Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
~ i ~
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Teori, Konsep dan Aplikasi
~ ii ~
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku.
Ketentuan Pidana Pasal 72 1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
~ iii ~
Dr. La Ode Anto, SE., M.Si., Ak., QIA., CA., Asean CPA
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Teori, Konsep dan Aplikasi
Penerbit
~ iv ~
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Teori, Konsep dan Aplikasi
Penulis :
Dr. La Ode Anto, SE., M.Si., Ak., QIA., CA., Asean CPA
Desain Sampul & Tata Letak:
Zulkifli, SE., MM
Penerbit :
AA-DZ Grafika
Cetakan Pertama : Desember 2020
xiv + 287 Halaman, 18 x 25 cm
ISBN : 978-623-7877-04-2
Dicetak oleh :
Percetakan AA-DZ Grafika Email : [email protected]
Jl. Kapten Piere Tendean, Baruga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
_____________________________________________________________
Copyright@2020 Hak cipta dilindungi undang-undang.
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.
Bila dijadikan acuan ataupun sumber pustaka, harap cantumkan penulisnya.
~ v ~
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Akuntansi keuangan daerah sebagai bagian dari Akuntansi sektor
publik, telah menjadi perhatian semua pihak baik dalam tataran pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Peralihan sistem akuntansi pemerintahan dari basis kas menjadi basis akrual merupakan salah satu aspek penting dalam reformasi akuntansi sektor publik termasuk akuntansi keuangan pemerintah daerah. Reformasi sektor publik dengan mengadopsi akuntansi akrual sangat terkait dengan ketersediaan dan kapasitas sumber daya manusia pada pemerintah daerah untuk mengimplementasikannya dalam penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yang senantiasa dikembangkan. Oleh karena itu, buku ini membahas sistem akuntansi keuangan pada pemerintah daerah berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan dan didukung dengan literatur lain yang relevan.
Buku ini diharapkan dapat menambah wacana dan menjadi referensi bagi praktisi akuntansi pada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan sistem akuntansi keuangan daerah. Selanjutnya buku ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam perkuliahan bidang Akuntansi Sektor Publik khususnya Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan buku ini. Penulis menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca guna penyempurnaan berikutnya. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Kendari, November 2020 Penulis
~ vi ~
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i KATA PENGANTAR ......................................................................................... v DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv DAFTAR SINGKATAN/SIMBOL ....................................................................... x
BAB I REFORMASI AKUNTANSI PEMERINTAHAN ....................... 1 1.1 Perkembangan Akuntansi Pemerintahan .............................. 1
................................................................................................. 1.2 Standar Akuntansi Pemerintahan .......................................... 5 1.3 Konsep Dasar Akuntansi Pemerintahan................................ 8 1.4 Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan ...................... 10 1.5 Definisi Akuntansi Keuangan Daerah .................................. 13
BAB II KEKUASAAN DAN ORGANISASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH ............................................................. 21 2.1 Wewenang Kepala Daerah ................................................. 21 2.2 Sekretaris Daerah ............................................................... 22 2.3 Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) ............... 23 2.4 Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ............... 24 2.5 Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran ................................. 26 2.6 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan .................................. 26 2.7 Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD ........................ 27 2.8 Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran ..... 28 2.9 Tanggung Jawab atas Pengelolaan Keuangan Daerah ... 29
BAB III SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH .......... 31 3.1 Pentingnya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ............ 31 3.2 Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ................. 32 3.3 Persamaan Dasar dan Pencatatan Akuntansi ................... 36
3.3.1 Persamaan Dasar Akuntansi..................................... 36 3.3.2 Pencatatan Akuntansi ............................................... 38
3.4 Siklus Akuntansi Keuangan Daerah................................... 47
BAB IV PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH 59 4.1 Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah . ......................................................... 59
~ vii ~
4.2 Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah . 61 4.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah ............................................................ 61 4.4 Kendala Informasi yang Rekevan dan Andal .................. 63 4.5 Elemen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ............ 64
BAB V LAPORAN REALISASI ANGGARAN (LRA)................... 69 5.1 Tujuan Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran ........... 69 5.2 Manfaat Informasi Laporan Realisasi Anggaran .............. 69 5.3 Struktur Laporan Realisasi Anggaran ............................... 70 5.4 Unsur-Unsur Laporan Realisasi Anggaran ....................... 75
BAB VI LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH (LPSAL) ........................................................................................ 79 6.1 Tujuan Penyusunan Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih .................................................................................. 79 6.2 Manfaat Informasi Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih .................................................................................. 79 6.3 Struktur Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih ....... 80 6.4 Unsur-Unsur Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih 81
BAB VII LAPORAN OPERASIONAL (LO) ....................................... 83 7.1 Tujuan Penyusunan Laporan Operasional ....................... 83 7.2 Manfaat Informasi Laporan Operasional .......................... 83 7.3 Struktur Laporan Operasional .......................................... 84 7.4 Unsur-Unsur Laporan Operasional ................................... 88
BAB VIII LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS (LPE)....................... 91 8.1 Tujuan Penyusunan Laporan Perubahan Ekuitas ............ 91 8.2 Manfaat Informasi Laporan Perubahan Ekuitas ................ 91 8.3 Struktur Laporan Perubahan Ekuitas ................................ 91 8.4 Unsur-Unsur Laporan Perubahan Ekuitas ........................ 92
BAB IX NERACA ........................................................................................ 95 9.1 Tujuan Penyusunan Neraca .............................................. 95 9.2 Manfaat Informasi Neraca .................................................. 95 9.3 Struktur Neraca .................................................................. 95 9.4 Unsur-Unsur Neraca .......................................................... 98
BAB X LAPORAN ARUS KAS (LAK) ...............................................103 10.1 Tujuan Penyusunan Laporan Arus Kas ........................... 103 10.2 Manfaat Informasi Laporan Arus Kas .............................. 103
~ viii ~
10.3 Struktur Laporan Arus Kas ............................................... 104 10.4 Unsur-Unsur Laporan Arus Kas ....................................... 110
BAB XI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN (CALK) ... 115 11.1 Penyusunan Catatan Atas Laporan Keuangan ............... 115 11.2 Manfaat Informasi Catatan Atas Laporan Keuangan ....... 115 11.3 Struktur Catatan Atas Laporan Keuangan ....................... 116 11.4 Unsur-Unsur Catatan Atas Laporan Keuangan ............... 117
BAB XII AKUNTANSI ASET LANCAR .............................................. 123 12.1 Akuntansi Kas ................................................................... 123
12.1.1 Definisi Kas .......................................................... 123 12.1.2 Pengelolaan Kas .................................................. 124 12.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Kas ....................... 128 12.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Kas ..................... 131
12.2 Akuntansi Piutang ............................................................ 133 12.2.1 Definisi Piutang .................................................... 133 12.2.2 Klasifikasi Piutang ................................................ 133 12.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Piutang ................. 136 12.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Piutang............... 138
12.3 Akuntansi Persediaan ....................................................... 139 12.3.1 Definisi Persediaan .............................................. 139 12.3.2 Klasifikasi Persediaan .......................................... 139 12.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Persediaan ........... 140 12.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Persediaan ......... 143
BAB XIII AKUNTANSI INVESTASI, ASET TETAP, DAN DANA CADANGAN ............................................................................. 145 13.1 Akuntansi Investasi ........................................................... 145
13.1.1 Definisi Investasi .............................................. 145 13.1.2 Klasifikasi Investasi .......................................... 145 13.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Investasi............ 147 13.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Investasi ......... 151
13.2 Akuntansi Aset Tetap ....................................................... 153 13.2.1 Definisi Aset Tetap ........................................... 153 13.2.2 Klasifikasi Aset Tetap ....................................... 153 13.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap ........ 155 13.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap ...... 165
13.3 Akuntansi Dana Cadangan .............................................. 167 13.3.1 Definisi Dana Cadangan .................................... 167 13.3.2 Klasifikasi Dana Cadangan ................................ 167
~ ix ~
13.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Dana Cadangan . 167 13.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Dana
Cadangan ........................................................... 169
BAB XIV AKUNTANSI KEWAJIBAN, PEMBIAYAAN, DAN TRANSAKSI NON ANGGARAN ....................................... 171 14.1 Akuntansi Kewajiban........................................................ 171
14.1.1 Definisi Kewajiban ............................................... 171 14.1.2 Klasifikasi Kewajiban ........................................... 171 14.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban ............ 174 14.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban .......... 179
14.2 Akuntansi Pembiayaan .................................................... 180 14.2.1 Definisi Pembiayaan ............................................ 180 14.2.2 Klasifikasi Pembiayaan ....................................... 181 14.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan ......... 181 14.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Pembiayaan ...... 183
14.3 Akuntansi Transaksi Non Anggaran ................................ 183 14.3.1 Definisi Transaksi Non Anggaran ....................... 183 14.3.2 Klasifikasi Transaksi Non Anggaran ................... 184 14.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Non
Anggaran ............................................................ 184 14.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Transaksi Non
Anggaran ............................................................ 185
BAB XV AKUNTANSI PENDAPATAN, BELANJA, DAN BEBAN .......................................................................................... 187
15.1 Akuntansi Pendapatan ..................................................... 187 15.1.1 Definisi Pendapatan ............................................ 187 15.1.2 Klasifikasi Pendapatan ......................................... 187 15.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan .......... 188 15.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan ........ 192
15.2 Akuntansi Belanja ............................................................ 195 15.2.1 Definisi Belanja ..................................................... 195 15.2.2 Klasifikasi Belanja ................................................ 196 15.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Belanja .................. 198 15.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Belanja ............... 199
15.3 Akuntansi Beban .............................................................. 201 15.3.1 Definisi Beban ...................................................... 201 15.3.2 Klasifikasi Beban .................................................. 202 15.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Beban ................... 202 15.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Beban ................. 206
~ x ~
BAB XVI ILUSTRASI AKUNTANSI SKPD DAN PPKD SERTA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH .................................................... 207
16.1 Ilustrasi Neraca Awal, Ringkasan DPA, Transaksi, dan Informasi Penyesuaian ..................................................... 207
16.2 Akuntansi SKPD XYZ ........................................................ 216 16.3 Akuntansi PPKD ............................................................... 237 16.4 Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ..... 256
BAB XVII PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH .................................................... 263 17.1 Pengertian, Tujuan, dan Dasar Hukum Pemeriksaan Keuangan ......................................................................... 263 17.2 Jenis-Jenis dan Ruang Lingkup Audit ............................. 266 17.3 Tanggung Jawab dalam Pemeriksaan ............................ 269 17.4 Bukti dan Temuan Pemeriksaan ...................................... 271 17.5 Komunikasi dan Laporan Hasil Pemeriksaan ................. 274
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 279 BIODATA PENULIS ................................................................................. 283
~ xi ~
DAFTAR SINGKATAN/SIMBOL
Singkatan/Simbol Keterangan
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ATK Alat Tulis Kantor BAS Bagan Akun Standar BAST Berita Acara Serah Terima BPKAD Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah BPKP Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BPK RI Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia BGS Bangun Guna Serah BSG Bangun Serah Guna BSK Bangun Serah Kelola BUD Bendahara Umum Daerah BUMD Badan Usaha Milik Daerah BUMN Badan Usaha Milik Negara BUN Bendahara Umum Negara CALK Catatan Atas Laporan Keuangan DPA Dokumen Pelaksanaan Anggaran DPPA Dokumen Pelaksanaan Perubahan Anggaran DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah FIFO First In First Out FOB Free On Board IMB Izin Mendirikan Bangunan IPSAP Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan IPSAS International Public Sector of Accounting Standards KDP Konstruksi Dalam Pengerjaan Kepmendagri Keputusan Menteri Dalam Negeri KUA Kebijakan Umum Anggaran KPA Kuasa Pengguna Anggaran KPKNL Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang KSAP Komite Standar Akuntansi Pemerintahan LHP Laporan Hasil Pemeriksaan LKLL Laporan Keuangan Kementerian/Lembaga LKPD Laporan Keuangan Pemerintah Daerah LKPP Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
~ xii ~
LO Laporan Operasional LPE Laporan Perubahan Ekuitas LPSAL Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih LRA Laporan Realisasi Anggaran LSM Lembaga Swadaya Masyarakat NPM New Public Management Perda Peraturan Daerah Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri PFK Perhitungan Fihak Ketiga PP Peraturan Pemerintah PPKD Pejabat Pengelola Keuangan Daerah PPTK Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan PMK Peraturan Menteri Keuangan PPAS Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara PPh Pajak Penghasilan PPN Pajak Pertambahan Nilai PSAP Penyataan Standar Akuntansi Pemerintahan PUSAP Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah Renstra Rencana Strategis RKA Rencana Kerja Anggaran RKUD Rekening Kas Umum Daerah RKUN Rekening Kas Umum Negara RUPS Rapat Umum Pemegang Saham SAL Saldo Anggaran Lebih SAP Standar Akuntansi Pemerintahan SAPD Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah SDM Sumber Daya Manusia Sekda Sekretaris Daerah SiLPA Selisih Lebih Pembiayaan Anggaran SiKPA Selisih Kurang Pembiayaan Anggaran SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPDKB Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar SKPKD Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah SPI Sistem Pengendalian Intern SKPN Standar Pemeriksaan Keuangan Negara SPP Surat Permintaan Pembayaran SPP-UP Surat Permintaan Pembayaran-Uang Persediaan SPP-GU Surat Permintaan Pembayaran-Ganti Uang SPP-TU Surat Permintaan Pembayaran-Tambah Uang SPP-LS Surat Permintaan Pembayaran-Langsung SPM Surat Perintah Membayar SP2D Surat Perintah Pencairan Dana
~ xiii ~
SSPD Surat Setoran Pajak Daerah TAPD Tim Anggaran Pemerintah Daerah TGR Tuntutan Ganti Rugi TMP Tidak Memberikan Pendapat TP Tuntutan Perbendaharaan TW Tidak Wajar UU Undang-Undang WDP Wajar Dengan Pengecualian WP Wajib Pajak WTP Wajar Tanpa Pengecualian
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
1
BAB I
1.1 Perkembangan Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi pemerintahan merupakan bagian akuntansi sektor publik
yang memiliki beberapa perbedaan dengan dengan akuntansi yang
diterapkan pada sektor privat (bisnis). Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan karakterisitk antara organisasi pemerintahan dengan organisasi
bisnis dimana tujuan operasi organisasi tidak ditujukan untuk memperoleh
keuntungan yang setara (Reck dan Lowensohn, 2016) dan pada organisasi
pemerintahan diamanahkan untuk mengelola dana publik (Jones dan
Pendlebury, 2010). Bastian (2010) mendefenisikan akuntansi sektor publik
sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada
pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan
departemen-departemen di bawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD,
LSM, dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor
publik serta swasta.
Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan
reformasi pengelolaan keuangan negara, telah menerapkan sistem
pencatatan single entry. Pada sistem pencatatan ini menurut (Halim, 2007),
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatat satu kali,
transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi
penerimaan dan transaksi ekonomi yang berakibat berkurangnya kas akan
dicatat pada sisi pengeluaran.
Hasil dari sistem pencatatan ini, pemerintah tidak memiliki catatan
tentang piutang dan utang, apalagi catatan tentang aset tetap yang dimiliki
dan ekuitas. Sehingga selama itu pemerintah tidak pemah menampilkan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
2
neraca sebagai salah satu bentuk laporan keuangan yang umum kita kenal
guna menggambarkan posisi keuangan pemerintah. Hal ini disebabkan
juga karena basis akuntansi yang digunakan selama ini adalah basis kas,
pada basis ini menurut (Bastian, 2010) hanya mengakui arus kas masuk
dan arus kas keluar. Rekening keuangan akhir akan dirangkum dalam buku
kas, sehingga laporan keuangan tidak bisa dihasilkan karena ketiadaan
data tentang aset dan kewajiban.
Reformasi tahun 1998 telah membuka wacana perubahan
manajemen keuangan pemerintah. Terkait pelaksanaan otonomi daerah,
pemerintah mengeluarkan Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Perubahan mendasar tersebut adalah tuntutan akan akuntabilitas dan
transparansi yang lebih besar dalam pengelolaan anggaran. Salah satu
pergeseran pengelolaan APBD berdasarkan peraturan-peraturan tersebut
adalah timbulnya perubahan sistem akuntansi keuangan pemerintah. Untuk
mendukung pelaksanaan UU tersebut, Pemerintah Pusat mengeluarkan:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2000 tentang Dana
Perimbangan.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman
Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara
Pertanggungjawaban Kepala Daerah.
5. Surat Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah tanggal 17 Nopember
2000 Nomor 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan
Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2001.
6. Keputusan Menteri Dalam Negeri (Kepmendagri) Nomor 29 Tahun 2002
tentang Pedoman Pengurusan Pertanggungjawaban dan Pengawasan
Keuangan Daerah, serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Cara Penyusunan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan
Daerah, serta Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
3
Selanjutnya Pemerintah Pusat mengeluarkan 2 (dua) UU yang
berhubungan dengan keuangan dan perbendaharaan negara yaitu Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Peraturan
yang mengakibatkan perubahan mendasar dalam pengelolaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah PP Nomor 105 Tahun 2000
dan Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002.
Perkembangan selanjutnya, sejalan dengan diterbitkannya paket UU
tentang Keuangan Negara, yakni UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara, UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, dan UU Nomor 15 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka sebagai konsekuensinya adalah
penyesuaian dan amandemen atas peraturan perundangan sebelumnya.
Dalam kaitan dengan pemerintahan daerah dan pengelolaan keuangan
daerah, maka diterbitkan UU Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti UU
Nomor 22 Tahun 1999, dan UU Nomor 33 Tahun 2004 sebagai pengganti
UU Nomor 25 Tahun 1999. Selain itu muncul peraturan perundangan yang
diamanatkan oleh UU terdahulu, seperti PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan.
PP yang berpayung hukum dengan UU yang telah diamandemen
tentu harus menyesuaikan dan atau mengalami perubahan atau revisi. PP
Nomor 105 Tahun 2000, misalnya, diganti dengan PP Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Begitu juga dengan peraturan
yang lebih teknis, seperti Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002, diganti
dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah. Kemudian dikeluarkan Permendagri Nomor 59 Tahun
2007 tentang Perubahan Atas Pemendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagai perubahan pertama dan
Permendagri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas
Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Berdasarkan UU dan peraturan-peraturan tersebut, pengelolaan
keuangan daerah di era reformasi memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Daerah adalah provinsi dan kota atau kabupaten.
2. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah beserta perangkat lainnya.
Terdapat pemisahan antara legislatif (DPRD) dan eksekutif (Pemda).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
4
3. Perhitungan APBD menjadi satu dengan pertanggungjawaban kepala
daerah.
4. Bentuk laporan pertanggungjawaban akhir tahun anggaran terdiri atas:
a. Laporan Perhitungan APBD.
b. Nota Perhitungan APBD.
c. Laporan Arus Kas.
d. Neraca Daerah.
Dilengkapi penilaian kinerja berdasarkan tolok ukur Rencana Strategis
(Renstra).
5. Pinjaman APBD tidak lagi masuk dalam akun Pendapatan (hak Pemda),
tetapi masuk dalam akun Penerimaan (belum tentu menjadi hak
Pemda).
6. Masyarakat termasuk dalam unsur-unsur penyusun APBD, selain
Pemda yang terdiri atas kepala daerah dan DPRD.
7. Indikator kinerja Pemda mencakup;
a. Perbandingan antara anggaran dan realisasi
b. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasi
c. Target dan persentase fisik
d. Standar pelayanan yang diharapkan.
8. Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah pada akhir tahun
anggaran adalah Laporan Perhitungan APBD dibahas oleh DPRD dan
mengandung konsekuensi atas masa jabatan kepala daerah jika 2 (dua)
kali mengalami penolakan DPRD.
9. Penerapan akuntansi dalam pengelolaan keuangan daerah.
Sesuai amanat UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara, yang mengatur penggunaan basis akrual dalam sistem akuntansi
keuangan pemerintah, maka pemerintah merilis PP Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) sebagai penganti PP
Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang
menggunakan basis kas menuju basis akrual (cash toward accrual). Pada
PP Nomor 71 Tahun 2010 diamanatkan penggunaan basis akrual dalam
sistem akuntansi keuangan pemerintah, dilaksanakan paling lambat tahun
2015. Untuk mendukung pelaksanaan PP Nomor 71 Tahun 2010, telah
dikeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 238 Tahun 2011
tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah (PUSAP) dan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
5
Permendgri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.
Setelah ditetapkan SAP ini maka pemerintah harus menyusun
laporan keuangan yang lengkap sebagai bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan pemerintah dibandingkan dengan sebelum
ditetapkannya SAP ini. Oleh karena itu, sistem pencatatan single entry yang
selama ini digunakan, tidak mungkin lagi bisa diterapkan karena tidak dapat
menghasilkan laporan keuangan yang lebih lengkap, mau tak mau
pemerintah harus beralih kepada sistem pencatatan double entry, pada
sistem ini menurut (Halim, 2004) pada dasamya suatu transaksi ekonomi
akan dicatat dua kali pada sisi debet dan sisi kredit. Tidak hanya itu saja,
pada SAP ini basis pencatatan yang digunakan adalah basis accrual.
1.2 Standar Akuntansi Pemerintahan
Standar akuntansi adalah acuan dalam penyajian laporan keuangan
yang ditujukan kepada pihak-pihak di luar organisasi yang mempunyai
otoritas tertinggi dalam kerangka akuntansi berterima umum (Halim, 2014).
Standar akutansi berguna bagi pemerintah dalam menyusun laporan
keuangan untuk menentukan informasi yang harus disajikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Para pengguna laporan keuangan akan dapat
memahami informasi yang disajikan oleh pemerintah jika disajikan dengan
kriteria atau persepsi yang dipahami secara sama dengan penyusun
laporan keuangan pemerintah. Untuk itu, pemerintah telah menyusun
standar akuntansi pemerintahan yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan keinformatifan laporan
keuangan pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yang
lebih baik, serta memfasilitasi manajemen keuangan/aset yang lebih
transparan dan akuntabel, maka perlu penerapan akuntansi berbasis akrual
yang merupakan best practice di dunia internasional. Secara konseptual
akuntansi berbasis akrual dipercaya dapat menghasilkan informasi yang
lebih akuntabel dan transparan dibandingkan dengan akuntansi berbasis
kas. Akuntansi berbasis akrual dianggap mampu mendukung
terlaksanakannya perhitungan berbagai macam biaya pelayanan publik
yang disediakan oleh pemerintah dengan wajar.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
6
PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) menyatakan bahwa SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan terdapat 3 (tiga) Lampiran yaitu: Lampiran I tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual yang akan dilaksanakan selambat-
lambatnya mulai tahun 2014; Lampiran II tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual yang hanya berlaku hingga
tahun 2014; dan Lampiran III tentang Proses Penyusunan Standar
Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual. Lampiran I berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas, sedangkan
Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap
untuk menerapkan SAP Berbasis Akrual. Dengan kata lain, Lampiran II
merupakan lampiran yang memuat kembali seluruh aturan yang ada pada
PP Nomor 24 Tahun 2005 tanpa adanya perubahan.
Setelah adanya lampiran II dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 ini,
diharapkan pelaksana penatausahaan ataupun akuntansi nantinya tidak
mengalami kebingungan atas perubahan-perubahan tersebut karena lebih
mudah memahami perubahannya dibandingkan jika langsung beranjak dari
penyesuaian atas International Public Sector of Accounting Standards
(IPSAS) yang diacu oleh KSAP. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
dikembangkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan adalah konsep dasar
penyusunan dan pengembangan SAP. Kerangka Konseptual merupakan
acuan bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, pemeriksa, dan pengguna
laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang
belum diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Interpretasi Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan, yang selanjutnya
disingkat IPSAP, adalah penjelasan, klarifikasi, dan uraian lebih lanjut atas
PSAP.
Sistem Akuntansi Pemerintahan pada Pemerintah Pusat dan Daerah
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 238/PMK.05/Tahun 2011
tentang Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP). PUSAP
bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah dalam rangka
penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintahan yang mengacu pada SAP
berbasis Akrual. Demikian pula Sistem Akuntansi Pemerintahan pada
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
7
pemerintah Daerah harus diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota
yang mengacu pada Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintah
tersebut. Sebagai aturan teknis pemerintah mengeluarkan Permendagri
Nomor 64 tahun 2013 sebagai pedoman bagi pemerintah daerah dalam
rangka penerapan SAP berbasis akrual.
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual tersebut terdiri
dari Kerangka Konseptual dan 12 Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP). Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang
mendasari penyusunan dan pengembangan Standar Akuntansi
Pemerintahan. Kerangka konseptual juga berfungsi sebagai acuan dalam
hal terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan, akan tetapi bila terjadi pertentangan antara
kerangka konseptual dengan standar, maka ketentuan standar diunggulkan
relatif terhadap kerangka konseptual. Kerangka Konseptual membahas
tentang tujuan kerangka konseptual, lingkup akuntansi pemerintahan,
pengguna dan kebutuhan para pengguna, entitas akuntansi dan pelaporan,
peranan dan tujuan pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan,
asumsi dasar, karakteristik kualitatif laporan keuangan, prinsip akuntansi
dan pelaporan keuangan, dan kendala informasi yang relevan dan andal.
Kerangka konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan bertujuan
untuk memberikan acuan bagi penyusun standar akuntansi pemerintahan
dalam melaksanakan tugasnya, penyusun laporan keuangan dalam
menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar,
pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan
keuangan disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, dan
para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang
disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan.
Adapun Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan menurut PP
Nomor 71 Tahun 2010 teridiri dari:
PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan
PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
PSAP 03 tentang Laporan Arus Kas
PSAP 04 tentang Catatan Atas Laporan Keuangan
PSAP 05 tentang Akuntansi Persediaan
PSAP 06 tentang Akuntansi Investasi
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
8
PSAP 07 tentang Akuntansi Aset Tetap
PSAP 08 tentang Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
PSAP 09 tentang Akuntansi Kewajiban
PSAP 10 tentang Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang tidak dilanjutkan
PSAP 11 tentang Laporan Keuangan Konsolidasian
PSAP 12 tentang Laporan Operasional.
1.3 Konsep Dasar Akuntansi Pemerintahan
Beberapa hal yang menjadi konsep dasar dalam mengembangkan
Standar Akuntansi Pemerintahan adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Akuntansi Pemerintahan.
Akuntansi adalah proses identifikasi, pencatatan, pengukuran,
pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan,
penyajian laporan serta penginterpretasian atas hasilnya. Akuntansi
sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para
pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi (Warren et al.,
2018). Akuntansi pemerintahan adalah sebuah kegiatan jasa dalam
rangka menyediakan informasi kuantitatif terutama bersifat keuangan
dari entitas pemerintah guna pengambilan keputusan ekonomi yang
nalar dari pihak-pihak berkepentingan atas berbagai alternatif tindakan
(Halim,2007). Selanjutnya, PP Nomor 58 Tahun 2005 mengemukakan
konsep sistem akuntansi pemerintah daerah sebagi serangkaian
prosedur mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,
dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah
daerah.
2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan.
Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh
terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.
Ciri-ciri penting lingkungan pemerintah yang perlu dipertimbangkan
dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan adalah
sebagai berikut:
a. Ciri Utama Struktur Pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:
1) Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan.
2) Sistem pemerintahan otonomi dan transfer antar pemerintah.
3) Pengaruh proses politik.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
9
4) Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan
pemerintah.
b. Ciri Keuangan Pemerintah yang penting bagi pengendalian:
1) Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal,
dan sebagai alat pengendalian.
2) Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan
pendapatan.
3) Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk
pengendalian.
4) Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena
digunakan dalam operasional pemerintah.
3. Pengguna dan Kebutuhan Informasi.
Terdapat kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah,
namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat.
b. Wakil Rakyat, Lembaga Pengawas, dan Lembaga Pemeriksa.
c. Pihak pemberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman
d. Pemerintah.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum
untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna.
Mengingat laporan keuangan pemerintah berperan sebagai wujud
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan
disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen
informasi yang diharuskan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan (statutory reports). Selain itu, karena pajak merupakan
sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan
keuangan yang memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak
perlu mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan
serta posisi kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik
dan memadai apabila didasarkan pada basis akrual, namun apabila
terdapat ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengharuskan penyajian suatu laporan keuangan dengan basis kas,
maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan demikian.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
10
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum
di dalam laporan keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan untuk keperluan perencanaan,
pengendalian, dan pengambilan keputusan. Selanjutnya, pemerintah
dapat menentukan bentuk dan jenis informasi tambahan untuk
kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang diatur dalam kerangka
konseptual ini maupun standar-standar akuntansi lebih lanjut.
4. Entitas Akuntansi dan Pelaporan.
a. Entitas Akuntansi merupakan unit pada pemerintahan yang
mengelola anggaran, kelpyaan, dan kewajiban yang
menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan keuangan
atas dasar akuntansi yang diselenggarakan.
b. Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri dari
satu atau lebih entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan wajib menyajikan laporan
pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan
umum, yang terdiri dari:
1) Pemerintah Pusat.
2) Pemerintah Daerah.
3) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan
pemerintah pusat.
4) Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau
organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan
satuan organisasi dimaksud diwajib menyajikan laporan
keuangan.
c. Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu diperhatikan syarat
pengelolaan, pengendalian, dan penguasaan suatu entitas
pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan misi tertentu, dengan
bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari
entitas pelaporan lain.
1.4 Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, Prinsip akuntansi dan pelaporan
keuangan dimaksudkan sebagai ketentuan yang dipahami dan ditaati oleh
pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan
pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
11
laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan.
Delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan
pemerintah yaitu:
1. Basis Akuntansi.
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan
pemerintah adalah basis akrual untuk pengakuan Pendapatan-LO,
beban, aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis akrual untuk LO berarti
bahwa pendapatan diakui pada saat hak untuk memperoleh
pendapatan telah terpenuhi walaupun kas belum diterima di Rekening
Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan beban
diakui pada saat kewajiban yang mengakibatkan penurunan nilai
kekayaan bersih telah terpenuhi walaupun kas belum dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan.
Pendapatan seperti bantuan pihak luar/asing dalam bentukjasa
disajikan pula pada LO.
Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasar basis kas,
maka LRA disusun berdasar basis kas, berarti pendapatan dan
penerimaan pembiayaan diakui saat kas diterima di Rekening Kas
Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan, serta belanja,
transfer dan pengeiuaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan
dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Namun, jika anggaran
disusun dan dilaksanakan berdasar basis akrual, maka LRA disusun
berdasarkan basis akrual. Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset,
kewajiban, dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi,
atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada
keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas
diterima atau dibayarkan.
Namun demikian dalam IPSAP Nomor 02 tentang Pengakuan
Pendapatan yang diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah,
dimungkinkan tidak semua pendapatan dalam bentuk kas diterima pada
RKUN/RKUD, terdapat pendapatan kas yang diterima oleh entitas selain
Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD), bahkan ada yang
langsung digunakan oleh Satuan Kerja (Satker)/ Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Demikian pula dalam IPSAP Nomor 03 tentang
Pengakuan Penerimaan Pembiayaan yang diterima Kas Umum
Negara/Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan yang dikeluarkan dari
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
12
Rekening Kas Umum Negara/Daerah, sehingga memungkinkan adanya
pengakuan penerimaan pembiayaan ditentukan oleh BUN/BUD sebagai
pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUN/RKUD sebagai
salah satu tempat penampungan.
2. Prinsip Nilai Historis.
Aset dicatat sebesar pengeiuaran kas dan setara kas yang dibayar
atau sebesar nilai wajar untuk memperoleh aset tersebut. Kewajiban
dicatat sebesar jumlah kas dan setara kas yang diharapkan akan
dibayarkan untuk memenuhi kewajiban di masa yang akan datang
dalam pelaksanaan kegiatan pemerintah. Nilai historis lebih dapat
diandalkan dibanding penilaian lain karena lebih obyektif dan dapat
diverifikasi. Dalam hal tidak terdapat nilai historis, dapat digunakan nilai
wajar aset atau kewajiban terkait.
3. Prinsip Realisasi.
Bagi pemerintah, pendapatan basis kas yang telah diotorisasi
melalui anggaran pemerintah suatu periode akuntansi akan digunakan
untuk membayar utang dan belanja dalam periode tersebut. Mengingat
LRA masih merupakan laporan yang wajib disusun, maka pendapatan
atau belanja basis kas diakui setelah diotorisasi melalui anggaran dan
telah menambah atau mengurangi kas. Prinsip penandingan biaya-
pendapatan (matching-cost with revenue principle} dalam akuntansi
pemerintah tidak mendapat penekanan sebagaimana akuntansi
komersial.
4. Prinsip Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance Over Form).
Infomasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan wajar transaksi
serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau
peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan
substansi dan realitas ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitas.
Apabila substansi transaksi atau peristiwa lain tidak konsisten/berbeda
dengan aspek formalitasnya, maka hal tersebut harus diungkapkan
dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
5. Prinsip Periodisitas.
Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas pelaporan perlu
dibagi menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja entitas
dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
13
Periode utama yang digunakan adalah tahunan, namun periode
bulanan, triwulanan, dan semesteran juga dianjurkan.
6. Prinsip Konsistensi.
Perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang
serupa antar periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi
internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari
satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode
akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode
yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik
dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode
ini dungkapkan dalam CALK.
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap.
LKPD menyajikan secara lengkap informasi yang dibutuhkan
pengguna. Informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan
keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face) laporan
keuangan atau CALK.
8. Prinsip Penyajian Wajar.
Laporan keuangan menyajikan dengan wajar LRA, LP-SAL, LO, LPE,
Neraca, LAK dan CALK. Dalam rangka penyajian wajar, faktor
pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika
menghadapi ketidakpastian keadaan tertentu (konservatisma).
Ketidakpastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta
tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam
penyusunan laporan keuangan. Pertimbangan sehat mengandung
unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi
ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu
tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian,
penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya,
pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau
pendapatan yang terlampau rendah, sengaja mencatat kewajiban atau
belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi
tidak netral dan tidak andal.
1.5 Definisi Akuntansi Keuangan Daerah
Jones dan Pendlebury (2010) mengelompokkan organisasi dalam 3
(tiga) kategorisasi yakni:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
14
1. Profit-oriented, yaitu organisasi yang mempunyai tujuan utama
memaksimumkan laba. Sebagai contoh organisasi tipe ini adalah
perusahaan yang melakukan bisnis untuk tujuan utama memperoleh
laba.
2. Type A non-profit, yaitu organisasi non-laba yang seluruh atau hampir
seluruh sumber daya finansialnya diperoleh dari pendapatan penjualan
barang dan jasa. Contoh organisasi ini adalah rumah sakit milik
pemerintah yang pendapatannya diperoleh dari jasa pelayanan
kesehatan dan tidak tergantung pendapatannya dari anggaran
pemerintah.
3. Type B non-profit, yaitu organisasi non-laba yang memperoleh sumber
daya finansial dalam jumlah yang signifikan dari sumber selain
penjualan barang dan jasa. Sebagai contoh adalah pemerintah pusat
dan daerah.
Organisasi pemerintahan merupakan bagian dari sektor nonbisnis.
Jones dan Pendlebury (2010) menyatakan bahwa pemerintah daerah (Local
Government) dapat dimasukkan dalam kategori organisasi Type B non-
profit. Hal ini karena pemerintah daerah (selanjutnya disingkat pemda)
memperoleh pendanaannya dari pajak, retribusi, hibah (grant), dan
pinjaman. Dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan disebutkan
bahwa lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh
terhadap karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya.
Karakteristik-karakteristik penting lingkungan pemerintahan yang perlu
dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan
keuangan adalah:
1. Karakteristik utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang
diberikan:
a. Bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan.
Dalam bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berazas
demokrasi, kekuasaan ada di tangan rakyat. Rakyat
mendelegasikan kekuasaan kepada pejabat publik melalui proses
pemilihan. Sejalan dengan pendelegasian kekuasaan ini adalah
pemisahan wewenang di antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Sistem ini dimaksudkan untuk mengawasi dan menjaga
keseimbangan terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan
di antara penyelenggara pemerintahan. Sebagaimana berlaku dalam
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
15
lingkungan keuangan pemerintahan, pihak eksekutif menyusun
anggaran dan menyampaikannya kepada pihak legislatif untuk
mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan, pihak
eksekutif melaksanakannya dalam batas-batas apropriasi dan
ketentuan perundang-undangan yang berhubungan dengan
apropriasi tersebut. Pihak eksekutif bertanggung jawab atas
penyelenggaraan keuangan tersebut kepada pihak legislatif dan
rakyat.
b. Sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan
antarpemerintah.
Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam
sistem pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat,
pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang
lebih luas cakupannya memberi arahan pada pemerintah yang
cakupannya lebih sempit. Adanya pemerintah yang menghasilkan
pendapatan pajak atau bukan pajak yang lebih besar mengakibatkan
diselenggarakannya sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau
subsidi antarentitas pemerintahan.
c. Adanya pengaruh proses politik.
Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan
kesejahteraan seluruh rakyat. Sehubungan dengan itu, pemerintah
berupaya untuk mewujudkan keseimbangan fiskal dengan
mempertahankan kemampuan keuangan negara yang bersumber
dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi
keinginan masyarakat. Salah satu ciri yang penting dalam
mewujudkan keseimbangan tersebut adalah berlangsungnya proses
politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di
masyarakat.
d. Hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah.
Walaupun dalam keadaan tertentu pemerintah memungut secara
langsung atas pelayanan yang diberikan, pada dasarnya sebagian
besar pendapatan pemerintah bersumber dari pungutan pajak
dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Jumlah
pajak yang dipungut tidak berhubungan langsung dengan
pelayanan yang diberikan pemerintah kepada wajib pajak. Pajak
yang dipungut dan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
16
mengandung sifat-sifat tertentu yang wajib dipertimbangkan dalam
mengembangkan laporan keuangan, antara lain:
1) Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang
sifatnya sukarela.
2) Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan
pajak sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan, seperti penghasilan yang diperoleh, kekayaan yang
dimiliki, aktivitas bernilai tambah ekonomis, atau nilai kenikmatan
yang diperoleh.
3) Efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dibandingkan
dengan pungutan yang digunakan untuk pelayanan dimaksud
sering sukar diukur sehubungan dengan monopoli pelayanan
oleh pemerintah. Dengan dibukanya kesempatan kepada pihak
lain untuk menyelenggarakan pelayanan yang biasanya
dilakukan pemerintah, seperti layanan pendidikan dan
kesehatan, pengukuran efisiensi pelayanan oleh pemerintah
menjadi lebih mudah.
4) Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang
diberikan pemerintah adalah relatif sulit.
2. Karakteristik keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:
a. Anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan
sebagai alat pengendalian.
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil
kesepakatan antara eksekutif dan legislatif tentang belanja yang
ditetapkan untuk melaksanakan kegiatan pemerintah dan pendapatan
yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau
pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atau
surplus. Dengan demikian, anggaran mengkoordinasikan aktivitas
belanja pemerintah dan memberi landasan bagi upaya perolehan
pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode
tertentu yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun, tidak
tertutup kemungkinan disiapkannya anggaran untuk jangka waktu
lebih atau kurang dari setahun. Dengan demikian, fungsi anggaran di
lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:
1) Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
17
2) Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan
keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan
yang diinginkan.
3) Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki
konsekuensi hukum.
4) Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
5) Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan
keuangan pemerintah sebagai pernyataan pertanggungjawaban
pemerintah kepada publik.
b. Investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan.
Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset
yang tidak secara langsung menghasilkan pendapatan bagi
pemerintah, seperti gedung perkantoran, jembatan, jalan, taman, dan
kawasan reservasi. Sebagian besarasetdimaksud mempunyai masa
manfaat yang lama sehingga program pemeliharaan dan rehabilitasi
yang memadai diperlukan untuk mempertahankan manfaat yang
hendak dicapai. Dengan demikian, fungsi aset dimaksud bagi
pemerintah berbeda dengan fungsinya bagi organisasi komersial.
Sebagian besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara
langsung bagi pemerintah, bahkan menimbulkan komitmen pemerintah
untuk memeliharanya di masa mendatang.
c. Kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan
pengendalian.
Akuntansi dana (fund accounting) merupakan sistem akuntansi
dan pelaporan keuangan yang lazim diterapkan di lingkungan
pemerintah yang memisahkan kelompok dana menurut tujuannya,
sehingga masing-masing merupakan entitas akuntansi yang mampu
menunjukkan keseimbangan antara belanja dan pendapatan atau
transfer yang diterima. Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan
pengendalian masing-masing kelompok dana selain kelompok dana
umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan dalam
pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.
Pengelolaan keuangan daerah adalah seluruh kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah (Ratmono dan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
18
Sholihin, 2015). Proses pengelolaan keuangan daerah dapat dibagi menjadi
4 (empat) tahap yaitu:
1. Perencanaan dan Penganggaran.
Pada tahap ini dilakukan aktivitas yang berurutan yaitu: (1)
penyusunan dan pengesahan Kebijakan Umum APBD (KUA), (2)
penyusunan dan pengesahan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
(PPAS), (3) penyusunan dan pengesahan, penyusunan dan
pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat
Daerah (RKA-SKPD), dan (4) penyusunan dan pengesahan Perda
APBD.
2. Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD.
Pada tahap ini terdapat beberapa kegiatan pengelolaan keuangan
daerah seperti penyusunan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)
SKPD dan anggaran kas, penyediaan dana, pengajuan Surat
Permintaan Pembayaran (SPP), penerbitan Surat Perintah Membayar
(SPM), penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D),
pembelanjaan dana, dan pertanggungjawaban dana.
3. Perubahan APBD.
Perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi:
a. Perkembangan yang tidak sesuai asumsi KUA.
b. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar unit
organisasi, antar kegiatan, dan antarjenis belanja.
c. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan.
d. Keadaan darurat.
e. Keadaan luar biasa.
Pada tahap perubahan APBD ini dilakukan beberapa kegiatan
seperti penyusunan KUA dan PPAS Perubahan APBD, penyusunan
RKA-SKPD perubahan APBD, penyusunan dan pengesahan Perubahan
APBD, penyusunan dan pengesahan Dokumen Pelaksanaan Perubahan
Anggaran (DPPA) SKPD.
4. Akuntansi dan Pelaporan.
Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan pengelolaan keuangan
daerah meliputi penyusunan laporan keuangan SKPD, penyusunan
laporan keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD),
dan konsolidasi dan penyusunan laporan keuangan Pemda. Dalam
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
19
proses pengelolaan keuangan daerah ini nampak peran akuntansi
keuangan daerah sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam
pengelolaan keuangan daerah yaitu dalam tahap pelaporan keuangan
Pemda sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban dari pelaksanaan
APBD.
Peran penting akuntansi bagi pemda ditunjukkan dalam pasal 51 UU
Nomor 17 Tahun 2003 yaitu setiap Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(selaku Bendahara Umum Daerah) dan Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
(selaku Pengguna Anggaran) harus menyelenggarakan akuntansi atas
transaksi keuangan, aset, utang, dan ekuitas, termasuk transaksi pendapatan,
belanja, dan pembiayaan yang beradadalamtanggungjawabnya. Akuntansi
keuangan daerah didefinisikan sebagai proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi keuangan dari entitas
pemda dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh
pihak eksternal (Halim, 2007). Pihak-pihak eksternal entitas pemda tersebut
antara lain Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), investor, kreditur, donatur, analisis ekonomi, rakyat, dan
pemerintah pusat. Adapun kedudukan akuntansi keuangan daerah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.1
Kedudukan Akuntansi Keuangan Daerah
Akuntansi
Akuntansi Komersil
Akuntansi Sektor Publik
Akuntansi Pemerintahan
Akuntansi Non Pemerintahan
Akuntansi Pemerintah Pusat
Akuntansi Pemerintah Daerah
Akuntansi Keuangan Daerah
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
20
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa akuntansi dapat diklasifikasikan ke dalam dua jenis sesuai penggunaannya untuk tipe organisasi tertentu yaitu akuntansi komersial (untuk organisasi yang berorientasi laba) dan akuntansi sektor publik (untuk organisasi nonbisnis). Akuntansi sektor publik dapat dibagi lagi menjadi akuntansi pemerintahan (untuk pemerintah pusat dan daerah) dan akuntansi nonpemerintahan (misalnya digunakan oleh rumah sakit, lembaga swadaya masyarakat, yayasan, dan sebagainya). Dari Gambar 1.1 di atas jelas bahwa akuntansi keuangan daerah merupakan bagian dari organisasi sektor publik khususnya akuntansi pemerintahan yang mempunyai karakteristik sebagai organisasi Type B non-profit seperti yang telah diuraikan sebelumnya.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
21
BAB II
2.1 Wewenang Kepala Daerah
Kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian
dari kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan pengelolaan keuangan
negara dari presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota
selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan (Darise, 2009). Oleh karena itu, gubernur/bupati/walikota selaku
kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan
kekayaan daerah yang dipisahkan. Selaku pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah, Kepala Daerah mempunyai kewenangan:
1. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBD.
2. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang daerah.
3. Menetapkan kuasa pengguna anggaran/barang.
4. Menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran.
5. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pemungutan
penerimaan daerah.
6. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan utang dan
piutang daerah.
7. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengelolaan barang
milik daerah.
8. Menetapkan pejabat yang bertugas melakukan pengujian atas tagihan
dan memerintahkan pembayaran.
Selaku pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah kepala
daerah melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya berupa
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
22
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggung
jawaban serta pengawasan keuangan daerah kepada:
1. Sekretaris daerah selaku koordinator pengelola keuangan daerah.
2. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah selaku Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD).
3. Kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) selaku Pengguna
Anggaran.
2.2 Sekretaris Daerah
Jabatan sekretaris daerah selaku koordinator adalah terkait dengan
peran dan fungsi Sekretaris membantu kepala daerah dalam menyusun
kebijakan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan
daerah termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris daerah selaku
koordinator pengelolaan keuangan daerah dalam konteks penyusunan
pelaksanaan dan penatausahaan keuangan daerah mempunyai tugas
koordinasi di bidang penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan
APBD, menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD, dan memberikan
persetujuan pengesahan DPA-SKPD. Selaku koordinator pengelolaan
keuangan daerah bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
kepala daerah.
Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan daerah
mempunyai tugas koordinasi di bidang:
1. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan APBD.
2. Penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan barang daerah.
3. Penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
4. Penyusunan Ranperda APBD, perubahan APBD.
5. Tugas-tugas pejabat perencana daerah, PPKD, dan pejabat pengawas
keuangan daerah.
6. Penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban APBD.
Selain tugas-tugas sebagaimana dimaksud koordinator pengelolaan
keuangan daerah juga mempunyai tugas:
1. Memimpin tim anggaran pemerintah daerah (TAPD).
2. Menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD.
3. Menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
23
4. Memberikan persetujuan pengesahan DPA-SKPD.
5. Melaksanakan tugas-tugas koordinasi pengelolaan keuangan daerah
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
2.3 Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD)
Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah mempunyai tugas
melaksanakan pengelolaan APBD, dan bentuk kekayaan daerah lainnya
serta bertindak sebagai Bendahara Umum Daerah. Dalam melaksanakan
tugasnya kepala pejabat pengelola keuangan daerah bertanggung jawab
kepada kepala daerah melalui koordinator pengelola keuangan.
Kepala PPKD selaku Pengelola APBD mempunyai tugas sebagai
berikut:
1. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan keuangan daerah.
2. Menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan APBD.
3. Melaksanakan pemungutan pajak daerah yang telah ditetapkan dengan
peraturan daerah.
4. Melaksanakan fungsi bendahara umum daerah.
5. Menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
6. Melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh
kepala daerah.
PPKD selaku BUD berwenang:
1. Menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD.
2. Mengesahkan DPA-SKPD.
3. Melakukan pengendalian pelaksanaan APBD.
4. Memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem penerimaan dan
pengeluaran kas daerah.
5. Melaksanakan pemungutan pajak daerah.
6. Memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh bank
dan/atau lembaga keuangan lainnya yang telah ditunjuk.
7. Mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam
pelaksanaan APBD.
8. Menyimpan uang daerah.
9. Menetapkan SPD.
10. Melaksanakan penempatan uang daerah dan mengelola/
menatausahakan investasi.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
24
11. Melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum daerah.
12. Menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian jaminan atas nama
pemerintah daerah.
13. Melaksanakan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah.
14. Melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah.
15. Melakukan penagihan piutang daerah.
16. Melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan daerah.
17. Menyajikan informasi keuangan daerah.
18. Melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta penghapusan
barang milik daerah.
2.4 Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
Kepala satuan kerja perangkat daerah terdiri dari kepala dinas,
badan, sekretaris daerah, sekretaris DPRD, kepala lembaga teknis, camat,
dan lurah. Kepala satuan keija perangkat daerah sebagai pengguna
anggaran bertanggung jawab atas tertib penatausahaan anggaran yang
dialokasikan pada satuan kerja yang dipimpinnya, kepala satuan kerja
perangkat daerah disebut pengguna anggaran, apabila mempunyai
anggaran tersendiri dalam hal ini dokumen pelaksana anggaran satuan
kerja perangkat daerah (DPA SKPD). Dalam konteks penyusunan
pelaksanaan dan penatausahaan, pengguna anggaran mempunyai tugas
dan wewenang antara lain:
1. Menyusun RKA-SKPD.
2. Munyusun DPA-SKPD.
3. Melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran atas beban
anggaran belanja.
4. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya.
5. Melakukan penguj ian atas tagihan dan memerintahkan pembayaran.
6. Melakukan pemungutan penerimaan bukan pajak.
7. Mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan pihak lain dalam
batas anggaran yang telah ditetapkan.
8. Menandatangani SPM.
9. Mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung jawab SKPD yang
dipimpinnya.
10. Mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang menjadi
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
25
tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya.
11. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang
dipimpinnya.
12. Mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang dipimpinnya
13. Melaksanakan tugas-tugas pengguna anggaran/pengguna barang
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
14. Bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah
melalui Sekretaris Daerah (Sekda).
Berdasarkan uraian diatas organisasi kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah pada pemerintah daerah adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Organisasi Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Pada Pemerintah Daerah
Dalam melaksanakan tugasnya kepala SKPD sebagai pengguna
anggaran melimpahkan dan dibantu oleh:
1. Pejabat kuasa pengguna anggaran.
2. Pejabat pelaksana teknis kegiatan.
3. Pejabat penata usaha keuangan.
4. Bendahara.
KEPALA DAERAH
SEKRETARIS DAERAH Koordinator Pengelolaan
Keuangan Daerah
Kepala Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah Sebagai PPKD
Kepala SKPD Sebagai Pengguna Anggaran/Barang
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
26
2.5 Pejabat Kuasa Pengguna Anggaran
Pejabat Pengguna Anggaran dalam melaksanakan tugas-tugas
dapat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada selaku Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA). Pelimpahan sebagian kewenangan
berdasarkan besaran SKPD, besaran jumlah uang yang dikelola, beban
kerja, lokasi, kompetensi dan/atau rentang kendali, dan pertimbangan
objektif lainnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut penetapan pejabat
kuasa pengguna anggaran dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
pertimbangan kepala SKPD sebagai pengguna anggaran.
Kuasa pengguna anggaran adalah kepala unit pada SKPD atau
jabatan setingkat dibawah kepala SKPD dan merupakan penanggung
jawab program. Kuasa pengguna anggaran pada Sekretaris daerah adalah
asisten dan kepala biro/bagian. Pada dinas adalah subdin dan kepala
bagian. Pada badan/lembaga teknis adalah kepala bidang. Penunjukkan
kuasa pengguna anggaran dilakukan oleh kepala daerah berdasarkan usul
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran. Kuasa pengguna anggaran
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada pengguna
anggaran. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah dan Permendagri No. 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah tidak diatur tugas dan wewenang Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA) sehingga tugas dan wewenang KPA
berdasarkan pelimpahan wewenang dari pengguna anggaran.
2.6 Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
Pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguana anggaran dalam
melaksanaan program dan kegiatan menunjuk pejabat pada SKPD selaku
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) yang mempunyai tugas antara lain:
1. Mengendalikan pelaksanaan kegiatan.
2. Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan.
3. Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan.
4. Membuat surat permintaan pembayaran.
PPTK ditetapkan oleh pengguna anggaran dengan
mempertimbangkan usul dari kuasa pengguna anggaran. Penunjukan
PPTK berdasarkan pertimbangan kompetensi jabatan, jumlah anggaran
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
27
kegiatan, beban kerja, lokasi dan/atau rentang kendali, dan pertimbangan
objektif lainnya. PPTK diberi wewenang melaksanakan satu atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. PPTK
bertanggung jawab kepada pejabat pengguna anggaran/kuasa pengguna
anggaran. Penggunaan anggaran yang tidak melimpahkan kewenangannya
kepada kepala unit pada SKPD sebagai kuasa pengguna anggaran maka
kedudukan kepala unit kerja (kepala biro subdin, kepala bidang, kepala
bagian) adalah sebagai pejabat pelaksanaan teknis kegiatan.
2.7 Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
Dalam rangka melaksanakan wewenang atas penggunaan
anggaran yang dimuat dalam DPA-SKPD, kepala SKPD menetapkan
pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD,
disebut pejabat penatausahaan keuangan SKPD (PPK-SKPD). PPK-SKPD
dilaksanakan oleh pejabat kasub keuangan, apabila pada organisasi SKPD
tersebut belum terdapat jabatan kasubag keuangan maka ditunjuk pejabat
yang akan melaksanakan fungsi tersebut.
PPK SKPD mempunyai tugas antara lain:
1. Meneliti kelengkapan SPP-LS pengadaan barang dan jasa.
2. Meneliti kelengkapan SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU dan SPP-LS gaji dan
tunjangan PNS serta penghasilan lainnya yang diajukan oleh bendahara
pengeluaran.
3. Melakukan verifikasi SPP.
4. Menyiapkan SPM.
5. Melakukan verifikasi harian atas penerimaan.
6. Melaksanakan akuntansi SKPD.
7. Menyiapkan laporan keuangan SKPD.
PPK-SKPD dilarang merangkap sebagai pejabat yang bertugas
melakukan pemungutan penerimaan negara, bendahara, dan/atau PPTK.
Berdasarkan tugas tersebut tugas dari PPK-SKPD yaitu melakukan
verifikasi, akuntansi dan penyesuaian laporan keuangan sehingga PPK-
SKPD mempunyai tugas yang sama dengan bagian keuangan dan
akuntansi pada perusahaan (bisnis).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
28
2.8 Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara penerimaan
dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan tugas kebendaharaan
dalam rangka pelaksanaan anggaran pada SKPD. Bendahara penerimaan
adalah pejabat fungsional yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan,
menyetorkan, menata usaha dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada SKPD.
Bendahara pengeluaran adalah pejabat fungsional yang ditunjuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan, dan mempertanggung-
jawabkan uang untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan
APBD pada SKPD.
Pada setiap SKPD sebagai pengguna anggaran ditunjuk bendahara
pengeluaran. Apabila pada SKPD tersebut terdapat sumber penerima
daerah maka ditunjuk bendahara penerimaan. Pada Satuan Kerja
Pengelolaan Keuangan Daerah khusus belanja bunga, belanja subsidi,
belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan, belanja tak terduga, dan pengeluaran pembiayaan ditunjuk satu
bendahara pengeluaran sehingga untuk mengelola DPA SKPD pada satuan
kerja pengelolaan keuangan daerah dilakukan oleh dua bendahara
pengeluaran. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dilarang
membuka rekening/giro pos atau menyimpan uang pada milik pemerintah
daerah pada bank atau lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.
Bendahara penerimaan dan/atau bendahara pengeluaran dalam
melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara penerimaan
pembantu dan/atau bendahara pengeluaran pembantu dan beberapa
pembantu bendahara untuk melaksanakan tugas-tugas administrasi.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara fungsional
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada BUD, dan
bertanggung jawab secara administrasi kepada kepala SKPD sebagai
pengguna anggaran.
Dalam hal bendahara penerimaan/pengeluaran berhalangan, maka:
1. Apabila melebihi 3 (tiga) hari sampai selama-lamanya 1 (satu) bulan,
bendahara penerimaan/pengeluaran tersebut wajib memberikan surat
kuasa kepada pejabat yang ditunjuk untuk melakukan penyetoran dan
tugas-tugas bendahara penerimaan atas tanggung jawab bendahara
penerimaan yang bersangkutan atau untuk melakukan pembayaran dan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
29
tugas-tugas bendahara pengeluaran atas tanggung jawab bendahara
pengeluaran yang bersangkutan dengan diketahui kepala SKPD.
2. Apabila melebihi 1 (satu) bulan sampai selama-lamanya 3 (tiga) bulan
harus ditunjuk bendahara penerimaan/pengeluaran dan diadakan berita
acara serah terima.
3. Apabila bendahara penerimaan/pengeluaran sesudah 3 (tiga) bulan
belum juga dapat melaksanakan tugas, maka dianggap yang
bersangkutan telah menggundurkan diri atau berhenti dari jabatan
sebagai bendahara penerimaan/ pengeluaran dan oleh karena itu
segera diusulkan penggantinya.
2.9 Tanggung Jawab atas Pengelolaan Keuangan Daerah
Tanggung jawab atas pengelola keuangan daerah diatur pada:
1. Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan negara.
2. Pasal 86 ayat (2) Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
3. Pasal 184 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 tentang
pedoman pengelolaan keuangan daerah, menyatakan:
a. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara
penerima/ pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/ barang/kekayaan daerah, wajib
menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
b. Pejabat yang menanda tangani dan atau mengesahkan dokumen
yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar penerimaan
dan/ pengeluaran atas pelaksanaan APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat
bukti tersebut.
Berdasarkan ketentuan diatas terdapat tanggung jawab renteng
(bersama-sama) mulai dari pengguna anggaran, kuasa pengguna
anggaran, pejabat pelaksana teknis kegiatan, panitia penerimaan barang,
dan panitia tender. Bendahara penerimaan dan pengeluaran bertanggung
jawab secara pribadi atas pembayaran yang dilaksanakannya. Sehingga
apabila terjadi kesalahan pembayaran baik mengenai jumlah maupun
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
30
penerimannya menjadi tanggung jawab bendahara pengeluaran demikian
halnya apabila terdapat ketekoran kas.
Berdasarkan uraian diatas Organisasi Pengelola Keuangan Daerah
pada Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sebagai berikut: (Darise, 2008)
Gambar 2.2
Organisasi Pengelolaan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
KEPALA SKPD (PENGGUNA ANGGARAN)
PEJABAT
PENATAUSAHAAN KEUANGAN
(PPK)
BENDAHARA
ASISTEN/KARO/ KABAG SUBDIN/ KABID KUASA
PENGGUNA ANGGARAN
ASISTEN/KARO/ KABAG SUBDIN/ KABID KUASA
PENGGUNA ANGGARAN
ASISTEN/KARO/ KABAG SUBDIN/ KABID KUASA
PENGGUNA ANGGARAN
ASISTEN/KARO/ KABAG SUBDIN/ KABID KUASA
PENGGUNA ANGGARAN
PPTK PPTK PPTK PPTK PPTK PPTK PPTK PPTK
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
31
BAB III
SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
3.1 Pentingnya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur
manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data,
pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan
operasi keuangan Pemerintah Daerah (Mahmudi, 2011). Lingkungan
operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik
tujuan akuntansi dan pelaporannya (Tanjung, 2012). Kegiatan operasional
pemerintahan daerah yang dinamis semakin dituntut untuk lebih transparan
dan akuntabel, sehingga perlu didukung oleh sistem pengelolaan dan
pelaporan yang dapat diandalkan.
Kebutuhan akan adanya sistem akuntansi bagi Pemda tidak terlepas
dari perkembangan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
32
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah.
Secara garis besar, seluruh peraturan perundang-undangan di atas
mengamanatkan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), maka setiap Kepala
Daerah harus menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP diatur dalam Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 71 tahun 2010 berisi pedoman yang harus diikuti dalam rangka
penyusunan dan penyampaian laporan keuangan bagi setiap pemda.
Dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 tersebut disebutkan bahwa SAP adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang harus diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemda. Dengan demikian, SAP merupakan
persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan
kualitas laporan keuangan pemda di Indonesia. Untuk dapat menyusun
laporan keuangan yang sesuai dengan SAP maka diperlukan adanya
sistem akuntansi yang harus dilaksanakan oleh setiap pemda. Oleh karena
itu, dapat disimpulkan bahwa latar belakang diperlukan sistem akuntansi
bagi Pemda adalah agar dapat menyusun laporan keuangan yang sesuai
dengan SAP dalam rangka perwujudan pengelolaan keuangan daerah yang
transparan dan akuntabel.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) secara terperinci telah
diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64
Tahun 2013. Dalam pasal 5 Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 disebutkan
bahwa SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam
melakukan identifikasi transaksi, pencatatan pada jurnal, posting ke dalam
buku besar, penyusunan neraca saldo serta penyajian laporan keuangan.
3.2 Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Akuntansi Pemerintah Daerah adalah akuntansi yang dipakai oleh
Pemerintah Daerah, untuk melakukan manajemen dan pengelolaan
keuangan daerah. Manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk
mengurus dan mengatur rumah tangga pemerintah daerah (Renyowijoyo,
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
33
2008). Akuntansi Keuangan Pemerintah menghasilkan informasi dalam
bentuk laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut melalui sebuah
proses yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan yang memerlukan
sebuah system dan prosedur yang dalam akuntansi dikenal dengan Sistem
Akuntansi (Halim, dkk. 2010).
Berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri atas: (1) Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD), dan (2) Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). PPKD adalah kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
(SKPKD) yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan
bertindak sebagai bendahara umum daerah. SKPD adalah perangkat daerah
pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang.
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006
menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintahan daerah meliputi
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD dapat dilakukan secara manual atau
menggunakan aplikasi komputer. Pasal 232 Permendagri Nomor 13 tahun 2006
menyebutkan bahwa sistem akuntansi tersebut harus diselenggarakan oleh
setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi. Sistem akuntansi Pemda tersebut
harus diselenggarakan oleh SKPD dan PPKD. SKPD sebagai entitas akuntansi
menyusun 5 (lima) jenis laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). PPKD kemudian akan melakukan
konsolidasi laporan keuangan SKPD sehingga bisa disusun 7 jenis laporan
keuangan pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan yang meliputi Laporan
Realisasi Anggaran LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL),
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan
Arus Kas LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
Konsep sistem akuntansi Pemda dapat dijelaskan bahwa hubungan
antara SKPD dengan PPKD dapat diibaratkan seperti hubungan antara “Kantor
Pusat” dengan “Kantor Cabang”, di mana PPKD sebagai "Kantor Pusat” dan
SKPD-SKPD sebagai “Kantor Cabang”. Hal tersebut akan menyebabkan
masing-masing pihak menyelenggarakan rekening timbal balik (reciprocal
accounts) yaitu PPKD menyelenggarakan Rekening Koran SKPD (R/K-SKPD)
dan SKPD menyelenggarakan Rekening Koran PPKD (R/K-PPKD).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
34
RK-SKPD akan diselenggarakan oleh PPKD. Saldo rekening ini
menunjukkan “investasi” PPKD di SKPD atau hak PPKD terhadap SKPD.
Rekening ini akan didebit apabila hak PPKD bertambah dan dikredit apabila
hak PPKD berkurang. Rekening ini merupakan kelompok aset sehingga selalu
bersaldo debit. Sedangkan R/K PPKD diselenggarakan oleh SKPD-SKPD. R/K
PPKD termasuk kelompok rekening ekuitas. Rekening ini akan dikredit apabila
kewajiban SKPD kepada PPKD bertambah dan akan didebit apabila kewajiban
SKPD kepada PPKD berkurang.
Pada praktiknya, sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh seluruh
SKPD di lingkungan Pemda seperti Dinas, Badan, dan Kantor. Misalnya
Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Dinas Pertanian, Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah, Kantor Satpol PP, dan sebagainya. Sementara
sistem akuntansi PPKD dilaksanakan oleh Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah (SKPKD) yang biasanya dikenal dengan nama
Dinas/Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. Sistem akuntansi yang
diselenggarakan oleh SKPKD karenanya terdiri atas:
1. Sistem akuntansi SKPKD selaku SKPD
Sistem akuntansi SKPKD selaku SKPD sama dengan sistem akuntansi
yang diselenggarakan oleh SKPD lainnya. SKPKD seperti SKPD pada
umumnya, merupakan entitas akuntansi yang bertugas menyusun 5
(lima) jenis laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE),
dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
2. Sistem akuntansi PPKD
Sebagai PPKD, sistem akuntansi SKPKD dibagi lagi menjadi 2 (dua):
a. Sistem akuntansi PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD)
yang menghasilkan laporan keuangan PPKD berupa LRA, Neraca,
LO, LPE, dan CALK.
b. Sistem akuntansi konsolidator Pemda yang bertugas
menggabungkan/ mengkonsolidasikan seluruh laporan keuangan
SKPD dan PPKD sehingga tersusun 7 (tujuh) jenis laporan
keuangan pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan yang
meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih (SAL), Neraca, Laporan Operasional (LO),
Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
35
Seperti telah dibahas di atas, struktur akuntansi di Pemda
menggunakan konsep transaksi Kantor Pusat-Kantor Cabang (Head/Home
Office-Branch Office). Kantor Pusat adalah Pejabat Pengelola Keuangan
Daerah (PPKD) sedangkan yang bertindak sebagai Kantor Cabang adalah
SKPD. Pemilihan struktur ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara pasal 10 ayat (3) dan Peraturan Pemerintah
Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah pasal 100
yang menetapkan bahwa pelaksanaan akuntansi dan pelaporan keuangan
dilakukan di tingkat SKPD sebagai entitas akuntansi dan pemda sebagai
entitas pelaporan. Sebagai konsekuensinya dari struktur akuntansi tersebut
maka diperlukan kontrol pencatatan antara PPKD dan SKPD melalui
mekanisme akun resiprokal seperti yang telah disebutkan di atas yaitu akun
R/K-PPKD yang ada di SKPD dan akun R/K-SKPD yang ada di PPKD.
Akuntansi R/K PPKD merupakan akuntansi ekuitas di tingkat SKPD.
Akun R/K PPKD setara dengan “Ekuitas” tetapi penggunaannya khusus
SKPD. Hal ini dikarenakan SKPD merupakan “cabang” dari Pemda,
sehingga sebenarnya SKPD tidak memiliki ekuitas atau modal sendiri
melainkan hanya menerima modal dari PPKD melalui mekanisme transfer.
Akun R/K PPKD akan bertambah (dikredit) bila SKPD menerima transfer
aset seperti menerima SP2D-UP dan SP2D-LS. Akun R/K PPKD akan
berkurang bila SKPD mentransfer aset ke Pemda (seperti penyetoran kas
ke rekening Kas Umum Daerah yang dikelola PPKD). Saldo normal R/K
PPKD adalah kredit. Seperti yang telah diuraikan di atas, resiprokal dari R/K
PPKD adalah R/K SKPD yang ada di neraca PPKD sebagai akun aset
lancar. Akun-akun resiprokal ini akan dieliminasi pada saat dilakukan
penggabungan laporan keuangan dari seluruh SKPD dan PPKD menjadi
laporan keuangan Pemda.
SKPD sebagai entitas akuntansi harus menyelenggarakan akuntansi
yang bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang akan disampaikan
kepada entitas pelaporan. Penyelenggaraan akuntansi mengacu kepada
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintah. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan
keuangan gabungan dari unit kerja yang berada di lingkup SKPD dan
menyampaikannya kepada gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku entitas pelaporan untuk dilakukan
proses konsolidasian. PPKD selaku BUD menyusun laporan keuangan SKPKD
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
36
sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah yang
selanjutnya akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari
SKPD. PPKD selanjutnya melakukan proses konsolidasian dan menyusun
laporan keuangan Pemda berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan
pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan daerah dan disampaikan
kepada Kepala Daerah untuk selanjutnya disampaikan ke Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
Proses konsolidasi dapat dilaksanakan dengan mengeliminasi akun-
akun yang timbal balik (reciprocal accounts). Jika pemda memiliki Badan
Layanan Umum (BLU) maka laporan keuangan BLU harus digabungkan
dalam laporan keuangan konsolidasian Pemda yang membawahi BLU
dimaksud. Selain BLU, Pemda juga memiliki Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD) di mana laporan keuangannya tidak dikonsolidasikan dalam
laporan keuangan Pemda. Laporan Keuangan BUMD hanya dilampirkan
dalam Laporan Keuangan Konsolidasian Pemerintah Daerah.
3.3. Persamaan Dasar dan Pencatatan Akuntansi
3.3.1. Persamaan Dasar Akuntansi
Sistem pencatatan akuntansi Pemda berbeda dengan sistem
pencatatan akuntansi komersial karena Pemda mempunyai laporan
keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran dengan karakteristik yang
berbeda dengan Laporan Laba Rugi pada akuntansi komersial. Untuk
memperjelas bagaimana perbandingan persamaan akuntansi pemda
dengan akuntansi komersial maka berikut akan diturunkan persamaan
dasar akuntansi Pemda dari persamaan dasar akuntansi komersial yang
sudah umum kita ketahui.
Konsep dasar yang digunakan dalam prinsip akuntansi adalah
persamaan dasar akuntansi yaitu:
KEKAYAAN DAERAH SUMBER-SUMBERNYA
ASET = KEWAJIBAN + EKUITAS
Sisi kiri = Sisi kanan
Sisi debit = Sisi kredit
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
37
Persamaan dasar ini akan mendasari seluruh proses dalam siklus
akuntansi, mulai dari pencatatan transaksi, pengklasifikasian, sampai pada
penyusunan laporan keuangan seperti neraca. Secara garis besar, laporan
neraca menyajikan informasi tentang posisi aset, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah daerah pada tanggal tertentu. Struktur neraca tersebut bisa
dibuat dalam bentuk berimbang antara sisi kiri yaitu aset dengan sisi kanan
yaitu kewajiban dan ekuitas.
Berdasarkan persamaan diatas terlihat bahwa aset adalah jumlah
kekayaan, sedangkan kewajiban dan ekuitas menunjukkan sumber dana atas
kepemilikan aset atau kekayaan tersebut. Kekayaan bisa berupa aset lancar,
investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lainnya. Dalam hal ini sumber
dana untuk memperoleh aset tersebut diklasifikasikan menjadi dua sumber
utama, yaitu dari kewajiban dan kekayaan bersih sendiri yang disebut ekuitas.
Aturan debit dan kredit akan membantu dalam mencatat informasi ke
dalam buku besar. Dalam akun-akun dari persamaan akuntansi, aturan debit
dan kredit untuk aset berlawanan arah dengan kewajiban dan ekuitas. Apabila
suatu akun aset bertambah, maka akun tersebut didebit dan jika berkurang,
maka akun yang bersangkutan dikredit, sebaliknya, untuk akun kewajiban dan
ekuitas dikredit untuk penambahan dan didebit untuk pengurangan.
Saldo normal (normal balance) dari suatu akun adalah posisi yang
bertambah menurut aturan debit dan kredit. Sebagai contoh adalah saldo
normal dari akun kas adalah saldo debit, karena suatu Aset bertambah
dengan mencatat pada posisi debit. Oleh karena itu, saldo normal adalah
pada sisi yang positif, dimana saldo normal dari Aset adalah pada sisi debit,
sebaliknya kewajiban dan ekuitas mempunyai saldo normal pada sisi kredit
atau disebut akun-akun bersaldo kredit. Aturan yang sebaliknya dari aturan
debit-kredit untuk aset dan beban akan berlaku untuk akun utang, ekuitas,
dan pendapatan. Contoh, apabila suatu transaksi mengakibatkan
bertambahnya utang, maka akun utang akan dicatat di sisi kredit; dan
sebaliknya jika transaksi.mengakibatkan berkurangnya utang, maka akun
utang tersebut akan dicatat sisi debit. Cara yang sama berlaku untuk
ekuitas, dan pendapatan.
Dengan kaidah debit-kredit seperti diuraikan di atas, berikut ini
digambarkan ringkasan kaidah debit-kredit dan saldo normalnya dari
masing-masing akun yang digunakan dalam pencatatan transaksi
keuangan pemerintah daerah.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
38
Saldo Normal Akun
AKTIVA DEBIT KREDIT SALDO NORMAL ASET (+) (-) DEBIT
KEWAJIBAN (-) (+) KREDIT
EKUITAS (-) (+) KREDIT
PENDAPATAN-LO/ PENDAPATAN-LRA (-) (+) KREDIT BEBAN/BELANJA (+) (-) DEBIT
PEMBIAYAAN PENERIMAAN (-) (+) KREDIT
PEMBIAYAAN PENGELUARAN (+) (-) DEBIT
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Saldo normal Aset adalah debit, jika bertambah maka didebit, jika
berkurang maka dikredit.
2. Saldo normal Kewajiban adalah kredit, jika bertambah maka dikredit,
jika berkurang maka didebit.
3. Saldo normal Ekuitas adalah kredit, jika bertambah maka dikredit, jika
berkurang maka didebit.
4. Saldo normal Pendapatan (LRA dan/atau LO) adalah kredit, jika
bertambah maka dikredit, jika berkurang maka didebit.
5. Saldo normal Belanja dan Beban adalah debit, jika bertambah maka
didebit, jika berkurang maka dikredit.
6. Saldo normal Pembiayaan-Penerimaan adalah kredit, jika bertambah
maka dikredit, jika berkurang maka didebit.
7. Saldo normal Pembiayaan-Pengeluaran adalah debit, jika bertambah
maka didebit, jika berkurang maka dikredit.
Dengan menggunakan aturan sederhana di atas maka kita dapat
:engan mudah membuat jurnal untuk transaksi keuangan daerah. Namun
harus diperhatikan bahwa akuntansi keuangan daerah secara prinsip adalah
akuntansi anggaran. Dengan demikian setiap transaksi, selain dicatat pada
jurnal finansial seperti halnya akuntansi komersial, juga harus dicatat ke dalam
akun-akun LRA dengan jurnal realisasi anggaran. Hal ini merupakan
perwujudan akuntansi akrual sebagaimana amanat PP Nomor 71 Tahun 2010.
3.3.2. Pencatatan Akuntansi
Media atau formulir utama yang dipakai untuk tujuan pengikhtisaran
transaksi adalah akun (account). Media ini berguna untuk mencatat secara
lengkap perubahan yang terjadi dalam aset, kewajiban atau ekuitas selama
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
39
periode. Kelompok akun-akun yang digunakan dalam suatu organisasi
disebut buku besar (ledger). Daftar dari akun-akun dalam entitas disebut
daftar akun (chart of account). Akun-akun ini disajikan dalam daftar tersebut
lengkap dengan nama dan nomor kode akun. Dengan menggunakan
akun, maka informasi dapat diperoleh saat dibutuhkan dan laporan
keuangan dapat disusun tepat waktu. Bentuk Akun, Bentuk akun yang
paling sederhana dan paling banyak digunakan adalah bentuk huruf "T"(T-
account). Bentuk akun ini terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) Nama akun dari
masing- masing unsur aset, kewajiban dan ekuitas, diletakkan diatas garis
horizontal pada huruf T, (2) Sisi kiri, (3) Sisi kanan dari huruf T. Sebagai
contoh, akun kas dari suatu entitas dengan bentuk T:
Bentuk Akun Model T
Kas
Sisi Kiri
(Debit)
Sisi Kanan
(Kredit)
Sisi kiri dari akun disebut sisi debit dan sisi kanan disebut sisi kredit.
Bentuk akun yang lainnya yang lebih informatif dan lengkap adalah bentuk
empat kolom yang digunakan dalam praktik. Bentuk empat kolom ini
merupakan pengembangan dari akun bentuk T. Dua kolom tambahan
diperlukan untuk menunjukkan saldo jumlah debit dan saldo jumlah kredit
dari setiap akun.
Buku besar (Ledger) merupakan kumpulan dari akun-akun suatu
organisasi yang sating sehubungan, berdasarkan Permendagri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah, akun dikelompok kedalam tiga kelompok
sebagai berikut:
1. Akun Neraca : Aset, Kewajiban, dan ekuitas
2. Akun Realisasi Anggaran : Pendapatan LRA, Belanja, Pembiayaan
3. Akun Laporan Operasional : Pendapatan LO dan beban
Daftar dari akun-akun yang dipergunakan oteh pemerintahan daerah
dengan mencantumkan seluruh nama akun dan nomor kodenya disebut
dengan bagan akun (chart of account).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
40
Kodefikasi Akun sebagai berikut:
Kode Uraian
Neraca
Nerac 1 ... Aset
2... Kewajiban
3... Ekuitas
Laporan Realisasi Anggaran
4... Pendapatan LRA
5... Belanja
6... Transfer
7... Pembiayaan
Laporan Operasional
8... Pendapatan LO
9... Beban
Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah
sesuai Lampiran III Pemendagri Nomor 64 Tahun 2013 terdiri dari 5 level
yang terdiri dari kode akun, kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek.
Panduan penyusunan BAS untuk pemerintah daerah sebagaimana diatur
dalam Pemendagri Nomor 64 Tahun 2013 sebagaimana diuraikan berikut ini:
Akun Neraca
Aset, yakni sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat, serta dapat
diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya (PP Nomor
71 Tahun 2010).
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
41
Klasifikasi akun aset dapat dilihat pada tabel berikut:
Kodefikasi Aset
Kode Akun Nama Akun 1.0.0.00.00 Aset
1.1.0.00.00 Aset Lancar
1,1.1.00.00 Kasdan Setara Kas
1.1.2.00.00 Investasi Jangka Pendek 1.1.3.00.00 Piutang Pendapatan
1.1.4.00.00 Piutang Lainnya 1.1.5.00.00 Penyisihan Piutang
1.1.6.00.00 Beban Dibayar Dimuka
1.1.7.00.00 Persediaan 1.1.8.00.00 Aset Untuk Dikonsolidasikan
1.2.0.00.00 Investasi Jangka Panjang
1.2.1.00.00 Investasi Jangka Panjang Non Permanen 1.2.2.00.00 Investasi Jangka Panjang Permanen
1.3.0.00.00 Aset Tetap
1.3.1.00.00 Tanah
1.3.2.00.00 Peralatan dan Mesin 1.3.3.00.00 Gedung dan Bangunan 1.3.4.00.00 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
1.3.5.00.00 Aset Tetap Lainya 1.3.6.00.00 Konstruksi Dalam Pengerjaan
1.3.7.00.00 Akumulasi Penyusutan 1.4.0.00.00 Dana Cadangan
1.4.1.00.00 Dana Cadangan 1.5.0.00.00 Aset Lainnya
1.5.1.00.00 Tagihan Jangka Panjang 1.5.2.00.00 Kemitraandengan PihakKetiga
1.5.3.00.00 Aset Tidak Berwujud 1.5.4.00.00 Aset Lain-Iain
Kewajiban, yakni adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluarsumberdaya ekonomi
pemerintah daerah. Klasifikasi dari akun Kewajiban sebagaimana
tercantum pada tabel berikut:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
42
Kodefikasi Kewajiban
Kode Akun Nama Akun
2.0.0.00.00 Kewajiban
2.1.0.00.00 Kewajiban Jangka Pendek.
2.1.1.00.00 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK)
2.1.2.00.00 Utang Bunga
2.1.3.00.00 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
2.1.4.00.00 Pendapatan Diterima Dimuka.
2.1.5.00.00 Utang Beban
2.1.6.00.00 Utang Jangka Pendek Lainnya
2.2.0.00.00 Kewajiban Jangka Panjang 2.2.1.00.00 Utang Dalam Negeri
2.2.1.00.00 Utang Jangka Panjang Lainnya
Ekuitas, yakni merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada
tanggal laporan. Klasifikasi Akun Ekuitas sebagaimana tercantum dalam
tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Ekuitas
Kode Akun Nama Akun 3.0.0.00.00 Ekuitas
3.1.0.00.00 Ekuitas
3.1.1.00.00 Ekuitas
3.1.2.00.00 Ekuitas SAL
3.1.3.00.00 Ekuitas untuk Dikonsolidasikan
Akun Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah.
Akun Pendapatan-LRA, yakni semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah daerah, dan
tidak perlu dibayar kembali oieh pemerintah daerah. Klasifikasi Akun
Pendapatan-LRA sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
43
Kodefikasi Akun Pendapatan-LRA
Kode Akun Nama Akun 4.0.0.00.00 PENDAPATAN – LRA 4.1.0.00.00 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LRA
4.1.1.00.00 Pendapatan Pajak Daerah – LRA 4.1.2.00.00 Pendapatan Retribusi Daerah – LRA
4.1.3.00.00 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan - LRA 4.1.4.00.00 Lain-Iain PAD Yang Sah – LRA 4.2.0.00,00 PENDAPATAN TRANSFER-LRA
4.2.1.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Dana Perimbangan- LRA 4.2.2.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya - LRA
4.2.3.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LRA
4.2.4.00.00 Bantuan Keuangan – LRA 4.3.0.00.00 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LRA 4.3.1.00.00 Pendapatan Hibah – LRA
4.3.2.00.00 Dana Darurat-LRA 4.3.3.00.00 Pendapatan Lainnya – LRA
Akun Belanja, yakni semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah
yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh
pemerintah daerah. Klasifikasi Akun Belanja sebagaimana tercantum dalam
tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Belanja
Kode Akun Nama Akun 5.0.0.00.00 BELANJA 5.1.0.00.00 BELANJA OPERASI
5.1.1.00.00 Belanja Pegawai
5.1.2.00.00 Belanja Barang dan Jasa
5.1.3.00.00 Belanja Bunga
5.1.4.00.00 Belanja Subsidi
5.1.5.00.00 Belanja Hibah
5.1.6.00.00 Belanja Bantuan Sosial
5.2.0.00.00 BELANJA MODAL
5.2.1.00.00 Belanja Modal Tanah
5.2.2.00.00 Belanja Modal Peralatan dan Mesin
5.2.3.00.00 Belanja Modal Gedung dan Bangunan
5.2.4.00.00 Belanja Modal Jalan, Irigasi dan Jaringan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
44
5.2.5.00.00 Belanja Modal AsetTetap Lainnya
5.3.0.00.00 BELANJA TAKTERDUGA
5.3.1.00.00 Belanja TakTerduga
Akun Transfer, yakni transfer keuangan dengan klasifikasi sebagaimana
tercantum dalam tabel berikut:
Kodefikasi Akun Transfer
Kode Akun Nama Akun
6.0.0.00.00 TRANSFER
6.1.0.00.00 TRANSFER BAGI HASIL PENDAPATAN 6.1.1.00.00 Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah 6.1.2.00.00 Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya
6.2.0.00.00 TRANSFER BANTUAN KEUANGAN 6.2.1.00.00 Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
6.2.2.00.00 Transfer Bantuan Keuangan ke Desa 6.2.3.00.00 Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
6.2.4.00.00 Transfer Dana Otonomi Khusus
Pembiayaan, yakni semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya. Klasifikasi Akun Pembiayaan sebagaimana tercantum dalam
tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Pembiayaan
Kode Akun Nama Akun
7.0.0.00.00 PEMBIAYAAN 7.1.0.00.00 PENERIMAAN PEMBIAYAAN
7.1.1.00.00 Penggunaan SiLPA 7.1.2.00.00 Pencairan Dana Cadangan
7.1.3.00.00 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 7.1.4.00.00 Pinjaman Dalam Negeri
7.1.5.00.00 Penerimaan Kembali Piutang 7.1.6.00.00 Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Lainnya 7.1.7.00.00 Pinjaman Luar Negeri
7.1.8.00.00 Penerimaan Utang Jangka Panjang Lainnya 7.2.0.00.00 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
7.2.1.00.00 Pembentukan Dana Cadangan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
45
7.2.2.00.00 Penyertaan Modal/lnvestasi Pemerintah Daerah
7.2.3.00.00 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
7.2.4.00.00 Pemberian Pinjaman Daerah
7.2.5.00.00 Pengeluaran Investasi Non Permanen Lainnya
7.2.6.00.00 Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
7.2.7.00.00 Pembayaran Utang Jangka Panjang Lainnya
Akun Laporan Operasional (LO)
LO menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan
periode sebelumnya.
Akun Pendapatan LO, yakni hak pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan
tidak perlu dibayar kembali. Klasifikasi Akun Pendapatan LO sebagaimana
tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Pendapatan LO
Kode Akun Nama Akun
8.0.0.00.00 PENDAPATAN – LO 8.1.0.00.00 PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) - LO
8.1.1.00.00 Pendapatan Pajak Daerah – LO 8.1.2.00.00 Pendapatan Retribusi Daerah – LO 8.1.3.00.00 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan - LO 8.1.4.00.00 Lain-Iain PAD Yang Sah – LO
8.2.0.00.00 PENDAPATAN TRANSFER – LO 8.2.1.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat -LO 8.2.2.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - LO 8.2.3.00.00 Pendapatan Transfer Pemerintah Daerah Lainnya - LO
8.2.4.00.00 Bantuan Keuangan – LO 8.3.0.00.00 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH - LO 8.3.1.00.00 Pendapatan Hibah – LO 8.3.2.00.00 Dana Darurat – LO 8.3.3.00.00 Pendapatan Lainnya – LO 8.4.0.00.00 SURPLUS NON OPERASIONAL – LO
8.4.1.00.00 Surplus Penjualan Aset Non Lancar – LO 8.4.2.00.00 Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang - LO 8.4.3.00.00 Surplus dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
8.5.0.00.00 PENDAPATAN LUAR BIASA – LO 8.5.1.00.00 Pendapatan Luar Biasa – LO
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
46
Akun Beban, yakni penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban, Klasifikasi Akun
Beban sebagaimana tercantum dalam tabel sebagai berikut:
Kodefikasi Akun Beban
Kode Akun Nama Akun
9.0.0.00.00 BEBAN 9.1.0.00.00 BEBAN OPERASI – LO
9.1.1.00.00 Beban Pegawai – LO
9.1.2.00.00 Beban Barang dan Jasa
9.1.3.00.00 Beban Bunga
9.1.4.00.00 Beban Subsidi
9.1.5.00.00 Beban Hibah
9.1.6.00.00 Beban Bantuan Sosial
9.1.7.00.00 Beban Penyusutan dan Amortisasi
9.1.8.00.00 Beban Penyisihan Piutang
9.1.9.00.00 Beban Lain-Iain.
Akun Beban Transfer-LO, yakni beban pengeluaran uang atau kewajiban
untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas
pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Klasifikasi Beban Transfer-LO sebagai berikut:
Kodefikasi Beban Transfer - LO
Kode Akun Nama Akun
9.2.0.00.00 BEBAN TRANSFER 9.2.1.00.00 Beban Transfer Bagi Hasil Pajak Daerah
9.2.2.00.00 Beban Transfer Bagi Hasil Pendapatan Lainnya 9.2.3.00.00 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Pemerintah Daerah Lainnya
9.2.4.00.00 Beban Transfer Bantuan Keuangan ke Desa
9.2.5.00.00 Beban Transfer Bantuan Keuangan Lainnya
9.2.6.00.00 Beban Transfer Dana Otonomi Khusus
Akun Beban Non Operasional, merupakan beban yang sifatnya tidak rutin.
Klasifikasi Beban Non Operasional sebagai berikut:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
47
Kodefikasi Beban Non Operasional
Kode Akun Nama Akun
9.3.0.00.00 DEFISIT NON OPERASIONAL 9.3.1.00.00 Defisit Penjualan Aset Non Lancar - LO 9.3.2.00.00 Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang – LO
9.3.3.00.00 Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya - LO
Akun Beban Luar Biasa, yakni beban yang terjadi dari kejadian luar biasa.
Klasifikasi Beban Luar Biasa sebagai berikut:
Kodefikasi Beban Luar Biasa
Kode Akun Nama Akun
9.4.0.00.00 Beban Luar Biasa 9.4.1.00.00 Beban Luar Biasa
3.4. Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh PPK SKPD
dalam satu rangkaian proses yang disebut siklus akuntansi pemerintah
daerah. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 6 Permendagri Nomor 64
Tahun 2013, Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Sistem Akuntansi PPKD.
2. Sistem Akuntansi SKPD.
Siklus akuntansi merupakan tahapan/langkah-langkah yang harus
dilalui dalam penyusunan laporan keuangan. Langkah-langkah tersebut
meliputi 8 Langkah, yaitu:
1. Pencatatan Jurnal LRA dan Saldo Awal di Buku Jurnal.
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal.
Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual,
maka digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri Nomor
64 Tahun 2013 yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan Akun
Standar (BAS), yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5
yaitu rincian objek.
Penjurnalan dibedakan menjadi 2 yakni:
a. Jurnal Financial (LO dan Neraca).
Secara default seluruh transaksi dicatat/dibuat jurnal finansialnya
(LO dan Neraca) dalam buku jurnal dengan melibatkan akun
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
48
dengan kode awal 1-Aset, 2- Kewajiban, 3-Ekuitas serta 8-
Pendapatan LO dan 9-Beban.
b. Jurnal Anggaran (LRA).
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-Pendapatan
LRA, 5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara
tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal fmansial juga
mencatat jurnal anggaran.
3. Posting ke Buku Besar.
4. Penyusunan Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian.
5. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal.
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial
(LO dan Neraca) saja yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset,
2-Kewajiban, 3-Ekuitas, serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
6. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
7. Penyusunan Laporan Keuangan yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran.
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih.
c. Laporan Operasional.
d. Laporan Perubahan Ekuitas.
e. Neraca.
f. Laporan Arus Kas.
g. Catatan atas Laporan Keuangan.
8. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
9. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan
Adapun urutan langkah-langkah penyusunan laporan keuangan
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mencatatat Jurnal Anggaran (LRA) di Buku Jurnal.
Pencatatan yang pertama kali dilakukan adalah melakukan pencatatan
jurnal anggaran di Buku Jurnal berdasarkan dokumen DPA
SKPD/PPKD.
a. Jurnal anggaran (LRA) PPKD
Estimasi Pendapatan Xxx
Estimasi Penerimaan Pembiayaan Xxx
Apropriasi Belanja xxx
Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
49
b. Jurnal anggaran (LRA) SKPD
Estimasi Pendapatan Xxx
Estimasi Perubahan SAL Xxx
Apropriasi Belanja xxx
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal.
a. Menganalisis transaksi adalah proses untuk menentukan suatu
transaksi sebagai transaksi keuangan dan transaksi non keuangan,
dan menentukan suatu transaksi berpengaruh terhadap akun apa
berdasarkan bukti pembukuan.
b. Pada saat ini telah ada peraturan teknis yaitu Permendagri Nomor 64
Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, dengan sistem
pencatatan Double Entry.
c. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual,
maka digunakan daftar akun sesuai yang diatur di Permendagri
Nomor 64 tahun 2013 yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai
Bagan Akun Standar (BAS), yaitu dituliskan kode dan nama akun
detil sampai level 5 yaitu rincian objek.
d. Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
1) Jurnal Finansial (LO dan Neraca). ,
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya
dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal 1-
Aset, 2-Kewajiban, 3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
Contoh jurnal finansial (LO dan Neraca) SKPD:
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.
b) Contoh jurnal untuk mencatat beban.
c) Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS.
Kas di Bendahara Penerimaan xxx
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas - LO xxx
Honorarium Tenaga Ahli/lnstruktur/Narasumber xxx
Beban Persediaan Alat Tulis Kantor xxx
Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan xxx
RK PPKD xxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
50
2). Jurnal Anggaran (LRA).
Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-Pendapatan
LRA, 5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan
secara tunai/ melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal
finansial juga mencatat jurnal anggaran.
Contoh jurnal anggaran (LRA) SKPD.
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.
b) Contoh jurnal untuk mencatat beban.
c)
Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS.
3. Posting ke Buku Besar.
Buku besar (ledger) atau yang merupakan kumpulan akun-akun
digunakan untuk mencatat secara terpisah aset, kewajiban, ekuitas,
Pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan.
Proses posting akun-akun dari jurnal ke buku besar disebut dengan
posting. Posting ke buku besar sekaligus merupakan penggolongan
dan peringkasan transaksi sebab tiap-tiap data transaksi dibawa ke
masing-masing akun yang sesuai. Posting dapat dilakukan secara
kronologis sebagaimana halnya penjurnalan, tetapi dapat juga secara
periodik (mingguan atau bulanan).
Estimasi Perubahan SAL Xxx
Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LRA xxx
Honorarium Tenaga Ahli/lnstruktur/Narasumber Xxx
Beban Persediaan Alat Tulis Kantor Xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas
Bermotor Perorangan
Xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
51
Posting merupakan proses pemindahan informasi, minimal berupa
tanggal transaksi dan jumlah rupiah dalam buku jurnal ke buku besar
yang berkaitan untuk masing-masing ayat jurnal. Jumlah rupiah dalam
akun yang dijurnal atau dicatat di buku jurnal di posisi Debit maka ketika
dipindahkan ke buku besar jumlah rupiah tersebut diletakkan di kolom
Debit juga sebesar angka yang sama. Adakalanya satu nama akun di
jurnal berkali-kali, baik di posisi debit ataupun kredit. Meskipun dijurnal
lebih dari satu kali, buku besar yang akan menampung akun tersebut
tetap hanya satu buku besar. Dengan demikian, dalam buku besar Akun
A misalnya, akan terlihat banyak transaksi untuk Akun A jika di dalam
jurnal akun A dijurnal/dicatat berkali-kali.
4. Penyusunan Necara Saldo Sebelum Penyesuaian.
Neraca saldo, adalah daftar/kumpulan akun beserta saldonya.
Penyusunan Neraca saldo ini dilakukan dengan menuliskan kode dan
nama akun beserta saldonya dalann dalam Neraca saldo dengan saldo
debit atau kredit yang sesuai dengan saldo buku besar. Selanjutnya
total kolom debit dan kolom kredit dihitung dan dituliskan di baris paling
bawah untuk menunjukkan kesamaan saldo kolom debit/kredit.
Contoh Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian:
Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera
NERACA SALDO SEBELUM PENYESUAIAN
Per Tanggal 31 Desember 2019
SKPD Dinas Kesehatan
Kode Akun Nama Akun Saldo
Debet Kredit
1.1.3.02.01 Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan xxx 1.1.7.01.01 Persediaan AlatTulis Kantor xxx 1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/ Jasa xxx
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan xxx 1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor xxx
1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
xxx
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
xxx
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 xxx
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat xxx 3.1.1.01.01 Ekuitas xxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
52
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx 3.1.3.01.01 RK PPKD xxx
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas-LRA xxx 5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi xxx 5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga xxx
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan xxx 5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional xxx
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras xxx 5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus xxx
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor xxx
5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/lnstruktur
xxx
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan Dinas Perorangan
xxx
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas-LO xxx 9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/Uang Representasi-LO xxx
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga – LO xxx 9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan – LO xxx 9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional – LO xxx
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras – LO xxx 9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus – LO xxx
9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/lnstruktur/ Narasumber
xxx
Jumlah xxx xxx
5. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal.
Tahap selanjutnya dari siklus akuntansi di atas adalah membuat jurnal
penyesuaian. Jurnal penyesuaian ini dibuat dengan tujuan melakukan
penyesuaian atas saldo pada akun-akun tertentu dan pengakuan atas
transaksi-transaksi yang bersifat akrual. Hal ini untuk memastikan
bahwa pendapatan diakui pada periode diperolehnya pendapatan itu
dan beban diakui pada periode terjadinya. Penyesuaian memungkinkan
untuk meiaporkan posisi aset, kewajiban, dan ekuitas di neraca pada
tanggal neraca dan untuk meiaporkan jumlah surplus atau defisit yang
wajar di laporan operasionai. Neraca saldo di atas mungkin belum
memuat data laporan keuangan yang up-to-date, karena alasan-alasan
berikut.
a. Kejadian-kejadian tertentu, seperti pemakaian bahan pakai habis,
tidak dijurnal setiap hari karena alasan kepraktisan.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
53
b. Beban yang terjadi karena berlalunya waktu, seperti berkurangnya
manfaat gedung, persekot sewa dan asuransi, tidak dijurnal selama
periode akuntansi.
c. Beberapa akun, seperti beban listrik, mungkin belum dicatat karena
tagihan dari PLN belum diterima.
Dengan demikian, jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan
sebagai berikut:
a. Meiaporkan semua pendapatan (revenues) yang diperoleh (earned)
selama periode akuntansi.
b. Melaporkan semua belanja atau beban yang terjadi selama periode
akuntansi.
c. Melaporkan dengan akurat nilai aset pada tanggal neraca.
d. Melaporkan secara akurat kewajiban pada tanggal neraca.
Jurnal penyesuaian hanya dilakukan dengan membuat jurnal finansial
saja sebagai implementasi basis akrual.
Contoh jurnal penyesuaian:
6. Penyusunan Necara Saldo setelah Penyesuaian
Penyusunan Neraca saldo ini dilakukan setelah jurnal penyesuaian
diposting ke buku besar. Sama halnya dengan Penyusunan Necara
Saldo sebelum Penyesuaian, dilakukan dengan menuliskan kode dan
nama akun beserta saldonya dalann dalam Neraca saldo dengan saldo
debit atau kredit yang sesuai dengan saldo buku besar. Selanjutnya
total kolom debit dan kolom kredit dihitung dan dituliskan di baris paling
bawah untuk menunjukkan kesamaan saldo kolom debit/kredit.
Contoh Neraca Saldo Setelah Penyesuaian:
Persediaan Alat Tulis Kantor xxx
Beban Persediaan alat tulis kantor xxx
Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor xxx
Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat
Bermotor
xxx
Beban Jasa listrik
xxx
Utang Belanja Jasa xxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
54
Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
Per Tanggal 31 Desember 2019 SKPD Dinas Kesehatan
Kode Akun Nama Akun Saldo
Debet Kredit
1.1.3.02.01 Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan xxx
1.1.7.01.01 Persediaan AlatTulis Kantor xxx
1.3.1.11.04 Tanah Untuk Bangunan Tempat Kerja/ Jasa xxx
1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan xxx
1.3.3.01.01 Bangunan Gedung Kantor xxx
1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat
Bermotor xxx
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung
Tempat Kerja xxx
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 xxx
2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat xxx
2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa xxx
3.1.1.01.01 Ekuitas xxx
3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
3.1.3.01.01 RK PPKD xxx
4.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas-LRA xxx
5.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/ Uang Representasi xxx
5.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga xxx
5.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan xxx
5.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional xxx
5.1.1.01.06 Tunjangan Beras xxx
5.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus xxx
5.1.2.01.01 Belanja alat tulis kantor xxx
5.1.2.24.01 Honorarium Tenaga
Ahli/Narasumber/lnstruktur xxx
5.2.2.04.01 Belanja modal Pengadaan Kendaraan
Dinas Perorangan xxx
8.1.2.01.01 Pelayanan kesehatan di Puskesmas-LO xxx
9.1.1.01.01 Gaji Pokok PNS/Uang Representasi-LO xxx
9.1.1.01.02 Tunjangan Keluarga – LO xxx
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
55
9.1.1.01.03 Tunjangan Jabatan – LO xxx
9.1.1.01.04 Tunjangan Fungsional – LO xxx
9.1.1.01.06 Tunjangan Beras – LO xxx
9.1.1.01.07 Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus – LO xxx
9.1.2.01.01 Beban Persediaan alat tulis kantor xxx
9.1.2.03.03 Beban Jasa listrik xxx
9.1.2.25.03 Honorarium Tenaga Ahli/lnstruktur/
Narasumber xxx
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat
Bermotor xxx
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Bangunan Gedung
Tempat Kerja xxx
Jumlah xxx xxx
7. Menyusun Laporan Keuangan.
Setelah neraca saldo setelah penyesuaian selesai dibuat, selanjutnya
disusun laporan keuangan. Laporan keuangan pokok terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL).
c. Laporan Operasional (LO).
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
e. Neraca.
f. Laporan Arus Kas (LAK).
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
8. Membuat Jurnal Penutup.
Jurnal penutup dilakukan setelah laporan keuangan disusun. Jurnal
penutup dibuat untuk menihilkan semua akun nominal atau akun
sementara yang dilaporkan dalam LRA dan LO. Hakikatnya jurnal ini
dibuat agar akun-akun sementara tersebut tidak muncul sebagai saldo
awal pada tahun berikutnya di buku besar, karena akun akun tersebut
memang hanya untuk mengakumulasi transaksi selama satu periode.
Jurnal penutup meliputi:
a. Jurnal penutup LRA; Untuk menutup saldo akun-akun LRA.
b. Jurnal penutup LO; Untuk menutup saldo akun-akun LO.
Contoh Jurnal Penutup di SKPD:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
56
Jurnal Penutup LRA:
Jurnal Penutup LO:
Apropriasi Belanja xxx Estimasi Perubahan SAL xxx Estimasi Pendapatan xxx
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas - LRA xxx Surplus/Defisit-LRA xxx
Gaji Pokok PNS/Uang Representasi xxx Tunjangan Keluarga xxx Tunjangan Jabatan xxx Tunjangan Fungsional xxx Tunjangan Beras xxx Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus xxx Belanja alat tulis kantor xxx Honorarium Tenaga Ahli/Narasumber/ Instruktur xxx Belanja Modal Pengadaan Kendaraan Dinas Perorangan xxx
Estimasi Perubahan SAL xxx Surplus/Defisit-LRA xxx
Pelayanan kesehatan di Puskesmas - LO xxx Surplus/Defisit – LO xxx
Gaji Pokok PNS/Uang Representasi - LO xxx Tunjangan Keluarga – LO xxx Tunjangan Jabatan – LO xxx Tunjangan Fungsional – LO xxx Tunjangan Beras – LO xxx Tunjangan PPh/Tunjangan Khusus - LO xxx Beban Persediaan alat tulis kantor xxx Beban Jasa listrik xxx Honorarium Tenaga Ahli/lnstruktur/ Narasumber
xxx
Beban Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
xxx
Beban Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
xxx
Ekuitas xxx Surplus/Defisit – LO xxx
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
57
9. Menyusun Neraca Saldo Setelah Jurnal Penutupan.
Jurnal penutup kemudian diposting ke buku besar. Setelah
diposting, saldo di buku besar tersebut akan bernilai nol atau nihil.
Dengan demikian, pada awal tahun berikutnya tidak akan muncul saldo
buku besar bersangkutan. Sehingga dengan demikian, saldo yang ada
hanya saldo akun-akun rill yaitu akun-akun neraca atau persis seperti
yang ditunjukkan di laporan keuangan berupa neraca. Format Neraca
Saldo setelah Penutupan sama persis dengan format Neraca Saldo
sebelum maupun setelah Penyesuaian. Yang berubah hanya judulnya
yakni diganti menjadi Neraca Saldo setelah Penutupan dan angka-angka
yang ada pada Neraca Saldo Setelah Penutupan merupakan saldo
terakhir setelah dilakukan posting jurnal penutup.
Contoh Neraca Saldo Setelah Penutupan:
Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per Tanggal 31 Desember 2019
SKPD Dinas Kesehatan
Kode Akun Nama Akun Saldo
Debet Kredit
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan xxx 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx
1.1.3.02.01 Piutang Retribusi Pelayanan Kesehatan xxx 1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor xxx 1.3.2.04.01 Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan xxx
1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan Darat Bermotor
xxx
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Bangunan Gedung Tempat Kerja
xxx
2.1.1.03.01 Utang PPh 21 xxx 2.1.1.04.01 Utang PPN Pusat xxx 2.1.5.02.01 Utang Belanja Jasa xxx
3.1.1.01.01 Surplus/Defisit-LO xxx 3.1.2.05.01 Estimasi Perubahan SAL xxx
3.1.2.06.01 Surplus/Defisit-LRA xxx 3.1.3.01.01 RK PPKD xxx
Jumlah xxx xxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
58
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
59
BAB IV
4.1 Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disusun untuk
menyediakan informasi relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh
transaksi Pemerintah Daerah selama satu periode pelaporan. LKPD
terutama digunakan untuk membandingkan realisasi pendapatan dan
belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi keuangan,
menilai efektivitas dan efisiensi, dan membantu menentukan ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan. Pemerintah Daerah mempunyai
kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil
yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur
pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas.
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen.
Membantu pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan
fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian atas seluruh aset
dan ekuitas dana Pemerintah Daerah untuk kepentingan masyarakat.
3. Transparansi.
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak
untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sumber
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
60
daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan
perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerationalequity).
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah
penerimaan Pemerintah Daerah pada periode laporan cukup untuk
membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban
pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja.
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja
yang direncanakan.
Selanjutnya, Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
menyatakan bahwa Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya
menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai
akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan ekonomi, sosial,
maupun politik dengan:
1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya keuangan.
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode
berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang
digunakan dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah
dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan
mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas
pelaporan berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik
jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari
pungutan pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas
pelaporan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat
kegiatan yang dilakukan selama periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan
menyediakan informasi mengenai sumber dan penggunaan sumber daya
keuangan/ekonomi, transfer, pembiayaan, sisa lebih/kurang pelaksanaan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
61
anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit, Laporan Operasional (LO),
aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.
4.2 Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah
adalah anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu
dibuktikan agar standar akuntansi dapat diterapkan (PP Nomor 71 Tahun
2010). Asumsi dasar pelaporan keuangan pemerintah terdiri dari:
1. Asumsi kemandirian entitas.
Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap
sebagai unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan
laporan keuangan sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi
pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah satu indikasi terpenuhinya
asumsi ini adalah adanya kewenangan entitas untuk menyusun anggaran
dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas
bertanggung jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neraca
untuk kepentingan yurisdiksi tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan
atau kerusakan aset dan sumber daya dimaksud, utang-piutang yang
terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak terlaksananya
program yang telah ditetapkan.
2. Asumsi kesinambungan entitas.
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan
akan berlanjut keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah
diasumsikan tidak bermaksud melakukan likuidasi atas entitas
pelaporan dalam jangka pendek.
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan
yang diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan
agar memungkinkan dilakukannya analisis dan pengukuran dalam
akuntansi.
4.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran
normatif yang perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat
memenuhi tujuannya. Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
62
normatif yang diperlukan agar laporan keuangan pemerintah dapat
memenuhi kualitas yang dikehendaki:
1. Relevan (Relevance).
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang
termuat di dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna
dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa
kini, dan memprediksi masa depan, serta menegaskan atau mengoreksi
hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan demikian, informasi laporan
keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan maksud
penggunaannya. Informasi yang relevan apabila:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value).
Informasi memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau
mengoreksi ekspektasi mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value).
Informasi dapat membantu pengguna untuk memprediksi masa yang
akan datang berdasarkan hasil masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu (timeline).
Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat berpengaruh dan
berguna dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap (complete).
Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan secara lengkap
mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan
kendala yang ada. Informasi yang melatarbelakangi setiap butir
informasi utama yang termuat dalam laporan keuangan
diungkapkan dengan jelas agar kekeliruan dalam penggunaan
informasi tersebut dapat dicegah.
2. Andal (Reliable).
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara
jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan
informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Informasi yang
andal memenuhi karakteristik:
a. Penyajian Jujur (representational faithfulness).
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi dan peristiwa
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
63
lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat
diharapkan untuk disajikan.
b. Dapat Diverifikasi (verifiability).
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan
apabila pengujian dilakukan lebih dari satu kali oleh pihak yang berbeda,
hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
c. Netralitas (neutral).
Informasi yang disajikan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan
umum dan tidak bias pada kebutuhan pihak tertentu.
3. Dapat Dibandingkan (Comparable).
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna
jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya
atau laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
Perbandingan dapat dilakukan secara internal dan ekstemal.
Perbandingan secara internal dapat dilakukan bila suatu entitas
menerapkan kebijakan akuntansi yang sama dari tahun ke tahun.
Perbandingan secara ekstemal dapat dilakukan bila entitas yang
diperbandingkan menerapkan kebijakan akuntansi yang sama. Apabila
entitas pemerintah menerapkan kebijakan akuntansi yang lebih baik
daripada kebijakan akuntansi yang sekarang diterapkan, perubahan
tersebut diungkapkan pada periode teijadinya perubahan.
4. Dapat Dipahami (Understandable).
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh
pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna. Untuk itu, pengguna
diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai atas kegiatan dan
lingkungan operasi entitas pelaporan, serta adanya kemauan pengguna
untuk mempelajari informasi yang dimaksud.
4.4 Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap
keadaan yang tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam
mewujudkan informasi akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan
andal akibat keterbatasan (limitations) atau karena alasan-alasan
kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi
akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
64
1. Materialitas.
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan
pemerintah hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria
materialitas. Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk
mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut
dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas
dasar laporan keuangan.
2. Pertimbangan biaya dan manfaat.
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya
penyusunannya. Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak
semestinya menyajikan segala informasi yang manfaatnya lebih kecil
dari biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan
manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu
juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati
manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain di
samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan
informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya
yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.
3. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai
suatu keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang
diharapkan dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan
relatif antar karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara
relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua
karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan
profesional.
4.5 Elemen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa
laporan keuangan (financial statement) pemerintah terdiri dari:
1. Laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi,
dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan
antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
65
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL).
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi
kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
2. Laporan finansial (financial reports) yang terdiri dari:
a. Neraca.
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
(pemerintah pusat/daerah) mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
pada tanggal tertentu.
b. Laporan Operasional (LO).
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi
yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
c. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE).
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas suati entitas tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
d. Laporan Arus Kas (LAK).
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang
menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo
akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) merupakan laporan yang merinci
atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran
maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan
dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013
tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada
Pemerintah Daerah, dinyatakan bahwa LRA, LPSAL, LO, Neraca, LPE, dan
CALK harus disusun dan disajikan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) untuk SKPD-nya masing-masing. Sedangkan Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) selain menyusun LRA, LO, Neraca,
LPE, dan CALK, juga harus menyusun Laporan Arus Kas (LAK). SKPKD
selanjutnya akan melakukan konsolidasi laporan-laporan keuangan SKPD
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
66
tersebut menjadi Laporan Keuangan Pemda yang terdiri dari tujuh
komponen seperti telah diuraikan di atas.
Terdapat hubungan antarjenis laporan keuangan Pemda. Pada
laporan pelaksanaan anggaran, terdapat keterkaitan antara Laporan
Realisasi Anggaran (LRA) dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
(LPSAL) seperti pada gambar berikut ini:
Laporan Realisasi Anggaran
Akun Jumlah (Rp)
Total Pendapatan LRA 12.500.000.000
Total Belanja (10.250.000.000)
Surplus LRA 2.250.000.000
Pembiayaan Neto (1.250.000.000)
SILPA 1.000.000.000
Laporan Perubahan SAL
Akun Jumlah (Rp)
SAL Awal 500.000.000
Silpa Tahun Berjalan 1.000.000.000
SAL Akhir 1.500.000.000
Gambar 4.1. Hubungan antara LRA dan LPSAL
Ilustrasi hubungan LRA dan LPSAL tersebut di atas dapat dijelaskan
bahwa misalnya diperoleh saldo total pendapatan LRA sebesar Rp.
12.500.000.000 dan belanja Rp. 10.250.000.000, maka dapat dihitung
surplus LRA sebesar Rp. 2.250.000.000. Jika pembiayaan neto merupakan
penerimaan pembiayaan dikurangi pengeluaran pembiayaan sebesar
minus Rp. 1.250.000.000, maka diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Tahun Berjalan (SILPA) sebesar Rp. 1.000.000.000. SILPA tahun berjalan
ini akan masuk ke dalam LPSAL sebagai penambah saldo awal SAL
sebesar Rp. 500.000.000 sehingga diperoleh SAL akhir sebesar Rp.
1.500.000.000.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
67
Selanjutnya, pada laporan pelaksanaan finansial, terdapat keterkaitan
antara Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan
Neraca seperti pada gambar berikut ini:
Laporan Operasional
Akun Jumlah (Rp)
Total Pendapatan LO 12.750.000.000 Total Beban (10.350.000.000) Surplus LO 2.400.000.000
Laporan Perubahan Ekuitas
Akun Jumlah (Rp)
Ekuitas Awal 21.500.000.000 Surplus LO 2.400.000.000
Ekuitas Akhir 23.900.000.000
Neraca
Akun Jumlah (Rp)
Aset 25.500.000.000 Kewajiban 1.600.000.000
Ekuitas 23.900.000.000
Gambar 4.2. Hubungan antara LO, LPE dan Neraca
Ilustrasi hubungan LO dan LPE dan Neraca tersebut di atas dapat
dijelaskan bahwa misalnya dalam Laporan Operasional diketahui total
Pendapatan LO sebesar Rp. 12.750.000.000 dan beban Rp. 10.350.000.000
maka dapat diperoleh Surplus LO sebesar Rp. 2.400.000.000. Surplus LO
ini akan masuk ke dalam Laporan Perubahan Ekuitas sebagai penambah
Ekuitas Awal sebesar Rp. 21.500.000.000 sehingga diperoleh Ekuitas Akhir
sebesar Rp. 23.900.000.000. Ekuitas Akhir ini akan menjadi bagian dari
Neraca. Laporan arus kas (LAK) juga mempunyai keterkaitan dengan LRA
dan Neraca. Saldo kas dalam LAK harus sama dengan saldo SILPA dalam
LRA dan saldo kas yang ada di akun aset dalam Neraca.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
68
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
69
BAB V
5.1 Tujuan Penyusunan Laporan Realisasi Anggaran
Tujuan pelaporan realisasi anggaran adalah memberikan informasi realisasi dan anggaran entitas pelaporan pada suatu periode tertentu yang disajikan secara tersanding antara anggaran dan realisasinya yang menunjukkan tingkat ketercapaian target-target yang telah disepakati antara legislatif dan eksekutif sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan.
5.2 Manfaat Informasi Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan: 1. Menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan
sumber daya ekonomi. 2. Menyediakan informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh
yang berguna dalam mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan anggaran.
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi yang berguna dalam memprediksi sumber daya ekonomi yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemerintah daerah dalam periode mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif. Laporan Realisasi Anggaran dapat menyediakan informasi kepada para pengguna laporan tentang indikasi perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
70
1. Telah dilaksanakan secara efisien, efektif, dan hemat. 2. Telah dilaksanakan sesuai dengan anggarannya (APBD). 3. Telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
5.3 Struktur Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sedemikian rupa sehingga
menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit, dan
pembiayaan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar. Laporan Realisasi
Anggaran menyandingkan realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dengan anggarannya. Laporan Realisasi
Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang
memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan
fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara
anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-
angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan, yang
masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
Dalam Laporan Realisasi Anggaran harus diidentifikasikan secara jelas, dan
diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi
mengenai: 1) Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya, 2)
Cakupan entitas pelaporan, 3) Periode yang dicakup, 4) Mata uang
pelaporan, dan 5) Satuan angka yang digunakan.
Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali
dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas berubah
dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu periode yang
lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas mengungkapkan informasi:
1) Alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun, dan 2) Fakta
bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi Anggaran dan
catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan. Manfaat suatu Laporan
Realisasi Anggaran berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada
waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak dapat
dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk
menyajikan laporan keuangan tepat waktu. Suatu entitas pelaporan
menyajikan Laporan Realisasi Anggaran selambat-lambatnya 6 (enam) bulan
setelah berakhirnya tahun anggaran.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
71
Berikut ini disajikan format penyajian Laporan Realisasi Anggaran
(LRA) entitas Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PROVINSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN Anggaran
20X1 Realisasi
20X1 (%)
Realisasi 20X0
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
3. Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4. Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6. Lain-Iain Pendapatan Asli Daerah yang Sah xxx xxx xx xxx
7. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8. 9. PENDAPATAN TRANSFER
10. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11. Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12. Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan xxx xxx xx xxx
13. Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14. Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15. Jumlah Pendapatan Transfer-Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
16. 17. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
18. Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19. Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20. Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21. Total Pendapatan Transfer (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx
22.
23. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
24. Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
25. Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
26. Pendapatan lainnya xxx xxx xx xxx
27. Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah (24 s/d 26) xxxx xxxx xx xxxx
28. JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx
29. BELANJA
30. BELANJA OPERASI
31. Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
32. Belanja Barang xxx xxx xx xxx
33. Bunga xxx xxx xx xxx
34. Subsidi xxx xxx xx xxx
35. Hibah xxx xxx xx xxx
36. Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
37. Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx
38.
39. BELANJA MODAL
40. Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
41. Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
42. Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
43. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
44. Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
45. Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
72
PEMERINTAH PROVINSI LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN Anggaran
20X1 Realissi
20X1 (%) Realissi
20X0
47.
48. BELANJA TAK TERDUGA
49. Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
50. Jumlah Belanja Tak Terduga (49) xxxx xxxx xx xxxx
51. JUMLAH BELANJA (37 + 46 + 50) xxxx xxxx xx xxxx
52.
53. TRANSFER
54. TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KAB./KOTA
55. Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
56. Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
57. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
58. Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota (56 s/ 57)
xxxx xxxx xx xxxx
59. JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58) xxxx xxxx xx xxxx
60.
61 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxxx xxxx xx xxxx
62.
63. PEMBIAYAAN
64.
65. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
66. Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
67. Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
68. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
69. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
70. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
71. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
72. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
73. Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx xx xxx
74. Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx xx xxx
75. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
76. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
77. Penerimaan Kembali Pinj. kepada Pemer. Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
78. Jumlah Penerimaan (66 s/d 77) xxxx xxxx xx xxxx
79.
80. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
81. Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
82. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
83. Pembayaran Pokok Pinj. Dalam Negeri-Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
84. Pembayaran Pokok Pinj. Dlm. Negeri-Pemer.Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
85. Pembayaran Pokok Pinj. Dlm. Negeri-Lembaga Keu. Bank xxx xxx xx xxx
86. Pembayaran Pokok Pinj. Dlm. Negeri-Lemb.Keu. Bukan Bank xxx xxx xx xxx
87. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi xxx xxx xx xxx
88. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lainnya xxx xxx xx xxx
89. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
90. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
91. Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
92. Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91) xxxx xxxx xx xxxx
93. PEMBIAYAAN NETO (78 – 92) xxxx xxxx xx xxxx
94.
95. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (61 + 93) xxxx xxxx xx xxxx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
73
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN Anggaran
20X1 Realissi
20X1 (%)
Realissi 20X0
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
3. Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4. Pendapattan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6. Lain-Iain Pendapatan Asli Daerah yang Sah xxx xxx xx xxx
7. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8. 9. PENDAPATAN TRANSFER
10. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11. Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12. Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan xxx xxx xx xxx
13. Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14. Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15. Jumlah Pendapatan Transfer-Dana Perimbangan (11 s/d 14) xxxx xxxx xx xxxx
16. 17. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
18. Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19. Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20. Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Pusat- Lainnya (18 s/d 19)
xxxx xxxx xx xxxx
21.
22. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23. Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx Xxx
24. Pendapatan Bagi Hasil lainnya xxx xxx xx Xxx
25. Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi (23 s/d 24) xxxx xxxx xx Xxxx
26. Total Pendapatan Transfer (15+20+25) xxxx xxxx xx Xxxx 27.
28. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29. Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
30. Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
31. Pendapatan lainnya xxx xxx xx xxx
32. Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah (29 s/d 31) xxxx xxxx xx xxxx
33. JUMLAH PENDAPATAN (7+26+32) xxxx xxxx xx xxxx
34.
35. BELANJA
36. BELANJA OPERASI
37. Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
38. Belanja Barang xxx xxx xx xxx
39. Bunga xxx xxx xx xxx
40. Subsidi xxx xxx xx xxx
41. Hibah xxx xxx xx xxx
42. Belanja Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
43. Jumlah Belanja Operasi (37 s/d 42) xxxx xxxx xx xxxx 44.
45. BELANJA MODAL
46. Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
47. Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
48. Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
49. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
74
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN Anggaran
20X1 Realissi
20X1 (%) Realissi
20X0
50. Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx 51. Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
52. Jumlah Belanja Modal (46 s/d 51) xxxx xxxx xx xxxx
53. 54. BELANJA TAK TERDUGA
55. Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
56. Jumlah Belanja Modal (55 s/d 55) xxxx xxxx xx xxxx
57. JUMLAH BELANJA (43 + 52 + 56) xxxx xxxx xx xxxx
58. 59. TRANSFER
60. TRANSFER BAGI HASIL KE DESA 61. Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx 62. Bagi Hasil Retribusi xxx xxx xx xxx
63. Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
64. JUMLAH TRANSFER BAGI HASIL KE DESA (61 s/ 63) xxxx xxxx xx xxxx
65. JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (57+64) xxxx xxxx xx xxxx
66.
67 SURPLUS/FEFISIT (33 - 65) xxxx xxxx xx xxxx
68.
69. PEMBIAYAAN 70. 71. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
72. Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx 73. Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx 74. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
75. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx 76. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx 77. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
78. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx 79. Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx xx xxx 80. Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx xx xxx
81. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx 82. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
83. Penerimaan Kembali Pinj. kepada Pemer. Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
84. Jumlah Penerimaan (72 s/d 83) xxxx xxxx xx xxxx
85. 86. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
87. Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx 88. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx 89. Pembayaran Pokok Pinj. Dalam Negeri-Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
90. Pembayaran Pokok Pinj. Dlm. Negeri-Pemer.Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx 91. Pembayaran Pokok Pinj. Dlm. Negeri-Lembaga Keu. Bank xxx xxx xx xxx 92. Pembayaran Pokok Pinj. Dlm. Negeri-Lemb.Keu. Bukan Bank xxx xxx xx xxx
93. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi xxx xxx xx xxx 94. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx 95. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
96. Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
97. Jumlah Pengeluaran (87 s/d 96) xxxx xxxx xx xxxx
98. PEMBIAYAAN NETO (84 – 97) xxxx xxxx xx xxxx
99.
100. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (67 + 98) xxxx xxxx xx xxxx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
75
5.4 Unsur-Unsur Laporan Realisasi Anggaran
Sebagaimana telah disajikan sebelumnya bahwa Laporan Realisasi
Anggaran Pemerintah Daerah menyajikan informasi tentang realisasi
pendapatan, belanja, transfer, surplus/defisit dan pembiayaan Pemerintah
Daerah dalam satu periode tertentu. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-
kurangnya mencakup pos-pos seperti Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer,
Surplus/defisit-LRA, Penerimaan pembiayaan, Pengeluaran pembiayaan,
Pembiayaan neto, dan Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/
SiKPA). Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan
Laporan Realisasi Anggaran secara wajar.
Pendapatan Daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah,
Pendapatan Transfer, dan Lain-Iain pendapatan yang Sah. Selengkapnya
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan yang dihasilkan dari
daerah itu sendiri, terdiri atas: Pendapatan Pajak Daerah, Pendapatan
Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan,
dan Lain-lain PAD. Pendapatan Pajak daerah bersumber dari Pajak
hotel, Pajak restaurant dan rumah makan, Pajak hiburan, Pajak reklame,
Pajak penerangan jalan, Pajak bahan galian golongan C, dan Pajak
pemanfaatan air bawah tanah dan pemukiman. Pendapatan Retribusi
Daerah bersumber dari Retribusi jasa umum, Retribusi jasa usaha,
Retribusi perizinan tertentu, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan bersumber dari bagian laba atas pernyertaan modal pada
perusahaan seperti BUMN, BUMD, Perusahaan Swasta, atau Kelompok
usaha masyarakat. Lain-lain PAD dapat bersumber dari jasa giro,
pendapatan bunga, pendapatan denda, dan hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan.
2. Pendapatan Transfer.
Pendapatan transfer merupakan pendapatan yang berasal dari entitas
pelaporan lain, seperti pemerintah pusat atau daerah otonom lain dalam
rangka perimbangan keuangan. Transfer dari pemerintah pusat terdiri
atas Dana Perimbangan dan transfer lainnya. Transfer dari Daerah
Otonom lainnya antara lain seperti Bagi Hasil dari Pemerintah Provinsi
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
76
ke Kabupaten/Kota untuk Pajak Bahan Bakar, Pajak Pajak Kendaraan
Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan Pajak Air Bawah
Tanah dan Air Permukaan.
3. Lain-lain Pendapatan yang Sah.
Lain-lain pendapatan yang sah adalah pendapatan lainnya selain yang
disebutkan di atas, yang diperkenankan menurut peraturan perundang-
undangan seperti Hibah dan Dana Darurat.
Belanja Daerah terdiri dari, Belanja Operasi, Belanja Modal, dan
Belanja Tak Terduga. Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Belanja Operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-
hari Pemerintah Pusat/Daerah yang memberi manfaat jangka pendek.
Belanja Operasi antara lain meliputi Belanja Pegawai, Belanja Barang
Noninvestasi, Pembayaran Bunga Utang, Subsidi, Hibah, Bantuan
Sosial, dan Belanja Operasional Lainnya.
2. Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja modal antara lain Belanja Modal untuk perolehan
Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan, Irigasi, dan
Jaringan, serta Aset Tetap Lainnya.
3. Belanja Tak Terduga adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang
sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan Bencana Alam, Bencana Sosial, dan pengeluaran
tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah daerah.
Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan
dan dana bagi hasil. Sebagai contoh, Pemerintah Daerah menerima
pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat berupa dana Gagi Hasil Pajak,
Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus. Sementara itu, Pemerintah
Daerah memberikan transfer bagi hasil kepada Pemerintah Desa berupa
Bagi Hasil Pajak dan Retribusi.
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan
pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar
atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah
terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau memanfaatkan
surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
77
pinjaman dan hasil divestasi seperti Penggunaan SiLPA, Pencairan Dana
Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan, Pinjaman
Dalam Negeri - Pemerintah Pusat, Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
Daerah Lainnya, Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank,
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank, Pinjaman
Dalam Negeri - Obligasi, Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya, Penerimaan
Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara, Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah, dan Penerimaan Kembali Pinjaman
kepada Pemerintah Daerah Lainnya. Sementara, pengeluaran pembiayaan
antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah seperti Pembentukan Dana Cadangan, Penyertaan Modal
Pemerintah Daerah, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-
Pemerintah Pusat, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerinyah
Daerah Lainnya, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga
Keuangan Bank, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Lembaga
Keuangan Bukan Bank, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-
Obligasi, Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara, Pemberian
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah, dan Pemberian Pinjaman kepada
Pemerintah Daerah Lainnya. Pelaksanaan anggaran pembiayaan
merupakan kewenangan Bendahara Umum Daerah (BUD).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
78
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
79
BAB VI
6.1 Tujuan Penyusunan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Penyusunan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih bertujuan
untuk menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran
Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Saldo
Anggaran Lebih adalah gunggungan saldo yang berasal dari akumulasi
SiLPA/SiKPA tahun-tahun anggaran sebelumnya dan tahun berjalan serta
penyesuaian lain yang diperkenankan.
6.2 Manfaat Informasi Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dimaksudkan untuk
memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran dan pembiayaan
pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih
lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LPSAL dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan
salah satu komponen laporan keuangan yang disyaratkan oleh standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual sebagaimana diatur dalam PP Nomor
71 Tahun 2010. Sebelumnya standar akuntansi pemerintahan berbasis kas
menuju akrual (PP Nomor 24 Tahun 2005) tidak mensyaratkan Laporan
Perubahan SAL disajikan oleh entitas pemerintahan. Laporan Perubahan SAL
hanya disajikan oleh Bendahara Umum Daerah dan entitas pelaporan yang
menyusun laporan keuangan konsolidasiannya. Unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai Bendahara
Umum Daerah dan/atau sebagai Kuasa Bendahara Umum Daerah.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
80
6.3 Struktur Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih mempunyai keterkaitan dengan
LRA. Setelah LRA selesai disusun, Fungsi Akuntansi Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPKD) selaku konsolidator dapat menyusun Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih ini merupakan akumulasi SILPA periode berjalan dan tahun-tahun
sebelumnya. Dengan demikian, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
baru dapat disusun jika LRA telah selesai disusun. Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih merupakan pelengkap dalam pertanggungjawaban
pelaksanaan anggaran pemerintah. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih hanya disajikan pada entitas pelaporan yaitu Pemerintah Daerah
sehingga SKPD dan PPKD tidak wajib menyusun dan menyajikannya.
Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
Berikut ini disajikan format penyajian Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih (LPSAL) entitas Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PPROVINSI/KABUPATEN/KOTA LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
1. Saldo Anggaran Lebih Awal xxx xxx
2. Penggunaan SAL Sebagai Penerimaan Pembiayaan
Tahun Berjalan (xxx) (xxx)
3. Subtotal (1 - 2) xxx xxx
4. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/
SiKPA) xxx xxx
5. Subtotal (3 + 4) xxx xxx
6. Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya xxx xxx
7. Lain-lain xxx xxx
8. Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) xxx xxx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
81
6.4 Unsur-Unsur Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan secara
komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos berikut:
1. Saldo Anggaran Lebih Awal, yakni akumulasi SiLPA periode/tahun
sebelumnya.
2. Penggunaan Saldo Anggaran Lebih, yakni SiLPA yang digunakan dalam
periode/tahun berjalan.
3. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran Tahun berjalan
(SiLPA/SiKPA), yakni selishi lebih/kurang antara realisasi pendapatan-
LRA dan belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
dalam APBD selama satu periode pelaporan.
4. Koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya, yakni kesalahan
pencatatan akun pendapatan, belanja, dan pembiayaan yang terjadi
pada periode/tahun anggaran sebelumnya.
5. Lain-Iain, yang dapat mempengaruhi jumlah Saldo Anggaran Lebih.
6. Saldo Anggaran Lebih Akhir, yakni gunggungan atau jumlah akumulasi
SiLPA sampai dengan tanggal pelaporan dan SAL dihasilkan dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
SAL identik dengan aset kas yang berasal dari realisasi
pendapatan-LRA, belanja, serta pembiayaan yang menghasilkan
SiLPA/SiKPA, karena perhitungan SAL adalah berasal dari Laporan
Realisasi Anggaran. SAL bukan dihasilkan dari Laporan Arus Kas, karena di
dalam Laporan Arus Kas juga mencantumkan transaksi transitoris, dimana
transaksi transitoris bukan merupakan transaksi realisasi anggaran, namun
semacam pemindahbukuan kas. SAL merupakan bagian dari ekuitas,
karena di dalam suatu ekuitas juga terdapat aset kas. Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih menyajikan perubahan SAL sedangkan Laporan
Perubahan Ekuitas menyajikan perubahan ekuitas.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
82
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
83
BAB VII
7.1 Tujuan Penyusunan Laporan Operasional
Tujuan pelaporan operasi adalah memberikan informasi tentang
kegiatan operasional keuangan yang tercerminkan dalam Pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan.
Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus
akuntansi berbasis akrual (full accrual accounting cycle) yang disusun
dengan tujuan: (Ratmono dan Solihin, 2015)
1. Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca
mempunyai keterkaitan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan
laporan kinerja keuangan.
3. Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode
pelaporan tertentu.
4. Laporan Operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya dapat
digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk
mendanai kegiatan pemerintah dalam periode mendatang.
7.2 Manfaat Informasi Laporan Operasional
Laporan Operasional menyediakan informasi mengenai seluruh
kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam
Pendapatan-LO, beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi
Pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas
pemerintahan, sehingga Laporan Operasional menyediakan informasi:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
84
1. Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah
untuk menjalankan pelayanan.
2. Mengenai operasi keuangan secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi, efektivitas, dan
kehematan perolehan dan penggunaan sumber daya ekonomi.
3. Yang berguna dalam memprediksi Pendapatan-LO yang akan diterima
untuk mendanai kegiatan pemerintah pusat dan daerah dalam periode
mendatang dengan cara menyajikan laporan secara komparatif.
4. Mengenai penurunan ekuitas (bila defisit operasional), dan peningkatan
ekuitas (bila surplus operasional).
Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun. Dalam situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas
berubah dan Laporan Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode
yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus mengungkapkan informasi
tentang: 1) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun, dan 2)
fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan
catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan. Manfaat Laporan
Operasional berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada
waktunya. Faktor-faktor seperti kompleksitas operasi pemerintah tidak
dapat dijadikan pembenaran atas ketidakmampuan entitas pelaporan untuk
menyajikan laporan keuangan tepat waktu.
7.3 Struktur Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan LO,
beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non operasional,
surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit-LO,
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan
Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan yang
memuat hal-hal yang berhubungan dengan aktivitas keuangan selama satu
tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter, serta daftar-daftar yang merinci lebih
lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
Dalam Laporan Operasional harus diidentifikasikan secara jelas, dan,
jika dianggap perlu, diulang pada setiap halaman laporan, informasi mengenai:
1) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya, 2) cakupan entitas
pelaporan, 3) periode yang dicakup, 4) mata uang pelaporan, dan 5) satuan
angka yang digunakan. Dalam Laporan Operasional dapat ditambahkan pos,
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
85
judul, dan sub jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan, atau apabila penyajian tersebut diperlukan untuk
menyajikan Laporan Operasional secara wajar.
Berikut ini disajikan format penyajian Laporan Operasional (LO)
entitas Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PROVINSI LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/ Penurunan
(%)
KEGIATAN OPERASIONAL 1. PENDAPATAN 2. PENDAPATAN ASLI DAERAH 3. Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xx 4. Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xx 5. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan xxx
xxx xxx xx
6. Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xx 7. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxx xxx xxx xx
8. 9. PENDAPATAN TRANSFER
10. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN 11. Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xx 12. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xx 13. Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xx 14. Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xx
15. Jumlah Pendapatan Transfer-Dana Perimbangan (11 s/d 14)
xxx xxx xxx xx
16. 17. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 18. Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xx 19. Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xx
20. Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxx xxx xxx xx 21. Jumlah PendapatanTransfer (15 + 20) xxx xxx xxx xx
21. 23. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 24. Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xx 25. Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xx 26. Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xx
27. Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang Sah (24 s/d 26) xxx xxx xxx xx
28. JUMALAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxx xxx xxx xx
29. 30. BEBAN 31. Beban Pegawai xxx xxx xxx xx 32. Beban Persediaan xxx xxx xxx xx 33. Beban Jasa xxx xxx xxx xx 34. Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xx 35. Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xx 36. Beban Bunga xxx xxx xxx xx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
86
PEMERINTAH PROVINSI LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/
Penurunan (%)
37. Beban Subsidi xxx xxx xxx xx
38. Beban Hibah xxx xxx xxx xx
39. Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xx
40. Beban Penyusutan xxx xxx xxx xx
41. Beban Transfer xxx xxx xxx xx
42. Beban Lain-lain xxx xxx xxx xx
43. JUMLAH BEBAN (31 s/d 42) xxx xxx xxx xx
44. SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (28 - 43) xxx xxx xxx xx
45.
46. SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
47. Surplus Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xx
48. Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xx
49. Defisit Penjualan Aset Nonlancar xxx xxx xxx xx
50. Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xx
51. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xx
52. JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (47 s/d 51) xxx xxx xxx xx
53. SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA
(44 + 52) xxx xxx xxx xx
54.
55. POS LUAR BIASA
56. Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xx
57. Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xx
58. POS LUAR BIASA (56 s/d 57) xxx xxx xxx xx
59. SURPULS/DEFISIT-LO (53 + 58) xxx xxx xxx xx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
87
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/
Penurunan (%)
KEGIATAN OPERASIONAL
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
3. Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xxx xx
4. Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xxx xx
5. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
xxx xxx xxx xx
6. Pendapatan Asli Daerah Lainnya xxx xxx xxx xx
7. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxx xxx xxx xx
8.
9. PENDAPATAN TRANSFER
10. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT-DANA PERIMBANGAN
11. Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xx
12. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xxx xx
13. Dana Alokasi Umum xxx xxx xxx xx
14. Dana Alokasi Khusus xxx xxx xxx xx
15. Jumlah Pendapatan Transfer-Dana Perimbangan
(11 s/d 14) xxx xxx xxx xx
16.
17. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA
18. Dana Otonomi Khusus xxx xxx xxx xx
19. Dana Penyesuaian xxx xxx xxx xx
20. Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxx xxx xxx xx
21.
22. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
23. Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx xxx xx
24. Pendapatan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx xxx xx
25. Jumlah Pendapatan Transfer Pemerintah Provinsi
(23 s/d 24) xxx xxx xxx xx
26. Jumlah PendapatanTransfer (15 + 20 + 25) xxx xxx xxx xx
27.
28. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29. Pendapatan Hibah xxx xxx xxx xx
30. Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xxx xx
31. Pendapatan Lainnya xxx xxx xxx xx
32. Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang Sah (29 s/d 31) xxx xxx xxx xx
33. JUMALH PENDAPATAN (7 + 26 + 32) xxx xxx xxx xx
34.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
88
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0 Kenaikan/ Penurunan
(%)
35. BEBAN 36. Beban Pegawai xxx xxx xxx xx 37. Beban Persediaan xxx xxx xxx xx 38. Beban Jasa xxx xxx xxx xx 39. Beban Pemeliharaan xxx xxx xxx xx 40. Beban Perjalanan Dinas xxx xxx xxx xx 41. Beban Bunga xxx xxx xxx xx 42. Beban Subsidi xxx xxx xxx xx 43. Beban Hibah xxx xxx xxx xx 44. Beban Bantuan Sosial xxx xxx xxx xx 45. Beban Penyusutan xxx xxx xxx xx 46. Beban Transfer xxx xxx xxx xx 47. Beban Lain-lain xxx xxx xxx xx 48. JUMLAH BEBAN (36 s/d 47) xxx xxx xxx xx
49. 50. SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (33 - 48) xxx xxx xxx xx
51. 52. SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
53. Surplus Penjualan Aset Nonlacar xxx xxx xxx xx 54. Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xx 55. Defisit Penjualan Aset Nonlacar xxx xxx xxx xx 56. Defisit Penyelesaian Kewajiban Jangka Panjang xxx xxx xxx xx 57. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional Lainnya xxx xxx xxx xx 58. JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON
OPERASIONAL (53 s/d 57) xxx xxx xxx xx
59. SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (50 + 58)
xxx xxx xxx xx
60. 61. POS LUAR BIASA 62. Pendapatan Luar Biasa xxx xxx xxx xx 63. Beban Luar Biasa xxx xxx xxx xx 64. POS LUAR BIASA (62 - 63) xxx xxx xxx xx
65. SURPULS/DEFISIT-LO (59 + 64) xxx xxx xxx xx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
7.4 Unsur-Unsur Laporan Operasional
Entitas pelaporan pada Pemerintah Daerah menyajikan Pendapatan-
LO yang diklasifikasikan menurut sumber pendapatan. Rincian lebih lanjut
sumber pendapatan disajikan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Entitas pelaporan menyajikan beban yang diklasifikasikan menurut
klasifikasi jenis beban. Klasifikasi Pendapatan-LO menurut sumber
pendapatan maupun klasifikasi beban menurut ekonomi, pada prinsipnya
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
89
merupakan klasifikasi yang menggunakan dasar klasifikasi yang sama yaitu
berdasarkan jenis. Unsur-unsur Laporan Operasional terdiri dari:
1. Pendapatan-LO.
Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah daerah yang diakui sebagai
penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan
dan tidak perlu dibayar kembali. Pendapatan-LO terdiri:
a. Pendapatan Asli Daerah, yakni pendapatan yang diperoleh daerah
yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pendapatan Asli Daerah dibagi
menurut jenis pendapatan terdiri dari Pendapatan Pajak Daerah,
Pendapatan Retribusi Daerah, Pendapatan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Pendapatan Asli Daerah
Lainnya.
b. Pendapatan Transfer, yakni pendapatan berupa penerimaan uang
atau hak untuk menerima uang oleh entitas pelaporan dari suatu
entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan. Pendapatan transfer terdiri dari Transfer Pemerintah
Pusat-Dana Perimbangan seperti Dana bagi hasil pajak, Dana bagi
hasil sumber daya alam, Dana alokasi umum, dan Dana alokasi
khusus; Transfer Pemerintah Pusat Lainnya seperti Dana otonomi
khusus dan Dana penyesuaian; dan Transfer Pemerintah Provinsi
seperti Pendapatan bagi hasil pajak dan Pendapatan bagi hasil
lainnya.
c. Lain-lain Pendapatan yang Sah, yakni terdiri dari Pendapatan hibah,
Pendapatan dana darurat, dan Pendapatan lainnya.
2. Beban.
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode 33 pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau 34 konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Beban
teridiri dari Beban pegawai, Beban persediaan, Beban jasa, Beban
pemeliharaan, Beban perjalanan dinas, Beban bunga, Beban subsidi,
Beban hibah, Beban bantuan sosial, Beban penyusutan, Beban transfer,
dan Beban lain-lain.
3. Surplus/Defisit dari Operasi.
Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara
pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. Defisit dari
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
90
kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan
beban selama satu periode pelaporan.
4. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional.
Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional adalah surplus atau
deficit yang bersumber dari kegiatan di luar operasional seperti Surplus
penjualan aset nonlancar, Surplus Penyelesaian Kewajiban Jangka
Panjang, Defisit Penjualan Aset Nonlancar, Defisit Penyelesaian
Kewajiban Jangka Panjang, dan Surplus/Defisit dari Kegiatan Non
Operasional Lainnya.
5. Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa.
Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa adalah Selisih lebih/kurang
antara surplus/defisit dari kegiatan operasional dan surplus/defisit dari
kegiatan non operasional.
6. Pos Luar Biasa.
Pos Luar Biasa memuat kejadian luar biasa yang mempunyai
karakteristik: 1) kejadian yang tidak dapat diramalkan terjadi pada awal
tahun anggaran, 2) tidak diharapkan terjadi berulang-ulang, dan 3)
kejadian diluar kendali entitas pemerintah. Pos Luar Biasa terdiri dari
Pendapatan luar biasa dan Beban luar biasa.
7. Surplus/Defisit-LO.
Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara
surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan
kejadian luar biasa. Saldo Surplus/Defisit-LO pada akhir periode
pelaporan dipindahkan ke Laporan Perubahan Ekuitas.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
91
BAB VIII
8.1 Tujuan Penyusunan Laporan Perubahan Ekuitas
Penyusunan Laporan Perubahan Ekuitas bertujuan untuk menyajikan
informasi kenaikan atau penurunan Saldo Ekuitas tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ekuitas adalah kekayaan bersih
pemerintah yang merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah.
Saldo akhir Ekuitas pada Laporan Perubahan Ekuitas akan disajikan pada
akun Ekuitas dalam Neraca Pemerintah Daerah.
8.2 Manfaat Informasi Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas dimaksudkan untuk memberikan
ringkasan atas perubahan Ekuitas Pemerintah selama periode pelaporan
disandingkan dengan periode sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas
merupakan salah satu komponen laporan keuangan yang disyaratkan oleh
standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual sebagaimana diatur dalam
PP Nomor 71 tahun 2010 dan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013.
Laporan Perubahan Ekuitas wajib disusun pada tingkat SKPD, PPKD, dan
Pemerintah Daerah. Dengan demikian Laporan Perubahan Ekuitas wajib
disusun dan disajikan baik oleh entitas akuntansi maupun entitas pelaporan
pada Pemerintah Daerah.
8.3 Struktur Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas mempunyai keterkaitan dengan Laporan
Operasional (LO). Dalam penyusunan Laporan Perubahan Ekuitas, fungsi
akuntansi harus menyusun Laporan Operasional terlebih dahulu karena dalam
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
92
Laporan Perubahan Ekuitas terdapat akun Surplus/defisit LO yang dapat
diperoleh jika Laporan Operasional sudah selesai disusun. Struktur Laporan
Perubahan Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
Berikut ini disajikan format penyajian Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE) entitas Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
1. Ekuitas Awal xxx xxx
2. Surpuls/Defisit-LO xxx xxx
3. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/ Kesalahan Mendasar:
4. Koreksi Nilai Persediaan xxx xxx
5. Selisih Revaluasi Aset Tetap xxx xxx
6. Lain-lain xxx xxx
7. Ekuitas Akhir xxx xxx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
8.4 Unsur-Unsur Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut:
1. Ekuitas Awal, yakni akumulasi Ekuitas periode/tahun sebelumnya.
2. Surplus/defisit-LO, yakni Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan
yang merupakan selisih antara Pendapatan-LO dan beban selama satu
periode pelaporan, setelah diperhitungkan surplus/defisit dari kegiatan
non operasional dan pos luar biasa.
3. Dampak Kumulatif Perubahan Kebijakan/Kesalahan Mendasar, yakni
koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan
kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar seperti:
a. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode sebelumnya.
b. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
93
c. Dampak kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan mendasar
akuntansi lainnya.
4. Ekuitas akhir, yakni jumlah akumulasi Ekuitas sampai dengan pada
tanggal pelaporan.
Selain koreksi nilai persediaan dan revaluasi aset tetap, beberapa
contoh dampak kumulatif perubahan kebijakan akuntansi/kesalahan
mendasar antara lain:
1. Koreksi piutang.
2. Koreksi penyisihan piutang.
3. Koreksi nilai investasi nonpermanen.
4. Penyesuaian hasil sensus aset tetap.
5. Penyesuaian eliminasi R/K SKPD dan R/K PPKD.
6. Koreksi nilai pendapatan pajak.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
94
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
95
BAB IX
9.1 Tujuan Penyusunan Neraca
Penyusunan Neraca bertujuan untuk menyajikan informasi posisi
keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu. Neraca menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos seperti Kas dan setara kas, Investasi jangka pendek,
Piutang pajak dan bukan pajak, Persediaan, Investasi jangka panjang, Aset
tetap, Kewajiban jangka pendek, Kewajiban jangka panjang, dan Ekuitas.
Neraca Pemerintah Daerah merupakan gabungan (konsolidasi) dari Neraca
seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah (PPPKD) selaku Bendahara Umum Daerah yang ada di
lingkungan Pemerintah Daerah yang bersangkutan.
9.2 Manfaat Informasi Neraca
Neraca dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang posisi
keuangan Pemerintah Daerah pada tanggal tertentu. Neraca merupakan
salah satu komponen laporan keuangan yang disyaratkan oleh standar
akuntansi pemerintahan berbasis akrual sebagaimana diatur dalam PP
Nomor 71 tahun 2010 dan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013. Neraca
wajib disusun pada tingkat SKPD, PPKD, dan Pemerintah Daerah. Dengan
demikian Neraca wajib disusun dan disajikan baik oleh entitas akuntansi
maupun entitas pelaporan pada Pemerintah Daerah.
9.3 Struktur Neraca
Neraca mempunyai keterkaitan dengan Laporan Perubahan Ekuitas
(LPE). Dalam penyusunan Neraca, fungsi akuntansi harus menyusun
Laporan Perubahan Ekuitas terlebih dahulu karena dalam Neraca terdapat
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
96
akun Ekuitas yang dapat diperoleh jika Laporan Perubahan Ekuitas sudah
selesai disusun. Struktur Neraca pada Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
Berikut ini disajikan format penyajian Neraca pada entitas
Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
NERACA PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
1. ASET 2. 3. ASET LANCAR 4. Kas di Kas Daerah xxx xxx 5. Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx 6. Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx 7. Investasi Jangka Pendek xxx xxx 8. Piutang Pajak xxx xxx 9. Piutang Retribusi xxx xxx 10. Penyisihan Piutang (xxx) (xxx) 11. Belanja Dibayar Dimuka xxx xxx 12. Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx 13. Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx 14. Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx 15. Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx 16. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx 17. Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx 18. Piutang Lainnya xxx xxx 19. Persediaan xxx xxx 20. Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx
21. 22. INVESTASI JANGKA PANJANG 23. Investasi Nonpermanen xxx xxx 24. Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx 25. Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx 26. Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx 27. Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx 28. Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 27) xxx xxx
29. Investasi Permanen xxx xxx 30. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx 31. Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
32. Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx 33. Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx
34.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
97
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
35. ASET TETAP
36. Tanah xxx xxx
37. Peralatan dan Mesin xxx xxx
38. Gedung dan Bangunan xxx xxx
39. Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
40. Aset Tetap Lainnya xxx xxx
41. Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx
42. Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
43. Jumlah Aset Tetap (36 s/d 42) xxx xxx
44.
45. DANA CADANGAN
46. Dana Cadangan xxx xxx
47. Jumlah Dana Cadangan (46) xxx xxx
48.
49. ASET LAINNYA
50. Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
51. Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
52. Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
53. Aset Tak Berwujud xxx xxx
54. Aset Lain-Lain xxx xxx
55. Jumlah Aset Lainnya (50 s/d 54) xxx xxx
56.
57. JUMLAH ASET (20+33+43+47+55) xxx xxx
58.
59. KEWAJIBAN
60.
61. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
62. Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx
63. Utang Bunga xxx xxx
64. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
65. Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx
66. Utang Belanja xxx xxx
67. Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
68. Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (62 s/d 67) xxx xxx
69.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
98
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
70. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
71. Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
72. Utang Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
73. Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx
74. Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
75. Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (71 s/d 74) xxx xxx
76. JUMLAH KEWAJIBAN (68 + 75) xxx xxx
77.
78. EKUITAS
79. EKUITAS
80. JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (76+79) xxx xxx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
9.4 Unsur-Unsur Neraca
Neraca menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya
pos-pos berikut:
1. Aset, yakni sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana
manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat
diperoleh, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, serta dapat diukur
dalam satuan uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang
diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-
sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset
Pemerintah Daerah terdiri dari:
a. Aset Lancar, yakni aset yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12
(dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan, atau berupa Kas dan
Setara Kas. Aset Lancar meliputi Kas dan Setara Kas yang berupa
Kas di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di
Bendahara Penerimaan; Investasi Jangka Pendek yang berupa
Deposito Berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan Surat
Berharga yang mudah diperjualbelikan; Piutang yang berupa
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
99
Piutang Pajak, Piutang Retribusi, Penyisihan Piutang, Penyisihan
Piutang, Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara,
Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara, Bagian Lancar
Pinjaman kepada Pemerintah Pusat, Bagian Lancar Pinjaman
kepada Pemerintah Daerah Lainnya, Bagian Lancar Tagihan
Penjualan Angsuran, Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi, dan
Piutang Lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan; serta Persediaan yang
berupa barang atau perlengkapan yang dibeli dan disimpan untuk
digunakan, misalnya Barang pakai habis seperti Alat Tulis Kantor,
barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
barang bekas pakai seperti komponen bekas. Sementara Aset
Nonlancar mencakup aset yang bersifat jangka panjang dan aset tak
berwujud, yang digunakan secara langsung atau tidak langsung
untuk kegiatan pemerintah atau yang digunakan masyarakat umum
yang diklasifikasikan menjadi Investasi Jangka Panjang, Aset Tetap,
Dana Cadangan, dan Aset Lainnya.
b. Investasi Jangka Panjang, yakni investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki selama lebih dari 12 (dua belas) bulan. Investasi jangka
panjang terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen.
Investasi nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan yang meliputi
Pinjaman Jangka Panjang, Investasi dalam Surat Utang Negara,
Investasi dalam Proyek Pembangunan, dan Investasi Nonpermanen
Lainnya. Investasi permanen adalah investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan yang meliputi
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah dan Investasi Permanen
Lainnya.
c. Aset tetap, yakni aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari dua belas bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Aset tetap
terdiri dari Tanah, Peralatan dan Mesin, Gedung dan Bangunan,
Jalan, Irigasi, dan Jaringan, Aset Tetap Lainnya, Konstruksi Dalam
Pengerjaan, dan Akumulasi Penyusutan.
d. Dana Cadangan, yakni dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
100
dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dapat dirinci
menurut tujuan pembentukannya seperti Dana cadangan
pembangunan jembatan, Dana cadangan pembangunan Gedung,
Dana cadangan penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada), dan Dana cadangan penyelenggaraan Pekan Olah Raga
Nasional (PON).
e. Aset Lainnya, yakni Aset Nonlancar lainnya yang berupa Tagihan
Penjualan Angsuran yang jatuh tempo lebih dari 12 (dua belas)
bulan; Tuntutan Ganti Rugi; Kemitraan dengan Pihak Ketiga seperti
Kemitraan dalam pengelolaan Aset Pemerintah yang berupa
Bangun, Kelola, Serah (BKS) dan Bangun, Serah, Kelola (BSK); Aset
Tak Berwujud yakni aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasi dan
tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam
menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuan lainnya
termasuk hak atas kekayaan intelektual seperti Software komputer,
Lisensi, Franchise, Hak paten, Hak cipta, Hasil kajian
pengembangan/yang memberikan manfaat jangka panjang, dan
Aktiva Tidak Berwujud yang mempunyai nilai sejarah/budaya
(Heritage); dan Aset Lain-Lain seperti Kas yang dibatasi
penggunaannya dan Barang rusak yang belum dihapus.
2. Kewajiban, yakni utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Kewajiban Pemerintah Daerah terdiri dari:
a. Kewajiban Jangka Pendek, yakni kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan
yang meliputi Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK), Utang Bunga,
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, Pendapatan Diterima
Dimuka, Utang Belanja, dan Utang Jangka Pendek Lainnya.
b. Kewajiban Jangka Panjang, yakni kewajiban yang diharapkan
dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan yang meliputi Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan,
Utang Dalam Negeri – Obligasi, Premium (Diskonto) Obligasi
Premium (Diskonto) Obligasi, Utang Jangka Panjang Lainnya.
Pemerintah Daerah dapat tetap mengklasifikasikan Kewajiban
Jangka Panjangnya meskipun kewajiban tersebut jatuh tempo dan
untuk diselesaikan dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
101
tanggal pelaporan jika: a) jangka waktu aslinya adalah untuk periode
lebih dari 12 (dua belas) bulan, b) entitas bermaksud mendanai
kembali (refinance) kewajiban tersebut atas dasar jangka panjang,
dan c) maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian
pendanaan kembali (refinancing), atau adanya penjadualan kembali
terhadap pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan
keuangan disetujui.
3. Ekuitas, yakni kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada tanggal
laporan. Saldo Ekuitas di Neraca berasal dari saldo akhir Ekuitas pada
Laporan Perubahan Ekuitas.
Akun/Pos-pos selain yang disebutkan tersebut di atas disajikan
dalam Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan, atau jika
penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara wajar posisi keuangan
suatu entitas pelaporan. Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan
secara terpisah didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:
1. Sifat, likuiditas, dan materialitas aset.
2. Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan.
3. Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.
Pemerintah Daerah sebagai sebuah entitas pelaporan
mengungkapkan, baik dalam Neraca maupun dalam Catatan atas Laporan
Keuangan subklasifikasi pos-pos yang disajikan, diklasifikasikan dengan
cara yang sesuai dengan operasi entitas yang bersangkutan. Suatu pos
disubklasifikasikan lebih lanjut, bilamana perlu, sesuai dengan sifatnya.
Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca atau di Catatan atas
Laporan Keuangan tergantung pada persyaratan dari Standar Akuntansi
Pemerintahan dan materialitas jumlah pos yang bersangkutan.
Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap pos, misalnya:
1. Piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi, penjualan, fihak
terkait, uang muka, dan jumlah lainnya; piutang transfer dirinci menurut
sumbernya
2. Persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang mengatur
akuntansi untuk persediaan
3. Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai dengan
standar yang mengatur tentang aset tetap
4. Utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
102
5. Dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan peruntukannya
6. Pengungkapan kepentingan pemerintah dalam perusahaan
negara/daerah/ lainnya adalah jumlah penyertaan yang diberikan,
tingkat pengendalian dan metode penilaian.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
103
BAB X
10.1 Tujuan Penyusunan Laporan Arus Kas
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai
sumber, penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode
akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Informasi
ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan pengambilan keputusan.
Pemerintah Daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun Laporan Arus Kas untuk
setiap periode penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen
laporan keuangan pokok.
10.2 Manfaat Informasi Laporan Arus Kas
Informasi Arus Kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di
masa yang akan datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas
taksiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Laporan Arus Kas juga
menjadi alat pertanggung-jawaban arus kas masuk dan arus kas keluar
selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan
lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para
pengguna laporan dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas
suatu entitas pelaporan dan struktur keuangan pemerintah (termasuk
likuiditas dan solvabilitas). Informasi arus masuk dan keluar dalam laporan
arus kas berguna untuk melihat transaksi kas di masa lalu dan memprediksi
arus kas di masa yang akan datang. Realisasi arus kas dapat dijadikan
sebagai indikator arus kas di masa yang akan datang. Laporan Arus Kas
hanya disajikan oleh Bendahara Umum Daerah dan entitas pelaporan yang
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
104
menyusun laporan keuangan konsolidasiannya. Unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang ditetapkan sebagai
Bendahara Umum Daerah dan/atau sebagai Kuasa Bendahara Umum
Daerah.
10.3 Struktur Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas menggambarkan arus masuk dan arus keluar
untuk akun kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Arus kas masuk
dapat bersumber dari penerimaan tunai pendapatan, penjualan aset tetap,
pencairan dana cadangan, penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman, dan penerimaan atas potongan pembayaran yang
dilakukan pemerintah atau Perhitungan Fihak Ketiga (PFK). Arus kas keluar
dapat berupa pembayaran secara tunai belanja pegawai, belanja modal,
pembayaran cicilan hutang, pemberian pinjaman, pembentukan dana
cadangan, penyertaan modal pemerintah, dan penyetoran kepada pihak
ketiga atas pemotongan yang telah dilakukan.
Pemerintah Daerah dapat menyajikan arus kas dari aktivitas operasi
dengan cara: 1) Metode Langsung yakni mengungkapkan pengelompokan
utama penerimaan dan pengeluaran kas bruto, dan 2) Metode Tidak
Langsung yakni surplus atau defisit disesuaikan dengan transaksi transaksi
operasional nonkas, penangguhan (deferral) atau pengakuan (accrual)
penerimaan kas atau pembayaran yang lalu/yang akan datang, serta unsur
penerimaan dan pengeluaran dalam bentuk kas yang berkaitan dengan
aktivitas investasi dan pendanaan. Pemerintah Daerah sebaiknya
menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas
operasi. Keuntungan penggunaan metode langsung adalah: 1)
Menyediakan informasi yang lebih baik untuk mengestimasikan arus kas di
masa yang akan datang, 2) Lebih mudah dipahami oleh pengguna laporan,
dan 3) Data tentang kelompok penerimaan dan pengeluaran kas bruto
dapat langsung diperoleh dari catatan akuntansi.
Berikut ini disajikan format penyajian Laporan Arus Kas (LAK)
entitas Pemerintah Daerah.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
105
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
2. Arus Masuk Kas
3. Penerimaan Pajak Daerah xxx xxx
4. Penerimaan Retribusi Daerah xxx xxx
5. Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
6. Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah xxx xxx
7. Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx
8. Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx
9. Penerimaan Dana Alokasi Umum xxx xxx
10. Penerimaan Dana Alokasi Khusus xxx xxx
11. Penerimaan Dana Otonomi Khusus xxx xxx
12. Penerimaan Dana Penyesuaian xxx xxx
13. Penerimaan Hibah xxx xxx
14. Penerimaan Dana Darurat xxx xxx
15. Penerimaan Lainnya xxx xxx
16. Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa xxx xxx
17. Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 16) xxx xxx
18. Arus Keluar Kas
19. Pembayaran Pegawai xxx xxx
20. Pembayaran Barang xxx xxx
21. Pembayaran Bunga xxx xxx
22. Pembayaran Subsidi xxx xxx
23. Pembayaran Hibah xxx xxx
24. Pembayaran Bantuan Sosial xxx xxx
25. Pembayaran Tak Terduga xxx xxx
26. Pembayaran Bagi Hasil Pajak Ke Kabupaten/Kota xxx xxx
27. Pembayaran Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx
28. Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx
29. Pembayaran Kejadian Luar Biasa xxx xxx
30. Jumlah Arus Keluar Kas (19 s/d 29) xxx xxx
31. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (17 - 30) xxx xxx
32. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
33. Arus Masuk Kas
34. Pencairan Dana Cadangan xxx xxx
35. Penjualan atas Tanah xxx xxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
106
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
36. Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx
37. Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx
38. Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
39. Penjualan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
40. Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
41. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
42. Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen xxx xxx
43. Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 42) xxx xxx
44. Arus Keluar Kas
45. Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx
46. Perolehan Tanah xxx xxx
47. Perolehan Peralatan dan Mesin xxx xxx
48. Perolehan Gedung dan Bangunan xxx xxx
49. Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
50. Perolehan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
51. Perolehan Aset Lainnya xxx xxx
52. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
53. Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen xxx xxx
54. Jumlah Arus Keluar Kas (45 s/d 53) xxx xxx
55. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (43 - 54) xxx xxx
56. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
57. Arus Masuk Kas
58. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
59. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
60. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
61. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
62. Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
63. Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
64. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
65. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
66. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
Lainnya xxx xxx
67. Jumlah Arus Masuk Kas (58 s/d 66) xxx xxx
68. Arus Keluar Kas
69. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
107
PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
70. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya
xxx xxx
71. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank
xxx xxx
72. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank
xxx xxx
73. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
74. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx
75. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
76. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
77. Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
78. Jumlah Arus Keluar Kas (69 s/d 77) xxx xxx
79. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (67- 78) xxx xxx
80. ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS xxx
81. Arus Masuk Kas xxx xxx
82. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
83. Jumlah Arus Masuk Kas (82) xxx xxx
84. Arus Keluar Kas
85. Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
86. Jumlah Arus Keluar Kas (85) xxx xxx
87. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (83 - 86) xxx xxx
88. Kenaikan/Penurunan Kas (31+55+79+87) xxx xxx
89. Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
90. Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara
Pengeluaran (88+89) xxx xxx
91. Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
92. Saldo Akhir Kas (90+91) xxx xxx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
108
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
2. Arus Masuk Kas
3. Penerimaan Pajak Daerah xxx xxx
4. Penerimaan Retribusi Daerah xxx xxx
5. Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
6. Penerimaan Lain-Lain PAD yang Sah xxx xxx
7. Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx
8. Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx
9. Penerimaan Dana Alokasi Umum xxx xxx
10. Penerimaan Dana Alokasi Khusus xxx xxx
11. Penerimaan Dana Otonomi Khusus xxx xxx
12. Penerimaan Dana Penyesuaian xxx xxx
13. Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak xxx xxx
14. Penerimaan Bagi Hasil Lainnya xxx xxx
15. Penerimaan Hibah xxx xxx
16. Penerimaan Dana Darurat xxx xxx
17. Penerimaan Lainnya xxx xxx
18. Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa xxx xxx
19. Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 18) xxx xxx
20. Arus Keluar Kas
21. Pembayaran Pegawai xxx xxx
22. Pembayaran Barang xxx xxx
23. Pembayaran Bunga xxx xxx
24. Pembayaran Subsidi xxx xxx
25. Pembayaran Hibah xxx xxx
26. Pembayaran Bantuan Sosial xxx xxx
27. Pembayaran Tak Terduga xxx xxx
28. Pembayaran Bagi Hasil Pajak xxx xxx
29. Pembayaran Bagi Hasil Retribusi xxx xxx
30. Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya xxx xxx
31. Pembayaran Kejadian Luar Biasa xxx xxx
32. Jumlah Arus Keluar Kas (21 s/d 31) xxx xxx
33. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (19 - 32) xxx xxx
34. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
35. Arus Masuk Kas
36. Pencairan Dana Cadangan xxx xxx
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
109
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
37. Penjualan atas Tanah xxx xxx
38. Penjualan atas Peralatan dan Mesin xxx xxx
39. Penjualan atas Gedung dan Bangunan xxx xxx
40. Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
41. Penjualan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
42. Penjualan Aset Lainnya xxx xxx
43. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx
44. Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen xxx xxx
45. Jumlah Arus Masuk Kas (36 s/d 44) xxx xxx
46. Arus Keluar Kas
47. Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx
48. Perolehan Tanah xxx xxx
49. Perolehan Peralatan dan Mesin xxx xxx
50. Perolehan Gedung dan Bangunan xxx xxx
51. Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx
52. Perolehan Aset Tetap Lainnya xxx xxx
53. Perolehan Aset Lainnya xxx xxx
54. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
55. Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen xxx xxx
56. Jumlah Arus Keluar Kas (47 s/d 55) xxx xxx
57. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (45 - 56) xxx xxx
58. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
59. Arus Masuk Kas
60. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
61. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
62. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx
63. Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx
64. Pinjaman Dalam Negeri – Obligasi xxx xxx
65. Pinjaman Dalam Negeri – Lainnya xxx xxx
66. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
67. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
68. Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
69. Jumlah Arus Masuk Kas (60 s/d 68) xxx xxx
70. Arus Keluar Kas
71. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
110
PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 20X1 20X0
72. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah
Lainnya xxx xxx
73. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan
Bank xxx xxx
74. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan
Bukan Bank xxx xxx
75. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
76. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx
77. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
78. Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
79. Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
80. Jumlah Arus Keluar Kas (71 s/d 79) xxx xxx
81. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (69- 80) xxx xxx
82. ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS xxx
83. Arus Masuk Kas xxx xxx
84. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
85. Jumlah Arus Masuk Kas (84) xxx xxx
86. Arus Keluar Kas
87. Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) xxx xxx
88. Jumlah Arus Keluar Kas (87) xxx xxx
89. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (85 - 88) xxx xxx
90. Kenaikan/Penurunan Kas (33+57+81+89) xxx xxx
91. Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
92. Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara
Pengeluaran (90+91) xxx xxx
93. Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
94. Saldo Akhir Kas (92+93) xxx xxx
Sumber: PP Nomor 71 Tahun 2010.
10.4 Unsur-Unsur Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas merupakan bagian dari Laporan Finansial yang
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan Aktivitas Operasi, Investasi,
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
111
Pendanaan, dan Transitoris. Dengan klasifikasi tersebut, Laporan Arus Kas
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk
menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas
Pemerintah Daerah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi hubungan antar Aktivitas Operasi, Investasi, Pendanaan, dan
Transitoris. Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari
beberapa aktivitas, misalnya transaksi pelunasan utang yang terdiri dari
pelunasan pokok utang dan bunga utang. Pembayaran pokok utang akan
diklasifikasikan ke dalam Aktivitas Pendanaan sedangkan pembayaran
bunga utang pada umumnya akan diklasifikasikan ke dalam Aktivitas
Operasi kecuali bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke dalam
Aktivitas Investasi.
Laporan Arus Kas menyajikan secara komparatif dengan periode
sebelumnya pos-pos berikut:
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasi, yakni arus kas dari aktivitas penerimaan
dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk kegiatan operasional
pemerintah selama satu periode akuntansi. Arus kas bersih aktivitas
operasi merupakan indikator yang menunjukkan kemampuan operasi
pemerintah dalam menghasilkan kas yang cukup untuk membiayai
aktivitas operasionalnya di masa yang akan datang tanpa
mengandalkan sumber pendanaan dari luar. Arus masuk kas dari
Aktivitas Operasi diperoleh dari Penerimaan Pajak Daerah, Penerimaan
Retribusi Daerah, Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan, Penerimaan Lain-lain PAD yang sah, Penerimaan Dana Bagi
Hasil Pajak, Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam,
Penerimaan Dana Alokasi Umum, Penerimaan Dana Alokasi Khusus,
Penerimaan Dana Otonomi Khusus, Penerimaan Dana Penyesuaian,
Penerimaan Pendapatan Bagi Hasil Pajak, Penerimaan Bagi Hasil
Lainnya, Penerimaan Hibah, Penerimaan Dana Darurat, Penerimaan
Lainnya, Penerimaan Lainnya, dan Penerimaan dari Pendapatan Luar
Biasa. Arus keluar kas untuk Aktivitas Operasi digunakan untuk
Pembayaran Pegawai, Pembayaran Barang, Pembayaran Bunga,
Pembayaran Subsidi, Pembayaran Hibah, Pembayaran Bantuan Sosial,
Pembayaran Tak Terduga, Pembayaran Bagi Hasil Pajak, Pembayaran
Bagi Hasil Retribusi, Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya, dan
Pembayaran Kejadian Luar Biasa.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
112
2. Arus Kas dari Aktivitas Investasi, yakni arus kas dari aktivitas
penerimaan dan pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan
pelepasan aset tetap serta investasi lainnya yang tidak termasuk dalam
setara kas. Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan penerimaan
dan pengeluaran kas bruto dalam rangka perolehan dan pelepasan
sumber daya ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan dan
mendukung pelayanan Pemerintah Daerah kepada masyarakat di masa
yang akan datang. Arus masuk kas dari Aktivitas Investasi terdiri dari
Pencairan Dana Cadangan, Penjualan atas Tanah, Penjualan atas
Peralatan dan Mesin, Penjualan atas Gedung dan Bangunan, Penjualan
atas Jalan, Irigasi dan Jaringan, Penjualan Aset Tetap, Penjualan Aset
Lainnya, Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan
Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen. Arus keluar kas dari
aktivitas investasi terdiri dari Pembentukan Dana Cadangan, Perolehan
Tanah, Perolehan Peralatan dan Mesin, Perolehan Gedung dan
Bangunan, Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan, Perolehan Aset Tetap
Lainnya, Perolehan Aset Lainnya, Penyertaan Modal Pemerintah
Daerah, dan Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen.
3. Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan, yakni arus kas dari aktivitas
penerimaan dan pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan
pemberian piutang jangka panjang dan/atau pelunasan utang jangka
panjang yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah dan komposisi
piutang jangka panjang dan utang jangka panjang. Arus kas dari
Aktivitas Pendanaan mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas
yang berhubungan dengan perolehan atau pemberian pinjaman jangka
panjang. Arus masuk kas dari Aktivitas Pendanaan terdiri dari Pinjaman
Dalam Negeri - Pemerintah Pusat, Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah
Daerah Lainnya, Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank,
Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank, Pinjaman
Dalam Negeri - Obligasi, Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya, Penerimaan
Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara, Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah, dan Penerimaan Kembali
Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya. Arus keluar kas dari
Aktivitas Pendanaan terdiri dari Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri - Pemerintah Pusat, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
- Pemerintah Daerah Lainnya, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
113
Negeri - Lembaga Keuangan Bank, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank, Pembayaran Pokok Pinjaman
Dalam Negeri - Obligasi, Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri
Lainnya, Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara, Pemberian
Pinjaman kepada Perusahaan Daerah, dan Pemberian Pinjaman kepada
Pemerintah Daerah Lainnya.
4. Arus Kas dari Aktivitas Transitoris, yakni arus kas dari aktivitas
penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak termasuk dalam Aktivitas
Operasi, Investasi, dan Pendanaan. Arus kas dari Aktivitas Transitoris
mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas bruto yang tidak
mempengaruhi pendapatan, beban, dan pendanaan pemerintah. Arus
kas dari Aktivitas Transitoris antara lain transaksi Perhitungan Fihak
Ketiga (PFK), pemberian/penerimaan kembali Uang Persediaan
kepada/dari Bendahara Pengeluaran, serta kiriman uang. PFK
menggambarkan kas yang berasal dari jumlah dana yang dipotong dari
Surat Perintah Membayar atau diterima secara tunai untuk pihak ketiga
misalnya potongan Taspen dan Askes. Kiriman uang menggambarkan
mutasi kas antar rekening Kas Umum Daerah. Arus masuk kas dari
Aktivitas Transitoris meliputi penerimaan PFK dan penerimaan transitoris
seperti kiriman uang masuk dan penerimaan kembali uang persediaan
dari bendahara pengeluaran. Arus keluar kas dari Aktivitas Transitoris
meliputi pengeluaran PFK dan pengeluaran transitoris seperti kiriman
uang keluar dan pemberian uang persediaan kepada bendahara
pengeluaran.
5. Saldo Akhir Kas, yakni jumlah kas Pemerintah Daerah Pada tanggal
pelaporan. Jumlah Saldo Akhir Kas dalam Laporan Arus Kas sama
dengan jumlah Kas yang dilaporkan dalam Neraca yang terdiri dari Kas
di Kas Daerah, Kas di Bendahara Pengeluaran, dan Kas di Bendahara
Penerimaan.
Penerimaan dan pengeluaran yang tercantum dalam Laporan Arus
Kas sama dengan penerimaan dan pengeluaran yang ada dalam Laporan
Realisasi Anggaran. Pendapatan dan belanja, serta penerimaan dan
pengeluaran pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran diakui
berdasarkan penerimaan dan pengeluaran kas di Kas Daerah karena basis
yang dianut dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran adalah basis kas.
Namun demikian, terdapat transaksi keuangan Pemerintah Daerah yang
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
114
menimbulkan penerimaan dan pengeluaran kas tetapi tidak dianggarkan,
sehingga tidak tercantum dalam Laporan Realisasi Anggaran. Transaksi
tersebut disebut transaksi transitoris, yakni penerimaan kas untuk dan atas
nama pihak lain yang harus diserahkan kembali kepada pihak tersebut
yang dikenal dengan istilah transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK).
Transaksi ini merupakan arus masuk dan keluar kas dan mempengaruhi
posisi kas tetapi tidak masuk dalam Laporan Realisasi Anggaran.
Transaksi Transitoris menjadi unsur yang membedakan Laporan
Realisasi Anggaran dan Laporan Arus Kas. Hal lain yang membedakan
adalah penyajian penerimaan dan pengeluaran kas dalam Laporan Arus
Kas diklasifikasikan berdasarkan aktivitas keuangan pemerintahan
sedangkan penyajian dalam Laporan Realisasi Anggaran diklasifikasikan
berdasarkan jenis belanja.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
115
BAB XI
11.1 Tujuan Penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan
Tujuan penyajian Catatan atas Laporan Keuangan adalah untuk
meningkatkan transparansi Laporan Keuangan dan penyediaan
pemahaman yang lebih baik, atas informasi keuangan pemerintah. Catatan
atas Laporan Keuangan menyajikan informasi penting secara lengkap yang
dapat menjadi sumber informasi yang sangat relevan dalam pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, Catalan atas Laporan Keuangan menguraikan
berbagai hal yang dianggap penting yang telah mempengaruhi penyajian
komponen-komponen laporan keuangan yang meliputi informasi umum
tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi, informasi tentang ekonomi
makro, informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ikhtisar pencapaian
kinerja, kebijakan akuntansi yang penting, serta informasi tambahan lainnya
yang dianggap perlu.
11.2 Manfaat Informasi Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan
dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk
pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Laporan Keuangan
mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi
kesalahpahaman di antara pembacanya. Oleh karena itu, untuk menghindari
kesalahpahaman, atas sajian laporan keuangan harus dibuat Catatan atas
Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam
memahami Laporan Keuangan. Kesalahpahaman dapat saja disebabkan oleh
persepsi dari pembaca laporan keuangan. Pembaca yang terbiasa dengan
orientasi anggaran mempunyai potensi kesalahpahaman dalam memahami
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
116
konsep akuntansi akrual. Pembaca yang terbiasa dengan laporan keuangan
sektor komersial cenderung melihat laporan keuangan pemerintah seperti
laporan keuangan perusahaan. Pembahasan umum dan referensi ke pos-pos
laporan keuangan menjadi penting bagi pembaca laporan keuangan. Selain
itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang diterapkan
akan dapat membantu pembaca menghindari kesalahpahaman dalam
memahami laporan keuangan. Setiap entitas pelaporan pada Pemerintah
Daerah diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari laporan keuangan untuk tujuan umum.
11.3 Struktur dan Unsur Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar
terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas.
Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian
informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti
kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. Dalam rangka
pengungkapan yang memadai, Penyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
tentang Catatan atas Laporan Keuangan mengatur bahwa Catatan atas
Laporan Keuangan wajib mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi.
2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro.
3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target.
4. Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakan
kebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-
transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya.
5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar
muka laporan keuangan.
6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan
yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang
tidak disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
117
Pengungkapan untuk masing-masing pos pada laporan keuangan
mengikuti pernyataan standar akuntansi berlaku yang mengatur tentang
pengungkapan untuk pos-pos yang terkait. Misalnya, Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan tentang Persediaan mengharuskan pengungkapan
kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.
Meskipun Penyataan Standar Akuntansi Pemerintahan tentang Catatan atas
Laporan Keuangan tidak membatasi secara ketat struktur dan cakupan
pengungkapan, untuk memudahkan pembaca dalam memahami laporan
keuangan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat
disajikan secara narasi, bagan, grafik, daftar, dan skedul atau bentuk lain
yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan
posisi keuangan entitas pelaporan dan hasil-hasilnya selama satu periode.
Berikut ini disajikan format penyajian Catatan atas Laporan
Keuangan (CALK) entitas Pemerintah Daerah.
PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan
1.1 Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah
1.2 Landasan hukum penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah 1.3 Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan pemerintah daerah
Bab II Ekonomi makro, kebijakan keuangan dan pencapaian target kinerja APBD 2.1 Ekonomi makro
2.2 Kebijakan keuangan 2.3 Indikator pencapaian target kinerja APBD
Bab III Ikhtisar pencapaian kinerja keuangan pemerintah daerah 3.1 Ikhtisar realisasi pencapaian target kinerja keuangan pemerintah daerah 3.2 Hambatan dan kendala yang ada dalam pencapaian target yang telah
ditetapkan
Bab IV Kebijakan akuntansi 4.1 Entitas akuntansi / entitas pelaporan keuangan daerah
4.2 Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah
4.3 Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan pemerintah daerah
4.4 Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam SAP pada pemerintah daerah
Bab V Penjelasan pos-pos laporan keuangan pemerintah daerah 5.1 Rincian dari penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan keuangan
pemerintah daerah
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
118
5.1.1 Pendapatan – LRA 5.1.2 Belanja
5.1.3 Transfer 5.1.4 Pembiayaan 5.1.5 Pendapatan – LO
5.1.6 Beban 5.1.7 Aset
5.1.8 Kewajiban 5.1.9 Ekuitas Dana
5.2 Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas akuntansi/entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual pada pemerintah daerah
Bab VI Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan pemerintah daerah Bab VII Penutup
Sumber: Permendagri Nomor 64 Tahun 2013
11.4 Unsur-Unsur Laporan Arus Kas
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Operasional dan Laporan Arus Kas dapat mempunyai referensi silang
dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan
Arus Kas menyajikan secara sistematis unsur-unsur sebagai berikut:
1. Pendahuluan, yany terdiri dari:
a. Maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan yang menyajikan
penjelasan mengenai maksud dan tujuan penyusunan laporan
keuangan.
b. Landasan hukum penyusunan laporan keuangan yang menyajikan
memuat penjelasan mengenai peraturan perundang-undangan yang
berlaku sebagai landasan hukum penyusunan laporan keuangan.
c. Sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan yang
menyajikan penjelasan mengenai sistematika isi catatan atas
laporan keuangan.
2. Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan dan Pencapaian Target Kinerja
APBD, yang terdiri dari:
a. Ekonomi makro yang menyajikan penjelasan mengenai asumsi
makro ekonomi yang dijadikan landasan penyusunan APBD dan
perkembangannya dalam Perubahan APBD sampai dengan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
119
pelaksanaan APBD akhir tahun anggaran. Informasi yang disajikan
memuat tentang posisi dan kondisi ekonomi makro periode berjalan
dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun anggaran
sebelumnya. Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan asumsi makro
ekonomi yang membawa dampak terhadap peningkatan atau
penurunan (fluktuasi) asumsi yang ditetapkan.
b. Kebijakan keuangan yang menyajikan penjelasan mengenai
kebijakan keuangan yang ditetapkan pemerintah daerah sampai
dengan akhir tahun anggaran yang berimplikasi terhadap
perubahan posisi Neraca dan Laporan Arus Kas. Informasi yang
disajikan memuat tentang posisi dan kondisi keuangan periode
berjalan dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun
anggaran sebelumnya. Dalam bagian ini juga dijelaskan mengenai
faktor-faktor yang melatarbelakangi ditempuhnya kebijakan
keuangan oleh pemerintah daerah sehingga terjadinya perubahan
terhadap posisi neraca dan laporan arus kas.
c. Pencapaian target kinerja APBD yang menyajikan penjelasan
mengenai keberhasilan pencapaian target kinerja APBD yang
dicerminkan melalui indikator keberhasilan pelaksanaan program dan
kegiatan pada tahun pelaporan menurut urusan pemerintahan daerah.
Indikator pencapaian target kinerja menyajikan informasi tentang
pencapaian efektifitas dan efisiensi program dan kegiatan yang
dilaksanakan. Dalam bagian ini dijelaskan juga faktor pendorong
tercapainya tingkat keberhasilan (efektifitas dan efisiensi) atau faktor
penghambat tidak tercapainya indikator target kinerja program dan
kegiatan yang telah ditetapkan baik yang bersifat dapat dikendalikan
maupun yang tidak dapat dikendalikan (force majeur).
3. Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan, yang menyajikan ikhtisar
realisasi pencapaian target kinerja APBD menurut urusan pemerintahan
daerah, berupa gambaran realisasi pencapaian efektifitas dan efisiensi
program dan kegiatan yang dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik
dan/atau diagram. Selain itu, perlu diuraikan hambatan dan kendala
yang ada dalam pencapaian target yang telah ditetapkan.
4. Kebijakan Akuntansi yang terdiri dari:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
120
a. Entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah yang
menyajikan informasi tentang organisasi yang ditetapkan sebagai
entitas akuntansi dan entitas pelaporan keuangan daerah.
b. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan
yang menyajikan ikan informasi tentang penerapan kebijakan basis
akrual dalam pelaporan keuangan.
c. Basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan
keuanganyang menyajikan informasi tentang penerapan kebijakan
basis pengukuran atas penyusunan pos-pos laporan keuangan
daerah (aset, kewajiban, dan ekuitas). Dalam bagian ini harus
disajikan proses penetapan nilai setiap aset, kewajiban, dan ekuitas.
Informasi pengukuran pos-pos laporan keuangan sebagaimana
dimaksud harus dengan jelas menggambarkan nilai perolehan
historis, yaitu aset harus dicatat/diukur sebesar pengeluaran kas dan
setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan
untuk memperoleh aset tersebut, kewajiban dicatat/diukur sebesar
nilai nominal dan ekuitas dana dicatat/diukur sebesar selisih antara
aset dengan kewajiban.
d. Penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang
ada dalam standar akuntansi pemerintah Menyajikan informasi
tentang kebijakan akuntansi yang telah diterapkan dan kebijakan
akuntansi yang belum diterapkan atas pos-pos laporan keuangan
sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Contoh:
Telah Sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan:
- Pengakuan aset tetap berdasarkan harga perolehan
Belum mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan:
- Aset tetap belum dilakukan penyusutan.
5. Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan yang terdiri dari:
a. Rincian dan penjelasan masing-masing pos-pos pelaporan
keuangan yang terdiri dari:
1) Pendapatan-LRA yang menyajikan informasi tentang rincian dan
penjelasan pos Pendapatan-LRA yang terdiri atas Pendapatan
Asli Daerah, Dana Perimbangan, dan Lain-Iain Pendapatan
yang Sah.
2) Belanja yang menyajikan informasi tentang rincian dan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
121
penjelasan pos belanja yang terdiri atas Belanja Pegawai,
Belanja Barang, Belanja Modal, Belanja Bunga, Belanja Subsidi,
Belanja Hibah, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Bagi Hasil, dan
Belanja Tidak Terduga.
3) Transfer yang menyajikan informasi tentang rincian dan
penjelasan pos Transfer/Bagi Hasil yang terdiri atas Bagi Hasil
Pajak, Bagi Hasil Retribusi, dan Bagi Hasil Pendapatan Lainnya.
4) Pembiayaan yang menyajikan informasi tentang rincian dan
penjelasan pos pembiayaan yang terdiri atas Pembiayaan
Penerimaan yang meliputi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran
(SiLPA), Pencairan Dana Cadangan, Hasil Penjualan Kekayaan
(Aset) Daerah yang Dipisahkan, Penerimaan Pinjaman Daerah,
Penerbitan Obligasi Daerah, Penerimaan Kembali Pinjaman
Daerah, serta Penerimaan Piutang; dan Pembiayaan
Pengeluaran yang meliputi Pembentukan Dana Cadangan,
Pembayaran Pokok Utang, Penyertaan Modal (Investasi)
Pemerintah Daerah, dan Pemberian Pinjaman.
5) Pendapatan-LO yang menyajikan informasi tentang rincian dan
penjelasan atas pos-pos Pendapatan-LO yang terdiri atas
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-
Iain Pendapatan yang Sah.
6) Beban yang menyajikan informasi tentang rincian dan
penjelasan pos belanja yang terdiri atas Beban Pegawai, Beban
Barang, Beban Bunga, Beban Subsidi, Beban Hibah, Beban
Bantuan Sosial, Beban Bagi Hasil, dan Beban Tidak Terduga.
7) Aset yang menyajikan informasi tentang rincian dan penjelasan
pos aset yang terdiri atas Aset Lancar, Investasi Jangka
Panjang, Aset Tetap, Dana Cadangan, dan Aset Iain-Iain.
8) Kewajiban yang menyajikan informasi tentang rincian dan
penjelasan pos kewajiban yang terdiri atas Kewajiban Jangka
Pendek dan Kewajiban Jangka Panjang.
9) Ekuitas.
10) Komponen-komponen laporan arus kas, yang terdiri atas Arus
Kas Aktivitas Operasi, Arus Kas Aktivitas Investasi, Arus Kas
Aktivitas Pendanaan, dan Arus Kas Aktivitas Transitoris.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
122
b. Pengungkapan atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan
belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk
entitas pelaporan yang menggunakan basis akrual, yang
menyajikan informasi tentang kebijakan akuntansi yang diharuskan
oleh pernyataan standar akuntansi pemerintahan. Pengungkapan
atas pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan
penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan
rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, untuk entitas
pelaporan yang menggunakan basis akrual. Rekonsiliasi ditujukan
untuk menyajikan hubungan antara laporan kinerja kuangan
dengan laporan realisasi anggaran. Laporan rekonsiliasi dimulai
dengan penambahan atau pengurangan ekuitas yang berasal dari
laporan kinerja yang disusun berdasarkan basis akrual.
6. Penjelasan atas informasi-informasi nonkeuangan, yang menyajikan
informasi tentang hal-hal yang belum diinformasikan dalam bagian
manapun dari laporan keuangan, yaitu:
a. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi tempat
entitas tersebut berada.
b. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya.
c. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi kegiatan
operasionalnya.
d. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan.
e. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh mana-
jemen baru.
f. Komitmen atau kontinjensi yang tidak dapat disajikan pada Neraca.
g. Penggabungan atau pemekaran entitas pada tahun berjalan.
h. Kejadian yang mempunyai dampak sosial, misalnya adanya
pemogokan yang harus ditanggung pemerintah.
7. Penutup, yang yang menyajikan uraian penutup yang dapat berupa
simpulan-simpulan penting tentang laporan keuangan.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
123
BAB XII
Menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, suatu aset diklasifikasikan
sebagai aset lancar jika: a) diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai,
atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan, atau b) berupa kas dan setara kas. Semua aset selain yang
termasuk dalam a) dan b), diklasifikasikan sebagai aset nonlancar. Aset
lancar meliputi kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang, dan
persediaan. Pos-pos investasi jangka pendek antara lain deposito
berjangka 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan surat berharga yang
mudah diperjualbelikan. Pos-pos piutang antara lain piutang pajak,
retribusi, denda, penjualan angsuran, tuntutan ganti rugi, dan piutang
lainnya yang diharapkan diterima dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah
tanggal pelaporan. Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang
dibeli dan disimpan untuk digunakan, misalnya barang pakai habis seperti
alat tulis kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan
pipa, dan barang bekas pakai seperti komponen bekas.
12.1 Akuntansi Kas
12.1.1 Definisi Kas
Kas merupakan aset pemerintah paling lancar (likuid) dan aktif. Sifat
lancar kas ditunjukkan dengan kemudahan dan kecepatan untuk diubah
menjadi aset lain sesuai kebutuhan, sebagai alat pembayaran atau untuk
memenuhi kewajiban. Kas disebut sebagai aset lancar paling aktif karena
semua transaksi keuangan pemerintah pada umumnya akan berhubungan
dengan penerimaan atau pengeluaran kas (Martani, 2012).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
124
Kas didefinisikan sebagai uang tunai dan saldo simpanan di bank
yang setiap saat dapat digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintahan
(PP Nomor 71 Tahun 2010). Berdasarkan definisi tersebut, wujud kas dapat
dibedakan atas uang tunai dan saldo simpanan di bank. Kas berupa uang
tunai, terdiri atas uang kertas dan logam dalam mata uang rupiah dan mata
uang asing yang dikuasai oleh pemerintah. Kas berbentuk saldo simpanan di
bank adalah uang pada seluruh rekening bank yang dikuasai pemerintah
yang dapat digunakan setiap saat. Uang yang berada dalam pengelolaan
pemerintah tidak semua dapat diakui sebagai Kas dan disajikan pada
laporan keuangan sebagai aset lancar. Uang dalam pengelolaan pemerintah
disajikan sebagai aset non lancar apabila uang tersebut tidak memenuhi
definisi aset lancar dan definisi kas pada PSAP Nomor 01 tentang Penyajian
Laporan Keuangan. Sebagai contoh, uang pemerintah yang penggunaannya
dibatasi, atau sengaja dialokasikan untuk kebutuhan khusus.
Setara kas didefinisikan sebagai investasi jangka pendek yang
sangat likuid yang siap direalisasikan/diubah menjadi kas serta bebas dari
risiko perubahan nilai yang signifikan. Setara kas ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lain. Untuk memenuhi
persyaratan setara kas, investasi jangka pendek yang termasuk dalam
setara kas harus segera dapat diubah menjadi tunai kas dalam jumlah yang
dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang signifikan. Suatu
investasi disebut setara kas jika investasi dimaksud mempunyai masa jatuh
tempo 3 (tiga) bulan atau kurang terhitung sejak tanggal perolehan
investasi, misalnya deposito berjangka waktu kurang dari 3 (tiga) bulan, dan
investasi yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa biaya signifikan.
12.1.2 Pengelolaan Kas
Pengelolaan kas pada pemerintah mengacu pada PP Nomor 39
Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah beserta peraturan-
peraturan pelaksana terkait. Pada umumnya saldo kas pemerintah
bertambah karena adanya pendapatan atau penerimaan pembiayaan, atau
penerimaan transfer atau transaksi penerimaan lainnya/non anggaran.
Saldo kas berkurang apabila terdapat belanja atau pengeluaran
pembiayaan, atau pengeluaran transfer atau transaksi pengeluaran
lainnya/non anggaran.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
125
Kas pemerintah daerah disebut juga uang Pemda, yaitu uang yang
dikuasai oleh Bendahara Umum Daerah meliputi rupiah dan valuta asing.
Uang daerah terdiri dari uang dalam Kas Daerah dan uang pada Bendahara
Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran. Pengelola Uang Daerah meliputi:
(1) Bendahara Umum Daerah (BUD) adalah pejabat yang diberi tugas untuk
melaksanakan fungsi bendahara umum daerah yaitu Kepala Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD), (2) Bendahara Penerimaan, dan (3)
Bendahara Pengeluaran. Kas dalam Kas Daerah berada di bawah
penguasaan BUD yang disimpan pada Rekening Kas Umum Daerah
(RKUD). Pembukaan RKUD dilakukan oleh Kepala SKPKD selaku BUD
pada Bank Sentral dan/atau Bank Umum yang ditunjuk oleh Gubernur/
Bupati/Walikota. RKUD ditujukan untuk menampung seluruh penerimaan
daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang
ditetapkan.
Saldo kas di Kas Daerah akan bertambah apabila terdapat aliran kas
masuk ke RKUD yang antara lain berasal dari: (1) penyetoran kas
pendapatan asli daerah dari Bendahara Penerimaan; (2) penyetoran
pengembalian sisa uang persediaan dari Bendahara Pengeluaran; (3)
penerimaan pendapatan daerah, antara lain Pendapatan Asli Daerah, Dana
Perimbangan, dan Iain- lain pendapatan daerah yang sah; (4) penerimaan
pembiayaan, antara lain penerimaan pinjaman daerah, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan dan penerimaan pelunasan piutang; dan
(5) penerimaan daerah lainnya, antara lain penerimaan perhitungan pihak
ketiga. Saldo kas di Kas Daerah akan berkurang apabila terdapat aliran kas
keluar dari RKUD yang antara lain berasal dari: (1) transfer uang persediaan
ke rekening bendahara pengeluaran; (2) belanja daerah, antara lain belanja
bagi hasil, belanja bantuan sosial, belanja hibah; (3) pengeluaran
pembiayaan, antara lain pembayaran pokok utang, penyertaan modal
pemerintah daerah, dan pemberian pinjaman; dan (4) pengeluaran daerah
lainnya, antara lain pengeluaran perhitungan pihak ketiga (Buletin Teknis
SAP Nomor 4 Tahun 2013).
Bendahara Penerimaan diangkat oleh Kepala Daerah (Gubernur/
Bupati/ Walikota) untuk melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka
pelaksanaan anggaran pendapatan pada SKPD di lingkungan pemerintah
daerah. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
gubernur/bupati/walikota memberi izin kepada kepala SKPD di lingkungan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
126
pemerintah daerahnya untuk membuka rekening penerimaan pada Bank
Umum yang ditetapkan oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Saldo kas di
Bendahara Penerimaan dapat terdiri dari kas tunai dan kas di rekening
penerimaan. Saldo Kas di Bendahara Penerimaan akan bertambah apabila
terdapat uang masuk dari penerimaan pendapatan umumnya dalam bentuk
Pendapatan Asli Daerah, dan saldo Kas di Bendahara Penerimaan akan
berkurang apabila terdapat uang keluar yang berasal dari transfer
penerimaan pendapatan ke RKUD. Sesuai dengan ketentuan bahwa kas
yang berasal dari seluruh Pendapatan Asli Daerah yang ditampung di
rekening penerimaan setiap hari disetor seluruhnya ke RKUD oleh
bendahara penerimaan. Dalam hal penyetoran belum dapat dilakukan
setiap hari, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur penyetoran secara berkala.
Apabila karena alasan tertentu masih terdapat uang daerah pada
Bendahara Penerimaan yang belum disetor ke kas daerah pada tanggal
neraca, maka jumlah tersebut dilaporkan dalam neraca sebagai Kas di
Bendahara Penerimaan.
Bendahara Pengeluaran SKPD ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk
mengelola Uang Persediaan (UP). SKPD dapat diberikan UP sebagai uang
muka kerja untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Kepala
Daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening pengeluaran pada
Bank Umum untuk menampung UP kepada SKPD. Dalam hal pengelolaan
UP tersebut, pada setiap awal tahun anggaran Gubernur/Bupati/Walikota
mengangkat Bendahara Pengeluaran pada SKPD. UP hanya digunakan
untuk jenis pengeluaran yang tidak dapat dilakukan langsung oleh kepala
SKPD kepada pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Rekening
pengeluaran SKPD tersebut selain mengelola uang persediaan juga
mengelola uang yang akan digunakan sebagai belanja SKPD dalam bentuk
tambahan uang persediaan, atau dana LS yang dikelola oleh bendahara
pengeluaran SKPD. Rekening pengeluaran SKPD dapat dibuka atas nama
bendahara pengeluaran SKPD dan bendahara pengeluaran pembantu.
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran terdiri dari kas tunai dan kas di
rekening pengeluaran. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran akan
bertambah apabila terdapat aliran uang masuk yang antara lain berasal
dari: (1) transfer uang persediaan dan/atau dana LS yang dikelola oleh
bendahara pengeluaran dari RKUD; (2) penerimaan uang pengembalian
belanja; (3) penerimaan jasa giro; dan (4) penerimaan uang potongan pajak
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
127
yang dipungut oleh bendahara pengeluaran. Saldo Kas di Bendahara
Pengeluaran akan berkurang apabila terdapat aliran uang keluar, yang
antara lain berasal dari: (1) realisasi belanja daerah; (2) penyetoran uang
pengembalian belanja; dan (3) penyetoran uang Bendahara Penerimaan
diangkat oleh Kepala Daerah (Gubernur/Bupati/Walikota) untuk
melaksanakan tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran
pendapatan pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah. Untuk
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Gubernur/Bupati/Walikota
memberi izin kepada kepala SKPD di lingkungan pemerintah daerahnya
untuk membuka rekening penerimaan pada Bank Umum yang ditetapkan
oleh Gubernur/Bupati/Walikota. Saldo kasdi Bendahara Penerimaan dapat
terdiri dari kas tunai dan kas di rekening penerimaan. Saldo Kas di
Bendahara Penerimaan akan bertambah apabila terdapat uang masuk dari
penerimaan pendapatan umumnya dalam bentuk Pendapatan Asli Daerah,
dan saldo Kas di Bendahara Penerimaan akan berkurang apabila terdapat
uang keluar yang berasal dari transfer penerimaan pendapatan ke RKUD.
Sesuai dengan ketentuan bahwa kas yang berasal dari seluruh Pendapatan
Asli Daerah yang ditampung di rekening penerimaan setiap hari disetor
seluruhnya ke RKUD oleh bendahara penerimaan. Dalam hal penyetoran
belum dapat dilakukan setiap hari, Gubernur/Bupati/Walikota mengatur
penyetoran secara berkala. Apabila karena alasan tertentu masih terdapat
uang daerah pada Bendahara Penerimaan yang belum disetor ke kas
daerah pada tanggal neraca, makajumlah tersebutdilaporkan dalam neraca
sebagai Kas di Bendahara Penerimaan.
Bendahara Pengeluaran SKPD ditunjuk oleh Kepala Daerah untuk
mengelola Uang Persediaan (UP). SKPD dapat diberikan UP sebagai uang
muka kerja untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari. Kepala
Daerah dapat memberikan izin pembukaan rekening pengeluaran pada
Bank Umum untuk menampung UP kepada SKPD. Dalam hal pengelolaan
UP tersebut, pada setiap awal tahun anggaran Gubernur/Bupati/Walikota
mengangkat Bendahara Pengeluaran pada SKPD. UP hanya digunakan
untuk jenis pengeluaran yang tidak dapat dilakukan langsung oleh kepala
SKPD kepada pihak yang menyediakan barang dan/atau jasa. Rekening
pengeluaran SKPD tersebut selain mengelola uang persediaan juga
mengelola uang yang akan digunakan sebagai belanja SKPD dalam bentuk
tambahan uang persediaan, atau dana LS yang dikelola oleh bendahara
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
128
pengeluaran SKPD. Rekening pengeluaran SKPD dapat dibuka atas nama
bendahara pengeluaran SKPD dan bendahara pengeluaran pembantu.
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran terdiri dari kas tunai dan kas di
rekening pengeluaran. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran akan
bertambah apabila terdapat aliran uang masuk yang antara lain berasal
dari: (1) transfer uang persediaan dan/atau dana LS yang dikelola oleh
bendahara pengeluaran dari rekening kas umum daerah (RKUD); (2)
penerimaan uang pengembalian belanja; (3) penerimaan jasa giro; dan (4)
penerimaan uang potongan pajak yang dipungut oleh bendahara
pengeluaran. Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran akan berkurang apabila
terdapat aliran uang keluar, yang antara lain berasal dari: (1) realisasi
belanja daerah; (2) penyetoran uang pengembalian belanja; dan (3)
penyetoran uang potongan pajak yang dipungut oleh bendahara
pengeluaran ke Rekening Kas Umum Daerah (RKUD).
Sebagai bagian dari pertanggungjawaban, bendahara pengeluaran
wajib menyetorkan sisa uang persediaan paling lambat pada hari kerja
terakhir di bulan terakhir tahun anggaran. Bukti setoran sisa uang
persediaan harus dilampiri sebagai bukti pertanggungjawaban. Apabila
masih terdapat uang persediaan yang belum disetorkan ke RKUD sampai
dengan tanggal Neraca, maka harus dilaporkan sebagai Kas di Bendahara
Pengeluaran. Dalam pelaksanaan belanja daerah, Bendahara Pengeluaran
juga bertindak sebagai wajib pungut atas transaksi keuangan yang
dikenakan pajak pemerintah seperti PPh 21 dan PPN, di mana uang atas
potongan pajak tersebut harus segera disetorkan ke RKUN. Apabila
sampai dengan tanggal Neraca masih terdapat uang dalam pengelolaan
Bendahara Pengeluaran yang berasal dari potongan pajak pemerintah
daerah, jumlah tersebut harus dilaporkan/disajikan di dalam Neraca
sebagai Kas Lainnya di Bendahara Pengeluaran.
12.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Kas
Transaksi kas dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
transaksi penerimaan kas dan transaksi pengeluaran kas. Transaksi
penerimaan kas adalah transaksi yang menambah saldo uang
negara/daerah. Transaksi pengeluaran kas adalah transaksi yang
mengurangi saldo uang negara/daerah. Transaksi penerimaan kas dapat
berupa:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
129
1. Transaksi Pendapatan. Penerimaan kas bersumber dari pendapatan terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah.
2. Transaksi Penerimaan Pembiayaan. Penerimaan pembiayaan antara lain
berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil
privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lain,
pencairan dana cadangan, dan hasil penjualan kekayaan negara/daerah
yang dipisahkan.
3. Transaksi Penerimaan Transfer. Penerimaan transfer atau transfer
masuk misalnya penerimaan dana perimbangan dan dana bagi hasil
dari pemerintah pusat/provinsi.
4. Transaksi Penerimaan Lainnya/Non Anggaran. Penerimaan lainnya
antara lain berupa penerimaan perhitungan pihak ketiga.
Transaksi pengeluaran kas dapat dipengaruhi oleh:
1. Transaksi Belanja Negara/Daerah. Belanja daerah antara lain Belanja
Pegawai, Belanja barang dan jasa, dan Belanja Modal.
2. Transaksi Pengeluaran Pembiayaan. Pengeluaran pembiayaan antara
lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal
pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun
anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan
3. Transaksi Pengeluaran Transfer. Pengeluaran transfer atau transfer
keluar lain dalam pemerintahan seperti pengeluaran dana perimbangan
oleh pemerintah pusat dan dana bagi hasil oleh pemerintah daerah.
4. Transaksi Pengeluaran Lainnya/Non Anggaran. Pengeluaran Lainnya/Non
Anggaran antara lain pengeluaran perhitungan pihak ketiga.
Kas yang berasal dari pendapatan diakui pada saat: (a) kas tersebut
diterima di Rekening Kas Umum Daerah; atau (b) kas tersebut diterima di
Bendahara Penerimaan, apabila Bendahara Penerimaan merupakan bagian dari
BUD; atau (c) pengesahan atas penerimaan pendapatan. Penerimaan kas dari
pendapatan dicatat sebesar nilai nominal kas yaitu sebesar nilai rupiah yang
diterima atau disahkan. Apabila penerimaan kas dalam mata uang asing dan
diterima dalam rekening mata uang asing, sesuai paragraf 62 PSAP Nomor 02
tentang Laporan Realisasi Anggaran, transaksi tersebut dicatat dalam mata uang
rupiah dengan menjabarkan jumlah mata uang asing tersebut menurut kurs
tengah bank sentral pada tanggal transaksi. Sebagai ilustrasi, pencatatan
penerimaan kas dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp. 150.000.000.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
130
Jurnal di SKPD:
Jurnal finansial:
Kas di Bendahara Penerimaan Rp. 150.000.000
Pendapatan Pajak Daerah-LO Rp. 150.000.000
Jurnal realisasi anggaran:
Perubahan SAL Rp. 150.000.000
Pendapatan Pajak Daerah-LRA Rp. 150.000.000
Apabila telah dilakukan penyetoran penerimaan pajak tersebut ke rekening
Kas Umum Daerah, jurnal yang dibuat adalah:
RK PPKD Rp. 150.000.000
Kas di Bendahara Penerimaan Rp. 150.000.000
Jurnal di PPKD selaku BUD:
Kas di Kas Daerah Rp. 150.000.000
RK SKPD Rp. 150.000.000
Belanja pemerintah pada umumnya dilakukan melalui mekanisme
uang persediaan (UP) dan pembayaran langsung (LS). Kas yang
dikeluarkan untuk belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari
Rekening Kas Umum Daerah. Pengeluaran kas dicatat sebesar nilai nominal
yaitu sebesar nilai rupiah dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.
Apabila pengeluaran kas dalam mata uang asing dan dikeluarkan dari
rekening pemerintah dalam mata uang asing, maka pencatatan
pengeluaran tunai dalam mata uang asing tersebut dalam rupiah
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal transaksi.
Uang Persediaan (UP) adalah uang muka kerja dalam jumlah
tertentu yang diberikan kepada Bendahara Pengeluaran untuk membiayai
kegiatan operasional sehari-hari Satuan Kerja yang tidak mungkin dilakukan
melalui mekanisme pembayaran langsung. Apabila terdapat ketentuan
yang menyatakan bahwa pada akhir tahun anggaran sisa UP yang belum
digunakan harus disetor, maka sisa UP tersebut harus disetorkan ke
Rekening Kas Umum Daerah. Sebagai ilustrasi, pengeluaran kas sebesar
Rp. 45.000.000 untuk belanja yang dilakukan melalui mekanisme UP akan
dicatat dengan jurnal sebagai berikut:
Jurnal di SKPD:
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 45.000.0000
RK PPKD Rp. 45.000.0000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
131
Jurnal finansial saat kas digunakan untuk pembayaran beban:
Beban .......... Rp. 45.000.0000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 45.000.0000
Jurnal realisasi anggaran:
Belanja ……. Rp. 45.000.0000
Perubahan-SAL Rp. 45.000.0000
Jurnal di PPKD selaku BUD:
RK SKPD Rp. 45.000.0000
Kas di Kas Daerah Rp. 45.000.0000
Pembayaran langsung adalah mekanisme pengeluaran kas untuk belanja
dari Rekening Kas Umum Daerah secara langsung kepada pihak ketiga (atas
dasar perikatan atau surat keputusan) atau kepada bendahara pengeluaran.
Pada saat pembayaran langsung kepada pihak ketiga. Pada saat Surat
Perintah Pencairan Dana (SP2D) terbit, BUD akan mengirimkan uang sejumlah
yang tercantum di SP2D secara langsung ke bank pihak ketiga sesuai dengan
persyaratan yang ada. Termasuk dalam perhitungan SP2D tersebut adalah
potongan atas pajak-pajak sesuai peraturan yang berlaku.
Jurnal di SKPD:
Belanja ….…... Rp. 60.000.000
RK PPKD Rp. 60.000.000
Jurnal di PPKD selaku BUD:
RK SKPD Rp. 60.000.000
Kas di Kas Daerah Rp. 60.000.000
Selain itu, pada saat yang sama BUD juga akan menjurnal
penerimaan kas yang berasal dari potongan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK)
seperti PPh, PPN, luran Wajib Pegawai Negeri, dan sebagainya.
Kas di Kas Daerah Rp. 5.000.000
Utang PFK Rp. 5.000.000
12.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Kas
Seluruh uang yang dikuasai pemerintah dilaporkan dalam Neraca, dan
dapat disajikan dalam kelompok aset lancar dan aset non lancar berdasarkan
dari karakteristik uang tersebut. Jika uang memenuhi definisi aset lancar yaitu
suatu aset yang diharapkan segera untuk dapat direalisasikan atau dimiliki
untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal
pelaporan, dan memenuhi definisi kas pada paragraf 8 PSAP 01 tentang
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
132
Penyajian Laporan Keuangan, yang mendefinisikan kas sebagai uang tunai
dan saldo simpanan di bank yang setiap saat dapat digunakan untuk
membiayai kegiatan pemerintahan, maka uang tersebut diklasifikasikan
sebagai Aset Lancar. Penyajian uang sebagai aset lancar pada neraca
tergantung pada dua kriteria, yaitu apakah uang tersebut (a) merupakan hak
pemerintah dan (b) telah melalui mekanisme APBN/D. Uang pada Aset Lancar
disajikan sebagai Kas dan Setara Kas.
Uang yang disajikan pada aset non Lancar merupakan uang yang tidak
memenuhi definisi aset lancar yaitu suatu aset yang diharapkan segera untuk
dapat direalisasikan atau dimiliki untuk dipakai atau dijual dalam waktu 12 (dua
belas) bulan sejak tanggal pelaporan, dan uang yang tidak memenuhi definisi
kas menurut paragraf 8 PSAP 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan yaitu
uang tunai dan saldo simpanan di Bank yang dapat digunakan setiap saat
untuk membiayai kegiatan pemerintah. Uang tersebut diklasifikasikan dalam
kelompok aset nonlancar, yang disajikan secara terpisah dari saldo kas dan
setara kas pada aset lancar. Penyajian uang pada aset nonlancar tergantung
pada tiga kriteria, yaitu apakah uang tersebut (a) merupakan hak pemerintah,
(b) dicadangkan untuk tujuan tertentu, dan (c) dibatasi/tidak penggunaannya.
Uang pada aset nonlancar dapat disajikan sebagai dana cadangan, aset yang
dibatasi penggunaannya, dan aset nonlancar lainnya. Selanjutnya kas
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) yang merinci
saldo-saldo kas yang disajikan dalam Neraca.
Berikut adalah contoh penyajian Kas pada Neraca Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera per 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA NERACA
Per 31 Desember 2019 dan 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. ASET
3. ASET LANCAR
4. Kas di Kas Daerah 2.525.000.000 2.430.000.000
5. Kas di Bendahara Pengeluaran 225.000.000 310.000.000
6. Kas di Bendahara Penerimaan 150.000.000 175.000.000
…………….
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
133
12.2 Akuntansi Piutang
12.2.1 Definisi Piutang
Piutang adalah hak tagih pemerintah kepada pihak lain yang belum
diterima pembayarannya. Piutang di lingkungan pemerintahan pada umumnya
terjadi karena adanya tunggakan pungutan pendapatan dan pemberian
pinjaman serta transaksi lainnya yang menimbulkan hak tagih dalam rangka
pelaksanaan kegiatan pemerintahan (PP Nomor 71 Tahun 2010).
12.2.2 Klasifikasi Piutang
Piutang berdasarkan peristiwa yang menimbulkannya dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Piutang Pungutan Pendapatan.
a. Piutang Pajak.
Piutang Pajak adalah piutang yang timbul atas pendapatan pajak
sebagaimana diatur dalam undang-undang perpajakan atau
peraturan daerah tentang perpajakan, yang belum dilunasi sampai
dengan akhir periode laporan keuangan. Sesuai kewenangannya,
ada perbedaan jenis pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Timbulnya
piutang perpajakan, dapat diketahui berdasarkan Surat Ketetapan
Pajak yang belum dilakukan pembayarannya atau baru dilakukan
pembayaran sebagian oleh wajib pajak pada saat laporan keuangan
disusun. Selain itu, tunggakan pajak terjadi karena perbedaan
penetapan pajak dalam SKP dengan jumlah yang telah dilunasi oleh
WP. Selanjutnya kekurangan bayar itu diwujudkan dengan terbitnya
Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). Surat
ketetapan ini merupakan surat ketetapan pajak yang menentukan
besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi,
dan jumlah yang masih harus dibayar.
b. Piutang Retribusi.
Retribusi dipungut oleh pemerintah daerah karena pemberian ijin
atau jasa kepada orang pribadi atau badan. Berdasarkan UU yang
mengatur tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis retribusi
daerah berdasarkan objeknya, antara lain: a. Jasa Umum; b. Jasa
Usaha; Perizinan Tertentu. Piutang retribusi timbul apabila sampai
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
134
tanggal laporan keuangan ada tagihan retribusi sebagaimana
tercantum dalam Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atau
dokumen lain yang dipersamakan, yang belum dilunasi oleh wajib
bayar retribusi.
c. Piutang Pendapatan Asli Daerah Lainnya.
Piutang karena potensi PAD lainnya dapat terdiri dari hasil
pengelolaan kekayaan yang dipisahkan seperti bagian laba BUMD
dan lain-lain PAD seperti bunga, penjualan aset yang tidak
dipisahkan pengelolaannya, tuntutan ganti rugi, denda, penggunaan
aset/pemberian jasa pemda dan sebagainya.
2. Piutang Berdasarkan Perikatan.
a. Pemberian Pinjaman.
Piutang karena pemberian pinjaman timbul sehubungan dengan
adanya pinjaman yang diberikan pemerintah kepada pemerintah
lainnya, perorangan, BUMD, perusahaan swasta, atau organisasi
lainnya. Ketentuan dan persyaratan timbulnya piutang, dituangkan
dalam suatu naskah perjanjian pinjaman antara pihak-pihak terkait,
dan pengakuan timbulnya piutang, dilakukan pada saat terjadi
realisasi pengeluaran dari kas negara/daerah. Piutang tersebut
berkurang apabila terjadi penerimaan angsuran pokok pinjaman di
rekening kas negara/daerah. Apabila dalam perjanjian pinjaman
diatur mengenai denda, bunga, biaya komitmen, maka setiap akhir
periode pelaporan harus diakui adanya piutang atas bunga, denda
dan biaya komitmen yang harus dikenakan untuk periode berjalan
yang terutang sampai dengan tanggal pelaporan.
b. Piutang Penjualan Kredit.
Piutang yang timbul dari penjualan, pada umumnya berasal dari
peristiwa pemindahtanganan barang milik negara/daerah.
Pemindahtanganan barang milik negara/daerah dapat dilakukan
dengan cara dijual, dipertukarkan, dihibahkan atau disertakan
sebagai modal pemerintah setelah memenuhi ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Timbulnya piutang atau hak untuk
menagih, harus didukung dengan bukti yang sah mengenai
pemindahtanganan barang milik negara/ daerah.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
135
c. Kemitraan.
Dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik
Negara/Daerah, misalnya tanah atau bangunan yang menganggur
(idle), satuan kerja diperkenankan untuk melakukan kemitraan
dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan
prinsip saling menguntungkan. Kemitraan dengan pihak lain antara
lain dapat berupa perjanjian sewa, kerjasama pemanfaatan, Bangun
Guna Serah (BGS) dan Bangun Serah Guna (BSG). Pada umumnya
selama masa waktu yang disepakati pemerintah memperoleh
pendapatan berdasarkan kesepakatan yang disetujui terlebih dahulu
dalam perjanjian. Berdasarkan naskah perjanjian, dapat diketahui
adanya hak tagih pemerintah. Piutang atas peristiwa ini timbul pada
saat diitandatanganinya perjanjian kemitraan yang menimbulkan hak
tagih kepada entitas dan dicatat sebagai aset di neraca.
3. Piutang Transfer Antar Pemerintahan.
Dalam rangka perimbangan keuangan, baik perimbangan vertikal
maupun horizontal, mengakibatkan adanya transfer antar pemerintahan.
Transfer ini dapat berupa transfer dari Pemerintah Pusat ke pemerintah
daerah, pemerintah provinsi ke pemerintah kabupaten/kota, maupun
antar pemerintah kabupaten/kota. Transfer pendapatan ini dilakukan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, seperti saat
ini adalah Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah berikut
peraturan pelaksanaannya.
4. Piutang Kerugian Negara/Daerah.
Piutang atas kerugian Negara sering disebut sebagai piutang Tuntutan
Ganti Rugi (TGR) dan Tuntutan Perbendaharaan (TP). Tuntutan Ganti
Rugi dikenakan oleh atasan langsung kepada orang, pegawai negeri
ataupun bukan pegawai negeri yang bukan bendaharawan yang karena
lalai atau perbuatan melawan hukum mengakibatkan kerugian
Negara/daerah. Tuntutan Perbendaharaan ditetapkan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan kepada bendahara yang karena lalai atau
perbuatan melawan hukum mengakibatkan kerugian Negara/daerah.
5. Penyisihan Piutang Tidak Tertagih.
Aset berupa piutang di neraca harus terjaga agar nilainya sama dengan
nilai bersih yang dapat direalisasikan (net realizable value). Alat untuk
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
136
menyesuaikan adalah dengan melakukan penyisihan piutang tidak
tertagih. Kebijakan penyisihan piutang tidak tertagih harus dirumuskan
dengan sikap penuh hati-hati. Sikap kehati-hatian ini sangat diperlukan
agar kebijakan ini mampu menghasilkan nilai yang diharapkan dapat
ditagih atas piutang yang ada per tanggal neraca. Penyisihan piutang
diperhitungkan dan dibukukan dengan periode yang sama timbulnya
piutang, sehingga dapat menggambarkan nilai yang betul-betul
diharapkan dapat ditagih. Penyisihan piutang yang kemungkinan tidak
tertagih dapat diprediksi berdasarkan pengalaman masa lalu dengan
melakukan analisis terhadap saldo-saldo piutang yang masih
outstanding. Berhubung kolektibilitas piutang harus dipertimbangkan
sebagai suatu loss contingency, maka metode penyisihan merupakan
suatu hal yang memungkinkan untuk menjaga aset dari kemungkinan
kerugian yang dapat diperhitungkan secara rasional (Buletin Teknis SPA
Nomor 16 Tahun 2014).
12.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Piutang
Pengakuan piutang yang berasal dari pendapatan negara, didahului
dengan pengakuan terhadap pendapatan yang mempengaruhi piutang
tersebut. Untuk dapat diakui sebagai piutang yang berasal dari peraturan
perundangundangan, harus dipenuhi kriteria: 1) Telah diterbitkan surat
ketetapan; dan/atau 2) Telah diterbitkan surat penagihan dan telah
dilaksanakan penagihan. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan hak tagih
dari pemberian pinjaman, penjualan kredit dan kemitraan, dapat diakui
sebagai piutang dan dicatat sebagai aset di neraca, apabila memenuhi
kriteria: 1) Didukung dengan naskah perjanjian yang menyatakan hak dan
kewajiban secara jelas, 2) Jumlah piutang dapat diukur dengan andal.
Piutang dari penjualan diakui sebesar nilai sesuai naskah perjanjian
penjualan yang terutang (belum dibayar) pada akhir periode pelaporan.
Apabila dalam perjanjian dipersyaratkan adanya potongan pembayaran,
maka nilai piutang harus dicatat sebesar nilai bersihnya. Piutang yang
timbul diakui berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dipersyaratkan dalam
naskah perjanjian kemitraan.
Pengukuran piutang pendapatan yang berasal dari peraturan
perundangundangan adalah: 1) Disajikan sebesar nilai yang belum dilunasi
sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang ditetapkan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
137
berdasarkan surat ketetapan kurang bayar yang diterbitkan, 2) Disajikan
sebesar nilai yang belum dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari
setiap tagihan yang telah ditetapkan terutang oleh Pengadilan Pajak untuk
WP yang mengajukan banding, 3) Disajikan sebesar nilai yang belum
dilunasi sampai dengan tanggal pelaporan dari setiap tagihan yang masih
proses banding atas keberatan dan belum ditetapkan oleh majelis hakim
Pengadilan Pajak, 4) Disajikan sebesar nilai bersih yang dapat
direalisasikan (net realizable value) untuk piutang yang tidak diatur dalam
undang-undang tersendiri dan kebijakan penyisihan piutang tidak tertagih
telah diatur oleh Pemerintah.
Pengukuran atas peristiwa-peristiwa yang menimbulkan piutang
yang berasal dari perikatan pemberian pinjaman dinilai dengan jumlah yang
dikeluarkan dari kas negara/daerah dan/atau apabila berupa barang/jasa
harus dinilai dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan atas barang/jasa
tersebut. Apabila dalam naskah perjanjian pinjaman diatur mengenai
kewajiban bunga, denda, commitment fee dan atau biaya-biaya pinjaman
lainnya, maka pada akhir periode pelaporan harus diakui adanya bunga,
denda, commitment fee dan/atau biaya lainnya pada periode berjalan yang
terutang (belum dibayar) sampai dengan akhir periode pelaporan.
Sebagai ilustrasi, misalnya untuk piutang pendapatan, pencatatan
piutang dapat dilakukan pada akhir tahun jika terdapat Surat Ketetapan
Pajak dan Retribusi Daerah serta Lain-Lain PAD yang Sah yang belum
dilunasi maka PPK SKPD membuat jurnal finansial:
Piutang Pajak Daerah Rp. 135.000.000
Pendapatan Pajak Daerah-LO Rp. 135.000.000
Piutang Retribusi Daerah Rp. 120.000.000
Pendapatan Retribusi Daerah-LO Rp. 120.000.000
Piutang Lain-lain PAD yang Sah Rp. 105.000.000
Lain-lain PAD yang Sah Rp. 105.000.000
Misalnya pada akhir tahun ditetapkan bahwa penyisihan piutang tak tertagih
dihitung sebesar Rp. 45.000.000 maka akan dijurnal:
Beban Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp. 45.000.000
Penyisihan Piutang Tidak Tertagih Rp. 45.000.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
138
12.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Piutang
Piutang yang berasal dari peraturan perundang-undangan disajikan
di neraca sebagai Aset Lancar. Penyajian piutang dan tagihan yang berasal
dari pemberian pinjaman, jual beli, pemberian jasa, dan kemitraan disajikan
dalam neraca sebagai Aset Lancar atau Aset Lainnya sesuai dengan
tanggal jatuh temponya. Pengungkapan piutang disajikan dan diungkapkan
secara memadai. Informasi mengenai akun piutang diungkapkan secara
cukup dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Informasi dimaksud dapat
berupa: Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penilaian; Pengakuan
dan pengukuran piutang; Rincian jenis-jenis saldo menurut umur untuk
mengetahui tingkat kolektibilitasnya; Penjelasan atas penyelesaian piutang
masih di Pemda atau sudah diserahkan penagihannya kepada KPKNL; dan
Tuntutan ganti rugi/perbendaharaan yang masih dalam proses
penyelesaian, baik melalui cara damai maupun pengadilan. Dalam hal
terdapat barang/uang yang disita oleh Negara/Daerah sebagai jaminan
maka hal ini wajib diungkapkan.
Berikut adalah contoh penyajian kas pada Neraca Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera per 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
NERACA
Per 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. ASET
3. ASET LANCAR
…………
8. Piutang Pajak 135.000.000 130.000.000
9. Piutang Retribusi 120.000.000 110.000.000
10. Penyisihan Piutang (45.000.000) (40.000.000)
16. Bagian Lancar Tagihan 55.000.000 50.000.000
18. Piutang Lainnya 115.000.000 105.000.000
…………
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
139
12.3 Akuntansi Persediaan
12.3.1 Definisi Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah,
dan barang barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat (PP Nomor 71 Tahun 2010).
12.3.2 Klasifikasi Persediaan
Persediaan merupakan aset yang berupa:
1. Barang atau perlengkapan (supplies) yang digunakan dalam rangka
kegiatan operasional pemerintah.
2. Bahan atau perlengkapan (supplies) yang akan digunakan dalam
proses produksi.
3. Barang dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat.
4. Barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat
dalam rangka kegiatan pemerintahan.
Persediaan mencakup barang atau perlengkapan yang dibeli dan
disimpan untuk digunakan, misalnya barang habis pakai seperti alat tulis
kantor, barang tak habis pakai seperti komponen peralatan dan pipa, dan
barang bekas pakai seperti komponen bekas. Pada umum komponen
terbesar persediaan pemerintah adalah Alat Tulis Kantor (ATK). Namun
demikian, persediaan dapat juga terdiri dari:
1. Barang konsumsi.
2. Amunisi.
3. Bahan untuk pemeliharaan.
4. Suku cadang.
5. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga.
6. Pita Cukai dan leges.
7. Bahan baku.
8. Barang dalam proses/setengah jadi.
9. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
10. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Dalam hal pemerintah menyimpan barang untuk tujuan cadangan
strategis seperti cadangan energi (misalnya minyak) atau untuk tujuan
berjaga-jaga seperti cadangan pangan (misalnya beras), barang-barang
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
140
dimaksud diakui sebagai persediaan. Hewan dan tanaman untuk dijual
atau diserahkan kepada masyarakat antara lain berupa sapi, kuda, ikan,
benih padi, dan bibit tanaman.
12.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Persediaan
Pengakuan persediaan menggunakan dua kriteria yaitu: 1) pada
saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah dan
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal, 2) pada saat
diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya berpindah.
Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil
inventarisasi fisik.
Prinsip pengukuran persediaan menurut PP Nomor 71 Tahun 2010
menyatakan bahwa persediaan disajikan sebesar:
1. Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian.
Biaya perolehan persediaan meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat dibebankan pada perolehan persediaan. Potongan
harga, rabat, dan lainnya yang serupa mengurangi biaya perolehan.
Nilai pembelian yang digunakan adalah biaya perolehan persediaan
yang terakhir diperoleh. Barang persediaan yang memiliki nilai nominal
yang dimaksudkan untuk dijual, seperti pita cukai, dinilai dengan biaya
perolehan terakhir.
2. Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.
Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait dengan
persediaan yang diproduksi dan biaya tidak langsung yang dialokasikan
secara sistematis berdasarkan ukuran-ukuran yang digunakan pada
saat penyusunan rencana kerja dan anggaran.
3. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti
donasi/rampasan.
Harga/nilai wajar persediaan meliputi nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan melakukan
transaksi wajar. Persediaan hewan dan tanaman yang
dikembangbiakkan dinilai dengan menggunakan nilai wajar.
Metode pencatatan persediaan menurut Permendagri Nomor 64
Tahun 2013 terdiri dari:
1. Metode Perpetual, untuk jenis persediaan yang sifatnya continues dan
membutuhkan kontrol yang besar, seperti obat-obatan. Dengan metode
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
141
perpetual, pencatatan dilakukan setiap ada persediaan yang masuk dan
keluar, sehingga nilai/jumlah persediaan selalu ter-update.
2. Metode Periodik, untuk persediaan yang penggunaannya sulit
diidentifikasi, seperti alat tulis kantor (ATK). Dengan metode ini,
pencatatan hanya dilakukan pada saat terjadi penambahan, sehingga
tidak meng-update jumlah persediaan. Jumlah persediaan akhir
diketahui dengan melakukan stock opname pada akhir periode.
Sebagai ilustrasi perbedaan pencatatan dengan metode perpetual
dan metode fisik, misalnya terjadi transaksi pembelian persediaan senilai
Rp. 25.000.000. Selama periode tersebut pemakaian persediaan senilai Rp.
22.500.000 sehingga sisa persediaan pada akhir periode senilai Rp.
2.500.000. Atas transaksi tersbut, maka pencatatan persediaan adalah
sebagai berikut:
Metode Perpetual:
Persediaan Rp. 25.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 25.000.000
(Jurnal saat pembelian)
Beban Persediaan Rp. 22.500.000
Persediaan Rp. 22.500.000
(Jurnal saat pemakaian)
Pada metode ini tidak perlu dilakukan penyesuaian nilai persediaan
akhir periode.
Metode Periodik:
Persediaan Rp. 25.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 25.000.000
(Jurnal saat pembelian)
Beban Persediaan Rp. 22.500.000
Persediaan Rp. 22.500.000
(Jurnal saat penyesuaian akhir periode)
Pada metode ini tidak perlu dilakukan pencatatan saat pemakaian
persediaan.
Untuk penilaian persediaan entitas pemerintahan daerah dapat
menggunakan:
1. Metode sistematis seperti FIFO atau rata-rata tertimbang.
2. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit persediaan nilainya tidak
material dan bermacam-macam jenis.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
142
Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 menyatakan bahwa persediaan
dinilai dengan metode FIFO. Harga pokok dari barang-barang yang pertama kali
dibeli akan menjadi harga barang yang digunakan/dijual pertama kali. Sehingga
nilai persediaan akhir dihitung dimulai dari harga pembelian terakhir. Dengan
pengaturan ini maka Pemda harus menggunakan metode FIFO.
Implementasi Standar Akuntansi Pemerintah akrual mensyaratkan
penghitungan dan penyajian beban persediaan. Beban persediaan dicatat
sebesar pemakaian persediaan (use of goods). Penghitungan beban
persediaan dilakukan dalam rangka penyajian Laporan Operasional. Dalam hal
persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran pemakaian persediaan
dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang dipakai dikalikan nilai per unit
sesuai metode penilaian yang digunakan. Dalam hal persediaan dicatat secara
periodik, maka pengukuran persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik,
yaitu dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan
persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per unit
sesuai dengan metode penilaian persediaan.
Sebagai ilustrasi pencatatan beban persediaan adalah sebagai berikut.
Dinas Kebersihan memiliki saldo awal persediaan alat tulis kantor (ATK) tahun
2019 senilai Rp. 35.000.000. Selama tahun 2019 persediaan yang ATK yang dibeli
sebesar Rp. 250.000.000. Pencatatan persediaan ATK menggunakan metode
periodik. Pada akhir periode, setelah dilakukan penghitungan persediaan yang
masih tersisa sebesar Rp. 25.000.000. Dengan demikian pemakaian persediaan
selama peride tersebut senilai Rp. 260.000.000. Jurnal untuk mencatat pembelian
dan penyesuaian akhir periode adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Persediaan Rp. 250.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 250.000.000
(Jurnal saat pembelian)
Beban Persediaan Rp. 260.00.000
Persediaan Rp. 260.000.000
(Jurnal saat penyesuaian akhir periode)
Jurnal realisasi anggaran:
Belanja Barang Rp. 250.000.000
Perubahan SAL Rp. 250.000.000
(Jurnal saat pembelian)
Tidak ada Jurnal saat penyesuaian akhir periode.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
143
Terdapat dua pendekatan pengakuan beban persediaan, yaitu
pendekatan aset dan pendekatan beban. Ilustrasi penjurnalan di atas
adalah menggunakan pendekatan aset karena ketika pembelian terjadi
dicatat sebagai aset (persediaan didebit). Dalam pendekatan aset,
pengakuan beban persediaan diakui ketika persediaan telah dipakai atau
dikonsumsi. Pendekatan aset digunakan untuk persediaan-persediaan yang
maksud penggunaannya untuk selama satu periode akuntansi atau untuk
maksud berjaga-jaga. Contohnya antara lain adalah persediaan alat tulis
kantor di Dinas Kebersihan dan persediaan obat di Dinas Kesehatan. Dalam
pendekatan beban, setiap pembelian persediaan akan langsung dicatat
sebagai beban persediaan (beban persediaan didebit). Pendekatan beban
digunakan untuk persediaan yang akan segera digunakan misalnya untuk
suatu kegiatan seperti seminar, pelatihan, dan sebagainya. Contoh
penjurnalan persediaan dengan menggunakan metode beban untuk kasus
di atas adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Beban Persediaan Rp. 250.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 250.000.000
(Jurnal saat pembelian)
Beban Persediaan Rp. 10.000.000
Persediaan Rp. 10.000.000
(Jurnal saat penyesuaian akhir periode)
Jurnal realisasi anggaran:
Belanja Barang Rp. 250.000.000
Perubahan SAL Rp. 250.000.000
(Jurnal saat pembelian)
Tidak ada Jurnal saat penyesuaian akhir periode.
12.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Persediaan
Persediaan disajikan sebagai aset lancar dalam neraca. Persediaan
dengan kondisi rusak atau usang tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Pengungkapan
informasi tentang persediaan minimal meliputi:
1. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
144
2. Penjelasan lebih lanjut tentang persediaan, seperti barang atau
perlengkapan yang digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang
atau perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi, barang
yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat, dan
barang yang masih dalam proses produksi yang dimaksudkan untuk
dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
3. Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
Berikut adalah contoh penyajian kas pada Neraca Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera per 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
NERACA
Per 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. ASET
3. ASET LANCAR
…………
19. Persediaan 525.000.000 535.000.000
…………
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
145
BAB XIII
13.1 Akuntansi Investasi
13.1.1 Definisi Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomik seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga
dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan
kepada masyarakat (PP Nomor 71 Tahun 2010). Pemerintah melakukan
investasi dimaksudkan antara lain untuk memperoleh pengendalian atas
suatu badan usaha dalam rangka melaksanakan kebijakan fiskal/publik,
untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti,
dan/atau manfaat sosial dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana
untuk investasi jangka pendek dalam rangka manajemen kas.
13.1.2 Klasifikasi Investasi
Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan dengan
sertifikat atau dokumen lain yang dipersamakan. Hakikat suatu investasi dapat
berupa pembelian surat utang, instrumen ekuitas dan penyertaan
saham/kepemilikan. Investasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu:
1. Investasi jangka pendek.
Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama setahun atau kurang.
Pada umumnya investasi jangka pendek ditujukan dalam rangka
manajemen kas untuk memanfaatkan dana yang belum digunakan.
Investasi jangka pendek umumnya berisiko rendah atau bebas dari
perubahan atau pengurangan harga yang signifikan.
Jenis investasi yang tidak termasuk dalam kelompok investasi jangka
pendek antara lain adalah: 1) Investasi yang dibeli pemerintah dalam
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
146
rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat
berharga saham untuk menambah kepemilikan modal saham pada
suatu badan usaha, 2) Investasi yang dibeli pemerintah untuk tujuan
menjaga hubungan kelembagaan yang baik dengan pihak lain,
misalnya pembelian surat berharga yang dikeluarkan oleh suatu
lembaga baik dalam negeri maupun luar negeri untuk menunjukkan
partisipasi pemerintah, atau 3) Investasi yang tidak dimaksudkan untuk
dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.
Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek, antara
lain: 1) Deposito berjangka waktu lebih dari tiga sampai dengan dua belas
bulan dan/atau dapat diperpanjang secara otomatis (revolving deposits), 2)
Surat Utang Negara (SUN) jangka pendek dan Sertifikat Bank Indonesia
(SBI), 3) Saham diperoleh dengan tujuan dijual kembali dalam tempo 12
bulan atau kurang setelah tanggal neraca, atau 4) Reksa dana.
2. Investasi jangka Panjang.
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk
dimiliki lebih dari 12 bulan. Investasi jangka panjang dibagi menurut
sifat penanamannya yaitu permanen dan nonpermanen. Investasi
permanen merupakan investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan. Misalnya: 1) penyertaan modal
pemerintah pada perusahaan negara/daerah, badan internasional dan
badan usaha lainnya yang bukan milik negara, 2) investasi permanen
lainnya yang dimiliki oleh pemerintah untuk menghasilkan pendapatan
atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Investasi nonpermanen merupakan investasi jangka panjang yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Misalnya: 1)
pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh temponya oleh pemerintah,
2) penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan
kepada pihak ketiga, 3) dana yang disisihkan pemerintah dalam rangka
pelayanan masyarakat seperti bantuan modal kerja secara bergulir
kepada kelompok masyarakat, dan 4) investasi nonpermanen lainnya,
yang sifatnya tidak dimaksudkan untuk dimiliki pemerintah secara
berkelanjutan, seperti penyertaan modal yang dimaksudkan untuk
penyehatan/penyelamatan perekonomian.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
147
Klasifikasi investasi jangka panjang sebagai permanen atau
nonpermanen tergantung dari makna berkelanjutan. Pengertian berkelanjutan
adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki terus menerus tanpa ada niat
untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. Sedangkan pengertian tidak
berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12
(dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada
niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
13.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Investasi
Pengeluaran kas, penerimaan hibah dalam bentuk investasi, dan
perubahan piutang menjadi investasi dapat diakui sebagai investasi apabila
memenuhi kriteria: 1) kemungkinan manfaat ekonomi atau manfaat sosial
atau jasa potensial di masa yang akan datang atas suatu investasi tersebut
dapat diperoleh pemerintah, 2) nilai perolehan atau nilai wajar investasi
dapat diukur secara memadai (reliable).
Dalam menentukan apakah suatu pengeluaran kas untuk
memperoleh investasi dan/atau konversi aset untuk memperoleh investasi,
dan penerimaan hibah dalam bentuk investasi memenuhi kriteria
pengakuan investasi, entitas perlu mengkaji tingkat kepastian mengalirnya
manfaat ekonomi dan manfaat sosial atau jasa potensial di masa yang akan
datang berdasarkan bukti-bukti yang tersedia pada saat pengakuan awal.
Kepastian bahwa manfaat ekonomi yang akan datang atau jasa potensial
yang akan diperoleh, memerlukan suatu keyakinan (assurance) bahwa
suatu entitas akan mempero leh manfaat dari aset tersebut dan akan
menanggung risiko yang mungkin timbul.
Kriteria pengakuan investasi biasanya dapat dipenuhi karena adanya
transaksi pertukaran atau pembelian yang didukung dengan bukti yang
menyatakan/ mengidentifikasikan biaya perolehannya. Dalam hal tertentu,
suatu investasi mungkin diperoleh bukan berdasarkan biaya perolehannya,
atau berdasarkan nilai wajar pada tanggal perolehan. Dalam kasus yang
demikian, penggunaan nilai estimasi yang layak dapat digunakan.
Investasi jangka panjang yang bersifat permanen misalnya
penyertaan modal pemerintah, dicatat sebesar biaya perolehannya meliputi
harga transaksi investasi itu sendiri ditambah biaya lain yang timbul dalam
rangka perolehan investasi tersebut. Investasi nonpermanen dalam bentuk
pembelian obligasi jangka panjang dan investasi yang dimaksudkan tidak
dimiliki berkelanjutan, dinilai sebesar nilai perolehannya. Investasi
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
148
nonpermanen yang dimaksudkan untuk penyehatan/ penyelamatan
perekonomian, dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan,
misalnya dana talangan dalam rangka penyehatan perbankan.
Terdapat tiga metode penilaian investasi pemerintah yaitu:
1. Metode biaya.
Dengan metode ini investasi dicatat sebesar biaya perolehan.
Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang
diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan
usaha/badan hukum yang terkait.
2. Metode ekuitas.
Dengan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal sebesar
biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau
rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen
dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai
investasi pemerintah. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga
diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah,
misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing
serta revaluasi aset tetap.
3. Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama untuk
kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
Penggunaan ketiga metode di atas menggunakan kriteria berikut:
1. Kepemilikan kurang dari 20% menggunakan metode biaya.
2. Kepemilikan 20% sampai 50%, atau kepemilikan kurang dari 20% tetapi
memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas.
3. Kepemilikan lebih dari 50% menggunakan metode ekuitas.
4. Kepemilikan bersifat nonpermanen menggunakan metode nilai bersih
yang direalisasikan.
Kriteria di atas menggunakan persentase kepemilikan. Namun, dalam
kondisi tertentu, kriteria besarnya persentase kepemilikan saham bukan
merupakan faktor yang menentukan dalam pemilihan metode penilaian
investasi, tetapi yang lebih menentukan adalah tingkat pengaruh (the degree of
influence) atau pengendalian terhadap perusahaan investee. Ciri-ciri adanya
pengaruh atau pengendalian pada perusahaan investee, antara lain:
1. Kemampuan mempengaruhi komposisi dewan komisaris
2. Kemampuan untuk menunjuk atau menggantikan direksi
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
149
3. Kemampuan untuk menetapkan dan mengganti dewan direksi
perusahaan investee
4. Kemampuan untuk mengendalikan mayoritas suara dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS).
Pemilihan metode penilaian investasi karenanya harus memperhatikan
ciri-ciri pengaruh atau pengendalian. Hasil investasi yang diperoleh dari
investasi jangka pendek, antara lain berupa bunga deposito, bunga obligasi,
dan dividen tunai (cash dividend), diakui pada saat diperoleh dan dicatat
sebagai pendapatan. Hasil investasi berupa dividen tunai yang diperoleh dari
penyertaan modal pemerintah yang pencatatannya menggunakan metode
biaya, dicatat sebagai pendapatan hasil investasi. Sedangkan apabila
menggunakan metode ekuitas, bagian laba berupa dividen tunai yang
diperoleh oleh pemerintah dicatat sebagai pendapatan hasil investasi dan
mengurangi nilai investasi pemerintah. Dividen dalam bentuk saham yang
diterima tidak akan menambah nilai investasi pemerintah.
Sebagai ilustrasi, berikut adalah transaksi investasi jangka pendek
pemerintah. Pada tanggal 1 April 2019, Pemerintah Kabupaten Maju
Sejahtera menempatkan dananya sebesar Rp. 400.000.000 pada deposito
berjangka 6 bulan dapat diperpanjang (automatic revolving deposits) di
Bank XYZ dengan bunga 5% per tahun. Pada tanggal 30 September 2019
diterima bunga deposito sebesar Rp. 10.000.000 (6/12 x 5% x Rp.
400.000.000). Sampai dengan akhir tahun 2019 deposito tersebut belum
dicairkan. Atas transaksi tersebut, jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai
berikut:
Jurnal finansial:
Investasi Jangka Pendek Rp. 400.000.000
Kas di Kas Daerah Rp. 400.000.000
(Jurnal saat investasi/ 1 April 2019)
Kas di Kas Daerah Rp. 10.000.000
Pendapatan Bunga-LO Rp. 10.000.000
(Jurnal saat penerimaan bunga/ 30 September 2019)
Piutang Bunga Rp. 5.000.000
Pendapatan Bunga-LO Rp. 5.000.000
(3/12 x 5% x Rp. 400.000.000 = Rp. 5.000.000)
(Jurnal saat penyesuaian/ 31 Desember 2019)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
150
Jurnal realisasi anggaran:
Tidak ada jurnal saat investasi/ 1 April 2019
Perubahan SAL Rp. 10.000.000
Pendapatan Bunga-LO Rp. 10.000.000
(Jurnal saat penerimaan bunga/ 30 September 2019)
Tidak ada Jurnal saat penyesuaian/ 31 Desember 2019.
Selanjutnya, berikut adalah ilustrasi pencatatan investasi jangka
panjang. Pada 1 Juli 2019, Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera melakukan
penanaman modal permanen dengan membeli saham PT. ABC dengan nilai
investasi Rp. 20.000.000.000 dengan kepemilikan Pemda sebesar 60%.
Kepemilikan bertujuan secara berkelanjutan sehingga PT. ABC menjadi BUMD.
Selama tahun 2019 PT. ABC menghasilkan laba sebesar Rp. 1.000.000.000.
Dengan demikian hak Pemerintah Daerah adalah sebesar 60% x Rp.
1.000.000.000 = Rp. 600.000.000. Pada awal tahun 2020 PT. ABC
membagikan dividen kas sebesar Rp. 200.000.000. Hak Pemerintah Daerah
atas dividen tersebut sebesar 60% x Rp. 200.000.000 = Rp. 120.000.000.
Dengan kepemilikan Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera di atas
50% maka penilaian investasi menggunakan metode ekuitas. Dengan
metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya
perolehan. Hak atas bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal
perolehan menambah nilai investasi. Bagian laba berupa dividen kas yang
diterima pemerintah mengurangi nilai investasi pemerintah. Atas transaksi
tersebut, maka jurnal yang diperlukan adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Investasi Permanen Rp. 20.000.000.000 Kas di Kas Daerah Rp. 20.000.000.000
(Jurnal saat investasi/ 1 Juli 2019) Investasi Permanen Rp. 600.000.000
Pendapatan Investasi-LO Rp. 600.000.000 (Jurnal saat pengumuman laba)
Kas di Kas Daerah Rp. 120.000.000 Investasi Permanen Rp. 120.000.000
(Jurnal saat pembagian dividen) Jurnal realisasi anggaran:
Pengeluaran Pembiayaan Rp. 20.000.000.000 Perubahan SAL Rp. 20.000.000.000 (Jurnal saat investasi/ 1 Juli 2019)
Tidak ada jurnal saat pengumuman laba
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
151
Perubahan SAL Rp. 120.000.000 Pendapatan Dividen-LRA Rp. 120.000.000
(Jurnal saat pembagian dividen)
Pelepasan investasi pemerintah dapat terjadi karena penjualan.
pelepasan hak karena peraturan pemerintah, dan lain sebagainya.
Perbedaan antara hasil pelepasan investasi dengan nilai tercatatnya harus
dibebankan atau dikreditkan kepada keuntungan/rugi pelepasan investasi.
Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 Juli 2019 Pemerintah Kabupaten Maju
Sejahtera memiliki investasi permanen pada BUMD sebesar Rp.
10.000.000.000. Pada tanggal tersebut, Pemerintah Kabupaten Maju
Sejahtera menjual 20% investasinya dengan harga Rp.2.500.000.000.
Dengan demikian diperoleh surplus/keuntungan dari penjualan investas
sebesar Rp. 500.000.000 (Rp. 2.500.000.000 - (20% x Rp. 10.000.000.000)).
Atas transaksi tersebut, dibuat jurnal sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Kas di Kas Daerah Rp. 2.500.000.000
Investasi Permanen Rp. 2.000.000.000
Surplus Penjualan Investasi Rp. 500.000.000
Jurnal realisasi anggaran:
Perubahan SAL Rp. 2.500.000.000
Penerimaan Pembiayaan Penjualan Investasi Rp. 2.500.000.000
13.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Investasi
Investasi jangka pendek disajikan dalam kelompok aset lancar pada
neraca Pemerintah Daerah. Investasi jangka pendek dalam bentuk surat
berharga, misalnya saham dan obligasi jangka pendek, dicatat sebesar
biaya perolehan. Investasi jangka pendek dalam bentuk nonsaham,
misalnya dalam bentuk deposito jangka pendek dicatat sebesar nilai
nominal deposito tersebut. Investasi nonpermanen dan investasi permanen
disajikan dalam neraca sebagai Investasi Jangka Panjang.
Informasi yang perlu diungkapkan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah terkait dengan investasi antara lain:
1. Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi.
2. Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan nonpermanen.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
152
3. Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi
jangka panjang.
4. Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut yang memiliki harga pasar.
5. Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya.
6. Rekonsiliasi nilai investasi awal dan akhir atas investasi dengan metode
ekuitas.
7. Investasi yang disajikan dengan nilai nihil dan bagian akumulasi rugi
yang melebihi nilai investasi.
8. Kewajiban yang timbul dari bagian akumulasi rugi yang melebihi nilai
investasi dalam hal pemerintah memiliki tanggung jawab hukum.
9. Perubahan klasifikasi pos investasi.
10. Perubahan porsi kepemilikan atau pengaruh signifikan yang
mengakibatkan perubahan metode akuntansi.
Berikut adalah contoh penyajian Investasi pada Neraca Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera per 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
NERACA
Per 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. ASET
3. ASET LANCAR
…………
7. Investasi Jangka Pendek 400.000.000 350.000.000
22. INVESTASI JANGKA PANJANG
23. Investasi Nonpermanen 10.000.000.000 5.000.000.000
29. Investasi Permanen 20.000.000.000 15.000.000.000
…………
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
153
13.2 Akuntansi Aset Tetap
13.2.1 Definisi Aset Tetap
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk
digunakan, dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum (PP Nomor 71 Tahun 2010). Aset daerah sebagai salah satu unsur
penting dalam rangka penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan kepada
masyarakat. Oleh karena itu harus dikelola dan dilaporkan dengan baik
dan benar agar terwujud pengelolaan aset daerah yang transparan, efisien,
akuntabel, dan adanya kepastian nilai yang dapat berfungsi sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi dari pemerintah daerah (Yusuf, 2010). Akuntansi
aset yang baik akan dapat menyediakan informasi yang berguna dalam
pengamanan dan pengawasan atas pemanfaatan aset agar terhindar dari
kehilangan dan penggunaan yang tidak benar (Anto, 2019).
13.2.2 Klasifikasi Aset Tetap
Klasifikasi aset tetap dapat diklasifikasikan dalam 6 (enam)
kelompok sebagai berikut:
1. Tanah.
Tanah yang termasuk dalam aset tetap adalah tanah yang diperoleh
dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah
dan dalam kondisi siap dipakai. Sesuai dengan sifat dan
peruntukannya, tanah dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua
kelompok besar yaitu: 1) tanah untuk gedung dan bangunan, dan 2)
tanah untuk bukan gedung dan bangunan, seperti tanah untuk jalan,
irigasi, jaringan, tanah lapangan, tanah hutan, tanah untuk pertanian,
dan tanah untuk perkebunan. Pengklasifikasian tanah ini bukan
keharusan, tetapi tergantung pada kebutuhan rincian informasi yang
diperlukan oleh entitas bersangkutan.
2. Peralatan dan Mesin.
Peralatan dan Mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor,
alat elektronik, inventaris kantor, dan peralatan lainnya yang nilainya
signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan
dalam kondisi siap pakai. Peralatan dan Mesin dapat diklasifikasikan
sesuai dengan jenisnya, seperti alat perkantoran, komputer, alat
angkutan (darat, air, dan udara), alat komunikasi, alat kedokteran, alat-
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
154
alat berat, alat bengkel, alat olah raga, dan rambu-rambu.
3. Gedung dan Bangunan.
Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan
yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk
dalam kelompok Gedung dan Bangunan adalah gedung perkantoran,
rumah dinas, bangunan tempat ibadah, bangunan menara,
monumen/bangunan bersejarah, gudang, dan gedung museum.
Menurut UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang
menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya
berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi
sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian
atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan
sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Gedung dan bangunan ini
tidak mencakup tanah yang diperoleh untuk pembangunan gedung
dan bangunan yang ada di atasnya. Tanah yang diperoleh untuk
keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok Tanah.
Gedung dan Bangunan dapat diklasifikasikan menurut jenisnya, seperti
gedung perkantoran, rumah dinas, bangunan tempat ibadah, menara,
monumen/ bangunan bersejarah, gudang, gedung museum. Gedung
bertingkat pada dasarnya terdiri dari komponen bangunan fisik,
komponen penunjang utama yang berupa mechanical engineering (lift,
instalasi listrik beserta generator, dan sarana pendingin Air
Conditioning), dan komponen penunjang lain yang antara lain berupa
saluran air dan telepon. Masing-masing komponen mempunyai masa
manfaat yang berbeda, sehingga umur penyusutannya berbeda, serta
memerlukan pola pemeliharaan yang berbeda pula.
4. Jalan, Irigasi, dan Jaringan.
Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang
dibangun oleh pemerintah serta dimiliki dan/atau dikuasai oleh
pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Jalan, irigasi, dan jaringan
tersebut selain digunakan dalam kegiatan pemerintah juga dimanfaatkan
oleh masyarakat umum. Termasuk dalam klasifikasi jalan, irigasi, dan
jaringan adalah jalan raya, jembatan, bangunan air, instalasi air bersih,
instalasi pembangkit listrik, jaringan air minum, jaringan listrik, dan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
155
jaringan telepon. Jalan, irigasi, dan jaringan ini tidak mencakup tanah
yang diperoleh untuk pembangunan jalan, irigasi dan jaringan. Tanah
yang diperoleh untuk keperluan dimaksud dimasukkan dalam kelompok
Tanah. Klasifikasi Jalan, Irigasi, dan Jaringan sesuai dengan kebutuhan
entitas, aset tetap ini dapat diklasifikasikan lebih lanjut menjadi misalnya
jalan, jembatan, waduk, saluran irigasi, instalasi distribusi air, instalasi
pembangkit listrik, instalasi distribusi listrik, saluran transmisi gas, instalasi
distribusi gas, jaringan telepon, dan sebagainya.
5. Aset Tetap Lainnya.
Aset Tetap Lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok Aset Tetap Tanah, Aset Tetap
Peralatan dan Mesin, Aset Tetap Gedung dan Bangunan, Aset Tetap
Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk
kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Aset
yang termasuk dalam klasifikasi Aset Tetap Lainnya adalah koleksi
perpustakaan/buku dan non buku, barang bercorak kesenian/
kebudayaan/olah raga, hewan, ikan, dan tanaman. Termasuk dalam
kategori Aset Tetap Lainnya adalah Aset Tetap-Renovasi, yaitu biaya
renovasi atas aset tetap yang bukan miliknya, dan biaya partisi suatu
ruangan kantor yang bukan miliknya.
6. Konstruksi dalam Pengerjaan.
Konstruksi Dalam Pengerjaan (KDP) adalah aset-aset yang sedang
dalam proses pembangunan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup
tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan
jaringan, dan aset tetap lainnya, yang proses perolehannya dan/atau
pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan
belum selesai. Hal ini wajib diterapkan oleh entitas yang
melaksanakan pembangunan aset tetap untuk dipakai dalam
penyelenggaraan kegiatan operasional pemerintahan dan/atau
pelayanan masyarakat, dalam jangka waktu tertentu, baik yang
dilaksanakan secara swakelola maupun oleh pihak ketiga (Buletin
Teknis SAP Nomor 15 Tahun 2014).
13.2.3 Pengkuan dan Pengukuran Aset Tetap
Pengakuan aset tetap akan andal bila aset tetap telah diterima atau
diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada saat penguasaannya
berpindah. Kriteria suatu aset untuk diakui sebagai aset tetap yaitu:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
156
1. Berwujud.
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan.
3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas.
5. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan yaitu adalah jumlah kas
atau setara kas yang telah dan yang masih wajib dibayarkan atau nilai wajar
imbalan lain yang telah dan yang masih wajib diberikan untuk memperoleh
suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi sampai dengan aset
tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan. Aset
tetap yang tidak diketahui harga perolehannya disajikan dengan nilai wajar
pada saat perolehan. Nilai wajar adalah nilai tukar aset atau penyelesaian
kewajiban antar pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan
transaksi wajar.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan
secara langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat
aset tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan. Biaya yang
dapat diatribusikan secara langsung antara lain meliputi:
1. Biaya persiapan tempat.
2. Biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar
muat (handling cost).
3. Biaya pemasangan (instalation cost).
4. Biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
5. Biaya konstruksi.
Tanah diakui pertama kali sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan
mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak seperti biaya pengurusan sertifikat,
biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang
dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai
bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika bangunan tua
tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan. Tanah dapat diperoleh melalui
pembelian, pertukaran aset, hibah/donasi, dan lain-lain. Perolehan tanah
melalui pembelian secara tunai diakui sebagai aset tetap-tanah, dan
mengurangi Kas Umum Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian dalam
Laporan Realisasi Anggaran, perolehan tanah melalui pembelian diakui
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
157
sebagai belanja modal. Perolehan tanah melalui hibah/donasi diakui sebagai
penambah nilai tanah pada neraca, dan sebagai Pendapatan-LO. Perolehan
tanah melalui pembelian kredit diakui sebagai aset tetap tanah, dan sebagai
kewajiban pada neraca. Pengadaan tanah pemerintah yang sejak semula
dimaksudkan untuk diserahkan kepada pihak lain tidak disajikan sebagai aset
tetap tanah, melainkan disajikan sebagai persediaan.
Pengakuan peralatan dan mesin dapat dilakukan apabila terdapat bukti
bahwa hak/kepemilikan telah berpindah, dalam hal ini misalnya ditandai dengan
berita acara serah terima pekerjaan, dan untuk kendaraan bermotor dilengkapi
dengan bukti kepemilikan kendaraan. Biaya perolehan peralatan dan mesin
menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dan yang masih harus
dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai.
Biaya perolehan peralatan dan mesin antara lain meliputi harga pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, dan biaya langsung lainnya untuk memperoleh
dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap untuk
digunakan. Perolehan peralatan dan mesin dapat melalui pembelian,
pembangunan, tukar menukar, hibah/donasi, dan lainnya. Perolehan melalui
pembelian dapat dilakukan dengan pembelian tunai, kredit, atau angsuran.
Perolehan melalui pembangunan dapat dilakukan dengan membangun sendiri
(swakelola) dan melalui kontrak konstruksi. Perolehan peralatan dan mesin
melalui pembelian tunai diakui sebagai penambah nilai peralatan dan mesin,
dan mengurangi Kas Umum Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian
dalam Laporan Realisasi Anggaran, perolehan peralatan dan mesin melalui
pembelian dan pembangunan diakui sebagai belanja modal. Perolehan
peralatan dan mesin melalui hibah/donasi diakui sebagai penambah nilai
Peralatan dan Mesin pada Neraca dan sebagai Pendapatan-LO. Perolehan
peralatan dan mesin melalui pembelian kredit diakui sebagai penambah nilai
peralatan dan mesin, dan sebagai penambah kewajiban pada neraca. Peralatan
dan Mesin yang diperoleh dan yang dimaksudkan akan diserahkan kepada
pihak lain, tidak dapat dikelompokkan dalam aset tetap Peralatan dan Mesin,
tapi dikelompokkan pada aset persediaan. Pengakuan Peralatan dan Mesin
harus memperhatikan kebijakan pemerintah mengenai ketentuan nilai satuan
minimum kapitalisasi aset tetap. Kebijakan nilai satuan minimum ini dapat
berbeda-beda pada pemerintah daerah, sesuai dengan karakteristik daerah
masing-masing. Jika biaya perolehan per satuan peralatan dan mesin kurang
dari nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap, maka entitas
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
158
mengakui/mencatat perolehan peralatan dan mesin sebagai beban operasional,
dan oleh karena itu tidak menyajikannya pada lembar muka neraca. Namun
demikian, entitas tetap mengungkapkan perolehan peralatan dan mesin tersebut
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Pengakuan Gedung dan Bangunan harus dipisahkan dengan tanah di
mana gedung dan bangunan tersebut didirikan. Gedung dan bangunan yang
dibangun oleh pemerintah, namun dengan maksud akan diserahkan kepada
masyarakat, seperti rumah yang akan diserahkan kepada para transmigrans,
maka rumah tersebut tidak dapat dikelompokkan sebagai Gedung dan
Bangunan, melainkan disajikan sebagai Persediaan. Gedung dan Bangunan
diakui pada saat gedung dan bangunan telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah serta telah siap
dipakai. Saat pengakuan Gedung dan Bangunan akan lebih dapat diandalkan
apabila terdapat bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan
dan/atau penguasaan secara hukum, misalnya akte jual beli atau Berita Acara
Serah Terima (BAST). Biaya perolehan gedung dan bangunan
menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan dan yang mas masih harus
dikeluarkan untuk memperoleh gedung dan bangunan sampai siap pakai.
Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya
perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai
wajar/taksiran pada saat perolehan. Biaya perolehan Gedung dan Bangunan
yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga
kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya
lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut
seperti pengurusan IMB, notaris, dan pajak. Sementara itu, Gedung dan
Bangunan yang dibangun melalui kontrak konstruksi, biaya perolehan meliputi
nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa
konsultan, dan pajak. Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari sumbangan
(donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
Jalan, irigasi, dan jaringan diakui pada saat jalan, irigasi, dan jaringan
telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat
penguasaannya berpindah serta telah siap dipakai. Perolehan jalan, irigasi,
dan jaringan pada umumnya dengan pembangunan baik membangun sendiri
(swakelola) maupun melalui kontrak konstruksi. Perolehan jalan, irigasi, dan
jaringan melalui pembangunan diakui sebagai penambah nilai jalan, irigasi,
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
159
dan jaringan, dan mengurangi Kas Umum Daerah pada neraca. Dalam rangka
penyajian dalam Laporan Realisasi Anggaran, perolehan jalan, irigasi, dan
jaringan melalui pembangunan diakui sebagai belanja modal. Biaya perolehan
jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan
dan masih harus dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan
sampai siap pakai. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang
diperoleh melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, pajak, kontrak konstruksi, dan
pembongkaran. Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang
dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang
terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan
dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan, pajak dan
pembongkaran. Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari sumbangan
(donasi) dicatat sebesar nilai wajar pada saat perolehan.
Aset Tetap Lainnya diakui pada saat Aset Tetap Lainnya telah diterima
atau diserahkan hak kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya
berpindah serta telah siap dipakai oleh entitas. Aset Tetap Lainnya dinilai
dengan biaya perolehan. Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh
melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan,
pajak, serta biaya perizinan. Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang
diadakan melalui swakelola, misalnya untuk Aset Tetap Renovasi, meliputi
biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga
kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan,
pajak, dan jasa konsultan. Khusus mengenai pengakuan biaya renovasi atas
aset tetap yang bukan milik dapat mengacu pada Buletin Teknis SAP Nomor
04 Tahun 2006 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah
yakni: 1) Apabila renovasi aset tetap tersebut meningkatkan manfaat ekonomi
dan sosial aset tetap misalnya perubahan fungsi gedung dari gudang menjadi
ruangan kerja dan kapasitasnya naik, maka renovasi tersebut dikapitalisasi
sebagai Aset Tetap-Renovasi. Apabila renovasi atas aset tetap yang disewa
tidak menambah manfaat ekonomik, maka dianggap sebagai Beban
Operasional, 2) Apabila manfaat ekonomi renovasi tersebut lebih dari satu
tahun buku, dan memenuhi butir 1 di atas, biaya renovasi dikapitalisasi sebagai
Aset Tetap-Renovasi, sedangkan apabila manfaat ekonomik renovasi kurang
dari 1 tahun buku, maka pengeluaran tersebut diperlakukan sebagai Beban
Operasional tahun berjalan, 3) Apabila jumlah nilai moneter biaya renovasi
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
160
tersebut material, dan memenuhi syarat butir 1 dan 2 di atas, maka
pengeluaran tersebut dikapitalisasi sebagai Aset Tetap–Renovasi, apabila tidak
material, biaya renovasi dianggap sebagai Beban Operasional. Perolehan Aset
Tetap Lainnya, selain Aset Tetap-Renovasi, pada umumnya melalui pembelian
atau perolehan lain seperti hibah/donasi. Perolehan Aset Tetap Lainnya melalui
pembelian diakui sebagai penambah nilai Aset Tetap Lainnya, dan mengurangi
Kas Umum Daerah pada neraca. Dalam rangka penyajian dalam Laporan
Realisasi Anggaran, perolehan Aset Tetap Lainnya melalui pembelian diakui
sebagai belanja modal. Perolehan Aset Tetap Lainnya melalui hibah/donasi
diakui sebagai penambah nilai Aset Tetap Lainnya pada Neraca dan sebagai
Pendapatan-LO.
Suatu benda berwujud harus diakui sebagai KDP jika besar
kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa yang akan datang berkaitan
dengan aset tersebut akan diperoleh, biaya perolehan aset tersebut dapat
diukur dengan handal, dan aset tersebut masih dalam proses pengerjaan.
Apabila dalam konstruksi aset tetap pembangunan fisik proyek belum
dilaksanakan, namun biaya-biaya yang dapat diatribusikan langsung ke
dalam pembangunan proyek telah dikeluarkan, maka biaya-biaya tersebut
harus diakui sebagai KDP aset yang bersangkutan. KDP dicatat dengan
biaya perolehan. KDP akan dipindahkan ke pos aset tetap yang
bersangkutan jika konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan dan
konstruksi tersebut telah dapat memberikan manfaat/ jasa sesuai tujuan
perolehan. Suatu KDP dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan
(seperti tanah; peralatan dan mesin; gedung dan bangunan; jalan, irigasi,
dan jaringan; aset tetap lainnya) setelah pekerjaan konstruksi tersebut
dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
Jika konstruksi dibiayai dari pinjaman maka biaya pinjaman yang timbul
selama masa konstruksi dikapitalisasi dan menambah biaya
konstruksi, sepanjang biaya tersebut dapat diidentifikasikan secara andal.
Sebagai ilustrasi, pada tanggal 1 April 2019 Pemerintah Kabupaten Maju
Sejahtera membeli tanah dan bangunan secara gabungan dengan harga Rp.
2.000.000.000. Bersamaan dengan itu, secara terpisah dibeli pula Peralatan dan
Mesin dengan harga perolehan sebesar Rp. 1.500.000.000. Berdasar informasi
harga pasaran diketahui bahwa nilai tanah dan bangunan jika dijual terpisah
harga tanah sebesar Rp. 500.000.000 dan bangunan sebesar Rp. 2.000.000.000.
Dengan demikian alokasi harga gabungan adalah sebagai berikut:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
161
- Tanah = (500.000.000/2.500.000.000) x 2.000.000.000 = Rp. 400.000.000.
- Bangunan = (2.000.000.000/2.500.000.000) x 2.000.000.000 = Rp. 1.600.000.000.
Jurnal untuk mencatat transaksi tersebut adalah:
Jurnal finansial:
Aset Tetap-Tanah Rp. 400.000.000
Aset Tetap-Bangunan Rp. 1.600.000.000
Aset Tetap- Peralatan dan Mesin Rp. 1.500.000.000
Kas di Kas Daerah Rp. 3. 500.000.000
Jurnal realisasi anggaran:
Belanja Modal Tanah Rp. 400.000.000
Belanja Modal Bangunan Rp. 1.600.000.000
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp. 1.500.000.000
Perubahan SAL Rp. 3.500.000.000
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang
memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi
manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu
produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai
tercatat aset yang bersangkutan. Hal ini yang disebut sebagai kebijakan
kapitalisasi aset yang harus ditetapkan dalam kebijakan akuntansi suatu
entitas. Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 menyatakan bahwa suatu
pengeluaran setelah perolehan atau pengeluaran pemeliharaan akan
dikapitalisasi jika memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Manfaat ekonomi atas aset tetap yang dipelihara:
a. bertambah ekonomis/efisien, dan/atau
b. bertambah umur ekonomis, dan/atau
c. bertambah volume, dan/atau
d. bertambah kapasitas produksi.
2. Nilai pengeluaran belanja atas pemeliharaan aset tetap tersebut harus
sama dengan atau melebihi nilai satuan minimum kapitalisasi Aset Tetap.
Nilai satuan minimum kapitalisasi adalah penambahan nilai aset tetap dari
hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi. Contoh
ditetapkan nilai satuan minimum kapitalisasi untuk pemeliharaan Gedung
dan Bangunan sama dengan atau melebihi dari Rp. 20.000.000 (dua puluh
juta rupiah).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
162
Selanjutnya, Pemerintah masih melakukan pengeluaran-pengeluaran
yang berhubungan dengan aset tersebut. Pengeluaran-pengeluaran tersebut
dapat berupa biaya pemeliharaan ataupun biaya rehabilitasi atau renovasi.
Pengeluaran yang dapat memberikan manfaat lebih dari satu tahun
(memperpanjang manfaat aset tersebut dari yang direncanakan semula atau
peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan kinerja) disebut
dengan pengeluaran modal (capital expenditure) sedangkan pengeluaran
yang memberikan manfaat kurang dari satu tahun (termasuk pengeluaran
untuk mempertahankan kondisi aset tetap) disebut dengan pengeluaran
pendapatan (revenue expenditure). Masing-masing entitas harus menetapkan
batasan jumlah tersebut dengan mempertimbangkan kondisi keuangan dan
operasionalnya. Bila telah terbentuk maka batasan jumlah biaya kapitalisasi
(capitalization thresholds) harus diterapkan secara konsisten dan diungkapkan
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Sebagai ilustrasi, misalnya pada tanggal 1 Juli 2019 Dinas
Kebersihan melakukan penggantian suku cadang alat angkutan darat
bermotor (termasuk kelompok peralatan dan mesin) yang diperkirakan
menambah umur ekonomis. Penggantian suku cadang sebesar Rp.
25.000.000 dan telah memenuhi batas jumlah biaya kapitalisasi. Atas
transaksi tersebut, jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Aset Tetap- Peralatan dan Mesin Rp. 25.000.000
Kas di Bendahawa Pengeluaran Rp. 25.000.000
Jurnal realisasi anggaran:
Belanja Modal Peralatan dan Mesin Rp. 25.000.000
Perubahan SAL Rp. 25.000.000
Selama masa pemanfaatan aset tetap akan mengalami penyusutan
atau depresiasi. Penyusutan merupakan alokasi yang sistematis atas nilai
suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable assets) selama masa
manfaat aset yang bersangkutan. Nilai penyusutan untuk masing-masing
periode diakui sebagai pengurang nilai tercatat aset tetap dalam neraca dan
beban penyusutan dalam laporan operasional. Selain tanah dan konstruksi
dalam pengerjaan, seluruh aset tetap dapat disusutkan sesuai dengan sifat
dan karakteristik aset tersebut (PP Nomor 71 Tahun 2010). Permendagri
Nomor 64 tahun 2013 mengatur lebih rinci bahwa aset tetap lainnya berupa
hewan, tanaman, dan buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
163
periodik, melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap lainnya
tersebut sudah tidak dapat digunakan atau mati. Metode penyusutan yang
diperkenankan adalah metode garis lurus (straight line method), metode saldo
menurun ganda (double declining method), atau metode unit produksi (unit of
production method). Namun demikian, sesuai dengan table masa manfaat
aset tetap dalam Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 hanya memberikan
contoh metode garis lurus tanpa nilai residu.
Rumus atau formula penghitungan penyusutan aset tetap/barang
milik daerah adalah sebagai berikut:
Penyusutan per periode = Nilai yang dapat disusutkan / Masa manfaat
Keterangan formula adalah sebagai berikut:
1. Penyusutan per periode merupakan nilai penyusutan untuk aset tetap
suatu periode yang dihitung pada akhir tahun.
2. Nilai yang dapat disusutkan merupakan nilai buku per 31 Desember
2019 untuk aset tetap yang diperoleh sampai dengan 31 Desember
2019. Untuk aset tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2019
menggunakan nilai perolehan.
3. Masa manfaat adalah periode suatu aset tetap yang diharapkan
digunakan untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik atau
jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aset
untuk aktivitas pemerintahan dan/atau pelayanan publik.
Berdasarkan rumus tersebut di atas maka Permendagri Nomor 64
Tahun 2014 menetapkan nilai sisa aset tetap tidak ada (atau 0). Sebagai
ilustrasi, pada tanggal 31 Desember 2019 pada neraca diketahui nilai buku
bangunan gedung tempat kerja sebesar Rp. 1.000.000.000. Masa manfaat
bangunan gedung tempat kerja sesuai Lampiran 1.1 Permendagri Nomor
64 tahun 2013 adalah 50 tahun. Dengan demikian, beban penyusutan aset
tetap bangunan gedung tempat kerja untuk periode 31 Desember 2019 =
Rp. 1.000.000.000/50 tahun = Rp20.000.000. Atas dasar informasi tersebur,
jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Beban Penyusutan-Gedung Rp. 20.000.000
Akumulasi Penyusutan-Gedung Rp. 20.000.000
Jurnal realisasi anggaran:
Tidak ada jurnal
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
164
Selama masa penggunaan, dengan alasan tertentu misalnya terjadi
kerusakan berat sebuah aset tetap dapat dihentikan dari penggunaannya
dan selanjutnya dihapus dari neraca. Aset tetap juga bisa
dipindahtangankan kepada pihak lain dengan cara dijual, dipertukarkan,
dihibahkan, atau dijadikan penyertaan modal daerah. Sebagai ilustrasi,
Sebuah mobil yang dibeli pada tanggal 1 Januari 2015 dengan harga Rp.
400.000.000 rusak berat pada bulan Desember 2019. Pada akhir bulan
Desember 2019 ditetapkan bahwa mobil yang rusak berat tersebut
dihentikan dan dihapuskan dari neraca. Nilai buku tersebut mobil pada
saat penghapusan dihitung sebesar Rp. 105.000.000. Atas transaksi
tersebut, jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Akumulasi Penyusutan-Peralatan dan Mesin Rp. 295.000.000
Defisit Penghapusan-Peralatan dan Mesin Rp. 105.000.000
Aset Tetap-Peralatan dan Mesin Rp. 400.000.000
Jurnal realisasi anggaran:
Tidak ada jurnal
Selanjutnya, misalnya sebuah mobil yang dibeli pada tanggal 1
Januari 2015 dengan harga Rp. 400.000.000 rusak berat pada bulan
Desember 2019. Pada akhir bulan Desember 2019 mobil yang rusak berat
tersebut dijual dengan harga Rp. 75.000.000. Nilai buku tersebut mobil
pada saat penjualan dihitung sebesar Rp. 105.000.000. Atas transaksi
tersebut, jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Kas di Kas Daerah Rp. 75.000.000
Akumulasi Penyusutan-Peralatan dan Mesin Rp. 295.000.000
Defisit Penghapusan-Peralatan dan Mesin-LO Rp. 30.000.000
Aset Tetap-Peralatan dan Mesin Rp. 400.000.000
Jurnal realisasi anggaran:
Perubahan SAL Rp. 30.000.000
Pendapatan Lain-Lain-LRA Rp. 30.000.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
165
13.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap
Aset Tetap disajikan dalam Neraca sebagai bagian dari aset milik
Pemerintah Daerah sebesar nilai perolehannya dan diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. PP Nomor 71 Tahun 2010 menegaskan
bahwa laporan keuangan harus mengungkapkan untuk masing-masing
jenis aset tetap sebagai berikut:
1. Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai tercatat
(carryinc amount).
2. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan penambahan, pelepasan, akumulasi penyusutan, dan
perubahan nilai, serta mutasi aset tetap lainnya.
3. Informasi penyusutan meliputi nilai penyusutan, metode penyusutan
yang digunakan, masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan,
nilai tercatat bruto, dan akumulasi penyusutan pada awal dan akhir
periode.
Selain itu, laporan keuangan pemerintah juga harus
mengungkapkan:
1. Eksistensi dan batasan hak milik atas aset tetap.
2. Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan aset
tetap.
3. Jumlah pengeluaran pada pos aset tetap dalam konstruksi.
4. Jumlah komitmen untuk akuisisi aset tetap.
Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan aset tetap tersebut
dikurangi akumulasi penyusutan. Selain tanah dan konstruksi dalam
pengerjaan, seluruh aset tetap disusutkan sesuai dengan sifat dan
karakteristik aset tersebut. Dengan demikian, Gedung dan Bangunan serta
Peralatan dan Mesin disajikan berdasarkan biaya perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutan. Aset Tetap Lainnya berupa hewan,
tanaman, buku perpustakaan tidak dilakukan penyusutan secara periodik,
melainkan diterapkan penghapusan pada saat aset tetap lainnya tersebut
sudah tidak dapat digunakan atau mati. Untuk penyusutan atas Aset Tetap-
Renovasi dilakukan sesuai dengan umur ekonomik mana yang lebih
pendek (which ever is shorter) antara masa manfaat aset dengan masa
pinjaman/sewa. Entitas pemerintah harus mengungkapkan informasi
mengenai KDP pada akhir periode akuntansi dalam Catatan atas Laporan
Keuangan mengenai: 1) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
166
berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya pada
tanggal neraca, 2) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya, 3)
Jumlah biaya yang telah dikeluarkan sampai dengan tanggal neraca, 4)
Uang muka kerja yang diberikan sampai dengan tanggal neraca, dan 5)
Jumlah Retensi.
Aset tetap yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional
pemerintah, dengan kata lain dihentikan dari penggunaan aktif, maka tidak
memenuhi kriteria dan tidak dapat dikelompokkan sebagai aset tetap dan
harus dipindahkan ke pos Aset lainnya sesuai dengan nilai tercatatnya.
Pada saat dokumen sumber untuk mengeluarkan aset tetap tersebut dari
neraca telah diperoleh, maka aset tetap yang telah direklasifikasi menjadi
aset lainnya tersebut dikeluarkan dari neraca dan diungkapkan dalam
Catatan atas Laporan Keuangan.
Berikut adalah contoh penyajian Aset Tetap pada Neraca
Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera per 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
NERACA
Per 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. ASET
……………
35. ASET TETAP
36. Tanah 4.325.000.000 4.325.000.000
37. Peralatan dan Mesin 5.755.000.000 4.650.000.000
38. Gedung dan Bangunan 25.289.000.000 24.536.000.000
39. Jalan, Irigasi, dan Jaringan 68.471.000.000 55.920.000.000
40. Aset Tetap Lainnya 1.844.000.000 1.738.000.000
41. Konstruksi Dalam Pengerjaan 675.000.000 525.000.000
42. Akumulasi Penyusutan (2.734.725.000) (2.393.405.000)
………….
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
167
13.3 Akuntansi Dana Cadangan
13.3.1 Definisi Dana Cadangan
Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung
kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran (PP Nomor 1 Tahun 2010). Pembentukan dana
cadangan ini harus didasarkan perencanaan yang matang, sehingga jelas
tujuan dan pengalokasiannya. Untuk pembentukan dana cadangan harus
ditetapkan dalam peraturan daerah yang didalamnya mencakup penetapan
tujuan pembentukan dana cadangan, program dan kegiatan yang akan
dibiayai dari dana cadangan, besaran dan rincian tahunan dana cadangan
yang harus dianggarkan dan ditransfer ke rekening dana cadangan, sumber
dana cadangan, dan tahun anggaran pelaksanaan dana cadangan.
13.3.2 Klasifikasi Dana Cadangan
Dana cadangan dapat diklasifikasikan menurut tujuan
pembentukannya seperti:
1. Dana Cadangan Pembangunan Jembatan
2. Dana Cadangan Pembangunan Gedung
3. Dana Cadangan Pembangunan Waduk
4. Dana Cadangan Penyelenggaraan Pilkada
5. Dana Cadangan Penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON).
13.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Dana Cadangan
Pembentukan dana cadangan ini akan dianggarkan dalam
pengeluaran pembiayaan, sedangkan pencairannya akan dianggarkan pada
penerimaan pembiayaan. Untuk penggunaannya dianggarkan dalam program
kegiatan yang sudah tercantum di dalam peraturan daerah. Dana cadangan
diakui saat terjadi pemindahan dana dari Rekening Kas Daerah ke Rekening
dana cadangan. Proses pemindahan ini harus melalui proses penatausahaan
yang menggunakan mekanisme LS. Pembentukan dana cadangan diakui
ketika PPKD telah menyetujui SP2D-LS terkait pembentukan dana cadangan
diukur sebesar nilai nominal. Penerimaan hasil atas pengelolaan dana
cadangan misalnya berupa jasa giro/bunga diperlakukan sebagai penambah
dana cadangan atau dikapitalisasi ke dana cadangan. Hasil pengelolaan
tersebut dicatat sebagai Pendapatan-LRA dalam pos Lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang Sah-Jasa Giro/Bunga Dana Cadangan. Hasil pengelolaan hasil
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
168
dana cadangan diukur sebesar nilai nominal. Apabila dana cadangan telah
memenuhi pagu anggaran maka Bendahara Umum Daerah (BUD) akan
membuat surat perintah pemindahan buku dari Rekening Dana Cadangan ke
Rekening Kas Umum Daerah untuk pencairan dana cadangan. Pencairan dana
cadangan diukur sebesar nilai nominal.
Sebagai ilustrasi, misalnya pada tanggal 1 Maret 2015 Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera membentuk Dana Cadangan dengan Peraturan Daerah (Perda) Dana Cadangan Penyelenggaraan Pilkada senilai Rp. 15.000.000.000 dengan masa pembentukan selama 5 tahun anggaran, masing-masing Rp. 3.000.000.000 per tahun anggaran. Selama masa pembentukan tersebut, diperoleh hasil pengelolaan dana cadangan berupa giro/bunga sebesar Rp. 30.000.000 per bulan sehingga secara akumulasi diperoleh sebesar Rp. 1.800.000.000. Sesuai dengan Perda tersebut, Dana Cadangan dicairkan pada tanggal 1 Maret 2020. Atas transaksi tersebut, jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Dana Cadangan Rp. 3.000.000.000
Kas di Kas Daerah Rp. 3.000.000.000
(Jurnal saat pembentukan Dana Cadangan/ 1 Maret 2015)
Dana Cadangan Rp. 30.000.000
Lain-lain PAD yang Sah-Jasa Giro/ Rp. 30.000.000
Bunga Dana Cadangan-LO
(Jurnal saat diperoleh hasil pengelolaan Dana Cadangan/ 1 April 2015)
Kas di Kas Daerah Rp. 16.800.000.000
Dana Cadangan Rp.16.800.000.000
(Jurnal saat pencairan Dana Cadangan/ 1 Maret 2020)
Jurnal realisasi anggaran:
Pengeluaran Pembiayaan-Pembentukan Rp. 3.000.000.000
Dana Cadangan
Perubahan SAL Rp. 3.000.000.000
(Jurnal saat pembentukan Dana Cadangan/ 1 Maret 2015)
Perubahan SAL Rp.16.800.000.000
Penerimaan Pembiayaan-Pencairan Rp.15.000.000.000
Dana Cadangan
Lain-lain PAD yang Sah-Jasa Giro/ Rp. 1.800.000.000
Bunga Dana Cadangan-LRA
(Jurnal saat pencairan Dana Cadangan/ 1 Maret 2020)
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
169
13.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Dana Cadangan
Dana cadangan disajikan dalam Neraca Pemerintah Daerah dalam
kelompok Aset. Pengungkapan dana cadangan dalam Catatan atas
Laporan Keuangan (CALK), sekurang-kurangnya harus diungkapkan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dasar hukum (peraturan daerah) pembentukaan dana cadangan.
2. Tujuan pembentukan dana cadangan.
3. Program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan.
4. Besaran dan rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan
dan ditransfer ke rekening dana cadangan.
5. Sumber dana cadangan.
6. Tahun anggaran pelaksanaan dan pencairan dana cadangan.
Berikut adalah contoh penyajian Dana Cadangan pada Neraca
Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera per 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
NERACA
Per 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. ASET
……………
45. DANA CADANGAN
46. Dana Cadangan 16.740.000.000 13.380.000.000
…………...
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
170
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
171
BAB XIV
14.1 Akuntansi Kewajiban
14.1.1 Definisi Kewajiban
Karakteristik utama kewajiban adalah bahwa pemerintah mempunyai
kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya mengakibatkan
pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan datang. Kewajiban
didefinisikan sebagai utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah (PP Nomor 71 Tahun 2010). Kewajiban umumnya timbul
karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk
bertindak di masa lalu. Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul
antara lain karena penggunaan sumber pendanaan pinjaman dari
masyarakat, lembaga keuangan, entitas pemerintahan lain, atau lembaga
internasional. Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan
dengan pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada
masyarakat luas yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi,
kelebihan setoran pajak dari wajib pajak, alokasi/realokasi pendapatan ke
entitas lainnya, atau kewajiban dengan pemberi jasa lainnya.
14.1.2 Klasifikasi Kewajiban
Informasi tentang tanggal jatuh tempo kewajiban keuangan
bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
Kewajiban pemerintah dapat diklasifikasikan berdasarkan jangka waktu/saat
jatuh temponya dan berdasarkan sumber dana. Berdasarkan jatuh
temponya, kewajiban dapat diklasifikasikan menjadi kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Kewajiban juga dapat
diklasifikasikan berdasarkan sumber dana atau pemberi pinjaman.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
172
Berdasarkan sumber dana atau pemberi pinjaman, kewajiban dapat
diklasifikasikan menjadi kewajiban/utang luar negeri, dan dan
kewajiban/utang dalam negeri.
1. Kewajiban jangka pendek.
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal
pelaporan. Beberapa jenis kewajiban jangka pendek antara lain: utang
pihak ketiga, utang bunga, utang perhitungan fihak ketika (PFK), bagian
lancar utang jangka panjang, dan utang jangka pendek lainnya
(misalnya utang belanja dan pendapatan diterima di muka). Utang
pihak ketiga terjadi pada saat pemerintah menerima hak atas
barang/jasa, termasuk barang/jasa dalam perjalanan yang telah menjadi
haknya, pemerintah harus mengakui kewajiban atas jumlah yang belum
dibayarkan untuk barang tersebut. Utang kepada pihak ketiga berasal
dari kontrak atau perolehan barang/jasa yang sampai dengan tanggal
pelaporan belum dibayar.
Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) adalah utang pemerintah kepada
pihak lain yang disebabkan kedudukan pemerintah sebagai pemotong
pajak atau pungutan lainnya seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), luran Askes, Taspen dan Taperum. Utang
PFK berasal dari jumlah yang dipotong dari Sura: Perintah Pencairan
Dana Mekanisme Langsung untuk Gaji (SP2D-LS Gaji). Pada akhir
periode pelaporan, saldo pungutan/potongan berupa PFK yang belum
disetorkan kepada pihak lain harus dicatat pada laporan keuangan
sebesar jumlah yang masih harus disetorkan.
Bagian lancar utang jangka panjang adalah bagian dari utang jangka
panjang yang akan jatuh tempo dalam satu periode akuntansi. Nilai
yang dicantumkan dalam laporan keuangan untuk bagian lancar utang
jangka panjang adalah jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12
bulan setelah tanggal pelaporan. Kewajiban lancar lainnya merupakan
kewajiban lancar yang tidak termasuk dalam kategori yang ada.
Termasuk dalam kewajiban lancar lainnya tersebut adalah biaya yang
masih harus dibayar pada saat laporan keuangan disusun. Pengukuran
untuk masing-masing item disesuaikan dengan karakteristik masing-
masing pos tersebut, misalnya utang pembayaran gaji kepada pegawai
dinilai berdasarkan jumlah gaji yang masih harus dibayarkan atas jasa
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
173
yang telah diserahkan oleh pegawai tersebut. Contoh lainnya adalah
penerimaan pembayaran di muka atas penyerahan barang atau jasa
oleh pemerintah kepada pihak lain.
2. Kewajiban Jangka Panjang.
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diharapkan dibayar
dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Kewajiban jangka panjang antara lain terdiri dari: utang dalam negeri-
sektor perbankan, utang dalam negeri-obligasi, dan utang jangka
panjang lainnya. Utang dalam negeri sektor perbankan merupakan
utang jangka panjang yang berasal dari perbankan dan diharapkan
akan dibayar lebih dari dua belas bulan setelah tanggal neraca.
Berdasarkan pasal 8 PP 54 tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah,
Pemerintah Daerah dapat melakukan Pinjaman Jangka Panjang yang
bersumber dari lembaga keuangan bank yang berbadan hukum
Indonesia dan mempunyai tempat kedudukan dalam wilayah Negara
Republik Indonesia.
Utang dalam negeri-obligasi dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu
obligasi negara dan dan obligasi daerah. Obligasi negara adalah salah satu
jenis Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas)
bulan dengan imbalan bunga tetap (fixed rate/FR) atau dengan imbalan
bunga secara variabel (variable rate/VR). Sesuai kebutuhan pemerintah
dalam hal pembiayaan/pendanaan, obligasi negara dapat diterbitkan
dalam mata uang rupiah ataupun dalam valuta asing. Obligasi daerah
adalah pinjaman daerah yang ditawarkan kepada publik melalui
penawaran umum di pasar modal. Utang obligasi daerah diakui pada saat
kewajiban timbul yaitu pada saat terjadi transaksi penjualan. Terkait
dengan transaksi penjualan utang obligasi, bunga atas utang obligasi
diakui sejak saat penerbitan utang obligasi tersebut, atau sejak tanggal
pembayaran bunga terakhir, sampai saat terjadinya transaksi.
Utang jangka panjang lainnya adalah utang jangka panjang yang tidak
termasuk pada kelompok Utang dalam negeri sektor perbankan, Utang
dalam negeri obligasi dan Utang luar negeri, misalnya Utang kemitraan.
Utang kemitraan merupakan utang yang berkaitan dengan adanya
kemitraan pemerintah dengan pihak ketiga dalam bentuk Bangun Serah
Kelola (BSK). BSK merupakan pemanfaatan aset pemerintah oleh pihak
ketiga/investor, dengan cara pihak ketiga/investor tersebut mendirikan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
174
bangunan dan/atau sarana lain berikut fasilitasnya, kemudian
menyerahkan aset yang dibangun tersebut kepada pemerintah untuk
dikelola oleh mitra sesuai dengan tujuan pembangunan aset tersebut.
Penyerahan aset oleh pihak ketiga/investor kepada pemerintah disertai
dengan pembayaran kepada investor sekaligus atau secara bagi hasil.
14.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber
daya ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada
sampai saat pelaporan, dan perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai
nilai penyelesaian yang dapat diukur dengan andal. Utang kepada pihak ketiga
diakui pada saat terdapat klaim yang sah dari pihak ketiga, yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk surat penagihan (invoice) kepada pemerintah terkait
penerimaan barang/jasa yang belum diselesaikan pembayarannya oleh
pemerintah. Utang kepada pihak ketiga juga diakui apabila pada akhir tahun
masih terdapat dana yang berasal dari SPM-LS kepada Bendahara
Pengeluaran yang belum diserahkan kepada Pihak yang berhak. Dalam
kondisi transaksi pembelian barang dilakukan secara FOB Destination Point,
utang diakui pada saat barang yang dibeli sudah diterima tetapi belum dibayar.
Dalam kondisi transaksi pembelian barang dilakukan secara FOB Shipping
Point, utang diakui pada saat barang sudah diserahkan kepada perusahaan
jasa pengangkutan (dalam 30 perjalanan) tetapi sampai dengan tanggal
pelaporan belum dibayar. Selanjutnya dalam transaksi pembelian jasa, utang
diakui pada saat jasa/bagian jasa diserahkan sesuai perjanjian tetapi pada
tanggal pelaporan belum dibayar. Dalam hal kontrak pembangunan fasilitas
atau peralatan, utang diakui pada saat sebagian/seluruh fasilitas atau peralatan
tersebut telah diselesaikan sebagaimana dituangkan dalam berita acara
kemajuan pekerjaan/serah terima, tetapi sampai dengan tanggal pelaporan
belum dibayar.
Utang kepada Pihak Ketiga dinilai sebesar kewajiban entitas
pemerintah atas barang/jasa yang belum dibayar sesuai
kesepakatan/perjanjian atau sebesar dana yang belum diserahkan kepada
yang berhak. Dalam hal kesepakatan atau perjanjian menyebutkan syarat
pembayaran (terms of payment) dengan diskon tertentu untuk pembayaran
dalam jangka waktu tertentu (misalkan 2/10, n/30) maka nilai utang kepada
pihak ketiga ditentukan sebesar jumlah utang dengan atau tanpa
memperhitungkan diskon tergantung pada kebijakan akuntansi
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
175
pembayaran utang yang ditetapkan. Apabila pihak ketiga/kontraktor
membangun fasilitas atau peralatan sesuai dengan spesifikasi yang ada
pada kontrak perjanjian dengan pemerintah, dan sebagian/seluruh fasilitas
atau peralatan tersebut telah diserahterimakan tetapi belum dibayar sampai
dengan tanggal pelaporan, maka transaksi tersebut akan diakui sebagai
utang kepada pihak ketiga sebesar jumlah yang belum dibayar.
Utang bunga sebagai bagian dari kewajiban atas pokok utang
berupa kewajiban bunga atau commitment fee yang telah terjadi dan belum
dibayar, pada dasarnya berakumulasi seiring dengan berjalannya waktu,
tetapi demi kepraktisan diakui pada setiap akhir periode pelaporan. Nilai
yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini adalah sebesar kewajiban
bunga yang telah terjadi tetapi belum dibayar oleh pemerintah. Besaran
kewajiban tersebut pada naskah perjanjian pinjaman biasanya dinyatakan
dalam persentase dan periode tertentu yang telah disepakati oleh para
pihak. Selanjutnya, Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) diakui pada saat
dilakukan pemotongan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) atau
bendahara pengeluaran SKPD atas pengeluaran dari kas daerah untuk
pembayaran tertentu. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk akun ini
adalah sebesar kewajiban PFK yang sudah dipotong tetapi oleh BUD
belum disetorkan kepada yang berkepentingan.
Bagian Lancar Utang Jangka Panjang diakui pada saat melakukan
reklasifikasi pinjaman jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam waktu
12 (dua belas) bulan setelah tanggal neraca pada setiap akhir periode
akuntansi, kecuali bagian lancar utang jangka panjang yang akan didanai
kembali sebagaimana dimaksud dalam PSAP 09 paragraf 14 Termasuk
dalam Bagian Lancar Utang Jangka Panjang adalah utang jangka panjang
menurut PSAP 09 paragraf 17 yang persyaratan tertentu telah dilanggar
sehingga kewajiban tersebut menjadi kewajiban jangka pendek (payable on
demand). Nilai yang dicantumkan di neraca untuk bagian lancar utang
jangka panjang sebesar jumlah yang akan jatuh tempo dalam waktu 12
(dua belas) bulan setelah tanggal neraca. Dalam kasus kewajiban jangka
pendek yang terjadi karena payable on demand, nilai yang dicantumkan di
neraca adalah sebesar saldo utang jangka panjang beserta denda dan
kewajiban lainnya yang harus ditanggung oleh peminjam sesuai perjanjian.
Pendapatan Diterima Dimuka dapat diakui dengan menggunakan dua
pendekatan, yaitu pendekatan kewajiban atau pendekatan pendapatan.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
176
Pendapatan diterima dimuka diakui pada saat terdapat/timbul klaim pihak
ketiga kepada pemerintah terkait kas yang telah diterima pemerintah dari pihak
ketiga tetapi belum ada penyerahan barang/jasa dari pemerintah pada akhir
periode pelaporan keuangan. Nilai yang dicantumkan dalam neraca untuk
akun ini adalah sebesar bagian barang/jasa yang belum diserahkan oleh
pemerintah kepada pihak ketiga sampai dengan tanggal neraca.
Utang dalam negeri-perbankan diakui pada saat pinjaman dari
lembaga perbankan diterima pada rekening kas daerah. Biaya-biaya terkait
dengan pengurusan pinjaman diakui pada saat terutang yaitu pada saat
timbulnya kewajiban berdasarkan kontrak atau kesepakatan. Jumlah utang
yang tercantum dalam naskah perjanjian merupakan komitmen maksimum
jumlah pendanaan yang disediakan oleh pemberi pinjaman. Penerima
pinjaman belum tentu menarik seluruh jumlah pendanaan tersebut,
sehingga jumlah yang dicantumkan dalam neraca untuk utang dalam
negeri-perbankan adalah sebesar jumlah dana yang telah ditarik oleh
penerima pinjaman dan disetorkan ke kas daerah. Dalam perkembangan
selanjutnya, pembayaran pokok pinjaman akan mengurangi jumlah utang
sehingga jumlah yang dicantumkan dalam neraca adalah sebesar total
penarikan dikurangi dengan pelunasan.
Utang Obligasi Daerah diakui pada saat kewajiban timbul yaitu pada
saat terjadi transaksi penjualan. Sehubungan dengan transaksi penjualan
utang obligasi, bunga atas utang obligasi diakui sejak saat penerbitan
utang obligasi tersebut, atau sejak tanggal pembayaran bunga terakhir,
sampai saat terjadinya transaksi. Obligasi yang telah jatuh tempo tetapi
belum dilunasi diakui sebagai kewajiban jangka pendek. Penerbitan
obligasi memerlukan biaya yang terkait dengan pencetakan dokumen, jasa
konsultan, jasa hukum, dan jenis biaya lainnya. Jika dana yang diperoleh
dari penerbitan obligasi digunakan untuk membangun aset tetap tertentu,
maka biaya-biaya penerbitan obligasi dikapitalisasi dalam nilai aset tetap
tersebut. Akan tetapi, jika tidak dapat diatribusikan pada aset tetap tertentu,
maka biaya penerbitan tersebut diakui sebagai biaya ditangguhkan yang
akan diamortisasi selama umur obligasi yang bersangkutan. Utang
Obligasi Daerah dicatat sebesar nilai nominal/ par, ditambah premium atau
dikurangi diskon yang disajikan pada akun terpisah. Nilai nominal Utang
Obligasi Daerah tersebut mencerminkan nilai yang tertera pada lembar
surat utang pemerintah dan merupakan nilai yang akan dibayar pemerintah
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
177
pada saat jatuh tempo. Apabila utang obligasi yang pelunasannya diangsur,
aliran ekonomi setelahnya, seperti transaksi pembayaran, dan perubahan
lainnya selain perubahan nilai pasar, diperhitungkan dengan menyesuaikan
nilai tercatat (carrying amount) utang tersebut. Apabila surat utang obligasi
dijual di bawah nilai par (dengan diskon), maupun di atas nilai par (dengan
premium), maka nilai pokok utang tersebut adalah sebesar nilai nominalnya
atau nilai jatuh temponya, sedangkan diskon atau premium dikapitalisasi
untuk diamortisasi sepanjang masa berlakunya surat utang obligasi.
Amortisasi premi atau diskonto dapat menggunakan metode garis lurus
atau metode bunga efektif. Apabila surat utang obligasi diterbitkan dengan
denominasi valuta asing, maka kewajiban tersebut perlu dijabarkan dan
dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah
bank sentral pada tanggal neraca.
Sebagai ilustrasi, Pada tanggal 15 Desember 2019 Dinas Kebersihan
memperoleh tagihan dari PLN untuk pembayaran langganan daya dan jasa
listrik bulan Oktober 2019 dan November 2019 yang masih belum
diselesaikan, masing-masing sebesar Rp. 25.500.000 dan Rp. 24.500.000.
Sampai dengan tanggal pelaporan, tagihan tersebut belum diselesaikan
dan baru diselesaikan pada tanggal 25 Januari 2020. Dengan demikian,
pada tanggal 31 Desember 2019 Dinas Kebersihan harus mengakui tagihan
yang belum diselesaikan tersebut sebagai Kewajiban jangka pendek
sebesar Rp. 50.000.000. Atas transaksi tersebut, jurnal yang perlu dibuat
adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Beban Jasa Rp. 50.000.000
Utang Perhitungan Pihak Ketiga Rp. 50.000.000
(Jurnal saat akhir periode/ 31 Desember 2019)
Utang Perhitungan Pihak Ketiga Rp. 50.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 50.000.000
(Jurnal saat penyelesian/ 25 Januari 2020)
Jurnal realisasi anggaran:
Tidak ada jurnal saat akhir periode/ 31 Desember 2019
Belanja Barang/Jasa Rp. 50.000.000
Perubahan SAL Rp. 50.000.000
(Jurnal saat penyelesian/ 25 Januari 2020)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
178
Ilustrasi berikutnya, misalnya pada tanggal 1 Juli 2015 Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera menerima Pinjaman Perbankan dalam negeri
sebesar Rp. 20.000.000.000 untuk pengembangan infrastruktur dengan
bunga 5% per tahun yang dibayar setiap tanggal 1 Juli. Jatuh tempo
pinjaman tersebut pada tanggal 1 Juli 2020, oleh karena itu dicatat sebagai
Kewajiban jangka panjang. Atas transaksi tersebut, jurnal yang perlu
dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Kas di Kas Daerah Rp. 20.000.000.000
Utang Dalam Negeri-Perbankan Rp. 20.000.000.000
(Jurnal saat penerimaan/ 1 Juli 2015)
Beban Bunga Rp. 500.000.000*)
Utang Bunga Rp. 500.000.000 *) (6/12 x 5% x Rp. 20.000.000.000 = Rp. 500.000.000)
(Jurnal penyesuaian bunga/ 31 Desember 2015)
Utang Bunga Rp. 500.000.000
Beban Bunga Rp. 500.000.000**)
Kas di Kas Daerah Rp. 1.000.000.000 **) (6/12 x 5% x Rp. 20.000.000.000 = Rp. 500.000.000)
(Jurnal saat pembayaran dan penyesuaian bunga/ 1 Juli 2016)
(Jurnal penyesuaian utang bunga dan pembayaran bunga pada tahun-tahun
berikutnya sama dengan jurnal tersebut di atas).
Utang Dalam Negeri-Perbankan Rp. 20.000.000.000
Kas Di Kas Daerah Rp. 20.000.000.000
(Jurnal saat penyelesaian/ 1 Juli 2020)
Jurnal realisasi anggaran:
Perubahan SAL Rp. 20.000.000.000
Penerimaan Pembiayaan-Utang Jk. Panjang Rp. 20.000.000.000
(Jurnal saat penerimaan/ 1 Juli 2015)
Tidak ada jurnal saat penyesuaian bunga/ 31 Desember 2015
Belanja Bunga Rp. 1.000.000.000
Perubahan SAL Rp. 1.000.000.000
(Jurnal saat pembayaran bunga/ 1 Juli 2016)
Pengeluaran Pembiayaan-Pemb. Pokok Pinj. Rp. 20.000.000.000
Perubahan SAL Rp. 20.000.000.000
(Jurnal saat penyelesaian/ 1 Juli 2020)
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
179
14.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Kewajiban
Utang kepada Pihak Ketiga, Utang bunga, Utang PFK, Bagian
Lancar Utang Jangka Panjang, Uang Muka dari Kas Daerah, dan
Pendapatan Diterima Dimuka merupakan utang jangka pendek yang harus
segera dibayar, karenanya disajikan di neraca dengan klasifikasi Kewajiban
Jangka Pendek. Utang Dalam Negeri-Sektor Perbankan, Utang Obligasi
Daerah, merupakan bagian dari utang jangka Panjang, untuk itu harus
disajikan dalam neraca dengan klasifikasi Kewajiban Jangka Panjang.
Kewajiban disajikan dalam Neraca sebesar nilai tercatat (carrying
amount). Nilai tercatat adalah nilai buku utang yang dihitung dari nilai
nominal setelah dikurangi atau ditambah diskonto atau premium yang
belum diamortisasi. Hal-hal yang perlu diungkapkan dalam penjelasan pos-
pos Neraca yaitu rincian dari masing-masing jenis utang, jatuh tempo,
tingkat bunga, amortisasi diskonto/premium, dan selisih kurs utang dalam
valuta asing yang terjadi antara kurs transaksi dan kurs tanggal Neraca.
Sehubungan dengan penyajian dan pengungkapan utang pemerintah,
PSAP Nomor 09 paragraf 87 mengatur bahwa utang pemerintah harus
diungkapkan secara rinci dalam bentuk daftar skedul utang. Oleh karena
itu, informasi yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan
(CALK) mencakup:
1. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang
berdasarkan pemberi pinjaman.
2. Jumlah saldo kewajiban utang pemerintah berdasarkan jenis sekuritas
dan jatuh temponya.
3. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
yang berlaku.
4. Konsekuensi penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo.
5. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi pengurangan pinjaman,
modifikasi persyaratan utang, pengurangan tingkat bunga pinjaman,
pengunduran jatuh tempo pinjaman, pengurangan nilai jatuh tempo
pinjaman, dan pengurangan jumlah bunga terutang.
6. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur
utang berdasarkan kreditur.
7. Biaya pinjaman meliputi perlakuan, jumlah dikapitalisasi, dan tingkat
kapitalisasi.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
180
Berikut adalah contoh penyajian Kewajiban pada Neraca Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera per 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA NERACA
Per 31 Desember 2019 dan 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. ASET
…………
59. KEWAJIBAN
61. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
62. Utang Perhitungan Pihak Ketiga 126.750.000 135.470.000
63. Utang Bunga 355.670.000 285.680.000
64. Bagian Lancar Utang Jk. Panjang 1.500.000.000 1.500.000.000
65. Pendapatan Diterima Dimuka 174.450.000 146.550.000
66. Utang Belanja 235.250.000 215.720.000
67. Utang Jangka Pendek Lainnya 168.950.000 137.550.000
68. Jumlah Kewajiban Jk. Pendek 2.561.070.000 2.420.970.000
70. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
71. Utang Dalam Negeri-Perbankan 3.500.000.000 3.500.000.000
72. Utang Dalam Negeri-Obligasi 2.500.000.000 2.500.000.000
73. Premium (Diskonto) Obligasi 155.350.000 125.450.000
74. Utang Jangka Panjang Lainnya 367.680.000 289.930.000
75. Jumlah Kewajiban Jk. Panjang 6.523.030.000 6.415.380.000
76. Jumlah Kewajiban (68+75) 9.084.100.000 8.836.350.000
…………
14.2 Akuntansi Pembiayaan
14.2.1 Definisi Pembiayaan
Pembiayaan adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun- tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran (PP Nomor 71 Tahun 2010).
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
181
14.2.2 Klasifikasi Pembiayaan
Pembiayaan pemerintah daerah dapat diklasifikasikan menjadi 2
(dua) kelompok yakni:
1. Penerimaan pembiayaan yaitu semua penerimaan Rekening Kas Umum
Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi
pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan
kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan
investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan.
2. Pengeluaran pembiayaan yaitu adalah semua pengeluaran Rekening
Kas Umum Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak
ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok
pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan
dana cadangan.
14.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan
Berdasarkan PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran
Berbasis Kas, pengakuan pembiayaan diatur sebagai berikut:
1. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat telah diterima di rekening
kas umum daerah. Sesuai dengan IPSAP Nomor 3 Tahun 2013
menyebutkan bahwa pengakuan penerimaan pembiayaan ditentukan
oleh BUD sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh
RKUD sebagai salah satu tempat penampungan. Seperti halnya
Penerimaan pembiayaan pada rekening khusus, yang dibentuk untuk
menampung transaksi pembiayaan yang bersumber dari utang.
2. Pengeluaran pembiayaan akan diakui pada saat telah dibayarkan dari
rekening kas umum daerah. Sesuai dengan IPSAP Nomor 3 Tahun 2013
menyebutkan bahwa pengakuan pengeluaran pembiayaan ditentukan oleh
BUD sebagai pemegang otoritas dan bukan semata-mata oleh RKUD
sebagai salah satu sumber pengeluaran, seperti halnya Pengeluaran
pembiayaan yang tidak melalui RKUD yang diakui oleh BUD.
Pengukuran pembiayaan menggunakan mata uang rupiah
berdasarkan nilai sekarang kas yang diterima atau yang akan diterima dan
nilai sekarang kas yang dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan.
Pembiayaan yang diukur dengan mata uang asing dikonversi ke mata uang
rupiah berdasarkan nilai tukar (kurs tengah Bank Indonesia) pada tanggal
transaksi pembiayaan.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
182
Sebagai ilustrasi, misalnya pada tanggal 1 Juli 2015 Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera menerbitkan surat utang obligasi sebanyak
10.000 lembar dengan nilai nominal @ Rp. 1.000.000 untuk pengembangan
infrastruktur dengan bunga 5% per tahun yang dibayar setiap tanggal 1 Juli.
Jatuh tempo dari obligasi tersebut yaitu pada tanggal 1 Juli 2020. Atas
transaksi tersebut, jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Kas di Kas Daerah Rp. 10.000.000.000
Utang Dalam Negeri-Obligasi Rp. 10.000.000.000
(Jurnal saat penerimaan/ 1 Juli 2015)
Beban Bunga Rp. 250.000.000*)
Utang Bunga Rp. 250.000.000 *) (6/12 x 5% x Rp. 10.000.000.000 = Rp. 250.000.000)
(Jurnal penyesuaian bunga/ 31 Desember 2015)
Utang Bunga Rp. 250.000.000
Beban Bunga Rp. 250.000.000**)
Kas di Kas Daerah Rp. 500.000.000 **) (6/12 x 5% x Rp. 10.000.000.000 = Rp. 250.000.000)
(Jurnal saat pembayaran dan penyesuaian bunga/ 1 Juli 2016)
(Jurnal penyesuaian utang bunga dan pembayaran bunga pada tahun-tahun
berikutnya sama dengan jurnal tersebut di atas).
Utang Dalam Negeri-Obligasi Rp. 10.000.000.000
Kas Di Kas Daerah Rp. 10.000.000.000
(Jurnal saat penyelesaian/ 1 Juli 2020)
Jurnal realisasi anggaran:
Perubahan SAL Rp. 10.000.000.000
Penerimaan Pembiayaan-Obligasi Rp. 10.000.000.000
(Jurnal saat penerimaan/ 1 Juli 2015)
Tidak ada jurnal saat penyesuaian bunga/ 31 Desember 2015
Belanja Bunga Rp. 500.000.000
Perubahan SAL Rp. 500.000.000
(Jurnal saat pembayaran bunga/ 1 Juli 2016)
Pengeluaran Pembiayaan-Pemb. Obligasi Rp. 10.000.000.000
Perubahan SAL Rp. 10.000.000.000
(Jurnal saat penyelesaian/ 1 Juli 2020)
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
183
14.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Pembiayaan
Pembiayaan disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA) dan
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). Penyajian
penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).
Berikut adalah contoh penyajian Kewajiban pada Laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera
periode yang berakhir 31 Desember 2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN Anggaran
2019
Realissi
2019 (%)
Realissi
2018
1. PENDAPATAN
…………
69. PEMBIAYAAN
71. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
…………
77. Pinjaman Dalam Negeri-Perbankan 20.000.000.000 18.000.000.000 90,00 16.000.000.000
79. Pinjaman Dalam Negeri-Obligasi 10.000.000.000 9.000.000.000 90,00 7.000.000.000
…………
84. Jumlah Penerimaan (72 s/d 83) 30.000.000.000 27.000.000.000 90,00 23.000.000.000
86. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
…………
91. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri-Perbankan
10.000.000.000 9.000.000.000 90,00 7.500.000.000
93. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam
Negeri-Obligasi
5.000.000.000 3.000.000.000 60,00 4.500.000.000
…………
98. Jumlah Pengeluaran (87 s/d 91) 15.000.000.000 12.000.000.000 80,00 12.000.000.000
…………
14.3 Akuntansi Transaksi Nonanggaran
14.3.1 Definisi Transaksi Nonanggaran
Aktivitas nonanggaran adalah aktivitas penerimaan atau
pengeluaran kas yang tidak mempengaruhi anggaran pendapatan, belanja,
transfer, dan pembiayaan pemerintah. Aktivitas nonanggaran ini termasuk
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
184
Aktivitas Transitoris yakni aktivitas penerimaan atau pengeluaran kas yang
tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan (PP
Nomor 71 Tahun 2010).
14.3.2 Klasifikasi Transaksi Nonanggaran
Transaksi nonanggaran atau transitoris dapat diklasifikasikan
menjadi empat jenis yaitu:
1. Transaksi transito yakni transfer uang baik pemberian atau penerimaan
kembali uang persediaan kepada/dari bendahara pengeluaran.
2. Transaksi Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) yakni transaksi kas yang
berasal dari potongan langsung gaji pokok dan tunjangan keluarga
pegawai negeri/pejabat daerah, dan iuran asuransi kesehatan yang
disetor oleh pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota, serta tabungan
perumahan Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk disalurkan/dikembalikan
kepada Pihak Ketiga.
3. Transaksi pemindahbukuan dan kiriman uang yakni mutasi kas antar
rekening kas daerah.
4. Transaksi koreksi kesalahan pemindahbukuan pada Rekening BUD
yakni transaksi antara rekening BUD dengan rekening pihak ketiga yang
disebabkan karena kesalahan pemindahbukuan.
14.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Transaksi Nonanggaran
Transaksi nonanggaran diakui pada saat diterimanya/
dikeluarkannya kas atas transfer/pemindahbukuan atau pada saat
dilakukan pemotongan oleh BUD atau bendahara pengeluaran SKPD atas
pengeluaran dari kas daerah untuk pembayaran tertentu. Nilai yang
dicantumkan dalam neraca untuk transaksi ini adalah sebesar nilai kas yang
diterima/dikeluarkan atau nilai kewajiban PFK yang sudah dipotong tetapi
oleh BUD atau bendahara pengeluaran SKPD belum disetorkan kepada
yang berkepentingan.
Sebagai ilustrasi, Pada tanggal 29 Desember 2019 Bendahara Dinas
Kebersihan membayarkan gaji pegawai sebesar Rp. 250.000.000 dengan
perincian Rp. 200.000.000 untuk pegawai, Rp. 30.000.000 untuk potongan
pajak penghasilan (PPh), Rp. 14.000.000 merupakan potongan iuran
pegawai untuk dana pensiun, Rp. 6.000.000 untuk iuran asuransi
kesehatan/BPJS. Pada tanggal 31 Desember 2019 pajak penghasilan
(PPh), dana pensiun, dan asuransi kesehatan/BPJS baru disetorkan kepada
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
185
pihak yang berhak menerima tanggal 10 Januari 2020. Atas transaksi
tersebut, jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 50.000.000
Utang PFK-Taspen Rp. 14.000.000
Utang PFK-BPJS Kesehatan Rp. 6.000.000
Utang PFK-PPh Rp. 30.000.000
(Jurnal saat penerimaan PFK/ 29 Desember 2019)
Utang PFK-Taspen Rp. 14.000.000
Utang PFK- BPJS Kesehatan Rp. 6.000.000
Utang PFK- PPh Rp. 30.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 50.000.000
(Jurnal saat pengeluaran PFK/ 10 Januari 2020)
14.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Transaksi Nonanggaran
Transaksi nonanggaran berupa Utang Perhitungan Fihak Ketiga
(PFK) disajikan di Neraca sebagai Kewajiban Jangka Pendek (seperti pada
pembahasan Akuntansi Kewajiban). Selanjutnya Transaksi nonanggaran ini
disajikan dalam Laporan Arus Kas sebagai Aktivitas Transitoris dan
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). Hal-hal yang
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) antara lain:
1. Rincian jenis transaksi nonanggaran.
2. Pengaruh transaksi nonanggaran terhadap aset atau kewajiban.
Berikut adalah contoh penyajian Transaksi Nonanggaran
(Transitoris) pada Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera
per 31 Desember 2019.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
186
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN ARUS KAS
Per 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
2019 2018
1. Arus Kas dari Aktivitas Operasional
…………
82. Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
83. Arus Masuk Kas
84. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 260.850.000 175.250.000
85. Jumalh Arus Masuk Kas (84) 260.850.000 175.250.000
86. Arus Keluar Kas
87. Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 235.650.000 127.450.000
88. Jumalh Arus Keluar Kas (87) 235.650.000 127.450.000
89. Arus Kas Bersih dari Aktivitas
Transitoris (84-87) 25.200.000 47.800.000
…………
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
187
BAB XV
15.1 Akuntansi Pendapatan
15.1.1 Definisi Pendapatan
Pendapatan didefinisikan dalam dua macam yaitu Pendapatan-LO
dan Pendapatan-LRA. Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui
sebagai penambah nilai kekayaan bersih (ekuitas) dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
Pendapatan-LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Daerah
yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran
yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar
kembali oleh pemerintah (PP Nomor 71 Tahun 2010).
15.1.2 Klasifikasi Pendapatan
Jenis pendapatan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu:
1. Pendapatan asli daerah yang terdiri dari Pendapatan pajak daerah,
Pendapatan retribusi daerah, Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, serta Lain-lain PAD yang sah.
2. Pendapatan transfer yang terdiri dari Dana bagi hasil pajak, Dana bagi
hasil SDA, Dana alokasi umum, Dana alokasi khusus, Dana
penyesuaian, dan Pendapatan bagi hasil lainnya.
3. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari Pendapatan
hibah, Pendapatan dana darurat, dan Pendapatan lainnya.
Berdasarkan sumber perolehannya, pendapatan pemerintah daerah
terdiri dari:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
188
1. Pendapatan perpajakan.
Pendapatan perpajakan pemerintah daerah untuk provinsi bersumber dari
Pajak kendaraan bermotor, Bea balik nama kendaraan bermotor, Pajak
bahan bakar kendaraan bermotor, Pajak air permukaan, dan Pajak rokok.
Sementara pendapatan perpajakan pemerintah daerah untuk
kabupaten/kota bersumber dari Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak Hiburan,
Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak mineral bukan logam dan
batuan, Pajak parkir, Pajak air tanah, Pajak sarang burung walet, Pajak
bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan, dan Bea perolehan ha
katas tanah dan bangunan (Buletin Teknis SAP Nomor 24 Tahun 2016).
2. Pendapatan nonperpajakan.
Pendapatan nonperpajakan di lingkup pemerintah daerah antara lain
terdiri dari:
a. Pendapatan retribusi daerah yang meliputi Retribusi jasa umum,
Retribusi usaha, dan Retribusi perizinan tertentu.
b. Lain-lain PAD yang sah meliputi Hasil penjualan aset daerah yang
tidak dipisahkan, Hasil penjualan aset alinnya, Penerimaan jasa giro,
Pendapatan bunga, dan Tuntutan ganti kerugian daerah (Buletin
Teknis SAP Nomor 23 Tahun 2016).
15.1.3 Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan
Berdasarkan PSAP 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran,
Pendapatan-LRA diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum
Daerah. Pendapatan diakui pada saat diterima pada RKUD mencakup hal-
hal sebagai berikut:
1. Pendapatan kas yang telah diterima pada RKUD.
2. Pendapatan kas yang diterima oleh bendahara penerimaan yang
sebagai pendapatan daerah dan hingga tanggal pelaporan belum
disetorkan ke RKUD, dengan ketentuan bendahara penerimaan tersebut
merupakan bagian dari BUD.
3. Pendapatan kas yang diterima satker/SKPD dan digunakan langsung
tanpa disetor ke RKUD, dengan syarat entitas penerima wajib
melaporkannya kepada BUD untuk diakui sebagai pendapatan daerah.
4. Pendapatan kas yang berasal dari hibah langsung dalam/luar negeri
yang digunakan untuk mendanai pengeluaran entitas dengan syarat
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
189
entitas penerima wajib melaporkannya kepada BUN/BUD untuk diakui
sebagai pendapatan negara/daerah.
5. Pendapatan kas yang diterima entitas lain di luar entitas pemerintah
berdasarkan otoritas yang diberikan oleh BUD, dan BUD mengakuinya
sebagai pendapatan.
Dengan demikian, Pendapatan Pajak Daerah–LRA, diakui pada saat: 1)
Pendapatan kas telah diterima pada RKUD, 2) Pendapatan kas diterima oleh
bendahara penerimaan, dan 3) Pendapatan kas diterima entitas lain di luar
entitas pemerintah daerah berdasarkan otoritas yang diberikan oleh BUD.
Selanjutnya, berdasarkan PSAP Nomor 12 tentang Laporan
Operasional, Pendapatan-LO diakui pada saat: 1) Timbulnya hak atas
pendapatan, dan 2) Pendapatan direalisasi, yaitu adanya aliran masuk
sumber daya ekonomi. Dengan demikian, Pendapatan Pajak Daerah-LO
diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan dan Pendapatan
direalisasi. Pendapatan Pajak Daerah-LO yang diperoleh berdasarkan
peraturan perundang-undangan diakui pada saat timbulnya hak untuk
menagih pendapatan. Contohnya adalah penetapan yang dilakukan atas
kekurangan pembayaran Pajak Daerah dengan menggunakan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar (SKPDKB). Selanjutnya,
Pendapatan Pajak Daerah-LO yang diakui pada saat direalisasi adalah hak
yang telah diterima oleh pemerintah tanpa terlebih dahulu adanya
penagihan. Contohnya adalah Wajib Pajak Daerah melakukan penyetoran
atas kewajiban perpajakannya tanpa terlebih dahulu adanya penagihan
dengan menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD).
Pendapatan Nonperpajakan dicatat pada saat timbulnya hak atau
direalisasikannya pendapatan tersebut. Pendapatan dicatat pada saat
timbulnya hak jika telah diketahui dengan cukup andal nilai dan saat
pendapatan akan direalisasikan. Dicatat berdasarkan realisasinya jika tidak
dapat diidentifikasi dengan andal timbulnya hak atas pendapatan tersebut.
Pendapatan nonperpajakan disajikan sebagai pendapatan operasional
suatu entitas apabila terkait dengan tugas dan fungsi entitas yang
bersangkutan. Namun, tidak menutup kemungkinan sebagai satuan kerja
dari pemerintah, pendapatan suatu entitas tidak mempertimbangkan tugas
dan fungsinya untuk diakui sebagai pendapatan operasional, tetapi juga
sebagai pendapatan non operasional karena terkait dengan pendapatan
pada klasifikasi anggaran yang telah ditetapkan dalam dokumen
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
190
pelaksanaan anggarannya. Dengan demikian Pendapatan Nonperpajakan-
LRA diakui saat diterimanya kas dan pengakuan Pendapatan
Nonperpajakan-LO mengacu pada saat timbulnya hak atas pendapatan
nonperpajakan serta pendapatan direalisasi.
Berdasarkan definisi dan pengakuan pendapatan yang telah
dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pendapatan-LRA
merupakan pendapatan yang diukur dengan basis kas (cash basis). LRA
hanya berfokus pada transaksi dengan basis kas, sehingga untuk penerimaan
dan pengeluaran yang tidak terkait dengan kas tidak dicatat dalam LRA. Oleh
karena itu, Pendapatan-LRA baru dapat diakui jika sudah ada penerimaan kas
pada rekening Kas Umum Daerah. Sementara Pendapatan-LO tidak hanya
mencatat transaksi dengan basis kas namun juga basis akrual. Suatu
transaksi dapat diakui sebagai Pendapatan-LO meskipun kas belum diterima
jika kedua syarat pengakuan di atas telah terpenuhi.
Pendapatan Perpajakan-LRA diukur sebesar nominal uang yang
masuk ke kas daerah dari sumber pendapatan dengan menggunakan asas
bruto, yaitu pendapatan dicatat tanpa dikurangkan/dikompensasikan dengan
belanja yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut.
Pengembalian Pendapatan Perpajakan-LRA diukur sebesar nominal uang
yang keluar dari kas daerah. Pendapatan Perpajakan-LO diukur sebesar nilai
nominal yaitu: 1) Nilai aliran masuk yang telah diterima oleh pemerintah untuk
self assessment, dan 2) Nilai aliran masuk yang akan diterima pemerintah
untuk official assessment. Pencatatan Pendapatan Pajak Daerah dilaksanakan
berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan
pengeluaran). Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan Pajak
Daerah bruto (biaya) bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud dan
tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan proses belum selesai,
maka asas bruto dapat dikecualikan.
Pendapatan nonperpajakan-LRA diukur sebesar nominal uang yang
masuk ke kas daerah sebagaimana dokumen sumber bukti setornya.
Pencatatan Pendapatan nonperpajakan-LRA dilaksanakan dengan
menggunakan asas bruto, yaitu pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya
tanpa dikurangi/dikompensasikan dengan belanja yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Pendapatan nonperpajakan-LO yang
berasal dari perizinan disajikan sebesar tarif yang dipungut oleh pemerintah
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
191
atas izin yang diberikannya. Jumlah pendapatan operasional yang berasal
dari pemberian layanan yang dilakukan oleh pemerintah diukur sebesar
nilai yang dibebankan atau ditagihkan kepada pengguna. Selanjutnya,
Pendapatan operasional yang berasal dari pendapatan sewa dinilai sebesar
yang menjadi hak entitas pada tahun berjalan, dan Pendapatan operasional
yang berasal dari keuntungan penjualan atau pertukaran aset diukur
sebesar selisih positif antara kas dan/atau nilai aset yang diterima dikurangi
dengan nilai buku buku aset yang dijual atau diserahkan.
Sebagai ilustrasi, pada tanggal 31 Desember 2019 Pemerintah
Kabupaten Maju Sejahtera telah mengirim Surat Ketetapan Pajak (SKP)
sebagai tagihan kepada wajib pajak daerah seorang pengusaha restoran
sebesar Rp. 125. 500.000,- Tagihan pajak tersebut dilunasi oleh wajib pajak
pada tanggal 10 Januari 2020. Atas transaksi tersebut, jurnal yang perlu
dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Piutang Pajak Rp. 125.500.000
Pendapatan Pajak Daerah-LO Rp. 125.500.000
(Jurnal saat penetapan/ 31 Desember 2019)
Kas di Kas Daerah Rp. 125.500.000
Piutang Pajak Rp. 125.500.000
(Jurnal saat pelunasan/10 Januari 2020)
Jurnal realisasi anggaran:
Tidak ada jurnal saat penetapan/ 31 Desember 2019
Perubahan SAL Rp. 125.500.000
Pendapatan Pajak Daerah-LRA Rp. 125.500.000
(Jurnal saat pelunasan/10 Januari 2020)
Ilustrasi berikutnya, misalnya pada tanggal 15 Oktober 2019 Dinas
Kebersihan telah menerima kas dari wajib retribusi untuk pembayaran
retribusi sebesar Rp. 20.250.000,- dan Tanda Bukti Pembayaran (TBP) telah
diberikan kepada wajib retribusi. Atas transaksi tersebut, jurnal yang perlu
dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Kas di Bendahara Penerimaan Rp. 20.250.000
Pendapatan Retribusi Daerah-LO Rp. 20.250.000
(Jurnal saat penerimaan/ 15 Oktober 2019)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
192
Jurnal realisasi anggaran:
Perubahan SAL Rp. 20.250.000
Pendapatan Retribusi Daerah-LRA Rp. 20.250.000
(Jurnal saat penerimaan/ 15 Oktober 2019)
15.1.4 Penyajian dan Pengungkapan Pendapatan
Pendapatan Perpajakan-LRA disajikan pada Laporan Realisasi
Anggaran dan Laporan Arus Kas per jenis pajak dalam mata uang rupiah.
Pendapatan Pajak Daerah-LRA disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran
dengan membandingkan antara anggaran dan realisasi Pendapatan Pajak
Daerah-LRA tahun berkenaan serta realisasi Pendapatan Pajak Daerah-LRA
tahun sebelumnya. Pendapatan Perpajakan-LO disajikan pada Laporan
Operasional per jenis pajak dalam mata uang rupiah. Pendapatan Pajak
Daerah-LO disajikan dalam Laporan Operasional dengan membandingkan
realisasi Pendapatan Pajak Daerah-LO tahun berkenaan dengan realisasi
tahun sebelumnya.
Pendapatan Perpajakan-LRA yang dilaporkan pada Laporan
Realisasi Anggaran diungkapkan secara memadai dalam Catatan Atas
Laporan Keuangan. Informasi tersebut antara lain: 1) Kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam pengakuan dan pengukuran Pendapatan
Perpajakan-LRA, 2) Informasi tentang kebijakan keuangan, ekonomi makro,
pencapaian target APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi
dalam pencapaian target, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut
angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan, dan 3) Rincian
Anggaran dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah-LRA per jenis pajak.
Hal-hal yang perlu diungkapkan dan dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan mengenai Pendapatan Pajak Daerah-LO antara lain adalah
sebagai berikut: 1) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengakuan,
pengukuran Pendapatan Pajak Daerah-LO, dan 2) Rincian Pendapatan
Pajak Daerah-LO per jenis pajak.
Pendapatan Nonperpajakan-LRA disajikan pada Laporan Realisasi
Anggaran dan dikelompokkan per jenis pendapatan. Apabila terdapat
penerimaan kas atas Pendapatan Nonperpajakan-LRA dalam mata uang
asing, maka penerimaan tersebut dijabarkan dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal
transaksi. Pendapatan Nonperpajakan-LRA yang dilaporkan pada Laporan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
193
Realisasi Anggaran diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan. Informasi tersebut antara lain: 1) Kebijakan akuntansi
yang digunakan dalam pengakuan dan pengukuran Pendapatan
Nonperpajakan-LRA, 2) Perubahan peraturan perundangan terkait
pendapatan nonperpajakan. Pendapatan Nonperpajakan-LO yang
dilaporkan pada Laporan Operasional diungkapkan secara cukup dalam
Catatan atas Laporan Keuangan. Informasi tersebut antara lain: 1)
Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengakuan dan pengukuran
Pendapatan Nonperpajakan-LO, 2) Informasi tentang kebijakan pendapatan
nonperpajakan, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka
yang dianggap perlu untuk dijelaskan.
Berikut adalah contoh penyajian Pendapatan pada Laporan
Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Maju
Sejahtera periode yang berakhir 31 Desember 2019 dan contoh penyajian
Pendapatan pada Laporan Operasional Pemerintah Kabupaten Maju
Sejahtera periode yang berakhir 31 Desember 2019.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
194
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN Anggaran
2019 Realissi
2019 (%) Realissi
2018
1. PENDAPATAN 2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
3. Pendapatan Pajak Daerah 6.000.000.000 5.400.000.000 90,00 5.250.000.000
4. Pendapattan Retribusi Daerah 5.000.000.000 4.750.000.000 95,00 4.500.000.000
…………
7. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) 11.000.000.000 10.150.000.000 92,27 9.750.000.000
9. PENDAPATAN TRANSFER
10. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA ERIMBANGAN
11. Dana Bagi Hasil Pajak 75.000.000.000 74.500.000.000 99,33 65.500.000.000
…………
15. Jumlah Pendapatan Transfer– Dana Perimbangan (11 s/d 14)
75.000.000.000 74.500.000.000 99,33 65.500.000.000
17. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT – LAINNYA
…………
22. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
…………
26. Total Pendapatan Transfer (15+20+25)
75.000.000.000 74.500.000.000 99,33 65.500.000.000
28. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29. Pendapatan Hibah 1.500.000.000 1.200.000.000 80,00 1.300.000.000
…………
32. Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah (29 s/d 31)
1.500.000.000 1.200.000.000 80,00 1.300.000.000
33. JUMLAH PENDAPATAN (7+26+32)
87.500.000.000 85.850.000.000 98,11 76.550.000.000
…………
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
195
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN OPERASIONAL
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2019 2018 Kenaikan/
Penurunan
(%)
KEGIATAN OPERASIONAL
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
3. Pendapatan Pajak Daerah 5.400.000.000 5.250.000.000 150.000.000 2,86
4. Pendapattan Retribusi Daerah 4.750.000.000 4.500.000.000 250.000.000 5,56
…………
7. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3
s/d 6) 10.150.000.000 9.750.000.000 400.000.000 4,10
9. PENDAPATAN TRANSFER
10. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT -
DANA ERIMBANGAN
11. Dana Bagi Hasil Pajak 74.500.000.000 65.500.000.000 9.000.000.000 13,74
…………
15. Jumlah Pendapatan Transfer– Dana
Perimbangan (11 s/d 14) 74.500.000.000 65.500.000.000 9.000.000.000 13,74
17. TRANSFER PEMERINTAH PUSAT –
LAINNYA
…………
22. TRANSFER PEMERINTAH PROVINSI
…………
26. Total Pendapatan Transfer
(15+20+25) 74.500.000.000 65.500.000.000 9.000.000.000 13,74
28. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
29. Pendapatan Hibah 1.200.000.000 1.300.000.000 100.000.000 7,69
…………
32. Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang
Sah (29 s/d 31) 1.200.000.000 1.300.000.000 100.000.000 7,69
33. JUMLAH PENDAPATAN
(7+26+32) 85.850.000.000 76.550.000.000 9.300.000.000 12,15
…………
15.2. Akuntansi Belanja
15.2.1 Definisi Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
196
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali
oleh pemerintah (PP Nomor 71 Tahun 2010).
15.2.2 Klasifikasi Belanja
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, belanja diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, dan ekonomi.
Pengklasifikasian belanja tersebut dimaksudkan untuk kepentingan
penganggaran dan pelaporan. Oleh karena itu, klasifikasi yang dapat
memenuhi fungsi anggaran dan pelaporan harus diformulasikan sebagai
berikut:
1. Klasifikasi menurut fungsi, digunakan untuk analisis historis dan
formulasi kebijakan.
2. Klasifikasi organisasi, untuk keperluan akuntabilitas.
3. Klasifikasi menurut dana, untuk keperluan sumber pembiayaan.
4. Klasifikasi menurut ekonomi, untuk tujuan statistik dan obyek (jenis
belanja), ketaatan (compliance), pengendalian (control), dan analisis
ekonomi.
5. Klasifikasi menurut program dan kegiatan, untuk informasi dan
pengendalian pencapaian tujuan.
Dari berbagai klasifikasi tersebut di atas, untuk tujuan manajemen
anggaran, klasifikasi menurut jenis belanja sangat penting untuk digunakan
dalam pengendalian anggaran (budgetary control) dan monitoring.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang
kemudian dijabarkan dalam Permendagri 13 Tahun 2006, Belanja Daerah
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) diklasifikasikan
berdasarkan jenis belanja sebagai belanja tidak langsung dan belanja
langsung. Kelompok belanja tidak langsung merupakan belanja yang
dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan. Kelompok belanja langsung merupakan belanja yang
dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan
kegiatan. Selanjutnya, kelompok belanja tidak langsung dibagi menurut
jenis belanja yang terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi basil, bantuan
keuangan, dan belanja tidak terduga. Kelompok belanja langsung dari
suatu kegiatan dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
197
Khusus untuk keperluan pengendalian manajemen, klasifikasi yang
mudah untuk dilakukan pengendalian sejak perencanaan penganggaran,
pelaksanaan, dan pertanggungjawabannya adalah klasifikasi menurut
ekonomi atau jenis belanja. Dalam menyusun LRA, sebagaimana diatur
dalam PSAP Nomor 02, klasifikasi yang dicantumkan pada lembar muka
laporan keuangan adalah menurut jenis belanja. Klasifikasi belanja menurut
jenis belanja terdiri dari:
1. Belanja Operasi yakni pengeluaran anggaran untuk kegiatan sehari-hari
pemerintah daerah yang memberi manfaat jangka pendek. Belanja
operasi antara lain meliputi:
a. Belanja Pegawai yakni belanja kompensasi, baik dalam bentuk uang
maupun barang yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang diberikan kepada pejabat negara, Pegawai Negeri
Sipil (PNS), dan pegawai yang dipekerjakan oleh pemerintah yang
belum berstatus PNS sebagai imbalan atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan kecuali pekerjaan yang berkaitan dengan
pembentukan modal. Contoh Belanja Pegawai adalah gaji dan
tunjangan, honorarium, lembur, kontribusi sosial dan lain-lain yang
berhubungan dengan pegawai.
b. Belanja Barang yakni pengeluaran untuk menampung pembelian
barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan
jasa yang dipasarkan maupun tidak dipasarkan, dan pengadaan
barang yang dimaksudkan untuk diserahkan atau dijual kepada
masyarakat dan belanja perjalanan. Belanja Barang dapat
dibedakan menjadi Belanja Barang dan Jasa, Belanja Pemeliharaan,
dan Belanja Perjalanan Dinas.
c. Belanja Bunga adalah pengeluaran pemerintah untuk pembayaran
bunga (interest) atas kewajiban penggunaan pokok utang (principal
outstanding) yang dihitung berdasarkan posisi pinjaman jangka
pendek atau jangka panjang.
d. Belanja Subsidi yakni pengeluaran pemerintah yang diberikan
kepada perusahaan/ lembaga tertentu yang bertujuan untuk
membantu biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang
dihasilkan dapat dijangkau oleh masyarakat.
e. Hibah adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk uang/barang
atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah lainnya, perusahaan
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
198
daerah, masyarakat, dan organisasi kemasyarakatan, yang secara
spesifik telah ditetapkan peruntukannya, bersifat tidak wajib dan
tidak mengikat, serta tidak secara terus menerus.
f. Bantuan Sosial yakni transfer uang atau barang yang diberikan
kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya
risiko sosial. Bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada
anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk
didalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang
pendidikan dan keagamaan.
2. Belanja Modal yakni pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode
akuntansi. Belanja Modal meliputi antara lain Belanja Tanah, Belanja
Peralatan dan Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja Jalan,
Irigasi dan Jaringan, Belanja Aset Tetap Lainnya, dan Belanja Aset
Lainnya.
3. Belanja Lain-lain/Tidak Terduga yakni pengeluaran anggaran untuk
kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang seperti
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak
terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintah daerah.
15.2.3 Pengakuan dan Pengukuran Belanja
Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran
pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
Dalam hal badan layanan umum, belanja diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai badan layanan umum.
Koreksi atas pengeluaran belanja (penerimaan kembali belanja) yang terjadi
pada periode pengeluaran belanja dibukukan sebagai pengurang belanja
pada periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi
atas pengeluaran belanja dicatat sebagai Lain-Lain PAD yang sah. Dengan
memperhatikan pengakuan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Belanja
merupakan salah satu akun dalam LRA dan Belanja selalu diakui dengan
basis kas (cash basis).
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
199
Suatu pengeluaran belanja akan diperlakukan sebagai belanja
modal jika memenuhi seluruh kriteria: 1) Manfaat ekonomi barang yang
dibeli lebih dari 12 (dua belas) bulan, 2) Perolehan barang tersebut untuk
operasional dan pelayanan, serta tidak untuk dijual, dan 3) Nilai rupiah
pembelian barang material atau pengeluaran untuk pembelian barang
tersebut melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap (capitalization
threshold) yang telah ditetapkan. Suatu pengeluaran belanja pemeliharaan
akan diperlakukan sebagai belanja modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap)
jika memenuhi kriteria: 1) Manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang
dipelihara bertambah ekonomis/efisien, dan/atau bertambah umur
ekonomis, dan/atau bertambah volume, dan/atau bertambah kapasitas
produksi, dan 2) Nilai rupiah pengeluaran belanja atas pemeliharaan
barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi
aset tetap yang telah ditetapkan.
Sebagai ilustrasi, misalnya pada tanggal 1 Juli 2019 Dinas
Kebersihan membeli 2 unit kendaraan operasional dengan harga Rp.
350.000.000/unit. Kebijakan batasan minimal kapitalisasi aset tetap
ditetapkan sebesar Rp. 300.000 per unit untuk Peralatan dan Mesin. Atas
transaksi tersebut, jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Aset Tetap-Peralatan dan Mesih Rp. 700.000.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 700.000.000
(Jurnal saat belanja/ 1 Juli 2019)
Jurnal realisasi anggaran:
Belanja Modal- Peralatan dan Mesih Rp. 700.000.000
Perubahan SAL Rp. 700.000.000
(Jurnal saat belanja/ 1 Juli 2019)
15.2.4 Penyajian dan Pengungkapan Belanja
Penyajian dan pengungkapan klasifikasi belanja pada laporan
keuangan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Disajikan sebagai pengeluaran belanja pada Laporan Realisasi
Anggaran.
2. Disajikan sebagai kelompok Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi dan
Aktivitas Investasi Aset Non Keuangan pada Laporan Arus Kas.
3. Diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
200
Penyajian Belanja pada Laporan Realisasi Anggaran Berdasarkan
PSAP Nomor 02, belanja yang disajikan pada LRA pada lembar muka laporan
keuangan adalah klasifikasi menurut jenis belanja, yang dikelompokkan
menurut Belanja Operasi, Belanja Modal, dan Belanja Lain-lain/Tak Terduga.
Sedangkan klasifikasi menurut fungsi, menurut organisasi, dan klasifikasi
lainnya yang dibutuhkan sesuai kepentingan manajerial disajikan sebagai
lampiran dan diungkapkan dalam CaLK. Penyajian belanja pada kelompok
Arus Kas Keluar dari Aktivitas Operasi dan Aktivitas Investasi Aset Non
Keuangan pada Laporan Arus Kas adalah berdasarkan PSAP Nomor 03
tentang Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan
transaksi non anggaran. Pengeluaran kas untuk aktivitas operasi
berhubungan dengan Belanja Operasi, sedangkan pengeluaran kas untuk
investasi aset non keuangan berhubungan dengan Belanja Modal.
Informasi tambahan tentang belanja yang tidak disajikan pada
lembar muka laporan keuangan yang perlu diungkapkan dalam CALK
antara lain: 1) Rincian belanja menurut organisasi, yang disusun dan
disesuaikan dengan susunan organisasi pada masing-masing entitas
pelaporan, 2) Rincian belanja menurut fungsi dan klasifikasi belanja
menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan keselarasan dan keterpaduan
pengelolaan keuangan negara, dapat dalam bentuk Laporan Kinerja
sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, 3) Rincian
belanja menurut program dan kegiatan yang disesuaikan dengan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah (Permendagri Nomor 13
Tahun 2006), 4) Rincian belanja menurut urusan pemerintahan, yang terdiri
dari belanja urusan wajib dan belanja urusan pilihan (Permendagri Nomor
13 Tahun 2006), dan 5) Rincian belanja menurut belanja langsung dan
belanja tidak langsung (Permendagri Nomor 13 Tahun 2006).
Berikut adalah contoh penyajian Belanja pada Laporan Realisasi
Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera
periode yang berakhir 31 Desember 2019.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
201
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2019 dan 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN Anggaran
2019
Realissi
2019 (%)
Realissi
2018
1. PENDAPATAN
…………
35. BELANJA
36. BELANJA OPERASIONAL
37. Belanja Pegawai 6.000.000.000 5.700.000.000 95,00 5.000.000.000
38. Belanja Barang 3.000.000.000 2.700.000.000 90,00 2.250.000.000
…………
43. Jumlah Belanja Operasional
(37 s/d 42) 9.000.000.000 8.400.000.000 93,33 7.250.000.000
45. BELANJA MODAL
46. Belanja Tanah 5.000.000.000 4.500.000.000 90,00 4.000.000.000
47. Belanja Peralatan dan Mesin 1.500.000.000 1.500.000.000 100,00 1.250.000.000
…………
52. Jumlah Belanja Modal (46 s/d
51) 6.500.000.000 6.000.000.000 92,31 5.250.000.000
54. BELANJA TAK TERDUGA
55. Belanja Tak Terduga 1.000.000.000 850.000.000 85,00 1.100.000.000
56. Jumlah Belanja Tak Terduga
(55 s/d 55) 1.000.000.000 850.000.000 85,00 1.000.000.000
57. JUMLAH BELANJA (43+52
+56) 16.500.000.000 15.250.000.000 92,42 13.500.000.000
…………
15.3 Akuntansi Beban
15.3.1 Definisi Beban
Beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam
periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban (PP Nomor 71
Tahun 2010). Sejalan dengan pernyataan tersebut, IPSAS 1 Tahun 2016
mendefenisikan beban sebagai penurunan manfaat ekonomi atau layanan
yang potensial yang terjadi selama periode pelaporan dalam bentuk arus
keluar atau konsumsi aset atau terjadinya kewajiban yang menyebabkan
turunnya nilai bersih aset atau ekuitas, selain yang berhubungan dengan
kepemilikan pemilik.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
202
15.3.2 Klasifikasi Beban
Berdasarkan PP Nomor 71 Tahun 2020, Beban diklasifikan menurut
klasifikasi ekonomi. Klasifikasi ekonomi pada perinsipnya melakukan
pengelompokkan berdasarkan jenis beban. Klasifikasi ekonomi untuk
pemerintah daerah terdiri dari Beban Pegawai, Beban Persediaan, Beban
Jasa, Beban Pemeliharaan, Beban Perjalanan Dinas, Beban Bunga, Beban
Subsidi, Beban Hibah, Beban Bantuan Sosial, Beban Penyusutan, Beban
Transfer, Beban Lain-lain, dan Beban Luar Biasa.
Beban Persediaan adalah beban atas pemakaian aset lancar dalam
bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung
kegiatan operasional pemerintah, atau atas barang yang dimaksudkan
untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat. Beban Subsidi adalah beban pemerintah yang diberikan
kepada perusahaan/lembaga tertentu yang bertujuan untuk membantu
biaya produksi agar harga jual produk/jasa yang dihasilkan dapat dijangkau
oleh masyarakat. Beban Hibah adalah beban pemerintah dalam bentuk
uang/barang atau jasa kepada pemerintah lainnya, perusahaan
negara/daerah, masyarakat dan organisasi kemasyarakatan, bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat. Beban Penyusutan adalah alokasi yang
sistematis atas nilai suatu aset tetap yang dapat disusutkan (depreciable
assets) selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Beban Transfer
adalah beban berupa pengeluaran uang atau kewajiban untuk
mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada suatu entitas pelaporan
lain yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan. Beban Luar
Biasa adalah beban yang terjadi karena kejadian atau transaksi yang bukan
merupakan operasi biasa tidak diharapkan sering atau rutin terjadi, dan
berada di luar kendali atau pengaruh entitas yang bersangkutan.
15.3.3 Pengakuan dan Pengukuran Beban
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau
peristiwa untuk diakui yaitu terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi
yang berkaitan dengan kejadian atau peristiwa tersebut akan mengalir
keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang besangkutan dan
kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat
diukur atau dapat diestimasi dengan andal. Dalam menentukan apakah
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
203
suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria pengakuan, juga perlu
mempertimbangkan aspek materialitas.
Beban diakui pada saat: 1) Timbulnya kewajiban, 2) Terjadinya
konsumsi aset, dan 3) Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa. Saat timbulnya kewajiban adalah saat terjadinya peralihan hak dari
pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti keluarnya kas dari kas umum daerah.
Contohnya adalah tagihan rekening telepon dan rekening listrik yang belum
dibayar pemerintah. Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset
adalah saat pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas dalam kegiatan
operasional pemerintah. Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa terjadi pada saat penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu. Contoh penurunan
manfaat ekonomi atau potensi jasa adalah penyusutan atau amortisasi.
Dalam hal Badan Layanan Umum, beban diakui dengan mengacu pada
peraturan perundangan yang mengatur mengenai Badan layanan umum
(BLU). Koreksi atas beban, termasuk penerimaan kembali beban, yang
terjadi pada periode beban dibukukan sebagai pengurang beban pada
periode yang sama. Apabila diterima pada periode berikutnya, koreksi atas
beban dibukukan dalam pendapatan lain-lain. Dalam hal mengakibatkan
penambahan beban dilakukan dengan pembetulan pada akun ekuitas.
Dengan demikian, Beban merupakan akun LO yang bersifat acrrual basis.
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang
akibat peristiwa atau kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya.
Namun ada kalanya didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila
pengukuran berdasarkan biaya dan estimasi yang layak tidak mungkin
dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup diungkapkan pada
Catatan atas Laporan Keuangan. Metode pengakuan beban terdiri dari
Pendekatan Beban, dimana setiap pembelian barang dan jasa akan
diakui/dicatat sebagai beban jika pembelian barang dan jasa itu
dimaksudkan untuk digunakan atau dikonsumsi sesegera mungkin, dan
Pendekatan Aset, dimana setiap pembelian barang dan jasa akan
diakui/dicatat sebagai persediaan jika pembelian barang dan jasa itu
dimaksudkan untuk digunakan dalam satu periode anggaran atau untuk
yang sifatnya berjaga-jaga.
Pengukuran beban menggunakan pengaturan sebagai berikut:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
204
1. Pengukuran beban menggunakan mata uang rupiah.
2. Transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan dalam mata uang
rupiah. Dalam hal tersedia dana dalam mata uang asing yang sama
dengan yang digunakan dalam transasksi, maka transaksi dalam mata
uang asing tersebut dicatat dengan menjabarkannya ke dalam mata
uang rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Sentral pada tanggal
transaksi. Dalam hal tidak tersedia dana dalam mata uang asing yang
digunakan dalam transaksi dan mata uang tersebut dibeli dengan
rupiah, maka transaksi dalam mata uang asing tersebut dicatat dalam
rupiah berdasarkan kurs transaksi, yaitu sebesar rupiah yang digunakan
untuk memperoleh valuta asing tersebut.
3. Beban diukur dan dicatat sebesar beban yang terjadi selama periode
pelaporan.
4. Pengukuran beban dalam bentuk barang/jasa harus dilaporkan dalam
Laporan Operasional dengan cara menaksir nilai wajar barang/jasa
tersebut pada saat terjadi transaksi. Transaksi beban dalam bentuk
barang/jasa antara lain hibah dalam bentuk barang, barang rampasan,
dan jasa konsultansi.
5. Beban persediaan dicatat sebesar pemakaian persediaan (use of
goods). Perhitungan beban persediaan dilakukan guna penyajian
Laporan Operasional.
6. Dalam hal persediaan dicatat secara perpetual, maka pengukuran
pemakaian persediaan dihitung berdasarkan catatan jumlah unit yang
dipakai dikalikan biaya per unit sesuai metode penilian yang digunakan.
7. Dalam hal persediaan dicatat secara periodik, maka pengukuran
pemakaian persediaan dihitung berdasarkan inventarisasi fisik, yaitu
dengan cara saldo awal persediaan ditambah pembelian atau perolehan
persediaan dikurangi dengan saldo akhir persediaan dikalikan nilai per
unit sesuai dengan metode penilaian yang digunakan.
8. Penyusutan/amortisasi dapat dilakukan dengan berbagai metode yang
dapat dikelompokkan menjadi: 1) Metode garis lurus (Straight line
method), 2) Metode saldo menurun ganda (Double declining balance
method), dan Metode unit produksi (Unit of Production method).
9. Metode penyusutan yang digunakan harus menggambarkan manfaat
ekonomi atau kemungkinan jasa (service potential) yang akan mengalir
ke pemerintah.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
205
Sebagai ilustrasi, misalnya pada tanggal 31 Desember 2019 Dinas
Kebersihan telah menerima tagihan dari rekanan/pihak ketiga atas
pekerjaan pemeliharaan gedung pemerintah yang telah mereka selesaikan
sebesar Rp. 35.500.000. Pekerjaan pemeliharaan telah diselesaikan sesuai
kontrak namun Dinas Kebersihan baru dapat membayar pada 10 Januari
2020. Atas transaksi tersebut, jurnal yang perlu dibuat adalah sebagai
berikut:
Jurnal finansial:
Beban Pemeliharaan-Gedung Rp. 35.500.000
Utang Perhitungan Pihak Ketiga Rp. 35.500.000
(Jurnal saat terima tagihan/ 31 Desember 2019)
Utang Perhitungan Pihak Ketiga Rp. 35.500.000
Kas di Bendahara Pengeluaran Rp. 35.500.000
(Jurnal saat penyelesian/ 10 Januari 2020)
Jurnal realisasi anggaran:
Tidak ada jurnal saat terima tagihan/ 31 Desember 2019
Belanja Barang/Jasa Rp. 35.500.000
Perubahan SAL Rp. 35.500.000
(Jurnal saat penyelesian/ 10 Januari 2020)
Ilustrasi berikutnya, misalnya Setelah dilakukan perhitungan,
diperoleh informasi bahwa beban penyusutan untuk tahun 2019 untuk aset
tetap gedung dan bangunan Dinas Kebersihan adalah sebesar Rp.
45.750.000. Atas transaksi tersebut, jurnal yang perlu dibuat adalah
sebagai berikut:
Jurnal finansial:
Beban Penyusutan-Gedung Rp. 45.750.000
Akumulasi Penyusutan-Gedung Rp. 45.750.000
(Jurnal saat penyesuaian/ 31 Desember 2019)
Jurnal realisasi anggaran:
Tidak ada jurnal saat penyesuaian/ 31 Desember 2019
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
206
15.3.4 Penyajian dan Pengungkapan Beban
Beban disajikan dalam Laporan Operasional yang penyajiannya
disansingkan dengan periode sebelumnya. Beban dinilai sebesar akumulasi
beban yang terjadi selama satu periode pelaporan dan disajikan dalam
Laporan Operasional sesuai dengan klasifikasi ekonomi. Informasi terkait
Beban yang disajikan dalam bagian muka Laporan Operasional maupun yang
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) meliputi:
1. Entitas pelaporan yang mengelompokkan Beban menurut klasifikasi
fungsi mengungkapkan pula tambahan informasi Beban menurut
klasifikasi ekonomi antara lain meliputi Beban penyusutan/amortisasi,
Beban gaji dan tunjangan pegawai, dan Beban bunga pinjaman.
2. Terkait dengan Beban penyusutan, informasi yang harus diungkapkan
meliputi nilai penyusutan, metode penyusutan yang digunakan, masa
manfaat atau tarif yang digunakan, dan nilai tercatat bruto dan
akumulasi penyusutan pada awal dan akhir periode.
Berikut adalah contoh penyajian Belanja pada Laporan Operasional
Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera periode yang berakhir 31 Desember
2019.
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA LAPORAN OPERASIONAL
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 2019 dan 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2019 2018 Kenaikan/
Penurunan
(%)
KEGIATAN OPERASIONAL
1. PENDAPATAN
…………
35. BEBAN
36. Beban Pegawai 6.750.000.000 6.250.000.000 500.000.000 8,00
37. Beban Persediaan 1.750.000.000 1.400.000.000 350.000.000 25,00
38. Beban Jasa 1.450.000.000 1.200.000.000 250.000.000 20,83
39. Beban Pemeliharaan 1.250.000.000 1.150.000.000 100.000.000 8,69
…………
48. Jumlah Beban (36 s/d 47) 11.200.000.000 10.000.000.000 400.000.000 4,00
61. POS LUAR BIASA
62. …………
63. Beban Luar Biasa 200.000.000 175.000.000 25.000.000 14,29
…………
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
207
BAB XVI
16.1 Ilustrasi Neraca Awal, Ringkasan DPA, Transaksi, dan Informasi Penyesuaian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah baik Provinsi
maupun Kabupaten/Kota semenjak tahun 2015 wajib menyelenggarakan
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang terdiri yang terdiri atas Sistem
Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Sistem Akuntansi
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Sistem Akuntansi SKPD
dilaksanakan oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di
lingkungan Pemerintah Daerah seperti Dinas, Badan, dan Kantor.
Sedangkan Sistem Akuntansi PPKD dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang biasanya dikenal dengan nama
Dinas/Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.
Sistem Akuntansi yang diselenggarakan oleh Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) terdiri dari:
a. Sistem Akuntansi SKPD (SKPKD dalam kapasitas selaku SKPD),
menghasilkan Laporan Keuangan SKPD berupa LRA, LO, LPE, Neraca,
serta CALK selaku SKPD pada umumnya.
b. Sistem Akuntansi PPKD yang terdiri dari:
1) Sistem Akuntansi PPKD sebagai BUD, menghasilkan Laporan Keuangan
PPKD berupa LRA, LO, LPE, Neraca, serta CALK selaku PPKD.
2) Sistem Akuntansi Konsolidator Pemerintah Daerah menghasilkan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (laporan keuangan gabungan)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
208
secara lengkap berupa LRA, Laporan Perubahan SAL, LO, LPE, Neraca,
LAK, dan CCLK.
Pada ilustrasi ini, Sistem Akuntansi SKPD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD XYZ. Sistem
Akuntansi PPKD dilaksanakan oleh Dinas Pengelola Keuangan dan Aset
Daerah (DPKAD) yang juga bertugas melakukan konsolidasi laporan
keuangan seluruh SKPD dalam rangka menyusun laporan keuangan
Pemerintah Daerah Kabupaten Maju Sejahtera sebagai entitas pelaporan.
Neraca SKPD XYZ dan Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
(selaku PPKD dan BUD) Per 31 Desember 2017 adalah sebagai berikut:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
209
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA SKPD XYZ NERACA
PER 31 DESEMBER 2017 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
1. ASET 2. ASET LANCAR 3. Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000 4. Kas di Bendahara Penerimaan - 5. Piutang Retribusi-Pelayanan Pasar 1.500.000 6. Persediaan-Alat Tulis Kantor 3.250.000
7. Jumlah Aset Lancar (3 s/d 6) 14.250.000 8. 9. ASET TETAP 10. Tanah 250.500.000 11. Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor 135.250.000 12. Gedung dan Bangunan 420.750.000 13. Jalan, Irigasi, dan Jaringan - 14. Konstruksi dalam Pengerjaan 150.000.000 15. Akumulasi Penyusutan (47.000.000) 16. Jumlah Aset Tetap (10 s/d 15) 909.500.000
17. 18. ASET LAINNYA 19. Tagihan Penjualan Angsuran - 20. Aset Lain-Lain - 21. Jumlah Aset Lainnya (19 s/d 20) -
22. JUMLAH ASET (7 + 16 + 21) 923.750.000 23. 24. KEWAJIBAN 25. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 26. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - 27. Utang Jangka Pendek Lainnya - 28. Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (26 + 27) - 29. 30. JUMLAH KEWAJIBAN (28) - 31. 32. EKUITAS 33. Ekuitas 923.750.000 34. Ekuitas Untuk Dikonsolidasikan – R/K PPKD -
35. JUMLAH EKUITAS (33 + 34) 923.750.000 36.
37. JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (30 + 35) 923.750.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
210
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA PPKD
NERACA PER 31 DESEMBER 2017
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN JUMLAH
1. ASET 2. ASET LANCAR 3. Kas di Kas Daerah 368.700.000 4. Kas di Bendahara Pengeluaran - 5. Kas di Bendahara Penerimaan - 6. Piutang Retribusi -
7. Jumlah Aset Lancar (3 s/d 6) 368.700.000 8. 9. ASET UNTUK DIKONSOLIDASIKAN
10. R/K SKPD XYZ - 11. 12. INVESTASI JANGKA PANJANG 13. Investasi Permanen 14. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 50.000.000
15. Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s/d 14) 50.000.000 16. 17. ASET TETAP 18. Tanah - 19. Peralatan dan Mesin - 20. Gedung dan Bangunan - 21. Jalan, Irigasi, dan Jaringan - 22. Konstruksi dalam Pengerjaan - 23. Akumulasi Penyusutan - 24. Jumlah Aset Tetap (18 s/d 23) -
25. 26. ASET LAINNYA 27. Tagihan Penjualan Angsuran - 28. Aset Lain-Lain -
29. Jumlah Aset Lainnya (27 s/d 28) -
30. JUMLAH ASET (7+15+24+29) 418.700.000 31. 32. KEWAJIBAN 33. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 34. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - 35. Utang Bunga 3.750.000 36. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 25.000.000 37. Pendapatan Diterima Dimuka -
38. Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (34 s/d 37) 28.750.000
39. 40. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 41. Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat 225.000.000 42. Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (41) 225.000.000
43. JUMLAH KEWAJIBAN (38 + 42) 253.750.000 44. 45. EKUITAS 46. Ekuitas 164.950.000
47. JUMLAH EKUITAS (46) 164.950.000
48. JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (43 + 47) 418.700.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
211
Ringkasan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD XYZ dan Dinas
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (selaku PPKD dan BUD) Tahun Anggaran 2018
adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA SKPD XYZ
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN Tahun Anggaran 2018
(Dalam Rupiah)
URAIAN JUMLAH
I. PENDAPATAN
4.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Hotel 45.000.000
4.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Restoran 75.000.000
4.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Daerah-Retribusi Pelayanan Pasar 120.000.000
4.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi-Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 110.000.000
JUMLAH PENDAPATAN 350.000.000
II. BELANJA
5.1.1.01.01 Belanja Pegawai-Belanja Gaji dan Tunjangan 280.000.000
5.1.2.01.01 Belanja Barang-Belanja Alat Tulis Kantor 12.750.000
5.1.2.06.01 Belanja Barang dan Jasa-Belanja Cetak 5.250.000
5.1.2.25.01 Belanja Honorariun Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
5.3.2.04.01 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor
15.000.000
5.2.2.16.04 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000
JUMLAH BELANJA 349.000.000
III. SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN TAHUN BERJALAN (I - II) 1.000.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
212
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA PPKD
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN Tahun Anggaran 2018
(Dalam Rupiah)
URAIAN JUMLAH
I. PENDAPATAN
4.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum (DAU) 350.000.000
JUMLAH PENDAPATAN 350.000.000
II. BELANJA
5.1.3.01.01 Belanja Bunga 3.750.000
5.1.6.02.01 Belanja Bantuan Sosial 22.500.000
JUMLAH BELANJA 26.250.000
III. TRANSFER -
IV. JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (II + III) 26.250.000
V. SURPLUS/DEFISIT (I - IV) 323.750.000
VI. PEMBIAYAAN
1. Penerimaan Pembiayaan
7.1.4.04.01 Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000
Jumlah Penerimaan (1) 15.000.000
2. Pengeluaran Pembiayaan
7.2.1.01.01 Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000
7.2.2.01.02 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 12.000.000
7.2.3.04.01 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat
25.000.000
Jumlah Pengeluaran (2) 149.500.000
PEMBIAYAAN NETO (1 - 2) (134.500.000)
SELISIH LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERJALAN (V - VI) 189.250.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
213
Untuk memudahkan ilustrasi, transaksi yang terjadi di SKPD XYZ dan
Dinas Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD), serta transaksi
timbal balik selama Tahun Anggaran 2018 diringkaskan sebagai berikut:
1. Tanggal 5 Februari 2018, Fungsi akuntansi PPK-SKPD XYZ menerima
SP2D-UP Rp. 15.000.000 dari BUD untuk pengisian kas. SP2D-UP ini
langsung dicairkan di bank pada hari itu juga.
2. Tanggal 1 Maret 2018, Fungsi akuntansi PPK-SKPD XYZ menerima SP2D-
LS dengan total belanja gaji dan tunjangan pegawai sebesar Rp.
135.000.000 dan potongan PFK sebesar Rp. 15.000.000 dari BUD. SP2D-
LS ini dicairkan pada hari itu dan juga langsung dibayarkan kepada para
pegawai. PFK dipotong dan langsung disetorkan oleh BUD.
3. Tanggal 2 April 2018, DPKAD atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten
Maju Sejahtera menerima pinjaman dana berupa utang jangka panjang
sebesar Rp. 15.000.000 dari Pemerintah Daerah Lain.
4. Tanggal 16 April 2018, DPKAD atas nama Pemerintah Daerah
Pemerintah Daerah Kabupaten Maju Sejahtera mengeluarkan kas Rp.
12.000.000 untuk penyertaan modal di Perusahaan Daerah (Perusda)
dalam bentuk saham yang dimaksudkan untuk dimiliki secara
berkelanjutan.
5. Tanggal 1 Mei 2018, Fungsi akuntansi PPK-SKPD XYZ menerima SP2D-
UP Rp. 11.250.000 untuk penyelenggaraan Bimbingan Teknis
Pengelolaan Keuangan SKPD dan langsung dicairkan di Bank.
6. Tanggal 15 Mei 2018, PPK-SKPD XYZ menerima satu unit Kendaraan
Bermotor untuk kepentingan fasilitas operasional kantor disertai
dokumen yang menyatakan bahwa harga Kendaraan Bermotor sebesar
Rp. 15.000.000 langsung dibayarkan kepada Pihak Ketiga oleh
Bendahara Umum Daerah (BUD) dengan menggunakan mekanisme LS-
Belanja Modal.
7. Tanggal 21 Mei 2018, SKPD XYZ membeli Persediaan berupa Alat Tulis
Kantor sebesar Rp. 5.250.000 secara tunai. Pembayaran dengan
menggunakan uang persediaan dan SPJ (dilampiri dengan bukti
kuitansi pembelian) segera disampaikan oleh Bendahara Pengeluaran
kepada fungsi akuntansi PPK-SKPD XYZ. SKPD XYZ mencatat transaksi
persediaan dengan pendekatan beban dan metode periodik.
8. Tanggal 4 Juni 2018, Bendahara Penerimaan SKPD XYZ menerima
uang tunai dari pendapatan retribusi yang terdiri atas Retribusi
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
214
Pelayanan Pasar sebesar Rp. 120.000.000 dan Retribusi Pelayanan
Pemakaian Kekayaan Daerah sebesar Rp. 105.000.000. Tanda Bukti
Pembayaran (TBP) digunakan sebagai dasar PPK SKPD untuk
mengakui pendapatan retribusi. Jumlah kas yang diterima ini termasuk
saldo nilai piutang retribusi pelayanan pasar yang ada di Neraca 2017.
Penerimaan ini disetor ke Kas Daerah pada hari itu juga. STS segera
disampaikan kepada PPK-SKPD XYZ dan DPKAD sebagai bukti
penerimaan kas.
9. Tanggal 11 Juni 2018, Fungsi Akuntansi PPK-SKPD XYZ menerima SPJ
Rp. 11.250.000 dari Bendahara Pengeluaran atas penyelenggaraan
Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan SKPD dengan perincian
Belanja Langsung sebagai berikut:
a. Belanja Pegawai-Honorarium PNS Rp. 6.000.000.
b. Belanja Barang dan Jasa-Cetak dan Penggandaan Rp. 5.250.000.
10. Tanggal 2 Juli 2018, SKPD XYZ menerima hibah aset tetap berupa
Kendaraan Bermotor dari Lembaga Donor Internasional. Harga pasar
Kendaraan Bermotor tersebut sebesar Rp. 18.000.000.
11. Tanggal 16 Juli 2018, Bendahara Penerimaan SKPD XYZ menerima kas
dari pihak ketiga atas Pendapatan Pajak Restoran sebesar Rp.
75.000.000 yang langsung disetorkan ke rekening Kas Daerah. STS
segera disampaikan kepada PPK-SKPD XYZ dan PPK-SKPKD.
12. Tanggal 30 Juli 2018, DPKAD selaku BUD menerima kas dari
pendapatan Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp. 300.000.000.
13. Tanggal 6 Agustus 2018, PPK-SKPD XYZ menerima 5 unit Komputer
untuk fasilitas administrasi kantor disertai dokumen yang menyatakan
bahwa harga Komputer sebesar Rp. 30.000.000 langsung dibayarkan
kepada Pihak Ketiga oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) dengan
menggunakan mekanisme LS-Belanja Modal.
14. Tanggal 3 September 2018, PPK-SKPD XYZ menerima SP2D-LS dengan
total belanja gaji dan tunjangan pegawai sebesar Rp. 142.500.000 dan
potongan PFK sebesar Rp. 22.500.000 dari BUD. SP2D-LS ini langsung
dicairkan dan dibayarkan kepada para pegawai pada hari itu juga. PFK
dipotong dan langsung disetorkan oleh BUD.
15. Tanggal 10 September 2018, Pemerintah Daerah XYZ memutuskan
untuk membentuk dana cadangan sebesar Rp. 112.500.000.
16. Tanggal 1 Oktober 2018, SKPD XYZ melakukan pembelian Persediaan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
215
berupa Alat Tulis Kantor sebesar Rp. 7.500.000 dengan menggunakan
uang persediaan dan SPJ segera disampaikan oleh Bendahara
Pengeluaran kepada PPK-SKPD XYZ.
17. Tanggal 15 Oktober 2018, DPKAD atas nama Pemerintah Daerah
Kabupaten Maju Sejahtera memberikan belanja bantuan sosial sebesar
Rp. 22.500.000 atas bencana alam yang terjadi di Pemerintah Daerah
Kabupaten Maju Sejahtera.
18. Tanggal 5 November 2018, Bendahara Penerimaan SKPD XYZ
menerima kas dari pihak ketiga atas Pendapatan Pajak Hotel sebesar
Rp. 45.000.000 yang langsung disetorkan ke rekening Kas Daerah. STS
segera disampaikan kepada PPK-SKPD XYZ dan PPK-SKPKD.
19. Tanggal 3 Desember 2018, DPKAD yang bertindak atas nama
Pemerintah Daerah Kabupaten Maju Sejahtera mempunyai Utang
Dalam Negeri sebesar Rp. 250.000.000 akan dicicil pokok pinjaman
selama 10 tahun atau sebesar Rp. 25.000.000 per tahun dengan bunga
pertahun sebesar 1,5% dari jumlah utang yang belum dilunasi.
Sehingga nampak di neraca awal DPKAD terdapat rekening Utang
Dalam Negeri sebesar Rp. 225.000.000, rekening Bagian Lancar Utang
Jangka Panjang sebesar Rp. 25.000.000, dan rekening Utang Bunga
sebesar Rp. 3.750.000. Oleh karena itu, telah dilakukan pembayaran
pokok pinjaman utang dalam negeri yang jatuh tempo pada tahun 2018
sebesar Rp. 25.000.000 seperti yang telah dianggarkan dalam rekening
pembiayaan pembayaran pokok pinjaman oleh DPKAD dengan terdapat
belanja bunga sebesar Rp. 3.750.000.
20. Tanggal 25 Desember 2018, PPK-SKPD XYZ melakukan pengembalian
sisa dana UP sebesar Rp. 2.250.000 ke rekening Kas Daerah.
21. Tanggal 31 Desember 2018, Informasi penyesuaian untuk SKPD XYZ
adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan hasil perhitungan fisik, Persediaan Alat Tulis Kantor
SKPD XYZ yang masih tersisa senilai Rp. 1.350.000.
b. Telah diterbitkan Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD) atas
Piutang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebesar Rp. 2.250.000
yang akan diterima SKPD XYZ pada Tahun Anggaran 2019.
c. Nilai Konstruksi dalam pengerjaan yang telah selesai dikerjakan dan
siap digunakan sebagai Bangunan Gedung Kantor sebesar Rp.
60.000.000.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
216
d. Berdasarkan hasil perhitungan sesuai kebijakan akuntansi tentang
Penyusutan Aset Tetap, ditetapkan bahwa Beban Penyusutan Aset
Tetap tahun 2018 untuk Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor
sebesar Rp. 12.500.000 dan untuk Gedung dan Bangunan sebesar
Rp. 10.000.000. Diketahui pula bahwa Akumulasi Penyusutan
sampai dengan tanggal 31 Desember 2017 untuk Peralatan dan
Mesin-Kendaraan Bermotor sebesar Rp. 25.500.000 dan untuk
Gedung dan Bangunan sebesar Rp. 21.500.000.
22. Tanggal 31 Desember 2018, Informasi penyesuaian untuk DPKAD
selaku PPKD yakni terdapat pokok pinjaman sebesar Rp. 25.000.000
yang akan jatuh tempo pada tahun anggaran 2019 dengan bunga
sebesar Rp. 3.375.000 (1,5% x Rp. 225.000.000).
Berdasarkan informasi tersebut di atas maka:
1. Susunlah Laporan Keuangan SKPD XYZ untuk Tahun Anggaran 2018.
2. Susunlah Laporan Keuangan DPKAD selaku PPKD untuk Tahun
Anggaran 2018.
3. Susunlah Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Maju
Sejahtera untuk Tahun Anggaran 2018.
16.2 Akuntansi SKPD XYZ
Untuk dapat menyusun Laporan Keuangan SKPD XYZ maka
langkah-
langkah yang perlu dilakukan adalah:
1. Mencatat transaksi yang terkait dengan SKPD XYZ ke dalam Jurnal
Umum.
2. Melakukan posting ke Buku Besar sesuai Bagan Akun Standar (BAS)
dalam Permendagri Nomor 64 Tahun 2013.
3. Menyusun Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian.
4. Membuat Jurnal Penyesuaian.
5. Menyusun Neraca Saldo Setelah Penyesuaian.
6. Menyusun Laporan Keuangan SKPD XYZ yang meliputi Laporan
Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas,
dan Neraca.
7. Membuat Jurnal Penutup.
8. Membuat Neraca Saldo Setelah Penutupan.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
217
1. Jurnal Umum
Berdasarkan transaksi yang terjadi selama tahun 2018, maka Jurnal
Umum yang harus dibuat oleh SKPD adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
JURNAL UMUM
Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2018
Tanggal Kode
Rekening Uraian Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
5 -2-2018 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 15.000.000
3.1.3.01.01 R/K PPKD 15.000.000
(Menerima SP2D-UP dari Bag. Keu. untuk pengisian kas)
1-3-2018 9.1.1.01.01 Beban Gaji dan Tunjangan-LO 135.000.000
3.1.3.01.01 R/K PPKD 135.000.000
(Menerima SP2D-LS dari PPKD untuk membayar gaji pegawai)
5.1.1.01.01 Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai 135.000.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 135.000.000
(Mencatat realisasi belanja gaji dan tunjangan)
1-5-2018 1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 11.250.000
3.1.3.01.01 R/K PPKD 11.250.000
(Menerima SP2D-UP dari Bag. Keu. untuk Bintek Peng. Keu.)
15-5-2018 1.3.2.04.01 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 15.000.000
3.1.3.01.01 R/K PPKD 15.000.000
(Pengadaan kendaraan dinas bermotor dengan mekanisme LS)
5.2.2.04.01 Belanja Modal Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 15.000.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 15.000.000
(Mencatat realisasi belanja modal)
21-5-2018 1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 5.250.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 5.250.000
(Penerimaan SPJ atas pembelian ATK dengan mekanisme UP)
5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 5.250.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 5.250.000
(Mencatat realisasi belanja ATK)
4-6-2018 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 225.000.000
1.1.3.02.06 Piutang Retribusi Pelayanan Pasar 1.500.000
8.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LO 118.500.000
8.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LO 105.000.000
(Mencatat penerimaan piutang dan pendapatan retribusi)
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 225.000.000
4.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LRA 120.000.000
4.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LRA 105.000.000
(Mencatat realisasi pendapatan retribusi)
3.1.3.01.01 R/K PPKD 225.000.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 225.000.000
(Menyetorkan uang retribusi ke Kasda)
11-6-2018 9.1.2.25.01 Beban Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
9.1.2.06.01 Beban Barang dan Jasa-cetak 5.250.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
218
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 11.250.000
(Penerimaan SPJ kegiatan Bintek Pengelolaan Keuangan)
5.1.2.25.01 Belanja Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
5.1.2.06.01 Belanja Barang dan Jasa-cetak 5.250.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 11.250.000
(Mencatat realisasi belanja kegiatan Bintek Peng. Keuangan)
2-7-2018 1.3.2.04.05 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor Beroda Dua 18.000.000
8.3.1.03.02 Pendapatan Hibah-LO 18.000.000
(Penerimaan hibah Kendararan Bermotor dari Lembaga Donor)
16-7-2018 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 75.000.000
8.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LO 75.000.000
(Mencatat penerimaan kas dari Pendapatan Pajak Restoran)
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 75.000.000
4.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LRA 75.000.000
(Mencatat realisasi Pendapatan Pajak Restoran)
3.1.3.01.01 R/K PPKD 75.000.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 75.000.000
(Menyetorkan uang Pendapatan Pajak Restoran ke Kasda)
6-8-2018 1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000
3.1.3.01.01 R/K PPKD 30.000.000
(Pembeliaan Personal komputer dengan mekanisme LS)
5.2.2.16.04 Belanja Modal - Peralatan Personal Komputer 30.000.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 30.000.000
(Mencatat realisasi belanja modal)
3-9-2018 9.1.1.01.01 Beban Gaji dan Tunjangan-LO 142.500.000
3.1.3.01.01 R/K PPKD 142.500.000
(Menerima SP2D-LS dari PPKD untuk membayar gaji pegawai)
5.1.1.01.01 Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai 142.500.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 142.500.000
(Mencatat realisasi belanja gaji dan tunjangan)
1-10-2018 1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 7.500.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 7.500.000
(Penerimaan SPJ atas pembelian ATK dengan mekanisme UP)
5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 7.500.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 7.500.000
(Mencatat realisasi belanja barang ATK)
5-11-2018 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 45.000.000
8.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LO 45.000.000
(Mencatat penerimaan kas dari Pendapatan Pajak Hotel)
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 45.000.000
4.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LRA 45.000.000
(Mencatat penerimaan kas dari Pendapatan Pajak Hotel)
3.1.3.01.01 R/K PPKD 45.000.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan 45.000.000
(Menyetorkan uang Pendapatan Pajak Hotel ke Kasda)
25-12-2018 3.1.3.01.01 R/K PPKD 2.250.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 2.250.000
(Mengembalikan sisa dana UP ke rekening Kas Daerah)
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
219
2. Buku Besar
Berdasarkan Neraca Awal dan Jurnal Umum atas transaksi selama
tahun 2018, maka Buku Besar yang harus dibuat oleh SKPD XYZ adalah
sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
BUKU BESAR
Nama : Kas di Bendahara Pengeluaran Hal….
Kode Rek : 1.1.1.03.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 9.500.000
5-2-2018 Menerima SP2D UP 15.000.000 24.500.000
1-5-2018 Menerima SP2D UP 11.250.000 35.750.000
21-5-2018 Pembelian Alat Tulis Kantor – UP 5.250.000 30.500.000
11-6-2018 SPJ Bintek Pengelolaan Keuangan 11.250.000 19.250.000
1-10-2018 Pembelian Alat Tulis Kantor – UP 7.500.000 11.750.000
25-12-
2018 Pengembalian sisa dana UP 2.250.000 9.500.000
BUKU BESAR
Nama : Kas di Bendahara Penerimaan Hal….
Kode Rek : 1.1.1.02.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
4-6-2018 Piutang dan Pendapatan Retribusi 225.000.000 225.000.000
4-6-2018 Penyetoran Kas ke Kasda 225.000.000 -
16-7-2018 Pendapatan Pajak Restoran 75.000.000 75.000.000
16-7-2018 Penyetoran Kas ke Kasda 75.000.000 -
5-11-2018 Pendapatan Pajak Restoran 45.000.000 45.000.000
5-11-2018 Penyetoran Kas ke Kasda 45.000.000 -
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
220
BUKU BESAR
Nama : Piutang Retribusi-Pelayanan Pasar Hal….
Kode Rek : 1.1.3.02.06
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 1.500.000
4-6-2018 Pelunasan Piutang 1.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Piutang Retribusi-Pemakaian Kekayaan Daerah Hal….
Kode Rek : 1.1.3.02.15
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
31-12-2018 Penyesuaian Piutang yang belum
diterima 2.250.000 2.250.000
BUKU BESAR
Nama : Persediaan-Alat Tulis Kantor Hal….
Kode Rek : 1.1.7.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 3.250.000
21-5-2018 Pembelian Alat Tulis Kantor – UP 5.250.000 8.500.000
1-10-2018 Pembelian Alat Tulis Kantor – UP 7.500.000 16.000.000
31-12-2018 Penyesuaian Persediaan Akhir 14.650.000 1.350.000
BUKU BESAR
Nama : Tanah
Hal….
Kode Rek : 1.3.1.11.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 250.500.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
221
BUKU BESAR
Nama : Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan Hal….
Kode Rek : 1.3.2.04.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 135.250.000
15-5-2018 Pengadaan Kendaraan Dinas
Bermotor - LS 15.000.000 150.250.000
BUKU BESAR
Nama : Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor Beroda Dua Hal….
Kode Rek : 1.3.2.04.05
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
2-7-2018 Hibah Lembaga Donor 18.000.000 18.000.000
BUKU BESAR
Nama : Peralatan dan Mesin-Personal Komputer Hal….
Kode Rek : 1.3.2.16.02
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
6-8-2018 Pengadaan Personal Komputer – LS 30.000.000 30.000.000
BUKU BESAR
Nama : Gedung dan Bangunan Hal….
Kode Rek : 1.3.3.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 420.750.000
31-12-2018 Penyesuaian KDP Gedung yang telah
selesai 60.000.000 480.750.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
222
BUKU BESAR
Nama : Konstruksi Dalam Pengerjaan Hal….
Kode Rek : 1.3.6.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 150.000.000
31-12-2018 Penyesuaian KDP Gedung yang telah
selesai 60.000.000 90.000.000
BUKU BESAR
Nama : Akumulasi Penyusutan Peralatan dan Mesin-Alat Angk. Darat Bermotor Hal….
Kode Rek : 1.3.7.01.04
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal 25.500.000
31-12-2018 Penyesuaian Penyusutan tahun 2018 12.500.000 38.000.000
BUKU BESAR
Nama : Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan Hal….
Kode Rek : 1.3.7.02.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal 21.500.000
31-12-2018 Penyesuaian Penyusutan tahun 2018 10.000.000 31.500.000
BUKU BESAR
Nama : Ekuitas Hal….
Kode Rek : 1.3.2.04.05
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal 923.750.000
31-12-2018 Penutupan 37.850.000 961.600.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
223
BUKU BESAR
Nama : Perubahan SAL Hal….
Kode Rek : 3.1.2.05.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
1-3-2018 Realisasi Belanja Gaji dan Tunjangan 135.000.000 (135.000.000)
15-5-2018 Realisasi Belanja Modal Kendaraan Dinas 15.000.000 (150.000.000)
21-5-2018 Realisasi Belanja Alat Tulis Kantor 5.250.000 (155.250.000)
4-6-2018 Realisasi Pendapatan Retribusi 225.000.000 69.750.000
11-6-2018 Realisasi Belanja Honorarium dan Cetak 11.250.000 58.500.000
16-7-2018 Realisasi Pendapatan Pajak Restoran 75.000.000 133.500.000
6-8-2018 Realisasi Belanja Personal Komputer 30.000.000 103.500.000
3-9-2018 Realisasi Belanja Gaji dan Tunjangan 142.500.000 (39.000.000)
1-10-2018 Realisasi Belanja Alat Tulis Kantor 7.500.000 (46.500.000)
5-11-2018 Realisasi Pendapatan Pajak Hotel 45.000.000 (1.500.000)
31-12-2018 Penutupan 1.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : R/K PPKD Hal….
Kode Rek : 3.1.3.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
5-2-2018 Penerimaan Kas - SP2D UP 15.000.000 15.000.000
1-3-2018 Pembayaran gaji - SP2D-LS Gaji 135.000.000 150.000.000
1-5-2018 Penerimaan Kas - SP2D UP 11.250.000 161.250.000
15-5-2018 Pembelian Kendaraan Dinas Bermotor 15.000.000 176.250.000
4-6-2018 Penyetoran Kas – Retribusi 225.000.000 (48.750.000)
16-7-2018 Penyetoran Kas - Pajak Restoran 75.000.000 (123.750.000)
6-8-2018 Pembelian Personal Komputer 30.000.000 (93.750.000)
3-9-2018 Pembayaran gaji - SP2D-LS Gaji 142.500.000 48.750.000
5-11-2018 Penyetoran Kas - Pajak Hotel 45.000.000 3.750.000
25-12-2018 Pengembalian sisa dana UP 2.250.000 1.500.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
224
BUKU BESAR
Nama : Beban Gaji dan Tunjangan Pegawai-LO Hal….
Kode Rek : 9.1.1.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
1-3-2018 Pembayaran gaji – LS 135.000.000 135.000.000
3-9-2018 Pembayaran gaji – LS 142.500.000 277.500.000
31-12-2018 Penutupan 277.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Belanja Gaji dan Tunjangan Pegwai Hal….
Kode Rek : 5.1.1.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
1-3-2018 Pembayaran gaji – LS 135.000.000 135.000.000
3-9-2018 Pembayaran gaji – LS 142.500.000 277.500.000
31-12-2018 Penutupan 277.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Beban Persediaan Alat Tulis Kantor Hal….
Kode Rek : 9.1.2.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
31-12-2018 Penyesuaian 14.650.000 14.650.000
31-12-2018 Penutupan 14.650.000 -
BUKU BESAR
Nama : Belanja Alat Tulis Kantor Hal….
Kode Rek : 5.1.2.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
21-5-2018 Pembelian Alat Tulis Kantor – UP 5.250.000 5.250.000
1-10-2018 Pembelian Alat Tulis Kantor – UP 7.500.000 12.750.000
31-12-2018 Penutupan 12.750.000 -
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
225
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LRA Hal….
Kode Rek : 4.1.2.06.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
4-6-2018 Penerimaan pendapatan tunai 120.000.000 120.000.000
31-12-2018 Penutupan 120.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LRA Hal….
Kode Rek : 4.1.2.15.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
4-6-2018 Penerimaan pendapatan tunai 105.000.000 105.000.000
31-12-2018 Penutupan 105.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LO Hal….
Kode Rek : 8.1.2.06.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
4-6-2018 Penerimaan pendapatan tunai 118.500.000 118.500.000
31-12-2018 Penutupan 118.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LO Hal….
Kode Rek : 8.1.2.15.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
4-6-2018 Penerimaan pendapatan tunai 105.000.000 105.000.000
31-12-2018 Penyesuaian Pendapatan yang
akan diterima 2.250.000 107.250.000
31-12-2018 Penutupan 107.250.000 -
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
226
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Hotel-LRA Hal….
Kode Rek : 4.1.1.06.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
5-11-2018 Penerimaan pendapatan tunai 45.000.000 45.000.000
31-12-2018 Penutupan 45.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Hotel-LO Hal….
Kode Rek : 8.1.1.06.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
5-11-2018 Penerimaan pendapatan tunai 45.000.000 45.000.000
31-12-2018 Penutupan 45.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Restoran-LRA Hal….
Kode Rek : 4.1.1.07.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
16-7-2018 Penerimaan pendapatan tunai 75.000.000 75.000.000
31-12-2018 Penutupan 75.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Restoran-LO
Hal….
Kode Rek : 8.1.1.07.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
16-7-2018 Penerimaan pendapatan tunai 75.000.000 75.000.000
31-12-2018 Penutupan 75.000.000 -
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
227
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Hibah-LO Hal….
Kode Rek : 8.3.1.03.02
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
2-7-2018 Hibah Kendaraan Bermotor Beroda Dua 18.000.000 18.000.000
31-12-2018 Penutupan 18.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Belanja Modal-Peralatan Personal Komputer Hal….
Kode Rek : 5.2.2.16.04
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
6-8-2018 Pengadaan Personal Komputer – LS 30.000.000 30.000.000
31-12-2018 Penutupan 30.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Belanja Modal-Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan Hal….
Kode Rek : 5.2.2.04.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
15-5-2018 Pengadaan Kendaraan Dinas
Bermotor - LS 15.000.000 15.000.000
31-12-2018 Penutupan 15.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Beban Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan Hal….
Kode Rek : 9.1.2.25.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
11-6-2018 SPJ Bintek Pengelolaan Keuangan 6.000.000 6.000.000
31-12-2018 Penutupan 6.000.000 -
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
228
BUKU BESAR
Nama : Beban Barang dan Jasa-Cetak Hal….
Kode Rek : 9.1.2.06.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
11-6-2018 SPJ Bintek Pengelolaan Keuangan 5.250.000 5.250.000
31-12-2018 Penutupan 5.250.000 -
BUKU BESAR
Nama : Belanja Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan Hal….
Kode Rek : 5.1.2.25.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
11-6-2018 SPJ Binktek Pengelolaan Keuangan 6.000.000 6.000.000
31-12-2018 Penutupan 6.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Belanja Barang dan Jasa-Cetak Hal….
Kode Rek : 5.1.2.06.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
11-6-2018 SPJ Binktek Pengelolaan Keuangan 5.250.000 5.250.000
31-12-2018 Penutupan 5.250.000 -
BUKU BESAR
Nama : Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor Hal….
Kode Rek : 9.1.7.01.04
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
31-12-2018 Penyesuaian Penyusutan tahun
2018 12.500.000 12.500.000
31-12-2018 Penutupan 12.500.000 -
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
229
BUKU BESAR
Nama : Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan Hal….
Kode Rek : 9.1.7.02.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
31-12-2018 Penyesuaian Penyusutan tahun
2018 10.000.000 10.000.000
31-12-2018 Penutupan 10.000.000 -
3. Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
Berdasarkan saldo yang ada pada Buku Besar, maka Neraca Saldo
Sebelum Penyesuaian SKPD XYZ pada tanggal 31 Desember 2018 adalah
sebagai berikut:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
230
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
NERACA SALDO SEBELUM PENYESUAIAN
Per 31 Desember 2018 Kode
Rekening Uraian
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan -
1.1.3.02.06 Piutang Retribusi Pelayanan Pasar -
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 16.000.000
1.3.1.11.01 Tanah 250.500.000
1.3.2.04.01 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 150.250.000
1.3.2.04.05 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor Beroda Dua 18.000.000
1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000
1.3.3.01.01 Gedung dan Bangunan 420.750.000
1.3.6.01.01 Konstruksi Dalam Pengerjaan 150.000.000
1.3.7.01.04 Akum. Penyusutan Peralatan dan Mesin- Alat Angkut Bermotor 25.500.000
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan 21.500.000
3.1.1.01.01 Ekuitas 923.750.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL (1.500.000) -
3.1.3.01.01 R/K PPKD 1.500.000
9.1.1.01.01 Beban Gaji dan Tunjangan Pegawai-LO 277.500.000
5.1.1.01.01 Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai 277.500.000
5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 12.750.000
4.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LRA 120.000.000
4.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LRA 105.000.000
8.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LO 118.500.000
8.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LO 105.000.000
4.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LRA 45.000.000
8.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LO 45.000.000
4.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LRA 75.000.000
8.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LO 75.000.000
8.3.1.03.02 Pendapatan Hibah-LO 18.000.000
5.2.2.16.04 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000
5.2.2.04.01 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor 15.000.000
9.1.2.25.01 Beban Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
9.1.2.06.01 Beban Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000
5.1.2.25.01 Belanja Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
5.1.2.06.01 Belanja Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000
Jumlah 1.678.750.000 1.678.750.000
4. Jurnal Penyesuaian
Berdasarkan informasi penyesuian pada tanggal 31 Desember 2018,
maka Jurnal Penyesuaian yang harus dibuat oleh SKPD XYZ adalah
sebagai berikut:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
231
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
JURNAL PENYESUAIAN
Per 31 Desember 2018
Tanggal Kode Rekening Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
31 -12-2018 9.1.2.01.01 Beban Persediaan Alat Tulis Kantor 14.650.000
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 14.650.000
(Mencatat Persediaan Alat Tulis Kantor yang
telah digunakan)
31 -12-2018 1.1.3.02.15 Piutang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2.250.000
4.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah-LO
2.250.000
(Mencatat Piutang Retribusi)
31 -12-2018 1.3.3.01.01 Gedung dan Bangunan 60.000.000
1.3.6.01.01 Konstruksi Dalam Pengerjaan 60.000.000
(Mencatat Konstruksi Dalam Pengerjaan yang
telah selesai)
31 -12-2018 9.1.7.01.04 Beban Peny. Pelatan dan Mesin-Kendaraan
Dinas Bermotor
12.500.000
1.3.7.01.04 Akumulasi Penyusutan Alat Angkutan
Darat Bermotor
12.500.000
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan 10.000.000
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Gedung dan
Bangunan
10.000.000
(Mencatat beban penyusutan)
5. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Setelah dilakukan Penyesuian pada tanggal 31 Desember 2018,
maka Neraca Saldo Setelah Penyesuaian SKPD XYZ adalah sebagai
berikut:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
232
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
Per 31 Desember 2018 Kode
Rekening Uraian
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan -
1.1.3.02.06 Piutang Retribusi Pelayanan Pasar -
1.1.3.02.15 Piutang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2.250.000
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 1.350.000
1.3.1.11.01 Tanah 250.500.000
1.3.2.04.01 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 150.250.000
1.3.2.04.05 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor Beroda Dua 18.000.000
1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000
1.3.3.01.01 Gedung dan Bangunan 480.750.000
1.3.6.01.01 Konstruksi Dalam Pengerjaan 90.000.000
1.3.7.01.04 Akum. Penyusutan Peralatan dan Mesian- Alat Angkut Bermotor 38.000.000
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan 31.500.000
3.1.1.01.01 Ekuitas 923.750.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL (1.500.000) -
3.1.3.01.01 R/K PPKD 1.500.000
9.1.1.01.01 Beban Gaji dan Tunjangan Pegawai-LO 277.500.000
5.1.1.01.01 Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai 277.500.000
9.1.2.01.01 Beban Persediaan Alat Tulis Kantor 14.650.000
5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 12.750.000
4.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LRA 120.000.000
4.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LRA 105.000.000
8.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LO 118.500.000
8.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LO 107.250.000
4.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LRA 45.000.000
8.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LO 45.000.000
4.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LRA 75.000.000
8.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LO 75.000.000
8.3.1.03.02 Pendapatan Hibah-LO 18.000.000
5.2.2.16.04 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000
5.2.2.04.01 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor 15.000.000
9.1.2.25.01 Beban Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
9.1.2.06.01 Beban Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000
5.1.2.25.01 Belanja Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
5.1.2.06.01 Belanja Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000
9.1.7.01.04 Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin-Kend. Dinas Bermotor 12.500.000
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan 10.000.000
Jumlah 1.703.500.000 1.703.500.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
233
6. Laporan Keuangan
Berdasarkan Neraca Saldo Setelah Penyesuian, maka Laporan
Keuangan SKPD XYZ Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31
Desember 2018 adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN ANGGARAN REALISASI (%)
1. PENDAPATAN
2. Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Hotel-LRA 45.000.000 45.000.000 100
3. Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Restoran-LRA 75.000.000 75.000.000 100
4. Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LRA 120.000.000 120.000.000 100
5. Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-
LRA 110.000.000 105.000.000
95,5
6.
7. JUMLAH PENDAPATAN (2 s/d 5) 350.000.000 345.000.000 98,8
8.
9. BELANJA
10. Belanja Pegawai-Belanja Gaji dan Tunjangan 280.000.000 277.500.000 99,1
11. Belanja Barang-Belanja Alat Tulis Kantor 12.750.000 12.750.000 100
12. Belanja Barang dan Jasa-Belanja Cetak 5.250.000 5.250.000 100
13. Belanja Honorariun Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000 6.000.000 100
14. Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Kendaraan
Dinas Bermotor 15.000.000 15.000.000
100
15. Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Personal
Komputer 30.000.000 30.000.000
100
16.
17. JUMLAH BELANJA (10 s/d 15) 349.000.000 346.500.000 99,3
18. SURPLUS/DEFISIT (7 - 17) 1.000.000 (1.500.000) (150)
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
234
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018
1. KEGIATAN OPERASIONAL 2. PENDAPATAN 3. Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Hotel-LO 45.000.000 4. Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Restoran-LO 75.000.000 5. Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LO 118.500.000 6. Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-LO 107.250.000 7. Pendapatan Hibah-LO 18.000.000 8. 9. JUMLAH PENDAPATAN (3 s/d 7) 363.750.000
10. 11. BEBAN 12. Beban Pegawai- Beban Gaji dan Tunjangan 277.500.000 13. Beban Persediaan Alat Tulis Kantor 14.650.000 14. Beban Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000 15. Beban Honorariun Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000 16. Beban Penyusutan Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas
Bermotor 12.500.000
17. Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan 10.000.000 18. 19. JUMLAH BEBAN (12 s/d 17) 325.900.000
20. SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (9 - 19) 37.850.000
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018
1. Ekuitas Awal 923.750.000
2. Surpuls/Defisit-LO 37.850.000
3. Ekuitas Akhir (1 + 2) 961.600.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
235
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
NERACA
PER 31 DESEMBER 2018 DAN 2017 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018 2017
1. ASET
2. ASET LANCAR
3. Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000 9.500.000
4. Kas di Bendahara Penerimaan - -
5. Piutang Retribusi Pelayanan Pasar - 1.500.000
6. Piutang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2.250.000 -
7. Persediaan Alat Tulis Kantor 1.350.000 3.250.000
8. Jumlah Aset Lancar (3 s/d 7) 13.100.000 14.250.000
9.
10. ASET TETAP
11. Tanah 250.500.000 250.500.000
12. Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor Perorangan 150.250.000 135.250.000
13. Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor Beroda Dua 18.000.000 -
14. Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000 -
15. Gedung dan Bangunan 480.750.000 420.750.000
16. Jalan, Irigasi, dan Jaringan - -
17. Konstruksi dalam Pengerjaan 90.000.000 150.000.000
18. Akumulasi Penyusutan (69.500.000) (47.000.000)
19. Jumlah Aset Tetap (11 s/d 18) 950.000.000 909.500.000
20.
21. ASET LAINNYA
22. Tagihan Penjualan Angsuran - -
23. Aset Lain-Lain - -
24. Jumlah Aset Lainnya (22 s/d 23) - -
25. JUMLAH ASET (8+19+24) 963.100.000 923.750.000
26.
27. KEWAJIBAN
28. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
29. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - -
30. Utang Jangka Pendek Lainnya - -
31. Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (29 s/d 30) - -
32. JUMLAH KEWAJIBAN (31) - -
33.
34. EKUITAS
35. Ekuitas 961.600.000 923.750.000
36. Ekuitas Untuk Dikonsolidasikan – R/K PPKD 1.500.000 -
37. JUMLAH EKUITAS (35 s/d 36) 963.100.000 923.750.000
38.
39. JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (32 + 37) 963.100.000 923.750.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
236
7. Jurnal Penutup
Jurnal Penutup untuk SKPD XYZ Per 31 Desember 2018 adalah
sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
JURNAL PENUTUP
Per 31 Desember 2018
Tanggal Kode
Rekening Uraian Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
31 -12-2018 4.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Hotel-LRA 45.000.000
4.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Restoran-LRA 75.000.000
4.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LRA 120.000.000
4.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-
LRA
105.000.000
3.1.2.06.01 Defisit LRA 1.500.000
5.1.1.01.01 Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai 277.500.000
5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 12.750.000
5.1.2.06.01 Belanja Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000
5.1.2.25.01 Belanja Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
5.2.2.04.01 Belanja Modal-Kendaraan Dinas Bermotor
Perorangan
15.000.000
5.2.2.16.04 Belanja Modal-Peralatan Personal Komputer 30.000.000
(Menutup Rekening-rekening LRA Tahun berjalan)
31 -12-2018 3.1.2.05.01 Perubahan SAL 1.500.000
3.1.2.06.01 Defisit LRA 1.500.000
(Menutup Rekening Defisit LRA ke Perubahan SAL)
31 -12-2018 8.1.2.06.01 Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Hotel-LO 45.000.000
8.1.2.15.01 Pendapatan Pajak Daerah-Pajak Restoran-LO 75.000.000
8.1.1.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LO 118.500.000
8.1.1.07.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah-
LO
107.250.000
8.3.1.03.02 Pendapatan Hibah-LO 18.000.000
9.1.1.01.01 Beban Pegawai- Beban Gaji dan Tunjangan 277.500.000
9.1.2.01.01 Beban Persediaan Alat Tulis Kantor 14.650.000
9.1.2.06.01 Beban Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000
9.1.2.25.01 Beban Honorariun Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000
9.1.7.02.01 Beban Peny. Peralatan dan Mesin-Kend. Dinas
Bermotor
12.500.000
9.3.7.01.04 Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan 10.000.000
Surplus LO 37.850.000
(Menutup Rekening-rekening LO Tahun berjalan)
31 -12-2018 3.1.1.02.01 Surplus LO 37.850.000
3.1.1.01.01 Ekuitas 37.850.000
(Menutup Rekening Surplus LO ke Ekuitas)
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
237
8. Neraca Saldo Setelah Penutupan
Neraca Saldo Setelah Penutupan untuk SKPD XYZ Per 31 Desember
2018 adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
SKPD XYZ
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per 31 Desember 2018
Kode
Rekening Uraian
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan -
1.1.3.02.06 Piutang Retribusi Pelayanan Pasar -
1.1.3.02.15 Piutang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2.250.000
1.1.7.01.01 Persediaan Alat Tulis Kantor 1.350.000
1.3.1.11.01 Tanah 250.500.000
1.3.2.04.01
Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor
Perorangan 150.250.000
1.3.2.04.05
Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor Beroda
Dua 18.000.000
1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin-Personal Komputer 30.000.000
1.3.3.01.01 Gedung dan Bangunan 480.750.000
1.3.6.01.01 Konstruksi Dalam Pengerjaan 90.000.000
1.3.7.01.04
Akum. Penyusutan Peralatan dan Mesian- Alat
Angkut Bermotor 38.000.000
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan 31.500.000
3.1.1.01.01 Ekuitas 961.600.000
3.1.3.01.01 R/K PPKD 1.500.000
Jumlah 1.032.600.000 1.032.600.000
16.3 Akuntansi PPKD
Untuk dapat menyusun Laporan Keuangan PPKD maka langkah-
langkah
yang perlu dilakukan adalah:
1. Mencatat transaksi yang terkait dengan PPKD ke dalam Jurnal Umum.
2. Melakukan posting ke Buku Besar sesuai Bagan Akun Standar (BAS)
dalam Permendagri Nomor 64 Tahun 2013.
3. Menyusun Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
238
4. Membuat Jurnal Penyesuaian.
5. Menyusun Neraca Saldo Setelah Penyesuaian.
6. Menyusun Laporan Keuangan PPKD yang meliputi Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan
Neraca.
7. Membuat Jurnal Penutup.
8. Membuat Neraca Saldo Setelah Penutupan.
1. Jurnal Umum
Berdasarkan transaksi yang terjadi selama tahun 2018, maka Jurnal
Umum yang harus dibuat oleh PPKD adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
JURNAL UMUM
Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2018
Tanggal Kode
Rekening Uraian Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
5 -2-2018 1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 15.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 15.000.000
(Mengeluarkan SP2D-UP untuk pengisian
kas SKPD XYZ)
1-3-2018 1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 135.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 135.000.000
(Mengeluarkan SP2D-LS gaji untuk SKPD
XYZ)
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 15.000.000
2.1.1 Utang PFK 15.000.000
(Mencatat penerimaan PFK dari
mengeluarkan SP2D-LS gaji)
2.1.1 Utang PFK 15.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 15.000.000
(Menyetorkan PFK)
2-4-2018 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 15.000.000
2.2.1.05.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah
Daerah Lainnya 15.000.000
(Penerimaan pinjaman jk panjang dari
Pemerintah Daerah Lain)
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 15.000.000
7.1.4.04.01 Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman
Dalam Negeri 15.000.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
239
(Realisasi penerimaan pinjaman jangka
panjang)
16-4-2018 1.2.2.01.02 Investasi Permanen-Penyertaan Modal 12.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 12.000.000
(Mencatat pengeluaran kas penyertaan
modal di Perusda)
7.2.2.02.01 Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal
pada BUMD 12.000.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 12.000.000
(Realisasi pengeluaran pembiayaan
penyertaan modal)
1-5-2018 1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 11.250.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 11.250.000
(Mengeluarkan SP2D-UP untuk Bintek Peng.
Keu. SKPD XYZ)
15-5-2018 1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 15.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 15.000.000
(Mencatat SP2D-LS belanja modal
Kendaraan Dinas Bermotor)
4-6-2018 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 225.000.000
1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 225.000.000
(Menerima setoran retribusi dari SKPD XYZ)
16-7-2018 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 75.000.000
1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 75.000.000
(Menerima setoran Pajak Restoran dari
SKPD XYZ)
30-7-2018 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 300.000.000
8.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LO 300.000.000
(Menerima kas dari DAU)
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 300.000.000
4.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LRA 300.000.000
(Mencatat realisasi anggaran Pendapatan
DAU)
6-8-2018 1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 30.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 30.000.000
(Mencatat SP2D-LS belanja modal Personal
Komputer)
3-9-2018 1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 142.500.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 142.500.000
(Mengeluarkan SP2D-LS gaji untuk SKPD
XYZ)
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 22.500.000
2.1.1 Utang PFK 22.500.000
(Mencatat penerimaan PFK dari
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
240
mengeluarkan SP2D-LS gaji)
2.1.1 Utang PFK 22.500.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 22.500.000
(Menyetorkan PFK)
10-9-2018 1.4.1.01.01 Dana Cadangan 112.500.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 112.500.000
(Mencatat pengeluaran kas pembentukan
Dana cadangan)
7.2.1.01.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembentukan
Dana Cadangan 112.500.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 112.500.000
(Realisasi pengeluaran pembiayaan Pembent.
Dana cadangan)
15-10-2018 9.1.6.02.01 Beban Bantuan Sosial 22.500.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 22.500.000
(Pengeluaran kas belanja Bantuan sosial)
5.1.6.02.01 Belanja Bantuan Sosial 22.500.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 22.500.000
(Mencatat realisasi belanja Bantuan sosial)
5-11-2018 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 45.000.000
1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 45.000.000
(Menerima setoran Pajak hotel dari SKPD
XYZ)
3-12-2018 2.1.3.03.01 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang
Pemerintah Pusat 25.000.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 25.000.000
(Mencatat pembayaran pokok pinjaman)
7.2.3.04.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembayaran
Pokok Pinjaman 25.000.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 25.000.000
(Realisasi pengeluaran pembiayaan
pembay. Pokok pinjaman)
2.1.2.01.01 Utang Bunga 3.750.000
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 3.750.000
(Mencatat pembayaran utang bunga)
5.1.3.01.01 Belanja Bunga 3.750.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 3.750.000
(Mencatat realisasi belanja bunga)
25-12-2018 1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 2.250.000
1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 2.250.000
(Menerima setoran pengembalian sisa dana
UP dari SKPD XYZ)
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
241
2. Buku Besar
Berdasarkan Neraca Awal dan Jurnal Umum atas transaksi selama
tahun 2018, maka Buku Besar yang harus dibuat oleh PPKD adalah sebagai
berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
BUKU BESAR
Nama : Kas di Kas Daerah Hal….
Kode Rek : 1.1.1.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 368.700.000
5-2-2018 SP2D-UP SKPD XYZ 15.000.000 353.700.000
1-3-2018 SP2D-LS Gaji SKPD XYZ 135.000.000 218.700.000
1-3-2018 Penerimaan PFK 15.000.000 233.700.000
1-3-2018 Pengeluaran PFK 15.000.000 218.700.000
2-4-2018 Penerimaan Pinjaman Pemerin. Daerah Lainnya 15.000.000 233.700.000
16-4-2018 Pembiayaan Penyertaan modal BUMD 12.000.000 221.700.000
1-5-2018 SP2D-UP Bintek Pengel. Keuangan SKPD XYZ 11.250.000 210.450.000
15-5-2018 SP2D-LS Belanja Modal Kendaraan SKPD
XYZ 15.000.000 195.450.000
4-6-2018 Setoran Retribusi SKPD XYZ 225.000.000 420.450.000
16-7-2018 Setoran Pajak Restoran SKPD XYZ 75.000.000 495.450.000
30-7-2018 Terima Pendapatan DAU 300.000.000 795.450.000
6-8-2018 SP2D-LS Belanja Modal Komputer SKPD XYZ 30.000.000 765.450.000
3-9-2018 SP2D-LS Gaji SKPD XYZ 142.500.000 622.950.000
3-9-2018 Penerimaan PFK 22.500.000 645.450.000
3-9-2018 Pengeluaran PFK 22.500.000 622.950.000
10-9-2018 Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000 510.450.000
15-10-
2018 Belanja Bantuan Sosial 22.500.000 487.950.000
5-11-2018 Setoran Pajak Hotel SKPD XYZ 45.000.000 532.950.000
3-12-2018 Pembayaran Pokok Pinjaman 25.000.000 507.950.000
3-12-2018 Pembayaran Utang Bunga 3.750.000 504.200.000
25-12-
2018 Pengembalian sisa dana UP dari SKPD XYZ 2.250.000 506.450.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
242
BUKU BESAR
Nama : Kas di Bendahara Pengeluaran Hal….
Kode Rek : 1.1.1.03.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
BUKU BESAR
Nama : Kas di Bendahara Penerimaaan Hal….
Kode Rek : 1.1.1.02.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
BUKU BESAR
Nama : Investasi Permanen-Penyertaan Modal Hal….
Kode Rek : 1.2.2.01.02
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal 50.000.000
16-4-2018 Penyertaan modal di Perusda 12.000.000 62.000.000
BUKU BESAR
Nama : Dana Cadangan Hal….
Kode Rek : 1.4.1.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
10-9-2018 Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000 112.500.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
243
BUKU BESAR
Nama : Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) Hal….
Kode Rek : 2.1.1
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
1-3-2018 Penerimaan PFK 15.000.000 15.00.000
1-3-2018 Penyetoran PFK 15.000.000 -
3-9-2018 Penerimaan PFK 22.500.000 22.500.000
3-9-2018 Penyetoran PFK 22.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Utang Bunga
Hal….
Kode Rek : 2.1.2.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal 3.750.000
3-12-2018 Pembayaran Utang bunga 3.750.000 -
31-12-2018 Penyesuaian Beban bunga 3.375.000 3.375.000
BUKU BESAR
Nama : Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pemerintah Pusat Hal….
Kode Rek : 2.1.3.03.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal 25.000.000
3-12-2018 Pembayaran Pokok pinjaman 25.000.000 -
31-12-2018 Penyesuaian Pinjaman yang akan
jatug tempo 25.000.000 25.000.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
244
BUKU BESAR
Nama : Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat Hal….
Kode Rek : 2.2.1.04.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal 225.000.000
31-12-2018 Penyesuaian Pinjaman yang akan jatug tempo 25.000.000 200.000.000
BUKU BESAR
Nama : Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Daerah Lainnya Hal….
Kode Rek : 2.2.1.05.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
2-4-2018 Penerimaan Pinjaman jangka Panjang 15.000.000 15.000.000
BUKU BESAR
Nama : Ekuitas Hal….
Kode Rek : 3.1.1.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal 164.950.000
31-12-2018 Penutupan 274.125.000 439.025.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
245
BUKU BESAR
Nama : Perubahan SAL Hal….
Kode Rek : 3.1.2.05.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
2-4-2018 Realisasi penerimaan Pinjaman Dalam Negeri 15.000.000 15.000.000
16-4-2018 Realisasi pengeluaran Penyertaan modal 12.000.000 3.000.000
30-7-2018 Realisasi penerimaan Pendapatan DAU 300.000.000 303.000.000
10-9-2018 Realisasi pengeluaran Pembent. dana cadangan 112.500.000 190.500.000
15-10-2018 Realisasi Belanja bantuan social 22.500.000 168.000.000
3-12-2018 Realisasi pembayaran Pokok pinjaman 25.000.000 143.000.000
3-12-2018 Realisasi Belanja bunga 3.750.000 139.250.000
31-12-2018 Penutupan 139.250.000 -
BUKU BESAR
Nama : R/K SKPD XYZ Hal….
Kode Rek : 3.1.1.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
5-2-2018 SP2D-UP SKPD XYZ 15.000.000 15.000.000
5-2-2018 SP2D-LS Gaji SKPD XYZ 135.000.000 150.000.000
1-5-2018 SP2D-UP Bintek Peng. Keuangan SKPD XYZ 11.250.000 161.250.000
15-5-2018 SP2D-LS Belanja Modal Kendaraan SKPD XYZ 15.000.000 176.250.000
4-6-2018 Setoran Retribusi SKPD XYZ 225.000.000 (48.750.000)
15-7-2018 Setoran Pajak Restoran SKPD XYZ 75.000.000 (123.750.000)
6-8-2018 SP2D-LS Belanja Modal Komputer SKPD XYZ 30.000.000 (93.750.000)
3-9-2018 SP2D-LS Gaji SKPD XYZ 142.500.000 48.750.000
5-11-2018 Setoran Pajak Hotel SKPD XYZ 45.000.000 3.750.000
25-12-2018 Pengembalian sisa dana UP SKPD XYZ 2.250.000 1.500.000
BUKU BESAR
Nama : Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman Jangka Panjang Hal….
Kode Rek : 7.1.4.04.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
2-4-2018 Realisasi penerimaan Pinjaman jangka panjang 15.000.000 15.000.000
31-12-2018 Penutupan 15.000.000 -
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
246
BUKU BESAR
Nama : Pengeluaran Pembiayaan-Pembentukan Dana Cadangan Hal….
Kode Rek : 7.2.1.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
10-9-2018 Realisasi Pembentukan Dana cadangan 112.500.000 112.500.000
31-12-2018 Penutupan 112.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal Hal….
Kode Rek : 7.2.2.01.02
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
16-4-2018 Realisasi Pengeluaran Penyertaan modal 12.000.000 12.000.000
31-12-2018 Penutupan 12.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pengeluaran Pembiayaan-Pembayaran Pokok Pinjaman Hal….
Kode Rek : 7.2.3.04.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
3-12-2018 Realisasi pembayaran Pokok pinjaman 25.000.000 25.000.000
31-12-2018 Penutupan 25.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Dana Alokasi Umum-LO Hal….
Kode Rek : 8.2.1.03.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
30-7-2018 Penerimaan Pendapatan DAU 300.000.000 300.000.000
31-12-2018 Penutupan 300.000.000 -
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
247
BUKU BESAR
Nama : Pendapatan Dana Alokasi Umum-LRA Hal….
Kode Rek : 4.2.1.03.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo K
(Rp)
Saldo Awal -
30-7-2018 Realisasi Pendapatan DAU 300.000.000 300.000.000
31-12-2018 Penutupan 300.000.000 -
BUKU BESAR
Nama : Beban Bantuan Sosial Hal….
Kode Rek : 9.1.6.02.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
15-10-2018 Pengeluaran belanja Bantuan social 22.500.000 22.500.000
31-12-2018 Penutupan 22.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Belanja Bantuan Sosial Hal….
Kode Rek : 5.1.6.02.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
15-10-2018 Realisasi belanja Bantauan sosial 22.500.000 22.500.000
31-12-2018 Penutupan 22.500.000 -
BUKU BESAR
Nama : Beban Bunga Hal….
Kode Rek : 9.1.3.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
31-12-2018 Penyesuaian Beban bunga 3.375.000 3.375.000
31-12-2018 Penutupan 3.375.000 -
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
248
BUKU BESAR
Nama : Belanja Bunga Hal….
Kode Rek : 5.1.3.01.01
Tanggal Uraian Ref Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
Saldo D
(Rp)
Saldo Awal -
3-12-2018 Realisasi pembayaran Belanja bunga 3.750.000 3.750.000
31-12-2018 Penutupan 3.375.000 -
3. Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian
Berdasarkan saldo yang ada pada Buku Besar, maka Neraca Saldo
Sebelum Penyesuaian PPKD pada tanggal 31 Desember 2018 adalah
sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA PPKD
NERACA SALDO SEBELUM PENYESUAIAN Per 31 Desember 2018
Kode Rekening
Uraian Debet (Rp)
Kredit (Rp)
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 506.450.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran - 1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan - 1.2.2.01.02 Investasi Permanen-Penyertaan Modal 62.000.000 1.4.1.01.01 Dana Cadangan 112.500.000 2.1.1.01.01 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - 2.1.2.01.01 Utang Bunga - 2.1.3.03.01 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang - 2.2.1.04.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat 225.000.000 2.2.1.05.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000 3.1.1.01.01 Ekuitas 164.950.000 3.1.2.05.01 Perubahan SAL 139.250.000 1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 1.500.000 7.1.4.04.01 Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman Jangka Panjang 15.000.000 7.2.1.01.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000 7.2.2.01.02 Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal 12.000.000 7.2.3.04.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembayaran Pokok Pinjaman 25.000.000 8.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LO 300.000.000 4.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LRA 300.000.000 9.1.6.02.01 Beban Bantuan Sosial 22.500.000 5.1.6.02.01 Belanja Bantuan Sosial 22.500.000 5.1.3.01.01 Belanja Bunga 3.750.000
Jumlah 1.019.950.000 1.019.950.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
249
4. Jurnal Penyesuaian
Berdasarkan informasi penyesuian pada tanggal 31 Desember 2018,
maka Jurnal Penyesuaian yang harus dibuat oleh PPKD adalah sebagai
berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
JURNAL PENYESUAIAN
Per 31 Desember 2018
Tanggal Kode
Rekening Uraian Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
31 -12-2018 2.2.1.04.01 Utang Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 25.000.000
2.1.3.03.01 Bagian Lancar Utang Jangka
Panjang
25.000.000
(Reklasifikasi Pokok pinjaman yang akan
jatuh tempo)
31 -12-2018 9.1.3.01.01 Beban Bunga 3.375.000
2.1.2.01.01 Utang Bunga 3.375.000
(Mencatat Utang bunga pinjaman tahun
2019)
5. Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
Setelah dilakukan Penyesuian pada tanggal 31 Desember 2018,
maka Neraca Saldo Setelah Penyesuaian PPKD adalah sebagai berikut:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
250
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
NERACA SALDO SETELAH PENYESUAIAN
Per 31 Desember 2018
Kode
Rekening Uraian
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 506.450.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran -
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan -
1.2.2.01.02 Investasi Permanen-Penyertaan Modal 62.000.000
1.4.1.01.01 Dana Cadangan 112.500.000
2.1.1.01.01 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) -
2.1.2.01.01 Utang Bunga 3.375.000
2.1.3.03.01 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 25.000.000
2.2.1.04.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat 200.000.000
2.2.1.05.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000
3.1.1.01.01 Ekuitas 164.950.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 139.250.000
1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 1.500.000
7.1.4.04.01 Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman Jangka Panjang 15.000.000
7.2.1.01.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000
7.2.2.01.02 Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal 12.000.000
7.2.3.04.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembayaran Pokok Pinjaman 25.000.000
8.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LO 300.000.000
4.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LRA 300.000.000
9.1.6.02.01 Beban Bantuan Sosial 22.500.000
5.1.6.02.01 Belanja Bantuan Sosial 22.500.000
5.1.3.01.01 Belanja Bunga 3.750.000
9.1.3.01.01 Beban Bunga 3.375.000
Jumlah 1.023.325.000 1.023.325.000
6. Laporan Keuangan
Berdasarkan Neraca Saldo Setelah Penyesuian, maka Laporan
Keuangan PPKD Untuk Tahun yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember
2018 adalah sebagai berikut:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
251
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN ANGGARAN REALISASI (%)
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
3. Pendapatan Pajak Daerah-LRA - - -
-4. Pendapatan Retribusi Daerah-LRA - - -
5. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LRA - - -
6. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) - - -
7. PENDAPATAN TRANSFER
8. Dana Bagi Hasil Pajak-LRA -
9. Dana Alokasi Umum-LRA 350.000.000 300.000.000 85,7
10. Jumlah Pendapatan Transfer (8 s/d 9) 350.000.000 300.000.000 85,7
11. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
12. Pendapatan Hibah - - -
13. Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah (12) - - -
14. JUMLAH PENDAPATAN (6 + 10 + 13) 350.000.000 300.000.000 85,7
15.
16. BELANJA
17. BELANJA OPERASI
18. Belanja Pegawai - -
19. Belanja Barang - -
20. Bunga 3.750.000 3.750.000 100
21. Hibah - -
22. Bantuan Sosial 22.500.000 22.500.000 100
23. Jumlah Belanja Operasi (17 s/d 22) 26.250.000 26.250.000 100
24. BELANJA MODAL
25. Belanja Tanah - - -
26. Belanja Peralatan dan Mesin - - -
27. Jumlah Belanja Modal (25 + 26)) - - -
28. BELANJA TAK TERDUGA
29. Belanja Tak Terduga - - -
30. Jumlah Belanja Tak Terduga (29) - - -
31. JUMLAH BELANJA (23 + 27 + 30) 26.250.000 26.250.000 100
32.
33. TRANSFER
34. Bagi Hasil Pajak - - -
35. Bagi Hasil Retribusi - - -
36. Jumlah Transfer (34 + 35) - - -
37. JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (31 + 36) 26.250.000 26.250.000 100
38. SURPLUS/DEFISIT (14 - 37) 323.750.000 273.750.000 84,6
39.
40. PEMBIAYAAN
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
252
41. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
42. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat - - -
43. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000 15.000.000 100
44. Jumlah Penerimaan (42 s/d 43) 15.000.000 15.000.000 100
45. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
46. Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000 112.500.000 100
47. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 12.000.000 12.000.000 100
48. Pembayaran Pokok Pinj. Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 25.000.000 25.000.000 100
49. Jumlah Pengeluaran (46 s/d 48) 149.500.000 149.500.000 100
50. PEMBIAYAAN NETO (44 - 49) (134.500.000) (134.500.000) 100
51.
52. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (38 + 50) 189.250.000 139.250.000 73,6
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018
1. KEGIATAN OPERASIONAL
2. PENDAPATAN
3. PENDAPATAN ASLI DAERAH -
4. Pendapatan Pajak Daerah-LO -
5. Pendapatan Retribusi Daerah-LO -
6. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s/d 5) -
7. PENDAPATAN TRANSFER
8. Dana Bagi Hasil Pajak-LO -
9. Dana Alokasi Umum-LO 300.000.000
10. Dana Alokasi Khusus-LO -
11. Jumlah Pendapatan Transfer (8 s/d 10) 300.000.000
12. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
13. Pendapatan Hibah -
14. Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang Sah (13) -
15. JUMALAH PENDAPATAN (6 + 11 + 14) 300.000.000
16.
17. BEBAN
18. Beban Bunga 3.375.000
19. Beban Subsidi -
20. Beban Hibah -
21. Beban Bantuan Sosial 22.500.000
22. JUMLAH BEBAN (18 s/d 21) 25.875.000
23. SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (15 - 22) 274.125.000
24.
25. SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
26. Surplus Penjualan Aset Nonlancar -
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
253
27. JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEG. NON OPERASIONAL (26) -
28. SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (23 + 27) 274.125.000
29.
30. POS LUAR BIASA
31. Pendapatan Luar Biasa -
32. Beban Luar Biasa -
33. POS LUAR BIASA (31 s/d 32) -
34. SURPULS/DEFISIT-LO (28 + 33) 274.125.000
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018
1. Ekuitas Awal 164.950.000
2. Surpuls/Defisit-LO 274.125.000
3. Ekuitas Akhir (1 + 2) 439.075.000
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
NERACA
PER 31 DESEMBER 2018 DAN 2017 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018 2017
1. ASET
2. ASET LANCAR
3. Kas di Kas Daerah 506.450.000 368.700.000
4. Kas di Bendahara Pengeluaran - -
5. Kas di Bendahara Penerimaan - -
6. Piutang Retribusi - -
7. Jumlah Aset Lancar (3 s/d 6) 506.450.000 368.700.000
8.
9. ASET UNTUK DIKONSOLIDASIKAN
10. R/K SKPD XYZ 1.500.000 -
11.
12. INVESTASI JANGKA PANJANG
13. Investasi Permanen
14. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 62.000.000 50.000.000
15. Jumlah Investasi Jangka Panjang (13 s/d 14) 62.000.000 50.000.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
254
16.
17. ASET TETAP
18. Tanah - -
19. Peralatan dan Mesin - -
20. Gedung dan Bangunan - -
21. Jalan, Irigasi, dan Jaringan - -
22. Konstruksi dalam Pengerjaan - -
23. Akumulasi Penyusutan - -
24. Jumlah Aset Tetap (18 s/d 23) - -
25.
26. DANA CADANGAN
27. Dana Cadangan 112.500.000 -
28. Jumlah Dana Cadangan (27) 112.500.000 -
29.
30. ASET LAINNYA
31. Tagihan Penjualan Angsuran - -
32. Aset Lain-Lain - -
33. Jumlah Aset Lainnya (31 s/d 32) - -
34. JUMLAH ASET (7+10+15+24+28+33) 682.450.000 418.700.000
35.
36. KEWAJIBAN
37. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
38. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - -
39. Utang Bunga 3.375.000 3.750.000
40. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 25.000.000 25.000.000
41. Pendapatan Diterima Dimuka - -
42. Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (34 s/d 37) 28.375.000 28.750.000
43.
44. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
45. Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat 200.000.000 225.000.000
46. Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000 -
47. Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (41) 215.000.000 225.000.000
48. JUMLAH KEWAJIBAN (38 + 42) 243.376.000 253.750.000
26.
27. EKUITAS
28. Ekuitas 439.075.000 164.950.000
29. JUMLAH EKUITAS (46) 439.075.000 164.950.000
30. JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS
(43 + 47) 682.450.000 418.700.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
255
7. Jurnal Penutup
Jurnal Penutup untuk PPKD Per 31 Desember 2018 adalah sebagai berikut:
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
JURNAL PENUTUP
Per 31 Desember 2018
Tanggal Kode
Rekening Uraian Ref
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
31 -12-2018 4.2.1.03.01 Pendapatan DAU-LRA 300.000.000
7.1.4.04.01 Penerimaan Pembiayaan Pinjaman Dalam Negeri 15.000.000
5.1.3.01.01 Belanja Bunga 3.750.000
5.1.6.02.01 Belanja Bantuan Sosial 22.500.000
7.2.1.01.01 Pengeluaran Pembiayaan Dana Cadangan 112.500.000
7.2.2.01.02 Pengeluaran Pembiayaan Penyertaan Modal 12.000.000
7.2.3.04.01 Pengeluaran Pembiayaan Bayar Pokok Pinjaman 25.000.000
3.1.2.06.01 Surplus LRA 139.250.000
(Menutup Rekening-rekening LRA Tahun berjalan)
31 -12-2018 3.1.2.06.01 Surplus LRA 139.250.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL 139.250.000
(Menutup Rekening Surplus LRA ke Perubahan SAL)
31 -12-2018 8.2.1.03.01 Pendapatan DAU-LO 300..000.000
9.1.3.01.01 Beban Bunga 3.375.000
9.1.6.02.01 Beban Bantuan Sosial 22.500.000
3.1.1.02.01 Surplus LO 274.125.000
(Menutup Rekening-rekening LO Tahun berjalan)
31 -12-2018 3.1.1.02.01 Surplus LO 274.125.000
3.1.1.01.01 Ekuitas 274.125.000
(Menutup Rekening Surplus LO ke Ekuitas)
8. Neraca Saldo Setelah Penutupan
Neraca Saldo Setelah Penutupan untuk PPKD Per 31 Desember 2018 adalah
sebagai berikut:
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
256
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
PPKD
NERACA SALDO SETELAH PENUTUPAN
Per 31 Desember 2018
Kode
Rekening Uraian
Debet
(Rp)
Kredit
(Rp)
1.1.1.01.01 Kas di Kas Daerah 506.450.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran -
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan -
1.2.2.01.02 Investasi Permanen-Penyertaan Modal 62.000.000
1.4.1.01.01 Dana Cadangan 112.500.000
2.1.1.01.01 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) -
2.1.2.01.01 Utang Bunga 3.375.000
2.1.3.03.01 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 25.000.000
2.2.1.04.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat 200.000.000
2.2.1.05.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000
3.1.1.01.01 Ekuitas 439.075.000
1.1.8.01.01 R/K SKPD XYZ 1.500.000
Jumlah 682.450.000 682.450.000
16.4 Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Untuk dapat menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten
Maju Sejahtera Konsolidasian, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan
adalah:
1. Membuat Kertas kerja konsolidasi untuk menggabungkan Laporan
Keuangan SKPD XYZ dan PPKD menjadi Laporan Keuangan
Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera.
2. Dalam kertas kerja tersebut harus diisi Neraca Saldo SKPD XYZ dan
PKD.
3. Membuat Jurnal eliminasi untuk menghapus rekening timbal balik yaitu
R/K SKPD XYZ dan R/K PPKD.
4. Menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Maju Sejahtera
yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan Perubahan
Saldo Anggaran Lebih (LPSAL), Laporan Operasional (LO), Laporan
Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), dan Neraca.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
257
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
KERTAS KERJA
PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN
KODE
REKENING URAIAN
NERACA SALDO
SKPD XYZ
NERACA SALDO
PPKD
JURNAL
ELIMINASI
NERACA SALDO
KONSOLIDASIAN
1 2 3 4 5 6
DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT DEBET KREDIT
1.1,1.01.01 Kas di Kas Daerah - 506.450.000 506.450.000
1.1.1.03.01 Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000 - 9.500.000
1.1.1.02.01 Kas di Bendahara Penerimaan - - -
1.1.3.02.06 Piutang Retribusi Pelayanan Pasar - - -
1.1.3.02.15 Piutang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 2.250,000 - 2.250,000
1.1.7.01.01 Persediaan AlatTulis Kantor 1.350.000 - 1.350.000
1.2.2.01.02 Investasi Permanen-Penyertaan Modal - 62.000.0
00
62.000.000
1.3.1.11.01 Tanah 250.500.000 - 250.500.000
1.3.2.04.01 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Dinas Bermotor
Perorangan
150.250.000 - 150.250.000
1.3.2.04.05 Peralatan dan Mesin-Kendaraan Bermotor Beroda
Dua
18.000.000 - 18.000.000
1.3.2.16.02 Peralatan dan Mesin- Personal Komputer 30.000,000 - 30.000,000
1.3.3.01.01 Gedung dan Bangunan 480.750.000 - 480.750.000
1.3.6.01.01 Konstruksi Dalam Pengerjaan 90.000.000 - 90.000.000
1.3.7.01.04 Akum. Penyusutan Peralatan dan Mesin-Alat
Angkut Bermotor
38.000.000 - 38.000.000
1.3.7.02.01 Akumulasi Penyusutan Gedung dan Bangunan 31.500.000 - 31.500.000
1.4.1.01.01 Dana Cadangan - 112.500.000 112.500.000
2.1.1.01.01 Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - - -
2.1.2.01.01 Utang Bunga - 3.375.000 3.375.000
2.1.3.03.01 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang - 25.000.000 25.000.000
2.2.1.04.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat - 200.000.000 200.000.0
00 2.2.1.05.01 Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Daerah
Lainnya
- 15.000.000 15.000.00
0 3.1.1.01.01 Ekuitas 923.750.00
0
164.950.000 1.088.700.000
3.1.2.05.01 Perubahan SAL (1.500.000) 139.250.000 137.750.000
1.1.8.01.01 R/KSKPD XYZ - 1.500.000 1.500.000 -
3.1.3.01.01 R/K PPKD 1.500.000 - 1.500.000 -
4.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LRA 45.000.000 - 45.000.00
0 4.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LRA 75,000.000 - 75,000.00
0 4.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LRA 120.000.00
0
- 120.000.0
00 4.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah-LRA
105.000.00
0
- 105.000.0
00 4.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LRA - 300.000.000 300.000.0
00 5.1.1.01.01 Belanja Gaji dan Tunjangan Pegawai 277.500.000 - 277.500.000
5.1.2.01.01 Belanja Alat Tulis Kantor 12.750.000 - 12.750.000
5.1.2.06.01 Belanja Barang dan Jasa-cetak 5.250.000 - 5.250.000
5.1.2.25.01 Belanja Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000 - 6.000.000
5.1.3.01.01 Belanja Bunga - 3.750.000 3.750.000
5.1.6.02.01 Belanja Bantuan Sosial 22.500.000 22.500.000
5.2.2.16.04 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Personal
Komputer
30.000.000 - 30.000.000
5.2.2.04.01 Belanja Modal Peralatan dan Mesin-Kendaraan
Dinas Bermotor
15.000.000 - 15.000.000
7.1.4.04.01 Penerimaan Pembiayaan-Pinjaman Jangka
Panjang
- 15.000.000 15.000.00
0 7.2.1.01.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembentukan Dana
Cadangan
- 112.500.000 112.500.000
7.2.2.01.02 Pengeluaran Pembiayaan-Penyertaan Modal - 12.000.0
00
12.000.000
7.2.3.04.01 Pengeluaran Pembiayaan-Pembayaran Pokok
Pinjaman
- 25.000.000 25.000.000
8.1.1.06.01 Pendapatan Pajak Hotel-LO 45.000.000 - 45.000.00
0 8.1.1.07.01 Pendapatan Pajak Restoran-LO 75.000.000 - 75.000.00
0 8.1.2.06.01 Pendapatan Retribusi Pelayanan Pasar-LO 118.500.000 - 118.500.0
00 8.1.2.15.01 Pendapatan Retribusi Pemakaian Kekayaan
Daerah-LO
107.250.000 107.250.0
00 8.2.1.03.01 Pendapatan Dana Alokasi Umum-LO - 300.000.000 300.000.0
00 8.3.1.03.02 Pendapatan Hibah-LO 18.000.000 - 18.000.000
9.1.1.01.01 Beban Gaji dan Tunjangan Pegawai-LO 277.500.000 - 277.500.000
9.1.2.01.01 Beban Persediaan Alat Tulis Kantor 14.650.000 - 14.650.000
9.1.2.25.01 Beban Honorarium Panitia Pelaksana Kegiatan 6.000.000 - 6.000.000
9.1.2.06.01 Beban Barang dan Jasa-Cetak 5.250.000 - 5.250.000
9.1.7.01.04 Beban Peny. Peralatan dan Mesin-Kendaraan
Dinas Bermotor
12.500.000 - 12.500.000
9.1.7.02.01 Beban Penyusutan Gedung dan Bangunan 10.000.000 - 10.000.000
9.1.3.01.01 Beban Bunga - 3.375.000 3.375.000
9.1.6.02.01 Beban Bantuan Sosial - 22.500.000 22.500.000
Jumlah 1.703.500.000 1.703.500.000 1.023.325.000 1.023.325.000 1.500.000 1.500.000 2.725.325.000 2.725.325.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
258
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN ANGGARAN REALISASI (%)
1. PENDAPATAN
2. PENDAPATAN ASLI DAERAH
3. Pendapatan Pajak Daerah-LRA 120.000.000 120.000.000 100
-4. Pendapatan Retribusi Daerah-LRA 230.000.000 225.000.000 97,8
5. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan-LRA - - -
6. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) 350.000.000 345.000.000 98,6
7. PENDAPATAN TRANSFER
8. Dana Bagi Hasil Pajak-LRA -
9. Dana Alokasi Umum-LRA 350.000.000 300.000.000 85,7
10. Jumlah Pendapatan Transfer (8 s/d 9) 350.000.000 300.000.000 85,7
11. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
12. Pendapatan Hibah - - -
13. Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah (12) - - -
14. JUMLAH PENDAPATAN (6 + 10 + 13) 700.000.000 645.000.000 92,1
15.
16. BELANJA
17. BELANJA OPERASI
18. Belanja Pegawai 280.000.000 277.500.000 99,1
19. Belanja Barang dan Jasa 24.000.000 24.000.000 100
20. Bunga 3.750.000 3.750.000 100
21. Hibah - -
22. Bantuan Sosial 22.500.000 22.500.000 100
23. Jumlah Belanja Operasi (17 s/d 22) 330.250.000 327.750.000 99,2
24. BELANJA MODAL
25. Belanja Tanah - - -
26. Belanja Peralatan dan Mesin 45.000.000 45.000.000 100
27. Jumlah Belanja Modal (25 + 26)) 45.000.000 45.000.000 100
28. BELANJA TAK TERDUGA
29. Belanja Tak Terduga - - -
30. Jumlah Belanja Tak Terduga (29) - - -
31. JUMLAH BELANJA (23 + 27 + 30) 375.250.000 372.750.000 99,3
32.
33. TRANSFER
34. Bagi Hasil Pajak - - -
35. Bagi Hasil Retribusi - - -
36. Jumlah Transfer (34 + 35) - - -
37. JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (31 + 36) 375.250.000 372.750.000 99,3
38. SURPLUS/DEFISIT (14 - 37) 324.750.000 272.250.000 83,8
39.
40. PEMBIAYAAN
41. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
259
42. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat - - -
43. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000 15.000.000 100
44. Jumlah Penerimaan (42 s/d 43) 15.000.000 15.000.000 100
45. PENGELUARAN PEMBIAYAAN
46. Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000 112.500.000 100
47. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 12.000.000 12.000.000 100
48. Pembayaran Pokok Pinj. Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 25.000.000 25.000.000 100
49. Jumlah Pengeluaran (46 s/d 48) 149.500.000 149.500.000 100
50. PEMBIAYAAN NETO (44 - 49) (134.500.000) (134.500.000) 100
51.
52. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (38 + 50) 190.500.000 137.750.000 72,3
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN PERUBAHAN SALDO ANGGARAN LEBIH
PER 31 DESEMBER 218
(Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018
1. Saldo Anggaran Lebih Awal -
2. Penggunaan SAL Sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan -
3. Subtotal (1 - 2) -
4. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/ SiKPA) 137.750.000
5. Subtotal (3 + 4) 137.750.000
6. Koreksi Kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya -
7. Lain-lain -
8. Saldo Anggaran Lebih Akhir (5 + 6 + 7) 137.750.000
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK PERIODE YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018
1. Ekuitas Awal 1.088.700.000
2. Surpuls/Defisit-LO 311.975.000
3. Ekuitas Akhir (1 + 2) 1.400.675.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
260
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA
LAPORAN OPERASIONAL
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018
1. KEGIATAN OPERASIONAL
2. PENDAPATAN
3. PENDAPATAN ASLI DAERAH
4. Pendapatan Pajak Daerah-LO 120.000.000
5. Pendapatan Retribusi Daerah-LO 225.750.000
6. Jumlah Pendapatan Asli Daerah (4 s/d 5) 345.750.000
7. PENDAPATAN TRANSFER
8. Dana Bagi Hasil Pajak-LO -
9. Dana Alokasi Umum-LO 300.000.000
10. Dana Alokasi Khusus-LO -
11. Jumlah Pendapatan Transfer (8 s/d 10) 300.000.000
12. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
13. Pendapatan Hibah 18.000.000
14. Jumlah Lain-Lain Pendapatan yang Sah (13) 18.000.000
15. JUMALAH PENDAPATAN (6 + 11 + 14) 663.750.000
16.
17. BEBAN
18. Belanja Pegawai 277.500.000
19. Belanja Barang dan Jasa 25.900.000
20. Beban Bunga 3.375.000
21. Beban Hibah -
22. Beban Bantuan Sosial 22.500.000
23. Beban Penyusutan 22.500.000
24. JUMLAH BEBAN (18 s/d 22) 351.775.000
25. SURPLUS/DEFISIT DARI OPERASI (15 - 24) 311.975.000
26.
27. SURPLUS/DEFISIT DARI KEGIATAN NON OPERASIONAL
28. Surplus Penjualan Aset Nonlancar -
29. JUMLAH SURPLUS/DEFISIT DARI KEG. NON OPERASIONAL (28) -
30. SURPLUS/DEFISIT SEBELUM POS LUAR BIASA (24 + 29) 311.975.000
31.
32. POS LUAR BIASA
33. Pendapatan Luar Biasa -
34. Beban Luar Biasa -
35. POS LUAR BIASA (33 s/d 34) -
36. SURPULS/DEFISIT-LO (30 + 35) 311.975.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
261
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA NERACA
PER 31 DESEMBER 2018 DAN 2017 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018 2017 1. ASET
2. ASET LANCAR 3. Kas di Kas Daerah 506.450.000 368.700.000 4. Kas di Bendahara Pengeluaran 9.500.000 9.500.000 5. Kas di Bendahara Penerimaan - - 6. Piutang Retribusi 2.250.000 1.500.000 7. Persediaan Alat Tulis Kantor 1.350.000 3.250.000
8. Jumlah Aset Lancar (3 s/d 7) 519.550.000 382.950.000 9.
10. INVESTASI JANGKA PANJANG 11. Investasi Permanen 12. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 62.000.000 50.000.000 13. Jumlah Investasi Jangka Panjang (12) 62.000.000 50.000.000 14.
15. ASET TETAP 16. Tanah 250.500.000 250.500.000 17. Peralatan dan Mesin 198.250.000 135.250.000 18. Gedung dan Bangunan 480.750.000 420.750.000 19. Jalan, Irigasi, dan Jaringan - - 20. Konstruksi dalam Pengerjaan 90.000.000 150.000.000 21. Akumulasi Penyusutan (69.500.000) (47.000.000) 22. Jumlah Aset Tetap (16 s/d 21) 950.000.000 909.500.000 23.
24. DANA CADANGAN 25. Dana Cadangan 112.500.000 -
26. Jumlah Dana Cadangan (25) 112.500.000 - 27.
28. ASET LAINNYA 29. Tagihan Penjualan Angsuran - - 30. Aset Lain-Lain - -
31. Jumlah Aset Lainnya (29 s/d 30) - - 32. JUMLAH ASET (8+13+22+26+31) 1.644.050.000 1.342.450.000 33.
34. KEWAJIBAN 35. KEWAJIBAN JANGKA PENDEK 36. Utang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) - - 37. Utang Bunga 3.375.000 3.750.000 38. Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 25.000.000 25.000.000 39. Pendapatan Diterima Dimuka - -
40. Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (36 s/d 39) 28.375.000 28.750.000 41.
42. KEWAJIBAN JANGKA PANJANG 43. Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Pusat 200.000.000 225.000.000 44. Utang Dalam Negeri-Utang Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000 - 45. Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (43 + 44)) 215.000.000 225.000.000
46. JUMLAH KEWAJIBAN (40 + 45) 243.375.000 253.750.000 47.
48. EKUITAS 49. Ekuitas 1.400.675.000 1.088.700.000
50. JUMLAH EKUITAS (49) 1.400.675.000 1.088.700.000
51. JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS (46 + 50) 1.644.050.000 1.342.450.000
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
262
PEMERINTAH KABUPATEN MAJU SEJAHTERA LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2018 (Dalam Rupiah)
NO. URAIAN 2018 1. ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI 2. Arus Masuk Kas 3. Penerimaan Pajak Daerah 120.000.000 4. Penerimaan Retribusi Daerah 225.000.000 5. Penerimaan Dana Alokasi Umum 300.000.000 6. Penerimaan Hibah -
7. Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 6) 645.000.000 8. Arus Keluar Kas 9. Pembayaran Pegawai 277.500.000
10. Pembayaran Barang dan Jasa 24.000.000 11. Pembayaran Bunga 3.750.000 12. Pembayaran Bantuan Sosial 22.500.000 13. Jumlah Arus Keluar Kas (9 s/d 12) 327.750.000
14. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (7 - 13) 317.250.000 15. 16. ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI 17. Arus Masuk Kas 18. Pencairan Dana Cadangan - 19. Jumlah Arus Masuk Kas (18) -
20. Arus Keluar Kas 21. Pembentukan Dana Cadangan 112.500.000 22. Perolehan Peralatan dan Mesin 45.000.000 23. Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 12.000.000 24. Jumlah Arus Keluar Kas (21 s/d 23) 169.500.000
25. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (19 - 24) (169.500.000) 26. 27. ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN 28. Arus Masuk Kas 29. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat - 30. Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya 15.000.000
31. Jumlah Arus Masuk Kas (29 s/d 30) 15.000.000
32. Arus Keluar Kas 33. Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat 25.000.000 34. Jumlah Arus Keluar Kas (33) 25.000.000
35. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (31- 34) (10.000.000) 36. 37. ARUS KAS DARI AKTIVITAS TRANSITORIS 38. Arus Masuk Kas 39. Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 37.500.000
40. Jumlah Arus Masuk Kas (39) 37.500.000 41. Arus Keluar Kas 42. Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) 37.500.000
43. Jumlah Arus Keluar Kas (42) 37.500.000 44. Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (40 - 43) -
45. Kenaikan/Penurunan Kas (14+25+35+44) 137.750.000 46. Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran 378.200.000
47. Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran (45+46) 515.950.000 48. Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan -
49. Saldo Akhir Kas (47+48) 515.950.000
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
263
BAB XVII
17.1 Pengertian, Tujuan, dan Dasar Hukum Pemeriksaan
Keuangan
Audit (dalam pemerintahan digunakan istilah pemeriksaan)
merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan tata kelola organisasi
yang baik (good governance). Secara etimologi, istilah audit berasal dari
bahasa latin 'audire' yang berarti mendengar. Pengauditan (auditing) dapat
dipahami sebagai upaya pemeriksaan atas informasi akuntansi untuk
mendapat kayakinan bahwa informasi tersebut telah disajikan secara wajar
(true and fair). Tujuan pengauditan (pemeriksaan) adalah untuk menambah
kredibilitas asersi/pernyataan sehingga pihak yang berkepentingan dapat
memakai informasi dengan keyakinan bahwa informasi tersebut bebas dari
salah saji material.
Pengauditan (Auditing) menurut Sukrisno (2017) adalah suatu
pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang
independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, bersama catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Pengauditan adalah
suatu proses sistematis untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti secara
obyektif terkait dengan asersi tentang tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menentukan tingkat kesesuaian
antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan
(Arens, et.al., 2010).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
264
Selanjutnya, Pengauditan (Pemeriksaan) adalah proses identifikasi
masalah, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan
profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran,
kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara (Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004
Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara).
Berdasarakan definisi tersebut di atas, beberapa ciri-ciri atau
komponen audit adalah sebagai berikut:
1. Proses sistematis yakni rangkaian langkah atau prosedur yang logis,
terstruktur dan terorganisasi.
2. Untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara obyektif.
Dengan dasar pemeriksaan/pengujian atas asersi dan menetapkan
hasilnya tanpa bias atau berprasangka (buruk maupun baik) terhadap
pembuat asersi.
3. Pernyataan-pernyataan (asersi) tentang tindakan-tindakan dan kejadian-
kejadian ekonomi. Asersi merupakan suatu pernyataan atau rangkaian
pernyataan secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab
atas penyataan tersebut untuk digunakan oleh pihak lain. Contoh asersi
antara lain laporan keuangan, SPT, dan Iain-Iain.
4. Tingkat kesesuaian. Kesesuaian asersi-asersi dibandingkan dengan
kriteria yang telah ditentukan.
5. Kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria dapat berupa Standar Akuntansi
Pemerintahan, atau peraturan khusus yang ditetapkan oleh dewan
legislatif, anggaran atau pengukur kinerja lain.
6. Menyampaikan hasil. Hasil dilaporkan dalam laporan tertulis yang
mengindikasikan tingkat kesesuaian antara asersi dan kriteria yang telah
ditentukan.
7. Pihak yang berkepentingan. Pihak yang menggunakan laporan audit
atau laporan hasil pemeriksaan.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) menyatakan bahwa
pemeriksaan keuangan bertujuan untuk:
1. Memberikan opini tentang kewajaran laporan keuangan (keyakinan
yang memadai/reasonable assurance).
2. Mengidentifikasi kemungkinan adanya kelemahan dalam Sistem
Pengendalian Intern (SPI).
3. Mengidentifikasi kemungkinan adanya penyimpangan dari ketentuan
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
265
peraturan perundangan, kecurangan (fraud), serta ketidakpatutan
(abuse).
Selain kegiatan pemeriksaan, dalam organisasi pemerintah daerah
dikenal juga kegiatan reviu. Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah adalah prosedur penelusuran angka-angka, permintaan keterangan
dan analitis yang harus menjadi dasar memadai bagi Inspektorat untuk
memberi keyakinan terbatas atas laporan keuangan bahwa tidak ada
modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan keuangan agar
laporan keuangan tersebut disajikan berdasarkan Sistem Pengendalian
Intern (SPI) yang memadai dan sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan/SAP (Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2008
Tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu Atas Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah).
Keyakinan terbatas yang dimaksud dalam pengertian di atas adalah
karena dalam reviu tidak dilakukan pengujian atas kebenaran substansi
dokumen sumber. Reviu atas Laporan keuangan pemerintah daerah
dilakukan untuk memberikan keyakinan atas kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah. Reviu tidak memberikan dasar untuk memberikan
pendapat (opini) atas laporan keuangan. Karenanya reviu memiliki tingkat
keyakinan lebih rendah dibandingkan audit.
Dalam praktik, pelaksanaan kegiatan reviu seringkali dianggap
memiliki persamaan dengan pemeriksaan. Untuk menghindari hal tersebut,
maka perlu diberikan batasan-batasan yang membedakan antara kegiatan
reviu dengan kegiatan pemeriksaan. Perbedaan paling utama adalah
tujuan pemeriksaan dengan reviu. Tujuan pemeriksaan (laporan) keuangan
yaitu untuk memberikan keyakinan yang memadai apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) di Indonesia. Sedangkan tujuan reviu laporan
keuangan adalah untuk memberikan keyakinan terbatas bahwa laporan
keuangan telah disusun berdasarkan SPI yang memadai dan disajikan
sesuai SAP.
Berbeda dengan pemeriksaan, reviu tidak mencakup pengujian
terhadap SPI, catatan akuntansi, dan pengujian atas respon terhadap
permintaan keterangan melalui perolehan bukti, serta prosedur lainnya
seperti yang dilaksanakan dalam suatu pemeriksaan. Selanjutnya,
perbedaan dalam konteks pelaksanaan aktivitas. Reviu dilakukan secara
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
266
internal oleh auditor pada Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP)
terdiri dari Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP),
Inspektorat Jenderal, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota,
sedangkan pemeriksaan dilakukan oleh auditor eksternal pada Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). Secara ringkas,
perbedaan antara reviu dan pemeriksaan dapat dilihat tabel berikut ini.
Tabel. 17.1. Perbedaan Pemeriksaan dan Reviu
ASPEK PEMERIKSAAN REVIU
Tujuan Memberikan keyakinan
atas kewajaran LKPD
Memberikan keyakinan terbatas
Ruang Lingkup Komprehensif Tidak mencakup uji validitas
substansi bukti
Pelaksanaan
aktivitas
Eksternal Internal
Pelaksana BPK APIP
Output Opini Rekomendasi
Pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara/daerah yang dilakukan oleh BPK RI dilaksanakan berdasarkan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) sesuai Peraturan BPK Rl
Nomor 01 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
SPKN memuat persyaratan profesional pemeriksa, mutu pelaksanaan
pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.
Tujuan Standar Pemeriksaan untuk menjadi ukuran mutu bagi para
pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan. Selanjutnya, Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 menyatakan bahwa Aparat Pengawasan
Intern Pemerintah (APIP) pada pemerintah daerah melakukan reviu atas
laporan keuangan dalam rangka meyakinkan keandalan informasi yang
disajikan sebelum disampaikan kepada kepala daerah atau Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
17.2 Jenis-Jenis dan Ruang Lingkup Audit
Secara umum, audit (pemeriksaan) pada pemerintah daerah dapat
dikelompokkan berdasarkan tujuan dan pelaksanaan. Berdasarkan
tujuannya maka audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan yaitu:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
267
1. Pemeriksaan Keuangan (Financial Audit).
Pemeriksaan atas Laporan Keuangan pada aspek ketertiban
administrasi pertanggungjawaban keuangan, dalam rangka
memberikan pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang
disajikan dalam Laporan Keuangan Pemerintah Daerah.
2. Pemeriksaan Kinerja (Performance Audit).
Pemeriksaan atas Pengelolaan Keuangan Negara yang terdiri atas
pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta efektivitas. Pemeriksaan
ini bertujuan untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi
perhatian DPR/DPRD terkait efisiensi dan efektivitas pelaksanaan anggaran
dan kegiatan pada pemerintah daerah. Audit kinerja memfokuskan
pemeriksaan pada tindakan-tindakan dan kejadian ekonomi yang
menggambarkan kinerja entitas (Mardiasmo, 2018).
3. Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu.
Pemeriksaan tidak termasuk dalam pemeriksaan sebagaimana di atas,
dilakukan atas aspek kepatuhan terhadap peraturan (compliance audit).
Termasuk dalam pemeriksaan tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan
atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan, pemeriksaan
investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern
pemerintah.
Berdasar pelaksanaan maka audit dapat dikelompokkan ke dalam
audit:
1. Audit internal.
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh pihak dari dalam
organisasi auditi, misalnya, pemerintah pusat/daerah. Tujuan audit
internal adalah melaksanakan fungsi pengawasan dalam manajemen
khususnya diarahkan pada upaya membantu kepala pemerintahan
dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Untuk pemerintah daerah,
maka audit intern adalah audit yang dilakukan oleh aparat pengawasan
intern daerah yang bersangkutan (Inspektorat).
2. Audit Eksternal.
Audit eksternal adalah audit yang dilakukan oleh pihak di luar
organisasi, peran audit eksternal dijalankan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Tujuan BPK menjalankan audit atas pengelolaan keuangan
negara (termasuk keuangan daerah) untuk dilaporkan kepada Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
268
Berikut adalah uraian perbandingan audit eksternal dan audit internal
pemerintah:
Tabel 17.2. Perbedaan Audit berdasar Pelaksanaan
URAIAN EKSTERN (BPK) INTERN (BPKP dan APIP)
Posisi
Tidak berada dibawah dan tidak
bertanggungjawab langsung
kepada manajemen (pihak luar
manajemen)
Berada dibawah dan
bertanggungjawab kepada
manajemen puncak (bagian dari
manajemen)
Tujuan utama Memberikan opini atas audit
yang dilakukan
Memberikan masukan
manajemen agar melakukan
perbaikan secara dini
Pemakai Stakeholders (DPR, Rakyat,
Kreditur, Pemerintah, dll) Manajemen Pemerintah
Sifat Pemeriksaan dilakukan setelah
kegiatan selesai dilaksanakan
Pemeriksaan bersifat preventif,
pembinaan, dan simultan.
Jenis
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Keuangan
b. Pemeriksaan Kinerja
c. Pemeriksan dengan Tujuan
Tertentu
a. Pemeriksaan Keuangan
b. Pemeriksaan Kinerja
c. Pemeriksaan dengan Tujuan
Tertentu
Kriteria yang
digunakan
a. SAP
b. Perundang-undangan
c. SPKN
a. Indikator kinerja
b. Perundang-undangan
c. Standar Profesi Audit Internal
Kualitas
Auditor
Memiliki kompetensi audit
ketaatan dan audit keuangan
Memiliki kompetensi evaluasi
efisiensi dan efektivitas
Auditor biasanya diklasifikasikan dalam dua kategori berdasarkan
siapa yang mempekerjakan mereka, yaitu auditor ekstemal dan auditor
internal.
1. Auditor eksternal merupakan pihak luar yang bukan merupakan
karyawan pemerintah, berkedudukan independen dan tidak memihak
baik terhadap auditi maupun pengguna laporan keuangan. Auditor
eksternal dapat melakukan setiap jenis audit. BPK merupakan auditor
eksternal pemerintah.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
269
2. Auditor Internal merupakan pegawai dari pemerintah yang diaudit.
Fungsi auditor internal adalah membantu manajemen dalam
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pemerintah. Jika
ditinjau secara luas BPKP merupakan auditor internal pemerintah, Irjen
merupakan audit internal departemen sedangkan inspektorat
merupakan auditor pemerintah daerah.
Ruang lingkup pemeriksaan keuangan pada pemerintah daerah
meliputi hal-hal berikut ini:
1. Anggaran dan realisasi pendapatan, belanja dan pembiayaan
2. Posisi aset, kewajiban dan ekuitas
3. Arus kas dan saldo kas akhir sesuai dengan Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SILPA) dalam laporan realisasi anggaran dan ekuitas dalam
Neraca.
4. Pengungkapan informasi yang diharuskan seperti disebutkan dalam SAP.
5. Efektivitas pengendalian intern dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pelaporan keuangan dalam
Laporan Keuangan.
17.3 Tanggung Jawab dalam Pemeriksaan
Berdasarakan Peraturan BPK Rl Nomor 01 Tahun 2017 tentang
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara, dijelaskan tentang tanggungjawab
berbagai pihak yang terlibat dalam kegiatan pemeriksaan. Adapun
tanggung jawab pemeriksa, organisasi pemeriksa dan manajemen entitas
yang diperiksa adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab Pemeriksa.
Secara garis besar tanggung jawab pemeriksa adalah sebagai berikut:
a. Merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan.
b. Memahami prinsip-prinsip pelayanan kepentingan publik serta
menjunjung tinggi integritas, obyektivitas, dan independensi.
c. Memiliki sikap untuk melayani kepentingan publik, menghargai dan
memelihara kepercayaan publik, dan mempertahankan
profesionalisme.
d. Melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan
derajat integritas yang tertinggi: profesional, obyektif, berdasarkan
fakta, dan tidak berpihak (bebas dari benturan kepentingan/conflict
of interest).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
270
e. Mempertahankan independensi dalam sikap mental (independent in
fact) dan independensi dafam penampilan perilaku (independent in
appearance) pada saat melaksanakan pemeriksaan. Bersikap
independen berarti menghindarkan hubungan yang dapat
mengganggu sikap mental dan penampilan obyektif pemeriksa
dalam melaksanakan pemeriksaan.
f. Menggunakan pertimbangan profesional dalam menetapkan lingkup
dan metodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang akan
dilaksanakan, melaksanakan pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya.
g. Mengungkapkan semua hal yang material atau signifikan, yang jika
tidak diungkapkan dapat mengakibatkan kesalahpahaman para
pengguna LHP, kesalahan dalam penyajian hasilnya, atau menutupi
praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
h. Membantu manajemen dan pengguna LHP untuk memahami
tanggung jawab pemeriksa berdasarkan SPKN dan cakupan
pemeriksaan yang ditentukan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Tanggung Jawab Organisasi Pemeriksa.
Organisasi pemeriksa mempunyai tanggung jawab untuk meyakinkan
bahwa:
a. Independensi dan obyektivitas dipertahankan pada seluruh tahap
pemeriksaan.
b. Pertimbangan profesional [professional judgment) digunakan dalam
perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan basil
pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi
profesional dan secara kolektif mempunyai keahlian dan
pengetahuan yang memadai.
d. Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik.
3. Tanggung Jawab Manajemen Entitas Yang Diperiksa.
Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk:
a. Mengelola keuangan secara tertib, ekonomis, efisien, efektif,
transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
271
b. Menyusun dan menyelenggarakan SPI efektif guna menjamin
pencapaian tujuan, keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola,
kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
serta perolehan, pemeliharaan dan pengungkapan data yang andal.
c. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan tepat waktu.
d. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan
memelihara suatu proses untuk memantau status tindak lanjut atas
rekomendasi dimaksud.
17.4 Bukti dan Temuan Pemeriksaan
Pemeriksaan pada dasarnya dapat diartikan sebagai proses
sistematis yang dikerjakan pihak independen dan kompeten, untuk
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, mencocokkan informasi yang
terkandung dalam bukti dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
melaporkan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
demikian, dalam pemeriksaan diperlukan pengetahuan atas bukti
pemeriksaan, teknik/prosedur untuk mendapatkan bukti, serta jenis laporan
yang akan dihasilkan.
Bukti pemeriksaan adalah semua informasi yang digunakan
pemeriksa untuk menentukan apakah informasi yang sedang diperiksa
telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Terdapat 2
(dua) sayarat bukti pemeriksaan yaitu kecukupan (sufficient) dan kompeten
(competent) bukti. Kompetensi bukti adalah tingkat keyakinan bahwa bukti
tersebut dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Kompetensi suatu bukti
tergantung dari relevansi, pengetahuan langsung pemeriksa, keaslian bukti,
independensi yang menyajikan, kualifikasi individu, objektifitas, keefektivan
pengendalian intern, dan ketepatan waktu.
Audit harus dapat memastikan SPI yang dibuat sudah efektif agar
opini yang diberikan baik. Terdapat hubungan yang erat antara kegiatan
audit dengan SPI. Hubungan antara SPI dengan pemeriksaan adalah jika
SPI dianggap efektif, maka pemeriksa dapat mengurangi aktivitas
pelaksanaan pengujian yang ekstensif. Sebaliknya jika SPI dianggap
lemah, maka pemeriksa harus melakukan pengujian substantif dengan
ekstensif. Jika SPI sangat lemah, pemeriksa dapat memberikan opini tidak
memberikan pendapat (disclaimer).
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
272
Pada akhir tahap pelaksanaan pemeriksaan keuangan, pemeriksa
menyusun konsep temuan pemeriksaan yang kemudian akan disampaikan
kepada pejabat yang bertanggungjawab untuk mendapatkan tanggapan.
Temuan pemeriksaan ini kemudian akan dimasukkan dalam laporan hasil
pemeriksaan. Temuan Pemeriksaan (TP) atas laporan keuangan yang
diperiksa merupakan permasalahan yang ditemukan oleh pemeriksa yang
perlu dikomunikasikan kepada pihak yang terperiksa. Permasalahan
tersebut meliputi:
1. Ikhtisar Koreksi.
Ikhtisar Koreksi merupakan rekapitulasi koreksi atau penyesuaian
(adjustments) yang diusulkan tim pemeriksa kepada pemerintah daerah.
2. Kelemahan Sistem Pengendalian Intern.
Kelompok temuan kelemahan SPI dibagi dalam subkelompok temuan
berikut:
a. Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan terkait
kegiatan pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan yang dapat
mempengaruhi keandalan pelaporan keuangan dan pengamanan
atas aset.
b. Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja terkait dengan pemungutan dan
penyetoran penerimaan negara/daerah serta pelaksanaan
program/kegiatan auditi dan kemungkinan adanya ketidakpatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan.
c. Kelemahan terkait ada/tidaknya SPI atau efektivitas SPI.
3. Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundangan-undangan
Kelompok temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan dibagi dalam subkelompok berikut ini:
a. Temuan kerugian terkait permasalahan berkur^ngnya kekayaan
berupa uang, surat berharga, dan barang, yang nyata dan past!
jumlahnya sebagai akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai.
b. Temuan potensi kerugian daerah terkait adanya perbuatan melawan
hukum yang dapat mengakibatkan risiko terjadinya kerugian di
masa datang berupa berkurangnya kas, surat berharga, dan aset
nyata dan pasti jumlahnya.
c. Temuan kekurangan penerimaan daerah karena adanya unsur
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
273
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan.
d. Temuan administrasi tentang adanya penyimpangan terhadap
ketentuan yang berlaku baik dalam pelaksanaan anggaran atau
pengelolaan aset maupun operasional, tetapi penyimpangan
tersebut tidak mengakibatkan kerugian atau potensi kerugian
daerah dan tidak mengandung unsur indikasi tindak pidana.
e. Temuan Indikasi Tindak Pidana mengungkap adanya perbuatan
yang diduga memenuhi unsur-unsur tindak pidana yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan dan diancam dengan sanksi
pidana dalam peraturan tersebut.
Setelah draft Temuan Pemeriksaan disusun oleh pemeriksa, maka
langkah-langkah berikutnya atas Temuan Pemeriksaan meliputi:
1. Pembahasan Konsep Temuan Pemeriksa dengan Pejabat Entitas yang
Berwenang.
Setelah Konsep Temuan Pemeriksaan disampaikan ketua tim pemeriksa
kepada pemerintah daerah, tim pemeriksa membahas temuan tersebut
dengan pejabat pemerintah daerah yang berwenang kepala
daerah/sekretaris daerah atau PPKD.
2. Perolehan Tanggapan Resmi dan Tertulis.
Pemeriksa memperoleh tanggapan resmi dan tertulis atas Konsep
Temuan Pemeriksaan dari pejabat pemerintah daerah yang berwenang
dalam hal ini kepala daerah/sekretaris daerah atas nama kepala daerah.
Tanggapan tersebut akan diungkapkan dalam Temuan Pemeriksaan
atas LKPD.
3. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD
Pemeriksa dalam hal ini Ketua Tim menyampaikan Temuan
Pemeriksaan atas LKPD kepada kepala daerah dan/atau sekretaris
daerah. Penyampaian Temuan Pemeriksaan atas LKPD tersebut
merupakan akhir dari pekerjaan lapangan pemeriksaan LKPD. Hal ini
merupakan batas tanggung jawab pemeriksa terhadap kondisi laporan
keuangan yang diperiksa.
17.5 Komunikasi dan Laporan Hasil Pemeriksaan
Selama proses audit dan penyusunan laporannya, terjadi interaksi
antara auditor dengan auditi yang memerlukan komunikasi. Oleh karena itu,
komunikasi merupakan salah satu aspek penting dalam pemeriksaan.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
274
Komunikasi dalam pemeriksaan dimulai dari saat perkenalan hingga auditor
menyerahkan LHP, bahkan diteruskan hingga pemantauan tindak lanjut
hasil pemeriksaan.
Komunikasi adalah bagian integral dalam pemeriksaan yaitu mulai dari
perencanaan penugasan, pelaksanaan pengujian hingga pemantauan tindak
lanjut. Komunikasi dapat didefinisikan sebagai transmisi informasi dan
pemahaman melalui penggunaan simbol-simbol biasa atau umum. Proses
komunikasi merupakan tahap-tahap antara komunikator dengan komunikan
yang menghasilkan transfer dan pemahaman makna. Proses komunikasi
meliputi 5 (lima) bagian yakni: 1) Komunikator (Orang yang menyampaikan
pesan), 2) Pesan (Ide, informasi, keluhan, himbauan dengan bantuan, bahasa,
gerak-gerik, ekspresi wajah, gambar, warna dan isyarat lainnya, 3) Komunikan
(Orang yang menerima pesan), 4) Media ( Sarana atau saluran yang
mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya),
dan 5) Efek (Dampak sebagai pengaruh dari pesan).
Dengan keterampilan berkomunikasi, pelaksanaan pemeriksaan
akan berjalan secara efektif (dapat mencapai hasil-hasil yang diinginkan)
dan efisien (proses pemeriksaan berlangsung lancar).
Interaksi pemeriksa dengan auditi, pada umumnya terjadi dalam
kegiatan-kegiatan seperti:
1. Perkenalan dan penyerahan surat tugas audit.
2. Pengumpulan informasi umum dan bukti-bukti audit.
3. Pembahasan temuan hasil audit.
4. Pemantauan tindak lanjut.
Pemeriksa dituntut untuk mengadakan hubungan insani dengan
auditi dengan saling menghargai dan berusaha merasakan manfaat dari
hasil kerjasamanya. Seorang pemeriksa harus berkomunikasi secara etis,
ramah, sopan, menghargai dan menghormati orang lain. Auditi tidak
dipandang sebagai objek, melainkan sebagai individu yang berlaku sebagai
mitra kerja. Dengan diciptakannya hubungan insa ni oleh pemeriksa,
diharapkan pemeriksa dan auditi merasa puas dengan pemeriksaan yang
dilakukan dan auditi percaya dengan fungsi pemeriksaan.
Salah satu persyaratan penting dalam komunikasi audit adalah
mengetahui psikologi, khususnya mengenai perilaku seseorang di dalam
lingkungannya. Beberapa hal penting dalam hubungan psikologis antara
pemeriksa dengan auditi adalah:
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
275
1. Bahwa setiap manusia pada dasarnya selalu ingin diperlakukan secara
terhormat dan ingin selalu dihargai.
2. Bahwa manusia itu satu sama lain berbeda.
3. Bahwa setiap tingkah laku manusia mempunyai tujuan tertentu.
Pemeriksa yang baik akan selalu berusaha untuk mengetahui
kebutuhan-kebutuhan auditi, supaya dapat memberikan motivasi yang
tepat untuk bisa bekerjasama.
4. Bahwa setiap orang mempunyai keinginan untuk dapat memilih serta
bekerja sesuai dengan kehendaknya serta perasaannya.
Dalam praktik banyak faktor yang mempengaruhi hubungan
(komunikasi) antara pemeriksa dan auditi yang dapat dikelompokkan dalam:
1. Peran. Sesuai dengan fungsinya, pemeriksa mempunyai kewenangan
untuk melakukan verifikasi atas dokumen, wawancara, konfirmasi,
inspeksi dan Iain-Iain terhadap auditi. Oleh karena itu auditi mempunyai
kewajiban untuk memberikan informasi dan melayani pemeriksa
sehingga situasi ini memberikan keuntungan bagi auditor berupa
"conformity pressure" kepada auditi.
2. Citra/lmage. Image yang positif adalah bahwa seorang pemeriksa harus
jujur, tegas dan menjunjung tinggi kebenaran.
3. Atribut Pribadi. Pangkat/Jabatan, pendidikan, usia, penampilan,
pengalaman dan prestasi merupakan atribut-atribut pribadi yang dapat
memberikan pengaruh positif ataupun negatif dalam hubungan antara
pemeriksa dan auditi.
4. Atribut Organisasi. Atribut organisasi pertama yang dapat memberikan
pengaruh adalah kedudukan hirarkis organisasi. Semakin tinggi
kedudukan organisasi pemeriksaan (unit pemeriksa), makin tinggi pula
nilai yang diberikan oleh auditi.
5. Perilaku. Dalam mendapatkan informasi dari auditi maka pemeriksa harus
memperhatikan faktor perilaku seperti sopan, halus dalam tutur kata,
hormat pada orang lain, sikap rukun, tahu diri, simpatikdan mudah
menolong.
6. Jenis-jenis Pemeriksaan. General audit akan memberikan respon yang
sewajarnya dari auditi daripada pemeriksaan khusus yang diarahkan
untuk menemukan kecurangan.
7. Temuan Pemeriksaan. Apabila selama pemeriksaan pemeriksa
menemukan sesuatu yang dapat mengancam kedudukan auditi maka
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
276
besar kemungkinan auditi akan bersikap bermusuhan.
8. Kebijaksanaan Pemerintah. Dalam hal ini kebijakan yang menekankan
pentingnya pengawasan melekatdan pengawasan fungsional
berdampak conformity pressure.
9. Suasana Setempat. Pemeriksa yang menghadapi auditi di daerah
(dimana kepatuhan terhadap birokrasi masih sangat tinggi) umumnya
akan diterima dan dilayani dengan baik.
Setelah melakukan seluruh prosedur audit yang diperlukan, hasil
pelaksanaan pemeriksaan dituangkan secara tertulis ke dalam suatu bentuk
laporan yang disebut dengan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). LHP
berfungsi untuk:
1. Mengkomunikasikan hasil pemeriksaan kepada pejabatyang
berwenang.
2. Membuat hasil pemeriksaan terhindar kesalah pahaman sekaligus
sebagai bahan untuk tindakan perbaikan oleh instansi terkait.
3. Memudahkan tindak lanjut terkait tindakan perbaikan yang harus
dilakukan.
Dalam pemeriksaan tahunan atas laporan keuangan pemerintah
daerah, BPK RI akan menerbitkan laporan hasil pemeriksaan (LHP), yang
terdiri dari:
1. Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan
LHP menyatakan opini BPK RI atas kewajaran Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD). Opini pemeriksaan BPK terhadap LKPD
menggunakan opini standar sesuai Undang-undang Nomor 15 Tahun
2004, yaitu:
a. Wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion).
Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) menyatakan bahwa
laporan keuangan entitas yang diperiksa, menyajikan secara wajar
dalam semua hai yang material, posisi keuangan, realisasi
anggaran, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan SAP di
Indonesia.
b. Wajar dengan pengecualian (qualified opinion). Pendapat Wajar
Dengan Pengecualian WDP), menyatakan bahwa laporan keuangan
entitas yang diperiksa menyajikan secara wajar dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, realisasi anggaran, dan arus kas
entitas tersebut sesuai dengan SAP di Indonesia, kecuali dampak
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
277
hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan.
c. Pendapat tidak wajar (adverse opinion). Pendapat Tidak Wajar (TW)
menyatakan bahwa laporan keuangan entitas yang diperiksa tidak
rpenyajikan secara wajar posisi keuangan, realisasi anggaran, dan
arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi berterima
umum di Indonesia.
d. Menolak memberikan pendapat (disclaimer opinion). Opini Tidak
Memberikan Pendapat (TMP) menyatakan bahwa pemeriksa tidak
memberikan pendapat atas laporan keuangan, jika bukti
pemeriksaan tidak cukup untuk membuat kesimpulan.
2. Laporan Kepatuhan atas Pengendalian Intern.
Pemeriksa harus melaporkan kelemahan pengendalian intern yang
dianggap sebagai "kondisi yang dapat dilaporkan". Beberapa contoh
sebagai berikut:
a. Tidak ada pemisahan tugas reviu atau persetujuan yang memadai.
b. Tidak memadainya berbagai persyaratan untuk pengamanan Aset.
c. Bukti kelalaian yang mengakibatkan kerugian, kerusakan atau
penggelapan Aset.
d. Bukti adanya kesengajaan mengabaikan SPI oleh pejabat
berwenang.
e. Bukti kegagalan untuk menjalankan tugas yang menjadi bagian dari
SPI, seperti tidak dibuatnya rekonsiliasi atau pembuatan rekonsiliasi
tidak tepatwaktu.
f. Kelemahan dalam lingkungan pengendalian, seperti tidak adanya
tingkat kesadaran yang memadai tentang pengendalian dalam
organisasi tersebut.
g. Kelemahan yang signifikan dalam desain atau pelaksanaan SPI
yang berdampak langsung dan material atas laporan keuangan.
h. Kegagalan untuk melakukan tindak lanjut dan membentuk sistem
informasi pemantauan tindak lanjut untuk secara sistematis dan
tepat waktu.
Dalam melaporkan kelemahan pengendalian intern atas pelaporan
keuangan, pemeriksa harus mengidentifikasi "kondisi yang dapat
dilaporkan" yang secara sendiri-sendiri atau secara kumulatif
merupakan kelemahan yang material. Pemeriksa harus menempatkan
temuan tersebut dalam perspektif yang wajar.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
278
3. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundangan, Kecurangan (fraud) dan
Ketidakpatutan (abuse).
Dalam hal pemeriksa menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan atau
penyimpangan dari ketentuan peraturan perundang-undangan telah
terjadi atau kemungkinan telah terjadi, maka BPK harus menanyakan
kepada pihakyang berwenang tersebut apakah LHP tersebut akan
mengganggu suatu proses penyidikan atau peradilan. Apabila LHP
akan mengganggu proses penyidikan atau peradilan tersebut, BPK
harus membatasi laporannya, misalnya pada hal-hal yang telah
diketahui oleh umum (masyarakat).
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
279
DAFTAR PUSTAKA
Anto, L. 2019. Akuntansi Sektor Publik: Konsep Pengelolaan dan Pelaporan
Aset Pemerintah Daerah. Cetakan Pertama. Kendari: AA-DZ Grafika.
Arens, Alvin A., dan Loebbecke, J. K. 2000. Auditing: An Integrated
Approach. Eight Edition. Upper Saddle River: Prentice-Hall, Inc.
Bastian, I. 2010. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Edisi Ketiga.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
BPK RI, 2017. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia
Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN).
Darise., N. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah: Akuntansi Sektor Publik.
Cetakan I. Jakarta: PT. INDEKS.
Darise., N. 2009. Pengelolaan Keuangan Daerah: Pedoman Untuk Eksekutif
dan Legislatif – Rangkuman 7 Undang-Undang, 30 Peraturan
Pemerintah dan 15 Permendagri. Edisi 2 Cetakan I. Jakarta: PT.
INDEKS.
Freeman, R. J. dan Craig D. S. 2003. Governmental and Nonprofit
Accounting. 7 th Edition. Person Education, Prentice Hall.
Halim, A. 2007. Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah.
Jakarta: Salemba Empat.
Halim, A. dan Kusufi, M. S. 2014. Teori, Konsep, dan Aplikasi Akuntansi
Sektor Publik: Dari Anggaran Hingga Laporan Keuangan – Dari
Pemerintah Hingga Tempat Ibadah. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Halim, A., Restianto, Y. E. dan Karman I. W. 2010. Sistem Akuntansi Sektor
Publik Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat – Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah – Kapita Selekta Sistem Akuntansi Sektor Publik.
Edisi Pertama Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
International Federation of Accountants (IFAC), 2016. International Public
Sector of Accounting Standards 1 – Presentation of Financial
Statements.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
280
Jones, R. dan Pendlebury, M. 2010. Public Sector Accounting. Sixth Edition.
England: Prentice Hall.
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). 2006. Buletin Teknis
Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 4 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Belanja Pemerintah.
---------, 2013. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 14
tentang Akuntansi Kas.
---------, 2014. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 15
tentang Akuntansi Aset Tetap Berbasis Akrual.
---------, 2014. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 16
tentang Akuntansi Piutang Berbasis Akrual.
---------, 2016. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 21
tentang Akuntansi Transfer Berbasis Akrual.
---------, 2015. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 22
tentang Akuntansi Utang Berbasis Akrual.
---------, 2016. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 23
tentang Akuntansi Pendapatan Nonperpajakan.
---------, 2016. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 24
tentang Akuntansi Pendapatan Perpajakan.
---------, 2013. Interpretasi Penyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor
3 Tahun 2013 tentang Pengakuan Penerimaan Pembiayaan yang
Diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah dan Pengeluaran
Pembiayaan yang Dikeluarkan dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah.
Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UII
Press.
Mardiasmo. 2018. Akuntansi Sektor Publik. Edisi Terbaru. Yogyakarta: Andi
Offset.
Martani, D., Veronica, S., Wardhani, R., Farahmita, A., dan Tanujaya, E.
2012. Akuntansi Keuangan Menengah: Berbasis PSAK. Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Ratmono, D. dan Sholihin, M. 2015. Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis
Akrual. Cetakan Pertama. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Reck, J. L. dan Lowensohn, S. L. 2016. Accounting for Govermental &
Nonprofit Entities. Seventeenth Edition. United Stated: McGraw-Hill
Educations.
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
281
Renyowijoyo, M. 2008. Akuntansi Sektor Publik: Organisasi Non Laba. Edisi
Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.
---------. 2004. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara.
---------. 2004. Undang-Undang Nomor 15 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
---------. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
---------. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah
---------. 2007. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara/Daerah.
---------. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan.
---------. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
---------. 2013. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada
Pemerintah Daerah.
---------. 2016. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 223/PMK.05/2016 Tahun
2016 tentang Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual Nomor 6 Tentang Akuntansi Investasi (Revisi 2016).
Sukrisno, A. 2017. Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh
Akuntan Publik. Buku 1 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.
Tanjung, A.H. 2012. Akuntansi Pemerintah Daerah Berbasis Akrual:
Pendekatan Teknis Sesuai PP No. 71/2010. Cetakan Kesatu.
Bandung: Alfabeta Bandung.
Warren, S. C., Reeve, J. M., dan Duchac, J. E. 2017. Pengantar Akuntansi 1:
Adaptasi Indonesia. Edisi 4. Jakarta: Salemba Empat.
Yusuf, M. 2010. Langkah Pengelolaan Aset Daerah: Menuju Pengelolaan
Keuangan Daerah Terbaik. Jakarta: Salemba Empat.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
282
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
283
BIODATA PENULIS
A. Identitas Diri Nama : Dr. La Ode Anto, SE., M.Si., Ak., QIA., CA., Asean CPA Tempat, Tanggal Lahir : Duruka, 24 Juni 1972 Jenis Kelamin : Laki-laki Agama : Islam Status Perkawinan : Kawin Pekerjaan : Dosen Tetap Jurusan Akuntansi FEB Universitas Halu Oleo Pangkat/Golongan : Pembina Tk. I/ IVb Jabatan Fungsional : Lektor Kepala Alamat Rumah : BTN Kendari Permai Blok I-3/7 Kendari Telepon/HP : 082148237772 Alamat e-mail : [email protected] Nama Ayah : La Ode Dai Nama Ibu : Wa Rina Nama Istri : Hopi, SE Nama Anak : 1. Tsalsa Anto Ifdanunnisa 2. Nurah Anto Khairunnisa 3. Nazwah Anto Mutmainnisa 4. Abrar Anto Khairunnas.
B. Riwayat Pendidikan Tahun : Sekolah/Universitas 1984 : SD Negeri 1 Duruka, Raha 1987 : SMP Negeri 1 Raha 1990 : SMA Negeri 1 Raha 1997 : Strata Satu (S1) Akuntansi Universitas Hasanuddin 2003 : Strata Dua (S2) Manajemen Keuangan Universitas
Hasanuddin 2017 : Strata Tiga (S3) Program Doktor Ilmu Ekonomi
Konsentrasi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
284
C. Riwayat Pekerjaan Tahun : Jabatan 1999 – Sekarang : DosenTetap Jurusan Akuntansi FEB Universitas Halu Oleo 2004 – 2009 : Sekretaris Jurusan Akuntansi FEB Universitas Halu Oleo Kendari 2009 – 2011 : Ketua Tim Audit Finansial SPI Universitas Halu Oleo 2009 – 2010 : Ketua Jurusan Akuntansi FEB Universitas Halu Oleo 2010 – Sekarang : Wakil Sekretaris IAI Provinsi Sulawesi Tenggara 2011 – 2017 : Ketua Dewan Pengawas (Komisaris) PD. BPR
Bahteramas Kota Kendari 2014 – 2019 : Ketua Unit Layanan Pengadaan (ULP) Universitas Halu Oleo. 2018 – 2020 : Ketua Dewan Pengawas (Komisaris) PD. BPR
Bahteramas Konawe 2019 – 2020 : Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo. 2020 – 2020 : Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo. 2020 – Sekarang : Ketua Satuan Pengawas Internal Universitas Halu Oleo.
D. Penelitian dan Artikel Tahun : Judul Penelitian 2003 : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal
Pada Industri Konsumsi yang Listing di Bursa Efek Jakarta 2007 : Dampak Industri Perikanan Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Kendari Caddi Kota Kendari 2008 : Pengaruh Personal Background, Political Background, dan
Pengetahuan Dewan tentang Anggaran Terhadap Peran DPRD dalam Pengawasan Keuangan Daerah di Provinsi Sulawesi Tenggara
2008 : Analisis Pengendalian Piutang Pelanggan Listrik Dalam Rangka Efektivitas pada PT. PLN (Persero) Cabang Kendari 2011 : Pengaruh Pengalaman dan Profesionalisme Auditor
Terhadap Kinerja Auditor pada Kantor BPK-RI Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara 2011 : Pengaruh Akuntabilitas dan PengetahuanTerhadap Hasil Kerja Auditor
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
285
2013 : Pengaruh Levers of Control (LOC) dan Organization Learning Terhadap Organizationnal Performance pada Industri Perikanan di Provinsi Sulawesi Tenggara 2015 : Assets Accounting in Local Financial Manager Perspective: Interpretive Study. 2017 : Akuntansi Aset Pemerintah Daerah: Pemaknaan dalam
Perspektif Pengelola Keuangan Daerah. 2018 : Potret Accounting Human Resouces in Home Industry:
An Interpretive Study (Case Study on Home Industry UD. Agung).
2019 : Accounting Practice Model on The Home Industry UD. Agung 2019 : Effect of Inventory of Assets, Legal Audit, and Evaluation
Fixed Assets to Optimize the Use of Local Government in East Kolaka.
2020 : The Effect of Individual Commitment and Personal Competency on Organizational Citizenship Behaviour and Performance of Regional Legislstive Members: A Studi at Konawe Distrist and South Konawe, Indonesia
2020 : The Effect of the Auditor’s Workload on Intention to Transfer Mediated by the Auditor’s Experience: A Study at The North Konawe District Inspectorate.
2020 : Assets as Welfare Instruments: The Interpretation in Local Financial Management Perspectives.
2020 : Asset Accounting as The Way of Accountability in The Management of Local Government Assets.
2020 : Taxpayer Awareness, Tax Knowledge, Tax Sanctions, Public Service Accountability and Taxpayer Compliance.
2020 : Auditor’s Ability to Detect Fraud: Independence, Audit Experience, Professional Skepticism, and Work Load
E. Pelatihan/Seminar/Lokakarya
Tahun : Nama Kegiatan 2006 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA IX), Padang 2006 : Seminar Sinkronisasi Kurikulum Pendidikan Akuntansi, Padang 2007 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA X), Makassar 2008 : Pelatihan dan Ujian Sertifikasi Qualified Internal Auditor
(QIA), Jakarta
AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK Teori, Konsep dan Aplikasi
286
2008 : Seminar Nasional Ekonomi, Kendari 2009 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA XII), Palembang 2009 : Seminar Nasional Internal Audit (SNIA 2009), Bali 2010 : Pelatihan dan Ujian Nasional Keahlian Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah, Kendari 2010 : Pelatihan Pengelolaan Aset dan Barang Milik Daerah (BMD), Kendari 2010 : Kongres XI Ikatan Akuntan Indonesia, Jakarta 2010 : Pelatihan Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU), Kendari 2010 : Seminar Nasional Internal Audit (SNIA 2010), Yogyakarta 2010 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA XIII),Purwokerto 2010 : Seminar Nasional Strategi Tata Kelola Keuangan dalam Upaya Pencapaian Opini WajarTanpa Pengecualian, Kendari 2011 : Seminar Nasional Internal Audit (SNIA 2011), Batam 2011 : Pelatihan Best Practices in Internal Audit, Singapura 2011 : Workshop on Research Methodology and SPSS Training, Makassar 2011 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA XIV), Aceh 2011 : Lokakarya Audit Internal PerguruanTinggi, Makassar 2012 : Semin ar Internasional Shari’a Accounting in The Current Global Economic Trend, Makassar 2013 : Temu Nasional Akuntansi Multi Paradigma I, Malang 2014 : Seminar Nasional Internal Audit (SNIA 2014), Solo 2014 : Temu Nasional Akuntansi Multi Paradigma II, Makassar 2014 : Seminar Nasional Peranan Bank Indonesia dalam Pengembangan Ekoonomi Daerah, Makassar 2014 : Seminar Internasional Recent Economic Development and Challenges for Inclusive Growth, Makassar 2015 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA XVIII), Medan 2015 : Temu Nasional Akuntansi Multi Paradigma III, Bali 2015 : Pelatihan dan Uji Kompetensi Sertifikasi BPR, Kendari 2015 : Training of Trainer Pengelolaan Keuangan Daerah, Makassar 2016 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA XIX), Lampung 2017 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA XX), Jember 2018 : Simposium Nasional Akuntansi (SNA XXI), Samarinda 2019 : Seminar Nasional Internal Audit (SNIA 2019), Palembang
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH Teori, Konsep dan Aplikasi
287
F. Pengabdian Masyarakat Tahun : Nama Kegiatan 2006 : Sosialisasi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah di Kab. Kolaka Utara 2006 : Sosialisasi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah di Kab. Wakatobi 2007 : Sosialisasi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah di Kab. Konawe 2007 : Sosialisasi Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah di Kota Kendari 2008 : Pelatihan Pelaporan Pajak Penghasilan Bagi Perusahaan Yang Berskala Usaha Kecil dan Menengah di Kota Kendari 2008 : Penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab.Kolaka Utara Tahun Anggaran 2007 2009 : Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab.Wakatobi Tahun Anggaran 2008 2010 : Penyusunan Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kab.KonaweTahun Anggaran 2009 2011 : Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Kota Kendari 2011 : Sosialisasi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah di Kab. Konawe Selatan. 2017 : Bimbingan Teknis Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Keuagan Desa di Kecamatan Lohia, Watopute, dan Lasalepa
Kabupaten Muna Prov. Sultra. 2018 : Bimbingan Teknis Pengelolaan Keuangan pada BKM (BadanKeswadayaan Masyarakat) Di Kecamatan Kendari Kota
Kendari. 2019 : Penguatan Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan UMKM Berdasakan SAK-EMKM di Kota Kendari. 2020 : Penguatan Kapasitas Penyusunan Dokumen RenbangdesDalam Memitigasi kelangsungan Usaha Masyarakat yang Terdisrupsi Pandemi Covid-19 di Kecamatan Konda Kabupaten Konawe Selatan.
2020 : Bimbingan Teknis Perencanaan Pengelolaan Keuangan mempertahankan Going Concern Usaha Ditengah Pandemi Covid-19 Pada usaha UMKM Di Kota Kendari.