212034793 Laporan Defisit Perawatan Diri Dpd

  • Upload
    rina

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

2

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANDEFISIT PERAWATAN DIRIA. KONSEP TEORI1. PENGERTIANPerawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuaidengankondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggukeperawatandirinya jika tidakdapatmelakukan perawatan diri (Depkes 2000).Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).

Menurut Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Tarwoto dan Wartonah 2000).2. JENISJENIS PERAWATAN DIRIa. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan

Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.

b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhiasKurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.

c. Kurang perawatan diri : MakanKurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.

d. Kurang perawatan diri : ToiletingKurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah : 2004, 79).3. ETIOLOGIMenurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :a. Kelelahan fisikb. Penurunan kesadaranMenurut DepKes (2000: 20) Penyebab kurang perawatan diri adalah :

a. Faktor Predisposisi

1) PerkembanganKeluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

2) BiologisPenyakit kronisyangmenyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turunKliendengangangguan jiwadengankemampuan realitasyangkurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4) SosialKurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor PresipitasiYang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perseptual, cemas, lelah/lemahyangdialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

4. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSONAL HYGIENE Menurut Depkes (2000: 59) Faktor faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:

a. Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.

b. Praktik Sosial

Pada anak anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.c. Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

d. PengetahuanPengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baikdapatmeningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.

e. BudayaDi sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

f. Kebiasaan Seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain lain.

g. Kondisi Fisik atau Psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.5. DAMPAK YANG SERING TIMBUL PADA MASALAH PERSONAL HYGIENE.a. Dampak Fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang sering terjadi adalah : gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.

b. Dampak Psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.6. TANDA DAN GEJALAMenurut Depkes (2000: 20), Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah :a. FisikBadan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor disertai, mulut bau, penampilan tidak rapi.

b. PsikologisMalas, tidak ada inisiatif, menarik diri, isolasi diri, merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.

c. SosialInteraksi kurang, kegiatan kurang, tidak mampu berperilaku sesuai norma, cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.

7. DATA YANG PERLU DIKAJI

a. Data Subyektif

Mengatakan malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.

b. Data Obyektif

Badan bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi

kotor, mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN1. PENGKAJIAN

Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005).

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian.

Isi pengkajian meliputi :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama atau alasan masuk

c. Faktor predisposisi

d. Aspek fisik atau biologis

e. Aspek psikososial

f. Status mental

g. Kebutuhan persiapan pulang

h. Mekanisme koping

i. Masalah psikososial dan lingkungan

j. Pengetahuan

k. Aspek medik

Kemudian data yang diperoleh dapat dikelompokkan menjadi dua macam sebagai berikut :

a. Data objektif ialah data yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

b. Data subjektif ialah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini diperoleh melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarga. Data yang langsung didapat oleh perawat disebut sebagai data primer, dan data yang diambil dari hasil catatan tim kesehatan lain sebagai data sekunder.

Perawat dapat menyimpulkan kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang dikumpulkan. Kemungkinan kesimpulan adalah sebagai berikut :

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan

1) Klien tidak memerlukan peningkatan kesehatan, tetapi hanya memerlukan pemeliharaan kesehatan dan memerlukan tindak lanjut secara periodik karena tidak ada masalah serta klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi masalah.

2) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya prevensi dan promosi, sebagai program antisipasi terhadap masalah.

a. Ada masalah dengan kemungkinan

1) Resiko terjadi masalah karena sudah ada faktor yang dapat menimbulkan masalah.

2) Aktual terjadinya masalah disertai data pendukung.Data yang diperoleh kemudian dikelompokkan dan perawat langsung merumuskan masalah keperawatan dan masalah kolaboartif. Menurut FASID pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2005).

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama2. MASALAH KEPERAWATAN a. Defisit perawatan diri b. Perubahan sensori persepsi : halusinasi c. Isolasi sosial : menarik diri d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah e. Kekerasan, resiko tinggi POHON MASALAH

(Keliat,B.A,2005:201) 3. RENCANA KEPERAWATANNODIAGNOSA KEPERAWATANPERENCANAANINTERVENSI

TUJUANKRITERIA EVALUASI

12345

Defisit perawatan diriTUM

Klien dapat memenuhi kebutuhan perawatan dirinya.

TUK

1. Klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

1.1. Klien dapat menyebutkan kebersihan diri dalam waktu 2 kali pertemuan : tanda-tanda berish, badan tidak bau, gigi bersih dan tidak bau, baju rapi dan tidak bau.

1.2. Klien mampu menyebutkan kembali manfaat kebersihan untuk kesehatan yaitu :mencegah penyakit, memberi perasaan segar dan nyaman, mencegah keruskan 1.1.1. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-tanda bersih.

1.1.2. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri

1.1.3. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan.

1.1.4. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri

1.1.5. Beri pujian positif setelah klien mampu mengungkapkan kebersihan diri

1.1.6. Ingatkan klien untuk

123 4 5

2. Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawatGigi dan menjaga kebersihan mulut. 1.3. Klien dapat menjelaskan cara merawat diri, antara lain : mandi 2 kali sehari dengan sabun, menggososk gigi minimal 2 kali sehari setelah makan dan sebelum tidur, mencuci rambut 2-3 kali seminggu dan memotong kuku yang panjang, Mencuci tangan sebelum makan dan sesudah makan.

klien berusahan untuk memelhiara kebersihan diri, yaitu : mandi pakai sabun dan disiram dengan air sampai bersih, Mengganti pakaian bersih, Sehari sekali dan merapikan Memelihara keberisihan diri seperti : mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari, keramas dan menyisir rambut.

Gunting kuku bila panjang.

2.1.1. Motivasi klien untuk mandi

a. ingatkan caranya, evaluasi hasilnya

bimbing klien dengan bantuan minimal

jika hasilnya kurang, kaji hambatan yang ada.

2.1.2. Bimbing klien untuk

123 4 5

Penampilan.Mandi, beri kesempatan klien, untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar yaitu : ingatkan dan anjurkan untuk mandi 2 kali sehari dengan menggunakan sabun, Anjurkan klien untuk meningkatkan cara mandi yang benar.

2.1.3. Anjurkan klien untuk mengganti pakaina setiap hari : anjurkan klien untuk mempertahankan dan meningkatkan penampilan dir setiap hari, dorong klien untuk mencuci pakaiannya sendiri, demonstrasikan cara mencuci pakaian yang benar dengan sabun dan di bilas.

2.1.4. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan rambut :

a. beri kesempatan kepada klien untuk melakukan sendiri.

Ingatkan potong kuku dan keramas.

2.1.5. Kolaborasi dengan

1234 5

3. Klien dapat melakukan kebersihan perawatan dir secara mandiri.

4. Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

5. Klien mendapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.3.1. Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran.

4.1. klien selalu tampak bersih dan rapi.

5.1. keluarga selalu mengingat hal-hal yang berhubungan dengan kebersihan diri5.2. keluarga menyiapkan sarana untuk membantu Perawat ruangan untuk menggunakan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi

2.1.6. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan seperti odol, sikat gigi, shampo, pakaian ganti handuk dan sandal.

3.1.1. monitor klien dalam melaksanakan kebersihan diri secara teratur. Ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sendal.

5.2.1. beri informasi positif jika klien berhasil melakukan kebersihan diri.

5.1.1. jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.

5.1.2. diskusikan bersama keluarga tentang tindakan yang telah di lakukan klien selama di rawat di RS dalam

123 4 5

klien dapat menjagamenjaga kebersihan dan kemajuan yang Telah di alami di RS.

5.1.3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan stimulasi terhadap kemajuan yang telah di alami di RS.

5.1.4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.

5.1.5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkansarana dalam menjaga keberishan diri.

5.1.6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam mejaga kebersihan diri.5.1.7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang di lakukan misalnya : Mengingatkan klien pada waktu mandi, Sikat gigi, keramas, ganti baju, dll, Membantu klien apabila mengalami hambatan. Memberi pujian atas keberhasilan klien

1234 5

Gangguan Persepsi Sensori : HalusinasiTUM

1. Klien tidak mencederai diri, orang lain, dan lingkungan.

TUK1. Klien dapat membina hubungan saling percaya diri.2. Klien dapat mengenal halusinasinya1.1. pasien menunjukkan ekspresi wajah bersahabat, memperlihatkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan namanya, mau menjawab salam, pasien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapi2.1. klien dapat menyebutkan waktu, isi, dan frekuensi timbulnya halusinasi1.1.1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik

a. Sapa pasien dengan ramah, baik verbal maupun non verbalb. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan.e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan empati dan menerima pasien apa adanyag. Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar pasien.2.1.1. adakan kontak sering dan singkat secara bertahap.2.1.2. Observasi tingkah laku klien yang terkait dengan halusinasinya : bicara dan memandang kiri/kanan ke depan

123 4 5

seolah-olah ada teman bicara.

2.1.3. Bantu klien mengenal halusinasinya :

a. Jika menemukan klien sedang berhalusinasi : tanyakan apakah ada suara yang di dengarnya.b. Jika klien menjawab ada, lanjutkan : apa yang di katakan suara itu.

c. Katakan bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu, namun perawat sendiri tidak mendengarnya ( dengan nada-nada bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi)

d. Katakan bahwa perawat akan membantu klien

2.1.4. Diskusikan dengan klien:

a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan.

halusinasi (jika sendiri, atau sedih ).b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi ( pagi,

123 4 5

3. Klien dapat mengontrol halusinasinya2.1. Klien dapat mengungkapkan bagaimana perasaannya terhadap halusinasi tersebut.3.1. Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya.

3.2. Klien dapat

menyebutkan cara baru mengontrol halusinasi.

siang, sore, Dan malam, terus menerus atau sewaktu-waktu).

2.1.1. Diskusikan dengan klien tentang apa yang di rasakannya jika terjadi halusinasi (marah/takut, sedih, dan senang), beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkannya.3.2.1. Identifikasi bersama klien tindakan yang di lakukan jika terjadi halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri, dll)

3.2.2. Diskusikan manfaat dan cara yang di gunakan klien, jika bermanfaat

beri pujian kepada klien.

3.2.1 Diskusikan dengan klien tentang cara baru mengontrol halusinasinya :

a. Menghardik/mengusir/tidak memedulikan halusinasinya.

b. Bercakap-cakap dengan orang lain jika halusinasinya muncul

c. Melakukan kegiatan sehari-hari.

123 4 5

3.3. Klien dapat mendemonstrasikan cara menghardik/mengusir/tidak memedulikan halusinasinya.

3.4. Klien mendemonstrasikan bercakap-cakap dengan orang lain.3.4.1. Beri contoh cara menghardik halusinasinya : pergi, saya tidak mau mendengar kamu, saya mau mencuci piring/bercakap-cakap dengan suster.

3.3.2. Minta klien mengikuti contoh yang di berikan dan minta klien mengulanginya

3.3.3. Beri pujian atas keberhasilannya

3.3.4. Susun jadwal latihan klien dan minta klien untuk mengisi jadwal kegiatan (self-valuation)

3.3.5. Tanyakan kepada klien bagaimana perasaannya setelah menghardik? apakah halusinasinya berkurang? berikan pujian.

3.4.1. Beri contoh percakapan dengan orang lain ; suster, saya dengar suara-suara. Temani saya bercakap-cakap

3.4.2. Minta klien mengikuti contoh percakapan dan mengulanginya.

3.4.2. Beri pujian atas keberhasilannya

3.4.3. Susun jadwal klien untuk melatih diri, mengisis kegiatan dengan

123 4 5

3.5. Klien dapat mendemonstrasikan pelaksaan kegiatan sehari-hari.

3.6. Klien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompokbercakap-cakap, dan Mengisi jadwal kegiatan )self-evaluation)

3.4.5. Tanyakan kepada klien: bagaimana perasaannya setelah latihan bercakap-cakap? Apakah halusinasinya berkurang? berikan pujian.

3.5.1. Diskusikan dengan klien tentang kegiatan harian yang dapat di lakukan di rumah dan rumah sakit ( untuk klien halusinasi dengan perilaku kekerasan, sesuaikan dnegan kontrol perilaku kekerasan).3.5.2. Latih klien untuk melakukan kegiatan yang di sepakati dan masukkan ke dalam jadwal kegiatan. Minta klien mengisi jadwal kegiatan ( self-evaluation)

3.5.3. Tanyakan kepada klien : bagaimana perasaannya setelah melakukan kegiatan seharian? Apakah halusinasinya berkurang? Beri pujian.

3.6.1. Anjurkan klien untuk mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita, stimulasi persepsi.

123 4 5

3.7. Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah halusinasi.3.7.1. Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta manfaat obat tersebut ( prinsip 5 benar: benar orang, obat, dosis, waktu, dan cara)

3.7.1.1. Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang di minum ( nama, warna, dan besarnya) : waktu minum obat ( jika 3 x ; pukul 07.00, 13.00 dan 19.00), dosis dan cara.

3.7.1.2. Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum obat secara teratur :

a. Beda perasaan sebelum dan sesudah minum obat

b. Jelaskan bahwa dosis hanya boleh di ubah oleh dokter

c. Jelaskan tentang akibat minum obat tidak teratur misalnya penyakit kambuh.

123 4 5

4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya4.1. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan tindakan untuk 3.7.2.1. Diskusikan proses minum obat :

a. Klien meminta obat kepada perawat ( jika di rumah sakit), kepada keluarga jika di rumah

b. Klien memeriksa obat sesuai dosisnya

c. Klien meminum obat pada waktu yang tepat.

3.7.2.2. Susun jadwal minum obat bersama klien.

3.7.3. Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self-evaluation).

3.7.3.1. Validasi pelaksanaan minum obat klien

3.7.3.2. Beri pujian atas keberhasilan klien

3.7.3.3. Tanyakan kepada klien : bagaimana perasaanya dengan minum obat secara teratur?apakah keinginan marahnya berkurang?

4.1.1. Diskusikan dengan keluarga (pada saat keluarga berkunjung.pada saat kunjungan rumah

123 4 5

mengendalikan halusinasi.4.2. Keluarga dapat menyebutkan jenis, dosis, waktu pemberian, manfaat serta efek samping obat.a. Gejala halusinasi yang di alami klien.

Cara yang dapat di lakukan klien dan keluarga untuk memutuskan halusinasi ( sama seperti yang di ajarkan kepada klien).

b. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah : beri kegiatan. Jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, jika klien sedang sendirian di rumah, lakukan kontak dengan sering via telpon.

c. Beri informasi tentang waktu tidak lanjut (follo-up) atau kapan perlu mendpat bantuan : halusinasi tidak terkontrol, dan risiko mencederai orang lain.

4.2.1. Disuksikan dengan keluarga tentang jenis, dosis, waktu pemberian, manfaat dan efek samping obat

4.2.2. Anjurkan keluarga untuk berdiskusi dengan dokter tentang manfaat dan efek

123 4 5

samping obat

4.2.3. Diskusikan akibat dari berhenti minum obat tanpa berkosnultasi terlebih dahulu.

DAFTAR PUSTAKADepkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa.Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC

Keliat, Budi anna. ( 2005 ). Proses keperawatan jiwa. Jakarta : EGCNurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : MomediaTarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta.Resiko Mencederai Diri

Gangguan Pemeliharaan Kesehatan

Gangguan Sensori/Persepsi : Halusinasi

Defisit Perawatan Diri : Mandi Dan Berhias

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah