199
xi ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 0.1: Rasi Bintang Orion/Waluku sebagai Penunjuk Arah dan Waktu Bersawah Rasi bintang tersebut dapat ditemukan sendiri dengan mata telanjang di langit sebelah barat., Dinamai Orion artinya pemburu, adalah seorang raksasa tampan anak dari Poseidon (Neptune) dan Euriale. Ia memiliki kemampuan berjalan di atas air karena ayahnya adalah dewa lautan. Rasi Orion ini mudah dikenali dengan adanya 3 bintang kembar yang berjajar membentuk sabuk Orion (Orion Belt). Selain sebagai petunjuk arah barat. Nama Orion dalam bahasa Indonesia disebut Waluku, sering dijadikan sebagai tanda bagi para petani jaman dulu untuk mulai menggarap sawah dan ladangnya. Kulminasi tengah malamnya terjadi pada tanggal 13 Desember.
Rasi bintang berikutnya agak susah dicari, yaitu rasi Scorpio sebagai penunjuk arah teng-gara/ timur langit. Dalam mitologi Yunani kuno, Scorpio (kalajengking raksasa) ini adalah utusan Apollo (dewa matahari) untuk membunuh sang Pemburu/Orion karena kesombongannya. Pada konstelasi Scorpio terdapat bintang Antares, salah satu bintang paling terang yang pernah ditemukan. Uniknya ketika rasi Scorpio memancarkan cahaya, rasi Orion redup, begitu sebaliknya. “Dunia Pewayangan” luar angkasa kiranya telah memperingatkan agar manusia sehebat apapun ia, seyogyanya menjauhi watak sombong, angkuh dan merasa tak terkalahkan. Karena akan ada mekanisme koreksi dari Yang Maha Kuasa untuk mengatur harmoni dan integrasi alam semesta.
__________ riohttp://kvmagruder.net/images/Ori.gifn cited May 6, 2013on http://aryansah.wordpress.com/2009/08/04/rasi-bintang/ cited May 6, 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Orion_%28mitologi%29 cited May 6, 2013
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xii
GLOSARIUM Amarah= daya kemauan (nafsu) tidak mau menyerah, menjadi cepat marah seperti gusar. Asmara-Sufi (-laya)= cinta, rasa jatuh cinta atau kecenderungan ke yang lebih tinggi (dalam). Angan-angan= kemampuan intelektual, akal, logos. Angan-angan dalam pengertian yang lebih luas= situasi rumit yang kompleks dari kemampuan intelektual. Angan-angan dalam pengertian yang lebih sempit= bagian ketidaksadaran dari kemampuan intelektual, tempat penampungan dari bagian-bagian pemikiran yang terdesak (untuk dilupakan). Bayu Sejati= kekuatan yang sebenarnya; Bayu= kekuatan; Sejati= sebenarnya; Bayu Sejati merupakan kumpulan total dari semua sentra vitalitas jiwa yang konkrit (tiga angan-angan: cipta, nalar, dan pangerti, serta empat nafsu: mut- mainah, luamah, sufiah,dan amarah). Setelah pelatihan tertentu dapat memu- satkan tenaga naluriah yang ada dengan potensi-potensi supranatural misalnya telepati dan clairvoyance. Budi Luhur= memiliki sifat-sifat tabiat (akhlak) yang mulia, mulia hati; budi= kela- kuan, pendirian; luhur= tinggi. Cipta= pikiran atau bagian yang membentuk gambaran (citra, data, informasi) dan merupakan bagian dari kemampuan intelektual (angan-angan). Dalan rahayu; dalan= jalan; rahayu= berkah, kesejahteraan. Dasa Sila= sepuluh pembelajaran hidup/ajaran hidup; dasa= sepuluh; sila= nilai moral. Dewa atau jawata= nama kumpulan dari mahluk-mahluk yang tidak dapat diamati pancaindra, yang bersifat kesadaran ke-aku-an, individualistik, dan memiliki potensi supranatural. Diklasifikasikan menjadi dewa-dewa yang baik dan jahat. Lebih dikenal dengan nama Goden “Dewa” dan Daemonen “Iblis”. Gumelaring Dumadi= proses penciptaan; gumelar= memperlihatkan, memben- tangkan, menghamparkan; dumadi= proses pembentukan, penciptaan. Guru= guru, pendidik. Hasta Sila= delapan pembelajaran hidup/ajaran hidup; hasta= delapan Kamayan atau Maya= tenaga atau kekuatan intelektual, memiliki potensi supranatural. Karma= hukum sebab dan akibat, dari balas dendam, dari refleksi Luamah= kecenderungan (nafsu) egosentrik, egosentripetal, kecenderungan
xiii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 0.2: Perang Bintang di Galaksi untuk Memperebutkan Kebenaran Dalam film Heksalogi Star Wars manusia diasumsikan dapat memproduksi dan meng-operasikan robot-robot canggih untuk kepentingan yang baik (terang) maupun yang jahat (gelap). Dalam perang sipil kerajaan Galaktika, seringkali manusia menghadapi kesulitan luar biasa dalam menghadapi para penjahat yang dibantu oleh teknologi robot tersebut.
Ksatria Jedi Luke Skywalker dari New Republic, kelompok baik dalam usahanya mengha-dapi musuh-musuh yang jahat selalu dilindungi oleh The Force. Menurut George Lucas The Force adalah “Utusan Tuhan” yang pusat komunikasinya berada di dalam dirinya ("Use the Force, Luke" and "The Force will be with you, always."), Dia-lah yang menyatukan galaksi. Kerusakan perangkat keras maupun lunaknya pada robot-robot pembantu (droid) seperti R2-D2 (pemikir) dan C-3PO (komunikator), sangat melemahkan kemampuan dan keselamatan para ksatria New Republic. Namun, dengan memohon petunjuk serta kekuatan dari The Force tersebut mereka selalu berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. __________ http://photos.imageevent.com/afap/wallpapers/videogaming/theforceunleashedstarwars//the-force-unleashed-starkiller.jpg cited
May 5, 2013
http://en.wikipedia.org/wiki/Force_%28Star_Wars%29 http://en.wikipedia.org/wiki/Force_%28Star_Wars%29 cited May 8, 2013
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xiv
untuk merusak (buruk), untuk memiliki, kecenderungan seksual, dan sado- masokis. Maya= lihat kamayan. Mutmainah= kecenderungan (nafsu) sosial dan suprasosial, kecenderungan ego- sentrifugal, dan kecenderungan baik (memperbaiki). Nafsu= hasrat, kecenderungan, keinginan, dan kemauan. Nalar= bagian asosiatif dari kemampuan intelektual (angan-angan). Narima= legowo, syukur, puas. Paliwara= larangan, pemali. Panembah= doa, ketakwaan, kebaktian, sembahyang, ibadat. Pangaribawa= kekuatan, tenaga pikiran. Pangerti= pengertian, peramalan, deduksi, bagian yang merangkum dari kemam- puan intelektual. Pangrasa= kehidupan emosional, perasaan tersentuh, rasa seperti sensasi. Pancaindra= lima indra. Pancasila= lima ajaran hidup; panca= lima. Panuntun= pemimpin. Panutan= contoh, dia yang diikuti. Prabawa= kekuatan atau tenaga dari bagian asosiatif dari kemampuan intelek- tual (angan-angan). Purusa= laki-laki, kelaki-lakian, supranatural. Rahsa Jati= esensi perasaan, dari rasa sadar; rahsa= kesadaran, perasaan bagus; jati, sejati= kebenaran, sebenarnya, sesungguhnya; TheGate. Roh Suci= roh suci; roh= awah, roh; sutji= suci, bersih; TheSelf. Rila= kesediaan berkurban, ikhlas. Sabar= sabar, toleran, persisten. Sangkan Paran= sebab dan akibat. Sang Pepadang= Sang Cahaya. Sang Sabda= Kata. Sasangka Jati= Cahaya Kebenaran. Sila= etika, moralitas. Sufiah= keinginan (nafsu), harapan. Suksma Kawekas= kehidupan yang tertinggi; kawekas= yang tertinggi; TheSource. Suksma Sejati= kehidupan sebenarnya; suksma= kehidupan; TheForce. Temen= kejujuran, kebenaran, cinta kebenaran. Trisila= tiga ajaran hidup; tri= tiga. Tripurusa= tiga kesatuan, tiga aspek; TriAspect; Tre/TriFoil.
xv ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Predikat cum laude – Dr Soemantri Hardjoprakoso memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran Jiwa di Univesitas Leiden, Nederland dengan predikat cum laude atas disertasinya yang berjudul Indonesisch Mensbeeld als Basis ener Psyco-therapie.
Foto 0.3: Suasana Promosi Disertasi Candra Jiwa Indonesia Dr. Soemantri Hardjoprakoso dilahirkan di Desa Nambangan, Kabupaten Wonogiri tahun 1913. Beliau putra ketiga dari almarhum Raden Tumenggung Hardjoprakoso, semasa hidupnya Bupati Anom Mangkunegaran Surakarta. R.T. Hardjoprakoso adalah penulis kedua dari tiga penulis pustaka intuisi Sasangka Jati, yang bersama-sama penulis ketiga Bapak Trihardono Sumodihardjo mencatat pelajaran-pelajaran Sang Guru Sejati yang diucapkan secara lisan oleh penulis pertama, yaitu Bapak R. Soenarto Mertowardojo. Dr. Soemantri Hardjoprakoso tamat Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool), cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta pada bulan Februari 1942. Beliau adalah psikiater (ahli kesehatan jiwa) dan neurolog (ahli saraf). Pada masa perjuangan 1945, beliau sebagai dokter ikut berjuang waktu menyala-nyalanya api perjuangan di sekitar Surabaya. Pada permulaan tahun 1954 beliau diangkat sebagai dokter tentara dan Kepala Dinas Kesehatan Tentara pada Divisi X di Surakarta. Kemudian berpindah-pindah dari satu ke lain jabatan dalam dinas ketentaraan. Kemudian, beliau diperbantukan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan berturut-turut menjabat Pembantu Utama Menteri, Sekretaris Jenderal dan akhirnya menjadi Direktur SEAMEC (South East Asian Ministers of Education Council), berkedudukan di kota Bangkok, Muangthai.
Semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah (Algemene Middelbare School) di Yogyakarta pada tahun 1932 beliau telah berkenalan dengan Bapak R. Soenarto Mertowardojo. Pada tanggal 20 Juni 1956 beliau dipromosikan dengan gelar Doktor dalam Ilmu Jiwa yang diperoleh dari Rijkuniversiteit di Leiden, Nederland, setelah mempertahankan disertasinya yang berju-dul ”Indonesisch Mensbeeld als Basis ener Psycho-therapie”. Adapun bahan-bahan yang diambil untuk diolah dan dimasak dalam disertasi tersebut ialah dari pustaka intuisi Sasangka Jati. Mengingat peristiwa tersebut kita sebagai putra Indonesia sudah selayaknya merasa bangga bahwa seorang putra Indonesia kini telah dapat menyejajarkan dirinya dengan ahli-ahli ilmu jiwa dunia Barat yang telah terkenal di seluruh dunia, yaitu Freud, Adler, dan Jung.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xvi
Sekapur Sirih
Disertasi Candra Jiwa Indonesia aslinya berbahasa Belanda, Indonesisch Mensbeeld als Basis ener Psycho-therapie, disertasi Dr. Soemantri Hardjoprakoso
Candra jiwa adalah sebuah lukisan rangka (anatomi) sekaligus fungsi
(fisiologi) dari jiwa manusia, dipakai sebagai hipotesis dasar untuk
bekerja selanjutnya. (Soemantri)
di Rijksuniversiteit di Leiden-Nederland 20 Juni 1956, mampu menyejajarkan pemikirannya dengan candra jiwa Sigmund Freud, Karl Gustav Jung, dan Alfred Adler, ketiganya berasal dari Eropa. Tanggal 27 November 1958 Dr. Soemantri telah memberikan kuliah umum pada studium generale di Universitas Gadjah Mada, yang dihadiri oleh 800-an civitas academica bertempat di Siti Hinggil, Yogyakarta. Prof. Dr. Sardjito, Rektor UGM pada waktu itu, menyatakan bahwa Candra Jiwa Indonesia lebih jelas dan lebih lengkap daripada pendahulunya yang berasal dari Eropa tersebut. Sebenarnya, ada tiga orang yang menjadi sumber disertasi tersebut, yaitu R. Soenarto Mertowardojo, R.T. Hardjoprakoso, dan R. Trihardono Soemodihardjo; yang disebut pertama adalah tokoh sentralnya. Di Indonesia disebut oleh Dr. Soemantri sebagai Candra Jiwa Soenarto karena dari R. Soenarto Mertowardojo disertasi ini berasal, sebagai satu-satunya sumber penelitian disertasi, yang unik, dan bersifat kualitatif. Disertasi tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indone-sia secara resmi oleh Drs. Dibyo Sewoyo (Bagian I: tahun 1972) dan Muhammad Husodo (Bagian II: tahun 1986), serta dihimpun oleh Drs. MT Sudartha. Kemudian, disimpan di Perpustakaan Pusat Pangestu, tanggal 10 Mei 2002 dengan No. Induk 100.
xvii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bagan Transenden 0.1: Makrokosmos dan Mikrokosmos Candra dunia terdiri dari makrokosmos yaitu alam semesta dan seisinya, ya semua ciptaan Tuhan, termasuk manusia sebagai mikrokosmos dengan segala isi di dalam tubuhnya baik yang tampak maupun yang halus sampai pusat hidupnya yang imateri. Makrokosmos dapat memengaruhi mikrokosmos (banjir, kebakaran, gempa bumi), begitu juga sebaliknya mikrokosmos dapat mengganggu makrokosmos dengan pemanasan global, tenaga nuklir baik untuk bom yang merusak maupun untuk tenaga listrik yang sangat bermanfaat.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta, 2012.
MAKROKOSMOS: Alam semesta dan seisinya
Manusia, Hewan, Tumbuh-tumbuhan, Dewa, dan Mineral
=============l Pancaindra l=============================
MIKROKOSMOS: Manusia seutuhnya =======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xviii
Rupanya, terjemahan disertasi tersebut telah dimanfaatkan oleh warga Paguyub-an Ngesti Tunggal sebagai bacaan di antara mereka, yakni sebagai tambahan ilmu tentang kesehatan mental semacam ilmu psikologi sampai sekarang.
Serat Centini adalah manuskrip tertua dalam bahasa Jawa dan telah
diterjemahkan secara utuh ke dalam bahasa Inggris. Masih ada satu
karya anak bangsa Indonesia yang pantas dikemukakan kepada masyara-
kat dunia, yaitu disertasi Dr. Soemantri Hardjoprakoso. (LF La Kahija)
Buku terjemahan tersebut merupakan sumber utama tulisan ini. Ketika penulisan ulang ditambah dengan istilah-istilah yang umum dipakai, termasuk istilah yang digunakan di dalam film-film yang mendunia, misalnya Trilogi The Matrix dan Heksalogi Star Wars. “Mengapa tidak diterjemahkan langsung saja ke dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia?” Pertanyaan ini pernah diajukan warga organisasi Paguyuban Ngesti Tunggal kepada penulisnya, lalu dijawab oleh Prof. Soemantri bahwa beliau memberi kesempatan kepada orang lain untuk melakukannya. Beliau menulis beberapa buku lainnya yang secara resmi diles-tarikan oleh organisasi tersebut. Namun, 50 tahun kemudian setelah disertasi dikemukakan, di dalam salah satu surat kabar ibu kota (2006), diberitakan ulang tentang makna keberadaannya. Sebuah buku berbahasa Jawa versi Inggris, diterbitkan oleh Marshal Cavendish, Singapura, ditulis oleh Dr. Soewito Santoso, staf pengajar di Universitas Nasional Australia, berjudul The Centhini Story: The Javanese Journey of Life. Serat Centini adalah manuskrip tertua dalam bahasa Jawa dan telah diterjemahkan secara utuh ke dalam bahasa Inggris, setebal 400 halaman. Dikemukakan pertama kalinya di Asian House, London[1]. Masih ada satu karya anak bangsa Indonesia yang pantas dikemukakan kepada masyarakat dunia, yaitu disertasi Dr. Soemantri tersebut.
___________ [1]. YF La Kahija. Mencintai Kearifan Lokal. Harian Kompas, Sabtu, 02-12-2006. Hlm. 6.
xix ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 0.4: R. Soenarto Mertowardojo beserta isteri R. Soenarto Mertowardojo, yang di kalangan warga Paguyuban Ngesti Tunggal lebih dike-nal dengan sebutan akrab Pakde Narto, lahir pada tanggal 21 April 1899 di Desa Simo, Kabupaten Boyolali, Surakarta. Beliau adalah putra keenam dari delapan bersaudara dari keluarga Bapak R. Soemowardojo. Hidup pada masa itu, di Zaman pendudukan Belanda, dengan delapan putra merupakan cobaan yang berat bagi keluarga Bapak R. Soemowardo- jo yang sehari-hari bekerja sebagai mantri penjual. Walaupun dihimpit oleh keadaan yang serba kekurangan dan tidak menguntungkan, R. Soemowardojo berkeinginan kuat untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya. Oleh karena itu, Bapak R. Soemowardojo berniat untuk menitipkan putranya tersebut kepada keluarga atau kerabat, bahkan pada orang lain yang tidak ada hubungan kekeluargaan. Harapan beliau, agar orang yang dititipi dapat membantu R. Soenarto mendapatkan pendidikan formal yang lebih baik. Ini pulalah yang menjadi titik awal dari masa pencarian yang panjang. Masa ngenger, dititipkan kepada orang lain dengan berpindah-pindah yang dialami R. Soenarto selama 15 tahun merupakan ajang tempaan watak narima, berkorban perasaan, ikhlas dan sabar yang harus dijalaninya dalam usia yang masih sangat muda. Menghadapi keadaan itu, beliau tidak pernah mengeluh kepada ayah-bunda atau kepada orang lain. Beliau juga menunjukkan sikap jiwa yang teguh berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. __________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xx
Hanya dengan menuangkan cinta ke dalam kearifan lokal, kita dapat memperkuat ketahanan bangsa. Cinta, seperti yang dikatakan Erich Fromm (1956) dalam The Art of Loving, mengandung empat syarat, yaitu tahu, peduli,
Bintang, nur, cahaya tampak bersinar dari pusat perisai Garuda Pancasila [1]
bertanggung jawab, dan respek. Dengan syarat-syarat tersebut di atas, mental-itas kepengikutan perlu dirontokkan dan ditransformasikan menjadi keberanian menata kembali wajah khas ilmu pengetahuan Indonesia di hadapan bursa ilmu pengetahuan di dunia.[2] Tentu saja ringkasan disertasi merupakan bagian terpenting dan patut diketahui bagi siapa pun sesuai dengan keinginan penulisnya. Oleh karena itu, secara internasional ditulis dalam bahasa Inggris. Berangkat dari ringkasan disertasi tersebut, ditambah dengan tulisan-tulisan lain dari Pak Mantri dan Pak Narto inilah, penulis mengajak belajar bersama pembaca, siapa tahu buku ini sangat bermanfaat dalam mengarungi samudra kehidupan. ___________ [1]. http://www.spi.or.id/wp-content/uploads/2011/05/gambar_garuda_pancasila.gif cited Nov. 22, 2012. [2]. YF La Kahija. Mencintai kearifan lokal. Harian Kompas, Sabtu, 02-12-2006. Hlm. 6.
xxi ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Wacana (Catatan Pribadi) 0.1: Jakarta, 21 April 2012, di Tahun Naga Air Di hari-hari tersebut mengingatkan saya pada sebuah buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya yang disunting Armijn Pane (2005) berisi surat-surat R.A. Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Eropa dan telah dibukukan oleh J.H. Abendanon (1911). Di Hari Minggunya terdapat pementasan paduan suara dewasa yang sudah 27 tahun mem-budi darma-kan waktu dan suaranya kepada sahabat-sahabatnya di situ. Di pagi hari itu ada pementasan drama pendidikan anak-anak dan cucu-cucu mereka diantaranya nyanyian tentang tiga kata ajaib yang dapat mengubah nasib mereka, terdengar di Gandaria I No. 93, Jakarta Selatan. Tolong ketika engkau membutuhkan bantuan, maaf ketika engkau berbuat kesalahan, dan terima kasih ketika orang berbuat baik kepadamu.
__________ http://id.wikipedia.org/wiki/Habis_Gelap_Terbitlah_Terang cited May 5, 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/J.H._Abendanon cited May 5, 2012
NAGA-NAGA AIR Naga-naga kecil memang pas untuk julukanmu .. Bisakah engkau menjadi besar? Dapatkah engkau mengarungi samudra-samudra yang besar? Mampirlah ke kampung-kampungku yang kecil. Terdengarkah lagu-lagu merdu yang sengaja dinyanyikan di hari lahirmu? Budi darmakan saja apa yang bisa kau berikan, serunya. Dengarkan juga paduan suara mereka .. O sole mio.. Anak-anak kecil di Gandaria itupun menari-nari untukmu. Mereka semua bersayap .. merah dan putih. Setangkai mawar dan sekuntum semboja di sayapnya. Bukankah engkau juga berkilat dan bersisik emas? Besarlah engkau .. arungilah samudra-samudramu, sebagai penghuni alam semesta. (Budhi S Purwo, Sabtu, 21 April 2012; di Tahun Naga Air)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xxii
Besar harapan penulis semoga buku ini dapat menambah pencerahan dalam memaknai arti bintang, nur, dan cahaya yang memancar dari Sila Ketuhan-an Yang Maha Esa, di tengah perisai Garuda Pancasila NKRI, Negara Kesatuan
Soemantri Hardjoprakoso telah berjasa dalam memberikan pembelajaran
ilmiah yang mendasar tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, budi pekerti
luhur, serta menerima dan menghormati semua perbedaan (empati).
Republik Indonesia. Bilamana itu sesuai dengan harapan penulis, hendaknya juga dialamatkan kepada Candra Jiwa Indonesia. Diibaratkan Soemantri adalah ibunya, maka disertasi tersebut adalah bayinya. Adapun bayinya asli kandungan ibu-pertiwi Indonesia, hanya ’bayi’ Candra Jiwa Indonesia dilahirkan di Eropa dengan dokter kebidanannya adalah Prof. Carp, ’rumah sakit’-nya Rijkuniversiteit, dan kota kelahirannya adalah Leiden, Negeri Belanda. Mereka telah berjasa dalam memberikan pembelajaran dasar secara ilmiah tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, budi pekerti luhur, serta menerima dan menghormati semua perbedaan yang ada. Kekayaan intelektual bangsa ini perlu dilestarikan, diberi arti sebagai memberikan potensi ketahanan, persatuan, wacana bangsa pada tingkat yang paling elementer, dalam, dan mendasar. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang ada di dalam keyakinan, kepercayaan, dan agama-agama yang ada di bumi pertiwi Indonesia perlu diwacanakan secara positif. Tanpa bermaksud mempersama-kannya, mungkin hanya sebagai imbangan pengetahuan saja, dan rasanya masih perlu dicari titik-titik temunya di dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika.
___________ [1]. YF La Kahija. Mencintai Kearifan Lokal. Harian Kompas, Sabtu, 02-12-2006. Hlm. 6.
xxiii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
R. Soenarto Mertowardojo dan Dr. Soemantri Hardjoprakoso (*)
Foto 0.5: Dua Putra Indonesia yang Mewariskan Naskah-naskah untuk Masyarakat Candra-ideal Indonesia adalah manusia dengan watak-watak yang tumbuh dari diri manusia itu sendiri, melalui suatu perjalanan hidup yang sangat sulit, dan merupakan tingkat akhir dari perkembangan kemanusiaan. Perjalanan tersebut telah sukses dilalui oleh orang yang bernama R. Soenarto Mertowardoyo, sebagai satu-satunya kasus studi penelitian kualitatif dokter Soemantri Hardjoprakoso, neurolog-psikiater untuk men-dapatkan gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran Jiwa. Akhirnya, dua orang putra Indonesia tersebut di atas dalam perjalanan hidupnya telah membuktikan hipotesis Jung tentang intuisi. Sejak itu Candra Jiwa Indonesia (Soenarto Mertowardojo) berdiri sejajar bahkan lebih lengkap dari candra jiwa sebelumnya dari Alfred Adler, Carl Gustav Jung, dan Sigmund Freud.
__________ [*].http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-aksnc3/11542_239583614847_233224709847_4385147_ 4916146_n.jpg . cited May 16, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xxiv
Kapten TNI-AD Soenarto Mertowardojo dan Mayor Jenderal TNI Prof. Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso, Neurolog-psikiater, patut dikenang sebagai orang-orang yang telah berjasa dalam memperkenalkan salah satu kekayaan intelektual
Pelestarian warisan intelektual bangsa ini perlu dilakukan karena dapat
memberikan potensi ketahanan dan persatuan bangsa. Wacana secara
positif dan pencarian titik-titik temunya Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa yang ada di dalam keyakinan, kepercayaan, dan agama-agama
masih perlu dikerjakan di dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika.
bangsa Indonesia. Ketika buku ini tengah dipersiapkan, suasana ibu kota masih marak dilanda berita-berita tentang terorisme dan isu Negara Islam Indonesia. Terbetik pula berita di surat kabar ibu kota [1] bahwa pemerintah akan merevitalisasi pelajaran agama di lembaga pendidikan, bahkan Pancasila akan diajarkan kembali di bangku-bangku sekolah. Revitalisasi ini tidak hanya pada pelajaran agama Islam, tetapi juga semua agama. Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh di sela-sela Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional 2011 di Jakarta menyatakan: ”Diyakinkan kepada mereka bahwa di negara ini sudah ada empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika”. Revitalisasi akan dilakukan dengan menitikberatkan pembangunan karakter, terutama mem-bangun kecintaan terhadap negara yang berbasis kasih sayang, apresiasi, dan toleransi. Belajar dari Candra Jiwa Indonesia, judul buku ini, sekiranya dibaca oleh penulis dengan kacamata jantung manusia, alat yang paling aktif hidup di dalam tubuh manusia, kita, dan kacamata hati, maka diberikan judul alternatif: Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond, suatu perjalanan menye-lam di pusat lautan ’hidup’ yang terdalam,
__________ [1] Nashih Nashrullah. Pelajaran Agama Segera Direvitalisasi. Republika, Jumat, 29 April 2011, Hlm. 12.
xxv ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Wacana 0.2: Keprihatinan terhadap Produk Kebudayaan Bre Redana memberi contoh pada produser film, andaikan anda tawarkan film yang menyimpan gagasan mengenai kekayaan dan pluralitas ke-Indonesia-an. Dijamin sang produser bakal lebih tertarik kalau anda menawarkan mistik Cipularang KM 90. Kalau terlalu serius tak ada yang menonton. Yang ngawur saja, dengan judul super ngawur, uang bakal mudah dikeruk. Ini berlaku di semua bidang,
Di tingkat bawah ada persoalan yang tidak kalah seriusnya. Ada tekanan kelompok radikal terhadap produk kebudayaan yang bernama wayang. Di beberapa tempat di Jawa Tengah sangat sering terjadi penggerebegan terhadap pertunjukan wayang. Ketika pertunjukan wayang kulit tengah berlangsung, bisa didatangi sekelompok orang, yang dengan sangar menyuruh semuanya bubar. Para seniman wayang hanya bisa berkemas-kemas, menutup peti, terusir sebagai kelompok sudra tanpa perlindungan negara.
Beberapa waktu yang lalu, sebuah rombongan kesenian tradisional ketoprak melakukan pentas terakhir di Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta. Pentas itu mereka sebut pentas pamit mati. Mereka tak bisa lagi bertahan karena tak ada lagi yang peduli. Tak ada lagi yang menghargai apa pun yang tidak bernilai uang. Kesenian memang tak punya uang, tak punya pembela pula, pantaskah mereka pamit mati? Apa jadinya kelak bangsa ini.
__________ Bre Redana. Wacana, Pemikiran Pamit Mati. Kompas, Minggu 23 Oktober 2011. hal. 20.
”Orang sekarang pada umumnya makin alergi terhadap
sesuatu yang dianggap serius. Dalam strategi yang berhubungan
dengan waktu luang-yang sebenarnya bisa produktif ada keeng-
ganan luar biasa terhadap yang serius”.
” Entah mana sebab mana akibat, sebagian produk kebuda-
yaan kita kemudian diabdikan untuk melayani keengganan
masyarakat terhadap sesuatu yang serius”
(Bre Redana)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xxvi
pusat imateri. Perjalanan tersebut hendaknya dipandang sebagai metafor untuk introspeksi, introversi, dan memindahkan titik berat kesadaran ke pusat hidup yang hakiki.
Transcendence to the depth of the heart and beyond, adalah suatu perja-
lanan menyelam di pusat lautan ’hidup’ yang terdalam di jantung-hati-
nya manusia, pusat imateri. Dimaksudkan sebagai judul alternatif dari
buku ini, sekiranya dibaca dengan ’kacamata’ jantung manusia, alat
yang paling aktif hidup di dalam tubuh kita, dan ’kacamata’ hati, kalbu.
Pemahaman makna kata jantung terasa istimewa. Ketika pengertiannya berubah arah ke dalam dada, bersifat transendental, imanen dan esoteris, maka kata jantung dipahami sebagai hati, atau kalbu, misalnya hatiku berdebar, padahal jantungnya yang berdetak. Pada meditasi transendental seperti di dalam sembah kalbu, yang mengatur napas seraya mengucap nama-Nya akan mengatur detak jantung secara teratur dan tenang. Padahal sebagai bahasa Arab (qalb) dan bahasa Inggris (heart) tetap dimaknai sebagai jantung, tidak berubah makna walaupun esoteris. Pemaknaan dalam bahasa Indonesia terasa semakin unik, ketika ada dua istilah anatomik yang menjadi satu ungkapan jantung hati-ku. Inilah kekayaan makna bahasa Indonesia yang perlu mendapat perhatian kita bersama. Manakala isi buku ini sanggup memperkuat upaya kesehatan mental- spiritual bagi pembacanya, keluarga, saudara-saudara, teman-teman dekat, dan masyarakat bawah, paling bawah dan bahkan yang terpinggirkan akses informasinya, disinilah sesungguhnya terletak manfaatnya. Apabila tulisan di dalam buku ini ternyata masih dapat juga mencapai ke arah sana, maka ia telah menyempurnakan darmanya sebagai sebuah buku yang benar-benar berguna bagi siapa saja. Besar harapan saya buku ini dapat membantu pemerintah dan masyarakat dalam memberikan salah satu alternatif bacaan semi ilmiah untuk masyarakat bangsa Indonesia guna membangun karakter bangsa yang digali dari khasanah
xxvii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Wacana 0.3: NKRI sebagai Bentuk Negara dan Pancasila sebagai Dasar Negara Bung Karno di Ende (Flores) salah satu situs awal penggalian nilai-nilai Pancasila. Bung Karno mengisahkan, ”Di Pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman ru-mahku, menurunkan ilham yang di turunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila” (Adams 2011: 240). Di luar kontroversi persoalan semantik (pilar), demikian opini Yudi Latif, pemikir kebang-saan dan kenegaraan dalam mengenang kepergian Taufiq Kiemas, seorang tokoh nasional yang telah menjadi ’jembatan kebangsaan’ dan telah berhasil menghidupkan peran lemba-ga permusyawaratan yang cenderung melempem pasca-Orde Baru itu dengan memosisi-kannya sebagai penggalang kesadaran konsensus dasar kebangsaan yang disebut ”Empat Pilar.” Tokoh pemersatu bangsa ini tutup usia dalam usia 70 tahun, Sabtu (8/6) pukul 19.05 atau 18.05 WIB di Singapura. Ketua MPR Taufiq Kiemas (TK) yang di makamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta, Minggu 9 Juni 2013, harus diberikan penghargaan karena kegigihannya dalam menyadarkan bangsa. Masyarakat selalu diingatkan akan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai sesanti negara.
__________ Yudi Latif. TK dan Jembatan Kebangsaan. Opini. Kompas, Senin, 10 Juni 2013
Candra Jiwa Indonesia membuka kesempatan bagi Akunya
manusia untuk meleburkan diri di dalam kekuasaan yang lebih
tinggi dan meliputi keseluruhan, yaitu Alam Sadar Kolektif.
Di sini mempersyaratkan sang Aku harus mengurangi dan
menundukkan kedaulatannya sendiri.
Bangsa Indonesia menghadapi tantangan zaman,
apakah masyarakatnya mampu menunjukkan kepada dunia
besar akan persatuannya di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negaranya?
(Soemantri Hardjoprakoso)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xxviii
bumi pertiwi. Barangkali hal ini merupakan suatu upaya yang masih langka dilakukan oleh orang lain. Diperlukan semangat kebersamaan yang tinggi antara penulis dan pembacanya untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut untuk saling
Manakala buku ini bermanfaat untuk kesehatan mental spiritual bagi
Siapa saja terutama masyarakat strata paling bawah, dan terpinggirkan
aksesnya, ternyata masih dapat juga mencapai ke sana, maka ia telah
menyempurnakan darmanya sebagai sebuah buku yang berguna.
berbagi pengalaman hidup. Oleh karena itu sangat mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan buku ini di masa datang, serta untuk kepentingan pembelajaran kita bersama. Akhirnya, saya ucapkan selamat membaca dan memahami isi buku ini. Semoga bermanfaat bagi kehidupan yang nyata. Terima kasih atas perhatiannya. Penulis
xxix ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Fisik (Soma, jasmani kasar, D2), Mental (Psike, jasmani halus, jiwa, D3), Spiritual (Pusat Imateri, D4)
Diagram Transenden 0.1: Posisi Dinamis Ego di Alam Semesta Alam semesta dibagi menjadi Makrokosmos (Dimensi-1, D1) dan Mikrokosmos. Mikrokos-mos dibagi menjadi 3 dimensi. D2 adalah Soma; badan/jasmani kasar (Body), D3 adalah Psike; badan/jasmani halus di dalamnya berisi pusat-pusat vitalitas angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu yang secara fungsional diwakili oleh Sang Akunya (Ego) manusia.
Ego dikatakan dinamis dan berkekuatan karena memiliki fungsi koordinatif terhadap pusat-pusat vitalitas tersebut. Kepemimpinannya hanya bersifat sementara dan dapat berevolusi dengan melalui ”perjalanan” yang berat menuju Dimensi ke 4, sebagai jati dirinya manusia yang hakiki, Pusat Imateri (!).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta, 2012.
(FISIK) Dimensi-2
(MENTAL)
Dimensi-3
Pusat Imateri
(SPIRITUAL) Dimensi-4
Makrokosmos (Dunia Luar)
Dimensi-1
Mikrokosmos (Dunia Dalam)
Sadar Pribadi
(Ego)
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
● ●
KOSMOLOGI ALAM SEMESTA
(2-Kosmos dengan 4-Dimensinya)
!
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xxx
PROLOG Profesi dokter telah lama menjadi sorotan masyarakat terutama sekitar awal tahun 2000, sehingga banyak kasus dipaparkan di media cetak dan
Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) sejajar dengan candra
jiwanya Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, dan Alfred Adler.
--Soemantri Hardjoprakoso
elektronika. Sejak saat itu, salah satu fakultas kedokteran terkemuka di Indonesia telah terpanggil untuk memperbaiki mutu kepribadian lulusannya dalam bidang empati, agar komunikasi dokter-pasien menjadi lebih efektif dan harmoni. Hal ini diupayakan untuk mengembangkan ilmuwan yang berbudi luhur serta menguta-makan kejujuran dalam mencari kebenaran. Untuk mengetahui apa yang perlu diperbaiki, diperlukan pengertian tentang apa yang ada dalam jiwa manusia, bagian mana yang berfungsi sebagai pengendali perubahan (angan-angan), kekuatan yang dikendalikan (nafsu-nafsu), serta suasana yang terjadi (perasaan) akibat interaksi di dalamnya. Apa saja fungsi tertinggi yang ada pada masing-masing kekuatan itu serta kemungkinan terjadinya perkembangan jiwa manusia terutama kesadarannya, menjalani proses evolusi terakhirnya. Adalah suatu kebutuhan untuk mengetahui siapakah “sang
aku” itu sebenarnya dan di manakah posisinya di dalam jiwa? Cogito ergo sum
telah mencoba menjawabnya sebagai ungkapan René Descartes (1596--1650), seorang filsuf Perancis yang maksudnya adalah “aku berpikir, maka aku ada” (1619: ”Je pense, donc je suis”; ”I think, therefore I am”).
xxxi ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Matahari adalah pusat dari sistem tata surya Bima Sakti
Gambar 0.1: Sistem Tata Surya Bima Sakti Dalam sistem tata surya tampak posisi (eksentrik) dunia (earth, bumi), bulan (mars), dan bintang-bintang lainnya mengitari matahari (konsentrik). Sering ditanyakan apakah candra jiwa itu? Jawaban yang sederhana adalah pengetahuan tentang posisi dinamis ego seorang manusia di dunia kecilnya (mikro-kosmos). Posisinya di alam semesta (makrokosmos) digambarkan dalam candra dunia. Sang aku memang terbatas, bisakah ia mengalami perkembangan dan kemajuan? Ini adalah pertanyaan berikutnya.
__________ http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_system cited May 26, 2012.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| xxxii
Aku adalah kristalisasi dari angan-angan manusia, menurut Soemantri, secara struktural berasal dari cipta-nya manusia, yang mewakili dirinya secara keseluruhan termasuk beraktivitas, seperti aku makan, aku bekerja, dan aku ter-
Ego, mewakili seluruh aktivitas kehidupan manusia, sampai
tugasnya selesai. Sang Aku adalah kristalisasi angan-angan,
berasal dari cipta-nya manusia. (Soemantri Hardjoprakoso)
senyum. Makhluk yang berpikir memiliki kesadaran sang aku dan bernama manusia ini tentu berada di dalam dunia yang merupakan bagian dari alam semesta. Sekaligus hidup dalam kurun waktu tertentu. Hal ini berarti, ia berada di antara kurun waktu sebelum dan sesudah sang aku ada. Di sinilah jawabannya ketika sering ditanyakan apakah candra jiwa itu? Jawaban yang sederhana adalah pengetahuan tentang posisi dinamis ego seorang manusia di dunia kecilnya (mikrokosmos). Posisinya di alam semesta (makro-kosmos) digambarkan dalam candra dunia. Sang aku memang terbatas, bisakah ia mengalami perkembangan dan kemajuan? Ini adalah pertanyaan berikutnya. Kebutuhan pada pengetahuan tentang konsepsi manusia dan dunia, mungkin dapat dipakai sebagai titik awal dan sebagai dasar cara memaknai hidup. Dari pengetahuan ini, pada saat yang sama dapat diupayakan sebagai suatu pendidikan mental spiritual, pencegahan, dan pengobatan penyakit jiwa. Atau justru sebaliknya, empati perlu diberikan kepada siapa saja yang menekuni Candra Jiwa Indonesia ini sebagai kompas dalam mengarungi samudra kehidupan dengan gelombang yang bergelora, arus laut dan angin yang tidak menentu, berbagai posisi rintangan batu karang, serta gangguan makhluk ganas lainnya.
0 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bima lawan Rukmakala di hutan Tikbrasara (gunung Reksamuka) mencari air suci Prawitasari
Foto 1.1.1: Perang Menaklukkan Hawa Nafsu Jahat Adalah Upaya Harmonisasi Jiwa Asli filosofi Jawa (wayang) di dalam episode Dewa Ruci, di dalam olahsemedi (introversi, introspeksi). Bima melawan dua raksasa Rukmuka (sudah kalah) dan Rukmakala, sebagai perwakilan dari godaan kenikmatan duniawi yang dapat dicapai oleh pancaindra seperti kekayaan, kedudukan, dan kecantikan mereka semua dapat dikalahkan di dalam olahbatinnya. Akhirnya bertemulah Bima (hamba) dengan Dewa ‘Suksma’ Ruci (Tuhan), di dalam samudra keheningan di pusat hatinya sendiri. Setelah sang Aku material (dimensi-3) mampu mengendalikan nafsu-nafsu sufiah, amarah dan luamah agar sesuai dengan arahan mutmainah menjadi taat, angan-angan menjadi sadar dan perasaannya selalu percaya kepada-Nya, derajatnya meningkat menjadi Sang Aku imateri (Roh Suci, TheSelf, dimensi-4) siap untuk menerima intuisi. Sang Aku derajatnya naik-turun kearah jasmani halus (psike,mental) atau ke pusat imateri sampai dipanggil kembali oleh sadar kolektif (Suksma Sejati, TheForce) secara permanen melalui proses Pamudaran kembali ke asalnya yang hakiki.
__________
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/1312160689773103280.jpg cited September 14, 2011.
http://www.joglosemar.co.id/kejawen/dewaruci.html cited July 1, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 1
BAB I PSIKE
1.1 PENDAHULUAN Psike (mental, jiwa, mind) adalah dimensi (dunia, matra) ke-3, merupakan
badan/jasmani halus manusia. Memiliki tiga sentra vitalitas yang terdiri dari ang-
Rahsa Jati (TheGate) adalah titik singgung antara psike (mental) dan
Pusat Imateri (spiritual). Tripurusa/TriFoil , merupakan pusat hidup-
nya Alam Sejati di dalam diri manusia.
an-angan (cipta, nalar, dan pangerti), perasaan (positif dan negatif), dan nafsu-
nafsu (mutmainah, luamah, sufiah, dan amarah). Satu lagi sentra (pusat) vitalitas
(omnipotensi) pada dimensi ke-4, yaitu Tripurusa (TreFoil) berada di pusat imateri.
Alam semesta adalah dimensi ke-1 dan badan/jasmani kasar (fisik, body) dengan
pancaindranya berada di dimensi ke-2. Di dalam dunia psike angan-anganlah
yang mendominasi, oleh karena itu disebut dunia angan-angan. Aku adalah
kristalisasi dari angan-angan oleh karena itu dapat juga disebut dunia aku, karena
Akulah yang menjadi sentral kehidupan.
Hati Nurani adalah candra manusia dan candra dunia karena berkembang
dalam pertemuannya dengan dunia luar dan dunia dalamnya manusia (sentra-
sentra vitalitas) baik yang sadar maupun yang tidak sadar. Hati Nurani disimpan
dalam angan-angan manusia dalam arti sempit yang bersifat asadar, tetapi
berbeda tempat dengan nafsu-nafsu yang juga bersifat asadar. Hati Nurani dapat
dikatakan sebagai lapis dalam sesudah dunia aku.
Rahsa Jati adalah esensi dari kehidupan perasaan, jadi bukan organ, tetapi
suasana tertentu dari kehidupan jiwa. Sepertinya ada suatu jalan (introversi)
ketika kita menjalankan cara hidup tertentu, kita dapat menggeser kesadaran
sang Aku dari kemungkinan-keberadaan yang material-halus ke yang imateri.
Rahsa Jati merupakan pintu masuk pada kemungkinan-keberadaan yang imateri
2 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati,
Pusat Imateri, spirit, Sentra Vitalitas ke-4, dimensi-4).
Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos. Bagan Transenden 1.2.1: Mikrokosmos Alam semesta dapat kita bagi dua. Kedua kosmosnya yaitu makro dan mikrokosmos. Dari luar (Alam Semesta) ke dalam kita mempunyai bentuk-bentuk keberadaan yang material-kasar (jasmani), material-halus (jiwa), dan yang imateri (Pusat Imateri). Panca indra dapat mengamati bentuk keberadaan materi-kasar (dunia biologis manusia) dan benda-benda di alam semesta. Di dalam fisik manusia juga berlangsung proses-proses ilmu alam dan ilmu kimia yang ditunjang oleh sistim-sistim anatomi-fisiologi tubuh sebagai sistim penunjang kehidupan manusia. Di bagian terdalam dari mikrokosmos merupakan suatu Pusat Imateri, alam spiritual, alam rohani, bahkan alam sejatinya manusia sebagai pusat hidupnya. (D1-4= dimensi, matra, dunia).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
D1 Alam Semesta MAKROKOSMOS
===========l Pancaindra l=============================== MIKROKOSMOS Sistim Penunjang Hidup:
Sistim saraf pusat dan perifer Sistim sirkulasi kardio-vaskular Sistim paru dan pernafasan Sistim pencernaan dan hepato-bilier
D2 Fisik Jasmani Kasar (Fisik-Kimiawi) Soma
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 Mental Jasmani Halus (jiwa, batin) Psike
- - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 Spiritual Rohani Pusat Imateri
Alam Sejati =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 3
dapat dianggap sebagai titik akhir dan tujuan dari jalan itu, sebagai candra ideal
dari manusia.
Nafsu luamah (egosentripetal; negatif dan netral) adalah nafsu untuk
keselamatan diri dan mutmainah (egosentrifugal: sosial dan suprasosi-
al): nafsu untuk kehidupan bersama. Sufiah merupakan sumber keingi-
nan dan hasrat serta Amarah menyiratkan kemauan dan semangat.
1.2 MENTAL
Seperti yang akan kita pelajari setelah ini dalam bagian yang membahas
tentang aspek-aspek struktural dan fungsional pada umumnya manusia sebagai
keseluruhan terdiri atas tiga bentuk keberadaan yang berbeda-beda, yang saling
berhubungan dengan sangat eratnya. Dari luar ke dalam kita mempunyai bentuk-
bentuk keberadaan yang materi-kasar, materi-halus dan yang imateri. Bentuk
keberadaan yang materi-kasar adalah dunia benda yang dapat diamati oleh pan-
caindra, yang di dalamnya berlangsung proses-proses ilmu alam dan ilmu kimia.
Dunia ini sesuai dengan istilah Sinnlichraumliche Welt dari Karl Jaspers. [1]
Dunia keberadaan ini dapat kita samakan dengan dunia biologis. Ikatan
dengan dunia luar selebihnya berlangsung melalui pancaindra dan melalui fungsi-
fungsi vital seperti makan, minum, tidur, fungsi-fungsi ekskretoris, kardiovaskular,
pernafasan, pengaturan suhu, dan sebagainya. Daya hidup di dalam bentuk-
bentuk keberadaan material-kasar ini diselenggarakan oleh nafsu-nafsu luamah,
sufiah, amarah, dan mutmainah.
Di sini nafsu luamah merupakan nafsu untuk keselamatan diri dan
mutmainah adalah nafsu untuk kehidupan bersama, di mana individu itu berada.
Sufiah adalah sumber keinginan dan hasrat. Amarah merupakan kemauan dan
semangat. Permainan kekuatan nafsu-nafsu ini terselenggara dalam suasana
asadar (tidak sadar). Eksistensi badan/jasmani kasar ini terikat oleh ruang dan
waktu dan berlangsung sejak pembuahan sampai kematiannya.
__________
[1]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 154.
4 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.2.2: Nafsu-nafsu Manusia dilengkapi dengan kekuatan yang disebut nafsu. Nafsu luamah merupakan nafsu egoistik dan untuk keselamatan diri, melambangkan kekuatan kuda hitam dan mutmainah (putih) adalah nafsu untuk kehidupan bermasyarakat. Sufiah (kuning) adalah sumber hasrat dan keinginan. Amarah (merah) merupakan sentra semangat dan kemauan. Adu kekuatan/pertempuan nafsu-nafsu ini terselenggara dalam suasana asadar (tidak sadar), nafsu amarah dan sufiah tidak berpolaritas, menurut saja mana yang lebih dominan nafsu baik atau buruk.
Dominasi kehidupan di dalam dunia psike/mental ini adalah angan-angan, oleh karena itu disebut dunia angan-angan. Aku adalah kristalisasi dari angan-angan oleh karena itu dapat juga disebut dunia aku, karena Akulah yang menjadi sentral kehidupan. Dunia ini bersifat sadar dan terbatas, oleh karena itu memiliki sifat indivualitas (pribadi).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IIIIIINNaaffssuu:: -- -- -- -- 11MMuuttmmaaiinnaahh,, 22LLuuaammaahh MMeennttaall 33SSuuffiiaahh,, 44AAmmaarraahh
IIAAnnggaann--aannggaann Aku IIIIPPeerraassaaaann
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 5
Bentuk keberadaan yang material-halus adalah dunia jiwa, psike, dunia mental.
Di dalam dunia jiwa ini, angan-angan yang mendominasi, karena itu dapat dise-
Sadar adalah dunianya sang Aku. Karena kesadaran itu terbatas, terja-
dilah individualitas. Disebut juga kesadaran individual atau kesadaran
pribadi. Candra Jiwa Indonesia menerima kemungkinan adanya eksis-
tensi dunia Aku sesudah matinya jasmani kasar.
but dunia angan-angan atau dunia Aku, sebab aku menduduki tempat yang
sentral di dalam angan-angan. Dunia ini sesuai dengan die seelischkulturelle Welt
dari Karl Jaspers. [2]
Dunia Aku ini adalah: sadar, dan karena kesadaran itu terbatas, jadi ada
individualitas, maka kesadaran terbatas ini adalah kesadaran individual atau
kesadaran pribadi. Bentuk-bentuk material halus ini terikat oleh ruang dan waktu
tetapi eksistensinya tidak terikat oleh bentuk keberadaan yang material-kasar.
Kemungkinan adanya eksistensi dunia Aku sesudah matinya jasmani kasar,
diterima di dalam Candra Jiwa Indonesia.
Dunia Aku ini berhubungan dengan dunia luar melalui pancaindra.
Eksistensi dunia Aku ini tidak selalu tergantung dari fungsi-fungsi vital
badan/jasmani kasar seperti makan, minum, defekasi, pernafasan, denyut jantung
dan regulasi suhu. Jembatan antara bentuk keberadaan materi kasar dan materi
halus dibentuk oleh perasaan, emosi atau kehidupan perasaan. Nafsu yang
asadar mempunyai hubungan dengan angan-angan, sehingga aktivitas-aktivitas
nafsu dapat memasuki kesadaran pribadi. Jadi di dalam bentuk keberadaan yang
material halus itu berlangsung kehidupan tiga kompleks atau sentra. [3]
__________
[2]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 170.
[3]. Penterjemah: Kompleks disini berarti suatu keseluruhan yang tersusun, lawannya ialah simpleks
atau tunggal. Arti yang lain ialah: kelompok tanggapan yang bersifat emosional, kerap kali dengan
makna kelompok tanggapan yang terdesak ke dalam ke-asadaran.
6 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 1.2.1: Empat Sentra Vitalitas Kehidupan budaya manusia adalah suatu kebutuhan duniawi yang ditentukan oleh sentra-sentra (sentra: materi; pusat: imateri) vitalitas mental (I, II, III) agar dipenuhi oleh sang Aku menurut Karl Jaspers. Sang Aku dan dunia luar berinteraksi psikis, saling pengaruh dan memengaruhi. Angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu berkembang karena kontak dan pertemuan dalam interaksi tersebut.
Nafsu yang bersifat asadar berhubungan erat dengan angan-angan, sehingga aktivitas-aktivitas nafsu dapat memasuki kesadaran pribadi. Jadi di dalam bentuk keberadaan yang material halus (jiwa) itu berlangsung kehidupan tiga kompleks (sentra) vitalitas. Satu lagi pusat vitalitas (omnipotensi) berada di pusat imateri yaitu Tre/TriFoil, Tripurusa (IV) di alam sejatinya manusia.
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
Angan- angan
(I)
Perasaan (II)
TreFoil (IV)
II
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 7
Masing-masing kompleks aktif sendiri dan mempunyai ikatan tertentu
dengan sentra-sentra yang lain. Ketiga kompleks ini bertanggung jawab atas
vitalitas bentuk keberadaan yang material halus, dan karena itu disebut juga sen-
Bentuk-bentuk material halus (psike) terikat oleh ruang dan waktu
tetapi eksistensinya tidak terikat oleh bentuk keberadaan yang material-
kasar (soma). Psike merupakan sarang daya-daya intelektual (angan-
angan) dengan Aku sebagai pusatnya. Terdapat kehidupan perasaan,
serta perwakilan keinginan dan kemauan yang berupa nafsu-nafsu.
tra-sentra vitalitas. Ketiganya itu ialah angan-angan atau daya-daya intelektual
dengan Aku sebagai pusatnya, pangrasa atau kehidupan perasaan, dan nafsu-
nafsu sebagai kehidupan keinginan dan kemauan. Dunia Aku disebutkan demikian
karena memang mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang ditentukan oleh
keperluan sentra-sentra vitalitas itu. Kebutuhan-kebutuhan ini oleh Karl Jaspers
digolongkan dalam kehidupan budaya manusia. [4]
Ada interaksi psikis antara dunia aku dengan dunia luar, dan karena
pengaruh-memengaruhi ini yang berupa kontak dan pertemuan, maka
berkembanglah angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu. Bertumpuk-tumpuklah
pengalaman orang dan masyarakat. Orang yang mengalami beribu-ribu kejadian,
beribu-ribu suka dan duka, mengumpulkan bahan untuk membentuk suatu
konsepsi dan gambaran bagaimana ia harus hidup dan bagaimana ia harus
memandang dunia sekitarnya.
Ia membentuk suatu candra manusia dan suatu candra dunia. Candra
dunia dan candra manusia ini menjadi pedomannya, polanya, bagaimana ia
harus menolong dirinya sebaik-baiknya, apa yang harus ia perbuat untuk
menyelamatkan eksistensinya dan keseimbangannya. Candra dunia dan candra
manusia ini ialah hati nurani-nya.
__________
[4]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 170.
8 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.2.3: Rahsa Jati (TheGate) Hati Nurani adalah candra manusia dan candra dunia karena berkembang dalam pertemuannya dengan dunia luar dan dunia dalamnya manusia (sentra-sentra vitalitas) baik yang sadar maupun yang tidak sadar. Hati nurani disimpan dalam angan-angan manusia dalam arti sempit yang bersifat asadar, tetapi berbeda tempat dengan nafsu-nafsu yang juga asadar. Rahsa Jati (TheGate) adalah titik singgung antara psike (mental) dan Pusat Imateri. Tri-purusa, Trifoil (Trefoil), merupakan pusat hidupnya Alam Sejati di dalam diri manusia. Rahsa Jati adalah esensi dari kehidupan perasaan, jadi bukan organ, tetapi suasana tertentu dari kehidupan jiwa. Kemungkinan-keberadaan yang imateri memiliki ambang pintu masuk sebagai pintu gerbangnya yaitu TheGate, Rahsa Jati.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PPeerraassaaaann NNaaffssuu Mental
AAnnggaann--aannggaann-- -- -- --AArrttii LLuuaass ((SSaaddaarr)) AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))::-- -- -- --AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))
Aku
HHAATTII NNUURRAANNII - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TriPurusa: 3Roh Suci Spiritual
2Suksma Sejati (Pusat Imateri)
1Suksma Kawekas Alam Sejati ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 9
Aspek-aspek tertentu dari hati nurani dapat dimasukkan ke dalam
kesadaran menurut kebutuhan. Aspek-aspek hati nurani yang disadarkan itu
timbul sebagai tanggapan-tanggapan pikiran di dalam angan-angan dan dari sini
Dunia-Aku (Karl Jaspers) membutuhkan kehidupan budaya manusia
seperti yang ditentukan oleh keinginan, kemauan, dan sentra-sentra
vitalitas lainnya di dalam dunia psikenya.
melepaskan daya kerjanya terhadap kehidupan perasaan dan kemauan serta
terhadap alat-alat pelaksana. Jadi hati nurani menggunakan perangkat dan
saluran yang ada untuk mengembangkan daya kerjanya. Dunia ini dapat
disamakan dengan metaphysische Welt dari Karl Jaspers. [5]
Bentuk-keberadaan (mikrokosmos) yang ketiga ialah dunia Hidup imateri,
Tripurusa, Tri/Trefoil, yang titik singgungnya berada di dalam Rahsa Jati. Rahsa
Jati ini bukan organ, tetapi suasana tertentu dari kehidupan jiwa, disebut juga
esensi dari kehidupan perasaan. Ia adalah pintu gerbang, TheGate, atau ambang
pintu masuk kemungkinan-keberadaan yang imateri.
Jadi hati nurani ini terjadi karena bertemunya dunia luar dengan manusia,
yang berbekal nafsu-nafsu asadar, serta angan-angan dan perasaannya yang
sadar. Hati nurani ini disimpan di dalam angan-angan manusia dalam arti-sempit
yang bersifat asadar, tetapi berlainan tempat dengan nafsu-nafsu asadar, jadi
keduanya itu secara struktural berbeda. Agar dapat pindah dari bentuk
keberadaan yang psikis (dunia Aku) ke kemungkinan-keberadaan yang imateri
(alam Tripurusa), sudah tentu harus ada jembatan penghubungnya. Kontinuitas
sebagai penghubung itu ada, berupa kesadaran (keadaan sadar).
Kemungkinan-keberadaan yang imateri ini tidak terikat oleh materi, karena
itu juga tidak terikat oleh ruang dan waktu. Kalau kesadaran itu pada suatu ketika
berada dalam kemungkinan keberadaan imateri, maka kesadaran itu tidak lagi
__________
[5]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 170.
10 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar Dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, D-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, D-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1. Hati nurani disimpan di
bagian angan-angan yang asadar dan berbeda struktur/tempat dengan bagian asadar nafsu-nafsu.
