45
TUGAS AUDIT INVESTIGASI PREVENTING FRAUD DOSEN : MASRUL HUDA, SE. M.Si DISUSUN OLEH : Kelompok IV 1. Nurliyah 2. Yahya Nuryanto Semester : VII A PAGI FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI S-1 UNIVERSITAS PAMULANG 2009

22474265 Preventing Fraud

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: 22474265 Preventing Fraud

TUGAS AUDIT INVESTIGASI

PREVENTING FRAUD

DOSEN : MASRUL HUDA, SE. M.Si

DISUSUN OLEH :

Kelompok IV

1. Nurliyah

2. Yahya Nuryanto

Semester : VII A PAGI

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI S-1

UNIVERSITAS PAMULANG

2009

Page 2: 22474265 Preventing Fraud

KATA  PENGANTAR

           Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan

makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun

tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang

AUDIT INVESTIGASI, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai

sumber. Makalah ini memuat tentang “PENCEGAHAN FRAUD”. Walaupun

makalah ini mungkin kurang sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas

bagi pembaca.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah

Audit Investigasi, yaitu Bapak Masrul Huda, SE, M.Si yang telah membimbing

penyusun agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun Makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada

pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun

mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

 

Pamulang, Nopember 2009

Penyusun

Page 3: 22474265 Preventing Fraud

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i

KATA PENGANTAR...................................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAGAN ALUR PEMBAHASAN .................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1

A. Tujuan Pembahasan.............................................................. 1

B. Manfaat Pembahasan............................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Gejala Gunung Es................................................................. 2

B. Pengendalian Intern ............................................................ 4

C. Fraud Specific Internal Control........................................... 9

D. Pengendalian Intern Aktif.................................................... 9

E. Pengendalian Intern Pasif....................................................11

F. 14 Pedoman Pencegahan Penipuan Dasar.......................... 16

G. Hubungan Antara Komite Audit dan Internal Auditor......18

H. Implementasi dari sasaran Program

Pencegahan Kecurangan.................................................... 20

BAB III CONTOH RIIL KASUS

DAN PEMBAHASAN TEORI............................................ 21

BAB IV KESIMPULAN..................................................................... 23

A. Kesimpulan........................................................................ 23

B. Saran.................................................................................. 24

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 25

Page 4: 22474265 Preventing Fraud

BAGAN ALUR PEMBAHASAN

PREVENTING FRAUD

PENDAHULUAN

TUJUAN PEMBAHASAN

MANFAAT PEMBAHASAN

BAGAN ALUR PEMBAHASAN

PEMBAHASAN

GEJALA GUNUNG ES

PENGENDALIAN INTERN

PENGENDALIAN INTERN AKTIF

PENGENDALIAN INTERN PASIF

HUBUNGAN ANTARA KOMITE AUDIT & INTERNAL AUDIT

IMPLEMENTASI

CONTOH RIILCONTOH RIIL

PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: 22474265 Preventing Fraud

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan PembahasanTujuan dari pembuatan makalah ini adalah :1. Agar mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya Fraud.2. Memberikan pemahaman akan pentingnya mencegah Fraud sebagai

bagian dari Good Corporate Governance.3. Agar memiliki dimensi pemikiran yang lebih luas melalui studi kasus

dan pengembangan teknik.4. Memahami hal-hal yang menjadi penghambat dalam proses pencegahan

Fraud

B. Manfaat PembahasanManfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

1. mampu mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya Fraud2. Memahami akan pentingnya mencegah Fraud sebagai bagian dari Good

Corporate Governance.3. Memiliki dimensi pemikiran yang lebih luas melalui studi kasus dan

pengembangan teknik.4. Memahami hal-hal yang menjadi penghambat dalam proses pencegahan

Fraud

Page 6: 22474265 Preventing Fraud

BAB II

PEMBAHASAN

A. GEJALA GUNUNG ES

Kecurangan bermula dari yang kecil, kemudian membesar dan pada

akhirnya akan mencelakakan. Untuk itu perlu ada semacam program yang

terstruktur serta tertata baik menekan praktik kecurangan. Tujuan utamanya

mencegah dan mendeteksi kecurangan serta melakukan langkah penyelamatan

dari kerugian yang tidak diinginkan.

The Institute of Internal Auditors (IIA) mendefinisikan kecurangan sbb;

“An array of irregulation and illegal acts characterized by intentional deception. It

can be perpetrated for the benefit of or to the detriment of thr organization and by

persons outside as well as inside organizatioan” (Suatu kesatuan penyimpangan

dan tindalan illegal yang ditandai dengan penipuan yang disengaja, yang dapat

dilakukan oleh dan untuk keuntungan bagi organisasi dan atau individu baik di

dalam maupun di luar organisasi)

Dari definisi ini memperlihatkan bahwa dalam kecurangan ada

penyimpangan dan atau tindakan illegal, penipuan yang disengaja yang

menguntungkan individu maupun organisasi, artinya dibalik itu ada pihak yang

dirugikan, sedangkan pelakunya bisa organisasi atau individu. Artinya ini dapat

dilakukan untuk manfaat dan/atau kerugian organisasi oleh orang di luar atau

orang lain dalam organisasi. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kecurangan

ini adalah suatu penyajian yang palsu atau penyembunyian fakta yang material

yang menyebabkan seseorang memiliki sesuatu secara tidak sah.

Fraud is criminal deception intended to financially benefit the deceiver

(Kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat

keuntungan pada si penipu) G.Jack Bologna J.Lindquist & Joseph T.Wells dalam

bukunya The Accounting’s Handbook of Fraud and Commercial Crime.

Dia mengartikan kriminal adalah setiap tindakan kesalahan yang serius

yang dilakukan dengan maksud jahat. Namum pengartiannya tidak dilakukan

Page 7: 22474265 Preventing Fraud

secara ketat seperti dalam arti hukum. Dengan demikian, meskipun pelaku

kecurangan dapat menghindari tuntuan kriminal pidana, tindakan ini

dipertimbangkan tetap sebagai kriminal.

Meskipun belum ada penelitian mengenai besarnya fraud (termasuk

korupsi) di Indonesia sukar untuk menyebutkan suatu angka yang handal. Tetapi

penelitian yang dilakukan diluar negeri (dengan sampling) mengindikaskan bahwa

fraud yang terungkap, sekalipun secara absolute besar, namun dibandingkan

dengan seluruh fraud yang sebenarnya terjadi, relative kecil.Inilah gejala gunung

es.

Davia et al mengelompokan fraud dalam tiga kelompok sebagai berikut:

1. fraud yang sudah ada tuntutan hukum (prosecution), tanpa memperhatikan

bagaimana keputusan pengadilan.

2. fraud yang ditemukan, tetapi belum ada tuntutan hukum.

3. fraud yang belum ditemukan.

Yang bisa diketahui khalayak ramai adalah fraud dalam kelompok I.

Dengan dibukanya kepada umum laporan-laporan hasil pemeriksaan BPK,

kelimpok II juga bisa diketahui. Namun khusus untuk fraud yang berupa tindak

pidana (korupsi misalnya), hasil pemeriksaan tersebut masih berupa indikasi.

Kalau sudah lebih konkrit sekalipun, itu adalah khusus kasus-kasus yang

berkenaan dengan keuangan Negara.

Fraud dalam kelompok II lebih sulit lagi diketahui karena adanya lembaga

perlindungan hukum yang sering dimanfaatkan tertuduh, yakni pencemaran nama

baik apalagi fraud dalam kelompok III, tertutup rapat, hanya diketahui Tuhan dan

pelakunya. Kelompok I hanyalah 20%,sedangkan kelompok II dan III masing-

masing 40%, kesimpulannya lebih banyak yang tidak kita ketahui daripada yang

kita ketahui tentang fraud. Yang lebih gawat lagi, fraud ditemukan secara

kebetulan.

Page 8: 22474265 Preventing Fraud

B. PENGENDALIAN INTERN

Davia et al mencatat 4 definisi pengendalian intern, yaitu:

Definisi 1 (sebelum September 1992)

The condition sought by, and/or resulting from, processes undertaken by

an entity to prevent and deter fraud, terjemahan: kondisi yang diinginkan, atau

merupakan hasil, dari berbagai proses yang dilaksanakan suatu entitas untuk

mencegah dan menimbulkan efek jera terhadap fraud (sebelum definisi

COSO).

Definisi 2 (sesudah tahun 1992)

A process, effected by an entity’s board of directors, management, and

other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the

achievement of effectiveness and afficiency of operations, reliability of

financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations,

terjemahan : suatu proses yang dirancang dan dilaksanakan oleh Dewan,

manajemen dan pegawai untuk memberikan kepastian yang memadai dalam

mencapai kegiatan usaha yang efektif dan efisien, kehandalan laporan

keuangan, dan kepatuhan terhadap undang-undang dan peraturan lainnya yang

relevan. Definisi ini dikenal sebagai definisi COSO (the Committee of

Sponsoring Organizations of the Treaddway Commission) yang merambah ke

spektrum fungsi manajemen yang luas, dan bukan pada fraud semata-mata.

Pertama, definisi COSO langsung menyinggung tujuan bisns yang paling

mendasar yakni pencapaian sasaran-sasaran kinerja dan profitabilitas, dan

pengamanan sumber daya. Kedua, berkenaan dengan pembuatan laporan

keuangan yang handal, termasuk laporan-laporan interim dan pengumuman

kepada khalayak ramai seperti terbitan mengenai laba. Ketiga, definisi ini

menekankan ketaatan kepada ketentuan perundang-undangan. Definisi COSO

sangat luas, ingin mengatur segala-galanya sehingga kehilangan kekhasan,

dalam laporan COSO: Perspektif yang berbeda-beda mengenai pengendalian

intern bukanlah tidak perlu. Pengendalian intern berurusan dengan tujuan

entitas dan kelompok yang berbeda-beda tertarik dengan tujuan-tujuan yang

Page 9: 22474265 Preventing Fraud

berbeda dan untuk alasan yang berbeda. Selanjutnya, laporan COSO

menulis: definisi yang mempunyai tujuan khusus. Meskipun suatu entitas

mempertimbangkan efektivitas dari ketiga kelompok tujuan bisnis,ia mungkin

juga ingin memusatkan perhatian pada kegiatan atau tujuan tertentu. Dengan

menentukan dan menjelaskan tujuan-tujuan khusus, definisi pengendalian

intern dengan tujuan yang khas..

Definisi 3 (AICPA 1988)

For the purposes of an audit of financial statement balances, an entity’s

internal control structure consists of the following three elements:the control

environment,the accounting system,and control procedures.—Statement on

Auditing Standards No.53, April 1988. Terjemahan: untuk tujuan audit saldo

laporan keuangan, struktur pengendalian intern suatu entitas terdiri atas tiga

unsur: lingkungan pengendalian, sistem akuntansi, dan prosedur-prosedur

pengendalian. Definisi ini sederhana tetapi menimbulkan kesulitan dalam

pelaksanaannya, terutama bagi anggota AICPA yang mengharapkan adanya

petunjuk.

SAS 53 agaknya memagari penerapan pengendalian intern untuk

mencegah dan mengungkapkan fraud pada fraud yang dilakukan karyawan,

yang nilainya tidak besar: kecurangan oleh karyawan biasanya tidak besar

jumlahnya dan disembunyikan dengan cara yang tidak membuat aktiva bersih

dan laba bersih salah saji. Ketidak beresan semacam ini lebih efisien dan

efektif ditangani dengan struktur pengendalian intern yang berfungsi dan

dengan penutupan asuransi kerugian terhadap karyawan. Selanjutnya SAS

menegaskan bahwa pengendalian intern jangan diharapkan mencegah atau

membuat jera terhadap fraud yang dilakukan manajemen: penyimpangan yang

besar-besar oleh manajemen di eselon atas jarang terjadi dan tidak dapat

dicegah oleh prosedur pengendalian tertentu karena manajemen tingkat tinggi

itu berada diatas pengendalian yang membuat jera pegawai (kecil) atau

manajemen senior dengan mudah mematikan atau mengabaikan pengendalian

tersebut.

Page 10: 22474265 Preventing Fraud

Definisi 4 (khusus untuk mencegah fraud)

A system of “special purpose” processes and procedures designed and

practiced for the primary if not sole purpose of preventing or deterring fraud.

Terjemahan: suatu sistem dengan proses dan prosedur yang bertujuan khusus,

dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau bukan satu-satunya

tujuan untuk mencegah dan menghalangi (dengan membuat jera) terjadinya

fraud.

Inilah definisi pengendalian intern yang secara khusus atau spesifik

ditujukan untuk menangani fraud atau fraud-specific internal control yang

akan dipakai dalam pembahasan berikut.

Pengendalian internal menurutnya adalah suatu proses yang dijalankan oleh

Dewan Komisaris, manajemen dan personal lain dari entitas yang didisain untuk

memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan,

yaitu :

1. Keandalan pelaporan keuangan

2. Efektifitas dan efisiensi operasi

3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Dalam pengendalian internal, setidaknya terdapat 5 (lima) komponen yang saling

berkaitan, yaitu :

1. Lingkungan pengendalian, hal ini berkaitan dengan corporate culture dan

etos kerja dalam menetapkan corak suatu organisasi.

2. Penaksiran resiko (identifikasi entitas, yang perlu digarisbawahi adalah

resiko selalu ada.

3. Aktifitas pengendalian, yaitu kebijakan yang membantu agar arahan

manajemen

4. Informasi dan komunikasi, baik komunikasi yang bersifat horizontal

maupun vertikal.

5. Pemantauan.

Page 11: 22474265 Preventing Fraud

Dalam proses pengendalian internal, tahapan-tahapan yang harus diikuti antara

lain :

1. Identifikasi resiko (resiko pasar, operasional dan kebijakan).

2. Proses bisnis.

3. Menyusun manual/prosedur, memprotect dan mengelola resiko.

4. Pelaksanaan prosedur.

5. Pemantauan pelaksanaan prosedur, yaitu evaluasi pelaksanaan

pengendalian intern.

Sebagai ilustrasi pelaksanaan pengendalian intern, Dapat dicontohkan sebagai

berikut. Sebagai wujud komitmen perusahaan terhadap customer, maka 4 hal

mutlak harus dipenuhi, yaitu mutu produk terpenuhi, jumlah produk terpenuhi

(tidak kurang atau lebih), harga kompetitif dan delivery produk tepat waktu.

Langkah selanjutnya adalah pemeliharaan loyalitas kepada customer. Hal

terakhir yang paling utama adalah menjaga kelangsungan perusahaan dengan cara

meningkatkan corporate value.

Menanggapi pertanyaan mengenai tugas dan tanggung jawab komite audit dan

auditor internal yang dikhawatirkan tumpang tindih, hal tersebut tidak mungkin

terjadi apabila berpegang pada maksud dan tujuan keberadaan komite audit.

Komite audit bertugas untuk melakukan penelaahan secara strategis, sedangkan

auditor internal untuk pengendalian operasional sehari-hari. Yang pasti, komite

audit memiliki wewenang yang lebih luas dari auditor internal.

Dalam kaitannya dengan peran Dewan Direksi dan Komisaris dalam

pengendalian intern, ia memberikan batasan yang jelas. Direksi menurutnya

bertanggung jawab untuk membangun dan memelihara pengendalian intern yang

handal dan efektif, sedangkan Dewan Komisaris dan komite audit wajib

mengawasi pelaksanaan pengendalian intern secara umum termasuk kebijakan

Direksi mengenai pengendalian intern.

Cikal bakal management fraud muncul sekitar tahun 1930-an dimana muncul apa

yang disebut white collar crime. Ia menyebutkan bahwa management fraud

memiliki karakteristik yaitu berbohong atau menyembunyikan sesuatu, tidak

tergantung pada ancaman dan bisa dilakukan sendiri ataupun kelompok. Adapun

Page 12: 22474265 Preventing Fraud

tujuannya adalah untuk mendapatkan uang, barang atau jasa serta untuk

menghindari pembayaran atau kehilangan uang.

Fakta yang ditemukan di lapangan selama ini mengenai management fraud

adalah :

1. Selalu dilakukan secara rasional dan dalam keadaan sadar.

2. Selalu ada keuntungan pribadi.

3. Setiap orang yang melakukan management fraud tidak merasa sebagai

kriminal.

4. Persepsi yang ada mengenai management fraud adalah tidak ada sanksi berat

bagi yang melakukannya.

Temuan hasil riset di Amerika menyebutkan bahwa kerugian dari fraud

mencapai 6% (enam perseratus) dari total revenue perusahaan, yang apabila

dinominalkan menjadi 600 milyar dolar. Temuan lain yang menarik adalah bahwa

individu yang melakukan fraud adalah individu yang sudah berumur dan bergelar

sarjana.

Sebagai salah satu dari pilar penegakan Good Corporate Governance, internal

auditor bergerak dalam lingkungan yang cepat berubah. Ia merupakan bagian

yang tak terpisahkan dan sejajar dengan pilar GCG lainnya.

Beberapa perubahan paradigma terjadi pada audit internal, yaitu dari fokus

audit pada pengendalian internal, kepatuhan dan ketepatan, saat ini sudah berubah

menjadi fokus kepada resiko bisnis. Mengenai respon yang dulu bersifat reaktif,

setelah menemukan fakta, tidak berkelanjutan menjadi respon yang sifatnya

koaktif, real time, dan pengawasan berkelanjutan. Mengenai perannya di

organisasi, paradigma lama auditor internal berfungsi sebagai penilai independen,

sedangkan saat ini sudah berubah peran sebagai pelaku manajemen resiko dan

GCG.

Kecukupan pengawasan internal sepenuhnya menjadi tanggung jawab internal

auditor. Oleh sebab itu dalam proses perencanaan sekalipun, internal auditor harus

dilibatkan dan menjadi bagian dari perencanaan. Sebagai prasyarat utama, internal

auditor harus memiliki integritas dan bersih dari segalanya, dengan kata lain

memiliki etika bisnis.

Page 13: 22474265 Preventing Fraud

Ada ungkapan yang secara mudah ingin menjelaskan penyebab atau akar

permasalahan dari fraud. Ungkapan itu adalah: fraud by need,by greed, and by

opportunity. Kata fraud dalam ungkapan itu bisa diganti dengan corruption,

financial crime, dan lain-lain.

Menghilangkan atau menekan need dan greed yang mengawali terjadinya

fraud dilakukan sejak menerima seseorang, meskipun kita tahu bahwa proses itu

bukan jaminan penuh. Ini terus ditanamkan melalui fraud awareness dan contoh-

contoh yang diberikan pimpinan perusahaan atau lembaga.

Karena itu upaya mencegah fraud, dimulai dari pengendalian intern.

Untuk audit investigatif, kita memerlukan pengendalian intern yang khusus

ditujukan untuk mencegah fraud (fraud specific internal control).

C. FRAUD-SPECIFIC INTERNAL CONTROL

Semua pengendalian dapat digolongkan dalam pengendalian intern aktif

dan pengendalian intern pasif. Kata kunci untuk pengendalian intern aktif adalah

to prevent, mencegah. Kata kunci untuk pengendalian intern pasif adalah to deter,

mencegah karena konsekuensinya terlalu besar, membuat jera. Kalau PBB atau

Lembaga Pengawas Atom dunia mengunjungi negara-negara nuklir untuk

inspeksi instalasi nuklir mereka , ini adalah pengawasan aktif, tetapi dua adikuasa

(Amerika Serikat dan Unisoviet )yang berlomba-lomba membuat senjata nuklir

ukuran besar di zaman perang dingin, tidak bermaksud menggunakan senjata itu.

Senjata ini adalah untuk men-deter lawan menggunakannya; konsekuensinya

terlalu besar.

D. PENGENDALIAN INTERN AKTIF

Pengendalian Intern adalah pengendalian intern yang dilakukan secara

aktif. Aktif biasanya merupakan bentuk pengendalian intern yang paling banyak

di terapkan

Sarana–sarana Pengendalian Intern Aktif yang sering di pakai pada

umumnya sudah dikenal dalam sistem akuntansi, meliputi:

Page 14: 22474265 Preventing Fraud

Tandatangan

Tanda tangan merupakan sarana Pengendalian Intern Aktif karena dokumen

yang seharusnya ditandatangani tetapi belum ditandatangani adalah tidak sah.

Asumsinya tanpa tandatangan apa musti dilaksanakan tidak dapat terlaksana

(pembayaran,transfer,dll). Masalahnya adalah bahwa mereka yang perlu

mengetahui benar tidaknya tandatangan (1) bukan ahli membaca tandatangan

atau tulisan tangan; (2) tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk

mempelajari tandatangan yang ada pada dokumen yang bersangkutan; (3)

tidak mempunyai sample tandatangan untuk mengetahui otentik/tidaknya

tandatangan; (4) tandatangannya sendiri tidak mempunyai “titik-titik” yang

memungkinkan analisis tandatangan yang memadai dan (5) tidak mempunyai

pengetahuan mengenai siapa yang berhak menandatangani.

Tandatangan kaunter (countersigning)

Pembubuhan lebih dari satu tandatangan dianggap lebih aman, khususnya bagi

pihak ketiga atau pihak diluar perusahaan atau lembaga yang berangkutan.

Anggapannya adalah penandatanganan lainnya mengawasi rekannya. Dalam

fraud, memalsu lebih dari satu tandatangan tidak lebih sukar dari memalsukan

satu tandatangan.

Password dan PIN (Personnel Identification Numbers )

Sarana ini menjadi popular ketika manusia berinteraksi dengan komputer.

Tanpa password atau PIN, seseorang tidak bisa mengakses apa yang

diinginkannya.karena itu password atau PIN dianggap sarana dalam

Pengendalian Intern Aktif. Kuncinya adalah kerahasiaan. Masalahnya, orang

mencatat password atau PIN-nya. Catatan ini “bisa ditemukan” oleh pelaku

fraud. Lebih dari itu ada kecenderungan orang “meminjamkan” password atau

PIN kepada rekannya.

Pemisahan tugas

Pemisahan tugas menghndari seseorang dapat melaksanakan sendiri seluruh

transaksi. Merupakan bagian dari Pengendalian Intern Aktif karena secara

teoritis pelaku fraud yang bertindak seorang diri tidak dapat melaksanakan

Page 15: 22474265 Preventing Fraud

fraudnya. Latar belakang pemikirannya orang-orang yang tugasnya

dipisahkan, tidak bersekongkol.

Pengendalian asset secara fisik

Pengendalian asset secara fisik pada dasarnya mengatur gerak-gerik barang

(masuk, keluar, dan penyimpanannya) memerlukan otorisasi. Di sini justru

titik lemahnya. Dokumen dan tandatangan mudah dipalsukan.

Pengendalian persediaan secara real time (Real-time inventory control)

Ini adalah perpetual inventory yang mengikuti pergerakan persediaan secara

on time. Persediaan diberi bar code atau bahkan ditanam dengan radio chip

yang merekam keberadaannya. Keuntungan nyatanya adalah pencatatan

menjadi akurat. Kelemahannya sistem automatisasi juga mudah dimanipulasi.

Pagar, gembok, dan semua bangunan dan penghalang fisik

Perlindungan melalui pembatasan akses terhadap harta berharga sangat

popular. Harga peralatan canggih yang mahal seringkali memberi rasa aman

yang palsu.

Pencocokkan dokumen

Pencocokkan antara order pembelian, dokumen penerimaan barang, dan nota

tagihan mencoba menghindari selisih-selisih dan kerugian bagi perusahaan.

Formulir yang sudah dicetak nomornya (Pre-numbered accountable forms)

Mencegah penggunaan formulis berganda, bahwa formulir digunakan sesuai

urutan dan gagasannya sangat sederhana.

E. PENGENDALIAN INTERN PASIF

Dalam Pengendalian Intern Pasif dari permukaan kelihatan tidak ada

pengamanan namun ada peredam yang membuat pelanggar atau pelaku fraud jera.

Peredam ini diumumkan secara luas, dan sistemnya memastikan hal ini.

Perbedaan antara Pengendalian Intern Aktif dan Pengendalian Intern Pasif

adalah:

a. Dalam hal biaya, Pengendalian Intern Aktif jauh lebih mahal dari

Pengendalian Intern Pasif.

Page 16: 22474265 Preventing Fraud

b. Pengendalian Intern Aktif kasat mata atau dapat diduga dan dapat ditembus.

Pengendalian Intern Pasif dilain pihak tidak kasat mata dan tidak dapat

diduga (orang yang tertangkap tangan seolah-olah mendapat lotere atau

terkutuk) dan karenanya tidak terelakkan. Dalam Pengendalian Intern Pasif

pertanyaannya adalah seberapa nekadnya si calon pelaku.

Beberapa bentuk lain dari Pengendalian Intern Pasif meliputi :

Pengendalian yang khas untuk masalah yang dihadapi (Customized Controls)

Sebenarnya customized controls merupakan hasil dari berpikir positif,

ketika Pengendalian Intern Aktif tidak memberikan pemecahan. Contohnya

dari suatu lembaga di Amerika. Secara tidak sengaja terungkap fraud yang

dilakukan suatu kontraktor. Ia hanya mengecat satu kali (satu lapisan cat)

tetapi menagih kepada lembaga ini seolah-olah menagih mengecat dua kali,

karenanya lembaga tersebut mempertimbangkan Pengendalian Intern Aktif

yang mana mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Kegagalan Pengendalian

Intern Aktif memberi solusi, menyebabkan seseorang yang berfikir positif

menemukan jawaban yang brilian. Setiap pengecatan pertama selesai,

kontraktor juga memberi lapisan tipis dengan warna terang lalu melaksanakan

pengecatan kedua dan biayanya tidak seberapa.

Pengendalian Intern Pasif ini Customized untuk masalah yang dihadapi.

Jejak Audit (Audit Trails)

Sistem yang dikomputerisasi seringkali menggunakan Pengendalian Intern

Pasif, karena ada jejak-jejak atau perubahan dalam catatan, yang ditinggalkan

atau terekam dalam sistem. Ini akan menjadi Pengendalian Intern Pasif yang

efektif apabila jejak-jejak yang berupa fraud dapat menunjuk kepada

pelakunya.

Audit yang fokus (Focused Audits)

Focused audit adalah audit terhadap hal-hal tertentu yang sangat khusus,

yang berdasarkan pengalaman rawan dan sering dijadikan sasaran fraud.

Mungkin ada petunjuk tentang profile tertentu, apakah dari perbuatannya atau

jenis transaksinya.

Page 17: 22474265 Preventing Fraud

Secara psikologis, focused audits juga memberi kesan “jangan coba-coba

lakukan hal itu”, selalu ketahuan deh!

Pengintaian atas kegiatan kunci (surveillance Of Key Activities)

Pengintaian bisa dilakukan denga bermacam-macam cara, mulai dari

kamera video yang merekam kegiatan di suatu ruangan sampai ruang kaca

dengan cermin satu arah. Surveillance juga dapat dilakukan dalam jaringan

computer, dari waktu ke waktu untuk melihat kegiatan pegawai yang

memanfaatkan fasilitas kantor.

Pemindahan tugas (Rotation Of Key Personnel)

Rotasi karyawan kunci merupakan Pengendalian Intern Pasif yang efektif

kalau kehadirannya merupakan persyaratan utama dalam melakukan fraud.

Seorang supervisor di bank harus ada di bank kalau ia menyelewengkan uang

pelanggab yang mendapat kesan bahwa itu transaksi bank yang sah. Kalau ia

harus mengambil cuti dan tugasnya diambil alih oleh rekannya, mekanisme

pengawasannya berjalan tanpa biaya tambahan.

Kesimpulan Mengenai Pengendalian Intern Pasif

Tidak mahal.

Tidak tergantung kepada manusia karena itu PengendalianIntern Pasif kebal

kepada kelemahan manusia seperti lengah, korupsi, teledor, dll.

Tidak mempengaruhi produktivitas, tidak memperlamabt pelayanan.

Tidak rawan untuk ditembus atau disusupi pelaku fraud.

Setidaknya ada 3 (tiga) jenis fraud, yaitu yang melibatkan :

1. Pihak internal, yaitu pegawai maupun manajemen.

2. Pihak eksternal, yaitu customer dan pihak ketiga lainnya.

3. Kerjasama, yaitu fraud yang dilakukan oleh pihak eksternal dan internal

secara bersama-sama.

Page 18: 22474265 Preventing Fraud

Teori GONE (Greed, Opportunity, Needs, Exposures) sebagai 4 (empat)

faktor yang mendorong terjadinya fraud. Menurutnya mustahil terjadi fraud

apabila keempat faktor tersebut tidak muncul pada saat yang bersamaan. Untuk

mengantisipasi terjadinya fraud, penilaian individu sangat penting terutama pada

saat rekrutmen. Oleh sebab itu, Amien sangat menyarankan dilakukannya

background check untuk mencari tahu perilaku orang yang bersangkutan di

tempat kerja terdahulu dan di lingkungannya. Beberapa hal yang perlu dicari tahu

untuk dketahui seperti financial condition, jumlah investasi, besarnya loan yang

dimiliki dan lain sebagainya.

Untuk mengendalikan fraud, tidak bisa dijamin tidak terjadinya fraud dengan

menyewa orang ketiga atau konsultan, karena kendali sepenuhnya dalam

mengeliminir terjadinya fraud justru ada di tangan manajemen. Menurutnya

langkah-langkah mengantisipasi fraud ada 3 (tiga), yaitu :

1. Proactive, yaitu langkah untuk merubah value dan mindset demi mencapai

integritas dan profesionalisme.

2. Preventive, yaitu langkah untuk mendisain dan mengimplementasikan

sistem dan prosedur yang dapat mencegah fraud.

3. Detective, yaitu langkah investigasi. Langkah ini dilakukan setelah

terjadinya fraud.

Hal yang biasanya terjadi dalam mengantisipasi fraud adalah :

1. Kita tidak mengalokasikan sumber daya kita untuk pencegahan, seperti

misalnya asesmen terhadap resiko terjadinya fraud dan memahami dampak

fraud.

2. Yang kita lakukan biasanya adalah setelah fraud baru dilakukan

investigasi.

3. Investigasi dilakukan oleh investigator yang tidak kompeten, sehingga

yang sering terjadi adalah barang atau alat bukti terkontaminasi (sering

terjadi pada barang bukti berupa file dalam computer) dan kasus tidak

cukup kuat menunjukkan bukti terjadinya fraud.

4. Dampak resiko yang sama tetap terjadi secara berkelanjutan.

Untuk menghadapi dan mengantisipasi fraud sebaiknya :

Page 19: 22474265 Preventing Fraud

1. Pahami fraud.

2. Bayangkan diri anda sebagai calon pelaku fraud, peluang apa yang ada

yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan fraud.

3. Pahami teknologi dan teknik untuk membuktikan terjadinya fraud.

Menurut Dr. Donald R. Cressey yang terkenal dengan teori ‘fraud

triangle‘, seseorang melakukan fraud (kecurangan) karena:

1. mengalami tekanan secara sosial atau finansial

2. adanya kesempatan untuk melakukan fraud tanpa takut ketahuan

3. adanya rasionalisasi atau justifikasi untuk melakukan fraud

Menurut ACFE, pencegahan fraud dalam laporan keuangan sebaiknya difokuskan

fokus pada:

Mengurangi tekanan situasional yang dapat mengarah ke terjadinya fraud

Tidak membuat target keuangan yang sangat sulit tercapai

Membuat kebijakan dan prosedur akuntansi yang jelas tanpa adanya

klausul pengecualian

Menghilangkan kendala operasional yang berdampak pada efektivitas

kinerja keuangan, seperti batasan working capital, volume produksi yang

berlebihan, atau kendala-kendala inventori

Mengurangi timbulnya kesempatan untuk melakukan fraud

Melakukan pencatatan akuntansi secara akurat dan lengkap

Melakukan pengawasan atas transaksi bisnis dan hubungan interpersonal

antara supplier, konsumen, karyawan bagian pembelian, bagian penjualan,

dan bagian keuangan

Membuat sistem keamanan fisik untuk menjaga aset-aset perusahaan

Memisahkan fungsi (segregation of duties) agar kontrol atas suatu

transaksi tidak terpusat pada satu orang

Menjaga data karyawan masuk-keluar dengan akurat, termasuk melakukan

background checks terhadap karyawan baru

Page 20: 22474265 Preventing Fraud

Memperkuat fungsi pengawasan untuk memastikan prosedur akuntansi

dilaksanakan dengan tepat

Memperkuat integritas karyawan

Manajemen harus menunjukkan keteladanan dalam kejujuran

Kebijakan perusahaan harus memisahkan secara jelas apa saja yang

dianggap perilaku yang benar atau jujur, dan mana yang tidak

Perusahaan harus mempunyai kebijakan akuntansi yang jelas untuk isu-isu

pencatatan akuntansi yang masih kontroversial

Perusahaan harus mempunyai dan mengkomunikasikan dengan baik

mengenai kebijakan tertulis mengenai konsekuensi atas setiap pelanggaran

fraud atau korupsi yang terjadi

F. 14 Pedoman Pencegahan Penipuan Dasar

Berdasarkan ¹ Dirty Deeds, oleh Mel Duvall, dan diterbitkan di Pitney

Bowes Magazine, Jan / Februari 2003. 14 Pedoman Pencegahan Penipuan

Dasar :

1. Periksa referensi dari setiap calon karyawan.

2. Setiap biaya, atau tagihan, harus memiliki pesanan pembelian

ditandatangani oleh orang otorisasi pembelian.

3. Tetapkan batas untuk jumlah orang yang dapat mengotorisasi pembelian

4. Tetapkan batas satu dolar dengan jumlah setiap orang dapat otorisasi.

5. Secara pribadi menjaga kontrol atas cek kosong.

6. Gunakan nomor berurutan meninjau pemeriksaan dan pengecekan secara

berkala untuk memastikan tidak ada nomor yang hilang.

7. Hanya Anda atau orang yang berwenang secara khusus dapat

menandatangani cek.

8. Bank telah dikirimkan kepada Anda pada alamat yang berbeda dari kantor

sehingga Anda dapat memeriksa pernyataan sebelum orang lain tidak.

9. Jika pembayaran dilakukan untuk vendor asing, hubungi vendor dan

memverifikasi pembelian.

Page 21: 22474265 Preventing Fraud

10. Orang yang menyimpan buku-buku tidak boleh orang yang mendamaikan

pernyataan.

11. Orang yang membuka surat dan menyiapkan tiket deposit tidak boleh

orang yang menyimpan buku-buku.

12. Melakukan audit kejutan kas kecil.

13. Melakukan audit kejutan penggajian mendaftar. Periksa keakuratan tarif

per jam dan jam kerja. Memastikan tidak ada karyawan fiktif.

14. Jika seorang karyawan tidak melakukan penipuan, tekan biaya.

Masalah-masalah seperti banyak terjadi di dalam suatu organisasi, apabila

tidak tertangani secara baik dengan suatu program yang baik akan menjadi

potensi kecurangan terjadi.

Untuk menekan praktik kecurangan seharusnya ada semacam program

yang terstruktur serta tertata baik. Tujuan utamanya adalah mencegah dan

mendeteksi kecurangan serta melakukan langkah penyelamatan dari kerugian

yang tidak diinginkan. Tujuan berikutnya adalah untuk membantu manajemen

untuk mencapai target financial.

Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan adanya standar yang harus

dipahami dan dipatuhi oleh segenap manajemen dan karyawan. Standar ini

meliputi adanya ;

a) Organisasi : Adanya aturan, responsibilitas dan akuntabilitas untuk

pencegahan dan mendeteksi kecurangan serta langkah recovery atas

kerugian dan harus jelas didefinisikan serta dikomunikasikan kepada

semuanya level.

b) Policy : Adanya kebijakan dan standar dibuat untuk semua risiko

kecurangan.

c) Perbaikan : Bisnis harus belajar dari kesalahan yang terjadi.

d) Pengetahuan : Adanya transfer dan penyebaran pengetahuan yang

merupakan suatu best practice agar pihak-pihak di bank punya pemahaman

dan pengetahuan bahwa kecurangan itu buruk dan harus diberantas.

Page 22: 22474265 Preventing Fraud

e) Manajemen Risiko: Kelengkapan dan konsitensi dalam proses untuk

mengukur, mengendalikan dan melaporkan risiko-risiko kecurangan

merupakan bagian yang integral dari operasional bisnis perbankan yang

dilakukan.

f) Solusi: Adanya contact point untuk peningkatan dan mendalami issue

kecurangan

g) Kultur: Harus ada upaya peningkatan perhatian terhadap kecurangan

melalui pelatihan, serta adanya penghargaan pada yang berprestasi serta

sanksi pada yang bersalah.

h) Keputusan: Mengidentifikasi risiko untuk memperkirakan keputusan yang

tepat dari tiap tingkatan manajemen

G. Hubungan antara Komite Audit dan Internal Auditor

Landasan hukum komite audit, yaitu Kep MenBUMN No.

Kep-103/MBU/2002, dimana tugasnya adalah membantu Dewan Komisaris dalam

fungsi pengawasan terhadap kegiatan direksi mengelola perusahaan. Sedangkan

auditor internal memiliki landasan hukum PP No. 12 dan PP No. 13 tahun 1998

dan bertugas untuk membantu direktur utama dalam fungsi pengawasan

pelaksanaan pemeriksaan keuangan, operasional dan menilai pengendalian intern.

Hubungan antara komite audit dan internal auditor harus diatur secara eksplisit

dalam charter komite audit yang disepakati bersama oleh Dewan Komisaris dan

Direksi. isi dari charter setidaknya terdiri dari maksud dan tujuan, fungsi dan

tugas, tanggung jawab, kewenangan, kode etik dan frekuensi rapat.

Mengenai pernyataan peserta yang menyebutkan bahwa posisi SPI saat ini

berada dibawah dua organ, yaitu Dewan Direksi dan Komisaris, Gunadi

menyatakan bahwa hal tersebut tidak benar. SPI merupakan organ dari Dewan

Direksi dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama, sesuai dengan

Peraturan Pemerintah No. 12 dan 13.

fungsi komite audit sebagai pembina SPI, ia menyatakan bahwa

pembinaan yang dilakukan tidak secara langsung, tetapi misalnya melalui nasehat

(advise) terhadap format laporan keuangan yang sesuai standar.

Page 23: 22474265 Preventing Fraud

Dari bidang perbankan Institut Bankir Indonesia telah memberikan suatu

dasar bagi para anggotanya dalam “Kode Etik Bankir Indonesia” yang bisa

menjadi acuan awal dari setiap bank untuk membuat aturan tingkah laku bagi

banknya yang lebih teknis dengan penyesuaian sesuai kultur banknya masing-

masing.

o Patuh dan taat pada ketentuan dan perundang-undangan dan

peraturan yg berlaku

o Melakukan pencatatan yg benar mengenai segala transaksi yang

berkaitan dengan banknya

o Menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat

o Tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan pribadi

o Menghindarkan diri dari keterlibatan dalam pengambilan

keputusan dalam hal terdapat pertentangan kepentingan

o Menjaga kerahasiaan nasabah dan banknya

o Memperhitungkan dampak yang merugikan dari setiap kebijakan

yang ditetapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, sosial dan lingkungan

o Tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri

pribadi maupun keluarganya

o Tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra

profesinya

Melakukan Program Bantuan Bagi Karyawan (Employee Assistance

Programs). Salah satu elemen dari terjadinya kecurangan adalah adanya tekanan

(pressure). Orang yang tertekan seperti ini bisa terdorong melakukan kecurangan.

Program bantuan bagi karyawan ini utamanya menghadapi masalah

seperti; penyalah gunaannya terhadap minuman keras atau obat-obatan,

perjudian, kesulitan pengaturan keuangan, kesehatan, keluarga dan problem yang

bersifat pribadi.

Standar seperti ini merupakan pondasi untuk membangun program

pencegahan kecurangan yang efektif. Hal kritis yang harus dipahami para manajer

adalah risiko yang paling penting yang ada dihadapannya. Apabila tidak ada

Page 24: 22474265 Preventing Fraud

keinginan untuk menggali lebih jauh atau adanya toleransi terhadap kemungkinan

kecurangan, maka hal ini akan memperbesar bank menghadapi risiko yang

potensial. Karenanya hal ini perlu masukan dari direksi, dewan komisaris, Bank

Indonesia, risk manager, compliance dan manager lini dalam bank.

H. Implementasi dari sasaran Program Pencegahan Kecurangan

Pengimplementasian program manajemen risiko kecurangan disarankan

perlu dirumuskan dan dilakukan dengan baik. Memang tidak semua elemen

diperlukan dan mekanisme di setiap unit kerja yang sebenarnya sudah ada

perlindungannya sendiri juga.

Hal yang penting adalah tindakan selanjutnya, bila semua sudah tersedia di

bank untuk mencapai sasarannya, maka dengan pencegahan terhadap terjadinya

kecurangan, ini merupakan perlindungan terhadap uang dan kekayaan bank yang

sangat berharga. Review lanjutannya adalah penilaian dan penyesuaian terhadap

peraturan dan pelaksanaannya yang berjalan agar selalu melindungi bisnis bank

dan harus memberikan manfaat yang kompetitif.

BAB III

CONTOH RIIL KASUS DAN PEMBAHASAN TEORI

Page 25: 22474265 Preventing Fraud

A. Peranan Bank Indonesia dalam Pencegahan Internet Fraud

Salah satu tugas pokok Bank Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam

UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah

dengan UU No. 3 Tahun 2004 adalah mengatur dan mengawasi bank. Dalam

rangka pelaksanaan tugas tersebut Bank Indonesia diberikan kewenangan

sbb:

1. Menetapkan peraturan perbankan termasuk ketentuan-ketentuan

perbankan yang memuat prinsip-prinsip kehati-hatian.

2. Memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha

tertentu dari bank, memberikan izin pembukaan, penutupan dan

pemindahan kantor bank, memberikan persetujuan atas kepemilikan dan

kepengurusan bank.

3. Melaksanakan pengawasan bank secara langsung dan tidak langsung.

4. Mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

Terkait dengan tugas Bank Indonesia mengatur dan mengawasi bank,

salah satu upaya untuk meminimalisasi internet fraud yang dilakukan oleh Bank

Indonesia adalah melalui pendekatan aspek regulasi yakni dengan mengeluarkan

serangkaian Peraturan Bank Indonesia dan Surat Edaran Bank Indonesia yang

harus dipatuhi oleh dunia perbankan antara lain mengenai penerapan manajemen

risiko dalam penyelenggaraan kegiatan internet banking dan penerapan prinsip

Know Your Customer (KYC).

1. Manajemen risiko dalam penyelenggaraan kegiatan internet banking

Peraturan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia terkait dengan

pengelolaan atau manajemen risiko penyelenggaraan kegiatan internet

banking adalah Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 tentang

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum dan Surat Edaran Bank

Indonesia No. 6/18/DPNP, tanggal 20 April 2004 tentang Penerapan

Manajemen Risiko Pada Aktivitas Pelayanan Jasa Bank Melalui Internet

(Internet Banking)

Pokok-pokok pengaturannya antara lain sbb:

Page 26: 22474265 Preventing Fraud

o Bank yang menyelenggarakan kegiatan internet banking wajib

menerapkan manajemen risiko pada aktivitas internet banking secara

efektif.

o Penerapan manajemen risiko tersebut wajib dituangkan dalam

suatu kebijakan, prosedur dan pedoman tertulis dengan mengacu pada

Pedoman Penerapan Manajemen Risiko pada Aktivitas Pelayanan Jasa

Bank Melalui Internet (Internet Banking), yang ditetapkan dalam

lampiran dalam Surat Edaran Bank Indonesia tersebut.

o Pokok-pokok penerapan manajemen risiko bagi bank yang

menyelenggarakan kegiatan internet banking adalah:

Adanya pengawasan aktif komisaris dan direksi bank

Pengendalian pengamanan (security control)

Manajemen Risiko Hukum dan Risiko Reputasi

o Penerapan prinsip Know Your Customer (KYC)

Upaya lainnya yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka

meminimalisir terjadinya tindak kejahatan internet fraud adalah pengaturan

kewajiban bagi bank untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah atau yang

lebih dikenal dengan prinsip Know Your Customer (KYC). Pengaturan

tentang penerapan prinsip KYC terdapat dalam Peraturan Bank Indonesia No.

3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your

Customer Principles) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank

Indonesia No. 3/23/PBI/2001 dan Surat Edaran Bank Indonesia 6/37/DPNP

tanggal 10 September 2004 tentang Penilaian dan Pengenaan Sanksi atas

Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah dan Kewajiban Lain Terkait dengan

Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.

Page 27: 22474265 Preventing Fraud

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

Kecurangan bermula dari yang kecil, kemudian membesar dan pada

akhirnya akan mencelakakan. Untuk itu perlu ada semacam program yang

terstruktur serta tertata baik menekan praktik kecurangan. Tujuan utamanya

mencegah dan mendeteksi kecurangan serta melakukan langkah

penyelamatan dari kerugian yang tidak diinginkan.

Pengendalian Intern adalah suatu sistem dengan proses dan prosedur

yang bertujuan khusus, dirancang dan dilaksanakan untuk tujuan utama, kalau

bukan satu-satunya tujuan untuk mencegah dan menghalangi (dengan

membuat jera) terjadinya fraud.

Pengendalian Intern dibagi 2 yakni :

a. Pengendalian intern aktif

b. Pengendalian intern pasif

Perbedaan antara Pengendalian Intern Aktif dan Pengendalian Intern Pasif :

Dalam hal biaya, Pengendalian Intern Aktif jauh lebih mahal dari

Pengendalian Intern Pasif.

Pengendalian Intern Aktif kasat mata atau dapat diduga dan dapat

ditembus. Pengendalian Intern Pasif dilain pihak tidak kasat mata dan

tidak dapat diduga (orang yang tertangkap tangan seolah-olah mendapat

lotere atau terkutuk) dan karenanya tidak terelakkan.

Hubungan antara Komite Audit dan Internal Auditor :

Landasan hukum komite audit, yaitu Kep MenBUMN No.

Kep-103/MBU/2002, dimana tugasnya adalah membantu Dewan

Komisaris dalam fungsi pengawasan terhadap kegiatan direksi mengelola

perusahaan. Sedangkan auditor internal memiliki landasan hukum PP No.

12 dan PP No. 13 tahun 1998 dan bertugas untuk membantu direktur

utama dalam fungsi pengawasan pelaksanaan pemeriksaan keuangan,

operasional dan menilai pengendalian intern.

Page 28: 22474265 Preventing Fraud

Hubungan antara komite audit dan internal auditor harus diatur secara

eksplisit dalam charter komite audit yang disepakati bersama oleh Dewan

Komisaris dan Direksi. isi dari charter setidaknya terdiri dari maksud dan

tujuan, fungsi dan tugas, tanggung jawab, kewenangan, kode etik dan

frekuensi rapat

Saran

Salah satu cara yang paling efektif untuk mencegah timbulnya fraud adalah melalui peningkatan sistem pengendalian intern (internal control system) selain melalui struktur / mekanisme pengendalian intern. Dalam hal ini, yang paling bertanggung jawab atas pengendalian intern adalah pihak manajemen suatu organisasi. Dalam rangka pencegahan fraud, maka berbagai  upaya harus dikerahkan untuk membuat para pelaku fraud tidak berani melakukan fraud. Apabila fraud terjadi, maka dampak (effect) yang timbul diharapkan dapat diminimalisir. Auditor internal bertanggungjawab untuk membantu pencegahan fraud dengan jalan melakukan pengujian (test) atas kecukupan dan kefektivan sistem pengendalian intern, dengan mengevaluasi seberapa jauh risiko yang potensial (potential risk) telah diidentifikasi.

Dalam pelaksanaan audit, auditor harus mengidentifikasi adanya gejala kecurangan. Hal ini menjadi penting, agar apabila terjadi fraud, maka auditor lebih mudah melakukan investigasi atas fraud tersebut.

Auditor internal bertanggung jawab membantu manajemen dalam pencegahan, pendeteksian dan penginvestigasian fraud yang terjadi di suatu organisasi. Agar dapat menjalankan tugas yang diemban tersebut auditor internal perlu meningkatkan pengetahuan (knowledge) & keahlian (skill) melalui pendidikan profesi berkelanjutan.

Page 29: 22474265 Preventing Fraud

DAFTAR PUSTAKA

http://mukhsonrofi.wordpress.com/

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg01704.html

http://komiteaudit.org/informasi_displayartikel.asp?idi=62

http://informasi-seminar.com/

http://muhariefeffendi.wordpress.com/

Theodorus M., Tuanakotta. Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif.

2006.Jakarta : Lembaga Penerbit FE Universitas Indonesia