Upload
raisadesytaa
View
256
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
rrr
Citation preview
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
SCLERODERMA
Definisi
Kata “Scleroderma” berasal dari dua kata dari Yunani: “sclero” artinya keras dan
“derma” yang berarti kulit. Pengerasan pada kulit adalah salah satu manifestasi utama
dari penyakit ini. Penyakit ini dulu disebut “progressive systemic sclerosis”, tetapi
penggunaan istilah ini sudah tidak dianjurkan lagi karena telah ditemukan bahwa tidak
semua Scleroderma adalah progresif. Penyakit ini terdiri dari beberapa bentuk/jenis yang
akan dijelaskan selanjutnya. Ditemukan juga beberapa variabilitas diantara para pasien.
Scleroderma adalah penyakit yang gejalanya dapat terlihat, seperti pada kasus dimana
kulit yang terkena, atau gejala-gejala yang mungkin tidak terlihat, dimana pada organ-
organ tubuh yang terkena.
Epidemiologi
Diperkirakan ada lebih dari 5.000 orang dengan Scleroderma Sistemik di Australia.
Secara statistik, wanita yang menderita penyakit ini lebih banyak, sekitar tiga sampai
empat kali daripada pria. Scleroderma dapat berkembang dan ditemukan dalam setiap
kelompok umur dari bayi sampai orang tua, namun dimulai paling sering pada usia antara
25-55 tahun.
Beberapa faktor termasuk jenis kelamin, ras dan latar belakang etnis, dapat
mempengaruhi risiko terkena Scleroderma, usia dimulainya dan pola atau seberapa parah
organ dalam yang terkena. Penyebabnya kurang jelas. Meskipun Scleroderma tidak
langsung diwariskan/diturunkan, beberapa ilmuwan merasa ada sedikit kecenderungan
untuk terkena di dalam keluarga yang mempunyai riwayat penyakit rematik.
Etiologi
Penyebab pasti atau penyebab-penyebab Scleroderma masih belum diketahui, tetapi para
ilmuwan dan peneliti medis di berbagai bidang bekerja keras untuk menemukannya.
Tiga hal yang ditemukan pada Scleroderma, yaitu:
1. Kelebihan produksi kolagen
2. Proses otoimun
3. Kerusakan pembuluh darah.
Kolagen adalah protein utama dari jaringan ikat tubuh, yang merupakan jaringan yang
mengikat sel-sel menjadi satu. Kolagen ditemukan di kulit, persendian, tendon dan
bagian-bagian dari organ internal. Kolagen terdiri dari serat kecil, dijalin bersama seperti
benang untuk membentuk sepotong kain. Bila ada kelebihan produksi kolagen, penebalan
dan pengerasan daerah yang terkena, sering akan mengganggu fungsi normal dari bagian-
bagian tubuh tersebut.
Ada beberapa teori tentang bagaimana kolagen produksinya menjadi berlebihan. "Teori
otoimun" menunjukkan bahwa sistem kekebalan tubuh memainkan peranan penting.
Biasanya, sistem kekebalan tubuh menghasilkan sinyal kimia dalam darah yang disebut
sitokin, yang mengkoordinasikan pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus, dan serangan
asing lainnya. Selain itu, beberapa sitokin membantu memperbaiki luka dengan
merangsang produksi kolagen untuk menutup bekas luka. Ada sejumlah teori yang ada di
mana sistem kekebalan terlalu aktif secara tidak wajar, yang menyebabkan jumlah sitokin
yang diproduksi menjadi berlebihan. Sitokin ini menyebabkan kerusakan pada jaringan-
jaringan sehat tubuh dan juga dapat merangsang kelebihan produksi kolagen.
Teori yang lain, "teori vaskular," berhubungan dengan pembuluh darah. Kerusakan pada
pembuluh darah, khususnya yang kecil, adalah ciri khas dalam Scleroderma. Cedera pada
pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah mengkerut dan menjadi kaku dan
bereaksi berlebihan terhadap dingin atau stres. Reaksi-reaksi ini dapat menyebabkan
kerusakan lebih lanjut pada pembuluh itu sendiri dan organ-organ tubuh, yang disuplai
oleh pembuluh darah tersebut. Ada juga kemungkinan adanya hubungan antara produksi
kolagen yang berlebihan dan pembuluh darah yang rusak. Telah disarankan bahwa
pembuluh darah yang rusak dapat memungkinkan peningkatan kebocoran sitokin ke
jaringan sekitarnya yang pada gilirannya dapat merangsang produksi kolagen yang
berlebihan.
Penelitian sedang dilakukan untuk mempelajari teori dan teori-teori lainnya. Diharapkan
bahwa dengan pemahaman yang lebih baik tentang apa yang menyebabkan Scleroderma
akan mengarah kepada metode pengobatan yang lebih baik dan, akhirnya, untuk
penyembuhan.
Gambar 1. skema pathogenesis kompleks sklerogenesis sistemik
Klasifikasi Scleroderma
Ada dua klasifikasi utama dari Scleroderma: Scleroderma Morphea atau Scleroderma
Localised (Lokal) dan Scleroderma Sistemik. Scleroderma Sistemik (SSc) dibagi menjadi
dua yaitu Limited (terbatas) dan Diffuse (menyebar).
Gambar 2. Klasifikasi Skleroderma
Morphea atau Skeloderma Lokal
Dalam kondisi ini ada patches/seperti tambahan-tambalan lokal dari kulit yang menebal.
Kulit yang terkena sering terlihat seperti lilin dan mungkin berwarna kemerahan atau
kecoklatan. Perubahan ini biasanya hanya ditemukan di beberapa tempat pada kulit dan
kadang-kadang pada otot-otot utama. Jarang menyebar di tempat lain. Penebalan-
penebalan ini bisa membesar atau mengecil, dan sering menghilang secara spontan.
Morphea biasanya muncul pada rentan usia antara 20 dan 50 tahun, tetapi juga dapat
dilihat pada anak-anak.
Orang dengan kondisi ini tidak memiliki gejala Raynaud dan sangat jarang ada organ
internalnya yang terkena. Prospek jangka panjang adalah sangat baik. Orang dengan
Morphea jarang menjadi Scleroderma Sistemik. Antibodi antinuklear yang biasanya
ditemukan dalam darah orang dengan Scleroderma Sistemik, tidak ditemukan pada orang
dengan Morphea atau Scleroderma Lokal.
Linear Morphea adalah bentuk Scleroderma Lokal yang gejalanya sering dimulai
dengan suatu baris atau garis yang keras, kulit seperti mengandung lilin pada lengan atau
kaki atau di dahi. Kadang-kadang berbentuk seperti lipatan panjang di kepala atau leher,
disebut sebagai "en coup de sabre" karena kemiripannya dengan mandau atau luka
karena pedang. Scleroderma Linier cenderung melibatkan lapisan kulit yang lebih dalam
dan begitu juga lapisan permukaan, dan kadang-kadang membatasi pergerakan sendi
yang terletak di bawahnya. Scleroderma Linier biasanya berkembang pada masa kecil.
Pada anak-anak, akan berpengaruh pada pertumbuhan anggota tubuh yang terkena.
Systemic Scelroderma (Skleroderma Sistemik)
Perubahan yang terjadi pada Scleroderma Sistemik dapat mempengaruhi jaringan ikat di
banyak bagian tubuh. Scleroderma Sistemik dapat menyerang kulit, kerongkongan,
saluran pencernaan (lambung dan usus), paru-paru, ginjal, jantung dan organ internal
lainnya. Juga dapat mempengaruhi pembuluh darah, otot dan persendian. Jaringan organ
yang terkena menjadi keras dan berserat, menyebabkan organ-organ tersebut fungsinya
menjadi kurang efisien. Istilah sclerosis sistemik menunjukkan bahwa "sklerosis"
(pengerasan) dapat terjadi dalam sistem internal tubuh. Ada dua pola utama yang
diketahui dapat menyebabkan, membatasi atau menambah parah penyakit. Berdasarkan
luas kulit yang terkena, penyakit ini dibagi menjadi dua kelompok. Secara umum, kulit
yang terkena pada Scleroderma dimulai pada jari-jari tangan dan menyebar ke lengan.
Beberapa penebalan kulit wajah adalah sangat umum, dan pada beberapa orang dengan,
bagian kaki juga terkena. Orang dengan scleroderma dikategorikan sebagai Terbatas jika
disamping terkenanya muka, juga diketemukan penebalan kulit pada tangan khususnya
siku dan di kaki, jika penebalan meluas dari kaki biasanya hanya sampai lutut. Pasien
dikategorikan sebagai Menyebar jika ada penyebaran lebih luas dari penebalan kulit,
yaitu kulit lengan atas, paha atau badan juga terkena.
Tabel 1. Persentasi perbedaan manifestasi klinis LS dan DS.
Manifestation (Manifestasi)Limited Scleroderma
(Skleroderma Terbatas)Diffuse Scleroderma
( Skleroderma Menyebar)Fenomena Raynaud 95% 80%Kulit 95% 95%Refluks gastro – kerongkongan
75% 90%
Paru-paru fibrosis 30% 30%Jantung less than 5% 10%Hipertensi pada paru-paru 15% 5%Penyakit ginjal less than 5% 20%Telangectasia 91% 64%Calcinosis 42% 17%
Limited Scleroderma (Skleroderma Terbatas)
Scleroderma Terbatas biasanya menyebabkan Fenomena Raynaud and pengerasan kulit
pada tangan. Kemungkinan ada beberapa perubahan pada kulit wajah dan seperti yang
disampaikan di atas, kadang-kadang ada penebalan pada kulit di lengan bawah dan
tungkai bawah.
Masalah pada kerongkongan adalah umum. Meskipun, seperti yang ditunjukkan pada
Tabel 1, kadang-kadang keterlibatan organ internal lainnya akan terjadi, adalah penting
untuk menyadari bahwa keterlibatan ini sering sangat ringan dan mungkin terjadi hanya
setelah sakit selama bertahun-tahun.
Munculnya Scleroderma Terbatas sering sangat pelan/lambat, dan perkembangan kulit
yang terkena juga sangat lambat terjadi, hanya setelah bertahun-tahun. Prospek
Scleroderma Terbatas umumnya sangat baik. Sekitar 70% orang dengan Scleroderma
Sistemik mempunyai Scleroderma Terbatas, sedangkan 30% selebihnya lebih parah
dengan tipe Menyebar.
Diffuse Scleroderma (Skleroderma Menyebar)
Scleroderma Menyebar mempengaruhi kulit tidak hanya pada tangan dan lengan, tetapi
juga dapat mempengaruhi kulit pada badan, lengan atas dan paha. Pasien dengan kondisi
ini sering memiliki penyakit yang lebih sistemik dengan proses Scleroderma berpotensi
mempengaruhi organ dan jaringan tubuh yang lain. Jenis Scleroderma ini sering
memerlukan perawatan lebih intensif dan beberapa pasien dengan tipe ini memiliki
gangguan yang serius. Scleroderma Menyebar umumnya memiliki gejala awal cukup
cepat, penebalan kulit terjadi dalam selama beberapa bulan. Bagaimanapun juga,
penebalan kulit dapat kembali setelah beberapa tahun dengan sedikit kerusakan dalam
jangka panjang.
Gambar 3. Penebalan kulit terdapat di ekstremitas, muka dan seluruh tubuh.
CREST adalah nama lain yang kadang-kadang digunakan untuk menggambarkan
subkelompok orang dengan Scleroderma. Istilah ini umum digunakan di masa lalu, tapi
sekarang kurang umum digunakan, klasifikasi Terbatas dan Menyebar lebih tepat
digunakan dalam memprediksi prospek jangka panjang. CREST adalah singkatan untuk
kombinasi klinis Calcinosis, fenomena Raynaud, masalah-masalah dengan Esofagus,
Sclerodactyly (jari-jari kaku) dan Telangiectasia (pembuluh darah kecil merah melebar
pada kulit wajah atau tangan). Kebanyakan pasien CREST mempunyai Scleroderma
Terbatas.
Gambar 4. CREST
Meskipun sebagian besar orang dengan scleroderma dapat diklasifikasikan memiliki
penyakit jenis Menyebar atau Terbatas, tiap orang yang berbeda mungkin memiliki
gejala-gejala dan kombinasi penyakit yang berbeda.
Gejala dan Tanda
Gajala Klinis:
Secara umum Skleroderma mempengaruhi jaringan ikat, terutama pada kulit dan dinding
pembuluh darah, dan, pada tingkat yang lebih rendah, dapat mempengaruhi hati saluran
pencernaan, paru-paru dan ginjal.
Cutaneous symptoms (Gejala pada Kulit):
Gejala yang timbu pada kulit, sering dikaitkan atau didahului dengan fenomena Raynaud
dan arthralgias pada jari, hal ini biasanya menjadi tanda-tanda awal perjalanan penyakit
scleroderma. Oleh karena itu gejala awal ini dapat membantu untuk menegakkan
diagnosis dan memulai terapi.
Tanda:
Akumulasi jaringan ikat yang berlebihan
Fibrosis
Pembentukan autoantibodi terhadap sejumlah antigen seluler
Dan perubahan degeneratif pada kulit, otot rangka, sinovium, pembuluh darah, saluran
pencernaan, ginjal, paru dan jantung.
Tabel 2. Tampilan klinis
Tampilan Sklerosis sistemik
terbatas
Sklerosis sistemik difus
Kulit yang terlibat Terbatas pada jari, lengan
distal, wajah, progresifitas
lambat
Difus: jari-jari,
ekstremitas, wajah, badan,
progreifitas cepat
Fenomena Raynaud Mendahului keterlibatan
kulit, berhubungan dengan
iskemia
Sejalan dengan
keterlibatan kulit
Fibrosis pulmonal Mungkin terjadi, moderat Sering, awal dan berat
Hipertensi arteri
pulmonal
Sering, lambat, mungkin
terisolasi
Dapat terjadi,
berhubungan dengan
fibrosis pulmonal
Krisis renal
scleroderma
Sangat jarang 15% terjadi, diawal
Kalsinosis kultis Sering, menonjol Dapat terjadi, ringan
Karakteristik
autoantibody
Antisentomer Antitopoisomerase
Gambar 5. Tampilan klinis skleroderma
Diagnosis Scleroderma
Diagnosis adanya Scleroderma bisa sangat sulit, terutama dalam tahap awal. Banyak
gejalanya yang termasuk umum, atau mungkin tumpang tindih dengan penyakit lain,
terutama penyakit jaringan ikat autoimun lainnya seperti penyakit seperti rheumatoid
artritis dan lupus (SLE). Gejala yang berbeda dapat berkembang pada beberapa tahap
selama waktu yang sangat lama dan beberapa orang dengan Scleroderma mempunyai
gejala dan efek yang sama persis.
Sementara Scleroderma sering dapat diduga dari gejala yang lebih terlihat mata, tidak ada
tes tunggal yang dapat membuktikan keberadaannya. Diagnosis biasanya dibuat oleh
dokter Anda melalui kombinasi berikut: sejarah medis, termasuk gejala masa lalu dan
sekarang, pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dan hasil dari berbagai tes-tes
laboratorium dan studi lainnya. Dalam membuat diagnosis, adalah penting untuk tidak
hanya untuk mengkonfirmasi adanya Scleroderma, tetapi juga untuk menentukan luas
dan tingkat keparahan, terutama yang berkaitan dengan keterlibatan organ internal.
Diagnosis Skleroderma dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang.
Gambaran Klinis
Secara klinis agak sulit menegakkan diagnosis sklerosis sistemik sebelum timbul
kelainan kulit yang khas. Tetapi kemungkinan sklerosis sistemik harus dipikirkan bila
ditemukan gambaran fenomena Raynaud pada wanita umur 20-50 tahun.
Sindrom Raynaud’s adalah sebuah kondisi di mana pembuluh-pembuluh nadi terkecil
yang membawa darah ke ujung-ujung jari tangan atau kaki terhambat (menyebabkan
kejang urat - spasm) ketika terpapar kondisi dingin atau sebuah gangguan emosional.
Merokok atau bekerja dengan mesin-mesin yang menyebabkan getaran (vibrasi) juga
dapat menyebabkan Sindrom Raynaud’s. Pembuluh vena yang kecil biasanya terbuka,
jadi darah mengalir keluar melalui kapiler-kapiler darah. Jika ada kejang urat (spasm) di
pembuluh vena kecil darah terhambat di kapiler-kapiler darah, Pada akhirnya ujung-
ujung jari tangan atau kaki menjadi biru akibat darah kehilangan oksigen. Pada akhirnya
ujung-ujung jari tangan atau kaki menjadi pucat, dingin, dan kaku. Sindrom Raynaud’s
kadang-kadang disebut juga Fenomena Raynaud’s atau Penyakit Raynaud’s.
Tahun 1980, American Rheumatism Association (ARA) mengajukan kriteria sklerosis
sistemik dengan sensitifitas 97 % dan spesifisitas 98 %., yaitu bila terdapat:
Satu kriteria mayor, atau
2 dari 3 kriteria Minor
Kriteria Mayor :
Skleroderma proksimal : penebalan, penegangan dan pengerasan kulit yang simetrik pada
kulit jari dan kulit proksimal terhadap sendi metakarpofalangeal atau metatarsofalangeal.
Perubahan ini dapat mengenai seluruh ekstremitas, muka, leher dan batang tubuh (toraks
dan abdomen)
(a) (b) Gambar 6. (a) Penebalan dan Peregangan kulit pada wajah, (b) Sclerodactyly dengan
ulserasi digital; hilangnya lipatan kulit dan kontraktur sendi, rambut jarang.
Kriteria Minor
Sklerodaktili : perubahan kulit seperti tersebut di atas tetapi hanya terbatas pada
jari
Pencekungan jari atau hilangnya substansi jari. Hal ini terjadi akibat iskemia.
Fibrosis basal kedua paru. Gambaran linier atau lineonodular yang retikular
terutama di bagian basal kedua paru, tampak pada gambaran foto thorak standar.
Gambar 7. (A) Hiperkeratosis pada lipatan kuku pasien pada fase edema pasien skleroderma terbatas. (B) Ulserasi jari pada pasien scleroderma terbatas.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah autoantibodi antitopo-I (Scl 70) dan
antisentromer, karena memiliki spesifisitas yang baik pada sklerosis sistemik. Selain itu,
evaluasi terhadap berbagai organ yang mungkin terkena juga harus dilakukan. Bila
keadaan meragukan dapat dilakukan biopsi kulit.
Gambar 8. (C.) Infiltrasi limfosit disekitar pembuluh. (D) Deposisi matriks kolagen yang melewati dermis dan meluas ke jaringan lemak subkutan. (E) Penebalan tunika intima dan media arteri interlobar dari biopsi ginjal.Terdapat beberapa tes laboratorium yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi
diagnosis atau mengevaluasi keparahan organ-organ tertentu yang dicurigai terkena. Tes-
tes laboratorium yang dapat dilakukan antara lain:
1. Blood test-Sejumlah tes darah dapat menunjuk kea rah scleroderma, pemeriksaan
yang dapat dilakukan antara lain :
Rheumatoid factor (Rematoid factor)
Erythrocyte sedimentation rate (Laju sedimentasi eritrosit)
Antinuclear antibody (Antinuklear Antibodi)
Scleroderma antibody (Skleroderma Antibodi)
Anticentromere antibody (Anticentromere Antibodi)
2. Imaging Test- Tes ini dapat memvisualisasikan organ-organ internal untuk melihat
bagaimana penyakit tersebut dapat mempengaruhi organ. Pada area tertentu dapat
dilakukan pemeriksaan menggunkan imaging-test yang dapat dipilih berdasarkan
gejala yang ditimbulkan. Yang termasuk dalam imaging test antara lain :
Sinar-X :tes yang menggunakan radiasi untuk mengambil gambar dari struktur di
dalam tubuh.
CT Scan :tipe dari x-ray yang menggunakan komputer untuk membuat gambar
dari struktur di dalam tubuh.
MRI Scan :tes yang menggunakan gelombang magnetik untuk membuat gambar
dari struktur di dalam tubuh.
Nailfold capillaroscopy : tes ini memungkinkan kita melihat gambaran dari
nailfold yang diperbesar untuk memeriksa kapiler.
3. Skin Biopsi : Sebuah sampel kecil dari kulit bisa dihapus dan diperiksa di
laboratorium untuk karakteristik tertentu yang menunjukkan skleroderma
Penatalaksanaan
Sampai saat ini belum ada terapi yang dapat menyembuhan scleroderma. Obat-obat yang
tersedia hanya untuk menyembuhkan atau mengobati gejala.
Gambar 9. Skema penatalaksanaan skleroderma terbatas dan difusa sesuai keterlibatan organ(CTGF : connective tissue growth factor; GAVE : gastric antral venous ectasia; GERD : gastroesophageal reflux disease; MCP-1 : macrophage chemoattractant protein 1; MMF, mycophenylate mofetil; MTX : methotrexate; NTG, nitroglycerin; OT/PT : occupational therapy/physical therapy; PAH : pulmonary arterialhypertension; PDE-5 : type 5 phosphodiesterase; RP : Raynaud’s pheno menon;SRC:scleroderma renal crisis; SSRI, specifi c serotonin receptor uptake inhibitor; Stem cell Tx, stem cell transplantation; TGF-β, transforming growth factor beta.)
1. Non farmakologi
Makan makanan yang mudah dikunyah dan berprotein tinggi dan banyak
mengandung vitamin. Nikotin harus dihilangkan karena efek vasoconstrictoriy
nya.
"Menjaga tubuh tetap hangat" oleh pakaian pelindung seperti celana hangat,
sarung tangan, kaus kaki dan sepatu. Pemanasan tangan selama lima menit
setiap empat jam dalam bak air hangat menyebabkan perbaikan klinis yang
signifikan.
Menghindari paparan zat berbahaya lingkungan seperti silika, ethylens
terklorinasi, pelarut, monomer dari plastik atau obat-obatan tertentu untuk
menghentikan efek mereka pathogenetically progresif.
2. Farmakologi
Terapi ini diarahkan pada:
a. Vaskular sistem
PAH (Pulmonary Arterial Hypertension)
Disfungsi endothel pada PAH menyebabkan peningkatan endothelin dan
penurunan nitric oxide dan prostasiklin. Pemberian Continuous intravenous
epoprostenol (Flolan) dan subcutaneous atau intravenous treprostinil
(Remodulin) yang sudah disahkan oleh US Food and Drug Administration
(FDA) dipakai sebagai terapi lini pertama penatalaksanaan PAH fs NYHA IV.
Efek prostasiklin yang selektif pada pembuluh darah pulmonal, memberikan
tempat untuk pemberiannya dengan cara inhalasi untuk menghindari efek
sitemiknya. Pemberian Iloprost (Ventavis) tampaknya memberikan perbaikan
fungsi dan hemodinamik serta menurunkan kecepatan progresifitas penyakit.
Scleroderma Renal Crisis (SCR)
Definisi SCR adalah terjadinya hipertensi maligna dan anemia hemolitik
mikroangiopati pada pasien scleroderma. Penatalaksanaan SCR adalah dengan
ACE inhibitor (kaptopril, 75-150 mg per hari secara oral). Obat ini tetap dapat
diberikan walaupun fungsi ginjal menurun dengan drastis. Jika diperlukan
dapat dilakukan dialysis. Pada kelainan ginjal pemberian steroid dan
plasmafaresis tidak ada gunanya.
Raynaud’s Phenomenon (RP)
Terapi utama RP adalah menghangatkan badan. Pemakaian sarung tangan,
penghangat tangan dan penghangat ekstremitas lain dapat dipakai. Calcium-
channel blockers seperti amlodipine, nifedipine atau felodipine, adalah terapi
medikal pertama pada RP. Kalsium channel blockers menghambat penyerapan
kalsium intraseluler dan akibatnya kontraksi sel otot polos pada dinding
pembuluh, yang dimediasi oleh protein kinase tergantung kalsium. Tiga dosis
10 mg nifedipin atau nicardipin dapat mengurangi frekuensi dan keparahan
serangan Raynaud. Dosis rendah selective serotonin reuptake inhibitors
(SSRIs) juga digunakan karena dapat menhambat efek agregasi dan aktivasi
trombosit. Diantara SSRI, fluoxetine (Prozac, Symbyax, Sarafem) responnya
baik dalam beberapa penelitian. ACE inhibitor dan ARB tidak efektif untuk
RP. Iskemi dan ulserasi jari ditatalaksana dengan pemberian Iloprost secara
intermiten serta obat-obatan lain yang dipakai pada PAH.
b. Sistem kekebalan tubuh (radang, immunmodulation, autoimunitas)
Cyclophosphamide
Cyclophosphamide (CYC) telah digunakan sebagai terapi utama untuk penyakit
paru interstisial skleroderma. Dalam uji coba terkontrol baru-baru ini,
cyclophosphamide meningkatkan kapasitas vital paksa (FVC) sebesar 2,9%
dibandingkan dengan placebo
Transplantasi Stem Cell autologous
Immunoablasi dengan imun rekonstitusi dengan menggunakan stem cell perifer
autologous telah dipertimbangkan untuk scleroderma. Berbagai studi terus
menerus dilakukan untuk membandingkan anatara transplantasi sel induk
dengan CYC dalam penatalaksanaan scleroderma
Methotrexate
Percobaan acak terkontrol mengevaluasi efisiensi dari metotreksat dalam
scleroderma dalam mengontrol stabilitas penyakit yang lebih besar
dibandingkan dengan plasebo. Methotrexate digunakan untuk kasus awal
scleroderma dengan scleroderma terbatas pada kulit dan muskuloskeletal sistem,
termasuk myositis.
Mofetil Mycophenolate
Belum ada penelitian acak buta ganda untuk Mofetil mycophenolate dalam
penatalaksanaan skleroderma. Bukti yang ada sekarang menunjukkan Mofetil
mycophenolate mungkin efektif pada skleroderma.
Corticosteroids
Prednisolon (awalnya: 40-100 mg / hari, dosis pemeliharaan: 10-15 mg / hari)
atau metilprednisolon pada umumnya menghambat peradangan tetapi juga
memberikan suatu efek katabolik pada sintesis kolagen (atrofi). Metil
prednisolon diindikasikan dalam pengobatan inflamasi dari SSC,
sclerodermatomyositis, khususnya pada arthritis, miositis alveolitis, dan
vaskulitis. Namun, ada bukti bahwa kortikosteroid (> 15 mg / hari prednisolon)
meningkatkan risiko memicu krisis SSC ginjal.
c. Fibrosis
Terlepas dari kenyataan bahwa fibrosis merupakan komponen utama dalam
patofisiologi skleroderma, sampai saat ini belum ada obat anti fibrosis yang
terbukti efektif untuk saat ini. Agen nonspecifik, termasuk D-penicillamine dan
rekombinan relaksin manusia, telah gagal dalam uji klinis. Pentingnya ekspresi
faktor pertumbuhan transformasi beta (TGF-beta) dalam patogenesis skleroderma
telah mendorong evaluasi agen yang dapat menghambat TGF-beta. Meskipun
penggunaan anti- antibodi TGF-beta telah diusulkan dalam studi-studi awal aman,
namun bukti klinis masih harus diamati. Terapi antisitokin lain belum berhasil
pada scleroderma.
Tabel 3. Rekomendasi Terapi Skleroderma.
Therapeutic recommendations vasoactive substances calcium channel blockers
Nifedipin 3 x 10 mg/d
ACE-inhibitors Captopril 12,5 - 100 mg/dEnalapril 5 - 15 mg/d
prostacyclin analogs
Iloprost 0,5 - 2 ng/kg/min for 6 h i.v.; 5-10 days
antiinflammatory and immunesuppressive substancesGlucocorticoids Methylprednisolone initially 60-80 mg/d;
reduction to maintenance dose
Azathioprine 1,5 - 3 mg/dCyclophosphamide 2,0 - 2,5 mg/kg/d p.o.
or 0,5 - 1 g/m_/month i.v.
antifibrotic substancesD-Penicillamin 150 - 300 - (750) mg/d
slow dose increasePenicillin G 10 Mega IE i.v. (30
min) for 10 - 14 daysPUVAgastroenterologics proton pump inhibitor
Omeprazol 20 - 40 mg/d
H2-receptor blocker
Ranitidin 150 - 300 mg/d
gastroprocinetics Metoclopramid 3 x 10 mg/d p.o. Daftar Pustaka
Denton CP., 2006, Systemic Sclerosis, Scleroderma, In The Autoimmune Disease, 4th
ed, Elsevier, London
Gabrielli A, Avvedimento E, Krieg T, 2009, Scleroderma. The New England Journal of
Medicine, Massachusetts Medical Society
Haustein UF. 2002. Systemic sclerosis – scleroderma. Dermatol Online J 8(1):3
[http://dermatology.cdlib.org/DOJvol8num1/reviews/scleroderma/haustein.htm
l].
Mayes MD., 2008, Systemic Sclerosis, In Primer on the Rheumatic Diseases. 13th
edition, Springer Science Business Media, London
Sardana K, Garg VK, 2008, Therapeutic trial for systemic sclerosis : an update, Indian
Journal Dermatology Venerology
Setiyohadi B., 2006, Sklerosis Sistemik, Buku ajar ilmu penyakit dalam, 1239-1244,
Pusat penerbitan departemen ilmu penyakit dalam, Jakarta
Varga J., 2008, Systemic Sclerosis (Scleroderma), Harrison’s Principles of internal
medicine, Mc Grwa Hill Medical, New York