Bagan Transenden 1.2.4: Hati Nurani Hati nurani dalam status asadar terletak diantara 3-sentra vitalitas (angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu) dan Tripurusa sebagai pusat imateri. TreFoil, TriFoil (Tripurusa), merupakan pusat hidupnya Alam Sejati di dalam diri manusia. Ketiga aspek tersebut adalah TheSource (Suksma Kawekas) sebagai aspek statis; sumber hidup dan asal mula hidup, TheForce (Suksma Sejati) adalah aspek dinamis; yang meng-hidup-i, dan TheSelf yang di-hidup-i. Pada kesadaran kolektif tidak perlu lagi ada komunikasi dengan dunia luar dan dalam, bahkan pancaindra sudah tidak diperlukan karena Kesadaran Kolektif adalah suatu to-talitas universal. Pancaindra hanya dipergunakan dalam fungsi motorisnya sebab sudah tidak ada lagi interaksi psikis dengan dunia luar. Tidak ada lagi kemungkinan untuk tumbuh, oleh karena itu, semua yang bersifat terbatas dari kehidupan psikis juga menghilang.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l============================ MIKROKOSMOS MANUSIA Soma: Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
((Sadar) PPeerraassaaaann NNaaffssuu ((AAssaaddaarr)) Psike: Mental
AAnnggaann--aannggaann-- -- -- --AArrttii LLuuaass ((SSaaddaarr)) AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))::-- -- -- --AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))
Aku
HHAATTII NNUURRAANNII - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TreFoil: 3TheSelf (Pusat Imateri) Spiritual 2TheForce, 1TheSource Kesadaran Kolektif
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 11
terikat oleh sesuatu, jadi tidak lagi terbatas oleh individualitas. Dalam keadaan demikian itu kesadaran adalah universal dan kolektif. Inilah dunia kesadaran ko-lektif.
Hati nurani terjadi karena pertemuan dan interaksinya dunia luar
dengan manusia, yang berbekal nafsu-nafsu asadar, serta angan-angan
dan perasaannya yang sadar. Hati nurani menggunakan perangkat dan
saluran yang ada untuk mengembangkan daya kerjanya.
Dunia kesadaran ini berada di dalam dan juga di luar manusia. Tak perlu
lagi ada komunikasi antara dunia luar dan dunia dalam. Pancaindra yang terbatas
karena kodratnya, tidak diperlukan lagi. Kesadaran kolektif ini adalah suatu
totalitas. Karena itu sudah tidak ada kebutuhan lagi, sebab tidak ada lagi
kemungkinan untuk tumbuh. Semua yang bersifat terbatas dari kehidupan psikis,
menghilang. Pembatasan-pembatasan pribadi dari angan-angan, perasaan dan
nafsu-nafsu menghilang.
Tidak ada kehidupan psikis yang pribadi lagi, pusat imateri menggunakan
dengan langsung alat-alat pelaksana. Karena tidak ada lagi interaksi psikis
dengan dunia luar, maka pancaindra hanya dipergunakan dalam fungsi
motorisnya. Jadi di dalam manusia terjadi tiga dunia (dimensi, matra), simultan
secara bersama-sama, saling merembes dan saling berdampingan.
Dipandang dari luar ke dalam, dapat dikatakan bahwa dunia material kasar,
material halus, dan imateri berada bereksistensi. Dapat juga dikatakan adanya
bentuk-keberadaan yang biologis, yang psikis, dan yang rohaniah. Urutan-urutan
ini, dapat juga diterangkan berdasarkan segi lain, yaitu asadar kolektif, melalui
asadar pribadi dan sadar pribadi ke sadar kolektif, atau dapat juga dikatakan dari
pemuasan nafsu tak terbatas, melalui pemuasan nafsu terbatas ke kosong-
pemuasan (karena tiada nafsu lagi).
Tiap orang meletakkan titikberat hidupnya khas bagi dirinya, berbeda-beda
yang satu dengan lainnya. Pada tiap kemungkinan-keberadaan mempunyai
bentuk dan tuntutan-tuntutan; gaya dan eksistensinya sendiri. Jika titikberat itu
12 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.2.5: Dunia Kesadaran Kolektif adalah Candra Ideal Manusia Sepertinya ada suatu jalan (introversi) ketika kita menjalankan cara hidup tertentu, kita dapat menggeser kesadaran sang Aku dari kemungkinan-keberadaan yang material-halus ke yang imateri. Perubahan-perubahan aktifitas dan reaksi dari sentra-sentra vitalitas mental merupakan petunjuknya termasuk adanya hambatan-hambatan dari sentra itu sendiri, berdasarkan hukum kelembaman. Rahsa Jati merupakan pintu masuk pada kemungkinan-keberadaan yang imateri dapat dianggap sebagai titik akhir dan tujuan dari jalan itu. Pencapaian eksistensi ini merupakan candra-ideal dari manusia. Di dalam candra jiwa manusia Indonesia, candra ideal itu potensial dapat dicapai oleh setiap manusia. Tentu saja tiap pergeseran sang Aku kearah dunia kesadaran kolektif berarti harus melepaskan keterikatannya dengan dunia asadar kolektif (makrokosmos), dunia asadar fisik, biologis, akhirnya harus menyerahkan dunia sadar pribadi Akunya (mental) sendiri kepada Sadar Kolektif Dinamis (Suksma Sejati), posisi terakhir adalah stop di perbatasan: Rahsa Jati (TheGate).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l=============================== MIKROKOSMOS: Fisik Soma Jasmani Kasar (Fisik-Kimiawi, Biologi) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Mental Jasmani Halus (jiwa, batin) - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: 3Roh Suci Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Dunia Kesadaran Kolektif
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 13
terletak di dalam kemungkinan keberadaan yang material-kasar, maka berdomi-
nasilah fungsi-fungsi nafsu, yaitu fungsi-fungsi yang biologis. Jika titikberat itu
terletak di dalam kemungkinan keberadaan yang psikis, maka angan- angan dan/
Rahsa Jati bukan organ, tetapi suasana tertentu dari kehidupan jiwa.
Suatu esensi dari kehidupan perasaan. Ia adalah pintu gerbang (The-
Gate) kontinuitas kesadaran atau ambang pintu masuk ke kemungkinan-
keberadaan yang imateri.
atau perasaanlah yang berdominasi. Di dalam bentuk-keberadaan yang imateri,
maka kehidupan yang individual sudah tidak ada lagi, berlaku kehidupan yang
total, kolektif, dan universal.
Jung akan mengatakan bahwa segala bentuk pencerahan orang yang
demikian ini adalah apribadi (onpersoonlijk) atau archetypisch. [6] Ada
kemungkinan pergeseran titik berat dari dunia material-kasar sampai ke dalam
hidup yang imateri, bentuk-keberadaan yang metafisis. Dengan pergeseran ini
berubahlah juga kebutuhannya, pandangannya, sikap, dan gaya hidupnya.
Dengan hidup menurut cara tertentu, kita dapat menggeser titik berat
keberadaan. Tiap pergeseran hanya mungkin dengan menerima gaya hidup yang
baru dengan membuang yang lama. Jadi dapat dikatakan ada jalan dari
kemungkinan-keberadaan yang material-kasar ke yang imateri. Jalan itu ditandai
dengan perubahan-perubahan aktivitas dan reaksi dari sentra-sentra yang ada,
dan oleh hambatan-hambatan dari sentra itu sendiri, berdasarkan hukum
kelembaman. Kemungkinan-keberadaan yang imateri tadi dapat dianggap
sebagai titik akhir dan tujuan dari jalan itu. Karena itu dapat dianggap sebagai
candra ideal dari manusia. Di dalam candra jiwa manusia Indonesia, candraideal
itu potensial dapat dicapai oleh setiap manusia.
__________
[6]. Carl Gustav Jung. Die beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag Zurich
und Leipzig, 1938.
14 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.3.1: Tentang pemuasan nafsu Dipandang dari luar ke dalam, dapat dikatakan bahwa mikrokosmos terdiri dari bereksistensi-nya dunia material kasar, material halus, dan imateri. Dapat juga dikatakan adanya bentuk keberadaan yang biologis, yang psikis, dan yang rohaniah. Urutan-urutan ini, dapat juga diterangkan berdasarkan segi lain, yaitu dari asadar-kolektif, melalui sadar-pribadi menuju sadar-kolektif. Dapat juga dikatakan dari pemuasan-nafsu-takterbatas, melalui pemuasan-nafsu-terbatas menuju ke kosong-pemuasan (karena tidak ada nafsu lagi).
Dimensi Fisik, jasmani kasar manusia apabila dipandang sebagai bagian dari makrokosmos
status kesadarannya sama atau terikat dengan makrososmos sebagai asadar kolektif. Karena
jasmani kasar terikat dengan mikrokosmosnya, dapat dikatakan status kesadarannya adalah
asadar biologis.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l=============================== MIKROKOSMOS Material Kasar (Biologis) Fisik
Soma (pemuasan nafsu tak terbatas)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Material Halus, jiwa, batin Mental
(pemuasan nafsu terbatas)
- - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Pusat Imateri Rohani Alam Sejati (tidak ada pemuasan nafsu) Spiritual
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 15
Angan–angan terjadi dari refleksi Tripurusa di dalam badan/jasmani
seperti umpama-nya cahaya bulan adalah refleksi dari cahaya matahari. Karena
Tripurusa terdiri dari tiga aspek yang saling berhubungan dengan hierarkhi terten-
Sang Aku adalah kristalisasi daya-daya kekuatan intelektual menyebab-
kan manusia merasa bahwa ia hidup. Perasaan hidup yang disertai rasa
puas (senang) inilah yang menutupi kesadaran Tripurusa menjadi laten.
tu, maka tampaklah juga dia dalam angan-angan tiga aspek yang saling berhu-
bungan dengan hirarkhi yang sama. Kedaulatan mutlak Tripurusa menggejala
dalam kedaulatan individual-terbatas dari angan-angan. Sang Aku dari angan-
angan menyebabkan manusia merasa bahwa ia hidup. Perasaan hidup ini disertai
rasa puas (senang) yang menutupi kesadaran Tripurusa yang kosong pemuasan
(nafsu), oleh karena itu kesadaran Tripurusa menjadi laten.
Dalam perjalanan dari bentuk-keberadaan material kasar ke yang imateri,
maka persoalannya ialah bagaimana menggali kembali kesadaran Tripurusa yang
kolektif. Kekuatan untuk meninggalkan pemuasan nafsu bersumber kepada
mutmainah dengan kerja sama sufiah. Kombinasi ini adalah kekuatan untuk
mengejar yang lebih tinggi yang disebut asmara-sufi, yaitu keinginan yang sosial
dan suprasosial.
1.3 PROTOTIPE
Di dalam masyarakat terdapat tipe yang meletakkan titik berat kesadar-
annya kepada kemungkinan-keberadaan yang materi-kasar, serta tipe yang
meletakkannya pada yang materi-halus. Pada tingkat perkembangan manusia
dewasa ini, maka tipe yang meletakkan titik berat kesadarannya pada yang
imateri sangat jarang sekali adanya.
Prototipe angan-angan, manusia meletakkan titik beratnya pada angan-
angan, kedaulatannya sangat menonjol. Ia sangat individualistik. Pada individu
ini, kedaulatannya melahirkan pula sifat-sifat cinta kemerdekaan berpikir,
bersamaan dengan itu benci kepada paksaan dan keterikatan, serta kewibawaan
orang lain dan tradisi.
16 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 1.3.1: Prototipe Angan-angan Prototipe ini tidak mengenal sikap murah terhadap orang lain. Orang lain hanya diterima bila menguntungkan kedaulatannya sendiri. Tidak ada teritorial orang lain yang terlarang baginya. Tidak ada sesuatu yang keramat yang harus dihormati bahkan tidak ada toleransi. Menghadapi segala sesuatu ia sangat berani, rasa takut adalah asing bagi tipe ini. Usaha sia-sia bila menahan dia. Ada kesan kekuasaan, kewibawaan, dan rasa tanggung jawab pada tipe ini. Prototipe angan-angan dapat dikatakan tidak mengenal tujuan akhir, oleh karena itu ia selalu bertugas dan memperhatikan prestasinya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
Perasaan
(II)
TreFoil (IV)
ǁǁǁǁǁ
((II))
II
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA
(2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 17
Fungsi lain dari angan-angan adalah alat penangkap informasi dari dunia
luar. Karena itu manusia dapat menangani yang material. Angan-angan adalah
dinamis dan tidak mengenal istirahat. Berhenti berarti mati bagi angan-angan.
Prototipe angan-angan memandang orang lain dengan cara mendesub-
jekkannya. Orang dipandang sebagai objek. Tidak ada sikap murah
terhadap orang lain. Orang lain diterima selama menguntungkan
kedaulatannya sendiri.
Angan-angan menangani dunia luar, diskematisasi dan diketegorisasi, dipecah-
pecah dalam bagian-bagian yang makin kecil.
Kedaulatan tidak suka disertai kedaulatan lainnya. Maka semua yang
ditangani olehnya dikeluarkan dari pribadinya. Dunia lingkungannya dipandang
sebagai objek belaka dan sesuatu yang subjek semata-mata, subjek absolut, yaitu
Tripurusa, dianggap tidak ada. Oleh sang Aku angan-angannya sendiri
dipertahankan sebagai subjek. Hal ini dapat dipahami, walaupun tidak
konsekuen, maka ia harus menganggap kesubjekannya sendiri sebagai tidak ada.
Untuk menurunkan kedaulatan orang lain dari singgasananya, tipe angan-angan
ini memandang orang lain dengan mendesubjekkannya, jadi orang dipandang
sebagai objek. Bagi angan-angan berlaku ada atau tidak ada. Tidak ada bentuk
antara. Karena itu prototipe ini tidak dapat memindahkan diri ke dalam situasi
orang lain, berarti menolak empati.
Tidak ada sikap murah terhadap orang lain. Orang lain diterima selama
orang itu menguntungkan kedaulatannya sendiri. Tidak ada daerah teritorial
orang lain yang dianggap olehnya sendiri sebagai terlarang baginya. Tidak ada
sesuatu yang keramat baginya yang harus dihormati. Tidak ada toleransi. Rasa
takut adalah asing bagi tipe ini. Ia berani menghadapi segala sesuatu. Tidak ada
yang dapat menahan dia. Angan-angan memberi kesan kekuasaan, kewibawaan,
dan tanggung jawab. Tipe angan-angan sebetulnya tidak mengenal tujuan akhir,
ia selalu bertugas dan memperhatikan prestasi.
18 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
TreFoil (TriFoil/Tripurusa): TheSource (Suksma Kawekas), TheForce (Suksma Sejati), TheSelf (RohSuci)
Diagram Transenden 1.3.2: Prototipe Perasaan Sentra vitalitas perasaan adalah tempat yang menciptakan suasana psikis; iklim jiwa ini dipegang dan disimpan. Sifatnya meliputi, memuat ke dalam dirinya dan memelihara. Semua yang mengeruhkan iklim jiwa dihindari, demi/untuk iklim itu sendiri. Orang lain dihormati seluruh kedaulatannya. Penilaian subjek di atas segala-galanya, bahkan yang bersifat objek pun disubjekkan.
Sebenarnya tidak ada subjektivitas, semua yang dilakukan itu demi pemeliharaan suasana. Suasana ini tidak boleh diganggu, bahkan bila berlangsungnya suasana itu akan merugikan dirinya di bidang psikis, material atau jasmaniah. Pertimbangan-pertimbangan yang lain diberi toleransi penuh.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
TreFoil (IV)
(II)
Angan- angan (I)
II
ǁǁǁǁǁ
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 19
Bukti paling baik bahwa dunia-luar itu bagi angan-angan tidak berdaulat,
ialah kenyataan, bahwa segala sesuatu yang digarap olehnya dipotong-potong
dan diuraikannya. Ilmu pengetahuan adalah hasil dari aktivitas angan-angan yang
Prototipe perasaan membatasi dirinya pada pengamatan dan perenu-
ngan tentang hal-hal yang dilihatnya secara langsung. Sifatnya statis,
kolot dan suka pada tradisi. Motor dan motifnya bersumber pada nafsu,
sementara itu angan-angannya tidak berkembang.
tak kenal batas dan tak kenal berhenti sampai ilmu pengetahuan mendapatkan
titik berupa subjek-sempurna. Angan-angan lalu tidak dapat lagi menangkap dan
memecah-mecah. Tercapailah titik di mana angan-angan mengenal batasnya dan
terpaksa menyerahkan diri.
Pada prototipe ini, perasaan dan nafsu dipergunakan untuk menyokong
kedaulatan. Perasaan direduksi sebagai indikator (penunjuk) tentang hal-hal yang
langsung penting bagi jasmani. Hanya terbatas pada itu saja, jadi hanya tentang
perasaan yang positif dan negatif. Nafsu adalah motor dan motif yang tersedia
bagi prototipe ini.
Prototipe perasaan, sentra perasaan selalu menciptakan iklim psikis; iklim
jiwa ini dipegang dan disimpan. Sifatnya meliputi, memuat ke dalam dirinya dan
memelihara. Semua yang mengisi iklim jiwa, dikeruhkan dan dihindari,
demi/untuk iklim itu sendiri. Kedaulatan orang lain dihormati sepenuhnya.
Subjek diberi nilai di atas segala-galanya, bahkan perkara-perkara objek pun
disubjekkan. Tidak ada subjektivitas atau zakelijk-heid, segala-galanya dilakukan
demi pemeliharaan suasana. Suasana ini bagaimanapun tidak boleh diganggu,
juga bila berlangsungnya suasana itu akan merugikan dirinya di bidang psikis,
material atau jasmaniah. Ada toleransi sepenuhnya yang menguasai pertim-
bangan-pertimbangan yang lain.
Di samping sifat menciptakan dan memelihara iklim jiwa, fungsi mengikat
adalah sifatnya yang utama. Karena itu hubungan-ikatan antar subjek ditonjolkan.
Berlawanan dengan angan-angan yang menyoroti individunya sendiri (ia ada atau
20 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 1.3.3: Prototipe Nafsu Sentra vitalitas nafsu merupakan sumber keinginan, semangat dan tenaga jasmaniah di dalam psike manusia. Alat-alat pelaksananya akan bergerak jika hasilnya jelas akan memberi rasa positif. Pada prototipe ini, baik asmara-sufi dengan polaritas positif atau pun kombinasi luamah-sufiah yang berpolaritas negatif akan bergerak hanya jika ada hadiah yang langsung dirasakannya.
Sentra-sentra vitalitas angan-angan dan perasaan pada tipe ini dipergunakan berturut-turut untuk memastikan (setelah diolah oleh cipta, nalar, dan pangerti) baginya hidup makmur dan sebagai indikator (hasil interaksi sentra-sentra vitalitas; perasaan) rasa aman, nyaman, dan sejahtera selama hidupnya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Tripurusa
(IV)
(iIi)
Angan- angan (I)
Perasaan (II)
II
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 21
ia tidak ada), yang dirasakan pangrasa adalah hubungannya (ia dirasakan dekat
atau jauh). Individu-individu berkedudukan sejajar. [7]
Prototipe nafsu, baik asmara-sufi, kombinasi mutmainah-sufiah, akan
bergerak hanya jika ada hadiah langsung. Angan-angan dan perasaan
dipergunakan untuk memastikan adanya hidup makmur, sebagai indi-
kator rasa aman dan sejahtera selama hidupnya.
Perasaan yang bersifat membentuk sintesa, berusaha meliputi dengan
iklimnya itu sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya. Karena di dalam dunia
ini terdapat berbagai aspek yang polarisasinya berlawanan, perasaan selalu
berusaha untuk mendapatkan pembagi (faktor) persekutuan terbesarnya (FPB)
dan bersamaan itu pula kelipatan persekutuan terkecilnya (KPK), sampai perasaan
mencapai titik di mana ia harus meliputi seluruh dunia dan segala isinya. Di sini
berakhirlah fungsi perasaan jika pembagi persekutuan terbesarnya itu juga
merupakan perkalian persekutuan terkecilnya.
Pada prototipe ini angan-angan tidak berkembang. Alat penangkap ini
tidak dipergunakan dan membatasi dirinya pada pengamatan dan renungan
tentang hal-hal yang dilihatnya dengan langsung. Ia suka merenung. Sifatnya
statis, kolot dan suka pada tradisi. Di sini pun motor dan motifnya bersumber
pada nafsu.
Prototipe nafsu, mengutamakan keinginan, hasrat dan tenaga jasmaniah.
Alat-alat pelaksananya akan bergerak jika hasilnya jelas akan memberi rasa positif.
Pada prototipe ini, baik asmara-sufi maupun kombinasi luamah-sufiah, akan
bergerak hanya jika ada hadiah yang langsung. Angan-angan dan perasaan pada
tipe ini dipergunakan berturut-turut untuk memastikan baginya hidup makmur
dan sebagai indikator rasa aman dan sejahtera selama hidupnya.
Prototipe Roh Suci. Tripurusa, TreFoil adalah pusat keempat dan bersifat
tidak terikat pada materi. Roh Suci sebagai jiwa sejati manusia, mempergunakan
__________
[7]. Carl Gustav Jung. Psychologishe typen. Rascher Verlag, h. 430
22 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 1.4.1: Prototipe Roh Suci (TheSelf) Roh Suci adalah jiwa sejatinya manusia, Suksma Sejati adalah atasannya hamba (Roh Suci). Tipe ini berhasil menyuruh angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu (sentra-sentra vitalitas) melalui sang aku yang telah ditundukkan, melaksanakan tugas-tugasnya yang vital, untuk setiap saat menangani dunia luar. ”II” adalah Rahsa Jati, TheGate. Tipe Roh Suci tahap lanjut, ketiga sentra vitalitas tersebut justru dikembangkan sepenuh-nya sampai tercapai keadaan yang paling efisien. Tripurusa (TreFoil): Suksma Kawekas (TheSource), Suksma Sejati (TheForce), Roh Suci (TheSelf).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi
MAKROKOSMOS (Dunia Luar)
Dimensi-1
(Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
Angan- angan
(I)
Perasaan (II)
TreFoil (IV)
II
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 23
angan-angan untuk menundukkan nafsu. Penundukan ini bertujuan agar Roh Suci
dapat meme-nuhi kewajibannya mengarahkan diri kepada Suksma Kawekas
melalui Suksma Sejati.
Prototipe Roh Suci, memenuhi dua kewajiban, terhadap nafsu ia adalah
penguasa, terhadap Suksma Sejati ia adalah hamba. Ia berhasil menyu-
ruh dan mengendalikan angan-angan dan perasaan melaksanakan tugas-
tugasnya yang vital bagi badan/jasmani.
Terhadap nafsu Roh Suci adalah penguasa, terhadap Suksma Sejati ia
adalah hamba. Dengan memenuhi dua kewajiban ini, tipe ini berhasil menyuruh
angan-angan dan perasaan melaksanakan tugas-tugasnya yang vital bagi
badan/jasmani, dan untuk mengendalikan selanjutnya. Ada pembatasan diri dan
tapabrata dengan sukarela, disertai dengan kemampuan lengkap untuk setiap
saat mempergunakan sepenuhnya angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu untuk
menangani dunia luar.
Untuk tujuan panembah kepada Suksma Kawekas melalui Suksma Sejati,
kerja sama angan-angan dan perasaan dipergunakan untuk membeda-bedakan
subjek dari objek dan untuk mempersiapkan iklim bagi pertemuan Suksma Sejati
dan Roh Suci. Pada tipe ini ketiga sentra vitalitas yang lain tidak direduksi dalam
fungsinya. Bahkan sebaliknya, ketiga fungsi dan hubungan di antaranya
dikembangkan sepenuhnya sampai tercapai keadaan yang paling efisien. Dalam
sikap merendahkan diri yang bulat dan tanpa syarat, tanpa ingatan apa pun akan
keterbatasan individual, Roh Suci diterima ke dalam Suksma Sejati.
1.4 AUTOMATISME
Karena pengalaman baru yang bertumpuk-tumpuk terus-menerus,
berubah pula candra manusia dan candra dunia seseorang, sehingga selalu ada
jarak antara keadaan yang sesungguhnya pada suatu saat dengan candra
manusianya pada saat itu juga. Perbedaan ini menyebabkan terasakannya
perangsang untuk menghilangkan perbedaan itu. Dengan sendirinya perbedaan
itu dirasakan tidak terlalu besar karena kalau tidak demikian halnya, perangsang
24 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.4.1: Automatisme, ”Kaca ajaib”, dan Hati nurani Automatisme di dalam diri manusia adalah penerangan angan-angan oleh hati nurani, seperti meletakkan kaca di muka sentra vitalitas (angan-angan, perasaan dan keinginan) kita sehingga terlihat keadaan kita yang rusak. ’Kaca ajaib’ ini menunjukkan kekurangan di satu pihak selalu cukup kuat untuk menyadari diri dan mendorong untuk memperbaiki diri, tetapi di pihak lain cukup kecil untuk berputus asa atau merasakannya sebagai trauma.
Perbedaan antara gambaran keadaan diri dengan gambaran hati nurani, menimbulkan rasa bersalah yang harus ditebus dengan salah satu cara tertentu. ”Penebusan dosa” itu berupa keharusan untuk mengarahkan diri, menyerahkan diri, mengorbankan diri kepada candra manusia idealnya, yang mempunyai kewibawaan tertentu. Rasa berdosa ini adalah pencurahan rasa tanggung jawab, yang memancar dari hati nurani. __________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Makrokosmos
Alam Semesta Masyarakat
================l Pancaindra l============================
Mikrokosmos Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Empat- - - -Sentra Vitalitas: Mental
IIIIIINNaaffssuu- - -1Mutmainah,2Sufiah,3Amarah,4Luamah
IIIIPPeerraassaaaann
IIAAnnggaann--aannggaann-- -- --1cipta, 2nalar, 3pangerti
Aku
HHAATTII NNUURRAANNII,, ””KKaaccaa AAjjaaiibb””,, ddaann AAuuttoommaattiissmmee
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Alam Sejati IVTTrreeFFooiill Pusat Imateri Spiritual
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 25
yang berdaya guna itu tadi tidak akan muncul. Keadaan demikian ini terjadi, jika
suatu candra manusia dipaksakan kepada seseorang, yang tidak sesuai dengan
gambaran keadaan nyata orang yang bersangkutan.
Automatisme terjadi karena penerangan angan-angan oleh hati nurani.
Seolah-olah kita meletakkan ’kaca ajaib’ di depan angan-angan. Kekura-
ngan yang dilihat selalu cukup besar untuk menyadari diri dan mendo-
rongnya membuat perbaikan. Tetapi tidak cukup besar untuk berputus-
asa bahkan menjadi trauma.
Ada automatisme di dalam diri manusia, yang terjadi karena penerangan
angan-angan oleh hati nurani. Automatisme ini seolah-olah meletakkan kaca di
muka angan-angan kita sendiri, perasaan dan keinginan kita sehingga kita dapat
melihat sendiri keadaan kita yang rusak. Kaca ini adalah ’kaca ajaib’, sebab
kekurangan yang dilihat itu di satu pihak selalu cukup besar untuk menyuruh
orang menyadari diri dan mendorong dia berbuat, tetapi di pihak lain tidak cukup
besar untuk membuat dia berputus asa atau untuk dirasakan sebagai trauma.
Menjadi sadarnya perbedaan antara gambaran keadaan diri pada suatu
ketika dengan gambaran yang dari hati nurani, menimbulkan rasa bersalah yang
harus ditebus dengan salah satu cara. Penebusan dosa berupa keharusan untuk
mengarahkan diri, menyerahkan diri, mengorbankan diri kepada candra manusia
idealnya, yang mempunyai kewibawaan tertentu. Rasa berdosa ini adalah
pencurahan rasa tanggung jawab, yang memancar dari hati nurani.
Mengarahkan diri kepada hati nurani berarti juga berseru kepada hati
nurani. Di dalam candra jiwa manusia Indonesia, maka hati nurani ini adalah
Tripurusa (TreFoil) bagi orang yang telah meletakkan titik beratnya dengan
permanen di dalam Tripurusa. Hati nurani ini berada dalam keadaan sadar, yang
berada di atas tiap emosi, tiap bayangan dan pikiran. Ia berada di atas tiap
keinginan, hasrat dan fungsi kemauan.
26 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar 1.4.1: Hati Nurani Baik, Buruk dan Ideal Hati nurani merefleksikan sifat-sifat tertentu yang dihubungkan manusia dan lingkungannya. Pengaruh lingkungan itu ada yang jahat (gambar setan bertanduk) dan yang baik (gambar malaikat beraura), tentu ada juga yang ideal dan transenden, sesuai dengan pengalaman hidupnya menempuh perjalanan sang waktu.
Manusia dapat mengawetkan bayangan-bayangan dari dunia luar di dalam jiwanya, di dalam pikirannya antara lain saran, pendapat, keputusan dan sebagainya. Maka tersedia setiap saat pengganti dunia luar secara langsung di dalam dirinya yang dapat dipergunakan kapan saja semau-maunya.
__________ http://farm4.static.flickr.com/3292/2769994857_36554a662f.jpg cited August 19, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 27
Hati nurani membawa sifat-sifat tertentu yang dihubungkan dengan
manusia dan lingkungannya. Sifat-sifat ini terjadi karena manusia memandang
Tripurusa dari titik pangkal keterbatasan manusia dan memberi nama dari per-
Tripurusa adalah Hidup yang aktif menyongsong manusia, memimpin
dan menolongnya. Seruan manusia kepadanya tidak akan pernah sia-
sia. Mengalihkan titik berat kesadaran Aku kepada Tripurusa (introver-
si) menandakan terjadinya evolusi jiwa ke arah yang ideal.
bendaharaan kata hasil keterbatasannya itu pula. Jika manusia berseru kepada
hati nurani ini, seakan-akan ia menempatkan keadaan-keberadaannya itu dan
keadaan-keberadaan lingkungannya pada latar belakang dari yang tak-terbatas
dan tak ter-nama-kan. Oleh karena itu, hubungan antara manusia dengan latar
belakang itu menjadi terlihat. Tripurusa itu bukan hanya hati nurani yang berupa
candra ideal saja, tetapi ia adalah Hidup yang aktif menyongsong manusia, me-
mimpin dan menolongnya. Seruan manusia kepadanya tidak akan pernah sia-sia.
Manusia membentuk bayangan-bayangan dari dunia luar di dalam jiwanya,
seakan-akan dunia luar dengan hubungan-hubungannya ia awetkan di dalam
pikirannya. Termasuk saran, pendapat, keputusan dan sebagainya. Dengan
demikian pengganti dunia luar tersedia secara langsung di dalam dirinya yang
dapat dipergunakan sewaktu-waktu, sekehendak hatinya.
Ia dapat menggunakannya untuk bekerja, bermain dan untuk dihubungkan
dengan perasaan-perasaannya. Tetapi dampak penggunaan tersebut timbullah
ketergantungan tertentu dari dirinya terhadap isi angan-angannya itu, yaitu
dunia luar yang telah diawetkannya. Seakan-akan pikiran-pikiran, pendapat-
pendapat, asosiasi-asosiasi, dan keputusan-keputusan itu memiliki kedaulatan-
nya lagi.
28 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Prosesi Ngaben, 220 Mayat Dibakar Massal di Tanahbumbu, Bali.
Tradisi Ngaben tanpa Pembakaran Mayat di Desa Trunyan, Kintamani, Bangli, Bali. Foto 1.4.1: Ingat akan Mati Beda dengan ingin cepat mati maka ingat akan mati dapat membawa ketenteraman. Bahkan menuju keadaan jiwa yang tanpa keinginan, pikiran, dan emosi. Sikap ini membangunkan keinginan untuk meninggalkan cara hidup lama dan memulai cara hidup yang baru, yang sesuai dengan kehendak dari hidup imateri, Sadar Kolektif.
Sikap jiwa ini tidak sama dengan keinginan untuk menghancurkan dirinya, badan/jasma-ninya di mana sang-Aku masih berada. Cara yang terakhir ini tidak akan mengurangi kedaulatan sang-Aku.
__________ http://3.bp.blogspot.com/_R-kGkGPqFcQ/THoctHcmpjI/AAAAAAAAC5E/uUmWo-P3imc/s1600/Prosesi +ngaben+220+Mayat+Dibakar+Massal+di+Tanahbumbu.jpg cited August 22, 2011. http://i.okezone.com/content/2011/05/24/407/460351/H5aYSJZhdm.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 29
Di satu pihak orang memperkuat kedaulatannya terhadap angan-angan, di
lain pihak angan-angan mendapatkan kedaulatannya sendiri terhadap diri orang
itu. Isi angan-angan ini dengan kekuatannya sendiri dapat mengaktifkan keinginan
Angan-angan dengan isi persoalan dunia yang telah diawetkannya
otomatis dapat mengaktifkan sendiri keinginan dan kemauannya, secara
potensial dapat menumbuhkan emosi-emosi yang menggelisahkan.
Diperlukan adaptasi yang seimbang dari kekuatan asmara-sufi (laya)-
nya terhadap dunia luar dan retensi di dalam angan-angannya sendiri.
dan kemauan, sehingga timbul dengan sekonyong-konyong, dan dapat menim-
bulkan emosi-emosi yang menimbulkan kegelisahan. Seperti manusia bersikap
dengan dunia luar dengan asmara-sufi (laya)-nya, ia harus bersikap begitu juga
terhadap angan-angannya, jika hendak mencari ketentraman dan keseimbangan.
Ingat akan mati dapat membawa ketenteraman. [8] Ini berarti juga
mengarahkan diri kepada keadaan jiwa tanpa keinginan, pikiran dan emosi. Sikap
ini membangunkan juga keinginan untuk meninggalkan cara hidup lama, yang
diikutinya sampai saat itu, dan memulai cara hidup yang baru, yang sesuai
dengan kehendak dari Hidup yang imateri. Keinginan kepada keadaan jiwa, di
mana sang-Aku tidak lagi menggunakan hak-hak kedaulatannya, tetapi justru
bersedia mengorbankannya dan melebur dirinya ke dalam hubungan yang
monoton (bernada satu) terhadap dunia luar, tanpa perbedaan-perbedaan
tekanan. Sikap jiwa ini tidak sama dengan keinginan untuk menghancurkan
dirinya, badan/jasmaninya di mana sang-Aku masih berada. Cara yang terakhir
ini tidak akan mengurangi kedaulatan sang-Aku. [9]
________ [8]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Sangkan
Paran. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 181.
[9]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Sangkan
Paran. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 182.
30 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar 1.4.2: Cipta Mengontak Nafsu dan Perasaan Ketika suasana hati sedang bergembira, sedih, marah, kaget, ngantuk, berpikir, sampai kesal maka penampilannya keluar dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Kita dapat beradaptasi sesuai dengan ekspresi tersebut dan memberikan respons yang sesuai dengan kebutuhannya, salah satunya memberikan komunikasi yang empatik. Suasana perasaan sebagai interaksi dari angan-angan dan nafsu dapat menyebabkan suasana hati positif: senang, sehat, dan menerima. Suasana perasaan negatif: sedih, malas, marah, dan menolak. Prosesnya adalah cipta dan nalar yang berkedudukan di otak, menangkap rangsangan-rangsangan yang datang kepada manusia melalui pancaindra. Ciptalah yang mengontak nafsu, yang menyebabkan berbagai keinginan menjadi disadari. Ia juga mengontak perasaan, sehingga emosi ikut serta dengan realisasi dari keinginan itu. Nalar mengasosiasikan bayangan-bayangan menjadi fantasi yang tak ada putus-putusnya.
__________ http://www.lobobear.com/wp-content/uploads/2011/07/heart-touching-FEELINGS.jpg cited August 20, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 31
Dengan memperkuat asmara-sufi (-laya), tumbuhlah kesadaran tanggung
jawab dan kesadaran akan kewajiban yang lebih besar, yang dapat dianggap
sebagai gejala-gejala menjadi sadarnya ia akan Ke-Maha-Esa-an, yang ternya-
Ingat akan mati dapat membawa ketenteraman. Karena mengarah-
kan diri kepada keadaan jiwa tanpa keinginan, pikiran dan emosi.
Membangunkan keinginan untuk meninggalkan cara hidup lama, dan
memulai yang baru, sesuai dengan kehendak dari Hidup imateri.
ta adalah pembagi (faktor) persekutuan terbesar dari semua ke-hidup-an (FPB).
Menurunkan isi angan-angannya sendiri dari singgasananya berarti bahwa
manusia memisahkan diri dari pikiran-pikirannya sendiri, sedemikian hingga
pikiran-pikiran itu tidak dapat lagi memengaruhi dirinya. Ini juga berarti, bahwa
manusia mengundurkan diri dari angan-angannya dan sampai pada posisi, di
mana ia tidak memper-gunakan lagi cipta dan nalarnya.
Cipta dan nalar yang berkedudukan di otak, menangkap rangsangan-
rangsangan yang datang kepada manusia melalui pancaindra. Ciptalah yang
mengontak nafsu, yang menyebabkan berbagai keinginan menjadi disadari. Ia
juga mengontak perasaan, sehingga emosi ikut serta dengan realisasi dari
keinginan itu. Nalar mengasosiasikan bayangan-bayangan menjadi fantasi yang
tak ada putus-putusnya. [10]
Tanpa cipta dan nalar, jadi tanpa kontak dengan otak, manusia sampai
pada posisi tanpa bayangan-bayangan. Dalam keadaan demikian timbullah
ketenteraman dan kedamaian. Pangerti masih ada, karena tidak bertempat di
otak, maka tidak lagi dikeruhkan oleh berbagai bayangan. Terjadi pangerti yang
kosong bayangan. Dalam posisi ini manusia tidak dipengaruhi oleh dunia
__________ [10]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64..
32 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.5.1: Tiga Proses untuk Mencapai Derajat Roh Suci Candra Jiwa Indonesia mengemukakan tiga proses untuk mencapai derajat Roh Suci, yang ketiga-tiganya itu haruslah dilaksanakan selaras yang satu dengan lainnya, agar keseim-bangan pribadi selalu harmonis.
Perjalanan transenden ini adalah: 1). Membebaskan diri dari semua keadaan yang tidak abadi. 2). Bersikap positif, kasih sayang dan tanggung jawab kepada siapa saja dan ber-sifat apribadi. 3). Introversi (transendental) kepada yang Apribadi di dalam dirinya dengan cara (ke dalam) berserah diri tanpa syarat.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Makrokosmos
Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l============================
Mikrokosmos Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IIAAnnggaann--aannggaann-- -- -- --IIIIPPeerraassaaaann,, IIIIIINNaaffssuu Mental
Aku - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 33
luar. Manusia mengorientasikan dirinya ke dalam, ke dunia-dalam. Ia berada
pada keseimbangan yang sempurna, yang merupakan titik tengah dari semua
perlawanan polaritas di dalam hidupnya.
Sang-Aku tidak lagi menggunakan hak-hak kedaulatannya, bersedia
meleburkan diri-nya ke dalam hubungan yang monoton (bernada satu)
terhadap dunia luar. Sikap jiwa ini tidak sama dengan keinginan untuk
menghancurkan dirinya dan tidak mengurangi kedaulatan sang-Aku.
1.5 JIWA SEJATI
Keadaan sadar yang demikian ini ditandai oleh penyerahan yang bulat tak
bersyarat kepada Hidup yang imateri. Apa pun yang datang diterima dengan
sepenuh hati. Kedaulatan sang Aku angan-angan direduksi sampai nol. Manusia
tidak lagi mempergunakan kekuasaannya untuk menguasai dan memimpin nafsu-
nafsu. Dalam keadaan yang demikian ini kekuatan-kekuatan nafsu sudah berhenti
bekerja. Di sinilah letak titik akhir kemampuan manusia dan kemanusiaannya. Di
dalam Candra Jiwa Indonesia, manusia demikian ini mencapai kedudukan Jiwa
Sejati-nya: Roh Suci. [11]
Kita melihat ada tiga proses untuk mencapai kedudukan Roh Suci, yang
ketiga-tiganya itu haruslah dilaksanakan selaras yang satu dengan lainnya, agar
keseimbangan pribadi tidak terlalu terganggu. Proses-proses ini adalah:
1. Me-lepas-kan keterikatan kepada semua keadaan yang dapat berubah.
2. Mengambil sikap yang positif, sikap cinta-kasih dan tanggung jawab yang tidak
membeda-bedakan dan apribadi.
3. Meng-arah-kan diri kepada yang Apribadi di dalam dirinya, tanpa
mempergunakan bayangan-bayangan, harapan-harapan dan keinginan pribadi
apa pun.
__________
[11]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64.
34 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.5.2: Totalitas yang Mengandung Kepribadian (Trisila) Derajat (status) Roh Suci adalah keniscayaan yang secara potensial dapat dicapai setiap orang di dalam dirinya sendiri.
Transendensi ketiga sentra vitalitas ke arah satu titik introversi, yang terletak di luar sang Aku harus ditujukan ke pusat/sentra vitalitas ke 4 (Tripurusa). Berarti berupaya mem-bangun hubungan dengan Yang Takterbatas dan Yang Takternamakan. Hubungan ini dapat menentukan sifat seluruh kepribadian, sebagai suatu totalitas kepribadian itu sendiri.
Sifat hubungan ini dapat dijabarkan sebagai ke-sadar-an, ke-percaya-an, dan ke-taat-an (Trisila). Kesadaran itu adalah sifat yang selalu menghidupkan hati-nurani di dalam dirinya. Kepercayaan adalah sifat setia kepada hati-nurani dalam keadaan yang bagaimanapun juga dan ketaatan adalah melaksanakan dengan teliti sesuai dengan kehendak hati-nurani tersebut.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Makrokosmos
Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l============================
Mikrokosmos Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IIINNaaffssuu--nnaaffssuu Pancasila: rela, sabar, narima, Mental
IIPPeerraassaaaann jujur, dan budi luhur
IAAnnggaann--aannggaann EExxttrraavveerrssii
Aku IInnttrroovveerrssii
Trisila: sadar, percaya, dan taat
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 35
Diperlukan keberanian, tekad dan kemauan yang besar untuk
melaksanakan ketiga hal tersebut di atas. Rekaman kehidupan lama yang telah
terbiasa, melekat dan mengikat hatinya, harus ditinggalkan olehnya untuk masuk
Jika kepemimpinan angan-angan (Aku) terhadap nafsu-nafsu sesuai de-
ngan kehendak Tripurusa, maka asmara-sufi (laya) akan berdominasi.
Asmara sufi ini menyatakan diri sejajar dengan sifat-sifat Tripurusa,
akhirnya tidak perlu lagi kepemimpinan dan kedaulatan sang Aku.
ke dalam keberadaan yang sering tidak dimengerti oleh lingkungannya. Mencapai
derajat Roh Suci ini adalah kemampuan yang potensial dipunyai oleh setiap orang
di dalam dirinya.[12]
Hubungan dengan Dia yang Takterbatas dan Dia yang Takternamakan,
mengarahkan ketiga sentra vitalitas kepada satu titik, yang terletak di luar Aku.
Hubungan ini dapat menyatakan diri sebagai sifat yang mengenai seluruh
kepribadian. Sebagai suatu totalitas yang mengandung kepribadian itu di
dalamnya. Sifat ini dapat dideferensiasikan menjadi ke-sadar-an, ke-percaya-an
dan ke-taat-an (Trisila). Kesadaran itu adalah sifat yang selalu membangunkan
hati-nurani di dalam dirinya. Kepercayaan adalah sifat setia kepada hati-nurani
dalam keadaan yang bagaimanapun juga dan ketaatan adalah melaksanakan
dengan teliti hati-nurani tadi.
Harmoni mengandung sifat integrasi di dalam dirinya. Integrasi dibentuk
oleh tingkat penguasaan nafsu dan perasaan untuk taat kepada sang Aku. Jika
angan-angan dipergunakan untuk menguasai dan memimpin nafsu sesuai dengan
kehendak Tripurusa, maka lambat laun asmara-sufi (laya) akan berdominasi.
Asmara sufi ini menyatakan diri sejajar dengan sifat-sifat Tripurusa, sehingga
akhirnya tidak perlu lagi dipergunakan angan-angan untuk memerintah nafsu,
atau dengan kata lain, kedaulatan Aku sudah tidak diperlukan lagi. Perasaan pun
sekarang mengarahkan diri kepada Tripurusa.
__________
[12]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila.
Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 16.
36 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.5.3: Harmoni dan Integrasi Pusat Vitalitas Derajat Roh Suci Integrasi berkembang mengikuti tumbuhnya harmoni di dalam jiwa manusia, akhirnya harmoni dan integrasi tumbuh menjadi satu di dalam derajat Roh Suci (Rohani, TheSelf). Manusia merasakan kehadirannya di antara dunia besar dan hidup yang imateri dalam kehidupan sehari-hari. Di satu pihak ia mempunyai gambaran dari dunia luar yang mengelilinginya, dan di pihak lain ia juga tahu sedikit tentang Hidup imateri. Ia terikat kepada kedua-duanya.
Harmoni mengandung sifat integrasi. Jika angan-angan dipergunakan untuk menguasai dan memimpin nafsu sesuai dengn kehendak-Nya maka lambat laun asmara-sufi akan berdominasi. Karena asmara-sufi menyatakan diri sejajar dengan sifat-sifat Tripurusa, maka kedaulatan sang Aku sudah tidak diperlukan lagi.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Dunia Luar Masyarakat (Alam Semesta) =================l Pancaindra l============================
MIKROKOSMOS Manusia: Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Empat- - - -Sentra Vitalitas: Mental
IIIIIINNaaffssuu-- -- -- --aassmmaarraa--ssuuffii
IIIIPPeerraassaaaann
IIAAnnggaann--aannggaann Aku
(Hati Nurani) Harmoni & Integrasi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IVTTrriippuurruussaa Roh Suci (Alam Sejati) Suksma Sejati Pusat Imateri
Suksma Kawekas Spiritual
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 37
Dalam tingkat ini sang Aku dapat selalu mengarahkan diri kepada Tripurusa,
tanpa takut diganggu oleh nafsu dan perasaan. Dengan tumbuhnya harmoni di
dalam jiwa manusia, tumbuh pula integrasinya, sehingga harmoni dan integrasi
Fiksasi pertama, yang terletak di tingkat angan-angan, mengatur
kedaulatan dan hidupnya dikuasai oleh pandangan yang hanya melihat
hubungan-hubungan kekuasaan di masyarakat.
menjadi satu di dalam derajat Roh Suci. Di dalam kehidupan sehari-hari manusia
merasa ditempatkan antara dunia besar dan hidup yang imateri.
Di satu pihak ia tahu sedikit tentang Hidup imateri, dan di pihak lain ia
mempunyai juga gambaran dari dunia luar yang mengelilinginya. Ia terikat
kepada kedua-duanya. Jika kita berpangkal kepada struktur manusia rohaniah di
dalam candra jiwa manusia Indonesia, maka ikatan itu tadi dapat menyatakan
dirinya dalam tiga aspek, yaitu:
Pertama, fiksasi (ikatan) itu dapat terletak di tingkat angan-angan. Ini
berarti bahwa orang selalu ingin melaksanakan kedaulatannya di dalam
pertemuannya dengan dunia luar. Ia mengatur hidupnya sedemikian rupa
sehingga selalu dapat menyadari kedaulatannya dalam bentuk apa pun dan
sebaliknya hidupnya dikuasai oleh pandangan yang hanya melihat hubungan-
hubungan kekuasaan di masyarakat.
Kedua, jika ikatan ini terletak di dalam nafsu, maka luamah yang melaku-
kan peranan sebagai pengikat. Luamah adalah nafsu yang egoistik, serakah dan
mendorong sahwat. Ikatan menyatakan diri dalam hasrat yang tak mengenal
puas untuk mendapatkan dan memiliki dunia luar dan/atau untuk melampiaskan
nafsu sahwatnya. Ada kehausan yang tak terpuaskan untuk meraih harta benda
dan/atau untuk melepaskan tanpa kekang nafsu-nafsunya. Usaha ini tidak perlu
disertai pertimbangan-pertimbangan kedaulatan atau alasan-alasan yang terletak
di tingkat pangrasa, tetapi merupakan semata-mata pengejaran kekayaan dan
hasrat memiliki orang dari jenis kelamin yang berbeda, tanpa mengikatkan diri
pada seseorang.
38 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
‘Malaikat’ celana merah membawa ‘arwah’ gadis kecil di depan sang Hakim Agung. Gambar 1.5.1: Persimpangan Jalan Kehidupan: Material atau Imaterial Sampai di persimpangan jalan sorga atau neraka, malaikat celana merah yang membawa arwah gadis kecil menunggu keputusan deportasi arwah dari Sang Hakim Agung. Penyebab kematiannya adalah membenturkan kepala sewaktu pertunjukkan gala-seni, setelah menyatakan keinginannya menjadi idola.
Manusia berada di antara dunia besar yang material dan hidup yang imateri. Ia mempunyai gambaran dari dunia luar yang mengelilinginya, dan di sisi lain ia merasa tahu sedikit tentang Hidup imateri. Kenyataannya ia terikat pada kedua dunia itu.
Keterikatan (fiksasi) pertama terletak di tingkat angan-angan yang mementingkan kekuasaan di masyarakat. Bentuk keterikatan kedua jika ikatan ini terletak di dalam nafsu, maka luamah sebagai pengikat yang egoistik, serakah dan mendorong sahwat. Keterikatan ketiga terletak di perasaan yang memberi bayangan tentang keadaan aman, terlindung, tak usah bertanggung jawab, pasif, dan berada dalam sorga kesenangan duniawi.
__________ http://yasashiisekai.files.wordpress.com/2009/02/ichigo-ova1e.jpg?w=300&h=166 cited August 23, 2011 .
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 39
Ketiga, perasaan adalah sentra yang menciptakan iklim jiwa di dalam diri
manusia dan yang memancarkan ke luar. Fiksasi dengan dunia yang berubah-
ubah melalui perasaan berarti berpegangan erat dan melekat erat kepada iklim
Fiksasi kedua, terletak di dalam nafsu, pengikatnya adalah luamah.
Nafsu tersebut egoistik, serakah, dan mendorong sahwat. Kehausan
yang tak terpuaskan untuk mendapatkan dan memiliki harta-benda
serta melampiaskan libidonya.
tertentu atau corak-corak iklim tertentu. Karena berbagai alasan orang tidak mau
melepaskan iklim ini, umpamanya iklim yang pernah ia alami, memberi bayangan
tentang keadaan aman, keadaan terlindung, tak usah bertanggung jawab, dapat
bersikap pasif, dan berada dalam sorga kesenangan duniawi. Dengan pertum-
buhan jiwanya, sampailah ia pada tingkatan di mana ia harus mengembangkan
tanggung jawab, di mana ia mengenal bahaya, di mana ia harus bekerja.
Situasi yang menciptakan iklim aman tenteram sudah berlalu, dan karena
itu ia menghidupkan-hidupkan ingatan untuk memegangi iklim itu tadi. Orang
semacam itu adalah kolot dalam arti tertentu, menjadi terbelakang dibanding
dengan zamannya, dan memandang keadaan yang sedang terjadi dengan kaca-
mata tertentu. Petualangan yang menawarkan banyak kemungkinan untuk
berbagi emosi dihindarinya. Karena emosi-emosi itu pasti membawa ia ke dalam
iklim yang lain.
Iklim yang hendak ia pegang erat-erat dalam keadaan bagaimana pun dapat
menimbulkan ingatan kepada waktu ia berada di pangkuan ibu rohaninya. Tetapi
iklim ini tidak selalu harus berupa soal ikatan-ibu atau ikatan-bapak. Tiap situasi
di mana seseorang berada, dapat merupakan iklim baginya yang sedemikian rupa,
hingga selalu ingin kembali kepadanya. Serta memobilisasi angan-angan, nafsu-
nafsu dan alat-alat pelaksanaannya untuk memenuhi keinginannya itu.
40 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Harmoni Yin-Yang pada Flora dan Fauna Alam
Pemandangan Alam terasa Indah dan Harmoni
Foto 1.5.1: Harmoni di Makro dan Mikro-kosmos ”Di dalam seni dan ketinggian ilmu pengetahuan, terasakan suasana harmoni mendasari semua semangat kerja keras. Tidak ada kebesaran yang sesungguhnya, baik dari seni maupun ilmu pengetahuan tanpa merasakan harmoni di dalamnya.” –Albert Einstein. Harmoni (keselarasan) baru dapat mulai timbul, jika manusia berusaha secara sadar menuju untuk melepaskan diri, dari daya-ikat dunia lingkungannya dan mengabdikan usahanya ini kepada suatu tujuan: bertunggal dengan Hidup yang berada di dalam dirinya melalui kesadarannya yang terdalam, yaitu Rahsa Jati.
Walaupun manusia itu bagian dari makrokosmos namun pintu gerbang bagi manusia menuju Hidup terletak di dalam dirinya sendiri (mikrokosmos). Bahwa manusia dapat masuk ke dalam Hidup imateri dan dapat menyatukan dan meleburkan diri ke dalamnya, itu berarti bahwa di dalam manusia itu ada juga sesuatu, yang sama dengan Hidup itu. Sesuatu ini adalah Roh Suci, jati diri manusia yang sesungguhnya.
__________
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSCguh4MabdyOOmciXpo1HZXqBnB1jhQYUgYxZiMucPmYyg7TR1TA cited August 22, 2011. http://earthlorenews.files.wordpress.com/2011/01/harmony.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 41
Harmoni (keselarasan) baru dapat mulai timbul, jika manusia berusaha
secara sadar menuju untuk melepaskan diri, makin lama makin lepas, dari daya-
ikat dunia lingkungannya dan mengabdikan usahanya ini kepada suatu tujuan:
Fiksasi ketiga, terletak pada perasaan berarti berpegangan erat dan
melekat pada iklim tertentu. Iklim yang pernah di alami, memberi
bayangan rasa aman, tak usah bertanggung jawab, pasif, bagaikan di
sorga kesenangan duniawi (suasana bayi dalam kandungan).
bertunggal dengan Hidup yang berada di dalam dirinya dan di dalam tiap makhluk
hidup, melalui kesadarannya yang terdalam, yaitu Rahsa Jati. Walaupun manusia
itu sebagian dari makrokosmos dan berada di dalam makro-kosmos itu, namun
pintu gerbang (the gate) bagi manusia menuju Hidup terletak di dalam dirinya
sendiri. [13]
Bahwa manusia dapat masuk ke dalam Hidup imateri dan dapat menya-
tukan dan meleburkan diri ke dalamnya, itu berarti bahwa di dalam manusia itu
ada juga sesuatu, yang sama dengan Hidup itu. Sesuatu ini adalah Roh Suci.
Kalau manusia ingin bertunggal dengan Hidup imateri di luar dirinya, maka ini
berarti bahwa kesadarannya harus keluar dari dirinya melalui pancaindranya.
Pancaindra adalah alat-alat yang material, jadi bersifat terbatas. Karena
itu, dapat disimpulkan bahwa bertunggalnya manusia dengan Hidup tidak akan
mungkin dilaksanakan melalui jalan keluar dari dirinya, tetapi manusia harus
lebih dahulu mengusahakan di dalam hidupnya pembebasan sepenuhnya
terhadap hubungan-hubungan intrapsikisnya sendiri. Pintu gerbang ke Hidup,
baik Hidup yang berada di dalam maupun di luar diri manusia, berada di dalam
esensi manusia yang terdalam. [14]
__________
[13]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64.
[14]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64. Bandingkan dengan C.G. Jung. Wirklichheit der
Seele. Rascher & Cie Verlag, Zurich. 1939. h.64.
42 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar artistik ini mempersepsikan bahwa intuisi bagaikan turun dari langit
Gambar 1.6.1: Intuisi adalah Pertemuan TheSelf dengan TheForce ”Bukalah pintu rumah kebijaksanaan Anda. Penjelajahan kreatif istimewa akan menandai perjalanan menuju kebahagian.”-- Napoleon Hill, pada The Six Sense. Ketika diri manusia hanya berorientasi ke dunia luar saja, maka candra manusia hanya terdiri atas bahan-bahan pengalaman dengan dunia luar itu. Kesediaan Roh Suci (TheSelf) menyerahkan diri sepenuh-penuhnya kepada Suksma Sejati (TheForce), adalah hal yang sebaliknya, memungkinkan Roh Suci menerima intuisi, ilham atau wahyu dari Suksma Sejati. Intuisi atau wahyu itu tidak bersyarat, artinya ilham atau wahyu itu tidak dapat dengan sengaja ditimbulkan, dengan cara apa pun juga. (Candra Jiwa Indonesia).
__________ http://intuition.phpnet.us/images/intuition.gif cited August 22, 2011. http://1.bp.blogspot.com/-7OvLxP45Lik/TdgjBKb-omI/AAAAAAAAARU/VjLVesqK1ho/s400/Developing-Intuition.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 43
Jika manusia hanya mengorientasikan diri ke dunia luar saja, dan tidak
tahu-menahu tentang hidup imateri, maka makrokosmos memang tak terbatas
dibanding dengan dirinya sendiri. Maka candra manusia hanya terdiri atas bahan-
Karena kesediaan Roh Suci menyerahkan diri sepenuh-penuhnya kepada
Suksma Sejati, timbullah keadaan di mana Roh Suci menerima intuisi,
ilham atau wahyu dari Suksma Sejati. Intuisi atau wahyu itu tidak
bersyarat, artinya ilham atau wahyu itu tidak dapat dengan sengaja
ditimbulkan, dengan cara apa pun juga.
bahan pengalaman dengan dunia luar itu. Dalam hal yang sebaliknya, karena
kesediaan Roh Suci (TheSelf), menyerahkan diri sepenuh-penuhnya kepada
Suksma Sejati (TheForce), timbullah keadaan di mana Roh Suci menerima intuisi,
ilham atau wahyu dari Suksma Sejati. Intuisi atau wahyu itu tidak bersyarat,
artinya ilham atau wahyu itu tidak dapat dengan sengaja ditimbulkan, dengan
cara apa pun juga.
1.6 ’PERJUMPAAN’
Bagi Soemantri di dalam Candra Jiwa Indonesia tidak ada perbedaan
esensial antara ilham, intuisi, dan wahyu. Ilham atau wahyu tidak dapat
dilukiskan. Orang dapat melukiskan gejala-gejala pengiringnya, yang merupakan
gambaran-gambaran keadaan manusia, di mana ilham atau wahyu menyatakan
diri. Akan tetapi karena tiap orang itu dapat menerima ilham atau wahyu, gejala-
gejala pengiring ini dapat berlainan sekali, tergantung dari keadaan jiwa orang
yang bersangkutan.
Bila seseorang menerima intuisi atau wahyu, maka pada waktu itu ia
berada sangat ’dekat’ dengan Suksma Sejati, seperti umpamanya piamater
(selaput tipis) yang melekat pada jaringan otak. Jika ilham atau wahyu itu sudah
selesai, orang jatuh kembali kepada keadaan sadar sehari-harinya, dan ia tinggal
menerima gemanya saja dari iklim yang ia masuki untuk sesaat itu tadi.
Bagaimana ia mengalami intuisi atau wahyu itu, tergantung dari besar-
44 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Iintuisi adalah anugerah yang tersembunyi yang sering terlupakan.
Gambar 1.6.2: Intuisi, Ilham, atau Wahyu Kecerdasan sebagai pembantu yang terpercaya, sementara itu intuisi adalah anugerah yang tersembunyi. Walaupun masyarakat yang telah terlanjur terbentuk itu sangat menghargai pembantu dan cenderung melupakan anugerah. (Albert Einstein). Wahyu, intuisi, atau ilham datang kadang-kadang sebagai bayangan, sebagai ucapan, sebagai pengertian tertentu, dan/atau sebagai pencerahan. Bayangan itu tidak ditangkap di dalam pancaindra, tetapi manusia mengalaminya di dalam dirinya yang sedalam-dalamnya. Seakan-akan manusia menerjemahkan perjumpaannya menjadi bayangan, ucapan, atau mengerti sesuatu. (Candra Jiwa Indonesia)
__________ http://3.bp.blogspot.com/-43J5cjoMhcc/TfbQ-hckJ4I/AAAAAAAAA0c/tVM4VHuil4Y/s1600/intellect-vs-intuition.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 45
kecilnya perbedaan antara iklim jiwanya sehari-hari dengan iklim ’dekat’ dengan
Suksma Sejati. Jika perbedaan itu besar, sudah tentu ilham atau wahyu itu akan
menyebabkan pergolakan hebat dalam pikiran dan perasaannya. Jika perbedaan
Intuisi, ilham, atau wahyu datang kadang-kadang sebagai bayangan te-
tapi bayangan itu tidak ditangkap di dalam pancaindra, manusia meng-
alaminya di dalam dirinya yang sedalam-dalamnya. Seakan-akan manu-
sia menerjemahkan ’perjumpaan’-nya menjadi bayangan atau ucapan
atau mengerti sesuatu.
itu tidak besar, maka gejala-gejala pengiringnya akan jauh lebih tenang. Intuisi
atau wahyu itu adalah ber-jumpa-nya manusia dengan Suksma Sejati, berjumpa-
nya kesadaran individual/terbatas dengan kesadaran kolektif.
Karena ilham atau wahyu itu datang dalam suasana diam (heneng, hening),
di dalam angan-angan, nafsu, dan perasaan, manusia mengalaminya di dalam
dirinya yang terdalam. Intuisi atau wahyu kadang-kadang datang selama tidur,
seakan-akan Hidup memilih saat yang menguntungkan bagi orang yang
bersangkutan. Jika orang menginginkan atau mengharapkannya, maka wahyu
tidak akan datang sama sekali, karena di dalam keinginan dan di dalam
pengharapan itu bekerja pula angan-angannya.
Wahyu atau ilham datang kadang-kadang sebagai bayangan atau sebagai
ucapan atau sebagai pengertian tertentu dan sebagai pencerahan. Bayangan itu
tidak ditangkap di dalam pancaindra, tetapi manusia mengalaminya di dalam
dirinya yang sedalam-dalamnya. Seakan-akan manusia menerjemahkan
perjumpaannya menjadi bayangan, ucapan, atau mengerti sesuatu.
Dengan merangkum ilham, intuisi, atau wahyu dapat dikenal dengan ciri-
ciri sebagai berikut.
1. Ia timbul sebagai sesuatu yang asli dari esensi kita yang terdalam.
2. Ia tidak tergantung dari waktu dan tempat.
46 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso, Neurolog-Psikiater
Foto 1.6.1: ”Intuisi, Ilham, atau Wahyu” yang Tidak Benar dari Sentra Vitalitas Kita sering melihat persoalan-persoalan yang pelik dapat selesai pada situasi tertentu, kita sering menyebutnya sebagai intuisi, ternyata ”intuisi, ilham, atau wahyu” tersebut tidak seperti yang dimaksudkan oleh Candra Jiwa Indonesia. Diperkirakan solusi persoalan yang pelik tersebut akibat bekerjanya tenaga-tenaga saudara kita sendiri (sentra-sentra vitalitas) yang telah dikatakan sebelumnya mempunyai kemampuan-kemampuan gaib. Tetapi kita perlu juga berhati-hati menanggapi suara-suara di dalam hati, karena sering juga ’’saudara-saudara kita” tersebut menyatakan hal-hal yang tidak benar, apabila mereka tidak digabungkan dan diselaraskan dengan baik dan benar. __________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 47
3. Ia tidak dapat ditimbulkan sekehendak hati.
4. Ia timbul sebagai bayangan, ucapan atau mengerti sesuatu.
5. Ia bukan penghayatan pancaindra.
Intuisi, ilham atau wahyu itu adalah ber-’jumpa’-nya manusia (TheSelf)
dengan Suksma Sejati (TheForce), pertemuan sadar individu dengan
sadar-kolektif-dinamis. Gema, gejala pengiringnya tergantung besar-
kecilnya perbedaan antara iklim jiwanya sehari-hari dengan
iklim ’dekat’ dengan sadar-kolektif tersebut.
6. Orang yang menerima mengalami rasa damai yang besar dan rasa bahagia
yang masih bergema sementara waktu.
7. Ada rasa kepastian dan kebenaran.
8. Tidak ada sensasi jasmaniah tentang kekuasaan atau lainnya kecuali yang
disebut dalam 6 dan 7.
9. Tidak ada kekuatan lainnya yang datang dari luar.
10. Pada saat datangnya wahyu atau ilham, berhentilah angan-angan, emosi dan
nafsu.
Yang kita sebut dalam hidup sehari-hari sebagai ilham (intuisi) dan yang
sering menunjukkan kepada kita penyelesaian dalam situasi-situasi tertentu,
bukanlah ilham (intuisi) yang disebutkan di atas. Perkiraannya adalah bekerjanya
tenaga-tenaga saudara kita sendiri yang seperti telah dikatakan sebelumnya
mempunyai kemampuan-kemampuan gaib. Tetapi sering juga menyatakan hal-hal
yang tidak benar, yaitu jika tidak digabungkan dan diselaraskan dengan baik. [15]
Tenaga-tenaga saudara tujuh dapat digabungkan oleh manusia menurut
kehendak hatinya, artinya Aku manusia berkemampuan untuk menggabungkan
tenaga-tenaga saudara tujuh dengan dirinya menjadi satu tenaga yang terintegra-
__________
[15]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 65.
48 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Telepati adalah komunikasi jarak jauh antar individu dan konsep dasar teorinya (kanan)
Gambar 1.6.3: Prototipe Helm Telepati Helm elektronik yang dikembangkan oleh tim ahli dari tiga universitas di USA. Pada tahun 2008 mereka mendapat kontrak penelitian sebesar 4 juta USD dari angkatan darat. Penampilannya bagaikan fiksi ilmiah yang memungkinkan. Tugas tim ahli adalah me-ngembangkan helm yang dapat membaca dan menyampaikan data langsung pada pikiran para tentara dan berkomunikasi diantara mereka tanpa interaksi vokal. Fungsinya helm tersebut seperti radio tanpa mikrophon.
Bayu sejati dapat menampilkan berbagai kemampuan istimewa seseorang diantaranya: telepati, hipnotis, dan meramalkan masa datang (clairvoyance).
__________ http://www.atlantisqueen.com/storage/telepathy%201.jpg?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1304256164944 cited August, 22, 2011. http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQZUaJfE2CFkgRLZ_rm5RHXAeMHW0fYLSwKGsADWmBkDH3niPzSA cited August, 22, 2011. http://cdn.gajitz.com/wp-content/uploads/2009/10/army-telepathy-helmet.jpg cited August, 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 49
si sepenuhnya. Integrasi ini menimbulkan daya/kekuatan gaib. Tenaga akhir ini
dapat disuruh melakukan sesuatu menurut kehendak sang Aku dan dapat pula
diperintah menurut kehendaknya untuk menghentikannya.
Bayu Sejati dapat digunakan untuk pamer atau dengan alasan-alasan
yang egosentrik lainnya. Bayu Sejati dapat melakukan sesuatu yang lain,
untuk memberi peringatan yang bersifat mendidik. Ia adalah juga sau-
dara kita, bukan hewan pengangkut yang dapat diperlakukan semau-
nya. ”Saya adalah daya dan selubung Roh Suci” kata Bayu Sejati.
Telah dikatakan bahwa kekuatan gaib dari angan-angan adalah
pangaribawa, prabawa, dan kemayan. Kemayanlah yang mempunyai kekuatan
khusus. Bayu Sejati adalah keadaan (jiwa) yang mampu mempergunakan tanpa
rintangan kekuatan itu. Bayu Sejati itu masih material dan terikat sepenuhnya
serta wajib taat mutlak kepada kehendak Tripurusa. Dalam Bayu Sejati tenaga-
tenaga nafsu diam sepenuhnya; angan-angan melepaskan diri dari nafsu dan
perasaan sehingga pengembangan kekuasaannya tidak terganggu.
Jika manusia hendak menggunakan Bayu Sejati, umpamanya untuk pamer
atau dengan alasan-alasan yang egosentrik lainnya, maka Bayu Sejati tidak mau
berbuat atau ia melakukan sesuatu yang lain, yang mengandung maksud untuk
memberi peringatan yang bersifat mendidik. Ia adalah juga saudara kita, bukan-
nya ’hewan pengangkut’ yang dapat diperlakukan sekehendak hati. Menurut
kata-kata Bayu Sejati sendiri: ”Saya adalah daya dan selubung Roh Suci” [16]
Dalam keadaan Bayu Sejati, sentra-sentra vitalitas masing-masing tidak
mempunyai otonomi lagi terhadap yang lain. Tidak ada lagi pikiran-pikiran yang
mengganggu, tidak ada keinginan dan kemauan yang sekonyong-konyong timbul
sehingga mengganggu. Dalam keadaan demikian ini kekuasaan unsur material
manusia mencapai kesempurnaannya.
__________
[16]. R. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tentang Bayu Sejati. 1949.
50 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.6.1: Pada Kesadaran Roh Suci, Akunya adalah Bayu Sejati Tenaga-tenaga saudara tujuh dapat digabungkan oleh manusia menurut kehendak hatinya, menjadi satu tenaga yang terintegrasi sepenuhnya. Tenaga akhir ini dapat disuruh melakukan sesuatu menurut kehendak sang Aku dan dapat pula diperintah untuk menghentikannya.
Bayu Sejati itu material halus yang wajib taat mutlak kepada kehendak. Dalam Bayu Sejati tenaga-tenaga nafsu diam sepenuhnya; angan-angan melepaskan diri dari nafsu dan perasaan sehingga pengembangan kekuasaannya tidak terganggu.
Dalam keadaan Bayu Sejati, sentra-sentra vitalitas (nafsu dan perasaan) masing-masing tidak mempunyai otonomi lagi terhadap yang lain. Tidak ada lagi pikiran-pikiran yang mengganggu, tidak ada keinginan dan kemauan yang sekonyong konyong timbul sehingga mengganggu. Bagi orang yang titik berat kesadarannya pada Roh Suci, akunya sehari-hari adalah Bayu Sejati itu sendiri. Ia tidak usah membangunkannya untuk mempergunakannya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l============================ MIKROKOSMOS Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4-Sentra Vitalitas: Saudara Tujuh Psike
IIIIIINNaaffssuu:: -- -- -- -- 44MMuuttmmaaiinnaahh,, 55LLuuaammaahh (IIIIPPeerraassaaaann)) 66SSuuffiiaahh,, 77AAmmaarraahh
IIAAnnggaann--aannggaann Aku 11CCiippttaa,, 22NNaallaarr,, 33PPaannggeerrttii
BBAAYYUU SSEEJJAATTII (Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 51
Tiap pikiran, tiap emosi, atau tiap keinginan dan kemauan akan memecah
kemutlakannya. Keadaan jiwa semacam ini dicapai manusia sebelum titik berat
kesadarannya pindah menetap di dalam kesadaran Roh Suci. Bagi orang yang
Bagi orang yang telah mencapai derajat Roh Suci, Akunya sehari-hari
adalah Bayu Sejati itu sendiri. Ia tidak perlu lagi membangunkan untuk
mempergunakannya. Menurut pengakuan Bayu Sejati, ia adalah daya
dan selubung Roh Suci. –Candra Jiwa Indonesia.
demikian ini, Akunya sehari-hari adalah Bayu Sejati itu sendiri. Ia tidak usah mem-
bangunkannya untuk mempergunakannya. Padanya juga sudah tidak ada lagi ke-
takutan, kesangsian, keraguan, harapan atau rangsangan kemauan, yang dapat
merintangi penyerahan dirinya tak bersyarat kepada Tripurusa.
Tiap manusia yang selalu mengarahkan diri kepada Tripurusa, menambah-
kan satu faktor lagi kepada candra manusianya, yaitu faktor dituntun Suksma
Sejati ke dalam ilham atau wahyu. Faktor ini tak tergantung dari suatu
pengalaman dan berada di atas segala pengalaman. [17] Karena wahyu itu kadang-
kadang dihayati sebagai ucapan atau sebagai mengerti sesuatu, maka Suksma
Sejati disebut juga sebagai Sang Sabda atau Sang Pepadang.
Penyerahan diri selanjutnya kepada Tripurusa berarti menunggu matinya
sang Aku. Baru jika sang Aku-angan-angan (aku jasmani/halus; yang rusak) mati,
maka terlahirlah Aku yang lebih tinggi dan lebih berdaulat (aku rohani/imateri;
yang kekal), yaitu Aku-Roh Suci. Perlu diasadari bahwa Aku-angan-angan
kepemimpinannya hanya bersifat sementara.
Dengan melepaskan Aku-angan-angan, timbullah kedaulatan yang tak
dapat diganggu-gugat. Kedaulatan terbatas dari Aku-angan-angan, yang terkena
perlakuan timbal-balik dari dunia luar, sekarang diganti dengan kekuasaan yang
tak dapat diganggu gugat, yang Maha Kuasa. Pengaruh unsur material terhadap
__________
[17]. Surat dari Tr. Soemodihardjo kepada Soemantri Hardjoprakoso. 1952
52 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Aku/Mental (TheEGO, Angan-angan) dan Aku/Spiritual (TheSelf, Roh Suci). Pancaindra menghubungkan
Mikrokosmos dengan Makrokosmos (Dimensi/Dunia-1, alam semesta, dunia luar) yang berada di luar kotak ini
Diagram Transenden 1.6.1: Paugeran Roh Suci di dalam Tripurusa Kesadaran Roh Suci di dalam Tripurusa ini mengandung suatu janji untuk mengarahkan diri hanya kepada Suksma Sejati dan Suksma Kawekas saja. Janji, paugeran, kredo, atau syahadat ini dapat dirumuskan dengan kata-kata yang menunjukkan posisi Roh Suci terhadap Dwitunggal, DwiAspek (TheForce dan TheSource) di dalam kesadaran tersebut.
Ke mana arah kembalinya Roh Suci kelak kemudian hari serta siapa yang menjadi penun-tun dan gurunya yang sejati disebutkan dalam paugeran tersebut. Begitu istimewanya paugeran ini sehingga ditransendenkan di lubuk hati yang terdalam para pejalan spiritual, bagaikan senjata andalan yang selalu dibawa, dan selalu disadarkan kembali ketika mendapat kesulitan, kesedihan, dan kegembiraan.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
TheSelf Dimensi-4 (Spiritual)
TheForce Dimensi-4 (Spiritual)
TheSource Dimensi-4 (Spiritual)
Sentra Vitalitas (Angan-angan, Nafsu, Perasaan)
IRahsa JatiI
Suksma
Sejati
Suksma
Kawekas
Roh
Suci
AKU-Spiritual
AKU-Mental
(Pusat Imateri) Dimensi-4
MENTAL Dimensi-3
Tripurusa
IPancaindraI
FISIK Dimensi-2
IPancaindraI
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 53
Roh Suci sudah ditiadakan, karena kesadaran Roh Suci dapat memerintah materi.
Tidak ada saling pengaruh-memengaruhi lagi, seperti waktu sang Aku-angan-
angan masih berkuasa. Kesadaran Roh Suci adalah kesadaran dari sinar Sang
Roh Suci adalah kesadaran terbatas di dalam badan/jasmani, berasal
dari sinar Sang Pepadang, walaupun sudah apribadi tetapi masih
terbatas. Ia merupakan sadar-dikandung-Hidup, di dalam Suksma Sejati
sebagai Penuntun Sejati dan utusan abadi Suksma Kawekas.
Pepadang, ia masih terbatas di dalam badan/jasmani, walaupun ia sudah apribadi.
Ia merupakan sadar-dikandung-Hidup, dikandung di dalam Suksma Sejati sebagai
Penuntun Sejati dan Suksma Kawekas sebagai Sumber dari segala Hidup. [18]
Kesadaran Roh Suci di dalam Tripurusa ini mengandung suatu janji untuk
mengarahkan diri hanya kepada Suksma Sejati dan Suksma Kawekas saja. Janji ini
dapat dirumuskan dengan kata-kata sebagai berikut:
”Suksma Kawekas adalah tetap menjadi sembahan hamba yang sejati,
adapun Suksma Sejati adalah tetap menjadi Utusan Tuhan Sejati, serta
menjadi Penuntun dan Guru hamba yang sejati.
Hanya Suksma Kawekas pribadi yang menguasai semesta alam
seisinya, hanya Suksma Sejati pribadi yang menuntun para hamba
semua.
Semua kekuasaan ialah kekuasaan Suksma Kawekas, ada pada
Suksma Sejati, adapun hamba ada di dalam kekuasaan Suksma
Sejati”. [19]
Ini adalah janji-hidup Roh Suci, ialah paugeran, kredo, atau syahadatnya.
Tahap selanjutnya ialah leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati. Sinar dipang-
___________ [18]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 152.
[19]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 153.
54 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 1.6.2: Leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati Tahap selanjutnya ialah leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati. Sinar dipanggil kem-bali oleh Yang Punya (TheSource) melalui Dia (TheForce), yang memegangnya. Roh Suci telah lebur ke dalam Suksma Sejati.
Kesadaran dan kedaulatan itu meliputi dirinya sendiri dan segala yang lain, semuanya, dan menyeluruh. Kesadaran dan kedaulatan yang tak terbatas ini, bersifat mutlak, berada di dalam segala-galanya, meliputi segala-galanya, seluruh dunia, seluruh unversum, dan meliputi alam semesta.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Masyarakat Alam Semesta
================l Pancaindra l===========================
MIKROKOSMOS Jasmani Kasar (Fisik-Kimiawi) Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jasmani Halus (jiwa, batin) Mental
- - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TriPurusa: 2Suksma Sejati, Spiritual 1Suksma Kawekas (Pusat Imateri) Alam Sejati
======================================================================
==
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 55
gil kembali oleh Dia yang Memiliki, melalui Dia, yang Memegangnya.[20] Roh Suci
telah lebur ke dalam Suksma Sejati. [21] Selesaiah rangkaian evolusi mental/keji-
waan manusia.
Kesadaran Roh Suci di dalam Tripurusa ini berjanji untuk mengarah-
kan diri hanya kepada Suksma Sejati dan Suksma Kawekas saja. Ini
adalah janji-hidup Roh Suci, yaitu paugeran, kredo, atau syahadat-nya.
Tahap selanjutnya ialah leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati.
Sinar dipanggil kembali melalui Dia yang menghidupinya.
Kesadaran tak lagi terbatas kepada dirinya sendiri. Kesadaran itu meliputi
dirinya sendiri dan segala yang lain, semuanya dan bersama-sama. Ternyata
kedaulatannya bahkan tidak menghilang. Keterbatasan kedaulatan di dalam
badannya justru telah menghilang. Timbullah sekarang kedaulatan yang tak
terbatas. Kesadaran yang tak terbatas ini, berdaulat mutlak, berada di dalam
segala-galanya, meliputi segala-galanya, seluruh dunia, seluruh alam semesta,
serta seluruh universum.
__________
[20]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 168.
[21]. Idem. h. 169.
56 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Tripurusa (TriFoil): Suksma Kawekas (TheSource), Suksma Sejati (TheForce), Roh Suci (TheSelf)
Diagram Transenden 2.1.1: Jati Diri Manusia Alam sejatinya manusia dengan Tripurusa sebagai pusat hidup imateri adalah jati dirinya manusia di dalam mikrokosmos bagian dari makrokosmos (universum). Sang Aku setiap saat berkomunikasi dengan dunia luar melalui pancaindra, relasinya dengan makrokosmos, aspek komunikasinya dengan makhluk alam semesta.
Dalam evolusinya mengharuskan ia selalu melakukan introspeksi mengenai hakikat dirinya sendiri, dan posisi hubungannya dengan yang transenden di lubuk hatinya yang terdalam. Pusat imateri dengan segala potensinya itu adalah hakikat (rohani, spiritual, jati diri) manusia dan prinsip materi (jasmani halus dan kasar) sebagai selubungnya.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Tripurusa
II
ǁǁǁǁǁ
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 57
BAB II
MANUSIA
2.1 PENDAHULUAN Posisi manusia sebagai mikrokosmos di dalam universum mengharuskan ia
selalu melakukan introspeksi mengenai hakikat dirinya sendiri, relasinya dengan
Sang akunya manusia tidak mampu mengamati pusat imateri kecuali
refleksinya dikembalikan kepada Sang Akunya yang imateri (Roh Suci)
dengan syarat-syarat introversi tertentu atau mengikuti jalan religi.
makrokosmos, aspek dengan makhluk alam semesta, dan hubungannya dengan
yang transenden di lubuk hatinya yang terdalam, pusat/prinsip (hidup) imateri.
Pusat imateri dengan segala potensinya itu adalah hakikat manusia dan prinsip
materi (halus dan kasar) sebagai selubungnya. Prinsip materi (jasmani) halus,
selubung halus adalah jiwanya dan prinsip materi kasar, selubung kasar adalah
fisiknya.
Pancaindra adalah alat untuk melakukan eksplorasi, memanfaatkan bahkan
dapat merusak apa yang diamati. Di dalam diri manusia terdapat Rahsa Jati
(TheGate) suatu ambang kehidupan yang bersifat kontinyu antara jiwanya yang
bersifat material halus terhubung dengan pusat imateri, hakikat jati dirinya.
Ketika sadar pribadi sang aku meningkat menjadi sadar kolektif terbatas Roh Suci,
maka manusia telah melakukan evolusi peningkatan kualitas kesadaran manusia.
Esensi manusia juga diletakkan pada hubungan Roh Suci di dalam Tripurusa di
Pusat Imateri ini. Ia menunggu panggilan terakhir untuk menyelesaikan puncak
evolusinya seraya melaksanakan sadar, percaya, dan taat kepada-NYA setiap saat
seraya saling memberikan apa yang dimilikinya kepada masyarakat dengan sifat-
sifat utama rela, sabar, menerima, jujur dan budi luhur.
Manusia jelas bukan Tuhan dan bukan Utusan Tuhan (Nabi), tetapi Pusat
Imateri di dalam dirinya adalah hakikat jati diri manusia; Tripurusa (TriAspek, Tre-
58 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bagan Transenden 2.2.1: Bumi dan Langit Lapis Tujuh Bumi (raga, soma, body) 7 lapis dan langit (jiwa, psike, mind) 7 lapis, saling meliputi. Struktur anatomik organ tubuh (Otak, jantung, hati, paru, darah, sumsum, otot ), dan fungsi psike [Cipta, nalar, pangerti; (Perasaan) ; Mutmainah, sufiah, amarah, luamah] menjadi wacana Candra Jiwa Indonesia. Perasaan dianggap sebagai suasana, ekstase yang terjadi di ’langit’ akibat berinteraksinya 3 angan-angan dengan 4 nafsu-nafsu. TheGate, Rahsa Jati, suatu kontinyuitas (ambang) kesadaran hidup yang menghubungkan 7 langit-dan-
bumi mikrokosmos dengan Pusat Imateri, Alam Sejati, Spirit sebagai intinya mikrokosmos. Pancaindra adalah alat komunikasi mikro-dengan-makrokosmos.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta seisinya
=========l Pancaindra l================================== [penglihatan, pendengaran, pembau, perasa(an), pengucap (bahasa)]
MIKROKOSMOS Manusia seutuhnya
Bumi 7 lapis (Material Kasar-Fisik-Kimiawi) FFiissiikk - 1. Otak (Cipta-Pangaribawa, Nalar-Prabawa), 2. Jantung (Pangerti-Kamayan, angan2 arti sempit), 3. Hati (Perasaan), 4. Paru (Mutmainah-putih), 5. Darah (Amarah-merah), 6. Sumsum (Sufiah-kuning), 7. Otot (Luamah-violet)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Langit 7 lapis (Material Halus-Jiwa; Batin) MMeennttaall Angan-angan 1. Cipta-Pangaribawa, 2. Nalar-Pangaribawa (Otak), 3. Pangerti-Kamayan, angan2 arti sempit (Jantung), Perasaan - Perasaan (Hati), Nafsu-nafsu 4. Mutmainah-putih (Paru), 5. Amarah-merah (Darah), 6. Sufiah-kuning (Sumsum), 7. Luamah-violet (Otot)
- - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci Alam Sejati (Pusat Imateri; Rohani) SSppiirriittuuaall =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 59
Foil) dengan Suksma Kawekas (TheSource) sebagai sumber dan tujuan hidup,
Suksma Sejati (TheForce) adalah utusan Tuhan yang abadi yang menghidupi Roh
Kita memerlukan suatu ruangan visual untuk mengikuti dan memaha-
mi dengan mudah tujuan yang hendak dicapai oleh candra manusia.
Dengan begitu, manusia sebagai makhluk batiniah maupun rohaniah
dapat divisualisasikan di dalam Candra Jiwa Indonesia.
Suci (TheSelf), memimpin dan kelak menuntun Roh Suci kembali kepada sumber
dan tujuan hidupnya. Perjumpaan sadar terbatas (pribadi) dengan sadar kolektif
disebut intusi, kesadaran manusia semakin meningkat, akhirnya peristiwa
leburnya sadar pribadi/terbatas ke dalam sadar kolektif disebut Pamudaran
sekaligus merupakan tujuan akhir dari evolusinya manusia.
2.2 STRUKTUR JIWA Jika kita membuat skema seperti yang digambar pada Lampiran-1: Skema-1,
tentang relasi manusia dengan dunia luar dan tentang relasi-relasi intrapsikis
manusia, maka diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang candra manusia itu
sebagai pegangan visual untuk memahami anatomi dan fisiologi jiwa manusia,
baik sebagai makhluk batiniah (mental, jiwa) maupun rohaniah (spiritual).
Selain itu, skema tersebut juga merupakan suatu ruangan visual untuk
mengikuti dan memahami dengan mudah tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh
candra manusia Indonesia. Manusia sebagai makhluk batiniah dan rohaniah
disebut juga candra jiwa untuk membedakannya dari istilah candra manusia
dalam arti ’pandangan tentang manusia, yang menunjuk suatu bentuk kehidupan
yang disadari atau tidak menjadi pedoman hidupnya’
Dalam membahas Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) dan arti yang
dikandung olehnya, kita wajib memperhatikan pokok-pokok persoalan tertentu,
yaitu:
a. Hakikat manusia, baik aspek struktural maupun aspek fungsionalnya.
b. Hakikat dunia luar.
60 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 2.2.2: Pancaindra adalah Alat Komunikasi Mikro dan Makrokosmos Pancaindra adalah alat komunikasi indrawi dan psikologis antara mikro dan makrokosmos. Rahsa Jati, TheGate (tidak tepat dianggap sebagai indra ke-6, bukan alat), suatu ambang kesadaran hidup yang menghubungkan jiwa manusia dengan Alam Sejati, Pusat Imateri, yang absolut dan transenden sebagai inti dari mikrokosmos. Makrokosmos menawarkan perubahan apa saja setiap detiknya, ada yang dapat atau tidak dapat diubah lagi susunannya. Mikrokosmos bebas memilih dan mengubah apa saja yang memungkinkannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Manusia berkembang di dalam pribadinya sendiri, selama berkembang tidak ada vitalitas asing yang dicangkokkan ke dalam dirinya. Sementara itu ada kontinuitas antara perkembangan kepribadiannya sendiri (lewat Rahsa Jati= TheGate) sampai menjadi candra jiwa ideal, ialah akhir dari perkembangan manusia itu sendiri.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Alam Semesta MAKROKOSMOS
Manusia, Dewa, Hewan, Tumbuh-tumbuhan dan Mineral
=============l Pancaindra l==============================
Manusia seutuhnya MIKROKOSMOS
Soma Jasmani Kasar, Fisik-Kimiawi, Fisik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Jasmani halus, jiwa, batin, Mental
- - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Rohani Pusat Imateri Spiritual Alam Sejati =====================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 61
c. Komunikasi yang bersifat indrawi dan yang bersifat psikologi antara manusia
dengan dunia luar.
d. Komunikasi batiniah antara manusia dan yang transenden.
Manusia sebagai makhluk rohaniah senantiasa akan berusaha agar
yang Absolut-transenden bermanifestasi di dalam dirinya. Suatu proses
perkembangan jiwa yang sungguh-sungguh sulit karena harus mengubah
watak di dalam dirinya.
Keempat pokok tersebut ditinjau berdasarkan titik tolak bahwa manusia itu
adalah makhluk rohaniah yang berusaha agar yang Absolut Transenden
bermanifestasi di dalam dirinya. Baik manusia maupun dunia di luar manusia
adalah dinamis, sedangkan pada manusia terdapat juga kebebasan untuk
memilih kemudian memutuskan sendiri apa yang diinginkannya. Jika orang
memilih suatu candra ideal, maka ada dua kemungkinan, tercapai atau tidaknya
yang ideal tersebut. Mungkin saja ia terhenti di tengah jalan, bahkan tersesat di
jalan-jalan simpangan.
Sebab itu di dalam Candra Jiwa Indonesia disebut sebagai jalan, juga
pedoman pada proses perkembangan manusia yang sungguh-sungguh sulit itu.
Candra ideal Indonesia ini tidak lain daripada manusia dengan watak-watak yang
tumbuh dari manusia itu sendiri. Watak-watak itu selalu sudah ada sejak semula.
Hanya saja manusia pada umumnya watak-watak itu bersifat laten atau dalam
keadaan kurang tumbuh. Ada kontinuitas dari perkembangan kepribadian orang
pada umumnya sampai kepada kepribadian candra ideal, yang merupakan
tingkat akhir perkembangan kemanusiaan.
Selama perkembangan ini tidak ada sesuatu pun dari luar yang dimasukkan
atau dicangkokkan ke dalam kepribadian manusia. Tidak ada tenaga-tenaga luar
yang asing bagi manusia dan yang bukan milik manusia itu sendiri. Jika ada
tenaga-tenaga dari luar yang asing bagi manusia ikut bekerja di dalam diri kita,
maka kita justru sudah berada di jalan yang sesat. Inilah perbedaan yang esensial
antara candra manusia Indonesia dari Soenarto dengan candra- candra tertentu
62 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 2.2.1: Prinsip Imateri (Hakikatnya) dan Materi (Selubungnya) Pusat Imateri ini tidak terikat pada organ atau bagian tertentu. Tetapi memiliki titik hubungan kerja dengan selubungnya yang bermateri, yaitu di daerah dekat jantung. Di situlah tempatnya ketika mengalami perasaan yang terdalam dan terhalus. Suatu kontinuitas, ekstase yang menunjukkan tempat pintu gerbang (TheGate) untuk masuk ke alam prinsip imateri ini, ya Hidup Sejati, sebagai jati dirinya sendiri.
Hidup Sejati adalah titik pusat Candra Jiwa dan Candra Dunia Indonesia, sebagai sumber segala hidup dan sumber segala materi. Hidup Sejati ini adalah satu dan abadi, imateri, merembes-menembus-meliputi segala sesuatu. Ruang dan waktu berada di bawah kekuasaan-Nya. Ia tidak bermula dan tidak berakhir. Hidup Sejati inilah yang melahirkan ruang dan waktu.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
(FISIK)
Angan-angan, Perasaan, Nafsu-nafsu
HIDUP SEJATI Pusat Imateri
(SPIRITUAL)
Materi Halus
(MENTAL)
Materi Kasar
MAKROKOSMOS Asadar Kolektif
--------------------l Rahsa Jati l-------------------- Rahsa Jati
ǁǁǁǁǁ
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 63
lainnya yang terdapat di Indonesia. Mencapai candra ideal itu, di dalam hidup
yang sekarang ini juga, adalah pencerahan ajaran candra manusia dan candra
dunia Indonesia ini.
Candra Ideal Indonesia adalah manusia dengan watak-watak yang
tumbuh dari manusia itu sendiri, melalui suatu perjalanan hidup yang
sulit, dan merupakan tingkat akhir dari perkembangan kemanusiaan.
Adalah suatu pencerahan agar candra ideal ini dicapai dalam kehidupan
sekarang ini juga! ~Soemantri Hardjoprakoso
Menurut ajaran ini, maka manusia terdiri atas prinsip imateri yang
merupakan hakikatnya dan selubungnya yang materi. [1] Prinsip imateri ini tidak
dilokalisasi di suatu bagian tertentu ataupun terikat pada organ tertentu, tetapi
ada juga disebut titik-hubungan kerjanya dengan selubungnya yang materi, yaitu
di daerah dekat jantung [2]. Tempat di mana kita mengalami perasaan yang
terdalam dan terhalus menunjukkan tempat pintu gerbang untuk masuk ke alam
prinsip imateri ini.
Titik pangkal candra jiwa dan candra dunia Indonesia ini ialah Hidup Sejati,
sumber segala hidup dan sumber segala materi. [3]. Hidup Sejati ini adalah satu
dan abadi, imateri, merembes-menembus-meliputi segala sesuatu. Ia mengatasi
ruang dan waktu. Ia tidak bermula dan tidak berakhir. Ruang dan waktu lahir
dari Hidup Sejati ini.
Hidup Sejati ini pada hakikatnya adalah satu, tetapi menampakkan diri
dalam tiga aspek. Aspek pertama dan yang tertinggi adalah Hidup yang mutlak
diam dan statis, sebagai sumber hidup disebut Suksma Kawekas (TheSource).
Aspek yang kedua ialah Hidup yang dinamis di mana dilahirkan aktivitas dari yang
__________
[1]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 52 .
[2]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Tunggal Sabda h. 107
[3]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi h. 47
64 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 2.2.3: Body, Mind dan Spirit Di dalam The Immaterial Centre (pusat mikrokosmos), aspek pertama dan yang tertinggi adalah Hidup yang mutlak, diam dan statis, sebagai sumber hidup, disebut TheSource (Suksma Kawekas). Aspek yang kedua ialah Hidup yang dinamis di mana dilahirkan aktivitas dari yang statis dan disebut TheForce (Suksma Sejati). Aspek yang ketiga ialah TheSelf (Roh Suci), jiwa sejati dari manusia, yang dapat dianggap sebagai cahaya atau percikan api dari TheForce dengan TheSource sebagai sumbernya. Hidup yang satu dan yang menampakkan diri dalam tiga aspek ini disebut TreFoil (TriAspect, TriFoil, Tripurusa).
TheSelf sebagai percikan TheForce, dianggap juga sebagai hamba dari TheSource dan TheForce, serta mendapat pelimpahan kekuasaan TheForce dikurangi kompetensinya untuk perencanaan dan kebijaksanaan. Dalam menjalankan kekuasaan pelaksanaan, TheSelf dipimpin dan dibantu TheForce. Karena itu TheForce disebut juga sebagai Guru Sejati, Penuntun Sejati atau Panutan Sejati, Sang Sabda, dan Sang Pepadang.
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS ===========l Pancaindra l================================ Manusia MIKROKOSMOS
Soma Jasmani Kasar-Raga Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Jasmani Halus-Jiwa Mental
- - - - - - - - - -I TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Rohani The Immaterial Centre Spiritual
TreFoil: TheSource, TheForce, TheSelf
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 65
statis, yang menghidupi dan disebut Suksma Sejati (TheForce). Aspek yang ketiga
ialah Roh Suci (TheSelf), jiwa sejati dari manusia, yang dihidupi, yang dapat di-
Hidup Sejati ini pada hakikatnya adalah satu, tetapi menampakkan diri
dalam tiga aspek disebut Tripurusa: Suksma Kawekas adalah aspek hidup
yang statis, Suksma Sejati; yang dinamis, Roh Suci; yang terbatas.
anggap sebagai cahaya atau percikan api dari Hidup yang satu dan yang menam-
pakkan diri dalam tiga aspek ini disebut Tripurusa (TriAspek, TriFoil, TreFoil, Tri-
tunggal) [4]
Kalau Suksma Kawekas itu pemegang kehendak, maka Suksma Sejati
adalah pemegang perencanaan dan kebijaksanaan dan Roh Suci kekuasaan
tentang pelaksanaan-nya. [5] Suksma Kawekas adalah pemilik kekuasaan mutlak,
Suksma Sejati yang memegang kekuasaan mutlak itu dikurangi kehendak, oleh
karena itu Suksma Sejati disebut juga Utusan yang nonpribadi dari Suksma
Kawekas.
Roh Suci sebagai percikan Suksma Kawekas, dianggap juga sebagai hamba
dari Suksma Kawekas dan Suksma Sejati, dan mendapat pelimpahan kekuasaan
Suksma Sejati dikurangi kompetensinya untuk perencanaan dan kebijaksanaan.
Dalam menja-lankan kekuasaan pelaksanaan, Roh Suci dipimpin dan dibantu
Suksma Sejati. Karena itu Suksma Sejati disebut juga sebagai Guru Sejati,
Penuntun Sejati atau Panutan Sejati, Sang Sabda, dan Sang Pepadang[6]
Suksma Sejati sebagai yang dinamis menciptakan empat unsur dasar:
suasana, api, air, dan tanah. Keempat unsur ini saling bereaksi dan karena
dipimpin oleh suatu perencanaan, maka terjadilah alam semesta. Maka
diciptakanlah di dunia ini manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan dewa. Jas-
_________
[4]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Hasta Sila h. 13
[5]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Tunggal Sabda h. 105
[6]. Sda. Bab Hastasila h. 13-14
66 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Big Bang mengawali sejarah terjadinya alam semesta
Gambar 2.2.1 : Terjadinya Alam Semesta Waktu lahirnya alam semesta diperkirakan antara 13,5 dan 14 milyard tahun yang lalu. Umur alam semesta adalah jeda waktu antara Dentuman Besar (Big Bang) dengan saat ini.
Atas kehendak Suksma Kawekas, Suksma Sejati menciptakan alam semesta dari empat unsur dasar: suasana, api, air, dan tanah yang saling bereaksi berdasarkan perencanaan. Maka datanglah di dunia ini manusia terdiri atas empat unsur, hewan tiga unsur yakni suasana, api dan tanah, tumbuh-tumbuhan dua unsur yaitu air dan tanah dan dewa satu unsur, yaitu api.
__________ http://xixidu.net/history-of-the-universe.gif cited June 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 67
mani manusia terdiri atas empat unsur, hewan tiga (suasana, api dan tanah),
tumbuh-tumbuhan dua (air dan tanah) serta dewa satu unsur, yaitu api. [7]
Suksma Sejati adalah aspek hidup yang dinamis, atas nama Suksma
Kawekas menciptakan empat unsur dasar: suasana, api, air, dan tanah.
Keempat unsur ini saling bereaksi dan karena dipimpin oleh suatu
perencanaan, maka terjadilah alam semesta.
Yang esensial di dalam manusia adalah Roh Suci dengan hubungan mutlak-
nya di dalam Tripurusa, sebagai hakikat hewan adalah Roh Suci saja, tanpa
hubungan mutlak di dalam Tripurusa; tumbuh-tumbuhan dan dewa tidak mem-
punyai Roh Suci sebagai esensi. Yang menjadi daya hidup tumbuh-tumbuhan
adalah daya hidup unsur-unsurnya sendiri, yaitu unsur air dan tanah. [8]
Dewa mempunyai kekuatan dan kekuasaan khusus karena kemayannya.
Dewa itu bersifat materi, seperti alat elektronik yang diberi isi tenaga listrik
(baterai) yang lambat laun berkurang sampai akhirnya menjadi kosong.
Badan/jasmaninya lalu kembali kepada unsur api di universum.
Semua yang bersifat unsur dalam berbagai bentuk, gerak dan
metamorfosanya dan segala sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari unsur
dianggap sebagai busana dari Hidup. [9] Jika salah satu bentuk hancur, maka
unsur-unsur pembentuknya kembali kepada keadaannya semula, untuk
kemudian membentuk wujud-wujud yang lain. Proses terus menerus ini, per-
kembangan dan kehancuran, menjadi ada dan musnah, dilahirkan dan mati,
tumbuh dan surutnya bentuk dan wujud, akan tetap ada selama Kehendak Suks-
ma Kawekas masih berlaku untuk membiarkan semua ini terus berlangsung. [10]
__________
[ 7]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 70-71 Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[ 8]. Sda. Bab Gumelaring Dumadi h. 67-70
[ 9]. Sda. Bab Gumelaring Dumadi h. 52-56
[10]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi h. 70-71. Tunggal Sabda h. 121, Sangkan Paran h. 187.
68 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mainan dari kayu dengan motif kuda yang berwarna putih, kuning, merah, dan hitam.
Foto 2.2.1 : Empat Ekor Kuda berwarna Putih, Kuning, Merah, dan Hitam
Keempat unsur suasana, api, air, dan tanah masing-masing mempunyai potensi sendiri-sendiri, yang menampakkan diri di dalam jasmani manusia sebagai suatu aktivitas atau nafsu. Keempat nafsu tersebut merupakan daya hidup yang berlain-lainan, dapat dipersatukan, namun sering berebut pengaruh.
Nafsu mutmainah (diibaratkan kekuatan kuda yang berwarna putih, White. Berasal dari unsur suasana) adalah dorongan ke arah perikemanusiaan, sosial dan suprasosial, cinta kasih kepada sesama makhluk. Nafsu amarah (kuda merah, Red) berasal dari unsur api yang menampakkan dirinya sebagai temperamen yang mudah marah, dalam kekuatan kehendak, kemauan dan keuletan menyelesaikan masalah. Nafsu sufiah (kuda kuning, Yellow,) berasal dari unsur air, mendorong keinginan, hasrat, cinta kasih dan tertarik kepada keindahan. Nafsu luamah (kuda warna hitam, Black) adalah nafsu dari tanah, berupa dorongan pemuasan seks, egoistik, keselamatan diri, puas diri, enggan memulai suatu gerakan atau tindakan. Ia hadir dalam sifat-sifat negatif lainnya seperti malas, loba, tamak, iri hati, dan mencari enaknya saja.
_________ http://4imgs.com/306/x/670110_FULL.jpg cited August 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 69
Keempat unsur tadi masing-masing mempunyai potensi sendiri-sendiri,
yang menyatakan diri di dalam jasmani manusia sebagai suatu aktivitas atau
nafsu (drive, passion, kekuatan, power). Karena itu ada empat daya hidup atau
Nafsu mempunyai aspek baiknya, yaitu jika dapat diatur untuk
kepentingan mutmainah, nafsu sosial dan suprasosial. Luamah
menampakkan diri dalam bentuk kekuatan jasmaniah, keuletan, dan
ketahanan terhadap penderitaan dan kekurangan, toleransi, dan
berdaya tampung yang besar, inilah sifat-sifat dari ibu bumi (tanah).
nafsu yang berlain-lainan. Nafsu adalah salah satu dari tiga sentra vitalitas di
dalam jiwa.
Nafsu suasana adalah dorongan ke arah perikemanusiaan, sosial dan
suprasosial, cinta kasih kepada sesama makhluk. Nafsu ini diberi nama
mutmainah (diibaratkan kekuatan kuda yang berwarna putih, White). Unsur api
mengandung nafsu yang disebut amarah (kuda merah, Red) yang menampakkan
dirinya sebagai temperamen yang mudah marah, dalam kekuatan kehendak,
kemauan dan keuletan menyelesaikan masalah. Unsur air memberi nafsu
keinginan, hasrat, cinta kasih dan tertarik kepada keindahan, nafsu ini bernama
sufiah (kuda kuning, Yellow,). Luamah (kuda warna hitam, Black) adalah nafsu
dari tanah, berupa dorongan egoistik, keselamatan diri, enggan memulai suatu
gerakan, tindakan. Ia menyatakan diri dalam sifat-sifat malas, loba, tamak, iri
hati, mencari enaknya saja, puas diri, dan nafsu sahwat.
Tetapi nafsu ini mempunyai juga segi-segi baiknya, yaitu jika ia tunduk
kepada dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan mutmainah, nafsu sosial dan
suprasosial. Dalam hal demikian, luamah menampakkan diri dalam bentuk
kekuatan jasmani, keuletan dan ketahanan terhadap penderitaan dan
kekurangan, toleransi dan berdaya tampung yang besar, semuanya itu adalah
sifat-sifat dari ibu bumi (tanah). [11].
__________
[11]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 52-61. Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
70 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Refleksi, Bayangan Bulan Purnama di Laut
Foto 2.2.2 : Bulan Sebagai Pusat Cahaya Yang Menerangi Keheningan Malam Bulan sebagai wakil matahari di malam hari dapat membentuk refleksi bayangannya di laut yang luas. Bulan memang ‘bertugas’ memantulkan cahaya matahari untuk belahan bumi yang gelap (malam hari). Bentuk refleksinya tergantung riak gelombang laut yang memantulkannya.
Angan-angan adalah refleksi (bayangan) Tripurusa sebagai inti yang imateri di dalam badan/jasmani halusnya manusia. Refleksi Tripurusa (TriAspect) di dalam selubung materi halus tersebut adalah daya intelektual manusia.
Tripurusa juga memiliki tiga aspek refleksi, yaitu: 1. Roh Suci memantulkan Ciptanya manusia. Cipta adalah pikiran atau fungsi membentuk bayangan dari angan-angan. 2. Suksma Sejati memantulkan nalar di dalam busana materi halus. Nalar atau pemikir adalah fungsi asosiatif. Kemampuan manusia untuk meng-asosiasi-kan berbagai bayangan pikiran menjadi satu rangkaian tertentu. 3. Suksma Kawekas merefleksikan pangerti ke dalam selubung materi halus manusia. Pangerti adalah kemampuan yang berfungsi menangkap arti, menangkap dan melihat keseluruhan, menilik, menembus ke dalam objek.
__________ http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRsnDMpdRSJC5N-uhdAKxS79qoXWb4hcsM55snTPOv24dKB3uFc cited August 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 71
Keempat unsur ini begitu bercampur-baur di dalam jasmani, sehingga tidak
dapat ditunjuk keadaan mereka masing-masing, jika terpisah dari yang lain-lain.
Namun demikian disebut juga tempat lokalisasi di mana terdapat konsentrasi
Angan-angan adalah refleksi (bayangan) yang ditimbulkan oleh berada-
nya Tripurusa di dalam badan/jasmani sebagai busana materinya.
Daya intelektual manusia adalah mencerminkan daya kekuasaan
Tripurusa di dalam selubung materi tersebut.
suatu unsur tertentu sehingga ia berdominasi di tempat itu. Umpamanya hawa
masuk dalam pernafasan, paru adalah tempat di mana paling banyak unsur
suasananya. Di dalam darah terdapat konsentrasi unsur api yang terbesar. Di
dalam sungsum terdapat banyak unsur air, sedangkan di dalam urat-daging unsur
tanahlah yang mempunyai perwakilan yang terbesar. [12]
Beradanya Tripurusa di dalam badan/jasmani sebagai busana materi,
menimbulkan refleksi (bayangan) dengan sebutan angan-angan. Refleksi
Tripurusa di dalam selubung materi ini adalah daya intelektual manusia. Refleksi
ini juga mempunyai tiga aspek, yaitu:
1. Cipta adalah pemantulan Roh Suci. Cipta adalah pikiran atau fungsi
memben-tuk bayangan dari angan-angan.
2. Nalar atau pemikir adalah fungsi asosiatif, yang mengasosiasikan
berbagai bayangan pikiran menjadi satu rangkaian. Kemampuan ini adalah akibat
pemantulan Suksma Sejati di dalam busana materi.
3. Pangerti, fungsi menangkap arti, menangkap dan melihat keseluruhan,
menilik, menembus ke dalam objek. Kemampuan ini bersumber kepada refleksi,
bayangan Suksma Kawekas. [13]
__________
[12]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi. h. 62.
[13]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi. h. 60-61.
72 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bima melawan naga berkepala tiga, metafor dari angan-angannya sendiri yang terdiri dari cipta, nalar, dan pangerti. (Ilustrator: Santoso Oetomo, Juli, 2011)
Gambar 2.2.2 : Bima ketemu Dewa Ruci Bima (Werkudoro) yang gagah perkasa itu, setelah mengalahkan Naga berkepala tiga (diferensiasi angan-angan) menyelam di dasar samudra (kesadarannya) “bertemu” dengan Bima Kecil (perhatikan kukunya), Dewa Ruci (dirinya sendiri yang abadi). Kisah dalam dunia pewayangan semakin seru ketika ia masuk melalui telinganya (“rahsa jati”).
__________ http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/werkudara-bertemu-dewaruci.jpg cited May 29, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 73
Kecuali itu, ketiga aspek itu berada secara kolektif di dalam refleksi
Tripurusa yang tidak berdeferensiasi, yaitu angan-angan dalam arti sempit, yang
bertempat di dekat jantung juga.[14] Angan-angan sebagai keseluruhan kadang-
Komunikasi manusia (mikrokosmos) dengan dunia luar (makrokosmos)
melalui pancaindra: penglihatan, pendengaran, pembau, perasa(an) dan
pengucap (bahasa), bukan pengecap, menurut Candra Jiwa Indonesia.
kadang digambarkan dengan lambang berupa seekor ular naga berkepala tiga.[15]
Tiga kepala ini menggambarkan tiga bentuk diferensiasi dari angan-angan. Tiga
refleksi Tripurusa ini masing-masing mempunyai tenaga gaib.
Tenaga gaib cipta adalah pangaribawa, dari nalar bernama prabawa dan
kemayan adalah hasil dari pengerti. Terutama kemayanlah yang mempunyai
tenaga magis. Ketiga aspek angan-angan ini tidak pernah bertindak sendiri-sendiri,
tetapi selalu simultan (bersama-sama pada waktu yang sama). [16]
Badan/jasmani secara keseluruhan berhubungan dengan dunia luar dengan
perantara pancaindra. Ada lima indra: penglihatan, pendengaran, pembau,
perasa(an), dan pengucap (bahasa). [17]
Yang disebut indra perasa(an) ialah rasa halus manusia, semacam organ
peraba yang tak tampak, dengan mana orang dapat meraba-raba perasaan dan
pikiran orang lain sampai sedalam-dalamnya dan dengan mana orang dapat
menerima atau menolak sesuatu. Dijelaskan, perasaan ini bertempat di hati. [18]
__________
[14]. Soenarto Mertowardojo R, Hardjoprakoso RT, Trihardono Soemodihardjo R: Sasangka Jati,
Repr.Jatop. 523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi. h. 60-61.
[15]. Yasadipura I: Dewa Ruci, diterbitkan oleh M. Ng. Kramaprawira dengan perantaraan Percetakan
Van Dorp. 1870, 1873, 1880.
[16]. Soenarto Mertowardojo R, Hardjoprakoso RT, Trihardono Soemodihardjo R: Sasangka Jati,
Repr.Jatop. 523/B. 1954 h. 62 Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[17]. Soenarto dkk. Bab Gumelaring Dumadi h. 52
[18]. Soenarto dkk. Bab Hasta Sila h. 19
74 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 2.2.4: Pengucap bukan Pengecap Selain indra-indra penglihatan, pendengaran, dan pembau, ada yang disebut indra perasa- (an) ialah rasa halus manusia. Organ peraba ini tidak tampak, tetapi dapat meraba-raba perasaan dan pikiran orang lain sampai sedalam-dalamnya. Orang dapat menerima atau menolak sesuatu tanpa pemikiran intelektual. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya (makrokosmos) di jembatani oleh indra Pengucap (bahasa). Pada indra-indra itu dibedakan bagian kasar dan bagian halusnya. Dalam kegiatan kita yang memerlukan kesadaran penuh, maka bagian yang kasar dipergunakan untuk pengamatan kita keluar. Selama orang tidur di dalam mimpi atau di dalam lamunan tanpa kesadaran maka bagian yang halus tetap bekerja.
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS ALAM SEMESTA
===============l Pancaindra l========================== [penglihatan, pendengar, pembau, perasa(an) dan ]
MIKROKOSMOS (Manusia seutuhnya)
Bumi 7 lapis (Materi Kasar-Raga,Fisik-Kimiawi)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Langit 7 lapis (Materi Halus-Jiwa, Rohani)
- - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
ALAM SEJATI (Pusat Imateri)
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 75
Pengucap sebagai jembatan antara dunia luar dan manusia merupakan juga
kemungkinan terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungannya dan
karena itu dimasukkan sebagai salah satu indra. Pada indra-indra itu dibedakan
Bumi sebutan lain dari soma (badan/jasmani kasar), tempat terseleng-
garanya proses-proses jasmaniah biasa (biologi, fisika-kimiawi) seperti
pergantian zat gizi, air, garam, sirkulasi darah, dan pernafasan. Langit,
sebutan lain dari psike (badan/jasmani halus), tempat terselenggara
mekanisme-mekanisme mental atau jiwa, dalam hal ini bukan rohaniah.
bagian kasar dan bagian halusnya. Bagian yang kasar biasa dipergunakan dalam
kehidupan kita yang sadar penuh, untuk pengamatan kita keluar. Bagian yang
halus tetap bekerja selama orang tidur di dalam mimpi atau di dalam lamunan. [19]
Badan/jasmani, materinya terdiri atas bagian materi kasar dan materi halus. [20] Di dalam badan/jasmani kasar (soma) yang disebut juga bumi, terselenggara
proses-proses jasmaniah biasa seperti pengambilan dan distribusi oksigen,
oksigenisasi jaringan, pergantian zat gizi, air, dan garam. Terdapat juga sirkulasi
darah, pernafasan, dan gerak motorik otot-otot tubuh. Di dalam badan/jasmani
halus (psike), yang disebut juga langit, terselenggara mekanisme-mekanisme
psikologi, mental, atau jiwa.
Kedua badan/jasmani ini, kasar dan halus, terjalin dengan eratnya. Kiranya
dapat dibandingkan dengan perumpamaan seperti hubungan air dengan uap di
atasnya. Pengaruhnya datang dari dan diterima oleh kedua belah pihak.
Bumi yang bermateri kasar dan langit yang bermateri halus masing-masing
terbagi atas tujuh saf, yang satu tidak terletak di samping yang lain, tetapi yang
satu merembes dan menembus yang lain. Ketujuh saf ini terjadi karena
perbedaan kepadatan materinya, yang disusun dalam tujuh konsentrasi. [21] Ma-
__________
[19]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-4-1949
[20]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. h. 52 Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[21]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 129 Bab Tunggal Sabda (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
76 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Tampak air laut yang disinari matahari dengan uap air yang jenuh di atasnya
Foto 2.2.3: Kontinuitas antara Air Laut dengan Uap Air di Atasnya Kabut adalah titik-titk air yang merupakan hasil kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terapung-apung di atmosfer dekat permukaan laut. Melalui suatu proses kondensasi, uap air dalam atmosfer akan berubah wujud menjadi cair atau padat menjadi titik-titik air atau bersublimasi menjadi kristal-kristal es. Titik-titik air dan kristal-kristal es yang berkumpul, melayang-layang di lapisan atmosfer yang tinggi disebut awan, namun disebut kabut bila melayang-layang di lapisan atmosfer dekat permukaan yang rendah, yaitu di atas laut atau di permukaan tanah.
Bumi (soma) yang bermateri kasar dan langit (psike) yang bermateri halus dapat diumpamakan berhubungan seperti air di lautan dengan uap air di atasnya. Masing-masing terbagi atas tujuh saf, yang satu tidak terletak di samping yang lain, tetapi yang satu merembes dan menembus yang lain. Ketujuh saf ini terjadi karena perbedaan kepadatan materinya, yang disusun dalam tujuh konsentrasi.
Manusia disebut juga sebagai jagad-kecil (hidup dengan busana kecil), dunia-kecil atau mikrokosmos, karena semua unsur materi (kasar dan halus), dan pusat imateri yang paling transendental) dengan Tripurusa diwakili di dalamnya (rohaniah, spiritual). Alam semesta, universum, Hidup dengan busana besar, disebut jagad besar atau makrokosmos, manusia termasuk di dalamnya.
__________ http://lh5.ggpht.com/_4gi2AEV7AIw/SlzUMV_3M8I/AAAAAAAAAIY/B4sVpYa4_Lo/kabutuap18.jpg cited December 12, 2011. http://kurnia-geografi.blogspot.com/2011/04/kabut.html cited December 12, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 77
sih ada satu lagi yang paling transendental yang disebut Candra Jiwa Indonesia
sebagai pusat imateri yang melengkapi sebutan manusia sebagai makhluk
rohaniah (spiritual).
Mikrokosmos (dunia kecil) adalah Hidup dengan busana kecil , yaitu
manusia dengan semua unsur materi dengan Tripurusa di pusatnya
(imateri). Makrokosmos, adalah alam semesta, universum. Makrokosmos
(alam semesta) adalah Hidup dengan busana besar.
Manusia disebut juga jagad-kecil, dunia-kecil atau mikrokosmos, karena
semua unsur materi dan juga Tripurusa diwakili di dalamnya. Alam semesta,
universum, Hidup dengan busana besar, disebut jagad besar atau makrokosmos. [22] Maka terlihatlah dalam struktur candra jiwa manusia Indonesia dengan
berbagai pusat vitalitas:
I. Yang imateri atau tidak terikat materi: Tripurusa, Triaspek terdiri atas; Suksma
Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci.
II. Yang materi atau terikat oleh materi:
1. Angan-angan: a. Cipta - Pangaribawa, b. Nalar – Prabawa, c. Pangerti –
Kemayan.
2. Nafsu-nafsu: a. Mutmainah, b. Amarah, c. Sufiah, d. Luamah.
3. Perasaan (rasa-pangrasa). Sentra/pusat vitalitas terikat materi yang ketiga
ini ialah rasa-pangrasa atau hidup-perasaan.
Nafsu, angan-angan dan perasaan adalah sebagai ’tiga makhluk’ yang berlain-
lainan, masing-masing berjuang dan bekerja untuk diri sendiri dan karena itu
dapat menimbulkan ketidakselarasan. [23]
__________
[22]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 129 Bab Gumelaring Dumadi h. 52 (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[23]. Tr. Soemodihardjo: Surat kepada Soemantri tentang ―memahami hidup‖ 1952
78 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 2.3.1: Sang Aku adalah Pimpinan Mental (Jiwa) Manusia Refleksi Tripurusa di dalam badan/jasmani sebagai angan-angan. Sang Aku manusia adalah kristalisasi dari angan-angan dan secara potensial adalah pimpinan atas rasa-pangrasa atau perasaan dan nafsu-nafsu. Kesadaran pribadi yang mengandung rasa puas itu adalah manifestasi terbentuknya hubungan erat ketiganya di dalam batin.
Sifat utama angan-angan adalah kedaulatan (walaupun terbatas) dan angan-angan selalu berhubungan dengan pangrasa (perasaan). Angan-angan merealisasikan potensi tertentu karena ikatannya dengan nafsu dan alat-alat pelaksana jasmani.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
(FISIK)
Angan-angan,
Perasaan, Nafsu-nafsu
HIDUP SEJATI Pusat Imateri
(SPIRITUAL)
(MENTAL)
[Aku]
Materi Kasar
Materi Halus
MAKROKOSMOS
--------------------l Rahsa Jati l-------------------- Rahsa Jati
ǁǁǁǁǁ
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 79
2.3 FUNGSI JIWA
Selama perkembangan soma, somatik, badan/jasmani manusia, kita
melihat berbagai pusat/sentra vitalitas berdiferensiasi, masing-masing dengan
Pusat imateri yang hakiki, adalah Tripurusa menurut Candra Jiwa
Indonesia. Manusia menjadi sadar bahwa ia hidup karena Sumber
Hidup melalui Utusan-Nya menyisipkan Hidup di dalam diri manusia.
daerah kerjanya sendiri. Tripurusa adalah pusat imateri yang hakiki, menurut
candra jiwa manusia Indonesia, adalah yang menyisipkan Hidup di dalam
manusia dan yang menyebabkan manusia sadar bahwa ia hidup. Selanjutnya, ada
angan-angan yang terjadi karena refleksi Tripurusa di dalam badan/jasmani.
Angan-angan ini membentuk sang Aku manusia dan potensial memegang
pimpinan atas rasa-pangrasa atau disingkat pangrasa dan nafsu-nafsu. [1]
Sifat utama angan-angan adalah kedaulatan (walaupun terbatas) dan
angan-angan selalu berhubungan dengan pangrasa. Angan-angan merealisasikan
potensi tertentu karena ikatannya dengan nafsu dan alat-alat pelaksana jasmani.
Angan-angan adalah pendukung dan pemegang kesadaran pribadi.
Karena ikatan yang erat antara angan-angan dengan perasaan dan nafsu-
nafsu [pemuas], maka kesadaran pribadi ini mengandung rasa puas (lust). Karena
itu sadar pribadi menutupi kesadaran Tripurusa dan menyebabkan kesadaran
Tripurusa ini menjadi tersilam atau latent. Karena Suksma Kawekas itu adalah
bentuk asal dari semua Hidup, maka kesadaran yang ada pada Tripurusa adalah
sesuatu yang kolektif, yaitu kesadaran yang kolektif.
__________
[1]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 62.
80 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 2.3.2: Sadar Pribadi Menyelimuti Sadar Kolektif Angan-angan adalah pendukung dan pemegang sadar pribadi. Karena ikatan yang erat antara angan-angan dengan perasaan dan nafsu-nafsu, maka sadar pribadi ini mengandung rasa puas (lust). Karena itu sadar pribadi menutupi kesadaran Tripurusa dan menyebabkan kesadaran Tripurusa ini menjadi tersilam atau latent. Sebaliknya, Suksma Kawekas itu adalah bentuk asal dari semua Hidup, maka kesadaran yang ada pada Tripurusa adalah kesadaran kolektif yang meliputi mikro dan makrokosmos sampai tak terbayangkan. Dengan upaya introspeksi yang sungguh-sungguh manusia berpotensi mengenal jati dirinya kembali, menerima anugerah intuisi, dan menyelesaikan evolusi egonya dalam peristiwa Pamudaran.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
FISIK
Dimensi-2
MENTAL Dimensi-3
TRIPURUSA
SPIRITUAL Dimensi-4
MIKROKOSMOS
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
ǁǁǁǁǁ
ǁ
SSSaaadddaaarrr
KKKooollleeekkktttiiifff
SSSaaadddaaarrr PPPrrriiibbbaaadddiii
MAKROKOSMOS Manusia, Dewa, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, dan Mineral
Dimensi-1
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 81
Hidup itu ada di mana-mana, baik mikro atau makrokosmos. Ada kesatuan
dan keseluruhan, unitas dan totalitas. Karena Aku manusia itu terbatas oleh dan
terbatas pada dirinya sendiri, yaitu oleh individualitasnya, maka manusia tidak
Karena Suksma Kawekas itu adalah bentuk asal, sumber dari semua
Hidup, maka kesadaran yang ada pada Tripurusa adalah sadar
kolektif. Suksma Sejati, sadar kolektif dinamis utusan abadi Suksma
Kawekas, sadar kolektif statis. Suksma Sejati adalah yang menyisipkan
hidupnya Roh Suci, sang pemilik sadar terbatas, sang Aku-imateri.
mengalami totalitas itu. Kedaulatan Aku menjauhkan diri, memisahkan diri dari
kesatuan dan keseluruhan yang lebih tinggi itu.
Menerima kesatuan dan keseluruhan yang lebih tinggi berarti menem--
patkan kedaulatannya sendiri di bawahnya. Karena individualitasnya timbullah
pemisahan, dan karena itu seakan-akan dibuang dari Hidup dalam bentuk asalnya.
Di dalam pembuangan ini sang Aku mempunyai fungsi pimpinan sentral terhadap
perasaan, nafsu dan alat-alat pelaksana. Angan-angan mendorong aktivitas nafsu
dan mampu mengalirkan aktivitas itu melalui jalan-jalan tertentu.
Keluar, sang Aku mewakili seluruh jasmani dan bertanggung jawab juga
atas aktivitas perasaan. Tetapi menurut struktur jiwa, sang Aku hanya dibentuk
oleh angan-angan. Sang Aku meliputi perasaan dan nafsu-nafsu sebagai selubung.
Bagian-bagian yang membentuk angan-angan: cipta, nalar, dan pangerti,
beserta keempat kekuatan nafsu: luamah, sufiah, amarah, dan mutmainah,
disebut kekuatan-kekuatan saudara sang Aku. [2] Jadi ada tujuh kekuatan saudara,
saudara-tujuh. Kekuatan-kekuatan ini menjadi satu kekuatan yang terintegrasi.
Penggabungan ini biasanya tidak total, karena itu ketujuh saudara itu masing-
masing masih mempunyai kebebasan bergerak terhadap yang sudah tergabung.
__________
[2]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus 1949.
82 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 2.3.1: Bayu Sejati adalah Totalitas Integrasi Tujuh Saudara Kekuatan yang terintegrasi tujuh-saudara sang Aku dibentuk oleh potensi angan-angan: cipta, nalar, dan pangerti, beserta keempat kekuatan nafsu: luamah, sufiah, amarah dan mutmainah. Penggabungan ini biasanya tidak total, karena itu ketujuh saudara itu masing-masing masih mempunyai kebebasan bergerak terhadap yang sudah tergabung. Kalau penggabungan ini total, maka tenaga totalnya disebut Bayu Sejati dan dia ini dapat menge-luarkan kemampuan-kemampuan supranatural. Hanya ada dua kemungkinan manusia meletakkan titik berat kesadaran hidupnya, perta-ma terletak di dalam pusat imateri, yaitu Tripurusa dan kedua di dalam badan/jasmani. Titik berat kesadaran tersebut di dalam badan/jasmani halus (psike) dapat terletak pada ke-mampuan-kemampuan intelektual (angan-angan), atau pada kualitas-kualitas perasaan (pangrasa) atau pada daya-daya keinginan-kemauannya (nafsu-nafsu).
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam Semesta dan Seisinya
==============l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Manusia seutuhnya
Fisik Jasmani Kasar, Fisik-Kimiawi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental Jasmani Halus, jiwa, batin
Tujuh-saudara (Bayu Sejati) Angan-angan: 1cipta, 2nalar dan 3pangerti Nafsu-nafsu: 4luwamah, 5sufiah, 6amarah, dan 7mutmainah
- - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: 3.Roh Suci, 2.Suksma Sejati, 1.Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati (Pusat Imateri)
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 83
Kalau penggabungan ini total, maka tenaga totalnya disebut Bayu Sejati. [3]
Dia ini dapat mengeluarkan kemampuan-kemampuan supranatural seperti dapat
melihat hal-hal yang tersembunyi dan yang belum terjadi, pandai mengobati, tele-
Ekstraversi sang Aku mewakili seluruh jasmani dan bertanggung jawab
atas aktivitas perasaan dan nafu-nafsu. Sesuai dengan struktur jiwa,
sang Aku hanya dibentuk oleh angan-angan dan merupakan kristalisasi-
nya. Akhirnya, sang Aku menyelubungi seluruh perasaan, nafsu-nafsu,
dan pusat hidup imateri (Tripurusa).
pati, dan sebagainya. Dengan Bayu Sejati orang dapat umpamanya, menemukan
tanpa ragu-ragu barang-barang yang hilang, dengan mata tertutup menjalankan
mobil di jalan yang ramai, dan menarikan tarian yang belum pernah dilihat sebe-
lumnya.
Bayu Sejati dapat diaktifkan menurut kehendak. Tetapi penggabungan
kekuatannya terikat pada syarat-syarat tertentu. (periksa bab: Tentang
Kesadaran Aku). Di dalam keadaan Bayu Sejati kesadaran tetap utuh sepenuhnya.
Ada ikatan yang mengintegrasikan antara Tripurusa, angan-angan, perasaan
dan nafsu. Mengingat kenyataan bahwa keempatnya itu dapat dipandang
sebagai pusat-pusat vitalitas dari manusia, maka yang menjadi soal adalah di
mana orang-orang itu meletakkan titik berat hidupnya. Pada Tripurusa, pada
angan-angan, pada perasaan atau pada nafsu-nafsu.
Sesungguhnya hanya ada dua kemungkinan, pertama titik berat itu terletak
di dalam pusat imateri, yaitu Tripurusa. Kedua di dalam badan/jasmani, dapat
terletak pada angan-angan (daya-daya intelektual), atau pada perasaan (kualitas-
kualitas perasaan) atau pada nafsu-nafsu (daya-daya keinginan). Bagaimanakah
terselenggaranya kerja sama antara angan-angan, perasaan, dan nafsu?
__________
[3]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 60 .
84 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 2.3.3: Titik Berat Polaritas Hidup Ada ikatan yang mengintegrasikan antara Tripurusa, angan-angan, perasaan dan nafsu. Mengingat kenyataan bahwa keempatnya itu dapat dipandang sebagai pusat/sentra vitalitas dari manusia, maka orang-orang itu dapat meletakkan titikberat hidupnya pada Tripurusa, angan-angan, perasaan, atau pada nafsu-nafsu.
Perhatikan di mana polaritas hidup diletakkan, pertama titik berat itu itu terletak di dalam pusat imateri, yaitu Tripurusa. Kedua di dalam badan/jasmani, materi halus. Nafsu sebagai daya dorong yang tak-sadar merupakan daya pendorongnya atau motor yang menggerakkan angan-angan dan perasaan. Angan-angan dan perasaan adalah peralatan yang terletak pada dataran sadar. ________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
(FISIK)
Angan-angan, Perasaan, Nafsu-nafsu
DTRIPURUSA Sadar Kolektif
(SPIRITUAL)
Sadar Pribadi
(MENTAL)
Asadar
Biologis
MAKROKOSMOS Asadar Kolektif
--------------------l Rahsa Jati l-------------------- Rahsa Jati
ǁǁǁǁǁ
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 85
Nafsu sebagai dorongan tak sadar merupakan daya pendorong atau motor
yang menggerakkan angan-angan dan perasaan. Angan-angan dan perasaan
adalah peralatan yang terletak di bidang sadar. Nafsu luamah dan mutmainah
Awalnya nafsu luamah memberdayakan egosentripetal. Sufiah melepas-
kan nafsu keinginan untuk bergabung. Amarah diaktifkan keinginan
untuk memberdayakan kemauan atau daya keuletan usaha supaya
keinginan itu tercapai. Hasil kerja luamah, sufiah, dan amarah ini menu-
ju ke angan-angan. Ciptalah pembentuk bayangan akhir yang diingini.
berlawanan polaritasnya. [4] Luamah adalah nafsu yang egosentripetal, mutmai-
nah egosentrifugal. [5] Sufiah dan amarah dapat dianggap sebagai nafsu-nafsu
pembantu.
Mula-mula luamah mengeluarkan nafsu egosentripetal. Sufiah menyambut
dengan melepaskan nafsu keinginan untuk digabungkan dengan nafsu yang
pertama. Keinginan ini mengaktifkan amarah, yang lalu membantu keinginan itu
dengan menghasilkan daya kemauan atau daya keuletan usaha untuk mencapai
keinginan itu tadi. Kombinasi hasil kerja luamah, sufiah, dan amarah ini
diteruskan kepada angan-angan.
Cipta lalu membentuk bayangan dari apa yang diingini. Nalar
mengasosiasikan bayangan itu dengan bayangan-bayangan lain yang tersedia dan
atau dengan hasil pengamatan pada waktu itu juga. Karena itu pangerti
mendapat pandangan yang menyeluruh tentang apa yang diingini. Karena pe-
__________
[4]. Catatan penterjemah. Berlawanan polarisasi seperti keberadaan kutup positif dan negatif dengan ciri-
ciri: a. Adanya yang satu disebabkan adanya yang lain. b. Walaupun kedua kutub itu berlawanan,
keduanya itu bersama-sama merupakan satu kesatuan.
[5]. Sentripetal= gerak menuju pusat, sentrifugal= gerak menjauh dari pusat. Egosentri-petal= (nafsu)
yang menuju ke arah pemuasan kepentingan dan kesenangan diri sendiri. Egosentrifugal= (nafsu) yang
menuju kepada pemuasan kepentingan dan kesenangan bukan akunya sendiri, untuk kepentingan orang
lain, masyarakat dan Tuhan.
86 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Ilustrator: Santoso Oetomo, 2011
Gambar 2.3.1: Kereta Kencana dengan Empat Ekor Kudanya Nafsu-nafsu sebagai daya dorong, motor atau daya tarik dapat digambarkan sebagai kekuatan (power) empat ekor kuda yang harus dikendalikan oleh Saisnya (angan-angan). Sais yang bijak akan mendengarkan arahan dari Roh Sucinya (akunya yang abadi, bagian dari Tripurusa) sebagai penumpang agar tidak tersesat di jalan simpangan. Matahari dan sinarnya melambangkan Suksma Kawekas dan Suksma Sejati. Secara ideal, Kuda putih (mutmainah) sebagai kuda penjuru dan kuda kuning harus dipasang di baris depan. Baris belakang barulah dipasang kuda hitam atau violet tua (luamah) dan kuda merah (amarah). Suatu ilustrasi manusia ideal yang menampakkan pola hidup sehari-hari dengan berperilaku budi luhur. Integrasi awal antara kuda putih dan kuda kuning (asmara sufi-laya) sangat dibutuhkan untuk harmonisasi dan integrasi penuh kekuatan empat ekor kuda, karena integrasi dua kuda baris depan itu bersifat egosentrifugal; mendorong ke perbuatan-perbuatan sosial dan supra sosial.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 87
ngertian yang telah tercapai oleh pangerti ini, maka bayangan tentang yang dii-
ngini itu lebih dipertajam lagi.
Mutmainah memerlukan sufiah untuk bermanifestasi keluar. Kombinasi
mutmainah dan sufiah mendorong keinginan pada kemurahan dan
kebaikan hati, keluhuran budi, serta berbakti kepada sumber dan asal
mula hidup, jadi mendorong ke arah perbuatan sosial dan suprasosial.
Angan-angan menggerakkan alat-alat indra agar lebih waspada,
merangsang nafsu lagi untuk lebih memperkuat lagi keinginannya dan memo-
bilisasi alat-alat pelaksana; dengan demikian tercapailah apa yang diingini. [6]
Yang diingini itu tidak perlu berupa barang. Dapat juga sesuatu yang abstrak,
umpamanya kedudukan, tingkat pendidikan atau kemajuan tertentu dan sebagai-
nya.
Mutmainah juga tidak dapat berkembang tanpa sufiah. Kombinasi
mutmainah dan sufiah merangsang keinginan pada kemurahan dan kebaikan hati,
keluhuran budi, cinta kepada sesama manusia, jadi mendorong ke arah
perbuatan sosial dan suprasosial. [7] Sesudah itu berlangsung prosedur yang sama
dengan angan-angan, pancaindra dan alat-alat pelaksana.
Jika mutmainah yang bersifat sosial dan suprasosial itu mendominasi,
luamah lalu tidak menjadi pengambil inisiatif dan berkuasa seperti raja, tetapi lalu
menjadi hamba yang taat, sedangkan sifatnya yang egosentripetal itu berubah
menjadi kekuatan jasmani, daya tahan terhadap kekuatan, penderitaan, dan
toleransi. [8] Jadi ada kemungkinan konversi [9] pada luamah (polaritas berubah
netral), berbeda dengan mutmainah yang tidak mempunyai kemungkinan ini
(selamanya berpolaritas positif).
__________
[6]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-6-1949.
[7]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 62, 63 .
[8]. Idem.
[9]. Catatan penterjemah. Konversi= perubahan, penggantian, biasa dikatakan tentang hutang negara yang
diubah/ diganti suku bunganya.
88 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Studi bangunan mimpi dan konstruksi gejala-gejala neurosis (Candra Jiwa Freud)
Gambar 2.3.2 : Fenomena Gunung Es pada Kesadaran Manusia Menurut Freud
Hanya sebagian kecil, kira-kira sepersepuluh dari seluruh jiwa manusia dalam keadaan sadar. Sisanya terletak pada bidang prasadar dan asadar. Ego dan Superego berhubungan dengan bidang sadar dan hanya Id yang menempati bidang asadar tanpa bersentuhan dengan bidang sadar.
Jika keinginan tercapai, badan/jasmani mengalami rasa positif. Jika yang diingini hilang, rusak atau mati, atau tidak tercapai, maka perasaan itu menjadi negatif. Dalam hal demikian, maka keinginan yang tidak tercapai beserta bayangan-bayangan yang bertalian dengan itu disimpan dalam angan-angan dalam arti sempit.
Angan-angan dalam arti sempit yang penuh sesak menyebabkan keadaan sakit (depresi, neurosis, dan penyakit psikosomatik lainnya) atau menyebabkan angan-angan yang mem-bongkar sendiri muatan-muatannya melalui ucapan, gerak-gerak tangan waktu bicara dan impian-impian. Angan-angan yang penuh sesak dapat dibongkar tanpa akibat-akibat yang merugikan melalui sikap menerima/tawakal.
__________ http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSQNLNwZt7ek5fFSybmH_J6VAhjWt0TRcqhc9ivEMtKgsYjpe4f7Q cited August 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 89
Angan-angan yang mengumpulkan pengetahuan dari dunia luar melalui
pancaindra, berkewajiban mengatur nafsu sedemikian rupa sehingga terpelihara
hubungan dan sikap yang baik terhadap dunia luar. Manusia harus menyesuaikan
Bila mutmainah mendominasi, luamah gagal menjadi penentu keputusan
agar berkuasa seperti raja, ia berubah menjadi hamba yang taat, sifat-
nya yang egosentripetal itu berubah menjadi kekuatan jasmani, daya
tahan terhadap kekuatan, penderitaan, dan toleransi. Kemungkinan
konversi dimiliki luamah dan tidak dimiliki oleh nafsu mutmainah.
diri dengan dunia luar dan karena itu ia harus menyalurkan nafsu-nafsunya mela-
lui jalan-jalan tertentu. Pembatasnya adalah adat-kebiasaan, etika, dan hukum
yang ada di masyarakat tersebut.
Jika keinginan tercapai, badan/jasmani mengalami rasa positif. Jika yang
diingini hilang, rusak atau mati, atau tidak tercapai, maka perasaan itu menjadi
negatif. Dalam hal demikian, maka keinginan yang tidak tercapai beserta
bayangan-bayangan yang bertalian dengan itu disimpan dalam angan-angan
dalam arti sempit. [10]
Angan-angan dalam arti sempit yang penuh sesak menyebabkan keadaan
sakit seperti depresi, neurosis, dan penyakit psikosomatik lainnya. Hal ini
menyebabkan angan-angannya sendiri yang membongkar muatan-muatannya
melalui ucapan, gerak-gerak tangan waktu bicara dan impian-impian. Angan-
angan yang penuh sesak dapat dibongkar tanpa akibat-akibat yang merugikan
melalui sikap menerima dan tawakal. [11]
Impian di dalam candra jiwa manusia Indonesia ini dipandang sebagai
meluapnya angan-angan yang terlalu penuh. Hanya bagian yang sangat kecil saja
dari jumlah impian yang mengandung perlambang tentang apa yang akan dialami
oleh orang yang bermimpi dalam waktu dekat. [12] Tentang impian semacam ini,
__________
[10]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-8-1949.
[11]. Idem.
[12]. Idem.
90 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Manusia senantiasa bermimpi, mengandung perlambang yang bersifat pribadi
Gambar 2.3.3 : Mimpi juga Perlambang dalam Arti Pribadi Candra jiwa manusia Indonesia ini memandang impian sebagai tumpahnya angan-angan yang terlalu penuh. Kira-kira hanya seperseratus saja dari jumlah impian yang mengan-dung perlambang tentang apa yang sungguh-sungguh akan terjadi dalam waktu dekat. Tentang impian semacam ini, dapat dikatakan istimewa karena dapat berupa pencerahan dari pusat imateri yang salah satunya adalah mengetahui tentang sesuatu yang akan terjadi dan lainnya adalah memecahkan persoalan-persoalan besar di masyarakat.
Apa dan bagaimana arti impian semacam itu, potensial hanya orang yang bermimpi itu sendiri yang mengetahuinya. Sebab impian itu memiliki makna yang khas dengan arti sangat pribadi. Hanya ahli budi, psikolog dan psikiater terlatih yang dapat menunjukkan artinya.
__________ http://www.jeffjonesillustration.com/images/illustration/00003-dream-factory.jpg cited August 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 91
bahasa Belanda mempergunakan istilah prophetis (propheet= nabi), sedang Jung
mempergunakan istilah vorfulend (merasa sebelumnya). [13]
Aktivitas sang Aku (asli) menutupi eksistensi Tripurusanya sehingga
menjadi latent. Sang Aku merasa berkuasa atas fisiknya dan mengang-
gap dirinya sebagai raja. Kalau nafsu sebagai daya dorong itu kuat dan
angan-angan lemah sebagai pimpinan, maka angan-angan akan menye-
suaikan diri dengan nafsu-nafsu. Nafsu luamah-sufiah menjadi dominan.
Sebenarnya apakah arti impian semacam itu, potensial hanya orang yang
bermimpi itu sendiri yang mengetahuinya, karena impian itu mempunyai lam-
bang dengan arti pribadi. Hanya ahli budi yang dapat menunjukkan artinya. [14]
Seperti telah dikatakan, aktivitas sang Aku yang asli (autochtoon) menutupi
keadaan Tripurusa-nya sehingga menjadi latent. Sang Aku merasa dirinya
menguasai badan/jasmani dan menganggap dirinya sebagai raja. Kalau nafsu
sebagai pendorong itu kuat adanya, sedangkan angan-angan lemah dalam
memegang pimpinan, maka angan-angan akan menyesuaikan diri dengan nafsu-
nafsu. Dalam hal ini kombinasi luamah-sufiah menguasai angan-angan, [15] ini
berarti bahwa hasrat-hasrat dan keinginan-keinginan egosentripetal merajelela di
dalam manusia.
Bila reaksi manusia terhadap dunia luar diwarnai hegemoni nafsu, maka
tampaknya manusia itu mengedepankan sifat-sifat nafsunya. Jika angan-angan
yang mendominasinya, maka manusia itu mengedepankan daya-daya
intelektualnya. Jika perasaan yang mendominasinya, maka dia adalah seorang
perasa.
__________
[13]. C.G. Jung. Socenprobleme der Gegenwart Rascher & Cie AG Verlag
Zurich ha. 99.
[14]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-6-1949.
[15]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 64.
92 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 2.3.4: Pintu Gerbang (TheGate), Rahsa Jati Jika angan-angan terarah kepada Tripurusa, maka pemilihan bayangan, asosiasi dan pengertiannya selaras dengan Tripurusa. Maka dari Aku timbullah Aku yang lebih luhur, cipta yang lebih luhur, nalar yang lebih luhur, dan pangerti yang lebih luhur.
Dengan jalan inilah titik berat hidup manusia memindahkan diri ke Rahsa Jati, ”G” (TheGate), atau ambang kesadaran sejati Tripurusa. Tempat di mana kita mengalami perasaan yang terdalam dan terhalus sehingga terasa tempat itu sebagai pintu gerbang (TheGate, Rahsa Jati) untuk masuk ke alam prinsip imateri (Immaterial Centre, Pusat Imateri, Alam Sejati), menuju akhir dari perjalanan hidup manusia.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
BODY
Dimensi-2
MIND
Dimensi-3
Tripurusa
SOUL Dimensi-4
MIKROKOSMOS
[[[AAAkkkuuu]]]
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
ǁǁǁǁǁ
PPPuuusssaaattt
IIImmmaaattteeerrriii
AAAkkkuuu LLLuuuhhhuuurrr |G|
MAKROKOSMOS Manusia, Dewa, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, dan Mineral
Dimensi-1
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 93
Jika mutmainah lebih kuat dari luamah, maka sang Aku mempunyai sikap
sosial-suprasosial. [16] Dalam sikap demikian ini sang Aku berperilaku seperti hati
nuraninya, yang di dalam candra jiwa manusia Indonesia dianggap terdiri atas se-
Jika terlihat penampilan orang dengan hegemoni nafsu, pasti manusia
itu menonjolkan sifat-sifat nafsunya. Jika titik beratnya pada angan-
angan maka daya-daya intelektualnya mengemuka. Jika perasaan yang
mendominasinya dikedepankan, maka ia menjadi seorang perasa
mua pengalaman phylogenetik dan ontogenetik manusia, [17] di mana mutmai-
nah mempunyai saham yang besar. Karena sifatnya yang sosial dan suprasosial,
sang Aku dapat dengan mudah mengarahkan diri kepada Tripurusa, pusat imate-
rinya.
Jika angan-angan terarah kepada Tripurusa, maka pemilihan bayangan,
asosiasi dan pengertiannya selaras dengan Tripurusa. Maka timbullah Aku yang
lebih luhur, cipta yang lebih luhur, nalar yang lebih luhur, dan pangerti yang lebih
luhur. [18] Dengan jalan inilah titik berat hidup manusia memindahkan diri ke
Rahsa Jati, TheGate, atau ambang kesadaran sejati Tripurusa.
Di manakah Rahsa Jati ini? ”Jika orang khusuk dengan rasa bahwa hidup,
yang berada di setiap makhluk hidup, memanifestasikan diri kepadanya, maka ia
akan dapat menunjukkan di mana letaknya Rahsa Jati itu”. [19] Suasana bahagia
dan penuh harmoni di ”pintu gerbang” yang menjamin kontinuitas materi halus
dan imateri ini merupakan kenangan yang istimewa.
__________
[16]. Catatan: sikap suprasosial adalah berbakti kepada Tripurusa.
[17]. Catatan: pengalaman phylogenetik= pengalaman seseorang selama perkembangannya sejak dalam
kandungan atau sejak lahir. Pengalaman ontogenetik= pengalaman umat manusia seluruhnya selama
perkembangannya, sejak adanya hingga sekarang.
[18]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. H. 65
[19]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-6-1949.
94 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar 3.1.1: Sang Kresna dalam Manajemen Perang Bharatayudha Sang Kresna adalah sais kereta perang Arjuna (ksatria ke-3 dari Pandawa Lima) dalam perang Bharatayudha melawan Adipati Karna dari Korawa. Sebagai simbol kebijaksanaan Kresna juga ikut dalam manajemen seluruh peperangan atas permintaan otoritas di atasnya yaitu Batara Guru. Bagaimana Kresna mengatur agar Antasena dan Antareja dari pihak Pandawa tidak ikut berperang, karena kesaktiannya mereka berdua mampu menghabiskan Korawa dalam sekejap mata. Begitu juga peranannya dalam “mengumpankan” Gatotkaca agar satu-satunya senjata adidaya, konon mampu menghancurkan dunia Kunta Wijaya Danu milik Adipati Karno terpaksa dilepaskan bukan untuk sasaran yang sesungguhnya yaitu tokoh Arjuna. Sang Aku adalah kusir (sais, manajer kereta jiwa) yang mengendalikan ke-empat nafsu manusia agar berjalan di jalan keutamaan yang berakhir di kesejahteraan, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan kelak kembali ke asal mula hidup.
__________ http://intansliw.files.wordpress.com/2010/08/19566_253678488735_171041283735_3403470_3721207_n.jpg cited July 2, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 95
BAB III
Manajemen Mental
3.1 PENDAHULUAN
Tujuan hidup menurut Candra Jiwa Indonesia adalah upaya menemukan
jalan pamudaran. Adanya kemajuan dalam perkembangan jiwa manusia
Reedukasi ketiga sentra vitalitas jiwa melalui introversi (Trisila) dan
ekstraversi (Pancasila) untuk membuka perspektif baru (Pamudaran)
sebagai tujuan akhir evolusi egonya manusia.
tampak dari adanya gerak sang aku dengan sadar pribadinya (mental), yang
menuju ke alam sejati, sebagai pusat imateri manusia (spiritual), ke sadar kolektif
itu sendiri. Mau menerima Pencerahan-Nya dan dilanjutkan dengan pelatihan
introversi dan ekstraversi, yaitu melaksanakan Trisila, Pancasila dan menjauhi
Pemali berpotensi melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan apapun.
Perkembangan jasmani mulai dari janin, anak, dewasa sampai ajal tiba,
mendorong pergeseran dari keadaan penuh kenikmatan menuju yang tanpa
kenikmatan. Dengan sendirinya sang aku harus melepaskan sedikit demi sedikit
kenikmatannya, kejadian ini dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan.
Melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan adalah pencapaian pamudaran
skala kecil dari suatu faset pada dirinya sendiri. Pencapaian tersebut secara
ontogenik berarti meninggalkan fase yang nikmat yaitu suatu bentuk keterikatan
duniawi, sekaligus sebagai upaya menghilangkan neurosis.
Manajemen mental menghadapi kontroversi besar di dalam jiwa,
menyangkut dua hal yang penting Pertama, harus menerima suatu perspektif
baru seperti menerima keadaan di surga yang kekal yang berada di posisi tertentu.
Kedua, harus melepaskan tahap yang penuh kenikmatan. Pelaksanaannya adalah
reedukasi dari seluruh sentra vitalitas jiwa dengan sikap-sikap unggulan Trisila
(introversi, introspeksi, suprasosial), Pancasila (ekstraversi, sosial), dan menjauhi
Pemali (larangan Tuhan). Fokus pada kepercayaan kepada-Nya dan kejujuran se-
96 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar 3.2.1: Janin di dalam Kandungan Ibu Tali pusat (umbilical cord) tampak menghubungkan janin dengan ibunya di dalam rahim sekaligus menunjukkan suatu bentuk keterikatan mutlak kepada badan/jasmaninya. Sesungguhnya bayi masih dalam keadaan nikmat yang maksimal. Merujuk adanya gejolak perubahan yang terjadi pada peristiwa psikis seseorang dengan keinginan, perasaan dan nafsu-nafsunya, maka sadar kolektif berada di atas perubahan-perubahan psikis, suatu keadaan yang tidak berubah dan bersifat kekal.
Pengalaman psikisnya tidak mengenal keadaan yang abadi dan perdamaian yang absolut. Digambarkan janin tersebut seperti di surga, maka keadaan sadar kolektif juga dapat disebut seperti dalam surga. Perhatikan, tingkat kesadarannya yang berbeda, yang satu asadar, yang lainnya sadar, yang satu nikmat, yang lain tanpa kenikmatan.
__________ http://www.reshealth.org/images/greystone/em_0259.gif cited August 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 97
bagai aspek terpenting manajemen mental artinya mengembangkan kasih sayang,
mengendalikan nafsu buruk dengan tapabrata, dan mempertahankan serta
memelihara keadaan yang bebas neurosis.
Tujuan asli menurut Candra Jiwa Indonesia bagi Soenarto dan dua orang
rekan dekatnya adalah upaya menemukan jalan pamudaran. Adanya
kemajuan dalam perkembangan jiwa manusia tampak dari adanya
gerak di antara asadar kolektif dan sadar kolektif, yang menuju ke alam
sejati, sebagai pusat imateri manusia, ya ke sadar kolektif itu sendiri.
3.2 PROSES PERKEMBANGAN
Upaya menemukan jalan pamudaran adalah tujuan asli dari Candra Jiwa
Indonesia bagi Soenarto dan dua orang pembantunya. Oleh karena itu, di dalam
menjalani proses tersebut mengandung penyesuaian secara aktif berupa
penerimaan adanya kemajuan dalam perkembangan mental manusia. Perkem-
bangan jiwa manusia tersebut menunjukkan adanya gerak di antara asadar
kolektif dan sadar kolektif, atau di antara keterikatan secara absolut kepada
badan/jasmani dan keadaan terlepasnya secara absolut dari badan/jasmani.
Janin di dalam rahim seorang ibu menunjukkan keterikatan mutlak kepada
badan/jasmani, yang dihubungkan oleh tali pusat. Karena bayi masih dalam
keadaan nikmat yang maksimal, [1] maka secara psikis belum dibicarakan
mengenai lepasnya janin dari badan ibu. Berbeda dengan perubahan demi
perubahan yang terjadi pada peristiwa psikis seseorang dengan keinginan,
perasaan dan nafsu-nafsunya, [2] maka sadar kolektif adalah keadaan yang tidak
berubah yang bersifat kekal dan berada di atas perubahan-perubahan psikis.
__________
[1]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 58.
[2]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 169.
98 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Tangisan pertama begitu ia dilahirkan melalui pertolongan seorang dokter
Foto 3.2.1: Tangis Bayi Pertama kali Begitu lahir ke dunia jabang bayi terkejut karena terasa beda lingkungan, keharusan bernafas sendiri, dan adanya kebebasan bergerak secara alamiah menangislah ia sekuat-kuatnya .
Begitu janin dilahirkan, maka surga jasmani telah ditinggalkan untuk selama-lamanya, sekarang sang aku berada pada posisi terdesak yang tidak mungkin kembali lagi ke surganya. Oleh karena itu ia menangis, kaget merasakan perubahan alamiah di dalam dan di luar dirinya. Tangisan bayi yang pertama ini menentukan tindak lanjut penanganan bayi yang baru saja dilahirkan. __________ http://dollkid.com/wp-content/uploads/2011/02/The-first-cry.jpg cited August 30, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 99
Keadaan yang abadi tersebut adalah perdamaian yang absolut, yang tidak
dikenal di dalam pengalamannya psikis. [3] Apabila disebutkan janin tersebut
seperti di surga, maka keadaan sadar kolektif juga dapat disebut seperti dalam
Janin di dalam rahim seorang ibu menunjukkan keterikatan
mutlak kepada badan/jasmani, yang dihubungkan oleh tali pusat.
Karena itu bayi masih dalam keadaan nikmat yang maksimal.
surga. Letaknya tentu saja di tingkat yang berbeda, yang satu asadar, yang
lainnya sadar, yang satu nikmat, yang lain tanpa kenikmatan. Sadar individu yang
terbatas itu terletak pada peralihan di antara asadar kolektif yang nikmat dengan
sadar kolektif yang tanpa kenikmatan. Dikatakan terbatas karena terbatas di
dalam kenikmatan dan di dalam keadaan tanpa kenikmatan, dari kedua surga itu
sadar individu memiliki sesuatu.
Perkembangan jasmani mulai dari janin, anak, dewasa sampai ajal tiba,
mendorong pergeseran dari keadaan penuh kenikmatan menuju yang tanpa
kenikmatan. Dengan sendirinya sang aku harus melepaskan sedikit demi sedikit
kenikmatannya, kejadian ini dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan.
Dorongan untuk menerima ketidaknikmatan dan membantunya dalam kemajuan
itu berasal dari mutmainah, sebaliknya dorongan untuk mempertahankan dan
memperoleh kenikmatan itu berasal dari luamah. Arah mana yang akan dilewati
harus diputuskan oleh sang aku, ia memiliki dua perangkat, yaitu perasaan
sebagai indikator, dan angan-angan sebagai regulator yang berpengaruh
terhadap nafsu. Begitu janin dilahirkan, maka surga jasmani telah ditinggalkan
untuk selama-lamanya, sekarang sang aku berada pada posisi terdesak yang tidak
mungkin kembali lagi ke surganya.
__________
[3]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam.1953. h. 79.
100 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Icuk Sugiarto membalas hormat atas sorak kemenangan dari para penggemarnya
Foto 3.2.2: Pahlawan itu Mampu Mengalahkan Musuh-musuhnya Pahlawan bulutangkis Indonesia (Juara Dunia 1983) Icuk Sugiarto dielu-elukan oleh para penggemarnya. Tentu saja kuncinya adalah pada semangat, latihan yang serius, teknik dan strategi permainan bulutangkis yang jitu. Candra Jiwa indonesia menyebutkan sang Aku sebagai pahlawan, yang harus mengalahkan musuhnya sekaligus saudaranya yang bernama luamah. Sebutan sebagai musuh sebenarnya bukan untuk luamah saja, tetapi semua nafsu tersebut.
Musuh-musuh itu baru dapat dikalahkan sang pahlawan setelah ia berguru pada seorang pendeta. Pendeta itu mengajarkan rahasia-rahasia ilmu kekebalan. Pendeta itu adalah pusat imateri di dalam dirinya sendiri. Sang Pendeta baru dapat dijumpai sang aku setelah mengalami peningkatan kesadaran dalam meditasi transendental. Barang siapa berhasil melakukannya, akan dapat mengalahkan musuh yang menghalangi tercapainya pamudaran tersebut.
__________ http://3.bp.blogspot.com/_IcwX0jqq0eQ/ShuiR9qSD2I/AAAAAAAAADc/0xPw2uurd7U/s400/icuk....JPG cited August 30, 2011 http://1.bp.blogspot.com/_IcwX0jqq0eQ/Shuhr7g8jAI/AAAAAAAAADM/Z_CM2vUQFq8/s400/icukk++pemain+bulutangkis.JPG cited August 30, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 101
Pemilihan pada jalan kenikmatan akan selalu berakhir pada kekecewaan,
yang terbesar adalah menjelang kematian jasmaninya, karena merupakan
keadaan tanpa kenikmatan. keberpihakan pada nafsu luamah yang pro kenik-
Sang aku berpihak kepada mutmainah manakala harus mengalahkan
kekuatan jasmani yang nikmat itu, justru harus selalu melihat kedepan.
Jangan menoleh ke belakang, setiap kali mampu meninggalkan tahap
kenikmatan yang tercapai atas kemauannya sendiri.
matan itu akan semakin tertinggal di dalam menghadapi perkembangan yang
alamiah itu. Sang aku akan selalu ingin berada dalam stadium masa lalu selama
mungkin. Di sinilah luamah menjadi penguasa sang aku dengan cara mengen-
dalikan angan-angan dan perasaan, bukan sebaliknya. [4]
Keberpihakan sang aku kepada mutmainah harus mengalahkan kekuatan
badan/jasmani yang nikmat itu dan selalu harus melihat ke depan di dalam
perkembangan, jangan menoleh ke belakang, setiap kali mampu meninggalkan
tahap kenikmatan yang tercapai atas kemauannya sendiri. Candra Jiwa indonesia
sering menggambarkan sang Aku sebagai pahlawan, yang harus mengalahkan
musuhnya sekaligus saudaranya yang bernama luamah. Yang digambarkan
sebagai musuh bukan hanya luamah, tetapi keempat nafsu tersebut.
Pahlawan itu baru mampu mengalahkan musuhnya setelah ia berguru pada
seorang pendeta. Pendeta itu mengajarkan rahasia-rahasia ilmu kekebalan.
Pendeta itu adalah pusat imateri di dalam dirinya sendiri. Sang Aku baru dapat
berjumpa dengan sang pendeta setelah mengalami kesadaran meditasi
transedental. Barang siapa berhasil melakukannya, akan dapat mengalahkan
musuh yang menghalangi tercapainya pamudaran tersebut.
_________
[4]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 162
102 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
. Wakil kejahatan dan kebenaran saling berkenalan prapeperangan
Gambar 3.2.2: Sang Pahlawan Masih Belum Dapat Mengalahkan Musuh-musuhnya Saling berkenalan antara tokoh ksatria yang mewakili kebenaran dan lawannya yang berwajah garang sebagai wakil kejahatan lazim dilakukan sebelum perang tanding dimulai. Perang tanding antara kejahatan melawan kebaikan dalam wayang kulit, pada tahap awal memang belum ada yang menang dan yang kalah. Pada tahap akhir semua kejahatan akhirnya dikalahkan oleh kebaikan.
Keadaan neurosis digambarkan sebagai belum berhasilnya sang pahlawan mengalahkan musuh-musuhnya. Candra jiwa meletakkan persoalan dan penyelesaian dari keadaan neurosis itu pertama-tama di dalam dirinya sendiri. Keadaan di dunia luar dijadikan nomor dua.
Persoalan di luar dirinya bukan berarti tidak penting, tetapi persoalan di dalam dirinya yang menjadi prioritas bagi mereka untuk diselesaikan. Kecuali bagi yang belum dapat melihat persoalan-persoalan di dalam dirinya sendiri. Keadaan pribadi diletakkan pada pusat persoalan manakala terjadi hubungan timbal balik antara keadaan pribadi dan keadaan masyarakat dipersoalkan. __________ http://resonansi.com/wp-content/uploads/2010/05/kejahatan-vs-kebaikan.jpg cited August 5, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 103
Jadi suatu keadaan neurosis digambarkan sebagai belum berhasilnya sang
pahlawan mengalahkan musuh-musuhnya. Soemantri meletakkan persoalan dan
penyelesaian dari keadaan neurosis itu pertama-tama dalam dirinya sendiri. Kea-
Kancah peperangan sang aku itu meliputi seluruh dunia melalui meka-
nisme projeksi, subjektivasi dan personalisasi di dalam perang itu. De-
ngan menghilangnya mekanisme tersebut akhirnya manusia berhada-
pan dengan dirinya sendiri dalam suasana yang sepi. Jung menyebut
Individu yang telah menjadi absolut sebagai Individuation.
daan di luar dijadikan nomor dua. Tidak berarti bahwa persoalan di luar dirinya
menjadi tidak penting, hanya saja tidak menjadi prioritas pilihan. Bagi mereka
yang belum dapat melihat persoalan-persoalan di dalam dirinya sendiri
memerlukan introspeksi yang lebih dalam lagi. Ketika digambarkan sebagai
hubungan timbal balik antara keadaan pribadi dan keadaan masyarakat, maka
keadaan pribadi diletakkan pada pusat persoalan.
Tiap manusia harus berjuang sendiri, peperangan itu berawal dan berakhir
di dalam jiwanya manusia itu sendiri. Tercapainya pamudaran, pelepasan atau
panunggal merupakan petanda berakhirnya perang sebagai gambaran dari
persoalan hidup. Sang aku individu tumbuh di dalam suasana peperangan itu,
kancah peperangan itu seluruh dunia. Manusia mengikut-sertakan persoalannya
ke seluruh dunia melalui projeksi, subjektivasi dan personalisasi di dalam perang
itu.
Pertumbuhan sang Aku akan menyempitkan kancah peperangan, dan pada
akhirnya hanya terbatas pada hati sanubari saja. Pada tahap itu, manusia hanya
berhubungan saja dengan dunia luar tanpa keterikatan lagi. Dengan melemahnya
dan hilangnya projeksi, subjektivasi, dan personalisasi, akhirnya manusia
berhadapan dengan dirinya sendiri dalam suasana yang sepi. [5] Individu telah
menjadi absolut. Jung menyebutnya sebagai Individuation. [6]
__________
[5]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam, h. 79.
[6]. Carl Gustav Jung. Die Beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag
Zurich und Leipzig, 1938. h. 91
104 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bapak guru sedang mengajar interaktif tentang ”bahasa jiwa” (?) sejak usia muda
Gambar 3.3.1: Strategi Kesehatan Jiwa: Reedukasi Budi Pekerti Luhur Bahasa jiwa adalah bahasa yang lebih primitif dari bahasa isyarat, gerak, apalagi bahasa tutur yang rumit terstruktur karena gerakan jiwa tidak memerlukan gerakan ragawi. Siapa saja yang berbuat baik untuk kepentingan manusia dan lingkungannya ’bahasa jiwa’-nya merupakan doa yang tak terucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengetahuan ini seyogyanya sudah diajarkan dan ditanamkan sejak masa kecil, sehingga kedekatan kita kepada-Nya sudah tidak perlu mempermasalahkan asesori kasat mata. Dengan demikian penghormatan kepada semua agama dan kepercayaan menjadi kenyataan yang hakiki. Akan terasa bahwa bahasa jiwanya juga sudah terdeteksi oleh naluri halus masyarakat sekitarnya.
Solusi Candra Jiwa Indonesia ketika menghadapi kontroversi besar di dalam jiwa, menyangkut dua hal yang penting Pertama, harus menerima suatu perspektif baru seperti menerima keadaan di surga yang kekal yang berada di posisi tertentu. Kedua, harus melepaskan tahap yang penuh kenikmatan.
Pelaksanaannya telah dirumuskan dari buku pustaka Sasangka Jati, yaitu: 1. Reedukasi dari seluruh sentra vitalitas jiwa dengan sikap-sikap seperti tersebut dalam Trisila dan Pancasila (Buku Hastasila). 2. Menghindari bertambah kuatnya luamah (egosentripetal). 3. Meresapkan intisari dari janji-janji paugeran (syahadat, kredo). 4. Melatih introspeksi, sehingga memperkuat integrasi sentra-sentra vitalitas. 5. Melatih kasih sayang dan memperkuat nafsu suprasosial (egosentrifugal). 6. Mengendalikan nafsu-nafsu buruk dengan tapabrata. 7. Mempertahankan dan memelihara keadaan yang bebas neurosis.
__________
http://www.ngapak.com/wp-content/uploads/2011/03/guru-mengajar.jpg cited August 30, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 105
3.3 MERUMUSKAN STRATEGI
Selama perang itu belum berakhir dengan suatu kemenangan, Candra Jiwa
Indonesia masih menganggap persoalan orang sehat dengan penderita neurosis
Sebelum perang usai, Candra Jiwa Indonesia menganggap persoalan
orang sehat dan penderita neurosis sama. Di dalam suasana peperangan
melawan keempat nafsu justru sang aku individu tumbuh berkembang.
Yang menjadi masalah adalah solusi Candra Jiwa Indonesia itu sendiri
agar manusia tidak kalah dalam menghadapi peperangan ini.
sesungguhnya sama saja. Persoalannya bagaimana tanggapan Candra Jiwa
Indonesia dalam menangani persoalan agar tidak kalah di dalam peperangan ini.
Harus memperhatikan dua hal yang penting.
Pertama, harus menerima adanya kemungkinan tercapainya kebahagiaan
di dalam hidup. Suatu perspektif seperti keadaan di surga yang kekal yang berada
di tingkat yang lain. Kedua, harus melepaskan tahap yang penuh kenikmatan.
Seahrusnya badan/jasmani berusaha mempertahankannya agar selalu dapat
mengalaminya lagi.
Pelaksanaannya dirumuskan secara berturut-turut dalam bab-bab dari buku
Sasangka Jati, yaitu:
1. Orientasi yang sifatnya (re)edukasi dari angan-angan, perasaan dan nafsu-
nafsu dengan sikap-sikap seperti tersebut dalam Trisila dan Pancasila (Buku
Hastasila).
2. Menghindari bertambah kuatnya luamah, nafsu yang mendorong ke
kenikmatan dan pelanggaran Pemali.
3. Pembangunan kembali jiwa dengan menerima adanya potensi besar di dalam
dirinya, meresapkan intisari dari janji-janji paugeran.
4. Melatih introspeksi untuk mengenal diri sendiri guna memperbesar kesadaran
yang terarah, sehingga memperkuat integrasi.
106 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Padi, kehidupan petani di desa, dan ketahanan pangan menentukan eksistensi bangsa
Foto 3.3.1: Kestabilan Masyarakat Merupakan Dasar Kesehatan Mental Menurut catatan sejarah juga bangsa Indonesia diperkirakan sudah menanam padi sejak 1648 Sebelum Masehi. Teknologi tanam padi dan pascapanennya menentukan ketahanan pangan bangsa Indonesia. Definisi ketahanan pangan menurut FAO (2001): “Ketahanan pangan adalah situasi ketika setiap orang sepanjang waktu mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang bergizi, aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan selera budaya (food preferences), untuk melaksanakan hidup yang sehat dan aktif”. Candra Jiwa Indonesia menyatakan bahwa kestabilan masyarakat penting dan merupakan dasar bagi perkembangan kesehatan mental, jiwa manusia. Hastasila dan Pemali mempunyai arti sosial yang penting untuk ditanamkan kuat-kuat di dalam masyarakat.
Trisila ialah sadar, percaya, dan taat yang ditujukan kepada Tripurusa (TriAspek) akan mempercepat pengarahan kepada yang Tertinggi (transendental) yang dapat dicapai manusia di dalam dirinya sendiri, tetapi bukan sang aku, justru lebih dalam lagi.
__________ http://organikganesha.files.wordpress.com/2011/10/sawah-dan-petani.jpg cited January 3, 2012 http://organikganesha.com/2011/10/14/pangan-desa-dan-eksistensi-jatidiri-bangsa/ cited January 3, 2013
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 107
5. Melaksanakan budi darma berupa pertolongan atau kasih sayangnya kepada
orang lain dan suka memaafkan sebagai latihan keinginan-keinginan yang sifatnya
egosentrifugal untuk memperkuat nafsu supra sosial (asmara-sufi).
Trisila memobilisasi tiga sentra vitalitas agar proses introspeksi berjalan
dengan harmonis. Dampaknya adalah meningkatkan integritas karena
sentra-sentra dan otonominya mudah diikat. Pelaksanaan Trisila tidak
membatasi ruang dan waktu, artinya tidak membatasi seremoni.
6. Melatih tapabrata untuk mempermudah pengaturan nafsu-nafsu.
7. Mempertahankan keadaan yang telah tercapai, memelihara keadaan yang
bebas dari neurosis.
Agar menaati suatu pengarahan tertentu karena sang Aku bersedia mening-
galkan tahap yang penuh kenikmatan itu, harus ada harapan yang lebih baik dari
yang telah ditinggalkannya. Tahap yang nikmat ini senantiasa akan terbantu
untuk ditinggalkan ketika menjumpai kekecewaan-kekecewaan, dan rasa tertekan
oleh keterikatan. Termasuk di dalamnya perasaan yang tidak pernah dapat ke luar
dari suatu penderitaan, tahap tersebut selalu tersangkut di dalam pasang surut-
nya keadaan.
Kestabilan masyarakat merupakan dasar bagi perkembangan mental, jiwa,
atau rohani, adalah pernyataan Candra Jiwa Indonesia. Hastasila dan Pemali
mempunyai dampak sosial yang penting untuk ditanamkan kuat-kuat di dalam
masyarakat. [7] Sadar, percaya, dan taat (Trisila) kepada Tripurusa (TriAspek)
mempercepat pengarahan kepada yang Tertinggi (transendental) yang dapat
dicapai manusia di dalam dirinya sendiri, tetapi bukan sang aku, justru lebih
dalam lagi.
Angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu dimobilisasi Trisila agar menuju ke
satu tujuan, agar memiliki pendapat yang sama dan menambah harmoni. Akibat-
nya adalah menguatnya integritas karena sentra-sentra vitalitas dan otonominya
__________
[7]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 7-41.
108 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Anak ini sedang mengamati perilaku seekor capung yang berkemampuan terbang tinggi
Foto 3.3.2: Pancasila adalah perangkat untuk menghadapi dunia luar Seorang anak dengan pancaindra yang dimilikinya sudah dapat menangkap perubahan-perubahan di luar mikrokosmos. Alam semesta (makrokosmos) menawarkan apa saja untuk dapat diamati, didekati, diteliti, bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. Mikrokosmos dapat beradaptasi terhadap makrokosmos, termasuk manusia dan masyarakatnya melalui pola-pola tertentu, bahkan dengan sentra-sentra vitalitas yang ada pada dirinya sendiri.
Yang Maha Tinggi bersifat imateri, serta merupakan sumber dan pelaksana kekuasaan di dalam hidup ini, sesungguhnya berada di tempat yang sangat dekat. Upaya menghadap ke pada-Nya di dalam jiwanya sendiri, akan membuat manusia merasa aman, tenteram, terlindungi, dipimpin, diberi pengertian, dan semuanya itu dibutuhkan oleh penderita neurosis pada khususnya serta setiap manusia pada umumnya.
Ekstraversi adalah adaptasi perubahan-perubahan di luar mikrokosmosnya dalam arti kata yang seluas-luasnya. Perangkat Pancasila (rela, narima, jujur, sabar, dan budi luhur) digunakan oleh Candra Jiwa Indonesia untuk menangkap perubahan yang luas itu.
__________ http://images.elephantjournal.com/wp-content/uploads/2010/09/Dragonfly.jpg cited December 8, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 109
mudah diikat. Pelaksanaan Trisila tidak terbatas oleh ruang dan waktu, [8] pasti
tidak melawan keterbatasan seremoni. Keterbatasan-keterbatasan itu merupa-
kan alat bantu yang kuat bagi kontinuitas dan intensitas pelaksanaan.
Pelaksanaan sadar, percaya, dan taat kepada Tripurusa (Trisila) tidak
terbatas oleh ruang dan waktu dan tidak bertentangan dengan keter-
batasan seremoni.. Justru keterbatasan-keterbatasan itu merupakan
perkakas yang kuat bagi kesinambungan dan kekuatan introversi.
Upaya menghadap ke Yang Maha Tinggi yang sifatnya imateri, serta
merupakan sumber dan pelaksana kekuasaan di dalam hidup ini, sesungguhnya
berada di tempat yang sangat dekat. Yaitu di dalam jiwanya sendiri, akan
membuat manusia merasa aman, tenteram, terlindungi, dipimpin, diberi
pengertian, dan semuanya itu dibutuhkan oleh setiap manusia, khususnya yang
menderita neurosis. Candra Jiwa Indonesia menangkap perubahan-perubahan di
luar dalam arti kata yang seluas-luasnya menggunakan perangkat Pancasila: rela,
narima, jujur, sabar, dan budi luhur.
Selain bersifat menguntungkan, nilai di luar itu juga dapat menimbulkan
trauma bagi dirinya. Pancasila yang memiliki arti sosial itu juga penting bagi
kesadaran sang Aku untuk menghadap Tripurusa. Karena posisi kesadaran sang
aku terletak di antara dunia yang dapat dan tidak-dapat ditangkap oleh
pancaindra.
Karl Jaspers di dalam karyanya Psychologie der Weltanschauungen (Psiko-
logi pandangan-pandangan dunia) mengambarkan sang aku sebagai sumber
budaya di dalam candra jiwa seelisch-culturelle ada di antara candra jiwa
sinnlich-räumliche dan candra jiwa metaphysische (metafisika).
___________
[8]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 14.
110 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Kompas dan peta adalah alat yang dapat digunakan untuk menentukan orientasi di lapangan
Foto 3.3.3: Kompas dan Peta sebagai Perangkat Manajemen Ruang Kompas dan peta diperlukan untuk manajemen ruang seorang manusia. Setiap pejalan darat, laut, dan udara senantiasa memerlukan kompas dan peta. Kompas sebagai penunjuk mata angin dan peta menunjukkan posisi seseorang terhadap lingkungannya.
Trisila, karakter unggulan manusia diperlukan dalam manajemen mental. Oleh karena itu dicantumkan dalam program latihan mental sebagai pendekatan introversi. Sekiranya sang aku mau menghentikan angan-angan maka sikap angan-angan yang rasional dan aktif harus dihindari, ini adalah suatu jenis pengorbanan. Dengan Trisila tercapailah sikap yang tidak rasional (suprarasional) tersebut.
Angan-angan tak hendak dihilangkan eksistensinya, tetapi digunakan dengan cara lain untuk keperluan orientasi, yaitu keadaan eksistensi tanpa gerakan pancaindra.
Sadar sepenuhnya akan keberadaan Tripurusa di dalam dirinya, merupakan bagian pertama dari Tripurusa. Itu berupa keadaan berhenti kontinyu yang lambat-laun akan dicapai oleh upaya manajemen angan-angan dengan karakter unggulan tersebut.
__________ http://www.anneahira.com/images/article/16-arah-mata-angin.jpg cited December 8, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 111
Sang aku berusaha melepaskan diri dari persekutuannya dengan makrokos-
mos (dunia yang dapat ditangkap dengan pancaindra) yang sifatnya berubah,
melalui Pancasila dan Pemali. Upaya melepaskan diri tersebut merupakan syarat
PANCASILA + PEMALI TRISILA + PANCASILA
J a s m a n i P s i k e
R o h a n i
Dunia yang dapat ditangkap
oleh pancaindra
Dunia sang aku Kemungkinan eksistensi
tanpa pancaindra
Badan/jasmani kasar Badan/jasmani halus Tripurusa (Soemantri)
Sinnlich-räumlich Seelisch-culturell Metaphysisch (Jaspers)
mutlak bagi dunia sang aku untuk dapat menyesuaikan diri pada kemungkinan
bereksistensi tanpa pancaindra. Sesungguhnya, dunia sang aku sendiri juga
imanen berubah-ubah, disebabkan oleh aktivitas angan-angan, perasaan dan
nafsu-nafsu. Angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu harus dilatih berhenti.
Karena sang Aku melihat kemungkinan bereksis-tensinya tanpa panca-indra
sebagai keadaan yang abadi, tidak berubah selama-lamanya.
Trisila dicantumkan dalam program latihan (manajemen mental) ini sebagai
karakter unggulan. Sikap angan-angan yang rasional dan aktif harus dihindari
sekiranya sang aku mau menghentikan angan-angan. Dengan Trisila tercapailah
sikap yang tidak rasional. Ini bukan menghilangkan angan-angan, tetapi
menggunakannya dengan cara lain untuk keperluan orientasi. Orientasi pada
keadaan eksistensi tanpa pancaindra tersebut. Keadaan berhenti kontinyu
lambat-laun akan dicapai angan-angan, yaitu sadar sepenuhnya akan keberadaan
Tripurusa di dalam dirinya, merupakan bagian pertama dari Tripurusa.
Perasaan mencapai keadaan yang tidak bergerak itu melalui percaya.
Kepercayaan bulat kepada Yang Maha Kuasa yang sedemikian rupa sehingga
perasaan mau menerima apa saja yang akan terjadi pada sang aku. Kepercayaan
di sini berbeda tingkatnya dari kepercayaan akibat aktivitas dari angan-angan
yang sebabnya masih dapat dinalar, misalnya bahwa bumi itu bulat, bumi
mengitari matahari, kecepatan cahaya melebihi kecepatan suara, dan lain-lainnya.
112 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bima bertemu dengan dirinya sendiri sebagai Bima Suci (Dewa Ruci)
Foto 3.4.1: Pencapaian Pamudaran Skala Kecil dalam Kisah Dewa Ruci Setiap manusia memiliki Dewa Ruci-nya sendiri di dalam diri sebagai TheSelf –nya. Tentu saja Sang Bima yang besar dan kasar perilakunya itu harus menghaluskan watak dengan mengalahkan angan-angannya yang jahat (naga 3 kepala: cipta, nalar, dan pangerti) terlebih dahulu. Melakukan reedukasi agar vitalitas-vitalitas jiwanya menjadi bersih, suci, harmoni, dan terintegrasi dalam membebaskan diri dari keterikatan untuk pencapaian hidup yang hakiki. Mau menerima Pencerahan-Nya dan dilanjutkan dengan pelatihan melaksanakan Trisila, Pancasila, dan menjauhi Pemali berpotensi melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan apa pun. Bentuk keterikatan duniawi ini di bidang mental dan psikologi, memerlukan reaksi tertentu dari angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu, salah satu contohnya adalah neurosis. Melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan adalah pencapaian pamudaran skala kecil dari suatu faset pada dirinya sendiri. Pencapaian tersebut secara ontogenik berarti meninggalkan fase yang nikmat, sekaligus sebagai upaya menghilangkan neurosis.
__________ http://wayangprabu.files.wordpress.com/2010/12/bima-n-dewa-ruci.jpg?w=500&h=325 cited September 16, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 113
Taat, merupakan bagian ketiga dari Trisila termasuk bidangnya nafsu-nafsu,
yang harus menyesuaikan diri agar dapat menyerah tanpa kemauan dan
keinginan, kepada Tripurusa di dalam konfrontasi tersebut. Taat adalah adaptasi
Karena neurosis adalah suatu bentuk keterikatan pada sang aku maka
pelepasannya yang berupa pamudaran walaupun skalanya kecil dan
relatif, sudah dianggap sebagai upaya ke arah penghapusan neurosis.
tertingginya nafsu-nafsu di dalam proses introspeksi. Dengan kata lain, menye-
diakan kancah untuk menerima pencerahan-Nya.
3.4 MENGEMBANGKAN POTENSI
Mau menerima Pencerahan-Nya yang dilanjutkan dengan pelatihan
melaksanakan Trisila, Pancasila (Trisila + Pancasila= Hastasila), dan menjauhi
Pemali berpotensi melepaskan diri dari bentuk keterikatan apa pun. Keterikatan
ini di bidang mental/psikologi, memerlukan reaksi tertentu dari angan-angan,
perasaan, dan nafsu-nafsu. Melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan adalah
pencapaian pamudaran skala kecil dari suatu faset pada dirinya sendiri.
Pencapaian tersebut secara ontogenik berarti meninggalkan fase yang nikmat.
Neurosis adalah suatu bentuk keterikatan pada sang aku maka pelepasannya yang
berupa pamudaran walaupun skalanya kecil dan relatif, sudah dianggap sebagai
gerakan ke arah penghapusan neurosis.
Rekapitulasi terpenting pemikiran di atas, menurut anggapan Soemantri
adalah kesediaan menerima adanya kemungkinan potensi di dalam dirinya, tetapi
di luar sang aku. Ini dapat dicapai melalui aktivitas sang aku. Ke luar berupa
sadar terhadap dunia luar, ke dalam berupa orientasi di dalam jiwanya sendiri
terhadap kemungkinan menemukan ’potensi yang khusus’ itu.
Ditekankan di sini terhadap perlunya reedukasi oleh dirinya sendiri.
Orientasi kembali ke dalam jiwa itu sesungguhnya merupakan koreksi terhadap
114 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Ribuan rakyat Indonesia sedang mendengarkan pidato Bung Karno Foto 3.4.2: Soekarno Presiden Republik Indonesia di depan Rakyatnya Salah satu daya tarik sekaligus kekuatan Presiden Soekarno terletak pada kemampuannya berpidato. Pada zamannya, orang rela berdesakan demi mendengarkan pidato sang Prokla-mator yang disiarkan radio. Ketulusan serta keberanian akan bertambah sejalan dengan peningkatan latihan ke-jujur-an (bagian terpenting dari Pancasila) dan ini berakibat menambah kepercayaan masyarakat. Jika seorang pemimpin jujur ia akan bersikap adil, maka rakyatnya akan setia mendukung pemimpin tersebut dengan sepenuh hati. Faktor kejiwaannya terdidik keberanian guna menyadari kesalahan diri sendiri. Kemudian memandang gambaran pribadinya sendiri dalam perspektif gambaran batin. Ada bagian aktif dari gambaran batin itu yang selalu berubah dengan bertambahnya pengalaman. Rangsangan dari bagian yang aktif tersebut timbul karena adanya perbedaan pengertian. Terjadilah dinamika untuk menjembatani perbedaan tersebut, sekaligus merealisasikan suatu perspektif yang lebih baik dengan gambaran jiwa yang baru.
__________ http://gerakanrakyatmarhaen.files.wordpress.com/2011/03/pidato-bk.jpg cited December 8, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 115
gambaran hati nurani, sehingga Soemantri menganggap mekanisme dari hati
nurani sebagai suatu hal yang penting. Pancasila harus menangkap pasang
surutnya dunia luar dan menentukan sikapnya terhadap Tripurusa.
Sesungguhnya keyakinan, kepercayaan adalah kebenaran itu sendiri
atau sedikitnya terhadap apa-apa yang dianggap benar. Kejujuran
merupakan sifat untuk melatih diri menganut keyakinan, kepercayaan
itu secara aktif. Pemahaman ini tidak mengurangi kenyataan bahwa
kebenaran itu sendiri berubah-ubah dengan bertambahnya pengalaman.
Jujur (bahasa Jawa: temen) adalah bagian terpenting dari Pancasila,
merupakan sifat untuk melatih diri menganut keyakinan, kepercayaan secara aktif.
Soemantri berpendapat bahwa keyakinan, kepercayaan adalah kebenaran, atau
sedikitnya terhadap apa-apa yang dianggap benar. Pendapat ini tidak mengurangi
kenyataan bahwa kebenaran itu sendiri berubah-ubah dengan bertambahnya
pengalaman. Suatu gambaran sekilas yang dianggap benar apabila dihadapi
dengan kekuatan adalah bermanfaat, karena secara aktif mempertinggi integritas.
Sang aku dengan sadar mengerahkan tenaganya untuk menghadapi
rintangan-rintangan dan berani melihat kenyataan-kenyataan. Tekad dan
kenekatannya ini memang membedakan dari yang lain, termasuk dapat
mendatangkan kerugian pada dirinya sendiri. Peningkatan latihan ke-jujur-an
akan menambah ketulusan serta keberanian dan ini berakibat menambah
kepercayaan dari masyarakat. Orang lain dapat mempercayai yang bersangkutan
dengan sepenuh hati.
Akibatnya faktor kejiwaan menjadi lebih penting karena mendidik
keberanian untuk melihat kesalahan diri sendiri. Kemudian memandang
gambaran pribadinya sendiri dalam perspektif gambaran batin. Ada bagian aktif
dari gambaran batin itu yang selalu berubah dengan bertambahnya pengalaman.
Perbedaan pengertian yang terjadi akan merangsang bagian yang aktif tersebut
116 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Tampak seorang petugas mengabadikan seekor harimau yang sedang dilepaskan dari kapal Foto 3.4.3: Melepaskan Harimau ke Habitat Baru Harimau termasuk binatang langka yang harus dilindungi di dunia karena populasinya terus menurun. Tidak lain akibat diburu manusia untuk dimanfaatkan kulit dan bulunya yang eksotis. Atau acapkali mencuri ternak karena habitatnya semakin terdesak oleh pertumbuhan masyarakat yang memerlukan banyak lahan.
Pemerintah mana pun menerima dengan sabar dan ikhlas amanah dunia untuk melindungi dan menyelamatkan ’kucing-besar’ tersebut. Biasanya melakukan relokasi ke habitat baru yang dilindungi sehingga populasi dan pergerakannya dapat dipantau dari jarak jauh. Harimau juga dikenal sebagai perenang yang andal.
Narima adalah sikap jiwa yang selalu puas dan penuh rasa syukur. Menerima apa saja baik lebih, pas, maupun kurang dari apa yang diperkirakannya. Tidak terguncang menerima benda-benda baik yang konkret maupun yang abstrak, yang dapat dimanfaatkan atau yang merugikan dirinya dalam arti yang seluas-luasnya.
Rela (ikhlas) memiliki status mental yang sama ketika melepaskan sesuatu, terutama yang bermanfaat bagi dirinya. Kemampuan untuk tidak terikat dengan apa saja adalah upaya preventif dalam menghadapi fiksasi dan trauma psikis yang mengganggu kinerja sang aku.
__________ http://1.bp.blogspot.com/_IDfZ_T9xkwo/TLQy2zGFmNI/AAAAAAAAABg/k6HlVDWP608/s1600/1_TIGER_461.jpg cited December 8, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 117
untuk menjembatani perbedaan, sekaligus merealisasikan suatu gambaran jiwa
yang baru, yang lebih baik. Jadi, jujur memiliki potensi untuk melihat sekilas posisi
sang aku di dalam candra jiwa, betapa pun jelek hasilnya.
Menyikapi nilai-nilai duniawi yang selalu naik-turun diperlukan sikap
rela dan narima agar supaya perasaan selalu dapat menyesuaikan diri.
Barang-barang yang selalu mengikat manusia secara potensial dapat
dilepaskan oleh sifat-sifat utama tersebut dengan mudah.
Perkembangan pribadi selanjutnya memerlukan tekad, dorongan keberani-
an karena tidak mungkin berjalan dengan lancar tanpa koreksi-diri yang terus-
menerus. Harus disertai dengan mengalahkan rintangan-rintangan dari diri
sendiri yang menghalang-halangi usaha kemajuan mental tersebut. [9] Narima
adalah status mental (psike) yang tidak guncang atas apa saja yang diterima dari
orang lain, baik kurang maupun lebih dari yang diperkirakan. Dapat berupa suatu
benda yang konkret ataupun yang abstrak, yang dapat dimanfaatkan atau yang
merugikan dalam arti yang seluas-luasnya. [10]
Rela (ikhlas) memiliki status mental yang sama ketika melepaskan sesuatu,
terutama yang bermanfaat bagi dirinya. Rela dan narima hanya berkaitan dengan
usaha agar supaya perasaan dapat berdiri di atas naik turunnya nilai-nilai yang
berkenaan dengan dunia luar. Sifat-sifat tersebut berpotensi melepaskan diri dari
keterikatan dengan barang-barang yang dapat berubah keadaannya. Sangat jelas
pesannya bahwa sifat-sifat tersebut tidak bersangkut-paut dengan aktivitas dari
sang aku, misalnya prestasi atau tugas. [11]
___________
[9]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 19-20.
[10]. Idem. Bab Hastasila. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 19.
[11]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 18.
118 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
PM Yingluck Shinawatra berposisi menyembah di depan foto Raja Thailand
Foto 3.4.4: Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra Menurut kantor berita Associated Press, penyerahan restu dari raja itu berlangsung di kantor pusat Partai Pheu Thai pimpinan Yingluck di Bangkok, Senin 8 Agustus 2011. Melalui suatu prosesi, Yingluck terlebih dahulu membungkuk di depan foto Raja Bhumibol sebelum menerima dekrit kerajaan yang mengesahkan dia sebagai Perdana Menteri ke-28.
Candra Jiwa Indonesia menjelaskan agar sang aku secara sadar harus merendahkan diri dan sujud kepada Sumber Hidup seraya mengurangi terus menerus kedaulatannya. Untuk ini diperlukan sikap mental yang narima agar jiwanya menyetujui dengan rasa puas menghadapi kenyataan ini. Hanya dengan merendahkan diri saja ketika sang aku menghadap Tripurusa, itu pun masih terasa ada kekurangannya. Diperlukan penyerahan diri total dan tanpa syarat. Menduduki status tanpa memiliki kewenangan dan kedaulatan, berserah diri total di dalam relung hati yang terdalam adalah tahap akhir dari eksistensi sang aku.
__________ http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/08/09/119373_pm-yingluck-shinawatra-menyembah-di-depan-foto-raja-thailand_300_225.jpg cited December 9, 2011. http://dunia.vivanews.com/news/read/239247-wanita-cantik-ini-resmi-jadi-pm-baru-thailand cited December 9, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 119
Dari sudut pandang sosial, rela dan narima menjadi penting karena
mendukung persepsi bahwa kekayaan, pekerjaan, kehormatan, kedudukan,
pengaruh, dan kekuasaan tidaklah kekal. Rela dan narima tidak anti terhadap hal-
Semakin lama sang aku semakin tidak menggantungkan diri dengan apa
saja. Dalam prosesnya mendekati Tripurusa menjadi semakin sepi.
Keikhlasan melepaskan diri dari subjektivasi, keterikatan afektif dengan
lingkungan, keluarga, kedudukan, kehormatan, kekayaan, dan kehidupan
jasmaninya sendiri menuntaskan tahap akhir dari kesepian.
hal yang didambakan banyak orang pada umumnya. Rela dan narima memberi-
kan tanda-tanda agar manusia tidak mengasyikkan diri terhadap hal-hal tersebut,
sehingga preventif terhadap kemungkinan terjadinya luka-luka kejiwaan dalam
pergumulan melepaskan diri dari keterikatan itu. Sesungguhnya trauma dan fik-
sasi tersebut dapat menghalangi aktivitas yang memadai dari sang aku.
Terjadinya pengurangan yang terus-menerus dari kedaulatan, membutuh-
kan sikap mental yang narima agar jiwa dapat menerima dan menyetujui
kenyataan ini. Sang aku tidak cukup merendahkan diri saja ketika berhadapan
dengan Tripurusa. Diperlukan penyerahan diri tanpa syarat dan ini hanya dapat
terjadi ketika mau menduduki status tanpa memiliki kewenangan dan kedaulatan,
di dalam relung hati yang terdalam.
Sang aku semakin lama semakin tidak menggantungkan diri dengan apa
saja, semakin sepi dalam prosesnya mendekati Tripurusa. [12,13] Kesepian itu
hanya dapat ditahan dengan suka-rela melepaskan diri dari subjektivasi,
keterikatan afektif dengan lingkungan, keluarga, kedudukan, kehormatan,
kekayaan, dan kehidupan jasmaninya sendiri.
___________
[12]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam, 1953. h. 17.
[13]. Carl Gustav Jung. Die Beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag
Zurich und Leipzig, 1938. h. 207.
120 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.4.1: Puncak Kesepian Puncak kesepian sang aku terasa ketika mendekati Tripurusa (Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci). Itu terjadi ketika sang aku dengan penuh suka-rela melepaskan diri dari subjektivasi, keterikatan afektif dengan lingkungan, keluarga, kedudukan, kehormatan, kekayaan, dan kehidupan jasmaninya sendiri, patut diduga sebagai bentuk kehidupan yang autistik. (D1-4= dimensi, matra)
Candra Jiwa Indonesia telah menjelaskan sebelumnya bahwa ini bukan suatu bentuk kehidupan yang autistik, melainkan karena ekspresi cinta yang tak terbatas pada segala sesuatu, tanpa menyentuh perbatasan-perbatasan yang sifatnya pribadi.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS D1 Alam Semesta Dunia Luar
=================lPancaindral============================ D2 Dunia dalam MIKROKOSMOS Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 Mental
Aku
- - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 TRIPURUSA
Alam Sejati (Pusat Imateri) Spiritual ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 121
Dijelaskan oleh Soemantri bahwa ini bukan suatu bentuk autistik, tetapi justru
karena cinta yang tak terbatas [14] pada segala sesuatu, tanpa menyentuh
perbatasan-perbatasan yang sifatnya pribadi.
Kekuatan berekspansi dari sadar untuk merampas lapangannya asadar
dan menghilangkannya berasal dari keikhlasan. Status asadar sesung-
guhnya sudah musnah dengan sendirinya di dalam Pamudaran .
Setelah semua kedaulatan sang aku dilepaskan di dalam jiwa dan
diserahkan dengan sukarela, maka sang aku bersikap sebagai barang mati di
hadapan Tripurusa. [15]
Rela memberi kekuatan untuk menggali lebih dalam pada suasana asadar,
di situlah terdapat keterikatan-keterikatan yang sesungguhnya [16] untuk
dimunculkan di permukaan. Rela juga memberi kekuatan berekspansi dari sadar
untuk merampas lapang-annya asadar dan menghilangkannya. Di dalam Pamu-
daran sesungguhnya tidak ada lagi asadar.
Sabar berkaitan dengan sifat sang aku yang menyeluruh, tidak sepotong-
sepotong, terus-menerus, tidak pernah meninggalkan, dan tidak pernah berhenti.
Lekas marah dianggap sebagai kelebihan energi yang dikeluarkan seketika,
sepotong energi. Sifat-sifat ini tidak menyangkut hal-hal yang statis, justru yang
dinamis. [17]
Di dalam jiwa, sifat sabar merujuk pada semangat untuk menghindari
keseganan (malas). Artinya, menjadi rajin melakukan tugas yang teramat berat
dan bagi manusia yang kecil hatinya sekaligus menghindari keterikatannya kepada
___________
[14]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam, 1953. h. 17.
[15]. Carl Gustav Jung. Die Beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag
Zurich und Leipzig, 1938. h. 207.
[16]. S. Freud: Das Ich und das Es. Internationaler Psychoanalytischer Verlag. Leipzig, Wien, Zurich,
1923. h. 33.
[17]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila.
Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 20-21.
122 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gerbang pandang gazebo di pantai El Macao, Karibia di Punta Cana, Republik Dominica
Foto 3.4.5: Gazebo di Tepi Pantai Gazebo adalah struktur yang mandiri, atasnya beratap, sekitarnya terbuka berornamen sederhana, untuk siapa saja terutama sebagai tempat bersantai dan beristirahat. Asal katanya sendiri tidak diketahui seperti bahasa Perancis Que c'est beau ("How beautyful"), Latin Macaroni gazebo ("I shall gaze"), bangunan Muslim di Algiers Casbah, Cordoba qushaybah. Disiapkan jalan setapak dan anak tangga untuk mencapai gazebo di atas guna menikmati pemandangan luas dan indahnya laut di depannya. Pemandangan laut terbuka tersebut menatap samudra Atlantik Utara yang tidak bertepi, bebas dan lepas.
Kepribadian manusia unggul juga bebas, lepas, dan tidak terikat lagi oleh suatu peraturan, tetapi akan otomatis menaati setiap peraturan, yang dapat dikenakan pada orang lain. Hal tersebut adalah puncak prestasi Budi luhur manakala rela, sabar, narima, dan jujur telah menjadi miliknya. Penampilan sang aku ke depan berupa totalitas tanpa mengandung angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu, sebab sentra-sentra tanpa otonomi sudah terintegrasi sepenuhnya. Peristiwa Pamudaran adalah harapan terakhir dari sang aku, sekiranya masih ada, sesaat sebelum musnah di depan pintu gerbang-Nya. (TheGate, Rahsa Jati).
__________ http://media-cdn.tripadvisor.com/media/photo-s/01/85/3d/07/the-gazebo-where-we-got.jpg cited December 16, 2011 http://www.tripadvisor.com/ShowUserReviews-g147293-d265628-r66451312-Sirenis_Tropical_Suites-Punta_Cana_Dominican_Republic.html cited December 16, 2011 http://en.wikipedia.org/wiki/Gazebo cited December 16, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 123
hasil usahanya. Candra Jiwa Indonesia menyatakan, barang siapa ingin kaya
carilah di dalam rasa narima, dan barang siapa ingin menjadi orang terpelajar,
harus memiliki watak sabar.
Dunia pertanian ”penuh keyakinan” menganggap bahwa jiwa adalah
sawah-nya, rela merupakan bajak-nya, temen menjadi garu-nya, dan
pupuk-nya berbentuk sabar dan narima. Air-nya adalah Trisila dan
panduan untuk memberantas hama diambil dari buku ajar Pemali.
Perumpamaan dari dunia pertanian menganggap jiwa merupakan sawah-
nya, rela adalah bajak-nya, temen adalah garu-nya, pupuk-nya adalah sabar dan
narima. Air-nya adalah Trisila, cara memberantas hama dicari dari buku Pemali
(Paliwara). Perumpamaan dalam dunia pelayaran, Trisila dianggap sebagai
kompas sebuah kapal, yang dipakai untuk mengarahkan kapal ke tempat tujuan. [18]
Budi luhur adalah suatu keadaan setelah keempat sifat sebelumnya menja-
di miliknya. Orang tidak terikat lagi pada suatu peraturan, tetapi akan menaati
setiap peraturan, yang dapat dikenakan pada orang lain. Status ini harus
dipertahankan dan di dalam jiwa kegiatan sang Aku sudah tidak lagi membeda-
bedakan manifestasi dari angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu. [19]
Sang Aku tampil ke depan dengan totalitas tanpa mengandung angan-
angan, perasaan dan nafsu-nafsu, sebab sudah ada penggabungan sentra-sentra
tanpa otonomi sedikit pun. Sang Aku berdiri di depan pintu gerbang kehancuran,
yang membawanya ke Pamudaran. Hilangnya semua batas-batas pribadi yang
sempit adalah fase berikutnya, tetapi fenomena kejadian ini benar-benar pasif
tanpa ada campur tangan yang aktif dari kesadaran sang Aku.
___________
[18]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Sangkan
Paran. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 228
[19]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 71.
124 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
.Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 3.5.1: Aspek Pelatihan Menjalankan Jalan Rahayu Paugeran adalah kesadaran Roh Suci di dalam Tri Purusa (TreFoil: TheSource, TheForce, dan TheSelf), dijabarkan ke posisi sang aku serta penilaian kembali tempatnya pada candra jiwa dan candra dunia, dan sekaligus aspek pelatihan introversinya. Sang Aku harus mengembangkan dirinya melalui syarat-syarat tertentu untuk mencapai ke kesadaran kolektif yang berada di dalam dunia imateri (D4). (D1-4= dimensi, matra, dunia) Tanggung jawabnya menempati posisi strategis sebagai manusia di dunia ini, seharusnya masih tergores di dalam batin. Bergesernya dari posisi tersebut dirasakan sebagai utang yang harus dibayar, beruntung bagi mereka yang masih menyadarinya.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS D1 Alam Semesta Dunia Luar
==================lPancaindral=========================== D2 Dunia dalam MIKROKOSMOS Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - EExxttrraavveerrssii Mental
Aku IInnttrroovveerrssii
D3 PPAAUUGGEERRAANN Trisila: sadar, percaya, dan taat
- - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 PAUGERAN: Roh Suci
Pusat Imateri TRIPURUSA Spiritual
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 125
3.5 PELATIHAN BERKELANJUTAN
Perlu dibahas pelatihan Jalan Rahayu sebelum membicarakan hubungan
dokter-pasien. Jalan Rahayu, adalah jalan keselamatan, disebut juga Panca Marga
Manusia harus bertanggung jawab pada posisinya di dalam candra
dunia, kesadaran ini seyogyanya tergambar di dalam batinnya.
Menyimpang dari perspektif jiwa tersebut dianggap sebagai utang
yang harus dibayar untuk merapikannya.
Bakti. Karena perjalanannya ‘mendaki’ disebut Tangga Kebahagiaan dengan 5
anak tangganya. Paugeran, secara mental-spiritual membicarakan tentang posisi sang aku
dan penilaian kembali tempatnya pada candra jiwa dan candra dunia, termasuk
kekurangan-kekurangannya. Walaupun demikian masih memiliki kemampuan
untuk mengembangkan dirinya melalui syarat-syarat tertentu. Menyadari akan
tanggung jawabnya sebagai manusia pada posisinya di candra dunia, seyogyanya
tergambar dalam batin. Menyimpang dari tempat yang digambarkan dalam jiwa
tersebut dirasakan sebagai utang yang harus dibayar untuk membetulkan
penyimpangan tersebut. [20]
Mutmainah, yaitu nafsu sosial dan suprasosial merupakan daya dorong
untuk merealisasikan gambaran batin tersebut. Pelaksanaan Trisila, Pancasila,
dan Pemali membantu aktivitas sang aku, yang terus menerus diperkuat oleh
mutmainah. Upaya tersebut akan melemahkan dorongan-dorongan sentripetal
dari luamah. Keinginan untuk mengalami kenikmatan hilang pada waktu
membaliknya segi-segi negatif dari luamah ke dalam kekuatan untuk menahan
semua sakit jasmani dan berbagai penderitaan. Bagian asadar tidak hanya
menghasilkan keinginan-keinginan saja, menurut Jung juga dapat menarik
kembali keinginan-keinginan tersebut.21]
___________
[20]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 152-4.
[21]. Carl Gustav Jung. Die Beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag
Zurich und Leipzig, 1938. h. 29.
126 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Joki Luke Nolan memberi salam kemenangan “No.1” di atas kuda hitam Black Caviar
Foto 3.5.1: Kuda Hitam Black Caviar Sang Juara Pacuan Kuda Di hadapan 20.000 penonton pacuan kuda di Doomben Australia, si kuda hitam Black Caviar tercatat sebagai kuda yang telah mencapai kekuatan puncaknya sebagai kuda tercepat di dunia. Dengan jeda waktu 68,85 detik itu ia telah memenangkan 13 pertan-dingan di tiga negara. Dominasi kekuatan kuda hitam ini memang terletak pada vitalitas-nya menembus sang waktu. Sebagai kuda pelari sprinter 600 meter ditempuh dalam hitungan waktu 32,87 detik. (Bart Sinclair dari Sunday Herald Sun, 14 Mei 2011). Kuda hitam sebagai lambang vitalitas nafsu egosentripetal (Luamah) pada dasarnya selalu mengajak manusia untuk memenuhi kepuasan fisiknya seperti makan, minum, tidur, dan sahwat. Lebih gawat lagi nafsu ini bertanggung jawab atas semua aspek buruk manusia seperti semua jenis kejahatan dan kebejatan perilaku. Tetapi ia juga memiliki kemampuan istimewa yang tidak dimiliki oleh nafsu lainnya yaitu membalikkan polaritas negatif menjadi egonetral dan kekuatan jasmani manusia, manakala mau dan mampu diatur oleh sang-Joki angan-angan, sebagai kusirnya. Dominasi luamah sejatinya merupakan inti neurosis. Menghadirkan gambaran batin dalam Introspeksi merupakan permulaan upaya penataan kembali jiwanya. Sadar pribadi yang sempit potensial dapat digantikan oleh Sadar kolektif. Dalam keniscayaan yang dinamakan Panunggal, Pamudaran itu, manusia akan menempati lagi titik pusat imateri tersebut, apabila seluruh sentra vitalitas jiwa sudah menyerahkan seluruh dominasinya.
__________ http://resources0.news.com.au/images/2011/05/14/1226055/857068-caviar.jpg cited December 17, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 127
Percobaan agar terjadi perpindahan ke arah yang positif, berarti
membantu pergeseran agar angan-angan atau perasaan lebih kuat. Pergeseran
tersebut menghalangi dominasi luamah yang sejatinya merupakan inti neurosis.
Posisi sang aku tidak berada di posisi titik sentral, tetapi eksentrik. Titik
sentral adalah titik imateri yang tak berpribadi (sempit), yang ada pada
tiap-tiap individu. Menurut kenyataan sang aku bersifat sementara,
yang akan hilang, musnah pada saat pamudaran. Soemantri mengang-
gap bahwa sang Aku bukan titik sentral kehidupan manusia.
Semakin jelas di sini bahwa posisi sang aku tidak berada di posisi titik sentral,
tetapi eksentrik. Titik sentral adalah titik imateri yang tak berpribadi (sempit),
yang ada pada tiap-tiap individu. Soemantri menganggap sang aku tidak pernah
menjadi titik sentral, menurut kenyataan sang aku bersifat sementara, yang akan
hilang, sirna pada saat pamudaran dan panunggal. Terbuka kemungkinan sang
aku untuk memasuki pusat imateri, walaupun posisinya di bawah pusat tersebut
dan untuk merealisasikannya harus mengalami kehancuran.
Sadar kolektif akan menggantikan sadar pribadi yang sempit. Jadi kelak,
dalam keniscayaan yang dinamakan Panunggal itu, manusia akan menempati lagi
titik pusat imateri. Penyerahan diri sang aku kepada Tripurusa merupakan
langkah pertama pengangkatannya menuju ke tingkat kesadaran yang tertinggi.
Kesadaran diri di dalam hati sanubarinya lambat laun mengubah sifat ekstraversi
seseorang menjadi introversi. Introspeksi merupakan permulaan upaya penataan
kembali jiwanya sendiri agar dapat menghadirkan keniscayaan tersebut.
Titik berat kesadaran yang di tujukan ke Tripurusa di dalam dirinya sendiri,
akan menjauhkan diri dari yang lain, menyebabkan terlepasnya keterikatan
kepada orang-orang tertentu misalnya ayah dan/atau ibu. Tripurusa mengambil
alih tempat ayah dan ibu (menurut Adler, termasuk juga tokoh-tokoh tertentu).
Pengarahan diri menuju ke Tripurusa tidak akan menyebabkan keterikatan yang
bersifat neurotis, karena angan-angan tidak dapat menggambarkan
128 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Para pecinta alam sedang menaiki 1000 anak tangga menuju puncak gunung Galunggung
Foto 3.5.2: Jalan Rahayu Anak Tangga yang Senantiasa Harus Dijalani Gunung Galunggung dulu dieja Galoen-gong adalah gunung berapi yang aktif di Jawa Barat kira-kira 80 km sebelah tenggara ibukota provinsi Jawa Barat, Bandung (atau kira-kira 20 km sebelah timur kota Garut).
Anak tangga kedua dari Jalan Rahayu (Panembah) dijelaskan oleh Soemantri sebagai reposisi hubungan-hubungan di dalam jiwa untuk berbakti kepada Tripurusa. Penga-laman-pengalaman di dalam jiwa menjadi aksentuasi utama di dalam panembah. Dapat dibarengi atau dapat berbentuk suatu upacara atau ritual tertentu.
Objek yang bermakna bukan arah panembah dan angan-angan dalam keadaan bebas. Pengalaman angan-angan harus didapatkan dengan sadar. Harus diinsyafi oleh perasa-annya bahwa melalui kesadaran di dalam dirinya sendiri dapat mencapai Tripurusa. Perasaan untuk kembali ke Tripurusa masih harus mendapat penekanan dari nafsu keinginan (Sufiah) dalam momentum panembah. Di dalam suasana panembah, suasana jiwa yang sunyi, sepi, sendiri itu tidak terkandung suatu perasaan yang positif atau negatif, dan bukan suatu suasana perasaan yang acuh-tak acuh.
__________ http://vidyasatya.files.wordpress.com/2011/02/1000-anak-tangga.jpg cited December 16, 2011 http://en.wikipedia.org/wiki/Talk:Galunggung cited December 19, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 129
bagaimana ujud Tripurusa. Angan-angan jelas harus mengarahkan dirinya kepada
Tripurusa yang ada di luar kemampuannya. Sesungguhnya angan-angan
menghadap kepada sesuatu yang
Keterikatan neurotis tidak mungkin karena pengarahan diri menuju
Tripurusa (omnipotensi) karena ujud Tripurusa tak tergambarkan oleh
angan-angan. Sesungguhnya angan-angan itu menghadap kepada sesua-
tu yang tidak membutuhkan ruang, mengarah menjadi nol, kosong, ’tidak
ada/tidak terbayangkan’. Suasana ini disebut sebagai suatu keadaan.
’tidak ada’ (imateri). Pengarahan itu jadinya dikurangi sampai nol, dengan kata
lain ini adalah suatu keadaan yang tidak membutuhkan ruang dan waktu.
Terhadap Tripurusa, perasaan tidak boleh bereaksi positif atau negatif . Ini
bukannya acuh-takacuh, tetapi suatu pengalaman yang sunyi, sepi, sendiri. Nafsu
tidak lagi membuat keinginan-keinginan yang egosentripetal, tetapi hanya
keinginan-keinginan dan tendensi-tendensi egosentrifugal yang sifatnya sosial dan
suprasosial.
Panembah adalah anak tangga kedua dari Jalan Rahayu, dijelaskan oleh
Soemantri sebagai reposisi hubungan-hubungan di dalam jiwa agar dapat
digunakan untuk berbakti (ibadah) kepada Tripurusa. Panembah adalah
aksentuasi dari suatu cara hidup yang akan dilalui secara konsekuen. Tekanan-
tekanan atau aksen-aksen tersebut dibarengi atau dapat berbentuk suatu upacara,
tetapi yang pokok adalah pengalaman-pengalaman di dalam jiwa.
Angan-angan harus bebas, tidak boleh diarahkan ke suatu objek yang
bermakna, suatu hal yang mengandung isi. Pengalaman angan-angan harus
didapatkan dengan sadar, bahwa dirinya sendiri yaitu kesadaran dapat mencapai
Tripurusa dalam kesadarannya itu. Perasaan harus menginsyafi bahwa tempat
Tripurusa itu dekat dan dapat dicapai, dan nafsu-nafsu harus membuat keinginan
yang mendorong perasaan kepada persatuan dengan Tripurusa (panunggal,
pamudaran).
130 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Kerumunan jutaan manusia, banyakkah keinginan-keinginan yang akan disampaikan?
Foto 3.5.3: Kerumunan Manusia dengan Satu Tujuan Utama Bayangkan jika ada 2 juta kepala selain tujuan utamanya berkumpul, selebihnya pasti merupakan sumber pendapat yang berbeda-beda, ada yang merugikan dan ada pula yang menguntungkan. Ini adalah analisis bagian kesadaran manusia yang melahirkan persepsi yang bermacam-macam lagi unik, serta kebijakan lainnya yang bermakna bagi masyarakat luas.
Lain lagi dengan bagian asadar manusia, isinya dapat berupa keinginan-keinginan yang berdesak-desakan, terdesak, atau dorongan-dorongan imanen yang baru. Kemunculan isi yang asadar di permukaan kesadaran sudah barang tentu akan mengganggu keadaan berhenti dan beristirahatnya angan-angan.
Di dalam panembah diusahakan penghentian serempak aktivitas angan-angan, nafsu-nafsu, dan perasaan. Setelah sentra-sentra vitalitas tersebut beristirahat sempurna, kemampuan asimilasi dari sadar terhadap asadar menjadi jauh lebih besar, sehingga isi dari asadar menjadi lebih banyak yang menjadi sadar. Pengalaman demi pengalaman menjalankan panembah meningkatkan kemampuan observasi, asimilasi, dan menjadikan manusia semakin bijaksana.
__________ http://theblacksheepagency.com/blog/images/uploads/Crowd(1).jpg cited December 17,2011 http://theblacksheepagency.com/blog/index.php/site/deets/is-your-head-in-the-crowds cited December 17,2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 131
Soemantri menjelaskan proses mental yang terjadi selama panembah.
Pertama, ikatan sensoris dengan lingkungan harus dilepaskan dengan introversi
yang keseluruhannya dilakukan dengan sadar. Diusahakan agar rangsangan dari
Proses mental selama panembah, dijelaskan Soemantri; ikatan sensoris
dengan lingkungan harus dilepaskan dengan introversi yang keseluruh-
annya dilakukan dengan sadar. Rangsangan dari luar agar dibungkus,
supaya kebal, dan lambat-laun nilai ambang sensoris akan bertambah.
luar dibungkus, atau lebih baik kebal terhadap rangsangan tersebut. Nilai
ambang sensoris lambat-laun bertambah, sehingga hanya dilewati oleh
rangsangan-rangsangan yang sangat kuat saja. Ketiga sentra vitalitas statusnya
seperti yang telah diterangkan hanya dapat dicapai dengan panembah yang
khusuk dan teratur. Nafsu-nafsu pada umumnya masih bergerak dengan
membuat berbagai dorongan, yang oleh angan-angan dijadikan gambaran
gagasan dan membuat perasaan selalu bergerak.
Penanganan di dalam panembah bukan hanya untuk nafsu saja, tetapi juga
angan-angan dan perasaan bersama-sama agar dengan saling memengaruhi
sentra-sentra tersebut dapat berhenti serempak. Setelah angan-angan dan
perasaan berhenti dan beristirahat, maka hubungan sadar dan asadar menjadi
lain hubungannya. Kemampuan asimilasi dari sadar terhadap asadar menjadi
jauh lebih besar, sehingga isi dari asadar menjadi lebih banyak yang menjadi
sadar. Munculnya isi yang asadar di permukaan sudah barang tentu akan
mengganggu keadaan berhenti dan beristirahatnya angan-angan. Terjadilah
pengolahan afektif.
Isi-isi tersebut dapat berupa keinginan-keinginan yang terdesak atau
dorongan-dorongan imanen yang baru. Muncullah kemudian suatu kemampuan
atau kebiasaan orang untuk mengambil sikap terhadap angan-angan dan perasa-
an sedemikian rupa sehingga ia dapat meng-observasi isinya yang mungkin timbul,
132 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Tampak puncak Himalaya dengan salju abadi dan Tim Indonesia sedang mengibarkan bendera
Foto 3.5.4: Merah Putih Berkibar di Puncak Tertinggi Gunung Himalaya Jumat, 20 Mei 2011 empat anggota Tim Ekspedisi Tujuh Puncak Dunia Mahitala Unpar [Tim Indonesia 7 Summits Expedition Mahitala Unpar (ISSEMU), Bandung] telah berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di puncak tertinggi gunung Himalaya, di ketinggian 8.848 meter.
Manifestasi dari TriFoil (Tripurusa) adalah posisi puncak tertinggi, situasi terakhir yang diusahakan untuk menjadi suatu keniscayaan di pusat imateri. Kalau sadar individu sudah masuk ke dalam keadaan imateri, maka batas-batas individu, individualitas seketika menjadi hilang dan terbukalah untuk selama-lamanya sadar kolektif, di dalam Tripurusa.
Di bawah ini adalah proses-proses perubahan yang terjadi di dalam jiwa: 1. Proses integrasi sentra-sentra vitalitas bertambah kuat. 2. Pengetahuan terhadap diri sendiri semakin mendalam. 3. Reaksi-reaksi tradisionil yang sifatnya pribadi, termasuk segala bentuk keterikatan duniawi dan reaksi-reaksi neurosis, ditinggalkan. 4. Pada akhirnya, angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu terintegrasi dengan harmonis untuk digunakan secara penuh kesadaran dalam proporsi yang memadai. Menjalankan kehidupan di dunia sesuai dengan tugasnya secara paripurna.
__________ http://3.bp.blogspot.com/-qKgZOQ99CrI/TVbkjtUZwbI/AAAAAAAAAE4/VBYQjNfrwlo/s1600/mount-everest.jpg cited 30 August, 2011 http://data.tribunnews.com/foto/bank/images/Mahitala-Unpar.jpg cited 31 August, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 133
tanpa terikat kepadanya. Sentra-sentra vitalitas yang keadaannya berhenti dan
istirahat yang semakin bertambah lama dapat diperoleh dari pengalaman
panembah.
Situasi terakhir yang diusahakan untuk menjadi suatu keniscayaan
adalah manifestasi dari Tripurusa. Tripurusa akan bermanifestasi kalau
sadar individu sudah masuk ke dalam keadaan imateri, kemudian
batas-batas individu, individualitas berangsur-angsur menjadi hilang
dan terbukalah sadar kolektif untuk selama-lamanya
Contoh-contohnya adalah sebagai berikut.
1. Pengalaman eksistensi yang tidak terarah tercapai karena perubahan perlahan-
lahan dari pengarahan ke sesuatu objek dari seorang individu.
2. Karena hubungan antara sadar dan asadar semakin kendor, maka hanya
terdapat hubungan keterikatan dengan kemampuan asimilasi yang benar-benar
toleran ke kedua arah.
3. Menjadi semakin kecilnya bagian sadar dan semakin besarnya asadar. Dulu
ketika Soemantri mengikuti pemikiran Jung yang menganggap sadar sebagai
bagian yang diterangi suatu berkas cahaya, dan bagian asadar itu gelap, maka
dengan hilangnya bagian sadar, sudah tidak ada lagi berkas cahaya itu. Sekiranya
cahaya itu masih ada, maka menjadi difus (berhamburan) sehingga tidak
membentuk bayangan.
4. Hanya motif-motif suprasosial saja yang diaktifkan oleh angan-angan dan
perasaan. Sementara motif-motif pribadi yang bersifat sempit beristirahat
bahkan menghilang.
5. Angan-angan dan perasaan tidak lagi didorong oleh kekuatan-kekuatan
nalurinya sendiri karena keterikatannya terhadap daya dorong tradisional
tersebut sudah terlepas sama sekali.
Manifestasi dari Tripurusa adalah situasi terakhir yang diusahakan untuk
menjadi suatu keniscayaan. Kalau sadar individu sudah masuk ke dalam keadaan
imateri, maka batas-batas individu, individualitas seketika menjadi hilang dan
terbukalah untuk selama-lamanya sadar kolektif, yaitu Tripurusa.
134 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Majalah TIME bulan Desember 1999 memilihnya sebagai “Manusia Abad Ini”
Foto 3.5.5: Albert Einstein tentang Realitas, Ilusi dan Intuisi. Apa yang sering dinyatakan sebagai realitas, menurut Einstein hanyalah bayangan, ilusi saja, kecuali sangat kuat kenyataannya dan satu-satunya yang sangat bermakna adalah intuisi. Sementara itu, Candra Jiwa Indonesia berpendapat bahwa intuisi adalah bertemu-nya sadar pribadi dengan sadar kolektif. Bayangan yang dapat ditangkap oleh pancaindra sering bersifat induktif yang berasal dari luar dirinya. Hal ini sering dialami selama panembah dimaknai sebagai tidak sempur-nanya proses introversi dan merupakan gangguan terhadap panembah.
Apabila selama panembah mendapatkan bayangan-bayangan intuisi, harus dibedakan dari penampakan-penampakan induktif. Perlu direnungkan kembali apakah penampakan-penampakan itu dari pancaindra atau bukan. Walaupun sang Aku dapat menerjemahkan dalam lambang-lambang atau kata-kata dari intuisi, Soemantri berpendapat bahwa intuisi-intuisi itu tidak dilanjutkan secara sensoris kepada sang aku. Mungkin perlu dikemukakan suatu istilah induksi asensoris mengingat theGate bukan organ sensorik (indra), melainkan suatu ambang kontinuitas tertentu dari sang Aku angan-angan dengan Sang Aku imateri, manakala ”bertemu” Sadar Kolektif Dinamis.
__________ http://msnbcmedia3.msn.com/j/msnbc/Components/Photos/z_Projects_in_progress/050418_Einstein/050308_timemag_einstein.grid-4x2.jpg cited December 19, 2011 http://rescomp.stanford.edu/~cheshire/EinsteinQuotes.html cited December 19, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 135
Di bawah ini adalah proses-proses perubahan yang terjadi di dalam jiwa:
1. Proses integrasi bertambah kuat.
2. Pengetahuan terhadap diri sendiri semakin mendalam.
Makin lama makin sering panembah memunculkan iklim kejiwaan yang
semakin meluas, mendalam, dan khusuk sampai tidak tergantung lagi
pada tempat dan saat panembah. Artinya di luar upacara panembah
iklim kejiwaan tersebut masih ada sampai akhirnya menjadi Pamudar-
an yang permanen.
3. Reaksi-reaksi tradisional yang sifatnya pribadi, termasuk reaksi-reaksi neurosis,
ditinggalkan.
4. Pada akhirnya, angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu digunakan secara
penuh kesadaran dalam proporsi yang memadai.
Makin lama makin sering panembah memunculkan iklim kejiwaan yang
semakin meluas, mendalam, dan khusuk sampai tidak tergantung lagi pada
tempat dan saat panembah. Artinya, di luar upacara panembah iklim kejiwaan
tersebut masih ada sampai akhirnya menjadi Pamudaran yang permanen. Jadi,
panembah merupakan penekanan, aksentuasi cara hidup agar Tripurusa yang
imanen itu dapat muncul dengan sepenuhnya.
Sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra sering dialami selama
panembah, kejadian ini bersifat induktif yang berasal dari luar dirinya. Hal ini
diartikan sebagai tidak sempurnanya proses introversi. Proses tersebut
merupakan gangguan terhadap panembah dan menghalang-halangi munculnya
Tripurusa yang imanen.
Mungkin saja selama panembah mendapatkan tampilan-tampilan intuisi,
tetapi ini masih harus dibedakan dari penglihatan-penglihatan induktif. Adalah
bijaksana merenungkan kembali apakah penglihatan-penglihatan itu dari
pancaindra atau bukan. Soemantri berpendapat bahwa intuisi-intuisi itu tidak
136 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Kota masa datang dengan energi yang terbarukan untuk publik, industri dan transportasi
Gambar 3.5.1: Kota Masa Datang Fokus pada Manajemen Energi dan Transportasi Di negara-negara maju kegiatan publik, industri, dan transportasi memerlukan catu energi sedemikian besar sering sangat tergantung dengan negara lain secara ekonomi dan politik, sangat rawan. Sebagai solusinya Pemerintah mencari alternatif energi baru yang selalu terbarukan dan memanfaatkan secara efisien untuk kepentingan masyarakatnya. Pertemuan antara kebutuhan energi dan kegiatan masyarakat melahirkan sistem manajemen energi yang berkelanjutan dengan tujuan akhir menyejahterakan masyarakat. Pertemuan intuisi adalah pertemuan antara sadar individu dengan Tripurusa. Isi intuisi adalah pertemuan itu sendiri, yang berada di luar pengalaman individu. Tripurusa dalam hal ini bertindak sebagai gambaran masa depan hati nurani yang dapat dicapai. Pengalaman yang tidak dikenal sebelumnya inilah yang dapat disebut sebagai faktor baru. Pamudaran akhirnya merupakan realisasi dari hati sanubari dan merupakan tujuan akhir dari perkembangan manusia.
__________ http://www.japantrends.com/en/wp-content/uploads/2011/12/Toshiba-Smart-City-Campaign1.jpg cited December 12, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 137
dilanjutkan secara sensoris kepada sang aku, meskipun dapat diterjemahkan oleh
sang aku dalam lambang-lambang atau kata-kata. [melalui induksi asensoris]
Tendensi-tendensi suprasosial, disebut oleh Candra Jiwa Indonesia
sebagai asmara sufi dilatih dan dipraktikkan di dalam budi darma yang
wujudnya berupa suka beramal, suka menolong, dan mencintai sesama
hidup. Budi-darma merupakan barometer seberapa jauh sikapnya
terhadap sesama manusia dan sesama hidup.
Telah disinggung sebelumnya mengenai pertemuan intuisi antara sadar
individu dengan Tripurusa. Isi intuisi adalah pertemuan itu sendiri, yang berada di
luar pengala-man individu. Tripurusa dalam hal ini bertindak sebagai gambaran
masa depan hati nurani yang dapat dicapai. Pengalaman yang tidak dikenal
sebelumnya inilah yang dapat disebut sebagai faktor baru. Pamudaran akhirnya
merupakan realisasi dari hati sanubari.
Budi darma adalah praktikum suka beramal, suka menolong dan mencintai
sesama hidup berarti melatih tendensi-tendensi suprasosial, Candra Jiwa
Indonesia menyebutnya sebagai asmara sufi. Merupakan barometer seberapa
jauh sikapnya terhadap sesama manusia dan sesama hidup. Sikap tersebut
menuju kepada matinya kesadaran sang aku – matinya jiwa – merupakan
penekanan dari kesadaran bersama.
Yang dituju bukan hanya kesadaran bersama di mana pribadi-pribadi sang
aku bereksistensi sebagai planet dalam sistem Bima Sakti, melainkan suatu
kesadaran bersama di mana tidak ada lagi hubungan antara individualitas-
individualitas yang terpisah. Terbentuk pengertian baru terhadap individu-
individu yang ada di dalam kesadaran bersama tersebut telah direduksi sampai
menjadi pengertian-pengertian pancaindra; mereka itu tidak menimbulkan
reaksi-reaksi kejiwaan.
138 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Kematian pada Perang Dunia kedua, sama korbannya selalu sipil dan militer
Foto 3.5.6: Konfrontasi Selalu Membawa Banyak Korban Bom Atom telah diledakkan di Hirosima hari Sabtu 6 Agustus 1945 dan di Nagasaki hari selasa 9 Agustus 1945, telah menimbulkan banyak korban baik sipil maupun militer. Dampak korban bom atom sangat mengerikan, menyengsarakan, dan berlangsung dalam jangka waktu yang sangat lama.
Pertempuran, konfrontasi dengan kemungkinan untuk mati secara mengenaskan membuat sikap terhadap sesama manusia menjadi lain. Manakala manusia melihat bahkan merasakan akibat-akibat yang mengerikan tersebut diharapkan muncul sikap dan rasa yang positif terhadap sesama manusia. Tapabrata memudahkan pengendalian untuk mengalahkan pertahanan luamah, sang pendorong melakukan kejahatan termasuk peperangan. Lemahnya badan mengurangi kekuatan nafsu-nafsu egosentripetal tersebut dan membiasakan diri terhadap kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang tidak enak. Di bidang mental akan memunculkan pikiran-pikiran mengenai ajal selama tapabrata, setidaknya menetralisasi nafsu luamah yang polaritasnya negatif dan hampir selalu mendorong ke arah kerusakan duniawi.
__________ http://img814.imageshack.us/img814/986/1800pxatomicbombingofja.jpg cited December 19, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 139
Mengambil contoh ”Cintailah musuhmu” pengertian musuh di sini bukan
pengertian kejiwaan yang afektif, akan tetapi telah di-reduksi sampai menjadi
pengertian administratif. Ketika manusia telah mencapai kesadaran bersama,
Tapabrata dapat diartikan sebagai melatih, mengendalikan, dan mendo-
rong nafsu mutmainah agar selalu bersifat positif. Mengarahkan sifat-
sifat yang negatif dari luamah diubah menjadi netral. Serta melatih ke-
kuatan badan/jasmani agar dapat menahan rasa sakit dan ketahanan
fisik dalam menghadapi kekurangan asupan energi serta gizi.
pandangannya terhadap para individu sudah bukan sebagai kesatuan-kesatuan
kejiwaan yang afektif, melainkan diperkecil sampai hanya kesatuan-kesatuan
yang dapat dilihat oleh pancaindra. Iklim kecintaan takterbatas yang memancar
dari orang seperti itu tidak dikeruhkan lagi oleh reaksi-reaksi kejiwaan. Karena
reaksi-reaksi tersebut terjadi berdasarkan keterbatasan-keterbatasan pribadi.
Tapabrata, di dalam Candra Jiwa Indonesia dianggap sebagai cara untuk
melatih dan mengendalikan hawa nafsu. Yang penting dalam pelatihan nafsu
adalah mendorong mutmainah yang selalu bersifat positif. Angan-angan
mengajak sifat-sifat yang negatif dari luamah berubah menjadi netral agar tidak
mempunyai keinginanan itu lagi serta memberi kekuatan kepada badan/jasmani
agar dapat menahan rasa sakit dan siap menerima kekurangan asupan energi
serta gizi.
Tapabrata memudahkan pengendalian dan mengalahkan pertahanan
luamah. Lemahnya badan mengurangi kekuatan nafsu-nafsu egosentripetal dan
membiasakan diri terhadap kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang tidak enak.
Di bidang mental akan memunculkan pikiran-pikiran mengenai ajal selama tapa-
140 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar 3.5.2: Ingat akan Kematian Bukan Berarti Ingin Mati Pikiran-mengenai-mati, melemahkan keinginan-keinginan yang bersifat asosial. Sebalik-nya menumbuhkan dan ingin melaksanakan gagasan-gagasan yang bersifat sosial dan suprasosial. Tapabrata sebagai alat-bantu melipatgandakan dan mengintensifkan pengalaman-pe-ngalaman mengenai paugeran, panembah, budi darma; suka menolong dan mencintai sesama manusia. Tanda-tanda, gejala-gejala, dan peringatan-peringatan yang dapat dirasakan oleh badan diperlukan sejak memulai perjalanan transendental guna mencapai suatu tujuan hidup baru.
__________ http://www.notablebiographies.com/images/uewb_01_img0012.jpg cited September 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 141
brata. Konfrontasi dengan kemungkinan untuk mati membuat sikap terhadap
sesama manusia menjadi lain. Muncullah sikap dan rasa yang positif terhadap
sesama manusia.
Tapabrata tidak memerlukan peraturan. Setiap cara hidup yang mere-
dam semangat berlebihan dari luamah menjadi kepuasan untuk narima
dan perkuatan mutmainah adalah tapabrata. Ketika keinginan luamah-
nya akan kenikmatan masih terlalu kuat, maka tapabrata adalah
kawan yang baik bagi pejalan transendental.
Pikiran mengenai mati, melemahkan keinginan-keinginan yang bersifat
asosial. Sebaliknya, menumbuhkan dan ingin melaksanakan gagasan-gagasan
yang bersifat sosial dan suprasosial. Tapabrata sebagai alat-bantu
melipatgandakan dan mengintensifkan pengalaman-pengalaman: paugeran,
panembah, budi darma; suka menolong dan men-cintai sesama manusia. Karena
ingin memulai untuk mencapai suatu tujuan hidup baru, membutuhkan
peringatan-peringatan yang dapat dirasakan badan. Ketidak-nyamanan jasmani,
diperoleh di dalam pelaksanaan tapabrata. Ingatan yang berlangsung terus-
menerus ini memperkuat kemauan dan kesabaran untuk dapat mencapai tujuan
yang diinginkan. Kesukaran demi kesukaran, kekecewaan demi kekecewaan yang
dijumpai diperhatikan dengan seksama.
Menurut Soemantri tapabrata bukanlah kunci pembuka pintu surga tetapi
merupakan bagian dasar dari proses pamudaran, walaupun pada saat-saat
tertentu dapat membantu manusia bila menemui jalan buntu. Tapabrata tidak
perlu dilakukan menurut peraturan. Setiap cara hidup yang mengubah semangat
yang meluap-luap dari luamah menjadi kesediaan untuk narima dan yang
memperkuat mutmainah adalah cara hidup bertapabrata. Bagi mereka yang
keinginan-keinginan luamahnya akan kenikmatan masih terlalu kuat, maka
tapabrata adalah kawan yang baik dalam perjalan hidup ini.
142 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 3.5.7: Patung Kemerdekaan Patung Kemerdekaan (Liberty Enlightening the World) yang berlokasi di pulau Liberti di pantai New York adalah cinderamata dari Perancis pada peringatan seratus tahun pe-nandatanganan Deklarasi Kemerdekaan Amerika. Patung ini didisain oleh Frédéric Bartholdi dengan selimut luar dari patinasi copper yang berwarna hijau. Diakui sebagai pemberi semangat kemerdekaan bagi bangsa-bangsa di dunia sehingga memperoleh status sebagai Situs Kekayaan Dunia dari UNESCO pada tahun 1984.
Budi luhur adalah sikap ’kemerdekaan’ manusia ketika semua bentuk keterikatan yang dapat diidentifikasi telah dilepaskan. Sudah bukan menjadi kasus bagi seorang dokter ataupun psikolog. Secara mental-spiritual (pribadi) menyempurnakan penyerahan total dirinya kepada Tripurusa sampai tidak ada gerak sama sekali. Soemantri meletakkan hal ini secara keseluruhan di bidang religi. Candra Jiwa Indonesia hanya menunjukkan jalan agar diperoleh suatu sikap hidup baru, dengan tujuan mencapai pamudaran. Peralihan dari sikap hidup yang lama ke yang baru melalui penerimaan adanya gambaran batin (suasana, keadaan) yaitu Tripurusa yang akhirnya menjadi kemungkinan eksistensinya.
__________ http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/d/d3/Statue_of_Liberty,_NY.jpg cited December 19, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 143
Melakukan tapabrata tidak boleh melebihi daya tahan individu apalagi
sampai merusak badan/jasmani. Karena hanya dengan badan/jasmanilah kita
mencapai tujuan yang dicita-citakan. Semua faktor yang menyusun kepribadian
Budi luhur adalah sikap manusia yang sudah bebas dari persoalan kete-
rikatan. Luamah-nya sudah mampu membalikkan polaritasnya yang ne-
gatif menjadi netral. Semua sentra vitalitas bersifat positif, dimulai dari
semua nafsu sampai tingkat perasaan dan angan-angan.
yaitu kekuatan saudara- saudara menjadi menurut sehingga penyatuan kekuatan-
kekuatan yang terintegrasi mudah tercapai. Kesediaan menurut dari kekuatan-
kekuatan tersebut itu menjaga kita terhadap munculnya hal-hal yang sifatnya
asadar secara tiba-tiba.
Budi luhur adalah sikap manusia yang sudah tidak memiliki lagi persoalan
ke-terikatan. Semua bentuk keterikatan yang dapat diidentifikasi telah dilepaskan.
Sudah bukan menjadi kasus bagi seorang dokter ataupun psikolog. Luamah-nya
sudah benar-benar membalik polaritasnya yang negatif. Tidak memiliki lagi sifat-
sifat negatif, begitu juga pada tingkat perasaan dan angan-angan. Bagi yang
bersangkutan persoalannya adalah secara mental-spiritual menyem-purnakan
penyerahan dirinya secara total kepada Tripurusa sampai tidak bergerak sama
sekali; Soemantri meletakkan hal ini secara keseluruhan di bidang religi.
Rekapitulasi dari yang telah dibicarakan sebelumnya adalah bahwa
perspektif-perspektif therapeutik letaknya sedemikian, hingga Candra Jiwa
Indonesia menunjukkan jalan agar diperoleh suatu sikap hidup baru, dengan
tujuan mencapai pamudaran. Peralihan dari sikap hidup yang lama ke yang baru
melalui penerimaan adanya gambaran batin yaitu Tripurusa yang akhirnya
menjadi kemungkinan eksistensinya. Realisasi dari gambaran batin ini melewati
pelaksanaan Trisila dan Pancasila, berhati-hati terhadap Pemali, dan pelatihan
Jalan Rahayu.
144 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Upacara Kemerdekaan RI di Istana Merdeka, Selasa, 17 Agustus 2010
Foto 3.6.1: .. Bangunlah Jiwanya Bangunlah Badannya untuk Indonesia Raya .. Lagu kebangsaan Indonesia Raya karangan Wage Rudolph Supratman selalu diperdengarkan mengiringi berkibarnya bendera Merah Putih tiap tanggal 17 Agustus di Istana Merdeka, Jakarta. Bangunlah jiwanya bangunlah badannya untuk Indonesia Raya .. adalah salah satu baitnya yang menyerukan agar bangsanya tidak lupa membangun jiwanya sebelum membangun badannya.
Membangun jiwa, secara preventif berarti pencegahan penyakit jiwa. Justru di dalam jiwa yang sehat terdapat badan yang sehat, bukan sebaliknya. Bangunlah jiwanya adalah gerak introversi dari asadar kolektif (jasmani) menuju ke sadar kolektif (rohani), sebagai sisipan di tengahnya adalah sadar individu (jiwa). Membangun badan dengan menambah catu kenikmatan dan pemuasan badaniah adalah gerak jiwa yang egosentripetal (negatif) memperkuat ikatan-ikatan duniawi (makan, minum , tidur, sahwat, dan sikap negatif lainnya).
Dilepaskannya keterikatan-keterikatan sebagai akibat dicapainya suatu sikap hidup baru dengan pengertian yang lebih luas dan lebih dalam, secara terapeutik (mental-psikis) berarti suatu penyembuhan dan pembangunan kesehatan jiwa. __________ http://4.bp.blogspot.com/_cEEogpg9Bvc/TGpGdpaRQiI/AAAAAAAAAZU/JwhYV3FkJ8E/s320/75349_upacara_hut_ri_300_225.jpg cited September 1, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 145
Proses tersebut bergerak mulai dari keterikatan total kepada kenikmatan,
menuju kepada pembebasan sama sekali dari kenikmatan. Selama proses itu
berlangsung terjadilah banyak pem-
Penyembuhan pada pasien dengan gangguan mental-psikis dengan
pengertian yang lebih luas dan lebih dalam diartikan sebagai terlepasnya
keterikatan-keterikatan sebagai akibat dicapainya suatu sikap hidup
baru (Budi luhur). Penyembuhan ini dapat dianggap sebagai penyembuh-
an yang bersifat sekunder saja.
bebasan dari keterikatan yang tak terhitung jumlahnya. Masih diperlukah
semangat yang tinggi dalam menapaki perjalanan evolusi kehidupan kita.
3.6 HUBUNGAN DOKTER-PASIEN
Proses ”penyembuhan” itu juga bergerak dari asadar kolektif ke sadar
kolektif dengan sadar pribadi sebagai tahap sisipan. Dari hidup jasmani (kasar,
fisik, body) ke hidup rohani (spiritual, soul) dengan ke-jiwa-an (jasmani halus,
mind) sebagai tahap antara. Dilepaskannya keterikatan-keterikatan sebagai
akibat dicapainya suatu sikap hidup baru dengan pengertian yang lebih luas dan
lebih dalam, dampak terapeutiknya (mental-psikis) berarti suatu penyembuhan.
Dalam mengubah sikap hidup yang mendapat tekanan adalah penyesuaian
dirinya secara ke-masyarakatan dan kejiwaan serta masa depannya, sebagaimana
telah diterangkan oleh Jung. [22]
Selanjutnya yang penting adalah pengaturan kembali hubungan-hubungan
kejiwaan, tanpa harus menelusuri sampai ke dalam keterikatan-keterikatan sejak
masa kanak-kanak dan tahap-tahap hidup yang telah lampau, seperti yang telah
diajukan oleh Freud. Pengaturan kembali ini merupakan bagian dari penyesuaian
diri kepada Tripurusa. Dalam terapi menurut Candra Jiwa Indonesia tidak
memperhatikan tahap-tahap keterikatan kepada tahap-tahap yang nikmat.
__________
[22]. Carl Gustav Jung. Seelenprobleme der gegenwart. Rascher und Cie A.G. Verlag Zurich, 1946. h.
79.
146 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Pasien dalam suasana santai sedang diperiksa jiwanya oleh psikolog klinik/ psikiater
Foto 3.6.2: Psikagogi Sangat Dianjurkan oleh Candra Jiwa Indonesia Perhatikan posisi psikolog klinik atau psikiater dan pasiennya yang dibuat senyaman mungkin. Seringkali dipilih suasana pemeriksaannya seperti duduk diruang tamu dengan susunan sofanya begitu santai seperti di rumah. Aspek pendidikan jiwa (psikagogi) dapat berlangsung dalam suasana tersebut.
Hubungan pasien-dokter sebaiknya dibatasi pada kedalaman tertentu saja yang secara aktual dapat dimanfaatkan untuk pendidikan mental (jiwa). Candra Jiwa Indonesia memiliki penekanan pada psikagogi yang khas dan mendalam, tetap memandang peran guru adalah besar sesuai dengan perjalanan sejarah. Ada perhatian khusus pada mudah tersinggungnya perasaan orang Indonesia, walaupun tersembunyi.
Simbol-simbol yang telah menjadi sadar karena asimilasi atau tercerahkan, hendaklah dipilih bentuk-bentuk arketipnya. Sementara hubungan yang sifatnya pribadi, tidak perlu disinggung agar tidak terjadi kemunduran reedukasi mengingat pekanya perasaan orang Indonesia. Pertimbangan-pertimbangan yang lebih tajam harus memutuskan apakah orang Indonesia harus dirawat dokter secara psiko-analitis. Khusus pada perempuan, Soemantri pesimis terhadap pendekatan pasien menurut metodologi Freud, hampir dipastikan gagal dalam mencapai tujuan. __________ http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRB5FFGYZ-NeADXBFf6TbWPgfD5y8jF4Cfj5FOf1Zt4pDpOx7sZ cited september 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 147
Pasien agar memperhatikan pengaruh negatif dari luamah, karena secara
struktural dan fungsional sama saja. Jadi pasien tidak diingatkan kepada
keterikatan-keterikatan pada masa-masa hidup yang telah lalu, tetapi ditunjuk-
Karena kepekaan yang sangat tinggi, terutama pasien wanita, harus
diputuskan apakah orang Indonesia harus dirawat dokter secara psiko
analisis harus dipertimbangkan secara mendalam. Menurut Soemantri
penerapan metode analisis Freud dapat diramalkan kegagalannya.
kan adanya kekuatan-kekuatan yang imanen dalam dirinya, yang sebagian dapat
memperlambat perkembangan sang aku, dan sebagian yang lain dapat memper-
cepatnya. Menjadi jelas bahwa analisis yang mendalam sampai kepada masa bayi
dan balita tidak dicakup oleh Candra Jiwa Indonesia.
Penjelasan-penjelasannya hanya terbatas pada kedalaman-kedalaman yang
secara aktual dapat digunakan untuk pendidikan mental, jiwa (psikagogi).
Penekanan pada psikagogi hampir merupakan suatu pendidikan yang khas dalam
Candra Jiwa Indonesia, bukan hanya dalam sejarah peran guru adalah besar,
tetapi juga karena mudah tersinggungnya perasaan orang Indonesia, walaupun
dari luar sebenarnya tidak begitu kelihatan. Pada penjelasan mengenai simbol-
simbol yang telah menjadi sadar, bentuk-bentuk arketipnya hendaklah menjadi
pilihan daripada hubungan yang sifatnya pribadi, agar tidak terjadi kemunduran
karena merasa tersinggung.
Karena kepekaan yang amat sangat, maka keputusan apakah orang
Indonesia harus dirawat dokter secara analitis harus melalui pertimbangan-
pertimbangan yang lebih halus. Terutama untuk pasien-pasien wanita, bagi
Soemantri metode analisis Freud sebelumnya dapat diramalkan akan gagal bila
diterapkan. Pada waktu disertasi Soemantri dipublikasikan (1956), diperkirakan
analisis cara Freud baru dapat digunakan untuk orang-orang Indonesia generasi
se-
148 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Pasien, dokter, dan ners sedang berdiskusi tentang kesehatan Foto 3.6.3: Dokter Perlu Berorientasi pada Potensi Imateri Pasien Dokter harus tajam dalam menemukan suatu kemungkinan untuk mengembangkan potensi imateri (TriAspect, TriFoil) di dalam sang akunya sendiri, agar pasien segera diingatkan bahkan perlu berkali-kali diingatkan akan adanya potensi itu dan agar berorientasi pada potensi istimewa tersebut. Posisi dokter sebenarnya berada sejajar di samping pasien, mengingat sang dokter itu sendiri juga harus mengembangkan potensi itu.
Potensi itu (Tripurusa) adalah sama bagi pasien, dokter, ners, dan bersifat universal. Meskipun Tripurusa itu hanya dapat dicapai oleh masing-masing di dalam dirinya sendiri. Dengan ini penyerahan diri pasien kepada dokter menjadi lebih longgar. Harapan akan sembuh dipusatkan kepada Tripurusa yang tidak berpribadi itu (TheSource-TheForce-TheSelf), dengan jalan pengembangan aktivitasnya sendiri. Pasien perlu berkali-kali diingatkan bahwa penyembuhan bukan datang dari dokter. Dokter di sini lebih menyerupai ”kakak” yang lebih banyak pengalamannya. Menurut Soemantri hubungan dokter-pasien tersebut lebih mirip metode psikoterapi Adler.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 149
karang atau setidak-tidaknya telah belajar di negara-negara barat satu atau
beberapa tahun lamanya. Pada waktu itu analisis cara Freud tidak dianjurkan
untuk orang Indonesia.
Pada situasi klinis tertentu begitu ada petunjuk berupa kesempatan pa-
sien untuk mengembangkan potensi di dalam sang akunya sendiri, agar
pasien segera diingatkan bahkan berkali-kali diingatkan akan adanya
potensi itu (Tripurusa) dan agar berorientasi pada potensi tersebut.
Dalam Candra Jiwa Indonesia telah disinggung mengenai pentingnya
introspeksi terus-menerus agar dapat menemukan kesalahannya sendiri.[23]
Panembah juga merupakan latihan untuk memasuki hati sanubarinya sendiri dan
mengobservasi dirinya sendiri. Semua dapat menjadi kurang penting
dibandingkan dengan merealisasikan gambaran jiwa dan adaptasinya pada
masyarakat, tetapi bukan sebagai tuntutan untuk dikemukakan kepada dokter
ketika terjadi disharmoni. Penanganan terhadap simbol-simbol yang telah
menjadi sadar sebaiknya dilakukan secara insidental, kalau pasien
mengemukakannya dengan sukarela.
Dalam situasi terapeutik begitu ada petunjuk pada pasien mengenai suatu
ke-mungkinan untuk mengembangkan potensi dalam sang akunya sendiri, agar
pasien segera diingatkan bahkan berkali-kali diingatkan akan adanya potensi itu
dan agar berorientasi pada potensi tersebut. Posisi dokter sebenarnya berada di
samping pasien, karena sang dokter itu sendiri harus juga mengembangkan
potensi itu.
Potensi itu (Tripurusa) adalah sama bagi pasien, dokter dan bersifat
universal, meskipun Tripurusa itu hanya dapat dicapai oleh masing-masing di
dalam dirinya sendiri. Dengan ini penyerahan diri pasien kepada dokter menjadi
lebih longgar. Harapan akan sembuh dipusatkan kepada Tripurusa yang tidak
berpribadi itu dengan jalan pengembangan aktivitasnya sendiri.
__________
[23]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Paliwara.
Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 39.
150 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Charcot mendemonstrasikan pasien histeria di La Salpetrie, 1887
Gambar 3.6.1: Charcot dan Pasiennya ”Serangan histeria berhubungan dengan memori kehidupan pasien.”- Sigmund Freud 1895. Setelah lulus jadi dokter, Freud meneruskan studi neurofisiologi karena tidak begitu tertarik dengan praktik dokter. Pada tahun 1885, ia belajar hipnotis pada Jean-Martin Charcot untuk mengobati penderitaan pasien wanita di La Salpêtrière, Paris. Penderitaan mental tersebut kelak dikenal sebagai histeria.
Perspektif-perspektif terapeutik dalam Candra Jiwa Indonesia jelas memberikan sudut pandang yang baru. Memperhatikan struktur kepribadian orang Indonesia dan struktur masyarakatnya, berdasarkan perkembangan agama-agama dan orientasi-orientasinya yang sepanjang masa telah masuk ke Indonesia. Soemantri mengusulkan untuk memasukkan unsur pengetahuan tentang agama dalam pendidikan psikoterapi. Soemantri juga menginginkan agar psikologi memasuki bidang religi, agama.
Candra jiwa yang telah dikemukakan oleh Soenarto dan kawan-kawan itu secara primer diperuntukkan bagi masyarakat Indonesia pada umumnya, yang sedang berproses me-ngembangkan dirinya sendiri. Awalnya memang bukan untuk menolong pribadi-pribadi yang sakit. Kemungkinan aspek terapeutiknya dikemudian hari menjadi bersifat sekunder saja.
__________ http://artistresearcher.files.wordpress.com/2010/01/charcotdemonstratinghistechnique.jpg cited December 19, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 151
Pasien perlu berkali-kali diingatkan bahwa penyembuhan bukan datang dari
dokter. Dokter di sini lebih menyerupai ”kakak” yang lebih banyak pengalaman-
nya. Hubungan ini lebih mirip dalam terapi metode Adler.
Seyogyanya dokter tidak hanya mengetahui tentang tujuan Candra Jiwa
Indonesia, tetapi ia juga harus telah mengalaminya sendiri dalam hidup-
nya. Naluri pasien segera tahu dan sanggup membedakan apakah dokter
hanya mengatakan apa-apa yang telah dihafalnya, ataukah ada pengala-
man di belakang kata-katanya itu.
Dengan demikian, dokter tidak saja harus mengetahui tentang tujuan
Candra Jiwa Indonesia, ia juga harus telah mengalaminya dalam sikap hidupnya.
Pasien segera tahu apakah ia hanya mengatakan apa-apa yang dihafalnya,
ataukah ada pengalaman di belakang kata-katanya itu. Dalam hal ini naluri,
pasien tidak mengalami kesalahan-kesalahan. Hubungan antara pasien dan
dokter lebih mirip hubungan antara manusia dengan manusia (Jung). Harus ada
kemahiran dalam teknik menolong antara manusia dengan manusia, selain itu
orang itu sendiri masih harus membutuhkan pertolongan. [24] Secara ringkas dan
teknis, perspektif-perspektif terapeutik dalam Candra Jiwa Indonesia jelas
memberikan sudut pandang yang baru.
Tentu saja harus diperhatikan struktur kepribadian orang Indonesia dan
struktur masyarakatnya, mengingat sejarahnya dan perkembangan agama-agama
dan orientasi-orientasinya yang sepanjang masa telah masuk ke Indonesia. Candra
jiwa yang telah dikemu-kakan oleh Soenarto dan kawan-kawan itu pertama-tama
bukan untuk menolong pribadi-pribadi yang sakit, tetapi memiliki pembagi
persekutuan terbesar buat orang-orang Indonesia, yang sedang di ambang pintu
untuk mengembangkan dirinya sendiri. Sehingga kemungkinan aspek terapeutik-
nya menjadi bersifat sekunder saja.
__________
[24]. Carl Gustav Jung. Seelenprobleme der gegenwart. Rascher und Cie A.G. Verlag Zurich. h. 37-38.
152 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 3.7.1: Dasasila Dilaksanakan dengan Aspek Sukarela Sepuluh asas yang disebut Dasasila: 1. Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Ber-bakti kepada Utusan Tuhan. 3. Setia kepada kalifatullah (pembesar negara dan undang-undangnya). 4. Berbakti kepada tanah air. 5. Berbakti kepada orang tua (ayah-ibu). 6. Berbakti kepada saudara tua. 7. Berbakti kepada guru. 8. Berbakti kepada pelajaran keutamaan (budi pekerti luhur). 9. Kasih sayang kepada sesama hidup. 10. Menghormati semua agama.
Mendalami makna yang terkandung di dalam Dasasila, hanya dua sila yaitu sila ke-1 dan ke-2 yang mewakili pendekatan ideal yang bersifat introversi terhadap dimensi-4 (spiritual), lainnya bersifat ekstraversi terhadap dimensi-1 (makrokosmos), dimensi-2 (fisik) dan dimensi-3 (mental). Sila ke-3 dan ke-4 adalah pendekatan ideal terhadap struktur „atas“ dalam masyarakat luas. Sila ke-5 sampai ke-8 terhadap struktur masyarakat terkecil „intern“ keluarga dan pendidikan dalam arti pribadi. Sila ke-9 dianggap terpenting karena beraspek budi luhur dan sila ke 10 menjadi istimewa karena beraspek menghormati dan menghargai hak asasi manusia.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam Semesta Dunia Luar
==================lPancaindral============================= MIKROKOSMOS Dunia dalam Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - DASASILA - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental
Aku
- - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: 3.Roh Suci, 2.Suksma Sejati, 1.Suksma Kawekas
Alam Sejati (Pusat Imateri) Spiritual =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 153
3.7 ASPEK SUKARELA
Tampak dari cara Soenarto dan orang-orang yang ingin mempelajarinya
berusaha saling mengikat, secara sangat sederhana berorganisasi, menunjukkan
Soenarto mendirikan Paguyuban Ngesti Tunggal (perkumpulan yang
tujuannya bersatu), berjuang ke arah bertunggal dengan masyarakat
untuk kesejahteraan, ketenteraman, kebahagiaan, dan persaudaraan di
antara anggota-anggotanya. Serta mempunyai tujuan persatuan rohani,
yaitu pamudaran dan panunggal, bertunggal dengan Tripurusa.
bahwa candra jiwa tersebut memiliki arti yang praktis bagi masyarakat Indonesia.
Ia telah menyusun Dasa Sila (dasa= 10; sila= asas) yang ditaati oleh orang-orang
tersebut dengan sukarela.
Sepuluh asas tersebut adalah:
1. Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Berbakti kepada Utusan Tuhan.
3. Setia kepada kalifatullah (pembesar negara dan undang-undangnya).
4. Berbakti kepada tanah air.
5. Berbakti kepada orang tua (ayah-ibu).
6. Berbakti kepada saudara tua.
7. Berbakti kepada guru.
8. Berbakti kepada pelajaran keutamaan (budi pekerti luhur).
9. Kasih sayang kepada sesama hidup.
10. Menghormati semua agama.
Kesepuluh sila itu apabila diringkas, termuat dalam sila ke-9: Kasih sayang
kepada sesama hidup. Perkumpulan yang didirikan Soenarto disebut Paguyuban
Ngesti Tunggal, yang artinya perkumpulan yang tujuannya bersatu. Berjuang ke
arah persatuan masyarakat sehingga terdapat ketenteraman, kebahagiaan, dan
persaudaraan di antara anggota-anggotanya.
154 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 3.7.1: Blencong pada Sampul Majalah Bulanan Dwija Wara Blencong ialah lampu atau obor yang menerangi layar tempat dalang memainkan wayangnya. Delapan lidah api, tiga di atas dan lima di bawah, yang ke luar dari Blencong melambangkan bagian pokok dari intuisi Soenarto Mertowardojo, ialah Hasta Sila (Tri Sila dan Panca Sila) yang diyakini sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Bagian belakang Blencong berbentuk sayap berjumlah empat buah, di atasnya mempunyai ujung (tempat menggantungkan Blencong) yang bertakuk dan terdiri atas tiga bagian. Masing-masing melambangkan empat macam nafsu (mutmainah, amarah, sufiah, dan luamah) dan angan-angan yang sifatnya tiga (cipta, nalar, dan pangerti). Maknanya, apabila seseorang yang jiwanya berkiblat kepada Tripurusa (Suksma Kawekas-Suksma Sejati-Roh Suci) sudah dapat menjalankan Hasta Sila dengan sempurna, maka empat macam nafsu akan tunduk kepada pimpinan angan-angan yang bersifat tiga. Baru setelah itu atas perkenan Sang Suksma Sejati (Sang Guru Sejati) angan-angan (bayangan Tripurusa, TriFoil) akan mampu menerima Pepadang-Nya (intuisi), sehingga dalam kehidupan sehari-hari dalam segala hal ia akan dipimpin oleh tiga sifat angan-angan yang selalu mendapat Pepadang Sang Suksma Sejati (TheForce). __________ Penjelasan mengenai gambar blencong selalu dimuat d sampul belakang majalah bulanan Dwija Wara
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 155
Serta mempunyai tujuan persatuan rohani, yaitu pamudaran dan panunggal
dengan Tripurusa. Dalam dasawarsa-dasawarsa yang akan datang akan terbukti
apakah Candra Jiwa Indonesia ini
Sejarahlah yang akan membuktikan kelak di kemudian hari. Apakah
benar hipotesisnya kelompok masyarakat yang dengan sukarela meng-
amalkan Dasa Sila tersebut secara umum benar-benar sehat dan kuat
jiwanya, bebas dari neurosis , maupun gangguan mental lainnya.
akan tumbuh dengan subur. Apakah kelompok masyarakat yang dengan sukarela
mengamalkan Dasa Sila tersebut secara umum benar-benar sehat jiwanya, bebas
dari neurosis maupun gangguan mental lainnya, sejarahlah yang akan
membuktikan di kelak di kemudian hari.
Mengikuti perjalanan sang waktu (20 Mei 1949-2010, enam dasawarsa),
pada waktu buku ini ”ditulis-ulang dan dipelajari”, organisasi tersebut telah
meluas di seluruh Indonesia. Sambutan Ketua Pengurus Pusat Dr. Ir. Budi
Darmadi, MSc. pada upacara pembukaan Kongres Pangestu XVI Tahun 2010
tanggal 21 Mei 2010 di Surakarta mengumumkan jumlah anggotanya yang
terdaftar 209.530 orang. Sebagai gambaran singkat perkembangan cabang:
Kongres I tahun 1954: 4 cabang, Kongres V tahun 1967: 96 cabang, Kongres X
tahun 1982: 158 cabang, Kongres XV tahun 2005: 196 cabang, dan Kongres XVI
tahun 2010: 203 cabang. Kongres ini direncanakan hadir 203 cabang di mana 189
cabang berada di Pulau Jawa dan 14 cabang di luar Pulau Jawa. Yang tidak kalah
menariknya dari organisasi ini adalah dijalankan tanpa memungut iuran
organisasi. Sebagai gantinya disediakan kotak budi darma, serta
mengembangkan toko ”bisu” untuk melatih kejujuran anggotanya. Melakukan
pencatatan dan pendataan organisasi, tetapi kartu keanggotaan tidak begitu
dianggap penting, lebih mementingkan rasa persaudaraan di antaranya.
156 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Kotak Budi Darma (Donation Box) buatan Jim Woodward, pehobi dari Houston, Texas, USA
Foto 3.7.2: Kotak Budi Darma Kotak donasi di atas dibuat dengan kayu spesies dari Walnut & Spalted Hack-berry. Para pehobi yang menukang kayu selalu ditantang kreatifitas dan ketrampilannya, dua kali setahun untuk membuat suatu produk. Penyelenggaranya adalah The Wood Whisperer Guild suatu sekolah virtual pertukangan kayu di Amerika Serikat. Kotak semacam ini telah dimanfaatkan oleh Jim Woodward dan kawan-kawannya 4-6 kali setahun termasuk mengumpulkan donasi pada pertemuan-pertemuan tertentu. Di antaranya pada pesta Halloween 2010, di mana anak-anak muda sering memberikan donasi uangnya lebih dari hari-hari istimewa lainnya. Lebih dari 1000 USD dapat terkumpul dan diberikan kepada mereka yang membutuhkan terutama untuk menyiapkan makanan di hari-hari besar yang dirayakan bersama.
Berbeda dengan organisasi lainnya, organisasi pendidikan dan pengolahan jiwa Paguyuban Ngesti Tunggal tidak memungut iuran anggota. Sebagai gantinya menyediakan Kotak Budi Darma yang sangat sederhana, untuk menampung donasi dari para anggotanya, dalam bentuk apa saja sesuai dengan kemampuan dan keikhlasannya. __________ http://thewoodwhisperer.com/wp-content/uploads/jims-donation-box4.jpg cited January 3, 2012 http://thewoodwhisperer.com/jims-donation-box/ cited January 3, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 157
Memiliki majalah bulanan Dwija Wara, menerbitkan buku untuk
kepentingan anggotanya saja. Memiliki website di dunia maya: http//www.
pangestu.or.id; melakukan kegiatan Olah-rasa, dan melaksanakan kegiatan-kegia-
Yang menarik dari Paguyuban Ngesti Tunggal adalah organisasinya
tidak memungut iuran tetapi menyediakan kotak budi darma. Mengem-
bangkan toko ”bisu” untuk melatih kejujuran. Pencatatan dan pendata-
an organisasi dilaksanakan, tetapi kartu keanggotaan tidak begitu
dianggap perlu, lebih mementingkan rasa persaudaraan di antaranya.
tan seperti organisasi pada umumnya. Angautanya terdiri dari berbagai kalangan
masyarakat mulai dari petani, buruh, pengusaha, guru, pelajar, mahasiswa,
sarjana, guru besar, sampai pembesar-pembesar negara. Tentu saja organisasi ini
juga seperti organisasi lainnya memperhatikan sasaran kuantitas, tetapi uniknya
lebih menitik-beratkan pada meningkatkan kualitas derajat kejiwaan manusianya
menuju derajat Budi Luhur.
Tulisan-tulisan, topik-topik tertentu yang termuat berdasarkan intuisi
Soenarto, dapat diakses di dunia maya (internet). Baik ditulis oleh pengagumnya,
para peneliti di dalam maupun di luar negeri, dan penulis lainnya. Dapat berupa
apresiasi maupun kritik sesuai dengan pandangan penulisnya, untuk menambah
wawasan pembacanya.
158 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
The SEAMEO Acting Director (17 Maret 1969-19 Januari 1970) Sekretariat SEAMEO, Bangkok
Foto 7.1.1: Prof. Soemantri Memberikan Ceramah di Bangkok Prof . Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso sedang menerangkan sesuatu yang berkaitan dengan negara-negara anggota ASEAN seperti Indonesia, Laos, Malaysia, Philippina, Thailand, dan Vietnam.
Beliau secara ilmiah telah memperkenalkan keberadaan Dwitunggal Sadar Kolektif, (Dwiaspek, BiAspect) yaitu Sadar Kolektif Statis (Suksma Kawekas, TheSource) dan Sadar Kolektif Dinamis (Suksma Sejati, TheForce) sebagai wakilnya di dalam pusat (hidup) imateri manusia. Sadar Kolektif Terbatas (Roh Suci, TheSelf) merupakan bagian dari TriAspect (Tripurusa, TriFoil) adalah yang dihidupi, dituntun, dan dipimpin oleh TheForce. TheSelf dengan sadar berjanji di dalam Paugeran Tripurusa (ikrar, kredo, syahadat) bahwa ia meyakini kelak akan dituntun oleh TheForce kembali kepada Sumber dan Asal mula Hidupnya. Seyogyanya, janji itu kelak dijalankan oleh sang Aku sebagai perilaku introversi (sadar, percaya, dan taat) yang disempurnakan oleh perilaku ekstraversi di masyarakat (sabar, rela, nerima, jujur, dan budi luhur). Jadilah ia manusia dengan integritas paripurna yang pantas untuk menyaksikan kebenaran ilmiah ini.
__________ http://www.seameo.org/vl/library/dlwelcome/photogallery/director/soemanti/soeman1.jpg cited May 15, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 159
Kesimpulan
(Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia)
1. Intuisi
Soemantri telah membuktikan hipotesis Jung mengenai terjadinya intuisi
dengan kekhususannya pada diri R. Soenarto Mertowardojo, sekaligus juga pada
dirinya sendiri, berdasarkan introspeksi. Dengan tuntunan Sadar Kolektif Dinamis,
tersusunlah candra jiwa baru yang lebih lengkap dari apa yang telah disarankan
oleh Carl Gustav Jung, yaitu Candra Jiwa Indonesia atau Candra Jiwa Soenarto,
yang berlaku secara universal.
2. Potensi
Potensial intuisi dapat terjadi kepada siapa saja, sebagai puncak evolusi
kesadaran sang Akunya manusia. Dengan meningkatkan kesadaran pribadinya
menjadi Sadar (kolektif) Terbatas sampai ke Sadar Kolektif Dinamis.
3. Sadar-Kolektif
Secara ilmiah memperkenalkan keberadaan Sadar Kolektif Statis (Suksma
Kawekas), TheSource dan Sadar Kolektif Dinamis (Suksma Sejati), TheForce,
sebagai wakilnya di dalam pusat imateri manusia. Sadar Kolektif Terbatas (Roh
Suci), TheSelf adalah yang dihidupi, dituntun, dan dipimpin oleh TheForce. Aku
sejatinya manusia yang sadar bahwa kelak akan dituntun kembali kepada Sumber
dan Asal mula Hidup.
4. Perilaku
Sadar, percaya, dan taatnya sang Aku kepada Sadar Kolektif adalah perilaku
ke dalam dirinya (Trisila: kunci utamanya adalah percaya), sebagai kuncinya
peristiwa intuisi. Watak tersebut baru terlaksana dengan sempurna apabila
disertai dengan mempraktikkan budi luhur di masyarakat. Perilaku ke luar (di
masyarakat) tersebut berupa pembangunan watak yang luhur, antara lain: Sabar
yakni luas, longgar, dan mampu menampung semua persoalan;
160 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 7.1.1: Upaya Mempertajam Empati Pengetahuan tentang fungsi tertinggi angan-angan (sadar), suasana perasaan (percaya) dan nafsu (taat) dapat dimanfaatkan oleh Sang Akunya manusia lebih mendekat kepada TheSource (Suksma Kawekas), sumber dan asalmula hidup. Melalui tuntunan TheForce (Suksma Sejati) di dalam dirinya, di dalam pusat-spiritual yang imateri, omnipotensi dan abadi. TheGate (Rahsa Jati), ambang rasa bahagia di dalam diri mikrokosmos. TriAspect/ Tripurusa adalah jati diri sesungguhnya manusia.
Pengetahuan tersebut, secara sekunder dapat dimanfaatkan sebagai dasar untuk memper-tahankan kesehatan mental, mencegah sakit jiwa, dan sekaligus menjalankan reedukasi untuk terapi mental spiritual.
Hendaknya kemampuan memahami keyakinan mental spiritual dirinya sendiri, orang lain, klien sehat, dan pasien sakit dapat dipakai sebagai dasar untuk mempertajam empati. Empati hubungannya bersifat netral (perkawanan, pertemanan), sebaliknya simpati dan antipati bersifat keterikatan (hukum) seperti dalam perkawinan dan perceraian. (D1-4= dimensi, matra)
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
D1 MAKROKOSMOS
=================l Pancaindra l========================== D2 MIKROKOSMOS Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 Mental
IANGAN-ANGAN,- - --IIPERASAAN, IIINAFSU-NAFSU (sadar) (percaya), (taat)
- - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 TriAspect: 3TheSelf, 2TheForce, 1TheSource
Pusat Imateri Spiritual ========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 161
Rela adalah ikhlas dan ridho; Narima yaitu syukur dan puas; Jujur ialah benar,
adil, dan berani; serta Budi luhur itu sendiri (Pancasila: kunci utamanya adalah
jujur).
5. Empati
Dengan mempelajari Candra Jiwa Indonesia, memperdalam konsep empati,
diharapkan mampu memahami keyakinan mental-spiritual dirinya sendiri, orang
lain, klien sehat, dan pasien sakit. Sebagai dasar untuk mempertajam empati,
mempertahankan kesehatan mental, mencegah sakit jiwa, dan sekaligus
menjalankan reedukasi maupun terapi mental spiritual.
6. Kesadaran Diri
Pengetahuan tentang fungsi tertinggi angan-angan (sadar), suasana
perasaan (percaya), dan nafsu (taat) dapat dimanfaatkan oleh Sang Akunya
manusia lebih mendekat kepada TheSource sebagai sumber dan asalmula hidup.
Melalui tuntunan TheForce di dalam dirinya, di dalam pusat spiritual, yang imateri,
omnipotensi, dan abadi.
7. Fungsi Luhur
Dengan semakin redup-nya kesadaran sang Aku, terang dan membesarnya
kesadaran hidup TheSelf (Roh Suci), yang merembes melalui Rahsa Jati (TheGate):
kontinuitas kesadaran, diharapkan terbukanya kemungkinan peningkatan fungsi
luhur manusia, kebijaksanaan, intuisi, dan aspek keajaiban lainnya yang
bermanfaat untuk menyelesaikan tugas hidup manusia di dunia.
8. Semoga kesejahteraan, ketenteraman, dan kebahagiaan selalu meliputi
saudara-saudara sekeluarga karena cinta, kasih sayang, tuntunan dan lindungan
dari TheForce, Sadar Kolektif Dinamis, Sang Guru Sejati, Utusan Tuhan yang abadi
di dalam pusat hidupnya setiap manusia.
Terima kasih.
162 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Prof. Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso, Acting Director SEAMEO, 17 Maret 1969 - 19 January 1970
Foto 8.1.1: Prof. Soemantri Sedang Membuat Catatan Penting di Ruang Kerjanya Patut dicatat dalam sejarah bahwa beliau telah membuktikan hipotesis Jung mengenai terjadinya intuisi dengan studi kasus kualitatif pada diri R. Soenarto Mertowardojo, sekaligus juga pada dirinya sendiri, melalui introspeksi.
Dengan tuntunan Sadar Kolektif Dinamis, TheForce, tersusunlah candra jiwa baru yang lebih lengkap dari apa yang telah disarankan oleh Carl Gustav Jung, Sigmun Freud, dan Alfred Adler yaitu Candra Jiwa Indonesia atau Candra Jiwa Soenarto, yang berlaku secara universal. Kol. Dr. dr Soemantri Hardjoprakoso adalah termasuk salah satu pendiri sekaligus Dekan (pertama: 1961-1962) Fakultas Psikologi Universitas Pajajaran (Berdiri 2 September 1961). Kuliah-kuliah awal 30 mahasiswanya dilaksanakan di Dinas Psikologi Angkatan Darat di Jalan Sangkuriang 17 Bandung, tempat kuliah berikutnya dan ujian Sarjana Muda Psikologi yang pertama kali (1964) di Gedung Danawarih di Jalan Haji Wasid 31 Bandung.
__________
http://www.seameo.org/vl/library/dlwelcome/photogallery/director/soemanti/soeman4.jpg cited May 15, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 163
EPILOG
Sekar Dhandhang Gula Eling-eling *] Dhandhang Gula Eling-eling *]
Eling, eling pra siswa den eling, Sadarlah, hai para siswa sadarlah
Kang pracaya mring adiling Suksma, Percayalah akan keadilan Tuhan
Mituhu kabeh dhawuhe, Taati semua perintah-Nya
Aja nrajang pepacuh, Jangan melanggar larangan-Nya
Marsudiya ambeg utami, Berusahalah memiliki watak utama
Rila, sabar, sabar, narima, Rela, sabar, narima
Temen, budi luhur, Jujur, budi luhur
Anetepi Dasa Sila, Menetapi Dasa Sila
Pepakeming Paguyuban Ngesti Tunggil, Pedoman Paguyuban Ngesti Tunggal
Mrih antuk sihing Suksma. Agar memperoleh Sih Tuhan
Syair lagu berbahasa Jawa yang bermetrum dandhang gula ini berisi ajakan bagi semua
“mahasiswa” yang sedang belajar di “Universitas Kehidupan Nyata”. Agar selalu sadar, percaya
atau beriman kepada Tuhan YME, serta menaati, semua perintah-Nya yang lazimnya disebut
sebagai takwa. Jangan sampai melanggar larangan-Nya serta berusaha memiliki watak utama
yang terpuji, yaitu; ikhlas (rela), sabar, syukur (narima), jujur (temen), dan budi luhur, serta
ajakan untuk menetapi sepuluh sila, agar mendapatkan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa.
Dasa sila**] berisi (1) Berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa; (2) berbakti kepada
Utusan Tuhan; (3) setia kepada kalifatullah (pembesar negara dan undang-undangnya); (4)
berbakti kepada tanah air, (5) berbakti kepada orang tua (ayah-ibu); (6) berbakti kepada
saudara tua; (7) berbakti kepada guru; (8) berbakti kepada pelajaran keutamaan; (9) kasih
sayang kepada sesama hidup; dan (10) menghormati semua agama. Sila ke-9 merupakan
ringkasan dari kesepuluh sila tersebut.
Melaksanakan semua hal tersebut di dalam praktik kehidupan nyata sehari-hari, artinya
menyatu dan guyub dengan masyarakat. Praktik tersebut akan mengubah perilaku dan watak
manusia, menyelamatkan hidup serta mendapatkan kasih sayang Tuhan Yang Maha Esa, pusat
dan sumber hidup kita semua, di mana kelak kita akan kembali kepada-Nya.
__________
*] Buku Saku Panembah dan Pangesti. Paguyuban Ngesti Tunggal. Jakarta 2003. h. 33.
**] Idem h. 36.
164 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 9.1.1: Kapten TNI Angkatan Darat R. Soenarto Mertowardojo
__________
Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 165
LAMPIRAN
LAMPIRAN-1: Skema I ( MAKROKOSMOS dan MIKROKOSMOS) SKEMA I
MIKROKOSMOS
Bumi – Lapis 7
Materi kasar-Fisik-Kimiawi
Langit – Lapis 7
Materi halus-Jiwa
Catatan penulis: Dalam tulisan penulis lainnya nafsu luamah sering digambarkan sebagai kuda yang berwarna hitam, bukan berwarna ungu (warna daging). Memang warna ungu (tua) dan hitam dalam hal ”warna kuda” memiliki persepsi yang mirip, dapat dipersamakan. Polaritas nafsu ini memang dapat berubah dari negatif menjadi netral (konversi, sublimasi). (BSP)
PANCAINDRA
I. Penglihatan
II. Pendengaran
III. Pembau
IV Perasa(an)
merasakan rasa
orang lain
V Pengucap (bahasa)
MA
KR
OK
OS
MO
S:
Otak Besar
Jantung
Aku
u
Cipta-Pangaribawa 1
Nalar-Prabawa 2
Pangerti-Kamayan 3
Angan-angan arti sempit
I
Angan-angan arti luas
AKU
Perasaan II Hati
Nafsu
Mutmainah (putih) 4
Amarah (merah) 5
Sufiah (kuning) 6
Luamah (ungu) 7
III
Paru
Darah
Sumsum
Daging
RA
HS
A J
AT
I
TR
IPU
RU
SA
Ma
nu
sia
, d
ewa
, h
ewa
n,
tum
bu
h-t
um
bu
ha
n,
da
n m
iner
al.
166 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 9.1.2: Bapak dan ibu R. Trihardono Soemodihardjo Bapak Soemodihardjo dilahirkan pda tanggal 10 Agustus 1891 di kampung Kauman-Solo. Dari pernikahannya dengan R. Ngt. Siti Marijam beliau memperoleh seorang putra ber-nama R. Ilham B.A. Pendidikan terakhirnya di College Balai Pengetahuan Umum A dan B di Solo (1946-1947). Terakhir beliau bekerja sebagai Komis pada Mahkamah Islam Tinggi di Surakarta (1 Juli 1951-31 Agustus 1952).
Beliau adalah penulis yang self-made man, pengetahuan umumnya sangat luar biasa. Nama samaran dalam artikelnya di Dwija Wara antara lain Ki S. Among Budhaya, Ida Bagus Sumo, Sabda Pallon, Condestu, S. Taroeno dan Ki Suksmadi. Beliau wafat pada 26 September 1952 di Surabaya.
__________ Majalah Dwija Wara, Mei 2005 hal. 5
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 167
LAMPIRAN-2: Skema II (Skema dari R. Trihardono Soemodihardjo)
Catatan penulis: R. Trihardono Soemodihardjo adalah salah satu dari tiga penulis Buku Pustaka Sasangka Jati. Beliau termasuk nara sumber utama Dr. Soemantri Hardjoprakoso dalam studi-nya tentang Candra Jiwa Soenarto. Catatan warna (perkiraan) dalam kurung sebelah kanan adalah tambahan dari penulis (BSP).
11. Pangerti (kemayan) perangan wadak
12. Aku
13. Cipta/pikir pangaribawa
14. Rasa pangrasa , juru panimbang
15. Karep
16. Pribadi luhur (tan gumana)
17. Pribadi asor (gumana)
1. Suksma Kawekas, Kehendak (putih)
2. Suksma Sejati, Sang Sabda. Sifat
kebijaksanaan yang maha tahu (kuning)
3. Roh Suci, aku yang abadi, daya kekuasaan. (biru)
4. Pengaruh awal, perkenalan, Suksma
Sejati melalui Roh Suci, dan faktor empiris luar pengetahuan
5. Pengaruh awal Suksma Kawekas
pada keinginan. Pada penghakiman kepribadian Tri Purusa
6. Keakuan (mengarah kepada keroha-
nian)
7. Rasa Jati, keadaan sadar keakuan , yang di dorong ke Roh Suci (biru)
8. Fungsi asosiasi dari intelektual.
Kemampuan (faktor besar) (kuning)
9. Fungsi asosiasi (faktor lebih rendah)
10. Peninjau, fungsi mengawasi.
Kemampan (faktor besar)
11. Peninjau, fungsi mengawasi (faktor
kecil)
12. Ke-aku-an (mengarah ke duniawi)
13. Pikiran, fungsi pembentukan gambar-
an dari intelektualitas. Kemampuan
(biru)
14. Perasaan, juru penimbang
15. Kehendak (ungu)
16. Kepribadian lebih tinggi, mengarah ke Tri Purusa
17. Kepribadian lebih rendah, mengarah
ke duniawi, terikat kepada kekotoran, penerawangan dengan indrawi
18. Individualitas
19. Kehendak, yang tidak dibantu oleh nafsu sosial dan suprasosial.
20. kecenderungan sosial dan suprasosial
21. Mutmainah (putih)
22. Sufiah (kuning)
23. Amarah (merah)
24. Luamah (hitam)
18. Sang pribadi
19. Karep ingkang boten
kabiantu mutmainah
20. Asmara sufi (~laya)
21. Mutmainah
22. Supiah
23. Amarah
24. Luamah
1. Suksma Kawekas, Karsa
2. Suksma Sejati, Sang Sabda sipat
Kawicaksanan ingkang
ngudaneni
3. Roh Suci, Ingsun kang langgeng,
daya pangwasa
4. Daya prabawa
5. Daya prabawa
6. Ingsun
7. Rasa djati
8. Nalar (prabawa) perangan alus
9. Nalar (prabawa) perangan wadak
10. Pangerti (kemayan) perangan
alus
168 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto tiga orang penulis pustaka intuisi Sasangka Jati, dikenal sebagai Tiga Serangkai
Foto 9.1.3: Tiga Serangkai Penulis Pustaka Intuisi Sasangka Jati Dari kiri ke kanan R. Soenarto Mertowardojo, R. Trihardono Soemodihardjo dan, R.T. Hardjoprakoso (berdiri). Salah satu dari tujuh buku yang terangkum di dalam pustaka intuisi Sasangka Jati (Terbabarnya Alam Semesta), dipakai sebagai bahan acuan utama disertasi Dr. Soemantri Hardjoprakoso.
__________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 169
LAMPIRAN-3: Skema III (Nilai Positif dan Negatif Sentra Vitalitas)
ANGAN-ANGAN
Ciri yang utama: kedaulatan, persepsi ke-aku-an, atau individu, dinamis
POSITIF NEGATIF
♂
Hierarki
Rasional
Kreatif
Pertanggung jawaban
Berwawasan
Monarki Absolut
Tirani
Merusak
Menekan
Memerintah
PERASAAN
Ciri yang utama: ke-kita-an atau kolektifitas, statis, subjektif
POSITIF NEGATIF
♀
Menerima
Menerima, komprehensif
Penghibur, ceria, peduli
Cinta
Stabil, konstan
Tenang, damai
Menolak
Menolak, tertutup
Cuek, mengabaikan
Benci
Tidak konstan
Tidak tenang, gelisah
NAFSU-NAFSU
Ciri yang utama: motivator untuk sentra yang lain, berkembang, pendorong
POSITIF MUTMAINAH NEGATIF
Dewasa
Langsung dengan sendirinya setia pada yang atas
(kedudukan lebih tinggi), menggunakan ke-aku-an
(kesadaran saya) untuk mendukung kesadaran kita (ke-
kita-an), pengorbanan, pemurah pada tetangga dekat
dan semacamnya
Tidak ada
Anak
NETRAL LUAMAH NEGATIF
Kemauan untuk toleransi yang besar terhadap
kebutuhan fisik seperti rasa lapar, terluka, dingin,
kurang tidur, menahan gejolak seksual
Nafsu egosentrik dalam
minat seksualitas
(sahwat) dan cenderung
ke arah sadisme,
masokis, oral dan anal.
170 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bagan Transenden “Terbalik” 9.1.1: Suprastruktur Yang Transenden di Hati Sanubari Bagan ini untuk mendukung Skema IV (Perbandingan 4-Candra Jiwa), perhatikan D4 (Dimensi-4) Pusat Imateri diletakkan di atas, D1 Alam Semesta seisinya (makrokosmos) diletakkan paling bawah. Hati Nurani terletak di antara EGO dan Roh Suci. Kesadaran pribadi (Roh Suci) tunduk kepada kesadaran kolektif sebagai yang paling dominan di Pusat Imateri (Skema IV). Hati Nurani setara dengan SUPEREGO (Freud), segi-segi KEMASYARAKATAN (Adler), dan PERSONA (Jung). Pada dimensi-3 (D3, Jiwa, Jasmani Halus) di samping sang Aku, masih terdapat 3 dari 4 sentra vitalitas manusia. Tiga sentra yang otonom di D3 tersebut adalah angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu. Sentra vitalitas yang paling unggul adalah yang ke-IV yaitu TRIPURUSA terletak pada Dimensi, Dunia ke-4 (D4, dimensi rohani), pusat hidup imateri, alam sejati, sebagai Jati Dirinya Manusia yang Hakiki. Terserapnya kembali kesadaran pribadi manusia oleh kesadaran kolektif merupakan puncak evolusi tertinggi yang masih mungkin dicapai oleh egonya manusia dalam peristiwa Pamudaran (Liberation, Pembebasan).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
===================================================================== D4 Alam Sejati Pusat Imateri Spiritual
IVTRIPURUSA: 3Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
- - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Hati Nurani
IANGAN-ANGAN,- - --IIPERASAAN, IIINAFSU-NAFSU (aku) D3 Mental - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
D2 MIKROKOSMOS Fisik
=================l Pancaindra l========================== D1 MAKROKOSMOS Alam Semesta
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 171
LAMPIRAN-4: Skema IV (Perbandingan Empat Candra Jiwa)
Catatan penulis: Perbandingan 4 (empat) candra jiwa yang semuanya dilahirkan di Eropa. Posisi sang-Aku (Ego) sebagai sentra pembanding utamanya. Menjadi jelas bahwa Candra Jiwa Indonesia berdiri sejajar dengan lainnya dan tampak lebih lengkap strukturnya. Das ES di dalam Candra Jiwa Freud disebut juga sebagai ID. Freud tidak percaya adanya Tuhan, Adler tidak membicarakan Tuhan maupun struktur jiwa, jadi keduanya tidak memiliki “Yang di Atas”, suprastruktur. Suprastruktur adalah bagian transendennya (kalbu-hati) manusia. Pada suprastruktur Jung menempatkan Das Selbst suatu tujuan evolusi puncaknya Ego manusia untuk mencapai kesadaran kolektif. Pada awalnya Sadar Kolektif itu ada dua (BiAspect): Suksma Kawekas (statis) adalah tujuan hidup, sumber, dan asal mula hidup dan Suksma Sejati (dinamis) adalah utusan-abadinya yang statis, yang meng-hidup-i, menjadi penuntun dan gurunya Ego-yang-imateri (Roh Suci, yang di-hidup-i, Sadar Kolektif Pribadi) manusia. Ego-materi (Aku) adalah bagian sadar individu yang merupakan kristalisasi dari angan-angan, secara struktur berasal dari Cipta-nya manusia. (BSP)
F R E U D A D L E R J U N G CANDRA JIWA INDONESIA (Soenarto)
SUPER
EGO
EGO
(aku)
Prasadar
ES
Ketidaksadaran
Nafsu mati
Nafsu
seks
Kemasyarakatan
(Rasa kebersamaan)
Mementingkan diri sendiri
Kekuatan pendorong
Perasaan rendah diri
EGO
(aku)
Das Selbst – Kesadaran kolektif
EGO
(aku)
Persona
Asadar
I. Pribadi (penampung isi yg terdesak)
II. Kolektif (arketip, pola dasar libido)
Kesadaran kolektif
Hati nurani
EGO
(aku)
A s a d a r
II. Kolektif
(menyeluruh)
Suksma
Kawekas
Suksma
Sejati
Roh Suci
I. Individual
Angan-angan dalam arti
sempit
(penampung kehendak yang belum
tercapai dan pengendapan pengalaman)
Mutmainah
Amarah
Sufiah
Lauwamah
Nafsu egosentri-
fugal
Asmara sufi
Nafsu sosial dan
suprasosial (Carp)
(Kekuatan energi,
ketekunan)
(Nafsu keinginan,
hasrat, harapan)
(Nafsu egosentri-
petal)
TRIPURUSA
172 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden “Terbalik” 9.1.1: Evolusinya Ego ke Dalam Dirinya Yang Hakiki Candra Jiwa Indonesia menunjukkan titik-titik perbedaan yang hakiki dan absolut di antara berbagai candra jiwa yang bertujuan pada pengembangan diri (TheSelf) dengan lain-lainnya yang menuju kepada kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor diluar dirinya.
Menunjukkan apa yang hakiki dalam eksistensi manusia yaitu Ego (Aku) dan Super Ego (Aku Luhur), yang memungkinkan dapat terserap ke dalam dirinya yang hakiki, Absolut dan transenden.
Candra Jiwa Indonesia dan candra dunia yang lengkap telah didusun berdasarkan data yang lebih dari cukup diperoleh dari R. Soenarto Mertowardojo pribadi. Kasus studi kualitatif ini oleh dr. Soemantri Hardjoprakoso disusun menjadi bahan disertasinya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
FISIK
MENTAL
Transenden
Imanen SPIRITUAL
MIKROKOSMOS
ǁǁǁǁǁ
||
AAAbbbsssooollluuuttt
EEEGGGOOO
MAKROKOSMOS Manusia, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, Dewa, dan Mineral
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 173
Lampiran 5. Indonesisch Mensbeeld als Basis Ener Psycho-Therapie. Sumantri Hadjoprakoso (Dissertation)
Rijkuniversiteit, Leiden-Nederland, 20 June 1956 SUMMARY 01. The need is felt for conception of men and world which may be used as a starting point and basis for a way of living and from which at the same time can be deduced a psychoprophylactic and a psychotherapy. 02. Preference is given to the conception of man and world as formed by Sunarto Mertowardojo because of the subsequent reasons: 1. It comprises by the most ample data for a complete conception of man and world originating from one single source. 2. It indicates the greatest common divisor of the various conceptions of man and world current in Indonesia. 3. It points out the essential differences between those conceptions of man which aim at the development of the Self and those others which are orientated on forces and factors outside the self. 4. It points to that essence in human existence which embodies the possibility of absorption in the transcendent Absolute.
RANGKUMAN 01. Dirasakan perlunya candra jiwa dan candra dunia sebagai titik tolak serta dasar pemikiran suatu cara hidup, sekaligus dapat dimanfaatkan untuk psikoprofilaksis dan psikoterapi. 02. Pilihan jatuh kepada candra jiwa dan candra dunia seperti yang telah dirumuskan oleh Soenarto Mertowardojo karena beberapa sebab berikut ini: 1. Disusun berdasarkan data yang lebih dari cukup untuk suatu candra jiwa dan candra dunia yang lengkap, yang berasal dari satu sumber. 2. Merupakan faktor persekutuan terbesar (rangkuman) dari berbagai candra jiwa dan candra dunia yang ada di Indonesia. 3. Menunjukkan titik-titik perbedaan yang hakiki di antara berbagai candra jiwa yang bertujuan pada pengembangan Diri dengan lain-lainnya yang menuju kepada kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor diluar dirinya. 4. Menunjukkan apa yang hakiki di dalam eksistensi manusia, yang memungkinkan dapat terserap ke dalam (dirinya) yang Ab-solut transenden.
----------
174 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Fisik (badan/jasmani kasar, soma), Mental (badan/jasmani halus, psike), Spiritual (Fungsi Spesifik ke-4: rohani, alam sejati, sadar kolektif, Pusat Imateri)
DiagramTransenden 9.1.2: Fungsi Spesifik ke-4 Sebagai Pusat Potensi Yang Hakiki Tiga sentra vitalitas di dalam jiwa manusia oleh Candra Jiwa Indonesia, di kemukakan juga sebagai tiga fungsi spesifik: angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu, masih ada fungsi spesifik yang ke-empat yang mungkin merupakan pusat hakiki dari manusia (!)
Yang menarik adalah makna fungsi yang keempat di dalam pusat imateri (spiritual), selain sebagai pusat potensi, sekaligus suatu keniscayaan untuk masuk ke dalam status transendennya. Fungsi keempat memungkinkan untuk mempelajari seluruh mekanisme sadar dan asadar di dalam jiwa manusia dan aspek komunikasinya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
FISIK
MENTAL
Fungsi Spesifik
Ke-IV
MIKROKOSMOS
III Nafsu-
nafsu
I Angan-
angan
II Pera-saan
ǁǁǁǁǁ
!
MAKROKOSMOS Manusia, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, Dewa, dan Mineral
Empat
Fungsi Spesifik
=
(IV)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 175
5. A psychotherapy maybe deduced from it.
6. It can fully stand comparison with the conceptions of man and world formulated by Freud, Adler and Jung.
7. It points out potencies in man which may prove of theoretical and practical value in the future.
03. The conception of man is expounded in two ways. In the first part, the chapters “The way”, “About life after death” and “About Karma” it is presented in its orthodox form. In the second part it is explained in psychological terminology.
04. In a separate chapter, “comparative speculations on the place of the ego in the system of Freud, Adler and Jung and in the Indonesian conception of man”, outlines of the 4 systems have been placed side by side. For those familiar with the western points of view, the outline of the systems of Freud, Adler and Jung maybe of help to appreciate the Indonesian conception of man and world.
05. In the Indonesian conception of man there is, apart from the specific functions of thought, of affection and of will, still a fourth function which is supposed to be the essential centre of man.
06. This fourth function is not only a centre of potence, but at the same time it is a perspective to enter into the transcendent state of being. This fourth function moreover makes it possible to observe all the conscious and unconscious mechanism in the human psyche.
5. Intisarinya mungkin dapat digunakan untuk psikoterapi.
6. Dapat ditegakkan sejajar dengan candra jiwa dan candra dunia yang telah dirumuskan oleh Freud, Adler, dan Jung.
7. Menunjukkan adanya potensi-potensi di dalam diri manusia yang dapat dibukti-kan kelak berdasarkan teori dan praktik.
03. Candra jiwa ini dijelaskan dalam dua cara. Pada bagian pertama, dalam bab “Jalan”, ”Hidup setelah mati” dan ”Karma” dikemukakan dalam bentuk umum. Pada bagian kedua diterangkan dalam istilah psikologi.
04.Pada satu bab terpisah, “Tinjauan ban-ding posisi sang aku dalam sistem Freud, Adler, dan Jung serta Candra Jiwa Indone-sia”, skema dari keempat sistem tersebut disejajarkan. Bagi mereka yang sudah terbiasa dengan pandangan Barat, skema dari Freud, Adler, dan Jung tersebut, diharapkan dapat membantu menghargai candra jiwa dan candra dunia Indonesia.
05. Di dalam Candra Jiwa Indonesia, selain dari fungsi spesifik angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu, masih ada fungsi keempat yang mungkin merupakan pusat hakiki dari manusia.
06. Fungsi yang keempat ini selain pusat potensi, sekaligus suatu keniscayaan untuk masuk ke dalam status keberadaan yang transenden. Fungsi keempat memung-kinkan untuk mengamati seluruh meka-nisme sadar dan asadar di dalam jiwa manusia.
----------
176 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 9.1.2: Candra Jiwa dan Candra Dunia Indonesia Pusat Imateri adalah fungsi spesifik (sentra vitalitas) yang ke 4, terletak di dalam Dimensi-4. Tiga fungsi spesifik lainnya adalah angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu terletak di dalam Dimensi-3, di dalam badan/jasmani halus, psike, jiwanya manusia (Mind). Dimensi-1 adalah makrokosmos dan di dalam mikrokosmos terdapat tiga dimensi lainnya yaitu Dimensi-2 (Body), dimensi-3 (Mind), dan dimensi-4 (Spirit). (D1-4= dimensi, matra, dunia) Status dan kehidupan imateri merupakan titik awal, tujuan dan sumber dari seluruh kehidupan, oleh karena itu pencapaian status imateri bermakna kembalinya ke Sumber Awal dari kehidupan di dalam dirinya.
Hidup imateri adalah satu, tetapi mempunyai tiga aspek (Tripurusa, TriAspect, TreFoil), pertama adalah Suksma Kawekas (TheSource) yang diam dan statis. Dari aspek pertama muncul yang kedua yaitu Suksma Sejati (TheForce) awal dari hidup dinamis, mengejawantahkan Mahakuasanya Suksma Kawekas. Percikan sinar dari Suksma Sejati menjadikan Roh Suci (TheSelf) sebagai aspek yang ketiga, sebagai Rohaninya manusia.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
D1 MAKROKOSMOS
=================l Pancaindra l========================== D2 MIKROKOSMOS Body
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - EMPAT FUNGSI. . . . . . . . . . .SPESIFIK: Mind
D3 IANGAN-ANGAN,- -- ---IIPERASAAN, IIINAFSU-NAFSU
- - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 TriAspect: 3TheSelf, 2TheForce, 1TheSource Spirit
IVPUSAT IMATERI ========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 177
This fourth function is called the immaterial centre because it forms at the same time the gate of entrance to the state of immaterial being.
07. This immaterial state of being is the set purpose for man and mankind. As the Indonesian conception of man based on the principle of immaterial life as the commencement and the original source of all life, so the attainment of this state of immaterial being is at the same time seen as the return to that selfsame Original Source of all life.
08. This immaterial life is one but it shows three aspects. The first aspect of it is called Suksma Kawekas, the Quiet, Static Life. From this first aspect originates the second one, Suksma Sejati, the starting Dinamic Life by which the Omnipotence of Suksma Kawekas can come into manifestation. The third aspect is Roch Sutji, seen as a spark from Suksma Sedjati. This Roch Sutji is the Spirit of man.
09. This trinity of Suksma Kawekas, Suksma Sedjati and Roch Sutji is that which constitutes the immaterial centre of everyman and is called TriPurusa. Suksma Sedjati is also conceived as the eternal Representatives of Suksma Kawekas, or as the Son of the Father. In correlation with Roch Sutji, Suksma Sedjati is the Light, the Veritable Teacher and Guide the Word, the Sepherd, etc.
10a. The material body has innate polarized forces which are the drives and the immanent forces constituting the material body. On the one hand there is the egoistical or egocentripetal drive, on the other hand the social and supersocial (Carp) or egocentrifugal drive.
Fungsi keempat ini disebut pusat imateri karena pada saat yang sama sekaligus membentuk pintu masuk ke dalam eksis-tensi imateri.
07. Eksistensi status imateri merupakan tujuan dari manusia dan kehidupannya. Candra Jiwa Indonesia berprinsip bahwa kehidupan imateri merupakan titik awal dan sumber dari seluruh kehidupan, oleh karena itu pencapaian status imateri ini sekaligus dipandang sebagai kembalinya ke Sumber Awal dari seluruh kehidupan di dalam dirinya.
08. Hidup imateri adalah satu, tetapi mempunyai tiga aspek. Aspek pertama disebut Suksma Kawekas, Hidup yang diam dan statis. Dari aspek pertama muncul aspek kedua, Suksma Sejati, awal dari Hidup dinamis yang memanifestasikan Mahakuasanya Suksma Kawekas. Aspek ketiga adalah Roh Suci, terlihat sebagai percikan sinar dari Suksma Sejati. Roh suci ini adalah Rohaninya manusia.
09. TriAspek dari Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci merupakan pusat imateri dari setiap manusia dan disebut Tripurusa. Suksma Sejati adalah Utusan abadi Suksma Kawekas, atau bagaikan Sang Putra terhadap Ayahnya. Terhadap Roh Suci, Suksma Sejati adalah Sang Penerang, Sang Penuntun, Guru Sejati, Sang Sabda, dan Sang Gembala, dst.
10a. Badan/jasmani kasar memiliki kekuatan alami yang memiliki arah dan tujuan. Di satu pihak terdapat nafsu yang egoistik atau nafsu egosentripetal, lainnya adalah nafsu sosial dan suprasosial (Carp) atau nafsu egosentrifugal.
----------
178 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 9.1.3: Kapasitas Intelektual Manusia adalah Bayangan Tripurusa Tripurusa bagaikan terendam di dalam badan/jasmani, dirinya memancarkan bayangan. Bayangan dari Tripurusa ini memiliki fungsi memimpin terhadap nafsu-nafsu. Kekuatan bayangan tersebut dikenal sebagai kapasitas intelektual atau angan-angan manusia.
Tripurusa, terdiri atas tiga aspek, maka bayangannya (angan-angan) juga terdiri dari tiga aspek: 1) cipta berfungsi sebagai pembentuk gambar, 2) fungsi penalaran, asosiasi, dan 3) fungsi supervisi transenden dan pengertian. Sifat terpenting dari kapasitas intelektual adalah kedaulatan sebagai bayangan/refleksi mutlaknya Tripurusa.
Perhatikan urutannya angan-angan: 1) cipta-pangaribawa, 2) nalar-prabawa, dan 3) pangerti-kamayan merupakan refleksi (terbalik) dari Tripurusa: 3) Roh Suci, 2) Suksma Sejati, dan 1) Suksma Kawekas. Kamayan disebutkan memiliki daya kemampuan ekstra dan sifat yang terpenting dari angan-angan adalah sifat kedaulatannya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS
============l Pancaindra l============================= MIKROKOSMOS (Soma) FISIK - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
MENTAL ANGAN-ANGAN (Psike)
3Pangerti -Kamayan 2Nalar -Prabawa 1Cipta –Pangaribawa
- - - - - - -I↑l- - - - - - - - - - - - l↑l - - - - - - - - - - l↑l - - - - - - - - - - - -
1Suksma Kawekas, 2Suksma Sejati, 3Roh Suci: TRIPURUSA SPIRITUAL (Pusat Imateri)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 179
Desire or lust and the function of the will or the power of perseverance are secondary drives which support the egocentripetal and the egocentrifugal drive. As the TriPurusa is imbedded in the material body, it throws in this body the shadow itself. This shadow of the TriPurusa has a leading function in regard with the drives. We acknowledge it as man’s intellectual capacities or his logos.
10b. Just as in the TriPurusa, there are three different aspects in the logos, 1) the thought- or picture-forming function,
2) the associative function, and
3) the transcendent function of supervision and insight. The principal characteristic of the intellectual capacities is sovereignity as the reflection of the Absoluteness of the TriPurusa.
10c. By this reflection of the TriPurusa the consciousness of the ego is created which like a veil covers the other function. The consciousness of the ego leads to individuality. Thus in man the purely material and the immaterial go side by side. The material includes in itself the biological, the lustful and the collectively unconscious.
10d. The immaterial is the spiritual, the free-of-lust and the collectively conscious. Between these two, the purely material and the immaterial, is the consciousness of the ego, the individual which comprises both the individually conscious and the individually unconscious, the individually lustfull and the individually free-of-lust.
Keinginan atau harapan dan kemauan, atau kekuatan pendorong, adalah nafsu sekunder yang berfungsi membantu nafsu ego sentripetal dan ego sentrifugal. Dengan terselubunginya Tripurusa di da-lam materi badan/jasmani, ia memancar-kan bayangan dirinya. Bayangan dari Tripurusa ini memiliki fungsi memimpin terhadap nafsu-nafsu. Kita mengenalnya sebagai kapasitas intelektual atau angan-angan manusia.
10b. Karena Tripurusa, terdiri atas tiga aspek, maka angan-angan juga terdiri dari tiga aspek,
1) cipta atau fungsi pembentuk gambar,
2) fungsi penalaran, dan
3) fungsi supervisi transendental dan pe-ngertian. Sifat terpenting dari kapasitas intelektual adalah kedaulatan sebagai bayangan/refleksi mutlaknya Tripurusa.
10c. Karena adanya bayangan dari Tripurusa, terbentuklah kesadaran sang aku, yang menyelimuti fungsi yang lain. Kesadaran sang aku terbitlah individuali-tas. Oleh karena itu, di dalam diri manusia yang material dan yang imateri berdam-pingan. Yang material terdiri atas bagian yang bersifat biologis, penuh dengan keinginan dan asadar kolektif.
10d. Yang imateri adalah bagian spiritual, bebas dari keinginan dan kesadarannya bersifat kolektif. Di antara keduanya, murni material dan imateri, terdapat kesadaran sang aku; suatu individu yang memiliki sekaligus bagian sadar dan tidak sadar pribadi, serta individu yang penuh keinginan dan yang bebas keinginan.
----------
180 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 9.1.4: Pudarnya Kesadaran Ego Badan/jasmani kasar memiliki kekuatan alami yang memiliki arah dan tujuan. Terdapat nafsu yang egoistik (ego sentripetal), lainnya adalah nafsu sosial dan suprasosial (ego sentrifugal). Keinginan atau harapan yang kuat dan kemauan atau kekuatan pendorong, keduanya berfungsi membantu nafsu ego sentripetal dan ego sentrifugal. Tugas sang Aku secara pelan-pelan menghilangkan dominasi penuh keinginan biologisnya agar supaya kehidupan spiritual (TriAspect,Tripurusa) yang bebas keinginan menjadi terungkap. Terjadilah perpindahan polarisasi arah ke dalam sadar kolektif. Kesadaran sang aku akan memudar dan terabsorpsi secara keseluruhan di dalam sadar kolektif. Pudarnya kesadaran ego menjadi bersinarnya kesadaran Roh Suci (TheSelf, sadar terbatas) makin lama makin meningkat menjadi sadar kolektif, atas tuntunan sadar kolektif dinamis (TheForce, Sang Guru Sejati).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS
===============l Pancaindra l============================
Asadar Kolektif MIKROKOSMOS (Biologis) FISIK
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - AAnnggaann--aannggaann NNaaffssuu--nnaaffssuu MENTAL -CIPTA -AMARAH (Kemauan) -SUFIAH (Keinginan) -NALAR -LAUWAMAH (ego sentripetal; netral)
-PANGERTI Aku -MUTMAINAH (sosial; suprasosial)
Sadar Pribadi Aku PPeerraassaaaann Aku Aku
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TriAspect: 3TheSelf, 2TheForce, 1TheSource
Sadar Kolektif SPIRITUAL ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 181
11. The curve of development of man and humanity in this line of thought is from the biological to the spiritual or from the lustful to the free of lust, or again from the collectively unconscious to the collectively conscious. This development leads through the forming of the individual consciousness of the ego. In everyday man the consciousness of immaterial life free-of-lust has been overgrown by the biological lustful life.
11a. The collectively conscious become latent by the domination of the collectively unconscious. By the individuality of the consciousness of the ego something like a phase of transition is formed between the biological and the spiritual, the lustful and the free-of-lust, the collectively unconscious and the collectively conscious.
11b. For this reason it is the task consciousness of the ego to let gradually disappear the domination of the biologically lustfull in order that the spiritual free-of-lust may become manifest. In this way there is a shift in the direction of the collectively conscious.
11c. In this development the conscious-ness of the ego will fade and will at last become entirely absorpted in the collectively conscious. This shift to the collectively conscious free-of-lust is accompanied by a release of fixation to the collectively unconscious and lustful.
12. As a consequence of this fading of the consciousness of the ego, the individually unconscious disappears at the same time, and the individually conscious will become increasingly collective.
11. Kurva perkembangan dari manusia dan kemanusiaan dalam alur pemikiran ini berangkat dari yang bersifat biologis menuju ke spiritual atau dari yang penuh keinginan menuju ke bebas keinginan, selanjutnya dari asadar kolektif menuju ke sadar kolektif. Perkembangan ini melalui pembentukan kesadaran individu dari ego. Dalam kehidupan sehari-hari manusia, ke-hidupan sadar imateri yang bebas keingin-an tersebut tertutupi oleh kehidupan bio-logis yang penuh keinginan.
11a. Kesadaran kolektif menjadi laten oleh dominasi asadar kolektif. Dengan adanya individualitas dari kesadaran sang aku bagaikan suatu fase transisi yang terben-tuk di antara yang biologis dan yang spirit-ual; yang penuh keinginan dan yang bebas keinginan; serta yang asadar kolektif dan yang sadar kolektif.
11b. Oleh karena itu, tugas kesadaran ego secara pelan-pelan menghilangkan dominasi penuh keinginan biologis agar supaya kehidupan spiritual yang bebas keinginan menjadi manifest. Dalam hal ini terjadilah perpindahan arah ke dalam sadar kolektif.
11c. Dalam perkembangan ini, kesadaran sang aku akan memudar dan pada akhir-nya terabsorpsi secara keseluruhan di da-lam sadar kolektif. Pergeseran ke bagian sadar kolektif yang bebas keinginan terse-but diikuti oleh terlepasnya ikatan kepada asadar kolektif yang penuh keinginan.
12. Dengan pudarnya kesadaran sang aku, pada saat yang sama asadar individu juga menghilang, dan sadar individu meningkat menjadi sadar kolektif.
----------
182 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 9.1.5: Mencicipi Status Omnipotensi Pembebasan atau Pamudaran adalah tahap akhir dari perkembangan sadar-individu masuk ke dalam sadar-kolektif. Karena dalam Pembebasan atau Pamudaran itu kesadaran dari sang aku menghilang, maka hubungan-hubungan di dalam jiwa manusia mengalami perubahan yang besar. Suara hati menghilang setelah pertentangannya dengan nafsu-nafsu menjadi larut. Yang biologis (penuh keinginan) menata dirinya untuk menuju ke yang spiritual (bebas keinginan). Sadar pribadi (individu) melarutkan dirinya ke dalam hidup kolektif, dengan istilah yang lain sinar hidup-nya (TheSelf) telah ditarik kembali oleh yang meng-hidup-i (TheForce).
Ketika sadar individu mendekati sadar kolektif, terjadi fase loncatan bahwa seseorang menyadari lainnya. Pertemuan-pertemuan pertama tersebut seakan-akan mencicipi status omnipotensi dari sadar kolektif dan kira-kira dapat dijelaskan sebagai intuisi-intuisi atau ilham-ilham.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS
================l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Asadar Kolektif (Keinginan Biologis) (FISIK)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Sadar Pribadi (Jasmani Halus, Jiwa) (MENTAL)
Hati Nurani Suara hati
- - - - - - - - - - - - - - - -I Intuisi l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TriFoil: 3TheSelf, , 1TheSource
Sadar Kolektif Pusat Imateri (SPIRITUAL)
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 183
13. This prinsciple it is which forms the basis of this Indonesian psychopro-phylactic, the psychotherapy and the psychohygienics.
14. The final debouchment of the individu-al development into the collectively conscious is called Liberation or Redemp-tion. As in Liberation or Redemption the consciousness of the ego disappears, the inner relations in the human psyche also undergo a radical change. Polarity between conscience and the drive becomes dissolved. Conscience no longer exists, as the biological has subjected itself to the spiritual, the lustful has been replaced by the free-of-lust, individuality has dissolved itself into collectiveness.
15. The drives are reduced to a vital forces and no longer form a component part of the psychic activity of liberated man.
16. When the individually conscious approaches the collectively conscious, there are passing phases where the one will verge on the other. These first approaches may be looked on as some foretaste of the omnipotent state of the collectively conscious and may be called intuitions or revelations.
17. The instinctive (Carp) on the other hand is a potency of man which, as in telepaty, clairvoyance, etc. surpasses the commonplace, but it does not surpass the individual consciousness of the ego. In other words, this is a potency which the ego may unfold by a total bundling of all the forces under its competency.
13. Prinsip inilah yang membentuk dasar pemikiran ke-Indonesiaan tentang psikoprofilaksis, psikoterapi, dan psikohigienik.
14. Tahap akhir dari perkembangan indivi-du masuk ke dalam sadar kolektif dinama-kan Pembebasan atau Pamudaran. Karena dalam Pembebasan atau Pamudaran itu kesadaran dari sang aku menghilang, maka hubungan-hubungan di dalam jiwa manu-sia mengalami perubahan yang besar. Pertentangan antara hati nurani dan nafsu-nafsu menjadi larut. Hati nurani menghilang, yang biologis menata dirinya untuk menuju ke yang spiritual; yang penuh keinginan diganti oleh yang bebas keinginan; individualitas melarutkan diri-nya ke dalam hidup kolektif.
15. Nafsu-nafsu terreduksi menjadi kekuat-an-kekuatan vital dan tidak membentuk komponen dari aktivitas jiwa orang yang sudah mengalami Pembebasan.
16. Ketika sadar individu mendekati sadar kolektif, terjadi fase loncatan bahwa seseorang menyadari lainnya. Pertemuan- pertemuan pertama tersebut seakan-akan mencicipi status omnipotensi dari sadar kolektif dan kira-kira dapat dijelaskan sebagai intuisi-intuisi atau ilham-ilham.
17. Insting (Carp) adalah potensi manusia yang, terjadi pada telepati, meramal masa datang, dan sebagainya melampaui keadaan wajar, tetapi tidak melampaui sadar individu dari sang aku. Dengan kata lain, ini adalah potensi yang dapat dikembangkan oleh sang aku dengan cara menyatukan seluruh kekuatan di bawah kekuasaannya.
----------
184 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 9.1.6: Sentra Vitalitas Gender dan Latar Belakangnya Soemantri berpendapat ketika kecerdasan menjadi sentra vitalitas pria, maka sentra perasaan akan menjadi latar belakang. Sebaliknya, ketika sentra vitalitas perasaannya dibawa perempuan (wanita) ke depan, maka kapasitas intelektualnya terlihat sebagai latar belakang. Personalisasi latar belakang yang terbalik oleh Jung disebut sebagai anima atau animus. Bergeraknya titik berat kesadaran dari ego sentripetal (egoistik) ke ego sentrifugal (sosial dan suprasosial) dapat dicapai dengan menjalankan kesederhanaan hidup, suka menolong, perhatian, dan kasih sayang kepada sesama hidup. Kesederhanaan dalam bermasyarakat, mungkin dapat dicapai dengan menjalankan tapabrata (mengekang hawa nafsu). Proses perubahan yang terjadi di dalam jiwanya adalah suatu proses sublimasi.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS
=================l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
1 3 Mental
-Pusat Intelektual -AMARAH (Kemauan) -ANIMA (pada pria) -LAUWAMAH (ego sentripetal; netral)
2 -SUFIAH (Keinginan)
-Pusat Afeksi -MUTMAINAH -ANIMUS (pada wanita) (ego sentrifugal: sosial; suprasosial)
- - - - - - - - - - - - - - - -I TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- TriFoil: 3TheSelf, 2TheForce, 1TheSource
Pusat Imateri Spiritual
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 185
18. In infancy, when the affections and the intelectual capacities are still undeveloped, the centre of gravity is in the drives. As we grow up this centre will shift either to the affections or to the intellectual capacities. With man, the centre of gravity usually is in his intelligence, with woman in her affections.
19. When the centre of gravity is in the intellect, then the life of affections will remain in the background. On the otherhand, when woman brings her affections to the fore, her intelectual capacities in the background will show through. What remains in the background Jung personifies as either anima or animus.
20. When ordering his life in such a way as attain Liberation, man has to subordinate his egocentripetal drive under his social and suprasocial drive. His ego-centripetal drive will then change into a drive enabling him to bear hardness and bodily suffering. This sift of accent from the egocentripetal to egocentrifugal can be accomplished by living frugally and practising helpfullness, compassion and neighbourly love. Frugality among others maybe accomplished by practising ascet-ism in some or other. This intrapsychical modification is the mechanism of sublim-ation.
21. Another essential point in the process of Liberation is the shifting of the centre of gravity from the intelectual capacities or from the life of affections to the immaterial centre. This shift can be achieved by prayer in the most ample acception of the word.
18. Pada masa kanak-kanak, ketika angan-angan dan perasaan belum berkem-bang, pusat gravitasi berada pada nafsu-nafsunya. Mengikuti pertumbuhan kita, pusat ini bergeser ke perasaan atau ke kapasitas intelektualnya. Pada pria, pusat gravitasi terletak pada kecerdasannya, dan pada wanita terletak pada perasaannya
19. Ketika pusat gravitasi berada pada kecerdasan, maka kehidupan perasaan akan menjadi latar belakang. Sebaliknya, ketika wanita membawa perasaannya ke depan, kapasitas intelektualnya terlihat sebagai latar belakang. Apa yang menjadi latar belakangnya, dipersonalisasikan oleh Jung sebagai anima atau animus.
20. Jika memilih jalan hidupnya untuk mencapai Kebebasan, manusia harus meletakkan nafsu egosentripetalnya diba-wah nafsu sosial dan suprasosial. Maka nafsu egosentripetalnya akan berubah menjadi nafsu yang memberikan kekuatan jasmani dan tahan penderitaan. Pergeser-an aksentuasi dari egosentripetal ke egosentrifugal dapat dicapai dengan kese-derhanaan hidup dan suka menolong, perhatian serta kasih sayang kepada sesa-ma hidup. Kesederhanaan dalam berma-syarakat, mungkin dapat dicapai dengan menjalankan tapa brata. Perubahan yang terjadi di dalam jiwanya adalah suatu mekanisme sublimasi.
21. Hal penting lainnya pada proses Pamudaran adalah bergesernya pusat gravitasi dari kapasitas intelektual atau dari kehidupan perasaan menuju ke pusat imateri. Pergeseran ini dapat dicapai melalui panembah dalam arti kata yang seluas-luasnya.
------------
186 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 9.1.3: Kesadaran pada Status Pamudaran Kesadaran pada proses Pamudaran sungguh-sungguh berbeda. Pada status Pamudaran dalam dirinya terasa berada pada setiap bentuk kehidupan dan keberadaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada lagi perbedaan baik di dalam (mikrokosmos) maupun di luar (makrokosmos), juga tidak ada lagi proses kegiatan di dalam jiwa.
Kesadaran pada status Pamudaran adalah suatu posisi perkembangan terakhir kesadaran hidupnya perasaan, angan-angan, dan nafsu-nafsu. Ketiga sentra vitalitas pudar kekuasaannya. Ketiga fungsi itu sekarang menyatu di dalam status Pamudaran dan menjadi akhir keberadaannya. Status Pamudaran adalah identik dengan status Suksma Sejati dan potensial dapat dicapai oleh setiap manusia.
Candra Jiwa Jung satu-satunya sistem psikologi Barat yang mengemukakan kemungkinan perkembangan lanjut dari jiwanya manusia.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
(FISIK)
IAngan-angan,
IIPerasaan, IIINafsu-nafsu
, SUKSMA SEJATI,
IVPusat Imateri
(SPIRITUAL)
MAKRO-D1-KOSMOS
-------------------l l------------------ PAMUDARAN
ǁǁǁǁǁ
D3
D4
D2
(MENTAL)
[Aku]
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 187
22. For this reason, frugality and prayer are vital factors in the Indonesian conception of man and world.
23. What really changes in the process of Liberation is consciousness. The consciousness of man becomes less and less limited by the consciousness of the ego, steadily growing more impersonal until in the end it will become absolutely unlimited and impersonal in Liberation itself. Whoso has accomplished this Liberation will experience the consciousness of being himself in any form of living being and of being no longer limited by time and space.There is no longer an inner world and outer world, nor will there be any intrapsychical processes. 23a. In the liberated one both the greatest common divisor and the least common multiple of every man are manifest. 23b. Consciousness in the state of Liberation is the term in the development of the life of affections, the life of the logos and the life of will. These three functions now converge in the state of Liberation and end to exist as such. The state of Liberation is identical to the state called Suksma Sedjati and potentially attainable for every man.
24. In the various psychological system of the West, Jung is the only one to have pointed out the possibility of a further development of the human psyche.
22. Oleh sebab itu, kesederhanaan dan pa-nembah merupakan faktor penting dalam candra jiwa dan candra dunia Indonesia.
23. Yang benar-benar berubah pada pro-ses Pamudaran adalah kesadaran. Kesa-daran manusia menjadi semakin mengecil dibatasi oleh kesadaran sang aku, semakin lama semakin bersifat apribadi sampai akhirnya menjadi absolut tidak terbatas dalam peristiwa Pamudaran. Siapa saja yang berhasil menyelesaikan Pamudaran ini akan merasakan kesadaran dalam dirinya berada pada setiap bentuk kehi-dupan dan keberadaannya tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Tidak ada lagi per-bedaan dunia dalam maupun dunia luar, juga tidak ada lagi proses kegiatan di dalam jiwa.
23a. Di dalam Pamudaran, siapa saja akan mengalami sekaligus sebagai faktor (pembagi) persekutuan terbesar dan keli-patan persekutuan yang terkecil.
23b. Kesadaran pada status Pamudaran adalah suatu istilah dalam mengikuti perkembangan terakhir kesadaran hidup-nya perasaan, angan-angan, dan nafsu-nafsu. Ketiga fungsi itu sekarang menyatu di dalam status Pamudaran dan menjadi akhir keberadaannya. Status Pamudaran adalah identik dengan status Suksma Sejati dan potensiil dapat dicapai oleh setiap manusia.
24. Dalam berbagai sistem psikologi Barat, Jung satu-satunya yang mengemu-kakan kemungkinan perkembangan lanjut dari jiwanya manusia.
--------------
188 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
May. Jend. TNI Prof. Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso, Neurolog-Psikiater Foto 9.1.4: Reedukasi Sebagai Dasar Terapi Jiwa Candra Jiwa Jung paling awal mengemukakan kemungkinan perkembangan lanjut dari jiwanya manusia di antara berbagai sistem psikologi Barat. Proses Pamudaran dalam Candra Jiwa Indonesia telah disebut oleh Jung sebagai werden zur Persönlichkeit, atau Selbstverwirklichung, Verselbstung atau sebagai Individuationprozess.
Reedukasi adalah kunci utama (psiko) terapi pada candra jiwa dan candra dunia Indonesia. Pada prinsipnya bertujuan membangkitkan kembali kemauan pasien untuk mengubah perilakunya dengan cara mengarahkan dirinya ke pusat imateri di dalam dirinya sendiri. __________
Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 189
In Jung’s terminology, the process called Liberation or Redemption in the Indonesian conception of man is indicated as “werden zur Persönlichkeit”, or as “Selbstverwirklichung”, “Verselbstung” or again as “Individuationsprozess”.
25. For Freud, the only term of life is death. Adler’s ideal is the absolut observance of the demands made by society, without the ego ever being able to identify itself with society.
26. The therapy based on the Indonesian conception of man and world will in its principle aim at stirring the patient’s willingness to alter his attitude by directing himself to this immaterial centre in the self.
>> >> << <<
Proses Pembebasan atau Pamudaran dalam Candra Jiwa Indonesia telah disebut oleh Jung sebagai werden zur Persönlich-keit, atau Selbstverwirklichung, Verselb-stung atau sebagai Individuationprozess.
25. Menurut Freud, titik akhir kehidupan adalah kematian. Bagi Adler yang ideal adalah mengikuti kebutuhan masyarakat secara mutlak, tanpa kemungkinan sang aku dapat menyatukan dirinya dengan masyarakat.
26. Dasar terapi pada candra jiwa dan candra dunia Indonesia pada prinsipnya bertujuan membangkitkan kemauan pasien untuk mengubah perilakunya dengan cara mengarahkan dirinya ke pusat imateri di dalam dirinya sendiri.
>> >><< <<
----------
190 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bagan Transenden 9.1.7: Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) Tiga sentra vitalitas dalam psike (jiwa) dengan fungsinya yang tertinggi yaitu angan-angan (sadar), perasaan (percaya), dan nafsu-nafsu (taat) adalah syarat mutlak introversinya Aku terhadap Tripurusa. Secara strukturil sang Aku dibentuk oleh ciptanya manusia, secara fungsionil merupakan kristalisasi angan-angan manusia yang membentuk kesadaran dan kedaulatan pribadinya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Masyarakat [Alam Semesta] ============l Pancaindra l================================= [penglihatan, pendengaran,pembau,perasa(an),pengucap (bahasa)]
Manusia MIKROKOSMOS Soma - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - ANGAN-ANGAN PERASAAN NAFSU-NAFSU Psike
1CIPTA (+) Menerima 4LUAMAH -Pangaribawa Senang (Netral) (Ego sentripetal)
2NALAR Menarik -Tahan pen -Makan -Minum
-Prabawa Positif deritaan -Tidur -Sahwat
3PANGERTI (-) Menolak -Kekuatan -Loba -Tamak
-Kamayan Tak suka jasmani -Iri -Aniaya Negatif -Fitnah -Dsb.
SADAR PERCAYA TAAT 3AMARAH (Kemauan) _____↓_____ 2SUFIAH (Keinginan)
1MUTMAINAH (Ego sentrifugal)
-Sosial (+)
---------↓-------- -Suprasosial (++)- - - - - - - - - - -I Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Tripurusa: 3Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
[Alam Sejati] Pusat Imateri
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 191
Lampiran-6: Candra Jiwa Indonesia (Soenarto)
Catatan Penulis: Dr. Soemantri Hardjoprakoso telah mengibaratkan dirinya sebagai “Ibu kandung” Candra Jiwa
Indonesia, “jabang bayi” ini asli Indonesia, ia dilahirkannya tanggal 20 Juni 1956 kira-kira jam
15.00 di Leiden, Negeri Belanda dengan “dokter kebidanan”-nya adalah Prof. Carp. Di
Indonesia diperkenalkan sebagai Candra Jiwa Soenarto. R. Soenarto Mertowardojo adalah
penulis utama Buku Pustaka (intuisi) Sasangka Jati yang salah satu buku di dalamnya yaitu Buku
Terjadinya Alam Semesta (Gumelaring Dumadi) menjadi referensi utama disertasi Dr.
Soemantri dengan judul Indonesisch Mensbeeld als Basis Ener Psycho-Therapie (Candra Jiwa
Indonesia sebagai Dasar Psikoterapi).
__________ http://pangestu.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=58&Itemid=74 accessed May 31, 2012.
SUPER EGO
EGO
192 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 9.1.4: Emansipasi Diri dari Himpitan Asadar dan Hati Nurani Melalui jalan tertentu di dalam dirinya sendiri Sadar Pribadi (sang Aku) dapat ‘melepaskan’ diri dari himpitan Asadar (kolektif dan biologis) dan Hati Nurani. Jalan tertentu tersebut adalah jalan transendental religius yang menuju Pamudaran. Merujuk istilah intrapsikis maka Asadar Biologis adalah Asadar Kolektif karena Mikrokosmos merupakan bagian dari Makrokosmos dalam arti yang luas diluar manusia, dewa, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Pertemuan antara Sadar Pribadi dan Sadar Kolektif (Tripurusa) adalah intuisi atau wahyu itu sendiri. Pudarnya sadar pribadi di dalam sadar kolektif adalah peristiwa Pamudaran yang potensiil dapat dicapai oleh setiap manusia sebagai tahap akhir dari perkembangan jiwanya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
.
.
.
.
Aku Hati
Nurani
Asadar
Biologis
Asadar
Kolektif
TRIPURUSA Sadar Kolektif
FISIK
MENTAL
SPIRITUAL
MAKROKOSMOS
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 193
LAMPIRAN-7: Dalil-Dalil
1. Dalam hubungan intrapsikis pamudaran berarti emansipasi diri dari himpitan antara hati nurani dan asadar.
2. Intuisi atau wahyu adalah pertemuan antara sadar pribadi dan sadar kolektif.
3. Refleks Babinski tidak pathognomonik untuk penyakit yang ada di jalur piramida.
4. Meningkatkan kesadaran tentang kesehatan masyarakat di daerah terbelakang di-perlukan penyuluhan kesehatan di sekolah-sekolah di daerah tersebut.
5. Masyarakat Indonesia kurang membutuhkan orang-orang dengan pendidikan khusus (spesialis) dibandingkan dengan orang-orang dengan pengetahuan umum tentang kesehatan untuk perbaikan yang cepat dari situasi kesehatan yang buruk di daerah-daerah terbelakang.
6. Hipotesis yang khusus di bidang ilmu kedokteran Psikosomatik sedikit memungkinkan.
7. Faktor kebutaan secara proporsional berbanding terbalik dengan naiknya standar hidup dan pendidikan.
8. Tonsilektomi dan adenektomi (operasi amandel) sering tidak cukup untuk menanggulangi gejala-gejala penyakit lymphoid pharingeal.
9. Meminumkan secara oral vaksin BCG mengandung bahaya menularkan tuberkulosis.
10. Cara kerja Rauwolfia Serpentina dan preparatnya masih diragukan. 11. Myelografi tidak boleh ditinggalkan pada kasus dengan diagnosis tumor
pra- dan para-vertebral. 12. Pendidikan untuk menjadi psikoterapis dibutuhkan ilmu pengetahuan
agama. 13. Wayang-lakon “Dewa Ruci” berkisah tentang perjuangan psiko-religius
seorang tokoh, seperti yang diungkapkan dalam “Ramayana” dan “Mahabarata”.
14. Lebih banyak upaya yang harus dilakukan terhadap organisasi daripada terapi demi kepedulian kesehatan yang efisien di ketentaraan Indonesia.
__________ Dalil-dalil tersebut di atas adalah pernyataan hipotesis Dr. Soemantri Hardjoprakoso dalam lampiran (terpisah) disertasi Indonesisch mensbeeld als basis ener psycho-therapie, Rijkuniversiteit di Leiden, 20 Juni 1956.
194 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 9.1.5: Prof.Dr.dr. Soemantri Hardjoprakoso, Mayor Jendral TNI AD dengan toganya dengan latar belakang lukisan Kapten TNI AD R. Soenarto Mertowardojo. Candra Jiwa Soenarto diperkenalkan Prof. Soemantri sebagai Candra Jiwa Indonesia yang sejajar dengan candra jiwa dari Freud, Adler dan Jung.
__________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 195
LAMPIRAN-8: Lembar Eksekutif
Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia (Transcendence to the depth of the heart and beyond)
Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) pada hakekatnya adalah ilmu pengetahuan tentang jati diri
manusia, yaitu pusat hidup imateri. Memperkenalkan sadar kolektif yang disebut Tripurusa (TriAspek,
TreFoil). Sadar kolektif-statis adalah Suksma Kawekas (TheSource) sebagai asal mula, sumber, dan
tujuan hidup. Sadar kolektif-dinamis (utusan yang statis) Suksma Sejati (TheForce) yang menghidupi,
dan yang terbatas adalah Roh Suci (TheSelf) yang dihidupi, tidak lain adalah Sang Akunya manusia yang
imateri (Ego-Rohani). Pusat imateri yang spiritual tersebut memiliki selubung materi-halus (jasmani
halus) sebagai psike, jiwa atau mentalnya manusia dan memiliki selubung materi-kasar (jasmani-kasar)
sebagai soma, fisik-jasmaninya manusia yang dilengkapi dengan pancaindra untuk berkomunikasi.
Sadar pribadi sang Aku materi (Ego-Jasmani) manusia berpotensi meningkat secara evolusi
menjadi sadar kolektif-terbatas Sang Aku imateri (Roh Suci) melalui jalan introversi, introspeksi, maupun
religi. Intuisi adalah pertemuan antara sadar pribadi dengan sadar kolektif, makin lama semakin intensif,
berakhir pada leburnya sadar pribadi di dalam sadar kolektif. Peristiwa terakhir tersebut adalah tujuan
akhir evolusi kesadaran manusia, dikenal sebagai peristiwa Pamudaran. Seluruh rangkaian peristiwa
tersebut atas nama Sadar Kolektif Statis (Suksma Kawekas) dan dilaksanakan penuh kebijaksanaan oleh
utusannya yang abadi yaitu Sadar Kolektif Dinamis (Suksma Sejati).
Ilmu pengetahuan ini diperoleh setelah menempuh jalan kehidupan yang sangat berat, termasuk
menjalani upaya-upaya introspeksi, introversi, dan intuisi yang berkelanjutan dari R. Soenarto
Mertowardoyo. Beliau adalah satu-satunya kasus studi kualitatif penelitian dokter Soemantri
Hardjoprakoso untuk memperoleh gelar Doktor Psikiatri dengan predikat cum laude dari Rijkuniversiteit di
Leiden, Negeri Belanda, setelah mempertahankan disertasinya yang berjudul ”Indonesisch Mensbeeld als
Basis ener Psycho-therapie”, pada sidang promosinya tanggal 20 Juni 1956. Adapun bahan-bahan yang
diambil untuk diolah dan dimasak dalam disertasi tersebut diperoleh dari pustaka intuisi Sasangka Jati.
Penulisan pustaka tersebut juga unik yaitu pada awalnya intuisi diucapkan berkelanjutan secara lisan oleh
penulis pertamanya yaitu R. Soenarto Mertowardojo kemudian dicatat bersama oleh penulis kedua dan
ketiga yaitu R.T. Hardjoprakoso dan R. Trihardono Sumodihardjo akhirnya diolah dan dijadikan pustaka
intuisi oleh ketiga penulis tersebut.
Kelima buku lepas (Pentalogi) ini terdiri atas buku Studium Generale (Kuliah Umum) 1/5 (2012);
tiga buku studium particulare (Kuliah Khusus): Psike 2/5 (2013), Ego 3/5 (2014), dan Intuisi 4/5 (2015);
serta Magnum Opus (Karya Besar) 5/5 (2016). Sekiranya sulit memahami lembar-lembar kanan dari
buku-buku ini tidak lain karena berisi materi strata-3 ilmu kedokteran. Sebagai tuntunan dapat dibaca
rangkumannya terlebih dahulu yang hanya terdiri dari 4-5 baris di dalam kotak kecil di sebelah kanan
atas. Penulis masih menawarkan lembar kiri yang jauh lebih nyaman untuk dibaca karena dilengkapi
dengan tontonan berupa foto, gambar, bagan, dan diagram untuk mempermudah memahami seluruh isi
buku ini. Pentalogi diteruskan dengan Trilogi (Prequel, Monograph, dan Postquel) sebagai Oktalogi.
Semoga TheForce, Sadar Kolektif Dinamis, Utusan Tuhan yang Abadi menuntun sang Aku di
dalam diri kita masing-masing ke jalan yang benar, yang berakhir di kesejahteraan, ketentraman, dan
kemuliaan abadi, ialah di hadirat Tuhan Sejati. Terima Kasih.
Jakarta, 9 Juli 2012
Penulis
196 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Diagram Transenden 10.1.1: Kereta ”Perkasa” Mikrokosmos Kereta kuantum mikrokosmos ini adalah imajinasi dari kereta dengan empat ekor kuda berdasarkan Candra Jiwa Soenarto (Indonesia). Disain kereta ini adalah untuk 1) tugas ke luar (ekstraversi) ke dunia luar, berkiprah membahagiakan masyarakat, dan memelihara alam semesta (D1, Dimensi-1, makrokosmos). Angan-angan (mind dengan aku, ego sebagai perwakil-annya) manusia yang fungsi vitalitasnya nyaris (tak) terbatas itu bertugas sebagai sang Kusir (TheDriver) yang mengendalikan kekuatan 4-nafsu.
Arah perjalanan ditentukan oleh potensi egosentrifugal (mutmainah, kuda putih). Keinginan (kuning) mampu menarik kemauan (merah) dan egosentripetal (hitam) yang pro kenikmatan agar menjadi egonetral yang memiliki ketahanan mental dan kesanggupan untuk menderita dalam perjalanan hidup. Kendali positif dan negatif sang Kusir disesuaikan dengan panduan ideal ekstraversi (ikhlas, sabar, syukur, jujur, budi luhur) dan introversi (sadar, percaya, taat) kepada Pusat Imateri (Tripurusa). 2) Tugas ke dalam (introversi) ke Pusat Imateri adalah proses kembalinya hidup-pribadi manusia ke asal mulanya (sadar kolektif) yang meng-hidup-i (gambar sinar terang abadi, TheForce), dan sumber hidup-nya (TheSource).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
TheSelf
Mind
KERETA “KUANTUM” MIKROKOSMOS
Mut- mainah
Luamah
Sufiah
Amarah
IIINafsu-nafsu
IIPerasaan
IAngan-angan
IVPusat Imateri
4 SENTRA VITALITAS (D2)
(D3)
(D4)
(D1):
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS
MIKROKOSMOS: ♥
℗
] [
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 197
Tentang Penulis
Prof. Dr. dr. Budhi Setianto Purwowiyoto, SpJP (K), FIHA, lahir di Yogyakarta 28
Desember 1950, adalah seorang dokter akhli jantung dan pembuluh darah (1982), guru besar
pada Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran UI (2003), yang
mendalami Kardiologi Sosial, Epidemiologi, Preventif, dan Rehabilitasi Jantung. Yang bersang-
kutan mempertahankan disertasi doktornya di Fakultas Pascasarjana Universitas Indonesia;
tentang memperbaiki cara merekam gelombang atrium untuk mempertajam diagnosis aritmia
(2000). Saat buku ini mulai ditulis (2010), sedang bekerja sebagai Staf Pengajar di Divisi
Preventif dan Rehabilitasi Jantung, Dep. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI. Serta
sebagai Kepala UPF unit tersebut pada R.S. Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Jakarta.
Setelah purna tugas sebagai anggota Tim Dokter Kepresidenan RI (SBY 2005-2009).
Pidato pengukuhan Guru Besar-nya (2003) berjudul ”Kardiologi Sosial; Dari Rumah Sakit
menuju Rumah Sehat”. Penulis juga menjadi tim editor dan kontributor buku Kardiologi Sosial
(Balai Penerbit FKUI; 1987). Penulis menaruh minat besar dalam kesehatan mental/psikologi
yang berhubungan dengan ABC-nya perilaku: merokok, berlebihan makan, kurang olahraga dan
stres mental psiko sosial sebagai dasar faktor risiko penyakit jantung koroner, yang masih dapat
diperbaiki. Berbekal pada pengetahuannya yang mendalam tentang Candra Jiwa Indonesia,
penulis berusaha memperbaiki faktor risiko tersebut dalam praktik sehari-hari. Sayang, usulan
proposal disertasi tentang bagaimana mengatasi perilaku merokok, tidak diizinkan.
Sebenarnya, perjumpaan pertama kali dengan Candra Jiwa Indonesia yang istimewa ini
dimulai sejak duduk dibangku SMA Negeri IV Yogyakarta (1968), diperkenalkan oleh almarhum
Bapak Abdul Hamid, orang Minangkabau yang menjadi perwira meteorologi TNI Angkatan
Udara di Pangkalan Udara Adi Sutjipto, Yogyakarta. Kemudian penulis mewakili Pelajar Daerah
Istimewa Yogyakarta sebagai anggota PASKIBRAKA Nasional, 17 Agustus 1968 di Istana Negara,
Jakarta. Dikala senggangnya, banyak membaca buku-buku tulisan dari Mayor Jendral TNI AD.
Prof. Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso, neurolog-psikiater: Arsip Sardjana Budi Santosa, Ulasan
Kang Kelana, Heimwee, Olah Rasa, Candra Jiwa Indonesia (Ceramah Ilmiah, Studium Generale
Universitas Gadjah Mada), serta terjemahan khusus disertasi untuk warga Paguyuban Ngesti
Tunggal. Tentu saja penulis membaca buku-buku dan tulisan-
198 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bagan Transenden 10.1.1: Ego-mental, Hati nurani, dan Ego-spiritual TheSelf (Ego-Spiritual) adalah Ego-nya manusia di dalam dunia spiritual di dalam pusat hidupnya manusia yang imateri ialah dirinya yang hakiki. Hati nurani adalah lapis luar dari TheSelf (D4: imateri) dan adalah lapis dalam dari Ego-nya manusia (Ego-Mental) dalam dimensi mental (D3: fisik halus, terikat oleh ruang dan waktu) oleh karena itu hati nurani masih memiliki dua ekstrim baik dan buruk. Tripurusa (TriAspect, TreFoil): Suksma Kawekas (TheSource), Suksma Sejati (TheForce), Roh Suci (TheSelf) berada di pusat imateri tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Suksma Kawekas dan Suksma Sejati adalah sadar kolektif yang tak-terbatas, serta Roh Suci adalah sadar kolektif terbatas. Suksma Kawekas (sadar kolektif statis) adalah sumber dan tujuan hidup; Suksma Sejati (sadar kolektif dinamis) adalah utusan Suksma Kawekas yang abadi: Dia-lah yang menghidupi Roh Suci sekaligus sebagai pemimpin, penuntun, dan gurunya yang sejati. Semua kekuasaan adalah kekuasaan Suksma Kawekas ada pada Suksma Sejati dan para hamba (Roh Suci) semua ada di dalam kekuasaan Suksma Sejati.
Roh Suci adalah tuannya (bukan tuhannya) sang Aku yang secara fungsional mewakili tiga sentra vitalitas: angan-angan (akal), nafsu-nafsu, dan perasaan manusia. Tripurusa (TriAspek, Trifoil) adalah sentra vitalitas yang ke-4 ialah pusat hidup imateri di dalam dirinya manusia.
(Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012)
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 199
tulisan dari R. Soenarto Mertowardojo, Kapten TNI-AD, sebagai asal mula dari candra jiwa
tersebut, layak disebut sebagai Candra Jiwa Soenarto Mertowardojo.
Pengabdian sebagai Dokter Wajib Militer dengan pangkat Letnan Satu TNI-AU, menjadi
Kepala Seksi Operasi JANKES KODAU VII/ Perwira WAMIL TNI AU di Biak, Papua dan Langgur,
Maluku Tenggara (1976-1978). Menulis pengalaman mengerikan di majalah Intisari: 2 jam 10
menit di atas laut Banda terbang dengan satu baling-baling. Penulis lepas di majalah umum:
Sartika, Panacea, dan majalah khusus: Majalah Ilmiah Kardiologi Indonesia dan Tabloid Kardio-
vaskular. Pembicara di forum ilmiah, di forum masyarakat awam, radio, televisi, dan menjadi
Relawan Yayasan Jantung Indonesia sejak masih dokter umum.
Selain itu, penulis menjadi kontributor dan tim editor berbagai bidang kardiologi sesuai
dengan penugasannya, seperti: Editor buku saku Jantung Dasar (Ghalia Indonesia; 2011);
Kontributor; Genetic and molecular target in hypertension. Dalam: Hypertension, vascular
disease: management and prevention from dream to reality (Jakarta: Dep. Kardiologi dan
Kedokteran Vaskular FKUI; 2003). Kontributor; Peranan penghambat kalsium pada hipertensi
dan atherosklerosis bagaimana kaitannya? Dalam: Aspek metabolik pada penyakit
kardiovaskular. (Jakarta: Bag. Kardiologi FKUI; 2002). Kontributor; Diagnosis dan manajemen
gagal jantung; Dalam: Diagnosis dan tata laksana hipertensi, sindrom koroner akut dan gagal
jantung. (Jakarta: Penerbit RS Jantung Harapan Kita; 2001). Kontributor; Sindroma koroner
akut: Patofisiologi. Dalam: Diagnosis dan tatalaksana hipertensi, sindrom koroner akut dan
gagal jantung. (Jakarta: Penerbit RS Jantung Harapan Kita; 2001). Kontributor; Tinjauan kritis
homosistein. Dalam: Penyakit jantung koroner dari prevensi sampai intervensi. (Jakarta: Bagian
Kardiologi FKUI; 2000), Anggota Tim Editor. Dalam: Pedoman makan untuk kesehatan jantung
Indonesia. (Jakarta: PERKI Pusat, Yayasan Jantung Indonesia dan Nestlē Omega; 2002).
Kontributor; Faal jantung dan pembuluh darah dalam Buku ajar kardiologi. (Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 1998). Tim Editor Buku “Standar Pelayanan Medik” RS Jantung Harapan Kita.
(Jakarta: Balai Penerbitan RS Jantung Harapan Kita; 1998).
Semoga oktalogi (pentalogi + trilogi) tentang Candra Jiwa Indonesia ini dapat dianggap
sebagai angsuran utang atas ilmu pengetahuan yang telah banyak membantu penulis dalam
mengarungi samudra kehidupan nyata sebagai manusia biasa, pramuka, komando pelajar serba
guna, paskibraka nasional, pemuda pandu ibu Indonesia, dokter umum, tentara wajib militer,
kardiolog, konsultan (temporer) WHO, tim dokter kepresidenan, dosen penguji S:1, 2, 3 dalam
negeri, S-3 luar negeri, dan sebagai guru besar tetap UI.
Semoga Sadar Kolektif Dinamis, Utusan Tuhan yang Abadi, memberikan kesejahteraan,
ketenteraman, dan kebahagiaan kepada kita semuanya. Amin.
Terima kasih.
(email: [email protected])
200 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gedung Medische Hogeschool (sekolah tinggi kedokteran), kini gedung FKUI, tahun 1937
Foto 9: Fakultas Kedoteran Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran UI atau disingkat FKUI beralamat di Jl. Salemba Raya No.6, Jakarta Pusat. FKUI memiliki lima program pendidikan, yaitu Program Diploma, Program Sarjana, Program Pendidikan Dokter Spesialis, Program Magister, dan Program Doktor. FKUI adalah fakultas kedokteran tertua di Indonesia.
Sejarah kelahiran FKUI bermula dari didirikannya Dokter Djawa School pada tahun 1851. Pada tahun 1898 Dokter Djawa School diubah namanya menjadi STOVIA, dan pada 1927 diubah lagi menjadi Geneeskundige Hooge School. Pada masa pendudukan Jepang, lagi-lagi namanya diubah menjadi Ika Daigaku.
Pada masa kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia menggabungkan Ika Daigaku ke dalam Balai Perguruan Tinggi RI dan mengubah namanya menjadi Pendidikan Tinggi Kedokter-an. Setelah Indonesia mendapat kemerdekaan penuh pada akhir tahun 1940-an, pemerintah mengambil alih sekolah kedokteran yang didirikan Belanda, Geneeskundige Faculteit Nood Universiteit van Indonesia, dan menggabungkannya dengan Pendidikan Tinggi Kedokteran. Gabungan ini kemudian diberi nama baru, yaitu Fakultas Kedokteran yang berada di bawah naungan Universitas Indonesia pada 2 Februari 1950. Kegiatan perkuliahan awalnya dilaksana-kan di dua tempat, yaitu di Jakarta dan di Surabaya, namun sejak tahun 1954, Fakultas di Surabaya digabungkan ke Universitas Airlangga. __________ http://id.wikipedia.org/wiki/Fakultas_Kedokteran_Universitas_Indonesia cited Dec. 18, 2013
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 201
Catatan: Buku MAGNUM OPUS (5/5) 2016, adalah induk dari sekuel Pentalogi Candra Jiwa Indonesia menurunkan empat buku berikutnya: Studium Generale (1/5) 2012; Psike (2/5) 2013; Ego (3/5) 2014; dan Intuisi (4/5) 2015. Buku-buku Pentalogi dilanjutkan dengan buku-buku Trilogi: Prequel (6/8) 2017; Monograph (7/8) 2018; dan Postquel (8/8) 2019; menjadi Oktalogi. (BSP)
202 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Delapan Wajib TNI
Sapta Marga :
1. Kami Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersendikan Pancasila. 2. Kami Patriot Indonesia, pendukung serta pembela Ideologi Negara yang bertanggung jawab dan tidak mengenal menyerah. 3. Kami Kesatria Indonesia, yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta membela kejujuran, kebenaran dan keadilan. 4. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, adalah Bhayangkari Negara dan Bangsa Indonesia. 5. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, memegang teguh disiplin, patuh dan taat kepada pimpinan serta menjunjung tinggi sikap dan kehormatan Prajurit. 6. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, mengutamakan keperwiraan di dalam melaksanakan tugas, serta senantiasa siap sedia berbakti kepada Negara dan Bangsa. 7. Kami Prajurit Tentara Nasional Indonesia, setia dan menepati janji serta Sumpah Prajurit.
Sumpah Prajurit :
Demi Allah saya bersumpah / berjanji : 1. Bahwa saya akan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. 2. Bahwa saya akan tunduk kepada hukum dan memegang teguh disiplin keprajuritan. 3. Bahwa saya akan taat kepada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. 4. Bahwa saya akan menjalankan segala kewajiban dengan penuh rasa tanggung jawab kepada Tentara dan Negara Republik Indonesia. 5. Bahwa saya akan memegang segala rahasia Tentara sekeras-kerasnya.
Delapan Wajib TNI :
Demi Allah saya bersumpah / berjanji : 1. Bersikap ramah tamah terhadap rakyat. 2. Bersikap sopan santun terhadap rakyat. 3. Menjunjung tinggi kehormatan wanita. 4. Menjaga kehormatan diri di muka umum. 5. Senantiasa menjadi contoh dalam sikap dan kesederhanaannya. 6. Tidak sekali-kali merugikan rakyat. 7. Tidak sekali-kali menakuti dan menyakiti hati rakyat. 8. Menjadi contoh dan memelopori usaha-usaha untuk mengatasi kesulitan rakyat sekelilingnya.
__________ http://www.organisasi.org/1970/01/sapta-marga-sumpah-prajurit-dan-delapan-wajib-tni.html cited 15 Dec., 2013
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 203
LAFAL SUMPAH DOKTER
"Saya bersumpah/berjanji bahwa: Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikekemanusiaan; Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya; Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran; Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai Dokter; Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan; Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan Keagamaan, Kebangsaan, Kesukuan, Politik Kepartaian atau Kedudukan Sosial; Saya akan memberikan kepada Guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya; Teman-sejawat saya akan saya perlakukan sebagai saudara kandung; Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan; Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan Kedokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan; Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan kehormatan diri saya".
Catatan:
PP 26/1960, LAFAL SUMPAH DOKTER Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 26 TAHUN 1960 (26/1960) Tanggal: 2 JUNI 1960 (JAKARTA). Ditetapkan di Jakarta pada
tanggal 2 Juni 1960 oleh Pejabat Presiden Republik Indonesia: DJUANDA. Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juni 1960 oleh Menteri Kehakiman: SAHARDJO
204 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
R. Soenarto Mertowardojo dan Prof.Dr.dr. Soemantri Hardjoprakoso
Foto 11.1.1: Putra Indonesia ini Telah Mewariskan Candra Jiwa Indonesia Intuisi Sadar Kolektif pada R. Soenarto Mertowardojo yang telah disampaikan secara lisan dan dicatat oleh R.T. Hardjoprakoso dan R. Tri Hardono Soemodihardjo kemudian diolah menjadi tujuh buah buku yang dihimpun menjadi sebuah Pustaka (intuisi) Sasangka Jati. Dr. Soemantri Hardjoprakoso menamatkan pendidikan dokternya di Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool), cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta pada bulan Februari 1942. Bersumber utama dari salah satu buku di dalam pustaka intuisi tersebut yaitu Terciptanya Alam Semesta maka disusunlah sebuah disertasi dengan judul Indonesisch Mensbeeld als Basis ener Psycho-therapie. Disertasi tersebut telah dipertahankan dalam sidang ilmiah untuk memperoleh gelar Doktor dalam ilmu Kedokteran Jiwa dengan predikat cum laude di Rijkuniversiteit Leiden, Negeri Belanda tanggal 20 Juni 1956.
__________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 205
INDEKS BUKU PSIKE (2013)
A
Absolut: lihat transenden 61; ~transenden 173.
Adler; mutlak mengikuti peraturan masyarakat 189.
air: ~dan uap air: kontinuitas, bumi dan langit,
jasmani kasar dan halus 75-6.
Alam Semesta; Terciptanya~ (judul buku); kosmos:
makro dan mikrokosmos: dari luar ke dalam: ma-
terial-kasar (jasmani), material-halus (jiwa), dan
yang imateri (Pusat Imateri), terdalam, pusat hi-
dup imateri 0-1.
alternatif bacaan semi ilmiah xxv.
Aku: kristalisasi dari angan-angan: dunia aku: sen-
tral kehidupan; sadar terbatas: bersifat indivualitas
(pribadi) 2-3 mati: ada eksistensi-, tidak terikat
jasmani 3, pancaindra 3; ~Roh Suci: Aku imateri;
setelah matinya sang Aku-angan-angan (materi):
lebih tinggi, berdaulat, berkuasa 51: kesadaran
dari sinar Sang Pepadang, masih terbatas, sudah
apribadi: sadar-dikandung-Hidup, mengandung
janji introversi hanya kepada Suksma Sejati dan
Suksma Kawekas saja=paugeran, kredo, syahadat
53; Tahap selanjutnya: leburnya Roh Suci ke
dalam Suksma Sejati: Sinar dipanggil kembali
oleh Yang Punya (TheSource) melalui UtusanNya
(TheForce): kesadaran dan kedaulatannya tak ter-
batas, mutlak, meliputi segala-galanya, meliputi
alam semesta 54-5.
angan-angan; dunia luar: tidak berdaulat, digarap,
dipotong, diuraikan, ilmu pengetahuan; tak kenal
batas, menyerah: batasnya 19; refleksi Tripurusa,
tiga aspek 15; refleksi (bayangan) Tripurusa, se-
lubung materi halus: daya intelektual manusia 70-
1; sebagai regulator terhadap nafsu 99.
anima; (Jung) personalisasi latar belakang (arketip
perempuan) yang terbalik (pada pria) 184-5.
animus; (Jung) personalisasi latar belakang (arketip
pria) yang terbalik (pada perempuan) 184-5.
antipati: keterikatan, hukum, perceraian 160.
asmara-sufi: keinginan lebih tinggi: mutmainah dan
ufiah; sosial dan suprasosial 15; sejajar sifat-sifat
Tripurusa: tidak perlu angan-angan untuk meme-
rintah nafsu, tidak perlu kedaulatan Aku ; pera-
saanpun mengarah kepada Tripurusa 35; adap-
tasi~: harus seimbang dengan retensi angan-angan
yang menggelisahkan 29, tumbuh kesadaran (Ke-
tuhanan): FPB dari semua hidup, menurunkan
(undur diri dari) singgasana (isi) angan-angan
(cipta, nalar)-nya 31.
Aspek, Aspect; Dwi~, Bi~ 158; Tri~ (Tripurusa)
2,6,8,27,63-5,70-1,82-4.
automatisme: ‖kaca ajaib‖ sentra vitalitas melihat
kerusakan diri: menyadari dan mendorong tanpa:
putus asa dan trauma; hati nurani, rasa berdosa,
tanggung jawab, mengorbankan diri 24 penerang-
an hati nurani di depan angan-angan 25.
B
badan/jasmani kasar: kekuatan alami, nafsu egois-
tik, sosial, suprasosial, keinginan; harapan, kema-
uan; kekuatan, hasrat 180-1.
Bagan Transenden Terbalik: Skema IV 170-1.
bahasa; pengucap: salah satu pancaindra 73-4; ~ji-
wa: tanpa gerak, doa; lebih primitif dari ~isyarat,
~gerak, ~tutur, diajarkan dan ditanamkan sejak
masa kecil: tidak perlu mempermasalahkan ase-
sori kasat mata: penghormatan kepada semua aga-
ma dan kepercayaan menjadi kenyataan yang ha-
kiki; terdeteksi oleh naluri halus masyarakat 104.
bayangan: ~induktif: ditangkap oleh pancaindra se-
ring berasal dari luar, dialami selama panembah:
sebagai gangguan, tidak sempurnanya proses in-
troversi, munculnya Tripurusa (imanen) terhalang
134-5; ~intuisi: bedakan dari bayangan induktif;
renungkan apakah penampakan dari pancaindra?
sang Aku dapat menterjemahkan dalam lambang
atau kata-kata dari intuisi; intuisi tidak dilanjut-
kan secara sensoris kepada sang aku [induksi a-
sensoris] 134-5, 137.
Bayu Sejati: Tenaga-tenaga saudara tujuh dapat
digabungkan oleh sang Aku digunakan menurut
kehendak hatinya: telepati, hipnotis, dan meramal
(clairvoyance) 47-8: masih material terikat sepe-
nuhnya, taat mutlak terhadap Tripurusa: angan-
angan melepaskan diri dari nafsu dan perasaan:
kekuasaannya tidak terganggu; pamer: Bayu Sejati
tidak berbuat atau melakukan sesuatu yang lain;
peringatan yang mendidik: saudara kita, bukan
hewan pengangkut; Derajat Roh Suci: daya dan
selubungnya 49; Akunya sehari-hari adalah Bayu
Sejati itu; tidak adalagi ketakutan, kesangsian,
yang dapat merintangi penyerahan dirinya tak
bersyarat kepada Tripurusa 50-1; totalitas integra-
si tujuh saudara, supranatural, diaktifkan sesuai
kehendak, kesadaran tetap utuh 82-3.
berdampingan; materi-imateri 179.
Bhinneka Tunggal Ika, titik temu vii.
Bima sakti, tatasurya xxx.
blencong: lampu atau obor yang menerangi layar
tempat dalang memainkan wayangnya 154.
Body, mind, spirit; dimensi 1-4 204.
Bre Redana xxiv.
budi darma: praktikum suka beramal, suka meno-
__________
206 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
long dan mencintai sesama hidup= melatih ten-
densi-tendensi suprasosial= asmara sufi, barome-
ter sesama: manusia/ hidup (kesadaran bersa-
ma; kolektif)~matinya kesadaran Aku/ jiwa 137.
Budi Darmadi; Dr.Ir., M.Sc. vii, -Soedjarwo
Budi Darmadi, Dr, Ir, MSc: Ketua Pengurus Pusat
Pangestu; Kongres Pangestu XVI Tahun 2010:
Surakarta 21 Mei 2010; 155.
budi luhur: setelah memiliki watak sabar, rela, neri-
ma dan jujur 123; sikap kemerdekaan, lepasnya
semua bentuk keterikatan yang teridentifikasi;
sempurna penyerahan total dirinya kepada Tripu-
rusa sampai tidak ada gerak sama sekali; dise-
rahkan bidang religi; CJI hanya menunjukkan ja-
lan mencapai pamudaran melewati pelaksanaan
Trisila dan Pancasila, berhati-hati terhadap Pema-
li, dan pelatihan Jalan Rahayu 142-3.
bumi: raga, soma, body, 7 lapis 58; soma, jasmani
kasar: proses biologi 75.
busana: bersifat unsur, bentuk, gerak, metamorfosa,
dan yang tak terpisahkan dari unsur; ada-musnah,
lahir-mati, tumbuh-surut, kehendak-Nya 67.
C
candra ideal: tingkat akhir perkembangan, cangkok,
tenaga asing, jalan sesat, beda esensial 61;
pencerahan: sekarang juga tercapai! 63.
Candra: ~Jiwa Soenarto xxii, xxix, Indonesia xv;
pegangan visual untuk memahami anatomi dan
fisiologi manusia sebagai makhluk batiniah dan
rohaniah 59; jalan; pedoman, sungguh sulit, laten:
kurang tumbuh 61; perbandingan 4-; sadar kolek-
tif: statis, dinamis, dan pribadi (terikat jasmani-
nya) 171; ~dunia; ~manusia: jarak cukup: pe-
rangsang; menghilangkan 23 jarak
lebar 25.
Carp; insting 183
Centini, serat , The Centhini Story: The Javanese
Journey of Life xvii.
cinta, The Art of Loving , Erich Fromm xix.
’cintailah musuhmu’: (setelah tercapai kesadaran
bersama): bukan suatu pengertian kejiwaan (indi-
vidu) yang afektif; tetapi telah direduksi menjadi
pengertian administratif 139; iklim kecintaan tak
terbatas; lihat individu 139.
cipta: mengontak nafsu: menyadarkan keinginan;
mengontak perasaan: emosi, realisasi keinginan;
posisi tanpa bayangan (kontak stop) 31;
Cipularang KM 90 xxiv.
CJI: Candra Jiwa Indonesia
cogito ergo sum, Rene Descartes xxix.
cum laude xiv.
D
Dasa Sila: ditaati sukarela 152-3; 10-Pedoman Pagu-
yuban Ngesti Tunggal, berbakti, setia, kasih sa-
yang, menghormati, watak, perilaku, Tuhan Yang
Maha Esa 163.
daya tarik makrokosmos; material dan dewa 184-5.
dekat: sangat-: Yang Maha Tinggi bersifat imateri,
di dalam jiwanya sendiri: aman, tenteram, terlin-
dungi, dipimpin, dibutuhkan: penderita neurosis
dan setiap manusia pada umumnya 108.
Delapan Wajib TNI 202.
depresi, neurosis: sakit psikosomatik: angan-angan
arti sempit penuh sesak; bongkar muatan: ucapan,
gerak, dan impian; bongkar sehat: menerima, ta-
wakal, dan percaya (iman) 88-9.
Derajat Roh Suci: tiga syarat: 1. bebas ikatan, 2.
sikap positif (kasih sayang, tanggung jawab,
apribadi), dan introversi tanpa syarat 32-3; kedau-
latan sang Aku angan-angan di reduksi sampai
nol, kekuatan nafsu berhenti, titik tengah polaritas,
keseimbangan sempurna, titik akhir kemampuan
(kedudukan) manusia dan kemanusiaannya 33;
potensial dapat dicapai setiap orang 34-5 harmoni
dan integrasi tumbuh menjadi satu 36-7.
Dewa Ruci: lihat ular naga 72-3; TheSelf –nya,
setiap manusia memilikinya 112; epos Ramayana,
Mahabarata: perjoangan psiko-religius seorang to-
koh 185.
Dhandhang Gula Eling-eling 163
dimensi: ~1-4, makro/ mikro-kosmos xxviii.
disain: tuntunan dan rangkuman; tontonan, kete-
rangan, dan kaitan vii.
disertasi; bayi, ibu, dokter kebidanan (Carp) xxi.
Dwija Wara: majalah bulanan Paguyuban Ngesti
Tunggal; untuk suluh kehidupan bahagia; website-
nya di http://www.pangestu.or.id; 154
Dwitunggal, Dwiaspek, BiAspect; Sadar Kolektif
158
E
Ego: perjalanan ke dimensi-4 xxviii; sentra pemban-
ding utama, Id 171.
empat pilar kebangsaan xxiii.
empati: hubungan netral, perkawanan, pertemanan,
mempertajam, terikat: simpati, antipati 160,
memperdalam 161.
esensi manusia: terletak pada hubungan Roh Suci di
dalam Tripurusa di Pusat Imateri ini; menunggu
panggilan terakhir puncak evolusi seraya melaksa-
nakan Hastasila 57.
evolusi: sadar pribadi (sang aku) meningkat menjadi
sadar kolektif terbatas (Roh Suci); peningkatan
__________
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 207
________
kualitas kesadaran manusia; introspeksi (dan in-
troversi) 56-7.
F
faktor: ~baru: pengalaman yang tidak dikenal sebe-
lumnya, lihat intuisi 136-7; ~persekutuan terbe-
sar; FPB, 173.
fiksasi (ikatan): 1.angan-angan: kedaulatan di dunia
luar, mementingkan kekuasaan di masyarakat.; 2.
nafsu: luamah sebagai pengikat: egoistik, serakah
dan pro sahwat, tanpa pertimbangan kedaulatan
atau alasan pangrasa; 3. perasaan: aman, pasif, tak
bertanggung jawab, surga kesenangan duniawi
(bayi dalam kandungan) 37-8; Pertumbuhan jiwa:
tanggung jawab, harus bekerja, dan mengenal ba-
haya; kolot, kacamata tertentu 39.
fungsi: psike, angan-angan, perasaan, nafsu 58;
~spesifik ke-4: pusat hakiki; imateri, spiritual,
potensi, status transenden, aspek komunikasi 174.
TreFoil; Tre~= Tri~ 186, Tripurusa, TriAspect:
TheSource, TheForce, dan TheSelf 204
TheForce; Suksma Sejati, Sadar Kolektif Dinamis,
Wakil Suksma Kawekas 158.
FPB: faktor (pembagi) persekutuan terbesar; 187.
G
gadis jelita metropolitan vii.
ganjil; halaman vii.
gravitasi: pusat-; kecerdasan, perasaan, pria,
perempuan, wanita 185.
genap, halaman vii.
Geneeskundige Hogeschool, Sekolah Tinggi Ke-
dokteran, Fak. Kedokteran UI di Jakarta vii.
guru: terhadap murid iv.
H
hakekat: -manusia; aspek struktural, fungsional; -
dunia luar 59
Hardjoprakoso; Soemantri~ vi,xv, Soerini~ Soe-
djarwo vii, Winahyo~ , dr, SPOG vii; R.T.~:
Raden Tumenggung~, foto Tiga Serangkai 168
harmoni: bersifat integrasi, dibentuk oleh tingkat
penguasaan nafsu dan perasaan untuk taat kepada
sang Aku; Jika angan-angan sesuai kehendakNya,
asmara-sufi (laya) akan berdominasi 35; (kesela-
rasan) timbul, jika manusia sadar untuk melepas-
kan daya-ikat dunia dan tujuannya: bertunggal de-
ngan Hidup di dalam dirinya melalui Rahsa Jati
40-1
hati: ~nurani: candra dunia/ manusia 7, 9 disimpan
di angan-angan dalam arti sempit, asadar, beda
tempat dengan nafsu asadar 8-9; bertemunya
dunia luar dengan manusia: nafsu- nafsu asadar,
serta angan-angan dan perasaannya yang sadar 9;
sesuai titik beratnya~ Tripurusa; di atas: emosi,
bayangan, pikiran, hasrat, keinginan, kemauan 25;
refleksi jahat, baik, ideal 26; suara~, menghilang,
pertentangan nafsu 182; nurani 183.
heart, qalb, jantung, jantung hati xxv.
Heksalogi Star Wars: film-film xvii.
hipotesis Jung xxii.
Hidup: ~Sejati: jati diri, dekat jantung, ekstase, pin-
tu gerbang, titik pangkal/pusat candra jiwa/ dunia,
abadi, meliputi, melahirkan ruang waktu, tak
terikat, abadi, satu; tiga aspek (TriAspek) 62-3;
ada di mikro dan makrokosmos; kesatuan-keselu-
ruhan, unitas dan totalitas; Aku: terbatas, dipisah-
kan oleh individualitasnya, tidak mengalami to-
talitas, dibuang jadi pimpinan sentra vitalitas 81.
hubungan pasien-dokter: batas kedalaman tertentu
saja untuk pendidikan mental; peran guru; mudah
tersinggung; hubungan pribadi (Freud) tidak perlu
disinggung terutama perempuan; tunjukkan keku-
atan-2 imanen 146-7; penjelasan simbol-2 147;
harapan sembuh ke Tripurusa, bukan dokternya;
dokter sebagai ‖kakak‖ (metode Adler); diingat-
kan potensi Tripurusa 148-9, dokter juga harus
ikut mengalaminya 151.
I
ikhlas: lihat rela
individu: (di dalam kesadaran bersama); pengertian
baru: direduksi, diperkecil; pengertian pancaindra
(bukan afektif); tidak menimbulkan reaksi mental,
kejiwaan (keterbatasan pribadi) 139.
Individuation: individu telah menjadi absolut 103.
Indonesisch Mensbeeld.. xiv, xv.
induksi asensoris: kontinyuitas sang Aku angan-
angan dalam menterjemahkan intuisi ke dalam
lambang atau kata-kata akibat ‖pertemuannya‖
Sang Aku imateri dengan sadar kolektif dinamis
134, 137. [induktor: sensoris= pancaindra; asen-
soris= rahsa jati, theGate]
intuisi: pertemuan sadar individu dengan Tripurusa,
isi-: adalah pertemuan itu sendiri, di luar pengala-
man individu (faktor baru). Tripurusa: sebagai
gambaran masa depan hati nurani yang dapat
dica-
pai 136.
imateri: prinsip-: hakekat; yang materi: selubung-
nya, tidak terikat, titik hubungan kerja: dekat
jantung 63.
imateri : struktur: Tripurusa, Triaspek: Suksma
Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci 77; hidup,
satu~tiga aspek 176, Pusat; pintu masuk eksistensi
208 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
__________
________
status~ ; titik awal, sumber, dan tujuan kehidupan;
di dalam dirinya 177; spiritual, bebas keinginan,
sadar kolektif, Aku di antara i- dan materi 179.
impian; bunganya tidur, sedikit (+/- 1%) sebagai
perlambang (profetis) ; arti khas dapat dibuka:
pribadi, ahli budi, psikolog, dan psikiater yang
terlatih 89,90-1
individu; sekaligus punya - dan sadar, a- dan
keinginan 179.
Indonesia: ke—an: dasar pemikiran; pamudaran,
pembebasan; prinsip: psikoprofilaksis (psikopre-
ventif), psikoterapi, dan psikohigienik 183.
insting; (Carp) telepati, ramalan, potensi di bawah
sang aku, dapat dikembangkan 183.
intelektual, kekayaan xxi.
intelektual; kapasitas, angan-angan, kedaulatan 179
ingat mati; ketentraman, mulai hidup baru, sesuai
sadar kolektif; beda ingin cepat mati: tidak me-
ngurangi kedaulatan aku 28, 31; meninggalkan
cara hidup lama 31.
introspeksi: mengamati/ mempelajari diri sendiri, ke
dalam, ke dunia ketiga; bedakan dengan introversi
(32)
introversi: jalan~: menggeser Aku ke imateri 12;
transendental, ke dalam: berserah diri tanpa syarat
(posisi di rahsa jati, batas dunia/dimensi ke-3 dan
ke-4) 32; bedakan/ lihat introspeksi 32.
intuisi, ilham atau wahyu: Roh Suci (TheSelf),
berserah diri sepenuhnya kepada Suksma Sejati
(TheForce); tidak bersyarat: tidak dapat dengan
sengaja ditimbulkan; tidak ada perbedaan esensial,
tidak dapat dilukiskan, ada gejala-gejala pengi-
ringnya: gambaran-gambaran keadaan manusia,
di mana ilham atau wahyu menyatakan diri, sesuai
keadaan jiwa orang yang bersangkutan; perbedaan
antara iklim jiwanya sehari-hari dengan iklim ’de-
kat’ dengan Suksma Sejati. 43; sebagai bayangan,
ucapan, pengertian tertentu, dan pencerahan: non-
pancaindrawi; mengalami di dalam diri yang se-
dalam-dalamnya; manusia menterjemahkan per-
jumpaannya itu 44; perjumpaan sadar individu
dengan sadar kolektif 45;
intuisi: ciri-cirinya: 1. timbul dari esensi yang ter-
dalam, 2. bebaswaktu dan tempat. 3. tidak dapat
ditimbulkan, 4. timbul sebagai bayangan, ucapan
atau mengerti sesuatu, 5. bukan pancaindrawi, 6.
terasa damai dan bahagia yang bergema sementa-
ra, 7. rasa kepastian dan kebenaran, 8. tidak ada
sensasi jasmaniah kecuali nomor 6 dan 7, 9. tidak
ada kekuatan dari luar, 10. saat datang berhenti-
lah angan-angan, emosi dan nafsu 47.
intuisi: pertemuan sadar pribadi dengan sadar kolek-
tif, semakin meningkat, leburnya sadar pribadi
disebut Pamudaran: tujuan akhir evolusi 59; ~Soe-
narto Mertowardojo, hipotesis Jung, puncak evo-
lusi kesadaran, meningkatnya kesadaran pribadi
159; ~Soenarto, puncak evolusi, kunci 159, pusta-
ka 170; Bukan~; tenaga saudara kita sendiri de-
ngan kemampuan gaibnya: sering menyatakan
hal-hal yang tidak benar 47; faktor dituntun Suks-
ma Sejati: Sang Sabda atau Sang Pepadang 51.
J janin: dalam kandungan, seperti di surga (jasmani),
asadar, nikmat maksimal, terikat mutlak jasmani
ibu 96-7, tangis pertama 98, tali pusat 99; berkem-
bang dari penuh nikmat ke anikmat, sang aku ha-
rus melepaskan sedikit demi sedikit 99.
Jay Subyakto iv.
Jujur: (Jawa: temen) bagian terpenting dari Panca-
sila, melatih diri menganut keyakinan, kepercaya-
an secara aktif 114; ke~an: menambah ketulusan,
keberanian dan kepercayaan masyarakat dengan
sepenuh hati, melihat: kesalahan diri, sekilas,
gambaran jiwa baru yang lebih baik 115-6.
K
Kapten Sasangka Jati v.
Kapten; TNI A.D., R. Soenarto Mertowardojo, foto
164.
karya anak bangsa iv.
kaya: ter~: narima 123.
keberanian: menata, transformasi ilmu xix.
kedamaian; dan ketentraman: lihat pangerti 31.
kedaulatan; sifat terpenting, refleksi mutlak
Tripurusa 179.
Kedokteran; Sekolah Tinggi, Geneeskundige Hoge-
school, Fak. Kedokteran UI di Jakarta vii.
kehidupan: sehari-hari manusia merasa ditempatkan
antara dunia besar dan hidup imateri: tahu banyak
dunia luar, tahu sedikit tentang Hidup imateri, Ia
terikat kedua-duanya 37.
keinginan; harapan kuat 179.
kekal: tidak-; persepsi: kekayaan, pekerjaan,kehor-
matan, kedudukan, pengaruh dan kekuasaan 119.
kelompok sudra xxiv.
kekuatan gaib: angan-angan: pangaribawa (cipta);
prabawa (nalar); kemayan (pangerti): mempunyai
kekuatan khusus 49.
kemauan; semangat, daya dorong 179.
kepribadian: kontinyuitas, candra ideal: tingkat
akhir perkembangan 61.
kesadaran kolektif: dunia--: totalitas universal, tak
perlu komunikasi dengan dunia luar dan dalam,
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 209
__________
________
tak perlu indra, hidup imateri: tak terikat ruang
dan waktu, tidak ada kebutuhan: tidak tumbuh,
sifat terbatas/ individualitas hilang, kehidupan
psikis yang pribadi hilang; langsung ke alat
pelaksana 10-1; simultan tiga dunia (dimensi,
matra): saling merembes dan berdampingan 11.
kesadaran: posisi- sang aku: diantara dunia yang
tertangkap dan tidak oleh pancaindra 109:
makrokosmos dan pusat imateri 111.
kesadaran; sang Aku, menyelimuti, terbit individu-
alitas 179.
kesenian tradisional ketoprak xxiv.
ketentraman; dan kedamaian: lihat pangerti 31.
keyakinan: kepercayaan: adalah kebenaran, atau
apa-apa yang dianggap benar, kebenaran itu
berubah-ubah sesuai pengalaman, dihadapi
dengan kekuatan adalah bermanfaat: memperting-
gi integritas, dapat merugikan dirinya sendiri 116.
kompleks: keseluruhan yang tersusun; lawannya
simpleks= tunggal 5.
komunikasi: -indrawi; psikologi: dunia luar, -batin-
iah: dengan yang transenden 60-1.
kontroversi manajemen mental: 1. menerima surga
kekal; 2. melepaskan tahap kenikmatan; solusi:
reedukasi sikap unggulan: Hastasila, Pemali 95;
dihadapi: 1. menerima perspektif baru, 2. mele-
paskan kenikmatan: reedukasi Trisila dan Panca-
sila, kontrol luamah, paugeran: menerima potensi
besar, introspeksi dan integrasi, supra/sosial, ta-
pabrata, bebas neurosis 104-5.
kosmos: alam semesta: makro (D1= dimensi, matra,
dunia) dan mikrokosmos (D2: fisik; D3: mental,
psike; D4: pusat imateri, spiritual) 1; makro, mi-
kro xvi, xxviii.
kotak Budi Darma: untuk menampung donasi dari
para anggota paguyuban sesuai dengan kemam-
puan dan keikhlasannya; tidak ada iuran anggota
156-7.
KPK: kelipatan persekutuan terkecil; 187.
kritik, saran xxvii.
kualitatif; studi kasus, intuisi, introspeksi, R. Soe-
narto Mertowardojo, universal 162.
kusir: sais ~ sang Aku manajer kereta jiwa pengen-
dali keempat nafsu agar menuju hidup bahagia
dan kelak kembali ke asal mula hidup 94.
L
langit: jiwa, psike, mind, ~7 lapis 58; psike, mental,
jiwa: mekanisme kejiwaan 75.
lapis tujuh; bumi, materi kasar, fisik, kimia; langit,
materi halus, jiwa, pengucap (bahasa), daging
165.
laten: kurang tumbuh 61.
Leiden, Nederland, Universitas xiv.
luamah: dorongan mempertahankan dan mempero-
leh kenikmatan, diputus sang aku 99; sifat anak
169.
luhur; fungsi, keajaiban, redup-terang 161.
M
makhluk rohaniah: Yang Absolut Transenden ber-
manifestasi; sulit, harus mengubah watak 61.
kosmos: makro/mikro~, dimensi 1-4 xxviii; makro~:
dunia luar; tak terbatas dibanding manusia (fisik
dan mentalnya), bahan pengalaman indrawi saja
43.
manusia: makhluk batiniah, candra jiwa, candra
manusia: pedoman hidup 59; ~unggul: bebas tak
terikat, taat peraturan, budi luhur: aku sebelum
musnah 122.
masyarakat: kestabilan-: dasar perkembangan men-
tal; dampak sosial-: Hastasila dan Pemali 106-7.
materi; biologis, keinginan, asadar kolektif, Aku di
antara i- dan materi 179; terikat-: 1.Angan-angan:
a.Pangerti – Kemayan, b.Nalar – Prabawa, c.Cip-
ta—Pangaribawa, 2.Nafsu-nafsu: a. Mutmainah,
b. Amarah, c Sufiah, d.Luamah; 3.Perasaan (ra-
sa-pangrasa); 1,2,3: ’tiga makhluk’ berbeda 21:
kesadaran angan-angan: sifat utama: kedaulatan
(terbatas); nafsu+jasmani: potensi tertentu, sang
Aku 78-9; pribadi: mengandung rasa puas 78;
~halus: kehidupan tiga kompleks (sentra, pusat)
3-4
mati: titik akhir kehidupan menurut Freud 189.
Membangun badan: adalah gerak jiwa yang egosen-
tripetal (negatif) memperkuat ikatan-ikatan dunia-
wi (makan, minum , tidur, sahwat, dan sikap nega-
tif lainnya) 144.
Membangun jiwa: adalah gerak introversi dari
asadar kolektif (jasmani) menuju ke sadar kolektif
(rohani), se-bagai sisipan di tengahnya adalah
sadar individu (jiwa): ‖penyembuhan‖ 144-5.
menerima; menghormati perbedaan xxi.
mental; kesehatan xv, ~spiritual xxi; mentalitas
kepengikutan xix.
metafora; ilustrasi viii.
mikrokosmos: hidup dengan busana kecil, jasmani,
materi, imateri, Tripurusa 76-7.
Mind: pengendali nafsu dan lain-lainnya 58.
mistik; Cipularang KM 90 xxiv.
monoton: hubungan sang aku tanpa kedaulatan
(satu nada) dengan dunia luar, tanpa hak
kedaulatan 29.
murid; melihat guru iv.
210 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
__________
mutmainah: menerima anikmat 99; sifat dewasa 169
N
nafsu: asadar; luamah: -keselamatan diri; mutmai-
nah: ~kehidupan bersama; sufiah: sumber kei-
nginan dan hasrat; amarah: kemauan dan sema-
ngat; terikat oleh ruang dan waktu 1-2; asadar ak-
tivitasnya dapat memasuki kesadaran pribadi 3-4;
mutmainah (kuda putih; suasana): perikemanu-
siaan, sosial dan suprasosial, cinta kasih; amarah
(kuda merah; api): temperamen, mudah marah, ke-
kuatan, kehendak, kemauan, keuletan; sufiah (ku-
da kuning; air) keinginan, hasrat, cinta kasih, ter-
tarik keindahan; luamah (kuda hitam; tanah): pe-
muasan seks, egoistik, keselamatan diri, puas di-
ri, enggan mulai bergerak/ bertindak; malas, loba,
tamak, iri hati, dan mencari enaknya 68-9; drive,
passion, kekuatan, power ; segi baiknya: tunduk
kepada mutmainah: kekuatan jasmani, keuletan,
tahan penderitaan kekurangan, toleransi, daya
tampung besar: sifat ibu bumi (tanah) 13.
nafsu: daya dorong asadar yang menggerakkan
(power; 86) sentra vitalitas sadar: angan-angan
dan perasaan; Luamah (nafsu egosentripetal, kuda
hitam) berlawanan polaritasnya dengan
Mutmainah (egosentrifugal, kuda putih); Sufiah
(keinginan, kuda kuning) dan Amarah (kemauan,
keuletan usaha, kuda merah): nafsu-nafsu pem-
bantu. Kombinasi hasil kerja luamah, sufiah dan
amarah ini diteruskan kepada angan-angan;Cipta
lalu membentuk bayangan dari apa yang diingini
(nyata, abstrak); Nalar mengasosiasikan setiap
kemungkinan; Pangerti memandang keseluruhan
dipertajam, dan disimpulkan. Pancaindradiwaspa-
dakan, nafsu dirangsang lagi, dan akhirnya alat-
alat pelaksana dimobilisasikan oleh angan-angan,
untuk mencapai keinginan 85-7; kombinasi
Mutmainah dan Sufiah (asmara sufi-laya): me-
rangsang kemurahan, kebaikan hati, keluhuran
budi, kasih sayang, sosial, dan suprasosial 87;
ketika Mutmainah mendominasi, Luamah sebagai
hamba (konversi, sublimasi): kekuatan jasmani,
daya tahan kekuatan (endurance), penderitaan,
toleransi 87,89; polarisasi Mutmainah menetap
87; ~asadar (Jung): menghasilkan dan dapat me-
narik kembali keinginan 125; kekuatan alami; a-
rah dan tujuan, egoistik, sosial, dan suprasosial
177; terreduksi 183.
Naga air; gadis jelita, dunia (dimensi) 1-4, viii.
nalar: asosiasi bayangan (terus menerus); posisi tan
pa bayangan (asosiasi stop) 31: ke dunia dalam 33.
Narima: status jiwa (mental, psike) yang selalu
puas dan penuh rasa syukur: benda konkrit, abs-
trak, merugikan 116-7.
neurosis: persoalan dan penyelesaian pertama di
dalam dirinya sendiri: prioritas, lainnya nomor
dua 102; inti~: dominasi luamah; menuju Tripuru-
sayang tak terbayangkan: anti neurosis 125-7
nikmat: ke~an: kekecewaan, menjelang kematian;
pro (luamah): tertinggal, penguasa aku 101.
nilai: -nilai dunia luar: posisi naik turun: rela dan
narima: berada di atasnya, tidak tersangkut
aktivitas sang aku: prestasi, tugas 117
NKRI, Negara Kesatuan RI, Pancasila xxiii.
O
omnipotensi; status, mencicipi, pertemuan; intuisi,
iham, fase loncatan 182-3.
ontogenetis= pengalaman umat manusia
seluruhnya
selama perkembangannya, sejak adanya hingga
sekarang 93.
orientasi: potensi di dalam diri tetapi di luar sang
aku: keluar: sadar terhadap dunia luar, kedalam
mungkin menemukan ’potensi yang khusus.’ 113.
P
pancaindra: dapat mengamati materi-kasar (dunia
biologis manusia), sitim penunjangnya dan benda-
benda di alam semesta 1; alat komunikasi jiwa
dengan makrokosmos 56-7; adalah alat komunika
si mikrokosmos 57; penglihatan, pendengaran,
pembau, pengucap (bahasa), dan perasa: rasa ha-
lus manusia, organ peraba yang tak tampak, me-
raba-raba perasaan dan pikiran orang lain sampai
sedalam-dalamnya; menerima atau menolak sesu-
atu; bertempat di hati 73; bagian kasar dan halus-
nya; kasar: pengamatan keluar; tidur mimpi atau
lamunan: bagian yang halus tetap bekerja 74-5.
Paguyuban Ngesti Tunggal: PANGESTU: perkum-
pulan yang tujuannya bersatu, bertunggal dengan
masyarakat dan Tripurusa 153.
pamudaran; menemukan jalan-: kemajuan dalam
perkembangan jiwa; gerak asadar kolektif menu-
ju ke pusat imateri manusia, ke sadar kolektif, le-
pasnya kesadaran secara absolut dari jasmani 97;
akhir peperangan: kancah dunia: projeksi, subjek-
tivasi, dan personalisasi, individuasi 103; skala
kecil: Hastasila + Pemali: melepaskan diri dari
keterikatan, ontogenik: meninggalkan fase yang
nikmat. Neurosis: keterikatan pada sang aku;
~skala kecil dan relatif: kearah penghapusan
113; keikhlasan, status asadar musnah 121; sang
aku: barang mati, Tripurusa 121; realisasi hati
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 211
__________
sanubari dan merupakan tujuan akhir dari perkem-
bangan manusia 136-7.
Prototipe angan-angan: kedaulatan menonjol, indi-
vidualistik, merdeka, benci: paksaan, tradisi, wi-
bawa 15; tidak ada: hormat, keramat, toleransi;
kekuasaan, kewibawaan, tanggung jawab, bertu-
gas selalu, tak kenal tujuan akhir, jalan terus,
prestasi 16-7; menolak empati 17; perasaan
(indikator) dan nafsu (motor dan motif) menyo-
kong kedaulatan 19.
~perasaan: iklim psikis, disimpan, sifat: meliputi,
memuat, memelihara; kedaulatan orang lain dihor-
mati, nilai subjek di atas segalanya, objek disubjek
-kan 18-9; fungsi mengikat: sifat utama, menon-
jolkan ikatan antar subjek (angan-angan menyoro-
ti dirinya sendiri), kedudukan sejajar, membentuk
sintesa, FPB= KPK: mendunia; angan-angan tidak
berkembang, suka merenung, statis, kolot, tradisi-
onil; nafsu: motor dan motifnya 21.
~nafsu: mengutamakan keinginan, hasrat
dan tenaga jasmaniah: jika hasil jelas, rasa positif;
asmara-sufi/ luamah-sufiah: gerak jika ada hadiah
langsung 21; angan-angan dan perasaan indikator
rasa aman 21
~Roh Suci: jiwa sejati, (penguasa) sentra
vitalitas melalui sang aku yang telah ditundukkan;
diefisienkan 22-3; agar mengarah (hamba) ke
Suksma Kawekas melalui Suksma Sejati; tapabra-
ta sukarela, 23.
psike; dunia mental: angan-anganlah yang mendo-
minasi: dunia angan-angan. 1-2.
pamit mati, pentas xxiv.
pemegang dan pendukung sadar pribadi 80.
pentalogi: 5 buku: Kuliah Umum: Studium Genera-
le (1/5), Studium Particulare (Kuliah Khusus):
Psike (2/5), Ego (3/5), dan Intuisi (4/5); serta
Magnum Opus (5/5) vi-vii.
Perpustakaan Pusat Pangestu xxv.
produktif, waktu luang xxiv.
pusat= sentra vitalitas: empat: Tripurusa, angan-
angan, perasaan dan nafsu-nafsu 83-4; ~imateri:
hakekat (jati diri; rohani, spiritual, spirit) manu-
sia; prinsip materi (halus dan kasar) sebagai selu-
bungnya; selubung halus: jiwanya (psike, mental,
mind); selubung kasar: fisiknya (jasmani kasar,
body) 56-7 Tripurusa (TriAspek, TreFoil): Suks-
ma Kawekas (TheSource) sebagai sumber dan tu-
juan hidup, Suksma Sejati (TheForce) adalah
utusan Tuhan yang abadi yang menghidupi Roh
Suci (TheSelf), memimpin dan kelak menuntun
Roh Suci kembali kepada sumber dan tujuan
hidupnya 57, 59; ~spiritual (hidup) imateri,
omnipotensi, abadi 160.
pamudaran: lihat pembebasan, tahap akhir perkem-
bangan individu masuk ke sadar kolektif 182-3;
kesadaran ada di setiap kehidupan, bebas ruang
dan waktu, tidak ada proses kegiatan jiwa; per-
kembangan akhir dari angan-angan, perasaan dan
nafsu: status~ identik status Suksma Sejati;
potensial dapat dicapai oleh setiap manusia; Jung
satu-satunya psikolog Barat, mengalami FPB
sekaligus KPK 186-8; dikemukakan Jung sebagai
werden zur Persönlich keit, atau Selbstverwirkli-
chung, Verselbstung atau sebagai Individuation-
prozess 188-9; emansipasi diri dari himpitan hati
nurani dan asadar 193.
pangerti: tidak bertempat di otak, tidak dikeruhkan
bayangan; posisi kosong bayangan (cipta dan
nalar statis); -masih ada: tentram-damai 31.
panembah: anak tangga kedua, reposisi ibadah:
dengan atau tanpa upacara, pengalaman jiwa lebih
penting; angan-angan sadar, perasaan dekat, nafsu
mendorong panunggal, pamudaran 129; istirahat
sempurna: observasi, asimilasi asadar ke sadar
meningkat, ego semakin bijaksana 130; aksentuasi
cara hidup agar Tripurusa yang imanen itu dapat
muncul sepenuhnya 135.
paugeran: kesadaran Roh Suci, posisi strategis sang
aku, candra: jiwa, dunia; tanggung jawab, pelatih-
an introversi, utang, beruntung, sadar 124; ter-
gambar dlm batin, direalisasikan mutmainah;
membalikkan luamah: kenikmatan hilang 125.
pelajar: ter~: sabar 123.
pelayaran: kompas (Trisila) 123.
Pembebasan: pamudaran, kesadaran sang aku
menghilang, suara hati menghilang, sadar indivi-
du masuk ke sadar kolektif; biologis (penuh
keinginan) ke spiritual (bebas keinginan); sinar
hidupnya (TheSelf) ditarik oleh yang menghidupi
(TheForce); fase loncatan, mencicipi status
omnipotensi: intuisi, ilham; 182-3
pengorbanan: menghentikan angan-angan: sikap ra-
sional-aktif dihindari, Trisila: ~tidak rasional, (ke-
arah imateri); cara lain: keadaan eksistensi tanpa
gerakan pancaindra (Rohani), abadi, tidak beru-
bah selamanya: Trisila + Pancasila 110-1; Panca-
sila + Pemali: melepaskan makrokosmos 111
pengucap: bahasa, salah satu pancaindra, bukan
pengecap 73-4.
penyakit jiwa: pencegahan dan terapi 173.
penyembuhan terapeutik sekunder: terlepasnya
ikatan-2 sebagai akibat dicapainya suatu sikap
hidup baru (Budi luhur): luas dan dalam 144-5:
212 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
__________
______
tanpa menelusuri masa lampau Freud; perhatikan
pengaruh negatif luamah: struktural dan fungsional
sama saja 145.
peraba: organ-: lihat perasa 73-4.
perasaan: interaksi angan-angan dan nafsu: positif
(senang, sehat, menerima); negatif (sedih, malas,
marah, menolak) 30; suasana, ekstase di ’langit’,
interaksi angan-angan dan nafsu 58.
perempuan; wanita, perasaan ke depan, animus
184-5.
potensi: 159 omni- 159-60.
pria; kecerdasan ke depan, anima 184-5.
psiko; -profilaksis, -terapi, -higienik 183.
puas: senang; perasaan hidup sang aku: menutupi
kosong-pemuasan nafsu~ Tripurusa 15; mening-
galkan pemuasan nafsu: mutmainah + sufiah 15.
pusat imateri; rohaniah, spiritual, paling transen-
dental 76-7.
perasa: rasa halus manusia, meraba rasa (organ
peraba) dan pikiran orang lain, menerima/ meno-
lak sesuatu, bertempat di hati 73-4.
perasaan; sebagai indikator 99.
percaya: -bulat: perasaan mau menerima apa saja
yang akan terjadi pada sang aku; beda tingkat:
aktivitas dari angan-angan; sebabnya dapat dina-
lar: bumi itu bulat, bumi mengitari matahari 111.
perkembangan jasmani: lahir-ajal: sang Aku harus
melepaskan sedikit demi sedikit kenikmatannya,
tidak enak; melepaskan diri~pamudaran kecil:
menghilangkan neurosis 95, 99.
perspektif terapeutik: potensi Tripurusa, bersifat
sekunder; primernya pengembangan diri 150
pertanian: dunia-: sawah (jiwa), bajak (rela), garu
(temen= jujur) pupuk (sabar dan narima), air
(Trisila), panduan hama (Pemali) 123
phylogenetis= pengalaman seseorang selama
perkembangannya sejak dalam kandungan atau
sejak lahir 93.
potensi imateri (Tripurusa): pasien, dokter, dan sia-
pa saja sama (universal) di dalam dirinya; 148-9
pasien diingatkan berkali-kali 149; dokter juga
harus ikut mengalaminya sendiri 151
proses mental: 1. integrasi menguat, 2. introspeksi
mendalam, 3. keterikatan pribadi, neurosis meng-
hilang, 4. penuh kesadaran, proporsional; menja-
lankan tugas paripurna 132; panembah: sentra
vitalitas berhenti dan istirahat semakin lama 133.
puas: kandungan rasa sadar pribadi: eratnya angan-
angan, perasaan, dan nafsu (pemuas) 79-80
perasaan: emosi, kehidupan perasaan= jembatan
keberadaan materi kasar dan halus 3-4.
percaya: ke-an: sifat setia kepada hati-nurani dalam
keadaan yang bagaimanapun juga 35.
perkembangan jiwa: interaksi psikis dunia aku dan
dunia luar; sentra vitalitas berkembang 7.
pintu gerbang (TheGate, Rahsa Jati): di dalam mi-
krokosmos (bagian makrokosmos): dapat masuk
kedalam dan meleburkan diri ke dalam Hidup
imateri (kolektif, universum): ada sesuatu yang
sama yaitu Roh Suci, jati diri manusia. 40-1.
polaritas: arah; titik tengah-: posisi/ derajat Roh
Suci: kedaulatan sang Aku angan-angan di
reduksi sampai nol, kekuatan nafsu berhenti:
keseimbangan sempurna 33
Q
qalb, heart, jantung, jantung hati xxv
R
Rahsa Jati= TheGate adalah titik singgung psike
(mental) dan Pusat Imateri, esensi dari kehidupan
perasaan, bukan organ, tetapi suasana tertentu
dari kehidupan jiwa, kontinyuitas kesadaran:
ambang pintu masuk pusat imateri 8-9, 12-13; su-
atu ambang kehidupan yang bersifat kontinyu an-
tara jiwa dengan pusat imateri 57; bukan indra
karena sang akunya manusia tidak mampu menga-
mati pusat imateri kecuali refleksinya dikembali-
kan kepada Sang Akunya yang imateri (Roh Suci)
dengan introversi tertentu atau mengikuti jalan
religi 57; suatu kontinyuitas (ambang) kesadaran
jiwa-pusat imateri 58; bukan indra 60; ambang ke-
sadaran sejati Tripurusa; perasaan terdalam, terha-
lus terasa sebagai pintu gerbang masuk ke alam
prinsip (pusat) imateri, menuju akhir dari perjala-
nan hidup manusia 92; Letaknya? 93.
rasa-pangrasa atau hidup-perasaan 77.
reedukasi: orientasi kembali merupakan koreksi
terhadap gambaran hati nurani, penting 115; kunci
utama (psiko) terapi Candra Jiwa Indonesia:
membangkitkan kembali perilaku mengarahkan
dirinya ke pusat imateri 188-9.
refleksi: -Tripurusa: angan-angan 78-9.
rela; ~dan narima: trauma, fiksasi, menyerah tanpa
syarat: status tanpa kewenangan dan kedaulatan,
melepaskan subjektivasi, keterikatan afektif,
autistik, cinta tak terbatas; bukan bersifat pribadi
119-20; menggali asadar, keterikatan dimuncul-
kan, sadar merampas asadar; asadar musnah: pa-
mudaran 121; ikhlas melepas sesuatu: status men-
tal (jiwa) sama, tidak terikat dengan apa saja ada-
lah upaya preventif menghadapi fiksasi dan trau-
ma psikis yang mengganggu kinerja sang aku 116.
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 213
__________
______
Rijkuniversiteit di Leiden xiv.
S
sabar: menyeluruh, tidak berhenti, tidak statis, dina-
mis, semangat, rajin 122
sadar: ke~an: sifat yang selalu membangunkan hati-
nurani di dalam dirinya 35; ~hidup: Sumber Hi-
dup menyisipkan hidup pada manusia melalui
UtusanNya 79, 81; ~terbatas: milik Sang Aku
imateri (Roh Suci) di refleksikan ke sang Aku
materi (Ego) 81; ~individu: terbatas: antara asa-
dar kolektif (nikmat) dengan sadar kolektif (anik-
mat), terbatas di dalam nikmat-anikmat: ~memili-
ki sesuatu 99; ~kolektif: berada di atas perubahan
psikis, tidak berubah dan bersifat kekal, tanpa ke-
nikmatan 96; potensi, ke~an pribadi, ~kolek-
tif : terbatas (TheSelf), dinamis (TheForce), statis
(TheSource), 159.
sang Aku: pimpinan sentra vitalitas (tujuh saudara):
selubung, strukturnya angan-angan (cipta) 81;
~asli: menutupi Tripurusa (latent), menguasai jas-
mani (raja), angan-angan lemah menyesuaikan
nafsu, egosentripetal merajelela 91; ~luhur: a-
ngan-angan terarah kepada Tripurusa: pemilihan
bayangan, asosiasi dan pengertiannya selaras
Tripurusa. 92-3; ~sosial-suprasosial: mutmainah
lebih kuat dari luamah; seperti hati nuraninya: se-
mua pengalaman phylogenetis dan ontogenetik
manusia; kearah Tripurusa 93.
Sang Aku: mengalahkan semua nafsu (regulator),
pusat imateri 100, pahlawan, transendental 101;
sujud kepada Sumber Hidup, mengurangi kedau-
latan, narima, penyerahan total, tanpa syarat, re-
lung hati terdalam, tahap akhir eksistensi sang aku
118, semakin sepi, ikhlas, tahap akhir 119; budi
luhur: totalitas, sentra otonomi tergabung, tanpa
otonomi, hilangnya batas pribadi, pasif, hancur,
pamudaran 123; posisi eksentrik, bukan sentral;
titik sentral: titik imateri ~apribadi (sempit)
individu; tidak pernah sentral, sementara, sirna
(Soemantri) sebelum masuk pusat imateri;
Panunggal: kesadaran tertinggi 127; perlu tekanan
sufiah dalam suasana panembah: sunyi, sepi 128.
Sapta Marga 202.
Sardjito, Prof. Dr.; Rektor vii.
sehat mental: mencegah sakit jiwa,reedukasi, terapi,
160.
sentra vitalitas; kebutuhan budaya 6,7.
serius xxiv.
sinarawedi, mitra yang sudah seperti saudara, tiga
saudara vii.
simpati: keterikatan, hukum, perkawinan 160.
simpleks= tunggal, lihat kompleks.
Situasi terakhir: keniscayaan Tripurusa: sadar indi-
vidu masuk ke dalam imateri, batas individu, indi-
vidualitas semakin menghilang dan terbukalah
sadar kolektif untuk selama-lamanya 133, 135
Skema III: lampiran-3, sentra vitalitas, ciri utama,
positif, negatif, dewasa, anak, kedaulatan, kolek-
tif, luamah: sifat anak; mutmainah: sifat dewasa
169.
Skema IV: lampiran-4; perbandingan 4-Candra Jiwa
171.
Slamet Rahardjo iv.
Soedjarwo; Soerini- viii, Budi Darmadi- Dr, Ir viii.
Soemantri Hardjoprakoso; xiv, Winahyo- , dr, SpOG
vii.
Soemodihardjo, R.T.: Raden Trihardono--; self-
made man, R. Ngt. Siti Marijam, Dwija Wara, fo-
to 166, Skema II, Lampiran-2; 167, foto Tiga
serangkai 168.
TheSource; sumber dan asal mula hidup 187-8.
sublimasi: proses-: dari nafsu egoistik ke nafsu sosial
dan suprasosial; kesederhanaan hidup (tapabrata=
mengekang hawa nafsu), suka menolong, perha-
tian, dan kasih sayang 184-5.
R. Soenarto Mertowardojo: potret xviii: candra jiwa
xxii; R=Raden~; foto Kapten TNI AD~; foto 164,
Tiga Serangkai 168.
Soerini Soedjarwo; Ibu- vii, Soerini-Hardjoprakoso
Soedjarwo 198.
Star Wars: Heksalogi-: film-film xvii.
struktur: anatomik organ tubuh 58.
studium generale, Universitas Gadjah Mada, Yo-
gyakarta 27 November 1958, vi-xv,1.
Sumpah; Lafal ~Dokter 203, ~Prajurit 202.
T
taat: ke-an: melaksanakan dengan teliti hati-nurani
35.
Taat: bidangnya nafsu, menyerah tanpa kemauan
dan keinginan, kepada Tripurusa di dalam
konfrontasi tersebut: menyediakan kancah untuk
menerima pencerahannya 113.
Tapabrata: cara untuk melatih dan mengendalikan
hawa nafsu; mendorong mutmainah selalu bersi-
fat positif; lemahnya badan mengurangi kekuatan
nafsu-nafsu egosentripetal dan membiasakan diri
terhadap kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang
tidak enak; sifat luamah menjadi netral: kekuatan
menahan rasa sakit, kekurangan energi, dan gizi
138-9; munculnya pikiran mengenai ajal selama
tapabrata: sikap asosial manusia menjadi positif
139-40: mengintensifkan: paugeran, panembah,
214 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
__________
________
dan budi darma; bukan kunci surga; dasar dari
proses pamudaran; dapat membantu manusia bila
menemui jalan buntu; tidak perlu menurut pera-
turan: tiap cara hidup yang mengubah semangat
yang meluap-luap dari luamah menjadi kesediaan
untuk narima dan yang memperkuat mutmainah
adalah cara hidup bertapabrata 141; ~=menge-
kang hawa nafsu 184-5.
TheGate: lihat Rahsa Jati 58, 60
kesadaran, inti mikrokosmos 58,60
TheMatrix: Trilogi-: film-film xvii.
tiga dunia: material kasar, halus, dan imateri
(biologis, psikis, dan rohaniah) bereksistensi
dalam sadar kolektif 11, 14.
titikberat kesadaran: material kasar: dominasi nafsu,
fungsi biologis; psikis: angan-angan, perasaan;
imateri: total, kolektif, universal; titik akhir,
potensial dapat dicapai 13; ~ hidup: dua kemung-
kinan: 1. Tripurusa (alam sejati); 2. psike: intelek-
tual (angan-angan), kualitas perasaan (pangrasa),
daya keinginan-kemauan (nafsu-nafsu) 82-4.
Toko Bisu: meja dengan berbagai barang-barang,
transaksi keuangannya dilakukan sendiri seperti
mengambil sertamenukar barang, membayar, me-
nukar uang, dan mengambil pengembalian uang-
nyanya 157.
Transcendence to th depth .. viii, xxv.
TreFoil= TriFoil, Tripurusa: pusat hidupnya alam
sejati/ imateri 8.
TriAspek: (Tripurusa, TriFoil, TreFoil) tiga aspek
Hidup Sejati; Pertama: tertinggi, Hidup yang mu-
tlak diam dan statis (sumber hidup): Suksma
Kawekas (TheSource) 63-4; Kedua: Hidup yang
dinamis dari yang statis (yang menghidupi):
Suksma Sejati (TheForce): Penuntun, Panutan,
Guru, Sang Sabda, Sang Pepadang. Ketiga: jiwa
sejatinya manusia, (yang dihidupi): Roh Suci
(TheSelf): cahaya atau percikan api, hamba (Dwi-
Aspek) 64-5.
Trilogi The Matrix: film-film xvii.
Tripurusa (alam sejati): lihat =TriAspek, Tri/Tre-
Foil) 2,8; Pusat Vitalitas ke-4 (omnipotensi) di
alam sejati 6; Hidup aktif yang menyongsong,
memimpin, menolong manusia; (introversi)
kesadaran, evolusi jiwa ideal 27; juga memiliki
tiga aspek refleksi: TriAspect: Roh Suci meman-
tulkan Cipta, pikiran atau fungsi membentuk ba-
yangan dari angan-angan; Suksma Sejati meman-
tulkan nalar: fungsi asosiatif; Suksma Kawekas
merefleksikan pangerti: kemampuan menangkap
arti, melihat keseluruhan, menilik dan menem-
bus objek 70-1; psike: intelektual (angan-angan),
kualitas perasaan (pangrasa), daya keinginan-
kemauan (nafsu-nafsu) 82-4.
Trisila: mengarahkan ketiga sentra vitalitas kepada
satu titik (introversi); totalitas kepribadian (sifat):
ke-sadar-an, ke-percaya-an dan ke-taat-an 35;
mobilisasi tiga sentra vitalitas, meningkatkan inte-
gritas, tidak membatasi ruang, waktu, dan seremo-
ni 107-9
tugas sang aku: menghilangkan dominasi biologis,
mengungkapkan kehidupan spiritual, kesadaran
memudar, terabsorbsi sadar kolektif, bersinarnya
kesadaran Roh Suci, sadar kolektif dinamis 180-1.
tujuan hidup: menemukan jalan pamudaran, ke
sadar kolektif; pelatihan introversi dan ekstraversi,
lepas dari keterikatan apapun; ontogenik fase
nikmat, menghilangkan neurosis 95.
tujuh saudara: dibentuk oleh tiga potensi angan-
angan: cipta, nalar dan pangerti, beserta keempat
kekuatan nafsu: luamah, sufiah, amarah dan mut-
mainah, bebas, dapat digabung 81-3.
U
ular naga: berkepala tiga: diferensiasi angan-angan
Dewa Ruci 72-3.
Universitas: -Kehidupan Nyata, mahasiswa 163.
unsur: empat~ : suasana, api, air, tanah, potensi, ak-
tifitas; nafsu: dapat dipersatukan, berebut penga-
ruh 67; ~dasar: empat~: suasana, api, air, dan ta-
nah, penciptanya (Suksma Sejati), atas nama
(Suksma Kawekas)berinteraksi, perencanaan,
terjadinya alam semesta 65, manusia, hewan, tum-
buh-tumbuhan, dewa 66.
W
waktu luang xxiv.
Winahyo Hardjoprakoso; dr, SpOG vii.
Y
Yang Esensiil; ~manusia: Roh Suci dengan hubu-
ngan mutlak di dalam Tri Purusa; ~hewan: Roh
Suci saja, tanpa hubungan mutlak di dalam Tri-
purusa; ~tumbuh-tumbuhan dan ~dewa: tanpa
Roh Suci sebagai esensi: tumbuh-tumbuhan: daya
hidup unsur-unsurnya sendiri: air dan tanah 67.
dewa: kekuatan dan kekuasaan kemayan, bersifat
materi (Buku Ego, Sang Aku [3/5] bab Dewa) 67.
Yingluck Sinawatra; PM ke-28 Thailand, Raja Bhu-
mibol, membungkuk, menyembah, Bangkok, 118.
__________
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 215
~Naga Tirta Asisik Kencana~ ~Naga Air Bersisik Emas~
____________________
http://www.wetcanvas.com/Community/images/06-May-2009/28375-Water_Dragon_gw1.jpg cited May 5, 2012
216 ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
C A N D R A J I W A I N D O N E S I A
Warisan Ilmiah Putra Indonesia
Budhi Setianto Purwowiyoto
PSIKE (Mental-Spiritual)
2013
H&B PERKI
2/5 Ver. 1.1.1
CANDRA JIWA INDONESIA: Studium Particulare (Kuliah Khusus): PSIKE 2/5 (2013)
[Type text] [Type text] [Type text]
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan”| 217
HH&&BB Heart & Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia)