Upload
estilia
View
272
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
yh
Citation preview
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb.
Salam sejahtera bagi kita semua.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang
Maha Esa, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan sehingga pada
akhirnya penulis dapat menyelesaikan referat dengan tema “Tonsilitis.”
Referat ini disusun untuk melengkapi tugas di kepanitraan klinik ilmu
penyakit Telinga Hidung Tenggorok – Kepala Leher (THT-KL) di Rumah Sakit
Moh.Ridwan Meuraksa, Jakarta. Dalam menyelesaikan tugas referat ini, penulis
mengucapkan terima kasih kepada, Kolonel (Purn) dr. Tri Damijatno, Sp.THT,
LetKol CKM dr. Rakhmat Haryanto, M.Kes, Sp.THT-KL dan Mayor CKM dr. M.
Andi Fathurakhman, Sp. THT-KL sebagai pembimbing referat penulis di
Kepaniteraan Klinik THT-KL Rumah Sakit Moh.Ridwan Meuraksa, Jakarta.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk kesempurnaan referat yang penulis buat ini.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga referat ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi mahasiswa kedokteran.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Jakarta, Mei 2014
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh
jaringan ikat dengan kriptus didalamnya. Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsil
faringeal (adenoid), tonsil palatina dan tonsil lingual yang ketiga-tiganya
membentuk lingkaran yang disebut cincin waldeyer.
Jaringan limfoid yang mengelilingi faring, pertama kali digambarkan
anatominya oleh Heinrich von Waldeyer, seorang ahli anatomi Jerman. Jaringan
limfoid lainnya yaitu tonsil lingual, pita lateral faring dan kelenjar-kelenjar
limfoid. Kelenjar ini tersebar dalam fossa Rossenmuler, dibawah mukosa dinding
faring posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius (tonsil Gerlach’s).
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring atau Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan menurut
Reeves (2001) tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil
atau amandel. Tonsilektomi adalah pengangkatan tonsil dan struktur adenoid,
bagian jaringan limfoid yang mengelilingi faring melalui pembedahan (Nettina,
2006)
Berdasarkan pengertian di atas kesimpulan dari penulis adalah tonsilitis
merupakan suatu peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh bakteri ataupun
virus, prosesnya bisa akut atau kronis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1. ANATOMI CINCIN WELDEYER
EMBRIOLOGI
Pada permulaan pertumbuhan tonsil, terjadi invaginasi kantong brakial ke
II ke dinding faring akibat pertumbuhan faring ke lateral. Selanjutnya terbentuk
fosa tonsil pada bagian dorsal kantong tersebut, yang kemudian ditutupi epitel.
Bagian yang mengalami invaginasi akan membagi lagi dalam beberapa bagian,
sehingga terjadi kripta. Kripta tumbuh pada bulan ke 3 - 6 kehidupan janin,
berasal dari epitel permukaan. Pada bulan ke 3 tumbuh limfosit di dekat epitel
tersebut dan terjadi nodul pada bulan ke 6, yang akhirnya terbentuk jaringan ikat
limfoid. Kapsul dan jaringan ikat lain tumbuh pada bulan ke 5 dan berasal dari
mesenkim, dengan demikian terbentuklah massa jaringan tonsil.
ANATOMI
Cincin waldeyer merupakan jaringan limfoid yang mengelilingi faring.
Bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur
yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar
limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding
posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.
Tonsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid yang terdapat di
dalam faring, diliputi epitel skuamosa dan ditunjang oleh jaringan ikat dengan
kriptus didalamnya (UI). Terdapat 3 macam tonsil yaitu tonsila faringeal
(adenoid), tonsila palatina (tonsil faucium), dan tonsila lingualis yang ketiga-
tiganya membentuk lingkaran yang disebut cincin Waldeyer.
Dalam pengertian sehari-hari yang dimaksud dengan tonsil adalah tonsila
palatina, sedang tonsila faringeal lebih dikenal sebagai adenoid.
Untuk kepentingan klinis, faring dibagi menjadi 3 bagian utama:
nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Satu pertiga bagian atas atau nasofaring
adalah bagian pernafasan dari faring dan tidak dapat bergerak kecuali palatum
molle bagian bawah. Bagian tengah faring disebut orofaring, meluas dari batas
bawah palatum molle sampai permukaan lingual epiglotis. Bagian bawah faring
dikenal dengan nama hipofaring atau laringofaring, menunjukkan daerah jalan
nafas bagian atas yang terpisah dari saluran pencernaan bagian atas.
Pada orofaring yang disebut juga mesofaring, terdapat cincin jaringan
limfoid yang melingkar dikenal dengan Cincin Waldeyer, terdiri dari Tonsila
pharingeal (adenoid), Tonsila palatina, dan Tonsila lingualis.
1. Pharyngeal tonsil
2. Palatine tonsil
3. Lingual tonsil
4. Epiglottis
Tonsila Faringeal (adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus.
Adenoid terletak pada nasofaring yaitu pada dinding atas nasofaring
bagian belakang. Jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding
atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba
eustachius Pada masa pubertas adenoid ini akan menghilang atau mengecil
sehingga jarang sekali dijumpai pada orang dewasa. Ukuran adenoid bervariasi
pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran
maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.
Apabila adenoid membesar maka akan tampak sebagai sebuah massa yang
terdiri dari 4-5 lipatan longitudinal anteroposterior serta mengisi sebagian besar
atas nasofaring. Berlainan dengan tonsil, adenoid mengandung sedikit sekali
kripta dan letak kripta tersebut dangkal. Tidak ada jaringan khusus yang
memisahkan adenoid ini dengan m. konstriktor superior sehingga pada waktu
adenoidektomi sukar mengangkat jaringan ini secara keseluruhan. Adenoid
mendapat darah dari cabang-cabang faringeal A. Karotis interna dan sebagian
kecil dari cabang-cabang palatina A. Maksilaris. Darah vena dialirkan sepanjang
pleksus faringeus ke dalam V. Jugularis interna. Sedangkan persarafan sensoris
melelui N. Nasofaringeal yaitu cabang dari saraf otak ke IX dan juga melalui N.
Vagus.
Tonsila Lingualis
Merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tidak berkapsul dan terdapat
pada basis lidah diantara kedua tonsil palatina dan meluas ke arah anteroposterior
dari papilla sirkumvalata ke epiglottis. Jaringan limfoid ini menyebar ke arah
lateral dan ukurannya mengecil. Dipisahkan dari otot-otot lidah oleh suatu lapisan
jaringan fibrosa. Jumlahnya bervariasi, antara 30-100 buah. Pada permukaannya
terdapat kripta yang dangkal dengan jumlah yang sedikit. Sel-sel limfoid ini
sering mengalami degenerasi disertai deskuamasi sel-sel epitel dan bakteri, yang
akhirnya membentuk detritus.
Tonsila lingualis mendapat perdarahan dari A. Lingualis yang merupakan
cabang dari A. Karotis eksterna. Darah vena dialirkan sepanjang V. Lingualis ke
V. Jugularis interna. Aliran limfe menuju ke kelenjar servikalis profunda.
Persarafannya melalui cabang lingual N. IX.
Tonsila Palatina
Tonsil terletak di bagian samping belakang orofaring, dalam fossa
tonsilaris, berbentuk oval dengan ukuran dewasa panjang 20-25 mm, lebar 15-20
mm, tebal 15 mm, dan berat sekitar 1,5 gram. Berat tonsil pada laki-laki
berkurang dengan bertambahnya umur, sedangkan pada wanita berat bertambah
pada masa pubertas dan kemudian menyusut kembali.
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval
dengan panjang 2-5 cm. Permukaan tonsil merupakan permukaan bebas dan
mempunyai lekukan yang merupakan muara dari kripta tonsil. Jumlah kripta
tonsil berkisar antara 20-30 buah, berbentuk celah kecil yang dilapisi oleh epitel
berlapis gepeng. Beberapa kripta ada yang berjalan kearah dalam substansia tonsil
dan berakhir dibawah permukaan kapsul.. Kripta dengan ukuran terbesar terletak
pada pole atas tonsil dan disebut kripta superior, normalnya mengandung sel-sel
epitel, limfosit, bakteri, dan sisa makanan. Kripta superior sering menjadi tempat
pertumbuhan kuman karena kelembaban dan suhunya sesuai untuk pertumbuhan
kuman, juga karena tersedianya substansi makanan di daerah tersebut. Tonsil
tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang kosong diatasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilar
Tonsil terletak di lateral orofaring. Dibatasi oleh:
Lateral : M. konstriktor faring superior
Anterior : M. palatoglosus
Posterior : M. palatofaringeus
Superior : Palatum mole
Inferior : Tonsil lingual
Secara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel
germinativum (merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel (terdiri dari
jaringan limfoid).5
Fossa tonsilaris di bagian depan dibatasi oleh pilar anterior (arkus plalatina
anterior), sedangkan di bagian belakang dibatasi oleh pilar posterior (arkus
palatina posterior), yang kemudian bersatu di pole atas dan selanjutnya bersama-
sama dengan m. Palatina membentuk palatum molle. Bagian atas fossa tonsilaris
kosong dinamakan fossa supratonsiler yang merupakan jaringan ikat longgar.
Permukaan lateral tonsil ditutupi oleh kapsula fibrosa yang kuat dan
berhubungan dengan fascia faringobasilaris yang melapisi M. konstriktor
faringeus. Kapsul tonsil tersebut masuk ke dalam jaringan tonsil, membentuk
septa yang mengandung pembuluh darah dan saraf tonsil.
Kutub bawah tonsil melekat pada lipatan mukosa yang disebut plika
triangularis, dimana pada bagian bawahnya terdapat folikel yang kadang-kadang
membesar. Plika ini penting karena sikatrik yang terbantuk setelah proses
tonsilektomi dapat menarik folikel tersebut ke dalam fossa tonsilaris, sehingga
dapat dikelirukan sebagai sisa tonsil.
Pole atas tonsil terletak pada cekungan yang berbentuk bulan sabit, disebut
sebagai plika semilunaris. Pada plika ini terdapat massa kecil lunak, letaknya
dekat dengan ruang supratonsil dan disebut glandula salivaris mukosa dari
Weber, yang penting peranannya dalam pembentukan abses peritonsil. Pada saat
tonsilektomi, jaringan areolar yang lunak antara tonsil dengan fosa tonsilaris
mudah dipisahkan.
Di sekitar tonsil terdapat 3 ruang potensial yang secara klinik sering menjadi
tempat penyebaran infeksi dari tonsil. Ketiga ruang potensial tersebut adalah :
1. Ruang peritonsil (ruang supratonsil)
Berbentuk hampir segitiga dengan batas-batas :
- Anterior : m. palatoglosus
- Lateral & posterior : m. palatofaringeus
- Dasar segitiga : pole atas tonsil
Dalam ruang ini terdapat kelenjar salivarius Weber, yang bila terinfeksi dapat
menyebar ke ruang peritonsil, menjadi abses peritonsil.
2. Ruang retromolar
Terdapat tepat di belakang gigi molar 3, berbentuk oval, merupakan sudut yang
dibentuk oleh ramus dan korpus mandibula. Di sebelah medial terdapat m.
Buccinator, sementara pada bagian postero-medialnya terdapat m. Pterygoideus
internus dan bagian atas terdapat fasikulus longus M. temporalis. Bila terjadi
abses hebat pada daerah ini akan menimbulkan gejala utama trismus disertai sakit
yang amat sangat, sehingga sulit dibedakan dengan abses peritonsil.
3. Ruang parafaring (ruang faringomaksila ; ruang pterygomandibula)
Merupakan ruang yang lebih besar dan luas serta banyak terdapat pembuluh darah
besar, sehingga bila terjadi abses, berbahaya sekali. Adapun batas-batas ruang ini
adalah
- Superior : Basis kranii dekat foramen jugulare
- Inferior : Os hyoid
- Medial : M. Konstriktor faringeus superior
- Lateral : Ramus ascendens mandibula, tempat m. Pterygoideus interna dan bagian posterior kelenjar parotis
- Posterior : Otot-otot prevertebra
Ruang parafaring ini terbagi 2 (tidak sama besar) oleh prosesus styloideus dan
otot-otot yang melekat pada prosesus styloideus tersebut :
- Ruang pre-styloid, lebih besar, abses dapat timbul oleh karena : radng tonsil,
mastoiditis, parotitis, karies gigi atau tindakan operatif.
- Ruang post-styloid, lebih kecil, di dalamnya terdapat : A. karotis interna, V.
Jugularis, N. Vagus dan saraf-saraf simpatis.
Ruang parafaring ini hanya dibatasi oleh fascia yang tipis dengan ruang retro
faring.
Ruang retrofaring
Batas-batasnya adalah sebagai berikut :
- Anterior : fascia m. Konstriktor superior
- Posterior : fascia prevertebralis
- Superior : basis cranii
- Inferior : mediastinum setinggi bifurkasio trakea
- Lateral : parafaringeal space
Aliran Limfe Tonsil
Tonsil tidak mempunyai sistem limfatik aferen. Aliran limfe dari parenkim
tonsil ditampung pada ujung pembuluh limfe eferen yang terletak pada trabekula,
yang kemudian membentuk pleksus pada permukaan luar tonsil dan berjalan
menembus M. Konstriktor faringeus superior, selanjutnya menembus fascia
bukofaringeus dan akhirnya menuju kelenjar servikalis profunda yang terletak
sepanjang pembuluh darah besar leher, di belakang dan di bawah arkus
mendibula. Kemudian aliran limfe ini dilanjutkan ke nodulus limfatikus daerah
dada, untuk selanjutnya bermuara ke dalam duktus torasikus.
Vaskularisasi Tonsil
Tonsil diperdarahi oleh beberapa cabang pembuluh darah, yaitu :
- A. Palatina Ascenden, cabang A. Fasialis, memperdarahi bagian postero
inferior
- A. Tonsilaris, cabang A. Fasialis, memperdarahi daerah antero-inferior
- A. Lingualis Dorsalis, cabang A. Maksilaris Interna, memperdarahi daerah
antero-media
- A. Faringeal Ascenden, cabang A. Karotis Eksterna, memperdarahi daerah
postero-superior
- A. Palatida Descenden dan cabangnya, A. Palatina Mayor dan A. Palatina
Minor, memperdarahi daerah antero-superior
Daerah vena dialirkan melalui pleksus venosus perikapsular ke V.
Lingualis dan pleksus venosus faringeal, yang kemudian bermuara ke V. Jugularis
Interna. Pembuluh vena tonsil berjalan dari palatum, menyilang bagian lateral
kapsula dan selanjutnya menembus dinding faring.
Persarafan Tonsil
Persarafan tonsil berasal dari saraf trigeminus dan saraf glossopharingeus.
Nervus trigeminus mempersarafi bagian atas tonsil melalui cabangnya yang
melewati ganglion sphenopaltina yaitu n. palatina. Bagian bawah tonsil dipersarafi
n. glossopharingeus.
II.2. FISIOLOGI
Fungsi jaringan limfoid faring adalah memproduksi sel-sel limfosit tetapi
peranannya sendiri dalam mekanisme pertahanan tubuh masih diragukan.
Penelitian menunjukkan bahwa tonsil memegang peranan penting dalam fase-fase
permulaan kehidupan terhadap infeksi mukosa nasofaring dari udara pernafasan
sebelum masuk ke dalam saluran nafas bagian bawah.
Pada tonsil terdapat sistem imun kompleks yang terdiri atas sel M (sel
membran), makrofag, sel dendrit, dan APCs yang berperan dalam transportasi
antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis imunoglobin spesifik. Juga
terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa IgG. Tonsil
merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit, 0,1-0,2% dari
keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Proporsi limfosit B dan T pada
tonsil adalah 50%:50%, sedangkan di darah 55-75%:15-30%.
Tonsil merupakan organ limfotik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2
fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif;
2) sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan
antigen spesifik.
Hasil penelitian mengenai kadar antibodi pada tonsil menunjukkan bahwa
perenkim tonsil mempunyai kemampuan untuk memproduksi antibodi. Penelitian
terakhir menyatakan bahwa tonsil memegang peranan dalam memproduksi Ig-A,
yang menyebabkan jaringan lokal resisten terhadap organisme patogen.
Sewaktu baru lahir tonsil secara histologis tidak mempunyai centrum
germinativum, biasanya ukurannya kecil. Setelah antibodi dari ibu habis, barulah
mulai terjadi pembesaran tonsil dan adenoid, yamg pada permulaan kehidupan
masa kanak-kanak dianggap normal dan dipakai sebagai indeks aktifitas sistem
imun. Pada waktu pubertas atau sebelum masa pubertas, terjadi kemunduran
fungsi tonsil yang disertai proses involusi.
Kuman-kuman patogen yang terdapat dalam flora normal tonsil dan faring
tidak menimbulkan peradangan, karena pada daerah ini terdapat mekanisme
pertahanan dan hubungan timbal balik antara berbagai jenis kuman.
Terdapat 2 bentuk mekanisme pertahanan tubuh, yaitu :
1. Mekanisme pertahanan non spesifik
Berupa kemampuan sel limfoid untuk menghancurkan mikroorganisme.
Pada beberapa tempat lapisan mukosa tonsil sangat tipis sehingga menjadi tempat
yang lemah terhadap masuknya kuman ke dalam jaringan tonsil. Dengan
masuknya kuman ke dalam lapisan mukosa, maka kuman ini akan ditangkap oleh
sel fagosit, dalam hal ini adalah elemen tonsil. Selanjutnya sel fagosit akan
membunuh kuman dengan proses oksidasi dan digesti.
2. Mekanisme pertahanan spesifik
Merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam mekanisme
pertahanan tubuh terhadap udaran pernafasan sebelum masuk ke dalam saluran
nafas bawah. Tonsil dapat memproduksi IgA yang akan menyebabkan resistensi
jaringan lokal terhadap organisme patogen. Disamping itu, tonsil dan adenoid juga
dapat menghasilkan IgE yang berfungsi untuk mengikat sel basofil dan sel
mastosit, dimana sel-sel tersebut mengandung granula yang berisi mediator
vasoaktif, yaitu histamin. Sel basofil yang terutama adalah sel basofil dalam
sirkulasi (sel basofil mononuklear) dan sel basofil dalam jaringan (sel mastosit).
Bila ada alergen, maka alergen tersebut akan bereaksi dengan IgE sehingga
permukaan sel membrannya terangsang dan terjadilah proses degranulasi. Proses
ini akan menyebabkan keluarnya histamin sehingga timbul reaksi hipersensitivitas
tipe 1, yaitu atopi, anafilaksis, urtikaria, dan angioedema.
Dengan teknik immunoperoksida, dapat diketahui bahwa IgE dihasilkan
dari plasma sel terutama dari epitel yang menutupi permukaan tonsil, adenoid, dan
kripta tonsil. Sedangkan mekanisme kerja IgA, bukanlah menghancurkan antigen
akan tetapi mencegah substansi tersebut masuk ke dalam proses imunologi,
sehingga dalam proses netralisasi dari infeksi virus, IgA mencegah terjadinya
penyakit autoimun. Oleh karena itu, IgA merupakan barier untuk mencegah reaksi
imunologi serta untuk menghambat proses bakteriolisis.
Apabila terjadi peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin waldeyer, maka dapat terjadi pembesaran tonsil, berikut pembagian
menurut Thane & Cody :
T1 : batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai ¼ jarak pilar anterior-uvula
T2 : batas medial tonsil melewati ¼ pilar anterior-uvula sampai
½ jarak pilar anterior-uvula
T3 : batas medial tonsil melewati ½ pilar anterior-uvula sampai ¾ jarak pilar
anterior-uvula
T4 : batas medial tonsil melewati ¾ pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.
Gambar Anatomi Tonsil
II. 3. TONSILITIS
II. 3. 1. Definisi
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari
cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang
terdapat di dalam rongga mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina
(tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateral
band dinding faring atau Gerlach’s tonsil) (Soepardi, 2007). Sedangkan menurut
Reeves (2001) tonsilitis merupakan inflamasi atau pembengkakan akut pada tonsil
atau amandel.
II. 3. 2. Epidemiologi
II. 3. 3. Etiologi
A. Tonsillitis bakterialis supuralis akut paling sering disebabkan oleh streptokokus
beta hemolitikus group A,Misalnya: Pneumococcus, staphylococcus,
Haemalphilus influenza, sterptoccoccus non hemoliticus atau streptoccus viridens.
B. Bakteri merupakan penyebab pada 50% kasus. Antara lain streptococcus B
hemoliticus grup A, streptococcus, Pneumoccoccus,Virus, Adenovirus, Virus
influenza serta herpes.
C. Penyebabnya infeksi bakteri streptococcus atau infeksi virus. Tonsil berfungsi
membantu menyerang bakteri dan mikroorganisme lainnya sebagai tindakan
pencegahan terhadap infeksi. Tonsil bisa dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang, menyebabkan tonsillitis. (Adam,1999;
Iskandar,1993; Firman,2006)
II. 3. 4. Patofisiologi
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau
mulut,amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang berbahaya
tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada
amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibody terhadap infeksi
yang akan datang akan tetapi kadang-kadang amandel sudah kelelahan menahan
infeksi atau virus.Infeksi bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Bakteri atau virus menginfeksi lapisan epitel tonsil-tonsil epitel
menjadikan terkikis dan terjadi peradangan serta infeksi pada tonsil.Infeksi tonsil
jarang menampilkan gejala tetapi dalam kasus yang ekstrim pembesaran ini dapat
menimbulkan gejala menelan.Infeksi tonsil yang ini adalah peradangan di
tenggorokan terutama dengan tonsil yang abses (abses
peritonsiler). Abses besar yang terbentuk dibelakang tonsil menimbulkan rasa
sakit yang intens dan demam tinggi (39C-40C).abses secara perlahan-lahan
mendorong tonsil menyeberang ke tengah tenggorokan. Dimulai dengan sakit
tenggorokan ringan sehingga menjadi parah.pasien hanya mengeluh merasa sakit
tenggorokannya sehingga berhenti
makan.
Tonsilitis dapat menyebabkan kesukaran menelan,panas,bengkak,dan
kelenjar getah bening melemah didalam daerah submandibuler, sakit pada sendi
dan otot,kedinginan, seluruh tubuh sakit,sakit kepala dan biasanya sakit pada
telinga.Sekresi yang berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan,belakang
tenggorokan akan terasa mengental.Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut
biasanya berakhir setelah 72 jam. (Edward,2001 Reeves,Charlene J.Roux,Gayle
dkk,2001 )
II. 3. 5. Klasifikasi
Macam-macam tonsillitis
1. Tonsillitis akut
Dibagi lagi menjadi 2, yaitu :
a. Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b. Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus,
streptococcus viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan
kumpulan leukosit, bakteri yang mulai mati.
2. Tonsilitis membranosa
a. Tonsilitis Difteri
Penyebabnya yaitu oleh kuman Coryne bacterium diphteriae, kuman yang
termasuk Gram positif dan hidung di saluran napas bagian atas yaitu
hidung, faring dan laring.
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi
sehingga menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi
dimasak dulu dengan cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit
ini jarang ditemukan.
3. Angina Plout Vincent
Penyebab penyakit ini adalah bakteri spirochaeta atau triponema yang
didapatkan pada penderita dengan higiene mulut yang kurang dan
defisiensi vitamin C. Gejala berupa demam sampai 39° C, nyeri kepala ,
badan lemah dan kadang gangguan pecernaan.
a. Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang
buruk, pengaruh cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang
tidak adekuat kuman penyebabnya sama dengan tonsilitis akut tetapi
kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram negatif.
(Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)
II. 3. 6. Manifestasi Klinis
a. Gejala berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan)
nyeri seringkali dirasakan di telinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki
persyarafan yang sama ). Gejala lain: Demam, tidak enak badan, sakit kepala,
muntah.
b. Gejala tonsillitis antara lain : pasien mengeluh ada penghalang di tenggorokan,
tenggorokan terasa kering, pernafasan bau, pada pemeriksaan tonsil membesar
dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi detritus, tidak nafsu
makan, mudah lelah, nyeri abdomen, pucat, letargi, nyeri kepala, disfagia (sakit
saat menelan), mual dan muntah.
c. Gejala pada tonsillitis akut : rasa gatal/ kering ditenggorokan, lesu, nyeri sendi
odinafagia, anoreksia, otalgia, suara serak (bila laring terkena), tonsil
membengkak
d. Dimulai dengan sakit tenggorokan yang ringan hingga menjadi parah, sakit
menelan, kadang – kadang muntah. Tonsil kepala dan sakit pada bengkak, panas,
gatal, sakit pada otot dan sendi, nyeri pada seluruh badan, kedinginan, sakit
telinga. Pada tonsillitis dapat mengakibatkan kekambuhan sakit tenggorokan dan
keluar nanah pada lekukan tonsil.
(Megantara, 2006; Mansjoer, 1999; Hembing, 2002)
II. 3. 7. Diagnosis
1. Fokus pengkajian menurut Firman (2006) yaitu :
a. Anamnesis
1) Kaji adanya riwayat penyakit sebelumnya (tonsilitis)
2) Apakah pengobatan adekuat
3) Kapan gejala itu muncul
4) Bagaimana pola makannya
5) Apakah rutin atau rajin membersihkan mulut
b. Pemeriksaan fisik
Data dasar pengkajian menurut Doenges (2000), yaitu :
a) Integritas Ego
Gejala : Perasaan takut, khawatir
Tanda : ansietas, depresi, menolak.
b) Makanan atau Cairan
Gejala : Kesulitan menelan
Tanda : Kesulitan menelan, mudah terdesak, inflamasi
c) Hygiene
Tanda : kebersihan gigi dan mulut buruk
d) Nyeri atau keamanan
Tanda : Gelisah, perilaku berhati-hati
Gejala : Sakit tenggorokan kronik, penyebaran nyeri ke telinga
e) Pernapasan
Gejala : Riwayat menghisap asap rokok (mungkin ada anggota keluarga
yang merokok), tinggal di tempat yang berdebu.
f) Tenggorokan
Inspeksi : Tonsil membesar dan berwarna kemerahan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan, pembesaran kelenjar limfoid.
II. 3. 8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tonsillitis secara umum:
a. Jika penyebab bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut ) selama 10
hari, jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
b. Pengangkatan tonsil (Tonsilektomi ) dilakukan jika:
1) Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih /tahun .
2) Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
3) Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
4) Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian antibiotik.
Penatalaksanaan tonsillitis adalah:
a. Penatalaksanaan tonsillitis akut :
1) Antibiotik golongan penelitian atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klidomisin.
2) Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder,
kortikosteroid untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
3) Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3 kali negatif
4) Pemberian antipiretik
b. Penatalaksanaan tonsillitis kronik
1) Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
2) Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau
terapi konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006), yaitu :
a. Perawatan Prabedah
Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga harus dipuasakan,
membebaskan anak dari infeksi pernafasan bagian atas.
b. Teknik pembedahan
Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,pasien diposisikan
terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam keadaan ekstensi
mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong keluar dari jalan.
Penyedotan harus dapat diperoleh untuk
mencegah inflamasi dari darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine.
Metode apapun yang digunakan penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap.
Perdarahan dikendalikan dengan menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post
nasal yang harus diangkat setelah pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat
ditangani dengan mengadakan ligasi pembuluh darah pada dasar tonsil.
c. Perawatan paska-bedah
1) Berbaring kesamping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
2) Memantau tanda-tanda perdarahan:
1. Menelan berulang
2. Muntah darah segar
3. Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
3) Diet
a) Memberikan cairan bila muntah telah reda.
1. Mendukung posisi untuk menelan potongan makanan yang besar (lebih
nyaman dari adanya kepingan kecil)
2. Hindari pemakaian sedotan (suction dapat menyebabkan perdarahan)
b) Menawarkan makanan
1. Es cream, crustard dingin, sup krim, dan jus.
2. Refined sereal dan telur setengah matang biasanya lebih dapat dinikmati
pada pagi hari setelah perdarahaan.
3. Hindari jus jeruk,minuman panas, makanan kasar atau banyak bumbu
selama 1 minggu
c) Mengatasi ketidaknyamanan pada tenggorokan
1. Menggunakan ice color (kompres es) bila mau
2. Memberikan analgesik (hindari aspirin)
3. Melaporkan segera tanda-tanda perdarahan.
4. Minum 2-3 liter / hari sampai bau mulut hilang.
d) Mengajari pasien mengenal hal berikut
1. Hindari latihan berlebihan, batuk, bersin, berdahak dan menyisi hidung
segera selama 1-2 minggu
2. Tinja mungkin seperti teh dalam beberapa hari karena darah yang
tertelan.
3. Tenggorokan tidak nyaman dapat sedikit bertambah antara hari ke-4 dan
ke-8 setelah operasi. (Firman,2006; Mansjoer,1999)
II. 3. 9. Komplikasi
Komplikasi tonsillitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu:
a. Abses pertosil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
b. Otitis media akut
Infeksis dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustachi) dan
dapat mengakibatkan otitis media yang dapat mengakibatkan otitis media yang
dapat mengarah pada rupture spontan gendang telinga.
c. Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebar infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
d. Laringitis
e. Sinusitis
f. Rhinitis
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Boies A, dkk. 1997. Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. Jakarta. Penerbit EGC
2. Efiaty Arsyad Soepardi, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung
dan Tenggorok. Balai Penerbit FKUI. Edisi ke-5. Jakarta
3.Anatomi Tonsil diunduh dari
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.yoursurgery.com/procedu
res/tonsillectomy/images/TonsilsAdenoidMouth.jpg&imgrefurl=http://
www.yoursurgery.com/ProcedureDetails.cfm%3FBR%3D4%26Proc
%3D53&usg=__aE2i-xnhRaJH9Ic-
dO8hxwl93AU=&h=180&w=250&sz=49&hl=id&start=10&zoom=1&tbnid=
QLfn_04feEQGM:&tbnh=80&tbnw=111&ei=InEOTuLeDM6urAeLrsiIBA&
prev=/search%3Fq%3Danatomi%2Btonsil%26um%3D1%26hl%3Did
%26client%3Dfirefox%26sa%3DN%26rls%3Dorg.mozilla:enS:official
%26channel%3Ds%26biw%3D999%26bih%3D395%26tbm
%3Disch&um=1&itbs=1&biw=999&bih=395. Pada tanggal 10 sept 2011
pukul 08.30 WIB