Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Universitas Sumatera Utara
Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id
Fakultas Kedokteran Gigi Skripsi Sarjana
2018
Pengaruh Penambahan Platelet-Rich
Fibrin Pascakuretase Terhadap
Kepadatan Kolagen Jaringan Ikat
Gingiva Model Periodontitis Kajian in
Vivo pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Dewanti, Wendy
Universitas Sumatera Utara
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11484
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGARUH PENAMBAHAN PLATELET-RICH FIBRIN
PASCAKURETASE TERHADAP KEPADATAN
KOLAGEN JARINGAN IKAT GINGIVA
MODEL PERIODONTITIS
Kajian in Vivo pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi
WENNY DEWANTI
NIM: 140600069
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Periodonsia
Tahun 2018
Wenny Dewanti
Pengaruh Penambahan Platelet-rich Fibrin Pascakuretase Terhadap Kepadatan
Kolagen Jaringan Ikat Gingiva Model Periodontitis. Kajian in Vivo pada Kelinci
(Oryctolagus cuniculus)
xiii + 60 Halaman
Periodontitis ditandai dengan kerusakan yang progresif dari perlekatan jaringan
konektif yang disertai dengan pembentukan poket periodontal. Komponen utama dari
jaringan ikat gingiva adalah serat kolagen (sekitar 60% dari volume jaringan ikat
gingiva). Platelet-rich fibrin (PRF) merupakan generasi kedua konsentrat platelet
yang mengandung platelet dan growth factors yang diperoleh dari darah pasien
sendiri. Beberapa growth factors yang paling berperan dalam proses reparasi jaringan
ikat dengan meningkatkan produksi kolagen jaringan ikat antara lain platelet-derived
growth factor (PDGF) dan transforming growth factors (TGF-β). Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan post-test with
control group dan split-mouth design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan platelet-rich fibrin terhadap kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva
pascakuretase pada model periodontitis kelinci (Oryctolagus cunicuclus). Subjek
penelitian ini menggunakan 10 ekor kelinci yang kemudian dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok perlakuan dengan pemberian PRF pascakuretase dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kelompok kontrol tanpa pemberian PRF pascakuretase. Sebanyak satu ekor kelinci
mati dikarenakan kelalaian operator pada kelompok pengamatan hari ke-7 sehingga
jumlah sampel penelitian adalah 18 sampel. Kelinci diinduksi periodontitis dengan
silk-ligature selama 14 hari pada daerah servikal gigi insisivus sentralis rahang
bawah untuk kelompok perlakuan dan rahang atas untuk kelompok kontrol kemudian
dilakukan kuretase. Hasil penelitian diperoleh dari perhitungan fraksi warna
kepadatan serabut kolagen dengan menggunakan program ImageJ. Hasil uji statistik
yang dianalisis dengan menggunakan uji T berpasangan dan two-way Anova
menunjukkan terdapat perbedaan kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva yang
signifikan (p<0,05) antara kelompok perlakuan dan kontrol pada pengamatan hari ke-
7 dan 14. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh penambahan
platelet-rich fibrin (PRF) pascakuretase terhadap kepadatan kolagen jaringan ikat
gingiva pada model periodontitis kelinci.
Daftar rujukan : 62 (1989-2018)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Faculty of Dentistry
Periodontia Department
2018 Year
Wenny Dewanti
The Effects of Platelet-rich Fibrin Post Curettage on Collagen Density of Gingival
Connective Tissue of Periodontitis Model in In Vivo Study on Rabbits (Oryctolagus
cuniculus)
xiii + 60 Pages
Periodontitis is an infectious disease that results in progressive destruction of
connective tissue attachments as well as periodontal pocket formation. The mayor
component of gingival connective tissue such as collagen fibers (about 60% of
gingival connective tissue). Platelet-rich fibrin (PRF) is a second-generation platelet
concentrate enriched with platelets and growth factors from patient own’s blood
harvest. Growth factors that play a crucial role in gingival connective tissue
reparation by promoting the production of collagen such as platelet-derived growth
factors (PDGF) and transforming growth factors (TGF-β). This study was an
experimental study with post-test only control group design approach that aims to
evaluate in vivo effects of PRF post curettage on collagen density of gingival
connective tissue in a rabbit model of periodontitis. Periodontitis was induced in 10
New Zealand local rabbits with 4-0 braided silk ligatures tied around the cervical
region of central incisors teeth bilaterally for 14 days then followed by curettage. By
using a split mouth design, PRF was placed in lower region as treatment group
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
whereas control group without PRF in upper region of jaws. Histopathological
analysis was conducted and collagen density was quantified by using ImageJ
software. The results were statistically analyzed using paired-T and two-way Anova
test, which showed significant differences (p<0,05) in collagen density of gingival
connective tissue between treatment and control groups on the 7th and 14th day of
healing. The conclusion of this research was platelet-rich fibrin addition post
curettage affects collagen density of gingival connective tissue in rabbit model of
periodontitis.
References : 62 (1989-2018)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 23 Oktober 2018
Pembimbing : Tanda Tangan
Aini Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio (K)
NIP. 19780130 200212 2 002 ............................................
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iii
TIM PENGUJI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
Pada tanggal 23 Oktober 2018
TIM PENGUJI
KETUA : Aini Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio (K) .............................
NIP : 19780130 200212 2 2002
ANGGOTA :
1. Rini Octavia Nasution, drg., SH., M.Kes., Sp.Perio .............................
NIP : 19781002 200312 2 005
2. Krisnamurthy Pasaribu, drg., Sp. Perio .............................
NIP : 19461125 197703 1 001
Mengetahui,
Plt. KETUA DEPARTEMEN
Aini Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio (K)
NIP. 19780130 200212 2 002
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Penambahan Platelet-rich Fibrin Pascakuretase Terhadap
Kepadatan Kolagen Jaringan Ikat Gingiva Model Periodontitis. Kajian in Vivo
pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Aini
Hariyani Nasution, drg., Sp. Perio (K) selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis serta memberikan
dorongan, motivasi dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Rasa hormat dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan
kepada kedua orang tua tercinta, yaitu ayahanda David Wijaya dan ibunda Tjioe Tjoei
Tjin yang telah membesarkan, memberikan kasih sayang yang tak terbalas, doa,
nasehat, semangat, dan dukungan baik moral maupun materi kepada penulis. Penulis
juga menyampaikan terima kasih kepada kakak penulis yaitu Chaterine dan adik
penulis yaitu Tiffany Dewanti serta segenap keluarga yang senantiasa memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan serta saran dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati dan
penghargaan yang tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp. RKG (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
2. Aini Hariyani, drg., Sp. Perio (K) selaku Ketua Departemen Periodonsia
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis di Fakultas Kedokteran Gigi
Eddy Dahar, drg., M. Kes selaku ketua tim penguji skripsi dan Hubban Nasution,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
v
Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan yang diberikan sehingga
skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
3. Prof. Haslinda Z. Tamin, drg., M.Kes., Sp. Pros (K) selaku Dosen
Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan bimbingan dan arahan
kepada penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Sumatera Utara.
4. Krisnamurthy Pasaribu, drg., Sp. Perio dan Rini Octavia Nasution, drg.,
SH., Sp. Perio., M.Kes selaku tim penguji penulis yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Seluruh staf pengajar serta pegawai Departemen Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas motivasi dan bantuan dalam
menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara atas ilmu dan pelajaran yang telah diberikan selama masa penulis menjalani
kuliah.
7. Prof. Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PAVet (K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
8. Drh. Arni Diana Fitri selaku Direktur Eksekutif Rumah Sakit Hewan
Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor sekaligus dosen
pembimbing penulis dalam melakukan penelitian.
9. Prof. Drh. Ekowati Handharyani, Ph.D, APVet serta seluruh laboran dari
Departemen Histopatologi yang telah membantu penulis dalam memberikan saran
dan bimbingan dalam pembuatan sediaan histologis hingga pembuatan sampel selesai
dilakukan.
10. Rekan bimbingan penulis dalam menyelesaikan skripsi, Muhamad Aeiman
Dannial bin Muhamad Zaki dan Rahmadita Meidina Tarigan yang telah bersama-
sama berjuang, saling mendoakan, memberi semangat dan membantu dalam seluruh
tahap penyelesaian skripsi.
11. Sahabat-sahabat terbaik penulis, Surya Putrasia Santoso, Steven Saputra,
Derek Wong Teck Lik, Kevin Lauwen, Wong Lung Lung, Yasmine Angela, Malvin
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vi
Caine, Matatias Hanan, Jason, Johan Andreas, David Benedict dan teman-teman
semasa SMA yang telah banyak memberikan bantuan pikiran dan semangat serta
meluangkan waktu untuk memberikan saran, kritik maupun dukungan kepada penulis
selama masa penyelesaian skripsi ini.
12. Teman-teman terdekat penulis terutama Angelline Theresia, Calvina
Winarta, Jeanie Teresa Tanslie, Vivian, Richard Austeen, Dicky Guntara, Martyn dan
Winna Wijaya yang telah banyak menghabiskan waktunya bersama penulis dalam
menjalani perkuliahan dan memberikan bantuan dan dorongan semangat dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini.
13. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di
Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan
para residen PPDGS Periodonsia atas dukungan dan bantuannya selama penulisan
skripsi ini.
14. Rekan-rekan sejawat stambuk 2014 dan teman-teman yang membantu
penulis ketika sedang melakukan penelitian di Bogor yang tidak dapat disebutkan
satu per satu atas segala bantuan dan dorongan semangat yang diberikan dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhir kata, penulis mengharapkan agar skripsi ini dapat berguna bagi pengembangan
disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya
Departemen Periodonsia, serta pengembangan ilmu di kalangan masyarakat.
Akhirnya tiada lagi yang dapat penulis ucapkan selain ucapan syukur yang tak
terhingga, semoga Allah SWT selalu memberikan karunia-Nya kepada kita semua.
Medan, 23 Oktober 2018
Penulis,
(Wenny Dewanti)
NIM: 140600069
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4 Hipotesis ..................................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Periodontitis ................................................................................ 7
2.2 Jaringan Ikat Gingiva .................................................................. 8
2.2.1 Serat-serat Gingiva ...................................................................... 9
2.2.2 Sel-sel pada Jaringan Ikat Gingiva ............................................. 12
2.2.3 Substansi Dasar ........................................................................... 13
2.3 Terapi Periodontal ....................................................................... 13
2.3.1 Kuretase Gingiva ........................................................................ 14
2.4 Penyembuhan Luka pada Jaringan Periodontal ........................... 16
2.4.1 Penyembuhan Luka Pasca Kuretase ........................................... 19
2.5 Platelet-rich Fibrin ..................................................................... 20
2.6 Kelinci (Oryctolagus cuniculus) ................................................. 22
2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 25
2.7 Kerangka Konsep ........................................................................ 26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................ 27
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 27
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
viii
3.2.1 Lokasi Penelitian ......................................................................... 27
3.2.2 Waktu Penelitian ......................................................................... 27
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Penelitian ....................................... 27
3.3.1 Populasi Penelitian ...................................................................... 27
3.3.2 Sampel Penelitian ........................................................................ 27
3.3.3 Besar Sampel Penelitian ............................................................. 28
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ...................................................... 28
3.4.1 Kriteria Inklusi ............................................................................ 28
3.4.2 Kriteria Eksklusi ......................................................................... 29
3.5 Variabel Penelitian ...................................................................... 29
3.5.1 Variabel Bebas ............................................................................ 29
3.5.2 Variabel Terikat .......................................................................... 29
3.5.3 Variabel Terkendali .................................................................... 29
3.5.4 Variabel Tak Terkendali ............................................................. 29
3.6 Definisi Operasional ................................................................... 30
3.7 Alat dan Bahan Penelitian ........................................................... 30
3.7.1 Alat Penelitian ............................................................................. 30
3.7.2 Bahan Penelitian ......................................................................... 31
3.8 Prosedur Penelitian ..................................................................... 32
3.8.1 Pembuatan Ethical Clearance ..................................................... 32
3.8.2 Persiapan Hewan Coba ............................................................... 33
3.8.3 Induksi Periodontitis pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus) ...... 32
3.8.4 Preparasi Platelet-rich Fibrin dan Kuretase ............................... 36
3.8.5 Pengambilan Sampel Jaringan .................................................... 38
3.8.6 Pembuatan Sediaan Histologis .................................................... 39
3.8.7 Pengamatan Sediaan Histologis .................................................. 42
3.8.8 Analisis Data ............................................................................... 42
3.8.8.1 Data Bivariat ............................................................................. 42
3.8.8.2 Data Multivariat ........................................................................ 43
3.8.9 Skema Alur Penelitian ................................................................ 44
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Nilai Kepadatan Kolagen Jaringan Ikat Gingiva Kelompok
Perlakuan dan Kontrol Pada Pengamatan Hari ke-7 dan 14 45
4.2 Pengaruh Penambahan Platelet-rich Fibrin Pascakuretase
Terhadap Kepadatan Kolagen Jaringan Ikat Gingiva Antara
Kelompok Perlakuan dan Kontrol Pada Pengamatan Hari ke-7
dan 14 48
BAB 5 PEMBAHASAN .................................................................................. 51
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 54
6.2 Saran ........................................................................................... 54
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ix
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 55
LAMPIRAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Nilai kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva kelompok perlakuan dan
kontrol pada hari ke-7 dan 14 dalam bentuk persentase (%). ...................... 45
2 Perbedaan kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok
perlakuan dengan pemberian PRF dan kelompok kontrol 48
3 Hasil uji kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok
perlakuan dan kontrol pada pengamatan hari ke-7 dan 14 49
4 Perbedaan kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok
perlakuan dan kontrol berdasarkan waktu pengamatan 50
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Kelompok utama serat-serat gingiva ........................................................... 10
2 Kelompok sekunder serat-serat gingiva ...................................................... 12
3 Kuretase gingiva .......................................................................................... 15
4 Kuretase gingiva dilakukan dengan horizontal stroke dari kuret ................ 16
5 Fase penyembuhan luka .............................................................................. 18
6 Gambaran klinis sebelum dilakukan kuretase ............................................. 20
7 Gambaran klinis setelah dilakukan kuretase ............................................... 20
8 Gumpalan platelet-rich fibrin yang terbentuk setelah disentrifugasi .......... 21
9 Gigi insisivus kelinci yang normal memiliki bentuk permukaan oklusal
chisel- like .................................................................................................... 23
10 Rahang kelinci ............................................................................................. 24
11 Pemberian pakan rutin kelinci ..................................................................... 32
12 Pemberian anastesi dengan injeksi intramuskular pada paha atas kelinci ... 33
13 Probing pada keadaan gingiva normal ........................................................ 33
14 Insisi dengan menggunakan scalpel pada interdental gingiva kelinci ......... 34
15 Induksi periodontitis dengan menggunakan silk ligature. ........................... 34
16 Pengaplikasian Glass Ionomer Cement ....................................................... 35
17 Gambaran klinis periodontitis pada kelinci ................................................. 35
18 Pengambilan darah dari vena marginal auricularis kelinci ........................ 36
19 Hasil sentrifugasi darah ............................................................................... 37
20 Membran platelet-rich fibrin ....................................................................... 37
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xii
21 Kuretase gingiva pada kelinci ..................................................................... 38
22 Euthanasia pada kelinci ............................................................................... 39
23 Pengambilan jaringan mandibula dan maksila kelinci. ............................... 39
24 Perendaman spesimen pada formalin murni 10% ....................................... 40
25 Pemotongan spesimen menjadi ukuran yang lebih kecil ............................. 40
26 Proses pemotongan blok jaringan ................................................................ 41
27 Pewarnaan sampel dengan larutan Masson Trichrome ............................... 42
28 Diagram batang rerata nilai kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva
kelompok perlakuan dan kontrol pada hari ke-7 dan 14 dalam bentuk
persentase (%). ............................................................................................ 46
29 Gambaran histopatologis kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada
hari ke-7. Pembesaran 40x .......................................................................... 47
30 Gambaran histopatologis kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada
hari ke-14. Pembesaran 40x ........................................................................ 47
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Surat Keterangan Ethical Clearance
2 Surat Keterangan Izin Penelitian Mahasiswa di Rumah Sakit Hewan Pendidikan
Institut Pertanian Bogor
3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Rumah Sakit Hewan Pendidikan
Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
4 Hasil Uji Analisis Statistik
5 Data Berat Badan dan Kedalaman Probing Kelinci
6 Plagiarism Scan Report
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara
keseluruhan dan tidak saling terpisahkan. Salah satu penyakit gigi dan mulut yang
banyak diderita masyarakat Indonesia selain karies gigi adalah penyakit periodontal.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi
penduduk Indonesia yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut, termasuk
penyakit periodontal adalah 25,9%.1 Prevalensi tersebut mengalami peningkatan dari
hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, yaitu sebesar 23,4%.2
Prevalensi penyakit periodontal baik pada negara berkembang maupun pada
negara yang sedang berkembang adalah sebesar 20-50% dari total seluruh populasi
masyarakat.3 Penyakit periodontal yang parah dapat menyebabkan tanggalnya gigi
yang ditemukan sebesar 5-20% dari seluruh populasi orang dewasa di dunia.4
Prevalensi penyakit periodontal yang tinggi tersebut menunjukkan bahwa penyakit
periodontal perlu mendapat perhatian serius dari tenaga kesehatan.3,4
Periodontitis merupakan penyakit inflamasi kronis yang biasanya diawali
dengan gingivitis atau peradangan pada gusi yang mengakibatkan kerusakan yang
irreversibel pada jaringan penyangga gigi.5 Penyakit periodontal ini ditandai dengan
kerusakan yang progresif dari tulang alveolar, perlekatan jaringan ikat dan ligamen
periodontal yang disertai dengan pembentukan poket periodontal.3,5-8 Periodontitis
menjadi penyebab utama dari tanggalnya gigi dan dianggap sebagai satu dari dua
ancaman terbesar terhadap kesehatan gigi dan mulut.3,5,8 Pada rongga mulut manusia
dapat ditemukan kira-kira ± 800 jenis spesies bakteri dan interaksi kompleks antara
infeksi bakteri penyebab penyakit periodontal dengan respon pejamu yang
menyebabkan terjadinya penyakit periodontal.3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2
Poket periodontal sering menyertai beberapa penyakit periodontal, misalnya
pada gingivitis maupun periodontitis kronis.5 Poket periodontal yang berisi jaringan
patogen dan debris harus segera dihilangkan sehingga tidak meluas menjadi lebih
parah. Perawatan alternatif poket periodontal salah satunya adalah dengan dilakukan
kuretase.9,10 Kuretase merupakan salah satu teknik bedah periodontal dengan tujuan
untuk membuat perlekatan baru pada poket dengan cara membersihkan jaringan yang
rusak, sementum nekroktik, serta jaringan yang dapat mengiritasi gingiva yang
merupakan dinding dari poket.9,10,11
Terapi periodontal bertujuan untuk mengatur dan menghentikan infeksi bakteri
penyebab penyakit periodontal serta meregenerasi kembali struktur jaringan
periodontal yang telah rusak.5,6,12 Pada jaringan periodonsium, keberhasilan
regenerasi ditinjau dari pembentukan kembali jaringan epitelium, restorasi kembali
ketinggian tulang alveolar, deposisi sementum yang baru dan perlekatan kembali
ligamen periodontal serta jaringan ikat yang baru.13,14 Penyembuhan luka (wound
healing) pada jaringan periodonsium memerlukan serangkaian interaksi antara
jaringan epitelium, fibroblas gingiva, jaringan ligamen periodontal dan osteoblas.12,14
Terganggunya vaskularisasi jaringan periodontal selama masa penyembuhan
luka menyebabkan terbentuknya fibrin dan aggregasi platelet.15,16 Growth factors
yang terdapat pada platelet akan dilepaskan ke dalam jaringan melalui signal
molekuler yang diperantarai oleh sitokin dan growth factors.16 Adanya growth factors
dan sitokin pada platelet memberikan peranan penting dalam penyembuhan luka
maupun inflamasi. Hal ini menimbulkan gagasan untuk menggunakan platelet
sebagai alat terapeutik untuk meningkatkan perbaikan jaringan terutama pada
penyembuhan luka jaringan periodontal.15,16
Penggunaan konsentrat platelet dengan potensi regenerasi pertama kali
diperkenalkan di dunia medis oleh Ross dkk pada tahun 1974.17,18 Konsentrat platelet
telah digunakan untuk meningkatkan reparasi dan regenerasi dari jaringan lunak
maupun jaringan keras pada berbagai prosedur bedah periodontal. Penggunaan
konsentrat platelet merupakan salah satu cara untuk mempercepat dan meningkatkan
mekanisme penyembuhan luka tubuh seseorang secara alamiah.17
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3
Choukroun dkk memperkenalkan platelet-rich fibrin (PRF) sebagai generasi
kedua konsentrat platelet yang mengandung platelet dan growth factors dalam bentuk
membran fibrin yang diperoleh dari darah pasien sendiri.15,16-21 Proses pembuatan
PRF sangat sederhana karena tidak menggunakan antikoagulan atau modifikasi
biokimia buatan.16,17,19-21 Growth factors yang terdapat pada PRF berperan dalam
penyembuhan luka dan meningkatkan regenerasi jaringan. PRF bersifat tidak toksik
dan tidak terdapat reaksi imunologi karena bersifat autologus.17,19-21
Chang dkk melakukan penelitian bahwa PRF dapat meningkatkan pembentukan
jaringan ligamen periodontal manusia pada defek periodontal dengan meningkatkan
extracelullar signal protein kinase phosphorylation (p-ERK), menstimulasi produksi
dari osteoprotegerin (OPG) dan meningkatkan aktivitas alkaline phosphatase (ALP)
di sekitar fibroblas ligamen periodontal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PRF
dapat meningkatkan proliferasi jaringan ligamen periodontal hingga meningkatkan
regenerasi jaringan periodontal.21,22
Tsai dkk melakukan penelitian kemampuan regenerasi PRF yang mengandung
platelet yang dapat melepaskan growth factors, seperti platelet-derived growth
factors (PDGF) dan transforming growth factors (TGF). Faktor tersebut dapat
meningkatkan regenerasi periodontal dengan menstimulasi diferensiasi dan proliferasi
sel spesifik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PRF telah menginduksi proliferasi
sel dari osteoblas dan jaringan ligamen periodontal. Sementara itu, PRF menekan
pertumbuhan sel epitelial selama 3 hari periode kultur. Berdasarkan hasil
penelitiannya, dapat disimpulkan bahwa aksi tipe sel spesifik ini dapat bermanfaat
untuk regenerasi periodontal.22,23
Moraschini dan Barboza Edos dalam systematic meta-analysis dan Keceli dkk
serta Gupta dkk dalam studi klinisnya, memperoleh hasil yang tidak konsisten dalam
penggunaan PRF terhadap penutupan resesi gingiva Miller klas I dan II, dimana tidak
terdapat peningkatan pada penutupan akar, lebar mukosa keratinisasi atau tingkat
perlekatan secara klinis, tetapi didapatkan peningkatan ketebalan gingiva.15,24,25,26
Terapi bedah periodontal seperti akses bedah flap dikenal sebagai terapi standar
untuk mengatasi poket residual setelah terapi faktor penyebab periodontitis. Sebuah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4
systematic reviews menunjukkan bedah flap dapat menurunkan kedalaman poket dan
terdapat peningkatan yang cukup pada tingkat perlekatan klinis.21 Namun, diperoleh
prosedur open flap debridement (OFD) kurang dapat meregenerasi kembali jaringan
yang telah rusak akibat penyakit periodontal tersebut.6,13,19
Pada penelitian yang dilakukan oleh Pradeep dkk, diperoleh pengurangan
kedalaman poket yang signifikan serta peningkatan perlekatan secara klinis dengan
penggunaan PRF pada kelompok studi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang
hanya menggunakan prosedur OFD.20,28 Penelitian oleh Tunali dkk memperoleh
penggunaan PRF yang disentrifugasi pada tabung titanium dapat meningkatkan
penyembuhan luka pada jaringan lunak pada model defek flep mukoperiosteal dengan
kajian in vivo pada hewan kelinci selama 30 hari.29
Prosedur regeneratif saat ini memberikan potensi yang terbatas terhadap
restorasi jaringan periodontal secara keseluruhan.6,19 Pengunaan PRF sebagai bahan
yang mempercepat proses penyembuhan luka dapat menjadi tahapan baru untuk
perawatan periodontitis di dunia medis karena PRF merupakan bahan yang aman,
murah, mudah baik dalam pembuatan maupun penggunaannya serta bahan terapi
periodontal yang menghemat waktu.6,16,18
Penggunaan PRF sebagai bahan periodontal regeneratif telah banyak digunakan
di kalangan medis seperti pada perawatan defek tulang alveolar, restorasi implan,
perawatan periodontal dan perawatan resesi gingiva. Akan tetapi, hanya ditemukan
beberapa penelitian mengenai mekanisme PRF dalam menstimulasi penyembuhan
luka terutama dalam menstimulasi sel induk yang berhubungan dengan regenerasi
periodontal kasus periodontitis.18
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang menguji pengaruh penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase terhadap
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada model periodontitis secara in vivo pada
hewan kelinci agar dapat digunakan sebagai alternatif bahan perawatan periodontal
regeneratif di dunia medis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase
terhadap kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada model periodontitis kelinci
(Oryctolagus cuniculus)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan platelet-
rich fibrin pascakuretase terhadap kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada
model periodontitis kelinci (Oryctolagus cuniculus) dengan teknik histologis.
1.4 Hipotesis
Terdapat pengaruh penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase terhadap
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada model periodontitis kelinci
(Oryctolagus cuniculus).
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan:
Dapat memberikan informasi ilmiah dan perkembangan ilmu kedokteran gigi
mengenai pengaruh penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase terhadap
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada model periodontitis kelinci.
2. Manfaat untuk institusi:
Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang
pengaruh penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase terhadap kepadatan kolagen
jaringan ikat gingiva pada model periodontitis kelinci.
3. Manfaat untuk klinisi:
Dapat memberikan informasi mengenai pengaruh penambahan platelet-rich
fibrin pascakuretase terhadap kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada model
periodontitis kelinci untuk membantu proses penyembuhan luka guna peningkatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
6
kesehatan gigi dan mulut serta dapat digunakan sebagai alternatif bahan perawatan
untuk periodontal regeneratif kasus periodontitis.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Periodontitis
Periodontitis dikenal sebagai penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme atau sekelompok mikroorganisme tertentu
sehingga terjadi kerusakan yang progresif pada perlekatan ligamen periodontal dan
tulang alveolar yang disertai dengan meningkatnya kedalaman poket periodontal.5,30
Proses terjadinya kerusakan umumnya tidak menyebabkan rasa sakit bagi penderita
sehingga perkembangan penyakit tidak dapat diidentifikasi secara dini dan
berlangsung selama bertahun-tahun yang mengakibatkan tanggalnya gigi.3,5
Klasifikasi periodontitis oleh American Academy of Periodontology tahun 1999
dalam International Workshop for Classification of Periodontal Disease berdasarkan
manifestasi klinis secara umum, yaitu periodontitis kronis, periodontitis agresif dan
periodontitis sebagai manifestasi dari penyakit sistemik.9,30,31
Etiologi terjadinya periodontitis terbagi menjadi faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer penyebab periodontitis adalah iritasi bakteri patogen spesifik
seperti Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Bacteroides forsythus, dan
Aggregatibacter actinomycetemcomitans.7,31,32 Faktor penyebab periodontitis lainnya,
baik faktor lokal maupun sistemik merupakan faktor pendukung terhadap terjadinya
akumulasi plak maupun menganggu respon gingiva terhadap plak. Faktor tersebut
digolongkan sebagai faktor sekunder penyebab periodontitis.5,30 Mekanisme bakteri
patogen dalam menyebabkan terjadinya penyakit periodontal dipengaruhi oleh respon
imunologik dari pejamu.5
Plak bakteri penyebab penyakit periodontal berkolonisasi dan melekat pada
servikal gingiva dan permukaan gigi.31,32 Terlepasnya produk metabolik dari bakteri
seperti endotoksin maupun antigen lainnya menyebabkan terjadinya inflamasi dan
bekerjanya respon imunologik dari pejamu.5,31 Respon imun pejamu akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8
menyebabkan terlepasnya sel imun seperti neutrofil dan sel-sel inflamasi lainnya ke
jaringan gingiva. Proinflammatory mediators seperti sitokin, prostanoids dan
berbagai enzim lainnya dilepaskan oleh neutrofil sebagai bagian dari sistem
pertahanan pejamu terhadap reaksi inflamasi bakteri.5 Adanya inflamasi pada
jaringan periodontal menyebabkan terjadinya degadrasi pada jaringan ikat gingiva.
Pelepasan sitokin, mediator imun lainnya dan tissue-destructive proteinase oleh
junctional epitelium menyebabkan degradasi dari membran dasar gingiva dan migrasi
junctional epitelium ke arah apikal gigi sehingga menghasilkan poket periodontal dan
kehilangan perlekatan periodontal yang merupakan tanda terjadinya periodontitis.7,5,30
Pemeriksaan klinis pada periodontitis umumnya dijumpai dengan terbentuknya
poket periodontal serta perubahan kepadatan dan tinggi dari tulang alveolar.9 Foto
radiografi sebagai pemeriksaan penunjang dapat digunakan untuk melihat
berkurangnya kepadatan tulang alveolar.5 Kehilangan perlekatan ligamen periodontal
yang umumnya disertai dengan resesi gingiva serta mobiliti gigi yang dapat
ditemukan pada saat pemeriksaan klinis.5,9,30 Tanda klinis dari inflamasi pada
jaringan periodontal yaitu ditemukan adanya perubahan warna, kontur dan
konsistensi gingiva serta pendarahan pada saat dilakukan probing.30 Adanya
pendarahan yang terus menerus pada saat dilakukan probing selama kunjungan
berkala menjadi indikator adanya inflamasi dan berpotensi terhadap kehilangan
perlekatan pada lokasi pendarahan.5,9,30
2.2 Jaringan Ikat Gingiva
Jaringan ikat gingiva yang mendukung epitelium rongga mulut yang dikenal
juga dengan lamina propria terdiri atas dua jenis lapisan, yaitu31,33: (1) lapisan papilari
superfisial yang terletak di bawah epitelium; dan (2) lapisan retikuler yang terletak
berdekatan dengan periosteum tulang alveolar. Pada lapisan papilari, dijumpai serat
kolagen yang tipis dan tersusun renggang serta terdapat banyak capillary loops.
Lapisan retikuler merupakan lapisan yang didominasi oleh serat kolagen yang
tersusun dalam serangkaian ikatan.31 Komponen utama dari jaringan ikat gingiva
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
adalah serat kolagen (sekitar 60% dari volume jaringan ikat gingiva), fibroblas (5%),
pembuluh darah, saraf dan matriks (sekitar 35%).33
Jaringan ikat pada gingiva terbagi menjadi serat-serat gingiva, sel-sel pada
jaringan ikat gingiva dan substansi dasar.9,31,33
2.2.1 Serat-serat Gingiva
Serat-serat pada jaringan ikat gingiva terbagi menjadi tiga jenis, yaitu kolagen,
retikulin dan elastin. Kolagen tipe I dapat dijumpai mendominasi pada gingiva.
Kolagen tipe I membentuk lamina propria dalam jumlah yang besar dan memberikan
kekuatan tarikan pada jaringan gingiva.9,31,33 Kolagen tipe II terdapat pada membran
basal gingiva.31 Kolagen tipe III merupakan fetal collagen, dimana berperan penting
dalam fase awal dari penyembuhan luka (wound healing) dan tetap dalam bentuk
unmineralized. Kolagen tipe III juga berperan dalam maintenance ruangan dalam
matriks penyembuhan.9
Kolagen tipe IV (argyrophilic reticulum fiber) bercabang di antara serangkaian
kolagen tipe I dan merupakan lanjutan dari membran basal gingiva dan dinding
pembuluh darah.9,33 Kolagen tipe VI didistribusikan bersama dengan serat elastin di
sepanjang pembuluh darah. Kolagen tipe VI juga memberikan kekakuan yang
diperlukan untuk mempertahankan dinding pembuluh darah yang elastis dari
terjadinya deformasi yang permanen. Kolagen tipe VII berperan sebagai anchoring
fibrils yang membantu memperkuat perlekatan jaringan epitel terhadap jaringan ikat
di bawahnya.9
Serat-serat gingiva mempunyai beberapa fungsi, antara lain9,31,33: (1) untuk
menahan margin gingiva agar dapat rapat bersandar ke permukaan gigi; (2)
memberikan kekakuan yang diperlukan agar gingiva tidak terkuak menjauhi
permukaan gigi saat mendapat tekanan mastikasi; dan (3) menyatukan margin gingiva
bebas dengan sementum akar gigi dan gingiva cekat.
Susunan serat-serat gingiva terdiri dari dua kelompok, yaitu: (1) kelompok
utama serat-serat gingiva; dan (2) kelompok sekunder serat-serat gingiva.31
Kelompok utama serat-serat gingiva (Gambar 1) termasuk diantaranya, yaitu9,31,33:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
1) Serat dentogingiva: serat yang merentang dari arah sementum ke junctional
epitelium dan menjalar ke arah samping dan koronal dari lamina propria gingiva.
Serat ini memberikan dukungan terhadap gingiva dengan melekatkannya ke gigi.
2) Serat alveologingiva: serat yang merentang secara koronal dari periosteum
krista alveolar ke lamina propria. Serat ini melekatkan gingiva ke tulang alveolar.
3) Serat dentoperiosteal: serat yang muncul dari sementum dekat dengan
cementoenamel junction dan masuk ke periosteum tulang alveolar yang berfungsi
untuk memberikan perlindungan terhadap ligamen periodontal.
4) Serat sirkular: serat yang mengelilingi gigi secara sirkular dan menjalar
melalui margin jaringan ikat dan gingiva cekat. Serat ini berguna untuk menjaga
kontur dan posisi dari tepi gingiva bebas.
5) Serat transeptal: serat yang terletak secara interproksimal, merentang dari
sementum gigi yang satu ke sementum gigi tetangganya. Serat ini berfungsi untuk
melindungi tulang interproksimal dan menjaga kontak antar gigi.
Gambar 1. Kelompok utama serat-serat
gingiva.31
Adapun yang termasuk dalam kelompok sekunder serat-serat gingiva (Gambar
2), yaitu9,31,33:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
1) Serat periosteogingiva: serat yang merentang dari periosteum tulang
alveolar ke gingiva cekat. Serat ini membantu melekatkan gingiva ke tulang alveolar.
2) Serat interpapilari: serat yang dapat ditemukan pada interdental gingiva dan
merentang ke arah fasiolingual. Serat ini berperan dalam mendukung papila gingiva.
3) Serat transgingiva: serat yang dapat ditemukan pada gingiva cekat,
merentang di sepanjang lengkung gigi di antara dan di sekeliling gigi. Serat ini
menjaga susunan gigi di dalam lengkung gigi.
4) Serat intersirkular: serat yang merentang dari sementum permukaan distal
dari gigi kemudian melebar ke arah bukal dan lingual di sekeliling gigi tetangganya
dan insersi ke permukaan mesial gigi tetangganya. Serat ini berfungsi untuk
menstabilkan gigi di dalam lengkung gigi.
5) Serat intergingiva: serat yang dapat ditemukan di dalam gingiva cekat dan
berbatasan dengan membran basal gingiva yang merentang dalam arah mesiodistal.
Serat ini memberikan dukungan dan membentuk kontur gingiva cekat.
6) Serat semisirkular: serat yang merentang dari permukaan mesial gigi ke
permukaan distal gigi yang sama dalam bentuk setengah lingkaran.
7) Serat oxytalan: serat yang dapat ditemukan pada semua struktur jaringan
ikat dari periodonsium.
8) Serat elastin: serat yang hanya terdapat pada jaringan ikat gingiva dan
ligamen periodontal. Serat ini juga dapat ditemukan pada jaringan ikat dari mukosa
alveolar dalam jumlah yang banyak.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
Gambar 2. Kelompok sekunder serat-serat
gingiva.31
2.2.2 Sel-sel pada Jaringan Ikat Gingiva
Berbagai jenis sel yang terdapat pada jaringan ikat gingiva, yaitu: sel fibroblas,
sel mast, makrofag dan sel inflamatori. Sel fibroblas merupakan sel yang ditemukan
dominan pada jaringan ikat gingiva.9,31,33 Sel fibroblas dalam jumlah yang banyak
dapat ditemukan di antara serangkaian serat-serat gingiva.33 Sel fibroblas yang
berasal dari sel mesenkim berperan penting dalam mengembangkan, memelihara dan
memperbaiki jaringan ikat gingiva.9,33
Sel fibroblas tidak hanya dapat merespon sinyal parakrin maupun autokrin,
tetapi juga dapat mensintesis dan menghasilkan sejumlah growth factors, sitokin dan
produk metabolik.9 Sel ini dapat mensintesis kolagen, serat elastik, glikoprotein dan
glikosaminoglikan dari substansi amorf interselular yang juga dapat disintesis oleh
jaringan ikat di bagian tubuh manapun.9,33 Sel fibroblas dapat meregulasi degadrasi
kolagen melalui fagositosis dan mensekresi kolagenase.33
Sel mast yang terdapat pada seluruh bagian tubuh, dapat ditemukan dalam
jumlah yang banyak pada jaringan ikat mukosa mulut dan gingiva.9,33 Sel ini
dijumpai di perivaskular dan memiliki granul-granul sitoplasmik unik yang dapat
menghasilkan heparin dan histamin.9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
Sel makrofag yang matang dan histiosit dapat ditemukan pada jaringan ikat
gingiva sebagai komponen dari sistem fagosit mononuklear (sistem
retikuloendotelial) yang berasal dari monosit-monosit darah. Sel adiposa dan
eosinofil juga dapat dijumpai pada lamina propria meskipun dalam jumlah yang
sedikit. Sel inflamatori seperti sel plasma dan sel limfosit dapat ditemukan di jaringan
ikat gingiva dekat dengan dasar sulkus gingiva. Sel neutrofil dapat dijumpai dalam
jumlah yang cukup banyak di dalam jaringan ikat gingiva dan sulkus gingiva.9,33
2.2.3 Substansi Dasar
Berbagai sel, serat, saraf dan pembuluh darah dari gingiva dapat ditemukan
dalam substansi dasar yang berbentuk gel-like.9 Substansi dasar merupakan matriks
ekstraseluler dari jaringan ikat gingiva yang mengisi ruangan di antara serat-serat dan
berbagai sel.9,31 Substansi dasar diproduksi oleh sel fibroblas, sel mast dan komponen
lainnya yang berasal dari darah.31 Matriks ini berguna untuk memelihara fungsi yang
normal dari jaringan ikat gingiva dimana matriks ini memfasilitasi transportasi air,
elektrolit, nutrisi dan metabolit ke dan dari sel-sel dalam jaringan ikat gingiva itu
sendiri.31,33
Substansi dasar terdiri dari proteoglikan dan glikoprotein. Proteoglikan yang
terdapat pada substansi dasar mengandung glikosaminoglikan, seperti asam
hialuronat, heparin sulfat, kondroitin sulfat, dan sebagainya.9,31,33 Proteoglikan
berperan sebagai molecular filter dan berperan penting dalam meregulasi migrasi sel
dalam jaringan.31 Pada glikoprotein dapat ditemukan kandungan fibronektin dan
laminin. Fibronektin berguna untuk mengikat fibroblas dan komponen lainnya dari
matriks interseluler, dimana membantu dalam mediasi adhesi sel dan migrasi.31,33
Kandungan glikoprotein lainnya, yaitu laminin dapat ditemukan pada lamina basal,
dimana berfungsi untuk melekatkan lamina basal dengan sel epitel.33
2.3 Terapi Periodontal
Tujuan utama dari terapi periodontal adalah untuk menghentikan proses
inflamasi akibat penyakit periodontal sehingga dapat menjaga fungsi dan estetis pada
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
gigi dan jaringan periodonsium.6,15,16,27 Regenerasi struktur jaringan periodontal yang
hilang akibat kerusakan juga merupakan tujuan dari terapi periodontal.15,16,20
Perawatan termasuk pembuangan mekanis dari bakteri biofilm subgingiva dan
mengembalikan lingkungan serta mikroflora yang sesuai dengan periodontal yang
sehat.27 Terapi periodontal terbagi menjadi lima fase, yaitu9: (1) fase emergensi; (2)
fase I (fase etiotropik); (3) fase II (fase bedah); (4) fase III (fase restoratif); dan (5)
fase IV (fase pemeliharaan) dimana setiap fase dilakukan evaluasi ulang.
Terapi periodontal yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan jaringan
periodontal adalah dengan mengurangi kedalaman poket ketika dilakukan probing,
mempertahankan atau meningkatkan tingkat perlekatan secara klinis dan mengurangi
pendarahan saat dilakukan probing.27 Terapi periodontal dapat dilakukan dengan
professional dental cleaning, skeling dan root planing, terapi antibiotik dan melalui
prosedur bedah untuk mengembalikan jaringan pendukung gigi yang sehat dan
mencegah tanggalnya gigi.7,27
Terapi nonbedah periodontal yang sederhana yaitu terapi skeling dan root
planing.27 Perawatan skeling dan root planing dilakukan untuk membuang plak
bakteri dan kalkulus penyebab periodontitis. Studi klinis menunjukkan bahwa skeling
dan root planing dapat mengurangi jumlah mikroba dan mengakibatkan
berkurangnya pendarahan pada saat dilakukan probing, mengurangi kedalaman poket
dan meningkatkan perlekatan klinis.5 Terapi bedah periodontal, seperti bedah
kuretase dilakukan agar memudahkan akses pembuangan plak bakteri dan kalkulus
pada akar gigi.9
2.3.1 Kuretase Gingiva
Kuretase gingiva (Gambar 3) merupakan terapi bedah periodontal yang meliputi
prosedur penyingkiran jaringan inflamasi yang terdapat di lateral dari dinding poket
dan junctional epitelium.9,34 Komponen jaringan granulasi, seperti fibroblas dan
proliferasi angioblastik mengandung sebagian dari daerah peradangan kronis, dimana
dapat ditemukan sebagian kecil potongan kalkulus yang terlepas dan koloni bakteri.
Potongan kalkulus dan koloni bakteri tersebut dapat mempengaruhi gambaran
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
patologis dari jaringan dan menghambat penyembuhan.34 Prosedur kuretase
dilakukan untuk membuang jaringan granulasi yang merupakan jaringan inflamasi
kronis tersebut. Kuretase dilakukan dengan menggunakan kuret dan hanya
meninggalkan lapisan jaringan ikat gingiva.9,10,11,34
Gambar 3. Kuretase gingiva; A. Kuretase dengan menggunakan
kuret; B. Gingiva setelah dilakukan kuretase9
Tujuan dari kuretase secara umum adalah membuat perlekatan baru terutama
pada poket infraboni, mengeliminasi poket gingiva, memperbaiki gingiva menjadi
sehat baik warna, kontur, konsistensi dan tekstur permukaan. Kuretase dapat
dilakukan sebagai prosedur untuk membuat perlekatan baru pada kedalaman poket
infraboni sedang hingga dangkal dengan lebar dan ketebalan jaringan gingiva yang
adekuat.9,34 Kuretase juga merupakan perawatan alternatif untuk mengurangi
inflamasi apabila perawatan teknik bedah lainnya, seperti flap tidak dapat dilakukan
karena kontraindikasi terhadap pasien.34 Kuretase gingiva sering dilakukan pada
kunjungan berkala dalam fase pemeliharaan pada daerah dengan inflamasi yang
rekuren dan kedalaman poket, terutama apabila pengurangan poket dengan bedah
sebelumnya telah dilakukan.9,34
Prosedur kuretase dilakukan setelah perawatan skeling dan root planing karena
prosedur kuretase sendiri tidak dapat mengeliminasi penyebab dari inflamasi, yaitu
plak bakteri. Kuretase merupakan prosedur pembedahan yang dilakukan di bawah
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
anastesi lokal.9,10,11,34 Kuret yang digunakan adalah kuret Gracey atau Columbia
Universal dimana bagian kuret yang tajam menghadap ke jaringan yang akan
dilakukan kuretase (Gambar 4) agar tercakup lapisan bagian dalam dari dinding poket
dan junctional epitelium.9,34
Gambar 4. Kuretase gingiva
dilakukan dengan horizontal
stroke dari kuret.34
2.4 Penyembuhan Luka pada Jaringan Periodontal (Periodontal Wound
Healing)
Penyembuhan (healing) merupakan fase dari respon inflamatori terhadap
hubungan fisiologi dan anatomikal dari terlukanya bagian tubuh.9 Ketika jaringan
periodonsium mengalami kerusakan karena inflamasi atau sebagai akibat dari
perawatan pascabedah, luka tersebut akan mengalami proses penyembuhan baik
melalui regenerasi maupun perbaikan oleh jaringan periodontal.34 Setelah terjadi
injuri pada jaringan periodontal, berbagai biological pathaways akan teraktivasi dan
bergerak ke lokasi injuri untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengembalikan
jaringan yang rusak. Berbagai macam sel ikut berperan dalam proses penyembuhan
luka, termasuk sel imun (neutrofil, monosit, limfosit dan sel dendrit), sel endotelial,
keratinosit dan fibroblas.35
Pada jaringan periodonsium, penyembuhan terjadi setelah melalui berbagai
proses rekonstitusi (pemulihan) ke jaringan periodonsium yang baru, termasuk
pembentukan tulang alveolar, ligamen periodontal yang berfungsi dengan baik dan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
pembentukan sementum yang baru.9,34 Bentuk penyembuhan luka yang terjadi pada
jaringan periodontal dapat berupa perbaikan (repair), perlekatan baru (new
attachment) dan regenerasi (regeneration).9
Perbaikan (repair) merupakan proses penyembuhan luka dari jaringan dimana
perbaikan yang terjadi tidak dapat mengembalikan fungsi asli jaringan tersebut secara
keseluruhan.9 Perlekatan kembali jaringan ikat atau jaringan epitelium dari
permukaan gigi yang telah hilang atau tertanamnya serat ligamen periodontal ke
sementum yang baru serta perlekatan kembali epitelium gingiva ke permukaan gigi
yang hilang sebelumnya akibat penyakit disebut dengan perlekatan baru (new
attachment).9,34 Regenerasi periodontal merupakan sebuah proses kompleks yang
membutuhkan koordinasi dari proliferasi, diferensiasi dan pengembangan dari
berbagai jenis sel untuk membentuk perlekatan periodontal yang baru.9
Respon normal tubuh terhadap injuri terbagi menjadi tiga fase (Gambar 5),
yaitu31,35,36,37: (1) inflamasi; (2) pembentukan jaringan baru; dan (3) tissue
remodelling. Hemostasis dan infiltrasi sel-sel inflamasi terjadi pada fase
inflamasi.35,36,37 Fase proliferasi ditandai dengan adanya fibroplasia, granulasi,
kontraksi dan epitelisasi. Fase tissue remodelling dikenal dengan fase maturasi luka.36
Kolagen berperan penting dalam setiap fase penyembuhan luka. Pada fase awal
penyembuhan luka, kolagen tipe III dapat dijumpai mendominasi. Jumlah kolagen
tipe III akan terus meningkat seiring dengan perkembangan dari pembentukan
jaringan parut.36,38 Fase inflamasi terjadi segera setelah terjadi injuri dimana
komponen kaskade koagulasi, inflammatory pathaways dan sistem imun teraktivasi
untuk membuang sel debris dan mencegah infeksi. Proses penyembuhan luka
berlangsung ketika terjadi hemostasis dimana terdapat kontribusi dari proses
vasokonstriksi, agregasi platelet dan deposisi kolagen.35,36
Pada fase ini sel inflamasi akan mensekresi enzim proteolitik berupa neutrofil,
eusinofil dan makrofag ke area luka.36,37 Makrofag yang teraktivasi akan mensekresi
sitokin, antara lain TNF-α dan IL-1β. IL-1β akan merangsang sifat mitogenik dari sel
fibroblas dan meningkatkan regulasi metaloproteinase matriks (MMP).37 Sitokin ini
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
secara langsung berpengaruh terhadap deposisi kolagen ke area luka dengan
menginduksi produksi kolagen dari sel fibroblas.36,37
Fase proliferasi berlangsung pada 2-10 hari setelah terjadinya injuri. Fase ini
meliputi migrasi dan proliferasi dari sel epitel, diferensiasi myofibroblas dan
tumbuhnya pembuluh kapiler yang baru pada luka.35 Fase proliferasi dimulai dengan
aktivasi sel fibroblas oleh growth factors yang dapat mensintesa dan mengubah
bentuk collagen-rich Extracelullar Matrix (ECM) serta menyebabkan terjadinya
angiogenesis.35,36 ECM yang tervaskularisasi akan menyebabkan terbentuknya
jaringan granulasi. Degradasi kolagen juga akan menstimulasi proliferasi dan migrasi
keratinosit.36,37 Keratinosit akan bermigrasi ke daerah di sekitar jaringan granulasi
yang baru terbentuk dan menyebabkan terjadinya pembentukan epitel kembali.37
Fase tissue remodelling terjadi di antara 2-3 minggu setelah injuri dan dapat
berlangsung hingga 1 tahun atau lebih.35,36 Laju sintesis kolagen dan regulasi sintesis
kolagen pada fase ini mulai berkurang. Penurunan regulasi sintesis kolagen
diperantarai oleh IFN-γ, TNF-α dan matriks kolagen itu sendiri.36,37 Pada fase akhir
tissue remodelling kolagen akan digantikan dengan serabut kolagen yang telah
terorganisir dan secara bertahap serabut kolagen akan terlihat lebih tebal.19,36,37 Tahap
terakhir dari proses penyembuhan luka akan terjadi apoptosis pada sel fibroblas,
makrofag dan sel endotelial.35,36
Gambar 5. Fase penyembuhan luka.36
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
19
Proses penyembuhan luka pada jaringan gingiva berlangsung lebih cepat
dengan pembentukan jejas jaringan parut yang lebih sedikit dibandingkan dengan
kulit.9 Hal ini dikarenakan oleh sel fibroblas dari jaringan gingiva yang menghasilkan
MMP13 yang memiliki turnover yang besar dari protein matriks ekstraseluler
sehingga mencegah pembentukan jaringan parut.9,33
2.4.1 Penyembuhan Luka Pascakuretase
Setelah dilakukan terapi bedah periodontal berupa kuretase, poket periodontal
akan dipenuhi dengan gumpalan darah dan terjadi pendarahan pada jaringan yang
disertai dengan dilatasi kapiler.30,31 Pada poket periodontal pascakuretase juga dapat
ditemukan jumlah sel polimorfonuklear (PMN) yang meningkat.9,31,34 Hal ini diikuti
dengan proliferasi yang cepat dari jaringan granulasi dengan penurunan jumlah dari
pembuluh darah kecil setelah jaringan mengalami maturasi.34 Permukaan akar gigi
setelah dilakukan kuretase akan didominasi oleh empat tipe macam sel, yaitu9,34: (1)
sel epitel; (2) sel yang berasal dari jaringan ikat gingiva; (3) sel yang berasal dari
tulang; dan (4) sel yang berasal dari ligamen periodontal.
Restorasi dan epitelisasi kembali dari sulkus gingiva umumnya membutuhkan
waktu 2-7 hari sedangkan junctional epitelium terbentuk kira-kira 5 hari
pascakuretase.9,31,34 Pada jaringan ikat gingiva, serat kolagen yang belum matang
dapat ditemukan dalam waktu 21 hari.9,34 Ketinggian jaringan gingiva akan
mengalami penurunan setelah 1 minggu sebagai akibat dari gingiva bebas yang
bergerak ke arah apikal. Gingiva bebas akan terlihat beradaptasi baik dengan gigi
dengan warna, konsistensi, tekstur permukaan dan kontur gingiva yang normal
setelah 2 minggu proses penyembuhan luka (Gambar 6 dan 7).31,34
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
20
Gambar 6. Gambaran klinis sebelum
dilakukan kuretase.31
Gambar 7. Gambaran klinis setelah
dilakukan kuretase.31
Penyembuhan luka (wound healing) merupakan proses biologis yang kompleks
dimana membutuhkan kinerja berbagai sel dengan tujuan untuk memperbaiki atau
meregenerasi jaringan yang rusak.19 Peranan konsentrat platelet yang baik dalam
hemostatis dan penyembuhan luka sudah tidak dapat diragukan.15 Hal tersebut
dikarenakan konsentrat platelet merupakan reservoir dari growth factors yang
bertanggung jawab dalam neovaskularisasi, sintesis kolagen, divisi sel, diferensiasi
sel, induksi dan migrasi dari sel lainnya ke lokasi injuri.15,17
2.5 Platelet-rich Fibrin (PRF)
Konsentrat platelet memiliki peranan penting dalam inflamasi dan
penyembuhan luka yang disebabkan oleh adanya growth factors dan sitokin.15,16
Konsentrat platelet mengandung fibrin, fibronectin dan vitronectin yang berperan
sebagai matriks jaringan ikat dan mempermudah migrasi sel.15,16
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
21
Seorang pionir dari Prancis, Dr. Joseph Choukroun pada tahun 2001
mengembangkan penelitian generasi kedua konsentrat platelet tanpa adanya
penggunaan faktor antikoagulan yang kemudian dikenal dengan platelet-rich fibrin
(PRF).12,16,17,19,20,22,39 Penggunaan PRF dalam dunia medis banyak mendapat
perhatian dari berbagai dunia karena kegunaannya sebagai bahan regenerasi yang
biokompatibel.15
PRF merupakan salah satu bahan autologus yang dapat melepaskan growth
factors dalam periode antara 1 sampai 4 minggu.12,22,40 PRF atau leukocyte-PRF
mengandung sel darah putih yang merupakan sel penting dalam proses penyembuhan
luka dengan meningkatkan sistem pertahanan imun.12,16,19,20 Gumpalan fibrin
(Gambar 8) dapat ditemukan pada bagian tengah dari tabung, tepat di antara sel darah
merah di bagian bawah dan acellular plasma di bagian atas setelah dilakukan
sentrifugasi.12,16,19,20,41
Gambar 8. Gumpalan platelet-rich fibrin yang terbentuk setelah
disentrifugasi.19
PRF merupakan hasil pemisahan dari darah lengkap yang telah disentrifugasi
sehingga mudah diperoleh.16,19,40,41 PRF dipilih sebagai bahan regeneratif yang tepat
karena metode preparasinya yang mudah dan murah serta tidak menggunakan
antikoagulan sehingga PRF tidak membutuhkan tambahan komponen luar
lainnya.16,19,22,40 Tanpa penggunaan antikoagulan, sampel harus segera disentrifugasi
dalam hitungan menit agar fibrinogen dapat terkonsentrasi di bagian tengah dan atas
dari tabung.41 Keberhasilan penggunaan PRF sangat bergantung pada kecepatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
22
proses pengambilan sampel darah dan proses pemindahannya untuk
disentrifugasi.16,41
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa PRF merupakan healing biomaterial
yang mempunyai potensi besar untuk regenerasi jaringan keras dan lunak tanpa
adanya reaksi inflamasi, meningkatkan hemostasis dan maturasi.13,16,20,40 Penggunaan
PRF diharapkan mampu meningkatkan penyembuhan jaringan periodontal
regeneratif.19 Terapi periodontal yang dikombinasikan dengan penggunaan PRF
diketahui dapat menjadi sebuah metode untuk meningkatkan regenerasi dari jaringan
periodonsium yang hilang akibat kerusakan.16,39
2.6 Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Kelinci eropa (Oryctolagus cuniculus) merupakan hewan mamalia yang berasal
dari famili Leporidae dan dapat ditemukan di berbagai belahan dunia. Hewan ini
merupakan hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa pada zaman
dahulu. Pada tahun 1912, kelinci dalam perkembangannya diklasifikasikan ke dalam
ordo Lagomorpha.42,43 Kelinci putih yang berasal dari New Zealand umumnya
digunakan untuk penelitian. Hewan ini jarang memiliki masalah kesehatan
dibandingkan dengan hewan lainnya.42
Semua gigi permanen pada kelinci bersifat elodont atau tumbuh terus menerus.
Mahkota gigi kelinci memiliki anatomi yang panjang (hypsodont) dan memiliki akar
yang terbuka (aradicular).44,45-47 Gigi insisivus pertama maksila dan mandibula
kelinci tumbuh dengan kecepatan antara 2-2,4 mm/minggu.45,46,47 Rumus gigi
permanen kelinci adalah44,45-47 : 2*(I 2/1: C 0/0: P 3/2: M 3/3) dengan jumlah gigi 28
buah. Kelinci memiliki gigi insisivus kedua maksila yang dikenal dengan peg teeth
yang terletak di belakang gigi insisivus pertama yang umumnya ditemukan pada orgo
Lagomorpha.44,45,46 Permukaan oklusal gigi insisivus kelinci berbentuk chisel-like
(Gambar 9).44
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
23
Gambar 9. Gigi insisivus kelinci yang
normal memiliki bentuk permukaan
oklusal chisel-like.44
Kelinci tidak memiliki gigi taring dan dapat ditemukan diastema yang lebar di
antara gigi insisivus dan gigi premolar (Gambar 10).44,45-47 Kelinci merupakan hewan
herbivora dengan gigi premolar yang mempunyai bentuk yang sama dengan gigi
molar dan biasanya disebut dengan cheek teeth.44,46,47 Gigi tersebut memiliki
permukaan oklusal yang datar atau horizontal dengan lipatan enamel yang melintang
untuk mengunyah makanan yang kaya serat.44,45,47 Gigi insisivus mandibula beroklusi
di antara gigi insisivus pertama dan kedua maksila.45
Kelinci mengunyah makanan dibantu dengan lidah dan menggerakan rahangnya
lebih dari 120 kali per menit.43 Asupan makanan sehari-hari kelinci adalah 5% dari
berat badannya sedangkan konsumsi air minumnya sekitar 10% dari berat badan
kelinci. Pola makan kelinci laboratorium harus dijaga dengan baik agar mencegah
obesitas dan gangguan ginjal. Pemberian makanan kelinci penelitian harus mencakup
semua nutrisi makanan yang diperlukan. Perubahan pola makan pada kelinci harus
dilakukan secara bertahap untuk mencegah gangguan pencernaan.42,43
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
24
Gambar 10. Rahang Kelinci; A. Pandangan oklusal
maksila; B. Pandangan oklusal mandibula.43
Kelinci merupakan salah satu jenis hewan yang sangat aktif. Kegiatan budidaya
dan manajemen kelinci sangat sederhana. Kelinci mempunyai potensi biologis yang
tinggi dimana hewan ini memiliki kemampuan reproduksi yang tinggi dan memiliki
interval kelahiran yang pendek. Kelinci merupakan hewan yang sangat jinak dan
tidak agresif sehingga penanganan dan observasi mudah dilakukan. Hewan kelinci
umumnya dipilih sebagai model penelitian karena hewan ini tidak memerlukan lahan
yang luas dalam pemeliharaannya sehingga mudah dan ekonomis.42,43,48
Secara umum, jumlah maksimum darah yang dapat diambil dalam satu kali
pengambilan adalah 1% dari berat badan.49,50 Pengambilan sampel darah yang
didahului pemberian anastesi biasanya dilakukan pada arteri atau vena marginal
telinga kelinci.50 Bahan anastetikum seperti ketamin dapat disuntikkan secara
instramuskular atau intravena untuk menginduksi dan mempertahankan potensi serta
durasi anastesi.42,45,50 Penelitian menunjukkan kelinci memiliki struktur gingiva yang
sangat mirip dengan manusia sehingga banyak digunakan dalam penelitian
periodontal.51
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
25
Bedah Kuretase Gingiva
Platelet-rich Fibrin
Growth factors dan sitokin
2.7 Kerangka Teori
Periodontitis
Migrasi junctional
epitelium ke apikal
Kehilangan perlekatan jaringan
periodontal
Peningkatan proliferasi sel
fibroblas
Peningkatan sekresi kolagenase
Perlekatan baru pada jaringan ikat
gingiva
Kerusakan pada tulang alveolar
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
26
2.8 Kerangka Konsep
Variabel Bebas:
Platelet-rich fibrin
Variabel Terikat:
Kepadatan kolagen
jaringan ikat gingiva
Variabel Terkendali:
1. Spesies kelinci ((Oryctolagus cuniculus) atau
kelinci lokal New Zealand)
2. Jenis kelamin kelinci (Jantan)
3. Umur kelinci (6-8 bulan)
4. Berat badan kelinci (2000-2800 gram)
5. Lokasi perlakuan (Insisivus sentralis rahang
atas dan rahang bawah regio kanan dan kiri)
6. Cara induksi periodontitis (4-0 braided silk
ligatures selama 14 hari)
7. Waktu aplikasi PRF (Satu kali pascakuretase)
8. Bedah periodontal (Kuretase gingiva teknik
sederhana oleh operator pada setiap subjek
penelitian)
9. Jenis pakan kelinci (Pelet kelinci)
10. Perawatan harian kelinci secara rutin
Variabel Tak
Terkendali:
Daya imunitas kelinci
(Oryctolagus cuniculus)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
27
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan post-test only control group dan split-mouth design.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi pengumpulan sampel dan penelitian dilakukan di Rumah Sakit Hewan
Pendidikan Institut Pertanian Bogor. Lokasi pembuatan histologi dan sediaan preparat
dilakukan di Laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan Institut
Pertanian Bogor.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni – September 2018.
3.3 Populasi, Sampel dan Besar Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah hewan kelinci (Oryctolagus cuniculus).
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah permukaan gigi insisivus dan jaringan periodontal
dari hewan kelinci (Oryctolagus cuniculus) jantan berusia 6-8 bulan dengan berat
2000-2800 gram dan memiliki kondisi tubuh yang sehat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
28
3.3.3 Besar Sampel Penelitian
Sampel penelitian dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan
dengan pemberian platelet-rich fibrin pascakuretase dan kelompok kontrol tanpa
pemberian platelet-rich fibrin pascakuretase.
Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan rumus eksperimen laboratorium sederhana (Federer), yaitu:
(n − 1)(r − 1) ≥ 15
(2 − 1)(𝑟 − 1) ≥ 15
𝑟 − 1 ≥ 15
𝑟 ≥ 16
Dimana:
n = jumlah kelompok perlakuan
r = jumlah sampel tiap kelompok
Dari hasil perhitungan diperoleh besar sampel untuk setiap kelompok perlakuan
adalah 16 sampel. Sampel penelitian yang digunakan adalah 10 ekor kelinci, dimana
setiap satu rongga mulut kelinci diberi 2 tindakan berbeda, yaitu:
Rahang atas : kelompok perlakuan
Rahang bawah : kelompok kontrol negatif
Sehingga diperoleh besar sampel sebanyak 20 sampel yang sesuai dengan
kriteria inklusi untuk menghindari terjadinya bias.
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
3.4.1 Kriteria Inklusi
1. Kelinci jantan dengan berat 2000-2800 gram;
2. Kelinci jantan dengan rentang umur 6-8 bulan;
3. Kelinci yang memiliki gigi insisivus sentralis atas dan bawah;
4. Kelinci yang memiliki kondisi sehat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
29
3.4.2 Kriteria Eksklusi
1. Kelinci jantan yang sudah memiliki periodontitis;
2. Kelinci dengan abnormalitas gigi insisivus sentralis atas dan bawah;
3. Kelinci yang memiliki penyakit sistemik.
3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Platelet-rich Fibrin
3.5.2 Variabel Terikat
Kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva.
3.5.3 Variabel Terkendali
1. Spesies kelinci ((Oryctolagus cuniculus) atau kelinci lokal New Zealand);
2. Jenis kelamin kelinci (Jantan);
3. Umur kelinci (6-8 bulan);
4. Berat badan kelinci (2000 – 2800 gram);
5. Lokasi perlakuan (Insisivus sentralis rahang atas dan rahang bawah regio
kanan dan kiri);
6. Cara induksi periodontitis (4-0 braided silk ligatures selama 14 hari);
7. Waktu aplikasi PRF (Satu kali pascakuretase);
8. Bedah periodontal (Kuretase gingiva teknik sederhana oleh operator pada
setiap subjek penelitian);
9. Jenis pakan kelinci (Pelet kelinci);
10. Perawatan harian kelinci secara rutin.
3.5.4 Variabel Tak Terkendali
Daya imunitas kelinci (Oryctolagus cuniculus)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
30
3.6 Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala
Ukur
1. Model
Periodontitis
Kondisi periodontitis yang
diinduksi selama 14 hari pada
gigi insisivus sentralis rahang
atas dan bawah regio kanan dan
kiri dengan menggunakan 4-0
braided silk ligatures pada
hewan kelinci (Oryctolagus
cuniculus).
- Nominal
2. Kuretase
Gingiva
Prosedur penyingkiran jaringan
lunak yang terinflamasi yang
berada lateral dari dinding pada
poket periodontal.
Kuret Gracey
#1-2 dan #3-4
Nominal
3. Platelet-rich
Fibrin
Konsentrat platelet yang
diperoleh dari sentrifugasi 2 ml
darah kelinci (Oryctolagus
cuniculus) 3500 rpm selama 15
menit.
Sentrifugator Nominal
4. Kepadatan
Kolagen
Jaringan Ikat
Gingiva
Gambaran histologis dari
kolagen jaringan ikat gingiva
yang diukur dari bawah
junctional epitelium ke apikal.
Mikroskop
cahaya
Nominal
5. Insisi
Interdental
Insisi yang dilakukan pada
interdental gingiva untuk
memudahkan pemasangan
ligasi pada kelinci (Oryctolagus
cuniculus)
Scalpel dan
blade #11
Nominal
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
1. Mikroskop cahaya (Olympus BX51);
2. Sentrifugator (Gemmy PLC-05);
3. Image processing software;
4. Kamera mikroskop Olympus;
5. Sarung tangan;
6. Masker;
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
31
7. Spuit injeksi 1ml dan 3ml;
8. Skeler elektrik;
9. Kuret Gracey #1-2 dan #3-4;
10. Diagnostic set;
11. 4-0 braided silk suture;
12. Needle holder;
13. Gunting bedah;
14. Plain vacutainer tube;
15. Prob periodontal (UNC-15);
16. Nierbekken steril;
17. Spatula pengaduk Glass Ionomer Cement;
18. Cotton roll;
19. Alcohol swab;
20. Scalpel dan blade #11.
3.7.2 Bahan Penelitian
1. Darah kelinci (Oryctolagus cuniculus) untuk membuat platelet-rich fibrin;
2. CavitTM (periodontal dressing);
3. Glass Ionomer Cement;
4. Formalin murni 10%;
5. Parafin;
6. Alkohol 70%, 80%, 95%, 100%;
7. Xylol;
8. Larutan Masson Trichrome;
9. Phosphate-buffered Saline (PBS);
10. Xylazine;
11. Ketamine;
12. Kaca objek;
13. Canada Balsam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Pembuatan Ethical Clearance
Keterangan kelayakan etik diperoleh dengan cara mengajukan usulan penelitian
kepada Komisi Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.
3.8.2 Persiapan Hewan Coba
Hewan yang digunakan dalam penelitian adalah kelinci (Oryctolagus
cuniculus) jantan dengan berat 2000-2800 gram yang memiliki rentang umur 6-8
bulan. Hewan penelitian kemudian dibagi menjadi 2 kelompok pengamatan, yaitu
pada hari ke-7 dan 14.
Hewan coba diadaptasi selama 10 hari dan dipelihara dalam kandang yang
ditempatkan di ruangan yang cukup aliran udara dan cahaya. Selama masa adaptasi,
hewan coba diawasi secara rutin setiap hari termasuk asupan makanan dan minuman,
urinisasi, kenaikan atau kehilangan berat badan serta perilaku umum hewan untuk
mengevaluasi tingkat stress dari hewan. Kandang dibersihkan setiap hari dari kotoran
dan sisa makanan agar tetap kering. Hewan diberi pakan dan air minum (Gambar 11)
sebanyak tiga kali sehari selama masa uji coba.
Gambar 11. Pemberian pakan rutin kelinci.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33
3.8.3 Induksi Periodontitis pada Kelinci (Oryctolagus cuniculus)
Prosedur induksi periodontitis diawali dengan pemberian anastesi injeksi
intramuskular ketamine 25 mg/kgBB dan xylazine 3 mg/kgBB kelinci pada paha atas
untuk memberikan efek sedasi (Gambar 12). Hewan coba dievaluasi secara rutin
dengan cara mengukur detak jantung untuk mencegah hewan mengalami rasa sakit
akibat pulihnya kesadaran selama masa perlakuan. Probing dilakukan setelah anastesi
untuk mengukur kedalaman sulkus gingiva pada keadaan normal (Gambar 13).
Gambar 12. Pemberian anastesi dengan injeksi
intramuskular pada paha atas kelinci.
Gambar 13. Probing pada keadaan gingiva normal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
34
Induksi periodontitis (Gambar 15) dilakukan dengan menggunakan 4-0 braided
silk ligatures yang dililitkan pada daerah servikal gigi insisivus rahang atas dan
bawah selama 14 hari. Interdental gingiva pada kelinci dilakukan insisi dengan
menggunakan scalpel dan blade #11 agar memudahkan pemasangan ligasi (Gambar
14). Gigi kelinci yang telah dililitkan dengan ligasi kemudian diaplikasikan Glass
Ionomer Cement (Gambar 16) untuk mencegah ligasi mudah terlepas.
Gambar 14. Insisi dengan menggunakan
scalpel pada interdental gingiva kelinci.
Gambar 15. Induksi periodontitis dengan
menggunakan silk ligature.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
35
Gambar 16. Pengaplikasian Glass
Ionomer Cement.
Kalibrasi periodontitis sesuai dengan parameter klinis dimana terjadi resesi
gingiva dan loss of attachment serta tereksposnya tulang alveolar dan dilakukan
probing untuk melihat kedalaman poket periodontal yang terbentuk (Gambar 17).
Ligasi dilepaskan pada hari ke-14, kemudian debris di sekitar gigi insisivus dilakukan
skeling dan root planing untuk menghilangkan faktor etiologi periodontitis.
Gambar 17. Gambaran klinis periodontitis pada kelinci.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
36
3.8.4 Preparasi Platelet-rich Fibrin dan Kuretase
Hewan kelinci dianastesi dengan injeksi intramuskular dengan menggunakan
ketamine 25 mg/kgBB dan xylazine 3 mg/kgBB kelinci. Sampel darah diambil dari
vena marginal auricularis kelinci (Gambar 18) sebanyak 2 ml dan ditempatkan ke
dalam plain vacutainer tube tanpa penggunaan antikoagulan. Sampel darah yang
diperoleh langsung disentrifugasi pada kecepatan 3500 rpm selama 15 menit.
Gambar 18. Pengambilan darah dari vena
marginal auricularis kelinci.
Hasil sentrifugasi darah (Gambar 19) akan diperoleh tiga lapisan, yaitu: (1)
lapisan pertama dijumpai acellular plasma; (2) lapisan kedua terdapat gumpalan
fibrin; dan (3) lapisan ketiga dijumpai sel darah merah. Gumpalan fibrin dipisahkan
dengan menggunakan pinset dan gunting kemudian dilakukan pemotongan dengan
ukuran ±1 cm2 menggunakan scalpel dan dipindahkan ke nierbekken yang steril.
Membran PRF (Gambar 20) diperoleh dengan cara menekan gumpalan fibrin dengan
menggunakan kaca.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
37
Gambar 19. Hasil sentrifugasi darah; A. Accelular plasma; B.
Gumpalan fibrin atau platelet-rich fibrin; C. Sel darah merah.
Gambar 20. Membran platelet-rich fibrin
Prosedur kuretase gingiva (Gambar 21) dilakukan pada hewan coba yang masih
berada di bawah pengaruh anastesi. Instrumen kuretase yang dipakai adalah kuret
Gracey #1-2 dan #3-4 untuk gigi anterior. Instrumen dimasukkan ke lapisan dalam
dinding poket dan dilakukan pengerokan secara horisontal pada jaringan lunak untuk
menghilangkan jaringan patologis. Dinding poket didukung oleh tekanan ibu jari
yang lembut pada permukaan eksternal. Irigasi dengan menggunakan 10 ml akuades
dilakukan untuk mengairi daerah agar menghilangkan kotoran dan darah.
Sembuhnya inflamasi pada gingiva ditandai dengan berhentinya pendarahan
dan tidak terdapat pembengkakan serta hilangnya poket periodontal. Kelompok
A
B
C B
C
A
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
38
perlakuan yang telah dilakukan kuretase diberikan penambahan PRF dengan
menggunakan pinset kemudian ditutupi dengan periodontal dressing. Periodontal
dressing dibiarkan selama seminggu dan kemudian dilepaskan. Pada kelompok
kontrol hanya dilakukan prosedur kuretase dan langsung ditutupi dengan periodontal
dressing.
Gambar 21. Kuretase gingiva pada kelinci; A. Kuretase gingiva
dengan horizontal stroke dari kuret; B. Gambaran klinis setelah
dilakukan kuretase gingiva.
3.8.5 Pengambilan Sampel Jaringan
Pada hari ke-7 setelah kuretase dengan pemberian PRF pada kelompok
perlakuan dan kuretase tanpa pemberian PRF pada kelompok kontrol, dilakukan
euthanasia pada kedua kelompok dengan eksanguinasi (Gambar 22). Pengambilan
jaringan mandibula dan maksila (Gambar 23) dilakukan untuk mendapatkan potongan
permukaan gigi dan jaringan periodontal dari hewan kelinci. Prosedur ini kemudian
dilakukan kembali pada hari ke-14 setelah kuretase dengan pemberian PRF pada
kelompok perlakuan dan kuretase tanpa pemberian PRF pada kelompok kontrol untuk
pengambilan sampel jaringan.
A
B
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39
Gambar 22. Euthanasia pada kelinci.
Gambar 23. Pengambilan jaringan mandibula
dan maksila kelinci.
3.8.6 Pembuatan Sediaan Histologis
Spesimen dibilas dengan menggunakan larutan saline, kemudian dinetralkan
dengan menggunakan formalin buffer 10% (Gambar 24). Spesimen dipotong menjadi
ukuran yang lebih kecil (Gambar 25) kemudian dilakukan penarikan air (dehydrating)
dengan cara direndam dengan alkohol konsentrasi bertingkat (70%, 80%, 95%,
100%) selama 2 jam. Spesimen dilakukan penjernihan (clearing) terhadap alkohol
dengan merendam di dalam larutan xylol sebanyak 2 kali perendaman masing-masing
selama 1,5 jam.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
40
Gambar 24. Perendaman spesimen pada
formalin murni 10%.
Gambar 25. Pemotongan spesimen menjadi ukuran yang lebih kecil.
Spesimen dilakukan pemasukan (infiltrasi) parafin ke dalam blok jaringan
dengan direndam di dalam parafin cair sebanyak 3 kali masing-masing selama 2 jam.
Penanaman (embedding) di dalam cetakan parafin blok untuk dilakukan pemotongan
setelah proses infiltrasi selesai. Proses pemotongan (sectioning) blok jaringan
(Gambar 26) dengan menggunakan pisau mikrotom sebesar 5 μm dengan arah
buccal-lingual dan diletakkan pada kaca objek. Kaca objek yang berisikan parafin
direndam di dalam larutan xylol masing-masing 2 kali, alkohol 2 kali selama 1 menit,
alkohol 95% masing-masing selama 1 menit, larutan iodin selama 10 menit,
kemudian dicelupkan 4 kali dalam air mengalir untuk direndam di dalam larutan
masson trichrome (Gambar 27) selama 10 menit.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
41
Gambar 26. Proses pemotongan blok jaringan.
Kaca objek direndam ke dalam larutan Mordant selama 30-40 menit, dibasuh
kembali di air mengalir dan air distilasi selama 20 menit. Kaca objek direndam ke
larutan Carrazi’s Hematoxylin selama 40 menit, dibasuh kembali di air mengalir dan
air distilasi selama 5 menit, dicelupkan ke larutan Orange G 0,75% selama 1-2 menit
kemudian dicelupkan ke dalam larutan asam asetat 1% sebanyak 2 kali. Kaca objek
direndam ke larutan Ponceau Xylidine atau larutan Fuschin selama 15 menit,
kemudian dicelupkan ke dalam larutan asam asetat 1% sebanyak 2 kali kemudian
direndam ke larutan Phosphotungtic Acid selama 7-10 menit lalu dicelupkan ke
dalam larutan asam asetat 1% sebanyak 2 kali.
Kaca objek selanjutnya direndam dalam larutan Anilin Blue selama 20 menit,
kemudian dicelupkan kembali ke dalam larutan asam asetat 1% sebanyak 2 kali. Kaca
objek kemudian direndam ke dalam alkohol 95% selama 5 menit, selanjutnya
dilakukan penarikan air (dehydrating) dengan direndam ke alkohol konsentrasi
bertingkat dan dicelupkan kembali ke dalam larutan xylol masing-masing 3 kali.
Kaca objek dioleskan (mounting) dengan Canada Balsam dan ditutupi dengan kaca
penutup (cover glass).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
42
Gambar 27. Pewarnaan sampel dengan larutan Masson Trichrome.
3.8.7 Pengamatan Sediaan Histologis
Pengamatan secara histologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop
cahaya dan kamera Olympus dengan perbesaran 40x. Pengukuran kepadatan serabut
kolagen dilakukan dengan cara menghitung skor kepadatan pada preparat histologis
dalam 5 lapang pandang. Kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva yang diukur
terletak di bawah junctional epitelium hingga ke apikal.
Kolagen akan tampak sebagai serabut-serabut pada jaringan ikat dan
diekspresikan dalam persentase sesuai dengan fraksi warna yang dihasilkan masing-
masing preparat dengan bantuan program image processing software. Pengukuran
dilakukan berdasarkan waktu pengamatan (hari ke-7 dan 14) dan dibandingkan rerata
antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan pada masing-masing waktu
pengamatan.
3.8.8 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian merupakan data kuantitatif berupa
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva berdasarkan waktu dengan skala rasio.
3.8.8.1 Data Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk membandingkan dua variabel yang
berhubungan. Data bivariat yang disajikan dalam bentuk tabel meliputi tabulasi silang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
43
antara kelompok perlakuan yang diberikan penambahan PRF pascakuretase dan
kelompok kontrol tanpa pemberian penambahan PRF pascakuretase.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji T berpasangan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh penambahan PRF pascakuretase antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol.
3.8.8.2 Data Multivariat
Analisis multivariat bertujuan untuk membandingkan lebih dari dua variabel
yang berhubungan. Uji statistik two-way Anova digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh penambahan PRF pascakuretase antar kelompok dan waktu
pengamatan terhadap kepadatan serabut kolagen. Uji statistik two-way Anova harus
diawali dengan uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas,
dimana sebaran data yang akan diuji harus terdistribusi normal dan homogen.
Uji statistik Post-Hoc Least Significance Difference (LSD) selanjutnya
dilakukan untuk mengetahui perbedaan rerata kepadatan serabut kolagen antar waktu
pengamatan, yaitu hari ke-7 dan 14. Perhitungan statistik dilakukan dengan
menggunakan software statistik dengan tingkat kepercayaan 95% (α<0,05).
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
44
3.8.9 Skema Alur Penelitian
Ethical Clearance
Induksi periodontitis kelinci dengan menggunakan 4-0 braided silk ligatures selama 14 hari
Kelinci mengalami periodontitis
10 sampel kelompok kontrol
Kuretase gingiva
10 sampel kelompok perlakuan
Darah sebanyak 2 ml diambil dari vena aurikularis kemudian
disentrifugasi 3500 rpm selama 15menit
Kuretase gingiva
Pemberian platelet-rich fibrin pada poket gigi
Pembuatan preparat histologis
dengan pewarnaan Masson
Trichrome dan pengamatan pada
hari ke-7 dan 14
Hasil pengamatan kepadatan
kolagen jaringan ikat gingiva
Analisis Data
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
45
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini mengenai pengaruh penambahan platelet-rich fibrin (PRF)
pascakuretase terhadap kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva model periodontitis
pada hewan kelinci (Oryctolagus cuniculus). Penelitian ini menggunakan 10 ekor
kelinci (Oryctolagus cuniculus) sebagai subjek penelitian, dimana setiap subjek
penelitian dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Subjek penelitian sebanyak satu ekor mati pada kelompok pengamatan hari
ke-7 dikarenakan oleh kelalaian operator, sehingga jumlah sampel penelitian adalah
sebanyak 18 sampel.
4.1 Nilai Kepadatan Kolagen Jaringan Ikat gingiva Kelompok Perlakuan
dan Kontrol Pada Pengamatan Hari ke-7 dan 14.
Hasil penelitian diperoleh dari perhitungan kepadatan kolagen jaringan ikat
gingiva kelompok perlakuan dan kontrol pada waktu pengamatan hari ke-7 dan 14
dengan menggunakan program image processing software, yaitu program ImageJ.
Kolagen akan diekspresikan dalam persentase sesuai fraksi warna yang dihasilkan
oleh masing-masing preparat.
Tabel 1. Nilai kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva kelompok perlakuan dan
kontrol pada hari ke-7 dan 14 dalam bentuk persentase (%).
Hari ke-7 Hari ke-14
Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol
42,38 30,10 51,66 41,46
40,37 32,73 58,41 43,58
40,02 31,09 56,57 42,91
41,23 32,10 52,07 44,89
- - 54,55 43,08
�̅� ± SD 41,00 ± 1,05 31,51 ± 1,15 54,65 ± 2,89 43,18 ± 1,24
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
46
Keterangan :
�̅� : rerata
SD : standar deviasi atau simpangan baku
Gambar 28. Diagram batang rerata nilai kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva kelompok
perlakuan dan kontrol pada hari ke-7 dan 14 dalam bentuk persentase (%).
Kepadatan serabut kolagen jaringan ikat gingiva mengalami peningkatan secara
keseluruhan pada kelompok perlakuan dan kontrol pada kedua waktu pengamatan
(Tabel 1 dan Gambar 28). Hasil penelitian kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva
kelompok perlakuan pada hari ke-7 mengalami peningkatan sebesar 9,49% dari
kelompok kontrol pada hari ke-7. Pada kelompok perlakuan hari ke-14 diperoleh
peningkatan kepadatan serabut kolagen adalah sebesar 11,47% dari kelompok kontrol
pada pengamatan hari ke-14.
Hasil penelitian kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva kelompok perlakuan
pada hari ke-14 mengalami peningkatan sebesar 13,65% dari pengamatan hari ke-7.
Pada kelompok kontrol, hasil penelitian kepadatan serabut kolagen jaringan ikat
gingiva pada hari ke-14 mengalami peningkatan sebesar 11,67% dari pengamatan
hari ke-7. Data yang diperoleh menunjukkan rerata kepadatan serabut kolagen pada
kelompok perlakuan yang diberikan penambahan platelet-rich fibrin lebih tinggi
daripada kelompok kontrol.
41,00
54,65
31,5143,18
0
10
20
30
40
50
60
Hari ke-7 Hari ke-14
Ke
pad
atan
Ko
lage
n J
arin
gan
Ikat
(%
)
Waktu Pengamatan
Perlakuan Kontrol
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
47
Gambar 29. Gambaran histopatologis kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva
pada hari ke-7; A. Kelompok perlakuan; B. Kelompok perlakuan pada software
ImageJ; C. Kelompok kontrol; D. Kelompok kontrol pada software ImageJ.
Pembesaran 40x.
Gambar 30. Gambaran histopatologis kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva
pada hari ke-14; A. Kelompok perlakuan; B. Kelompok perlakuan pada
software ImageJ; C. Kelompok kontrol; D. Kelompok kontrol pada software
ImageJ. Pembesaran 40x.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
48
Kepadatan kolagen diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus
dengan perbesaran 40x sebanyak 5 lapang pandang. Hasil pengamatan pada hari ke-
14 menunjukkan kepadatan kolagen yang semakin meningkat pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol (Gambar 29 dan Gambar 30). Penggunaan program
image processing software, yaitu ImageJ akan mengubah warna biru kolagen menjadi
warna merah. Kelompok perlakuan memiliki kepadatan kolagen yang ditunjukkan
dengan warna biru yang semakin tebal dan padat jika dibandingkan dengan kelompok
kontrol (Gambar 29 dan Gambar 30).
4.2 Pengaruh Penambahan Platelet-rich Fibrin Pascakuretase Terhadap
Kepadatan Kolagen Jaringan Ikat Gingiva Antara Kelompok Perlakuan dan
Kontrol Pada Pengamatan Hari ke-7 dan 14.
Hasil uji statistik menggunakan uji T berpasangan (Tabel 2) kepadatan kolagen
jaringan ikat gingiva antara kelompok perlakuan dan kontrol menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva yang bermakna antara kelompok perlakuan
dengan pemberian PRF dan kelompok kontrol tanpa pemberian PRF.
Tabel 2. Perbedaan kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok
perlakuan dengan pemberian PRF dan kelompok kontrol.
Kelompok Jumlah Sampel
(n)
�̅� Nilai p
Perlakuan 9 48,36 0,000*
Kontrol 9 38,33
Keterangan:
�̅� : nilai rata-rata
(*) : signifikan (p<0,05)
Uji normalitas Shapiro-wilk digunakan untuk mengetahui apakah data
terdistribusi normal atau tidak. Uji Shapiro-wilk digunakan karena jumlah sampel
pada penelitian berjumlah kecil. Hasil uji normalitas Shapiro-wilk diperoleh nilai
signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa data
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
49
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva kelompok perlakuan dan kontrol pada hari
pengamatan ke -7 dan 14 adalah terdistribusi secara normal.
Uji homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data kepadatan
kolagen jaringan ikat gingiva kelompok perlakuan dan kontrol pada kedua waktu
pengamatan homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini
adalah Levene’s Test. Hasil uji homogenitas Levene’s Test diperoleh nilai signifikansi
0,071 (p>0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan variasi data antara kelompok
data yang dibandingkan sehingga diperoleh variasi data kepadatan kolagen jaringan
ikat gingiva kelompok perlakuan dan kontrol pada kedua waktu pengamatan adalah
homogen.
Data hasil penelitian telah terdistribusi normal dan homogen sehingga
memenuhi syarat untuk dilakukan uji statistik two-way Anova. Pengaruh penambahan
PRF pascakuretase terhadap kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol pada model periodontitis kelinci berdasarkan
waktu pengamatan dianalisis dengan menggunakan uji two-way Anova (Tabel 3 dan
Tabel 4). Hasil uji statistik diperoleh sebagian besar interaksi antar kelompok dengan
kedua waktu pengamatan memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05).
Kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva kelompok perlakuan pada pengamatan
hari ke-7 dengan kelompok kontrol pada pengamatan hari ke-14 diperoleh nilai
signifikansi sebesar 0,097 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa rerata kepadatan
kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok perlakuan dengan pemberian PRF
pada pengamatan hari ke-7 dengan kelompok kontrol tanpa pemberian PRF pada
pengamatan hari ke-14 tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Tabel 3. Hasil uji kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok perlakuan
dan kontrol pada pengamatan hari ke-7 dan 14.
Kelompok Kontrol
(Hari ke-14)
Perlakuan
(Hari ke-7)
Perlakuan
(Hari ke-14)
Kontrol (Hari ke-7) 0,000* 0,002* 0,000*
Kontrol (Hari ke-14) 0,097 0,001*
Perlakuan (Hari ke-7) 0,000*
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
50
Keterangan:
(*) : signifikan (p<0,05)
Hasil uji statistik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada
pengamatan hari ke-7 diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002 (p<0,05). Kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol pada pengamatan hari ke-14 menunjukkan nilai
signifikansi sebesar 0,001 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pada pengamatan
hari ke-7 dan 14, kelompok perlakuan dengan pemberian PRF pascakuretase dan
kelompok kontrol tanpa pemberian PRF pascakuretase terdapat perbedaan kepadatan
kolagen jaringan ikat gingiva yang bermakna.
Tabel 4. Perbedaan kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok
perlakuan dan kontrol berdasarkan waktu pengamatan.
Waktu
Pengamatan
Kelompok Jumlah Sampel
(n)
�̅� Nilai p
Hari ke-7 Perlakuan 4 41,00
0,002* Kontrol 4 31,51
Hari ke-14 Perlakuan 5 54,65
0,001* Kontrol 5 43,18
Keterangan:
�̅� : nilai rata-rata
(*) : signifikan (p<0,05)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
51
BAB 5
PEMBAHASAN
Platelet-rich fibrin (PRF) merupakan generasi kedua dari konsentrat platelet
yang digunakan untuk meningkatkan penyembuhan jaringan keras dan lunak.16,19
Konsentrat platelet terbentuk terdiri dari platelet, sitokin dan matriks fibrin.
Degranulasi dari platelet akan melepaskan sitokin, yang memiliki kemampuan untuk
memicu migrasi sel dan proliferasi pada matriks fibrin sehingga terjadi awal mula
dari proses penyembuhan.17,19
PRF dapat melepaskan sitokin yang dapat meningkatkan proses regenerasi
jaringan periodonsium.12,19,39 Pada PRF dijumpai terdapat banyak growth factors
yang dapat meningkatkan proliferasi dan diferensiasi dari sel induk, neovaskularisasi
dan sintesis kolagen.19,22 Penelitian oleh Duan dkk, menunjukkan bahwa penggunaan
PRF sebagai bahan biologis autologus dalam rekayasa jaringan untuk regenerasi
periodonsium merupakan pilihan yang baik.52 PRF dapat meningkatkan pertumbuhan
jaringan tulang dan jaringan lunak untuk mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan kualitas penyembuhan.12,16,19,21,22,52
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan
rancangan post-test with control group dan split-mouth design yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase terhadap
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada model periodontitis kelinci. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase
dapat meningkatkan kepadatan serabut kolagen jaringan ikat gingiva pada model
periodontitis kelinci.
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0,05) kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva antara kelompok perlakuan dan
kontrol pada masing-masing waktu pengamatan. Hal ini disebabkan oleh platelet-rich
fibrin mengandung platelet-derived growth factor (PDGF) dan transforming growth
factor-beta (TGF)-β dimana kedua growth factors tersebut berperan penting dalam
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
52
proses reparasi jaringan ikat dengan meningkatkan produksi kolagen jaringan
ikat.20,24,53,54,55
PDGF bekerja dengan menstimulasi proliferasi sel fibroblas yang mempercepat
pembentukan matriks ekstraseluler dan formasi kolagen sehingga mempercepat
proses penyembuhan.55,56 TGF-β akan menstimulasi migrasi sel fibroblas ke luka
sehingga dapat mensintesis kolagen secara langsung.56 Kedua growth factors ini
saling bekerja untuk mensintesis kolagen sehingga kepadatan kolagen dapat
bertambah.57
Hasil uji statistik diperoleh kelompok perlakuan dan kontrol mengalami
peningkatan kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada pengamatan hari ke-7 dan
14. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Kiani dkk dan Sabirin dkk, dimana kolagen
mulai dapat diamati pada area luka pada hari ke-3 setelah terjadinya luka dan
berlanjut hingga minggu ke-2 setelah terjadinya luka.58,59 Jumlah serabut kolagen
akan tampak lebih nyata pada hari ke-7 pasca luka seiring dengan peningkatan jumlah
sel fibroblas kemudian susunan serabut kolagen akan lebih stabil dan terorganisir
pada hari ke-14 setelah terjadinya luka.57,58
Pada pengamatan hari ke-7 dan 14 memiliki perbedaan kepadatan kolagen
jaringan ikat gingiva yang signifikan (p<0,05) antara kedua kelompok. Hal ini sesuai
dengan penelitian oleh He dkk yang menunjukkan bahwa pelepasan growth factors
antara lain PDGF dan TGF- β akan mencapai puncaknya pada hari ke-14 sehingga
jumlah kepadatan kolagen akan bertambah banyak.57 Pelepasan PDGF dari PRF yang
telah teraktivasi akan berlangsung selama 3 minggu sementara kadar TGF-β yang
dilepaskan secara bertahap akan menurun 7 hari selama proses penyembuhan
luka.53,57
Kelompok perlakuan pada pengamatan hari ke-7 dengan kelompok kontrol pada
pengamatan hari ke-14 tidak memiliki perbedaan kepadatan kolagen jaringan ikat
gingiva yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian PRF bekerja dengan
baik karena kelompok perlakuan dengan pemberian PRF pada pengamatan hari ke-7
memiliki hasil yang sama dengan kelompok kontrol tanpa permberian PRF pada
pengamatan hari ke-14. Hal ini disebabkan PRF menyediakan semua growth factors
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
53
yang penting untuk sintesis kolagen, pembentukan sel, penutupan epitel dan
pertumbuhan pembuluh darah.60
Penelitian oleh Tuan dkk, menunjukkan bahwa fibrin sangat berperan dalam
reparasi jaringan dan ditambah dengan sel fibroblas memiliki kemampuan untuk
merekonstruksi matriks fibrin pada PRF serta mensintesis kolagen yang berperan
dalam penyembuhan luka.61 Proses penyembuhan luka yang normal pertama kali
dijumpai akumulasi platelet yang kemudian dilanjutkan dengan pelepasan growth
factors. Pada PRF dapat dijumpai matriks fibrin dimana platelet dan sitokin yang
telah dilepaskan terperangkap di dalamnya dalam periode waktu tertentu selama
proses penyembuhan luka.28,61 PRF dapat digunakan sebagai bahan tambahan pada
defek periodontal yang berpotensi dalam regenerasi periodonsium.28
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
54
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Terdapat pengaruh penambahan platelet-rich fibrin pascakuretase terhadap
kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva pada model periodontitis kelinci
(Oryctolagus cuniculus).
2. Pada kelompok perlakuan dengan penambahan platelet-rich fibrin
pascakuretase terdapat peningkatan kepadatan kolagen jaringan ikat gingiva yang
signifikan (p<0,05).
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
yaitu:
1. Penelitian lebih lanjut mengenai induksi periodontitis pada kelinci sebaiknya
dilakukan pada gigi posterior kelinci untuk menghindari kesulitan pemasangan ligasi
yang dapat menyebabkan trauma luka berlebih akibat interdental gingiva yang terlalu
tinggi pada gigi insisivus anterior kelinci.
2. Penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Penelitian lebih lanjut dengan menggunakan inovasi PRF yang lebih baru
seperti Injectable Platelet-rich Fibrin (i-PRF) atau Advanced Platelet-rich Fibrin (A-
PRF) untuk mengetahui profil kepadatan kolagen jaringan ikat terhadap periodontitis
lebih jelas.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
55
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2013:110-1.
2. Departemen Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2007:130-1.
3. Nazir MA. Prevalence of Periodontal Disease, Its Association with Systemic
Disease and Prevention. Int J Health Sci. 2017; 1(2): 72-80.
4. Aljehani YA. Risk Factors of Periodontal Disease: Review of the Literature.
Int J Dent. 2014; 1-9.
5. Gu Y, dkk. Periodontal Diseases: Classification, Epidemiology, Pathogenesis,
and Management. In: Genco RJ, Williams RC. Periodontal Disease and
Overall Health: A Clinician’s Guide. 2nd Edition. Pennsylvania: Professional
Audience Communications, Inc. 2014. 2: 6-29.
6. Chatterjee A, dkk. Treatment of Periodontal Intrabony Defects Using
Autologous Platelet-Rich Fibrin and Titanium Platelet-Rich Fibrin: A
Randomized, Clinical, Comparative Study. J Investigative Clin Dent. 2016; 1-
6.
7. Segura VAI, dkk. Etiology and Microbiology of Periodontal Diseases: A
Review. Afr J Microbiol Res. 2015; 9(48): 2300-6.
8. Suwandi T. Perawatan Awal Penutupan Diastema Gigi Goyang pada
Penderita Periodontitis Kronis Dewasa. Jurnal PDGI. 2010; 59(3): 105-9.
9. Bathla S. Periodontics Revisited. First Edition. New Delhi: Jaypee Brothers
Medical Publishers. 2011: 3-382.
10. Dinyati M, Adam AM. Kuretase Gingiva Sebagai Perawatan Poket
Periodontal. Makassar Dent J. 2016; 5(2): 58-64.
11. Asyakarie INA, Faizah A. Perawatan Kuretase Gingiva pada Gigi Incisivus
Lateral Rahang Bawah. J Ked G. 2017; 1(1): 64-70.
12. Patel GK, Gujjari SK, Kumar V. Platelet Rich Fibrin (PRF) in Regeneration
of Intrabony Defects – A Randomized Controlled Trial. J Periodontol. 2014;
1-14.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
56
13. Yajamanya SR, dkk. Bioactive Glass Versus Autologous Platelet-Rich Fibrin
For Treating Periodontal Intrabony Defects: A Comparative Clinical Study. J
Ind Soc Periodontol. 2017; 21(1): 32-6.
14. Tassi SA, Sergio NZ, Misawa MYO, Villar CC. Efficacy of Stem Cells on
Periodontal Regeneration: Systematic Review of Pre-Clinical Studies. J
Periodont Res. 2017; 1-20.
15. Verma UP, Yadav RK, Dixit M, Gupta A. Platelet-rich Fibrin: A Paradigm in
Periodontal Therapy – A Systematic Review. J Int Soc Prev Community Dent.
2017; 7(5): 227-233.
16. Chandran P, Sivadas A. Platelet-Rich Fibrin: Its Role in Periodontal
Regeneration. Saudi J Dent Res. 2014; 5: 117-122.
17. Khiste SV, Tari RN. Platelet-Rich Fibrin as a Biofuel for Tissue
Regeneration. ISRN Biomaterials. 2013; 1-6.
18. Nguyen HTT, dkk. Platelet-rich Fibrin Influences on Proliferation and
Migration of Human Gingival Fibroblasts. Int J Experiment Dent Sci. 2016;
5(2): 83-8.
19. Miron RJ, Choukroun J. Platelet Rich Fibrin in Regenerative Dentistry:
Biological Background and Clinical Indications. United States of America:
John Wiley & Sons. 2017: 1-144.
20. Doshi M, Ambulgekar JR, Sanadi RM, Govalkar P. Platelet Rich Fibrin – A
New Hope for Regeneration of Ossesous Defects in Aggressive Periodontitis
Patients: A Case Report. American J Advanced Drug Delivery. 2014; 2(1):
85-9.
21. Chang YC, Zhao JH. Effects of Platelet-Rich Fibrin On Human Periodontal
Ligament Fibroblast and Application for Periodontal Infrabony Defects. Aust
Dent J. 2011; 56(4): 365-371.
22. Madi M, Samuel M, Kedr MA. Platelet Rich Fibrin and Periodontal Tissue
Regeneration. Adv Dent Oral Health. 2017; 4(5): 1-4.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
57
23. Tsai CH, Shen SY, Zhao JH, Chang YC. Platelet-Rich Fibrin Modulates Cell
Proliferation of Human Periodontally Related Cells In Vitro. J Dent Sci. 2009;
4(3): 130-5.
24. Moraschini V, Barboza SE. Use of Platelet-rich Fibrin Membrane in the
Treatment of Gingival Recession: A Systematic Review and Meta-Analysis. J
Periodontol. 2016; 87: 281–90.
25. Keceli HG, dkk. The Adjunctive Effect of Platelet-Rich Fibrin to Connective
Tissue Graft in the Treatment of Buccal Recession Defects: Results of A
Randomized, Parallel-Group Controlled Trial. J Periodontol. 2015; 86: 1221–
30.
26. Gupta S, dkk. Clinical Evaluation and Comparison of the Efficacy of
Coronally Advanced Flap Alone and in Combination with Platelet Rich Fibrin
Membrane in the Treatment of Miller Class I and II Gingival
Recessions. Contemp Clin Dent. 2015; 6: 153–60.
27. Heitz-Mayfield LJ, dkk. A systematic review of the effect of surgical
debridement vs. non-surgical debridement for the treatment of chronic
periodontitis. J Clin Periodont. 2002; 29: 92-102.
28. Pradeep AR, dkk. Platelet-rich fibrin combined with a porous hydroxyapatite
graft for the treatment of three-wall intrabony defects in chronic periodontitis:
a randomized controlled clinical trial. J Periodontol. 2012; 87(1): 5-13.
29. Tunali M, dkk. In vivo evaluation of titanium-prepared platelet-rich fibrin (T-
PRF): a new platelet concentrate. Br J Oral Maxillofac Surg. 2013; 51, 438-
43.
30. Hinrichs JE, Kotsakis G. Classification of Diseases and Conditions Affecting
the Periodontium. In: Newman MG, dkk. Carranza’s Clinical Periodontology.
12th ed. Misouri: Saunders, 2015: 45-67.
31. Reddy S. Essentials of Clinical Periodontology and Periodontics. Second
Edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher. 2008: 8-306.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58
32. Van Winkelhoff AJ, dkk. Porphyromonas gingivalis, Bacteroides forsythus
and other putative periodontal pathogens in subjects with and without
periodontal destruction. J Clin Periodontol. 2002; 29: 1023-8.
33. Fiorellini JP, Stathopoulou PG. Anatomy of the Periodontium. In: Newman
MG, dkk. Carranza’s Clinical Periodontology. 12th ed. Misouri: Saunders,
2015: 9-39.
34. Takei HH, dkk. Gingival Surgical Techniques. In: Newman MG, dkk.
Carranza’s Clinical Periodontology. 12th ed. Misouri: Saunders, 2015: 576-
81.
35. Smith PC, dkk. Gingival Wound Healing: An Essential Response Disturbed
by Aging?. J Dent Res. 2015; 94(3): 395-402.
36. Kumar S, dkk. Concepts of Healing in Periodontal Therapy – Part I. J Dent
Med Sci. 2015; 14(10): 89-101.
37. Brett D. A Review of Collagen and Collagen-based Wound Dressings.
Wounds. 2008; 20(12): 347-56.
38. Rangaraj A, dkk. Role of Collagen in Wound Management. Wounds. 2011;
7(2): 54-63.
39. Desarda HM, dkk. Platelet rich fibrin: A new hope for regeneration in
aggressive periodontitis patients: Report of two cases. Indian J Dent Res.
2013; 24(5): 627-30.
40. Borie E, dkk. Platelet-rich fibrin application in dentistry: a literature review.
Int J Clin Exp Med. 2015; 8(5): 7922-29.
41. Alizade FL, dkk. Biologic characteristics of platelet rich plasma and platelet
rich fibrin: A review. Int J Contemporary Dent Med Reviews. 2016; 1-4.
42. Mapara M, Thomas ST, Bhat KM. Rabbit as an animal model for
experimental research. Dent Res J. 2012; 9(1): 111-8.
43. Yanni AE. The laboratory rabbit: an animal model of atherosclerosis research.
Laboratory animals. 2004; 38: 246-56.
44. Meredith, A. Rabbit Dentistry. EJCAP. 2007; 17(1): 55-62.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
59
45. Frank JM, Osofsky A. Dentistry in Pet Rabbits. COMPENDIUM. 2005; 671-
83.
46. Capello V, dkk. Rabbit and Rodent Dentistry Handbook. Canada: Zoological
Education Network. 2005: 7-230
47. Schumacher M. Measurement of Clinical Crown Length of Incisor and
Premolar Teeth in Clinically Healthy Rabbits. J Vet Dent. 2011; 28(2): 90-5.
48. Calasans-Maia MD, dkk. The rabbit as an animal model for experimental
surgery. Acta cirurgica Brasileira. 2009; 24(4): 325-8.
49. Thrall MA. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Maryland:
Lippincott Williams and Wilkins. 2004: 571-81.
50. Parasuraman S, Raveendran R, Kesavan R. Blood sample collection in small
laboratory animals. J Pharmacology Pharmacotherapeutics. 2010; 1(2): 87-93.
51. Alzarea BK. Selection of Animal Models in Dentistry: State of Art, Review
Article. J Animal Veterinary Adv. 2014; 13(18): 1080-5.
52. Duan, dkk. Study of Platelet-rich Fibrin combined with rat periodontal
ligament stem cells in periodontal tissue regeneration. J Cell Mol Med. 2018;
22(2): 1047-55.
53. Jung HS, Bae Hs, Hong KS. The Effects of Platelet-Rich Fibrin on Osteoblast
Proliferation and Differentiation: Effects of Platelet-Rich Fibrin on
Osteoblasts. J Dent Hyg Sci. 2013; 13(2): 158-64.
54. Wu CL, dkk. Platelet-rich fibrin increases cell attachment, proliferation and
collagen-related protein expression of human osteoblasts. Aus Dent J. 2012;
57: 207-12.
55. Deng XQ, dkk. Platelet-Derived Growth Factor and Transforming Growth
Factor β1 Regulate ARDS-Associated Lung Fibrosis Through Distinct
Signaling Pathways. Cell Physiol Biochem. 2015; 36: 937-46.
56. Pierce GF, dkk. Platelet-derived Growth Factor and Transforming Growth
Factor-β Enhance Tissue Repair Activities by Unique Mechanisms. J Cell
Biology. 1989; 109: 429-40.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
60
57. He L, dkk. A Comparative Study of Platelet-rich Fibrin (PRF) and Platelet-
rich Plasma (PRP) on the Effect of Proliferation and Differentiation of Rat
Osteoblasts In Vitro. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod.
2009; 108: 707-13.
58. Kiani, FA, dkk. Histological Characterization of Wound Healing of Flank
Verses Midline Ovariohysterectomy in Different Age Groups of Cats. J Clin
Pathol Forensic Med. 2014; 5(2): 6-16.
59. Sabirin IPR, dkk. Peran Ekstrak Etanol Topikal Daun Mengkudu (Morinda
citrifolia L.) pada Penyembuhan Luka Ditinjau dari Imunoekspresi CD34 dan
Kolagen pada Tikus Galur Wistar. MKB. 2013; 45(4): 226-33.
60. Jain V, dkk. Role of Platelet-rich Fibrin in Enhancing Palatal Wound Healing
After Free Graft. Contemp Clin Dent. 2012; 3(2): 240-3.
61. Tuan TL, dkk. In Vitro Fibroplasia: Matrix Contaction, Cell Growth and
Collagen Production of Fibroblasts Cultured in Fibrin Gels. Exp Cell Res.
1996; 223 (1): 127-34.
62. Vahabi S, dkk. Effects of Plasma Rich in Growth Factors and Platelet-rich
Fibrin on Proliferation and Viability of Human Gingival Fibroblasts. J Dent
(Tehran). 2015; 12(7): 504-12.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 2
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 4
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Nilai Kepadatan
Kolagen
Kontrol7 4 80.0% 1 20.0% 5 100.0%
Perlakuan7 4 80.0% 1 20.0% 5 100.0%
Kontrol14 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
Perlakuan14 5 100.0% 0 0.0% 5 100.0%
Descriptive Statistics
Dependent Variable: Nilai Kepadatan Kolagen
Waktu Pengamatan Kelompok Mean
Std.
Deviation N
7 Hari Kontrol7 31.5050 1.15483 4
Perlakuan7 41.0000 1.05113 4
Total 36.2525 5.17722 8
14 Hari Kontrol14 43.1840 1.23747 5
Perlakuan14 54.6520 2.89095 5
Total 48.9180 6.39742 10
Total Kontrol7 31.5050 1.15483 4
Perlakuan7 41.0000 1.05113 4
Kontrol14 43.1840 1.23747 5
Perlakuan14 54.6520 2.89095 5
Total 43.2889 8.63959 18
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 Perlakuan 48.3622 9 7.33664 2.44555
Kontrol 38.3267 9 6.65916 2.21972
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Perlakuan -
Kontrol 10.03556 2.17014 .72338 8.36743 11.70368 13.873 8 .000
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai Kepadatan
Kolagen
Kontrol7 .197 4 . .975 4 .875
Perlakuan7 .226 4 . .940 4 .653
Kontrol14 .212 5 .200* .973 5 .895
Perlakuan14 .214 5 .200* .929 5 .589
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
Levene's Test of Equality of Error
Variancesa
Dependent Variable: Nilai Kepadatan
Kolagen
F df1 df2 Sig.
2.921 3 14 .071
Tests the null hypothesis that the error variance of the dependent variable is equal across groups.
a. Design: Intercept + Waktu + Kelompok + Waktu * Kelompok
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Between-Subjects Factors
Value Label N
Waktu Pengamatan 1 7 Hari 8
2 14 Hari 10
Kelompok 1 Kontrol7 4
2 Perlakuan7 4
3 Kontrol14 5
4 Perlakuan1
4 5
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: Nilai_Kepadatan_Kolagen
Source Type III Sum
of Squares
df Mean
Square
F Sig.
Corrected Model 1092.947a 3 364.316 78.327 .000
Intercept 29289.755 1 29289.755 6297.205 .000
Kelompok 408.545 1 408.545 87.836 .000
Waktu_Pengamatan 682.908 1 682.908 146.823 .000
Kelompok *
Waktu_Pengamatan
1.495 1 1.495 .321 .581
Error 55.815 12 4.651
Total 30438.517 16
Corrected Total 1148.762 15
a. R Squared = ,951 (Adjusted R Squared = ,939)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Nilai Kepadatan Kolagen
LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean
Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Kontrol7 Perlakuan7 -9.4950* 1.29382 .002 -12.2700 -6.7200
Kontrol14 -11.6790* 1.22743 .000 -14.3116 -9.0464
Perlakuan14 -23.1470* 1.22743 .000 -25.7796 -20.5144
Perlakuan7 Kontrol7 9.4950* 1.29382 .002 6.7200 12.2700
Kontrol14 -2.1840 1.22743 .097 -4.8166 .4486
Perlakuan14 -13.6520* 1.22743 .000 -16.2846 -11.0194
Kontrol14 Kontrol7 11.6790* 1.22743 .000 9.0464 14.3116
Perlakuan7 2.1840 1.22743 .097 -.4486 4.8166
Perlakuan14 -11.4680* 1.15723 .001 -13.9500 -8.9860
Perlakuan14 Kontrol7 23.1470* 1.22743 .000 20.5144 25.7796
Perlakuan7 13.6520* 1.22743 .000 11.0194 16.2846
Kontrol14 11.4680* 1.15723 .001 8.9860 13.9500
Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = 3,348.
*. The mean difference is significant at the .05 level.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 5
Data Berat Badan dan Kedalaman Probing Kelinci
No. Sampel Berat Badan
(kg)
Kedalaman Probing (mm)
Normal Sesudah Induksi
Periodontitis (14 hari)
RA RB RA RB
1 2100 1 2 2 4
2 2200 1 3 2 5
3 2350 2 4 3 4
4 2850 1 4 2 5
5 2100 1 3 3 4
6 2100 1 3 3 5
7 2600 1 4 2 5
8 2300 1 3 2 5
9 2100 1 4 2 5
Rata-rata 2300
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lampiran 6
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA