Upload
hieronymus-koten
View
217
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
magnum opus
Citation preview
i
C A N D R A J I W A I N D O N E S I A
Warisan Ilmiah Putra Indonesia
Budhi Setianto Purwowiyoto
MMAAGGNNUUMM
OOPPUUSS
((KKaarryyaa BBeessaarr))
2016
H&B PERKI
5/5 Ver. 1.1.1
VVoolluummee 11
Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond, adalah benang merah yang menghubungkan antara profesi penulis sebagai guru besar, dokter ahli jantung dan pembuluh darah dengan buku yang ditulisnya tentang Candra Jiwa Indonesia. Penulis berusaha melakukan refleksi ke dalam diri-sendiri, menuju kalbu yang terdalam. Dalam bahasa Indonesia pemahaman makna kata ’jantung’ terasa unik. Ketika berubah orientasi ke dalam dada, bersifat transendental, imanen dan esoteris, maka kata jantung dipahami sebagai hati, atau kalbu, misalnya hatiku berdebar, padahal jantungnya yang berdetak. Atau sembah kalbu, yang mengatur nafas seraya mengucap nama-Nya akan mengatur detak jantung secara teratur tenang. Padahal sebagai bahasa Arab (qalb) dan bahasa Inggris (heart) walaupun esoteris dan maknanya berubah, suku katanya tetap. Kalau Serat Centini, warisan budaya Jawa bercerita tentang kisah perjalanan di darat, termasuk kulinernya pada jaman dahulu. Maka Candra Jiwa Indonesia adalah warisan ilmiah Jawa kepada dunia tentang jiwa manusia serta peta perjalanannya menuju candra ideal sebagai batas akhir dari perkembangan kesadaran manusia. Sekiranya bintang, nur, cahaya yang bersinar di dada Garuda- Pancasila-NKRI, dari sila Ke-Tuhan-an YME, maka Candra Jiwa Indonesia pas untuk memberi sumbangan makna ilmiah kepadanya. Karena konsep yang sudah teruji secara ilmiah di Universitas terkemuka di Eropa tersebut, memang kandungan asli dari bumi Indonesia, dari bangsa Indonesia, dan dipertahankan oleh orang Indonesia pula. Penulis berharap, buku ini membantu memperluas pengetahuan kita tentang jati diri manusia dalam pandangan ilmiah di perguruan tinggi. Walau- pun sedikit-banyak menyentuh masalah keyakinan dan kepercayaan justru memberikan dasar pendidikan budi luhur, pembinaan mental-spiritual dan mempertajam empati secara luas kepada siapa saja terutama para maha-siswa.
HH&&BB Heart & Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia)
C A N D R A J I W A I N D O N E S I A
Warisan Ilmiah Putra Indonesia
(Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond)
MAGNUM OPUS (Karya Besar)
Volume 1: 0-403
Sebagai dasar pendidikan budi pekerti, pembinaan mental-spiritual, dan
mempertajam empati
Budhi Setianto Purwowiyoto
2016
H&B PERKI
5/5 Ver. 1.1.1
Perpustakaan Pribadi Pentalogi 5/5 = Oktalogi 5/(5+3)
SAMPUL UNGU 2016
CANDRA JIWA INDONESIA Warisan Ilmiah Putra Indonesia
(Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond)
MAGNUM OPUS (Karya Besar) 5/5
Penulis: Budhi Setianto Purwowiyoto
2016 Volume 1: 0-403
Penyunting: Puji Santosa
Ilustrator: Santoso Oetomo
Tata letak: Djoko Satrio
PUBLIKASI OKTALOGI: 2012-2015 Ver. 1.1.1
[PENTALOGI CJI 2012-2016: 1-5/5; TRILOGI: Prequel 2017: 6/8; Monograph 2018: 7/8; Postquel 2019: 8/8]
ISBN 978-602-7885-24-0 (ebook pdf bw/berwarna)
PENERBIT: H&B/Heart & Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia)
PERCETAKAN: “ProMemori”; Anggota “IKAPI”
Hak Cipta ada pada Penulis Dilindungi Undang-Undang Sanksi Pelanggaran Pasal 72
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002
Tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997
Tentang Hak Cipta
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara masing-masing
paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta
rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Buku PENTALOGI 2012-2016 yang Ber-Pancawarna dan Ber-Dwihalaman Sampul pancawarna putih, kuning, hitam, dan merah melambangkan empat (kekuatan ku-da)
nafsu manusia. Nafsu-nafsu tersebut masih harus dikendalikan oleh kusir (sais) yaitu angan-
angan yang sudah bangun (sampul ungu= „wungu‟ bahasa Jawa artinya „bangun‟) kesadaran
ketuhanan (introversi: sadar, percaya, taat) dan kemanusiaannya (ekstraversi: sabar, rela,
menerima, jujur, budi luhur).
Dwihalaman kanan dan kiri bermakna tuntunan (halaman kanan) berkonsep otak-kiri (padat
makna) dan tontonan (halaman kiri) yang berkonsep otak-kanan (longgar makna). Sebagai
penjelasan dilengkapi dengan dua bagan yang unsur ketuhanannya (pusat hidup imateri) di dalam
(bawah) dan di atas; empat diagram: target, ven, piramida, dan kereta ‘kuantum’ mikrokosmos
dengan empat ekor kuda, sais dan penumpangnya ialah TheSelf (Egonya yang imateri) siap untuk
menjelajahi makrokosmos (alam semesta) dan kelak juga siap kembali ke tujuan dan sumber
hidupnya yang hakiki.
__________ http://3.bp.blogspot.com/-j4urpsmWVAs/Ta75i7GB2MI/AAAAAAAAAAc/yXsEeiw6uQM/s1600/Wayang_Kulit_1890.png cited January 30, 2013 http://batikindonesia.com/batik/images/3344/solo3.jpg cited December 16, 2012 http://flagartist.com/FLAGARTIST/flags/F/flag_art_flag_of_indonesia-1969px.png cited March 3, 2013 http://4.bp.blogspot.com/-cPZhivuKlmU/Tk-i0t2qnDI/AAAAAAAAD-w/wW0vjRxCQsc/s1600/peta-indonesia.jpg cited Feb. 28, 2013 (Cover buku-buku tersebut ikut serta melestarikan wayang, batik, bendera merah-putih, dan peta Indonesia)
2015: PENTALOGI CJI (4/5)
2016: PENTALOGI CJI (5/5)
2014: PENTALOGI CJI (3/5)
2013: PENTALOGI CJI (2/5)
2012: PENTALOGI CJI (1/5) Studium Generale
Psike
Ego
Intuisi
Magnum Opus
Wacana 0.1: Konser Kidung Abadi Chrisye Jay Subiyakto (lahir di Ankara, Turki, 24 Oktober 1960) adalah seorang sutradara Indonesia. Jay merupa-kan anak ketiga dari Kepala Staf Angkatan Laut Republik Indonesia 1948-1959 Laksamana Subiyakto. Jay menamatkan pendidikan sarjana arsitekturnya dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia angkatan 1981. Kiprahnya di bidang seni berawal pada tahun 1990 dengan menjadi seorang sutradara video klip. Video klip garapannya yang bertajuk Pergilah Kasih milik almahum Chrisye menjadi video musik Indonesia pertama yang ditayangkan di channel MTV Asia yang pada waktu itu bermarkas di Hongkong. Tahun 2008, Jay juga menyutradarai video musik Anggun yang berjudul Berganti Hati. Video itu juga merupakan video pertama di Indonesia yang menggunakan kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex).
Kemudian, pada tahun 1994, ia bersama Erwin Gutawa membuat sebuah terobosan yang belum pernah dilakukan oleh orang Indonesia di masa itu. Sebuah konser tunggal yang menghadirkan penyanyi lokal. Kala itu, banyak promotor menghadirkan konser-konser penyanyi mancanegara.
Erwin Gutawa dan Jay Subiakto sebagai otak dari konser legendaris, 2012 yang konon belum pernah ada di dunia, karena mengambil potongan dari ratusan master lagu almarhum Chrisye yang terwujud dalam “kehadiran” Chrisye di konser “Kidung Abadi”. Single baru yang bahkan belum pernah dinyanyikan oleh Chrisye dan permainan hologram yang meyakinkan kepada semua penonton bahwa Chrisye “hadir”, adalah pemenuhan janji bahwa konser ini berbeda dari yang pernah ada. Para musisi muda, seperti GIGI, Gita Gutawa, Once, dan Sophia Latjuba pun dengan senang hati sepanggung lagi dengan “Chrisye”, sang musisi jenius yang “tetap abadi” itu, setidaknya menurut istilah Jay.
____________ [*] Kompas, 18 Januari 2011, Hlm. 33.
http://id.wikipedia.org/wiki/Jay_Subiyakto cited April 18, 2012. http://www.fimela.com/read/2012/04/13/video-erwin-gutawa-dan-jay-subiakto-hidupkan-kembali-chrisye cited April 18, 2012.
Pencerahan Slamet Rahardjo (seniman unggul, 62)[*] kepada
Jay Subyakto (seniman multi talenta, 51), pada suatu hari ketika
mereka masih muda:
“Orang Indonesia kalau melihat karya bangsa lain mereka
menjadi murid yang melihat guru. Sebaliknya, ketika mereka
melihat karya bangsa sendiri, mereka berubah menjadi guru
yang melihat murid.”
“Akhirnya bangsa ini tidak maju karena yang dicari selalu
kesalahan dan kekurangan karya anak bangsa sendiri.”
Dipersembahkan kepada Kapten Sasangka Djati
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
vi ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Gambar Sampul 0.1: Studium Generale (Kuliah Umum) Kuliah umum Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso di Universitas Gadjah Mada Tanggal 27 November 1958 tersebut juga dihadiri oleh R. Soenarto Mertowardojo sebagai satu-satunya kasus penelitian kualitatifnya, telah diperkenalkan kepada para hadirin. Reka-man kuliah tersebut diterbitkan dalam bentuk cetakan dengan judul Candra Jiwa Indonesia oleh Proyek Penerbitan dan Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal Pusat pada Februari 1977, dipakai sebagai bahan dasar untuk buku pentalogi urutan pertama, Studium Generale (1/5).
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” vii
Kata Pengantar
Edisi Pertama
Buku ini adalah buku kelima (Volume 1) dari 5 buku lepas (pentalogi): 1.
Studium Generale (1/5); tiga buku Studium Particulare (Kuliah Khusus): 1. Psike
(2/5), 2. Ego (3/5), dan 3. Intuisi (4/5); dan buku ke-5: Magnum Opus (5/5). Akses
dan tambahan semangat bagi penulis pada karya-karya Prof.Dr.dr. Soemantri
Hardjoprakoso dan ayah beliau yaitu R.T. Hardjoprakoso tidak lain atas kebaikan
hati dari keluarga besar Hardjoprakoso antara lain dari Ibu Soerini Soedjarwo, Dr.
Winahyo Hardjoprakoso, SpOG, dan Dr. Ir. Budi Darmadi, M.Sc. Untuk ini saya
mengucap-kan terima kasih yang sedalam-dalamnya.
Pada kesempatan ini tentu saja penulis ingin menyatakan rasa terima kasih
sebesar-besarnya kepada ketiga saudaraku sinarawedi: 1). Sdr. Puji Santosa
sebagai penyunting sekaligus memberi masukan yang sangat berarti, 2). Sdr.
Santoso Oetomo yang membuat beberapa ilustrasi yang menjelaskan, dan 3). Sdr.
Djoko Satrio yang memberi wawasan pemilihan huruf, serta referensi elektronik
untuk melengkapi isi buku-buku ini.
Disain utama buku ini adalah ”dwi-halaman” berupa tuntunan dan
rangkuman di halaman kanan (ganjil) dan di halaman kiri (genap) menampilkan
tontonan (foto-foto dan gambar-gambar), keterangan, dan kaitan antar halaman.
Agar lebih jelas dilengkapi dua model bagan, tiga model diagram, dan satu
kereta ’penjelajah’ mikrokosmos.
Apabila terdapat beda pendapat dengan pengetahuan yang telah ada,
dimohonkan empati dan saling mendoakan keselamatan. Pengetahuan yang
berbeda tersebut agar di-anggap saja sebagai imbangan terhadap pengetahuan
yang telah ada sebelumnya.
Akhirnya kami ucapkan selamat membaca, meresapi bagian yang penting
dan ajakan melaksanakan hal-hal yang dianggap perlu, benar, dan bermanfaat
untuk mencapai tujuan hidup kita yang hakiki, ialah puncak evolusi kesadaran
sang Akunya manusia. Terima kasih.
Penulis
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
viii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Ada lima naga (simbol anugerah dan kekuatan) dalam legenda dan mitos China: logam, air, api, kayu
dan tanah. Dalam siklus 12 tahunan, maka tahun naga air jatuh pada tahun 1952, 2012, dan 2072.
Gambar ilustrasi metafora 0.2: Naga Air dan Gadis Jelita Metropolitan Tampak seekor naga air bersisik emas mengajak seorang gadis jelita metropolitan yang telah menjelajahi dunianya yang gemerlapan untuk menjelajahi dunia lain yang kemung-kinan sangat berbeda dengan dunia yang selama ini digelutinya.
Gadis jelita ini telah larut dalam dunia-1 (dunia kehidupan nyata di masyarakat metropolitan dengan alam semesta sebagai wadahnya, makrokosmos) dan dunia-2 (dunia fisik, jasmani kasar, badannya sendiri yang dapat didandani dan dimanipulasi sesukanya, mikrokosmos). Sementara itu naga air ingin membawanya ”menyelam” menjelajahi ke dunia-3 (dunia jiwa, mental, jasmani halusnya) dan kemungkinan kalau beruntung, merasakan suasana jiwa yang belum pernah terbayangkan di perbatasan (TheGate) dunia-4 (dunia rohani atau dimensi spiritual yang imateri, alam sejati). Itu semua guna menyempurnakan pengalaman hidupnya (tugas) lahir-batin atas kehadirannya di dunia yang fana dan tidak abadi ini. Naga air hanya mampu mengajaknya sampai di sini, perjalanan selanjutnya (trancendence to the depth of the heart and beyond) .. hanya dapat dilakukan oleh ”Gadis Jelita” itu sendiri.
__________
http://static.desktopnexus.com/thumbnails/448128-bigthumbnail.jpg cited May 3, 2012.
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” ix
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................................................viii. SEKAPUR SIRIH...........................................................................................................................................................xii. PROLOG....................................................................................................................................................................xxvi. BAB I PENCERAHAN JIWA
1.1 Pendahuluan.............................1. 1.2 Studium Generale.....................1. 1.3 Ide Candra Jiwa.........................7.
1.4 Metodologi............................11. 1.5 Candra Jiwa Wayang.............37. 1.6 Candra Jiwa Wayang.............37.
1.7 Candra Jiwa dari Eropa........45. 1.8 Candra Jiwa Indonesia.........65.
BAB II MANUSIA
2.1 Pendahuluan.........................77. 2.2 Struktur Jiwa..........................79. 2.3 Fugsi Jiwa..............................99. BAB III PSIKE
3.1 Pendahuluan.......................115. 3.2 Mental.................................117.
3.3 Prototipe.............................129. 3.4 Automatisme.......................137.
3.5 Jiwa Sejati...........................147. 3.6 Perjumpaan........................157.
BAB IV CANDRA IDEAL
4.1 Pendahuluan.......................171. 4.2 Puncak Kesadaran...............173. BAB V BUDI PEKERTI LUHUR
5.1 Pendahuluan.......................185. 5.2 Trisila...................................189. 5.3 Pancasila..............................195.
BAB VI LIMA PERBUATAN SESAT
6.1 Pendahuluan.......................207. 6.2 Pemali..................................209. BAB VII TANGGA KEBAHAGIAAN (A.T: Anak Tangga)
7.1 Pendahuluan.......................219. 7.2 A.T.-1: Paugeran.................223.
7.3 A.T.-2: Panembah...............227. 7.4 A.T.-3: Budi Darma.............261.
7.5 A.T.-4: Tapa Brata...............265. 7.6 A.T.-5: Budi Luhur...............271.
BAB VIII MAKHLUK HALUS
8.1 Pendahuluan.......................275. 8.2 Dewa...................................277. BAB IX HIDUP SESUDAH MATI
9.1 Pendahuluan.......................297. 9.2 Transmigrasi Rohani...........299. BAB X HUKUM KEADILAN TUHAN
10.1 Pendahuluan.....................321. 10.2 Karma................................323. BAB XI MANAJEMEN MENTAL
11.1 Pendahuluan.....................345. 11.2 Pro. Perkembangan...........347. 11.3 Merumuskan Strategi........355.
11.4 Mengem. Potensi..............363. 11.5 Pelatihan Berlanjut............375.
11.6 Hubungan Dr--Pasien........395. 11.7 Aspek Sukarela..................403.
BAB XII INTUISI
12.1 Pendahuluan.....................410. 12.2 Ilham..................................411.
12.3 Kesadaran Pribadi..............420. 12.4 Bisikan Hati........................442.
12.5 Kesadaran Kolektif.............465. 12.6 Neurosis.............................487.
BAB XIII SANG AKU
13.1 Pendahuluan.....................507. 13.2 Sigmund Freud..................509.
13.3 Alfred Adler.......................533. 13.4 Carl Gustav Jung...............549.
BAB XIV PELANGI
14.1 Pendahuluan.....................611. 14.2 Empati...............................613.
14.3 Kardiologi Kuantum..........623. 14.4 Mengingat Kematian.........627.
14.5 Transendental...................635. 14.6 Ujian Hidup.......................647.
KESIMPULAN............................................................................................................................................................659.
EPILOG......................................................................................................................................................................663.
LAMP.-1: Sk.-1 (Makro dan Mikro-kosmos)..............665. LAMP.-2: Sk.-2 (Skema R. Tr. Soemodihardjo)..........667. LAMP.-3: Sk.-3 (Nilai-nilai Sentra Vitalitas)...............669. LAMP.-4: Sk.-4 (Perbandingan 4-Candra Jiwa).........671.
LAMP.-5: Sk.-5 (Indonesisch Mens..).........................673. LAMP.-6: C. Jiwa Indonesia (Soenarto).....................691. LAMP.-7: Dalil-dalil...................................................693. LAMP.-8: Lembar Eksekutif.......................................695.
INDEKS......................................................................................................................................................................701.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
x ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 0.1: Rasi Bintang Orion/Waluku sebagai Penunjuk Arah dan Waktu Bersawah Rasi bintang tersebut dapat ditemukan sendiri dengan mata telanjang di langit sebelah barat., Dinamai Orion artinya pemburu, adalah seorang raksasa tampan anak dari Poseidon (Neptune) dan Euriale. Ia memiliki kemampuan berjalan di atas air karena ayahnya adalah dewa lautan. Rasi Orion ini mudah dikenali dengan adanya 3 bintang kembar yang berjajar membentuk sabuk Orion (Orion Belt). Selain sebagai petunjuk arah barat. Nama Orion dalam bahasa Indonesia disebut Waluku, sering dijadikan sebagai tanda bagi para petani jaman dulu untuk mulai menggarap sawah dan ladangnya. Kulminasi tengah malamnya terjadi pada tanggal 13 Desember.
Rasi bintang berikutnya agak susah dicari, yaitu rasi Scorpio sebagai penunjuk arah teng-gara/ timur langit. Dalam mitologi Yunani kuno, Scorpio (kalajengking raksasa) ini adalah utusan Apollo (dewa matahari) untuk membunuh sang Pemburu/Orion karena kesombongannya. Pada konstelasi Scorpio terdapat bintang Antares, salah satu bintang paling terang yang pernah ditemukan. Uniknya ketika rasi Scorpio memancarkan cahaya, rasi Orion redup, begitu sebaliknya. “Dunia Pewayangan” luar angkasa kiranya telah memperingatkan agar manusia sehebat apapun ia, seyogyanya menjauhi watak sombong, angkuh dan merasa tak terkalahkan. Karena akan ada mekanisme koreksi dari Yang Maha Kuasa untuk mengatur harmoni dan integrasi alam semesta.
__________ riohttp://kvmagruder.net/images/Ori.gifn cited May 6, 2013on http://aryansah.wordpress.com/2009/08/04/rasi-bintang/ cited May 6, 2013 http://id.wikipedia.org/wiki/Orion_%28mitologi%29 cited May 6, 2013
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xi
GLOSARIUM Amarah= daya kemauan (nafsu) tidak mau menyerah, menjadi cepat marah seperti gusar. Asmara-Sufi (-laya)= cinta, rasa jatuh cinta atau kecenderungan ke yang lebih tinggi (dalam). Angan-angan= kemampuan intelektual, akal, logos. Angan-angan dalam pengertian yang lebih luas= situasi rumit yang kompleks dari kemampuan intelektual. Angan-angan dalam pengertian yang lebih sempit= bagian ketidaksadaran dari kemampuan intelektual, tempat penampungan dari bagian-bagian pemikiran yang terdesak (untuk dilupakan). Bayu Sejati= kekuatan yang sebenarnya; Bayu= kekuatan; Sejati= sebenarnya; Bayu Sejati merupakan kumpulan total dari semua sentra vitalitas jiwa yang konkrit (tiga angan-angan: cipta, nalar, dan pangerti, serta empat nafsu: mut- mainah, luamah, sufiah,dan amarah). Setelah pelatihan tertentu dapat memu- satkan tenaga naluriah yang ada dengan potensi-potensi supranatural misalnya telepati dan clairvoyance. Budi Luhur= memiliki sifat-sifat tabiat (akhlak) yang mulia, mulia hati; budi= kela- kuan, pendirian; luhur= tinggi. Cipta= pikiran atau bagian yang membentuk gambaran (citra, data, informasi) dan merupakan bagian dari kemampuan intelektual (angan-angan). Dalan rahayu; dalan= jalan; rahayu= berkah, kesejahteraan. Dasa Sila= sepuluh pembelajaran hidup/ajaran hidup; dasa= sepuluh; sila= nilai moral. Dewa atau jawata= nama kumpulan dari mahluk-mahluk yang tidak dapat diamati pancaindra, yang bersifat kesadaran ke-aku-an, individualistik, dan memiliki potensi supranatural. Diklasifikasikan menjadi dewa-dewa yang baik dan jahat. Lebih dikenal dengan nama Goden “Dewa” dan Daemonen “Iblis”. Gumelaring Dumadi= proses penciptaan; gumelar= memperlihatkan, memben- tangkan, menghamparkan; dumadi= proses pembentukan, penciptaan. Guru= guru, pendidik. Hasta Sila= delapan pembelajaran hidup/ajaran hidup; hasta= delapan Kamayan atau Maya= tenaga atau kekuatan intelektual, memiliki potensi supranatural. Karma= hukum sebab dan akibat, dari balas dendam, dari refleksi Luamah= kecenderungan (nafsu) egosentrik, egosentripetal, kecenderungan
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 0.2: Perang Bintang di Galaksi untuk Memperebutkan Kebenaran Dalam film Heksalogi Star Wars manusia diasumsikan dapat memproduksi dan meng-operasikan robot-robot canggih untuk kepentingan yang baik (terang) maupun yang jahat (gelap). Dalam perang sipil kerajaan Galaktika, seringkali manusia menghadapi kesulitan luar biasa dalam menghadapi para penjahat yang dibantu oleh teknologi robot tersebut.
Ksatria Jedi Luke Skywalker dari New Republic, kelompok baik dalam usahanya mengha-dapi musuh-musuh yang jahat selalu dilindungi oleh The Force. Menurut George Lucas The Force adalah “Utusan Tuhan” yang pusat komunikasinya berada di dalam dirinya ("Use the Force, Luke" and "The Force will be with you, always."), Dia-lah yang menyatukan galaksi. Kerusakan perangkat keras maupun lunaknya pada robot-robot pembantu (droid) seperti R2-D2 (pemikir) dan C-3PO (komunikator), sangat melemahkan kemampuan dan keselamatan para ksatria New Republic. Namun, dengan memohon petunjuk serta kekuatan dari The Force tersebut mereka selalu berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. __________ http://photos.imageevent.com/afap/wallpapers/videogaming/theforceunleashedstarwars//the-force-unleashed-starkiller.jpg cited
May 5, 2013
http://en.wikipedia.org/wiki/Force_%28Star_Wars%29 http://en.wikipedia.org/wiki/Force_%28Star_Wars%29 cited May 8, 2013
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xiii
untuk merusak (buruk), untuk memiliki, kecenderungan seksual, dan sado- masokis. Maya= lihat kamayan. Mutmainah= kecenderungan (nafsu) sosial dan suprasosial, kecenderungan ego- sentrifugal, dan kecenderungan baik (memperbaiki). Nafsu= hasrat, kecenderungan, keinginan, dan kemauan. Nalar= bagian asosiatif dari kemampuan intelektual (angan-angan). Narima= legowo, syukur, puas. Paliwara= larangan, pemali. Panembah= doa, ketakwaan, kebaktian, sembahyang, ibadat. Pangaribawa= kekuatan, tenaga pikiran. Pangerti= pengertian, peramalan, deduksi, bagian yang merangkum dari kemam- puan intelektual. Pangrasa= kehidupan emosional, perasaan tersentuh, rasa seperti sensasi. Pancaindra= lima indra. Pancasila= lima ajaran hidup; panca= lima. Panuntun= pemimpin. Panutan= contoh, dia yang diikuti. Prabawa= kekuatan atau tenaga dari bagian asosiatif dari kemampuan intelek- tual (angan-angan). Purusa= laki-laki, kelaki-lakian, supranatural. Rahsa Jati= esensi perasaan, dari rasa sadar; rahsa= kesadaran, perasaan bagus; jati, sejati= kebenaran, sebenarnya, sesungguhnya; TheGate. Roh Suci= roh suci; roh= awah, roh; sutji= suci, bersih; TheSelf. Rila= kesediaan berkurban, ikhlas. Sabar= sabar, toleran, persisten. Sangkan Paran= sebab dan akibat. Sang Pepadang= Sang Cahaya. Sang Sabda= Kata. Sasangka Jati= Cahaya Kebenaran. Sila= etika, moralitas. Sufiah= keinginan (nafsu), harapan. Suksma Kawekas= kehidupan yang tertinggi; kawekas= yang tertinggi; TheSource. Suksma Sejati= kehidupan sebenarnya; suksma= kehidupan; TheForce. Temen= kejujuran, kebenaran, cinta kebenaran. Trisila= tiga ajaran hidup; tri= tiga. Tripurusa= tiga kesatuan, tiga aspek; TriAspect; Tre/TriFoil.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xiv ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Predikat cum laude – Dr Soemantri Hardjoprakoso memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Kedokteran Jiwa di Univesitas Leiden, Nederland dengan predikat cum laude atas disertasinya yang berjudul Indonesisch Mensbeeld als Basis ener Psyco-therapie.
Foto 0.3: Suasana Promosi Disertasi Candra Jiwa Indonesia Dr. Soemantri Hardjoprakoso dilahirkan di Desa Nambangan, Kabupaten Wonogiri tahun 1913. Beliau putra ketiga dari almarhum Raden Tumenggung Hardjoprakoso, semasa hidupnya Bupati Anom Mangkunegaran Surakarta. R.T. Hardjoprakoso adalah penulis kedua dari tiga penulis pustaka intuisi Sasangka Jati, yang bersama-sama penulis ketiga Bapak Trihardono Sumodihardjo mencatat pelajaran-pelajaran Sang Guru Sejati yang diucapkan secara lisan oleh penulis pertama, yaitu Bapak R. Soenarto Mertowardojo. Dr. Soemantri Hardjoprakoso tamat Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool), cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta pada bulan Februari 1942. Beliau adalah psikiater (ahli kesehatan jiwa) dan neurolog (ahli saraf). Pada masa perjuangan 1945, beliau sebagai dokter ikut berjuang waktu menyala-nyalanya api perjuangan di sekitar Surabaya. Pada permulaan tahun 1954 beliau diangkat sebagai dokter tentara dan Kepala Dinas Kesehatan Tentara pada Divisi X di Surakarta. Kemudian berpindah-pindah dari satu ke lain jabatan dalam dinas ketentaraan. Kemudian, beliau diperbantukan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan berturut-turut menjabat Pembantu Utama Menteri, Sekretaris Jenderal dan akhirnya menjadi Direktur SEAMEC (South East Asian Ministers of Education Council), berkedudukan di kota Bangkok, Muangthai.
Semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah (Algemene Middelbare School) di Yogyakarta pada tahun 1932 beliau telah berkenalan dengan Bapak R. Soenarto Mertowardojo. Pada tanggal 20 Juni 1956 beliau dipromosikan dengan gelar Doktor dalam Ilmu Jiwa yang diperoleh dari Rijkuniversiteit di Leiden, Nederland, setelah mempertahankan disertasinya yang berju-dul ”Indonesisch Mensbeeld als Basis ener Psycho-therapie”. Adapun bahan-bahan yang diambil untuk diolah dan dimasak dalam disertasi tersebut ialah dari pustaka intuisi Sasangka Jati. Mengingat peristiwa tersebut kita sebagai putra Indonesia sudah selayaknya merasa bangga bahwa seorang putra Indonesia kini telah dapat menyejajarkan dirinya dengan ahli-ahli ilmu jiwa dunia Barat yang telah terkenal di seluruh dunia, yaitu Freud, Adler, dan Jung.
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xv
Sekapur Sirih
Disertasi Candra Jiwa Indonesia aslinya berbahasa Belanda, Indonesisch
Mensbeeld als Basis ener Psycho-therapie, disertasi Dr. Soemantri Hardjoprakoso
Candra jiwa adalah sebuah lukisan rangka (anatomi) sekaligus fungsi
(fisiologi) dari jiwa manusia, dipakai sebagai hipotesis dasar untuk
bekerja selanjutnya. (Soemantri)
di Rijksuniversiteit di Leiden-Nederland 20 Juni 1956, mampu menyejajarkan
pemikirannya dengan candra jiwa Sigmund Freud, Karl Gustav Jung, dan Alfred
Adler, ketiganya berasal dari Eropa. Tanggal 27 November 1958 Dr. Soemantri
telah memberikan kuliah umum pada studium generale di Universitas Gadjah
Mada, yang dihadiri oleh 800-an civitas academica bertempat di Siti Hinggil,
Yogyakarta. Prof. Dr. Sardjito, Rektor UGM pada waktu itu, menyatakan bahwa
Candra Jiwa Indonesia lebih jelas dan lebih lengkap daripada pendahulunya yang
berasal dari Eropa tersebut.
Sebenarnya, ada tiga orang yang menjadi sumber disertasi tersebut, yaitu R.
Soenarto Mertowardojo, R.T. Hardjoprakoso, dan R. Trihardono Soemodihardjo;
yang disebut pertama adalah tokoh sentralnya. Di Indonesia disebut oleh Dr.
Soemantri sebagai Candra Jiwa Soenarto karena dari R. Soenarto Mertowardojo
disertasi ini berasal, sebagai satu-satunya sumber penelitian disertasi, yang unik,
dan bersifat kualitatif. Disertasi tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indone-
sia secara resmi oleh Drs. Dibyo Sewoyo (Bagian I: tahun 1972) dan Muhammad
Husodo (Bagian II: tahun 1986), serta dihimpun oleh Drs. MT Sudartha. Kemudian,
disimpan di Perpustakaan Pusat Pangestu, tanggal 10 Mei 2002 dengan No. Induk 100.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xvi ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Bagan Transenden 0.1: Makrokosmos dan Mikrokosmos Candra dunia terdiri dari makrokosmos yaitu alam semesta dan seisinya, ya semua ciptaan Tuhan, termasuk manusia sebagai mikrokosmos dengan segala isi di dalam tubuhnya baik yang tampak maupun yang halus sampai pusat hidupnya yang imateri. Makrokosmos dapat memengaruhi mikrokosmos (banjir, kebakaran, gempa bumi), begitu juga sebaliknya mikrokosmos dapat mengganggu makrokosmos dengan pemanasan global, tenaga nuklir baik untuk bom yang merusak maupun untuk tenaga listrik yang sangat bermanfaat.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta, 2012.
MAKROKOSMOS: Alam semesta dan seisinya
Manusia, Hewan, Tumbuh-tumbuhan, Dewa, dan Mineral
=============l Pancaindra l=============================
MIKROKOSMOS: Manusia seutuhnya =======================================================================
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xvii
Rupanya, terjemahan disertasi tersebut telah dimanfaatkan oleh warga Paguyub-
an Ngesti Tunggal sebagai bacaan di antara mereka, yakni sebagai tambahan ilmu
tentang kesehatan mental semacam ilmu psikologi sampai sekarang.
Serat Centini adalah manuskrip tertua dalam bahasa Jawa dan telah
diterjemahkan secara utuh ke dalam bahasa Inggris. Masih ada satu
karya anak bangsa Indonesia yang pantas dikemukakan kepada masyara-
kat dunia, yaitu disertasi Dr. Soemantri Hardjoprakoso. (LF La Kahija)
Buku terjemahan tersebut merupakan sumber utama tulisan ini. Ketika
penulisan ulang ditambah dengan istilah-istilah yang umum dipakai, termasuk
istilah yang digunakan di dalam film-film yang mendunia, misalnya Trilogi The
Matrix dan Heksalogi Star Wars. “Mengapa tidak diterjemahkan langsung saja ke
dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia?” Pertanyaan ini pernah diajukan
warga organisasi Paguyuban Ngesti Tunggal kepada penulisnya, lalu dijawab oleh
Prof. Soemantri bahwa beliau memberi kesempatan kepada orang lain untuk
melakukannya. Beliau menulis beberapa buku lainnya yang secara resmi diles-
tarikan oleh organisasi tersebut.
Namun, 50 tahun kemudian setelah disertasi dikemukakan, di dalam salah
satu surat kabar ibu kota (2006), diberitakan ulang tentang makna keberadaannya.
Sebuah buku berbahasa Jawa versi Inggris, diterbitkan oleh Marshal Cavendish,
Singapura, ditulis oleh Dr. Soewito Santoso, staf pengajar di Universitas Nasional
Australia, berjudul The Centhini Story: The Javanese Journey of Life. Serat Centini
adalah manuskrip tertua dalam bahasa Jawa dan telah diterjemahkan secara utuh
ke dalam bahasa Inggris, setebal 400 halaman. Dikemukakan pertama kalinya di
Asian House, London[1]. Masih ada satu karya anak bangsa Indonesia yang pantas
dikemukakan kepada masyarakat dunia, yaitu disertasi Dr. Soemantri tersebut.
___________ [1]. YF La Kahija. Mencintai Kearifan Lokal. Harian Kompas, Sabtu, 02-12-2006. Hlm. 6.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xviii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Foto 0.4: R. Soenarto Mertowardojo beserta isteri R. Soenarto Mertowardojo, yang di kalangan warga Paguyuban Ngesti Tunggal lebih dike-nal dengan sebutan akrab Pakde Narto, lahir pada tanggal 21 April 1899 di Desa Simo, Kabupaten Boyolali, Surakarta. Beliau adalah putra keenam dari delapan bersaudara dari keluarga Bapak R. Soemowardojo. Hidup pada masa itu, di Zaman pendudukan Belanda, dengan delapan putra merupakan cobaan yang berat bagi keluarga Bapak R. Soemowardo- jo yang sehari-hari bekerja sebagai mantri penjual. Walaupun dihimpit oleh keadaan yang serba kekurangan dan tidak menguntungkan, R. Soemowardojo berkeinginan kuat untuk dapat menyekolahkan anak-anaknya. Oleh karena itu, Bapak R. Soemowardojo berniat untuk menitipkan putranya tersebut kepada keluarga atau kerabat, bahkan pada orang lain yang tidak ada hubungan kekeluargaan. Harapan beliau, agar orang yang dititipi dapat membantu R. Soenarto mendapatkan pendidikan formal yang lebih baik. Ini pulalah yang menjadi titik awal dari masa pencarian yang panjang. Masa ngenger, dititipkan kepada orang lain dengan berpindah-pindah yang dialami R. Soenarto selama 15 tahun merupakan ajang tempaan watak narima, berkorban perasaan, ikhlas dan sabar yang harus dijalaninya dalam usia yang masih sangat muda. Menghadapi keadaan itu, beliau tidak pernah mengeluh kepada ayah-bunda atau kepada orang lain. Beliau juga menunjukkan sikap jiwa yang teguh berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. __________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xix
Hanya dengan menuangkan cinta ke dalam kearifan lokal, kita dapat
memperkuat ketahanan bangsa. Cinta, seperti yang dikatakan Erich Fromm
(1956) dalam The Art of Loving, mengandung empat syarat, yaitu tahu, peduli,
Bintang, nur, cahaya tampak bersinar dari pusat perisai Garuda Pancasila [1]
bertanggung jawab, dan respek. Dengan syarat-syarat tersebut di atas, mental-
itas kepengikutan perlu dirontokkan dan ditransformasikan menjadi keberanian
menata kembali wajah khas ilmu pengetahuan Indonesia di hadapan bursa ilmu
pengetahuan di dunia.[2]
Tentu saja ringkasan disertasi merupakan bagian terpenting dan patut
diketahui bagi siapa pun sesuai dengan keinginan penulisnya. Oleh karena itu,
secara internasional ditulis dalam bahasa Inggris. Berangkat dari ringkasan
disertasi tersebut, ditambah dengan tulisan-tulisan lain dari Pak Mantri dan Pak
Narto inilah, penulis mengajak belajar bersama pembaca, siapa tahu buku ini
sangat bermanfaat dalam mengarungi samudra kehidupan. ___________ [1]. http://www.spi.or.id/wp-content/uploads/2011/05/gambar_garuda_pancasila.gif cited Nov. 22, 2012. [2]. YF La Kahija. Mencintai kearifan lokal. Harian Kompas, Sabtu, 02-12-2006. Hlm. 6.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xx ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Wacana (Catatan Pribadi) 0.1: Jakarta, 21 April 2012, di Tahun Naga Air Di hari-hari tersebut mengingatkan saya pada sebuah buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” karya yang disunting Armijn Pane (2005) berisi surat-surat R.A. Kartini kepada sahabat-sahabatnya di Eropa dan telah dibukukan oleh J.H. Abendanon (1911). Di Hari Minggunya terdapat pementasan paduan suara dewasa yang sudah 27 tahun mem-budi darma-kan waktu dan suaranya kepada sahabat-sahabatnya di situ. Di pagi hari itu ada pementasan drama pendidikan anak-anak dan cucu-cucu mereka diantaranya nyanyian tentang tiga kata ajaib yang dapat mengubah nasib mereka, terdengar di Gandaria I No. 93, Jakarta Selatan. Tolong ketika engkau membutuhkan bantuan, maaf ketika engkau berbuat kesalahan, dan terima kasih ketika orang berbuat baik kepadamu.
__________ http://id.wikipedia.org/wiki/Habis_Gelap_Terbitlah_Terang cited May 5, 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/J.H._Abendanon cited May 5, 2012
NAGA-NAGA AIR Naga-naga kecil memang pas untuk julukanmu .. Bisakah engkau menjadi besar? Dapatkah engkau mengarungi samudra-samudra yang besar? Mampirlah ke kampung-kampungku yang kecil. Terdengarkah lagu-lagu merdu yang sengaja dinyanyikan di hari lahirmu? Budi darmakan saja apa yang bisa kau berikan, serunya. Dengarkan juga paduan suara mereka .. O sole mio.. Anak-anak kecil di Gandaria itupun menari-nari untukmu. Mereka semua bersayap .. merah dan putih. Setangkai mawar dan sekuntum semboja di sayapnya. Bukankah engkau juga berkilat dan bersisik emas? Besarlah engkau .. arungilah samudra-samudramu, sebagai penghuni alam semesta. (Budhi S Purwo, Sabtu, 21 April 2012; di Tahun Naga Air)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xxi
Besar harapan penulis semoga buku ini dapat menambah pencerahan
dalam memaknai arti bintang, nur, dan cahaya yang memancar dari Sila Ketuhan-
an Yang Maha Esa, di tengah perisai Garuda Pancasila NKRI, Negara Kesatuan
Soemantri Hardjoprakoso telah berjasa dalam memberikan pembelajaran
ilmiah yang mendasar tentang Ketuhanan Yang Maha Esa, budi pekerti
luhur, serta menerima dan menghormati semua perbedaan (empati).
Republik Indonesia. Bilamana itu sesuai dengan harapan penulis, hendaknya juga
dialamatkan kepada Candra Jiwa Indonesia. Diibaratkan Soemantri adalah ibunya,
maka disertasi tersebut adalah bayinya. Adapun bayinya asli kandungan ibu-
pertiwi Indonesia, hanya ’bayi’ Candra Jiwa Indonesia dilahirkan di Eropa dengan
dokter kebidanannya adalah Prof. Carp, ’rumah sakit’-nya Rijkuniversiteit, dan
kota kelahirannya adalah Leiden, Negeri Belanda. Mereka telah berjasa dalam
memberikan pembelajaran dasar secara ilmiah tentang Ketuhanan Yang Maha Esa,
budi pekerti luhur, serta menerima dan menghormati semua perbedaan yang ada.
Kekayaan intelektual bangsa ini perlu dilestarikan, diberi arti sebagai
memberikan potensi ketahanan, persatuan, wacana bangsa pada tingkat yang
paling elementer, dalam, dan mendasar. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang ada
di dalam keyakinan, kepercayaan, dan agama-agama yang ada di bumi pertiwi
Indonesia perlu diwacanakan secara positif. Tanpa bermaksud mempersama-
kannya, mungkin hanya sebagai imbangan pengetahuan saja, dan rasanya masih
perlu dicari titik-titik temunya di dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika.
___________ [1]. YF La Kahija. Mencintai Kearifan Lokal. Harian Kompas, Sabtu, 02-12-2006. Hlm. 6.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xxii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
R. Soenarto Mertowardojo dan Dr. Soemantri Hardjoprakoso (*)
Foto 0.5: Dua Putra Indonesia yang Mewariskan Naskah-naskah untuk Masyarakat Candra-ideal Indonesia adalah manusia dengan watak-watak yang tumbuh dari diri manusia itu sendiri, melalui suatu perjalanan hidup yang sangat sulit, dan merupakan tingkat akhir dari perkembangan kemanusiaan. Perjalanan tersebut telah sukses dilalui oleh orang yang bernama R. Soenarto Mertowardoyo, sebagai satu-satunya kasus studi penelitian kualitatif dokter Soemantri Hardjoprakoso, neurolog-psikiater untuk men-dapatkan gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran Jiwa. Akhirnya, dua orang putra Indonesia tersebut di atas dalam perjalanan hidupnya telah membuktikan hipotesis Jung tentang intuisi. Sejak itu Candra Jiwa Indonesia (Soenarto Mertowardojo) berdiri sejajar bahkan lebih lengkap dari candra jiwa sebelumnya dari Alfred Adler, Carl Gustav Jung, dan Sigmund Freud.
__________ [*].http://a8.sphotos.ak.fbcdn.net/hphotos-aksnc3/11542_239583614847_233224709847_4385147_ 4916146_n.jpg . cited May 16, 2011.
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xxiii
Kapten TNI-AD Soenarto Mertowardojo dan Mayor Jenderal TNI Prof. Dr. dr.
Soemantri Hardjoprakoso, Neurolog-psikiater, patut dikenang sebagai orang-
orang yang telah berjasa dalam memperkenalkan salah satu kekayaan intelektual
Pelestarian warisan intelektual bangsa ini perlu dilakukan karena dapat
memberikan potensi ketahanan dan persatuan bangsa. Wacana secara
positif dan pencarian titik-titik temunya Sila Ketuhanan Yang Maha
Esa yang ada di dalam keyakinan, kepercayaan, dan agama-agama
masih perlu dikerjakan di dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika.
bangsa Indonesia. Ketika buku ini tengah dipersiapkan, suasana ibu kota masih
marak dilanda berita-berita tentang terorisme dan isu Negara Islam Indonesia.
Terbetik pula berita di surat kabar ibu kota [1] bahwa pemerintah akan
merevitalisasi pelajaran agama di lembaga pendidikan, bahkan Pancasila akan
diajarkan kembali di bangku-bangku sekolah.
Revitalisasi ini tidak hanya pada pelajaran agama Islam, tetapi juga semua
agama. Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh di sela-sela Musyawarah
Rencana Pembangunan Nasional 2011 di Jakarta menyatakan: ”Diyakinkan
kepada mereka bahwa di negara ini sudah ada empat pilar kebangsaan, yakni
Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika”. Revitalisasi akan
dilakukan dengan menitikberatkan pembangunan karakter, terutama mem-
bangun kecintaan terhadap negara yang berbasis kasih sayang, apresiasi, dan
toleransi.
Belajar dari Candra Jiwa Indonesia, judul buku ini, sekiranya dibaca oleh
penulis dengan kacamata jantung manusia, alat yang paling aktif hidup di dalam
tubuh manusia, kita, dan kacamata hati, maka diberikan judul alternatif:
Transcendence to The Depth of The Heart and Beyond, suatu perjalanan menye-
lam di pusat lautan ’hidup’ yang terdalam,
__________ [1] Nashih Nashrullah. Pelajaran Agama Segera Direvitalisasi. Republika, Jumat, 29 April 2011, Hlm. 12.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xxiv ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Wacana 0.2: Keprihatinan terhadap Produk Kebudayaan Bre Redana memberi contoh pada produser film, andaikan anda tawarkan film yang menyimpan gagasan mengenai kekayaan dan pluralitas ke-Indonesia-an. Dijamin sang produser bakal lebih tertarik kalau anda menawarkan mistik Cipularang KM 90. Kalau terlalu serius tak ada yang menonton. Yang ngawur saja, dengan judul super ngawur, uang bakal mudah dikeruk. Ini berlaku di semua bidang,
Di tingkat bawah ada persoalan yang tidak kalah seriusnya. Ada tekanan kelompok radikal terhadap produk kebudayaan yang bernama wayang. Di beberapa tempat di Jawa Tengah sangat sering terjadi penggerebegan terhadap pertunjukan wayang. Ketika pertunjukan wayang kulit tengah berlangsung, bisa didatangi sekelompok orang, yang dengan sangar menyuruh semuanya bubar. Para seniman wayang hanya bisa berkemas-kemas, menutup peti, terusir sebagai kelompok sudra tanpa perlindungan negara.
Beberapa waktu yang lalu, sebuah rombongan kesenian tradisional ketoprak melakukan pentas terakhir di Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta. Pentas itu mereka sebut pentas pamit mati. Mereka tak bisa lagi bertahan karena tak ada lagi yang peduli. Tak ada lagi yang menghargai apa pun yang tidak bernilai uang. Kesenian memang tak punya uang, tak punya pembela pula, pantaskah mereka pamit mati? Apa jadinya kelak bangsa ini.
__________ Bre Redana. Wacana, Pemikiran Pamit Mati. Kompas, Minggu 23 Oktober 2011. hal. 20.
”Orang sekarang pada umumnya makin alergi terhadap
sesuatu yang dianggap serius. Dalam strategi yang berhubungan
dengan waktu luang-yang sebenarnya bisa produktif ada keeng-
ganan luar biasa terhadap yang serius”.
” Entah mana sebab mana akibat, sebagian produk kebuda-
yaan kita kemudian diabdikan untuk melayani keengganan
masyarakat terhadap sesuatu yang serius”
(Bre Redana)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xxv
pusat imateri. Perjalanan tersebut hendaknya dipandang sebagai metafor untuk
introspeksi, introversi, dan memindahkan titik berat kesadaran ke pusat hidup
yang hakiki.
Transcendence to the depth of the heart and beyond, adalah suatu perja-
lanan menyelam di pusat lautan ’hidup’ yang terdalam di jantung-hati-
nya manusia, pusat imateri. Dimaksudkan sebagai judul alternatif dari
buku ini, sekiranya dibaca dengan ’kacamata’ jantung manusia, alat
yang paling aktif hidup di dalam tubuh kita, dan ’kacamata’ hati, kalbu.
Pemahaman makna kata jantung terasa istimewa. Ketika pengertiannya
berubah arah ke dalam dada, bersifat transendental, imanen dan esoteris, maka
kata jantung dipahami sebagai hati, atau kalbu, misalnya hatiku berdebar,
padahal jantungnya yang berdetak. Pada meditasi transendental seperti di dalam
sembah kalbu, yang mengatur napas seraya mengucap nama-Nya akan mengatur
detak jantung secara teratur dan tenang. Padahal sebagai bahasa Arab (qalb) dan
bahasa Inggris (heart) tetap dimaknai sebagai jantung, tidak berubah makna
walaupun esoteris. Pemaknaan dalam bahasa Indonesia terasa semakin unik,
ketika ada dua istilah anatomik yang menjadi satu ungkapan jantung hati-ku.
Inilah kekayaan makna bahasa Indonesia yang perlu mendapat perhatian kita
bersama.
Manakala isi buku ini sanggup memperkuat upaya kesehatan mental-
spiritual bagi pembacanya, keluarga, saudara-saudara, teman-teman dekat, dan
masyarakat bawah, paling bawah dan bahkan yang terpinggirkan akses
informasinya, disinilah sesungguhnya terletak manfaatnya. Apabila tulisan di
dalam buku ini ternyata masih dapat juga mencapai ke arah sana, maka ia telah
menyempurnakan darmanya sebagai sebuah buku yang benar-benar berguna
bagi siapa saja.
Besar harapan saya buku ini dapat membantu pemerintah dan masyarakat
dalam memberikan salah satu alternatif bacaan semi ilmiah untuk masyarakat
bangsa Indonesia guna membangun karakter bangsa yang digali dari khasanah
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xxvi ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Wacana 0.3: NKRI sebagai Bentuk Negara dan Pancasila sebagai Dasar Negara Bung Karno di Ende (Flores) salah satu situs awal penggalian nilai-nilai Pancasila. Bung Karno mengisahkan, ”Di Pulau Flores yang sepi, di mana aku tidak memiliki kawan, aku telah menghabiskan waktu berjam-jam lamanya di bawah sebatang pohon di halaman ru-mahku, menurunkan ilham yang di turunkan oleh Tuhan, yang kemudian dikenal sebagai Pancasila” (Adams 2011: 240). Di luar kontroversi persoalan semantik (pilar), demikian opini Yudi Latif, pemikir kebang-saan dan kenegaraan dalam mengenang kepergian Taufiq Kiemas, seorang tokoh nasional yang telah menjadi ’jembatan kebangsaan’ dan telah berhasil menghidupkan peran lemba-ga permusyawaratan yang cenderung melempem pasca-Orde Baru itu dengan memosisi-kannya sebagai penggalang kesadaran konsensus dasar kebangsaan yang disebut ”Empat Pilar.” Tokoh pemersatu bangsa ini tutup usia dalam usia 70 tahun, Sabtu (8/6) pukul 19.05 atau 18.05 WIB di Singapura. Ketua MPR Taufiq Kiemas (TK) yang di makamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata Jakarta, Minggu 9 Juni 2013, harus diberikan penghargaan karena kegigihannya dalam menyadarkan bangsa. Masyarakat selalu diingatkan akan pentingnya Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945 sebagai konstitusi negara, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai sesanti negara.
__________ Yudi Latif. TK dan Jembatan Kebangsaan. Opini. Kompas, Senin, 10 Juni 2013
Candra Jiwa Indonesia membuka kesempatan bagi Akunya
manusia untuk meleburkan diri di dalam kekuasaan yang lebih
tinggi dan meliputi keseluruhan, yaitu Alam Sadar Kolektif.
Di sini mempersyaratkan sang Aku harus mengurangi dan
menundukkan kedaulatannya sendiri.
Bangsa Indonesia menghadapi tantangan zaman,
apakah masyarakatnya mampu menunjukkan kepada dunia
besar akan persatuannya di dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negaranya?
(Soemantri Hardjoprakoso)
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xxvii
bumi pertiwi. Barangkali hal ini merupakan suatu upaya yang masih langka
dilakukan oleh orang lain. Diperlukan semangat kebersamaan yang tinggi antara
penulis dan pembacanya untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut untuk saling
Manakala buku ini bermanfaat untuk kesehatan mental spiritual bagi
Siapa saja terutama masyarakat strata paling bawah, dan terpinggirkan
aksesnya, ternyata masih dapat juga mencapai ke sana, maka ia telah
menyempurnakan darmanya sebagai sebuah buku yang berguna.
berbagi pengalaman hidup. Oleh karena itu sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan buku ini di masa datang, serta untuk kepentingan
pembelajaran kita bersama.
Akhirnya, saya ucapkan selamat membaca dan memahami isi buku ini.
Semoga bermanfaat bagi kehidupan yang nyata.
Terima kasih atas perhatiannya.
Penulis
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xxviii ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Fisik (Soma, jasmani kasar, D2), Mental (Psike, jasmani halus, jiwa, D3), Spiritual (Pusat Imateri, D4)
Diagram Transenden 0.1: Posisi Dinamis Ego di Alam Semesta Alam semesta dibagi menjadi Makrokosmos (Dimensi-1, D1) dan Mikrokosmos. Mikrokos-mos dibagi menjadi 3 dimensi. D2 adalah Soma; badan/jasmani kasar (Body), D3 adalah Psike; badan/jasmani halus di dalamnya berisi pusat-pusat vitalitas angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu yang secara fungsional diwakili oleh Sang Akunya (Ego) manusia.
Ego dikatakan dinamis dan berkekuatan karena memiliki fungsi koordinatif terhadap pusat-pusat vitalitas tersebut. Kepemimpinannya hanya bersifat sementara dan dapat berevolusi dengan melalui ”perjalanan” yang berat menuju Dimensi ke 4, sebagai jati dirinya manusia yang hakiki, Pusat Imateri (!).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta, 2012.
(FISIK) Dimensi-2
(MENTAL)
Dimensi-3
Pusat Imateri
(SPIRITUAL) Dimensi-4
Makrokosmos (Dunia Luar)
Dimensi-1
Mikrokosmos (Dunia Dalam)
Sadar Pribadi
(Ego)
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
● ●
KOSMOLOGI ALAM SEMESTA
(2-Kosmos dengan 4-Dimensinya)
!
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xxix
PROLOG Profesi dokter telah lama menjadi sorotan masyarakat terutama sekitar
awal tahun 2000, sehingga banyak kasus dipaparkan di media cetak dan
Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) sejajar dengan candra
jiwanya Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, dan Alfred Adler.
--Soemantri Hardjoprakoso
elektronika. Sejak saat itu, salah satu fakultas kedokteran terkemuka di Indonesia
telah terpanggil untuk memperbaiki mutu kepribadian lulusannya dalam bidang
empati, agar komunikasi dokter-pasien menjadi lebih efektif dan harmoni. Hal ini
diupayakan untuk mengembangkan ilmuwan yang berbudi luhur serta menguta-
makan kejujuran dalam mencari kebenaran.
Untuk mengetahui apa yang perlu diperbaiki, diperlukan pengertian tentang apa yang ada dalam jiwa manusia, bagian mana yang berfungsi sebagai pengendali perubahan (angan-angan), kekuatan yang dikendalikan (nafsu-nafsu), serta suasana yang terjadi (perasaan) akibat interaksi di dalamnya. Apa saja fungsi tertinggi yang ada pada masing-masing kekuatan itu serta kemungkinan terjadinya perkembangan jiwa manusia terutama kesadarannya, menjalani proses evolusi terakhirnya. Adalah suatu kebutuhan untuk mengetahui siapakah “sang
aku” itu sebenarnya dan di manakah posisinya di dalam jiwa? Cogito ergo sum
telah mencoba menjawabnya sebagai ungkapan René Descartes (1596--1650), seorang filsuf Perancis yang maksudnya adalah “aku berpikir, maka aku ada” (1619: ”Je pense, donc je suis”; ”I think, therefore I am”).
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
xxx ”Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat”
Matahari adalah pusat dari sistem tata surya Bima Sakti
Gambar 0.1: Sistem Tata Surya Bima Sakti Dalam sistem tata surya tampak posisi (eksentrik) dunia (earth, bumi), bulan (mars), dan bintang-bintang lainnya mengitari matahari (konsentrik). Sering ditanyakan apakah candra jiwa itu? Jawaban yang sederhana adalah pengetahuan tentang posisi dinamis ego seorang manusia di dunia kecilnya (mikro-kosmos). Posisinya di alam semesta (makrokosmos) digambarkan dalam candra dunia. Sang aku memang terbatas, bisakah ia mengalami perkembangan dan kemajuan? Ini adalah pertanyaan berikutnya.
__________ http://en.wikipedia.org/wiki/Solar_system cited May 26, 2012.
Penulis: “Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan” xxxi
Aku adalah kristalisasi dari angan-angan manusia, menurut Soemantri,
secara struktural berasal dari cipta-nya manusia, yang mewakili dirinya secara
keseluruhan termasuk beraktivitas, seperti aku makan, aku bekerja, dan aku ter-
Ego, mewakili seluruh aktivitas kehidupan manusia, sampai
tugasnya selesai. Sang Aku adalah kristalisasi angan-angan,
berasal dari cipta-nya manusia. (Soemantri Hardjoprakoso)
senyum. Makhluk yang berpikir memiliki kesadaran sang aku dan bernama
manusia ini tentu berada di dalam dunia yang merupakan bagian dari alam
semesta. Sekaligus hidup dalam kurun waktu tertentu. Hal ini berarti, ia berada di
antara kurun waktu sebelum dan sesudah sang aku ada.
Di sinilah jawabannya ketika sering ditanyakan apakah candra jiwa itu?
Jawaban yang sederhana adalah pengetahuan tentang posisi dinamis ego seorang
manusia di dunia kecilnya (mikrokosmos). Posisinya di alam semesta (makro-
kosmos) digambarkan dalam candra dunia. Sang aku memang terbatas, bisakah ia
mengalami perkembangan dan kemajuan? Ini adalah pertanyaan berikutnya.
Kebutuhan pada pengetahuan tentang konsepsi manusia dan dunia,
mungkin dapat dipakai sebagai titik awal dan sebagai dasar cara memaknai hidup.
Dari pengetahuan ini, pada saat yang sama dapat diupayakan sebagai suatu
pendidikan mental spiritual, pencegahan, dan pengobatan penyakit jiwa.
Atau justru sebaliknya, empati perlu diberikan kepada siapa saja yang
menekuni Candra Jiwa Indonesia ini sebagai kompas dalam mengarungi samudra
kehidupan dengan gelombang yang bergelora, arus laut dan angin yang tidak
menentu, berbagai posisi rintangan batu karang, serta gangguan makhluk ganas
lainnya.
0 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Foto 1.1.1: Bangsal Siti Hinggil Kraton Yogyakarta Siti Hinggil, Yogyakarta, tanggal 27 November 1958 menjadi tempat DR. Dr. Soemantri Hardjoprakoso memberikan kuliah umum (studium generale) Candra Jiwa Indonesia. __________ http://trieza.com/wp-content/uploads/2009/12/Bangsal-Sitihinggil.jpg cited July 1, 2011. http://farm6.static.flickr.com/5253/5502378386_8fd895d21f.jpg cited July 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 1
BAB I PENCERAHAN JIWA
1.1 PENDAHULUAN
Pada tanggal 27 November 1958, DR. Dr. Soemantri Hardjoprakoso,
neurolog, psikiater ditunjuk memberikan kuliah umum (Studium Generale) di Uni-
Jiwa, dapat dipandang sebagai keutuhan beberapa sifat: angan-angan,
perasaan, keinginan, kemauan, rasa memiliki, dan semangat memberi.
Berbeda dengan roh yang nantinya akan kembali pada asal mula hidup
sebagai sumbernya, tidak berkembang, tidak berubah, dan bersifat abadi.
versitas Gadjah Mada di Siti Hinggil, Yogyakarta dalam mata ajar Ilmu Jiwa Dalam
(dieptepsychologie): Candra Jiwa Indonesia. Ceramah ilmiah tersebut dihadiri
para guru besar, dosen, mahasiswa, R. Soenarto Mertowardojo, dan tamu
undangan kira-kira 800 orang. Banyak pertanyaan yang diajukan para hadirin
pada waktu itu, di antaranya: ”Mengapa ilmu jiwa yang dikemukakan Dr.
Soemantri itu dinamakan Candra Jiwa Indonesia, sedang bangsa Indonesia terdiri
dari banyak suku bangsa?” Pertanyaan tersebut dijawab: ”Sesungguhnya candra
jiwa yang saya kemukakan itu untuk seluruh umat manusia, untuk seluruh dunia.
Akan tetapi karena saya ini Putra Indonesia, maka untuk menjunjung tinggi
bangsa dan negara Indonesia, maka saya namakan Candra Jiwa Indonesia.”
Setelah tepuk tangan yang meriah, dilanjutkan: ”Asalnya Candra Jiwa Indonesia
itu dari R. Soenarto Mertowardojo, yang saya ambil dari kitab Sasangka Jati.” *)
1.1 STUDIUM GENERALE
Sering kita berbicara tentang jiwa tanpa mempertanyakannya. Apakah
benar yang kita ceritakan itu memang jiwa, psyche, psike, badan/jasmani halus,
__________ *)
Soemantri Hardjoprakoso. Candra Jiwa Indonesia. Ceramah Ilmiah di Universitas Gadjah Mada Yogya-karta, 27 Nopember 1958. Proyek Penerbitan dan Perpustakaan Pangestu Pusat Jakarta 1977.
2 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 1.1.1: Jiwa Manusia Menurut Soemantri jiwa manusia mengungkapkan suatu keutuhan, yang mewakili suatu sifat tertentu. Memiliki beberapa perangkat jiwa dengan sifatnya yang mandiri seperti angan-angan, perasaan, keinginan, kemauan, rasa memiliki, dan semangat memberi. Walaupun setiap manusia sama-sama memiliki jiwa, tetapi kemampuannya menangga-pi dunia tidak sama. Angan-angan adalah salah satu perangkat jiwa yang dapat berinteraksi dengan vitalitas lainnya yaitu kekuatan nafsu-nafsu. Interaksi tersebut dapat menimbulkan suasana perasaan menerima atau menolak untuk mencapai tujuan tertentu.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS
Alam semesta dan seisinya =======================l Pancaindra l======================= MIKROKOSMOS (Kasar) Jasmani Soma FISIK - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (Halus) Jasmani Psike MENTAL
JIWA (angan-angan, perasaan, keinginan, kemauan,
rasa memiliki dan semangat memberi)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -I l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Rohani Pusat Imateri SPIRITUAL
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 3
atau badan spiritual? Ada baiknya kita renungkan terlebih dahulu pertanyaan-
pertanyaan tentang: jiwa patriot, jiwa kewirausahaan, jiwa seni, dan jiwa pasu-
Hipotesis manusia seutuhnya, terdiri dari: 1. Fisik, Jasmani kasar (soma) - materi kasar: umur terbatas. 2. Mental, Jasmani halus (psike, Jiwa) - materi halus: umur terbatas. 3. Spiritual, Rohani (spirit) - imateri: abadi, tak terbatas.
kan. Istilah tersebut diartikan sebagai suatu sifat-sifat tertentu yang dapat
berubah, berkembang dan ada pasang surut-nya. Kita mulai saat ini harus
membedakan antara jiwa dan roh. (Perhatikan juga struktur utuh manusia:
jasmani, jiwa, dan rohani). Kita beranggapan bahwa roh nantinya akan kembali
pada asal mula hidup sebagai sumbernya, tidak berkembang, tidak berubah, dan
bersifat abadi.
Ketika kita membicarakan jiwa pemuda, jiwa bangsa, dan seterusnya, tidak
terbayangkan soal roh karena pemuda, bangsa, seni, dan kewirausahaan tidak
mempunyai roh. Manusia dan juga binatang-binatang yang besar dianggap
mempunyai roh. Jika yang dimaksud adalah jiwa pemuda, jiwa seni, jiwa kesatria,
tentulah apa-apa yang ada pada pemuda, seni, dan kesatria, yaitu tentang pikiran,
suasan hati, semangat, cinta, kemampuan, kinerja, dan adaptasinya. Begitu pula
seandainya kita berusaha meneliti persoalan jiwa manusia.
Secara sederhana, yang dimaksud dengan jiwa manusia ialah segala sesuatu
dari manusia yang bertalian dengan daya cipta angan-angan, menghubung-
hubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya, dan kemampuannya membuat
kesimpulan. Keinginan, kemauan, semangat, cita-cita, dan kemampuan adaptasi
lingkungan untuk menyelamat-kan hidupnya merupakan perangkat jiwa manusia.
Setiap manusia mempunyai jiwa, hanya kemampuannya yang berbeda-beda.
Jiwa merupakan suatu keseluruhan dan keutuhan yang tertentu, yang
mewakili suatu sifat dari manusia. Di dalam keutuhan yang kita namakan jiwa
tersebut terdiri atas beberapa sifat yang mandiri, misalnya: angan-angan,
perasaan, keinginan, kemauan, rasa memiliki, dan semangat memberi.
Selanjutnya akan menjadi jelas dan gamblang dengan mengikuti uraian sebagai
berikut.
4 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Hubungan antara pusat emosi dengan bentuk wajah, persyarafan, serta jantung (heart)
Gambar 1.1.1: Psikosomatik Manifestasi kepribadian pada penyakit psikosomatik. Emosi menyebabkan perubahan frekuensi dan irama denyut jantung, sesuai dengan penampilannya. __________ http://24.media.tumblr.com/tumblr_ksto5zpSnX1qznt2yo1_500.jpg cited July, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 5
Karena jiwa merupakan suatu keutuhan, berarti memiliki batas-batasnya.
Ada batas luar dan ada batas dalam. Apakah ada yang menjadi pintu gerbang ke
luar dan ke dalam? Kita selalu menganggap jiwa (psike) berada di dalam
Mempelajari dinamika soma dan psike, menimbulkan kolaborasi berbagai
ilmu pengetahuan antara lain ilmu penyakit dalam, psikologi klinik dan
psikiatri. Sub spesialis psikosomatik, dengan konsepnya yang khas,
sebagai salah satu sarana pendalaman ilmu pengetahuan yang baru.
badan/jasmani (soma). Bagaimana hubungan antara jiwa dan badan/jasmani?
Pertanyaan demi pertanyaan ini layaknya sebagai calon peneliti jiwa dipakai
sebagai dasar untuk membuat beberapa jawaban sementara. Upaya awal
penelitian ini dalam disiplin ilmu pengetahuan dipakai untuk menyusun hipotesis.
Oleh karena itu, tidak pernah atau belum pernah diselidiki jiwa, psike (bukan roh)
di luar badan/jasmani.
Hubungan erat yang terjadi antara soma dan psike sudah lama dipelajari.
Apabila seseorang takut maka jantung menjadi berdebar-debar. Sementara bila ia
senang hatinya, maka pupil mata menjadi lebar. Atau kalau kita sedang malu,
muka menjadi merah. Pada saat menunggu keputusan yang penting, perut
menjadi mules, bahkan mau ke toilet. Begitu pula bila perut kenyang menjadi
senang, sebaliknya kalau perut sedang kosong menjadi lekas marah.
Ketika sedang sakit panas, pikiran tidak dapat diatur, dan ngawur. Banyak
faktor psikis yang pengaruhnya besar terhadap penyakit badan/jasmani, misalnya
pada asthma bronkhiale (asma saluran napas), hipertiroid (aktifnya kelenjar tiroid
di leher), urtikaria (gatal-gatal di kulit), ulkus peptikum (tukak lambung), kolitis
(radang usus besar), hipertensi (tekanan darah tinggi), migren (nyeri sebagian
kepala), dan sebagainya. Karena hubungan erat ini, tidak mengherankan ketika
disiplin ilmu penyakit dalam, psikologi klinik, dan psikiatri berkolaborasi dalam
keilmuan. Bahkan salah satu di antaranya ada yang mengembangkan sub-
spesialis psikosomatik, dengan konsepnya yang khas, sebagai sarana pendalam-
an ilmu pengetahuan yang baru.
6 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar 1.2.1: Sirkulasi Tubuh Manusia Sirkulasi tubuh manusia merupakan sirkulasi yang tertutup berupa rangkaian pipa dan sebuah pompa, sebagai syarat utama sebuah sirkulasi. Pipanya adalah pembuluh arteri, vena, dan pompanya adalah jantung yang memompa darah (kaya oksigen dan zat gizi) menuju organ-organ dan kembali lagi ke jantung sebagai pembuluh balik (vena). Ada 3 (tiga) sirkulasi dasar, dua terjadi saat jantung memompa, menguncup (sistolik): 1. sirkulasi besar dari jantung-tubuh–jantung dan 2. sirkulasi kecil dari jantung-paru-jantung.
Sirkulasi ke-3 adalah sirkulasi koroner yang terjadi saat jantung mengembang (diastolik). Saat itu darah (kaya oksigen dan zat gizi) masuk ke arteri koroner di balik daun katup di pangkal aorta (bilik kiri) menuju ke seluruh permukaan dan otot jantung. Akhirnya aliran darah kembali melalui vena koroner yang bermuara di sinus koronarius ke serambi kanan jantung.
Meninggal mendadak pada umumnya disebabkan karena penyumbatan mendadak pada pangkal arteri koroner (serangan jantung, infark) atau gangguan irama yang fatal pada bilik jantung. Penyebabnya dihubungkan dengan merokok, darah tinggi, gangguan lemak kolesterol, dan kencing manis.
__________ http://images.tutorvista.com/content/circulation-animals/human-blood-circulatory-system.jpeg cited August 12,2011. http://exhibitorindia.com/product/Models/m-2.jpg cited August 12, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 7
1.2 IDE CANDRA JIWA
Sebelum kita mengerjakan sesuatu, kita harus memiliki modal untuk
mengembangkan upaya tersebut. Untuk membuat pesawat terbang, kita paling
Ketika disertasi Soemantri dipromosikan sebagai Candra Jiwa Indonesia,
di seluruh dunia belum ada candra jiwa manusia yang lebih lengkap.
Walaupun dalam sejarah ilmu jiwa tampak beberapa usaha untuk mene-
rangkan sifat-sifat manusia tersebut. Namun manusia dan ilmu pengeta-
huan justru lebih tertarik untuk mengamati objek-objek di luar dirinya.
sedikit harus memiliki modal ilmu pasti, mekanika, dan aerodinamika. Untuk
menjalankan ilmu kedokteran, minimal modal kita adalah ilmu anatomi dan
fisiologi tubuh manusia sebagai dasar untuk mempelajari ilmu patologi,
pembedahan, dan terapi obat-obatan.
Pada anatomi jantung normal, ditunjukkan bahwa jantung memiliki 2
serambi dan 2 bilik (kanan dan kiri) serta 4 katup di dalamnya, diperdarahi oleh
sirkulasi pembuluh koroner. Pada fisiologi dijelaskan bagaimana jantung
berdenyut, ternyata jantung memiliki pusat denyut (generator) sendiri. Terjadi
proses perubahan denyut listrik jantung menjadi kontraksi otot yang memompa
darah ke seluruh tubuh melalui 3 sirkulasi: besar, kecil, dan koroner. Memenuhi
syarat sirkulasi karena ada jantung yang bertindak sebagai pompanya dan
pembuluh darah yang tertutup sebagai pipa-pipa, selangnya. Jantung bekerja
memompa (fase sistolik) dan menyedot (fase diastolik). Tiga sirkulasi di tubuh
manusia inilah yang menjadi salah satu pilar penopang kehidupan manusia.
Pada ilmu jiwa, pendekatannya sungguh berbeda. Justru kita
membutuhkan sebuah candra jiwa, yang di dalamnya terkandung anatomi jiwa
sekaligus fisiologinya. Tentu saja ilmu jiwa ini sebagai titik awal perhatian dari jiwa
yang sehat dan normal. Candra jiwa adalah sebuah lukisan rangka dan fungsi
dari jiwa manusia pada umumnya, yang dapat dipakai sebagai hipotesis untuk
bekerja selanjutnya.
8 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Kegiatan meneropong bintang di langit dengan teleskop adalah untuk mencintai astronomi
Foto 1.2.1: Meneropong bintang di langit Di sekitar Monumen Nasional, Jakarta, menjelang 9 April 2011 telah dilaksanakan acara Global Astronomy Month (GAM) bertujuan memperkenalkan dan mencintai astronomi.
Astronomi adalah ilmu yang paling tua menunjukkan bahwa objek jauh di luar angkasa lebih menarik daripada apa yang terjadi di dalam jiwanya sendiri. Ruang angkasa yang menakjubkan itu seolah-olah terselubung oleh kabut keajaiban dan dikuasai oleh para dewa di langit. Ilmu pengetahuan menyingkap dan membuang selimut ajaib tersebut.
_________ http://3.bp.blogspot.com/-Nxa9UGx4T3g/TafSxLyNorI/AAAAAAAABOM/sw9K3pUCtsA/s1600/DSC_0245.JPG cited July, 24, 2011. http://2.bp.blogspot.com/-JbDjJaIOvnc/TafTFfrTv2I/AAAAAAAABOs/lwIn32PDBqM/s1600/DSC_0232.JPG cited July, 24, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 9
Sebelum disertasi Candra Jiwa Indonesia dipertahankan secara ilmiah, di
mana saja di seluruh dunia, belum ada suatu candra jiwa[2] manusia yang lengkap.
Astronomi adalah ilmu yang paling tua, kemudian menyusul ilmu-ilmu
yang objeknya semakin mendekati manusia. Sebelum zaman ilmiah,
seluruh semesta raya seolah-olah diselubungi oleh kabut keajaiban dan
kedewataan. Perlahan-lahan selubung itu dibuka oleh ilmu pengetahuan.
Ini dapat dimengerti karena ilmu jiwa adalah ilmu yang paling muda. Umurnya
kurang lebih baru satu setengah abad.
Hipotesis, diperkirakan ada beberapa pusat kekuatan di dalam jiwa manusia
(3 angan-angan dan 4 nafsu-nafsu) yang dapat memancarkan gelombang elektro-
magnetik dengan intensitas tertentu, masing-masing membentuk warnanya
sendiri-sendiri sesuai dengan frekuensinya! Warna itu kira-kira: biru, hijau, kuning,
putih, violet (hitam), dan merah. Semoga ilmu pengetahuan (fisika kuantum,
tentang paket energi gelombang) dan teknologi kelak dapat membuktikannya.
Posisi, fungsi, dan interaksi pusat kekuatan, serta evolusinya di dalam (selimut)
tubuh manusia yang berpancaindra inilah candra jiwa akan dibahas.
Dalam sejarah ilmu pengetahuan, yang mendapat perhatian pertama
adalah objek-objek yang letaknya jauh dari manusia. Astronomi adalah ilmu yang
paling tua, kemudian menyusul ilmu-ilmu yang objeknya semakin mendekati
manusia. Sebelum zaman ilmiah, seluruh semesta raya seolah-olah diselubungi
oleh kabut keajaiban dan kedewataan. Bintang-bintang, matahari, bulan, awan,
halilintar, gunung, samudra, siang dan malam seolah-olah bukan merupakan
bahan material biasa dengan hukum-hukum tertentu. Mereka itu seolah-olah
dianggap sebagai sesuatu manifestasi dari makhluk-makhluk ajaib, dewa-dewa
yang berjiwa, berpribadi, dan reaksinya atau tindakannya tidak dapat diramalkan
terlebih dahulu.
__________ [2]. Candra jiwa diterjemahkan dari kata mensbeeld dalam arti psikologi: anatomi sekaligus fisiologi jiwa manusia sebagai makhluk rohaniah (sosial, suprasosial); dan dalam arti antropologi: pandangan tentang manusia, yang merujuk pada suatu bentuk kehidupan baik disadari maupun tidak menjadi pedoman hidupnya. Candra dunia dan candra ideal diterjemahkan dari werebeeld dan idealbeeld.
10 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) di ruang laboratoriumnya sedang meneliti perilaku binatang
Foto 1.3.1: Beberapa Metodologi Penelitian Jiwa Riset Pavlov pada sistem pencernaan binatang menyusui (anjing) membuka wawasan baru tentang aspek psikologi pembelajaran dan respons. Ilmuwan Rusia yang lahir di Ryazan, awalnya mengikuti karier ayahnya di bidang agama sebagai pendeta di desanya, akhirnya meneruskan panggilan hatinya di Universitas Petersburg. Ia tertarik mempelajari refleks menetesnya air liur anjing di laboratoriumnya setiap kali melihat jas laboratorium yang dipakai sang pemberi makan, walaupun tidak ada makanan. Seri penelitian berikutnya terjadi hal yang sama bila sang anjing dibiasakan merespons suara bel menjelang pemberian makanan. Pavlov mendiskripsikan cara melatih hewan (dan manusia) dengan rangsangan tertentu menghasilkan suatu respons yang tertentu juga. Suatu era baru penelitian perilaku dengan metode yang objektif. Salah satu metodenya disebut desensitisasi sistematik. Penelitiannya tentang fisiologi kedokteran tersebut mendapat hadiah Nobel pada tahun 1904. Dengan berbagai metodologi penelitian, manusia berusaha mempelajari jiwa manusia. Membandingkan pengamatan terhadap jiwa manusia yang sehat dan yang sakit, serta mempelajari perilaku binatang dapat dilakukan dengan metodologi kuantitatif. Dapat juga melakukan penelitian (introspeksi) dengan cara yang lain yaitu dengan metodologi kualitatif terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti apa yang telah dilakukan oleh Soemantri.
__________ http://www.massey.ac.nz/~wwpapajl/evolution/assign2/TM/Pavlov2.html cited August 14, 2011. http://www.massey.ac.nz/~wwpapajl/evolution/assign2/TM/pavlov.jpg cited August 14, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 11
Ilmu pengetahuanlah yang kemudian mengangkat dan membuang
selubung-selubung ajaib tersebut. Yang dihilangkan pertama kali ialah selubung
yang menutupi objek-objek yang letaknya jauh dari manusia. Lambat laun semu-
Ilmu jiwa tahap awal belum menunjukkan sifat kompak, belum ada
kestabilan. Semua masih bersifat meraba-raba. Apa yang dicatat
kebanyakan hal-hal yang simptomatis, belum yang kausal-mendalam atau
yang struktural-fungsional. Selubung yang menyelimuti jiwa manusia itu
sedikit demi sedikit dibuka oleh ilmu pengetahuan.
a selubung dihapuskan dan yang paling akhir ialah selubung yang meliputi jiwa
manusia. Apa yang akan didapat di dalam selubung? Masyarakat umum belum
mengetahui seluruhnya. Ilmu jiwa belum menunjukkan sifat kompak, belum ada
kestabilan semua masih bersifat meraba-raba. Apa yang dicatat kebanyakan hal-
hal yang simptomatis, belum yang kausal-mendalam atau yang struktural-
fungsional. Akan tetapi dengan pasti, selangkah demi selangkah manusia maju
dalam mengangkat selubung yang menyelimuti jiwa manusia.
1.3 METODOLOGI
Penelitian tentang jiwa manusia dapat menggunakan bermacam-macam
cara dan metode. Cara itu dapat dengan mengamati perangai orang-orang sakit
jiwa yang kemudian dibanding-kan dengan orang-orang normal. Dari upaya
membandingkan ini dapat dimengerti tentang seluk-beluk jiwa, bahkan orang
telah membuat struktur-struktur jiwa tertentu sehingga dapat dipakai sebagai
pegangan dalam mempelajari dan membuat diagnosis sebagai dasar terapi
kejiwaan.
Perhatian manusia terhadap perilaku binatang yang diberi tanda deringan
bel, sebagai penanda pemberian jatah makanan telah dimanfaatkan oleh Pavlov,
untuk mempelajari perilaku manusia bahwa dapat mengabaikan sementara
peranan struktur jiwa manusia. Ivan Petrovich Pavlov (1849--1936) mendapat
hadiah Nobel untuk riset fisiologi kedokterannya (sistem pencernaan) dengan
binatang menyusui pada tahun 1904.
12 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ki Dalang sedang menjalankan peranannya sebagai pencerah masyarakat
Gambar 1.3.1: Pagelaran Wayang Kulit dengan Ki Dalang sebagai Sang Pencerah Sosok-sosok wayang kulit di dalam kotak wayang yang berjumlah ratusan itu dapat dihidupkan oleh Ki Dalang. Dalam pagelaran wayang dihidupkan dengan suara, gerak-gerik, kepribadian dan perilakunya yang khas diiringi alunan suara waranggana (penyanyi) dan gending (musik pentatonik) dari para pemusiknya. Oleh karena itu dengan mempelajari perilaku, gerak-gerik, seni musik, seni tari, alunan suara vokalnya penyanyi, dan filsafat yang terkandung dalam alur ceritanya merupakan sumber berbagai disiplin ilmu pengetahuan salah satunya adalah ilmu jiwa. Tontonan wayang dapat dipakai sebagai tuntunan dalang untuk masyarakatnya agar memiliki perilaku budi luhur, perilaku ideal yang didambakan masyarakat untuk mencapai kesejahteraan dan kebahagiaannya.
__________ http://3.bp.blogspot.com/_tHZMkuqoy9o/SV5hKixsEFI/AAAAAAAAAAU/prtAV6_uB6Y/s400/pagelaran_3.jpg cited June 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 13
Perbedaan perasaan, titik berat pemikiran antara laki-laki dan perempuan,
kebergantungan seorang anak terhadap ibunya dan orang tuanya, pemilihan
bidang pekerjaan yang berbahaya atau yang memerlukan presisi tinggi, dan mem-
Kesenian wayang yang dipertunjukkan oleh Ki Dalang yang diiringi
gending yang bermetrum slendro dan pelog warisan kebudayaan Jawa,
sekarang sudah menjadi kekayaan leluhur dunia. Perilaku dan watak
wayang tersebut dapat dipakai sebagai sumber penelitian jiwa manusia.
buka cakrawala pengetahuan ke dalam jiwa manusia. Saling memperhatikan di
antara sesama manusia sudah lama dijalankan baik secara tidak sadar maupun
disadari sebelum ilmu jiwa muncul sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan yang
baru.
Watak manusia adalah salah satu subjek penelitian penting dalam ilmu jiwa.
Telah tersedia gudang bahan penelitian tentang watak manusia untuk diselidiki
secara lebih mendalam. Yang dimaksudkan Soemantri di sini adalah kesenian
wayang dari suku bangsa Jawa yang sekarang sudah menjadi kekayaan leluhur
milik seluruh dunia. Sosok wayang dan apa yang disuarakan, diceritakan oleh Ki
Dalang, dan yang dimainkannya adalah lukisan tentang watak manusia.
Sekiranya tokoh Bima dalam wayang ditatah lebih besar dari tokoh Arjuna,
tidak berarti bahwa badan Arjuna seperti yang dilukiskan dalam wayang kecil dan
kurus-kering. Seyogyanya badan Arjuna juga besar dan gagah perkasa, tetapi yang
kita lihat dalam tatahan wayang ialah watak Arjuna yang lemah lembut. Tidak
mungkin sekiranya seorang atlet atau kesatria yang pandai menggunakan senjata
apa saja, seperti Arjuna, berbadan kurus-kering dan halus gerakannya.
Setelah kita selesai menata 400 wayang yang komplit dari kotak wayangnya
Ki Dalang, serta mempelajari sifat gerak-geriknya yang halus dan yang kasar, yang
lentur dan yang keras suaranya, salah satu dari dua harmoni gending yang
mengiringinya (harmoni pentatonik bermetrum slendro dan pelog), dan
konteksnya dalam episode pewayangan, barulah kita dapat mengetahui persoalan
14 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Lima kesatria Pandawa tepat berada di tengah kelir, tampaknya ada rapat keluarga
Foto 1.3.2: Cerita dalam Wayang Merupakan Sumber Pembelajaran Jiwa Wayang Kulit dengan tipe Wayang Purwa di atas, menunjukkan keluarga kesatria Pandawa Lima, mulai dari kiri ke kanan: Arjuna, Bima, Yudhistira (Puntadewa) yang diiringi oleh si kembar Nakula, dan Sadewa. Tampak tokoh Bima badannya tergambar paling besar dan gagah perkasa dibandingkan saudara-saudara lainnya. Suara Bima dalam komunikasi yang diperdengarkan oleh Ki Dalang suaranya menggelegar dan menggunakan bahasa Jawa ngoko (strata bawah dan egaliter). Ki Dalang dalam menghidupkan wayang sesuai dengan sifat gerak-gerik tokoh wayang-nya. Ada yang halus dan ada yang kasar, yang lentur dan yang keras suaranya, ada 400-an wayang lengkap dengan karakter, pakaian dan asesorisnya, suara, dan senjatanya. Salah satu dari dua harmoni gending yang mengiringinya (bermetrum slendro dan pelog) diguna-kan untuk mengiringi jalan ceritanya. Sebagai sumber pendalaman seluk-beluk jiwa manusia dapat digali dari kisah di dalam lakon-lakon pewayangan, karena sangat luas dan sangat dalam maknanya.
__________
http://2.bp.blogspot.com/-BXjmDZS5QZA/TVWTQ12KaWI/AAAAAAAAAPk/
Ez3sxbJ2f6c/s1600/wayang_kulit.jpg cited June 27, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 15
jiwa manusia dengan segenap variasinya. Kisah di dalam lakon-lakon pewayangan,
sangat luas dan sangat dalam maknanya, dapat menjadi sumber pendalaman se-
Pagelaran wayang kulit telah lama dimanfaatkan sebagai sarana
mengajarkan budi pekerti luhur, menyebarkan konsep religi baru, komu-
nikasi dan penerangan dari penguasa kepada rakyatnya, Religi dalam
artian agama sesungguhnya sangat penting dalam kajian psikologi
diharapkan banyak yang menelitinya untuk kesejahteraan masyarakat.
luk-beluk pewayangan, barulah kita dapat mengetahui persoalan jiwa manusia.
Para pencipta wayang dengan segenap kemampuannya telah berhasil
mengajarkan sedikit banyak tentang seluk-beluk jiwa manusia kepada generasi
penerusnya. Wayang juga digunakan untuk sarana komunikasi, penerangan dari
penguasa kepada rakyatnya, mengajarkan budi pekerti, keyakinan, dan untuk
menyebarkan religi baru bagi masyarakat.
Hubungan antara watak dan bentuk tubuh telah ditunjukkan oleh
Kretschmer. Sebenarnya, pencipta-pencipta wayang telah menerjemahkan
pendapatnya itu melalui para dalang sebagai sarana melakukan pendidikan watak
kepada masyarakat. Disampaikan dalam gatra dan nuansa yang sangat indah,
layak disebutkan bahwa wayang adalah lapangan penting bagi ilmu jiwa, sebagai
salah satu sumber ilmu pengetahuan.
Soemantri menyebut agama sebagai segi yang sangat penting dalam dunia
psikologi. Kita masih jarang membaca di surat-surat kabar atau melihat di televisi
seorang psikolog membeberkan kajian agama untuk menyembuhkan kelainan
jiwa klien atau pasiennya. Bidang ini belum diteliti secara mendalam oleh para
ahli jiwa bahkan ada setengahnya beranggapan bahwa lapangan agama bukan
teritorial ilmu jiwa. Pertanyaannya, apakah masih ada negeri yang kental dalam
suasana keberagamaan, tetapi belum memiliki fakultas psikologi dan filsafat?
Atau barangkali juga sebaliknya, otoritas agama belum sepenuhnya mengizinkan
penelitian ilmu jiwa menyentuh teritorial agamanya.
16 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ilustrasi Nabi Musa dan pengikutnya sedang dikejar pasukan Pharaoh
Foto Ilustrasi 1.3.3: Kemampuan Nabi adalah Potensi Manusia yang Tersembunyi Ilustrasi di atas memperlihatkan Nabi Musa yang mampu membelah Laut Merah dan baru saja menyelamatkan umatnya dari kejaran kereta tempur Pharaoh. Ron Wyatt pada akhir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno di dasar Laut Merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta tempur Pharaoh yang tenggelam di lautan tersebut saat digunakan untuk mengejar Musa bersama para pengikutnya.
___________ http://resources1.news.com.au/images/2010/09/22/1225927/825637-moses.jpg cited June 28, 2011. www.misteridunia.wordpress.com cited June 28, 2011. http://theyulia18.blogspot.com/2010/11/mukjizat-nabi-musa.html cited June 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 17
Dalam ilmu pengetahuan dapat saja menghilangkan semua otoritas
teritorial agama sehingga di sini rawan pelecehan agama. Dengan banyaknya
institusi pendidikan tinggi dalam bidang agama dan meningkatnya strata ilmu pe-
Para Nabi adalah manusia super, karena dapat membangkitkan bebera-
pa sifat dari jiwa manusia dan meninggikan derajat kejiwaannya.
Mereka mampu mengubah watak manusia menjadi beradab sehingga
inspirasi, tutur kata, dan perilaku Nabi masih diikuti ribuan tahun.
ngetahuan di situlah kajian psikologi terhadap agama akan bermanfaat untuk
kesejahteraan masyarakat. Sekarang, mestinya berbeda dengan 50 tahun yang
lalu, sebab pada zaman yang serba mungkin dan sangat cepat berlalu ini dunia
maya internet dapat atau malahan sudah menjembatani celah tersebut.
Pengetahuan, hasil penelitian atau pendapat ahlinya, bahkan siapa saja yang
menyangkut agama, dapat diakses dari mana saja, seolah-olah sudah tidak ada
otoritas lagi di dunia maya ini.
Para nabi, menurut Soemantri adalah ahli jiwa yang tidak tertandingi,
super-klasse. Karena beliau mengenal jiwa manusia, bahkan dapat
mengendalikan dan menyalurkannya ke arah yang ideal. Apa yang dikerjakan
para nabi ialah membangkitkan beberapa sifat dari jiwa manusia dan
meninggikan derajat kejiwaannya. Karena tuntunan nabilah orang biadab
menjadi beradab, orang yang kejam menjadi penyayang, dan orang kasar menjadi
halus budi pekertinya. Para nabi menggerakkan manusia sehingga gema dan
gelombangnya masih terasakan beberapa ribu tahun kemudian. Dapatkah para
ahli jiwa zaman sekarang berbuat demikian?
Kita tidak harus menghentikan diskusi ini hanya dengan menyebut satu
istilah ”nabi”. Coba perhatikan juga kemampuannya. Bukankah nabi juga
manusia biasa? Nabi dapat sakit, bersedih, gembira, makan, minum, dan tidur
seperti halnya manusia lainnya. Kemampuan seorang nabi boleh jadi adalah
potensi tersembunyi dari seorang manusia yang jarang atau tidak pernah muncul
18 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ilustrasi bahtera buatan Nabi Nuh sebagai latar belakang, tampak pasangan hewan-hewannya
Foto Ilustrasi 1.3.4: Bahtera Nabi Nuh Permohonan Nabi Nuh agar umatnya mendapat azab karena kejahatannya dan tidak mengikuti petunjuk yang benar dikabulkan Tuhan. Bahtera Nuh diyakini sebagai alat angkutan laut yang besar pertama dan telah menyelamatkan Nabi Nuh beserta pengikutnya. Termasuk di dalamnya pasangan hewan-hewan yang dibawanya untuk menyelamatkan diri dari amukan topan dan badai terbesar yang pernah ada di bumi.
__________ http://2.bp.blogspot.com/__ilGsQcnGTY/TQlKk2LmCWI/AAAAAAAAA4Y/r5X-3qLmgOI/s1600/Kapal_Nuh_Bersan_48e19a5ef0a16_ll.jpg.jpg cited June 28, 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Nuh cited October 8, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 19
sama sekali pada manusia umumnya. Akan tetapi, potensi itu seharusnya tetap
ada pada setiap manusia. Hanya yang terpilih oleh Yang Maha Kuasalah yang da-
Psikolog dan psikiater mendapat saingan yang berat dari ‖Rekannya‖
yang berkelas super yaitu para Nabi karena Mereka mengenal jiwa
manusia sekaligus dapat mengendalikan dan menyalurkannya ke arah
yang sempurna.
pat memanifestasikannya meskipun hanya sebagian kecil dari potensi yang luar
biasa itu. Maksudnya, di suatu negara bahwa agama dan psikologi dapat berko-
laborasi dengan penuh harmoni, hasil penelitiannya pasti dapat segera diakses di
mana saja, dan untuk kepentingan umat manusia.
Kita bayangkan seorang psikolog atau psikiater yang paling ulung di zaman
sekarang yang mendapat tugas negara memperbaiki perilaku seorang penjahat
kambuhan, koruptor kelas kakap, atau bandar sekaligus pemakai narkoba.
Sepertinya ia mendapatkan kesulitan yang besar dan tentu saja memberatkan
hatinya ketika menghadapi tugas ini.
Pada suatu hari, C.G. Jung, psikiater yang terkemuka di dunia, ketika
diminta mengobati orang yang kecanduan alkohol dan sudah berobat di dalam
Grup Oxford yang mengobatinya berdasarkan spiritualisme agama di Eropa,
mengatakan agar meneruskan pengobatan di situ, karena “... saya tidak dapat
lebih baik mengerjakannya daripada Yesus.” [3] Grup Oxford ini menggunakan
program 12 langkah, di situ seorang pecandu alkohol diajak untuk mengikuti
langkah demi langkah tersebut dalam melepaskan kecanduannya. Aslinya kedua
belas langkah program tersebut bukan berdasarkan teori Jung, sementara itu Jung
sendiri juga tidak berperanan dalam pendekatan terapi dua belas langkah
tersebut.
____________ [3] Jung, C. G.; Adler, G. and Hull, R. F. C., eds. (1977) Collected Works of C. G. Jung, Volume 18: The
Symbolic Life: Miscellaneous Writings, Princeton, NJ: Princeton University Press, ISBN 978-0-691-
09892-0, p. 272, as noted 2007-08-26 at http://www.stellarfire.org/additional.html.
20 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Carl Gustav Jung asyik di perpustakaannya [*]
Foto 1.3.5: Psikiater Barat yang Religius C.G. Jung, psikiater Swiss yang terkemuka di dunia, lahir 26 Juli 1875 di Kesswil, Thurgau, Swiss dan meninggal 6 Juni 1961 dalam usia 85 tahun di Zurich, Swiss. Ia adalah psikolog modern pertama yang berpendapat bahwa jiwa manusia itu secara alami sudah religius dan mendalaminya berdasarkan filosofi Barat dan Timur. Individuasi atau pamudaran adalah proses psikologi dari sadar pribadi menjadi sadar kolektif merupakan intisari dari psikologi analitiknya. Pemikiran Jung didiskusikan pada kuliah pendahuluan psikologi di universitas-universitas terkemuka di dunia meliputi konsep arketip, asadar kolektif, vitalitas kompleks, sinkroni kejiwaan, dan analisis mimpi.
_________ [*] http://www.arcadiaclub.com/en/img/alieni/carl_gustav_jung.JPG cited June 30, 2011. http://en.wikipedia.org/wiki/Carl_Jung cited June 30, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 21
Kita telah melihat hasil-hasil dan kemungkinan-kemungkinan yang terbukti
manfaatnya dalam kehidupan di kalangan umat beragama. Oleh karena itu, apa
pun yang bersangkutan dengan agama seharusnya menjadi perhatian khusus dari
Percaya adalah matra vitalitas seorang manusia. Persoalan kepercayaan
dan perkembangannya harus masuk objek penelitian jiwa. Walaupun
bersangkutan dengan religi, keyakinan seharusnya menjadi perhatian
khusus dari ilmu jiwa.
ilmu jiwa. Masalah percaya (iman) merupakan salah satu fungsi dari kemampuan
manusia. Yang percaya adalah juga seorang manusia. Persoalan kepercayaan dan
perkembangannya harus masuk objek penelitian para akhli jiwa. Pada waktu yang
lalu, dan mungkin sampai sekarang, masalah kepercayaan itu masih kurang
diperhatikan oleh para ahli jiwa. Sebagian sinyalemen Soemantri kemungkinan
sudah dapat ditutupi dengan majunya eksperimen yang memperdalam ilmu
pengetahuan. Pengukuran-pengukuran tentang inteligensia, emosi, bahkan
spiritualisme telah banyak dilakukan di negara-negara maju dengan peralatan
yang canggih.
Pada tahun 1972, fMRI (functional magnetic resonance imaging) untuk
menilai fungsi otak serta EEG (elektro encephalogram) untuk merekam aktivitas
listrik otak telah dipakai untuk meneliti Yongey Mingyur Rinpoche, 35 tahun
bersama 7 meditator Buddhis. Serangkaian tes saraf dilakukan saat mereka
melakukan 3 metode meditasi, berhubungan dengan kesadaran, welas asih dan
ketulusan hati di Laboratorium Waissman, Unversitas Wisconsin USA.
Sebelumnya sudah ada tes-tes yang berbeda di Universitas Berkeley dan Harvard.
Majalah Time pada pertengahan tahun 2005 mengemukakan hal penting tentang
penemuan saintis Rinpoche yang disebut neuroplasticity. [4]
__________
[4] Maria Hartiningsih. Rinpoche, Perjalanan Menemui Pikiran. Kompas, Kamis, 1 April 2010. hlm.16.
22 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Pencerahan dari Rinpoche
Persiapan pemeriksaan gelombang listrik di otak Rinpoche selama meditasi
Foto 1.3.6: Yongey Mingyur Rinpoche adalah Guru Buddhist Lama-Tibet Bekerja sama dengan Lab Riset Otak Waisman, “Hasilnya”, kata Rinpoche, sinkronisasi gelombang listrik otak gammanya sangat tinggi. Sinkronisasi gamma adalah sinkronisasi irama yang mewakili populasi sel-sel saraf yang berbeda, kemudian ‘bekerja sama’ dalam suatu jejaring, agar menjalankan fungsi kognitif. Aktivitas gamma mening-kat dengan meditasi, ternyata masih tinggi walaupun meditasi sudah selesai. Studi ini menyimpulkan bahwa meditasi adalah salah satu contoh dari neuroplastisiti (kemam-puan otak untuk berubah). Kesimpulan: meditasi secara fisik mengubah otak.
__________ http://switzerland-estate.ru/play/Imzuo4dMydg/Yongey_Mingyur_Rinpoche_-_We_Are_Always_-Looking_For_Happiness.html cited June 28, 2011. http://www.facebook.com/notes/adhiraja-shop/this-is-your-brain-on-meditation-mingyur-rinpoche-describes-the-science-of-happi/154358661289297 cited June 28, 20. http://www.huffingtonpost.com/2010/06/28/this-is-your-brain-on-med_n_628268.html cited June 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 23
Hal itu dapat diartikan bahwa otak mempunyai kemampuan berubah. Dahulu di-
yakini kalau orang yang terlahir tidak bahagia, seumur hidup tidak akan bahagia.
Di dalam ilmu jiwa, objek dan subjek penelitian dapat berada dalam diri
seorang manusia. Subjek dan objek penelitian adalah jiwa orang yang
sama. Jiwa seolah-olah mampu membuat jarak/antara, dapat menjauh-
kan atau melepaskan diri dari pribadi. Dampaknya mempertajam wa-
wasan studi sekaligus menyempurnakan penelitian yang dilakukan.
Ternyata otak mempunyai kemampuan mengubah kondisi itu. Terjadi
peningkatan daya imunitas tubuh dan menciptakan kesejahteraan lahir-batin.
Kebahagiaan sejati bersemayam di dalam diri manusia. Hanya karena hiruk-
pikuknya pikiran di kepala manusia, orang tidak mengenal lagi keistimewaan di
dalam diri manusia.
Masih ada cara lain untuk menyelidiki seluk-beluk jiwa. Cara itu ialah
melalui upaya introspeksi dengan cara melakukan penelitian di dalam dirinya
sendiri. Cara ini menunjukkan keistimewaan jiwa manusia yang memiliki
kemampuan untuk melakukan observasi di dalam dirinya pribadi. Di luar ilmu jiwa
selalu terdapat jarak antara objek dan subjek penelitian. Dengan adanya jarak
(antara) ini, yang memungkinkan dilakukannya penelitian dan observasi. Makin
jauh jaraknya sedemikian rupa, makin jelas pandangannya terhadap objek
penelitian. Kita dapat menempatkan peralatan mikroskop, Rőntgent,
ultrasonografi, bahkan teleskop Hubble di ruang angkasa untuk mendeteksi objek
penelitian. Uniknya, di dalam ilmu jiwa, objek dan subjek penelitian dapat
bersamaan hadir dalam seorang manusia. Peneliti dan yang diteliti adalah jiwa
orang yang sama seorang diri. Jiwa seolah-olah dapat membuat jarak (antara),
jiwa dapat menjauhkan, dan melepaskan diri dari pribadi. Makin sempurna
melepaskannya, makin jelas pandangan terhadap dirinya sendiri, makin sempurna
penelitiannya.
24 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ilustrasi upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri dengan cara introspeksi
Gambar Ilustrasi 1.3.2: Introspeksi Melalui upaya introspeksi dengan cara melakukan penelitian di dalam dirinya sendiri. Cara ini menunjukkan keistimewaan jiwa manusia yang memiliki kemampuan untuk melakukan observasi di dalam dirinya pribadi. Di luar ilmu jiwa selalu terdapat jarak antara objek dan subjek penelitian. Dengan adanya jarak (antara) ini, yang memung-kinkan dilakukannya penelitian dan observasi.
__________ http://i161.photobucket.com/albums/t204/grahamsale_photos/BLOG_Illustrations/Open%20Salon/Introspection-Kills_Lighten.gif cited June 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 25
Introspeksi
Jiwa si peneliti dan yang diteliti tetap berada di dalam satu badan/jasmani
manusia. Seandainya jiwa benar-benar dapat keluar dari badan/jasmani manusia
Jiwa manusia bagaikan samudra, begitu luas dan dalamnya sehingga
dapat mengisi dirinya sendiri dengan pengetahuan tentang objek-objek di
sekitar kita. Membenamkan, bahkan melingkupinya benda-benda tiga
dimensi. Lebih tinggi lagi, jiwa dapat melingkupi dengan pengertian
semesta alam termasuk tiga dimensi lainnya, seolah-olah tanpa batas.
(hipotesis), yang diselidiki dan yang menyelidiki juga sama-sama ke luar dari
badan/jasmani. Sebab yang menjadi batas adalah kancah, ranah atau wadah, dari
jiwa itu sendiri ialah badan yang ditinggalkan oleh jiwa tersebut.
TheGate
Berdasarkan hipotesis di atas, dapat dikatakan, jiwa mampu mendistansi
dari dirinya sendiri. Dengan demikian, kita telah menemukan sesuatu dan
semestinya mengakui adanya kemampuan istimewa dari jiwa kita sendiri. Seolah-
olah kita baru saja menemukan suatu dimensi baru yang terbuka di depan kita.
Jiwa manusia merupakan suatu kesatuan yang seluas samudra, tumbuh, bergolak,
dan dapat mengisi dirinya sendiri dengan pengetahuan tentang objek-objek di
sekitar kita, membenamkan benda tiga dimensi.
Lebih tinggi lagi, jiwa dapat melingkupi dengan pengertian semesta alam
yang tiga dimensi, seolah-olah tanpa batas. Sekarang kita mencoba setidaknya
memikirkan keniscayaan itu, mungkin sebagian besar pembaca, menganggap ini
spekulatif, bahkan pasti ada juga yang tidak percaya, silakan saja. Kita mencoba
menemukan jalan untuk memasuki dimensi keempat, yang pintu gerbangnya
(TheGate) juga berada di dalam jiwa kita sendiri. Perspektif apa yang dibuka oleh
dimensi keempat, belum kita ketahui.
26 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 2: Ranah Ilmu Pengetahuan
Rentang keyakinan kebenaran dalam dunia ilmu pengetahuan dapat diskalakan oleh ilmu statistik antara 0-100 misalnya. Sementara dogma kebenaran agama hanya dua saja yaitu dipercaya atau tidak dipercaya. Ilmu pengetahuan sering berangkat dari keti-dakpercayaan, dapat dianggap sebagai dunia ideal, hipotetis, sekaligus spekulatif: dapat dibenarkan sekaligus disalahkan. Ilmu agama berangkat dari keyakinan tentang kebenaran (absolut), atau dogma yang tidak dapat dibantah, kecuali dimasukkan dalam ranah ilmu pengetahuan itu sendiri, kuasi ilmu pengetahuan berdiri di antaranya. Dengan meyakini adanya alam semesta (dimensi ke-1), badan/jasmani kasar (dimensi ke-2), dan jasmani halus sebagai jiwa (dimensi ke-3) adalah kenyataan. Kita ditantang untuk mengeks-plorasi potensi dari jiwa guna membebaskan diri dari diri kita sendiri. Kita men-coba untuk menemukan jalan baru, dimensi baru, dunia baru, dimensi yang ke-4 (!?!), kemungkinan suatu dimensi/eksistensi spiritual.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
♥
Dimensi Ke-1 MAKROKOSMOS (alam semesta)
============l Pancaindra l================================ MIKROKOSMOS (manusia seutuhnya)
Dimensi Ke-2 Fisik Jasmani Kasar - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Dimensi Ke-3 Mental (jiwa), Jasmani Halus ↓ - - - - - - - - - - - - -I TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Dimensi Ke-4 !?!
Spiritual =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 27
Memang dunia ilmu pengetahuan sungguh-sungguh menarik. Bahkan,
sering berangkat dari ketidakpercayaan, sebenarnya dapat merupakan dunia ideal,
hipotetis, juga spekulatif. Ilmu agama berangkat dari keyakinan tentang kebenar-
Kita coba memikirkan keniscayaan, spekulatif untuk menemukan jalan
memasuki dimensi keempat, yang pintu gerbangnya (TheGate) juga
berada di dalam jiwa kita sendiri. Kita juga belum mengetahui
perspektif apa saja di dalam dimensi keempat tersebut.
an (absolut), atau dogma yang tidak dapat dibantah, kecuali dimasukkan dalam
ranah ilmu pengetahuan.Dengan mengeksplorasi potensi dari jiwa untuk
membebaskan diri dari diri kita sendiri, kita mencoba untuk menemukan jalan
baru, dimensi baru.
Menarik juga pendapat Sir Karl Raimund Popper, filsuf yang sangat
berpengaruh di abad ke-20, pemikir ilmu pengetahuan modern dan dosen filsafat
di Universitas Canterbury, New Zealand. Ia membagi dunia menjadi tiga bagian
yaitu: dunia satu (world one) berupa dunia yang fisik, dunia dua (world two) ialah
realitas yang subjektif, dan dunia tiga (world three) adalah pengetahuan yang
objektif. Di manakah seyogyanya kita berada adalah pertanyaan yang lain lagi.
Ilmu pengetahuan memang berada di luar dunia fisik (dunia ke-1) dan kita
(subjek-1, dunia ke-2), juga di luar dunia orang lain (subjek-2). Tetapi, ilmu
pengetahuan (dunia ke-3, sebagai subjek-3) itu harus selalu benar, objektif
(relatif, statistik) dan bermanfaat. Oleh karena itu, subjek-1 yang mengajukan
hipotesis, harus selalu dikritisi oleh subjek-2; siapa saja dan dari mana saja, agar
sumbangannya kepada dunia ilmu pengetahuan benar-benar bermanfaat bagi
kehidupan, artinya tidak salah pengertian.
Ketika ada fenomena baru, ilmu pengetahuan harus memperbaiki tesis-
tesis yang lama, merombaknya menjadi ilmu pengetahuan baru. Begitu
seterusnya sesuai dengan perubahan ruang dan waktu. Seperti inilah yang
diinginkan oleh Karl Popper, filsuf ilmu pengetahuan yang ketika hidupnya,
fatwanya ditunggu-tunggu oleh khalayak.
28 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Sir Karl Raimund Popper asyik dengan buku bacaannya
Foto 1.3.7: Ilmu Pengetahuan adalah Dunia Ke-Tiga yang Objektif dari Karl Popper Karena objektif, setiap masukan dari dunia fisik atau sebaliknya dari dunia realitas yang subjektif harus melalui wacana kritis untuk menyempurnakan ilmu pengetahuan. Selalu harus memperbaiki posisi yang sudah dianggap benar secara terus-menerus tanpa mengenal rasa lelah. __________ http://connectjunaid.files.wordpress.com/2010/12/popper3.jpg cited June 28, 2011. http://www.thirdwave-websites.com/blog/Karl-Popper-Three-Worlds.jpg cited June 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 29
Apabila terjadi konflik antara subjek-1 dan subjek-2, dapat dipahami
sebagai diskusi ilmiah untuk memilih mana yang paling benar, mana yang utama,
dan mana sampingan, atau kedua-duanya sama benar, hanya sudut pandangnya
Ada peristiwa unik ketika manusia memperoleh ilmu pengetahuan seca-
ra tidak sengaja dan di luar kompetensi Sang Akunya sendiri. Pada wak-
tu itu posisi Sang Aku berada pada posisi pasif. Soemantri menamakan
peristiwa itu sebagai mendapatkan ilham atau intuisi, yang memiliki
sifat-sifat tertentu.
yang berbeda. Hal ini sama sekali bukan sebuah konflik antara dua pribadi,
melainkan ada dua pilihan, yang diserahkan bagi siapa pun untuk memanfaat-
kannya sesuai dengan rentang keyaki-nan kebenarannya. Di antara beberapa
pilihan yang masih tersisa ada satu yang paling benar, yaitu miliknya Sang Maha
Benar itu sendiri.
Intuisi
Diyakini ada cara atau kemungkinan (hipotesis) yang lain lagi untuk
mengetahui jiwa kita sendiri. Akan tetapi, perlu dikemukakan terlebih dahulu
bahwa jalan ini berbeda dengan jalan sebelumnya. Jalan ini unik karena berada di
luar kompetensi Sang Aku (The Ego) kita sendiri. Dapat dikatakan bahwa manusia
memperoleh pengetahuan ini secara tidak sengaja, dalam hal ini, posisi Sang Aku
berada pada posisi pasif.
Soemantri menamakannya hal itu sebagai mendapatkan ilham atau intuisi
yang memiliki sifat-sifat tertentu. Ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
sebelumnya, yakni mengawali secara pasti ada tidaknya ilham tersebut. Apa yang
sering disebutkan dalam pergaulan sehari-hari tentang ilham atau intuisi, ternyata,
hampir pasti; 99,9% bukanlah hal itu. Syarat-syarat mendapatkan ilham untuk
sementara dilewatkan terlebih dahulu. Sudah dapat dipastikan bahwa adanya
empiris dari manusia dengan datangnya ilham, pengetahuan ini sangat
menguntungkan. Ada kalanya intuisi sekaligus membawa kemajuan yang sangat
30 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Einstein, olah pikir rasional, pembantu terpercaya, dan berkah intuisi yang terlupakan
Foto 1.3.8: Einstein Membedakan antara Intuisi dan Olah Pikir Rasional Albert Einstein: “Intuisi atau ilham adalah berkah gaib dan pemikiran rasional adalah pembantu yang dipercaya. Kita telah menciptakan masyarakat yang mengagungkan pembantu dan telah melupakan berkah.” Soemantri lebih menegaskan tentang pendapat yang sering disebutkan dalam pergaulan hidup kita sehari-hari sebagai intuisi atau ilham, hampir pasti (99,9%) bukanlah hal itu yang dimaksudkan. Si penerima ilham tidak tahu kapan akan datangnya ilham, termasuk isinya ilham, ia juga tidak mengetahui sebelumnya. Begitu jelas, nyata, dan terang bahwa ada yang lebih berdaulat telah menyampaikan sesuatu kepada manusia melalui lapisan di dalam diri manusia itu sendiri. Isi yang disampaikannya dapat bermacam-macam, misalnya suatu simbol, gambar di dalam pandangan batin, dan atau Sabda yang berupa kata-kata yang terdengar di dalam batin. Substansinya berupa suatu pengetahuan yang baru dan bermanfaat atau suatu penjelasan terhadap informasi sebelumnya.
__________
http://lisakifttherapy.com/wp-content/uploads/2011/03/neuroscience-of-resilience-intuition.jpg cited June 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 31
pesat bagi peradaban umat manusia dapat berupa lompatan ilmu pengetahuan
dan teknologi, ilmu sosial politik tentang pengelolaan negara atau hasil kesenian
yang adiluhung dan sebagainya.
Peristiwa mimpi adalah pengalaman hidup setiap manusia sebagai
bunganya orang tidur. Intuisi (ilham) hanya dialami oleh mereka yang
terpilih. Ada kalanya si penerima ilham mengadakan tanya jawab
dengan sumber ilham. Mengagetkan memang karena isinya tidak
diketahui secara keseluruhan atau suasananya memang menakjubkan.
Sebagai hipotesis, Soemantri menyebutkan ilham mengenai paugeran,
kredo, janji suci, sahadat, sebagai ilham pertama dari para nabi yang menjadi
utusan dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hipotesisnya, ketika menerima ilham,
jiwa yang bersangkutan dalam keadaan sadar tetapi pasif. Ia, si penerima ilham,
tidak menentukan, tetapi ia ditentukan, bahkan ia tidak tahu kapan akan
datangnya ilham. Apalagi isinya ilham, ia juga tidak mengetahui sebelumnya.
Peristiwa ini menyimpulkan bahwa ada yang lebih berdaulat, lebih berkuasa
dari sang Aku dalam jiwa manusia. Yang lebih berdaulat ini begitu nyata
menyampaikan sesuatu kepada manusia melalui lapisan di dalam diri manusia itu
sendiri. Yang disam-paikan dapat bermacam-macam, misalnya suatu simbol,
gambar di dalam pandangan batin, dan atau Sabda yang berupa kata-kata yang
terdengar di dalam batin atau suatu pengetahuan batiniah yang jelas dan terang.
Apa pun gejalanya, ilham atau intuisi, sudah membawa suatu kepastian
bahwa ada sesuatu yang hidup di dalam jiwa, tetapi bersifat absolut, bebas, dan
berdaulat terhadap jiwa manusia itu sendiri. Siapakah yang tampaknya lebih
berdaulat dari sang Aku manusia, belum dapat diraba, dan belum dapat diketahui.
Mungkin, inilah perspektif keempat yang telah disebutkan oleh Soemantri di luar
jangkauan kemampuan sang Aku.
32 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Setiap manusia senantiasa bermimpi, sementara ilham memilih orangnya
Gambar 1.3.3: Manusia Senantiasa Bermimpi Kita percaya ketika orang bercerita tentang mimpi, karena setiap orang senantiasa ber-mimpi walaupun impian itu tidak jelas, susunannya tidak teratur dan banyak impian yang dilupakan. Asadar adalah suasana di dalam mimpi, suatu suasana yang kabur batas-batasnya, sering malang-melintang, tidak keruan isinya. Tetapi, ada kalanya manusia yang menerima ilham (intuisi) yang tidak terduga, berbeda dengan mimpi, mencerahkan, harmonis, teratur bahkan dapat mengadakan tanya jawab dengan sumber ilham. Sumber ilhamlah yang menentukan, bukan jiwanya sendiri. Karena isinya tidak diketahui secara keseluruhan, mengagetkan, atau suasananya pun memang sangat istimewa. Peristiwa ini membuktikan bahwa sumber ilham adalah sesuatu yang hidup, dan lebih berkuasa di dalam jiwanya sendiri.
__________ http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTcYvtZpbuQYlvm6EHYX5Y2UDGildyJRSuHelEZyHOxuCyIw3ym cited July 24, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 33
Dalam keadaan tidak sadar, juga dapat terjadi sesuatu di dalam jiwa manu-
sia, seperti impian-impian. Mimpi terjadi dalam keadaan tidur, ilham tidak terikat
oleh keadaan sadarnya jiwa. Ilham hampir selalu dalam keadaan sadar compos
Si penerima ilham, untuk pertama kalinya dapat tertegun, kecil hati,
merasa dibersihkan dari dosa bahkan dapat menangis karena peristiwa
ini menakjubkan. Justru ini menjadi bukti bahwa di dalam jiwanya ada
sumber ilham, sesuatu yang hidup, dan lebih berkuasa dari sang aku.
mentis, selalu jelas, dan pengalamannya tidak terlupakan. Isinya bulat utuh dan
bermanfaat bagi yang menerimanya.
Sementara itu, impian acapkali tidak jelas, banyak impian yang dilupakan,
dan isinya seringkali berganti-ganti, tidak teratur. Setiap manusia senantiasa
bermimpi, sementara ilham memilih orangnya. Ada kalanya manusia yang
menerima ilham mengadakan tanya jawab dengan sumber ilham. Karena isinya
tidak diketahui secara keseluruhan, mengagetkan, atau suasananya memang
sangat istimewa. Si penerima ilham, untuk pertama kalinya dapat tertegun,
merasa kecil hati, dibersihkan dari dosa, dan kekotoran jiwa, bahkan dapat
menangis karena mendapatkan peristiwa yang menakjubkan ini. Peristiwa ini
membuktikan bahwa sumber ilham adalah sesuatu yang hidup, dan lebih
berkuasa di dalam jiwanya sendiri.
Orang yang menerima merasa tenteram, nyaman, dan bahagia. Konon,
selama ilham diturunkan orang yang menerima ilham selalu merasa dirinya kecil
dan menganggap sebagai hamba terhadap sumber ilham. Tidak sadar adalah
suasana di dalam impian, suatu suasana yang tidak diketahui batas-batasnya,
dapat tumpang-tindih, tidak keruan, misalnya Mbah Maridjan naik harimau putih,
yang berjalan di atas air, kemudian terbang ke angkasa sambil menyanyikan lagu ..
Imagine-nya John Lennon.
Walaupun sadar, suasana pada ilham juga tidak bertepi. Manusia di sini
berada di antara sadar dan tidak sadar, dan keduanya juga tidak jelas batas-batas-
34 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Setiap anak senang belajar merangkaikan huruf-huruf sampai menjadi sebuah pengertian
Foto 1.3.9: Belajar tentang Jiwa Informasi data tentang jiwa dapat diperoleh dan dirangkai dari banyak sumber. Antara lain dari perilaku orang yang normal dan abnormal jiwanya, dari kesenian seperti wa-yang, eksperimen, keberagamaan masyarakat, introspeksi, dan pengalaman lain yang tidak disengaja.
Ketika berdiri di antara dua gedung besar dan sangat tinggi pasti ada sedikit-banyak merasa kecil dan takut. Begitu juga ketika berada di dua alam yang berbeda sangat mungkin bingung. Kita akan melangkah ke mana? Ke alam asadar yang gelap atau ke alam sadar yang terang benderang? Apakah kedua-duanya merupakan bagian dari jiwa manusia atau sebaliknya? Justru, jiwa manusialah yang merupakan bagian dari keduanya?
Anggap saja itu semua adalah pertanyaan-pertanyaan riset kecil-kecilan untuk diri sendiri dengan metodologi introspeksi-kualitatif yang terasa pas untuk urusan mental. Beberapa sarjana psikologi telah menyelesaikan tugasnya dalam menjawab banyak persoalan jiwa. Diyakini ilmu tersebut semakin berkembang mengikuti perjalanan sang waktu dan perkembangan ilmu pengetahuan lainnya seperti fisika inti, kuantum dan ditemukannya peralatan pengukur fenomena fisika-kimiawi dan gelombang elektro magnetik lainnya. __________ http://helpingpsychology.com/wp-content/uploads/2010/03/iStock_000006456892XSmall1.jpg cited August 14, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 35
nya. Ada suasana kecil dan takut ketika berada di antara dua suasana, bagaikan
berdiri di antara dua gedung yang sangat tinggi. Bingung, ke mana manusia akan
Sepanjang sejarah psikologi sampai tahun 1956, ketika disertasi Soemantri
dipertahankan secara ilmiah, hanya terdapat beberapa sarjana yang telah
mencoba memberikan gambaran jiwa manusia yaitu Sigmun Freud (1856-
-1939), Alfred Adler (1870—1937), dan Carl Gustav Jung (1875—1962).
melangkah? Ke alam tidak sadar yang gelap atau ke alam sadar yang terang
benderang? Apakah kedua-duanya merupakan bagian dari jiwa manusia atau
sebaliknya, justru jiwa manusialah yang merupakan bagian dari keduanya.
Dipandang dari sudut yang mana? Dari sudut yang tidak sadar? Ataukah ketiga
alam ini harus selalu berpisah? Karena persoalan menjadi semakin sulit, ada
baiknya kita teruskan saja penalaran kita.
Kelihatannya, banyak sekali cara untuk mendapatkan informasi tentang
jiwa. Seperti penelitian dari perilaku orang yang normal dan abnormal jiwanya,
dari kesenian seperti wayang, berbagai agama, eksperimen, introspeksi, dan
pengalaman yang tidak disengaja. Dari situ dapat dikumpulkan fakta-fakta yang
melukiskan jiwa manusia. Sebelum disertasi Soemantri dipromosikan, di seluruh
dunia belum ada candra jiwa manusia yang lengkap, walaupun dalam sejarah ilmu
jiwa tampak beberapa usaha untuk menerangkan sifat-sifat manusia tersebut.
Suatu candra jiwa dengan sendirinya terbentuk berdasarkan kesimpulan
penelitian para sarjana yang menekuni bidang ilmu jiwa. Sepanjang sejarah
psikologi terdapat beberapa sarjana yang mencoba memberikan gambaran
tentang manusia, dan gambaran itu mereka gunakan sebagai modal (alat) bekerja
untuk menyembuhkan penyakit jiwa. Dengan merujuk pada tahun-tahun ketika
mereka masih hidup, ketiga orang tersebut pernah berdiskusi secara intensif di
dalam dunia kesehatan dan kedokteran jiwa. Sarjana itu adalah Sigmun Freud
(1856—1939), Alfred Adler (1870—1937) dan Carl Gustav Jung (1875—1962).
36 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tampak Ki Dalang sedang menghidupkan dialog wayangnya dengan diiring musik gamelan
Foto 1.4.1: Pagelaran Wayang Kulit dan Posisi Golongan Dewa Pagelaran wayang kulit sering diselenggarakan menjelang acara-acara penting di dalam masyarakat, seperti khitanan, perkawinan, ulang tahun, dan pertemuan keluarga. Acara kenegaraan seperti Hari Ulang Tahun Kemerdekaan, hari pahlawan maupun acara kebudayaan sering dilakukan pagelaran wayang dengan cerita yang berhubungan dengan tema acara tersebut.
Para dewa adalah jenis makhluk yang mirip dengan manusia, tetapi berbadan halus, tidak selalu kelihatan, tetai kadang-kadang memunculkan dirinya. Di dalam wayang dewa mendominasi kekuasaan manusia. Manusia di bawah kekuasaannya. Masyarakat para dewa membentuk suatu kekuasaan yang bertingkat-tingkat semacam kerajaan. Yang lemah kekuasaannya diperintah oleh yang kuat.
Para dewa dapat dipilah perangainya, ada jenis yang baik budi dan ada yang jahat. Kedua golongan dewa tersebut selalu berebut pengaruh. Manusia selalu dipengaruhi oleh para dewa dan wajib tunduk kepadanya. Oleh karena itu, alam kadewatan meru-pakan susunan teratas dari alam manusia. Dalam candra jiwa ’cerita’ wayang bilamana manusia mati, badan halusnya masuk ke alam dewa. __________ http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/05/13048355931837702670.jpg cited June 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 37
Karl Jasper sebenarnya juga dikenal sebagai sarjana yang memberikan
gambaran mengenai jiwa manusia yang agak lengkap, tetapi ia tidak
membuktikan hipotesisnya dengan dokumen-dokumen terapi seperti sarjana-sar-
Perang di antara saudara sendiri (Bharata Yudha) atau perang antara
raksasa dan kesatria di dalam dunia pewayangan membuktikan bahwa
persoalan utama dalam jagad ini adalah polarisasi antara watak baik
dan buruk manusia. Hal ini dijadikan sarana pendidikan non-formal
bagi masyarakat dengan Ki Dalang sebagai tutornya.
jana yang telah disebutkan terdahulu. Persoalan candra jiwa yang dapat dilu-
kiskan berdasarkan peranan wayang dan agama perlu ditinjau lebih dahulu sebe-
lum membicarakan Candra Jiwa Freud, Adler, dan Jung, serta perbandingannya.
1.4 CANDRA JIWA WAYANG
Para dewa, dalam wayang, mendominasi kekuasaan manusia. Manusia di
bawah kekuasaannya. Padahal, jenis makhluk ini juga mirip dengan manusia,
tetapi berbadan halus, tidak selalu kelihatan, tetapi adakalanya menampakkan
diri. Masyarakat para dewa membentuk suatu kekuasaan yang bertingkat-tingkat
semacam kerajaan. Oleh karena kekuasaannya juga bertingkat-tingkat, maka
yang lebih kuasa dapat memerintah yang lemah.
Perangai mereka juga bermacam-macam, apabila dipilah ada jenis yang
baik budi dan ada yang jahat. Kedua jenis dewa selalu berebut hegemoni di
antara kedua golongan. Manusia selalu dipengaruhi oleh para dewa dan tunduk
kepadanya.
Oleh karena itu, alam kadewatan merupakan susunan teratas dari alam
manusia. Dalam candra jiwa ’cerita’ wayang bilamana manusia mati, badan
halusnya masuk ke alam dewa. Persoalan utama dalam jagat pewayangan adalah
polarisasi antara watak baik dan watak buruk. Wayang merupakan sarana
38 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tokoh Antareja mampu hidup di dalam tanah. Tokoh Antasena dapat hidup di dalam air.
Foto 1.4.2: Tokoh Antareja dan Antasena Para tokoh Antareja, Antasena, dan Gatotkaca di dalam dunia wayang termasuk keluarga kesatria Pandawa. Mereka memiliki kemampuan istimewa, dapat beraktivitas secara berturut-turut di dalam tanah, air dan di angkasa. Ki Dalang sering menampilkan ketiga anak Bima (tokoh kedua dari lima bersaudara Pandawa) secara mandiri atau bersamaan tergantung alur ceritanya. Mereka digambarkan sebagai karakter pemuda pembela bangsa yang tangguh, unggul, mulia, dan berbudi luhur.
Pada zaman sekarang kesaktian-kesaktian tersebut tidak tampak. Yang tampak dalam kehidupan sehari-hari adalah pilot-pilot profesional mengantarkan perpindahan ribuan manusia melalui udara dengan pesawat terbang di seluruh dunia. Juga digunakannya kapal-kapal selam baik untuk tujuan damai, riset, pariwisata maupun pertahanan suatu negara.
Sementara itu sifat kepahlawanan dan sifat pendeta sebagai pemegang hegemoni dalam pewayangan uniknya, rakyat jelata, para pedagang, pengusaha, dan saudagar tidak masuk perhitungan.
__________ http://wayang.files.wordpress.com/2010/03/antareja.jpg cited June 26, 2011. http://4.bp.blogspot.com/_4KblUT35iJ8/TSau6XVq-mI/AAAAAAAAAA0/4q-daTKJUIY/s1600/Antasena-Solo-05.jpg cited June 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 39
pendidikan nonformal bagi masyarakat dengan Ki Dalang sebagai gurunya yang
memberikan pencerahan tentang makna dan nilai-nilai kehidupan. Watak yang
Pemegang hegemoni dalam dunia pewayangan, adalah kepahlawanan
dan sifat pendeta. Rakyat jelata, para pedagang, pengusaha dan
saudagar tidak kelihatan peranannya.
baik selalu berhadapan dengan watak yang buruk, seperti dalam cerita Perang
(saudara) Bharatayuda atau perang lainnya antara raksasa dan kesatria. Setelah
melalui berbagai rintangan yang harus dilalui, pada akhirnya mereka yang
berwatak baik selalu menang atau dimenangkan oleh Ki Dalang.
Dalam dunia pewayangan, kecerdasan otak dikemukakan dengan
kemahiran perang, penggunaan persenjataan yang canggih, dan kesaktian-
kesaktian yang gaib. Misalnya Gatotkaca yang dapat terbang di angkasa, Antareja
yang mampu masuk dalam tanah dan berjalan di dalamnya, Antasena yang dapat
hidup dalam air.
Pada umumnya, kesaktian-kesaktian tersebut tidak tampak pada zaman
sekarang. Akan tetapi, yang tampak dalam kehidupan sehari-hari adalah perpin-
dahan ribuan manusia melalui udara dengan menumpang pesawat terbang yang
dikendalikan oleh pilot-pilot profesional di seluruh dunia. Juga digunakannya
kapal-kapal selam baik untuk tujuan damai, riset, pariwisata maupun digunakan
dalam peperangan, dan pertahanan suatu negara.
Zaman sekarang, kecerdasan otak sangat dimanjakan apabila dibanding
dengan zaman dahulu. Yang tidak kalah menariknya dalam cerita wayang adalah
kepahlawanan dan sifat pendeta sebagai pemegang hegemoni pewayangan.
Rakyat jelata, para pedagang, pengusaha, dan saudagar tidak masuk perhitungan.
Tidak dipungkiri dalam dunia pewayangan dimasukkan dengan sengaja
pendapat-pendapat baru sesudah zaman agama Hindu dan Buddha, tetapi lakon-
lakon carangan ini tidak mengubah garis besar dari sendi-sendi kehidupan
pewayangan yang sudah ada sebelumnya.
40 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Masjid Istiqlal Jakarta. Suasana shalat Tarawih pertama ibadah puasa Ramadhan 1431H
Foto 1.5.1: Masdjid Istiqlal Jakarta dan Kegiatannya Mulai keesokan harinya umat Islam berpuasa 14 jam sehari selama sebulan penuh dan diakhiri dengan Hari Raya Fitri. Pada siang hari di bulan tersebut tidak makan, minum, dan sahwat serta berperilaku mulia seperti menjauhkan pertengkaran dan menambah ibadah lainnya.
__________ http://danangwirawan.files.wordpress.com/2009/08/istiqlal1.jpg cited July 22, 2011. http://media.vivanews.com/images/2010/08/11/94203_tarawih-pertama-di-masjid-istiqlal.jpg cited July 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 41
1.5 CANDRA JIWA DALAM AGAMA
Untuk mempelajari apa yang dimiliki oleh jiwa kita, posisinya serta apa saja
yang perlu diketahui, selain candra jiwa wayang, rasanya perlu juga kita mengeta-
Ada sesuatu Yang Maha Esa, menempati posisi tertinggi, sebagai
penguasa alam semesta di dalam agama Kristen dan Islam. Termasuk
di atas dewa-dewa yang telah ‖dikatakan‖ menguasai dunia oleh candra
jiwa wayang. Untuk mencapai kebahagiaan yang abadi, manusia harus
berhadapan langsung (melalui utusan-Nya) dengan Yang Maha Esa itu.
hui candra jiwa lainnya misalnya candra jiwa dalam agama. Di dalam agama
Kristen dan Islam ada sesuatu Yang Maha Esa, posisi tertinggi, berkuasa di atas
semua alam semesta, termasuk di atas dewa-dewa yang telah dikatakan
menguasai dunia seperti terdapat dalam candra jiwa wayang. Untuk mencapai
kebahagiaan, kelihatannya manusia tidak memerlukan kekuasaan para dewa lagi.
Jadi, para dewa tidak diletakkan dalam susunan atas manusia, tetapi manusia
berhadapan langsung dengan Yang Maha Esa.
Watak menjadi sangat penting bagi manusia. Harus ada upaya untuk
memiliki watak yang baik, watak yang buruk harus dihindari agar mendapat
anugerah dari Yang Maha Kuasa tersebut. Memang benar orang yang cerdik
pandai mendapat tempat yang tinggi di masyarakat zaman sekarang. Agama juga
menganjurkan orang-orang mempela-jari ilmu pengetahuan setinggi-tingginya,
mengembangkan kecerdasan otak dan kepan-daiannya.
Namun, dalam pandangan agama, kecerdasan otak saja tidaklah cukup,
orang tidak dapat masuk surga karena keilmuannya yang tinggi. Harus
menjalankan ibadah dengan tekun dan berbuat baik kepada sesamanya, serta
menjauhi semua larangan yang ada dalam agama tersebut.
42 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gereja Katedral Jakarta. Suasana misa di katedral tanggal 5 Juni 2011
Foto 1.5.2: Gereja Katedral Jakarta dan Kegiatannya Misa hari Minggu adalah salah satu kegiatan rutin gereja yang dipimpin oleh Pastor.
__________ http://johanesp.files.wordpress.com/2011/06/61667_misa_natal_di_gereja_katedral_jakarta.jpg cited July 23, 2011. http://3.bp.blogspot.com/-4jIYkOyJPhM/TZH6m08uQ-I/AAAAAAAAABY/sI56kLGo_fA/s1600/gereja-katedral.jpg cited July 23, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 43
Watak yang menjadi unggulan di dalam agama adalah sadar dan selalu berdoa
kepada-Nya, percaya atau iman, serta taat mengerjakan perintah-perintah-Nya.
Sadar dan selalu berdoa kepada Tuhan YME, percaya atau iman, serta
taat menjalankan perintah-perintah-Nya adalah watak yang menjadi
unggulan di dalam agama. Di dalam kehidupan sehari-hari hal itu
tampak sebagai orang yang berbudi luhur.
Di dalam kehidupan sehari-hari hal itu tampak sebagai orang yang berbudi luhur.
Para guru agama selalu menganjurkan muridnya untuk menjadi orang yang suka
menolong, berkorban untuk kepentingan masyarakat, menolong para yatim piatu,
dan kasih sayang kepada sesama hidup. Manusia berada di dunia yang fana, tidak
abadi, dan suatu saat akan kembali ke alam baka, yakni alam yang abadi. Ketika
meninggal, arwahnya dipanggil oleh Yang Maha Esa, sementara itu, jasadnya
ditinggalkan di dunia menyatu dengan alam semesta.
Soal watak, akhlak, perilaku yang baik menjadi sangat penting di dalam
agama. Mengubah watak dari buruk menjadi baik harus diupayakan agar
mendapat anugerah dari Yang Maha Esa. Kecerdasan otak dan kepandaian saja
masih kurang sekiranya ingin masuk ke surga. Walaupun anjuran untuk memper-
kembangkan kepandaian di dengung-dengungkan dan dipuji-puji seperti zaman
sekarang.
Marilah kita mempelajari candra jiwa lainnya berdasarkan pemikiran dan
penelitian para ilmuwan masa lalu. Terutama yang masih dipakai sebagai acuan
ilmu pengetahuan tentang kesehatan mental sampai sekarang. Patut disadari,
ada ilmuwan yang mengemukakan candra jiwanya tidak menyinggung tentang
strata di atas manusia karena memang tidak percaya adanya Tuhan Yang Maha
Esa, jadi titik akhir dari hidup-nya manusia ialah mati, titik. Uniknya, pandangan
candra jiwanya selalu menjadi rujukan ilmuwan lain yang sangat religius.
44 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Sigismund Schlomo Freud (6 Mei 1856–23 September 1939), neurolog-psikiater Austria
Foto 1.6.1: Sigmund Freud yang Banyak Jasanya dalam Dunia Psikologi Titik akhir dari hidupnya sang Aku adalah mati, titik. Tidak ada jalan lain lagi bagi sang Aku selain terjepit oleh Id, das Uber Ich dan dunia luar. Padahal, kekuatan-kekuatan vital itu saling beroposisi. Tentu saja masih ada mekanisme pertahanan jiwa yang lengkap yang dapat memberikan harmoni sementara. Penelitiannya tentang simbolisasi mimpi, kompleks Oedipus, teori feminis, aparat kejiwaan, dan analisisnya makin me-nambah wawasan dunia ilmu pengetahuan tentang persoalan jiwa.
__________ http://mythosandlogos.com/Freud2.jpg cited June1, 2011. http://cdn.wn.com/pd/6c/29/85a993c22b42cadd4b30470008b4_grande.jpg cited June 1, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 45
Ilmuwan memang unik, dapat menunjukkan bahkan menuliskan
pendapatnya dengan gamblang segala sesuatu yang dia sendiri belum atau tidak
percaya sama sekali, atau hanya sebagian saja yang dipercayainya. Ilmu pengeta-
Akal budi dan pengertian diwakili oleh Sang Aku (das Ich), sedangkan
Id mewakili insting-insting yang dinamis. Walaupun sang Aku
timbulnya dari Id yang tidak sadar, di dalam praktiknya melakukan
oposisi terhadap Id. Seyogyanya sang Aku yang memimpin Id.
huan memang dimulai dari keragu-raguan, ketidakpercayaan yang kemudian
menimbulkan pertanyaan-pertanyaan penelitian, dilanjutkan dengan penemuan-
penemuan yang baru. Berbeda dengan agama, biasanya justru dimulai dari
kepercayaan, sebagai dogma atas sebuah kebenaran.
1.6 CANDRA JIWA DARI EROPA
Candra Jiwa Freud
Id (Das Es) adalah sarang nafsu-nafsu yang tidak sadar merupakan bagian
terpenting dan primer bagi manusia. Dapat dimengerti karena Freud melakukan
penelitiannya pada orang-orang yang menderita gangguan mental. Di dunia luar,
masyarakat dan peradabannya memengaruhi jiwa manusia, menumbuhkan alam
nafsu tidak sadar untuk berubah, dan berkembang sehingga menumbuhkan
perasaan adanya sang Aku.
Pada rasa sang Aku ini, melekatlah suatu keadaan sadar, yaitu apa yang
dinama-kan kesadaran. Sang Aku mewakili akal budi dan pengertian, sedangkan Id
mewakili nafsu. Walaupun sang Aku timbulnya dari Id yang tidak sadar, di dalam
praktiknya melakukan oposisi terhadap Id. Sang Akulah yang mengatur nafsu-
nafsu yang tidak terkekang dalam Id dan menyalurkannya menurut kebutuhan
dunia luar. Nafsu seksual dan nafsu mati selalu bergolak di dalam Id. Kedua nafsu
tersebut diatur dan disalurkan ke luar oleh sang Aku sesuai dengan syarat-syarat
dunia luar. Menjadi jelas, menurut pandangan Freud, Id dan dunia luar menjepit
sang Akunya manusia.
46 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Candra Jiwa Freud tidak mengakui adanya eksistensi Pusat imateri (Spiritual/Ketuhanan, D4)
Bagan Transenden 1.6.1: Azas Kenyataan dan Kenikmatan dalam Candra Jiwa Freud Candra Jiwa Freud terdiri atas bagian sadar Superego (Das UberIch) dan Ego (Das Ich) serta Id (Das Es) bagian tidak sadar, terpenting, dan primer sebagai sarang insting (nafsu) seks dan kematian. Superego tempat menyimpan Etika, moral, dan religi manusia. Faktor dunia luar selalu beroposisi dengan Id. (D1-D4= Dimensi, matra, dunia) Freud berpendirian bahwa terdapat batas antara Id dan dunia sekitarnya, prasadar. Oleh karena itu, Id adalah tidak-sadar-pribadi, sehingga kepuasan yang dicari di sini mungkin tidak diketahui oleh orang lain, termasuk dirinya sendiri. Ego adalah sang Akunya manusia.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS D1 [ASAS KENYATAAN] [DUNIA LUAR] ============l Pancaindra l============================= D2 (Soma) Manusia MIKROKOSMOS FISIK
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 (Psike) (Jiwa) MENTAL
~[SUPEREGO]
[EGO] (Alam Sadar)
(Alam Prasadar)
[ID] [ASAS KENIKMATAN]: (Alam Asadar)
-Nafsu seks -Nafsu kematian
==================================================== D4 Pusat Imateri: Tidak Dikenal (Freud) SPIRITUAL
======================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 47
Freud memperkenalkan das Uber Ich atau Superego (kata hati, suara hati)
yang ikut memengaruhi manusia. Sebenarnya, ia berasal dan timbul dari sang
Aku, tetapi bahan yang menyusunnya adalah pengalaman dari umat manusia pa-
Dunia luar seakan-akan memaksa manusia untuk mengadakan etika,
moral, dan religi, menyimpannya di dalam Superego. Jadi, bukan
karena pengaruh faktor-faktor halus yang imanen di dalam diri manu-
sia itu sendiri. Superego timbul karena konfrontasi antara alam tidak
sadar Id dengan kenyataan di dunia luar. (Sigmun Freud)
da umumnya dan pribadi orang tersebut pada khususnya. Termasuk pengalaman-
pengalaman yang terekam pada perjumpaan antara Id dan dunia luar sepanjang
hidup dan sejarah umat manusia. Sebagai kata hati, Superego hanyalah terbatas
sebagai intisari dari pengalaman umat manusia sepanjang masa saja. Karena hanya itu saja yang menyusun Superego, dan tidak ada faktor lain
yang lebih tinggi maka ia dapat disebut sebagai Ego Ideal. Merupakan lukisan
ideal manusia pada umumnya, dan Ego atau sang Akunya manusia pada
khususnya. Dengan demikian, etika, moral, dan religi manusia tersimpan di
dalam Superego. Menarik sekali pendapat Freud bahwa etika, moral, dan religi
itu hanya timbul karena konfrontasi antara alam tidak sadar –’Id’—dan kenyataan
di dunia luar.
Manusia seakan-akan dipaksa oleh dunia luar untuk mengadakan etika,
moral, dan religi atau agama. Jadi, pengaruh dunia luarlah yang mendasarinya
bukan faktor-faktor halus yang imanen di dalam diri manusia itu sendiri.
Pendapat Freud tentang agama adalah cara hidup yang berpangkal pada
kesayangan anak terhadap ayahnya. Guru sekolah dan pembesar-pembesar
agama meneruskan sikap ayah terhadap anak dengan segala aturan dan
pantangan-pantangannya. Freud meyakini bahwa Superego yang memegang
otoritas tertinggi, bukan yang lain, padahal ia disusun oleh interaksinya Id dengan
dunia luar.
48 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Seorang ibu di Papua sedang menggendong anak kembarnya dengan penuh kegembiraan
Foto 1.6.2: Kasih Sayang Seorang Ibu Kepada Anak Kembarnya Menurut Freud apabila seseorang itu berbuat baik, secara sosial atau berdasarkan etika, seperti seorang ibu mengasuh anak-anaknya, pada dasarnya tersembunyi pamrih untuk mendapatkan sesuatu dalam bentuk apa saja. Artinya, mencari suatu kepuasan, sekali pun itu berada di lapisan jiwa yang dalam, yang tidak diketahui oleh orang lain, atau kadangkala juga tidak disadari oleh dirinya sendiri. Apa yang mendasari kasih sayang yang tulus dari seorang ibu kepada anaknya adalah pertanyaan besar yang seyogyanya dialamatkan kepada para pengikut Freud. __________ http://lca.wisc.edu/~emraffer/Images/ls3_20aWomanwithtwinsa.jpg cited July 24, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 49
Faktor dunia luar menjadi sangat penting bagi teori Freud karena selalu
beroposisi dengan Id. Freud berpendirian terdapat batas antara Id dan dunia
sekitarnya. Oleh karena itu, Id adalah tidak-sadar-pribadi. Tidak-sadar yang meli-
Id selalu beroposisi dengan peranan dunia luar. Terdapat batas antara
Id dan dunia sekitarnya. Oleh karena itu, Id adalah tidak sadar pribadi.
Konsep tidak sadar kolektif, yang meliputi semuanya,termasuk di dalam
dirinya sendiri, tidak ada di dalam hipotesis Freud.
puti semuanya (kolektif), termasuk di dalam dirinya sendiri, bagi Freud tidak ada.
Dalam hipotesis Freud tidak ada suatu konsep tentang tidak-sadar-kolektif.
Nafsu seksual (eros), dan nafsu mati (tanos) adalah nafsu yang terpenting
dalam diri manusia. Nafsu sosial, apalagi nafsu suprasosial, tidak disebut secara
spesifik oleh Freud. Apabila seseorang berbuat baik, secara sosial atau
berdasarkan etika, pada dasarnya tersembunyi pamrih untuk mendapatkan
sesuatu dalam bentuk apa saja. Artinya, mencari suatu kepuasan, sekalipun itu
berada di lapisan jiwa yang dalam, yang tidak diketahui oleh orang lain, atau
kadangkala juga tidak disadari oleh dirinya sendiri.
Seorang suami yang memberikan tanda kasih, oleh-oleh dari negeri
seberang, kenang-kenangan hari ulang tahun, hal ini pada dasarnya karena
pamrih mengharapkan jasa baik atau kasih sayang atau untuk melangsungkan
rasa puas. Termasuk ibu-ibu yang mengasuh anaknya penuh dengan rasa kasih
sayang juga didorong oleh faktor-faktor tersebut. Pengorbanan jiwa untuk nusa
dan bangsa dari seorang pahlawan, diartikan oleh Freud juga mencari kepuasan
dalam diri pribadi dalam kematian, ia mengharapkan sesuatu, entah apa dari
tanah airnya.
Memang aneh kalau kita memperhatikan cara berpikir yang demikian.
Sekiranya ada orang tua yang merasa sedih dan menangis karena anaknya
meninggal dunia. Apakah disebabkan oleh karena si orang tua sudah tidak
memungkinkan lagi mengharapkan kepuasan dalam bentuk apa saja dari anak
50 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Sekelompok anjing liar Afrika (Lycaon pictus) sedang berburu banteng liar di padang rumput
Foto 1.6.3: Sekelompok Anjing Liar itu Namanya Lycaon pictus Anjing liar Afrika adalah salah satu jenis binatang buas yang berkelompok, bulunya belang-belang dengan warna kuning, abu-abu, hitam, dan putih. Nama ilmiahnya anjing liar tersebut adalah Lycaon pictus dalam bahasa Latin artinya ’binatang yang dilukis seperti serigala’. Setiap anjing liar tersebut memiliki bentuk warna yang unik, hal ini dapat dimanfaatkan oleh para peneliti sebagai identifikasi. Spesies ini berbeda karena hanya memiliki empat jari di kaki depannya dibandingkan dengan lima jari dan memiliki telinga besar yang bundar dapat meningkatkan kemampuan pendengaran. Jenis binatang buas lainnya juga telah ditemukan oleh Freud yang namanya –manusia— ia memiliki akal pengertian, oleh karena itu kelasnya lebih tinggi. Mereka juga berke-lompok seperti anjing liar yang tidak saling menggigit atau saling membunuh karena takut ada pembalasan. Merasa takut berbuat jahat karena adanya sistem balas dendam di antaranya. Tanpa disadari, bersifat naluriah, adaptasi ini adalah bagian dari upaya mempertahankan spesies supaya tidak punah dari dunia ini.
__________ http://cdn1.arkive.org/media/00/003D643B-3512-4DE1-A26D-7AE8D7EE1CBC/Presentation.Large/African-wild-dog-pack-hunting-wildebeest.jpg cited January 16, 2012.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 51
tersebut? Begitu juga seorang ayah yang sakit perutnya atau tidak dapat tidur
nyenyak karena anaknya sedang menjalani ujian beberapa hari, takut kalau anak-
Seorang pahlawan yang mengorbankan jiwa untuk nusa dan bangsanya,
diartikan oleh Freud sebagai mencari kepuasan dalam diri pribadi. Pada
kematian itu, ia mengharapkan sesuatu, entah apa dari tanah airnya.
Memang aneh kalau kita memperhatikan cara berpikir yang demikian.
Pertanyaan yang patut disampaikan kepada para penganut teori Freud.
nya tidak lulus ujian ini. Jangan-jangan nantinya si anak tidak dapat memberi
kepuasan atau balas budinya menjadi berkurang?
Pertanyaan ini patut disampaikan kepada para penganut teori Freud.
Apakah anak-anak sekolah mengantarkan jenazah temannya yang meninggal
dunia untuk memberikan penghormatan terakhir juga didorong oleh nafsu
kepuasan? Atau secara kasar, di dalam hati kecil teman-temannya sekolah itu,
merasa senang atau puas bahwa yang mati adalah orang lain dan bukan dirinya
sendiri? Bagi pengikut Freud yang sejati, tidak ada perbuatan tanpa pamrih, tidak
ada perbuatan sosial dan suprasosial yang murni.
Perbuatan baik kepada orang lain pada dasarnya mengharapkan kebaikan
juga. Apabila berbuat jahat, menjadi takut karena adanya balas dendam akibat
perbuatan jahatnya tersebut. Seperti sekelompok anjing liar yang tidak saling
menggigit atau saling membunuh karena takut pembalasan di antaranya. Secara
naluri, tanpa disadari, hal ini adalah bagian dari memper-tahankan jenisnya
supaya tidak lenyap dari muka bumi. Freud telah menemukan jenis binatang buas
yang namanya–manusia—lebih tinggi kelasnya karena memiliki akal pengertian.
Demikianlah Candra Jiwa Freud yang terkenal itu, tetapi juga perlu diketahui,
bahwa banyak hal yang disembunyikan dan ditutupi tentang nafsu seksual pada
waktu hidupnya. Banyak jasa Freud memperkenalkan ilmu pengetahuan tentang
seluk-beluk jiwa manusia. Akan tetapi, candra jiwanya tidak cukup lengkap untuk
menyelesaikan seluruh persoalan umat manusia.
52 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Alfred Adler dengan senyumannya yang tertahan
Foto 1.6.4: Adler yang Mengagungkan Otoritas Masyarakat Tiga segi utama yang membelenggu manusia menurut Adler adalah sikap kebersamaan di dalam masyarakat, pekerjaan, dan kasih sayang. Rasa bermasyarakat yang tumbuh secara evolusioner itu tidak dapat dihentikan dan harus dijunjung paling tinggi.
Kesukaran hidup dan penyimpangan jiwa dapat dianalisis berdasarkan sikap egosentri-petalnya, yaitu 1. Eksistensi dirinya di atas kebersamaan masyarakat, 2. Sebagai parasit terhadap pekerjaan dan pemberian orang lain, dan 3. Sikap dan perilaku seperti anak kecil yang suka mengawasi orang lain, tetapi ingin menjadi pusat kasihan dan perhatian mereka.
Alfred Adler tidak mengemukakan adanya kemungkinan harmonisasi hubungan-hubu-ngan intrapsikis dengan sesuatu yang imanen di dalam diri manusia yang eksistensi kesadarannya kolektif, omnipotensi, dan tidak tergantung dari dunia luar.
__________ http://mythosandlogos.com/Adler.html cited June 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 53
Candra Jiwa Adler
Masyarakat menjadi faktor penting dalam candra jiwanya. Menurut
anggapan Adler bahwa sikap yang mulia dan sempurna bagi seorang manusia
Masyarakat adalah otoritas yang tertinggi, sebagai acuan sikap yang
mulia dan sempurna bagi seorang manusia. Ini menurut cara pandang
Adler. Semua kesalahan dan gangguan dari jiwa disebabkan oleh
kurang sempurnanya sikap dalam pengabdian kepada masyarakat.
adalah ketika ia memandang masyarakat sebagai otoritasnya yang tertinggi. Se-
mua kesalahan dan gangguan jiwa disebabkan oleh sikap kurang sempurnanya
pengabdian kepada masyarakat. Perihal sadar dan asadar tidak dipersoalkan oleh
Adler.
Adler mengemukakan tentang problem hidup bersama di dalam
masyarakat, persoalan bekerja serta pekerjaannya, dan faktor kasih sayang.
Pandangan Adler dianggap sedikit lebih maju dari pandangan Freud. Dalam
menganalisis adanya gangguan jiwa, Adler mengemukakan penyebab yang harus
dicari dari:
1. kurangnya berbakti terhadap masyarakat.
2. kurang benar kerjanya, dan
3. kurang tepat dalam menerapkan kasih sayang.
Dalam analisisnya, Adler menyatakan bahwa gangguan jiwa akan terjadi manaka-
la orang hanya ingin menang saja atau main kuasa di dalam masyarakat.
Dalam usahanya menuju ke kesempurnaan, manusia selalu menggerakkan
jiwanya dan menurut Adler terasa ketidakseimbangannya dalam menghadapi
tujuan yang sempurna. Hanya perasaan untuk dapat mencapai titik yang tinggi itu
membuat dia sanggup memberikan perasaan tenang, nilai-nilai khusus dan
kebahagiaan. Pada saat beri-kutnya tujuan itu menarik dia lagi. Menjadi jelas
bahwa manusia itu memiliki suatu perasaan rendah diri yang tetap mendorong
dia untuk mencapai kemenangan. [1] ____________
[1]. Adler. Der Sinn des Lebens. Verlag Dr Rolf Passer. Wien und Leipzig, h. 27
54 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Candra Jiwa Adler juga tidak mengakui adanya eksistensi Pusat Imateri (Spiritual/Ketuhanan, D4)
Bagan Transenden 1.6.2: Ego yang Terjepit Rasa Bermasyarakat dan Rendah Diri Menurut Adler semaksimal mungkin manusia menggerakkan jiwanya pasti tidak akan mencapai tujuannya yang sempurna. Tetapi upaya mencapai titik yang tinggi itu akan memberikan perasaan tenang, nilai-nilai tertentu, dan kebahagiaan. Karena ma-syarakat berubah pada saat berikutnya akan muncul daya tarik yang lain. Perasaan rendah diri yang dimilikinyalah tetap akan mendorong dia untuk mencapai tujuan.
Seluruh psikologi-individual berdiri di atas dasar evolusi dan mengesankan dengan jelas bahwa semua usaha manusia menuju ke arah kesempurnaan. Tujuan akhir evolusi manusia tidak pernah dikemukakan oleh Adler oleh karena itu sang aku-nya akan selalu terjepit di antara rasa bermasyarakat dan rasa rendah diri. (D1-D4= Dimensi, matra, dunia).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. [Penerbit ProMemori], Jakarta 2011.
♥
MAKROKOSMOS D1 [ASAS KENYATAAN DI MASYARAKAT] Dunia Luar
==============l Pancaindra l=========================== D2 Manusia MIKROKOSMOS FISIK
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 MENTAL
Rasa Bermasyarakat
EGO: perasaan tenang, nilai-nilai, dan
kebahagiaan
Rasa Rendah Diri
====================================================D4 Pusat Imateri: Tidak Dikenal (Adler) SPIRITUAL
=====================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 55
Kenyataan bahwa manusia tetap maju dalam merebut dunia luar dan tidak
akan pernah berhenti. Bagi Adler hal itu merupakan petunjuk bahwa aktivitas-
aktivitasnya yang ekstraversi itu bukanlah cara yang memadai untuk menyelesai-
Manusia dalam pandangan Adler; yang imanen adalah kompleks rendah
diri, dibarengi atau tidak dengan kenyataan organis. Kompleks rendah
diri ini yang tidak terpisahkan dari manusia, merupakan tenaga pendo-
rong bagi eksistensinya di dalam masyarakat.
kan persoalan rasa rendah diri. Bagaimana pun tidak ada harapan bahwa dengan
cara ini akan dapat sampai pada penyelesaian.
Seluruh psikologi-individual berdiri di atas dasar evolusi dan menunjukkan
dengan jelas bahwa semua usaha manusia adalah usaha ke arah kesempurnaan.
Dorongan untuk hidup ini menyebabkan fisik dan mentalnya terikat erat-erat
kepada usaha tersebut. [2] Adler tidak menunjukkan tujuan akhir evolusi.
Manusia dalam sistem Adler, dalam hal ini sang akunya akan selalu terjepit di
antara rasa rendah diri dan rasa bermasyarakat.
Candra Jiwa Jung
Jung adalah sarjana pertama yang mengemukakan adanya sesuatu di dalam
jiwa manusia yang bukan-pribadi: das Selbst, dirinya sendiri. Adanya sesuatu
yang absolut yang meliputi alam semesta dipercaya oleh Jung. Bahkan, alam
semesta ini timbulnya dari yang absolut tersebut. Menurut Jung, sumber yang
menciptakan semua ini nama-nya Geistprinzip. Yang diciptakan dinamakan
Naturprinzip. Manusia diciptakan dengan bertemunya Naturprinzip dan
Geistprinzip. Geistprinzip-lah yang menyebabkan manusia memiliki kesadaran.
____________
[2]. Adler. Der Sinn des Lebens. Verlag Dr Rolf Passer. Wien und Leipzig, h. 48
56 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Carl Gustav Jung sedang menikmati aroma asap tembakau dari pipanya
Foto 1.6.5: Jung Sarjana Barat yang Memperkenalkan Sadar Kolektif Tujuan hidup manusia adalah mempersatukan kembali sadar pribadi dengan sadar kolektif di dalam diri pribadi manusia. Oleh sebab itu, sudah tidak ada polaritas lagi antara Naturprizip (yang diciptakan) dengan Geistprinzip (yang menciptakan). Das Selbst dinamakan Jung sebagai sadar kolektif yang ada di dalam diri manusia. Dalam perjalanan sang Aku menuju pusat imateri melewati sang waktu, kadang-kadang terjadi pertemuan antara sadar pribadi dan sadar kolektif, yang dinamakan intuisi, per-temuan ini tidak terduga sama sekali oleh sadar-pribadi (sang Aku).
__________ http://www.memo.fr/Media/Jung.jpg cited June 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 57
Kesadaran inilah yang menandakan kita adalah manusia. Ketika manusia mulai
berpikir, maka menandakan bahwa mulai saat itu ia merasa ada.
Sumber yang menciptakan alam semesta namanya Geistprinzip. Yang
diciptakan dinamakan Naturprinzip. Manusia diciptakan dengan
bertemunya Naturprinzip dan Geistprinzip. Geistprinziplah yang
menyebabkan manusia memiliki kesadaran. Kesadaran menandakan
kita adalah manusia. Manusia berpikir, menandakan bahwa ia ada.
Pada awalnya, di dalam alam yang tidak sadar yang meliputi alam semesta
ini, Naturprinzip menyelubungi Geistprinzip. Pada suatu detik, menyalalah
Geistprinzip bagaikan pelita dalam kegelapan. Alam tidak sadar yang meliputi
alam semesta ini dinamakan Jung sebagai Alam Asadar Kolektif. Manusia dengan
sang Akunya memiliki alam sendiri yang ia namakan sebagai Alam Sadar Pribadi.
Das Geistprinzip yang semula menjadi segala sumber, dinamakan Sadar Kolektif,
yang meliputi keseluruhan alam semesta.
Tujuan hidup manusia adalah mempersatukan diri dengan sadar kolektif
sehingga tidak ada polaritas lagi antara Naturprizip dan Geistprinzip. Das Selbst
dinamakan Jung sebagai sadar kolektif yang ada dalam diri manusia. Dalam
upayanya sang Aku mencapai kesadaran kadang-kadang terjadi pertemuan antara
Sadar Pribadi dan Sadar Kolektif, yang dinamakan intuisi, pertemuan yang tidak
terduga oleh Sadar Pribadi.
Pertemuan yang menghasilkan intuisi, adalah suatu pencerahan dari dalam
diri kita. Hal ini tidak mungkin terjadi karena kemauan dari sang Aku. Justru
sebaliknya, tidak diketahui intuisi itu datangnya dari mana, dan kapan
waktunya`datang. Oleh karena memang intuisi bukan buatan sang Aku, maka
isinya intuisi sebelum kedatangannya juga tidak diketahui. Pendapat Jung sangat
menarik, ia menandaskan bahwa tiap-tiap manusia dapat mencapai tingkatan
sadar kolektif. Dapat mencapai tingkatan ideal yang tertinggi. Tiap-tiap manusia
dapat mencapai tingkatan tersebut, hendaknya dipahami sebagai suatu potensi
yang ada. Pasti tidak semudah seperti apa yang telah dikemukakan sebagai
58 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 1.6.3: Candra Jiwa Jung tentang Intuisi Pertemuan antara Sadar Pribadi yang diwakili oleh sang aku (Das Ich, Ego) dan Das Selbst sebagai Sadar Kolektif di dalam diri manusia, dinamakan intuisi. Intuisi, suatu pencerahan dari dalam bukan karena kemauan dari sang Aku. Intuisi tidak diketahui dari mana, dan kapan waktunya datang. Karena intuisi bukan buatan sang Aku, maka isinya intuisi tidak diketahui sebelumnya. Alam semesta dibagi menjadi 2 kosmos dan 4 dimensi. Makrokosmos (Dimensi-1; D1) sebagai Dunia Luar, dan Mikrokosmos (Dunia Dalam, Dimensi-2—4; D2, D3, dan D4) adalah manusia seutuhnya. Kedua kosmos saling pengaruh memengaruhi. D2 adalah Soma: badan/jasmani (Prinsip Alami, Natur Prinzip) kasar, D3 adalah Psike: badan/jasmani (Prinsip Alami, Natur Prinzip) halus. D4 adalah Prinsip Rohani (Geist Prinzip). Intuisi berasal dari Sadar Kolektif yang bertemu dengan Sadar Pribadi.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
♥
MAKROKOSMOS Dunia Luar D1
===============l Pancaindra l=========================== Dunia dalam Manusia FISIK
MIKROKOSMOS D2
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Prinsip Alami D3
DDaass IIcchh:: MENTAL
IIINNNTTTUUUIIISSSIII - - - - - - - - - - - - - - - - -I ↑↑↑ l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
DDaass SSeellbbsstt:: D4
Prinsip Rohani SPIRITUAL
=======================================================================
==
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 59
hipotesis Jung. Apabila dipakai sebagai perimbangan, sekiranya ada 1 (satu) orang
saja di antara sejuta manusia (bhs Jawa: sayuta siji ombyokan), itu sudah terlalu
dan amat sangat banyak.
Mempersatukan diri dengan Sadar-Kolektif (das Selbst) adalah Tujuan
hidup manusia, sehingga tidak ada polaritas lagi antara Naturprinzip
dengan Geistprinzip. Lambat laun terjadi proses pergeseran ke suatu
titik perimbangan baru yang bukan lagi pada sang Akunya manusia.
Dialah (das Selbst) yang mengatur manusia menjadi sempurna.
Sebagai contoh hipotesis (dugaan yang dianggap benar), Jung yang menjadi
psikiater terkemuka di Eropa pada waktu itu, mengambil contoh hipotesis tentang
Yesus. Beliau adalah manusia historis (terikat ruang dan waktu), yang pernah
hidup pada kira-kira sepertiga awal abad Masehi. Jung menerangkan berdasarkan
teori kesadarannya bahwa sadar pribadi manusia istimewa ini telah meningkat
sampai sadar kolektif yang dinamakan Kristus, yang meliputi dan dimiliki oleh
semua umat manusia, abadi, ahistoris, tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Berdasarkan teori itulah Soemantri menyatakan bahwa Candra Jiwa Jung
telah memasuki ranah kepercayaan, suatu ranah ilmu pengetahuan yang jarang
dimasuki ilmuwan Eropa pada waktu itu. Jung tidak malu-malu lagi dengan
menyatakan adanya intuisi, ia mengakui bahwa dalam jiwa manusia ada
kemampuan yang lain dari kecerdasan intelektual dan tidak kalah kegunaannya
dari pikiran manusia. Padanannya pada zaman sekarang dapat dinamakan
kecerdasan spiritual.
Memang ada anjuran dari seorang psikolog di kemudian hari, dari
Universitas Diponegoro, YF La Kahija bahwa seorang peneliti kearifan lokal, selain
berbekal logika paradoksikal, dituntut menghargai peran intuisi sebagai perangkat
jiwa yang mampu menangkap langsung kebenaran. Logika paradoksikal
mendasari konsep-konsep inti dalam pemikiran Timur yang intinya menekankan
kesatuan dalam dualitas atau pluralitas. Seperti pemahaman kita terhadap
bhinneka tunggal ika.
60 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ilustrator: Santoso Oetomo, Juli, 2011
Ilustrasi 1.6.1: Bima, Naga Berkepala Tiga, dan Dewa Ruci Bima yang gagah perkasa itu, setelah mengalahkan Naga berkepala tiga (diferensiasi angan-angan) menyelam di dasar samudra (kesadarannya) “bertemu” dengan Bima Kecil alias Dewa Ruci (dirinya sendiri yang abadi), kisah dalam dunia pewayangan ... dan masuk melalui telinganya (“rahsa jati”).
___________ http://senimana.com/tinymcpuk/gambar/Image/mbojo/dewaruci.jpg cited June 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 61
Menurut La Kahija, secara fisiologis, intuisi adalah pengaktifan otak kanan.
Lain halnya dengan pendekatan psikologis, intuisi adalah perangkat jiwa yang
bekerja melalui olah batin atau olah rasa. Praktik-praktik spiritual di Timur umum-
Sang Aku adalah pemimpin tertinggi sementara, sesuai dengan konsep
pemikiran Jung, kepemimpinan ini harus bergeser menuju ke sadar
kolektif. Pencerahan ini dinamakan sebagai Pembebasan (Penyelamatan,
Pamudaran) atau Verselbstung, werden zur Personlichkeit, Individuali-
sierung. Habislah riwayat pribadi sang aku manusia. Tamat.
nya bergerak ke arah itu. Agar tangkapan intuisi yang berupa kebenaran (spi-
ritual) itu dapat diterima oleh rasio atau akal, adalah tugas ilmuwan untuk
merasionalkannya. Hal ini telah dilakukan oleh Einstein dengan teori relativitasnya
atau Newton dengan hukum gravitasinya, seolah-olah melompat seratus tahun
mendahului zamannya.
Sadar kolektif yang menjadi sumber segalanya, oleh Jung tidak ditempatkan
jauh dari manusia, di suatu alam yang asing bagi manusia. (Biasanya manusia
menempatkan Tuhan jauh dari manusia, di surga, sering sambil menunjukkan jari
telunjuknya dengan arah ke atas). Justru ia menempatkan alam sadar kolektif
dekat dan bersatu dengan manusia, tetapi masih terpisah dari alam sadar pribadi.
Rupanya, sang Aku, the Ego, hanyalah pucuk pimpinan sementara, menu-
rut idealisme Jung, kepemimpinan ini harus bergeser ke titik perimbangan yang
lain, yaitu menuju ke sadar kolektif. Pendapat ini juga merupakan pendapat
pertama adanya kesempatan bagi manusia untuk dapat membebaskan dirinya
dari cengkeraman alam tidak sadar kolektif, dunia luar, dan angan-angannya
sendiri. Perspektif ini dinamakan sebagai Pembebasan (Penyelamatan,
Pamudaran) atau Verselbstung, werden zur Personlichkeit, Individualisierung.
Berakhirlah sudah riwayat pribadi manusia. Tentu saja, badan/jasmani kasar sang
__________ YF La Kahija. Mencintai kearifan lokal. Kompas, Sabtu, 02-12-2006. Halaman: 6
62 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Struktur mandala dalam candi Borobudur
Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai World Heritage Site
Foto 1.6.6: Struktur Mandala dan Candi Borobudur Pada suatu ceramah, psikolog Carl Gustav Jung di London pada tahun 1935 di hadapan sekitar 200 profesional medis, Jung justru merujuk Candi Borobudur untuk mempre-sentasikan teori psikologinya tentang konsep ketidaksadaran.
Fondasi Borobudur berbentuk lingkaran dalam bujur sangkar. Jalan memutarnya (circum-ambulatio) ditempuh dalam alur spiral (struktur mandala). Kata Sanskerta ini berarti lingkaran magis. Simbol mandala berarti tempat suci (temenos) yang pusatnya dilindungi. Inilah simbol terpenting dalam melihat peta ketidaksadaran.
__________ http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTmiBC3aiGhydiExlc9o4SC9TYzmd6xMan4-ktVzgwJrNCvQ7ZF cited August 5, 2011. http://gogoleak.files.wordpress.com/2010/11/radial_borobudur-lg.jpg cited August 5, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 63
manusia ini masih hidup, bernafas dan beraktivitas seperti biasa, hanya pribadi-
nya yang menjadi istimewa. Individuation hanya dapat dicapai dengan memper-
kembangkan budi pekerti yang baik, berakhlak mulia.
Tanpa rasa malu Jung menyatakan adanya intuisi, ia mengakui bahwa
dalam jiwa manusia masih memiliki kemampuan selain dari kecerdasan
intelektual dan tidak kalah hebat kegunaannya dari pikiran manusia.
Padanannya pada zaman sekarang dapat dinamakan sebagai
kecerdasan spiritual.
Pada suatu ceramah, psikolog Carl Gustav Jung di London pada tahun 1935
di hadapan sekitar 200 profesional medis, beliau justru merujuk Candi Borobudur
untuk mempresentasikan teori psikologinya tentang konsep ketiadasadaran. YF
La Kahija telah menerjemahkan ceramah itu. Salah satu contoh yang luar biasa
tentang lingkaran magis adalah Candi Borobudur di Jawa. Jalan memutarnya
(circumambulatio) ditempuh dalam alur spiral.
Fondasi Borobudur berbentuk lingkaran dalam bujur sangkar. Struktur ini
dalam bahasa Sanskerta disebut mandala. Kata Sanskerta ini berarti lingkaran,
khususnya lingkaran magis. Simbol mandala berarti tempat suci (temenos) yang
pusatnya dilindungi. Dan, inilah simbol terpenting dalam melihat gambar-gambar
ketiadasadaran.
Simbol ini menunjukkan perlindungan pusat kepribadian dari tarikan dan
pengaruh dunia luar. Agar diyakini bahwa Tuhan barangkali bukan seperti yang
diyakini secara tradisional, tetapi bersemayam di dalam lubuk hati sebagai
kesadaran alami, yang terdapat di dalam psike-nya manusia secara universal. (”To
be sure, the God that is accepted may not be the traditional deity of theism; rather,
it is an indwelling god, a natural spirit within the universal psyche of man”) [5]
__________
[5]. Personality Theories: an Introduction (Boston: Houghton Mifflin Company, textbook, 1979), p. 112.
64 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Peta Indonesia
Gambar 1.7.1: Negara Kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari 17.504 pulau, 10.068 suku bangsa, 3.025 spesies binatang, 47.000 jenis tumbuh-tumbuhan, berpenghuni 237 juta penduduk, dengan 485 bahasa lokal yang memiliki lagu nyanyiannya sendiri. Sepatah kata Indonesia, sangat merdu di telinga Soemantri ketika menghadapi forum ilmiah internasional di Eropa. Soemantri merasa wajib mempertahankan nama itu. Pasti akan datang kritik-kritik yang mendalam untuk ini. Namun, ia merasa siap dan telah menghadapinya dengan senang hati. Memang benar Indonesia itu sangat luas, terdiri dari banyak suku dan golongan. Namun Soemantri juga telah menjawab, sesungguhnya candra jiwa ini tidak hanya berlaku untuk bangsa Indonesia saja, tetapi berlaku untuk seluruh dunia, berlaku secara universal, ini adalah Candra Jiwa Universal.
________ http://3.bp.blogspot.com/_BmhG3wpGxq4/SxIjQS5l1wI/AAAAAAAAAIA/UVTmyRbo2s/s1600/peta+indonesia_rel_2002.jpg cited October 20, 2010.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 65
1.7 CANDRA JIWA INDONESIA
Candra Jiwa Universal dan Candra Jiwa Soenarto. Mengapa Soemantri
memberi nama disertasinya sebagai Candra Jiwa Indonesia, teman-temannya ju-
Sesungguhnya Candra Jiwa Indonesia tidak hanya berlaku untuk bangsa
Indonesia saja, melainkan berlaku untuk seluruh umat manusia di dunia,
berlaku secara universal, ini adalah Candra Jiwa Universal.
(Soemantri Hardjoprakoso)
ga telah mempertanyakannya. Bahwa Indonesia sangat luas, terdiri dari berbagai
suku dan golongan. Beliau menjawab, sesungguhnya candra jiwa ini tidak hanya
berlaku untuk bangsa Indonesia saja, tetapi berlaku untuk seluruh dunia, berlaku
secara universal, ini adalah Candra Jiwa Universal.
Indonesia, adalah kata yang merdu di telinga Soemantri ketika berada di
Eropa untuk menghadapi forum internasional. Soemantri merasa wajib
mempertahankan nama itu. Soemantri juga meyakini akan datang kritik-kritik
yang mendalam untuk ini. Namun, ia merasa siap menghadapinya dengan senang
hati.
Tentu saja ada nama lain yang juga tepat yaitu Candra Jiwa Soenarto,
karena dari seorang yang bernama R. Soenarto Mertowardojo candra jiwa ini
berasal. R. Soenarto orang yang pertama kali menerima pepadang, pencerahan
yang kemudian dipakai sebagai bahan untuk menyusun disertasi tersebut. Oleh
karena itu, di Indonesia sering disebut sebagai Candra Jiwa Soenarto. Bagaimana
sesungguhnya riwayat candra jiwa yang istimewa ini?
Pada tahun 1932, seorang pemuda yang bernama Soenarto telah
mengalami peristiwa yang aneh. Rupanya, beliau telah sekian lama mencari apa
yang disebut sebagai ”ilmu sejati”, yang pada waktu itu sering disebut-sebut oleh
orang Jawa.
66 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Naturprinzip (Prinsip Alami, jasmani halus, jiwa, psike, dan/atau mental) ’bertemu’ Geistprinzip (prinsip rohani, Kesadaran Hidup, Pusat Imateri, dan/atau spiritual)
Bagan Transenden 1.7.1: Kesadaran Hidup itu Mengaku Sebagai Suksma Sejati Semua yang ada itu berasal dari Kesadaran Hidup. Kesadaran Hidup ini mengaku sebagai Suksma Sejati. Ilmu sejati adalah cara hidup bagi manusia untuk menyadari kemba-li ’jalannya’ menuju Kesadaran Hidup. Jalan itu berakhir ketika sang Akunya manusia hilang, lebur di dalam Kesadaran Hidup itu.
Introversi adalah cara hidup ’ke dalam’ berupa konsep kesadaran, kepercayaan, dan ketaatan kepada Kesadaran Hidup tersebut dan membangun watak-watak susila serta berbudi luhur dalam hidup yang nyata di tengah-tengah masyarakat kita ini. Orang yang bernama Soenarto dengan cara hidup tersebut telah berhasil merealisasikan hipotesis Jung tentang adanya pertemuan antara Naturprinzip dan Geistprinzip.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta dan seisinya ================l Pancaindra l========================== MIKROKOSMOS (manusia seutuhnya) (FISIK) (Jasmani Kasar)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (MENTAL) (Jasmani Halus, jiwa)
[Aku] ↓ Naturprinzip - - - - - - - - - - - - - - - - -I TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - (SPIRITUAL) Suksma Sejati Geistprinzip KESADARAN HIDUP
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 67
Pada suatu hari, ia mengalami peristiwa, seolah-olah di dalam hati
sanubarinya mendengar kata-kata yang menjelaskan tentang apa sesungguhnya
ilmu sejati itu. Soenarto terperanjat, merasa takut dan heran. Suara tersebut
Asal mula dari semua yang ada adalah Kesadaran Hidup. Kesadaran
Hidup ini mengaku sabagai Suksma Sejati. Menurut suara (intuisi) yang
didengar oleh Soenarto, ilmu sejati adalah jalan atau cara hidup bagi
manusia untuk menyadari kembali Kesadaran Hidup itu sampai sang
Akunya manusia hilang meleburkan diri di dalam-Nya.
berlanjut dan mengatakan adanya suatu Kesadaran Hidup yang meliputi alam
semesta dan seisinya, merembes di mana-mana.
Kesadaran Hidup ini, adalah asal mula dari semua yang ada. Kesadaran
Hidup ini mengaku sabagai Suksma Sejati. Menurut suara itu, ilmu sejati adalah
jalan atau cara hidup bagi manusia untuk menyadari kembali Kesadaran Hidup itu
sampai sang Akunya manusia hilang meleburkan diri di dalamnya.
Cara hidup yang dimaksudkan tersebut adalah agar manusia selalu sadar,
percaya, dan taat kepada Kesadaran Hidup tersebut dan membangun watak-
watak susila serta berbudi pekerti luhur dalam hidup yang nyata di tengah-tengah
masyarakat kita ini. Mengenai Geistprinzip dan Naturprinzip telah direalisasikan
oleh orang yang bernama Soenarto. Mengenai apa yang disebutkan Jung tentang
intuisi, dialami sendiri oleh Soenarto. Bahkan terjadi pengecualian melebihi apa
yang telah disebutkan oleh Jung, kalau memang demikian adanya, Soemantri
berpendapat bahwa hipotesis Jung juga terjadi dan terbukti pada Soenarto.
Intuisi itu mengalir terus bagaikan air sungai yang membawa suatu pelajaran
sebagai isi dari intuisi tersebut.
Aliran intuisi tersebut menjadi buku pustaka yang diberi nama Sasangka
Jati. Disebut buku pustaka (intuisi) karena berisi tujuh buku yang digabung
menjadi satu. Buku pustaka inilah yang dipakai oleh Soemantri sebagai sumber
68 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ilustrasi 1.7.1: Sampul Disertasi Dr. Soemantri Hardjoprakoso Halaman ini adalah halaman ke-3 dari sampul depan disertasi Soemantri Hardjoprakoso, tertulis Sumantri (huruf ’u’) pada disertasi yang berbahasa Belanda. Dalam buku-buku tulisannya yang berbahasa Indonesia dan menurut putranya yaitu dr. Winahyo Hardjoprakoso SpOG, tanda tangan beliau menggunakan huruf ’oe’ sebagai pengganti huruf ’u’.
INDONESISCH MENSBEELD ALS BASIS
ENER PSYCH0-THERAPIE
Proefschrift ter verkrijging van de graad van Doctor in de
Geneeskunde aan de Rijkuniversiteit te Leiden, op gezag van
De Rector Magnificus Dr. A. E. Van Arkel , Hoogleraar in de
Faculteit der Wis- en Natuurkunde, tegen de bedenkingen van
de Faculteit der Geneeskunde, te verdedigen op Woensdag 20
Juni 1956 te 15 uur
door
SUMANTRI HARDJOPRAKOSO geboren te Nambangan – Solo (Indonesia) in 1913
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 69
penelitian yang kemudian diolah menjadi disertasinya di tahun 1956. Disertasi di
sini diartikan bahwa apa yang dialami oleh Soenarto dan apa yang terkandung di
Hipotesis Jung mengenai Geistprinzip , Naturprinzip, dan intuisi telah
direalisasikan oleh orang yang bernama Soenarto. Intuisi, yang dialami
sendiri oleh Soenarto, melebihi apa yang telah disebutkan oleh Jung.
Intuisi itu mengalir terus bagaikan air sungai yang membawa suatu
pelajaran sebagai isi dari intuisi tersebut, menjadi beberapa buku.
dalam intuisi yang diterimanya dapat digubah dan dipertanggung-jawabkan
secara ilmiah.
Intuisi yang diterima Soenarto sudah tentu tidak berupa dalil-dalil dan
bersusunan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Baru setelah diteliti dan disusun
oleh Soemantri melalui jalan-jalan seperti yang ditunjukkan dalam buku Pustaka
intuisi Sasangka Jati sejak tahun 1935, sedikit demi sedikit ia menyaksikan
kebenaran seperti apa yang tercantum dalam buku pustaka itu. Rupanya
Soemantri juga mengalami intuisi, menyaksikan adanya Suksma Sejati, sekaligus
membenarkan hipotesis Jung.
Lebih jauh ia menyatakan bahwa apa yang dialami tidak hanya berlaku bagi
Soenarto dan Soemantri melainkan berlaku juga bagi tiap manusia. Sadar Kolektif
Dinamis adalah nama ilmiah untuk Suksma Sejati, sebab ada satu nama lagi yang
dikemukakan Soemantri yaitu Sadar Kolektif Statis untuk Suksma Kawekas.
Penulis buku ini (BSP) juga ingin memberi nama yang kontemporer sebagai
TheForce untuk Suksma Sejati dan TheSource untuk Suksma Kawekas, semata-
mata untuk memperluas komunikasi dengan masyarakat umum. Adalah bagi
mereka yang belum pernah mempelajari masalah candra jiwa dengan merujuk
pada istilah-istilah yang dikenal masyarakat melalui film-film terkenal yang telah
mendunia pada waktu ini, Star Wars dan The Matrix.
70 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
TheForce adalah Juru Penuntun bagi Luke Skywalker dalam film The Empire Strikes Back.
Foto Film 1.7.1: Pesawat Tempur Angkasa Luar Luke Skywalker Dalam film Heksalogi Star Wars episode The Empire Strikes Back (1980) tampak kepala dan leher Robot R2D2 yang dipasang menonjol pada sayap-X pesawat Luke Skywalker. Ketika robot canggih tersebut macet, pastilah tugasnya akan gagal karena robot tersebut adalah penuntun arah sasaran bom penghancur pusat pertahanan musuh. Maka pilot Skywalker memohon petunjuk dari TheForce di dalam dirinya .. akhirnya berhasil menyelesaikan tugasnya dengan sempurna. Jauh sebelum film-film Star Wars di putar untuk masyarakat, Soemantri telah merasa men-dapatkan tuntunan dari Sadar Kolektif Dinamis (TheForce) di dalam dirinya. Rupanya, ia adalah Sang Penuntun yang dapat dirasakan tuntunannya dalam menyusun disertasi Candra Jiwa Indonesia. Potensi ini tentu saja sangat istimewa sekiranya banyak manusia yang dapat mencapainya dengan upaya tertentu. Pasti banyak persoalan di dunia menjadi selesai dengan tuntas dan harmonis.
__________ http://0.tqn.com/d/scifi/1/0/E/4/0/-/R2D2-XWING_E4S-KEY-60_R.gif cited July 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 71
Seperti pada Bulan dan Matahari yang telah diberi nama oleh berbagai
bangsa di dunia dan berbagai suku di masing-masing negara, serta pujangga-
pujangga mereka yang telah menyapa dalam syair, lagu, dan nyanyiannya. Diha-
Apa yang dialami oleh Soenarto dan apa yang terkandung di dalam
intuisi yang diterimanya dapat digubah dan dipertanggungjawabkan
secara ilmiah sebagai disertasi. Intuisi yang diterima Soenarto sudah
tentu tidak berupa dalil-dalil dan bersusunan sesuai dengan kaidah-
kaidah ilmiah. (Soemantri Hardjoprakoso)
rapkan, Candra Jiwa Indonesia juga dapat diceritakan dengan mudah dan
sederhana bagi masyarakat umum. Hal ini telah dicoba disampaikan kepada
sedikit anggota masyarakat Indonesia di berbagai negara atau masyarakat
Indonesia yang pernah bermukim lama di negara lain. Pengalaman sederhana ini
dicoba pada kurun waktu tahun 2005–2009, sewaktu penulis bertugas menjadi
Tim Dokter Kepresidenan RI.
Dalam menyusun candra jiwa baru yang lebih lengkap dari apa yang telah
dikemukakan oleh Carl Gustav Jung, Soemantri merasa mendapatkan tuntunan
dari Sadar Kolektif Dinamis. Rupanya, ia adalah Sang Penuntun yang dapat
dirasakan tuntunannya dalam menyusun disertasi tersebut. Potensi ini tentu saja
sangat istimewa sekiranya setiap manusia dapat mencapainya dengan upaya
tertentu. Banyak persoalan dunia menjadi selesai dengan tuntas dan harmonis.
Bagaimana ini semua ini dapat terjadi?
Pada awalnya, ketika semua yang ada ini belum ada, yang sudah ada adalah
Sadar Kolektif yang diam dan tenang, yang Statis, yang omnipotensi, yang
Mahakuasa. Dari Sadar Kolektif Statis, TheSource, sebagai sumber, timbullah
Sadar Kolektif yang bergerak, yang dinamakan oleh Soemantri sebagai Sadar
Kolektif Dinamis, penulis menyebutnya sebagai TheForce, suatu kekuatan
dimunculkan. Semua potensi yang semula ada pada Sadar Kolektif Statis, didele-
72 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
The Source, pusat utama komputer dalam film Trilogi Matrix
Foto Film 1.7.2: Trilogi The Matrix Thomas A Anderson (dibintangi oleh Keanu Reeves) seorang programer komputer ingin sekali memecahkan rahasia kode-kode enkripsi “the Matrix”. Trilogi Matrix adalah film tahun 1999 yang disutradarai oleh Larry dan Andy Wachowski ini ingin menggambarkan kejadian tahun 2199, seratus tahun ke depan setelah mesin-pintar diciptakan dengan catu energi matahari. Panas dan biolistrik tubuh manusia sebagai bahan fusi nuklir dapat dipakai untuk menggantikan energi matahari.
The Source diyakinkan sebagai pusat utama komputer untuk mesin-mesin di kotanya sekaligus sebagai lokasi yang bekerja mandiri di dalam kode-kode Matrix sehingga tidak memerlukan program lain.
Andaikata TheSource (Suksma Kawekas) adalah matahari, maka TheForce (Suksma Sejati) adalah bulannya dan manusia adalah kelelawar-kelelawar (Sang Aku) yang tidak mungkin menatap sang matahari. Sinar sang rembulan, yang sejuk itu memungkinkan kelelawar dapat melangsungkan kehidupannya. TheForce adalah penuntunnya manusia atas nama TheSource, sumber hidup dan tujuan hidup. __________ http://thefuturebuzz.com/wp-content/uploads/2010/12/source-mainframe.jpg cited July 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 73
gasikan penuh kepada Sadar Kolektif Dinamis, utusan-Nya yang abadi. Kedua
kesadaran kolektif ini semestinya dapat dikatakan juga sebagai Dwitunggal,
Dwiaspek, TwoAspect, atau TwoFoil.
Ketika semua yang ada ini belum ada, yang sudah ada hanyalah Sadar
Kolektif yang diam, tenang, statis, dan Mahakuasa. Dari Sadar
Kolektif Statis sebagai sumber, timbullah Sadar Kolektif yang bergerak,
Sadar Kolektif Dinamis, suatu kekuatan dimunculkan. Sadar Kolektif
Statis dan SadarKolektif Dinamis adalah Dwitunggal.
Andaikata TheSource adalah matahari, maka TheForce adalah bulannya dan
manusia adalah kelelawar-kelelawar yang tidak mungkin menatap sang matahari.
Pada malam hari, kelelawar dapat melangsungkan kehidupannya karena
mendapat sinar sang rembulan, yang sejuk itu. TheForce inilah yang menuntun
manusia melalui sinarnya yang tidak menyilaukan mata kelelawar (baca manusia),
atas nama TheSource yang memiliki alam semesta dan seisinya.
Mempersatukan Kepercayaan
Dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia, tampak jelas bahwa penyakit
utama bagi bangsa ini ialah tidak adanya persatuan. Kepercayaan dan ideologi
bangsa ini selalu terpecah belah. Keadaan ini disebabkan pegangan mereka
adalah candra jiwa sendiri-sendiri yang di dalamnya jauh dari unsur-unsur
persatuan. Ada dugaan, di dalam candra jiwanya tersebut berisi semangat untuk
merebut kekuasaan dan ingin berkuasa sendiri. Hal ini dapat dikatakan dirinyalah
merasa yang paling tinggi derajatnya dan merasa paling benar.
Candra Jiwa Soenarto membuka kesempatan bagi Akunya manusia untuk
meleburkan diri di dalam kekuasaan yang lebih tinggi dan meliputi keseluruhan,
yaitu Alam Sadar Kolektif. Di sini mempersyaratkan sang Aku harus mengurangi
dan menundukkan kedaulatannya sendiri. Di lanjutkan dengan introversi yaitu
mengarahkan titik berat kesadarannya ke alam yang hakiki tersebut.
74 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 1.7.1: Sang Aku Berkesempatan Lebur di Alam Sadar Kolektif Telah dibuka kesempatan seluas-luasnya oleh Candra Jiwa Soenarto bagi Akunya (materi-imateri) siapa saja untuk meleburkan diri di dalam kekuasaan yang lebih tinggi dan meliputi keseluruhan, yaitu Alam Sadar Kolektif. Syaratnya adalah mengurangi dan menundukkan kedaulatan sang Akunya sendiri.
Tentu saja tidak sesederhana itu, tiga sentra vitalitas mental pendukung sang Aku juga harus mencapai fungsi introversi-nya yang tertinggi terlebih dahulu yaitu sadar untuk angan-angan, percaya untuk perasaan, dan taat kepada Sadar Kolektif terutama bagi nafsu egosentripetalnya (Luamah).
Ketika sang Aku sudah mampu menundukkan seluruh kedaulatannya masih menunggu izin Peleburan Diri (Pamudaran) dari sang penguasa Alam Sadar Kolektif itu sendiri.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
TheSelf
Dimensi-4
SPIRITUAL
TheForce Dimensi-4
SPIRITUAL
TheSource Dimensi-4
SPIRITUAL
PPPAAAMMMUUUDDDAAARRRAAANNN (((PPPEEELLLEEEBBBUUURRRAAANNN)))
Suksma
Kawekas
Suksma
Sejati Roh
Suci
AKU Imateri
IRAHSA JATII
AKU Materi
Tripurusa (Pusat Imateri)
Alam Sadar Kolektif
MENTAL, (Jasmani Halus) Jiwa, Psike Mind
FISIK (Jasmani Kasar) Soma Body
Sentra Vitalitas (Angan-angan, Nafsu, Perasaan) Dimensi-3
IPANCAINDRAI
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 75
Bangsa Indonesia menghadapi tantangan zaman, apakah masyarakatnya
mampu menunjukkan kepada dunia besar akan persatuannya di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan Pancasila sebagai dasar negaranya? Tanta-
Sumbangan ilmiah Candra Jiwa Indonesia adalah memberikan landasan
kerja untuk bidang pendidikan, kepercayaan, sosiologi, kedokteran, kema-
syarakatan, kebudayaan, psikologi, dan filsafat. Oleh karena luasnya
pengetahuan dasar yang dimilikinya, pantaslah kiranya diusulkan
sebagai landasan empati bagi siapa yang membutuhkan. (penulis, BSP)
ngan zaman tersebut telah dijawab oleh seorang ahli jiwa (Soemantri Hardjo-
prakoso) dengan mempromosikan suatu Candra Jiwa Indonesia yang di negerinya
sendiri diperkenalkan sebagai Candra Jiwa Soenarto. Sumbangan ilmiah dari
candra jiwa ini diyakini dapat dipakai sebagai landasan kerja untuk berbagai
kepentingan, antara lain: pendidikan, kepercayaan, sosiologi, kedokteran,
kemasyarakatan, kebudayaan, psikologi, dan filsafat.
Oleh karena luasnya landasan kerja yang dapat dimanfaatkan, pantas juga
untuk dipakai sebagai landasan empati bagi siapa saja yang membutuhkan.
Termasuk menjadi bekal ilmu pengetahuan bagi siapa saja dalam melaksanakan
tugas ke luar kepada masyarakat dan ke dalam kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga Sadar Kolekif Dinamis yang omnipotensi memberikan tuntunan dan
kekuatan kepada siapa saja yang melaksanakan tugas mewakili karya-Nya.
76 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tripurusa (TriFoil): Suksma Kawekas (TheSource), Suksma Sejati (TheForce), Roh Suci (TheSelf)
Diagram Transenden 2.1.1: Jati Diri Manusia Alam sejatinya manusia dengan Tripurusa sebagai pusat hidup imateri adalah jati dirinya manusia di dalam mikrokosmos bagian dari makrokosmos (universum). Sang Aku setiap saat berkomunikasi dengan dunia luar melalui pancaindra, relasinya dengan makrokosmos, aspek komunikasinya dengan makhluk alam semesta.
Dalam evolusinya mengharuskan ia selalu melakukan introspeksi mengenai hakikat dirinya sendiri, dan posisi hubungannya dengan yang transenden di lubuk hatinya yang terdalam. Pusat imateri dengan segala potensinya itu adalah hakikat (rohani, spiritual, jati diri) manusia dan prinsip materi (jasmani halus dan kasar) sebagai selubungnya.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Tripurusa
II
ǁǁǁǁǁ
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 77
BAB II
MANUSIA
2.1 PENDAHULUAN Posisi manusia sebagai mikrokosmos di dalam universum mengharuskan ia
selalu melakukan introspeksi mengenai hakikat dirinya sendiri, relasinya dengan
Sang akunya manusia tidak mampu mengamati pusat imateri kecuali
refleksinya dikembalikan kepada Sang Akunya yang imateri (Roh Suci)
dengan syarat-syarat introversi tertentu atau mengikuti jalan religi.
makrokosmos, aspek dengan makhluk alam semesta, dan hubungannya dengan
yang transenden di lubuk hatinya yang terdalam, pusat/prinsip (hidup) imateri.
Pusat imateri dengan segala potensinya itu adalah hakikat manusia dan prinsip
materi (halus dan kasar) sebagai selubungnya. Prinsip materi (jasmani) halus,
selubung halus adalah jiwanya dan prinsip materi kasar, selubung kasar adalah
fisiknya.
Pancaindra adalah alat untuk melakukan eksplorasi, memanfaatkan bahkan
dapat merusak apa yang diamati. Di dalam diri manusia terdapat Rahsa Jati
(TheGate) suatu ambang kehidupan yang bersifat kontinyu antara jiwanya yang
bersifat material halus terhubung dengan pusat imateri, hakikat jati dirinya.
Ketika sadar pribadi sang aku meningkat menjadi sadar kolektif terbatas Roh Suci,
maka manusia telah melakukan evolusi peningkatan kualitas kesadaran manusia.
Esensi manusia juga diletakkan pada hubungan Roh Suci di dalam Tripurusa di
Pusat Imateri ini. Ia menunggu panggilan terakhir untuk menyelesaikan puncak
evolusinya seraya melaksanakan sadar, percaya, dan taat kepada-NYA setiap saat
seraya saling memberikan apa yang dimilikinya kepada masyarakat dengan sifat-
sifat utama rela, sabar, menerima, jujur dan budi luhur.
Manusia jelas bukan Tuhan dan bukan Utusan Tuhan (Nabi), tetapi Pusat
Imateri di dalam dirinya adalah hakikat jati diri manusia; Tripurusa (TriAspek, Tre-
78 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bagan Transenden 2.2.1: Bumi dan Langit Lapis Tujuh Bumi (raga, soma, body) 7 lapis dan langit (jiwa, psike, mind) 7 lapis, saling meliputi. Struktur anatomik organ tubuh (Otak, jantung, hati, paru, darah, sumsum, otot ), dan fungsi psike [Cipta, nalar, pangerti; (Perasaan) ; Mutmainah, sufiah, amarah, luamah] menjadi wacana Candra Jiwa Indonesia. Perasaan dianggap sebagai suasana, ekstase yang terjadi di ’langit’ akibat berinteraksinya 3 angan-angan dengan 4 nafsu-nafsu. TheGate, Rahsa Jati, suatu kontinyuitas (ambang) kesadaran hidup yang menghubungkan 7 langit-dan-
bumi mikrokosmos dengan Pusat Imateri, Alam Sejati, Spirit sebagai intinya mikrokosmos. Pancaindra adalah alat komunikasi mikro-dengan-makrokosmos.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta seisinya
=========l Pancaindra l================================== [penglihatan, pendengaran, pembau, perasa(an), pengucap (bahasa)]
MIKROKOSMOS Manusia seutuhnya
Bumi 7 lapis (Material Kasar-Fisik-Kimiawi) FFiissiikk - 1. Otak (Cipta-Pangaribawa, Nalar-Prabawa), 2. Jantung (Pangerti-Kamayan, angan2 arti sempit), 3. Hati (Perasaan), 4. Paru (Mutmainah-putih), 5. Darah (Amarah-merah), 6. Sumsum (Sufiah-kuning), 7. Otot (Luamah-violet)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Langit 7 lapis (Material Halus-Jiwa; Batin) MMeennttaall Angan-angan 1. Cipta-Pangaribawa, 2. Nalar-Pangaribawa (Otak), 3. Pangerti-Kamayan, angan2 arti sempit (Jantung), Perasaan - Perasaan (Hati), Nafsu-nafsu 4. Mutmainah-putih (Paru), 5. Amarah-merah (Darah), 6. Sufiah-kuning (Sumsum), 7. Luamah-violet (Otot)
- - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: Suksma Kawekas, Suksma Sejati, Roh Suci Alam Sejati (Pusat Imateri; Rohani) SSppiirriittuuaall =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 79
Foil) dengan Suksma Kawekas (TheSource) sebagai sumber dan tujuan hidup,
Suksma Sejati (TheForce) adalah utusan Tuhan yang abadi yang menghidupi Roh
Kita memerlukan suatu ruangan visual untuk mengikuti dan memaha-
mi dengan mudah tujuan yang hendak dicapai oleh candra manusia.
Dengan begitu, manusia sebagai makhluk batiniah maupun rohaniah
dapat divisualisasikan di dalam Candra Jiwa Indonesia.
Suci (TheSelf), memimpin dan kelak menuntun Roh Suci kembali kepada sumber
dan tujuan hidupnya. Perjumpaan sadar terbatas (pribadi) dengan sadar kolektif
disebut intusi, kesadaran manusia semakin meningkat, akhirnya peristiwa
leburnya sadar pribadi/terbatas ke dalam sadar kolektif disebut Pamudaran
sekaligus merupakan tujuan akhir dari evolusinya manusia.
2.2 STRUKTUR JIWA Jika kita membuat skema seperti yang digambar pada Lampiran-1: Skema-1,
tentang relasi manusia dengan dunia luar dan tentang relasi-relasi intrapsikis
manusia, maka diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang candra manusia itu
sebagai pegangan visual untuk memahami anatomi dan fisiologi jiwa manusia,
baik sebagai makhluk batiniah (mental, jiwa) maupun rohaniah (spiritual).
Selain itu, skema tersebut juga merupakan suatu ruangan visual untuk
mengikuti dan memahami dengan mudah tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh
candra manusia Indonesia. Manusia sebagai makhluk batiniah dan rohaniah
disebut juga candra jiwa untuk membedakannya dari istilah candra manusia
dalam arti ’pandangan tentang manusia, yang menunjuk suatu bentuk kehidupan
yang disadari atau tidak menjadi pedoman hidupnya’
Dalam membahas Candra Jiwa Indonesia (Soenarto) dan arti yang
dikandung olehnya, kita wajib memperhatikan pokok-pokok persoalan tertentu,
yaitu:
a. Hakikat manusia, baik aspek struktural maupun aspek fungsionalnya.
b. Hakikat dunia luar.
80 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 2.2.2: Pancaindra adalah Alat Komunikasi Mikro dan Makrokosmos Pancaindra adalah alat komunikasi indrawi dan psikologis antara mikro dan makrokosmos. Rahsa Jati, TheGate (tidak tepat dianggap sebagai indra ke-6, bukan alat), suatu ambang kesadaran hidup yang menghubungkan jiwa manusia dengan Alam Sejati, Pusat Imateri, yang absolut dan transenden sebagai inti dari mikrokosmos. Makrokosmos menawarkan perubahan apa saja setiap detiknya, ada yang dapat atau tidak dapat diubah lagi susunannya. Mikrokosmos bebas memilih dan mengubah apa saja yang memungkinkannya sesuai dengan apa yang diinginkannya. Manusia berkembang di dalam pribadinya sendiri, selama berkembang tidak ada vitalitas asing yang dicangkokkan ke dalam dirinya. Sementara itu ada kontinuitas antara perkembangan kepribadiannya sendiri (lewat Rahsa Jati= TheGate) sampai menjadi candra jiwa ideal, ialah akhir dari perkembangan manusia itu sendiri.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Alam Semesta MAKROKOSMOS
Manusia, Dewa, Hewan, Tumbuh-tumbuhan dan Mineral
=============l Pancaindra l==============================
Manusia seutuhnya MIKROKOSMOS
Soma Jasmani Kasar, Fisik-Kimiawi, Fisik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Jasmani halus, jiwa, batin, Mental
- - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Rohani Pusat Imateri Spiritual Alam Sejati =====================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 81
c. Komunikasi yang bersifat indrawi dan yang bersifat psikologi antara manusia
dengan dunia luar.
d. Komunikasi batiniah antara manusia dan yang transenden.
Manusia sebagai makhluk rohaniah senantiasa akan berusaha agar
yang Absolut-transenden bermanifestasi di dalam dirinya. Suatu proses
perkembangan jiwa yang sungguh-sungguh sulit karena harus mengubah
watak di dalam dirinya.
Keempat pokok tersebut ditinjau berdasarkan titik tolak bahwa manusia itu
adalah makhluk rohaniah yang berusaha agar yang Absolut Transenden
bermanifestasi di dalam dirinya. Baik manusia maupun dunia di luar manusia
adalah dinamis, sedangkan pada manusia terdapat juga kebebasan untuk
memilih kemudian memutuskan sendiri apa yang diinginkannya. Jika orang
memilih suatu candra ideal, maka ada dua kemungkinan, tercapai atau tidaknya
yang ideal tersebut. Mungkin saja ia terhenti di tengah jalan, bahkan tersesat di
jalan-jalan simpangan.
Sebab itu di dalam Candra Jiwa Indonesia disebut sebagai jalan, juga
pedoman pada proses perkembangan manusia yang sungguh-sungguh sulit itu.
Candra ideal Indonesia ini tidak lain daripada manusia dengan watak-watak yang
tumbuh dari manusia itu sendiri. Watak-watak itu selalu sudah ada sejak semula.
Hanya saja manusia pada umumnya watak-watak itu bersifat laten atau dalam
keadaan kurang tumbuh. Ada kontinuitas dari perkembangan kepribadian orang
pada umumnya sampai kepada kepribadian candra ideal, yang merupakan
tingkat akhir perkembangan kemanusiaan.
Selama perkembangan ini tidak ada sesuatu pun dari luar yang dimasukkan
atau dicangkokkan ke dalam kepribadian manusia. Tidak ada tenaga-tenaga luar
yang asing bagi manusia dan yang bukan milik manusia itu sendiri. Jika ada
tenaga-tenaga dari luar yang asing bagi manusia ikut bekerja di dalam diri kita,
maka kita justru sudah berada di jalan yang sesat. Inilah perbedaan yang esensial
antara candra manusia Indonesia dari Soenarto dengan candra- candra tertentu
82 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 2.2.1: Prinsip Imateri (Hakikatnya) dan Materi (Selubungnya) Pusat Imateri ini tidak terikat pada organ atau bagian tertentu. Tetapi memiliki titik hubungan kerja dengan selubungnya yang bermateri, yaitu di daerah dekat jantung. Di situlah tempatnya ketika mengalami perasaan yang terdalam dan terhalus. Suatu kontinuitas, ekstase yang menunjukkan tempat pintu gerbang (TheGate) untuk masuk ke alam prinsip imateri ini, ya Hidup Sejati, sebagai jati dirinya sendiri.
Hidup Sejati adalah titik pusat Candra Jiwa dan Candra Dunia Indonesia, sebagai sumber segala hidup dan sumber segala materi. Hidup Sejati ini adalah satu dan abadi, imateri, merembes-menembus-meliputi segala sesuatu. Ruang dan waktu berada di bawah kekuasaan-Nya. Ia tidak bermula dan tidak berakhir. Hidup Sejati inilah yang melahirkan ruang dan waktu.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
(FISIK)
Angan-angan, Perasaan, Nafsu-nafsu
HIDUP SEJATI Pusat Imateri
(SPIRITUAL)
Materi Halus
(MENTAL)
Materi Kasar
MAKROKOSMOS Asadar Kolektif
--------------------l Rahsa Jati l-------------------- Rahsa Jati
ǁǁǁǁǁ
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 83
lainnya yang terdapat di Indonesia. Mencapai candra ideal itu, di dalam hidup
yang sekarang ini juga, adalah pencerahan ajaran candra manusia dan candra
dunia Indonesia ini.
Candra Ideal Indonesia adalah manusia dengan watak-watak yang
tumbuh dari manusia itu sendiri, melalui suatu perjalanan hidup yang
sulit, dan merupakan tingkat akhir dari perkembangan kemanusiaan.
Adalah suatu pencerahan agar candra ideal ini dicapai dalam kehidupan
sekarang ini juga! ~Soemantri Hardjoprakoso
Menurut ajaran ini, maka manusia terdiri atas prinsip imateri yang
merupakan hakikatnya dan selubungnya yang materi. [1] Prinsip imateri ini tidak
dilokalisasi di suatu bagian tertentu ataupun terikat pada organ tertentu, tetapi
ada juga disebut titik-hubungan kerjanya dengan selubungnya yang materi, yaitu
di daerah dekat jantung [2]. Tempat di mana kita mengalami perasaan yang
terdalam dan terhalus menunjukkan tempat pintu gerbang untuk masuk ke alam
prinsip imateri ini.
Titik pangkal candra jiwa dan candra dunia Indonesia ini ialah Hidup Sejati,
sumber segala hidup dan sumber segala materi. [3]. Hidup Sejati ini adalah satu
dan abadi, imateri, merembes-menembus-meliputi segala sesuatu. Ia mengatasi
ruang dan waktu. Ia tidak bermula dan tidak berakhir. Ruang dan waktu lahir
dari Hidup Sejati ini.
Hidup Sejati ini pada hakikatnya adalah satu, tetapi menampakkan diri
dalam tiga aspek. Aspek pertama dan yang tertinggi adalah Hidup yang mutlak
diam dan statis, sebagai sumber hidup disebut Suksma Kawekas (TheSource).
Aspek yang kedua ialah Hidup yang dinamis di mana dilahirkan aktivitas dari yang
__________
[1]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 52 .
[2]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Tunggal Sabda h. 107
[3]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi h. 47
84 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 2.2.3: Body, Mind dan Spirit Di dalam The Immaterial Centre (pusat mikrokosmos), aspek pertama dan yang tertinggi adalah Hidup yang mutlak, diam dan statis, sebagai sumber hidup, disebut TheSource (Suksma Kawekas). Aspek yang kedua ialah Hidup yang dinamis di mana dilahirkan aktivitas dari yang statis dan disebut TheForce (Suksma Sejati). Aspek yang ketiga ialah TheSelf (Roh Suci), jiwa sejati dari manusia, yang dapat dianggap sebagai cahaya atau percikan api dari TheForce dengan TheSource sebagai sumbernya. Hidup yang satu dan yang menampakkan diri dalam tiga aspek ini disebut TreFoil (TriAspect, TriFoil, Tripurusa).
TheSelf sebagai percikan TheForce, dianggap juga sebagai hamba dari TheSource dan TheForce, serta mendapat pelimpahan kekuasaan TheForce dikurangi kompetensinya untuk perencanaan dan kebijaksanaan. Dalam menjalankan kekuasaan pelaksanaan, TheSelf dipimpin dan dibantu TheForce. Karena itu TheForce disebut juga sebagai Guru Sejati, Penuntun Sejati atau Panutan Sejati, Sang Sabda, dan Sang Pepadang.
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS ===========l Pancaindra l================================ Manusia MIKROKOSMOS
Soma Jasmani Kasar-Raga Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Jasmani Halus-Jiwa Mental
- - - - - - - - - -I TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Rohani The Immaterial Centre Spiritual
TreFoil: TheSource, TheForce, TheSelf
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 85
statis, yang menghidupi dan disebut Suksma Sejati (TheForce). Aspek yang ketiga
ialah Roh Suci (TheSelf), jiwa sejati dari manusia, yang dihidupi, yang dapat di-
Hidup Sejati ini pada hakikatnya adalah satu, tetapi menampakkan diri
dalam tiga aspek disebut Tripurusa: Suksma Kawekas adalah aspek hidup
yang statis, Suksma Sejati; yang dinamis, Roh Suci; yang terbatas.
anggap sebagai cahaya atau percikan api dari Hidup yang satu dan yang menam-
pakkan diri dalam tiga aspek ini disebut Tripurusa (TriAspek, TriFoil, TreFoil, Tri-
tunggal) [4]
Kalau Suksma Kawekas itu pemegang kehendak, maka Suksma Sejati
adalah pemegang perencanaan dan kebijaksanaan dan Roh Suci kekuasaan
tentang pelaksanaan-nya. [5] Suksma Kawekas adalah pemilik kekuasaan mutlak,
Suksma Sejati yang memegang kekuasaan mutlak itu dikurangi kehendak, oleh
karena itu Suksma Sejati disebut juga Utusan yang nonpribadi dari Suksma
Kawekas.
Roh Suci sebagai percikan Suksma Kawekas, dianggap juga sebagai hamba
dari Suksma Kawekas dan Suksma Sejati, dan mendapat pelimpahan kekuasaan
Suksma Sejati dikurangi kompetensinya untuk perencanaan dan kebijaksanaan.
Dalam menja-lankan kekuasaan pelaksanaan, Roh Suci dipimpin dan dibantu
Suksma Sejati. Karena itu Suksma Sejati disebut juga sebagai Guru Sejati,
Penuntun Sejati atau Panutan Sejati, Sang Sabda, dan Sang Pepadang[6]
Suksma Sejati sebagai yang dinamis menciptakan empat unsur dasar:
suasana, api, air, dan tanah. Keempat unsur ini saling bereaksi dan karena
dipimpin oleh suatu perencanaan, maka terjadilah alam semesta. Maka
diciptakanlah di dunia ini manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan dewa. Jas-
_________
[4]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Hasta Sila h. 13
[5]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Tunggal Sabda h. 105
[6]. Sda. Bab Hastasila h. 13-14
86 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Big Bang mengawali sejarah terjadinya alam semesta
Gambar 2.2.1 : Terjadinya Alam Semesta Waktu lahirnya alam semesta diperkirakan antara 13,5 dan 14 milyard tahun yang lalu. Umur alam semesta adalah jeda waktu antara Dentuman Besar (Big Bang) dengan saat ini.
Atas kehendak Suksma Kawekas, Suksma Sejati menciptakan alam semesta dari empat unsur dasar: suasana, api, air, dan tanah yang saling bereaksi berdasarkan perencanaan. Maka datanglah di dunia ini manusia terdiri atas empat unsur, hewan tiga unsur yakni suasana, api dan tanah, tumbuh-tumbuhan dua unsur yaitu air dan tanah dan dewa satu unsur, yaitu api.
__________ http://xixidu.net/history-of-the-universe.gif cited June 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 87
mani manusia terdiri atas empat unsur, hewan tiga (suasana, api dan tanah),
tumbuh-tumbuhan dua (air dan tanah) serta dewa satu unsur, yaitu api. [7]
Suksma Sejati adalah aspek hidup yang dinamis, atas nama Suksma
Kawekas menciptakan empat unsur dasar: suasana, api, air, dan tanah.
Keempat unsur ini saling bereaksi dan karena dipimpin oleh suatu
perencanaan, maka terjadilah alam semesta.
Yang esensial di dalam manusia adalah Roh Suci dengan hubungan mutlak-
nya di dalam Tripurusa, sebagai hakikat hewan adalah Roh Suci saja, tanpa
hubungan mutlak di dalam Tripurusa; tumbuh-tumbuhan dan dewa tidak mem-
punyai Roh Suci sebagai esensi. Yang menjadi daya hidup tumbuh-tumbuhan
adalah daya hidup unsur-unsurnya sendiri, yaitu unsur air dan tanah. [8]
Dewa mempunyai kekuatan dan kekuasaan khusus karena kemayannya.
Dewa itu bersifat materi, seperti alat elektronik yang diberi isi tenaga listrik
(baterai) yang lambat laun berkurang sampai akhirnya menjadi kosong.
Badan/jasmaninya lalu kembali kepada unsur api di universum.
Semua yang bersifat unsur dalam berbagai bentuk, gerak dan
metamorfosanya dan segala sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari unsur
dianggap sebagai busana dari Hidup. [9] Jika salah satu bentuk hancur, maka
unsur-unsur pembentuknya kembali kepada keadaannya semula, untuk
kemudian membentuk wujud-wujud yang lain. Proses terus menerus ini, per-
kembangan dan kehancuran, menjadi ada dan musnah, dilahirkan dan mati,
tumbuh dan surutnya bentuk dan wujud, akan tetap ada selama Kehendak Suks-
ma Kawekas masih berlaku untuk membiarkan semua ini terus berlangsung. [10]
__________
[ 7]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 70-71 Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[ 8]. Sda. Bab Gumelaring Dumadi h. 67-70
[ 9]. Sda. Bab Gumelaring Dumadi h. 52-56
[10]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi h. 70-71. Tunggal Sabda h. 121, Sangkan Paran h. 187.
88 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mainan dari kayu dengan motif kuda yang berwarna putih, kuning, merah, dan hitam.
Foto 2.2.1 : Empat Ekor Kuda berwarna Putih, Kuning, Merah, dan Hitam
Keempat unsur suasana, api, air, dan tanah masing-masing mempunyai potensi sendiri-sendiri, yang menampakkan diri di dalam jasmani manusia sebagai suatu aktivitas atau nafsu. Keempat nafsu tersebut merupakan daya hidup yang berlain-lainan, dapat dipersatukan, namun sering berebut pengaruh.
Nafsu mutmainah (diibaratkan kekuatan kuda yang berwarna putih, White. Berasal dari unsur suasana) adalah dorongan ke arah perikemanusiaan, sosial dan suprasosial, cinta kasih kepada sesama makhluk. Nafsu amarah (kuda merah, Red) berasal dari unsur api yang menampakkan dirinya sebagai temperamen yang mudah marah, dalam kekuatan kehendak, kemauan dan keuletan menyelesaikan masalah. Nafsu sufiah (kuda kuning, Yellow,) berasal dari unsur air, mendorong keinginan, hasrat, cinta kasih dan tertarik kepada keindahan. Nafsu luamah (kuda warna hitam, Black) adalah nafsu dari tanah, berupa dorongan pemuasan seks, egoistik, keselamatan diri, puas diri, enggan memulai suatu gerakan atau tindakan. Ia hadir dalam sifat-sifat negatif lainnya seperti malas, loba, tamak, iri hati, dan mencari enaknya saja.
_________ http://4imgs.com/306/x/670110_FULL.jpg cited August 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 89
Keempat unsur tadi masing-masing mempunyai potensi sendiri-sendiri,
yang menyatakan diri di dalam jasmani manusia sebagai suatu aktivitas atau
nafsu (drive, passion, kekuatan, power). Karena itu ada empat daya hidup atau
Nafsu mempunyai aspek baiknya, yaitu jika dapat diatur untuk
kepentingan mutmainah, nafsu sosial dan suprasosial. Luamah
menampakkan diri dalam bentuk kekuatan jasmaniah, keuletan, dan
ketahanan terhadap penderitaan dan kekurangan, toleransi, dan
berdaya tampung yang besar, inilah sifat-sifat dari ibu bumi (tanah).
nafsu yang berlain-lainan. Nafsu adalah salah satu dari tiga sentra vitalitas di
dalam jiwa.
Nafsu suasana adalah dorongan ke arah perikemanusiaan, sosial dan
suprasosial, cinta kasih kepada sesama makhluk. Nafsu ini diberi nama
mutmainah (diibaratkan kekuatan kuda yang berwarna putih, White). Unsur api
mengandung nafsu yang disebut amarah (kuda merah, Red) yang menampakkan
dirinya sebagai temperamen yang mudah marah, dalam kekuatan kehendak,
kemauan dan keuletan menyelesaikan masalah. Unsur air memberi nafsu
keinginan, hasrat, cinta kasih dan tertarik kepada keindahan, nafsu ini bernama
sufiah (kuda kuning, Yellow,). Luamah (kuda warna hitam, Black) adalah nafsu
dari tanah, berupa dorongan egoistik, keselamatan diri, enggan memulai suatu
gerakan, tindakan. Ia menyatakan diri dalam sifat-sifat malas, loba, tamak, iri
hati, mencari enaknya saja, puas diri, dan nafsu sahwat.
Tetapi nafsu ini mempunyai juga segi-segi baiknya, yaitu jika ia tunduk
kepada dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan mutmainah, nafsu sosial dan
suprasosial. Dalam hal demikian, luamah menampakkan diri dalam bentuk
kekuatan jasmani, keuletan dan ketahanan terhadap penderitaan dan
kekurangan, toleransi dan berdaya tampung yang besar, semuanya itu adalah
sifat-sifat dari ibu bumi (tanah). [11].
__________
[11]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 52-61. Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
90 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Refleksi, Bayangan Bulan Purnama di Laut
Foto 2.2.2 : Bulan Sebagai Pusat Cahaya Yang Menerangi Keheningan Malam Bulan sebagai wakil matahari di malam hari dapat membentuk refleksi bayangannya di laut yang luas. Bulan memang ‘bertugas’ memantulkan cahaya matahari untuk belahan bumi yang gelap (malam hari). Bentuk refleksinya tergantung riak gelombang laut yang memantulkannya.
Angan-angan adalah refleksi (bayangan) Tripurusa sebagai inti yang imateri di dalam badan/jasmani halusnya manusia. Refleksi Tripurusa (TriAspect) di dalam selubung materi halus tersebut adalah daya intelektual manusia.
Tripurusa juga memiliki tiga aspek refleksi, yaitu: 1. Roh Suci memantulkan Ciptanya manusia. Cipta adalah pikiran atau fungsi membentuk bayangan dari angan-angan. 2. Suksma Sejati memantulkan nalar di dalam busana materi halus. Nalar atau pemikir adalah fungsi asosiatif. Kemampuan manusia untuk meng-asosiasi-kan berbagai bayangan pikiran menjadi satu rangkaian tertentu. 3. Suksma Kawekas merefleksikan pangerti ke dalam selubung materi halus manusia. Pangerti adalah kemampuan yang berfungsi menangkap arti, menangkap dan melihat keseluruhan, menilik, menembus ke dalam objek.
__________ http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRsnDMpdRSJC5N-uhdAKxS79qoXWb4hcsM55snTPOv24dKB3uFc cited August 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 91
Keempat unsur ini begitu bercampur-baur di dalam jasmani, sehingga tidak
dapat ditunjuk keadaan mereka masing-masing, jika terpisah dari yang lain-lain.
Namun demikian disebut juga tempat lokalisasi di mana terdapat konsentrasi
Angan-angan adalah refleksi (bayangan) yang ditimbulkan oleh berada-
nya Tripurusa di dalam badan/jasmani sebagai busana materinya.
Daya intelektual manusia adalah mencerminkan daya kekuasaan
Tripurusa di dalam selubung materi tersebut.
suatu unsur tertentu sehingga ia berdominasi di tempat itu. Umpamanya hawa
masuk dalam pernafasan, paru adalah tempat di mana paling banyak unsur
suasananya. Di dalam darah terdapat konsentrasi unsur api yang terbesar. Di
dalam sungsum terdapat banyak unsur air, sedangkan di dalam urat-daging unsur
tanahlah yang mempunyai perwakilan yang terbesar. [12]
Beradanya Tripurusa di dalam badan/jasmani sebagai busana materi,
menimbulkan refleksi (bayangan) dengan sebutan angan-angan. Refleksi
Tripurusa di dalam selubung materi ini adalah daya intelektual manusia. Refleksi
ini juga mempunyai tiga aspek, yaitu:
1. Cipta adalah pemantulan Roh Suci. Cipta adalah pikiran atau fungsi
memben-tuk bayangan dari angan-angan.
2. Nalar atau pemikir adalah fungsi asosiatif, yang mengasosiasikan
berbagai bayangan pikiran menjadi satu rangkaian. Kemampuan ini adalah akibat
pemantulan Suksma Sejati di dalam busana materi.
3. Pangerti, fungsi menangkap arti, menangkap dan melihat keseluruhan,
menilik, menembus ke dalam objek. Kemampuan ini bersumber kepada refleksi,
bayangan Suksma Kawekas. [13]
__________
[12]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi. h. 62.
[13]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi. h. 60-61.
92 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bima melawan naga berkepala tiga, metafor dari angan-angannya sendiri yang terdiri dari cipta, nalar, dan pangerti. (Ilustrator: Santoso Oetomo, Juli, 2011)
Gambar 2.2.2 : Bima ketemu Dewa Ruci Bima (Werkudoro) yang gagah perkasa itu, setelah mengalahkan Naga berkepala tiga (diferensiasi angan-angan) menyelam di dasar samudra (kesadarannya) “bertemu” dengan Bima Kecil (perhatikan kukunya), Dewa Ruci (dirinya sendiri yang abadi). Kisah dalam dunia pewayangan semakin seru ketika ia masuk melalui telinganya (rahsa jati).
__________ http://wayang.files.wordpress.com/2010/07/werkudara-bertemu-dewaruci.jpg cited May 29, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 93
Kecuali itu, ketiga aspek itu berada secara kolektif di dalam refleksi
Tripurusa yang tidak berdeferensiasi, yaitu angan-angan dalam arti sempit, yang
bertempat di dekat jantung juga.[14] Angan-angan sebagai keseluruhan kadang-
Komunikasi manusia (mikrokosmos) dengan dunia luar (makrokosmos)
melalui pancaindra: penglihatan, pendengaran, pembau, perasa(an) dan
pengucap (bahasa), bukan pengecap, menurut Candra Jiwa Indonesia.
kadang digambarkan dengan lambang berupa seekor ular naga berkepala tiga.[15]
Tiga kepala ini menggambarkan tiga bentuk diferensiasi dari angan-angan. Tiga
refleksi Tripurusa ini masing-masing mempunyai tenaga gaib.
Tenaga gaib cipta adalah pangaribawa, dari nalar bernama prabawa dan
kemayan adalah hasil dari pengerti. Terutama kemayanlah yang mempunyai
tenaga magis. Ketiga aspek angan-angan ini tidak pernah bertindak sendiri-sendiri,
tetapi selalu simultan (bersama-sama pada waktu yang sama). [16]
Badan/jasmani secara keseluruhan berhubungan dengan dunia luar dengan
perantara pancaindra. Ada lima indra: penglihatan, pendengaran, pembau,
perasa(an), dan pengucap (bahasa). [17]
Yang disebut indra perasa(an) ialah rasa halus manusia, semacam organ
peraba yang tak tampak, dengan mana orang dapat meraba-raba perasaan dan
pikiran orang lain sampai sedalam-dalamnya dan dengan mana orang dapat
menerima atau menolak sesuatu. Dijelaskan, perasaan ini bertempat di hati. [18]
__________
[14]. Soenarto Mertowardojo R, Hardjoprakoso RT, Trihardono Soemodihardjo R: Sasangka Jati,
Repr.Jatop. 523/B. 1954. Bab Gumelaring Dumadi. h. 60-61.
[15]. Yasadipura I: Dewa Ruci, diterbitkan oleh M. Ng. Kramaprawira dengan perantaraan Percetakan
Van Dorp. 1870, 1873, 1880.
[16]. Soenarto Mertowardojo R, Hardjoprakoso RT, Trihardono Soemodihardjo R: Sasangka Jati,
Repr.Jatop. 523/B. 1954 h. 62 Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[17]. Soenarto dkk. Bab Gumelaring Dumadi h. 52
[18]. Soenarto dkk. Bab Hasta Sila h. 19
94 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 2.2.4: Pengucap bukan Pengecap Selain indra-indra penglihatan, pendengaran, dan pembau, ada yang disebut indra perasa ialah rasa halus manusia. Organ peraba ini tidak tampak, tetapi dapat meraba-raba perasaan dan pikiran orang lain sampai sedalam-dalamnya. Orang dapat menerima atau menolak sesuatu tanpa pemikiran intelektual. Manusia berinteraksi dengan lingkungannya (makrokosmos) di jembatani oleh indra Pengucap (bahasa). Pada indra-indra itu dibedakan bagian kasar dan bagian halusnya. Dalam kegiatan kita yang memerlukan kesadaran penuh, maka bagian yang kasar dipergunakan untuk pengamatan kita keluar. Selama orang tidur di dalam mimpi atau di dalam lamunan tanpa kesadaran maka bagian yang halus tetap bekerja.
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS ALAM SEMESTA
===============l Pancaindra l========================== [penglihatan, pendengar, pembau, perasa(an) dan ]
MIKROKOSMOS (Manusia seutuhnya)
Bumi 7 lapis (Materi Kasar-Raga,Fisik-Kimiawi)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Langit 7 lapis (Materi Halus-Jiwa, Rohani)
- - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
ALAM SEJATI (Pusat Imateri)
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 95
Pengucap sebagai jembatan antara dunia luar dan manusia merupakan juga
kemungkinan terjadinya interaksi antara manusia dengan lingkungannya dan
karena itu dimasukkan sebagai salah satu indra. Pada indra-indra itu dibedakan
Bumi sebutan lain dari soma (badan/jasmani kasar), tempat terseleng-
garanya proses-proses jasmaniah biasa (biologi, fisika-kimiawi) seperti
pergantian zat gizi, air, garam, sirkulasi darah, dan pernafasan. Langit,
sebutan lain dari psike (badan/jasmani halus), tempat terselenggara
mekanisme-mekanisme mental atau jiwa, dalam hal ini bukan rohaniah.
bagian kasar dan bagian halusnya. Bagian yang kasar biasa dipergunakan dalam
kehidupan kita yang sadar penuh, untuk pengamatan kita keluar. Bagian yang
halus tetap bekerja selama orang tidur di dalam mimpi atau di dalam lamunan. [19]
Badan/jasmani, materinya terdiri atas bagian materi kasar dan materi halus. [20] Di dalam badan/jasmani kasar (soma) yang disebut juga bumi, terselenggara
proses-proses jasmaniah biasa seperti pengambilan dan distribusi oksigen,
oksigenisasi jaringan, pergantian zat gizi, air, dan garam. Terdapat juga sirkulasi
darah, pernafasan, dan gerak motorik otot-otot tubuh. Di dalam badan/jasmani
halus (psike), yang disebut juga langit, terselenggara mekanisme-mekanisme
psikologi, mental, atau jiwa.
Kedua badan/jasmani ini, kasar dan halus, terjalin dengan eratnya. Kiranya
dapat dibandingkan dengan perumpamaan seperti hubungan air dengan uap di
atasnya. Pengaruhnya datang dari dan diterima oleh kedua belah pihak.
Bumi yang bermateri kasar dan langit yang bermateri halus masing-masing
terbagi atas tujuh saf, yang satu tidak terletak di samping yang lain, tetapi yang
satu merembes dan menembus yang lain. Ketujuh saf ini terjadi karena
perbedaan kepadatan materinya, yang disusun dalam tujuh konsentrasi. [21] Ma-
__________
[19]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-4-1949
[20]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954. h. 52 Bab Gumelaring Dumadi (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[21]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 129 Bab Tunggal Sabda (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
96 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tampak air laut yang disinari matahari dengan uap air yang jenuh di atasnya
Foto 2.2.3: Kontinuitas antara Air Laut dengan Uap Air di Atasnya Kabut adalah titik-titk air yang merupakan hasil kondensasi atau sublimasi dari uap air yang terapung-apung di atmosfer dekat permukaan laut. Melalui suatu proses kondensasi, uap air dalam atmosfer akan berubah wujud menjadi cair atau padat menjadi titik-titik air atau bersublimasi menjadi kristal-kristal es. Titik-titik air dan kristal-kristal es yang berkumpul, melayang-layang di lapisan atmosfer yang tinggi disebut awan, namun disebut kabut bila melayang-layang di lapisan atmosfer dekat permukaan yang rendah, yaitu di atas laut atau di permukaan tanah.
Bumi (soma) yang bermateri kasar dan langit (psike) yang bermateri halus dapat diumpamakan berhubungan seperti air di lautan dengan uap air di atasnya. Masing-masing terbagi atas tujuh saf, yang satu tidak terletak di samping yang lain, tetapi yang satu merembes dan menembus yang lain. Ketujuh saf ini terjadi karena perbedaan kepadatan materinya, yang disusun dalam tujuh konsentrasi.
Manusia disebut juga sebagai jagad-kecil (hidup dengan busana kecil), dunia-kecil atau mikrokosmos, karena semua unsur materi (kasar dan halus), dan pusat imateri yang paling transendental) dengan Tripurusa diwakili di dalamnya (rohaniah, spiritual). Alam semesta, universum, Hidup dengan busana besar, disebut jagad besar atau makrokosmos, manusia termasuk di dalamnya.
__________ http://lh5.ggpht.com/_4gi2AEV7AIw/SlzUMV_3M8I/AAAAAAAAAIY/B4sVpYa4_Lo/kabutuap18.jpg cited December 12, 2011. http://kurnia-geografi.blogspot.com/2011/04/kabut.html cited December 12, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 97
sih ada satu lagi yang paling transendental yang disebut Candra Jiwa Indonesia
sebagai pusat imateri yang melengkapi sebutan manusia sebagai makhluk
rohaniah (spiritual).
Mikrokosmos (dunia kecil) adalah Hidup dengan busana kecil , yaitu
manusia dengan semua unsur materi dengan Tripurusa di pusatnya
(imateri). Makrokosmos, adalah alam semesta, universum. Makrokosmos
(alam semesta) adalah Hidup dengan busana besar.
Manusia disebut juga jagad-kecil, dunia-kecil atau mikrokosmos, karena
semua unsur materi dan juga Tripurusa diwakili di dalamnya. Alam semesta,
universum, Hidup dengan busana besar, disebut jagad besar atau makrokosmos. [22] Maka terlihatlah dalam struktur candra jiwa manusia Indonesia dengan
berbagai pusat vitalitas:
I. Yang imateri atau tidak terikat materi: Tripurusa, Triaspek terdiri atas; Suksma
Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci.
II. Yang materi atau terikat oleh materi:
1. Angan-angan: a. Cipta - Pangaribawa, b. Nalar – Prabawa, c. Pangerti –
Kemayan.
2. Nafsu-nafsu: a. Mutmainah, b. Amarah, c. Sufiah, d. Luamah.
3. Perasaan (rasa-pangrasa). Sentra/pusat vitalitas terikat materi yang ketiga
ini ialah rasa-pangrasa atau hidup-perasaan.
Nafsu, angan-angan dan perasaan adalah sebagai ’tiga makhluk’ yang berlain-
lainan, masing-masing berjuang dan bekerja untuk diri sendiri dan karena itu
dapat menimbulkan ketidakselarasan. [23]
__________
[22]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 h. 129 Bab Gumelaring Dumadi h. 52 (selanjutnya Soenarto dkk. Sasangka Jati)
[23]. Tr. Soemodihardjo: Surat kepada Soemantri tentang ―memahami hidup‖ 1952
98 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 2.3.1: Sang Aku adalah Pimpinan Mental (Jiwa) Manusia Refleksi Tripurusa di dalam badan/jasmani sebagai angan-angan. Sang Aku manusia adalah kristalisasi dari angan-angan dan secara potensial adalah pimpinan atas rasa-pangrasa atau perasaan dan nafsu-nafsu. Kesadaran pribadi yang mengandung rasa puas itu adalah manifestasi terbentuknya hubungan erat ketiganya di dalam batin.
Sifat utama angan-angan adalah kedaulatan (walaupun terbatas) dan angan-angan selalu berhubungan dengan pangrasa (perasaan). Angan-angan merealisasikan potensi tertentu karena ikatannya dengan nafsu dan alat-alat pelaksana jasmani.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
(FISIK)
Angan-angan,
Perasaan, Nafsu-nafsu
HIDUP SEJATI Pusat Imateri
(SPIRITUAL)
(MENTAL)
[Aku]
Materi Kasar
Materi Halus
MAKROKOSMOS
--------------------l Rahsa Jati l-------------------- Rahsa Jati
ǁǁǁǁǁ
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 99
2.3 FUNGSI JIWA
Selama perkembangan soma, somatik, badan/jasmani manusia, kita
melihat berbagai pusat/sentra vitalitas berdiferensiasi, masing-masing dengan
Pusat imateri yang hakiki, adalah Tripurusa menurut Candra Jiwa
Indonesia. Manusia menjadi sadar bahwa ia hidup karena Sumber
Hidup melalui Utusan-Nya menyisipkan Hidup di dalam diri manusia.
daerah kerjanya sendiri. Tripurusa adalah pusat imateri yang hakiki, menurut
candra jiwa manusia Indonesia, adalah yang menyisipkan Hidup di dalam
manusia dan yang menyebabkan manusia sadar bahwa ia hidup. Selanjutnya, ada
angan-angan yang terjadi karena refleksi Tripurusa di dalam badan/jasmani.
Angan-angan ini membentuk sang Aku manusia dan potensial memegang
pimpinan atas rasa-pangrasa atau disingkat pangrasa dan nafsu-nafsu. [1]
Sifat utama angan-angan adalah kedaulatan (walaupun terbatas) dan
angan-angan selalu berhubungan dengan pangrasa. Angan-angan merealisasikan
potensi tertentu karena ikatannya dengan nafsu dan alat-alat pelaksana jasmani.
Angan-angan adalah pendukung dan pemegang kesadaran pribadi.
Karena ikatan yang erat antara angan-angan dengan perasaan dan nafsu-
nafsu [pemuas], maka kesadaran pribadi ini mengandung rasa puas (lust). Karena
itu sadar pribadi menutupi kesadaran Tripurusa dan menyebabkan kesadaran
Tripurusa ini menjadi tersilam atau latent. Karena Suksma Kawekas itu adalah
bentuk asal dari semua Hidup, maka kesadaran yang ada pada Tripurusa adalah
sesuatu yang kolektif, yaitu kesadaran yang kolektif.
__________
[1]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 62.
100 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 2.3.2: Sadar Pribadi Menyelimuti Sadar Kolektif Angan-angan adalah pendukung dan pemegang sadar pribadi. Karena ikatan yang erat antara angan-angan dengan perasaan dan nafsu-nafsu, maka sadar pribadi ini mengandung rasa puas (lust). Karena itu sadar pribadi menutupi kesadaran Tripurusa dan menyebabkan kesadaran Tripurusa ini menjadi tersilam atau latent. Sebaliknya, Suksma Kawekas itu adalah bentuk asal dari semua Hidup, maka kesadaran yang ada pada Tripurusa adalah kesadaran kolektif yang meliputi mikro dan makrokosmos sampai tak terbayangkan. Dengan upaya introspeksi yang sungguh-sungguh manusia berpotensi mengenal jati dirinya kembali, menerima anugerah intuisi, dan menyelesaikan evolusi egonya dalam peristiwa Pamudaran.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
FISIK
Dimensi-2
MENTAL Dimensi-3
TRIPURUSA
SPIRITUAL Dimensi-4
MIKROKOSMOS
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
ǁǁǁǁǁ
ǁ
SSSaaadddaaarrr
KKKooollleeekkktttiiifff
SSSaaadddaaarrr PPPrrriiibbbaaadddiii
MAKROKOSMOS Manusia, Dewa, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, dan Mineral
Dimensi-1
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 101
Hidup itu ada di mana-mana, baik mikro atau makrokosmos. Ada kesatuan
dan keseluruhan, unitas dan totalitas. Karena Aku manusia itu terbatas oleh dan
terbatas pada dirinya sendiri, yaitu oleh individualitasnya, maka manusia tidak
Karena Suksma Kawekas itu adalah bentuk asal, sumber dari semua
Hidup, maka kesadaran yang ada pada Tripurusa adalah sadar
kolektif. Suksma Sejati, sadar kolektif dinamis utusan abadi Suksma
Kawekas, sadar kolektif statis. Suksma Sejati adalah yang menyisipkan
hidupnya Roh Suci, sang pemilik sadar terbatas, sang Aku-imateri.
mengalami totalitas itu. Kedaulatan Aku menjauhkan diri, memisahkan diri dari
kesatuan dan keseluruhan yang lebih tinggi itu.
Menerima kesatuan dan keseluruhan yang lebih tinggi berarti menem--
patkan kedaulatannya sendiri di bawahnya. Karena individualitasnya timbullah
pemisahan, dan karena itu seakan-akan dibuang dari Hidup dalam bentuk asalnya.
Di dalam pembuangan ini sang Aku mempunyai fungsi pimpinan sentral terhadap
perasaan, nafsu dan alat-alat pelaksana. Angan-angan mendorong aktivitas nafsu
dan mampu mengalirkan aktivitas itu melalui jalan-jalan tertentu.
Keluar, sang Aku mewakili seluruh jasmani dan bertanggung jawab juga
atas aktivitas perasaan. Tetapi menurut struktur jiwa, sang Aku hanya dibentuk
oleh angan-angan. Sang Aku meliputi perasaan dan nafsu-nafsu sebagai selubung.
Bagian-bagian yang membentuk angan-angan: cipta, nalar, dan pangerti,
beserta keempat kekuatan nafsu: luamah, sufiah, amarah, dan mutmainah,
disebut kekuatan-kekuatan saudara sang Aku. [2] Jadi ada tujuh kekuatan saudara,
saudara-tujuh. Kekuatan-kekuatan ini menjadi satu kekuatan yang terintegrasi.
Penggabungan ini biasanya tidak total, karena itu ketujuh saudara itu masing-
masing masih mempunyai kebebasan bergerak terhadap yang sudah tergabung.
__________
[2]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus 1949.
102 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 2.3.1: Bayu Sejati adalah Totalitas Integrasi Tujuh Saudara Kekuatan yang terintegrasi tujuh-saudara sang Aku dibentuk oleh potensi angan-angan: cipta, nalar, dan pangerti, beserta keempat kekuatan nafsu: luamah, sufiah, amarah dan mutmainah. Penggabungan ini biasanya tidak total, karena itu ketujuh saudara itu masing-masing masih mempunyai kebebasan bergerak terhadap yang sudah tergabung. Kalau penggabungan ini total, maka tenaga totalnya disebut Bayu Sejati dan dia ini dapat menge-luarkan kemampuan-kemampuan supranatural. Hanya ada dua kemungkinan manusia meletakkan titik berat kesadaran hidupnya, perta-ma terletak di dalam pusat imateri, yaitu Tripurusa dan kedua di dalam badan/jasmani. Titik berat kesadaran tersebut di dalam badan/jasmani halus (psike) dapat terletak pada ke-mampuan-kemampuan intelektual (angan-angan), atau pada kualitas-kualitas perasaan (pangrasa) atau pada daya-daya keinginan-kemauannya (nafsu-nafsu).
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam Semesta dan Seisinya
==============l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Manusia seutuhnya
Fisik Jasmani Kasar, Fisik-Kimiawi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental Jasmani Halus, jiwa, batin
Tujuh-saudara (Bayu Sejati) Angan-angan: 1cipta, 2nalar dan 3pangerti Nafsu-nafsu: 4luwamah, 5sufiah, 6amarah, dan 7mutmainah
- - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: 3.Roh Suci, 2.Suksma Sejati, 1.Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati (Pusat Imateri)
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 103
Kalau penggabungan ini total, maka tenaga totalnya disebut Bayu Sejati. [3]
Dia ini dapat mengeluarkan kemampuan-kemampuan supranatural seperti dapat
melihat hal-hal yang tersembunyi dan yang belum terjadi, pandai mengobati, tele-
Ekstraversi sang Aku mewakili seluruh jasmani dan bertanggung jawab
atas aktivitas perasaan dan nafu-nafsu. Sesuai dengan struktur jiwa,
sang Aku hanya dibentuk oleh angan-angan dan merupakan kristalisasi-
nya. Akhirnya, sang Aku menyelubungi seluruh perasaan, nafsu-nafsu,
dan pusat hidup imateri (Tripurusa).
pati, dan sebagainya. Dengan Bayu Sejati orang dapat umpamanya, menemukan
tanpa ragu-ragu barang-barang yang hilang, dengan mata tertutup menjalankan
mobil di jalan yang ramai, dan menarikan tarian yang belum pernah dilihat sebe-
lumnya.
Bayu Sejati dapat diaktifkan menurut kehendak. Tetapi penggabungan
kekuatannya terikat pada syarat-syarat tertentu. (periksa bab: Tentang
Kesadaran Aku). Di dalam keadaan Bayu Sejati kesadaran tetap utuh sepenuhnya.
Ada ikatan yang mengintegrasikan antara Tripurusa, angan-angan, perasaan
dan nafsu. Mengingat kenyataan bahwa keempatnya itu dapat dipandang
sebagai pusat-pusat vitalitas dari manusia, maka yang menjadi soal adalah di
mana orang-orang itu meletakkan titik berat hidupnya. Pada Tripurusa, pada
angan-angan, pada perasaan atau pada nafsu-nafsu.
Sesungguhnya hanya ada dua kemungkinan, pertama titik berat itu terletak
di dalam pusat imateri, yaitu Tripurusa. Kedua di dalam badan/jasmani, dapat
terletak pada angan-angan (daya-daya intelektual), atau pada perasaan (kualitas-
kualitas perasaan) atau pada nafsu-nafsu (daya-daya keinginan). Bagaimanakah
terselenggaranya kerja sama antara angan-angan, perasaan, dan nafsu?
__________
[3]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 60 .
104 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 2.3.3: Titik Berat Polaritas Hidup Ada ikatan yang mengintegrasikan antara Tripurusa, angan-angan, perasaan dan nafsu. Mengingat kenyataan bahwa keempatnya itu dapat dipandang sebagai pusat/sentra vitalitas dari manusia, maka orang-orang itu dapat meletakkan titikberat hidupnya pada Tripurusa, angan-angan, perasaan, atau pada nafsu-nafsu.
Perhatikan di mana polaritas hidup diletakkan, pertama titik berat itu itu terletak di dalam pusat imateri, yaitu Tripurusa. Kedua di dalam badan/jasmani, materi halus. Nafsu sebagai daya dorong yang tak-sadar merupakan daya pendorongnya atau motor yang menggerakkan angan-angan dan perasaan. Angan-angan dan perasaan adalah peralatan yang terletak pada dataran sadar. ________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
(FISIK)
Angan-angan, Perasaan, Nafsu-nafsu
DTRIPURUSA Sadar Kolektif
(SPIRITUAL)
Sadar Pribadi
(MENTAL)
Asadar
Biologis
MAKROKOSMOS Asadar Kolektif
--------------------l Rahsa Jati l-------------------- Rahsa Jati
ǁǁǁǁǁ
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 105
Nafsu sebagai dorongan tak sadar merupakan daya pendorong atau motor
yang menggerakkan angan-angan dan perasaan. Angan-angan dan perasaan
adalah peralatan yang terletak di bidang sadar. Nafsu luamah dan mutmainah
Awalnya nafsu luamah memberdayakan egosentripetal. Sufiah melepas-
kan nafsu keinginan untuk bergabung. Amarah diaktifkan keinginan
untuk memberdayakan kemauan atau daya keuletan usaha supaya
keinginan itu tercapai. Hasil kerja luamah, sufiah, dan amarah ini menu-
ju ke angan-angan. Ciptalah pembentuk bayangan akhir yang diingini.
berlawanan polaritasnya. [4] Luamah adalah nafsu yang egosentripetal, mutmai-
nah egosentrifugal. [5] Sufiah dan amarah dapat dianggap sebagai nafsu-nafsu
pembantu.
Mula-mula luamah mengeluarkan nafsu egosentripetal. Sufiah menyambut
dengan melepaskan nafsu keinginan untuk digabungkan dengan nafsu yang
pertama. Keinginan ini mengaktifkan amarah, yang lalu membantu keinginan itu
dengan menghasilkan daya kemauan atau daya keuletan usaha untuk mencapai
keinginan itu tadi. Kombinasi hasil kerja luamah, sufiah, dan amarah ini
diteruskan kepada angan-angan.
Cipta lalu membentuk bayangan dari apa yang diingini. Nalar
mengasosiasikan bayangan itu dengan bayangan-bayangan lain yang tersedia dan
atau dengan hasil pengamatan pada waktu itu juga. Karena itu pangerti
mendapat pandangan yang menyeluruh tentang apa yang diingini. Karena pe-
__________
[4]. Catatan penterjemah. Berlawanan polarisasi seperti keberadaan kutup positif dan negatif dengan ciri-
ciri: a. Adanya yang satu disebabkan adanya yang lain. b. Walaupun kedua kutub itu berlawanan,
keduanya itu bersama-sama merupakan satu kesatuan.
[5]. Sentripetal= gerak menuju pusat, sentrifugal= gerak menjauh dari pusat. Egosentri-petal= (nafsu)
yang menuju ke arah pemuasan kepentingan dan kesenangan diri sendiri. Egosentrifugal= (nafsu) yang
menuju kepada pemuasan kepentingan dan kesenangan bukan akunya sendiri, untuk kepentingan orang
lain, masyarakat dan Tuhan.
106 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ilustrator: Santoso Oetomo, 2011
Gambar 2.3.1: Kereta Kencana dengan Empat Ekor Kudanya Nafsu-nafsu sebagai daya dorong, motor atau daya tarik dapat digambarkan sebagai kekuatan (power) empat ekor kuda yang harus dikendalikan oleh Saisnya (angan-angan). Sais yang bijak akan mendengarkan arahan dari Roh Sucinya (akunya yang abadi, bagian dari Tripurusa) sebagai penumpang agar tidak tersesat di jalan simpangan. Matahari dan sinarnya melambangkan Suksma Kawekas dan Suksma Sejati. Secara ideal, Kuda putih (mutmainah) sebagai kuda penjuru dan kuda kuning harus dipasang di baris depan. Baris belakang barulah dipasang kuda hitam atau violet tua (luamah) dan kuda merah (amarah). Suatu ilustrasi manusia ideal yang menampakkan pola hidup sehari-hari dengan berperilaku budi luhur. Integrasi awal antara kuda putih dan kuda kuning (asmara sufi-laya) sangat dibutuhkan untuk harmonisasi dan integrasi penuh kekuatan empat ekor kuda, karena integrasi dua kuda baris depan itu bersifat egosentrifugal; mendorong ke perbuatan-perbuatan sosial dan supra sosial.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 107
ngertian yang telah tercapai oleh pangerti ini, maka bayangan tentang yang dii-
ngini itu lebih dipertajam lagi.
Mutmainah memerlukan sufiah untuk bermanifestasi keluar. Kombinasi
mutmainah dan sufiah mendorong keinginan pada kemurahan dan
kebaikan hati, keluhuran budi, serta berbakti kepada sumber dan asal
mula hidup, jadi mendorong ke arah perbuatan sosial dan suprasosial.
Angan-angan menggerakkan alat-alat indra agar lebih waspada,
merangsang nafsu lagi untuk lebih memperkuat lagi keinginannya dan memo-
bilisasi alat-alat pelaksana; dengan demikian tercapailah apa yang diingini. [6]
Yang diingini itu tidak perlu berupa barang. Dapat juga sesuatu yang abstrak,
umpamanya kedudukan, tingkat pendidikan atau kemajuan tertentu dan sebagai-
nya.
Mutmainah juga tidak dapat berkembang tanpa sufiah. Kombinasi
mutmainah dan sufiah merangsang keinginan pada kemurahan dan kebaikan hati,
keluhuran budi, cinta kepada sesama manusia, jadi mendorong ke arah
perbuatan sosial dan suprasosial. [7] Sesudah itu berlangsung prosedur yang sama
dengan angan-angan, pancaindra dan alat-alat pelaksana.
Jika mutmainah yang bersifat sosial dan suprasosial itu mendominasi,
luamah lalu tidak menjadi pengambil inisiatif dan berkuasa seperti raja, tetapi lalu
menjadi hamba yang taat, sedangkan sifatnya yang egosentripetal itu berubah
menjadi kekuatan jasmani, daya tahan terhadap kekuatan, penderitaan, dan
toleransi. [8] Jadi ada kemungkinan konversi [9] pada luamah (polaritas berubah
netral), berbeda dengan mutmainah yang tidak mempunyai kemungkinan ini
(selamanya berpolaritas positif).
__________
[6]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-6-1949.
[7]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 62, 63 .
[8]. Idem.
[9]. Catatan penterjemah. Konversi= perubahan, penggantian, biasa dikatakan tentang hutang negara yang
diubah/ diganti suku bunganya.
108 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Studi bangunan mimpi dan konstruksi gejala-gejala neurosis (Candra Jiwa Freud)
Gambar 2.3.2 : Fenomena Gunung Es pada Kesadaran Manusia Menurut Freud
Hanya sebagian kecil, kira-kira sepersepuluh dari seluruh jiwa manusia dalam keadaan sadar. Sisanya terletak pada bidang prasadar dan asadar. Ego dan Superego berhubungan dengan bidang sadar dan hanya Id yang menempati bidang asadar tanpa bersentuhan dengan bidang sadar.
Jika keinginan tercapai, badan/jasmani mengalami rasa positif. Jika yang diingini hilang, rusak atau mati, atau tidak tercapai, maka perasaan itu menjadi negatif. Dalam hal demikian, maka keinginan yang tidak tercapai beserta bayangan-bayangan yang bertalian dengan itu disimpan dalam angan-angan dalam arti sempit.
Angan-angan dalam arti sempit yang penuh sesak menyebabkan keadaan sakit (depresi, neurosis, dan penyakit psikosomatik lainnya) atau menyebabkan angan-angan yang mem-bongkar sendiri muatan-muatannya melalui ucapan, gerak-gerak tangan waktu bicara dan impian-impian. Angan-angan yang penuh sesak dapat dibongkar tanpa akibat-akibat yang merugikan melalui sikap menerima/tawakal.
__________ http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSQNLNwZt7ek5fFSybmH_J6VAhjWt0TRcqhc9ivEMtKgsYjpe4f7Q cited August 26, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 109
Angan-angan yang mengumpulkan pengetahuan dari dunia luar melalui
pancaindra, berkewajiban mengatur nafsu sedemikian rupa sehingga terpelihara
hubungan dan sikap yang baik terhadap dunia luar. Manusia harus menyesuaikan
Bila mutmainah mendominasi, luamah gagal menjadi penentu keputusan
agar berkuasa seperti raja, ia berubah menjadi hamba yang taat, sifat-
nya yang egosentripetal itu berubah menjadi kekuatan jasmani, daya
tahan terhadap kekuatan, penderitaan, dan toleransi. Kemungkinan
konversi dimiliki luamah dan tidak dimiliki oleh nafsu mutmainah.
diri dengan dunia luar dan karena itu ia harus menyalurkan nafsu-nafsunya mela-
lui jalan-jalan tertentu. Pembatasnya adalah adat-kebiasaan, etika, dan hukum
yang ada di masyarakat tersebut.
Jika keinginan tercapai, badan/jasmani mengalami rasa positif. Jika yang
diingini hilang, rusak atau mati, atau tidak tercapai, maka perasaan itu menjadi
negatif. Dalam hal demikian, maka keinginan yang tidak tercapai beserta
bayangan-bayangan yang bertalian dengan itu disimpan dalam angan-angan
dalam arti sempit. [10]
Angan-angan dalam arti sempit yang penuh sesak menyebabkan keadaan
sakit seperti depresi, neurosis, dan penyakit psikosomatik lainnya. Hal ini
menyebabkan angan-angannya sendiri yang membongkar muatan-muatannya
melalui ucapan, gerak-gerak tangan waktu bicara dan impian-impian. Angan-
angan yang penuh sesak dapat dibongkar tanpa akibat-akibat yang merugikan
melalui sikap menerima dan tawakal. [11]
Impian di dalam candra jiwa manusia Indonesia ini dipandang sebagai
meluapnya angan-angan yang terlalu penuh. Hanya bagian yang sangat kecil saja
dari jumlah impian yang mengandung perlambang tentang apa yang akan dialami
oleh orang yang bermimpi dalam waktu dekat. [12] Tentang impian semacam ini,
__________
[10]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-8-1949.
[11]. Idem.
[12]. Idem.
110 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Manusia senantiasa bermimpi, mengandung perlambang yang bersifat pribadi
Gambar 2.3.3 : Mimpi juga Perlambang dalam Arti Pribadi Candra jiwa manusia Indonesia ini memandang impian sebagai tumpahnya angan-angan yang terlalu penuh. Kira-kira hanya seperseratus saja dari jumlah impian yang mengan-dung perlambang tentang apa yang sungguh-sungguh akan terjadi dalam waktu dekat. Tentang impian semacam ini, dapat dikatakan istimewa karena dapat berupa pencerahan dari pusat imateri yang salah satunya adalah mengetahui tentang sesuatu yang akan terjadi dan lainnya adalah memecahkan persoalan-persoalan besar di masyarakat.
Apa dan bagaimana arti impian semacam itu, potensial hanya orang yang bermimpi itu sendiri yang mengetahuinya. Sebab impian itu memiliki makna yang khas dengan arti sangat pribadi. Hanya ahli budi, psikolog dan psikiater terlatih yang dapat menunjukkan artinya.
__________ http://www.jeffjonesillustration.com/images/illustration/00003-dream-factory.jpg cited August 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 111
bahasa Belanda mempergunakan istilah prophetis (propheet= nabi), sedang Jung
mempergunakan istilah vorfulend (merasa sebelumnya). [13]
Aktivitas sang Aku (asli) menutupi eksistensi Tripurusanya sehingga
menjadi latent. Sang Aku merasa berkuasa atas fisiknya dan mengang-
gap dirinya sebagai raja. Kalau nafsu sebagai daya dorong itu kuat dan
angan-angan lemah sebagai pimpinan, maka angan-angan akan menye-
suaikan diri dengan nafsu-nafsu. Nafsu luamah-sufiah menjadi dominan.
Sebenarnya apakah arti impian semacam itu, potensial hanya orang yang
bermimpi itu sendiri yang mengetahuinya, karena impian itu mempunyai lam-
bang dengan arti pribadi. Hanya ahli budi yang dapat menunjukkan artinya. [14]
Seperti telah dikatakan, aktivitas sang Aku yang asli (autochtoon) menutupi
keadaan Tripurusa-nya sehingga menjadi latent. Sang Aku merasa dirinya
menguasai badan/jasmani dan menganggap dirinya sebagai raja. Kalau nafsu
sebagai pendorong itu kuat adanya, sedangkan angan-angan lemah dalam
memegang pimpinan, maka angan-angan akan menyesuaikan diri dengan nafsu-
nafsu. Dalam hal ini kombinasi luamah-sufiah menguasai angan-angan, [15] ini
berarti bahwa hasrat-hasrat dan keinginan-keinginan egosentripetal merajelela di
dalam manusia.
Bila reaksi manusia terhadap dunia luar diwarnai hegemoni nafsu, maka
tampaknya manusia itu mengedepankan sifat-sifat nafsunya. Jika angan-angan
yang mendominasinya, maka manusia itu mengedepankan daya-daya
intelektualnya. Jika perasaan yang mendominasinya, maka dia adalah seorang
perasa.
__________
[13]. C.G. Jung. Socenprobleme der Gegenwart Rascher & Cie AG Verlag
Zurich ha. 99.
[14]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-6-1949.
[15]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. h. 64.
112 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 2.3.4: Pintu Gerbang (TheGate), Rahsa Jati Jika angan-angan terarah kepada Tripurusa, maka pemilihan bayangan, asosiasi dan pengertiannya selaras dengan Tripurusa. Maka dari Aku timbullah Aku yang lebih luhur, cipta yang lebih luhur, nalar yang lebih luhur, dan pangerti yang lebih luhur.
Dengan jalan inilah titik berat hidup manusia memindahkan diri ke Rahsa Jati, ”G” (TheGate), atau ambang kesadaran sejati Tripurusa. Tempat di mana kita mengalami perasaan yang terdalam dan terhalus sehingga terasa tempat itu sebagai pintu gerbang (TheGate, Rahsa Jati) untuk masuk ke alam prinsip imateri (Immaterial Centre, Pusat Imateri, Alam Sejati), menuju akhir dari perjalanan hidup manusia.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
BODY
Dimensi-2
MIND
Dimensi-3
Tripurusa
SOUL Dimensi-4
MIKROKOSMOS
[[[AAAkkkuuu]]]
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
ǁǁǁǁǁ
PPPuuusssaaattt
IIImmmaaattteeerrriii
AAAkkkuuu LLLuuuhhhuuurrr |G|
MAKROKOSMOS Manusia, Dewa, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, dan Mineral
Dimensi-1
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 113
Jika mutmainah lebih kuat dari luamah, maka sang Aku mempunyai sikap
sosial-suprasosial. [16] Dalam sikap demikian ini sang Aku berperilaku seperti hati
nuraninya, yang di dalam candra jiwa manusia Indonesia dianggap terdiri atas se-
Jika terlihat penampilan orang dengan hegemoni nafsu, pasti manusia
itu menonjolkan sifat-sifat nafsunya. Jika titik beratnya pada angan-
angan maka daya-daya intelektualnya mengemuka. Jika perasaan yang
mendominasinya dikedepankan, maka ia menjadi seorang perasa
mua pengalaman phylogenetik dan ontogenetik manusia, [17] di mana mutmai-
nah mempunyai saham yang besar. Karena sifatnya yang sosial dan suprasosial,
sang Aku dapat dengan mudah mengarahkan diri kepada Tripurusa, pusat imate-
rinya.
Jika angan-angan terarah kepada Tripurusa, maka pemilihan bayangan,
asosiasi dan pengertiannya selaras dengan Tripurusa. Maka timbullah Aku yang
lebih luhur, cipta yang lebih luhur, nalar yang lebih luhur, dan pangerti yang lebih
luhur. [18] Dengan jalan inilah titik berat hidup manusia memindahkan diri ke
Rahsa Jati, TheGate, atau ambang kesadaran sejati Tripurusa.
Di manakah Rahsa Jati ini? ”Jika orang khusuk dengan rasa bahwa hidup,
yang berada di setiap makhluk hidup, memanifestasikan diri kepadanya, maka ia
akan dapat menunjukkan di mana letaknya Rahsa Jati itu”. [19] Suasana bahagia
dan penuh harmoni di ”pintu gerbang” yang menjamin kontinuitas materi halus
dan imateri ini merupakan kenangan yang istimewa.
__________
[16]. Catatan: sikap suprasosial adalah berbakti kepada Tripurusa.
[17]. Catatan: pengalaman phylogenetik= pengalaman seseorang selama perkembangannya sejak dalam
kandungan atau sejak lahir. Pengalaman ontogenetik= pengalaman umat manusia seluruhnya selama
perkembangannya, sejak adanya hingga sekarang.
[18]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati, Repr.Jatop.
523/B. 1954 Bab Gumelaring Dumadi. H. 65
[19]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 1-6-1949.
114 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bima lawan Rukmakala di hutan Tikbrasara (gunung Reksamuka) mencari air suci Prawitasari
Foto 3.1.1: Perang Menaklukkan Hawa Nafsu Jahat Adalah Upaya Harmonisasi Jiwa Asli filosofi Jawa (wayang) di dalam episode Dewa Ruci, di dalam olahsemedi (introversi, introspeksi). Bima melawan dua raksasa Rukmuka (sudah kalah) dan Rukmakala, sebagai perwakilan dari godaan kenikmatan duniawi yang dapat dicapai oleh pancaindra seperti kekayaan, kedudukan, dan kecantikan mereka semua dapat dikalahkan di dalam olahbatinnya. Akhirnya bertemulah Bima (hamba) dengan Dewa ‘Suksma’ Ruci (Tuhan), di dalam samudra keheningan di pusat hatinya sendiri. Setelah sang Aku material (dimensi-3) mampu mengendalikan nafsu-nafsu sufiah, amarah dan luamah agar sesuai dengan arahan mutmainah menjadi taat, angan-angan menjadi sadar dan perasaannya selalu percaya kepada-Nya, derajatnya meningkat menjadi Sang Aku imateri (Roh Suci, TheSelf, dimensi-4) siap untuk menerima intuisi. Sang Aku derajatnya naik-turun kearah jasmani halus (psike,mental) atau ke pusat imateri sampai dipanggil kembali oleh sadar kolektif (Suksma Sejati, TheForce) secara permanen melalui proses Pamudaran kembali ke asalnya yang hakiki.
__________
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/08/1312160689773103280.jpg cited September 14, 2011.
http://www.joglosemar.co.id/kejawen/dewaruci.html cited July 1, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 115
BAB III
PSIKE
3.1 PENDAHULUAN Psike (mental, jiwa, mind) adalah dimensi (dunia, matra) ke-3, merupakan
badan/jasmani halus manusia. Memiliki tiga sentra vitalitas yang terdiri dari ang-
Rahsa Jati (TheGate) adalah titik singgung antara psike (mental) dan
Pusat Imateri (spiritual). Tripurusa/TriFoil , merupakan pusat hidup-
nya Alam Sejati di dalam diri manusia.
an-angan (cipta, nalar, dan pangerti), perasaan (positif dan negatif), dan nafsu-
nafsu (mutmainah, luamah, sufiah, dan amarah). Satu lagi sentra (pusat) vitalitas
(omnipotensi) pada dimen-si ke-4, yaitu Tripurusa (TreFoil) berada di pusat
imateri. Alam semesta adalah dimensi ke-1 dan badan/jasmani kasar (fisik, body)
dengan pancaindranya berada di dimensi ke-2. Di dalam dunia psike angan-
anganlah yang mendominasi, oleh karena itu disebut dunia angan-angan. Aku
adalah kristalisasi dari angan-angan oleh karena itu dapat juga disebut dunia aku,
karena Akulah yang menjadi sentral kehidupan.
Hati Nurani adalah candra manusia dan candra dunia karena berkembang
dalam pertemuannya dengan dunia luar dan dunia dalamnya manusia (sentra-
sentra vitalitas) baik yang sadar maupun yang tidak sadar. Hati Nurani disimpan
dalam angan-angan manusia dalam arti sempit yang bersifat asadar, tetapi
berbeda tempat dengan nafsu-nafsu yang juga bersifat asadar. Hati Nurani dapat
dikatakan sebagai lapis dalam sesudah dunia aku.
Rahsa Jati adalah esensi dari kehidupan perasaan, jadi bukan organ, tetapi
suasana tertentu dari kehidupan jiwa. Sepertinya ada suatu jalan (introversi)
ketika kita menjalankan cara hidup tertentu, kita dapat menggeser kesadaran
sang Aku dari kemungkinan-keberadaan yang material-halus ke yang imateri.
Rahsa Jati merupakan pintu masuk pada kemungkinan-keberadaan yang imateri
116 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati,
Pusat Imateri, spirit, Sentra Vitalitas ke-4, dimensi-4).
Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos. Bagan Transenden 3.2.1: Mikrokosmos Alam semesta dapat kita bagi dua. Kedua kosmosnya yaitu makro dan mikrokosmos. Dari luar (Alam Semesta) ke dalam kita mempunyai bentuk-bentuk keberadaan yang material-kasar (jasmani), material-halus (jiwa), dan yang imateri (Pusat Imateri). Panca indra dapat mengamati bentuk keberadaan materi-kasar (dunia biologis manusia) dan benda-benda di alam semesta. Di dalam fisik manusia juga berlangsung proses-proses ilmu alam dan ilmu kimia yang ditunjang oleh sistim-sistim anatomi-fisiologi tubuh sebagai sistim penunjang kehidupan manusia.
Di bagian terdalam dari mikrokosmos merupakan suatu Pusat Imateri, alam spiritual, alam rohani, bahkan alam sejatinya manusia sebagai pusat hidupnya. (D1-4= dimensi, matra, dunia).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
D1 Alam Semesta MAKROKOSMOS
===========l Pancaindra l=============================== MIKROKOSMOS Sistim Penunjang Hidup:
Sistim saraf pusat dan perifer Sistim sirkulasi kardio-vaskular Sistim paru dan pernafasan Sistim pencernaan dan hepato-bilier
D2 Fisik Jasmani Kasar (Fisik-Kimiawi) Soma
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 Mental Jasmani Halus (jiwa, batin) Psike
- - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 Spiritual Rohani Pusat Imateri
Alam Sejati =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 117
dapat dianggap sebagai titik akhir dan tujuan dari jalan itu, sebagai candra ideal
dari manusia.
Nafsu luamah (egosentripetal; negatif dan netral) adalah nafsu untuk
keselamatan diri dan mutmainah (egosentrifugal: sosial dan suprasosi-
al): nafsu untuk kehidupan bersama. Sufiah merupakan sumber keingi-
nan dan hasrat serta Amarah menyiratkan kemauan dan semangat.
3.2 MENTAL
Seperti yang akan kita pelajari setelah ini dalam bagian yang membahas
tentang aspek-aspek struktural dan fungsional pada umumnya manusia sebagai
keseluruhan terdiri atas tiga bentuk keberadaan yang berbeda-beda, yang saling
berhubungan dengan sangat eratnya. Dari luar ke dalam kita mempunyai bentuk-
bentuk keberadaan yang materi-kasar, materi-halus dan yang imateri. Bentuk
keberadaan yang materi-kasar adalah dunia benda yang dapat diamati oleh
pancaindra, yang di dalamnya berlangsung proses-proses ilmu alam dan ilmu
kimia. Dunia ini sesuai dengan istilah Sinnlichraumliche Welt dari Karl Jaspers. [1]
Dunia keberadaan ini dapat kita samakan dengan dunia biologis. Ikatan
dengan dunia luar selebihnya berlangsung melalui pancaindra dan melalui fungsi-
fungsi vital seperti makan, minum, tidur, fungsi-fungsi ekskretoris, kardiovaskular,
pernafasan, pengaturan suhu, dan sebagainya. Daya hidup di dalam bentuk-
bentuk keberadaan material-kasar ini diselenggarakan oleh nafsu-nafsu luamah,
sufiah, amarah, dan mutmainah.
Di sini nafsu luamah merupakan nafsu untuk keselamatan diri dan
mutmainah adalah nafsu untuk kehidupan bersama, di mana individu itu berada.
Sufiah adalah sumber keinginan dan hasrat. Amarah merupakan kemauan dan
semangat. Permainan kekuatan nafsu-nafsu ini terselenggara dalam suasana
asadar (tidak sadar). Eksistensi badan/jasmani kasar ini terikat oleh ruang dan
waktu dan berlangsung sejak pembuahan sampai kematiannya.
__________
[1]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 154.
118 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 3.2.2: Nafsu-nafsu Manusia dilengkapi dengan kekuatan yang disebut nafsu. Nafsu luamah merupakan nafsu egoistik dan untuk keselamatan diri, melambangkan kekuatan kuda hitam dan mutmainah (putih) adalah nafsu untuk kehidupan bermasyarakat. Sufiah (kuning) adalah sumber hasrat dan keinginan. Amarah (merah) merupakan sentra semangat dan kemauan. Adu kekuatan/pertempuan nafsu-nafsu ini terselenggara dalam suasana asadar (tidak sadar), nafsu amarah dan sufiah tidak berpolaritas, menurut saja mana yang lebih dominan nafsu baik atau buruk.
Dominasi kehidupan di dalam dunia psike/mental ini adalah angan-angan, oleh karena itu disebut dunia angan-angan. Aku adalah kristalisasi dari angan-angan oleh karena itu dapat juga disebut dunia aku, karena Akulah yang menjadi sentral kehidupan. Dunia ini bersifat sadar dan terbatas, oleh karena itu memiliki sifat indivualitas (pribadi).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IIIIIINNaaffssuu:: -- -- -- -- 11MMuuttmmaaiinnaahh,, 22LLuuaammaahh MMeennttaall 33SSuuffiiaahh,, 44AAmmaarraahh
IIAAnnggaann--aannggaann Aku IIIIPPeerraassaaaann
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 119
Bentuk keberadaan yang material-halus adalah dunia jiwa, psike, dunia mental.
Di dalam dunia jiwa ini, angan-angan yang mendominasi, karena itu dapat dise-
Sadar adalah dunianya sang Aku. Karena kesadaran itu terbatas, terja-
dilah individualitas. Disebut juga kesadaran individual atau kesadaran
pribadi. Candra Jiwa Indonesia menerima kemungkinan adanya eksis-
tensi dunia Aku sesudah matinya jasmani kasar.
but dunia angan-angan atau dunia Aku, sebab aku menduduki tempat yang
sentral di dalam angan-angan. Dunia ini sesuai dengan die seelisch-kulturelle
Welt dari Karl Jaspers. [2]
Dunia Aku ini adalah: sadar, dan karena kesadaran itu terbatas, jadi ada
individualitas, maka kesadaran terbatas ini adalah kesadaran individual atau
kesadaran pribadi. Bentuk-bentuk material halus ini terikat oleh ruang dan waktu
tetapi eksistensinya tidak terikat oleh bentuk keberadaan yang material-kasar.
Kemungkinan adanya eksistensi dunia Aku sesudah matinya jasmani kasar,
diterima di dalam Candra Jiwa Indonesia.
Dunia Aku ini berhubungan dengan dunia luar melalui pancaindra.
Eksistensi dunia Aku ini tidak selalu tergantung dari fungsi-fungsi vital
badan/jasmani kasar seperti makan, minum, defekasi, pernafasan, denyut jantung
dan regulasi suhu. Jembatan antara bentuk keberadaan materi kasar dan materi
halus dibentuk oleh perasaan, emosi atau kehidupan perasaan. Nafsu yang
asadar mempunyai hubungan dengan angan-angan, sehingga aktivitas-aktivitas
nafsu dapat memasuki kesadaran pribadi. Jadi di dalam bentuk keberadaan yang
material halus itu berlangsung kehidupan tiga kompleks atau sentra. [3]
__________
[2]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 170.
[3]. Penterjemah: Kompleks disini berarti suatu keseluruhan yang tersusun, lawannya ialah simpleks
atau tunggal. Arti yang lain ialah: kelompok tanggapan yang bersifat emosional, kerap kali dengan
makna kelompok tanggapan yang terdesak ke dalam ke-asadaran.
120 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 3.2.1: Empat Sentra Vitalitas Kehidupan budaya manusia adalah suatu kebutuhan duniawi yang ditentukan oleh sentra-sentra (sentra: materi; pusat: imateri) vitalitas mental (I, II, III) agar dipenuhi oleh sang Aku menurut Karl Jaspers. Sang Aku dan dunia luar berinteraksi psikis, saling pengaruh dan memengaruhi. Angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu berkembang karena kontak dan pertemuan dalam interaksi tersebut.
Nafsu yang bersifat asadar berhubungan erat dengan angan-angan, sehingga aktivitas-aktivitas nafsu dapat memasuki kesadaran pribadi. Jadi di dalam bentuk keberadaan yang material halus (jiwa) itu berlangsung kehidupan tiga kompleks (sentra) vitalitas. Satu lagi pusat vitalitas (omnipotensi) berada di pusat imateri yaitu Tre/TriFoil, Tripurusa (IV) di alam sejatinya manusia.
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
Angan- angan
(I)
Perasaan (II)
TreFoil (IV)
II
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 121
Masing-masing kompleks aktif sendiri dan mempunyai ikatan tertentu
dengan sentra-sentra yang lain. Ketiga kompleks ini bertanggung jawab atas
vitalitas bentuk keberadaan yang material halus, dan karena itu disebut juga sen-
Bentuk-bentuk material halus (psike) terikat oleh ruang dan waktu
tetapi eksistensinya tidak terikat oleh bentuk keberadaan yang material-
kasar (soma). Psike merupakan sarang daya-daya intelektual (angan-
angan) dengan Aku sebagai pusatnya. Terdapat kehidupan perasaan,
serta perwakilan keinginan dan kemauan yang berupa nafsu-nafsu.
tra-sentra vitalitas. Ketiganya itu ialah angan-angan atau daya-daya intelektual
dengan Aku sebagai pusatnya, pangrasa atau kehidupan perasaan, dan nafsu-
nafsu sebagai kehidupan keinginan dan kemauan. Dunia Aku disebutkan demikian
karena memang mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang ditentukan oleh
keperluan sentra-sentra vitalitas itu. Kebutuhan-kebutuhan ini oleh Karl Jaspers
digolongkan dalam kehidupan budaya manusia. [4]
Ada interaksi psikis antara dunia aku dengan dunia luar, dan karena
pengaruh-memengaruhi ini yang berupa kontak dan pertemuan, maka
berkembanglah angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu. Bertumpuk-tumpuklah
pengalaman orang dan masyarakat. Orang yang mengalami beribu-ribu kejadian,
beribu-ribu suka dan duka, mengumpulkan bahan untuk membentuk suatu
konsepsi dan gambaran bagaimana ia harus hidup dan bagaimana ia harus
memandang dunia sekitarnya.
Ia membentuk suatu candra manusia dan suatu candra dunia. Candra
dunia dan candra manusia ini menjadi pedomannya, polanya, bagaimana ia
harus menolong dirinya sebaik-baiknya, apa yang harus ia perbuat untuk
menyelamatkan eksistensinya dan keseimbangannya. Candra dunia dan candra
manusia ini ialah hati nuraninya.
__________
[4]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 170.
122 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.2.3: Rahsa Jati (TheGate) Hati Nurani adalah candra manusia dan candra dunia karena berkembang dalam pertemuannya dengan dunia luar dan dunia dalamnya manusia (sentra-sentra vitalitas) baik yang sadar maupun yang tidak sadar. Hati nurani disimpan dalam angan-angan manusia dalam arti sempit yang bersifat asadar, tetapi berbeda tempat dengan nafsu-nafsu yang juga asadar. Rahsa Jati (TheGate) adalah titik singgung antara psike (mental) dan Pusat Imateri. Tri-purusa, Trifoil (Trefoil), merupakan pusat hidupnya Alam Sejati di dalam diri manusia. Rahsa Jati adalah esensi dari kehidupan perasaan, jadi bukan organ, tetapi suasana tertentu dari kehidupan jiwa. Kemungkinan-keberadaan yang imateri memiliki ambang pintu masuk sebagai pintu gerbangnya yaitu TheGate, Rahsa Jati.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l=========================== MIKROKOSMOS Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
PPeerraassaaaann NNaaffssuu Mental
AAnnggaann--aannggaann-- -- -- --AArrttii LLuuaass ((SSaaddaarr)) AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))::-- -- -- --AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))
Aku
HHAATTII NNUURRAANNII - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TriPurusa: 3Roh Suci Spiritual
2Suksma Sejati (Pusat Imateri)
1Suksma Kawekas Alam Sejati ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 123
Aspek-aspek tertentu dari hati nurani dapat dimasukkan ke dalam
kesadaran menurut kebutuhan. Aspek-aspek hati nurani yang disadarkan itu
timbul sebagai tanggapan-tanggapan pikiran di dalam angan-angan dan dari sini
Dunia-Aku (Karl Jaspers) membutuhkan kehidupan budaya manusia
seperti yang ditentukan oleh keinginan, kemauan, dan sentra-sentra
vitalitas lainnya di dalam dunia psikenya.
melepaskan daya kerjanya terhadap kehidupan perasaan dan kemauan serta
terhadap alat-alat pelaksana. Jadi hati nurani menggunakan perangkat dan
saluran yang ada untuk mengembangkan daya kerjanya. Dunia ini dapat
disamakan dengan metaphysische Welt dari Karl Jaspers. [5]
Bentuk-keberadaan (mikrokosmos) yang ketiga ialah dunia Hidup imateri,
Tripurusa, Tri/Trefoil, yang titik singgungnya berada di dalam Rahsa Jati. Rahsa
Jati ini bukan organ, tetapi suasana tertentu dari kehidupan jiwa, disebut juga
esensi dari kehidupan perasaan. Ia adalah pintu gerbang, TheGate, atau ambang
pintu masuk kemungkinan-keberadaan yang imateri.
Jadi hati nurani ini terjadi karena bertemunya dunia luar dengan manusia,
yang berbekal nafsu-nafsu asadar, serta angan-angan dan perasaannya yang
sadar. Hati nurani ini disimpan di dalam angan-angan manusia dalam arti-sempit
yang bersifat asadar, tetapi berlainan tempat dengan nafsu-nafsu asadar, jadi
keduanya itu secara struktural berbeda. Agar dapat pindah dari bentuk
keberadaan yang psikis (dunia Aku) ke kemungkinan-keberadaan yang imateri
(alam Tripurusa), sudah tentu harus ada jembatan penghubungnya. Kontinuitas
sebagai penghubung itu ada, berupa kesadaran (keadaan sadar).
Kemungkinan-keberadaan yang imateri ini tidak terikat oleh materi, karena
itu juga tidak terikat oleh ruang dan waktu. Kalau kesadaran itu pada suatu ketika
berada dalam kemungkinan keberadaan imateri, maka kesadaran itu tidak lagi
__________
[5]. Karl Jaspers. Psychologie der Weltanschaungen. Verlag von Julius Sprinter. Berlin 1925, h. 170.
124 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar Dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, D-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, D-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1. Hati nurani disimpan di
bagian angan-angan yang asadar dan berbeda struktur/tempat dengan bagian asadar nafsu-nafsu.
Bagan Transenden 3.2.4: Hati Nurani Hati nurani dalam status asadar terletak diantara 3-sentra vitalitas (angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu) dan Tripurusa sebagai pusat imateri. TreFoil, TriFoil (Tripurusa), merupakan pusat hidupnya Alam Sejati di dalam diri manusia. Ketiga aspek tersebut adalah TheSource (Suksma Kawekas) sebagai aspek statis; sumber hidup dan asal mula hidup, TheForce (Suksma Sejati) adalah aspek dinamis; yang meng-hidup-i, dan TheSelf yang di-hidup-i. Pada kesadaran kolektif tidak perlu lagi ada komunikasi dengan dunia luar dan dalam, bahkan pancaindra sudah tidak diperlukan karena Kesadaran Kolektif adalah suatu to-talitas universal. Pancaindra hanya dipergunakan dalam fungsi motorisnya sebab sudah tidak ada lagi interaksi psikis dengan dunia luar. Tidak ada lagi kemungkinan untuk tumbuh, oleh karena itu, semua yang bersifat terbatas dari kehidupan psikis juga menghilang.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l============================ MIKROKOSMOS MANUSIA Soma: Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
((Sadar) PPeerraassaaaann NNaaffssuu ((AAssaaddaarr)) Psike: Mental
AAnnggaann--aannggaann-- -- -- --AArrttii LLuuaass ((SSaaddaarr)) AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))::-- -- -- --AArrttii SSeemmppiitt ((AAssaaddaarr))
Aku
HHAATTII NNUURRAANNII - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TreFoil: 3TheSelf (Pusat Imateri) Spiritual 2TheForce, 1TheSource Kesadaran Kolektif
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 125
terikat oleh sesuatu, jadi tidak lagi terbatas oleh individualitas. Dalam keadaan demikian itu kesadaran adalah universal dan kolektif. Inilah dunia kesadaran ko-lektif.
Hati nurani terjadi karena pertemuan dan interaksinya dunia luar
dengan manusia, yang berbekal nafsu-nafsu asadar, serta angan-angan
dan perasaannya yang sadar. Hati nurani menggunakan perangkat dan
saluran yang ada untuk mengembangkan daya kerjanya.
Dunia kesadaran ini berada di dalam dan juga di luar manusia. Tak perlu
lagi ada komunikasi antara dunia luar dan dunia dalam. Pancaindra yang terbatas
karena kodratnya, tidak diperlukan lagi. Kesadaran kolektif ini adalah suatu
totalitas. Karena itu sudah tidak ada kebutuhan lagi, sebab tidak ada lagi
kemungkinan untuk tumbuh. Semua yang bersifat terbatas dari kehidupan psikis,
menghilang. Pembatasan-pembatasan pribadi dari angan-angan, perasaan dan
nafsu-nafsu menghilang.
Tidak ada kehidupan psikis yang pribadi lagi, pusat imateri menggunakan
dengan langsung alat-alat pelaksana. Karena tidak ada lagi interaksi psikis
dengan dunia luar, maka pancaindra hanya dipergunakan dalam fungsi
motorisnya. Jadi di dalam manusia terjadi tiga dunia (dimensi, matra), simultan
secara bersama-sama, saling merembes dan saling berdampingan.
Dipandang dari luar ke dalam, dapat dikatakan bahwa dunia material kasar,
material halus, dan imateri berada bereksistensi. Dapat juga dikatakan adanya
bentuk-keberadaan yang biologis, yang psikis, dan yang rohaniah. Urutan-urutan
ini, dapat juga diterangkan berdasarkan segi lain, yaitu asadar kolektif, melalui
asadar pribadi dan sadar pribadi ke sadar kolektif, atau dapat juga dikatakan dari
pemuasan nafsu tak terbatas, melalui pemuasan nafsu terbatas ke kosong-
pemuasan (karena tiada nafsu lagi).
Tiap orang meletakkan titikberat hidupnya khas bagi dirinya, berbeda-beda
yang satu dengan lainnya. Pada tiap kemungkinan-keberadaan mempunyai
bentuk dan tuntutan-tuntutan; gaya dan eksistensinya sendiri. Jika titikberat itu
126 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.2.5: Dunia Kesadaran Kolektif adalah Candra Ideal Manusia Sepertinya ada suatu jalan (introversi) ketika kita menjalankan cara hidup tertentu, kita dapat menggeser kesadaran sang Aku dari kemungkinan-keberadaan yang material-halus ke yang imateri. Perubahan-perubahan aktifitas dan reaksi dari sentra-sentra vitalitas mental merupakan petunjuknya termasuk adanya hambatan-hambatan dari sentra itu sendiri, berdasarkan hukum kelembaman. Rahsa Jati merupakan pintu masuk pada kemungkinan-keberadaan yang imateri dapat dianggap sebagai titik akhir dan tujuan dari jalan itu. Pencapaian eksistensi ini merupakan candra-ideal dari manusia. Di dalam candra jiwa manusia Indonesia, candra ideal itu potensial dapat dicapai oleh setiap manusia. Tentu saja tiap pergeseran sang Aku kearah dunia kesadaran kolektif berarti harus melepaskan keterikatannya dengan dunia asadar kolektif (makrokosmos), dunia asadar fisik, biologis, akhirnya harus menyerahkan dunia sadar pribadi Akunya (mental) sendiri kepada Sadar Kolektif Dinamis (Suksma Sejati), posisi terakhir adalah stop di perbatasan: Rahsa Jati (TheGate).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l=============================== MIKROKOSMOS: Fisik Soma Jasmani Kasar (Fisik-Kimiawi, Biologi) - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Mental Jasmani Halus (jiwa, batin) - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: 3Roh Suci Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Dunia Kesadaran Kolektif
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 127
terletak di dalam kemungkinan keberadaan yang material-kasar, maka berdomi-
nasilah fungsi-fungsi nafsu, yaitu fungsi-fungsi yang biologis. Jika titikberat itu
terletak di dalam kemungkinan keberadaan yang psikis, maka angan- angan dan/
Rahsa Jati bukan organ, tetapi suasana tertentu dari kehidupan jiwa.
Suatu esensi dari kehidupan perasaan. Ia adalah pintu gerbang (The-
Gate) kontinuitas kesadaran atau ambang pintu masuk ke kemungkinan-
keberadaan yang imateri.
atau perasaanlah yang berdominasi. Di dalam bentuk-keberadaan yang imateri,
maka kehidupan yang individual sudah tidak ada lagi, berlaku kehidupan yang
total, kolektif, dan universal.
Jung akan mengatakan bahwa segala bentuk pencerahan orang yang
demikian ini adalah apribadi (onpersoonlijk) atau archetypisch. [6] Ada
kemungkinan pergeseran titik berat dari dunia material-kasar sampai ke dalam
hidup yang imateri, bentuk-keberadaan yang metafisis. Dengan pergeseran ini
berubahlah juga kebutuhannya, pandangannya, sikap, dan gaya hidupnya.
Dengan hidup menurut cara tertentu, kita dapat menggeser titik berat
keberadaan. Tiap pergeseran hanya mungkin dengan menerima gaya hidup yang
baru dengan membuang yang lama. Jadi dapat dikatakan ada jalan dari
kemungkinan-keberadaan yang material-kasar ke yang imateri. Jalan itu ditandai
dengan perubahan-perubahan aktivitas dan reaksi dari sentra-sentra yang ada,
dan oleh hambatan-hambatan dari sentra itu sendiri, berdasarkan hukum
kelembaman. Kemungkinan-keberadaan yang imateri tadi dapat dianggap
sebagai titik akhir dan tujuan dari jalan itu. Karena itu dapat dianggap sebagai
candra ideal dari manusia. Di dalam candra jiwa manusia Indonesia, candraideal
itu potensial dapat dicapai oleh setiap manusia.
__________
[6]. Carl Gustav Jung. Die beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag Zurich
und Leipzig, 1938.
128 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.3.1: Tentang pemuasan nafsu Dipandang dari luar ke dalam, dapat dikatakan bahwa mikrokosmos terdiri dari bereksistensi-nya dunia material kasar, material halus, dan imateri. Dapat juga dikatakan adanya bentuk keberadaan yang biologis, yang psikis, dan yang rohaniah. Urutan-urutan ini, dapat juga diterangkan berdasarkan segi lain, yaitu dari asadar-kolektif, melalui sadar-pribadi menuju sadar-kolektif. Dapat juga dikatakan dari pemuasan-nafsu-takterbatas, melalui pemuasan-nafsu-terbatas menuju ke kosong-pemuasan (karena tidak ada nafsu lagi).
Dimensi Fisik, jasmani kasar manusia apabila dipandang sebagai bagian dari makrokosmos
status kesadarannya sama atau terikat dengan makrososmos sebagai asadar kolektif. Karena
jasmani kasar terikat dengan mikrokosmosnya, dapat dikatakan status kesadarannya adalah
asadar biologis.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Alam semesta MASYARAKAT
==============l Pancaindra l=============================== MIKROKOSMOS Material Kasar (Biologis) Fisik
Soma (pemuasan nafsu tak terbatas)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike Material Halus, jiwa, batin Mental
(pemuasan nafsu terbatas)
- - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Pusat Imateri Rohani Alam Sejati (tidak ada pemuasan nafsu) Spiritual
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 129
Angan–angan terjadi dari refleksi Tripurusa di dalam badan/jasmani
seperti umpama-nya cahaya bulan adalah refleksi dari cahaya matahari. Karena
Tripurusa terdiri dari tiga aspek yang saling berhubungan dengan hierarkhi terten-
Sang Aku adalah kristalisasi daya-daya kekuatan intelektual menyebab-
kan manusia merasa bahwa ia hidup. Perasaan hidup yang disertai rasa
puas (senang) inilah yang menutupi kesadaran Tripurusa menjadi laten.
tu, maka tampaklah juga dia dalam angan-angan tiga aspek yang saling berhu-
bungan dengan hirarkhi yang sama. Kedaulatan mutlak Tripurusa menggejala
dalam kedaulatan individual-terbatas dari angan-angan. Sang Aku dari angan-
angan menyebabkan manusia merasa bahwa ia hidup. Perasaan hidup ini disertai
rasa puas (senang) yang menutupi kesadaran Tripurusa yang kosong pemuasan
(nafsu), oleh karena itu kesadaran Tripurusa menjadi laten.
Dalam perjalanan dari bentuk-keberadaan material kasar ke yang imateri,
maka persoalannya ialah bagaimana menggali kembali kesadaran Tripurusa yang
kolektif. Kekuatan untuk meninggalkan pemuasan nafsu bersumber kepada
mutmainah dengan kerja sama sufiah. Kombinasi ini adalah kekuatan untuk
mengejar yang lebih tinggi yang disebut asmara-sufi, yaitu keinginan yang sosial
dan suprasosial.
3.3 PROTOTIPE
Di dalam masyarakat terdapat tipe yang meletakkan titik berat kesadar-
annya kepada kemungkinan-keberadaan yang materi-kasar, serta tipe yang
meletakkannya pada yang materi-halus. Pada tingkat perkembangan manusia
dewasa ini, maka tipe yang meletakkan titik berat kesadarannya pada yang
imateri sangat jarang sekali adanya.
Prototipe angan-angan, manusia meletakkan titik beratnya pada angan-
angan, kedaulatannya sangat menonjol. Ia sangat individualistik. Pada individu
ini, kedaulatannya melahirkan pula sifat-sifat cinta kemerdekaan berpikir,
bersamaan dengan itu benci kepada paksaan dan keterikatan, serta kewibawaan
orang lain dan tradisi.
130 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 3.3.1: Prototipe Angan-angan Prototipe ini tidak mengenal sikap murah terhadap orang lain. Orang lain hanya diterima bila menguntungkan kedaulatannya sendiri. Tidak ada teritorial orang lain yang terlarang baginya. Tidak ada sesuatu yang keramat yang harus dihormati bahkan tidak ada toleransi. Menghadapi segala sesuatu ia sangat berani, rasa takut adalah asing bagi tipe ini. Usaha sia-sia bila menahan dia. Ada kesan kekuasaan, kewibawaan, dan rasa tanggung jawab pada tipe ini. Prototipe angan-angan dapat dikatakan tidak mengenal tujuan akhir, oleh karena itu ia selalu bertugas dan memperhatikan prestasinya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
Perasaan
(II)
TreFoil (IV)
ǁǁǁǁǁ
((II))
II
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA
(2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 131
Fungsi lain dari angan-angan adalah alat penangkap informasi dari dunia
luar. Karena itu manusia dapat menangani yang material. Angan-angan adalah
dinamis dan tidak mengenal istirahat. Berhenti berarti mati bagi angan-angan.
Prototipe angan-angan memandang orang lain dengan cara mendesub-
jekkannya. Orang dipandang sebagai objek. Tidak ada sikap murah
terhadap orang lain. Orang lain diterima selama menguntungkan
kedaulatannya sendiri.
Angan-angan menangani dunia luar, diskematisasi dan dikategorisasi, dipecah-
pecah dalam bagian-bagian yang makin kecil.
Kedaulatan tidak suka disertai kedaulatan lainnya. Maka semua yang
ditangani olehnya dikeluarkan dari pribadinya. Dunia lingkungannya dipandang
sebagai objek belaka dan sesuatu yang subjek semata-mata, subjek absolut, yaitu
Tripurusa, dianggap tidak ada. Oleh sang Aku angan-angannya sendiri
dipertahankan sebagai subjek. Hal ini dapat dipahami, walaupun tidak
konsekuen, maka ia harus menganggap kesubjekannya sendiri sebagai tidak ada.
Untuk menurunkan kedaulatan orang lain dari singgasananya, tipe angan-angan
ini memandang orang lain dengan mendesubjekkannya, jadi orang dipandang
sebagai objek. Bagi angan-angan berlaku ada atau tidak ada. Tidak ada bentuk
antara. Karena itu prototipe ini tidak dapat memindahkan diri ke dalam situasi
orang lain, berarti menolak empati.
Tidak ada sikap murah terhadap orang lain. Orang lain diterima selama
orang itu menguntungkan kedaulatannya sendiri. Tidak ada daerah teritorial
orang lain yang dianggap olehnya sendiri sebagai terlarang baginya. Tidak ada
sesuatu yang keramat baginya yang harus dihormati. Tidak ada toleransi. Rasa
takut adalah asing bagi tipe ini. Ia berani menghadapi segala sesuatu. Tidak ada
yang dapat menahan dia. Angan-angan memberi kesan kekuasaan, kewibawaan,
dan tanggung jawab. Tipe angan-angan sebetulnya tidak mengenal tujuan akhir,
ia selalu bertugas dan memperhatikan prestasi.
132 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
TreFoil (TriFoil/Tripurusa): TheSource (Suksma Kawekas), TheForce (Suksma Sejati), TheSelf (RohSuci)
Diagram Transenden 3.3.2: Prototipe Perasaan Sentra vitalitas perasaan adalah tempat yang menciptakan suasana psikis; iklim jiwa ini dipegang dan disimpan. Sifatnya meliputi, memuat ke dalam dirinya dan memelihara. Semua yang mengeruhkan iklim jiwa dihindari, demi/untuk iklim itu sendiri. Orang lain dihormati seluruh kedaulatannya. Penilaian subjek di atas segala-galanya, bahkan yang bersifat objek pun disubjekkan.
Sebenarnya tidak ada subjektivitas, semua yang dilakukan itu demi pemeliharaan suasana. Suasana ini tidak boleh diganggu, bahkan bila berlangsungnya suasana itu akan merugikan dirinya di bidang psikis, material atau jasmaniah. Pertimbangan-pertimbangan yang lain diberi toleransi penuh.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
TreFoil (IV)
(II)
Angan- angan (I)
II
ǁǁǁǁǁ
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 133
Bukti paling baik bahwa dunia-luar itu bagi angan-angan tidak berdaulat,
ialah kenyataan, bahwa segala sesuatu yang digarap olehnya dipotong-potong
dan diuraikannya. Ilmu pengetahuan adalah hasil dari aktivitas angan-angan yang
Prototipe perasaan membatasi dirinya pada pengamatan dan perenu-
ngan tentang hal-hal yang dilihatnya secara langsung. Sifatnya statis,
kolot dan suka pada tradisi. Motor dan motifnya bersumber pada nafsu,
sementara itu angan-angannya tidak berkembang.
tak kenal batas dan tak kenal berhenti sampai ilmu pengetahuan mendapatkan
titik berupa subjek-sempurna. Angan-angan lalu tidak dapat lagi menangkap dan
memecah-mecah. Tercapailah titik di mana angan-angan mengenal batasnya dan
terpaksa menyerahkan diri.
Pada prototipe ini, perasaan dan nafsu dipergunakan untuk menyokong
kedaulatan. Perasaan direduksi sebagai indikator (penunjuk) tentang hal-hal yang
langsung penting bagi jasmani. Hanya terbatas pada itu saja, jadi hanya tentang
perasaan yang positif dan negatif. Nafsu adalah motor dan motif yang tersedia
bagi prototipe ini.
Prototipe perasaan, sentra perasaan selalu menciptakan iklim psikis; iklim
jiwa ini dipegang dan disimpan. Sifatnya meliputi, memuat ke dalam dirinya dan
memelihara. Semua yang mengisi iklim jiwa, dikeruhkan dan dihindari,
demi/untuk iklim itu sendiri. Kedaulatan orang lain dihormati sepenuhnya.
Subjek diberi nilai di atas segala-galanya, bahkan perkara-perkara objek pun
disubjekkan. Tidak ada subjektivitas atau zakelijk-heid, segala-galanya dilakukan
demi pemeliharaan suasana. Suasana ini bagaimanapun tidak boleh diganggu,
juga bila berlangsungnya suasana itu akan merugikan dirinya di bidang psikis,
material atau jasmaniah. Ada toleransi sepenuhnya yang menguasai pertim-
bangan-pertimbangan yang lain.
Di samping sifat menciptakan dan memelihara iklim jiwa, fungsi mengikat
adalah sifatnya yang utama. Karena itu hubungan-ikatan antar subjek ditonjolkan.
Berlawanan dengan angan-angan yang menyoroti individunya sendiri (ia ada atau
134 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 3.3.3: Prototipe Nafsu Sentra vitalitas nafsu merupakan sumber keinginan, semangat dan tenaga jasmaniah di dalam psike manusia. Alat-alat pelaksananya akan bergerak jika hasilnya jelas akan memberi rasa positif. Pada prototipe ini, baik asmara-sufi dengan polaritas positif atau pun kombinasi luamah-sufiah yang berpolaritas negatif akan bergerak hanya jika ada hadiah yang langsung dirasakannya.
Sentra-sentra vitalitas angan-angan dan perasaan pada tipe ini dipergunakan berturut-turut untuk memastikan (setelah diolah oleh cipta, nalar, dan pangerti) baginya hidup makmur dan sebagai indikator (hasil interaksi sentra-sentra vitalitas; perasaan) rasa aman, nyaman, dan sejahtera selama hidupnya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Tripurusa
(IV)
(iIi)
Angan- angan (I)
Perasaan (II)
II
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 135
ia tidak ada), yang dirasakan pangrasa adalah hubungannya (ia dirasakan dekat
atau jauh). Individu-individu berkedudukan sejajar. [7]
Prototipe nafsu, baik asmara-sufi, kombinasi mutmainah-sufiah, akan
bergerak hanya jika ada hadiah langsung. Angan-angan dan perasaan
dipergunakan untuk memastikan adanya hidup makmur, sebagai indi-
kator rasa aman dan sejahtera selama hidupnya.
Perasaan yang bersifat membentuk sintesa, berusaha meliputi dengan
iklimnya itu sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya. Karena di dalam dunia
ini terdapat berbagai aspek yang polarisasinya berlawanan, perasaan selalu
berusaha untuk mendapatkan pembagi (faktor) persekutuan terbesarnya (FPB)
dan bersamaan itu pula kelipatan persekutuan terkecilnya (KPK), sampai perasaan
mencapai titik di mana ia harus meliputi seluruh dunia dan segala isinya. Di sini
berakhirlah fungsi perasaan jika pembagi persekutuan terbesarnya itu juga
merupakan perkalian persekutuan terkecilnya.
Pada prototipe ini angan-angan tidak berkembang. Alat penangkap ini
tidak dipergunakan dan membatasi dirinya pada pengamatan dan renungan
tentang hal-hal yang dilihatnya dengan langsung. Ia suka merenung. Sifatnya
statis, kolot dan suka pada tradisi. Di sini pun motor dan motifnya bersumber
pada nafsu.
Prototipe nafsu, mengutamakan keinginan, hasrat dan tenaga jasmaniah.
Alat-alat pelaksananya akan bergerak jika hasilnya jelas akan memberi rasa positif.
Pada prototipe ini, baik asmara-sufi maupun kombinasi luamah-sufiah, akan
bergerak hanya jika ada hadiah yang langsung. Angan-angan dan perasaan pada
tipe ini dipergunakan berturut-turut untuk memastikan baginya hidup makmur
dan sebagai indikator rasa aman dan sejahtera selama hidupnya.
Prototipe Roh Suci. Tripurusa, TreFoil adalah pusat keempat dan bersifat
tidak terikat pada materi. Roh Suci sebagai jiwa sejati manusia, mempergunakan
angan-angan un-
__________
[7]. Carl Gustav Jung. Psychologishe typen. Rascher Verlag, h. 430
136 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 3.4.1: Prototipe Roh Suci (TheSelf) Roh Suci adalah jiwa sejatinya manusia, Suksma Sejati adalah atasannya hamba (Roh Suci). Tipe ini berhasil menyuruh angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu (sentra-sentra vitalitas) melalui sang aku yang telah ditundukkan, melaksanakan tugas-tugasnya yang vital, untuk setiap saat menangani dunia luar. ”II” adalah Rahsa Jati, TheGate. Tipe Roh Suci tahap lanjut, ketiga sentra vitalitas tersebut justru dikembangkan sepenuh-nya sampai tercapai keadaan yang paling efisien. Tripurusa (TreFoil): Suksma Kawekas (TheSource), Suksma Sejati (TheForce), Roh Suci (TheSelf).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Fisik Dimensi-2
Mental Dimensi-3
Spiritual Dimensi-4
MIKROKOSMOS
(Dunia Dalam)
Sadar Pribadi
MAKROKOSMOS (Dunia Luar)
Dimensi-1
(Aku)
Nafsu- nafsu
(III)
Angan- angan
(I)
Perasaan (II)
TreFoil (IV)
II
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS (Dunia Luar) Dimensi-1
ALAM SEMESTA (2-Kosmos dgn 4-Dimensinya)
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 137
angan-angan untuk menundukkan nafsu. Penundukan ini bertujuan agar Roh Suci
dapat meme-nuhi kewajibannya mengarahkan diri kepada Suksma Kawekas
melalui Suksma Sejati.
Prototipe Roh Suci, memenuhi dua kewajiban, terhadap nafsu ia adalah
penguasa, terhadap Suksma Sejati ia adalah hamba. Ia berhasil menyu-
ruh dan mengendalikan angan-angan dan perasaan melaksanakan tugas-
tugasnya yang vital bagi badan/jasmani.
Terhadap nafsu Roh Suci adalah penguasa, terhadap Suksma Sejati ia
adalah hamba. Dengan memenuhi dua kewajiban ini, tipe ini berhasil menyuruh
angan-angan dan perasaan melaksanakan tugas-tugasnya yang vital bagi
badan/jasmani, dan untuk mengendalikan selanjutnya. Ada pembatasan diri dan
tapabrata dengan sukarela, disertai dengan kemampuan lengkap untuk setiap
saat mempergunakan sepenuhnya angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu untuk
menangani dunia luar.
Untuk tujuan panembah kepada Suksma Kawekas melalui Suksma Sejati,
kerja sama angan-angan dan perasaan dipergunakan untuk membeda-bedakan
subjek dari objek dan untuk mempersiapkan iklim bagi pertemuan Suksma Sejati
dan Roh Suci. Pada tipe ini ketiga sentra vitalitas yang lain tidak direduksi dalam
fungsinya. Bahkan sebaliknya, ketiga fungsi dan hubungan di antaranya
dikembangkan sepenuhnya sampai tercapai keadaan yang paling efisien. Dalam
sikap merendahkan diri yang bulat dan tanpa syarat, tanpa ingatan apa pun akan
keterbatasan individual, Roh Suci diterima ke dalam Suksma Sejati.
3.4 AUTOMATISME
Karena pengalaman baru yang bertumpuk-tumpuk terus-menerus,
berubah pula candra manusia dan candra dunia seseorang, sehingga selalu ada
jarak antara keadaan yang sesungguhnya pada suatu saat dengan candra
manusianya pada saat itu juga. Perbedaan ini menyebabkan terasakannya
perangsang untuk menghilangkan perbedaan itu. Dengan sendirinya perbedaan
itu dirasakan tidak terlalu besar karena kalau tidak demikian halnya, perangsang
138 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.4.1: Automatisme, ”Kaca ajaib”, dan Hati nurani Automatisme di dalam diri manusia adalah penerangan angan-angan oleh hati nurani, seperti meletakkan kaca di muka sentra vitalitas (angan-angan, perasaan dan keinginan) kita sehingga terlihat keadaan kita yang rusak. ’Kaca ajaib’ ini menunjukkan kekurangan di satu pihak selalu cukup kuat untuk menyadari diri dan mendorong untuk memperbaiki diri, tetapi di pihak lain cukup kecil untuk berputus asa atau merasakannya sebagai trauma.
Perbedaan antara gambaran keadaan diri dengan gambaran hati nurani, menimbulkan rasa bersalah yang harus ditebus dengan salah satu cara tertentu. ”Penebusan dosa” itu berupa keharusan untuk mengarahkan diri, menyerahkan diri, mengorbankan diri kepada candra manusia idealnya, yang mempunyai kewibawaan tertentu. Rasa berdosa ini adalah pencurahan rasa tanggung jawab, yang memancar dari hati nurani. __________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Makrokosmos
Alam Semesta Masyarakat
================l Pancaindra l============================
Mikrokosmos Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Empat- - - -Sentra Vitalitas: Mental
IIIIIINNaaffssuu- - -1Mutmainah,2Sufiah,3Amarah,4Luamah
IIIIPPeerraassaaaann
IIAAnnggaann--aannggaann-- -- --1cipta, 2nalar, 3pangerti
Aku
HHAATTII NNUURRAANNII,, ””KKaaccaa AAjjaaiibb””,, ddaann AAuuttoommaattiissmmee
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Alam Sejati IVTTrreeFFooiill Pusat Imateri Spiritual
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 139
yang berdaya guna itu tadi tidak akan muncul. Keadaan demikian ini terjadi, jika
suatu candra manusia dipaksakan kepada seseorang, yang tidak sesuai dengan
gambaran keadaan nyata orang yang bersangkutan.
Automatisme terjadi karena penerangan angan-angan oleh hati nurani.
Seolah-olah kita meletakkan ‘kaca ajaib‘ di depan angan-angan. Kekura-
ngan yang dilihat selalu cukup besar untuk menyadari diri dan mendo-
rongnya membuat perbaikan. Tetapi tidak cukup besar untuk berputus-
asa bahkan menjadi trauma.
Ada automatisme di dalam diri manusia, yang terjadi karena penerangan
angan-angan oleh hati nurani. Automatisme ini seolah-olah meletakkan kaca di
muka angan-angan kita sendiri, perasaan dan keinginan kita sehingga kita dapat
melihat sendiri keadaan kita yang rusak. Kaca ini adalah ’kaca ajaib’, sebab
kekurangan yang dilihat itu di satu pihak selalu cukup besar untuk menyuruh
orang menyadari diri dan mendorong dia berbuat, tetapi di pihak lain tidak cukup
besar untuk membuat dia berputus asa atau untuk dirasakan sebagai trauma.
Menjadi sadarnya perbedaan antara gambaran keadaan diri pada suatu
ketika dengan gambaran yang dari hati nurani, menimbulkan rasa bersalah yang
harus ditebus dengan salah satu cara. Penebusan dosa berupa keharusan untuk
mengarahkan diri, menyerahkan diri, mengorbankan diri kepada candra manusia
idealnya, yang mempunyai kewibawaan tertentu. Rasa berdosa ini adalah
pencurahan rasa tanggung jawab, yang memancar dari hati nurani.
Mengarahkan diri kepada hati nurani berarti juga berseru kepada hati
nurani. Di dalam candra jiwa manusia Indonesia, maka hati nurani ini adalah
Tripurusa (TreFoil) bagi orang yang telah meletakkan titik beratnya dengan
permanen di dalam Tripurusa. Hati nurani ini berada dalam keadaan sadar, yang
berada di atas tiap emosi, tiap bayangan dan pikiran. Ia berada di atas tiap
keinginan, hasrat dan fungsi kemauan.
140 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar 3.4.1: Hati Nurani Baik, Buruk dan Ideal Hati nurani merefleksikan sifat-sifat tertentu yang dihubungkan manusia dan lingkungannya. Pengaruh lingkungan itu ada yang jahat (gambar setan bertanduk) dan yang baik (gambar malaikat beraura), tentu ada juga yang ideal dan transenden, sesuai dengan pengalaman hidupnya menempuh perjalanan sang waktu.
Manusia dapat mengawetkan bayangan-bayangan dari dunia luar di dalam jiwanya, di dalam pikirannya antara lain saran, pendapat, keputusan dan sebagainya. Maka tersedia setiap saat pengganti dunia luar secara langsung di dalam dirinya yang dapat dipergunakan kapan saja semau-maunya.
__________ http://farm4.static.flickr.com/3292/2769994857_36554a662f.jpg cited August 19, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 141
Hati nurani membawa sifat-sifat tertentu yang dihubungkan dengan
manusia dan lingkungannya. Sifat-sifat ini terjadi karena manusia memandang
Tripurusa dari titik pangkal keterbatasan manusia dan memberi nama dari per-
Tripurusa adalah Hidup yang aktif menyongsong manusia, memimpin
dan menolongnya. Seruan manusia kepadanya tidak akan pernah sia-
sia. Mengalihkan titik berat kesadaran Aku kepada Tripurusa (introver-
si) menandakan terjadinya evolusi jiwa ke arah yang ideal.
bendaharaan kata hasil keterbatasannya itu pula. Jika manusia berseru kepada
hati nurani ini, seakan-akan ia menempatkan keadaan-keberadaannya itu dan
keadaan-keberadaan lingkungannya pada latar belakang dari yang tak-terbatas
dan tak ter-nama-kan. Oleh karena itu, hubungan antara manusia dengan latar
belakang itu menjadi terlihat. Tripurusa itu bukan hanya hati nurani yang berupa
candra ideal saja, tetapi ia adalah Hidup yang aktif menyongsong manusia, me-
mimpin dan menolongnya. Seruan manusia kepadanya tidak akan pernah sia-sia.
Manusia membentuk bayangan-bayangan dari dunia luar di dalam jiwanya,
seakan-akan dunia luar dengan hubungan-hubungannya ia awetkan di dalam
pikirannya. Termasuk saran, pendapat, keputusan dan sebagainya. Dengan
demikian pengganti dunia luar tersedia secara langsung di dalam dirinya yang
dapat dipergunakan sewaktu-waktu, sekehendak hatinya.
Ia dapat menggunakannya untuk bekerja, bermain dan untuk dihubungkan
dengan perasaan-perasaannya. Tetapi dampak penggunaan tersebut timbullah
ketergantungan tertentu dari dirinya terhadap isi angan-angannya itu, yaitu
dunia luar yang telah diawetkannya. Seakan-akan pikiran-pikiran, pendapat-
pendapat, asosiasi-asosiasi, dan keputusan-keputusan itu memiliki kedaulatan-
nya lagi.
142 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Prosesi Ngaben, 220 Mayat Dibakar Massal di Tanahbumbu, Bali.
Tradisi Ngaben tanpa Pembakaran Mayat di Desa Trunyan, Kintamani, Bangli, Bali. Foto 3.4.1: Ingat akan Mati Beda dengan ingin cepat mati maka ingat akan mati dapat membawa ketenteraman. Bahkan menuju keadaan jiwa yang tanpa keinginan, pikiran, dan emosi. Sikap ini membangunkan keinginan untuk meninggalkan cara hidup lama dan memulai cara hidup yang baru, yang sesuai dengan kehendak dari hidup imateri, Sadar Kolektif.
Sikap jiwa ini tidak sama dengan keinginan untuk menghancurkan dirinya, badan/jasma-ninya di mana sang-Aku masih berada. Cara yang terakhir ini tidak akan mengurangi kedaulatan sang-Aku.
__________ http://3.bp.blogspot.com/_R-kGkGPqFcQ/THoctHcmpjI/AAAAAAAAC5E/uUmWo-P3imc/s1600/Prosesi +ngaben+220+Mayat+Dibakar+Massal+di+Tanahbumbu.jpg cited August 22, 2011. http://i.okezone.com/content/2011/05/24/407/460351/H5aYSJZhdm.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 143
Di satu pihak orang memperkuat kedaulatannya terhadap angan-angan, di
lain pihak angan-angan mendapatkan kedaulatannya sendiri terhadap diri orang
itu. Isi angan-angan ini dengan kekuatannya sendiri dapat mengaktifkan keinginan
Angan-angan dengan isi persoalan dunia yang telah diawetkannya
otomatis dapat mengaktifkan sendiri keinginan dan kemauannya, secara
potensial dapat menumbuhkan emosi-emosi yang menggelisahkan.
Diperlukan adaptasi yang seimbang dari kekuatan asmara-sufi (laya)-
nya terhadap dunia luar dan retensi di dalam angan-angannya sendiri.
dan kemauan, sehingga timbul dengan sekonyong-konyong, dan dapat menim-
bulkan emosi-emosi yang menimbulkan kegelisahan. Seperti manusia bersikap
dengan dunia luar dengan asmara-sufi (laya)-nya, ia harus bersikap begitu juga
terhadap angan-angannya, jika hendak mencari ketentraman dan keseimbangan.
Ingat akan mati dapat membawa ketenteraman. [8] Ini berarti juga
mengarahkan diri kepada keadaan jiwa tanpa keinginan, pikiran dan emosi. Sikap
ini membangunkan juga keinginan untuk meninggalkan cara hidup lama, yang
diikutinya sampai saat itu, dan memulai cara hidup yang baru, yang sesuai
dengan kehendak dari Hidup yang imateri. Keinginan kepada keadaan jiwa, di
mana sang-Aku tidak lagi menggunakan hak-hak kedaulatannya, tetapi justru
bersedia mengorbankannya dan melebur dirinya ke dalam hubungan yang
monoton (bernada satu) terhadap dunia luar, tanpa perbedaan-perbedaan
tekanan. Sikap jiwa ini tidak sama dengan keinginan untuk menghancurkan
dirinya, badan/jasmaninya di mana sang-Aku masih berada. Cara yang terakhir
ini tidak akan mengurangi kedaulatan sang-Aku. [9]
________ [8]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Sangkan
Paran. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 181.
[9]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Sangkan
Paran. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 182.
144 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar 3.4.2: Cipta Mengontak Nafsu dan Perasaan Ketika suasana hati sedang bergembira, sedih, marah, kaget, ngantuk, berpikir, sampai kesal maka penampilannya keluar dapat terlihat dari ekspresi wajahnya. Kita dapat beradaptasi sesuai dengan ekspresi tersebut dan memberikan respons yang sesuai dengan kebutuhannya, salah satunya memberikan komunikasi yang empatik. Suasana perasaan sebagai interaksi dari angan-angan dan nafsu dapat menyebabkan suasana hati positif: senang, sehat, dan menerima. Suasana perasaan negatif: sedih, malas, marah, dan menolak. Prosesnya adalah cipta dan nalar yang berkedudukan di otak, menangkap rangsangan-rangsangan yang datang kepada manusia melalui pancaindra. Ciptalah yang mengontak nafsu, yang menyebabkan berbagai keinginan menjadi disadari. Ia juga mengontak perasaan, sehingga emosi ikut serta dengan realisasi dari keinginan itu. Nalar mengasosiasikan bayangan-bayangan menjadi fantasi yang tak ada putus-putusnya.
__________ http://www.lobobear.com/wp-content/uploads/2011/07/heart-touching-FEELINGS.jpg cited August 20, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 145
Dengan memperkuat asmara-sufi (-laya), tumbuhlah kesadaran tanggung
jawab dan kesadaran akan kewajiban yang lebih besar, yang dapat dianggap
sebagai gejala-gejala menjadi sadarnya ia akan Ke-Maha-Esa-an, yang ternya-
Ingat akan mati dapat membawa ketenteraman. Karena mengarah-
kan diri kepada keadaan jiwa tanpa keinginan, pikiran dan emosi.
Membangunkan keinginan untuk meninggalkan cara hidup lama, dan
memulai yang baru, sesuai dengan kehendak dari Hidup imateri.
ta adalah pembagi (faktor) persekutuan terbesar dari semua ke-hidup-an (FPB).
Menurunkan isi angan-angannya sendiri dari singgasananya berarti bahwa
manusia memisahkan diri dari pikiran-pikirannya sendiri, sedemikian hingga
pikiran-pikiran itu tidak dapat lagi memengaruhi dirinya. Ini juga berarti, bahwa
manusia mengundurkan diri dari angan-angannya dan sampai pada posisi, di
mana ia tidak mempergunakan lagi cipta dan nalarnya.
Cipta dan nalar yang berkedudukan di otak, menangkap rangsangan-
rangsangan yang datang kepada manusia melalui pancaindra. Ciptalah yang
mengontak nafsu, yang menyebabkan berbagai keinginan menjadi disadari. Ia
juga mengontak perasaan, sehingga emosi ikut serta dengan realisasi dari
keinginan itu. Nalar mengasosiasikan bayangan-bayangan menjadi fantasi yang
tak ada putus-putusnya. [10]
Tanpa cipta dan nalar, jadi tanpa kontak dengan otak, manusia sampai
pada posisi tanpa bayangan-bayangan. Dalam keadaan demikian timbullah
ketenteraman dan kedamaian. Pangerti masih ada, karena tidak bertempat di
otak, maka tidak lagi dikeruhkan oleh berbagai bayangan. Terjadi pangerti yang
kosong bayangan. Dalam posisi ini manusia tidak dipengaruhi oleh dunia
__________ [10]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64..
146 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.5.1 Tiga Proses untuk Mencapai Derajat Roh Suci Candra Jiwa Indonesia mengemukakan tiga proses untuk mencapai derajat Roh Suci, yang ketiga-tiganya itu haruslah dilaksanakan selaras yang satu dengan lainnya, agar keseim-bangan pribadi selalu harmonis.
Perjalanan transenden ini adalah: 1). Membebaskan diri dari semua keadaan yang tidak abadi. 2). Bersikap positif, kasih sayang dan tanggung jawab kepada siapa saja dan ber-sifat apribadi. 3). Introversi (transendental) kepada yang Apribadi di dalam dirinya dengan cara (ke dalam) berserah diri tanpa syarat.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Makrokosmos
Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l============================
Mikrokosmos Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IIAAnnggaann--aannggaann-- -- -- --IIIIPPeerraassaaaann,, IIIIIINNaaffssuu Mental
Aku - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 147
luar. Manusia mengorientasikan dirinya ke dalam, ke dunia-dalam. Ia berada
pada keseimbang-an yang sempurna, yang merupakan titik tengah dari semua
perlawanan polaritas di dalam hidupnya.
Sang-Aku tidak lagi menggunakan hak-hak kedaulatannya, bersedia
meleburkan diri-nya ke dalam hubungan yang monoton (bernada satu)
terhadap dunia luar. Sikap jiwa ini tidak sama dengan keinginan untuk
menghancurkan dirinya dan tidak mengurangi kedaulatan sang-Aku.
3.5 JIWA SEJATI
Keadaan sadar yang demikian ini ditandai oleh penyerahan yang bulat tak
bersyarat kepada Hidup yang imateri. Apa pun yang datang diterima dengan
sepenuh hati. Kedaulatan sang Aku angan-angan direduksi sampai nol. Manusia
tidak lagi mempergunakan kekuasaannya untuk menguasai dan memimpin nafsu-
nafsu. Dalam keadaan yang demikian ini kekuatan-kekuatan nafsu sudah berhenti
bekerja. Di sinilah letak titik akhir kemampuan manusia dan kemanusiaannya. Di
dalam Candra Jiwa Indonesia, manusia demikian ini mencapai kedudukan Jiwa
Sejati-nya: Roh Suci. [11]
Kita melihat ada tiga proses untuk mencapai kedudukan Roh Suci, yang
ketiga-tiganya itu haruslah dilaksanakan selaras yang satu dengan lainnya, agar
keseimbangan pribadi tidak terlalu terganggu. Proses-proses ini adalah:
1. Me-lepas-kan keterikatan kepada semua keadaan yang dapat berubah.
2. Mengambil sikap yang positif, sikap cinta-kasih dan tanggung jawab yang tidak
membeda-bedakan dan apribadi.
3. Meng-arah-kan diri kepada yang Apribadi di dalam dirinya, tanpa
mempergunakan bayangan-bayangan, harapan-harapan dan keinginan pribadi
apa pun.
__________
[11]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64.
148 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.5.2: Totalitas yang Mengandung Kepribadian (Trisila) Derajat (status) Roh Suci adalah keniscayaan yang secara potensial dapat dicapai setiap orang di dalam dirinya sendiri.
Transendensi ketiga sentra vitalitas ke arah satu titik introversi, yang terletak di luar sang Aku harus ditujukan ke pusat/sentra vitalitas ke 4 (Tripurusa). Berarti berupaya mem-bangun hubungan dengan Yang Takterbatas dan Yang Takternamakan. Hubungan ini dapat menentukan sifat seluruh kepribadian, sebagai suatu totalitas kepribadian itu sendiri.
Sifat hubungan ini dapat dijabarkan sebagai ke-sadar-an, ke-percaya-an, dan ke-taat-an (Trisila). Kesadaran itu adalah sifat yang selalu menghidupkan hati-nurani di dalam dirinya. Kepercayaan adalah sifat setia kepada hati-nurani dalam keadaan yang bagaimanapun juga dan ketaatan adalah melaksanakan dengan teliti sesuai dengan kehendak hati-nurani tersebut.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Makrokosmos
Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l============================
Mikrokosmos Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IIINNaaffssuu--nnaaffssuu Pancasila: rela, sabar, narima, Mental
IIPPeerraassaaaann jujur, dan budi luhur
IAAnnggaann--aannggaann EExxttrraavveerrssii
Aku IInnttrroovveerrssii
Trisila: sadar, percaya, dan taat
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 149
Diperlukan keberanian, tekad dan kemauan yang besar untuk
melaksanakan ketiga hal tersebut di atas. Rekaman kehidupan lama yang telah
terbiasa, melekat dan mengikat hatinya, harus ditinggalkan olehnya untuk masuk
Jika kepemimpinan angan-angan (Aku) terhadap nafsu-nafsu sesuai de-
ngan kehendak Tripurusa, maka asmara-sufi (laya) akan berdominasi.
Asmara sufi ini menyatakan diri sejajar dengan sifat-sifat Tripurusa,
akhirnya tidak perlu lagi kepemimpinan dan kedaulatan sang Aku.
ke dalam keberadaan yang sering tidak dimengerti oleh lingkungannya. Mencapai
derajat Roh Suci ini adalah kemampuan yang potensial dipunyai oleh setiap orang
di dalam dirinya.[12]
Hubungan dengan Dia yang Takterbatas dan Dia yang Takternamakan,
mengarahkan ketiga sentra vitalitas kepada satu titik, yang terletak di luar Aku.
Hubungan ini dapat menyatakan diri sebagai sifat yang mengenai seluruh
kepribadian. Sebagai suatu totalitas yang mengandung kepribadian itu di
dalamnya. Sifat ini dapat dideferensiasikan menjadi ke-sadar-an, ke-percaya-an
dan ke-taat-an (Trisila). Kesadaran itu adalah sifat yang selalu membangunkan
hati-nurani di dalam dirinya. Kepercayaan adalah sifat setia kepada hati-nurani
dalam keadaan yang bagaimanapun juga dan ketaatan adalah melaksanakan
dengan teliti hati-nurani tadi.
Harmoni mengandung sifat integrasi di dalam dirinya. Integrasi dibentuk
oleh tingkat penguasaan nafsu dan perasaan untuk taat kepada sang Aku. Jika
angan-angan dipergunakan untuk menguasai dan memimpin nafsu sesuai dengan
kehendak Tripurusa, maka lambat laun asmara-sufi (laya) akan berdominasi.
Asmara sufi ini menyatakan diri sejajar dengan sifat-sifat Tripurusa, sehingga
akhirnya tidak perlu lagi dipergunakan angan-angan untuk memerintah nafsu,
atau dengan kata lain, kedaulatan Aku sudah tidak diperlukan lagi. Perasaan pun
sekarang mengarahkan diri kepada Tripurusa.
__________
[12]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila.
Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 16.
150 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.5.3: Harmoni dan Integrasi Pusat Vitalitas Derajat Roh Suci Integrasi berkembang mengikuti tumbuhnya harmoni di dalam jiwa manusia, akhirnya harmoni dan integrasi tumbuh menjadi satu di dalam derajat Roh Suci (Rohani, TheSelf). Manusia merasakan kehadirannya di antara dunia besar dan hidup yang imateri dalam kehidupan sehari-hari. Di satu pihak ia mempunyai gambaran dari dunia luar yang mengelilinginya, dan di pihak lain ia juga tahu sedikit tentang Hidup imateri. Ia terikat kepada kedua-duanya.
Harmoni mengandung sifat integrasi. Jika angan-angan dipergunakan untuk menguasai dan memimpin nafsu sesuai dengn kehendak-Nya maka lambat laun asmara-sufi akan berdominasi. Karena asmara-sufi menyatakan diri sejajar dengan sifat-sifat Tripurusa, maka kedaulatan sang Aku sudah tidak diperlukan lagi.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Dunia Luar Masyarakat (Alam Semesta) =================l Pancaindra l============================
MIKROKOSMOS Manusia: Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Empat- - - -Sentra Vitalitas: Mental
IIIIIINNaaffssuu-- -- -- --aassmmaarraa--ssuuffii
IIIIPPeerraassaaaann
IIAAnnggaann--aannggaann Aku
(Hati Nurani) Harmoni & Integrasi - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
IVTTrriippuurruussaa Roh Suci (Alam Sejati) Suksma Sejati Pusat Imateri
Suksma Kawekas Spiritual
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 151
Dalam tingkat ini sang Aku dapat selalu mengarahkan diri kepada Tripurusa,
tanpa takut diganggu oleh nafsu dan perasaan. Dengan tumbuhnya harmoni di
dalam jiwa manusia, tumbuh pula integrasinya, sehingga harmoni dan integrasi
Fiksasi pertama, yang terletak di tingkat angan-angan, mengatur
kedaulatan dan hidupnya dikuasai oleh pandangan yang hanya melihat
hubungan-hubungan kekuasaan di masyarakat.
menjadi satu di dalam derajat Roh Suci. Di dalam kehidupan sehari-hari manusia
merasa ditempatkan antara dunia besar dan hidup yang imateri.
Di satu pihak ia tahu sedikit tentang Hidup imateri, dan di pihak lain ia
mempunyai juga gambaran dari dunia luar yang mengelilinginya. Ia terikat
kepada kedua-duanya. Jika kita berpangkal kepada struktur manusia rohaniah di
dalam candra jiwa manusia Indonesia, maka ikatan itu tadi dapat menyatakan
dirinya dalam tiga aspek, yaitu:
Pertama, fiksasi (ikatan) itu dapat terletak di tingkat angan-angan. Ini
berarti bahwa orang selalu ingin melaksanakan kedaulatannya di dalam
pertemuannya dengan dunia luar. Ia mengatur hidupnya sedemikian rupa
sehingga selalu dapat menyadari kedaulatannya dalam bentuk apa pun dan
sebaliknya hidupnya dikuasai oleh pandangan yang hanya melihat hubungan-
hubungan kekuasaan di masyarakat.
Kedua, jika ikatan ini terletak di dalam nafsu, maka luamah yang melaku-
kan peranan sebagai pengikat. Luamah adalah nafsu yang egoistik, serakah dan
mendorong sahwat. Ikatan menyatakan diri dalam hasrat yang tak mengenal
puas untuk mendapatkan dan memiliki dunia luar dan/atau untuk melampiaskan
nafsu sahwatnya. Ada kehausan yang tak terpuaskan untuk meraih harta benda
dan/atau untuk melepaskan tanpa kekang nafsu-nafsunya. Usaha ini tidak perlu
disertai pertimbangan-pertimbangan kedaulatan atau alasan-alasan yang terletak
di tingkat pangrasa, tetapi merupakan semata-mata pengejaran kekayaan dan
hasrat memiliki orang dari jenis kelamin yang berbeda, tanpa mengikatkan diri
pada seseorang.
152 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
‘Malaikat’ celana merah membawa ‘arwah’ gadis kecil di depan sang Hakim Agung. Gambar 3.5.1: Persimpangan Jalan Kehidupan: Material atau Imaterial Sampai di persimpangan jalan sorga atau neraka, malaikat celana merah yang membawa arwah gadis kecil menunggu keputusan deportasi arwah dari Sang Hakim Agung. Penyebab kematiannya adalah membenturkan kepala sewaktu pertunjukkan gala-seni, setelah menyatakan keinginannya menjadi idola.
Manusia berada di antara dunia besar yang material dan hidup yang imateri. Ia mempunyai gambaran dari dunia luar yang mengelilinginya, dan di sisi lain ia merasa tahu sedikit tentang Hidup imateri. Kenyataannya ia terikat pada kedua dunia itu.
Keterikatan (fiksasi) pertama terletak di tingkat angan-angan yang mementingkan kekuasaan di masyarakat. Bentuk keterikatan kedua jika ikatan ini terletak di dalam nafsu, maka luamah sebagai pengikat yang egoistik, serakah dan mendorong sahwat. Keterikatan ketiga terletak di perasaan yang memberi bayangan tentang keadaan aman, terlindung, tak usah bertanggung jawab, pasif, dan berada dalam sorga kesenangan duniawi.
__________ http://yasashiisekai.files.wordpress.com/2009/02/ichigo-ova1e.jpg?w=300&h=166 cited August 23, 2011 .
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 153
Ketiga, perasaan adalah sentra yang menciptakan iklim jiwa di dalam diri
manusia dan yang memancarkan ke luar. Fiksasi dengan dunia yang berubah-
ubah melalui perasaan berarti berpegangan erat dan melekat erat kepada iklim
Fiksasi kedua, terletak di dalam nafsu, pengikatnya adalah luamah.
Nafsu tersebut egoistik, serakah, dan mendorong sahwat. Kehausan
yang tak terpuaskan untuk mendapatkan dan memiliki harta-benda
serta melampiaskan libidonya.
tertentu atau corak-corak iklim tertentu. Karena berbagai alasan orang tidak mau
melepaskan iklim ini, umpamanya iklim yang pernah ia alami, memberi bayangan
tentang keadaan aman, keadaan terlindung, tak usah bertanggung jawab, dapat
bersikap pasif, dan berada dalam sorga kesenangan duniawi. Dengan pertum-
buhan jiwanya, sampailah ia pada tingkatan di mana ia harus mengembangkan
tanggung jawab, di mana ia mengenal bahaya, di mana ia harus bekerja.
Situasi yang menciptakan iklim aman tenteram sudah berlalu, dan karena
itu ia menghidupkan-hidupkan ingatan untuk memegangi iklim itu tadi. Orang
semacam itu adalah kolot dalam arti tertentu, menjadi terbelakang dibanding
dengan zamannya, dan memandang keadaan yang sedang terjadi dengan kaca-
mata tertentu. Petualangan yang menawarkan banyak kemungkinan untuk
berbagi emosi dihindarinya. Karena emosi-emosi itu pasti membawa ia ke dalam
iklim yang lain.
Iklim yang hendak ia pegang erat-erat dalam keadaan bagaimana pun dapat
menimbulkan ingatan kepada waktu ia berada di pangkuan ibu rohaninya. Tetapi
iklim ini tidak selalu harus berupa soal ikatan-ibu atau ikatan-bapak. Tiap situasi
di mana seseorang berada, dapat merupakan iklim baginya yang sedemikian rupa,
hingga selalu ingin kembali kepadanya. Serta memobilisasi angan-angan, nafsu-
nafsu dan alat-alat pelaksanaannya untuk memenuhi keinginannya itu.
154 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Harmoni Yin-Yang pada Flora dan Fauna Alam
Pemandangan Alam terasa Indah dan Harmoni
Foto 3.5.1: Harmoni di Makro dan Mikro-kosmos ”Di dalam seni dan ketinggian ilmu pengetahuan, terasakan suasana harmoni mendasari semua semangat kerja keras. Tidak ada kebesaran yang sesungguhnya, baik dari seni maupun ilmu pengetahuan tanpa merasakan harmoni di dalamnya.” –Albert Einstein. Harmoni (keselarasan) baru dapat mulai timbul, jika manusia berusaha secara sadar menuju untuk melepaskan diri, dari daya-ikat dunia lingkungannya dan mengabdikan usahanya ini kepada suatu tujuan: bertunggal dengan Hidup yang berada di dalam dirinya melalui kesadarannya yang terdalam, yaitu Rahsa Jati.
Walaupun manusia itu bagian dari makrokosmos namun pintu gerbang bagi manusia menuju Hidup terletak di dalam dirinya sendiri (mikrokosmos). Bahwa manusia dapat masuk ke dalam Hidup imateri dan dapat menyatukan dan meleburkan diri ke dalamnya, itu berarti bahwa di dalam manusia itu ada juga sesuatu, yang sama dengan Hidup itu. Sesuatu ini adalah Roh Suci, jati diri manusia yang sesungguhnya.
__________
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSCguh4MabdyOOmciXpo1HZXqBnB1jhQYUgYxZiMucPmYyg7TR1TA cited August 22, 2011. http://earthlorenews.files.wordpress.com/2011/01/harmony.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 155
Harmoni (keselarasan) baru dapat mulai timbul, jika manusia berusaha
secara sadar menuju untuk melepaskan diri, makin lama makin lepas, dari daya-
ikat dunia lingkungannya dan mengabdikan usahanya ini kepada suatu tujuan:
Fiksasi ketiga, terletak pada perasaan berarti berpegangan erat dan
melekat pada iklim tertentu. Iklim yang pernah di alami, memberi
bayangan rasa aman, tak usah bertanggung jawab, pasif, bagaikan di
sorga kesenangan duniawi (suasana bayi dalam kandungan).
bertunggal dengan Hidup yang berada di dalam dirinya dan di dalam tiap makhluk
hidup, melalui kesadarannya yang terdalam, yaitu Rahsa Jati. Walaupun manusia
itu sebagian dari makrokosmos dan berada di dalam makro-kosmos itu, namun
pintu gerbang (the gate) bagi manusia menuju Hidup terletak di dalam dirinya
sendiri. [13]
Bahwa manusia dapat masuk ke dalam Hidup imateri dan dapat menya-
tukan dan meleburkan diri ke dalamnya, itu berarti bahwa di dalam manusia itu
ada juga sesuatu, yang sama dengan Hidup itu. Sesuatu ini adalah Roh Suci.
Kalau manusia ingin bertunggal dengan Hidup imateri di luar dirinya, maka ini
berarti bahwa kesadarannya harus keluar dari dirinya melalui pancaindranya.
Pancaindra adalah alat-alat yang material, jadi bersifat terbatas. Karena
itu, dapat disimpulkan bahwa bertunggalnya manusia dengan Hidup tidak akan
mungkin dilaksanakan melalui jalan keluar dari dirinya, tetapi manusia harus
lebih dahulu mengusahakan di dalam hidupnya pembebasan sepenuhnya
terhadap hubungan-hubungan intrapsikisnya sendiri. Pintu gerbang ke Hidup,
baik Hidup yang berada di dalam maupun di luar diri manusia, berada di dalam
esensi manusia yang terdalam. [14]
__________
[13]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64.
[14]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 64. Bandingkan dengan C.G. Jung. Wirklichheit der
Seele. Rascher & Cie Verlag, Zurich.1939. h.64.
156 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar artistik ini mempersepsikan bahwa intuisi bagaikan turun dari langit
Gambar 3.6.1: Intuisi adalah Pertemuan TheSelf dengan TheForce ”Bukalah pintu rumah kebijaksanaan Anda. Penjelajahan kreatif istimewa akan menandai perjalanan menuju kebahagian.”-- Napoleon Hill, pada The Six Sense. Ketika diri manusia hanya berorientasi ke dunia luar saja, maka candra manusia hanya terdiri atas bahan-bahan pengalaman dengan dunia luar itu. Kesediaan Roh Suci (TheSelf) menyerahkan diri sepenuh-penuhnya kepada Suksma Sejati (TheForce), adalah hal yang sebaliknya, memungkinkan Roh Suci menerima intuisi, ilham atau wahyu dari Suksma Sejati. Intuisi atau wahyu itu tidak bersyarat, artinya ilham atau wahyu itu tidak dapat dengan sengaja ditimbulkan, dengan cara apa pun juga. (Candra Jiwa Indonesia).
__________ http://intuition.phpnet.us/images/intuition.gif cited August 22, 2011. http://1.bp.blogspot.com/-7OvLxP45Lik/TdgjBKb-omI/AAAAAAAAARU/VjLVesqK1ho/s400/Developing-Intuition.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 157
Jika manusia hanya mengorientasikan diri ke dunia luar saja, dan tidak
tahu-menahu tentang hidup imateri, maka makrokosmos memang tak terbatas
dibanding dengan dirinya sendiri. Maka candra manusia hanya terdiri atas bahan-
Karena kesediaan Roh Suci menyerahkan diri sepenuh-penuhnya kepada
Suksma Sejati, timbullah keadaan di mana Roh Suci menerima intuisi,
ilham atau wahyu dari Suksma Sejati. Intuisi atau wahyu itu tidak
bersyarat, artinya ilham atau wahyu itu tidak dapat dengan sengaja
ditimbulkan, dengan cara apa pun juga.
bahan pengalaman dengan dunia luar itu. Dalam hal yang sebaliknya, karena
kesediaan Roh Suci (TheSelf), menyerahkan diri sepenuh-penuhnya kepada
Suksma Sejati (TheForce), timbullah keadaan di mana Roh Suci menerima intuisi,
ilham atau wahyu dari Suksma Sejati. Intuisi atau wahyu itu tidak bersyarat,
artinya ilham atau wahyu itu tidak dapat dengan sengaja ditimbulkan, dengan
cara apa pun juga.
3.6 ’PERJUMPAAN’
Bagi Soemantri di dalam Candra Jiwa Indonesia tidak ada perbedaan
esensial antara ilham, intuisi, dan wahyu. Ilham atau wahyu tidak dapat
dilukiskan. Orang dapat melukiskan gejala-gejala pengiringnya, yang merupakan
gambaran-gambaran keadaan manusia, di mana ilham atau wahyu menyatakan
diri. Akan tetapi karena tiap orang itu dapat menerima ilham atau wahyu, gejala-
gejala pengiring ini dapat berlainan sekali, tergantung dari keadaan jiwa orang
yang bersangkutan.
Bila seseorang menerima intuisi atau wahyu, maka pada waktu itu ia
berada sangat ’dekat’ dengan Suksma Sejati, seperti umpamanya piamater
(selaput tipis) yang melekat pada jaringan otak. Jika ilham atau wahyu itu sudah
selesai, orang jatuh kembali kepada keadaan sadar sehari-harinya, dan ia tinggal
menerima gemanya saja dari iklim yang ia masuki untuk sesaat itu tadi.
Bagaimana ia mengalami intuisi atau wahyu itu, tergantung dari besar-
158 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Iintuisi adalah anugerah yang tersembunyi yang sering terlupakan.
Gambar 3.6.2: Intuisi, Ilham, atau Wahyu Kecerdasan sebagai pembantu yang terpercaya, sementara itu intuisi adalah anugerah yang tersembunyi. Walaupun masyarakat yang telah terlanjur terbentuk itu sangat menghargai pembantu dan cenderung melupakan anugerah. (Albert Einstein). Wahyu, intuisi, atau ilham datang kadang-kadang sebagai bayangan, sebagai ucapan, sebagai pengertian tertentu, dan/atau sebagai pencerahan. Bayangan itu tidak ditangkap di dalam pancaindra, tetapi manusia mengalaminya di dalam dirinya yang sedalam-dalamnya. Seakan-akan manusia menerjemahkan perjumpaannya menjadi bayangan, ucapan, atau mengerti sesuatu. (Candra Jiwa Indonesia)
__________ http://3.bp.blogspot.com/-43J5cjoMhcc/TfbQ-hckJ4I/AAAAAAAAA0c/tVM4VHuil4Y/s1600/intellect-vs-intuition.jpg cited August 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 159
kecilnya perbedaan antara iklim jiwanya sehari-hari dengan iklim ’dekat’ dengan
Suksma Sejati. Jika perbedaan itu besar, sudah tentu ilham atau wahyu itu akan
menyebabkan pergolakan hebat dalam pikiran dan perasaannya. Jika perbedaan
Intuisi, ilham, atau wahyu datang kadang-kadang sebagai bayangan te-
tapi bayangan itu tidak ditangkap di dalam pancaindra, manusia meng-
alaminya di dalam dirinya yang sedalam-dalamnya. Seakan-akan manu-
sia menerjemahkan ‘perjumpaan‘-nya menjadi bayangan atau ucapan
atau mengerti sesuatu.
itu tidak besar, maka gejala-gejala pengiringnya akan jauh lebih tenang. Intuisi
atau wahyu itu adalah ber-jumpa-nya manusia dengan Suksma Sejati, berjum-
panya kesadaran individual/terbatas dengan kesadaran kolektif.
Karena ilham atau wahyu itu datang dalam suasana diam (heneng, hening),
di dalam angan-angan, nafsu, dan perasaan, manusia mengalaminya di dalam
dirinya yang terdalam. Intuisi atau wahyu kadang-kadang datang selama tidur,
seakan-akan Hidup memilih saat yang menguntungkan bagi orang yang
bersangkutan. Jika orang menginginkan atau mengharapkannya, maka wahyu
tidak akan datang sama sekali, karena di dalam keinginan dan di dalam
pengharapan itu bekerja pula angan-angannya.
Wahyu atau ilham datang kadang-kadang sebagai bayangan atau sebagai
ucapan atau sebagai pengertian tertentu dan sebagai pencerahan. Bayangan itu
tidak ditangkap di dalam pancaindra, tetapi manusia mengalaminya di dalam
dirinya yang sedalam-dalamnya. Seakan-akan manusia menerjemahkan
perjumpaannya menjadi bayangan, ucapan, atau mengerti sesuatu.
Dengan merangkum ilham, intuisi, atau wahyu dapat dikenal dengan ciri-
ciri sebagai berikut.
1. Ia timbul sebagai sesuatu yang asli dari esensi kita yang terdalam.
2. Ia tidak tergantung dari waktu dan tempat.
160 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Dr. dr. Soemantri Hardjoprakoso, Neurolog-Psikiater
Foto 3.6.1: ”Intuisi, Ilham, atau Wahyu” yang Tidak Benar dari Sentra Vitalitas Kita sering melihat persoalan-persoalan yang pelik dapat selesai pada situasi tertentu, kita sering menyebutnya sebagai intuisi, ternyata ”intuisi, ilham, atau wahyu” tersebut tidak seperti yang dimaksudkan oleh Candra Jiwa Indonesia. Diperkirakan solusi persoalan yang pelik tersebut akibat bekerjanya tenaga-tenaga saudara kita sendiri (sentra-sentra vitalitas) yang telah dikatakan sebelumnya mempunyai kemampuan-kemampuan gaib. Tetapi kita perlu juga berhati-hati menanggapi suara-suara di dalam hati, karena sering juga ’’saudara-saudara kita” tersebut menyatakan hal-hal yang tidak benar, apabila mereka tidak digabungkan dan diselaraskan dengan baik dan benar. __________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 161
3. Ia tidak dapat ditimbulkan sekehendak hati.
4. Ia timbul sebagai bayangan, ucapan atau mengerti sesuatu.
5. Ia bukan penghayatan pancaindra.
Intuisi, ilham atau wahyu itu adalah ber-‘jumpa‘-nya manusia (TheSelf)
dengan Suksma Sejati (TheForce), pertemuan sadar individu dengan
sadar-kolektif-dinamis. Gema, gejala pengiringnya tergantung besar-
kecilnya perbedaan antara iklim jiwanya sehari-hari dengan
iklim ‘dekat‘ dengan sadar-kolektif tersebut.
6. Orang yang menerima mengalami rasa damai yang besar dan rasa bahagia
yang masih bergema sementara waktu.
7. Ada rasa kepastian dan kebenaran.
8. Tidak ada sensasi jasmaniah tentang kekuasaan atau lainnya kecuali yang
disebut dalam 6 dan 7.
9. Tidak ada kekuatan lainnya yang datang dari luar.
10. Pada saat datangnya wahyu atau ilham, berhentilah angan-angan, emosi dan
nafsu.
Yang kita sebut dalam hidup sehari-hari sebagai ilham (intuisi) dan yang
sering menunjukkan kepada kita penyelesaian dalam situasi-situasi tertentu,
bukanlah ilham (intuisi) yang disebutkan di atas. Perkiraannya adalah bekerjanya
tenaga-tenaga saudara kita sendiri yang seperti telah dikatakan sebelumnya
mempunyai kemampuan-kemampuan gaib. Tetapi sering juga menyatakan hal-hal
yang tidak benar, yaitu jika tidak digabungkan dan diselaraskan dengan baik. [15]
Tenaga-tenaga saudara tujuh dapat digabungkan oleh manusia menurut
kehendak hatinya, artinya Aku manusia berkemampuan untuk menggabungkan
tenaga-tenaga saudara tujuh dengan dirinya menjadi satu tenaga yang terintegra-
__________
[15]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 65.
162 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Telepati adalah komunikasi jarak jauh antar individu dan konsep dasar teorinya (kanan)
Gambar 3.6.3: Prototipe Helm Telepati Helm elektronik yang dikembangkan oleh tim ahli dari tiga universitas di USA. Pada ta-hun 2008 mereka mendapat kontrak penelitian sebesar 4 juta USD dari angkatan darat. Penampilannya bagaikan fiksi ilmiah yang memungkinkan. Tugas tim ahli adalah me-ngembangkan helm yang dapat membaca dan menyampaikan data langsung pada pikiran para tentara dan berkomunikasi diantara mereka tanpa interaksi vokal. Fungsinya helm tersebut seperti radio tanpa mikrophon.
Bayu sejati dapat menampilkan berbagai kemampuan istimewa seseorang diantaranya: telepati, hipnotis, dan meramalkan masa datang (clairvoyance).
__________ http://www.atlantisqueen.com/storage/telepathy%201.jpg?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1304256164944 cited August, 22, 2011. http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQZUaJfE2CFkgRLZ_rm5RHXAeMHW0fYLSwKGsADWmBkDH3niPzSA cited August, 22, 2011. http://cdn.gajitz.com/wp-content/uploads/2009/10/army-telepathy-helmet.jpg cited August, 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 163
si sepenuhnya. Integrasi ini menimbulkan daya/kekuatan gaib. Tenaga akhir ini
dapat disuruh melakukan sesuatu menurut kehendak sang Aku dan dapat pula
diperintah menurut kehendaknya untuk menghentikannya.
Bayu Sejati dapat digunakan untuk pamer atau dengan alasan-alasan
yang egosentrik lainnya. Bayu Sejati dapat melakukan sesuatu yang lain,
untuk memberi peringatan yang bersifat mendidik. Ia adalah juga sau-
dara kita, bukan hewan pengangkut yang dapat diperlakukan semau-
nya. ‖Saya adalah daya dan selubung Roh Suci‖ kata Bayu Sejati.
Telah dikatakan bahwa kekuatan gaib dari angan-angan adalah
pangaribawa, prabawa, dan kemayan. Kemayanlah yang mempunyai kekuatan
khusus. Bayu Sejati adalah keadaan (jiwa) yang mampu mempergunakan tanpa
rintangan kekuatan itu. Bayu Sejati itu masih material dan terikat sepenuhnya
serta wajib taat mutlak kepada kehendak Tripurusa. Dalam Bayu Sejati tenaga-
tenaga nafsu diam sepenuhnya; angan-angan melepaskan diri dari nafsu dan
perasaan sehingga pengembangan kekuasaannya tidak terganggu.
Jika manusia hendak menggunakan Bayu Sejati, umpamanya untuk pamer
atau dengan alasan-alasan yang egosentrik lainnya, maka Bayu Sejati tidak mau
berbuat atau ia melakukan sesuatu yang lain, yang mengandung maksud untuk
memberi peringatan yang bersifat mendidik. Ia adalah juga saudara kita, bukan-
nya ’hewan pengangkut’ yang dapat diperlakukan sekehendak hati. Menurut
kata-kata Bayu Sejati sendiri: ”Saya adalah daya dan selubung Roh Suci” [16]
Dalam keadaan Bayu Sejati, sentra-sentra vitalitas masing-masing tidak
mempunyai otonomi lagi terhadap yang lain. Tidak ada lagi pikiran-pikiran yang
mengganggu, tidak ada keinginan dan kemauan yang sekonyong-konyong timbul
sehingga mengganggu. Dalam keadaan demikian ini kekuasaan unsur material
manusia mencapai kesempurnaannya.
__________
[16]. R. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tentang Bayu Sejati. 1949.
164 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.6.1: Pada Kesadaran Roh Suci, Akunya adalah Bayu Sejati Tenaga-tenaga saudara tujuh dapat digabungkan oleh manusia menurut kehendak hatinya, menjadi satu tenaga yang terintegrasi sepenuhnya. Tenaga akhir ini dapat disuruh melakukan sesuatu menurut kehendak sang Aku dan dapat pula diperintah untuk menghentikannya.
Bayu Sejati itu material halus yang wajib taat mutlak kepada kehendak. Dalam Bayu Sejati tenaga-tenaga nafsu diam sepenuhnya; angan-angan melepaskan diri dari nafsu dan perasaan sehingga pengembangan kekuasaannya tidak terganggu.
Dalam keadaan Bayu Sejati, sentra-sentra vitalitas (nafsu dan perasaan) masing-masing tidak mempunyai otonomi lagi terhadap yang lain. Tidak ada lagi pikiran-pikiran yang mengganggu, tidak ada keinginan dan kemauan yang sekonyong konyong timbul sehingga mengganggu. Bagi orang yang titik berat kesadarannya pada Roh Suci, akunya sehari-hari adalah Bayu Sejati itu sendiri. Ia tidak usah membangunkannya untuk mempergunakannya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Masyarakat (Alam Semesta)
================l Pancaindra l============================ MIKROKOSMOS Manusia Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 4-Sentra Vitalitas: Saudara Tujuh Psike
IIIIIINNaaffssuu:: -- -- -- -- 44MMuuttmmaaiinnaahh,, 55LLuuaammaahh (IIIIPPeerraassaaaann)) 66SSuuffiiaahh,, 77AAmmaarraahh
IIAAnnggaann--aannggaann Aku 11CCiippttaa,, 22NNaallaarr,, 33PPaannggeerrttii
BBAAYYUU SSEEJJAATTII (Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - IVTTrriippuurruussaa:: 3Roh Suci (Alam Sejati) Spiritual 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas Pusat Imateri
=========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 165
Tiap pikiran, tiap emosi, atau tiap keinginan dan kemauan akan memecah
kemutlakannya. Keadaan jiwa semacam ini dicapai manusia sebelum titik berat
kesadarannya pindah menetap di dalam kesadaran Roh Suci. Bagi orang yang
Bagi orang yang telah mencapai derajat Roh Suci, Akunya sehari-hari
adalah Bayu Sejati itu sendiri. Ia tidak perlu lagi membangunkan untuk
mempergunakannya. Menurut pengakuan Bayu Sejati, ia adalah daya
dan selubung Roh Suci. –Candra Jiwa Indonesia.
demikian ini, Akunya sehari-hari adalah Bayu Sejati itu sendiri. Ia tidak usah mem-
bangunkannya untuk mempergunakannya. Padanya juga sudah tidak ada lagi ke-
takutan, kesangsian, keraguan, harapan atau rangsangan kemauan, yang dapat
merintangi penyerahan dirinya tak bersyarat kepada Tripurusa.
Tiap manusia yang selalu mengarahkan diri kepada Tripurusa, menambah-
kan satu faktor lagi kepada candra manusianya, yaitu faktor dituntun Suksma
Sejati ke dalam ilham atau wahyu. Faktor ini tak tergantung dari suatu
pengalaman dan berada di atas segala pengalaman. [17] Karena wahyu itu kadang-
kadang dihayati sebagai ucapan atau sebagai mengerti sesuatu, maka Suksma
Sejati disebut juga sebagai Sang Sabda atau Sang Pepadang.
Penyerahan diri selanjutnya kepada Tripurusa berarti menunggu matinya
sang Aku. Baru jika sang Aku-angan-angan (aku jasmani/halus; yang rusak) mati,
maka terlahirlah Aku yang lebih tinggi dan lebih berdaulat (aku rohani/imateri;
yang kekal), yaitu Aku-Roh Suci. Perlu diasadari bahwa Aku-angan-angan
kepemimpinannya hanya bersifat sementara.
Dengan melepaskan Aku-angan-angan, timbullah kedaulatan yang tak
dapat diganggu-gugat. Kedaulatan terbatas dari Aku-angan-angan, yang terkena
perlakuan timbal-balik dari dunia luar, sekarang diganti dengan kekuasaan yang
tak dapat diganggu gugat, yang Maha Kuasa. Pengaruh unsur material terhadap
__________
[17]. Surat dari Tr. Soemodihardjo kepada Soemantri Hardjoprakoso. 1952
166 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Aku/Mental (TheEGO, Angan-angan) dan Aku/Spiritual (TheSelf, Roh Suci). Pancaindra menghubungkan
Mikrokosmos dengan Makrokosmos (Dimensi/Dunia-1, alam semesta, dunia luar) yang berada di luar kotak ini
Diagram Transenden 3.6.1: Paugeran Roh Suci di dalam Tripurusa Kesadaran Roh Suci di dalam Tripurusa ini mengandung suatu janji untuk mengarahkan diri hanya kepada Suksma Sejati dan Suksma Kawekas saja. Janji, paugeran, kredo, atau syahadat ini dapat dirumuskan dengan kata-kata yang menunjukkan posisi Roh Suci terhadap Dwitunggal, DwiAspek (TheForce dan TheSource) di dalam kesadaran tersebut.
Ke mana arah kembalinya Roh Suci kelak kemudian hari serta siapa yang menjadi penun-tun dan gurunya yang sejati disebutkan dalam paugeran tersebut. Begitu istimewanya paugeran ini sehingga ditransendenkan di lubuk hati yang terdalam para pejalan spiritual, bagaikan senjata andalan yang selalu dibawa, dan selalu disadarkan kembali ketika mendapat kesulitan, kesedihan, dan kegembiraan.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
TheSelf Dimensi-4 (Spiritual)
TheForce Dimensi-4 (Spiritual)
TheSource Dimensi-4 (Spiritual)
Sentra Vitalitas (Angan-angan, Nafsu, Perasaan)
IRahsa JatiI
Suksma
Sejati
Suksma
Kawekas
Roh
Suci
AKU-Spiritual
AKU-Mental
(Pusat Imateri) Dimensi-4
MENTAL Dimensi-3
Tripurusa
IPancaindraI
FISIK Dimensi-2
IPancaindraI
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 167
Roh Suci sudah ditiadakan, karena kesadaran Roh Suci dapat memerintah materi.
Tidak ada saling pengaruh-memengaruhi lagi, seperti waktu sang Aku-angan-
angan masih berkuasa. Kesadaran Roh Suci adalah kesadaran dari sinar Sang
Roh Suci adalah kesadaran terbatas di dalam badan/jasmani, berasal
dari sinar Sang Pepadang, walaupun sudah apribadi tetapi masih
terbatas. Ia merupakan sadar-dikandung-Hidup, di dalam Suksma Sejati
sebagai Penuntun Sejati dan utusan abadi Suksma Kawekas.
Pepadang, ia masih terbatas di dalam badan/jasmani, walaupun ia sudah apribadi.
Ia merupakan sadar-dikandung-Hidup, dikandung di dalam Suksma Sejati sebagai
Penuntun Sejati dan Suksma Kawekas sebagai Sumber dari segala Hidup. [18]
Kesadaran Roh Suci di dalam Tripurusa ini mengandung suatu janji untuk
mengarahkan diri hanya kepada Suksma Sejati dan Suksma Kawekas saja. Janji ini
dapat dirumuskan dengan kata-kata sebagai berikut:
”Suksma Kawekas adalah tetap menjadi sembahan hamba yang sejati,
adapun Suksma Sejati adalah tetap menjadi Utusan Tuhan Sejati, serta
menjadi Penuntun dan Guru hamba yang sejati.
Hanya Suksma Kawekas pribadi yang menguasai semesta alam
seisinya, hanya Suksma Sejati pribadi yang menuntun para hamba
semua.
Semua kekuasaan ialah kekuasaan Suksma Kawekas, ada pada
Suksma Sejati, adapun hamba ada di dalam kekuasaan Suksma
Sejati”. [19]
Ini adalah janji-hidup Roh Suci, ialah paugeran, kredo, atau syahadatnya.
Tahap selanjutnya ialah leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati. Sinar dipang-
___________ [18]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 152.
[19]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 153.
168 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 3.6.2: Leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati Tahap selanjutnya ialah leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati. Sinar dipanggil kem-bali oleh Yang Punya (TheSource) melalui Dia (TheForce), yang memegangnya. Roh Suci telah lebur ke dalam Suksma Sejati.
Kesadaran dan kedaulatan itu meliputi dirinya sendiri dan segala yang lain, semuanya, dan menyeluruh. Kesadaran dan kedaulatan yang tak terbatas ini, bersifat mutlak, berada di dalam segala-galanya, meliputi segala-galanya, seluruh dunia, seluruh unversum, dan meliputi alam semesta.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Masyarakat Alam Semesta
================l Pancaindra l===========================
MIKROKOSMOS Jasmani Kasar (Fisik-Kimiawi) Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jasmani Halus (jiwa, batin) Mental
- - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TriPurusa: 2Suksma Sejati, Spiritual 1Suksma Kawekas (Pusat Imateri) Alam Sejati
======================================================================
==
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 169
gil kembali oleh Dia yang Memiliki, melalui Dia, yang Memegangnya.[20] Roh Suci
telah lebur ke dalam Suksma Sejati. [21] Selesaiah rangkaian evolusi mental/keji-
waan manusia.
Kesadaran Roh Suci di dalam Tripurusa ini berjanji untuk mengarah-
kan diri hanya kepada Suksma Sejati dan Suksma Kawekas saja. Ini
adalah janji-hidup Roh Suci, yaitu paugeran, kredo, atau syahadat-nya.
Tahap selanjutnya ialah leburnya Roh Suci ke dalam Suksma Sejati.
Sinar dipanggil kembali melalui Dia yang menghidupinya.
Kesadaran tak lagi terbatas kepada dirinya sendiri. Kesadaran itu meliputi
dirinya sendiri dan segala yang lain, semuanya dan bersama-sama. Ternyata
kedaulatannya bahkan tidak menghilang. Keterbatasan kedaulatan di dalam
badannya justru telah menghilang. Timbullah sekarang kedaulatan yang tak
terbatas. Kesadaran yang tak terbatas ini, berdaulat mutlak, berada di dalam
segala-galanya, meliputi segala-galanya, seluruh dunia, seluruh alam semesta,
serta seluruh universum.
__________
[20]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 168.
[21]. Idem. h. 169.
170 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Pada foto ini R. Soenarto Mertowardojo dikenal dengan sebutan Pak Jenggot
Foto 4.1.1: Candra ideal adalah suatu Totalitas Mutlak yang Transenden Tujuan akhir manusia adalah mencapai derajat kesadaran kolektif. Kesadaran kolektif adalah suatu totalitas mutlak yang transenden. Apabila telah tercapai, maka kesadaran pribadi dan ke-tidak-sadaran kolektif hilang dengan sendirinya.
Nafsu-nafsu sudah membatasi diri pada fungsi vital saja seperti lapar, haus, mengantuk dan sebagainya. Kehidupan rohaniah sama sekali tidak terpengaruh oleh kebutuhan-kebutuhan jasmaniah dan tidak terganggu oleh harmoninya nafsu–nafsu yang sudah minimalis tersebut. Fungsi-fungsi kemauan, kehidupan perasaan dan angan-angan telah berkembang dan akhirnya berkonvergensi di dalam kesadaran pribadi, dan sudah diizinkan meleburkan diri di dalam kesadaran kolektif.
__________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 171
BAB IV CANDRA IDEAL
4.1 PENDAHULUAN
Candra Jiwa Indonesia menganggap manusia ideal adalah manusia yang
mampu memanifestasikan sadar kolektif di dalam lubuk hatinya secara permanen,
Candra ideal memiliki derajat kesadaran kolektif, artinya tujuan akhir
hidup manusia telah tercapai, maka kesadaran pribadi dan keasadaran
kolektif sudah tidak ada lagi. Kehidupan mental individual sudah tidak
eksis dan nafsu-nafsu membatasi diri pada fungsi vital saja.
tanpa kembali lagi (turun) kesadarannya ke sadar pribadi, atau lebih rendah lagi.
Sadar kolektif adalah suatu totalitas mutlak yang transenden.
Dalam derajat sadar kolektif, apabila telah tercapai tujuan akhir hidup
manusia, maka sadar pribadi dan asadar kolektif sudah tidak ada lagi. Kehidupan
mental individual sudah tidak ada lagi, nafsu-nafsu membatasi diri pada fungsi
vital saja. Dalam derajat candra ideal, fungsi-fungsi kemauan, kehidupan perasaan
dan angan-angan telah berkembang dan akhirnya berkonvergensi di dalam
kesadaran pribadi.
Prinsip pengatur di dalam manusia yang telah mencapai derajat ideal ini,
bukan-lah suatu kompleks, seperti kesadaran aku di dalam kesadaran pribadi,
tetapi sadar ko-lektif itu sendiri. Sudah tidak ada kompleks sama sekali di dalam
diri manusia, sudah tidak ada lagi dunia dalam dan dunia luar. Karena sudah
tidak ada lagi polaritas, maka perlawanan antar-kutub sudah hilang dengan
sendirinya. Sudah tidak ada kehidupan psikis (mental) lagi, maka sudah tidak ada
pula hubungan-hubungan intra psikis. Sudah tidak ada lagi hati nurani, sudah
tidak ada lagi nafsu-nafsu asadar. Sudah tidak ada lagi Aku, yang dapat terjepit
antara hati nurani dan nafsu-nafsu asadar. Sudah tidak ada lagi kompleks yang
mandiri.
172 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
R. Soenarto Mertowardojo (21 April 1899 – 16 Agustus 1965)
Foto 4.2.1: Pamudaran adalah Tercapainya Derajat Kesadaran Suksma Sejati Derajat Roh Suci pada hakikatnya adalah imateri, tetapi masih terdapat individualitas di dalamnya. Untuk meningkat sampai derajat Suksma Sejati, manusia harus melepas-kan semua idividualitasnya. Karena kesadaran kolektif berdiri di luar wewenang apa-pun dari kesadaran pribadi, maka satu-satunya jalan bagi kesadaran pribadi untuk lebur ke dalam kesadaran kolektif , adalah peleburan total dari dirinya sendiri. Candra Jiwa Indonesia mencatatnya sebagai manusia yang telah sukses meningkatkan derajatnya dari Roh Suci mencapai derajat Suksma Sejati. Orang yang telah mencapai derajat kejiwaan demikian ini, dikatakan telah menyelesaikan tugas mencapai tujuan (hidup) terakhir yaitu Pamudaran (Individualisasi, Pembebasan).
__________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 173
Candra Jiwa Indonesia mencatatnya sebagai yang manusia telah mencapai
derajat Suksma Sejati. Derajat Roh Suci telah meningkat menjadi derajat Suksma
Sejati. Orang yang telah mencapai derajat kejiwaan demikian ini, dikatakan telah
Candra-ideal itu adalah manifestasi permanen dari kesadaran kolektif,
tanpa ada kemungkinan lagi untuk turun kembali kepada kesadaran
pribadi dan ketidaksadaran kolektif.
menyelesaikan tugas (hidup) terakhir mencapai Pembebasan (Pamudaran)-nya.
4.2 PUNCAK KESADARAN
Adalah status kesadaran tertentu, di mana semua kesadaran pribadi
dengan semua aktivitas psikis di dalamnya telah pindah bersatu ke dalam
kesadaran kolektif. Apabila kita bayangkan jiwa manusia pada umumnya terdapat
tiga tingkatan kesadaran: tingkat jasmani kasar (asadar kolektif), tingkat jasmani
halus atau hidup psikis (sadar pribadi), tingkat hidup metafisis (sadar kolektif).
Dari tingkat yang satu dapat pindah ke tingkat yang lain. Maka candra ideal itu
adalah manifestasi permanen dari kesadaran kolektif, tanpa ada kemungkinan
lagi untuk turun kembali kepada kesadaran pribadi dan keasa-daran kolektif.
Pada manusia umumnya titikberat kesadarannya terletak dalam kesadaran
pribadi dengan segala aktivitas psikisnya. Ke-tidak-sadaran kolektif dan kesadar-
an kolektif memang selalu berhubungan dengan atau mengirimkan pesan-pesan
kepada (melalui) kesadaran pribadi, tetapi kesadaran hidup tidak diletakkan
kepadanya.
Sang Aku merupakan kompleks pengatur pada manusia umumnya. Suatu
totalitas pengatur (mental, psike) yang dimiliki manusia pada umumnya.
Walaupun hanya individual, tetapi ke-tidak-sadaran kolektif (fisik, soma) dan
kesadaran kolektif (spiritual, metafisis) masih mempunyai otonomi terhadap
totalitas itu. Keduanya itu memang mempunyai hubungan kesatuan dengan
kesadaran pribadi, tetapi mempunyai juga kebebasan bergerak terhadapnya.
174 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
(-------): Keberadaannya tidak mempengaruhi Sadar Kolektif, (=====): Tidak eksis lagi
Diagram Transenden 4.2.1: Pamudaran Derajat Pamudaran adalah derajat ideal, prinsip pengaturnya adalah sadar kolektif (Sang Guru Sejati, Suksma Sejati, TheForce) itu sendiri, atas nama TheSource. Kompleks vitalitas apa pun seperti Sang Aku sudah tidak ada sama sekali di dalam diri manusia. Sudah tidak ada lagi polaritas, maka perlawanan antar-kutub sudah hilang dengan sendirinya. Jadi sudah tidak ada lagi dunia dalam dan dunia luar. ________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
TheForce (Sadar Kolektif)
Mikrokosmos (Dunia Dalam)
Sadar Pribadi (Aku)
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
Suksma
Sejati
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 175
Dalam derajat kesadaran kolektif, sebagai tujuan akhir manusia apabila
telah tercapai, maka kesadaran pribadi dan ke-tidak-sadaran kolektif sudah tidak
ada lagi. Kesadaran kolektif adalah suatu totalitas mutlak yang transenden. Kehi-
Derajat kesadaran-kolektif (Suksma Sejati), adalah tujuan akhir hidup
manusia. Pada derajat tersebut, kesadaran pribadi dan ke-tidak-
sadaran kolektif sudah tidak ada lagi.
dupan mental individual sudah tidak ada lagi. Nafsu-nafsu membatasi diri pada
fungsi vital saja seperti lapar, haus, mengantuk dan sebagainya. Yang membatasi
diri pada kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, tanpa mempunyai pengaruh apa pun
terhadap kehidupan rohaniah. Dalam derajat candra ideal, fungsi-fungsi kemauan,
kehidupan perasaan dan angan-angan telah berkembang dan akhirnya berkon-
vergensi di dalam kesadaran pribadi.
Prinsip pengatur di dalam manusia yang telah mencapai derajat ideal ini,
bukanlah suatu kompleks, seperti kesadaran aku di dalam kesadaran pribadi,
tetapi kesadaran kolektif itu sendiri. Sudah tidak ada kompleks sama sekali di
dalam diri manusia. Jadi sudah tidak ada lagi dunia dalam dan dunia luar. Karena
sudah tidak ada lagi polaritas, maka perlawanan antar-kutub sudah hilang
dengan sendirinya. Manusia demikian mempunyai kesadaran yang merupakan
pembagi persekutuan terbesar dan sekaligus perkalian persekutuan terkecil dari
semua kesadaran.
Dalam terminologi candra jiwa manusia Indonesia, berarti manusia telah
mencapai derajat Suksma Sejati. Derajat Roh Suci telah meningkat menjadi
derajat Suksma Sejati.
Derajat Roh Suci pada hakikatnya juga sudah imaterial, tetapi masih
terdapat individualitas di dalamnya. Untuk meningkat sampai derajat Suksma
Sejati, manusia harus melepaskan semua individualitasnya. Karena kesadaran
kolektif berdiri di luar wewenang apa pun dari kesadaran pribadi, maka satu-
satunya jalan bagi kesadaran pribadi untuk lebur ke dalam kesadaran kolektif,
176 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
(-------): Keberadaannya tidak mempengaruhi Sadar Kolektif, (=====): Tidak eksis lagi
Bagan Transenden 4.2.1: Fungsi Pancaindra dalam Derajat Pamudaran Pancaindra di dalam derajat Suksma Sejati (derajat ideal, pamudaran, TheForce) men-dapat arti yang lain. Pertama, tidak diperlukan lagi kesan-kesan dari luar, dan kedua, sudah tidak ada lagi sesuatu yang batiniah. Ketiga, tidak ada pengalaman lagi. Derajat ini merupakan di satu pihak hasil dari semua pengalaman dan di pihak lain ia berada di atas segala pengalaman. Historis, pancaindra yang di dalam kehidupan sadar pribadi dahulu merupakan pintu gerbang bagi kesan-kesan dari dunia luar dan sedikit banyak juga sebagai alat pencu-rahan isi batiniah terutama oleh indra pengucap.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
=========l l==================================
[penglihatan, pendengaran, pembau, perasa dan pengucap (bahasa)]
Alam Sejati
SUKSMA SEJATI (Pusat Imateri) ========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 177
adalah peleburan total dari diri sendiri. Tetapi peleburan total itu tidak boleh
berupa suatu perbuatan, karena di dalam perbuatan itu terkandung potensi
individual.
Derajat Roh Suci sudah imateri, tetapi masih ada individualitas. Untuk
berderajat Suksma Sejati, semua idividualitas harus dilepaskan, penye-
rahan diri dengan diam-mutlak-sempurna. Peleburan datang dari kesa-
daran kolektif. Proses ini sesuai kebijaksanaan Suksma Sejati sebagai
pelaksana kehendak dari Suksma Kawekas.
Peleburan total ini hanya dapat terlaksana dengan penyerahan diri
sepenuh-penuhnya, dengan diam sempurna, tanpa ingatan sesuatu pun dengan
yang individual. Dalam keadaan diam mutlak dari yang individual ini, peleburan
datang dari pihak kesadaran kolektif, seperti juga halnya dahulu ketika pemi-
sahan Roh Suci dari kesadaran kolektif. Datangnya proses kebijaksanaan tersebut
dari Suksma Sejati sebagai pelaksana kehendak dari Suksma Kawekas. Isi dari
diamnya kesadaran pribadi itu adalah paugeran, janji suci, kredo, atau syahadat.
Berarti manusia tersebut telah menjalankan misi hidupnya dengan
sempurna, karena sang Aku sebagai perwakilan keseluruhan kehidupan manusia
telah melakukan evolusi kesadaran yang sempurna. Kesadaran sang Aku material
(Ego) telah ditarik oleh kesadarannya Sang Aku imateri (Roh Suci, TheSelf) melalui
ambang kesadaran Rahsa Jati (TheGate) dan berakhir dengan menyerahkan
keseluruhannya dan diterima kembali oleh kesadaran kolektif (Suksma Sejati,
TheForce), ialah yang menghidupi Roh Suci.
Pancaindra, yang di dalam kehidupan sadar pribadi dahulu merupakan
pintu gerbang bagi kesan-kesan dari dunia luar dan sedikit banyak juga sebagai
alat pencurahan isi batiniah, di dalam derajat Suksma Sejati mendapat arti yang
lain. Pertama , tidak diperlukan lagi kesan-kesan dari luar, dan kedua , sudah
tidak ada lagi sesuatu yang batiniah. Ketiga , Tidak ada pengalaman lagi. Derajat
ini di satu pihak merupakan hasil dari semua pengalaman dan di pihak lain ia
berada di atas segala pengalaman.[1]
__________
[1]. Surat dari Tr. Soemodihardjo kepada Soemantri Hardjoprakoso. 1952.
178 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
(-------): Keberadaannya tidak memengaruhi Sadar Kolektif, (=====): Tidak eksis lagi
Diagram Transenden 4.2.2: Sudah tiada lagi ketiga Pusat-pusat Vitalitas Intra Psikis Pada derajat Pamudaran, sudah tidak ada kehidupan psikis (mental) lagi, maka hubung-an-hubungan intra psikis juga sudah tidak ada. Sudah tidak ada lagi hati nurani dan nafsu-nafsu asadar.
Berarti, sudah tidak ada lagi Aku, yang dapat terjepit di antara hati nurani dan nafsu-nafsu asadar. Begitu juga kompleks yang mandiri (otonom) sudah tidak ada lagi. Semua diatur oleh pusat vitalitas tertinggi, TheForce (Suksma Sejati) atas nama TheSource (Suksma Kawekas).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
.
.
Sadar
Kolektif
.
TheForce
PAMUDARAN
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 179
Pancaindra hanya berfungsi motoris, sedangkan fungsinya sebagai alat
penerima psikis sudah ditiadakan. Ini berarti bahwa apa yang dikatakan dan di-
tunjukkan pancaindra dan alat pelaksana, adalah sifat-sifat dan segi-segi tertentu
Pada derajat Suksma Sejati, pancaindra hanya berfungsi motoris.
Fungsinya sebagai alat penerima psikis sudah ditiadakan. Ini berarti
bahwa apa yang dikatakan dan ditunjukkan pancaindra dan alat
pelaksana, adalah sifat-sifat dan segi-segi tertentu dari Suksma Sejati.
dari Suksma Sejati, kesadaran kolektif. Sifat-sifat ini dinyatakan dalam candra jiwa
Indonesia sebagai berikut.
”Benih (Roh Suci) terlahir dari kekuasaan-Ku.
Yang terlihat adalah kebijaksanaan-Ku.
Yang diucapkan adalah penerangan-Ku.
Yang terdengar adalah kekuasaan-Ku.
Yang terasa adalah keadilan-Ku.
Yang tercium adalah kehadiran-Ku.
Cipta adalah tangan-Ku.
Nafas adalah kekuatan-Ku dan singgasana-Ku.
Badan adalah busana-ku dan kendaraan-Ku.” [2]
Di dalam candra manusia Indonesia, maka orang yang telah mencapai
derajat kejiwaan demikian ini, dikatakan telah menyelesaikan pembebasan-
besarnya.
Karena sudah tidak ada kehidupan psikis (mental) lagi, maka sudah tidak
ada pula hubungan-hubungan intra psikis. Sudah tidak ada lagi hati nurani, sudah
tidak ada lagi nafsu-nafsu asadar. Sudah tidak ada lagi Aku, yang dapat terjepit
antara hati nurani dan nafsu-nafsu asadar. Sudah tidak ada lagi kompleks yang
mandiri (otonom).
__________
[2]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 27-9-1949.
180 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Matahari masih akan bersinar kira-kira 5.000.000 tahun lagi
Foto 4.2.2: Matahari dan Hubungannya antara TheSource dan TheForce Suksma Sejati (TheForce) mengarahkan diri ke Suksma Kawekas (TheSource) dalam perspektif Pamudaran, sebab Ia adalah utusan-Nya yang abadi. Wajar dan harmonis karena Yang Dinamis, Yang Bergerak mencari dan mengarahkan diri kepada Yang Diam. TheSource dan TheForce sekiranya dapat dirumuskan dengan perlambang, maka yang paling tepat adalah bagaikan matahari dengan panasnya, bulan dengan cahayanya, air dengan mata airnya, bunga dengan harumnya, dan alat musik dengan melodinya.
__________ http://ima.dada.net/image/4084191.jpg cited August 17, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 181
Ucapan dan pencerahan orang yang demikian sesungguhnya dapat dialami
sebagai intuisi oleh setiap orang di dalam dirinya yang terdalam. Karena tidak
setiap orang dapat menciptakan iklim untuk timbulnya intuisi, maka kehadiran
Jika apa yang ditangkap dengan pancaindra dilambangkan
sebagai bumi, dan yang metafisis sebagai langit, maka Suksma Sejati
bagaikan turun ke bumi di dalam manusia yang telah dibebaskan.
seseorang yang telah Dibebaskan, memberi kesempatan khusus kepada orang-
orang sezamannya.
Mereka dapat menangkap dengan pancaindra, mendengarkan ucapan-
ucapannya dan bentuk-bentuk pencerahan lainnya dari seseorang yang telah
mencapai derajat kesadaran kolektif. Dan ini jauh lebih mudah daripada
menciptakan iklim dalam jiwa-nya sendiri untuk menerima ilham atau intuisi
tersebut.
Jika apa yang ditangkap dengan pancaindra dilambangkan sebagai bumi,
dan yang metafisis sebagai langit, maka Suksma Sejati bagaikan turun ke bumi di
dalam manusia yang telah dibebaskan. Kehadiran manusia yang telah dibebaskan
berarti mem-
permudah jalan ke Pembebasan bagi orang-orang yang sezaman. Karena
kehadirannya itu, maka seakan-akan ada dispensasi. Terjadilah hal-hal yang
biasanya tidak terjadi. Kemajuan-kemajuan di dalam pembentukan kepribadian
berjalan dengan cepat, berbeda dari biasanya. Laksana orang yang harus
mengumpulkan air di musim hujan.
Dalam derajat bebas ini, Suksma sejati mengarahkan diri ke Suksma
Kawekas. Yang Dinamis, Yang Bergerak mencari dan mengarahkan diri kepada
Yang Diam. Hubungan perbandingan antara Suksma Kawekas dan Suksma Sejati
dapat dirumuskan paling tepat dengan lambang, seperti: matahari dengan
panasnya, bulan dengan cahayanya, air dengan mata airnya, bunga dengan
harumnya, alat musik dengan melodinya. [3]
__________
[3]. Soenarto Mertowardojo. Sabda Khusus tanggal 26-5-1949.
182 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ibu dan Bapak R. Soenarto Mertowardojo
Foto 4.2.3: Bedakan Yang Historis-pribadi dengan Yang Abadi-apribadi Jasmani, wujud dan perawakannya, harus dapat kita membedakan, dari hakikatnya. Mengikuti perjalanan sang waktu, badan/jasmani harus meninggal, hancur lebur menjadi tanah dengan unsur-unsurnya, itu adalah historis dan akan tetap menjadi historis. Dapatkah kita mengenal kembali yang abadi dan yang apribadi di dalam diri kita sendiri yang terdalam dan mengenalnya kembali di dalam hidupnya setiap manusia?
__________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 183
Hubungan antara Suksma Sejati dengan manusia juga paling tepat jika
dilukiskan dengan lambang-lambang. Suksma Sejati adalah Guru Sejati, Panuntun
Sejati, Penunjuk Jalan, Sang Pepadang, Sang Sabda, Jalan, Obor, dan Pembebas.
Dalam derajat bebas ini, Suksma sejati (Yang Dinamis) mengarahkan
diri ke Suksma Kawekas (Yang Diam). Hubungan Suksma Kawekas dan
Suksma Sejati dapat dirumuskan dengan lambang matahari dengan
panasnya, bulan dengan cahayanya, air dengan mata-airnya, bunga
dengan harumnya, dan alat musik dengan melodinya.
Kita harus dapat membedakan wujudnya, perawakannya, dan jasmaninya
dari hakikatnya. Badan/jasmaninya meninggal, hancur luluh, itu adalah historis
dan akan tetap historis. Soalnya agar kita dapat mengenal kembali yang abadi
dan yang apribadi di dalam diri kita yang terdalam dan mengenalnya kembali juga
di dalam setiap manusia.
184 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ribuan motor di hari-hari lebaran itu memiliki jalur dan alamat tujuannya sendiri-sendiri.
Foto 5.1.1: Masing-masing Manusia Memiliki Jalannya Sendiri-sendiri Pada periode lebaran sepeda motor digunakan mudik untuk perjalanan jarak jauh. Masing-masing sudah memiliki tujuan dan jalurnya sendiri-sendiri untuk pulang sampai ke rumahnya yang dulu. Nilai susila, watak utama dan budi pekerti, hanya dapat dicapai setelah mengikuti jalan tertentu. Jalan itu harus ditempuh seruas demi seruas, melalui proses perubahan dan pengalaman seiring dengan perjalanan sang waktu.
Jalan ini begitu khas bagi masing-masing orang. Sekiranya ada yang penasaran hendak melaluinya, maka ia akan memperkosa kepribadiannya sendiri. Kalaupun dapat sejajar maka hanya sementara waktu, kemudian akan memotong atau menjauh. Beruntung orang dapat mempergunakan petunjuk yang sama yang ada di jalan orang lain tersebut.
Spontanitas dan orisinalitas-nya sendiri, dua sifat khas dari manusia akan terabaikan, sekiranya kita meletakkan jalan sendiri tepat pada jalan orang lain. Mungkin akan menghasilkan keterikatan kepada tradisi dan prasangka-prasangka. Mungkin juga bahwa manusia yang satu di jalan hidupnya dapat menangkap dan memahami penga-laman-pengalaman orang lain, akan tetapi kedua jalan itu tetap khas sesuai dengan kepribadiannya.
__________ http://fantrid.files.wordpress.com/2010/12/250px-mudik.jpg cited September 1, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 185
BAB V
BUDI PEKERTI LUHUR
Proses perubahan terus menerus setelah mengikuti jalan tertentu, menga-
wali pencapaian nilai susila, watak utama, dan budi pekerti luhur.
Jalan ini sangat pribadi, penuh dengan spontanitas dan orisinalitas-nya
sendiri, dua sifat khas dari manusia.
5.1 PENDAHULUAN
Nilai susila, watak utama, [1] dan budi pekerti luhur hanya dapat dicapai
melalui proses perubahan, pengalaman demi pengalaman, setingkat demi seting-
kat, setelah mengikuti jalan tertentu, seiring dengan perjalanan sang waktu.
Jalan ini sangat pribadi. Orang lain tidak dapat melalui jalan yang sama tersebut.
Kalau ia penasaran hendak melaluinya, maka ia akan memerkosa kepribadiannya
sendiri. Paling-paling orang dapat mempergunakan petunjuk yang sama yang ada
di jalan orang lain, atau paling-paling kedua jalan itu dapat sejajar untuk
sementara waktu atau saling memotong. Meletakkan jalannya sendiri tepat pada
jalan orang lain, akan menghasilkan keterikatan kepada tradisi dan prasangka-
prasangka dengan mengabaikan spontanitas dan orisinalitas-nya sendiri, dua
sifat khas dari manusia. Mungkin saja bahwa manusia yang satu di jalan hidup-
nya dapat menangkap dengan jelas dan dapat memahami pengalaman-pengala-
man orang lain, akan tetapi kedua jalan itu tetap khas bagi pribadi masing-masing.
Berdasarkan kenyataan, bahwa suatu jalan itu terjadi karena bertemunya
makrokosmos dan mikrokosmos, di mana mikrokosmos itu mempunyai corak
pribadi, dan di mana makrokosmos berlainan pada setiap orang, dapat dilihat
seketika bahwa tidak mungkin ada dua jalan hidup yang sama. Candra dunia ada-
lah kacamata yang dipergunakan manusia untuk melihat, seperti yang dikatakan
Carp dalam bukunya Problemen van het mens-zijn.
__________
[1]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo. Sasangka Jati. Bab
Trisila. Repr.Jatop. 523/B. 1954. hlm. 7-25
186 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Dari kiri ke kanan tokoh Bagong, Petruk, Gareng dan Semar sebagai ayahnya
Gambar 5.1.1: Punakawan adalah Makna Kebersamaan dalam Samudra Kehidupan Dalam cerita Wayang, Punakawan adalah para pembantu di Kerajaan Amarta, meng-gambarkan lapisan masyarakat bawah, secara fisik masing-masing memiliki kekurangan dan secara spiritual memiliki kelebihannya. Cerita-ceritanya asli kebudayaan Jawa yang diselipkan dalam epos Mahabarata. Semar adalah ayah mereka, diikuti anak tertuanya Gareng, Petruk, dan Bagong adalah anak yang termuda. Seringkali mereka mampu mengatasi penjahat-penjahat super-kuat (sakti mandraguna) yang berwujut manusia, raksasa bahkan dewa peringkat tinggi sekali pun, disapu bersih tanpa bekas.
Di dalam makrokosmos, terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat mencelakakan manu-sia, mengajak mengikuti cara hidup yang bertentangan dengan kehendak Tuhan dan utusannya yang sejati. Bahaya itu datang dari dua pihak. Pertama, datang dari daya tariknya material yang fana. Kedua, datang dari para dewa, yang badannya hanya terdiri dari unsur api hanya tidak mempunyai Roh Suci.
Manusia dengan TreFoil (Tripurusa) sebagai esensinya pada dasarnya mempunyai ke-kuasaan yang lebih besar daripada dewa, sebab TheForce (Suksma Sejati) adalah Penuntun Sejati dan Pelindung di dalam diri manusia. Tetapi mahakekuasaan manusia hanya terlahir jika ia berdekatan dengan Suksma Sejati dan keterikatannya kepada dunia merintanginya.
__________ http://karsagalih.wordpress.com/2012/05/30/siapa-sih-punakawan-itu/ cited June 12, 2014
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 187
Di dalam candra manusia Indonesia ini sebagai marka jalan disebutkan nilai-
nilai susila, peraturan-peraturan pelaksanaan dan larangan-larangannya. Nilai-ni-
lai susila harus diindahkan dan dijadikan milik pribadi. Jalan ini ternyata merupa-
Para pejalan transendental mengikuti suatu marka jalan berupa nilai-
nilai susila, peraturan pelaksanaan dan larangan-larangannya. Nilai-
nilai susila akan diindahkan dan dijadikan milik pribadinya.
kan langkah-langkah sistematis beserta penjelasan-penjelasannya dari sesuatu
yang telah tergambar samar-samar sejak berabad-abad di mata orang Jawa. Jika
orang telah memahami candra manusia Soenarto, orang dapat mengenal kembali
makna yang bersamaan di dalam ceritera-ceritera wayang tertentu, yang terjadi
asli di Jawa dan yang diselipkan ke dalam epos Ramayana dan Mahabharata.
Disebutkan di sini antara lain ceritera Dewa Ruci. [2]
Juga di dalam tiga tokoh pelawak Semar, Gareng, dan Petruk yang tidak
terpisahkan dari peran utama dalam tiap lakon, Soemantri melihat
penggambaran simbolis dari tingkat-tingkat tertentu dalam mencapai candra
manusia ideal. Di dalam makrokosmos, terdapat tenaga-tenaga yang dapat
mencelakakan manusia, dalam arti mengajak mengikuti cara hidup yang
bertentangan dengan kehendak Suksma Kawekas dan Suksma Sejati, Utusan
Abadi-Nya. Bahaya itu datang dari dua pihak. Pertama, datang dari daya
tariknya material yang fana. Kedua, datang dari para dewa, yang juga
makhluknya Suksma Kawekas yang badannya hanya terdiri dari unsur api.
Mereka tidak mempunyai Roh Suci seperti manusia.
Manusia dengan Tripurusa sebagai esensinya pada dasarnya mempunyai
kekuasaan yang lebih besar daripada dewa, sebab Suksma Sejati adalah
Penuntun Sejati dan Pelindung di dalam diri manusia. Tetapi mahakekuasaan ma-
nusia hanya terlahir jika ia berdekatan dengan Suksma Sejati. Jika ia tidak dekat
dengan Suksma Sejati, maka ia dapat dilarikan oleh dewa sebagai tanda keme-
___________
[2]. Kitab Dewa Ruci, Cabang Bagian Bahasa, Jawatan Kebudayaan Kementerian P.P. dan K.
Yogyakarta.
188 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.2.1: Kebaktian, Kesucian, Kerendahan hati, dan Penyerahan Total Trisila, tiga nilai susila yang mengandung janji, paugeran, dan syahadat yang diikrarkan Roh Suci sebelum ia mendapat badan/jasmani material. Agar selalu sadar diperlukan panembah (kebak-tian) dengan penyerahan seluruh hati dengan penuh kerendahan dan kesucian. Ada tiga tingkat kebaktian: 1. Kebaktian Ego (mental, materi halus) kepada TheSelf (spiritual, imateri, Roh Suci). Adalah kebaktian manusia yang masih muda dan kurang berpengalaman jiwanya. 2. Kebaktian TheSelf (sadar pribadi) kepada The Force (sadar kolektif dinamis, Suksma Sejati). Adalah kebaktian manusia yang telah matang jiwanya. 3. Kebaktian TheForce kepada TheSource (sadar kolektif statis, sumber dan asal mula hidup, Suksma Kawekas). Adalah kebaktian manusia yang telah mencapai pembebasannya dan karena itu telah berbudi-luhur. Tidak akan sampai manusia kepada TheSource, tanpa perantaraan TheForce. Mata kelelawar (Ego) akan silau karena cahaya matahari (TheSource). Suksma Sejati bagaikan bulan, yang memantulkan cahaya matahari sehingga tidak menyilaukan mata kelelawar (manusia).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
=================lPancaindral============================ Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 189
nangannya. Keterikatannya kepada dunia merintangi manusia untuk memindah-
kan titik berat hidupnya kepada Asalnya yang suci.
Kekuasaan manusia pada dasarnya lebih besar daripada dewa karena
esensi manusia adalah Tripurusa. Suksma Sejati adalah Penuntun Sejati
dan Pelindung di dalam diri manusia. Perlu disadari bahwa ‗omni-
potensi‘ manusia hanya terlahir jika ia berdekatan dengan Suksma Sejati.
Tripurusa (TriAspek, TreFoil) adalah hakekat jati diri manusia, berada di
Pusat Imateri ialah alam sejatinya manusia tempat keberadaan sumber dan
tujuan hidup; sadar kolektif statis (Suksma Kawekas, The-Source), yang
menghidupi; sadar kolektif dinamis (Suksma Sejati, TheForce) dan yang dihidupi;
sadar kolektif terbatas (Roh Suci, TheSelf).
5.2 TRISILA
Ada tiga-nilai-susila, ajaran yang merupakan sakaguru bagi kebaktian
kepada Tripurusa, yang harus diamalkan setiap hari. Ketiga itu ialah: Sadar,
percaya, dan taat kepada Tripurusa. Ketiga nilai susila ini disebut Trisila,
mengandung janji, paugeran, dan syahadat yang diikrarkan Roh Suci sebelum ia
mendapat badan/jasmani material.
1. Sadar yang sifatnya terus menerus diperlukan panembah (kebaktian,
sembahyang) dengan penyerahan seluruh hati dengan penuh kerendahan dan
kesucian.
Ada tiga tingkat panembah, kebaktian:
1. Kebaktian Aku-jasmani (halus, psike) kepada Roh Suci. Adalah kebaktian
manusia yang masih muda dan kurang berpengalaman jiwanya.
2. Kebaktian Roh Suci kepada Suksma Sejati. Adalah kebaktian manusia yang
telah matang jiwanya.
3. Kebaktian Suksma Sejati kepada Suksma Kawekas. Adalah kebaktian manusia
yang telah mencapai pembebasannya dan karena itu telah berbudi luhur.
___________ panembah=kebaktian=sembahyang
190 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.2.2: Sempurnanya Sadar Menjadi Kebijaksanaan Kebijaksanaan akan muncul sebagai anugerah karena setiap saat sadar akan Tripurusa. Setiap saat itu meliputi waktu berjalan, waktu duduk, waktu makan, waktu tidur dan sebagainya. Menjadi sadar akan adanya Tripurusa akan berkembang menjadi kemampuan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang dusta, mana yang subjek, mana yang objek serta mana yang abadi dan mana yang fana. Apa saja yang diperbuat, manusia tidak akan ditinggalkan oleh kemampuan-istimewanya yang mampu membedakan itu (kebijaksanaan), sekiranya ia terus-menerus dan sungguh-sungguh sadar akan Tripurusa sampai sakaratul-mautnya.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
=================lPancaindral============================ Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 191
Tingkat pertama dan tingkat kedua akan dapat dicapai oleh setiap manusia di
dalam kehidupannya sekarang, asal sungguh-sungguh mengikuti pimpinan Suks-
ma Sejati.
Sadar, percaya, dan taat kepada Tripurusa (trisila) adalah tiga nilai
susila (tiang utama kebaktian kepada Tripurusa) yang mengandung janji
paugeran, syahadat. Janji tersebut adalah ikrar Roh Suci sebelum ia
mendapat badan jasmani material.
Manusia tidak akan dapat sampai kepada Suksma Kawekas, tanpa peran-
taraan Suksma Sejati. Kelelawar tidak dapat berterbangan di siang hari. Matanya
akan silau karena cahaya matahari. Suksma Sejati bagaikan bulan, yang
memantulkan cahaya matahari sehingga tidak menyilaukan mata kelelawar. Perlu
sekali manusia selalu berusaha menjadi satu dengan Suksma Sejati, agar ia
diperjalanan menuju pembebasannya terhindar dari segala macam godaan, dan
dia dapat mencapai singgasana Suksma Kawekas.
Menjadi sadar akan Tripurusa wajib dilatih setiap hari, sehingga menjadi
sifat kodrati yang kedua, seakan-akan menjadi sifat asli, dan karenanya mendapat
penguatan organis yang tetap. Tiap saat bilamana harus sadar akan Tripurusa,
umpamanya waktu berjalan, waktu duduk, waktu makan, waktu tidur dan
sebagainya. Menjadi sadar akan adanya Tripurusa di dalam diri manusia lambat
laun akan berkembang menjadi kemampuan untuk membedakan mana yang
benar dan mana yang dusta, mana yang subjek, mana yang objek serta mana
yang abadi dan mana yang fana. Apa saja yang diperbuat, manusia tidak akan
ditinggalkan oleh kemampuan-tingginya yang mampu membedakan itu, jika ia
terus-menerus dan sungguh-sungguh sadar akan Tripurusa sampai sakaratul-
mautnya.
192 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.2.3: Percaya adalah Pengikat Manusia dengan Tripurusa Percaya adalah ’tali pengikat’ yang menghubungkan manusia dengan Tripurusa, yang dipakai Suksma Sejati untuk menuntun manusia, melindungi, dan mengasuh-nya. Jika orang menginginkan tuntunan-Nya, maka ia harus menanam di dalam dirinya kepercayaan yang teguh kepada Suksma Sejati. Potensi khusus dari Suksma Sejati tidak dapat mengalir kepada manusia begitu ikatan kepercayaan dengan Suksma Sejati diputuskan. Suksma Sejati sudah diberikan kepada Roh Suci sebagai Penuntun dan Guru Sejati-nya. Kusir mengendalikan kudanya dengan kepercayaan (kendali) yang teguh akan selalu me-ngembalikan orang pada jalan yang dilindungi Sang Guru Sejati sampai ia bertunggal dengan-Nya.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
=================lPancaindral============================ Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 193
2. Percaya adalah ikatan yang menghubungkan manusia dengan Tripurusa.
Percaya adalah hubungan, yang dilalui Suksma Sejati untuk menuntun manusia,
Tidak akan sampai manusia kepada Suksma Kawekas, tanpa tuntunan
Suksma Sejati. Cahaya matahari terlalu menyilaukan mata kelelawar
(manusia) di siang hari. Cahaya bulan (Suksma Sejati) yang memantul-
kan cahaya matahari menyejukkan kehidupan alam sang kelelawar.
melindungi dan mengasuhnya. Jika orang menginginkan tuntunan Suksma Sejati,
maka ia harus menanam di dalam dirinya kepercayaan kepada Suksma Sejati.
Bukankah Suksma Sejati sudah diberikan kepada Roh Suci sebagai Penuntun dan
Guru Sejati-nya? Ketidakpercayaan memutus ikatan antara manusia dengan
Suksma Sejati, dan dengan demikian kekuasaan khusus dari Suksma Sejati tidak
dapat mengalir kepada manusia. Kepercayaan yang teguh ibarat kendali yang
dipergunakan oleh kusir mengendalikan kudanya dan kepercayaan selalu
mengembalikan orang kepada jalan yang dilindungi Sang Guru Sejati, sehingga ia
bertunggal dengan Suksma Sejati.
Banyak orang menyatakan percaya kepada diri sendiri, tetapi kebanyakan
tidak tahu apa yang dimaksud dengan diri sendiri, dan bagaimana caranya agar
teguh percaya pada dirinya sendiri. Kebanyakan hanya mengenal Aku-nya yang
jasmaniah (halus) dan menganggap dia itu sebagai penuntunnya yang sejati dan
abadi. Aku manusia yang esensial, imateri adalah Roh Suci, TheSelf, satu aspek
dari Mahakekuasaan Hidup dan karena itu tidak ada yang tidak dapat dicapai
manusia. Maka orang harus memperkuat kepercayaannya kepada Tripurusa
disertai dengan kehendak untuk mendekat kepada-Nya, sehingga kepercayaan itu
menjadi teguh seperti gunung baja, atau seperti batu karang yang teguh di tengah
lautan.
3. Taat, ketaatan adalah penyaluran hidup kita sehingga selaras dengan
ajaran Guru Sejati. Semua kewajiban di dalam masyarakat dapat dikembalikan
kepada satu kewajiban ini: melaksanakan pekerjaan atas nama Sang Guru Sejati.
194 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.3.1: Taat Menjadi Alat Terlaksananya Kehendak Tuhan Kewajiban dan kedudukan dimiliki oleh setiap orang sebagai salah satu dari bekerja-samanya beribu-ribu manusia di dalam masyarakat. Tak seorang pun dapat hidup tanpa pertolongan sesama manusia. Inti ketaatan adalah menaruh sepenuh hati kepada setiap perbuatan (termasuk yang sepele) dan mengusahakannya dengan penuh kesadaran dan kepercayaan kepada Suksma Sejati. Dengan demikian, secara potensial manusia akan menjadi alat terbabarnya kehendak Tuhan sesuai dengan bakat, pengalaman, dan fitrahnya.
________
Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
=================lPancaindral============================ Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 195
Tidak ada satu kewajiban pun yang bermanfaat bagi umat manusia, yang tidak
mengandung kebijaksanaan Suksma Sejati. Karena itu, masing-masing manusia
Adalah sia-sia manusia mengharap-harapkan untuk mendapatkan tugas
yang besar. Tugas besar itu selain jarang juga merupakan akibat logis
dari selalu melaksanakan dengan baik banyak tugas yang kecil-kecil.
Bagaimana pun sepelenya tugas kecil itu, tak seorang pun boleh meren-
dahkan tugas yang diberikan kepadanya.
menurut kemampuan dan kedudukannya, wajib melaksanakan tugas dengan
sepenuh hatinya. Walaupun tugas itu tampak sepele dilihat dari segi sosialnya.
Manusia tidak usah mengharap-harapkan untuk mendapat tugas yang
besar. Tugas besar adalah jarang, dan ia akibat logis dari selalu melaksanakan
dengan baik banyak tugas yang kecil-kecil. Tak seorang pun boleh menganggap
rendah suatu tugas yang diberikan kepadanya, bagaimana pun sepelenya tugas
itu. Tiap orang mempunyai kewajibannya dan tiap orang mempunyai keduduk-
annya.
Hidup masyarakat adalah bekerja-samanya beribu-ribu manusia. Tak
seorang pun dapat hidup tanpa pertolongan sesama manusia. Inti ketaatan
adalah menaruh sepenuh hatinya kepada setiap perbuatan yang bagaimana pun
sepele dan rendahnya serta mengusahakannya dengan penuh kesadaran dan
kepercayaan kepada Suksma Sejati. Itulah Trisila, tiga nilai dasar kesusilaan
manusia sebagai pegangan utama di da-lam menjalani kehidupan.
5.3 PANCASILA
Disebut lima watak utama yang harus ditumbuhkan manusia pada dirinya
agar dapat melaksanakan Trisila dengan baik. Lima watak utama itu disebut
Pancasila dan terdiri atas (dengan terminologi Jawa): 1. Rela, 2. Narima, 3.
Temen, 4. Sabar, 5. Budi luhur.
196 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.3.2: Rela adalah Kesanggupan Melepaskan Ikatan Duniawi Rela adalah keikhlasan hati melepaskan segala hak miliknya yang ada padanya tanpa menimbulkan rasa sakit di dalam hati. Ia harus dapat memahami, menerima tanpa memikirkan dirinya sendiri tiap situasi dan tiap nasib hidup yang dialaminya, seperti kehilangan anggota keluarga, harta benda, dan kedudukan. Rela adalah tidak melekatnya sang Aku pada segala sesuatu yang dapat rusak, tetapi bukan sifat seseorang yang mengabaikan kewajibannya, jemu hidup dan acuh tak acuh.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
==================lPancaindral============================= Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 197
1. Rila (Rela, sedia berkorban, sedia melepaskan) adalah keadaan jiwa, di
mana manusia tidak lekat dan tidak terikat kepada segala sesuatu yang dapat ru-
Rela adalah tidak melekatnya sang Aku pada segala sesuatu yang dapat
rusak, tetapi bukan sifat seseorang yang mengabaikan kewajibannya,
jemu hidup dan acuh tak acuh. Narima menerima apa yang telah
dijatahkan di dalam hidupnya dengan rasa puas. Apa yang sudah
menjadi kewajibannya diterima dan dilaksanakan dengan senang hati.
sak dan dapat berubah, karena ia dengan besar hati sadar akan kenyataan,
bahwa segala sesuatu itu terkandung di dalam Mahakekuasaan dari Suksma
Kawekas. Segala hak miliknya harus dapat lepas dari padanya tanpa menim-
bulkan rasa sakit di dalam hati. Ia harus dapat menerima tanpa memikirkan
dirinya sendiri tiap situasi dan tiap nasib hidup yang dialaminya, seperti
kehilangan anggota keluarga, harta benda, dan kedudukan. Rela adalah tidak
melekatnya sang Aku pada segala sesuatu yang dapat rusak, tetapi bukan sifat
seseorang yang mengabaikan kewajibannya, jemu hidup dan acuh tak acuh.
Untuk menumbuhkan watak rela, orang harus belajar selalu bersikap tanpa
pamrih dan suka menolong sesama manusia, sesuai dengan etika, seperti yang
tercantum di dalam ajaran Sang Guru Sejati. Dengan selalu mengamalkan rela,
lambat-laun orang memperoleh kebebasan mutlak dari sang-Aku terhadap
belenggu materi, baik yang kasar maupun yang halus.
2. Narima (Menerima, rasa puas, syukur) lebih mirip dengan keseimbang-
an jiwa, tetapi bukan gambaran orang yang pasif dan menghindari tugas
kewajiban, atau malas bahkan tidak suka bekerja. Masalahnya adalah menerima
apa yang dijatahkan di dalam hidupnya dengan rasa puas. Apa yang sudah
menjadi kewajibannya diterima dan dilaksanakan dengan senang hati, tanpa rasa
ingin bebas dari bebannya.
198 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.3.3: Narima adalah Sumber Kekayaan itu Sendiri Narima menuju ke ketenteraman di hati, bukan orang yang enggan bekerja, tetapi hatinya merasa puas, tawakal menerima apa pun yang menjadi bagiannya. Mengerjakan apa yang menjadi bagiannya dengan senang hati, tidak tamak dan bekerja sesuai dengan kemampuannya, tidak berlebihan. Ia selalu ber-syukur kepada Tuhan dan ini adalah kekayaannya yang tidak akan ada habisnya, di situlah ia mendasarkan diri di dalam mencari dan mengumpulkan hartanya. Ia meyakini sebagai orang yang paling kaya di antara semua manusia manakala ia mam-pu bersyukur akan semua anugerah Tuhan yang telah diberikan kepadanya. Sekali pun ia tidak mendapatkan kekayaan yang melimpah itu, hatinya tetap sejuk dan penuh keten-teraman karena menganggap sebagian pasti sudah dicapainya. Ia selalu taat menjalankan kesanggupan besarnya (sadar, percaya, taat) sesuai dengan pimpinan dan tuntunan TheForce (Sang Guru Sejati).
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
==================lPancaindral============================= Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 199
Narima tidak menginginkan hak milik orang lain dan tidak iri hati kepada
kebahagiaan orang lain. Karena itu orang yang demikian adalah orang yang
Kewajiban diri mentaati janji yang telah diucapkan adalah kejujuran,
baik dengan lisan maupun di lubuk hati, keduanya itu tidak berbeda.
Bedanya hanyalah, orang lain telah menyaksikan janji yang diucapkan
dengan lisan tersebut.
berbahagia di dalam hidupnya. Narima adalah kekayaan yang tidak ada habis-
habisnya. Ia memperbesar juga kemampuan untuk memiliki, oleh karena itu
barang siapa ingin kaya hendaklah mencarinya di dalam narima. Kehidupan
adalah naik turunnya nilai dan norma, dan barang siapa yang menerima, ia sudah
berdiri di atas pasang surutnya kehidupan, dan karena itu ia bahagia. Ia dapat
memiliki banyak harta kekayaan, tanpa meluap melam-paui daya tampung
materialnya.
Jika manusia tidak dapat mencapai atau tidak dapat memperoleh sesuatu,
ia harus menghadapi situasi itu dengan sikap narima. Walaupun ia tidak dapat
mencapai semua-nya, sebagian toh sudah tercapai. Hanya narima membebaskan
dia dari kekangan sua-sana jiwa yang gelap dan hanya narima yang mencerahkan
hati dan menjauhkan serta melindungi dia dari gelombang-gelombang lautan
material. Jika manusia jatuh dalam situasi tanpa titik terang dan tanpa jalan
keluar yang tampak, maka jalan yang harus ditempuhnya ialah taat kepada Guru
Sejati.
3. Jujur (Temen, cinta kebenaran, sungguh-sungguh) mengandung arti
mewa-jibkan diri menepati janji yang telah diucapkan, baik dengan lisan maupun
di dalam hati, keduanya itu sama saja. Bedanya hanyalah, bahwa janji yang
diucapkan dengan lisan itu dapat disaksikan orang lain. Orang yang tidak
menepati janjinya, sesungguhnya merusak kewibawaannya sendiri.
Temen menuntun kita kepada adil, dan adil ini membawa kita kepada
stabilitas, memberi kekuatan batin dan ketenangan serta memiliki daya kerja me-
200 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.3.4: Jujur Menuntun Keadilan dan Memperkuat Batin Jujur (temen) berarti menepati kesanggupan atau janji yang telah terlahir, baik dalam kata-kata maupun masih berada di dalam niat, keduanya sama saja. Bedanya hanyalah, bahwa janji yang diucapkan dengan lisan itu dapat disaksikan orang lain. Orang yang tidak menepati janjinya, sesungguhnya merusak kewibawaannya sendiri.
Dengan belajar jujur, menuntun kita kepada sikap adil, dan adil ini membawa kita kepada stabilitas, keberanian, kesetiaan bawahan dan kepercayaan atasan. Sikap jujur memberi kekuatan batin, dan ketenangan serta memiliki daya kerja yang menyucikan hati, tulusnya budi pekerti serta mempertinggi kewibawaan.
Orang bodoh yang jujur, jauh lebih berharga daripada orang pandai tetapi culas, tidak dapat dipercaya kata-katanya. Barang siapa ingin mengikuti Guru Sejati, harus mengembang-kan watak selalu menepati janji.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
==================lPancaindral============================= Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 201
nyucikan serta mempertinggi kewibawaan. Tidak ada religi yang dapat dilak-
sanakan tanpa ke-jujur-an. Orang tidak dapat disucikan kalau lidahnya tidak suci.
Sabar adalah watak yang kuat dan ulet untuk mencapai sesuatu, luas
pandangan hidupnya, tidak sempit pendapatnya. Ia dapat diumpa-
makan samudera kebijaksanaan, yang dapat menampung apa saja di
dalam dirinya,
Pelaksanaan temen tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan untung rugi bagi
dirinya. Walaupun akan mendapat rugi karenanya, orang harus setia kepada
watak temen.
Barang siapa tidak temen (jujur), tidak dapat menerima anugerah dari
Suksma Kawekas. Orang bodoh yang jujur, jauh lebih berharga daripada orang
pandai yang culas, tidak dapat dipercaya kata-katanya. Barang siapa temen
dalam kata-katanya, dan bertindak sesuai dengan kebenaran, lama-lama akan
mampu menyempurnakan watak ini dan karena itu akan mampu mengalami
kebenaran. Barang siapa ingin mengikuti Guru Sejati, harus mengembangkan
watak selalu menepati janji.
4. Sabar (Toleran, ulet) adalah salah satu watak yang utama, yang dapat
dimiliki manusia. Tiap agama menganjurkan sabar. Sabar adalah daya tampung,
kontainer, kemampuan menerima berbagai ujian hidup. Sabar bukan watak
orang yang putus asa, justru watak yang tidak kenal menyerah. Watak orang yang
kuat di dalam keuletannya untuk mencapai sesuatu, luas pandangan hidupnya,
tidak sempit pendapatnya. Ia dapat diumpamakan samudra kebijaksanaan, yang
dapat menampung segala sesuatu di dalam dirinya, tempat bermuaranya semua
sungai, dan tanpa kemungkinan untuk meluap pada suatu saat.
Barang siapa ingin mengembangkan watak utama ini di dalam dirinya,
harus dimulai dengan watak tidak sempit pendapatnya, tidak mudah marah,
tidak suka menonjolkan diri. Orang tidak boleh dibatasi pengetahuannya sendiri.
Orang harus dapat membebaskan dirinya dari pengetahuannya sendiri dan
menghormati agama-agama yang lain.
202 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.3.5: Sabar adalah Kontainer Seluas Samudra Kesabaran adalah watak yang seharusnya dimiliki oleh pejalan transendental karena kemampuan menampung dan menerima berbagai ujian hidup. Sabar bukan watak orang yang putus asa, justru watak yang tidak kenal menyerah. Watak orang yang kuat di dalam keuletannya untuk mencapai sesuatu, tidak sempit pendapatnya karena itu tidak suka marah. Pandangan hidupnya seluas samudra, tidak pernah meluap.
Pentingnya mengetahui religi dan kebudayaan orang lain menjadi dasar ketika harus memberikan empati, membantu atau menolongnya kita sudah tahu cara-cara agama, kepercayaan, dan budaya yang dianutnya dengan benar.
Kesabaran adalah pencapaian yang didapat dengan upaya pelatihan yang terus- menerus, sedikit demi sedikit dilaksanakan dengan sempurna, dan bukan hanya pengharapan serta omongan saja.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
==================lPancaindral============================= Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 203
Kepercayaan-kepercayaan dan religi-religi yang lain adalah sama baiknya
dengan kepunyaan sendiri. Jika orang membandingkan keindahan agama yang
satu dengan lainnya, maka pembandingan itu tidak mengenai hal-hal yang esen-
Cinta kasih kepada sesama manusia, seperti yang diberikan kepada ang-
gota keluarganya yang terdekat menuju ke kasih sayang kepada sesama
hidup membebaskan manusia dari sempitnya wawasan samudra penge-
tahuan hidupnya.
sial. Tiap agama menunjukkan jalan agar sampai kepada Tuhan, demikian pula
kepercayaan sendiri. Adalah justru baik untuk mengenal religi-religi yang lain,
untuk memperluas pandangan agar dapat membantu orang lain dengan tepat di
mana perlu. Nilai watak sabar adalah ibarat jamu (obat mujarab) penyembuh
duka, lara dan penyakit lainnya. Jamu tersebut sangat pahit rasanya, yang hanya
dapat diminum oleh orang yang teguh sentosa budinya. Sebab hanya orang yang
kuat jiwanya saja, yang tahan menerima pendapat-pendapat orang lain yang
berlainan dengan pendapat sendiri. Sikap hidup kita sendiri sebenarnya juga
berkembang dari pengertian-pengertian yang tidak lengkap.
Jika orang lupa bagaimana dulu keadaan jiwanya, pasti ia tidak dapat
membantu dan menyokong orang lain untuk mendapatkan pengertian yang lebih
mendalam. Oleh karena itu, orang harus cinta kasih kepada sesama manusia,
seperti ia cinta kasih kepada anggota keluarganya yang terdekat. Semua usaha
yang sulit itu dipermudah oleh sabar. Sabar mengantar kita kepada tujuan cita-
cita kita. Sabar bukanlah bersifat steril karena terhenti pada tingkat pengertian
dan harapan, tetapi sifat yang dengan aktif, ulet dan tekun memerintah alat-alat
pelaksana sampai tujuan tercapai.
5. Budi luhur terdiri atas dua kata yang harus dibedakan: budi dan luhur.
Budi adalah pepadang, pencerahan, keadaan terang sebagai sifat Suksma Sejati.
Budi adalah penerangan, pepadang yang dibutuhkan manusia. Pepadang dari
Suksma Sejati ditang-kap oleh angan-angan, yang dapat dianggap sebagai jemba-
tan Tripurusa dan badan/ jasmani. Karena itu angan-angan memiliki dua sifat, te-
204 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 5.3.6: Budi Luhur Memancarkan Pencerahan dan Kasih-sayang Budi luhur dapat dipisahkan menjadi dua kata, yaitu budi dan luhur. Budi adalah keadaan terang sebagai sifat TheForce (Suksma Sejati), berarti pencerahan yang dibutuhkan oleh manusia. Pencerahan tersebut ditangkap oleh angan-angan sebagai jembatan di antara TreFoil (Tripurusa) dan badan/jasmani. Karena itu angan-angan sebagai jembatan memiliki dua sifat, ’terang’ dari TreFoil dan ’gelap’ dari selubung fisiknya, jika ia penuh dengan hasrat dan keinginan kepada yang material saja.
Luhur adalah sifat TheSource (Suksma Kawekas), yaitu selalu memancarkan Maha-kekuasaan-Nya melalui TheForce. Budi luhur mengandung arti, bahwa manusia harus berusaha memiliki sifat-sifat yang akan mendekatkannya kepada TreFoil, seperti suci, cinta kasih kepada sesama manusia, adil, tidak membeda-bedakan derajat seraya menghormati tata susila pergaulan, kemurahan hati tanpa pamrih, dan apabila perlu sampai mempertaruhkan nyawanya.
Sifat ini sangat dalam maknanya oleh karena itu sifat-sifat ikhlas, sabar, syukur, dan jujur sudah dimiliki terlebih dahulu dengan tanpa cela sedikit pun di dalam pergaulan hidupnya sehari-hari.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar Alam Semesta
==================lPancaindral============================= Fisik Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
AAnnggaann--aannggaann Aku PPeerraassaaaann,, NNaaffssuuIInnttrroovveerrssii Trisila: sadar, percaya, dan taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Spiritual Alam Sejati Pusat Imateri Rohani =========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 205
rang dan gelap. Angan-angan adalah terang atau diterangi jika ia mene-rima
pepadang dari Tripurusa dan akan berke-adaan gelap jika ia hanya mengarahkan
diri kepada yang material saja, yang penuh dengan hasrat dan keinginan.
Budi luhur adalah sifat yang sempurna, dilaksanakan dengan bijaksana.
Sifat-sifat yang akan mendekatkannya kepada Tripurusa, adalah cinta,
kasih sayang kepada sesama hidup, suci, adil, tidak membeda-bedakan
apa saja dan sesuai dengan tata susila pergaulan, kemurahan hati tanpa
pamrih, suka menolong dan apabila perlu mempertaruhkan jiwanya.
Pengarahan diri dan penyelarasan dengan Tripurusa memerlukan
penguasaan jasmani. Penguasaan ini baru dapat tercapai dengan melaksanakan
Pancasila. Dengan memiliki watak ini manusia dapat menjadi perantara
terlaksananya Kehendak Suksma Kawekas melalui Kebijaksanaan Suksma Sejati,
Pemimpin dan Guru Sejati-nya manusia.
Luhur adalah sifat Suksma Kawekas, yaitu selalu memancarkan
Mahakekuasaan-Nya melalui Suksma Sejati. Budi luhur mengandung arti, bahwa
manusia harus berusaha memiliki sifat-sifat yang akan mendekatkannya kepada
Tripurusa, seperti cinta kasih kepada sesama manusia, suci, adil, tidak
membedabedakan derajat tinggi atau rendah, miskin atau kaya, tanpa
mengabaikan tata susila pergaulan, kemurahan hati tanpa pamrih, suka
menolong baik dalam bentuk moral maupun material dan apabila perlu
mempertaruhkan jiwanya. Tetapi sifat-sifat itu semua tidak boleh diamalkan
dengan membabibuta, melainkan harus dengan kebijaksanaan yang tumbuh dari
taat kepada ajaran Guru Sejati.
Sifat itu tadi tidak boleh diterima dan dilaksanakan dengan dangkal, karena
dengan demikian akan tidak sesuai dengan Kehendak Suksma Kawekas. Sifat Budi
Luhur tidak dapat dimengerti dengan baik, jika keempat sifat watak utama yang
lain belum mendarah-daging.
206 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 6.1.1: Angan-angan Bebas Memilih Arah Perjalanan Hidup Manusia memiliki 3-Sentra Vitalitas di dalam dirinya. 1) Sentra Vitalitas 4-nafsu: sufiah, mutmainah, amarah, dan luamah; 2) Sentra Vitalitas Tali Kendali: perasaan; dan 3) Sentra Vitalitas Pengendali (kusir); Angan-angan (Mind): cipta, nalar, dan pangerti. Saudara Tujuh adalah 4-nafsu dan 3-angan-angan serta 4-Anasir: swasana, api, air dan tanah sebagai busananya adalah pelengkap utama manusia, dengan demikian sempurnalah ia sebagai manusia, makhluk paling sempurna diantara penghuni alam semesta (makro-kosmos, Dimensi-1). Tampak manusia dari luar ke dalam: busananya adalah jasmani kasar (fisik, soma, raga, materi kasar) berada dalam Dimensi-2; lebih dalam adalah jasmani halus (mental, psike, jiwa, materi halus) berada dalam Dimensi-3 dan yang terdalam adalah rohaninya (alam sejati, pusat imateri) berada di Dimensi-4. Dengan kesempurnaannya inilah kebebasan yang dimilikinya bertanggung jawab atas seluruh perbuatan di alam semesta dan berhadapan langsung dengan Hukum Abadi Tuhan Yang Maha Adil dengan segala konsekwensinya. __________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
TheSelf
Mind
Mut- mainah
Luamah
Sufiah
Amarah
ǁǁǁǁǁ
Diagram Kereta Mikrokosmos
MAKROKOSMOS ALAM SEMESTA
5 Perbuatan Sesat (Lima-Pemali)
8 Nilai Keutamaan (Trisila+Pancasila)
] [
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 207
BAB VI LIMA PERBUATAN SESAT
6.1 PENDAHULUAN Semangat menuntut ilmu kesuksmaan yang transendental ini membuka
wawasan agar senantiasa diingat bahwa sesungguhnya sudah cukup hanya mem-
‖Dengan mengetahui intisari delapan macam nilai keutamaan (Hastasi-
la) kiranya sudah cukup mengetahui tentang makna hidup yang hakiki.
Bagi jiwa yang telah dewasa tersebut diatas, tentunya sudah menyadari
bahwa melakukan perbuatan yang baik (utama) itu juga sudah berarti
dilarang melakukan perbuatan yang sesat‖. (Intuisi Soenarto)
pelajari makna perbuatan baik seperti yang terkandung dalam bab Delapan Nilai
Keutamaan (Hastasila) yang ikut dimuat dalam buku serial (1/5: Studium
Generale; kuliah umum, ceramah ilmiah, dan 5/5: Magnum Opus; karya besar,
karya agung) Candra Jiwa Indonesia Warisan Putra Indonesia.
Adalah suatu anugerah berikutnya dari TheForce, Suksma Sejati yang
membuka wawasan manusia tentang perbuatan lainnya (lima perbuatan sesat,
pemali) yang bertentangan dengan delapan nilai keutamaan tersebut diatas dan
harus disingkiri. Semangat inilah yang disebutkan sebagai hasil intuisi, ilham yang
diterima R. Soenarto Mertowardojo dan telah dicatat dan dipublikasikan bersama
dengan kedua orang sahabat terdekatnya yaitu R.T. Hardjoprakoso dan R.
Trihardono Soemodihardjo.
Penilaian dari isi dari tuntunan berikut ini tentu saja diserahkan
sepenuhnya kepada pembacanya apakah dicela atau dipercaya, sebagian atau
seluruhnya. Apabila suatu metrum dari harmoni gamelan (alat musik Jawa) ini
dibunyikan misalnya, apakah suaranya juga sudah selaras (harmoni) atau masih
sumbang, tentu saja tergantung dari telinga siapa yang mendengarkannya.
Artinya, masihkah dicampuri perasaan ragu-ragu, ataukah setelah dengan
keheningan hati yang bersih dan suci maka isinya dapat diterima, maka yang
demikian ini hanya dapat dijawab oleh yang menghayatinya itu sendiri.
208 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bagan Transendental 6.2.1: Tripurusa adalah Esensi Manusia Tripurusa adalah esensi manusia. Dengan sendirinya manusia itu tidak kekurangan kekuasaan sekiranya mau mendekati Sumber Hidup di dalam dirinya. Kalau manusia masih mau mengungsi ke tempat lain dengan menyembah kepada benda dan makhluk yang terbatas oleh ruang dan waktu, kita merendahkan Suksma Kawekas dan Suksma Sejati. Penyembahan kepada sesuatu atau siapa pun di luar Suksma Kawekas, adalah dosa yang paling besar yang dapat dilakukan oleh manusia. Mengapa kita tidak taat saja kepada tuntunan TheForce, Sang Guru Sejati yang memang diutus Suksma Kawekas untuk mengantarkan kita kembali kepada TheSource, Sumber Hidup? Sudah pasti sang aku akan selamat kembali (lebur, pudar) ke pusat hidup yang abadi, di pusat imateri. Mikrokosmos terdiri dari: Fisik (soma, jasmani kasar, dimensi-2), Mental (psike, jiwa, jasmani halus, dimensi-3), dan Spiritual (rohani, Pusat Hidup Imateri, dimensi-4).
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS [Alam Semesta dan Seisinya] Manusia, Dewa, Hewan, Tumbuh-tumbuhan dan Mineral
==============l Pancaindra l=============================== [Manusia seutuhnya] MIKRO KOSMOS Materi Kasar: Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Jasmani Halus, Materi Halus: jiwa Mental (angan-angan, perasaan, dan nafsu)
[Aku]
- - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TRIPURUSA: 3Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas
Alam Sejati (Pusat Imateri) Spiritual
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 209
6.2 PEMALI
Bagi yang telah tinggi derajat kemanusiaannya, dan yang telah mengetahui
intisari Hastasila, dengan sendirinya telah mengetahui pula apabila melaksanakan
Penyembahan kepada sesuatu yang kasat mata adalah keliru. Begitu
juga kepada sesuatu yang memang tidak dapat ditangkap oleh panca-
indra kasar, tetapi masih dapat ditangkap oleh yang halus, juga akan
menyesatkan perjalanan kita dan menjauhi Sumber Hidup.
perbuatan yang baik (utama) juga berarti dilarang melakukan perbuatan sesat
atau tidak akan menyimpang, menyeleweng lagi. Larangan-larangan, pantangan,
tabu, paliwara atau pemali berikut ini masih bermanfaat untuk jiwa-jiwa yang
masih muda. Pengetahuan tentang Pemali sebagai upaya pencegahan perbuatan
menyimpang dari perbuatan utama.
Pemali-1. Jangan menyembah kepada yang bukan semestinya disembah,
jangan memper-Tuhan kepada yang tidak semestinya diper-Tuhan. Orang tidak
boleh menyem-bah kepada benda-benda di bumi, di laut seperti arca, pohon,
kuburan, batu, dan sebagainya. Juga benda-benda di langit, gejala-gejala alam,
orang atau siapa dan apa pun, kecuali kepada Suksma Kawekas maupun Suksma
Sejati.
Banyak orang menyembah makhluk yang hanya dapat diamati olehnya di
dalam angan-angannya atau yang kadang-kadang dapat menampakkan diri
kepadanya atau yang membisikkan ajarannya di telinganya tanpa menampakkan
diri. Penyembahan kepada sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra atau
kepada sesuatu yang memang tidak dapat ditangkap oleh pancaindra kasar,
tetapi masih dapat ditangkap oleh yang halus, akan membawa kita ke jalan yang
sesat. Suksma Kawekas itu tidak dapat kita tangkap di dalam sesuatu yang
terbatas, juga tidak di dalam angan-angan kita.
210 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Perkawinan Adhi-Neissa dalam suasana perhelatan adat Minangkabau, Sumatra Barat.
Foto 6.2.1: Perkawinan dengan Adat Minangkabau Perkawinan yang ideal adalah berdasarkan cinta-kasih, direstui orang tua kedua belah pihak, dan disahkan oleh hukum yang berlaku baik agama maupun negara. Pemberita-huan umum, dipestakan dan bulan madu menempati posisi kedua dari prioritas. (Manggala Wanabakti, Jakarta, 2 Oktober 2011) Pelajaran dalam Pemali menempatkan hubungan sahwat pria dan wanita sebagai anugerah yang terselubung untuk menjalankan tugas transendental. Oleh karena itu harus dijaga kesuciannya, dan tidak boleh dipakai sebagai permainan apalagi sebagai kesenangan bahkan mata pencaharian. Asas cinta, kasih sayang, restu orang tua, tata susila mayarakat, hukum yang mema-yunginya dan undang-undang yang melindunginya harus dipatuhi dengan sebaik-baiknya. Mereka yang masih bercita-cita menjadi manusia budi luhur akan berhati-hati dalam masalah ini.
__________ Dokumentasi Pribadi
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 211
Kepercayaan kepada hari baik dan buruk, jimat, mantera, dan sebagainya
akan mengurangi dan pada akhirnya menghancurkan kepercayaan kepada Suks-
ma Kawekas. Jika orang menyembah kepada Suksma Kawekas, melalui Suksma
Sejatinya kewajiban manusia diciptakan sebagai laki-laki dan perem-
puan itu menurut karsa Tuhan diutus menjadi jalan atau perantaraan
turunnya Roh Suci, agar keturunan manusia menjadi terpencar. Lelaki
menjadi perantara turunnya Roh Suci dan wanita yang mewadahi
dan melengkapi tubuh janin di dalam rahimnya.
Sejati, janganlah menggambarkan sesuatu di dalam angan-angannya sebagai
suatu sinar atau cahaya. Hidup itu tidak dapat digambarkan dalam salah satu
bentuk, bagaimana pun halusnya.
Esensi manusia adalah Tripurusa. Dengan menyembah kepada benda dan
makhluk yang terbatas oleh ruang dan waktu, kita merendahkan Suksma
Kawekas dan Suksma Sejati. Penyembahan kepada sesuatu atau siapa pun di luar
Suksma Kawekas, adalah dosa yang paling besar yang dapat dilakukan oleh
manusia.
PEMALI-2. Berhati-hati perihal syahwat. Pada kenyataannya, pria adalah
jalan yang harus dilalui Roh Suci masuk ke dalam jasmani perempuan. Tanggung
jawab ini wajib selalu dihormati oleh kedua pihak sebagai anugerah dari Suksma
Kawekas. Jika manusia masih ingin melaksanakan kewajibannya terhadap
Suksma Kawekas, maka janganlah ia main-main dengan nafsu syahwatnya.
Anugerah ini harus dipergunakan sesuai dengan tata susila masyarakatnya dan
peraturan serta undang-undang yang melindunginya.
Pengabaian paliwara, larangan ini menuju kepada penyakit-penyakit
jasmani dan rohani (jasmani halus,jiwa) yang dapat menurun kepada
keturunannya. Di masyarakat memungkinkan terjadinya kericuhan dalam
penetapan ahli waris dan sebagainya.
212 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Seorang anak yang telah kecanduan mengisap rokok
Gambar dan foto 6.2.1: Merokok di Kalangan Anak-anak, Remaja, dan Pemuda Keputusan Majelis Ulama Indonesia soal fatwa haram rokok bagi pelajar dan wanita hamil, didukung oleh Pengurus Besar Pelajar Islam Indonesia (PB PII). Hampir 70 % perokok di Indonesia adalah kalangan pemuda dan pelajar di tingkat SMP ataupun SMU, bahkan anak-anak SD juga telah merokok. (Ketua Umum PB PII Nasrullah melalui keterangan pers yang diterima VIVAnews, Rabu 28 Januari 2009)
Obat adalah racun yang ditakar dan telah diteliti secara mendalam merupakan pengecualian atas pemali-3. Hasil bumi yang mengandung racun dapat merusakkan tubuh, seperti tembakau yang dijadikan rokok. Ada juga yang memabukkan, seperti: arak, candu, kesemuanya itu dapat merusakkan jasmani dan budi pekerti, wajib dihindari merujuk dari pemali ini. Misalnya rokok dapat merusak jantung dan paru, serta alkohol mengganggu hati dan otak. Narkoba bahkan merusak kepribadian pencandunya.
Rupanya, pemali ini memasukkan juga segala bentuk kebiasaan dan kesenangan yang menyebabkan orang lupa kepada tata susila dan kewajiban hidup, seperti berjudi, adu ayam jago dan segala bentuk hobi yang melupakan kewajiban utama.
__________ http://luthana.files.wordpress.com/2011/07/rokok-lebih-dikonsumsi-orang-miskin.jpg cited September 28, 2011. http://pelajarnews.com/wp-content/uploads/2009/01/fatwa_stop_merokok_300_225.jpg cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 213
PEMALI -3. Jangan mempergunakan makanan dan minuman yang dapat
merusak jasmani. Pengaruh daya kerja makanan dan minuman yang merugikan
kepribadian adalah sedemikian kuatnya, sehingga orang tidak dapat lagi meme-
Daya kerja makanan dan minuman tertentu dapat merusak kepriba-
dian, dan jasmani, ini menjadi Larangan ke-3 (paliwara, pemali) bagi
pejalan spiritual. termasuk segala bentuk kebiasaan dan kesenangan
yang menyebabkan orang lupa kepada tata susila dan kewajiban hidup.
nuhi kepribadian adalah sedemikian kuatnya, sehingga orang tidak dapat lagi
memenuhi kewajibannya kepada Tripurusa, seperti yang tercantum di dalam
Trisila dan Pancasila. Pemali ini tidak terbatas pada makanan dan minuman saja,
tetapi termasuk segala bentuk kebiasaan dan kesenangan yang menyebabkan
orang lupa kepada tata susila dan kewajiban hidup, seperti berjudi, adu ayam
jago dan sebagainya. Ringkasnya, segala sesuatu yang merugikan badannya dan
jiwanya serta tidak sesuai dengan ajaran Sang Guru Sejati termasuk dalam
larangan ini.
PEMALI-4. Dilarang melanggar undang-undang negara di mana orang
berada. Larangan ini dijelaskan berdasarkan pendapat, bahwa pemegang
pemerintahan dan pegawai semuanya adalah Wakil-wakil Suksma Kawekas untuk
mengatur ketenteraman dan ketertiban sosial. Walaupun banyak di antaranya
yang tidak menyadari bahwa mereka itu wakil-wakil Suksma Kawekas untuk
mengatur ketenteraman dan ketertiban sosial.
Bahkan, sebagian dari mereka menyalahgunakan kekuasaannya untuk
kepentingan dirinya sendiri. Ini semua diketahui Suksma Kawekas dan tiap orang
dijamin tidak akan luput oleh hukuman yang adil, akan tetapi, bukanlah kewa-
jiban orang untuk main hakim sendiri. Sudah ada perangkat untuk memperi-
ngatkan orang-orang yang bersangkutan kepada kewajibannya dan untuk
menghukum mereka bilamana perlu. Orang-orang tertentu melanggar kewajiban
mereka terhadap negara dengan cara
214 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tokoh Judge Bao pengadilannya menjadi inspirasi negara-negara lain
Foto 6.2.2: Ilustrasi Potret Seorang Hakim Legendaris yang Disegani oleh Siapa Saja Tokoh Hakim Bao (Judge Bao) adalah seorang hakim yang disegani oleh penjahat dan pejabat korup, telah menjadi legenda dalam sejarah China, dan menjadi sumber inspirasi bagi negeri-negeri yang masih mendambakan keadilan.
Pemegang pemerintahan dan pegawai negeri lainnya adalah Wakil-wakil Suksma Kawekas untuk mengatur ketenteraman dan ketertiban sosial. Meskipun banyak di antaranya yang tidak menyadari bahwa mereka itu wakil-wakil Suksma Kawekas di dunia dengan tugas utamanya mengayomi masyarakat.
Memprihatinkan bahwa sebagian dari mereka menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingannya sendiri. Ini semua diketahui Suksma Kawekas dan tiap orang dijamin tidak akan luput oleh pengadilan-Nya yang adil. Ditegaskan bukanlah kewajiban orang untuk main hakim sendiri. Sudah ada perangkat untuk memperingatkan orang-orang yang bersangkutan kepada kewajibannya dan menghukum mereka bilamana perlu.
__________ http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTDts-7eEah2XnD2oWNChTkVbvq3ooXfZ0DDHLYXz KTtx6kVQKbzZPJwIviOA cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 215
yang demikian licinnya, sehingga undang-undang tidak mampu menuntut
pelanggaran itu. Akan tetapi karena Suksma Kawekas itu Maha-tahu dan Maha-
adil, maka tak ada seorang pun yang akan luput dari hukumannya yang adil.
Kenyataannya, pribadi-pribadi tertentu secara lihai melanggar
kewajiban mereka terhadap negara, sehingga pelanggaran tersebut
tidak mampu dituntut oleh undang-undang negara. Suksma Kawekas itu
Maha-tahu dan Maha-adil, maka tak ada seorang pun yang dapat
melepaskan diri dari pengadilan-Nya.
Semua kesengsaraan dan bencana di dunia adalah untuk mengingatkan manusia
kepada kewajibannya kepada Suksma Kawekas dan Suksma Sejati, Utusan Abadi-
Nya.
PEMALI-5. Hindarilah semua pertengkaran. Pada hakekatnya jiwa manu-
sia itu adalah Roh Suci, yang sama pada tiap-tiap manusia, berasal dari Sumber
dan Asal Mula Kehidupan yang sama, maka saling bertengkar, merintangi bahkan
mematikan rezeki, tidaklah termasuk si-fat-sifat yang terpuji bagi manusia.
Setiap kecenderungan untuk saling membunuh dan saling menghancurkan,
membawa manusia lebih dekat kepada dewa dan itu berarti melanggar Pemali
pertama.
Jika orang tekun dan teliti menelaah kekurangan dan kesalahannya sendiri
akan tampak demikian banyaknya, sehingga tiada waktu lagi untuk melihat
kesalahan-kesalahan orang lain. Kesalahan-kesalahan itu sendiri itu harus segera
diperbaiki dan diubah menjadi sifat-sifat yang sesuai dengan Trisila dan Pancasila,
untuk menegakkan kemanusiaan kita. Jika ini terlaksana, Suksma Sejati akan
menuntun manusia agar luput dari marabahaya dan salah langkah, sehingga pada
akhirnya dapat bertunggal kembali kepada Hidup Abadi.
216 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Pasar tradisional yang ditata secara apik oleh pemerintah daerah setempat
Foto 6.2.3: Potret Jual-Beli di Pasar Tradisional
Suasana Pasar Tradisional yang telah dibina oleh pemerintah daerah di kota-kota besar
tetapi masih tampak adanya komunikasi antarpersonal di antara pelakunya: penjual,
pembeli, pemasok, dan pengelola pasar di dalam satu masyarakat pasar tradisional seperti
di masa lalu.
Mawas diri menimbulkan kebijaksanaan untuk evaluasi diri setiap langkah di dalam jual-
beli masalah kehidupan di pasar dunia (Makrokosmos). Ternyata itu menyita waktu
sampai tidak mungkin lagi melihat salah langkahnya orang lain di dalam menapaki
perjalanan hidup yang sama.
Menyesuaikan diri dengan perilaku unggulan Trisila dan perilaku utama Pancasila akan
menjadikan manusia berstatus budi luhur. Status ini jika tercapai akan mendapat tuntunan
dan perlindungan Sang Guru Sejati, TheForce untuk diarahkan ke rumahnya yang abadi
ialah bertunggal kembali kepada Hidup Abadi.
__________ http://www.infoindonesia.co.id/wp-content/uploads/2011/05/pasar-yudajuliansyah.jpg cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 217
Mengapa manusia masih suka bertengkar?, paling sedikit karena masih
terlalu besar keinginannya kepada benda-benda yang melebihi cara hidup
sederhana yang layak, gemar sanjung puji serta kemasyhuran.
Sekiranya manusia menyadari bahwa jiwanya adalah Roh Suci,
TheSelf yang sama pada tiap-tiap manusia, dan berasal dari Suksma
Kawekas, TheSource yang menjadi Asal Mula Kehidupan yang sama;
pasti bertengkar, merintangi bahkan mematikan rezeki orang lain,
bukan merupakan sifat-sifat yang terpuji bagi manusia.
Sekali pun demikian, bila masih tidak percaya, tentu saja pemali ini dapat
dilanggar untuk ikut serta merasakan kesengsaraan di dunia dan di hari kemudian
(akhirat).
218 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Berjalan menuruni beratus-ratus sengked (anak tangga) menuju ke Kampung Naga
Foto 7.1.1: Tangga Menuju Kampung Naga Kampung Naga merupakan sebuah kampung atau desa tradisional yang terletak di tepi jalan raya Garut-Tasikmalaya tepatnya di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
Menuruni beratus-ratus anak tangga itu cukup curam, sehingga saat hujan turun harus berhati-hati. Namun, perjuangan Anda tidaklah sia-sia, karena di sepanjang jalan Anda akan disuguhi dengan panorama yang sangat memesona dengan musik alamnya seperti berderiknya bambu, bunyi tonggerek, dan riuhnya burung-burung yang berkicau. Ketika meniti “Lima Anak Tangga” menuju “Kampung Bahagia” benar-benar licin dan banyak rintangannya. Kita berjalan (suasana hati) di jalan yang sunyi, sepi dan sendiri. Justru harus berhati-hati dan selalu fokus di Jalan Rahayu (bahagia) ini. Jalan terus, jangan tengok kanan dan kiri jangan terlalu memperhatikan pesona tontonan yang menghentikan perjalanan dan irama musik yang melupakan tujuan. __________ http://www.komhukum.com/adminkom/userfiles/image/pariwisata/tangga%20di%20kampung%20naga.JPG cited October 31, 2011.
http://www.komhukum.com/pariwisata-feed-169 cited October 31, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 219
BAB VII
TANGGA KEBAHAGIAAN
Paugeran sebagai anak tangga pertama, yang mengandung tiga perila-
ku unggulan yang bersifat introversi (transendental), yaitu Trisila
(sadar, percaya, dan taat) hanya dapat tercapai dengan memiliki lima
watak yang bersifat ekstraversi kepada masyarakat yaitu Pancasila
(sabar, rela, menerima, jujur, budi luhur).
7.1 PENDAHULUAN
Pembelajaran praktikum ini dinamakan Jalan Rahayu, adalah jalan
keselamatan, karena memang ada lima jalan, marga, dapat juga disebut sebagai
Panca Marga Bakti. Artinya, lima jalan berbaktinya sang-aku kepada TheSource
(Suksma Kawekas) melalui bimbingan praktikum dari TheForce (Suksma Sejati).
Praktikum di dalam kehidupan nyata di masyarakat akan bermanfaat untuk
mencapai kenaikan derajat kesadarannya sendiri sesuai dengan perilaku ideal
Hastasila. *) Tentu boleh saja kalau dianggap tangga yang mendaki, menuju budi
luhur. Karena jalan ini mendaki menuju kesempurnaan perilaku, dapat dianggap
sebagai tangga mendaki dengan lima anak tangga menuju puncak kebahagiaan.
Kelima anak tangga ini diawali dengan paugeran, janji, ikrar, kredo atau
syahadat yang mengandung tiga nilai susila ke dalam dirinya (transendental),
yaitu Trisila (sadar, percaya, dan taat) serta untuk memiliki lima watak susila ke
luar dari dirinya, kepada masyarakat yaitu Pancasila (sabar, rela, menerima
kenyataan, jujur atau temen dan budi luhur). Tri artinya tiga, panca lima dan
hasta delapan. Gabungan Trisila dan Pancasila disebut Hastasila dapat
dipendekkan menjadi sa-ya taat, sa-ri-nya te-bu, dapat dianggap sebagai intisari
ajaran agama, religi di dunia. Sebelum orang mau menerima keseluruhan candra
__________ *)
Hastasila (8, hasta) adalah Trisila (3) ditambah Pancasila (5).
220 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Masjid bersebelahan dengan Gereja, dan baik-baik saja.
Foto 7.1.2: Masjid dan Gereja Berbagi Tembok Pembatas Yang tinggal di kota Solo dan suka jalan-jalan, pasti tahu Masjid Al Hikmah dan Gereja Kristen Jawa Joyodiningratan, yang terletak di tengah-tengah kota, tepatnya Jl. Gatot Subroto. Kendati bersebelahan dan bahkan berbagi tembok pembatas, tak pernah terdengar cerita umat kedua tempat ibadah tersebut saling serang. Indah bukan?
Alangkah indahnya bila kita dapat memahami tentang hakikat dari keyakinan dalam syahadat, kredo, atau paugeran sebagai dasar kepercayaan dan arah yang harus ditempuh dengan konsekuen. Mempraktikkan ke-bakti-annya, ibadatnya, kedekatan-nya kepada TheSource dan TheForce, Penuntun yang abadi dengan panembah, doa, atau sembahyang untuk menandaskan pengalamannya itu sehingga mengalami tingkat kesadaran imateri di dalam lubuk hatinya.
Mampu mengamalkan kasih sayang kepada sesama manusia dengan mempraktikkan sifat murah hati serta suka menolong dalam bentuk mengurangi sampai menghilangkan kesengsaraan orang. Tujuannya adalah menyucikan diri sehingga pantas memposisikan diri ‘dekat’ dengan Dia.
__________ http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2011/03/1300783212676346369_300x225.jpg cited Nopember 12, 2011. http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/22/masjid-bersebelahan-dengan-gereja-dan-baik-baik-saja/ cited Nopember 12, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 221
manusia ini, sedikit banyak-nya sudah terikat dengan cara hidup yang tidak sesuai
dengan ajaran dari Guru Sejati, yaitu Hastasila tersebut. Sikap hidupnya dalam
Keputusan kritis dan penuh keberanian dari seseorang untuk meninjau
kembali sikap hidupnya di masa lalu, adalah awal perubahan arah
untuk menyempurnakan atau memiliki pola hidup pribadi yang ideal
dengan pedoman-pedoman hidup baru.
menyambut dunia, adalah berlainan dengan apa yang ditunjukkan oleh candra
manusia ini.
Pertanyaan kepada dirinya sendiri bagaimana caranya untuk memulai,
apakah niat baik, keberanian bahkan kenekatan sudah cukup? Barangkali belum
cukup untuk sebagian orang, guna melaksanakan perubahan total arah hidupnya
itu. Intisari dari perubahan arah ini adalah peninjauan kembali sikap hidupnya di
masa lalu, berusaha menyempurnakan atau memiliki pola hidup pribadi ideal
dengan pedoman-pedoman hidup tertentu yang diperbarui. Kelima anak tangga
tersebut adalah sebagai berikut:
ANAK TANGGA-1. Mengerti dan menanamkan di dalam dirinya sendiri
tentang hakikat dari keyakinan, syahadat, kredo, paugeran sebagai dasar
kepercayaan dan arah yang harus ditempuh dengan konsekuen.
ANAK TANGGA-2. Mempraktikkan ke-bakti-annya, ibadatnya,
kedekatannya kepada Suksma Kawekas (TheSource) dan UtusanNya yang abadi
(TheForce) dengan panembah, doa, sembahyang untuk menandaskan
pengalamannya sehingga merasakan kesadaran adanya Tripurusa (TreFoil).
ANAK TANGGA-3. Mengamalkan cinta dan kasih sayang kepada sesama
manusia dengan mempraktikkan sifat murah hati serta suka menolong dalam
bentuk mengurangi sampai menghilangkan kesengsaraan orang. Praktikum ini
(budi darma) disesuaikan dengan kebutuhan orang yang ditolong dan
kemampuan yang menolong, tujuannya adalah menyucikan diri.
ANAK TANGGA-4. Mengendalikan nafsu angkara-murka, jahat, dan tidak
dikehendaki dengan tapabrata supaya tidak mengganggu perjalanan hidupnya
222 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Seorang anak kecil sedang memberikan sebagian uang jajannya kepada pengemis jalanan
Foto 7.2.1: Kasih Sayang dapat Diberikan oleh Siapa Saja Sifat murah hati dapat ditanamkan sejak usia muda dengan cara mempraktikkan sifat murah hati serta suka menolong dalam bentuk mengurangi sampai menghilangkan ke-sengsaraan orang. Dalam mempraktikkan kasih sayang ini disesuaikan antara kebutu-han yang diberi dan kemampuan yang memberi, tujuannya untuk membersihkan hati dari sifat-sifat yang tidak terpuji, menyucikan hati.
__________ http://2.bp.blogspot.com/-_KkIufhLprw/TdEBcu8f56I/AAAAAAAACJE/O05AcP2 QO5k/s1600/20090703 pengemis.jpeg cited November 14, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 223
dan selaras dengan harmoni tata susila serta aturan-aturan yang mengikat di
masyarakat.
Sebelum semua konsep yang disebut ada itu ada, Tripurusa sudah ada,
sebagai hidup imateri. Kemudian Roh Suci mendapat selubung badan
jasmani. Paugeran atau syahadat adalah kesadaran terbatas Roh Suci
di dalam kesadaran kolektif Tripurusa yang tidak terbatas.
ANAK TANGGA-5. Mencapai budi pekerti luhur dan menduduki derajat
budi luhur, agar dapat dipergunakan sebagai bekal untuk mencapai tujuan hidup
yang sejati.
7.2 ANAK TANGGA-1
Paugeran, syahadat adalah kesadaran TheSelf, Roh Suci di dalam Tripurusa
(TriAspek, TreFoil). Sebelum Roh Suci mendapat selubung materi (jasmani),
Tripurusa sudah ada, sebagai hidup yang imateri. Keberadaan Roh Suci di dalam
Tripurusa, ditinjau dari titik pangkal sebagai manusia, kita ingat kembali sebagai
kesadaran. Di dalam kesadaran itu, Roh Suci hanya mengenal Suksma Kawekas
sebagai sumber dan asal mula dari hidup, Suksma Sejati sebagai aspek dinamis-
Nya, yang harus didekati, diikuti, dilalui, agar ia dapat menemukan kembali Asal
Mulanya. Suksma Sejati adalah pemimpin dan gurunya Roh Suci serta yang
menghidupinya. Kesadaran TheSelf tersebut apabila diterjemahkan dengan kata-
kata berbahasa Indonesia adalah:
“Suksma Kawekas adalah tetap menjadi sesembahan hamba yang sejati,
adapun Suksma Sejati adalah tetap menjadi Utusan Tuhan Sejati, serta menjadi
Penuntun dan Guru hamba yang sejati.
Hanya Suksma Kawekas pribadi yang menguasai semesta alam dan
seisinya, hanya Suksma Sejati pribadi yang menuntun para hamba semua.Semua
kekuasaan ialah kekuasaan Suksma Kawekas, ada pada Suksma Sejati, ada-pun
hamba ada di dalam kekuasaan Suksma Sejati.
Paugeran ini adalah pengalaman eksistensial adanya Tripurusa, TreFoil yang
mutlak, tak tergantung apa pun. Yang kemampuan-Nya menguasai, termasuk
224 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Skema 7.2.1: Candra Jiwa Indonesia ketika dibandingkan dengan candra jiwa lainnya Ego, sang Aku adalah kristalisasi angan-angan (cipta, nalar, dan pangerti), secara fungsional mewakili seluruh jiwa, secara struktural berasal dari cipta-pangaribawa. Hati nurani sejajar dengan Superego (Freud), Segi Kemasyarakatan (Adler), dan Persona (Jung). Hati nurani, mendapat masukan dari Roh Suci, dari Sang Aku yang bermukim di pusat imateri. Roh Suci memiliki kesadaran yang terbatas, tidak kolektif. Suksma Kawekas dan Suksma Sejati adalah sadar kolektif. Kesadaran Tripurusa itu berada di tingkat kesadaran imateri, terbuka kesempatan manusia untuk dapat mengalami keberadaan kesadaran Tripurusa itu jika ia mampu melepaskan kesadaran organis (jasmani, ragawi)-nya. Tripurusa memiliki pengaruh atas kesadaran organis manusia, tetapi tidak sebaliknya.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
Candra Jiwa Indonesia (Soenarto Mertowardojo)
┌─Suksma ─┐
│ Kawekas │
Kesadaran kolektif ==┤ │ │ │ -Suksma ├==Tripurusa
│ └─ Sejati │ │ │
Hati Nurani ------------Roh Suci ─┘
│ │ ┌Nafsu egosentrifugal
EGO ├Asmara sufi
(Aku) ┌ Mutmainah: ──┴Nafsu sosial dan suprasosial (Carp)
│ │ Amarah: -----------Kekuatan, energi, ketekunan
│ I. Individual==┤ Sufiah: -------------Nafsu keinginan, hasrat, harapan
│ │ │ └ Lauwamah: -------Nafsu egosentripetal dan netral
│ │ │
│ │ └─ Angan-angan dalam arti sempit (penampung kehendak-
│ │ yang belum tercapai dan pengendapan pengalaman)
Ketidaksadaran (Asadar)
│
II. Kolektif (menyeluruh)
(Soemantri Hardjoprakoso. Indonesisch Mensbeeld als Basis Ener Psycho- Therapie [Dissertation]. Rijkuniversiteit, Leiden-Nederland, 20 June 1956)
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 225
yang berbentuk materi tetapi tanpa terikat sedikit pun dengan yang bersifat
materi tersebut. Juga, kesadaran Roh Suci, tidak dialami dan tidak diikat secara
materi. Berbeda dengan refleksi (bayangan) Tripurusa, yang disebut angan-angan
Meskipun Suksma Kawekas dan Suksma Sejati bersatu dengan Roh Suci,
tetapi manusia itu bukan Tuhan maupun utusan-Nya yang abadi. Bila
manusia belum menyadari Tripurusa di dalam dirinya, maka sesungguh-
nya ia belum mencapai perkembangan yang sejati. Baru kemampuan ji-
wanya saja yang telah diperkembangkan selama ini.
manusia dalam arti luas, juga memiliki kesada ran sang-aku dan kesadaran diberi
ikatan materi dalam bentuk organ tubuh manusia. Oleh karena itu dapat
dimengerti, kesadaran Roh Suci di dalam Tripurusa, TriAspek, tidak dikenal lagi di
samping (oleh) kesadaran aku angan-angan, yang bersifat organis dan memiliki
rasa puas. Aku-angan-angan ini harus dilenyapkan dulu agar mengalami suasana
janji awal, paugeran, syahadat, atau kredo tersebut.
Dengan kalimat lain, kesadaran Tripurusa itu tidak berada di tingkat
kesadaran organis, material, tetapi sangat mungkin manusia dapat mengalami
keberadaan kesadaran Tripurusa itu jika ia tidak terikat lagi oleh kesadaran
organis (jasmani, ragawi) –nya. Tripurusa memiliki pengaruh atas kesadaran
organis manusia, tetapi tidak sebaliknya. Walaupun Roh Suci itu satu dengan
Suksma Kawekas dan Suksma Sejati, tetapi manusia itu bukan Suksma Kawekas
atau Suksma Sejati. Bila manusia belum menyadari Tripurusa di dalam dirinya,
maka sesungguhnya ia belum mencapai perkembangan yang sejati. Yang telah
diperkembangkan selama ini barulah kemampuan jiwanya (psikis, psiche, organ-
organ/jasmani-halus) seperti angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsunya saja.
Padahal, paugeran, kredo, ini menjadi kekuatan iman, keyakinan, keperca-
yaan saluran mengalirnya kasih dan anugerah Tripurusa ke dalam hati manusia.
Jika angan-angan terarah kepada keduniawian, maka dunia material itu seakan-
akan berdiri di antara manusia dan Tripurusa, sehingga membendung
mengalirnya kasih sayang dan anugerah.
226 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tampak petani sedang sibuk membersihkan kebun cabenya di Bukittinggi, Sumatra Barat
Foto 7.3.1: Tanaman Cabe juga Perlu Dibersihkan dari Berbagai Hama Tanaman Dalam menamam cabe, petani masih perlu membersihkan dan menyiangi tanamannya. Mencabut rumput atau perdu liar agar tanaman cabenya dipastikan mendapat makanan yang cukup dari zat hara dan pupuk yang sengaja disebarkan di tanah sekitar pohon-pohon cabe tersebut. Virus Kuning dapat menyerang tanaman cabe membuat buah berkurang dan cepat mati.
Membersihkan dan menyiangi hati manusia dari semua ”tumbuh-tumbuhan” yang merusak harus senantiasa dilakukan setiap harinya. Prasangka-prasangka kegelapan harus dibersihkan dari hati manusia. Hati manusia seyogyanya bagaikan sehelai kertas yang belum ditulisi, putih bersih. Sehingga hatinya dapat menerima pencerahan dari Guru Sejati-nya tanpa rintangan. Proses bertunggal dengan Hidup Abadi memerlukan penerangan dalam perjalanan yang berupa pencerahan, pepadang, iluminasi-Nya.
Yang Mahatinggi itu ada dan berada di dalam hati, jantung-hatinya (heart, qolbu) pada setiap orang. Kesadaran ini perlu ditandaskan dengan aktivitas Panembah. Aktivitas ini adalah pelaksanaan niat guna meninggalkan cara hidup yang lama dan menyelaraskannya dengan cara hidup selanjutnya berdasarkan ajaran Guru Sejati, yaitu sebagai pegangan dalam proses pembebasan (pamudaran) di pusat imateri.
__________ http://v-images2.antarafoto.com/rp_ec_1304838605_re_455x276.jpg cited November 14, 2011. http://www.antarafoto.com/bisnis/v1304838605/bertanam-cabe cited November 14, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 227
Paugeran membangkitkan niat manusia untuk mengamalkan Trisila dan Pancasila
(Hastasila). Oleh karena itu, manusia harus selalu tak terpisah dari Tripurusa di
Niat manusia untuk melaksanakan Hastasila dapat dibangkitkan oleh
Paugeran (syahadat). Manusia harus selalu merasa menyatu dengan
Tripurusa di dalam jiwa raganya. Agar selalu mengingatkan diri sendiri,
bahwa sesungguhnya tiap manusia itu masing-masing juga mempunyai
Tripurusa di dalam dirinya sendiri. Sesungguhnya hidup itu adalah satu.
dalam pikiran dan perasaannya, dan harus selalu mengingatkan diri sendiri,
bahwa tiap manusia itu masing-masing mempunyai Tripurusa di dalam dirinya.
7.3 ANAK TANGGA-2
Panembah, kebaktian (ibadat, sembahyang) adalah kewajiban dari tiap
manusia terhadap Suksma Kawekas dan Suksma Sejati, serta menjadi praktikum,
latihan bagi angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsunya untuk mengarahkan diri
kepada satu titik, yaitu Tripurusa. Apakah makna panembah, sembahyang, ibadat
itu di dalam Candra Jiwa Indonesia? Panembah adalah aktivitas untuk
menandaskan kesadaran, bahwa yang Mahatinggi itu ada dan berada di dalam
hati, jantung-hati (heart, qolbu) pada setiap orang. Yang Mahatinggi itu mutlak
diperlukan sebagai pegangan dalam proses pembebasan (pamudaran), apabila
dilaksanakan niat untuk meninggalkan cara hidup yang lama dan untuk
menyelaraskan cara hidup yang selanjutnya dengan ajaran Guru Sejati.
Semua ”tumbuh-tumbuhan” yang merusak hati manusia harus disiangi dan
dibersihkan. Hati manusia harus putih-bersih bagaikan sehelai kertas yang belum
ditulisi, sehingga pencerahan dari Guru Sejati-nya dapat diterima tanpa rintangan.
Hati tidak digelapkan oleh prasangka-prasangka. Pencerahan, pepadang,
iluminasi itu akan menunjukkan jalan di dalam proses bertunggal dengan Hidup
Abadi.
Karena itu, panembah adalah esensial sebagai penyokong kesadaran akan
adanya Tripurusa, yang diperkuat oleh percaya dan diamalkan oleh taat. Taat
berarti manusia melatih
228 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar lepasnya hubungan seutas tali-tiga pilin yang terputus secara paksa
Foto 7.3.2: Terputusnya Tali Secara Paksa
Seutas tali-3 pilin yang terputus secara paksa masih dapat disatukan tanpa mengurangi kekuatannya secara bermakna. Kemampuan merajut ulang ini dimiliki oleh hampir seti-ap pelaut dan pramuka yang bekerja dengan tali-temali. Kedua ujung tali yang rusak tersebut akan dipotong, dirapikan dengan gunting, masing-masing disatukan dengan ujung yang belum rusak. Kemudian dirajut kembali dengan alur rajutan tertentu. Bagaikan seutas tali yang terhubung, pada suatu saat, keterikatan Sang-AKU-imateri, TheSelf, Roh Suci dengan badan/jasmaninya dapat menjadi putus hubungan. Masih ada atau tidaknya kecenderungan untuk mengikatkan diri dengan dunia luar menentukan status perubahan ini bersifat sementara atau seterusnya. Karena suasana atau sifat ibadat, kebaktian itu ditentukan oleh jarak atau perbedaan antara dua derajat yang berurutan maka suasana kebaktian Aku-jasmani kepada Roh Suci adalah derajat awam, muda yang mengawali derajat yang lebih dewasa atau lebih tinggi sesuai dengan tekad, kemauan, dan keyakinannya.
__________ http://1.bp.blogspot.com/_HjDuAJR-d5Q/Sv4lRabz7QI/AAAAAAAAA_Q/o_A8QQYQ-Pk/s640/splice+1.jpg cited November 15, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 229
badan/jasmaninya dengan melaksanakan peraturan-peraturan tertentu sehingga
angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsunya selaras dengan ajaran Guru Sejati.
Sentra-sentra vitalitas yang
Praktikum panembah menyelaraskan sentra-sentra vitalitas dan mencip-
takan iklim perasaan yang mendekati kesadaran Tripurusa. Jika iklim
tersebut menyamai kesadaran Tripurusa, maka lengkaplah manifestasi
kesadaran Tripurusa yang imateri tersebut di dalam diri manusia.
terlatih itu, dengan sendirinya menciptakan suatu iklim perasaan jiwa di dalam
kepribadian kita, yang selalu makin mendekati kesadaran dari Tripurusa. Jika
iklim rohaniah itu tadi sama dengan kesadaran Tripurusa, maka tibalah saatnya
Tripurusa bermanifestasi dengan lengkap di dalam badan/jasmani.
Pada saat itu, keterikatan Sang-AKU-imateri, TheSelf, Roh Suci dengan
badan/jasmaninya menjadi lepas hubungan. Perubahan ini dapat bersifat
sementa-ra atau seterusnya, tergantung dari masih ada atau tidaknya
kecenderungan untuk mengikatkan diri dengan dunia luar. Dunia luar,
makrokosmos itu diwakili di dalam badan/jasmani manusia sebagai kesan-kesan,
pesan-pesan di dalam perasaan dan pikirannya.
Ibadat tersebut, dapat di-skema-kan berdasarkan tingkat, derajat, hierarki
dari badan/jasmani, Roh Suci, Suksma Sejati, dan Suksma Kawekas. Suasana atau
sifat ibadat, kebaktian itu ditentukan oleh jarak atau perbedaan antara dua
derajat yang berurutan. Oleh karena itu, secara hierarki ada tiga derajat suasana
kebaktian, yaitu:
I. Kebaktian Aku-jasmani kepada Roh Suci.
II. Kebaktian Roh Suci kepada Suksma Sejati.
III. Kebaktian Suksma Sejati kepada Suksma Kawekas.
I. Kebaktian Aku-jasmani kepada Roh Suci. Perbedaan antara Roh Suci
(imateri) dan Aku-jasmani ialah, bahwa beradanya Roh Suci tidak terikat oleh yang
material dan berbagai aspeknya seperti kehormatan, kemasyhuran, nama baik,
tradisi dan sebagainya.
230 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 7.3.1: Kebaktian Sang Aku kepada Roh Suci Angan-angan (cipta) dipergunakan untuk melatih dan membiasakan nafsu-nafsu agar supaya menyesuaikan diri dengan Pancasila dan menjauhi Pamali. Untuk melaksanakan tugas pelatihan ini, orang harus introspeksi dengan Trisila. Praktikum semacam ini akan menjamin perubahan dalam cara hidup. Sehingga apa yang dikatakan dan apa yang diperbuat olehnya dapat ditangkap oleh pancaindra. Suksma Kawekas, TheSource adalah tujuan kebaktiannya itu. Pelaksanaan kebaktian dapat dianggap sebagai tata cara sopan santun terhadap Suksma Kawekas, seperti layaknya suatu keharusan mengindahkan sopan santun terhadap kepala negaranya, dalam kehidupan sehari-hari.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
♥
MAKROKOSMOS Masyarakat [Alam Semesta]
================l Pancaindra l============================= Fisik Manusia MIKROKOSMOS Soma
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental Pamali Pancasila: rela, sabar, narima, Psike NNaaffssuu jujur dan budi luhur
PPeerraassaaaann EExxttrraavveerrssii
AAnnggaann--aannggaann Aku IInnttrroovveerrssii
Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - -I TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa: 3 Roh Suci (TheSelf) Immaterial Centre (TriAspect) 2 Suksma Sejati (TheForce) [Alam Sejati] Spiritual 1 Suksma Kawekas (TheSource) =======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 231
Sedangkan Aku-material terikat kepada semua itu. Oleh karena itu, kebaktian
sang-Aku harus ditujukan untuk mengubah keterikatan ini, agar lambat-laun
menjadi hubungan yang sukarela, di mana tanggung jawab dan kasih yang tidak
Sikap hidup terhadap makrokosmos dan Tripurusa yang dipraktikkan
oleh Aku-material akan menciptakan suatu iklim yang melingkupinya.
Iklim itu adalah hasil kerja sama dari ketiga sentra vitalitas. Agar hidup
harmonis manusia harus mengolah dan mengarahkannya ke Tripurusa.
mengikat. hubungan antara Roh Suci dan badan/jasmani di satu pihak dengan
dunia lingkungannya di lain pihak. Kiranya, proses selama praktikum ini dapat
disebut sebagai penyucian.
Seperti yang baru saja disebutkan, Aku-material menciptakan suatu iklim
yang melingkupi di satu pihak sikap hidup terhadap makrokosmos dan di lain
pihak dengan sikap hidup terhadap Tripurusa. Iklim itu adalah hasil kerja sama
dari ketiga sentra vitalitas: angan-angan, perasaan, dan nafsu. Untuk mengubah
iklim itu, manusia harus menggarap aktivitas sentra-sentra itu dan memimpinnya
ke arah Tripurusa.
Dalam usaha ini, cipta dipergunakan untuk melatih dan membiasakan nafsu
untuk menyesuaikan diri dengan Pancasila dan menjauhi larangan-larangan.
Untuk melaksana-kan tugas pelatihan ini, orang harus selalu ingat kepada Trisila.
Praktikum ini akan menimbulkan perubahan dalam cara hidup orang itu. Apa
yang dikatakan dan apa yang dilakukan olehnya adalah perbuatan-perbuatan
yang dapat ditangkap oleh pancaindera.
Pelaksanaannya adalah untuk meluhurkan tujuan dari kebaktiannya itu,
yaitu Suksma Kawekas, TheSource. Perbuatan-perbuatan itu dapat dianggap
sebagai tata cara sopan santun terhadap Suksma Kawekas, seperti dalam
kehidupan sehari-hari orang harus mengindahkan juga sopan santun terhadap
kepala negaranya.
232 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Hormat Senjata pasukan upacara kepada inspektur upacara di teras depan Istana Merdeka
Foto 7.3.3: Upacara di Teras Istana Merdeka Presiden SBY dalam upacara kenegaraan penyambutan Presiden USA Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama, di teras depan Istana Merdeka, Jakarta, karena hujan. Pada upacara penyambutan tersebut di atas, juga diperdengarkan lagu nasional kedua negara dan dentuman meriam dari taman Monumen Nasional.
Di dalam upacara kenegaraan dengan inspektur upacaranya seorang Presiden, biasanya pasukan upacara melakukan penghormatan senjata dengan cara mengangkatnya, ko-mandan upacara menggerakkan pedang ke samping kanan. Ketika angan-angan tidak diikutsertakan di dalam upacara itu, maka gejala yang timbul bersamaan dengan simu-lasi tersebut adalah perbuatan pura-pura, ketidakjujuran antara pikiran dan perbuatan-nya. Terjadi ketidaksesuaian antara isi cipta dengan rangkaian perbuatannya.
Situasi tersebut mengingatkan perlunya cipta agar dipergunakan untuk menyebut dan mengingat-ingat sifat-sifat dari Suksma Kawekas seperti, Maha Asih, Maha Murah, Maha Adil, Maha Kuasa, dan sebagainya. Apa yang diingat itu harus diperkuat oleh bahasa dan perbuatan di dalam kebaktiannya (panembah). Jika hanya angan-angannya saja yang mengerjakan kebaktian itu dan alat-alat pelaksananya tidak mengikutinya, menunjuk-kan bahwa manusia hanya mengalah kepada sifat luamahnya yang suka mencari kemudahan saja, maka penguatan organis tidak didapatkan dalam kebaktiannya. __________ http://img.ibtimes.com/id/data/images/full/2010/11/09/2266-sby-sambut-obama-di-istana-merdeka-upacara-enegaraan.jpg Cited November 22, 2011. http://id.ibtimes.com/articles/3177/20101109/sby-sambut-obama-di-istana-merdeka-upacara-kenegaraan.htm Cited November 22, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 233
Di dalam upacara kenegaraan yang dipimpin oleh Kepala Negara dapat
berupa penghormatan senjata dengan cara mengangkatnya, menggerakkan
pedang ke samping kanan, atau menempatkan tangan kanan ke dahi. Apabila
Sang-Aku baru yang berpenampilan lebih berpotensi dalam tanggung
jawab dan kasih sayangnya hanya dapat dimunculkan setelah arah
orientasi makrokosmos dibalikkan tetapi bukan untuk kehidupan yang
autistik. Arah kesadaran sang-Aku hendaknya ditujukan ke pusat imate-
ri, ke kesadaran Tripurusa, pusat omnipotensi itu sendiri.
angan-angan tidak ikut serta di dalam upacara itu, maka timbullah gejala yang
bersamaan dengan simulasi tersebut sebagai perbuatan pura-pura, ketidakjujuran
antara pikiran dan perbuatannya. Isi ciptanya tidak sesuai dengan rangkaian
perbuatannya.
Oleh karena itu, perlu sekali agar ciptanya dipergunakan untuk menyebut
dan mengingat-ingat sifat-sifat Suksma Kawekas, seperti Mahaasih, Mahamurah,
Mahaadil, Mahakuasa, dan seterusnya.
Apa yang diingat itu harus diperkuat oleh bahasa dan perbuatan di dalam
kebaktian/ibadat itu. Jika hanya angan-angannya saja yang mengerjakan
kebaktian/ibadat itu dan alat-alat pelaksananya tidak ikut serta, itu berarti
manusia hanya mengalah kepada sifat luamah yang suka mencari mudahnya saja,
maka kebaktiannya itu tidak mendapatkan penguatan organis.
Di dalam kebaktian/ibadat Aku-material kepada Roh Suci adalah perlu
sekali dengan tepat objek dari perbuatan kita dan menyesuaikan bahasa kita
dengan Trisila dan Pancasila. Bersamaan dengan itu, memindahkan titik berat
kesadaran, sikap hidup dari orientasi dunia-luar (makrokosmos) menuju orientasi
ke dalam dirinya, yang sedalam-dalamnya.
234 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Dua petugas sedang membalikkan arah lokomotif kereta api diesel secara manual
Foto 7.3.4: Mungkin Saja Membalikkan Arah Jalannya Lokomotif Lokomotif disel tersebut dapat saja berjalan mundur, namun membalikkan arah jalannya lokomotif agar lebih harmonis telah dilakukan oleh dua petugas yang melakukannya secara manual.
Luamah sebagai ’lokomotif’ yang berorientsi negatif setelah mengalami praktikum pembiasaan, dapat menampilkan segi-segi netral-nya saja yang tampil ke permukaan. Telah terjadi dengan sendirinya konversi di dalam nafsu lauwamah sifat-sifatnya yang (negatif) egoistik, malas, kejam, curang, pelampiasan syahwat berubah menjadi sifat-sifat (netral) perkuatan jasmani, toleransi, dan kuat dalam menahan kekurangan-kekurangan. Tetapi, kemampuan asli daya dorongnya masih ada, hanya objek dan arahnya saja yang berubah. Inilah yang disebut mekanisme sublimasi di dalam candra jiwa manusia Indonesia. Konversi nafsu luamah ini dipermudah dan dibantu dengan memobilisasi asmara sufi, gabungan kekuatan mutmainah-sufiah, bagaikan menyatukan kekuatan kuda putih (egosentrifugal: sosial dan suprasosial) dan kuda kuning (keinginan, cinta). __________ http://offtherailsbackontrack.co.uk/ruislip_lido_railway_1.JPG cited November 10, 2010.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 235
Membalikkan arah orientasi ini bukan berarti membelakangi sama sekali dunia
luar dan menutup diri di dalam kehidupan intrapsikisnya. Tetapi, justru akan
Menyesuaikan bahasa kita dengan Hastasila serta memilih dengan tepat
objek dari perbuatan, sangat diperlukan di dalam praktik kebaktian
Aku-material kepada Roh Suci. Selanjutnya agar memindahkan orientasi
dunia-luar (makrokosmos) menuju ke dalam dirinya sendiri (mikrokos-
mos) yang sedalam-dalamnya.
menampilkan keluarnya Sang-Aku baru yang berpenampilan tanggung jawab dan
kasih-sayangnya semakin lama menjadi semakin kuat.
Perbuatan ini, seperti telah disebutkan sebelumnya, adalah menuju
perubahan iklim pribadi, dengan kemampuan fungsi angan-angan, perasaan dan
nafsu tetap lengkap. Luamah telah mengalami praktikum pembiasaan, sehingga
segi-segi baiknya saja yang tampil ke permukaan. Telah terjadi dengan sendirinya
konversi di dalam nafsu lauwa-mah sifat-sifatnya yang egoistik, malas, kejam,
curang, pelampiasan syahwat berubah menjadi sifat-sifat perkuatan jasmani,
toleransi, dan kuat dalam menahan kekurangan-kekurangan.
Tetapi, kemampuan asli daya dorongnya masih ada, hanya objek dan
arahnya saja yang berubah. Inilah yang disebut mekanisme sublimasi di dalam
candra jiwa manusia Indonesia. Konversi nafsu luamah ini dipermudah dan
dibantu dengan memobilisasi asmara sufi, gabungan kekuatan mutmainah-sufiah,
bagaikan menyatukan kekuatan kuda putih (egosentrifugal: sosial dan suprasosial)
dan kuda kuning (keinginan, cinta).
Dalam praktikum dan latihannya, manusia memilih dan menciptakan
keadaan tertentu yang mempermudah kebiasaannya sendiri. Menjadi jelas, di
mana ada keterikatan, maka keadaan lahiriah di situ tidak dapat diabaikan.
Keadaan lahiriah ini justru dapat merangsang dan memperkuat niat untuk
mengamalkan kebaktian kepada Suksma Kawekas.
236 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Sebuah petir memecah kegelapan malam di Laut Hitam menerangi tepi pantai Sochi
Foto 7.3.5: Fenomena Alam yang Menakjubkan dan Menakutkan di Laut Hitam Sochi terletak di tepi pantai Laut Hitam Russia. Adalah suatu tempat yang memiliki banyak pesona keindahan alam. Foto yang diambil pada hari Kamis 7 April 2011 tersebut menunjukkan suatu keindahan dari letupan petir yang berkelok-kelok dan bercabang-cabang di atas angkasa-malam Sochi. Petir sangat berbahaya karena dapat merusakkan pohon, rumah, dan membunuh manusia.
Ke-percaya-an kepada Maha Kekuasaan Suksma Kawekas atas universum, yang diwakilkan kepada Suksma Sejati, yang menjadi Penuntun dan Guru Sejati-nya manusia. Maha Kekuasaan ini dapat dilihat dan dialami manusia atas eksistensi benda-benda di dunia, iklim dan fenomena alam lainnya yang tidak mungkin dibuat oleh tangan-tangan manusia.
__________ http://1.bp.blogspot.com/-499Flr3CBRI/TZ0DPVP5w5I/AAAAAAAAABA/fS6wa_n3P60/s 1600/sochi-thunder-03+-+Copy.png cited November17, 2011. http://cityofthefuturesochi.blogspot.com/ cited November17, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 237
Orang dapat memilih dan menciptakan tempat dan waktu yang khusus
untuk tujuan panembah. Kata-kata dalam panembah dipilih demikian, sehingga
selalu berisi dan merangsang aktivitas:
Kebiasaan panembah, kata-kata yang terpilih dalam ibadah tersebut
dapat merangsang sentra-sentra vitalitas jiwa untuk bergabung sepe-
nuhnya. Walaupun upacara kebaktian tersebut belum dimulai, bahkan
masih dalam tahap persiapan, gabungan kekuatan ini dengan sendiri-
nya sudah menimbulkan suasana, iklim panembah yang khas.
1. Ke-sadar-an akan adanya Suksma Kawekas dan Suksma Sejati, dengan jalan
mengingat sifat-sifatnya seperti Maha Luhur, Maha Pengasih, Maha Pemu-rah,
Maha Adil, Maha Kuasa dan sebagainya.
2. Ke-percaya-an kepada Maha Kekuasaan Suksma Kawekas atas universum, yang
terletak di tangan Suksma Sejati, yang menjadi Penuntun dan Guru Sejati-nya
manusia. Maha Kekuasaan ini dapat dilihat dan dialami manusia atas eksistensi
benda-benda di dunia, iklim, dan fenomena alam lainnya yang tidak dapat dibuat
oleh tangan-tangan manusia.
3. Ke-taat-an untuk mengamalkan makna dari syahadat, kredo, paugeran dan
melaksanakan janji manusia sebagai makhluk rohaniah, seperti mengamalkan
Pancasila dan menjauhi larangan Tuhan (Pemali).
Selama panembah, sembahyang, tercipta suasana psikis, di mana ketiga
sentra vitalitas bekerja bersama secara selaras dan seimbang. Setelah panembah
selesai, suasana ini tidak segera hilang. Suasana ini tetap meliputi jiwanya,
sampai orang itu sendiri menciptakan suasana yang berbeda di dalam jiwanya.
Iklim panembah yang khas dapat dicapai selama panembah atau sebelumnya,
misalnya selama persiapan untuk panembah, bahkan sebelum rangkaian
upacara-upacara panembah dimulai.
238 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Garis horison yang tak terhingga itu telah diwakili oleh fenomena ’pertemuan’ laut, langit dan sinar matahari senja yang dapat disaksikan dari tepi pantai. (Sunset dan surving di Bali)
Foto 7.3.6: Batas Horison
Di garis batas horison itu seolah-olah tampak laut yang tenang, sunyi, sepi nyaris tak bergelombang, penuh kedamaian. Makin menuju pantai tampak kegiatan perahu, bahkan riak-riak gelombangnya cukup besar di mana orang masih dapat bermain papan selancar. Pemandangan horison alam ini sangat menenteramkan hati. Perlu sekali menenteramkan hati sebelum manembah (berdoa, ibadat) dengan membe-baskan diri dulu dari semua persoalan hidup sehari-hari. Ketika masuk dalam upacara panembah sudah tanpa beban yang tak berguna sebab dapat mengganggu suasana batin. Panembah adalah jalan untuk masuk ke dalam suasana beradanya Tripurusa. Di sini tidak ada pikiran, afektif, dan hasrat, serta keinginan. Jika ketiga sentra vitalitas itu masih berfungsi, jadi angan-angan kita masih memper-lihatkan berbagai bayangan dan berbagai proses, perasaan masih memuat emosi dan nafsu masih menghasilkan keinginan-keinginan, maka manusia yang manembah itu tidak akan sampai ke tempat beradanya Tripurusa, di pusat imateri.
__________ http://www.travelingsurfers.com/images/2007_06_22_Surfing%20Bingin,%20Bali/images/IMG_8793.jpg cited November 17, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 239
Karena pembiasaan, sentra-sentra vitalitas itu seakan-akan dengan sendiri-
nya mempersatukan diri untuk menjadi satu tenaga yang tergabung sepenuhnya,
sebelum upacara panembah dimulai. Kadang-kadang, iklim kebaktian itu tidak
Ada ambang asensoris di gapura (theGate, rahsa jati) Tripurusa yaitu
suatu keberadaan kesadaran tanpa merasakan adanya badan/jasmani,
tidak dibatasi oleh sifat-sifat jasmani. Yang bersangkutan tidak merasa
di dalam badan/jasmaninya. Secara sadar terasa bahwa ia berada di
dalam suasana tidak-terbatas.
dapat tercapai, yaitu jika manusia tidak dapat mengeluarkan dari angan-angannya
semua persoalan-persoalan hidup sehari-hari. Pikirannya belum beriklim teduh,
hening, dan bening.
Dunia luar ikut dengan manusianya masuk ke dalam panembah, karena
dunia yang telah diawetkan di dalam angan-angannya (pikiran, afektif, kesan-
kesan yang menyenangkan dan yang menyusahkan) telah memperoleh otoritas
yang dapat memaksa manusia menjadi budaknya. Karena itu perlu sekali sebelum
manembah untuk membebaskan diri dulu dari semua persoalan sehari-hari dan
tanpa beban tak berguna masuk di dalam panembah. Panembah adalah jalan
untuk masuk ke dalam suasana beradanya Tripurusa. Di sini tidak ada pikiran,
afektif, dan hasrat, serta keinginan.
Jika ketiga sentra itu masih berfungsi, jadi angan-angan kita masih
memperlihatkan berbagai bayangan dan berbagai proses, pangrasa masih
memuat emosi dan nafsu masih menghasilkan keinginan-keinginan, maka
manusia yang manembah itu tidak akan sampai kepada beradanya Tripurusa.
Manusia harus melatih diri untuk memasuki dirinya makin lama makin
mendalam dan untuk dapat sampai kepada keadaan kosong dan sunyi-sepi, di
mana penggunaan
240 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
’Free diving’ adalah teknik menyelam tanpa peralatan nafas di dalam laut. (Foto di Kepulauan Bahama)
Foto 7.3.7: Free Diving , Menyelam Tanpa Alat Pernafasan Vertical blue, adalah tempat belajar menyelam-bebas alat pernafasan, mengemukakan 3 pendekatan yaitu kesadaran, keselamatan, dan kegembiraan. William Trubridge, direktur kursus menyelam, dalam silabus 5 hari kursusnya mengajarkan tentang strategi mengurangi kebutuhan energy, menyelam tanpa pemanasan untuk meningkatkan refleks selam, kebugaran tanpa nafas, dan ‘regresi tak terbatas’ melalui yoga untuk menata kemungkinan di alam bawah sadar manusia.
Menceburkan diri ke dalam keber-ada-an tak terbatas di kedalaman hati dengan jalan panem-bah adalah sungguh-sungguh suatu perbuatan yang berani, karena langkah berikutnya membuat sentra-sentra vitalitas itu sendiri menjadi tidak diperlukan lagi. Kata-kata di dalam panembah, sikap introspeksi dan lingkungan yang diperlukan telah berjasa untuk memimpin sang Akunya, guna menceburkan diri di kedalaman ’lautan hati’ tersebut. Sebab sentra-sentra yang diwakili sang Aku itu terikat oleh materi, dan masih membutuhkan peranan pancaindra untuk mendapatkan pengalaman. __________ http://verticalblue.net/images/freediver cited November 17, 2011. http://verticalblue.net/method.php cited November 17, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 241
pancaindra (juga bagian halusnya) akan mengganggu. Di sana di dalam diri kita, di
gapura Tripurusa, ada ambang asensoris, di mana ada kesadaran tanpa
merasakan adanya badan jasmani, oleh karena itu tidak dibatasi oleh sifat-sifat
Selama panembah berlangsung, sering terbayang pikiran yang melayang-
layang di depan mata, itu harus diabaikan tanpa perasaan sedikit pun.
Berarti kita melakukan de-subjektifasi terhadap isi angan-angan dengan
maksud menghilangkan kekuasaan angan-angan itu sendiri. Tanpa mem-
buat suatu bayangan pun, kesadaran akan Tripurusa dapat tercapai.
jasmani. Orang tidak merasa di dalam badan, sebaliknyalah, orang sadar berada
di dalam suatu ke-tak-terbatasan.
Kata-kata panembah, sikap, dan lingkungan diperlukan dan telah berjasa
untuk memimpin sentra-sentra vitalitas, guna menceburkan diri ke dalam keber-
ada-an yang telah disebutkan di atas. Menceburkan diri adalah sungguh-sungguh
suatu perbuatan yang berani, karena langkah berikutnya membuat sentra-sentra
itu sendiri menjadi tidak diperlukan lagi. Jadi yang menjadi masalah adalah
mengorbankan eksistensinya sendiri, tanpa mendapat sesuatu sebagai gantinya.
Seperti yang selama ini sudah dikenal di dalam suasana eksistensinya sentra-
sentra vitalitas itu sendiri. Sebab Tripurusa itu imateri, sedangkan ketiga sentra
itu terikat oleh materi dan membutuhkan pancaindra untuk mendapatkan
pengalaman. Selama panembah, orang hendaknya jangan membentuk bayangan
dari Tripurusa atau dari siapa pun juga.
Kesadaran akan Tripurusa akan dapat tercapai tanpa membuat suatu
bayangan. Bayangan-bayangan pikiran yang melayang-layang di depan mata
selama panembah, harus diabaikan tanpa disertai perasaan apa pun. Dengan
jalan itu, isi angan-angan didesubjektifkan dan karena itu dihilangkan kekuasa-
annya.
Dapat terjadi, ketika orang selama panembah, mencapai keadaan
beradanya Tripurusa, di dalam keadaan yang terasa asing baginya, ia lalu ingin
kembali kepada suasana psikisnya
242 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Greta Garbo membintangi film Mata Hari, film ini dirilis 26 Desember 1931
Foto 7.3.8: Legenda Penari Erotis Mata Hari Margaretha Geertruida Zelle, adalah wanita Belanda berdarah Indonesia yang berpro-fesi sebagai penari erotis dengan nama panggung Mata Hari. Ia mengaku mendapatkan pencerahan tariannya dari ukiran batu di Candi Borobudur. Penari yang begitu mudahnya mengikat pria dari berbagai kalangan (pebisnis, pejabat sipil, dan tentara) itu terseret menjadi agen rahasia ganda Perancis dan Jerman semasa perang dunia pertama. Manusia sesuai dengan kodratnya sering tergoda akan harta, tahta, dan wanita (lawan jenisnya). Godaan duniawi yang masih kasat mata. Godaan yang tergolong ”kasar” (terlihat, teraba) tersebut sering begitu mengikat-erat kesadaran jiwanya, sehingga melupakan tujuan hidup esoteris, suprasosial, dan spiritualnya. ”Tidak begitu menyenangkan”, seperti sering dikatakan beberapa orang menurut pengakuannya. Ikatan itu seharusnya ditemukan karena dirasakan sebagai beban yang tak berguna. Tentu saja jika manusia masih ingin berlatih untuk membebaskan diri dari godaan yang menyiksa itu.
__________ http://cfs2.tistory.com/upload_control/download.blog?fhandle=YmxvZzIwMDU3QGZzMi50aXN0b3J5LmNvbTovYXR0YWNoLzE1LzE1MzIuanBn cited Nopember 30, 2011. Remy Sylado. Aku Mata Hari. Cerita bersambung Harian Kompas, dimulai dari tanggal 5 Mei 2010.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 243
yang sehari-hari, yang begitu akrab baginya. Begitu keinginan itu timbul, begitu
ia kembali kepada keadaan jiwanya yang semula. Di dalam keadaan Tripurusa itu
tadi, orang hendaknya juga jangan berusaha mengingat-ingat kembali sisa kali-
Di dalam praktik panembah sehari-hari, janganlah hendaknya berusaha
mengingat-ingat sisa kalimat di dalam panembah, hanya karena tadi
belum diselesaikannya. Mungkin ia sudah tertarik ke dalam keadaan
Tripurusa berada. Sebenarnya ia sudah berada di dalam suasana Rahsa
Jati (theGate) ketika ibadah itu masih dalam tahap persiapan.
mat-kalimat sembahyang, karena tadi belum diselesaikannya. Memang dapat
terjadi, bahwa orang sudah tertarik ke dalam keadaan-berada di Rahsa Jati
(theGate) sebelum panembah itu selesai.
Di dalam Wedotomo karangan Wiryokusumo [6]
Pambukaning warana (Terbukanya selubung)
tarlen saking (tidak lain daripada)
liyep layaping aluyut (dalam keadaan antara tidur dan bangun)
pinda pesating supena (dengan menghilangnya pikiran)
sumusup ing rasa jati. (masuk ke Rahsa Jati)
Ikatan duniawi tidak begitu menyenangkan, seperti sering dikatakan orang
menurut pengakuannya. Ikatan itu harus ditemukan dan dirasakan sebagai beban
yang tak berguna, jika orang ingin berlatih untuk membebaskan diri dari padanya.
Pelepasan sentra-sentra hidup itu pada mulanya terjadi dengan sekonyong-
konyong. Sebelum orang menyadari, orang sudah berada di dalam keberadaan
__________
[6] Wiryokusumo, Serat Wedotomo (dipersembahkan kepada Mangkunegara IV). Surakarta 1957,
Penerbit dan Toko Buku ‖De Bliksem‖.
244 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Oasis adalah suasana yang kontras di gurun pasir, tiba-tiba ada mata air penghidupan
Foto 7.3.9: Oasis di Gurun Pasir
Tampak oasis sebagai suatu kompleks kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia di tengah-tengah gurun pasir yang ditopang oleh adanya mata air yang membentuk sebuah danau kecil di tengahnya. Pada zaman dulu merupakan tempat persinggahan kafilah onta dan penumpang-penumpangnya. Panembah dapat dianggap sebagai oasis di dalam gurun pasirnya keinginan-keinginan yang tak terkendali, karena menciptakan suasana yang khas tersebut. Panembah yang intensitasnya ditingkatkan, meluaskan suasana yang khas, bahkan dapat meliputi orang-orang di sekitarnya. Sentra-sentra vitalitas, seperti luamah memperlihatkan segi baiknya karena bekerja sesuai dengan suasana harmoni itu. Suasana ini makin meluas, oasis yang meluas akan mengubah gurun pasir menjadi tamansari. Derajat Roh Suci menjadi kenyataan. Manusia telah mampu membebaskan diri dari ikatan-ikatan materi, duniawi, dan badan/jasmaninya sendiri.
__________ http://www.flickr.com/photos/ilovetechnology/3405350448/ cited November 19, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 245
Tripurusa. Keadaan ini mirip dengan keadaan kesadaran antara tidur dan bangun,
sebagai senjakala antara siang dan malam hari. Inilah keadaan Rahsa Jati, TheGa-
te. Suatu kontinuitas antara alam sejati dengan jiwa, jasmani halus.
Suksesnya pengorbanan sang-Aku membuktikan bahwa ia telah menang
terhadap dirinya sendiri. Upaya tersebut merupakan syarat mutlak
menyucikan diri dengan sempurna. Pada derajat Roh Suci yang perma-
nen, sudah tidak dikeruhkan lagi oleh keinginan-keinginan jasmaniah.
Sehingga gemerlapnya dunia sudah tidak berhasil memikatnya lagi.
Panembah menciptakan suasana, yang dapat diibaratkan sebagai oasis di
dalam gurun pasirnya keinginan-keinginan yang tak terkendali. Suasana yang
khas ini meluas sesuai dengan intensitas panembah yang dipertinggi, dan dapat
meliputi orang-orang lain di luar pelaku panembah. Sentra-sentra vitalitas,
karenanya dapat bekerja sesuai dengan suasana yang penuh harmoni tersebut.
Luamah memperlihatkan segi baiknya. Suasana ini makin meluas sehingga
menggejala dengan tetap. Oasis yang meluas akan mengubah gurun pasir
menjadi tamansari. Tercapailah derajat Roh Suci. Dalam derajat ini, manusia
telah membebaskan diri dari ikatan-ikatan material, ikatan dunia dan
badan/jasmaninya sendiri.
Manusia telah disucikan dengan sempurna. Ia telah menang atas dirinya
sendiri dengan jalan mengorbankan Aku-nya. Jika derajat ini telah menjadi
permanen, jadi tidak dikeruhkan lagi oleh keinginan-keinginan yang bersifat
jasmaniah, maka lenyaplah seketika itu juga daya pikat dunia bagi manusia.
Daya pikat dunia itu hanya ada selama manusia merasa tertarik kepadanya.
Jika manusia merasa tidak tertarik lagi, maka hilanglah daya tarik dunia baginya.
Sekarang manusia mengarahkan diri kepada Suksma Sejati, TheForce dan mulailah
kebaktian Roh Suci kepada Suksma Sejati.
246 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Rangkaian kata-kata dan untaian bunga-bunga sebagai ungkapan perpisahan
Foto 7.3.10: Rangkaian Bunga Perpisahan bagi Kerabat yang Meninggal Dunia Ketika seorang kerabat telah berpulang ke alam baka, disampaikanlah ucapan innalillahi wa inna ilaihi roji’un (Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada Allah jualah kita kembali). Disertai permohonan semoga beliau diampuni dosa-dosanya dan ditempatkan di sorga-Nya. Kepada keluarga yang ditinggal agar tabah menghadapi cobaan ini dan diberi kekuatan iman kepada-Nya. Menurut kodratnya, semua aspek-aspek jasmaniah polaritasnya berlawanan dengan pusat imateri. Pada saatnya dapat diduduki oleh Roh Suci (TheSelf) di titik tengahnya. Ia sendiri tanpa gerak kecuali bila dihidupi dan dituntun oleh TheForce, pemimpin dan gurunya yang sejati. Di dalam penyerahan diri dengan suasana tanpa gerak ini, Roh Suci diterima ke dalam kekuasaan Suksma Sejati. Si Siswa menjadi Guru, Guru Sejati, meminjam suatu rangkaian kata-kata dari Kitab Suci, ketika ada kerabatnya yang kembali kepada Tuhan Asal Mula Hidup, maka diucapkan kata-kata innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Dengan penuh rasa hormat kepada-Nya kepada mereka yang telah sukses menyelesaikan tugasnya di dunia. __________ http://2.bp.blogspot.com/-6OBQldbMtqk/TbTTLT3iHOI/AAAAAAAAAGs/rS2VPnNPX0U/s1600/duka.jpg cited December 1, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 247
II. Kebaktian Roh Suci kepada Suksma Sejati. Ditentukan oleh perbedaan
yang ada antara Suksma Sejati dan Roh Suci. Keduanya adalah imateri.
Perbedaan terletak di dalam keterbatasan Roh Suci, yang terbatas pada kemanu-
Karena Roh Suci yang imateri telah menguasai kesadaran Aku material,
maka kebaktiannya sudah tidak memerlukan lagi upacara. Sehingga
ruang dan waktu tidak mengikat panembahnya. Roh Suci ikhlas meneri-
ma kewajiban dan nasibnya, agar dipimpin Guru Sejati kembali kepada
Asalnya yang suci, yaitu ke Sumber Hidup-nya.
siaan, sedangkan Suksma Sejati itu tidak terbatas. Suksma Sejati adalah Hidup
yang memberi hidup kepada semua yang hidup. Karena kesadaran Aku material
telah dikuasai Roh Suci yang imateri, maka kebaktian pada derajat ini sudah tidak
memerlukan lagi upacara. Dan panembahnya sudah tidak terikat lagi oleh ruang
dan waktu.
Roh Suci membiarkan dirinya dituntun oleh Suksma Sejati, tanpa
berkemauan sendiri, tanpa menanyakan kepada diri sendiri bagaimana dan
mengapa terjadi pasang surut di dalam kehidupannya. Yang ada ialah menerima
mutlak kewajiban dan nasib, dengan motif satu-satunya agar dipimpin Guru
Sejati kembali kepada Asalnya yang suci, Sumber Hidup-nya. Roh Suci berada di
titik tengah dari semua aspek jasmaniah yang polaritasnya berlawanan.
Di dalam penyerahan diri yang tanpa gerak ini, Roh Suci diterima ke dalam
Suksma Sejati. Si Siswa menjadi Guru, Guru Sejati, meminjam suatu rangkaian
kata-kata dari Kitab Suci, ketika ada kerabatnya yang kembali kepada Tuhan, Asal
Mula Hidup, maka diucapkan kata-kata inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Dengan
penuh rasa hormat kepada-Nya.
III. Kebaktian Suksma Sejati kepada Suksma Kawekas. Adalah kebaktian
manusia berbudi luhur dalam arti, menurut Candra Jiwa Manusia Indonesia ini.
Perbedaan Suksma Kawekas dengan Suksma Sejati terletak di dalam perbedaan
248 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 7.3.2: Struktur Manusia sebagai Makhluk Rohaniah Ketika kita memahami struktur manusia sebagai makhluk rohaniah, yang berfungsi sebagai faktor-faktor pendukungnya adalah sentra-sentra vitalitasnya. Merujuk struktur itu, ibadat-ibadat, kebaktian-kebaktian tertentu, dapat digolongkan menjadi ibadatnya nafsu, perasaan, angan-angan, dan rahsa jati. (D1-4= dimensi, matra, dunia)
Sifat-sifat baik dari nafsu luamah dapat dikembangkan dengan latihan keterampilan untuk menguasai sifat-sifat buruknya adalah identik dengan ibadatnya nafsu. Adalah dengan mempraktikkan secara kasat-mata dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Tercermin tata-cara hidup dan tata-susila terhadap masyarakat (Pancasila) dan terhadap Tripurusa (Trisila) dalam suasana yang harmonis.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
D1 MAKROKOSMOS Dunia Luar [Alam Semesta]
==================lPancaindral============================ D2 Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia: Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 Pancasila: rela, sabar, narima, Mental NNaaffssuu jujur, budi luhur
PPeerraassaaaann EExxttrraavveerrssii
AAnnggaann--aannggaann AAkkuu IInnttrroovveerrssii
Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 TTrriippuurruussaa Roh Suci Spiritual Suksma Sejati Pusat Imateri Suksma Kawekas [Alam Sejati] ========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 249
antara yang diam, statis dan yang bergerak, dinamis. Di dalam kebaktian Suksma
Sedjati kepada Suksma Kawekas adalah diserahkannya kembali kebijaksanaan
dan kekuasaan kepada Empunya.
Menjadi Pemimpin dan Guru Sejati-nya umat manusia (teoretis) layak di-
sandang oleh manusia yang telah mencapai derajat Suksma Sejati. Pa-
nembahnya Suksma Sedjati kepada Suksma Kawekas, adalah diserahkan-
nya kembali Kebijaksanaan dan Kekuasaan yang telah dipinjamkan
kepada Pemiliknya, ialah Suksma Kawekas, Sumber Hidup itu sendiri..
Manusia yang telah mencapai derajat Suksma Sejati, menjadi Pemimpin
dan Guru Sejati-nya umat manusia. Ia adalah juga Pepadang terhadap semua
yang hidup, sampai akhirnya Ia, sebagai Suksma Kawekas, menyadari tiap
barang dan meliputi seluruh universum. Karena intensitas kebaktiannya maka
kebutuhan-kebutuhan organis seperti makan, minum, dan tidur sampai-sampai
tidak terasakan lagi. Di dalam titik akhir ini, yang dahulunya titik mula, Kehendak
telah lahir dari dirinya sendiri. Inilah Sumber Hidup yang memberi hidup kepada
semua yang hidup dan yang menciptakan materi untuk dijadikan wadah Hidup itu.
Jika kita kembali kepada struktur manusia sebagai makhluk rohaniah, dan
sentra-sentra vitalitas sebagai faktor-faktor pembentukannya. Maka berdasarkan
struktur itu, kita dapat juga menggolong-golongkan ibadat-ibadat, kebaktian
tertentu, menjadi ibadatnya nafsu, perasaan, angan-angan dan rahsa jati. Inilah
pembagian ibadat yang paling cocok buat manusia berdasarkan sifat tipologi
pribadi masing-masing.
Ibadatnya nafsu, adalah mengembangkan sifat-sifat baik luamah di
samping latihan pembiasaan menguasai sifat-sifat buruknya (dressuur).
Pelaksanaan praktisnya terdiri atas pengamalan peraturan tata-hidup dan tata-
susila terhadap masyarakat (Pancasila) dan terhadap Tripurusa (Trisila) dengan
250 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 7.3.3: Penyerahan Total Sang Aku Ketika subjeknya telah berubah menjadi objek, dunia luar sebagai problem sudah tidak berarti lagi. Problemnya adalah introspeksi diri kepada kehidupan dan kepada sentra-sentra vitalitasnya sendiri. Aktivitas dan perkembangan fungsi jelas masih ada dalam tahap perkembangan ini. Lambat-laun aktivitas dan perkembangan fungsi sentra-sentra vitalitas itu pun tidak menjadi problem lagi. Sampailah pada penyerahan total kepada matinya sang-Aku manakala telah tercapai tingkat heneng (diam), hening, dan menanti apa yang akan terjadi.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
♥
MAKROKOSMOS D1 Dunia Luar [Alam Semesta] Masyarakat
==================lPancaindral============================ D2 Manusia
Soma Dunia dalam MIKROKOSMOS Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Psike EExxttrraavveerrssii Pancasila: rela, sabar, narima, jujur, budi luhur
D3 Mental
AAnnggaann--aannggaann AAKKUU PPeerraassaaaann,, NNaaffssuu--nnaaffssuu
IInnttrroovveerrssii AAKKUU Trisila: sadar, percaya, taat AAKKUU AAKKUU
AAKKUU
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 TTrriippuurruussaa:: 33Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas TreFoil: TheSelf TheForce TheSource Pusat Imateri [Alam Sejati] Spiritual ========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 251
perilaku yang dapat ditangkap oleh pancaindera. Di samping latihan pembiasaan
menguasai luamah, manusia harus melatih diri dalam menggunakan asmara-sufi
(-laya), yaitu suatu pendekatan kombinasi kekuatan mutmainah (kuda putih) de-
Kemahiran mengendalikan kuda hitam-luamah, harus mahir pula me-
ngarahkan asmara-sufi (-laya)-nya, yaitu suatu kombinasi kekuatan
kuda putih-mutmainah dengan kuda kuning-sufiah. Keinginan bertung-
gal dengan Tripurusa harus diberi semangat, kekuatan, keuletan, dan
kemauan dari kuda merahnya nafsu amarah.
ngan sufiah (kuda kuning). Keinginan harus diarahkan kepada ingin bertunggal
dengan Tripurusa dan kemauan (amarah, kuda merah) harus memberi kekuatan,
keuletan ke arah itu.
Objek pemilihan aktivitas harus diubah. Orang masih membedakan
suruhan, anjuran dan larangan di dalam kehidupan sosial, membedakan baik dan
buruk, dosa dan bukan dosa, pantas dan tak pantas, dan sebagainya. Karena
ibadatnya nafsu kepada Tripurusa, lambat laun dicapai suatu derajat, di mana
nilai-nilai itu tidak berlaku lagi dan sikap hidup berubah dari mempersoalkan apa
yang diperbuat, menjadi mempersoalkan bagaimana orang berbuat. Tidak lagi
diperlukan pemilihan objek, yang menjadi problem hidup sekarang ialah
peneropongan dan penerangan terhadap subjek.
Subjeknya sekarang menjadi objek. Dalam tingkat ini, dunia luar sebagai
problem sudah tidak berarti lagi. Problemnya adalah memindahkan diri kepada
hidupnya sendiri dan kepada sentra-sentra vitalitasnya sendiri. Dalam tingkat
perkembangan ini masih ada aktivitas dan perkembangan fungsi. Tetapi
pelaksanaan fungsi ini pun lambat-laun tidak menjadi problem lagi. Maka
tercapailah tingkat heneng (diam), menanti apa yang akan datang, penyerahan
252 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Yang menarik pada foto ini adalah ”benda bersinar” lebih berat dari mata uang ”emas”
Foto 7.3.11: Timbangan Sebelum timbangan digunakan, lengan kanan dan kirinya berada sama tinggi berada pada posisi netral. Anak timbangan dipakai sebagai pengukur beratnya benda yang ditimbang. Ketika anak timbangan bergerak ke atas, akan ditambah begitu pula sebaliknya akan dikurangi sehingga penimbang dan yang ditimbang menjadi sama beratnya.
Ibadatnya perasaan berada dalam posisi sikap netral, yaitu berada tepat di titik tengah di antara semua keberpihakan yang berlawanan. Tidak ada menerima atau menolak, tidak ada penentuan nilai seperti indah dan jelek, baik dan buruk, tinggi dan rendah, pandai dan bodoh, susila dan asusila. Dalam teori ini, aktivitas perasaan (afektif) yang berlawanan baik itu positif maupun negatif, merupakan bentuk keterikatan dengan dunia sekitarnya, oleh karena itu dapat dianggap sebagai penderitaan. __________ http://fatkhuladhiatmadja.files.wordpress.com/2010/10/timbangan.jpg cited Nopember 30, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 253
kepada matinya sang-Aku. Tingkat selanjutnya adalah Pembebasan dari yang ma-
terial dan bersama dengan itu, peningkatan derajat beradanya sebagai manusia.
Upaya memiliki sikap netral, yang berada di tengah polaritas dan tata
nilai, adalah ibadatnya perasaan. Suatu ketika sampailah ia pada sikap
takacuh (adil) yang berderajat tinggi. Ia dapat berdiri di atas semua pe-
rubahan dan kefanaan kehidupan. Tercapainya pamudaran (pembeba-
san) adalah akhir dari penderitaan kehidupan ini.
Ibadatnya perasaan, berupa usaha untuk menciptakan iklim rohaniah
(netral) yang terletak di antara rasa positif dan rasa negatif. Rasa positif
mengandung sifat ingin tetap memiliki dan mendekatkan kepada dirinya apa yang
menjadi sebab rasa positif itu. Jika mungkin, orang ingin mengidentifikasikan
dirinya dengan penyebab itu. Rasa nega-tif bersifat menolak, mengabaikan dan
menjauhkan diri dari penyebab rasa negatif itu.
Sikap netral di dalam ibadatnya perasaan berada di titik tengah antara
semua polaritas kekuatan yang berlawanan. Tidak ada menerima atau menolak,
tidak ada penentuan nilai seperti indah dan jelek, baik dan buruk, tinggi dan
rendah, pandai dan bodoh, susila dan asusila. Dalam teori ini, perasaan (afektif)
baik yang positif maupun yang negatif, menunjukkan adanya ikatan dengan dunia
sekitarnya, dan karena itu dapat dianggap sebagai penderitaan. Melalui jalan
sikap netral ini, manusia sampai kepada sikap takacuh yang lebih tinggi
derajatnya, yang menunjukkan jalan kepada keadilan, karena ia telah dapat
berdiri di atas semua perubahan dan kefanaan kehidupan, yang lama kelamaan
akan membawa kepada pembebasan dari penderitaan di dunia ini.
Ibadatnya Angan-angan, harus terletak pada tingkat meleburnya
kedaulatan-Aku dengan jalan menyesuaikan berfungsinya angan-angan.
Menyadari adanya Kedaulatan-yang-Mutlak dan tak terganggu gugat, yang
membawahi sepenuhnya ke-daulatan-Aku. Pelaksanaannya dalam praktikum hi-
254 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Anak yang lucu dengan ’kacamata’ ini mungkin sedang berkhayal menjadi bintang
Foto 7.3.12: Anak Yang Berakting Bagaikan Bintang di Depan Kamera Menirukan perilaku orang-orang di sekitarnya seraya angan-angannya berkhayal secara bebas adalah dunia yang dimiliki anak-anak, sampai egonya berkembang menjadi dirinya sendiri. Sang-Akunya juga akan berkembang terus sesuai dengan pengalamannya menghadapi dunia luar dan introspeksinya ke dalam dirinya sendiri. Angan-angan merupakan refleksi dari TriAspect. Fungsi angan-angan dengan sendirinya hilang bersamaan dengan leburnya kedaulatan sang-Aku. Artinya di dalam kehidupan sehari-hari, angan-angan itu sudah tidak diperlukan lagi. Latihan untuk tidak menggunakan angan-angan itu terjadi dalam panembah dan berdoa. Aktivitas manusia ketika panembah adalah berlatih untuk membersihkan bayangan-bayangan di dalam benaknya. Fungsi membentuk bayangan-bayangan di dalam angan-angan dikuasai oleh cipta seba-gai refleksi dari Roh Suci, TheSelf. Selama manembah, kesadaran berkembang mengatasi fungsi angan-angan yang membentuk bayangan-bayangan ini. Refleksi Roh Suci dipanggil kembali oleh sumber asal refleksi itu, dengan sendirinya manusia akan hidup tanpa mempergunakan cipta, ini adalah sebuah keniscayaan.
__________ http://1.bp.blogspot.com/_woRE5BqIc9k/TOzoImG06iI/AAAAAAAAAQ0/78JdotYHK3I/s1600/tumblr_kyefpcuobI1qaqs8lo1_500.jpg cited December 4, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 255
dup sehari-hari berupa selalu ingat kepada Maha-kekuasaan Tripurusa, yang
menguasai universum berdasarkan hukum keadilan dan bahwa manusia itu
berada di dalam Maha-kekuasaan tersebut. Semua manusia mempunyai Roh Suci
Dalam praktikum ibadatnya angan-angan tersirat latihan untuk tidak
membentuk bayangan-bayangan di dalam pikirannya, berarti membebas-
kan tugas angan-angan, pada saat ini memang tidak diperlukan. Hilang-
nya fungsi angan-angan dapat diartikan sebagai leburnya sang-Aku,
karena sang Aku adalah kristalisasi dari angan-angan itu sendiri.
sehingga tiap manusia pada hakikatnya sama dengan manusia lainnya dan tidak
seorang pun yang mempunyai kedudukan dengan hak-hak yang lebih banyak
terhadap Suksma Kawekas dan Suksma Sejati.
Angan-angan adalah refleksi dari Tripurusa. Dengan leburnya kedaulatan
Aku, maka hilanglah pula fungsi angan-angan. Hal ini berarti bahwa di dalam
praktik, angan-angan itu tidak lagi dipergunakan. Latihan untuk tidak
menggunakan angan-angan itu terjadi dalam panembah, doa, sembahyang.
Manusia selama panembah melatih diri untuk tidak membentuk bayangan-
bayangan di dalam pikirannya.
Cipta sebagai refleksi Roh Suci adalah fungsi membentuk bayangan-
bayangan di dalam angan-angan. Selama manembah, kesadaran berkembang
mengatasi fungsi angan-angan yang selalu membentuk bayangan-bayangan ini.
Refleksi Roh Suci dipanggil kembali oleh sumber asal refleksi itu, atau dengan
kata-kata lain, manusia dapat hidup selanjutnya tanpa mempergunakan cipta.
Uraian di atas dapat juga digambarkan dengan cara lain, yaitu bahwa di
dalam proses pembebasan, yaitu bagian yang membentuk angan-angan
merupakan rintangan-rintangan yang harus ditundukkan. Di antara badan/jas-
mani dan Roh Suci berdiri cipta beserta pangaribawa sebagai refleksi dan senjata
256 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tampak Barack Obama Presiden AS sedang mengernyitkan keningnya dengan serius
Foto 7.3.13: Benarkah Barack Obama Berpandangan Visioner untuk Dunia Baru? Apakah Presiden AS yang masa kecilnya bermukim di Indonesia itu juga berangan-angan biasa, berkhayal bebas, atau berpandangan visioner berdasarkan logika untuk masa depan bangsanya? Apabila itu berupa prediksi-prediksi politik tertentu, dengan sendirinya sejarahlah yang akan mengkaji dan membuktikan kebenarannya.
Angan-angan manusia memang memiliki fungsi membentuk bayangan. Ini menyebabkan manusia melihat dunia dalam bentuk dan warna yang sesuai dengan bayangan-bayangan yang telah terbentuk padanya. Ia tentu saja ingin melihat hidup menurut prediksi dan anggapan-anggapannya yang khusus, sesuai dengan tradisi, dan prasangka-prasangkanya sendiri. Melatih diri menyingkirkan fungsi yang membentuk bayangan adalah upaya agar manusia terbebas dari ikatan yang material. Di dalam psike manusia, di antara badan/jasmani dan Roh Suci berdiri cipta beserta pangaribawa sebagai refleksi dan senjata bagi Roh Suci, yang harus dipergunakan untuk menguasai badan/jasmani. Uraian tersebut di atas dapat diartikan dengan cara lain, yaitu bahwa di dalam proses pembebasan, terdapat bagian yang membentuk angan-angan sekaligus merupakan rintangan-rintangan yang harus ditundukkan.
__________ http://static.republika.co.id/uploads/images/headline/presiden-as-barack-obama-_110519093451-110.jpg cited December 4, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 257
bagi Roh Suci, yang harus dipergunakannya untuk menguasai badan/jasmani. Di
antara Roh Suci dan Suksma Sejati ada nalar dengan prabawa, refleksi Suksma Se-
jati dan di antara Suksma Sejati dan Suksma Kawekas ada pangerti dan kamayan,
Kedaulatan sang-Aku, secara struktural berasal dari ciptanya manusia.
Cipta memperkuat kedaulatan dengan cara membentuk informasi khu-
sus. Agar sang Aku terbebas dari ikatan material, cipta harus bebas dari
pekerjaannya membentuk informasi (bayangan). Akhirnya kepemimpi-
nan sang Aku diambil alih oleh Roh Suci (Aku imateri).
refleksi Suksma Kawekas, yang harus dikuasai Suksma Sejati agar dapat sampai
kepada Suksma Kawekas.
Manusia yang mau terbebas dari ikatan kepada yang material, harus
melatih diri menyingkirkan fungsi membentuk bayangan. Fungsi membentuk
bayangan ini menye-babkan manusia melihat dunia dalam bentuk dan warna
yang sesuai dengan bayangan-bayangan yang telah terbentuk padanya. Ia mau
melihat Hidup menurut anggapan-anggapannya yang khusus, menurut ide-idenya,
tradisi, dan prasangka-prasangkanya yang khusus.
Tetapi Hidup itu tidak dapat ditangkap dalam salah satu bentuk yang
khusus. Oleh karena itu, manusia harus membebaskan diri dari prasangka-
prasangkanya, tradisi, dan anggapannya yang beku. Cipta bekerja dengan
memberi bentuk. Penggunaan cipta memperkuat kedaulatan manusia. Manusia
yang hidup di luar fungsi cipta, menerima apa yang dijumpai di dunia luar
sebagaimana adanya, tanpa memilih-milih. Karena si-kap ini maka lambat laun
lenyaplah kedaulatannya.
Manusia yang telah mencapai derajat Roh Suci mendapat giliran untuk
mengu-asai nalar dengan prabawanya. Mengemukakan problem-problem adalah
hasil kerja nalar. Soal-soal tentang bagaimana dan mengapa di dalam kehidupan
dan soal memilih garis hidup tertentu bagi dirinya ditinggalkannya. Manusia
258 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Pemanah ini sedang berlatih ketepatan membidikkan anak panahnya menuju ke titik sasaran
Foto 7.3.14: Latihan Menentukan Ke-tepat-an Sasaran Anak Panah Di dalam pertandingan memanah, posisi kejuaraan seorang pemanah ditentukan oleh kemahirannya menempatkan anak panah pada pusat sasaran. Untuk ini diperlukan latihan bertahap dan intensif dengan memusatkan seluruh kemampuan lahir dan batinnya. Posisi dirinya sendiri sebagai pemanah yang andal ditentukan oleh kemahirannya tersebut. Ketika Sang-Aku sudah tunduk di bawah kekuasaan Roh Suci, barulah ibadatnya pada po-sisi Ibadat Rahsa Jati. Pengetahuan ini sekadar membuka wawasan pengetahuan kita tentang tahapan, pendalaman maupun struktur di dalam jiwa. Walaupun diketahui bahwa manusia tidak memiliki satu titik imbang yang tetap di dalam kepribadiannya. Titik berat kesadarannya gelap-terang dan derajat eksistensinya tidak menetap. Sementara itu garis-garis perkembangan dan kaidah-kaidah yang menentukan secara generik tidak dapat ditebak. Oleh karena itu, manusia harus jeli menentukan posisi dirinya sendiri secara tepat. __________ http://cyberita.asia1.com.sg/mnt/media/image/launched/2010-09-01/BH_IMAGES_ANWRATNA.jpg cited December 4, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 259
menghindarkan diri dari hukum sebab akibat yang bernama Karma. Ia berusaha
agar tidak membuat Karma, walaupun ia tahu bagaimana caranya hidup senang,
ditinjau dari segi material.
Manusia pasti tahu caranya hidup bersenang-senang, tetapi dapat saja
sekiranya ia mau menghindarkan diri dari hukum sebab-akibat yang
bernama Karma. Meniti tangga untuk memiliki sifat budi luhur pada
dasarnya akan membebaskan manusia dari bekerjanya hukum Karma.
Jika ia bertunggal dengan Suksma Sejati, maka ia akan berdiri di luar Karma.
Apa pun yang dikerjakan, baik atau tidak baik di mata orang lain, tidak menim-
bulkan Karma. Ia telah kembali kepada eksistensinya yang lebih tinggi, kolektif
dan abadi.
Di dalam pemindahan dari Suksma Sejati ke Suksma Kawekas, pangerti
harus dikuasai. Fungsi manusia menjadi Pemimpin dan Guru Sejati, sebagai
Pepadang dunia, ditinggalkan untuk kembali kepada Eksistensi-asal. Adalah
Eksistensi di mana pada awalnya belum terlahir Ide dan Kebijaksanaan, Eksistensi
yang paling awal, TheSource.
Ibadat Rahsa Jati, adalah ibadatnya manusia yang telah mencapai derajat
Roh Suci. Kebaktian Roh Suci ini telah diuraikan pada tulisan di atas. Semua
tahap-tahap ini, baik ditinjau secara hierarki maupun struktural, hanyalah
sekadar orientasi bagi sikap rasional kita. Kepribadian manusia tidak mempunyai
satu titik imbang yang tetap. Titik beratnya naik-turun dan derajat eksistensinya
berubah-ubah. Oleh karena itu, tidak dapat ditentukan garis-garis perkembangan
dan peraturan-peraturan yang pasti. Masing-masing harus menentukan bagi
dirinya.
Melalui mawas diri dengan membandingkan dirinya dengan candra-ideal ia
harus sampai pada kesimpulan apa yang paling baik bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan penilai-an yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah (mawas
diri). Dengan demikian, tetap terbukalah jalan bagi tiap manusia, lepas dari sifat
tipologis masing-masing, untuk mencapai pembebasannya.
260 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Pengantin pria sedang menolong orang-orang yang tenggelam, suatu perbuatan yang amat mulia
Foto 7.4.1: Pengantin Pria Sedang Menolong Korban Tenggelam di Sungai Ketika sedang merayakan pernikahannya, seorang pengantin pria malah menolong orang-orang yang tenggelam. (Serial) foto dokumenter tersebut mengisahkan suatu rombongan pengantin yang sedang menolong dua korban tenggelam di sungai. Korban pertama sedang tengkurap, kedua dari kanan foto tersebut di atas. Serial foto diakhiri dengan foto perjalanan rombongan dengan pakaian “kusut” pada pengantin prianya.
Kasih sayang kepada sesama manusia adalah terjemahan terbaik dari arti kata Budi darma yang diungkapkan dalam bentuk murah hati dan suka menolong. Kesulitan orang di sekitarnya akan ditolong oleh orang yang mengedepankan sikap budi darma, sebagai saran yang tepat untuk membersihkan dan menyucikan dirinya. Budi darma akan menghasilkan perasaan-perasaan yang suci-murni sehingga membuat ibadatnya benar-benar bermanfaat. Penyucian ini memperkuat kepercayaan dan tujuan penyucian diri melalui budi darma ialah agar proses pembebasan tetap berjalan sesuai dengan in-trospeksinya.
__________ http://1.bp.blogspot.com/_a2Ac_i7cQNk/S76xfXJvdTI/AAAAAAAAW5U/jtNLVRYkvts/s1600/6.jpg cited December 4, 2011. http://nonude-butcute.blogspot.com/2010/04/groom-rescuer.html cited December 4, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 261
Masing-masing mempunyai harapan dan kemungkinannya sendiri-sendiri.
Tidak ada jalan lebih dekat atau lebih jauh. Jalan yang terdekat ditentukan oleh
kesediaan mengorbankan Aku-nya kepada yang A-pribadi.
Sesungguhnya sudah terbuka keniscayaan bagi tiap manusia, sesuai de-
ngan karakternya masing-masing dalam mencapai pembebasan-nya.
Berdasarkan harapan dan kemungkinannya sendiri-sendiri. Jalan
pintas-nya adalah kesediaan mengorbankan sang-Aku kepada Tripurusa.
7.4 ANAK TANGGA-3.
Murah hati dan suka menolong atas dasar cinta kasih sesama manusia
adalah terjemahan terbaik dari arti Budi Darma. Budi darma adalah sifat manusia
yang suka menolong orang di dekatnya dari kesulitannya. Budi darma, adalah
cara yang tepat bagi manusia untuk menyucikan diri. Hanya perasaan-perasaan
murni yang dihasilkan dengan budi darma dapat membuat ibadat bermanfaat.
Tujuan penyucian diri melalui budi darma ialah agar proses pembebasan tetap
berjalan. Penyucian ini memperkuat keper-cayaan.
Perasaan harus selalu dijaga kesuciannya, karena kesucian itulah yang
seakan-akan mendukung janji kepada Tripurusa. Hanya di dalam perasaan yang
suci, maka jujur dan cinta kebenaran dapat berkembang, yang menyebabkan
manusia ketika menilai (membedakan, menimbang) sesuatu, mempunyai daya
membedakan dengan tajam, tidak dikeruhkan oleh hasrat-hasrat yang mengabdi
kepada pamrihnya sendiri.
Membantu sesama manusia bukanlah monopoli golongan orang kaya, dan
menerima bantuan tidaklah terbatas pada golongan orang miskin. Sebab, budi
darma tidak hanya dalam bentuk uang atau barang, tetapi dapat juga dalam
bentuk tenaga dan nasihat. Orang miskin pun dapat memberikan darma.
262 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Traktor penarik pesawat terbang menggendong roda depannya
Foto 7.4.2: Si Kecil Menggendong Si Gede Pesawat terbang memang untuk digunakan di udara, sedangkan berjalan di tanah bukan tugas utamanya, jauh lebih ekonomis jika memanfaatkan truk penarik untuk memindah-mindahkan dirinya. Meskipun kendaraan penarik ini kecil, tetapi kecil-kecil cabe rawit. Sebuah kendaraan Aircraft Tow Tractor, sanggup menarik Airbus A380, yang beratnya mencapai 600 ton. Pada Aircraft Tow Tractor modern, batang yang menghubungkan kendaraan dan nose gear pesawat telah ditiadakan, sehingga mendapat nama baru tow-barless tractor (TLT). Towbarless tractor, menggendong roda depan pesawat dan memindahkan pesawat sesuai dengan posisi yang telah ditetapkan. Pengertian budi darma tidak mempermasalahkan apakah yang kuat harus memberikan darmanya. Sering yang lemah dapat memberikan sesuatu yang lain, untuk si kuat. Misalnya mengusir ular yang nyaris menggigit si kuat. Berapa besar jumlah yang akan didarmakan harus ditentukan sendiri berdasarkan kemampuan masing-masing. Sifat pertolongannya itu tergantung dari situasinya. Apa yang lebih daripada tingkat hidup yang layak, dapat didarmakan. Orang kaya dapat memberikan harta benda, orang yang berpengetahuan dapat memberi nasehat, orang yang kuat jasmaninya dapat membantu dengan tenaga. Dengan pengertian bahwa yang menolong tidak boleh terganggu di dalam kewajiban-kewajiban sosialnya karena pertolongannya itu tadi. __________ http://mimpipribumi.files.wordpress.com/2010/04/5-heavy-towing-jobs-1.jpg?w=400&h=300 cited December 4, 2011. http://mimpipribumi.files.wordpress.com/2010/04/5-heavy-towing-jobs-1.jpg?w=630 cited December 4, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 263
Tiap manusia dapat berada dalam suatu situasi di mana ia memerlukan
bantuan. Entah dalam bentuk apa dan dari siapa. Darma harus sesuai dengan ke-
butuhan yang diperlukan, dan tidak melebihi kekuatan yang membantu. Dengan
Perasaan harus selalu dijaga kesuciannya, untuk mengembangkan
kejujuran, cinta kebenaran, dan tanpa pamrih. Budi darma adalah
sarana yang tepat untuk menjaga kesucian itu yang seakan-akan
mendukung janji kepada Tripurusa.
pengertian bahwa yang menolong tidak boleh terganggu di dalam kewajiban-
kewajiban sosialnya karena pertolongan itu tadi.
Berapa besar jumlah yang akan didarmakan harus ditentukan sendiri
berdasarkan kemampuan masing-masing. Juga sifat pertolongannya itu
tergantung dari situasinya. Apa yang lebih daripada kebutuhannya sendiri
menurut tingkat hidup yang layak, dapat didarmakan. Orang kaya dapat
memberikan harta benda, orang yang berpengetahuan dapat memberi nasihat,
orang yang kuat jasmaninya dapat membantu dengan tenaga.
Tetapi kalau orang tidak mengenal narima, merasa cukup puas atas apa
yang dimilikinya, menerima kenyataan bahwa dirinya mampu untuk berbudi
darma. Ia tidak dapat sampai kepada perasaan, bahwa ia telah memiliki cukup
untuk dirinya dan keluarganya. Oleh karena itu, perasaannya tidak mampu
menampung hakikat kejujuran dan kepercayaan, walaupun ia mempunyai niat
untuk menggali dan mendapatkan hakikat itu. Sebab itu, ia tidak akan sampai
kepada ibadat yang tepat, karena perasaannya tidak suci, dan karena ia tidak
menyucikan dirinya. Darma yang masih didorong oleh paksaan peraturan, tidak
timbul dari hati sanubarinya sendiri, belumlah sempurna, walaupun darma itu
sangat bermanfaat dan terpuji.
Sifat-sifat Tripurusa harus selalu diingat-ingat manusia, untuk dijadikan
pedoman dalam pembentukan wataknya, sehingga menjadi bagian dari kata hati
kita, yang menunjukkan jalan dan mendorong kita untuk menyucikan diri.
Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan darma adalah sekadar untuk
bantuan dan pegangan bagi manusia untuk melaksanakannya, sampai ia tidak
264 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ibu Theresa sedang menyuapi anak asuhnya yang lemah dan sakit, dengan penuh kasih sayang
Foto 7.5.1: Dunia Telah Menghormati Si Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 1979 Hari ulang tahun Agnes Gonxha Bojaxhiu (ibu Theresa) yang keseratus telah dirayakan pada 27 Agustus 2010, alasannya dalam membantu kaum papa adalah “Mereka harus dibutuhkan dan dicintai”. Keteguhannya ini pernah diperlihatkan kepada dunia, saat dia harus dijamu makan oleh panitia Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1979. Dia menolak jamuan tradisional untuk menghormati setiap penerima Nobel. Akhirnya jamuan bernilai 65 juta rupiah itu ditiadakan dan biayanya diberikan kepada fakir miskin. Sejak itu Ibu Teresa namanya harum mendunia dan dia mendapat jalinan persahabatan dengan tokoh-tokoh global, yang dulunya tak memperhatikan hasil kerjanya.
Contoh di atas menunjukkan bahwa budi darma kepada orang lain bukan sekadar perbu-tan untuk memenuhi tata-cara belaka. Justru terasa merupakan pengamalan yang sungguh-sungguh dari cinta kasihnya kepada sesama umat manusia. Agar manusia dapat mengerti dan mengalami sifat tunggal dan takterbagi-bagi dari Hidup. Perhatikan, memberi bantuan dengan pamrih apa pun, walaupun rapi tersembunyi seperti mencari nama, agar masyhur atau agar mendapatkan balas budi, adalah belum sesuai dengan kehendak TheSource.
_________ http://baltyra.com/wp-content/uploads/2010/08/Menyuapi-anak-anaknya.jpg cited December 4, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 265
memerlukan lagi akan peraturan-peraturan yang membatasinya. Karena sudah
tahu arah yang harus ditempuh, bertunggal dengan Asal-mula Hidup melalui
penyucian diri.
Budi darma orang lain yang keluar dari hati sucinya wajib diterima,
sekiranya tidak bermasalah di kemudian hari. Lebih utama jika dapat
diteruskan untuk mereka yang lebih membutuhkan. Belum sempurna
darma seseorang jika masih dipaksa oleh peraturan yang ada walaupun
terpuji dan bermanfaat.
Memberi bantuan tanpa pamrih apa pun, seperti mencari nama, agar
masyhur atau agar mendapat balas budi, adalah sesuai dengan kehendak Suksma
Kawekas. Pemberian orang yang keluar dari hati sucinya wajib diterima, jika
pemberian itu tidak akan menimbulkan kesulitan. Jika barang itu dianggap lebih
bermanfaat bagi orang lain, maka lebih utamalah jika barang itu kemudian
diteruskan kepadanya.
Memberi pertolongan kepada orang lain ini hendaknya jangan sekadar
perbuatan untuk memenuhi tata cara belaka, tetapi harus merupakan
pengamalan yang sungguh-sungguh dari cinta kasih kepada sesama manusia,
agar manusia dapat mengerti dan mengalami sifat tunggal dan takterbagi-bagi
dari Hidup, dan dengan begitu menyaksikan paugeran, syahadat dengan sungguh-
sungguh.
7.5 ANAK TANGGA-4
Karena di dalam badan/jasmani itu terdapat nafsu-nafsu, yang karena
kodratnya bergerak ke arah yang buruk, maka manusia wajib insyaf untuk tidak
membiarkan nafsu-nafsu ini tak terkendali. Tapa Brata adalah upaya
pengendalian hawa nafsu. Semua nafsu, yang baik maupun yang buruk adalah
tenaga badan/jasmani, yang memberi kemampuan kepada badan/jasmani untuk
melaksanakan perintah-perintah Roh Suci dalam rangka kehendak Suksma
Kawekas. Serta untuk mencapai apa-apa yang kita inginkan secara pribadi.
Karena itu orang tidak boleh mengabaikan badan/jasmani kasarnya, sebaliknya,
badan jasmanai kasar harus dipelihara selayaknya.
266 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Waduk raksasa sebagai sumber listrik tenaga air memanfaatkan aliran Sungai Yangtze.
Foto 7.5.2: Waduk Terbesar di Dunia terdapat di Provinsi Hubei, China Dengan mengendalikan aliran Sungai Yangtze waduk Tri Gorges ini menjadi waduk terbesar di dunia. Aliran sungai dipotong di kota Sandouping, yang terletak di Yiling distrik Yichang, provinsi Hubei, China. Dibangun awal Mei 2006 selesai 30 Oktober 2008. Waduk ini memiliki 32 generator utama dengan kapasitas terpasang 700 MW, dapat ditingkatkan menjadi 22.500 MW.
Jika diumpamakan jalannya sungai, maka angan-angan adalah airnya. Angan-anganlah yang mengendalikan nafsu, bukan sebaliknya. Manusia dapat membendung sungai menjadi waduk, dan mengalirkan melalui jalannya yang baru (untuk menggerakkan generator listrik) yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan selaras dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa. Awalnya, air mengalir begitu saja dari gunung yang mengalir deras ke lembah dan memilih jalannya berdasarkan ketinggian tanah yang ada, membentuk jalan air yang mengalir ke bawah.
Dengan selalu berpikir mengikuti arah pemikiran tertentu, adalah upaya angan-angan untuk mengubah jalannya nafsu. Upaya yang sulit ini sering terganggu oleh perasaan yang negatif. Perlu kesabaran agar perasaan menjadi positif, serta penekanan arah pemikirannya agar lebif intensif sehingga nafsu menjadi terkendali. Kebiasaan yang telah berubah menjadi baik ini adalah aspek kodrati yang kedua. __________ http://www.imagegossips.com/wp-content/uploads/2010/12/three-gorges-dam.jpg cited December 4, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 267
Angan-anganlah yang mengendalikan nafsu. Jika itu diumpamakan jalannya
sungai, maka angan-angan adalah airnya. Manusia dapat membendung sungai,
dan tidak membiarkan airnya mengalir melalui jalannya yang alamiah, tetapi me-
Nafsu-nafsu yang baik dan yang buruk adalah kekuatan jasmani, bersi-
fat asadar. Pengendaliannya melalui angan-angan karena sifatnya yang
sadar dan kemampuannya besar sekali. Karena itu, orang harus mulai
mengatur pikirannya dan menujukkannya ke arah tertentu, yaitu ke
arah sifat-sifat Tripurusa.
ngalirkan melalui jalannya yang baru yang bermanfaat bagi kesejahteraan dan
selaras dengan kehendak TheSource, Suksma Kawekas. Pada mulanya, jalan air
itu juga terjadi karena ’pilihan’ air yang mengalir seperti air di gunung yang
mengalir deras ke lembah dan memilih jalannya berdasarkan keadaan tanahnya
yang ada, menurut jalan air yang wajar.
Angan-angan mengubah jalannya nafsu dengan selalu berpikir menurut
jalan dan arah pemikiran tertentu. Cara ini pada awalnya tentu sulit dilaksanakan
dan sering disertai dengan perasaan negatif. Perasaan ini lambat-laun menjadi
positif, begitu juga arah dan suasana pemikirannya menjadi lebih dalam bekasnya
dan nafsu menjadi terkendali. Kebiasaan telah menjadi kodrati kedua.
Pembentukan dan perubahan watak dimulai pada angan-angan. Karena itu,
orang harus mualai menyensor pikirannya dan menujukannya ke arah tertentu,
yaitu ke arah sifat-sifat Tripurusa. Kemauan yang bersumber pada nafsu disebut
karep, sedangkan kehendak Tripurusa disebut Karsa. Timbulnya Karsa tidak
terikat oleh syarat apa pun. Karep selalu disertai dan diikuti oleh bayangan atau
pengertian di dalam angan-angan.
268 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 7.5.1: Kemauan Nafsu (Karep) dan Kehendak Tuhan (Karsa) Kemauan yang bersumber pada nafsu disebut karep, sedangkan kehendak Tripurusa disebut Karsa. Timbulnya Karsa tidak terikat oleh syarat apa pun. Karep selalu disertai dan diikuti oleh bayangan atau pengertian di dalam angan-angan. Pengendalian nafsu hanya berlaku bagi nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran Suksma Sejati. Nafsu sufiah harus dilatih mengingini hal-hal yang baik. Kalau praktikum ini dirasakan sangat sulit, kemungkinannya adalah kebiasaan-kebiasaan buruk telah membekas terlalu dalam, maka pengendaliannya harus dipermudah dengan cara mengurangi makan, minum, tidur dan nafsu syahwat.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012.
MAKROKOSMOS Dunia Luar
=================lPancaindral============================= Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia: Body
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - NNaaffssuu
PPeerraassaaaann AAkkuu AAnnggaann--aannggaann Mind
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Pusat Imateri TTrriippuurruussaa Alam Sejati Spirit
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 269
Pengendalian nafsu hanya berlaku bagi nafsu yang tidak sesuai dengan
ajaran Suksma Sejati. Nafsu sufiah harus dilatih mengingini hal-hal yang baik.
Kalau praktikum ini dirasakan sangat sulit, kemungkinannya adalah kebiasaan-
Kebutuhan-kebutuhan hidup dapat dikurangi secukupnya secara berta-
hap agar dalam upaya pengendalian hawa nafsu tidak merugikan kese-
hatan badan. Tapabrata sesuai dengan kualitasnya merupakan cara
untuk mencapai tujuan, bukan menjadi tujuan itu sendiri.
kebiasaan buruk telah membekas terlalu dalam. Pengendaliannya harus diper-
mudah dengan cara mengurangi makan, minum, tidur dan nafsu syahwat.
Pengurangan kebutuhan-kebutuhan hidup itu hanya sebanyak yang
diperlukan saja dan untuk diingat betul-betul agar dalam upaya pengendalian
hawa nafsu ini tidak sampai merugikan kesehatan badan. Sebab badan justru
bertugas untuk membawa manusia kepada tujuannya. Jadi, puasa, tapabrata
(dalam kualitas apa pun) selalu merupakan cara untuk mencapai tujuan. Karena
itu tidak boleh menjadi upacara saja, dan tidak boleh pula menjadi tujuan pokok,
sehingga orang berpuasa sekadar berpuasa.
Tapabrata adalah senjata yang ampuh untuk melepaskan ikatan kepada
yang material, asal dilakukan dengan tepat. Ukuran ini ditentukan dengan
kebijaksanaan, yang diperoleh karena melaksanakan Trisila dengan cermat.
Tapabrata dalam bentuk apa pun belumlah berdayaguna sepenuhnya, jika ia
masih terikat peraturan. Tapabrata harus timbul dari kebutuhan batiniah, tanpa
disertai oleh harapan duniawiah dalam bentuk apa pun, seperti umpamanya
kekuasaan, kekayaan, kehormatan, kewibawaan, dan kesaktian.
270 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tampak seorang wanita sedang meditasi di atas batuan di suatu goa di tepi laut
Foto 7.6.1 : Meditasi di Tempat yang Sunyi, Sepi, dan Sendiri Meditasi dalam foto di atas menunjukkan adanya suatu cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Mengheningkan ciptanya melalui posisi tubuh tertentu yang dibantu oleh suasana lingkungan yang tenang dan damai. Biasanya membatinkan satu suku kata atau rangkaian kata-kata yang diucapkannya secara berulang-ulang sampai tercapai suasana batin tertentu. Tujuannya antara lain mendapatkan pencerahan-Nya. Dipandang dari sudut kebersamaan hidup, tidak ada artinya untuk mengundurkan diri ke tempat yang sunyi dan bertapa menyendiri di sana, berhari-hari bahkan berminggu-minggu lamanya. Apalagi sengaja memisahkan dan menghindarkan diri dari kewajiban untuk saling membantu di antara umat manusia. Bersama-sama mencari jalan untuk suatu bentuk kebersamaan hidup, yang berjiwa saling mengerti dan saling memahami satu dengan lainnya adalah salah satu model praktikum empati yang sesungguhnya. Mendekatkan diri kepada-Nya dapat dilakukan kapan dan di mana saja tanpa meninggalkan kehidupan bermasyarakat dalam waktu yang lama.
__________ http://www.howforge.com/files/meditate.jpg cited December 3, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 271
Tidak ada artinya untuk mengundurkan diri ke tempat yang sunyi dan
bertapa di sana, untuk memisahkan diri dan menghindarkan diri dari kewajiban
untuk membantu umat manusia. Bersama sama mencari jalan untuk suatu ben-
Watak rela, sabar, narima, dan jujur, ketika telah menjadi iklim jiwa
manusia budi luhur, serta telah mengamalkan makna sesungguhnya
paugeran. Akhirnya refleksi ditarik kembali, maka terikatnya kesada-
ran Tripurusa pada badan/jasmani dilepaskan. Manusia cenderung
melepaskan diri dari yang bersifat material.
tuk hidup bermasyarakat, yang berjiwa saling mengerti dan saling memahami
satu dengan lainnya. Inilah salah satu bentuk kebersamaan dalam salah satu
model praktikum empati yang sesungguhnya.
7.6 ANAK TANGGA-5
Derajat kejiwaan yang titik berat kesadarannya di Rahsa Jati, TheGate,
adalah awal dari Budi Luhur. Pada derajat ini terdapat iklim kejiwaan (psikis), di
mana manusia telah menguasai sifat-sifat watak sabar, rela, narima, dan jujur,
serta telah memahami intisari dan mengamalkan makna paugeran, syahadat,
kredo. Kebaktian, ibadat menjadi bagian hidupnya dan kepada dunia luar terlihat
sikapnya yang adil dan penuh kasih-sayang. Tidak membeda-bedakan pribadi
yang satu dari yang lain. Inilah model manusia yang sudah mencapai ANAK
TANGGA terakhir untuk bertunggal dengan Suksma Sejati, TheForce.
Angan-angannya sudah tidak diperlukan lagi untuk menguasai jasmaninya.
Pemindahan titik berat kesadaran ke Tripurusa terjadi karena refleksi ditarik
kembali, sehingga pegangannya pada badan/jasmani (kasar dan halus termasuk
angan-angannya) dilepaskan. Ini tidak berarti badan/jasmani lalu diabaikan. Ini
hanya diartikan bahwa manusia melepaskan diri dari kecenderungannya untuk
mengikatkan diri kepada yang material.
272 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Teleskop ruang angkasa Hubble milik NASA difoto 31 Oktober 2006, ketika berada di orbitnya
Foto 7.6.2: Teropong Ruang Angkasa Hubble Teropong ruang angkasa Huble adalah rekayasa manusia untuk mempelajari lebih dekat benda-benda di angkasa luar milik National Aeronautical Space Administration (NASA) Amerika Serikat. Misalnya tentang kelahiran sebuah bintang serta kematiannya bintang-bintang yang lain di Lubang Hitam (The Black Hole). Jika diteropong terjadinya Roh Suci, maka hakikatnya adalah pengorbanan diri dari Suksma Kawekas, suatu bentuk kasih sayang yang tiada tara. Seluruh gambaran proses pembebasan secara menyeluruh dikuasai oleh Pengorbanan Diri. Dimulai dengan pe-ngorbanan kesadaran Aku yang material sampai kepada penyerahan diri sepenuhnya dari Suksma Sejati kepada Suksma Kawekas. Pengorbanan mutlak ini adalah sesuatu yang imanen yang mengatasi segala pengertian kita. Oleh karena itu, derajat budi luhur yang hanya dapat dicapai sesudah manusia melaksanakan dengan sempurna Trisila, Pancasila, dan peraturan-peraturan pelaksanaannya adalah juga sesuatu yang berada di atas setiap rasionalisasi.
___________ http://www2.pictures.gi.zimbio.com/NASA+Repair+Hubble+Space+Telescope+FUph_yMlhtvl.jpg cited December 3, 2011. http://1.bp.blogspot.com/_9wyz5r2hpAE/TP4tb4nZhPI/AAAAAAAAAnk/VpCJWNkXHos/s400/A.JPG cited December 3, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 273
Berfungsinya angan-angan dapat juga diinterpretasikan sebagai petunjuk
adanya kecenderungan mengikat (afinitas) kepada keduniawian. Jika angan-
angannya lenyap, maka tiada sesuatu lagi yang merintangi manusia bertunggal.
Pengertian tentang pengorbanan mutlak sangat mendalam sehingga
mengatasi segala pengertian kita. Karena derajat budi luhur (anak tang-
ga terakhir) yang hanya dapat dicapai sesudah manusia melaksanakan
Trisila dan Pancasila dengan sempurna, maka ia juga memiliki makna
yang berada diatas pemikiran kita.
Tinggal tergantung dari kehendak Suksma Kawekas, kapan itu akan terjadi. Soal
bertunggal ini dapat juga dilihat dari titik pangkal berjalan kembalinya Tritunggal,
yaitu Tripurusa menjadi Dwitunggal (Suksma Kawekas-Suksma Sejati) dan
akhirnya menjadi Yang Maha Tunggal (Suksma Kawekas). Manusia yang tidak
dipengaruhi (lagi) oleh adanya angan-angan dan nafsu, mencapai sifat-sifat
Suksma Sejati, adalah batas akhir dari evolusi jiwa manusia.
Jika diteropong terjadinya Roh Suci, maka hakikatnya adalah pengorbanan
diri dari Suksma Kawekas. Pengorbanan diri ini menguasai seluruh gambaran
proses pem-bebasan, mulai dengan pengorbanan kesadaran Aku yang material
sampai kepada penye-rahan diri sepenuhnya dari Suksma Sejati kepada Suksma
Kawekas. Pengorbanan mutlak ini adalah sesuatu yang imanen yang mengatasi
segala pengertian kita. Oleh karena itu, derajat budi luhur yang hanya dapat
dicapai sesudah manusia melaksanakan dengan sempurna Trisila, Pancasila, dan
peraturan-peraturan pelaksanaannya, adalah juga sesuatu yang berada di atas
setiap rasionalisasi.
Taat adalah awal mula ke-jujur-an (temen). Jujur membantu kepada sifat
narima (syukur, tawakal, puas), narima menyebabkan sabar. Sabar mengantar-
kan manusia kepada rela (rela, ikhlas). Jika tingkat rela dalam praktikumnya
sehari-hari sudah mendarah-daging, barulah kita dapat memasuki, menduduki
derajat budi luhur.
274 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Foto 8.1.1: Grup Musik DEWA 19 Telah Sukses Berkarir Selama 25 Tahun DEWA 19 adalah sebuah grup musik dengan rata-rata usia personelnya 19 tahun. Diben-tuk pada tahun 1986 oleh empat orang siswa SMP Negeri 6 Surabaya. Nama DEWA merupakan akronim dari nama mereka berempat: Dhani Ahmad (keyboard, vokal), Erwin Prasetya (bass), Wawan Juniarso (drum) dan Andra Junaidi (gitar). Grup ini telah beberapa kali mengalami pergantian personel dan nama. Setelah hijrah ke Jakarta, grup ini telah meraih kesuksesan sepanjang dekade 1990-an dan 2000-an melalui serangkaian lagu-lagu bergenre rock dan pop. Pada tahun 2008, majalah Rolling Stone memasukan DEWA 19 ke dalam "The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa". Ahmad Dhani menjadi salah satu artis dalam daftar tersebut. Pada awal tahun 2011, Ahmad Dhani menyatakan bahwa band DEWA itu adalah band nostalgia dan resmi bubar setelah sukses berkarir selama 25 tahun. Dewa sebagai makhluk halus juga hidup berkelompok, membentuk masyarakatnya yang bertingkat ada yang baik dan buruk perangainya bahkan ada yang mengikuti petunjuk nabi. Mereka dapat mempengaruhi manusia dengan kekuasaannya meskipun manusia potensial melebihi kekuasaan mereka yaitu bila selalu mendekat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Batas waktu hidupnya berakhir ketika kekuasaannya habis terpakai.
__________
http://fafaisal.student.umm.ac.id/files/2010/07/dewa_19.jpg cited April 30, 2012 http://id.wikipedia.org/wiki/Dewa_19 cited April 30, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 275
BAB VIII
MAKHLUK HALUS
8.1 PENDAHULUAN Dalam candra universal Indonesia ini, makrokosmos mempunyai empat
unsur yang mendasarinya yaitu 1) suasana, 2) api, 3) air dan 4) tanah, Unsur-unsur
Di dalam Candra Jiwa Indonesia Dewa dijelaskan sebagai makhluk
Tuhan yang badan/jasmani kasarnya berunsur api, tidak kasat mata
(makhluk halus). Makhluk ini memiliki kekuasaan yang dapat mempe-
ngaruhi manusia kearah yang melenceng, menjauhi sumber dan tujuan
hidupnya yang hakiki sehingga menutup jalan menuju ke sorga-Nya.
tersebut membentuk badan/jasmani kasar dan jasmani halusnya makhluk-
makhluk Tuhan yang menjadi penghuninya. Penghuni makrokosmos tersebut
adalah manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan dewa. Manusia badan/jasmani
kasarnya lengkap memiliki keempat unsur tersebut, hewan memiliki tiga unsur,
tumbuh-tumbuhan memiliki dua unsur dan dewa memiliki satu unsur yaitu api.
Dewa atau dewata di dalam Candra Jiwa Indonesia dimaksudkan sebagai
makhluk Tuhan, ciptaannya yang unik, halus tidak kasat mata, memiliki kekuasaan
yang besar, sementara. Makhluk hidup yang halus ini dapat memengaruhi
manusia terutama kearah yang melenceng dan menjauhkan diri dari tujuan hidup
yang hakiki. Oleh karena itu bab ini diberi judul Makhluk Halus yang
berkesadaran, keberadaannya di antara manusia dan binatang.
Sebuah kata “Dewa” sering digunakan sebagai nama orang, istilah
kelompok manusia dengan kasta tertentu, nama grup kesenian musik (band)
dengan makna-makna khusus untuk itu. Bahkan kata Dewa tersebut dengan arti
khusus di dunia pewayangan maupun religi tertentu juga dipakai untuk
menjelaskan tentang beberapa sifat-sifat dari Tuhan Yang Maha Esa. Dalam
Candra Jiwa Indonesia dewa dimaksudkan sebagai makhluk Tuhan yang
berbadan/jasmani kasarnya tidak kasat mata (halus) dimaksudkan sebagai
makhluk halus.
276 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bagan Transenden 8.2.1: Dewa Hidup di Lingkungan yang Berunsur Api
Dewa yang dimaksudkan adalah ciptaan Tuhan sebangsa makhluk halus jin, setan, peri atau hantu yang badannya terdiri atas unsur api dan mereka hidup juga di mana ada unsur api. Menurut Candra manusia Indonesia universum terdiri atas bagian materi-kasar dan materi-halus. Bagian materi-kasar disebut bumi, bagian materi-halus disebut sebagai langit masing-masing bersaf tujuh.
Dewa dapat bertempat tinggal di mana-mana sebab anasir api juga terdapat di mana-mana. Unsur tersebut merembes dan menerobos bumi dan langit, seperti juga halnya dengan anasir-anasir yang lain.
Dewa atau dewata mempunyai kepribadian ego. Kesadaran ego berasal dari kemayan atau maya, yang sama dengan kemayan jasmani manusia. TheSelf (Roh Suci) sebagai bagian esensinya seperti pada manusia tidak dipunyai Dewa. TheForce (Suksma Sejati) sebagai Penuntun Sejati untuk mendampinginya juga tidak diberikan kepadanya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Manusia, Hewan, Mineral, DEWA, dan Tumbuh-tumbuhan
=============l Pancaindra l==============================
Dewa
Unsur Api Jasmani Kasar= FISIK
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - -
SADAR Jasmani Halus, Jiwa= MENTAL
Kemayan
-----------------------l Rahsa Jati l------------------------------------------------ Alam Sejati (Pusat Imaterial) =======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 277
8.2 DEWA
Tentang dewata atau dewa ditulis oleh Soenarto dan kawan-kawan dalam
buku Gumelaring Dumadi (Terciptanya Alam Semesta) dan buku Tunggal Sabda
Dewa adalah makhluk Tuhan, yang posisinya di antara manusia dan
hewan. Jasmani kasarnya terdiri atas unsur api, tidak memiliki bentuk
yang tetap, tidak dapat sakit, putus atau dipotong-potong. Mereka
hidup di mana ada unsur api (di udara, di air, dan di tanah).
(Sabda yang Sama). Intisari tulisan ini sebagian besar diambil dari kedua buku
tersebut.
Dewata atau dewa adalah makhluk Suksma Kawekas, yang berada di antara
manusia dan hewan. Badannya terdiri atas unsur api dan mereka hidup juga di
mana ada unsur api. Menurut Candra manusia Indonesia ini, universum terdiri
atas bagian materi-kasar dan materi-halus. Bagian materi-kasar disebut bumi,
seperti juga pada manusia terdiri juga atas tujuh saf.
Demikian juga bagian materi halus, bersaf tujuh dan disebut sebagai langit.
Saf-saf ini, bersamaan (analog) dengan badan/jasmani manusia, tidak berjajaran
yang satu dengan lainnya. Masing-masing merupakan konsentrasi (pemusatan)
yang semuanya itu bersama-sama dapat mengisi ruang pada waktu yang sama.
Anasir api terdapat di mana-mana, merembes dan menerobos bumi dan langit,
seperti juga halnya dengan anasir-anasir yang lain. Oleh karena itu, dewa dapat
bertempat tinggal di mana-mana, baik di udara, di air, maupun di tanah.
Badannya tidak memiliki bentuk yang tetap, tidak dapat sakit, putus atau
dipotong-potong.
Dewa mempunyai kepribadian aku. Kesadaran aku berasal dari kemayan
atau maya, yang sama dengan kemayan jasmani manusia. Dewa tidak
mempunyai Roh Suci sebagai bagian esensinya seperti pada manusia. Demikian
juga tidak diberikan kepadanya Suksma Sejati sebagai Penuntun Sejati untuk
mendampinginya.
278 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 8.2.1: Umur Dewa itu 1000 Kali Umur Manusia Dewa mempunyai kekuasaan dan kekuatan khusus karena kemayannya. Dewa itu bersifat materi, seperti alat elektronik yang diberi isi tenaga listrik (baterai). Kekuatan kemayan dewa makin lama makin berkurang, dan akhirnya lenyap, sama halnya tenaga listrik baterai yang lambat laun berkurang sampai akhirnya menjadi kosong. Badan/jasmaninya lalu kembali kepada unsur api di universum. Walaupun umur dewa panjang ada batasnya juga. Umur dewa itu kira-kira 80.000 tahun yang diukur dari 1.000 kalinya umur manusia (80 tahun), karena itu jumlahnya juga berlipat banyak dibandingkan dengan jumlah manusia. Berdasarkan hierarki kekuatan kemayannya mereka terbagi atas berbagai tingkatan.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
UNSUR API
[RAGA]
\\\
[JIWA]
AKU (KEMAYAN)
Pusat Imateri
[Alam Sejati]
Dunia luar [Alam Semesta]
--------------------l Rahsa Jati l--------------------
Manusia, Dewa, Hewan, Tumbuh—tumbuhan,
dan Mineral
DEWA
MAKROKOSMOS
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 279
Karena kemayannya, dewata mempunyai kekuasaan dan kekuatan khusus.
Jadi, dewa itu hanya bersifat materi, dapat dibandingkan dengan aki mobil yang
diberi isi tenaga listrik. Kekuatan kemayan dewa makin lama makin berkurang,
Dewa juga membentuk kelompok-kelompok dan pergaulan hidup ber-
sama berdasarkan sifat watak dan kondisi hidupnya. Masing-masing
kelompok membentuk masyarakatnya sendiri dengan semacam raja,
pemerintahan dan kawula negara. Masyarakat dewa ada yang hidup di
udara, di air, dan di tanah karena di situ mengandung unsur api..
dan akhirnya lenyap, sama halnya dengan aki yang lambat-laun menjadi kosong.
Badan/jasmaninya lalu kembali kepada unsur api di universum. Karena itu ada
batas umur, walaupun panjang.
Umur hidupnya dewa seribu kali lebih panjang dari umurnya manusia.
Sekiranya umur manusia itu 80 tahun, maka umur dewa 80.000 tahun.
Jumlahnya juga berlipat banyak dibandingkan dengan jumlah manusia. Mereka
terbagi atas berbagai tingkatan kekuasaan dengan hubungan hierarkhis
berdasarkan kekuatan kemayannya. Mereka juga membentuk kelompok-
kelompok dan pergaulan hidup bersama berdasarkan sifat watak dan kondisi
hidupnya. Dewa yang hidup di udara, di air dan di tanah masing-masing
membentuk masyarakatnya sendiri dengan semacam raja, pemerintahan dan
kawula negara.
Ada dua golongan besar Dewata, golongan baik dan jahat. Yang baik
termasuk golongan Wisnu, disebut juga Sura (bahasa Sanskerta). Yang jahat
termasuk golongan Kala, disebut juga Asura. Kedua golongan ini selalu berperang.
Para dewa, karena kekuasaan kemayannya, tahu akan seluk-beluk perjalanan
hidup di sekitarnya, tetapi kesadarannya tidak melampaui keadaan kehidupan
yang terikat materi, yang dapat juga dicapai oleh pemikiran kita. Para dewa yang
mempunyai kemayan ukuran besar, mempunyai kekuasaan dan daya pengaruh
280 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bagan Transenden 8.2.2: Golongan Wisnu dan Kala Selalu Berperang Golongan Wisnu menyadari adanya Suksma Kawekas, karena sifat para dewa yang merasa paling tinggi dan paling kuasa sehingga tidak mau mengakui Suksma Kawekas sebagai Yang Mahakuasa. Kedaulatan-aku mereka demikian besarnya sehingga pengeta-huan mereka tentang Suksma Kawekas adalah Sumber Hidup dan Asal Mula Hidup tidak cukup untuk mempengaruhi dan menundukkan kedaulatan aku mereka. Golongan Kala juga menolak mengakui Suksma Kawekas sebagai Sumber dari Hidup dan mereka selalu berusaha membasmi golongan Wisnu. Kedua golongan selalu berperang. Kedaulatan aku para dewa ini menyebabkan mereka memaksa dewa-dewa yang lebih lemah untuk menjadi pengikut dan menyembahnya. Pengertiannya tentang hidup yang hakiki sebatas unsur yang terlibat yaitu suasana yang menghidupi, api yang dihidupi, air yang diberi hidup, dan tanah yang mewadahi hidup saja.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Manusia, Hewan, Mineral, Dewa, dan Tumbuh-tumbuhan
=============l Pancaindra l==============================
Dewa
Unsur Api Jasmani Kasar= SOMA
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - -
SADAR Jasmani Halus= PSIKE
Kemayan
-----------------------l Rahsa Jati l------------------------------------------------ Alam Sejati (Pusat Imaterial) ========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 281
yang besar sekali terhadap materi. Karena kekuasaannya yang luar biasa ini,
mereka lalu menganggap diri sebagai yang paling tinggi dalam kehidupan dan
merasa sebagai sang penguasa universum.
Makhluk yang jasmani kasarnya terbuat dari unsur api (Dewa ) , terdiri
dari dua golongan besar, golongan baik dan jahat. Yang baik termasuk
golongan Wisnu, disebut juga Sura . Yang jahat termasuk golongan
Kala, disebut juga Asura. Kedua golongan ini selalu berperang.
Walaupun sebagian dewata yang termasuk golongan Wisnu tahu akan
adanya Suksma Kawekas, mereka tidak mengakui Suksma Kawekas sebagai Yang
Mahakuasa, justru karena sifat mereka yang merasa paling tinggi dan paling
kuasa tadi. Kedaulatan-aku mereka demikian besarnya sehingga pengetahuan
mereka tentang Suksma Kawekas adalah Sumber Hidup dan Asal Mula Hidup tidak
cukup untuk memengaruhi kedau-latan-aku mereka. Mereka tidak dapat berbuat
lain, kecuali mengakui dirinya sebagai kekuasaan yang mustahil dapat diatasi oleh
kekuasaan yang lain. Sifat ini terdapat di dalam kedaulatan itu sendiri.
Golongan Kala menolak untuk mengakui Suksma Kawekas sebagai Sumber
dari Hidup dan mereka selalu berusaha membasmi golongan Wisnu. Karena itu
mereka selalu berperang. Kedaulatan-aku para dewa ini menyebabkan mereka
ingin disembah dan untuk tujuan itu mereka memaksa dewa-dewa yang lebih
lemah untuk menjadi pengikut-nya, sedangkan yang lemah memang mencari
perlindungan kepada yang kekuasaannya besar.
Dengan cara yang demikian, mereka mendirikan kerajaan-kerajaan dewata.
Dewa-dewa yang berkuasa hidup di dalam dunia api dengan pemusatan unsur
yang tipis. Para bawahannya hidup di dalam pemusatan unsur yang lebih padat.
Ada tujuh golongan dewata yang bertingkat-tingkat kekuasaannya dan tiap
golongan terbagi lagi menjadi tujuh sub-golongan. Garis besar hierarkhi di atas,
menurut buku Tunggal Sabda adalah sebagai berikut.
282 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar dan Ilustrasi 8.2.1: Perintah Baik Golongan Dewa Dewa golongan Luhur memberikan perintah baik (memasukkan hidup dan mencipta) melalui utusannya, Duta (utusan), yang diteruskan ke Hayu (bahagia) sebagai pembawa dan pelaksana tugas-tugas yang baik. Perintah kebaikan tadi diteruskan ke dewa Dana. Dewa golongan ini juga menerima perintah mengahancurkan dari Wisesa.
__________ http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQr9HDfYLCagkPlD5AaujcaGi0b1uM7vfbPFPoo6KbYm3o91cIJeThzWKTY cited September 13, 2011. http://4.bp.blogspot.com/-wAyCs-ynqpg/TcZ-w4hstFI/AAAAAAAAAEI/Nzwe P6yyR_0/s1600/aladin-with-his-genie-coloring-page.jpg cited September 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 283
I. Golongan tertinggi adalah golongan Luhur, yang mengangkat diri dan
dianggap oleh kawulanya sebagai yang mahakuasa di universum (materi). Mereka
Ada tujuh golongan dewa: 1. Luhur tertinggi di universum 2. Duta
penerus perintah, 3. Wisesa berhak memutuskan dan bertendensi
merusak para kawula. 4. Hayu (bahagia) pelaksana tugas yang baik.
5. Kuwasa pelaksana yang bertendensi menghancurkan. 6. Dana
penyampai, pemimpin dan pengajar dewa-dewa kecil . 7. Pada (penutup,
titik) rakyat-jelata dewa.
dilambangkan dengan gambar bintang berujung tiga dengan pusat berwarna biru.
Makna lambang ini sejajar dengan Tritunggal dan merujuk pada kekuasaan raja.
II. Golongan ini disebut Duta (utusan), yang menunjukkan tugas golongan
ini, ialah untuk meneruskan perintah dari golongan Luhur. Perintah ini
mempunyai dua tujuan: 1. Memasukkan hidup dan mencipta, dan 2. Merusak,
melebur. Digambarkan dengan lambang bintang berujung empat, sebagai
bentuk bayangan jasmani manusia yang terdiri dari empat unsur, yang menerima
sabda Tripurusa. Di tengah berinti hijau, sebagai tanda pendukung perintah
tuannya, dewa Luhur.
III. Golongan ini disebut Wisesa (mempunyai hak memutus) dan
digambarkan dengan lambang bintang berujung lima dengan aneka warna, dan
merupakan bentuk bayangan pancaindra manusia, alat manusia untuk
menggarap dunia luar. Golongan ini adalah pemegang pengadilan atas nama
dewa Luhur dengan tendensi merusak para kawula.
IV. Golongan ini mendapat nama Hayu (bahagia), yang berwenang
melaksanakan perintah atas nama dewa Luhur yang bersifat mencipta dan
memberi hidup. Dewa hayu dengan demikian adalah pembawa dan pelaksana
tugas yang baik. Lambangnya berupa bintang berujung enam, sebagai bentuk ba-
284 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Patung tengkorak dengan mata merah merepresentasikan setan kecil..
Foto 8.2.1: Perintah Merusak Golongan Dewa Tuyul adalah setan kecil entah dari mana asalnya yang pasti dimasukkan dalam keluarga setan dan iblis. Konon si tuyul suka mencuri uang, atas perintah tuannya (“perintah merusak tatanan kebaikan”) dari rumah ke rumah pada malam hari. Tanpa sadar dan terdeteksi tiba-tiba uang tetangganya/target operasinya berkurang. Konon, masih ba- nyak pada zaman ini manusia bersekutu dengan tuyul. Perintah buruk, menghancurkan tatanan yang baik, datangnya juga dari Dewa golongan Luhur diteruskan ke Duta (utusan). Golongan III, Wisesa, adalah pemegang pengadilan atas nama dewa golongan Luhur, yang disampaikan melalui Duta, golongan II dengan tendensi merusak para kawula. Keputusan-keputusan bertendensi menghancurkan diteruskan ke Golongan V Kuwasa. Kuwasa meneruskan perintahnya kepada bawahannya yaitu Golongan VI, Dana. Dana juga mendapat perintah yang baik dari golongan IV, Hayu.
__________ http://4.bp.blogspot.com/-kEaqy-2dq8g/TWcXlk32b2I/AAAAAAAAB10/BahzASjtYno/s1600/tuyul.jpg cited September 13, 2011. http://caraberita.blogspot.com/2011/02/tuyul-si-setan-yang-suka-menucuri-uang.html cited September 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 285
yangan dari Tripurusa beserta ketiga refleksinya (pangaribawa, prabawa, dan
kemayan). Karena itu golongan dewa ini memimpin para kawula ke arah yang
baik dan membawa kebahagiaan.
Kontak antara manusia dengan para dewa adalah mungkin jika datang
dari pihak dewa. Manusia tidak dapat masuk ke dalam atau menyelidiki
dunia dewa atas kemampuannya sendiri, kecuali jika dipimpin oleh Sang
Guru Sejati.
V. Golongan ini bernama Kuwasa (kuasa) sebagai pelaksana dari
keputusan-keputusan dari golongan Wisesa. Lambangnya bintang berujung tujuh,
sebagai bentuk bayangan angan-angan beserta keempat unsur jasmani manusia.
Karena itu mereka melaksanakan kekuasaan tertentu, sebagai akibat dari apa
yang ditangkap pancaindra (Wisesa). Golongan ini adalah pelaksana keputusan-
keputusan yang bertendensi menghancurkan.
VI. Golongan ini disebut Dana (penyampai) dan dilambangkan dengan
bintang berujung delapan, sebagai bentuk bayangan keempat nafsu, masing-
masing dengan dua sifat polarisasi yang berlawanan, yaitu baik dan buruk. Dana
ini adalah bawahan dari Kuwasa yang bertindak atas nama Wisesa dan membawa
hal-hal yang buruk. Tetapi bersamaan dengan itu, Dana juga menjadi pelaksana
dari golongan Hayu yang membawakan hal-hal yang baik. Jadi, perintah yang
mengandung sesuatu yang baik , yang ke luar dari Luhur kepada Duta, sesudah
itu kepada Hayu dan akhirnya jatuh kepada Dana.
Perintah pembawa hal-hal buruk seperti hukuman, ke luar dari Luhur
kepada Duta, kemudian kepada Wisesa dan Kuwasa dan akhirnya jatuh juga
kepada Dana. Golongan ini memimpin dan mengajar dewa-dewa kecil selebihnya
di dalam tatanan masyarakat mereka.
VII. Golongan terakhir ini adalah yang terbesar dan merupakan rakyat
jelata di antara para dewa, disebut Pada (penutup, titik). Mereka dilambangkan
286 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Aladin menjalin kontak dengan Jin yang keluar dari lampu ajaibnya Gambar 8.2.2: Kontaknya Dewa dengan Manusia Kemampuan dasar manusia tidak dapat masuk ke dalam atau menyelidiki dunia dewa, kecuali jika ia dipimpin oleh Sang Guru Sejati. Golongan Dana dan Pada adalah para dewa yang sering berhubungan dengan manusia. Dengan kemayan atau mayanya, mereka mampu berhubungan dengan manusia melalui angan-angan. Dengan cara menyulap (menyihir) barang apa pun yang mereka inginkan di dalam angan-angan manusia, mereka sudah menguasai angan-angan manusia. Manusia dapat dipengaruhi oleh bayangan-bayangan pikiran itu, karena sesuai dengan pengharapan-pengharapan pribadi yang bersangkutan.
__________
http://img2.timeinc.net/ew/dynamic/imgs/041004/15820__aladdin_l.jpg cited September 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 287
dengan arca, sebagai penggambaran golongan yang paling besar dan materi di
antara para dewa.
Para dewa selain merasa mahakuasa juga ingin disembah. Kehadiran
dewa yang agak tinggi derajatnya di dekat manusia, dirasakan oleh
manusia itu sebagai merasa dirinya yang tertinggi, tidak dibawahkan
oleh siapa pun.
Kontaknya dengan manusia. Kontak antara manusia dengan para dewa
adalah mungkin jika datang dari pihak dewa. Manusia tidak dapat masuk ke
dalam atau menyelidiki dunia dewa atas kemampuannya, kecuali jika dipimpin
oleh Sang Guru Sejati. Para dewa yang sering berhubungan dengan manusia,
termasuk golongan Dana dan Pada. Dengan kemayan atau mayanya, mereka
mampu berhubungan dengan manusia melalui angan-angan. Mereka dapat
menyulap (menyihir) barang apa pun yang mereka kehendaki di dalam angan-
angan manusia. Mereka seakan-akan menguasai angan-angan. Manusia dapat
dipengaruhi oleh bayangan-bayangan pikiran itu, karena bayangan-bayangan
pikiran itu sesuai dengan pengharapan-pengharapan pribadi yang bersangkutan
atau karena bayangan-bayangan di angan-angannya. Pintu masuknya terletak di
antara kedua mata di keningnya.
Kedaulatan para dewa selain merasa mahakuasa juga mereka ingin
disembah. Kehadiran dewa yang agak tinggi derajatnya di dekat manusia,
dirasakan oleh manusia itu sebagai merasa dirinya yang tertinggi, tidak
dibawahkan oleh siapa pun (sombong).
Kesadaran berdaulat mutlak ini melalui induksi memperkuat kedaulatan
aku dari angan-angan (manusia) dan (dewa) serta-merta berusaha merenggut
angan-angan dari daya-penyelarasan yang memancar dari Rahsa Jati-nya
(TheGate) manusia. Hal ini menyebabkan hancurnya kepercayaan kepada Tri pu-
rusa (Trifoil, TriAspects). Manusia yang mengalaminya merasa dirinya digeser
dan ia menjadi was-was dan lama-kelamaan dapat menjadi gila karenanya
(Soemantri).
288 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Fenomena alam?
Foto 8.2.2: Kemampuan dari Para Dewa adalah Kemampuan Palsu ”Jin Gunung Kerinci” adalah ilustrasi fenomena alam, gunung berapi memang dapat meletus dengan dahsyat secara alami, bukan karena kemampuan jin. Diartikan bahwa kemampuan para golongan jin, dewa sesungguhnya adalah kemampuan palsu.
Orang yang sungguh-sungguh kebaktiannya kepada Suksma Sejati dihindari pergaulannya oleh orang yang dipengaruhi dewa dan ia pasti menjauhi ajaran-ajaran Suksma Sejati. Orang tersebut menerima ajaran dewa melalui bisikan-bisikan di dalam telinga, atau sebagai wujud-wujud yang terlihat dengan indra penglihatan yang halus. Kehadiran dewa dapat diketahui manusia melalui bau yang khas atau perasaan tertentu.
Sebagai gantinya, mereka memberi sesuatu yang sangat diingini orang yang mau menyembah mereka, seperti kepandaian yang tak dimiliki orang lain, umpamanya pandai mengobati, clairvoyance (mengetahui keadaan yang tersembunyi dan kejadian yang akan datang), penguasaan badan/jasmani. Keadaan itu sesungguhnya bukanlah awas yang sejati, tetapi manusia hanya sekadar mengulangi bisikan sang dewa, atau apa yang diperlihatkan olehnya. Demikian pula halnya dengan kapasitas lainnya.
__________ http://basingbe.files.wordpress.com/2008/11/jin-gunung-kerinci.jpg?w=360&h=477 c cited September 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 289
Jika manusia di dalam kebaktiannya kepada Suksma Sejati membentuk
bagaimana kiranya wujud Suksma Sejati atau derajat Suksma Sejati, maka dapat
terjadi ada dewa yang memperlihatkan dirinya di dalam angan-angan manusia itu,
Dewa membujuk manusia agar mau menyembah mereka. Tentu mereka
memberi sesuatu sebagai upah yang sangat diinginkan seperti
kepandaian khusus; ahli mengobati, clairvoyance (mengetahui yang
tersembunyi dan kejadian mendatang), penguasaan kekuatan jasmani.
justru persis sama di dalam bentuk bayangan itu tadi. Sehingga manusia dapat
dan mudah terpesona, mengira bahwa ia telah mencapai harapannya dan karena
itu mempersembahkan kebaktiannya kepada dewa tersebut. Karena itu manusia
pemali, dilarang membuat bayangan tentang Tripurusa dan keadaannya di dalam
kebaktian dan panembahnya.
Pengambilalihan manusia oleh dewa dapat terjadi dengan baik-baik atau
dengan paksaan. Dengan baik-baik kalau memang manusia menunjukkan
kebaktiannya kepada dewa, dengan paksaan jika ia tidak berbuat demikian.
Menghanyutkan diri dalam khayalan dan lamunan berarti seakan-akan
menyediakan kursi empuk bagi dewa. Manusia lalu kemasukan.
Di dalam kesadaran dan kebaktian kepada Tripurusa dilahirkan kenyataan,
bahwa badan/jasmani manusia itu kendaraan Tripurusa, yang memancarkan
Mahakekuasaan, yang menjauhkan para dewa. Orang yang dipengaruhi dewa,
menghindari pergaulan dengan orang yang sungguh-sungguh kebaktiannya
kepada Suksma Sejati, dan menjauhi ajaran-ajaran Suksma Sejati. Orang yang
demikian ini menerima ajaran dewa melalui bisikan-bisikan di dalam telinga, atau
sebagai wujud-wujud yang dapat dilihat dengan indra penglihatan yang halus.
Kehadiran dewa dapat diketahui manusia melalui bau yang khas atau perasaan
tertentu.
Dari pihak dewa memang ada usaha membujuk manusia agar mau
menyembah mereka. Sebagai gantinya mereka memberi sesuatu yang sangat
diingini orang, seperti kepandaian yang tak dimiliki orang lain, umpamanya pan-
290 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Pernikahan kodok untuk memanggilkan Dewa agar mau menurunkan hujan Foto 8.2.3: Memanggil DEWA Penurun Hujan dengan Upacara Pernikahan Kodok
Ketika musim kering luar biasa (di India), maka mereka mengadakan upacara tradisional dengan menikahkan kodok yang diharapkan dgn pernikahan itu memanggil DEWA agar mau menurunkan hujan. Jika komunikasi intensif manusia dan dewata itu telah diletakkan, maka dewata dapat dipanggil sewaktu-waktu melalui mantera atau upacara tertentu (tiap dewata mempu-nyai kuncinya sendiri) dan bertugaslah manusia itu sebagai perantara sang dewa.
Orang yang kemasukan dewa tersebut di dalam dirinya akan diliputi perasaan mahakuasa dan tidak dibawahi oleh siapa pun. Sang dewata mempergunakan alat-alat pelaksana orang itu untuk menyatakan diri. Jika pementasan ini sering terjadi, maka orang tersebut dapat terbelah fungsi angan-angannya dan berakibat mudah disugesti. Yang tampak adalah inteligensi semu, karena orang itu hanya mengulang apa saja yang telah dibisikkan dewata kepadanya.
__________ http://www.instablogsimages.com/images/2009/07/27/capt_photo_1245829709564-1-0_JNUGU_3868.jpg cited September 12, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 291
dai mengobati, clairvoyance (mengetahui keadaan yang tersembunyi dan kejadian
yang akan datang), penguasaan badan/jasmani. Keadaan itu sejati bukanlah
awas yang sejati, tetapi manusia hanya sekadar mengulangi bisikan sang dewa,
Keberadaan dewa dirasakan sebagai corpus alienum (benda asing) di
dalam kepribadian orang. Orang yang kemasukan semua kekuasaan
dan inisiatifnya telah direnggut. Setelah pementasan itu selesai,
suasana mati inisiatif itu tadi tetap meliputinya untuk sementara.
atau apa yang diperlihatkan olehnya. Demikian pula halnya dengan kapasitas
yang lain.
Manusia dipergunakan oleh dewa kurang lebih sebagai wayang. Jika
hubungan manusia dan dewa itu telah diletakkan, maka dewa dapat dipanggil
sewaktu-waktu melalui mantera atau upacara tertentu (tiap dewa mempunyai
kuncinya sendiri) dan bertugaslah manusia itu sebagai perantara sang dewa.
Dalam saat itu pribadi orangnya dapat tetap sadar atau kehilangan kesadarannya.
Selama dewa itu berada di dalam diri manusia, orang ini akan diliputi
perasaan mahakuasa dan tidak dibawahi oleh siapa pun. Sang dewa
mempergunakan alat-alat pelaksana orangnya untuk menyatakan diri. Ia selalu
dirasakan sebagai corpus alienum (benda asing) di dalam kepribadian orang.
Selama itu orang yang kemasukan tidak mempunyai kekuasaan apa-apa. Semua
inisiatif telah direnggut dari padanya. Juga setelah kemasukannya itu selesai,
suasana mati inisiatif itu tadi tetap meliputinya untuk sementara.
Jika pementasan ini sering terjadi, maka orang itu dapat terbelah fungsi
angan-angannya dan oleh sebab itu mudah disugesti. Yang tampak adalah
inteligensi semu, karena orang itu mengulang apa yang dibisikkan dewa kepada-
292 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Anton S. LaVey pembuat Gereja dan Alkitab Setan
Foto 8.2.4: Perbedaan Orientasi Kebaktian kepada Setan Anton S. LaVey (1930-1997) pendiri Gereja Setan dan pembuat Alkitab Setan. Murid dari Aleister Crowley.
Kebaktian kepada dewa (ada yang jahat: golongan sura, ada yang baik: golongan asura), terutama dewa tingkat tinggi tidak berbeda secara lahiriah dengan kebaktian kepada Suksma Kawekas. Di manakah letak perbedaannya? Perbedaan itu terletak di dalam orientasi sang-aku dan di dalam perasaan yang dialaminya. Orientasi pada kebaktian para dewa terletak di luar diri sendiri, pada kebaktian kepada Suksma Kawekas orientasi terletak di dalam diri sendiri yang terdalam, tak tergantung dari suatu organ apa pun. Orientasi di luar diri sendiri menyebabkan pertemuan orang dengan dewa tetap tinggal di tingkat pancaindra.
Memasuki Rahsa Jati bukanlah suatu pengalaman perasaan yang bersifat pancaindra. Bahkan, pesan-pesan dari Suksma Sejati dalam bentuk ilham, intuisi atau wahyu tidaklah bersifat pancaindra.
__________ http://senjatarohani.files.wordpress.com/2010/01/pendeta-setan-anton-lavey1.jpg?w=209&h=300 cited September 13, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 293
nya. Jadi daya kerja pengaruh dewa itu berupa dua:
1. Dari satu jarak, di mana hanya terjadi kontak pancaindra.
2. Dengan menduduki dan mengambil alih angan-angan.
Tidak selayaknya berbakti kepada dewa, sebab manusia merendahkan
derajatnya. Sesungguhnya kekuasaan manusia lebih tinggi. Essensi
manusia adalah Hidup itu sendiri, yang telah menciptakan para dewa.
Mengikuti dewa, terutama dewa tingkat tinggi, menuntut cara hidup yang
lahiriah tidak berbeda dengan kebaktian kepada Suksma Kawekas. Di sana pun
terdapat panembah dengan penyerahan diri total. Tapa brata yang sungguh berat
dan suatu sikap hidup yang menjauh dari keduniawian, di mana watak luhur
suatu keharusan.
Kalau demikian, di mana letak perbedaannya? Perbedaannya terletak di
dalam orientasi sang-aku dan di dalam perasaan yang dialaminya. Orientasi pada
kebaktian para dewa terletak di luar diri sendiri, sedangkan pada kebaktian
kepada Suksma Kawekas orientasi terletak di dalam diri sendiri yang terdalam, tak
tergantung dari suatu organ apa pun. Orientasi di luar diri sendiri menyebabkan
pertemuan orang dengan dewa tetap tinggal di tingkat pancaindra.
Memasuki Rahsa Jati bukanlah suatu pengalaman perasaan yang bersifat
pancaindra. Bahkan, pesan-pesan dari Suksma Sejati dalam bentuk ilham, intuisi
atau wahyu tidaklah bersifat pancaindra. Kesadaran Aku, di dalam kebaktian
kepada dewa, tetap ada. Bahkan justru diperkuat di dalam pertemuannya dengan
kedaulatan aku sang dewa. Kesadaran Aku, manusia lenyap di dalam
Pembebasannya dan manusia memperoleh sebagai gantinya suatu pusat pada
derajat lebih tinggi, yang berdaya-kerja integratif, yaitu Tripurusa. Sang dewa
selalu dirasakan sebagai corpus alienum di dalam jasmani manusia yang
menghambat dan merusak harmoni semua fungsi.
294 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Metamorphosis: ulat berproses menjadi kepompong dan kepompong menjadi kupu-kupu
Foto 8.2.5: Metamorphosis Kupu-kupu Manusia potensial dapat mengembangkan diri dengan kemampuannya sendiri sampai posisi siap menerima Ilham, intuisi atau wahyu yang datang dari Tripurusa sebagai bagian essensial dari manusia. dan karena itu merupakan pengembangan dari kemam-puannya sendiri. Manusia meningkatkan derajatnya, dengan kebaktiannya kepada Suksma Kawekas melalui Suksma Sejati menjadi Kepribadian yang a-pribadi. Kebaktian manusia kepada dewa, berarti manusia merendahkan derajatnya sendiri, karena pada hakikatnya manusia mempunyai kekuasaan lebih tinggi dan esensi manusia adalah Hidup itu sendiri, yang telah menciptakan para dewa.
__________ http://4.bp.blogspot.com/_o40X45B_Jq8/TTeR9YebH5I/AAAAAAAAABA/uK49UZHwa7c/s1600/metamorphosis-of-butterflies7.jpg cited March 10, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 295
Manifestasi Suksma Sejati berupa metamorphose seluruh kepribadian, yang
menciptakan harmoni antara sentra-sentra vitalitas dan meningkatkan
kemampuan sentra itu masing-masing sampai maksimal. Di dalam pertemuan
Keberadaan sang dewa selalu dirasakan sebagai benda asing di dalam
kepribadian manusia. Dewa menghambat dan merusak harmoni semua
fungsi. Manifestasi Suksma Sejati berupa metamorphose seluruh kepriba-
dian. Menciptakan harmoni antara pusat-pusat vitalitas dan meningkat-
kan kemampuan pusat-pusat itu masing-masing sampai maksimal.
dengan dewa, manusia merasakan dirinya organis sebagai ”saya yang tertinggi”,
untuk menandaskan kedaulatannya. Bertunggal dengan Suksma Sejati tidak
disertai pe-rasaan-perasaan jasmaniah; pada waktu itu angan-angan diam dalam
kebaktian.
Pesan-pesan dari dewa ditangkap dengan pancaindra dan karena itu
manusia memperoleh kemampuan khusus yang semu. Kemampuan tersebut
seakan-akan ia pinjam dari dewa. Ilham, intuisi atau wahyu datang dari Tripurusa
sebagai bagian esensial dari manusia dan karena itu merupakan pengembangan
dari kemampuannya sendiri.
Dengan kebaktiannya kepada dewa, maka manusia merendahkan derajat-
nya, karena pada hakekatnya manusia mempunyai kekuasaan lebih tinggi dan
esensi manusia adalah Hidup itu sendiri, yang telah menciptakan para dewa.
Manusia meningkatkan derajatnya, dengan kebaktiannya kepada Suksma
Kawekas melalui Suksma Sejati menjadi Kepribadian yang a-pribadi. Untuk
mengerti akibat-akibat selanjutnya dari kebaktian manusia kepada dewa,
haruslah kita meneropong dulu pendapat tentang kehidupan sesudah mati,
seperti yang dikemukakan di dalam candra-manusia Indonesia ini.
296 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar Iustrasi 9.1.1: Seekor Gajah, Seorang Bijak, dan Enam Orang Buta Pada suatu hari seekor gajah mampir di suatu desa yang dihuni oleh enam orang buta. Hal ini diceritakan oleh seorang penghuni desa kepada mereka. ”Walaupun kami belum pernah melihatnya, tolong antarkanlah kami ke sana untuk merabanya” kata orang-orang buta itu. Singkat kata, mereka bertengkar tentang apa yang dirabanya.
Orang buta pertama yang meraba paha berkata: ”Hei kawan, gajah itu pilar.” Orang buta kedua yang meraba ekor berkata: ”Oh, tidak! ia seperti tali.” Orang buta ketiga meraba gadingnya: ”Ya, seperti dahan pohon yang keras.” Orang buta keempat meraba telinga: ”Ternyata, seperti kipas besar.” Orang buta kelima meraba perutnya: ”Wah, yang benar seperti tembok luas yang empuk.” Orang buta keenam meraba belalai-nya: ”Kalaian salah semua, yang paling benar adalah seperti pipa yang padat.” Masing-masing merasa dirinyalah yang paling benar, debat berlanjut semakin panas, menuju perkelahian. Untunglah datang orang bijak yang melerai mereka.
Dijelaskan oleh orang bijak bahwa mereka semua benar tergantung tempat di mana ia meraba. Gajah itu adalah semua apa yang telah mereka raba tetapi itupun belum seca-ra keseluruhan seekor gajah. Dalam kehidupan sehari-hari persis seperti orang sehat matanya tetapi melihat fenomena alam yang samar-samar, apalagi gaib. Ini berlaku untuk sebagian besar fenomena di dunia seperti sosial, politik, ekonomi sampai perso-alan agama dan kepercayaan. Tidak perlu bertengkar, saling berbagi ilmu, mengimbangi, dan melengkapi apa yang dilihat, dirasakan, dan diteliti. Hendaknya saling empati dan mendoakan keselamatan masing-masing, maka duniapun akan ikut tersenyum bahagia.
__________ http://timvalentine.files.wordpress.com/2012/02/428093_3004840753399_1033799704_3203082_81538993_n.jpg?w=710 cited May 2, 2012 http://timvalentine.wordpress.com/2012/02/01/sixblindmen/ cited May 2, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 297
BAB IX HIDUP SESUDAH MATI
9.1 PENDAHULUAN
Bagi siapa saja yang berwawasan pemikiran bebas dan merdeka,
pengetahuan yang didapat di sini dapat dipakai sebagai imbangan pengetahuan
Saling mendoakan akan keselamatan masing-masing adalah sikap yang
diharapkan dan terpuji sekiranya ada yang bertentangan dengan
pengetahuan yang telah ada dan pengetahuan ini agar dianggap sebagai
imbangan pengetahuan saja di dalam evolusi perjalanannya sang Aku
manusia menuju ke sumber dan tujuan hidupnya yang abadi.
hukum (hukum batin=hukum Tuhan). Sedikit banyak tentu ada perbedaan
dengan buku-buku atau ajaran yang telah menerangkan tentang bab ini bahkan
adakalanya memang bertentangan. Persamaannya adalah adanya keinginan
bersama untuk menjelaskan tentang berlakunya suatu hukum yang bersifat abadi.
Dengan semangat ilmu pengetahuan yang ada, agar supaya apabila
dianggap tidak sesuai dengan para penuntut ilmu kesuksmaan, pejalan spiritual,
dan transendental lainnya mohon diberikan empati. Artinya tidak perlu dianggap
mengubah-ubah yang telah ada atau mengganggu kepercayaan yang telah
dipegangnya erat-erat. Mohon persepsinya disederhanakan saja agar dapat
dianggap sebagai imbangan pengetahuan.
Sebab mengenai hal-hal yang bersifat gaib-gaib (samar), itu tidak cukup
diterima dengan bekerjanya nalar (angan-angan) saja, tetapi perlu dengan
introspeksi yang dalam, hingga menyentuh ke sumber rasa yang sejati, syukur
sampai dapat terbuka tabir hatinya, mengetahui sebenar-benarnya. Hal inilah
yang sangat perlu dilakukan oleh para penuntut ilmu kesuksmaan dan pejalan
transendental tersebut. Saling mendoakan akan keselamatan masing-masing di
dalam evolusi perjalanannya sang Ego manusia menuju ke sumber dan tujuan hi-
298 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bagan Transnden 3.2.1: Kehidupan Intra Psikis Orang Mati? Ketika Suksma Sejati memanggil manusia ke Eksistensi-asalnya (mati) dan manusia masih belum mau membebaskan diri dari kecenderungan mengikat diri kepada yang materi, maka lenyaplah kesempatan mencapai Pembebasan. Yang terjadi hanyalah proses pemisahan badan/jasmani halus dari badan/jasmani kasar (Pocong siap kubur). Menurut candra jiwa Indonesia hidup orang yang mati berada di dalam kondisi yang berlainan, badan/jasmani halusnya tetap melekat keberadaannya. Semua sentra/pusat vitalitas masih ada (arti sempit). Pancaindra kasar siap bahkan mungkin sudah dikubur. Kehidupan intra psikis (arti sempit) berjalan terus dengan tetap, bayangan-bayangan pikiran timbul dan tenggelam, keinginan, hasrat dan kemauan selalu bermunculan dan perasaan-perasaan ganti berganti seperti sebelum mati.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Dunia Luar MAKRO KOSMOS =============l Pancaindra l=============================
Dunia dalam Pocong Siap Kubur MIKROKOSMOS Manusia
JJaassmmaannii KKaassaarr MAYAT Fisik
=====================================================
Dunia luar
=====================================================
JJaassmmaannii HHaalluuss ARWAH Mental
- - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Tripurusa: Roh Suci, Suksma Sejati, Suksma Kawekas Alam Sejati Pusat Imateri Spiritual
======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 299
dupnya yang abadi adalah sikap yang terpuji sekiranya ada yang benar-benar
tidak berkenan di dalam hati masing-masing.
Mati adalah kesempatan khusus di dalam hidup manusia untuk memin-
dahkan titik berat kesadarannya sekaligus dan selamanya ke Tripurusa.
Ketika saat-saat menjadi mati itu telah tiba, seakan-akan pintu masuk
ke Rahsa Jati terbuka lebar-lebar.
9.2 TRANSMIGRASI ROHANI
Peristiwa perpindahan manusia dari satu tempat ke tempat yang lain,
disebut transmigrasi. Transmigrasi rohani (soul) disebut juga reinkarnasi. Mati
juga dianggap sebagai tahap perpindahan ke dunia lain. Ada berbagai aspek yang
patut kita perhatikan. Mati adalah kesempatan khusus di dalam hidup manusia
untuk memindahkan titik berat kesadarannya sekaligus dan selamanya ke
Tripurusa. Selama saat-saat menjadi mati itu, seakan-akan pintu masuk ke Rahsa
Jati terbuka lebar-lebar. Sang Aku tinggal masuk saja. Dengan kata lain: Suksma
Sejati memanggil ke Eksistensi-asalnya. Jadi saat mati adalah kesempatan khusus
untuk mencapai Pembebasan, untuk melepaskan diri dari badan/jasmani kasar
dan jasmani halus, keduanya ini masih tergolong materi. Kesadaran manusia
kembali ke Hidup yang imateri.
Jika mati telah datang dan manusia belum membebaskan diri dari
kecenderungan mengikat diri kepada yang materi, maka lenyaplah kesempatan
itu. Dalam hal yang demikian ini, maka yang terjadi hanyalah proses pemisahan
badan/jasmani halus dari badan/jasmani kasar. Badan/jasmani kasar lalu
menguraikan diri dan unsur-unsur pembentukannya kembali kepada bentuk
asalnya lagi.
Badan/jasmani halus tetap berada dan melanjutkan hidup orang yang mati
di dalam kondisi berada yang berlainan. Semua pusat vitalitas masih ada.
Pancaindra kasar sebagai jembatan yang menghubungkan kepribadian dan dunia
luar sudah tidak ada. Dunia luar yang mengumpulkan pengalaman, yang diperlu-
300 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Legenda seni beladiri perguruan Shaolin perlu proses latihan fisik, mental, dan spiritual
Foto 9.2.1: Mental adalah Jembatan Pertemuan antara Fisik dan Spiritual Kita berhubungan dengan perantaraan pancaindra, kita temukan manusia dan situasi-situasi yang dapat menolong kita dalam proses Pembebasan, yang merupakan perkem-bangan esensial dari eksistensi manusia sebagai individu. Pertemuan dengan dunia luar menambah pengalaman dan memungkinkan perbaikan-perbaikan terhadap kepribadian. Kita dapat menyaksikan dengan pancaindra contoh-contoh yang bermanfaat untuk menyegarkan candra manusia di dalam hati nurani kita.
Sebenarnya pemuasan keinginan kita adalah perlu sekali bagi perjalanan hidup kita. Di samping untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan juga untuk menetralisasi efek-efek yang mengiringi ketegangan itu. Itu semua terjadi karena daya kerja nafsu yang terus menerus dan diperkuat oleh angan-angan. Idealnya tidak boleh melupakan tujuan hakiki manusia barang sekejap pun.
__________ http://amazingdata.com/images/AmazingShaolinKungFu_14735/amazingcoolawesomeincredibleShaolinKungFuChinesemartialartsskillphotos2.jpg cited March 10, 2012.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 301
kan untuk proses Pembebasan, sudah terlepas juga. Ini berarti bahwa manusia
sekarang hanya dapat menyandarkan diri pada diri sendiri dengan apa yang
terdapat di dalam dirinya sendiri. Kehidupan intra psikis berjalan terus dengan te-
Apabila sebelum matinya manusia tidak pernah menciptakan ketertiban
dan memberi arah kepada kehidupan jiwanya, dan tidak pernah beru-
saha mencari jalan ke Rahsa Jatinya dengan menerobos khaos dinamika
fungsi sentra-sentra vitalitasnya, maka sesudah mati ia lebih tak berda-
ya lagi daripada sebelumnya.
tap, bayangan-bayangan pikiran timbul dan tenggelam, keinginan, hasrat dan
kemauan selalu bermunculan dan perasaan-perasaan ganti berganti seperti
sebelum mati.
Jika manusia selama hidup, sebelum matinya tidak pernah menciptakan
tata-tertib dan memberi arah kepada kehidupan jiwanya, dan tidak pernah
mencoba mencari jalan ke Rahsa-Jatinya dengan menerobos kemelut sebagai
hasil fungsi interaksi sentra-sentra vitalitasnya, maka sesudah mati ia lebih tak
berdaya lagi daripada sebelumnya. Ia menjadi permainan belaka dari angan-
angan, perasaan dan aktivitas-aktivitas nafsunya. Di dalam keadaan yang
demikian ini, menonjollah peranan dunia luar dan badan/jasmani kasar.
Pertama, di dalam dunia materi kasar, yang dapat dilihat dan dirasakan,
manusia berhubungan dengan perantaraan pancaindra. Kita mungkin saja
menemukan manusia dengan situasi-situasi tertentu yang dapat menolong kita
dalam proses Pembebasan. Hal ini merupakan perkembangan esensial dari
eksistensi manusia sebagai individu. Pengaruh-pengaruh antara dunialuar dan
manusia adalah dasar untuk mendapatkan pengalaman. Pertemuan dengan
dunia luar memungkinkan perbaikan-perbaikan terhadap kepribadian kita dan
kita dapat menyaksikan dengan pancaindra contoh-contoh yang bermanfaat
untuk menyegarkan candra manusia di dalam hati nurani kita.
302 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Memikul beban berat batu-batu belerang di bawah teriknya sinar matahari
Foto 9.2.2: Beratnya Beban yang Dipikul dalam Kehidupan Nyata Telah disediakan makrokosmos dengan masyarakat dan objek lainnya untuk melepaskan perasaan-perasaan kuajiban, tanggung jawab, cinta-kasih, dan perasaan-perasaan lainnya.
Di dunia luar masih tersedia benda-benda yang dapat disubjektifkan. Meletakkan hubungan subjektif antara diri sendiri dengan dunia luar, mengurangi beban afektif yang bertimbun. Seolah-olah beban itu dipikul bersama oleh diri sendiri dan dunia luar. Ketika mendesubjektifkannya berarti meletakkan beban itu sepenuhnya kepada diri sendiri, ia berdiri sendiri. Mendesubjektifkan adalah tanda perkembangan mental, sebaliknya mensubjektifkan adalah tanda kelemahan.
__________ http://1.bp.blogspot.com/_a2Ac_i7cQNk/SrBNbk0IDbI/AAAAAAAABQI/i_Cfhpn72BQ/s1600/2.jpg cited March 10, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 303
Pemuasan keinginan kita adalah perlu sekali bagi perjalanan hidup kita,
untuk menghilangkan ketegangan-ketegangan dan untuk menetralisasi efek-efek
yang mengiringi ketegangan itu. Ketegangan dan efeknya terjadi karena daya ke-
Kehidupan jasmaniah memungkinkan bagi mereka yang jauh lebih ber-
pengalaman dalam proses Pembebasan dan bagi mereka yang telah men-
capainya, dapat berada bersama dengan kita di dunia-materi dan mem-
bantu kita menertibkan dan menyelaraskan kepribadian kita. Kesimpu-
lan, kehidupan jasmaniah mempermudah jalan mencapai Tripurusa.
kuatan nafsu yang terus menerus bekerja serta seringnya mendapat perkuatan
dari angan-angannya sendiri. Di dunia-luar tersedia juga objek-objek untuk
melepaskan perasaan-perasaan wajib, tanggung jawab, cinta-kasih, dan perasaan-
perasaan lainnya.
Mensubjektifkan barang-barang di dunia luar, adalah meletakkan hubungan
subjektif antara diri sendiri dengan dunia luar. Aktifitas ini mengurangi beban
afektif yang bertimbun. Seakan-akan beban itu lalu dipikul bersama oleh diri
sendiri dan dunialuar. Sebaliknya, men-desubjektifkan-nya berarti meletakkan
beban itu sepenuhnya kepada diri sendiri. Ia berdiri sendiri. Mensubjektifkan
adalah tanda kelemahan, mendesubjektifkan adalah tanda perkembangan jiwa.
Orang-orang yang jauh lebih tinggi pengalamannya daripada kita dalam
proses Pembebasan bahkan mereka yang telah mencapai Pembebasan itu, dapat
berada bersama dengan kita di dunia-materi. Orang yang perpengalaman
tersebut dapat membantu kita menertibkan dan menyelaraskan kepribadian kita.
Pendeknya, kehidupan jasmaniah mempermudah jalan mencapai Tripurusa.
Dunia-jasmaniah ini oleh K. Jaspers disebut dunia-indra dan ruang. Di
dalam keberadaan sesudah mati, isolasi struktural dan fungsional dari dunia-
indra dan ruang menjadi kenyataan. Di dalam keadaan yang demikian ini manu-
304 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bagan Transenden 9.2.2: Dunia Indra-ruangnya Karl Jaspers tentang Hidupnya Arwah Dunia-indra dan ruang adalah dunia-jasmaniah ini telah disebut oleh K. Jaspers. Pada keadaan sesudah mati, isolasi strukturil dan fungsionil dari dunia-indra dan ruang menjadi kenyataan. Di dalam keadaan yang demikian ini manusia menjadi autistik sepenuhnya dan ia tidak dapat meletakkan hubungan yang normal dengan dunia-luar. Di situ hanya hidup arwah-arwah yang saat matinya tidak dapat mengikuti Suara panggilan TheForce (Suksma Sejati). Sekiranya mereka dapat saling berhubungan, mereka tidak akan dapat saling membantu lagi. Arwah-arwah ini mengira dan merasa masih hidup seperti dulu-dulu. Sudah tidak ada lagi objek dunia luar, guna melepaskan keinginan, hasrat dan afektif mereka.
Mereka selalu mengalami kekecewaan karena pikiran dan perasaannya yang diharapkan menjadi kenyataan-kenyataan, selalu lenyap karena tidak mungkin memberi pemuasan. Umpamanya timbul rasa haus, tetapi mereka tidak dapat minum dan rasa haus ini tetap menggoda sampai ia hilang dengan sendirinya, karena timbul perasaan-perasaan lain yang menggantikannya. Mungkin mereka merasa panas tanpa dapat berlindung atau mereka merasa rindu dengan keluarganya tanpa ada kemungkinan untuk bertemu. Rupanya tidak ada yang menyambut panggilan atau kehadiran mereka.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Dunia Luar MAKROKOSMOS
=============l Pancaindra l===========================
Dunia dalam Pocong Siap Kubur MIKROKOSMOS Manusia
MAYAT Soma
====================================================
Dunia Luar ====================================================
NNaaffssuu Arwah Psike
PPeerraassaaaann EExxttrraavveerrssii
AAnnggaann--aannggaann Aku IInnttrroovveerrssii
- - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
TriAspect: TheOneself Alam Sejati TheForce Immaterial Centre TheSource Rohani ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 305
sia dapat menjadi autistik [2] sepenuhnya dan ia tidak dapat meletakkan hubungan
yang normal dengan dunia-luar. Tambahan lagi di situ hanya hidup arwah-arwah
yang saat matinya tidak dapat mengikuti suara panggilan Suksma Sejati. Andaika-
Merupakan siksaan yang sesungguhnya ketika keinginan dan perasaan
yang tak dapat dipenuhi, tiada henti dan harus hilang dengan sendiri-
nya. Akhirnya mereka mencari penyelesaian dan Pembebasan-nya di
dalam dirinya yang terdalam berupa penyerahan diri kepada Suksma
Kawekas. Saat itu juga mereka dibebaskan, sementara.
ta mereka dapat saling berhubungan, mereka tidak akan dapat saling membantu
juga. Arwah-arwah ini mengira dan merasa masih hidup seperti dulu-dulu. Hanya
sekarang tidak ada objek dunia luar, untuk melepaskan keinginan, hasrat, dan
afektif mereka.
Pikiran dan perasaannya menjadi kenyataan-kenyataan, tetapi yang tidak
mungkin memberi pemuasan dan karena itu mereka selalu mengalami
kekecewaan, tiap kali pikiran dan perasaan tadi melenyap. Umpamanya timbul
rasa haus, tetapi mereka tidak dapat minum dan rasa haus ini tetap menggoda
sampai ia hilang dengan sendirinya, karena timbul perasaan-perasaan lain yang
menggantikannya. Mungkin mereka merasa panas tanpa dapat berlindung atau
mereka merasa rindu dengan keluarganya tanpa ada kemungkinan untuk
bertemu. Karena keluarganya tidak ada yang menyambut panggilan atau
kehadiran mereka.
Ganti-bergantinya keinginan dan perasaan yang tak dapat dipenuhi dan
yang harus hilang dengan sendirinya itu, merupakan siksaan yang sungguh-
sungguh. Siksaan ini berlangsung terus-menerus sampai akhirnya mereka
mencari penyelesaian dan Pembebasannya di dalam dirinya yang terdalam
berupa penyerahan diri kepada Suksma Kawekas. Pada saat itulah mereka
dibebaskan.
__________
[2]. Autistik= bersifat autisme, keadaan yang sangat tertuju ke dalam diri sendiri (lazimnya pada orang
sakit); seluruh alam luarnya atau sebagian dari padanya lenyap dari penghayatan.
306 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Lautan terbuka dengan goncangan gelombang besar adalah tantangan penakluknya Foto 9.2.3: Pengembaraan di Lautan yang Bergelombang Liar Pengembaraan di lautan terbuka yang penuh dengan goncangan gelombang besar mensyaratkan integritas struktur perahu dan manusianya.
Di alam kafiruna, yang tidak lain merupakan lanjutan kehidupan intrapsikis di dalam badan/jasmani, mereka dipaksa mencari penyelesaiannya di dalam diri sendiri. Makin cepat jalan penyelesaiannya ini didapatkan, makin cepat pula mereka keluar dari alam kegelapan ini. Goncangan gelombang angan-angan, perasaan, dan nafsu ini sebenarnya sudah berlangsung juga di dalam kehidupan jasmani kasar, sebelum meninggal.
Alam kafiruna sesungguhnya telah dicicipi manusia. Karena terjadi sebelum mati, masih ada dunia luar untuk mengendorkan semua ketegangan dan akibat-akibatnya. Selain untuk memenuhi keinginan, ia juga berlatih mendapatkan kembali jalan, melalui hati sanubarinya yang terdalam. Perimbangannya sesuai dengan kehidupannya di dalam badan/jasmani-nya dahulu. Apakah manusia itu memang harus berada di dalam alam kafiruna, dan untuk berapa lama harus tinggal di situ? Semua ditimbang dengan adil.
Manusia cenderung mengawinkan dirinya dengan dunia tercintanya. Menyebabkan manusia pada saat sakaratul-mautnya tidak tahu bahwa ada kewajiban batiniah. Hal inilah yang menyebabkan manusia tidak mudah melepaskan diri dari badan/jasmani halusnya itu. Di dalam alam kafiruna, badan/jasmani halus ini tidak memerlukan pemeliharaan materi dan tidak pula terikat pada batas umur. Ia masih dapat meninggalkan-nya setiap waktu jika ia menghendaki, sesuai dengan ingatannya tentang introversi. __________ http://www.islanderpaddler.com/storage/rick.jpg?__SQUARESPACE_CACHEVERSION=1268058171461 cited September 17, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 307
Dunia, di mana mereka mengembara di dalam badan/jasmani halusnya,
dinamakan dunia gelap, alam kafiruna. Masa ini adalah masa penderitaan, kese-
dihan , dan kekecewaan. Manusia itu hidup di dalam dunia bayangan-bayangan
Alam kafiruna, adalah dunia-gelap di dalam badan/jasmani halusnya
orang yang sudah meninggal. Di mana sang-akunya masih mengembara
di dalam bayangan angan-angannya sendiri, yang dipandangnya seba-
gai sungguh-sungguh bersifat dunia materi.
angan-angannya sendiri, yang oleh mereka dipandang sebagai sungguh-sungguh
materi.
Di dalam dunia ini, yang tidak lain merupakan lanjutan kehidupan
intrapsikis di dalam badan/jasmani, mereka dipaksa mencari penyelesaiannya di
dalam diri sendiri. Makin cepat jalan penyelesaiannya ini didapatkan, makin cepat
pula mereka keluar dari alam kafiruna. Permainan angan-angan, perasaan dan
nafsu ini sebenarnya sudah berlangsung juga di dalam kehidupan jasmani kasar,
sebelum meninggal.
Jadi, pada waktu itu pun manusia sesungguhnya telah mencicipi alam
kafiruna. Tetapi sebelum mati, masih ada dunia luar untuk melepaskan semua
ketegangan dan akibat-akibatnya. Selain untuk memenuhi keinginan, juga
berlatih mendapatkan kembali jalan, melalui hati sanubarinya yang terdalam.
Tergantung dari bagaimana kehidupannya di dalam badan/jasmaninya dahulu,
apakah manusia itu jatuh di dalam alam kafiruna atau tidak, dan untuk berapa
lama ia tinggal di situ.
Kecenderungan manusia untuk mengikatkan dirinya kepada yang duniawi
menyebabkan manusia pada saat sakaratul-mautnya tidak tahu bahwa ada
kewajiban batiniah. Kalau ia tidak dapat melepaskan diri dari keduniawian pada
saatnya yang tepat, maka ikutlah ia dengan dunia yang telah diawetkan di dalam
jiwanya. Hal inilah yang menyebabkan manusia tidak dapat melepaskan diri dari
badan/jasmani halusnya itu. Di dalam alam kafiruna, badan/jasmani halus ini
308 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Halle Berry dalam film Catwoman, diungkapkan legenda kucing yang bernyawa rangkap.
Foto 9.2.4: Manusia mendapat kesempatan tujuh kali untuk hidup di dunia Dalam film Catwoman, mengungkapkan bahwa kucing memiliki nyawa sembilan rang-kap di dalam kehidupannya. Legenda lain lagi menyebutkan bahwa seekor kucing beti-na akan memindahkan tempat tinggal anak-anak yang dlahirkannya sebanyak tujuh kali. Setelah tahap melihat perjalanan hidup yang harus dijalani lagi, ia sudah tidak dapat menarik diri lagi untuk lebih senang tetap tinggal di dalam suasana Rahsa Jati, tetapi ia segera dilahirkan dalam reinkarnasi berikutnya untuk menyelesaikan proses pembebas-annya. Manusia mendapat kesempatan tujuh kali untuk hidup di dunia dengan badan/ jasmani kasar guna melaksanakan Pembebasannya. Kesempatan berikutnya, alam kafirunanya menjadi makin gelap, dan badan/jasmani halusnya makin halus. Jika ia sesudah hidupnya yang ketujuh dan terakhir masih juga jatuh di dalam alam kafiruna, maka manusia ini sudah demikian jauh tersesatnya dari jalan Suksma Sejati, sehingga hampir mustahillah baginya untuk ingat kembali kepada Suksma Sejati.
__________ http://showbiz.bestfashionable.com/wp-content/uploads/2011/08/Halle-berry-in-catwoman-suit.jpg cited September 15, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 309
tidak memerlukan pemeliharaan materi dan tidak pula terikat pada batas umur.
Tetapi ia dapat ditinggalkan setiap waktu jika dikehendaki.
Begitu ada kecenderungan sedikit saja untuk mengikatkan diri dengan
dunia luar, maka kepribadian itu akan dilahirkan lagi kembali ke dunia.
Sebelum ia dilahirkan kembali, ia diingatkan kembali kepada paugeran-
nya, dan ia tahu nasib kehidupannya yang sedang menanti di kelak
kemudian hari..
Jika Rahsa Jati telah diketemukan lagi, maka badan/jasmani halus tadi
ditanggalkan seperti orang menanggalkan baju lamanya. Ini terjadi seperti
pengalaman di dalam panembah ketika jasmani kasarnya masih hidup. Ketika
masuk ke dalam suasana Rahsa Jati dan melepaskan diri dari eksistensi jasmani.
Bedanya, kehidupan Aku kembali lagi ke dalam badan/jasmani yang sama, jika
panembahnya telah selesai.
Di dalam alam kafiruna, badan/jasmani halus ditinggalkan untuk
seterusnya, sejak saat masuk ke Rahsa Jati. Di sini, di dalam tahap ini manusia
seakan-akan ditimbang dan dinilai. Jika masih ada sedikit kecenderungan saja
untuk mengikat diri dengan dunia luar, keduniawian, maka kepribadian itu lalu
dilahirkan lagi ke dunia. Sebelum ia dilahirkan kembali, ia diingatkan kembali
kepada syahadatnya, dan ia tahu nasib yang bagaimana yang menanti ia di dalam
kehidupannya yang akan datang.
Di dalam tahap ini kepribadian itu sudah tidak dapat menarik diri lagi
karena lebih senang tetap tinggal di dalam suasana Rahsa Jati, tetapi ia segera
dilahirkan dalam reinkarnasi berikutnya. Ia dilahirkan kembali sebagai manusia
untuk menyelesaikan proses Pembebasannya. Dengan jalan demikian ini manusia
mendapat kesempatan tujuh kali untuk hidup di dunia dengan badan/jasmani
kasar untuk melaksanakan Pembebasannya.
Di dalam tiap kesempatan selanjutnya, alam kafirunanya menjadi makin
gelap, dan badan/jasmani halusnya makin halus. Jika ia sesudah hidupnya yang
310 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bagan Transenden 9.2.3: Alam Kafiruna Setara dengan Siksaan di Pusat Vitalitas Alam kafiruna sesungguhnya telah juga dicicipi oleh manusia selama hidupnya di dalam badan/jasmani kasar ini, yaitu ketika ia disiksa oleh keinginan-keinginan, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan tertentu. Tetapi ketika manusia tidak autistik, maka keinginan-keinginan, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaannya itu masih dapat diwujudkan. Manusia harus berusaha menerobos dengan susah payah di dalam panembahnya agar ketiga pusat vitalitas jiwanya tersebut dapat sampai ke Rahsa Jati (TheGate).
Manusia berusaha memasukkan kesadarannya selama panembah ke dalam dunia a-indrawi di dalam kehidupan intrapsikisnya. Semua yang telah dialaminya akan ia temu-kan di sana. Pengalaman a-indrawi ini terjadi tidak hanya untuk memandang apa yang tersedia, tetapi bertujuan juga untuk mencapai Rahsa Jati dan mendekat kepada Suksma Sejati.
Netralisasi nilai pribadi yang melekat pada apa yang tersedia itu dengan jalan men-desubjektifkannya. Agar dapat menjalankannya, diperlukan sikap hidup ekstraversi seperti yang ditandaskan oleh Pancasila terhadap semua kehidupan psikis, di dalam dirinya sebagai latar belakang sikap introversinya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Dunia Luar MAKROKOSMOS
==================lPancaindral=============================
Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia: Soma
[FISIK]
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - [MENTAL] Pamali Pancasila: rela, sabar, narima, Psike NNaaffssuu jujur, budi luhur
PPeerraassaaaann EExxttrraavveerrssii
AAnnggaann--aannggaann Aku IInnttrroovveerrssii
Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l TheGate l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TTrriippuurruussaa
[SPIRITUAL] Alam Sejati Pusat Imateri
========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 311
ketujuh dan terakhir masih juga jatuh di dalam alam kafiruna, maka manusia ini
sudah demikian jauh tersesatnya dari jalan Suksma Sejati. Sehingga hampir
mustahil baginya untuk ingat kembali kepada Suksma Sejati.
Jujur memberikan bekal ke-berani-an untuk melihat dirinya sendiri di
dalam proporsi-proporsi yang nyata. Terlepas dari hasil penilaiannya
itu nanti, apakah baik, buruk, benar, salah, bahkan tidak berharga sama
sekali. Akan dihadapi dengan penuh ketegaran.
Sesungguhnya manusia telah juga mencicipi alam kafiruna selama hidupnya
di dalam badan/jasmani kasar ini, yaitu ketika ia disiksa oleh keinginan-keinginan,
pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan tertentu. Tetapi dalam situasi ini, di mana
manusia tidak autistik sehingga keinginan-keinginan, pikiran-pikiran, dan pera-
saan-perasaannya itu masih dapat diwujudkan. Di dalam panembah, manusia
berusaha menerobos dengan susah payah keinginan-keinginan, pikiran-pikiran
dan perasaan-perasaan ini agar dapat sampai ke Rahsa Jati.
Selama panembah itu, manusia memasukkan kesadarannya ke dalam
dunia tiada-indra di dalam kehidupan intrapsikisnya. Di sana ia menemukan
semua yang telah dialaminya. Menenggelamkan diri di dalam pengalaman a-
indrawi ini terjadi tidak hanya untuk memandang apa yang tersedia, tetapi
bertujuan juga untuk mencapai Rahsa Jati dan mendekat kepada Suksma Sejati.
Untuk mencapai tujuan ini, manusia harus menetralisasikan nilai pribadi-
nya yang melekat pada apa yang tersedia itu dengan jalan mendesubjektifkannya.
Agar dapat menjalankannya, diperlukan sikap hidup seperti yang ditandaskan
oleh Pancasila terhadap semua kehidupan psikis di dalam dirinya. Ke-jujur-an
(temen) memberikan keberanian untuk memandang dirinya sendiri di dalam
proporsi-proporsi yang nyata, terlepas dari hasil penilaiannya itu nanti, apakah
312 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar di sebelah kiri adalah proses kematian dan di sebelah kanan adalah proses kelahiran
Gambar 9.2.1: Penjelasan Lahir Kembali (Reinkarnasi) Hati nurani dengan latar belakang sifat budi luhur mengandung suatu harapan yang akan membawa kita kepada derajat Suksma Sejati. Dalam suatu panembah jika kita berhasil bertunggal dengan Suksma Sejati, maka selalu kita lihat bahwa kita jatuh kembali ke derajat sebelumnya. Pada mulanya kita tidak dapat bertahan lama di dalam derajat Suksma Sejati, karena masih ada kecenderungan mengikat diri kepada dunia luar yang melekat. Kita belum cukup menyucikan diri. Kemungkinan gejala ini telah kita sadari di alam kafiruna. Jika manusia berhasil melepaskan autismenya melalui dirinya sendiri, maka ia seakan-akan dilemparkan kembali ke dunia jika masih kurang suci, tetapi tidak jatuh kembali ke alam kafiruna, melainkan mendapat badan/jasmani yang komplit dengan jalan dilahirkan kembali sebagai bayi.
__________ http://nirmalkumar.org/blog/wp-content/uploads/2011/04/reincarnation2.jpg cited March 10,2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 313
baik atau tidak berharga sama sekali. Narima dan sabar perlu ada, agar dapat
menerima hasil penilaian diri itu tadi, sehingga tidak tergesa-gesa dan ulet di
dalam usaha mencapai keinginan-keinginannya. Rela adalah kesediaan melepas-
Jika pada suatu panembah kita berhasil bertunggal dengan Suksma
Sejati, kemudian kita jatuh kembali ke derajat sebelumnya. Pada
awalnya kita tidak dapat bertahan lama karena masih ada kecen-
derungan mengikatkan diri kepada dunia yang melekat kepada diri
kita. Kita masih harus menambah semangat menyucikan diri.
kan yang subjektif dan berharga dari timbunan pengalamannya, sehingga me-
mungkinkan terjadinya proses desubjektivasi.
Budi luhur adalah sifat sebagai latar belakang, contoh dan hati nurani,
yang mengandung suatu harapan, menurut ungkapan Carp: suatu kemungkinan
keber-ada-an, posisi, yang dapat dicapai. Budi luhur ini membawa kita kepada
derajat Suksma Sejati. Jika kita pada suatu panembah suatu kali berhasil
bertunggal dengan Suksma Sejati, maka selalu kita lihat bahwa kita jatuh kembali
ke derajat sebelumnya.
Pada mulanya kita tidak dapat bertahan lama di dalam derajat Suksma
Sejati, karena masih ada kecenderungan mengikat diri kepada dunia yang
melekat kepada diri kita. Kita belum cukup disucikan. Gejala ini telah kita lihat
pula di alam kafiruna. Jika manusia berhasil melepaskan autistiknya melalui
dirinya sendiri, maka ia seakan-akan dilemparkan kembali ke dunia jika masih
kurang suci, tetapi sekarang ia tidak jatuh kembali ke alam kafiruna, melainkan
mendapat badan/jasmani yang komplit dengan jalan dilahirkan kembali sebagai
bayi.
Kebaktian kepada Suksma Kawekas melalui Suksma Sejati dan makna dari
panembah merupakan hal-hal yang penting di dalam candra manusia Indonesia
ini. Tetapi manusia tidak selalu menunjukkan kebaktiannya kepada Hidup yang
314 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Phoenix si burung api yang legendaris dalam mitologi Mesir dianggap memiliki hidup yang abadi.
Gambar 9.2.2: Si Burung Api Terbang Tinggi di Kegelapan Malam Penyucian diri yang keras terhadap keduniawian sering dilakukan untuk berbakti kepada suatu dewa. Makin tinggi dewa yang disembah, makin keras kebaktiannya dan makin besarlah kesediaan berkorban yang diminta di bidang materi dan yang terikat oleh materi. Akibatnya adalah, bahwa manusia ini sebagai makhluk berjiwa, mengalami hidup-nya di lapisan-lapisan yang tipis dari langitnya (jasmani halusnya). Ketika ajal tiba berarti bahwa ia pergi ke alam dewa itu. Di alam kafiruna ia berhubu-ngan dengan dewanya melalui angan-angan yang masih ada dan berlangsunglah terus penyuciannya yang semua itu dalam rangka kebaktiannya kepada sang dewanya tadi. Makin menjadi halus jiwanya, makin tinggilah tempatnya di alam para dewa. Tetapi makin menjadi gelaplah jiwanya jika dilihat dari titik pangkal Tripurusa. Jalannya kembali ke Tripurusa menjadi nyaris atau malah sudah tertutup. __________ http://2.bp.blogspot.com/-QJqUsjoTw2E/TfDAMVu1auI/AAAAAAAAACA/-5wyT5nQWfw/s1600/ponix.jpg cited March 10, 2012.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 315
titik singgungnya antara dunia-dalam dan dunia-luar yang terletak di dalam diri-
nya sendiri yang terdalam. Tetapi membiarkan kebahagiaannya pada hari
kemudian tergantung dari pegangan-pegangan arah di luar dirinya, yang bersifat
Kepada Hidup yang titik singgungnya terletak di dalam dirinya sendiri yang
terdalam, manusia tidak selalu menunjukkan kebaktiannya. Sering-kali membiar
kan kebahagiaannya pada hari kemudian tergantung dari pegangan-pegangan
arah di luar dirinya, yang bersifat ruang danwaktu. Mati mempunyai arti yang
sangat berbeda bagi orang yang demikian ini. Sebab hidupnya yang autistik di
alam kafiruna nanti akan memaksanya belajar manembah juga pada akhirnya.
ruang dan waktu. Bagi orang yang demikian ini, mati mempunyai arti yang lain
sekali, ia akan terpaksa belajar manembah juga pada akhirnya, karena hidupnya
yang autistik di alam kafiruna nanti.
Para dewa itu, di samping menarik kebaktian manusia keluar dari dirinya
(eksoterisme), mereka memperkuat kedaulatan Aku manusia dan lambat-laun
melepaskan ikatan hubungan antara Rahsa Jati dan pusat-pusat vitalitas di dalam
jasmani halus. Penerobosan angan-angan atau penarikan kembali angan-angan
oleh Tripurusa, atau tidak dipergunakannya angan-angan (semua ungkapan-
ungkapan yang berbeda untuk menyatakan satu gejala yang sama), menjadi sulit
sekali selama kebaktian keluar itu masih berlangsung.
Pada kebaktian kepada suatu dewa sering diperlukan penyucian yang keras
terhadap keduniawian. Makin tinggi dewa yang disembah, makin keras kebakti-
annya dan makin besarlah kesediaan berkorban yang diminta di bidang materi
dan yang terikat oleh materi. Akibatnya adalah, bahwa manusia ini sebagai
makhluk rohaniah (berjiwa), mengalami hidupnya di lapisan-lapisan yang tipis
dari langitnya (jasmani halusnya). Mati bagi orang yang demikian berarti bahwa
ia pergi ke alam dewa itu. Di alam kafiruna ia berhubungan dengan dewanya
melalui angan-angannya yang masih ada dan berlangsunglah terus penyuciannya.
Semuanya itu dalam rangka kebaktiannya kepada dewanya tadi. Makin menjadi
316 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Russel Crow dalam film Robinhood dari hutan Sherwood, yang dicintai masyarakatnya Foto 9.2.5: Di Dunia Robinhood Perbuatan Kotor dan Bersih Berdampingan Legenda Robinhood dari hutan Sherwood. Sang tokoh ini adalah perampok budiman, hasil perbuatan ”kotor”-nya segera di ”cuci” untuk diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan Hidup di dalam badan/jasmani kasar, juga suatu keberuntungan tersendiri dipandang adanya kebebasan memilih. Karena proses pengotoran dan penyucian jiwa dapat berada berdampingan. Terjadi pada saat yang bersamaan baik pada orang yang sama maupun pada orang yang berlainan. Dengan demikian, ia dapat mengumpulkan pengalaman agar makin lama makin mendekat kepada Suksma Sejati dan mengalami-nya dengan sadar. Orang ini bahkan dapat keluar-masuk Rahsa Jati dengan badan yang sama, demi baktinya kepada umat manusia.
__________ http://www.shockya.com/news/wp-content/uploads/robin_hood_horses1.jpg cited September 14, 2011. http://rizanovara.files.wordpress.com/2009/12/robin_hood_2010_poster.jpg?w=236&h=350 cited September 15, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 317
halus jasmani halusnya, makin tinggilah tempatnya di alam dewa, tetapi makin
menjadi gelaplah jiwanya jika dilihat dari titik pangkal Tripurusa. Jalannya
kembali ke Tripurusa menjadi hampir-hampir mustahil.
Di alam kafiruna ia dapat tinggal beribu-ribu tahun. Dewanya mence-
gah dia berbalik kiblat, berbakti kepada Suksma Kawekas. Dengan
demikian hanya sebagai pengecualian ia dapat dilahirkan kembali untuk
hidup. Penyucian dan pengotoran di dunia dapat terjadi bersamaan
seiring dengan kehidupannya kembali di badan/jasmani kasar.
Orang yang demikian ini masih tetap autistik, hanya kadang-kadang dapat
diterobos oleh kontak dengan dewanya, tetapi kontak ini tidak memberi jawaban
yang cukup untuk mengatasi permainan keinginan-keinginan, perasaan-perasaan
dan ingatan-ingatan yang timbul tenggelam berganti-ganti, yang selalu
menghasilkan kekecewaan-kekecewaan. Ia dapat tinggal beribu-ribu tahun di
alam kafiruna. Dewanya mencegah dia berbalik kiblat, berbakti kepada Suksma
Kawekas. Dengan demikian hanya sebagai pengecualian ia dapat dilahirkan
kembali, untuk hidup kembali di dalam badan/jasmani kasar, di mana penyucian
dan pengotoran dapat berada berdampingan.
Di dalam kehidupan ini, memungkinkan ia dapat mengumpulkan
pengalaman-pengalaman untuk makin lama makin mendekat kepada Suksma
Sejati dan mengalami-nya dengan sadar. Orang ini bahkan dapat keluar-masuk
Rahsa Jati dengan badan yang sama, demi baktinya kepada umat manusia.
Kekuasaan dewa itulah yang sering menarik dan menyilaukan mata
manusia, sehingga ia lupa kepada Asalnya yang Suci. Pada dasarnya, kekuasaan
yang sama itu terkandung juga di dalam badan/jasmani manusia, yaitu kemayan.
Badan/jasmani kasar yang tidak berada dalam keselarasan, merintangi
perkembangan kemayan ini, tetapi di dalam derajat Bayu Sejati, manusia dapat
menggunakan kekuasaan yang sama.
318 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia dalam terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/dunia luar berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 9.2.4: Pengertian Sorga di dalam Candra Manusia Indonesia Mata manusia lebih tertarik dan silau akan kekuasaan dewa, sehingga ia lupa kepada Asalnya yang Suci. Padahal, di dalam badan/jasmani manusia sudah terkandung kekuasaan yang sama yaitu kemayan. Badan/jasmani kasar yang tidak berada dalam keselarasan, merintangi perkembangan kemayan ini, tetapi di dalam derajat Bayu Sejati, manusia dapat menggunakan kekuasaan yang sama. Potensi Bayu Sejati ini harus dilepaskan tanpa syarat, di dalam upaya mendapatkan posisi Pembebasan. Proses tersebut merupakan syarat untuk masuk ke dalam keadaan berada yang tak dapat dikenal sebelumnya. Tetapi, hasil akhir yang akan didapatkan berupa suatu Kesadaran dan Kedaulatan mutlak, Mahakuasa, serta tak terikat oleh ruang dan waktu, sesuai dengan suasana Sorga di dalam candra manusia Indonesia.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
Dunia Luar MAKROKOSMOS
=================lPancaindral============================== Dunia dalam MIKROKOSMOS Manusia: Soma [FISIK]
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - [MENTAL] Pamali Pancasila: rela, sabar, narima, Psike Dasasila jujur, budi luhur
NNaaffssuu
PPeerraassaaaann EExxttrraavveerrssii
AAnnggaann--aannggaann Aku IInnttrroovveerrssii
Trisila: sadar, percaya, taat
(Hati Nurani)
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Tripurusa:
SPIRITUAL] Alam Sejati Pusat Imateri
Sorga: Suatu kesadaran dan kedaulatan mutlak, mahakuasa, serta
tak terikat oleh ruang dan waktu. ========================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 319
Di dalam Pembebasan, potensi Bayu Sejati ini dilepaskan tanpa syarat, untuk
masuk ke dalam keadaan berada yang tak dapat dikenal sebelumnya. Tetapi,
Silaunya mata manusia karena kekuasaan dewa itulah yang melupakan
kepada Asalnya yang Suci. Sesungguhnya, kekuasaan yang sama itu
dimiliki juga oleh manusia, yang dikenal sebagai kemayan. Ketidak-
selarasan badan/jasmani kasar akan merintangi perkembangan
kemayan. Perkecualian di dalam derajat Bayu Sejati, manusia juga
dipinjami kekuasaan yang istimewa tersebut.
yang akan timbul berupa suatu Kesadaran, berdaulat mutlak dan Mahakuasa, tak
tergantung oleh tempat dan waktu. Inilah Sorga di dalam candra manusia
Indonesia.
320 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 10.1.1: Kereta ‘sempurna’ Mikrokosmos Manusia (sang Aku) sudah diberi perlengkapan yang sempurna. Terdiri dari empat anasir (suasana, api, air dan tanah) sebagai busananya dan tujuh perangkat (saudara) terdiri atas empat macam kekuatan hawa nafsu (mutmainah, amarah, sufiah dan luamah), dan tiga saudara lainnya yaitu cipta, nalar dan pangerti. Angan-angan (mind) diberi kekuasaan mengendalikan (kusir) hawa nafsu. Apakah dipakai untuk mendatang-kan anugerah atau musibah diserahkan sepenuhnya kepada sang Aku. Mutmainah, sebagai nafsu egosentrifugal (sosial dan supra sosia) akan mengarah ke anugerah Tuhan. Luamah, sebagai nafsu ”jahat” (egosentripetal) akan mengarah ke musibah, kecuali karena kelihaian angan-angan yang mampu mengendalikannya. Peng-gabungan kekuatan Mutmainah dan sufiah (asmara-sufi-laya) akan mampu mengubah polaritas egosentripetal luamah menjadi egonetral yang berarti suatu kesanggupan luar biasa dari badan/jasmani untuk menanggung penderitaan apa saja guna mencapai tujuan hidupnya yang hakiki (Pamudaran). Peristiwa berubahnya polaritas ini dinamakan sublimasi, suatu mekanisme pertahanan manusia yang istimewa.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
TheSelf
Mind
Mut- mainah
Luamah
Sufiah
Amarah
ǁǁǁǁǁ
MAKROKOSMOS
Egosentrifugal (+/++) Sosial(+) & Suprasosial (++)
Keinginan, cinta (o) (tanpa polaritas)
Kemauan, semangat (o) (tanpa polaritas)
Egosentripetal (-/±) Egonetral (±)
Angan-angan (cipta, nalar, pangerti)
Diagram Kereta Mikrokosmos
] [
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 321
BAB X
HUKUM KEADILAN TUHAN
10.1 PENDAHULUAN Hukum keadilan Tuhan ini menerangkan tentang arti anugerah dan
hukuman Tuhan, yang lazimnya disebut memetik buah perbuatan baik dan buruk.
Hukum Tuhan ini terasa kejam (tegas) karena sempurnanya (Aku) manu-
sia yang memiliki tujuh saudara (empat kekuatan hawa nafsu dan tiga
angan-angan, sebagai kusir pengendalinya) serta empat anasir yang
menjadi busananya. Apakah dipakai untuk mendatangkan anugerah
atau musibah diserahkan sepenuhnya kepada kedaulatan sang Aku.
Yang disebut perbuatan baik adalah perbuatan yang selaras dengan karsa Tuhan
dan yang disebut perbuatan buruk (dosa) adalah yang bertentangan atau tidak
selaras dengan karsa Tuhan. Karsa Tuhan itu hanya demi kesejahteraan segenap
makhluk supaya selama diciptakan hidup di dunia, dapat selamat perjalanannya
hingga sampai ke jalan asal tujuan dan jangan sampai tersesat jalannya. Akhirnya
ketika dipanggil Tuhan (maut), tidak dapat kembali lagi ke alamnya yang sejati
ialah sumber dan tujuan hidupnya.
Sejak awal hidupnya, Tuhan sudah memberitahukan keadaan kehidupan
yang beraneka warna itu serta ke-wajib-annya, berlakunya hukum keadilan
(perbuatan), makna paugeran (janji, ikrar, kredo, syahadat) Tuhan kepada para
hamba. Hakekat keyakinan tersebut mengandung tiga macam kesanggupan besar,
yaitu: sadar, percaya dan taat, yang disucikan oleh lima macam kelakuan baik:
rela, sabar, narima, jujur dan budi luhur. Setelah Roh Suci menyanggupi semua
perjanjian Tuhan tersebut, kemudian diciptakanlah ia ke dunia sebagai manusia.
Kelalaian dalam menetapi ikrar tersebut berarti mengingkari (memungkiri) titipan
janji kepada Tuhan tersebut, ia akan menerima hukuman Tuhan karena
melanggar prasetia jiwanya.
322 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Karma adalah hukum sebab-akibat, berjalan dengan otomatis, adil, dan menjaga keharmonisan
Gambar 10.2.1: Ruang Lingkup Hukum Karma Karma merupakan hukum sebab-akibat, hukum tersebut berjalan dengan sendirinya, otomatis, penuh dengan keadilan dan menjaga harmoni dunia. Semua penegak hukum termasuk ”Polisi Karma” tentunya sudah lebur di dalam ”hukum” itu sendiri... Apa yang Anda perbuat kepada dunia akan kembali juga kepada Anda. Di luar kekuasaan Karma ialah hidup yang imateri, yang diam. Maknanya semua yang terjadi akan kembali ke eksistensi asal yang diam dan abadi tersebut. Perbuatan, artinya ia (akan) keluar dari sumbernya dan memasuki (eksistensi) ruang dan waktu menjadi terikat dengan hukum abadi tersebut.
TheForce, yang Dinamis (Suksma Sejati) sebagai Pelaksana dari yang Statis (Suksma Kawekas) menciptakan wadah Roh Suci (TheSelf) berupa keempat anasir dengan urutan-urutan sebagai berikut: suasana (ether, hawa), api, air dan tanah (bumi), masing-masing mengandung kekuatannya yang khas dan mandiri. Keberadaan ruang dan waktu (menjadi ada, dari tidak ada apa-apa) dengan terlahirnya suasana. Semua yang terlahir setelah unsur suasana, terikat oleh materi, dapat diukur menurut ukuran ruang dan waktu, menjadi terikat dengan hukum karma. __________ http://3.bp.blogspot.com/--sx78_WcI_Q/TaO_vTGxTzI/AAAAAAAAAIg/7F3HyFSwn_M/s1600/ KarmaCop-311x322.jpg cited September 28, 2011. http://s1.hubimg.com/u/5474148_f260.jpg cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 323
10.2 KARMA
Menuai buah dari tanaman perbuatan adalah suatu ketentuan dari Suksma Kawe-
kas, TheSource, yang menguasai semua hidup yang terikat oleh materi, sebagai
Karma adalah representasi hukum keadilan yang menentukan, suatu
ketentuan dari Suksma Kawekas, TheSource, sumber hidup yang mengua-
sai semua hidup yang terikat oleh materi. Siapa saja akan menuai hasil
tanaman sesuai dengan yang ditanamnya, menanam padi menuai padi.
hukum keadilan yang menentukan. Yang dimaksud dengan perbuatan itu tidak
hanya aktivitas alat gerak badan/jasmani, tetapi juga tiap gerak yang keluar dari
titik-diam di dalam sentra-sentra vitalitas: angan-angan, perasaan, dan nafsu.
Semua sifat-sifat dari gerak keluar itu dikuasai oleh hukum tersebut, seperti
kualitas, kuantitas, bentuk dan arahnya, pendek kata semua sifat-sifatnya yang
terikat oleh ruang dan waktu.
Yang berada di luar kekuasaan Karma ialah hidup yang imateri, yang diam.
Semua yang terjadi mengandung makna bahwa ia akan kembali ke eksistensi asal.
Perbuatan memasuki (eksistensi) ruang dan waktu, mengandung makna bahwa ia
(akan) keluar dari padanya.
Jika kita mengikuti terjadinya universum menurut candra manusia
Indonesia ini (Gumelaring Dumadi, buku III dari Sasangka Jati), maka dari Hidup
yang imateri, yang Diam, terlahir yang Dinamis sebagai pelaksana dari Kehendak,
yang terkandung dari yang Diam. Ada Kehendak untuk melepaskan Roh Suci
sebagai percikan dari Diam, tetapi Kehendak itu menunda pelaksanaannya,
menunggu adanya busana material untuk wadah percikan yang dikorbankan dari
Diri sendiri.
Wadah, busana itu diciptakan oleh yang Dinamis sebagai Pelaksana dari
yang Statis keempat anasir dengan urutan-urutan sebagai berikut: suasana (ether,
hawa), api, air dan tanah (bumi), masing-masing mengandung kekuatannya yang
324 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 10.2.1: Terjadinya Alam Semesta Dipimpin oleh Kebijaksanaan perencanaan, keempat unsur: suasana (ether, hawa), api, air dan tanah (bumi), dengan kekuatan masing-masing saling pengaruh-memengaruhi terjadilah bentuk dan hubungan, yang lambat-laun memberi wujud kepada alam semesta. Ketika wadah telah siap, maka diciptakanlah isinya yaitu manusia, dewa, binatang, dan tumbuh-tumbuhan, pengisi dunia dan bagian dari makrokosmos.
Tripurusa (TriAspek ) adalah pusat jati dirinya manusia, sebagai titik statis. Hidup imateri dalam tiga aspek, turun di dalam ikatan materi dengan segala akibat-akibatnya. Pada suatu ketika ikatan materi tersebut, harus ditiadakan oleh suatu Pembebasan. Pengembalian ke titik statis dan Pembebasan dipandu oleh TheForce, Suksma Sejati atas nama TheSource, Suksma Kawekas.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
SOMA
Dimensi-2
PSIKE Dimensi-3
TheSource TheForce TheSelf Dimensi-4
MIKROKOSMOS
ǁǁǁǁǁ
||
Body
Mind
Soul TTTrrreeeFFFoooiiilll
Nafsu- nafsu
Angan-
angan
Perasaan
(EGO)
MAKROKOSMOS Manusia, Dewa, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, dan Mineral
Dimensi-1
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 325
khas dan mandiri. Dengan terlahirnya suasana, dilahirkan ruang dan waktu.
Semua yang terlahir setelah unsur suasana, terikat oleh materi, dapat diukur
menurut ukuran ruang dan waktu.
Tiap gerak yang keluar dari titik-diam di dalam sentra-sentra vitalitas:
angan-angan, perasaan dan nafsu adalah perbuatan. Tidak hanya
aktivitas alat gerak badan/jasmani saja disebut perbuatan, tetapi semua
sifat-sifat dari gerak keluar titik diam dikuasai oleh hukum abadi
(karma), seperti kualitas, kuantitas, bentuk, dan arahnya, pendek kata
semua sifat-sifatnya yang terikat oleh ruang dan waktu.
Keempat unsur tadi dengan kekuatan masing-masing saling pengaruh-
mempengaruhi dan karena dipimpin oleh Kebijaksanaan perencanaan, terjadilah
bentuk dan hubungan, yang lambat laun memberi wujud kepada universum. Jika
wadah telah siap, maka datanglah isinya yaitu manusia, dewa, binatang, dan
tumbuh-tumbuhan.
Yang essensial di dalam manusia adalah Tripurusa, Hidup imateri dalam
tiga aspek, derajat, turun di dalam materi dengan segala akibat-akibatnya. Pada
saat itu juga mulailah berlaku Hukum Karma baginya. Karena Tripurusa dianggap
sebagai titik-Diam, maka pemindahan titik berat hidup ke hidup material itu tadi
adalah suatu perbuatan nyata, yang pada suatu ketika harus dikembalikan
kepada titik-diamnya lagi. Ikatan pada materi ini pada suatu ketika, harus
ditiadakan oleh suatu Pembebasan.
Semua aktivitas angan-angan, perasaan, dan nafsu adalah akibat
pemindahan dari titik berat ke jasmani, memilih hidup yang mengandung
kemungkinan-kemungkinan berada dan kemungkinan–kemungkinan berbuat
yang saling berlawanan (polar, berpolarisasi, berkutub, bertujuan). Polaritas ini
tidak ada di dalam Tripurusa.
Ketiga sentra vitalitas memperlihatkan polaritas. Angan-angan terarah di
dalam konsentrasi dan abstraksi. Penerangan oleh angan-angan menyebabkan
terjadinya bidang yang gelap di luar bidang yang terang. Perhatian itu membatasi
326 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2), 2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri,
spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos Bagan Transenden 10.2.1: Rahsa Jati adalah Ilkim Tripurusa Rahsa Jati, TheGate, adalah iklim Tripurusa bukanlah apa yang kita sebut sehari-hari sebagai kesadaran dan ke-tidak-sadaran, tetapi keadaan di antara keduanya, juga sekaligus mengandung keduanya di dalamnya. Suatu suasana transendental yang penuh harmoni, membatasi kedalaman di lubuk hati selanjutnya. Sang aku dengan melakukan introspeksi berbekal perilaku unggulannya yaitu sadar percaya, dan taat kepada Tripurusa, akhirnya siap menyerahkan seluruh kedaulatannya di depan pintu gerbang Rahsa Jati, ia tidak kuasa lagi melaluinya.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS Manusia, Dewa, Hewan, Tumbuh-tumbuhan, Mineral [Alam Semesta]
==============l Pancaindra l=============================== [Manusia seutuhnya] MIKROKOSMOS
Fisik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Mental [Aku] ↓
- - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - TRIPURUSA: 3Roh Suci, 2Suksma Sejati, 1Suksma Kawekas TreFoil: 3TheSelf, 2TheForce, 1TheSource
[Alam Sejati] (Pusat Imateri) Spiritual
=======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 327
dan dengan sendirinya menyebabkan adanya bagian yang di luar perhatian itu.
Pembentukan suatu kesadaran disertai dengan terjadinya suatu ke-tidaksadar-an.
Kesadaran Rohani (TriAspects) transendental terhadap kesadaran dan
ketaksadaran, berarti netral terhadap kesadaran yang biasa. Manusia
yang telah dibebaskan, tidur juga, tetapi ia sadar selama tidurnya. Ia
mati, tetapi kesadarannya tidak berubah. Manusia itu berada di luar
hukum Karma. Hukum sebab akibat sudah tidak menguasainya lagi.
Iklim Tripurusa yang disebut Rahsa Jati, bukanlah apa yang kita sebut
sehari-hari sebagai kesadaran dan ketaksadaran. Tetapi, keadaan di antara
keduanya. Juga, sekaligus mengandung keduanya di dalamnya (transendental,
melampaui batas-batas kedalaman di lubuk hati).
Kesadaran Tripurusa ini tidak mengusir kesadaran yang biasa, tetapi
transendental terhadap kesadaran dan ketaksadaran. Manusia yang telah
dibebaskan, tidur juga, tetapi ia sadar selama tidur itu, ia mati, tetapi
kematiannya itu tidak mengubah apa-apa pada Kesadarannya itu. Jika dikatakan
dengan istilah hukum Karma, maka manusia itu sudah berada di luar hukum
Karma. Hidupnya sudah tidak dikuasai lagi oleh hukum sebab akibat.
Kedaulatan angan-angan diimbangi oleh sifat kehambaannya; aktivitas
kekuasaan sebagai regulator badan/jasmani diimbangi oleh penyerahan
takberdaya, merupakan hasil sikap pasifnya terhadap Tripurusa.
Nafsu juga memiliki sifat polarisasinya. Luamah mempunyai dua sifat yang
bertentangan, yang memungkinkan sublimasi. Kecuali itu, Luamah merupakan
kutub-lawan nafsu mutmainah.
Jika kita pikirkan bahwa sentra vitalitas itu sebagai sumber tenaga, seperti
yang dikemukakan oleh Jung, maka tenaga-tenaga yang keluar itu ‘suatu ketika’
akan kembali ke Sentra asalnya, dalam segala kualitasnya. Orang mungkin tergo-
328 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 10.2.2: Kereta ‘ideal’ Mikrokosmos Sentra vitalitas angan-angan yang berdaulat itu memiliki sifat kehambaan ketika tunduk dengan berserah diri dan pasif di hadapan Tripurusa. Begitu juga nafsu-nafsu sebagai sentrum vitalitas berikutnya memiliki sifat dan polaritas yang unik. Nafsu-nafsu seyogyanya dikendalikan oleh angan-angan (Mind) sebagai pengendali utama. Luamah mempunyai dua sifat yang bertentangan, yang memungkinkan sublimasi. Kecuali itu, Luamah merupakan kutub-lawan nafsu mutmainah. Jika kita pikirkan bahwa sentra vitalitas itu sebagai sumber tenaga, seperti yang dikemukakan oleh Jung, maka tenaga-tenaga yang keluar itu ‘suatu ketika’ akan kembali ke Sentra asalnya, dalam segala kualitasnya. Sentra asal (Sadar Kolektif) yang dinamis adalah Sang Guru Sejati (TheForce/gambar letupan sinar terang) utusan Suksma Kawekas (TheSource) yang abadi yaitu Sadar Kolektif yang statis.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
TheSelf
Mind
Mut- mainah
Luamah
Sufiah
Amarah
ǁǁǁǁǁ
Diagram Kereta Mikrokosmos
MAKROKOSMOS ALAM SEMESTA
] [
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 329
da untuk berkata tentang hukum ketetapan tenaga dengan demikian mengang-
gap hukum-hukum ilmu alam berlaku bagi hidup yang terikat oleh materi.
Di dalam Hukum Keadilan ini terdapat daya pengaruh, dalam arti
penambahan dan pengurangan. Maka perbuatan-perbuatan yang
dipantulkan oleh hukum abadi tersebut, dapat kita rasakan lebih berat
atau lebih ringan. Suasana yang mengiringi karma yang datang penting
untuk diperhatikan sebagai bahan pembelajaran.
Segi-segi yang berlawanan kutub dari suatu sentra dapat saling
mengimbangi, tetapi aktivitas yang telah dialami tidak akan pernah dapat
ditiadakan. Jika dua hal yang kutubnya berlawanan dari satu sentra
diumpamakan sebagai tinta hitam dan tinta putih yang dicampur dalam satu
wadah, maka warna tinta ditentukan oleh perbandingan kadar warna kedua tinta
tersebut. Jika sedikit hitam dan banyak putihnya, maka pada suatu ketika kita
tidak melihat hitamnya lagi, walaupun kenyataannya tinta hitam masih ada di
dalam campuran tersebut.
Jadi di dalam Hukum Karma ini terdapat daya pengaruh. Daya pengaruh
tersebut dalam arti kumulatif (timbunan, tandon) dan peringanan. Karena
peringanan dan tandon, maka perbuatan-perbuatan yang dipantulkan kepada
kita oleh Karma dapat dirasakan lebih berat atau lebih ringan.
Latar belakang saat datangnya Karma pada kita merupakan juga faktor yang sangat penting. Umpamanya orang pernah memukul kepala orang lain dengan pukul besi, maka menurut Karma ia akan mendapat pukulan pada kepalanya pada suatu ketika. Bagaimana pukulan ini akan datang kepadanya? Tergantung dari sifat sikap hidup dan perilakunya selama waktu antara ia memberi pukulan dan saat ia menerima Karma. Hukum keadilan ini akan berjalan dengan sendirinya sejak awal terjadinya alam semesta. Keberadaan Karma melalui mekanisme pengatur ketertiban alam semesta dengan segala dinamikanya, agar terselenggara hubungan yang adil dan harmonis semua penghuninya.
330 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Dilanjutkan ke halaman 330 pada buku Magnum Opus (2016) Volume 2.
Manusia yang tertutup matanya, pedang dan timbangan sebagai simbol keadilan masyarakat
Gambar 10.2.2 : Simbol Ilustrasi Hukum Keadilan di Dunia dan Hukum Karma Simbol keadilan selalu digambarkan sebagai manusia yang membawa pedang keadilan dan timbangan untuk menimbang perbuatan baik dan buruk dengan mata yang tertutup sebagai penjaga kesejahteraan dan kemakmuran masyarakatnya (atas nama Ketuhanan Yang Maha Esa). Karma digambarkan sebagai hukum sebab-akibat, abadi, dan sempurna sebagai pemberian Tuhan Yang Mahaadil. Karma sebagai hukum abadi yang tak berubah-ubah dan berlaku untuk selama-lamanya berdasarkan pandangan bahwa manusia dapat merasakan kemurahan dan kasih sayang Tuhan Yang Maha Kuasa, sekaligus keadilannya pun tidak dapat diabaikan sepanjang masa. Pengalaman organis maupun rohaniah diharapkan mampu menyimpulkan makna Karma sebagai representasi dari Mahakuasa, Mahapengasih, Mahapenyayang sekaligus Mahaadil.
__________
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 331
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRwDcSJg2pl3DebynYfjGYpqQ4Ql6KCvbwD9B2HgzD-G8QN1N93nPRqwjtv cited September 28, 2011.
Kalau selama waktu itu perilakunya berdasarkan Kesadaran Suksma Sejati
dengan cara hidup Trisila dan Pancasila, maka kehidupannya ini telah
mengimbangi, dalam arti menebus perbuatan-perbuatan yang terdahulu. Sebagai
Cara hidup Trisila dan Pancasila, berarti menebus perbuatan-perbuatan
yang terdahulu. Sebagai gantinya karma memukul kepala dengan palu
besi (sesuai dengan perbuatan terdahulu), ia mungkin hanya mendapat
ketukan ringan pada kepalanya. Hukum karma telah melaksanakan
tugasnya dengan sempurna.
gantinya dipukul dengan palu besi (dalam keadaan yang sama dengan yang
dahulu), ia mungkin hanya mendapat ketukan ringan pada kepalanya. Ketukan
itu tidak usah datang dari orang yang dipukul dahulu, tetapi dari teman atau
saudara sebagai senda gurau atau ia mendapat pukulan di kepalanya dari suatu
sandiwara dari pemukul yang terbuat dari kardus. Dengan jalan ini Karma telah
terlaksana.
Peringanan atau kumulasi dan perubahan keadaan menyebabkan orang
yang bersangkutan menerima dan merasakan nasibnya sebagai anugerah atau
sebagai hukuman. Sikap hidupnya tergantung dari hubungan orang itu pada saat
itu dengan Tripurusa dan dengan dunia material. Karma tidak hanya ditentukan
oleh aktivitas berbagai sentra vitalitas dan aktivitas seluruh kepribadian, tetapi
iklim jiwa yang dibentuk oleh sentra-sentra itu, adalah juga faktor pengiring yang
ikut menentukan nasib yang menanti manusianya.
Saat datangnya Karma pada manusia terkandung di dalam kebijaksanaan
Suksma Sejati sebagai Pemimpin dan Guru Sejati. Keadaan psikis pada waktu itu
selalu merupakan kondisi terbaik untuk membangkitkan atau untuk merangsang
Kesadaran Tripurusanya. Dilihat dari pendirian ini, maka Hukum Karma ini adalah
juga ’hukum abadi’ (hukum yang tak berubah-ubah dan berlaku untuk selama-
332 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Seorang anggauta pramuka sedang belajar menggunakan kompas dari pelathnya ..
Foto 10.2.1: Kompas adalah Alat Penunjuk Mata Angin Steven Merck, 11 tahun, seorang anggota pramuka sedang belajar menggunakan kompas, didampingi oleh pelatihnya Donie Shreve. Masih banyak orang yang selalu membawa kompas, pisau dan senter kemana pun ia pergi.
Akibat-akibat yang dirasakan manusia ketika menerima Karmanya sendiri, dapat dianggap sebagai pembelajaran, pengalaman, dan selanjutnya dapat dipakai sebagai ”kompas” untuk mendapatkan esensi hidup. Jadi bertujuan pendidikan.
Bagi seorang pejalan spiritual, yang bertujuan mendapatkan makna hidup yang hakiki dan telah mengerti adanya kemungkinan untuk bertunggal dengan Suksma Sejati dan pembebasan dari Hukum Karma, tiada lagi untung dan rugi, semua adalah pengalaman menapaki jalan spiritual yang semakin lama semakin sepi. __________ http://www.success-central.com/images/stories/compass.jpg cited September 28, 2011. http://media.independentmail.com/media/img/photos/2011/04/09/0409jolly1_t300.jpg cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 333
lamanya), suatu gejala dari Mahaadil, Mahamurah, dan Mahaampun Suksma
Kawekas, yang menyuruh kita melalui pengalaman-pengalaman organis dan
rohaniah menyimpulkan inti maknanya.
Dosa atau mengandung kekuatan untuk berbuat dosa adalah akibat
suatu perbuatan atau gerak keinginan tertentu dari sentra vitalitas
manusia yang masih berbusana jasmani materi sebelum Pembebasan.
Maka Pamudaran membebaskannya dari perbuatan dosa, ia telah
panggil kembali oleh TheForce, UtusanNya yang abadi.
Selanjutnya dapat dipakai sebagai kompas untuk mendapatkan esensi
hidup. Jadi bertujuan pendidikan (paedagogis). Bagi seorang musafir hidup,
yang bertujuan mendapatkan esensi hidup ini, dan telah melihat adanya
kemungkinan untuk bertunggal dengan Suksma Sejati dan Pembebasan dari
Hukum Karma, tiada lagi untung dan celaka, semua adalah pengalaman.
Yang ada hanya perbuatan dan sikap hidup, yang mengikat dia dari derajat
kehidupan yang terikat oleh material atau yang membawa dia kepada
Pembebasan. Polaritas ini tinggal titik beratnya apakah selamanya tinggal di
dalam Tripurusa ataukah di dalam badan/jasmani. Jika titik-berat telah
diletakkan untuk selamanya di dalam Hidup yang imateri, maka dari situ jugalah
badan/jasmani dikendalikan.
Perbuatan-perbuatan badan/jasmani lalu merupakan manifestasi-
manifestasi Suksma Sejati, yang mengatur Hukum Karma. Jika hidup di dalam
busana material dengan segala akibatnya disebut ’dosa’ atau setidak-tidaknya
mengandung kekuatan untuk ’berdosa’, maka orang yang telah mencapai
Pembebasan itu tadi telah dibebaskan dari ’dosa’. Membebaskan diri dari ’dosa’
berarti menjadi selalu makin dekat dengan derajat Suksma Sejati.
Bagi manusia yang sudah berdiri di pintu gerbang Pembebasan, maka dosa
satu-satunya ialah masih terikatnya ia kepada yang material, sehingga masih
mengandung kemungkinan untuk dilahirkan kembali. Pembedaan antara baik
334 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Suku Penan masih hidup berpindah-pindah di hutan-hutan Sarawak, Borneo.
Foto 10.2.2: Masyarakat Pedalaman dengan Kebudayaannya yang masih Sederhana Hanya beberapa ratus orang Suku Penan masih hidup berpindah-pindah tempat (nomaden) di hutan-hutan Sarawak, Borneo. Kira-kira 10.000 lainnya berhasil ditempatkan di rumah-rumah panjang. Masih ada masalah mengenai kesehatan dasar dan pendidikan mereka di pedalaman. (Thomas Bell, Bangkok, 29 Juli, 2007) Orang yang baru dilahirkan pertama kali masih sederhana pengetahuan dan perilakunya, seolah-olah mendapatkan dispensasi dalam penerapan hukum Karma. Barangkali populasi masyarakat pedalaman, dan masih tinggal di hutan-hutan termasuk orang yang belum pernah merasakan alam kafiruna, baru pertama kali dilahirkan di bumi. Tentu saja kalau wacana prasejarah perorangan (reinkarnasi, tumimbal lahir) dapat diterima. Pengetahuan ini bukan sesuatu yang sangat penting, tetapi dapat menjawab dengan jitu beberapa keraguan menghadapi apa yang terjadi di sekitar kita. Hukum Karma mempertimbangkan semua faktor tersebut di atas. __________ http://www.theage.com.au/ffximage/2007/07/28/rgw_penan_narrowweb__300x458,0.jpg cited September 28, 2011. http://www.theage.com.au/news/world/biofuel-push-threatens-nomad-tribe/2007/07/28/ 1185339319498.html cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 335
dan buruk sudah lama ditinggalkan, tidak hanya di dalam anggapan, tetapi juga di dalam perbuatan. Itu tidak berarti bahwa manusia dalam derajat itu mencam-puradukkan pengertian baik dan buruk serta berbuat semau-maunya, tetapi
Ibarat suatu sidang pengadilan untuk mengambil keputusan yang adil
pada hukum karma, maka baik terdakwa, saksi, jaksa, maupun hakim
dan pelaksana vonisnya adalah perbuatannya itu sendiri. KeadilanNya
adalah a-pribadi, mutlak dan tidak perlu diragukan lagi.
pembedaan itu tidak lagi merupakan pertimbangan baginya untuk orientasi
hidupnya.
Manusia yang dilahirkan untuk pertama kali, belum berpengalaman dalam
menggunakan angan-angan, perasaan, dan nafsunya. Fungsi-fungsi vitalitasnya
belum didasari pengalaman dan karena itu ia masih mudah kena pengaruh faktor-
faktor luar dan orang-orang lain. Benar atau salahnya apa yang dilakukan
olehnya, lebih banyak disebabkan oleh pengaruh faktor-faktor luar itu daripada
karena inisiatifnya sendiri. Semua faktor ini termasuk dalam pertimbangan
Hukum Karma, sehingga dapat memberi keringanan dalam pemantulan kembali
perbuatan-perbuatannya.
Jika kita boleh membandingkan Hukum Karma ini dengan pengadilan.
Maka, baik terdakwa, saksi, jaksa, maupun hakim dan pelaksana vonisnya
adalah perbuatannya sendiri. Maha-adilnya adalah mutlak dan bersifat a-pribadi.
Selanjutnya, di dalam buku Sangkan Paran yang sama, ditulis jika pada reinkar-
nasi yang pertama tidak sampai pada Pembebasan dan manusia dilahirkan untuk
hidup yang kedua kali, setelah selesai mengalami alam kafiruna, maka di dalam
hidup yang kedua kali ini terjalin Karma yang belum terlaksana, sebagai
kemungkinan dapat diharapkan realisasinya kemudian.
336 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Reinkarnasi diyakini sebagai hidup berkali-kali di dalam personalia yang berbeda-beda
Gambar 10.2.3: Kontinum Ruang dan Waktu dalam Perspektif Reinkarnasi Barangkali hidup yang kita jalani memang berkali-kali di dalam personalia yang berbeda-beda tetapi masih menempati rohani (spirit) yang sama. Diyakini bahwa teori-teori fisika, dawai, dan kuantum telah membuktikannya. Masih banyak yang menganggap hanya ilusi yang memberikan substansi kepada dunia materi, dan di dalam angan-angan kita.
Adanya garis kontinum kesadaran manusia di dalam ketujuh reinkarnasinya, teoretis dapat mencapai lebih dari 500 tahun umur di bumi, itu belum ditambahkan tahun menempati alam kafiruna. Badan/jasmani halusnya juga memiliki kontinum yang sama, hanya badan/jasmani kasarnya yang dikubur atau menjalani proses lainnya untuk kembali ke alam unsur di bumi.
Ini semua adalah konsekuensi ilmu pengetahuan, bukan tujuan hidup manusia, hanya sekadar wacana, boleh dianggap tidak penting. Mengalihkan titik berat kesadaran aku ke pusat imateri untuk menyongsong pamudaran tanpa menunggu reinkarnasi berikutnya adalah tujuan utama dari candra jiwa Indonesia.
__________ http://themeadownovel.files.wordpress.com/2008/09/reincarnation-picture1.jpg cited September 28, 2011. http://themeadownovel.wordpress.com/httpthemeadownovelwordpresscom/ cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 337
Di dalam kehidupan yang kedua dan selanjutnya, pengalaman-pengalaman
bertimbun dan timbullah lebih banyak inisiatif dan tanggung jawab pribadi.
Kedua faktor ini diperhitungkan di dalam Karmanya dan ikut menentukan saat
Para mantan penghuni alam kafiruna banyak inisiatif dan tanggung
jawab pribadinya. Karmanya semakin berat dan datangnyapun semakin
lambat. Ini semua sebagai mekanisme hukum abadi demi pembelajaran
dan memberi kesempatan manusia untuk menyucikan dirinya.
datangnya Karma padanya. Keadilan Suksma Kawekas memperhitungkan per-
tanggungan jawab pribadi dan manusia dianggap cukup kesempatan untuk
memperbaiki dirinya.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa makin sedikit tanggung jawab
pribadinya, makin ringanlah Karmanya dan makin cepatlah ia datang sesudah
perbuatannya. Agar terasa hubungan yang ada antara kesalahan dan hukum-
annya yang adil itu. Makin lanjut reinkarnasinya, makin banyak tanggung jawab
pribadinya, makin berat Karmanya dan makin lamalah ia datang sesudah
perbuatannya. Itu semua untuk memberi kesempatan manusia memperbaiki diri.
Ketujuh reinkarnasi itu merupakan satu garis kontinyu dalam hal kesadaran
Akunya. Mungkin badan/jasmani halusnya tetap sama saja selama hidupnya yang
berturut-turut itu. Baik dilengkapi oleh suatu badan/jasmani kasar, atau sendiri
saja selama di dalam alam kafiruna.
Selama ada badan/jasmani, selama itu dapat diadakan penggolongan
berdasarkan perbedaan-perbedaan yang ada, sehingga masyarakat tempat
manusia hidup bersama dengan sendirinya dapat dibagi atas berbagai kelas atau
tingkatan. Umat manusia dapat dibagi atas dasar pencurahan sentra-sentra
vitalitas, dan pembagian lebih lanjut atas dasar perbandingan kuantitatif
kapasitasnya, sehingga terdapat umpamanya kelas tipe angan-angan, dengan
sub-golongan yang saling berhubungan hierarkis. Atau kelas tipe nafsu dengan
pembagian terinci lebih lanjut dan sebagainya.
338 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Dewan Keamanan PBB menerima resolusi dasar untuk dunia yang bebas dari senjata nuklir
Foto 10.2.3: Resolusi Bebas Persenjataan Nuklir di Dewan Keamanan PBB Presiden USA Obama telah menekankan perlunya menciptakan dunia bebas nuklir dalam perdebatan PBB. Dewan Keamanan PBB secara bulat menerima suatu resolusi dasar untuk membentuk dunia yang bebas dari persenjataan nuklir. (Hurriyetdailynews. com, 29 September 2009). Dunia pemikiran adalah dunia bebas, dapat mencapai apa saja bagaikan mendapat pinjaman ”tangan” Tuhan untuk dapat meraih apa saja. Mengikuti perjalanan sang waktu, manusia bertambah pengalaman, inisiatif dan tanggung jawabnya. Sentra-sentra vitalitasnyapun berkembang. Soemantri telah mewacanakan (Wacana I) adanya pengelompokan manusia berdasarkan sifat-sifat tertentu yang merujuk sentra-sentra vitalitasnya yang dominan. Candra jiwa Indonesia mengidentifikasi kemungkinan adanya golongan manusia dengan tipe dominan: 1) nafsu, 2) angan-angan, 3) perasaan, dan 4) rahsa jati dengan segala kemungkinan manifestasi kepribadiannya. ____________________ http://www.hurriyetdailynews.com/n.php?n=obama-pushes-nuclear-arms-free-world-at-un-talks-2009-09-24 cited September 28, 2011. http://www.hurriyetdailynews.com/images/2009_09_24/obama-pushes-nuclear-arms-free-world-at-un-talks-2009-09-24_l.jpg cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 339
Orang dapat membuat pembagian berdasarkan letak titik-berat hidup di
dunia-luar atau dunia-dalam, seperti dilakukan Jung dalam tipe ekstravert dan
introvertnya. Sebagai titik tolak semua tipologi itu dapat diterima dan semua tipe
Pertanyaannya apakah Pamudaran benar-benar menjadi tujuan sejati
hidup manusia? Tentu saja dapat dicari Kebenaran TriAspects dengan
mengikuti proses introversi bagi timbulnya intuisi atau wahyu. Masih
tersedia jalur pilihan lain yang menuju ke alam dewata. Setiap orang
hanya bertanggung jawab bagi dirinya sendiri atas pilihannya itu.
yang berbeda-beda itu dapat menjadi dasar, dari mana tiap manusia melepaskan
diri dari ikatan kehidupan material. Hukum Karma menentukan juga di golongan
masyarakat mana orang dilahirkan kembali nantinya.
Dapatlah difahami dengan penuh empati, jika orang bertanya pada diri
sendiri benarkah bahwa Pembebasan, seperti yang digambarkan ini, adalah
tujuan sejati dari hidup. Sebagai manusia yang belum mencapai Pembebasan,
sudah pasti tidak dapat memberi jawaban yang menyelesaikan. Tetapi kita dapat
menguji Kebenaran Tripurusa (TriAspek, TriFoil, TreFoil) dengan pengalaman
sendiri, dengan mengikuti cara hidup yang mengandung kondisi yang khas bagi
timbulnya intuisi dan wahyu. Atau dapat juga menempuh jalan hidup yang
menuju dewa. Apa pun yang dipilih, akhirnya manusia hanya bertanggung jawab
kepada dirinya.
Mari kita biarkan pikiran kita bergerak dengan bebas. Andaikata benar
bahwa tujuan hidup itu Pembebasan, maka lama-kelamaan tujuan itu akan makin
jelas menampak. Umat manusia dan masyarakat akan berubah sepanjang
perkembangannya, karena sentra-sentra vitalitasnya makin mengembangkan diri
lebih lanjut. Dengan bergerak majunya perjalanan sang waktu akan bertambah
pula pengalaman dan inisiatif manusia yang selalu mengasah dan menajamkan
peranan sentra-sentra vitalitasnya.
340 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Diagram Transenden 10.2.3: Golongan Manusia Bayu Sejati dan Rahsa Jati (Wacana II) Soemantri masih memiliki hipotesis (Wacana II) adanya sentra-sentra vitalitas lainnya yang sampai disertasinya dipertahankan di dunia ilmiah (1956) belum dikembangkan. Sentra-sentra ini agaknya berupa tenaga jasmaniah yang akan dieksploitasi oleh 1) golongan besar manusia yang mampu mengembangkan ’Bayu Sejati’-nya (Aku-material) sebagai raja yang berdaulat atas badan/jasmani tetapi mengingkari Rahsa Jatinya.
Golongan besar manusia lainnya adalah 2) mereka yang mampu mangalami Rahsa Jati-nya sebagai sentra vitalitasnya yang utama. Dampak analisis komunikasinya menjadi menarik karena kedua golongan besar yang polaritasnya ’berbeda’ ini pada suatu ketika akan berhadap-hadapan apakah akan terjadi peperangan atau mungkin hanya berdiskusi saja untuk memperbaiki masyarakat manusia teoretis ini.
__________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
(FISIK)
.
PUSAT IMATERI (SPIRITUAL)
(MENTAL)
MAKROKOSMOS
-------------------------------------------------------- RAHSA JATI
BAYU SEJATI
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 341
Mungkin timbul diferensiasi menjadi manusia nafsu, manusia perasaan,
manusia angan-angan dan manusia Rahsa Jati. Barangkali, mereka akan memben-
tuk masyarakatnya sendiri- sendiri yang sedikit banyak agak terpisah yang satu
Akhirnya ada dua model (Wacana III) manusia; 1) golongan yang intro-
versi ke Tripurusa di dalam dirinya dan 2) golongan yang ekstraversi
Akunya sampai ke puncak eksistensinya, maka jalan untuk sampai kepa-
da Tripurusa cukup dengan mengingatkan diri kepada Kedaulatan
Hidup di dalam dirinya sendiri, masuk ke dalam golongan pertama.
dari yang lain. Seperti ada kelompok sifat watak, dapat juga timbul kelompok
jenis manusia, atas dasar sentra vitalitas (Wacana I).
Pada perkembangan lebih lanjut, maka sungguh akan tinggal dua golongan
besar (Wacana II), pertama; golongan besar manusia yang mengalami Rahsa Jati
(TheGate) sebagai sentranya. Kedua; golongan besar manusia yang mengingkari
Rahsa Jatinya dan hanya mengembangkan sang aku-material-nya (Bayu Sejatinya)
sebagai raja berdaulat atas badan/jasmaninya dan mengeksploitasi sentra-sentra
tenaga jasmaniah (barangkali juga sentra-sentra yang sampai sekarang belum
diperkembangkan). Barangkali, sangat barangkali, suatu hipotesis, karena
jalannya pikiran ini hanya sekadar jalannya pikiran-pikiran, kedua golongan besar
itu tadi akan saling berhadapan pada suatu ketika.
Jika perkembangan umat manusia sudah sedemikian jauhnya, sehingga
tinggal dua diferensiasi (Wacana III). Yaitu, golongan yang memanifestasikan
Tripurusa di dalam dirinya dan golongan kebalikannya, yang memperkembangkan
Akunya sampai ke puncaknya. Maka, perjalanan untuk sampai kepada Tripurusa
bukanlah jalan memutar melalui Trisila dan Pancasila. Akan tetapi, cukup dengan
mengingatkan diri kepada Kedaulatan Hidup di atas dirinya sendiri, untuk masuk
ke dalam golongan pertama. Kedua jenis yang diperlawankan secara keras
tersebut, ternyata berdiri sangat berdekatan juga.
342 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bintang film Tom Hank sedang serius membaca artikel persaudaraan internasional P.A.G.A.N. Foto 10.2.4: Dunia Fantasi, Manusia Tertentu Menjadi Kandidat Dewata Film ini menceritakan tentang persaudaraan setan. Agama Pagan dianggap masyarakat sebagai penyembah setan, menggunakan symbol pyramid (ujungnya terbelah dan mata yang melihat. Serial televisi CSI: NY). (Hidden Subliminal Messages in Hollywood, Thursday, June 17, 2010) Dalam dunia fantasinya Soemantri (Wacana IV) menyebutkan bahwa manusia tertentu adalah kandidat (calon) utama untuk menggantikan kedudukan para dewa sekalipun golongan dewa yang paling tiggi. Teori ini memungkinkan mengingat umur para dewa panjang tetapi masih terbatas dan ia hanya terdiri atas satu anasir saja. ”Manusia” ini berbadan/jasmani halus dengan lingkungan anasir api sebagai tempat bermainnya.
Karakter manusia ini memiliki kedaulatan aku yang tak terkendalikan, merasa dirinya paling tinggi kedudukannya di makrokosmos ini sehingga layak sejajar untuk berkomunikasi dengan para dewa yang tertinggi. Jika jenis manusia ini cukup banyak maka dapat saja membentuk perhimpunan persaudaraan ”setan” berskala dunia.
__________ http://4.bp.blogspot.com/_9lSwJ-jeXxQ/TBpfeRXqhVI/AAAAAAAABC4/SmKzAYQDAiQ/ s1600/dragnet_ satanic_brotherhood_international.jpg cited September 28, 2011. http://2.bp.blogspot.com/_9lSwJ-jeXxQ/TBpe2CjNCfI/AAAAAAAABCw/FauxNdt3h5o/s1600/tom-hanks-international-brotherhood-of-satan.jpg cited September 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 343
Dalam tahap perkembangan umat manusia yang demikian ini, kiranya
manusia sudah tidak dipengaruhi lagi oleh kebutuhan material. Mereka semua
kiranya sudah menguasai nafsu, sehingga tidak dapat lagi merintangi berfungsi-
Keadilan Suksma Kawekas terhadap umat manusia akan turun sebagai
Karma, hukum abadi pada suatu ketika. Maka neraca perhitungan itu
mencakup semua hal yang berlawanan kutub dari semua faktor yang
akan ditimbang dengan adil. Mengenai diri kita sebagai makhluk, baik
badan/jasmani kasar maupun jiwanya.
nya angan-angan. Kedaulatan Aku yang tak terkendalikan, yang tak mengakui apa
pun dan siapa pun diatas dirinya, dapat dengan layak dan dengan mudah
bersekutu dengan dewa-dewa yang tertinggi, bahkan mungkin dapat mengganti
dewa di alam ”pemerintahan bayangan” dunia, dengan kedok barangkali suatu
ikatan persaudaraan (brotherhood) yang meliputi seluruh dunia.
Penggantian dewa ini memang dapat terjadi, karena dewa itu terbatas
umurnya, sebab hanya terdiri dari anasir. Dengan demikian, dengan menerus-
kan jalan pikiran ini, yang disebut fantasi, teorinya akan ada manusia berbadan
materi halus yang hidup sangat dekat dengan dunia anasir api. Jika pada suatu
ketika Karma sebagai perbuatan terakhir dari Keadilan Suksma Kawekas terhadap
umat manusia turun, maka akan ada neraca perhitungan dari semua hal yang
berlawanan kutub dari semua faktor di dalam diri kita sebagai makhluk, baik
materi kasar (soma) maupun materi halus (psike).
Pada saat itu, menurut pemikiran Soemantri, adalah sangat penting
apakah seseorang, dilihat dari sudut imateri, bangkrut apa tidak? Secara sadar,
bayangan-bayangan pikiran Soemantri tersebut pada akhirnya diyakini tidak
berarti. Karena, hanya Suksma Kawekas pribadi yang memiliki kebenaran yang
sejati dan Dia adalah Sang Kebenaran itu sendiri.
344 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar 11.1.1: Sang Kresna dalam Manajemen Perang Bharatayudha Sang Kresna adalah sais kereta perang Arjuna (ksatria ke-3 dari Pandawa Lima) dalam perang Bharatayudha melawan Adipati Karna dari Korawa. Sebagai simbol kebijaksanaan Kresna juga ikut dalam manajemen seluruh peperangan atas permintaan otoritas di atasnya yaitu Batara Guru. Bagaimana Kresna mengatur agar Antasena dan Antareja dari pihak Pandawa tidak ikut berperang, karena kesaktiannya mereka berdua mampu menghabiskan Korawa dalam sekejap mata. Begitu juga peranannya dalam “mengumpankan” Gatotkaca agar satu-satunya senjata adidaya, konon mampu menghancurkan dunia Kunta Wijaya Danu milik Adipati Karno terpaksa dilepaskan bukan untuk sasaran yang sesungguhnya yaitu tokoh Arjuna. Sang Aku adalah kusir (sais, manajer kereta jiwa) yang mengendalikan ke-empat nafsu manusia agar berjalan di jalan keutamaan yang berakhir di kesejahteraan, ketentraman, dan kebahagiaan hidup di dunia dan kelak kembali ke asal mula hidup.
__________ http://intansliw.files.wordpress.com/2010/08/19566_253678488735_171041283735_3403470_3721207_n.jpg cited July 2, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 345
BAB XI
Manajemen Mental
11.1 PENDAHULUAN
Tujuan hidup menurut Candra Jiwa Indonesia adalah upaya menemukan
jalan pamudaran. Adanya kemajuan dalam perkembangan jiwa manusia
Reedukasi ketiga sentra vitalitas jiwa melalui introversi (Trisila) dan
ekstraversi (Pancasila) untuk membuka perspektif baru (Pamudaran)
sebagai tujuan akhir evolusi egonya manusia.
tampak dari adanya gerak sang aku dengan sadar pribadinya (mental), yang
menuju ke alam sejati, sebagai pusat imateri manusia (spiritual), ke sadar kolektif
itu sendiri. Mau menerima Pencerahan-Nya dan dilanjutkan dengan pelatihan
introversi dan ekstraversi, yaitu melaksanakan Trisila, Pancasila dan menjauhi
Pemali berpotensi melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan apapun.
Perkembangan jasmani mulai dari janin, anak, dewasa sampai ajal tiba,
mendorong pergeseran dari keadaan penuh kenikmatan menuju yang tanpa
kenikmatan. Dengan sendirinya sang aku harus melepaskan sedikit demi sedikit
kenikmatannya, kejadian ini dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan.
Melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan adalah pencapaian pamudaran
skala kecil dari suatu faset pada dirinya sendiri. Pencapaian tersebut secara
ontogenik berarti meninggalkan fase yang nikmat yaitu suatu bentuk keterikatan
duniawi, sekaligus sebagai upaya menghilangkan neurosis.
Manajemen mental menghadapi kontroversi besar di dalam jiwa,
menyangkut dua hal yang penting Pertama, harus menerima suatu perspektif
baru seperti menerima keadaan di surga yang kekal yang berada di posisi tertentu.
Kedua, harus melepaskan tahap yang penuh kenikmatan. Pelaksanaannya adalah
reedukasi dari seluruh sentra vitalitas jiwa dengan sikap-sikap unggulan Trisila
(introversi, introspeksi, suprasosial), Pancasila (ekstraversi, sosial), dan menjauhi
Pemali (larangan Tuhan). Fokus pada kepercayaan kepada-Nya dan kejujuran se-
346 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Gambar 11.2.1: Janin di dalam Kandungan Ibu Tali pusat (umbilical cord) tampak menghubungkan janin dengan ibunya di dalam rahim sekaligus menunjukkan suatu bentuk keterikatan mutlak kepada badan/jasmaninya. Sesungguhnya bayi masih dalam keadaan nikmat yang maksimal. Merujuk adanya gejolak perubahan yang terjadi pada peristiwa psikis seseorang dengan keinginan, perasaan dan nafsu-nafsunya, maka sadar kolektif berada di atas perubahan-perubahan psikis, suatu keadaan yang tidak berubah dan bersifat kekal.
Pengalaman psikisnya tidak mengenal keadaan yang abadi dan perdamaian yang absolut. Digambarkan janin tersebut seperti di surga, maka keadaan sadar kolektif juga dapat disebut seperti dalam surga. Perhatikan, tingkat kesadarannya yang berbeda, yang satu asadar, yang lainnya sadar, yang satu nikmat, yang lain tanpa kenikmatan.
__________ http://www.reshealth.org/images/greystone/em_0259.gif cited August 28, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 347
bagai aspek terpenting manajemen mental artinya mengembangkan kasih sayang,
mengendalikan nafsu buruk dengan tapabrata, dan mempertahankan serta
memelihara keadaan yang bebas neurosis.
Tujuan asli menurut Candra Jiwa Indonesia bagi Soenarto dan dua orang
rekan dekatnya adalah upaya menemukan jalan pamudaran. Adanya
kemajuan dalam perkembangan jiwa manusia tampak dari adanya
gerak di antara asadar kolektif dan sadar kolektif, yang menuju ke alam
sejati, sebagai pusat imateri manusia, ya ke sadar kolektif itu sendiri.
11.2 PROSES PERKEMBANGAN
Upaya menemukan jalan pamudaran adalah tujuan asli dari Candra Jiwa
Indonesia bagi Soenarto dan dua orang pembantunya. Oleh karena itu, di dalam
menjalani proses tersebut mengandung penyesuaian secara aktif berupa
penerimaan adanya kemajuan dalam perkembangan mental manusia. Perkem-
bangan jiwa manusia tersebut menunjukkan adanya gerak di antara asadar
kolektif dan sadar kolektif, atau di antara keterikatan secara absolut kepada
badan/jasmani dan keadaan terlepasnya secara absolut dari badan/jasmani.
Janin di dalam rahim seorang ibu menunjukkan keterikatan mutlak kepada
badan/jasmani, yang dihubungkan oleh tali pusat. Karena bayi masih dalam
keadaan nikmat yang maksimal, [1] maka secara psikis belum dibicarakan
mengenai lepasnya janin dari badan ibu. Berbeda dengan perubahan demi
perubahan yang terjadi pada peristiwa psikis seseorang dengan keinginan,
perasaan dan nafsu-nafsunya, [2] maka sadar kolektif adalah keadaan yang tidak
berubah yang bersifat kekal dan berada di atas perubahan-perubahan psikis.
__________
[1]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab
Gumelaring Dumadi. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 58.
[2]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 169.
348 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tangisan pertama begitu ia dilahirkan melalui pertolongan seorang dokter
Foto 11.2.1: Tangis Bayi Pertama kali Begitu lahir ke dunia jabang bayi terkejut karena terasa beda lingkungan, keharusan bernafas sendiri, dan adanya kebebasan bergerak secara alamiah menangislah ia sekuat-kuatnya .
Begitu janin dilahirkan, maka surga jasmani telah ditinggalkan untuk selama-lamanya, sekarang sang aku berada pada posisi terdesak yang tidak mungkin kembali lagi ke surganya. Oleh karena itu ia menangis, kaget merasakan perubahan alamiah di dalam dan di luar dirinya. Tangisan bayi yang pertama ini menentukan tindak lanjut penanganan bayi yang baru saja dilahirkan. __________ http://dollkid.com/wp-content/uploads/2011/02/The-first-cry.jpg cited August 30, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 349
Keadaan yang abadi tersebut adalah perdamaian yang absolut, yang tidak
dikenal di dalam pengalamannya psikis. [3] Apabila disebutkan janin tersebut
seperti di surga, maka keadaan sadar kolektif juga dapat disebut seperti dalam
Janin di dalam rahim seorang ibu menunjukkan keterikatan
mutlak kepada badan/jasmani, yang dihubungkan oleh tali pusat.
Karena itu bayi masih dalam keadaan nikmat yang maksimal.
surga. Letaknya tentu saja di tingkat yang berbeda, yang satu asadar, yang
lainnya sadar, yang satu nikmat, yang lain tanpa kenikmatan. Sadar individu yang
terbatas itu terletak pada peralihan di antara asadar kolektif yang nikmat dengan
sadar kolektif yang tanpa kenikmatan. Dikatakan terbatas karena terbatas di
dalam kenikmatan dan di dalam keadaan tanpa kenikmatan, dari kedua surga itu
sadar individu memiliki sesuatu.
Perkembangan jasmani mulai dari janin, anak, dewasa sampai ajal tiba,
mendorong pergeseran dari keadaan penuh kenikmatan menuju yang tanpa
kenikmatan. Dengan sendirinya sang aku harus melepaskan sedikit demi sedikit
kenikmatannya, kejadian ini dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mengenakkan.
Dorongan untuk menerima ketidaknikmatan dan membantunya dalam kemajuan
itu berasal dari mutmainah, sebaliknya dorongan untuk mempertahankan dan
memperoleh kenikmatan itu berasal dari luamah. Arah mana yang akan dilewati
harus diputuskan oleh sang aku, ia memiliki dua perangkat, yaitu perasaan
sebagai indikator, dan angan-angan sebagai regulator yang berpengaruh
terhadap nafsu. Begitu janin dilahirkan, maka surga jasmani telah ditinggalkan
untuk selama-lamanya, sekarang sang aku berada pada posisi terdesak yang tidak
mungkin kembali lagi ke surganya.
__________ [3]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam.1953. h. 79.
350 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Icuk Sugiarto membalas hormat atas sorak kemenangan dari para penggemarnya
Foto 11.2.2: Pahlawan itu Mampu Mengalahkan Musuh-musuhnya Pahlawan bulutangkis Indonesia (Juara Dunia 1983) Icuk Sugiarto dielu-elukan oleh para penggemarnya. Tentu saja kuncinya adalah pada semangat, latihan yang serius, teknik dan strategi permainan bulutangkis yang jitu. Candra Jiwa indonesia menyebutkan sang Aku sebagai pahlawan, yang harus mengalahkan musuhnya sekaligus saudaranya yang bernama luamah. Sebutan sebagai musuh sebenarnya bukan untuk luamah saja, tetapi semua nafsu tersebut.
Musuh-musuh itu baru dapat dikalahkan sang pahlawan setelah ia berguru pada seorang pendeta. Pendeta itu mengajarkan rahasia-rahasia ilmu kekebalan. Pendeta itu adalah pusat imateri di dalam dirinya sendiri. Sang Pendeta baru dapat dijumpai sang aku setelah mengalami peningkatan kesadaran dalam meditasi transendental. Barang siapa berhasil melakukannya, akan dapat mengalahkan musuh yang menghalangi tercapainya pamudaran tersebut.
__________ http://3.bp.blogspot.com/_IcwX0jqq0eQ/ShuiR9qSD2I/AAAAAAAAADc/0xPw2uurd7U/s400/icuk....JPG cited August 30, 2011 http://1.bp.blogspot.com/_IcwX0jqq0eQ/Shuhr7g8jAI/AAAAAAAAADM/Z_CM2vUQFq8/s400/icukk++pemain+bulutangkis.JPG cited August 30, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 351
Pemilihan pada jalan kenikmatan akan selalu berakhir pada kekecewaan,
yang terbesar adalah menjelang kematian jasmaninya, karena merupakan
keadaan tanpa kenikmatan. keberpihakan pada nafsu luamah yang pro kenik-
Sang aku berpihak kepada mutmainah manakala harus mengalahkan
kekuatan jasmani yang nikmat itu, justru harus selalu melihat kedepan.
Jangan menoleh ke belakang, setiap kali mampu meninggalkan tahap
kenikmatan yang tercapai atas kemauannya sendiri.
matan itu akan semakin tertinggal di dalam menghadapi perkembangan yang
alamiah itu. Sang aku akan selalu ingin berada dalam stadium masa lalu selama
mungkin. Di sinilah luamah menjadi penguasa sang aku dengan cara mengen-
dalikan angan-angan dan perasaan, bukan sebaliknya. [4]
Keberpihakan sang aku kepada mutmainah harus mengalahkan kekuatan
badan/jasmani yang nikmat itu dan selalu harus melihat ke depan di dalam
perkembangan, jangan menoleh ke belakang, setiap kali mampu meninggalkan
tahap kenikmatan yang tercapai atas kemauannya sendiri. Candra Jiwa indonesia
sering menggambarkan sang Aku sebagai pahlawan, yang harus mengalahkan
musuhnya sekaligus saudaranya yang bernama luamah. Yang digambarkan
sebagai musuh bukan hanya luamah, tetapi keempat nafsu tersebut.
Pahlawan itu baru mampu mengalahkan musuhnya setelah ia berguru pada
seorang pendeta. Pendeta itu mengajarkan rahasia-rahasia ilmu kekebalan.
Pendeta itu adalah pusat imateri di dalam dirinya sendiri. Sang Aku baru dapat
berjumpa dengan sang pendeta setelah mengalami kesadaran meditasi
transedental. Barang siapa berhasil melakukannya, akan dapat mengalahkan
musuh yang menghalangi tercapainya pamudaran tersebut.
_________
[4]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Dalan
Rahayu. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 162
352 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
. Wakil kejahatan dan kebenaran saling berkenalan prapeperangan
Gambar 11.2.2: Sang Pahlawan Masih Belum Dapat Mengalahkan Musuh-musuhnya Saling berkenalan antara tokoh ksatria yang mewakili kebenaran dan lawannya yang berwajah garang sebagai wakil kejahatan lazim dilakukan sebelum perang tanding dimulai. Perang tanding antara kejahatan melawan kebaikan dalam wayang kulit, pada tahap awal memang belum ada yang menang dan yang kalah. Pada tahap akhir semua kejahatan akhirnya dikalahkan oleh kebaikan.
Keadaan neurosis digambarkan sebagai belum berhasilnya sang pahlawan mengalahkan musuh-musuhnya. Candra jiwa meletakkan persoalan dan penyelesaian dari keadaan neurosis itu pertama-tama di dalam dirinya sendiri. Keadaan di dunia luar dijadikan nomor dua.
Persoalan di luar dirinya bukan berarti tidak penting, tetapi persoalan di dalam dirinya yang menjadi prioritas bagi mereka untuk diselesaikan. Kecuali bagi yang belum dapat melihat persoalan-persoalan di dalam dirinya sendiri. Keadaan pribadi diletakkan pada pusat persoalan manakala terjadi hubungan timbal balik antara keadaan pribadi dan keadaan masyarakat dipersoalkan. __________ http://resonansi.com/wp-content/uploads/2010/05/kejahatan-vs-kebaikan.jpg cited August 5, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 353
Jadi suatu keadaan neurosis digambarkan sebagai belum berhasilnya sang
pahlawan mengalahkan musuh-musuhnya. Soemantri meletakkan persoalan dan
penyelesaian dari keadaan neurosis itu pertama-tama dalam dirinya sendiri. Kea-
Kancah peperangan sang aku itu meliputi seluruh dunia melalui meka-
nisme projeksi, subjektivasi dan personalisasi di dalam perang itu. De-
ngan menghilangnya mekanisme tersebut akhirnya manusia berhada-
pan dengan dirinya sendiri dalam suasana yang sepi. Jung menyebut
Individu yang telah menjadi absolut sebagai Individuation.
daan di luar dijadikan nomor dua. Tidak berarti bahwa persoalan di luar dirinya
menjadi tidak penting, hanya saja tidak menjadi prioritas pilihan. Bagi mereka
yang belum dapat melihat persoalan-persoalan di dalam dirinya sendiri
memerlukan introspeksi yang lebih dalam lagi. Ketika digambarkan sebagai
hubungan timbal balik antara keadaan pribadi dan keadaan masyarakat, maka
keadaan pribadi diletakkan pada pusat persoalan.
Tiap manusia harus berjuang sendiri, peperangan itu berawal dan berakhir
di dalam jiwanya manusia itu sendiri. Tercapainya pamudaran, pelepasan atau
panunggal merupakan petanda berakhirnya perang sebagai gambaran dari
persoalan hidup. Sang aku individu tumbuh di dalam suasana peperangan itu,
kancah peperangan itu seluruh dunia. Manusia mengikut-sertakan persoalannya
ke seluruh dunia melalui projeksi, subjektivasi dan personalisasi di dalam perang
itu.
Pertumbuhan sang Aku akan menyempitkan kancah peperangan, dan pada
akhirnya hanya terbatas pada hati sanubari saja. Pada tahap itu, manusia hanya
berhubungan saja dengan dunia luar tanpa keterikatan lagi. Dengan melemahnya
dan hilangnya projeksi, subjektivasi, dan personalisasi, akhirnya manusia
berhadapan dengan dirinya sendiri dalam suasana yang sepi. [5] Individu telah
menjadi absolut. Jung menyebutnya sebagai Individuation. [6]
__________
[5]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam, h. 79.
[6]. Carl Gustav Jung. Die Beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag
Zurich und Leipzig, 1938. h. 91
354 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bapak guru sedang mengajar interaktif tentang ”bahasa jiwa” (?) sejak usia muda
Gambar 11.3.1: Strategi Kesehatan Jiwa: Reedukasi Budi Pekerti Luhur Bahasa jiwa adalah bahasa yang lebih primitif dari bahasa isyarat, gerak, apalagi bahasa tutur yang rumit terstruktur karena gerakan jiwa tidak memerlukan gerakan ragawi. Siapa saja yang berbuat baik untuk kepentingan manusia dan lingkungannya ’bahasa jiwa’-nya merupakan doa yang tak terucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pengetahuan ini seyogyanya sudah diajarkan dan ditanamkan sejak masa kecil, sehingga kedekatan kita kepada-Nya sudah tidak perlu mempermasalahkan asesori kasat mata. Dengan demikian penghormatan kepada semua agama dan kepercayaan menjadi kenyataan yang hakiki. Akan terasa bahwa bahasa jiwanya juga sudah terdeteksi oleh naluri halus masyarakat sekitarnya.
Solusi Candra Jiwa Indonesia ketika menghadapi kontroversi besar di dalam jiwa, menyangkut dua hal yang penting Pertama, harus menerima suatu perspektif baru seperti menerima keadaan di surga yang kekal yang berada di posisi tertentu. Kedua, harus melepaskan tahap yang penuh kenikmatan.
Pelaksanaannya telah dirumuskan dari buku pustaka Sasangka Jati, yaitu: 1. Reedukasi dari seluruh sentra vitalitas jiwa dengan sikap-sikap seperti tersebut dalam Trisila dan Pancasila (Buku Hastasila). 2. Menghindari bertambah kuatnya luamah (egosentripetal). 3. Meresapkan intisari dari janji-janji paugeran (syahadat, kredo). 4. Melatih introspeksi, sehingga memperkuat integrasi sentra-sentra vitalitas. 5. Melatih kasih sayang dan memperkuat nafsu suprasosial (egosentrifugal). 6. Mengendalikan nafsu-nafsu buruk dengan tapabrata. 7. Mempertahankan dan memelihara keadaan yang bebas neurosis.
__________
http://www.ngapak.com/wp-content/uploads/2011/03/guru-mengajar.jpg cited August 30, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 355
11.3 MERUMUSKAN STRATEGI
Selama perang itu belum berakhir dengan suatu kemenangan, Candra Jiwa
Indonesia masih menganggap persoalan orang sehat dengan penderita neurosis
Sebelum perang usai, Candra Jiwa Indonesia menganggap persoalan
orang sehat dan penderita neurosis sama. Di dalam suasana peperangan
melawan keempat nafsu justru sang aku individu tumbuh berkembang.
Yang menjadi masalah adalah solusi Candra Jiwa Indonesia itu sendiri
agar manusia tidak kalah dalam menghadapi peperangan ini.
sesungguhnya sama saja. Persoalannya bagaimana tanggapan Candra Jiwa
Indonesia dalam menangani persoalan agar tidak kalah di dalam peperangan ini.
Harus memperhatikan dua hal yang penting.
Pertama, harus menerima adanya kemungkinan tercapainya kebahagiaan
di dalam hidup. Suatu perspektif seperti keadaan di surga yang kekal yang berada
di tingkat yang lain. Kedua, harus melepaskan tahap yang penuh kenikmatan.
Seahrusnya badan/jasmani berusaha mempertahankannya agar selalu dapat
mengalaminya lagi.
Pelaksanaannya dirumuskan secara berturut-turut dalam bab-bab dari buku
Sasangka Jati, yaitu:
1. Orientasi yang sifatnya (re)edukasi dari angan-angan, perasaan dan nafsu-
nafsu dengan sikap-sikap seperti tersebut dalam Trisila dan Pancasila (Buku
Hastasila).
2. Menghindari bertambah kuatnya luamah, nafsu yang mendorong ke
kenikmatan dan pelanggaran Pemali.
3. Pembangunan kembali jiwa dengan menerima adanya potensi besar di dalam
dirinya, meresapkan intisari dari janji-janji paugeran.
4. Melatih introspeksi untuk mengenal diri sendiri guna memperbesar kesadaran
yang terarah, sehingga memperkuat integrasi.
356 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Padi, kehidupan petani di desa, dan ketahanan pangan menentukan eksistensi bangsa
Foto 11.3.1: Kestabilan Masyarakat Merupakan Dasar Kesehatan Mental Menurut catatan sejarah juga bangsa Indonesia diperkirakan sudah menanam padi sejak 1648 Sebelum Masehi. Teknologi tanam padi dan pascapanennya menentukan ketahanan pangan bangsa Indonesia. Definisi ketahanan pangan menurut FAO (2001): “Ketahanan pangan adalah situasi ketika setiap orang sepanjang waktu mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap pangan yang bergizi, aman dan cukup untuk memenuhi kebutuhan gizinya sesuai dengan selera budaya (food preferences), untuk melaksanakan hidup yang sehat dan aktif”. Candra Jiwa Indonesia menyatakan bahwa kestabilan masyarakat penting dan merupakan dasar bagi perkembangan kesehatan mental, jiwa manusia. Hastasila dan Pemali mempunyai arti sosial yang penting untuk ditanamkan kuat-kuat di dalam masyarakat.
Trisila ialah sadar, percaya, dan taat yang ditujukan kepada Tripurusa (TriAspek) akan mempercepat pengarahan kepada yang Tertinggi (transendental) yang dapat dicapai manusia di dalam dirinya sendiri, tetapi bukan sang aku, justru lebih dalam lagi.
__________ http://organikganesha.files.wordpress.com/2011/10/sawah-dan-petani.jpg cited January 3, 2012 http://organikganesha.com/2011/10/14/pangan-desa-dan-eksistensi-jatidiri-bangsa/ cited January 3, 2013
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 357
5. Melaksanakan budi darma berupa pertolongan atau kasih sayangnya kepada
orang lain dan suka memaafkan sebagai latihan keinginan-keinginan yang sifatnya
egosentrifugal untuk memperkuat nafsu supra sosial (asmara-sufi).
Trisila memobilisasi tiga sentra vitalitas agar proses introspeksi berjalan
dengan harmonis. Dampaknya adalah meningkatkan integritas karena
sentra-sentra dan otonominya mudah diikat. Pelaksanaan Trisila tidak
membatasi ruang dan waktu, artinya tidak membatasi seremoni.
6. Melatih tapabrata untuk mempermudah pengaturan nafsu-nafsu.
7. Mempertahankan keadaan yang telah tercapai, memelihara keadaan yang
bebas dari neurosis.
Agar menaati suatu pengarahan tertentu karena sang Aku bersedia mening-
galkan tahap yang penuh kenikmatan itu, harus ada harapan yang lebih baik dari
yang telah ditinggalkannya. Tahap yang nikmat ini senantiasa akan terbantu
untuk ditinggalkan ketika menjumpai kekecewaan-kekecewaan, dan rasa tertekan
oleh keterikatan. Termasuk di dalamnya perasaan yang tidak pernah dapat ke luar
dari suatu penderitaan, tahap tersebut selalu tersangkut di dalam pasang surut-
nya keadaan.
Kestabilan masyarakat merupakan dasar bagi perkembangan mental, jiwa,
atau rohani, adalah pernyataan Candra Jiwa Indonesia. Hastasila dan Pemali
mempunyai dampak sosial yang penting untuk ditanamkan kuat-kuat di dalam
masyarakat. [7] Sadar, percaya, dan taat (Trisila) kepada Tripurusa (TriAspek)
mempercepat pengarahan kepada yang Tertinggi (transendental) yang dapat
dicapai manusia di dalam dirinya sendiri, tetapi bukan sang aku, justru lebih
dalam lagi.
Angan-angan, perasaan dan nafsu-nafsu dimobilisasi Trisila agar menuju ke
satu tujuan, agar memiliki pendapat yang sama dan menambah harmoni. Akibat-
nya adalah menguatnya integritas karena sentra-sentra vitalitas dan otonominya
__________
[7]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 7-41.
358 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Anak ini sedang mengamati perilaku seekor capung yang berkemampuan terbang tinggi
Foto 11.3.2: Pancasila adalah perangkat untuk menghadapi dunia luar Seorang anak dengan pancaindra yang dimilikinya sudah dapat menangkap perubahan-perubahan di luar mikrokosmos. Alam semesta (makrokosmos) menawarkan apa saja untuk dapat diamati, didekati, diteliti, bahkan dimanfaatkan untuk kepentingan kesejahteraan umat manusia. Mikrokosmos dapat beradaptasi terhadap makrokosmos, termasuk manusia dan masyarakatnya melalui pola-pola tertentu, bahkan dengan sentra-sentra vitalitas yang ada pada dirinya sendiri.
Yang Maha Tinggi bersifat imateri, serta merupakan sumber dan pelaksana kekuasaan di dalam hidup ini, sesungguhnya berada di tempat yang sangat dekat. Upaya menghadap ke pada-Nya di dalam jiwanya sendiri, akan membuat manusia merasa aman, tenteram, terlindungi, dipimpin, diberi pengertian, dan semuanya itu dibutuhkan oleh penderita neurosis pada khususnya serta setiap manusia pada umumnya.
Ekstraversi adalah adaptasi perubahan-perubahan di luar mikrokosmosnya dalam arti kata yang seluas-luasnya. Perangkat Pancasila (rela, narima, jujur, sabar, dan budi luhur) digunakan oleh Candra Jiwa Indonesia untuk menangkap perubahan yang luas itu.
__________ http://images.elephantjournal.com/wp-content/uploads/2010/09/Dragonfly.jpg cited December 8, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 359
mudah diikat. Pelaksanaan Trisila tidak terbatas oleh ruang dan waktu, [8] pasti
tidak melawan keterbatasan seremoni. Keterbatasan-keterbatasan itu merupa-
kan alat bantu yang kuat bagi kontinuitas dan intensitas pelaksanaan.
Pelaksanaan sadar, percaya, dan taat kepada Tripurusa (Trisila) tidak
terbatas oleh ruang dan waktu dan tidak bertentangan dengan keter-
batasan seremoni.. Justru keterbatasan-keterbatasan itu merupakan
perkakas yang kuat bagi kesinambungan dan kekuatan introversi.
Upaya menghadap ke Yang Maha Tinggi yang sifatnya imateri, serta
merupakan sumber dan pelaksana kekuasaan di dalam hidup ini, sesungguhnya
berada di tempat yang sangat dekat. Yaitu di dalam jiwanya sendiri, akan
membuat manusia merasa aman, tenteram, terlindungi, dipimpin, diberi
pengertian, dan semuanya itu dibutuhkan oleh setiap manusia, khususnya yang
menderita neurosis. Candra Jiwa Indonesia menangkap perubahan-perubahan di
luar dalam arti kata yang seluas-luasnya menggunakan perangkat Pancasila: rela,
narima, jujur, sabar, dan budi luhur.
Selain bersifat menguntungkan, nilai di luar itu juga dapat menimbulkan
trauma bagi dirinya. Pancasila yang memiliki arti sosial itu juga penting bagi
kesadaran sang Aku untuk menghadap Tripurusa. Karena posisi kesadaran sang
aku terletak di antara dunia yang dapat dan tidak-dapat ditangkap oleh
pancaindra.
Karl Jaspers di dalam karyanya Psychologie der Weltanschauungen (Psiko-
logi pandangan-pandangan dunia) mengambarkan sang aku sebagai sumber
budaya di dalam candra jiwa seelisch-culturelle ada di antara candra jiwa
sinnlich-räumliche dan candra jiwa metaphysische (metafisika).
___________
[8]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 14.
360 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Kompas dan peta adalah alat yang dapat digunakan untuk menentukan orientasi di lapangan
Foto 11.3.3: Kompas dan Peta sebagai Perangkat Manajemen Ruang Kompas dan peta diperlukan untuk manajemen ruang seorang manusia. Setiap pejalan darat, laut, dan udara senantiasa memerlukan kompas dan peta. Kompas sebagai penunjuk mata angin dan peta menunjukkan posisi seseorang terhadap lingkungannya.
Trisila, karakter unggulan manusia diperlukan dalam manajemen mental. Oleh karena itu dicantumkan dalam program latihan mental sebagai pendekatan introversi. Sekiranya sang aku mau menghentikan angan-angan maka sikap angan-angan yang rasional dan aktif harus dihindari, ini adalah suatu jenis pengorbanan. Dengan Trisila tercapailah sikap yang tidak rasional (suprarasional) tersebut.
Angan-angan tak hendak dihilangkan eksistensinya, tetapi digunakan dengan cara lain untuk keperluan orientasi, yaitu keadaan eksistensi tanpa gerakan pancaindra.
Sadar sepenuhnya akan keberadaan Tripurusa di dalam dirinya, merupakan bagian pertama dari Tripurusa. Itu berupa keadaan berhenti kontinyu yang lambat-laun akan dicapai oleh upaya manajemen angan-angan dengan karakter unggulan tersebut.
__________ http://www.anneahira.com/images/article/16-arah-mata-angin.jpg cited December 8, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 361
Sang aku berusaha melepaskan diri dari persekutuannya dengan makrokos-
mos (dunia yang dapat ditangkap dengan pancaindra) yang sifatnya berubah,
melalui Pancasila dan Pemali. Upaya melepaskan diri tersebut merupakan syarat
PANCASILA + PEMALI TRISILA + PANCASILA
J a s m a n i P s i k e
R o h a n i
Dunia yang dapat ditangkap
oleh pancaindra
Dunia sang aku Kemungkinan eksistensi
tanpa pancaindra
Badan/jasmani kasar Badan/jasmani halus Tripurusa (Soemantri)
Sinnlich-räumlich Seelisch-culturell Metaphysisch (Jaspers)
mutlak bagi dunia sang aku untuk dapat menyesuaikan diri pada kemungkinan
bereksistensi tanpa pancaindra. Sesungguhnya, dunia sang aku sendiri juga
imanen berubah-ubah, disebabkan oleh aktivitas angan-angan, perasaan dan
nafsu-nafsu. Angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu harus dilatih berhenti.
Karena sang Aku melihat kemungkinan bereksis-tensinya tanpa panca-indra
sebagai keadaan yang abadi, tidak berubah selama-lamanya.
Trisila dicantumkan dalam program latihan (manajemen mental) ini sebagai
karakter unggulan. Sikap angan-angan yang rasional dan aktif harus dihindari
sekiranya sang aku mau menghentikan angan-angan. Dengan Trisila tercapailah
sikap yang tidak rasional. Ini bukan menghilangkan angan-angan, tetapi
menggunakannya dengan cara lain untuk keperluan orientasi. Orientasi pada
keadaan eksistensi tanpa pancaindra tersebut. Keadaan berhenti kontinyu
lambat-laun akan dicapai angan-angan, yaitu sadar sepenuhnya akan keberadaan
Tripurusa di dalam dirinya, merupakan bagian pertama dari Tripurusa.
Perasaan mencapai keadaan yang tidak bergerak itu melalui percaya.
Kepercayaan bulat kepada Yang Maha Kuasa yang sedemikian rupa sehingga
perasaan mau menerima apa saja yang akan terjadi pada sang aku. Kepercayaan
di sini berbeda tingkatnya dari kepercayaan akibat aktivitas dari angan-angan
yang sebabnya masih dapat dinalar, misalnya bahwa bumi itu bulat, bumi
mengitari matahari, kecepatan cahaya melebihi kecepatan suara, dan lain-lainnya.
362 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Bima bertemu dengan dirinya sendiri sebagai Bima Suci (Dewa Ruci)
Foto 11.4.1: Pencapaian Pamudaran Skala Kecil dalam Kisah Dewa Ruci Setiap manusia memiliki Dewa Ruci-nya sendiri di dalam diri sebagai TheSelf –nya. Tentu saja Sang Bima yang besar dan kasar perilakunya itu harus menghaluskan watak dengan mengalahkan angan-angannya yang jahat (naga 3 kepala: cipta, nalar, dan pangerti) terlebih dahulu. Melakukan reedukasi agar vitalitas-vitalitas jiwanya menjadi bersih, suci, harmoni, dan terintegrasi dalam membebaskan diri dari keterikatan untuk pencapaian hidup yang hakiki. Mau menerima Pencerahan-Nya dan dilanjutkan dengan pelatihan melaksanakan Trisila, Pancasila, dan menjauhi Pemali berpotensi melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan apa pun. Bentuk keterikatan duniawi ini di bidang mental dan psikologi, memerlukan reaksi tertentu dari angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsu, salah satu contohnya adalah neurosis. Melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan adalah pencapaian pamudaran skala kecil dari suatu faset pada dirinya sendiri. Pencapaian tersebut secara ontogenik berarti meninggalkan fase yang nikmat, sekaligus sebagai upaya menghilangkan neurosis.
__________ http://wayangprabu.files.wordpress.com/2010/12/bima-n-dewa-ruci.jpg?w=500&h=325 cited September 16, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 363
Taat, merupakan bagian ketiga dari Trisila termasuk bidangnya nafsu-nafsu,
yang harus menyesuaikan diri agar dapat menyerah tanpa kemauan dan
keinginan, kepada Tripurusa di dalam konfrontasi tersebut. Taat adalah adaptasi
Karena neurosis adalah suatu bentuk keterikatan pada sang aku maka
pelepasannya yang berupa pamudaran walaupun skalanya kecil dan
relatif, sudah dianggap sebagai upaya ke arah penghapusan neurosis.
tertingginya nafsu-nafsu di dalam proses introspeksi. Dengan kata lain, menye-
diakan kancah untuk menerima pencerahan-Nya.
11.4 MENGEMBANGKAN POTENSI
Mau menerima Pencerahan-Nya yang dilanjutkan dengan pelatihan
melaksanakan Trisila, Pancasila (Trisila + Pancasila= Hastasila), dan menjauhi
Pemali berpotensi melepaskan diri dari bentuk keterikatan apa pun. Keterikatan
ini di bidang mental/psikologi, memerlukan reaksi tertentu dari angan-angan,
perasaan, dan nafsu-nafsu. Melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan adalah
pencapaian pamudaran skala kecil dari suatu faset pada dirinya sendiri.
Pencapaian tersebut secara ontogenik berarti meninggalkan fase yang nikmat.
Neurosis adalah suatu bentuk keterikatan pada sang aku maka pelepasannya yang
berupa pamudaran walaupun skalanya kecil dan relatif, sudah dianggap sebagai
gerakan ke arah penghapusan neurosis.
Rekapitulasi terpenting pemikiran di atas, menurut anggapan Soemantri
adalah kesediaan menerima adanya kemungkinan potensi di dalam dirinya, tetapi
di luar sang aku. Ini dapat dicapai melalui aktivitas sang aku. Ke luar berupa
sadar terhadap dunia luar, ke dalam berupa orientasi di dalam jiwanya sendiri
terhadap kemungkinan menemukan ’potensi yang khusus’ itu.
Ditekankan di sini terhadap perlunya reedukasi oleh dirinya sendiri.
Orientasi kembali ke dalam jiwa itu sesungguhnya merupakan koreksi terhadap
364 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Ribuan rakyat Indonesia sedang mendengarkan pidato Bung Karno Foto 11.4.2: Soekarno Presiden Republik Indonesia di depan Rakyatnya Salah satu daya tarik sekaligus kekuatan Presiden Soekarno terletak pada kemampuannya berpidato. Pada zamannya, orang rela berdesakan demi mendengarkan pidato sang Prokla-mator yang disiarkan radio. Ketulusan serta keberanian akan bertambah sejalan dengan peningkatan latihan ke-jujur-an (bagian terpenting dari Pancasila) dan ini berakibat menambah kepercayaan masyarakat. Jika seorang pemimpin jujur ia akan bersikap adil, maka rakyatnya akan setia mendukung pemimpin tersebut dengan sepenuh hati. Faktor kejiwaannya terdidik keberanian guna menyadari kesalahan diri sendiri. Kemudian memandang gambaran pribadinya sendiri dalam perspektif gambaran batin. Ada bagian aktif dari gambaran batin itu yang selalu berubah dengan bertambahnya pengalaman. Rangsangan dari bagian yang aktif tersebut timbul karena adanya perbedaan pengertian. Terjadilah dinamika untuk menjembatani perbedaan tersebut, sekaligus merealisasikan suatu perspektif yang lebih baik dengan gambaran jiwa yang baru.
__________ http://gerakanrakyatmarhaen.files.wordpress.com/2011/03/pidato-bk.jpg cited December 8, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 365
gambaran hati nurani, sehingga Soemantri menganggap mekanisme dari hati
nurani sebagai suatu hal yang penting. Pancasila harus menangkap pasang
surutnya dunia luar dan menentukan sikapnya terhadap Tripurusa.
Sesungguhnya keyakinan, kepercayaan adalah kebenaran itu sendiri
atau sedikitnya terhadap apa-apa yang dianggap benar. Kejujuran
merupakan sifat untuk melatih diri menganut keyakinan, kepercayaan
itu secara aktif. Pemahaman ini tidak mengurangi kenyataan bahwa
kebenaran itu sendiri berubah-ubah dengan bertambahnya pengalaman.
Jujur (bahasa Jawa: temen) adalah bagian terpenting dari Pancasila,
merupakan sifat untuk melatih diri menganut keyakinan, kepercayaan secara aktif.
Soemantri berpendapat bahwa keyakinan, kepercayaan adalah kebenaran, atau
sedikitnya terhadap apa-apa yang dianggap benar. Pendapat ini tidak mengurangi
kenyataan bahwa kebenaran itu sendiri berubah-ubah dengan bertambahnya
pengalaman. Suatu gambaran sekilas yang dianggap benar apabila dihadapi
dengan kekuatan adalah bermanfaat, karena secara aktif mempertinggi integritas.
Sang aku dengan sadar mengerahkan tenaganya untuk menghadapi
rintangan-rintangan dan berani melihat kenyataan-kenyataan. Tekad dan
kenekatannya ini memang membedakan dari yang lain, termasuk dapat
mendatangkan kerugian pada dirinya sendiri. Peningkatan latihan ke-jujur-an
akan menambah ketulusan serta keberanian dan ini berakibat menambah
kepercayaan dari masyarakat. Orang lain dapat mempercayai yang bersangkutan
dengan sepenuh hati.
Akibatnya faktor kejiwaan menjadi lebih penting karena mendidik
keberanian untuk melihat kesalahan diri sendiri. Kemudian memandang
gambaran pribadinya sendiri dalam perspektif gambaran batin. Ada bagian aktif
dari gambaran batin itu yang selalu berubah dengan bertambahnya pengalaman.
Perbedaan pengertian yang terjadi akan merangsang bagian yang aktif tersebut
366 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Tampak seorang petugas mengabadikan seekor harimau yang sedang dilepaskan dari kapal Foto 11.4.3: Melepaskan Harimau ke Habitat Baru Harimau termasuk binatang langka yang harus dilindungi di dunia karena populasinya terus menurun. Tidak lain akibat diburu manusia untuk dimanfaatkan kulit dan bulunya yang eksotis. Atau acapkali mencuri ternak karena habitatnya semakin terdesak oleh pertumbuhan masyarakat yang memerlukan banyak lahan.
Pemerintah mana pun menerima dengan sabar dan ikhlas amanah dunia untuk melindungi dan menyelamatkan ’kucing-besar’ tersebut. Biasanya melakukan relokasi ke habitat baru yang dilindungi sehingga populasi dan pergerakannya dapat dipantau dari jarak jauh. Harimau juga dikenal sebagai perenang yang andal.
Narima adalah sikap jiwa yang selalu puas dan penuh rasa syukur. Menerima apa saja baik lebih, pas, maupun kurang dari apa yang diperkirakannya. Tidak terguncang menerima benda-benda baik yang konkret maupun yang abstrak, yang dapat dimanfaatkan atau yang merugikan dirinya dalam arti yang seluas-luasnya.
Rela (ikhlas) memiliki status mental yang sama ketika melepaskan sesuatu, terutama yang bermanfaat bagi dirinya. Kemampuan untuk tidak terikat dengan apa saja adalah upaya preventif dalam menghadapi fiksasi dan trauma psikis yang mengganggu kinerja sang aku.
__________ http://1.bp.blogspot.com/_IDfZ_T9xkwo/TLQy2zGFmNI/AAAAAAAAABg/k6HlVDWP608/s1600/1_TIGER_461.jpg cited December 8, 2011
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 367
untuk menjembatani perbedaan, sekaligus merealisasikan suatu gambaran jiwa
yang baru, yang lebih baik. Jadi, jujur memiliki potensi untuk melihat sekilas posisi
sang aku di dalam candra jiwa, betapa pun jelek hasilnya.
Menyikapi nilai-nilai duniawi yang selalu naik-turun diperlukan sikap
rela dan narima agar supaya perasaan selalu dapat menyesuaikan diri.
Barang-barang yang selalu mengikat manusia secara potensial dapat
dilepaskan oleh sifat-sifat utama tersebut dengan mudah.
Perkembangan pribadi selanjutnya memerlukan tekad, dorongan keberani-
an karena tidak mungkin berjalan dengan lancar tanpa koreksi-diri yang terus-
menerus. Harus disertai dengan mengalahkan rintangan-rintangan dari diri
sendiri yang menghalang-halangi usaha kemajuan mental tersebut. [9] Narima
adalah status mental (psike) yang tidak guncang atas apa saja yang diterima dari
orang lain, baik kurang maupun lebih dari yang diperkirakan. Dapat berupa suatu
benda yang konkret ataupun yang abstrak, yang dapat dimanfaatkan atau yang
merugikan dalam arti yang seluas-luasnya. [10]
Rela (ikhlas) memiliki status mental yang sama ketika melepaskan sesuatu,
terutama yang bermanfaat bagi dirinya. Rela dan narima hanya berkaitan dengan
usaha agar supaya perasaan dapat berdiri di atas naik turunnya nilai-nilai yang
berkenaan dengan dunia luar. Sifat-sifat tersebut berpotensi melepaskan diri dari
keterikatan dengan barang-barang yang dapat berubah keadaannya. Sangat jelas
pesannya bahwa sifat-sifat tersebut tidak bersangkut-paut dengan aktivitas dari
sang aku, misalnya prestasi atau tugas. [11]
___________
[9]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 19-20.
[10]. Idem. Bab Hastasila. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 19.
[11]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila
dan Paliwara. Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 18.
368 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
PM Yingluck Shinawatra berposisi menyembah di depan foto Raja Thailand
Foto 11.4.4: Perdana Menteri Thailand Yingluck Shinawatra Menurut kantor berita Associated Press, penyerahan restu dari raja itu berlangsung di kantor pusat Partai Pheu Thai pimpinan Yingluck di Bangkok, Senin 8 Agustus 2011. Melalui suatu prosesi, Yingluck terlebih dahulu membungkuk di depan foto Raja Bhumibol sebelum menerima dekrit kerajaan yang mengesahkan dia sebagai Perdana Menteri ke-28.
Candra Jiwa Indonesia menjelaskan agar sang aku secara sadar harus merendahkan diri dan sujud kepada Sumber Hidup seraya mengurangi terus menerus kedaulatannya. Untuk ini diperlukan sikap mental yang narima agar jiwanya menyetujui dengan rasa puas menghadapi kenyataan ini. Hanya dengan merendahkan diri saja ketika sang aku menghadap Tripurusa, itu pun masih terasa ada kekurangannya. Diperlukan penyerahan diri total dan tanpa syarat. Menduduki status tanpa memiliki kewenangan dan kedaulatan, berserah diri total di dalam relung hati yang terdalam adalah tahap akhir dari eksistensi sang aku.
__________ http://media.vivanews.com/thumbs2/2011/08/09/119373_pm-yingluck-shinawatra-menyembah-di-depan-foto-raja-thailand_300_225.jpg cited December 9, 2011. http://dunia.vivanews.com/news/read/239247-wanita-cantik-ini-resmi-jadi-pm-baru-thailand cited December 9, 2011.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 369
Dari sudut pandang sosial, rela dan narima menjadi penting karena
mendukung persepsi bahwa kekayaan, pekerjaan, kehormatan, kedudukan,
pengaruh, dan kekuasaan tidaklah kekal. Rela dan narima tidak anti terhadap hal-
Semakin lama sang aku semakin tidak menggantungkan diri dengan apa
saja. Dalam prosesnya mendekati Tripurusa menjadi semakin sepi.
Keikhlasan melepaskan diri dari subjektivasi, keterikatan afektif dengan
lingkungan, keluarga, kedudukan, kehormatan, kekayaan, dan kehidupan
jasmaninya sendiri menuntaskan tahap akhir dari kesepian.
hal yang didambakan banyak orang pada umumnya. Rela dan narima memberi-
kan tanda-tanda agar manusia tidak mengasyikkan diri terhadap hal-hal tersebut,
sehingga preventif terhadap kemungkinan terjadinya luka-luka kejiwaan dalam
pergumulan melepaskan diri dari keterikatan itu. Sesungguhnya trauma dan fik-
sasi tersebut dapat menghalangi aktivitas yang memadai dari sang aku.
Terjadinya pengurangan yang terus-menerus dari kedaulatan, membutuh-
kan sikap mental yang narima agar jiwa dapat menerima dan menyetujui
kenyataan ini. Sang aku tidak cukup merendahkan diri saja ketika berhadapan
dengan Tripurusa. Diperlukan penyerahan diri tanpa syarat dan ini hanya dapat
terjadi ketika mau menduduki status tanpa memiliki kewenangan dan kedaulatan,
di dalam relung hati yang terdalam.
Sang aku semakin lama semakin tidak menggantungkan diri dengan apa
saja, semakin sepi dalam prosesnya mendekati Tripurusa. [12,13] Kesepian itu
hanya dapat ditahan dengan suka-rela melepaskan diri dari subjektivasi,
keterikatan afektif dengan lingkungan, keluarga, kedudukan, kehormatan,
kekayaan, dan kehidupan jasmaninya sendiri.
___________
[12]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam, 1953. h. 17.
[13]. Carl Gustav Jung. Die Beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag
Zurich und Leipzig, 1938. h. 207.
370 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
Mikrokosmos/dunia kecil terdiri dari 1] Fisik (badan/jasmani kasar, soma, body, dimensi-2),
2] Mental (badan/jasmani halus, jiwa, psike, mind, dimensi-3), dan 3] Spiritual (rohani, alam sejati, Pusat Imateri, spirit, dimensi-4). Makrokosmos/alam semesta berada di dimensi-1 mewadahi mikrokosmos
Bagan Transenden 11.4.1: Puncak Kesepian Puncak kesepian sang aku terasa ketika mendekati Tripurusa (Suksma Kawekas, Suksma Sejati, dan Roh Suci). Itu terjadi ketika sang aku dengan penuh suka-rela melepaskan diri dari subjektivasi, keterikatan afektif dengan lingkungan, keluarga, kedudukan, kehormatan, kekayaan, dan kehidupan jasmaninya sendiri, patut diduga sebagai bentuk kehidupan yang autistik. (D1-4= dimensi, matra)
Candra Jiwa Indonesia telah menjelaskan sebelumnya bahwa ini bukan suatu bentuk kehidupan yang autistik, melainkan karena ekspresi cinta yang tak terbatas pada segala sesuatu, tanpa menyentuh perbatasan-perbatasan yang sifatnya pribadi.
________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
MAKROKOSMOS D1 Alam Semesta Dunia Luar
=================lPancaindral============================ D2 Dunia dalam MIKROKOSMOS Fisik
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D3 Mental
Aku
- - - - - - - - - - - - - - - - -l Rahsa Jati l- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - D4 TRIPURUSA
Alam Sejati (Pusat Imateri) Spiritual ======================================================================
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 371
Dijelaskan oleh Soemantri bahwa ini bukan suatu bentuk autistik, tetapi justru
karena cinta yang tak terbatas [14] pada segala sesuatu, tanpa menyentuh
perbatasan-perbatasan yang sifatnya pribadi.
Kekuatan berekspansi dari sadar untuk merampas lapangannya asadar
dan menghilangkannya berasal dari keikhlasan. Status asadar sesung-
guhnya sudah musnah dengan sendirinya di dalam Pamudaran .
Setelah semua kedaulatan sang aku dilepaskan di dalam jiwa dan
diserahkan dengan sukarela, maka sang aku bersikap sebagai barang mati di
hadapan Tripurusa. [15]
Rela memberi kekuatan untuk menggali lebih dalam pada suasana asadar,
di situlah terdapat keterikatan-keterikatan yang sesungguhnya [16] untuk
dimunculkan di permukaan. Rela juga memberi kekuatan berekspansi dari sadar
untuk merampas lapang-annya asadar dan menghilangkannya. Di dalam Pamu-
daran sesungguhnya tidak ada lagi asadar.
Sabar berkaitan dengan sifat sang aku yang menyeluruh, tidak sepotong-
sepotong, terus-menerus, tidak pernah meninggalkan, dan tidak pernah berhenti.
Lekas marah dianggap sebagai kelebihan energi yang dikeluarkan seketika,
sepotong energi. Sifat-sifat ini tidak menyangkut hal-hal yang statis, justru yang
dinamis. [17]
Di dalam jiwa, sifat sabar merujuk pada semangat untuk menghindari
keseganan (malas). Artinya, menjadi rajin melakukan tugas yang teramat berat
dan bagi manusia yang kecil hatinya sekaligus menghindari keterikatannya kepada
___________
[14]. E.A.D.E. Carp. Problemen van het mens-zijn. Uitgevers Wyt. Rotterdam, 1953. h. 17.
[15]. Carl Gustav Jung. Die Beziehungen zwischen dem Ich und dem Unbewusten. Rascher Verlag
Zurich und Leipzig, 1938. h. 207.
[16]. S. Freud: Das Ich und das Es. Internationaler Psychoanalytischer Verlag. Leipzig, Wien, Zurich,
1923. h. 33.
[17]. Soenarto Mertowardojo, Hardjoprakoso, Trihardono Soemodihardjo: Sasangka Jati. Bab Hastasila.
Repr.Jatop. 523/B. 1954. h. 20-21.
372 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
R. Soenarto Mertowardojo dan Prof.Dr.dr. Soemantri Hardjoprakoso
Foto 11.1.1: Putra Indonesia ini Telah Mewariskan Candra Jiwa Indonesia Intuisi Sadar Kolektif pada R. Soenarto Mertowardojo yang telah disampaikan secara lisan dan dicatat oleh R.T. Hardjoprakoso dan R. Tri Hardono Soemodihardjo kemudian diolah menjadi tujuh buah buku yang dihimpun menjadi sebuah Pustaka (intuisi) Sasangka Jati. Dr. Soemantri Hardjoprakoso menamatkan pendidikan dokternya di Sekolah Tinggi Kedokteran (Geneeskundige Hogeschool), cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta pada bulan Februari 1942. Bersumber utama dari salah satu buku di dalam pustaka intuisi tersebut yaitu Terciptanya Alam Semesta maka disusunlah sebuah disertasi dengan judul Indonesisch Mensbeeld als Basis ener Psycho-therapie. Disertasi tersebut telah dipertahankan dalam sidang ilmiah untuk memperoleh gelar Doktor dalam ilmu Kedokteran Jiwa dengan predikat cum laude di Rijkuniversiteit Leiden, Negeri Belanda tanggal 20 Juni 1956.
__________ Dokumentasi Perpustakaan Paguyuban Ngesti Tunggal
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 373
INDEKS BUKU MAGNUM OPUS (5/5)
A
Absolut; transenden 101,673; yang-, asas alam
kosmis, Dewa Alam 549,550.
ABC-nya perilaku: (tidur): Antesedent: suasana atau
perilaku sebelum tidur; mohon dituntun dijalan
benar untuk menghadap Tuhan; Behaviour: perila-
ku pada waktu tidur; mimpi-mimpi, terbangun;
Consequences: akibat yang timbul setelah tidur;
kurang atau menjadi sangat sehat 628.
adaptasi asmara-sufi: harus seimbang dengan retensi
angan-angan yang menggelisahkan 143, tumbuh
kesadaran (Ketuhanan): FPB dari semua hidup,
menurunkan (undur diri dari) singgasana (isi)
angan-angan (cipta, nalar)-nya 145.
Adler, Alfred; foto, masyarakat, penguasa tertinggi,
532-3, masyarakat-pekerjaan-kasih sayang, hati
nurani; kebersamaan 533, tidak sempurna,
tertinggi, evolusi 534, tanpa tujuan akhir 534;
dorongan asadar 547; mutlak mengikuti
masyarakat 689.
sistim Adler = Soenarto, dunia luar 541.
agama: 15, pengganti keinginan ayah 7, candra jiwa
41, watak 43; diungkapkan, dihimbau 517.
Yang Maha Agung; sistim Freud: tidak ada, filoge-
netis 516.
air: -dan uap air: kontinuitas, bumi dan langit,
jasmani kasar dan halus 115-6.
sang Aku: materi-imateri 74, pimpinan sentra vita-
litas (tujuh saudara): selubung, strukturnya angan-
angan (cipta) 121. angan-angan: sifat utama: ke-
daulatan (terbatas); nafsu+jasmani: potensi terten-
tu 118-9; asli: menutupi Tripurusa (latent), me-
nguasai jasmani (raja), angan-angan lemah me-
nyesuaikan nafsu, egosentripetal merajelela 111.
luhur: angan-angan terarah kepada Tripurusa:
pemilihan bayangan, asosiasi dan pengertiannya
selaras Tripurusa. 112-3.
Sosial-suprasosial: mutmainah lebih kuat
dari luamah; seperti hati nuraninya: semua penga-
laman phylogenetis dan ontogenetik manusia; ke-
arah Tripurusa 113.
kristalisasi dari angan-angan: dunia aku: sen-
tral kehidupan; sadar terbatas: bersifat indivualitas
(pribadi) 116-3 mati: ada eksistensi-, tidak terikat
jasmani 117, pancaindra 117
sang Aku: mengalahkan semua nafsu (regulator),
pusat imateri 350, pahlawan, transendental 351;
sujud kepada Sumber Hidup, mengurangi kedau-
latan, narima, penyerahan total, tanpa syarat,
relung hati terdalam, tahap akhir eksistensi sang
aku 368, semakin sepi, ikhlas, tahap akhir 369;
budi luhur: totalitas, sentra otonomi ter-
gabung, tanpa otonomi, hilangnya batas pribadi,
pasif, hancur, pamudaran 373.
~Posisi eksentrik: bukan sentral; titik sen-
tral: titik imateri ~apribadi (sempit) individu; ti-
dak pernah sentral, sementara, sirna (Soemantri)
sebelum masuk pusat imateri; Panunggal: kesa-
daran tertinggi 377; perlu tekanan sufiah dalam
suasana panembah: sunyi, sepi 378.
Sang Aku: imateri (Sang Aku= Roh Suci di dimen-
si-4: spiritual); angan-angan~cipta (sang Aku di
dimensi-3: mental) 412; wakil dari ketiga SV
jiwa itu harus menyerahkan diri sepenuhnya
kepada (kedaulatan dan kekuasaan) Tripurusa;
kapan manifestasi terjadi 483,485; berdiri dian-
tara 3 faktor.., das Es tertua, tidak ada jalan keluar
517; berusaha bermoral 521; sifat suprasosial
berkembang sampai tak dipengaruhi nafsu lagi,
pamudaran; terjepit hati nurani, asadar, dan dunia
luar 523.
das Ich:~; organisasi, saling hubung, sensor mim-
pi, instansi jiwa, produk permukaan das Es dan
dunia luar 509; mengatur luamah: tahan penderita-
an, tunduk pada mutmainah 526; tumbuh terus,
pudar, pintu masuk, kesadaran kolektif, pudar,
pengorbanan 530; terjepit rasa: rendah diri dan
bermasyarakat (Adler) 535.
sang Aku: menyerahkan kekuasaan 563; pusat ke-
pribadian, tidak terbatas, tidak ada definisinya
575; posisi-: antara asadar dan persona 579; tum-
buh dari logos dan menutupi (selubung) psike
(Soemantri), tempat sentral, berdaulat, memim-
pin, menimba energi dari asadar (Jung) 582.
Ajal: tahap akhir kehidupan biologis; sang Aku
harus menyerahkan diri kepada suatu di luar pe-
ngalamannya: tidak menerima apa-apa sebagai
gantinya; takut mati bukti keterikatan kepada ta-
hap kenikmatan; memungkinkan hidup dengan
reaksi-reaksi neurosis 495.
alam semesta: kosmos: makro dan mikrokosmos.
Dari luar ke dalam: material-kasar (jasmani),
material-halus (jiwa), dan yang imateri (Pusat
Imateri), terdalam, pusat hidup 114-5
alam semesta; Terciptanya (judul buku) 700.
alat; -penentu sikap: pikiran (pria) dan perasaan
(perempuan) 576.
alternatif bacaan semi ilmiah xxvi
ambang asimilasi: tonus-: dari asadar ke sadar; nilai
nya dapat dihapus dengan melatih introspeksi
445.
----------
374 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
anak: projeksi, subjektivasi, dan personalisasi: ma-
sih kuat dan sifat-sifat perasaan dan angan-angan
memperoleh pelajaran sesuai dari ayah dan ibunya
(CJI) 446; secara kejiwaan aseksual; nafsu seks
muncul oleh perkembangan badan, bergeserlah ti-
tik berat nafsu ke perasaan atau angan-angan; pa-
da masa puber: nafsu seks mencari objek jenis ke-
lamin yang lain di luar lingkungan keluarga; kete-
rikatan/ projeksi dengan orang tua mengendor;
fungsi ayah dan ibu diambil alih oleh angan-
angan dan perasaannya; setelah masa pubertas
mengandalkan pada hubungan struktur kejiwaan;
446,449; perkembangan anak: angan-angan dan
perasaan melangkah maju, digunakan sebagai
sentra vitalitas untuk bereksistensi di masyarakat:
Titik berat kesadaran: pindah dari nafsu-nafsu ke
perasaan (terutama pada perempuan) dan angan-
angan (terutama pada laki-laki) 447.
anak (kehadiran): bukan suatu keharusan, sebagai
alat saja agar stadium anak dapat di-projeksi-kan,
di-subjektivasi-kan dan di-personalisasi-kan
ke arah yang positif 451.
anarkhi; kacau, perkembangan kesadaran tahap
pertama 562, pengakuan 563.
angan-angan: refleksi Tripurusa, tiga aspek 129;
dunia luar: tidak berdaulat, digarap, dipotong, diu-
raikan, ilmu pengetahuan; tak kenal batas, menye-
rah: batasnya 133; sebagai regulator terhadap
nafsu 349.
~arti-sempit: secara refleks merupakan alat tam-
pung gambaran-gambaran yang terdesak; disadar-
kan dengan mekanisme dari bisikan hati; perbeda-
an bisikan hati dan bayangan sekejap merupakan
suatu rangsangan perbedaan yang harus dijemba-
tani, sehingga orang berpaling kearah bisikan hati
(mencoba melaksanakannya) 440; menangkap
segala sesuatu yang terdesak (Freud): meluapnya
daya tampung= mimpi selagi tidur 444-5.
angan-angan: mencengkeraman dunia luar; (aku)
mengambil haknya untuk ikut berkuasa; menurun-
kan derajat dunia luar: memisahkan subjek dari
objek dan tidak perlu memandang subjek lagi
459; luamah, mutmainah, berkuasa, dominan 547,
549. arti sempit: penampung, raja 527; potensi
imanen, pusat refleksi 529.
Angan-angan: kedaulatan: sifat utama dan pengawal
sang Aku: asadar-kolektif menjadi sadar-individu;
sadar bagi jiwanya dan dapat dipakai untuk me-
megang dan mencengkeram dunia luar: disistima-
tisasi, dianalisis, dan disimpulkan; Sang anak se-
dang bereksperimen sebagai sang raja (kemratu-
ratu); kedaulatan lain dilarang masuk oleh sang
Aku 1,428-9.
~(SV-I): bekerja secara hierarkis dan sistimatis:
1) membentuk gagasan tak-terbatas (cipta), ter-
batas dibandingkan sentra vitalitas ke-4 (Tripu-
rusa); 2) kemampuan asosiatif, penalaran serta
3) melihat secara keseluruhan dan menyimpul-
kannya (pangerti). 430-1.
anima: personalisasi sifat-sifat kewanitaan sebagai
latar belakang pria (Jung) 447.
animus: menjadi latar belakang wanita, fenomena
ini muncul pada masa puber 447.
anima-animus; endapan pengalaman, gambaran
seksuil virtuil kolektif Jung (terbalik, asadar):
animus pada perempuan, anima pada pria 601-2;
Soemantri: perasaan di depan (perempuan);
angan-angan, logos di depan (pria) 601-3 Jung:
arketip libido terbalik 602; pusat gravitasi 685.
anjing liar 51
antipati; perceraian, simpati, keterikatan 660.
Antareja, wayang 38
Antasena, wayang 38
Angan-angan: refleksi (bayangan) Tripurusa, selu-
bung materi halus: daya intelektual manusia 90-1.
Apollo 17 NASA; Eugene Cernan 606.
apriori; asadar: das Selbst, kesadaran agung, kekua-
saan, teori umum ke khusus 566.
arketip; tipe asli, Das Selbst, sinar, dunia purba 553.
~yang pertama: paugeran 592.
asadar: hanya melepaskan simbol-simbol yang
dapat
di-asimilasi-kan oleh bagian sadar; tidak berten-
tangan dengan bisikan hati (asadar); Terjadilah
ambang-asimilasi dua arah (sadar-asadar) 441;
suasana yang gelap dari tempat kita memandang ,
tanpa menaruh prasangka; membuat dirinya asa-
dar 471; dorongan bersumber dari nafsu, semen-
tara pendukung isi sadar individu adalah perasaan
dan angan-angan (kecuali angan-angan dalam arti
sempit) 477.
asadar: (sementara): bayu sejati; ~kolektif : ‖keada-
an di luar sadar individu ‖ itu batas-batas ruang
dan waktu sudah hilang; sang Aku menggunakan
potensi dari sesuatu yang bersifat kolektif 503.
~dan sadar-kolektif Freud, asadar individu 522,
Bayu Sejati: ~kolektif 523; lokalisasi, produsen
nafsu, penampung keinginan, endapan pengala-
man 525; ~kolektif: dunia luar, ~biologis: dunia
dalam 555; ~individual, tiga momentum 556;
~pribadi, kolektif 565.
asadar: ada nafsu; ketegangan, pertentangan, tabra-
kan 571. ~pribadi: penampung isi yang terdesak, -
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 375
----------
kolektif: arketip dan libido, teratur memperlihat-
kan diri di dalam sadar konkrit-rasional-historis;
merdeka terhadap sadar (Jung), terikat (Freud)
579: =sadar kolektif karena isinya (arketip) tak-
terbatas, apribadi 582.
asimilasi; -das Selbst terhadap asadar menghilang-
kan fungsi sang Aku, menyerah, perpindahan titik
berat kesadaran 580.
asmara sufi: (egosentripetalitas hilang) mutmainah
sebagai nafsu sosial dan suprasosial: di dalam
panembahnya bersedia mengorbankan sang Aku;
perasaan tidak diskriminatif lagi, memuat semua
dan segalanya; angan-angan tidak aktif, tidak
membatasi dan tidak mengembangkan kedaulatan
sang Aku 465.
Aspek, Aspect; Dwi-, Bi-, 658.
astronomi 9
B
badan/jasmani; sumber, pendukung nafsu 527.
bahasa; pengucap: salah satu pancaindra 113-4.
bayangan induktif: ditangkap oleh pancaindra sering
berasal dari luar, dialami selama panembah: sbg
gangguan, tidak sempurnanya proses introversi,
munculnya Tripurusa (imanen) terhalang 384-5.
bayangan intuisi: bedakan dari bayangan induktif;
renungkan apakah penampakan dari pancaindra?
sang Aku dapat menterjemahkan dalam lambang
atau kata-kata dari intuisi; intuisi tidak dilanjut-
kan secara sensoris kepada sang aku [induksi a-
sensoris] 384-5, 387.
Bayu Sejati: totalitas integrasi tujuh saudara, supra
natural, diaktifkan sesuai kehendak, kesadaran te-
tap utuh 122-3; tenaga-tenaga saudara tujuh dapat
digabungkan oleh sang Aku digunakan menurut
kehendak hatinya: telepati, hipnotis, dan meramal
(clairvoyance) 161-2: masih material terikat sepe-
nuhnya, taat mutlak terhadap Tripurusa: angan-
angan melepaskan diri dari nafsu dan perasaan:
kekuasaannya tidak terganggu; pamer: Bayu Sejati
tidak berbuat atau melakukan sesuatu yang lain;
peringatan yang mendidik: saudara kita, bukan
hewan pengangkut; Derajat Roh Suci: daya dan
selubungnya 163; Akunya sehari-hari adalah Bayu
Sejati itu; tidak adalagi ketakutan, kesangsian,
yang dapat merintangi penyerahan dirinya tak
bersyarat kepada Tripurusa 164-5.
Bayu Sejati: kekuasaannya sama dengan dewa,
harus dilepaskan tanpa syarat untuk proses
Pembebasan, hasil akhir kesadaran, kedaulatan
mutlak, omnipotensi, dan tidak terikat oleh ruang
dan waktu, sesuai suasana sorga 318-9; kekuasa-
annya sama dengan dewa, harus dilepaskan tanpa
syarat untuk proses Pembebasan, hasil akhir
kesadaran, kedaulatan mutlak, omnipotensi, dan
tidak terikat oleh ruang dan waktu, sesuai suasana
sorga 318-9; istilah CJI ketika potensi naluri
manusia menjadi maksimum (Carp) 427.
Bayu Sejati: pengikatan sengaja (optimal) 3-sentra
vitalitas; otonomi tiap sentra hilang; potensi ter-
tentu manusia menonjol: menari tarian (persis)
yang belum dikenal, bahasa yang sangat asing,
dan mengetahui posisi benda yang tersembunyi
500; gerak motorik langsung sampai tujuan;
seperti menggunakan suatu kedudukan yang
mencangkup dimensi ruang dan waktu; menggu-
nakan status tanpa berada di status tersebut; per-
bedaan ruang dan waktu hilang= tidak disadari
oleh sang Aku;tidak perlu koreksi; sang Aku me-
lepaskan penga ruh nafsu dan pangrasa; beberapa
dialami sendiri oleh Soemantri; 500-1; dapat se-
ngaja diaktifkan; ragu2 melenyapkan manfaatnya
501-3; pemutusan: akibat munculnya kembali
otonomi salah satu sentra vitalitas: ada keraguan,
ketakutan, duka-cita, pertimbangan, dan keresahan
503.
Bayu Sejati; asadar kolektif, potensi, telepathi,
tele-psiko-kinetik, clairvoyance) 522-3; asadar
kolektif 523; ingkar asas imateri, Aku-sempit
sadar, dunia luar 529; dibangkitkan sengaja,
kekuatan instink, tujuh kekuatan pribadi 608-9;
kekuasaannya sama dengan dewa, harus dilepas-
kan tanpa syarat untuk proses Pembebasan, hasil
akhir kesadaran, kedaulatan mutlak, omnipotensi,
dan tidak terikat oleh ruang dan waktu, sesuai
suasana sorga 318-9.
besaran; -luar, -dalam: das Selbst, kesadaran kolek-
tif, spiritual, diantaranya: manusia 568, memboho-
ngi, berkorban 569.
berdampingan; materi-imateri 679
Bhinneka Tunggal Ika, titik temu viii,57.
blencong: lampu atau obor yang menerangi layar
tempat dalang memainkan wayangnya 404.
Bima sakti, tata surya xxxi
Bisikan hati: diperoleh dari pengalaman perorangan
(baik dan buruk) dan pengalaman filogenetik
(asadar) 38; disimpan di angan-angan dalam arti
sempit; mutmainah faktor penting 440-1, 443=
hati nurani; menggunakan mekanisme normal:
angan-angan mengajak nafsu tunduk kepada
bisikan hati; kalau ambangnya besar: perlu lebih
banyak usaha untuk mengatur nafsu-nafsu: Kete-
376 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
gangan: tidak menyenangkan 41.
Bisikan Suksma: (buku) tiga pejalan transendental
yaitu: 1. Sdr. Kemayan, 2. Sdr. Prabawa, dan 3.
Sdr. Pangaribawa selalu mendapat pencerahan
dari Bapak Pangrasa antara lain ada-nya cobaan
atau ujian hidup: berupa godaan terhadap sang
Akunya manusia dalam usahanya untuk menaiki
kapal ‖Budi Luhur‖ yang berlayar menuju ‘pela-
buhan Baitullah‘ 646-7.
Body, mind, spirit; dimensi 1-4 676
Borobudur, candi 60.
Bre Redana xxi
budi darma; kasih sayang, membersihkan dan
menyucikan hati, memperkuat kepercayaan 260-1,
uang, barang, tenaga, nasehat 261; cinta: kebenar-
an, perasaan suci 261; praktikum suka beramal,
suka menolong dan mencintai sesama hidup=
melatih tendensi-tendensi suprasosial= asmara
sufi, barometer sesama: manusia/ hidup (kesadar-
an bersama; kolektif)~matinya kesadaran Aku/
jiwa 387.
Budi Darmadi, Dr, Ir, MSc: Ketua Pengurus Pusat
Pangestu; Kongres Pangestu XVI Tahun 2010:
Surakarta 21 Mei 2010; 405,viii; ~Soedjarwo.
budi luhur: setelah memiliki watak sabar, rela, neri-
ma dan jujur 373; cinta-kasih, suci, adil; budi:
terang (sifat Suksma Sejati), luhur: Mahakuasa
(sifat Suksma Kawekas) 203-5; anak tangga-5
271, diatas rasional 272; sebagai latar belakang,
contoh dan hati nurani 313; sikap kemerdekaan,
lepasnya semua bentuk keterikatan yang teriden-
tifikasi; sempurna penyerahan total dirinya kepada
Tripurusa sampai tidak ada gerak sama sekali;
diserahkan bidang religi; CJI hanya menunjukkan
jalan mencapai pamudaran melewati pelaksanaan
Trisila dan Pancasila, berhati-hati terhadap Pema-
li, dan pelatihan Jalan Rahayu 392-3.
budi pekerti 185,683.
busana: bersifat unsur, bentuk, gerak, metamorfosa,
dan yang tak terpisahkan dari unsur; ada-musnah,
lahir-mati, tumbuh-surut, kehendak-Nya 107.
bumi: raga, soma, body, 7 lapis 98; soma, jasmani
kasar: proses biologi 115.
C
candra dunia; candra manusia: jarak cukup: perang-
sang; menghilangkan 137 jarak lebar 139.
Candra Jiwa: Indonesia/Soenarto xxiii, xxx, xvi,7,
eropa 45, ~Indonesia, ~Soenarto, ~universal 63;
pegangan visual untuk memahami anatomi dan
fisiologi manusia sebagai makhluk batiniah dan
rohaniah 99; jalan; pedoman, sungguh sulit, laten:
kurang tumbuh 101; perbandingan 4~ 671.
Candra Jiwa Indonesia: CJI ; merupakan faktor
persekutuan terbesar sekaligus kelipatan perseku-
tuan terkecil dari semua candra jiwa di dunia dan
bernuansa Indonesia 615; koreksi bisikan hati
(=Uber-Ich) di atas ambang: paksaan, terasa
ketegangannya; di bawah ambang tidak terasa 40;
dengan sadar dapat diubah sesuai Uber-Ich nya
Freud 443; Uber-Ich= bisikan hati; Tonus kejiwa-
an dengan nilai ambang tertentu; konsep
Laforgue: koreksi di bawah nilai ambang: tak
terasa; melebihi: terasa tegang, atau sebagai
paksaan 445.
Carp: promotor Soemantri: nafsu mutmainah adalah
nafsu sosial (ke luar, ekstraversi) dan suprasosial
(ke dalam, introversi): suatu ibadah, kebaktian
yang mengarah kepada ‘sesuatu‘ yang lebih
tinggi: ke dalam: Tuhan; ke luar: negara, adat ke-
biasaan, ilmu, organisasi, suatu pendapat umum,
dan atau seseorang; Mutmainah bagaikan kekua-
tan kuda putih 434; penampilan lain dari mutmai-
nah adalah memperkuat pengalaman bersama de-
ngan mengurangi pengalaman sendiri: cinta kepa-
da sesama hidup, kasih sayang, murah hati, suka
berkorban, dan kesediaan membantu; bersifat
egosentrifugal terhadap sang Aku yang perpusat
dalam jiwa (psike) manusia 434-5; insting 683;
situasi 1) harmonis (bisikan hati= hati nurani) hu-
bungan keterikatan (perkawinan) dan 2) dishar-
moni (Uber-Ich)sebagai hubungan persekutuan
(perkawanan); pengalaman subjektif 442-3,445.
candra ideal: tingkat akhir perkembangan, cangkok,
tenaga asing, jalan sesat, beda esensial 101;
pencerahan: sekarang juga tercapai! 103.
Centini: serat, The Centhini Story: The Javanese
Journey of Life xviii
cinta, The Art of Loving , Erich Fromm xx
‘cintailah musuhmu‘: (setelah tercapai kesadaran
bersama): bukan suatu pengertian kejiwaan (indi-
vidu) yang afektif; tetapi telah direduksi menjadi
pengertian administratif 139; iklim kecintaan tak
terbatas; lihat individu 389.
cipta: mengontak nafsu: menyadarkan keinginan;
mengontak perasaan: emosi, realisasi keinginan;
posisi tanpa bayangan (kontak stop) 145; mem-
bentuk bayangan2, refleksi Roh Suci 255, infor-
masi khusus 257.
Cipularang KM 90 xxv
Circumambulatio, mandala 61.
CJI: (Candra Jiwa Indonesia) 411.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 377
----------
clairvoyance: mengetahui keadaan yang tersembu-
nyi dan kejadian yang akan datang 288-9.
cogito ergo sum, Rene Descartes xxx
corpus alienum: kemasukan dewa, sebagai wayang
288-9,291; dewa sebagai benda asing dalam
jasmani yang merusak harmoni semua fungsi 293,
295;
D
Dana: golongan dewa (gol.VI) penyampai,
darma; sempurna, paksaan peraturan 263.
Dasa Sila: ditaati sukarela 402-3, 663.
daya tarik makrokosmos: material dan dewa
186,684.
daya dorong; tenaga/~ (nafsu), kompleks rendah diri
534, dorongan eksistensi 537.
dekat: sangat~: Yang Maha Tinggi bersifat imateri,
di dalam jiwanya sendiri: aman, tenteram, terlin-
dungi, dipimpin, dibutuhkan: penderita neurosis
dan setiap manusia pada umumnya 358.
Delapan Wajib TNI 702.
Dewa: kekuatan dan kekuasaan kemayan, bersifat
materi 107; DEWA 19, makhluk halus, hidupnya
274-5; satu unsur: api, dewata 275, jin, setan, pe-
ri, hantu, lingkungannya, langit dan bumi, kepri-
badian ego berasal dari maya, tanpa Roh Suci dan
Suksma Sejati, 276-7 buku: Gumelaring Dumadi,
\ Tunggal Sabda, bentuk tidak tetap, tidak sakit,
tidak terpotong, makhluk Suksma Kawekas anta-
ra manusia dan hewan 277; seperti alat elektronik
yang berbaterai, umurnnya 80.000 tahun, 1000
kali umur manusia, hierarki kekuatan, kekuasaan,
sistim kerajaan (di matra: udara, air, dan tanah
karena mengandung unsur api) 278-9; sesuai wa-
tak dan kondisi hidupnya, aki mobil, baik (Wisnu,
Sura), jahat (Kala, Asura); saling berperang, me-
maksa yang lemah untuk menyembahnya 279-80.
dewa: sang penguasa universum 281; yang berkuasa
hidup di unsur api yang tipis, bawahannya di un-
sur api yang padat 281, tujuh golongan dewata
281-2; merasa tertinggi, ingin disembah, mengon-
tak manusia melalui angan-angan (kemayan), pin-
tu masuk: di antara dua mata, terasa kehadirannya:
merasa sombong , menjadi gila: angan-angan di-
renggut dari harmonisasinya Rahsa jati 287; terasa
kehadirannya: merasa sombong 287, bau khas, pe-
rasaan tertentu 288; mengambil alih baik-baik
atau dengan paksaan 288-9; pengaruh~: 1. kontak
indrawi, 2. mengambil alih angan-angan, ~tingkat
tinggi: lahiriah sama dengan kebaktian kepada
Suksma Kawekas 293.
Dewa Alam; naturgott, menghilangkan polaritas,
tujuan perkembangan (jiwa) manusia 550.
Dewa Ruci: lihat ular naga 60,92; ~Suksma~ 114,
epos Ramayana, Mahabarata 187;693; TheSelf–
nya, setiap manusia memiliki ~nya 362.
Dhandhang Gula Eling-eling 663.
dimensi 1-4, makro/mikro-kosmos xxix
disertasi; bayi, ibu, dokter kebidanan (Carp) xxii;
sampul, 68-9.
dosa: perbuatan buruk, tidak selaras karsa Tuhan
pemberitahuan awal: makna paugeran, kewajiban,
hukum keadilan; hakekat keyakinan (3 kesang-
gupan): sadar, percaya dan taat, disucikan dengan
5 kelakuan baik: rela ssabar nerima, jujur dan budi
luhur, ingkar janji, prastia jiwa 321
Dwi; tunggal, aspek 73.
Dwija Wara: majalah bulanan Paguyuban Ngesti
Tunggal; untuk suluh kehidupan bahagia; website-
nya di http://www.pangestu.or.id; 404.
depresi, neurosis: sakit psikosomatik: angan-angan
arti sempit penuh sesak; bongkar muatan: ucapan,
gerak, dan impian; bongkar sehat: menerima, ta-
wakal, dan percaya (iman) 108-9.
desubjektivasi; angan-angan, dihilangkan
kekuasaannya 241.
pemimpin dan pengajar dewa-dewa kecil 283-4.
disain: tuntunan dan rangkuman; tontonan, kete-
rangan, dan kaitan viii
Duta: (utusan) golongan dewa (gol.II) penerus
perintah (mencipta dan/ atau merusak) dari
golongan Luhur 283-4.
dualistis; sang Aku dan das Selbst, perkembangan
kesadaran tingkat ketiga, kabur, tujuan akhir 562-
563.
dunia: ~luar; agung dan sosial, kemenangannya
519: terlihat pancaindra, tingkat pertama; mengen-
dorkan ketegangan, memenuhi keinginan, berlatih
mendapatkan jalan, melalui hati sanubari, kawin
dengan dunia, ingatan introversi 305-7; ~dalam:
setelah 40 tahun, mencari das Selbst 571.
Dwitunggal, Dwiaspek, BiAspect; Sadar Kolektif
658.
E
ego, perjalanan ke dimensi-4 xxix; super~ 46, aku;
sementara 59, materi-imateri 74;Aku: kompleks
pengatur, terjepit, melepaskan diri 543, identifi-
kasi, adaptasi, neurosis 544.
egonetral; perubahan permanen (luamah):
polaritas egosentripetal berubah: peningkatan
peranan hidup seorang manusia 436-7. keinginan
378 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
mutmai nah (+) dan luamah (-) = saling mengha-
pus 438-9; konversi~ (sublimasi); pengaruh ego-
sentrifugal terhadap luamah; tahan kekurang-
an, rasa sakit dan penderitaan 590-1.
Einstein, relatvitas 59.
Eksistensi; -asal, paling awal, lebih tinggi, kolektif,
abadi, TheSource 259; ~imateri: berdaulat mutlak
521; nafsu~ 537; eksistensi sadar kolektif; ke-
mungkinan~ Jung: diluar pengalaman; Soemantri:
suprarasional, berkomunikasi, dan berpotensi 604.
ekstraversi-introversi: ke luar-ke dalam; kema-
syarakatan-ketuhanan: seolah-olah dua tugas ber-
tentangan: menghargai semua potensi; melepas-
kan diri: rasa disiplin, loyalitas dan tanggung
jawab~tetap; integritas lebih baik 422-3.
empat pilar kebangsaan xxiv,
empati ; landasan 75; prototipe angan-angan
menolak~ 131; tujuan sejati, menyesuaikan
dengan kondisi intuisi, dewa 339; posisi (titik be-
rat) netral, hubungan ke arah persekutuan sema-
cam perkawanan 439; adalah pondasi semua
interaksi hubungan antar manusia: Kemampuan
berkomunikasi sesuai kondisi kejiwaan orang lain
dengan memberikan suasana perasaan harmonis
dan akrab kepada orang lain tersebut akan mem-
bantu mengintegrasikan semua sentra vitalitasnya
613; lebih luas dan memiliki kesulitannya sendi-
ri; memahami orang lain sesuai persepsi dirinya;
lebih mudah: mendiamkan saja, menyalahkan
orang lain, karena hanya memerlukan sudut pan-
dang kita sendiri yang lebih kecil 613.
empati: perlu perhatian kepada orang lain: mende-
ngarkan, melihat, merasakan bagaimana mereka
berkomunikasi, identitas, kebudayaan bahkan reli-
ginya; informasi yang lengkap; komunikasi seca-
ra empati dengan sangat baik 613; ~(praktek ): le-
bih nyata ketika kehadirannya mengedepankan
nafsu sosial-supra sosialnya (mutmainah); sema-
ngat pengabdian (amarah); kasih sayang kepada
sesama hidup (sufiah); sikap hidup egonetral (lua-
mah): membangkitkan ketahanan dan kekuatan
jasmaninya. (BSP); SV empat nafsu, SV angan-
angan, masyarakat rumah sakit 614-5;~ netral,
perkawanan 660, memperdalam 661
Modul Empati: dikembangkan untuk membantu
mahasiswa kedokteran guna: 1) mengembangkan
kepribadian, sikap serta perilaku luhur bagi ke-
langsungan profesinya, 2) meningkatkan kemam-
puan berkomunikasi efektif berlandaskan empati,
dan 3) mengembangkan perilaku ilmuwan yang
mengutamakan kejujuran dan kebenaran 612;
perbedaan komunikasi yang empatik dan yang
sarkastik 620.
Metode (PembelajaranModul Empati): tiga tahap:
orientasi, pelatihan, dan umpan balik 620.
Pokok Bahasan (Modul Empati): meliputi 1. Filsa-
fat Ilmu kedokteran dan aspek kemanusiaan, 2.
Nilai-sistem nilai dan human value, 3. Empati
dan kesehatan jiwa, 4. Moral, etik, dan pengantar
hukum kedokteran, 5. Perilaku ilmiah, dan 6. Ko-
munikasi efektif 618.
Sasaran pembelajaran (Modul Empati): apabila
mahasiswa diberi tugas untuk berkomunikasi baik
secara individual, dengan kelompok atau masyara-
kat, mampu mendemonstrasikan semua langkah
Eros, tanos 49.
esensi manusia: terletak pada hubungan Roh Suci di
dalam Tripurusa di Pusat Imateri ini; menunggu
panggilan terakhir puncak evolusi seraya melaksa-
nakan Hastasila 97; Roh Suci dengan hubungan
mutlak di dalam Tri Purusa; hewan: Roh Suci sa-
ja, tanpa hubungan mutlak di dalam Tripurusa;
tumbuh-tumbuhan dan dewa: tanpa Roh Suci se-
bagai esensi: tumbuh-tumbuhan: daya hidup unsur
-unsurnya sendiri: air dan tanah 107; dewa: keku-
atan dan kekuasaan kemayan, bersifat materi 107.
Etika, moral, religi 47.
evolusi: sadar pribadi (sang aku) meningkat menjadi
sadar kolektif terbatas (Roh Suci); peningkatan
kualitas kesadaran manusia; introspeksi (dan in-
troversi) 96-7; arah kesempurnaan 534.
das Es: id 46; diperintah azas kenikmatan, dibawah
azas kenyataan, ..dengan Ego, nafsu seks dan
mati, dua sentra otonom, endapan filogenetis 511;
Uber Ich: termuda, melalui Aku 517; ~tertua:
amoral, kejam 521;
komunikasi dua arah yang efektif berlandaskan
empati 616.
F
faktor baru: pengalaman yang tidak dikenal sebe-
lumnya, lihat intuisi 386-7.
faktor (pembagi) persekutuan terbesar; FPB, 687.
Foil; Tre-, Tri- 658, Tripurusa, TriAspect 676.
fokus di jalan rahayu (bahagia) 200.
TheForce, Suksma Sejati, Sadar Kolektif Dina-
mis, Wakil Suksma Kawekas 70,658.
fikir; ber~ dengan bentuk 515.
fiksasi (ikatan): 1.angan-angan: kedaulatan di
dunia luar, mementingkan kekuasaan di masyara-
kat.; 2. nafsu: luamah sebagai pengikat: egoistik,
serakah dan pro sahwat, tanpa pertimbangan ke-
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 379
----------
daulatan atau alasan pangrasa; 3. perasaan: aman,
pasif, tak bertanggung jawab, sorga kesenangan
duniawi (bayi dalam kandungan) 151-2; Pertum-
buhan jiwa: tanggung jawab, harus bekerja, dan
mengenal bahaya; kolot, kacamata tertentu 153;
~(kompleks otonom) yang berisi gagasan, pera-
saan dan kemauan tertentu; ikut memerintah ba-
gaikan corpus alienum (benda asing); kerja sang
Aku terganggu: pengaruh benda asing tersebut
diliputinya, diisolasi atau dikeluarkannya 482-3.
endapan filogenetis: pengalaman asadar, berlaku
seluruh umat, apribadi oleh sebab itu bersifat
kolektif 440511, warisan kuno 513; sifat turun-
temurun 523.
tahap fisiologis (sementara): Sang Aku (sadar indi-
vidu) berada di antara asadar (penuh kenikmatan)
dengan sadar kolektif (mutlak tanpa kenikmat-
an): tak berubah selama-lamanya 483.
FPB; pembagi (Faktor) Persekutuan ter-Besar 560.
FPB; tujuan perkembangan, sadar-asadar 563,
harmoni 564-5.
Freud, Sigmund 45, Das Es 45, 46.
free diving, Vertical Blue: alam bawah sadar 240.
fungsi: psike, angan-angan, perasaan,
nafsu 98.
G gadis jelita metropolitan viii
ganjil: halaman viii
TheGate: lihat Rahsa Jati 98, 100.
kesadaran, inti mikrokosmos 98,100.
genap: halaman viii
[gender] (Jung): muncul sebagai akibat dari penga-
laman filogenetik jenis pria dan wanita; anima
(eros) dan animus (logos) dimasukkan sebagai
arketip 447; laki-laki akan memilih perempuan
sesuai dengan anima-nya 448-9; CJI: menjelaskan
tanpa menggunakan arketip; Kecuali di dalam
filogenetiknya pernah terjadi deferensiasi dalam
jenis pria dan wanita 448-9.
Geistprinzip, Naturprinzip 53.
Geneeskundige Hogeschool: Sekolah Tinggi Kedok-
teran, Fak. Kedokteran UI di Jakarta, viii,700.
gila: akibat angan-angan direnggut dewa dari har-
monisasinya Rahsa jati (Soemantri) 287.
Godaan gawat dan berbahaya : menyangkut ke-
percayaan (iman) seseorang yang tergoyahkan
oleh daya kekuasaan para dewa yang serba ajaib:
perilaku hidupnya menyeleweng ke kiri, menuju
dan sampai ke alam dewa, para makhluk yang
memungkiri eksistensi Tuhan YME; murtad da-
lam arti sesungguhnya: keluar dari lingkungan
garis hukum Tuhan: syahadat, kredo, pahugeran:
‖pintu surga atau pintu panunggal sudah tertutup.‖
654-5.
Godaan halus: begitu halus, dimasukkan sebagai
godaan iblis, masuk ke dalam batin manusia, ber-
lawanan arah terhadap tujuan hidup ego-super-
egonya; di dalam batinnya tumbuh rasa ‘paling‘
(kuma ..); keluarnya sebagai kesombongan: aku
yang paling luhur (kumaluhur), aku yang paling
kuasa (kumuwasa), aku yang paling hebat (ku-
mingsun), congkak, tinggi hati, dan sok tahu 653:
bila ingat dan bertobat, masih mempunyai harapan
akan kembali ke posisi (derajat) kejiwaan sebe-
lumnya 655.
Godaan kasar: harta, tahta dan wanita digolongkan
sebagai godaan hidup yang kasar; Bapak Pangra-
sa menggolongkan godaan (kembalinya sang Aku
kepada Tripurusa): godaan kasar, halus, dan ber-
bahaya 647.
~(No. 1) geleparnya ikan dalam lubuk (Klubuk-
ing iwak ing kedung): terpikat untuk memiliki
ikan besar yang sedang menggelepar di dalam ko-
lam atau di lubuk sungai; orang akan lupa tujuan
hidupnya yang hakiki ketika berhadapan dengan
kesempatan untuk memperoleh mata pencaharian
yang besar, yang sulit untuk diperoleh; asal tidak
terbelenggu hatinya sehingga tidak melupakan
tugas internalnya dalam lubuk hatinya 649.
~(No. 2) uang ringgit emas: (Kencringing ringgit)
yang suaranya berdenting itu pasti akan menga-
getkan siapa saja yang sedang duduk, berjalan,
termenung dan/atau sedang melamun: artinya
pamrih, ingin memiliki daya kekuasaan uang:
titik berat kesadarannya menjauh dari tujuan evo-
lusi egonya manusia yang hakiki 649,651.
~ (No. 3) lawan jenis: berkilaunya betis kuning:
(Gebyaring wentis kuning) mengisyaratkan apabi-
la seorang pria mendapatkan senyuman atau ker-
lingan mata wanita yang cantik parasnya, akan
menjadi mudah jatuh cinta; sebaliknya untuk para
wanita yang mabuk kepayang karena terpesona
dengan kegagahan seorang pria, sampai melupa-
kan tujuan hidupnya yang hakiki 651-2.
godaan kasar: No. 1, 2, dan 3: Menurut Bapak
Pangrasa masih dapat kembali ke jalan benar
dengan reedukasi dirinya: membangun watak
gravitasi; pusat, kecerdasan, perasaan, pria,
perempuan, wanita 685.
Gumelaring Dumadi: terjadinya universum 323.
guru; terhadap murid v
380 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
H
hakikat: -manusia; aspek struktural, fungsional; -
dunia luar 99.
hakiki; Pusat; fungsi spesifik ke-4, imateri, spiritual
674.
harapan (besar): fenomena kardiologi kuantum dan
Candra Jiwa Indonesia kelak dapat dibuktikan;
fisika kuantum: paket energi gelombang elektro-
magnetik 625.
Hardjoprakoso; Soemantri~ vii,xvi, Soerini~ Soe-
djarwo viii, Winahyo~ , dr, SPOG viii, R.T., Ra-
den Tumenggung~ xv, Winarni P. Soemantri~,
Ny. 416.
harmoni: bersifat integrasi, dibentuk oleh tingkat
penguasaan nafsu dan perasaan untuk taat kepada
sang Aku; Jika angan-angan sesuai kehendakNya,
asmara-sufi (laya) akan berdominasi 149;(kesela-
rasan) timbul, jika manusia sadar untuk melepas-
kan daya-ikat dunia dan tujuannya: bertunggal de-
ngan Hidup di dalam dirinya melalui Rahsa Jati
154-5; metrum gamelan (alat musik Jawa), dela-
pan nilai keutamaan, Hastasila, sumbang 207;
~absolut: fase akhir integrasi tiga sentra; sang
Aku tidak dibutuhkan; tiga sentra saling mengatur
supaya serasi; tidak perlu pusat pengatur 465;
hubungan keterikatan karena orientasi terha-
dap dunia juga menghilang 467; kelompok musik
penuh~ 611.
hati; kata~ 515; suara, menghilang, pertentangan
nafsu 682; ~ nurani 683; tiga tingkat 684-5.
hati nurani: candra dunia/manusia 121,123; disim-
pan di angan-angan dalam arti sempit, asadar,
beda tempat dengan nafsu asadar 122-3; bertemu-
nya dunia luar dengan manusia: nafsu- nafsu asa-
dar, serta angan-angan dan perasaannya yang
sadar 123; sesuai titik beratnya~ Tripurusa; di
atas emosi, bayangan, pikiran, hasrat, keinginan,
kemauan 139; refleksi jahat, baik, ideal 140;
~adalah bisikan hati 440-1, 443; tumbuh tak terba-
tas, terpisah dengan Aku, pamudaran realisasi
terakhir~ 523,529; tidak dibutuhkan 525; rasa ke-
bersamaan (Adler) 533; fungsi pemimpin dengan
peran utamanya mutmainah, diperkuat pusat ima-
teri, terus berkembang: identik pusat imateri 605,
607; kemungkinan, faktor nonempiris, sadar
kolektif, campur tangan: intuisi, perjumpaan 520.
Freud: pengalaman pribadi dan filogenetis 521.
Hayu: (bahagia) golongan dewa (gol.IV) pelaksana
tugas yang baik dari Luhur 283.
heart, qalb, jantung, jantung hati xxvi
Heksalogi Starwars xviii
Hidup: ada di mikro dan makrokosmos; kesatuan-
keseluruhan, unitas dan totalitas; Aku: terbatas,
dipisahkan oleh individualitasnya, tidak mengala-
mi totalitas, dibuang jadi pimpinan sentra vitalitas
121; sumber~, menghidupi 223, adalah satu 227;
suasana kebaktian; derajat, hieraraki 229; titik
singgungnya di dalam dirinya sendiri yang terda-
lam, tetapi tidak berbakti kepada-Nya, tergantung
pegangan-pegangan diluar dirinya yang bersifat
ruang dan waktu, alam kafiruna yang autistik me-
maksanya belajar panembah 315; ~di dunia; pe-
ngotoran dan pencucian berdampingan bahkan
pada orang yang sama; keluar- masuk Rahsa Jati
316-7; tiga persoalan- 533.
~yang hakiki: Dewa: suasana (menghidupi), air
(dihidupi), tanah (wadah hidup) 280.
~Imateri: tidak berzat, bentuk asli dari semua
yang hidup: dasar pemikiran CJI; berbagai pano-
rama dan potensi; kedaulatan absolut; Tripurusa
(TriFoil) adalah hakikatnya manusia; melepas-
kan genggaman jasmaninya; ‗selimut‘ 418-9.
~organis: (perkembangan sang Aku) kehendak
mempertahankan kenikmatan dapat berkurang;
mulai dari hilangnya bagian somatis pasif di
dalam janin ketika lahir sebagian hilang; bayi
melakukan sendiri kegiatan bernafas, menghisap,
menelan dan mencerna 479.
Hierarki: ~(angan-angan): pengaturan rasional,
bertanggung jawab, suka mencipta, dan menya-
darkan: otokrasi, tirani, penghancuran, penindas-
an, dan paksaan 437.
~(yang lebih tinggi): berpesan, bersabda
kepada sadar individu: angan-angan, perasaan
dan nafsu dalam posisi tidak aktif 491.
Hipotesis 5; ~Jung xxiii
empat hubungan: sang Aku dengan dunia luar:
1) projeksi, 2) subjektivasi, 3) analisis rasio, dan
4) personalisasi 482-3.
hukum: ~abadi; hukum Tuhan, menerima perbeda-
an, terbukanya tabir hati1, saling mendoakan ke-
selamatan masing-masing 297.
~karma: hukum Tuhan 322; kejam, tegas karena
sang aku telah sempurna perlengkapannya, memiliki tujuh saudara dan empat anasir sebagai
busananya 320-1; kumulatif, peringanan 329; aba-
di, sempurna, Mahaadil 330, ditebus Trisiladan
Pancasila 331; Pembebasan hukum karma 333;
dispensasi 334.
I
ibadat; panembah, sembahyang, kebaktian 227,
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 381
----------
iklim perasaan jiwa 229.
Das UberIch: superego 47; Ich ideal 511, identifi-
kasi ayah 513; makhluk ideal, agung, susila 517;
dari sangat bermoral sampai begitu kejam 521.
ijasah dokter; manusianya lebih penting 597.
ikhlas: lihat rela 366.
Ilham: pertama, intuisi 31, sadar 33; intuisi, suara:
sabda, tanda-, pertemuan sadar pribadi dan sadar
kolektif 574; penglihatan melalui fungsi pikiran
yang asadar, bukan kemauan kita, suara (sabda),
empat tanda-tanda~, sebelumnya tidak tahu, da-
tang dari pusat Ego lain, ~pikiran: intelektual,
perasaan, fungsi penglihatan irasional, religius
575; asadar, irasional, aman: suprarasional 577,
bijak sana 579; pesan-pesan, sabda-sabda sadar
kolektif 604.
ilmiah; sumbangan 75.
Ilmu Sejati: aneh 63, suara 64, 65.
Ilmu jiwa 1, tahap awal 11, penelitian 23, spekulatif
27.
Imanen 47; sesuatu yang~; angan-angan 529, kom-
pleks rendah diri 533, tidak diperkenalkan
(Adler), eksistensi intra psikis, sentra (pusat)
vitalitas 542, Tripurusa 543; tidak ada (Adler),
Tripurusa 543; ~transenden; lingkungan,
kerajaan antara 587
imateri: prinsip~: hakikat; yang materi: selubung-
nya, tidak terikat, titik hubungan kerja: dekat jan-
tung 103; struktur: Tripurusa, TriAspek: Suksma
Kawekas, Suksma Sejati dan Roh Suci 117.
Hidup~: tiga aspek~~ 676, Pusat; pintu masuk
eksistensi status; titik awal, sumber, dan tujuan
kehidupan; di dalam dirinya 677; spiritual,
bebas keinginan, sadar kolektif, Aku diantara
~dan materi 679.
impian; bunganya tidur, sedikit (+/- 1%) sebagai
perlambang (profetis) ; arti khas dapat dibuka:
pribadi, ahli budi, psikolog, dan psikiater yang
terlatih 109,110-1
individu: (di dalam kesadaran bersama); pengertian
baru: direduksi, diperkecil; pengertian pancaindra
(bukan afektif); tidak menimbulkan reaksi mental,
kejiwaan (keterbatasan pribadi) 389; sekaligus
mememilikibagian sadar dan asadar, penuh kei-
nginan dan bebas keinginan 679.
individualitas: sempurna: dalam mengambil kepu-
tusan bebas dari fenomena projeksi di luar dirinya
455; batas pribadi dan dunia luar; ~asadar: Freud
17, diproduksi nafsu-nafsu 525.
Individuation: individu telah menjadi absolut 353.
individuationsprinzip: sesungguhnya arketip, jiwa
psikologi, geistigen Gott 573.
individuasi; kelemahan, selubung palsu, men-Sebst-
kan, individuation, persona, asadar 566-7, menjadi
suatu individu, keunikan terdalam dan terakhir,
tak terbandingkan 567; sang Aku, asadar, persona
569; pembebasan, pamudaran: peristiwa memberi-
kan sepenuhnya kepada psike kolektif, menyem-
purnakan sejarah sang Aku 580; proses~ (indivi-
duation); justru menghilangkan individu yang ter-
batas 584-5; pamudaran, pelepasan ego dari jepit-
an asadar, dunia luar dan persona (Jung)/ hati
nurani (Soemantri) 594.
Indonesisch Mensbeeld.. xv, xvi.
induksi asensoris: kontinyuitas sang Aku angan-
angan dalam menterjemahkan intuisi ke dalam
lambang atau kata-kata akibat ‖pertemuannya‖
Sang Aku imateri dengan sadar kolektif dinamis
384, 387.
[induktor: sensoris= pancaindra; asensoris= rahsa
jati, theGate]
induktor: sensoris (pancaindra); asensoris [theGate,
Rahsa Jati]: Sang Aku angan-angan menterjemah-
kan intuisi melalui induktor asensoris.. 412.
ingat mati; ketentraman, mulai hidup baru, sesuai
sadar kolektif; beda ingin cepat mati: tidak me-
ngurangi kedaulatan aku 142, 145; meninggalkan
cara hidup lama 145; dapat mengarahkan jiwa
tanpa keinginan, pikiran dan emosi; membangun-
kan keinginan untuk meninggalkan cara hidup
lama, dan memulai yang baru; sesuai kehendak
dari Hidup imaterial; membawa ketenteraman
dan rasa bahagia di dalam jiwa (Soemantri Har-
djoprakoso) 627; pejalan transendental 629.
ingat hari akhir: lihat kiamat 627.
insting: (Freud): seksual dan kematian: tersimpan
secara tidak sadar di dalam Id (Das Es)-nya; telah
diajarkan di fakultas kedokteran dan fakultas lain-
nya 627,629.
insting: telepati, ramalan, potensi di bawah sang
aku, dapat dikembangkan 683.
intelektual; kapasitas, angan-angan, kedaulatan 679
Integrasi maksimal: otonomi sentra vitalitas hilang;
sang Aku hancur-lebur; fiksasi tidak perlu; mut-
mainah menang; luamah konversi netral: semua
mengarah ke Tripurusa 489.
integritas: (kepribadian sang Aku)~ hubungan yang
memadai (tidak absolut): nafsu-nafsu, perasaan
dan angan-angan; otonomi dikurangi; neurosis:
kegagalan, penyimpangan integrasi 424-5; dapat
diperkuat: hidup patut dan terarah; melamun 427.
~(bermasyarakat): tolok ukur menentukan:
382 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
manifestasi mutmainah (sosial- supra-sosial) 436.
intelektual, kekayaan xxi.
inteligensi semu: bisikan dewa 290-1.
interaksi pertama: (komunikasi): senyum, sapa dan
salam: kebudayaan: spada, halo, horas jala gabe,
mejuah-juah kita kerina, yahobu, ni hau 617.
Inti Arketip: Archetype ansich atau das
Selbst: mengambil alih persona, sang
Aku, perkembangan potensi asadar 585-6.
Indonesia; peta 62, nama ilmiah candra jiwa 63.
innalillahi wa inna ilaihi roji’un 246.
Introspeksi 24, 25: mengamati/ mempelajari diri
sendiri, ke dalam, ke dunia ketiga; bedakan de-
ngan introversi (146); dengan meng-‗analisis‘ diri
dapat diketahui isi dari angan-angan arti sempit
(asadar); kemampuan ‘asimilasi‘ (sadar): bebas
trauma jiwa; tidak mengganggu integritas kepriba-
dian (Freud guiding principle) 444-5. introversi: transendental, ke dalam: berserah diri
tanpa syarat (posisi di rahsa jati, batas dunia/
dimensi ke-3 dan ke-4) 146; bedakan/ lihat intro-
speksi Intuisi: ilham, 99,9% 29, 30, fisiologis,
otak kanan 58, Einstein, Newton 59, buku pustaka
65, Soemantri 67; sadar, percaya, taat 74; jalan~:
menggeser Aku ke imateri 126; ~ekstraversi: lihat
ekstraversi-introversi 422-3.
intuisi, ilham atau wahyu: pertemuan sadar pribadi
dengan sadar kolektif, semakin meningkat, lebur-
nya sadar pribadi disebut Pamudaran: tujuan akhir
evolusi 99;Roh Suci (TheSelf), berserah diri sepe-
nuhnya kepada Suksma Sejati (TheForce); tidak
bersyarat: tidak dapat dengan sengaja ditimbul-
kan; tidak ada perbedaan esensial, tidak dapat di-
lukiskan, ada gejala-gejala pengiringnya: gambar-
an-gambaran keadaan manusia, di mana ilham
atau wahyu menyatakan diri, sesuai keadaan jiwa
orang yang bersangkutan; perbedaan antara iklim
jiwanya sehari-hari dengan iklim ‘dekat‘ dengan
Suksma Sejati. 157; sebagai bayangan, ucapan,
pengertian tertentu, dan pencerahan: nonpancain-
drawi; mengalami di dalam diri yang sedalam-
dalamnya; manusia menerjemahkan perjumpa-
annya itu 158; perjumpaan sadar individu
dengan sadar kolektif 159;
intuisi: ciri-cirinya: 1. timbul dari esensi yang ter-
dalam, 2. bebas waktu dan tempat. 3. tidak dapat
ditimbulkan, 4. timbul sebagai bayangan, ucapan
atau mengerti sesuatu, 5. bukan pancaindrawi, 6.
terasa damai dan bahagia yang bergema sementa-
ra, 7. rasa kepastian dan kebenaran, 8. tidak ada
sensasi jasmaniah kecuali nomor 6 dan 7, 9. tidak
ada kekuatan dari luar, 10. saat datan berhentilah
angan-angan, emosi dan nafsu 161; Bukan intuisi:
tenaga saudara kita sendiri dengan kemampuan
gaibnya: sering menyatakan hal-hal yang tidak
benar 161; faktor dituntun Suksma Sejati: Sang
Sabda atau Sang Pepadang 165.
intuisi: pertemuan sadar individu dengan Tripuru-
sa, isi~: adalah pertemuan itu sendiri, diluar pe-
ngalaman individu (faktor baru). Tripurusa: seba-
gai gambaran masa depan hati nurani yang dapat
dicapai 386; suara dari dalam diri manusia, suara
Hidup yang sempurna, kesadaran yang jauh lebih
luas dan lebih jauh (CG Jung) 408-417; 99,9%
bukan yang dimaksud CJI 1; informasi dari Yang
Lebih Berdaulat: simbol, gambar, atau sabda; so-
lusi besar penuh harmoni 409; =ilham; pertemuan
(manivestasi) sementara pusat imateri (penentu)
dengan sang aku individu (pasif) 410-1.
intuisi (tidak bersyarat): tidak dapat dengan senga-
ja ditimbulkan, dialami hanya oleh yang terpilih
411; wahyu: pertemuan-pertemuan sementara se-
belum sampai kepada mekanisme permanen dari
Tripurusa; ketiga SV menterjemahkan manifestasi
tersebut secara harmonis 483; manifestasi semen-
tara dari pusat imateri; pertemuan antara pusat
imateri dengan sang Aku individu; sang Aku pada
posisi pasif, tidak dapat mengetahui kapan ada
perjumpaan lagi; kalau sang Aku sudah
merealisasikan perjumpaan itu di dalam angan-
angan, perasa an atau nafsu, maka perjumpaan itu
sudah terjadi 491; melalui intuisinya manusia
dapat melihat hal-hal yang belum pernah terjadi,
atau di luar pengalamannya: melihat dirinya
sendiri secara struktural dan fungsional; pusat
imateri memiliki pengaruh yang mengatur dan
memberikan harmoni kepada manusia 492-3.
intuisi (CJI): terjadi pada tingkat kesadaran kolektif;
Pertemuan antara sadar kolektif dinamis (Suksma
Sejati) dan sadar kolektif terbatas (Roh Suci, sadar
pribadi) 412-3; -pertama nabi: paugeran, kredo,
janji suci, syahadat; cara mengetahui jiwa (ilmu);
di luar kompetensi sang Aku: lompatan iptek 413;
tanya-jawab (komunikasi) 414,417, istimewa;
lebih berdaulat: perspektif (dimensi) ke-4? jelas,
sadar 414; merasa hamba, luas tak terbatas, unik
416; ilham, wahyu, campurtangan, kehendak 522-
523.
intuisi: bertemunya kesadaran pribadi dan kesadaran
kolektif akan meningkatkan kinerja sang Aku;
kunci memecahkan persoalan hidup melalui
jalan yang paling harmonis; Aspek psikoterapi:
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 383
----------
dalam perspektif [intuisi dan pamudaran] diang-
gap sebagai hasil sampingan (sekunder) saja 625.
ikhlas: [kunci tidur]: semua yang kita miliki dan
hasil jerih payah di serahkan kepada TheSource
melalui TheForce; seperti kalau buang hajat 629.
intuisi: Soenarto Mertowardojo, hipotesis Jung,
puncak evolusi kesadaran, meningkatnya
kesadaran pribadi 659; Soenarto, puncak evolusi,
kunci 659, pustaka~ 670.
J
Jay Subyakto v
Jiwa 1,3; ~pemuda, seni, kesatria 3.
Jung, Carl Gustav:Yesus 20, Borobudur 61; foto,
religius, psikolog modern 548.
janin: dalam kandungan, seperti di sorga (jasmani),
asadar, nikmat maksimal, terikat mutlak jasmani
ibu 346-7, tangis pertama 348, tali pusat 34; ber-
kembang dari penuh nikmat ke anikmat, sang aku
harus melepaskan sedikit demi sedikit 349.
Jujur: (Jawa: temen); menepati janji, sungguh-
sungguh, adil 199-200; keberanian melihat dirinya
sendiri dalam proporsi yang nyata dan lepas nilai
dihadapi dengan ketegaran 311; bagian terpenting
dari Pancasila, melatih diri menganut keyakinan,
kepercayaan secara aktif 364; ke~an: menambah
ketulusan, keberanian dan kepercayaan masyara-
kat dengan sepenuh hati, melihat: kesalahan diri,
sekilas, gambaran jiwa baru yang lebih baik 365-
6; ~dan budi luhur: stabil, afektif, sayang 543.
Jenazah: seluruh atribut kedaulatan sang Aku ber-
henti; ajal tiba: proses fisiologis; sang Aku mutlak
menyerahkan diri: justru membawa kebahagiaan
495.
jepitan ego; (Soenarto): hati nurani, asadar, dunia
luar 543, 545, Adler: rasa bermasyarakat (hati
nurani) dan dorongan menonjolkan diri (nafsu);
kompleks rendah diri sebagai sumber 545.
jepit; sang Aku terjepit asadar, dunia luar dan perso-
na (Jung), keluar dari-: das Selbst 581.
jantung: (posisi fisik) membuka imajinasi Kardiolo-
gi Kuantum untuk menerima kontribusi ilmu ilmu
fisika (dasar, kuantum dan meta), kimia (biologi),
psikologi (klinik), kedokteran (dasar, klinik,
komunitas, psikiatri, dan psiko-somatik), dan
filsafat (eksistensi, theistik dan terapannya) 622.
K
Kala: Asura: dewa golongan jahat, menolak
mengakui Suksma Kawekas, berusaha membasmi
Wisnu 279, 281.
Kampung Naga: Garut-Tasikmalaya, tangga 218.
Kapten Sasangka Jati vi
Kapten; Soenarto 664.
kardiologi kuantum: banyak keluhan penderita tak
sesuai dengan fenomena organo-biologi; ―pasien
sakit jantung‖: sakit dada, berdebar, sesak nafas,
pingsan, dan meninggal mendadak serta dampak-
nya kepada keluarga; neurosis jantung 623.
~paradigma (baru) holistik-ekliktik (fisik, mental,
spiritual) kardiovaskular menggunakan fisika ku-
antum dan Candra Jiwa Indonesia untuk pence-
rahan perilaku dan empati kepada klien-sehat, pa-
sien-sakit, dan anggota masyarakat lainnya. (Ja-
karta, 14 Februari, 2012)—Budhi S. Purwo 623.
~menunjukkan posisi jantung ketika alam
semesta dibagi menjadi dua kosmos (makro dan
mikro) dengan empat matranya (dimensi); [terjepit
diantara dimensi/ matra-1, 2, dan 3] 625.
darma bakti~: masyarakat kardiovaskular
menjadi lebih arif dan bijak, berbudi luhur, serta
empati kepada siapa saja di dekatnya, murah
senyum serta mengetahui hakekat jati dirinya dan
apa tujuan hidupnya yang hakiki 623-5.
~untuk empati, pencerahan, dan pencegahan
(gangguan) mental klien dan pasien kardiovasku-
lar: terapi dan tindak lanjut: psikolog klinik dan
psikiater 623.
teori~ memadukan fisika kuantum dengan
Candra Jiwa Indonesia 623.
karep; kemauan nafsu , diikuti bayangan, pengertian
267-8.
Karma: netral 258, di luar~ 259; hukum sebab-
akibat, otomatis, adil dan menjaga harmoni,
diluar~: hidup imateri, diam, eksistensi asal 322-3
hukum keadilan 323.
Karsa: kehendak Tripurusa 267.
karya anak bangsa v
kasih sayang 220.
kawin: perkawinan: hakikatnya memindahkan te-
kanan dari kesadaran sang Aku ke kesadaran kelu-
arga; kedewasaan seksnya mendorong keluarnya
dia dari lingkungan keluarga; kesadaran akunya
harus menyesuaikan diri terhadap syarat dan pola
hidup di masyarakat 481.
kaya: ter~: narima 373.
kebaktian, panembah, sembahyang, penyerahan
hati; tiga tingkat 188-9; aku jasmani kpd Roh
suci 229, 230, tujuan, tatacara, sopan santun 230,
kepada Suksma Sejati 247, kepada Suksma Kawe-
kas 247; ~kepada dewa: manusia merendahkan
derajatnya sendiri, Hidup (Tripurusa) adalah
384 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
esensi manusia 294
kebenaran religi (Carp): tidak mungkin mengenal
zat transenden itu; dalam perjalanan ‘menuju
kehancurannya‘ itu sang Aku menerima sabda-
sabda (intuisi) untuk memperoleh pengetahuan
kebenaran religi/ agama 475; Sadar kolektif (uni-
versal); berkuasa mutlak; terdapat di dalam pusat
imaterinya (Alam Sejati): terdeteksi adanya awal
pergeseran pusat pengatur jiwa (sang Aku)
menuju pusat imateri 474.
kebijaksanaan dan kekuasaan 249.
keberanian menata, transformasi ilmu xvi
Kecerdasan, spiritual 57.
kedamaian; dan ketentraman: lihat pangerti 145.
kedaulatan sang aku; dari cipta 257; sifat internal –
dewa: mustahil diatasi kekuasaan lain 281.
~(lepas)= matinya badan/jasmani [halus], atau
setidaknya merupakan dasar dari matinya badan
jasmani 463; sifat terpenting, refleksi mutlak
Tripurusa 679.
Kedokteran; Sekolah Tinggi, Geneeskundige Hoge-
school, Fak. Kedokteran UI di Jakarta 700.
kehidupan: sehari-hari manusia merasa ditempatkan
antara dunia besar dan hidup imateri: tahu banyak
dunia luar, tahu sedikit tentang Hidup imateri, Ia
terikat kedua-duanya 151.kekuatan gaib: angan-
angan: pangaribawa (cipta);
prabawa (nalar); kemayan (pangerti): mempunyai
kekuatan khusus 163.
keinginan; harapan kuat 679.
kekuasaan; gambaran-: tidak suka harmoni, tanda,
instansi yang tunduk kepada alam 573.
kelelawar: Suksma Kawekas sebagai sumber hidup
~sinar matahari menyilaukan mata kelelawar
(sang Aku); Suksma Sejati ~sinar bulan, sang ke-
lelawar merasakan kenyamanan bersama kehidu-
pan malamnya 641,642-3.
kelipatan persekutuan terkecil; KPK, 687.
kemasukan dewa: akibat hanyut dalam khayalan/
lamunan, perasaan mahakuasa, dewa sebagai cor-
pus alienum, merenggut inisiatif dan kekuasaan
sang aku, mati inisiatif sementara, pementasan,
sebagai wayang 288-9, 291
kemauan; semangat, daya dorong 679.
kepribadian: kontinyuitas, candra ideal: tingkat
akhir perkembangan 101; titik imbang, orientasi
258-9; mawas diri 259; hilangnya~ terhalang
kedaulatan nalar 607.
keputusan kritis, berani, pedoman hidup baru 221.
kesadaran: ~ hidup, Suksma Sejati 65; posisi~ sang
aku: diantara dunia yang tertangkap dan tidak oleh
pancaindra 359; makrokosmos dan pusat imateri
361; batas~ tertinggi, terrendah 515; rasa bersalah
514-5,
~Aku sampai asadar 515; bebas keterikat-
an hukum alam 553; tingkat pertama, ke dua, ke
tiga, 562-3; keempat: mendunia, pantulan 564-5
objektif 565; bukan: peka, egoistik 565; terbatas
ruang waktu, relatif, nisbi, psike kuncinya, bayu
sejati menembus keterbatasan 609; sang Aku,
menyelimuti, terbit individualitas 679.
~jasmani: (sang Aku) menutupi Tripurusa
seperti selubung (kabut) yang menutupi sesuatu
yang sedang bersinar atau berpijar; mengurangi
cahaya yang bersinar dari dalam; tebalnya kabut
tidak sama di semua tempat; Sinar dapat ke luar
tanpa halangan di suatu tempat; manusia mampu
menembus sampai ke dalam: musisi, pelukis,
pengorbanan ibu; tantangan dan tujuan: menipis-
kan selubung 498-9.
~kolektif: dunia~: totalitas universal, tak
perlu komunikasi dengan dunia luar dan dalam,
tak perlu indra, hidup imateri: tak terikat ruang
dan waktu, tidak ada kebutuhan: tidak tumbuh,
sifat terbatas/ individualitas hilang, kehidupan
psikis yang pribadi hilang; langsung ke alat
pelaksana 124-5; simultan tiga dunia (dimensi,
matra): saling merembes dan berdampingan 125.
~kolektif (tercapai sebelum ajal): meniadakan
tujuan2 pribadi yang sempit; pusat
pengatur bukan kompleks lagi; tidak ada lagi
yang sifatnya psikis: gagasan, perasaan atau
keinginan-keinginan 494-5; hubungan perasa-
an: terhadap orang tua, sahabat, dan masyarakat
tidak ada lagi 494,497 menjadi keterikatan; ber-
dasarkan kecintaan abadi dari orang yang telah
mencapai kedudukan ini; kehidupan rohani (jiwa,
psike): tidak ada lagi: orang ini telah mati; terle-
pas dari nilai baik dan jahat, suci dan berdosa, ren-
dah dan tinggi hati; nilai-nilai itu sudah berada di
bawah kesadarannya ; kejadian objektif: mene-
rangkan matinya badan: ia berada di atas hidup
dan mati; hidup imateri telah bermanifestasi pada dirinya 497; CJI: titik akhir yang potensial terda-
pat di dalam setiap orang 499. ~organis 224;
~rohani: transendental, netral, tanpa polarisasi,
diluar hukum karma 327;
~Tripurusa: tidak mengusir kesadaran dan ketak-
sadaran sentra-sentra vitalitas, tidak berubah pada
kematian 327.
keseimbangan: kerugian~: hilangnya fungsi kesa-
daran aku, diganti otomatisasi instinktif asadar
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 385
----------
581.
kesenian tradisional ketoprak xxv
kesukaran; egosentripetal: eksistensi,
parasit, anak kecil 539.
ketentraman; dan kedamaian: lihat pangerti 145
keterikatan: Carp: melepaskan [pamudaran] dengan
perjuangan sangat berat ditambah norma keper-
cayaan dan suprasosial; pamudaran: peristiwa
lepasnya keterikatan pada dirinya sendiri 489.
kelelawar; sang Aku 72.
keluarga; Ugimba, foto, masyarakat kecil, 538.
Kepercayaan, ranah 57.
kelompok sudra xxv
kematian (mental): bukan spiritualnya; melepaskan
keterikatan dengan tidak menggunakan angan-
angan: melepas kedaulatan= pengorbanan indivi-
vidualitas: akhir hidup 461-2: mati di dalam hi-
dup (mati ing sak jeroning urip), yang mati
sang Aku (mental), kesadaran individunya 462.
keyakinan: kepercayaan: adalah kebenaran, atau
apa-apa yang dianggap benar, kebenaran itu
berubah-ubah sesuai pengalaman, dihadapi
dengan kekuatan adalah bermanfaat: memperting-
gi integritas, dapat merugikan dirinya sendiri 366.
khayalan, lamunan; hanyut dalam-: menyediakan
kursi empuk bagi dewa, lalu kemasukan 288-9.
kiamat: keteringatannya penting untuk menyadari
hari akhir seorang manusia; upaya rebooting
pusat ―komputer‖ sentra vitalitas agar memutar
polaritas titik berat kesadaran 180º untuk menuju
ke pusat imateri, alam sejati; setiap religi, kebuda-
yaan, dan keyakinan memiliki upaya-upaya terse-
sebut. 627.
Kolektif Dinamis; tuntunan 71
kompleks: keseluruhan yang tersusun; lawannya
simpleks= tunggal 119.
~otonom (neurotik): Jung: karena memiliki
kebebasan bergerak terhadap sang Aku. CJI: tiga
SV juga memiliki otonomi yang dapat diikat oleh
sang Aku (penjaga integritas perubahan) menjadi
suatu kekuatan 463.
~rendah diri; imanen, kenyataan organis,
tenaga pendorong, bukti kemenangan, usaha
menghilangkan 533.
kontinum kesadaran: 500 tahun, konsekwensi ilmu
pengetahuan, sekedar wacana, boleh anggap tidak
penting, mengalihkan titik berat kesadaran ke
pusat imateri adalah tujuan utama 336, tujuh rein-
karnasi 337.
kontroversi manajemen mental: 1. menerima sorga
kekal; 2. melepaskan tahap kenikmatan; solusi:
reedukasi sikap unggulan: Hastasila, Pemali 345.
kompromi: medium pengatur dari luar dan penga-
kuan eksistensi pusat imateri: kompromi perganti-
an orientasi: ekstra dan introversi; selama sadar
kolektif belum tercapai secara permanen 478-9.
komunikasi: ~indrawi; psikologi: dunia luar,
~batiniah: dengan yang transenden 100-1.
~pria: logika, perempuan: perasaan 576.
konservatif; nafsu~: lauwamah, mempertahankan,
isi angan-angan arti sempit yang telah sadar ,
penyebab ketegangan 588.
kontinyuitas: CJI: adanya kelanjutan antara sadar
individu dengan sadar kolektif; kelanjutan itu
terletak pada aspek (dataran) kesadaran 493.
kontroversi: dihadapi: 1. menerima perspektif baru,
2. melepaskan kenikmatan: reedukasi Trisila dan
Pancasila, kontrol luamah, paugeran: menerima
potensi besar, introspeksi dan integrasi, supra/ so-
sial, tapabrata, bebas neurosis 354-5.
koreksi; roh, asadar, sadar yang agung 558-9, 561.
kosmos; makro, mikro xiii, xxv; alam semesta:
makro (D1= dimensi, matra, dunia) dan mikrokos-
mos (D2: fisik; D3: mental, psike; D4: pusat
imateri, spiritual) 115
kotak Budi Darma: untuk menampung donasi dari
para anggauta paguyuban sesuai dengan kemam-
puan dan keikhlasannya; tidak ada iuran anggauta
406-7.
kristalisasi angan-angan; aku 254.
Kristiani: menurut Mudji Sutrisno Suksma Kawekas
adalah sama, equal dengan Allah Bapa, The
Father; Harun Hadiwijono (bukunya Iman
Kristen): intuisi Soenarto: aliran kebatinan Jawa
yang mengajarkan tentang ketritunggalan; ajaran
emanasi, pengaliran keluar dari zat ilahi, hakekat-
nya mirip dengan ajaran Hindu tentang Brahman
dan ajaran tasawuf tentang martabat 643.
Kesimpulan: 1) intuisi tersebut tidak mengajarkan
bahwa hakekat Tuhan Allah adalah sekutu umat-
Nya. 2) ketiga faset adalah tiga pangkat dari tabiat
ilahi atau ketuhanan yang makin lama makin
rendah 151; 3) Roh Suci di dalam ajaran tersebut
bukanlah daya ilahi yang dinamis, dengan Allah
hadir berbuat, melainkan bagian zat Allah yang
dipenjarakan di dalam tubuh manusia; Soemantri
menyebut Roh Suci justru imateri 645.
Kristus: Yesus 57; ~tidak terbatas ruang dan waktu,
386 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
ahistoris, kesadaran yang tertinggi, inti arketip,
ada di tiap manusia, potensi mencapainya (Jung)
593.
kritik, saran xxiv; self~ 514.
Kuasa: sifat Roh Suci untuk menjalankan perintah
dari Sang Guru Sejati, sebagai guru, penuntun,
menghidupinya, pemberiizin pamudaran 645.
kata kunci: Islami: Hu (Dia, ketika menarik nafas)
dan Allah (ketika mengeluarkan nafas); Kristiani:
Ye-sus; lainnya: Aom, Ami taba, Omi tofo, Gus-
ti (Guru Sejati), dan ‖one‖ 631.
kualitatif; studi kasus 662; diferensiasi-, beda
dengan hewan 559.
kusir: sais ~ sang Aku manajer kereta jiwa pengen-
dali keempat nafsu agar menuju hidup bahagia
dan kelak kembali ke asal mula hidup 344.
Kuwasa: golongan dewa (gol.V) pelaksana
bertendensi menghancurkan 283-4.
L
R. Laforgue: beda Uber Ich (penyaluran nafsu
tidak: lancar/ nyaman) dan hati nurani: bisikan
hati bekerja lebih manis 443.
lamunan, khayalan; hanyut dalam-: menyediakan
kursi empuk bagi dewa, lalu kemasukan 288-9
langit: jiwa, psike, mind, 7 lapis 98; psike, mental,
jiwa: mekanisme kejiwaan 115.
lapis tujuh; bumi, langit 665.
laten: kurang tumbuh 101; pengganti istilah asadar-
nya das Selbst 587.
Sifat lautan: (dasar): sepi, tanpa gelombang, statis,
diam tak bergerak, tetapi omnipotensi menggam-
barkan Kemahakuasaan Suksma Kawekas sebagai
sumber dan asal mula hidup, pemilik alam semes-
ta dan seisinya, dan semua akan kembali ke pada-
Nya 644-5.
~(permukaan): bergelombang dahsyat
menggambarkan Suksma Sejati, TheForce;
seolah-olah disuruh oleh sifat samudra yang statis
di dasarya (Suksma Kawekas, TheSource) untuk
menunjukkan Kemahakuasaannya; apa saja yang
bergerak, dinamis secara alami akan menuju ke
yang diam, statis 644-5.
~(diatasnya): meleburnya titik-titik air
―kesadaran‖ yang terbatas (embun) diatas lautan
(Roh Suci, TheSelf), ke dalam gelombang lautan
―kesadaran‖ yang tak terbatas (kolektif) itu adalah
gambaran peristiwa pamudaran: hanya dapat ter-
laksana atas izin dan kebijaksanaan Suksma
Sejati atas nama dan kehendak Suksma Kawekas,
yang menguasai semesta alam dan seisinya 644-5.
Leiden: Nederland, Universitas xv
luamah:~sufiah, egosentripetal, netral, kuda hitam,
konversi 235; dorongan mempertahankan dan
memperoleh kenikmatan, diputus sang aku 349;
egosentripetal (dominan kepentingan diri sendi-
ri); mampu membalikkan polaritas (arah): subli-
masi menjadi egonetral (ideal): penurut, sabar da-
lam penderitaan (lapar, dahaga, kedinginan, ku-
rang sahwat, dan kurang tidur) 432, 434-5; sosial
(ke luar, ekstraversi): masyarakat, negara dan
suprasosial (ke dalam, introversi): Tuhan 434;
bersedia mengalami segala kekurangan dan pen-
deritaan 483; sifat anak 669.
Luhur: golongan dewa (gol.I) tertinggi, dianggap
mahakuasa 283; fungsi~, keajaiban, redup-terang
661.
lupa: tujuan hidup karena asyik mendapatkan (1)
harta dan tahta; tergoda (2) gemerincingnya uang
ringgit emas; 156 ; (3) kemilaunya betis kuning,
godaan sahwat 651.
M
makhluk rohaniah: Yang Absolut Transenden ber-
manifestasi; sulit, harus mengubah watak 101,248.
makro/mikro-kosmos: dimensi 1-4 xxix
makrokosmos: dunia luar; tak terbatas dibanding
manusia (fisik dan mentalnya), bahan pengalaman
indrawi saja 157; sebagai dimensi/ matra-1 dan
mikrokosmos memiliki tiga matra berikutnya:
body (fisik), mind (mental), dan spirit (spiritual,
pusat hidup imateri) serta mempelajari dinamika
apa saja yang ada di situ 625.
mandala: temenos 61
mandiri: kemampuan manusia menolong dirinya:
seluruh potensi nafsu suprasosial sudah tercapai
secara permanen, sebagai dasar hubungan
persekutuan 457.
Manunggal: pamudaran; kasunyatan jati: menurut
ahli sufi seperti Ibn‘ Arabi melalui proses ‖at-
takhalluq bi akhlaqillah‖ (berakhlak ilahiah); ma-
nusia sempurna; menegaskan sifat-sifat Allah su-
dah ada pada diri manusia: Kuasa dan Karsa 639.
manusia: makhluk batiniah, candra jiwa, candra
manusia: pedoman hidup 99; ~unggul: bebas tak
terikat, taat peraturan, budi luhur: aku sebelum
musnah 372; tempat mengalirnya sadar kolektif
(universal) dan asadar kolektif menjadi satu,
dengan sadar individu (Aku) sebagai kristalisasi-
nya; tujuan akhir~ (CJI): memanifestasikan lagi
sadar kolektif melalui hilangnya sadar individu
sebagai syarat mutlaknya; (Jung): personlichkeit:
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 387
----------
potensi tertinggi manusia; candra dunia 468-9;
kualitatif, menghilangkan polaritas, tujuan hidup
550, prinsip alami (naturprinzip), prinsip rohani
(geistprinzip) 550-1.
Marsaid Soesilo, Ny.: pada foto pertemuan khusus
wanita di Surabaya, 1960; 416.
marka jalan; nilai susila, peraturan, larangan 187.
masjid dan gereja: berbagi tembok pembatas 220.
masyarakat: kestabilan-: dasar perkembangan men-
tal; dampak sosial-: Hastasila dan Pemali 356-7;
masyarakat-pekerjaan -cinta 53; mengikat pribadi,
keharusan 533; ~rendah diri, tidak masuk akal ,
cacat, mengabdi, paling tinggi 539; tanpa syarat,
letak individu, fungsi, kesimpulan, batas sempit
sang Aku hilang 565.
Mata hari; Greta Garbo, agen rahasia 242.
mata hati: (Al-Junaid): manusia memiliki wujud
nyata: roh yang diciptakan dalam azali; menyaksi-
kan dan mengenal Tuhan secara langsung dengan
―mata hati‖-nya: bermula dari cahaya Tuhan (Roh
Suci); penciptaannya secara emanasi; Apakah
Allah-Rasul-Muhammad (anna fase paling awal)
juga emanasi?: mistiko-filosofis, psikologi agama,
dan atau literatur tasawuf 637.
ma‘rifatullah: berpedoman pada empat pokok
ajaran: Hasta Sila, Paliwara (Pemali), Jalan
Rahayu, dan Panembah (Said Aqil Siroj) 639
materi: imateri, Tripurusa 116-7; terikat~:1) Angan-
angan: a. Pangerti – Kemayan, b. Nalar–Prabawa,
c. Cipta—Pangaribawa 2) Nafsu-nafsu: a. Mutma-
inah, b. Amarah, c. Sufiah, d. Luamah; 3) Perasa-
an (rasa-pangrasa); 1,2,3: ‘tiga makhluk‘ berbe-
da: kesadaran 120; ~halus: kehidupan tiga kom-
pleks (sentra, pusat) 117-8; biologis, keinginan,
asadar kolektif, Aku di antara i~ dan materi 679.
mati; panggilan ke eksistensi asal, pocong, pusat
vitalitas, tanpa pancaindra, kehidupan intra psikis
298-9, kesempatan khusus Pembebasan, Rahsa
Jati terbuka lebar, Sang Aku tinggal masuk, kesa-
dar an kembali ke Hidup imateri, hilangnya ke-
sempat an, jasmani kasar terurai ke unsur-unsur
299, bayangan pikiran, keinginan, kemauan, me-
nerobos kemelut 301; isolasi strukturil dan
fungsionil dunia-indra ruang, manusia autistik
sepenuhnya (K. Jaspers); pikiran dan perasaan
menjadi kenyataan tanpa pemuasan: kekecewa-
an; rasa haus tidak dapat minum, sampai hilang
sendiri, berserah diri 305; (CJI): hilangnya kesa-
daran jasmani (matinya sang Aku) dibedakan
dari mati (ajal)-nya badan/jasmani 463; lihat ajal
495; nafsu~, mutmainah: sosial, kehilangan ke-
daulatan: sedikit, semuanya 524; takut~; sesudah
kesadaran mati, pejalan spiritual introspeksi, intro-
versi 572; menurut Freud 689.
mawas diri; membandingkan candra ideal,
kesimpulan terbaik 259.
Trilogi The Matrix xviii,72..
maut: lihat ajal 495, mati 298-9, 301,305,463,524,
572,689.
mawas diri; membandingkan candra ideal,
kesimpulan terbaik 259.
meditasi; sunyi, sepi, sendiri 270.
medium-pengatur: pergaulan hidup bermasyarakat
sebagai ukuran sentra vitalitas: positif untuk hal-
hal yang baik, negatif sebaliknya (CJI) 479; pengakuan adanya pusat imateri di dalam dirinya
menyebabkan bergesernya medium pengatur dari
luar badan/jasmani ke dalam jiwa sendiri;
perpindahan ini berjalan secara lambat dan selama
sadar kolektif belum tercapai secara permanen:
selalu ada kompromi dan pergantian orientasi
antara ke luar dan ke dalam 479.
membangun: ~jiwa: adalah gerak introversi dari
asadar kolektif (jasmani) menuju ke sadar kolektif
(rohani), se-bagai sisipan di tengahnya adalah
sadar individu (jiwa): ‖penyembuhan‖ 394-5.
~badan: adalah gerak jiwa yang egosentripetal
(negatif) memperkuat ikatan-ikatan duniawi: ma-
kan, minum , tidur, sahwat, dan sikap negatif lain-
nya 394.
memperkosa kepribadian 184.
menerima: menghormati perbedaan xxii; ~mutlak
kewajiban dan nasib 247.
mengendalikan nafsu 223.
mental: kesehatan xvi, -spiritual xxvi; kemajuan~,
perkembangan pribadi: tekad, berani, koreksi diri,
terus-menerus 367; proses~: 1) integrasi menguat,
2) introspeksi mendalam, 3) keterikatan pribadi,
neurosis menghilang, 4) penuh kesadaran, propor-
sional; menjalankan tugas paripurna 382; panem-
bah: sentra vitalitas berhenti dan istirahat semakin
lama 383.
mentalitas ke-pengikut-an xx
metafora; ilustrasi xiii
metamorphose; -maksimal harmonis seluruh kepri-
badian, dalam kebaktian angan-angan dan perasa-
an diam: Suksma Sejati: kepribadian yang
apribadi 294-5.
metrum: -gamelan, lihat harmoni 207.
mikrokosmos: hidup dengan busana kecil, jasmani,
388 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
mimpi 32, 33 mistik; Cipularang KM 90 xxv;
senantiasa, tidak jelas, tumpang tindih, dilu-
pakan 414-417; meluapnya daya tampung (SV-I
arti sempit); merujuk kepribadian, keinginan atau
harapan: fungsi dari hati nurani: sebagian kecil
dari mimpi adalah suatu ramalan (Jung: ramalan
adalah praperasaan (vorfuehlen) 444-5; dua teori
1) kapasitas angan-angan dalam arti sempit, 2)
nilai ambang dari asadar ke sadar: upaya sengaja
untuk menghapuskan nilai ambang asimilasi ada-
lah melatih introspeksi 445. Mind: pengendali nafsu dan lain-lainnya 98.
momentum; tiga-: perasaan, kemauan,dan kebeba-
san (Jung) 556-7.
monarkhi; tahap monisme, calon ego, perkembang-
an kesadaran tahap kedua 562.
monisme; tahap-, calon ego, monarkhi, perkem-
bangan kesadaran tahap kedua 562.
monoton: hubungan sang aku tanpa kedaulatan
(satu nada) dengan dunia luar, tanpa hak
kedaulatan 143.
moral; sensor- 515.
murah hati 220, 222.
murid; melihat guru v;
mutmainah: kuda putih 251; menerima anikmat 349;
keterbatasan: a. bersifat sosial dan supra sosial
saja (Carp), b. tidak mampu merubah polaritas;
bila dominan karena pengalaman dan pendidikan-
nya sendiri, kendali angan-angan dan tapabrata:
sublimasi luamah (egonetral) 432,434-5; (supra-
sosial) harus berkembang maksimal ke arah
transedental 483; (suprasosial) matinya Aku 525;
sifat dewasa 669.
N
Nabi: superklasse 17, Musa 16, Nuh 18.
nafsu; 1, seksual, mati 45; mutmainah (kuda putih;
suasana): perikemanusiaan, sosial dan suprasosial,
cinta kasih; amarah (kuda merah; api): tempera-
men, mudah marah, kekuatan, kehendak, kemau-
an, keuletan; sufiah (kuda kuning; air) keinginan,
hasrat, cinta kasih, tertarik keindahan; luamah
(kuda hitam; tanah): pemuasan seks, egoistik,
keselamatan diri, puas diri, enggan mulai berge-
rak/bertindak; malas, loba, tamak, iri hati, dan
mencari enaknya 106-7; drive, passion, kekuatan,
power ; segi baiknya: tunduk kepada mutmainah:
kekuatan jasmani, keuletan, tahan penderitaan
kekurangan, toleransi, daya tampung besar: sifat
ibu bumi (tanah) 106.
nafsu-nafsu: daya dorong asadar yang menggerak-
kan (power; 126) sentra vitalitas sadar: angan-
angan dan perasaan; Luamah (nafsu egosentripe-
tal, kuda hitam) berlawanan polaritasnya dengan
Mutmainah (egosentrifugal, kuda putih); Sufiah
(keinginan, kuda kuning) dan Amarah (kemauan,
keuletan usaha, kuda merah): nafsu-nafsu pem-
bantu. Kombinasi hasil kerja luamah, sufiah dan
amarah ini diteruskan kepada angan-angan; Cipta
lalu membentuk bayangan dari apa yang diingini
(nyata, abstrak); Nalar mengasosiasikan setiap
kemungkinan; Pangerti memandang keseluruhan
dipertajam, dan disimpulkan. Pancaindra diwaspa-
dakan, nafsu dirangsang lagi, dan akhirnya alat-
alat pelaksana dimobilisasikan oleh angan-angan
untuk mencapai keinginan 105-7; kombinasi
Mutmainah dan Sufiah (asmara sufi-laya): me-
rangsang kemurahan, kebaikan hati, keluhuran
budi, kasih sayang, sosial, dan suprasosial 107;
ketika Mutmainah mendominasi, Luamah sebagai
hamba (konversi, sublimasi): kekuatan jasmani,
daya tahan kekuatan (endurance), penderitaan,
toleransi 107,109; polarisasi Mutmainah menetap
107
nafsu: asadar; luamah: ~keselamatan diri; mutmai-
nah: ~kehidupan bersama; sufiah: sumber kei-
nginan dan hasrat; amarah: kemauan dan sema-
ngat; terikat oleh ruang dan waktu 115-6; ~asadar
aktivitasnya dapat memasuki kesadaran pribadi
117-8; ~asadar (Jung): menghasilkan dan dapat
menarik kembali keinginan 375; angan-angan
sebagai pengendali 266, 269; mempertahankan
diri, ~mati: ke hidup organik, ~seks: melampias-
kan kenikmatan 518; memerintah, menguasai 577;
kekuatan alami, arah dan tujuan, egoistik, sosial,
dan suprasosial 677; terreduksi 683.
Naga air; gadis jelita, dunia (dimensi) 1-4 ix
nalar: asosiasi bayangan (terus menerus); posisi
tanpa bayangan (asosiasi stop) 145: ke dunia
dalam 147.
nalar: mengemukakan problem 257.
naluri: -binatang: -sejajar kesusilaan dan moral 519.
narima: rasa puas, syukur, bukan pasif 197, keka-
yaan yang tiada habisnya 198.
~dan sabar: dalam mencapai keinginan 313; status
jiwa (mental, psike) yang selalu puas dan penuh
rasa syukur: benda konkrit, abstrak, merugikan
366-7; ketenangan afektif 543.
Naturprinzip, geistprinzip 53,55, 57.
negatif (sifat nafsu, pergeseran): menolak, menyen-
diri, menampik, mentelantarkan, benci, berubah-
ubah pikiran, dan gelisah 437.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 389
----------
netral; sikap, tak acuh (adil) derajat tinggi 252; ke-
inginan positif dari angan-angan/ mutmainah
saling menetralisir ekspresi yang negatif dari
perasaan/ luamah 438-9. positif (sifat nafsu, per-g
eseran): narima, muat (mmot), puas, memelihara,
cinta, tenang dan damai 437.
neurosis: persoalan dan penyelesaian pertama di
dalam dirinya sendiri: prioritas, lainnya nomor
dua 352.
neurosis: inti~: dominasi luamah; menuju Tripurusa
yang tak terbayangkan: anti neurosis 375-7.
~tipe histeris: goyangan-goyangan perasaan
stereotip: perasaan yang berekspresi: pelemahan
perasaan 488-9.
~tipe neurastenia: muncul gejolak nafsu 488. ~tipe paksaan: cara berpikirnya stereotip; dengan
tingkah lakunya: khas terjadi pada angan-angan
488-9; gagal adaptasi 597, sentra-2, vitalitas 599
~jantung: mungkin memerlukan bantuan psikia-
ter atau psikolog klinik 625.
Newton, gravitasi 59
nikmat: ke-an: kekecewaan, menjelang kematian;
pro (luamah): tertinggal, penguasa aku 351.
nilai: ~susila: watak utama, dan budi pekerti 185;
tiga nilai, Trisila; sadar, percaya, taat 189.
~dunia luar: posisi naik turun: rela dan narima:
berada diatasnya, tidak tersangkut aktivitas sang
aku: prestasi, tugas 367.
~sosial (sentra vitalitas): CJI: baik bagi masyara-
kat= positif, sebaliknya= negatif; medium penga-
tur: pergaulan hidup di masyarakat diikut sertakan
sebagai penilai angan-angan, perasaan, dan nafsu-
nafsu 479.
NKRI, Negara Kesatuan RI, Pancasila xxiv
numinosen; manusia dan ketuhanan/ kedewaan, me-
tafisis religius, etik 607.
O
oasis di gurun pasir 244,245.
octogenarian: anggota masyarakat yang berusia
80 tahunan: atau kurang dari itu tetapi menderita
berbagai penyakit berat dan komplikasinya; gang-
guan sulit tidur; 627; awal tidur dan awal mening-
gal: perginya kesadaran sama kejadiannya; pada
tidur akan bangun lagi 629.
Oedipus kompleks; endapan aku 511.
Omnipotensi 71; status, mencicipi, pertemuan; intu-
isi, iham, fase loncatan 681-3.
ontogenetis= pengalaman umat manusia seluruhnya
selama perkembangannya, sejak adanya hingga
sekarang 113; dan filogenetis, hati nurani 541.
orientasi: potensi di dalam diri tetapi diluar sang
aku: keluar: sadar terhadap dunia luar, kedalam
mungkin menemukan ‘potensi ‘ yang khusus 363;
~kebaktian: sang aku (perasaan) di dalam diri sen-
diri (bukan organ): Suksma Kawekas; di luar diri
sendiri (pancaindra): Dewa, lahiriah sama 292.
orisinalitas, spontanitas: sifat khas manusia 184,680.
otomatisasi: sebagian nafsu dikuasai angan-angan ia
dapat menyodorkan ide-ide positif kepada nafsu
agar dilaksanakan supaya polaritasnya positif
438; menggeser titik berat ke arah positif;= refleks
439.
over kompensasi 537.
P
Pada: (penutup, titik) golongan dewa (gol.VII)
rakyat jelata golongan dewa 283.
pamit mati, pentas xxv
Pamrih, kepuasan 49.
Pamudaran: lihat pembebasan 59; menemukan ja-
lan~: kemajuan dalam perkembangan jiwa; gerak
asadar kolektif menuju ke pusat imateri manusia,
ke sadar kolektif, lepasnya kesadaran secara
absolut dari jasmani 347; akhir peperangan: kan-
cah dunia: projeksi, subjektivasi, dan personalisa-
si, individuasi 353; skala kecil: Hastasila + Pema-
li: melepaskan diri dari keterikatan, ontogenik:
meninggalkan fase yang nikmat. Neurosis: keteri-
katan pada sang aku; pamudaran skala kecil dan
relatif: kearah penghapusan- 363; keikhlasan, sta-
tus asadar musnah 371; sang aku: barang mati,
Tripurusa 371.
Pamudaran: realisasi dari hati sanubari dan merupa-
kan tujuan akhir dari perkembangan manusia 386-
7; ~=personlichkeit (Jung): suatu panggilan un-
tuk memanivestasikan potensi tertinggi manusia
dari dalam lubuk hatinya; intuisi, ilham: perjum-
paan sementara; bila terealisasi di dalam sentra
vitalitas oleh sang Aku~ perjumpaan itu sudah
terjadi 411; peristiwa lepasnya keterikatan pada
dirinya sendiri; ~= proses panunggal 489-90; pa-
mudaran; di pusat imateri: tidak ada asadar 523.
pamudaran; sadar kolektif, pengorbanan, jepitan
longgar, potensi: efek terapeutik (sekunder), jalan;
sosial 530; individuasi, pelepasan ego dari jepitan
asadar, dunia luar dan persona (Jung)/ hati nurani
(Soemantri) 594, efek terapeutik, kemajuan, cita-
cita terbaik, idealisme yang tinggi 595-6, religi:
as pek ketuhanan dalam dirinya, wawasan,
reedukasi tunas keyakinan 596-7; kembalinya
sang Aku (evolusi) ke dalam sadar kolektif; kon-
390 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
tribusi pengetahuan spiritualisme dan religi; kon-
sep asadar (unsur-unsur), sadar pribadi (Ego) dan
sadar kolektif (dinamis, statis, dan omnipotensi)
622.
Pamudaran: adalah leburnya ‗titik air‘ ke dalam sa-
mudra kesadaran yang dinamis dan abadi 645;
Ego dan Roh Suci bersifat sementara dibanding-
kan dengan Dwi Tunggal: TheSource-TheForce,
sebagai aspek statis-dinamis yang omnipotensi
647; peristiwa kembalinya Roh Suci ke Suksma
Sejati, sebagai akhir dari evolusinya hidup manu-
sia: Dari kesadaran hidup terbatas kembali ke
kesadaran hidup kolektif 645; (Roh Suci bertung-
gal dengan Suksma Sejati) sudah sempurna kesu-
ciannya: dapat mengorbankan sang Akunya sen-
diri. Manusia tidak lagi dikuasai oleh angan-
angan, perasaan dan nafsu-nafsunya: menampil-
kan fungsinya yang tertinggi yaitu sadar, percaya
dan taat kepada Nya; watak budi luhur tercapai
647.
Pancasila: ikhlas, sabar, syukur, jujur dan budi
luhur 651,653.
panembah; kebaktian, sembahyang, penyerahan
hati; tiga tingkat 188-9; doa, sembahyang 221;
ketika jasmani kasar masih ada, setelah melepas-
kan eksistensi jasmani masuk Rahsa Jati, ketika
panembahnya selesai, Sang Aku kembali lagi ke
badan/jasmani yang sama 309; anak tangga kedua,
reposisi ibadah: dengan atau tanpa upacara,
pengalaman jiwa lebih penting; angan-angan sa-
dar, perasaan dekat, nafsu mendorong panunggal,
pamudaran 379; istirahat sempurna: observasi,
asimilasi asadar ke sadar meningkat, ego semakin
bijaksana 380; aksentuasi cara hidup agar Tripuru-
sa yang imanen itu dapat muncul sepenuhnya 385;
sembahyang; pendidikan mandiri: disiplin, meng-
hargai waktu khusus, koreksi diri, dan terapi, asi-
milasi sadar pribadi, harmonisasi pusat imateri
597-8.
Paguyuban Ngesti Tunggal: lihat PANGESTU xxii,
403,405.
pancaindra: alat komunikasi jiwa dengan makro-
kosmos 96-7; penglihatan, pendengaran, pembau,
pengucap (bahasa), dan perasa: rasa halus
manusia, organ peraba yang tak tampak, meraba-
raba perasaan dan pikiran orang lain sampai seda-
lam-dalamnya; menerima atau menolak sesuatu;
bertempat di hati 113; bagian kasar dan halusnya;
kasar: pengamatan keluar; tidur mimpi atau
lamunan: bagian yang halus tetap bekerja 114-5;
dapat mengamati materi-kasar (dunia biologis
manusia), sitim penunjangnya dan benda-benda di
alam semesta. 115.
Pancasila, lima watak utama; rela, narima, jujur,
sabar, dan budi luhur 195,691.
pandangan dunia: hipotesis, bukan kepercayaan
549.
Panunggal: proses hilangnya sadar individu masuk
ke sadar kolektif; = proses pamudaran 489-90.
Pangerti: tidak bertempat di otak, tidak dikeruhkan
bayangan; posisi kosong bayangan (cipta dan
nalar statis); -masih ada: tentram-damai 145
PANGESTU: Paguyuban Ngesti Tunggal: perkum-
pulan yang tujuannya bersatu, bertunggal dengan
masyarakat dan Tripurusa 403; Budi Darmadi, Dr,
Ir, MSc: Ketua Pengurus Pusat Pangestu; Kongres
Pangestu XVI Tahun 2010: Surakarta 21 Mei
2010; 405; Perpustakaan Pusat~ xxvi
Pangrasa: (perasaan) SV-II: menciptakan iklim jiwa,
yang meliputi ruangan; bersifat keseimbangan
(totalitas); diterima seluruhnya, tanpa dipegang;
bagian per bagian yang menyusun totalitas dia-
baikan (kurang penting) 430-1, 433; kemampuan
terbatas: di luarnya tanpa cinta dan perhatian;
iklimnya tidak tetap, berubah-ubah: sesuai
interaksinya angan-angan dan nafsu-nafsu 433.
pasien-dokter (hubungan): batas kedalaman tertentu
saja untuk pendidikan mental; peran guru; mudah
tersinggung; hubungan pribadi (Freud) tidak perlu
disinggung terutama perempuan; tunjukkan keku-
atan-2 imanen 396-7; penjelasan simbol-2 397;
harapan sembuh ke Tripurusa, bukan dokternya;
dokter sebagai ‖kakak‖ (metode Adler); diingat-
kan potensi Tripurusa 398-9, dokter juga harus
ikut mengalaminya 401
passion: kata hati 440-1.
paugeran: janji, ikrar, kredo, syahadat 188,221;
hakikat keyakinan, tangga-1; 221; kesadaran Roh
Suci, posisi strategis sang Aku, candra: jiwa,
dunia; tanggung jawab, pelatihan introversi, hu-
tang, beruntung, sadar 374; tergambar dlm batin,
direalisasikan mutmainah; membalikkan luamah:
kenikmatan hilang 375; pengalaman asli pertama,
arketip yang pertama, syahadat, kesadaran indi-
vidu yang tenggelam di dalam kesadaran kolektif
594; janji, kredo, syahadat, ikrar 684.
Pavlov, Ivan Petrovich 11.
pejalan transendental: mereka yang menyiswa Sang
Guru Sejati (TheForce): rebooting pusat (sentra
vitalitas) ―komputer‖ diarahkan ke pusat (hidup)
imateri, alam sejati 629; rajin, tekun, dan teliti
mempelajari pustaka intuisi (suci) Sasangka Jati:
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 391
----------
tekad dan keyakinannya dalam berusaha menye-
lam sedalam-dalamnya di lubuk hatinya sendiri.
(Transcendence to the depth of the heart and
beyond) 657.
Pekik merdeka: meningkatkan semangat hidup pasi-
en, untuk kesembuhannya; diajarkan dengan
―role model‖, dipraktekkan dalam ruang-ruang
perawatan 618
pelangi: perjumpaan antara manusia yang satu
dengan lainnya bagaikan pelangi akan memberi-
kan (warna) wawasan hidup yang baru 611.
pelajar: ter-: sabar 373
pelayaran: kompas (Trisila) 373.
Pemali: tinggi derajatnya, penyembahan, indra
kasar-halus, menjauhi Sumber Hidup 209.
~No.1: Menyembah selain Tuhan, penampakan,
pembisik, terbayang di angan-angan, tertangkap
pancaindra 209, 211 dosa terbesar 211.
~No.2: Berhati-hati dalam sahwat, anugerah ter-
selubung, payung hukum, dilindungi undang-
undang, budi luhur, penyakit penyakit, kericuhan
ahli waris 210-1.
~No.3: Hasil bumi perusak tubuh, tembkau, arak,
candu, narkoba, kesenangan yang melupakan, tata
susila kewajiban: judi, hobi 212-3.
~No.4: melanggar undang-undang negara, Wakil
Suksma Kawekas, mengayomi, pengadilan-Nya,
adil 213 main hakim 214.
~No.5: Jangan bertengkar; hindari pertengkaran,
Sumber dan Asal Mula yang sama, mematikan
215 gemar sanjung, kemashuran, Roh Suci jiwa-
nya 217; perbedaan menjadikan manusia berke-
lompok dan berkasta-kasta: sering terjadi kete-
gangan dan konflik berkepanjangan hanya karena
masalah yang sepele 611.
Pembebasan (Penyelamatan, Pamudaran),
Verselbstung, werden zur Personlichkeit,
Individualisierung 59, Individuation 61; lihat
pamudaran, perkembangan esensial individu,
orang yang mencapai-: dapat membantu 301.
pembelajaran 218-9.
pementasan; ~kemasukan dewa bila sering: fungsi
angan-angan terbelah, mudah disugesti, mengu-
langi bisikan dewa saja, inteligensi semu 290-1
Pemikiran Islam: (klimaks) kejayaan sekte Mu‘tazi-
lah; tema sentral (teologi): ketuhanan, alam dan
manusia; Tripurusa: penampakan diri Tuhan da-
lam tiga sifat: Suksma Kawekas, Suksma Sejati
dan Roh Suci: identik itsbatush-shifah (penetapan
sifat) bagi Tuhan dalam agama Islam (Said Aqil
Siroj); mengkaji intuisi Soenarto (ajaran Pangestu)
terkait erat dengan doktrin agama lain: Islam,
Kristen dan Hindu; sifat dalam Tripurusa yang
ditafsirkan secara mistiko-filosofis identik: konsep
tasawuf tentang tajalli (penampakan diri) Tuhan
atau faydl (emanasi) 635,637.
pemuasan keinginan; penting, ketegangan, efek
yang mengiringi 303.
pencerahan (kardiologi kuantum): tentang sadar dan
asadar dari pusat-pusat vitalitas; peranan sang
Aku, Aku ideal dan kepemimpinan sementara;
posisi sang Aku menurut Freud, Adler, Jung dan
Candra Jiwa Indonesia 625; pusat imateri bersifat
harmoni, sehingga suasana tiga sentra vitalitas
menjalankan fungsinya sebagai manusia yang
utuh dan maksimal; sambil menuggu Pamudaran
atas izin-Nya 645.
penderitaan (sang Aku): yang terjepit diantara sentra
vitalitas; pelepasan himpitan; tempat untuk melo-
loskan diri (pusat imateri) 625; lahir batin: keme-
laratan, sakit, dihina, dicemarkan, diperlakukan
dengan bengis, difitnah, kehilangan harta benda,
derajat, kematian, tidak tercapai apa yang diingin-
kan; bila tidak kuat: merosotnya derajat kejiwaan-
nya: Godaan Penderitaan Hidup Lebur oleh Puji-
an dan Doa (R. Soenarto M.); 655,657; tahan
atas lindungan dan pertolongan Sang Guru Sejati;
asal tetap teguh berpegang pada ‗tongkat‘ Trisila:
sadar, percaya dan taat kepadaNya 657.
pendidikan; tingkat terpuji, ideal 540-1; ~sosial;
menjadi makhluk sosial= terapi 599-600.
Sang Penerang (Pepadang): seorang yang berkepri-
badian besar; atribut matahari 471; ~Penuntun,
Sabda, Gembala 677.
pengadilan karma: saksi, jaksa, hakim dan pelak-
sana vonisnya adalah perbuatannya itu sendiri 335
Pengalaman: (merasakan) kenikmatan hidup akan
terganggu pada orang tua, lemah, sakit, berku-
rangnya keinginan makan-tidur sampai rasa nya-
man untuk tetap tinggal di rumahnya sampai
menghilang; pengalaman kolektif yang menekan-
kan aspek dunia luar lainnya: berkeluarga, berke-
hidupan sosial, dan bernegara; CJI: memanfaat-
kan pengalaman2 tersebut untuk membantu me-
ngurangi keterikatan sang Aku terhadap dunia luar
guna melanjutkan upaya transendentalnya 480-1.
pengorbanan; kasih sayang 272; mutlak, imanen
273; menghentikan angan-angan: sikap rasional-
aktif dihindari, Trisila: ~tidak rasional, (ke arah
imateri); cara lain: keadaan eksistensi tanpa gera-
kan pancaindra (Rohani), abadi, tidak berubah
selamanya: Trisila + Pancasila 360-1; Pancasila +
392 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
Pemali: melepaskan makrokosmos 361.
pengucap: bahasa, salah satu pancaindra, bukan pe-
ngecap 113-4; bahasa: (bukan pengecap) salah sa-
tu indra yang penting dalam berkomunikasi, berin-
teraksi dengan manusia; indra ini berada pada ba-
badan/jasmani kasarnya (soma) manusia 614,617.
pentalogi: 5 buku: Kuliah Umum: Studium Genera-
le (1/5), Studium Particulare (Kuliah Khusus):
Psike (2/5), Ego (3/5), dan Intuisi (4/5); serta
Magnum Opus (5/5) vii-viii.Sang Penyembuh:
DIA-lah yang menyembuhkan-
nya dan para dokter hanya perantara saja 633:
rasa takjub dan terima kasih dikembalikan kepada
Tuhan YME di dalam lubuk hatinya; kekuatan doa
seluruh keluarga dan masyarakat rumah sakit 635.
terbelah: fungsi angan-angannya 290-1.
penyembuhan terapeutik sekunder: terlepasnya
ikatan-2 sebagai akibat dicapainya suatu sikap
hidup baru (Budi luhur): luas dan dalam 394-5:
tanpa menelusuri masa lampau Freud; perhatikan
pengaruh negatif luamah: strukturil dan fungsionil
sama saja 395.
Penyerahan kedaulatan = menghilangkan kedaula-
tan sang Aku sebagai pengorbanan untuk berma-
nifestasinya kedaulatan yang absolut di dalam
hidup imaterial; 476-7
peraba: organ-: lihat perasa 113-4.
perasa: rasa halus manusia, meraba rasa (organ
peraba) dan pikiran orang lain, menerima/ meno-
lak sesuatu, bertempat di hati 113-4.
perasaan: 1, emosi, kehidupan perasaan= jembatan
keberadaan materi kasar dan halus 117-8; inter-
aksi angan-angan dan nafsu: positif (senang, se-
hat, menerima); negatif (sedih, malas, marah,
menolak) 144; sebagai indikator 349; suasana,
ekstase di ‘langit‘, interaksi angan-angan dan
nafsu 88; (negatif): barang menjadi rusak, hilang
atau mati: subjektivasi terhadap hak milik (tidak
objektif); musuh yang disubjektifkan: rasa
senang kalau musuh itu mati 457; (bayi): harus
berteriak apabila merasa tidak enak: lapar dan
haus; lebih banyak mengenal perasaan yang tidak
enak (tak terbayangkan) dibandingkan di dalam
sorga kandungan ibunya 479.
perasaan: diletakkan di atas keadaan yang selalu
berubah-ubah (konstan): maka keterikatan men-
jadi persekutuan; gema positif dan negatif 457-
9: toleransi aktif yang tak terbatas dan terlihatnya
rasa cinta kepada apa saja tanpa membeda-beda-
kan; bagaikan samudera: stabilitas perasaan mere-
dam perbedaan gradual 458-9; ikhlas melepaskan
sang Aku ketika menuju Tripurusa dan toleransi
maksimal dengan menyetujui apa saja yang ter-
jadi pada proses pertemuan itu [intuisi, pamu-
daran] 483; suatu ekstase yang timbul dari
badan/jasmani, di mana terdapat hidup imateri.
Perasaan bukanlah potensi asli dari dari eksistensi
badan/jasmani maupun eksistensi imateri 504;
~sosial Freud: mengalah 517; fungsi nilai, reaksi
karena/titik nikmat 577.
perbuatan: keluar dari sumbernya, masuk ke eksis-
tensi ruang dan waktu menjadi terikat hukum aba-
di tersebut 322; gerak yang keluar dari titik diam
sentra vitalitas, dikuasai hukum karma: kualitas,
kuantitas, bentuk, hubungan, dan arahnya 325.
percaya: ke~an: sifat setia kepada hati-nurani dalam
keadaan yang bagaimanapun juga 149; ikatan,
kendali 193; ~bulat: perasaan mau menerima apa
saja yang akan terjadi pada sang aku; beda ting-
kat: aktifitas dari angan-angan; sebabnya dapat
dinalar: bumi itu bulat, bumi mengitari matahari
361; (iman) kepada Tuhan Yang Maha Esa: ba-
gian terpenting dari Trisila (sadar-percaya-taat):
sifatnya introversi dan polaritasnya ke pusat
imateri 654; ikatan, kendali 689.
perempuan: wanita, perasaan ke depan 684.
perkawinan: bukanlah keharusan tetapi suatu alat
untuk menyempurnakan manusia secara harmonis:
mekanisme pemerataan dan pergeseran lengkap
450-1.
perkembangan: ~jiwa: interaksi psikis dunia aku
dan dunia luar; sentra vitalitas berkembang 121;
~jasmani: lahir-ajal: sang Aku harus melepaskan
sedikit demi sedikit kenikmatannya, tidak enak;
melepaskan diri~pamudaran kecil: menghilang-
kan neurosis 345, 349.
Persatuan: individuasi(Jung): transparan secara
mistis 587.
persona; bentukan jiwa individual, dunia luar, peras-
an psike, ikatan timbal-balik, sang Aku 569;
kompromi individu dan masyarakat, perasaan jiwa
kolektif, topeng 578; pengalaman pribadi, indivi-
dual, perasaan dengan sengaja dari jiwa kolektif,
sang Aku ingin dilihat dunia luar, keterikatan
tertentu, pengaruh sebagian atau keseluruhan
579; gantungan utama sebelum ketemu das Selbst
605.
personalisasi (SV-I): segi tertentu hidup dikristali-
sasi sebagai manusia atau makhluk lainnya: dewa,
peri dan makhluk halus lainnya sebagai personali-
sasi dari matahari, bulan, bintang, kilat, guntur,
angin dan hujan; dapat semakin halus, tak teru-
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 393
----------
raikan lagi karena sangat halusnya makhluk terse-
but. Daya muat SV-I sebenarnya terbatas, tetapi
di kemudian hari menjadi tiada terbatas 461.
Perspektif: keempat 31; ~terapeutik: potensi Tripu-
rusa, bersifat sekunder; primernya pengembangan
diri 400; ~baru: kemungkinan adanya potensi dan
penglihatan yang baru (perkembangan): potensi
dan penglihatan dari pusat imateri yang berbeda
dari sentra vitalitas yang ada dan diatur oleh sang
Aku: sang Aku tidak dapat melakukan eksperi-
men dengan pusat imateri, atau menggunakan
perspektif dari sentra ini untuk keperluan sang
Aku; Tripurusa berkuasa mutlak 492-3.
pertanian: dunia-: sawah (jiwa), bajak (rela), garu
(temen= jujur) pupuk (sabar dan narima), air
(Trisila), panduan hama (Pemali) 373.
reedukasi: orientasi kembali merupakan koreksi
terhadap gambaran hati nurani, penting 365.
pertempuran: di dalam dirinya; orang lain (luar)
tidak dapat membantu; manusia berkuasa dan
bertanggung jawab untuk mengalahkan dirinya
sendiri 485-6.
Peta, Indonesia 62.
Peter Walder; dunia pertama: panca indra, ke dua:
asadar, tanggapan, transenden, ilham 571; imanen
transenden; lingkungan, menjadi pribadi, kerajaan
antara 587.
phylogenetis= pengalaman seseorang selama
perkembangannya sejak dalam kandungan atau
sejak lahir 113.
pikir; arah pemikiran = pengendalian nafsu 266-7,
sifat Tripurusa 267.
pikiran; konkrit-rasional-historis, berciri kritik dan
keputusan, asalnya imanen 579.
pintu: ~gerbang (TheGate, Rahsa Jati): di dalam mi-
krokosmos (bagian makrokosmos): dapat masuk
ke dalam dan meleburkan diri ke dalam Hidup
imateri (kolektif, universum): ada sesuatu yang
sama yaitu Roh Suci, jati diri manusia 154-5; ~ke
sadar kolektif: das Selbst, arketip 571.
pocong; pemisahan jasmani kasar dan halus 298.
polaritas: arah; titik tengah-: posisi/ derajat Roh
Suci: kedaulatan sang Aku angan-angan di reduksi
sampai nol, kekuatan nafsu berhenti: keseimbang-
an sempurna 147; angan-angan: konsentrasi dan
abstraksi, penerangan: gelap dan terang 325; ~lua-
mah:sublimasi, lawan~: mutmainah, sentra vitali-
tas: sumber tenaga 328, 331; polarisasi; perpin-
dahan 680.
Popper, Sir Karl Raimund, three worlds 28-9
posisi: wawasan ilmiah CJI: posisi dan fungsi sang
Aku, empat sentra vitalitas, konsep pancaindra;
pro komunikasi; praktekkan empati 615.
potensi: ~instink: naluri binatang juga memiliki
poten si yang menuju langsung ke tujuan; Carp:
potensi instink atau
~naluri; dibedakan dengan
~intuisi; potensial sang Aku individu membawahi
pengaruh potensi naluri; menjembatani batas-
batas ruang dan waktu, dapat dianggap sebagai
bagian dari potensi naluri 503;
prasejarah: reinkarnasi, kehidupan sebelumnya 334
pengetahuan tidak begitu penting 334.
pria; kecerdasan ke depan 180.
pribadi: mengandung rasa puas 118; rasa-pangrasa
atau hidup-perasaan 117; pemegang dan pendu-
kung sadar pribadi 120; Sang Pribadi: Person-
lichkeit; bertentangan 584-5; selalu historis; teri-
kat ruang dan waktu, hubungan waktu 594.
Prinsip; -Rohani: asal mula kesadaran 551, dipimpin
das Selbst, arketip tipe asli 551, -Alami, ragawi:
das Ich, sang Aku, dua pusat (dunia): alami dan
rohani 560.
produktif, waktu luang xxv
psike: setelah mati, eksistensi terpisah, penderitaan
1,530-1, melepaskan diri 531.
Psikosomatik 5.
psikotik, psikopatik, regresif; asimilasi asadar 587,
pusat harmoni: menyelaraskan 589.
psikoterapi: (aspeknya) dalam perspektif [intuisi
dan pamudaran] dianggap sebagai hasil samping-
an (sekunder) saja 625.
~imateri: Tripurusa: pasien, dokter, dan siapa
saja sama (universal) di dalam dirinya; 398-9;
pasien diingatkan berkali-kali 399; dokter juga
harus ikut mengalaminya sendiri 401
prasangka, keterikatan pada tradisi, 184.
projeksi: dilestarikan oleh nafsu keinginan dan
kenikmatan (keterikatan lingkungan); nafsu lua-
mah menghambat perkembangan dari sadar indi-
vidu: menghambat penggeseran titik berat untuk
ke luar dari posisinya; egosentrifugal (asmara-sufi
,mutmainah: nafsu sosial dan suprasosial): mele-
mahkan luamah dan projeksinya: hubungan perse-
kutuan mengganti keterikatan 454-5; SV lainnya:
angan-angan dan perasaan juga memperlihatkan
bentuk keterikatannya dengan dunia luar 456-7.
~(hilang): 1) melemahnya nafsu-nafsu egosen-
tripetal, 2) berkembangnya sadar individu, dan
3) bertambah kuatnya tenaga-tenaga egosentrifu-
gal 455; mekanisme~ : mensyaratkan ‘integrasi‘
manusia dengan sekelilingnya: untuk mekanisme
394 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
pengamanan dan pengamatan; jiwanya sendiri
tidak dikenal dengan baik karena orientasinya ke
dunia luar (personifikasi dewa: penentu hidup-
nya); ~berkurang dengan berkembangnya angan-
angan: pemegang kedaulatan, otoritas; muncul
kesadaran jasmani, melepaskan asadar kolektif;
perasaan: menciptakan iklim atau suasana jiwa;
nafsu: pendorong yang kuat 452-3.
Prototipe: angan-angan: kedaulatan menonjol, indi-
vidualistik, merdeka, benci: paksaan, tradisi,
wibawa 129; tidak ada: hormat, keramat, toleran-
si; kekuasaan, kewibawaan, tanggung jawab, ber-
tugas selalu, tak kenal tujuan akhir, jalan terus,
prestasi 130-1; menolak empati 131; perasaan
(indikator) dan nafsu (motor dan motif) menyo-
kong kedaulatan 133.
~nafsu: mengutamakan keinginan, hasrat
dan tenaga jasmaniah: jika hasil jelas, rasa positif;
asmara-sufi/ luamah-sufiah: gerak jika ada hadiah
langsung 135; angan-angan dan perasaan indikator
rasa aman 135.
~perasaan: iklim psikis, disimpan, sifat: meliputi,
memuat, memelihara; kedaulatan orang lain dihor-
mati, nilai subjek di atas segalanya, objek disubjek
-kan 132-3; fungsi mengikat: sifat utama, menon-
jolkan ikatan antar subjek (angan-angan menyoro-
ti dirinya sendiri), kedudukan sejajar, membentuk
sintesa, FPB= KPK: mendunia; angan-angan tidak
berkembang, suka merenung, statis, kolot, tradisi-
onil; nafsu: motor dan motifnya 135.
~Roh Suci: jiwa sejati, (penguasa) sentra
vitalitas melalui sang aku yang telah ditundukkan;
diefisienkan 136-7; agar mengarah (hamba) ke
Suksma Kawekas melalui Suksma Sejati; tapabra-
ta sukarela, 137.
psike; dunia mental: angan-anganlah yang mendo-
minasi: dunia angan-angan. 115-6.
psiko; profilaksis, terapi, higienik 683
Puas: kepuasan, pamrih 49; kandungan rasa sadar
pribadi: eratnya angan-angan, perasaan, dan nafsu
(pemuas) 119-120; senang; perasaan hidup sang
aku: menutupi kosong-pemuasan nafsu; Tripuru-
sa 129; meninggalkan pemuasan nafsu: mutma-
inah + sufiah 129.
pudar; kesadaran ego, terabsorbsi sadar kolektif ,
terlepasnya ikatan pada 680-1, pamudaran,
pembebasan, tahap akhir 682-3, melalui
panembah arti luas 181, ruang, waktu 686, status
punakawan, makna kebersamaan 186.
pusat= sentra vitalitas: empat: Tripurusa, angan-
angan, perasaan dan nafsu-nafsu 123-4.
Pusat imateri: hakikat (jati diri; rohani, spiritual,
spirit) manusia; prinsip materi (halus dan kasar)
sebagai selubungnya; selubung halus: jiwanya
(psike, mental, mind); selubung kasar: fisiknya
(jasmani kasar, body) 96-7 Tripurusa (TriAspek,
TreFoil): Suksma Kawekas (TheSource) sebagai
sumber dan tujuan hidup, Suksma Sejati (The
Force) adalah utusan Tuhan yang abadi yang
menghidupi Roh Suci (TheSelf), memimpin dan
kelak menuntun Roh Suci kembali kepada sumber
dan tujuan hidupnya.
Tidak boleh ada personalisasi Tripurusa, dipasti-
kan keliru; Omnipotensi mencakup seluruh ke-
mampuan manusia: wajar bilaangan-angan tidak
mampu menganalisis Tripurusa 482-3; suatu
subjek yang tidak dapat dibagi-bagi. Orientasi
angan-angan terhadap pusat imateri terjadi saat
pengakuan adanya Tripurusa tanpa menganalisis
ekaligus tanpa personalisasi 482-3; bagian hakiki ,
berdaulat mutlak, tak tergantung hidupnya badan/
jasmani 525; ~das Selbst: pusat harmoni 589;
amah dan memadai 591; ~hakiki, fungsi spesifik
ke-4, imateri, spiritual 674, (sentra) vitalitas 676.
Pusat Vitalitas Kolektif: tidak terbatas di dalam
badan orang tersebut; mentransendensikan ke da-
lam setiap makhluk hidup: di situ terdapat pusat
imateri yang sudah atau belum bermanifestasi;
menggunakan alat-alat pelaksana tanpa perantara
kompleks otonom: Suksma Sejati atas nama
Suksma Kawekas adalah pusat pengatur kolektif
dan tujuan hidupnya 97, 99; rohaniah, spiritual,
paling transendental 116-7.
pusat imateri: mencapainya tanpa 4-hubungan: pro-
yeksi, subjektivasi, analisis rasio, dan personali-
sasi tersebut; Manusia tidak dapat menggambar-
(TheForce) 494-5,7; pengalaman badaniah: ma-
kan, minum , tidur, kelelahan fisik, dan buang air
tidak tidak dilakukan secara psikis, tetapi merupa-
kan kejadian2 tetap pada tingkat jasmani 497.
Putri Solo: lukisan wanita tersenyum milik R.
Soenarto Mertowardojo: ‘senyum yang tulus
membuat senang hati orang banyak‘ tertulis di
dalamnya 617.
Q
qalb, heart, jantung, jantung hati xxvi
R
Rahsa Jati (TheGate) suatu ambang kehidupan yang
bersifat kontinyu antara jiwa dengan pusat imateri
97 bukan indra karena sang akunya manusia tidak
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 395
----------
mampu mengamati pusat imateri kecuali refleksi-
nya dikembalikan kepada Sang Akunya yang ima-
teri (Roh Suci) dengan introversi tertentu atau
mengikuti jalan religi 97; TheGate:, suatu konti-
nyuitas (ambang) kesadaran jiwa-pusat imateri 98;
bukan indra 100; (TheGate): ambang kesadaran \
sejati Tripurusa; perasaan terdalam, terhalus terasa
sebagai pintu gerbang masuk ke alam prinsip
(pusat) imateri, menuju akhir dari perjalanan
hidup manusia 112; Letaknya? 113.
Rahsa Jati= TheGate adalah titik singgung psike
(mental) dan Pusat Imateri, esensi dari kehidupan
perasaan, bukan organ, tetapi suasana tertentu
dari kehidupan jiwa, kontinyuitas kesadaran:
ambang pintu masuk pusat imateri 122-3, 126-7;
(termasuk ilham, intuisi) bukan pengalaman pe-
rasaan indrawi 292; iklim Tripurusa, diantara
sadar dan asadar sekaligus mencakup keduanya:
transendental 327.
raja; konstitusional 527.
Ranah, kepercayaan 57.
rasio (pertimbangannya): tidak bersifat analitis,
gagasan tidak terbentuk lagi; ruang dan waktu
bereksistensi didalam kesadaran kolektifnya;
Rencana Agung dan Kebijaksanaan Agung terda-
pat di dalam kesadaran kolektif tersebut; sikapnya
terhadap sesama: pelaksana Rencana Agung: ber-
sifat memberi tuntunan, mendidik, memberi am-
pun, dan pembawa keadilan; orang seperti ini
setia kepada peraturan; tempat konsentrasinya
omnipotensi di dalam sadar kolektif 495,497.
rasional: diatas, budi luhur 272; pikiran-: tanggapan
ke struktur logis ke pengertian: lugas, ilmu mo-
dern; lawan subjektif irasional; kualitas, kausali-
tas, dan substansi 577; terjangkau pengalaman:
hati nurani--badan/jasmani kasar 604.
realitas; pertama setelah dipandang, kedua setelah
diinventarisasikan (SuperEgo) 515.
rebooting: pusat ―komputer‖ 3- sentra vitalitas:
(ingat kematian) berhenti sejenak, memutar
polaritas kesadaran 180º menuju ke pusat imateri
sebagai alam sejatinya; beberapa kali sehari, oleh
siapa saja 626.
reedukasi; pendidikan, mobilisasi tunas keyakinan
yang telah ada kepada Sang Pencipta 596-7,658;
kunci psiko terapi, membangkitkan kemauan
pasien 688.
refleks= otomatisasi; bagian asadar hanya melepas-
kan aspek-aspek berbentuk simbol-simbol yang
dapat di-asimilasi-kan oleh bagian sadar 439,442.
reinkarnasi; transmigrasi rohani 299.
reintegrasi: saling mempengaruhi pikiran dan
perasaan, pergeseran polaritas luamah, sublimasi,
pergeseran energi 603, 605.
rela: ikhlas hati, bukan jemu hidup 196-7; melepas-
kan yang subjektif dan berharga, untuk proses
desubjektifasi 313; Rela: ikhlas melepas sesuatu:
status mental (jiwa) sama, tidak terikat dengan apa
saja adalah upaya preventif menghadapi fiksasi
dan trauma psikis yang mengganggu kinerja sang
aku 366.
~dan narima: trauma, fiksasi, menyerah tanpa
syarat: status tanpa kewenangan dan kedaulatan,
melepaskan subjektivasi, keterikatan afektif, autis-
tik, cinta tak terbatas; bukan bersifat pribadi 369-
370; menggali asadar, keterikatan dimunculkan,
sadar merampas asadar; asadar musnah: Pamu-
daran 371; stabilitas afektif 543; ikhlas hati, bu-
kan jemu hidup 692-3.
religi: (Carp dan CJI): manusia berusaha meningkat-
kan kegiatan untuk perkembangan eksistensinya;
malaksanakan rencana Tuhan; meloncat ke tingkat
kenyataan yang lebih luhur, lebih dalam, yaitu ke
sesuatu yang transenden: Kenyataan (Ontologi);
Sabda yang mengikat dan berisi peraturan 472-
3,475.
rendah diri; kompleks-, sumber pendorong, sejak
lahir, baku emas, gambaran ideal, relatif 544
resep: ekstraversi, pancasila, tigasila 542.
Rijkuniversiteit di Leiden xv
Robot R2D2 68.
Roh: kesadaran yang lebih tinggi;suatu superioritas
di atas kesadaran sang Aku 1,471; suara Hidup
yang sempurna; Ariens Kappers: mengalami doro-
ngan yang menjadi asas pengatur dan pencipta
(Sang Intuisi), yang tidak dimiliki oleh pribadi
(yang bersifat sempit) 471-3; koreksi, sadar yang
agung , kekuasaan 558-9; Prinsip; asal mula
kesadaran 551, dipimpin Das Selbst, arketip tipe
asli 551; koreksi, sadar yang agung , kekuasaan
558-9.
Rohani; Prinsip; asal mula kesadaran 551, dipimpin
Das Selbst, arketip tipe asli 551. rohani; spirit
677.
Roh Suci, TheSelf, keberadaan, yang dihidupi,
kesadaran Tripurusa 325, derajat 245; jiwa imateri
(sadar individu) , percikan api dari Suksma
Kawekas (sadar kolektif) 594.
Rinpoche, Yongey Mingyur 22.
ruang dan waktu: bersama lahirnya suasana, terikat
396 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
materi, dapat diukur dengan ukuran ruang dan
waktu 325; terbatas, relatif, nisbi, psike sebagai
pembukanya: Bayu Sejati 608-9.
S
sabar: ulet, daya tampung seluas samudra 201-2,
obat mujarab (jamu pahit) 203; menyeluruh, tidak
berhenti, tidak statis, dinamis, semangat, rajin
372; aktifitas kontinyu 543; ulet, daya tampung
seluas samudra 697-8; obat mujarab (jamu pahit)
699.
Sadar: ~tidak (kolektif) 4; 685.
~Kolektif: Dinamis dan Statis: TheForce dan
TheSource 67,684; ke~an: sifat yang selalu mem-
bangunkan hati-nurani di dalam dirinya 149; ber-
ada diatas perubahan psikis, tidak berubah dan
bersifat kekal, tanpa kenikmatan 346, berkem-
bang ke luar 555.
~terbatas: milik Sang Aku imateri (Roh Suci) di
refleksikan ke sang Aku materi (Ego) 121.
~individu: terbatas: antara asadar kolektif (nik
mat) dengan sadar kolektif (anikmat), terbatas di
dalam nikmat-anikmat: -memiliki sesuatu 349;
didukung oleh kesadaran sang Aku sehingga ia
dapat memisahkan dirinya dari sifat kolektif (di
luar individu); isi asadar kolektif: di bawah
permukaan sadar individu 451.
Sadar kolektif: sadar individu yang sempit lenyap,
berubah menjadi sadar kolektif; seolah-olah bera-
da di atas pengalaman afektif: kesadaran tersebut
menghilangkan kenikmatan 466; CJI: Hidup ada-
lah satu menguasai ruang dan waktu, menjadi
sumber dari semua hidup dan semua materi, serta
meliputi dan meredam semuanya (dasar pengerti-
an sadar kolektif); Suksma Kawekas dan Suksma
Sejati adalah ‘sadar kolektif‘ itu sendiri dan Rokh
Suci adalah sebab dari ‘sadar individu‘ yang
terbatas itu 466-7.
Sadar kolektif: bersifat mengatur dan memimpin
sentra-sentra vitalitas: mengurangi pertentangan
dan ketegangan di antara sadar dan asadar; ke-
mampuan ber-asimilasi ke dua arah meningkat;
hubungan sang Aku dengan hati nurani semakin
harmonis; hati nurani semakin eksis dan titik be-
rat kesadarannya mendekati pusat imateri 476-7.
Sapta Marga 702.
Sardjito, Prof. Dr., Rektor viii
Sasangka Jati, buku pustaka intuisi 65.
Saudara Tujuh: CJI: personalisasi tujuh kekuatan:
ketiga potensi dari angan-angan ditambah empat
unsur pendukung (mutmainah, amarah, sufiah dan
luamah) yang masing-masing memiliki potensi
imanennya sendiri-sendiri; dapat diajak bicara di-
ciptakan dan lahir bersama sang Aku 504-5.
SEAMEO; The-, acting director 658
sederhana; ke-an dan suka menolong, sublimasi
685
sejajar; candra jiwa lainnya 675,
seks: kedewasaan seksnya mendorong keluarnya dia
dari lingkungan keluarga 481.
Selbst, das 53.
TheSelf; Roh Suci, Sadar Kolektif Terbatas 658,
sinar hidup ditarik kembali 682; TheSource 658,
TheForce 658, TheSelf 682,684
Selubung: ajaib 9; kabut kesadaran jasmani sang
Aku; menutupi sumber sinar (Tripurusa) usahakan
menjadi tipis: sebagai tantangan dan tujuan; hu-
bungan hierarkis di dalam Tripurusa terpantul
melalui selubung itu 498-9.
sentra vitalitas; kebutuhan budaya/duniawi 120;
otonomi~ segan diikat: menyimpang: reaksi
neurosis 424-6; struktur dan fungsinya dibuat
ideal (istirahat) untuk diikat; tidak memerlukan
hiburan atau istirahat untuk suatu regenerasi (tum-
buh kembali); muncul seiring pertumbuhan
angan-angan (aku)-nya: sang raja 426-7; ketiga~:
bekerja sama paling serasi pada sisi positif; pikir-
an, emosi atau perasaan dan dorongan nafsu se-
suai dengan ‘hati nurani‘ atau ‘bisikan hati‘ 440-1.
Sentra Vitalitas-3: nafsu (berlawanan): mutmainah
dan luamah: penentu arah gerak manusia; kuda
hitam luamah pasti menang, kecuali menda pat-
kan kendali yang benar dari angan-angan (Mind)
apalagi dialasi dengan perilaku tapabrata (me-
ngendalikan hawa nafsu negatif). Idealnya luamah
berkekuatan egonetral 434-5.
serius xxv
simpati; antipati, keterikatan, perkawinan 658.
simpati-antipati: sifat hubungan ke arah keterikat-
an, semacam hubungan perkawinan dan percerai-
an 439.
simpleks= tunggal, lihat kompleks 119
sinarawedi, mitra yang sudah seperti saudara, tiga
saudara viii
sinar pengertian (berdaulat): Pangerti atau kamayan:
refleksi Suksma Kawekas; nalar refleksi Suksma
Sejati; cipta refleksi Roh Suci; Cahaya Tripurusa
dirintangi oleh selubung tersebut: memancarkan
sinarnya sendiri yang berbeda 499.
Sirkulasi darah 7.
Siti hinggil 1.
Situasi terakhir: keniscayaan Tripurusa: sadar indi-
vidu masuk ke dalam imateri, batas individu, indi-
vidualitas semakin menghilang dan terbukalah
sadar kolektif untuk selama-lamanya 383, 385.
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 397
----------
Skywalker, Luke , Star War 70.
Slamet Rahardjo v
Soedjarwo; Soerini- viii, Budi Darmadi- Dr, Ir viii
Soemantri Hardjoprakoso; xv, Winahyo~, dr,
SpOG viii
Soenarto Mertowardojo, potret xix, candra jiwa
xxiii Soerini Soedjarwo; Ibu- viii, Soerini-Hardjoprakoso
Soedjarwo 198
Soemantri Hardjoprakoso, Brigjen. TNI. Dr.: intuisi
67; foto pertemuan khusus wanita di Surabaya,
1960; 416.
Soenarto Mertowardojo, ilmu sejati, candra jiwa 63
aliran intuisi 65.
Soenarto Mertowardojo, R.: foto pertemuan khusus
wanita di Surabaya, 1960; 416.
TheSource; Suksma Kawekas, sumber dan asal mu-
la hidup 72,658; TheForce 658, TheSelf 682,684.
Spiritual, kecerdasan 57
spontanitas dan orisinalitas, sifat khas 680.
stagnasi dan fiksasi: fenomena jika luamah lebih
kuat dari mutmainah; gejala neurosis 482-3.
StarWar, the 70,
status-quo: situasi pertentangan tidak pro kemajuan:
mutmainah mendorong untuk menerima tahap
yang kurang nikmat tetapi luamah memiliki energi
untuk mempertahankan tahap yang lebih nikmat;
sang Aku mendapat pengalaman nikmat dan ber-
kuasa; tahap berikut: meninggalkannya 487. struktur: anatomik organ tubuh 98.
studium generale, Universitas Gadjah Mada, Yo-
gyakarta 27 November 1958, vii-xvi,1.
Suasana jiwa (bayi): bagaikan berada di samudera
(Freud); memiliki tahapan untuk mempertahan-
kan kenikmatan dan senantiasa mengulanginya
lagi 425.
sublimasi: hasil dari penguasaan dan arahan nafsu
mutmainah; memiliki dasar struktural dan fungsi-
onal sifat-sifat egonetral; perubahan permanen
(luamah): polaritas egosentripetal berubah: pe-
ningkatan peranan hidup seorang manusia 436-7;
fenomena pergeseran titik berat polaritas; mutma-
inah menang dalam melawan luamah; jika luamah
yang lebih kuat: fenomena stagnasi dan fiksasi,
ditandai dengan gejala neurosis 482-3; proses,
egosentrifugal, sederhana 684.
subjektif; mende~kan: meletakkan beban ke diri
sendiri, mandiri, tanda perkembangan mental;
men-kan: tanda kelemahan 302-3; de~tifikasi:
menetralkan nilai pribadi dengan Pancasila (eks-
traversi) sebagai dasar introversi 310-1; ~tivasi:
ekspresi keterikatan terhadap lingkungannya
(barang menjadi rusak, hilang atau mati: perasaan
negatif): ada mekanisme subjektivasi; adanya
reaksi perasaan terhadap perubahan dari dunia
luar dengan gradasi tertentu 457-9.
Sumodihardjo; R. Trihardono 160, Skema-2 665.
Sura: dewa golongan baik (lihat Wisnu) 279.
empat Sentra Vitalitas= SV; (tiga SV + satu SV/
Pusat Imateri) SV-I: angan-angan, SV-II: perasa-
an, SV-III: nafsu-nafsu, SV-IV: pusat hidup ima-
teri; pusat yang mandiri; refleksi Tripurusa:
angan-angan 118-9,463-5; perjalanan bersama
yang penuh kekuatan integrasi ke suatu tujuan=
faktor penting yang patut diketahui; tujuan:
kekayaan, kedudukan, kehormatan, pengumpulan
ilmu, mengurangi penderitaan orang lain, dan
mendidik 463; ketika otonomi semakin kuat maka
integritas menjadi semakin lemah; disintegrasi:
sekiranya sang Aku lenyap; Tujuan akhir
(harmoni absolut) dari sentra itu adalah integrasi
menyeluruh manusia sebagai makhluk rohani
(puncak perkembangan) 464-5.
salam: bernuansa religi; transendental karena :
asalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
salam Maria penuh rahmat Tuhan sertamu,
shalom, Aom swasti astu; antropologis (budaya-
an): spada, halo, horas jala gabe, mejuah-juah kita
kerina, yahobu, ni hau; empati dapat mencapai
perasaan terdalam dari manusia 617.
ke-sama-an: (beberapa pandangan): isi ajaran
Pangestu (intuisi Soenarto), Islam, dan agama2
yang lain. (Said Aqil Siroj) 638; maqamat~
Hasta Sila sebagai jalan untuk bertunggal dengan
Tuhan (tasawuf); Tri Sila: sadar, percaya dan
taat~ zikir, iman dan takwa). Pancasila: rela,
nerima, jujur, sabar, dan berbudi luhur ~ ridha,
qana’ah, shiddiq, shabr, dan akhlaqul karimah
639; toleransi: pentingnya penghormatan dan
apresiasi terhadap kelompok lain di bumi
Indonesia 641.
sujud (tertentu): introversi kesadaran pribadi bahwa
Dia-lah yang: menjadi sesembahannya, maha lu-
hur, maha suci, menguasai alam semesta, terma-
suk permohonan disucikan lahir-bathinnya 636.
Sumpah; lafal ~dokter 703, ~prajurit 702.
Syahadat: dua kalimat (penyaksian) syahadat: kata
Allah (syahadat tauhid); Rasul-Muhammad (saha-
dat rasul); Aku-anna (yang bersaksi): pertimbang-
an dengan Roh Suci secara emanasi? Allah-Rasu-
Muhammad?: mistiko-filosofis, ilmu psikologi
agama, dan atau literatur tasawuf 636-7
398 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
T
taat: ke~an: melaksanakan dengan teliti hati-nurani
149,193; yang sepele, alat pelaksana kehendak
194; tugas besar 195; bidangnya nafsu, menyerah
tanpa kemauan dan keinginan, kepada Tripurusa
di dalam konfrontasi tersebut: menyediakan
kancah untuk menerima pencerahannya 363;689;
yang sepele, alat pelaksana kehendak 690, tugas
besar 691.
talipusat: menghubungkan ibu secara strukturil
dengan sang bayi; setelah lahir: fenomena pro-
yeksilah yang menghubungkan secara kejiwaan
individu dengan dunia sekitarnya; integritas
organik: jaminan pertahanan dan keamanan sang
bayi; cara untuk berorientasi dan mengamati
lingkungannya dengan cara yang paling sederha-
na 453,455.
tangga: kebahagiaan, lima anak tangga, anak tang-
ga-3, budi darma 221.
tanggapan: penglihatan melalui fungsi pikiran yang
sadar 575.
Tanos, eros 49
Tapabrata: cara untuk melatih dan mengendalikan
hawa nafsu; mendorong mutmainah selalu bersi-
fat positif; lemahnya badan mengurangi kekuatan
nafsu-nafsu egosentripetal dan membiasakan diri
terhadap kekurangan-kekurangan dan hal-hal yang
tidak enak; sifat luamah menjadi netral: kekuatan
menahan rasa sakit, kekurangan energi, dan gizi
388-9; munculnya pikiran mengenai ajal selama
tapabrata: sikap asosial manusia menjadi positif
389-40: mengintensifkan: paugeran, panembah,
dan budi darma; bukan kunci sorga; dasar dari
proses pamudaran; dapat membantu manusia bila
menemui jalan buntu; tidak perlu menurut peratu-
ran: tiap cara hidup yang mengubah semangat
yang meluap-luap dari luamah menjadi kesediaan
untuk narima dan yang memperkuat mutmainah
adalah cara hidup bertapabrata 391.
teduh, hening, bening; pikiran 239
Temenos, mandala 61
tidur: nyenyak: (tanpa obat) untuk Lanjut Usia
(LANSIA): simulasi mayat: tidur kaki lurus, ke-
dua telapak tangan diletakkan di jantung; diajar-
kan sembah kalbu, meditasi transendental, zikir,
ingat akan TheSource sesuai keyakinannya ma-
sing-masing; tanpa bantal (hati2/ dilarang untuk
yang lemah/ gagal jantung berat), lampu dimati-
kan 629; ‖takut akh!‖; dimandikan terakhir
kalinya oleh orang lain 631; gangguan~: ngorok,
mendengkur: relaksasinya otot pangkal lidah yang
bergerak ke belakang menutup jalan nafas; tanpa/
memakai bantal tipis atau khusus 631: gangguan
pasokan oksigen: konsultasi ke dokter akhli;
laboratorium gangguan tidur; alat bantu nafas;
gulungan handuk kecil di tengkuk (leher) pas
menemani tidur 633.
tiga dunia: material kasar, halus, dan imateri
(biologis, psikis, dan rohaniah) bereksistensi
dalam sadar kolektif 124, 128
Tiga; ~sila: bermasyarakat; =baik hati, kebersama-
an, aktivitas-kasih sayang, menyumbang, menjaga
536-7, ~segi 536-7, ~persoalan utama: kebersa-
maan, pekerjaan, dan kasih sayang 539, ~sila 543,
539, ~rasa bermasyarakat, =Pancasila (Soenarto)
542-3.
Tiga serangkai; foto, penulis pustaka intuisi Sasang-
ka Jati 666,668.
tipologi pribadi; ibadat 249
titik: ~akhir (perjalanan): pamudaran dan panung-
gal melalui jalur tertentu; titik2 persamaan: tempat
tinggal, sejarah, jalur individu: CJI: dapat dibuat
suatu pembagi (faktor) persekutuan terbesar
(FPB) 490-1; ~berat (nafsu: watak seseorang):
bergoyang mengelilingi titik keseimbangan;
dapat bergeser 1) dari negatif ke positif (cara
hidup teratur, sederhana, tapabrata, dan kasih
sayang), dan 2) dari nafsu ke perasaan dan angan-
angan 437-8; keinginan positif dari angan-angan
saling menetralisir terhadap ekspresi yang negatif
dari perasaan 438-9; ~berat (kesadaran) hidup:
dua kemungkinan: 1;Tripurusa (alam sejati); 2.
psike: intelektual (angan-angan), kualitas perasaan
(pangrasa), daya keinginan-kemauan (nafsu-nafsu)
122-4; ~kesadaran: material kasar: dominasi nafsu,
fungsi biologis; psikis: angan-angan, perasaan;
imateri: total, kolektif, universal; titik akhir,
potensial dapat dicapai 127.
Toko Bisu: meja dengan berbagai barang-barang,
transaksi keuangannya dilakukan sendiri seperti
mengambil sertamenukar barang, membayar, me-
nukar uang, dan mengambil pengembalian uang-
nyanya 407.
tonus jiwa (yang tepat): asimilasi ke dua arah antara
sadar dan asadar bertambah kuat; tercipta hubung-
an persekutuan di antara sadar dan asadar 479.
topeng: -persona, untuk dunia luar 578.
tradisi, keterikatan, prasangka 184; anggapan beku,
prasangka 257; keterikatan, prasangka 680.
Transcendence to the depth of the heart.. ix, xxvi
Transenden yang omnipoten: asas penyelesaian
terakhir ketika sang Aku yang menyadari keter-
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 399
----------
batasannya dan mencari solusinya; Sang Aku
semakin tua semakin berpengalaman: selama
menjalani hidup biologis, berkurangnya kenik-
matan, tergesernya kedaulatan: harus beradaptasi
492-3,495; fungsi~, tingkat ke dua Peter Walder
571; ~tal: (proses perjalanan ke pusat imateri);
sang Aku menjalankan perilaku unggulan: pening-
katan derajat kemanusiaan yang paling tinggi
625; fungsi supervisi dan pengertian 679.
transisi; fase , 681.
transmigrasi rohani: lihat reinkarnasi 299.
transparan (mistis): pertemuan dunia luar dan
dalam, kenyataan rasional dan irasional (Jung)
587.
TriAspek: (Tripurusa, TriFoil, TreFoil) tiga aspek
Hidup Sejati; Pertama: tertinggi, Hidup yang mu-
tlak diam dan statis (sumber hidup): Suksma
Kawekas (TheSource) 103-4; Kedua: Hidup yang
dinamis dari yang statis (yang menghidupi):
Suksma Sejati (TheForce): Penuntun, Panutan,
Guru, Sang Sabda, Sang Pepadang. Ketiga: jiwa
sejatinya manusia, (yang dihidupi): Roh Suci
(TheSelf): cahaya atau percikan api, hamba (Dwi-
Aspek) 104-5,658.
TreFoil= TriFoil, Tripurusa: pusat hidupnya alam
sejati/ imateri 122, 658.
Tripurusa: TriAspek Tri/TreFoil 122: tiga aspek
Hidup Sejati; Pertama: tertinggi, Hidup yang mu-
tlak diam dan statis (sumber hidup): Suksma
Kawekas (TheSource) 103-4; Kedua: Hidup yang
dinamis dari yang statis (yang menghidupi):
sejatinya manusia, (yang dihidupi): Roh Suci
(TheSelf): cahaya atau percikan api, hamba (Dwi-
Aspek) 104-5,658; juga memiliki tiga aspek
refleksi: TriAspect: Roh Suci memantulkan Cipta,
pikiran atau fungsi membentuk bayangan dari
angan-angan; Suksma Sejati memantulan nalar:
fungsi asosiatif; Suksma Kawekas merefleksikan
pangerti: kemampuan menangkap arti, melihat ke-
keseluruhan, menilik dan menembus
objek 110-1.
Tripurusa: Pusat Vitalitas ke-4 (omnipotensi) di
alam sejati 120; Hidup aktif yang menyongsong,
memimpin, menolong manusia; (introversi) kesa-
daran, evolusi jiwa ideal 141; esensi manusia,
kekuasaan, Sumber Hidup, TheSource, TheForce,
dosa terbesar 208; pusat jati dirinya manusia, titik
statis; turun di dalam ikatan imateri dengan segala
akibatnya, dilepaskan oleh Pembebasan, dipandu
Suksma Sejati atas nama Suksma Kawekas 324,
tanpa polaritas 325; Eksistensi~ : kemungkinan
perkembangan perspektif : manifestasi sementara
yang berupa perjumpaan (intuisi) demi perjumpa-
an: seringkali berisi jangkauan makna di luar
ruang dan waktu dari pusat imateri 491,493.
Tripurusa; TriAspek/TreFoil: TheSource, TheForce,
TheSelf 526; imanen 543, imateri, kesadaran
hidup 545; pusat imateri (tersedia secara laten) di
tiap manusia, potensi tercapai, proses pamudaran,
proses individuasi 593, ~658; Tuhan, tradisional,
Suksma Sejati (TheForce): Penuntun, Panutan,
Guru, Sang Sabda, Sang Pepadang. Ketiga: jiwa
universal 61; bahasa religius metafisis das Selbst;
inkarnasi : Incarnation Gottes 586-7.
Trisila: mengarahkan ketiga sentra vitalitas kepada
satu titik (introversi); totalitas kepribadian (sifat):
ke-sadar-an, ke-percaya-an dan ke-taat-an 149;
mobilisasi tiga sentra vitalitas, meningkatkan inte-
gritas, tidak membatasi ruang, waktu, dan seremo-
ni 357-9.
tujuan hidup: menemukan jalan pamudaran, ke
sadar kolektif; pelatihan introversi dan ekstraversi,
lepas dari keterikatan apapun; ontogenik fase
nikmat, menghilangkan neurosis 345; mengemba-
likan kesadaran yang hakiki di dalam dirinya;
jasmani kasar diikat oleh ruang dan waktu; me-
nempatkan diri di bawah karsa Suksma Kawekas,
sesuai rencana dan kebijaksanaan Suksma Sejati,
dilaksanakan Roh Suci; kehidupan sosial berpe-
ngaruh sangat kuat 420-1; eksistensi Absolut,
menghilangkan polaritas, materi, imateri 551,
553.
tujuh saudara: dibentuk oleh tiga potensi angan-
angan: cipta, nalar dan pangerti, beserta keempat
kekuatan nafsu: luamah, sufiah, amarah dan mut-
mainah, bebas, dapat di-
gabung 121-3.
Tunggal; Dwi~, Yang Maha~ 273.
Trieborganisation ; susunan nafsu atau Instinkt-
organisation (susunan naluri) 553.
Two/Bi; Aspect, Foil 73
U
ular naga: berkepala tiga: diferensiasi angan-angan
(cipta, nalar, pangerti) Dewa Ruci 60,92-3,362.
ungu; hitam, sama, luamah 663.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta 1.
Universitas Kehidupan Nyata; mahasiswa 661.
universum: materi kasar (bumi); halus (langit), 7-
saf, tidak berjajaran, konsentrasi 277; terjadinya~:
dari Hidup imateri yang diam, terlahir yang dina-
mis sebagai pelaksana kehendak, Roh Suci, busa-
400 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
----------
na material, empat anasir: suasana, api, air dan
tanah; isinya: manusia, dewa, binatang dan
tumbuh-tumbuhan 325.
unsur dasar: 4-: suasana, api, air, dan tanah, pencip-
tanya (Suksma Sejati), atas nama (Suksma Kawe-
kas)berinteraksi, perencanaan, terjadinya alam se-
mesta 105, manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan,
dewa 106; empat~ : suasana, api, air, tanah, poten-
si, aktivitas; nafsu: dapat dipersatukan, berebut
pengaruh 107.
V
vitalitas; sentra-, pusat-, eksistensi, : -intra psikis
542.
W
Wacana (I): golongan manusia dengan tipe domi-
nan: 1. Nafsu, 2. Angan-angan, 3. Perasaan, dan 4.
Rahsa jati 338,341 Jung: ekstravert dan intravert
338-9.
~(II): dua golongan besar manusia: 1. Rahsa
Jati, 2. Bayu Sejati (sang aku material) tetapi
mengingkari Rahsa Jati-nya; komunikasinya 341.
~(III): hipotesis dua golongan manusia: 1.
Introversi ke Tripurusa; kebalikannya: 2. Ekstra-
versi sang aku ke puncak eksistensinya; jalan
memutar 341.
~(IV): dunia fantasi; kandidat pengganti dewa,
alasan: umur panjang, satu unsur, satu lingkungan:
api; ‖pemerintahan bayangan‖, persaudaraan setan
sedunia, manusia berbadan material halus; hidup
sangat dekat dengan unsur api, sangat penting,
Sang Kebenaran 341-3.
waduk; Tri Gorges, terbesar 266
Wedotomo; terbukanya selubung 243
waktu luang xxv
Wayang; kesenian 13, 15, candra jiwa 37,
kepahlawanan , sifat pendeta , hegemoni 39
Winarni Partaningrat Soemantri, Ny.: foto pertemu-
an khusus wanita di Surabaya, 1960; 416.
Winahyo Hardjoprakoso; dr, SpOG viii
Wisesa: (hak pengadilan dari Luhur) golongan dewa
(gol.III) berhak memutus dan bertendensi merusak
283-4.
Wisnu: Sura: dewa golongan baik, sadar Suksma
Kawekas, tidak tunduk 279.
wujud: membayangkan wujud atau derajat dalam
panembah/ kebaktian dapat ditipu dewa, pemali
288-9.
Y
Yesus: yang historis (terikat ruang dan waktu),
ahistoris: Krisus tidak terbatas ruang dan waktu
(Jung) 59,593.
Yingluck Sinawatra; PM ke-28 Thailand, Raja Bhu-
mibol, membungkuk, menyembah, Bangkok, 368.
Yoga; meditasi, kontemplasi 599.
==========
~Naga Tirta Asisik Kencana~ ~Naga Air Bersisik Emas~
__________________________________________________________________________
http://www.wetcanvas.com/Community/images/06-May-2009/28375-Water_Dragon_gw1.jpg cited May 5, 2012
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 401
Diagram Transenden 19.1.1: Perilaku Andalan Sang Aku Sadar, percaya, dan taat (Trisila) adalah perilaku andalan sang Akunya (Ego) manusia untuk melaksanakan tugas ke dalamnya (Khusus pada diagram ini digambarkan sebagai tugas ke atas, TreFoil di atas Ego) sebagai tugas-akhir dari evolusinya menghadap TreFoil (TriAspek, Tripurusa) di dalam pusat hati sanubarinya (Dimensi-4). Sadar, percaya, dan taat (sa-ya-taat) adalah fungsi-spesifik tertinggi berturut-turut dari angan-angan, perasaan, dan nafsu-nafsunya manusia. Sang Aku materiil dan imateriil (TheSelf) secara bertingkat sebagai wakil sadar pribadi manusia potensiil dapat meleburkan dirinya ke dalam Sadar Kolektif (status TheForce), sebagai titik akhir keberadaannya. Dalam Candra Jiwa Indonesia peristiwa ini dinamakan Proses Pembebasan atau
Pamudaran telah disebut oleh Jung sebagai proses Individuasi. __________ Purwowiyoto BS. Candra Jiwa Indonesia Warisan Ilmiah Putra Indonesia. Penerbit H&B PERKI, Jakarta 2012
FISIK
Dimensi-2
MENTAL
Dimensi-3
SPIRITUAL
Dimensi-4
MIKROKOSMOS
Nafsu-
nafsu
Angan-
angan
Pera-
saan
ǁǁǁǁǁ
||
TTTrrreeeFFFoooiiilll
Dimensi-1
MAKROKOSMOS Manusia, Binatang, Tumbuh-tumbuhan, Dewa, dan Mineral
402 ‖Tontonan selalu mengasyikkan tetapi tuntunan memerlukan niat, tekad, dan nekat‖
C A N D R A J I W A I N D O N E S I A
Warisan Ilmiah Putra Indonesia
Budhi Setianto Purwowiyoto
(Mental-Spiritual)
MAGNUM OPUS
GENERALE
(Karya Besar)
2016
H&B PERKI
5/5 Ver. 1.1.1
CANDRA JIWA INDONESIA: Karya Besar: Magnum Opus 5/5 (2016)
Penulis: ―Mari kita belajar bersama akan menjadi mudah dan pasti menyenangkan‖| 403
HH&&BB Heart & Beyond PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia)